Upload
arin-fharinitia
View
99
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman hayati yang meliputi keragaman jenis, ekosistem
dan genetik merupakan permasalahan yang hangat dibicarakan pada akhir-akhir
ini. Permasalahan tersebut muncul akibat hilangnya keanekaragaman genetik,
jenis dan ekosistem dunia pada akhir abad ke-20. Diperkirakan rata-rata sekitar
100000 jenis telah punah setiap tahunnya, bahkan dalam kurun waktu dua
setengah abad yang akan datang diperkirakan sebanyak 25% kehidupan akan
hilang dari permukaan bumi ini. Maka dari itu diperlukan pangkalan data yang
merekam semua data tentang keanekaragaman hayatai yang ada saat ini. Informasi
dasar yang dikumpulkan adalah nama dan nomor kolektor, nama ilmiah, lokasi
serta catatan lapangan. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan
kegiatan eksplorasi dan inventarisasi. Seorang taksonomiwan mempunyai target
membuat daftar jenis (checklist), flora atau revisi takson tertentu di suatu lokasi
(Rugayah, 2004).
Studi taksonomi tumbuhan didasarkan pada bahan nyata yang harus
ada yang lazimnya disebut sebagai spesimen. Suatu spesimen dapat berupa tubuh
tumbuhan yang lengkap. Spesimen yang digunakan untuk studi taksonomi bisa
berupa tumbuhan segar yang masih hidup, tapi biasanya berupa bahan tumbuhan
yang telah dimatikan lalu diawetkan dengan metode tertentu yang lazimnya
berupa bahan yang disebut herbarium (Tjitrosoepomo, 1998).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh (spesimen)
tumbuhan yang telah diawetkan, baik secara kering maupun basah, dan disebut
material herbarium. Material herbarium yang paling baik selalu disertai identitas
pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi) serta dilengkapi
keterangan lokasi aal material dan keterangan tumbuhan tersebut dari lapangan.
Para pakar botani kehutanan dan pertanian yang hampir setiap waktu berurusan
dengan tumbuh-tumbuhan yang suatu saat dianggapnya akan bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan. Tumbuhan yang dikumpulkan berbeda menurut tujuan
pengumpulannya. Pakar botani yang menekuni bidang taksonomi, misalnya,
mengumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga, dan buah) sedangkan
yang menekuni bidang ekologi hanya mengumpulkan tumbuhan sebagai spesimen
bukti atau voucher spesimen (Djarwaningsih, 2002).
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk
mentakrifkan takson tumbuhan. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan
penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi. Kebermanfaatan herbarium
yang sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen yang harus
dilakukan denghan baik dan benar (Wibowo, 2007).
Herbarium Bogoriense merupakan Lembaga yang dirintis sejak
tahun 1841. Namun, koleksinya sudah ada sejak berdirinya Kebun Raya Bogor
pada tahun 1817. Pada tahun 1987 namanya berubah menjadi Balitbang Botani
yang berada di bawah naungan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Pendirian Herbarium ini berfungsi untuk inventarisasi dan eksplorasi flora
khususnya Flora Malesiana (Dewangga, 2010).
Suku kamfer - kamferan atau Lauraceae adalah salah satu suku
anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk
ke dalam bangsa Laurales, klad magnoliids. Ke dalam suku ini termasuk berbagai
tumbuhan rempah-rempah berwujud pohon. Kayu beraroma yang dikenal sebagai
kayu kamfer/kamper (C. camphora) telah dikenal sejak ribuan tahun sebagai
produk ekspor dari Sumatera. Namanya diambil dari nama pelabuhan utama
pengirimnya, Barus atau Pancur (orang Arab menyebutnya Fansur). Jenis kayu
aromatik lainnya yang diperdagangkan sejak dulu adalah mesoyi, yang serutan
kayunya dipakai sebagai campuran ratus. Lauraceae banyak menghasilkan pohon
dengan kualitas kayu yang baik (Wikipedia, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Herbarium
Bogoriense – Bidang Botani Puslit Biologi LIPI adalah :
1. Mengetahui teknik-teknik pengolahan herbarium dan penelitian
taksonomi tumbuhan di Herbarium Bogoriense LIPI.
2. Melakukan kegiatan pengelolaan dan pengolahan material herbarium.
3. Melakukan dan mengetahui tata cara reorganisasi.
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Herbarium
Bogoriense – Bidang Botani Puslit Biologi LIPI adalah :
1. Menambah wawasan, pengetahuan serta tahapan pengelolaan koleksi spesimen
2. Memperoleh pengetahuan mengenai jenis, manfaat dan cara mengidentifikasi
tanaman Lauracea.
3. Terciptanya hubungan yang baik antara pihak akademis (Universitas) dan
pihak Instansi
1.4 Waktu dan Lokasi
Kerja praktek dilakukan di Herbarium Bogoriense - Bidang Botani Puslit
Biologi LIPI di wilayah Cibinong Science Center Jalan Raya Bogor-Jakarta km
46 16911 Cibinong. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan dari tanggal 28 Januari –
15 Februari 2013.
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
2.1.1 Koleksi tumbuhan
Dalam pengoleksian tumbuhan terdapat tiga tahapan, diantaranya:
Pengambilan sampel tumbuhan
Alat dan bahan yang digunakan adalah gunting stek, galah, ketapel,
parang, peta lokasi, GPS, teropong, kompas.
Pemrosesan dilapangan
Alat dan bahan yang digunakan adalah jangka sorong, kantong
plastik berbagai ukuran, penggaris, sasag, alumunium bergelombang, tali
pengikat, koran, alkohol 70% atau spirtus.
Dikirim ke herbarium
Alat dan bahan yang digunakan adalah kantong plastik berbagai
ukuran, label gantung, data lapangan.
Kegiatan koleksi spesimen bertujuan untuk mengumpulkan contoh
yang nantinya dipakai spesimen bukti bagi penelitiannya sendiri maupun
penelitian orang lain. Koleksi herbarium dikenal beberapa macam koleksi yaitu
koleksi kering dan basah. Koleksi kering terdiri atas koleksi spesimen yang
berupa ranting berdaun dengan bunga atau buah. Yang termasuk dalam koleksi
kering terdiri atas koleksi spesimen yang berupa ranting berdaun dengan bunga
atau buah. Yang termasuk dalam golongan koleksi kering antara lain koleksi
spesimen herbarium, koleksi karpologi, koleksi kayu dan koleksi biji.
Untuk koleksi basah, spesimen yang dikoleksi umumnya adalah
bunga atau buah yang mudah berubah bentuknya karena lunak atau tipis, ranting
berdaun dengan bunga atau buah, dapat juga jamur yang besar atau jamur yang
berlendir. Adapun cara menyimpan koleksi basah adalah dengan merendam
spesimen tersebut dalam larutan alkohol 70%, sedangkan untuk orchidaceae dan
zingiberaceae ditambah dengan gliserin.
2.1.2 Proses pengepresan
Alat dan bahan yang digunakan adalah Sasag kayu, alumunium
bergelombang, karton (bagian dalam) bergelombang, kertas koran, tali pengikat
atau semacam ikat pinggang yang terbuat dari bahan katun agar tidak mudah
terbakar, label / etiket gantung.
Proses pengeringan dan pengepresan yaitu aktivitas yang dilakukan
untuk menyusun ulang material tumbuhan yang dikoleksi dari lapangan untuk
dipres dan dikeringkan. Adapun penyusunan contoh tumbuhan yang akan dipres
dalam kertas koran adalah sebagai berikut:
1. Siapkan tanaman yang lengkap yang sudah diberi alkohol.
2. Pasang gantungan (Kertas bertali) untuk memberi data pada tanaman yang
terdiri atas; nama (inisial), tanggal pengambilan, dan nomor.
3. Pada permukaan atas dan bawah daun pada suatu ranting harus ditempel
dan ujung daun atau pangkal daun yang terlipat harus diluruskan.
4. Potong bagian batang, dan daun buah yang besar, sehingga semua bagian
tumbuhan tidak melebihi ukuran kertas koran.
5. Letakkan selembar koran diantara daun besar yang dilipat sehingga daun-
daun tersebut tidak saling melekat.
6. Lipatan koran diletakkan disekitar daun agar daunnya rata ketika kering.
7. Tambahkan sisipan lipatan koran dan karton bergelombang sehingga
ketebalannya sama dengan tumbuhan yang tebal
8. Buah dan bunga yang lepas dapat dimasukkan ke dalam kertas tersendiri,
harus diberi label gantung dan kemudian disimpan di dalam koleksi basah
atau karpologi.
9. Setelah tumbuhan ditata rapi, tutup dengan koran, di atasnya diberi karton
bergelombang dan alumunium bergelombang.
10. Demikian seterusnya, sampai tinggi tumpukan 30-40 cm.
11. Pada bagian teratas dan terbawah ditutup dengan sasag kayu, kemudian
bagian dekat ujung sasag diikat dengan tali atau dengan sabuk pengikat.
12. Berilah label gantungan pada sasag yang telah berisi tumbuhan yang siap
dikeringkan dan dilengkapi nama dan tanggal pengepresan.
13. Sasag yang berisi tumbuhan disusun tegak lurus atau vertical di atas rak
dalam oven agar panas yang diterima oleh material dari bawah dapat
merata.
14. Setelah di oven 3-4 hari, tumbuhan biasanya sudah kering kecuali
tumbuhan berair (sekulen) dan buah yang berkulit tebal.
2.1.3 Pengeplakan material herbarium
Alat dan bahan yang digunakan adalah pinset dengan ujung pipih,
jarum layar, jarum preparat, scalpel, gunting, kuas, stempel BO dan alat pembuat
nomor 7 digit, dispenser selotip, kertas plak dari bahan kertas bebas asam
berukuran 43x30 cm, dengan berat kertas 300 g/m2 dan 600 g/m2, sampul jenis dari
bahan bebas asam, kantung material dibuat dari sisa sisa hasil potongan sampul
jenis untuk menempatkan sisa material yang berjatuhan, selotip 3M dalam
gulungan panjang yang mengandung film polyester jernih dan perekat acrylic
untuk merekatkan material. Ada dua ukuran selotip yang sering digunakan yaitu
4,5 mm dan 6 mm, benang goodyear digunakan untuk menjahit material batang
dan buah besar yang gembung pada kertas plak sehingga kencang, perekat yang
digunakan untuk merekatkan label utama dan kantung-kantung material adalah
perekat bebas asam yang diencerkan dengan air, tinta hitam permanen untuk
menulis informasi mengenai suku, marga dan jenis pada label di sampul marga
dan label susulan. Pensil digunakan untuk menulis di kertas plak dan sampul jenis.
Pengeplakan material baru (Mounting)
Proses pengeplakan merupakan lanjutan dari proses pengepresan dan
pengeringan koleksi tumbuhan dari oven. Proses ini berguna agar spesimen
dapat tahan lama dalam penyimpanan dan mudah ditata di ruang koleksi serta
memudahkan dalam penggunaan selanjutnya. Tahapan proses ini yaitu :
1. Pada masing-masing kertas diberi nomor tunggal
2. Stempel nomor BO ditempel pada sisi sudut kanan dari kertas plak,
kemudian label dilekatkan dengan perekat pada sisi kanan bawah dan
letaknya kurang lebih 1 cm dari tepi kiri kertas.
3. Susunlah meterial berada dalam satu halaman kertas plak.
4. Jahitlah bagian batang, buah dan bunga agar tumbuhan tidak lepas.
5. Material yang lepas harus disimpan dalam kantung yang terbuat dari kertas
bebas asam.
6. Berilah nama kolektor dan nomor kolektor ditulis dengan pensil pada tutup
bagian kantung dan nomor koleksi BO pada tutup bagian dalam kantung.
7. Tempelkan kantung tersebut dimana saja disepanjang tepi kertas plak dan
disesuaikan dengan letak material.
8. Tempelkan selotip di sepanjang batang dan daun dengan solder di dekat
kedua sisi kiri dan kanan material, agar material tidak goyah
9. Berikan label pada setiap lembaran ganda dan ditulis sheet 1 of 3, sheet 2
of 3, sheet 3 of 3, dan seterusnya.
Pengeplakan ulang material lama (remounting)
Remounting merupakan proses pengeplakan ulang spesimen yang
sudah lama dan mulai rusak guna memperbaharui kertas plak agar specimen tidak
rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tahapan remounting
adalah :
1. Selotip dipotong dengan hati – hati dengan menggunakan pisau bedah dan
material dipindahkan ke kertas plak baru yang telah diberi nomor BO.
2. Potonglah semua label dengan hati-hati dan dipindahkan ke kertas plak
baru.
3. Material yang rontok dipindahkan dari kantung lama dan dimasukkan
kedalam kantung baru termasuk material material yang lepas pada saat
pemotongan/pemindahan.
4. Gunting kertas plak lama berdasarkan polanya, kemudian semua label
dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.
5. Material yang lepas dari kantung lama dipindahkan dan dimasukan
kedalam kantung baru termasuk material-material yang lepas pada saat
pemotongan/pemindahan.
6. Sekeliling gambar yang sudah tertempel pada kertas plak dipotong hati-
hati dengan gunting atau pisau bedah, agar tidak sampai merusaknya.
7. Semua label dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.
8. Bagian belakang gambar atau disekeliling permukaan belakang gambar
direkatkan dengan lem pada kertas plak baru yang sudah diberi nomor BO.
9. Susunlah material berada dalam satu halaman kertas plak, kemudian jahit
bagian batang, buah dan bunga agar tumbuhan tidak lepas.
10. Jika sebagian besar daun material herbarium rontok, maka daun tersebut
dengan posisi bagian atas dan bawah daun terlihat dan sisanya dimasukkan
kedalam kantung.
11. Jika daun yang lepas berukuran besar, maka dapat diplak pada kertas.
12. Tempelkan kantung tersebut dimana saja di sepanjang tepi kertas plak dan
disesuaikan dengan letak material.
13. Tempel selotip di sepanjang batang dan daun dengan solder di dekat kedua
sisi kiri dan kanan material, agar material tidak goyah.
2.1.4 Proses database
Alat dan bahan yang digunakan yaitu material yang sudah di
dinginkan, komputer, spidol, koneksi internet, buku.
Proses pemasukan data ke dalam database merupakan proses yang
bertujuan untuk mendata spesimen yang ada di herbarium bogoriense ke dalam
bentuk digital , ini berguna sehingga apabila ada material yang hilang atau rusak
kita masih memiliki data yang akurat dan data tersebut tidak akan hilang. Dengan
adanya database peniliti juga dimudahkan melakukan penilitian dengan
menganisa data dari database tersebut. Tahapan yang dilakukan adalah:
1. Ambil spesimen herbarium yang sudah melalui proses pengeplakan.
2. Masukan data (kolektor, nomor kolektor, nomor BO, habit, habitat,
kawasan) yang ada kedalam aplikasi yang telah disediakan.
3. Beri tanda pada stempel BO menggunakan spidol.
2.1.5 Proses pendinginan (Freezer)
Alat dan bahan yang digunakan adalah blower, freezer, box, troli,
spesimen yang sudah lalui proses pengeplakan, spesimen voucher.
Proses pendinginan atau freezer bertujuan untuk mengawetkan
spesimen dan juga menjaga agar spesimen terbebas dari serangga. Adapun
tahapannya adalah:
1. Material yang sudah dari ruangan mounting dan remounting di
freezer selama 5 hari dengan suhu -30 oC, material disimpan dalam
box atau kerdus.
2. Setelah 5 hari material dikeluarkan dari freezer dan disimpan depan
blower supaya kering tidak terlalu basah.
3. Material yang sudah selesai diblower disimpan untuk dibawa ke
ruang koleksi.
2.1.6 Proses penyimpanan material herbarium dalam lemari koleksi
Alat dan bahan yang digunakan adalah pulpen drawing, sampul
jenis, kertas bebas asam, sampul marga, kertas label, box, lemari koleksi.
Penyimpanan material herbarium ke dalam lemari koleksi
merupakan tahapan akhir dalam proses pengoleksian specimen, specimen di
simpan di dalam lemari tertutup dengan suhu 180C. Spesimen disimpan di
dalam box yang telah diberi label berdasarkan nama jenis dan juga wilayah
asalnya dalam lemari penyimpanan. Lemari penyimpanan bertuliskan nomer,
jenis tumbuhan dan wilayah asal dengan susunan alfabetik. Susunan tersebut
bertujuan guna memudahkan dalam mengorganisasikan penyelipan atau
penyimpanan dan juga memudahkan dalam pencarian spesimen apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk setiap bidang ilmu tentunya mempunyai spesifikasi pada
tehnik atau metoda pengambilan sampel, demikian pula macam data yang akan
dikumpulkan. Seorang taksonomiwan mempunyai target membuat revisi, flora
atau checklist (daftar jenis).
Revisi merupakan karya taksonomiwan yang paling rumit. Karena
disertakan dengan dekskripsi atau catatan dari publikasi awal pendahulunya.
Sebuah revisi juga berisi pembahasan ulang dari suatu kelompok untuk
membenarkan atau maeningkatkan diagnosa, deskripsi atau filogeninya. Pada
jaman dahulu sebelum tahun 1900an, revisi dibuat sangat singkat dan
deskripsinya tidak jelas, dan sebelum tahun 2012 harus ada deskripsi dalam
bahasa latin. Tujuan revisi sendiri adalah untuk melengkapi diagnosa, deskripsi
atau catatan sebelumnya serta dapat digunakan untuk memperkenalkan susunan
klasifikasi yang baru. Tanpa membacanya kita tidak dapat mengetahui apakah
paper tersebut merupakan revisi atau bukan, meskipun terdapat tulisan ‘revisi’
pada judulnya. Ada kategori lain dibawah revisi yaitu conspectus yang merupakan
skema dari revisi. Conspectus memuat daftar taxa, biasanya dengan sinonim dan
terkadang informasi singkat diagnosa dan distribusinya.
Flora mendeskripsikan semua spesies yang ada di daerah tersebut
tetapi berbeda dengan revisi, flora tidak disertakan dengan catatan dari
pendahulunya. Sedangkan checklist hanya berupa daftar jenis spesies yang
ditemukan, dan terkadang dapat disertakan sinonim, distribusi atau informasi
deskripsi singkat.
Untuk membuat suatu revisi, seorang taksonomiwan perlu
melakukan beberapa tahapan agar diperolah data dan deskripsi yang valid.
Pertama-tama adalah mengidentifikasi tiap tiap spesimen untuk membuktikan
bahwa genus spesimen tersebut adalah benar dengan mengecek karakternya serta
mengumpulkan semua keterangan tentang spesimen tersebut dan nama ilmiah
yang digunakan. Setelah itu spesimen dikelompokan berdasarkan karakter
vegetatifnya untuk reidentifikasi spesies dengan membandingkan dengan
spesimen tipe. Lalu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, baru dicek
dengan spesies sebelumnya, jika cocok berarti sudah benar tetapi jika belum maka
dicek lagi. Setelah tau karakter tiap spesimen dan dikelompokan, dibandingkan
dengan banyak literatur dari publikasi awal sampai publikasi selanjutnya.
Publikasi awal dapat dilihat di database pada indeks kewensis, IPNI, dan tropicos.
Lalu dibuat deskripsi dari tiap spesies. Setelah itu dibuat kunci identifikasi dan
peta distribusinya.
Herbarium Bogoriense adalah Lembaga Penelitian yang bekerja di
bidang taksonomi tumbuhan. Lembaga Penelitian ini terletak di kota Bogor.
Herbarium Bogoriense memiliki kegiatan antara lain Penelitian, taksonomi,
etnobotani, fenologi, dan fitogeografi, Pendidikan dan Pengembangan Biologi di
Indonesia, Pelayanan masyarakat yang berupa jasa pengidentifikasian, khususnya
identifikasi tumbuhan, jasa Amdal (konsultan) bagi para pelajar dan sebagainya,
menjadi sarana atau tempat penelitian bagi para mahasiswa, bimbingan penelitian
dengan syarat menunjukkan surat dari instansinya (Dewangga, 2010).
Koleksi yang dimiliki oleh Herbarium Bogoriense ini berupa
herbarium kering maupun basah, koleksi karpologi dan koleksi voucher spesimen.
Herbarium Bogoriense memiliki beberapa ruangan dalam kegiatan pengawetan
specimen, antara lain ruangan tersebut yaitu ruang pemrosesan, ruang pelabelan,
ruang pengeplakan, dan ruang penyimpanan. Herbarium Bogoriense menyimpan
koleksi spesimen herbarium sebagai bahan penelitian taksonomi tumbuhan di
Bidang Botani di Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Kelompok-kelompok penelitian
di Puslit Biologi-LIPI antara lain adalah Taksonomi Tumbuhan yang berkaitan
dengan pengungkapan keanekaragaman, kekerabatan, persebaran, dan status
kelangkaan tumbuhan. Salah satu bentuk publikasi taksonomi tumbuhan berupa
serial buku Flora Malesiana yang diterbitkan di Leiden, Belanda sejak tahun 1950.
Kemudian yang kedua adalah Ekologi, mempelajari hubungan timbal balik antara
tumbuhan dan lingkungan, khususnya dalam ekosistem hutan alam. Kajian
penelitian ekologi meliputi struktur, komposisi, dan persebaran vegetasi pada tiap
ekosistem. Kemudian Etnobotani yang merupakan penelitian berbasis pada
persepsi dan konsepsi masyarakat lokal tentang pengelolaan lingkungan dan
tumbuhan terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan flora sebagai bahan
sandang, pangan, obat, kosmetik, dan pelengkap ritual. Kelompok penelitian
Fisiologi merupakan penelitian pokok yang dikembangkan dalam kegiatan
penelitian fisiologi, yaitu fisiologi perbanyakan dan pasca panen, lalu Fitokimia
yang meliputi kegiatan proses ekstraksi, isolasi, dan identifikasi komposisi
bioaktif. Kemudian Morfogenetika yang menitik beratkan pada aspek-aspek
morfologi anatomi, sitologi, dan genetika untuk mencari alternatif jenis-jenis
potensial baru untuk bahan sandang, pangan, dan papan. Jasa dan informasi
merupakan sarana untuk mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan informasi
data keanekaragaman. Koleksi yang dimiliki oleh Herbarium Bogoriense berupa
herbarium kering dan basah. Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka
Herbarium Bogoriense menyediakan perpustakaan, Museum Etnobotani, serta
menerbitkan jurnal Reinwardtia sebagai sarana informasi ilmiah di tingkat
internasional (Dewangga, 2010)
Herbarium dalam ilmu taksonomi tumbuhan digunakan untuk dua
pengertian yaitu untuk objek studi yang berupa tumbuhan yang diawetkan
(spesimen herbarium) dan lembaga atau labolatorium tempat ahli-ahli melakukan
studi/penelitian taksonomi tumbuhan yang juga merupakan tempat untuk
menyimpan koleksi bahan atau objek studi yang telah diawetkan (spesimen
herbarium). Kegiatan mengoleksi tumbuhan dalam bidang taksonomi bertujuan
mengumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga, dan buah) sebagai koleksi
dan mengumpulkan contoh tumbuhan sebagai spesimen bukti (voucher spesimen)
bagi penelitian.
Terdapat dua macam koleksi herbarium yaitu koleksi basah dan
koleksi kering. Untuk koleksi herbarium basah, spesimen yang dikoleksi adalah
bagian tumbuhan yang mudah berubah bentuk atau rusak karena lunak, tipis,
berdaging atau berlendir, misalnya bunga, buah dan jamur, sedangkan yang
termasuk koleksi kering, antara lain: koleksi spesimen herbarium kering yaitu
spesimen yang berupa ranting berdaun dengan bunga atau buah, koleksi karpologi
(buah kering).
Fungsi Herbarium adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi dan peneliti lain.
2. Sebagai lembaga dokumentasi merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah.
3. Sebagai pusat penyimpanan data.
Adapun tahap-tahap dalam pembuatan koleksi spesimen kering
herbarium adalah sebagai berikut:
Pengepresan spesimen
Penyusunan contoh tumbuhan untuk dipres. Seluruh spesimen dari
lapangan dikeluarkan dari plastik dan kertas koran diganti dengan kertas koran
yang baru. Permukaan atas dan permukaan bawah daun pada satu ranting harus
ditampilkan, ujung daun atau pangkal yang terlipat harus diluruskan. Bagian
batang, daun dan bunga dapat dilipat lebih dari satu kali atau beberapa daun yang
besar dapat dipotong, sehingga semua bagian contoh tumbuhan tidak melebihi
ukuran kertas koran, dan pada waktu bagian contoh tumbuhan diplak ukurannya
akan sesuai ukuran kertas plak. Selembar kertas koran diletakkan di antara daun
besar yang dilipat sehingga daun-daun tersebut tidak saling melekat. Lipatan
koran diletakkan di sekitar daun agar daunnya rata ketika kering. Jika batang atau
buahnya tebal, maka tambahkan sisipan lipatan kertas koran dan juga karton
bergelombang, sehingga ketebalannya sama dengan bagian tumbuhan yang tebal.
Hal ini akan membantu dedaunan menjadi kering secara merata tanpa merusak
atau menekan buah. Buah-buah kecil yang terlepas dimasukkan ke dalam kantung
kertas dan diberi label gantung berisi nama lengkap dan nomor kolektor. Buah
besar yang sulit dipres diberi label nama lengkap dengan nomor kolektor,
kemudian disimpan di dalam kotak yang terbuat dari kaleng dan dimasukkan ke
dalam oven. Buah-buah dan bunga-bunga yang dibungkus dengan kertas
tersendiri harus diberi label gantung dan kemudian disimpan dalam koleksi basah
atau koleksi karpologi.
Setelah contoh tumbuhan ditata rapi, kemudian ditutup dengan koran,
di atasnya diberi karton bergelombang dan aluminium bergelombang, demikian
seterusnya. Setelah tinggi tumpukan 30-40 cm, bagian teratas dan terbawah
ditutup dengan sasag kayu, bagian kayu yang pendek diletakkan dengan arah ke
atas dan ke bawah, kemudian bagian dekat ujung sasag diikat dengan tali atau
dengan sabuk pengikat. Sasag yang berisi contoh tumbuhan yang siap dikeringkan
diberi label gantung yang dilengkapi nama kolektor dan tanggal pengepresan.
1. Gambar Penyusunan Spesimen
Pengeringan
Sasag yang berisi contoh tumbuhan disusun tegak lurus atau vertikal
di atas rak dalam oven agar panas yang diterima oleh material dari bawah akan
merata, oven dengan suhu 60oC. Seleksi dilakukan setiap hari, dan contoh
tumbuhan yang tipis/kecil yang biasanya cepat kering sebaiknya dipisahkan.
Proses pengovenan selama 3-4 hari, contoh tumbuhan biasanya sudah kering
kecuali tumbuhan berair dan buah yang berkulit tebal dan berair. Tali pengikat
sasag harus diketatkan setiap hari, karena terjadi pengerutan contoh tumbuhan
pada waktu proses pengeringan.
Pengeplakan Spesimen (Mounting)
Penyusunan material dilakukan dengan cara yang pertama yaitu
memastikan permukaan atas kertas plak terletak di atas, usahakan semua bagian
material berada dalam satu halaman kertas plak, dimana material, label, posisinya
diatur agar seimbang di atas kertas plak, menarik dan tidak melebihi tepi kertas.
Material diusahakan tidak menutupi “nomor BO” atau label. Jika kertas plak tidak
cukup memuat semua material, maka material dapat dibagi dua dan diletakkan
pada kertas plak yang berbeda. Jika label agak menutupi material, material
diletakkan di bawah label tanpa melekatkan sisa kertas label pada material
herbarium tersebut. Jika posisi label di sebelah kanan bawah tidak
memungkinkan, label dapat diletakkan di kiri bawah atau di sudut kiri atas kertas
plak.
Kemudian hal yang kedua, tumbuhan yang akan diplak diusahakan
supaya selalu memperlihatkan bentuk alami, misalnya akar selalu diletakkan di
bagian bawah. Material yang berukuran kecil sebaiknya tidak ditempatkan di
tengah kertas, tetapi dibuat pengeplakan dari berbagai posisi, sehingga
memudahkan dalam mengamati ciri-ciri material tersebut. Jika beberapa material
diikat menjadi satu dengan label gantung, lepaskan label gantung terlebih dahulu,
baru kemudian materialnya dipisahkan. Label gantung diikatkan pada salah satu
material dan material disusun agar tidak saling tumpang tindih dan sebaiknya
dimanfaatkan semaksimal mungkin seluruh permukaan kertas.
Material sangat kecil tidak perlu diplak tetapi langsung dimasukkan di
dalam amplop yang selanjutnya amplop tersebut direkatkan pada bagian tengah
kertas plak. Ujung tumbuhan yang runcing (misalnya, bekas potongan batang,
duri-duri atau cabang-cabang yang menonjol) harus dirapikan atau dipotong agar
tidak merusak material herbarium lainnya pada waktu disimpan. Material yang
besar, menonjol dan berat, digunakan kertas plak khusus dengan berat kertas yang
biasa digunakan.
Material lepas harus disimpan dalam kantung yang terbuat dari kertas
bebas asam. Nama kolektor dan nomor koleksi ditulis dengan pensil pada tutup
bagian luar kantung dan nomor BO pada tutup bagian dalam kantung. Kantung
dapat diletakkan dimana saja di sepanjang tepi kertas plak dan disesuaikan dengan
letak material, namun tidak sampai menutupi label atau nomor BO. Perekat
diratakan dibagian yang tidak ada tutupnya (bagian belakang kantung) dan
kemudian ditempelkan pada kertas plak. Jika buah yang lepas cukup banyak atau
berukuran sangat besar, sebaiknya buah tersebut disimpan dalam koleksi
karpologi dan penyimpanannya disertai label.
Pengeplakan ulang spesimen (remounting)
Banyak material herbarium lama yang kertas plaknya rusak atau rapuh,
sehingga sulit menyimpan material tersebut tanpa menimbulkan kerusakan.
Material-material yang lama perlu diplak kembali dengan bahan-bahan yang
bebas asam.
1.Cara pelepasan material spesimen
a. Material yang diplak dengan selotip
Selotip dipotong dengan hati-hati dengan menggunakan pisau
bedah (scalpel) dan material dipindahkan ke kertas plak baru yang telah
diberi nomor BO. Semua label dilepas dengan hati-hati dan dipindahkan ke
kertas plak baru. Label yang berisi keterangan koleksi basah atau karpologi
dilepas dan dipindahkann ke kertas plak baru. Material yang rontok
dipindahkan dari kantung lama dimasukkan ke kantung baru termasuk
material-material yang lepas saat pemotongan/pemindahan.
b. Material yang dilem pada kertas plak
Biasanya kertas plak lama sangat sukar dilepaskan dari material,
maka bentuk material tersebut digunting berdasarkan polanya. Kemudian
sisa kertas di bawah material sebanyak mungkin disisir hati-hati dengan
scalpel, sehingga sisa kertas yang menempel pada material hanya sedikit.
Material seutuhnya dipindahkan tanpa merusaknya. Semua label dipotong
dan dipindahkan ke kertas plak baru. Label yang berisi keterangan koleksi
basah atau karpologi dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.
Material yang lepas dari kantung lama dipindahkan dan dimasukkan ke
dalam kantung baru termasuk material-material yang lepas pada saat
pemotongan/pemindahan.
2. Penyusunan ulang material
a. Material tunggal
Material ditempelkan pada kertas plak baru dengan nomor BO
(misalnya BO 0079364) atau stempel kosong BO (untuk herbarium yang
telah ada nomor BO-nya). Jika sebagian besar daun material herbarium
terlepas, maka beberapa daun diplak dengan posisi bagian atas dan bawah
daun terlihat dan sisanya dimasukkan ke dalam kantung. Jika daun yang
berukuran besar, maka dapat diplak pada kertas. Jika cabang-cabang
terpotong menjadi beberapa bagian, maka sedapat mungkin disusun sesuai
dengan posisi sebelum dipindahkan, kemudian diplak kembali pada kertas
plak baru. Selotip dilekatkan pada posisi masing-masing cabang yang
terpotong. Kemudian ditulis “Remounted” dan tahunnya.
Penyimpanan Spesimen ke dalam Lemari Koleksi (Penyelipan)
Penyimpanan material disusun berdasarkan takson kemudian berdasarkan
kawasan secara alfabetis, dari mulai jenis, suku, selanjutnya pulau (kawasan).
Secara garis besar kawasan terbagi menjadi empat, yaitu:
I. Kawasan Malesia (meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura,
Brunei, Papua
New Guinea, Filipina)
II. Kawasan Daratan Asian (tidak termasuk Semenanjung Malaya)
III. Kawasan Australia dan Pasifik
IV. Kawasan Lain
Material yang sudah dipilih dimasukkan dalam sampul jenis (spesies
folder). Masing-masing sampul jenis dikelompokkan sebagai berikut :
1. Lembar tunggal, masing-masing lembaran dengan kolektor yang
berbeda atau kolektor yang sama tetapi nomornya berbeda atau asal
koleksi sama.
2. Lembar ganda dengan satu kolektor
3. Lembar duplikat dengan satu kolektor
Keterangan sampul jenis untuk lembar tunggal
- Nama marga, jenis, dan asal koleksi ditulis dengan menggunakan pensil
- Nama marga dan jenis ditulis pada sudut kiri sampul bagian bawah.
- Asal koleksi ditulis pada sudut kanan sampul bagian bawah.
Keterangan sampul jenis untuk lembar ganda dan duplikat
- Nama marga, jenis, nama kolektor, nomor koleksi, dan jumlah lembar
material, serta asal koleksi ditulis dengan menggunakan pensil
- Nama marga dan jenis ditulis pada sudut kiri bawah sampul
- Nama kolektor, nomor koleksi, dan jumlah lembar material ditulis di
tengah sampul bagian bawah.
- Asal koleksi ditulis pada sudut kanan bawah sampul.
Material yang berasal dari Kebun Raya atau kebun koleksi yang dulunya
di bawah Kebun Raya (“Culta”) dimasukkan ke dalam satu sampul jenis.
- Nama marga, jenis, dan asal tanaman ditulis dengan menggunakan
pensil.
- Nama marga dan jenis ditulis pada sudut kiri bawah sampul
- Asal tanaman “Culta” ditulis pada sudut kanan bawah sampul.
Material yang sudah tersusun dalam sampul jenis dimasukkan dalam
sampul marga.
Pilih label yang disediakan untuk jenis-jenis yang akan diselipkan. Ada
empat label sampul marga yang berbeda, tergantung asal materialnya yaitu:
I. Kawasan Malesia
II. Kawasan Daratan Asia, kecuali Semenanjung Malaya
III. Kawasan Australia dan Pasifik
IV. Kawasan lain
- Nama suku ditulis pada bagian tengah kertas tabel, menggunakan
drawing pen atau diketik dengan komputer
- Nama marga dan jenis serta takson yang di bawah jenis, seperti sub
spesies, varietas, dan forma ditulis di bawah nama suku, menggunakan
“permanent black pen” atau diketik dengan komputer.
- Jika material mempunyai tanda aff (mempunyai kekerabatan) atau cf
(dibandingkan dengan) sebelum nama jenis, maka material tetap
diselipkan di bawah nama jenis. Sampul marga tidak perlu ditulis
dengan kata-kata aff atau cf.
- Label ditempel dengan lem di sudut kiri bawah sampul marga.
Satu sampul marga berisi satu jenis material yang terdiri dari satu atau
lebih sampul jenis. Jenis-jenis dari kawasan Malesiana, beberapa sampul jenis dari
satu lokasi, contohnya Java, dapat ditempatkan dalam satu sampul marga dan
dilengkapi label pulau, ditempel dengan perekat di atas label kawasan di bagian
kiri. Material yang berasal dari pulau-pulau kecil lainnya yang berada di bawah
lokasi utama, misalnya Java, Bawean, dapat ditempatkan juga dalam satu sampul.
Suatu marga dari material yang dikoleksi dari Kebun Raya atau kebun
koleksi yang dulunya di bawah Kebun Raya maka:
- Menggunakan label sampul marga “Malesia”
- Nama suku, marga dan jenis ditulis dengan menggunakan tinta hitam
permanen atau diketik dengan komputer
- Label ditempel pada sudut kiri bawah sampul
- Di atas label kawasan, pada bagian kiri ditempel label “Culta”
Material tipe tidak digunakan sampul marga tetapi dengan sampul tipe,
Satu sampul tipe berisi satu jenis material yang terdiri dari 1 atau 2 sampul jenis.
Nama suku, jenis dan kawasan ditulis dengan menggunakan pensil :
- Nama suku ditulis di atas sudut kiri bawah
- Nama jenis ditulis di bawah nama suku
- Kawasan ditulis di sebelah kanan bawah, ± sebaris dengan nama
jenis
Material siap dimasukkan ke dalam lemari koleksi. Satu atau lebih sampul
marga atau sampul tipe dapat dimasukkan dalam satu kantong plastik.
Dalam koleksi herbarium ada beberapa spesimen yang termasuk dalam
spesimen holotipe, isotipe, lectotipe, sintipe, dan neotipe. Holotipe ialah suatu
spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang pengarang atau ditunjuk
olehnya sebagai tipe tatanama. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang
bersangkutan dengannya secara otomatis dapat dipastikan (Rifai, 1973).
Lectotype adalah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen
spesimen asli (isotipe atay sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama kalau
pada penerbitan semula holotipe itu tidak ditentukan atau kalau holotipe itu hilang
atau hancur. Sedangkan isotipe merupakan duplikat (bagian dari suatu nomor
koleksi yang dikumpulkan dalam waktu yang sama) daripada holotipe (Rifai,
1973).
Sintipe ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang
disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan atau salah satu dari
beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe. Neotipe ialah
spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe hilang atau
rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya
isotipe atau sintipe. Nama-nama atau penunjuk baru (nomen novum) yang sengaja
diusulkan untuk mengganti nama-nama lain, ataupun nama-nama kombinasi baru
(combinatio nova, status novus) yang berasal dari nama-nama dan penunjuk-
penunjuk sebelumnya, haruslah memakai tipe-tipe tatanama daripada nama-nama
yang lebih tua atau yang digantinya (Rifai, 1973).
Lauraceae merupakan suku tanaman yang besar dan dapat tumbuh
tidak hanya di daerah tropis, tetapi dapat juga di daerah subtropis, terpusat di
daerah Asia tenggara, Brasil dan banyak ditemukan di Indonesia. Suku ini
meliputi 30 marga dan 2000-2500 jenis (beda setiap bukunya) yang terbesar di
daerah tropis dan subtropis. Kepentingan ekonomi, sebagai penghasil minyak
aromatis, kandungan protein yang tinggi pada Persea americana, dan sebagian
anggotanya adalah penghasil kayu.
Lauraceae merupakan komoponen yang penting dari hutan hujan
tropis dan hutan di kawasan flora malesiana tanpa terkecuali. Banyak spesies lokal
yang digunakan kayunya atau untuk dieksploitasi secara komersial. Untuk
berbagai alasan, identifikasi dari Lauraceae ke dalam bentuk suatu genus atau
spesies masih sangat sulit. Kunci (determinasi) yang ada membutuhkan buanga
dan buah tetapi karena buah dari lauracea membutuhkan beberapa bulan untuk
mencapai kematangan, jadi keduanya jarang ada dalam spesimen herbarium. Oleh
karena itu, kunci determinasi membutuhkan bunga dan buah untuk tujuan
identifikasi. Bunga pada lauraceae bisa saja bisexual atau unisexual. Kebanyakan
genera memiliki bunga trimerous, dengan ulir pada bagian bunga ketiganya.
Ciri-ciri suku Lauraceae adalah sebagai berikut pohon, semak, berbau
aromatik, daun tunggal, tersebar, jarang berhadapan, tulang daun pinnatus, tanpa
stipula. Bunga axillar, dalam tipe perbungaan panicula, spica, racemosa atau
umbella; bunga biasanya bisexual, kadang-kadang unisexual, aktinomorf;
perianthium kecil, sepal 6 dalam lingkaran, bersatu membentuk tabung pada
dasar; corolla tidak ada; stamen dalam lingkaran masing-masing 3 helai melekat
pada tabung kalix, 1 atau lebih lingkaran berupa staminodium; pistilium tunggal
dengan carpel, 1 ruang, 1 ovul, placenta margina, ovari superior, stylus 1, stigma
1. Buah drupa atau bacca, sering ada kupula pada basal sebagai derivat dari
tabung calyx yang persisten. Biji dengan embrio yang besar, tanpa endosperm.
Tepal tersusun dari dua ulir yang biasanya bentuk dan ukurannya
sama, meskipun terkadang juga bisa tidak sama.Ulir yang didalam lebih besar
daripada yang diluar kecuali pada Triadodaphne. Stamen pada lauracea tersusun
atas 4 ulir. Ulir I dan III bersebrangan dengan tepal bagian luar sedangkan ulir II
dan IV bersebrangan dengan tepal bagian dalam. Pada sebagian besar genera,
stamen pada ulir ke 3 mengandung 2 kelenjar globose pada dasarnya. Dalam
beberapa kasus kelenjar tersebut bisa memebesar dan mengililing stamen dari ulir
ke 3, diantaranya beberapa spesies endiandra. Hampir semua stamen mempunyai
kelenjar pada dasarnya tetapi kelenjar ini ukurannya kecil dan sulit untuk terlihat,
jadi pemberian nomor pada stamen dan kelenjar sangat cocok untuk bunga
lauraceous.
Perbungaan pada lauraceae dibagi menjadi tiga tipe utama, kecuali
Cassytha. Tetapi tidak semua perbungaan dapat dapat dimasukan kedalam tiga
tipe tersebut, karena dalam beberapa kasus perbungaan telah menjadi sangat
berkurang, sementara beberapa species atau genera memiliki perbungaan yang
tidak cocok dengan ketiga tipe tersebut.
Tipe yang pertama adalah umbellate, dimana saat bunga masih
muda tertutup pada seludang yang berselang. Semua bunga dengan tipe
perbungaan ini adalah unisexual. Bunganya bisa saja berupa bunga tunggal di
ketiak daun atau seludang. Umbel bisa bertangkai atau tidak bertangkai. Saat
umbel tersusun sepanjang ranting pendek yang tidak berdaun, seluruh strukturnya
terlihat seperti setangkai bunga tetapi berbeda dengan tangkai, setelah bunga
mekar dapat tumbuh menjadi ranting berdaun yang normal. Bunga muda tertutup
oleh seludang yang berselang sehinnga seringkali dikira tunas bunga.
Perbungaan pada tipe yang kedua adalah paniculate-cymose.
Perbungaan tersebut berulang kali bercabang dengan bunga bunga akhirnya
tersusun di dalam dichasia. Perbungaan lateral seperti dichasium selalu sangat
bersebrangan. Tipe perbungaan yang ketiga adalah paniculate juga tetapi tidak
bersebrangan, malah terkadang berselingan. perbungaan ini tidak selalu mudah
terlihat khususnya pada spesies yang anak tangkainya pendek dan pada bunga
yang subsessile.
Genera yang memiliki tipe perbungaan umbellate diantaranya litsea
dan actinodaphne. Ciri ciri dari litsea adalah memiliki umbel dengan beberapa
bunga diketiak daun. Bunganya trimerus, tepalnya sama. Buahnya kecil tetapi
terkadang bisa juga besar. Daunnya menyebar dan bersebrangan, sedangkan daun
mudanya berbarik-barik, kadang buah dari litsea berwarna hijau laut. Ujung
kuncupnya berbarik atau tidak. Litsea terdiri dari lebih 300 spesies yang
kebanyakan berada di asia tropis, tetapi juga ada di oceania, australia dan amerika.
Selain litsea juga ada neolitsea yang memiliki ciri-ciri ujung kuncup berbarik,
jenis bunga dimerus dan unisexual. tumbuhan berkayu dengan bunga biasa.
stamennya 6, 4 locular. Buahnya kecil seperti piring dan daunnya bergerumpul.
Neolitsea terdiri dari 100 species. Kebanyakan berada di asia tropis dan tersebar
sampai ke australia.
Actinodaphne tipe perbungannya termasuk umbellate dengan
kumpulang dari bekas goresan pada dasarnya. Bunganya trimerus, unisexual.
Stamennya 9 dengan 4 locule, tepalnya sama. Buahnya kecil. Daunnya berulir dan
biasanya agak berbarik, terkadang buahnya berwarna hijau laut. Ujung kuncupnya
biasanya perulate; sekumpulan goresannya ada di ranting yang lebih tua, langsung
dibawah uliran daun. Actinodaphne memiliki ukuran yang lebih besar, ulir pada
daun dan barik pada ujung kuncup sehingga mudah untuk dikenali.
Persea dan phoebe memiliki perbungaan paniculate-cymose,
bunganya trimerus dan bisexual; stamennya 9, 4 locular; tepalnya sama atau
mirip, pada phoebe tepal di anthesis lebih tegak. Tepal bertahan pada dari buah,
tidak ada cupule. Daunnya berseling atau agak berkumpul, terkadang berwarna
hijau laut pada bawahnya. Pada persea ujung kuncupnya perulate sedangkan pada
phoebe tidak perulate.
Genera yang termasuk pada tipe perbungaan ketiga adalah
Cryptocarya dan endiandra. Bunga pada cryptocarya trimerus dan bisexual,
stamennya 9, 2 locular; tepalnya sama, dan agak tegak lurus pada anthesis.
Buahnya dekat dengan perbesaran pada tabung floral. Tepalnya yang terjatuh
menimbulkan goresan yang kecil pada ujungnya, seringnya dengan rusuk yang
membujur. Daunnya berselang. Ujung kuncupnya perulate. Beberapa species
memiliki daun yang agak membujur, bentuk yang tidak lazim pada lauraceae.
Terdiri dari 300 species dan kebanyakan berapa di asia tropis.
Sama seperti cryptocarya, bunga pada endiandra juga trimerus dan
bisexual. Stamennya 3 dan 2-locular. Kedua tepalnya sama, dan jarang yang tepal
luarnya lebih kecil dari yang didalam. Buah tidak terlindungi pada anak tangkai,.
Daunnya menyebar , ujung kuncupnya tidak berbarik. Pada beberapa species,
kelenjar dasar pada stamen lebih besar dan menyatu, membentuk cakram disekitar
stamen dan putik.
Tanaman suku lauraceae di indonesia memiliki banyak manfaat dan
kegunaan. Persea gratissima merupakan pohon buah kecil yang telah banyak
dikenal, asli di Amerika tengah, sekarang didapat di semua negara beriklim panas.
Di jawa hanya diimpor salah satu bentuk. Buah yang berwarna hijau pada
umumnya beratnya tidak lebih dari 200 gram, tetapi wigman pernah melihat
eksemplar yang buahnya mencapai berat 700 gram karena pemeliharaan yang
baik. Buah ini harus dipungut, jika buah ini digerakan terdengar suara biji,
kemudian setah dipungut buah dibiarkan beberapa hari agar menjadi lunak. Buah
ini hampir tidak ada rasanya karena hampir tidak ada gulanya, tetapi daging buah
yang praktis tidak berserat dan berwarna hijaudapat menghasilkan bubur yang
halus sekali dengan meremas-remas dan memberikan gula. Pada species phoebe
excelsa, alkaloid pat dapat dipisahkan dari kulit, alkaloida ini beracun untuk katak
dan menyebabkan kejang di bagian anggauta geraak, dan jika diberi dosis tinggi
akan menyebabkan kematian (Heyne, 1987).
KESIMPULAN
1. Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh tumbuhan yang telah
diawetkan, baik secara kering maupun basah yang disebut dengan spesimen
herbarium.
2. Pengelolaan herbarium yang dilakukan terbagi menjadi beberapa tahap yaitu
proses pengumpulan koleksi spesimen dari lapangan, pengepresan spesimen,
database, pendinginan (freezer), pengeplakan (mounting) dan pengeplakan
ulang (remounting) serta penyimpanan spesimen kedalam lemari koleksi.
3. Suku kamfer-kamferan atau Lauraceae adalah salah satu suku anggota
tumbuhan berbunga. Lauracea terdiri dari banyak genus, diantaranya
endiandra, neolitsea, litsea, cassytha, cryptocarya, dan lain lain. Suku ini juga
memiliki manfaar bagi kehidupan manusia.