28
MODUL Millenium Development Goals (MDGs) PENDAHULUAN Millennium Development Goals (MDGs) bagi Indonesia adalah suatu komitmen untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat dunia. Dokumen penting yang sudah di buat oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam bentuk Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia merupakan sebuah upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengarusutamakan MDGs ke dalam kegiatan pembangunan nasional jangka menengah dan jangka panjang. Masih banyaknya tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang belum tercapai, menjadi salahsatu pertimbangan dilanjutkannya program tersebut dimasa mendatang. Sustainable Development Goals (SDGs) diharapkan menjadi langkah berikut, setelah MDGs dianggap selesai tahun 2015. Keikutsertaan Indonesia sangat strategis mengingat pentingnya agenda tersebut sebagai acuan pembangunan dunia pada masa mendatangMenurutnya, Presiden RI pernah mengemukakan tiga alternatif. Pertama saran agar tetap meneruskan MDGs, karena masih banyak program-program yang belum tercapai. Kedua, masih program yang lama, tetapi ada sesuatu yang perlu dimasukkan, semacam alternatif, dan ketiga adalah program baru.

Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MDG

Citation preview

Page 1: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

MODUL

Millenium Development Goals (MDGs)

PENDAHULUAN

Millennium Development Goals (MDGs) bagi Indonesia adalah suatu komitmen untuk mencapai dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat

dunia. Dokumen penting yang sudah di buat oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam bentuk Peta Jalan Percepatan

Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia merupakan sebuah upaya bersama antara

pemerintah dan masyarakat untuk mengarusutamakan MDGs ke dalam kegiatan pembangunan

nasional jangka menengah dan jangka panjang. Masih banyaknya tujuan Millenium Development

Goals (MDGs) yang belum tercapai, menjadi salahsatu pertimbangan dilanjutkannya program

tersebut dimasa mendatang. Sustainable Development Goals (SDGs) diharapkan menjadi langkah

berikut, setelah MDGs dianggap selesai tahun 2015.

Keikutsertaan Indonesia sangat strategis mengingat pentingnya agenda tersebut sebagai acuan

pembangunan dunia pada masa mendatangMenurutnya, Presiden RI pernah mengemukakan tiga

alternatif. Pertama saran agar tetap meneruskan MDGs, karena masih banyak program-program

yang belum tercapai. Kedua, masih program yang lama, tetapi ada sesuatu yang perlu dimasukkan,

semacam alternatif, dan ketiga adalah program baru.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti M Hatta menyikapi hal tersebut menyatakan

pemerintah Indonesia telah mempersiapan hal tersebut dengan membentuk suatu Komite Nasional

yang diketuai Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan

(UKP4)

Page 2: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

TUJUAN

Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang musti dicapai dalam jangka waktu

tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan ini dirumuskan

dari ‘Deklarasi Milennium’, dan Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan

pada September 2000.

Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga menjelaskan mengenai tujuan pembangunan manusia,

yang secara langsung juga dapat memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan ekstrim.

Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian minimum

yang harus dicapai Indonesia pada 2015. Untuk mencapai tujuan MDG tahun 2015 diperlukan

koordinasi, kerjasama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah

(nasional dan lokal), masyarakat sipil, akademia, media, sektor swasta dan komunitas donor.

Bersama-sama, kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar

merata di seluruh Indonesia.Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmenya untuk melaporkan

kemajuan pencapaian MDGs.

Sasaran Pembangunan Milenium

Sasaran Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau disingkat

dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan

perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada

September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah

tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan

tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan

diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara

pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000

tersebut.

Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan

menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan

Page 3: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG),

sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk

mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak

untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat

pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah

orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua

negara:

1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan•Pendapatan populasi dunia sehari $1.

•Menurunkan angka kemiskinan

Page 4: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul
Page 5: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

2. Mencapai pendidikan untuk semua

•Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar 9 tahun

Page 6: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

3. Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan

•Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan

dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.

Page 7: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

4. Menurunkan angka kematian anak

•Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5

tahun.

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses

melahirkan.

Page 8: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul
Page 9: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya

•Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS,

malaria dan penyakit berat lainnya

Page 10: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul
Page 11: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

•Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap

negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan.

•Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak

memiliki akses air minum yang sehat.

•Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan

dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh

Page 12: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul
Page 13: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

.

Page 14: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

•Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang

berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap

pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan

internasional.

•Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan

kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk

pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk

negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan

pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.

•Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara

berkembang.

•Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang

melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung

dalam jangka panjang.

•Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.

•Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat penting yang

terjangkau dalam negara berkembang

Page 15: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

•Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari

teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Page 16: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul
Page 17: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia

Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat laporan

MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan

Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam bahasa

Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa

kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran Pembangunan Milenium

ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia

yang terkait dengan pencapaian sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan seiring

dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus mengidenifikasi

dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang dibutuhkan

untuk memenuhi sasaran-sasaran ini. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan

pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini

menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Namun,

pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap

perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) hingga

pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki komitmen untuk

mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak,

termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di Indonesia

akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan. Hal ini

Page 18: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling hutang untuk negara berkembang sejalan dengan

Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik.

Kontroversi

Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan

sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang

yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan,

lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang

cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31

Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015

dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang

sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016)

menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri,

Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.

Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don K

Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak

negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan

berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang tidak

bermanfaat untuk Indonesia .

Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban

mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan pencapaian MDG di tahun 2015 serta beban

pembayaran utang diambil dari APBN di tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala

Bappenas Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015,

sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat

mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan

(monetary consensus) untuk memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk

negara maju menyisihkan sekitar 0,7 persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin atau

negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun konsensus ini belum dipenuhi banyak negara,

hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang

sudah sampai 0,7 persen.

Page 19: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

yang menderita kelaparan hingga setengahnya.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Target pertama MDGs. Pada tahun 1990,

15,1% penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan ekstrim. Jumlahnya saat itu mencapai 27 juta

orang. Saat ini proporsinya sekitar 7,5% atau hampir 17 juta orang. Pada tingkat nasional, dengan

usaha yang lebih keras, Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga

setengahnya pada 2015. Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan yang cukup besar antara

daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin di perdesaan, terutama di wilayah timur Indonesia

yang memerlukan kerja lebih keras untuk mencapai target mengurangi kemiskinan dan kelaparan.

Tindak Lanjut

Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat dilakukan dengan

keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap kabupaten dan kota.

Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses yang lebih baik untuk mendapatkan makanan,

air bersih, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan. Masyarakat miskin juga membutuhkan jalan

dan infrastruktur lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar untuk menjual

produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di Indonesia akan meningkat dengan

peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha. Perubahan mendasar perlu dilakukan

pada tingkat pembuatan kebijakan. Kebijakan yang pro-kemiskinan harus mulai dikembangkan.

Dalam era desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan dan penganggaran dibuat di tingkat

lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat sipil dan kalangan swasta, media dan akademisi dapat

pula membantu pemerintah dengan menyampaikan kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan

keterlibatan langsung dengan pembuat kebijakan.

Keluarga dan kelompok masyarakat di seluruh Indonesia juga harus diberdayakan untuk lebih

berperan aktif dalam menentukan dan meraih yang mereka perlukan. Pembangunan berkelanjutan

harus dimulai dari akar rumput, dan kemudain bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk

membantu kaum miskin agar lebih sejahtera, mereka harus diberi sumberdaya yang cukup untuk

membantu mereka tumbuh dan mebjadi sejahtera.

Page 20: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

MDGs dalam Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) MDGs 4

Dengan dukungan pihak-pihak terkait serta pemerintah, target pencapaian ditentukan untuk

merangsang negara-negara menentukan intervensi yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian

MDGSs 4 dan 5, bersama dengan MDGs 1, 6 dan 7.

Melalui target pencapaian ini, para penentu kebijakan di tingkat nasional dan internasional, serta

pihak-pihak yang terkait termasuk para peneliti, bekerja sama untuk:

• Menyimpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi terkini mengenai tingkat kemajuan yang

dicapai melalui intervensi kesehatan dalam rangka mencapai tingkat KIA yang optimal.

• Berperan serta secara aktif dalam program-program KIA.

Indonesia salah satu negara asia yang gagal dalam menekan Angka Kematian Ibu dan

Angka Kematian Bayi

Dilihat dari pencapaian baseline MDGs tahun 1990 Indonesia terbaik dalam menurunkan angka

kematian Ibu, penuntasan program ini pencapaiannya hingga tahun 2015 akan dipastikan gagal. Hal

ini dikatakan Ah Maftuchan seorang peneliti muda dari lembaga Prakarsa Jakarta. “Laju penurunan

kematian ibu di Indonesia terburuk sejak tahun 2002 dilihat dari perbandungan untuk negara-negara

miskin di Asia. Ujar Ah Maftuchan. Angka kematian ibu (AKI) melonjak, Indonesia mundur 15 tahun

kebelakang,” kata Ah Maftuchan pada workshop refleksi upaya penurunan angka kematian ibu dan

penurunan angka kematian bayi dalam pencapaian program Mdgs di indonesia,” yang dilaksanakan

di salah satu hotel di padang ( 8-9/12). Peneliti muda Ah Maftuchan melihat bahwa data terakhir dari

SDKI 2012, terjadi peningkatan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan

kamboja yang sudah mencapai 208 per 100.000 kelahiran hidup. Dan malah kita kalah dari negara

Myanmar, Nepal, dan Timor Leste. Ungkapnya. Target MdGs 2015 untuk AKI, target indoenesia

dalam menurunkan angka kematian ibu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi kita

sekarang ujar Ah Maftuchan, pada angka 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 lalu.

Maka indonesia terletak pada posisi yang sulit dalam mencapai target penurunan AKI sebesar 102

per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 nantinya,” tukuknya lagi. “survey ini dilakukan berdasar usia

subur wanita dari usia 15 hingga 40 tahun baik yang sudah menikah ataupun yang belum menikah,’’

Untuk tahun 2014, angka AKI baru mencapai 161 kematian per 100.000 kelahiran hidup,’’ masih jauh

dari target nasional. Dipastikan program penurunan AKI dan AKB “gagal di indonesia”. Strategi yang

dilakukan bahwa pemerintah kota kabupaten harus menyediakan anggarannya 10 persen dari dana

Page 21: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

APBD mereka untuk program kesehatan terutama dalam menurunkan angka kematian Ibu (AKI).

Pemerintah pusat sendiri seharusnya menyediakan anggaran dana 5 persen dari dana APBN secara

keseluruhan untuk dana kesehatan di indonesia akan tetapi hanya 2 persen hingga 3 persen yang

dilakukan pemerintah dalam penggunaan dana APBN untuk dana kesehatan di seluruh indonesia.

Provinsi Sumbar tergolong berhasil, untuk pencapaian penurunan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi diatas rata-rata nasional. Maka langkah strategis akan dilakukan untuk menekan

angka kematian ibu, ini disebabkan setelah otonomi daerah (otoda) dimana pemerintah kota dan

kabupaten tidak serius dalam menangani dan menjalankan program KB. Penyebab demikian

terjadilan kegagalan program KB kesehatan di Indonesia, dengan kurangnya tenaga Penyuluh

Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sebagai ujung tombak keberhasilan program KIA. Sehingga

anggaran APBD masing- masing daerah sebagai penyebabnya kurang berhasilnya program KB di

Indonesia

• Bekerjasama dengan pemerintah setempat, instansi terkait dan seluruh masyarakat dalam rangka

pencapaian target yang diharapkan.

• Mengidentifikasi masalah-masalah yang menghambat kemajuan program.

• Merencanakan program baru untuk mencapai target yang telah dicanangkan dalam

MDGs 4 dan 5.

Menurut Riskesdas 2007, 77% kematian Balita terjadi pada 1 tahun pertama kehidupan, 55%

kematian Bayi terjadi pada 1 bulan pertama, dan 80% kematian Neonatus terjadi pada 7 hari

pertama kehidupan.

Asfiksia neonatorum, berat badan lahir rendah/kurang bulan dan sepsis merupakan penyebab utama

kematian Neonatus. Diare, pneumonia, infeksi susunan saraf pusat merupakan penyebab utama

kematian anak diatas 1 bulan sampai 5 tahun.

Perdarahan, eklamsia, sepsis dan abortus merupakan penyebab kematian ibu maternal. Malnutrisi

dan malaria memberikan konstribusi terhadap kematian ibu dan balita. Sebagian besar penyebab

kematian ibu dan balita dapat dicegah.

Page 22: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

1. MDGs 4 di Indonesia

AKB dan AKBa di Indonesia telah mengalami penurunan yang bermakna sejak tahun 1990 sampai

dengan 2003. AKBa turun dari 91 pada tahun 1990 menjadi 44 per 1000 KH pada 2003; sedangkan

AKB turun dari 68 menjadi 34 per 1000 KH pada 2003. Akan tetapi, sejak tahun 2003 pencapaian ini

cenderung menetap. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya tambahan untuk mencapai target

MDGs pada tahun 2015.

2. MDGs 5 di Indonesia

Indikator dan target MDGs 5 tahun 2015 di Indonesia adalah sebagai berikut:

• Menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 97 per 100.000 KH

• Meningkatkan proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dari 74,87%

• Meningkatkan pemakaian kontrasepsi cara modern

• Menurunkan tingkat kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun

• Memperbaiki antenatal care

Data dari SDKI menunjukkan adanya penurunan AKI di Indonesia dari tahun ke tahun. Akan tetapi,

pencapaian ini masih cukup jauh dari target MDGs 5 tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 KH.

Dengan pencapaian sebesar 228 pada tahun 2007, upaya yang lebih keras dan terpadu diperlukan

untuk dapat mencapai target tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka penurunan AKI, salah satunya adalah dengan

meningkatkan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Proporsi pertolongan

persalinan oleh tenaga terlatih di Indonesia dari tahun ke tahun telah meningkat, tetapi masih belum

mencapai target yang ditentukan yaitu 90%. Penempatan bidan desa di seluruh provinsi di Indonesia

merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah.

Upaya lain yang telah dilakukan untuk menurunkan AKI adalah program Making Pregnancy Safer

(MPS), yang merupakan strategi sektor kesehatan untuk mengatasi kematian dan kesakitan ibu dan

bayi.

Page 23: Ediiitt Mdgs Sdgs Modul

Program lain yang telah dilakukan adalah : Gerakan Sayang Ibu, penyediaan bidan di desa, PONED

(Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Dasar) dan PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatus

Emergensi Komprehensif) serta kerja sama antara tenaga kesehatan dan dukun.

Namun demikian, upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut belum mampu menurunkan AKI, AKB

dan AKBa seperti yang diharapkan. Untuk itu diperlukan upaya percepatan yang lebih bermakna dan

kerja keras dari semua pihak. Upaya ini menghadapi tantangan yang cukup berat, seperti transisi

demografi, desentralisasi kesehatan, pelayanan publik, dan pendanaan. Oleh karena itu upaya

penurunan AKI dan AKB terkait target MDGs di tahun 2015 ini tidak bisa hanya dikawal oleh

pemerintah semata. Partisipasi multiprofesional, dunia usaha dan masyarakat luas juga menjadi

penentu keberhasilan pencapaian tersebut