17
e d i t o r Rosnaeni, Dra., Apt. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K) HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 KAPITA SELEKTA Peroksisome Sentrosom SITOSKELET: Mikrofilamen Mikrovili Lisosom Badan Golgi Ribosom Nukleolus Kromatin NUKLEUS Flagelum Filamen intermediat RETIKULUM ENDOPLASMA (RE): Mitokondria Membran nukleus Membran plasma REK Mikrotubul G 0 quiscence/senescence FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA UNTUK KALANGAN SENDIRI

eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

Page 1: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

ii

e d i t o r Rosnaeni, Dra., Apt.

Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)

Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K)

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

KAPITA SELEKTA

Peroksisome

Sentrosom

SITOSKELET:

Mikrofilamen

Mikrovili Lisosom Badan Golgi

Ribosom

Nukleolus

Kromatin NUKLEUS

Flagelum

Filamen intermediat

RETIKULUM ENDOPLASMA (RE):

Mitokondria

Membran nukleus

Membran plasma

REK

Mikrotubul

G0

quiscence/senescence

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA UNTUK KALANGAN SENDIRI

Page 2: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

2

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

ii

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

KAPITA SELEKTA

e d i t o r

Rosnaeni, Dra., Apt.

Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)

Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K)

Page 3: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

iii

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih, berkat perkenan-Nya buku buku

materi pengetahuan, penuntun praktikum, panduan tutorial dan buku keterampilan klinik edisi

kedua dapat diterbitkan

Buku-buku tersebut diperlukan untuk kelancaran proses belajar mengajar dalam

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha sejak tahun akademik 2006.

Khususnya buku materi pengetahuan merupakan gabungan pengetahuan preklinik dan

klinik yang isinya terbatas sesuai dengan blok atau sistim organ. Oleh sebab itu Mahasiswa

diharapkan membaca juga buku teks standard yang terkait untuk menambah pengetahuan karena

KBK menuntut active learning sehingga pada gilirannya menjadi lifelong learning. Lifelong

learning dapat diartikan lifelong, voluntary, and self-motivated.

Saya sangat menghargai para Kontributor, Editor dan Tim Medical Education Unit

Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha atas jerih lelahnya sehingga buku-buku tersebut

dapat diterbitkan, terima kasih.

Karena keterbatasan manusia walaupun sudah direvisi tentu masih ada kekurangannya,

mohon asupan-asupan untuk melengkapi kekurangan dan untuk dilakukan perbaikan

sebagaimana mestinya.

Bandung, 10 Juni 2012

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha

Jo Suherman,dr.,MS.,AIF

Page 4: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

iv

KATA SAMBUTAN

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena berkat

perkenan-Nya Buku Materi Pengetahuan, Buku Panduan Kasus Tutorial, Buku Keterampilan

Klinis Dasar, Buku Penuntun Praktikum ini dapat diterbitkan.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha mulai tahun Akademi 2006

melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu Kurikulum Inti Pendidikan Dokter

Indonesia (KIPDI) III. Dokter Pelayanan Primer/Dokter Keluarga.

Dengan Kurikulum baru, terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari teacher

centered learning ke student centered learning. Untuk Implementasi student centered learning

maka Proses Belajar Mengajar mengacu pada belajar mandiri, active learning, integrated

learning.

Pembelajaran konvensional yang ditandai classical/large group learning, berubah

dengan situasi pembelajaran small group learning/tutorial. Dalam tutorial ini mahasiswa diberi

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam melakukan proses belajar untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk itu perlu buku panduan, sehingga ada keragaman

dalam pelaksanaan PBM.

Sesuai program kerja tim Medical Educational Unit (MEU) FK-UKM, maka perlu

dilakukan revisi materi pembelajaran KBK. Revisi ini dilaksanakan mengingat ilmu

pengetahuan senantiasa memerlukan pembaharuan setiap waktu, apalagi sumber pembelajaran

bukan terbatas pada textbook saja.

Buku Materi Pengetahuan, Buku Panduan Kasus Tutorial, Buku Keterampilan Klinis

Dasar, Buku Penuntun Praktikum dalam pelaksanaannya masih perlu disempurnakan, oleh

karenanya saran dan kritik untuk perbaikan diharapkan dari berbagai kalangan. Dengan revisi

dan terbitnya seri buku materi terbaru, kami berharap dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

di FK UKM.

Bandung, 11 Juni 2012

Ketua Medical Education Unit (MEU) FK-UKM,

Pinandojo Djojosoewarno, dr., Drs., AIF.

NIK: 110041

Page 5: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

v

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas perkenan-

Nya, buku kapita selekta Humaniora & Basic Science 2 ini telah selesai disusun.

Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa kedokteran dalam mempelajari

Humaniora & Basic Science 2. Dalam buku ini dijelaskan mengenai peranan Agama, Pancasila,

Sosial Budaya Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan di dalam Bidang Kedokteran.

Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai Basic Sicence bagian kedua mengenai Ilmu Biologi

(Siklus Sel, Membran Sel, dan Komunikasi Sel), Biokimia (Metabolisme Karbohidrat dan Asam

Nukleat), Faal (Homeostasis), Patologi Klinik (Introduction of Lab Activity) dan Farmakologi

(Perihal Obat dan Bentuk Sediaan Obat). Tetapi tidak semua diberikan secara lengkap dalam

buku ini, oleh sebab itu mahasiswa harus terus mengembangkan keterampilan belajar aktif dan

mandiri.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam penyusunan buku ini. Terima kasih atas kerjasama yang telah terjalin dengan baik.

Kami menyadari bahwa meskipun telah berusaha sebaik mungkin, tetap ada kekurangan

dan kesalahan-kesalahan dalam buku ini, sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk

perbaikan buku ini sehingga isi buku dapat akurat dan selalu up to date.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi para

pembacanya.

Editor

Page 6: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

vi

DAFTAR KONTRIBUTOR

Hada Andriata, DPS

Swat Lie Liliawati, Dra., M.Hum.

Sudarsono, Drs., M.Si.

Rosa Permanasari A., Dra., M.Si.

Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes., PA(K)

Kartika Dewi, dr., MKes., SpAK, PA(K)

Fen Tih, dr., M.Kes.

Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

Harijadi Pramono dr., M.Kes.

Adrian S, dr., SpPK., M.Kes.

Fenny, dr., SpPK, M.Kes.

Christine Sugiarto, dr., SpPK., M.Kes.

Endang Evacuasiany, Dra., Apt., M.S., AFK

Rosnaeni, Dra., Apt.

Page 7: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

vii

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN DEKAN

KATA SAMBUTAN MEU

PRAKATA

DAFTAR KONTRIBUTOR

DAFTAR ISI

The Role of Religion in Medicine

Hada Andriata, DPS

The Role of Pancasila in Medicine

Swat Lie Liliawati, Dra., M.Hum.

The Role of Civic Education

Sudarsono, Drs., M.Si.

The Role of Indonesian Socioculture in Medicine

Rosa Permanasari A., Dra., M.Si.

Biologi: Siklus dan Reproduksi Sel

Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes., PA(K)

Biologi: Membran Sel dan Transpor Membran

Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes., PA(K)

Komunikasi Sel

Kartika Dewi, dr., MKes., SpAK, PA(K)

Biokimia: Metabolisme Karbohidrat

Fen Tih, dr., M.Kes.

Biokimia: Metabolisme Asam Nukleat

Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

Faal : Fisiologi dan Homeostasis

Harijadi Pramono., dr., M.Kes.

Patologi Klinik: Introduction to Lab Activity

Adrian S, dr., SpPK., M.Kes., Fenny, dr., SpPK, M.Kes, Christine S., dr., SpPK

Page 8: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2

viii

Farmakologi: Perihal Obat

Endang Evacuasiany, Dra., Apt, MS, AFK

Farmakologi: Bentuk Sediaan Obat

Rosnaeni, Dra., Apt.

Page 9: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

1

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

Hada Andriata

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat menjelaskan, mempertahankan dan

menggunakan suatu pemecahan yang efektif dan menjunjung tinggi nilai etika dan norma-

norma agama dalam mengobati pasien.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Pada akhir kuliah mahasiswa dapat:

Menjelaskan tempat agama dalam proses pengobatan pasien

Menjelaskan hubungan antara iman dan IPTEK di bidang kedokteran

Menerangkan nilai-nilai etis dalam pelaksanaan pengobatan pasien

Menyebutkan batasan-batasan dari norma agama yang dapat dilakukan seorang

dokter dalam proses pengobatan pasien.

PENDAHULUAN

Agama dan kedokteran adalah dua bidang yang memiliki hakikat tujuan yang sama yaitu

menolong dan menyelamatkan manusia tetapi inti objeknya berbeda. Hal demikian jelas terlihat

dari latar belakang pengertian yang dikandung dalam kata “agama” dan “kedokteran”. Kata

“agama”, berasal dari bahasa sansekerta, memiliki arti paling umum dan populer: „tidak kacau‟

(sesuai dengan asal kata “agama” dalam sansekerta: “a” = tidak, dan “gama” = kacau).

Pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bahwa agama itu merupakan sesuatu yang

membawa manusia kepada keadaan yang tidak kacau. Jika orang berjalan sesuai dengan agama,

ia akan menjalani kehidupannya dalam suasana tenteram tidak kacau. Jika manusia tidak kacau

baik dalam pikirannya atau dalam tindakannya, manusia akan terbebas dari penderitaan karena

penderitaan umumnya disebabkan oleh terjadinya kekacauan dalam berpikir dan bertindak dari

manusia yang bersangkutan. Akan tetapi ketaatan kepada agama bukan tidak bermasalah,

bahkan ketaatan kepada agama menimbulkan pemikiran yang kacau, khususnya di dunia

kedokteran.

Fakta yang dihadapi agama adalah pribadi manusia dengan tujuan utamanya adalah jiwa

sang pribadi tersebut, yaitu membimbingnya agar selamat, tidak mendapatkan siksaan rokhani

di akhirat sebagai hukuman karena kedurhakaan kepada yang dipandang Supranatural (Allah,

Dewa, Leluhur, dan sebagainya). Untuk itu pedoman bagi penyehatan jiwanya adalah siraman

1

Page 10: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

2

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

rokhani, ayat-ayat kitab suci yang dipercaya sebagai wahyu Ilahi. Resepnya adalah memupuk

iman atau kepercayaan yang dipraktekkan dalam kehidupan riil di dunia ini.

Berbeda dengan kata “agama”, kata “kedokteran” berakar dari kata “dokter” sebagai istilah

modern untuk kata “tabib”, yang memiliki pengertian: ‟tabib lulusan perguruan tinggi

kedokteran yang ahli dalam hal obat-obatan dan penyakit’ seperti dikemukakan dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia (Badudu). Fakta yang dihadapi dokter adalah pribadi manusia tetapi

lebih memandang fisiknya dalam kaitan dengan kesehatan jasmaninya dan menyelamatkan

nyawanya supaya tetap hidup.

Hubungan kedua bidang tersebut di satu sisi saling membantu, karena jika seseorang sehat

rokhaninya akan berpengaruh bagi kesehatan jasmaninya, sebaliknya juga kesehatan jasmani

seseorang akan bepengaruh bagi kesehatan rokhaninya. Di sisi lain, ketegangan sering terjadi

ketika dokter dalam rangka menyelamatkan nyawa seorang pasien supaya tetap hidup harus

melakukan sesuatu yang menurut agama tidak boleh dilakukan karena dipandang tidak sesuai

dengan aturan agama. Contoh kasus, misalnya soal eutanasia, aborsi, cloning, cell therapy, dan

sebagainya. Persoalannya, bagaimanakah seorang dokter harus bersikap atau mengambil

keputusan dalam menangani kasus yang dihadapi, antara menyelamatkan nyawa dan

menghilangkan nyawa, antara menolong orang yang menderita karena kodrat misalnya berfisik

pria tetapi berjiwa wanita yang diyakini oleh agama tidak boleh diubah. Manusia berhadapan

dengan kenyataan yang ditawarkan ilmu kedokteran bahwa seseorang dimungkinkan untuk

mengubah kelaminnya sehingga antara jenis fisiknya dan jiwanya selaras. Semua itu bukan

perkara yang mudah karena menyangkut keyakinan, moral, etis dan kemajuan jaman.

Renate Kuhl mengatakan: “Umat manusia pada dewasa ini dihadapkan kepada perubahan

pola hidup dan pola pikir, khususnya menyangkut norma-norma dan nilai-nilai etis. Masyarakat

masa kini ditentukan oleh pandangan yang disebut „permissive‟ yaitu pandangan: segala sesuatu

yang dianggap berguna dan menyenangkan dan dianggap baik, itu diizinkan. Dalam suatu

ungkapan yang berbunyi: “cara dapat dibenarkan oleh tujuan dan kegunaannya” (Kuhl,

Renate,1989, Etika Seksual, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang, Jatim, hal

3). Tetapi di situlah letak persoalan dilematis yag dihadapi manusia yang beragama di tengah

kehidupan kedokteran.

Pada bagian berikut akan dibahas:

Keyakinan tentang manusia dalam agama dan kedokteran;

Pandangan agama dan kedokteran tentang penyakit dan penyembuhan;

Agama dan dunia ilmu kedokteran menyongsong masa depan yang kompleks;

Apa yang harus dilakukan?

2

Page 11: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

3

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

KEYAKINAN TENTANG MANUSIA DALAM AGAMA DAN KEDOKTERAN

A. Manusia menurut Keyakinan Agama

Tidak semua agama membicarakan tentang apa, siapa, dari mana, dan mau kemana

manusia itu secara jelas. Hanya beberapa agama menjelaskan dengan cukup seperti: Agama

Yahudi, Kristen, dan Islam. Dari agama-agama yang membicarakan tentang manusia secara

jelas, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Allah yang juga adalah

Pencipta alam semesta ini. Manusia adalah makhluk yang terbuat dari tanah dengan rohnya

yang dihidupkan oleh Allah sendiri. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia dipandang sebagai

milik Allah, abdi Allah atau khalifah Allah. Dalam Islam istilah khalifah (QS 2:30) mengartikan

“yang diberi kemampuan dan wewenang untuk mengatur tata kehidupan dunia demi keserasian

dan kelestariannya, sejalan dengan ajaranNya” (Shodiq & Shalahuddin Chaery, 1983, Kamus

Istilah Agama, Sientarama, Jakarta). Dalam agama Yahudi dan Kristen dikenal dengan

pernyataan bahwa manusia adalah “gambar dan rupa Allah” (Kej 1:26). Dalam istilah ini

terkandung makna-makna yang penting, yaitu bahwa manusia dalam hidupnya bertanggung

jawab untuk menjadi cermin dan wujud dari Allah dalam kebenaran, kasih dan keadilannya.

Jadi dalam agama-agama itu manusia adalah makhluk paling istimewa di antara semua ciptaan

Allah karena hidupnya ditentukan untuk mengabdi dan menjalankan perintah Allah. Kepada

manusia ini Allah mempercayakan kelangsungan hidup bumi dan segala isinya, khususnya

manusia. Oleh karena itu membunuh manusia adalah dilarang hukumnya.

B. Manusia menurut Kedokteran

Berbeda dengan agama, kedokteran memandang manusia bukan sebagai makhluk yang

memiliki ikatan ilahi dengan yang supranatural. Dr. R.M. Youngson bahkan tegas-tegas

mengikuti pandangan Darwin tentang manusia sebagai hasil evolusi dari hewan kera dan

mengatakan bahwa:

“Mamalia kecil mirip tikus menimbulkan kera dan monyet. Sekitar lima juta tahun yang lalu

seekor kera purba Afrika (a) kelihatannya merupakan asal moyang kera-manusia kita, „kera-

kera selatan‟ atau australopithecine purba (b). Kera-kera ini agaknya menimbulkan jenis

australopithecine yang dikenal belakangan (c) dan manusia sejak yang pertama: anggota

dari marga Homo (d). Sementara itu perubahan zaman Es berturutan menghasilkan (A)

Tudung Es Antartika, kemudian (B) Tudung Es Arktika, lalu (C) suhu-suhu yang naik turun

(fluktuasi). Perubahan iklim yang menyeluruh di dunia mengubah banyak hutan Afrika

menjadi padang yang lebih terbuka. Perubahan itu mendukung perubahan evolusi yang

mendorong timbulnya manusia.

3

Page 12: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

4

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

Manusia kera,yang beradaptasi dari kehidupan hutan ke kehidupan padang rumput,

menghadapi lebih banyak risiko dimangsa tetapi juga mendapat pasokan makanan yang

meningkat berupa herbivora berdaging besar. Agaknya padang rumput melibatkan

perubahan yang memperkuat hominisasi: lahirnya umat manusia” (Youngson, R.M.,1996.

Tubuh Manusia, Arcan, Jakarta, hal 12-13).

Suatu pertanyaan, dapatkah suatu dunia seperti kedokteran yang menggantungkan kerja

dan pandangannya berdasar kepada penyelidikan ilmiah dan hasil rekayasa ilmiah melakukan

tindakan pertolongan kepada manusia yang sakit, celaka atau maksud lain dengan

mempertimbangkan rasa tanggung jawabnya dan rasa takutnya kepada Tuhan pencipta

manusia? Jawabnya sangat tergantung kepada siapa dokter itu sendiri. Beragamakah dia atau

tidak. Beragama tidaknya seorang dokter akan sangat menentukan sikap dokter dalam

menentukan tindakan akhir kepada manusia yang berjuang antara hidup dan mati.

Dunia kesehatan mengatakan:

Seorang pasien akan mempercayakan seluruh nasibnya kepada dokter yang dipercayainya,

seseorang yang bahkan mungkin tidak terlalu dikenalnya. Pasien percaya sepenuhnya

terhadap apapun yang dokter tersebut katakan, lakukan atau rencanakan. Ini adalah suatu

hak istimewa yang dimiliki seorang dokter terapi juga merupakan suatu tanggung jawab

yang besar. Tanggung jawab untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan tersebut dan

hanya melakukan yang terbaik bagi pasiennya (Prasetya, Edhiwan & Widjaja, Teguh (ed),

2004, Buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik, CONCEPT, Bandung, hal 3)

Kalimat yang dicetak miring tersebut menandaskan kesan bahwa bagi dokter yang penting

adalah bagaimana dokter tidak menyalahgunakan kepercayaan pasien kepada dirinya, tetapi

tidak menyiratkan sejauh mana tanggung jawab dokter di hadapan yang supranatural. Jelas

bahwa secara faktual agama dan kedokteran berbeda. Kalaupun ada soal agama itu adalah soal

pribadi dokternya. Jika seorang dokter beriman, tentunya yang menjadi tekanan adalah

bagaimana seorang dokter melaksanakan tanggung – jawabnya di hadapan Tuhan melalui

kepercayaan pasien kepada dirinya.

4

Page 13: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

5

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

PANDANGAN AGAMA DAN KEDOKTERAN

TENTANG

PENYAKIT DAN PENYEMBUHAN

Pandangan Agama

Dalam agama (Abineno,1972, Penyakit dan Penyembuhan, BPK, Jakarta), pada umumnya,

penyakit dipandang sebagai yang memiliki hubungan dengan dosa. Karena kedurhakaan

manusia kepada Allah, maka penyakit muncul dalam kehidupan manusia. Peristiwa Adam dan

Hawa dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam menggambarkan bagaimana manusia yang

hubungannya baik dengan Allah terbebas dari penderitaan hidup dan tentunya juga penyakit.

Sebaliknya ketika manusia keluar dari kekudusan Allah, penderitaan manusia terjadi dan

penyakit dipandang sebagai hukuman Allah terhadap manusia yang berdosa.

Tentu saja tidak semua penyakit merupakan akibat dosa seseorang. Penderitaan dan

penyakit terkadang muncul dalam kehidupan manusia sebagai suatu ujian. Kasus yang diderita

Ayub misalnya, penyakitnya yang begitu parah bukan karena dosanya (Ayub dipandang sebagai

seorang yang sangat beriman di zamannya dan Tuhan telah memberi kekayaan yang melimpah

kepadanya) tetapi iblis sengaja berbuat jahat kepada Ayub untuk membuktikan bahwa Ayub

tidak pernah berbuat salah. Menurut iblis, jika Tuhan membiarkan Ayub miskin dan sakit, pasti

dia akan mendurhaka kepada Allah. Penderitaan yang menimpa Ayub diizinkan Allah dan Ayub

terbukti tidak berbuat kesalahan dan dosa. Ayub kemudian sembuh kembali bukan karena Ayub

bertobat tetapi karena Allah melihat Ayub begitu setia kepada Tuhan.

Dalam keadaan umum, penyakit dari manusia akan hilang jika manusia sadar akan

dosanya, bertobat kembali kepada Tuhan. Kesembuhan merupakan bukti bahwa seseorang telah

membereskan segala dosanya di hadapan Tuhan. Pemberesan dengan Tuhan dapat dilakukan

dengan berbagai macam upacara atau ritual keagamaan. Pengorbanan dengan aneka ragam

bentuknya, sesuai dengan keyakinannya, dapat disaksikan oleh semua orang yang berminat

menyaksikannya.

5

Page 14: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

6

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

AGAMA DAN DUNIA ILMU KEDOKTERAN

MENYONGSONG MASA DEPAN YANG KOMPLEKS

Hubungan Agama dan Ilmu Kedokteran

Dalam sejarah perjumpaan agama dan dunia ilmu pengetahuan, sering diwarnai oleh

ketegangan dan kadang-kadang disertai tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Tatkala agama

ada dalam puncak kejayaannya, jiwa manusia pencipta/penemu ilmu terancam, menghadapi

penganiayaan bahkan kematian hanya karena yang bersangkutan mengemukakan hasil karyanya

yang didasarkan atas ilmu pengetahuan yang dipandang bertentangan dengan agama (antara

lain: Kasus Nicolas Copernicus, Galileo Galilei, Salman Rusdie). Semua itu terjadi karena

manusia dihadapkan kepada dua ketegangan yang serba sulit. Di satu sisi manusia berada dalam

keyakinan untuk setia sampai mati pada tradisi keyakinan dan perbuatan menurut ajaran agama.

Suatu situasi yang kemudian menjelma menjadi adat istiadat kehidupan orang beragama. Tapi

sikap “Kengototan buta terhadap sekumpulan tradisi yang kaku”, membawa situasi yang “ …

akan memustahilkan orang untuk menjalani kehidupan agama di dunia yang terus berubah

seperti kita sekarang ini”(Haidar Bagir, Pengantar, Menggugat Otoritas Dan Tradisi Agama,

Mizan, Bandung, 2002 hal xxi). Di sisi lain, manusia sangat membutuhkan kemajuan dalam

hidupnya, suatu perubahan, yang dapat diperolehnya melalui kekuatan akal dan pikiran

manusia. Tatkala manusia sudah “come of age” atau merasa dewasa, di mana ilmu pengetahuan

mendominasi pikiran dan adat istiadat manusia, maka “Ketertundukkan tanpa reserve kepada

arus perubahan bisa dipastikan tak akan meninggalkan cukup ruang bagi tradisi dan, dengan

demikian, bagi agama” (Ibid). Hal seperti itulah yang pasti akan dialami di dalam bidang ilmu

kedokteran. Ketegangan antara iman/agama dengan kemajuan di dunia medis sebagai hasil ilmu

pengetahuan akan terus terjadi dan jadi masalah.

Sebagai orang beriman kepada Tuhan yang hidup di dalam dunia yang tidak memiliki

ruang kosong dari kemajuan di dalam berbagai bidang, seorang dokter terpanggil untuk setia

kepada iman tetapi juga tidak mengabaikan karunia Tuhan yang diberikan kepada dirinya

melalui akal dan kepandaian manusia dalam menciptakan berbagai kemungkinan dalam rangka

menolong manusia membebaskan dirinya dari penderitaan manusia secara jasmani dan

menyelamatkan nyawanya supaya tetap hidup. Jasmani yang sehat dan sesuai dapat

memunculkan syukur kepada Tuhan yang disembahnya. Situasi dilematis akan dihadapi oleh

siapapun yang ditempatkan dalam dua jalan, yaitu antara agama/keyakinan dan kemajuan ilmu

pengetahuan, khususnya di dunia kedokteran. Persoalan demikian adalah persoalan antara

agama dan Ilmu Pengetahuan (IPTEK). Bagaimana seorang dokter menghadapi situasi dilematis

dalam pekerjaan dan hidupnya? Kedokteran tidak memberikan rumusan yang menjadi syarat

6

Page 15: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

7

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

karena itu bukan dunianya. Pada akhirnya berpulang kepada tiap pribadi dokter dan perawat

dalam menjalankan tugasnya. Bagi yang beragama dan beriman kepada Tuhan tentunya setiap

tindakannya akan menuntut perasaan dan hati yang siap dipertanggungjawabkan di hadapan Dia

yang disembahnya.

Ciri Ilmu Pengetahuan

D.C. Mulder membedakan cara berpikir biasa atau sehari-hari dengan cara berpikir ilmiah

yang keduanya memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Berbeda dengan cara

berpikir biasa, berpikir secara ilmiah dilakukan oleh manusia dengan jalan seakan-akan

menjauhkan diri dari kenyataan sekitarnya, kemudian berhadapan dengan suatu lapangan

kenyataan tertentu atau dengan gejala-gejala yang tertentu dengan maksud menyelidiki segala

sesuatu itu secara teratur dan tersusun (berpikir secara ilmiah).

Apakah yang dimaksud dengnan norma “ilmiah”? Dapat dikemukakan tiga ciri pengenal

pokoknya, yaitu:

1. Pengetahuan mempunyai dasar pembenaran artinya pernyataan-pernyataan ilmiah itu

harus dapat dibenarkan secara apriori, dan sekaligus harus berdasar atas hasil-hasil

tanggapan empiris yang telah dikaji. Dengan cara itu ilmu pengetahuan tidak hanya

sekedar membuat orang dapat mengetahui tetapi juga dapat melakukan verifikasi serta

pembenaran terhadap isi pengetahuan tersebut.

2. Pengetahuan bersifat sistematik, maksudnya bahwa dalam susunan pengetahuan dan di

dalam cara memperoleh pengetahuan itu terdapat sistem untuk mencapai kepastian yang

setinggi-tingginya.

3. Pengetahuan bersifat intersubjektif artinya bahwa ilmu pengetahuan tidak merupakan

pemahaman perseorangan secara subjektif melainkan melalui pengkajian dari berbagai

sudut, berbagai orang dengan berbagai disiplin ilmu.

Selain cara berpikir ilmiah, ciri lain ilmu pengetahuan adalah bahwa pengetahuan tersebut

berlaku umum. Artinya, ilmu pengetahuan tidak bergantung pada agama maupun aliran politik

atau budaya yang dianut oleh penyelenggara ilmu. Selain itu ilmu pengetahuan mempunyai

kedudukan yang mandiri (otonom) dalam mengembangkan norma-norma ilmiah bagi dirinya

sendiri. Dalam ilmu pengetahuan, masalah otonomi merupakan hal yang penting agar akal bisa

bersikap netral dan objektif. Karena ilmu pengetahuan harus menghindarkan segala prasangka

yang tidak akali sifatnya dan harus menolak segala pengaruh dari luar akal, termasuk pengaruh

dari pihak agama untuk mencapai suatu kebenarannya.

7

Page 16: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

8

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

Apakah ilmu pengetahuan benar-benar mati kutu berlawanan dengan agama?

Perkembangan terakhir tidak demikian, karena ada ilmuwan-ilmuwan yang juga berpikir secara

holistik. Dalam ilmu pengetahuan paradigma lama, yang jadi tumpuan melulu materi sebagai

yang dipandang satu-satunya yang nyata dan ada, sehingga konsekuensinya ilmu memandang

bahwa disamping materi tidak ada apapun yang abadi. Yang abadi semata hanyalah materi;

keberadaan Allah tertutup atau dicampakkan. Dalam ilmu pengetahuan berparadigma baru

(Davis Sciama – ahli antrofisika) berkeyakinan bahwa alam semesta merupakan keseluruhan

dan totalitas tunggal. Bahkan dari penemuan-penemuan tersebut dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa memang ada suatu permulaan dalam seluruh alam semesta ini. Karena alam

semesta ini- materi, energi, ruang dan waktu – adalah sebuah perkara yang mempunyai awal

permulaan-maka alam semesta yang terdiri dari materi tidak akan dapat bersifat abadi, sebab ia

mempunyai awal. Segala sesuatu yang selalu ada untuk selamanya hanya sesuatu yang non

material, yaitu pikiran. Dan, pikiran yang berperan untuk mengatur kehidupan benda adalah

adanya “makhluik yang cerdas” yang bersifat kekal yang kita kenal sebagai Allah pencipta

segala sesuatu. Jika alam semesta mempunyai awal, maka tidak mungkin merupakan “ada”

yang abadi. Oleh karena itu di sana terdapat suatu “ada” lain yang tidak mengenal permulaan.

Ini diyakinkan berdasarkan prinsip ex nihilo, nihil fit, dari suatu ketiadaan yang mutlak, tak ada

satu “ada” pun dapat timbul. Tetapi alam semesta ini bukan “ada yang mutlak”., karena

bergantung kepada suatu “sang ada” lain yang secara hakiki berbeda dengannya, yaitu “ada

yang mutlak” yang tidak mengenal awal, perkembangan atau evolusi.

APA YANG HARUS DILAKUKAN

Beberapa catatan dapat dikemukakan dalam hubungan antara agama dan dunia ilmu

kedokteran sebagai berikut.

1. Kepercayaan mendahului ilmu pengetahuan, khususnya kedokteran. Secara historis,

kepercayaan itu lebih dahulu lahir daripada ilmu pengetahuan, yaitu jauh sebelum

manusia sampai kepada tuntutan ilmu pengetahuan. Karena sebelum seorang peneliti

ilmu pengetahuan itu memulai melakukan penyelidikan ilmiahnya, ia telah mencapai

kepercayaan ini atau itu. Secara sistematis, kepercayaan itu lebih dahulu dari ilmu

pengetahuan karena kepercayaan adalah ufuk ilmu pengetahuan. Tanpa kepercayaan

kepada mungkinnya manusia terbang ke ruang angkasa (Jules Verne), tidak mungkin

ada perjalanan ke bulan dsb.

2. Ilmu pengetahuan memaksa agama, dalama hal ini “iman” atau kepercayaan untuk

terus menerus melakukan introspeksi dan evaluasi serta untuk terus menerus

8

Page 17: eBook Blok 2, 1. Peranan Agama Dalam Kedokteran

[Type text] [Type text] [Type text]

9

KAPITA SELEKTA

BLOK

2

HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN

mengoreksi diri sendiri dalam terang penemuan-penemuan baru. Apabila agama tidak

bersedia melakukan itu, maka ia akan kehilangan sifanya bahwa ia dapat dipercaya.

3. Kepercayaan melampaui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terbatas secara metodis,

maka ia tidak akan sanggup memberi pendapat tentang Allah atau tentang yang

supranatural, tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Karena itu ia mempunyai tempat

buat agama untuk menafsirkan apa yang melampaui batas-batasnya.

Manusia siapapun dapat melihat batas-batas kesempurnan menurut akal dan pikirannya.

Akan tetapi, akal yang terbatas tidak akan menjangkau kesempurnaan Dia yang memiliki

akal yang jauh melampaui kemampuan manusia. Dia yang sanggup menciptakan dan memberi

hidup kepada seluruh makhluk hidup. Karena itu sebaiknya dalam kedokteran yang

berlandaskan ilmu pengetahuan ilmiah selalu ada ruang kosong yang diisi oleh kerendahan hati

dan ketundukkan kepada Dia yang tidak mungkin terjangkau oleh akal manusia itu sehingga

tidak jatuh dalam sikap takabur tetapi bertindak dalam rasa penuh tanggung jawab di hadapan

Dia pemilik segala sesuatu di alam semesta ini. Dia akan meminta pertanggung jawaban atas

tindakan setiap insan di dunia ini pada waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abineno, J.L. Ch., Penyakit dan Penyembuhan, 1972, BPK, Jakarta

2. Brown, Robert, tanpa tahun, Asal Mula Agama, Terj Stanley Heath Cs., Tonis, Bandung

3. Brownlee, Malcolm, 1981, Pengambilan Keputusan Etis, Dan Faktor-Faktor Di Dalamnya, BPK, Jakarta

4. Childress, James F. , 1989, Prioritas-Prioritas dalam Etika Biomedis, Kanisius, Yogyakarta.

5. Darmaputera, Eka, 1987, Etika Sederhana Untuk Semua, BPK Jakarta.

6. Geisler, Norman L., Etika Kristen, Pilihan dan Isu, SAAT Malang.

7. Harsono, Topo, 1993,Perkembangnan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Suatu Tantangan Terhadap Etika Medik, Orasi

Ilmiah pada rapat terbuka Senat Fakultas Kedokteran UKM, 17 April 1993 Bandung.

8. Khul, Renate, 1989, Etika Seksual, Yayasan Pesekutuan Pekabaran Injil, Malang, Jatim.

9. Marx, Dorothy I., 1994, Kalam Hidup, Bandung

10. Nash, Ronald H., 2001, Iman dan Akan Budi, Momentum, Surabaya.

11. Nataatmadja, Hidajat, 1982, Karsa Menegakkan Jiwa Agama Dalam Dunia Ilmiah, Versi Baru Ihya Ulumiddin, Iqra,

Bandung.

12. Peters, Ted & Bennet, Gaymont,2004 Menjembatani Sains dan Agama, BPK, Jakarta

13. Prasetya, Edhiwan & Widjaja, Teguh,J., 2004, Buku Panduan Diagnosis Fisik Di Klinik (ed), CONCEPT, Bandung.

14. Simon, Gunawan, Etika Kedokteran dan Missi Eksperimen Manusia Biomedik, 1985, Duta Warna, Bandung.

15. Soroush,Abdul Karim,2002, Menggugat Otoritas Dan Tradisi Agama, Mizan Bandung.

16. Shodiq & Shalahuddin Chaery, 1983, Kamus Istilah Agama, Sienttarama, Jakarta.

9