8
1 LABORATORIUM KLINIK Untuk Diagnosa Lebih Baik [ ISSN 0854-7165 | No. 5/2002 ] Daftar Isi Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular ............... 1 Small-dense LDL dan Obesitas ....................... 4 Subfertilitas ........................................... 6 Diabetes Dan Penyakit Kardiovaskular Pendahuluan Penyakit kardiovaskular bukan merupakan hal yang aneh jika ditemukan pada pasien diabetes. Prevalensi penyakit makrovaskular sekurang-kurangnya 2 sampai 3 kali pada pasien diabetes dibandingkan dengan pada pasien non-diabetes. Penderita diabetes bertambah buruk setelah serangan jantung atau stroke dibandingkan dengan individu non-diabetes. Pada pasien DM tipe 2 prevalensi komplikasi makrovaskular setidaknya dua kali dibandingkan dengan komplikasi mikrovaskular. Dengan demikian, penyakit vaskular harus disadari sebagai komplikasi diabetes yang penting, dan manajemennya merupakan bagian penting dari rencana pengobatan untuk pasien diabetes. Memperkirakan Risiko Vaskular Pada Pasien Diabetes Banyak pasien diabetes memiliki silent coronary artery disease sebelumnya, dengan demikian setiap pasien diabetes idealnya harus memiliki data EKG pada laporan kesehatan tahunannya. EKG dapat juga menyatakan hipertropi ventrikel kiri yang merupakan penanda risiko koroner. Pasien yang memiliki penyakit arteri koroner sebelumnya, seperti riwayat infark miokard, harus dipertimbangkan sebagai pasien yang berisiko tinggi dan semua faktor risiko yang dapat dimodifikasi harus ditangani secara intensif. Diabetes Tipe 1 Pada pasien DM tipe 1, risiko terhadap penyakit vaskular meningkat sangat tinggi dengan adanya proteinuria persisten. Pada individu ini, risiko relatif penyakit kardiovaskular meningkat sebanyak 40 kali dibandingkan dengan pasien tanpa proteinuria. Dengan demikian, pada pasien ini, proteinuria tidak hanya merupakan penanda nephropathy tetapi juga merupakan penanda bagi penyakit kardiovaskular. Pada pasien DM tipe 1, mikroalbuminuria yang terdeteksi pada pasien dengan jangka waktu diabetes melebihi 20 tahun merupakan prediktor untuk sindrom diabetes nephropathy dan penyakit vaskular yang buruk. Diabetes Tipe 2 Data terbaru dari United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) telah menyatakan bahwa faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner (PJK) pada pasien DM tipe 2 adalah peningkatan kolesterol LDL, penurunan kolesterol HDL, peningkatan tekanan darah, hiperglikemia dan merokok. Pada populasi ini obesitas tidak muncul sebagai faktor risiko independent, tetapi

DM Dan Penyakit KV

  • Upload
    kloter1

  • View
    26

  • Download
    13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diabetessss

Citation preview

Page 1: DM Dan Penyakit KV

1

LABORATORIUM KLINIK

Untuk Diagnosa Lebih Baik

[ ISSN 0854-7165 | No. 5/2002 ] Daftar Isi

Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular ............... 1

Small-dense LDL dan Obesitas ....................... 4

Subfertilitas ........................................... 6

Diabetes Dan Penyakit Kardiovaskular

Pendahuluan

Penyakit kardiovaskular bukan merupakan hal yang anehjika ditemukan pada pasien diabetes. Prevalensipenyakit makrovaskular sekurang-kurangnya 2 sampai3 kali pada pasien diabetes dibandingkan dengan padapasien non-diabetes. Penderita diabetes bertambahburuk setelah serangan jantung atau strokedibandingkan dengan individu non-diabetes. Pada pasienDM tipe 2 prevalensi komplikasi makrovaskularsetidaknya dua kali dibandingkan dengan komplikasimikrovaskular. Dengan demikian, penyakit vaskularharus disadari sebagai komplikasi diabetes yangpenting, dan manajemennya merupakan bagian pentingdari rencana pengobatan untuk pasien diabetes.

Memperkirakan Risiko Vaskular Pada Pasien Diabetes

Banyak pasien diabetes memiliki silent coronary arterydisease sebelumnya, dengan demikian setiap pasiendiabetes idealnya harus memiliki data EKG pada laporankesehatan tahunannya. EKG dapat juga menyatakanhipertropi ventrikel kiri yang merupakan penanda risikokoroner. Pasien yang memiliki penyakit arteri koronersebelumnya, seperti riwayat infark miokard, harusdipertimbangkan sebagai pasien yang berisiko tinggi dansemua faktor risiko yang dapat dimodifikasi harusditangani secara intensif.

Diabetes Tipe 1

Pada pasien DM tipe 1, risiko terhadap penyakit vaskularmeningkat sangat tinggi dengan adanya proteinuriapersisten. Pada individu ini, risiko relatif penyakitkardiovaskular meningkat sebanyak 40 kali dibandingkandengan pasien tanpa proteinuria. Dengan demikian, padapasien ini, proteinuria tidak hanya merupakan penandanephropathy tetapi juga merupakan penanda bagipenyakit kardiovaskular. Pada pasien DM tipe 1,mikroalbuminuria yang terdeteksi pada pasien denganjangka waktu diabetes melebihi 20 tahun merupakanprediktor untuk sindrom diabetes nephropathy danpenyakit vaskular yang buruk.

Diabetes Tipe 2

Data terbaru dari United Kingdom Prospective DiabetesStudy (UKPDS) telah menyatakan bahwa faktor risikoutama untuk penyakit jantung koroner (PJK) pada pasienDM tipe 2 adalah peningkatan kolesterol LDL, penurunankolesterol HDL, peningkatan tekanan darah,hiperglikemia dan merokok. Pada populasi ini obesitastidak muncul sebagai faktor risiko independent, tetapi

Page 2: DM Dan Penyakit KV

2

sekitar 75% pasien dengan DM tipe 2 adalah overweightdan obesitas juga berhubungan dengan masing-masingpenanda risiko di atas secara independent.

Kolesterol Absolut Atau Risiko Absolut ?

Secara umum, pasien diabetes jelas memiliki risiko PJKlebih tinggi daripada pasien non-diabetes, dan olehkarena itu, batas untuk mengobati pasien diabetes haruslebih rendah daripada populasi secara umum.

Untuk klinisi yang hanya memperkirakan kolesterol total(dan tidak memperkirakan kolesterol HDL), telahdirekomendasikan bahwa untuk pencegahan primer,pasien dengan kolesterol serum lebih besar dari 6,0mmol/L (~ 231,7 mg/dL) harus mendapatkan terapipenurun lipid. Harus diperhatikan bahwa penggunaaannilai cut-off tersebut dapat berarti bahwa sejumlahpasien dengan konsentrasi kolesterol serum yang lebihrendah dari nilai tersebut, yang mungkin sebetulnyamenguntungkan kalau diberi terapi penurun lipid,menjadi termasuk ke dalam kelompok yang tidak akanmenerima pengobatan. Sama halnya, pasien denganrisiko penyakit koroner rendah akan tetapi mempunyaikolesterol serum lebih tinggi dari batasan ini, akanmendapatkan pengobatan yang tidak perlu.

Alternatif terbaik adalah dengan melihat risiko absolutPJK untuk pasien secara individual dan memperhitungkansemua faktor risiko. Perhitungan analisis risiko koronerumumnya berdasarkan informasi yang diberikan olehklinik, termasuk usia pasien, jenis kelamin, tekanandarah sistolik, adanya hipertropi ventrikel kiri pada EKGdan konsentrasi HDL serta kolesterol total.

Disiplidemia Diabetik

Pada DM tipe 2 ada perubahan metabolisme lipoproteinyang bermacam-macam, baik pada keadaan puasaataupun pada keadaan post-prandial. Abnormalitas klasikutama adalah hipertrigliseridemia dengan kadarkolesterol HDL yang rendah, yang terlihat pada 1/3pasien termasuk mereka yang mempunyai kontrol gulayang baik. Etilogi dari keadaan dislipidemia ini sangatkompleks dan melibatkan sejumlah faktor meliputi

hiperinsulinemia, resistensi insulin, hiperglikemia dangangguan metabolisme asam lemak.

Partikel small dense LDL merupakan karakteristikdislipidemia pada pasien DM tipe 2 dan mempunyaihubungan dengan hipertrigliseridemia. Partikel smalldense LDL mempunyai sifat aterogenik yang meningkat,menunjukkan toksisitasnya pada sel-sel endotel,menunjukkan kecenderungan untuk diabsorpsi olehmakrofag untuk membentuk sel busa yang meningkatdan suseptibilitas untuk mengalami modifikasi oksidatifdan glikatif yang meningkat. Lebih lanjut, partikel smalldense LDL mempunyai kecenderungan untukmenginduksi pelepasan radikal bebas.

Pengurangan Risiko Penyakit Jantung Pada PasienDiabetes

Pengobatan pada pasien diabetes sering terfokus padapengontrolan hiperglikemia dan hanya relatif sedikitmemperhatikan faktor risiko lain untuk PJK. Pada pasiendengan diabetes, faktor risiko seperti hipertensi danhiperlipidemia memiliki lebih dari sekedar efektambahan dan pengobatannya merupakan bagian pentingdari pengurangan risiko penyakit jantung.

Diabetes Tipe 1The Diabetes Control and Complications Trial (DCCT)telah menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe 1, kontrolglikemia yang baik dengan terapi insulin yang intensifmemiliki kecenderungan untuk mengurangi angkakejadian kardiovaskular, walaupun secara statistik tidaksignifikan. Akan tetapi, pengobatan insulin yangintensif, memerlukan biaya yang besar dan mempunyairisiko efek samping yang signifikan, terutamahipoglikemia. Dengan demikian, pendekatan yangbijaksana adalah untuk mendapatkan pengontrolanterbaik yang dapat dicapai pasien sehingga dapat hidupsenormal mungkin. Pasien dengan proteinuria merupakanpasien yang memiliki risiko tinggi.

Pasien DM tipe 1 yang disertai proteinuria harusmenerima terapi anti hipertensi yang agresif denganACE inhibitor. Karena akan meningkatkan risiko penyakitjantung, secara klinis sangat beralasan untuk memberipengobatan statin pada pasien sebatas yang

Page 3: DM Dan Penyakit KV

3

direkomendasikan secara normal untuk pencegahansekunder. Fibrat tidak boleh digunakan pada penyakitginjal.

Diabetes Tipe 2Data dari UKPDS menyatakan bahwa pada pasien tanpaPJK sebelumnya, derajat hiperglikemia, hiperlipidemia,tekanan darah tinggi dan merokok merupakan faktorrisiko utama dan semua risiko tersebut termasuk padarisiko yang dapat dimodifikasi.

HiperglikemiaUKPDS secara jelas menunjukkan bahwa kontrol glukosadarah yang ketat dapat menyebabkan penguranganmortalitas yang disebabkan oleh hal-hal yangberhubungan dengan diabetes secara signifikan. Sepertihalnya pada DCCT, UKPDS juga menunjukkan adanyapenurunan infark miokard pada pasien yang menerimaterapi intensif. Banyak terapi yang tersedia saat ini yangdapat digunakan agar pasien dapat mencapai kontrolglikemia yang baik.

Obat-obat yang mempengaruhi sensitivitasinsulinSejumlah obat-obat baru dikembangkan untukmeningkatkan kerja insulin. Resistensi insulinmerupakan gambaran umum pada pasien diabetes tipe2. Obat insulin-sensitising yang pertama(thiazolidinedione), troglitazone, tidak hanya mengontrolhiperglikemia, tapi juga memiliki efek menguntungkanpada lipid dalam serum, yaitu menurunkan trigliseridadalam serum dan meningkatkan kolesterol HDL. Adasedikit peningkatan pada kolesterol LDL sebesar 5%,tetapi hal ini berhubungan dengan peningkatan ukuranpartikel LDL. Selain itu, obat ini memiliki sifatantioksidan karena memiliki vitamin-E like moiety, akantetapi perlu dipertimbangkan adanya risikohepatotoksisitas.

DietDiet merupakan bagian dari pengaturan dislipidemia dandiabetes. Pasien obesitas harus disarankan untukmengurangi berat badan dengan makan makanan sehatdan dengan meningkatkan aktivitas fisik. Kehilanganberat badan 5-10% pada pasien obesitas berhubungandengan penurunan tekanan darah sebesar 10-20 mmHg,penurunan kolesterol total 10% dan pengurangantrigliserida serum 30%. Pada pasien diabetes, glukosapuasa dapat berkurang 30-50%, sementara pada pasien

angina, ada perbaikan pada toleransi exercise sebesar33%. Mortalitas berkurang 20-25%. Selama pengobatanobesitas yang aman dan efektif belum tersedia, makakomplikasi obesitas seperti hipertensi, dislipidemia dandiabetes, harus diobati secara terpisah.

Terapi penurun lipidPenurunan kolesterol merupakan cara yang efektif untukmengurangi risiko vaskular, seperti ditunjukkan padastudi 4S dan WOSCOPS. Karena adanya risiko PJK yanglebih tinggi pada pasien diabetes, manfaat yangdiperoleh mungkin akan lebih besar pada pasien-pasienini. Hal ini didukung oleh analisis subgrup dari studiWOSCOP, di mana pasien diabetes menunjukkanpengurangan kejadian koroner sebanyak 55%.Pengobatan hiperlipidemia pada diabetes harus dapatmenurunkan kolesterol LDL yang meningkat danmeningkatkan kadar kolesterol HDL. Perbaikan kontrolglikemia akan memperbaiki hiperlipidemia, tetapikegagalan untuk mencapai kontrol glikemia yang baikbukan merupakan suatu alasan untuk menundapengobatan dengan obat penurun lipid.

Saat ini obat-obat kelompok statin direkomendasikanuntuk pencegahan risiko koroner. Secara teoritis fibratmemiliki keuntungan pada diabetes karena obat tersebutjuga menurunkan trigliserida serum. Kombinasi statindan fibrat sangat menguntungkan, tetapi enzimtransaminase dan kreatin kinase harus selalu dipantau.

HipertensiHipertensi merupakan faktor risiko yang penting untukpenyakit jantung pada pasien diabetes. Batas dan targetdari pengobatan tekanan darah pada diabetes telahberubah selama bertahun-tahun. Sekarang banyakpedoman yang menganjurkan agar pasien-pasien inidapat menerima terapi untuk mereduksi tekanan darahsampai di bawah 140/90 mmHg, dan untuk pasiendiabetes tipe 1 yang lebih muda bahkan mungkin perludiberikan batas yang lebih rendah.

Berhenti MerokokMerokok merupakan faktor risiko PJK yang penting padapasien diabetes, dan mereka harus dianjurkan untukberhenti. Hal ini telah terbukti dapat mengurangi risikokoroner.

Page 4: DM Dan Penyakit KV

4

Faktor lainPasien diabetes mungkin juga menderita hiperlipidemiakongenital lainnya. Mengurangi obesitas denganmeningkatkan aktivitas fisik dan mengikuti diet sehatperlu dianjurkan dan minum alkohol berlebihan perludihindari. Penyebab hiperlipidemia sekunder lain jugaharus disadari, terutama kondisi seperti hipotiroidismeperlu ditiadakan.

Penutup

Penyakit kardiovaskular merupakan masalah kesehatanutama pada pasien diabetes dan penelitian perludikembangkan untuk mengidentifikasi penanda risikoyang lebih baik dan mengembangkan obat baru untukmencegah ateroma.

Abnormalitas metabolisme lipid yang kompleksmenyebabkan terbentuknya partikel lipoprotein yangaterogenik, terutama pada keadaan post-prandial.Partikel small dense LDL merupakan karakteristik padapasien DM tipe 2 dan mempunyai hubungan erat denganhipertrigliseridemia

Karena banyak faktor risiko yang ditemukan pada pasiendiabetes, maka dibutuhkan program perawatan yang baikdan intervensi berbagai faktor risiko. Hal ini termasuksaran untuk gaya hidup, serta terapi penurun lipid dantekanan darah jika diperlukan.

Faliawati Moeliandari � Marita Kaniawati

Rujukan :1. Kumar S. Cardiovascular Disease. In Diabetes & Vas-

cular Disease, Barnett AH. Zeneca Pharma Interna-tional, 1998, p. 9-14.

2. Evans M, Khan N, Rees A. Diabetic Dyslipidaemia andCoronary Heart Disease : New Perspective.Curr Opin Lipidol 1999 ; 10 : 387-388

Small Dense LDL Dan Obesitas

Small Dense LDL

Low density lipoprotein (LDL) merupakan partikel yangheterogen yang berbeda dalam densitas, ukuran dankomposisi kimianya (1). Sub kelas LDL dibedakanberdasarkan ukurannya pada nondenaturingpolyacrylamide gradient gel. Sekurang-kurangnya tujuhsubkelas LDL telah dapat diidentifikasi : LDL-IVB (22,0sampai 23,2 nm), LDL-IVA (23,3 sampai 24,1 nm), LDL-IIIB (24,2 sampai 24,6 nm), LDL-IIIA (24,7 sampai 25,5nm), LDL-II (25,5 sampai 26,4 nm), LDL-I (26,0 sampai28,5 nm) dan intermediate-size lipoprotein (ISL) (28,0sampai 32,0 nm) (2).

Subkelas yang lebih kecil yaitu LDL-III dan LDL-IV biasadisebut small dense LDL (SD-LDL) dan ukuran yang lebihbesar disebut large buoyant LDL (LB-LDL). Dibandingkandengan partikel LB-LDL, partikel SD-LDL memiliki potensiaterogenik yang lebih besar, yang disebabkan oleh:(1) kerentanan yang lebih besar untuk oksidasi(2) afinitas ikatan yang lebih kecil terhadap reseptor LDL(3) afinitas ikatan yang lebih tinggi terhadap proteoglikan

pada dinding arteri (1).

Walaupun fenotipe subkelas LDL terutama ditentukanoleh susunan genetik, ekspresinya juga dipengaruhi olehfaktor lain seperti kegemukan, hiperinsulinemia danhiperlipidemia. Sebagai contoh, studi epidemiologismenggunakan populasi dewasa telah menunjukkanbahwa ukuran partikel LDL berhubungan secara positifdengan konsentrasi trigliserida dan apo B, tetapiberhubungan secara negatif dengan konsentrasi HDL.Studi yang terbaru menggunakan subyek pria dengandan tanpa PJK menunjukkan bahwa pria denganhypertriglycerimic waist (didefinisikan dengan lingkarpinggang = 90 cm dan kadar trigliserida plasma ~ 177mg/dL) memiliki risiko 3,6 kali lebih tinggi untuk PJKdibandingkan dengan pria yang memiliki lingkar pinggangdan kadar trigliserida yang rendah (1).

Sebelumnya telah dilaporkan bahwa selama masa remajaakumulasi visceral adipose tissue (VAT) secara signifikanberhubungan dengan profil insulin resistance syndrome(IRS) yang buruk seperti peningkatan trigliserida, VLDLdan apo B disertai dengan HDL yang relatif rendah. Hasil

Page 5: DM Dan Penyakit KV

5

studi yang baru menentukan prevalensi fenotipe SD-LDLpada sampel orang muda yang obese. Telah dievaluasijuga hubungan ukuran partikel LDL dengan adipositas,kemampuan kardiovaskular dan penanda IRS (1).

Adipositas

Beberapa penelitian yang berbeda telah dilakukan untukmenunjukkan hubungan antara ukuran partikel atausubkelas LDL dengan adipositas atau obesitas. Penelitianyang dilakukan oleh Paul T. Williams dan Ronald M. Kraussmenyatakan bahwa peningkatan LDL-IIIA jugamenjelaskan penurunan diameter puncak LDL yangberhubungan dengan adipositas pria. Gambar berikutmenunjukkan bahwa LDL-IIIA dan LDL-IIIB yang lebihbesar berhubungan secara positif dengan body mass in-dex (BMI). Adipositas juga berhubungan dengan HDL3B

yang lebih tinggi dan HDL2B yang lebih rendah pada pria-pria ini. Pengamatan ini sesuai dengan perubahan padasubfraksi HDL dan LDL yang terlihat selama penurunanberat badan (2).

Adipositas berhubungan dengan peningkatan sintesisVLDL-trigliserida, VLDL-apoB, dan LDL- apoB,peningkatan katabolisme IDL-apoB dan LDL-apoB, danpeningkatan klirens VLDL sebelum dirubah menjadi LDL.Kelebihan lipoprotein yang kaya akan trigliserida padasaat puasa dan postprandial serta peningkatankonsentrasi asam lemak bebas pada individu yang over-weight dapat meningkatkan pertukaran antara kolesterolester dan trigliserida, dengan demikian mencegahakumulasi HDL2B-C dan meningkatkan LDL-III. Adipositasjuga berhubungan dengan aktivitas hepatik lipase (HL)yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan hidrolisislipid IDL dan LDL dan pembentukan LDL kecil (2).

Small Dense LDL Dan Obesitas

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 80 orang denganusia 13-16 tahun yang obese memberikan hasil bahwa34 orang (54%) diklasifikasikan sebagai fenotipe SD-LDL,sementara 37 orang (46%) sebagai LB-LDL. Grup fenotipeSD-LDL memiliki lingkar pinggang dan VAT yang lebihbesar secara signifikan dibandingkan dengan fenotipeLB-LDL (1).

Penelitian ini merupakan studi pertama yangmenunjukkan bahwa fenotipe SD-LDL merupakan halyang biasa ditemukan pada anak remaja yang obese.Hubungan yang sama antara ukuran partikel LDL,obesitas sentral, dan lipoprotein telah dilaporkansebelumnya pada orang dewasa (1).

Penjelasan yang memungkinkan untuk hubungan antaraVAT dan ukuran partikel LDL adalah bahwa VATmelepaskan sejumlah asam lemak melalui menurunnyaantilipolisis yang diinduksi oleh insulin ke dalam venaporta menuju jaringan hati. Di dalam hati asam lemakini disintesis menjadi VLDL, dengan demikianmeningkatkan trigliserida, menurunkan HDL (terutamaHDL2) dan menurunkan ukuran partikel LDL (1).

Kemungkinan kedua berhubungan dengan laporan-laporan sebelumnya bahwa akumulasi VAT berbandingterbalik dengan aktivitas dan massa post-heparin LPLpada pria dan wanita Jepang, menunjukkan defisiensifungsional aktivitas LPL. Karena LPL merupakan enzimkunci untuk hidrolisis trigliserida yang berasal dari VLDL,kilomikron dan partikel-partikel remnannya, aktivitasLPL yang rendah disertai akumulasi VAT akanmenyebabkan klirens lipoprotein yang kaya akantrigliserida mengalami penundaan, dan turut berperanpada perkembangan Atherogenic Lipoprotein Phenotype(ALP) yang digambarkan dengan peningkatantrigliserida, penurunan HDL dan penurunan ukuranpartikel LDL (1).

Pengaruh negatif akumulasi VAT pada ukuran partikelLDL dimediasi oleh meningkatnya produksi VLDL hepatikkarena peningkatan pelepasan asam lemak bebas yangdiinduksi oleh VAT ke dalam vena porta atau tertundanyaklirens trigliserida dari lipoprotein yang kaya akantrigliserida yang berhubungan dengan penurunan rasioLPL/HL, atau kedua-duanya (1).

LDLIVB IVA IIIB IIIA II I

LDL-diameter (nm)

Gambar 1. Pearson correlation coefficients antara kadarLDL dan BMI

Pear

son

corre

latio

n

Page 6: DM Dan Penyakit KV

6

Penutup

Akumulasi Visceral Adipose Tissue (VAT) berhubunganpositif dengan ALP pada orang muda obese yangdigambarkan dengan trigliserida dan apo B yangmeningkat, menurunnya HDL dan menurunnya ukuranpartikel LDL (terbentuknya small dense LDL) (1).

Akhir-akhir ini para pakar telah sepakat bahwa smalldense LDL merupakan faktor risiko yang amat pentinguntuk PJK. Hirano dkk telah melakukan suatu studikorelasi antara rasio kolesterol-LDL/apo B dengandiameter molekul LDL. Rasio kolesterol-LDL/apo B = 1,2berkorelasi dengan diameter LDL 255 L° (25,5 nm),yang merupakan batas diameter small dense LDL (3).

Marita Kaniawati � Faliawati Moeliandari

Rujukan :1. Kang H-S, Gutin B, Barbeau P, Litaker MS, Allison J, Le N-

A. Low-density Lipoprotein particle size, central obesity,cardiovaskular fitness, and insulin resistance syndromemarkers in obese youths. International Journal ofObesity. 2002; 26: 1030-1035

2. Williams PT, Krauss RM. Associations of Age, Adiposity,Menopause, and Alcohol Intake With Low-Density Lipo-protein Subclasses. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 1997;17: 1082-1090.

3. Hirano T, Yoshino G. Small dense LDL. Progress in Medi-cine 1999 ; 19 : 1854-1859.

Subfertilitas

Pendahuluan

Hampir 95% pasangan normal dapat menjadi hamil dalamwaktu 13-15 bulan. Banyak faktor yang bertanggungjawab untuk infertilitas atau subfertilitas.

Subfertilitas didefinisikan sebagai kegagalan satupasangan untuk mendapatkan seorang anak setelah satutahun melakukan hubungan secara teratur dan tanpamelakukan pencegahan. Sebelum pemeriksaan fisikharus diketahui terlebih dahulu riwayat kehamilanterdahulu, pemakaian alat kontrasepsi, penyakit-penyakit serius, kemoterapi atau radioterapi yangpernah dilakukan, abnormalitas bawaan, kebiasaan

merokok, pemakaian obat-obatan, penyakit menularseksual dan frekuensi melakukan hubungan suami istri.

Pemeriksaan fisik harus melihat apakah ada indikasigangguan hipotalamus-pituitary atau gangguan tiroid,sindrom Cushing, galactorrhoea dan hirsutisme. Padapria harus dilakukan pemeriksaan analisis semenmeliputi volume, densitas sperma, motilitas dan adanyaspermatozoa abnormal. Pada wanita, abnormalitasendokrin ditemukan pada satu pertiga pasien. Disfungsihormon merupakan penyebab yang sangat jarang padasubfertilitas pria. Pada beberapa pasangan, penyebabsubfertilitas ini tidak dapat diidentifikasi.

Pemeriksaan Endokrin Pada Wanita Subfertil

Penelitian pada wanita infertil tergantung pada fasesiklus menstruasi. Jika siklus menstruasinya teratur,progesteron serum harus diukur pada pertengahan faseluteal (hari ke-21). Jika kadar progesteronnya tinggi (>30 nmol/l), pasien telah mengalami ovulasi dan tidakperlu meneliti endokrin lebih lanjut, harus dicaripenyebab subfertilitas yang lain. Jika kadarprogesteronnya rendah (< 10 nmol/l), berati tidak terjadiovulasi.

Pada wanita dengan menstruasi yang tidak teratur atautidak mendapatkan menstruasi (oligomenorrhoea atauamenorrhoea) atau yang tidak mengalami ovulasi,pemeriksaan hormon dapat menjadi alat diagnostik.Protokol untuk pemeriksaannya dapat dilihat pada gambarberikut ini. Pengukuran kadar estradiol dan gonadotropindapat mendeteksi gangguan ovarium primer ataupenyakit polycystic ovarian. Pengukuran prolaktin danandrogen juga dapat membantu.

Penyebab subfertilitas karena endokrin pada wanitameliputi :1. Kegagalan ovarium primer

Ditunjukkan dengan meningkatnya kadar gonadotro-pin dan estradiol yang rendah (pola post menopause).Hormone replacement therapy membantu libido danmencegah osteoporosis, tapi tidak memperbaiki/memulihkan fertilitas.

2. Hiperprolaktinemia3. Polycystic ovarian disease. Hal ini ditunjukkan dengan

peningkatan LH dan FSH yang normal. Pengukuranestradiol seringkali tidak membantu. Hirsutisme,

Page 7: DM Dan Penyakit KV

7

yang merupakan gambaran dari kondisi ini, adahubungannya dengan peningkatan testosteron dankadar sex hormone binding protein yang subnormal.

4. Sindrom Cushing5. Hipogonadotropik hipogonadisme

Kadar estradiol dan gonadotropin subnormalmemberikan dugaan adanya lesi hipotalamik-pitu-itary, misalnya gangguan dari tumor pituitary.Mekanisme yang bertanggung jawab untuk ameno-rrhoea atau oligomenorrhea pada wanita dengankadar estradiol dan gonadotropin normal masih perlupenjelasan lebih lanjut.

Fungsi reproduksi wanita dapat menjadi abnormal,terlepas dari hormon seks, misalnya karena malformasiatau adanya penyakit pada ovarium, tuba falopi atauuterus.

Pemeriksaan Endokrin Pada Pria Subfertil

Pada pria eugonad dengan analisis sperma normal, tidakperlu pemeriksaan endokrin. Pada pria hipogonad, yangpertama kali harus diperiksa adalah testosteron dangonadotropin.Penyebab subfertilitas pada pria meliputi :1. Kegagalan testikular primer

Pada saat sel-sel interstisial dan tubulus mengalamikerusakan, FSH dan LH akan meningkat dantestosteron akan mengalami penurunan. Pada saat

Gambar 1. Pendekatan diagnostik untuk subfertilitas padawanita

hanya tubulus yang terganggu, hanya FSH yangmeningkat sementara kadar androgen tetap normal.

2. Hypothalamic-pituitary diseaseMenurunnya testosteron dengan gonadotropin yangrendah atau normal memberikan dugaan adanyahipogonadotropik hipogonadisme.

3. HiperprolaktinemiaMerupakan penyebab infertilitas pada pria yangjarang terjadi.

Penutup

Masalah endokrin merupakan penyebab subfertilitas yangumum pada wanita, dan jarang ditemukan pada pria.

Peningkatan kadar progesteron pada hari ke-21 dalamsiklus menstruasi menunjukkan terjadinya ovulasi. Padapria dan wanita, kadar FSH yang lebih dari 25 U/lmenunjukkan kegagalan gonad primer.

Hiperprolaktinemia merupakan penyebab subfertilitasyang umum pada wanita.

Marita Kaniawati

Rujukan :1. Gaw A, Cowan RA, O�Reilly DSJ, Stewart MJ, Shepherd

J. Clinical Biochemistry, An Illustrated Colour Text.Edinburgh : Churchill Livingstone 1999, p. 94

2. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. NewYork : Thieme Flexibook 2000, p. 276.

Gambar 2. Pendekatan diagnostik untuk subfertilitas padapria

Page 8: DM Dan Penyakit KV

8

Redaksi KehormatanProf. DR. Dr. Marsetio DonosepoetroDrs. Andi WijayaProf. DR. Dr. FX. Budhianto SuhadiDR. Dr. Irwan Setiabudi

Ketua Dewan Redaksi/Penanggung JawabDra. Marita Kaniawati

Anggota Dewan RedaksiDra. Dewi MuliatyDra. Ampi RetnowardaniDra. Lies GantiniFaliawati Moeliandari S.Si

Alamat RedaksiLaboratorium Klinik ProdiaJl.Wastukencana 38, Bandung 40116Telepon: (022) 4202011, 4219392, 4219394Fax : (022) 4236461e-mail: [email protected]: www.prodia.co.id

Januari 2003-3457

Certificate Number: 403247Certified to QMS