11
DHIAN IMANI PRIHARDHANI 0811010025 E. coli E. coli merupakan bakteri salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 micrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar manusia terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan. Dari sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil bersifat pathogen, misalnya strain O157:H7. Bakteri yang namanya berasal dari sang penemu Theodor Escherich yang menemukannya di tahun 1885 ini merupakan jenis bakteri yang menjadi salah satu tulang punggung dunia bioteknologi. Hampir semua rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan E. coli akibat genetikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa. Riset di E. coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri jenis lainnya. Digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Bakteri ini juga merupakan media cloning yang paling sering dipakai. Teknik recombinant DNA tidak akan ada tanpa bantuan bakteri ini. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang memanfaatkan E. coli. Misalnya dalam produksi obat- obatan (insulin, antiobiotik), high value chemicals (1-3 propanediol, lactate). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia bisa dihasilkan oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa guna menghasilkan jenis produk tertentu yang diinginkan. Jika mengingat besarnya peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak bisa dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli bagi kita. E. coli adalah nama sebuah kuman, atau bakteri, yang tinggal di tracts pencernaan manusia dan hewan. Ada beberapa jenis E. coli, dan kebanyakan dari mereka yang tidak berbahaya. Tetapi ada

E.coli

  • Upload
    ip-dhian

  • View
    1.406

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: E.coli

DHIAN IMANI PRIHARDHANI

0811010025

E. coli

E. coli merupakan bakteri salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 micrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar manusia terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan. Dari sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil bersifat pathogen, misalnya strain O157:H7. Bakteri yang namanya berasal dari sang penemu Theodor Escherich yang menemukannya di tahun 1885 ini merupakan jenis bakteri yang menjadi salah satu tulang punggung dunia bioteknologi. Hampir semua rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan E. coli akibat genetikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa. Riset di E. coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri jenis lainnya. Digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Bakteri ini juga merupakan media cloning yang paling sering dipakai. Teknik recombinant DNA tidak akan ada tanpa bantuan bakteri ini. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang memanfaatkan E. coli. Misalnya dalam produksi obat-obatan (insulin, antiobiotik), high value chemicals (1-3 propanediol, lactate). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia bisa dihasilkan oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa guna menghasilkan jenis produk tertentu yang diinginkan. Jika mengingat besarnya peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak bisa dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli bagi kita.

E. coli adalah nama sebuah kuman, atau bakteri, yang tinggal di tracts pencernaan manusia dan hewan. Ada beberapa jenis E. coli, dan kebanyakan dari mereka yang tidak berbahaya. Tetapi ada dapat menyebabkan diare berdarah. Ini disebut enterohemorrhagic E. coli (EHEC). Satu jenis disebut E. coli O157: H7. Dalam beberapa orang, jenis E. coli juga bisa menyebabkan anemia berat atau gagal ginjal, yang dapat mengakibatkan kematian. Lain dari E. coli dapat menyebabkan urinary tract infeksi atau infeksi lainnya.

Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum Proteobacteria, Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae, Genus Escherichia, Spesies Escherichia coli. Secara morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif, tak bersimpai , Bergerak aktif dan tidak berspora. Bakteri E.coli merupakan organisme penghuni utama di usus besar, hidupnya komensal dalam kolon manusia dan diduga berperan dalam pembentukan vitamin K yang berperan penting untuk pembekuan darah. Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain dari bakteri E. coli juga dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada anak-anak.

Bakteri penyebab penyakit yang cukup berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat-sifat virulensinya. Setiap kelompok dapat menyebabkan penyakit diare melalui

Page 2: E.coli

mekanisme yang berbeda-beda. Kelompok E. coli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut ( sebagian besar tulisan merupakan kutipan dari buku manual pemberantasan penyakit menular) :

1. E. coli enteropatogen (EPEC)

Merupakan penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di negara berkembang. Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga menyebabkan diare cair (“Watery diarrheae”) yang bisa sembuh dengan sendirinya atau berlanjut menjadi kronis. Distribusi Penyakit ; Sejak akhir tahun 1960-an, EPEC tidak lagi sebagai penyebab utama diare pada bayi di Amerika Utara dan Eropa. Namun EPEC masih sebagai penyebab utama diare pada bayi di beberapa Negara sedang berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika bagian Selatan dan Asia. Reservoir : – Manusia . Cara Penularan ; Dari makanan bayi dan makanan tambahan yang terkontaminasi. Di tempat perawatan bayi, penularan dapat terjadi melalui ala-alat dan tangan yang terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar diabaikan. Masa Inkubasi ; Berlangsung antara 9 – 12 jam pada penelitian yang dilakukan di kalangan dewasa. Tidak diketahui apakah lamanya masa inkubasi juga sama pada bayi yang tertular secara alamiah. Masa Penularan ; Tergantung lamanya ekskresi EPEC melalui tinja dan dapat berlangsung lama. Kerentanan dan Kekebalan ; Walaupun fakta menunjukkan bahwa mereka yang rentan terhadap infeksi adalah bayi namun tidak diketahui apakah hal ini disebabkan oleh faktor kekebalan ataukah ada hubungannya dengan faktor umur atau faktor lain yang tidak spesifik. Oleh karena itu diare ini dapat ditimbulkan melalui percobaan pada sukarelawan dewasa maka kekebalan spesifik menjadi penting dalam menentukan tingkat kerentanan. Infeksi EPEC jarang terjadi pada bayi yang menyusui (mendapat ASI). Diare seperti ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotika.

2. E. coli enterotoksigenik (ETEC)

Merupakan penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan EPEC, E. coli jenis ini memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak tahan panas di bawah kontrol genetis plasmid. Pada umumnya, eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel usus untuk menyekresi banyak cairan sehingga terjadi diare. Identifikasi ; Penyebab utama “Travelers diarrhea” orang-orang dari negara maju yang berkunjung ke negara berkembang. Penyakit ini juga sebagai penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak di negara berkembang. Strain enterotoksigenik dapat mirip dengan Vibrio cholerae dalam hal menyebabkan diare akut yang berat (profuse watery diarrhea) tanpa darah atau lendir (mucus). Gejala lain berupa kejang perut, muntah, asidosis, lemah dan dehidrasi dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi; gejala biasanya berakhir lebih dari 5 hari. ETEC dapat diidentifikasi dengan membuktikan adanya produksi enterotoksin dengan teknik immunoassays, bioasay atau dengan teknik pemeriksaan probe DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan ST (untuk toksin tidak tahan panas dan toksin tahan panas) dalam blot koloni. Penyebab Penyakit ; ETEC yang membuat enterotoksin tidak tahan panas (a heat labile enterotoxin = LT) atau toksin tahan panas ( a heat stable toxin = ST) atau memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST). Distribusi Penyakit ; Penyakit yang muncul terutama di negara yang sedang berkembang. Dalam 3 tahun pertama dari kehidupan, hampir semua anak-anak di negara-negara berkembang mengalami berbagai macam

Page 3: E.coli

infeksi ETEC yang menimbulkan kekebalan; oleh karena itu penyakit ini jarang menyerang anak yang lebih tua dan orang dewasa. Infeksi terjadi diantara para pelancong yang berasal dari negara-negara maju yang berkunjung ke negara-negara berkembang. Beberapa KLB ETEC baru-baru ini terjadi di Amerika Serikat. Reservoir ; Manusia. Infeksi ETEC terutama oleh spesies khusus; manusia merupakan reservoir strain penyebab diare pada manusia. Cara Penularan ; Melalui makanan yang tercemar dan jarang, air minum yang tercemar. Khususnya penularan melalui makanan tambahan yang tercemar merupakan cara penularan yang 165 paling penting terjadinya infeksi pada bayi. Penularan melalui kontak langsung tangan yang tercemar tinja jarang terjadi.

3. E. coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin (VTEC).

Di Negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan sejumlah kejadian luar biasa diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini bersifat akut dan bisa sembuh spontan, penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri abdomen, diare disertai darah, gejala seperti ini merupakan komplikasi dari diare ringan. Identifikasi ; Kategori E. coli penyebab diare ini dikenal pada tahun 1982 ketika terjadi suatu KLB colitis hemoragika di Amerika Serikat yang disebabkan oleh serotipe yang tidak lazim, E. coli O157:H7 yang sebelumnya tidak terbukti sebagai patogen enterik. Diare dapat bervariasi mulai dari yang ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah dengan jelas dalam tinja tetapi tidak mengandung lekosit. Yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik (HUS) dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira-kira 2-7% dari diare karena EHEC berkembang lanjut menjadi HUS. EHEC mengeluarkan sitotoksin kuat yang disebut toksin Shiga 1 dan 2. Toksin Shiga 1 identik dengan toksin Shiga yang dikeluarkan oleh Shigella dysentriae 1; (Article Source by Drh. Andrijanto Hauferson Angi, M.Si)

Sumber Kontaminasi

Infeksi oleh E. coli datang ke dalam kontak dengan kotoran, atau kotoran, manusia atau hewan. Hal ini dapat terjadi bila kita minum air atau makan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran. E. coli dalam air, kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi dengan E. coli terkadang bisa menjadi danau, kolam renang, dan pasokan air. Orang dapat menjadi terinfeksi ketika berada di kota atau kota air belum benar diperlakukan dengan khlor atau ketika orang secara tidak sengaja menelan kejangkitan sementara kolam air di danau, kolam renang, atau saluran irigasi. Air minum isi ulang juga biasanya banyak ditemui E.coli. E. coli dari kontak orang-ke-orang, bakteri juga dapat menyebar dari satu orang lain, biasanya ketika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangannya dengan baik. E. coli dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke tangan orang lain atau benda. Manure (kotoran sapi) merupakan sumber penularan E.coli O157:H7 terhadap manusia. Sumber utama infeksi adalah daging sapi yang tidak diperlakukan dengan benar; sumber lain termasuk konsumsi susu dan jus yang tidak melalui proses pasteurisasi, sayuran mentah, dan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Transmisi juga bisa terjadi melalui minum langsung air dari kolam air dan danau, terminum air kolam renang, atau minum air yang tidak dimasak dengan benar. Organisme ini mudah ditularkan dari orang ke orang dan sangat sulit untuk mengontrol anak dari kejangkitan penyakit ini jika dia banyak bergaul di luar rumah.

Penyebab adanya bakteri E coli pada air minum isi ulang adalah :1. Penggunaan Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati

Page 4: E.coli

penyinaran Ultraviolet tsb. Akibat air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya, untuk Depot air minum isi ulang kapasitas Ultraviolet minimal adalah Type 5 GPM atau daya lampu 30 Watt dan kecepatan air yang melewati UV tsb adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik. (Jangan lebih cepat dari itu).2. Kurangnya kebersihan depot dan lingkungan sekitar3. Karena keterbatasan modal,banyak yang membeli paket Depot yang berharga murah dengan peralatan dibawah Standar Minimum peralatan. Antara lain minimal menggunakan tabung berisi media pasir silika, karbon aktif , Ultraviolet minimal Type 5 GPM dan penyaringan Micro filter / filter sedimen berukuran mulai 10 mikron s/d 01 micron.4. Kurangnya kesadaran pemilik Depot untuk memeriksakan Depotnya 3 bulan sekali ke Dinas kesehatan setempat.

Jenis Makanan yang Dikontaminasi

E. coli dalam makanan, E. coli dapat menjadi daging selama pemrosesan. Jika daging yang terinfeksi tidak dimasak ke 160 ° F (71 ° C), bakteri dapat bertahan dan menular ketika makan daging. Ini adalah cara paling umum orang di Amerika Serikat menjadi terinfeksi E. coli. Setiap makanan yang telah bersentuhan dengan daging mentah juga dapat menjadi terinfeksi. Makanan lainnya yang dapat terinfeksi E. coli termasuk: Susu mentah atau produk susu. Bakteri dapat menyebar dari sapi dari udders nya susu. Mentah buah-buahan dan sayuran, seperti selada, alfalfa sprouts, atau unpasteurized apple sider unpasteurized juices atau lainnya yang datang dalam kontak dengan kotoran hewan yang terinfeksi. Kontaminasi pada makanan dapat juga terjadi apabila orang yang menangani makanan sedang sakit. Organisme ini kadang-kadang diisolasi dari produk susu seperti keju lunak.

Ikan merupakan suatu bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan (perishable food), hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti kandungan protein yang tinggi dan kondisi lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan mikrobia pembusuk. Adapun kondisi lingkungan tersebut seperti suhu, pH, oksigen, waktu simpan, dan kondisi kebersihan sarana prasarana. Misal ikan tongkol mengandung asam amino histidin yang dikontaminasi oleh bakteri dengan mengeluarkan enzim histidin dekarboksilase sehingga menghasilkan histamin yang dapat menyebabkan keracunan Bakteri ini banyak terdapat pada anggota tubuh manusia yang tidak higienis, kotoran/tinja, isi perut ikan serta peralatan yang tidak bersih.Kasus-kasus keracunan akibat mengkonsumsi ikan masih sering terjadi. Untuk itu upaya penanganan ikan tongkol selama penyimpanan dengan penerapan teknologi tepat guna berupa penyiangan isi perut dan insang serta penyimpanan pada suhu rendah perlu dilakukan.

Berdasarkan keadaannya, bahan pangan telah memiliki karakter-karakter risiko keamanan pangan. Secara umum bahan pangan dengan kandungan gizi yang lebih baik akan memiliki peluang terdegradasi dengan lebih cepat dan risiko bahaya seringkali terkait erat dengan degradasi ini. Selain kandungan bahan, dua dasar penting untuk mengklasifikasikan bahan pangan beradasarkan risiko keamanan pangannya adalah kadar air dan keasaman. Secara singkat dapat disebuthkan bahwa bahan kering relatif sulit ditumbuhi mikroba dan dengan demikian memiliki risiko yang lebih kecil. Selain itu bahan pangan asam telah memiliki perintang alami untuk menghambat tumbuhkan agen mikrobiologi yang tidak diinginkan. Biasanya bahan pangan yang berperan sebagai foodborne disease tersebut adalah bahan pangan yang berasal dari hewan sapi. Bahan pangan tersebut antara lain daging sapi dan susu.Bahan pangan tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi, pH netral, kadar air tinggi yang disukai oleh bakteri pathogen termasuk E.coli

Page 5: E.coli

Syarat Terjadinya Outbreak

Kejadian infeksi Escherichia coli O157:H7 pada manusia di Negara-negara maju cukuptinggi. CDC melaporkan bahwa Escherichia coli O157:H7 adalah termasuk salah satu bakteri penyebab food-borne disease diantara 9 agen penyebab food-borne disease yang lainnya yaitu Salmonella, Campylobacter, Shigella, Yersinia, Listeria, Vibrio, Cyclospora, dan Cryptosporidium. Pada umumnya infeksi oleh bakteri EHEC dapat menyebabkan hemorrhagic cilitis dan hemolytic uremic syndrome (HUS). Gejala klinis dapat muncul beberapa saat setelah mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi, maupun beberapa bulan kemudian. Bagi beberapa kelompok orang terutama anak-anak, manula, wanita hamil, dan orang yang memiliki system kekebalan yang rendah, foodborne disease akan sangat berbahaya. Kejadian hemorrhagic colitis biasanya ditandai dengan gejala klinis crampy abdominal pain diikuti dengan diare cair pada 24 jam pertama selanjutnya diikuti adanya perdarahan, muntah, tetapi tidak diikuti peningkatan suhu tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 9 hari. Hemolityc uremic syndrome pada anak-anak dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Pada penderita HUS biasanya mengalami gejala yang khas yaitu acute renal failure, hemolytic anemia, thrombocytopenia, dan nephropathy akut. Bila infeksi berkembang sampai system syaraf maka pasien akan mengalami koma yang biasanya diikuti dengan kematian. Gejala yang muncul pada penderita HUS sangat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu dan luasnya infeksi. Terkadang pasien memerlukan transfusi darah, tetapi pada pasien tertentu perlu dilakukan kidney dialysis. Beberapa kasus kemungkinan dapat mengalami permanent kidney damage. Dosis infeksi E. coli O157:H7 tidak diketahui dengan pasti, tetapi dari hasil laporan yang terkumpul ternyata 10 sel bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) sudah dapat menyebabkan sakit. PATON dan PATON (1998) telah menyatakan bahwa dosis infeksi berkisar antara 1 sampai 100 colony-forming units. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) yang sedikit saja apabila menginfeksi anak-anak, orang manula maupun orang yang memeiliki system kekebalan yang rendah sudah dapat menyebabkan sakit.

Gejala Penyakit

E.coli hidup pada tinja dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber serta masalah pencernaan lainnya. Bloody diare adalah gejala utama dari infeksi E. coli. Mungkin juga memiliki keram perut dan mual dan muntah-muntah. Beberapa orang tidak akan melihat adanya gejala. Anak-anak orang dewasa lebih mungkin untuk memiliki gejala. Gejala biasanya mulai 3 atau 4 hari setelah anda datang di kontak dengan E. coli. Bila E. coli penyebab masalah serius dengan darah atau ginjal, gejala-gejala termasuk: kulit pucat, demam, kelemahan, bruising, lulus hanya sedikit dari air seni.

Ada empat kelompok patogenik penyebab diare, yaitu EPEC (Enteropatogenik Escherichia coli), ETEC (Enterotoksigenik Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasif Escherichia coli) dan VTEC (Escherichia coli penghasil verotoksin).

Penyakit yang disebabkan oleh grup EPEC adalah diare berair yang disertai dengan muntah dan demam. Diare sering bersifat sembuh sendiri, tapi EPEC dapat menyebabkan

Page 6: E.coli

enteritis kronis yang berkepanjangan yang mengganggu pertumbuhan. EPEC umumnya dikaitkan dengan bayi dan anak-anak di bawah usia 3 tahun.

Grup EIEC menyebabkan diare yang klinis sering menyerupai diare basiler,yang disebabkan oleh Shigella. Awalnya diare bersifat akut dan berair, disertai demam dan kejang perut, berlanjut sampai fase kolon (usus besar) dengan tinja yang berdarah dan mukoid. Tidak semua infeksi EIEC berlanjut sampai fase kolon, sehingga darah tidak selalu terdeteksi dalam tinja. EIEC menyerang mukosa kolon dan berkembangbiak di dalam sel, menyebar ke sel-sel yang berdekatan setelah sel-sel yang terinfeksi mengalami lisis. Enteroinvasive E. coli (EIEC)/ E. coli penyerang saluran pencernaan dapat menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai bacillary dysentery (disentri yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang). Jenis-jenis EIEC yang menyebabkan penyakit ini berhubungan dekat dengan Shigella spp. Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan, organisme EIEC menyerang sel epithel (sel-sel pada permukaan dinding usus bagian dalam), dan menimbulkan gejala disentri ringan, yang sering salah didiagnosa sebagai disentri yang disebabkan oleh jenis Shigella . Penyakit ini ditandai adanya lendir dan darah dalam kotoran individu yang terinfeksi. Dosis infektif – Dosis infektif EIEC diduga hanya sekitar 10 organisme (sama dengan Shigella ).

Penyakit yang disebabkan oleh ETEC merupakan diare berair dengan kejang perut, demam, malaise dan muntah. Dalam bentuk sangat berat, infeksi oleh galur ETEC dapat menghasilkan gambaran klinis yang menyerupai diare yang disebabkan oleh V. cholerae, yaitu tinja air beras. ETEC merupakan penyebab utama diare untuk bayi di negara berkembang dan juga diare pada orang yang sedang mengadakan perjalanan dari daerah beriklim musim dengan standar higiene baik ke daerah-daerah tropis dengan standar higiene yang lebih rendah. Gastroenteritis merupakan nama umum dari penyakit yang disebabkan oleh ETEC, walaupun penyakit ini sering juga dijuluki travelers' diarrhoea (diare pada orang yang melakukan perjalanan). Gejala klinis yang paling sering terjadi dalam kasus infeksi ETEC antara lain diare berair, kram perut, demam ringan, mual, dan rasa tidak enak badan. Dosis infektif—Penelitian pada sukarelawan mengindikasikan bahwa diperlukan dosis ETEC yang relatif besar (100 juta hinggal 10 milyar bakteri) sehingga bakteri ini dapat membentuk koloni di dalam usus halus, dapat berkembang biak dan dapat menghasilkan racun. Racun yang dihasilkan bakteri ini merangsang sekresi cairan. Dengan dosis infektif yang tinggi, diare dapat terjadi dalam 24 jam setelah infeksi. Untuk bayi, dosis infektif organisme ini mungkin lebih sedikit.

VTEC menyebabkan hemoragik colitis (HC) dan sindroma hemolitik uremik (HUS). Gejala HC sering dimulai dengan sakit perut dan diare berair, diikuti dengan diare berdarah umumnya tanpa demam. Diare baik berdarah atau tidak, diikuti oleh munculnya HUS. HUS terjadi pada semua kelompok umur tapi paling umum pada anak-anak. VTEC terdapat pada alat pencernaan dari usus sapi dan hewan lain.

Preventif

Makanan dan air yang terinfeksi dengan kuman E. coli tampilan dan bau normal. Tetapi ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi :

1. Memasak segala jenis daging sapi, tetapi daging sapi terutama tanah, paling tidak 160 ° F (71 ° C). 

Page 7: E.coli

2. Di dapur, mencuci tangan dengan panas, air bersabun sering, terutama setelah Anda menyentuh daging mentah. 

3. Cuci semua peralatan dapur atau permukaan yang menyentuh daging mentah. 4. Gunakan hanya pasteurized susu, susu, dan jus produk. 5. Gunakan hanya dirawat, atau chlorinated, air minum. 6. Bila Anda bepergian ke negara-negara yang mungkin tidak aman air minum, tidak

menggunakan es atau keran air minum. 7. Hindari buah-buahan dan sayuran mentah, kecuali dengan orang-orang kulit yang

mengelupas sendiri. 8. Anda sering mencuci tangan, dan selalu mencuci mereka setelah menggunakan kamar

mandi atau mengganti diapers.9. Periksa label pada produk susu untuk memastikan mereka berisi kata "pasteurized." Ini

berarti makanan yang telah dipanaskan untuk menghancurkan bakteri.10. Pemasakan dengan benar dan penanganan makanan secara higienis.11. Bagi masyarakat dalam memilih rumah makan hendaknya melihat kondisi higiene dan

sanitasi apabila akan mengkonsumsi makanan di rumah makan tersebut.12. Pengendalian kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir, untuk

menentukan apakah suatu perusahaan pangan memproduksi produk pangan yang aman.13. Pencegahan penyebaran bakteri dapat dilakukan dengan mengurangi kejadian infeksi

enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada ternak sapi pada saat pemeliharaan dan mencegah kontaminasi bakteri pada daging selama proses penyembelihan di rumah potong. BRASHEARS et al., (2003) menyatakan bahwa untuk mengurangi jumlah E. coli O157:H7 di dalam saluran pencernaan sapi dapat digunakan competitive exclution menggunakan bakteri asam laktat.

14. Untuk mencegah food-borne disease yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli (EHEC) terdiri dari 4 point plan, yaitu (1) CLEAN. Mencuci tangan sebelum melakukan handling makanan adalah salah satu cara baik untuk mengurangi penyebaran food-borne disease. Mencuci peralatan yang digunakan untuk prosesing serta sanitizing dapat mengurangi jumlah bakteri dan mencegah terjadinya food-borne disease. (2) CHILL. Bakteri dapat tumbuh pada danger zone yaitu antara 4° dan 60° C. Sehingga penyimpanan makanan pada suhu refrigerator (4° C) dan freezing dapat mengurangi laju pertumbuhan bakateri. (3) SEPARATE. Bakteri yang terdapat pada raw meat dapat menyebabkan kontaminasi pada pisau serta peralatan lain. Sehingga memisahkan bahan makanan raw material dengan makanan yang telah siap saji perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya food-borne disease. (4) COOK. Memasak daging sampai bebar-benar matang dapat menyebabkan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) yang berada dalam bahan makanan tersebut mati. FDA (1997) dalam Food Code untuk mengurangi kejadian foodborne disease yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli (EHEC) merekomendasikan seluruh produk pangan hasil ternak berupa daging harus dimasak sampai benar-banar matang, dimana temperature bagian dalam daging telah mencapai 68,3° C selama minimal 15 detik.