16
IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBANTUAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS V SD N BRINGIN 02 SEMARANG Disusun Oleh : FITRIA DWI ASTIKA 1401410179 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Draft Identifikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kuliah

Citation preview

Page 1: Draft Identifikasi

IDENTIFIKASI MASALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL

REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBANTUAN MEDIA KOMIK

PADA SISWA KELAS V SD N BRINGIN 02 SEMARANG

Disusun Oleh :

FITRIA DWI ASTIKA 1401410179

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Draft Identifikasi

1. Identifikasi Masalah

Masalah yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran kelas V SD N Bringin 02 Semarang

antara lain:

a. 68,4 % (12 dari 38 siswa) kelas V SD N Bringin 02 Semarang tidak tuntas dalam

pembelajaran IPS sehingga memperoleh nilai kurang dari KKM (KKM = 70).

b. 87 % (33 dari 38 siswa) kelas V SD N Bringin 02 Semarang tidak tuntas dalam

pembelajaran IPA sehingga memperoleh nilai kurang dari KKM (70).

c. 92,1 % (35 dari 38 siswa) kelas V SD N Bringin 02 Semarang tidak tuntas dalam

pembelajaran Matematika sehingga memperoleh nilai kurang dari KKM (65).

d. 73,7 % (28 dari 38 siswa) kelas V SD N Bringin 02 Semarang tidak tuntas dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga memperoleh nilai kurang dari KKM (70).

e. Terdapat 3 siswa yang sering membuat gaduh saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

IPS IPA Matematika Bahasa Indonesia

68.40%

87.00%92.10%

73.70%

Persentase Masalah

2. Analisis Masalah

a. Masalah yang paling mendesak dipecahkan

Dari beberapa masalah yang ditemui, penulis memilih permasalahan dalam mata

pelajaran Matematika, yaitu 92,1 % (35 dari 38 siswa) kelas V SD N Bringin 02 Semarang

tidak tuntas dalam pembelajaran Matematika sehingga memperoleh nilai kurang dari

KKM (65).

b. Alasan mengapa masalah harus segera diteliti

Page 3: Draft Identifikasi

Data yang diperoleh menunjukan bahwa

(1) Masalah tersebut merupakan masalah klasikal di dalam kelas karena 35 dari 38 siswa

atau 92,1% (lebih dari 65%) tidak tuntas dalam mata pelajaran Matematika.

(2) Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di UASBN-kan, maka

pelajaran ini harus dapat dikuasai oleh siswa,

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a) Rumusan masalah umum

Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada siswa kelas

V SD N Bringin 02 Semarang ?

b) Rumusan masalah khusus

1) Apakah melalui penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) dalam

pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas V SD N Bringin

02 Semarang?

2) Apakah melalui penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) dalam

pembelajaran Matematika dapat meningkatkan keterampilan guru kelas V SD N

Bringin 02 Semarang?

3) Apakah melalui penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) dalam

pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N

Bringin 02 Semarang?

4. Akar Penyebab Masalah

a. Siswa

- Pandangan awal siswa terhadap mata pelajaran Matematika yang penuh dengan

berhitung dan membosankan, membuat siswa kurang termotivasi saat pembelajaran.

- Terlalu banyaknya jumlah siswa dalam kelas menjadikan siswa kurang terpantau

kegiatannya.

b. Guru

- Pembelajaran Kelas V cenderung bersifat teacher centered yaitu masih berpusat pada

guru, sehingga pemahaman siswa kurang.

- Pembelajaran kurang berkesan bagi siswa sehingga tidak bertahan lama di ingatan

siswa

Page 4: Draft Identifikasi

- Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru perlu ditingkatkan sehingga

lebih inovatif.

c. KBM

- Banyak didominasi dengan ceramah satu arah, kurang variatif (Pembelajaran masih

bersifat Teacher Centered)

5. Solusi

a. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisis masalah yang bersumber dari data yang telah ada, maka bersama

tim kolaborasi, peneliti menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics

Education (RME) untuk dijadikan solusi dari permasalahan dalam pembelajaran

Matematika. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan kualitas

pembelajaran Matematika dapat ditingkatkan.

Model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah

pendekatan belajar Matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok

ahli matematika dari Frudenthal Institute, Utrecht University di Negara Belanda.

Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Frudenthal (dalam Kriswandani, 2008)

bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika

bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa

menemukan kembali ide dan konsep matematika mellui eksplorasi masalah-masalah

nyata.

Soedjadi (dalam Suryanto, 2010) mengemukakan bahwa dalam pendekatan PMR

(Pendekatan Matematika Realistik) pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan

belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian sehingga

siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan

diperolehnya.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik menurut Suwarsono (2001:5) yaitu:

1) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa

tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada

umumnya bagi manusia; 2) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian

yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi

dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam

bidang tersebut; 3) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas

kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan

tidak harus sama antara yang satu dengan orang yang lain. Setiap orang bisa menemukan

Page 5: Draft Identifikasi

atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan

soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang

satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang

paling tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut; 4)

Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa

dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan

orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep

matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa

kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan

tercapai.

Dengan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) diharapkan

siswa dapat terangsang untuk lebih memperhatikan dan memahami pelajaran dengan baik,

dan nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

b. Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipotesis Tindakan

Penggunaan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan aktivitas siswa, ketrampilan guru, dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD N Bringin 02 Semarang.

c. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis Realistic Mathematics Education (RME)

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran

Realistic Mathematics Education (RME) adalah :

1) Memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam

kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut.

2) Menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami masalah siswa

mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara

memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-

bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.

3) Menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual menyelesaikan

masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban

masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa

mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara

mereka sendiri.

Page 6: Draft Identifikasi

4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu dan

kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah

secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki

dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan

pembelajaran.

5) Menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik

kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur. (Fauzi, 2002)

6. Lokasi

SD N Bringin 02 Semarang

7. Judul PTK

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL

REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS V SD N

BRINGIN 02 SEMARANG

Semarang, 3 Februari 2014

Dosen Pembimbing Peneliti,

Nursiwi Nugraheni, S.Si, M.Pd Fitria Dwi AstikaNIP. NIM. 1401410179

LAMPIRAN

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari analisis hasil belajar Matematika yang

diperoleh siswa kelas V SD N Bringin 02 Semarang.

LAMPIRAN DATA KUANTITATIF

Page 7: Draft Identifikasi

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

SD N BRINGIN 02UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGALIYAN

KOTA SEMARANG

Alamat : Jl. Raya Bringin, Bringin, Ngaliyan Semarang Telp 02470791090

DAFTAR NILAI EVALUASI

KELAS IV SD N SAMPANGAN 02 SEMARANG

Tahun Pelajaran 2014/2015

NO NAMA SISWAJENIS KLM

N

NILAI

Bahasa Indonesia

(67)

IPA (67)SBDP (67)

1 Falah Hirni Magzilni P 50 60 70

2 Dhea Holsi Saputri P 50 44 70

3 Adji Ridwan Mahendra L 65 58 78

4 Aisyah Nur Barokah P 75 50 76

5 Arifki Zulyanto L 69 60 67

6 Aulia Trisna Dea P 50 44 70

7 Bayu Tegar Setiawan L 55 50 75

8 Devan Sheva iPratama L 65 58 80

9 Dufano Septian Pamungkas L 65 47 80

10 Dyah Shafira P 75 57 73

11 Evaliana Endra Pangesti P 76 60 80

12 Fathin Abyan Faishal L 70 42 85

13 Fatimah Azahra P 85 84 87

14 Feylina Amelia Anggraini P 65 65 75

15 Fitria Salsa Dilla Putri Basri P 75 65 85

Page 8: Draft Identifikasi

16 Helga Theodora Meilansari P 80 58 70

17 Insan Maulia Harjanti P 80 60 85

18 Kayla Chaerani P 75 40 65

19 Muhammad Faisal Firmansyah L 60 60 75

20 Muhammad Faras Hendrisa L 80 67 80

21 Muhammad Rafelikhsan Fatih L 50 46 70

22 Muhammad Yafi Yahya L 65 55 67

23Muhammad Yafiq Bagus Adhi Saputro

L 75 58 73

24 Nabila Nafishanaya P 70 60 82

25 Nabila Rizqia Izzati P 70 47 80

26 Pramita Diva Adistya P 75 75 65

27 Revalino L 70 58 75

28 Reynaldi Bagas Wildhani L 50 44 80

29 Rizka Amalia P 75 60 75

30 Rizkia Fitri Marliani P 70 38 70

31 Suci Fatmawati P 60 58 75

32 Valentino Rizky Alfiansyah L 60 60 75

33 Yohana Fransisca Maria Aneli P 80 80 85

34 Zaskia Dwi Yusnita P 80 54 70

35 Nasywa Mayla Faiza Taukhid P 75 62 70

36 Steven Chandra Wijaya L 65 50 60

Jumlah 2455 2034 2698

Persentase Tuntas 58.33% 11.11% 91.67%

Persentase Tidak Tuntas 41.67% 88.89% 8.33%

Rata-rata 68.19 56.5 74.94

Siswa yang tidak tuntas pada mata pelajaran IPA sebanyak siswa 88.89 % (32 dari 36 siswa)

siswa

Page 9: Draft Identifikasi

Persentase Ketidaktuntasan = 3236

x 100 % = 88.89%

Persentase Ketuntasan = 4

36 x 100 % = 11.11 %

Tuntas11%

Tidak Tuntas89%

Persentase Ketuntasan Hasil BelajarSiswa Kelas IV

TuntasTidak Tuntas

Data

diatas disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan rentang (selisih data terbesar dan terkecil)

Rentang = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

= 85 – 40

= 45

Jadi rentang kelasnya adalah 45

2. Menentukan banyak kelas

Banyak kelas (K ) = 1 + 3,3 log n

= 1 + ( 3,3 . log 36 )

= 1 + ( 3,3 .1,56)

= 1 + 5,15

= 6,15 dibulatkan jadi 6

Jadi banyak kelas yang digunakan adalah 6 kelas.

3. Menentukan panjang kelas

Panjang kelas = Rentang : Banyak Kelas

Page 10: Draft Identifikasi

= 45 : 6

= 7,5 dibulatkan menjadi 8

Jadi, panjang kelas yang digunakan adalah 8

TABEL

DISTRIBUSI FREKUENSI

No

.Nilai (n)

Frekuensi

(f)

Frekuensi

Kumulatif

(fk)

Persentase

(%)

Titik

Tengah

(x)

f . x

1. 39,5– 46,5 5 5 14% 43 215

2. 47,5– 53,5 8 13 22% 50,5 404

3. 54,5 – 61,5 16 29 44% 58 928

4. 62,5 – 69,5 3 32 8% 66 198

5. 70,5 – 77,5 2 34 6% 74 148

6. 78,5 – 85,5 2 36 6% 82 164

Jumlah 36 36 100% 2057

Nilai Tertinggi : 85

Nilai Terendah : 40

Nilai Rata-rata : 2057

36 = 57,14

Nilai yang sering muncul = Bb +( b 1

b 1+b 2 ) i

= 54+( 1313+13 )8

= 54 + 4

= 58

= 58

Page 11: Draft Identifikasi

39,5– 46,5 47,5– 53,5 54,5 – 61,5 62,5 – 69,5 70,5 – 77,5 78,5 – 85,50

2

4

6

8

10

12

14

16

GRAFIK DISTRIBUSI FREKUENSI

frekuensi nilai

Tafsiran berdasarkan analisis data di atas yaitu :

Persentase Ketidaktuntasan = 3236

x 100 % = 88,89 %

Persentase Ketuntasan = 4

36 x 100 % = 11,11%

Nilai TuntasFrekuensi

x100 % ¿4

36x 100 %

= 11,11 % siswa tuntas (88,89 % siswa tidak tuntas)

Dari tabel dan grafik diatas, menunjukkan bahwa hanya 11,11 % siswa mengalami

ketuntasan belajar, sedangkan 88,89 % siswa mengalami ketidaktuntasan dalam belajar. Terlihat

jelas sebaran nilai berkisar dari nilai terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 85. Adapun nilai yang

paling banyak muncul adalah 58 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 57,14.

b. Data Kualitatif

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

Nama Sekolah : SD N Bringin 02 Semarang

Page 12: Draft Identifikasi

Guru Kelas : Siti Mubarokah, S.Pd

Kelas : V

Semester : I (Satu)

Berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan di kelas V SD N Bringin 02 Semarang,

didapat beberapa permasalahan pembelajaran, permasalahan tersebut adalah :

1. Permasalahan dalam pembelajaran IPS, sebanyak 26 dari 38 siswa tidak memenuhi batas

minimal KKM yang ditentukan, yaitu 75

2. Permasalahan pada pembelajaran IPA, sebanyak 33 dari 38 siswa tidak memenuhi batas

minimal KKM yang ditentukan yaitu 75, hal ini dikarenakan metode yang digunakan guru

kurang menarik minat siswa untuk belajar.

3. Permasalahan pada pembelajaran Matematika, sebanyak 35 dari 38 siswa tidak memenuhi

batas minimal KKM yang ditentukan yaitu 75, hal ini dikarenakan materi matematika yang

berhubungan dengan hitungan membuat siswa malas belajar.

4. Permasalahan pada pembelajaran Bahasa Indonesia, sebanyak 28 dari 38 siswa tidak

memenuhi batas minimal KKM yang ditentukan yaitu 75.

5. Terdapat 3 siswa yang sering membuat gaduh saat kegiatan berlangsung, sehingga suasana

pembelajaran menjadi kurang kondusif.

Dari kelima masalah tersebut diatas, permasalahan pada pembelajaran Matematika

merupakan masalah yang paling penting dan mendesak untuk diselesaikan, karena mata pelajaran

matematika merupakan mata pelajaran yang di UAN-kan, serta guru masih menggunakan metode

ceramah yang membuat siswa kurang tertarik dengan pembelajaran dan hasil belajar kurang

memenuhi KKM yang telah ditentukan.

Guru Kelas V SD,

Siti Mubarokah, S.PdNIP. 19680820 200601 2 019