20
DRPM gazette DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA www.research.ui.ac.id VOL. 6 NO. 4 OKTOBER 2013 Strategi dan Kinerja Riset Perguruan Tinggi: Pengalaman Universitas Indonesia

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT … 2013... · Tahun 2013 yang membawa segenap konsekuensinya. Di edisi akhir tahun 2013 ini, kami mengulas strategi dan kinerja UI dalam

Embed Size (px)

Citation preview

DRPM gazetteDIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA www.research.ui.ac.id

vol. 6No. 4oktober 2013

Strategi dan Kinerja Riset Perguruan Tinggi:Pengalaman Universitas Indonesia

Penanggung Jawab Bachtiar Alam, Ph.D. Pemimpin Redaksi Prof. Dr. Budiarso, M.Eng. Dewan Redaksi Dr.rer.nat. Agustino Zulys, M.Sc. Dr.rer.nat. Yasman, M.Sc. drg. Endang Winiati Bachtiar, M.Biomed., Ph.D dr. Ponco Birowo, Sp.U., Ph.D (FK) Dr. drg. Ellyza Herda M.Si. (FKG) Dr.rer.nat. Abdul Haris (FMIPA) Prof. Dr. Bondan Tiara Sofyan (FT) Myra Rosana B. Setiawan, S.H., M.H. (FH) Berly Martawardaya, M.Sc. (FE) Dra. Dyah Triarini Indirasari, M.A. (FPsi) Dr. Phil. Lily Tjahjandari (FIB) Dwi Ardhanariswari, S.Sos., M.Sc., M.A., M.Phil. (FISIP) Drs. A. Rahman, M.Env. (FKM) Dr.Eng. Wisnu Jatmiko (Fasilkom) Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN. (FIK) drg. Nurtami Soedarsono, Ph.D (Program Pascasarjana) Dr. Mahdi Jufri, M.Si (FF)

Redaktur Pelaksana Citra Wardhani, M.Si. Staf Redaksi Budi Hartono. S.Si., M.Kes.Desain dan Tata Letak Ahmad Nizhami, S.Si. Distribusi Iwan Setiawan

Alamat Redaksi Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI. Gedung Science Park Lt. 2. Kampus UI Depok 16424, INDONESIA Ph. +62 21 7270152. Fax +62 21 788849119. E-mail: [email protected]

DRPM gazette

Dari Meja RedaksiMenjadi universitas riset unggulan di Asia pada tahun 2016

adalah target UI yang ditetapkan sejak tahun 2000. Dengan

target itu, UI berupaya untuk bertransformasi dari teaching

university yang merupakan kultur tradisionalnya menjadi research

university sebagai bentuk kultur modernnya. Berlandaskan pada

PP no. 152 Tahun 2000, UI merancang dan membangun strategi,

manajemen, infrastruktur, serta daya dukung lainnya untuk

mencapai tujuan tersebut.

Namun, pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan ringan. Ini

adalah pekerjaan marathon yang mensyaratkan keteguhan,

kemauan untuk maju, dedikasi dan optimisme tinggi. Melihat

salah satu indikator universitas riset, publikasi di jurnal

internasional, hingga tahun 2013 ini jujur kita masih tertinggal

jauh. Pijakan hukum UI pun telah berganti menjadi PP no. 68

Tahun 2013 yang membawa segenap konsekuensinya.

Di edisi akhir tahun 2013 ini, kami mengulas strategi dan kinerja UI dalam upaya manjadi universitas riset dan kendalanya. Semoga dapat menginspirasi kiita semua. Selamat membaca!

Citra Wardhani

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 1

Topik Utama:Strategi dan Kinerja Riset Perguruan Tinggi:Pengalaman Universitas Indonesiaoleh Bachtiar Alam

Klaster Riset UIoleh Budiarso & Nur Sri Ubaya Asri

Pembentukan Jejaring Reviewer dan Sistem Review Nasional untuk Seleksi Proposal Riset di Indonesia: a Pilot Projectoleh Yasman & Putri Permata Hati

2

10

Daftar Isi

vol. 6 No. 4 oktober13DRPM gazette

Cover Story'The Tree of Research University'

Universitas riset memiliki kultur yang

berakar kuat pada riset, utamanya riset

lintas disiplin ilmu. Kegiatan belajar

mengajar berdiri kokoh dari hasil-hasil

riset dosen dan perisetnya. Buah yang

dihasilkan dari universitas riset adalah

kegiatan dan program pengabdian kepada

masyarakat.

15

Topik Utama

2 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Strategi dan Kinerja Riset Perguruan Tinggi:Pengalaman Universitas Indonesiaoleh Bachtiar Alam

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 3

Awal Universitas Riset

Meskipun pada awal sejarahnya perguruan tinggi didirikan sebagai pusat

pengajaran, riset saat ini memegang peranan yang tak dapat dinafikan selaku

kegiatan pilar sebuah perguruan tinggi. Berlin University, yang diakui sebagai

universitas riset pertama, berdiri pada tahun 1809. Dibandingkan universitas

berbasis pengajaran yang telah ada sekurangnya sejak abad pertengahan, diawali University of

Bologna di Italia, yang berdiri pada 1088, maka universitas riset boleh terbilang seumur jagung.

Kendati demikian, sejak dekade-dekade awal kancahnya, universitas riset telah memberi

kontribusi yang berarti bagi masyarakat di mana ia bernaung. Mengikuti Berlin University,

universitas-universitas riset berkembang di Jerman, menghasilkan lulusan-lulusan yang di

kemudian hari turut memajukan industri negerinya secara internasional, khususnya industri

farmasinya. Di Amerika Serikat, universitas-universitas riset generasi awal menghasilkan

pelbagai riset yang mengembangkan teknologi pertanian, kehutanan, serta pertambangan

bagi negaranya.

Menyadari pentingnya universitas diberdayakan bukan hanya sebagai sentra ajar melainkan

juga sentra riset, yang penting peranannya untuk menggali pengetahuan-pengetahuan

strategis, berbagai pemegang kepentingan baik negara maupun swasta dalam perjalanannya

aktif dalam mendorong pengembangan riset melalui institusi ini. AS sendiri, sebagai sebuah

negara yang perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian, sejak 1862 menerapkan

seperangkat perundang-undangan yang mendorong pendanaan penelitian universitas

yang berpotensi mengembangkan produktivitas sektor ini. Pendanaan riset ini pun, seiring

pertumbuhan perekonomian negaranya, dari waktu ke waktu terus meningkat; hingga secara

khusus pada 1940 ke 1945 pendanaan pemerintah AS untuk perguruan tinggi meningkat lebih

dari sepuluh kali lipat dari $39 juta menjadi $524 juta.

Research university pun telah menjadi sebuah predikat yang jamak disematkan kepada

perguruan tinggi yang unggul di bidang aktivitas riset. Bagi perguruan tinggi bersangkutan,

memperoleh predikat research university telah menjadi satu kehormatan tersendiri. Dengan

demikian, boleh dikatakan ia telah memberi sumbangsih riil bagi pengembangan ranah

keilmuan; ia telah berkontribusi bagi pemahaman umat manusia akan kehidupan yang penting

halnya untuk kepentingan yang luas.

Kriteria Universitas RisetDicetuskan pertama kali dalam Carnegie Classification of Institutions of Higher Education pada

1994, beberapa kriteria dari universitas riset antara lain menyediakan program-program

sarjana secara lengkap, berkomitmen pada pendidikan pascasarjana lewat program doktoral,

memberikan prioritas tinggi kepada riset, memberikan 50 atau lebih gelar doktor dalam

setahun serta memperoleh pendanaan pemerintahan sekurangnya $40 juta dalam setahun.

Dalam perkembangannya, Carnegie kemudian mengubah kriterianya dalam menentukan

universitas riset. Kriteria-kriteria Carnegie sejak 2005 antara lain; belanja riset dan

pengembangan di bidang eksakta dan teknik, belanja riset dan pengembangan di bidang

non-eksakta dan teknik, jumlah staf periset eksakta dan teknik, jumlah doktor di bidang

humaniora, bidang ilmu sosial, bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika serta bidang-

bidang lainnya dan yang dihasilkan. Dalam paparan ini, saya akan menekankan pada satu

indikator yang sebenarnya tak boleh dinafikan kedudukannya dalam menakar universitas

Universitas riset di Jerman menghasilkan lulusan yang memajukan

industri negerinya secara

internasional, terutama

industri farmasi

4 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

riset. Indikator tersebut adalah publikasi

di jurnal ilmiah, yang selain mudah diukur

kenampakan serta frekuensinya, juga

merupakan produk —yang semestinya—

paling pertama dan utama dari kegiatan

riset. Dengan dipublikasikan, sebuah

kegiatan riset artinya telah menghasilkan

pengetahuan keilmuan dan sistematik

yang dapat diakses oleh pihak-pihak

yang membutuhkannya. Lebih jauh,

artikel ini akan mengevaluasi langkah-

langkah yang telah diambil pihak UI dalam

mengolah sumber daya yang dimilikinya

untuk meningkatkan publikasi ilmiah

para stafnya. Tentu saja, tak lupa akan

disampaikan juga tantangan dan potensi

yang akan dihadapi UI dalam upayanya

merealisasikan citanya sebagai perguruan

tinggi riset yang diakui di tingkat dunia.

Universitas Riset dan UIIndonesia bukan hanya negara dengan

jumlah penduduk terbesar keempat

di dunia. Di samping memiliki 235 juta

penduduk, Indonesia juga mempunyai

letak geografis yang strategis serta

sumber daya alam yang melimpah.

Negeri ini diberkahi dengan keunggulan

komparatif yang tak banyak dimiliki

oleh negeri-negeri lain. Keunggulan

keilmuan masyarakat Indonesia adalah

hal lain —dan utama— yang juga seiring

pembangunan perekonomiannya perlu

dikembangkan intens. Dalam hal ini,

perguruan tinggi memegang andil yang

menentukan. Universitas, yang secara

tradisional memiliki peranan selaku pusat

ajar, atau sebagai teaching university, harus

beralih peran menjadi innovative research

university. Ia harus mampu menjawab

tantangan untuk menjadi sentra-sentra

pengembangan teknologi serta konsep-

konsep untuk mengolah sumber daya

berlimpah Indonesia secara optimal.

Di tengah situasi ini, dalam Renstra

(Rencana Strategis) UI 2007-2012 telah

ditetapkan sebuah visi: to be acknowledged as a world-class research university and a center of excellence in science, technology, arts and culture. UI berikhtiar menjadi

perguruan tinggi berbasis riset tingkat dunia yang diakui pada skala mancanegara serta

terpecaya selaku pusat dari sains, teknologi, seni, dan kebudayaan. Dalam Renstra itu juga

ditetapkan dua misi UI, yaitu to provide research-based higher education in the areas of Science, Technology, Arts and Culture dan to provide higher education that empowers people and improves their quality of life.

UI, pada pokoknya, bertekad menyediakan pendidikan yang berbasis riset di berbagai

bidang yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat luas dan — tak hanya

berhenti di sana— juga dapat memberdayakan mereka. Itikad ini sendiri, barangkali,

bukanlah hal yang benar-benar unik di tengah-tengah iklim persaingan keras antara

pelbagai universitas dunia untuk memberi kontribusi nyata bagi khalayak luas. Namun

cermati fakta bahwa UI saat ini menyediakan pendidikan tinggi berkualitas bagi tak kurang

dari 40.000 mahasiswa di salah satu negara dengan penduduk terbesar yang tengah

mengalami demokratisasi, pertumbuhan ekonomi, serta desentralisasi dalam skala yang

amat pesat. Di UI sendiri, pelaksanaannya konsep universitas riset dijabarkan antara lain

sebagai berikut:

Terjadinya sinergi antara riset dan pengajaran, serta riset dan pengabdian masyarakat 1.

sehingga tercapai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berintikan

riset tapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh.

Semakin bertambahnya para periset yang mempunyai kompetensi dan capaian 2.

keilmuan yang diakui secara internasional.

Peningkatan Anggaran Hibah Murni (AHM) secara kontinyu menuju angka 20% 3.

anggaran UI.

Dana Riset Universitas RisetDua puluh persen merupakan angka yang lazim bagi universitas-universitas riset dunia.

Dari data rasio dana riset di tiga universitas riset kelas dunia tahun 2006 (Tabel 1) dapat

kita lihat bahwa komitmen pendanaan universitas untuk kegiatan risetnya berkisar di

angka 18%-25%. Angka ini belum termasuk sponsored research yang persentasenya

berkisar antara 21%-48%. Hal ini, disayangkan, berbeda jauh dengan UI yang komitmen

pendanaan untuk riset masih jauh dari 20% total anggaran UI.

Tabel 1. Rasio dana riset universitas riset tahun 2006 (dalam ribuan dolar)

UnsponsoredResearch

TotalOperating

Expenditures% Sponsored

Research

TotalOperatingRevenues

%

Harvard $564,328 $2,999,503 18.8 $634,230 $2,999,583 21.1

MIT $548,256 $2,181,696 25.1 $1,035,417 $2,140,735 48.4

Yale $384,028 $1,963,572 19.6 $525,670 $1,971,019 26.7

Sumber: University of Tokyo, Internationalization Report 2007

Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah mahasiswa dan pengajar di beberapa universitas

riset seperti Harvard, Yale, dan MIT tidaklah banyak yakni di bawah 2.000 orang. Kondisi

ini berbeda dengan Universitas Indonesia dan Universitas Tokyo yang jumlah mahasiswa

dan pengajar melampaui 2.000 orang. Lebih jauh, hal ini menandakan bahwa UI masih

Gambar 1. Rasio mahasiswa-pengajar di UI dan perguruan-perguruan tinggi besar pada 2006

Gambar 2. Roadmap riset UI 2013−2028

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 5

menitikberatkan orientasinya pada pengajaran dan belum

sepenuhnya bertumpu pada riset.

Upaya-Upaya UI menjadi Universitas Riset Dunia

Masih berjarak dari kondisi ideal untuk dibandingkan dengan

jajaran universitas riset yang diperhitungkan di dunia, melalui

pembicaraan antara DRPM dengan para manajer riset fakultas,

UI menyusun roadmap riset untuk tahun 2013-2028 (Gambar

2) yang langkah demi langkahnya telah diperhitungkan masak-

masak. Apa yang sepatutnya dilakukan UI, pertama-tama, adalah

berusaha mempertahankan posisinya sebagai unggulan atau

universitas yang diakui kompetensinya di Asia Tenggara. Barulah

pada 2028, diharapkan UI akan menjadi unggulan di tingkatan

Asia pada tahapan awal.

Dalam perjalanannya, UI akan dipandu oleh indikator kinerja

kunci riset yang tertera dalam Rencana Strategis UI periode 2012-

2017. Sejumlah indikator utamanya antara lain:

Penambahan minimal 50 artikel pada jurnal Internasional yang 1.

terindeks Scopus per tahun.

Peningkatan prosentase anggaran riset 1% per tahun.2.

Peningkatan jumlah kolaborasi internasional minimal 30% .3.

Gambar 3. Pendanaan Riset UI tahun 2008-2013*

*Hanya yang dikelola DRPM; untuk tahun 2013 belum termasuk dana riset skema Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID)

Gambar 4. Publikasi UI 2007-2013 (jumlah artikel dan review dibandingkan ITB dan UGM) [Sumber: SCOPUS].

6 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Sejumlah indikator pendukungnya antara lain:

Mencapai dan mempertahankan tingkat kompetisi hibah 1.

sebesar 1:3.

Pencapaian dan mempertahankan seluruh seri jurnal Makara 2.

menjadi jurnal internasional.

Menyelenggarakan pelatihan minimal 10 per tahun yang 3.

berkaitan dengan riset dan pengabdian masyarakat.

Melihat apa yang telah tercapai sejauh ini, kita boleh optimistis.

Pendanaan riset UI dari tahun 2008-2013 mengalami

peningkatan terus-menerus. Khusus pada tahun 2013, kenaikan

ini tak lepas dikarenakan penambahan pada pendanaan riset

BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri). Dana

riset BOPTN jumlahnya mencapai Rp53,64 miliar dan dikelola

oleh DRPM. Jumlah tersebut belum termasuk dana riset yang

dikelola oleh tiap fakultas. Apabila dana riset yang ada di fakultas

turut dihitung totalnya akan mendekati Rp100 miliar atau sekitar

10% dari total anggaran UI.

Pemenang hibah yang tidak menyerahkan proof of submission

dan proof of acceptance, tidak dapat mengikuti Hibah UI sampai

berhasil dipublikasikan di jurnal bereputasi internasional. Untuk

menyokong para staf meriset, menuliskan, serta mempublikasikan

karyanya, UI pun menetapkan 181 orang Dosen Inti Penelitian

(untuk tahun 2012) yang diberi gaji Rp 15 juta/bulan dan hanya

boleh mengajar 4 SKS dalam satu semester. Mereka dituntut

untuk berfokus pada kegiatan riset. Para dosen inti ini pada

tahun 2012 telah menerbitkan 98 artikel di jurnal internasional,

sedangkan untuk tahun 2013 hingga akhir Nopember penerbitan

mereka sudah mencapai 115 artikel di jurnal internasional.

Selain itu, DRPM juga memberikan penghargaan bagi para peneliti

berprestasi dengan kategori sebagai berikut:

Peneliti terbaik1.

Peneliti muda terbaik2.

Penulis artikel di jurnal internasional3.

Penulis buku teks/ajar nasional dan internasional4.

Paten dan hak cipta5.

Pengabdi masyarakat terbaik6.

Profesor/guru besar berprestasi7.

Dewan editor jurnal internasional8.

Publikasi9.

Pada Gambar 4 dapat kita lihat bahwa pada tahun 2012 publikasi

UI dalam bentuk artikel dan review menurut jurnal SCOPUS

berada di atas perguruan tinggi Indonesia lainnya. Namun

apabila dihitung menyertakan seluruh publikasi, termasuk

proceedings, maka ITB yang berada di tempat teratas (Gambar 5).

Perlu diketahui bahwa proceedings berasal dari simposium atau

seminar internasional yang diadakan dan terdaftar di SCOPUS

sehingga walaupun artikel terkait belum dipublikasikan di jurnal

tetapi ia sudah masuk ke SCOPUS dan meningkatkan peringkat

universitas.

Terdapat tiga jenis hibah riset yang ada di UI, yaitu Hibah Riset Awal (Rp 40 juta), Hibah Riset Madya (Rp 100 juta) dan Hibah Riset Utama (Rp 200 juta). Namun terhitung sejak tahun 2012,

untuk kian mendorong publikasi riset ilmiah UI, setiap pemenang

hibah DRPM (kecuali Hibah Riset Awal) diwajibkan menerbitkan

hasilnya dalam jurnal bereputasi internasional. Pemenang hibah

wajib mengajukan proof of submission ke jurnal internasional

dalam tahun penerimaan hibah, kemudian pada tahun

berikutnya, ia wajib menyerahkan proof of acceptance dari jurnal

internasional.

Gambar 8. Jumlah publikasi Indonesia dibandingkan negara lain di ASEAN [Sumber: SCOPUS].

Gambar 6. Jumlah makalah ilmiah yang dihasilkan oleh sepuluh PT teratas di Indonesia (jumlah artikel dan review) [Sumber: SCOPUS].

Gambar 7. JJumlah makalah ilmiah yang dihasilkan oleh sepuluh PT teratas di Indonesia (jumlah artikel, reviews dan proceedings) [Sumber: SCOPUS].

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 7

Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukkan jumlah publikasi ilmiah

sepuluh perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Khususnya

dari Gambar 6 tampak jelas bahwa dalam kurun waktu 2008-

2012 telah terjadi peningkatan tajam publikasi artikel dan review

di jurnal internasional oleh keempat PT teratas di Indonesia yakni

UI, ITB, UGM dan IPB. Untuk jumlah artikel dan review UI masih

di atas ITB, namun apabila proceedings dimasukkan (Gambar 7),

tampak jelas bahwa jumlah publikasi ITB melebihi UI.

Dengan target menjadi unggulan Asia Tenggara, perbandingan

UI pun tidak seyogianya terbatas dengan ITB, UGM, atau IPB

saja. Jumlah publikasi harus dibandingkan pula dengan beberapa

universitas yang ada di ASEAN seperti NUS (National University

of Singapore), UKM (University Kebangsaan Malaysia), dan

Chulalongkorn (Thailand). Pada Gambar dapat dilihat bahwa

jumlah publikasi UI masih tertinggal di bawah tiga universitas

yang baru saja disebutkan.

Secara umum, kita tahu bahwa ada korelasi antara publikasi

ilmiah dengan pendapatan per kapita. Singapura, dengan

pendapatan per kapita sekitar $25.000, menghasilkan publikasi

ilmiah tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan yang memiliki

publikasi ilmiah terendah adalah Indonesia, yang pendapatan per

kapitanya hanya sekitar $3.500. Namun korelasi ini tidak selalu

benar. Pada Gambar 8 terlihat bahwa sejak 1996 Singapura

terus memimpin dalam kuantitas publikasi ilmiah. Namun pantas

diperhatikan bahwa Malaysia melesat naik pada tahun 2010

dengan laju pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2006-2007.

Hal ini tidaklah terjadi semata lantaran Malaysia berhasil

menggenjot publikasi para penelitinya. Sejak tahun 2006-2007,

Malaysia banyak sekali menghasilkan jurnal ilmiah internasional

yang terdaftar di SCOPUS. Kondisi ini kontras berbeda dengan

UI, di mana jurnal internasional UI yang terdaftar di SCOPUS

hanyalah IJTECH. Untuk itu, kita harus mengupayakan agar

jurnal Makara dan jurnal-jurnal lainnya yang ada di UI bisa

menjadi jurnal internasional (bahkan jika memungkinkan, jurnal

internasional level “A”) yang terindeks di SCOPUS.

Gambar 5. Publikasi UI 2007-2013 (seluruh publikasi termasuk proceedings dibandingkan ITB dan UGM) [Sumber: SCOPUS].

8 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Peringkat Universitas ASEAN di QS Top Asian Universities (Juni 2013) pada Tabel 2 dibawah

ini memperlihatkan bahwa dari tiga indikator yaitu academic reputation, citations and paper

per faculty, hanya UI perwakilan Indonesia yang masuk dalam peringkat 100 besar. Namun,

membenarkan uraian perihal kelemahan kita di atas, data juga menunjukkan UI memiliki nilai

yang rendah pada indikator paper per faculty. Akan tetapi perlu diperhatikan dalam Tabel

2 ini bahwa dalam Reputasi Akademik, UI melebihi Universiti Malaya (UM), Mahidol, maupun

Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Karena Reputasi Akademik ditentukan berdasarkan

angket yang diisi oleh para akademisi terkemuka, tingginya nilai UI untuk variabel ini

menunjukkan citra positif UI.

Tabel 2. Peringkat Universitas ASEAN di QS Top Asian Universities (Juni 2013)

Indikator UM(Peringkat 35)

Mahidol(Peringkat 38)

Chulalongkorn(Peringkat 43)

UKM(Peringkat 58)

UI(Peringkat 59)

Academic Reputation 84,6/35 85,6/34 98,4/15 77,5/44 88,6/31

Citations 19,7/291 93,5/30 65,2/119 10,9/327 46/193

Paper per faculty 32,8/178 73,8/215 27,8/202 27,5/203 2,7/365

*NTU dan NUS tidak dimasukkan karena merupakan outliers.*UI satu-satunya universitas di Indonesia yang tembus peringkat 100 besar

Upaya untuk meningkatkan publikasi artikel ilmiah juga dilakukan melalui pemetaan fokus riset

dan penyelenggaraan berbagai pelatihan tingkat nasional. Berdasarkan tema riset yang kerap

dilakukan oleh para dosen peneliti sejak tahun 2007-2012, DRPM melakukan pemetaan dan

menghasilkan sepuluh UI’s Bottom Up UI Research Focus, yaitu:

ICT (Information and Communication Technology)1.

Poverty alleviation, child, family & community2.

Genome3.

Governance democratization and public/social policy4.

Energy5.

Restoring the earth’s natural support system6.

Nano and advance technology7.

Culture8.

Indigenous studies9.

Urban planning and transportation10.

Selain itu, UI juga menyelenggarakan berbagai pelatihan sebagai sarana peningkatan

kompetensi para dosen peneliti dalam penyusunan artikel ilmiah, buku, serta penyediaan

support tools lain. Pelatihan yang diselenggarakan oleh DRPM selama tahun 2013 antara lain:

Pelatihan Penulisan1.

Penulisan rtikel untuk Jurnal Internasional (fasilitator internasional dan kerjasama a.

AusAID)

Penulisan Buku Ilmiah dalam Bahasa Inggris untuk Publikasi Internasionalb.

Pelatihan Support Tools2.

Penggunaan LaTex dan EndNotea.

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 9

Penggunaan Scopus, RefWorks, dan COS Research Support b.

Suite

Pelatihan Pengabdian Masyarakat3.

Pelaksanaan Program Pengmas yang Bermutu dan a.

Berdampak

PenutupMenjadi universitas riset, terlebih dengan reputasi tingkat dunia,

jelas bukanlah sasaran jangka dekat bagi UI. Setahun-dua tahun

tentu saja bukan waktu yang cukup bagi universitas yang saat ini

menempati peringkat teratas sekalipun manakala mereka di masa

silam tengah berupaya mencapai kedudukan mereka sekarang.

Kendati demikian, dalam itikad untuk memberi sumbangsih bagi

pembangunan negeri ini, kita insaf dengan sejumlah kekurangan

UI khususnya dalam urusan publikasi di jurnal internasional,

salah satu kriteria vital yang sangat patut memperoleh perhatian

dan intervensi. Dari identifikasi terhadap berbagai faktor—dari

pendapatan per kapita hingga kurangnya jurnal yang diakui di

taraf internasional—serta perbandingan dengan universitas-

universitas sejawat, sejumlah langkah, baik itu yang siap

dilaksanakan dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang,

telah dirumuskan. Berbagai metode, dibingkai dalam kerangka

waktu yang realistis namun juga visioner, sudah disiapkan guna

mendorong para periset UI mempublikasikan karya ilmiahnya di

jurnal-jurnal internasional.

Namun, tentu saja, pada akhirnya semua kembali pada semangat

akademisi UI itu sendiri. Menjadi perguruan tinggi riset yang

mengambil andil tak hanya dalam cakupan lokal maupun nasional,

namun juga internasional, adalah sasaran dan tujuan kita. Sebagai

sebuah bangsa besar di tengah arus perubahan yang berkelebat,

hal ini jauh namun keliru bila dikatakan tidak mungkin. Dengan

tekad kuat, ia sangatlah mungkin untuk tercapai. Besar harapan

saya, para dosen/peneliti di UI akan mampu menghasilkan tulisan-

tulisan yang berkualitas untuk publikasi di jurnal internasional.

UI, lewat program-programnya, akan sekuat daya mendukung

akademisinya. Tetapi, penting direnungkan, apa yang kita lakukan

tak hanya akan menguntungkan bagi diri kita sendiri. Apa yang

akan kita lakukan merupakan pemberian ranah keilmuan bagi

masyarakat banyak.

RekomendasiDari uraian tentang strategi serta kinerja UI untuk menjadi

universitas riset, kiranya dapat ditarik beberapa butir

rekomendasi yang dapat dipertimbangkan penerapannya di

universitas-universitas lainnya di Indonesia, yaitu:

Karena salah satu indikator sangat penting bagi sebuah 1.

universitas untuk diakui sebagai universitas riset kelas

dunia adalah jumlah publikasi ilmiah di jurnal bereputasi

internasional, pihak pemerintah dalam hal ini Kemdikbud RI,

khususnya Ditjen Dikti, maupun pimpinan setiap universitas

perlu memberikan insentif yang lebih besar untuk publikasi di

jurnal internasional.

Salah satu faktor yang dapat mendorong peningkatan 2.

publikasi para dosen/periset universitas di Indonesia di

jurnal internasional adalah peningkatan jumlah jurnal-jurnal

Indonesia yang terindeks dalam database jurnal ilmiah

terkemuka seperti Scopus dan Web of Science. Sayangnya,

higga saat ini hanya ada 13 jurnal terbitan lembaga-lembaga

Indonesia yang terindeks di Scopus, jauh di bawah capaian

negara-negara tetangga kita. Di antara ke-13 jurnal itu, terbitan

UI hanya satu (International Journal of Technology), ITB empat

(ITB Journal of Engineering Science, ITB Journal of Science,

International Journal on Electrical Engineering and Informatics,

ITB Journal of Information and Communication Technology),

UGM dua (Gadjah Mada International Journal of Business,

Indonesian Journal of Chemistry).

Kolaborasi riset internasional merupakan salah satu cara untuk 3.

mencapai publikasi ilmiah di jurnal internasional, sehingga baik

pemerintah maupun pimpinan universitas perlu menggalang

kolaborasi riset internasional secara lebih aktif.

Komitmen anggaran pemerintah untuk riset sedikit banyak 4.

sudah tercapai melalui terlaksananya Program BOPTN

yang mewajibkan pengalokasian 30% anggaran BOPTN

untuk riset, namun hal ini seyogyannya tidak mengurangi

komitmen masing-masing PT untuk mengalokasikan 20%

dana PNBP/Damas untuk riset, sehingga perlu dikeluarkan

suatu peraturan (Permen, SE, dll) yang mewajibkan setiap

PT berusaha meningkatkan anggaran risetnya setiap tahun

sampai mencapai 20% total anggaran.

Negara tetangga kita yang mencapai peningkatan kinerja riset 5.

yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, yaitu

Malaysia, memiliki Kementerian Pendidikan Tinggi, yang khusus

mengurusi pendidikan dan riset di tingkat universitas. Hal ini

perlu menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk mendirikan

Kementerian serupa._Bachtiar Alam, doktor di bidang Antropologi, adalah Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat UI

Tulisan ini adalah salah satu bab dalam buku putih riset Indonesia yang akan diterbitkan oleh DIKTI dengan beberapa penyesuaian (Red.).

10 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Klaster Riset UIoleh Budiarso & Nur Sri Nurbaya Asri

Pendahuluan

Universitas sebagai lembaga ilmiah merupakan salah satu organ negara dan bangsa

yang bebas dari kepentingan sesaat dan golongan tertentu. Oleh karena itu,

universitas memainkan peran yang sangat penting serta menjadi pondasi dalam

kemajuan negara. Universitas Indonesia (UI) merupakan salah satu universitas

tertua di Indonesia −banyak orang menyebutnya sebagai ‘anak sulung’ sebuah perguruan tinggi

di Indonesia− yang diharapkan memiliki peran yang dominan dan signifikan bagi kemajuan

negara dan bangsa Indonesia.

Pada tahun 2000, pemerintah menerbitkan peraturan yang memberikan otonomi khusus pada

UI dan beberapa univeristas negeri lainnya dalam bentuk Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Berlandaskan peraturan hukum tersebut, UI mencanangkan visi Menjadi Universitas Riset Kelas Dunia. Untuk mencapai visi tersebut, UI menyiapkan rencana strategis, roadmap serta

perangkat kerja untuk mengelola riset dan pengabdian masyarakat. Lembaga Penelitian dan

Lembaga Pengabdian Masyarakat dilebur menjadi satu direktorat, yaitu Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat UI. Unit kerja inilah yang bertanggung jawab untuk merencanakan,

mengembangkan dan mendorong kegiatan riset dan pengabdian masyarakat sivitas akademika

di lingkungan UI.

Seiring dengan perubahan landasan hukum UI menjadi Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun

2013, visi UI kemudian turut berganti Menjadi Pusat Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kebudayaan yang Unggul dan Berdaya Saing, melalui Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, sehingga Berkontribusi bagi Pembangunan Masyarakat Indonesia dan Dunia.

Jika pada visi 2000 UI ditantang untuk memiliki standar sebuah universitas riset kelas dunia,

di mana pengelolaannya disesuaikan standar-standar sebuah universitas riset, maka setelah

visi UI 2013 diberlakukan, UI berkewajiban untuk lebih banyak mengkonsentrasikan perannya

sebagai suatu pusat ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan seni.

Fakta

Perubahan visi UI 2013 tidak membuat segala upaya yang telah dilakukan UI untuk menjadi

universitas riset kelas dunia kemudian menjadi surut. Justru sebaliknya, visi yang baru

memotivasi UI untuk tetap berusaha mengoptimalkan peran dan kontribusinya di ranah

nasional dan internasional. Patut disadari bahwa untuk menjadi universitas riset yang diakui

kompetensinya diperlukan strategi, konsistensi, evaluasi diri dan niat dari semua pihak.

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 11

Pada tahun 2012, DRPM UI melakukan evaluasi menyeluruh

terhadap taget yang ingin dicapai UI sebagaimana yang tertuang

di dalam roadmap DRPM UI 2000-2016. Dalam roadmap

tersebut, UI menargetkan diri menjadi salah satu perguruan

tinggi yang unggul di kawasan Asia. Hasil evaluasi menunjukkan:

untuk target pemasyarakatan dan pembudayaan telah dapat

dikatakan baik, sedangkan untuk peningkatan kualitas belum

memuaskan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka dilakukan

revisi terhadap roadmap 2000–2016. Hasilnya adalah disusunnya

roadmap 2013-2028 di mana UI menargetkan pencapaian sebagai

salah satu unggulan di Asia Tenggara di tahun 2028 (Gambar 1).

Salah satu aspek yang membuat DRPM UI mengevaluasi roadmap-

nya adalah jumlah luaran yang dihasilkan UI selama kurun waktu

2004 hingga saat ini. Sebagaimana yang dilihat pada Gambar 2,

publikasi internasional dosen dan periset UI masih jauh tertinggal

dari beberapa universitas unggulan di wilayah Asia Tenggara.

Rata-rata publikasi universitas di Asia Tenggara (diluar National

University of Singapore/NUS dan Nanyang University) dalam 10

tahun terakhir ini setiap tahunnya dapat memproduksi 1000-

1500 publikasi internasional. Untuk mengejar ketertinggalan UI

tersebut, pada kurun waktu tahun 2013-2020 para periset UI

dituntut untuk memproduksi publikasi internasionalnya sebanyak

kurang lebih 1000 publikasi per tahun.

Gambar 2 Jumlah publikasi internasional beberapa perguruan tinggi Asia Tenggara sampai Maret 2013 [Sumber: Scopus].

Gambar 1. Roadmap Riset UI (atas) 2000-2016 (bawah) 2013-2028.

-

12 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Jumlah periset dan pengabdi masyarakat UI yang tergolong aktif

saat ini antara 6oo-900 dosen dengan publikasi internasional

(artikel dan review) yang dihasilkan pada tahun 2013 mencapai

275 buah dengan topik riset seperti terlihat pada Gambar 3.

Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa setiap periset dan

pengabdi masyarakat harus menghasilkan minimal 1 (satu) artikel

internasional setiap tahunnya. Periset dan pengabdi masyarakat

UI dituntut untuk menghasilkan artikel ilmiah yang berkualitas dan

berpotensi besar untuk disitasi.

Gambar 3. Beberapa tema riset sejak tahun 2009

Tahap awal berarti UI telah melakukan aktivitas riset dan

menghasilkan publikasi riset, namun belum memperhatikan

indikator tambahan seperti jumlah sitasi dan impact factor.

Pengembangan Kompetensi berarti UI telah melakukan aktivitas

riset, menghasilkan publikasi riset dengan memperhatikan sitasi

dan impact factor. Tahap akhir yaitu pengakuan kompetensi

berarti UI telah melakukan aktivitas riset, menghasilkan publikasi

riset, dengan sitasi dan impact factor yang cukup tinggi. Produk

riset yang dimaksud disini dapat berupa artikel ilmiah atau paten,

namun lebih merujuk ke arah artikel

yang di-publish di jurnal internasional

yang masuk ke database besar semisal

SCOPUS.

Persaingan yang ketat antara universitas

di Asia Tenggara menuntut UI untuk lebih

cerdas dalam mengolah strategi untuk

membawa UI ketataran universitas riset

di Asia Tenggara. Strategi ini bersifat

menyeluruh hingga ke aspek-aspek yang

menjadi penunjang UI untuk menjadi

universitas riset. Ada 8 (delapan) aspek

yang dianggap memainkan peranan

penting dan dapat dilihat dalam gambar

(Gambar 4). Universitas Indonesia

seyogyanya dapat berbangga karena

pimpinan UI sejak tahun 90-an telah

menyiapkan ke delapan aspek tersebut.

Peningkatan jumlah publikasi ilmiah di

jurnal internasional, harus didukung

dengan peningkatan jumlah aktivitas riset

yang ada di Universitas Indonesia. Selain

8 (delapan) aspek diatas, strategi UI untuk

menjadi unggul didasari oleh landasan

Rencana Jangka Panjang Pembangunan

Nasional RI 2005-2025. Ada 3 (tiga) hal yang menjadi landasan

riset dan pengabdian masyarakat :

Menyelesaikan masalah bangsa yang mendesak dan darurat;1.

Peningkatan kualitas hidup dan perkehidupan masyarakat;2.

Penanggulangan kemiskinan3.

Setiap aktivitas riset dan pengabdian masyarakat di UI diharapkan

mempunyai kaitan dengan salah satu dari sasaran RJPPN -RI

diatas, hal ini dimaksudkan agar hasil riset dan pengabdian

masyarakat UI dapat membantu menyelesaikan permasalahan

bangsa. Disamping itu, riset yang dilaksanakan di UI diharapkan

atau sedapat mungkin memiliki 5 (lima) ciri yakni (1) unik; (2) bersifat

Strategi

UI harus secepatnya berbenah untuk menaikkan peringkatnya

di tingkat dunia. Sesuai dengan roadmap UI 2013-2028, target

tahun 2013-2016; 2016-2020; 2020-2024 berturut-turut adalah

menjadi unggulan Asia Tenggara tahap awal; pengembangan kompetensi; dan pengakuan kompetensi. Unggul yang

dimaksud dalam dokumen ini adalah memiliki kompetensi yang

diwujudkan dalam bentuk riset dan produk riset. Kata ‘unggul’

mengandung arti bahwa UI dikenal dan diakui kompetensinya di

tingkat tertentu, sedangkan tahapannya terbagi menjadi 3 (tiga)

yaitu tahap awal, pengembangan, dan pengakuan kompetensi.

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 13

multidisiplin; (3) mempunyai peluang untuk

dikembangkan; (4) Implementatif dan (5)

berkesinambungan.

Untuk menjadi unggul diantara universitas

lainnya bukanlah suatu hal yang mudah

karena keunggulan universitas di Asia

Tenggara dalam hal pendanaan, jejaring,

infrastruktur, dan keilmuan telah

melampaui UI. Namun pelaksanaan

riset di UI bisa menjadi unggul dengan

memperhatikan 5 (lima) ciri tersebut.

Contoh yang dapat diambil adalah riset

tentang jamu. Jamu adalah minuman

tradisional yang berasal dari bahan-

bahan alami dan khas Indonesia. Karena

kekhasannya, belum banyak periset dunia

yang menelitinya, ini tentu menjadi peluang

bagi periset Indonesia untuk memasuki

ranah ini dengan penyelesaian yang

bersifat multidisiplin, serta memperhatikan

sisi implementatif dan kesinambungan

tema ini, jamu menjadi peluang bagi

Indonesia untuk menjadi unggul dengan

keunikan yang dimilikinya.

Melihat capaian UI bila dibandingkan

dengan universitas terkemuka di Asia

Tenggara, maka hal yang perlu ditingkatkan

adalah jumlah publikasi ilmiah yang

terbit di jurnal bereputasi internasional.

Untuk meningkatkannya, diperlukan

periset dan hasil riset yang berkualitas,

konsistensi periset dalam mendalami

bidang keilmuannya, pendalaman bidang

ilmu yang ditekuninya dan mahasiswa

tingkat pascasarjana yang membantunya.

Hal inilah yang mencetuskan gagasan

dibentuknya klaster riset di UI.

Klaster

Klaster dapat dibaratkan sebagai

padepokan, tempat di mana para

mahasiswa pascasarjana menimba ilmu.

Guru besar atau ketua klaster berkewajiban

menyediakan kerangka kerja penelitian

untuk anggota dan mahasiswanya.

Ketua, wakil ketua dan para anggota juga

berkewajiban mencari/menyiapkan dana,

publikasi di jurnal ilmiah yang berkualitas,

ikut serta dalam konferensi nasional/

Gambar 4. Aspek-aspek keberhasilan riset di Universitas Indonesia.

internasional, membuat program seminar

secara periodik untuk mempresentasikan

hasil penelitian yang berlangsung.

Klaster akan dapat dikatakan baik jika

mempunyai roadmap riset sehingga

semakin lama umur klater tersebut akan

semakin dalam keilmuan yang dimilikinya.

Kompetensi klaster akan berdampak pada

tumbuhnya jejaring di dalam maupun

di luar negeri. Klaster juga akan dapat

memberi warna departemen atau fakultas,

dan jika mempunyai kompetensi akan

menjadi unggulan fakultas dan universitas.

Beberapa contoh klaster di University of

North Texas: Bio/Nano-Photonics, Complex

Logistics Systems, Computational Chemical

Biology, Consumer Experiences in Digital

Environments, Developmental Integrative

Biology, Hazards and Disaster Research to

Respond to Global Crises, Human Security,

Democracy and Global Development,

Initiative for Advanced Research in Technology

and The Arts, Knowledge Discovery from

Digital Information, Materials Modelling,

Multi-scale Science and Engineering,

Renewable Bio-products, Renewable Energy

and Conservation, Signaling Mechanisms in

Plants, dan Sub-Antarctic Ecosystems and

Bio-cultural Conservation (http://research.

unt.edu/clusters)

Klaster adalah kelompok riset terstruktur

yang dibentuk oleh beberapa periset dari

satu atau lebih disiplin ilmu yang saling

terkait karena kesamaan peminatan dan

telah memiliki rekam jejak dalam bidang

kepakaran tertentu secara konsisten.

Rekam jejaknya berupa publikasi

internasional yang diakui dan perolehan

hibah pendanaan riset kompetitif.

Tujuan Klaster Riset adalah:

Mengembangkan riset berdasarkan 1.

kompetensi periset

Mempunyai landasan pada Rencana 2.

Jangka Panjang Pembangunan Nasional

RI 2005-2025

_

Budiarso, profesor di bidang mekanika fluida, adalah wakil direktur DRPM UI

Nur Sri Ubaya Asri adalah staf Subdit Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat DRPM UI

14 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Memiliki kaitan dengan 5 (lima) ciri: unik, multidisiplin, dapat 3.

dikembangkan, implementatif dan berkesinambungan

Meningkatan kualitas dan kuantitas publikasi internasional 4.

riset

Peningkatan kualitas dan kuantitas temuan-temuan aplikatif 5.

yang memperoleh HKI.

Untuk mendukung pembentukan klaster riset, DRPM UI

menyediakan hibah berbasis kompetensi yang dapat dibentuk

pada tingkat departemen atau fakultas. Selanjutnya, pengukuran

kinerja klaster riset yang terpilih untuk didanai dilakukan melalui

monitoring and evaluasi secara berkala. Eligibilitas bagi ketua

tim klaster riset adalah mengetahui dan memahami visi, misi,

landasan berpikir yang menjadi tujuan klaster riset lalu mampu

membuat strategi yang diperlukan, memetakan sumber daya

serta kompetensi yang dibutuhkan.

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa klaster riset melibatkan para

mahasiswa aktif baik S1, S2 dan S3 dalam upaya transfer knowledge

dan kesinambungan riset, sumberdaya mahasiswa, khususnya

tingkat pascasarjana akan menjadi aset utama bagi keberadaan

klaster tersebut.

Dalam pelaksanaannya ketua klaster riset berkewajiban menjalin

kerjasama dan menciptakan jejaring dari berbagai sumber, baik

yang berasal dari dalam maupun luar UI untuk meningkatkan dan

mengembangkan klaster riset. Klaster riset harus dikelola secara

professional. Klaster riset mempunyai tanggung jawab dalam

mengelola masalah teknis (metodologi penelitian, analisis, dan

penulisan laporan) dari semua kegiatan yang telah direncanakan

Universitas dan/atau fakultas berkewajiban melakukan pembinaan

klaster riset yang berada di bawah wewenangnya.Universitas

menyediakan sumber dana keuangan untuk menjalankan proses

pelaksanaan dan penjaminan kualitas klaster riset yang bertaraf

internasional serta membangun fasilitas riset yang diperlukan.

Gambar 4. Bagan klaster riset.*Boleh ada/tidak **Boleh dari luar UI

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 15

Pembentukan Jejaring Reviewer dan Sistem Review Nasional Untuk Seleksi Proposal Riset di Indonesia: a Pilot Projectoleh Yasman & Putri Permata Hati

DIKTI sangat mendorong dan

mendukung perguruan

tinggi (PT) di Indonesia untuk

menjadi universitas riset

yang merupakan pusat unggulan ilmu

pengetahuan, teknologi dan budaya.

Untuk itu, kegiatan riset haruslah

menjadi prioritas utama di mana kegiatan

pendidikan yang diberikan pun harus

berbasiskan riset yang dilaksanakan

oleh para dosennya. Dengan demikian,

universitas riset bukan hanya sebagai

slogan belaka tetapi betul-betul secara

nyata mewarnai PT tersebut.

Salah satu langkah awal yang penting

dalam penyelenggaraan kegiatan riset

yang berkualitas adalah sistem dan

proses seleksi proposal riset itu sendiri.

Dengan adanya sistem dan proses seleksi

proposal yang baik, akan didapatkan

proposal-proposal riset yang berkualitas

baik pula. Selain itu, adanya sistem dan

proses seleksi proposal yang baik akan

menjadi daya tarik bagi periset untuk

selalu mengajukan proposal hibah, bahkan

walau proposal yang dikirimkan tersebut

gagal didanai. Mengapa? Karena pengusul

mendapatkan masukan dan komentar-

komentar perbaikan pada proposalnya.

Proposal tersebut dapat diperbaiki untuk

kemudian diajukan ke skema hibah

riset tahun berikutnya atau diajukan ke

skema hibah riset lain. Merujuk kepada

hal tersebut, kunci utama proses seleksi

proposal yang berkualitas adalah kualitas

reviewer yang menilai proposal riset yang

diajukan.

Kuantitas reviewer berkualitas baik

perlu ditingkatkan dan terdistribusi

di semua PT Indonesia. Selain untuk

meningkatkan kualitas pelaksanaan riset

di masing-masing PT, peningkatan dan

pendistribusian reviewer berkualitas

baik akan mampu membuka peluang

penggunaan reviewer eksternal oleh

suatu PT. Dengan demikian, reviewer di

suatu PT dapat melaksanakan tugasnya

sebagai reviewer tanpa harus kehilangan

haknya sebagai periset untuk juga

mengajukan proposal riset. Untuk itulah,

UI merasa perlu meningkatkan kuantitas

reviewer berkualitas baik dengan cara

membentuk jejaring reviewer dan sistem

nasional untuk seleksi proposal hibah

riset di Indonesia yang secara khusus

digunakan oleh UI dalam seleksi proposal-

proposal risetnya dan secara umum dapat

dikembangkan menjadi jejaring dan sistem

review nasional dalam seleksi hibah riset

di Indonesia.

JejaringReviewerNasional

16 i DrPM gazette i vol. 06 No. 04 oktober 13

Hal lain yang harus dipertimbangkan

adalah adanya pendanaan riset BOPTN

sejak tahun 2012, yang menetapkan

bahwa reviewer skema hibah riset

tertentu tidak diperkenankan ikut

mengajukan proposal riset pada skema

hibah riset yang sama, menimbulkan

kekhawatiran banyak perguruan tinggi

dalam penentuan tim reviewer proposal

riset. Penggunaan reviewer eksternal

merupakan solusi yang baik namun tetap

menimbulkan kekhawatiran akan kualitas

reviewer PT yang dimintai tugas mereview

proposal-proposal risetnya. Keterbatasan

reviewer DIKTI untuk skema hibah-hibah

riset kompetitif nasional, memberikan

ide kepada DRPM UI untuk mencoba

membuat pilot project peningkatan dan

pendistribusian reviewer terstandar

dengan kualitas yang baik. Pilot project

dilaksanakan dengan cara memberikan

pelatihan pada calon reviewer terseleksi

di masing-masing PT yang masuk ke

dalam kategori Perguruan Tinggi Mandiri.

Selain untuk menjaga objektivitas dalam

pemilihan proposal riset yang berkualitas,

penggunaan reviewer eksternal

memberikan keuntungan adanya tukar

informasi tren riset yang ada di UI ke

PT atau lembaga riset tempat reviewer

eksternal bertugas sehingga tidak terjadi

duplikasi dan pengulangan topik-topik

riset.

Pembentukan jejaring reviewer dan sistem

review dilakukan dalam tiga tahap. Tahap

pertama adalah mengundang ketua LPPM

10 PT kategori mandiri untuk menyamakan

persepsi dan meminta dukungan langsung

kelembagaan LPPM di masing-masing PT

akan pentingnya pembentukan jejaring

reviewer dan sistem review nasional untuk

seleksi proposal hibah riset nasional.

Tahap kedua adalah mengundang

reviewer-reviewer DIKTI perwakilan dari

10 PT kategori mandiri untuk melakukan

pematangan konsep TOT. Reviewer-

reviewer tersebut adalah narsumber

pada TOT Reviewer yang akan diadakan

di masing-masing LPPM 10 PT kategori

mandiri. Tahap ketiga adalah mengunjungi

setiap LPPM untuk bertemu dengan para

calon reviewer terpilih di masing-masing

PT dan memberikan pelatihan terkait

proses review proposal hibah riset yang

baik dan terstandar.

Penyamaan Persepsi dan Permohonan Dukungan dalam Rangka Pembentukan Jejaring Reviewer dan Sistem Review Nasional -26 September 2013Penyamaan persepsi dan permohonan

dukungan merupakan langkah awal UI

untuk terwujudnya pembentukan jejaring

reviewer dan sistem review nasional. Pada

tahap ini, DRPM UI mengundang pimpinan

masing-masing LPPM dari 10 PT kategori

mandiri pada hari Kamis, 26 September

2013 bertempat di Hotel Santika, Bogor.

Pada intinya seluruh perwakilan LPPM

tersebut menyutujui dan sepaham

dengan konsep jejaring reviewer yang

dipaparkan oleh DRPM UI walaupun di

awal muncul kesan bahwa kegiatan ini

hanya mengakomodir kepentingan UI yang

jumlah reviewernya semakin sedikit karena

diterapkannya aturan yang mengikat dari

DITLITABMAS. Sesungguhnya, jejaring

reviewer merupakan ajang koordinasi

antar LPPM PT untuk saling bertukar

reviewer baik untuk proses seleksi

maupun monitoring evaluasi.

Dalam pemaparannya, Dr.rer.nat. Yasman selaku Kasubdit Riset dan

Inkubator Industri menyampaikan bahwa

kegiatan pembentukan jejaring reviewer

ini diharapkan dapat menjadi titik awal

kerjasama riset dan pengmas yang lebih

intensif walaupun pada kenyataannya

acara TOT Reviewer yang akan dilakukan

nantinya mengadopsi konsep TOT

Reviewer yang pada umumnya dilakukan

oleh DITLITABMAS DIKTI.

Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, Sekretaris

LPPM UGM menyebutkan bahwa

permasalahan yang berhubungan dengan

reviewer dan proses review adalah

masalah bersama LPPM PT. UGM sendiri

sudah memiliki reviewer yang tersertifikasi

oleh UGM dengan persyaratan yang

sama dengan DIKTI dengan syarat

tambahan yaitu calon reviewer sudah

pernah menerima penghargaan publikasi

internasional.

Prof. Dr. Agik Suprayogi, Wakil Ketua

LPPM IPB berpendapat bahwa konsep

yang ditawarkan DRPM UI merupakan

konsep yang cerdas namun harus tetap

dipikirkan bahwa tiap PT memiliki keunikan

masing-masing. Sepuluh PT mandiri

jangan hanya terfokus pada jumlah

luaran seperti publikasi yang terindeks

di Scopus saja tetapi harus juga fokus

pada substansi hasil riset yang luarannya

sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Indonesia. Hal senada diungkapkan oleh

Prof. Darsono Ketua LPPM UNS. Beliau

menambahkan, sejak tahun 2008 UNS

sudah menggabungkan penggunaan

reviewer eksternal dan internal. Reviewer

eksternal lebih fokus menilai metodologi

penelitian sedangkan reviewer internal

melihat roadmap dan muatan lokal dari

penelitian yang diajukan.

Sekretaris LPPM ITS, Prof. Dr. Ir. Gamantyo, menambahkan bahwa apabila

Jejaring Reviewer dan Sistem Review ini

bisa berkembang dapat membantu DIKTI

dalam membina PT-PT yang masuk ke

dalam kategori PT binaan. ITS sendiri

menentukan reviewer sesuai dengan

kriteria yang ditentukan oleh DIKTI dan

dibuatkan SK. Tugas reviewer tidak

hanya menilai dan mengevaluasi tetapi

mengembangkan proposal riset ke tahap

yang lebih lanjut. Jika memungkinkan

jejaring reviewer ini akan menampung

minat bersama dari masing-masing

vol. 06 No. 04 oktober 13 i DrPM gazette i 17

PT. Hal ini juga bisa lebih mengarahkan ke forum review yang

nantinya bisa memperlihatkan topik-topik penelitian yang sedang

berkembang di masing-masing PT.

Sedikit berbeda, Ketua LPPM UNHAS Prof. Dr. Ir. Sudirman menyampaikan bahwa sejak ada dana BOPTN mereka lebih

memilih untuk menggunakan reviewer internal dalam melakukan

seleksi proposal. Setelah selesai direview oleh reviewer internal,

proposal akan direview ditingkatan dewan riset yang sudah

dibentuk oleh mereka. Alasannya, reviewer eksternal cenderung

hanya menilai metodologinya saja sedangkan reviewer internal

lebih mempertimbangkan substansi karena disesuaikan dengan

visi, misi dan roadmap universitas.

Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS. selaku Ketua LPPM Universitas

Brawijaya (UB) menyampaikan bahwa UB sudah pernah

melakukan tahapan TOT Reviewer pada PT-PT di sekitar Malang

dan mereka juga mengumpulkan reviewer untuk penyamaan

persepsi mengenai definisi nilai-nilai yang ada di borang penilaian

dan mengharuskan kepada reviewer memberikan komentar jika

proposal ditolak dan diberikan kesempatan untuk berdiskusi

dengan reviewer.

Reviewer eksternal sudah menjadi kebutuhan di UNAIR, namun

seringkali reviewer eksternal kurang memahami kondisi di dalam

universitas seperti halnya mengenai keterbaruan dari proposal

yang diajukan. Menurut Dr. Djoko Agus Purwanto, Ketua LPPM

UNAIR perlu mempertimbangkan untuk menggabungkan

menggunakan reviewer eksternal dan internal. Untuk tahap

pemaparan direkomendasi menggunakan reviewer eksternal dan

LPPM juga mempunyai kewenangan untuk melakukan penilaian.

ITB memiliki komisi penelitian dan pengabdian masyarakat

(PPMTK) dan board of reviewer. Tidak semua anggota PPMTK

masuk ke board of reviewer.yang memiliki tugas memonitoring

riset. Setiap luaran yang dijanjikan oleh periset diberikan nilai

sesuai dengan kategori luaran. Hal itu menentukan penilaian

proposal. Luaran yang paling banyak dijanjikan berupa publikasi

di jurnal dibandingkan purwarupa atau desain. Selain itu, ITB

memiliki sistem pengelolaan program riset yang mencakup

penerimaan proposal, penilaian dan monitoring. Menurut

Joko Sarwono, Ph.D. Koordinator Bidang Riset dan Kemitraan,

kesulitan yang dialami oleh ITB adalah menyamakan borang

penilaian yang ada dengan borang Simlitabmas sehingga

memerlukan banyak penyesuaian. Untuk luaran, LPPM ITB

memberikan waktu dua tahun hingga artikel seorang periset

dipublikasi di jurnal, jika tidak maka mereka akan masuk daftar

hitam. Untuk penilaian, LPPM ITB menggunakan dua orang

reviewer, satu orang dari fakultas yang sama dengan pengusul

dan satu orang lagi dari fakultas lain yang masih linear rumpun

keilmuannya.

Sementara itu, Prof. Dr. Wawan Hermawan, MS., Ketua

LPPM UNPAD lebih menyoroti penggunaan sistem online yang

ditetapkan DITLITABMAS menyebabkan PT-PT kategori mandiri

kehilangan kemandiriannya. Terdapat dua sisi yang acapkali

kontradiktif yakni sisi keuangan yang harus optimal penyerapan

dananya dan sisi riset yang dituntut menghasilkan kualitas baik

Perlu dipertimbangkan ulang apakah mungkin sebaiknya dibuat

sistem terlebih dahulu baru kemudian diintegrasikan dengan

Simlitabmas.

PenutupJika program ini dapat berjalan dengan baik, sinergi positif dari 10

PT kategori mandiri akan tercipta karena proses seleksi proposal

hibah riset di masing-masing PT tersebut dapat memanfaatkan

jejaring reviewer dan sistem review yang telah dirintis oleh UI.

Nantinya, jejaring reviewer dan sistem review proposal hibah riset

ini juga dapat digunakan oleh PT lainnya atau lembaga riset yang

menyediakan dana-dana riset untuk dikompetisikan.._

Yasman, doktor di bidang bahan alam laut, adalah Kepala Subdit Riset

dan Inkubator Industri DRPM UI

Putri Permata Hati adalah staf Subdit Riset dan Inkubator Industri

DRPM UI

. Peserta tahap penyamaan persepsi dan permohonan dukungan dalam rangka pembentukan jejaring reviewer dan sistem review nasional.

HIGHLIGHT

KRITIK DAN [email protected]

www.research.ui.ac.ideDisi 06 No. 04 oktober 13