38
PERAN PENGELOLAAN BERBASIS RESORT DALAM PELESTARIAN BANTENG (Bos javanicus d’Alton) DI RESORT ROWOBENDO TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Ainy Amelya Utami E34120049 Pembimbing : Dr Ir Arzyana Sunkar M.Sc Prof Dr Ir Yanto Santosa DEA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

PERAN PENGELOLAAN BERBASIS RESORT DALAM PELESTARIAN BANTENG (Bos javanicus

d’Alton) DI RESORT ROWOBENDO TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Ainy Amelya UtamiE34120049

Pembimbing :Dr Ir Arzyana Sunkar M.Sc

Prof Dr Ir Yanto Santosa DEA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

Page 2: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

PENDAHULUAN

Page 3: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

LATAR BELAKANG

RBMResort Based Management

Page 4: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

TUJUAN

Mengidentifikasi dampak implementasi RBM terhadap frekuensi perjumpaan banteng di Padang Penggembalaan Sadengan (PPS)

Mengidentifikasi jenis kegiatan RBM yang berperan dalam mempengaruhi frekuensi perjumpaan banteng di PPS

Page 5: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

MANFAAT

Memberikan informasi mengenai keberhasilan kegiatan RBM dalam konservasi satwaliar

Menjadi informasi dan masukan bagi pengelola dalam menyempurnakan sistem RBM di TNAP

Page 6: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

ASUMSIPPS merupakan satu-satunya tempat yang menjadi pusat berkumpulnya banteng di TNAP.

Pelestarian banteng yang dimaksud adalah peningkatan ukuran populasi banteng di Padang Penggembalaan Sadengan.

Frekuensi perjumpaan banteng di PPS merupakan indikator ukuran populasi banteng di PPS.Data frekuensi perjumpaan banteng hanya dikaji pada periode tahun 2003 sampai 2012, yaitu lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah implementasi RBM di TNAP.

Page 7: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

METODEPENELITIAN

Page 8: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Maret 2016

Page 9: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Perekam Suara

ALAT DAN INSTRUMEN

Kamera Alat Tulis

KuisionerBuku

Laporan TNAP

Page 10: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

JENIS DATANo Tujuan

PenelitianData yang

dikumpulkanMetode Analisis Data Sumber Data

1. Mengidentifikasi dampak implementasi RBM terhadap peningkatan frekuensi perjumpaan banteng di PPS. 

1. Frekuensi perjumpaan banteng di Padang Penggembalaan Sadengan tahun 2003-2012

1. Metode studi literatur

2.Wawancara 

1. Uji t-tidak berpasa-ngan

2. Analisis deskriptif

1. Buku statistik TNAP

2. Pegawai TNAP

 

2. Mengidentifikasi jenis kegiatan RBM yang berperan dalam mempengaruhi frekuensi perjumpaan banteng di PPS

1. Frekuensi Patroli Resort Rowobendo

2. Gangguan perburuan banteng di Resort Rowobendo

3. Kegiatan pembinaan habitat banteng di Padang Penggembalaan Sadengan.

1. Metode observasi

2. Metode studi literatur

3. Wawancara

1. Analisis deskriptif

 

1. Sistem informasi pengelolaan kawasan (Siloka) TNAP

2. Pegawai TNAP

   

Page 11: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

METODE PENGUMPULAN DATA

Studi Literatur

Observasi Lapang

Wawancara

Page 12: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Analisis Uji t Analisis uji t dilakukan untuk membandingkan frekuensi perjumpaan banteng sebelum dan sesudah dilakukannya RBM di TNAP

HipotesisH0 : tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya RBMH1 : terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya RBMJika :t hitung < t tabel (tolak H1, terima H0) berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel sebelum dan sesudah RBM, jika t hitung > t tabel (tolak H0, terima H1) berarti terdapat perbedaan antara variabel sebelum dan sesudah adanya RBM. Dimana, a = 0,05 (5%) dengan tingkat keyakinan 95%.

METODE ANALISIS DATA

Data lain yang diperoleh kemudian diolah dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dideskripsikan.  

Page 13: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

HASIL DANPEMBAHASAN

Page 14: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

RESORT ROWOBENDOResort merupakan unit pengelolaan terkecil di TN, memiliki kewajiban memperoleh data lapang.

Kewajiban resort : Melakukan kegiatan 3P

Resort Rowobendo sudah ada sejak awal TNAP ditunjuk sebagai TN.

Sebagian besar wilayah Resort Rowobendo merupakan wilayah jelajah BantengDidalam Resort Rowobendo terdapat PPS yang berfungsi sebagai daerah habitat dan konsentrasi populasi banteng

Page 15: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Pengelolaan Resort Rowobendo dan Frekuensi Perjumpaan

Banteng Sebelum dan Sesudah RBM (Tahun 2003-2012)

Page 16: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

POACPlanning

OrganizingActuating

Controlling(4 Fungsi Manajemen)

PENGELOLAAN KAWASAN

Pola ManejemenBERHASIL/EFEKTIF

Kelemahan pada salah satu fungsi mempengaruhi manajemen secara keseluruhan

Prinsip POAC penting diimplementasikan di ResortResort diberi kesempatan untuk melakukan perencanaan, pengaturan SDM, pengalokasian anggaran, menghimpun data lapang, melakukan kontrol terhadap kegiatan yang dilakukan.

Page 17: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

RESORT ROWOBENDOFungsi

ManajemenSebelum RBM

Tahun 2003-2007Setelah RBM

Tahun 2008-2012

Perencanaan(Planning)

Pengorganisasian(Organizing)

Pengarahan(Actuating)

Pengawasan(Controlling)

Frekuensi Perjumpaan Banteng

di PPS

Pengelolaan Top-Down

1.SDM terbatas2. Frekuensi Patroli 84/tahun3.Belum terjadwal, sarana belum terpenuhi

1.Pengelolaan Bottom Up2. Dibentuk UPK Sadengan2. Resort Rowobendo dan UPK Sadengan membuat KAK

1.Peningkatan Jumlah SDM2.Frekuensi patroli 100-350/tahun3.Sudah terjadwal, sarana terpenuhi

Dana DIPA diatur Balai TNAP

1.Resort/UPK Sadengan dilibatkan dalam perencanaan DIPA2.Petugas mendapat dana InsentifKeterbatasan resort dalam

3fungsi diatas, menyebabkan tidak memadainya data dilapang utk menyusun kebijakan

Terdapat SILOKA

Frekuensi Perjumpaan Banteng di PPS cenderung menurun

Frekuensi Perjumpaan Banteng di PPS meningkat

Kasus Perburuan Banteng

Banyak kasus pelanggaran terhadap banteng

Kasus pelanggaran terhadap banteng menurun

Page 18: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

2003 2004 2005 2006 20070

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Polhut Peh TotalTahun

Jum

lah

Gambar 1 Jumlah SDM Resort Rowobendo sebelum RBM

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.597/Kpts-VI/1998Tentang Polisi Hutan

Keterbatasan SDM menyebabkan pelaksanaan kegiatan di Resort belum terkoordinasi dengan baik. Patroli 84 kali/tahun. Patroli Belum terjadwal, sarana belum terpenuhi. Sehingga menyulitkan dalam pengambilan data lapang.

Page 19: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

2003 2004 2005 2006 20070123456789

1

8

6

2 2

Tahun

Jum

lah

Pela

ngga

ran

Gambar 2 Jumlah kasus perburuan banteng di Resort Rowobendo sebelum RBMSumber : BTNAP

Kelemahan dalam pengumpulan data lapang menyebabkan tidak diketahuinya penurunan pakan di PPS

Banteng keluar kawasan menuju Blok Sumber Gedang (Areal PHBM)

Page 20: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

2003 2004 2005 2006 200705

101520253035404550

8

14

9

3 4

13

29 29

1012

3 47 6

4

24

4745

19 20

Jantan Dewasa Betina Dewasa Anak TOTAL

Tahun

Jum

lah

Indi

vidu

Gambar 3 Frekuensi perjumpaan banteng di PPS sebelum RBMSumber : Statistik TNAP

Page 21: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

2008 2009 2010 2011 20120

5

10

15

20

25

Polhut Peh TPHL kontrak Total

Tahun

Jum

lah

Gambar 4 Jumlah SDM Resort Rowobendo setelah RBM

Page 22: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Sebelum RBM

2008 2009 2010 2011 20120

50

100

150

200

250

300

350

400

84116

342

299318

356

Tahun

Frek

uens

i Pat

roli

Gambar 5 Frekuensi patroli setelah RBM di Resort RowobendoSumber : Siloka TNAP

Peningkatan jumlah SDM, rincian kerja, meningkatkan frekuensi patroli.

Page 23: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Gambar 8 Pola patroli Resort Rowobendo setelah RBM

Sumber : RPJP TNAP 2016-2025

Pola patroli,tersedianya sarana serta jadwal yang jelas juga adanya dana INSENTIF untuk petugas dapat meningkatkan frekuensi patroli.

Page 24: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

2008 2009 2010 2011 20120

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

8

0

3

2

Tahun

Jum

lah

Pela

ngga

ran

Gambar 6 Jumlah kasus perburuan banteng di Resort Rowobendo setelah RBM

Frekuensi patroli yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan kasus pelanggaran terhadap banteng

Page 25: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20120

20

40

60

80

100

120

140

160

Jantan Dewasa Betina Dewasa Anak TOTAL Linear (TOTAL )

Tahun

Jum

lah

Indi

vidu

Gambar 7 Frekuensi kehadiran banteng di PPS sebelum dan setelah RBMSumber : Buku Statistik TNAP

Berdasarkan Uji – t, setelah diberlakukan sistem RBM, frekuensi perjumpaan

banteng di PPS meningkat

Page 26: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Pembinaan Habitat di PPS1. Pendongkelan kerinyu (Eupatorium odoratum)2. Pembabatan enceng-enceng (Casia tora)3. Pembuatan instalasi air bawah tanah, bak-bak air dan sprinkle

Gambar 8 Pembinaan habitat di PPSSumber : Nurhara et. al (2008)

Page 27: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Peran RBM di Resort Rowobendo dalam Pelestarian

Banteng di TNAPSumber: BTNAP (2014)

Page 28: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Penentuan kebijakan harus didasarkan pada informasi lapang yang terstandarisasi (EC-FAO 2003)Data yang diperoleh, diolah kemudian dijadikan sbg informasi untuk arah pengelolaan kedepan.Sehingga pada RBM khususnya di TNAP dibuat SILOKA (Sistem Informasi Pengelolaan Kawasan Konservasi)

Page 29: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Gambar 9 Blanko Register J TNAPSumber : BTNAP

NO REG : J 1 1 0 0 0 0

A. Informasi UmumWilayah Kerja : Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I TegaldlimoResort : Resort RowobendoHari / Tanggal : ,/ - - 2 0Jam : : WIBNama Lokasi :Koordinat : S ° ' "

E ° ' "B Satwa

Nama Satwa :

Habitat :Sifat Satwa : ( Lingkari )

Jenis Perjumpaan : ( Lingkari )

Tanda Perjumpaan : ( Lingkari )

C Keterangan

D FotoSatwa Kotoran Jejak Bulu ( √ Bila sudah di foto )

Mengetahui, ……………, …….………….…..Kepala Resort Rowobendo Pelapor,

………………………………………… …………………………………………NIP. NIP.

Kotoran Jejak Bulu Suara Tanda UmurTidak Langsung

Kelompok Soliter

JREGREGISTER INFORMASI PERJUMPAAN SATWA

:

Langsung

Berisi informasi temuan di lapang dengan format yang sudah terstandarisasi.Informasi terkait banteng data yang diisi yaitu waktu pengambilan data, habitat, titik koordinat, jenis perjumpaan

Page 30: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Gambar 10 Tampilan Siloka TNAPSumber : BTNAP

Gambar 11 Form Input Siloka TNAPSumber : BTNAP

Page 31: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

1.Klasifikasi2.Sortasi3.Entry data4.Monitoring5.Verifikasi

1.Pengumpulan2.Perekaman3.Pelaporan

1.Supervisi2.Analisis spasial/non spasial3.Update aplikasi4.Pendampingan5.Pubikasi

Tingkat Resort dan UPK

Tingkat SPTN Tingkat Balai TNAP

Gambar 12 Mekanisme pengumpulan data Siloka di tingkat resort sampai dengan BTNAP.

Sumber : BTNAP 2016

Page 32: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

PENUTUP

Page 33: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

SIMPULAN

Implementasi RBM berdampak pada peningkatan frekuensi perjumpaan banteng di PPS.Kegiatan RBM yang berperan mempengaruhi frekuensi perjumpaan banteng di PPS yaitu kegiatan pembinaan habitat (pembabatan enceng-enceng dan pendongkelan kirinyu serta penyediaan sumber air minum banteng) dan peningkatan frekuensi patroli aktif. Sistem RBM meningkatkan manajemen informasi taman nasional melalui keterlibatan resort dalam perencanaan, peningkatan sumberdaya manusia, alokasi dana resort dan adanya parameter standar dalam pengambilan data lapang (SILOKA).

Page 34: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

SARANPerlu dilakukan monitoring secara rutin populasi banteng bukan hanya di dalam kawasan tetapi juga luar kawasan terutama pada areal PHBM Perhutani (Sumber Gedang) baik pada musim hujan maupun musim kemarau.Pemilihan lokasi blok-blok untuk kegiatan patroli aktif setiap bulan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat kerawanan perburuan banteng suatu blok pada bulan tersebut.Selain melakukan kegiatan pembinaan habitat dengan cara menghilangkan spesies invasif, UPK Sadengan perlu melakukan pemeliharaan secara rutin terhadap instalasi air di Sadengan serta bak-bak minum banteng. Kajian terkait habitat dan populasi banteng selain di PPS perlu dilakukan, hal tersebut dikarenakan banteng tidak ada hanya di PPS saja melainkan juga menyebar hampir disetiap resort di TNAP.

Page 35: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

DAFTAR PUSTAKA

Page 36: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

[BTNAP] Balai Taman Nasional Alas Purwo. 2011. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Minimal Resort. Banyuwangi (ID) : BTNAP[BTNAP]. Balai Taman Nasional Alas Purwo. 2016. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang BTNAP 2016-2025. Banyuwangi (ID) : BTNAP[DEPHUT] Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/Menhut-II/2011 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Banteng Tahun 2010-2020, Jakarta (ID) : Dephut.[EC-FAO] European Commission-Food and Agriculture Organization. 2003. Evaluation of Forest and Natural Resources Data and Information Flow in The Philippines. Bangkok : FAO.Garsetiasih R.2012. Manajemen konflik konservasi banteng (Bos javanicus d’Alton 1832) dengan masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur. [disertasi]. Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana IPB.Hartono.2008.Taman nasional mandiri telaah singkat kemungkinan pembentukannya. Banyuwangi (ID) : BTNAPInnayah FH. 2011. Karakteristik habitat banteng (Bos javanicus d’Alton 1832) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB. Kashira V. 2014. Hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan di Balai Pembenihan Tanaman Hutan Jawa Madura. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.Munir R. 2011. Manajemen Apresiatif : Melejitkan Potensi Diri dalam Karier dan Bisnis Melalui Sikap Menghargai. Bandung (ID) : PT Mizan Pustaka.

Page 37: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

Murdyatmaka. 2009. Analisis habitat dan home range banteng (Bos javanicus) di luar kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi (ID) : BTNAP.___________. 2011. Revolusi budaya pengelolaan kawasan melalui implementasi resort based management di Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi : BTNAPNugroho BDS. 2001. Karakteristik penggunaan sumberdaya air oleh badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest) dan banten (Bos javanicus d’Alton) di daerah Cikeusik dan Cibandawoh Taman Nasional Ujung Kulon. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB.Nurhara B, Margo, Murdyatmaka W. 2008. Laporan kegiatan peyusunan rencana pengelolaan feeding ground sadengan. Banyuwangi (ID) : BTNAP.

[RI] Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis.Sabarno MY. 2002. Savana Taman Nasional Baluran. Biodiversitas, v. 3,no.1, p.207- 212 Siswoyo A. 2014. Permodelan spasial kesesuaian habitat akasia berduri (Acacia nilotica) di Taman Nasional Baluran. [tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana IPB.Widhayanti R.2004. Analisis hubungan motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan PT.Dahana. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.Wiratno, Arief M, Dominggus B, Ora Y, Maman S, Ro D, Evi H, Juna M. 2013. Desk evaluation pelaksanaan resort based management 2012 di BBKSDA NTT. Kupang (ID): BBKSDA NTT. Wiyanto T. 2012. Konsep sistem pengelolaan Taman Nasional Leiwangi Wanggameti Berbasis Resort. www.tnleiwangiwanggameti.com. [31 Mei 2016]. 

Page 38: E34120049_AINY AMELYA UTAMI_PPT SEMINAR RBM

TERIMA KASIH