14
Tindakan pemasangan kateter urin dilakukan dengan memasukan selang plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih. Kateter memungkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urin per jam pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil (Potter dan Perry, 2002 ). Kateterisasi urin membantu pasien dalam proses eliminasinya. Pemasangan kateter menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk berkemih. Penggunaan kateter intermiten dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pasien mengalami ketergantungan dalam berkemih (Craven dan Zweig, 2000). 1.1 Tipe Kateterisasi Menurut Hidayat pemasangan kateter dengan dapat bersifat sementara atau menetap. Pemasangan kateter sementara atau intermiten catheter (straight kateter) dilakukan jika pengosongan kandung kemih dilakukan secara rutin sesuai dengan jadwal, sedangkan pemasangan kateter menetap atau indwelling catheter (folley Universitas Sumatera Utara

dk dokmus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

Citation preview

Tindakan pemasangan kateter urin dilakukan dengan memasukan selang plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih. Kateter memungkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urin per jam pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil (Potter dan Perry, 2002 ).

Kateterisasi urin membantu pasien dalam proses eliminasinya. Pemasangan kateter menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk berkemih. Penggunaan kateter intermiten dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pasien mengalami ketergantungan dalam berkemih (Craven dan Zweig, 2000).

1.1 Tipe Kateterisasi

Menurut Hidayat pemasangan kateter dengan dapat bersifat sementara atau menetap. Pemasangan kateter sementara atau intermiten catheter (straight kateter) dilakukan jika pengosongan kandung kemih dilakukan secara rutin sesuai dengan jadwal, sedangkan pemasangan kateter menetap atau indwelling catheter (folley

Universitas Sumatera Utara

kateter) dilakukan apabila pengosongan kateter dilakukan secara terus menerus (Hidayat, 2006).

a. Kateter sementara (straight kateter)

Pemasangan kateter sementara dilakukan dengan cara kateter lurus yang sekali pakai dimasukkan sampai mencapai kandung kemih yang bertujuan untuk mengeluarkan urin. Tindakan ini dapat dilakukan selama 5 sampai 10 menit. Pada saat kandung kemih kosong maka kateter kemudian ditarik keluar, pemasangan kateter intermitten dapat dilakukan berulang jika tindakan ini diperlukan, tetapi penggunaan yang berulang meningkatkan resiko infeksi (Potter dan Perry, 2002 ).

Pemasangan kateter sementara dilakukan jika tindakan untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih pasien dibutuhkan. Efek samping dari penggunaan kateter ini berupa pembengkakan pada uretra, yang terjadi saat memasukkan kateter dan dapat menimbulkan infeksi (Thomas, 2007).

Beberapa keuntungan penggunaan kateterisasi sementara yang dikemukakan oleh Japardi (2000) antara lain:

1) Mencegah terjadinya tekanan intravesikal yang tinggi/overdistensi yang mengakibatkan aliran darah ke mukosa kandung kencing dipertahankan seoptimal mungkin

2) Kandung kencing dapat terisi dan dikosongkan secara berkala seakan-akan berfungsi normal.

3) Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis, maka penderita dapat melewati masa syok spinal secara fisiologis sehingga fedback ke medula spinalis tetap terpelihara

4) Teknik yang mudah dan klien tidak terganggu kegiatan sehari harinya

Universitas Sumatera Utara

Kerugian kateterisasi sementara ini adalah adanya bahaya distensi kandung kemih, resiko trauma uretra akibat kateter yang keluar masuk secara berulang, resiko infeksi akibat masuknya kuman-kuman dari luar atau dari ujung distal uretra (flora normal) (Japardi, 2000).

b. Keteter menetap (foley kateter)

Kateter menetap digunakan untuk periode waktu yang lebih lama. Kateter menetap ditempatkan dalam kandung kemih untuk beberapa minggu pemakaian sebelum dilakukan pergantian kateter. Pemasangan kateter ini dilakukan sampai klien mampu berkemih dengan tuntas dan spontan atau selama pengukuran urin akurat dibutuhkan (Potter dan Perry, 2005).

Pemasangan kateter menetap dilakukan dengan sistem kontinu ataupun penutupan berkala (clamping). Pemakaian kateter menetap ini banyak menimbulkan infeksi atau sepsis. Bila menggunakan kateter menetap, maka yang dipilih adalah penutupan berkala oleh karena kateterisasi menetap yang kontinu tidak fisiologis dimana kandung kencing yang selalu kosong akan mengakibatkan kehilangan potensi sensasi miksi serta terjadinya atrofi serta penurunan tonus otot kandung kemih (Japardi, 2000).

Kateter menetap terdiri atas foley kateter (double lumen) dimana satu lumen berfungsi untuk mengalirkan urin dan lumen yang lain berfungsi untuk mengisi balon dari luar kandung kemih. Tipe triple lumen terdiri dari tiga lumen yang digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih, satu lumen untuk memasukkan cairan ke dalam balon dan lumen yang ketiga dipergunakan untuk melakukan irigasi pada kandung kemih dengan cairan atau pengobatan (Potter dan Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

1.2 Indikasi Kateterisasi

Kateterisasi sementara digunakan pada penatalaksanaan jangka panjang klien yang mengalami cidera medulla spinalis, degenerasi neuromuscular, atau kandung kemih yang tidak kompeten, pengambilan spesimen urin steril, pengkajian residu urin setelah pengosongan kandung kemih dan meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih (Perry dan Potter, 2005). Menurut Hidayat (2006) kateterisasi sementara diindikasikan pada klien yang tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi, retensi akut setelah trauma uretra, tidak mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesic, cidera pada tulang belakang, degerasi neuromuscular secara progresif dan pengeluaran urin residual.

Kateterisasi menetap (foley kateter) digunakan pada klien paskaoperasi uretra dan struktur di sekitarnya (TUR-P), obstruksi aliaran urin, obstruksi uretra, pada pasien inkontinensia dan disorientasi berat (Hidayat, 2006).

Bioetika berasal dari katabiosyang berati kehidupan danethosyang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut,tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti inidisebut Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika,yaitu:

Beneficence

Non- Maleficence

Justice

Autonomi

Beneficence

Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, doktertersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini.Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untukmenyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;

Mengutamakan Alturisme

Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter

Tidak ada pembatasan goal based

Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya

Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang

Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

MenerapkanGolden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan

Memberi suatu resep berkhasiat namun murah

Mengembangkan profesi secara terus menerus

Minimalisasi akibat buruk

Kaidah Benefince dalam kasus pemasangan kateter terhadap lawan jenis

1.Pada kasus pemasangan kateter lawan jenis, pasien dipasang kateter dengan tujuan Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1).Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan,tetapihal tersebut tidak meruntuhkan niatnnya untuk menolong pasiendokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah Beneficence.

Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat dirumah sakit yang berada dikota.(Paragraf 2).Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.

3.Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup.(Paragraf 2).Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan diterima pasien.

4.Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)

Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu, memberikan obat berkhasiat namun murah kepada pasiennya.

5.Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. (Paragraf 4).Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar pasien tidek terlalu menderita.

6.Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5).Disini dokter Bagus menunjukkan sisi paternalismepenuh kasih sayang dan bertanggung jawab sebagaiseorang dokter dalam menangani pasiennya.

7.Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang ada hanya bagaimana mengobati pasien-pasiennya (Paragraf 7).Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban demi kepentingan orang lain, dan tidak mementingkan dirinya sendiri.

2.2.2Non Malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasienyang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kunoFist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:

Menolong pasien emergensi

Mengobati pasien yang luka

Tidak membunuh pasien

Tidak memandang pasien sebagai objek

Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

Melindungi pasien dari serangan

Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter

Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

Menghindari misrepresentasi

Memberikan semangat hidup

Tidak melakukanwhite collar crime

Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:

1.Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).

Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal untuk meminimalisasi akibat buruk yangakan merugikanpasien, seperti kehilangan nyawa akibat pendarahan.

2.2.3Autonomi

Dalamkaidah ini, seorangdokterwajibmenghormati martabatdan hakmanusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.KaidahAutonomimempunyaiprinsip prinsip sebagai berikut:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri

Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

Berterus terang menghargai privasi

Menjaga rahasia pasien

Menghargai rasionalitas pasien

Melaksanakan Informed Consent

Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi

Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien

Mejaga hubungan atau kontrak

Kaidah Autonomidalam kasus dr. Bagus :

1.Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu,kata dokter Bagus. (Paragraf3).

Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut.Dia juga tetap menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari ibu tersebut

2.Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).

Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu sendiri.

3.Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. (Paragraf 5).

Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien, apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.

4.Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6)

Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus menerapkan prinsip ke 3, yaitu berterus terang kepada pasiennya.

2.2.4Justice

Keadilanatau Justiceadalah suatu prinsip dimana seorang dokterwajibmemberikan perlakuan sama rata serta adiluntuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidakbolehmengubah sikapdan pelayanandokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :

Memberlakukan segala sesuatu secara universal

Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

Menghargai hak sehat pasien

Menghargai hak hukum pasien

Menghargai hak orang lain

Menjaga kelompok rentan

Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainya

Tidak melakukan penyalahgunaan

Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil

Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat

Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan

Bijak dalam makroalokasi

Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :

1.Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2).

Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan tertib, lancardan tidak membeda-bedakan pasien.

2.Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)

Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

3.Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberipertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).

Di sinidokterbagusmenjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.

.1.Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.

2.2.Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika, Humaiora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.