Upload
kiecky-kisjaykyumochi
View
225
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Draft Biografi Jenderal SUdirman
Citation preview
Nama : Krismonalia Rizki
Kelas/No : XI MIPA 3 / 17
Mapel : Bahasa Indonesia
Menceritakan Ulang Teks Biografi
Sudirman : Sosok Nyata Pemimpin dan Pendidik Bangsa
Sudirman, laki-laki kelahiran Rembang dari pasangan Karsid dan Siyem
pada tanggal 24 Januari 1961. Tak lama dari kelahirannya ia diangkat oleh Raden
Cokrosunaryo, suami dari kakak perempuan Siyem. Oleh karena ia menjadi
keturunan priyayi sehingga mendapat gelar Raden Sudirman. Dari kedua orang
tuanya, ia telah diwariskan sebagai anak yang memilki nilai kesederhanaan,
keprihatinan, kesholehan dan pekerja keras. Tak heran ia menjadi teladan bagi
sesamanya.
Menginjak umur 7 tahun Sudirman menempuh pendidikan berjenjang
dasar di HIS Gubernemen kemudian pindah ke HIS Taman Siswa karena dilatar
belakangi oleh suatu alasan. Kemudian ia melanjutkannya ke SLTP HIS Taman
Dewasa, SLTA MULO Wiworotomo, hingga Perguruan Tinggi Wiworotomo.
Semasa masih menempuh jalan pendidikannya, ia dikenal sebagai murid yang
disiplin, tekun, dan rajin belajar. Panggilan bagi kawan sebayanya, yaitu “guru
kecil” sangat cocok terhadap kepribadian Sudirman. Ia sering membimbing
kawan-kawannya. Karena kepribadiannya itu ia terlibat ke dalam organisasi
Ikatan Pelajar Wiworotomo. Melalui ikatan pelajar tersebut banyak kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu bidang kesenian, olahraga, baris-berbaris, dan pertemuan-
pertemuan
Menginjak kedewasaan, pada periode 1935 – 1937 Sudirman tetap aktif
dalam berbagai organisasi, seperti HW atau Pandu Muhammadiyah, Pergerakan
Muhammadiyah, dan Pemuda Muhammadiyah di Cilacap. Sebagai bagian dari
organisasi-organisasi tersebut, ia selalu mengikutinya dengan baik bahkan hingga
mencapai titik perkembangan. Wawasannya yang luas serta jiwa kepemimpinan
dan kedisiplinannya membuat Sudirman terpilih menjadi ketua dari ketiga
organisasi yang diikutinya. Tak hanya itu, bahkan ia dapat menempati kedudukan
sebagai Majelis Pemuda Muhammadiyah (WMPM). Ia memiliki peran pemimpin
yang amanah dan berwibawa. Motivasi yang diberikan olehnya selalu
menekankan pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Baginya, semangat dan
perjuangan nasionalisme dalam praktik penjajahan juga diselingi oleh penegakkan
Islam dan jihad.
Tidak hanya dari segi kepribadian, penampilannya yang mengagumkan
telah mengantar Sudirman untuk mendapatkan pasangan kelak di kehidupan
selanjutnya. Gadis yang merupakan teman semasa kuliah Sudirman, yang terlahir
dari keluarga saudagar kaya, Alfiah adalah pujaan hati seorang wakil majelis
pemuda muhammadiyah itu. Ia juga terlibat dalam organisasi Muhammadiyah.
Akhirnya keduanya direstui untuk melanjutkan ke mahligai perkawinan atas
kesepakatan orang tua dan pihak organisasi.
Demi meraih keinginannya memajukan dan meneruskan pendidikan
bangsa, Sudirman tampil sebagai pendidik di HIS Muhammadiyah Cilacap
sekaligus menempati jajaran profesional. Di samping penampilannya sebagai
pendidik, ia juga dikenal sebagai da’i atau pendakwah. Ia selalu mengajarkan
kaitan antara keagamaan dan kebangsaan. Ceramah-ceramah dilakukannya secara
berkeliling ke masjid di berbagai daerah.
Penderitaan rakyat akibat praktik penjajahan membuat hati Sudirman luluh
dan memunculkan keprihatinan. Ia ditunjuk sebagai ketua organisasi LBD,
organisasi penjagaan bahaya udara bentukan Indonesia. Atas ketanggung
jawabannya, ia menegaskan kepada rakyat untuk menyelematkan diri dan
membentuk pos-pos penjagaan. Langkah-langkah yang diambilnya sangat
bijaksana dan waspada dalam berjuang di pihak rakyat Indonesia.
Menjelang meletusnya Perang Dunia II justru menambah penderitaan dan
kerusuhan bangsa Indonesia. Salah satunya, HIS Muhammadiyah dimana
Sudirman menampilkan dirinya sebagai sosok pendidik kaum bumiputera ditutup
oleh Belanda dengan alasan untuk kepentingan perang. Karena keinginan keras
Sudirman dalam memajukan dan meneruskan pendidikan kaum bumiputera, ia
berhasil membuka dan menghidupkan kembali sekolah tersebut dengan jalan
keluarnya yang penuh akal.
Dalam bidang politik dan militer, Sudirman menjadi bagian dari berbagai
organisasi bentukan Jepang, yaitu Syu Sangi, Jawa Hokokai, dan PETA. Sikap
dan jiwanya yang memperjuangkan nasib rakyat Indonesia tak pernah enyah.
Walaupun Jepang mempengaruhi Sudirman untuk berpihak padanya, namun ia
tetap berpegang pada prinsip kebangsaannya dalam membela tanah air. Tak heran
anggotanya menunjuk Sudirman sebagai pemimpin PETA. Sosok pemimpin itu
terlihat setelah ia berhasil memadamkan pemberontakan PETA di Gumilir. Jiwa
kemiliterannya semakin nyata.
Sebagai pemimpin yang berprinsip kebangsaan, ia terus menanamkan
kesadaran nasional kepada masyarakat luas. Jepang yang tak ingin bangsa
Indonesia meraih kemerdekaannya terus menghadang jalan Sudirman. Berbagai
taktik licik telah diterapkan oleh mereka. Walaupun demikian, Sudirman tetap
berusaha dan berkorban penuh dengan menghalalkan berbagai cara demi
keselamatan bangsanya dari para penjajah. Jepang menahan dan mengisolir
pasukan PETA di kamp kosentrasi Reisentai Bogor yang lokasinya jauh dari
masyarakat. Masa isolasi dan penahanan tersebut dapat ia taklukkan dengan
keberaniannya dan teriakan takbirnya. Prinsipnya terhadap kebangsaan itu
memang selalu diimbangi dengan ajaran tauhid.
Dalam melucuti senjata Jepang, pada tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah
organisasi BKR. Peranannya dalam memimpin organisasi tetap muncul. Berkat
kepemimpinannya, proses pengambilalihan dan pelucutan senjata berhasil
dilaksanakan dari tangan Jepang. Beberapa bulan dari organisasi BKR berdiri
dibentuklah TKR. Keanggotaan TKR terdiri dari bekas anggota BKR, termasuk
Sudirman. Urip Sumoharjo, selaku tokoh yang membidani kelahiran organisasi
TKR membagi wilayah Jawa menjadi 10 divisi. Dari kesepuluh divisi itu,
Sudirman bertugas di wilayah Banyumas dan Kedu sebagai Komandan Divisi V
berpangkat kolonel. Semakin berkembangnya keanggotaan TKR, Sudirman
diangkat dan dilantik menjadi Panglima Besar TKR oleh Presiden Sukarno.
Walaupun masih berusia 29 tahun, ia sudah menduduki jabatan panglima besar.
Sebagai panglima besar TKR, Sudirman siap menghadapi pertempuran
yang menyerang wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah pertempuran di
Ambarawa. Dalam memegang peran sebagai pemimpin ia selalu memberikan
motivasi. Para pejuang memiliki semangat tempur yang diajukan olehnya.
Kemudian ia menerapkan serangan mendadak Gelar Supit Urang. Pasukan sekutu
berhasil terdesak beserta benteng pertahanannya, yaitu Benteng Willem. Sudirman
telah berhasil mengusir pasukan sekutu berkat kecerdikan taktiknya dalam
memimpin anggota-anggotanya.
Sudirman tak pernah lepas dari perannya sebagai pemimpin. Ia diangkat
sebagai Panglima Besar Angkatan Perang oleh Presiden Sukarno dan membawahi
anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia bentuk penyempurnaan dari TKR). Bagi
Sudirman, tentara selalu mendukung politik pemerintah sehingga kelompok
pejuang bersenjata harus kuat dan bersatu padu di bawah komando. Namun
perjuangan diplomasi tetap dilakukan.
Konflik Indonesia dengan Belanda masih belum reda. Untuk itu Sudirman
sepakat untuk menyelesaikannya dengan perundingan saja daripada menggunakan
kekuatan bersenjata. Perundingan pertama diadakan di Linggarjati berlanjut
perundingan kedua yang diadakan di Kapal Renville. Hasil dari kedua
perundingan tersebut merugikan Republik Indonesia karena adanya aksi licik
Belanda. Wilayah RI menjadi lebih sempit dan dibatasi. Hal tersebut membuat
Sudirman tidak berhenti bertindak. Ia langsung memerintahkan anak buahnya
untuk melakukan operasi militer sambil berhijrah ke berbagai wilayah. Di
samping memberi instruksi, ia juga memberi amanat kepada segenap pejuang
bangsa.
Aktivitasnya sebagai pemimpin berbagai organisasi yang diikutinya
terutama pada bidang kemiliteran cukup menjadi beban fisik Sudirman. Ia mulai
sakit-sakitan selama beberapa hari. Menurut hasil pemeriksaan, Jenderal
Sudirman terkena penyakit TBC. Kemudian ia langsung dirawat di RS Rapih pada
tanggal 28 Oktober 1928. Namun karena tidak cocok Sudirman sempat
dipindahkan ke sanatorium Yogyakarta dan tempat peristirahatan Magelang.
Akhirnya, Ahad, 29 Januari 1950 pada pukul Sudirman menghembuskan
nafas terakhirnya. Usianya masih cukup muda, yaitu 34 tahun. Penyakitnya
memang tidak menunjukkan jalan kesembuhan total dan justru semakin kritis.
Keesokan harinya, 30 Januari 1950 jenazah Sudirman dibawa ke Yogyakarta
untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki.
Sudirman adalah tokoh besar yang menjadi pejuang bagi rakyat-rakyat
Indonesia. Pengorbanannya sangat mengagumkan. Jiwa kepahlawanannya patut
diteladani. Naluri kepemimpinan dan ketanggungjawabannya juga sangat kuat.
Tak jarang ia ditunjuk sebagai pemimpin. Keislaman dan jiwa keguruannya sudah
mempribadi dan mengakar kehidupannya. Obsesinya selalu mengarah pada
semangat dan perjuangan nasionalisme dalam mengusir penjajah, kemajuan
pendidikan bangsa, dan juga penekanan pada ajaran-ajaran tauhid. Perjalanan
hidupnya selalu memegang erat motto perjuangan “Daripada hidup di kalang
penjajah, lebih baik mati di kalang tanah!” demi membela tanah air Indonesia.