21
PERAN UNIT PELAYANAN INFORMASI PERTANIAN KABUPATEN (UPIPK) MENDUKUNG AGRIBISNIS PEDESAAN Tim Pengembangan UPIPK – P4MI I. PENDAHULUAN Petani merupakan pelaku utama dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan agribisnis. Dalam operasionalisasi usaha tani, petani senantiasa terkait dengan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan usahatani dan pemasaran. Pendapatan petani dan peternak unpredictable karena harga komoditas pertanian yang dihasilkan sangat berfluktuasi akibat kondisi lingkungan dan faktor lain yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas output dan produk. Demikian juga dengan produk pertanian yang dihasilkannya sangat dipengaruhi oleh cuaca, hama penyakit, dan harga produk. Petani akan menggunakan strategi yang berbeda-beda untuk melindungi usahataninya dari perubahan-perubahan yang tidak dapat diduga. Oleh karena itu, karakteristik produk pertanian yang rentan terhadap aspek cuaca dan fluktuasi harga membutuhkan strategi pemasaran sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani dan dapat memberikan keuntungan yang memadai. Petani harus hati-hati dalam merencanakan kombinasi pola tanam dalam menjaga harga komoditas yang diusahakannya. Petani kecil juga dapat menentukan pilihan dalam menjual hasil usahataninya secara langsung melalui pasar secara individu, atau sebagai usaha bersama untuk memperkecil resiko dan dapat memperoleh share dari konsumen yang lain. Keterbatasan petani berkaitan dengan permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas

Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaaaaaaaaa

Citation preview

Page 1: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

PERAN UNIT PELAYANAN INFORMASI PERTANIAN KABUPATEN (UPIPK) MENDUKUNG AGRIBISNIS PEDESAAN

Tim Pengembangan UPIPK – P4MI

I. PENDAHULUAN

Petani merupakan pelaku utama dalam proses pengambilan keputusan dalam

kegiatan agribisnis. Dalam operasionalisasi usaha tani, petani senantiasa terkait dengan

waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan usahatani dan pemasaran. Pendapatan petani

dan peternak unpredictable karena harga komoditas pertanian yang dihasilkan sangat

berfluktuasi akibat kondisi lingkungan dan faktor lain yang mempengaruhi kualitas dan

kuantitas output dan produk. Demikian juga dengan produk pertanian yang dihasilkannya

sangat dipengaruhi oleh cuaca, hama penyakit, dan harga produk. Petani akan

menggunakan strategi yang berbeda-beda untuk melindungi usahataninya dari perubahan-

perubahan yang tidak dapat diduga. Oleh karena itu, karakteristik produk pertanian yang

rentan terhadap aspek cuaca dan fluktuasi harga membutuhkan strategi pemasaran

sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani dan dapat memberikan keuntungan

yang memadai. Petani harus hati-hati dalam merencanakan kombinasi pola tanam dalam

menjaga harga komoditas yang diusahakannya. Petani kecil juga dapat menentukan

pilihan dalam menjual hasil usahataninya secara langsung melalui pasar secara individu,

atau sebagai usaha bersama untuk memperkecil resiko dan dapat memperoleh share dari

konsumen yang lain.

Keterbatasan petani berkaitan dengan permodalan, penguasaan lahan, keterampilan,

pengetahuan, aksesibilitas terhadap pasar dan posisi tawar akan berpengaruh terhadap

proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang diusahakan, teknologi

usaha tani yang diterapkan, dan bagaimana petani menjual usahataninya. Akses terhadap

informasi pasar dan teknologi pertanian yang memadai dan tepat waktu dapat digunakan

sebagai dasar strategi penguasaan pasar, sehingga dapat bersaing dengan kompetitor dan

bahan pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut.

Melalui Poor Farmers’ Income Improvement through Innovation Project – PFI3P

(Proyek Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi-P4MI), Departemen Pertanian

membangun Unit Pelayanan Informasi Pertanian di Tingkat Kabupaten (UPIPK) untuk

meningkatkan akses petani terhadap sumber informasi pertanian. Pengembangan UPIPK

dilaksanakan bekerjasama dengan Pemda Kabupaten, khususnya Dinas Pertanian dalam

teknis operasionalisasinya.

Page 2: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

II. KONSEP DAN DISAIN UPIPK

Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan informasi

yang diperlukan dalam mengelola usahataninya. Gagasan tersebut yang melandasi konsep

“sistem pengetahuan dan informasi pertanian” yang dirumuskan sebagai: peningkatan

keserasian antar pengetahuan, lingkungan, dan teknologi yang diperlukan melalui sinergi

dari berbagai pelaku, jejaring kerja, dan lembaga yang akan menciptakan proses

kesinambungan dalam transformasi, transmisi, dokumentasi, pencarian informasi,

integrasi, difusi, serta pemanfaatan bersama informasi. Dengan demikian, untuk

mengelola usaha taninya dengan baik, petani memerlukan berbagai sumber informasi,

antara lain:

kebijakan pemerintah;

hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu;

pengalaman petani lain;

informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan

produk pertanian.

Sistem pengetahuan dan informasi pertanian tersebut dapat berperan dalam

membantu petani dengan melibatkannya secara langsung terhadap sejumlah besar

kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan

kondisi faktual di lapangan. Perkembangan jejaring pertukaran informasi di antara

pelaku yang terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan

informasi pertanian. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi serta peran

aktif berbagai institusi pemerintahan maupun nonpemerintahan (swasta dan LSM) dan

masyarakat, jaringan informasi bidang pertanian di tingkat petani diharapkan dapat

diwujudkan. Jaringan informasi pertanian merupakan konsep yang melandasi kegiatan

pengembangan Unit Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Kabupaten (UPIPK) dengan

asumsi, UPIPK mampu memfasilitasi berkembangnya jaringan informasi di tingkat lokal

(tingkat kabupaten sampai di tingkat petani di desa) dan akses kepada jaringan informasi

di pusat (secara nasional), bahkan kepada jaringan informasi global.

Konsep Pembanguan Pusat Informasi Pertanian secara operasional adalah

pembangunan pusat informasi pertanian di kantor/instansi/lembaga pertanian kabupaten

atau di kantor Bupati di lokasi yang representatif sehingga kontak tani dapat akses

dengan pusat informasi pertanian. Pusat informasi ini akan berfungsi sebagai one stop

shop untuk pertukaran informasi di mana kontak tani dapat memperoleh informasi yang

berguna dan sesuai dengan inovasi produksi dan pemasaran. Manfaat yang diharapkan

Page 3: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

melalui kegiatan pengembangan Unit Pelayanan Informasi Pertanian di tingkat kabupaten

adalah:

Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.

Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk: 1) Meningkatkan

peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya; 2) Meningkatkan

kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta 3) Meningkatkan

kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan

komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah produksi yang

diperlukan, dan kemampuan pasar menyerap output.

Terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan, dan pemanfaatan informasi

pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan

pertanian lahan marjinal.

Terdokumentasinya informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge)

yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian

lahan marjinal.

Secara bertahap, operasionalisasi UPIPK yang telah dilaksanakan selama tahun

2004 – 2007 oleh Tim Pengembangan UPIPK (PUSDATIN, PUSTAKA, dan

SEKRETARIAT BADAN) di masing-masing lokasi P4MI adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan kapasitas kelembagaan sumber informasi pertanian di tingkat

regional (BPTP dan Dinas Pertanian tingkat provinsi) dalam pengelolaan dan

pemanfaatan informasi pertanian, penyediaan inovasi pertanian yang dibutuhkan

UPIPK, serta fasilitasi bantuan teknis.

2. UPIPK dikembangkan di lokasi yang strategis bersinergi dengan lembaga

pengembangan informasi yang telah ada di daerah namun tetap di bawah naungan

salah satu lembaga yang terkait dengan pembangunan pertanian sebagai berikut.

Kabupaten Ende di Badan Pengelolaan Sistem Informasi Telematika dan

Sandi (Bapesiteldi) bekerja sama dengan Dinas Perkebunan;

Kabupaten Lombok Timur di Dinas Pertanian dan Badan Informasi

Komunikasi Daerah (BIKD) di bawah naungan Dinas Pertanian;

Kabupaten Donggala di “SPIA Posisani” (lembaga pengembangan

informasi pertanian) di bawah naungan Dinas Pertanian;

Kabupaten Blora di Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengembangan

Informasi dan penyuluhan Pertanian (UPTD PIPP) di bawah naungan Dinas

Pertanian;

Kabupaten Temanggung di Dinas Pertanian;

Page 4: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

3. Pengadaan alat hardware dan software, serta modifikasinya untuk mendukung

pengembangan UPIPK. Kegiatan ini telah mulai dilaksanakan oleh PCMU dengan

mengalokasikan 2 komputer yang siap untuk layanan akses secara online system, 1

printer, dan 1 pesawat telepon/fax. Untuk mendukung operasionalisasi sistem

informasi pasar UPIPK, telah disiapkan pula 1 unit komputer untuk masing-masing

Dinas Pertanian di tingkat Kabupaten yang terkait.

4. Penyediaan sarana-prasarana lain yang memadai menunjang operasionalisasi

UPIPK (jaringan koneksi internet, listrik, meubeler, dan ruangan) di tingkat

kabupaten. Untuk pengembangan koneksi jaringan, PCMU telah melakukan

instalasi awal dan uji coba koneksi jaringan di lima kabupaten pada awal tahun

2005. Saat ini, PIU di lima Kabupaten bersinergi dengan lembaga terkait setempat

sudah merealisasikan dukungan sarana, prasarana, dan dana operasional untuk

pengembangan UPIPK .

5. Pembentukan tim pelaksana UPIPK yang dituangkan ke dalam SK Bupati dengan

didukung oleh tenaga yang berpengalaman dan berpotensi dalam pengembangan

teknologi informasi dan komunikasi untuk fasilitasi akses petani terhadap

informasi.

6. Pengembangan sumber daya manusia di tingkat provinsi dan kabupaten untuk

pengelolaan dan pemanfaatan jaringan informasi pertanian melalui pelatihan,

magang, dan pendampingan baik dalam operasionalisasi dan pemeliharaan jaringan;

akses informasi; maupun dalam memfasilitasi petani untuk akses informasi

pertanian. Kegiatan pelatihan dan pendampingan UPIPK telah dilaksanakan

melalui P4MI oleh PUSDATIN dan PUSTAKA sejak tahun 2003.

7. Pengisian konten UPIPK untuk memperkuat sumber daya informasi baik tercetak

maupun elektronis. Informasi elektronis diisikan dalam bentuk pengisian basis data

informasi pertanian yang dapat diakses secara offline (CD ROM dan pangkalan

data dalam komputer) serta pengembangan koneksi internet dan intranet.

8. Pemanfaatan sumber daya dan jejaring informasi yang ada di tingkat kabupaten

sampai di tingkat desa secara optimal untuk diseminasi informasi pertanian sampai

di tingkat pengguna akhir baik melalui optimalisasi media konvensional,

tradisional, maupun komunikasi interpersonal melalui pengguna antara (LSM-SLK

dan fasilitator desa, KID, Penyuluh, dan kontak tani).

9. Pemanfaatan jejaring informasi yang ada dengan mensinergikan program

Departemen Pertanian dengan program dari lembaga lainnya yang memiliki tujuan

sejalan untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi, terutama untuk

meningkatkan konektivitas di tingkat kabupaten.

Page 5: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

10. Pengembangan jejaring informasi juga dapat dilaksanakan melalui program kerja

sama untuk diseminasi inovasi pertanian sampai di tingkat petani. Kerja sama

dengan pengelola media massa lokal seperti stasiun radio, televisi, maupun surat

kabar dan majalah dapat dikembangkan secara lebih luas untuk mempercepat proses

diseminasi inovasi pertanian.

11. Workshop UPIPK secara terintegrasi baik di pusat maupun di masing-masing

daerah untuk pemantapan mekanisme dan operasionalisasi UPIPK.

12. Pengembangan UPIPK menjadi pusat kegiatan pengembangan pertanian, yang

menyediakan informasi pertanian dalam berbagai media. Melalui UPIPK, berbagai

kegiatan juga dapat dilakukan untuk mewujudkan UPIPK sebagai one stop shop

(Gambar 1).

Gambar 1. Rancangan dan kegiatan UPIPK ideal (Tim Pengembangan UPIPK Pusdatin-

Sekretariat-PUSTAKA).

Page 6: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

III. KONSEP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PEDESAAN

Agribisnis merupakan suatu kegiatan penyediaan input produksi pertanian,

produksi, pemrosesan, perdagangan, pemasaran dan penyediaan jasa di bidang pertanian.

Kegiatan ini merupakan satu mata rantai yang saling terhubung (Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 2005). Sedangkan definisi Agribisnis menurut Davis dan

Goldberg (1957) dalam Daryanto, A dan Daryanto, H.K.S. (2000) adalah sebagai berikut,

"Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and

distribution of farm supplies; production activities on the farm; and storage, processing

and distribution of commodities and items made from them". Agribisnis merupakan

jumlah dari suatu kegiatan yang meliputi manufaktur dan distribusi input sarana produksi

pertanian, produksi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas dan produk lain

yang dibuat dari produk pertanian. Seluruh kegiatan tersebut membentuk satu rangkaian

kegiatan yang disebut Mata Rantai Agribisnis.

Penyediaan masukan atau sarana produksi pertanian di antaranya meliputi

penyediaan benih, bibit, pupuk, dan bakalan. Proses produksi meliputi antara lain

teknologi budidaya seperti pemeliharaan tanaman, pengendalian hama penyakit,

pemupukan dan sebagainya. Pasca panen dan pengolahan adalah proses agribisnis

lanjutan yang juga memerlukan input teknologi baik teknologi pengolahan maupun

pemrosesan. Sedangkan kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan distribusi barang,

perdagangan dan pemasaran.

Keseluruhan mata rantai kegiatan tersebut memerlukan input informasi yang

memadai. Kurangnya informasi pada salah satu rantai atau kegiatan tersebut beresiko

menyebabkan kegagalan usaha agribisnis. Proses penyediaan sarana produksi pertanian

memerlukan informasi yang tepat mengenai jumlah dan ketersediaan benih, pupuk dan

sebagainya yang menunjang proses produksi. Proses produksi memerlukan informasi

mengenai teknologi budidaya. Pengolahan hasil pertanian memerlukan informasi

mengenai teknologi pengolahan hasil yang sesuai. Penerapan teknologi

pengolahan hasil pertanian saat ini disinyalir oleh Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian (2005), hanya dinikmati oleh sebagian kecil

masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain oleh keterbatasan informasi

tentang teknologi yang dibutuhkan dalam mendukung usaha agribisnis

yang dijalankan.

Kegiatan agribisnis sebagian besar berhulu di pedesaan.

Paradigma dalam membangun agribisnis di pedesaan adalah dengan

pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang memiliki karakteristik

Page 7: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.

Dalam pelaksanaan pengembangan agribisnis pun harus dilaksanakan

secara partisipatif dengan melibatkan secara aktif pelaku utama

agribisnis, yaitu petani.

Pengembangan agribisnis di pedesaan (Gambar 2) sangat

bergantung pada ketersediaan sumber daya yang tersedia di

lingkungan. Sumber daya yang dibutuhkan namun belum tersedia,

dapat dimotivasi dengan dukungan eksternal untuk peningkatan modal

(capital driven) dan dukungan inovasi teknologi dan kelembagaan

pertanian (innovation driven).

PARADIGMA

Membangun Agribisnis

Di Pedesaan

• Berdaya saing

• Berkerakyatan

• Berkelanjutan

• Terdesentralisasi

Partisipatif

Sistem danusaha agribisnis

Factor driven

Capital driven

Innovation driven

Gambar 2. Paradigma membangun agribisnis di pedesaan (disajikan

dalam presentasi Sekretaris Badan Litbang pada Workshop

Program P4MI 2005).

Dalam kaitannya dengan pengembangan sistem agribisnis di

lahan marjinal, khususnya untuk lokasi P4MI diperlukan berbagai

dukungan untuk implementasinya di lapangan. Dukungan yang sangat

menuntut perhatian di antaranya adalah: teknologi inovatif yang

spesifik lokasi untuk pengembangan lahan marginal, informasi pasar

maupun teknologi pertanian, serta kelembagaan mendukung proses

produksi dan pemasaran.

Page 8: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

Teknologi inovatif yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem

agribisnis di lahan marginal sangat terkait dengan faktor lingkungan

fisik lahan marjinal dengan curah hujan yang terbatas sehingga rawan

kekeringan dan longsor serta dukungan sarana prasarana yang kurang

memadai. Pengembangan infrastruktur sangat terkait dengan kegiatan

investasi desa yang dilaksanakan dalam komponen Pemberdayaan

Petani pada program P4MI.

Untuk mendukung penyediaan input, sistem produksi, dan

pengolahan hasil pertanian, dalam sistem agribisnis pedesaan sangat

membutuhkan sumber informasi terkait dengan inovasi yang

dibutuhkan. Berkaitan dengan proses pemasaran hasil, informasi

pasar sangat diperlukan baik berkaitan dengan informasi pasar

maupun alur tata niaga produk dipasarkan.

Sebagai suatu sistem yang tidak terlepas dari keterkaitan antara

beberapa faktor, dalam pengembangan sistem agribisnis sangat

membutuhkan peran kelembagaan. Kelembagaan yang dibutuhkan,

tidak hanya kelembagaan penyuluhan untuk mendampingi petani

dalam proses produksi, namun juga diharapkan dapat menunjang

agribisnis hulu (modal/kredit, saprodi, dan jasa tenaga kerja alsintan),

dan agribisnis hilir (agroindustri dan pemasaran hasil).

Page 9: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

Pengembangan sistem agribisnis di lahan marjinal P4MI

Lingkungan Fisik:•Iklim, tanah dan air•Sarana/ Prasaranapendukung

Lingkungan Sosek:•Pranata sosial•Globalisasi•Kebijakan ekonomi•Harga input/ output

SISTEMPRODUKSI/ USAHATANI

Lembagapenyuluhan

PENGOLAHAN HASIL DAN PEMASARAN

Pendapatan/Kesejahteraan

Petani

Inovasi Teknologi :•Pengelolaan lahan & air•Budi daya/ produksi•Pascapanen/ pengolahan hasil

•Teknologi proses

Lembagapendukungagribisnis hilir:Agroindustridan pemasaranhasil

Informasi pasar:•Jenis komoditas•Kualitas•Suplai-deman•Harga input/ output•Lokasi dan transport

Investasi desa sesuaikebutuhan petaniuntuk meningkatkankemampuan inovasisecara partisipatif

Lembaga agribis-nis hulu: Jasa keuanganmodal/ kredit, saprodi, jasatenaga kerjaalsintan

Gambar 3. Kerangka pengembangan agribisnis P4MI (Disajikan dalam

presentasi Sekretaris Badan Litbang pada Workshop Program

P4MI 2005).

Langkah strategis yang perlu dilaksanakan untuk mendukung

pengembangan agribisnis P4MI adalah:

- Pengembangan agribisnis yang merupakan jaringan utuh,

responsif pasar, serta memerlukan dukungan permodalan

dan teknologi;

- Pengembangan agribisnis bersifat spesifik lokasi dengan

keunggulan dan kekhasan sumber daya;

- Perlunya pengembangan pola kemitraan saling

menguntungkan.

IV. PERAN UPIPK DALAM MATA RANTAI AGRIBISNIS

Pengembangan sistem agribisnis pedesaan sangat membutuhkan suatu lembaga

yang fungsional mendukung sistem operasionalnya di lapangan. Lembaga yang

dibutuhkan adalah lembaga yang multifungsi memenuhi kebutuhan dalam setiap aspek

pendukung rantai agribisnis. Salah satu lembaga yang memenuhi kriteria tersebut adalah

Page 10: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

UPIPK yang sedang dikembangkan oleh P4MI. UPIPK berfungsi sebagai one stop shop

untuk pertukaran informasi dimana kontak tani dapat memperoleh informasi yang

berguna dan sesuai dengan inovasi produksi dan pemasaran sekaligus dalam proses

pemasaran hasilnya.

Peran UPIPK dalam mendukung kegiatan agribisnis pedesaan P4MI adalah:

a) Penyediaan informasi pasar dan teknologi pertanian;

b) Penyediaan informasi produk baik input maupun hasil kegiatan usaha tani;

c) Pengelolaan dan dokumentasi informasi termasuk penyederhanaan dan

pengemasan kembali informasi pertanian ke dalam format dan media yang

sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis;

d) Fasilitasi akses informasi dan komunikasi tatap muka termasuk konsultasi teknis

bagi pelaku agribisnis;

e) Fasilitasi transaksi bisnis;

f) Promosi dan sosialisasi berbagai produk hasil pertanian yang dihasilkan serta

kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya;

g) Peningkatan kapasitas pelaku agribisnis dalam mendukung kegiatan pengelolaan

informasi pertanian dan akses informasi pertanian baik secara manual maupun

melalui pemanfaatan teknologi informasi.

Penyediaan Informasi Pasar dan Teknologi Pertanian

Informasi yang disediakan oleh UPIPK merupakan informasi yang dapat dipakai

sebagai acuan oleh pelaku agribisnis dalam menjalankan usahanya. Jenis informasi yang

disediakan meliputi informasi pasar dan informasi teknologi pertanian. Informasi pasar

yang disediakan saat ini meliputi informasi harga komoditas pertanian di tingkat harga

maupun informasi. Idealnya, informasi pasar ini juga menyediakan informasi mengenai

kebutuhan dan permintaan pasar komoditas tertentu.

Informasi pasar dan teknologi pertanian tersedia di UPIPK dalam bentuk

elektronis maupun tercetak. Informasi dalam bentuk tercetak terdiri atas surat kabar,

leaflet, folder, buletin, buku, maupun majalah. Informasi dalam bentuk elektronis terdiri

atas informasi yang dikemas dalam CD, VCD, pangkalan data offline maupun online.

Kaset rekaman untuk siaran radio juga termasuk dalam kategori informasi elektronis

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi pertanian.

Informasi teknologi pertanian meliputi informasi di bidang Tanaman Pangan,

Peternakan, Perikanan, Hortikultura, Perkebunan, Tanah dan Agroklimat, Sosial

Ekonomi, Teknologi Pasca Panen, Alat dan Mesin Pertanian, serta Pertanian Umum.

Page 11: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

Informasi ini dapat diakses di situs Pustaka (http://www.pustaka-deptan.go.id). Informasi

teknologi pertanian yang dimuat di situs Pustaka dapat juga diakses di masing-masing

UPIPK. Informasi teknologi juga tersedia dalam bentuk leaflet, VCD, CD Interaktif,

serta kumpulan informasi tercetak mengenai komoditas tertentu. Hal ini merupakan

upaya untuk mendekatkan informasi kepada pengguna (Muttaqien dan Sankarto, 2007).

PUSTAKA telah berupaya mengisi UPIPK dengan berbagai informasi teknologi

pertanian dalam media cetak maupun elektronis.

Informasi pasar dapat diakses secara online melalui internet ke portalagribisnis

dengan alamat http://www.portalagribisnis-deptan.go.id. Informasi pasar telah disiapkan

oleh Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP). Informasi harga

komoditas unggulan daerah di seluruh provinsi di Indonesia dimutakhirkan secara reguler

oleh P2HP melalui administrator di 33 provinsi seluruh Indonesia. Harga komoditi di

tingkat produsen untuk beberapa kabupaten juga sudah dapat diakses. Selain informasi

pasar yang dapat diakses secara online, terdapat pula informasi harga komoditi yang

disampaikan dalam media cetak dan melalui stasiun radio.

Penyediaan informasi produk baik input maupun hasil kegiatan usaha tani

Informasi produk yang disediakan oleh UPIPK dalam mendukung pengembangan

agribisnis adalah informasi input maupun hasil kegiatan usaha tani. Informasi input

produksi antara lain benih, pupuk, maupun obat pemberantas hama dan penyakit dapat

diakses melalui internet maupun berbagai sumber informasi tercetak yang tersedia di

UPIPK. Demikian halnya dengan informasi produk untuk hasil usahatani, UPIPK dapat

memberikan informasi produk yang dihasilkan dalam kegiatan pengembangan agribisnis.

Pelaku agribisnis diharapkan dapat menyampaikan informasi produk yang dihasilkan

melalui kegiatan agribisnis yang dilaksanakannya.

Saat ini peran UPIPK belum dapat diwujudkan, namun ke depan diharapkan

selain informasi juga terdapat show room produk untuk kategori input maupun output.

Contoh-contoh informasi tentang benih tanaman yang unggul maupun pupuk yang asli

dapat dijadikan sebagai referensi bagi pelaku agribisnis untuk mendukung kegiatan

usahanya. Adapun contoh produk yang dihasilkan oleh pelaku agribisnis (petani)

merupakan sarana yang sangat baik untuk mempromosikan produknya ke pengusaha atau

konsumen.

Pengelolaan dan dokumentasi informasi termasuk penyederhanaan dan pengemasan kembali informasi ke dalam format dan media yang sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis

Kegiatan pengelolaan dan dokumentasi informasi pertanian yang berkaitan

dengan pengembangan agribisnis termasuk yang telah dilaksanakan di daerah dapat

Page 12: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

dilaksanakan di UPIPK. Selain pengelolaan dan pendokumentasian, melalui UPIPK juga

dilaksanakan kegiatan penyederhanaan dan pengemasan kembali informasi pertanian ke

dalam format dan media yang sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis.

Dengan informasi pertanian yang telah disesuaikan dengan karakteristik pelaku

agribisnis, diharapkan inovasi teknologi pertanian mudah dicerna dan diterapkan untuk

mendukung kegiatan agribisnis. Pelaku agribisnis pun dapat mendokumentasikan sendiri

kegiatan agribisnisnya secara partisipatif, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan lesson

learned pelaku yang lain sekaligus promosi produk yang dihasilkannya.

Fasilitasi akses informasi dan komunikasi tatap muka termasuk konsultasi teknis bagi pelaku agribisnis

Melalui operator UPIPK atau secara mandiri, pelaku agribisnis dapat melakukan

akses informasi pertanian baik tercetak maupun elektronis yang telah tersedia. Pelaku

agribisnis juga dapat meminta layanan akses online ke sumber informasi yang

dibutuhkan. Apabila informasi yang dibutuhkan oleh pelaku agribisnis belum tersedia di

UPIPK, pengelola UPIPK dapat mencari informasi yang diperlukan ke sumber informasi

lainnya misalnya menelusur kembali melalui internet atau lembaga terkait misalnya

BPTP.

Selain fasilitasi akses informasi, melalui UPIPK juga dapat dijadikan sebagai

sarana konsultasi teknis bagi pelaku agribisnis. Konsultasi teknis dilaksanakan oleh para

PPL maupun peneliti dan penyuluh di BPTP.

Fasilitasi transaksi bisnis;

Kegiatan transaksi bisnis dapat dilakukan untuk sarana jual beli produk yang

dihasilak dari kegiatan pengembangan agribisnis. Transaksi bisnis dapat dilaksanakan

melalui beberapa cara antara lain:

- memberikan contoh produk kepada pembeli

- memfasilitasi pertemuan antara pembeli dan petani di UPIPK

- memfasilitasi pertemuan antara pembeli dan petani di lokasi kegiatan

produksi

- memanfaatkan/bekerjasama dengan kios sarana produksi maupun hasil

produksi untuk layanan transaksi bisnis

Promosi dan sosialisasi berbagai produk hasil pertanian yang dihasilkan serta kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya;

Page 13: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

Selain menyediakan informasi teknologi yang dihasilkan oleh unit kerja lingkup

Badan Litbang Pertanian dan lembaga lain, UPIPK mendokumentasikan informasi

pertanian lokal. Pengemasan informasi dilakukan dalam format yang sesuai dengan

karakteristik pengguna tugas UPIPK untuk menyediakan informasi kepada pengguna

yang lebih luas. Pelaku agribisnis tidak terbatas pada masyarakat yang mempunyai akses

luas terhadap informasi pertanian. Merupakan tugas UPIPK dalam penyebarluasan

informasi dengan cara mengemas kembali informasi jika satu bentuk informasi tidak

dapat diakses oleh pengguna.

Peningkatan kapasitas pelaku agribisnis dalam mendukung kegiatan pengelolaan informasi pertanian dan akses informasi pertanian baik secara manual maupun melalui pemanfaatan teknologi informasi.

Peran UPIPK dalam pengembangan Kapasitas pelaku agribisnis diwujudkan

dalam bentuk kegiatan untuk memfasilitasi akses informasi, dan komunikasi tatap muka

(dalam bentuk konsultasi teknis, jaringan pemasaran dan pertukaran informasi) antara

pelaku agribisnis dengan sumber informasi. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi

pelaku agribisnis, namun juga bagi lembaga penghasil informasi dan teknologi. Dari

fasilitasi ini diharapkan muncul feed back bagi kegiatan penelitian selanjutnya.

Badan Litbang Pertanian menyadari pentingnya feed back bagi

kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian. Karena itu Badan

Litbang Pertanian menerapkan paradigma baru dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya, yaitu ”Penelitian untuk Pembangunan” (Research

for Development). Dengan paradigma baru ini, orientasi kerja Badan

Litbang Pertanian adalah menghasilkan teknologi inovatif untuk

diterapkan sebagai mesin penggerak pembangunan pertanian. Untuk

itu, kegiatan penelitian dan pengembangan haruslah berorientasi pada

pengguna (user oriented) sehingga teknologi inovatif yang dihasilkan

lebih terjamin benar-benar tepat-guna spesifik lokasi dan pemakai.

Penelitian dan pengembangan haruslah dilakukan secara partisipatif

dengan melibatkan perwakilan calon pengguna outputnya

(Simatupang 2004).

Peningkatan kapasitas bagi pelaku agribisnis dalam pengelolaan

informasi dan akses informasi melalui pemanfaatan teknologi informasi

dapat dilakukan melalui UPIPK. Tim Pengelola UPIPK secara formal

maupun informal dapat melaksanakan pelatihan secara berjenjang

bagi pelaku agribisnis dalam pengelolaan informasi maupun akses

informasi. Diharapkan melalui kegiatan pelatihan ini, pelaku agribisnis

Page 14: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

khususnya petani juga dapat langsung akses ke berbagai sumber

informasi sesuai dengan kebutuhan secara mandiri. LSM lokal, baik

melalui SLK dan fasilitator desa diharapkan dapat berperan aktif dalam

kegiatan peningkatan kapasitas bagi pelaku pengembangan agribisnis

pedesaan.

V. KESIMPULAN

Peran UPIPK harus dilihat sebagai satu kesatuan dalam mata rantai agribisnis,

yang meliputi penyediaan sarana produksi, produksi, pengolahan, pemasaran dan

distribusi komoditas pertanian. Dalam keseluruhan rantai tersebut, peran informasi yang

seharusnya dapat disediakan oleh UPIPK sangatlah penting untuk menunjang kegiatan

agribisnis pedesaan.

Peran UPIPK dalam mendukung kegiatan agribisnis pedesaan P4MI adalah: a)

Penyediaan informasi pasar dan teknologi pertanian; b) Penyediaan informasi produk

baik input maupun hasil kegiatan usaha tani; c) Pengelolaan dan dokumentasi informasi

pertanian termasuk penyederhanaan dan pengemasan kembali informasi ke dalam format

dan media yang sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis; d) Fasilitasi akses

informasi dan komunikasi tatap muka termasuk konsultasi teknis bagi pelaku agribisnis;

e) Fasilitasi transaksi bisnis; f) Promosi dan sosialisasi berbagai produk hasil pertanian

yang dihasilkan serta kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya; dan g)

Peningkatan kapasitas pelaku agribisnis dalam mendukung kegiatan pengelolaan

informasi pertanian dan akses informasi pertanian baik secara manual maupun melalui

pemanfaatan teknologi informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Pendahuluan Penilaian dan Pengembangan Agribisnis. PAATP. Jakarta

Daryanto, A. Dan Daryanto, H.K.S. 2000. Model Kepemimpinan dan Pemimpin Agribisnis di Masa Depan. Bogor

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Revitalisasi Pertanian melalui Agroindustri Pedesaan. Jakarta

Muttaqien, I dan Sankarto, B.S. 2007. Laporan Akhir Pendampingan Pusat Informasi Pertanian Kabupaten dan Regional. Bogor

Page 15: Edit RetnoPeran UPIPKdlmAg

Pusat Data dan Statistik Pertanian. 2007. Unit Pelayanan Informasi Pertanian Kabupaten. Jakarta. Presentasi UPIPK di lokasi P4MI.

Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. V.2(3) p: 209-225