6
PER DOSKI Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Buletin 001 / x /2013 WAHANA KOMUNIKASI, INFORMASI & EDUKASI DARI DAN OLEH ANGGOTA PERDOSKI Salam Perdoski, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya, kita diberi kesehatan yang baik, dan dapat bertemu lagi. Disadari bahwa komunikasi diantara para anggota sangat diperlukan, dan perlu diwadahi. Setiap tahun PERDOSKI berusaha menerbitkan buletin yang diharapkan dapat menjadi ajang komunikasi, yang menampilkan hal2 yang sudah dilakukan sepanjang tahun. Penerbitan buletin kali ini agak berbeda dg tahun sebelumnya, materi dipilih dari artikel yang ditulis anggota, baik artikel ilmiah maupun populer dsn disajikan secara elektronik. juga ada bebrapa laporan dan gambar kegiatan PIT XIII & APEODS XII, Jogja. Diharapkan asupan dan kontribusi dari seluruh anggota untuk materi buletin yang akan datang. Bravo PERDOSKI! Salam hangat Syarief Hidayat Salam hangat dari kami, Apa kabar sejawat? Tidak terasa begitu cepat waktu berlalu, satu tahun kita tidak bertemu dibuletin. Info kami dari salemba I , CD direktori, sudah terbit, dan didistribusi saat pelaksanaan PIT, APEODS, Jogja. Setelah selesai PIT, kita harus sudah bersiap-siap untuk menghadapi Konker, ya..mohon dikirim pada kami materi bahasannya, dan kita harus siap menghadapi KONAS Bandung. Untuk bahan buletin selanjutnya, sejawat (anggota biasa dan sejawat muda) dapat berkontribusi dalam penulisan kegiatan, artikel populer dan ilmiah, serta kirimkan foto kegiatan baik yg diselenggarakan di PC maupun IPDS. Kami akan senang hati untuk memasukkannya ke e- buletin PERDOSKI. Dan ada sedikit kenang2an dari kami untuk artikel yang masuk....seru, kan? Oiya, kami juga buat merchandise baru, yang bagus dan cukup menarik, pemesanan dapat dilakukan via email pp, ya: [email protected]. Selamat berkreasi, dan Bravo PERDOSKI. Salam hangat dari Salemba satu! Sekilas Info dari Sekretariat PERDOSKI Salam Perdoski | 1 Sekilas Info dari Sekretariat PERDOSKI | 1 Menuju Indonesia Bebas Kusta | 2 12th Asia Pacific Environmental & Occupational Dermatology Symposium \ 3 13th Annual Scientific Meeting of Indonesian Society of Dermatology & Venereology | 4 Galeri Foto | 5-6 Daftar Isi

e Bulletin Perdoski 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perdoski

Citation preview

Page 1: e Bulletin Perdoski 2013

PERDOSKIPerhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia

Buletin 001 / x /2013

WAHANA KOMUNIKASI, INFORMASI & EDUKASI DARI DAN OLEH ANGGOTA PERDOSKI

Salam Perdoski,Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya, kita diberi kesehatan yang baik, dan dapat bertemu lagi.

Disadari bahwa komunikasi diantara para anggota sangat diperlukan, dan perlu diwadahi. Setiap tahun PERDOSKI berusaha menerbitkan buletin yang diharapkan dapat menjadi ajang komunikasi, yang menampilkan hal2 yang sudah dilakukan sepanjang tahun.

Penerbitan buletin kali ini agak berbeda dg tahun sebelumnya, materi dipilih dari artikel yang ditulis anggota, baik artikel ilmiah maupun populer dsn disajikan secara elektronik. juga ada bebrapa laporan dan gambar kegiatan PIT XIII & APEODS XII, Jogja. Diharapkan asupan dan kontribusi dari seluruh anggota untuk materi buletin yang akan datang. Bravo PERDOSKI!

Salam hangatSyarief Hidayat

Salam hangat dari kami,Apa kabar sejawat?Tidak terasa begitu cepat waktu berlalu, satu tahun kita tidak bertemu dibuletin.Info kami dari salemba I , CD direktori, sudah terbit, dan didistribusi saat pelaksanaan PIT, APEODS, Jogja. Setelah selesai PIT, kita harus sudah bersiap-siap untuk menghadapi Konker, ya..mohon dikirim pada kami materi bahasannya, dan kita harus siap menghadapi KONAS Bandung.Untuk bahan buletin selanjutnya, sejawat (anggota biasa dan sejawat muda) dapat berkontribusi dalam penulisan kegiatan, artikel populer dan ilmiah, serta kirimkan foto kegiatan baik yg diselenggarakan di PC maupun IPDS. Kami akan senang hati untuk memasukkannya ke e- buletin PERDOSKI. Dan ada sedikit kenang2an dari kami untuk artikel yang masuk....seru, kan?Oiya, kami juga buat merchandise baru, yang bagus dan cukup menarik, pemesanan dapat dilakukan via email pp, ya: [email protected] berkreasi, dan Bravo PERDOSKI.Salam hangat dari Salemba satu!

Sekilas Info dari Sekretariat

PERDOSKI

Salam Perdoski| 1

Sekilas Info dari Sekretariat PERDOSKI| 1

Menuju Indonesia Bebas Kusta| 2

12th Asia Pacific Environmental & Occupational Dermatology

Symposium \ 3

13th Annual Scientific Meeting of Indonesian Society of Dermatology & Venereology | 4

Galeri Foto | 5-6

Daftar Isi

Page 2: e Bulletin Perdoski 2013

2 Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia

Penyakit kusta, yang disebut morbus Hansen atau leprae dalam dunia kedokteran, merupakan suatu penyakit menular menahun yang disebabkan Mycobacterium leprae. Walaupun termasuk penyakit menular, penyakit kusta tidak termasuk dalam penyakit yang sangat infeksius. Seseorang dapat terkena penyakit kusta apabila melakukan kontak berkala dengan pasien kusta yang tidak diobati, yaitu melalui droplet yang berasal dari mulut atau hidung penderita tersebut. Deteksi untuk mengetahui penularan penyakit kusta bukanlah hal yang mudah karena masa inkubasi yang diperlukan hingga timbulnya gejala adalah lima tahun, bahkan terkadang gejala baru muncul setelah 20 tahun. Selain menimbulkan kelainan berupa nodul pada kulit, kusta juga dapat menyebabkan gangguan saraf berupa hilangnya kemampuan sensoris. Jika tidak diobati, penyakit tersebut dapat menimbulkan kerusakan saraf, atrofi otot, serta kecacatan permanen. Penderita kusta yang mengalami cacat akan kehilangan kemandirian untuk melakukan aktivitas sehingga menambah beban dari penyakit itu sendiri.

Pengobatan penyakit kusta yang dicanangkan oleh WHO dikenal dengan multi drug treatment (MDT) dan merupakan kombinasi dari tiga jenis obat, yaitu dapsone, rifampicin, serta clofazimine. Sejak tahun 1995, WHO memberikan MDT gratis kepada pasien kusta diseluruh dunia sebagai sarana untuk mengoptimalkan eliminasi kusta di negara endemis selain program nasional dan sub-nasional di negara tersebut. Indonesia termasuk 1 dari 9 negara dengan endemisitas kusta tertinggi di dunia menurut WHO sekaligus menjadi peringkat ke-3 penderita kusta terbanyak setelah India dan Brazil. Pada tahun 2009, prevalensi penyakit kusta di Indonesia tercatat sebesar 21.026 kasus (0,91/ 10.000) dan berhasil memenuhi kriteria eliminasi kusta yaitu 1 per 10.000 penduduk. Angka prevalensi kusta tersebut menurun pada tahun 2010 menjadi 20.329 kasus (0,86/ 10.000). Penurunan angka kejadian kusta di Indonesia merupakan wujud keberhasilan kerjasama antara kementrian kesehatan dan berbagai lembaga kesehatan dalam melaksanakan program

Menuju Indonesia Bebas Kusta

Hidup mandiri dan sehat merupakan keinginan setiap orang. Namun, penderita penyakit kusta sulit mewujudkan hal tersebut karena penyakit yang merenggut kemandirian mereka secara fisik. Oleh karena itu, dokter sangat berperan dalam mendeteksi

dan mengobati pasien kusta.

eliminasi kusta. Sebagai perhimpunan profesi di bidang kesehatan kulit, Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) melakukan kerja sama dengan dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan lingkungan (P2MPL) untuk mewujudkan Indonesia bebas kusta. Perjanjian kerjasama ditandatangani pada 27 Januari 2001 oleh Prof. Dr.dr. Hardyanto, Sp. KK sebagai ketua umum PP PERDOSKI. Dengan adanya kerjasama tersebut, penemuan dan pengobatan pasien kusta secara berkesinambungan dapat terlaksana. Fokus kerjasama PP PERDOSKI dan P2MPL adalah pembentukan forum komunikasi dan penyebaran

informasi demi pengembangan dan pemantapan pelaksanaan program eliminasi kusta.

Pada tahun 2008, Kelompok Studi Morbus Hansen Indonesia (KSMHI) PERDOSKI berhasil melaksanakan enam kegiatan terkait eliminasi dan pencegahan

kecacatan penyakit kusta, termasuk penerbitan bulletin

KSMHI serta berbagai seminar dan workshop. Rangkaian

kegiatan tersebut melibatkan staf pengajar, PPDS ilmu penyakit

kulit dan kelamin, serta mahasiswa kedokteran. Kegiatan KSMHI

PERDOSKI semakin berkembang di tahun 2009 dengan adanya pertemuan pemantapan

penyelenggaraan rumah sakit khsus dan pembuatan buku bibliografi penyakit kusta di Indonesia jilid IV. Satu tahun kemudian, KSMHI kembali mengoptimalkan penyebaran informasi mengenai penyakit kusta dengan melibatkan media massa dalam rangka peringatan hari kusta sedunia ke-57. Selain itu, juga diadakan workshop terkait pencegahan kecacatan akibat penyakit kusta dan pembuatan buku mengenai kusta.

Setelah melaksanakan berbagai program untuk mengoptimalkan eliminasi penyakit kusta di Indonesia, pada tanggal 19 April 2012 diadakan Review Nasional Program Kusta dan Frambusia. Sebagai ujung tombak pelayanan, dokter spesialis dalam acara tersebut diharapkan dapat membantu eliminasi dan pencegahan kecacatan penyakit kusta di Indonesia khususnya di daerah endemis.

Narasumber : Dr. dr. Yulianto Lystiawan, SpKK(K)

2

Page 3: e Bulletin Perdoski 2013

3Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Edisi 001 / X / 2013

Pada tanggal 23 Oktober 2013, Hotel Sahid Rich Jogja menjadi saksi bisu pembukaan acara 12th Asia Pacific Environmental & Occupational Dermatology Symposium (APEODS).Acara tersebut dihadiri oleh Prof. dr. Ali Gufron Mukti, MSc, PhD sebagai Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. DR. dr. Hardyanto Soebono, SpKK(K) selaku Ketua Panitia, serta dr. Syarief Hidayat selaku Ketua PP PERDOSKI. Pembicara asing yang diundang mencapai 20 orang, sedangkan pembicara lokal 50 orang. Jumlah peserta yang hadir mencapai kurang lebih 1300 orang. Acara kali ini memiliki topik panas berupa Challenge on Environmental Occupational Dermatology.

Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa ada sekitar 48% penduduk Indonesia yang tergolong sebagai kaum pekerja. Bagi kaum tenaga kerja tersebut, ada beberapa masalah spesifik yang patut mendapat perhatian, yaitu mortalitas, morbiditas, disabilitas, dan pengaruh medis ataupun nonmedis. Luka terkait okupasi telah mengakibatkan kerugian 400 milyar. Selain itu, kerugian ekonomi tak langsung akibat kelemahan implementasi keamanan dan kesehatan okupasi mencapai 50 triliun. Angka tersebut mencerminkan rendahnya kesadaran Indonesia akan kesehatan okupasi.

Perkembangan pesat di bidang industri kimia dan metode produksi pabrik telah membawa ancaman serius berupa penyakit kulit di lingkungan kerja. Kulit adalah organ yang secara langsung berhubungan dengan lingkungan luar. Oleh sebab itu, kulit cenderung merupakan target utama bagi penyakit okupasi. Hal itu juga didukung oleh hasil statistik bahwa hampir sebagian besar penyakit okupasi terjadi pada

kulit. Dermatosis okupasi didefinisikan sebagai kondisi patologis kulit di mana pajanan faktor pekerjaan adalah faktor utama ataupun faktor yang berkontribusi terjadinya penyakit.

Dermatosis okupasi merupakan penyebab mayor disabilitas dalam populasi pekerja yang akhirnya berujung pada penurunan produktivitas pekerja. Mengingat banyaknya jumlah tenaga kerja Indonesia yang terkena dermatosis okupasi, maka dibutuhkan kompetensi khusus bagi seorang dokter agar mampu melakukan diagnosis okupasi. Sayangnya, tidak semua dokter memiliki kompetensi tersebut saat ini.

Guna menyembuhkan penyakit dermatosis okupasi, perlu dilakukan diagnosis dengan tahap-tahap yang tepat dan sesuai. Diagnosis okupasi terdiri atas tujuh tahap. Tahap pertama adalah diagnosis klinis berupa pemeriksaan jenis penyakit kulit yang dialami pekerja. Kemudian, dilanjutkan ke tahap 2 berupa identifikasi riwayat pajanan dari pekerja, mencakup frekuensi kerja dan lama waktu kerja. Tahap 3 adalah konfirmasi hubungan antara penyakit dengan pajanan. Dalam tahap 3, dipastikan apakah benar-benar ada hubungan penyakit-pajanan atau ada factor-faktor lain yang juga turut mempengaruhi kondisi penyakit. Jika hubungan telah dipastikan, tahap berikutnya adalah identifikasi kerentanan pekerja individu terhadap pajanan. Namun, jika tidak terdapat hubungan, dilakukan identifikasi pajanan nonokupasi dalam kehidupan pekerja terkait. Setelah melalui rangkaian diagnosis tersebut, maka penyakit okupasi pekerja pun dapat ditentukan.

12th Asia Pacific Environmental & Occupational Dermatology Symposium

Pemberian ILDS appreciation letter untuk Prof DR Dr Hardyanto, SpKK(K)

Page 4: e Bulletin Perdoski 2013

4 Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia

Setelah panas membahas topik Challange on Environmental Occupational Dermatology pada 23 Oktober 2013 lalu, kini PERDOSKI menyelenggarakan 13th Annual Science Meeting pada 24 Oktober 2013 dengan topik yang tak kalah seru, yakni peran dokter spesialis kulit dan kelamin pada penyakit kulit akibat kerja. Salah satu topik plennary yang diangkat adalah Current Problems of Leprosy and Yaws in Indonesia. Pertemuan ilmiah tahunan (PIT) PERDOSKI adalah kegiatan tahunan yang diadakan pengurus PERDOSKI untuk seluruh dokter spesialis Kulit dan Kelamin. Pada PIT kali ini, dibawakan pembahasan materi berupa program penanggulangan infeksi kusta dan framboeisa dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.

Prevalensi kusta di Indonesia pernah mencapai 1/1000 penduduk pada tahun 2000. Sejak saat itu pula, Indonesia telah dinyatakan mampu mencapai target eliminasi kusta. Akan tetapi, setelah lebih dari 10 tahun berlalu, angka infeksi kusta justru tidak berkurang dan masih dapat ditemui di tengah masyarakat. Indonesia bahkan menduduki peringkat 3 negara kontributor kasus kusta baru pada tahun 2012. Kenyataan tersebut merupakan suatu prestasi yang jauh dari membanggakan. Total kasus baru setiap tahunnya sekitar 18.000 dan 76% kasus berasal dari provinsi endemik.

Kusta memiliki stigma yang tak terhormat dalam masyarakat. Hal itu tentunya berdampak buruk secara psikologis pada

individu yang terinfeksi kusta dan berkontribusi besar dalam peningkatan jumlah individu yang terinfeksi dalam masyarakat. Hal itu disebabkan kurangnya kesadaran dan perhatian masyarakat akan kondisi penderita kusta. Fakta itu sangatlah mengecewakan dan perlu menjadi fokus perhatian bersama, terutama mengingat terjadinya peningkatan proporsi kasus anak dan disabilitas derajat 2.

Selain kusta, penyakit infeksi lain seperti yaws atau patek (frambusia) juga menjadi fokus program kali ini. Hal itu tak lain tak bukan terjadi karena adanya peningkatan jumlah penyakit infeksi akibat T. Pertenue tersebut di masyarakat akhir-akhir ini. Penyebaran penyakit framboeisa antar manusia terjadi pada masyarakat sosioekonomi rendah terutama anak di daerah dengan sanitasi yang buruk dan sedikit sumber air, seperti daerah Indonesia timur.

Fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas adalah alasan begitu pentingnya prioritas program kesehatan dalam bidang dermatologi kali ini dijatuhkan kepada infeksi kusta dan framboesia. Dengan upaya promotif, preventif, serta kuratif yang intens dan terarah, program itu diharapkan dapat mengeliminasi kedua penyakit tersebut dan mengembalikan Indonesia menjadi negara bebas infeksi kusta dan framboeisa di masa mendatang.

13th Annual Scientific Meeting of Indonesian Society of Dermatology & Venereology

Page 5: e Bulletin Perdoski 2013

5Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Edisi 001 / X / 2013

Galeri Foto

Penghargaan untuk perwakilan APEOD dari berbagai negara

APEODS business meeting

Pemberian apresiasi kepada komisariat daerah KSDAK

Page 6: e Bulletin Perdoski 2013

6 Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia

Sendratari Ramayana saat Welcome Party

Pengurus pusat PERDOSKI berfoto bersama di Candi Prambanan

Para peserta PIT XIII

Kontributor : dr.Srie Prihianti, SpKK, PhD, dr. Hanny Nilasari,SpKK, dr.R.Inge Ade Krisanti, SpKK, dr. Tia Febrianti, SpKK

Koordinator : Fatimah Sania | Editor : Nadim Marchian MT | Redaksi : Ferry Liwang, Wilton Wyllie | Desain, Ilustrasi

Fotografi, Tata Letak Cetak : Annisaa Yuneva, Eiko Bulan Matiur | Project Managenent : Media Aesculapius