Upload
lita-muliawati
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 d.typi Print
1/18
BAB I
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica serotype paratyphi
A, B, atau C(demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain dengan demam tinggi
yang terus menerus bisa selama 3- minggu, toksemia, denyut nadi yang relatif lambat,kadang gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung, splenomegali dan leukopenia.
Di banyak negara berkembang, termasuk di !ndonesia, demam tifoid masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. "ebaliknya di negara maju seperti
Amerika "erikat, #ropa dan $epang misalnya, seiring dengan perbaikan lingkungan,
pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih yang %ukup,
mampu menurunkan insidensi penyakit ini.
Di negara maju kasus demam tifoid terjadi se%ara sporadik dan sering juga berupa
kasus impor atau bila ditelusuri ternyata ada ri&ayat kontak dengan karier kronik. Di negara
berkembang kasus ini endemik. Diperkirakan sampai dengan ' - ' * penderita dikelola
sebagai penderita ra&at jalan. $adi data penderita yang dira&at di rumahsakit dapat lebih
rendah + kali dari keadaan yang sebenarnya.
Diseluruh dunia diperkirakan antara + +, juta kasus baru demam tifoid
ditemukan dan . diantaranya meninggal dunia. Di Asia diperkirakan sebanyak +3 juta
kasus setiap tahunnya. Di $a&a Barat menurut laporan tahun ditemukan 3/./ kasus
baru yang terdiri atas +/.'' kasus ra&at jalan dan +'.0+' kasus ra&at inap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8/17/2019 d.typi Print
2/18
2.1 Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif tidak membentuk spora, motil, berkapsul danmempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat
hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es,
sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan
(suhu 60◦C) selama !"#0 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi. Genus $almonella terdiri dari dua spe%ies, yaitu Salmonella
enterica dan Salmonella bongori (disebut &uga subspe%ies '). Salmonella
enterica dibagi ke dalam enam subspe%ies yang dibedakan berdasarkan
komposisi karbohidrat, agell, dan struktur lipopolisakarida. $ubspe%ies
dari Salmonella enterica antara lain subsp. Enterica, subsp. Salamae,
subsp. Arizonae, subsp. Diarizonae, subsp. Houtenae, subsp. Indica.
$emua serotipe $almonella dapat ditun&uk olehformula antigen
berdasarkan somatik() dan agellar(*) antigen selain kapsuler('i) +
1. ntigen (ntigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar
dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia
lipopolisakarida atau disebut &uga endotoksin. ntigen ini tahan
terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid.
2. ntigen* (ntigen -lagella), yang terletak pada flagella,
fimbriae atau pili dari kuman. ntigen ini mempunyai struktur
kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi
tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
3. ntigen'i yang terletak pada kapsul (enelope) dari kuman
yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.
/etiga ma%am antigen tersebut di atas didalam tubuh penderita
akan menimbulkan pula pembentukan ma%am antibodi yang la1im
disebut aglutinin.
8/17/2019 d.typi Print
3/18
2.2 Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk ke dalamtubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman.
$ebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imun
kurang baik maka kuman akan menembus sel"sel epitel terutama
sel 2 dan selan&utnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel"sel fagosit terutama oleh
makrofag. /uman dapat hidup dan berkembang biak di dalammakrofag dan selan&utnya diba3a ke plaquePeyeri ileum distal dan
kemudian ke kelen&ar getah bening mesenterika. $elan&utnya
melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag
ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia
pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ"organ
ini kuman meninggalkan sel"sel fagosit dan kemudian
berkembang biak dan selan&utnya masuk ke dalam sirkulasi darah
#
8/17/2019 d.typi Print
4/18
lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda"tanda dan ge&ala penyakit infeksi sistemik, seperti
demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
Di dalam hati, human masuk kedalam kandung empedu,berkembang biak, dan bersama %airan empedu dieksresikan se%ara
intermiten ke dalam lumen usus. $ebagian kuman dikeluarkan
melalui feses dan sebagain masuk lagi kedalam sirkulasi setelah
menembus usus. 4roses yang sama terulang kembali, berhubung
makrofag telah teraktiasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
kuman $almonella ter&adi pelepasan beberapa mediator inames
yang selan&utnya akan menimbulkan ge&ala reaksi inasmasi
sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas askular, gangguan mental, dan koagulasi. di dalam
plak 2eyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi
åan ($.typi intra makrofag mengiduksi reaksi hipersensitiitas
tipe lambita, hiperplasi åan dan ne%rosis organ). 4erdarahan
saluran %erna data ter&adi akibat erosi pembuluh darah sekitar
pla5ue 4eyeri yang sedang mengalami ne%rosis dan hiperplasia
akibat a%umulas sel"sel mononuklear di dinding usus. 4roses
patologis åen limfoid ini dapat berkembang hingga kelapisan
otot, serosa usus, dan data mengakibatkan perforasi.
ndotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan
akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,
kardioaskular, pernapasan, dan gangguan organ lainnya.
2.3 Manifestasi Klinik
2anifestasi klinis demam tifoid berariasi dari ge&ala ringan
seperti demam, malaise dan batuk kering serta rasa tidak nyaman
ringan di perut. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan
dan seluruh manifestasi klinis yang mun%ul. -aktor tersebut antara lain
durasi penyakit sebelum dimulainya terapiyang tepat, pemilihan
antimikroba, usia, paparan atau ri3ayat aksinasi, irulensi strain
bakteri, ¨ah inokulum tertelan, faktor host (misalnya &enis *7, 8D$
8/17/2019 d.typi Print
5/18
atau imunosupresi lainnya) dan apakah indiidu mengkonsumsi obat
lain seperti *# blo%ker atau antasida untuk mengurangiasam lambung.
4asien yang terinfeksi *8' meningkatkan risiko infeksi klinis dengan
$.typhi dan $.4aratyphi se%ara signi9kan. danya infeksi *eli%oba%terpylori &uga merupakan risiko tertular demam tifoid.
a. kut non"komplikasi
Demam tifoid akut ditandai dengan demam berkepan&angan,
gangguan fungsi usus (sembelit pada orang de3asa, diare pada
anak"anak), sakit kepala, malaise dan anoreksia. Batuk bronkitis
adalah ge&ala umum dalam tahap a3al penyakit. $elama periode
demam, hingga #!: dari pasien menun&ukkan e;anthem (ma3ar
bintik"bintik), di dada, perut dan punggung.
b. Dengan /omplikasi
Demam tifoid akut bisa berat.
8/17/2019 d.typi Print
6/18
tifoid tetapi tidak de9nitif. /ultur darah adalah gold standart diagnosis
penyakit ini. 2edia o;bile (;gall) dian&urkan untuk kultur darah bakteri
patogen demam enteri kini ($.typhi dan $.paratyphi), karena hanya
patogen ini dapat tumbuh di atasnya. Dalam laboratorium diagnostikumum, dimana patogen lainnya yang diduga, medium kultur darah
umum harus digunakan. 7ebih dari ?0: pasien dengan demam tifoid
memiliki organisme penyebab dalam darah mereka. /egagalan untuk
mengisolasi organisme mungkin disebabkan oleh beberapa faktor+ (i)
keterbatasan media laboratorium@ (ii) adanya antibiotik@ (iii) olume
spesimen yang di kultur@ atau (i) 3aktu koleksi, pasien dengan ri3ayat
demams elama A"0 hari men&adi lebih mungkin dibandingkan orang
lain untuk memiliki kultur darah positif.
4emeriksaan 7aboratorium meliputi pemeriksaan hematologi,
urinalis, kimia klinik, imunoserologi, mikrobiologi, dan biologi
molekular. 4emeriksaan ini ditu&ukan untuk membantu menegakkan
diagnosis (adakalanya bahkan men&adi penentu diagnosis),
menetapkan prognosis, memantau per&alanan penyakit dan hasil
pengobatan serta timbulnya penyulit.
. *ematologi
/adar hemoglobin dapat normal atau menurun bila ter&adi penyulit
perdarahan usus atau perforasi. *itung leukosit sering rendah
(leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. *itung &enis
leukosit+ sering neutropenia dengan limfositosis relatif. 7D
(7a&undapDarah)+ 2eningkat. umlah trombosit normal atau
menurun (trombositopenia).
#. rinalis
4rotein+ berariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
7eukosit dan eritrosit normal@ bila meningkat kemungkinan ter&adi
penyulit.
. /imia /linik
n1im hati ($G
8/17/2019 d.typi Print
7/18
a. idal
4emeriksaan serologi ini ditu&ukan untuk mendeteksi
adanya antibodi (di dalam darah) terhadap antigen kuman
Samonella typhi/paratyphi (reagen). &i ini merupakan testkuno yang masih amat popular dan paling sering diminta
terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di
8ndonesia. $ebagai u&i %epat (rapitd test) hasilnya dapat
segera diketahui. *asil positif dinyatakan dengan adanya
aglutinasi. /arena itu antibodi &enis ini dikenal sebagai
Febrile agglutinin.
*asil u&i ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehinggadapat memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. *asil
positif palsu dapat disebabkan oleh faktor"faktor, antara lain
pernah mendapatkan aksinasi, reaksi silang dengan spesies
lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah
sakit), dan adanya faktor rheumatoid (=-). *asil negatif
palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita
sudah mendapatkan terapi antibiotika, 3aktu pengambilan
darah kurang dari minggu sakit, keadaan umum pasien
yang buruk, dan adanya penyakit imunologi klain.
Diagnosis Demam
8/17/2019 d.typi Print
8/18
%epat (=apid
8/17/2019 d.typi Print
9/18
koloni ditunggu sampai Ahari). 4ilihan bahan spesimen yang
digunakan pada a3al sakit adalah darah, kemudian untuk
stadium lan&utE carrier digunakan urin dan tin&a.
6. Biologi molekular.
4C= (Polymerase #hain $eaction) 2etode ini mulai banyak
dipergunakan. 4ada %ara ini dilakukan perbanyakan DH kuman
yang kemudian diindentifikasi dengan DH probe yang spesifik.
/elebihan u&i ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam
¨ah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang
tinggi pula. $pesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin,%airan tubuh lainnya serta åan biopsi.
2. # PENATALAKSANAAN
2anagement atau penatalaksanaan se%ara umum, asuhan
kepera3atan yang baik serta asupan gi1i yang baik merupakan aspek
penting dalam pengobatan demam tifoid selain pemberian antibiotik.
$ampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam
tifoid,yaitu+
. Isti$a%at &an Pe$a'atan
8/17/2019 d.typi Print
10/18
posisi tubuhnya harus diubah"ubah pada 3aktu"3aktu tertentu
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus. Defekasi dan buang air ke%il harus diperhatikan
karena kadang"kadang ter&adi obstipasi dan retensi air kemih.
#. Manage(enN)t$isi
4enderita penyakit demam
8/17/2019 d.typi Print
11/18
tidak terlalu panas dan dingin
i. 2akanan sering diberikan dalam porsi ke%il
&. Bila diberikan untuk &angka 3aktu lama atau dalam
keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen itamin danmineral, makanan formula, atau makanan parenteral.
TATALAKSANA *A+MAK"LL"!I
4engobatan simtomatik diberikan untuk menekan ge&ala"ge&ala
simtomatik yang di&umpai seperti demam, diare, sembelit, mual,
muntah, dan meteorismus. $embelit bila lebih dari hari perlu dibantu
dengan paraffin atau laa sedeng anglistering. bat bentuk laksan
ataupun enema tidak dian&urkan karena dapat memberikan akibat
perdarahan maupun perforasi intestinal.
4engobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan
penderita, misalnya pemberian %airan, elektrolit, bila ter&adi gangguan
keseimbangan %airan, itamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh dan kortikosteroid untuk memper%epat penurunan demam.
. 4 e m b er i a n a n timi k r oba
4emberian antimikroba dengan tu&uan menghentikan dan men%egah
penyebaran kuman.
a. /loramfenikol
Dierapre"antibiotik, angka mortalitas dari demam tifoid masih
tinggi sekitar !:. ?, mengubah per&alanan penyakit, menurunkan
angka mortalitas hingga J: dan durasi demam dari >"
#?hari men&adi "!hari. Dosis untuk orang de3asa adalah
>kali !00mg perhari oral atau intraena, sampai A hari
bebas demam. 4enyuntikan intramuskular tidak dian&urkan
karena hidrolisis ester tidak dapat diramalkan dan tempat
suntikan terasa nyeri. /loramfenikol men&adi obat pilihan
untuk demam enterik hingga mun%ulnya resistensi pada
0
8/17/2019 d.typi Print
12/18
tahunA0.
8/17/2019 d.typi Print
13/18
dengan pemberian %eftria;on selama !"Ahari, tetapi laporan
angka kekambuhan ditemukan tidak lengkap. bat"obat ini
sebaiknya diberikan untuk kasus resisten 5uinolon.
Direkomendasikan diberikan untuk 0">hari.e. ntibiotik lainnya
Beberapa studi ke%il telah melaporkan kesuksesan
pengobatan demam tifoid dengan a1treonam, antibiotik
monobaktam. ntibiotik ini menun&ukan lebih efektif dari pada
kloramfenikol dalam membasmi organisme dalam darah.
4enelitian prospektifdi 2alaysia terhenti akibat tingginya
kegagalan dengan a1treonam. 1itromy%in, antibiotik
makrolida baru diberikan dengan dosisgr sekali sehari
selama !hari &uga bermanfaat untuk pengobatan demam
tifoid. /euntungan lainnya penggunaan a1treonam dan
a1itromy%in adalah kedua obat ini dapat digunakan pada
anak"anak,ibu hamildan menyusui
B. An ti p i re ti k
4ireksia dapat di atasi dengan kompres. $alisilat dan antipiretik
lainnya sebaiknya tidak diberikan karena dapat menyebabkan
keringat yang banyak dan penurunan tekanan darah (bradikardi
relatif).
2., K"MPLIKASI
$
ebagai suatu penyakit sistemik, maka hampir semua organ
utama tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi serius dapat
ter&adi. Beberapa komplikasi yang dapat ter&adi pada demam tifoid
yaitu+
. /omplikasi 8ntestinal
#
8/17/2019 d.typi Print
14/18
/omplikasi intestinal yang dapat ter&adi, yaitu perdarahan
intestinal perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.
4erdarahan intestinal4ada plak peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum
terminalis) dapat terbentuk tukanEluka berbentuk lon&ong dan
meman&ang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen
usus dan mengenai pembuluh darah maka ter&adi perdarahan.
$elan&utnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi
dapat ter&adi. $elain karena faktor luka, perdarahan &uga dapat
ter&adi karena gangguan koagulasi darah (/8D) atau gabungan
kedua faktor. $ekitar #!: penderitademam tifoid dapat
mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan transfusi
darah. 4erdarahan hebat dapat ter&adi hingga penderita
mengalami syok. $e%ara klinis perdarahan akut darurat bedah
ditegakan bila terdapat perdarahan sebanyak !mlEkgBBE&am
dengan faktor hemostasis dalam batas normal. ika penanganan
terlambat, mortalitas %ukup tinggi sekitar 0"#:, bahkan ada
yang melaporkan sampai ?0:. Bila transfusi yang diberikan
tidak dapat mengimbangi perdarahan yang
ter&adi,makatindakanbedahperlu dipertimbangkan.
4erforasi usus
8/17/2019 d.typi Print
15/18
perforasi.
Bila pada gambaran foto polos abdomen (BHE posisi)
ditemukan udara pada rongga peritoneum atau subdiafragma
kanan, maka hal ini merupakan nilai yang %ukup menentukanterdapatnya perforasi usus pada demam tifoid.Beberapa faktor
yang dapat meningkatkanke&adian perforasi adalah umur
(biasanya#0"0 tahun), lama demam, modalitas pengobatan,
beratnya penyakit, dan mobilitas penderita.
ntibiotik diberikan se%ara selektif bukan hanya untuk
mengobati kuman S.%yphi tetapi &uga untuk mengatasi kuman
yang bersifat fakultatif dan aerobik pada flora usus. mumnya
diberikan antibiotik spektrum luas dengan
kombinasikloramfenikoldan ampisilinintraena. ntuk
kontaminasi usus dapat diberikan gentamisinE metronida1ol.
Cairan harus diberikan dalam ¨ah yang %ukup serta penderita
dipuasakan dan dipasang nasogastric tube.
8/17/2019 d.typi Print
16/18
beberapa sistem biologik, koagulasi dan fibrinolisis. 4elepasan
kinin, prostaglandin dan histamin menyebabkan asokontriksi
dan kerusakan endotel pembuluh darah dan selan&utnya
mengakibatkan perangsangan mekanisme koagulasi @baik /8Dkompensata maupundekompensata.
Bila ter&adi /8D dekompensata dapat diberikan transfusi
darah, substitusi trombosit danEatau faktor"faktor koagulasi
bahkan heparin, meskipun adapula yang tidak sependapat
tentang manfaat pemberian heparin pada demam tifoid.
b. *epatitistifosa
4embengkakan hati ringan sampai sedang di&umpai pada
!0: kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak di&umpai
karena S.typhi daripada S.paratyphi. untuk membedakan apakah
hepatitis ini oleh karena tifoid, irus, malaria, atau amuba maka
perlu diperhatikan kelainan fisik, parameter laboratorium, dan
bila perlu histopatologik hati. 4ada demam tifoid kenaikan en1im
transaminase tidak relean dengan kenaikan serum bilirubin
(untuk membedakan dengan hepatitis oleh karena irus).
*epatitis tifosa dapat ter&adi pada pasien dengan malnutrisi dan
sistem imun yang kurang. 2eskipun sangat &arang, komplikasi
hepato ensefalopati dapat ter&adi.
*ingga saat ini faktor yang mempengaruhi ter&adi heaptitis
tyfosa belum diketahui. Hamun, kemungkinan ada faktor yang
saling mempengaruhi antara mikroorganisme $almonella dengan
sistem imunitas yang menyebabkan ter&adi kerusakan hepar.
2ekanimse $almonella menyebabkan disfungsi hati, hingga saat
belum diketahui se%ara pasti, tetapi diduga ter&adi inasi se%ara
langsung atau karena endoktoksik yang menempel langsung di
sel hati.
/eterkaitannya hepar pada keadaan ini ditandai dengan
adanya hepatomegali, ikteruk dan perubahan histopatologik dari
hepar. Gambaran klinis ikterus pada hepatitis typosa ter&adi
!
8/17/2019 d.typi Print
17/18
dalam dua minggu pertama demam. 4rognosis biasanya baik
apabila se&ak dari a3al terapia merespon dengan baik.
%. 4ankreatitis tifosa2erupakan komplikasi yang &arang ter&adi pada demam
tifoid. 4ankreatitis sendiri dapat disebabkan oleh mediator
proinflamasi, irus, bakteri, %a%ing, maupun 1at"1at farmakologi.
4emeriksaan en1im amilase dan lipase serta $GE C< s%an dapat
membantu diagnosis penyakit ini dengan akurat.
4enatalaksanaan pankreatitis tifosa sama seperti
penanganan pankreatitis pada umumnya@ antibiotik yang
diberikan adalah antibiotik intraena seperti %eftriakson atau
5uinolon.
d. 2iokarditis
2iokarditis ter&adi pada "!: penderita demam tifoid
sedangkan kelainan elektrokardiografi (/G) dapat ter&adi pada
0"!: penderita. 4asien dengan miokarditis biasanya tanpa
ge&ala kardioaskuler atau dapat berupa keluhan sakit dada,
gagal &antung kongestif, aritmia, atau syok kardiogenik.
$edangkan perikarditis sangat &arang ter&adi. 4erubahan /G
yang menetap disertai aritmia mempunyai prognosis yang
buruk. /elainan ini disebabkan kerusakan miokardium oleh
kuman S.typhi dan miokarditis sering sebagai penyebab
kematian. Biasanya pada pasien yang sakit berat, keadaan akut
dan fulminan.
e. 2anifestasi neuropsikiatrikE tifoidtoksik
2anifestasi neuropsikiatrik dapat berupa delirium dengan
atau tanpa ke&ang, semi"koma atau koma, par"inson
rigiditytransient par"insonism, sindroma otak akut, mioklonus
generalisata, meningismus, ski1ofrenia sitotoksik, mania akut,
hipomania, ensefalomielitis, meningitis, polineuritis perifer,
6
8/17/2019 d.typi Print
18/18
sindroma Guillen"Bare, dan psikosis.