Disolusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengujian disolusi biofarmasetika

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSebelum setiap obat diabsorpsi, obat terlebih dahulu harus berada dalam keadaan melarut (terdisolusi). Biofarmasetika dan desain bentuk sediaan modern, sebagian tergantung pada prinsip disolusi ini dan teori difusi. Kecepatan disolusi adalah kecepatan obat mulai melarut dari permukaan padat menjadi bentuk larutan pada saat tablet atau bentuk sediaan padat lainnya dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi air atau ke dalam salur cerna. Apabila tablet merupakan system polimer kontinu (tidak hancur), maka matrik padat hancur (desintegrasi) menjadi granul, dan granul mengalami deagregasi menjadi partikel. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi dapat terjadi secara simultan dengan pelepasan obat dari system penghantaran obat (Agoes, 2008).Dalam studi bioekivalensi, satu formulasi obat dipilih sebagai standar pembanding dari formulasi obat yang lain. Standar pembanding hendaknya mengandung obat aktif terapeutik dalam formulasi yang paling banyak berada dalam sistemik (yakni larutan atau suspensi) dan dalam jumlah sama seperti formulasi lain yang dibandingkan. Pembanding hendaknya diberikan rute sama seperti formulasi lain yang dibandingkan (Shargel,2005).Agar suatu obat dapat diabsorpsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsuul tidak dapt diabsorpsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung- usus. Dalam hal ini, dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1989).Untuk tiap pelaksanaan pelarutan, diuji 6 tablet atau kapsul dan uji pelarutan berlanjut sampai criteria dipenuhi (Shargel,2005).

1.2 Tujuan Percobaan1. Untuk mengetahui pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi2. Untuk membandingkan laju disolusi antara tablet, kapsul dan sustained release dari Sulfadiazin.3. Untuk membandingkan laju disolusi obat generic dan paten dari Furosemid.

1.3 Manfaat percobaan Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui pengaruh bentuk sediaan obat terhadap laju disolusi dan mampu mempraktikannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan

Gambar (2) Struktur Sulfadiazin. 2.1.1 Sulfadiazin

Nama kimia: N-2-PirimidinilsulfanilamidaRumus molekul: C10H10N4O2SNama lazim: Sulfadiazinum/sulfadiazineKhasiat: AntibakteriDosis maksimum: Sekali 2 gram, sehari 8 gramPemerian: Serbuk, putih sampai agak kuning; tidak berbau atau hampir tidak berbau; stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan-lahan menjadi hitam.Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida dan dalam amonium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton; sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37oC. (Ditjen POM, 1979).

2.1.2 Furosemida

Gambar (2) Struktur FurosemidaNama kimia: Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilatRumus molekul: C12H11ClN2O2SBerat molekul: 330,74Khasiat: DiuretikDosis Maksimum: Sekali 1,25 10 miligramPemerian: Serbuk hablur, putih sampai hampir kuning; tidak berbau.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton, dalam dimetilformamida dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam kloroform. (Ditjen POM, 1979).

2.1.3 LasixFurosemid 10 mg/ml (inj); 40 mg (tab). Kontraindikasi: Gagal ginjal akut, hepatik koma, hipokalemia. Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, neprokalsinosis pada bayi prematur. Dosis: Edema, Liver asites, hipertensi ringan sampai sedang : Dosis awal : sehari 2xPemeliharaan : sehari 1xAnak-anak : 2 mg/Kg BB (IAI, 2010).

2.2 DisolusiPada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul Jika proses disolusi suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika obat yang diberikan sebagai larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorpsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus pembatas membrane. Tetapi jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan, proses disolusinya sendiri merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorpsi (Ansel, 1989).

Tablet atau kapsul Disolusi

Obat dalam darah, cairan lain dan jaringan.Obat dalam larutan (invitro atau in vivo)Disintegrasi

Granul atau agregatDisolusi Absorpsi(in vivo)

Deagregasi

Partikel HalusDisolusi

Gambar 1.1 Tahap disintegrasi, deagregasi, dan disolusi pada saat obat berbentuk tablet atau matrik granul (Agoes, 2008).Suatu obat harus berada dalam keadaan atau bentuk terlarut. Ini artinya, obat per oral dalam bentuk padat, (tablet, kapsul) atau suspensi harus mengalami proses disolusi sebelum diabsorpsi oleh tubuh (Jambhekar, 2009).Beberapa faktor yang mempengaruhi disolusi obat:1. Luas permukaan.Bila suatu partikel obat dikurangi sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dalam jumlah besar, luas permukaan total yang diciptakan ditingkatkan. Untuk obat yang sukar larut atau larut dengan perlahan uumumnya mengakibatkan peningkatan dalam laju disolusi. 2. Bentuk obat Kristal atau amorf.Bahan-bahan obat padat bisa ada sebagai zat Kristal murni dengan bentuk tertentu yang dapat diidentifikasi atau sebagai partikel-partikel amorf tanpa struktur tertentu. Karakter Kristal atau amorf dari suatu zat obat bisa penting sekali dalam memudahkan formulasi dan penangannya, kestabilan kimianya.3. Bentuk garamLaju disolusi bentuk garam dari suatu obat umumnya berbeda seklai dari senyawa induknya. Garam-garam natrium dan kalium dari asam organic lemah dan garam-garam hidroklorida dari basa organic lemah melarut jauh lebih mudah dibandingkan dengan asam bebas atau basa bebasnya. 4. Faktor-faktor lainKeadaan hidrasi dari suatu obat dapat mempengaruhi kelarutan dan pola absorpsi. Biasanya bentuk anhidrat dari suatu molekul organic lebih mudah larut daripada bentuk hidratnya (Ansel, 1989).

2.3 Bentuk SediaanTablet adalah sediaan padat kompak,dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu (Ditjen POM, 1979).Tablet bersalut gula, disingkat tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan larutan gula atau zat lain yang cocok dengan atau tanpa penambahan zat warna. Tablet bersalut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa, Ca fosfat atau zat lain yang cocok (Ditjen POM, 1979).Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain (Ditjen POM, 1979).Tablet bersalut selaput adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang dibuat dengan cara pengendapan zat penyalut dari penyalut yang cocok. Lapisan selaput umumnya tidak lebih dari 10% berat tablet (Ditjen POM, 1979).Tablet bersalut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dan hancur dalam lingkungan basa usus halus (Ditjen POM, 1979).Salah satu dari bentuk sediaan, yaitu kapsul. Kapsul membutuhkan bahan pengisi, pelicin. Terdapat juga gelatin, yang memiliki banyak variasi dari segi bentuk dalam pabrik industri. Biasanya, produk yang bagus menggunakan gelatin yang lembut (Curry, 2011).2.4 Metode Disolusi dan PersyaratanSecara umum telah dikenal beberapa tahun yang lalu bahwa sebelum diabsorpsi terjadi, suatu produk obat padat harus mengalami disintegrasi ke dalam partikel-partikel kecil dan melepaskan obat. Untuk pemantauan keseragaman disintegrasi tablet United State Pharmacopoeia (USP) menetapkan suatu uji disintegrasi yang resmi. Produk-produk obat padat yang dibebaskan dari uji disintegrasi meliputi trokhisi, tablet-tablet yang ditujukan untuk dikulum. Proses disintegrasi tidak menggambarkan pelarutan sempurna tablet atau obat. Disintegrasi yang sempurna ditakrifkan oleh USP XX sebagai keadaan dimana berbagai residu tablet, kecuali fragmen-fragmen penyalut yang tidak larut, tinggal dalam saringan alat penguji sebagai massa yang lunak dan jelas tidak mempunyai inti yang teraba. Peralatan resmi untuk uji dan prosedur disintegrasi digambarkan oleh USP XX. Spesifikasi terpisah diberikan untuk tablet-tablet yang tidak disalut, tablet-tablet salut biasa, tabet enteric, tablet bukal, tablet sublingual (Shargel, 2005).Pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Dalam system biologic pelarutan obat dalam media aqueous merupakan suatu bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Laju pelarutan obat-obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau disintegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorpsi sistemik obat (Shargel, 2005).USP XXI/NF XVI memberi beberapa metode resmi untuk melaksanakan uji pelarutan tablet dan kapsul. Pemilihan suatu metode tertentu untuk suatu obat biasanya ditentukan dalam monografi untuk suatu produk tertentu (Shargel, 2005).2.4.1 Metode rotating basketMetode rotating basket terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor. Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37oC. Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam USP yang berakhir beredar. Tersedia standar kalibrasi pelarutan untuk meyakinkan bahwa syarat secara mekanis dan syarat operasi telah dipenuhi (Shargel, 2005).2.4.2 Metode paddleMetode paddle terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertical ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang jug berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan. Alat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode rotating basket dipertahankan pada 37oC. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam USP. Metode paddle sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan (Shargel, 2005).2.4.3 Metode disintegrasi yang dimodifikasi Metode ini pada dasarnya memakai disintegrasi USP basket and rack dirakit untuk uji pelarutan. Bila alat ini dipakai utnuk pelarutan maka cakram dihilangkan. Saringan keranjang juga diubah sehingga selama pelrutan partikel tidak akan jatuh melalui saringan. Metode ini jarang digunakan dan dimasukkan dalam USP untuk suatu formulasi obat lain. Jumlah pengadukan dan getaran membuat metode ini kurang sesuai untuk uji pelarutan yang tepat (Shargel, 2005).2.4.4 Pemenuhan syarat pelarutanUSP NF menetapkan syarat pelarutan untuk beberapa produk:Tabel Penerimaan Uji PelarutanTahapJumlah yang diujiKriteria Penerimaan

S16Masing-masing unit tidak kurang dari Q+15%

S26Harga rata-rata dari 12 unit (S1+S2) sama dengan atau lebih besar dari Q1, dan tidak ada unit yang kurang dari Q-15%

S312Harga rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) sama dengan atau lebih besar dari Q, dan tidak lebih dari 2 unit yang kurang dari Q-15%

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan3.1.1 AlatLabu ukur 10 ml, Dissolution tester, Spektrofotometri, Spuit 5ml, Tisu Lensa, Vial.3.1.2 BahanSulfadiazin (Tablet, Kapsul, SR), Furosemida (generik, paten), Larutan dapar Fosfat pH 7,4, Cairan lambung buatan pH 1,2

3.2 Hewan Percobaan -3.3 Prosedur Percobaan3.3.1 Uji Disolusi Sulfadiazin (Tablet, Kapsul, SR)Diatur suhu medium 37 0,5 C, masukkan 900 ml medium ke dalam tabung disolusi. Dimasukkan sedian pada tabung disolusi dan dihidupkan alat dengan kecepatan 100 rpm. Pada menit ke 5,10,20,30,45, dan 60 diambil 2 ml aliquot dengan menggunakan spuit. Diencerkan dengan medium disolusi hingga 10 ml. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 277 nm.3.3.2 Uji Disolusi Furosemida (Generik dan Paten)Diatur suhu medium 37 0,5 C, masukkan 900 ml medium ke dalam tabung disolusi. Dimasukkan sedian pada tabung disolusi dan dihidupkan alat dengan kecepatan 50 rpm. Pada menit ke 5,10,20,30,45, dan 60 diambil 2 ml aliquot dengan menggunakan spuit. Diencerkan dengan medium disolusi hingga 10 ml. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 242,5 nm.

3.4 PerhitunganPersamaan Regresi :X : KonsentrasiY = 0,0857 X + 0,0392Y : AbsorbansiPerhitungan Disolusi Lasik

3.4.1 Konsentrasi (C) t = 5; A= 0,5807Y = 0,0857 X + 0,03920,5807 = 0,0857 X +0,0392X= 6,32

t = 10; A = 0,5482Y = 0,0857 X + 0,03920,5482 = 0,0857 X +0,0392X= 5,94

t = 20; A = 0,5907Y = 0,0857 X + 0,03920,5907 = 0,0857 X +0,0392X= 6,44

t = 30; A = 0,5406Y = 0,0857 X + 0,03920,5406 = 0,0857 X +0,0392X= 5,85

t = 45; A = 0,5773Y = 0,0857 X + 0,03920,5773 = 0,0857 X +0,0392X= 6,28

t = 60; A = 0,5608Y = 0,0857 X + 0,03920,5608 = 0,0857 X +0,0392X= 6,09

3.4.2 Faktor PengenceranFP = FP =

FP = 5

3.4.3 Konsentrasi dalam FP t = 5C = 6,32 X 5= 31,6

t = 10C = 5,94 X 5= 29,7

t = 20C = 6,44 X 5= 32,2

t = 30C = 5,85 X 5= 29,25

t = 45C = 6,28 X 5= 31,4 t = 60C = 6,09 X 5= 30,45

3.4.4 Konsentrasi dalam 900 ml t = 5C = 6,32 X 5 X 900= 28.440

t = 10C = 5,94 X 5 X 900= 26.730

t = 20C = 6,44 X 5 X 900= 28.980

t = 30C = 5,85 X 5 X 900= 26.325

t = 45C = 6,28 X 5 X 900= 28.260 t = 60C = 6,09 X 5 X 900= 27.405

3.4.5 Faktor Penambahan t = 5Fp = 0

t = 10 Fp = 0 + 31,6 = 31,6

t = 20Fp = 31,6 + 29,7 = 61,3

t = 30Fp = 29,7 + 32,2 = 61,9

t = 45Fp = 32,2 + 29,25 = 61,45

t = 60Fp = 29,25 + 31,4 = 60,65

3.4.6 Obat Yang Terlepas t = 5OYT = 28.440 + 0 = 28.440

t = 10OYT = 26.730 + 31,6= 26.761,6

t = 20OYT = 28.980 + 61,3= 29.041,3

t = 30OYT = 26.325 + 61,9 = 26.386,9

t = 45OYT = 28.260 + 61,45 = 28.321,45

t = 60OYT = 27.403 + 60,65 = 27.465,65

3.4.7 % Kumulatif% Kumulatif = x 100%

t = 5% Kumulatif = x 100%= 71,1 % t = 10% Kumulatif = x 100%= 66,90 % t = 20% Kumulatif = x 100%= 72,60 %

t = 30% Kumulatif = x 100%= 65,96 %

t = 45% Kumulatif = x 100%= 70,80 %

t = 60% Kumulatif = x 100%= 68,66 %

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilTabel (1) Data Disolusi Sulfadiazin TabletNoT AC (ppm)FPC x FP (ppm)C x FP 900ml (ppm)Faktor Pe (+)OYT% Kumu-latif

150,04370,562752,8362552,4-2552,42,55

2100,07031,025855,1294616,12,8364618,94,61

3200,09641,475857,3796641,17,9656649,066,65

4300,13952,2189511,09459985,0515,34410000,3910,00

5450,21483,5172517,58615827,426,438515853,8315,85

6600,27944,6310523,15520839,544,024520883,5220,88

Tabel (2) Data Disolusi Sulfadiazin KapsulNo.TAC (ppm)FPC x FP (ppm)C x FP 900ml (ppm)Faktor Pe (+)OYT% Kumu-latif

150,02360,221051,1721054,8-1054,81,0548

2100,02870,390351,6121450,81,1721451,9721,451972

3201,147019,571598,01788215,32,78488218,08488,21808

4301,276921,8085109,215598293,95100,80198394,75198,39475

5451,308022,3445111,8965100706,85210,0165100916,86100,9168

6601,334722,8055114,198102778,2321,913103100,11103,10

Tabel (3) Data Disolusi Sulfadiazin SRNoTAC (ppm)FPC x FP (ppm)C x FP 900ml (ppm)Faktor Pe (+)OYT% Kumu-latif

150,20523,3523516,761515085,35-15085,3515,0853

2100,14142,2504511,25210126,816,761510143,5610,1435

3200,12461,960259,8018820,928,01358848,918,8491

4300,19611,640758,20357383,1537,81457420,967,4209

5450,11611,813459,0678160,346,0188206,318,2063

6600,17372,8089514,04112636,955,08512691,9812,6919

Tabel (4) Data Disolusi Furosemida GenerikNoT AC (ppm)FPC x FP (ppm)C x FP 900ml (ppm)Faktor Pe (+)OYT% Kumu-latif

150,48775,2469526,234523611,05023611,0559,03

2100,58746,3811531,905528714,9526,234528741,1871,85

3200,55626,0262530,131027117,9058,140027176,0467,94

4300,56236,0956530,478027430,2088,217027518,4768,80

5450,61216,6621533,310529979,45118,749030098,1975,25

6600,53885,8282529,141026226,90152,059526378,9565,95

Tabel (5) Data Disolusi FarsikNo.TAC (ppm)FPC x FP (ppm)C x FP 900ml (ppm)Faktor Pe (+)OYT% Kumulatif

150,24182,3655511,827510664,75-10664,7526,66

2100,47895,1302525,65123085,911,827523097,7257,744

3200,64737,1030535,51531963,537,478532000,9780,002

4300,88139,2439546,219541597,5572,993541670,54104,176

5450,55856,0604530,30227271,8119,21327391,0168,47

6600,64737,0973535,486531937,85149,51532087,3680,21

Tabel (6) Data Disolusi LasikNo.T

AC(ppm)FpCx FpCx Fp900 mlFaktorPenam-bahanOYT%Kumu-latif

150,58076,3196531,62844002844071,1

2100,54825,9407529,72673031,626761,666,90

3200,59076,4364532,22898061,329041,372,60

4300,54065,8524529,252632561,926386,965,96

5450,57736,2797531,42826061,4528321,4570,80

6600,56086,0874530,452740560,6527465,6568,66

4.2 PembahasanUntuk Furosemid, Lasik memiliki laju disolusi yang lebih cepat dibandingkan dengan Furosemid (generik) dan Farsik. Hal itu terbukti dengan lebih tingginya % kumulatif Lasik dibandingkan dengan Furosemid (generik) dan juga farsik pada menit ke-5.Sedangkan untuk Sulfadiazin, Kapsul memiliki laju disolusi yang lebih cepat dibandingkan dengan tablet dan SR. Hal itu terbukti dengan lebih tingginya % kumulatif kapsul dibandingkan dengan tablet dan juga SR pada menit ke-5. Namun, SR memiliki kelebihan tersendiri yaitu memiliki kadar yang lebih konstan dan juga memiliki laju disolusi yang lebih lama.Jika proses disolusi suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika obat yang diberikan sebagai larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorpsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus pembatas membrane. Tetapi jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan, proses disolusinya sendiri merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorpsi (Ansel, 1989).

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan1. Bentuk sediaan sangat mempengaruhi laju disolusi, terutama waktu disolusi serta banyaknya kadar obat yang melarut dalam medium.2. Laju disolusi tercepat pada Sulfadiazin adalah pada bentuk sediaan Kapsul, kemudian Tablet, lalu bentuk sedian SR.3. Laju disolusi tercepat pada Furosemid adalah pada Furosemida paten, yaitu Lasik, kemudian Farsik, lalu Furosemida generik.

5.2 Saran- Sebaiknya waktu disolusi di perpanjang lagi, seperti waktu paruh obat, agar kadar obat yang melarut hingga waktu paruh dapat diamati.- Sebaiknya suhu medium diatur dengan benar agar sesuai dengan kondisi tubuh kita.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Halaman 119 124. Agoes, G. (2008). Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali. Bandung : Penerbit ITB. Halaman 15.Curry, H.S dan Robin W. (2011). Drug Disposition and Pharmacokinetics from Principles to Applications. USA : Wiley-Blackwell. Ditjen POM, (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 6. IAI. (2010). ISO Indonesia. Volume 46. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. Halaman 259.Jambhekar, S.S. (2009). Basic Pharmacokinetics. London : Pharmaceutical Press. Page 176Shargel, L. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah : Fasich dan Sjamsiah. Edisi Kedua. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya. Halaman 99 103.

LAMPIRAN FOTO

LAMPIRAN FLOWSHEET

Sediaan Sulfadiazin

Sulfadiazin (tablet, kapsul, SR)

Dipanaskan medium cairan lambung buatan pH 1 menggunakan teko listrik hingga suhu 37 0,5 C Dimasukkan 900 ml kedalam alat disolusiDiapasang alat disolusi (besi, dayung, penutup)Dimasukkan sediaan dalm tabung disolusiDijalankan alat dengan kecepatan 100 rpmDimenit ke 5, 10, 20, 30, 45, 60Diambil 2 ml aliquot (masukkan kembali medium sebanyak 2 ml kedalam alat disolusi)Diencerkan kedalam labu tentukur 10 mlDimasukkan ke dalam vial

HasilDiukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV, = 242,5 nm

Sediaan Furosemida

Furosemide (generik, lasix, farsix)

Dipanaskan medium dapar fosfat pH 7,4 menggunakan teko listrik hingga suhu 37 0,5 C Dimasukkan 900 ml kedalam tabung disolusiDiapasang alat disolusi (besi, dayung, penutup)Dimasukkan sediaan dalm tabung disolusiDijalankan alat dengan kecepatan 50 rpmDimenit ke 5, 10, 20, 30, 45, 60Diambil 2 ml aliquot (masukkan kembali medium sebanyak 2 ml kedalam alat disolusi)Diencerkan kedalam labu tentukur 10 mlDimasukkan ke dalam vial

HasilDiukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV, = 277nm

18