DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    1/39

    1

    Pendahuluan

    Pertama-tama aku mohon maaf jika kualitas bahasa Indonesia-ku mengalami degradasi

    sedemikian rupa sehingga membuat kalian susah memahami tulisan ini. Semoga kalian

    maklum karena aku memang berada pada lingkungan yang tidak menggunakan bahasa

    ini. Pada tulisan berikut ini, aku tidak akan membahas apa itu DSS, siapa penemunya,

    dan pertanyaan-pertanyaan cetek lainnya yang sudah dibahas di banyak situs, termasuk

    situs ensiklopedia macam wikipedia yang cetek itu, di mana siapapun bisa menulis

    apapun tanpa harus bertanggung jawab atas apa yang ditulisnya.

    Di sini, aku hanya ingin membahas DSS dalam hal kesejarahan / historisitas-nya saja

    yang juga berimbas kepada historisitas kitab suci Perjanjian Lama (PL) terutama Taurat

    Yahudi dan quran Islam yang menuduhnya palsu. Mana yang benar dan mana yang

    dongeng akan dibuktikan melalui pendekatan historis, sementara PB sendiri tidak akan

    dibuktikan karena memang DSS tidak berbicara apa-apa mengenai PB yang notabene

    memiliki segunung manuskrip yang berjumlah lebih dari 24000 buah dan terdiri dari

    5000 manuskrip berbahasa Yunani dan sisanya adalah berbahasa Aramaica dan Ibrani.

    Dengan jumlah manuskrip sebanyak itu, maka PB adalah kitab suci dengan manuskripterbanyak dan terpercaya di dunia.

    Selain isu historisitas Taurat, setelah penelitian paling mutakhir, ternyata DSS juga

    berimbas terhadap historisitas ajaran keilahian Messiah dalam Gereja Kristen. Ingat ini,

    aku hanya akan membahas pembuktian historis dan bukan urusan teologis. Kalaupun

    nantinya terdapat ayat-ayat kitab PL, PB, sampai quran, maka yang dimaksud bukanlah

    pendekatan teologisnya, melainkan untuk membantu mendekati kebenaran dan

    historisitas suatu ajaran.

    Oleh karena itu, polemik seputar Yeremia 8:8 (yang dikutip lepas konteks sehingga

    hanya pantas disebut sebagai pre-teks daripada sebuah proof-teks), polemik seputar revisi

    TERJEMAHAN babi dan babi hutan (padahal naskah dalam bahasa aslinya tidak

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    2/39

    2

    pernah dirubah), atau polemik-polemik cetek dan bodoh lainnya tidak akan dibahas selain

    diletakkan pada tempatnya, yakni keranjang sampah.

    Pembahasan memang tidak akan menjadi terlalu dalam karena aku tidak mau jadi sok

    tahu dengan menuliskan hal-hal yang belum aku ketahui dengan pasti karena memang

    masih banyak referensi yang harus didapatkan, dipelajari, dan digali lebih dalam lagi.

    Oleh karena itu aku harap kepada kalian untuk menegurku jika dirasa pembahasan sudah

    terlalu teologis dan jauh dari aspek historis.

    Semua respon akan ditampung, tapi karena aku punya banyak komunitas di luar, maka

    harap dimengerti jika tidak segera ditanggapi. Sebenarnya aku sendiri mengalami trauma

    terhadap penghuni situs-situs theis apapun agamanya, karena sebagian besar mereka

    adalah bodoh dan melacurkan logika demi iman buta mereka. Inilah alasan mengapa

    sebagai bocah hardcore Kristen, aku sendiri, jika ada waktu untuk online, lebih suka

    nongkrong di homebase-ku di situs atheis infidel.org dan berdebat untuk tujuan

    bersenang-senang dengan orang-orang American Atheist.inc yang lebih akademis dan

    terpelajar dalam mempresentasikan argumentasi-argumentasinya.

    Oleh karena itu tidak semua respon akan ditanggapi. Semua respon yang tidak didasari

    data dan fakta tidak akan dihiraukan, karena memang di dunia akademis, suatu

    pernyataan tanpa back-up referensi tidak menjadi apa-apa selain hanya sekedar pendapat

    pribadi dan bisa dianggap sebagai sampah belaka.

    Tanpa lebih banyak congor lagi, aku ucapkan selamat mengkritisi tulisan ini.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    3/39

    3

    Bab I

    Tulisan tangan yang berusia 2200 tahun

    Manuskrip (tulisan tangan) kitab suci Perjanjian Lama terkuno yang kita miliki sebelum

    penemuan the Dead Sea Scroll (DSS) atau naskah-naskah Laut Mati tahun 1947, adalah

    naskah Masora yang berasal dari abad IX dan X Masehi. Ada 3 manuskrip yang disebut

    sebagai naskah Masora, yaitu manuskrip Ben Ezra, Geniza, Kairo (895 Masehi),

    manuskrip Halab / Allepo Syria (929 M), dan manuskrip Leningrad (1008 M).

    Pada tahun 1947, ditemukan mushaf-mushaf dari Laut Mati yang disebut sebagai DSS

    yang berisi seluruh Alkitab Perjanjian Lama (PL) kecuali kitab Ester. Selain itu, naskah-

    naskah tersebut juga terdiri dari: sejumlah tafsiran kitab-kitab, disiplin komunitas, dan

    teks-teks pujian syukur (Ibrani: Hodayot) kepada Yehuwa. Berdasarkan metode

    paleografi dan kemudian diteguhkan oleh metode C-14, DSS ini berasal dari tahun 225-

    150 SM. [1]

    Jadi dengan penemuan DSS yang ultra penting ini, kita sekarang memiliki manuskrip

    yang 1000 tahun lebih tua dari naskah keluarga Masora. Tetapi setelah diselidiki dengan

    teliti di antara kedua naskah tersebut, ternyata tidak ada perbedaan yang cukup berarti.

    Semua penemuan ini membuktikan bahwa sepanjang zaman Allah selalu menjaga

    firman-firmanNya sehingga bersih dari usaha pemalsuan dan perubahan tangan-tangan

    kotor manusia.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    4/39

    4

    Gambar 1. Yesaya 19:23-21:15, manuskrip Qumran (1Qisa)

    yang difoto oleh John C. Trever, Tsalot Megilot me Qumran:

    Megilot Yesayahu Megilot Serakh ha-Yahad, Pesher Havquq

    (Jerusalem 1981). Terdapat 2 lubang di atas Yesaya 21:8-9

    (kotak merah) akibat tetesan air pada tulisan tangan yang berusia

    2100 tahun ini.

    1.1. Upaya Tradisional Pemeliharaan Kitab Suci

    Jauh sebelum zaman Kristen, usaha-usaha yang serius untuk memelihara keaslian kitab

    suci sudah berkembang. Kitab Talmud yang merupakan kompilasi tradisi Yahudi

    menyebutkan para soferim, karena begitu telitinya mereka menyalin kitab-kitab suci

    sampai-sampai harus menghitung huruf-huruf Taurat (Qiddusim Bab 30a). Kata soferim

    berasal dari akar kata s-f-r, artinya menghitung atau menjumlah (bandingkan

    pemakaian akar kata ini dalam Kejadian 15:5).

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    5/39

    5

    Si Yesus sendiri bahkan tidak menyangkal reputasi ahli-ahli Taurat dan imam-imam

    Farisi karena ketelitian mereka dalam kegiatan pemeliharaan kitab-kitab suci, sehingga

    mereka disebut oleh Yesus telah menduduki kursi Musa. Namun demikian, Yesus

    mengecam kemunafikan mereka seraya menuntut kita agar menuruti ajaran mereka,

    tetapi tidak mengikuti perbuatan mereka. Pengajaran mereka bisa diterima, tapi

    kelakuannya yang tidak sesuai ajaran mereka sendiri tidak usah diterima (Matius 23:1-4).

    Mengenai kegiatan soferim yang dapat dipercayai ketelitiannya itu secara implisit diakui

    oleh Yesus dari ungkapan: satu iota atau satu titik pun tidak ditiadakan dari Hukum

    Taurat, sebelum semuanya terjadi (Matius 5:17). Istilah iota dalam kalimat Yesus itu

    menunjuk huruf Ibrani yang terkecil, (yod, y), yang bentuknya menyerupai tanda titik.

    Jelasnya, idiom Yesus itu mengacu pada pengakuan-Nya atas reputasi ahli Taurat, karena

    ketelitian dan kecermatan mereka dalam proses transmisi atau penerusan manuskripnya

    dari tangan ke tangan secara tradisional. Jadi siapapun dia yang menggunakan ayat ini

    dengan tujuan apapun itu, ia seharusnya konsisten dengan klaim Yesus bahwa Taurat

    (setidaknya sampai kepada jaman Yesus) adalah tidak mengalami perubahan dan

    pergeseran satu titik pun dari tempatnya.

    Selanjutnya, ketika para penurun tradisi tertulis awal disebut sebagai Soferim (im

    adalah bentuk plural, artinya: para penulis, bdk: eloah [singular] dan elohim

    [plural]), maka kitab-kitab suci itu disebut sebagai Sefarim (tulisan-tulisan). Istilah

    sefer yg menunjuk kepada kitab-kitab tertulis ini ternyata juga dilestarikan dalam

    bahasa Arab, misalnya: Sifru at-Takwin (kitab kejadian), Sifru al-Khuruj (kitab

    keluaran), dsb. Bahkan quran pun juga memiliki sebuah ayat yang menyebut kata

    asfara, yg merujuk kepada kitab-kitab Yahudi, yakni sebagai sindiran kepada mereka

    yang diberikan Taurat namun tidak mampu mengamalkan ajaran-ajaranya: ...kamatsali

    al-himari yahmilu asfara..... keledai yang mengangkut kitab-kitab..... (Surah 62:5).

    Yang membuat ayat itu menjadi keren adalah ketika ayat yang persis sama dengan ayat

    itu ternyata ditemukan dalam Talmud Yahudi berbahasa Ibrani: ..hamor nose sefarim.....

    keledai yang membawa kitab-kitab...... [2]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    6/39

    6

    Tentu saja keren. Ini karena Talmud adalah kompilasi Tradisi Yahudi yang dibukukan 4

    abad SEBELUM muhammad. Sebagai tradisi oral yang kemudian ditulis, Talmud sendiri

    (disamping Taurat dan Targum-nya) memang sangat dihafal oleh orang-orang Yahudi

    karena memang menghafal dengan mengidungkan kitab suci adalah hal yang sangat biasa

    bagi orang Yahudi dan Kristen. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada yang menarik

    ketika muslim membawa klaim banyaknya hafizh (penghafal quran) sebagai bukti

    otentisitas quran mereka. Alasannya simple: bahwa klaim hafalan adalah bukan klaim

    yang unik dan bahwa quran sendiri tidak lebih tebal dari kitab Mazmur.

    Tidak perlu jauh-jauh ke Inggris untuk menemui kaum Lomards yang memang

    membaktikan dirinya untuk menghafal SELURUH bagian kitab suci, tapi pergilah ke

    Indonesia Timur, main-mainlah ke Gereja Kristen Injili (GKI) di tanah Papua, dan

    silahkan temukan banyak nenek dan kakek yang hafal seluruh isi kitab Mazmur (yang

    musik dan terjemahannya adalah karya dari I.S. Kijne dan dikumpulkan dalam buku

    Mazmur dan Nyanyian Rohani). Apalagi bagi 300 juta lebih umat Gereja Orthodox di

    seluruh dunia yang setiap hari men-tilawat-kan / mendaraskan Injil. Banyak dari mereka

    yang hafal 1 kitab atau lebih dari kanon PL dan PB. Silahkan klik di sini untuk

    mendengarkan tilawatil Injil Yohanes di Gereja Orthodox Koptik Mesir.

    Kembali ke Talmud yang dihafal oleh orang-orang Yahudi, muhammad sendiri ternyata

    juga berinteraksi dengan Yahudi, terutama Yahudi Quraisha yang tentu saja juga

    menghafal tradisi oral yang kemudian ditulis dalam Talmud ini. Pertanyaan dari kasus

    keledai membawa sefarim ini adalah: siapa plagiat siapa?.

    Talmud yang hanyalah kumpulan kalimat dari congor rabi-rabi Yahudi (yang notabene

    adalah manusia biasa), ternyata bukan sulap bukan sihir bisa jadi jadi sabda aulloh swt

    via muhammad sebagai juru congor-nya. Amazing, isnt it?

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    7/39

    7

    1.2. Kejujuran para Masora

    Pada abad ke-6 SM, si Ezra yang disebut nabi itu berhasil mengembalikan Taurat sebagai

    inti dan sumber iman agama Yahudi. Oleh karena itu, ia adalah orang pertama yangdigelari sebagai Ha Sofer (Sang Penulis). Sejak masa Ezra itulah tradisi penerusan

    tertulis Kitab-kitab Yehuwa digelari Soferim, yang berlangsung terus-menerus tanpa

    terputus hingga abad ke-5 Masehi. Sedangkan setelah sekitar tahun 500-1000 Masehi,

    peran itu digantikan oleh para Masora, dengan metode penjagaan teks yang tidak jauh

    berbeda.

    Begitu telitinya para Masora ini dalam menerima kitab suci tanpa perubahan, sehingga

    jika mereka menemukan keraguan dalam membaca teks yang kabur karena usia naskah

    yang bersangkutan, maka mereka tetap membiarkan naskah tersebut seperti apa adanya.

    Jika mereka merasa perlu melakukan perbaikan, maka mereka hanya menaruhnya di lajur

    / kolom tepi manuskrip dengan tanda khusus, misalnya huruf Ibrani (qof, q) dan

    (kaf, k) yang maksudnya adalah Qere (bacaan perbaikan yang diusulkan) dan Ketiv

    (yang tertulis dalam naskah).

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    8/39

    8

    Gambar 2. Salah satu halaman manuskrip Geniza Kairo Mesir.

    Catatan-catatan tengah dan bawah baris (dilingkari merah) dari

    teks standar Taurat menunjukkan sikap para Masora yang ekstra

    hati-hati apabila mereka meragukan teks yang kurang jelas.

    Mereka tidak berani mengubah, melainkan mencantumkan qere

    (Arab: qiraah, bacaan) yang mereka usulkan, tetapi dengan

    membiarkan teks standar APA ADANYA TANPA

    DIRUBAH. Rabbi Akiva mengatakan: penyalinan yang teliti

    adalah pagar untuk Kitab Taurat.

    Misalnya adalah ketika para ahli Taurat meragukan kata hash sharemot dalam Yeremia

    31:40 yang berbunyi: ...we kalhash sharemot ad nahal qidron...... dan segenap tanah

    datar di tepi sungai Kidron......

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    9/39

    9

    Para Masora meragukan kata hash sharemot; karena memang kata itu tidak dijumpai

    dalam bahasa Ibrani. Kasus ini hampir sama seperti ketika kamu mengucapkan kata

    semelekehe dalam bahasa Indonesia, tidak ada arti. Karena itu, di baris bawah dengan

    kode Q dan penunjuk ayat 40, diusulkan bacaan alternatifnya: ha shedemot (padang,

    tanah lapang). Bacaan alternatif (qere) itu pun tidak asal congor saja, melainkan

    berdasarkan naskah-naskah terjemahan kuno, misalnya Septuaginta / LXX (bahasa

    Yunani) milik Yahudi diaspora dari abad kedua SM, atau dari Pesyitta (Aramia, Syriac)

    milik Gereja Antiokhia yang berada di Syria.

    Dan di sinilah peran penting DSS.

    Dengan ditemukannya DSS yang berasal dari abad kedua SM, bacaan-bacaan alternatif

    ahli-ahli Taurat itu ternyata dibuktikan benar. Ternyata perbedaan itu disebabkan karena

    miripnya kedua huruf Ibrani (resh, r) dan (dalet, d), apalagi jika dituliskan dengan

    tangan. Jadi manuskrip Qumran yang lebih tua telah membuktikan dengan

    meyakinkan keseksamaan, kebenaran, dan otentisitas naskah Masora.

    Gambar 3. Yeremia 31:38-40, teks Masora dalam terbitan modern.

    Keraguan bacaan hasharemot karena tidak dijumpai dalam bahasa Ibrani,

    para rabi Yahudi mengusulkan bacaan hashademot (padang, tanah lapang)

    pada kode Qere (bacaan yang diusulkan). Selama ribuan tahun perkiraan itu

    dlakukan dengan tetap membiarkan teks asli, sampai akhirnya penemuan

    DSS di Qumran 1000 tahun kemudian membuktikan kebenaran bacaan itu.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    10/39

    10

    Satu contoh kasus yang lain adalah perbedaan teks kitab Yesaya 21:8a pada naskah

    Masora Allepo yang kabur dan tidak jelas dan berbeda dari naskah Masora yang lain.

    ..we yiqra aryeh al mitsfeh, adonay.. (teks Masora Halab Allepo)

    ..maka berserulah ia: seekor singa Tuhan, bahwasanya aku berdiri pada bangun-

    bangun.. (Klinkert, Terjemahan Lama)

    ..then he cried as a lion, Lord, I am standing on my watchtower... (King James

    Version)

    ..we yiqra ha-roeh al mitsfeh, adonay.. (teks Qumran 1Qlsa)

    ..kemudian berserulah orang yang melihat itu: di tempat peninjauanku, ya tuanku, aku

    berdiri (Indonesia, ITB 1974)

    ..and the lookout shouted, my lord, I stand on the watchtower (New International

    Version)

    Bagaimana menjelaskan perbedaan singa dan orang tersebut? Ternyata dalam ayat ini

    ada perbedaan dalam naskah Masora (yang diterjemahkan ke versi jaman baheula macam

    KJV dan Terjemahan Lama), yaitu kata Ibrani: ha-roeh menjadi aryeh. Kasus ini

    akhirnya dipecahkan dan dibenarkan oleh DSS, yakni Manuskrip Nabi Yesaya 1Qlsa

    (yang kemudian diterjemahkan ke dalam NIV dan Terjemahan Baru). Di sini, huruf

    Ibrani (he, h) terhapus karena usia pada naskah Masora Allepo, dan 2 huruf

    berikutnya, yakni: (resh, r) dan huruf (alef, a) tertukar tempatnya, sehingga terjadi

    perbedaan arti di atas.

    Tentu saja, penemuan DSS di Qumran ternyata juga menemukan kembali bentuk naskah

    asli yang berasal dari penulis kitab yang semula (pada contoh kita adalah nabi Yeremia

    dan nabi Yesaya). Sounds great to know, doesnt it?

    (Untuk detail lengkap perbedaan bacaan-bacaan yang diusulkan [qere] terhadap yang

    tertulis [ketiv] yang dibuktikan benar oleh DSS, silahkan baca Biblia Hebraeca

    Stuttgartensia terbitan R. Kittel tahun 1990, karena memang to much todo but less time

    for me now.)

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    11/39

    11

    Oleh karena itu, para pengkritik yang terus mencari ketidak-akuratan Alkitab, kini

    semakin telanjang bulat di depan kritik ilmiah yang justru semakin membuktikan

    otentisitas Alkitab. Penerusan yang teliti dan seksama dari sistem Masora ini, kini

    dikembangkan dalam ilmu salinan yang dalam setiap edisi kritis Alkitab mencantumkan

    criticus apparatus, yaitu varian-varian teks yang berbeda-beda di bawah teks standar

    Masora yang dikenal berwibawa. Melalui edisi kritis itu, semua orang bisa meneliti

    sendiri dan melihat bahwa perbedaan-perbedaan teks Qere yang ada tidak pernah

    mengubah makna keseluruhan dari pewartaan kitab-kitab Yehuwa yang terjaga sepanjang

    zaman itu. Jadi, tuduhan kaum skeptis termasuk juga tuduhan dari quran yang

    mengatakan bahwa Yahudi dan Kristen menutup-nutupi fakta yang sebenarnya,

    terbukti tidak lebih dari sekedar dongeng yang telanjang di depan dunia akademis .

    Dan lagi, seluruh manuskrip yang berjumlah ribu itu sampai sekarang masih tersimpan

    dengan baik, antara lain di museum Hekhal ha Sefer (Shrine of the Books) di Israel.

    1.3. Kebangkitan bahasa nabi-nabi

    Penemuan DSS di Qumran, tidak ayal telah menjadi mukjizat terbesar di paruh kedua

    abad 20 Masehi, bersamaan dengan kebangkitan kembali bahasa Ibrani dari tidur

    panjang selama hampir 2000 tahun. Penemuan naskah-naskah Laut Mati pada tahun

    1947 itu seolah-olah menjadi tanda dan persiapan atas kejadian besar tahun berikutnya,

    yaitu penetapan bahasa nabi-nabi itu sebagai bahasa sebuah bangsa modern sejak tahun

    1948, yakni berdirinya Negara Israel (yang saya harap bisa berdampingan dengan Negara

    Palestina dalam ko-eksistensi damai).

    Selama 2000 tahun bahasa ini nyaris mati dan hanya dikenal sebagai bahasa liturgis / pengajian kitab di sinagoga (seperti bahasa Latin di Gereja Roma dulu kala), dan

    kemudian tiba-tiba bahasa tersebut menjadi bahasa sehari-hari sebuah negara modern.

    Karena itu, orang-orang Israel harus membuat kata baru atau meminjam dari bahasa asing

    untuk hal-hal seperti TV, mobil, dan kosakata lain yang memang tidak dikenal pada

    zaman nabi-nabi. Namun bagaimanapun juga, bahasa Ibrani yang digunakan di Israel

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    12/39

    12

    modern itu pada dasarnya sama dengan bahasa Ibrani para nabi. Misalkan Musa, Daud,

    dan Salomon hidup kembali, mereka pasti dapat dengan mudah ngobrol-ngobrol dan

    minum kopi bersama orang-orang Israel modern di warung Tegal. Ini terbukti dari

    mudahnya para pengunjung museum Shrine of the Books untuk membaca tulisan dari

    foto-foto DSS di sana seperti layaknya membaca koran.

    Orang-orang Israel sekarang mengabadikan peristiwa mujizat itu menjadi sebuah lagu

    yang dibaktikan kepada Eliezer ben Yehuda, yang sejak tahun 1920 sudah berjuang untuk

    menghidupkan kembali bahasa Ibrani:

    Eliezer ben Yehuda, Yehudi mevatea. Mile, mile huhaga memoho hakodeya.

    Hinne maha ivrit alef paim nuasma. Hava neirena, we namtsi et hayosma............

    Eliezer ben Yehuda, seorang Putra Yahudi, melafalkan kata demi kata. Dia

    ajarkan dengan segenap pikirannya. Sungguh bahasa ini telah tertidur, akankah

    kita juga bangkit bersamanya?...

    Inilah contoh betapa bukan hanya Gereja Kristen saja yang bersorak kegirangan karena

    penemuan DSS peninggalan dari komunitas Yahudi Esseni di Qumran, melainkan

    Yahudi arus utama yang melakukan kanonisasi TaNaKh (Torah, Neviim we Ketuvim)

    juga ikut bangga atas pembuktian historis DSS terhadap kebenaran kitab suci mereka.

    Fakta ini sekaligus menjawab tuduhan, bahwa apabila orang Kristen melakukan

    pemalsuan Alkitab, maka tentu saja akan gampang ketahuan, sebab baik Yahudi maupun

    Kristen membaca ayat-ayat kitab suci yang sama. Bahkan di dalam diri Yahudi sendiri

    terdapat beberapa fraksi, baik itu Yahudi mainstream, kaum Esseni, dan khusus kitab

    Taurat, kita juga masih bisa membandingkannya dengan edisi kaum Samaritan yang

    masih eksis hingga sekarang.

    Jadi, tuduhan pemalsuan kitab suci hanyalah dongeng yang berakar pada

    keyakinan dan taklid buta saja atas sebuah iman (atau dongeng?) yang keliru dan

    salah, bukan didasarkan atas hasil penelitian yang bersifat akademis yang dibangun

    di atas dasar fakta-fakta dan data-data sejarah.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    13/39

    13

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    14/39

    14

    Bab II

    DSS dan Akar Konsep Messiah Ilahi yang Dinubuatkan

    Sesuai janji, kita tidak akan berbicara mengenai iman di sini, melainkan mengenai

    historisitas dan kesinambungan sejarah dari doktrin / ajaran Gereja Kristen bahwa tentang

    keilahian sang Messiah.

    Banyak congor dari orang-orang yang melabeli dirinya sebagai ahli dan pakar yang

    berasumsi bahwa gagasan mengenai keilahian Yesus Kristus sebagai Firman /

    Kalimatullah adalah pengaruh dari alam pikiran Yunani Hellenis mengenai Juru

    Selamat setengah dewa yang dibebankan kepada kekristenan Palestina yang sederhana.

    Aku sendiri bersama dengan si GerTim (temanku dari era Ponren.com dulu ketika masih

    sama2 SMA) sudah membahas isu ini (walaupun masih dangkal dan belum

    mengeluarkan back up referensi) di sini (klik).

    Pandangan di atas setelah penemuan Qumran sudah banyak dikoreksi. Misalnya saja

    David Flusser, seorang teolog Yahudi malahan mengakui bahwa kristologi Gereja

    Kristen mengenai pra-eksistensi sang Messiah tidak berasal dari gagasan Hellenis

    semata-mata, melainkan berakar pada Yahudi Rabbinis dan Yahudi Hellenis. FYI,

    Yahudi Hellenis, meskipun mengambil-alih gagasan-gagasan Yunani, tetapi hanya dalam

    batas-batas tertentu sebagai sesuatu yang tidak mungkin dihindari waktu itu, dan pada

    akhirnya yang dominan adalah pandangan Yahudi. Yang dimaksud dengan pengambil

    alihan yang tidak bisa dihindari tersebut adalah pengambil-alihan istilah-istilah Yahudi,

    tapi istilah itu sendiri kemudian diubah maknanya dengan diisikan makna-makna Yahudi

    ke dalam istilah-istilah tersebut. [3]

    Dalam rangka meneguhkan asumsinya sendiri, mereka menanggapi penemuan Qumran

    mula-mula dengan penuh minat. Misalnya saja dengan mencari sumber-sumber dari apa

    yang mereka sebut sebagaipre-Pauline Christianity (kekristenan sebelum Paulus) dengan

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    15/39

    15

    mendata sebanyak mungkin persamaan antara tema-tema Perjanjian Baru dengan naskah

    Qumran. Beberapa ahli dengan berapi-api mencatat bahwa tema terang dan gelap

    dalam Injil Yohanes ternyata ditemukan parallel dengan Megilot ha Milkamah Bene Or

    We Bene Hosekh (Gulungan Peperangan anak-anak Terang dan anak-anak Kegelapan)

    [4]

    Memang mirip dengan Injil Yohanes karena menyebut anak-anak terang (bene or) dan

    anak-anak kegelapan (bene hosyekh), tetapi kedua kelompok ini dalam naskah Qumran

    terus mengadakan peperangan kekal abadi, dan pihak anak-anak terang BELUM

    mengalahkan anak-anak kegelapan. Tentu saja ini BERBEDA dengan Injil Yohanes yang

    mengajarkan bahwa Terang yang adalah simbol dari sang Juru Selamat dunia itu: ...telah

    bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yoh 1:15).

    Maksudnya, Terang SUDAH berjaya atas kegelapan.

    Perbedaan ini juga dilatarbelakangi konsep kedua komunitas mengenai sosok sang

    Messiah Ini karena komunitas Qumran di bawah asuhan Moreh hasy syedeq (Guru

    Kebenaran) itu, sebagaimana orang-orang Yahudi, masih menanti-nanti kedatangan

    Messiah yang BELUM datang. Sedangkan bagi iman Kristen, Yesuslah sang Messiah

    yang SUDAH datang itu. Bagi orang Kristen, Kerajaan Allah sudah datang di dalam diri

    Yesus, sedangkan bagi kaum Esseni, sosok Guru Kebenaran itu hanya membimbing

    umatnya sebatas: ....ad mamod Mashiah Ahron we yisrael.... sampai bangkitlah Messiah

    bagi kaum Harun dan Israel.[5]

    Sedikit melebar karena istilah Guru Kebenaran ini, aku sendiri sampai ketawa ketika

    baca bukunya Barbara Thiering dan Robert Eissenman yang mengatakan bahwa Guru

    Kebenaran itu adalah Yohanes Pembaptis (versi Thiering) dan Rasul Yakobus (versi

    Eissenman). Guru Kebenaran ini memiliki 2 orang musuh, yaitu Imam Jahat yang

    berasal dari luar komunitas Qumran, dan satu lagi adalah Orang Pendusta yang berasal

    dari dalam komunitas.

    Luar biasanya, menurut Thiering, yang dimaksud Imam Jahat adalah Yesus Kristus

    sendiri. [6]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    16/39

    16

    Jadi Yesus dihadap-hadapkan sebagai musuh dengan Yohanes Pembaptis, yang dalam

    Perjanjian Baru (yang notabene adalah merupakan teks sejarah dari abad pertama) justru

    dikenal sebagai Bentara Kristus, karena: ....ia harus memberi kesaksian tentang terang

    itu.. (Yohanes 1:7).

    Lain halnya dengan Thiering, Eissenman mengajukan teori bahwa Imam Jahat dan

    Orang Pendusta itu adalah Anas (imam agung baitullah di Yerusalem) dan Rasul

    Paulus. Tentu saja congor Eissenman dalam topik ini tidak bisa dipertanggung jawabkan,

    karena Rasul Yakobus hidup pada abad pertama masehi, sementara orang yang disebut

    sebagai Moreh hasy syedeq (Guru Kebenaran) itu sudah mokat sejak 100 tahun lebih

    sebelum manusia Yesus lahir ke dunia seperti yang dituliskan oleh Jean Danielou [7] ,

    dan yang juga bisa dlihat pada Dokumen Damaskus (CD XIX 33-34, XX:1) yang

    ditemukan dalam gua 5 Qumran:

    XIX33

    ken kal ha enashim asher bo be brit ha hadasah be arets Damsheq we

    shebo we yivgado we yisoro mi bar mayi ha mayim;

    34lo yihshabo besud im we bekhetuvim lo yiktabu mi yom ha asek (yor moreh)

    XX1moreh hayyahad, ad amod Mashiah mi ahron we mi yisraeel

    XIX33

    Begitu juga dengan semua orang yang memasuki jemaat Perjanjian Baru

    di Damaskus, tetapi yang kembali tidak setia, serta menyimpang dari

    sumber air kehidupan;

    34tidaklah mereka diperhitungkan masuk ke dalam komunitas jemaat dan dalam

    buku mereka tercatat, terhitung mulai dikumpulkannya

    XX1Guru Komunitas, sampai datangnya Dia yang diurapi (Messiah) dari

    Harun dan Israel. [8]

    Ungkapan hari dikumpulkan (yom ha asek) adalah bentuk singkat dari dikumpulkan

    kepada bapa-bapa leluhurnya, yang berarti wafat (bdk. Kejadian 25:17). Berdasarkan

    metode Paleografi, catatan ini ditulis tahun 100 SM. Jadi DSS sendiri membuktikan

    bahwa Sang Guru Kebenaran telah mati 1 abad sebelum Yesus dan tuduhan-tuduhan

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    17/39

    17

    Eissenman yang dikenakan terhadap Paulus yg hidup 1 abad lebih setelah Guru

    Komunitas Qumran ini wafat adalah salah.

    Sebagai tambahan untuk membungkam congor Eissenman, naskah Damaskus yang mencatat kematian

    Guru Kebenaran ini tidak menyebut sama sekali kaum Kittim (Pembinasa, sebutan untuk bangsa

    Romawi). Ini karena sebagai bangsa penakluk yang kejam, imperium Romawi baru memasuki Israel /

    Palestina tahun 63 SM.

    Okay, sudah cukup melebarnya, sekarang mari kita kembali ke pembahasan sang

    Messiah ilahi dalam DSS yang membantah klaim para polemikus yang mengatakan

    bahwa konsep Putra Allah dan Messiah ilahi adalah konsep Hellenisme Yunani yang

    dipaksakan kepada konsep kekristenan Palestina yang sederhana. Ternyata Gereja Kristen

    tidak perlu membuang waktu untuk berusaha menjawab tuduhan ini (bahwa konsep Putra

    Allah / Messiah ilahi adalah konsep Platonik Hellenisme). Ini karena Yehuwa sendiri

    sudah menjawab tuduhan ini dengan melalui penemuan DSS yang fenomenal, terutama

    melalui penemuan Naskah Putra Allah yang ditemukan di gua ke-4 dan untuk pertama

    kali diumumkan pada 6 September 1992.

    Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah terjemahan dari naskah 4Q424 kolom ke-2 yang

    menghebohkan itu:

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    18/39

    18

    Gambar 4. Fragmen Putra Allah yang ditemukan di gua ke-4 Qumran

    (4Q246). Meskipun fragmen ini sudah ditemukan sejak tahun 1958, tetapi

    baru diumumkan tahun 1992 karena perang dan karena keserakahan

    pemerintah negara Israel dalam hal hak royalti. Dahulu para agnostik

    menuduh Gereja Katolik Roma menyensor teks-teks Qumran yang

    membahayakan iman Gereja, tetapi kenyataannya justru fragmen-fragmen

    tersebut membuktikan ajaran Gereja Kristen mengenai keilahian Messiah.

    1. Dia akan disebut Putra Allah, mereka akan memanggil-Nya Putra dari Yang

    Mahatinggi. Laksana gugusan bintang-bintang

    2. yang engkau lihat, demikianlah akan jadi kerajaan mereka. Mereka akan

    memerintah pada hari-hari yang ditentukan bagi mereka

    3. di bumi, dan seorang melawan lainnya. Kaum bangkit melawan kaum, dan

    bangsa akan berhadap-hadapan dengan bansa,

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    19/39

    19

    4. sampai umat Allah dibangkitkan, dan menghentikan seorang demi seorang

    dari pedang.

    5. Kerajaan-Nya akan menjadi kerajaan yang kekal, karena Dia selalu benar

    dalam segala jalan-Nya. Ia akan mengadili dunia dengan keadilan...[9]

    Ungkapan bahasa Aramia, ....bereh di el yetamar we bar lyon... Dia akan disebut Putra

    Allah, mereka akan menyebut-Nya Putra dari Yang Mahatinggi....., dan ..malkutah

    malkut olam...kerajaan-Nya adalah kerajaan kekal.., secara menakjubkan paralel

    dengan berita malaikat Gabriel mengenai kelahiran Yesus Kristus:

    ha geir tqabelin batana, utaledin bra utiqerin smeh yeshua. Hana nihra rav,

    wabrah dilaya... we malkutah sok la nihwa..... sesungguhnya engkau akan

    mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau

    menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar, dan akan disebut Putra Allah yang

    Mahatinggi... dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Lukas 1:31-33,

    Peshitta Aramaica)

    Ini belum lagi ditambah dengan ungkapan: ... Dia selalu benar dalam segala jalan-Nya.

    Ia akan mengadili dunia dengan keadilan.. yang paralel dengan pernyataan Yesus

    dalam teks Yohanes 14:6 yang menyatakan bahwa Ia adalah Jalan dan Kebenaran itu

    sendiri. Lebih lanjut mengenai hak pengadilan terakhir oleh sang Messiah ini bisa

    dilihat pada catatan sejarah yakni surat Polikarpus dari Smirna kepada Gereja di Filipi

    sebagai berikut:

    If then we entreat the Lord to forgive us, we ought also ourselves to forgive; for

    we are before the eyes of our Lord and God, and "we must all appear at the

    judgment-seat of Christ, and must every one give an account of himself.. Jika

    kita kemudian memohon kepada Tuhan untuk mengampuni kita, kita sebaliknya

    juga harus mengampuni (orang lain); karena kita berada di depan mata Tuhan

    dan Allah kita, dan kita semua harus hadir pada tahta pengadilan Kristus,

    dan setiap orang harus memberikan catatannya sendiri-sendiri[10]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    20/39

    20

    Menurut Polikarpus yang notabene adalah murid langsung dari rasul Yohanes penulis

    Injil, Messiah adalah Tuhan dan Allah, dan Messiah-lah yang nantinya akan menjadi

    hakim pada pengadilan akhir, sementara Perjanjian Lama dan tradisi Judaisme sendiri

    menyaksikan bahwa pengadilan akhir adalah hak prerogatif Allah seorang dan Yahwe

    sendirilah yang akan turun sebagai Hakim sesuai dengan Yesaya 24:21: Maka pada hari

    itu YAHWE akan menghukum tentara langit di langit dan raja-raja bumi di atas bumi.

    Lagipula, apakah makna sebutan Putra Allah bagi sang Messiah dalam naskah-naskah

    Qumran di atas? Ternyata bukan sekedar sapaan / gelar umum, melainkan yang

    ditekankan adalah kekekalan sang Messiah, yang justru parallel dengan ajaran Gereja

    Kristen mengenai kelahiran ilahi Yesus Kristus sebagai Firman / Kalimatullah dari Sang

    Bapa atau Wujud Allah Yang Mahaesa. Para teolog liberal dan juga kaum skeptis

    terhadap kristologi Gereja purba tidak hanya terkejut, melainkan juga shock akan

    peneguhan yang begitu tegas mengenai sifat pra-eksistensi Messiah dalam naskah-naskah

    Qumran.

    Lebih jauh, Hershel Shanks yang notabene adalah peneliti senior di Qumran mengatakan:

    Inilah kali pertama ungkapan Anak Allah ditemukan dalam sebuah teks di luar

    Alkitab. Teks ini luar biasa pentingnya bagi semua ahli Perjanjian Baru untuk

    memahami latar belakang term-term dari Injil Lukas, seperti Anak Yang

    Mahatinggi dan Anak Allah. Sebelumnya, beberapa sarjana menyangka bahwa

    istilah tersebut berasal dari filsafat hellenis di luar Palestina, dan menentukan

    perkembangan doktrin Kristen selanjutnya. Sekarang kita tahu bahwa term-term

    itu ternyata ajaran Kristen yang murni berakar pada lingkungan Yahudi

    sendiri. [11]

    DSS membuat para scholar yang menuduh kekristenan tersebut akhirnya banyak yang

    bersedia mengkoreksi anggapan mereka selama ini. Mereka-mereka ini disebutkan oleh

    Shanks sebagai:

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    21/39

    21

    ....had already suggested that the figure might represent a Jewish Messiah,

    conceived of as being begotten of the Lord, still before the advent of the earliest

    Palestinian Christianity.....mendukung bahwa konsep Messiah Yahudi yang

    dilahirkan dari TUHAN, (sudah ada) sebelum (kedatangan) kekristenan

    Palestina yang paling awal (sekalipun)..... [12]

    Ini belum lagi ditambah dengan dukungan dari beberapa bagian lain dari gua ke-4 yang

    jelas-jelas menunjuk kepada keilahian Messiah. Misalnya, teks 4Q286 menyebutkan

    bahwa:

    syemayim amo yeshaken le ad surga (maksudnya Allah) akan ber-

    shekinah pada sang Messiah selama-lamanya. [13]

    Penyebutan syemayim (surga) sebagai ganti kata Allah lazim digunakan di kalangan

    Yahudi dari dahulu sampai sekarang, karena mereka tidak berani mengeja Nama itu

    (YHWH) dengan sembarangan (bdk. Lukas 15:18). Hal ini ditegaskan oleh Herbert

    Vorgrimer sebagai berikut:

    Pemakaian kata kerajaan surga untuk kerajaan Allah menimbulkan salah

    paham dalam pengertian banyak orang, seolah-olah Yesus mau bicara mengenai

    bagaimana orang sesudah kematiannya dapat masuk surga. Padahal bagi orang

    Yahudi zaman Perjanjian Baru, surga hanya kata lain untuk Allah, sebab

    mereka karena rasa hormat yang aat mendalam tidak mau terlalu mudah

    berbicara mengenai Allah..[14]

    Jadi, DSS menegaskan bahwa Allah itu sendirilah yang akan ber-shekinah (tinggal)

    di dalam sang Messiah.

    .

    Begitu pula dengan teks 4Q521:1 menegaskan bahwa: ..hasy syemayim we ha arets

    yishmau le mashiho. makhluk-makhluk surga dan bumi akan mendengar kepada

    Messiah mereka.[15]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    22/39

    22

    Lebih jauh, selain naskah-naskah Putra Allah dari gua ke-4, masih ada teks-teks lain

    yang juga menekankan kelahiran ilahi Messiah dari Allah.

    Dr. R. Gordis, dalam penelitiannya atas naskah-naskah Laut Mati, mengutip ungkapan

    dari naskah gua ke-1 (1Qsa2:12) dan menarik kesimpulan bahwa pengharapan messianik

    Qumran mengakui konsep kelahiran ilahi sang Messiah (the concept of Divinely

    beggoten Messiah) [16], yang akhirnya ditekankan oleh Rasul Yohanes sebagai

    mukadimah Injil yang ditulisnya (Yohanes 1:1-18). Untuk lebih memahami konteks, mari

    aku kutipkan terjemahan teks 1Qsa 2:12 sebagai berikut:

    Sesuai dengan rencana ilahi untuk orang kemasyuran-Nya, agar dikumpulkan mereka

    dalam kumpulan jemaah Tuhan, ketika Allah melahirkan sang Messiah (im yolid el et

    ha mashiah) bagi mereka.[17]

    Penegasan mengenai kelahiran Messiah di atas, yang dalam beberapa Targum (komentar-

    komentar PL dari zaman pra-Kristen) mengenai personifikasi Memra (Firman Allah) dan

    identifikasinya dengan Messiah, ternyata juga melatar belakangi kristologi Gereja purba

    mengenai Logos ilahi yang tidak tercipta dan yang telah nuzul menjelma menjadi

    manusia (Yohanes 1:14). Dengan penemuan DSS ini, tampak jelas bahwa sumber-sumber

    kristologi Gereja Kristen adalah berasal dari alam pikiran Yahudi.

    Ini menjadi bukti telak dan tak terbantahkan bahwa keilahian Messiah bukanlah

    doktrin dari dari luar macam Platonisme Hellenis Yunani, melainkan doktrin dari

    Yahudi Esseni sendiri yang dulunya notabene adalah mainstream (kaum Hassidim)

    di Yerusalem sebelum mereka mengungsi di Qumran sebagai akibat pecahnya perang

    saudara pada tahun 163 SM antara mereka melawan Imam Besar Yonatan (pengganti

    Yudas Makabe) yang semakin longgar berkompromi dengan kebudayaan Yunani. Ini

    semua bisa anda baca di kitab Deuterokanonika 1 Makabe dan tulisan Flavius Josephus,

    sejarahwan Greeko-Yahudi abad pertama dalam Jewish War II, 8:2 dan Antiquities XV,

    10:4.

    Nah, di sinilah bagian yang menarik karena membuat Islam pontang-panting.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    23/39

    23

    Bagi Yahudi, tentu menjadi masalah jika ternyata mereka pada akhirnya nanti harus

    mengkoreksi bahwa Messiah ternyata adalah ilahi, bahwa Yehuwa akan ber-shekinah

    (tinggal) di dalam Messiah. Namun masalah yang dihadapi oleh agama Yahudi ini tidak

    sebesar permasalahan yang harus dihadapi oleh agama Islam dalam menyikapi penemuan

    DSS ini. Sebabnya adalah karena umat Yahudi sampai sekarang masih menanti-nantikan

    Messiah yang belum datang dan tidak mengakui bahwa Yesus adalah Messiah.

    Namun hal yang berbeda ditemukan dalam Islam karena mereka mengakui dalam quran

    mereka bahwa Messiah sudah datang dan bahwa manusia yang bernama Isa Ibn

    Maryam adalah Messiah tersebut. Oleh karena itu, jika Islam mengaku bahwa mereka

    adalah sama-sama agama semit yang berasal dari monotheisme bapak Abraham, maka

    mereka harus mengakui pula bahwa orang yang bernama Isa Ibn Maryam dalam quran

    mereka adalah sang ilahi itu sendiri. Ini karena Yahudi yang notabene adalah bunda

    dari agama semit ternyata dibuktikan oleh DSS memiliki akar ajaran bahwa

    Messiah adalah ilahi.

    Oleh karena itu ketika quran menyatakan bahwa: ..telah kafirlah orang yang berkata

    bahwa Allah itu al-Masih..., maka dengan ini bukan Yahudi dan Kristen, namun

    Islam dengan teks quran dari abad ke-7-nya sendirilah yang telah mengucilkan

    dirinya dari akar agama semit. Ini disebabkan karena baik Yahudi maupun Kristen

    ternyata memiliki konsep bahwa sang Messiah ternyata adalah Firman / dabar Yehuwa

    yang tinggal menetap di dalam daging, sementara Islam tidak dan hanya berlindung di

    balik klaim mereka akan teks yang didiktekan oleh Allah, berlindung di balik klaim

    wahyu yang bahkan tidak bisa dibuktikan kebenarannya, terutama jika ditinjau dari sisi

    historisitasnya.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    24/39

    24

    Bab III

    DSS dan isu pemalsuan kitab suci

    Di Karthago pun ucapan-ucapan seorang bernama Elpidus, yang membantah

    kaum Manikheis dalam perdebatan langsung, sudah mulai menggoyahkan aku

    karena mengenai Kitab-kitab suci itu dikemukakan alasan-alasan yang sedemikian

    rupa hingga sukar dibantah. Jawaban yang diberikan kaum Manikheis pada

    hematku lemah. Mereka memang tidak gampang mengungkapkannya di depan

    umum, tetapi mereka memberinya kepada kami dalam kalangan akrab sambil

    berkata bahwa kitab-kitab Perjanjian Baru dipalsukan oleh entah siapa dengan

    maksud memasukkan hukum orang-orang Yahudi dalam iman kekristenan.

    Sementara mereka sendiri tidak mampu memperlihatkan satu naskah pun

    yang tidak diubah.[18]

    Dalam perdebatan dengan kaum Manikheis, sering orang Kristen menantang

    pihak lawan agar menunjukkan bahan bukti, yaitu suatu eksemplar kitab suci yang

    tidak dipalsukan. Jawab yang biasa diberikan kaum Manikheis adalah: Kami

    tidak akan melakukannya, sebab orang akan mengira bahwa kamilah yang

    memalsukan eksemplar yang kami tunjukkan[19]

    Kalimat-kalimat di atas adalah ucapan Augustinus pada abad ke-4 ketika ia masih

    menjadi penganut agama Manikheanisme. Seperti yang anda lihat sendiri, orang-orang

    Kristen selalu terbuka terhadap gugatan pemalsuan kitab suci, dan alih-alih menghindar,

    mereka selalu menantang kepada setiap penuduhnya untuk membawakan bukti naskah

    kitab suci yang asli jika memang benar bahwa kitab suci telah dipalsukan. Ini karena di

    dalam pengadilan yang fair di manapun, pihak penuduh harus membuktikan bahwa

    tuduhannya adalah berdasarkan bukti dan fakta, dan bukan atas persangkaan belaka.

    Sementara DSS sudah menjadi pembuktian terbalik bagi otentisitas kitab suci PL, maka

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    25/39

    25

    sekaranglah waktunya bagi kaum penuduh untuk membawakan bukti historisnya, karena

    tuduhan tanpa bukti adalah fitnah.

    Namun seperti anda lihat sendiri, sampai detik ini tidak ada satupun penuduh yang

    mampu membuktikan tuduhannya secara akademis, melainkan mereka terus bertahan

    dalam mental getto yang merupakan sifat dari orang-orang dungu. Mereka semua hanya

    berputar-putar dan memberikan jawaban yang sama seperti jawaban kaum Manikhean

    dari 1600 tahun kemarin. Dan terus terang saja, ini semakin membuktikan bahwa orang

    bodoh memang tidak pernah belajar dari sejarah, dan bahwa sejarah memang hanya

    berputar-putar saja di situ-situ sja karena banyaknya orang bodoh yang tidak mau belajar.

    Sangat membosankan.

    Oleh karena itu, kita akan bermain di area yang sederhana dulu dengan

    mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

    3.1. Siapa yang mengubah?

    Setelah 60 tahun sejak penemuannya pertama kali tahun 1947, naskah-naskah Qumran

    kini bukanlah misteri lagi. Kesamaan-kesamaan dalam sejumlah terminologis yang

    dipegang oleh Gereja Kristen dan komunitas Esseni di Qumran adalah bukan hal yang

    aneh lagi karena memang keduanya berasal dari ibunda yang sama: agama Yahudi, dan

    bahkan berdasar pada kitab suci yang sama. Penemuan DSS harusnya menyadarkan para

    polemikus (termasuk polemikus islam tentunya), bahwa di dunia ini ada 3 komunitas

    agama (Yahudi, Samaritan, Kristen) yang sudah berpisah selama 2000 tahun lebih, tetapi

    ketiganya tetap mendasarkan pada sumber tertulis yang satu dan sama.

    Muslim-muslim geblek yang congornya lebih maju dari data-data di tangannya bisa saja

    mengklaim bahwa mereka juga mempercayai Taurat, tetapi kenyataannya mereka

    TIDAK berakar pada sumber tertulis yang sama, yaitu Taurat. Dalam kasus Taurat ini,

    Islam hanya membayangkan ada wahyu Tuhan yang bernama Taurat (dan yang

    dibayangkan menurut pengertiannya sendiri tentang wahyu), tetapi begitu mereka

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    26/39

    26

    dihadapkan kepada kenyataan bahwa Taurat yang ada tidak seperti yang mereka

    bayangkan, mereka langsung mengembangkan tuduhan pemalsuan. Tetapi bagaimana

    dengan kenyataan bahwa eksistensi Taurat Yahudi, Samaritan, dan Kristen ternyata

    SAMA meskipun ketiga komunitas mengembangkan penafsiran yang berbeda dari kitab

    yang SATU dan SAMA itu? Tafsiran bisa berbeda-beda, tapi kitab suci yang dirujuk

    sama.

    Fakta ini berteriak lebih nyaring menjawab tuduhan pemalsuan Taurat, yang memang

    lebih merupakan sebuah keyakinan / taklid buta atas iman yg salah ketimbang

    didasarkan atas fakta2 historis.

    Gambar 5. Sefer Beresyit (Kitab Kejadian) pasal 1 dalam

    bahasa asli Ibrani, dengan tafsir bahasa Aramia (Targum

    Onqelos) edisi Yahudi. TIDAK ADA PERBEDAAN SAMA

    SEKALI dengan Taurat Kristen, meskipun keduanya sudah

    berpisah 2000 tahun lamanya.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    27/39

    27

    Jadi siapa sebenarnya yang memalsukan Taurat? Apakah Yahudi, Samaritan, ataukah

    Kristen?

    Kalau benar Yahudi memalsukan Taurat, maka Samaritan yang di kerajaan utara yang

    bepisah dari Yahudi di kerajaan selatan semenjak jaman Salomon tapi tetap mewarisi

    Taurat yang sama, pasti akan dengan mudah menjatuhkan agama Yahudi. Demikian

    sebaliknya jika Gereja Kristen yang berpisah dari agama Yahudi setelah konsili

    Yerusalem tahun 50 (Kisah Rasul 15), pasti akan dengan mudah digusur sama Yahudi

    dan Samaritan.

    Tapi apa fakta di lapangan? Apa ketiganya saling menuduh memalsukan Taurat? Atau

    ingin mengembangkan teori baru dengan mengatakan bahwa ketiganya (Yahudi,

    Samaritan, dan Kristen) yg saling bersilang sengketa mengenai penafsiran Taurat itu

    kemudian bekerjasama mengubah-ubah Taurat dan kemudian rela mati sahid demi kitab

    palsu yang di-edit-nya sendiri itu?

    Aku harap tidak ada orang yg sedemikian idiot untuk berpikir hal konyol seperti itu.

    Bagi muslim yang menuduh Yahudi dan Kristen telah memalsukan kitab suci, ada

    baiknya pertanyaan ini diteruskan dengan memperhatikan tafsir surah 6:146 dari Ibnu

    Katsir yang tersohor di dunia Islam karena menampilkan sanad (mata rantai pencerita)

    dan matan (isi) hadits-hadits pendukung asbabun nuzul ayat yang dibahasnya:

    there are some who displace words from (their) right places) meaning, they

    intentionally and falsely alter the meanings of the Words of Allah and explain

    them in a different manner than what Allah meant. ada beberapa orang

    yang menukar kata-kata dari tempatnya yang semula, yang berarti bahwa mereka

    bertujuan dan secara salah menambahkan makna dari kalimat-kalimat Allah

    dan menjelaskannya dalam cara yang berbeda dengan apa yang Allah

    maksudkan[20]

    Lalu di bagian lain, Ibnu Katsir juga menambahkan:

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    28/39

    28

    (who distort the Book with their tongues) means, "They alter them (Allah's

    Words).''

    Al-Bukhari reported that Ibn `Abbas said that the Ayah means they alter and add

    although none among Allah's creation can remove the Words of Allah from

    His Books, they alter and distort their apparent meanings. Wahb bin Munabbih

    said, "The Tawrah and the Injil remain as Allah revealed them, and no letter

    in them was removed. However, the people misguide others by addition and

    false interpretation.

    (yang mendistorsi Kitab dengan lidah mereka) berarti bahawa, Mereka

    menambahkannya (kalimat-kalimat Allah).

    Al-Bukhari melaporkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat tersebut

    berarti bahwa mereka menambahkan dan walaupun tidak ada makhluk Allah

    yang dapat memindahkan kalimat-kalimat Allah dari Kitab-Kitabnya,

    mereka menambahkan dan mendistorsi arti (makna kitab-kitab itu yang)

    sebenarnya. Wahab bin Munabbih mengatakan, Taurat dan Injil tetap seperti

    pada saat Allah menurunkannya, dan tidak ada huruf di dalamnya yang

    diubah. Meskipun demikian, orang-orang membuatnya keliru dengan

    menambahkan interpretasi yang salah.....[ 21]

    Kalau kamu baca tafsiran Ibnu Katsir ini lebih lanjut, Ibnu Katsir pada bagian ini

    memang seperti ingin berbalik arah dari kalimatnya sendiri yang aku kutip sebelumnya di

    atas dengan melemparkan isu bahwa yang dimaksud Taurat dan Injil adalah Taurat

    dan Injil yang ada di sisi Allah dan bukan yang sekarang terdapat dalam kanon PL dan

    PB. Namun hadits narasi Ibnu Abbas yang dikutipnya sendiri menyebutkan dengan tegas

    dan pasti bahwa: Taurat dan Injil tetap seperti pada saat Allah menurunkannya,

    dan tidak ada huruf di dalamnya yang diubah. Meskipun demikian, orang-orang

    membuatnya keliru dengan menambahkan interpretasi yang salah......

    Mari tinggalkan pandangan-pandangan teologis dari tafsir Ibnu Katsir ini, dan mari

    memperlakukan teks sebagaimana porsinya dengan memandangnya sebagai teks historis

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    29/39

    29

    yang merepresentasikan kepercayaan umum (common believe) ulama-ulama besar

    Islam dan umat muslim waktu itu (ketika Ibnu Katsir menuliskan tafsirannya). Dan

    silahkan dilihat bahwa muslim pada periode awal era Islam tidak pernah menuduh

    Yahudi dan Kristen mengubah teks-teks kitab suci. Yang Ibnu Katsir tuduh adalah

    pemutarbalikkan interpretasi dari kitab suci (al-tahrif al-manawi) dan bukan kitab suci

    itu sendiri yang diubah (al-tahrif al-lafzi).

    Ya, pandangan tersebut (bahwa hanya penafsiran dan bukan kitabnya yang diubah)

    adalah common believe dari muslim-muslim perdana dulu, ternyata bukan hanya Ibnu

    Katsir,melainkan juga di-koroborasi oleh ulama-ulama besar di era awal Islam, macam

    Tabari (penulis tarikh Tabari, riwayat Muhammad setelah karya Ibnu Ishaq dan Ibnu

    Hisyam), ulama macam Ibnu Khaldun, dan yang lain. Imam Tabari mengatakan:

    The word of God meant in this verse is the Quran. This word is complete in truth

    and justice. Nothing can change Allahs word which he revealed in his

    BOOKS. The liars cannot add or delete from Allahs BOOKS. This is

    referring without a doubt to the Jews and Christians because they are the people

    of the books which were revealed to their prophets. Allah is revealing that the

    words they (the people of the book) are corrupting were not revealed by Allah,

    but Allahs word cannot be changed or substituted..

    Kalimat Allah pada ayat ini adalah quran. Kalimat ini adalah sempurna dalam

    kebenaran dan keadilan. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat Allah yang

    telah Ia turunkan ke dalam KITAB-KITABNYA. Para penipu tidak dapat

    menambah atau menghapus dari KITAB-KITAB Allah. Tanpa ragu, ini (juga)

    menunjuk kepada Yahudi dan Kristen karena mereka adalah ahli kitab yang telah

    diturunkan kepada nabi-nabi mereka. Allah mewahyukan bahwa yang rusak

    adalah kalimat-kalimat mereka (ahli kitab) yang tidak diwahyukan oleh Allah,

    tapi kalimat Allah sendiri tidak dapat dirubah atau digantikan.. [22]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    30/39

    30

    Ayat yang di-refer oleh Tabari sebenarnya memang menunjuk kepada Quran, tapi Tabari

    sendiri mengatakan bahwa tidak ada yang dapat mengubah kitab-kitab (books) yang

    Allah wahyukan, yang tidak hanya kitab (single book) Quran, melainkan termasuk juga

    kitab-kitab (plural books) yakni: Taurat, Zabur, dan Injil yang Allah wahyukan juga

    kepada ahli kitab (Yahudi dan Kristen).

    Razi, seorang komentator muslim awal mengatakan bahwa terdistorsi dapat berarti

    pemalsuan teks, tapi Tuhan tidak akan membiarkan kalimatNya diubah sehingga menjadi

    tidak bias dipercaya lagi. Razi berargumen secara teologis:

    Gods words must reflect His nature. God is trustworthy; Scripture is Gods

    words; therefore, Scripture must be trustworthy. Moreover, the Quran says that

    Gods word cannot be altered (6:34, 10:64, 18:27) and that God would guard it

    from corruption (15:9). If the Gospel has been corrupted, then God has failed

    to keep His promises. Why would He have even given it if He knew it would

    become corrupted?

    kalimat-kalimat Allah harus mencerminkan sifat-Nya. Allah adalah bisa

    dipercaya; Kitab suci adalah kalimat-kalimat Allah; oleh karena itu, kitab suci

    harus bisa dipercaya. Lebih lanjut, quran mengatakan bahwa kalimat Allah tidak

    bisa ditambahkan (surah 6:34, 10:64, 18:27) dan bahwa Allah akan menjaganya

    dari kerusakan (15:9). Jika Injil telah dirusakkan (diubah), maka Allah telah

    gagal menjaga janji-Nya. Kenapa pula Ia harus memberikan sesuatu yang Ia

    sendiri tahu akan korup? [23]

    Sekali lagi, mari kita tinggalkan hal-hal yang berbau iman, berbau teologis, dan hal-hal

    sejenis, melainkan mari kita perlakukan teks sesuai porsinya dan memandang tulisan-

    tulisan Ibnu Katsir, imam Tabari, dan ar-Razi ini sebagai bukti catatan historis atas sudut

    pandang ulama-ulama besar Islam generasi pertama. Dan memang, inilah kenyataannya,

    yakni ulama-ulama muslim di awal era Islam tidak pernah menuduh bahwa PL dan PB

    adalah korup. Hal ini ternyata dituliskan kembali oleh Geoffrey Parrinder sebagai berikut:

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    31/39

    31

    Tetapi sarjana-sarjana yang lain (Tabari, Ibnu Khaldun, dll) mengatakan bahwa

    mereka telah menginterpretasikan kata-kata atau isi Bible secara keliru. Alasan

    yang dikemukakan adalah bahwa tahrif berarti merubah sesuatu dan sifatnya yang

    asli, tetapi tidak seorang pun mampu merusak kata-kata yang datang dari

    Tuhan. Jadi, paling maksimal, penyimpangan yang dapat dilakukan orang-orang

    Kristen hanyalah melakukan interpretasi keliru terhadap firman Tuhan. Kaum

    muslim pun dapat melakukan hal yang sama terhadap quran dan orang-orang

    Yahudi terhadap Taurat. Injil tetap dalam keadaannya yang asli, tetapi

    maknanya mungkin saja dirusak dengan hujah-hujah yang tidak benar. Inilah

    yang dikemukakan Bukhari dan surat 3:78-79 dikutip untuk menunjukkan bahwa

    orang-orang Yahudi mungkin saja telah menafsirkan kitab suci secara keliru,

    namun ia (Taurat) sendiri tetap utuh: Di antara mereka ada kelompok yang

    memutar-mutar lidahnya membaca kitab, supaya kamu mengiranya sebagai

    bagian dari kitab, padahal ia bukanlah bagian dari kitab.... jadilah kamu orang-

    orang rabbani (berilmu dan bertakwa) karena kamu mengajarkan kitab dan juga

    mempelajarinya..[24]

    Silahkan dilihat pandangan ulama-ulama besar di awal sejarah Islam itu, dan silahkan

    dilihat bahwa tafsiran quran yang mengatakan bahwa Taurat dan Injil telah diubah itu

    hanyalah sekedar tafsir bernuansa polemik dari muslim-muslim modern yang sebenarnya

    tidak lebih dari sekedar mencontek sarjana-sarjana liberal dan juga saksi Yehovah (yang

    menuduh bahwa Alkitab memiliki 50 ribu kesalahan, tanpa pernah bisa memberikan

    daftar satu per satu dari 50 ribu kesalahan tersebut).

    Pada zaman modern beberapa polemik populer mungkin menyalahkan orang-

    orang Kristen karena telah merubah Injil, namun ada juga sejumlah komentator

    muslim yang lebih suka pada pandangan bahwa tafsirannyalah yang telah

    dikelirukan, bukan teksnya. Sayyid Ahmad Khan, penulis muslim pertama yang

    mengomentari Bible, menganut pandangan ini, dan ia berusaha mempertemukan

    penafsiran orang Kristen dan muslim.. [25]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    32/39

    32

    Atas perbedaan tafsir sepanjang sejarah Islam masa lalu melawan tafsiran muslim masa

    kini yang saling mengeliminasi itu, maka hanya ada opsi bahwa salah satu atau kedua

    tafsiran tersebut adalah salah. Silahkan dipilih:

    - Ibnu Abbas, Ibnu Katsir, imam Tabari, ar-Razi yang tersohor di dunia Islam itu

    ternyata salah.

    - Muslim masa kini yang menuduh bahwa Yahudi dan Kristen memalsukan kitab

    suci ternyata salah.

    - Baik Ibnu Abbas, Ibnu Katsir, imam Tabari, ar-Razi maupun muslim masa kini

    yang menuduh bahwa Yahudi dan Kristen memalsukan kitab suci ternyata

    keduanya salah.

    Kinda hard to choose, huh?

    3.2. Mengapa diubah?

    Kaum penuduh sampai sekarang tidak bisa menyebutkan siapa yang mengubah Taurat:

    apakah Yahudi, Samaritan, atau Kristen. Tidak adanya saling tunjuk palsu di antara

    ketiganya hanya memberikan dua buah opsi terakhir bagi penuduh, yaitu: tidak ada

    pemalsuan dan ketiganya bekerjasama mengubah Taurat.

    Orang yang waras dan jujur tentu saja akan memilih opsi pertama, namun ada pertanyaan

    yang lebih besar jika opsi kedua yang dipilih, yaitu: mengapa mereka bertiga yang

    notabene bermusuhan sampai harus bekerja sama demi hal yang bahkan tidak jelas

    demi tujuan apa? Apa motif dibalik pemalsuan yang dilakukan ketiga kubu yang

    saling bermusuhan secara teologis itu?.

    Apakah motif uang? motif kekuasaan? Atau motif yg lain?

    Bisakah kaum penuduh membuktikan bahwa Petrus, Paulus, Yakobus, Markus, Matius,

    Ignatius, Polikarpus, dsb, dsb telah mendapatkan uang dan kekuasaan dari pemalsuan

    yang mereka lakukan? Ataukah mereka semua rela mati demi iman kepada Messiah yang

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    33/39

    33

    telah menggenapi nubuatan kitab suci yang sudah mereka ketahui palsu karena mereka

    palsukan oleh tangan mereka sendiri?

    Silahkan dengkul.. eh salah.. logikanya dipakai.

    3.3. Kapan diubah?

    Powell Davies (yang notabene adalah sarjana liberal) menuliskan bahwa ada 2 metode

    yang dipakai para scholar untuk menentukan usia naskah, yaitu: metode paleografi dan

    metode karbon C-14.

    3.3.1. DSS & Metode Paleografi

    Metode paleografi adalah cara paling umum yg dikenal untuk menentukan usia naskah

    dari ciri-ciri aksara yang digunakannya. Ini karena setiap zaman memiliki kebiasaan cara

    menulis aksara, dan bentuk-bentuk aksara tulisan tangan dari zaman ke zaman selalu

    berbeda dan berubah. 2 tokoh yang dikenal ahli yang menerapkan metode ini dalam

    penelitian DSS adalah Prof. Eliezer Sukenik (Guru Besar Hebrew University Yerusalem)

    dan Prof. Albright (John Hopkins University, Baltimore, US).

    Salah satu dasar penyimpulan kedua ahli tersebut adalah bahwa aksara yang digunakan

    dalam naskah2 Qumran adalah sama dengan aksara yang digunakan dalam temuan-

    temuan jambangan yang berasal dari abad pertama sebelum dan sesudah Masehi. Itu

    berarti naskah2 Qumran berusia sama dengan jambangan-jambangan tersebut. Menilik

    bentuk aksaranya, Albright dan Cross, muridnya, menyimpulkan bahwa DSS yang paling

    muda tidak lebih dari tahun 135 M dan naskah paling tua berasal dari abad ketiga SM

    (antara 225-200SM). Kesimpulan ini akhirnya di-koroborasi (diteguhkan) dengan

    temuan-temuan surat-surat Bar Kohba di wadi Marabaat. FYI, Bar Kohba adalah

    pemimpin Israel yang memberontak kepada namun akhirnya berhasil ditumpas, dan

    Yerusalem jatuh total ke tangan imperium Romawi.[26]

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    34/39

    34

    3.3.2. DSS & Metode C-14

    Metode ini dilakukan dengan menghitung zat radio arang aktif (C-14) yang ada pada

    naskah dari kulit, papirus, kayu, dan tembikar yang berhasil ditemukan. Besaran jumlah

    C-14 yang ditemukan selanjutnya digunakan untuk menentukan usia bahan tersebut.

    Sebuah sisa kain yang ditemukan di Qumran telah ditentukan usianya berasal dari sekitar

    tahun 167 M. Selanjutnya, manuskrip Nabi Yesaya (kode manuskrip Qlsa) yang lebarnya

    31 cm dan panjang 131cm berasal dari 150 SM. Dan juga manuskrip2 dan naskah2

    Qumran yang lain, berasal dari awal abad ketiga-kedua SM. [27]

    Semua manuskrip bisa anda cek sendiri dan buktikan apakah BERBEDA atau SAMA

    dengan naskah-naskah Perjanjian Lama yang kini dipegang baik oleh Yahudi, Samaritan,

    dan Gereja Kristen. Sehingga pertanyaan selanjutnya adalah: kapan Taurat itu

    diubah?

    3.3.3. Opsi pertama: perubahan Taurat dilakukan sebelum Yesus

    Tentu saja ini tidak logis.

    Naskah-naskah DSS (yang isinya adalah PERSIS SAMA dengan TaNaKh Yahudi dan

    PL Kristen) sebagian besar berusia paling muda 1 abad SM. Kalau Taurat pada zaman

    Yesus ternyata adalah sudah palsu, lalu mengapa Yesus tidak memaki-maki saja kitab

    Taurat yang beredar baik itu TaNaKh Ibrani orang-orang Israel ataupun Septuaginta (PL

    terjemahan bahasa Yunani) yang digunakan Yahudi diaspora di luar Israel?

    Bicara wahyu adalah bicara dalam ranah iman, dan tidak ada tempat bagi diskusi dan

    pembuktian logis-historis kalau sebuah teks sudah ada klaim wahyu (yang mutlak benar

    dan tidak bisa diganggu gugat) duluan. Karena itu, mari buang untuk sementara waktu

    klaim Injil dan Quran sebagai wahyu Allah. Mari kita pandang Injil dan Quran sebagai

    teks-teks historis, dan kemudian tanyakan: apa bukti di Injil dan Quran yang

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    35/39

    35

    mengatakan bahwa Sayyidina Yasu al-Masih pernah menyebut bahwa Taurat pada

    zamannya adalah palsu?

    Sayangnya, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan tersebut, sebagai teks historis,

    Quran ternyata bukanlah sumber yang relevan. Dan bukan hanya untuk pertanyaan

    tersebut, tapi keseluruhan kisah Yesus dalam Quran memang tidak relevan dan tidak

    bisa dibuktikan historisitas-nya karena memang Quran dan Yesus terpaut jarak 7 abad

    lamanya. Darimana muhammad (dan juga kita) tahu bahwa memang benar terjadi dialog

    antara aulloh swt dengan Isa (yg disebut-sebut adalah Yesus versi Islam) yang menolak

    tuduhan aulloh swt bahwa Isa menjadikan dirinya dan ibunya sebagai tuhan (anyway,

    selain bidat mariolatri, sejak kapan memangnya Maria jd tuhan?), sementara muhammad

    sendiri hidup 7 abad setelah Yesus. Tentu saja dari aspek historis manapun tidak akan

    ada yang menganggap bahwa dialog tersebut sungguh terjadi kecuali dialog fiktif

    karangan muhammad. Ini karena jeda waktu sepanjang 7 abad sudah lebih dari cukup

    untuk menambahkan mitos-mitos dan dongengan-dongengan kepada kejadian yang

    sebenarnya.

    Hal yang berbeda terjadi pada keempat Injil kanonik, di mana penulisnya (Matius,

    Yohanes) adalah murid-murid langsung dari Yesus atau murid dari murid-murid Yesus

    sendiri (Markus adalah murid Petrus, dan Lukas adalah murid Paulus). Mereka semua

    menuliskan Injil mereka ketika para saksi mata baik itu saksi dari pihak Gereja Kristen

    ataupun dari musuh mereka (baik Yahudi maupun kaum skeptis lainnya) masih hidup.

    Mereka semua akan dengan senang hati melakukan koreksi jika ternyata tulisan-tulisan

    dalam Injil adalah salah, korup, dan palsu karena tidak menuliskan apa yang Yesus

    sesungguhnya katakan. Apalagi bagi rabi-rabi Yahudi akan dengan mudah menjatuhkan

    Gereja Kristen jika ternyata benar bahwa kitab-kitab PB tidak didasarkan atas bukti-bukti

    dan saksi-saksi mata atas kejadian yang sebenarnya. Namun apa yang terjadi? Tidak ada

    sama sekali tuduhan itu, yang ada hanyalah umpatan-umpatan tidak berdasar mereka di

    dalam Mishnah dan Gemara mereka. Dan alih-alih menjatuhkan, umpatan-umpatan kasar

    rabi-rabi mereka malah membuktikan bahwa para penulis keempat Injil kanonik adalah

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    36/39

    36

    orang-orang yang jujur mencatat sesuatu sesuai apa adanya yang terjadi, termasuk di

    dalamnya kematian, kebangkitan, dan kenaikkan Sayyidina Yasu al-Masih.

    3.3.4 Opsi kedua: perubahan Taurat dilakukan setelah masa Yesus

    Sayangnya, DSS tidak memberikan ruang untuk hal ini.

    DSS yang berusia ratusan tahun sebelum Masehi ternyata malah membuktikan bahwa

    kitab suci Perjanjian Lama tidak pernah diubah sedikitpun, dan akhirnya PL malah

    diteguhkan kebenarannya oleh DSS.

    3.4. Bagaimana Taurat diubah?

    Kita semua tahu bahwa 2 abad sebelum Masehi, TaNaKh Ibrani sudah diterjemahkan ke

    dalam bahasa Yunani yg dikenal sebagai Septuaginta bagi Yahudi diaspora di luar Israel.

    Nah pertanyaan sejuta dolarnya adalah: bagaimana proses pemalsuan itu dilakukan?

    Apakah harus mengubah semua kitab TaNaKh Ibrani di dalam Israel dan

    kemudian mengubah Septuaginta yang notabene sudah tersebar ke seluruh dunia?

    Come on, tidak perlu jadi orang yang terlalu pintar untuk melihat bahwa usaha pemalsuan

    ini adalah usaha yang mustahil, apalagi ditambah dengan fakta bahwa yang memegang

    Taurat ada 3 komunitas yg berbeda yg saling berseberangan dan bertentangan. Ini sudah

    tidak memberikan ruang sedikitpun bagi logika yang waras untuk mengatakan bahwa

    terjadi pemalsuan buku suci besar-besaran oleh umatnya sendiri tanpa sedikitpun ada

    catatan sejarah sejaman yang memberitahukan kita bahwa hal tersebut sungguh-sungguh

    terjadi.

    Dan ya, tentu saja hal-hal yg tidak historis hanya pantas disebut sebagai dongeng dan

    mitos, sebagaimana tuduhan pemalsuan Taurat yang disebutkan Quran, hanyalah

    dongeng bodoh belaka bagi orang-orang yang tidak mau berpikir logis di atas data, fakta,

    dan bukti sejarah. Kaum polemikus yang tetap tidak mau sungguh-sungguh belajar

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    37/39

    37

    memang harus terus membuat hidupnya dalam mental getto, membangun benteng

    pertahanan demi menjamin rasa aman keyakinannya yang salah dengan merasa paling

    benar sendiri. Terhadap orang-orang muslim seperti ini, aku hanya bisa mengucapkan:

    selamat tidur, selamat bermimpi, dan selamat bermasturbasi otak dengan klaim wahyu-

    wahyuan tuhan anda yang tidak hanya tidak logis, melainkan juga tidak historis.

    Mari bicara bukti. DSS, Perjanjian Lama Qumran menambahkan 1 bukti manuskrip

    berusia 2200 tahun lebih. Kitab suci mana di muka bumi ini yang memiliki BUKTI

    manuskrip kuno setua itu?

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    38/39

    38

    Works Cited:

    [1] Joseph A. Fitmyer, Response to 101 Questions on the Dead Sea Scrolls, New York:

    Paulist Press, 1992.

    [2] H.A.R. Gibb and J.H. Kramers, Shorter Encyclopedia of Islam, Leiden-London:

    E.J. Brill and Lusac & CO, 1961, pp. 639.

    [3] Anton Wessels, Memandang Yesus dalam Berbagai Budaya, Jakarta: BPK. Gunung

    Mulia, 1990, pp. 29.

    [4] Florencio Garcia Martines, "The Dead Sea Scrolls Translated", Leiden-New York-

    Cologne: E.J. Brill, 1992, pp.113-114

    [5] ibid., pp. 595

    [6] Barbara Thiering, "Jesus and the Riddle of Dead Sea Scrolls: Unlocking the Secret of

    His Life Story", San Fransisco: Helper, 1992

    [7] Jean Danielou, "The Dead Sea Scrolls and Primitive Christianity", New York: Mentor

    Omega Book, 1962, pp. 72

    [8] Florencio Garcia Martins, ibid., pp. 576-579.

    [9] ibid., pp. 70

    [10] St. Policarp of Smyrna, Epistle to the Phillipians 6

    [11] Hershel Shanks, Understanding the Dead Sea Scrolls: a Reader from the Biblical

    Archeology Review, New York: Vintage Books, 1993, pp. 203-204

    [12] ibid.

    [13] Robert Eisenmann and Michael Wise, "Dead Sea Scrolls Uncovered: the First

    Complete Translation and Interpretation of 50 Key Documents withheld for Over

    35 Years", New York: Pinguins Books, 1993, pp. 21-22

    [14] Herbert Vorgrimler, GOTT. Vater, Sohn, und Heiliger Geist [Trinitas: Bapa,

    Firman, Roh Kudus], terjemahan Dr. Tom Jacobs, SJ, Yogyakarta: Kanisius,

    2005, pp. 77

    [15] Robert Eisenmann and Michael Wise, ibid., pp. 91

    [16] Randal Price, "Secret of the Dead Sea Scrolls", Oregon: Harvest House Publishers,

    1996, pp.298-299

    [17] Florencio Garcia Martins, ibid., pp. 103.

  • 8/14/2019 DSS, Pemalsuan Taurat, Dan Akar Konsep Messiah Ilahi

    39/39

    [18] St. Augustine, "Confession [Pengakuan-Pengakuan]", terjemahan oleh: Winarsih

    Arifin dan Dr. Th. van den End, Yogyakarta: Kanisius, 1997, pp.144

    [19] St. Augustine, "De moribus ecclesiae catholicae [Mengenai kebiasaan yang berlaku

    di Gereja Katolik] 6.1"

    [20] Tafsir Ibnu Katsir, http://www.tafsir.com/default.asp?sid=4&tid=11323

    [21] Ibnu Katsir, http://www.tafsir.com/default.asp?sid=3&tid=8586

    [22] Tafsir al-Tabari, http://quran.al-

    islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?nType=1&bm=&nSeg=0&l=arb&nSora=6&n

    Aya=115&taf=TABARY&tashkeel=1

    [23] Chawkat Moucarry, The Prophet & the Messiah: An Arab Christians Perspective on Islam

    & Christianity, Illinois: InterVarsity Press, 2001, pp. 47-8, 72-3

    [24] Geoffry Parrinder, Yesus dalam Quran, terjemahan Ali Masrur, Agusni Yahya,

    dan Zulkarnaini, Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2000, pp. 231

    [25] ibid., pp.232

    [26] A. Powell Davies, The Meaning of the Dead Sea Scrolls, New York: A Mentor

    Book, 1956, pp.27-34.

    [27] ibid., pp. 38-41.