28
BAB I IDENTIFIKASI KASUS A. IDENTITIAS PASIEN Nama : Tn S L RM : 18 08 89 Tanggal Lahir/ Umur : 04 Januari 1980 (33 Tahun) Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Buru Selatan Agama : Protestan Lama Rawat : 4 hari (12 November- 15 November 2013) Ruangan : Ruang Rawat Paviliun B. ANAMNESIS Keluhan Utama : Nyeri pada bahu kanan Anamnesis Terpimpin : Pasien masuk rumah sakit rujukan dari Rumah Sakit Piru dengan keluhan nyeri pda bahu kanan sejak 1 hari yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas tunggal, pasien jatuh dari sepeda motor. Lengan atas pasien sudah difiksasi dari Rumah Sakit Piru. Pasien tidak mengingat kejadian yang dialami, sulit menggerakkan tangan kanan, pusing (-), muntah (-), pingsan (+). Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada Riwayat Penyakit keluarga: tidak diketahui 1

Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

Page 1: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

BAB I

IDENTIFIKASI KASUS

A. IDENTITIAS PASIEN

Nama : Tn S L

RM : 18 08 89

Tanggal Lahir/ Umur : 04 Januari 1980 (33 Tahun)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Buru Selatan

Agama : Protestan

Lama Rawat : 4 hari (12 November- 15 November 2013)

Ruangan : Ruang Rawat Paviliun

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri pada bahu kanan

Anamnesis Terpimpin :

Pasien masuk rumah sakit rujukan dari Rumah Sakit Piru dengan keluhan

nyeri pda bahu kanan sejak 1 hari yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas tunggal,

pasien jatuh dari sepeda motor. Lengan atas pasien sudah difiksasi dari Rumah

Sakit Piru. Pasien tidak mengingat kejadian yang dialami, sulit menggerakkan

tangan kanan, pusing (-), muntah (-), pingsan (+).

Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada

Riwayat Penyakit keluarga: tidak diketahui

Riwayat Pengobatan : pasien diberikan IVFD Rl 20 tpm, citicolin 2x250 mg,

ketorolac 3x 30mg, ranitidin 2x25mg, cefotaxime 2x1gram.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

- Kesadaran : compos mentis

- Keadaan Umum : tampak sakit sedang

1

Page 2: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

2. Status Vitalis

- Tekanan Darah : 120/80 mmhg

- Nadi : 100 x/ menit

- Respirasi : 22 x/menit

- Suhu : 36,5ᵒ C

- Kepala : Normocephal, rambut hitam dengan distribusi merata dan tidak

mudah dicabut.

- Mata : CA (-/-), SI (-/-), hematom palpebra dextra

- Pupil : Isokor, refleks cahaya (+/+)

- Telinga : Normotia, liang lapang, serumen (-/-), sekret (-/-)

- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-/-), sekret (-/-), edema konka

(-/-)

- Tenggorokan : tidak dapat dievaluasi,

- Mulut : tidak ada kelainan

- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

- Thoraks :

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler (+/+) simetris kiri=kanan, ronki (-/-), wheezing

(-/-)

- Abdomen : datar, BU (+) N

- Genitalia eksterna : Tidak ada kelainan

- Ekstremitas : akral hangat, nyeri pada tungkai kanan atas dan edema (+)

3. Status Lokalis

Regio : Deltoid Dextra

Inspeksi: edem (+), tampak bahu kanan terturun

Palpasi: arteri radialis dan brachialis denyutan (+), Range of Movement (ROM)

terbatas dan nyeri tekan (+).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium : dalam batas normal

2. Pemeriksaan Radiologi : tampak dislokasi dari caput humerus

2

Page 3: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

E. RESUME

Pasien masuk rumah sakit rujukan dari Rumah Sakit Piru dengan keluhan

nyeri pda bahu kanan sejak 1 hari yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas tunggal,

pasien jatuh dari sepeda motor. Lengan atas pasien sudah difiksasi dari Rumah

Sakit Piru. Pasien tidak mengingat kejadian yang dialami (amnesia retrograde),

pingsan (+). Pada pemeriksaan inspeksi ditemukan hematom palpebra dextra dan

edem pada regio deltoid dextra, caput humerus terturun, palpasi arteri radialis dan

brachialis denyutan (+), ROM terbatas dan nyeri tekan (+).

F. DIAGNOSIS KERJA

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik diatas maka didiganosis

Dislokasi articulatio glenohumerus anterior dextra + trauma okular dextra

G. TATALAKSANA

Terapi pre operasi:

RL:D5% - 1:1 20 tpm

Cefotaxim 2x 1g/iv

Sohobion 1 amp/drip/24jam

Ranitidin 2x1 amp/iv

Pemeriksaan laboratorium

Rontgen foto articulatio glenohumerus dextra

Rencana reposisi tertutup

Konsul anestesi

Konsul mata (statrol eye drop 4 dd gtt I OD, kontrol poli mata)

Catatan post operasi:

Reposisi tertutup

Fixsasi dengan elastis perban

Terapi post operasi:

RL:D5% - 1:1 28 tpm

3

Page 4: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Rocer 1 gr/iv

Ketorolac 3x30mg/iv

Ranitidin 2x1 amp/iv

Tramadol 1 amp/drip

Bila sadar penuh tidak mual boleh makan

Terapi rawat jalan:

Off infus

Pixime 2x100mg

Deflamat CR 75mg 2x1

BAB II

4

Page 5: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

DISKUSI

Sendi glenohumerus adalah sendi yang paling banyak mempunyai

kemampuan dalam melakukan rentang gerak dibandingkan sendi lain pada tubuh

kita. Sendi glenohumerus diselimuti oleh glenoid yang tipis. Permukaan glenoid

diselimuti oleh glenoid labrum dan hanya mempunyai sedikit stabilitas karena

daerah permukaan glenoid hanya seperempat daerah permukaan sendi humerus

sehingga sering mengakibatkan kondisi dislokasi sendi glenohumerus. Stabilitas

pergerakkan dari artikulasi glenohumerus tergantung pada pengendalian otot yang

mendapat inervasi dari saraf C5,C6, dan C7.1,2,3

Bahu merupakan bagian yang paling sering terjadi dislokasi sendi.

Dislokasi anterior terjadi pada sebanyak 98% kasus. Perpindahan anterior kepala

humerus adalah dislokasi yang paling umum. Dislokasi bahu sekitar 1,7% dari

populasi dan yang paling sering sekunder terhadap trauma. Insiden semua

dislokasi bahu traumatis telah diperkirakan 11,2 kasus per 100.000 orang-tahun,

dengan tingkat kejadian kumulatif dari 0,7% untuk laki-laki dan 0,3% perempuan

sampai usia 70 tahun. Puncak kejadian antara usia 20-30 tahun. Laki-laki lebih

sering dari perempuan. Dislokasi anterior merupakan kelainan yang tersering

ditemukan dan biasanya penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan out

stretched atau trauma pada skapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi

lateral. Dislokasi anterior juga sering terjadi pada usia muda, antara lain pada atlet

akibat kecelakaan olahraga.2,3,4,5,6

5

Page 6: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Terdapat 4 jenis dislokasi pada bahu yaitu dislokasi anterior, dislokasi

posterior, dislokasi inferior dan dislokasi superior.2,7,8,9,10

1. Dislokasi Anterior

Gambar 1

Mekanisme Cedera

Sekitar 95% dari dislokasi bahu yang terjadi, bagian atas humerus berada

di depan shoulder blade dan menyebabkan dislokasi anterior. Mekanisme umum

dari kerusakan yang terjadi yaitu abduksi yang ekstrim, exorotasi, ekstensi, dan

suatu tekanan langsung dari posterior terhadap humerus. Abduksi atau rotasi

eksternal secara paksa sendiri dapat menyebabkan dislokasi (sekitar 30% dari

kasus yang ada), begitu juga suatu tekanan kuat langsung terhadap bagian

posterior humerus (29%), elevasi dan exorotasi yang terjadi secara paksa (24%),

dan jatuh dengan tangan yang terbuka lebar. (17%).

Gejala Klinis

Pasien yang mengalami dislokasi bahu akan merasa sangat kesakitan dan

mencegah untuk siapapun untuk melakukan pemeriksaan karena sakitnya itu. Jika

pasien mengalami dislokasi bahu, rentang gerak(ROM) dari pasien itu tidak luas.

Jika bahu terdislokasi ke arah anterior, lengan berada dalam posisi sedikit abduksi

dan exorotasi. Pada pasien yang kurus,caput humerus yang menonjol dapat

dirasakan berada di anterior dan cekungan dapat dilihat posterior pada bahu.

Rotator cuff seringkali mengalami kerusakan danharus diperiksa setelah dilakukan

reduksi. Penting untuk menilai fungsi neurovaskular aksila dengan meraba nadi

dan melakukan uji sensasi pada daerah bahu. Gerakan biasanya sangat

menyakitkan akibat dari spasme otot. Lokasi dislokasi anterior yang paling sering

6

Page 7: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

terjadi yaitu subkorakoid. Dapat juga terjadi dislokasi subglenoid, subklavikula,

dan yang sangat jarang yaitu intratorakal atau retroperitoneal.

Komplikasi

Dislokasi bahu anterior rekuren

Karena stabilitas dari bahu bergantung pada intergritas dari kapsul

sendi, dan karena kapsul dan labrum anterior hampir selalu mengalami

cedera atau terlepas dari glenoid dan leher dari skapula pada saat dislokasi

bahu yang pertama kali terjadi, maka tidaklah mengagetkan jika pada

beberapa individu dapat terjadi dislokasi berulang yang lebih sering akibat

tekanan yang semakin lama semakin kecil. Selain cekungan jaringan lunak

yang dapat menyebabkan caput humerus untuk bergeser, sering juga

ditemukan cekungan pada aspek posterior dari caput humerus akibat

fraktur kompresi saat dislokasi pertama terjadi. Cekungan ini (lesi Hill-

Sachs) menyebabkan caput humerus yang exorotasi untuk bergeser ke arah

margin anterior dari rongga glenoid.

Pada pasien remaja, dislokasi berulang sangatlah merugikan dan

mengganggu. Pasien sangat waspada jika lengan abduksi dan exorotasi

maka akan terjadi dislokasi kembali. Kondisi ini merupakan indikasi

dilakukannya perbaikan secara pembedahan pada jaringan lunak. Dari

berbagai macam dan banyaknya tipe operasi yang ada, dua tipe operasi

yang paling sering dilakukan yaitu operasi Bankart, dimana labrum dan

kapsul disambungkan kembali pada margin anterior dari rongga glenoid;

dan operasi Putti-Platt, dimana kapsul dan otot subskapularis dipotong

kemudian disambung secara bertumpuan sehingga mengurangi gerak

exorotasi. Setelah operasi, lengan pasien akan diberikan sling dan diperban

pada badan dengan bahu yang berada dalam keadaan endorotasi selama 6

minggu. Pasien dapat beraktifitas seperti normal kembali jika perbaikan ini

berhasil dilakukan dengan baik.

Selain dislokasi anterior rekuren, dislokasi bahu anterior biasanya

berhubungan dengan fraktur dari tuberositas mayor, lesi Bankart (fraktur

dari glenoid rim) (15%) dan defek Hill-Sachs (fraktur impaksi pada

7

Page 8: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

permukaan posterolateral dari caput humerus karena impaksi dari caput

humerus dengan glenoid rim anterior saat terjadi dislokasi) (50%).

Komplikasi yang cukup umum terjadi akibat dislokasi inisial yaitu

cedera traksi pada N.aksilaris. Pasien tidak dapat abduksi bahu karena

paralisis deltoid dan terdapat daerah kecil dengan sensasi kulit yang

berkurang.Prognosis penyembuhan baik.Kadang-kadang dapat terjadi

secara bersamaan yaitu robekan pada musculotendinous cuff yang dapat

memperburuk dislokasi yang ada, dimana pada keadaan ini bahu yang

sudah direduksi perlu untuk dilakukan imobilisasi selama 3 minggu dalam

posisi abduksi. Jarang terjadi interposisi tendon dari otot biseps longus

yang memerlukan reduksi terbuka yaitu secara pembedahan.

2. Dislokasi Posterior

Gambar 3

Mekanisme Cedera:

Dalam kurang dari 5% dari kasus yang ada, bagian atas humerus berada di

belakang shoulder blade, suatu dislokasi posterior. Dislokasi posterior terjadi

akibat berat axial yang ditumpukan pada lengan yang sedang berada dalam

keadaan adduksi dan endorotasi. Seperti jatuh dalam posisi lengan adduksi dan

endorotasi, atau adanya tekanan langsung pada bagian depan bahu.28 Dislokasi

posterior yang klasik dapat juga terjadi akibat tersengat listrik ataupun kejang

karena ketidakseimbangan kekuatan antara otot internal rotators (subskapularis,

latissimus dorsi, pektoralis mayor), yang menekan otot-otot external rotators

(teres minor dan otot infrasupinatus). Jika terjadi kejang, perlu dilihat adanya

dislokasi bilateral.

8

Page 9: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Gejala Klinis

Dislokasi bahu posterior mudah untuk terlewatkan dalam diagnosa, karena

lengan pasien biasanya terletak dalam keadaan endorotasi dan adduksi (yaitu,

pasien memegang lengannya dan meletakkannya pada perutnya). Pasien tidak

dapat melakukan supinasi pada tangannya. Pada lengan tidak dapat dilakukan

exorotasi ke posisi netral. Pada pasien yang kurus, caput humerus yang menonjol

dapat dilihat dan teraba diposterior di bawah prosesus akromion, bahu anterior

menjadi rata, dan prosesus korakoid lebih menonjol. Dislokasi bahuposterior

seringkali terlewatkan, karena pasienhanya tampak seperti memegang

ekstremitasnya. Sebelumnya, dislokasi inipernah terlewatkan atau disalah

diagnosiskan sebagai frozen shoulder. Jika gambaran radiografi yang tepat

tidakdapat diperoleh, diagnosis akan terlewatkan. Cedera pada saraf dan vaskular

tidak umum terjadi.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi bahu posterior yaitu

dislokasi yang tidak dapat direduksi.Sekurang-kurangnya setengah dari pasien

dengan dislokasi posterior memiliki lesi yang tidak dapat direduksi saat pertama

kali ditemukan. Tipikalnya pasien memegang lengan dalam keadaan endorotasi,

pasien tidak dapat mengabduksi lengannya lebih dari 70-80º, dan jika pasien

mengangkat lengannya ke arah depan, ia tidak dapat memutar telapak tangannya

ke arah atas. Komplikasi lainnya yaitu dislokasi bahu posterior rekuren dan

habitual.

Jika bahu yang sebelumnya pernah terdislokasi mengalami dislokasi

berulang oleh karena suatu cedera lain, dislokasi kedua dan seterusnya disebut

sebagai dislokasi rekuren. Perbaikan jaringan lunak posterior secara pembedahan

dianjurkan. Akan tetapi jika pasien dapat melakukan dislokasi bahu sesuai

dengan keinginannya ataupun mereduksi kembali bahu tersebut, maka kondisi ini

disebut sebagai dislokasi habitual, dan biasanya berhubungan dengan kelainan

kongenital yaitu kelemahan umum kongenital dari ligamen yang membentuk

bahu.Atau hal ini dapat berhubungan dengan remaja atau orang dewasa yang

9

Page 10: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

mencari perhatian. Maka perhatian khusus harus diberikan pada mereka agar

tidak melakukan hal itu secara sengaja.

3. Dislokasi Inferior

Gambar 4

Mekanisme Cedera:

Dislokasi inferior jarang ditemukan dan dapat terjadi akibat suatu tekanan

hiperabduksi yang menyebabkan bagian leher dari humerus terangkat/menekan

melawan akromion.Mekanisme cedera dari dislokasi bahu inferior adalah adanya

berat axial yang ditumpukan saat lengan sedang abduksi atau hiperabduksi secara

paksa seperti menangkap/ menggenggam suatu objek yang berposisi di atas kepala

saat jatuh.

Gejala Klinis

Dislokasi inferior akan menjadi kondisi yang disebut sebagai luxatio

erecta, yang menjelaskan mengenai presentasi klasik dimana lengan atas abduksi

110-160° dengan lengan bawah diistirahatkan pada atau di belakang kepala

pasien. Pada pemeriksaan, ditemukan lengan yang berada di atas kepala pada

posisi yang tetap dengan siku yang fleksi. 6,8Caput humerus teraba pada atau di

bawah aksila.

Komplikasi

Mendiagnosa dislokasi inferior sangatlah penting oleh karena tingginya

angka kejadian untuk komplikasi. Sebanyak 60% dari kasus yang ada, kerusakan

neurologi (biasanya lesi pada N. aksilaris) berhubungan dengan dislokasi

inferior.6,27 Kerusakan vaskularisasi terjadi dalam 3,3% dari kasus yang ada,

10

Page 11: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

robekan rotator cuff terjadi dalam 80-100% dari kasus yang ada, dan fraktur

greater tuberosity dan avulsipektoralis major juga berhubungan dengan dislokasi

inferior.

4. Dislokasi Superior

Mekanisme Cedera :Pada dislokasi bahu superior, caput humerus

terdorong ke atas melewati rotator cuff. Dislokasi superior sangatlah jarang dan

dapat terjadi akibat tekanan yang ekstrim ke arah atas pada lengan yang adduksi.

Fitur Klinis :Pada pemeriksaan dapat ditemukan caputhumerusyang

menonjolyang dapat dirasakanberada di superior. Komplikasi: Kerusakan yang

dapat terjadi bersamaan dengan dislokasi superior yaitu kerusakan pada

akromioklavikular, fraktur pada akromion, klavikula, dan tuberositas.

Diagnosis Dislokasi Sendi Bahu meliputi:

Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesa dan pemeriksaan fisik tanpa diragukan adalah alat paling

penting bagi dokter untuk mendiagnosa suatu kerusakan pada rotator cuff ataupun

fraktur tulang. Kerusakan pada hal-hal yang terdapat pada bahu dapat

menyebabkan (dan akan terdapat bersamaan dengan) dislokasi bahu. Pertama,

dokter akan melakukan inspeksi secara visual pada bahu penderita. Ketika

terdapat dislokasi bahu, bentuk kebundaran bahu dan lengan atas yang normal

akan hilang. Bagian luar yang mengelilingi bahu terlihat datar.

Terdapat perubahan dari permukaan anatomi yang normal.Sebagai contoh,

terdapat jarak di bawah akromion yang pada keadaan normal seharusnya terdapat

greater tuberosity (tonjolan tulang yang terdapat di sepanjang bagian atas

bahu).Caput humerus dapat diobservasi dan dirasakan sebagai suatu tonjolan yang

besar di depan atau di belakang bahu. Area ini biasanya sangat sakit saat

dipalpasi.

Cakupan gerakan, kekuatan, dan sensasi akan di periksa jika

memungkinkan. Suatu perubahan atau hilangnya sensasi dapat menunjukkan

11

Page 12: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

adanya kerusakan saraf. Dokter juga akan memeriksa denyut nadi pada lengan

pasien untuk mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi vaskular.

           Terdapat banyak pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi struktur jaringan lunak yang rusak atau lepas.Apprehension test

yang positif dapat menjadi acuan diagnostik adanya bahu yang tidak stabil yang

dapat terdislokasi kembali setelah kejadian dislokasi yang pertama. Pada tes ini

lengan di abduksi (di jauhkan dari tubuh) dan di rotasi ke arah eksternal. Sesaat

sebelum sendi akan terdislokasi, pasien akan menjadi sangat gelisah. Pada titik

ini, tes ini dianggap positif untuk ketidakstabilan bahu dan kemudian pemeriksaan

dihentikan.

Gambar 5

X-ray adalah alat diagnostik yang penting untuk menunjukkan caput

humerus yang bergeser dan adanya fraktur tulang. Beberapa gambaran mungkin

diperlukan untuk menunjukkan arah sebenarnya dari dislokasi yang ada dan garis

fraktur yang ada.Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk

mendiagnosa dan melihat perluasan dari lesi.MRI sangat akurat dalam mendeteksi

lesi Hill-Sachs.

Jika diperlukan pembedahan, maka dokter bedah akan melakukan

pemeriksaan diagnostik dengan arthroskopi. Suatu teropong yang tipis dengan

kamera tv optic yang sangat kecil pada ujung akhir dari teropong yang

dimasukkan ke dalam sendi bahu, dimana dokter ahli bedah ortopedik dapat

melihat struktur di dalam sendi secara langsung.

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi: X-rays diperlukan untuk memeriksa adanya fraktur di sekitar sendi,

dan untuk melihat pola dari dislokasi bahu yang ada.

12

Page 13: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Dislokasi Anterior

Gambaran X-ray untuk suspek dislokasi anterior termasuk anteroposterior (AP)

dan gambaran aksilaris atau skapula 'Y' lateral.tanda-tandanya yaitu: Caput

humerus terletak di bawah coracoids process pada gambaran AP dan gambaran

aksilaris menunjukkan caput humerus terletak anterior dari glenoid.

Gambaran X-ray untuk suspek dislokasi anterior termasuk anteroposterior

(AP) dan gambaran aksilaris atau skapula 'Y' lateral

Pada kasus ini pasien laki-laki umur 33 tahun mengalami kecelakaan lalu

lintas dengan sepeda motor, sehingga pasien mengalami nyeri pada bahu serta

sulit menggerakan tangan, dan adanya edema pada bahu. Pasien dengan dislokasi

bahu umumnya mengeluhkan nyeri bahu yang parah dan terkait penurunan

rentang gerak dari ekstremitas yang terkena. Mekanisme cedera biasanya trauma

tetapi dapat bervariasi. Mekanisme mungkin termasuk olahraga, serangan, jatuh,

kejang, melemparkan sebuah benda, mencapai untuk menangkap objek, kuat

menarik di lengan, meraih sebuah objek, membalik di tempat tidur, atau menyisir

rambut.

Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi

eksterna dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong ke depan dan

menimbulkan avulsi simpai sendi dan kartilago beserta periosteum labrum

glenoidalis bagian anterior. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada di

bawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler. Didapatkan nyeri yang hebat serta

gangguan pergerakan sendi bahu. Pasien merasakan sendinya keluar dan tidak

mampu menggerakkan lengannya. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan

sebelahnya dan segan untuk menerima pemeriksaan apa saja. Posisi badan

13

Page 14: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

penderita miring kearah sisi yang sakit. Perhatikan dua tanda khas, yaitu sumbu

humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah di

bawah akromion kosong. Garis gambar lateral atau kontur sendi bahu dapat

menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan, dan kalau pasien tidak

terlalu berotot, suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula. Lengan harus

selalu diperiksa untuk mencari ada tidaknya cedera saraf dan pembuluh darah.

Anamnesis : Terdapat riwayat trauma yang jelas

Look : Sedikit abduksi dan rotasi eksterna serta lengan ditopang oleh lengan

yang sehat. Dari depan akromion terlihat lebih prominen dan lengkung

subakromial pada bagian lateral bawah menghilang dan bahu terlihat seperti

membentuk sudut siku.

Feel : Bagian anterior lebih menonjol.

Move : ROM terbatas dan nyeri hebat

Sinar-X pada Glenohumeral AP akan tampak overlapping antara kaput

humeri dengan fossa glenoid, kaput humerus biasanya terletak di bawah dan

medial terhadap mangkuk sendi.

Gambar 6 foto glenuhumeral pada pasien tampak dislokasi

Berdasarkan anemnesis dan pemeriksaan diatas maka pasien ini

didiagnosa dislokasi articulatio glenohumeral anterior dextra karena paling sering

14

Page 15: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

terjadi dan pada gambar foto glenohumerul tampaak dislokasi dapat dilihat pada

penjelasan teori diatas.

Untuk penatalaksanaan dilakukan reduksi tertutup. Banyak metode yang

bisa digunakan untuk berhasil mengurangi dislokasi bahu, tetapi faktor yang

paling penting untuk pengurangan sukses merupakan waktu untuk pengurangan.

Seiring dengan berjalannya waktu, otot-otot menjadi lebih kejang, dan reduksi

menjadi jauh lebih sulit. Metode reduksi adalah sebagai berikut:9,10,11

Metode Stimson. Metode ini sangat baik tidak memerlukan anestesi.

Caranya pasien dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang

mengalami luksasio keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah.

Kemudian diberikan beban 2 kg yang diikatkan pada lengan bawah dan

pergelangan tangan. Pada saat otot bahu dalam keadaan relaksasi,

diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan terebut. Bila dalam waktu

10-15 menit belum terjadi reposisi spontan diperlukan reposisi dengan

metode hippocrates.

Metode Hipokrates dalam anestesi umum. lengan penderita ditarik ke arah

distal punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki operator berada di

ketiak pasien untuk mengungkit kaput humerus kearah laterah dan

posterior. Setelah operasi bahu dipertahankan dengan penyangga ke dada

selama paling sedikit tiga minggu.

Gambar Metode Reduksi Tertutup

15

Page 16: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Metode Kocher melibatkan traksi ke siku dengan eksternal rotasi humerus

dan adducting siku ke arah dada. Metode ini saat ini tidak dianjurkan

karena hubungannya dengan komplikasi neurovaskular dan patah tulang

humerus proksimal.

Matsen's Traction Counteraction dimulai dengan pasien dalam posisi

terlentang.Teknik initermasuk traksi yang diaplikasikan pada lengan di sisi

bahu yang terdislokasi sementara bahu dalam posisi abduksi, seorang

asisten mengaplikasikan traksi berlawanan secara erat ke dada

menggunakan lembaran kain yang dilipat. Ahli bedah dapat melakukan

endorotasi dan exorotasi pada bahu untuk melepaskan engsel caput

humerus yang terdislokasi.

Gambar 7. Matsen’s Traction Counteraction

Teknik Spaso dimulai dengan pasien dalam posisi terlentang. Lengan pada

sisi yang terdislokasi digenggam pada pergelangan tangan atau lengan

bawah distal dan diangkat secara vertikal dengan lembut, sambil

mengaplikasikan traksi dengan lembut. Kemudian dilakukan

exorotasipada bahu, biasanya reduksi dapat terjadi secara spontan.

Mendorong caput humeri kembali keposisi normal dapat sangat membantu

sambil mempertahankan traksi.

16

Page 17: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Gambar 8. Teknik Spaso

Pada teknik reduksi Snowbird,pasien duduk tegak selurus mungkin;

seorang asisten membantu mempertahankan  posisi ini dengan berdiri

disisi yang berlawanan dengan tangan mencengkeram sekitar dada pasien

ke aksila.Lengan pada sisi yang terdislokasi flexipada 90º dan stockinette

diletakkan di sekitar lengan bawah proksimal, diputar satu kali, sehingga

kakidokter bedah dapat ditempatkan di loop distal dan traksi dapat

diaplikasikan dengan kuat ke arah bawah. Tangan dokter bedah bebas

untuk mengaplikasikan rotasi atau tekanan yang diperlukan sampai reduksi

berhasil. Tingkat keberhasilannya yaitu87,5%.

Gambar 9. Teknik Snowbird

Perawatan setelah dilakukan reduksi tertutup:9,10,11

Harus dilakukan Xray pascareduksi.

Penilaian neurovaskularharus diulang.

Observasi jika obat penenang dengan waktu kerja yang lama seperti

midazolam telah diberikan.

Immobilisasi selama 3-4 minggu. Meskipun hanya terdapat sedikit bukti

mengenai durasi yang baik. Posisi rotasi eksternal mungkin terbaik untuk

robekan kapsul akan tetapi tapi tidak dapat dilakukan.

17

Page 18: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

Analgesia yang memadai harus diberikankepada pasien untuk dibawa

pulang.

Biasanya mulai dilakukan latihan fisioterapi.

Pada kasus ini, metode dalam reposisi glenohumerus yang digunakan yaitu

metode hipokrates. Selain itu prognosis dalam kasus ini baik, pasien dibolehkan

pulang dan kontrol ke poliklinik.

18

Page 19: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Dextra

DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi Zairin Noor. Buku Ajar Muskuloskeletal. Trauma Bahu. Jakarta:

Salemba Medika.2012. Hal 534-35

2. Wilson Sharon R, MD.[Online 2013 June 03].[Cited 2013 Dec 30]:

[Screens]. available from URL: HYPERLINK :

http://emedicine.medscape.com/article/823843-clinical#showall

3. Zhang AL, Montgomery SR, Ngo SS, Hame SL, Wang JC, Gamradt SC. Arthroscopic versus open shoulder stabilization: current practice patterns in the United States. Arthroscopy. 2014 Apr. 30(4):436-43.

4. Kroner K, Lind T, Jensen J. The epidemiology of shoulder dislocations. Arch Orthop Trauma Surg. 1989. 108(5):288-90.

5. Hovelius L. Incidence of shoulder dislocation in Sweden. Clin Orthop Relat Res. 1982 Jun. (166):127-31.

6. Chalidis B, Sachinis N, Dimitriou C, Papadopoulos P, Samoladas E, Pournaras J. Has the management of shoulder dislocation changed over time?. Int Orthop. 2007 Jun. 31(3):385-9. 

7. Dr Subagyo H. Dislokasi Sendi Bahu. .[Online 2013 April 26].[ cited

2013 Desember 30]:[Screens] available from URL: HYPERLINK :

http://www.ahlibedahtulang.com/artikel-186-dislokasi-sendi-bahu.html

8. dr .Herry Setia Y U. Dislokasi Sendi Bahu.[Online 2012 Juli 10].[ cited

2013 Desember 30]:[Screens] available from URL: HYPERLINK :

http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/dislokasi-sendi-bahu-

shoulder-joint.html

9. Wright Michelle MD. Shoulder Dislocation. .[Online 2011 Peb 18].[ cited

2013Desember 30]:[Screens] available from URL: HYPERLINK :

http://www.patient.co.uk/doctor/Shoulder-Dislocation.htm

10. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja Warko, Prasetyono Thedeus OH,

Rudiman Reno. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3. Jakarta:EGC. 2010. Hal

1048-50

11. Cutts S, Prempeh M, Drew S; Anterior shoulder dislocation. Ann R Coll

Surg Engl. 2009 Jan;91(1):2-7. doi: 10.1308/003588409X359123.

19