Upload
-ifien-ufien-
View
3.043
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Uploaded from Google Docs
Citation preview
PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS
PETUNJUK MELALUI THE REAL THINGS MEDIA
DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF
KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN
PADA SISWA KELAS VIII-E SMP 1 KERSANA
KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2006/2007
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Deni Kurnia Rahayu
NIM : 2101403005
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
SARI
Rahayu, Deni Kurnia. 2007. Peningkatan Kompetensi Menulis Petunjuk melalui the Real Things Media dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menenangkan pada Siswa Kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Subyantoro, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Wagiran, M.Hum.
Kata kunci: Kemampuan menulis petunjuk, the real things media, pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengerjakan dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar aktivitas tersebut berjalan dengan baik. Penulisan petunjuk yang baik memudahkan pembaca dalam melakukan apa yang dicantumkan didalamnya. Oleh karena itu, semakin banyak berlatih menulis petunjuk, semakin besar kemungkinan untuk dapat menguasi keterampilan tersebut.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, keterampilan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana masih rendah. Rendahnya keterampilan siswa ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terlihat pada kurangnya motivasi pada diri siswa, kesulitannya menuangkan ide untuk menulis petunjuk, dan akhirnya tulisan mereka kurang variatif. Faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi dan teknik yang digunakan guru. Penggunaan the real things media menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah dari faktor-faktor tersebut. Selain itu, juga dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimana peningkatan kemampuan menulis petunjuk pada siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan melalui the real things media dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan melalui the real things media. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis petunjuk pada siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes sebanyak 42 responden. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data tes dilakukan secara kuantitatif, sedangkan analisis data nontes dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis petunjuk setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan the real things
i
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan pada siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes yang meliputi tes siklus I dan tes siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,99 atau sebesar 68,99%. Pada siklus II meningkat sebesar 10,20% dari rata-rata siklus I yaitu menjadi 79,19. Peningkatan ini membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis petunjuk dengan penggunaan the real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan. Peningkatan keterampilan menulis petunjuk ini diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana. Perilaku siswa mengalami perubahan menjadi lebih baik. Pada siklus II siswa terlihat lebih antusias mengikuti pembelajaran dan lebih tertarik terhadap pola pembelajaran yang diterapkan guru. Selain itu, siswa juga terlihat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Saran yang dapat diberikan yaitu: (1) guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan the real things media melalui pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk karena dengan pembelajaran ini terbukti dapat mendorong siswa untuk aktif berpikir dan berusaha mengalami serta membangun sendiri pengetahuan dan informasi yang mengaitkannya ke dunia nyata siswa. Dengan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan suasana belajar menjadi lebih hidup, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta siswa merasa terhibur ketika mempraktikan sendiri petunjuk yang mereka buat. Selain itu, penggunaan the real things media dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa mendapat pengetahuan dan pengalaman yang utuh, lengkap, dan langsung yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri gambaran kenyataan sepenuhnya. Hal ini menyebabkan tidak menimbulkan kesan yang salah terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang benar sesuai pengalaman yang diperolehnya lewat belajar melalui berbuat di dalam kelas. Jadi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk seperti tata urutan penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam menuangkan ide, serta pengetahuan dan pengalaman didapat langsung dalam pembelajaran menulis petunjuk. Pengalaman belajar seperti ini mungkin tidak biasa terjadi di kelas-kelas konvensional; dan (2) para peneliti dalam bidang pendidikan maupun bahasa, dapat melakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan pola pembelajaran yang berbeda untuk mengembangkan khazanah ilmu bahasa dan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia.
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi.
Semarang, 24 Juli 2007
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Subyantoro, M.Hum. Drs. Wagiran, M.Hum.
NIP 132005032 NIP 132050001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
pada hari: Kamis
tanggal: 23 Agustus 2007
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Rustono Drs. Mukh. Doyin, M.Si. NIP 131281222 NIP 132106367
Penguji I, Penguji II, Penguji III,
Tommi Yuniawan, S.Pd., M.Hum. Drs. Wagiran, M.Hum. Dr.Subyantoro, M.Hum. NIP 132238498 NIP 132050001 NIP 132005032
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 23 Agustus 2007
Deni Kurnia Rahayu
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. What God knows about me is more important than what people think about
me (Apa yang Tuhan ketahui tentang aku merupakan hal yang lebih penting
daripada apa yang orang lain pikirkan tentang aku-Deni).
2. Pasrah, bukanlah kepasifan tanpa upaya (Deni).
3. Hidup adalah gema dari dirimu sendiri. Ia akan mengembalikan padamu apa
saja yang kau lakukan dan katakan (Deni).
Terkhusus kupersembahkan untuk:
1. Allah SWT, penuntun hidupku-pembimbing jalanku, kiranya Engkau masih
menyayangiku.
2. Ayah dan ibu, yang senantiasa berdoa lahir dan batin, sebagai lentera
penyejuk jiwa dan “pamong” yang selalu kuhormati dan kubanggakan.
3. Kakakku Wahyu, kembaranku Esti, adikku Tyo dan Indha, semoga
keselamatan, kesejahteraan, dan kesuksesan selalu menyertai.
4. Alm. H.T. Soleman, Eyang kakungku yang semangatnya masih tetap hidup.
5. Aku, atas kesabaran, perjuangan, dan pengorbananku untuk skripsi ini.
6. Imamku, yang masih menjadi rahasia-Mu.
vi
PRAKATA
Segala puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas karunia, hidayah, dan lindungan-Nya karena
penulis masih diberikan kekutan dan petunjuk untuk menyelesaikan skripsi
dengan judul Peningkatan Kompetensi Menulis Petunjuk melalui the Real Things
Media dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
pada Siswa Kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kebupaten Brebes Tahun Ajaran
2006/2007, dengan baik.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, motivasi, dan fasilitas yang
diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian untuk menyusun
skripsi ini;
2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan
arahan dan izin penelitian kepada penulis;
3. Dr. Subyantoro, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
4. Drs. Wagiran, M.Hum., dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
vii
5. Dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman
yang sangat berharga kepada penulis;
6. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru bahasa Indonesia kelas VIII-E,
dan siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kersana Kabupaten Brebes, yang telah
memberikan izin dan bantuannya kepada penulis;
7. Mas Burhan Untoro Dwi Putra, yang selalu memberi semangat dan dorongan
dengan segenap jiwa raga.
8. Sahabat-sahabatku: Kaozal, 3Angels (Rina, Iin, & Deden), Virna, Indah Nur
Ikhsani, Dewi Nurul, Vita, F4 (Ice Tea, Pinky, Itha, Artin), Asoy Geboy (Idol,
Sayur, Yati, Ade); terima kasih atas energi, waktu, dan keindahan yang
memberi warna dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa menjaga
persahabatan yang indah ini.
9. Teman-teman PBSI angkatan ’03 (kelas reguler), genk Kisyut (KKN desa
Banjarlor), dan teman-teman PPL SMP N 40 Semarang, terima kasih kalian
telah mengajarkan arti kebersamaan.
10. Semua pihak dan instansi yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca dan dapat menjadi sumbangan bagi dunia pendidikan.
Semarang, 23 Agustus 2007
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SARI................................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
PRAKATA....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................... 12
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................. 14
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 15
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 15
ix
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 17
2.2 Landasan Teoretis ...................................................................................... 22
2.2.1 Keterampilan Menulis............................................................................. 22
2.2.1.1 Hakikat Menulis ................................................................................... 22
2.2.1.2 Tujuan Menulis .................................................................................... 25
2.2.1.3 Fungsi Menulis..................................................................................... 26
2.2.1.4 Manfaat Menulis .................................................................................. 27
2.2.1.5 Tahap-tahap Menulis............................................................................ 29
2.2.1.6 Ciri-ciri Tulisan yang Baik................................................................... 33
2.2.2 Manfaat Petunjuk .................................................................................... 35
2.2.2.1 Hakikat Petunjuk.................................................................................. 35
2.2.2.2 Syarat-syarat Petunjuk yang Baik ........................................................ 36
2.2.2.3 Kalimat Efektif..................................................................................... 37
2.2.3 Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
(PAKEM) ................................................................................................ 40
2.2.3.1 Pengertian PAKEM.............................................................................. 41
2.2.3.2 Prosedur PAKEM ................................................................................ 45
2.2.3.3 Prinsip Belajar Siswa Aktif.................................................................. 47
2.2.4 The Real Things Media ........................................................................... 48
2.2.4.1 Hakikat Media Pembelajaran ............................................................... 48
2.2.4.2 Pengertian the Real Things Media ....................................................... 51
x
2.2.5 Penerapan Pendekatan PAKEM melalui the Real Things Media
dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk................................................... 54
2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................... 56
2.4 Hipotesis Tindakan .................................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian........................................................................................ 60
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 60
3.2.1 Variabel Peningkatan Kemampuan Menulis Petunjuk ........................... 61
3.2.2 Variabel Penggunaan Pendekatan PAKEM melalui the Real Things
Media ....................................................................................................... 61
3.3 Desain Penelitian........................................................................................ 62
3.3.1 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus I .................................................... 63
3.3.1.1 Perencanaan.......................................................................................... 63
3.3.1.2 Tindakan............................................................................................... 64
3.3.1.3 Observasi.............................................................................................. 65
3.3.1.4 Refleksi ................................................................................................ 66
3.3.2 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus II................................................... 67
3.3.2.1 Perencanaan.......................................................................................... 67
3.3.2.2 Tindakan............................................................................................... 67
3.3.2.3 Observasi.............................................................................................. 68
3.23.2.4 Refleksi .............................................................................................. 69
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 70
xi
3.4.1 Tes ........................................................................................................... 70
3.4.2 Nontes ..................................................................................................... 72
3.4.2.1 Pedoman Observasi.............................................................................. 72
3.4.2.2 Jurnal .................................................................................................... 73
3.4.2.3 Pedoman Wawancara ........................................................................... 73
3.4.2.4 Dokumentasi (foto) .............................................................................. 74
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen................................................. 74
3.5 Teknik Pengambilan Data .......................................................................... 75
3.5.1 Teknik Tes............................................................................................... 75
3.5.2 Teknik Nontes ......................................................................................... 76
3.5.2.1 Pedoman Observasi.............................................................................. 76
3.5.2.2 Jurnal .................................................................................................... 76
3.5.2.4 Wawancara........................................................................................... 76
3.5.2.4 Dokumentasi ........................................................................................ 77
3.6 Teknik Analisis Data.................................................................................. 78
3.6.1 Teknik Kuantitatif ................................................................................... 78
3.6.2 Teknik Kualitatif ..................................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 80
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I .......................................................................... 80
4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk ...................... 84
4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk................... 86
xii
4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat .................... 89
4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca...................................................................................................... 91
4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang
Digunakan dengan Sasaran Petunjuk................................................... 94
4.1.1.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk ...................... 96
4.1.2 Hasil Penelitian Nontes Siklus I.............................................................. 99
4.1.2.1 Hasil Observasi .................................................................................... 99
4.1.2.2 Hasil Jurnal Siswa................................................................................ 101
4.1.2.3 Hasil Jurnal Guru ................................................................................. 103
4.1.2.4 Hasil Wawancara ................................................................................. 105
4.1.2.5 Hasil Dokumentasi (foto)..................................................................... 107
4.1.3 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I............................................................ 113
4.1.4 Hasil Penelitian Tes Siklus II.................................................................. 114
4.1.4.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk ...................... 119
4.1.4.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk................... 121
4.1.4.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat .................... 123
4.1.4.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca....................................................................................................... 126
4.1.4.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang
Digunakan dengan sasaran Petunjuk.................................................... 128
4.1.4.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk ...................... 130
4.1. 5 Hasil Nontes siklus II ............................................................................. 132
xiii
4.1.5.1 Hasil Observasi .................................................................................... 132
4.1.5.2 Hasil Jurnal Siswa................................................................................ 135
4.1.5.3 Hasil Jurnal Guru ................................................................................. 138
4.1.5.4 Hasil Wawancara ................................................................................. 139
4.1.5.5 Hasil Dokumentasi (foto)..................................................................... 141
4.1.6 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I............................................................ 147
4.2 Pembahasan................................................................................................ 148
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................... 156
5.2 Saran........................................................................................................... 157
Daftar Pustaka .................................................................................................. 159
xiv
DAFTAR BAGAN Bagan 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas ..................................................... 63
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Skor Penilaian ................................................................................ 70 Tabel 2 : Kriteria Penilaian Menulis Petunjuk ............................................. 71 Tabel 3 : Penilaian Tiap Aspek Kemampuan Menulis Petunjuk.................. 72 Tabel 4 : Penilaian Keterampilan Menulis Petunjuk .................................... 72 Tabel 5 : Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I........................ 81 Tabel 6 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kejelasan Petunjuk......................................................................................... 84 Tabel 7 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kejelasan Petunjuk ........................................................................................ 85 Tabel 8 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kejelasan Petunjuk......................................................................................... 85 Tabel 9 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tata Urutan Petunjuk......................................................................................... 87 Tabel 10 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tata Urutan Petunjuk......................................................................................... 87 Tabel 11 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tata Urutan Petunjuk............................................................................. 88 Tabel 12 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Keefektifan Petunjuk......................................................................................... 89 Tabel 13 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Keefektifan Petunjuk......................................................................................... 90 Tabel 14 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Keefektifan Petunjuk..................................................................... 90 Tabel 15 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ................................................................... 91 Tabel 16 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ................................................................... 92 Tabel 17 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ................................................................... 93 Tabel 18 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk.... 94 Tabel 19 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk ................................... 95 Tabel 20 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk....................... 95 Tabel 21 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tampilan Petunjuk......................................................................................... 97 Tabel 22 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tampilan Petunjuk......................................................................................... 97 Tabel 23 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tampilan Petunjuk......................................................................................... 98 Tabel 24 : Hasil tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus II........................ 116 Tabel 25 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kejelasan Petunjuk......................................................................................... 119
xvi
Tabel 26 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kejelasan Petunjuk......................................................................................... 120 Tabel 27 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kejelasan Petunjuk......................................................................................... 120 Tabel 28 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tata Urutan Petunjuk......................................................................................... 121 Tabel 29 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tata Urutan Petunjuk......................................................................................... 122 Tabel 30 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tata Urutan Petunjuk............................................................................. 122 Tabel 31 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Keefektifan Petunjuk......................................................................................... 124 Tabel 32 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Keefektifan Petunjuk......................................................................................... 124 Tabel 33 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Keefektifan Petunjuk..................................................................... 125 Tabel 34 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ............................................................................. 126 Tabel 35 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca............................................... 127 Tabel 36 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca............................................... 127 Tabel 37 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk....................... 128 Tabel 38 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Petunjuk................................................. 129 Tabel 39 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk.... 130 Tabel 40 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tampilan Petunjuk......................................................................................... 130 Tabel 41 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tampilan Petunjuk......................................................................................... 131 Tabel 42 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tampilan Petunjuk......................................................................................... 131
xvii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa Siklus I ...... i Gambar 2 : Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran pada
Siklus I ................................................................... 109 Gambar 3 : Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran
Siklus I ................................................................... 110 Gambar 4 : Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk
pada Siklus I ................................................................... 111 Gambar 5 : Kegiatan Menulis Petunjuk Siklus I........................................... 112 Gambar 6 : Kegiatan Wawancara Siklus I .................................................... 112 Gambar 7 : Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa Siklus II ..... 142 Gambar 8 : Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran pada
Siklus II ................................................................... 143 Gambar 9 : Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran
Siklus II ................................................................... 144 Gambar 10 : Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk
pada Siklus II ................................................................... 145 Gambar 11 : Kegiatan Menulis Petunjuk Siklus II ......................................... 146 Gambar 12 : Kegiatan Wawancara Siklus II................................................... 146
xviii
DAFTAR DIAGRAM Diagram 1: Diagram Garis Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I .......................................................................................... 82 Diagram 2: Diagram Lingkaran Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I………………................................................................... 83 Diagram 3: Diagram Garis Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I .......................................................................................... 117 Diagram 4: Diagram Lingkaran Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I………………................................................................... 118
xix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ..................... 162 Lampiran 2 : Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ........................... 163 Lampiran 3 : Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II ............................ 165 Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II ............................. 166 Lampiran 5 : Pedoman Dokumentasi (foto) Siklus I dan Siklus II ................ 167 Lampiran 6 : Pedoman Instrumen Tes Menulis Petunjuk Siklus I
dan Siklus II……… ................................................................... 167 Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siklus I………………….. ......................................................... 169 Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siklus I ……………................................................................... 177 Lampiran 9 : Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I ................... 178 Lampiran 10 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Siklus II ...................................... 183 Lampiran 11 : Tabel Perbandingan Skor Rata-rata Siklus I dan Siklus II ...... 188 Lampiran 12 : Diagram Garis Perbandingan Skor Siklus I dan Siklus II ....... 189 Lampiran 13 : Contoh Hasil Tes Menulis Petunjuk Siswa Siklus I ................ 190 Lampiran 14 : Contoh Hasil Tes Menulis Petunjuk Siswa Siklus II ............... 192 Lampiran 15 : Hasil Observasi Siswa Siklus I ................................................ 194 Lampiran 16 : Hasil Observasi Siswa Siklus II .............................................. 196 Lampiran 17 : Hasil Jurnal Siswa Siklus I ...................................................... 198 Lampiran 18 : Hasil Jurnal Siswa Siklus II ..................................................... 202 Lampiran 19 : Hasil Jurnal Guru Siklus I ........................................................ 207 Lampiran 20 : Hasil Jurnal Guru Siklus II ....................................................... 209 Lampiran 21 : Hasil Wawancara Siklus I ........................................................ 211 Lampiran 22 : Hasil Wawancara Siklus II ....................................................... 215 Lampiran 23 : Surat Izin Penelitian ................................................................. 218 Lampiran 24 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 219
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga sebagai kemampuan
berbahasa karena di dalam berkomunikasi digunakan bahasa sebagai media
utamanya. Oleh karena itu, menurut Darmadi (1996:1) kemampuan
berkomunikasi dapat dijabarkan sesuai dengan tingkat-tingkat kemampuan
bahasa, yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2) kemampuan
berbicara (speaking competence); (3) kemampuan membaca (reading
competence); dan (4) kemampuan menulis (writing competence). Walaupun posisi
kemampuan menulis selalu terakhir, tidak berarti menulis tidak penting, berarti,
dan berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last but not the
least”.
Urutan proses kronologis seperti itu sekaligus menggambarkan tingkat
kesukaran dari setiap kemampuan. Dengan kata lain, kemampuan menyimak
adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah dan disusul dengan
kemampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara. Setingkat lebih sukar
lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah kemampuan
menulis.
Keberadaan komunikasi tulis sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam
berbahasa sangatlah dibutuhkan bagi setiap orang, terutama bagi kaum pelajar.
Kegiatan ini tidak hanya diperlukan pada saat mengenyam pendidikan saja
1
2
melainkan lebih dari itu bahwa menulis sangat penting untuk kehidupan
sesudahnya, yakni kehidupan di masyarakat. Dengan demikian, perlu kiranya
penanaman pembelajaran di sekolah mempertimbangkan aspek perkembangan
potensi dan kreativitas siswa dalam menulis.
Mengingat pentingnya pembelajaran menulis, maka tidak heran jika
menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dipelajari siswa dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan, pada
saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun
karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat
mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang
penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan
SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis.
Menulis memerlukan sejumlah potensi pendukung yang untuk
mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, dan belajar serta berlatih
dengan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian, wajar
jika dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan mendorong seseorang
menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini dapat terjadi karena untuk
mempersiapkan sebuah tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai, mulai dari
hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal
yang agak rumit, yaitu merakit paragraf (Wiyanto 2004:7).
Manusia dalam melakukan aktivitasnya memerlukan implementasi dari
kemampuan menulis. Terutama dalam kehidupan sehari-hari, sering mengerjakan
dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar aktivitas tersebut
3
berjalan dengan baik. Ketentuan-ketentuan yang patut dituruti dalam membuat,
menggunakan, dan melakukan sesuatu disebut dengan petunjuk. Menurut Tarigan
(2003:2.42), petunjuk berarti ketentuan yang memberi arah atau bimbingan
bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas petunjuk lisan dan
petunjuk tertulis.
Penulisan petunjuk yang baik akan memudahkan manusia atau pembaca
dalam melakukan apa yang dicantumkan di dalamnya. Untuk itu dikemukakan
dalam Depdiknas (2004:40-41) syarat pembuatan petunjuk yang baik antara lain
sebagai berikut: (1) jelas, artinya tidak membingungkan dan mudah diikuti; (2)
logis, artinya antara urutan yang satu dan berikutnya haruslah berhubungan secara
praktis dan logis, dalam arti tidak menimbulkan kesalahan langkah; dan (3)
singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja. Dengan
dipenuhinya ketiga syarat tersebut suatu petunjuk yang ditulis akan komunikatif
dan mudah diikuti.
Pengintegrasian kompetensi menulis petunjuk untuk kelas VIII dalam
kurikulum 2004 merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah akan
pentingnya penguasaan siswa terhadap kemampuan menulis petunjuk. Dalam
standar kompetensi terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu
mampu menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu/penjelasan tentang cara
membuat sesuatu. Indikator dan meteri pokok tersebut dapat dikembangkan oleh
guru untuk lebih meningkatkan kemampuan menulis petunjuk siswa.
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan masih ada beberapa sekolah
(berdasarkan hasil observasi berkaitan dengan mata kuliah Metodologi Penelitian
4
Bahasa Indonesia) yang mengalami masalah dalam pembelajaran menulis
petunjuk, salah satunya di SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes. Berdasarkan
observasi, masih ada sebagian besar siswa kelas VIII SMP 1 Kersana bermasalah
dalam bidang tulis-menulis. Masalah tersebut berasal dari faktor guru, siswa,
kurikulum, sarana-prasarana sekolah, dan faktor lingkungan.
Adapun latar belakang secara umum diadakan penelitian ini, yaitu: (1)
kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
disebabkan oleh kurang merangsang dan kurang variatifnya teknik pembelajaran
guru di dalam kelas, sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya; (2) dalam pelajaran menulis
petunjuk siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan
stimulus yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak
menggunakan media pembelajaran); (3) guru masih menuntun proses pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan; (4) guru cenderung mangabaikan aspek
afektif dan aspek psikomotor; dan (5) hasil tulisan siswa kurang variatif dan
maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri pengalaman belajar di
kelas.
Faktor guru, misalnya: (1) guru menganggap bahwa pendidikan
diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk kepentingan
peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan masih bersifat pemindahan
isi (content transmission); (3) aspek afektif cenderung terabaikan; dan (4) guru
5
mengalami kesulitan dalam mengajar sehingga masih banyak mereduksi teks
(buku acuan) yang ada agar tidak salah langkah.
Faktor siswa, yaitu: (1) siswa mengalami kesulitan dalam menulis
petunjuk, baik dalam pemakaian bahasa maupun pengaplikasian dalam bentuk
tulisan; (2) siswa kurang memiliki minat dalam pelajaran menulis; (3) siswa
sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk; dan (4) siswa
menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia.
Faktor kurikulum, yaitu: (1) dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) siswa mengeluh karena mengalami kesulitan karena dipaksa
menjadi siswa yang mandiri; (2) sekolah masih dalam tahap belajar, penyesuaian,
dan pengonsepan kurikulum 2004.
Faktor sarana-prasarana di sekolah, yaitu: (1) belum ada latihan-latihan
untuk mengasah dan meningkatkan keterampilan menulis; (2) media pembelajaran
untuk kompetensi dasar menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku
tentang menulis, khususnya menulis petunjuk di perpustakaan SMP N 1 Kersana
Kabupaten Brebes, dan lain-lain.
Menurut Widyamarta dan Sudiati (2004:ix), Indonesia tidak hanya sedang
mengalami krisis dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang
pendidikan yaitu writing crisis. Hal ini sejalan dengan pendapat Djago Tarigan
dan H.G. Tarigan (1986:186), pengajaran mengarang (tulis-menulis) belum
terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru
mengajar. Pada umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang, dan kurang
pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa dilaksanakan oleh guru. Murid
6
sendiri menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan
mengarang bagi kelanjutan studi mereka. Hal itu sejajar dengan pandangan siswa
terhadap pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Pada umumnya, siswa terlalu
menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Angka enam pasti didapat.
Bagaimana tidak, karena guru sering dipojokkan untuk mengkatrol angka-angka
bahasa Indonesia.
Berdasarkan observasi terhadap kelas IX SMP 1 Kersana Kabupaten
Brebes dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu menulis
petunjuk dengan baik. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas IX yang pernah
mendapat pelajaran menulis petunjuk, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika
pelajaran sampai pada pokok bahasan pembelajaran menulis. Mereka merasa
belum mampu menyusun dan membuat tulisan (khususnya menulis petunjuk)
dengan struktur yang baik dan benar , sistematika penulisan sering terbalik dan
kurang logis, bahasanya belum efektif, kejelasan petunjuk masih kurang, serta
ketidakefektifan kalimat, ketidaktepatan penggunaan tanda baca dan ejaan masih
rawan. Hal ini disebabkan siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis
petunjuk, diantaranya kesulitan dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata,
terbatasnya pengetahuan, dan pengalaman siswa. Mereka sudah terbiasa dengan
kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Kesalahan tersebut sukar sekali
diperbaiki walaupun sudah diingatkan berkali-kali. Mereka membuat petunjuk
tertulis dengan asal membuat saja tanpa memperhatikan keefektifan kalimat dan
tata urutannya. Membuat petunjuk tertulis ternyata dianggap sukar oleh siswa. Hal
ini dapat peneliti lihat dari hasil penulisan petunjuk yang kurang kreatif dan
7
cenderung sama dengan hasil penulisan petunjuk siswa lain, walaupun sudah
diberikan kebebasan dalam tema penulisan. Hal ini menyebabkan guru bahasa
Indonesia kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes seringkali merasa
kebingungan dalam mengatasi permasalahan ini.
Tidak hanya itu, siswa juga terlalu menganggap remeh mata pelajaran
bahasa Indonesia sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan dalam
menyusun petunjuk tertulis. Untuk itulah, setiap guru hendaknya lebih kreatif dan
variatif dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas. Dengan kreativitas dan
kevariatifan tersebut, maka akan tercipta pembelajaran yang kondusif dan tidak
membosankan sehingga kecil kemungkinan siswa menganggap remeh mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di SMP 1 Kersana Brebes
khususnya kelas VIII masih menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal yaitu
guru ceramah dan murid mendengarkan. Pembelajaran dengan metode ini
menyebabkan kurang mendapat perhatian dari siswa dan membosankan, sehingga
pembelajaran kurang bermakna dan kurang berhasil dengan baik. Di sini,
walaupun sudah menggunakan sistem KBK, tapi penerapannya belum 100%.
Guru masih menuntun proses pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan. Di samping itu, bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih
banyak bersifat teoretis sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa.
Masih ada sebagian besar siswa dalam membuat petunjuk tertulis masih
mencontek hasil pekerjaan siswa lain. Hampir semua isi dan kalimat-kalimat yang
8
dituangkan dalam petunjuk tertulis, sama. Hal ini dikarenakan ketika pemelajaran
menulis, guru kurang memantau kondisi siswa yang sebenarnya, dan malah guru
cenderung meninggalkan ruang kelas. Hal ini mengakibatkan siswa kurang
menganggap serius mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil yang mereka peroleh
pun kurang maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan dari hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri berdasarkan
pengalaman belajar di kelas.
Melihat kenyataan-kenyataan yang muncul di atas, jelas bahwa
pemelajaran menulis petunjuk siswa kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes
masih memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba
menerapkan pendekatan yang akan mengantarkan siswa pada pembelajaran yang
sebenarnya. Pendekatan yang dimaksudkan adalah pendekatan Pembelajaran
Aktif Kreatif Menyenangkan.
Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
pada kemampuan menulis petunjuk ini digunakan di kelas VIII-E SMP 1 Kersana
Kabupaten Brebes sebagai objek penelitian. Dipilihnya kelas VIII-E karena di
kelas tersebut kemapuan menulis siswa masih rendah. Siswa kurang mampu
dalam menulis, mengalami kesulitan-kesulitan dalam menulis seperti kesulitan
dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata, pengetahuan dan pengalaman, serta
sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis baik dari struktur tulisan
maupun ketidaktepatan pengguanaan ejaan, tanda baca, dan keefektifan kalimat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh siswa pada keterampilan
menulis yang masih kurang optimal. Selain itu, siswa kelas VIII-E adalah siswa
9
yang paling kurang mampu mengikuti pembelajaran bila dibandingkan dengan
kelas lainnya. Siswa di kelas tersebut suka membuat gaduh dan tidak
berpartisipasi secara aktif saat proses pembelajaran berlangsung.
Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
dalam penelitian ini merupakan alternatif pembelajaran menulis petunjuk melalui
the real things media, diambil peneliti untuk mengoptimalkan kemampuan siswa
dalam menulis petunjuk. Menurut Sudjana dan Rivai (2002:196), dengan
menggunakan benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam
pengajaran sering kali paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata
tentang ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan, bobot badan, bau serta
manfaatnya. Manfaat benda-benda nyata sebagai media pembelajaran yaitu: (1)
para siswa akan lebih banyak belajar; dan (2) siswa akan lebih terkesan dalam
pembelajaran.
Sudjana dan Rivai menambahkan bahwa benda-benda nyata itu bnyak
macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh-
tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-
lain. Benda-benda nyata dapat memegang peranan penting dalam upaya
memperbaiki proses belajar-mengajar.
Menurut Gerlach and Ely (1980:376), real things are things stimuli
presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into the
school for direct observation. Maksudnya, benda-benda nyata adalah benda-benda
perangsang yang ditujukan untuk siswa dengan menggunakan alat-alat di
10
lapangan atau dengan membawa narasumber atau benda-benda ke dalam sekolah
untuk observasi langsung.
Menurut Tim PPA (dalam Dasmawarti 2005:5), pendekatan Pembelajaran
Aktif Kreatif Menyenangkan merupakan konsep belajar yang menggunakan
berbagai media dan alat pembantu pembelajaran. Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan adalah suatu metode pembelajaran yang baik dan
menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam pembelajaran model
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan adalah guru harus mampu
merancang skenario pembelajaran seperti yang diharapkan (pembelajaran yang
mengena) tapi tetap bersifat menyenangkan. Pembelajaran harus berpusat pada
siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat sebanyak mungkin dalam
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam kelas tapi
bisa juga dilaksanakan di luar kelas.
Proses pembelajaran Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa terlibat langsung dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan
penekanan pada belajar melalui berbuat. Siswa mengalami sendiri apa yang
menjadi objek kajiannya dan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke
siswa. Dalam hal ini Keaktifan dan kekreatifan siswa akan sangat terlihat. Tidak
sekadar aspek kognitif dan psikomotorik saja yang cenderung dilibatkan dalam
pendekatan PAKEM, tapi juga aspek afektif. Dengan demikian, pengetahuan yang
diperoleh siswa pun akan lebih bermakna.
11
Pembelajaran kompetensi dasar menulis petunjuk akan sangat tepat jika
menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.
Peneliti memilih pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
sebagai alternatif pembelajaran menulis petunjuk karena dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat (learning by doing) diharapkan akan lebih meningkatkan
pemahaman siswa dalam syarat-syarat menulis petunjuk yang baik. Dengan
dimilikinya pemahaman yang baik akan penulisan petunjuk, siswa diharapkan
mampu menulis petunjuk sesuatu dengan baik. Kesalahan-kesalahan dalam
menulis petunjuk dapat ditekan dan kesulitan-kesulitan dalam menulis petunjuk
dapat diminimalkan, sehingga pembaca akan mudah mengerti dan mudah
mengikuti petunjuk tersebut. Penerapan pendekatan PAKEM pada KD menulis
petunjuk diharapkan hasil yang dicapai akan dapat lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian terhadap
kemampuan menulis siswa khsususnya menulis petunjuk.
1.2 Identifikasi Masalah
Pembelajaran Menulis petunjuk di SMP belum menemukan hasil yang
diharapkan dan masih banyak mengalami kendali. Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas maka, tampak jelas adanya beberapa masalah yang ada di SMP 1
Kersana Kabupaten Brebes terutama yang berkaitan dengan masalah pemelajaran
menulis petunjuk. Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut ini.
12
Faktor dari siswa, yaitu sebagai berikut: (1) kurangnya motivasi siswa
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia disebabkan oleh kurang
merangsang dan kurang variatifnya teknik pembelajaran guru di dalam kelas,
sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya; (2) dalam pelajaran menulis petunjuk
siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan stimulus
yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak menggunakan media
pembelajaran); (3) hasil tulisan siswa kurang variatif dan maksimal karena siswa
membuat petunjuk berdasarkan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta bukan
hasil menemukan sendiri pengalaman belajar di kelas.
Faktor guru, yaitu; (1) guru masih menuntun proses pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan; (2) guru kurang kreatif dan variatif dalam
menggunakan metode dan media pembelajaran; (2) strategi pembelajaran masih
satu arah; (3) bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih banyak bersifat
teoritis; (4) kurang pemantauan kondisi siswa (controling) saat siswa melakukan
kegiatan tulis-menulis, khususnya menulis petunjuk; (5) guru cenderung
meninggalkan kelas saat siswa melakukan kegiatan tulis-menulis; (6) pendidikan
diselenggarakan untuk kepentingan penyelanggara bukan untuk peserta didik; (7)
pembelajaran yang diselenggarakan masih bersifat pemindahan isi (content
transmission); (8) aspek afektif cenderung terabaikan; (9) pengajar masih banyak
mereduksi teks acuan yang ada dengan harapan agar tidak salah langkah; (10)
guru jarang dalam memberikan pengukuhan langsung terhadap hasil kerja siswa;
13
(11) perangkat pembelajaran tidak dikembangkan sendiri oleh guru tetapi hanya
menulis ulang perangkat pembelajaran yang ada dalam kurikulum.
Faktor kurikulum, yaitu; (1) Sekolah sudah melaksanakan KBK (kelas VII
dan VIII, sedangkan kelas IX belum), tapi masih dalam tahap belajar,
penyesuaian, dan pengkonsepan kurikulum; (2) pengoptimalan metode-metode
pembelajaran masih kurang; (3) penyelenggaraan kurikulum belum optimal
karena dianggap terlalu rumit dan membingungkan; (4) banyak siswa mengeluh
mengalami kesulitan dengan diterapkannya Kurikulum Terapan Satuan
Pendidikan (KTSP) karena dipaksa untuk menjadi siswa mandiri.
Faktor sarana-prasarana sekolah, yaitu; (1) belum ada latihan-latihan untuk
mengasah dan meningkatkan keterampilan menulis; (2) media pembelajaran untuk
KD menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku tentang menulis,
khususnya menulis petunjuk, di perpustakaan SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes.
Faktor lingkungan, yaitu; (1) kurang adanya lingkungan sekolah yang
merangsang siswa untuk belajar menulis, khususnya menulis petunjuk; (2)
jarangnya ajang lomba-lomba menulis antarsekolah maupun intrasekolah untuk
tingkat SMP; (3) kurang adanya dorongan dari lingkungan keluarga dan
masyarakat untuk belajar menulis, khususnya menulis petunjuk.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, ternyata
banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
khususnya dalam keterampilan menulis. Sehubungan dengan keterbatasan pada
14
penelitian ini maka, peneliti hanya membatasi permasalahan pada kurangnya
kemampuan menulis petunjuk siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Dalam hal ini peneliti akan
menerapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan melalui the
real things media agar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
petunjuk, dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh, dan terlibat penuh dalam
proses pembelajaran.
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E
SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan PAKEM
pada pembelajaran menulis petunjuk?
2. Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten
Brebes setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis
petunjuk?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitain tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut.
1. Mendeskripsi peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E
SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan
15
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan pada pembelajaran menulis
petunjuk.
2. Mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana
Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan pada pembelajaran menulis petunjuk.
1.6 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh manfaat
teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pengembangan teori
pembelajaran, khususnya keterampilan menulis.
b. Menambah khazanah telaah dalam bidang metode pembelajaran menulis
sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi
belajar mengajar melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa; (1) untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar menulis
siswa; (2) untuk memudahkan dalam pengembangan kreativitas menulis
petunjuk; (3) agar mempunyai variasi pengalaman belajar melalui
pendekatan PAKEM; (4) untuk meningkatkan kemampuan intelektual
siswa.
16
b. Bagi guru; (1) sebagai upaya memperbaharui cara pembelajaran menulis;
(2) sebagai upaya memotivasi siswa dalam keterampilan menulis; (3)
sebagai upaya meningkatkan kualitas prestasi, khususnya pembelajaran
bahasa Indonesia; (4) sebagai upaya membimbing siswa untuk berpikir
sistematis dan logis.
c. Bagi sekolah; (1) hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan acuan dalam memperkaya referensi pembelajaran menulis
petunjuk; (2) sebagai alternatif pembelajaran menulis petunjuk; (3)
sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk lebih meningkatkan dan
melengkapi sarana dan prasarana penunjang peningkatan keterampilan
menulis siswa.
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan tanpa meninjau terlebih dahulu pada penelitian
sebelumnya sangatlah jarang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
penelitian ini. Peninjauan pada penelitian lain dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting
dilakukan, sebab untuk mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan datang.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan
masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Hal ini terbukti dengan
banyaknya penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan penulisan karangan
yang telah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian-penelitian tersebut belum
semuanya sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian
lanjutan demi melengkapi penelitian sebelumnya.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian
tentang keterampilan menulis kebahasaan disajikan di bawah ini, antara lain
Ziyadati (2004), Dasmawarti (2005), Fetiningrum (2005), Nurjanah (2005), dan
Setyorini (2005).
Ziyadati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Elemen Bertanya
17
18
Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IIE SMP Negeri 1 Garung
Kabupaten Wonosobo menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi dengan menggunakan elemen
bertanya. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 50,37. Pada siklus I
skor rata-rata kelas meningkat sebesar 15,54 menjadi 65,91. Pada siklus II skor
rata-rata kelas meningkat sebesar 12 menjadi 77,91. Setelah digunakan elemen
bertanya pembelajaran kontekstual terjadi perubahan tingkah laku siswa yang
sebelumnya merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran menulis menjadi lebih
tertarik dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Konsep
pembelajarannya yaitu dengan objek langsung ke luar kelas dengan menggunakan
media pemandangan alam.
Hubungan penelitian yang dilakuakan Ziyadati dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah adanya kesamaan tujuan yaitu ingin mengantarkan
siswa pada bentuk pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa diajak
untuk aktif dan menikmati pembelajaran dengan tenang.
Dasmawarti (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas
Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Peningkatan
Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Tahun Ajaran
2004/2005 menyimpulkan bahwa: (1) ada perbedaan rerata nilai secara signifikan
pada kelompok siswa kelas IV sebelum diterapkan pembelajaran dengan metode
PAKEM dan setelah diterapkan pembelajaran dengan metode PAKEM di SD PL
Bernadus Semarang. Hal ini dapat dilihat pada data hasil N=44 dengan taraf
signifikan 1%, harga t=2,704, sehingga data hasil t test=19,94 signifikan. Mean
19
pretest=6,6 dan mean post-test=7,6. Berarti ada perubahan rerata nilai pretest dan
rerata nilai post-test untuk taraf signifikan 1%; dan (2) perubahan observasi
membuktikan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran PAKEM. Berdasarkan
observasi, dapat diketahui bahwa situasi dan kondisi jenuh, lelah, serta bosan
dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan PAKEM, sehingga suasana
menjadi lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat tercipta.
Hubungan penelitian yang dilakukan Dasmawarti dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah adanya kesamaan pendekatan pembelajaran yang
digunakan, yaitu pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
(PAKEM). Namun, peneliti melengkapi pendekatan pembelajaran tersebut dengan
the real things media. Dasmawarti menggunakan pendekatan PAKEM untuk
meningkatkan keterampilan berbicara, sementara peneliti menggunakan
pendekatan PAKEM untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk.
Fetiningrum (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Mengungkapkan Kembali Isi Cerita Melalui Media Panggung
Boneka pada Siswa Kelas B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 22
Kabupaten Batang, menyatakan bahwa media panggung boneka dapat
meningkatkan kemampuan mengungkapkan kembali cerita pada siswa kelas B TK
Kemala Bhayangkari 22 Kabupaten Batang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan
rata-rata nilai pada siklus I yang mengalami peningkatan pada siklus II. Adanya
perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II yang bersifat positif. Siswa
sudah tidak merasa takut ataupun malu lagi untuk bercerita di depan kelas.
20
Pemahaman siswa terhadap isi cerita menjadi lebih baik karena mereka dapat
melihat secara langsung objek yang dijadikan tokoh dalam cerita sehingga ketika
diminta untuk mengungkapkan kembali isi cerita, siswa tidak terlalu kesulitan.
Seluruh siswa menyukai media panggung boneka yang digunakan sebagai media
dalam kegiatan belajar mereka.
Penelitian yang dilakukan Fetiningrum (2005) berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti. Hubungan tersebut tercermin dari adanya
kesamaan media yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan media objek
langsung. Namun, terdapat perbedaan media yang digunakan. Ia menggunakan
media panggung boneka untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sementara
peneliti menggunakan the real things media untuk meningkatkan keterampilan
menulis petunjuk.
Nurjanah (2005) juga telah melakukan penelitian terhadap keterampilan
menulis. Penelitian yang dilakukannya termuat dalam Jurnal Pendidikan Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya edisi 1 April 2005 yang berjudul “Penerapan Model
Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia”.
Penelitiannya dimaksudkan untuk mengembangkan model yang efektif dalam
pembelajaran menulis. Dari penelitian yang dilakukan, Nurjanah menyimpulkan
bahwa terdapat suatu perbedaan yang signifikan dan terdapat peningkatan seluruh
aspek kemampuan menulis yang nyata setelah perlakuan (pembelajaran) kelas
eksperimen 1 dan 2 (II-F dan II-G) dibandingkan kelas kontrol (II-E).
Kelebihan dari penggunaan model belajar kontruktivisme yaitu: (1) secara
umum model belajar kontruktivisme dapat diterima oleh siswa sebagai suatu
21
kemudahan dalam belajar menulis; (2) model kontruktivisme memilki keunggulan
secara kooperatif terhadap model belajar konvensional yang digunakan di kelas
kontrol; (3) secara umum model belajar konstruktivisme adalah melatih
sistematika berpikir, memotivasi untuk berbuat lebih kreatif dan memberikan
lingkungan belajar yang kondusif berupa lingkungan alam sebagai sumber.
Kelemahan dari penerapan model pembelajaran kontruktivisme adalah
perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri dalam
mengontruksi pengetahuannya.
Hubungan penelitian yang dilakukan Nurjanah dengan penelitian yang
dilakukan peneliti yaitu adanya kesamaan bidang keterampilan berbahasa yang
dipilih, yaitu keterampilan menulis.
Penelitian mengenai keterampilan menulis juga dilakukan oleh Setyorini
(2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis
Petunjuk dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa Kelas
VIIIC MTs. Al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran 2005/2006
menyimpulkan bahwa penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
menulis petunjuk. Skor rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan sebesar 46,77.
Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata sebesar
60,48 atau 13,17% dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan
nilai rata-rata sebesar 70,71. Peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa ini
diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa dari perilaku negatif berubah
menjadi perilaku positif.
22
Hubungan penelitian yang dilakukan Setyorini dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah adanya kesamaan kompetensi dasar yang digunakan,
yaitu menulis petunjuk. Namun pendekatan yang digunakan berbeda. Setyorini
menggunakan pendekatan kontekstual, sementara peneliti menggunakan
pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM). Selain itu,
peneliti juga menggunakan the real things media sebagai upaya meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk.
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
penggunaan pendekatan PAKEM dan the real things media mempunyai
kedudukan sebagai pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitiaan ini memfokuskan pada kemampuan menulis petunjuk, yakni
petunjuk melakukan, menggunakan, dan membuat sesuatu.
2.2 Landasan Teoretis
Beberapa konsep yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini yaitu
teori tentang menulis, menulis petunjuk, Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan (PAKEM) dan the real things media.
2.2.1 Keterampilan Menulis
2.2.1.1 Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (1993:3), menulis pada hakikatnya adalah suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
23
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Selain itu, Tarigan (1993:21) juga
menambahkan pengertian menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehinggga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Akhadiah dkk. (1996:2) menyatakan bahwa “kegiatan menulis ialah suatu
proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa melakukan kegiatan itu dalam
beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan tahap revisi”.
Oshima and Hougue (1997:2) menarik simpulan sebagai berikut.
Writing is a progressive activity. This means that when you first write something down, you have already been thinking about what you are going to say and how you are going to say it. Then after you have written and make changes and corrections. Therefore, writing is never a one-step action; it is a process that has several steps
Maksudnya, menulis adalah aktivitas berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa
ketika kali pertama menulis sesuatu, kamu telah berpikir tentang apa yang akan
kamu ceritakan dan bagaimana kamu mengatakanya. Kemudian setelah kamu
menyelesaikan menulis, kamu baca apa yang telah kamu tulis dan lakukan
perubahan serta koreksi. Maka dari itu, menulis bukanlah tindakan satu langkah,
melainkan menulis merupakan sebuah proses yang mempunyai beberapa langkah.
Menurut Mulyati (1999:2.44), menulis pada hakikatnya menyampaikan
ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan).
Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung pada perkembangan dan
tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa. Menurutnya (2000:2.65), menulis
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan,
24
yaitu penyajian bahan ajar harus dimulai dari yang mudah ke yang sedang, dan
dari yang sedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui ke yang belum
diketahui, dari yang kongkret ke yang abstrak (2000:2.65).
Menurut Gie (2002:3) tidak ada perbedaan arti dari kata ‘mengarang’ dan
‘menulis’. Baginya dua kata itu adalah kata sepadan yang artinya sama.
Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca
untuk dipahami.
Byrne dalam Hartono (2002:2) menyatakan sebagai berikut.
Menulis/mengarang, sebagai satu keterampilan yang diajarkan merupakan kegiatan yang sulit bagi banyak orang. Hal ini disebabkan, secara garis besar, oleh masalah-masalah psikologis, linguistik, dan kognitif. Dan oleh karena menulis pada hakikatnya merupakan kegiatan yang bersifat pribadi (solitary), maka faktor yang perlu diperhatikan adalah yang berhubungan dengan siswa sebagai individu.
Wiyanto (2004:1.3) juga mengungkapkan hal yang berbeda dengan
merumuskan kata menulis yang mempunyai dua arti, yaitu: (1) menulis berarti
mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat; (2)
kata menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan untuk
disampaikan kepada orang lain secara tertulis.
Wagiran dan Doyin (2005:2) menyimpulkan sebagai berikut.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosakata, struktur kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa
25
Hal ini berbeda dengan Nurhadi (1990:343) bahwa keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya.
Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan
bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf).
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian menulis di atas,
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya menulis adalah suatu keterampilan
berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan
perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan
gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Selain komponen
kosakata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh
konteks dan penggunaan ejaan. Hal ini sesuai dengan objek penelitian ini yaitu
menulis petunjuk. Menulis disini dimaksudkan untuk mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis setelah
mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang ditulis.
2.2.1.2 Tujuan Menulis
Menurut Sujanto (1988:68), “menggariskan tujuan penulisan adalah: (1)
mengekspresikan perasaan; (2) memberi informasi; (3) mempengaruhi pembaca;
dan (4) memberi hiburan”.
Sehubungan dengan “tujuan” penulisan suatu tulisan, maka Hugo Hartig
(dalam Tarigan 1993:24) merangkumkannya sebagai berikut.
(1) assignment purpose (tujuan penugasan), artinya penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; (2) altruistic purpose (tujuan altruistik), artinya penulis menulis karena untuk menyenangkan para pembaca dengan karyanya; (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan yang
26
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan; (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), yaitu tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca; (5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; (6) creative purpose (tujuan kreatif), yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian; dan (7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), artinya sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sedangkan menurut Tarigan (1993:23), “yang dimaksud dengan tujuan
penulis (the writer’s intention) adalah ‘respons atau jawaban yang diharapkan
oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca’”.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tujuan menulis
dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang dikemukakan oleh Hugo Hartig
(dalam Tarigan 1993:24) dan Sujanto yaitu memberi informasi, maksudnya
memberikan penerangan (arahan) kepada para pembaca. Pendapat Hugo Hartig
dan Sujanto disesuaikan dengan penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Sedangkan
arti dari petunjuk itu sendiri adalah ketentuan memberi arah atau bimbingan
bagaimana sesuatu harus dilakukan. Sehingga pendapat Hartig dan Sujanto
tersebut sesuai dengan penelitian ini.
2.2.1.3 Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang
tidak langsung.
Ada beberapa fungsi dari menulis yaitu: (1) menolong kita berpikir secara kritis; (2) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan; (3) memperdalam daya tanggap atau persepsi kita; (4) memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi; (5) menyusun urutan bagi pengalaman; dan (6) dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita (D’Angelo dalam Tarigan 1993:22).
27
Fungsi menulis diungkapkan oleh Aziez dan Alwasilah (2000:129) sebagai
berikut.
(1) untuk tindakan: tanda-tanda di tempat umum, seperti rambu lalu lintas, label produk dan instruksi, seperti pada alat-alat rumah tangga, menu makanan, buku telpon, surat pemilihan umum, manual komputer. Singkatnya untuk kontak sosial; (2) untuk informasi: surat kabar dan majalah, buku-buku nonfiksi, iklan, pamflet politis, laporan ilmiah, dan buku petunjuk; dan (3) untuk hiburan: majalah hiburan, buku fiksi, puisi dan drama, feature surat kabar, keterangan film, dan permainan, termasuk permainan komputer.
Hal yang diungkapkan oleh aziez dan Alwasilah senada diungkapkan
Triyanto (2001:1) dalam merumuskan “fungsi menulis yaitu sebagai tindakan,
kontak sosial, informasi, dan sebagai hiburan”.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat diketahui bahwa fungsi menulis
dalam penelitian ini mengacu pada fungsi yang dikemukakan oleh D’angelo
(dalam Tarigan 1993:22) dan Triyanto yaitu menyusun urutan bagi pengalaman
serta tindakan. Hal ini dikarenakan pendapat mereka sesuai dengan tema
penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Adapun syarat sebuah petunjuk adalah jelas,
logis, dan singkat. Logis disini mengandung maksud yang sesuai dengan pendapat
mereka yaitu dalam menjelaskan urutan-urutan petunjuk harus berhubungan
secara praktis dan logis, tidak menimbulkan salah langkah.
2.2.1.4 Manfaat Menulis
Bernard (dalam Gie 2002:21-22) mengemukakan enam manfaat kegiatan
karang-mengarang. Pertama, suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for
self-expression), yaitu suatu sarana untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
28
Kedua, suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding), yaitu
sewaktu mengarang seseorang merenungkan gagasannya dan menyempurnakan
penangkapannya terhadap sesuatu hal sehingga akhirnya ia dapat memperoleh
pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang ditulisnya itu.
Ketiga, suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi,
kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal
satisfaction, pride, and feeling of self-worth), artinya rasa bangga, puas, dan harga
diri dapat membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan sendiri untuk
menciptakan karya-karya tulis lainnya.
Keempat, suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan
terhadap lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and
perception of one’s environment), maksudnya dengan sering mengarang seseorang
meninggikan kesiagaan inderawinya dan mengembangkan daya serapnya pada
tingkat kejasmaniahan, tingkat perasaan maupun tingkat kerohaniahan.
Kelima, suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya
penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance),
artinya dengan mengarang, seseorang dapat mengemukakan gagasan,
menciptakan suatu, dan secara aktif melibatkan diri dengan ciptaannya.
Keenam, suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang
dan kemampuan menggunakan bahasa (a tool for developing an understanding of
and ability to use the language), artinya kegiatan mengarang bermanfat membantu
tercapainya kemampuan membaca dan mengerti apa yang ditulis
Tujuh manfaat menulis, yaitu: (1) kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang
29
ada di alam bawah sadar pemikiran kita; (2) kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru; (3) kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki; (4) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang; (5) kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus; dan (7) kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi. (Horiston dalam Darmadi 1996:3-4).
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa manfaat menulis
dalam penelitian ini mengacu pada manfaat menulis yang dikemukakan oleh
Bernard (dalam Gie 2002:21-22) yaitu sebagai suatu sarana untuk pemahaman (a
tool for understanding). Maksudnya, petunjuk dibuat dengan tujuan agar jelas,
tidak membingungkan, dan mudah diikuti. Kejelasan tersebut mencakupi pilihan
kata/bahasa, keruntutan uraian, dan penggunaan istilah-istilah yang lazim. Tidak
menimbulkan banyak penafsiran, sehingga si pembaca/pelaksana petunjuk dapat
memahami petunjuk dengan baik.
Bila dibandingkan dengan manfaat menulis yang dikemukakan oleh
Bernard, tidak sesuai dengan tema penelitian ini. Bernard lebih memfokuskan
manfaat penulisannya secara umum.
2.2.1.5 Tahap-tahap Menulis
Akhadiah (1996:3) dalam bukunya “Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia” menyimpulkan sebagai berikut.
Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap di kepala. Pada dasarnya kegiatan menulis adalah suatu proses. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.
30
Langkah pertama adalah tahap prapenulisan. Tahap ini merupakan tahap
perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan.
Tahap-tahap menulis pada langkah pertama yaitu: (1) menentukan topik, ini
berarti bahwa kita menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan; (2)
membatasi topik, berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan;
(3) menentukan tujuan penulisan; berarti semacam pola yang mengendalikan
tulisan secara menyeluruh; (4) menentukan bahan atau materi penulisan,
macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan
bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan penulisan; dan (5) menyusun kerangka (rancang bangun)
karangan, berarti memecahakan topik ke dalam sub-sub topik.
Langkah kedua adalah tahap penulisan. Pada tahap ini membahas setiap
butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Ini berarti bahwa kita
menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan
sendiri. Dalam tahap penulisan dilakukan pengembangan gagasan dalam kalimat-
kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang
pertama.
Langkah ketiga adalah tahap revisi. Pada tahap ini biasanya kita meneliti
secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraf, pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Jika tidak ada lagi
yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.
Sementara itu, Fransesco Cordasco dan Elliot S.M. Gatner (dalam Gie
2002:120-121) mengemukakan bahwa dalam menulis terdapat beberapa tahap,
31
yaitu pertama, pengumpulan bahan, meliputi: (a) pemilihan suatu pokok soal, (b)
pembacaan bahan-bahan pengantar atau yang memberikan latar belakang; (c)
persiapan daftar bacaan sementara; (d) persiapan garis besar atau kerangka
sementara dari karangan; (e) pembacaan bahan-bahan dan pembuatan catatan-
catatan; (f) penyusunan catatan-catatan.
Kedua, penulisan laporan, meliputi: (a) penganalisaan secara logis
terhadap pokok soal; (b) pembuatan garis besar karangan yang pasti; (c)
pembuatan naskah yang pertama; (d) penulisan kembali dan penyempurnaan; (e)
pembuatan daftar bacaan yang pasti; (f) penulisan naskah dalam bentuknya yang
terakhir.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wagiran dan Doyin (2005:7-10)
tentang tahap-tahap menulis, yaitu pertama, tahap pramenulis, meliputi kegiatan:
(a) menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri; (b) melakukan kegiatan-
kegiatan latihan sebelum menulis; (c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan
mereka tulis; (d) mengidentifikasi tujuan menulis; (e) memilih bentuk tulisan
yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.
Kedua, tahap pembuatan draft, meliputi: (a) membuat draft kasar;
maksudnya penulis mulai menuliskan gagasan dengan berbekal apa-apa yang
telah dipersiapkan pada tahap pramenulis; dan (b) lebih menekankan isi daripada
tata tulis, maksudnya penulisan lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan
kelengkapan isi tulisan.
Tahap ketiga yaitu tahap merevisi, meliputi: (a) berbagai tulisan dengan
teman-teman (kelompok); (b) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi
32
tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas; (c) mengubah tulisan
dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman; (d)
membuat perubahan yang substansi pada draft pertama dan draft berikutnya,
sehingga menghasilkan draft akhir.
Tahap keempat yaitu tahap menyunting, meliputi: (a) membetulkan
kesalahan bahasa tulis sendiri, mulai dari penggunaan ejaan, pilihan kata,
penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf; (b) membetulkan kaidah
tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran,
kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis; (c)
mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan,
ketajaman pembahasan, dan kelengkapan isi; dan (d) berbagi dengan teman untuk
saling memberikan koreksi.
Tahap terakhir yaitu tahap berbagi, meliputi: (a) memublikasikan
(memajang) tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau (b) berbagai
tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan dalam forum
diskusi atau seminar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa tahap-
tahap manulis mengacu pada pendapat Akhadiah dan Wagiran, yaitu (1) tahap
prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap revisi. Hal ini dikarenakan
pendapat mereka sesuai dengan perencanaan dan tindakan dalam penelitian ini,
yaitu tahap prapenulisan dengan proses eksplorasi data (benda), tahap penulisan
yaitu dengan proses penuangan pikiran dengan membuat tiga jenis petunjuk, dan
tahap revisi adalah dengan proses evaluasi hasil pekerjaan siswa.
33
2.2.1.6 Ciri-ciri Tulisan yang Baik
Kegiatan menulis mempunyai tujuan pencapaian yaitu agar sang pembaca
memberikan respons yang diinginkan oleh sang penulis terhadap tulisannya, maka
mau tidak mau penulis harus menyajikan tulisan yang baik.
Adapun ciri-ciri penulisan yang baik menurut Adelstein dan Pival (dalam
Tarigan 1993:6-7) adalah sebagai berikut.
(1) mencerminkan kemampuan sang penulis mempergunakan nada yang serasi; (2) mencerminkan kemampuan sang penulis. Menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh; (3) mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samara-samar: memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai yang diinginkan oleh sang penulis; (4) mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu; (5) mencerminkan kemampuan sang penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya; (6) mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca.
Adapun menurut Mahan dan Day (dalam Tarigan 1993:7) merumuskan
ciri-ciri tulisan yang baik seperti: (1) jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau
ide anda; (2) jelas: jangan membingungkan para pembaca; (3) singkat: jangan
memboroskan waktu pembaca; (4) usahakan keanekaragaman: panjang kalimat
yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.
Darmadi (1996:24) merumuskan beberapa ciri tulisan yang baik, yaitu
sebagai berikut.
(1) signifikan, apabila penulis dapat menceritakan kepada pembaca tentang suatu hal yang dibutuhkan olehnya; (2) jelas, berkaitan erat dengan gampang tidaknya sebuah tulisan untuk dipahami. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kejelasan tulisan adalah pilihan kata, struktur kalimat,
34
penggunaan kata-kata penghubung, organisasi ide, pemilihan ilustrasi, penentuan contoh-contoh, dan sebagainya; (3) mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik, cirinya dapat menyenangkan pembacanya dan mudah dipahami, langsung menjelaskan topik persoalan (tidak berputar-putar) dan perpindahan dari satu hal ke hal yang lain dilakukan dengan mulus; (4) ekonomis, padat isi, dan bukan padat kata. Hal ini berkaitan keefisienan waktu dan tenaga; (5) mempunyai pengembangan yang memadai, artinya sebuah tulisan dengan pengembangan memadai tentu akan lebih mudah dipahami oleh pembaca daripada tulisan yang tidak dikembangkan secukupnya; (6) menggunakan bahasa yang dapat diterima (acceptable), artinya pemakaian bahasa yang dapat diterima (baik dan benar) akan sangat mempengaruhi tingkat kejelasan tulisan; (7) mempunyai kekuatan (bertenaga), artinya sebuah tulisan yang bertenaga akan membuat pembaca merasa bahwa si penulis hadir di dalam tulisannya.
Gie (2002:33-37) merumuskan asas-asas mengarang yang efektif, yaitu
sebagai berikut.
(1) kejelasan (clarity), asas kejelasan tidaklah semata-semata berarti mudah dipahami, melainkan juga bahwa karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca; (2) keringkasan (conciseness), berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak megulang-mengulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan; (3) ketepatan (correctness), berarti suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya; kesatupaduan (unity), berarti segala hal yang disajikan dalam karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan; (5) pertautan (coherence), berarti bahwa dalam suatu karangan bagian-bagiannya perlu “melekat” secara berurutan satu sama lain; (6) penegasan (emphasis), berarti bahwa dalam suatu tulisan butir-butir informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga meninggalkan kesan yang kuat pada pikiran pembaca.
Berdasarkan keempat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
penulisan yang baik, adalah: (1) jujur (tidak memalsukan ide); (2) jelas (tidak
membingungkan pembaca); (3) singkat (tidak memboroskan waktu pembaca); (4)
bervariasi (mempunyai panjang kalimat yang beraneka ragam); (5) runtut; (6)
padu; dan (7) menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan
35
syarat-syarat petunjuk yang baik yaitu jelas, logis, dan singkat. Jelas maksudnya
tidak membingungkan dan mudah diikuti. Sedangkan logis maksudnya tidak
menimbulkan salah langkah. Dan singkat maksudnya hanya mencantumkan hal-
hal yang penting saja.
2.2.2 Menulis Petunjuk
Menulis petunjuk adalah salah satu kompetensi dasar keterampilan
menulis kebahasaan pada siswa kelas VIII SMP/MTs.. Dalam standar kompetensi
dasar tersebut terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu
mampu menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu/penjelasan tentang cara
membuat sesuatu.
2.2.2.1 Hakikat Petunjuk
Menurut Tarigan (2003:2.42) “petunjuk berarti ketentuan yang memberi
arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas
petunjuk lisan dan petunjuk tulis”.
Adapun pengertian petunjuk menurut Aminuddin dkk. (2004:94)
“petunjuk adalah segala sesuatu yang menunjukkan, memberi tahu, dan
sebagainya. Petunjuk dapat berupa lambang/tanda maupun berupa buku
petunjuk”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa petunjuk adalah
nasihat, ajaran, dan ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk melakukan,
menggunakan, dan membuat sesuatu.
36
Mengacu pada pengertian petunjuk, maka dapat dirumuskan pengertian
menulis petunjuk. Menulis petunjuk merupakan suatu kegiatan menuangkan
gagasan, pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan yang bertujuan untuk
memberikan ketentuan-ketentuan tentang sesuatu agar dapat dilakukan oeh orang
lain dengan baik dan benar. Petunjuk yang baik haruslah komunikatif dan mudah
dipahami.
2.2.2.2 Syarat-syarat Petunjuk yang Baik
Tarigan dan Tarigan (1986:113) mengatakan syarat-syarat petunjuk yang
baik sebagai berikut.
Petunjuk harus singkat agar mudah diingat. Petunjuk harus pula tepat agar tidak terjadi kesalahan menangkap atau memahami isi petunjuk. Dekat dengan ketepatan, petunjuk harus tegas sehingga tidak meragukan orang yang menggunakan petunjuk itu. Petunjuk yang singkat, tepat, tegas serta harus menunjang kejelasan. Pada akhirnya petunjuk itu harus memberikan kejelasan bagi para pemakainya.
Adapun persyaratan yang diperlukan dalam petunjuk menurut Mulyati
(1999:1.24) yaitu “petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat”.
Menurut Depdiknas (2004:40-41) untuk dapat menulis petunjuk dengan
baik, harus diperhatikan ciri-ciri sebagai berikut.
(1) jelas, maksudnya tidak membingungkan dan mudah diikuti. Kejelasan tersebut mencakup pilihan kata/bahasa, keruntutan uraian, dan penggunaan istilah-istilah yang lazim. Tidak menimbulkan banyak penafsiran; (2) logis, maksudnya dalam menjelaskan urutan-urutan tersebut harus berhubungan secara praktis dan logis, tidak menimbulkan salah langkah; (3) singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja.
37
Mengacu pada ketiga ciri di atas, Depdiknas (2004:35) secara ringkas juga
telah memberikan beberapa pedoman untuk menilai hasil petunjuk tertulis siswa,
yaitu sebagai berikut.
(1) petunjuk itu harus jelas sehingga dapat diikuti dengan baik; (2) langkah-langkah dalam petunjuk harus urut; (3) ejaannya harus benar; (4) kata-kata yang digunakan harus hemat dan menggunakan kalimat efektif; (5) bahasa yang digunakan harus sesuai dengan sasaran petunjuk; (6) tampilan petunjuk harus menarik; dan (7) model tulisan yang dipilih harus jelas. Namun, dalam penelitian ini tidak semua pedoman digunakan. Pedoman 1-6 saja yang digunakan karena dianggap lebih mengacu pada tata grafis sehingga kurang mendukung penilaian kemampuan menulis petunjuk siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan syarat-syarat
menulis petunjuk yang baik adalah mengacu pada persyaratan yang dirumuskan
Depdiknas yaitu petunjuk harus jelas, logis, dan singkat. Hal ini dimaksudkan
agar petunjuk, baik tulis maupun lisan, dapat digunakan dengan tepat tanpa terjadi
kesalahan mengkap isi petunjuk. Bila ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi, maka
petunjuk dapat dikatakan baik.
2.2.2.3 Kalimat Efektif
Samsuri (1985:54) menyatakan bahwa “kalimat adalah untaian berstruktur
dari kata-kata”. Sedangkan menurut Depdiknas (1988:254) “kalimat adalah bagian
terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan”.
Senada dengan Depdiknas, Kridalaksana (1993:92) mengungkapkan
pengertian “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas
klausa”. Batasan kalimat menurut Ramlan (dalam Atmawati 2004:1) yaitu “satuan
38
gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun
maupun naik”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian kalimat adalah suatu ujaran yang mengungkapkan pikiran yang utuh
serta mempunyai intonasi final.
Mengenai kalimat efektif, Widyamartaya (1991:18-39) mengemukakan
bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut.
(1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis; (2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pemikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Widyamartaya menambahkan, adapun ciri-ciri kalimat efektif, yaitu: (1) mengandung kesatuan gagasan, artinya setiap kalimat mengandung satu ide pokok; (2) mewujudkan koherensi yang baik dan kompak, maksudnya koherensi adalah pertautan antara unsur-unsur yang membangun kalimat dan alinea; (3) merupakan komunikasi yang berharkat, artinya daya, tenaga, kekuatan; (4) memperhatikan paralelisme (kesejajaran), yaitu penggunaan bentuk gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya; (5) diwarnai kehematan; maksudnya tidak memubazirkan kata-kata (pemborosan kata); (6) didukung variasi, artinya variasi kalimat-kalimat yang membangun paragraf atau alinea; (7) dibantu pemakaian EYD; dan (8) berdasarkan pilihan kata yang baik, maksudnya dalam komunikasi berbahasa harus didasari/konsientiasi kata kesadaran akan seluk-beluk kata dan kemahiran memilih-milih kata.
Akhadiah dkk. (1996:116-128) mengemukakan beberapa ciri kalimat
efektif sebagai berikut.
(1) kesepadanan dan kesatuan; (2) kesejajaran bentuk; (3) penekanan; (4) kehematan dalam mempergunakan kata; dan (5) kevariasian struktur kalimat. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran. Sementara itu, kesatuan menunjukkan bahwa pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak disampaikan serta komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut. Kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama atau konstruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah gagasan
39
(ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dalam frase (kelompok kata), maka gagasan-gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dalam frase.
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Sementara itu, kevariasian yang ada berupa kevariasian yang digunakan untuk menghindarkan suasana monoton dan rasa bosan pembaca sehinga suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk, pola, dan jenis kalimat yang bervariasi.
Sementara itu Doyin dan Wagiran (2002:24) mengemukakan bahwa
sebuah “kalimat dikatakan efektif jika mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa
yang terdapat pada pikiran penulis atau pembaca”.
Berbeda halnya dengan Atmawati (2004:8) mengemukakan bahwa
“kalimat efektif adalah berkaitan dengan bentuk gramatikal, sedangkan kalimat
yang tidak efektif berarti kalimat yang tidak gramatikal”.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat
efektif adalah kalimat yang mengandung satu kesatuan yang utuh sehingga
mampu menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang
terdapat pada pikiran penulisnya. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika
mengandung ciri-ciri sebagai berikut: (1) jelas; (2) ringkas; (3) adanya koherensi
yang baik antarkalimat atau anatarparagraf; (4) bervariasi; dan (5) pemakaian
EYD dan bahasa baku yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan syarat-syarat
petunjuk yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini, yaitu petunjuk harus jelas,
logis, dan singkat.
40
2.2.3 Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
(PAKEM)
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan juga tuntutan desentralisi
pendidikan, diperkenalkan pendekatan baru dalam rangka pengelolaan berbasis
sekolah. Beberapa gagasan serta kebijaksanaan pemerintah yang mendasari
pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah antara lain mengenai
empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri/mandiri
(learning to be), dan belajar untuk kebersamaan (learning to life together).
Selanjutnya pesan A. Malik Fajar (dalam Seksi Kurikulum 2003:2) bahwa “secara
umum KBM di sekolah harus menyenangkan, mengasyikan, mencerdaskan, dan
menguatkan daya pikir siswa yang berpedoman pada tujuan, sehingga KBM akan
menjadi lebih efektif”.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada suatu pemikiran
bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” apa yang dipelajarinya,
bukan “mengetahui” apa yang dipelajari. Kenyaataan telah membuktikan,
pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetensi “mengingat” dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dengan demikian, cara pengelolaan proses pembelajaran harus sangat
diperhatikan, salah satunya adalah metode yang sesuai dengan pembelajaran.
Pendekatan berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
41
maksud. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai cara menyeluruh (dari
awal sampai akhir) dan mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM).
2.2.3.1 Pengertian PAKEM
Seksi Kurikulum (2003:2) menyatakan bahwa PAKEM adalah akronim
dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang
mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang suatu proses aktif dari si pembelajar
dalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif siswa sangat penting
dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan KBM yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah
suasana belajar mengajar yang menyenangkan agar siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu untuk mencurahkan
perhatiannya (time on ask) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah
terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
42
cukup jika proses pembelajarannya tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa
yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajarannya berlangsung, sebab
pembelajaran berlangsung memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,
maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
PAKEM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang baik dan
menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam pembelajaran model PAKEM
adalah harus mampu merancang skenario pembelajaran seperti yang diharapkan
(pembelajaran yang mengena) tapi tetap bersifat menyenangkan. Pembelajaran
harus berpusat pada siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat
sebanyak mungkin dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran juga harus menggali kreativitas siswa, misalnya menemukan
ide dan gagasan yang tidak harus sama dengan yang telah ada. Keefektifan
pembelajaran dilihat dari ketercapaian tujuan yang dikaitkan dengan materi,
sarana, bahan, dan alat yang tersedia. PAKEM harus dapat menciptakan suasana
pembelajaran sedemikian rupa sehingga menyenangkan siswa, seperti belajar
tidak harus selalu dilaksanakan di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas.
Secara garis besar PAKEM digambarkan oleh Seksi Kurikulum (2003:2)
sebagai berikut.
(1) siswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat; (2) guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara untuk membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa; (3) guru mengatur kelas dan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”; (4) guru menerapkan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
43
belajar kelompok; (5) guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan PAKEM
menurut Seksi Kurikulum (2003:2-4), yaitu: (1) memahami sifat yang dimiliki
anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua
sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis
dan kreatif; (2) mengenal anak secara perorangan, artinya anak bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, semua anak di dalam kelas
tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu teman yang lemah (tutor sebaya). Dengan
mengenal kemampuan anak, dapat membantunya bila mendapat kesulitan
sehingga belajar anak menjadi optimal; (3) memanfaatkan perilaku anak dalam
pengorganisasian belajar, maksudnya secara alami anak sejak kecil bermain
berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau berkelompok. Kondisi seperti ini dapat
memudahkan siswa untuk berinteraksi dan bertukar pikiran; (4) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Untuk
memecahkan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis
untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Oleh karena itu, tugas guru mengembangkannya antara lain dengan
sering-sering memberi tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka; (5)
44
mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi sudut-sudut ruang kelas.
Dengan demikian, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain; (6) memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, maksudnya lingkungan dapat berperan sebagai media belajar
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar; (7)
memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Pemberian umpan
balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru
dan siswa. Umpan balik lebih mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa; (8) membedakan aktif fisik dan aktif mental, aktif mental lebih diinginkan
daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut; seperti takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik PAKEM adalah: 1) aktif,
maksudnya dalam proses pembelajaran guru harus harus menciptakan suasana
yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif, bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan; 2) kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan KBM
yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa; 3)
menyenangkan adalah suasana belajar yang menyenangkan sehingga waktu untuk
mencurahkannya tinggi; 4) efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
45
2.2.3.2 Prosedur PAKEM
PAKEM tidak akan bermanfaat dan berhasil apabila guru hanya
menyodorkan suatu masalah tanpa ditempuh sejumlah kegiatan bertahap. Menurut
Tim PPA (dalam Dasmawarti 2005:21) merumuskan prosedur PAKEM sebagai
berikut. Pertama, merumuskan tujuan bahan ajar. Sebelum dapat merumuskan
tujuan, kurikulum harus dikuasai terlebih dahulu, kurikulum dapat dikembangkan
dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan budaya setempat. Pada hakikatnya
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses kegiatan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) dan bukan penyampaian pengetahuan
kebahasaan, maka rumusan tujuan dapat merefleksikan/mencerminkan hal
tersebut.
Kedua, memilih alat dan bahan. Dalam memilih alat dan bahan
pembelajaran itu dapat berhasil, yaitu jika: (1) mudah dan menarik; (2) mudah
diperoleh: (3) tidak membahayakan; (4) sesuai dengan tujuan; (5) dapat
dipergunakan dan bermakna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan (6) dari
media cetak dan elektronik.
Ketiga, langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran
yang disusun merupakan skenario pembelajaran yang hendak dilakukan sebaiknya
disusun secara sistematis, logis, mengoptimalkan peran siswa, mudah dipahami,
dan dapat dilksanakan sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang berbeda serta
bermakna.
Keempat, menentukan alokasi waktu. Bahan ajar bahasa Indonesia yang
bernuansa PAKEM tidak terlalu terikat oleh alokasi waktu yang kaku. Karena
46
pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah pembelajaran kegiatan berbahasa
dan bukan penyampaian pengetahuan kebahasaan, maka pengaturan alokasi waktu
dalam pembelajaran bahasa bersifat fleksibel. Namun demikian, dalam
menentukan alokasi kegiatan pembelajaran secara utuh harus diperhatikan agar
terdapat keseimbangan dalam pengaturan waktu dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Sebaiknya alokasi waktu terbanyak disediakan dalam kegiatan
inti untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat, berpikir, dan
mengumpulkan pembelajaran agar mengetahui makna pembelajaran yang
dilakukannya.
Kelima, catatan pada bahan ajar. Bahan ajar yang disusun adalah bahan
ajar yang singkat, tetapi harus jelas, sehingga catatan perlu ditulis pada bahan ajar,
jika pada langkah pembelajaran terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan
alternatif atau memberikan pembelajaran model lain.
Penilaian tidak menjadi bagian tersendiri pada bahan ajar, maka
pemantauan catatan sebagai tempat menyampaikan proses penilaian yang akan
dilakukan lebih menekankan pada fokus penilaian untuk perbaikan daripada
teknik penilaian. Pencantuman penilaian pada catatan dapat mempermudah
pengukuran tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan lebih lanjut. Catatan dapat digunakan untuk
menginformasikan hal yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran dari awal
sampai akhir pembelajaran. Penilaian dapat menjadi bahan perbaikan dan
pengayaan serta sebagai bahan tindak lanjut. Di samping itu dapat menjadi bukti
47
kemajuan siswa dalam bentuk tindakan, tulisan-tulisan karya siswa yang
dikumpulkan selama setahun (portofolio).
2.2.3.3 Prinsip Belajar Siswa Aktif
Beberapa prinsip cara belajar siswa aktif dikemukakan oleh Aminudin
(1990:200-2001), yaitu: (1) penciptaan situasi belajar-mengajar memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk mengembangkan keberaniannya dalam
mewujudkan minat, keinginan serta dorongan-dorongan untuk memperoleh
pengetahuan; (2) penciptaan situasi belajar-mengajar yang memungkinkan siswa
dapat berpartisipasi secara optimal dalam seluruh proses belajar mengajar; (3)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya
secara optimal; (4) setiap siswa mempunyai kemampuan, cara dan irama belajar
sendiri-sendiri yang harus diperhatikan orang tua; (5) guru lebih banyak berperan
sebagai motivator, fasilitator yang mampu membangkitkan minat dan kreativitas
murid dalam proses belajar mengajar, guru menghindarkan diri dari
kecenderungan sebagai pusat segalanya dalam proses belajar mengajar; (6) pokok
bahasan, tujuan pengajaran, bahan pengajaran haruslah bermakna bagi kehidupan
siswa. Ini berarti bahwa hal-hal itu merupakan hal yang dapat memenuhi
kebutuhan siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya; (7)
situasi belajar-mengajar yang menyenangkan dengan menciptakan jalinan
hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa; (8)
program pengajaran disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasikan
kepentingan-kepentingan siswa secara keseluruhan.
48
2.2.4 The Real Things Media
2.2.4.1 Hakikat Media Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan media pembelajaran sebagai alternatif
pembelajaran menulis petunjuk dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam
menulis petunjuk melalui the real things media.
Adapun pengertian media menurut Soeparno (1980:1) adalah suatu alat
yang merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message)
atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerima (receiver). Dalam
dunia pengajaran, biasanya pesan atau informasi yaitu guru, sedangkan penerima
informasi tersebut adalah siswa.
Santoso (dalam Subana dan Suanarti 2004:287) mengemukakan beberapa
pengertian media sebagai berikut.
(1) secara umum, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima; (2) medium yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia adalah bahasa; (3) media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar; (4) perbedaan istilah media pendidikan dengan teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep tentang media. Teknologi bukan sekadar benda, alat, atau bahan. Dalam istilah teknologi tersimpul sikap, perbuatan, organisasi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu dan teknologi industri dalam proses pendidikan. Dalam konsep ini, tersimpul sikap dan tindakan inovatif yang menjadi watak dari ilmu dan teknologi tersebut.
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi. Peranan media dalam proses
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai teknologi pembawa pesan (informasi)
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pelajaran (Abipraya, 2005:101.).
49
Berdasarkan kedua pengertian media di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan
dan isi pengajaran serta dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pembelajaran.
Menurut Subana dan Sunarti (2004:288) manfaat media dan teknologi
dilihat dari beberapa segi adalah sebagai berikut.
(1) ditinjau dari segi isi (content) ide atau pesan (message) yang diajarkan, kegunaan media adalah menyajikan hal-hal yang secara biasa tidak dapat disajikan karena berbagai sebab, misalnya terlalu luas, besar, sempit, kecil, berbahaya, kompleks, sudah lampau atau belum terjadi; dan hanya dapat diperlihatkan dalam keadaan bergerak; (2) ditinjau dari jumlah penerimanya (siswa, publik, dan sebagainya), media bermanfaat untuk menghubungi orang banyak jauh lebih banyak daripada disebarkan tanpa media; (3) unsur waktu. Melalui media, banyak ide dapat disebarkan dengan cepat, bahkan beberapa saat setelah terjadinya peristiwa; (4) hubungannya dengan unsur psikologis dari penerima. Media yang baik dapat menambah kesan dramatik atau realistik sehingga orang yang menerimanya lebih menaruh perhatian, percaya, atau lebih tergetar emosinya.
Adapun Sudjana dan Rivai (2002:2) merumuskan media pembelajaran
adalah sebagai berikut: (1) menarik perhatian siswa terhadap materi yang
disajikan; (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
yang lebih baik; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru; dan (4) siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-
lain.
Santoso (dalam Subana dan Sunarti 2004:289) menjelaskan beberapa
manfaat media, yaitu sebagai berikut: (1) menurut Gagne (1997), media adalah
salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya tercakup segala
50
peralatan fisik pada komunikasi, seperti buku, modul, komputer, slide, dan tape
recorder; (2) Bretz (1971) berpendapat media sebagai perantara yang
menghubungkan semua pihak yang membutuhkan. Hal ini yang mendorong
Gerlach dan Ely (1980) untuk berpendapat bahwa media pendidikan adalah grafik,
fotografi, elektronik atau alat-alat mekanik yang digunakan untuk menyajikan,
memproses, dan menjelaskan informasi lisan; (3) konsep media pembelajaran
mempunyai dua segi yang tak terpisahkan antara satu dan lainnya, yaitu
materi/bahan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan
media mengacu pada pendapat Sudjana dan Rivai, yaitu: (1) menarik perhatian
siswa terhadap materi yang disajikan; (2) bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan
siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik; (3) metode mengajar akan
lebih bervariasi; dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Hal ini
sesuai dengan manfaat media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu manfaat
dihadirkannya benda-benda nyata ke dalam kelas adalah agar menarik perhatian
siswa, bahan pelajaran jelas sehingga dapat dipahami. Selain itu, manfaat media
dalam penelitian ini adalah untuk membantu siswa dalam menulis ketiga jenis
petunjuk sambil mempraktikan langsung agar tidak terjadi salah langkah bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta.
Menurut Soeparno (1988:8), alasan memilih media yang digunakan dalam
proses belajar mengajar, sebagai berikut: (1) ada berbagai macam media yang
mempunyai kemungkinan dapat dipakai didalam proses belajar-mengajar; (2) ada
51
media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tetentu; (3)
ada perbedaan karakteristik setiap media; (4) ada perbedaan pemakaian media
tersebut; dan (5) ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan.
Sudjana dan Rivai (2002:6) menyimpulkan peranan media dalam proses
pengajaran dapat ditempatkan sebagai: (1) alat untuk memperjelas bahan
pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media
digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran; (2)
alat untuk mengangkut atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Guru dapat menempatkan
media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa; (3) sumber belajar
bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari
para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak
membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
2.2.4.2 Pengertian the Real Things Media
Surakhmad (1980:144-146) menyatakan bahwa benda-benda sebenarnya
(riil) memilki beberapa kelebihan, yaitu: (1) siswa akhirnya akan memiliki
pengetahuan yang lengkap; (2) dapat mengemukakan gambaran kenyataan
sepenuhnya; (3) untuk memelihara keutuhan pengalaman dan pengetahuan murid;
dan (4) tidak menimbulkan kesan yang salah.
Gerlach and Ey (1980:376) conclude that real things are things stimuli presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into the school for direct observation.
The term real things can be interpreted as any substances which play an important role in teaching and learning processes. They help students to master the material which is presented by the teacher more easily.
52
Maksudnya, Gerlach dan Ely (180:376) menyatakan bahwa benda nyata
adalah benda-benda perangsang yang ditujukan kepada siswa dengan peralatan
yang ada di lapangan atau dengan membawa narasumber atau benda-benda ke
dalam sekolah untuk pengamatan secara langsung.
Istilah benda nyata dapat diinterpretasi sebagai suatu substansi yang
berperan penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Benda-benda nyata itu
membantu siswa untuk menguasai pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan
mudah.
Sudjana dan Rivai (2002:196) menyatakan, dengan menggunakan benda-
benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam pengajaran sering kali
paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata tentang ukuran, suara, gerak-
gerik, permukaan, bobot badan, bau serta manfaatnya. Manfaat benda-benda nyata
sebagai media pembelajaran yaitu: (1) para siswa akan lebih banyak belajar; dan
(2) siswa akan lebih terkesan dalam pembelajaran.
Dalam mempergunakan benda-benda nyata untuk tujuan pengajaran, guru
hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) benda-benda atau makhluk
hidup apakah yang mungkin dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimana
caranya agar semua benda itu bersesuain sekali terhadap pola belajar siswa; dan
(3) dari mana sumbernya untuk memperoleh benda-benda itu.
Sudjana dan Rivai menambahkan bahwa benda-benda nyata itu banyak
macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh-
tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-
53
lain. Benda-benda nyata dapat memegang peranan penting dalam upaya
memperbaiki proses belajar-mengajar.
Bila siswa berkesempatan hidup bersama dengan benda-benda tertentu
sehingga mereka mengenal segala aspek yang berhubungan dengan benda itu,
mereka akan memiliki pengalaman yang lengkap tentang benda tersebut. Dengan
pengetahuan itu mereka sering kali menjadi seorang “ahli”. Pengetahuannya
adalah nyata, langsung, dan luas. Itulah sebabnya, maka dunia ini dalam keadaan
senyatanya adalah tempat belajar yang terbaik. Segala sesuatu dapat langsung
ditangkap, diamati, diteliti, dan dipahami: tegasnya, segala sesuatu dapat langsung
diamati.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa the real things
media adalah media perangsang yang berupa benda-benda nyata seperti air, tanah,
binatang atau bahkan narasumber yang dibawa ke dalam kelas. Manfaat benda-
benda nyata sebagai media adalah agar siswa memiliki pengetahuan yang lengkap,
tidak menimbulkan kesan yang salah, tidak salah langkah dengan melihat
gambaran kenyataan sepenuhnya, dan memelihara keutuhan pengetahuan dan
pengalaman murid sehingga pembelajaran mejadi berkesan.
Dengan adanya manfaat benda-benda nyata sebagai media pembelajaran di
atas, maka manfaat media tersebut sesuai dengan manfaat penelitian ini yaitu agar
siswa tidak salah langkah dalam membuat petunjuk dengan cara mempraktikan
terlebih dahulu petunjuk (membuat, menggunakan, dan membuat sesuatu) agar
langkah-langkah penggunaan petunjuk tersebut jelas, logis, dan singkat.
54
2.2.5 Penerapan Pendekatan PAKEM Melalui the Real Things Media dalam
Pembelajaran Menulis Petunjuk
Pendekatan PAKEM merupakan pembelajaran kooperatif dan interaktif
yang bertujuan untuk menggali kreativitas siswa dengan menggunakan berbagai
alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Penggunaan the real things media
dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang
menyenangkan karena siswa akan mendapat pengetahuan dan pengalaman yang
utuh, lengkap, dan langsung, sehingga pengetahuan, pengalaman, serta
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri gambaran kenyataan
sepenuhnya sehingga memungkinkan tidak menimbulkan kesan yang salah
terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang benar sesuai
pengalaman yang diperolehnya lewat learning by doing di kelas. Jadi,
kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk seperti tata urutan
penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam
menuangkan ide, serta pengetahuan dan pengalaman didapat langsung dalam
pembelajaran menulis petunjuk.
Ada beberapa tahap dalam pembelajaran keterampilan menulis petunjuk
yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu tahap mengalami dan meneksplorasi,
interaksi, komunikasi, dan refleksi (sumber: BruderFIC.or.id.).
Tahap pertama adalah siswa mengalami dan mengeksplorasi kegiatan
secara langsung, karena dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan
55
kebertahanan informasi dalam pikiran kita. Maksudnya adalah pada tahap ini
pembelajaran melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Hal
ini akan meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan
daya bertahan pemahaman itu (informasi) dalam pikiran siswa. Pada tahap ini
siswa diminta mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan. Dari hasil
eksplorasi tersebut akan merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk
yang akan dibuat.
Tahap kedua adalah berinteraksi dengan teman dan guru. Gagasan yang
dibangun sebagai hasil dari proses belajar, berkemungkinan masih belum
sempurna bahkan salah. Berinteraksi dengan temannya memungkinkan si
pembelajar memperbaiki kesalahan itu atau memperkaya gagasan yang
dibangunnya. Di samping itu, interaksi dapat merupakan wahana pengembangan
kemampuan sosial siswa seperti berkomunikasi, menyanggah pendapat, dan
menyampaikan pendapat secara santun. Interaksi dapat diciptakan oleh guru
antara lain dengan cara merancang kegiatan belajar bagi siswa secara
berkelompok. Tahap ketiga adalah komunikasi. Gagasan yang benar atau salah
baru akan diketahui guru bila siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan
atau mengekspresikannya (lewat komunikasi tulis yaitu petunjuk tertulis). Guru
perlu mengetahui gagasan apa yang ada dibenak siswa agar dapat merangsang
pengembangannya, bila gagasan itu benar; atau merangsang perbaikannya, bila
gagasan itu salah. Pada tahap ini siswa mempraktikan terlebih dahulu petunjuk
yang akan mereka tulis dengan menggunakan the real things media sebagai
stimulus.
56
Tahap terakhir yaitu refleksi. Siswa perlu dibiasakan untuk menuangkan
kembali apa yang dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri
sendiri (pikiran dan tindakan) dan tidak tergantung pada orang lain. Pada tahap ini
siswa bersama guru mengevaluasi bersama-sama hasil tulisan siswa.
Setelah keempat tahap ini dilakukan sebaiknya guru mengulangi dan
menjelaskan lagi bagian-bagian yang masih belum dipahami siswa. Selanjutnya
diujikan lagi keterampilan menulis petunjuk, kemudian dianalisis hasilnya yang
kemudian dibandingkan dengan hasil tes pertama hingga diangap berhasil sesuai
nilai yang ditargetkan atau bahkan lebih.
2.3 Kerangka Berpikir
Manusia dalam melakukan aktivitasnya memerlukan implementasi dari
kemampuan menulis. Terutama dalam kehidupan sehari-hari, kita sering
mengerjakan dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar
aktivitas tersebut berjalan dengan baik. Penulisan petunjuk yang baik akan
memudahkan pembaca dalam melakukan apa yang dicantumkan didalamnya.
Oleh karena itu, semakin banyak berlatih menulis petunjuk, maka semakin besar
pula kemungkinan dapat menguasai keerampilan tersebut. Tidak ada manusia
yang dapat langsung terampil menulis tanpa suatu proses latihan. Kemampuan
menulis teks petunjuk yang baik, dapat dimiliki oleh setiap individu apabila
pembelajaran menulis petunjuk yang diberikan lebih intensif dan berlangsung
secara terus menerus.
57
Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya
dalam menulis teks petunjuk, guru harus menerapkan pengetahuannya mengenai
teknik dalam mengajar. Peneliti dalam hal ini sebagai guru menggunakan the real
things media melalui pendekatan PAKEM guna mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran menulis petunjuk.
Penggunaan the real things media akan menuntut siswa berpikir aktif
menuangkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. The real things media dapat
membantu siswa untuk mengalirkan secara bebas apapun yang telah tersimpan
didalam pikiran dan perasan siswa. The real things media merupakan media
belajar yang kaya untuk bahan belajar siswa. Penggunaan the real things media
sebagai media pembelajaran akan membuat siswa merasa senang dalam belajar.
Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak
indera daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan. Membangun pemahaman
dari pengamatan dan pengalaman langsung akan lebih mudah daripada
membangun pemahaman dari uraian lisan guru, terlebih lagi bila siswa masih
diminta untuk berpikir secara abstrak (mengingat seperangkat fakta tentang urutan
langkah-langkah pelaksanaan, pembuatan, dan penggunaan sesuatu). Belajar
dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan informasi
dalam pikiran manusia.
Dalam hubungannya dengan proses menulis teks petunjuk, maka siswa
harus betul-betul memahami alur pelaksanaan dari sebuah petunjuk. Pemahaman
siswa mengenai isi petunjuk yang dituliskan dapat dilihat dari syarat petunjuk
yang sudah terpenuhi yaitu jelas, logis, dan singkat. Jelas, artinya tidak
58
membingungkan dan mudah diikuti. Logis, artinya urutan pelaksanaannya tidak
menimbulkan kesalahan langkah. Singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal
yang penting saja. Dalam hal ini ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi jika siswa
dalam mempraktikan petunjuk runtut sesuai dengan tata pelaksanaan yang
seharusnya.
Maka dari itu, peneliti menghadirkan the real things media ke dalam kelas
untuk membantu siswa dalam mempermudah proses penulisan teks petunjuk
tanpa harus mengingat seperangkat fakta-fakta. Efek yang ditimbulkan dari
pembelajaran menulis petunjuk adalah dari psikologis siswa, siswa merasa senang
karena pembelajaran seperti itu belum lazim digunakan dalam kelas konvensional,
jadi seolah siswa menemukan suasana baru sekaligus menyenangkan, yang benar-
benar nyata dihadirkan di dalam kelas. Dengan proses mengalami langsung apa
yang sedang dipelajari (dengan mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan
dibuat) akan mengaktifkan siswa dan menghindari adanya salah langkah. Adanya
kegiatan mengalami dan menemukan sendiri kompetensi pembelajaran yang
seharusnya dimiliki siswa berkaitan dengan petunjuk, membuat siswa menjadi
lebih terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa
pun menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami dan menemukan sendiri dan
bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar
siswanya sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih efektif dan efisien. Inilah
yang dinamakan bentuk pembelajaran dengan pendekatan PAKEM. Pendekatan
ini mengandung makna persepsi yang melibatkan secara langsung gerak
59
(psikomotor) dan kerja otak (kognitif). Secara otomatis perasaan siswa (afektif)
akan mengalami kepuasan karena suasana belajar yang menyenangkan dari proses
mengalami dan menemukan sendiri sari pembelajaran yang dihadirkan ke dalam
kelas.
Guna memudahkan pengetahuan yang didapatkan siswa mengendap
dengan baik dalam benak mereka, maka guru perlu mengadakan refleksi pada
akhir pembelajaran.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan the
real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan dapat meningkatkan keterampilan menulis petunjuk siswa dan
mengubah perilaku siswa ke arah positif.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu kemampuan menulis petunjuk
siswa kelas VIII-E SMP Kersana Kabupaten Brebes tahun ajaran 2006/2007.
Kelas VIII-E terdiri atas 42 siswa yaitu 24 siswa perempuan dan 18 siswa laki-
laki.
Peneliti memilih kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E sebagai
subjek penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa apabila dibandingkan
dengan kelas lain, yaitu kelas VIII-A, B, C, D, dan kelas VIII-F, kemampuan
menulis mereka tergolong masih rendah. Sebagian besar siswa kelas VIII-E masih
belum mampu menulis dengan bahasa yang efektif dan menggunakan ejaan serta
tanda baca yang kurang tepat. Serta guru belum menggunakan media
pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam menulis petunjuk. Selain itu, siswa
kelas VIII-E adalah siswa yang paling kurang mampu mengikuti pembelajaran
apabila dibandingkan dengan kelas lainnya. Siswa di kelas tersebut acuh tidak
acuh, suka membuat gaduh, dan tidak berpartisipasi secara aktif saat proses
pembelajaran yang dilakukan.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel peningkatan
kemampuan menulis petunjuk dan variabel pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan melalui the real things media.
60
61
3.2.1 Variabel Peningkatan Kemampuan Menulis Petunjuk
Variabel kemampuan menulis petunjuk merupakan kemampuan siswa
dalam menulis suatu petunjuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk
sesuatu. Hasil yang ditargetkan yaitu siswa mampu menulis petunjuk dengan
urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif. Kemampuan siswa
dalam menulis petunjuk akan terlihat dalam aspek-aspek sebagai berikut,
kejelasan petunjuk, ketepatan tata urutan petujuk, keefektifan kalimat,
penggunaan ejaan dan tanda baca, kesesuaian bahasa yang digunakan dengan
sasaran petunjuk, dan kemenarikan tampilan petunjuk. Dalam penelitian tindakan
kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran menulis petunjuk apabila
telah mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70.
3.2.2 Variabel Pendekatan PAKEM melalui the Real Things Media
Pendekatan PAKEM merupakan pembelajaran kooperatif dan interaktif
yang bertujuan untuk menggali kreativitas siswa dengan menggunakan berbagai
alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Penggunaan the real things media
dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa akan mendapat pengetahuan dan
pengalaman yang utuh, lengkap, dan langsung. Pengetahuan, pengalaman, serta
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri gambaran kenyataan
sepenuhnya. Dengan demikian adanya kemungkinan tidak menimbulkan kesan
62
yang salah terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang
benar sesuai pengalaman yang diperolehnya lewat learning by doing di kelas. Jadi
kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk seperti tata urutan
penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam
menuangkan ide, serta pengetahuan dan pengalaman didapat langsung dalam
pembelajaran menulis petunjuk.
Pendekatan PAKEM merupakan pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu dalam pembelajaran menulis
petunjuk. Untuk dapat menulis petunjuk yang baik, dibutuhkan suatu
pembelajaran yang lebih merangsang siswa melalui the real things media untuk
dapat menemukan dan mengalami sendiri konsep-konsep yang memang
dibutuhkan siswa.
Dengan benda-benda nyata inilah siswa akan dihadapkan pada upaya
menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal mengenai petunjuk. Dengan
mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan siswa akan
lebih memahami pengetahuan tersebut. Benda-benda nyata itu membuat siswa
untuk menguasai pelajaran dengan mudah.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian terhadap pembelajaran menulis petunjuk dengan pendekatan
PAKEM menggunakan the real things media ini merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK). PTK merupakan bentuk penelitan yang dilakukan oleh pelaku
63
tindakan memperbaiki kondisi pembelajaran. Oleh karena itu, dengan PTK
diharapkan kualitas pembelajaran dapat berhasil dengan baik.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan atas empat tahap, yakni tahap
perencanaan, pelaksaan tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut
dapat digambarkan dengan jelas di bawah ini.
Siklus I Perencanaan
Siklus II Perencanaan
Tindakan TindakanRefleksi Refleksi
Observasi Observasi
Tes Awal (Pretes)
Bagan 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Terdapat dua siklus dalam PTK ini. Siklus I dipakai sebagai dasar
perbaikan tindakan pada siklus II. Sementara itu, siklus II bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan perbaikan
yang didasarkan pada refleksi siklus I.
3.3.1 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus I 3.3.1.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran menulis
petunjuk. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menyusun rencana
pembelajaran (RP) sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Pada tahap ini selain
menyusun rencana pembelajaran juga membuat instrumen tes dan nontes.
Instrumen tes berupa perangkat tes, yaitu soal dan pedoman penilaian. Instrumen
nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi yang berupa foto.
64
3.3.1.2 Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan terhadap perencanaan pembelajaran
yang telah dipersiapkan. Dalam tindakan ini, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Guru bersama siswa membuat petunjuk tertulis mengacu pada teks lagu
“Layang-layang”.
b. Guru bersama siswa menganalisis petunjuk yang telah dibuat.
c. Guru membagi siswa ke dalam tiga kelompok besar.
d. Guru mengajak siswa untuk moving class ke tempat the real things media
dipajang.
e. Masing-masing siswa dalam tiap kelompok diminta untuk mengamati benda-
benda nyata yang telah disediakan. Dari hasil eksplorasi tersebut akan
merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk yang akan dibuat.
Pembelajaran dibuat agar siswa mengalami sendiri dengan melibatkan
berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa.
f. Siswa melakukan interaksi dengan teman satu kelompok dan berinteraksi
dengan benda-benda nyata.
g. Secara individu, siswa mengomunikasikan serta menuangkan pikiran dan
gagasan dengan membuat tiga jenis petunjuk tertulis berdasarkan benda-benda
nyata (siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan petunjuk yang akan
dibuat).
h. Guru menjelaskan sistem penilaian petujuk tertulis kepada siswa.
i. Guru membagikan lembar penilaian kepada siswa.
65
j. Siswa mengevaluasi hasil petunjuk tertulis teman satu kelompoknya. Hasil
tersebut juga dianalisis untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan.
k. Guru menanyakan nilai yang diperoleh siswa.
3.3.1.3 Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa
selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap pembelajaran yang
ada. Pengamatan dialakukan dengan mengambil data baik tes maupun nontes.
Data tes pada siklus I diambil sebanyak dua kali yaitu proses (pada awal
pembelajaran) dan tes siklus I (pada akhir pembelajaran). Hasil dari kedua tes
tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pembelajaran serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil untuk
perbaikan pada siklus II.
Sementara itu, data nontes diambil pada saat pembelajaran berlangsung
dan setelah pembelajaran berakhir. Observasi (lembar observasi) dan dokumentasi
(foto) dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar
(dokumentasi) dilakukan saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-
respon terhadap siswa, saat siswa mengamati benda-benda nyata yang telah
disediakan, saat siswa melakukan interaksi dan pengamatan terhadap the real
things media, saat siswa menulis petunjuk sambil mempraktikan langsung
petunjuk yang akan dibuat, saat siswa melakukan aktifitas menulis petunjuk, dan
saat dilakukan wawancara.
66
Jurnal dilaksanakan setelah pembelajaran selesai dan diisi oleh siswa serta
guru. Wawancara dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah
diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa
yang akan diwawancara yaitu siswa yang memperoleh nilai paling tinggi, sedang,
dan rendah.
3.3.1.4 Refleksi
Setelah proses tindakan siklus I berakhir, peneliti melakukan analisis
mengenai hasil tes perbuatan, observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar keterampilan
menulis siswa, bagaimana sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan
kendala apa yang ditemui guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1)
pengungkapan sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar; (2) keterampilan
menulis siswa pada siklus I; dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah
dilakukan guru selama mengajar. Hasil yang diperoleh pada siklus I digunakan
sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Hal-hal yang sudah baik dan mendukung
pembelajaran menulis petunjuk pada siklus I harus dipertahankan dan
ditingkatkan pada siklus II. Sementara itu, kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada siklus I harus diperbaiki pada siklus II.
67
3.3.2 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus II
3.3.2.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dilakukan penyususnan
perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran. Kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Selain itu, peneliti juga kembali
menyiapkan pedoman penilaian yang berupa tes dan nontes yang sudah diperbaiki
dan sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di
sekolah yang bersangkutan.
3.3.2.2 Tindakan
Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan tindakan siklus I. Guru
menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis petunjuk.
Guru juga memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar pelaksanaan
kegiatan menulis petunjuk pada siklus II menjadi lebih baik. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan dalam siklus II adalah sebagai berikut.
a. Secara individu, siswa ditugaskan untuk mengamati dan mengeksplorasi tiga
buah benda-benda nyata yang telah dibawa oleh masing-masing siswa dengan
melibatkan berbagai indera: lihat, cuim, dengar, raba, dan rasa.
b. Secara individu, siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata.
c. Secara individu, siswa mengomunikasikan serta menuangkan pikiran dengan
membuat tiga jenis petunjuk tertulis berdasarkan benda-benda nyata yang
dibawa (siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk
yang akan dibuat).
d. Guru menjelaskan sistem penilaian petunjuk tertulis kepada siswa.
68
e. Guru membagikan lembar penilaian kepada siswa.
f. Siswa mengevaluasi hasil petunjuk tertulis teman satu bangkunya.
g. Guru menanyakan nilai yang diperoleh siswa.
3.3.2.3 Observasi
Observasi dilakukan terhadap perubahan hasil belajar, perubahan perilaku,
dan sikap siswa dalam proses belajar mengajar. Pengambilan data dilakukan
dengan tes dan nontes. Tes dilakukan saat pembelajaran menulis petunjuk
berlangsung. Sementara itu, data nontes dilakukan dengan menggunakan jurnal,
wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi yang berupa foto.
Pengamatan atau observasi dilakukan saat pembelajaran menulis petunjuk
berlangsung. Peneliti dibantu dengan seorang rekan untuk mengamati tingkah
laku siswa selama pembelajaran berlansung. Catatan harian yang berupa jurnal
diberikan kepada siswa dan mengisi jurnal setelah pembelajaran menulis petunjuk
berakhir. Sementara itu, peneliti juga mengisi jurnal guru yang telah disediakan.
Observasi (lembar observasi) dan dokumentasi (foto) dilaksanakan pada
saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar (dokumentasi) dilakukan
saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa,
saat siswa mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan, saat siswa
melakukan interaksi dan pengamatan terhadap the real things media, saat siswa
menulis petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat, saat
siswa melakukan aktifitas menulis petunjuk, dan saat dilakukan wawancara.
69
Jurnal dilaksanakan setelah pembelajaran selesai dan diisi oleh siswa serta
guru. Wawancara dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah
diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa
yang akan diwawancara yaitu siswa yang memperoleh nilai paling tinggi, sedang,
dan rendah.
3.3.2.4 Refleksi
Akhir tindakan siklus II ini dilakukan analisis hasil tes perbuatan, jurnal,
wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi yang berupa foto. Hasil analisis
tersebut digunakan untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dijumpai guru
pada siklus II, bagaimana perubahan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
dan seberapa besar peningkatan keterampilan menulis siswa. Berdasarkan hasil
analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) perubahan sikap siswa
setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis petunjuk dengan
pendekatan PAKEM melalui the real things media; (2) peningkatan keterampilan
menulis siswa setelah mengikuti pembelajaran; dan (3) tindakan-tindakan yang
telah dilakukan guru selama mengajar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus II ini seharusnya diperbaiki pada siklus berikutnya. Namun, mengingat
keterbatasan waktu, perbaikan-perbaikan kekurangan pada siklus ini terpaksa
dilakukan di luar penelitian ini. Kelebihan yang diperoleh dapat dikembangkan
lagi pada kegiatan pembelajaran sejenis dalam kegiatan belajar-mengajar
berikutnya.
70
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu
instrumen tes dan instrumen nontes.
3.4.1 Tes
Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis petunjuk. Kriteria penilaian
menulis petunjuk meliputi: (1) kejelasan petunjuk; (2) ketepatan tata urutan
petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejan dan tanda baca; (5)
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan (6) kemenarikan
tampilan petunjuk.
Tabel 1 Rambu-rambu Penilaian Menulis Petunjuk
No Aspek Penilaian Skor Maksimal
1. Kejelasan petunjuk 20
2. Ketepatan tata urutan petunjuk 20
3. Keefektifan kalimat 20
4. Penggunaan ejaan dan tanda baca 15
5. Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran
petunjuk
15
6. Kemenarikan tampilan petunjuk 10
Jumlah 100
Tiga jenis petunjuk yang dibuat siswa dianalisis dan nilai akhir dari setiap
petunjuk digabungkan untuk mendapat nilai rata-rata menulis petunjuk siswa.
Pada tabel berikut dapat dilihat aspek, skor, ketegori, dan kriteria
penilaian.
71
Tabel 2 Kriteria Penilaian Menulis Petunjuk
No Aspek Skor Kategori Kriteria 1. Kejelasan petunjuk 20
15 10 5
Sangat Baik
Baik Cukup
Kurang
Petunjuk yang dibuat sangat jelas dan bisa diikuti dengan baik. Petunjuk yang dibuat sudah jelas. Petunjuk yang dibuat masih ada yang kurang jelas. Petunjuk yang dibuat tidak jelas.
2. Ketepatan tata urutan petunjuk
20 15 10 5
Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
Tata urutannya tepat Ada 1 langkah yang terbalik Ada 2 Langkah yang terbalik Lebih dari 2 langkah yang terbalik atau tidak ada
3. Keefektifan kalimat 20
15 10 5
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Semua kalimat yang digunakan sudah efektif Ada 1-2 kalimat yang tidak efektif Ada 3-4 kalimat yang tidak efektif Lebih dari 4 kalimat yang tidak efektif
4. Penggunaan ejaan dan tanda baca
15 11,25 7,5 3,75
Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
Jumlah kesalahan antara 1-5 Jumlah kesalahan antara 6-10 Jumlah kesalahan 11-15 Jumlah kesalahan lebih dari 15
5. Kesesuian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
15
11,25
7,5
3,75
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Bahasa yang digunakan sangat sesuai dengan sasaran petunjuk Bahasa yang digunakan sesuai dengan sasaran petunjuk Bahasa yang digunakan cukup sesuai dengan sasaran petunjuk Bahasa yang digunakan kurang sesuai dengan sasaran petunjuk
6. Tampilan petunjuk 10 7,5 5 2,5
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Tampilan sangat menarik Tampilan menarik Tampilan cukup menarik Tampilan kurang menarik
Untuk mengetahui kemampuan menulis petunjuk siswa pada tiap-tiap
aspek termasuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dapat
diketahui melalui tabel di bawah ini.
72
Tabel 3 Penilaian Tiap Aspek Kemampuan Menulis Petunjuk
Rentang Skor No Kategori Skor Maksimal 20 Skor Maksimal 15 Skor Maksimal 10
1. Sangat Baik 15,01 – 20,00 11,26 – 15,00 7,51 – 10,00 2. Baik 10,01 – 15,00 7,51 – 11,25 5,01 – 7,50 3. Cukup 5,01 – 10,00 3,76 – 7,50 2,51 – 5,00 4. Kurang 0,00 – 5,00 0,00 – 3,75 0,00 – 2,50
Dari pedoman di atas, guru dapat mengetahui kemampuan menulis
petunjuk siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
Tabel 4 Penilaian Keterampilan Menulis Petunjuk
No Kategori Rentang Skor 1. Sangat Baik 85,00-100,00 2. Baik 70,00-84,99 3. Cukup 55,00-69,99 4. Kurang 0-54,99
3.4.2 Nontes
Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jurnal, wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi yang berupa foto.
3.4.2.1 Pedoman Observasi
Hal yang diamati dalam observasi ini keaktifan siswa dalam keaktifan
siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalam membuat konsep menulis petunjuk,
keseriusan siswa ketika mengamati media, antusias siswa dalam berinteraksi
dengan media, keaktifan siswa dalam mempraktikan petunjuk yang mereka susun,
dan keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas
73
3.4.2.2 Jurnal
Jurnal yang ada berupa jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal siswa berisi
perasaan siswa dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, mulai dari
ketika siswa belajar bersama mengonstruksi petunjuk tertulis berdasarkan syair
lagu, mengamati benda-benda nyata, perasaan siswa ketika memprktikan langsung
petunjuk yang akan mereka tulis, kesulitan siswa dalam menulis petunjuk, dan
hal-hal yang ingin dikemukakan oleh siswa berkaitan dengan pembelajaran yang
telah diikuti.
Semetara itu, jurnal guru berisi informasi naratif yang mengungkap
tentang kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk, respos siswa
terhadap syair lagu yang dikonstrusi bersama menjadi sebuah petunjuk, respon
siswa terhadap kegiatan moving class dan mencoba mengamati dan mempraktikan
langsung the real things media yang telah disediakan untuk membuat petunjuk
tertulis, respon siswa terhadap kegiatan menulis petunjuk, keaktifan siswa dalam
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk, dan
situasi atau suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung.
3.4.2.3 Pedoman Wawancara
Dalam pedoman wawancara ini, hal-hal yang ditanyakan berupa:
pandangan siswa tentang pembelajaran menulis, pengalaman siswa mengenai
menulis petunjuk, pandangan siswa mengenai pembelajaran menulis petunjuk
dengan menggunakan penedekatan PAKEM melalui the rela things media,
pandangan siswa mengenai proses mengamati benda, berinteraksi dengan benda,
74
dan mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat dengan menggunakan
benda-benda nyata tersebut, perasaan siswa ketika diminta untuk menulis tiga
buah petunjuk, kesulitan-kesulitan siswa ketika menulis petunjuk, usaha yang
dilakukan siswa untuk mengatasi kesulitan yang dialami, dan pendapat siswa
mengenai pembelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan beserta saran
untuk perbaikan.
3.4.2.4 Dokumentasi (Foto)
Hal-hal yang perlu untuk didokumentasikan adalah sebagai berikut: (1)
saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa; (2)
ketika siswa mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan; (3) ketika
siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata atau temannya; (4) ketika
siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan petunjuk yang akan dibuat
(melakukan aktivitas menulis petunjuk); (5) ketika siswa melakukan aktivitas
menulis petunjuk; dan (6) ketika siswa sedang diwawancara.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Bentuk instrumen tes dan nontes dalam penelitian tindakan kelas ini
ditampilkan validitas dan reliabilitas permukaan saja, yaitu soal dan skor penilaian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di sekolah tempat penelitian dilakukan. Setelah soal tes dan
nontes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di
75
sekolah yang bersangkutan, semua ini dianggap layak untuk digunakan sebagai
instrumen tes dan nontes.
3.5 Teknik Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes
dan nontes.
3.5.1 Teknik Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang
dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama berupa tes awal dilaksanakan setelah
pembelajaran pada siklus I. Tes diberikan setelah siswa diberi kesempatan untuk
menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal berkaitan dengan petunjuk. Tes
ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan tindakan siklus II. Tes
yang kedua dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus II. Tes diberikan
setelah siswa melakukan kegiatan belajar menulis petunjuk yang telah disertai
upaya perbaikan pembelajaran oleh guru. Tes ini dijadikan sebagai tolok ukur
peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis petunjuk setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM melalui the real things
media. Tes menulis petunjuk ini berupa lembar tugas yang berisi perintah kepada
siswa untuk menulis tiga buah petunjuk. Hasil tes berupa petunjuk membuat,
menggunakan, dan melakukan sesuatu.
76
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal,
wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi yang berupa foto.
3.5.2.1 Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang
digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran
menulis petunjuk. Dalam melakukan observasi, peneliti akan dibantu oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini disebabkan guru tersebut lebih
memahami karakter siswa dan lebih hafal dengan nama-nama siswa.
3.5.2.2 Jurnal
Jurnal ditulis siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Sebelum pembelajaran, siswa diberitahu terlebih dahulu bahwa pada akhir
pembelajaran siswa akan diminta untuk membuat jurnal kegiatan selama
mengikuti pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada
dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Sementara
itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
3.5.2.3 Wawancara
Wawancara dilaksanakan terhadap siswa yang mendapat nilai tinggi,
sedang, dan rendah. Wawancara ini dilaksanakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
77
ketika pembelajaran berlangsung. Dalam wawancara menggunakan teknik bebas,
yaitu pertanyaan telah dipersiapkan pewawancara dan responden bebas menjawab
tanpa terikat. Kegiatan wawancara ini dilaksanakan di luar jam pelajaran.
Wawancara dilakukan setelah diketahui hasil yang diperoleh siswa setelah
dilakukan pembelajaran menulis petunjuk dengan pendekatan PAKEM melalui
the real things media. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam.
Wawancara dilakukan setelah pembelajaran siklus I dan siklus II. Untuk masing-
masing siklus, siswa yang diwawancarai sejumlah 6 siswa dengan perincian
sebagai berikut: 2 siswa yang memiliki nilai terbaik, 2 siswa yang memiliki nilai
sedang, dan 2 siswa yang memiliki nilai paling rendah.
Selain itu, wawancara dapat dilaksakanan di dalam kelasa selama
pembelajaran berlangsung secara otodidak dengan melihat situsi dan kondisi
siswa. Wawancara dapat berupa pertanyaan ringan yang ditujukan kepada siswa
yang bersikap aneh di kelas seperti mengantuk, diam, malas, dan kurang
bersemangat. Respondennya pun bisa siapa saja.
3.5.2.4 Dokumentasi
Pengambilan data yang berupa foto dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung dan ketika melakukan wawancara. Dalam melakukan pengambilan
gambar, peneliti dibantu oleh satu orang rekan untuk memotret. Pengambilan
gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada empat kegiatan sebagai
berikut: (1) saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon
terhadap siswa; (2) ketika siswa mengamati benda-benda nyata yang telah
78
disediakan; (3) ketika siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata atau
temannya; (4) ketika siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan petunjuk
yang akan dibuat (melakukan aktivitas menulis petunjuk); (5) ketika siswa
melakukan aktivitas menulis petunjuk; dan (6) ketika siswa sedang diwawancara.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif
3.6.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitaif ini diperoleh dari hasil tes yang dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pada akhir siklus I, dan akhir siklus II. Adapun langkah
penghitungannya adalah dengan menghitung skor yang diperoleh siswa,
menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung skor rata-rata,
menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung persentase dengan
rumus sebagai berikut.
SP = %100xR
SK
Keterangan:
SP : Skor Persentase
SK : Skor Komulatif
R : Jumlah Responden
Hasil penghitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian
dibandingkan, yaiu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan
gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan siswa setelah mengikuti
79
pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan pendekatan PAKEM
melalui the real things media.
3.6.2 Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif ini dari data nontes, yaitu jurnal, wawancara, pedoman
observasi, dan dokumentasi yang berupa foto.
Pedoman observasi dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil
pengamatan dan uraian dari catatan harian kegiatan siswa yang kemudian
dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Dalam hal ini data
digunakan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis
petunjuk untuk dijadikan responden dalam wawancara.
Data wawancara berfungsi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa
sehingga dengan melakukan pendekatan melalui wawancara siswa akan lebih
berani mengungkapkan permasalahannya mengenai kemampuan menulisnya.
Dengan cara seperti itu, guru akan lebih mengetahui kesulitan siswa sehingga
dapat mencari jalan terbaik untuk mengatasinya dalam upaya meningkatkan
keterampilan menulis siswa.
Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik
proses pembelajaran dan ketika siswa sedang diwawancara. Data ini dapat
memberikan gambaran yang jelas akan penerapan pembelajaran menulis petunjuk
dengan pendekatan PAKEM melalui the real things media.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan hasil penelitian siklus I dan siklus II yang berupa
hasil tes dan nontes. Hasil tes siklus I dan siklus II adalah hasil tes menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
PAKEM. Hasil nontes berupa hasil observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi.
4.1.1 Hasil Penelitian Tes Siklus I
Penelitian siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 18
Mei 2007. Hasil penelitian pada siklus I meliputi hasil tes dan nontes. Siklus I
merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian kompetensi menulis petunjuk
dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan PAKEM.
Berdasarkan hasil penilaian menulis petunjuk yang telah dilakukan,
diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 68,99 termasuk dalam
kategori cukup baik. Nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa pada siklus I
sebesar 86,67. Nilai tersebut berhasil dicapai oleh dua siswa. Nilai terendah
diperoleh siswa sebesar 45 dan 45,83. Hanya dua siswa yang memperoleh nilai
tersebut. Siswa sebagian besar sudah mencapai nilai antara 70,00-84,99.
Hasil penilaian menulis petunjuk siklus I secara lebih lengkap dapat dilihat
pada tabel 5 berikut ini.
80
81
Tabel 5 Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I
No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85,00-100,00 70,00-84,99 55,00-69,99
0-54,99
2 19 17 4
173,341418,751108,42197,08
4,76 % 45,24 % 40,48 % 9,52 %
Jumlah 42 1897,58 100 %
4258,2897
=X
99,68=(Kategori Cukup)
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa bobot nilai tes kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk pada siklus I secara klasikal mencapai 2897,58
dengan nilai rata-rata 68,99 termasuk dalam kategori cukup. Diantara 42 siswa,
terdapat 2 siswa atau 4,76% yang berhasil memperoleh nilai dengan kategori
sangat baik dengan rentang nilai 85,00-100,00. Frekuensi terbanyak yaitu 19
siswa atau 45,24% memperoleh nilai dalam kategori baik dengan rentang nilai
70,00-84,99. Kemudian 17 siswa atau 40,48% memperoleh nilai cukup baik
dengan rentang nilai 55,00-69,99. Sisanya, 4 siswa atau 9,52% memperoleh nilai
dalam kategori kurang baik dengan rentang nilai 0-54,99.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan petunjuk tertulis siswa
tersebut sudah memenuhi syarat petunjuk yaitu jelas, logis, dan singkat.
Keruntutan pelaksanaan petunjuk yang dibuat siswa tersebut sudah urut dan jelas
sehingga mudah dipahami. Kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan efektif
sebagian besar siswa sudah memahami penggunaan ejaan dan tanda baca yang
benar, bahasa yang digunakan adalah ragam baku tapi mudah dipahami. Tampilan
petunjuk sudah menarik.
Siswa yang memperoleh nilai rendah penyebab utamanya yaitu siswa
kurang konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, hasil petunjuk
82
tertulisnya tidak sesuai syarat-syarat petunjuk yang harus dipenuhi. Siswa tersebut
masih kesulitan dalam membuat pelaksanan yang runtut. Kalimat yang digunakan
adalah singkat, ada juga yang panjang, tapi belum jelas maksudnya. Bahasa yang
digunakan masih sering tercampur-campur dengan bahasa daerah mereka atau
bahasa yang digunakan adalah bahasa tidak baku. Petunjuk yang mereka buat
sudah cukup menarik.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil keterampilan menulis petunjuk siklus I
dapat dilihat pada diagram 1 (diagram garis) berikut ini.
- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
100.00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
Nilai siklus I
Diagram 1 Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk Siklus I Pada diagram 1 dapat dilihat bahwa terdapat 21 siswa yang telah berhasil
mencapai batas nilai ketuntasan belajar sebesar 70 dalam kategori baik. Siswa
yang memperoleh nilai antara 55,00-69,99 dalam kategori cukup baik sebanyak
17 siswa. Hanya terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai 0-54,99. Berdasarkan
gambar 1 dapat diketahui pula bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar yaitu sebanyak 21 siswa atau 50%. Nilai rata-rata secara klasikal tersebut
83
belum mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70, sehingga nilai yang diperoleh
siswa pada siklus I masih perlu ditingkatkan pada siklus II.
Agar lebih jelas, nilai yang telah berhasil dicapai siswa digambarkan pada
diagram 2 (diagram lingkaran) berikut ini.
Nilai 85,00-100,00
Nilai 55,00-69,99
Nilai 0-54,99
Nilai 70,00-84,99
9,52%
40,48% 45,24%
4,76%
Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Petunjuk Siklus
Berdasarkan diagram 2 dapat dilihat bahwa persentase terbanyak yaitu
sebesar 45,24% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 70,00-84,99 termasuk
kategori baik. Persentase terbanyak kedua yaitu sebesar 40,48% adalah jumlah
siswa yang mendapat nilai 55,00-69,99 termasuk kategori cukup. Persentase
terbanyak ketiga yaitu sebesar 9,52% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 0-
54,99 termasuk kategori kurang. Sisanya sebanyak 4,76% adalah persentase
terkecil yang mendapat nilai 85,00-100,00 termasuk dalam kategori sangat baik.
Jadi, dapat diketahui bahwa siswa yang belum mencapai nilai batas ketuntasan
belajar sebesar 70 masih terdapat 21 siswa atau 50%.
Masih rendahnya nilai keterampilan menulis teks petunjuk siswa
disebabkan oleh pemerolehan skor yang kurang maksimal pada beberapa aspek
84
terutama aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca dalam menulis
petunjuk sehingga mereka belum mencapai batas nilai ketuntasan belajar. Di sisi
lain, siswa kurang memperhatikan ketentuan yang sudah dicantumkan pada
lembar tugas siswa sehingga mereka kurang memaksimalkan kemampuan mereka.
Hasil tes pada tabel 5 merupakan gabungan dari 6 aspek keterampilan
menulis teks petunjuk. Keenam aspek tersebut, yaitu: (1) kejelasan petunjuk; (2)
ketepatan tata urutan petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejaan dan
tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan
(6) tampilan petunjuk. Adapun hasil masing-masing aspek secara rinci dapat
dilihat pada uraian berikut ini.
4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk
Aspek 1 berupa kejelasan petunjuk. Nilai rata-rata siswa sebesar 13,33 .
nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 3 siswa sebesar 20. Nilai terendah pada
aspek ini dicapai oleh 5 siswa sebesar 5. Secara rinci, hasil yang diperoleh siswa
pada aspek tersebut dapat dilihat pada table 6 berikut ini.
Tabel 6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kejelasan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
3 23 15 5
60 345 150 5
7,14 % 54,76 % 26,21 % 10,90 %
Jumlah 42 560 100 %
42560
=X
= 13,33 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahawa kemampuan menulis
petunjuk melakukan sesuatu pada aspek kejelasan petunjuk untuk kategori sangat
baik sebanyak 3 siswa atau 7,14%. Untuk kategori baik sebanyak 23 siswa atau
85
54,76%. Kategori cukup dicapai oleh 15 siswa atau 26,21%. Kategori kurang
dicapai oleh 5 siswa atau 10,9%. Jadi, rata-rata skor klasikal pada aspek kejelasan
petunjuk pada menulis petunjuk melakukan sesuatu sebesar 13,33. Siswa cukup
jelas dalam menuliskan sebuah petunjuk yang ditugaskan oleh guru.
Tabel 7 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kejelasan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
3 25 14 0
60 375 140 0
7,14 % 59,53 % 33,33 %
0 % Jumlah 42 575 100 %
42575
=X
= 13,69 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 orang atau 7,14%
yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 25 orang atau
59,53% . Kategori cukup dicapai sebanyak 14 siswa atau 33,33%. Untuk kategori
kurang tidak ada satu orang pun yang mencapainya. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara klasikal nilai rata-rata kemampuan siswa dalam
menulis petunjuk membuat sesuatu dilihat dari aspek kejelasan petunjuk sebesar
13,69.
Tabel 8 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Kejelasan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
1 29 9 3
20 435 90 15
2,38 % 69,05 % 21,43 % 7,14 %
Jumlah 42 560 100 %
42560
=X
= 13,33 (Kategori Cukup)
86
Data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa hanya satu siswa yang
berhasil mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh
29 siswa atau 69,05%. Kategori cukup diperoleh sebanyak 9 siswa atau 21,43%.
Sisanya, sebanyak 3 siswa atau 7,14% hanya mampu mencapai kategori kurang.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu aspek kejelasan
petunjuk sebesar 13,33 kategori cukup.
Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata yang
diperoleh siswa sebesar 13,45. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek kejelasan petunjuk
sudah cukup baik.
Pada aspek kejelasan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah cukup baik
karena sudah banyak siswa yang menulis petunjuk dengan jelas sehingga dapat
diikuti dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai tinggi pada aspek ini
disebabkan siswa tersebut menulis petunjuk hanya mencantumkan hal-hal yang
penting saja sehingga mudah diikuti cara pelaksanaannya. Siswa yang
memperoleh nilai rendah pada aspek ini disebabkan siswa tersebut kurang
konsentrasi saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak tahu petunjuk
yang jelas itu seperti apa. Hal tersebut mengakibatkan pemerolehan nilai siswa ini
pada aspek kejelasan petunjuk belum maksimal.
4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk
Penilaian aspek tata urutan petunjuk difokuskan pada pemaparan langkah-
langkah petunjuk yang dibuat siswa. Petunjuk yang dibuat harus sesuai dengan
87
urutan yang seharusnya yang ada dalam sebuah petunjuk. Hasil penilaian untuk
ketiga jenis petunjuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
3 24 11 4
60 360 110 20
7,14 % 57,14 % 26,19 % 9,53 %
Jumlah 42 550 100 %
42550
=X
= 13,1 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau 7,14%
yang berkategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 24 siswa atau 57,14%.
Kategori cukup dicapai oleh 11 siswa atau 26,19%. Untuk kategori kurang dicapai
oleh 4 siswa atau 9,53%. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa secara klasikal
sebesar 13,1.
Tabel 10 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
3 29 9 1
60 435 90 5
7,14 % 69,05 % 21,43 % 2,38 %
Jumlah 42 590 100 %
42590
=X
= 14,05 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau
7,14% yang mencapai kategori sangat baik.Kategori baik dicapai oleh 29 siswa
atau 69,05%. Kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau 21,43%. Untuk kategori
kurang dicapai oleh 1 orang atau 2,38%. Jadi, rata-rata pencapaian kemampuan
88
siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu pada aspek tata urutan petunjuk
sebesar 14,05.
Tabel 11 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
1 32 8 1
20 480 80 5
2,38 % 76,19 % 19,05 % 2,38 %
Jumlah 42 585 100 %
42585
=X
= 13,93 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa hanya satu orang yang mampu
mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 32 siswa
atau 76,19%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau 19,05%. Untuk
kategori kurang hanya dicapai oleh satu orang yaitu sebesar 2,38%.
Simpulan yang diperoleh berdasarkan data tersebut adalah skor rata-rata
untuk kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek tata urutan
petunjuk sebesar 13,93. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal
siswa sudah cukup baik dalam membuat petunjuk dengan tata urutan yang baik.
Pada aspek tata urutan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah cukup baik
karena sudah menguasai aspek keruntutan pemaparan dengan baik. Siswa yang
memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa tersebut sudah dapat membuat petunjuk
yang urut dan tidak membingungkan serta mudah dipahami. Siswa dalam
mempraktikan petunjuk sudah benar sehingga tidak salah langkah. Siswa yang
memperoleh nilai rendah disebabkan siswa tersebut tidak mempraktikan petunjuk
yang mereka buat secara benar sehingga menyebabkan salah langkah. Hal ini
89
mengakibatkan petunjuk yang mereka buat tidak urut, tidak jelas, dan tidak mudah
diikuti.
4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat
Penilaian aspek keefektifan kalimat pada menulis petunjuk difokuskan
pada kejelasan dan kelugasan kalimat. Kejelasan ini mengandung arti bahwa
kalimat tersebut mudah ditangkap maksudnya. Lugas dimaksudkan bahwa kalimat
itu tidak berbelit-belit. Hasil penilaian untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
keefektifan kalimat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Keefektifan
Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
0 19 21 2
0 285 210 10
0 % 45,24 %
50 % 4,76 %
Jumlah 42 505 100 %
42505
=X
= 12,02 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
mampu memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Ada 19 siswa atau 45,24%
yang berhasil mencapai kategori baik. Kategori cukup dicapai 21 siswa atau 50%.
Untuk kategori kurang dicapai oleh 2 orang atau 4,76%. Jadi, keseluruhan hasil
kemampuan menulis petunjuk melakukan sesuatu aspek keefektifan kalimat
secara klasikal rata-rata sebesar 12,02.
90
Tabel 13 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Keefektifan
Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
0 26 15 1
0 390 150 5
0 % 61,90 % 35,71 % 2,38 %
Jumlah 42 100 %
42545
=X
= 12,98 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu
mencapai kategori baik sejumlah 26 siswa atau 61,90%. Kategori cukup dicapai
oleh 15 siswa atau 35,71%. Untuk kategori kurang dicapai oleh 5 siswa atau
2,38%. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika
ditinjau dari aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 12,98.
Tabel 14 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Keefektifan
Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
0 22 18 2
0 330 180 10
0 % 52,38 % 42,86 % 4,76 %
Jumlah 42 520 100 %
42520
=X
= 12,38 (Kategori Cukup)
Data pada tabel 14 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu
mencapai kategori baik sejumlah 22 siswa atau 52,38%. Kategori cukup dicapai
oleh 18 siswa atau 42,86%. Untuk kategori kurang dicapai oleh 2 siswa atau
4,76%. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu
aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 12,38.
91
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk siswa dapat disimpulkan
bahwa skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari
aspek keefektifan kalimat sebesar 12,46. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
secara umum siswa sudah cukup baik dalam menyusun kalimat.
Siswa memperoleh nilai rata-rata disebabkan oleh kemampuan siswa
dalam menulis petunjuk tidak menggunakan kalimat yang terlalu panjang tetapi
jelas, terlihat dari rata-rata kesalahan kalimat yang kurang efektif hanya ada 1-2
kalimat saja. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh kemampuan
siswa dalam menggunakan kalimat sudah baik, singkat, dan jelas. Siswa yang
memperoleh nilai rendah disebabkan mereka menggunakan kalimat yang singkat
tetapi tidak jelas.
4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian penggunaan aspek tanda baca pada kemampuan menulis
petunjuk difokuskan pada penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan
penulisan kata depan. Hasil tes untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 15 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
9 26 7 0
135 292,5 52,5
0
21,43 % 61,90 % 16,67 %
0 % Jumlah 42 480 100 %
42480
=X
= 11,43 (Kategori Baik)
92
Data pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,43. Dari rata-rata tersebut
terdapat 9 siswa atau 21,43% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.
Untuk kategori baik dicapai oleh 26 siswa atau 61,9%. Kategori cukup dicapai
oleh 7 siswa atau 16,67%. Tidak ada seorang pun yang mencapai nilai dengan
kategori kurang.
Tabel 16 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
13 23 6 0
195 258,8
45 0
30,93 % 54,76 % 14,29 %
0 % Jumlah 42 498,8 100 %
428,498
=X
=11,88 (Kategori Baik)
Data pada tabel 16 tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
menulis petunjuk membuat sesuatu aspek penggunaan ejaan dan tanda baca secara
klasikal mencapai 11,88. Dari rata-rata tersebut terdapat 13 siswa atau 30,93%
yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 23
orang atau 54,76%. Kategori cukup baik dicapai oleh siswa sebanyak 6 orang atau
14,29%. Tidak ada seorang pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang.
93
Tabel 17 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan
Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
10 26 6 0
150 292,5
45 0
23,81 % 61,91 % 14,28 %
0 % Jumlah 42 487,5 100 %
425,487
=X
= 11,6 (Kategori Baik)
Data pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu ditinjau dari
aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mencapai rata-rata 11,6. Dari nilai rata-
rata tersebut terdapat 10 siswa atau 23,81% yang memperoleh nilai dengan
kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 26 orang atau 61,91%.
Kategori cukup dicapai siswa sebanyak 6 orang atau 14,28%. Tidak ada seorang
pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang. .
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek penggunaan
ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,64. Dari rata-rata tersebut dapat
diketahui bahwa siswa sudah baik dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.
Jumlah kesalahan yang dilakukan siswa secara umum antara 6-10.
Siswa memperoleh nilai rata-rata karena penggunaan ejaan dan tanda
bacanya sudah tepat. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan kesalahan-
kesalahan penggunaan ejaan, penyingkatan, dan penggunaan huruf kapital sudah
baik. Siswa yang memperoleh nilai rendah mengalami kendala dalam penggunaan
ejaan, penyingkatan, dan penggunaan huruf kapital.
94
4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang
Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
Penilaian terhadap aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan
sasaran petunjuk difokuskan pada penggunaan kata-kata (pilihan kata) yang harus
disesuaikan dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Hasil penilaian aspek
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 18 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
25 12 5 0
375 135 37,5
0
59,52 % 28,57 % 11,91 %
0 % Jumlah 42 547,5 100 %
425,547
=X
=13,04 (Kategori Baik)
Data pada tabel 18 di atas menunjukkan bahwa terdapat 25 siswa atau
59,52% yang berhasil mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh
12 siswa atau 28,57%. Kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau 11,91%.
Sementara itu, tidak ada satu orang pun yang mendapat nilai dengan kategori
kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika
ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
secara klasikal mencapai 13,04.
95
Tabel 19 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
27 13 2 0
405 146,25
15 0
64,29 % 30,95 % 4,76 %
0 % Jumlah 42 566,25 100 %
423,566
=X
=13,48 (Kategori Baik)
Data pada tabel 19 di atas menunjukkan bahwa terdapat 27 siswa atau
64,29% yang mendapat kategori baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 13 siswa
atau 30,95%. Kategori cukup dicapai oleh 2 siswa atau 4,76%. Untuk kategori
kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari
aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,48.
Tabel 20 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
30 8 4 0
450 90 30 0
71,43 % 19,05 % 9,52 %
0 % Jumlah 42 570 100 %
42570
=X
=13,57 (Kategori Baik)
Data pada tabel 20 di atas menunjukkan bahwa terdapat 30 siswa atau
71,43% yang mendapat kategori baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 8 siswa
atau 19,05%. Kategori cukup dicapai oleh 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori
kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari
aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,57.
96
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk jika
ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
sebesar 13,36. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum
kemampuan siswa sudah baik dalam menggunakan kata-kata yang sesuai dengan
sasaran dari petunjuk yang dibuat. Dari 42 siswa hanya terdapat beberapa siswa
saja yang menggunakan kata-kata yang kurang sesuai dengan sasaran petunjuk
seperti penggunaan kata-kata dari bahasa daerah. Kondisi ini disebabkan kosakata
yang dimiliki siswa masih kurang.
Siswa memperoleh nilai rata-rata disebabkan siswa tersebut menggunakan
kosakata yang tepat dan mudah dipahami. Siswa yang memperoleh nilai tinggi
disebabkan siswa tersebut juga sudah menggunakan kosakata yang tepat dan
mudah dipahami. Siswa yang mendapat nilai rendah disebabkan terdapat beberapa
kata yang tidak dapat dipahami.
4.1.1.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk
Penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk difokuskan pada bentuk dan
kerapian petunjuk. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
97
Tabel 21 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tampilan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
10 7,5 5
2,5
0 0 29 13
0 0
145 32,5
0 % 0 %
69,05 % 30,95 %
Jumlah 42 177,5 100 %
425,177
=X
=4,23 (Kategori Kurang)
Data pada tabel 21 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik. Siswa
yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 29 siswa atau 69,05%.
Kategori kurang dicapai oleh 13 siswa 30,95%. Jadi, secara klasikal kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan
petunjuk sebesar 4,23.
Tabel 22 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tampilan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
10 7,5 5
2,5
0 0 32 10
0 0
160 25
0 % 0 %
76,19 % 59,52 %
Jumlah 42 185 100 %
42185
=X
= 4,41 (Kategori Kurang)
Data pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik. Siswa
yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 32 siswa atau 76,19%.
Kategori kurang dicapai oleh 10 siswa 59,52%. Jadi, secara klasikal kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan
petunjuk sebesar 4,41.
98
Tabel 23 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tampilan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
10 7,5 5
2,5
0 0 31 11
0 0
155 27,5
0 % 0 %
73,81 % 26,19 %
Jumlah 42 182,5 100 %
425,177
=X
=4,35 (Kategori Kurang)
Data pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik.
Sementara itu, siswa yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 31
siswa atau 73,81%. Kategori kurang dicapai oleh 9 siswa 26,19%. Jadi, secara
klasikal kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika
ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,35.
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau
dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,33. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui
bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat siswa masih kurang.
Siswa memperoleh nilai rata-rata karena bentuk petunjuk sudah baik.
Petunjuk yang mereka buat sudah rapi. Siswa yang memperoleh nilai tinggi
disebabkan bentuk petunjuk mereka sudah baik dan rapi serta telah memberi judul
yang menarik. Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan bentuk petunjuk
mereka belum baik dan belum rapi serta judul yang mereka buat belum menarik.
99
4.1.2 Hasil Penelitian Nontes Siklus I
Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,
jurnal, wawancara, dan dokumentasi (foto). Hasil selengkapnya dijelaskan pada
uraian berikut.
4.1.2.1 Hasil Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis petunjuk
berlangsung dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM). Observasi
dilakukan oleh seorang rekan peneliti dan guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di kelas VIIIE. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik
karena guru yang bersangkutan lebih memahami karakter dan kebiasaan siswa.
Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa yang aktif selama
proses pembelajaran menulis petunjuk sebesar 40,48%. Siswa yang cukup aktif
selama proses pembelajaran sebesar 40,48%. Sedang siswa yang kurang aktif
selama proses pembelajaran menulis petunjuk berlangsung sebesar 19,04%.
Siswa yang berani bertanya serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru sebesar 4,76%. Sedangkan 45,24% siswa cukup berani dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Mereka kadang
bertanya dan juga kadang menjawab pertanyaan dari guru. 50% siswa masih
kurang berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru.
100
Siswa yang aktif membuat konsep menulis petunjuk sebesar 52,38%.
Sedangkan 47,62% siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Siswa yang serius
ketika mengamati media pembelajaran sebesar 57,14%. 30,95% siswa termasuk
cukup serius dalam mengamati media. 11,91% siswa kurang serius dalam
mengamati media pembelajaran.
Pada umumnya siswa sudah terlihat antusias terhadap media-media yang
dihadirkan ke dalam kelas. Siswa yang sangat antusias dalam berinteraksi dengan
media sebesar 9,52%. 69,05% siswa merasa antusias. Siswa yang cukup antusias
sebanyak 21,43%.
Dalam kegiatan mempraktikan petunjuk yang mereka susun dapat
diketahui bahwa siswa yang sangat aktif dalam mempraktikan petunjuk terlebih
dahulu sebelum menuangkan konsep dalam bentuk petunjuk tertulis sebesar
7,14%. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam mempraktikan petunjuk yaitu
sebesar 69,05%. Sisanya sebanyak 21,43% siswa tampak cukup aktif dalam
kegiatan mempraktikan petunjuk.
Dalam mengerjakan tugas menulis petunjuk, dapat diketahui bahwa
terdapat 66,67% siswa yang memberikan tanggapan baik terhadap tugas yang
diberikan guru. Keseriusan ini tampak dari masing-masing siswa yang terlihat
sibuk sendiri dengan tugas-tugas mereka. 19,05% siswa tampak cukup serius
dalam mengerjakan tugas. Sebanyak 14,28% siswa kurang serius dalam
mengerjakan tugas. Mereka mengerjakan tugas setelah mendapat teguran dari
guru. Pada siklus I ini, siswa masih banyak yang kurang mampu mengerjakan tes
menulis petunjuk dalam waktu yang telah ditentukan.
101
4.1.2.2 Hasil Jurnal
1) Hasil Jurnal Siswa
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan
guru selama pembelajaran menulis petunjuk berlangsung.
Jurnal siswa merupakan jurnal yang harus diisi oleh siswa. Jurnal siswa diisi
setelah pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real things
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.
Tujuan diadakannya jurnal siswa ini adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang
terjadi pada saat pembelajaran berlangsung dan untuk mengungkap kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa. Jurnal siswa ini meliputi 5 pertanyaan, yaitu: (1)
perasaan siswa ketika pembelajaran menulis petunjuk berlangsung; (2) perasaan
siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat, (3) pendapat
siswa terhadap kehadiran benda-benda nyata sebagai media pembelajaran, (4)
kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis petunjuk, dan (5) pesan dan kesan
siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah diikuti.
Dari jurnal siswa menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang
merasa kesulitan dalam menulis petunjuk. Ada 5 siswa atau 11,91% yang
mengalami kesulitan dalam aspek kejelasan petunjuk. Ada 6 siswa atau 14,29%
yang merasa masih bingung untuk menentukan tata urutan dari sebuah petunjuk.
Tata urutan yang dibuat masih ada yang terbalik. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan siswa bagaimana mempraktikan petunjuk itu, mana yang
didahulukan dan mana yang terakhir. Begitu juga untuk masalah penggunaan
102
ejaan dan tanda baca yang belum cukup mereka kuasai dengan baik yaitu
persentase sebesar 45,24% atau sebanyak 19 siswa. Sebanyak 11 siswa atau
26,19% siswa sudah cukup menguasai masalah kesesuaian bahasa yang digunakan
dengan sasaran petunjuk. Sebanyak 34 siswa merasa belum mampu menampilkan
petunjuk tertulis mereka dengan maksimal.
Pada dasarnya siswa menyukai pembelajaran menulis petunjuk yang
dilakukan oleh peneliti. Sebanyak 32 siswa atau 76,19% merasa senang ketika
pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunanakan the real things media.
Sebanyak 10 siswa atau 23,81% merasa kaget dan berdebar-debar saat
mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka tulis. Perasaan ini muncul
disebabkan siswa tidak mengetahui petunjuk apa yang akan mereka praktikan.
Apakah sulit atau tidak. Siswa hanya bisa menebak. 29 siswa 69,05% siswa
merasa senang saat mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka buat.
Mereka merasa senang karena saat mempraktikan petunjuk, siswa dapat belajar
sambil bermain. Contoh, ketika siswa mempraktikan petunjuk membuat sesuatu,
siswa dapat mencicipi hasil petunjuk yang dibuatnya. Mereka tampak menghayati
saat kegiatan ini.
Hampir seluruh siswa merasa terbantu dengan dihadirkannya benda-benda
nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk, yaitu sebanyak 38 siswa atau
90,48%. Mereka merasa terbantu dan dimudahkan dalam menulis petunjuk karena
dapat mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka tulis, sehingga
mereka tidak perlu mengingat urutan petunjuk membuat, menggunakan, dan
petunjuk melakukan sesuatu.
103
Sebanyak 14 siswa atau 33,33% menjumpai kesulitan ketika menulis
petunjuk yaitu mengenai penggunaan ejaan dan tanda baca dan keefektifan
kalimat. Mereka juga merasa bingung dan agak kerepotan ketika diminta untuk
menulis petunjuk sebanyak tiga jenis sekaligus. 10 siswa atau 23,81% abstain,
mereka merasa bingung sehingga tidak menjawab petanyaan tersebut. Sisanya, 18
siswa atau 42,86% tidak mengalami kesulitan saat menulis petunjuk.
Pada umumnya siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media. Siswa yang memberikan
kesan baik sebanyak 32 siswa atau 71,19%. Sebanyak 6 siswa atau 14,29%
memberikan kesan yang kurang baik. Mereka merasa pembelajaran menulis
petunjuk terlalu cepat sehingga waktu menulis petunjuk dirasa kurang. 4 siswa
atau 9,52% abstain.
2) Hasil Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam jurnal guru ini adalah
sebagai berikut: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk; (2)
respon siswa terhadap kegiatan mengamati benda-benda nyata sebagai media
pembelajaran menulis petunjuk; (3) respon siswa terhadap kegiatan mempraktikan
langsung petunjuk yang akan dibuat; (4) respon siswa terhadap kegiatan menulis
petunjuk; (5) keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam
pembelajaran menulis petunjuk; dan (6) situasi atau suasana kelas ketika
pembelajaran berlangsung.
104
Berdasarkan pengamatan dan yang dirasakan peneliti pada saat
pembelajaran berlangsung, dapat dijelaskan bahwa peneliti merasa kurang puas
terhadap proses pembelajaran karena masih ada beberapa siswa yang belum
berkonsentrasi sepenuhnya dalam mengikuti pembelajaran menulis petunjuk
dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan PAKEM.
Siswa terlihat kurang siap dalam mengikuti proses pembelajaran menulis
petunjuk. Meskipun demikian, respon siswa terhadap pembelajaran menulis
petunjuk sangatlah positif karena mempelajari hal baru dengan menggunakan
media pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa diminta untuk moving class dan
mengamati benda-benda nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk.
Siswa terlihat senang dan antusias dalam mengamati serta mempraktikan terlebih
dahulu tiga jenis petunjuk yang akan mereka tulis. Namun, ketika siswa
mengevaluasi hasil pekerjaan temannya, siswa sangat ramai.
Saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang pasif. Mereka
masih malu untuk bertanya dan takut untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Bahkan ada beberapa siswa yang berbicara atau bercanda dengan temannya. Hal
ini diduga karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang
diterapkan guru. Namun, secara keseluruhan siswa sudah mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk dengan cukup baik.
Situasi dan suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung dapat terkendali
dengan baik meskipun masih ada beberapa siswa yang membuat suasana kelas
menjadi ramai.
105
Kurangnya kesiapan dan terbatasnya sumber belajar menjadi kekurangan
guru. Guru belum sepenuhnya sesuai melakukan proses pembelajaran yang telah
direncanakan. Pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu yang dilakukan guru pun
masih kurang baik.
4.1.2.3 Hasil Wawancara
Pada siklus I, sasaran wawancara ditujukan kepada enam siswa yang
terdiri atas dua orang yang mendapat nilai tertinggi, dua orang yang mendapat
nilai sedang, dan dua orang yang mendapat nilai rendah. Wawancara ini
mengungkap 10 butir pertanyaan, sebagai berikut: (1) apakah selama ini siswa
senang dengan pembelajaran menulis; (2) apakah siswa pernah belajar menulis
sebuah petunjuk dengan bentuk pembelajaran seperti yang diterapkan guru
(peneliti); (3) apakah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media; (4) apakah benda-benda
nyata itu mampu merangsang siswa untuk menulis petunjuk; (5) bagaimana
perasaan siswa ketika diminta untuk menulis petunjuk; (6) bagaimana perasaan
siswa ketika berinteraksi dengan benda-benda tersebut; (7) bagaimana perasaan
siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan siswa susun; (8)
kesulitan apa yang siswa hadapi ketika diminta untuk menulis petunjuk; (9) usaha
apa yang siswa lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut; dan (10) pendapat
siswa tentang pelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan dan saran siswa
untuk perbaikan pembelajaran.
106
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap keenam siswa tersebut
dapat diketahui bahwa 5 dari 6 siswa merasa senang dengan pembelajaran
menulis. Menurut seorang siswa, dia tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia
aspek menulis dikarenakan pelajaran itu dianggap susah dan banyak aturannya,
salah satunya adalah penggunaan ejaan dan huruf kapital. Mereka melontarkan
pernyataan senang dengan model pembelajaran menulis petunjuk yang diajarkan
peneliti. Terlebih lagi dengan dihadirkannya benda-benda nyata ke dalam kelas.
Siswa mengaku lebih terangsang sehingga ide-ide untuk menulis petunjuk itu
muncul. Siswa lebih antusias ketika siswa diminta mempraktikan terlebih dahulu
petunjuk-petunjuk yang akan mereka tulis, yaitu bagaimana melakukan, membuat,
dan menggunakan sesuatu. Dari pengalaman belajar yang mereka peroleh dapat
memudahkan dan membantu siswa dalam menuliskan konsep-konsep petunjuk
secara tertulis. Mereka mengaku dengan praktik terlebih dahulu dapat mengurangi
adanya salah langkah. Ada satu siswa yang merasa tergesa-gesa karena waktunya
dianggap kurang cukup. Dia harus membagi waktu untuk mempraktikan petunjuk
dan waktu untuk menulis petunjuk. Satu siswa juga merasa bingung ketika
mencari letak benda-benda nyata yang merupakan bagiannya. Ketika mengalami
kesulitan, siswa lebih memilih bertanya kepada teman daripada guru.
Kesan baik mereka tujukan terhadap model pembelajaran yang dilakukan
peneliti. Semua siswa yang diwawancara mengaku senang dan merasa sangat
terbantu. Mereka mengharapkan pembelajaran yang sama tetapi dengan bentuk
yang lebih variatif. Selain itu, dua siswa memberikan saran terhadap teknik
pembelajaran peneliti, yaitu dari segi ketegasan dan volume suara peneliti.
107
Pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real things
media telah membantu dan memudahkan siswa dalam menyusun sebuah petunjuk.
Dengan konsep dasar “belajar sambil bermain”, siswa tampak lebih aktif dan
kreatif dalam model pembelajaran yang dilakukan peneliti. Siswa merasa
mempelajari petunjuk merupakan hal yang menyenangkan karena siswa
dibebaskan untuk bertindak dan berkreasi demi perbaikan dan kemajuan
pekerjaannya. Petunjuk yang dipraktikan terlebih dahulu dianggap akan
mengefektifkan waktu karena siswa tidak dibiarkan untuk mengingat alur
pembuatan, penggunaan ataupun pelaksanaan sesuatu. Mereka hanya mengingat
dan menghayalkan sesuatu yang tidak riil, hal ini dikhawatirkan akan
menghambat ruang gerak proses terciptanya karya kreatif siswa. Maka dari itu,
dari serangkaian kegiatan-kegiatan pembelajaran menulis petunjuk yang
dilakukan peneliti dimasukkan dalam kategori pendekatan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
4.1.2.4 Hasil Dokumentasi (Foto)
Pada siklus I ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada kegiatan
selama pembelajaran dan ketika pembelajaran telah selesai, yaitu kegiatan pada
awal pembelajaran ketika guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa,
kegiatan siswa mengamati benda-benda nyata, kegiatan siswa melakukan interaksi
dengan benda-benda nyata, kegiatan menyusun petunjuk sambil mempraktikan
108
petunjuk yang akan dibuat, kegiatan melakukan aktivitas menulis petunjuk, dan
saat siswa yang sedang diwawancara. Dokumentasi berupa gambar ini digunakan
sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
Deskripsi gambar pada siklus I selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 1 Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal pembelajaran dalam siklus I.
Kali pertama guru membuka pelajaran dengan mengajak siswa menyanyikan lagu
“Bermain Layang-layang”. Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai isi lagu “Bermain Layang-layang”. Terlebih dahulu guru bertanya
jawab dengan siswa berkaitan dengan materi yang akan diberikan yaitu menulis
petunjuk. Tujuannya untuk menstimulus siswa terhadap materi yang akan
dipelajari. Selanjutnya, guru bersama siswa membuat petunjuk tertulis mengacu
pada teks lagu “Bermain Layang-layang”. Akhirnya guru bersama siswa
menganalisis petunjuk yang mereka buat. Pada gambar tersebut di atas, tampak
peneliti sedang menjelaskan tiga jenis petunjuk beserta contohnya. Sementara
109
siswa tampak sedang memperhatikan penjelasan dari guru (peneliti). Nampak
pada gambar, siswa menunjukkan respon baik pada awal pembelajaran. Hal inilah
yang menyebabkan peneliti mendapat injeksi semangat untuk melakukan
penelitian ini.
Gambar 2 Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti pembelajaran dalam siklus I.
Pada gambar tersebut tampak satu kelompok siswa sedang mengamati media
pembelajaran. Masing-masing siswa dalam tiap kelompok diminta untuk
mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan peneliti. Dari hasil
eksplorasi tersebut akan merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk
yang akan dibuat. Pola pembelajaran ini sengaja dibuat agar siswa mengalami
sendiri dengan melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa.
Pada gambar tersebut tampak beberapa siswa serius dalam kegiatan eksplorasi ini
karena mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu yang diberikan untuk kegiatan
ini. Ada juga beberapa siswa yang tampak kurang serius dalam kegiatan ini.
110
Mereka tidak mengamati media yang sudah menjadi bagiannya, tetapi mereka
lebih cenderung tertarik dengan media temannya di kelompok yang lain. Hal
inilah yang menjadi penyebab siswa mengalami ketidakberhasilan dalam tes
siklus I ini, yaitu kurangnya keseriusan dari siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Gambar 3 Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran
Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan
media pembelajaran. Setelah mengamati dan mengeksplorasi media, selanjutnya
siswa melakukan interaksi dengan media baik itu berhubungan langsung dengan
media yang akan ditulis maupun berhubungan dengan teman satu kelompok.
Tujuannya agar siswa lebih mengenal media yang akan mereka tulis. Tampak
pada gambar tersebut siswa tengah asyik melakukan kegiatan berinteraksi dengan
media pembelajaran. Namun ada seorang siswa yang nampak lebih tertarik pada
media yang lain daripada medianya sendiri. Hal ini dapat juga mempengaruhi
hasil tes penulisan petunjuknya.
111
Gambar 4 Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk
Gambar 4 di atas memperlihatkan aktivitas siswa ketika mempraktikan
terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka susun. Secara individu, siswa tampak
tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Siswa tampak bersemangat dan
aktif dalam kegiatan ini. Hal ini dikarenakan petunjuk yang akan mereka tulis
adalah petunjuk yang sudah pernah mereka lakukan, seperti contoh gambar di atas
adalah ketika siswa memparktikan cara menggunakan pasta dan sikat gigi.
Tampak siswa merasa senang dan menghayati pembelajaran menulis petunjuk
dengan menggunakan the real things media yang dihadirkan ke dalam kelas.
112
Gambar 7 Kegiatan Menulis Petunjuk
Gambar 5 di atas diambil pada saat pembelajaran berlangsung yaitu ketika
siswa tengah sibuk menulis petunjuk yang telah mereka praktikan terlebih dahulu.
Situasi kelas pada gambar tersebut memperlihatkan keseriusan siswa dalam
mengerjakan tugas. Namun, masih ada satu orang yang terlihat kurang serius
karena dia mengetahui adanya pengambilan gambar pada kegiatan tersebut.
Gambar 6 Kegiatan Wawancara
113
Gambar 6 tersebut merupakan aktivitas siswa ketika diwawancara. Ada 6
siswa yang diwawancara, yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tinggi, 2 siswa yang
mendapat nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapat nilai tinggi. Pada gambar
tersebut hanya terlihat 4 siswa yang sedang diwawancara padahal seharusnya
sebanyak 6 siswa. Kegiatan wawancara tidak dilakukan per individu dikarenakan
efektivitas waktu.
4.1.3 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I ini pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the
real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan mulai diberlakukan. Dalam pembelajaran menulis petunjuk, guru
(peneliti) menerapkan metode learning by doing, maksudnya siswa diperkenankan
untuk mengalami sendiri pembelajaran menulis petunjuk yaitu dengan cara
menyusun petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka
tulis.
Meskipun demikian, peneliti melihat masih ada kekurangan dalam
pelaksanaan pembelajaran menulis petunjuk pada siklus I. Kekurangan tersebut
yaitu pada saat siswa diminta untuk menulis petunjuk yang media
pembelajarannya telah disiapkan peneliti serta siswa dikelompok-kelompokkan
dan siswa diatur untuk mendapat bagian media masing-masing. Mau tidak mau,
siswa harus menulis petunjuk sesuai dengan media yang telah disediakan yang
menjadi bagiannya.Ternyata tidak sedikit siswa yang mengeluh dengan ketentuan
yang dibuat peneliti. Maka dari itu, untuk siklus II siswa ditugaskan untuk
114
membawa peralatan serta media pembelajaran sendiri untuk membuat tiga jenis
petunjuk.
Rata-rata nilai secara klasikal pada siklus I juga masih belum mencapai
batas ketuntasan belajar yaitu 70. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai
akhir dibawah 70. Dalam tiap-tiap aspek penilaian menulis petunjuk, nilai siswa
juga masih banyak yang masuk dalam kategori kurang baik. Maka dari itu, perlu
adanya pengambilan data ulang untuk proses perbaikan pada siklus II.
Kekurangan yang lain adalah ketidaksesuaian alokasi waktu yang telah
ditentukan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pengelolaan waktu
saat proses pembelajaran yang terjadi pada siklus I. Peneliti juga belum dapat
mengelola kelas dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa siswa yang
masih suka berbicara dan bercanda serta membuat kegaduhan di kelas.
Karena proses pembelajaran pada siklus I ini masih kurang optimal, maka
diperlukan adanya tindakan siklus II. Dalam siklus II ini peneliti akan
menekankan pada hasil tes siklus II, pengalaman belajar siswa, dan kedisiplinan
guru dalam pengelolaan waktu dan pengelolaan kelas. Pembelajaran pada siklus II
ini juga dibuat semenarik mungkin supaya siswa menjadi lebih aktif dan
bersemangat.
4.1.4 Hasil Penelitian Tes Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada siklus I
masih belum memuaskan dan masih dalam kategori cukup dan rata-rata nilai
secara klasikal pada siklus I masih belum mencapai target nilai ketuntasan belajar
115
yaitu sebesar 70. Masih terdapat tingkah laku siswa yang kurang mendukung
pembelajaran. Tindakan siklus II ini dilakukan untuk mengatasi mesalah-masalah
yang ada pada siklus I dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis petunjuk sehingga dapat mencapai target ketuntasan belajar yang
telah ditentukan.
Penelitian siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 25
Mei 2007. Pada siklus II ini penelitian dilakukan dengan rencana dan persiapan
yang lebih matang dibandingkan dengan siklus I. Dengan adanya perbaikan-
perbaikan dalam pembelajaran tanpa mengabaikan penggunaan the real things
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan,
maka hasil penelitian yang berupa tes kemampuan menulis petunjuk mengalami
peningkatan dari kategori cukup ke kategori baik. Meningkatnya nilai tes ini
diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa. Siswa menjadi lebih aktif
serta lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan pola pembelajaran
yang peneliti terapkan. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes pada siklus II
diuraikan secara terinci berikut ini.
Berdasarkan hasil penilaian menulis petunjuk yang telah dilakukan,
diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 79,19 termasuk dalam
kategori baik. Nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa pada siklus II sebesar
96,67. Nilai tersebut hanya berhasil dicapai satu siswa. Nilai terendah diperoleh
siswa sebesar 60,83. Hanya satu siswa yang memperoleh nilai tersebut. Siswa
sebagian besar sudah mencapai nilai antara 70,00-84,99.
116
Hasil penilaian menulis petunjuk siklus II secara lebih lengkap dapat
dilihat pada tabel 24 berikut ini.
Tabel 24 Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus II
No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85,00-100,00 70,00-84,99 55,00-69,99
0-54,99
10 26 6 0
885,422.042,93
397,490
23,81 % 61,90 % 14,29 %
0 % Jumlah 42 3.325,84 100 %
428,325.3
=X 4
19,79=(Kategori Baik)
Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa bobot nilai tes kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk pada siklus II secara klasikal mencapai 3.325,84
dengan niilai rata-rata 79,19 termasuk dalam kategori baik. Diantara 42 siswa,
terdapat 10 siswa atau 23,81% yang berhasil memperoleh nilai dengan kategori
sangat baik dengan rentang nilai 85,00-100,00. Frekuensi terbanyak yaitu 26
siswa atau 60,90% memperoleh nilai dalam kategori baik dengan rentang nilai
70,00-84,99. Kemudian 6 siswa atau 14,29% memperoleh nilai cukup baik dengan
rentang nilai 55,00-69,99. Untuk kategori kurang, tidak ada seorang pun yang
mencapai nilai dengan rentang nilai 0-54,99.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan petujuk tertulis siswa
tersebut sudah memenuhi syarat petunjuk yaitu jelas, logis, dan singkat.
Keruntutan pelaksanaan petunjuk yang dibuat siswa tersebut sudah urut dan jelas
sehingga mudah dipahami. Kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan efektif.
Sebagian besar siswa sudah memahami penggunaan ejaan dan tanda baca yang
benar, bahasa yang digunakan adalah ragam baku tapi mudah dipahami. Tampilan
petunjuk sudah menarik.
117
Siswa yang memperoleh nilai cukup penyebab utamanya yaitu kurang
sesuainya syarat-syarat petunjuk yang harus dipenuhi. Siswa tersebut masih
kesulitan dalam membuat pelaksanan yang runtut. Kalimat yang digunakan sudah
singkat, tapi masih ada juga yang panjang, tapi belum jelas maksudnya. Bahasa
yang digunakan sudah tidak tercampur-campur dengan bahasa daerah mereka
Petunjuk yang mereka buat sudah cukup menarik.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil keterampilan menulis petunjuk siklus II
dapat dilihat pada diagram 3 (diagram garis) berikut ini.
Diagram 3 Hasil Tes Siswa Menulis Petunjuk Siklus II
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41
Siklus II
Pada diagram 3 dapat dilihat bahwa terdapat 36 siswa atau 85,71% yang
telah berhasil mencapai batas nilai ketuntasan belajar sebesar 70 dalam kategori
baik. Siswa yang memperoleh nilai antara 55,00-69,99 dalam kategori cukup baik
sebanyak 6 siswa. Tidak ada seorang pun yang memperoleh nilai 0-54,99.
Berdasarkan diagram 3, dapat diketahui pula bahwa siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar yaitu sebanyak 6 siswa atau 14,28%. Nilai rata-rata secara
klasikal tersebut sudah mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70, sehingga
nilai yang diperoleh siswa pada siklus II sudah tidak perlu ditingkatkan.
118
Agar lebih jelas, nilai yang telah berhasil dicapai siswa digambarkan pada
gambar 10 berikut ini.
Nilai 85,00-100,00
Nilai 55,00-69,99
Nilai 0-54,99
Nilai 70,00-84,99
14.29% 23,81%
61,90%
Diagram 4 Lingkaran Hasil Tes Menulis Petunjuk Siklus II
Berdasarkan diagram 4 di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbanyak
yaitu sebesar 61,90% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 70,00-84,99
termasuk kategori baik. Persentase terbanyak kedua yaitu sebesar 23,81% adalah
jumlah siswa yang mendapat nilai 85,00-100,00 termasuk kategori sangat baik.
Persentase terbanyak ketiga yaitu sebesar 14,29% adalah jumlah siswa yang
mendapat nilai 55,00-69,99 termasuk kategori cukup. Untuk kategori kurang tidak
ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi dapat diketahui bahwa siswa yang
belum mencapai nilai batas ketuntasan belajar sebesar 70 masih terdapat 6 siswa
atau 14,29%.
Rata-rata nilai keterampilan menulis teks petunjuk siswa sudah mencapai
ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 70. Hal ini disebabkan
oleh pemerolehan skor yang sudah maksimal pada tiap-tiap aspek. Siswa juga
sudah memperhatikan ketentuan yang sudah dicantumkan pada lembar tugas
siswa sehingga mereka sudah dapat memaksimalkan kemampuan mereka dan
tidak bingung lagi.
119
Hasil tes pada tabel 24 merupakan gabungan dari 6 aspek keterampilan
menulis teks petunjuk. Keenam aspek tersebut, yaitu: (1) kejelasan petunjuk; (2)
ketepatan tata urutan petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejaan dan
tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan
(6) tampilan petunjuk. Adapun hasil masing-masing aspek secara rinci dapat
dilihat pada uraian berikut ini.
4.1.4.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk
Aspek 1 berupa kejelasan petunjuk. Nilai rata-rata siswa sebesar 14,88
nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 4 siswa sebesar 20. Nilai terendah pada
aspek ini dicapai oleh 5 siswa sebesar 10. Secara rinci, hasil yang diperoleh siswa
pada aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini.
Tabel 25 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kejelasan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
4 33 5 0
80 495 50 0
9,52 % 78,57 % 11,91 %
0 % Jumlah 42 625 100 %
42625
=X
= 14,88 (Kategori Baik)
Data pada tabel 25 di atas menunjukkan bahawa kemampuan menulis
petunjuk melakukan sesuatu pada aspek kejelasan petunjuk untuk kategori sangat
baik sebanyak 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori baik sebanyak 33 siswa atau
78,57%. Kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau 11,91%. Kategori kurang tidak
dicapai oleh seorang pun. Jadi, rata-rata skor klasikal pada aspek kejelasan
petunjuk pada menulis petunjuk melakukan sesuatu sebesar 14,88. Siswa cukup
jelas dalam menuliskan sebuah petunjuk yang ditugaskan oleh guru.
120
Tabel 26 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kejelasan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
5 35 2 0
100 525 20 0
11,91 % 83,33 % 4,76 %
0 % Jumlah 42 645 100 %
42645
=X
= 15,4 (Kategori Baik)
Data pada tabel 26 di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 orang atau
11,91% yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 35 orang
atau 83,33% . Kategari cukup dicapai sebanyak 2 siswa atau 4,76%. Untuk
kategori kurang tidak ada satu orang pun yang mencapainya. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa secara klasikal nilai rata-rata kemampuan siswa dalam
menulis petunjuk membuat sesuatu dilihat dari aspek kejelasan petunjuk sebesar
15,4.
Tabel 27 Hasil Tes Menggunakan Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kejelasan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
5 33 4 0
100 495 40 0
11,91 % 78,57 % 9,52 %
0 % Jumlah 42 635 100 %
42635
=X
= 15,12 (Kategori Baik)
Data pada tabel 27 di atas menunjukkan bahwa 5 siswa atau 11,91%
berhasil mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh
33 siswa atau 78,57%. Kategori cukup diperoleh sebanyak 4 siswa atau 9,52%.
Tidak ada seorang pun yang memperoleh kategori kurang. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata secara klasikal kemampuan siswa dalam
121
menulis petunjuk menggunakan sesuatu aspek kejelasan petunjuk sebesar 15,12
kategori baik.
Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata yang
diperoleh siswa sebesar 15,13. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek kejelasan petunjuk
sudah baik.
Pada aspek kejelasan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah baik karena
sudah banyak siswa yang menulis petunjuk dengan jelas sehingga dapat diikuti
dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai tinggi pada aspek ini disebabkan siswa
tersebut menulis petunjuk hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja
sehingga mudah diikuti cara pelaksanaannya.
4.1.4.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk
Penilaian aspek tata urutan petunjuk difokuskan pemaparan langkah-
langkah petunjuk yang dibuat siswa. Petunjuk yang dibuat harus sesuai dengan
urutan yang seharusnya yang ada dalam sebuah petunjuk. Hasil penilaian untuk
ketiga jenis petunjuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 28 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
13 21 8 0
260 315 80 0
30,95 % 50 %
19,05 % 0 %
Jumlah 42 655 100 %
42655
=X
= 15,60 (Kategori Baik)
Data pada tabel 28 di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa atau
30,95% yang berkategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 21 siswa atau
122
50%. Kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau 19,05%. Untuk kategori kurang
tidak seorang pun yang memperolehnya. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa
secara klasikal sebesar 15,60.
Tabel 29 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
17 15 10 0
340 225 100 0
40,48 % 35,71 % 23,81 %
0 % Jumlah 42 665 100 %
42665
=X
= 15,83 (Kategori Baik)
Data pada tabel 29 di atas menunjukkan bahwa terdapat 17 siswa atau
40,48% yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa
atau 35,71%. Kategori cukup dicapai oleh 10 siswa atau 23,81%. Untuk kategori
kurang tidak dicapai oleh satu orang pun. Jadi, rata-rata pencapaian kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu pada aspek tata urutan petunjuk
sebesar 15,83.
Tabel 30 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
17 22 3 0
340 330 30 0
40,48 % 52,38 % 7,14 %
0 % Jumlah 42 700 100 %
42700
=X
= 16,67 (Kategori Baik)
Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa terdapat 17 orang atau 40,48%
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Kategori baik dicapai
123
oleh 22 siswa atau 52,38%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 3 siswa atau
7,14%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh satu orang pun.
Simpulan yang diperoleh berdasarkan data tersebut adalah skor rata-rata
untuk kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek tata urutan
petunjuk sebesar 16,03. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal
siswa sudah baik dalam membuat petunjuk dengan tata urutan yang baik.
Pada aspek tata urutan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah baik karena
sebagian besar siswa sudah menguasai aspek keruntutan pemaparan dengan baik.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa tersebut sudah dapat
membuat petunjuk yang urut dan tidak membingungkan serta mudah dipahami.
Siswa dalam mempraktikan petunjuk sudah benar sehingga tidak salah langkah.
Siswa yang memperoleh nilai cukup disebabkan siswa tersebut dalam
mempraktikan petunjuk yang mereka buat kurang benar sehingga menyebabkan
salah langkah. Hal ini mengakibatkan petunjuk yang mereka buat kurang urut,
kurang jelas, dan kurang mudah diikuti.
4.1.4.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat
Penilaian aspek keefektifan kalimat pada menulis petunjuk difokuskan
pada kejelasan dan kelugasan kalimat. Kejelasan ini mengandung arti bahwa
kalimat tersebut mudah ditangkap maksudnya. Lugas dimaksudkan bahwa kalimat
itu tidak berbelit-belit. Hasil penilaian untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
keefektifan kalimat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
124
Tabel 31 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Keefektifan
Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
4 33 5 0
80 495 50 0
9,52 % 78,57 % 11,91 %
0 % Jumlah 42 625 100 %
42625
=X
= 14,9 (Kategori Baik)
Data pada tabel 31 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 4 siswa atau
9,52% mampu memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Sebanyak 33 siswa
atau 78,57% yang mampu memperoleh nilai dengan kategori baik. Ada 5 siswa
atau 11,91% yang berhasil mencapai kategori cukup. Kategori kurang tidak
dicapai oleh seorang pun. Jadi, keseluruhan hasil kemampuan menulis petunjuk
melakukan sesuatu aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata sebesar
14,9.
Tabel 32 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Keefektifan
Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
4 35 3 0
80 525 30 0
9,52 % 83,33 % 7,15 %
0 %
Jumlah 42 635 100 %
42635
=X
= 15,12 (Kategori Baik)
Data pada tabel 32 tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa atau 9,52%
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu
mencapai kategori baik sejumlah 35 siswa atau 83,33%. Kategori cukup dicapai
oleh 3 siswa atau 7,15%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh seorang pun.
125
Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau
dari aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 15,12.
Tabel 33 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Keefektifan Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
20 15 10 5
4 34 4 0
80 510 40 0
9,52 % 80,96 % 9,52 %
0 % Jumlah 42 630 100 %
42630
=X
= 15 (Kategori Baik)
Data pada tabel 33 tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa yang mampu
mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu mencapai
kategori baik sejumlah 34 siswa atau 80,96%. Kategori cukup dicapai oleh 4
siswa atau 9,52%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh seorang pun. Jadi,
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu aspek
keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 15.
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk siswa dapat disimpulkan
bahwa skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari
aspek keefektifan kalimat sebesar 15,01. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
secara umum siswa sudah baik dalam menyusun kalimat.
Siswa memperoleh nilai rata-rata disebabkan oleh kemampuan siswa
dalam menulis petunjuk tidak menggunakan kalimat yang terlalu panjang tetapi
jelas, terlihat dari rata-rata kesalahan kalimat yang kurang efektif hanya ada 1-2
kalimat saja. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh kemampuan
siswa dalam menggunakan kalimat sudah baik, singkat, dan jelas. Siswa yang
126
memperoleh nilai cukup disebabkan mereka menggunakan kalimat yang singkat
tetapi tidak jelas.
4.1.4.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian penggunaan aspek tanda baca pada kemampuan menulis
petunjuk difokuskan pada penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan
penulisan kata depan. Hasil tes untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 34 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan
Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
10 26 6 0
150 292,5
45 0
23,81 % 61,90 % 14,29 %
0 % Jumlah 42 487,5 100 %
425,487
=X
= 11,61 (Kategori Baik)
Data pada tabel 34 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,61. Dari rata-rata tersebut
terdapat 10 siswa atau 23,81% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.
Untuk kategori baik dicapai oleh 26 siswa atau 61,90%. Sisanya, untuk kategori
cukup diperoleh sebanyak 6 siswa atau 14,29%. Untuk kategori kurang tidak
dicapai oleh satu siswa pun.
127
Tabel 35 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
12 26 4 0
180 292,5
30 0
28,57 % 61,91 % 9,52 %
0 % Jumlah 42 502,5 100 %
425,502
=X
=11,96 (Kategori Baik)
Data pada tabel 35 tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
menulis petunjuk membuat sesuatu aspek penggunaan ejaan dan tanda baca secara
klasikal mencapai 11,96. Dari rata-rata tersebut terdapat 12 siswa atau 28,57%
yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 26
orang atau 61,91%. Kategori cukup berhasil diperoleh sebanyak 4 siswa atau
61,91%. Untuk kategori kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya.
Tabel 36 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan
Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
12 25 5 0
180 281,25 37,5
0
28,57 % 59,52 % 11,91 %
0 % Jumlah 42 498,75 100 %
427,498
=X 5
=11,88 (Kategori Baik)
Data pada tabel 36 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu ditinjau dari
aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mencapai rata-rata 11,88. Dari nilai rata-
rata tersebut terdapat 12 siswa atau 28,57% yang memperoleh nilai dengan
kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 25 orang atau 59,52%.
128
Untuk kategori cukup diperoleh sebanyak 5 siswa atau 11,91%. Dan tidak ada
seorang pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang. .
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek penggunaan
ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,8. Dari rata-rata tersebut dapat
diketahui bahwa siswa sudah baik dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.
Jumlah kesalahan yang dilakukan siswa secara umum antara 1-5.
Siswa memperoleh nilai rata-rata karena penggunaan ejaan dan tanda
bacanya sudah tepat. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan kesalahan-
kesalahan penggunaan ejaan, penyingkatan, dan penggunaan huruf kapital sudah
baik.
4.1.4.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang
Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
Penilaian terhadap aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan
sasaran petunjuk difokuskan pada penggunaan kata-kata (pilihan kata) yang harus
disesuaikan dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Hasil penilaian aspek
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 37 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
26 16 0 0
390 180 0 0
61,90 % 38,10 %
0 % 0 %
Jumlah 42 570 100 %
42570
=X
=13,57 (Kategori Baik)
129
Data pada tabel 37 di atas menunjukkan bahwa terdapat 26 siswa atau
61,90% yang berhasil mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh
16 siswa atau 38,10%. Tidak ada satu orang pun yang mendapat nilai dengan
kategori cukup maupun kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang
digunakan dengan sasaran petunjuk secara klasikal mencapai 13,57.
Tabel 38 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
28 14 0 0
420 157,5
0 0
66,67 % 33,33 %
0 % 0 %
Jumlah 42 577,5 100 %
425,577
=X
=13,75 (Kategori Baik)
Data pada tabel 38 di atas menunjukkan bahwa terdapat 28 siswa atau
66,67% yang mendapat kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 14
siswa atau 33,33%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada seorang
pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang
digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,75.
Tabel 39 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
15 11,25 7,5 3,75
30 12 0 0
450 135 0 0
71,43 % 28,57 %
0 % 0 %
Jumlah 42 585 100 %
42585
=X
=13,93 (Kategori Baik)
130
Data pada tabel 39 di atas menunjukkan bahwa terdapat 30 siswa atau
71,43% yang mendapat kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 12
siswa atau 28,57%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada seorang
pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang
digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,93.
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk jika
ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
sebesar 13,75. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum
kemampuan siswa sudah baik dalam menggunakan kata-kata yang sesuai dengan
sasaran dari petunjuk yang dibuat. Sudah tidak ada siswa yang menggunakan
kata-kata dari bahasa daerah. Sebagian besar siswa sudah menggunakan kosakata
yang tepat dan mudah dipahami.
4.1.4.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk
Penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk difokuskan pada bentuk dan
kerapian petunjuk. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 40 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tampilan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
10 7,5 5
2,5
3 35 4 0
30 262,5
20 0
7,15 % 83,33 % 9,52 %
0 % Jumlah 42 312,5 100 %
425,312
=X
=7,44 (Kategori Cukup)
131
Data pada tabel 40 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 siswa atau
7,15% berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik. Sebanyak 35 siswa
atau 83,33% berhasil memperoleh kategori baik. Siswa yang mampu meraih skor
untuk kategori cukup sebanyak 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori kurang tidak
dicapai oleh seorang pun. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar
7,44.
Tabel 41 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tampilan Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
10 7,5 5
2,5
2 39 1 0
20 292,5
5 0
4,76 % 92,86 % 2,38 %
0 % Jumlah 42 317,5 100 %
425,317
=X
= 7,56 (Kategori Baik)
Data pada tabel 41 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 2 siswa atau
4,76% berhasil memperoleh skor dengan kategori sangat baik. Sebanyak 39 siswa
atau 92,86% berhasil memperoleh nilai dengan kategori baik. Sisanya, hanya 1
siswa atau 2,38% yang mampu meraih skor untuk kategori cukup. Jadi, secara
klasikal kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika
ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,35.
Tabel 42 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tampilan Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase (%)
Rata-rata Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
10 7,5 5
2,5
5 32 5 0
50 225 25 0
11,91 % 76,18 % 11,91 %
0 % Jumlah 42 300 100 %
42300
=X
= 7,1 (Kategori Cukup)
132
Data pada tabel 42 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 5 siswa atau
11,91% berhasil memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Sebanyak 32
siswa atau 76,18% berhasil memperoleh nilai dengan kategori baik. Sisanya,
sebanyak 5 siswa atau 11,91% meraih skor untuk kategori cukup. Jadi, secara
klasikal kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika
ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar 7,1.
Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau
dari aspek tampilan petunjuk sebesar 7,37. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui
bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat siswa sudah cukup baik.
Siswa memperoleh nilai rata-rata karena bentuk petunjuk sudah baik.
Petunjuk yang mereka buat sudah rapi serta telah memberi judul yang menarik.
4.1.5 Hasil Nontes Siklus II
Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,
jurnal, wawancara, dan dokumentasi (foto). Hasil selengkapnya dijelaskan pada
uraian berikut.
4.1.5.1 Hasil Observasi
Pada siklus II ini terdapat perilaku siswa yang terdeskripsi melalui
kegiatan obsrvasi yang dilakukan peneliti. Selama membelajarkan kemampuan
menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan, peneliti merasakan adanya
133
perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebagian besar pada siklus I kurang
mengikuti pembelajaran dengan baik, pada siklus II ini sebagian besar sudah
mulai mengikuti dan menikmati pembelajaran yang diterapkan peneliti. Siswa
sudah memberikan respon yang positif terhadap kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran active learning ini, siswa diharapkan dapat
menangkap materi pembelajaran yang diajarkan sekaligus menangkap makna dari
pembelajaran itu bagi kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa hampir seluruh siswa
sudah aktif mengikuti kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Secara
lebih rinci dapat dipaparkan bahwa siswa yang sangat aktif dalam mengikuti
pembelajaran sebanyak 11,9%. Siswa yang aktif sebanyak 73,81%. Sisanya,
sebanyak 14,29% siswa cukup aktif mengikuti kegiatan pembelajaran menulis
petunjuk.
Siswa yang berani bertanya serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru sebesar 78,57%. 21,43% siswa sudah cukup berani dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Mereka kadang bertanya dan
juga kadang menjawab pertanyaan dari guru.
Siswa yang aktif membuat konsep menulis petunjuk sebesar 78,57%.
21,43% siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Siswa yang serius ketika
mengamati media pembelajaran sebesar 80,96%. 19,05% siswa termasuk cukup
serius dalam mengamati media.
Pada umumnya siswa sudah terlihat antusias terhadap media-media yang
dihadirkan ke dalam kelas. Siswa yang sangat antusias dalam berinteraksi dengan
134
media sebesar 23,81%. Sementara 61,9% siswa merasa antusias. Siswa yang
cukup antusias sebanyak 14,29%.
Dalam kegiatan mempraktikan petunjuk yang mereka susun dapat
diketahui bahwa siswa yang sangat aktif dalam mempraktikan petunjuk terlebih
dahulu sebelum menuangkan konsep dalam bentuk petunjuk tertulis sebesar
19,05%.
Sebagian besar siswa sudah aktif dalam mempraktikan petunjuk yaitu
sebesar 69,05%. Sisanya sebanyak 11,9% siswa tampak cukup aktif dalam
kegiatan mempraktikan petunjuk.
Dalam mengerjakan tugas menulis petunjuk, dapat diketahui bahwa
terdapat 80,95% siswa yang memberikan tanggapan baik terhadap tugas yang
diberikan guru. Keseriusan ini tampak dari masing-masing siswa yang terlihat
sibuk sendiri dengan tugas-tugas mereka. 19,05% siswa tampak cukup serius
dalam mengerjakan tugas. Mereka langsung mengerjakan tugas tanpa harus
mendapat teguran dari guru. Mereka sudah diberikan pengertian tentang
pemanfaatan waktu yang sudah direncanakan. Pada siklus II ini, siswa sudah
banyak yang mampu mengerjakan tes menulis petunjuk dalam waktu yang telah
ditentukan.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa sudah banyak mengalami perubahan
menuju pada perilaku positif. Sebagian besar siswa sudah mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik.
135
Keadaan ini tentu saja merupakan sesuatu hal yang sangat diharapkan
karena guru sudah berusaha secara maksimal untuk merubah pola pembelajaran
menjadi lebih santai dan menyenangkan, namun masih tetap dalam konteks
penerapan pendekatan PAKEM dengan menggunakan the real things media.
4.1.5.2 Hasil Jurnal
1) Hasil Jurnal Siswa
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini masih sama dengan
siklus I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut mengungkap
tentang perasaan siswa dan guru berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
PAKEM. Hasil secara keseluruhan dari kedua jurnal tersebut dipaparkan pada
penjelasan berikut ini.
Jurnal siswa ini merupakan lembar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa.
Jurnal siswa diisi setelah pembelajaran menulis petunjuk. Jurnal siswa ini meliputi
5 pertanyaan, yaitu: (1) perasaan siswa ketika pembelajaran menulis petunjuk
berlangsung; (2) perasaan siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang
akan dibuat, (3) pendapat siswa terhadap kehadiran benda-benda nyata sebagai
media pembelajaran, (4) kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis petunjuk,
dan (5) pesan dan kesan siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah diikuti.
Dari jurnal siswa menunjukkan bahwa masih ada sebagian besar siswa
merespon positif terhadap kegiatan pembelajaran yang diterapkan peneliti.
Sebanyak 9 siswa atau 21,43% masih mendapat skor dengan kategori cukup.
136
Untuk kategori kurang, tidak ada seorang pun yang mengalaminya. 12 siswa atau
28,57% yang cukup mengalami kesulitan dalam aspek kejelasan petunjuk. Ada 11
siswa atau 26,19% yang memperoleh skor dengan kategori cukup untuk
menentukan tata urutan dari sebuah petunjuk. Tata urutan yang dibuat masih ada
yang terbalik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa bagaimana
mempraktikan petunjuk itu, mana yang didahulukan dan mana yang terakhir.
Begitu juga untuk masalah penggunaan ejaan dan tanda baca yang cukup
mereka kuasai dengan baik yaitu persentase sebesar 45,24% atau sebanyak 19
siswa. Hanya satu siswa atau 2,38% sudah cukup menguasai masalah kesesuaian
bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk. Sebanyak 10 siswa atau 23,81%
merasa belum mampu menampilkan petunjuk tertulis mereka dengan maksimal.
Pada dasarnya hampir semua siswa menyukai pembelajaran menulis
petunjuk yang dilakukan oleh peneliti. Sebanyak 38 siswa atau 90,48% merasa
senang ketika pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunanakan the real
things media. Persentase kurangnya persiapan dan perasaan berdebar-debar sangat
berkurang yaitu sebesar 9,52% atau sebanyak 4 siswa saja. Perasaan ini berkurang
karena pada siklus II ini siswa ditugaskan untuk membawa sendiri media yang
akan mereka gunakan untuk menulis petunjuk. Jadi siswa sudah lebih mengenal
media tersebut dan mungkin sudah biasa mereka lakukan dalam kehidupan sehari-
hari.
Hampir seluruh siswa mengaku merasa senang dan menikmati kegiatan
mempraktikan petunjuk yang akan mereka tulis yaitu sebanyak 92,86% atau 39
siswa. Mereka merasa senang karena saat mempraktikan petunjuk, siswa dapat
137
belajar sambil bermain. Contoh, ketika siswa mempraktikan petunjuk membuat
the manis, siswa dapat mencicipi hasil petunjuk yang dibuatnya. Mereka tampak
menghayati kegiatan ini.
Hampir seluruh siswa merasa terbantu dengan dihadirkannya benda-benda
nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk, yaitu sebanyak 40 siswa atau
95,24%. Mereka merasa terbantu dan dimudahkan dalam menulis petunjuk karena
dapat mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka tulis, sehingga
mereka tidak perlu mengingat urutan petunjuk membuat, menggunakan, dan
petunjuk melakukan sesuatu.
Sebanyak 19,01% atau 8 siswa masih menjumpai kesulitan ketika menulis
petunjuk yaitu mengenai penggunaan ejaan dan tanda baca serta keefektifan
kalimat. Mereka sudah tidak merasa bingung dan tidak kerepotan lagi ketika
diminta untuk menulis petunjuk sebanyak tiga jenis sekaligus. Sisanya, 34 siswa
atau 80,95% tidak mengalami kesulitan saat menulis petunjuk.
Pada umumnya siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media. Mereka merasa bahwa
mempelajari petunjuk itu sangat penting serta berguna bagi kehidupan mereka.
Mereka merasa bahwa tanpa adanya petunjuk yang jelas dan baik, seseorang tidak
akan mampu untuk melakukan, membuat, atau pun menggunakan sesuatu dengan
baik dan benar pula.
Siswa yang memberikan kesan baik sebanyak 37 siswa atau 88,1%.
Sebanyak 3 siswa atau 7,14% memberikan kesan yang kurang baik. Mereka
138
merasa pembelajaran menulis petunjuk terlalu cepat sehingga waktu menulis
petunjuk dirasa kurang. 2 siswa atau 4,76% abstain.
2) Hasil Jurnal Guru
Jurnal guru pada siklus II masih berisi segala hal yang dirasakan guru
selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam
jurnal guru ini adalah sebagai berikut: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran
menulis petunjuk; (2) respon siswa terhadap kegiatan mengamati benda-benda
nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk; (3) respon siswa terhadap
kegiatan mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat; (4) respon siswa
terhadap kegiatan menulis petunjuk; (5) keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk; dan (6) situasi atau
suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pengamatan dan apa yang dirasakan guru saat pembelajaran
menulis petunjuk pada siklus II berlangsung, guru menilai bahwa siswa lebih siap
untuk menerima pembelajaran hari itu. Hal ini terlihat mulai dari awal
pembelajaran, mereka bersemangat menjawab pertanyaan yang diberikan guru
untuk mengingatkan kembali pada materi pembelajaran yang diajarkan pada
siklus I. Siswa juga bersemangat menanyakan hasil tes pada siklus I dan mereka
juga aktif saat membahas hasil tes siklus I.
Respon siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk pada siklus II ini
baik. Mereka menanggapi positif ketika mereka diminta untuk mengamati dan
mengksplorasi serta berinteraksi dengan media pembelajaran yang mereka bawa
139
sendiri. Dengan senang hati siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan
langsung petunjuk yang akan mereka tulis.
Saat pembelajaran menulis petunjuk berlangsung, siswa menjadi lebih
aktif jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini siswa tidak malu lagi
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Situasi kelas sudah kondusif
sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik dan siswa merasa lebih
bersemangat. Sementara itu, pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu yang
dilakukan guru sudah baik.
4.1.5.3 Hasil Wawancara
Pada siklus II, sasaran wawancara masih tetap ditujukan kepada enam
siswa yang terdiri atas dua orang yang mendapat nilai tertinggi, dua orang yang
mendapat nilai sedang, dan dua orang yang mendapat nilai rendah. Wawancara ini
mengungkap 10 butir pertanyaan, sebagai berikut: (1) apakah selama ini siswa
senang dengan pembelajaran manulis; (2) apakah siswa pernah belajar menulis
sebuah petunjuk dengan bentuk pembelajaran seperti yang diterapkan guru
(peneliti); (3) apakah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media; (4) apakah benda-benda
nyata itu mampu merangsang siswa untuk menulis petunjuk; (5) bagaimana
perasaan siswa ketika diminta untuk menulis petunjuk; (6) bagaimana perasaan
siswa ketika berinteraksi dengan benda-benda tersebut; (7) bagaimana perasaan
siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan siswa susun; (8)
kesulitan apa yang siswa hadapi ketika diminta untuk menulis petunjuk; (9) usaha
140
apa yang siswa lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut; dan (10) pendapat
siswa tentang pelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan dan saran siswa
untuk perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap keenam siswa tersebut
dapat diketahui bahwa semua siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis.
Mereka sebelumnya juga belum pernah mendapatkan pembelajaran menulis
petunjuk seperti yang dibelajarkan oleh peneliti. Perasaan senang juga mereka
lontarkan berkaitan dengan bentuk pembelajaran menulis petunjuk yang mencoba
mengalami sendiri pengetahuan mengenai petunjuk berdasarkan benda-benda
nyata sebagai media pembelajaran. Dengan dihadirkannya benda-benda nyata ke
dalam kelas sudah mampu merangsang siswa untuk menuliskan petunjuk yang
berkaitan dengan media tersebut. Hal ini diperkuat dengan pengakuan siswa yang
menyatakan bahwa mereka merasa sangat terbantu dan dimudahkan dengan
adanya the real things media sebagai media pembelajaran dalam menulis
petunjuk. Mereka mengaku cepat mendapat ide untuk menulis petunjuk ketika
mengetahui benda apa yang dihadirkan.
Antusias terlihat ketika siswa diminta menyusun petunjuk sambil
mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat. Mereka mengaku lebih
senang praktik daripada mengingat karena dengan praktik langsung siswa akan
lebih yakin bahwa urutan langkah-langkah membuat, menggunakan, dan
melakukan sesuatu itu benar. Kegiatan ini menyebabkan siswa cenderung lebih
aktif dan kreatif karena siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan yaitu siswa dapat belajar sambil bermain tanpa menyampingkan
141
esensi pembelajaran itu sendiri. Dengan menyusun petunjuk sambil mempraktikan
langsung dianggap lebih efektif daripada siswa diminta untuk mengingat
seperangkat fakta urutan langkah-langah dalam membuat, menggunakan, dan
menyusun sesuatu. Siswa hanya bisa membayangkan tanpa adanya interaksi
langsung dengan medianya. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan adanya
salah langkah, sehingga petunjuk yang mereka susun adalah petunjuk yang tidak
baik.
Ketika diminta untuk menulis petunjuk, dari keenam siswa yang
diwawancara, semua siswa menyatakan sangat senang dan sudah tidak bingung
lagi. Kesan baik mereka tujukan. Mereka sangat senang dengan bentuk
pembelajaran yang diterapkan peneliti. Mereka menjadi mengerti bagaimana cara
menulis petunjuk yang baik dan mereka merasa sangat terbantu serta
mengharapkan pembelajaran yang sama untuk pembelajaran keterampilan yang
lain.
4.1.5.4 Hasil Dokumentasi (Foto)
Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih tetap difokuskan
pada kegiatan selama pembelajaran dan ketika pembelajaran telah selesai, yaitu
kegiatan pada awal pembelajaran ketika guru melakukan stimulus-respon terhadap
siswa, kegiatan siswa mengamati benda-benda nyata, kegiatan melakukan
interaksi dengan benda-benda nyata, kegiatan menyusun petunjuk sambil
mempraktikan petunjuk yang akan dibuat, kegiatan melakukan aktivitas menulis
petunjuk, dan saat siswa yang sedang diwawancara. Dokumentasi berupa gambar
142
ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian
berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II selengkapnya dipaparkan sebagai
berikut.
Gambar 7 Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal pembelajaran dalam siklus II.
Kali pertama guru membuka pelajaran dengan memberi semangat pada siswa
yaitu mengajak siswa untuk menirukan mempraktikan sandi “coconut”. Pada
gambar tampak seluruh siswa menirukan guru dengan mengangkat tangan mereka
dan membentuk jari menyerupai huruf “C”. Hal ini menandakan bahwa siswa
memberikan tanggapan yang positif terhadap guru untuk kembali mengajarkan
materi tentang petunjuk.
Siswa tampak bersemangat dan memberikan tanggapan yang positif, guru
melakukan apersepsi yaitu dengan mengingatkan kembali pada materi yang
diajarkan disiklus I. Selanjutnya guru dan siswa membahas hasil tes siklus I.
Siswa tampak bersemangat ketika menanyakan hasil tes pada siklus I dan mereka
juga ikut berperan aktif saat membahas hasil tes siklus I.
143
Gambar 8 Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti pembelajaran dalam siklus I.
Pada gambar tersebut tampak seorang siswa sedang mengamati media
pembelajaran. Masing-masing siswa diminta untuk mengamati benda-benda nyata
yang telah dibawa oleh masing-masing siswa. Dari hasil eksplorasi tersebut akan
merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk yang akan dibuat. Pola
pembelajaran ini sengaja dibuat agar siswa mengalami sendiri dengan melibatkan
berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Pada gambar tersebut tampak
seorang siswa serius dalam kegiatan eksplorasi ini karena dia tidak mau menyia-
nyiakan waktu yang diberikan untuk kegiatan ini.
Pada gambar tersebut tampak seorang siswa tengah menggelar kain dan
mencari letak yang perlu dijahit. Siswa tersebut mengamati kain, jarum, dan
benang yang dia bawa untuk mempraktikan sebuah petunjuk yang akan
disusunnya yaitu petunjuk melakukan sesuatu (menjahit).
144
Gambar 9 Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran
Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan
media pembelajaran. Setelah mengamati dan mengeksplorasi media, selanjutnya
siswa melakukan interaksi dengan media baik itu berhubungan langsung dengan
media yang akan ditulis maupun berhubungan dengan teman satu kelompok.
Tujuannya agar siswa lebih mengenal media yang akan mereka tulis. Tampak
pada gambar, seorang siswa sedang berinteraksi dengan media yaitu dasi. Siswa
tersebut akan menulis petunjuk menggunakan sesuatu yaitu menggunakan dasi.
Pada kegiatan interaksi ini siswa tampak senang.
145
Gambar 10 Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk
Gambar 10 di atas memperlihatkan aktivitas siswa ketika mempraktikan
terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka susun. Secara individu, siswa tampak
tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Siswa tampak bersemangat dan
aktif dalam kegiatan ini. Hal ini dikarenakan petunjuk yang akan mereka tulis
adalah petunjuk yang sudah pernah mereka lakukan, seperti gambar di atas adalah
ketika siswa menyusun petunjuk melakukan sesuatu yaitu petunjuk mengaktifkan
kartu/chip pada ponsel. Siswa tampak senang dan menghayati pembelajaran
menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media yang dihadirkannya
sendiri ke dalam kelas. Pada siklus II ini siswa diminta membawa sendiri
peralatan serta media yang akan mereka gunakan untuk menulis tiga jenis
petunjuk. Dengan demikian, siswa merasa dimudahkan dan terbantu oleh media
tersebut.
146
Gambar 11 Kegiatan Menulis Petunjuk
Gambar 11 di atas diambil pada saat pembelajaran berlangsung yaitu
ketika siswa tengah sibuk menulis petunjuk yang telah mereka praktikan terlebih
dahulu. Situasi kelas pada gambar tersebut memperlihatkan keseriusan siswa
dalam mengerjakan tugas.
Gambar 12 Kegiatan Wawancara
147
Gambar 12 tersebut merupakan aktivitas siswa ketika diwawancara. Ada 6
siswa yang diwawancara, yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tinggi, 2 siswa yang
mendapat nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapat nilai tinggi. Pada gambar
tersebut hanya terlihat 3 siswa yang sedang diwawancara padahal sebenarnya
berjumlah 6 siswa. Kegiatan wawancara tidak dilakukan perindividu dikarenakan
efektivitas waktu.
4.1.6 Refleksi Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real
things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan (PAKEM) pada siklus II secara keseluruhan sudah baik. Pada
siklus II ini siswa lebih memahami materi mengenai menulis petunjuk, siswa
menjadi lebih aktif dan kreatif. Siswa tidak malu lagi dalam bertanya dan tidak
takut lagi dalam menjawab pertanyaan dari guru (peneliti). Hal ini dikarenakan
siswa sudah mengenal pola pembelajaran yang diterapkan guru (peneliti).
Pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna membuat siswa tidak terbebani
saat proses pembelajaran berlangsung. Terlebih lagi guru memberikan reward
pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sehingga siswa menjadi lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tes menulis petunjuk yang ditugaskan guru.
148
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil siklus I dan hasil
siklus II, yaitu berupa data tes dan data nontes. Pembahasan hasil tes penelitian
mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika ditugaskan unruk
menulis petunjuk. Aspek-aspek yang dinilai dalam kemampuan menulis petunjuk
meliputi enam aspek, yaitu: (1) kejelasan petunjuk, (2) ketepatan tata urutan
petunjuk, (3) keefektifan kalimat, (4) penggunaan ejaan dan tanda baca, (5)
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk, dan (6) tampilan
petunjuk. Pembahasan hasil nontes berpedoman pada empat bentuk instrumen
penelitian, yaitu: (1) lembar observasi; (2) jurnal, baik jurnal siswa maupun jurnal
guru; (3) pedoman wawancara; dan (4) dokumentasi foto.
Proses pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real
things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) pada siklus I dan siklus II selalu diawali dengan
melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa dan memancing siswa
dengan berbagai pertanyaan agar siswa selalu terlatih untuk berpikir. Kemudian
guru menjelaksan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Kegiatan inti
pembelajaran diawali dengan menugaskan siswa untuk mengamati dan
mengeksplorasi tiga buah benda-benda nyata sebagai media pembelajaran. Dalam
mengamati dan mengeksplorasi media pembelajaran, siswa diharapkan mampu
melibatkan berbagai indera seperti lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Selanjutnya
secara individu, siswa diminta untuk berinteraksi dengan benda-benda nyata
tersebut.
149
Langkah selanjutnya adalah dengan diadakannya tes menulis petunjuk
oleh guru. Siswa diminta untuk menyusun tiga jenis petunjuk, yaitu petunjuk
melakukan, membuat, dan petunjuk menggunakan sesuatu, sambil mempraktikan
langsung petunjuk yang akan dibuat. Hasil tes menulis dari masing-masing
petunjuk kemudian direkap untuk mendapatkan hasil keseluruhan dari tes menulis
petunjuk. Hasil tes menulis petunjuk tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 43 Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I dan Siklus II
Skor Rata-rata No Aspek Penilaian Siklus I Siklus II
Peningkatan
1. Kejelasan Petunjuk 13,45 15,12 1,67 2. Ketepatan Tata Urutan Petunjuk 13,75 16,03 2,28 3. Keefektifan Kalimat 12,46 15,00 2,54 4. Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca 11,64 11,82 0,18 5. Kesesuaian Bahasa yang Digunakan
dengan Sasaran Petunjuk 13,36 13,72 0,36
6. Tampilan Petunjuk 4,33 7,50 3,17 Jumlah 68,99 79,19 10,20
Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes kemampuan menulis petunjuk dari
siklus I dan siklus II, dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek
penilaian menulis petunjuk mengalami peningkatan. Uraian tabel 43 tersebut di
atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
Hasil tes menulis petunjuk siklus I dengan nilai rata-rata klasikal mencapai
68,99 termasuk dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai 55,00-
69,99. Dengan demikian, hasil tersebut belum mencapai batas minimal ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 70. Rata-rata tersebut diperoleh dari skor rata-rata
tiap aspek pada penilaian kemampuan menulis petunjuk. Pada aspek kejelasan
petunjuk rata-rata skor yang diperoleh sebesar 13,45. Dari hasil tersebut
150
menunjukkan bahwa petunjuk yang dibuat siswa sudah cukup jelas. Pada aspek
ketepatan tata urutan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 13,75. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menulis petunjuk dengan cukup
baik. Pada aspek keefektifan kalimat diperoleh skor rata-rata sebesar 12,46. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah cukup baik dalam
menyusun kalimat yang efektif dalam menulis petunjuk yang dibuatnya. Pada
aspek penggunaan ejaan dan tanda baca diperoleh data yang menunjukkan bahwa
skor rata-rata klasikal sebesar 11,64. Data tersebut menunjukkan bahwa secara
umum siswa sudah menggunakan ejaan dan tanda baca dengan cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kesalahan siswa secara umum antara 6-10.
Pada aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
diperoleh skor rata-rata sebesar 13,36. Data tersebut menunjukkan bahwa secara
umum siswa sudah cukup mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang sesuai
dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Sementara itu, pada aspek yang terakhir
yaitu aspek tampilan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 4,33. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat
siswa sudah cukup baik.
Hasil menulis petunjuk pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar
79,19. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tersebut termasuk
dalam kategori baik yakni berada pada rentang 70,00-84,99. Pencapaian skor
tersebut berarti sudah memenuhi bahkan melampaui target yang sudah ditetapkan.
Pada aspek kejelasan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 15,12. Dari
rata-rata tersebut menunjukkan bahwa secara umum hasil petunjuk yang dibuat
151
siswa sudah jelas. Pada aspek ketepatan tata urutan petunjuk diperoleh rata-rata
sebesar 16,03. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa secara umum tata urutan
yang ada pada petunjuk siswa sudah tepat. Siswa sebagian besar sudah mampu
menulis petunjuk dengan urutan yang tepat tanpa ada satu urutan pun yang kurang
atau terbalik. Pada aspek keefektifan kalimat diperoleh rata-rata sebesar 15,00.
Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum petunjuk yang dibuat
siswa sudah mengandung kalimat efektif dengan baik. Dari kalimat-kalimat yang
ada pada petunjuk siswa rata-rata ditemukan 1-3 kalimat saja yang kurang efektif.
Selanjutnya pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca diperoleh rata-rata
sebesar 11,82. Data tersebut menunjukkan bahwa secara umum ejaan dan tanda
baca yang digunakan siswa sudah sangat baik. Jumlah kesalahan yang ada
sebagian besar antara 1-10.
Pada aspek kesesuaian bahasa yang digunakan sasaran petunjuk diperoleh
rata-rata sebesar 13,72. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa sudah mampu membuat petunjuk dengan bahasa yang sesuai dengan
sasaran dari petunjuk yang dibuat tersebut. Pada aspek terakhir yaitu aspek
tampilan petunjuk diperoleh rata-rata sebesar 7,50. Dari rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah membuat petunjuk dengan
tampilan yang baik. Petunjuk yang dibuat sudah rapi dan menarik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa per aspek penilaian
kemampuan menulis petunjuk sudah banyak mengalami peningkatan sebesar
10,20% dari rata-rata siklus I. Maka dari itu, tindakan siklus III tidak perlu
dilakukan.
152
Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk merupakan
prestasi siswa yang patut dibanggakan. Sebelum diberlakukan tindakan siklus I
maupun siklus II, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk masih kurang.
Namun, setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan the real things
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
yang diterapkan pada pembelajaran menulis petunjuk dapat membantu siswa
dalam mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan kebahasaan serta dapat
meningkatkan kualitas pola pikir siswa. Kreativitas dan keaktifan siswa pun
semakin baik.
Diterapkannya the real things media melalui pendekatan Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dalam pembelajaran menulis petunjuk siswa
kelas VIIIE SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes terbukti mampu membantu
kelancaran, efektivitas, dan efesiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Adanya
kegiatan mengalami dan menemukan sendiri kompetensi pembelajaran yang
seharusnya dimiliki siswa berkaitan petunjuk, telah membuat siswa menjadi
terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa pun
menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami dan menemukan sendiri dan
bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar
siswanya.
Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ini diikuti pula
dengan adanya perubahan perilaku siswa dari siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan data hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan
153
dokumentasi (foto) pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis petunjuk dengan the real things media melalui
pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan, kurang
memuaskan. Sebagian besar siswa masih menunjukkan perilaku negatif dalam
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa siswa yang terlihat ramai dan kurang bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi ini disebabkan oleh pola pembelajaran
guru yang masih merupakan hal baru bagi siswa sehingga perlu adanya
penyesuaian.
Kondisi yang tergambar pada siklus I tersebut merupakan permasalahan
yang harus dipecahkan untuk upaya perbaikan pada siklus II. Rencana
pembelajaran pada siklus II harus lebih matang dari pada siklus I. Pola
pembelajaran pada siklus II juga merupakan pertimbangan pendapat dari siswa
yang tercantum pada jurnal dan wawancara. Secara umum siswa menginginkan
bentuk pembelajaran yang sama yaitu dengan the real things media melalui
pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan karena pada
dasarnya siswa merasa senang dengan model pembelajaran tersebut.
Pada siklus II kegiatan mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan
yang harus dimiliki siswa masih menjadi alternatif pembelajaran aktif (active
learning) yang disertai kegiataan mengamati, mengeksplorasi, dan berinteraksi
dengan media pembelajaran serta menyusun petunjuk sambil mempraktikan
petunjuk yang dibuat. Penekanan siklus II ini lebih diutamakan pada proses
pembelajaran yang merangsang siswa untuk dapat mengerti dan memahami
154
sebuah petunjuk dengan benar. Pembelajaran dengan the real things media
melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan juga akan
mengantarkan siswa pada bentuk pembelajaran yang lebih bermakna.
Hasil dari penerapan siklus II ini ternyata berdampak positif yang
memuaskan. Berdasarkan hasil observasi siklus II tergambarkan suasana kelas
yang lebih kondusif. Siswa tampak lebih siap mengikuti pembelajaran dengan
segala tugas yang diberikan guru. Siswa terlihat lebih senang dan menikmati pola
pembelajaran yang diterapkan peneliti. Siswa lebih aktif dan lebih kreatif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa pun dengan senang hati menulis petunjuk sesuai
yang ditugaskan guru. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa yang mulai terbiasa
menulis petunjuk. Dengan latihan, siswa semakin terlatih dan tidak dapat
dipungkiri lagi kemampuan siswa dalam menulis petunjuk akan semakin baik.
Kenyataan ini telah dibuktikan pada hasil tes menulis petunjuk siswa dari siklus I
sampai siklus II yang semakin meningkat, siswa pun menjadi semakin terampil
dalam menulis petunjuk.
Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran di atas
dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menulis petunjuk
mengalami perubahan yang mengarah pada perilaku positif yaitu siswa semakin
aktif dan lebih bersemangat. Suasana kelas pun berubah menjadi lebih aktif dan
lebih hidup. Kegiatan mengamati, mengeksplorasi dan berinetraksi dengan media
pembelajaran serta kegiatan menyusun teks petunjuk sambil mempraktikan
petunjuk yang akan ditulis, tidak lagi menjadi hal yang asing bagi siswa. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan the real things
155
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
adalah sangat baik karena dapat membantu siswa dalam memahami penulisan
petunjuk yang baik dan memberikan pengetahuan yang lebih mengena kepada
siswa karena adanya upaya dari diri siswa untuk mengalami dan menemukan
pengetahuan yang memang seharusnya dimiliki tersebut. Siswa memiliki
pengalaman yang mengesankan dan bermakna bagi kehidupannya. Siswa pun
menjadi lebih termotivasi untuk dapat menulis petunjuk dengan lebih baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
5.1.1 Kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIIIE SMP 1 Kersana
Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
the real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I
menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dicapai sebesar 68,99 atau
68,99%. Pada siklus II rata-rata nilai mengalami peningkatan sebesar
10,20% menjadi 79,19%.
5.1.2 Perilaku siswa kelas VIIIE SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah
mengikuti pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real
things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan mengalami perubahan. Perilaku-perilaku siswa ini dapat
dibuktikan dengan data nontes yang meliputi observasi, jurnal, wawancara,
dan dokumentasi (foto) yang diambil pada siklus I dan siklus II. Perubahan
perilaku siswa dapat terlihat secara jelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan data observasi pada siklus I kegiatan
pembelajaran siswa terlihat kurang bersemangat. Sebagian siswa masih
bingung dan belum dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran
156
157
yang diterapkan peneliti yaitu pembelajaran menulis petunjuk dengan
menggunakan the real things media melalui pendekatan Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan. Siswa terlihat kurang konsentrasi
dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus II
terjadi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Siswa terlihat
lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang
diterapkan guru. Hal tersebut dapat diketahui dari peningkatan respon
positif yang ditunjukkan siswa. Sikap siswa sebagian besar sudah mampu
menyesuaikan diri dan berkonsentrasi pada pembelajaran yang diterapkan
peneliti. Mereka terlihat senang terhadap pembelajaran yang mencoba
mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan yang seharusnya mereka
miliki. Dalam mengerjakan tes pun siswa sudah terlihat lebih semangat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dapat memicu adanya
peningkatan perilaku positif siswa dan dapat mengurangi perilaku negatif
siswa ke arah yang lebih baik.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut.
5.2.1 Para guru bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan the real things media
melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
158
pada pembelajaran menulis petunjuk karena terbukti dapat mendorong
siswa untuk aktif berpikir dan berusaha untuk mengalami dan menemukan
sendiri pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. Pembelajaran
tersebut juga berhasil meningkatkan prestasi siswa dan menciptakan
pembelajaran yang lebih bermakna.
5.2.2 Pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real things
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan perlu adanya pembenahan pengklasifikasian dan
pengembangan media pembelajaran yang yang telah diterapkan peneliti
agar lebih mengena bagi siswa. Oleh karena itu, para peneliti dalam bidang
pendidikan dan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan
memadukan atau mengganti pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan dengan pendekatan pembelajaran aktif lainnya,
sehingga didapatkan alternatif lain untuk pembelajaran menulis petunjuk
yang mampu meningkatkan kemampuan siswa menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abipraya. 2005. Media Sederhana. http: //pau.ut.ac.id/isiPEKERTI1.htm (31 April 2005)
Akhadiah, Sabarti, dkk.. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra, Beberapa Prinsip dan Model
Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Atmawati, Dwi. 2004. Kalimat dalam Bahasa Indonesia (Penyuluhan Bahasa
Indonesia bagi Guru SD/MI di Kabupaten Brebes Tanggal 17-18 Maret 2004). Semarang: Depdiknas.
Aziez, Furqanul dan A. Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa
Komunikatif Teori dan praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Darmadi, KAswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis Panduan untuk
Mahasiswa dan Calon Mahasiswa. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Dasmawarti, Silvia. 2005. Efektivitas Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan
(PAKEM) dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD TAhun Ajaran 2004/2005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Depdiknas. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan Petunjuk (Bahan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP). Jakarta: Depdiknas. Doyin, Mukh, dkk.. 2002. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Nusa Budaya. Fetiningrum, Rita Sari. 2005. Peningkatan Kemempuan Mengungkapkan Kembali
Isi Cerita melalui Media Panggung Boneka pada Siswa Kelas B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 22 Kabupaten Batang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Gerlach, Vernon S. dan Doneld P. Ely. 1980. Teaching and Media A Systematic
Approach. New Jersey: Prentice Hall. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
159
160
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mulyati, Yeti, dkk.. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurhadi. 1990. Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press. Nurjanah, Nunuy. 2005. Penerapan Model Belajar Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya: Edisi 1 April 2005.
Oshima, Alice dan Ann Hogue. 1997. Introduction to Academic Writing. New
York: Longman. Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Malang: Sastra Budaya. Sausa, David A. 2001. Bagaimana Mengelola KBM yang Efisien, Efektif, dan
Menyenangkan? BruderFIC.or.id (31 April 2005). Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar. 2003. Pengelolaan
Kegiatan Belajar Mengajar melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Propinsi Jawa Tengah: Depdikbud.
Setyorini, Titik. 2005. Peningkatan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan
Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa Kelas VIIIC MTs. Al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Subana dan Sunarti. 2004. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia berbagai
Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Sujanto, J.Ch.. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara
untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran Edisi IV. Bandung: Tarsito.
161
Tarigan, Djago. 2003. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat
Penerbitan Univeritas Terbuka. Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. Wagiran dan Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia. Widyamartaya, A.. 1991. Seni Menggayakan Kalimat. Jakarta: Kanisius. Widyamartaya, A. dan V. Sudiati. 2004. Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakrta:
Grasindo. Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo. Ziyadati, esti. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Menggunakan Elemen bertanya Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IIE SMP Negeri 1 Garung Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Negeri semarang, Semarang.