Upload
vudien
View
233
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS
MAKALAH
DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
“MENGKAJI KURIKULUM 2013 DAN PERMASALAHAN-
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA PROSES PEMBELAJARAN
DI DALAM KELAS”
OLEH :
KELOMPOK V
1. RESKI NANDA RAHMAN
2. MUHALISA
3. SUFARDIN
4. RINA ANGGRAENI
5. ROHMA
6. SRI SAMUDRA YADDI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2014
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
muhammad saw, yang senantiasa menyebarkan cinta kepada seluruh manusia.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Kurikulum 2013 dan Permasalahan-permaslahan yang Terjadi Dalam Proses
Pembelajaran di Dalam Kelas", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga
pengetahuan bagi kita semua sebagai akedemisi yang senantiasa ingin
memperkaya ilmu pengetahuan dan intelektual sebagai usaha untuk menjadi
manuasia yang bisa diandalkan di masa depan.
Semoga allah yang maha kuasa senantiasa meridhoi segala usaha-usaha
yang kita lakukan dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi
orang banyak. Amin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................................................ii
Bab I : pendahuluan...............................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
Bab II : pembahasan...............................................................................................3
A. Pengertian kurikulum.............................................................................3
B. Sejarah perkembangan kurikulum di indonesia.....................................4
C. Kurikulum 2013.....................................................................................8
D. Pengertian Silabus, RPP, KD, dan KI...................................................11
E. Masalah siswa.......................................................................................15
Bab III : penutup....................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................19
B. Saran......................................................................................................20
Daftar pustaka........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah pada tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang
Kurikulum 2013. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada
lembaga pendidikan khususnya SD/MI dalam mengelola sumber daya yang ada,
dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu
melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan
kreatif.
Ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu berkembang dengan
menyesuaikan perkembangan jaman. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin
beragam dalam peningkatan ekonomi suatu perusahaan. Perkembangan segala
aspek kehidupan manusia yang semakin berkembang dan mengandalkan suatu
teknologi menuntut sumber daya manusia dapat menangani masalah tersebut.
Oleh karena itu pendidikan di indonesia harus selalu mengikuti perkembangan
jaman. Maka di susunlah kurikulum sebagai pedoman atau panutan untuk
mengendalikan pendidikan di indonesia untuk selalu berkembang dan setara
antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal itu di lakukan agar sumber daya
manusia yang berkualitas baik akan merata di seluruh daerah indonesia.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan Teknologi yang paling baru harus
tersampaikan pada peserta didik agar nantinya para peserta didik tersebut dapat
bersaing dengan sumber daya manusia negara lain dalam membangun negara ini.
Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia hadapi perubahan dunia.
Pengembangan kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang dan ditelaah
sehingga saatnya disampaikan ke publik agar dapat bisa memberi pandangan lebih
sempurna. Dengan segala konsekuensinya, perubahan kurikulum yang akan
dimulai 2013 harus dilakukan jika tidak ingin kualitas SDM Indonesia tertinggal.
Pemerintah akan mengubah kurikulum Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, serta Sekolah Menengah Kejuruan dengan
menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes
dan portofolio saling melengkapi. Basis perubahan kurikulum 2013 terdiri dari
dua komponen besar, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut
harus menjadi landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas
tetapi berpengetahuan dan berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun
berkompetisi. Adapun orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah
tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan akan berbasis science
dan tidak berbasis hafalan lagi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang harus dicapai antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum di indonesia?
3. Mengkaji kurikulum 2013?
4. Apa yang dimaksud dengan Silabus, RPP, KD, dan KI?
5. Apa permasalahan siswa dalam kelas?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Menjelaskan tentang kurikulum ?
2. Menjelaskan sejarah perkembangan kurikulum di indonesia?
3. Menjelaskan dan mendeskripsikan kurikulum 2013?
4. Menjelaskan tentang Silabus, RPP, KD,dan KI?
5. Menjelaskan permasalahan siswa dalam kelas?
BAB II
PEMBAHASANA. Pengertian Kurikulum
Menurut” HILDA TABA” Kurikulum adalah sebuah rancangan
pembelajaran, yang di susun dengan mempertimbangkan berbagai hal
mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu. Sedangkan
Menurut Murray Print “Kurikulum didefinisikan sebagai semua ruang
pembelajaran terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan
dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu diterapkan.”
Jadi dapat di simpulkan bahwa Kurikulum adalah perangkat mata
pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Dengan
program itu, para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan untuk belajar.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum, biasanya disesuaikan dengan maksud
dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksankan. Kurikulum ini diterapkan
dengan maksud untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan
yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
B. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
sejarah kurikulum pendidikan di indonesia kerap berubah setiap ada
pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan di indonesia hingga
kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan
sejarah sejak tahun 1945, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan Undang-Undang 1945,
perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum didunia pendidikan indonesia
beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama di masa kemerdekaan namanya rencana pelajaran
1947. Ketika itu penyebutan lebih populer menggunakan Leer Plan (Rencana
pelajaran) ketimbang istilah Curriculum dalam bahasa inggris. Rencana
pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan
masih menerapkan kurikulum belanda, yang orientasi pendidikan dan
pengajarannya di tujukan untuk kepentingan kolonialis belanda. Rencana
pelajaran 1947 ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara, dan masyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran
duhubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatiaan terhadap kesenian, dan
pendidikan jasmani. Pada masa itu juga di bentuk kelas Masyarakat yaitu
sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan,
dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang tak mampu sekolah ke jenjang SMP,
bisa langsung bekerja.
2. Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 ini di beri nama Rentjana Pelajaran terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang
paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi : moral, kecerdasan, emosional, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1964
Kali ini beri nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi :
moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan
pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan di tekankan pada
upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, aagar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi,
dan tujuan pengajaran di rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Intruksional (PPSI). Zaman ini di kenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusu (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
Pada kurikulum kegiatan ini juga menekankan pada pentingnya pelajaran
matematika sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
6. Kurikulum 1984 (kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Aktive Learning (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujtuan interaksional. Didasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan
efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang
petama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan
mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Tujuan pengajaran lebih
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal
dan pemecahan maslah.
8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pendidikan berbasis kopetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa
pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran. Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak dari proses
pendidikan serta keberagaman individu dalam menguasai semua kopetensi.
9. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum
2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
sekolah berada. Hal ini dapat disebabkan kerangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
Depertemen Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan perangkat
pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan
satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan sepervisi pemerintah
Kabupatena/kota.
C. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 ditandai dengan perubahan penekanan fokus
pembelajaran. Berbeda dengan KTSP yang mengutamakan pada kognitif atau
kemampuan akademik. Kurikulum 2013 menyoroti unsur spiritual atau aspek
afektif sebagai kompetensi inti atau kompetensi utama yang harus dicapai
setelah proses belajar mengajar. Kompetensi di ranah kognitif menjadi
kompetensi inti ketiga, setelah spritual dan sosial/sikap. Sementara,
keterampilan atau aspek psikomotorik menjadi kompetensi keempat yang harus
dicapai.
Sesuai tema pengembangan kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu
apa) yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu
pengetahuan abad 21, kini memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun
model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013.
Untuk itu terlaksananya kurikulum 2013, peran guru sangat berperan aktif
dalam pengembangannya, hal yang harus dimiliki yaitu:
1. Pertama, kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar .
Didalamnya terkait dengan metodologi pembelajaran.
2. Kompetensi akademik (keilmuan), ini juga penting, karena guru
sesungguhnya memiliki tugas untuk bisa mencerdaskan peserta didik dengan
ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya, jika guru hanya menguasai metode
penyampaiannya tanpa kemampuan akademik yang menjadi tugas utamanya,
maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan apa-apa.
3. Kompetensi sosial. Guru harus juga bisa dipastikan memiliki kompetensi
sosial, karena ia tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampaikan materi
keilmuannya dengan baik, tapi juga dituntut untuk secara sosial memiliki
komptensi yang memadai. Apa jadinya seorang guru yang asosial, baik
terhadap teman sejawat, peserta didik maupun lingkungannya.
4. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Pada diri gurulah sesungguhnya
terdapat teladan, yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya.
Isi Kurikulum 2013
SD – MI (Sekolah Dasar - Madrasah Ibtidaiyah)
Kurikulum 2013 berbasis pada sains.
Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara
sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang
holistik dan menyenangkan.
Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui
penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:
1. Pendidikan Agama
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. IPA
6. IPS
7. Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)
8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)
Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas
III=34 jam, kelas IV, V,VI=36 jam
SMP – MTs (Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah)
Mata pelajaran SMP MTs kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. IPA
6. IPS
7. Bahasa Inggris
8. Seni Budaya (Muatan Lokal)
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
10. Prakarya (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit
Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam
SMA – MA (Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah)
Mata pelajaran SMA – MA kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
7. Seni Budaya (Muatan Lokal)
8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
9. Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMA = 45 menit
Banyak jam pelajaran per minggu SMA = 39 jam
D. Pengertian Silabus, RPP, KD, dan KI
1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan
berikut.:
Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu
kegiatan pembelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan / membentuk
kompetensi tersebut
Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut
sudah dimiliki peserta didik
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana pembelajaran,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian.
2. Pengertian RPP
RPP merupakan singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang
menurut sumber yang saya baca, RPP adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling luas mencakup 1
(satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekurang-kurangnya memuat tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar. Manfaat dari adanya RPP ini adalah agar pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas dapat mencapai hasil maksimal, karena segala sesuatu
yang telah direncanakan terlebih dahulu akan mendapatkan hasil terbaik
3. Pengertian KD
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal
ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup
tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik
untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu
dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian
tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi
yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan
dalam merencanakan strategi dan indicator keberhasilan. Ada beberapa aspek
didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:
a. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
b. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki
setiap individu
c. Kemahiran (skill)
d. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang
tugas yang dibebankan kepadanya
e. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
f. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu
perbuatan
Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam
kurikulum yang bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai,
sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin
dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi
itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap
minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi
pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga
merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi.
Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat
penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan
target kompetensi yang harus dicapainya.
4. Pengertian KI
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar
satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran
yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan
penerapan pengetahuan (kompetensi kelompok inti 4).
E. Masalah Siswa Dalam Kelas
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat
menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami
kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan
dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya.
Jenis-jenis masalah belajar siswa antara lain yaitu :
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-
gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria,
atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur
tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat
menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya
dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 –
140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Langkah-langkah dalam mengatasi masalah siswa antara lain :
a. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan
belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin
Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar,
yakni :
1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua
siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa
yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh
keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas
pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan
ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang
menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya.
Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa
diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi
siswa.
5. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa
yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial
material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality.
Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan
suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat
Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi
lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan
kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan;
(e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan
moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j)
waktu senggang.
c. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan
sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan
kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat
dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika
permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam
dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas
hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
d. Evaluasi dan Follow UpCara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha
pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk
melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan
terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-
kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
• Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan
masalah yang dibahas;
• Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan, dan
• Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah
yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003)
mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan
yang telah diberikan, yaitu apabila:
1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri
dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan,
mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan
dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar
pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang di susun dengan
mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta
perkembangan individu.
2) Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
3) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus.
4) Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
5) Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang
sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk
memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh
melalui beberapa jalan.
1. Perhatikan Mood.
Untuk mengenal mood siswa, seorang guru harus mengenal karakter dan
kebiasaan belajar siswa. Apakah siswa belajar dengan senang hati atau dalam
keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan
dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk
mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang
sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas guru untuk
menyenangkan hati siswa.
2. Upayakan Ruang Belajar Yang Nyaman.
Kesulitan belajar bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai.
Karena itu, coba mendekor ruang belajar tersebut menjadi lebih nyaman. Selain
itu, saat mengajar siswa tersebut anda bisa melakukannya dengan menularkan cara
belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada siswa tentang bagaimana dahulu
sang guru menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya siswa
cepat larut dengan cerita sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa
yang dijalaninya sekarang.
3. Komunikasi dari orang tua di rumah.
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu
mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada
kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan
anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah.
Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana
guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal
komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan
anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.
B. Saran
Setiap mahasiswa yang ingin mengerjakan makalah ini hendaknya
memiliki sumber yang dapat dpercaya serta harus memiliki kekompakan sesama
kelompok agar makalh yang dkerjakan dapat selesai san sesuai dengan ke inginan
DAFTAR PUSTAKA
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/pengertian-belajar.html
http://umanradieta.blogspot.com/p/masalah-masalah-dalam-belajar.html
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013
Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia