dispepsia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah blok 16

Citation preview

I. Definisi

Dyspepsia adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari usus. Dyspepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada pencernaan makanan yang abnormal. Nama umum lain untuk dyspepsia adalah gangguan pencernaan (indigestion).

Dyspepsia digambarkan paling baik sebagai penyakit fungsional, disebut dyspepsia fungsional. Pada organ-organ berotot dari saluran pencernaan - kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, kantong empedu, dan kolon (usus besar). Istilah fungsional, adalah bahwa salah satu dari keduanya yaitu otot-otot dari organ-organ atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ tidak bekerja secara normal, sebagai akibatnya, organ-organ tidak berfungsi secara normal. Syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ termasuk tidak hanya syaraf-syaraf yang terletak didalam otot-otot dari organ-organ namun juga syaraf-syaraf dari sumsum tulang belakang (spinal cord) dan otak.

Beberapa penyakit-penyakit saluran pencernaan dapat dilihat dan didiagnosis dengan mata telanjang, seperti ulcers dari lambung. Jadi, ulcers dapat dilihat waktu operasi, pada x-rays, dan pada endoskopi. Penyakit-penyakit lain tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun dapat dilihat dan didiagnosis dibawah mikroskop. Contohnya, gastritis (peradangan lambung) didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskop dari biosi dari lambung. Penyakit-penyakit fungsional pencernaan (gastrointestinal) tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskop. Penyakit-penyakit fungsional pencernaan adalah yang melibatkan fungsi yang abnormal dari organ-organ pencernaan dimana kelainan-kelainan tidak dapat dilihat pada organ-organ dengan mata telanjang atau mikroskop.

Kadang penyakit yang diperkirakan adalah fungsional akhirnya ditemukan berhubungan dengan kelainan-kelainan yang dapat dilihat. Contoh dari ini adalah infeksi Helicobacter pylori dari lambung. Beberapa pasien-pasien dengan gejala-gejala pencernaan bagian atas yang ringan yang diperkirakan mempunyai fungsi abnormal dari lambung atau usus telah ditemukan mempunyai lambung-lambung yang terinfeksi dengan Helicobacter pylori. Infeksi ini dapat didiagnosis dibawah mikroskop dengan mengidentifikasi bakteri. Ketika pasien-pasien dirawat dengan antibiotik-antibiotik, Helicobacter dan gejala-gejala hilang. Jadi, pengakuan infeksi-infeksi dengan Helicobacter pylori telah mengeluarkan beberapa penyakit-penyakit pasien dari katagori fungsional.

Meskipun ada kekurangan-kekurangan dari istilah, fungsional, konsep dari kelainan fungsional adalah bermanfaat untuk pendekatan dari banyak gejala-gejala yang berasal dari organ-organ sistim pencernaan yang berotot. Untuk mengulangi, konsep ini berlaku pada gejala-gejala yang mana tidak ada kelainan-kelainan yang berkaitan yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau mikroskop. II. Anamnesis

Berdasarkan scenario, didapat bahwa :

1. Anak tersebut muntah-muntah setelah makan semenjak 2 hari, kurang lebih 5-6 kali/hari banyaknya gelas akua berisi makanan.

2. Pasien juga sering mengeluh mual dan kembing semenjak 1 minggu yang lalu.

3. Pada pem. fisik tidak cekung matanya, mukosa mulutnya kering.

4. Nyeri tekan epigastriumIII. Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.

Topogrsafi

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:

1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.

2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis vertikal.

Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).

Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line abdomen.

Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.

Inspeksi

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:

Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).

Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).

Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.

Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.

Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).

Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:

Pasien sering merubah posisi ( adanya obstruksi usus.

Pasien sering menghindari gerakan ( iritasi peritoneum generalisata.

Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi ( peritonitis.

Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri ( pankreatitis parah.

Auskultasi

Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.

Mendengarkan suara peristaltic usus.

Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.

Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).

Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.

Mendengarkan suara pembuluh darah.

Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

Palpasi

Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:

Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.

Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.

Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.

Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.

Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan dinding abdomen.

Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.

Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul.

Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.

Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.

Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus. Sebaiknya digambar.

Anatomic Location of Organs by QuadrantRIGHT UPPER QUADRANT (RUQ ) Liver

Gallbladder

Duodenum

Head of pancreas

Right kidney and adrenal

Hepatic flexure of colon

Part of ascending and transverse colon LEFT UPPER QUADRANT (LUQ) Stomach

Spleen

Left lobe of liver

Body of pancreas

Left kidney and adrenal

Splenic flexure of colon

Part of transverse and descending colon

RIGHT LOWER QUADRANT (RLQ) Cecum

Appendix

Right ovary and tube

Right ureter

Right spermatic cordLEFT LOWER QUADRANT (LLQ) Part of descending colon

Sigmoid colon

Left ovary and tube

Left ureter

Left spermatic cord

MIDLINE Aorta

Uterus (if enlarged)

Bladder (if distended)

Perkusi

Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).

Orientasi abdomen secara umum.

Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus, pekak hati akan menghilang.

Cairan bebas dalam rongga abdomen

Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan asites:

Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain.

Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.

Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.

Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan:

Darah perifer lengkap

LED

Urinalistis

Biakan urine pada anak wanita

Test benzidin

Analisis tinja termasuk pemeriksaan parasit dan telur cacing

Pemeriksaan penunjang lainnya disesuaikan dengan kelainan yang didapat pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, seperti uji hidrogen nafas, USG abdomen, lipase dan amilase darah, test fungsi hati.

IV. Working Diagnosis

Berdasarkan gejala klinis dan keluhan yang diderita anak tersebut, working diagnostic pasien tersebut adalah DYSPEPSIA FUNGSIONALV. Differensial Diagnosis

a. GERD (Gastro Esofageal Reflux Desease)Suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esophagus, faring, laring, dan saluran nafas.

Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa rasa terbakar(heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia(kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi, dan rasa pahit di lidah. Walau demikian derajat berat ringannya keluhan heartburn ternyata tidak berkorelasi dengan temuan endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan keluhan pada serangan angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan yang padat mungkin terjadi karena striktur atau keganasan yang berkembang dari Barretts esophagus. Odinofagia(rasa sakit pada waktu menelan makanan) dapat bisa timbul jika sudah terjadi ulserasi esophagus yang berat.

GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra esophageal yang atipik dan sangat bervariasi mulai dari nyeri dada non-kardiak, suara serak, laryngitis, batuk karena aspirasi sampai timbulnya bronkiektasis atau asma.

Medika Mentosa:

1. PPI (Penghambat Pompa Proton)

Dosis

:

Omeprazol2 x 20mg

Lansoprazol2 x 30mg

Pantoprazol 2 x 40mg

Esomeprazol2 x 40mg

Lama terapi: 6-8 minggu.

Non Medika Mentosa:

Meninggikan posisi kepala saat tidur

Menghindari makan menjelang tidur

Berhenti merokok dan alcohol

Kurangi lemak dan jumlah makanan

b. Tukak Lambung (Peptic Ulcer Disease)

Luka pada lambung atau usus duodenum karena terjadi ketidakseimbangan antara faktor agresif seperti sekresi asam lambung, pepsin dan infeksi bakteri Helicobacter pylori dengan faktor defensif/faktor pelindung mukosa seperti produksi prostaglandin, gastric mucus, bikarbonat dan aliran darah mukosa. Singkatnya, tukak lambung merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang ditunjukkan dengan terjadinya kerusakan mukosa lambung bisa karena sekresi asam lambung berlebih, infeksi H. pylori, maupun produksi prostaglandin yang berkurang.

Infeksi bakteri H. pylori dan penggunaan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) menjadi penyebab utama terjadinya tukak lambung. H. pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang hidupnya pada bagian gastrum antrum. Bakteri ini bersifat patogen. H. pylori menghasilkan sitotoksin yang dapat memecah pertahanan mukus kemudian menempel di sel epitel lambung atau usus 12 jari. Di lambung, bakteri akan menghasilkan karbondioksida, amonia dan produk lain seperti protease, katalase, dan fosfolipase yang bersifat toksik. Produk-produk yang dihasilkan akan terakumulasi sehingga merusak pertahanan mukosa lambung dan menyebabkan ulcerasi atau tukak.

Stress dapat memicu tukak lambung karena dalam kondisi stress sangat dimungkinkan orang akan melakukan tindakan yang beresiko terjadinya tukak lambung seperti merokok, mengkonsumsi obat NSAID atau alkohol.

Gejala tukak lambung yang dialami rasa panas pada perut, sebah, mual, tidak tahan makanan berlemak, nyeri pada bagian ulu hati yang akan hilang setelah mengkonsumsi makanan. Selain terbangun di malam hari karena nyeri yang dirasakan, rasa nyeri di ulu hati yang hilang setelah mengkonsumsi makanan merupakan gejala spesifik pada tukak lambung yang dapat mempermudah diagnosis.

Obat pilihan

Nama Generik : Antasida DOEN

Kontra Indikasi : Pasien dengan gangguan ginjal

Dosis & Aturan Pakai : Tablet = 1-2 tablet, larutan = 1-2 sendok teh.

c. Gastritis (Magh)

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.

Gejala-gejala

Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain :

Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan

Mual

Muntah

Kehilangan selera

Kembung

Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.

VI. Manifestasi Klinis

Kita biasanya berpikir gejala-gejala dyspepsia sebagai berasal dari sistim pencernaan bagian atas, terutama lambung dan bagian pertama dari usus kecil. Gejala-gejala ini termasuk nyeri perut bagian atas (diatas pusar), bersendawa, mual (dengan atau tanpa muntah),kembung perut(perasaan perut yang penuh tanpa penggelembungan yang obyektif), cepat kenyang (perasaan kenyang setelah jumlah makan yang sangat kecil), dan, mungkin, penggelembungan perut (pembengkakan).Gejala-gejala kebanyakan dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, yang adalah waktu ketika banyak fungsi-fungsi pencernaan yang berbeda dipanggil untuk bekerja dalam konser.

Adalah tepat untuk mendiskusikan bersendawa dalam detil karena ia adalah gejala yang umumnya disalahartikan yang berkaitan dengan dyspepsia. Kemampuan untuk bersendawa adalah hampir sedunia (universal). Bersendawa adalah aksi mengeluarkan gas dari lambung melalui mulut. Penyebab umum dari bersendawa adalah penggelembungan perut yang disebabkan oleh udara atau gas yang tertelan. Penggelembungan dari lambung menyebabkan ketidakenakan perut, dan bersendawa mengeluarkan udara dan menghilangkan ketidakenakan. Sebab-sebab yang umum dari penelanan jumlah-jumlah yang besar dari udara (aerophagia) atau gas adalah menelan makanan atau minuman terlalu cepat, ketakutan, dan minuman-minuman bersoda (berkarbonat). Orang-orang seringkali tidak sadar bahwa mereka menelan udara. Lebih dari itu, jika tidak ada kelebihan udara didalam lambung, aksi bersendawa sebenarnya mungkin menyebabkan lebih banyak udara yang ditelan. "Bersendawa" bayi-bayi sewaktu menyusu dari botol atau dari ibunya adalah penting dalam rangka mengeluarkan udara didalam lambung yang telah tertelan dengan susu.

Udara yang berlebihan didalam lambung adalah bukan penyebab satu-satunya dari bersendawa. Untuk beberapa orang-orang, bersendawa menjadi suatu kebiasaan dan tidak mencerminkan jumlah udara didalam lambung-lambung mereka. Untuk yang lain-lainnya, bersendawa adalah respon pada segala tipe dari ketidakenakan perut dan tidak hanya pada ketidakenakan yang disebabkan oleh gas yang meningkat. Setiap orang mengetahui bahwa ketika mereka mempunyai ketidakenakan perut yang ringan, bersendawa seringkali menghilangkan persoalan. Ini karena kelebihan udara didalam lambung seringkali adalah penyebab ketidakenakan perut yang ringan. Sebagai akibatnya, orang-orang bersendawa kapan saja ketidakenakan perut yang ringan dirasakan - apapun penyebabnya.

Jika persoalan yang menyebabkan ketidakenakan adalah bukan kelebihan udara, maka bersendawa tidak menyediakan keringanan (pembebasan). Seperti disebutkan sebelumnya, ia bahkan membuat situasi lebih buruk dengan meningkatkan udara didalam lambung. Ketika bersendawa tidak meringankan atau mengurangi ketidakenakan, bersendawa harus dipandang sebagai tanda bahwa mungkin ada sesuatu yang salah didalam perut dan bahwa penyebab dari ketidakenakan harus dicari. Bersendawa sendiri, bagaimanapun, tidak membantu dokter menentukan apa yang mungkin salah karena bersendawa dapat terjadi pada hampir segala penyakit atau kondisi perut yang menyebabkan ketidakenakan

VII. Etiology

Adalah tidak mengejutkan bahwa banyak penyakit-penyakit pencernaan telah dikaitkan dengan dyspepsia. Bagaimanapun, banyak penyakit-penyakit yang bukan pencernaan juga telah dikaitkan dengan dyspepsia. Contoh-contoh dari yang belakangan termasukdiabetes, penyakit tiroid,hipertiroid (kelenjar-kelenjar paratitoid yang terlalu aktif), dan penyakit ginjal yang berat. Adalah tidak jelas, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit bukan pencernaan ini mungkin menyebabkan dyspepsia. Penyebab kedua yang penting dari dyspepsia adalah obat-obat. Ternyata bahwa banyak obat-obat seringkali dikaitkan dengan dyspepsia, contohnya, obat-obat anti-peradangan nonsteroid (NSAIDs seperti ibuprofen), antibiotik-antibiotik, dan estrogen-estrogen). Sesungguhnya, kebanyakan obat-obat dilaporkan menyebabkan pada paling sedikit beberapa pasien-pasien.

Seperti didiskusikan sebelumnya, kebanyakan dyspepsia (bukan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan pencernaan atau obat-obat) dipercayai disebabkan oleh fungsi yang abnormal (disfungsi) dari otot-otot organ-organ sistim pencernaan atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ. Kontrol syaraf dari sistim pencernaan, bagaimanapun, adalah kompleks (rumit). Sistim syaraf yang menelusuri seluruh panjang dari sistim pencernaan dari kerongkongan sampai ke anus (dubur) dalam dinding-dinding yang berotot dari organ-organ. Syaraf-syaraf ini berkomunikasi dengan syaraf-syaraf lain yang berjalan ke dan dari sumsum tulang belakang (spinal cord). Syaraf-syaraf didalam sumsum tulang belakang, pada gilirannya, berjalan ke dan dari otak. Jumlah-jumlah syaraf-syaraf yang dikandung sistim pencernaan dilebihi hanya oleh sumsum tulang belakang dan otak. Jadi,fungsi abnormaldari sistim syaraf pada dyspepsiamungkin terjadipadaorgan pencernaan yang berotot,sumsum tulang belakang (spinal cord), atauotak.

Sistim syaraf yang mengontrol organ-organ pencernaan, seperti dengan kebanyakan organ-organ lain, mengandung keduanya yaitu syaraf-syaraf sensor dan motor. Syaraf-syaraf sensor secara terus menerus merasakan apa yang terjadi (aktivitas) didalam organ dan menyampaikan (merelay) informasi ini pada syaraf-syaraf dalam dinding organ. Dari sana, informasi dapat disampaikan (direlay) pada sumsum tulang belakang dan otak. Informasi diterima dan diproses didalam dinding organ, sumsum tulang belakang, atau otak. Kemudian, berdasarkan pada masukan (input) sensor ini dan caranya masukan (input) diproses, perintah-perintah (respon-respon) dikirim ke organ melalui syaraf-syaraf motor. Dua dari respon-respon motor yang paling umum dalam usus kecil adalah kontraksi atau pengenduran dari otot organ dan pengeluaran cairan dan/atau lendir kedalam organ.

Seperti telah disebutkan, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf organ-organ pencernaan, paling sedikit secara teori, mungkin terjadi pada organ, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak. Lebih dari itu, kelainan-kelainan mungkin terjadi pada syaraf-syaraf sensor, syaraf-syaraf motor, atau pada pusat-pusat pemrosesan dalam usus kecil, spinal cord, atau otak.

Penyakit-penyakit dan kondisi-kondisi lain dapat memperburuk penyakit-penyakit fungsional, termasuk dyspepsia. Ketakutan dan/atau depresi adalah mungkin faktor-faktor yang memperburuk yang paling umum dikenal untuk pasien-pasien dengan penyakit-penyakit fungsional. Faktor yang memperburuk lain adalah siklus menstrual. Selama periode-periode mereka, wanita-wanita seringkali mencatat bahwa gejala-gejala fungsional mereka adalah lebih buruk. Ini bersesuaian dengan waktu yang sewaktu itu hormon-hormon wanita, estrogen dan progesterone, berada pada tingkat-tingkat tertinggi mereka. Lebih jauh, telah diamati bahwa merawat wanita-wanita yang mempunyai dyspepsia denganleuprolide, obat suntikan yang menutup produksi estrogen dan progesterone tubuh, adalah efektif pada pengurangan gejala-gejala dyspepsia pada wanita-wanita yang pramenopause. Pengamatan-pengamatan ini mendukung peran untuk hormon-hormon dalam intensifikasi gejala-gejala fungsional.VIII. Patofisiology

Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.1. Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena - bila diendoskopi - bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal, tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia tergolong dalam kategori ini.2. Duodenal and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok di usus duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer.3. Duodenitis and gastritis atau radang di usus duabelas jari dan/atau lambung. Radang tersebut bisa saja ringan atau parah, tergantung boroknya.4. Acid reflux, oesophagitis and GORD. Acid reflux terjadi ketika zat asam keluar dari lambung dan naik ke kerongkongan. Acid reflux bisa menyebabkan esofagitis (radang kerongkongan) atau gastro-oesophageal reflux disease (GORD - acid reflux, dengan atau tanpa esofagitis).5. Hiatus hernia atau lambung bagian atas menekan dada bagian bawah melalui bagian diafragma yang bermasalah. Biasanya hiatus hernia hanya menyebabkan GORD.6. Infeksi bakteri H. pylori.7. Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat-obatan anti peradangan atau obat-obatan lain (misalnya antibiotik dan steroid).

IX. Penatalaksanaan

Medika mentosa :

1. Antasida

2. Penyekat H2 reseptor, untuk menghilangkan rasa nyeri di ulu hati.

3. Penghambat pompa proton, untuk tipe ulkus.

4. Sitoproteksi

5. Metoklopiramid, antagons reseptor dopamine D2 untuk dipepsia fungsional.

6. Domperidon, tidak melewati sawar otak.

7. Cisaprid, keberhasilan 2 kali lipat disbanding placebo.

8. Agonis motilin, eritromisin, dapat meningkatkan pengosongan lambung.

Non medika mentosa

Diet

Makanan berserat seringkali direkomendasikan untuk pasien-pasien dengan IBS, namun serat masih belum dipelajari pada perawatan dyspepsia. Meskipun demikian, mungkin adalah layak untuk merawat pasien-pasien dengan dyspepsia dengan serat jika mereka juga mempunyai sembelit.

Ketidaktoleranan pada lactose (gula dalam susu) seringkali disalahkan untuk dyspepsia. Karena dyspepsia dan ketidaktoleranan lactose keduanya adalah umum, kedua kondisi-kondisi mungkin hidup bersama. Pada situasi ini, membatasi lactose akan memperbaiki gejala-gejala dari ketidaktoleranan lactose, namun tidak akan mempengaruhi gejala-gejala dyspepsia. Ketidaktoleranan lactose dengan mudah ditentukan oleh pengujian efek-efek lactose (pengujian pernapasan hidrogen) atau mencoba diet yang mengeliminasi lactose yang tegas/keras. Jika lactose ditentukan adalah bertanggung jawab untuk beberapa atau seluruh dari gejala-gejala, penghapusan (eliminasi) dari makanan-makanan yang mengandung lactose adalah tepat. Sayangnya, banyak pasien-pasien menghentikan meminum susu atau memakan makanan-makanan yang mengandung susu tanpa bukti-bukti yang baik bahwa itu memperbaiki gejala-gejala mereka. Ini seringkali merugikan pemasukan kalsium mereka.

Satu dari senyawa-senyawa makanan yang paling umum dikaitkan dengan gejala-gejala dyspepsia adalah lemak. Bukti ilmiah bahwa lemak menyebabkan dyspepsia adalah lemah. Kebanyakan dari pendukung adalah bersifat anekdot (tidak berdasarkan studi-studi ilmiah yang dilakukan dengan hati-hati). Meskipun demikian, lemak adalah satu dari pengaruh-pengaruh yang paling poten pada fungsi pencernaan. Ia cenderung memperlambat otot-otot pencernaan ketika ia menyebabkan otot-otot dari kantong empedu untuk berkontraksi. Oleh karenanya, adalah mungkin bahwa lemak mungkin memperburuk dyspepsia walaupun ia tidak menyebabkannya. Lagi pula, mengurangi pencernaan lemak mungkin menghilangkan gejala-gejala. Suatu diet rendah lemak yang tegas dapat dilaksanakan cukup mudah dan adalah berharga untuk dicoba. Sebagai tambahan, ada sebab-sebab lain yang berhubungan dengan kesehatan untuk mengurangi diet (makanan) yang berlemak.

X. Preventif

Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :

1. Atur pola makan seteratur mungkin.

2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung (coklat, keju, dan lain-lain).

3. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka, dan lain-lain).

4. Hindari makanan yang terlalu pedas.

5. Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.

6. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.

7. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

8. Jika anda perokok, berhentilah merokok.

9. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.

10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum olahraga.

11. Pertahankan berat badan sehat

12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia.

XI. Prognosis

BaikXII. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi dari penyakit-penyakit fungsional dari saluran pencernaan adalah relatif terbatas. Karena gejala-gejala paling sering dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, pasien-pasien yang merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka mungkin kehilangan berat badan. Bagaimanapun, kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada penyakit-penyakit fungsional. Sesungguhnya, kehilangan berat badan harus menyarankan kehadiran dari penyakit-penyakit yang bukan fungsional. Gejala-gejala yang membangunkan pasien-pasien dari tidur juga kemungkinan disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan fungsional daripada fungsional.

Paling umum, penyakit-penyakit fungsional mengganggu kesenangan (hidup) dan aktivitas-aktivitas harian pasien. Orang-orang yang mengembangkanmualatau nyeri setelah makan mungkin melewati makan pagi atau makan siang. Pasien-pasien juga umumnya menghubungkan gejala-gejala dengan makanan-makanan spesifik (contohnya, susu, lemak, sayur-sayuran). Apakah hubungan-hubungan adalah nyata atau tidak, pasien-pasien ini akan membatasi diet-diet mereka sesuai dengannya. Susu adalah makanan yang paling umum yang dieliminasi (dihilangkan), seringkali secara tidak perlu, dan ini dapat menjurus pada pemasukkan yang tidak memadai dari kalsium dan osteoporosis. Gangguan pada aktivitas-aktivitas harian juga dapat menjurus pada persoalan-persoalan hubungan-hubungan antar perorangan, terutama dengan pasangan (suami dan istri). Kebanyakan pasien-pasien dengan penyakit fungsional hidup dengan gejala-gejala mereka dan jarang mengunjungi dokter-dokter untuk diagnosis dan perawatan.XIII. Epidemiology

Dyspepsia (atau, seperti yang seringkali dirujuk oleh dokter, non-ulcer dyspepsia atau dyspepsia tidak berborok) adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari usus-usus, mempengaruhi perkiraan dari 20% dari orang-orang di Amerika. Mungkin hanya 10% dari mereka yang terpengaruh sebenarnya mencari perhatian medis untuk dyspepsia mereka. Dyspepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada "dyspepsia" atau pencernaan makanan yang abnormal, dan ini kemungkinan besar adalah bukan kasusnya. Sesungguhnya, nama umum lain untuk dyspepsia adalah gangguan pencernaan (indigestion), yang, untuk sebab yang sama, adalah tidak lebih baik daripada istilah dyspepsia.Daftar Pustaka

1) Sudoya. W. Aru. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Ed. 4. FKUI. 2006; 354-356

2) Rudolph Abraham. Buku Ajar Pediatri. Volume 1. Edisi 20. EGC. Jakarta

3) Modul Blok 16. Universitas Kristen Krida Wacana

4) Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I. Jakarta: IDAI, 2004.

5) Diunduh dari www.garuda.dikti.go.id15