Upload
hendry-zacharias
View
323
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PENGANTARPenyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sudah mulai
dilaksanakan sejak diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) No. 7/1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai upaya dalam rangka peningkatan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab. SAKIP
merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang kemudian tindak lanjuti dengan pemberlakuan Undang-undang (UU) No.
28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada dasarnya merupakan suatu
instrument yang terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan yaitu perencanaan
stratejik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja yang digunakan oleh setiap
satuan organisasi/kerja dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan baik
keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan visi dan misinya.
Dalam mendukung implementasi Inpres No. 7/1999 tentang AKIP, telah dikeluarkan
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 589/IXIS/Y/99 tentang Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disempurnakan
dengan Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah sebagai acuan penyusunan system akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Instruksi tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur
peyelenggara pemerintah Negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber dayanya dengan didasarkan pada suatu
perencanaan stratejik yang ditetapkan oleh masing-masing instansi pemerintah yang bersangkutan
dalam bentuk laporan yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga
pengawasan dan penilaian akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala
pemerintahan.
Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja instansi
pemerintah dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan
i
sasaran instansi pemerintah. Dalam laporan kinerja ini, instansi Pemerintah yang bersangkutan
harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan dari kinerja yang
dicapainya yang kemudian dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Peningkatan akuntabilitas instansi Pemerintah;
2. Umpan balik untuk peningkatan kinerja instansi Pemerintah;
3. Peningkatan perencanaan disegala bidang, baik perencanaan program dan
kegiatan maupun perencanaan penggunaan sumber daya organisasi Pemerintah;
4. Meningkatakan kredibilitas instansi Pemerintah dihadapan masyarakat;
5. Mengetahui dan menilai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas
dan fungsi yang diamanahkan kepada instansi Pemerintah;
6. Mendorong instansi Pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum
Pemerintahan dan pembangunan secara baik, sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat;
7. Mendorong terwujudnya instansi Pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat
beroperasi secara efektif, efisien dan responsive terhadap aspirasi masyarakat
dan lingkungan.
ii
RINGKASAN EKSEKUTIFPada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Unit Kerja
Eselon II atau mengacu pada RENSTRA Eselon I. Pada bagian ini disebutkan pula sejauh mana
kegiatan Unit Kerja tersebut mendukung tujuan dan sasaran yang disampaikan di atas dan
target-target pencapaian kegiatan Unit Kerja Satker tersebut. Apa saja kendala yang dihadapi
dalam pencapaian target kegiatan Unit Kerja Satker. Selain itu perlu disampaikan langkah-
langkah apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah-langkah
antisipatif untuk menghadapi kendala di tahun yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIFDAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN1.1. TUGAS DAN FUNGSI1.2. STRUKTUR ORGANISASI1.3 LINGKUNGAN STRATEGIS
BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA2.1. RENCANA STRATEGIS
2.1.1. VISI 2.1.2. MISI2.1.3. TUJUAN DAN SASARAN 2.1.4. KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
2.2. RENCANA KINERJA DAN PENETAPAN KINERJA 2.2.1. RENCANA KINERJA TAHUNAN2.2.2. KEGIATAN 2.2.3. INDIKATOR KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA3.1. PENGUKURAN KINERJA 3.2. PERBANDINGAN DATA KINERJA
3.2.1 DIAGRAM REALISASI ANGGARAN3.2.2 DIAGRAM PENCAPAIAN TARGET OUTCOME3.2.3 DIAGRAM PENCAPAIAN TARGET OUTPUT 3.2.4 DIAGRAM PENCAPAIAN TARGET SUB OUTPUT
3.3. ASPEK KEUANGAN3.3.1 PENYERAPAN ANGGARAN (P)3.3.2 KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI3.3.3 ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
3.4. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA 3.4.1 PENCAPAIAN KELUARAN (PK)3.4.2 EFESIENSI (E)
3.5. ASPEK KEUANGAN 3.5.1 ASPEK MANFAAT
iv
3.5.2 PENILAIAN ASPEK EVALUASI3.6. KENDALA DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2012
3.6.1 PERENCANAAN3.6.2 PELAKSANAAN3.6.3 PASCA PELAKSANAAN
3.7. FOTO KEGIATAN 20123.8. HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA
BAB IVPENUTUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran I Penetapan Kinerja (Formulir PK) Lampiran II Rencana Kinerja Tahunan (Formulir RKT) Lampiran III Pengukuran Kinerja (Formulir PKK)
v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. TUGAS DAN FUNGSI
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang lebih
besar kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengelola pembangunan di
daerahnya. Dengan kewenangan yang dimiliki diharapkan pemerintah daerah mampu
meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakatnya. Namun tidak jarang permasalahan
yang dihadapi tersebut tidak dapat diatasi sendiri oleh pemerintah kabupaten/kota, sehingga
memerlukan kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah sekitarnya atau swasta
dan masyarakat.
Perencanaan pembangunan sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri dari empat (4) tahapan yakni : (1)
penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4)
evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan
sehingga secara keseluruhan membentuk siklus perencanaan yang utuh. Sedangkan
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut.
Untuk mendorong Pemerintah Daerah agar dapat melaksanakan pembangunan
prasarana dan sarannya, khususnya bidang keciptakaryaan melalui proses yang
terpadu/terintegrasi, partisipatif dan terkendali, diperlukan adanya kerjasama pusat dan derah.
Dengan demikian, pembangunan prasarana dan sarana dapat dilaksanakan tidak secara parsial,
baik secara fisik maupun pendanaannya, serta mampu memberikan manfaat yang optimal bagi
masyarakat.
Dalam hal ini pemerintah pusat sangat berkepentingan melakukan fasilitasi dan
pengingkatan kapasitas manajemen pembangunan daerah melalui pemberdayaan perencanaan
program investasi infrastruktur yang terstruktur dan terporgram serta mampu mewujudkan
pembagian sumber daya bersama melalui kemitraan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota serta kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat. Dalam rangka
1
PENGGUNA ANGGARAN/PAMENTERI PEKERJAAN UMUM
ATASAN KASATKERDIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
PEMBANTU ATASANDIREKTUR BINA PROGRAM
ATASAN LANGSUNG KASATKERKEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM
KEPALA SATUAN KERJA/KUASA PENGGUNA ANGGARAN
PENGUJISPM
BENDAHARAPENGELUARAN
PEJABATPEMBUATKOMITMEN
PEJABATPELAPORAN
PEMBANTU PEMBANTU PEMBANTU UAKPB UAKPA E-MONITORING PETUGASGUDANG DANPERSEDIAAN
mewujudkan fasilitasi pengendalian implementasi perencanaan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya baik yang dibiayai melalui APBN, APBD, swasta atau masyarakat serta pengedalian
terhadap pelaksanaan kegiatan bidang Cipta Karya yang teralokasi di tahun berjalan,
pembentukan Satuan Kerja Perencanaan dan Pengedalian Program Infrastruktur Permukiman
(Randal PIP) dimasing-masing Provinsi memegang peranan penting dalam perwujudan
pembangunan dibidang Cipta Karya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dari Satker Randal PIP meliputi : (1)
Memfasilitasi implementasi perencanaan investasi pembangunan bidang Cipta Karya baik yang
dibiayai melalui APBN, APBD, swasta atau masyarakat serta (2) Mengedalikan pelaksanaan
kegiatan bidang Cipta Karya yang teralokasi di tahun berjalan. Sedangkan fungsinya adalah
sebagai kepanjangan tangan Pemerintah Pusat untuk memberikan pendampingan kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota.
1.2. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur
Permukiman digambarkan pada bagan 1.1.
Bagan 1.1. Struktur Organisasi Satker Perencanaan dan PengendalianProgram Infrastruktur Permukiman
2
1.3. LINGKUNGAN STRATEGIS
Kondisi dan isu strategis Pembangunan Bidang Cipta Karya 2010-2014 yang juga
mempengaruhi kebijakan Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur
Permukiman dan diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi pelayanan prasarana
dan sarana permukiman bidang Cipta Karya, yaitu meliputi:
a. Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah
Saat ini arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam. Proporsi
penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada tahun 1995 menjadi
48,3 persen pada 2005. Diperkirakan tren yang berkembang akan terus terjadi sehingga
sebelum tahun 2010 jumlah penduduk perkotaan secara nasional telah melampaui
jumlah penduduk perdesaan, dan diperkirakan pada tahun 2025 nanti 68,3 persen
penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan.
b. Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi.
Urbanisasi yang tinggi seringkali diikuti oleh meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia,
akibat ketiadaan lapangan pekerjaan, tingginya standar kehidupan di perkotaan dan lain
sebagainya. Di tahun 2006 angka kemiskinan di kawasan perkotaan naik menjadi 14,29
juta jiwa dari sebelumnya sebesar 12,4 juta jiwa penduduk pada tahun 2005. Jumlah
penduduk miskin yang besar dapat berakibat pada meluasnya kawasan kumuh di
perkotaan yang berujung pada ketidakmampuan pemerintah kota menuju kota yang layak
huni. Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di kawasan
kumuh yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas mencapai sekitar 42.500 Hektar.
Data BPS menunjukkan bahwa sekitar 14 % dari total perumahan di Indonesia merupakan
kawasan kumuh perkotaan, yang rata-rata terletak di bantaran sungai dan tepi pantai.
c. Kota Sebagai Engine of Growth
Perkembangan ekonomi perkotaan terkait dengan perkembangan ekonomi nasional dan
juga sebaliknya. Dalam studi yang dilakukan Bappenas di tahun 2003 dikemukakan
peranan perkotaan yang sangat signifikan sebagai penghela pertumbuhan ekonomi
nasional, khususnya peranan kota-kota besar dengan jumlah penduduk di atas 700 ribu
dan kota menengah dengan jumlah penduduk antara 200 ribu dan 700 ribu. Kota-kota
3
besar dan menengah yang berjumlah 37 kota, atau 9% dari total jumlah daerah,
mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sedangkan
bila dipisahkan kota-kota besar saja, yang hanya berjumlah 14 kota saja, atau hanya 3,4%
dari total jumlah daerah, mampu menyumbang 30% dari total PDB nasional. Berdasarkan
data-data di atas sudah sangat jelas bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan
ekonomi nasional. Oleh karena itu, ketika terjadi krisis ekonomi, kota sebagai “back bone”
dari kerangka ekonomi nasional juga mengalami kontraksi yang parah.
d. Desentralisasi
Era desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang teramat besar bagi
perkembangan perkotaan di Indonesia. Perubahan ini terlihat pada beberapa kota yang
perkembangannya bergerak menjadi lebih besar. Perkembangan ini dikhawatirkan akan
menimbulkan persoalan internal dan eksternal kota. Persebaran kota di Indonesia saat ini
lebih banyak terpusat di Pulau Jawa, dengan 32 dari 91 kota administratif berada di pulau
Jawa. Angka ini bisa bertambah apabila kita mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan
yang merupakan kawasan perkotaan terletak di wilayah administratif Kabupaten.
Pembangunan perkotaan yang pada awalnya dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah
Pusat berubah. Saat ini Pemerintah Daerah memegang peranan utama dalam
mengarahkan pembangunan perkotaan. Implikasi dari ini, strategi pembangunan
perkotaan yang skala nasional tidak bisa serta merta diimplementasikan ke daerah. Pola
pembangunan perkotaan saat ini tentunya menekankan kepada optimalisasi sumber daya
lokal yang kompetitif. Di satu sisi, Desentralisasi berhasil membawa Pemerintah Daerah
dalam nuansa kompetisi yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di
masing-masing daerah. Akan tetapi di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak
terencana justru membahayakan daya dukung kota, terutama di Kota Besar dan
Metropolitan.
e. Kerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan lingkungan hidup perkotaan berkaitan dengan meningkatnya penggunaan
ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan di atas tanah kawasan
perkotaan yang tidak terkendali. Fakta lain yang cukup menonjol adalah adanya kota-kota
4
baru yang semula berupa pusat-pusat permukiman transmigrasi. Kecenderungan ini
tentunya akan memakan anggaran pembangunan, yang mungkin saja tidak sebesar biaya
yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan perkotaan yang sudah ada,
selain berpotensi merusak keasrian lingkungan hidup.
f. Daya Saing Kota dan Demokratisasi
Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing dengan kota
di dalam negeri semata, persaingan terjadi dengan kota-kota di skala Asia bahkan dunia.
Bentuk persaingan pun bergeser dari yang sebelumnya berkutat pada comparative
advantage menuju ke era competitive advantage. Di masa lalu, daya saing sebuah kota
ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia) dan sumber daya alam yang
dimiliki. Saat ini variabel bertambah menjadi tingkat kelayakhunian kota yang
direpresentasikan dalam infrastruktur pendukung dan pelayanan perkotaan. Selain itu
sebuah kota harus mampu mengedepankan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
kesehariannya. Nilai-nilai demokrasi harus mampu diterjemahkan oleh masing-masing
kota. Hal-hal inilah yang kemudian memberikan nilai tambah dan daya saing bagi sebuah
kota untuk menarik investasi dari luar.
g. Konteks Kota Berkelanjutan
Dilihat dari aspek equity dapat dikatakan kondisi perkotaan di Indonesia masih cenderung
pada kondisi in-equity. Kota-kota baru dengan pelayanan yang luar biasa, dengan kualitas
yang baik, namun di lain pihak masyarakat miskin harus membayar lebih dalam
memperoleh pelayanan perkotaan. Aspek budaya, dalam konteks diversity, perlu menjadi
pertimbangan dalam pembangunan. Diversity masyarakat perkotaan yang tinggi harus
dapat diakomodasi oleh pelayanan perkotaan. Urban heritage saat ini masih dapat
dikategorikan belum concern terhadap bangunan bersejarah. Ekologi (dalam kualitas
lingkungan yang perlu dipertahankan) dan ekonomi kota diharapkan dapat bertumbuh
dan berkembang, dengan daya beli masyarakat yang cukup dalam memenuhi kehidupan
yang layak.
5
h. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan tantangan bagi kita, dan memang tidak hanya sekarang,
namun ini perlu diperhitungkan secara cermat dalam konteks pembangunan perkotaan.
Dampak perubahan iklim dengan intensitas hujan yang meningkat, dan meningkatnya
permukaan air laut, dapat menyebabkan permasalahan tersendiri.
i. Perwujudan RTH 30%
Upaya perwujudan RTH sebesar 30% merupakan tantangan besar, komposisi 30%
memang merupakan kebijakan yang kondusif bagi lingkungan, namun di lain pihak
dianggap merupakan permasalahan yang signifikan dalam menyelenggarakan
pembangunan perkotaan. Ini merupakan salah satu tantangan dari perundangan yang
menjadi masalah dalam tataran implementasi.
j. Modal Sosial
Dalam konteks pembangunan perkotaan saat ini yang menjadi masalah bukan pada
modal finansial, namun perlu dilihat pada tataran modal sosial. Apapun yang kita lakukan,
apabila aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang dilakukan tidak
mendorong peningkatan kesejahteraan.
k. Happiness Index
Tujuan pembangunan harus ditambahkan dengan overall human system well being
dengan eco system well being. Hal yang tidak dapat dielakkan adalah “pembangunan
terintegrasi” yang mampu mengintegrasikan human system, ekosistem, yang bermuara
pada human-eco happiness. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang kuat antar
instansi pemerintah, agar mampu meningkatkan efektivitas pembangunan dalam
mendorong peningkatkan kesejahteraan dan “kebahagiaan masyarakat” dalam
merasakan dan menikmati hasil pembangunan yang dilakukan. Pelaksanaan
pembangunan harus melihat peningkatan human system, eco system dan human-eco
happiness, yang diukur dengan happiness Index.
6
l. Branding dan Area Identity
Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mampu mendorong branding dan area identity dari
sebuah kota dan wilayah. Indonesia yang mempunyai multiple culture diversity yang perlu
dioptimalkan pada tataran ekonomi. Sumberdaya alam, invovasi, fasionable, local value
with modern spirit perlu diintegrasikan dalam ekonomi kreatif yang mampu mendorong
daya saing kota-kota.
m. Participatory Development
Pendekatan participatory development, jangan hanya diartikan dengan self helped, dan
untuk itu perlu didukung dengan adanya tenaga pendamping yang mendorong dan
memberdayakan masyarakat. Proses pembangunan seringkali tidak mengedepankan local
wisdom, sehingga tidak mengakomodasikan budaya lokal.
n. Pengembangan Enterpreneurship
Secara umum ada tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat :
• Charity, dengan memberikan one shot giving dan cenderung kurang mendidik;
• Philantropy, dianggarkan tiap tahun dan dilakukan secara terus menerus;
• Social entrepreneurship, bagaimana pemerintah membangun, dan masyarakat
kemudian mampu memelihara dan mengembangkan secara mandiri. Isu
keberlanjutan yang menjadi penting, dan mengedepankan keberlanjutan hasil
pembangunan.
Direktorat Jenderal Cipta Karya diharapkan mampu untuk mengimplementasikan
succesfull entrepreneurship yaitu dengan: i) Merubah dengan cara yang baik (change
friendly), dengan mendorong masyarakat untuk berubah tanpa menimbulkan konflik; ii)
Berorientasi pada kesempatan (opportunity oriented); iii) Inovatif; iv) Banyak Akal; dan v)
Menciptakan nilai baru.
o. Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Pengembangan Nilai Tambah
Dalam menjawab tantangan ke depan, kita harus mampu mempertahankan cultural
expression yang mampu mendorong berkembangnya ekonomi kreatif yang menjadi daya
saing bangsa. Oleh karena itu kedepan harus diupayakan mendukung ekonomi kreatif
7
yang didukung dengan desain yang baik, serta didukung dengan marketing yang
terintegrasi. Kebijakan pemerintah diharapkan harus mampu menjembatani dalam
mengekplorasi pasar pada tataran internasional. Konsep branding dan packaging menjadi
lebih penting dalam mendukung konteks dalam mendorong daya saing ekonomi kota.
8
BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA
2.1 RENCANA STRATEGIS
2.1.1 VISI
Visi Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dimuat dalam RENSTRA Dirjen Cipta Karya adalah
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing
dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi tersebut adalah:
- Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
- Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.
- Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.
- Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.
2.1.2 MISI
Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010 – 2014
adalah:
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.
2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya.
3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal
9
termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.
2.1.3 TUJUAN DAN SASARAN
Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, perlu dirumuskan tujuan yang
akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan,
selanjutnya berdasarkan tujuan tersebut ditetapkan sasaran-sasaran kegiatan beserta
indikator kinerja outcome-nya. Mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat
Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014, tujuan dan sasaran beserta indikator kinerja outcome-
nya secara rinci disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tujuan SasaranIndikator Kinerja
OutcomeTarget
Jumlah Satuan1. Meningkatkan kualitas
perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim)
1. Penyusunan NSPK bidang pengembangan permukiman
1. Tersusunya NSPK nasional bidang pengembangan permukiman.
5 Produk
2. Terselenggaranya pendampingan penyusunan NSPK daerah bidang pengembangan permukiman.
205 Kab/Kota
2. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) di daerah
Tersusunnya Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
207 Kab/Kota
3. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di perkotaan dan perdesaan
Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan dan Perdesaan di Kab/Kota yang setara dengan 500 kawasan
207 Kab/Kota
4. Pendampingan Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Kumuh di perkotaan
Tersusunnya rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan 207 Kawasan
5. Pembinaan kelembagaan (organisasi dan SDM) serta peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman
Meningkatnya kemampuan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman
60 Produk
6. Penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan
Termanfaatkannya produk pengaturan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
37 Paket
7. Pendampingan penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan oleh Pemda
1. Termanfaatkannya NSPK bidang PBL oleh kab/kota di 226 kab/kota
226 Kab/Kota
2. Termanfaatkannya RTBL sebagai basis perencanaan pada kab/kota di 193 kab/kota
193 Kab/Kota
3. Tersusunya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
125 Kab/Kota
4. Tersusunnya Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
213 Kab/Kota
5. Tersusunya Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman
160 Kawasan
10
Tujuan SasaranIndikator Kinerja
OutcomeTarget
Jumlah SatuanTradisional dan Bersejarah
8. Pembinaan Kelembagaan Penataan Bangunan dan Lingkungan (Sosialisasi dan Diklat).
Meningkatnya kualitas kabupaten/kota dalam penyelenggaraan bangunan gedung
33 Provinsi
9. Penyusunan NSPK dalam pengembangan pengelolaan sanitasi lingkungan
1. Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK pengelolaan air limbah oleh pemda
25 Kab/Kota
2. Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK pengelolaan drainase oleh pemda
20 Kab/Kota
10. Pendampingan penyusunan SSK yang berkaitan dengan pengelolaan sanitasi lingkungan oleh Pemda
1. Termanfaatkannya hasil bantek, bintek dan pendampingan oleh pusat kepada pemda untuk pengelolaan air limbah
226 Kab/Kota
2. Termanfaatkannya hasil bantek, bintek dan pendampingan oleh pusat kepada pemda untuk pengelolaan drainase
50 Kab/Kota
11. Pembinaan Kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan sanitasi lingkungan
1. Meningkatnya kompetensi pengelola sanitasi lingkungan
50 paket
2. Meningkatnya kinerja pelayanan air limbah 226 Kab/Kota
12. Penyusunan NSPK dalam pengembangan pengelolaan persampahan.
Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK, oleh pemda 30 Kab/Kota
13. Pendampingan penyusunan SSK yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan.
Termanfaatkannya hasil bantek, bintek dan pendampingan oleh pusat kepada pemda untuk pengelolaan persampahan
150 Kab/Kota
14. Pembinaan Kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan persampahan.
1. Meningkatnya kompetensi pengelola persampahan
15 Paket
2. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan
150 Kegiatan
3. Meningkatnya kinerja pelayanan persampahan
15 Kab/Kota
15. Pengembangan NSPK bidang pengembangan SPAM.
1. Tersusunnya NSPK Air Minum 22 Buah2. Tersedianya NSPK Air Minum dalam
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota100 Kab/Kota
16. Pendampingan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum kabupaten/kota
Tersedianya Rencana Induk SPAM kabupaten/kota 200 Kab/Kota
17. Peningkatan kapasitas kelembagaan termasuk Sumber Daya Manusia dalam pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
1. Adanya dukungan penuh stakeholder di kab/kota dalam pengembangan SPAM
100 Kab/Kota
2. Meningkatnya PDAM yang sehat 185 PDAM3. Termanfaatkannya pengelola air
minum non-PDAM yang mendapatkan manfaat pembinaan
225Non-
PDAM
4. Meningkatnya kinerja pelayanan air minum
299 Kab/Kota
18. Pembinaan dan pendampingan dalam rangka pembiayaan.
1. Tersedianya pra studi kelayakan KPS 23 PDAM2. Terfasilitasinya PDAM yang
melakukan investasi dari pinjaman bank
107 PDAM
3. Tersedianya alternative pembiayaan untuk pengembangan SPAM
9 Laporan
19. Adaptasi perubahan iklim. 1. Terlaksananya kampanye hemat air dan perlindungan sumber air baku air minum di perdesaan dan perkotaan
32 Provinsi
11
Tujuan SasaranIndikator Kinerja
OutcomeTarget
Jumlah Satuan2. Ketersediaan air baku minum
alternatif8 Lokasi
20. Pelayanan manajemen Bidang Permukiman.
1. Terselenggaranya pelaksanaan administrasi penggajian dan perkantoran
9.500 pegawai
2. Terselenggaranya administrasi dan pengelolaan pegawai
65 Paket
3. Meningkatnya kemampuan dan kehandalan SDM dalam pengelolaan administrasi keuangan dan akuntasi
40 Paket
4. Terselanggaranya pembinaan hokum dan tersedianya perangkat penataan hukum
45 Paket
5. Terselenggaranya pembinaan serta penyediaan prasarana dan sarana perlengkapan
45 paket
6. Terselenggaranya pembinaan dan pelaksanaan habitat
5 paket
7. Tersedianyya sarana dan prasarana kantor yang baik dan layak
25 paket
21. Penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri dan pola investasi, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman.
1. Tersusunnya kebijakan dan strategi bidang permukiman
30 Paket
2. Tersusunnya program dan anggaran bidang permukiman
35 Paket
3. Tersusunnya kerjasama luar negeri dan investasi bidang permukiman
40 Paket
4. Tersusunnya evaluasi dan kinerja bidang permukiman
45 Paket
5. Tersusunnya data dan informasi bidang permukiman
35 Paket
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1. Penataan kawasan permukiman kumuh di perkotaan
1. Berkurangnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan setara 414 ha
207 Kawasan
2. Tersedianya hunian vertikal di kawasan-kawasan kumuh berat di perkotaan
26.700 unit
2. Pembangunan infrastruktur kawasan-kawasan kumuh
Terwujudnya kawasan-kawasan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
240 Kawasan
3. Penataan tertib pembangunan dan keselamatan bangunan dan lingkungan
1. Terpeliharannya gedung Negara yang bersejarah
65 Kab/Kota
2. Meningkatnya jumlah kab/kota yang mendapat manfaat pengembangan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
111 Kab/Kota
3. Meningkatnya jumlah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan kelengkapan aksesibilitas pada bangunan gedung
128 Kab/Kota
4. Penataan bangunan pada kawasan strategis, tradisional, bersejarah dan ruang terbuka hijau
1. Meningkatnya jumlah kawasan yang meningkat kualitasnya seluas yang setara dengan 7.380 ha
152 Kawasan
2. Meningkatnya kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman yang setara dengan 369 ha
207 Kawasan
3. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah yang setara dengan 442 ha
160 Kawasan
5. Pengembangan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) yang
Termanfaatkannya PIP2B untuk melayani masnyarakat
33 Provinsi
12
Tujuan SasaranIndikator Kinerja
OutcomeTarget
Jumlah Satuanmemenuhi standar bangunan gedung
6. Pemberdayaan masyarakat mandiri dan sejahtera
Termanfaatkannya kelurahan/desa dalam pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM-P2KP
21.984 Kel/Desa
7. Peningkatan pelayanan infrastruktur air limbah
1. Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur air limbah dengan system off-site
11 Kawasan
2. Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur air limbah dengan system on-site
210 Kawasan
8. Peningkatan pelayanan infrastruktur drainase
Berkurangnya jumlah genangan seluas 4.600 ha
50 Kawasan
9. Peningkatan pelayanan infrastruktur persampahan
Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur persampahan
210 Kawasan
10. Peningkatan pelayanan air minum terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Perkotaan
1. Terfasilitasinya kawasan yang terlayani air minum perpipaan di perkotaan
577 Kawasan
2. Terfasilitasinya kapasitas produksi air minum terpasang 820 IKK
8.200 Liter/detik
11. Peningkatan pelayanan air minum terhadap MBR Perdesaan
1. Terfasilitasinya desa yang terlayani air minum perpipaan di perdesaan
4.650 Desa
2. Terfasilitasinya kawasan dalam kapasitas produksi air minimum terpasang di 100 kawasan (960 liter/detik) untuk kawasan pemekaran, pulau terluar, perbatasan, terpencil dan KAPET
100 Kawasan
3. Terfasilitasinya kawasan dalam kapasitas produksi air minimum terpasang di 53 kawasan (310 liter/detik) untuk kawasan pelabuhan perikanan
53 Kawasan
3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah.
1. Penanganan kawasan permukiman di kawasan rawan bencana (Sumatera Barat, dll)
Tertanganinya kawasan-kawasan permukiman pasca bencana (Sumatera Barat, dll)
15 Kawasan
2. Pengembangan kawasan-kawasan potensial di perdesaan
1. Tertanganinya kawasan-kawasan pusat pertumbuhan di perdesaan termasuk agropolitan setara dengan 600 ha
205 Kawasan
2. Terbangunnya infrastruktur sosial ekonomi wilayah
185 Kawasan
3. Penataan kawasan di daerah tertinggal, perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar
1. Meningkatnya kualitas lingkungan hunian untuk masyarakat yang tinggal di pulau kecil, desa tertinggal dan terpencil
8.803 Desa
2. Meningkatnya kualitas lingkungan hunian untuk masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar yang setara dengan 500 ha
102 Kawasan
4. Penyediaan Prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan dan drainase pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
1. Tersedianya penyediaan prasarana dan sarana persampahan dan drainase pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
31 Paket
2. Tersedianya penyediaan prasarana air minum dan air limbah pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
65 Paket
3. Terpenuhinya cadangan mendesak bidang Perkim pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
33 Paket
13
2.1.4 Kebijakan, Program, Kegiatan, Output dan Sub Output
Terwujudnya visi dan misi dalam bentuk pencapaian tujuan yang terukur lewat pemenuhan
semua indikator kinerja outcome sasarannya, akan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan
dan strategi yang diambil. Mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal
Cipta Karya tahun 2010-2014, kebijakan dan strategi penyelenggaraan Cipta Karya terdiri dari :
Tabel 2.2. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Direktorat Jenderal Cipta Karya
KEBIJAKAN STRATEGI
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN PERKOTAAN (Permen PU No. 494/PTR/M/2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan)1. Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan
nasionala. Penyiapan prasarana dan sarana perkotaan nasional;b. Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah;c. Pengembangan kota-kota berfungsi
nasional/internasional;d. Pengembangan kota-kota khusus-berkembang cepat
dan kawasan tertinggal;e. Panduan bagi daerah untuk pembangunan perkotaan
yang berkelanjutan.2. Pengembangan permukiman yang layak huni, sejatera,
berbudaya dan berkeadilan sosiala. Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang
memadai dan berkeadilan;b. Perumahan dan permukiman yang layak huni dan
terjangkau;c. Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi
pembangunan permukiman secara partisipatif;d. Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global;e. Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling
menghargai, mendukung, serta mengapresisi budaya dan warisannya.
3. Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan a. Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan;
b. Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah;c. Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan
stakeholders dalam pembangunan perkotaan;d. Sistem informasi perkotaan secara nasional dan
daerah.KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKTORA. Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum (Permen PU No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum)1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum a. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk MBR yang dilakukan secara bertahap di propinsi;
b. Mengembangkan aset manajemen SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan;
c. Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non perpipaan terlindung bagi MBR;
d. Mengembangkan penyediaan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu;
e. Mengembangkan system informasi dan pendataan dalam rangka monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.
2. Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai sumber secara optimal
a. Mengembangkan sumber alternatif pembiayaan melalui penciptaan system pembiayaan dan pola investasi;
b. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dan atau
14
KEBIJAKAN STRATEGI
masyarakat (koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum;
c. Meningkatkan kemampuan financial PDAM.3. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-
undangana. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat
kabupaten/kota dalam pengembangan SPAM;b. Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan
Good Corporate Governance terutama untuk penyelenggaraan/operator SPAM;
c. Melengkapi produk-produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan SPAM.
4. Peningkatan penyediaan air baku secara berkelanjutan a. Konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku;
b. Peningkatan dan penjaminan kuantitas dan kualitas air baku terutama bagi kota metro dan besar;
c. Menyediakan air baku bagi daerah-daerah rawan air;d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.
5. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta dan masyarakat.
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi MBR;
b. Menciptakan iklim investasi dengan pola insentif dan kepastian hukum.
B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan)
1. Pengurangan timbulan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R;b. Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan
disinsentif dalam pelaksanaan 3R;c. Mendorong koordinasi lintas sektor (perindustrian dan
perdagangan).2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelolaana. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan
persampahan sejak dini melalui pendidikan di sekolah;b. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan
persampahan sejak dini melalui pendidikan di sekolah;c. Membina masyarakat khususnya kaum perempuan
dalam pengelolaan persampahan;d. Mendorong peningkatan pengelolaan berbasis
masyarakat;e. Mengembangkan system insentif dan iklim yang
kondusif bagi dunia usaha/swasta.3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas system
pengelolaana. Optimalisasi prasarana dan sarana persampahan
Kota/Kabupaten;b. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana
dan berkeadilan;c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai
sasaran pelayanan;d. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari
lingkungan;e. Mengembangkan TPA kearah Sanitary Landfill
(SLF)/Controlled Landfill (CLF);f. Meningkatkan TPA regional;g. Melaksanakan litbang dan aplikasi teknologi
penanganan sampah tepat guna dan berwawasan lingkungan.
4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan a. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola;b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;c. Memisahkan fungsi/unit regulator dan operator;d. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar
stakeholder;e. Meningkatkan kualitas SDM bidang persampahan;f. Mendorong pengelolaan kolektif atas prasarana dan
sarana regional; g. Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM
pengelolaan persampahan;
15
KEBIJAKAN STRATEGI
h. Mendorong implementasi/penerapan hukum bidang persampahan.
5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan a. Menyamakan persepsi para pengambil keputusan dalam pengelolaan persampahan dan kebutuhan anggaran;
b. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.
C. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (Permen PU No. 16/PRT/M/2008)1. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem
on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat
a. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem setempat (on-site) di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal;
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (off-site) di kawasan perkotaan Metropolitan dan Besar.
2. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
a. Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman;
b. Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah permukiman.
3. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
a. Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
b. Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
c. Menerapkan peraturan perundangan. 4. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil
pengelolaan air limbah permukiman.a. Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan
kelembagaan pengelola air limbah permukiman di tingkat masyarakat.
b. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah.
c. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.
d. Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah permukiman.
5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman.
a. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman.
b. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBIAYAAN1. Hampir semua tugas pembangunan sudah diserahkan kepada
pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
2. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh dana APBN.
3. Pola penyelenggaraan pembangunan terdiri dari kegiatan pembangunan yang bersifat pulih biaya (cost recovery) yang dilakukan dengan pengusahaan dan mandiri oleh swasta dan masyarakat dan kegiatan yang bersifat tidak pulih biaya (non cost recovery) yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah, dimana peran pemerintah pusat hanya sebagai stimulant, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola Hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak
a. Mengoptimalkan sumber-sumber dana bagi dukungan pembinaan dan pengembangan permukiman, yaitu sumber dana nasional (APBN), sumber dana lokal (APBD provinsi, kabupaten, kota), serta sumber dana intenasional (bantuan luar negeri berupa hibah/grant maupun pinjaman/loan) dari lembaga multilateral;
b. Pemanfaatan sumber dana non-pemerintah, yaitu sumber dana swasta dengan mengupayakan pola public private partnership dan sumber dana masyarakat.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETERPADUAN PENANGANAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
16
KEBIJAKAN STRATEGI
Kebijakan keterpaduan penanganan infrastruktur permukiman Menyusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota yang merupakan keterpaduan penanganan infrastruktur permukiman secara multi sektor, multi sumber dana dan multi tahun.
Untuk mencapai sasaran dan tujuan yang sudah dirumuskan berdasarkan visi dan misi dengan
memperhatikan arahan kebijakan dan strategi diperlukan suatu program yang merupakan
instrumen kebijakan yang berisi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebuah program
juga diperlukan guna pengaturan pengalokasian anggaran. Kegiatan adalah bagian dari
program yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat Unit Kerja Eselon II yang terdiri dari
sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumber daya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana dan/atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Program Kementerian Pekerjaan Umum yang akan dilaksanakan pada periode tahun 2010-
2014 sesuai Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pekerjaan Umum :
1. Program Pengelolaan Sumber Daya Air;2. Program Penyelenggaraan Jalan;3. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman;4. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang;5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Pekerjaan Umum;6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU;7. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara;8. Program Pembinaan Konstruksi;9. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU;
Selanjutnya pada tingkat Direktorat Jenderal Cipta Karya program yang akan dilaksanakan
pada periode tahun 2010-2014 mengacu pada program Kementerian Pekerjaan Umum yaitu
“Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman” dengan indikator
kinerja outcome-nya : meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi
terwujudnya pembangunan permukiman serta jumlah kawasan yang mendapat akses
17
pelayanan infrastruktur bidang permukiman yang berkelanjutan. Sedang kegiatan yang
dilakukan guna mendukung program ini beserta output dan sub output-nya secara rinci
disajikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kegiatan, Output dan Sub Output Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kegiatan Output Sub Output
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman
1. Jumlah Produk NSPK Nasional bidang permukiman
1. Penyusunan NSPK nasional bidang permukiman
2. Jumlah produk NSPK daerah bidang permukiman
2. Pendampingan Penyusunan NSPK daerah bidang pengembangan permukiman
3. Jumlah kab/kota yang memperoleh pendampingan penyusunan SPPIP
3. Pendampingan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
4. Jumlah kab/kota yang memperoleh pendampingan penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan dan Perdesaan yang setara dengan 500 kawasan
4. Pendampingan penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan dan Perdesaan di daerah yang setara dengan 500 kawasan
5. Jumlah produk pendampingan penyusunan rencana tindak
5. Pendampingan penyusunan rencana tindak penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kab/Kota
6. Jumlah produk desiminasi, sosialisasi, diklat dan lokakarya bagi pemda, masyarakat dan swasta
6. Penyelenggaraan desiminasi, sosialisasi, diklat dan lokakarya bagi pemda, masyarakat dan swasta
7. Jumlah kawasan kumuh di perkotaan setara 414 ha yang tertangani
7. Penyediaan infrastruktur permukiman di kawasan-kawasan kumuh perkotaan
8. Jumlah satuan unit hunian rumah susun yang terbangun dan infrastruktur pendukungya
8. Pembangunan Rusunawa dan infrastruktur pendukungnya
9. Jumlah kawasan perumahan bagi MBR
9. Peyediaan infrastruktur permukiman di kawasan-kawasan perumahan bagi MBR
10. Jumlah kawasan permukiman rawan bencana (Sumatera Barat, dll)
10. Penyediaan Infrastruktur permukiman pada kawasan rawan bencana (Sumatera Barat, dll)
11. Jumlah kawasan perdesaan potensial/agropolitan setara 600 ha yang tertangani
11. Penyediaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan potensial/agropolitan
12. Jumlah kawasan yang dilayani oleh infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial
12. Pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah
13. Jumlah desa tertinggal yang terbangun prasarana dan sarana lingkungan permukiman
13. Pembangunan prasarana dan sarana permukiman di desa tertinggal
14. Jumlah Kawasan setara 500 ha yang terbangun prasarana dan sarana lingkungan permukiman
14. Pembangunan prasarana dan sarana permukiman di kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar
2. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan/Lingkungan
1. Jumlah NSPK bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan
2. Jumlah Bantek dan pendampingan penyusunan NSPK Penataan bangunan dan lingkungan
2. Pendampingan penyusunan NSPK Penataan bangunan dan Lingkungan di daerah
3. Jumlah kab/kota yang mendapatkan fasilitasi penyusunan
3. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
18
Kegiatan Output Sub Output
Permukiman RTBL4. Jumlah kab/kota yang
mendapatkan fasilitasi penyusunan RISK
4. Penyusunan Rencana Induk system Proteksi Kebakaran (RISPK)
5. Jumlah kawasan yang mendapat fasilitasi penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan
5. Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
6. Jumlah kab/kota yang mendapat fasilitasi penyusunan rencana tindak system RTH
6. Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
7. Jumlah kab/kota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah
7. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan permukiman tradisional dan Bersejarah
8. Jumlah Provinsi yang melaksanakan fasilitasi penguatan kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan. Pelatihan (TOT) penyelenggaraan bangunan gedung, penataan lingkungan dan pendataan serta pengelolaan gedung dan rumah Negara dengan mengundang seluruh kab/kota
8. Fasilitasi penguatan kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan. Pelatihan (TOT) penyelenggaraan bangunan gedung, penataan lingkungan dan pendataan serta pengelolaan gedung dan rumah Negara
9. Jumlah provinsi yang melaksanakan pemeriksaan keandalan bangunan gedung termasuk gedung dan rumah Negara dengan mengambil beberapa kab/kota terpilih yang ada pada masing-masing wilayah
10. Jumlah Kab/kota yang mendapatkan pengembangan bangunan gedung Negara dan bersejarah
9. Pengembangan bangunan gedung Negara dan bersejarah
11. Jumlah kab/kota yang mendapatkan pengembangan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
10. Percontohan pengembangan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
12. Jumlah kab/kota yang mendapat dukungan pengembangan sarana dan prasarana aksesibilitas bangunan gedung
11. Percontohan pengembangan sarana dan prasarana aksesibilitas pada bangunan gedung
13. Julah kawasan setara 7380 ha yang mendapatkan dukugan sarana dan prasarana pada kawasan yang direvitalisasi
12. Pengembangan sarana dan prasarana pada kawasan yang mengalami degradasi fungsi dan penurunan kualitas fisik liengkungan (revitalisasi)
14. Jumlah kawasan setara 369 ha yang mendapatkan dukungan sarana dan prasarana RTH
13. Pengembangan sarana dan prasarana RTH
15. Jumlah kawasan setara 442 ha yang mendapatkan dukungan sarana dan prasarana pada permukiman tradisional dan bersejarah
14. Pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman tradisional dan bersejarah
16. Jumlah provinsi yang mendapat pengembangan PIP2B
15. Pembangunan dan peningkatan PIP2B
17. Jumlah kel/desa yang mendapatkan pendampingan pemberdayaan sosial (P2KP/PNPM)
16. Bantek, Bimtek serta pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM-P2KP
3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, 1. Jumlah NSPK untuk pengelolaan air 1. Penyusunan NSPK untuk air limbah
19
Kegiatan Output Sub Output
Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan
limbah yang tersusun2. Jumlah NSPK untuk drainase yang
tersusun2. Penyusunan NSPK untuk drainase
3. Jumlah bantek, bimtek dan pendampingan (SSK) pengelolaan air limbah
3. Bantek, Bintek dan pendampingan (SSK) pengelolaan air limbah
4. Jumlah bantek, bimtek dan pendampingan (SSK) pengelolaan drainase
4. Bantek, Bintek dan pendampingan (SSK) pengelolaan drainase
5. Jumlah penyelenggaraan pelatihan (Diklat) teknis dan pengelolaan air limbah
5. Menyelenggarakan pelatihan (diklat) teknis dan pengelolaan sanitasi lingkungan
6. Jumlah penyelenggaraan pelatihan (Diklat) teknis dan pengelolaan drainase
7. Jumlah monev kinerja pengembangan air limbah
6. Monitoring dan evaluasi kinerja pengembangan air limbah
8. Jumlah monev kinerja pengembangan drainase
7. Monitoring dan evaluasi kinerja pengembangan drainase
9. Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur air limbah dengan system off-site
8. Pengembangan infrastruktur air limbah dengan system off-site
10. Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur air limbah dengan system on-site
9. Pengembangan infrastruktur air limbah dengan system on-site
11. Jumlah kawasan yang luas genangannya berkurang
10. Pengembangan infrastruktur drainase
12. Jumlah NSPK untuk pengelolaan persampahan yang tersusun
11. Penyusunan NSPK untuk persampahan
13. Jumlah bantek, bintek dan pendampingan (SSK) pengelolaan persampahan
12. Bantek, bimtek dan pendampingan (SSK) untuk persampahan
14. Jumlah penyelenggaraan pelatihan (diklat) teknis dan pengelolaan persampahan
13. Menyelenggarakan pelatihan (diklat) teknis dan pengelolaan bidang persampahan
15. Jumlah fasilitasi pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi bidang persampahan melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
14. Fasilitasi pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi pengembangan persampahan dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang mengadaptasi perubahan iklim
16. Jumlah monev kinerja pengembangan persampahan
15. Monitoring dan evaluasi kinerja pengembangan pengelolaan persampahan
17. Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur persampahan
16. Penyediaan infrastruktur persampahan
18. Jumlah prasarana pengumpul sampah
17. Fasilitasi pengelolaan persampahan
19. Jumlah prasarana persampahan terpadu 3R
18. Fasilitasi pengurangan sampah
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
1. Jumlah NSPK tentang air minum yang tersusun
1. Penyusunan rangan NSPK tentang air minum
2. Jumlah kab/kota yang menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai NSPK
2. Bantuan teknis dan fasilitasi penyusunan rancangan perda terkait air minum
3. Jumlah Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan
3. Pendampingan penyusunan Rencana Induk SPAM
4. Jumlah penyelenggara air minum yang mendapatkan pembinaan, pendidikan dan pelatihan
4. Pembinaan kepada para pemegang keputusan dan penyelenggaran air minum di daerah dalam pengembangan air minum
5. Pendidikan dan pelatihan
20
Kegiatan Output Sub Output
penyelenggaraan system penyediaan air minum
5. Jumlah PDAM yang memperoleh pembinaan
6. Bantuan teknis dan manajemen pengelola air minum (PDAM)
6. Jumlah pengelola air minum non-PDAM yang memperoleh pembinaan
7. Bantuan teknis pengelolaan untuk pengelola air minum non-PDAM
7. Jumla monev kinerja pengembangan pengelolaan air minum
8. Monitoring dan evaluasi pengembangan pengelolaan air minum
8. Jumlah laporan pra studi kelayakan KPS
9. Penyusunan pra studi kelayakan KPS
9. Jumlah PDAM terfasilitasi untuk mendapatkan pinjaman bank
10. Fasilitasi kredit perbankan dalam penyediaan air minum
10. Jumlah studi alternatif pembiayaan 11. Kajian pola pembiayaan11. Jumlah provinsi yang melaksanakan
kampanye12. Edukasi/kampanye hemat air dan
perlindungan sumber air baku air minum
12. Jumlah aktivitas reuse dan daur ulang air
13. Percontohan reuse dan daur ulang air limbah
13. Jumlah kawasan yang terfasilitasi (PS air minum MBR perkotaan)
14. Fasilitasi pengembangan PS air minum MBR perkotaan
14. Jumlah IKK yang terfasilitasi 15. Fasilitasi pengembangan PS air minum perkotaan/IKK
15. Jumlah desa yang terfasilitasi (PS air minum perdesaan)
16. Fasilitasi pengembangan PS air minum perdesaan
16. Jumlah kawasan (lt/det) yang terfasilitasi (kawasan pemekaran, pulau terluar, perbatasan, terpencil, KAPET)
17. Kapasitas produksi air minum terpasang khusus untuk menangani kawasan pemerkaran, pulau terluar, perbatasan, terpencil, KAPET
17. Jumlah kawasan (lt/det) yang terfasilitasi (mendukung pelabuhan perikana)
18. Kapasitas produksi air minum terpasang khusus mendukung pelabuhan perikanan
5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman
1. Jumlah terselenggaranya pelaksanaan administrasi penggajian dan perkantoran
1. Pelaksanaan Administrasi Penggajian dan Perkantoran
2. Jumlah terselenggaranya administrasi dan pengelolaan pegawai
2. Administrasi dan Pengelolaan Pegawai
3. Jumlah meningkatnya kemampuan dan kehandalan SDM dalam pengelolaan administrasi keuangan dan akuntansi
3. Kemampuan dan kehandalan SDM dalam pengelolaan administrasi keuangan dan akuntansi
4. Jumlah terselenggaranya pembinaan hukum dan tersedianya perangkat penataan hukum
4. Pembinaan hukum dan tersedianya perangkat penataan hukum
5. Jumlah terselenggaranya pembinaan serta penyediaan prasarana dan saran perlengkapan
5. Pembinaan serta penyediaan prasarana dan sarana perlengkapan
6. Jumlah terselenggaranya pembinaan dan pelaksanaan habitat
6. Pembinaan dan pelaksanaan habitat
7. Jumlah terpenuhinya sarana dan prasarana kantor yang baik dan layak
7. Penyediaan sarana dan prasarana kantor yang baik dan layak
8. Jumlah tersedianya penyediaan prasarana dan sarana persampahan dan drainase pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
8. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan dan drainase pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
9. Jumlah tersedianya penyediaan prasarana air minum dan air limbah pada lokasi pasca bencana/konflik
9. Penyediaan prasarana air minum dan air limbah pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
21
Kegiatan Output Sub Output
sosial10. Jumlah terpenuhinya cadangan
mendesak bidang perkim pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
10. Penyediaan cadangan mendesak bidang perkim pada lokasi pasca bencana/konflik sosial
6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggara, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman
1. Jumlah penyusunan kebijakan dan strategi bidang permukiman
1. Penyusunan kebijakan dan strategi bidang permukiman
2. Jumlah penyusunan program dan anggaran bidang permukiman
2. Penyusunan program dan anggaran bidang permukiman
3. Jumlah penyusunan kerjasama luar negeri dan pola investasi bidang permukiman
3. Penyusunan kerja sama luar negeri dan pola investasi
4. Jumlah penyusunan evaluasi dan kinerja bidang permukiman
4. Penyusunan evaluasi dan kinerja bidang permukiman
5. Jumlah penyusunan data dan informasi bidang permukiman
5. Penyusunan data dan informasi bidang permukiman
7. Dukungan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitas
1. Jumlah PDAM yang dibina 1. Pembinaan PDAM2. Jumlah penyelenggaraan diklat 2. Penyelenggaraan diklat3. Jumlah moneV 3. Monitoring dan evaluasi4. Jumlah konsep NSPK 4. Penyusunan konsep NSPK5. Jumlah kab/kota yang
menyelenggarakan SPAM sesuai NSPK
5. Fasilitasi penerapan NSPK
6. Jumlah PDAM yang mendapat fasilitasi perbankan/sumber pembiayaan
6. Fasilitasi pinjaman perbankan/sumber pembiayaan
7. Jumlah PDAM/Kab/Kota yang mendapat pendampingan KPS
7. Pendampingan KPS
8. Jumlah studi alternative pembiayaan/pola investasi
8. Penyusunan alternatif pembiayaan/pola investasi SPAM
2.2 RENCANA KINERJA DAN PENETAPAN KINERJA
2.2.1 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
Berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis Instansi pemerintah, unit kerja satker kemudian menyusun sebuah perencaan
kinerja yang memuat proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerjanya yang
dituangkan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKP). Rencana Kinerja Tahunan (RKP) berisi
target kinerja Unit Kerja Eselon II/Balai pada tahun anggaran yang bersangkutan yang
diambil dari Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Unit Kerja Eselon II/Balai tersebut.
Dari 7 (tujuh) kegiatan yang dilakukan guna mendukung Program Pembinaan dan
Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang menjadi tugas dari Satker Perencanaan
dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman di masing-masing provinsi adalah
Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggara, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi
serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman. Sehingga rencana kinerja
tahunan dari Bina Program / Satker Randal PIP (Eselon II) pada tahun 2012 sesuai
22
RENSTRA Dirjen Cipta Karya tahun 2010-2012 seperti disajikan pada Tabel 2.4 dan Tabel
2.5
Tabel 2.4. Rencana Kinerja Tahunan Bina Program / Randal (Eselon II) Tahun 2012
SASARAN STRATEGIS OUTPUT INDIKATOR OUTPUT TARGET
Kegiatan : Penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukimanMeningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman
1. Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan perkantoran
Bulan
2. Kebijakan dan strategi Bidang Permukiman
Jumlah laporan kebijakan dan strategi bidang permukiman
Laporan
3. Program dan Anggaran Bidang permukiman
Jumlah laporan penyusunan program dan anggaran bidang permukiman
Laporan
4. Kerjasama Luar Negeri Bilateral dan Multilateral
Jumlah laporan penyusunan kerjasama luar negeri bilateral dan multilateral
Laporan
5. Evaluasi Kinerja Bidang permukiman
Jumlah laporan evaluasi kinerja bidang permukiman
Laporan
6. Data dan Informasi Bidang Permukiman
Jumlah laporan data dan informasi
Laporan
7. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman
Jumlah laporan perencanaan dan pengendalian program bidang permukiman
Laporan
8. Laporan Penyelenggaraan PNPM Mandiri
Jumlah laporean penyelenggaraan PNPM Mandiri
Laporan
Tabel 2.5. Rencana Kinerja Tahunan Satker Randal PIP Tahun 2012
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN KET
Kegiatan : Penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman
Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman
1. Layanan Perkantoran 12 Bulan/Tahun
2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang
2 Laporan
3. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
6 Unit
23
4. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
2 Unit
2.2.2 PENETAPAN KINERJA
Dokumen perencanaan tahunan terdiri dari dokumen Renja K/L, RKA K/L, Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Muatan Renja K/L mengacu pada
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan dokumen perencanaan nasional untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJMN dan RENSTRA K/L. Renja K/L
selanjutnya diimplementasikan kedalam RKA K/L atau DIPA dan selanjutnya ditetapkan
dalam Penetapan Kinerja (PK).
Penetapan Kinerja (PK) merupakan dokumen yang mencerminkan integrasi sistem
akuntabilitas kinerja dengan sistem penganggaran. PK juga merupakan ikhtisar dari
RKA/KL atau DIPA. PK juga sekaligus mencerminkan komitmen yang mempresentasikan
tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu
tahun. Melalui PK dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan pencapaian outcome
sasaran dan output kegiatan dari pelaksanaan anggaran, yang selanjutnya dilakukan
evaluasi dan analisis kinerja kemudian dilaporkan dalam bentuk dokumen Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Sesuai Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur
Permukiman Provinsi NTT, pagu anggaran yang dialokasikan pada tahun 2012 adalah
sebesar Rp. 3.697.635.000,- dengan rincian untuk setiap keluaran (output) sebagai berikut
:
Tabel 2.6. Rencana Kinerja Satker Randal PIP Prov. NTT Tahun 2012
SASARAN STRATEGIS(OUTCOME)
INDIKATOR KINERJAOUTPUT
DANA PAGU (Rp.)
TARGET KINERJA
Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman
1. Layanan Perkantoran Rp. 270.120.000,- 12 Bulan/Tahun
2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang
Rp. 3.273.015.000,- 2 Laporan
3. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Rp. 138.600.000,- 6 Unit
4. Peralatan dan Fasilitas Rp. 15.900.000,- 2 Unit
24
Perkantoran
PAGU DIPA Rp. 3.697.635.000,-
Secara rinci dokumen Penetapan Kinerja (PK) Satker Randal PIP Provinsi NTT dapat dilihat
pada lampiran 1.
2.2.3 INDIKATOR KINERJA
Peran dan fungsi Pemerintah Provinsi sebagai kepanjangan tangan Pemerintah pusat
untuk memberikan pendampingan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota direalisasikan
dengan pengalokasian oleh Ditjen Cipta Karya dana/kegiatan Perencanaan dan Pengendalian
Program Bidang Permukiman yang dilaksanakan di tingkat Provinsi pada Satuan Kerja
Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman (Randal PIP) Provinsi.
Alat ukur pencapaian keluaran/output Perencanaan dan Pengendalian Program
Bidang Permukiman adalah jumlah laporan perencanaan dan pengendalian program bidang
permukiman. Keluaran/Output yang dihasilkan berupa Laporan Perencanaan dan
Pengendalian Bidang Permukiman sebanyak 2 Laporan, yang terdiri dari Laporan
Perencanaan Program dan Laporan Pengendalian Program. Indikator kinerja sub output dan
output yang terkait sasaran yang diukur pada tingkat unit kerja satker Randal PIP Provinsi
NTT tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7. Indikator Kinerja Output/SubOutput Satker Randal PIP Prov. NTT.
NO INDIKATOR OUTPUT/SUB OUTPUT PAGU (Rp.) TARGET
Kegiatan : Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi dan Evaluasi Kinerja1. Layanan Perkantoran :
a. Pembayaran Gaji dan Tunjanganb. Penyelenggaraan Operasional dan
Pemeliharaan Perkantoran
Rp.
Rp.Rp.
270.120.000
126.120.000144.000.000
12 bulan/Tahun
2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman :a. Administrasi Kegiatanb. Pelaporan secara elektronik (e-
Monitoring)c. Perencanaand. Pengendalian
Rp.
Rp.Rp.
Rp.Rp.
3.273.015.000
1.440.075.00011.000.000
971.440.000850.500.000
2 Laporan
3. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi : Rp. 138.600.000 6 unit
25
a. Perangkat Alat Pengolahan Data dan Komunikasi
Rp. 138.600.000
4. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran :a. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
Rp.Rp.
15.900.00015.900.000
2 unit
Kegiatan : Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar
Negeri, Data Informasi dan Evaluasi Kinerja
Dengan Indikator Kinerja Kegiatan :
1. Jumlah bulan layanan perkantoran
2. Jumlah Laporan Kebijakan dan Strategi Bidang Permukiman
3. Jumlah Laporan Penyusunan Program dan Anggaran Bidang Permukiman
4. Jumlah Laporan Penyusunan Kerjasama Luar Negeri Bilateral dan Multilateral
5. Jumlah Laporan Penyusunan Evaluasi Kinerja Bidang Permukiman
6. Jumlah Laporan Penyusunan Data dan Informasi Bidang Permukiman
7. Jumlah Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman
8. Jumlah Laporan Penyelengaraan PNPM Mandiri
Keluaran (Output), Sub Output serta target pencapaian output :
1. Layanan Perkantoran; target 12 bulan, sub output :
a. Pembayaran Gaji dan Tunjanganb. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman; target 2
(dua) laporan, sub output :
a. Administrasi Kegiatanb. Pelaporan secara elektronik (e-Monitoring)c. Perencanaand. Pengendalian
3. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi; target 7 unit, sub output :
a. Perangkat Alat Pengolahan Data dan Komunikasi4. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran; target 1 unit, sub output :
a. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
26
BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran Kinerja adalah suatu proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi dari masing-masing
Instansi Pemerintah. Proses tersebut dimaksudkan untuk menilai sejauh mana pencapaian
setiap indikator kinerja guna memberi gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran dari Instansi Pemerintah. Pada Pengukuran Kinerja dilakukan
pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan keterkaitan pencapaian kinerja
kegiatan pada masing-masing program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Stratejik Instansi Pemerintah.
Pada tahun anggaran 2012 alokasi dana/pagu anggaran untuk pelaksanaan Kegiatan
Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman yang dilaksanakan di tingkat
Provinsi pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman
(Randal PIP) Provinsi NTT sebesar Rp. 3.697.635.000,- Gambaran tentang kinerja yang telah
dicapai sampai dengan Bulan Mei 2012 (status Tgl. 28 Mei 2012) adalah :
Pagu : Rp. 3.697.635.000,-
Realisasi Fisik : Rp. 1.331.888.127,-
Realisasi Keuangan : Rp. 1.311.585.000,-
Penyerapan : 35.47 %
Pencapaian Fisik : 36.02 %
Secara rinci pencapaian indikator sub output, output dan outcome yang mendukung
masing-masing kegiatan pada Satker Randal PIP Provinsi NTT pada tahun 2012 dapat dilihat
pada lampiran III.
27
3.2 PERBANDINGAN DATA KINERJA
3.2.1 DIAGRAM REALISASI ANGGARAN
Pada tahun 2012 alokasi anggaran pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian
Program Provinsi NTT sebesar Rp. 3.697.635.000,- jika dibandingkan dengan tahun 2011
terjadi peningkatan sebesar Rp. 112.975.000,- sedangkan terhadap tahun 2010 terjadi
penurunan sebesar Rp. 2.091.340.000,- hal ini disebakan karena pada TA 2010 Program
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) masih berada di bawah Satker Pembangunan
Infrastruktur Permukiman Prov. NTT yang pada tahun berikutnya (2011) program ini
dipindahkan ke Satker Pengembangan Kinerja Permukiman Propinsi Nusa Tenggara Timur
(PKPP). Gambaran tentang realisasi anggaran dari tahun 2010 s/d 2012 disajikan pada
diagram 3.1.
THN 2010 THN 2011 THN 2012
Pagu Dana 10677711 3584660 3697635
Penyerapan 10587421 3245188 1311585
PERBANDINGAN REALISASI ANGGARAN Satker Perencanaan dan Pengendalian Program In-
frastruktur Permukiman Prov. NTT (x Rp. 1.000)
Diagram 3.1. Perbandingan Realisasi Anggaran Satker Perencanaan dan Pengendalian
Program Infrastruktur Permukiman tahun 2010 s/d 2012
3.2.2 DIAGRAM PERBANDINGAN PENCAPAIAN TARGET OUTPUT
Output dari kegiatan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Cipta Karya di
tingkat Provinsi pada Satker Randal PIP Provinsi adalah Laporan Perencanaan dan
28
Pengendalian Program Bidang Permukiman. Alat ukur pencapaian keluarannya adalah
jumlah laporan perencanaan dan pengendalian program bidang permukiman dengan target
2 (dua) laporan yakni Laporan Perencanaan Program dan Laporan Pengendalian Program.
Gambaran tentang pencapaian target output dari tahun 2010 s/d 2012 disajikan pada
diagram 3.3.
THN 2010 THN 2011 THN 2012 -
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
5,000,000
PERBANDINGAN PENCAPAIAN TARGET OUTPUT Satker Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman Prov. NTT
Pengelolaan Gaji, Honorarium & Tunj.
Administrasi Keg.
Penyusunan Prog. & Renc.
Layanan Perkantoran
Pembinaan/koord. & Konsults.
Perangkat Pengolahan Data & Komunikasi
Laporan Perencanaan & Pen-gendalian
Peralatan & Fasilitas Perkantoran
Diagram 3.3. Perbandingan Pencapaian Target Output Satker Perencanaan dan
Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman tahun 2010 s/d 2012
3.3 ASPEK KEUANGAN
Berisi rencana dan realisasi penyerapan pendanaan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan baik yang berasal dari APBN maupun PHLN dan tingkat realisasinya.
29
3.3.1 PENYERAPAN ANGGARAN (P)
Satker Akumulasi realisasi anggaran (RA)
Akumulasi pagu anggaran (PA)
Penyerapan Anggaran (P)
Perencanaan dan Pengendalian PIP Prov. NTT
1.310.614.654 3.697.635.000 35,44
P= AkumulasiRealisasianggaranAkumulasiPaguAnggaran
X 100 %
P=1.310 .614 .6543.697 .635 .000
X 100 %
P=35 ,44 %
3.3.2 KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI (K)
bulanRencana
Penyerapan Dana (RPD)
Rencana Penyerapan Dana kumulatif (RPDK)
Realisasi Anggaran (RA)
Realisasi Anggaran
Kumulatif (RAK)
januari - - - -februari - - - -maret 316.887.320 316.887.320 - -april 422.269.917 739.157.237 970.346 970.346mei 690.348.454 1.429.505.691 1.310.614.654 1.311.585.000juni juli agustus september oktober nopember desember
Tingkat penyerapan untuk setiap bulan sebagai berikut :
30
Sehingga indikator konsistensi antara perencanaan dan implementasi (K) adalah sebagai berikut:
bulanTingkat
penyerapan tiap bulan
januari 0,00februari 0,00maret 0,00april 0,13mei 91,75juni juli agustus september oktober nopember desember
K=91,885
= 18, 38 %
Berdasarkan perhitungan di atas, satker … provinsi … selama tahun 2012 mencapai total
penyerapan90%. Sedangkan angka yang diperoleh dalam penghitungankonsistensi penyerapan yaitu
sebesar 52,49%, hal tersebut mengindikasikan masihterdapat gap yang cukup besar antara rencana
dengan realisasi penyerapan dana tiap bulan.
3.4 ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
31
Berisi analisis terhadap pencapaian output unit kerja bersangkutan serta analisis terhadap
efisiensi dengan cara membandingkan antara output/sub output dengan input baik untuk
rencana maupun realisasi.
3.4.1 PENCAPAIAN KELUARAN (PK)
indikator kinerja keluaran (output)
RKK / TKKPencapaian
keluaranIKKtarget output (TKK)
Realisasi output (RKK)
1. Layanan Perkantoran 12 5 0,42 45,83
2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman 2 1 0,50
3. Perangkat Pengolah Data & Komunikasi 6 6 1,00
4. Peralatan & Fasilitas Perkantoran 2 2 1,00
PK=45,83%
Contoh Penjelasan:
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pencapaian keluaran satker….. 100% berhasil. Dari seluruh
target output yang direncanakan, semua terealisasai dengan baik.
3.4.2 EFISIENSI
a. EFISIENSI PER OUTPUT (Eo)
Keluaran Volume Anggaran
32
target (TVK) realisasi (RVK) Pagu per Output (PAK)
Realisasi per Output (RAK)
1. Layanan Perkantoran 12 5
270.120 70.064 2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman 2 1
3.273.015 1.087.422
3. Perangkat Pengolah Data & Komunikasi 6 6
138.600 138.215
4. Peralatan & Fasilitas Perkantoran 2 2
15.900 15.884
Keluaran RAK/RVK PAK/TVK (RAK/RVK)/(PAK/TVK)Eo = [ 1-
(RAK/RVK)/(PAK/TVK) ]*100
EFISIENSI(E)
NILAI EFISIENSI
1. Layanan Perkantoran 14.013
22.510 0,62 37,75
17,92 94,80
2. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman
1.087.422
1.636.508 0,66 33,55
3. Perangkat Pengolah Data & Komunikasi
23.036
23.100 1,00 0,28
4. Peralatan & Fasilitas Perkantoran 7.942
7.950 1,00 0,10
Eo1 =
Dari perhitungan di atas dapat kami sampaikan bahwa untuk output layanan perkantoran memiliki
selisih sebesar ……….. terhadap rencana, hal tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi.
b. EFISIENSI TOTAL
E=17,98%
Konversi nilai efisiensi
33
Satker … provinsi … telah melakukan kinerja secara maksimal sepanjang tahun 2012, hal tersebut
dapat dilihat dari angka pencapaian ouput yaitu sebesar 100%. Dengan melihat angka efisiensi di
atas, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kinerjanya satker … provinsi … dalam tahun 2012
dapat melakukan efisiensi sebesar 17,98%
3.5 EVALUASI KINERJA
Evaluasi kinerja memuat analisis mengenai pencapaian target kegiatan Satker … Provinsi…
Analisi evaluasi kinerja ini akan dibantu dengan menggunakan Peraturan Menteri Keuangan
NOMOR 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
3.5.1 ASPEK MANFAAT (CH)
Outcome target Outcome
realisasi Outcome
realisasi / target capaian hasil
1. Terselenggaranya Layanan Perkantoran 12 5 0,42 72,92
2. Tersusunnya Laporan Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman
2 1 0,50
3. Terselenggaranya Perangkat Pengolah Data & Komunikasi 6 6 1,00
4. Terselenggaranya Peralatan & Fasilitas Perkantoran 2 2 1,00
CH=72,92%
34
94,80 %
Tingkat kebermanfaatan kegiatan satker … provinsi … sangat tinggi yaitu mencapai 72,92%. Hal
tersebut dapat dicapai berkat kerja keras dan koordinasi yang baik antara Pemerintah dengan
pemda setempat.
3.5.2 PENILAIAN ASPEK EVALUASI
Penilaiaian evaluasi ini didasarkan pada 2 aspek yaitu aspek implementasi dan aspek
manfaat. Aspek implementasi terdiri dari Penyerapan Anggaran (P) + Konsistensi Antara
Perencanaan dan Penyerapan (K) + Pencapaian Keluaran (PK) + Efisiensi Total (E) dengan
pembagian bobot sebagai berikut
Nilai Aspek Implementasi :
I = (P X WP) + (K X WK) + (PK X WPK) + (NE X WE)
= 53,83 %
Dan diperoleh nilai kinerja sebagai berikut :
NK = (I X WI) + (CH X WCH)
= 66,56 %
35
Satker perencanaan dan pengendalian PIP Prov. NTT
Aspek Bobot NilaiAspek Implementasi (WI)WP 9,7 % 35,4 53,83
WK 18,2 % 18,38
WPK 43,5 % 45,83
WE 28,6 % 94,86
Aspek Manfaat (WCH)WCH 72,92
Aspek Evaluasi
NK 66,56
Adapun criteria intepretasi terhadap aspek evaluasi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas, Nilai Kinerja yang dihasilkan sebesar 72,92 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kinerja Satker Perencananaan PIP Provinsi NTT termasuk dalam kategori
cukup/normal.
3.6 KENDALA DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2012
a. PERENCANAAN
Aspek perencanaan menjadi salah satu bagian penting yang menunjang keberhasilan kinerja Satker …
Provinsi … Adapun kendala-kendala yang terjadi selama proses perencanaan adalah sebagai berikut :
1. …
2. …
b. PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Satker … Provinsi …, pencapaian target yang telah direncanakan
menjadi fokus utama. Meski demikian masih terdapat kendala-kendala yang membuat target tidak
tercapai 100%.
Adapun kendala-kendala tersebut adalah :
1. …
2. …
36
c. PASCA PELAKSANAAN
Hasil pembangunan … oleh Satker … Provinsi … hingga saat ini belum dapat beroperasi secara maksimal.
Hal tersebut terjadi karena terdapat kendala-kendala sebagai berikut :
1. …
2. …
3.7 FOTO KEGIATAN
Foto hasil kegiatan diharapkan menggambarkan manfaat yang diterima oleh masyarakat terhadap hasil
pembangunan tersebut. Foto diharapkan terdiri dari hasil pembangunan yang sedang dimanfaatkan
oleh warga setempat, disertai keterangan yang jelas.
3.8 HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA
Diuraikan mengenai hal-hal yang masih perlu perhatian dan diuraikan pemanfaatan informasi kinerja
baik untuk peningkatan kinerja pada aspek keuangan, tata laksana, sumber daya manusia, dll dan
kebijakan operasional sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangan unit kerja satker.
BAB 4 PENUTUP
Bab ini berisi tinjauan secara umum tentang pelaksanaan kegiatan (keberhasilan, pencapaian target,
permasalahan, dan pemecahannya) sesuai dengan pencapaian kinerja Unit Kerja Satker yang
bersangkutan.
37
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran I Penetapan Kinerja (Formulir PK) Lampiran II Rencana Kinerja Tahunan (Formulir RKT) Lampiran III Pengukuran Kinerja (Formulir PKK)
38