64
Edisi 28 Thn III -April 2009 Rp 12.500,- H 52 - WISATA Memeluk Sejarah Di Banda Neira H 28 - FOKUS Mencari Sinergi Pajak dan Zakat H 38 - SOSOK Prof Dr Bambang PS Brodjonegoro Dicari : SDM Syariah Siap Pakai Perkembangan industri keuangan syariah yang sangat pesat belakangan ini membutuhkan peran perguruan tinggi ekonomi syariah dalam menyuplai SDM yang dibutuhkan industri ini. Bagaimana mencetak SDM syariah yang siap pakai?

Edisi 28/2009

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dicari: SDM syariah siap pakai..

Citation preview

Page 1: Edisi 28/2009

Edis

i 28

Thn

III-A

pril

2009

Rp 12.500,-

H 52 - WISATAMemeluk Sejarah Di Banda Neira

H 28 - FOKUSMencari Sinergi Pajak dan Zakat

H 38 - SOSOK Prof Dr Bambang PS Brodjonegoro

Dicari : SDM Syariah

Siap PakaiPerkembangan industri keuangan syariah yang sangat pesat belakangan ini membutuhkan peran

perguruan tinggi ekonomi syariah dalam menyuplai SDM yang dibutuhkan industri ini. Bagaimana mencetak SDM syariah yang siap pakai?

Page 2: Edisi 28/2009
Page 3: Edisi 28/2009

3Sharing edisi April 2009

Tahun ajaran baru sebentar lagi datang. Banyak perguruan tinggi mulai membuka pendaftaran mahasiswa baru. Di sisi

lain banyak lulusan sekolah menengah atas yang gamang: tak hanya tentang di perguruan tinggi mana ia akan melanjutkan pendidikan, tapi lebih dari itu, jurusan apa yang akan diambil agar tidak menambah angka pengangguran baru saat lulus kelak?

Tak ada salahnya jika mempertimbangkan pendidikan ekonomi syariah. Pendidikan ekonomi syariah dan turunannya seperti perbankan, asuransi, dan pasar modal syariah dapat menjadi alternatif pilihan bagi yang menghendaki masa depan yang menentramkan. Ke depan, kesempatan bekerja di industri keuangan syariah sangat terbuka lebar. Mengutip data Bank Indonesia, dibutuhkan sekitar 50 ribu - 60 ribu SDM dalam rangka pencapaian target pangsa pasar industri perbankan syariah sebesar 5 persen pada tahun 2011.

Sharing edisi 28 ini akan mengupas tentang pendidikan tinggi ekonomi syariah, berikut harapan dan tantangannya. Asal tahu saja, jumlah perguruan tinggi yang membuka jurusan ini masih sangat terbatas, berbanding terbalik dengan kebutuhan di lapangan. Untuk memudahkan Anda, kami melengkapinya dengan daftar perguruan tinggi penyedia pendidikan ekonomi syariah di Tanah Air.

Melalui tulisan ini, Sharing juga mendorong terciptanya sinergi antara pendidikan tinggi ekonomi syariah dengan kalangan industri syariah. Sinergi ini menjadi penting untuk mengatasi kesenjangan antara teori yang dipelajari di bangku kuliah dengan praktik di lapangan. Sehingga, tak ada lagi cerita lulus dengan nilai akademis tinggi namun terseok-seok ketika terjun ke lapangan; bekerja.

Sinergi itu bisa dimulai dengan mengajak wakil dari kalangan industri untuk duduk bersama dalam penyusunan kurikulum pendidikan ekonomi syariah. Program studi ini memang relatif baru di banyak perguruan tinggi. Di samping belum adanya kurikulum acuan, maka akrobat masing-masing lembaga pendidikan menyiapkan bahan ajar belum semuanya bisa memenuhi kriteria yang diinginkan industri.

Masih terkait dengan pendidikan ekonomi syariah, dalam rubrik sosok kami ingin mengajak Anda untuk berkenalan dengan Profesor Dr Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia ini tak lama lagi akan menduduki posisi baru, sebagai Direktur Islamic Research and Training Institute (IRTI), lembaga di bawah Islamic Development Bank (IDB) yang berkhidmat mengembangkan ekonomi syariah di seluruh dunia melalui pendidikan dan penelitian.

Visi Pak Bambang Brodjo, begitu

para mahasiswanya biasa memanggil profesor termuda di UI ini, layak kita dukung. Dia akan membuat IRTI-IDB ini lebih aktif dan diberdayakan untuk mendukung ekonomi syariah di dunia, dan khusus untuk Indonesia, training dan riset akan diperbanyak.

Ya, prospek ke depan ekonomi syariah memang sangat cerah. Di Barat, sistem ekonomi ini laris manis dipelajari. Industri syariah juga tumbuh pesat. Saat krisis global melanda dunia, sistem syariah banyak disebut-sebut mampu menyelamatkan dunia dari kehancuran ekonomi yang lebih parah.

Dalam rubrik Internasional, Anda bisa melihat betapa ekonomi Islam dipromosikan habis-habisan oleh ekonom Barat, dan bahkan Vatikan pun turut men-endorse-nya. Jadi, bila Anda telah memulai kegiatan dan transaksi ekonomi Anda di jalur syariah, berbahagialah, karena Anda sudah selangkah lebih maju dari mereka yang baru memulai.

Selamat membaca,

Rizqullah

Dari Redaksi

Membangun Sinergi

T

Page 4: Edisi 28/2009

4 Sharing edisi April 2009

Daftar Isi

Pertumbuhan industri ekonomi syariah yang sangat pesat belakangan ini diakomodir oleh kalangan perguruan tinggi ekonomi syariah untuk bisa menyuplai SDM-SDM yang dibutuhkan industri ini. Sejauh mana peranan mereka diakui oleh industri ini?

Hal 38 SosokProf Dr Bambang PS Brodjonegoro:Go Internasional, Go Syariah

Hal 30 FokusBayarlah Zakat dan Pajak Pun Berkurang

01 Cover.............................................03 Dari Redaksi..................................04 Daftar Isi........................................06 Susunan Redaksi..........................07 Surat..............................................08 Memo Bisnis..................................10 Laporan Utama..............................26 Bisnis ...........................................28 Fokus ...........................................32 Ragam .........................................34 Internasional ................................36 Peristiwa Analisa .........................38 Sosok ..........................................40 CSR .............................................42 Entrepreneur ................................44 Pendidikan ...................................46 Pojok Kampus .............................48 Multimedia ...................................50 Opini ............................................52 Wisata .........................................53 Manajemen Risiko........................56 Personal Investing .......................58 Wacana ........................................59 Resensi .......................................60 Tentang Mereka ...........................

Dicari:SDM Ekonomi Syariah Siap Pakai

Page 5: Edisi 28/2009
Page 6: Edisi 28/2009

6 Sharing edisi April 2009

Susunan Redaksi

List Pemasangan Iklan Majalah Sharing>> TARIF IKLAN

n 1 Halaman Dalam Rp. 15.000.000,-n 1/2 Halaman Horisontal Rp. 9.000.000,-n 1/3 Halaman Vertikal Rp. 7.000.000,-n 1/4 Halaman Horisontal Rp. 5.000.000,-n Back Cover Rp. 20.000.000,-n Inside Cover Rp. 17.000.000,-n Inside Back Cover Rp. 16.000.000,-n 1 Halaman Advertorial Rp. 17.000.000,-

# Tarif diatas belum termasuk PPN 10%# Iklan B/W dapat terima dengan tarif yang sama dengan tarif F/C# Materi iklan dalam bentuk CD + Proof print# Deadline materi iklan diserahkan 20 hari sebelum penerbitan

Penasihat SeniorPARNI HADI

Pemimpin RedaksiRIZQULLAH

Pemimpin PerusahaanTia Setiati Mahatmi

Wakil Pemimpin PerusahaanWawan Salim

Nidhianti Larasati

Kepala Divisi Penerbitan MajalahMuchamad Yani

Dewan RedaksiIr. Adiwarman A. Karim, SE, MBA

Dr M Syafi i AntonioDr. Didin Hafi duddin

Dr. Jafril KhalilIr. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS

Prof. Dr. Sofyan Syafri HarahapDr. Ahmad Satori Ismail

Drs. H. Mohamad. Hidayat, MBA, MHDr. Mustafa Edwin Nasution

Dr. Uswatun HasanahIggi Achsin, SE

Redaktur PelaksanaSiwi Sutanto

RedaksiIbrahim Aji,Yudi Suharso

MarketingJIP Megawati Hartono, Fachrurrozi Alwi

Desain Grafi sHairul Anwar

PhotographerArief

Sekretaris RedaksiFitri

Distribusi / SirkulasiHaryanto / Oji

KeuanganRita Artha K

KontributorSri Mustokoweni (Yogyakarta)

Griya CahyaJl. Bangka I No. 8 Jakarta 12720Tel: 62-21-719 6000 (hunting)

Fax: 62-21- 719 4000e-mail : [email protected]

Dicari :SDM Ekonomi SyariahSiap Pakai

M e m b e r o f C a h y a G r o u p

Foto : Kegiatan Perkuliahan Mahasiswa FE YARSIDok Foto : FE YARSI

Page 7: Edisi 28/2009

7Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Laporan Utama Produk Investasi Syariah BermanfaatSaya seorang karyawan swasta yang mulai tertarik dengan konsep ekonomi syariah. Saya telah membaca Laporan Utama Majalah Sharing edisi 27/ Maret 2009 lalu tentang Investasi Produk Syariah. Melalui surat ini saya ingin berterima kasih pada Sharing, karena setelah membaca liputan tersebut, saya jadi tahu lebih banyak tentang produk-produk investasi syariah. Kini saya punya banyak alternatif dalam berinvestasi. Kalau bisa Majalah Sharing untuk ke depannya dapat lebih banyak memberikan laporan utama bersifat panduan-panduan seperti di atas. Terima kasih.

SusilowatiPondok KelapaJakarta Timur

Terima kasih atas apresiasinya.

Distribusi Sharing di Makassar Kalau boleh tahu, jaringan majalah Sharing untuk wilayah Makassar di mana saja? Hal ini urgen untuk kami sebagai langkah awal pengenalan/lobi majalah Sharing ke bank-bank syariah, kampus-kampus dan masyarakat. Terima kasih.

Irma MakassarSulawesi Selatan

Silakah menghubungi bagian distribusi Majalah Sharing di No. 021 7196000 dengan saudara Haryanto pada waktu jam kerja. Terima kasih atas atensinya.

Membeli Sharing secara EceranKami ingin mengetahui bagaimana caranya mendapatkan majalah Sharing secara eceran. Sepertinya di loper-loper majalah pinggir jalan, Sharing sulit didapatkan. Terima kasih.

Reza PahleviCipayungJakarta Timur

Majalah Sharing dapat anda peroleh di jaringan toko buku-toko buku Gramedia, Gunung Agung, Wali Songo, Senyum Muslim, dan outlet-outlet di beberapa supermarket.

Surat Pembaca

Majalah Sharing di InternetPembaca juga bisa mengunjungi majalah Sharing di internet. Silakan kunjungi http://issuu.com/sharing/docs/2709 untuk membaca majalah Sharing online berformat PDF. Ikutlah berkomentar dan bergabunglah untuk menulis di blog kami, http://majalahsharing.wordpress.com.

Di ranah social networking, kami juga ada di Facebook (FB), silakan ketik ‘ekonomi syariah-sharing magazine’ di groups search FB atau langsung kunjungi http://www.facebook.com/group.php?gid=46278149508. Kami tunggu ya!

Page 8: Edisi 28/2009

8 Sharing edisi April 2009

Memo Bisnis

Sebagai wujud komitmen terhadap sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM), PermataBank menjalin sinergi dengan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dalam menyalurkan kredit lunak kepada pengusaha kecil binaan YDBA. Sebagai tahap awal kerjasama PermataBank dengan YDBA, kredit lunak diberikan kepada 21 Astra Honda Authorized Service Station (AHASS) yang tergolong skala usaha kecil. Kredit diberikan dengan plafon Rp 20 – 100 juta, berjangka waktu hingga

36 bulan dengan alokasi di awal program sebesar Rp 5 miliar. Lauren Sulistiawati, Direktur Retail Banking PermataBank mengatakan, “Kami memahami, bahwa masih banyak wirausaha dengan skala kecil yang belum bankable meskipun prospek usahanya baik. Inilah yang melatarbelakangi PermataBank menyalurkan kredit lunak kepada wirausaha binaan YDBA ini. Karena itu skim penyalurannya kami buat sedemikian rupa, sehingga debitur memiliki akses yang mudah terhadap

fasilitas ini. Kredit diberikan tanpa mensyaratkan agunan, berbunga rendah dan memiliki plafon antara Rp 20 – 100 juta. Namun unsur kehati-hatian tetap kami kedepankan dengan mensyaratkan debitur telah menjadi bengkel AHASS minimal satu tahun.” Penandatanganan akad kredit dilakukan oleh perwakilan pengusaha kecil dan PermataBank dengan disaksikan oleh Menegkop & UKM-Suryadharma Ali, Michael D. Ruslim-Presdir PT Astra International Tbk, Stewart D. Hall-Dirut

PermataBank dan Aminuddin-Ketua Pengurus YDBA pada akhir Februari 2009 lalu di Sunter, Jakarta Utara. akad kredit dilakukan oleh perwakilan pengusaha kecil dan PermataBank dengan disaksikan oleh Menegkop & UKM-Suryadharma Ali, Michael D. Ruslim-Presdir PT Astra International Tbk, Stewart D. Hall-Dirut PermataBank dan Aminuddin-Ketua Pengurus YDBA pada akhir Februari 2009 lalu di Sunter, Jakarta Utara.

n

PermataBank dan YDBA Salurkan Kredit Lunak UKM

Allianz Utama Indonesia dan Allianz Life Indonesia melaporkan total GWP gabungan sebesar Rp 3,7 triliun di 2008. Angka ini merupakan peningkatan dibandingkan GWP tahun lalu sebesar Rp 3,4 triliun. Kedua perusahaan, bersama –sama, mengasuransikan lebih dari 1 juta nasabah yang didukung oleh lebih dari 12 ribu agen di seluruh Indonesia.

Pada bisnis asuransi umum, Allianz Utama melaporkan Rp 776 miliar Gross Written Premium (GWP) di 2008, mengalami peningkatan 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pendapatan premi terutama berasal dari asuransi properti (36 persen) dan asuransi kendaraan bermotor (30 persen), sedangkan selebihnya diperoleh dari asuransi rekayasa (14 persen), asuransi kecelakaan(12 persen), dan asuransi pengangkutan (7 persen).

Perusahaan melaporkan keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 43,8 milyar, dibandingkan dengan Rp 67 milyar di tahun sebelumnya. Aset kelolaan melonjak 26 persen menjadi Rp 801 miliar. Rasio solvabilitas Allianz Utama berada pada posisi yang kuat,

yaitu 162 persen. Total polis yang diterbitkan sebanyak 137 ribu.

Allianz Life Indonesia mencatat pendapatan premi sebesar Rp 2,9 triliun sepanjang tahun 2008, dibandingkan dengan pendapatan premi sebesar Rp. 2,7 triliun di 2007.

Bisnis asuransi jiwa individu memberikan kontribusi sebesar 60 persen dari keseluruhan GWP, sementara asuransi jiwa kumpulan (termasuk program pesangon/savings plan) dan asuransi kesehatan memberikan kontribusi masing-masing 30

persen dan 10 persen.

Dari sisi bisnis korporasi, termasuk asuransi jiwa kumpulan dan dana pensiun, pendapatan premi tumbuh hampir 500 persen menjadi Rp 868 miliar, dibandingkan dengan hanya sebesar Rp 151 miliar di tahun 2007.

Bisnis asuransi jiwa individu dari Allianz Life mencatat pendapatan premi sebesar Rp 829 milyar dari segi bisnis premi regular, peningkatan sebesar 46 persen dibandingkan dengan pendapatan premi di tahun 2007. Namun, dari sisi premi tunggal unit-linked perusahaan tidak dapat mengulangi pencapaiannya seperti di 2007 sebesar Rp 1,8 triliun, di 2008 hanya mencapai Rp 911 miliar.

Allianz Life Indonesia melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp 128,8 miliar, melebihi perolehan tahun lalu yang hanya sebesar Rp 90,7 miliar. Tingkat solvabilitas dari perusahaan mencapai 306 persen, jauh di atas ketentuan minimum pemerintah yang hanya 120 persen.Untuk 2009 Allianz Indonesia secara grup (Allianz Utama dan Allianz Life) telah menetapkan target GWP yang optimis yakni sebesar Rp. 4,4 triliun di tahun 2009. n

Total Premi Allianz Indonesia Mencapai Rp 3,7 Triliun

Page 9: Edisi 28/2009

9Sharing edisi April 2009

Memo Bisnis

PT Bank Mandiri Tbk menyalurkan kredit sebesar Rp 63 miliar untuk 800 petani plasma dari tiga koperasi plasma di Kalimantan Barat. Kredit itu untuk pembiayaan perkebunan sawit plasma seluas 1.600 hektar. Tiga kebun yang dibiayai terletak di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten. Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat.

Menurut siaran persnya yang bertanggal 26 Maret 2009, penyaluran dilakukan pada 20 Maret 2009. Tiga Koperasi Plasma tersebut adalah Koperasi Serba Usaha Bersama (Rp 23,6 miliar), Koperasi Bina Sari (Rp 19,7 miliar) dan Koperasi Serba Usaha Karya Bersama (Rp 19,7 miliar).

Saat ini kredit yang disalurkan Bank Mandiri kepada sektor perkebunan dan industri turunannya telah mencapai Rp 25,6 triliun atau sebesar 16,1 persen dari total kredit Bank Mandiri.n

PT Unilever Indonesia Tbk menerima tiga penghargaan dalam “Indonesian CSR Awards (ICA) 2008”. Tiga penghargaan itu adalah Promosi Kesehatan Terpadu – untuk kategori sosial; program Pembinaan Petani Kedele Hitam – untuk kategori ekonomi; dan program Jakarta Green and Clean - untuk kategori lingkungan. Corporate Relations & Human Resources Director PT Unilever Indonesia Tbk Josef Bataona mengatakan, “Kami sangat berbahagia atas penganugerahan Indonesia CSR Award yang berbasis kepada tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini mencerminkan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat

melalui program CSR yang kami lakukan akan terus berjalan berkelanjutan bersama dukungan dengan mitra usaha dan pemerintah.”

Indonesian CSR Award diselenggarakan oleh Corporate Forum for Community Development (CFCD) - sebuah wadah independen yang diperuntukan bagi para community development officer membangun jejaring dan pembelajaran – bekerjasama dengan Departemen Sosial RI serta didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, dan Kementerian Negara Percepat Pembangunan Daerah Tertinggal.n

Bank Mandiri Tambah Penyaluran Dana ke Koperasi Plasma

AXIS, operator GSM dan 3G terbaru di Indonesia, memberangkatkan pelanggannya yang memenangi program Umroh bersama AXIS Salam, akhir bulan lalu. Penentuan nama-nama peserta Umroh tersebut dilakukan sebanyak dua periode yaitu pada 4 Desember 2008 dan 6 Januari 2009. Seluruh peserta selain berasal dari daerah Jawa juga berasal dari Batam, Medan, Pekan Baru, hingga Mataram, dengan latar belakang profesi mulai dari guru mengaji, pengusaha, pelajar sampai ibu rumah tangga. Perjalanan Umroh bersama AXIS Salam untuk para peserta ini merupakan kali kedua. Sebelumnya, pada tahun lalu,

layanan GSM yang baik ini telah sukses memberangkatkan sejumlah pelanggan setianya beribadah haji. Selama di Mekkah dan Madinah para peserta Umroh bersama AXIS Salam ini mendapat bimbingan Dr Muhammad Syafii Antonio Mec, tokoh yang dikenal sebagai pakar ekonomi Islam. “Program Umroh bersama AXIS Salam ini merupakan apresiasi AXIS Salam kepada pelanggan yang telah setia memanfaatkan AXIS Salam sebagai kartu perdana pilihan dalam bertelekomunikasi,” kata Paras Nasution, Vice President Channel Management & Distribution AXIS. n

CSR Awards untuk Unilever

Donor Darah Bank Mega SyariahPemenang Umroh AXIS Salam Diberangkatkan

Dalam rangka Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mega Syariah (BMS) kembali menyelenggarakan acara Donor Darah, Rabu 11 Maret 2009. Donor darah diikuti oleh karyawan Bank Mega Syariah Jakarta serta karyawan perusahaan di bawah CT Corporation di Kawasan Perkantoran Terpadu Para Group di Jl. Kaptain Tendean Jakarta Selatan.

Antusiasme karyawan Bank Mega Syariah serta karyawan dibawah naungan CT Corpora seperti Bank Mega, Trans TV, Trans 7, Mega Life serta yang lainnya terlihat sangat besar, terbukti dengan membludaknya pendonor yang hadir. Dari target 150 pendonor diluar dugaan target peserta donor mencapai 210 orang, akan tetapi dari jumlah tersebut yang diperbolehkan mendonorkan darah sejumlah 160 orang.

Acara Donor Darah ini merupakan acara rutin tiga bulanan yang diadakan oleh Bank Mega Syariah, dan bekerjasama dengan PMI Kabupaten Bekasi dipimpin Manager Mutu UTDC dr Ulfah Suryani MARS.

n

Page 10: Edisi 28/2009

Perguruan tinggi-perguruan tinggi (PT) yang menyediakan pendidikan ekonomi syariah saat ini terus bermunculan di Tanah

Air. Baik yang berkarakteristik Islam yang berada dibawah binaan Departemen Agama (Depag), maupun perguruan tinggi umum yang berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan mereka tentu saja dalam rangka mengantisipasi pertumbuhan industri perbankan dan keuangan syariah yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Karena dampak ikutan dari semakin berkembangnya lembaga keuangan syariah-lembaga keuangan syariah (LKS)

saat ini, maka dibutuhkan sumber daya manusia

(SDM) ekonomi syariah dalam

jumlah yang besar pula.

Hanya saja,

sarjana ekonomi

syariah ini belum semuanya diserap pasar.

Ada banyak alasan, terutama adalah kekurangsiapan mereka masuk dalam pasar kerja. Itu sebabnya, banyak perusahaan yang lebih memilih SDM dari unit konvensional mereka. “Dari sisi practical knowledge mereka masih kurang. Betul, mereka memahami back ground syariah secara teori dan pengetahuannya, tetapi tetap saja ketika berpraktik mereka masih butuh waktu,” ujar Executive Vice President Sharia Business Head Danamon Syariah- Achmad K Permana.

Kalangan akademisi tampaknya menyadari hal ini. Beragam

upaya terus dilakukan untuk menyiapkan SDM siap pakai. Ikatan Ahli Ekonomi Islam, misalnya, dalam waktu dekat akan mulai menyusun kurikulum ekonomi terstandar. Mereka juga mendorong pemerintah memasukkan pelajaran ekonomi syariah dalam kurikulum pendidikan di tingkat SMP dan SMA.

Sebelumnya Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) juga berencana mengembangkan pendidikan ekonomi syariah dalam tahap pertama road map yang akan disusun tahun ini. Dalam gambaran kasar road map, MES berencana membangun landasan ekonomi syariah dengan mengenalkan sistem ekonomi tersebut di semua lini pendidikan, mulai dari sekolah dasar.

Tantangan memang terbuka lebar. Apalagi belum semua lini bisnis syariah “digarap” oleh perguruan tinggi ekonomi Islam. Di ranah pasar modal syariah, misalnya, menurut pemerhati pasar modal syariah, Fernanda Meizon, boleh dibilang masih belum tersentuh oleh para lulusan ekonomi syariah. “SDM yang ada di pasar modal syariah, boleh dibilang hampir 100 persen adalah para pelaku atau manager investasi dari konvensional yang juga merangkap di syariah,” ujar Fernanda.

Hal ini menimbulkan keprihatinan tersendiri. “Jadi, meskipun produknya sudah benar, karena sudah disetujui oleh DPS dan sesuai fatwa, namun dalam praktik transaksinya bisa saja jadi melenceng, karena SDM-nya tidak begitu memahami konsep syariahnya. Kalau sudah begini,

investor yang sudah percaya dengan syariah bisa dirugikan,” tegasnya pada Sharing.Namun Fernanda mengakui, para pelaku pasar modal syariah atau para manager investasi masih menganggap pasar modal syariah itu skupnya kecil. Sehingga statusnya sering hanya dianggap sebagai produk tambahan saja.

Meski begitu, menurut Fernanda, perguruan tinggi penyedia program ekonomi syariah harus lebih proaktif dalam mensosialisasikan tentang pentingnya SDM untuk pasar modal syariah ini. Mereka juga harus menyiapkan program-program pendidikan untuk pasar modal syariah ini. “Karena selama ini, kampus-kampus lebih banyak terpusat pada pembelajaran perbankan syariah dan asuransi syariah saja. Sementara untuk pasar modal syariah, secara umum hanya menjadi mata kuliah di kampus, atau paling tinggi hanya berstatus konsentrasi,” tambahnya.

Dari paparan mengenai kebutuhan dan kriteria SDM dari berbagai industri keuangan syariah di atas, Sharing menyimpulkan bahwa secara umum industri-industri tersebut belum dapat terpenuhi secara maksimal kebutuhan SDM-nya dari perguruan tinggi penyedia program studi ekonomi syariah dan tutunannya. Bahkan, masih ada yang belum tersentuh, seperti pasar modal syariah. Ini merupakan tantangan bagi perguruan tinggi untuk lebih bergiat lagi dalam meningkatkan kredibilitas dan kualitasnya, agar mereka bisa lebih berperan lagi dalam menyuplai SDM berkualitas yang bisa lebih diterima di industri ini. nSS/YS

Dicari:

SDM Ekonomi Syariah Siap Pakai

PPerkembangan industri keuangan syariah yang sangat pesat belakangan ini membutuhkan

peran perguruan tinggi ekonomi syariah dalam menyuplai SDM yang dibutuhkan industri ini. Bagaimana mencetak SDM syariah yang siap pakai?

Laporan Utama

10 Sharing edisi April 2009

Page 11: Edisi 28/2009

11Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Page 12: Edisi 28/2009

12 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Sinyalemen itu diungkapkan Guru Besar Universitas Trisakti, Prof Dr Sofyan Safri Harahap. Menurut

dia, pendidikan tinggi ekonomi syariah di Indonesia kini belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. ”Bisa dilihat dari output-nya yang sering dikalahkan oleh lulusan pendidikan tinggi umum ketika sama-sama dites masuk kerja di industri syariah,” ujarnya.

Dari sejumlah informasi yang dikumpulkan Sharing di lapangan, para user SDM-SDM ekonomi syariah saat ini, yaitu para LKS, umumnya masih

belum terlalu percaya pada kualitas lulusan perguruan tinggi ekonomi syariah. Salah satu buktinya, banyak LKS yang lebih memilih memakai SDM konvensionalnya, jika mereka membuka unit syariah. Singkat kata, mereka lebih memilih untuk melakukan training singkat ekonomi syariah bagi mereka, ketimbang memakai SDM fresh graduate dari perguruan tinggi ekonomi syariah.

Hal itu diakui Executive Vice President-Sharia Business Head Danamon Syariah- Achmad K Permana. “Preferensi saya adalah merekrut teman-teman dari konvensional yang bagus, dan kemudian kita syariahkan dengan memberikan program training yang baik. Karena dengan pengalaman di konvensional yang cukup, mereka akan

mampu meng-generate variasi produk. Karena variasi produk yang kita tawarkan ke market masih terbatas,” papar Permana sambil menambahkan, minat internal Danamon konvensional yang ingin beralih ke syariah cukup besar saat ini.

Permana mengakui, tidak memprioritaskan fresh graduate dari perguruan tinggi ekonomi syariah, karena menurutnya lulusan PT tersebut masih kurang dari sisi practical knowledge. “Betul, mereka memahami back ground syariah secara teori dan pengetahuannya, tetapi tetap saja ketika berpraktiknya mereka masih butuh periode waktu,” tukasnya.

Namun demikian, Permana menegaskan, bukan berarti pihaknya mengabaikan lulusan fresh graduate syariah. Karena lanjutnya, mereka masih tetap dibutuhkan untuk posisi level-level awal di banknya. “Untuk staf pemula, dan di front liner, kita memang mengambil dari yang fresh graduate,” ujarnya.

Praktisi harus dilibatkan Permana memberikan saran agar para lulusan prodi ekonomi syariah ini bisa lebih berpengaruh dan siap pakai di lapangan. Menurutnya, program pengajaran di kampus-kampus syariah harus mengkombinasikan antara pengajar-pengajar murni dari kampus, dengan praktisi-praktisi yang berkompeten di industri ini. “Kemampuan memperbanyak practical knowledge akan memberikan wawasan, serta membuat mahasiswa lebih siap untuk terjun dan berkompetisi di industri ini,” tegas Permana.

Sementara itu, Vice President Syariah Banking Group Head

CIMB Niaga Syariah-Didik Hadi Sunaryo mengatakan masalah SDM syariah adalah vital, sehingga pihaknya tidak sembarangan dalam merekut karyawan. “Kami membutuhkan SDM yang benar-benar berkualitas. Kalau perlu yang kualitas nomor satu. Kenapa? Karena syariah menurut saya lebih sulit daripada konvensional, terutama di marketing. Sehingga kalau kualitas SDM-nya tidak begitu bagus, hal itu akan berpengaruh banyak terhadap kinerja kita,” ujarnya pada Sharing.

Makanya, pihaknya lebih memprioritaskan SDM dari kalangan internal di konvensional

yang berpengalaman, ketimbang dari lulusan fresh graduate untuk mengisi pos-pos penting di CIMB Niaga Syariah. “Untuk internal, pertama, dia punya pengalaman minimal tiga tahun. Bila dia di bidang marketing, minimal pernah jadi account officer, sehingga punya pengalaman luas di lapangan. Mereka yang terpilih pun harus masuk training syariah terlebih dahulu, supaya bisa memenuhi standar yang kita harapkan,” jelasnya.

Meski begitu, lanjut Didik, CIMB Niaga Syariah juga mengambil fresh Graduate dari kampus-kampus. Namun karena mereka dianggap masih minim pengalaman, maka mereka ditempatkan di bagian-bagian front liner. “Ini lantaran mereka belum punya pengalaman praktek di lapangan. Untuk awal, mereka bisa mengisi posisi servis asisten dan teller, misalnya,” lanjut Didik.

Namun menurut Didik, fresh graduate yang berasal dari kampus-kampus ekonomi

syariah memang lebih unggul lebih baik daripada yang berasal dari kampus non syariah. “Dia sudah punya dasar teori perbankan syariah yang kuat di kampus. Tinggal diberikan praktik pengalaman kerja saja,” tambahnya.

“Mensyariahkan” bankir konvensionalSetali tiga uang dengan Danamon Syariah dan CIMB

Niaga Syariah, Permata Bank Syariah juga menjadikan tenaga dari internal konvensional sebagai tumpuan SDM mereka. “Kebutuhan PermataBank Syariah terhadap SDM perbankan syariah yang memadai sangat tinggi, seiring dengan perkembangan bisnis syariah dan meningkatnya kompetisi di pasar. Namun, karena jumlah SDM Syariah sangat terbatas, maka salah satu cara menyediakan SDM tersebut adalah dengan “men-syariahkan” bankir konvensional,” ujar Senior Vice President Head PermataBank Syariah- Adrian A Gunadi. Alasannya, “SDM tersebut sudah memiliki dasar yang kuat tentang perbankan.”

Bahkan Adrian lalu mengusulkan proses “mensyariahkan” bankir konvensional dapat dilakukan oleh pihak otoritas (BI), dengan membuat suatu pelatihan yang intensif dengan standar yang sudah ditetapkan. “Ketersediaan SDM ini penting untuk mencegah terjadinya proses pembajakan SDM syariah antar sesama bank syariah,” tambah

“Yang Berpengalaman, yang Diincar”

S

Page 13: Edisi 28/2009

13Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Adrian, seraya menambahkan, pihaknya juga menampung para fresh graduate melalui program GMAP (Graduate Management Associate Program) yang dilakukan oleh Permata Bank.

Adrian menjelaskan kriteria kompetensi yang dibutuhkan untuk mengisi SDM di Permata Bank Syariah. “Proaktif, mampu beradaptasi, dapat bekerja sama dalam team work dan memiliki pengetahuan dasar perbankan. Adapun bagi lulusan prodi ekonomi syariah, selain kompetensi yang disebutkan di atas, diharapkan memiliki dasar yang kuat mengenai bisnis dan operasional perbankan syariah, serta memiliki pengetahuan produk syariah yang mendalam, termasuk akad yang dapat digunakan dalam perbankan syariah, seperti murabahah, Mudharabah, dan lain-lain, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam dunia perbankan syariah,” tutupnya.

Diperkaya dengan pelatihan

Direktur Utama BPRS Harta Karimah Insani (HIK), Bekasi, OP Yepri ternyata juga mengakui, bahwa lulusan dari kampus-kampus ekonomi syariah memang belum terlalu siap pakai di lapangan. “Makanya, kami selalu memberikan pelatihan terlebih dahulu pada mereka sebelum bekerja, baik pelatihan di internal kantor kami, pelatihan bersama di grup BPRS kami, maupun juga pelatihan di asosiasi BPRS di Bekasi,” jelasnya. Agak berbeda dengan bank-bank syariah, Yepri mengaku BPRS Harta Karimah Insani terbuka bagi para lulusan dari kampus-kampus ekonomi syariah “Suplai SDM kami banyak berasal dari kampus-kampus ekonomi syariah. Karena kami memang

mengadakan kerjasama program magang, juga program job recruitment dengan perguruan tinggi syariah. Para mahasiswa yang ikut program tersebut, nantinya bisa kami prioritaskan untuk bekerja di bank kami,” jelas Yepri.

Kebijakan Yepri tersebut, agaknya dilandasi latar belakang BPRS HIK yang memang tidak mempunyai back ground BPRS konvensional dan sudah sejak awal memang diplot berkonsep syariah. Sehingga, pilihan mereka memang lebih memilih untuk merekrut lulusan dari kampus-kampus ekonomi syariah. “Kami memilih lulusan syariah, karena mereka sudah menguasai teorinya di kampus, tinggal kami membentuknya dalam praktik di lapangan,” tutupnya.

Praktik lapangan harus diutamakan

Kritik membangun dilontarkan Dr Jafril Khalil, CEO EASCO Syariah Group yang mengelola Asuransi Syariah Mubarakah. Lulusan perguruan tinggi ekonomi syariah, kata dia, unggul dalam teori saja. Sedangkan dalam praktik di lapangan, masih sangat kurang.

Salah satu sebabnya, kata dia, adalah karena staf pengajarnya tidak mempunyai pengalaman dalam industri syariah. “Perguruan tinggi sebaiknya juga meng-hire dosen-dosen dari kalangan praktisi, untuk melengkapi dosen-dosen dari akademisi yang sudah ada. Selain itu, kalangan praktisi juga harus dimintakan masukan, mengenai apa yang dibutuhkan di industri ini,” ujarnya saat menerima Sharing di kantornya di Kuningan.

Perguruan tinggi juga harus

melakukan introspeksi jika lulusannya belum banyak terserap industri. “Jangan kampus hanya bisa menuntut, bahwa mereka sudah melahirkan lulusan, tapi lalu kenapa tidak diterima oleh industri ini? Persoalannya, bukan masalah diterima atau tidak. Tapi mereka harus juga menyadari, apa yang mereka kerjakan itu sudah sesuai kebutuhan bisnis atau belum?” tambahnya.

Praktisi industri syariah, kata dia, harus dilibatkan kalangan perguruan tinggi. “Misalnya, dengan memberi masukan-masukan tentang kurikulum yang baik dan pas, sehingga lulusan-lulusan mereka nantinya bisa diterima dan siap pakai di industri asuransi syariah ini,” papar Jafril.

Menurut Jafril, kalaupun perusahaan yang dipimpinnya menerima SDM dari kampus-kampus syariah, maka pihaknya masih harus memberikan diklat-diklat atau pelatihan internal terlebih dahulu untuk membuat mereka siap pakai. Tak jarang mereka dikirimkan untuk mengikuti pelatihan di luar kantor (diklat eksternal). “Karena industri asuransi syariah ini butuh orang-orang yang cakap dan terampil untuk menjalankannya. Mereka perlu terus mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang lebih mendalam,” jelasnya.

Makanya, kata Jafril, pihaknya selama ini juga tak sungkan-sungkan untuk menerima SDM eks asuransi konvensional. “Bagi mereka yang sudah pengalaman dari konvensional dan ingin bergabung dengan kami di syariah, kami selalu welcome. Setelah itu, kita bentuk mereka dengan memberikan pengetahuan tentang asuransi syariah yang benar,” tambahnya.

Perlu yang terampil, juga amanahLangkah yang hampir sama diambil Pegadaian Syariah, pemain utama dalam industri gadai syariah. Meski banyak

mengambil SDM dari induknya, namun mereka juga terbuka bagi lulusan baru dari perguruan tinggi. “Asal bisa memenuhi persyaratan dan lulus dari berbagai tes, mereka bisa bergabung. Nanti mereka akan dididik di diklat internal kami,” jelas Suhardjo-General Manager Usaha Syariah Perum Pegadaian kepada Sharing.

Setelah bergabung, para SDM baru ini terus dibina dan dikembangkan kemampuannya. ”SDM kami kembangkan, baik untuk keterampilan teknisnya, maupun kemampuan dia dalam melakukan pemasaran. Kita ada diklat internal untuk ini,” jelasnya lagi.

Pengembangan SDM di Pegadaian Syariah menurut Suhardjo, tidak hanya terfokus pada kemampuan teknis, namun juga terkait dengan pengembangan spiritual si SDM. ”Pemahaman ekonomi Islam yang mereka dapatkan, kita harapkan dapat juga membuat mereka bekerja dengan amanah di perusahaan, dan agar mereka bisa juga memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga, sehabis transaksi, mereka bisa mendoakan nasabah, agar usaha si nasabah sukses, misalnya,” jelas Suhardjo. Intinya, kriteria SDM yang diharapkan oleh Pegadaian Syariah adalah mereka yang cakap dalam teknis kerjanya, namun mereka juga dapat mencerminkan sebagai seorang Muslim yang taat, terampil, dan amanah.

Suhardjo lalu menambahkan, pihaknya memang sangat memperhatikan pengembangan SDM. Karena itu, pihaknya juga terbuka untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan ekonomi syariah yang ada, dalam rangka penyiapan SDM gadai syariah yang berkualitas di Tanah Air.

n YS

Page 14: Edisi 28/2009

14 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta boleh dibilang sebagai

salah satu pelopor pendidikan ekonomi syariah di Indonesia. Karena realitanya, di kampus yang dahulunya berlabel IAIN ini, program studi (prodi) yang menyangkut bidang

ilmu ekonomi syariah atau ekonomi Islam sudah mulai dikembangkan sejak era awal 1990-an, jauh hari sebelum marak bermunculannya berbagai lembaga keuangan syariah (LKS), seperti bank syariah, asuransi syariah, gadai syariah dan lain-lain.

Seperti dijelaskan Ketua

Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Dr Euis Amalia MAg, secara historis mulanya prodi ini bernama jurusan Muamalah Jinayah. Dalam perkembangannya (tahun 1995) dikembangkan menjadi dua jurusan yaitu: jurusan Jinayah Siyasah dan Jurusan Muamalah. Nah, seiring dengan regulasi

pendidikan tinggi agama Islam, jurusan Muamalah kemudian menjadi prodi yang memiliki dua konsentrasi yaitu perbankan syariah dan konsentrasi asuransi/takaful. Dalam perkembangannya terkini, sejak tahun 2007 prodi ini mengembangkan diri dengan tiga konsentrasi: perbankan syariah, takaful, manajemen zakat dan wakaf.

Seiring dengan semakin berkembangnya industri ekonomi syariah di Tanah Air, yang ditandai dengan semakin maraknya bermunculan berbagai LKS di atas, ternyata Prodi Muamalat UIN saat ini merupakan program yang

sangat diminati oleh para calon mahasiswa. ”Animo masyarakat terhadap prodi muamalat, khususnya perbankan syariah luar biasa, sehingga prodi ini menjadi yang terfavorit di UIN. Semester lalu saja peminatnya mendekati angka 1.800 orang, sementara yang bisa kami tampung hanya 225 mahasiswa saja,” jelas Euis.

Mereka yang akhirnya diterima di prodi ini benar-benar terseleksi. Diakui Euis, pihaknya di UIN punya standar tersendiri dalam seleksi masuk. Di samping kemampuan akademik calon mahasiswa, yang juga menjadi prioritas adalah ujian lisan mengenai kemampuan membaca Alquran, wawasan keislaman, serta ibadah dan kepribadian/akhlak.

Kalau Prodi Muamalat bisa menjadi primadona, baik secara internal di UIN, maupun juga eksternal di masyarakat luas, dikarenakan Prodi ini mempunyai beberapa keunggulan spesifik. Antara lain, kurikulum prodi ini dirancang

sedemikian rupa, sehingga nantinya mampu melahirkan lulusan-lulusan yang andal dan siap pakai di dunia kerja.

Kurikulum dirancang dengan persiapan matang melalui berbagai lokakarya yang sering dilakukan, antara lain, bekerjasama dengan BI, IAEI, Depag, juga dengan pasca sarjana UIN sendiri. Ditambah

lagi, dengan mengundang pakar-pakar ekonomi syariah, diantaranya; Adiwarman Karim, Syafii Antonio, dari internal UIN sendiri Prof. Dr. H. M. Amin Suma, Prof Dr Fatthurrahman Jamil MA, Dr.Ir. Murasa Sarkaniputra, Dr. Ir.. Nadratuzzaman. Euis menambahkan, pihaknya juga mengambil benchmark dari berbagai perguruan tinggi ekonomi syariah di luar negeri, antara lain dari negara Malaysia, Bahrain, Iran dan lain-lain.

Setelah terbentuk suatu kurikulum di prodi ini, upaya-upaya pengembangan kurikulum pun terus dilakukan. Saat ini saja, jelas Euis terdapat tiga

>> Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) UIN Syarif Hidayatullah

Primadona Kampus Ekonomi Syariah

U

Page 15: Edisi 28/2009

15Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

kurikulum yang masih berlaku di Prodi Muamalat, yaitu kurikulum 2003, 2005, 2007.

Sejak tahun 2005, lembaga ini memiliki dan menggunakan sarana praktikum berupa Bank Mini Syariah. “Di dalamnya kita melakukan pelatihan instruktur dan pengembangan modul, serta soal-soal simulasi operasional banking dan analisa kasus. Selain itu juga ada

praktikum lembaga keuangan syariah, asuransi, dan ziswaf,” tambah Euis lagi.

Prodi Muamalat UIN juga mempunyai kerjasama dengan berbagai LKS, seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank DKI syariah, Asuransi Takaful Indonesia, Allianz, serta untuk zakat wakaf dengan Dompet Dhuafa dan IMZ (Institut

Manajemen Zakat). ”Kerjasama itu untuk mem-back-up program magang, praktikum, program beasiswa, bahkan juga program rekruitmen untuk mahasiswa kita. Berbagai lembaga tersebut juga menyediakan expert/praktisi sebagai dosen tamu yang mengajar di kita,” lanjut Euis.

Dengan segala kelebihan

di atas, tak heran bila Prodi Muamalat UIN ini memiliki nilai akreditasi A yang berlaku hingga tahun 2010, dan saat ini mereka tengah mempersiapkan kembali akreditasi untuk 2010 tersebut. Sementara hasil nyata Prodi Muamalat ini di pasaran dunia kerja, para alumni telah bekerja di berbagai bank syariah. n YS

>> Magister Bisnis & Keuangan Islam Universitas ParamadinaKurikulum Disusun untuk Tiga Semester

Program Magister Bisnis Keuangan Islam (MBKI) Universitas Paramadina, Jakarta, memang masih muda, baru sekitar tiga tahun.

Namun lembaga pendidikan yang didirikan tahun 2006 mempunyai kekhasan tersendiri. ”Kami tetap mempertahankan pola yang memadukan unsur kekuatan kajian fikih sebagai dasar pemahaman pelaksanaan produk-produk ekonomi dan keuangan syariah, dan dinamika perkembangan produk ekonomi dan keuangan,” ujar Handi R. Idris MSc, sekretaris program MBKI Universitas Paramadina. Dengan begitu, katanya, SDM yang dihasilkan adalah SDM yang memiliki pemahaman fikih yang baik, dengan pengetahuan ekonomi dan keuangan yang kuat.

Handi menjelaskan, pihaknya menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang disusun untuk menjawab kebutuhan riil industri keuangan Islam. Kurikulum tersebut ditinjau secara reguler guna membekali mahasiswa dengan kompetensi terbaru untuk mengikuti perkembangan industri keuangan Islam yang dinamis. Dari tenaga pengajar, MBKI menggabungkan dua kutub pengajar. Pertama, para akademisi yang memiliki latar belakang akademis kuat, serta dari praktisi riil yang secara pendidikan maupun sebagai praktisi kompetensinya diakui di industri ini. Metode pembelajaran MBKI, kata

Handi, mengharuskan mahasiswa aktif dalam diskusi serta melakukan presentasi dan kajian-kajian yang bersifat analitis terhadap praktik industri keuangan Islam, terutama di Indonesia. Untuk mendukung hal tersebut, secara rutin MBKI mendatangkan dosen tamu para pakar praktisi di atas, mengadakan workshop dan seminar dengan topik aktual dan cara penyajian yang komunikatif dan aplikatif, untuk memperkaya wawasan mahasiswa.

Handi menambahkan, dari sisi kelembagaan, sekarang MBKI berada di bawah Paramadina Graduate School of Business. September ini, kata dia, pihaknya akan meluncurkan format baru guna menghasilkan SDM yang kreatif dan inovatif dalam bidang ini. ”Untuk kurikulum kami desain selama tiga semester selesai, tentu dengan melakukan penajaman terhadap mata kuliah bisnis dan keuangan,” tambahnya.

Menurutnya, pendirian program ini dalam rangka mengantisipasi perkembangan industri keuangan syariah yang luar biasa, sementara institusi pendidikan yang mengakomodasi SDM siap pakai ke industri ini masih terbatas. ”Sebagai lembaga pendidikan tinggi, tentu kami mengamati perkembangan ini secara mendalam. Kami ingin menjadi salah satu Centre of Islamic Economic and Finance di bidang pendidikan di Indonesia,” jelasnya.

n YS

P

Page 16: Edisi 28/2009

16 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

>> ICDIF-LPPI

Menciptakan

Bankir Syariah ProfesionalSiapa tak kenal Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI). Sejak

lima tahun lalu, lembaga yang dikenal sebagai kawah candradimukanya para bankir profesional ini mendirikan Direktorat Perbankan Syariah. Dan kini, sejalan dengan dinamika perkembangan yang pesat dari industri perbankan syariah dan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya, direktorat ini diubah nama dan diperluasnya status serta fungsinya menjadi International Center for Development in Islamic Finance-Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (ICDIF-LPPI). Pusat pendidikan ini diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Prof Dr Boediono, Juni 2008 tahun lalu.

Lembaga ini bukan hanya sebagai pusat pendidikan, pelatihan dan pengembangan industri perbankan syariah saja, melainkan juga bagi lembaga keuangan non-bank atau lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. ”Lembaga ini juga sebagai sarana konsultasi bagi industri ekonomi syariah dalam skala nasional, maupun internasional atau global,” jelas Dr HM Arie Mooduto, Direktur ICDIF-LPPI pada Sharing di Jakarta baru-baru ini di Jakarta.

Guna menghasilkan para lulusan yang berkualitas, ICDIF-LPPI telah mendisain

berbagai paket program dan modul yang sesuai standar kompetensi. Tolok ukurnya difokuskan pada aspek skill, knowledge dan attitude dengan penekanan pada akidah, syariah, dan akhlak agar dapat menghasilkan output sebagai SDM bankir syariah profesional yang andal dan siap pakai, serta up to date sesuai kebutuhan dan permintaan pasar dan industri perbankan syariah. ”Tentu saja dengan memperhatikan best practice and international standard,” lanjut Arie lagi. Selain program-program pendidikan untuk perbankan syariah, ICDIF-LPPI kini juga menyediakan program untuk bidang asuransi syariah, marketing syariah, pasar modal syariah, dan pendidikan untuk lembaga keuangan syariah lainnya. “Semuanya bisa di-create ICDIF-LPPI sesuai dengan kebutuhan.”

Arie menambahkan, sebagai lembaga yang berkarakteristik dinamis, perkembangan terbaru program-program pendidikan dan pelatihan di ICDIF-LPPI tentu selalu ada, bahkan dari tahun ke tahun menunjukkan tren meningkat, disesuaikan dengan perkembangan industri, teknologi dan regulasi yang senantiasa berkembang. ”Yang sering dilakukan adalah program-program yang sesuai dengan permintaan customers, karena salah satu metode yang kita kembangkan adalah tailor made programs. Merupakan program atau modul-modul

yang khas dikemas sesuai hasil olahan bersama antara ICDIF-LPPI dengan customers,” ujar Arie.

Menurut Arie, untuk menunjang itu semua, maka tenaga-tenaga pengajar, instruktur, fasilitator, dan nara sumber yang disiapkan oleh ICDIF-LPPI pada setiap program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan SDI, terdiri dari para pakar dan ahli, sebagai praktisi dan akademisi dengan komposisi yang terukur dan proporsional sesuai dengan kebutuhan. ”Karena yang menjadi tujuan kita bukan hanya menghasilkan SDM bankir syariah yang profesional saja, tetapi juga tenaga-tenaga ahli dan terampil yang siap pakai di bidang lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya, baik di sektor riil maupun di sektor finansial,” paparnya.

Dalam waktu dekat, ICDIF-LPPI akan mengembangkan program pendidikan formal strata dua (program magister), khusus untuk industri perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya tahun ini. ”Mungkin program ini merupakan MBA Program in Islamic Banking and Finance yang pertama di Indonesia,” tambahnya. Peserta program ini tidak hanya bagi para eksekutif industri perbankan saja, tetapi bagi siapa saja yang berminat dan memenuhi syarat serta lulus seleksi.

nYS

S

Page 17: Edisi 28/2009

17Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang concern terhadap penciptaan SDM ekonomi

syariah yang berkualitas adalah Universitas Islam Indonesia (UII). Di kampus ini, ilmu ekonomi syariah dipelajari tak cukup hanya di satu fakultas. Pada Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) terdapat jurusan Ekonomi Islam (S1), dan juga program MSI (Magister Studi Islam) yang diberikan dalam bentuk Konsentrasi Ekonomi Islam. Selain itu, ada juga Program Magister Ekonomi dan Keuangan Islam dan Program Doktoral Ekonomi Islam pada Program Pascasarjana (PPS)Fakultas Ekonomi (FE) UII.

Menurut Ketua PPS FE UII-Munrokhim Misanam, MA.Ec.PhD, program Magister

Ekonomi dan Keuangan Islam di PPS FE UII dirancang untuk mampu menjawab tantangan pasar. Untuk mencapai harapan itu, pengembangan kompetensi ilmu ekonomi Islam yang mereka lakukan di program studi ini adalah menitikberatkan pada falsafah keseimbangan.

”Yaitu keseimbangan antara aspek fikih, ekonomi, teori-praktik, serta aspek menjawab kebutuhan pasar (jangka pendek) dan aspek pengembangan ilmu ekonomi Islam di masa mendatang (jangka panjang),” jelas Munrokhim. Konsekuensinya dalam hampir setiap mata kuliah selalu disisipkan dosen-dosen yang berasal dari praktisi.

Di program ini memang sangat kental dengan pemberian materi-materi yang berbasis ekonomi Islam. Hal itu bisa dilhat antara lain dari pengambilan total 45 SKS yang diambil mahasiswa, sebanyak 39 SKS berasal dari area ekonomi Islam. Artinya, penamaan Program Magister Ekonomi dan Keuangan Islam ini memang bukan sekadar label. Sehingga, program ini diharapkan mampu mengakomodir tuntutan yang semakin besar pada ekonomi

Islam. ”Kami yakin program kami akan maju sebagai solusi dari kekusutan yang selama ini terjadi dalam penyediaan SDM di perbankan syariah,” jelasnya.

Selain itu, tambah Munrokhim, pendekatan yang mereka ambil bukan pendekatan kelembagaan, namun lebih sebagai pendekatan area keilmuan. ”Kami memberikan penekanan pada area keilmuan, yaitu ekonomi dan keuangan Islam dan bukannya pada kelembagaannya, misalnya perbankan Islam. Perbankan Islam hanya merupakan salah satu fokus atau ground dari keuangan Islam dan bukannya semuanya,” tegasnya lagi.

Selanjutnya, tambah Munrokhim, pihaknya juga menaruh perhatian besar pada segmen ekonomi Islam yang lain, yaitu pada segmen ekonomi distribusi Islam. Hal ini untuk menjawab tantangan pengembangan ekonomi Islam ke depan. ”Kita tahu bahwa masalah distribusi ini tidak disentuh sedikitpun dalam teori ekonomi Barat. Untuk itu kami mendahului untuk mengisi celah teori yang kosong ini dengan sekaligus masuk pada orbit internasional. Hal ini sesuai

dengan semangat yang ada pada kami,” tambah Munrokhim.

Semua pendekatan di atas merupakan pengayaan dari program ekonomi Islam di program mereka, dan sekaligus juga mendukung mempercepat program UII sebagai ”A Walk toward World Class University”. Selain itu, tambah Munrokhim, pihaknya juga telah menyepakati program dual degree antara S2 dan S3 Ekonomi Islam yang ada di FE-UII dan UKM. Jadi, seseorang yang mengambil program dual degree ini, baik S2 maupun S3, akan menjalani kuliah separuh di UII dan sisanya di UKM. Adapun penulisan thesis/disertasi dibimbing bersama, antara ahli dari UII dan dari UKM.

”Dengan demikian mereka yang mengikuti program ini akan memperoleh dua gelar sekaligus: di tingkat S2 akan memperoleh gelar magister dari UII dan gelar master dari UKM. Sementara untuk yang mengambil S3 akan memperoleh gelar doktor dari UII dan PhD dari UKM,” papar Munrokhim.

n YS

>> Magister Ekonomi dan Keuangan Islam PPS FE UII Yogyakarta

Dual Degree dengan University Kebangsaan Malaysia

S

Page 18: Edisi 28/2009

18 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Tak ada yang merokok, memakai narkoba dan miras, apalagi seks bebas di STEI Tazkia. Kegiatan

mahasiswa sehari-hari selalu tentang belajar, beribadah, dan berolahraga. Pun dengan yang non mahasiswa.

Kegiatan mahasiswa di sana kebanyakan adalah belajar, beribadah, berolahraga, dan bergaul dalam batasan norma-norma Islam.

Ini memang salah satu strategi salah satu sekolah tinggi ekonomi Islam tertua di Indonesia ini untuk menghasilkan lulusan yang siap terjun ke industri syariah. Hasilnya, menurut Wakil Ketua Bidang Akademik STEI Tazkia Mukhamad Yazid, M.Si, “Hampir 70 persen lulusan STEI Tazkia terserap di industri syariah”.

Mondok Setahun

Semua mahasiswa Tazkia harus

mondok selama satu tahun di awal kuliahnya. Programnya disebut matrikulasi. Mereka dipersiapkan sebelum mulai benar-benar mempelajari bidang studi yang dipilihnya. Model seperti ini, diakui Yasid memang meniru model pendidikan di Al-Azhar University (Kairo), International Islamic University Malaysia, dan International Islamic University Islamabad (Pakistan).

Itu untuk satu tahun saja atau semester 1 dan 2. Mulai semester 3, mahasiswa tidak diwajibkan mondok, tapi tidak dilarang jika masih ada yang ingin mondok di kampus yang terletak di Jl Darmaga Km. 7, Bogor ini.

Saat matrikulasi, mahasiswa diajarkan bahasa Inggris dan bahasa Arab, masing-masing dua bulan. Untuk bahasa itu pula nanti diberikan sertifikat. Pelajaran lain yang diajarkan saat matrikulasi adalah Matematika, Penguasaan Komputer, Quantum Learning Methods, Leadership, dan

Dirasah Islamiyah. Salah satu mata kuliah yang harus diambil saat matrikulasi adalah Ayat dan Hadist Ekonomi. Bukan tanpa alasan, mata kuliah ini ditaruh di awal tahun kuliah, penguasaan atas ayat dan hadits ekonomi menjadi harga mati untuk kelulusan mahasiswa. Bahkan ini menjadi hapalan dan menjadi salah satu syarat untuk ujian skripsi atau ujian komprehensif bersama penguasaan materi sesuai program studi yang diambil. ”Kami tak ingin mereka yang lulus tidak bisa menjawab ketika ditanya hadis dan ayat ekonomi,” ujar Yazid.

Kuliah kewirausahaan

Mahasiswa diwajibkan praktik kerja atau magang di semester 8. Untuk yang berminat menjadi profesional industri syariah, bisa magang di lembaga syariah. Yang berminat menjadi peneliti, bisa magang di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STEI Tazkia dan Inter Café IPB.

Yang ingin menjadi pengusaha syariah diwajibkan membuat riset kelayakan satu jenis bisnis. Yang tertarik pada pengabdian masyarakat (community development) bisa magang di BMT-BMT atau lembaga keuangan mikro lainnya.

Yang menarik, kampus ini mendorong mahasiswanya menjadi pengusaha syariah. Itu sebabnya di semester IV diajarkan mata kuliah Entrepreneurship. Pengajar pun didatangkan dari kalangan pengusaha dan praktisi. Mahasiswa diwajibkan membuat proposal bisnis dan diuji saat ujian akhir.

Satu bulan sebelum ujian akhir,

mahasiswa diwajibkan mondok lagi. Selain mengerjakan skripsi, mahasiswa juga dibekali keterampilan khusus, yaitu Technical and Business Writing. Keterampilan itu di antaranya, bagaimana membuat surat-surat bisnis dan presentasi secara profesional dan membangun situs pribadi. Untuk itu, mahasiswa diajarkan pemrograman web.

Mengantongi ISO 9001:2000 Sejak Mei 2007, STEI Tazkia menyatakan mengadopsi standar mutu ISO 9001:2000. Biasanya standar ini diterapkan bukan di lembaga pendidikan, namun bagi Tazkia dengan mengadopsi ini, lembaganya diharapkan dapat mengembangkan, mengimplementasikan dan memperbaiki efektifitas sistem akademik.

Melalui ISO, Tazkia diharapkan mampu melakukan perbaikan berkesinambungan dari masa ke masa. Yazid menjelaskan penerapan ISO di lembaga pendidikan dengan mencontohkan standar mutu dosen. Salah satu ukurannya adalah tingkat kehadiran di kelas untuk mengajar yang ditetapkan sebesar 80 persen dalam satu semester. “Jika sang dosen mampu mencapai angka 80 persen kehadiran tersebut, maka itu sudah sesuai ISO,” ujarnya.

Jika dalam penilaian berikut, standar mutu belum tercapai, akan diambil tindakan agar tercapai. Ini berbeda dengan akreditasi, kalau ISO institusi tersebut yang menentukan berapa mutunya dan terus berkesinambungan karena tiap enam bulan akan dinilai. n IA

>> STEI Tazkia:

Lulusan Diincar Industri Syariah

T

Page 19: Edisi 28/2009

19Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

“Keterampilan itu di antaranya, bagaimana membuat surat-surat bisnis dan presentasi secara profesional dan membangun situs pribadi. Untuk itu, mahasiswa diajarkan

pemrograman web”.

Program Studi STEI Tazkia

Bisnis dan Manajemen Syariah (Keuangan dan Perbankan 1. Syariah dan Pemasaran dan Kewirausahaan Syariah)

Akuntansi Syariah 2. Ilmu Ekonomi Syariah3.

Highligts STEI Tazkia

Boarding asrama awal tahun untuk penguatan akidah, 1. Bahasa Arab dan Bahasa Inggris serta ilmu alam dan

asrama akhir kuliah untuk bimbingan skripsi dan bekal

kedunia kerja sehingga mahasiswa dapat lulus sesuai

waktunya dan lebih siap menghadapi dunia luar;

Perguruan Tinggi Islam di Indonesia yang mendapatkan 2. Sertifikasi ISO 9001:2000 untuk sistem manajemen mutu

dan terakreditasi Baik dari Badan Akreditasi Nasional (BAN-

PT) serta penilaian sangat baik dari Koordinatorat Perguruan

Tinggi Agama Islam Swasta Departemen Agama Wilayah

DKI Jakarta;

Mengacu pada kurikulum Al-Azhar University, Cairo, 3. International Islamic University Malaysia dan International

Islamic University Islamabad, Pakistan

Sinergi program dengan dunia usaha, instansi pendidikan, 4. pemerintah daerah dan lembaga keuangan syariah serta

instansi internasional;

Dipimpin oleh Dr Muhammad Syafii Antonio MEc Pakar 5. Ekonomi Islam terkemuka Indonesia.

Page 20: Edisi 28/2009

20 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Dalam sebuah expo bisnis di Jakarta, seorang sales sebuah produk kartu

pembiayaan (kredit) syariah aktif menawarkan produknya. Sambil berpromosi gencar, ia mengatakan pada para pengunjung termasuk Sharing yang hadir di pameran itu, ”Silakan, Pak. Bunganya hanya (sekian) persen.” Ia menyodorkan produk kartu pembiayaan yang ditawarkannya.

Sharing pun hanya bisa mengerenyitkan dahi. Apa yang disampaikan sales tadi sungguh bias, kalau tidak bisa dikatakan menyesatkan. Bagaimanapun, produk-produk keuangan syariah, termasuk kartu pembiayaan sama sekali tidak mengenal istilah bunga (riba). Apa yang dilakukan sales tadi hanya satu cermin, bahwa SDM yang berada di lembaga keuangan syariah ternyata masih belum memahami esensi

syariah.

Memang dalam kenyataannya, pertumbuhan industri keuangan syariah yang sangat pesat akhir-akhir ini, masih belum bisa diimbangi dengan ketersediaan SDM yang memadai. Dampak yang harus dibayar adalah praktik keuangan syariah di lapangan yang kurang dapat memenuhi harapan.

Kondisi memprihatinkan tersebut tentu saja merupakan tantangan bagi perguruan tinggi-perguruan tinggi di Tanah Air yang selama ini menjadi salah satu pihak penyuplai SDM-SDM untuk lembaga keuangan syariah. Mereka dihadapkan pada tanggung-jawab untuk dapat memenuhi kebutuhan SDM yang mumpuni, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.

Industri keuangan syariah yang tumbuh pesat membuat kebutuhan SDM di industri ini menjadi semakin mendesak.

Bank Indonesia memprediksi industri perbankan syariah membutuhkan SDM sekitar 50 ribu hingga 60 ribu hingga 2011. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong pertumbuhan aset perbankan syariah Indonesia menjadi lima persen.

Di sisi lain, jumlah lembaga penyedia SDM ekonomi syariah ini masih sangat terbatas. Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Mustafa Edwin Nasution, jumlah lembaga pendidikan tinggi yang memiliki konsentrasi atau jurusan ekonomi Islam baru sekitar 20-an universitas. “Jumlah lulusan ekonomi syariah dari universitas yang ada saat ini tak lebih dari 1.000 orang setiap tahunnya,” ujarnya kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Di perguruan-perguruan tinggi penyedia program ekonomi Islam pun, bukan berarti tanpa kendala. Kurikulum diserahkan kepada perguruan tinggi masing-

masing, sehingga tidak ada acuan baku. Akibatnya dapat ditebak: tak semua lulusan bisa terserap pasar, karena kurangnya sinergi antar perguruan tinggi, terutama dalam pengembangan kurikulum dan silabus, juga antara perguruan tinggi dengan industri syariah.

Perlu kurikulum baku Saat ini pembicaraan lebih intensif dan upaya-upaya untuk standarisasi kurikulum ekonomi syariah mulai dilakukan. Misalnya yang dilakukan oleh Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah bersama Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) telah menyusun draft kurikulum ekonomi Islam bagi program D3, S1, dan

S2. Draft kurikulum tersebut telah diajukan ke Departemen Pendidikan Nasional sebagai acuan kurikulum. Selain itu juga melakukan negosiasi dengan Mendiknas dalam hal pemberian akreditasi dan izin pembukaan program studi ekonomi Islam di perguruan tinggi umum. Juga diskusi tentang teknokrasi atau arsitektur ilmu ekonomi Islam.

Menurut Ketua Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah, Dr. Euis Amalia MAg, pembuatan kurikulum yang baku sudah sangat mendesak. Ia menyatakan setidaknya 60 persen mata kuliah dalam program studi ekonomi Islam harus terstandar untuk mendukung pengembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar mata kuliah di perguruan tinggi memiliki keseragaman yang sifatnya kompentensi utama.

Sementara sisa porsi kurikulum

Menggodok Kurikulum,

Menyiapkan SDM Andal

Praktik institusi keuangan syariah yang berkembang pesat membutuhkan kesinambungan dengan lembaga pendidikan. Perlu strategi menyiapkan SDM syariah yang “ramah pasar”.

T

Page 21: Edisi 28/2009

Laporan Utama

21Sharing edisi April 2009

mata kuliah sebesar 40 persen, tambah Euis, dapat diberikan ke institusional. Pasalnya masing-masing universitas memiliki visi dan misi yang berbeda, sehingga pengembangan kurikulum tergantung pada perguruan tinggi. “Masing-masing universitas juga memiliki komponen fakultas dan universitas, sehingga ada kurikulum yang berbeda,” kata Euis. Mata kuliah ekonomi Islam pun harus memiliki keseimbangan antara aspek syariah, ekonomi dan analisis.

Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Mustafa Edwin Nasution, mengatakan IAEI akan membuat forum dengan salah satu agendanya adalah dengan membuat kurikulum sesuai standar. Sementara itu untuk mengatasi kendala dalam pendidikan ekonomi Islam, Mustafa mengatakan kendala tersebut harus disadari dan disepakati bersama. “Misalnya untuk menyusun buku teks tidak mudah dan juga harus ada dana,” kata Mustafa dalam forum Optimalisasi Pusat-pusat Studi Islam di Perguruan Tinggi di Festival Ekonomi Syariah ke-2, di Balai Sidang Jakarta, Februari lalu.

Menanggapi jumlah SDM yang tak terserap optimal, Mustafa mengatakan perguruan tinggi wajib menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Belum adanya linkage dengan lembaga keuangan syariah menjadi kendala untuk menjawab kebutuhan industri. “Harus ada kerja sama lebih kuat dan lebih keras antara praktisi dan akademisi untuk menjembatani ini,” kata Mustafa.

Pasalnya, tambah dia, selama ini praktisi dan universitas jalan sendiri-sendiri. Pihaknya pun akan menyelenggarakan forum dalam waktu dekat ini dengan mengundang tak hanya elemen

lembaga pendidikan, namun juga praktisi dan pemerintah.

Hal senada diungkapkan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Muhammad Amin Suma dalam sebuah seminar Februari lalu. Menurut dia, perlu adanya sinergisme antara perguruan tinggi, terutama dalam pengembangan kurikulum dan silabus. “Melalui sinergisme ini maka akan ada kesamaan standar kurikulum yang sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan pasar ekonomi syariah,” kata Amin.

Kualitas dosen harus diperhatikan Tak hanya soal kurikulum, kualitas pengajar juga harus diperhatikan. Menurut Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Yogyakarta Dr H Muhammad, meski sudah banyak perguruan tinggi yang membuka jurusan ekonomi syariah, namun masih terjadi ketimpangan karena tidak diimbangi dengan kualitas pengajar (dosen) yang memadai. Sehingga masih sulit diharapkan mencetak SDM andal yang akan mengisi ruang-ruang industri ekonomi syariah.

“Jika ingin mencetak tenaga yang mumpuni, perguruan tinggi harus benar-benar menyiapkan, tidak hanya dari sisi kelembagaannya saja namun juga orang-orang yang mengisi lembaga itu,” ujarnya. Mereka haruslah yang mengerti betul teori maupun praktik dalam menjalankan ekonomi syariah. “Coba lihat, perguruan tinggi di luar Jawa, yang membuka jurusan ekonomi Islam, mereka membuka ala kadarnya,” ujarnya.

Dia menilai, masih banyak dosen yang mengajar ekonomi Islam, baru mengenal soal ekonomi Islam. “Bagaimana mungkin bisa mengenalkan dan mengajarkan ke mahasiswanya dengan baik jika dosennya

masih baru dalam mengenal ekonomi syariah,” tambahnya. Seharusnya, mereka tak hanya menguasai dan paham Alquran dan hadis, tapi juga sudah merasakan sendiri bagaimana ekonomi syariah itu dijalankan.

Senada dengan Muhammad, Ketua Program Magister Studi Islam Fakultas Ilmu Agama Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Dr H Amir Mu’allim, MIS juga menyoroti kurang berkualitasnya dosen. Para dosen ini dinilai belum paham betul akar dari ekonomi Islam, baru sekadar memahami istilah ekonomi Islam dan paham permukaannya saja.

Amir menyarankan adanya pelatihan-pelatihan atau paling tidak pertemuan rutin terpadu diantara dosen ekonomi konvensional dengan mereka yang mengerti ekonomi syariah. Dari pertemuan rutin tersebut, akan terjadi sharing ilmu di antara mereka, sekaligus juga mencari solusi atas berbagai kendala yang mereka temukan di lapangan. “Dengan demikian, terjadi sinergi dan masing-masing dosen bisa saling belajar sehingga tercipta pemahaman yang utuh,” kata Amir.

Dalam hitung-hitungan Guru Besar Universitas Airlangga, Suroso Imam Zadjuli, dalam jangka menengah antara lima sampai 10 tahun mendatang diperlukan sebanyak 38.940 orang lulusan D3 dan doktor bidang ekonomi Islam. Sementara dalam jangka panjang antara 10 sampai 30 tahun SDM yang diperlukan adalah 125.790 orang dari lulusan D3 hingga doktor.

Khusus untuk memenuhi kebutuhan doktor, Suroso mengatakan minimal harus ada 10 perguruan tinggi yang membuka program doktor. “Saat ini baru Unair dan Trisakti yang memiliki program doktor dalam

ilmu ekonomi Islam,” ujarnya.

Perubahan paradigma Di sisi lain, yang jauh lebih penting dari itu semua adalah adanya perubahan paradigma dari semua stakeholder ekonomi syariah. Sebab, untuk memahami sistem ekonomi syariah secara baik, penting adanya pemahaman yang baik tentang landasan fi losofi , konsep dasar, prinsip-prinsip dasar serta tujuan utama dari sistem ekonomi syariah itu sendiri, yang nota bene sama sekali berbeda dengan sistem konvensional yang sudah ratusan tahun dikenal masyarakat.

Perubahan paradigma yang dimaksud adalah dari paradigma atau pola pikir konvensional (conventional paradigm) menjadi paradigma syariah (shari’a paradigm), agar dapat berperan secara efektif dan profesional sesuai kebutuhan pasar syariah. ”Yang penting adalah kurikulumnya harus sesuai dengan batasan dan pengertian dari sistem syariah itu sendiri,” ujar Dr. Arie Mooduto, Direktur Internasional Center for Development in Islamic Finance Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (ICDIF-LPPI)

Sistem ekonomi Islam adalah sistem yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan sunah. ”Dengan demikian, kurikulum pendidikan, pelatihan, dan pengembangan perbankan syariah haruslah kurikulum yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Demikian pula mengenai piranti serta aspek operasionalnya, harus mengacu kepada ketentuan prinsip-prinsip sebagaimana yang digariskan dalam Alquran dan sunah,” ujarnya.n IA/YS/SM

Page 22: Edisi 28/2009

22 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Menurut Anda, pendidikan tinggi syariah di Indonesia yang ada saat ini sudah dapat memenuhi harapan industri?Tidak cukup dan belum juga sesuai dengan harapan. SDM syariah itu ada yang kalau mau diistilahkan, pragmatis, SDM-nya hanya mampu bekerja. Tapi ada juga SDM yang lebih dari itu. SDM yang bisa mengubah, to change.

Mengubah yang ada menuju situasi yang lebih baik, kalau bisa sesuai dengan sistem dan nilai-nilai Islam. Secara praktis apa yang termuat dalam ekonomi syariah. Untuk seperti ini, membutuhkan macam-macam kemampuan untuk mengubah. Apa yang kita miliki sekarang belum bisa kita klaim 100 persen atau sempurna pendidikan syariah. Tidak hanya di pendidikan tinggi syariah, juga SDM yang dihasilkan oleh beberapa perguruan tinggi umum.

Kemampuan mengubah itu ada dua, satu bekerja sesuai dengan deskripsi kerjanya. Kedua, orang yang bisa sekaligus pada saat yang sama mengubah industri konvensional kepada yang lebih syariah.

Pendidikan tinggi syariah, menurut Anda, semestinya seperti apa?Yang bisa bekerja dan beyond

that, yang mampu mengubah tadi.

Kenyataannya, yang terjadi sekarang bagaimana?Bekerja saja belum tentu. Terbukti SDM di industri syariah kebanyakan diisi dari konvensionalnya. Pendidikan tinggi syariah Indonesia belum mampu mengisi SDM industri syariah. Banyak sebabnya yang kalau dirunut panjang juga.

Jika output dari hasil tes saat mereka melamar itu lebih banyak yang lulus dari pendidikan tinggi umum, ya wajar saja. Tes itu kan tidak sembarangan dan dapat dipercaya. Saya pikir tidak masalah.

Namun bukan berarti ditutup kesempatannya untuk yang pendidikan tinggi syariah. Karena manusia itu bukan hanya ditentukan kemampuan di S1-nya. Manusia itu kan punya kemampuan, menguasai ilmu-ilmu dasar maupun soft skill yang bisa mengembangkan dirinya lebih jauh.

Tapi yang jelas, upaya pendidikan tinggi syariah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industri patut dihargai. Apalagi kalau kemudian bertumbuhan pendidikan tinggi syariah lainnya baik di universitas

umum maupun yang syariah. Bebas saja, siapa yang mau buka silakan. Hanya, mestinya pemerintah bukannya membatasi tapi mengembangkan, yang ada sekarang pemerintah lepas tangan.

Bagaimana peran pemerintah yang diharapkan?Banyak hal, kalau bicara teknis ya memfasilitasi, menyediakan tenaga pengajar, membiayai, mempermudah perijinan. Kan pendidikan tinggi itu tidak sekadar menyusun kurikulum, juga misalnya menyediakan buku teks hingga program magang.

Seperti diketahui, untuk pendidikan tinggi syariah di Indonesia belum ada kurikulum yang baku. Komentar Anda?Belum ada yang baku dan resmi, tapi tiap lembaga membuat kurikulum masing-masing. Kemarin saya dengar, sudah ada upaya dari Universitas Muhammadyah untuk merumuskan kurikulum untuk S1 sampai S3. Itu boleh saja untuk langkah awal. Tapi yang namanya kurikulum tidak bisa berlaku terus. Kurikulum yang bisa dirumuskan bersama itu adalah core-nya.

Kalau kita menyinergikan dengan perkembangan terakhir,

itu wewenang dosen untuk menentukan mana yang harus dipelajari, mana yang tidak. Dan dosen, logikanya haruslah yang mengetahui perkembangan industri. Jadi tidak hanya membaca buku tahun 1950-an lalu sudah bisa mengajar, padahal tidak laku lagi. Dosen itu harusnya melakukan penelitian pasar juga. Baru dia tahu apa yang harus diajarkan. Itu harapannya. Bagaimana pemerintah bisa menciptakan keadaan seperti ini, supaya dosen tidak perlu mencari-cari tambahan penghasilan yang menyebabkan tidak maksimal di pekerjaannya. Dosen itu kan kerjanya membaca dan meneliti pasar.

Yang Anda paparkan ini terjadi di pendidikan tinggi syariah saja?Semua, bukan hanya di pendidikan syariah.

Baik, tadi Anda bicara soal kurikulum inti, idealnya seperti apa untuk pendidikan tinggi syariah?Sudah banyak bukunya, misalnya ada yang membaginya berdasarkan hard atau soft skill. Tapi yang penting bagi kita dia mampu mengembangkan dirinya, mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Tapi jangan lupa, mampu menjadi hamba Allah. Sadar kepada Allah. n

Bagi Guru Besar Universitas Trisakti, Prof Dr Sofyan Safri Harahap, pendidikan

tinggi syariah di Indonesia kini belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. Ini bisa dilihat

dari output-nya yang sering dikalahkan oleh lulusan pendidikan tinggi umum ketika

sama-sama dites masuk kerja di industri syariah.

Berikut ini petikan wawancara Ibrahim Aji dari Sharing dengan Direktur Program

Islamic Economic and Finance (IEF)-Pusat Studi Ekonomi Islam Trisakti ini:

Prof Dr Sofyan Safri Harahap:

”Belum Semua Terserap Pasar”

Page 23: Edisi 28/2009

23Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Kebutuhan SDM ekonomi syariah sangat besar. Bagaimana semestinya peran perguruan tinggi dalam menyediakan SDM yang mumpuni untuk memenuhi kebutuhan itu?

Perguruan Tinggi seharusnya bisa mencetak lulusan yang berkompeten dan profesional. Lulusan yang diharapkan tersebut seharusnya memenuhi dua hal. Pertama, mereka tidak hanya memahami aspek teoritis dan konseptual, tetapi juga aspek praktis operasional. Kedua, mereka tidak hanya mengetahui ilmu ekonomi konvensional, tetapi juga aspek syariah, sehingga keduanya menyatu secara integral.

Sebaiknya pengembangan kompetensi perguruan tinggi ekonomi syariah seperti apa?

Kompetensi lulusan yang dicanangkan dan dikembangkan oleh program studi ekonomi

Islam adalah dihasilkannya lulusan yang memiliki ciri sebagai berikut: Kompetensi utama: menguasai teori dan praktik lembaga keuangan syariah. Kompetensi khusus: berjiwa intelektual dan berkarakter rahmatan lil alamin yang dikejewantahkan dalam budaya amanah, profesional, istikamah, dan komunikatif. Kompetensi pendukung: berkompeten mengelola usaha dan bisnis serta keuangan publik Islam berbasiskan manajemen dan akuntansi syariah.

Anda melihat sebagian lulusan perguruan tinggi ekonomi syariah umumnya lemah di dalam praktik di lapangan, atau mereka dianggap terlalu teoritis?

Jadi, lemahnya kompetensi praktik di lapangan, antara lain disebabkan karena design kurikulum yang terlalu menekankan aspek teoritis.

Jika ingin melahirkan lulusan yang mampu menguasai praktik perbankan dan keuangan, kurikulumnya harus memperbesar sisi praktis, karena itu magang harus diperbanyak, laboratorium perbankan, dan keuangan harus ada di tiap kampus. Kalau perlu perguruan tinggi memiliki bank syariah, seperti IAIN Sumatra Utara yang memiliki BPR Syariah. BPRS ini berkembang cepat dan menjadi BPR terbaik di Sumatera bahkan di Indonesia. BPRS ini juga hadir di kampus.

Bagaimana dengan kendala dualisme pembinaan dan pengembangan pendidikan ekonomi syariah di Tanah Air oleh Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional?

Sebenarnya dualisme pembinaan dan pengembangan pendidikan ekonomi syariah tidak menjadi kendala yang berarti, bahkan

dualisme ini ada positifnya. Karena ada dua departemen yang menggerakkan pendidikan ekonomi Islam. Perguruan Tinggi dalam bentuk UIN, IAIN, STAIN, STAIS, berada di bawah Depag, sedangkan PT umum yang membuka prodi ekonomi Islam dibawah Dikti.Yang perlu diperjuangkan adalah posisi universitas Islam yang membuka program studi ekonomi Islam, seperti Universitas Islam Yogyakarta, Universitas Islam Bandung, dan seluruh Universitas Muhammadiyah se-Indonesia. Seyogianya, universitas ini berada di bawah Dikti Diknas, yang mengeluarkan izinnya Dikti Diknas, yang membina dan mengembangkan juga Dikti Diknas. Acuan kurikulum juga seharusnya mengacu ke Diknas. Lembaga pendidikan dalam bentuk STEI (Sekolah Tinggi Ekonomi Islam), seperti SEBI, Tazkia, STIS Yogyakarta, seharusnya di bawah Dikti Diknas, namun

Perkembangan lembaga perbankan dan keuangan syariah yang demikian massif saat ini, jelas membutuhkan sumber daya insani yang berkualitas, profesional, dan berkompeten. Namun sampai saat ini kebutuhan tersebut belum diimbangi dengan supply SDM yang memadai dari perguruan tinggi. Laju pertumbuhan lembaga perbankan dan keuangan syariah tidak sejalan dengan perkembangan SDM yang dihasilkan perguruan tinggi.

Di sisi lain, realita yang ada di lapangan, kebanyakan SDI lembaga perbankan dan keuangan syariah saat ini adalah mereka yang fasih berbicara tentang ilmu ekonomi keuangan kontemporer namun awam dalam ushul fiqh, fiqh muamalah dan ilmu syariah. ”Sebaliknya banyak pakar yang mahir dalam fikih dan usul fiqh tetapi buta tentang ilmu ekonomi keuangan.,” ujar Sekretaris Jendral Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Agustianto di Jakarta, baru-baru ini.

Nah, bagaimana solusi terhadap permasalahan tersebut? Kepada wartawan Sharing, Yudi Suharso, Agustianto berbagi pemikirannya berikut ini:

“Harus Ada Standardisasi Kurikulum”

AgustiantoSekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Dosen Pasca Sarjana PSTTI Ekonomi dan Keuangan Islam Universitas Indonesia

Page 24: Edisi 28/2009

24 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

karena kondisi darurat, terpaksa lembaga tersebut sampai saat ini berada di bawah Depag, karena Dikti Diknas di masa lalu tidak mau mengeluarkan izinnya. Meskipun STEI tersebut di bawah Depag tidak menjadi masalah, yang penting jalan dulu, sebab materi dan substansi kurikulum tercapai, tanpa melihat lembaga yang membinanya. Di masa depan kita mendesak pemerintah, dalam hal ini Dikti Diknas, agar bersedia memberi izin Sekolah Tinggi Ekonomi Islam dan menjadikan STEI tersebut di bawah supervisinya.

Saat ini, boleh dibilang belum ada kurikulum pendidikan ekonomi syariah yang baku, sehingga masing-masing PT berkreasi membuat materi ajar sendiri. Seharusnya seperti apa pengembangan kurikulum ini?

Sebenarnya sudah ada kurikulum yang bisa dijadikan acuan, yaitu kurikulum ekonomi Islam hasil simposoium IAEI di awal tahun 2005 dan Hasil Seminar Nasional di Solo Februari 2009 yang lalu. Hasil simposium tahun 2005 sudah diserahkan ke Depag dan Dikti. Sedangkan hasil Seminar Kurikulum Solo sudah diserahkan ke Mendiknas.

Kurikulum tidak harus dibakukan secara sama untuk seluruh perguruan tinggi penyelenggara pendidikan ekonomi Islam, namun harus ada standardisasi. Minimal kurikulum yang sama (terstandar) tersebut berjumlah 70 persen. Kenapa tidak perlu dibakukan secara sama? Karena masing-masing perguruan tinggi memang diberikan kebebasan untuk menyusun kurikulum sesuai dengan tujuan masing-masing.Selain itu, kurikulum ekonomi Islam di UIN, IAIN dan STAIN,

jelas berbeda dengan kurikulum ekonomi Islam di perguruan tinggi umum.

Menurut data BI, saat ini dibutuhkan sekitar 14 ribu SDM ekonomi syariahdalam beberapa tahun ke depan ini. Sementara kemampuan PT-PT yang ada masih sangat terbatas. Bagaimana solusinya?

Solusi dari adanya gap antara demand yang besar dan supply yang terbatas tersebut, Pertama, adalah dengan melakukan akselerasi

pendidikan ekonomi Islam, yaitu mendorong para rektor dan dekan fakultas ekonomi di Indonesia agar membuka prodi (program studi) ekonomi Islam. Kedua, mendesak pemerintah agar membuat kebijakan pengembangan pendidikan ekonomi Islam, seperti turut mendorong PT untuk membuka prodi Ekonomi Islam, menyediakan kurikulum ekonomi Islam yang terstandardisasi, dan menyiapkan dosen-dosen ekonomi Islam. Jadi, pemerintah seharusnya merespons secara cerdas dan cepat akan kebutuhan SDM ekonomi

syariah.

Pemerintah juga hendaknya mempermudah perizinan pembukaan prodi Ekonomi Islam di perguruan tinggi umum. Pemerintah perlu juga mengadakan simposium kurikulum ekonomi Islam lanjutan, dengan melibatkan dan mengundang seluruh perguruan tinggi dengan melibatkan para praktisi perbankan dan keuangan, sehingga kurikulum yang dirumuskan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Bisakah diceritakan,

bagaimana upaya-upaya dari IAEI selama ini dalam rangka pengembangan program pendidikan ekonomi syariah di Tanah Air?

IAEI sejak kelahirannya (2004) lebih fokus kepada pengembangan program pendidikan ekonomi syariah. IAEI banyak melakukan seminar dan simposium ekonomi Islam dengan mengundang seluruh perguruan tinggi di Indonesia, Tujuannya, selain untuk pengembangan ilmu ekonomi Islam, juga untuk sosialisasi ekonomi Islam kepada akademisi di perguruan

tinggi. IAEI Pusat membentuk pengurus komisariat IAEI di berbagai universitas, agar upaya pembukaan prodi ekonomi Islam dan konsentrasi ekonomi Islam dapat diwujudkan melalui upaya IAEI Komisariat. IAEI juga menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dalam pembukaan prodi ekonomi Islam, penyiapan kurikulum, penyiapan dosen, seperti Universitas Paramadina, Universitas Islam Az-Zahra, Perbanas, STAIN Cirebon, STAIN Padang Sidimpuan, LP3I, STIAMI, ITB Bandung, Unpad, Politeknik Negeri

Bandung, IAIN SU Medan, STAN, UI Jakarta, Politeknik Negeri di Kalimantan, dan banyak lagi.

IAEI rencananya juga akan mendirikan suatu kampus terpadu khusus ekonomi Islam di Indonesia, namun ini rencana jangka panjang. Kampus ini insya Allah akan didirikan di Bandung. Pendirian ini, didukung oleh 12 ormas Islam, terutama MES, ICMI, Asbisindo, Baznas, AASI, MUI, ESQ, dan lain-lain.

n YS

Page 25: Edisi 28/2009

25Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Perguruan Tinggi Yang Mengajarkan Ekonomi Islam

Page 26: Edisi 28/2009

26 Sharing edisi April 2009

Bisnis

2009, GELIndo Kembali Aktif di SyariahUnit Syariah PT Great Eastern Life Indonesia (GELIndo) akan meluncurkan unit link dan menggenjot sosialisasi.

Tan Jiak Hiang hanya tersenyum ketika Ketua Museum Rekor Indonesia (MURI), Jaya Suprana bercanda menunda pemberian

piagam rekor MURI kepadanya. “You’re not Indonesian citizen, right?”, canda Jaya Suprana. Namun piagam tetap diberikan disambut tepuk tangan semua orang.

Siang panas di Kampus Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Presiden Direktur GELIndo tersebut duduk di deretan terdepan dari 1846 peserta Kuliah Umum Asuransi di kampus tersebut.

Dari jumlah peserta yang hadir, 17 Maret 2009 lalu, lantas MURI memberikan rekor sebagai Kuliah Umum Asuransi dengan Peserta Terbanyak dan Diterjemahkan Kembali Dalam Tiga Bahasa Asing (Inggris, Arab dan Jepang). Baik UHAMKA, GELIndo maupun Committee IGTC

mendapat piagam dari MURI. Kegiatan ini adalah bagian dari program Insurance Goes to Campus (IGTC) yang diadakan oleh Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia FAPI dan didukung oleh Biro Perasuransian BAPEPAM-LK sebagai bagian dari acara Insurance Day 2008. GELIndo adalah salah satu sponsor IGTC dan mengambil peran sebagai sponsor di UHAMKA, selain di Universitas Surabaya, Universitas Padjajaran, Universitas Tarumanegara dan Universitas Indonesia.

Target Rp 5 Milyar Premi Syariah di 2009Menariknya, GELIndo mengambil topik “Dampak Krisis Financial Global terhadap Perkembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia”. Topik ini, dikatakan Mr. Tan kepada Sharing memang bagian dari rencana bisnis untuk Unit Syariah GELIndo di 2009. “Pertama dalam produk, kami membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan kaum Muslim Indonesia. Kedua adalah marketingnya. Kami perlu menjangkau target market kita dengan tepat,” ujarnya.

Salah satu strategi yang ditempuh, kata dia, adalah pengenalan ke publik yang lebih

luas. “Seperti yang dilakukan melalui even ini,” kata Tan kepada Sharing di sela-sela acara.

Selain itu, GELIndo merasa memiliki tanggung jawab sosial yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah dengan mensponsori kuliah umum seperti kali ini. “Adalah tugas kami bersama asosiasi asuransi untuk mengedukasi masyarakat agar penilaian mereka terhadap asuransi makin meningkat. Bagi kami juga ada nilai lebih, yaitu mengenalkan satu dari Corporate Core Values kami, yaitu kami membangun dan kami kembalikan pada masyarakat,” jelas Tan.

Tahun ini, kata Tan, pihaknya akan lebih agresif dalam pasar syariah di Indonesia. “Kami optimis bisa meraih target kami tahun ini, sebesar Rp 5 juta dolar AS,” ujar Tan. Strateginya, kata dia, salah satunya adalah dengan meluncurkan produk baru, yaitu saving plan insurance dan unit link syariah tahun ini.

GELIndo memasarkan asuransi jiwa dengan prinsip Syariah sejak 2002. Setelah, mendapat izin Program Asuransi Syariah dari Menteri Keuangan RI pada 7 Februari 2002. Peningkatan status menjadi Cabang Syariah ditetapkan pada 2 Maret 2005. Dan sejak awal 2009 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2008 ijin operasional “Cabang Syariah” otomatis menjadi ijin operasional “Unit Syariah”

Induk Perusahaan GELIndo di Singapura memiliki pengalaman dan dua saluran distribusi yang kuat melalui agensi dan bancassurance. Sejalan dengan induk perusahaan dan sebagaimana telah diterapkan di usaha konvensional GELIndo, strategi pemasaran produk syariah juga akan difokuskan melalui agensi dan bancassurance serta direct marketing.

Hadir sebagai pembicara dalam kuliah umum tersebut antara lain, Thamrin Lubis - Trainer GELIndo, Sukawati Lubis - Head, Syariah Unit GELIndo dan Muhammad Syakir Sula - The Maestro Management.

Bagi UHAMKA, kegiatan ini adalah bagian dari perannya sebagai Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. “Merupakan komitmen Uhamka, Perguruan Tinggi Islam yang memang harus mendukung dan mengembangkan prinsip ekonomi syariah,” ujar Rektor Uhamka, Prof Dr Suyatno kepada Sharing, di sela-sela acara. n IA

T

Page 27: Edisi 28/2009

27Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Page 28: Edisi 28/2009

28 Sharing edisi April 2009

Fokus

Berdasar beberapa dalil dalam Islam, pajak dikatakan tidak perlu. Kepala Seksi Pelayanan,

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Jakarta Utara, Gusfahmi SE MA, dalam seminar bertajuk Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan Kena Pajak di Bidakara, Jakarta, 19 Maret memaparkan sebuah hadis, “Seorang laki-laki dari Nejd bertanya kepada Nabi, ’Apakah ada kewajiban lain di luar Zakat?’ Nabi menjawab,”Tidak, kecuali shadaqah.” (HR Bukhari dari Thalhah, Kitab Iman, halaman 24, hadis no 46)”.

Di dalam Alquran, menurut Gusfahmi, tidak ditemukan satupun kata yang merujuk pada pajak. Sebaliknya zakat banyak ditemukan di dalam kitab suci tersebut. Oleh karena itu, berdasar pengamatannya, kesadaran warga Muslim membayar pajak umumnya rendah.

Gusfahmi memaparkan data, rata-rata tax ratio negara-negara Muslim, yaitu 14,9 persen. Tax ratio Qatar, Kuwait, Uni Emirate Arab, dan Saudi Arabia

hanya 1,1 % - 4 %. Sebaliknya rata-rata tax ratio negara-negara non Muslim adalah 33 persen. Swedia misalnya, malah mencapai 53 persen. Indonesia sendiri hanya 13,60 persen, berada jauh di bawah Singapura yang mencapai 22,40 persen.

Menurutnya, sangat minim WP Muslim mendaftarkan diri untuk NPWP, kecuali karena terpaksa. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar hanya memiliki 4 juta nomor pokok wajib pajak (NPWP) pada 2007. WP Muslim mendaftarkan NPWP lebih karena terkait dengan usaha mereka, seperti syarat pengajuan kredit ke bank, buka giro, dan sebagainya. “Akibatnya sudah memiliki NPWP, tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT, namun tidak mengisinya dengan benar, sebagai bentuk penolakan mereka atas pajak,” tegas Gusfahmi.

Yang tak kalah penting juga, pajak juga dianggap tidak mendistribusikan kekayaan sebagaimana mestinya dalam Islam, yaitu pemerataan. Gusfahmi memaparkan data tahun 2005. Alokasi 51 persen penerimaan pajak pada 2004, yaitu Rp 272 triliun hanya digunakan untuk membayar utang luar negeri, sedangkan untuk fakir miskin hanya Rp 14,2 triliun atau 3.8 persen.

Di Indonesia, kewajiban pajak bagi warga negaranya terlalu banyak ragamnya. Sebut misalnya PPh, PPN dan PBB, BPHTB, cukai, pajak Pemda Kabupaten/Kota: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,

pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak parkir pajak kendaraan bermotor, berbagai retribusi, dan sebagainya. “Hampir 20 persen pendapatan kita dialokasikan untuk pajak,” tegas Gusfahmi.

Sementara di lain pihak, Muslim Indonesia juga diwajibkan membayar zakat, yang oleh negara telah diatur dalam UU No 38 Tahun 1999. Terjadilah dualisme pajak dan zakat. Misalnya, seorang Muslim dikenakan PBB sekaligus zakat pertanian/perniagaan.

Zakat sebagai instrumen fiskal Bagi Kepala Badan Amil Zakat Nasional KH Didin Hafiduddin, perdebatan klasik soal pajak dan zakat sebaiknya tidak usah berlarut. “Tidak pernah selesai,” ujarnya.

Yang terpenting saat ini, kata dia, adalah mencari terobosan untuk mendapatkan titik temu antara zakat dan pajak. Ia mencontohkan Malaysia yang berhasil mensinergikan antara pajak dan zakat. “Pajak urusan negara, zakat urusan agama tapi tidak dipertentangkan, bayar zakat di sana mengurangi pajak,” terang Didin.

Di mata pakar ekonomi Islam dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Izzudin Abdul Manaf, “Perlu diadakan kajian kritis untuk mengintegrasikan kedua kewajiban itu sehingga kewajiban seorang Muslim terhadap agama dan negaranya dapat terlaksana secara simultan.”

Kepada Sharing, Dewan

Pengawas Syariah (DPS) Trihamas Finance Syariah ini menambahkan, berkaca dari sejarah Islam sebenarnya sudah ada instrumen-instrumen yang bisa dijadikan sebagai penerimaan negara. “Perlu integrasi pajak dan zakat yang diwujudkan dalam kebijakan fiskal negara.” Yang penting praktiknya Bagi praktisi perbankan syariah U Saefuddin Noor, wacana pajak dan zakat memang tidak akan ada habisnya. Kebijakan yang ada sudah cukup untuk saat ini, yaitu zakat sebagai pengurang pajak penghasilan kena pajak (PKP).

Direktur Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang juga Wakil Ketua Komite Tetap Perbankan Syariah Kamar Dagang Indonesia (Kadin) ini mengatakan kepada Sharing, yang penting adalah pelaksanaan pajak dan zakat di lapangan. “Mari kita bikin sistem untuk memudahkan. Kalau bicara manajemen, praktiknya bagaimana. Harus ada sistem TI yang memungkinkan zakat dibayarkan dan mengurangi pajak. Apakah dia membayar ke LAZ internal atau lembaga lain yang ditunjuk perseroan.”

Saefudin memberi pandangan dari sudut industri atau korporasi. Jika mengutip pernyataan KH Didin Hafiduddin, potensi pajak perusahaan amat besar di Indonesia. Untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja, jika dihitung bisa mencapai Rp14,4 triliun per tahun. Dengan asumsi kontribusi BUMN ke GDP

Mencari Sinergi Pajak dan ZakatSinergi zakat dan pajak sukses di beberapa negara. Harus dibuat sistem yang memungkinkan zakat yang dibayarkan akan langsung mengurangi kewajiban pajak individu atau lembaga.

B

Page 29: Edisi 28/2009

29Sharing edisi April 2009

Fokus

Indonesia tetap, yaitu 24 persen.

“Di perseroan, jika karyawannya ada 2.000-an orang yang tiap tahun harus membayar zakat individuial, betapa rumitnya bagian personalia untuk menagihnya satu per satu atau mendatanya. Berarti, by law, perseroan membuat kesepakatan dengan karyawan bahwa mereka boleh menyalurkan zakatnya

dengan sistem TI tentunya,” terang Saefuddin.

Ia pun menambahkan, di BMI, mekanisme ini sudah dilakukan. Baik nasabah maupun karyawan dapat otomatis mendebet rekeningnya di BMI ke Baitul Maal Muamalat (BMM), LAZ internal BMI. n IA

KH Didin Hafiduddin: Zakat Sebagai Pengurang Pajak Jalan sinergi pajak dan zakat terus diupayakan. Salah satunya adalah rencana revisi UU Zakat. Salah satu point penting adalah zakat sebagai pengurang pajak, bukan hanya penghasilan kena pajak (PKP). Pointer lainnya adalah sanksi bagi individu Muslim atau perusahaan yang tidak membayar zakat.

Meskipun praksisnya belum ditemukan, sebagai wacana ini baik untuk memperkuat ekonomi syariah. ”Untuk ekonomi syariah ini baik untuk terus digaungkan,” tegas Didin.

Kepada Ibrahim Aji dari Sharing, Didin menuturkan apa saja yang perlu dimasukkan dalam revisi UU Zakat.

Apa pointer penting revisi UU Zakat nanti?Ada tiga. Pertama, zakat sebagai pengurang pajak bukan pengurang PKP. Kedua, sanksi bagi muzakki yang tidak mau bayar pajak, itu dari pemerintah. Ketiga, struktur organisasi, walaupun agak sulit, tapi perlu ada koordinator, semua LAZ nanti terkoordinasi dengan baik.

Sanksinya pidana?Tidak harus, bisa saja administratif seperti penundaan ketika mengurus KTP untuk individu. Untuk perusahaan misalnya berkait pengurusan dokumen untuk mengambil pembiayaan ke bank. Yang jelas, ketika perusahaan diwajibkan zakat, TI-nya harus disiapkan oleh pemerintah. Supaya mereka tidak repot. Kita juga harus siap dengan peraturan turunan UU dan badan-badan pembuktiannya kalau dia tidak bayar zakat.

Seberapa besar potensi zakat perusahaan?Untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja, jika dihitung bisa mencapai Rp14,4 Triliun per tahun. Dengan asumsi kontribusi BUMN ke GDP Indonesia tetap, yaitu 24%.

Dulu orang berpikir apakah betul perusahaan masuk sebagai objek zakat karena bukan orang. Sekarang sudah dibuktikan, yang namanya zakat itu bukan hanya orang tapi yang dianggap orang juga yang mewakili. Misalnya baitul maal di jaman Nabi itu dianggap orang. Ada hadits yang mengatakan, misalnya ada orang meninggal dunia, dia tidak punya ahli waris tapi punya harta. Maka ahli warisnya adalah baitul maal.

Bagaimana dengan pointer ketiga? Apakah LAZ-LAZ nanti dilikuidasi?Sebenarnya tidak ada kata-kata LAZ itu dilikuidasi, ini prosesnya harus jelas antara undang-undang dan aplikasi. Saya kira UU itu kan dari sudut konsep, sementara aplikasinya tidak mutlak seperti itu. Kita bisa mencontoh di zaman Rasulullah SAW atau beberapa kekalifahan sesudahnya. ZIS itu memang dikelola oleh negara.

Dalam hal ini Baznas yang mengelola?Ya, karena ini kan yang dibentuk oleh pemerintah, sebaiknya diformalkan saja. Yang paling penting nanti adalah bagaimana LAZ-LAZ bersatu dalam penghimpunan, dalam program misalnya. Selama ini kan masih masing-masing, seharusnya tidak begitu. Karena zakat ini bukan milik perusahaan atau LAZ, tapi milik mustahik. Saya justru khawatir kalau regulasi ini tidak diperbaiki ada kecenderungan tiap badan usaha memiliki LAZ yang dianggap sebagai miliknya. Ini bahaya. Zakat itu berbeda dengan CSR. Kalau namanya zakat baik dari nasabah (untuk badan usaha bank—red), perusahaan, atau karyawan itu milik mustahik. n

Zakat. Wajib (obligatory zakat sistem), negara akan berperan sebagai amil dalam mekanismenya. Sehingga negara memiliki hak sebesar 12,5% dari total zakat yang terkumpul, yang berarti sebesar ini pulalah pendapatan negara dari instrument zakat.

Kharaj. Pajak khusus yang diberlakukan negara atas tanah-tanah produktif yang dimiliki rakyat. Bahkan pada kasus tertentu negara memiliki hak untuk menyita tanah yang berpotensi namun ditelantarkan oleh pemiliknya atas dasar alasan kemashlahatan. Besarnya pajak jenis ini menjadi hak negara dalam penentuannya. Dengan karakteristiknya seperti ini, kharaj dapat menjadi instrumen fiskal yang dapat diandalkan oleh negara untuk mendukung program-program pembangunan negara.

Jizyah. Jizyah merupakan pajak yang hanya diperuntukkan bagi warga negara bukan muslim yang mampu. Bagi yang tidak mampu seperti mereka yang uzur, cacat dan mereka yang memiliki kendala dalam ekonomi akan terbebas dari kewajiban ini. Bahkan untuk kasus tertentu Negara harus memenuhi kebutuhan penduduk bukan muslim tersebut.

Ushur. Pajak khusus yang dikenakan atas barang niaga yang masuk ke negara Islam (impor). Menurut Umar bin Khattab, ketentuan ini berlaku sepanjang ekspor negara Islam kepada negara yang sama juga dikenakan

pajak ini. Tarifnya sama antara pengekspor dan pengimpor.

Wakaf-infak-sedekah. Pemberian sukarela dari rakyat demi kepentingan ummat untuk mengharapkan ridha Allah SWT semata. Namun oleh negara dapat dimanfaatkan dalam melancarkan proyek-proyek pembangunan Negara.

Ghanimah. Pendapatan negara yang didapat dari kemenangan perang. Penggunaan uang yang berasal dari ghanimah ini, ada ketentuannya dalam Al Quran. Distribusi ghanimah empat perlimanya diberikan pada para prajurit yang bertempur, sementara seperlimanya adalah khums (lihat penjelasan tentang khums). Dalam situasi tidak ada perang, pos penerimaan ini boleh saja menggolongkan barang sitaan akibat pelanggaran hukum antarnegara sebagai barang ghanimah.

Pajak Khusus (Nawaib). Pemungutannya tergantung kondisi perekonomian negara. Misalnya dalam menjalankan fungsi negara yang pertama, yaitu memenuhi kebutuhan minimal penduduk, ketika zakat dan penerimaan lain tidak cukup dalam mewujudkan fungsi tersebut, maka negara dapat mengenakan pajak khusus yang dikenakan pada sekelompok orang kaya di antara masyarakat. Perlu diingat ini sifatnya kondisional, hanya ketika negara tidak mampu membiayai rakyatnya. n

Aneka Penerimaan Negara Menurut Islam

Page 30: Edisi 28/2009

30 Sharing edisi April 2009

Fokus

“Bukannya saya mau pamer, saya hanya menerangkan prosesnya. Ini

yang dipakai untuk mengurangi pajak saya sebagai individu,” ujar Direktur Bank Muamalat Indonesia (BMI) U. Saefuddin Noor kepada Sharing di sela-sela seminar Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan Kena Pajak di Bidakara, Jakarta, 19 Maret 2009.

Saefuddin menunjukkan bagaimana zakat yang dibayarkannya bisa digunakan untuk mengurangi pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP). Ia menunjukkan surat setoran zakat pribadinya kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Tidak hanya pribadinya, institusi tempatnya bekerja, BMI juga melakukan hal yang sama. Membayar pajak lalu menyertakan bukti setorannya dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.

Menjadi nasabah di BMI pun, terang Saefuddin, bisa menentukan zakatnya akan didebet langsung oleh BMI atau tidak. Kalau diizinkan, rekening nasabah akan didebet zakatnya masuk ke Baitul Maal Muamalat (BMM), lembaga amil zakat (LAZ) di bawah naungan BMI.

WP harus beragama Islam

Sesuai Pasal 9, Undang-undang Pajak Penghasilan (UU Nomor 36 tahun 2008), zakat yang dibayarkan oleh wajip pajak (WP) baik pribadi maupun badan dapat digunakan sebagai pengurang PKP. Tidak semua WP tahu dan paham mengenai ini. Apalagi sampai ke teknis pelaporan zakat dan pengisian SPT Pph dengan benar dan tepat.

Tanpa kemampuan tersebut, fasilitas keringanan dari pemerintah akan sulit diperoleh. Oleh karena itu, Baznas berinisiatif mengadakan seminar dan workshop ini. “Mudah-mudahan, melalui pelatihan ini para muzaki perorangan maupun perusahaan memahami cara menghitung zakat mereka dengan tepat serta dapat memanfaatkan keringanan yang diberikan pemerintah terkait dengan pajak dan zakat,” urai Direktur Eksekutif Baznas, Emmy Hamidiyah.

Untuk mendapat fasilitas ini, beberapa persyaratan dan tahapannya antara lain: WP adalah beragama Islam dan surat setoran pajak dilampirkan pada SPT Tahunan Pph. (Lihat box: Syarat dan Proses Zakat Sebagai Pengurang Pajak Penghasilan Kena Pajak). Jadi, bila zakat terbayar dengan benar, tak perlu tekor membayar pajak penghasilan kena pajak.

n IA

Bayarlah Zakat dan Pajak pun BerkurangBagaimana Zakat bisa digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan kena pajak?

Untuk mendapat fasilitas ini, beberapa persyaratan dan tahapannya antara lain: WP adalah beragama Islam dan surat setoran pajak dilampirkan pada SPT Tahunan Pph.

BSyarat dan Proses Zakat Sebagai Pengurang Pajak Penghasilan Kena Pajak

(Sesuai Keputusan Dirjen Pajak No : KEP-163/PJ./2003: Perlakuan Zakat atas Penghasilan dalam Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan).

WP pembayar zakat haruslah beragama Islam (pribadi) atau 1. dimiliki oleh pemeluk agama Islam (badan). Zakat dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil 2. zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat.Penghasilan yang dikenakan zakat harus merupakan objek pajak 3. yang dikenakan Pph yang tidak bersifat final. Sudah dimasukkan dalam penghitungan PKP dan telah dilaporkan dalam SPT Tahunan dengan dilampiri lembar ke-1 Surat Setoran Zakat atau fotokopinya yang telah dilegalisasi.Besarnya zakat yang dapat dikurangkan adalah sebesar 2,5 4. persen (dua setengah persen) dari jumlah penghasilan neto atas penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan Pph yang tidak bersifat final.Pengurangan zakat atas penghasilan tersebut dilakukan dalam 5. tahun pajak dilaporkannya penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan Pph WP bersangkutan, sesuai dengan tahun diterima/ diperolehnya penghasilan.Apabila dalam tahun pajak dilaporkannya penghasilan dalam SPT 6. Tahunan, zakat atas penghasilan tersebut belum dibayar, maka pengurangan zakat atas penghasilan dapat dilakukan dalam tahun pajak dilakukannya pembayaran sepanjang WP dapat menunjukkan bahwa penghasilan tersebut telah dilaporkan dalam SPT Tahunan tahun pajak sebelumnya.

Page 31: Edisi 28/2009

31Sharing edisi April 2009

Fokus

Surat Setoran Zakat yang dapat diakui sebagai bukti sekurang-kurangnya harus memuat:

Nama lengkap Wajib Pajak;1. Alamat jelas Wajib Pajak;2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);3. Jenis Penghasilan yang dibayar zakatnya;4. Sumber/jenis penghasilan dan bulan/tahun perolehannya;5. Besarnya penghasilan;6. Besarnya zakat atas penghasilan.7.

Objek Zakat Adalah harta (zakat mal) dan jiwa (zakat fitrah). Harta yang dikenai zakat adalah:

emas, perak, dan uang;a. Perdagangan dan perusahaan;b. Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;c. Hasil pertambangan;d. Hasil peternakan;e. Hasil pendapatan dan jasa;f. Tikaz.g.

(Pasal 11 ayat (1) dan (2) UU Pengelolaan Zakat)

Objek Pajak Penghasilan

Adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. (Pasal 4 ayat (1) UU Pajak Penghasilan)

Page 32: Edisi 28/2009

Ragam

Sembilan belas panggung, 60 lebih pentas musisi Tanah Air dan mancanegara. Inilah wajah pagelaran

Java Jazz 6 Maret lalu yang kali ini memasuki tahun kelima.

Ribuan

penonton yang sebagian besar kalangan muda itu pun tampak larut dan tumpah ruah dalam acara tersebut.Mereka mulai memadati areal JCC menjelang sore demi untuk melihat penampilan musisi-musisi ternama.

Musisi Indonesia yang tampil pada hari pertama antara lain Dwiki Darmawan Global

Harmony Orchestra, Ledisi, Balawan, Tangga,

Surabaya All Star, Oele Pattiselano

Trio, Dimi, Dewa

Budjana, Elfa’s Scecioria, Salamander Big Band, Lala Suwages, dan tak ketinggalan pendatang baru yang menjadi idola kaum muda saat ini, Afgan.

Sementara musisi mancanegara seperti Malaka Ensemble, Pa Tua, Imelda Rosalini Trio, Djirao Unlimited Percussion, Matt Bianco, Alex Ligertwood, Miker Stern featuring Dave Weckl, Simon Philips, Eric Darius, Taaq, Eliane Elias, Sensual.

Menurut Bens Leo, salah seorang pengamat musik

mengatakan, Java Jazz Festival yang kelima ini lebih banyak dipadati penonton dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun harga tiket lebih mahal. Lebih lanjut Bens menjelaskan, karena musisi yang tampil lebih banyak sehingga memberi lebih banyak pilihan musik yang akan dilihat dan dinikmati.

Lebih spesial Pertunjukan Java Jazz dimulai pukul 14.00 WIB hingga menjelang pukul dua dini hari. Sejumlah nama tenar dihadirkan seperti Syahrani, Tohpati, Tompi, dan Glenn Fredly. Sementara musisi mancanegara antara lain Oleta Adams, Mike Stern, Bryan McKnight, dan pada pertunjukan khusus dua malam berturut-turut adalah penyanyi asal Amerika Serikat, Jason Mraz.

Jason Mraz yang tampil memukau di depan ratusan penonton di ruangan Exhibition Hall B pada hari pertama. Aksi panggung Jason Mraz lah yang paling menyedot perhatian publik. Ia mampu menghipnotis penonton yang umumnya anak muda. Penyanyi asal Virginia itu melantunkan sepuluh lagu termasuk dua lagu andalannya, I’m Yours dan Lucky yang

Java Jazz 2009 Makin Lengkap Suguhannya

Festival lebih ramai dikunjungi penonton, penampil pun lebih beragam, dari Jason Mraz sampai Afgan.

S

32 Sharing edisi April 2009

Page 33: Edisi 28/2009

Ragam

berduet dengan penyanyi muda Indonesia, Dira.

Penyanyi Jason Mraz menjadi artis internasional pertama yang tampil di Java Jazz 2009. Jason membuka konsernya dengan lagu Make it Mine. Lagu selanjutnya berjudul Remedy. Lagu-lagu Jason Mraz tampak populer bagi penonton karena setiap dia menyanyikan lagunya penonton juga ikut berdendang.

Dari deretan ratusan penonton anak muda, tampak terlihat Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng. Selain itu juga terlihat Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi yang datang bersama istri dan anaknya. Tidak ketinggalan Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Ibu Mufidah Kalla menikmati aksi panggung penyanyi yang khas dengan topi fedorannya itu.

Sedangkan special show kedua yaitu penyanyi negro Dianne Reeves yang tampil diiringi bandnya di ruangan Assembly Hall 3. Puluhan penonton yang sebagian besar orang dewasa memenuhi tempat duduk dan terlihat menikmati lantunan lagu-lagu Dianne.Musisi muda yang tengah naik daun,

Afgan juga tak ketingalan untuk unjuk kebolehan dalam ajang Java Jazz Festival 2009. Meski tampil di hari pertama, Jumat 96/3) malam, namun ini merupakan penampilan kedua penyanyi yang masih mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia. Meski tampil di ruang Cendrawaih 1, Jakarta Convention Center, ia tetap bisa menghipnotis penonton yang umumnya kawula muda.

Afgan mengaku sangat bangga masih bisa memberikan karya terbaik untuk Indonesia dan juga menghibur para penggemarnya. “Tahun lalu saya tampil, panggungnya sangat kecil. Sekarang, saya sangat bersyukur dengan prestasi dan sangat berterima kasih pada kalian (fans-red) semua,” ucapnya.

Sedikitnya sembilan lagu telah dibawakan Afgan dalam penampilannya malam itu. Penampilannya ditutup dengan membawakan lagu Terajana yang digubah dalam lantunan musik Jazz. Aksi panggungnya tak ayal membuat semua penonton asyik untuk bergoyang. n ozi /foto: Arul

“Java Jazz Festival yang kelima ini lebih banyak dipadati penonton dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun harga tiket lebih mahal. Musisi yang tampil lebih banyak sehingga memberi

lebih banyak pilihan musik yang akan dilihat dan dinikmati.” Benz Leo, pengamat musik

33Sharing edisi April 2009

Page 34: Edisi 28/2009

>> Nama Daerah

34 Sharing edisi April 2009

Menengoklah pada sistem keuangan syariah. Tulisan ini terpampang

di halaman muka L’Osservatore Romano, koran resmi Vatikan, awal bulan lalu. Asal tahu saja, apa yang tertulis dalam koran itu adalah apa yang telah diamini oleh Gereja Katolik Roma dan Paus Benedictus XVI.

“Perbankan Barat sudah semestinya belajar dari sistem keuangan syariah untuk bisa mengembalikan kepercayaan pada saat krisis global sekarang ini,” demikian kalimat pembuka tulisan berbahasa Latin itu. Menurut koran itu, keuangan syariah dibangun di atas etika. “Prinsip-prinsip etika dalam sistem keuangan syariah adalah dasar yang membuat bank menjadi dekat dengan nasabahnya dan menjadi spirit dalam setiap pelayanannya.”

Artikel yang menjadi laporan utama koran ini disiapkan oleh ekonom sohor Italia, Loretta Napoleoni dan praktisi perbankan Claudia Segre. Keduanya sepakat mengambil judul besar tulisan mereka dengan dua frasa, “Proposal Keuangan Syariah dan Ide bagi Krisis di Barat”. Menurut mereka, aturan dasar keuangan syariah bisa menyelamatkan pasar dan terutama sistem keuangan global.

Tak hanya mengurai kenapa riba dilarang dalam sistem syariah, mereka juga menjelaskan tentang bagaimana sukuk berbeda

Vatikan:

“Belajarlah pada Sistem Keuangan Syariah”

“Hanya satu cara yang mampu mengalahkan rogue economic yang menggurita di banyak negara, yaitu sistem ekonomi syariah.” (Loretta Napoleoni)

dengan saham konvensional yang penuh untung-untungan. “Sukuk adalah bentuk investasi riil yang bebas dari unsur spekulatif,” ujar Napoleoni.

Menurutnya, Barat semestinya lebih kreatif mencari alternatif untuk keluar dari krisis saat ini. “Jika satu sistem telah salah, tak ada alasan untuk tidak menengok sistem yang lain,” tambahnya.

Dalam artikelnya, Napoleoni juga menyuplik kritik Paus Benedictus XVI tentang kapitalisme. Dalam sebuah kesempatan, Paus pernah

menyebut sistem kapitalisme telah gagal, dan kerakusan para pemilik bank telah membawa dunia ini ke jurang krisis.

Vatikan sendiri turut terpukul krisis. Bila pada tahun 2007 budget mereka mengalami surplus 18 miliar euro, maka akhir tahun 2008 angkanya merosot menjadi 6 miliar euro bahkan diramal bakal merosot lebih jauh tahun ini.

Krisis dirasakan terutama dalam penggalangan dana sosial. “Donasi jauh menurun,” ujar Kardinal Paul Josef Cordes, pimpinan Pontifical Council Cur

Unum. Penurunan itu, kata dia, mencapai hampir 40 persen.

Padahal, di saat krisis mendera, gereja justru membutuhkan lebih banyak dana, terutama untuk menyantuni kaum papa yang paling menderita akibat krisis. “Kami memerlukan lebih dari sekadar uang,” ujarnya.

Kapitalisme dan kegerahan Gereja

Paus Benediktus XVI mulai menyoroti krisis keuangan global sejak Oktober tahun lalu. Saat itu, ia menguatkan jamaahnya dalam sebuah acara

M

Page 35: Edisi 28/2009

>> Nama Daerah

35Sharing edisi April 2009

Vatikan:

“Belajarlah pada Sistem Keuangan Syariah”keagamaan dengan menyebut, “Uang yang telah hilang, tak apa-apa. It’s nothing.” Yang penting, etika agama dalam kehidupan sehari-hari tetap dijunjung tinggi karena di sanalah sumber kekuatan dan kebahagiaan.

Sejak itu, koran resmi Vatikan mulai berani menyerempet isu-isu krisis global. Tak lama setelah Paus mengomentari krisis global, koran ini menurunkan tulisan yang mengkritik model pasar bebas sebagai “Tumbuh terlalu cepat dan menukik tajam dua dekade kemudian.”

Sebelum menurunkan artikel tentang keuangan syariah, Editor L’Osservatore, Giovanni Maria Vian, pernah beberapa kali menyinggung tentang keunggulan berbisnis dengan etika. “Agama-agama besar selalu mempunyai perhatian besar pada berbagai dimensi manusia, termasuk ekonomi.” Edisi selanjutnya, ia mulai mengupas tentang sistem ekonomi Islam.

Universalitas sistem syariah

Pemilihan nama Loretta Napoleoni sebagai penulis

artikel didasarkan pada berbagai pertimbangan. Dia adalah ekonom netral dan kredibel. Belakangan, sebelum akhirnya krisis finansial melanda dunia, ia rajin mencermati perkembangan perekonomian global dan membaca ada yang salah dengan sistem yang selama ini dijalankan. Ia menyebut dengan istilahnya sendiri, yaitu rogue economic, alias ekonomi penipu.

Dalam model ekonomi ini, kegiatan ekonomi yang dijalankan, disadari atau tidak, penuh dengan teror, kriminal, kegiatan ilegal, dan hal-hal lain yang bersifat area abu-abu (grey area). “Boleh dibilang, ada regulasi tetapi tampak seperti tanpa regulasi,” ujarnya.

Napoleoni menyebut, prinsip syariah mampu melawan rogue economic yang kini menggurita di banyak negara, tak terkecuali di negara-negara Islam (“Yang semestinya mereka berbangga dengan sistem unggul mereka,” ujarnya). Mengapa?

Karena, kata Napoleoni, ekonomi syariah dibangun di

atas kode etik yang di Barat tidak ada. Kode etik ini datang dari inti sari ajaran Islam, atau hukum syariah. “Dulu, kita menyebut hukum syariah larinya selalu pada hal-hal yang negatif, selalu pada Osama bin Laden dan fundamentalis. Tetapi sekarang saya bisa menjelaskan bahwa hukum syariah adalah kita dilarang untuk berbuat curang, merugikan yang lain, dan sebagainya,” ujarnya. Kode etik ekonomi syariah, kata dia, sangat mirip dengan kode etik yang dikembangkan ekonom klasik Inggris beberapa abad setelah hadirnya Islam,

semisal Adam Smith dan David Richardo. “Misalnya saja, dalam Islam dilarang menggandakan uang,” ujarnya. Uang, kata dia harus diinvestasikan dalam kegiatan ekonomi riil dan menumbuhkan sektor riil, baru kemudian keuntungan. Napoleoni mengistilahkan dengan produksi uang diperoleh.

Krisis global, kata dia, terjadi karena sistem ini ditinggalkan. “Dalam subprime crisis, uang dihasilkan dengan menggunakan instrumen yang didasarkan pada peminjaman uang. Jadi uang untuk menghasilkan uang,” tambahnya.

Menurut Napoleoni dan Segre yang adalah fixed income strategist Abaxbank Spa, krisis keuangan global akan segera terselamatkan jika bank-bank mengadopsi sistem keuangan syariah. “Bank-bank Barat bisa menggunakan alat yang biasa digunakan dalam sistem syariah, misalnya dengan menerbitkan sukuk sebagai jaminan,” ujarnya. Sukuk menurut mereka bisa digunakan “Untuk membiayai industri mobil atau

bahkan membiayai persiapan Olimpiade London mendatang.”

Menurut mereka, sistem keuangan syariah bersifat universal, kendati berdasar nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran. “Semua bangsa, semua agama bisa menerapkannya,” kata dia.

n SS

Page 36: Edisi 28/2009

36 Sharing edisi Maret 2009

Laporan Utama

Siang panas menyengat di Pengasinan, Depok, Jawa Barat, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault tampak segar. Sedikit agak terburu, Adhyaksa

mengumumkan dirinya menyempatkan diri datang ke acara yang diadakan Al Azhar Peduli Ummat (APU), 11 Maret 2009. Padahal, tak lama dari situ, ia harus segera terbang ke luar Jawa untuk tugas sebagai menteri.

Adhyaksa adalah ketua Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Azhar. Dengan begitu, orang-orang di APU bukanlah orang lain baginya. Itu juga yang membuatnya datang, memberi sambutan, dan meresmikan Topping Off RGI, satu proyek APU di bidang pendidikan dan keterampilan bagi para mustahik.

“Saat ini sudah ada LAZ-LAZ yang kreatif, antara lain dengan membangun RGI ini. Insyallah ini menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada LAZ,” ujar Menteri dalam sambutannya. Proyek RGI sudah 75 persen menjelang rampung. Total dana yang sudah digelontorkan mencapai Rp 2,9 miliar.

RGI dibagun atas dasar partisipasi banyak pihak. Ruang kelas di dalam RGI misalnya, dibangun antara lain oleh FIF Syariah, unit usaha syariah multifinance FIF. PT Telkom sudah menyumbang 20 komputer, seorang donatur menyumbang Rp 100 juta untuk pembangunan asrama, PT Hino Motor Indonesia telah menyumbang Rp 60 juta untuk pembelian buku perpustakaan, dan Bank Negara Indonesia (BNI) sudah berkomitmen menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR)-nya.

RGI adalah wahana pembelajaran keterampilan hidup dan pembangunan mental anak-anak kaum dhuafa. Di sana, mereka mendapat aneka kursus singkat keterampilan, antara lain keterampilan servis telepon selular, servis komputer, fotografi, sablon, dan sebagainya. Ditinjau

dari strata pendidikan formal, pendidikan di RGI adalah setara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan sertifikasi Paket C.

Bagi para donatur, program RGI dinilai tepat sasaran. ”Program ini pas untuk kami. Dalam program CSR, kami memang mencari jalan agar bantuan bisa langsung tembus ke orang yang membutuhkan,” ujar Direktur Corporate Planning and Marketing PT Hino Motor Manufacturing Indonesia, J Raihan kepada Sharing di sela-sela acara.

Menuju Muslim yang tangguhFilantropi di era modern membutuhkan pengelolaan dana yang lebih kreatif, dengan harapan, mampu mentransformasi mustahik menjadi muzakki. “Saat ini paradigma sudah mulai bergeser, dari sekadar charity ke arah pemberdayaan. Secara fikih boleh-boleh saja,” komentar Direktur Circle of Information and Development (CID) Nana Mintarti ketika dihubungi Sharing. CID

adalah lembaga kajian dan riset filantropi yang diprakarsai oleh DD.

Bagi Nana, fenomena perubahan paradigma ini lantas berkembang ke arah penumbuhan etos kerja para mustahik. Tidak sekadar memberi modal kerja kepada para mustahik, tapi mengubah mereka menjadi muzakki. Selain itu juga menumbuhkan semangat, kepercayaan diri, etos kerja, dan daya tahan (endurance) para mustahik.

Menurut Nana, terminologi pemberdayaan sejatinya mengarah ke sini. “Disinilah tantangan program pemberdayaan LAZ-LAZ saat ini, yaitu menjadikan mereka lebih dari menjadi muzakki, tapi Muslim yang tangguh,” terang Nana.

Tumbuhnya LAZ-LAZ dengan beragam program pemberdayaan menurut Ketua Dewan Pertimbangan Syariah APU, Adiwarman Karim, adalah keniscayaan. “Justru akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Berbeda sekali dengan lembaga profit yang berpacu untuk menumpuk kekayaan, program-program itu akan berpacu dalam kesuksesan memberdayakan ummat,” ujarnya. n IA

Menuju Muslim Tangguh Bersama Rumah GemilangProyek Rumah Gemilang Indonesia (RGI) mencapai 75 persen dari rampung. Inilah salah satu inovasi produk pemberdayaan oleh lembaga amil zakat (LAZ) Indonesia.

“Dalam program CSR, kami memang mencari jalan agar bantuan bisa langsung tembus ke orang yang membutuhkan.”

S

Page 37: Edisi 28/2009

37Sharing edisi Maret 2009

Chairman of Board of Trustees World Islamic Economic Forum (WIEF), Tun Musa Hitam mengatakan Indonesia beruntung menjadi tuan

rumah WIEF kelima, 2009. “Dalam pertemuan itu, komunitas bisnis yang ada baik dari negara-negara Islam maupun bukan akan melihat langsung potensi Indonesia dan kondisi investasinya,” kata Musa Hitam saat konferensi pers di Jakarta 20 Oktober 2008.

Beberapa bulan kemudian, pada 2 hingga 3 Maret 2009, konferensi ekonomi syariah terbesar di dunia pun digelar di Ritz Carlton, SCBD, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membukanya dengan ditandai pemukulan gong.

Seperti dikatakan Presiden dalam pidatonya, WIEF bertujuan untuk menciptakan dialog di antara pengusaha Muslim dan juga di antara pengusaha non-Muslim serta guna menjawab dan memecahkan masalah ekonomi penting

diantara dunia Islam dan non-Islam. “Melalui forum ini, diharapkan antar sesama negara dan delegasi-delegasi Muslim dan non-Muslim dapat bersama-sama berdiskusi, memecahkan masalah guna mengatasi dampak krisis global ini,” kata SBY.

Kata Presiden, krisis ekonomi global dapat diatasi jika seluruh negara bekerja sama dan berusaha untuk mengatasinya. Untuk itu Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan krisis ini dapat menjadi peluang bagi dunia internasional untuk saling bekerja sama.

Sekali lagi sinergi ditekankan. Dalam sambutan penutupan WIEF, 3 Maret 2009, Wapres Jusuf Kalla menekankan agar terjadi sinergi antara seluruh pihak yang

terlibat sehingga sejumlah kesepakatan yang dilahirkan dari konferensi ini seperti solusi bagi penanganan krisis ekonomi global, pangan dan energi dapat dicapai.

Wapres juga mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang membawa berkah dan karenanya layak dijadikan pegangan. Dalam konteks inilah sinergi mestinya dilakukan.

Deklarasi dan rekomendasi WIEF

Wakil Ketua WIEF Ke-5, Irman Gusman membacakan rekomendasi pengembangan dan penguatan ekonomi di negara Islam saat penutupan. Dalam rangka mengatasi krisis global, rekomendasinya adalah: Pertama, mendukung upaya Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk mengakselerasi kerjasama ekonomi regional; Kedua, mendukung bank pembangunan Islam untuk bisa mempromosikan sistem keuangan Islam dan perbankan syariah sebagai alternatif dari sistem konvensional; Ketiga,

meminta pemerintah dan bank-bank Islam memperluas mikro kredit berbasis syariah; Keempat, mendukung upaya untuk pengaturan di finansial global untuk memitigasi risiko dan kegagalan; dan Kelima, mendukung pusat pelatihan sistem syariah yang terstandarisasi.

Di sektor ketahanan pangan, forum merekomendasikan empat hal: Pertama, keniscayaan kolaborasi pemerintah dan swasta untuk peningkatan produktivitas pertanian, baik di negara OKI maupun negara lain di dunia; Kedua, mempromosikan insiatif bersama dan penggunaan teknologi terkini di industri pertanian untuk bisa meningkatkan produksi pangan yang efisien; Ketiga, menyerukan pengurangan hambatan peraturan, termasuk subsidi pangan, dan

juga produksi pangan yang berkelanjutan yang menghambat perdagangan; dan Keempat, merekomendasikan keseimbangan antara produksi pangan untuk konsumsi manusia dan penggunaan energi.

Di sektor energi, rekomendasinya ada dua, yaitu meningkatkan kembali riset dan pengembangan bahan bakar non karbon serta sumber alternatif energi lainnya; dan mendukung konservasi energi dan emisi karbon.

Di sektor UKM, rekomendasinya: pengembangan UKM sebagai mesin pertumbuhan ekonomi di negara-negara OKI. Hal itu dilakukan melalui program ICD dan program khusus lainnya.

Di sektor perdagangan, forum ini merekomendasikan untuk mendukung pembentukan Pusat Pengembangan Perdagangan antar negara Islam yang bertujuan mengurangi hambatan dalam perdagangan di negara-negara OKI, serta merekomendasikan liberalisasi

dalam pemberian visa yang bertujuan memfasilitasi keperluan bisnis di negara-negara OKI.

Salah satu transaksi nyata pada WIEF kelima adalah Memorandum of Agreement atau MOA senilai Rp 33 triliun yang terfokus di Kalimantan Timur. Salah satu kesepakatan yang dituangkan dalam MOA itu adalah pembangunan infrastruktur di Kabupaten Kutai Timur, antara lain, jalur kereta api dengan total nilai investasi USD 1 Miliar dan kerja sama pengembangan kapasitas kilang minyak milik Pertamina di Balikpapan senilai USD 1,7 Miliar.

n IA

Perlu Sinergi untuk Atasi KrisisSinergi antarnegara Islam makin dibutuhkan untuk

menyelamatkan dunia dari krisis ekonomi global.

C

“Melalui forum ini, diharapkan antar sesama negara dan delegasi-delegasi Muslim dan non-Muslim dapat bersama-sama berdiskusi, memecahkan masalah guna mengatasi dampak krisis global.”

Page 38: Edisi 28/2009

38 Sharing edisi April 2009

Sosok

Dia mengaku tidak begitu paham perbedaan murabahah dan mudharabah, dua istilah akad dalam

sistem ekonomi syariah. Tapi dia cepat merespon ketika FEUI disebut kampus kapitalisme. “Perlu diklarifikasi. Istilah itu sebenarnya ditiupkan oleh sebagian pihak yang dalam tanda petik mungkin tidak senang dengan sekelompok orang dari FEUI,” kata Profesor Dr Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro akhir Maret lalu.

FEUI, jelasnya adalah kampus yang mengajarkan ilmu ekonomi secara keseluruhan. Tidak hanya kapitalisme, koperasi, ekonomi kemiskinan, dan ekonomi pembangunan juga diajarkan. Yang mutakhir, ekonomi syariah dalam bentuk konsentrasi lintas departemen di program reguler S1.

Di masa kepemimpinannyalah FEUI yang katanya ”kampus kapitalisme” itu justru mulai serius dengan ekonomi syariah. Di masa depan, tidak hanya konsentrasi, tapi program studi mungkin akan didirikan di sana. Dalam waktu dekat Magister Manajemen (S2) ekonomi syariah akan dibuka.

Nah, ketika Anda membaca majalah ini, salah satu profesor termuda di UI ini akan menjadi Direktur Islamic Research and Training Institute (IRTI), lembaga di bawah Islamic

Development Bank (IDB) yang berkhidmat mengembangkan ekonomi syariah di seluruh dunia via pendidikan dan penelitian.

Selepas hujan deras di Jl Trunojoyo Jakarta Selatan, wartawan Sharing, Ibrahim Aji, berkesempatan bertatap wawancara dengan orang Indonesia pertama yang menjadi pemimpin lembaga ekonomi syariah internasional bergengsi ini.

Dari dekan kini menjadi orang kuat di IRTI-IDB, bagaimana ceritanya?Masa jabatan saya sebagai Dekan FEUI sudah mau habis. Lantas saya mengeksplorasi segala kemungkinan karir di dalam dan luar negeri. Saya pikir sudah saatnya berkarir di luar negeri, mencari semacam international exposure.

Saat itu mereka (IRTI-IDB) mencari vice president (VP), saya kirim CV. Lalu diwawancarai di Dubai, tapi jabatan VP tampaknya kurang cocok antara

gelar saya dan lingkup jabatan. Menurut mereka, saya punya potensi untuk menjadi pimpinan di sana. Akhirnya mereka menawarkan direktur.

Apa sih visi Anda hingga mengincar posisi ini?Saya menjabat sejak 11 April 2009, selama tiga tahun ke depan dan ada kemungkinan diperpanjang. Buat saya pribadi selain tantangan, pekerjaan internasional dengan jabatan tinggi, misi lainnya adalah untuk seluruh ummat, terutama di Indonesia. Karena saya melihat hubungan Indonesia dengan IDB kurang begitu dekat dan masih terbatas, masih kalah jauh daripada Malaysia. Padahal kepemilikan saham kita sedikit lebih banyak di IDB ketimbang Malaysia.

Analisa saya, salah satunya mungkin karena orang Indonesia sangat kurang di IDB. Apalagi yang di posisi strategis. Mudah-mudahan dengan posisi ini saya dapat membuat IDB lebih aktif di Indonesia. Saya berharap bisa

menjadi referensi Indonesia bagi Timur Tengah yang dipandang lebih objektif.

Meskipun saya orang yang punya visi ekonomi umum, tapi mereka melihat saya open minded. Bisa membaca ekonomi syariah dan konvensional sekaligus. Dari situ saya berharap muncul trust kepada saya, nantinya Indonesia akan lebih tepercaya. Memang saya tidak mau muluk-muluk dengan mengatakan bahwa saya pasti akan berhasil. Tapi intinya, harus muncul penghargaan Timur Tengah atau orang Islam seluruh dunia terhadap Indonesia. Dan itu karena satu dua orang yang memimpin lembaga internasional.

Apa tepatnya yang akan Anda lakukan di IRTI?Organisasi ini kan sudah enam tahun tidak memiliki direktur, yang ada pejabat sementara direktur. Tugas saya adalah membuat organisasi ini lebih aktif, diberdayakan, dan lebih kuat dalam mendukung ekonomi syariah di dunia. Untuk

Go Internasional, Go SyariahProf Dr Bambang PS Brodjonegoro:

Dialah orang Indonesia pertama yang menjadi Direktur IRTI-IDB. Pak Bambang Brodjo, begitu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) suka menyebutnya, memasuki era baru dalam karir dan hidupnya. Go international dan go syariah!

D

Page 39: Edisi 28/2009

39Sharing edisi April 2009

Sosok

Indonesia, training, riset akan saya coba lebih banyak. IRTI bisa menjadi sponsor atau semacamnya.

Masa tiga tahun itu singkat sekali, apakah cukup?Kita harus memulai. Lebih baik memulai sesuatu meskipun hasinya sedikit daripada tidak sama sekali.

Terkait dengan pengembangan kurikulum ekonomi syariah di Indonesia yang tengah dilakukan kini, IRTI akan mendukung juga?Ya tentunya. IRTI salah satu tugasnya mempromosikan ekonomi syariah. Salah satunya bisa lewat pendidikan. Kami mungkin akan mendorong penyusunan kurikulum ekonomi syariah di Indonesia yang bisa mencerminkan ekonomi syariah di Indonesia.

Praksisnya bagaimana?Saya berpengalaman menyusun kurikulum. Jadi begini, bisa saja IRTI datang ke Indonesia nanti. Kami mengundang universitas-universitas utama yang mewakili negeri, swasta, eks IAIN. Nah itu akan kita chalenge mereka, kami punya anggaran, Anda duduk bersama tapi Anda harus keluar dengan kurikulum rujukan misalnya untuk S1 keuangan atau ekonomi Islam. Mereka yang menjadi pelopor nantinya, kami mau melihat aktifitas mereka, mereka sebaiknya mengundang banyak universitas nantinya untuk sampai pada kesimpulan kurikulum rujukan tadi. Ini bukan janji tapi bisa dilakukan.

Memang sebaiknya kurikulum ekonomi Islam itu seperti apa?Kini eranya berbeda dengan 10 tahun lalu. Dulu ada kurikulum nasional (kurnas) untuk fakultas ekonomi seluruh Indonesia. Setelah UI menjadi BHMN, tidak ada lagi kurnas. Tidak ada sentralisasi kurikulum. Pendekatannya bukan lagi top down, tapi harus ada komunitas atau organisasi yang melakukan pendekatan ke universitas-universitas utama ekonomi

syariah supaya kurikulum itu sejalan. Tidak harus baku. Paling tidak seirama. Misalnya mata kuliah wajib sama, tapi pilihan bisa beda tergantung interest and the needs.

Pendidikan ekonomi syariah di FEUI mulai berjalan di masa jabatan Anda (2005-2009), bagaimana ceritanya?FEUI itu kan intinya sejak didirikan mengajarkan ekonomi dalam pengertian seluasnya. Jadi semua mazhab diajarkan, bahkan mungkin sebelum 1965 ekonomi komunis atau sosialis diajarkan. Kami mengajarkan mata kuliah koperasi, ekonomi pembangunan, ekonomi kemiskinan, artinya banyak isu yang kami angkat berkaitan dengan masyarakat.

Karena semuanya sudah diajarkan, apa yang belum? Kami melihat ekonomi syariah. Di tempat lain sudah mulai. Maka kami mulai, tentunya kami tidak mau besar-besaran mulainya, kami tidak punya doktor syariah saat itu, paling tinggi S2. Kami maunya punya home ground expert. Expert yang kami besarkan sendiri.

Untuk S2 ekonomi syariah sudah ada di UI tapi bukan di FEUI. Tapi tetap kuncinya kan di S1. Masalahnya, kalau kami buat jurusan atau departemen sendiri di S1 terlalu besar. Di FEUI kan ada Departemen Ilmu Ekonomi, Akuntansi, dan Manajemen kalau dibuatkan Departemen Syariah tidak seimbang karena masih baru dan kami tidak punya orangnya, makanya kami cari cara antaranya. Lalu saya melihat syariah itu kan tidak hanya bicara manajemen atau finance, ada unsur ekonominya, ada akuntansinya. Tapi hanya sedikit, kalau dibuat konsentrasi di bawah satu Departemen Akuntansi tidak bisa. Makanya kami buatkan konsentrasi lintas departemen.

Lalu, bagaimana rencananya ke depan?Ini baru tahapan pertama,

berikutnya mungkin masih lama untuk mengarah ke Departemen. Kami mau mengarah ke S2 dulu, Magister Manajemen Ekonomi Syariah (MMES), supaya bisa menghasilkan tenaga profesional untuk industri. Kebutuhan SDM syariah sangat banyak. Dan kebutuhan itu bukan yang teknis operasional, tapi konteksnya policy atau level manajemen. Kita butuh S2 yang punya orientasi praktis tapi punya pemahaman syariah.

Jadi idealnya, konten konvensionalnya harus cukup kuat nanti, supaya mereka bisa membandingkan. Jangan sampai, jadi ahli syariah tapi tidak mengerti yang konvensional atau sebaliknya.

Kalau SI saat ini masih konsentrasi, kalau didorong terus pelan-pelan akan menjelma mungkin menjadi program studi (Prodi). Departemen kan unit struktural kalau prodi tidak, dia bisa lintas departemen. Ini juga supaya konten konvensionalnya cukup kuat dulu, baru pemahaman syariah.

Padahal kini Anda sudah tidak aktif di FEUI ya?Saya kan tidak mengabaikan apa yang sudah saya tanamkan. Tetap akan saya monitor, karena saya mau dorong semuanya. Saya masih punya perhatian lebih terhadap kampus.Meskipun menjadi direktur IRTI, saya tetap guru besar di FEUI. Keberadaan saya di IRTI mudah-mudahan bisa menjadi benefit bagi FEUI maupun ekonomi syariah di Indonesia. n

Prof Dr Bambang PS Brodjonegoro

Lahir : Jakarta, 3 Oktober 1966 Ayah : Prof Dr Ir Soemantri Brodjonegoro (mantan Rektor UI 1964-1973), Istri : Irina Justina ZegaAnak : Daniswara BrodjonegoroPendidikan :

FEUI Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi •Pembangunan (1990), Master of Urban Planing • (1995) dan Ph.D in Regional Planning (1997) dari University of Illinois at Urbana Champaign, USA.

Jabatan :Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia/Dekan FEUIKomisaris PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Page 40: Edisi 28/2009

40 Sharing edisi April 2009

CSR

Orang Indonesia kebanyakan bisa saja bilang, bank syariah tidak berbeda dengan

bank konvensional. Bahwa bank syariah juga mengambil margin dari pembiayaan yang disalurkan, sama saja dengan riba atau bunga pada bank konvensional. Padahal, jauh berbeda secara konseptual maupun praktis.

Yang membedakannya lainnya adalah, bank syariah punya yang namanya Qardhul Hassan atau dana kebajikan. Dana inilah yang pada 7 Maret 2009 dibagikan kepada sekitar 1.000 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Penyerahan simbolis dilakukan di kantor Bank Indonesia (BI) Surabaya oleh Deputi Gubernur BI, Siti Chalimah Fadridjah kepada perwakilan UMKM yang diambil dari kawasan Pasuruan, Sidoarjo, dan sekitarnya. Nilai dana yang diserahkan adalah Rp 1,6 miliar.

Mengapa Sidoarjo yang dipilih, menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah (DPBS)

BI, Ramzi A Zuhdi, saat jumpa pers, di Kantor BI, Jakarta, menjelaskan, daerah ini dinilai memiliki sentra-sentra kerajinan dan industri kecil. Sidoarjo termasuk kabupaten yang memiliki basis UMKM yang tangguh, di tengah terjangan fenomena alam yang sedang berlangsungpun hanya mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8 persen.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi kaum dhuafa dan membantu promosi perbankan syariah. ”Diharapkan pengguna perbankan syariah dapat merasakan bedanya antara konvensional dan syariah,” ujarnya.

Sedang tema iB Berbagi, IB untuk Semua dipilih karena berbagai pertimbangan. “iB Berbagi adalah bentuk tanggung jawab sosial iB kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan (kewajiban tolong menolong kepada sesama) dengan cara menyalurkan dana Qardhul Hassan,” begitu penegasan industri perbankan syariah, seperti tersebut dalam

siaran pers mereka sebelum pelaksanaan program iB Berbagi, IB untuk Semua.

Sedangkan iB untuk Semua, bermakna, manfaat dana Qardhul Hassan ini dapat langsung dirasakan oleh pihak-pihak terkait (stakeholders). Karena, program ini memiliki beberapa tujuan, antara lain: memberikan dana produktif kepada yang membutuhkan (UMKM) dan sosialisasi nilai mulia perbankan syariah. Intinya, iB tidak sekadar mencari keuntungan dalam bisnis, juga memberi manfaat untuk masyarakat. Oleh karenanya, menjadi nasabah maupun sumber daya manusia (SDM) iB, otomatis turut dalam pemenuhan kewajiban tolong-menolong tersebut.

Dana hibah ini terutama berasal dari alokasi dana Qardhul Hassan yang memang menjadi kewajiban para stakeholders iB untuk dikeluarkan tiap tahunnya. Ditambah, kumpulan dana pembebanan tambahan biaya para kreditor yang mengalami keterlambatan pembayaran angsuran. Biasanya dikenal sebagai pinalti atau sanksi.

Di bank konvensional, biaya ini diakui sebagai pendapatan perusahaan.

Skemanya pinjaman Menurut Ramzi, dana Qardhul Hassan dari industri ini disalurkan melalui lembaga amil zakat Bank Syariah Mandiri (LAZ BSM) dan Baitul Maal Muamalat (BMM), LAZ-nya Bank Muamalat Indonesia (BMI).

Oleh masing-masing LAZ, dana itu lantas disalurkan ke UMKM dalam bentuk program. BMM misalnya mengintegrasikan dana ini dalam program Kredit Usaha Mikro Muamalat (KUM3) Berbasis Mesjid.

Person in Charge (PIC) dari BMM untuk program ini, Dwi Iqbal mengatakan kepada Sharing, “Dengan berbasis masjid, penerima dana dibina usaha dan ibadahnya. Itu salah satu item penting pembinaan usaha dalam program ini.”

BMM menerima pengumpulan dana Qardhul Hassan dari enam bank syariah, yaitu BMI, Bank Jabar Banten Syariah, PermataBank Syariah, BII

iB Berbagi iB untuk SemuaWujud Kepedulian Perbankan SyariahMelalui program iB Berbagi, iB untuk Semua, industri perbankan syariah Indonesia memperjelas positioning-nya; Bukan Sekadar Bank.

O

“Dana hibah ini terutama berasal dari alokasi dana Qardhul Hassan yang memang menjadi kewajiban para stakeholders iB untuk dikeluarkan tiap tahunnya.”

Page 41: Edisi 28/2009

41Sharing edisi April 2009

CSR

Syariah, HSBC Amanah, dan CIMB Niaga Syariah. Dari situ terkumpul Rp 500 juta yang dipinjamkan ke 275 UMKM.

Dana tersebut tidak dikembalikan ke BMM apalagi ke enam bank syariah di atas. Tapi, dikembalikan ke rekening penampungan di masjid-masjid yang menjadi basis UMKM penerima dana.

Agar tidak terkesan dana hibah, BMM menyosialisasikan dana

ini bukan sebagai hibah, tapi pinjaman. ”Jadi bisa menjadi bergulir ke UMKM lain setelah tiga kali diberi kesempatan meminjam,” jelas Iqbal kepada Sharing. Plafon yang disalurkan ada dua, yaitu Rp 2 juta dan Rp 5 juta.

Sekali lagi, niat dana Qardhul Hassan perbankan syariah ini adalah untuk memberi manfaat yang maksimal. Untuk itu, ada petugas pendamping untuk tiap UMKM tersebut, selain masjid yang akan membina

mereka.

Bagi petugas pendamping ini diberikan ujrah atau komisi sebesar Rp 500 ribu per bulan. Pendamping diambil dari jamaah atau aktivis masjid tersebut. Secara rutin, pendamping melaporkan kegiatannya ke BMM via email dan website. Oleh karena itu, salah satu syarat menjadi pendamping adalah berpendidikan minimal D3.

n IA

Apa itu Qardhul Hassan?

Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah

yang diterbitkan BI mendefinisikan: ”Pinjaman

kebajikan; suatu akad pinjam meminjam dengan

ketentuan pihak yang menerima pinjaman tidak

wajib mengembalikan dana apabila terjadi force

major.”

Webster’s New World Finance and Investment

Dictionary mendefinisikan: “The term for an

interest-free loan in the Islamic religion, which

forbids loaning or borrowing money to earn

interest. Thus, the borrower repays only the

amount borrowed.”

Sementara ulama nasional KH Didin Hafidhuddin

kepada Sharing menjelaskan, “Pinjaman atas

dasar kebajikan, Qardh itu kan pinjaman,

misalnya saya pinjamkan kepada Anda Rp100

ribu, ya kembalikan Rp100 ribu juga. Kalau tidak

dikembalikan namanya sedekah. Jika pemberi

pinjaman mengatakan di awal ini tidak usah

dikembalikan, itu juga sedekah”.

Salah Satu Model Pendayagunaan Dana Qardhul Hassan iB Berbagi, iB untuk Semua ( Program KUM3 BMM)

Page 42: Edisi 28/2009

42 Sharing edisi April 2009

Masih ingat film “Ghost”, film box office yang dibintangi Demi Moore

(Molly) dan Patrick Swayze (Sam) di era awal 1990-an lalu. Saat menonton film ini dahulu, Anda mungkin ikut larut dalam suasana romantis saat Molly dan Sam bersama-sama membuat keramik tanah liat dengan roda pemutar.

Nah, kini pun anda bisa menjadi seperti Molly yang pandai membuat keramik. Sebab saat ini mulai banyak bermunculan kursus membuat keramik untuk umum di beberapa kota besar di Tanah Air. Salah satunya adalah di Galeri Kollekan yang berlokasi di bilangan Cipete Utara, Jakarta Selatan.

Kelas keramik Galeri Kollekan, yang sekaligus menyatu dengan studio dan toko kerajinan

keramik di lokasi yang sama, membimbing pesertanya yang ingin mempelajari bagaimana membuat kerajinan tangan keramik yang kreatif, unik dan menarik. Lembaga pendidikan informal model ini selain bisa menyalurkan hobi, juga bisa sebagai inspirasi awal dalam mengembangkan usaha bagi mereka yang bernaluri bisnis.

Berawal dari permintaan pasar

Galeri Kollekan dilahirkan dari tangan dua sahabat Yetty V. Tamsil dan Wati Karmojono, yang punya ketertarikan tinggi terhadap seni kerajinan keramik. Mereka berdua aslinya adalah murid dari pakar keramik Keng Sien, pemilik workshop Applesien yang terkenal dengan karya-karya keramiknya yang artistik. Bulan Oktober 1998 mereka memutuskan mendirikan Galeri Kollekan.

“Nama Kollekan berasal dari kata collect, yang maksudnya galeri ini isinya adalah koleksi dari karya kami berdua,” ujar Yetty yang saat mendirikan Galeri Kollekan ini di masa krisis 1998 itu.

Melihat animo pengunjung yang tinggi untuk belajar seni keramik, mereka pun akhirnya membuka kelas keramik. “Peminatnya di luar dugaan, sangat banyak,” jelas Yetty lagi.

Mengajarkan teknik-teknik dasar dan lanjutan

Menurut Yetty, materi yang diajarkan untuk kelas pemula di Galeri Kollekan ini adalah teknik dasar pembuatan

keramik. Dalam durasi setiap pertemuan yang berlangsung selama dua jam itu, para peserta diajarkan mengenai teknik pinch (pencet) yang biasanya dipakai untuk pembuatan cawan dan teko, teknik coil (pilin) untuk membuat cangkir tinggi dan vas bunga, serta teknik slab (lempeng) untuk membuat piring. “Teknik pinch ini cukup sulit, karena perlu kesabaran dalam memencet tanah liat hingga mencapai ketebalan sama,” jelas Yetty.

Menurutnya, setelah peserta menguasai teknik-teknik dasar tersebut, mereka lalu dianjurkan berkreasi menciptakan keramik sesuai dengan kreativitasnya masing-masing. Intinya, para peserta di sini dilatih untuk dapat membuat karya keramik yang nantinya dapat sesuai dengan jati diri si pembuatnya. Karena itu, karya-karya peserta nantinya bisa sangat personalized, alias bernuansa

sesuai dengan karakter si pembuatnya sendiri.

Yetty menambahkan, selain kelas bagi pemula, bagi mereka yang hendak memperdalam ilmunya, maka Galeri Kollekan juga menyediakan kelas lanjutan. “Kalau kelas pemula memang hanya perkenalan dan bersifat hobi saja. Sehingga pelajaran yang diberikanpun berupa teknik dasar membuat keramik hingga pewarnaan. Namun jika ingin serius menekuninya, kami juga menyediakan kelas lanjutan yang menyediakan materi kursus membuat keramik secara lebih mendalam,” paparnya lagi.

Kegiatan pembelajaran

membuat keramik di sini didukung oleh fasilitas yang sangat memadai, karena memang di samping galeri ini, terdapat studio dan bengkel pembuatan keramik. Sehingga semua perangkat pendukung pembuatan keramik, seperti alat pemanggang, roda pemutar, alat-alat cetak keramik, dan juga bahan-bahan dasar keramiknya, berupa tanah liat, berikut bahan pencampur, serta bahan pewarnanya semuanya lengkap tersedia di sini.

“Untuk bisnis, mereka bisa saja mengembangkan ini sendiri di luar,” jelas Yetty, sambil menambahkan, beberapa muridnya ada juga yang telah menjual hasil karyanya dikalangan terdekatnya.

Biaya terjangkau

Menurut Yetti, hingga kini peminat kelas keramik di galeri Kollekan tidak pernah sepi. Berdasarkan data miliknya, Yetti

Belajar Keramik di Galeri KollekanLembaga pendidikan informal model ini, selain bisa menyalurkan hobby, dapat pula menginspirasi pesertanya guna mengembangkan usaha, bagi mereka yang bernaluri bisnis.

M

Page 43: Edisi 28/2009

43Sharing edisi April 2009

memperkirakan sudah sekitar 800-an peserta kelas keramik, termasuk peserta anak-anak yang kadang-kadang datang melalui jalur sekolahnya.

Memang untuk ikut kelas keramik di sini, tidak terlalu mahal. Setiap peserta dikenakan biaya mulai dari Rp. 115 ribu untuk satu kali pertemuan selama dua jam, Rp 320 ribu untuk tiga kali pertemuan, Rp 500 ribu untuk lima kali pertemuan, dan Rp 950 ribu untuk 10 kali pertemuan. Biaya itu sudah termasuk tanah liat, pewarnaan, dan pembakaran. Untuk anak-anak, cukup dengan Rp 70 ribu sekali pertemuan dengan rentang waktu lebih singkat, yaitu 1,5 jam.

”Bagi yang ingin terus menambah ilmunya, mereka bisa mengikuti kelas lanjutan dengan tarif relatif sama per pertemuannya. Bisa juga mereka menjadi member kami, sehingga dengan member, mereka bisa kapan pun berkreasi di sini, di luar jam kursus dan menikmati berbagai fasilitas yang ada di sini,” tambah Yetty lagi.

Mija Lee (32), seorang ibu rumah tangga ekspatriat asal Korea Selatan, termasuk salah seorang peserta yang mengambil kelas lanjutan di Galeri Kollekan. Ia mengaku senang belajar di sini dan ingin terus memperdalam ilmunya, karena merasa banyak beroleh manfaat.

”Di sini bagus untuk belajar, karena tempat belajarnya juga enak, dan gurunya sangat familiar. Saya belajar di sini guna mengisi waktu luang. Saya merasa bisa mengembangkan kreatifitas di sini,” jelas Mija sambil terus asyik membuat keramik berbentuk patung wanita muda, saat ditanya Sharing kesan-kesannya belajar di kelas keramik Galeri Kollekan. Sharing sendiri merasa kagum melihat hasil karya Mija yang tampak sudah seperti seniman profesional.

Yetti lalu menambahkan, peserta seperti Mija Lee ini banyak terdapat di kelas kursusnya. Awalnya mereka merasa ragu dan tak yakin bisa membuat keramik. Namun setelah bisa, mereka jadi ketagihan dan ingin terus memperdalam ilmunya, sehingga bisa membuat karya-karya seni keramik yang bagus.

Ke depan, Yetty mengaku tidak muluk-muluk dalam mengembangkan kelas keramiknya di Galeri Kollekan. ”Karena seni atau kerajinan keramik ini kan bukan kebutuhan primer, dan juga bukan industri, maka bagi saya, yang penting galeri ini bisa terus eksis. Kami juga ingin bisa terus membagi-bagikan ilmu kami kepada orang banyak,” ujarnya menutup pembicaraan.

n YS

Galeri Kollekan

Jl. Abdul Madjid 15

Cipete Utara

Jakarta Selatan

Page 44: Edisi 28/2009

44 Sharing edisi April 2009

Bulan lalu, tepat satu tahun penerapan Standar Manajemen Mutu ISO 9001 :2000 di Pondok Pesantren

Modern Sahid. Survei dari SGS sebagai lembaga pemberi sertifikat itu sudah dilakukan. Kali ini difokuskan pada manajemen pembelajaran di kelas yaitu mulai dari design kurikulum, pelaksanaan pembelajaran, sistem penilaian, dan semua administrasi serta sarana yang dengan hal-hal tersebut. “Hasilnya, dinyatakan bahwa sistem sudah benar namun pelaksanaannya perlu ditingkatkan agar menghasilkan output yang lebih baik,” ujar Pimpinan Harian Pondok Pesantren Modern Sahid, Drs

KH Ahmad Sadjid Zain.

Ya, salah satu kegiatan wajib dalam Quality Management Standard ISO 9001 : 2000 adalah review manajemen yang harus dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Sebelum tinjauan manajemen itu, dilakukan audit internal secara menyeluruh selama satu minggu. Agenda utama dalam tinjauan manajemen tersebut adalah pembahasan temuan-temuan dari auditor internal dan usulan-usulan lain untuk kemajuan.

Rapat yang diikuti seluruh manajemen mulai dari pimpinan sampai tingkat koordinator bidang studi pada minggu pertama Februari 2009 tersebut menghasilkan

beberapa kesimpulan dan keputusan. “Hasilnya langsung ditindaklanjuti oleh manajemen terkait,” tambahnya.

Ponpes peraih ISO pertama

Pondok Pesantren Modern Sahid merupakan pesantren pertama di Indonesia yang meraih sertifikat ISO 9001-2000. Lembaga yang mengelola pendidikan menengah pertama dan menengah atas yang berdiri di atas lahan seluas 70 hektare ini berada di kompleks wisata Sahid Gunung Menyan, Bogor.

Pondok Modern Sahid lahir dari cita-cita luhur Prof Dr H Sukamdani S Gitosardjono. Ia menginginkan sebuah lembaga

yang tidak hanya bermanfaat sebagai pusat pengembangan pendidikan keimanan dan takwa (imtak) tetapi juga sebagai pusat pengembangan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar dapat membentuk anak-anak bangsa yang unggul, berbudaya dan Islami. Cita-cita ini didukung sepenuhnya oleh sang istri, Hj Juliah Sukamdani

Lokasi yang diincar adalah wilayah Gunung Menyan, Bogor. Pilihannya didasarkan pada pertimbangan lingkungan masyarakatnya yang Islami. Kini, kompleks itu merupakan suatu kompleks lingkungan pusat komunitas santri dalam kehidupan sosial, keagamaan, keilmuan, dan bahkan kegiatan perekonomian.

Pondok Pesantren Modern SahidMutu Dijamin Sertifikat ISO 9001:2000

Lahir dari cita-cita luhur Prof Dr H Sukamdani S Gitosardjono, pondok ini diharapkan menjadi “pabrik” pencetak generasi yang unggul dalam imtak (iman-takwa)dan iptek serta berbudaya dan Islami.

B

Page 45: Edisi 28/2009

45Sharing edisi April 2009

Setelah lingkungan menyetujui keberadaan Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan baru dapat rekomendasi dari pengawas Pemda Jawa Barat Kanwil Departemen Agama untuk Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah. Mulai tahun pelajaran 2000/2001, mereka menerima santriwan/santriwati. Kemudian pada tahun 2003 diselenggarakan akreditasi oleh Tim Akreditasi Madrasah Aliyah Propinsi Jawa Barat.

Santri dari berbagai daerah

Saat didirikan delapan tahun silam Pondok Pesantren Modern Sahid cuma memiliki santri sebanyak 44 orang. Mereka adalah para anak asuh keluarga besar Sukamdani dan para direksi Sahid Jaya Group. Kini pesantren itu memiliki santri 650 orang. Mereka berasal dari daerah-daerah di Indonesia.

“Santri kami ada yang dari Bengkulu, Jambi, Irian, dan daerah lain. Tapi mayoritas dari wilayah Jabodetabek,” ujar Ahmad. Mereka belajar di tingkat madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA).

Menurut Sukamdani, melalui Yayasan Wakaf Sahid Husnul Khotimah, Pondok Pesantren Modern Sahid berupaya mencetak santri yang berakhlak

Islami, unggul dalam prestasi, berbudaya Indonesia, dan siap bersaing di era globalisasi. “Inilah prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan Pondok Pesantren Modern Sahid yang terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman,” katanya.

Pemilik jaringan Hotel Sahid Jaya itu mengatakan, untuk menjaga konsistensi pelaksanaan prinsip-prinsip di atas, Pondok Pesantren Modern Sahid menerapkan sistem manajemen mutu yang difokuskan pada perbaikan setiap aspek pesantren. Khususnya sumber daya manusia dan sumber daya pendukung.

Sukamdani memaparkan rencana ke depan untuk menjadikan Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan menjadi pusat pendidikan bertaraf internasional (Sahid Islamic International Education Centre atau SIIEC). Dalam waktu dekat di lokasi ini akan didirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu (STAIT) Modern Sahid, Masjid Raya SJ Al Munawaroh, dan Gedung Swadita. Pembangunan fasilitas ini akan menelan biaya sekitar Rp 168 miliar. “STAIT Modern Sahid diharapkan menjadi universitas bertaraf internasional dari jenjang pendidikan S1 sampai S3,” terangnya. n SS

Sarana dan Prasarana

Dua komplek pesantren putra dan putri yang terpisah. Masing-masing komplek terdiri dari :

1. Empat unit asrama terdiri dari 80 kamar, setiap kamar dihuni 6 orang santri

2. Masjid, gedung sekolah, perkantoran, auditorium, perpustakaan, ruang makan, kantin, wartel, klinik, dan mini market.

3. Sarana Olah raga : lapangan sepak bola, basket, bola voli badminton, dan sebagainya.

4. Sarana kesenian, tradisional dan modern

5. Laboratorium IPA (Fisika, Kimia dan Biologi)

6. Laboratorium Komputer dan internet

7. Lahan pertanian dan peternakan

Page 46: Edisi 28/2009

46 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) menggelar Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) ke-8 6 Maret 2009 lalu. Bertempat di gedung Art Center pukul 10.00 WITA acara resmi dibuka. Acara ini dihadiri oleh 269 peserta dari 50 Kelompok studi ekonomi Islam se-Indonesia yang tergabung dalam FoSSEI.

Temilnas adalah agenda besar tahunan yang dilaksanakan oleh FoSSEI sebagai wadah aktualisasi kader FoSSEI di bidang ilmiah. Dengan mengambil tema “Membangun Kurikulum Pendidikan Ekonomi Islam untuk Memperkuat Sumber Daya Insani dan Keuangan Islam dalam Konteks Kedaerahan di Indonesia”, FoSSEI ingin menjadi bagian dari percepatan penerapan pendidikan ekonomi Islam di perguruan tinggi.

FoSSEI melihat, saat inilah waktu yang tepat untuk percepatan penerapan kurikulum pendidikan ekonomi Islam di perguruan tinggi. Pesatnya pertumbuhan industri keuangan syariah juga harus diikuti dengan tersedianya SDM yang kompeten dan andal di bidang ekonomi syariah.

Menurut FoSSEI, kebutuhan SDM ekonomi syariah sangat penting tidak saja untuk memenuhi kebutuhan industri keuangan syariah tetapi juga untuk menjadi agen perbaikan kondisi ekonomi bangsa berbasis syariah. Perguruan tinggilah yang dituntut menyediakan SDM ekonomi syariah yang andal.

Acara ini diselenggarakan di dua tempat. Tanggal 6 dan 7 maret 2009 diadakan TEMILNAS di Art Center Denpasar dan 8-9 Maret 2009 di Auditorium Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali. Setelah acara pembukaan dan penyisihan olimpiade ekonomi Islam tanggal 6 maret acara dilanjutkan dengan National Training For Trainer, Achievement Motivation Training, dan Diskusi Pra-simposium.

Di hari yang sama, tanggal 7 Maret pukul 09.00 acara dimulai dengan konferensi Internasional yang disampaikan oleh Prof Dr Abdul Ghofar Bin Ismail dari University Kebangsaan Malaysia;

Bambang Sutrisno, sekretaris umum Asbisindo; dan Ir Adiwarman Azwar Karim SE MBA MSc, direktur Karim Business Consulting.

Dalam konferensi sesi kedua, dua pembicara dihadirkan, yaitu Agustianto MAg (Sekjen IAEI) dan Prof Dr Sofyan Syafri Harahap MSAc dari Universitas Trisakti. Pukul 14.00 acara dilanjutkan dengan seminar bisnis dan sore harinya diisi dengan Studium General oleh Yopi Nursali SE dari Masyarakat Ekonomi Islam dan Drs Agustianto MAg. Malam harinya acara dilanjutkan dengan semi final olimpiade ekonomi Islam.

Pada Ahad, 8 maret 2009 pukul 09.00 acara dimulai dengan presentasi makalah jurnal ekonomi Islam oleh IBP Angga, Presidium Nasional FoSSEI 2007-2008. Pemaparan makalah jurnal ini dilengkapi dengan launching jurnal FoSSEI oleh Manajer Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Denpasar.

Dalam rangka mewujudkan visi FoSSEI 2030, mereka bertekad tahun 2010 adalah tahun untuk ”mengokohkan” keberadaan FoSSEI minimal di tingkatan ASEAN. Untuk memberikan saran dan masukan dalam kegiatan di atas, FoSSEI akan mengadakan MUNAS 2010 di Universitas Sriwijaya. Sedangkan Temu Imiah Nasional (Temilnas 2010) akan diadakan di IAIN Sumatera Utara. n IA

Temu Ilmiah Terbesar Mahasiswa Ekonomi Syariah IndonesiaTemu ilmiah mahasiswa ekonomi syariah terbesar di Indonesia digelar di Denpasar, 6-9 Maret 2009.

Jika Anda Mahasiswa/i mempunyai acara kampus yang bisa kami liput atau ingin memasukkan artikelnya ke majalah Sharing, kami menyediakan kolom khusus Pojok Kampus dengan menghubungi redaksi majalah Sharing (Aji / Yudi ) 021-719 6000 (hunting)

Page 47: Edisi 28/2009

47Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Page 48: Edisi 28/2009

48 Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

Pada 2010, sebuah era baru internet dimulai, Web 3.0. Di masa ini, internet akan lebih bisa

memahami manusia.

Segeralah maksimalkan penggunaan blog, social networking (misal Facebook dan MySpace), YouTube, Flickr, Twitter, dan sebagainya yang dibangun di atas platform Web 2.0. Karena, pada 2010, dunia akan mulai mengenal Web 3.0, dan masa kejayaan Web 2.0 segera berakhir. Maka, Facebook dan kawan-kawannya itu bisa saja terasa kuno. Tepat seperti dugaan Nova Spivack (http://novaspivack.typepad.com), pakar teknologi informasi masa depan dan pendiri Earth Web Inc serta Radar networks yang memprediksi Web berevolusi tiap 10 tahun.

Adalah Tim Berners-Lee (http://w3.org/People/Berners-Lee), penemu World Wide Web (WWW) pada 1989 yang kini bersama World Wide Web Consortium (W3C) Massachusetts Institute of

Technology yang tengah mengembangkan Web 3.0. Layanan berbasis web yang memiliki kemampuan membaca informasi di internet sama seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.

Evolusi dan pergaulan dunia mayaDi masa Web 1.0, pengembangan web kebanyakan di sisi back end. Bagaimana protokol dan bahasa kode diterapkan pada web. Di masa ini, informasi berjalan searah dari Web ke pengunjungnya. Halaman Web hanyalah sekumpulan teks dan gambar statis. Pengunjung tak bisa berpartisipasi di dalamnya. Era ini berjalan hingga akhir 1990-an dan awal 2000-an. Web di saat itu ibarat perpustakaan raksasa. Anda harus menjelajahi rak-rak buku, mencari buku, membuka halamannya satu demi satu untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

Masa kini adalah masa Web 2.0. Untuk mencari informasi Anda tidak sendirian. Anda

bisa bertanya atau secara tidak sengaja mendapatkannya dari orang lain melalui situs-situs social networking seperti Facebook (http://facebook.com), MySpace (http://myspace.com) dan LinkedIn (http://linkedin.com).

Era Web 2.0 juga menandakan masa di mana orang per orang kian terhubung. Di Facebook, teman semasa kuliah bahkan SMU bisa bertemu kembali, saling menyapa, dan bertukar informasi. Melalui proses kolaborasi, informasi yang terkumpul di jaringan menjadi lebih lengkap ketimbang era Web 1.0.

Contoh paling mudah adalah kerja kolaboratif di Wikipedia (http://wikipedia.org). Siapa saja dapat menyunting entri di wikipedia, menyajikan seluruh informasi yang dibutuhkan. Flickr (http://flickr.com) atau photobucket (http://photobucket.com) memungkinkan kita mengunggah foto untuk diperlihatkan ke orang lain.

Istilah Web 2.0 sendiri, pertama

kali diperkenalkan oleh O’Reilly Media pada 2004. Web 2.0 disebut oleh O’Reilly adalah revolusi industri komputer yang menjadikan web sebagai platform untuk berbagai kegiatan komputasi manusia.

Web 2.0 memindahkan aplikasi desktop ke web, menjalankannya ibarat di desktop itu sendiri. Salah satu yang terdepan adalah Google Documents (http://docs.google.com). Di sana kita bisa membuat, mengedit, mengunggah, dan mengunduh hampir seluruh aplikasi penting Microsoft Office seperti Word, Excel, dan Power Point.

Menjadi tiga dimensi Belum ada definisi gamblang untuk Web 3.0. Tim Burners-Lee dan Nova Spivack baru menyebutnya semantics web. Konsep baru seputaran semantics web dan tampilannya pun bertebaran.

Namun yang pasti, menurut Nova Spivack, Web 3.0 baru akan berjalan penuh pada 2010,

Ketika Facebook Terasa Kuno

P

Page 49: Edisi 28/2009

49Sharing edisi April 2009

Laporan Utama

bukan saat ini. Web 3.0 akan memiliki ciri-ciri; Pertama, web akan berevolusi dari tampilan dua dimensi ke tiga dimensi. Penggabungan yang apik antara virtual reality dengan massively multiplayer online roleplaying games (MMORPGs). Web akan menjadi dunia maya dalam artian lansekap dan manusianya ada di layar komputer dalam bentuk 3D. Jika Anda pernah bermain seri The Sim’s (permainan komputer role playing games (RPG) yang tenar sejak awal 2000-an), kurang lebih Web 3.0 akan seperti ini.

Contoh Web 3.0 dengan ciri ini yang sudah ada adalah http://secondlife.com. Sharing sudah mencoba bergabung di situs tersebut sebagai salah satu anggota komunitas London, Inggris. Mudahnya, jika Anda memiliki akun di Facebook, hanya bisa menampilkan foto dan teks, di http://secondlife.com, Anda memiliki avatar, tentu dengan fasilitas foto dan teks seperti di Facebook. Namun, social networking di sini dilakukan secara 3D. Kita berkenalan, menambah teman, dan berbincang (chatting) layaknya di Facebook dengan cara berjalan di dalam kota dan bertemu dengan avatar lain.

Kota London yang digambarkan situs ini adalah replika virtual 3D. Kita berjalan di taman, di jalur pedestrian, masuk ke mal, dan sebagainya. Sayang, belum ada satupun kota dari Indonesia di situs ini.

Kedua, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan lebih maju di era Web 3.0. Web akan bisa memahami

kata per kata yang diketikkan manusia secara kontekstual dalam tahapan tertentu. Misal, jika saat ini Anda mengetikkan “Makanan Cina di Surabaya” di Google dan mendapatkan kebanyakan taut (link) yang tidak relevan, di masa Web 3.0 hanya akan ada taut-taut ke restoran masakan Cina di Kota Surabaya.

Keterbatasan Web 2.0 memahami sebuah kata secara ontologis terletak di bahasa hypertext markup language (HTML). Konsep semantics web, menurut para pakar sulit berkembang jika mendasarkan pembangunan web hanya pada HTML. Tim Burners-Lee pun menunjuk kepada Resource Description Framework (RDF), Web Ontology Language (OWL), dan Extensible Markup Language (XML). Tiga bahasa pemrograman yang dianggap lebih bisa mewujudkan impian semantic web di masa depan. Artinya, web 3.0 akan lebih bisa memahami manusia di masa depan.

Ketiga, pengggunaan Web di berbagai perangkat bergerak akan lebih luas dan canggih daripada saat ini. Tidak hanya ponsel, jam tangan dan televisi diprediksi akan bisa digunakan untuk mengakses internet.

Keempat, merger antara Web dan bentuk media lain akan terjadi. Malahan, media tradisional akan semakin memanfaatkan internet sebagai salah satu jalur distribusinya. Siaran radio, televisi, dan film layar lebar akan lebih banyak didistribusikan lewat internet ketimbang saat ini.

n IA

“Kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan lebih maju di era Web 3.0. Web akan bisa memahami kata per kata yang diketikkan manusia secara kontekstual dalam

tahapan tertentu.”

>> Fitur Teknis yang Khas pada Web

Page 50: Edisi 28/2009

50 Sharing edisi April 2009

Opini

Krisis keuangan global sekarang ini mencerminkan pengecualian dari serial krisis ekonomi dunia

sejak seabad ini. Menurut banyak pengamat ekonomi, krisis terbesar itu telah mengguncang sendi-sendi sejumlah negara dan telah membawa reduksi dan resesi ekonomi dunia yang begitu menakutkan.

Yang baru yang dibawa oleh krisis sekarang ini adalah strukturnya. Krisis sekarang ini bukanlah krisis kulit yang muncul dari kondisi ketidakserasian antara faktor-faktor primer dengan sekunder. Akan tetapi, sebenarnya muncul dari kegagalan visi ideologi dan krisis aliran pemikiran serta gagalnya pendekatan peradaban, merosotnya moral komunikasi, dan pelaksanaannya secara terpadu bagi suatu filsafat kehidupan.

Dalam mencari alternatif baru dan ditunggu oleh banyak masyarakat, muncul Islam untuk pertama kali setelah tenggelam begitu lama. Sekaranglah

kesempatan Islam untuk berperan setelah hanya menjadi bahan kajian dan cerita-cerita normatif tentang percontohan dan konsep ekonomi serta keadilan sosial yang melampaui sistem ekonomi yang ada. Sebuah pendekatan Islami, disini dapat dikemukan, sebagai sebuah alternatif untuk dapat keluar dari krisis, yaitu melalui tiga tingkat. Pertama, tingkat peradaban komprehensif. Krisis keuangan

sekarang ini bisa disebut sebagai krisis struktural. Islam, secara visi, menawarkan sebuah konsep dimana solusinya menyentuh semua fenomena kemanusiaan—ekonomi, politik, ekonomi, keamanan, budaya dan lain-lain.

Kedua, di tingkat kekinian dan dibutuhkan cepat. Solusi Islami yang telah dikemukakan selama ini, baik berupa sistem perbankan atau yang lainnya dilihat dari perspektif solusi Islam, baru hanya berbentuk usaha pemadam kebakaran dan menyelamatkan yang bisa diselamatkan. Itu adalah bagian dari ekonomi parsial dari solusi ekonomi, dimana perbankan Islam adalah bagian dari solusi ekonomi.

Ketiga, level ekonomi terbatas dan dalam. Tingkat inilah, sebenarnya, yang menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan yang pendek ini.

Purifikasi MoralBerbicara tentang krisis keuangan seperti yang kita kemukakan di atas, haruslah merujuk kepada faktor yang menjadi sebab utama bagi munculnya bunga apinya, yaitu dekadensi moral di bidang

keuangan. Transaksi keuangan ditandai oleh tiga faktor yang semua berada di sekitar keuntungan dan penghasilan. Kentungan kapitalis yang dalam implikasi praktisnya jauh dari problematika aliran-aliran pemikiran yang tercermin dalam segitiga ”setan” keuntungan: keuntungan pribadi, bersifat cepat, dan keuntungan besar. Dalam segitiga tersebut terlihat kompetisi yang tidak sehat karena adanya faktor-faktor monopoli informasi atau barang, praktik-praktik pemalsuan, serta penipuan dalam banyak hal dan bentuk.

Islam tidaklah mempersoalkan pendapatan dan keuntungan pribadi secara cepat dan besar.

Tetapi yang menjadi persoalan adalah hilangnya relativitas praktik-praktik transaksi yang dibangun atas fatamorgana ketamakan. Keuntungan pribadi memiliki aturan main, penjagaan, dan infrastruktur. Hal yang sama juga berlaku bagi keuntungan kolektif.

Keuntungan cepat juga memiliki aturan main, yaitu keuntungan pembangunan yang ekspansif dalam suatu masa. Sedangkan

keuntungan besar memiliki hubungan equivalen, yaitu keuntungan ”percontohan” yang memelihara kerangka umum, yang berimplikasi kepada kepentingan umum.

Dimensi moral dan spiritual, menurut Islam, bukanlah hanya sekedar rangka atau dekor bagi ekonomi. Kedua dimensi tersebut adalah bagian dari batang tubuh proses ekonomi itu sendiri. Jadi, Islam tidak mengenal apa yang disebut dengan moral ekonomi, akan tetapi adalah ekonomi bermoral. Moral, dalam Islam, menjadi tujuan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. ”Sungguh, Aku ini diutus untuk menyempurnakaan moral.”

Krisis Keuangan Global Dan Rambu-Rambu Ekonomi Islam

Oleh: Syahril Mukhtar*

K

Page 51: Edisi 28/2009

51Sharing edisi April 2009

Opini

Turunnya moral ke dalam ruang ekonomi melalui seperangkat nilai-nilai akan membuat ruang kemanusiaan bagaikan darah putih yang membuat tubuh imun dari tindakan-tindakan tidak terpuji. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan seseorang, kelompok atau lembaga, dalam tataran ekonomi Islam adalah sejauh mana ia melaksanakan nilai-nilai pada semua tingkatannya.

Prinsip moral dalam fenomena ekonomi, ini dapat diringkas melalui seperangkat nilai-nilai yang disebut oleh Islam untuk melindungi fenomena kemanusiaan dalam semua dimensinya. Nilai-nilai tersebut dibumikan pada setiap periode dan manifestasi sosial, budaya, politik dan psikologi, yang tercermin dalam bentuk kejujuran, tidak monopoli, tidak menipu, dan jauh dari unsur spekulasi. Memerangi korupsi dan faktor-faktornya merupakan salah satu tugas pokok pada tataran ekonomi yang sehat. Pembangunan kesejahteraan ekonomi tidaklah mungkin dibangun diatas galian dan tanah gembur korupsi, nepotisme, dan penipuan. Pengembangan nilai-nilai yang tegas dan terhormat tidak akan mungkin dilaksanakan rangkanya tidak bersih dari parasit yang telah membentuk budaya dan rasionalitas.

Dimensi moral ini, pertama-tama, adalah memberdayakan kepastian hukum, meletakkan kurikulum pendidikan yang konstruktif dan mengeluarkan keputusan-keputusan ekonomi yang efektif, guna membentuk budaya sosial ekonomi yang sehat dan imun dari berbagai pencemaran.

Kejatuhan moral yang mendominasi krisis keuangan sekarang ini, adalah vis a vis dengan ekonomi Islam yang mempunyai pandangan murni dan suci terhadap harta dan pendapatan. Harta, menurut Islam, adalah milik Allah,

termasuk kepemilikan terbatas. Aturan mainnya harus dibentuk berdasarkan atas wahyu pemilik asli harta, dan dalam hal ini diwakili oleh khalifah. Dalam kontek ini dapat disimpulkan bahwa riba, monopoli, penipuan, nepotisme, judi, dan spekulasi adalah persoalan yang wajib dihentikan.

Khaled Al Tarawali, ekonom Muslim dari Tunisia, mensosialisasikan bahwa filsafat Islam tentang harta membangun teori berdasarkan atas fitrah dan relativitas. Fitrah ingin memiliki dapat ditindaklanjuti dengan interaksi yang dapat menegur kebebasan inisiatif dalam lingkaran legalitas tertentu. Relatifitas dalam kepemilikan dapat membentuk relatifitas konsumsi dan transaksi, dan dari dalam membentuk organisasi nilai-nilai yang tegas.

Fitrah dan relativitas inilah yang mengatur harta perbankan dan membuat harta perbankan itu menjadi taruhan moral yang tegas dalam dunia transaksi. Barang yang tidak dimiliki tidak boleh dijual, utang tidak boleh dijual, dan barang terbuka tidak boleh dijual. Transaksi-transaksi kebalikan dari itulah yang dipraktikkan oleh sistem kapitalis yang dominan hari ini dan menjadi penyebab utama krisis keuangan.

Tiga kepemilikan yang saling berdampingan Struktural kepemilikan dalam Islam dapat diringkas sebagai kepemilikan individu perorangan (swasta), kepemilikan kolektif (pemerintah), dan kepemilikan wakaf. Kepemilikan individu perorangan berimplikasi kepada kebebasan individu dalam memiliki sesuai dengan perundangan-undangan dan nilai-nilai tertentu. Kepemilikan kolektif berada di bawah pengelolaan negara yang berimplikasi kepada pemenuhan kebutuhan umum. Sedangkan kepemilikan wakaf yang dikelola dengan perlindungan badan hukum atau badan pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

Dari bermacam kepemilikan ini lahirlah kehatian-kehatian dasar dalam aspek ekonomi. Pertama, ekonomi Islam, dengan pengalaman yang telah dimiliki, tidak hanya memperhatikan sektor yang biasa dikenal, yaitu sektor swasta dan pemerintah. Akan tetapi ditambah dengan sektor penyempurna yang mempunyai karakter, konsep, tujuan, dan nilai-nilai moral kemanusiaan yang agung, yaitu sektor wakaf.

Sektor wakaf ini bukan setitik ”atom” dalam sektor swasta dan pemerintah dan bukan pula dekorasi bagi sektor ekonomi. Wakaf adalah sektor ekonomi kemanusiaan yang berdiri sendiri. Ketiga sektor ini akan saling memperkuat, bagaikan tiga tungku sejarangan. Disamping itu juga dapat berkompetisi dalam membangun kebahagiaan individu perorangan dan kelompok. Hasil dari pengakuan pentingnya kepemilikan kolektif (umum) adalah perlunya campur tangan negara dalam produksi, investasi, dan konsumsi. Ekonomi rancangan Reagan-Tatcher dalam bentuk campur tangan terbatas tidak dapat diterima. Thesis Adam Smith tentang adanya ”tangan tersembunyi” dalam pendekatan Islam dianggap sebagai percontohan imitasi dan tidak tepat. Ekonomi Islam bukanlah ekonomi pasar dalam pengertian liar dan individualistik, dan bukan pula ekonomi perencanaan dalam dimensi sentralistik yang menekan dan mendominasi. Ekonomi Islam adalah ekonomi pasar berdasarkan atas ekonomi fitrah, dan dilindungi oleh negara. Dalam kata lain, dalam ekonomi Islam terdapat tangan negara yang tidak tersembunyi atau disembunyikan.

Zakat, dari penyucian

rohani sampai ke tonggak pembangunanUnsur zakat, dalam ekonomi Islam, adalah tiang penyangga utama ekonomi. Hubungan zakat dengan krisis-krisis ekonomi umumnya dan krisis keuangan yang dialami dunia sekarang ini secara khusus, pertama-tama dapat dilihat melalui dimensi moral dalam hal cara mendapatkan dan mempergunakan harta. Sesudah itu pada dimensi sosial adalah mempersempit gap dan membangun kerjasama antara lapisan masyarakat.

Dalam dimensi ekonomi, adalah membawa kelompok masyarakat yang membutuhkan untuk meningkatkan pembangunan. Ajakan yang bertujuan agar zakat tidak berhenti pada pintu sedekah ”tetap” akan tetapi memasuki pintu pembangunan, bergerak dari pemberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan untuk membangun sumber rezki yang lebih banyak.

Dengan demikian bila terjadi krisis-krisis dalam penerapan ekonomi Islam, maka recovery-nya akan lebih cepat. Lembaga zakat dapat mengambil peran recovery ini. Dalam kondisi kita sekarang, campur tangan lembaga ini sangat diperlukan. Kalaulah kita misalkan bahwa masyarakat kita mengalami krisis properti seperti yang dialami oleh Amerika Serikat, maka kewajiban lembaga zakat untuk campur tangan secara langsung dalam memberikan bantuan kepada orang-orang yang dalam kesusahan. Dalam hal ini campur tangan negara adalah suatu kemestian. Kasus yang terjadi di Amerika Serikat, pemilik rumah, karena tak sanggup membayar cicilan diusir dan bisa menjadi gelandangan. ”Tidaklah beriman salah seorang kamu yang tetangganya kelaparan.” n

* Mahasiswa Post Graduate Islamic Economics and Finance, Trisakti Jakarta.

Page 52: Edisi 28/2009

52 Sharing edisi April 2009

Di Banda Neira, wisata sejarah terbalut kondisi alam yang masih perawan. Mendiang Lady Diana dan Sarah Ferguson pernah “mendamparkan diri” di pulau ini.

>> Naskah dan foto: Nadrah Shahab

Tak sabar saya untuk segera sampai di Banda Neira, sebuah pulau yang menurut peta terletak di dekat Pulau Ambon. KM Ciremai membawa kami dari Pelabuhan Ambon ke Banda Neira

pukul 22.00. Tujuh jam perjalanan laut, sampailah kami di Banda Neira.

Pelabuhannya tidak begitu besar, namun lumayan ramai. Kami berjalan kaki ke hotel yang sudah kami pesan dari Jakarta, Hotel Maulana. Hotel tersebut letaknya sangat dekat dengan pelabuhan, milik Des Alwi Abubakar, salah satu sesepuh masayarakat Banda Neira dan merupakan anak angkat Bung Hatta dan Bung Sjahrir. Tadi malam sepertinya turun hujan, bau tanah basah begitu terasa. Air di bawah kapal yang membawa kami begitu jernih. Indah sekali, dengan ikan-ikan kecil di bawahnya yang riang berenang-renang. Langit yang begitu biru memayungi kami berjalan menuju hotel.

Kamar saya kebetulan ada di bagian belakang hotel ini. Pemandangan di depan saya adalah laut dan berhadapan dengan gunung api. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan.

Tak heran bila para pelancong dari Belanda, Amerika, Inggris dan berbagai negara lainnya – beberapa di antaranya para pesohor -- yang datang untuk berwisata ke pulau ini, memilih menginap di sisi hotel bagian ini. “Putri Diana dan Sarah Ferguson pernah diam-diam datang dan menginap di sini,” ujar seorang petugas hotel. Ia

tahu belakangan, ketika tiba-tiba hotelnya “diserbu” secret service negara Ratu Elizabeth II ini.

Sarapan pertama di hotel ini adalah: kopi tubruk dan nasi kuning ikan cakalang! Saya memilih menikmati ikan yang diambil dari laut setempat ini sambil memandang ke arah pegunungan. Sungguh sarapan yang paling sempurna sepanjang hidup saya!

Pulau LonthoirBanda Neira dikelilingi pulau-pulau kecil di sekitarnya. Salah satu yang saya incar adalah Pulau Lonthoir, sekitar 45 menit perjalanan dari dermaga

Memeluk Sejarah di Banda Neira

T

Page 53: Edisi 28/2009

53Sharing edisi April 2009

Banda. Pulau Lonthoir disebut juga Pulau Banda Besar.

Di abad pertengahan, nama pulau ini mendunia. Surga biji pala Ambon ada di sini, dengan kualitas nomor satu. Belanda menanamkan wakilnya selama ratusan tahun di pulau ini, memonopoli perdagangan pala dan mengirimkannya ke seluruh penjuru dunia. Saya menaiki 360 anak tangga demi melihat benteng Hollandia yang dibangun pada tahun 1724. Benteng ini dulu menghadap ke kediaman Gubernur Jenderal VOC Neira. Dari lokasi ini, Selat Jonnegat dan Benteng Belgica di Pulau Neira terlihat jelas.

Dekat dengan benteng Hollandia terdapat makam kuno yang masih lumayan terawat, Makam Nona Lantzius, anak seorang perkenier (manajer perkebunan pala), Lantzhius.

Selain itu saya mengunjungi “Perigi Keramat”. Perigi ini mengeluarkan mata air yang bersih yang bisa diminum tanpa dimasak walaupun sudah berusia ratusan tahun. Setelah ini kita ke kebun pala, untuk ke tempat ini bisa saja jalan kaki atau naik ojek. Tapi saya naik boat lagi untuk melihat perkebunan pala. Kami juga mampir ke Pulau Sjahrir. Bila ingin melihat pemandangan bawah laut yang masih perawan, di sinilah tempatnya. Maka kami menghabiskan sisa waktu hari itu untuk snorkeling dan diving.

Oh iya, ada yang lupa saya ceritakan. Menuju Pulau Lonthoir, ada sensasi keindahan lain: Anda bisa melihat sekawanan lumba-lumba mengiringi perahu yang lewat. Menurut nelayan setempat, kawanan lumba-lumba ini biasanya “mengawal” ikan tuna menuju jaring nelayan. Sungguh persahabatan yang manis antara lumba-lumba dan nelayan!

Rumah sejarah yang terawatDi Banda Neira, rumah-rumah pengasingan para pejuang kemerdekaan RI masih terjaga. Rumah-rumah itu saling berdekatan. Sutan Sjahrir, Bung Hatta, Dr Cipto Mangunkusumo, dan Mr Iwa Kusumasumantri adalah beberapa pejuang yang pernah diasingkan di pulau ini. Selain itu terdapat peninggalan lain seperti Rumah Captain Cole, Gereja 1873, Tugu Republik Indonesia Serikat, Reruntuhan Benteng Nassau, Istana Mini, dan Benteng Belgica.

Di dalam Rumah Sutan Sjahrir terdapat banyak foto-foto dan barang-barang peninggalan bekas perdana menteri RI yang flamboyan itu. Begitu pula di rumah Bung Hatta, banyak peninggalan yang benar-benar menceritakan perjalanan beliau semasa di pengasingan tersebut.

Mengunjungi Istana Mini adalah tempat kediaman resmi dari para Gubernur dan Residen yang memerintah Banda. Bangunan ini menyerupai Istana Negara di

Bogor, oleh karena ukurannya lebih kecil dari Istana Negara di Bogor maka masyarakat menyebutnya sebagai Istana Mini.

Mengunjungi Benteng Belgica yang masih berdiri kokoh adalah saat yang paling ditunggu, karena kita bisa melihat terbenamnya matahari dari situ. Panorama yang begitu cantik melihat matahari bersembunyi perlahan di balik Gunung Api.

Letak benteng ini ketinggian 30,01 meter dari permukaan laut. Benteng yang dibangun pada tahun 1617 oleh Pieter Both. Benteng ini memiliki suatu keunikan karena dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit, tapi kalau dilihat dari semua penjuru niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi, tetapi kalau dilihat dari udara nampak seperti bintang persegi.

Wisata sejarah membuat saya seperti kembali ke masa lalu. Ke masa ketika para pendahulu kita berjuang mendirikan negeri ini. Dengan kesungguhan dan tanpa pamrih, mereka membela negaranya, bahkan tak takut bila nyawanya terengut. Dan Allah Maha Adil. Bangsa kita yang secara teknologi dan kemampuan jauh di bawah penjajahnya, akhirnya bisa merebut kemerdekaannya. Pengorbanan mereka tidak sia-sia.

Benteng Belgica, rumah pengasingan, dan Istana Mini

adalah saksi betapa sebuah perjuangan berlandaskan kebenaran akan mampu mengalahkan apapun rintangannya. Seberat apapun halangan, dengan usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh, maka buah manis akan didapat. Bukankah Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kalau bangsa itu sendiri tidak melakukan usaha apapun?

Kunjungan ke Banda Neira betul-betul mengesankan saya. Melihat “persahabatan” lumba-lumba dan nelayan, membuat saya tersadar betapa arifnya alam bersikap pada kita. Ketika alam terjaga, maka imbal baliknya untuk manusia juga.

Allah SWT menahbiskan manusia sebagai wakil-Nya (khalifatulah) di muka bumi yang berkewajiban memakmurkan dan membudidayakannya (lihat QS Hud: 61), sekaligus melestarikan dan menjaga keseimbangan (equilibrium) lingkungan.” (QS Arrahman: 6-9).

Hanya manusia arif seperti itu yang akan mampu menangkap desah suara dan keinginan alam. Ia bisa menjadi mitra autentik untuk berjalin berkelindan bersama-sama menyucikan Sang Pencipta. “Langit yang tujuh, bumi dan semua isinya bertasbih kepada Allah dan tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih memuji-Nya.” (QS Al-Isra’: 44). Di Banda Neira, tasbih alam dan manusia masih terpadu. Semoga harmoni itu kekal selalu. n

Page 54: Edisi 28/2009

54 Sharing edisi April 2009

Manajemen Risiko

Pelaporan risk based capital (RBC) asuransi syariah dituangkan dalam peraturan terbaru Bapepam LK (biro asuransi) berupa Pedoman

Perhitungan Batas Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Dan Reasuransi no. 02/PER/BL/08 tanggal 21 Januari 2009. Salah satunya adalah menyebutkan bahwa perusahaan asuransi syariah atau unit syariah asuransi harus melaporkan perhitungan batas tingkat solvabilitas minimum dana tabarru’.

Apa itu RBC? Mari kenali istilah Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM). BTSM adalah jumlah minimim tingkat solvabilitas yang harus dimiliki oleh perusahaan asuransi/ reasuransi yaitu sebesar jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Rasio pencapaian solvabilitas minimum inilah yang disebut RBC di mana menurut peraturan, perusahaan asuransi harus mencapai RBC minimal 120 persen.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam konsep asuransi syariah yang menggunakan akad tabarru’ yaitu hibah dalam usaha tolong menolong (ta’awun) sesama peserta berimplikasi pada pemisahan dana yang harus dilakukan oleh entitas asuransi. Ada dana peserta yang berasal dari dana yang dihibahkan oleh peserta yang dimasukkan dalam pool of tabarru’ fund atau dikenal dengan istilah rekening dana tabarru’ dan ada dana perusahaan yang berasal dari ujrah (fee) atas pengelolaan asuransi dengan akad wakalah bil ujrah.

Peraturan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2008. Sebelum keluarnya peraturan ini, perusahaan/cabang/unit asuransi syariah melaporkan RBC-nya digabung antara dana peserta dan dana pengelola yaitu RBC cabang/unit syariah dan dana tabarru’ diperlakukan sebagai kewajiban oleh unit syariah.

Pentingnya pelaporan RBC dana tabarru’

Penghitungan RBC dana tabarru’ ini sangat penting karena beberapa alasan:

Asuransi konvensional berdasarkan 1. konsep risk transfering sehingga perusahaan harus memiliki solvabilitas yang cukup untuk menanggulangi kewajiban/klaim yang akan terjadi, maka RBC menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dimasa mendatang. Sedangkan dalam konsep syariah perusahaan asuransi tidak menanggung klaim dari peserta melainkan di sharing (ditanggung bersama – sama oleh para peserta) sehingga dalam konsep ini penghitungn RBC bagi perusahaan fungsinya untuk mengukur seberapa kemampuan perusahaan/ unit syariah

Manfaaf Pelaporan RBC Dana TabarruOleh: Nina Mudrikah - Consultant and Head of Business Development Division KARIM Business Consulting (KBC).

Tidak ada ruginya melaporkan RBC Dana Tabarru bagi operator asuransi syariah. Peserta pun dapat menilai seberapa bagus surplus pengelolaan dananya.

P

Page 55: Edisi 28/2009

55Sharing edisi April 2009

Manajemen Risiko

Manfaaf Pelaporan RBC Dana TabarruOleh: Nina Mudrikah - Consultant and Head of Business Development Division KARIM Business Consulting (KBC).

memberikan talangan (qardh) apabila terjadi defisit di dana tabarru’Dengan penghitungan RBC dana 2. tabarru’ maka fungsi dana tabarru’ sebagai dana cadangan untuk menanggulangi kewajiban/klaim dari peserta dapat diukur dan dilaporkan berapa besarnya dari waktu ke waktuDengan perhitungan RBC dana tabarru’ 3. prinsip transparansi dan pemisahan fungsi antara peserta dan perusahaan asuransi akan semakin jelas.

Perhitungan RBC dana tabarru’ juga 4. bisa digunakan untuk menilai seberapa baik pengelolaan asuransi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi yang telah ditunjuk oleh peserta sebagai wakil dalam pengelolaan asuransi. Dana tabarru’ diinvestasikan oleh 5. perusahaan asuransi, maka dengan laporan terpisah juga dapat diketahui bagaimana performance investasi dana tabarru’ oleh perusahaan asuransi tersebut.

Dalam penghitungan RBC dana tabarru’ sangat mirip dengan sistem konvensional, termasuk dalam menghitung faktor risiko dari kekayaan yang diperkenankan masih sama dengan konvensional yaitu menggunakan LQ 45. Namun dalam pelaksanaan peraturan tersebut ada beberapa hal yang masih harus diperjelas, antara lain :

Format penghitungan dan pelaporan 1. RBC dana tabarru’, karena format laporan asuransi sesuai Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan nomor Kep-4033/LK/2004 tanggal 14 September 2004 tentang Bentuk dan Susunan Laporan Usaha Perasuransian serta Bentuk dan Susunan Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi belum mengakomodasi pelaporan RBC dana Tabarru’. Apabila terjadi defisit dana tabarru’ 2. sehingga perusahaan asuransi sebagai pengelola harus memberikan pinjaman dengan akad qardh, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah qardh itu dicatat sebagai kewajiban oleh dana tabarru’ dalam penghitungan RBC nya? Dari sisi perusahaan bagaimana 3. pengakuan qardh oleh pengelola? Apakah akan tetap diakui sebagai piutang, investasi, atau asset lainnya (padahal jika dimasukkan asset lainnya maka tidak dapat dimasukkan dalam penghitungan asset yang dapat di-admit )

Bagaimanapun peraturan pemisahan dan pelaporan RBC dana tabarru’ ini adalah kemajuan yang berarti dalam industri asuransi syariah. Jika selama ini masih ada perusahaan atau unit syariah yang belum memisahkan rekening dana tabarru’ nya maka mulai kini mau tidak mau harus memisahkannya dari rekening perusahaan dan juga peraturan ini selaras dengan fatwa – fatwa DSN tentang asuransi syariah.

Bagi peserta asuransi atau pemegang polis tentu hal ini berdampak positif dengan semakin transparannya pengelolaan dana premi yang telah kita setorkan kepada perusahaan asuransi untuk dikelola. Anda sebagai pemegang polis asuransi syariah juga selayaknya diberitahu apakah dana tabarru’ tahun lalu mengalami surplus sehingga ada yang dibagikan kepada pemegang polis? n

“Perhitungan RBC dana tabarru’ juga bisa digunakan untuk menilai seberapa baik pengelolaan asuransi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi yang telah ditunjuk oleh peserta sebagai wakil dalam pengelolaan

asuransi.”

Page 56: Edisi 28/2009

56 Sharing edisi April 2009

Personal Investing

Mengapa riba dilarang? “Pertanyaan seperti itu hampir tiap kali saya terima dari audience,” kata Aidil Akbar Madjid, ketua Indonesian

Association of Registered Financial Consultant (IARFC) kepada Sharing.

Aidil yang telah membuka divisi perencanaan keuangan syariah di biro perencana keuangannya sejak 2002 melihat, sosialisasi soal riba masih kurang di Indonesia. Hingga, ketika mengisi seminar atau workshop tentang perencanaan keuangan syariah, Aidil mengaku masih sering ditanya pertanyaan di atas.

Apa jawaban Anda? Tanya Sharing kepada Aidil. Aidil menjawab dengan ilustrasi. Hal yang sama ia lakukan kepada audiensnya yang menanyakan mengapa riba dilarang?

Lebih manusiawi

“Apa yang terjadi jika Anda tidak mampu membayar bunga pinjaman ke bank atau paling buruk ke rentenir?” Tanya Aidil. Jawabnya adalah peminjam tetap harus membayar. Jika tidak punya uang, jaminan yang diambil oleh pemberi pinjaman. Misalnya rumah yang dijaminkan, ya rumahnya yang diambil hak miliknya oleh pemberi pinjaman. “Misalnya, Anda tidak punya rumah lagi, masih berutang, apa yang bisa dibayarkan?” tanya Aidil lagi.

“Bisa jadi diri Anda. Dalam sejarah

peradaban manusia ketika manusia menyerahkan harga dirinya, jadilah ia budak,” jawab Aidil. Perbudakan, siapapun manusia berada sekarang menganggap itu tidak memanusiakan manusia. “Nah, Islam melarang perbudakan. Islam meninggikan derajat manusia,” tegas Aidil.

Aidil mengaku ilustrasi ini didapatnya dari hasil pengkajian berbagai sumber hukum dan riwayat seputar riba.

Lebih adil dan pasti

Berkegiatan ekonomi sesuai syariah pastinya menghindari riba. Hanya, ketika investasi atau pinjaman non ribawi terkepung oleh yang ribawi? Ketika banyak produk pinjaman ’mirip’ sistem non riba, misal dengan embel-embel ”bunga nol persen”, bagaimana kita menghindari diri dari debu-debu riba?

Kepada Sharing, Aidil menyimpulkan perbedaan riba dan bagi hasil dalam sistem syariah adalah unsur keadilan di dalamnya. Unsur keadilan lantas mengejawantah saat akad suatu transaksi dibuat dan disepakati. ”Ketika ijab qabulnya dinyatakan apakah riba atau bagi hasil”, tegas Aidil.

Ahmad Ghazali, perencana keuangan syariah Safi r Senduk dan Rekan menambahkan, riba sebenarnya sangat mudah dikenali. Pertama, ia berasosiasi dengan produk-produk perbankan konvensional. Meminjam uang di bank konvensional lazim dikenakan bunga.

Misalnya untuk modal usaha. ”Bunga tidak dihitung dari hasil usaha si peminjam tapi sudah ditetapkan di awal sekian persen. Implikasinya, mau rugi atau untung usaha tersebut, bunga sekian persen tetap harus dibayarkan ke bank,” jelas Ahmad kepada Sharing.

Untuk kebutuhan lainnya, misalnya membeli rumah secara menyicil. Praktik riba dan non riba menurut Ahmad lebih jelas terlihat. Ahmad mengilustrasikan, misalnya kita ingin memiliki rumah senilai Rp150 dengan cara menyicil. Kita hanya perlu ke perbankan syariah untuk aplikasi pembiayaan rumah.

Setelah proses administrasi dan survey, jika bank menyetujui aplikasi kita, berikutnya biasanya bank dan kita bernegosiasi untuk menentukan keuntungan atau margin. Tentu margin diperuntukkan ke bank, bukan ke kita.

”Misal, bank dan kita sepakat harga rumah yang harus dibayar adalah Rp 170 juta berarti margin yang diambil bank adalah Rp 20 juta,” kata Ahmad. Angsuran pun diatur, juga atas kesepakatan dengan nasabah. Dari Rp 170 juta tersebut dibagi tenornya dalam berapa tahun hingga tercapai angka yang yang harus dicicil per bulannya. ”Dan itu tetap, beda dengan bunga KPR konvensional yang fl uktuatif,” tambah Ahmad. Dengan begitu, sistem margin dalam perbankan syariah lebih memberi kepastian.

n IA

”Perbedaan riba dan bagi hasil dalam sistem syariah adalah unsur keadilan di dalamnya. Unsur keadilan lantas mengejawantah saat akad suatu transaksi dibuat dan disepakati.”.

Mengenali Riba dalam TransaksiApa bedanya riba dengan bagi hasil atau margin?

M

Page 57: Edisi 28/2009

57Sharing edisi April 2009

Personal Investing

1. Badr Ad Din Al Ayni pengarang Umdatul Qari Syarah Shahih Al Bukhari: ”Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. Menurut syariah riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil”.

2. Imam Sarakhsi dari mazhab Hanafi: ”Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh (atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut”.

3. Raghib Al Asfahani : ”Riba adalah penambahan atas harta pokok”.

4. Imam An Nawawi dari mazhab Syafii: ”Riba adalah penambahan atas pinjaman seiring bertambahnya waktu”. Dari penjelasan Imam Nawawi di atas sangat jelas bahwa salah satu bentuk riba yang dilarang Al Qur’an dan As Sunnah adalah penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. Dalam dunia perbankan hal tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman.

5. Qatadah: ”Riba jahiliyah adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hingga waktu tertentu. Apabila telah datang saat pembayaran dan si pembeli tidak mampu membayar, maka ia memberikan bayaran

tambahan atas penangguhan”.6. Zaid bin Aslam:

”Yang dimaksud dengan riba jahiliyyah yang berimplikasi pelipat-gandaan sejalan dengan waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas mitranya. Pada saat jatuh tempo ia berkata: ”Bayar sekarang atau tambah”.

8. Ja’far Ash Shadiq dari kalangan Syiah: Ja’far Ash Shadiq berkata ketika ditanya mengapa Allah mengharamkan riba? ”Supaya orang tidak berhenti berbuat kebajikan. Karena ketika diperkenankan untuk mengambil bunga atas pinjaman, maka seseorang tidak berbuat lalim lagi atas transaksi pinjam-meminjam dan sejenisnya. Padahal qard (transaksi pinjam meminjam) bertujuan untuk menjalin hubungan yang erat dan kebajikan antarmanusia”.

9. Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali ”Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang riba beliau menjawab: Sesungguhnya riba itu adalah seseorang memiliki hutang maka dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih. Jikalau tidak mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan”.

Riba dalam Pandangan UlamaPakar ekonomi syariah sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia Dr Muhammad Syafii Antonio MEc menjelaskan riba dalam pandangan beberapa ulama sepanjang sejarah Islam.

Page 58: Edisi 28/2009

58 Sharing edisi April 2009

Wacana

Pada hari ke-12 penawaran, penjualan sukuk berseri SR-001 sudah terjual Rp 3,446 triliun. Nilai ini sudah melampaui

target indikatif pemerintah yang sebesar Rp 3,4 triliun. Dari semula, pemerintah memang optimis penerbitan sukuk ritel pada akhir Februari ini akan mendulang sukses. Optimis pemerintah cukup beralasan mengingat, pertama, penerbitan sukuk sebelumnya, yaitu Ijarah Fixed Rate (IFR) 0001 dan 0002 pada Agustus 2008 lalu, mendulang penghargaan karena dinilai sukses dari sisi permintaan maupun imbal hasil yang ketat. Kedua, untuk sukuk bertenor tiga tahun ini, pemerintah menetapkan imbal hasil cukup tinggi, 12 persen. Padahal, rata-rata imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) sekitar 10,8 persen. Ketiga, sukuk dinilai lebih aman karena dijamin pemerintah untuk berapa pun pembelian, sedangkan deposito yang dijamin paling tinggi hanya Rp2 miliar. Keempat, nilai investasi SR-001 terjangkau bagi masyarakat dengan pembelian minimum Rp5 juta. Kelima, sukuk ritel ini memiliki jaminan underlying asset dan resiko relatif rendah.

Tidak bisa dipungkiri, sukuk sebagai bagian dari instrumen fiskal dalam ekonomi syariah saat ini telah menjadi fenomena dunia. Januari lalu, Singapura pun akhirnya menerbitkan sukuk perdana untuk melengkapi pondasi sistem keuangan Islam di sana.

Konsep fiskal dalam Islam memang memperbolehkan sukuk

digunakan sebagai instrumen pembiayaan pembangunan. Sukuk tidak hanya berpotensi mengganti ketergantungan pemerintah terhadap utang luar negeri, tetapi sukuk juga dapat menyerap dan mendayagunakan potensi dana menganggur di dalam negeri untuk membiayai proyek-proyek pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Jika disimak, sukuk sesungguhnya tidak hanya berpotensi sebagai instrumen fiskal. Lebih jauh, sukuk sesungguhnya berpotensi pula sebagai instrumen kebijakan moneter. Sejauh ini, sudah banyak negara yang memanfaatkan sukuk sebagai instrumen pembiayaan pembangunan yang merupakan bagian dari kebijakan fiskal. Namun, hanya sedikit negara yang sudah menjadikan sukuk sebagai instrumen moneter seperti yang telah dilakukan oleh bank sentral di negara Malaysia, Sudan, Iran, dan Pakistan.

Money CreationSistem bunga yang dianut oleh kebijakan fiskal maupun moneter menyebabkan aktifitas keuangan pemerintah dan operasi moneter konvensional semakin menambah jumlah likuiditas dalam perekonomian. Dalam teori moneter, penyelesaian budget defisit melalui pinjaman pemerintah ke bank sentral; aktifitas perdagangan dan pinjam meminjam yang melibatkan pihak asing sehingga membuka pintu masuknya aliran dana asing ke dalam negeri; dan sistem operasional bank konvensional merupakan sumber-sumber utama penambahan uang beredar.

Inilah yang menjadi kunci masalah sistem ekonomi kapitalis dimana praktek ekonomi sistem ribawi yang menyebabkan money creation sehingga inflasi menjadi masalah yang tidak akan pernah ada akhirnya. Sementara itu, sukuk sebagai instrumen sentral fiskal maupun moneter dapat memanfaatkan dana-dana idle tanpa harus menambah uang beredar. Inilah sebenarnya inti dari fungsi ekonomi Islam yaitu menstabilkan perekonomian dengan mendayagunakan sumber dana yang ada, meningkatkan perputaran uang (money velocity) namun tanpa menciptakan tambahan uang yang sejatinya tidak butuhkan sektor riil fiat money creation. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini dapat mempertimbangkan penggunaan sukuk tidak hanya sebagai sumber pembiayaan semata pembangunan (APBN, dll.) namun juga bisa menjadi alternatif kebijakan moneter sekaligus mengurangi beban Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Menuju instrumen sentral fiskal dan moneterDalam tataran teoretis, sukuk dapat digunakan sebagai instrument moneter pendamping SBI. Sukuk memiliki peran strategis untuk mengelola excess/lack of liquidity. Dalam hal ini, bank sentral bekerjasama dengan pemerintah dapat menerbitkan sukuk bank sentral dengan akad investasi (mudarabah/musyarakah, dll) atau SBI Syariah dengan skema equity-based.

Melalui skema ini, bank sentral

akan menyerap excess liquidity dan ditempatkan ke pemerintah untuk pembiayaan pembangunan atau tidak langsung melalui bank-bank syariah. Jika menghasilkan return, hasilnya dapat di-share. Pada saat yang sama, pemerintah tetap juga menjalankan sukuk sebagai alat kebijakan fiskal. Dengan cara ini, kebijakan moneter dan fiskal berjalan saling bahu membahu mengatur liquidity.

Lebih jauh, operasi moneter yang bersatu padu dengan operasi fiskal berbasis sukuk diharapkan akan mengurangi proses money creation. Penyerapan dan pendayagunaan dana mengganggur dengan sukuk ini diharapkan tidak hanya akan menstabilkan perekonomian namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, bahkan mengurangi tingkat kemiskinan karena besarnya potensi penyerapan tenaga kerja dari pelaksanaan proyek-proyek pemerintah.

Harus diakui, meski masih di tahap awal, mekanisme sukuk yang ditawarkan ekonomi Islam merupakan solusi alternatif bagi masalah ekonomi di Tanah Air maupun di belahan dunia lainnya. Sistem ekonomi kapitalis yang berbasis bunga telah menimbulkan ketidakstabilan antara lain karena penciptaan uang yang tidak didasari kegiatan riil perekonomian, spekulasi, dan sejenisnya. Hal inilah yang menyebabkan fenomena inflasi yang berujung kepada krisis ekonomi dan keuangan, serta menurunnya kesejahteraan masyarakat seperti yang tengah terjadi di negara-negara maju saat ini. Waallahu’alam bishawwab.

n

Sukuk, Menuju Instrumen Sentral Fiskal Dan Moneter

Oleh: Rifki Ismal * Khairunnisa Musari**

Penjualan sukuk ritel laris manis. Respon investor luar biasa. Sebelum sampai akhir masa penawaran, penjualan sukuk ritel sudah menembus target indikatif. Ke depan, pemerintah patut mempertimbangkan sukuk tidak hanya sebagai sumber pembiayaan dalam kebijakan fiskal, tetapi

dapat juga menjadi salah satu instrumen kebijakan moneter di Indonesia.

* Mahasiswa PhD Islamic Finance, Durham University, Inggris** Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Islam, Universitas Airlangga, Surabaya

P

Page 59: Edisi 28/2009

59Sharing edisi April 2009

Hidup ini mirip sesisir pisang,

kata Master of Change asal Amerika Serikat,

Dr Daniel T Drubin. Pisang yang masih

bagus adalah segala potensi baik yang terdapat di dalam diri

masing-masing orang. Sedangkan pisang

busuk adalah kebiasaan buruk dan hal-hal yang

menghambat lainnya.

Drubin memiliki analogi yang menarik soal pisang ini. Ia menceritakan tentang seekor

monyet yang tangannya tersangkut di guci berleher sempit – yang sengaja ditanam pemburu untuk menjebaknya – hanya karena sebuah pisang. Sang monyet tak mau melepaskan pisang itu, kendati tangannya tersangkut dan mustahil bisa keluar tanpa dia melepaskan pisangnya. Dan tanpa disadarinya, pisang itu lama-lama membusuk dalam genggamannya.

Dalam hidup ini, kebanyakan dari kita cenderung bergantung pada sesuatu atau seseorang dan menolak melepaskannya. Kita kemudian meyakini bahwa kita tak akan sanggup bertahan hidup tanpa orang atau benda itu, dan karenanya, makin eratlah kita memeluknya, enggan melepaskannya. Pun, ketika kita sebenarnya tahu bahwa hal itu

berefek buruk bagi kita.

Dalam cerita monyet di atas, sang monyet belajar bahwa bila ia menolak melepaskan pisang, buah itu akan membusuk dan berbau. Namun ia tetap tak juga melepaskannya. Kita, tanpa disadari, juga melakukan hal yang sama.

Saat kita menolak melepaskan hal-hal yang menghambat kehidupan kita, maka kehidupan pun akan mulai membusuk dan kemudian mengeluarkan bau. Satu-satunya cara untuk bisa melampaui tempat di mana kita berada sekarang ini adalah berkeinginan melepaskan hal-hal, orang-orang, kebiasaan-kebiasaan, dan kepercayaan-kepercayaan yang membuat Anda tetap berada bukan di

tempat yang kita inginkan.

Membaca buku ini seperti tengah mendengar ceramah seorang inspirator andal. Gaya bahasanya mengalir dan seperti “copy-paste” dari bahasa lisan penulisnya. Di akhir setiap bab dilengkapi secarik catatan berisi poin-poin aksi yang bisa dilakukan untuk memotivasi pembacanya menuju perubahan.

Dalam buku ini, Drubin mengurai 12 kunci untuk mengenali potensi apa saja yang perlu dipertahankan dan potensi mana yang harus dilepas. Setelah kita memutuskan membuang semua pisang-pisang busuk itu, melepaskan semua yang membebani, maka kita akan mudah untuk menggapai segala mimpi kita.

Buku ini juga penuh dengan akronim yang membangun. Ketika berhadapan dengan sebuah tantangan hidup – Drubin memasukkannya dalam katagori pisang busuk – ia memesankan AUTO; Around (memutar), Under (dari bawah), Through (menembus), atau Over (dari atas). “Anda bisa berjalan memutar dari tantangan, membuat terowongan di bawah tantangan itu, menerobos hambatan, atau melompat melewati masalah.”

Poin penting buku ini adalah: bila kita ingin hidup kita berubah menjadi lebih baik dari sekarang, maka bergeraklah. Jika kita mempunyai mimpi, maka bangun dan raihlah mimpi itu, bukan kembali menarik selimut dan berharap bertemu

dengan mimpi itu lagi. Seperti kata Abraham Lincoln, “Banyak hal akan datang kepada mereka yang menunggu, tetapi hanya hal-hal yang ditinggalkan oleh mereka yang mau bergegas.”

Pertanyaannya barangkali adalah: bagaimana kalau kita adalah pisang busuk dalam kehidupan orang lain? Inilah perlunya kita untuk melakukan apapun untuk mengubah dan bergerak maju dengan kehidupan kita. Intinya, jika kita menginginkan kehidupan yang kita percaya memang pantas kita dapatkan, maka berusahalah seoptimal mungkin yang kita bisa. Kata Drubin: pisang busuk pada hari ini bisa menjadi pisang yang lebih baik pada esok hari.

n SS

Judul buku : How to Move Your BananasPenulis : Dr Daniel T DrubinPenerbit : Hikmah (PT Mizan Publika)Cetakan I : Desember 2008Tebal : 164 halaman

Apakah Anda cenderung bergelayut pada kebiasaan-kebiasaan kerja lama? Atau sadarkah Anda bahwa ada kebiasaan-kebiasaan Anda yang justru membuat Anda jatuh dan tenggelam dalam sikap yang menghancurkan diri sendiri?

Mari Membuang “Pisang Busuk” Kita!

H

Page 60: Edisi 28/2009

Yasinan Bersama

Anak YatimHanawijaya :

Tentang Mereka

Sharing edisi Maret 200960

Ada tradisi menarik setiap bulan di lingkungan Bank Syariah Mandiri (BSM). Para direksi serta karyawan BSM, biasanya hari Kamis pekan kedua, Yaasinan (membaca surat Yaa Siin)

bersama anak-anak yatim. Dalam acara ini, direksi melebur bersama hadirin yang lain.

Seperti terlihat pada Kamis (12/2) petang. Lantai tiga gedung BSM yang terletak di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat dipenuhi anak-anak yatim yang datang dari berbagai daerah di wilayah Jakarta. Hanawijaya, salah satu direktur BSM, sigap menerima dan mengantarkan tamu-tamunya, ya para anak yatim itu.

Mengenakan busana Muslim, anak-anak yatim itu mengikuti dengan tertib semua rangkaian acara mulai dari membaca surat Yaa Siin, tahlil, shalat berjamaah maghrib hingga mendengarkan tausiyah. Pria lulusan Institut Pertanian Bogor ini duduk di tengah-tengah mereka.

‘’Bagi adik-adik yang baru pertama kali ke BSM, rata-rata satu bulan sekali kumpul bersama dengan adik-adik yang lain seperti ini,” ujarnya menjelaskan. Tamu-tamunya manggut-manggut.

Wajah-wajah sumringah puluhan anak yatim malam itu sangat terlihat. Bukan saja mereka mendapat kehormatan bisa memasuki ruangan yang biasanya hanya disambangi orang-orang berduit, tapi mereka seperti mendapatkan pelukan sayang dari keluarga besar BSM.

Dalam kesempatan tersebut, Hanawijaya mengajak anak-anak yatim untuk belajar sungguh-sungguh. ‘’Walaupun saat ini kita sedang menghadapi kesulitan-kesulitan yang berat dalam hidup ini. Ada yang sudah tidak punya ayah, ada yang tidak punya ibu, dan ada juga yang tidak punya ayah dan ibu, ada yang kehidupan ekonominya pas-pasan. Tapi, jangan melupakan pentingnya untuk terus menuntut ilmu,” ujarnya.

Dengan tekun menuntut ilmu, kata Hanawijaya, kita dapat mengubah keadaan kita yang saat ini menjadi lebih baik. Ia juga menyarankan mereka untuk gemar membaca. “Dengan banyak membaca maka semakin banyak kita tahu di dunia ini tentang ilmu pengetahuan,’’ papar Hanawijaya.

‘’Jika ingin sukses, kuncinya, upayakan belajar dengan sungguh-sungguh dan perbanyak sujud kepada Allah SWT. Minta dengan sungguh-sungguh supaya Allah bisa mengubah nasib kita agar lebih baik lagi di masa yang akan datang,’’ jelas Hanawijaya. n

A

Page 61: Edisi 28/2009

61Sharing edisi April 2009

Tentang Mereka

Inilah kehidupan baru Bernard Madoff, mantan orang terkaya di Amerika Serikat; tinggal di ruangan berukuran sekitar 2,3 x 2,4 meter, dengan dinding batu bata. Lampu akan menyala tiap pukul 06.00 dan padam tepat pukul 23.00. Sarapan pagi akan dihidangkan sebelum matahari terbit. Bertemu keluarga dibatasi hanya tiga jam tiap pekannya.

Di ‘’apartemen’’ barunya berlabel Penjara Metropolitan Correctional Center, New York, AS itu, Madoff akan menghabiskan umurnya. Hanya sesekali pakar keuangan dan mantan bos pasar saham Nasdaq itu bisa meluruskan kaki di luar sel.

Madoff adalah pemilik perusahaan sekuritas Madoff Investment Securities LLC dan sebelumnya pernah menjabat sebagai chairman pasar modal Nasdaq New York, pasar modal terbesar kedua di Amerika Serikat. Seperti ditulis dalam Sharing Edisi 25, yang terbit di bulan Januari 2009, Madoff menjalankan kegiatan usahanya sebagai fund manager dengan menggunakan transaksi derivatif dengan instrument option.

Ia mengklaim bahwa produk yang ditawarkan adalah sejenis lindung nilai (hedging). Namun para analis mengatakan bahwa produk dimaksud bukanlah suatu produk lindung nilai yang benar karena pendapatan yang diberikan kepada investor bukan dari strategi lindung nilai tersebut, tetapi dari uang yang

berasal dari investor baru.

Pada tanggal 11 Desember 2008, Madoff ditangkap oleh yang berwajib dengan tuduhan melakukan kejahatan di bidang surat berharga (securities fraud) berdasarkan pengaduan anaknya sendiri yang bekerja dengannya. Kegiatan bisnisnya tidak lebih dari sebuah skim Ponzi (bisnis akal-akalan yang memberikan iming-iming pendapatan investasi yang besar kepada investor).

Dalam sidang pengadilan federal di New York, AS, Kamis (12/3) sore waktu setempat, Madoff mengaku meraup uang para korban sedikitnya USD 64,8 miliar (Rp 777,6 triliun). Itu merupakan kasus penipuan terbesar dalam kejahatan kerah putih individual di dunia. Vonis yang bakal dia terima kemungkinan besar adalah hukuman penjara selama 150 tahun.

Dari sudut pandang ekonomi Islam, transaksi dan produk yang ditawarkan Madoff jelas harus dihindari, karena mengandung unsur gharar (ketidakjelasan) dan tidak berdasarkan aset riil. Kedua, kejahatan keuangan yang dilakukan Madoff sama sekali jauh dari unsur etika bisnis Islami yang menuntut adanya transparansi, profesional dan jujur. Semoga kasus Madoff tersebut menjadi pelajaran bagi kita semua, terutama otoritas bursa dan masyarakat investor. n

“Saya selalu rindu Fakfak,” ujar Cut Putri kepada Sharing di bandara Torea, Fakfak, Papua Barat belum lama ini. Bagi dokumentator musibah Tsunami 26 Desember 2004 itu, Fakfak mengajarkan banyak kearifan. “Kalau ingin melihat toleransi dalam arti sebenarnya, datanglah ke sini,” ujarnya.

Di Fakfak, persaudaraan melampaui batas etnik dan agama. Umat Kristen, Katholik, dan Islam hidup bersama dalam harmoni. Adalah pemandangan biasa ketika umat lintas agama itu bergotong royong memperbaiki masjid atau gereja. “Tak banyak yang tahu, Islam masuk ke Papua pertama kali ya melalui Fakfak, dengan cara yang damai,” tambahnya.

Ia fasih bercerita tentang Fakfak. Tentang alamnya, seni tradisionalnya, masjid tertua di Distrik Kokas, dan toleransi yang disimbolkan dengan slogan ‘satu tungku tiga batu’. “Saya melewatkan masa kecil di sini,” ia buka rahasia.

Kehadiran Putri di Fakfak adalah untuk mengantarkan ribuan Alquran, selain pulang kampung tentu saja. Melalui yayasan yang dipimpinnya, Gerakan Mahabah (Gema) Alquran, ia menyerukan gerakan wakaf mushaf Alquran untuk didistribusikan kepada kaum Muslim yang memerlukan. “Kebetulan Pemda Fakfak juga punya program satu orang satu kitab suci,” ujarnya.

Nama Cut Putri mulai diperbincangkan orang ketika rekaman kamera videonya diputar salah satu TV

nasional. Inilah satu-satunya rekaman kedahsyatan tsunami pada detik-detik kedatangannya. Orang tercengang oleh ketegaran gadis muda ini saat melihat air datang dan dengan cepat merangsek ke dalam rumah. Dengan tenang ia terus merekam sambil mencari tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.

Gema Alquran didirikannya tak lama setelah musibah tsunami Aceh tahun 2004. Saat itu, bantuan dalam bentuk makanan, logistik, obat-obatan maupun properti, mengalir deras dari berbagai negara di dunia. Tapi, tak ada yang peduli terhadap kitab suci Alquran. Karena itulah, Cut Putri kemudian bekerja keras menggalang dan mengajak semua pihak untuk mewakafkan Alquran. Alquran yang terkumpul didistribusikan ke daerah bencana, kaum Muslim pinggiran, atau Muslimin di pedalaman dan siapa saja yang membutuhkan.

Di Fakfak, ia bekerja sama dengan lembaga lokal yang mengoordinasi dakwah di pedalaman Papua. “Mereka berjuang tanpa pamrih,” ujarnya.

Cut Putri mengaku senang, karena sambutan masyarakat terhadap gagasan yang digulirkan tahun lalu, sangat luar biasa. ‘’Gerakan ini mungkin berumur masih sangat muda. Namun Alhamdulillah, gerakannya sangat cepat dan informasi ini menyebar sangat luar biasa karena kita yakin ini semuanya atas bantuan dari Allah,’’ ujarnya. Anda tertarik berwakaf Alquran dan jadi relawan? Silakan bergabung dengan Gema Alquran. n

Bernard Madoff

Berakhir Di Kamar Sempit

foto istimewa

Cut Putri

Antara Fakfak Dan Gema Al-Quran

Page 62: Edisi 28/2009

62 Sharing edisi April 2009

Kata Mereka

FORM LANGGANAN MAJALAH SHARING

Nama : .........................................................................................................Alamat : ......................................................................................................... Kota.....................................................Kode pos.............................Telepon/Fax : .........................................................................................................Masa Langganan : 6 edisi 12 edisi 24 edisi Rp 75.000 Rp 125.000 Rp 225.000

Pembayaran (pilih salah satu dan beri tanda ) Dibayar langsung ke bagian sirkulasi Majalah Sharing Transfer ke rekening a/n : PT TRIBUWANA CAHYA ANANTA BNI Cabang Syariah Jakarta Selatan no rek: 0145 206 359Keterangan:Formulir langganan dan bukti pembayaran dikirim melaluiFaksimili : 021 - 7 19 4000 ........................ 2009 Pelanggan

Nama lengkap & Tanda Tangan

Biaya Kirim :- Luar JABODETABEK : Rp. 2.500,- / Eks- Luar Pulau JAWA : Rp. 4.500,- / Eks

Page 63: Edisi 28/2009

Kata Mereka

FORM LANGGANAN MAJALAH SHARING

Nama : .........................................................................................................Alamat : ......................................................................................................... Kota.....................................................Kode pos.............................Telepon/Fax : .........................................................................................................Masa Langganan : 6 edisi 12 edisi 24 edisi Rp 75.000 Rp 125.000 Rp 225.000

Pembayaran (pilih salah satu dan beri tanda ) Dibayar langsung ke bagian sirkulasi Majalah Sharing Transfer ke rekening a/n : PT TRIBUWANA CAHYA ANANTA BNI Cabang Syariah Jakarta Selatan no rek: 0145 206 359Keterangan:Formulir langganan dan bukti pembayaran dikirim melaluiFaksimili : 021 - 7 19 4000 ........................ 2009 Pelanggan

Nama lengkap & Tanda Tangan

Biaya Kirim :- Luar JABODETABEK : Rp. 2.500,- / Eks- Luar Pulau JAWA : Rp. 4.500,- / Eks

Page 64: Edisi 28/2009