Upload
muhammadzidnykafa
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
1/18
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dualisme pengelolaan pendidikan terjadi pada pembinaan yang dilakukan
oleh dua kementrian, antara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) dengan Kementrian Agama (Kemenag). Dilemanya, yaitu dalam
melakukan pembinaan sekolah madrasah di bawah naungan Kemenag
berhadapan dengan sekolah umum di bawah pembinaan Kemdikbud sering
menimbulkan kecemburuan dan tidak secara integral pengelolaan komponenpendidikan dilaksanakan. sejak di tingkat (SD dan !) hingga perguruan tinggi.
"al ini tidak sesuai dalam pembukaan #ndang$#ndang Dasar (##D)
%egara &epublik !ndonesia 'ahun *+, yang dinyatakan bahwa salah satu
tujuan %egara Kesatuan &epublik !ndonesia (%K&!) adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. (&encana Strategi Kementrian Pendidikan %asional, -- $
). Sejalan dengan pembukaan ##D itu, batang tubuh konstitusi itu di antaranya
Pasal -, Pasal , Pasal / 0 ayat (), Pasal 1, dan Pasal 1, juga
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada 'uhan 2ang aha 3sa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang$undang.
Sistem pendidikan nasional tersebut harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan kualitas etos serta e4isiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
Lebih jelasnya mengenai landasan tata tertib pelaksanaan kebijakan pendidikandi Indonesia yang diatur dalam Pembukaan UUD 1945, baca istem Pendidikan!asional" UU RI No 20 Tahun 2003, beserta peraturan pelaksanaanya, (#akarta$Departemen Pendidikan !asional, %&&'("
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
2/18
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. #ntuk itu, perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Atas dasar itulah, dengan mempertimbangkan hasil analisa re4leksi dualisme
dan dikotomi penyelenggaraan pendidikan di !ndonesia saat ini, maka diputuskan
untuk memilih judul 5Dualisme Pendidikan di Indonesia dari Perspektif
Aksiologi,6 sebagai re4leksi terhadap kesimpangsiuran sistem pendidikan di
!ndonesia.
B. Rumusan Masalah
) Apa pengertian dualisme dan dikotomi dalam Pendidikan7
) Apa pengertian pandangan subjekti8itas dan objekti8itas dalam kajianaksiologi7
1) 9agaimana kedua pandangan (subjekti8 : objekti8) aksiologi dalam
menge8aluasi kembali dualisme dan dikotomi pendidikan yang ada di
!ndonesia saat ini7
C. TujuanPenulisan
) Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Dualisme dan Dikotomi
Pendidikan.) Dapat mengetahui dua pandangan (subjekti8 dan objekti8) dalam kajian
aksiologi.
1)engetahui bagaimana penge8aluasian kembali terhadap dualisme dan
dikotomi pendidikan yang ada di !ndonesia saat ini dalam perspekti4 aksiologi.
D. Kerangka Teoritis
Pemakaian landasan teori dalam makalah kami, merujuk dari dua posisi
pandangan ekstrim dalam kajian ;ilsa4at %ilai (aksiologi). Pertama adalah
pandangan subjekti4, berpandangan bahwa nilai itu ada akibat
ditentukande gustibus non
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
3/18
est disputandum?. Kedua, yaitu pandangan objekti4, dengan berasumsikan bahwa
nilai itu ada tidak merujuk dari sebuah penilain (subjek), melainkan bahwa nilai
itu secara objekti4 (an sich) sudah ada sebelum kita tangkap. aka, nilai akan
tetap ada walaupun tidak diberikan penilain.
a@ Scheler, dikenal sebagai 4ilsu4 yang populer dalam kajian 4ilsa4at nilai
(aksiologi) memberikan penjelaskan, bahwa nilai merupakan suatu kualitas yang
tidak tergantung pada pembawanya (carrier o4 the 8alue). erupakan kualitas
apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui mengalaman indrawi
terlebih dahulu). (Paulus ahana,Nilai Etika Aksiologi Max Scheler. -*+).
Dalam pembahasan kajian nilai, a@ Scheler membedakan nilai baik dan
nilai jahat. Nilai aik diartikan sebagai nilai yang melekat pada tindakan
mewujudkan nilai posit4, sebagai yang berlawanan dengan nilai negati4, yang
melekat pada tindakan mewujudkan nilai dalam tingkatan yang lebih tinggi atau
tertinggi dalam susunan nilaiB sedangkan nilai jahat adalah nilai yang melekat
pada tindakan yang mewujudkan suatu nilai negati4, yang melekat pada tindakan
mewujudkan nilai dalam tingkatan yang lebih rendah atau terendah dalam
susunan nilai. (Paulus ahana. --*+C).E. Tinjauan Pustaka
Adnan ahdi . Si, pernah melakukan penelitian yang serupa. Di dalam
penelitiannya, Adnan ahdi menekankan pada dampak yang terjadi atas adanya
dikotomi dan dualisme pendidikan di !ndonesia. Solusi yang ditawarkan dari
hasil penelitiannya adalah melakukan perubahan kurikulum pendidikan serta
melakukan integralisasi sistem pendidikan. Penelitian yang dilakukan Adnan
ahdi, berbeda dengan makalah Dualisme Pendidikan di Indonesia dalam
Perspektif Aksiologi! sebab digunakan sudut pandang atau tinjauan yang berbeda
pula.
Asep !wan, juga melakukan penelitian hal yang sama. Dalam penelitiannya
tersebut, Asep !wan utamanya lebih menekankan pada asal muasal terjadinya
dualisme pendidikan di !ndonesia. Dalam hal ini, penelitiannya lebih kepada
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
4/18
membicarakan sebab dan solusi. Adapun solusi yang ditawarkannya adalah
melakukan konsistensi dan mengintegralkan pengalokasian layanan pendidikan
di !ndonesia. 9erbeda dengan makalah ini, yang meninjau pokok permasalahan
tersebut dari sudut pandang aksiologi (subjekti8 : objekti8).
BAB II
Pembahasan
a Mengenal Dualisme dan Dikotomi Pendidikan di Indonesia.
;aktor utama dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, apalagi bila
dihadapkan atau disangkutpautkan dengan negara$negara yang sedang pada
tahap perkembangan, tidak dapat terlepas dengan merujuk kesuatu pernyataan
lain, selain 4aktor penunjang dari kemajuan bangsa itu sendiri. 2akni kumpulan
manusia yang hidup dan mendiami suatu negara (wilayah), yang pada hakikatnya
akan menjadi penentu perkembangan dan kemajuan dari wilayah yang
ditempatinya. "al ini diketahui, karena sampai saat ini hanya manusialah yang
mampu mengelolah sumber daya alam dan mengatur kehidupannya, serta
memajukan peradaban mereka sendiri.
Sumber daya manusia (SD) menjadi hal yang sangat krusial dalam
membangun suatu bangsa yang maju dan kuat. Apabila suatu negara memiliki
kelimpahan alam yang sangat kaya, tidak dapat juga kita untuk berambisi dengan
menjamin kemajuan dari wilayah tersebut. Disebabkan SD sebagaipengelola,
tidak mempunyai keahlian yang baik dan mumpuni dalam mengelola segala
kelimpahan alamnya guna jalan memperbaiki kualitas hidup mereka sendiri.
Kualitas SD itulah yang menjadi permasalahan yang mendesak. Salah satu
penunjang membaiknya kualitas manusia tidak bisa terlepas dari keluasan
pengetahuan yang dimilikinya. Sekarang ini, salah satu 4aktor utama dalam
meningkatkan mutu dan kualitas SD ialah dengan merujuk hanya pada satu
kata yaitu 5Pendidikan6. %egara$negara maju saat ini pastilah kualitas sistem
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
5/18
pendidikannya juga bermutu. Dengan memberlakukan suatu sistem pendidikan
yang berpangkal pada satu naungan (sentralisasi). 9ukan dengan menyediakan
suatu ruang pembagian yang akan membawa pada titik pemisahan, berdampak
munculnya persaingan antara dua posisi berbeda yang akan berpangkal pada
kecemburuan, ketika apabila terjadi suatu ketidakmerataan hak dari keduanya.
Pembagian dua posisi atau lebih dengan kesetaraan hak dan kewajibannya
dalam satu tujuan yang sama, akan berdampak pada apa yang dimaksud dengan
5Dualisme6. Dualisme biasa diartikan dengan adanya dua hal yang saling
mengimbangi atau setara dalam satu hal. Dan ini mengacu pada penegasian katadualisme. Secara etimologi, dualisme apabila dirujuk dari bahasa !nggris berarti
dualism sedangkan dalam bahasa =atin berarti dualis (bersi4at dua). Secara
terminologi dualisme merupakan pandangan 4iloso4is yang menegaskan
eksistensi dari dua bidang (dunia dan yang lebih eksplisit yaitu lembaga) yang
terpisah, tidak dapat direduksi, unik. (Kamus ;ilsa4at =orens 9agus, C *).
Sedangkan dikotomi, adalah dua hal yang setara, diberlakukan daripadanya
suatu pembedaan kebijakan dan tujuan masing$masing yang akan dicapainya.
Dikotomi dalam Kamus 9esar 9ahasa !ndonesia dimaknai sebagai pembagian
atas dua kelompok yang saling bertentangan. (K99!, -- *+)
9ermula dari pembagian (dualisme) hingga memuncak pada apa yang
dimaksud pemisahan (dikotomi), tidak bisa untuk dielakkan akan menimbulkan
suatu perbandingan yang berakhir pada rasa kecemburuan dari keduanya.
isalnya, apabila dua orang anak kembar yang masing$masing memiliki hak
yang sama, tapi orang tua dari keduanya malah membeda$bedakan, yaitu anak
yang satu lebih mendapat perhatian ketimbang anak yang satu lagi diperlakukan
secara tidak adil. aka, yang muncul hanya sebuah persaingan yang tidak sehat,
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
6/18
dan berujung untuk dapat saling mengalahkan satu sama lain (dekadensi
karakter).
Dualisme dan dikotomi seperti yang telah sebelumnya dibahas sangat mudah
untuk didapati. Dengan mengacu pada dua distingsi lembaga yang masing$
masing menaungi sistem pengolahan pendidikan, yaitu Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) dengan Kementrian Agama (Kemenag).
Dualisme pengelolaan pendidikan yang terjadi pada pembinaan oleh dua
kementrian yaitu Kementrian Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud) dan
Kementrian Agama (Kemenag). Pembinaan adrasah di bawah naunganKemenag berhadapan dengan sekolah umum di bawah pembinaan Kemdikbud,
sering menimbulkan kecemburuan dan disinkronisasi pengelolaan komponen
pendidikan. 2ang dimulai dari sejak di tingkat (SD dan !) hingga perguruan
tinggi (P'% dan P'A!%) . Dari alokasi dana, perhatian, pembinaan manajerial,
bantuan buku dan media pembelajaran, serta penempatan guru, hingga
pemberian beasiswa pendidikan lanjut sering tidak sama antara yang diterima
oleh sekolah umum (Kemdikbud) dengan madrasah (Kemenag).
b !ubjekti"itas dan #bjekti"itas dalam kajian aksiologi.
;ilsa4at tidak dipungkiri mencangkup dalam berbagai ranah, ialah sebuah
bidang kajian yang amat luas. Penggunaan kata 5Aksiologi6 pada judul tulisan
ini, dimaksudkan sebagai pengingat, bahwa tulisan ini tidak berambisi ingin
menjelaskan panjang lebar tentang kondisi persoalan dualisme dan dikotomi
pendidikan di !ndonesia seperti yang dilakukan oleh Adnan ahdi . Si dan
Asep iwan. Akan tetapi, membatasi diri hanya pada persoalan kajian aksiologi.
2aitu dengan berdasarkan pada dua pandangan ekstrim dalam kajian 4ilsa4at nilai
(aksiologi). Pertama adalah pandangan subjekti4itas dan yang kedua ialah
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
7/18
pandangan objekti4itas. "al ini sengaja diberlakukan, mengingat bidang 4ilsa4at
yang di dalamnya juga cabang aksiologi, amatlah luas ranah cakupannya.
Sebelum membahas lebih lanjut, satu hal yang sangat penting dan jangan
sampai diabaikan dalam kajian aksiologi adalah persoalan nilai$nya. Pembahasan
dalam kajian aksiologi tentang nilai terlebih dahulu perlu diketahui, bahwa nilai
dita4sirkan sebagai sesuatu yang independen. "akikat nilai adalah kualitas.
Dibedakan dengan ada being dengan nilai "alue. Persoalan nilai inilah yang
memicu munculnya dua pandangan ekstrim didalam kajian aksiologi, yaitu
pandangan subjekti4itas dan objekti4itas. Permasalahan mengenai pencarian
ta4siran carrier of the "alue (Pengembang nilai) dengan locus of the "alue
(kedudukan nilai atau substansi nilai).
enginterpretasi atau mencari keberadaan suatu nilaidalam kajian aksiologi
berdampak pada timbulnya dua pandangan ekstrim. Pandangan pertama yaitu
subjekti4itas, adalah berpandangan bahwa nilai itu ada akibat ditentukan
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
8/18
tidak tergantung pada pembawanya (objekti4), merupakan kualitas apriori (yang
telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui mengalaman indrawi terlebih
dahulu). *
c) Kajian aksiologi $subjekti"itas dan objekti"itas dalam %ersoalan dualisme
dan dikotomi %endidikan di Indonesia.
Adnan ahdi . Si dalam hasil penelitiannya, memaparkan bahwa konsep
dualisme dan dikotomi terhadap dunia pendidikan sekarang ini terjadi tidak
terlepas dari sejarah campur tanganpenjajahan diktator belanda, yang pada saat
itu sekolah$sekolah yang didirikan para penjajah pihak belanda memisahkan
antara sekolah yang notabennya terlepas dari nilai$nilai agama (seperti sekolah$
sekolah yang ada di eropa pada umumnya dengan memisahkan antara sains
dengan agama) dengan sekolah yang berbasis nilai$nilai keagamaan (pesantren
dll).
enarik dari pernyataan sebelumnya, apabila menelisik lebih jauh asal
dualisme dan dikotomi pendidikan di !ndonesia, ini adalah sebuah sistem
lanjutan dari penjajahan para komunis belanda di jaman dulu. 2aitu pemisahan
dualis pendidikan antara ilmu eksakta (sains) dengan ilmu agama, yang karenaitu ulah para penjajah 9elanda. aka demikian, tidaklah heran jika pemisahan
dualisme seperti ini terjadi, !ndonesia pada saat itu masih berstatus sebagai
negara jajahan yang belum memiliki daya untuk mengatur pemerintahannya
sendiri, adalah dapatlah dimaklumi. 'etapi saat ini, tidak ada alasan untuk
melanjutkan bentuk pemikiran para diktator belanda itu. !ndonesia bukanlah
%egara jajahan lagi. Kuasa pemerintahan !ndonesia telah sepenuhnya ada di
bawah naungan pemerintahan negara sendiri tanpa ada lagi campur tangan dari
negara manapun juga.
Dualisme dan dikotomi pendidikan yang terjadi di indonesia saat ini tidak
hanya berhenti pada tahap pembedaan dua lembaga dalam berkonstribusi
4Lih" Ibid", hlm" 51"
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
9/18
menaungi pembinaan pendidikan yaitu Kemenag dan kemendikbud. 'etapi
merabak keaspek yang lainnya, St. Kartono (--) dalam . Eoko Susilo (--)
mengeluarkan pernyataan yang amat krusial, yaitu dengan berkata bahwa pejabat
Depdiknas menganggap sekolah swasta sebagai pesaing sekolah negeri yang
harus dilibas. Pendapat St. Kartono tersebut didukung dengan adanya kebijakan$
kebijakan yang merugikan serta tidak mendunkung keberadaan sekolah swasta. +
=ebih$lebih lagi permasalahan daualisme dan dikotomi dalam hal ini
ternyata juga berdampak pada ketidakmerataan pemberdayaan pendidikan yang
ada di !ndonesia saat ini. Pernyataan ini ditegaskan dengan kesimpangsiuran
serta ketidakadilan pemerataan hak warga negara dalam memerdekakan dirinyasendiri, tidak dapat menikmati 4asilitas pendidikan secara merata di semua
daerah terutama bagian pelosok !ndonesia.C
Pemerataan pendidikan merupakan masalah di bidang pendidikan pada
negara berkembang seperti !ndonesia. 9erdasarkan data yang diperoleh dari
Departemen Pendidikan %asional (Depdiknas) dari periode --
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
10/18
melanjutkan pendidikan ke le8el S#. "al ini juga belum memperhitungkan
anak putus sekolah di le8el pendidikan S#.
"asil data terakhir dari Depdiknas pada tahun -
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
11/18
realita bahwa data angka partisipasi kasar (APK) hanya sebesar /,+F, atau
berjumlah C.-+.-+* anak dari total jumlah penduduk usia $1 tahun yang
berjumlah ./+.1-- jiwa anak. Angka ini belum termuat pada angka partisipasi
murni (AP) yang bisa saja lebih kecil lagi dari angka partisipasi kasarnya.
Pendidikan tidak dapat dinikmati sepenuhnya semua anak$anak di !ndonesia
dengan baik serta merata. elihat 4akta data Depdiknas tahun -1 yang
menunjukkan bahwa angka partisipasi murni (AP) mulai dari tingkat sekolah
dasar (SD) sampai kejenjang perguruan tinggi nasional (P'%) masih sangat jauh
dari apa yang diharapkan. Sangat disayangkan apabila melihat partisipasi anak$
anak sekolah di !ndonesia untuk menginjakkan kaki menuju kejenjangpendidikan yang lebih tinggi semakin mengalami penurunan. Padahal pendidikan
begitu penting untuk kemajuan sebuah bangsa, Sindhunata (--) dalam . Eoko
Susilo (--) menerangkan bahwa pada tahun 'he !nternational 0omission
4or 3ducation De8elopment dari #nesco, dulu sudah mengingatkan bangsa$
bangsa, jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan suatu bangsa,
harus dimulai dengan pendidikan sebab pendidikan adalah kunci. 'anpa kunci itu
segalanya akan sia$sia. Pendidikan adalah wadah untuk meningkatkan mutu serta
kualitas SD manusia.%ilai$nilai pendidikan yang sebagaimana telah termaktub dalam Pembukaan
##D *+ alenia !G, batang tubuh konstitusi itu di antaranya Pasal -, Pasal ,
Pasal / 0 ayat (), Pasal 1, dan Pasal 1,tidak semata harus berbicara untuk
bertujuan memajukan dan meningkatkan mutualitas SD saja, tapi hal yang
lebih utama adalah bagaimana suatu pengolahan sistem pendidikan dapat
diwujudkan menjadi sentral pembangunan budaya moral yang baik, sehingga
mutualitas dan juga kualitas SD tentunya dapat saling memenuhi.
!ntan Ayu 3ko Putri (- /), dalam tesisnya yang berjudul $onsep
Pendidikan %umanistik $i %ajar De&antara dalam Pandangan Islam, memuat
bahwa Ki "ajar Dewantara yang dikenal sebagai bapak pendidikan !ndonesia
mengartikan pendidikan, yaitu ialah untuk memperhatikan keseimbangan cipta,
rasa, dan karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
12/18
transfer of kno&ledge, tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses
trans4ormasi nilai (transformation of "alue). Dengan kata lain pendidikan adalah
proses pembentukan karakter manusia agar menjadi sebenar$benar manusia.
Apabila kesimpangsiuran terjadi dalam pemaknaan tujuan pendidikan yang
sebenarnya, yaitu dengan beranggapan bahwa pendidikan yang seharusnya ialah
semata$mata bertujuan untuk menghasilkan produk$produk manusia bermutu
saja yang hanya bekerja seperti mesin (terlepas dari nilai$nilai moral > humanis?).
Produk manusia yang hanya mengenal untung dan rugi, dan tanpa ada
pengimbangan asupan pemahaman nilai$nilai moral agama, maka yang terjadi
adalah dekandensi moral, nihillisme.
Salah satu 4akta ketidak suksesan pengelolaan pendidikan di !ndonesia
dalam menselaraskan nilai$nilai moral dengan ilmu pengetahuan, juga
diungkapkan oleh Didik Darmanto (--*), dalam . Eoko Susilo (--) yang
mengatakan, bahwa sistem Pendidikan %asional sudah gagal dalam mewujudkan
manusia !ndonesia seutuhnya, terlihat dari depotisme moral masyarakat. Praktek$
praktek korupsi, kolusi, pemerasan dan aksi clepto lainnya, laHim dikoloni oleh
para pejabat negara, yang pada dasarnya mereka mengenyam pendidikan lebih
tinggi dibanding dengan masyarakat awam. Pernyataan ini adalah sebuah
gambaran bagaimana nilai$nilai moral dalam dunia pendidikan di !ndonesia
mengalami kepincangan (ketidak seimbangan asupan moral dan ilmu
pengetahuan) serta tidak betul$betul teresapi dengan baik.
Persoalan ini adalah sebuah tantangan bersama dalam mewujudkan
peningkatkan kualitas dan mutualitas manusia !ndonesia yang tidak hanya pada
tataran ilmu pengetahuan saja tapi sejalan dengan nilai$nilai moral kemanusiaan.
Eawaban dari kunci persolan ini adalah pendidikan. Pendidikan sejatinya sebuah
wadah dalam mencapai suatu nilai kebaikandengan peningkatan mutualitas dan
tentunya kualitas manusia. Pendidikan asalinya memuat nilai$nilai baik seperti
yang dicita$citakan Ki "ajar Dewantara, serta juga termuat dalam Pembukaan
9Lih" " unardi, !iet8sche, *+oyakarta, -anisius, 199(, hlm" 10"
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
13/18
##D *+. Adapun nilai kebaikan yang dimaksudkan disini adalah, nilai baik
'ang diartikan sebagai nilai yang melekat pada tindakan mewujudkan nilai
posit4, sebagai yang berlawanan dengan nilai negati4, yang melekat pada
tindakan mewujudkan nilai dalam tingkatan ke tahap lebih tinggi atau tertinggi
dalam susunan nilai.-
erujuk dari pernyataan sebelumnya, apabila diakui nilai$nilai pendidikan
yang dicita$citakan bangsa !ndonesia seperti yang termuat dalam nilai$nilai
Pancasila, utamanya dalam Pembukaan ##D *+. aka nilai$nilai pendidikan,
apabila ditarik dalam kajian aksiologi dimaknai sebagai nilai yang objekti4 (an$
sich). %ilai yang ada terlepas dari pengembang nilai$nya atau dari penilaiansubjekti4. !ni pun sesuai juga dengan pemahaman a@ Scheler, yang
mena4sirkan bahwa nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada
pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia
tanpa melalui mengalaman indrawi terlebih dahulu). 'entunya pernyataan
tersebut didasarkan dengan terlepas dari bentuk pembawa nilai (carrier o4 the
8alue) sebagai tempat didalamnya kedudukan nilai (locus o4 the 8alue) ada
secara independen.
#ntuk memperjelasnya, pengembang atau pembawa nilai yang dimaksudkan
ialah wadah dari kedudukan nilai pendidikan itu sendiri (locus o4 the 8alue),
yaitu adalah sebuah lembaga pembinaan yang dilakukan oleh dua pihak
kementrian, antara Kementrian Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud) dan
Kementrian Agama (Kemenag). 'erlepas dari nilai$nilai luhur sebagai
kedudukan nilai$nya. 9erdampak dikemudian timbul tendensi yang bersi4atsinn
set(ung (pemberian makna) secara subjekti4. elakukan suatu penilaian sepihak
dengan melepaskan dirinya dari apa yang seharusnya dilakukan dalam
1&Untuk penjelasan lebih lengkap tentang susunan nilai atau hirarki nilai, lihatPaulus )ahana, Nilai Etika Aksiologi Max !heler, *+ogyakarta, -anisius, %&&4(,hlm" 590"
11 Lih" Ibid", hlm" 51"
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
14/18
mengeksplanasi sesuatu yang masih bersi4at tendensi interpretasi. Persoalan
semacam ini mengisyaratkan pada apa yang dimaksud dengan nilai jahat
melakukan segala sesuatunya atas dasar penilaian subjekti4. =ebih jelasnya, nilai
jahat yang dimaksudkan ini, adalah nilai yang melekat pada tindakan dalam
mewujudkan suatu nilai negati4, yang melekat pada tindakan mewujudkan nilai
dalam tingkatan yang lebih rendah atau terendah dalam susunan nilai.
Sekedar mempertegas bahwa pengelola atau pembinaan pendidikan yaitu
yang dilakukan oleh Kemenag dan kemendikbud adalah dimaknai sebagai
wadah
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
15/18
dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu serta berkualitas, tidak bisa dikata
telah sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya, malah disikapi secara
subjekti4 di dalam mengelola pendidikan dan tidak dimaknai secara objekti4.
Semestinya bahwa, pelaksanaan pendidikan di !ndonesia harus merujuk dan
tidak terlepas dari nilai$nilai luhur kemanusiaan (nilai objekti4 yang tempat
kedudukan nilai itu ada pada pengembangnya
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
16/18
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada 'uhan 2ang
aha 3sa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreati4, mandiri, menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.6
BAB III
Penutu%
a Kesim%ulan
i. Dualisme adalah pembagian dua posisi atau lebih dengan kesetaraan hak dankewajibannya dalam satu tujuan yang sama. Dualisme biasa diartikan dengan
adanya dua hal yang saling mengimbangi atau setara dalam satu hal. 2ang
mengacu pada penegasian kata dualisme. Sedangkan dikotomi, adalah dua halyang setara, diberlakukan daripadanya suatu pembedaan kebijakan dan tujuan
masing$masing yang akan dicapainya.
ii.Subjekti8itas aliran yang berpandangan bahwa nilai itu ada akibat
ditentukan
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
17/18
itu ada karena didasarkan pada penilaian secara subjekti4 terhadap nilai guna
pendidikan.
b !aran
9erbagai Pelaksanaan otonomi pendidikan menghadapi banyakhambatan yang perlu segera dipecahkan bersama. 9erbagai hambatan yang
muncul disebabkan perbedaan interpretasi antara kewenangan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, serta inkronisasi pengelolaan komponenpendidikan yang berada di bawah Kementerian Agama dengan komponen
pendidikan di bawah pemerintah daerah dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Sehingga sekarang banyak usulan untuk sentralisasi pendidikan.akalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. 'idaklah mungkin
cukup merangkup segala bentuk permasalah dualisme dan dikotomipendidikan di !ndonesia dalam tulisan singkat ini. akalah ini terbatas hanya
pada kajian aksiologi saja, yang juga membatasi diri pada konsep teoriaksiologi a@ scheler dalam pandangannya tentang kedudukan nilai. aka
pemakalah menyarankan untuk sekiranya pembaca tidak secara dini puas
cukup dalam satu bentuk sudut pandang saja, melainkan untuk dapatmengupayakan melakukan pendekatan terhadap objek yang ingin pembaca
analisis dengan menggunakan sudut pandang atau dengan bentuk pendekatan
yang lain. akalah ini hanya sebatas membantu memperkaya in4ormasi objekkajian yang sebelumnya telah dilakukan oleh pihak yang lain.
Da(tarPustaka
3ko Putri, !ntan Ayu. Sinopsis 'esis gelar agister )$onsep Pendidikan %umanistik
$i %ajar De&antara dalam Pandangan Islam#. Semarang !A!% alisongo,
-.
&3%S'&A K33%D!K%AS. *encana Strategis $ementrian Pendidikan Nasional
+,-,+,-/. Eakarta Kementrian Pendidikan %asional, --.
Sistem Pendidikan %asional. 00 *I No +, 1ahun +,,2! beserta peraturanpelaksanaan'a. Eakarta Departemen Pendidikan %asional, --1.
Susilo. . Eoko.Pembodohan Sis&a 1ersistematis. 2ogyakarta Pinus, --.
So4iah, Siti, dkk. AP$3APM 4Angka Partisipasi $asar3Angka Partisipasi Murni5
tahun +,-+3+,-2. Eakarta Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kemdikbud,
-1.
ahana, Paulus.Nilai Etika Aksiologi Max Scheler. 2ogyakarta Kanisius, --*.
7/25/2019 Dualisme Pendidikan Di Indonesia Dari Perspektif Aksiologi
18/18