Upload
gusdinda27
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
telaah jurnal
Citation preview
Gus Dinda Marsella1102012102
SkenarioAnak perempuan usia 6 tahun dibawa ibunya berobat ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri tenggorokan dan demam sudah 3 hari. Selain itu pasien juga mengeluh kesulitan menelan, batuk kering dan suara serak. Pada pemeriksaan vital didapatkan tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 98 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 38,5o C. Pasien sadar dengan keadaan sakit sedang. Pada pemeriksaan fisik terlihat edema dan hiperemis pada faring.
Dokter memutuskan menggunakan Rapid Antigen-Diagnostic Test untuk memastikan pasien positif faringitis atau tidak. Selain itu dokter juga melakukan kultur swab tenggorok pada agar darah plat.
Foreground QuestionApakah pemeriksaan Rapid Antigen-Diagnostic Test sama baiknya dengan kultur tenggorok dalam menegakkan diagnosis faringitis?
PICOPatient : Anak perempuan usia 6tahun dengan nyeri tenggorokanIntervention : Rapid Antigen-Diagnostic TestComparative : kultur swab tenggorokOutcome : diagnosis yang tepat untuk faringitis
Pencarian bukti ilmiah Alamat website : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/clinical Kata kunci : RADT AND throat culture AND pharyngitisLimitasi : 2006-2015
Judul ArtikelPerformance of a Rapid Antigen-Detection Test and Throat Culture in Community Pediatric Offices: Implications for Management of Pharyngitis
Type of QuestionDiagnosis
Telaah Kritis Jurnal Penelitian
Validity1. Menentukan ada atau tidaknya perbandingan yang dilakukan secara independen dan blind
terhadap suatu rujukan standar (gold standar) Disebutkan pada bagian method bahwa penelitian di ambil dari swab tenggorok
1848 anak usia 3-18 tahun yang menderita faringitis pada 15 November 2004 sampai dengan 15 Mei 2005 di 6 Kantor Komunitas Pediatri. Setiap pasien diperiksa dengan kedua metode, yaitu satu swab untuk pemeriksaan RADT dan kultur, satu lagi untuk kultur yang dikirim ke laboratorium sebagai criteria standar.
2. Menentukan kesesuaian antara sample pasien penelitian dengan spektrum penderita pada setting praktik klinik saat uji diagnostic tersebut akan diaplikasikan
Disebutkan pada bagian results halaman 439 bahwa penelitian dilakukan pada 1848 anak usia 3-18 tahun yang menderita faringitis. (Results, 439)
3. Menentukan ada tidaknya rujukan standar dilakukan tanpa melihat hasil uji diagnostic Disebutkan bahwa kultur pada agar darah plat pada swab tenggorok merupakan
metode standar untuk menegakkan diagnosis faringitis karena Streptococcus group A
Importance4. Menentukan sensitivity, specificity, likelihood ratio
Likelihood Ratio Positive (Sens/1-Spec)- RADT
0,696/(1-0,978) = 31,63- Office BAP culture
0,808/(1-0,968) = 25,25- Combined
0,851/(1-0,947) = 16,06
Likelihood Ratio Negative (1-Sens)/Spec- RADT
(1-0,696)/0,978 = 0,31- Office BAP Culture
(1-0,808)/0,968 = 0,20- Combined
(1-0,851)/0,947 = 0,16
Likelihood Ratio Positive (Sens/1-Spec)
Likelihood Ratio Negative (1-Sens)/Spec
RADT 31,63 0,31Office BAP Culture 25,25 0,2Combined 16,06 0,16
Aplicability5. Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien (available, affordable, accurate,
precise)Unclear, tidak disebutkan biaya (affordable) pemeriksaan dalam literatur.Rapid diagnosis test (RADT) sudah ada sejak tahun 1980-an dengan specifitas yang tinggi tetapi sensitivitas yang lebih rendah. American Academy of Pediatric merekomendasi pemeriksaan konfirmasi dari hasil RADT yang negative dengan pemeriksaan kultur agar plat darah.
Untuk keakuratan, pemeriksaan kultur agar darah plat memiliki sensitivitas 81%, lebih tinggi dari RADT. (Results, 440)
6. Menentukan ada atau tidaknya perubahan tatalaksanan dari hasil penelitianDengan dilakukannya pendekatan diagnosis yang baik, maka pasien dengan faringitis streptococcus group A dapat diobati dengan antibiotik yang sesuai dan juga mengurangi penggunakan antibiotik yang tidak pantas. (Discussion, 441-442)
7. Menentukan manfaat dan kerugian uji diagnostik terhadap pasien- Manfaat
Dengan melakukan kultur agar darah plat pada hasil RADT yang negative akan menaikkan sesitivitas dalam menegakkan diagnosis sebesar 85,1% (Results, 440)
Jika penegakkan diagnosis sudah tepat, maka dapat memberikan pengobatan dengan antibiotic yang tepat (Discussion, 442)
- KerugianKemampuan tiap peneliti atau dokter dalam mengevaluasi pasien (strategi dalam mengolah sample, teknik swab, prosedur di lab) berbeda-beda sehingga memungkinkan hasil lab yang berbeda. (Discussion, 442)