5
1. Dukuh ( Lansium parasiticum) Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5–5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji ( arilus ) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam. Kultivar- kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis. Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan. Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging tebal, manis atau masam, dan berbau harum. Wilayah asal usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di barat hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina . Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas

Dukuh dll.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dukuh dll.doc

1. Dukuh (Lansium parasiticum)

Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5–5 cm,

dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding)

buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji

terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.

Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter),

namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang

memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya,

ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang

dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-

langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.

Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon

yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang

relatif pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak

tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging

tebal, manis atau masam, dan berbau harum.

Wilayah asal usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di barat

hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam

sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar

dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar,

di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.

Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita,

Jakarta

2. Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.)

merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama

mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa

jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal

dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi

dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari

semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat

utama bagi mayoritas penduduk dunia.

Page 2: Dukuh dll.doc

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim,berakar serabut,batang

sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling

menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda

hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian

bunga tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut floret yang terletak pada

satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat

dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga

15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur

dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.

Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier

Publishing Projects. Jakarta, 1984.

3. Peria atau pare (Momordica charantia)

adalah tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama

daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma.[2] Aanggota suku labu-labuan

atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun

bahan pengobatan.[3] Nama Momordica yang melekat pada nama binomialnya berarti

"gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas

gigitan.

Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada

ujungnya serta permukaan bergerigi.  Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat

ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam

di pekarangan dengan dirambatkan di pagar.  Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat

dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk

isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan

panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta

warnanya hijau tua. Bungamerupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon,

bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10

rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna

buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.

Pare banyak di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemui

di tanah terlantar, tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan

dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak perlu cahaya matahari yang

terlalu banyak sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. [1] Benih

Page 3: Dukuh dll.doc

peria diambil dari buah yang sudah cukup matang. Sesudahnya, semai dalam polypot dengan

ukuran 8-12 cm, isi dengan tanah yang baik. Sesudahnya, semai sebanyak 2-3 biji. Tanah

harus selalu lembab, hingga tumbuh tunas. Jika daun sudah muncul sebanyak 2-4 lembar,

sisakan satu dan cabut yang lainnya. Pidahkan ke tanah, dan siram dengan air yang cukup,

dan tutup dengan sekam. Akan tetapi, peria yang berjenis peria gajih lebih baik ditanam di

dataran rendah dengan tanah yang gembur. Biasanya ditanam di pekarangan, dan harus ada

sedikit naungan agar buahnya dapat berwarna putih.

Soeseno, Slamet (1985). Sayur-Mayur untuk Karang Gizi. hal.48-49.Jakarta:Penebar

Swadaya.

4. Rambutan (Nephelium lappaceum)

Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi

dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk

menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung

umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.

Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai,

pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini

sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun

muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan

beristirahat tumbuh.

Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp).

Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah

ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang

dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada

kulit terluar biji atau lepas ("rambutan ace"/ngelotok).

Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat

banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember

hingga Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah

musiman lain, seperti durian dan mangga.