Upload
samirrajab
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aaaaaaaaaa
Citation preview
PERAN UNIT PELAYANAN INFORMASI PERTANIAN KABUPATEN (UPIPK) MENDUKUNG AGRIBISNIS PEDESAAN
Tim Pengembangan UPIPK – P4MI
I. PENDAHULUAN
Petani merupakan pelaku utama dalam proses pengambilan keputusan dalam
kegiatan agribisnis. Dalam operasionalisasi usaha tani, petani senantiasa terkait dengan
waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan usahatani dan pemasaran. Pendapatan petani
dan peternak unpredictable karena harga komoditas pertanian yang dihasilkan sangat
berfluktuasi akibat kondisi lingkungan dan faktor lain yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas output dan produk. Demikian juga dengan produk pertanian yang dihasilkannya
sangat dipengaruhi oleh cuaca, hama penyakit, dan harga produk. Petani akan
menggunakan strategi yang berbeda-beda untuk melindungi usahataninya dari perubahan-
perubahan yang tidak dapat diduga. Oleh karena itu, karakteristik produk pertanian yang
rentan terhadap aspek cuaca dan fluktuasi harga membutuhkan strategi pemasaran
sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani dan dapat memberikan keuntungan
yang memadai. Petani harus hati-hati dalam merencanakan kombinasi pola tanam dalam
menjaga harga komoditas yang diusahakannya. Petani kecil juga dapat menentukan
pilihan dalam menjual hasil usahataninya secara langsung melalui pasar secara individu,
atau sebagai usaha bersama untuk memperkecil resiko dan dapat memperoleh share dari
konsumen yang lain.
Keterbatasan petani berkaitan dengan permodalan, penguasaan lahan, keterampilan,
pengetahuan, aksesibilitas terhadap pasar dan posisi tawar akan berpengaruh terhadap
proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang diusahakan, teknologi
usaha tani yang diterapkan, dan bagaimana petani menjual usahataninya. Akses terhadap
informasi pasar dan teknologi pertanian yang memadai dan tepat waktu dapat digunakan
sebagai dasar strategi penguasaan pasar, sehingga dapat bersaing dengan kompetitor dan
bahan pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut.
Melalui Poor Farmers’ Income Improvement through Innovation Project – PFI3P
(Proyek Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi-P4MI), Departemen Pertanian
membangun Unit Pelayanan Informasi Pertanian di Tingkat Kabupaten (UPIPK) untuk
meningkatkan akses petani terhadap sumber informasi pertanian. Pengembangan UPIPK
dilaksanakan bekerjasama dengan Pemda Kabupaten, khususnya Dinas Pertanian dalam
teknis operasionalisasinya.
II. KONSEP DAN DISAIN UPIPK
Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan dalam mengelola usahataninya. Gagasan tersebut yang melandasi konsep
“sistem pengetahuan dan informasi pertanian” yang dirumuskan sebagai: peningkatan
keserasian antar pengetahuan, lingkungan, dan teknologi yang diperlukan melalui sinergi
dari berbagai pelaku, jejaring kerja, dan lembaga yang akan menciptakan proses
kesinambungan dalam transformasi, transmisi, dokumentasi, pencarian informasi,
integrasi, difusi, serta pemanfaatan bersama informasi. Dengan demikian, untuk
mengelola usaha taninya dengan baik, petani memerlukan berbagai sumber informasi,
antara lain:
kebijakan pemerintah;
hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu;
pengalaman petani lain;
informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan
produk pertanian.
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian tersebut dapat berperan dalam
membantu petani dengan melibatkannya secara langsung terhadap sejumlah besar
kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi faktual di lapangan. Perkembangan jejaring pertukaran informasi di antara
pelaku yang terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan
informasi pertanian. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi serta peran
aktif berbagai institusi pemerintahan maupun nonpemerintahan (swasta dan LSM) dan
masyarakat, jaringan informasi bidang pertanian di tingkat petani diharapkan dapat
diwujudkan. Jaringan informasi pertanian merupakan konsep yang melandasi kegiatan
pengembangan Unit Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Kabupaten (UPIPK) dengan
asumsi, UPIPK mampu memfasilitasi berkembangnya jaringan informasi di tingkat lokal
(tingkat kabupaten sampai di tingkat petani di desa) dan akses kepada jaringan informasi
di pusat (secara nasional), bahkan kepada jaringan informasi global.
Konsep Pembanguan Pusat Informasi Pertanian secara operasional adalah
pembangunan pusat informasi pertanian di kantor/instansi/lembaga pertanian kabupaten
atau di kantor Bupati di lokasi yang representatif sehingga kontak tani dapat akses
dengan pusat informasi pertanian. Pusat informasi ini akan berfungsi sebagai one stop
shop untuk pertukaran informasi di mana kontak tani dapat memperoleh informasi yang
berguna dan sesuai dengan inovasi produksi dan pemasaran. Manfaat yang diharapkan
melalui kegiatan pengembangan Unit Pelayanan Informasi Pertanian di tingkat kabupaten
adalah:
Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk: 1) Meningkatkan
peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya; 2) Meningkatkan
kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta 3) Meningkatkan
kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan
komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah produksi yang
diperlukan, dan kemampuan pasar menyerap output.
Terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan, dan pemanfaatan informasi
pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan
pertanian lahan marjinal.
Terdokumentasinya informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge)
yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian
lahan marjinal.
Secara bertahap, operasionalisasi UPIPK yang telah dilaksanakan selama tahun
2004 – 2007 oleh Tim Pengembangan UPIPK (PUSDATIN, PUSTAKA, dan
SEKRETARIAT BADAN) di masing-masing lokasi P4MI adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan kapasitas kelembagaan sumber informasi pertanian di tingkat
regional (BPTP dan Dinas Pertanian tingkat provinsi) dalam pengelolaan dan
pemanfaatan informasi pertanian, penyediaan inovasi pertanian yang dibutuhkan
UPIPK, serta fasilitasi bantuan teknis.
2. UPIPK dikembangkan di lokasi yang strategis bersinergi dengan lembaga
pengembangan informasi yang telah ada di daerah namun tetap di bawah naungan
salah satu lembaga yang terkait dengan pembangunan pertanian sebagai berikut.
Kabupaten Ende di Badan Pengelolaan Sistem Informasi Telematika dan
Sandi (Bapesiteldi) bekerja sama dengan Dinas Perkebunan;
Kabupaten Lombok Timur di Dinas Pertanian dan Badan Informasi
Komunikasi Daerah (BIKD) di bawah naungan Dinas Pertanian;
Kabupaten Donggala di “SPIA Posisani” (lembaga pengembangan
informasi pertanian) di bawah naungan Dinas Pertanian;
Kabupaten Blora di Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengembangan
Informasi dan penyuluhan Pertanian (UPTD PIPP) di bawah naungan Dinas
Pertanian;
Kabupaten Temanggung di Dinas Pertanian;
3. Pengadaan alat hardware dan software, serta modifikasinya untuk mendukung
pengembangan UPIPK. Kegiatan ini telah mulai dilaksanakan oleh PCMU dengan
mengalokasikan 2 komputer yang siap untuk layanan akses secara online system, 1
printer, dan 1 pesawat telepon/fax. Untuk mendukung operasionalisasi sistem
informasi pasar UPIPK, telah disiapkan pula 1 unit komputer untuk masing-masing
Dinas Pertanian di tingkat Kabupaten yang terkait.
4. Penyediaan sarana-prasarana lain yang memadai menunjang operasionalisasi
UPIPK (jaringan koneksi internet, listrik, meubeler, dan ruangan) di tingkat
kabupaten. Untuk pengembangan koneksi jaringan, PCMU telah melakukan
instalasi awal dan uji coba koneksi jaringan di lima kabupaten pada awal tahun
2005. Saat ini, PIU di lima Kabupaten bersinergi dengan lembaga terkait setempat
sudah merealisasikan dukungan sarana, prasarana, dan dana operasional untuk
pengembangan UPIPK .
5. Pembentukan tim pelaksana UPIPK yang dituangkan ke dalam SK Bupati dengan
didukung oleh tenaga yang berpengalaman dan berpotensi dalam pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi untuk fasilitasi akses petani terhadap
informasi.
6. Pengembangan sumber daya manusia di tingkat provinsi dan kabupaten untuk
pengelolaan dan pemanfaatan jaringan informasi pertanian melalui pelatihan,
magang, dan pendampingan baik dalam operasionalisasi dan pemeliharaan jaringan;
akses informasi; maupun dalam memfasilitasi petani untuk akses informasi
pertanian. Kegiatan pelatihan dan pendampingan UPIPK telah dilaksanakan
melalui P4MI oleh PUSDATIN dan PUSTAKA sejak tahun 2003.
7. Pengisian konten UPIPK untuk memperkuat sumber daya informasi baik tercetak
maupun elektronis. Informasi elektronis diisikan dalam bentuk pengisian basis data
informasi pertanian yang dapat diakses secara offline (CD ROM dan pangkalan
data dalam komputer) serta pengembangan koneksi internet dan intranet.
8. Pemanfaatan sumber daya dan jejaring informasi yang ada di tingkat kabupaten
sampai di tingkat desa secara optimal untuk diseminasi informasi pertanian sampai
di tingkat pengguna akhir baik melalui optimalisasi media konvensional,
tradisional, maupun komunikasi interpersonal melalui pengguna antara (LSM-SLK
dan fasilitator desa, KID, Penyuluh, dan kontak tani).
9. Pemanfaatan jejaring informasi yang ada dengan mensinergikan program
Departemen Pertanian dengan program dari lembaga lainnya yang memiliki tujuan
sejalan untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi, terutama untuk
meningkatkan konektivitas di tingkat kabupaten.
10. Pengembangan jejaring informasi juga dapat dilaksanakan melalui program kerja
sama untuk diseminasi inovasi pertanian sampai di tingkat petani. Kerja sama
dengan pengelola media massa lokal seperti stasiun radio, televisi, maupun surat
kabar dan majalah dapat dikembangkan secara lebih luas untuk mempercepat proses
diseminasi inovasi pertanian.
11. Workshop UPIPK secara terintegrasi baik di pusat maupun di masing-masing
daerah untuk pemantapan mekanisme dan operasionalisasi UPIPK.
12. Pengembangan UPIPK menjadi pusat kegiatan pengembangan pertanian, yang
menyediakan informasi pertanian dalam berbagai media. Melalui UPIPK, berbagai
kegiatan juga dapat dilakukan untuk mewujudkan UPIPK sebagai one stop shop
(Gambar 1).
Gambar 1. Rancangan dan kegiatan UPIPK ideal (Tim Pengembangan UPIPK Pusdatin-
Sekretariat-PUSTAKA).
III. KONSEP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PEDESAAN
Agribisnis merupakan suatu kegiatan penyediaan input produksi pertanian,
produksi, pemrosesan, perdagangan, pemasaran dan penyediaan jasa di bidang pertanian.
Kegiatan ini merupakan satu mata rantai yang saling terhubung (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2005). Sedangkan definisi Agribisnis menurut Davis dan
Goldberg (1957) dalam Daryanto, A dan Daryanto, H.K.S. (2000) adalah sebagai berikut,
"Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and
distribution of farm supplies; production activities on the farm; and storage, processing
and distribution of commodities and items made from them". Agribisnis merupakan
jumlah dari suatu kegiatan yang meliputi manufaktur dan distribusi input sarana produksi
pertanian, produksi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas dan produk lain
yang dibuat dari produk pertanian. Seluruh kegiatan tersebut membentuk satu rangkaian
kegiatan yang disebut Mata Rantai Agribisnis.
Penyediaan masukan atau sarana produksi pertanian di antaranya meliputi
penyediaan benih, bibit, pupuk, dan bakalan. Proses produksi meliputi antara lain
teknologi budidaya seperti pemeliharaan tanaman, pengendalian hama penyakit,
pemupukan dan sebagainya. Pasca panen dan pengolahan adalah proses agribisnis
lanjutan yang juga memerlukan input teknologi baik teknologi pengolahan maupun
pemrosesan. Sedangkan kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan distribusi barang,
perdagangan dan pemasaran.
Keseluruhan mata rantai kegiatan tersebut memerlukan input informasi yang
memadai. Kurangnya informasi pada salah satu rantai atau kegiatan tersebut beresiko
menyebabkan kegagalan usaha agribisnis. Proses penyediaan sarana produksi pertanian
memerlukan informasi yang tepat mengenai jumlah dan ketersediaan benih, pupuk dan
sebagainya yang menunjang proses produksi. Proses produksi memerlukan informasi
mengenai teknologi budidaya. Pengolahan hasil pertanian memerlukan informasi
mengenai teknologi pengolahan hasil yang sesuai. Penerapan teknologi
pengolahan hasil pertanian saat ini disinyalir oleh Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian (2005), hanya dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain oleh keterbatasan informasi
tentang teknologi yang dibutuhkan dalam mendukung usaha agribisnis
yang dijalankan.
Kegiatan agribisnis sebagian besar berhulu di pedesaan.
Paradigma dalam membangun agribisnis di pedesaan adalah dengan
pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang memiliki karakteristik
berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.
Dalam pelaksanaan pengembangan agribisnis pun harus dilaksanakan
secara partisipatif dengan melibatkan secara aktif pelaku utama
agribisnis, yaitu petani.
Pengembangan agribisnis di pedesaan (Gambar 2) sangat
bergantung pada ketersediaan sumber daya yang tersedia di
lingkungan. Sumber daya yang dibutuhkan namun belum tersedia,
dapat dimotivasi dengan dukungan eksternal untuk peningkatan modal
(capital driven) dan dukungan inovasi teknologi dan kelembagaan
pertanian (innovation driven).
PARADIGMA
Membangun Agribisnis
Di Pedesaan
• Berdaya saing
• Berkerakyatan
• Berkelanjutan
• Terdesentralisasi
Partisipatif
Sistem danusaha agribisnis
Factor driven
Capital driven
Innovation driven
Gambar 2. Paradigma membangun agribisnis di pedesaan (disajikan
dalam presentasi Sekretaris Badan Litbang pada Workshop
Program P4MI 2005).
Dalam kaitannya dengan pengembangan sistem agribisnis di
lahan marjinal, khususnya untuk lokasi P4MI diperlukan berbagai
dukungan untuk implementasinya di lapangan. Dukungan yang sangat
menuntut perhatian di antaranya adalah: teknologi inovatif yang
spesifik lokasi untuk pengembangan lahan marginal, informasi pasar
maupun teknologi pertanian, serta kelembagaan mendukung proses
produksi dan pemasaran.
Teknologi inovatif yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem
agribisnis di lahan marginal sangat terkait dengan faktor lingkungan
fisik lahan marjinal dengan curah hujan yang terbatas sehingga rawan
kekeringan dan longsor serta dukungan sarana prasarana yang kurang
memadai. Pengembangan infrastruktur sangat terkait dengan kegiatan
investasi desa yang dilaksanakan dalam komponen Pemberdayaan
Petani pada program P4MI.
Untuk mendukung penyediaan input, sistem produksi, dan
pengolahan hasil pertanian, dalam sistem agribisnis pedesaan sangat
membutuhkan sumber informasi terkait dengan inovasi yang
dibutuhkan. Berkaitan dengan proses pemasaran hasil, informasi
pasar sangat diperlukan baik berkaitan dengan informasi pasar
maupun alur tata niaga produk dipasarkan.
Sebagai suatu sistem yang tidak terlepas dari keterkaitan antara
beberapa faktor, dalam pengembangan sistem agribisnis sangat
membutuhkan peran kelembagaan. Kelembagaan yang dibutuhkan,
tidak hanya kelembagaan penyuluhan untuk mendampingi petani
dalam proses produksi, namun juga diharapkan dapat menunjang
agribisnis hulu (modal/kredit, saprodi, dan jasa tenaga kerja alsintan),
dan agribisnis hilir (agroindustri dan pemasaran hasil).
Pengembangan sistem agribisnis di lahan marjinal P4MI
Lingkungan Fisik:•Iklim, tanah dan air•Sarana/ Prasaranapendukung
Lingkungan Sosek:•Pranata sosial•Globalisasi•Kebijakan ekonomi•Harga input/ output
SISTEMPRODUKSI/ USAHATANI
Lembagapenyuluhan
PENGOLAHAN HASIL DAN PEMASARAN
Pendapatan/Kesejahteraan
Petani
Inovasi Teknologi :•Pengelolaan lahan & air•Budi daya/ produksi•Pascapanen/ pengolahan hasil
•Teknologi proses
Lembagapendukungagribisnis hilir:Agroindustridan pemasaranhasil
Informasi pasar:•Jenis komoditas•Kualitas•Suplai-deman•Harga input/ output•Lokasi dan transport
Investasi desa sesuaikebutuhan petaniuntuk meningkatkankemampuan inovasisecara partisipatif
Lembaga agribis-nis hulu: Jasa keuanganmodal/ kredit, saprodi, jasatenaga kerjaalsintan
Gambar 3. Kerangka pengembangan agribisnis P4MI (Disajikan dalam
presentasi Sekretaris Badan Litbang pada Workshop Program
P4MI 2005).
Langkah strategis yang perlu dilaksanakan untuk mendukung
pengembangan agribisnis P4MI adalah:
- Pengembangan agribisnis yang merupakan jaringan utuh,
responsif pasar, serta memerlukan dukungan permodalan
dan teknologi;
- Pengembangan agribisnis bersifat spesifik lokasi dengan
keunggulan dan kekhasan sumber daya;
- Perlunya pengembangan pola kemitraan saling
menguntungkan.
IV. PERAN UPIPK DALAM MATA RANTAI AGRIBISNIS
Pengembangan sistem agribisnis pedesaan sangat membutuhkan suatu lembaga
yang fungsional mendukung sistem operasionalnya di lapangan. Lembaga yang
dibutuhkan adalah lembaga yang multifungsi memenuhi kebutuhan dalam setiap aspek
pendukung rantai agribisnis. Salah satu lembaga yang memenuhi kriteria tersebut adalah
UPIPK yang sedang dikembangkan oleh P4MI. UPIPK berfungsi sebagai one stop shop
untuk pertukaran informasi dimana kontak tani dapat memperoleh informasi yang
berguna dan sesuai dengan inovasi produksi dan pemasaran sekaligus dalam proses
pemasaran hasilnya.
Peran UPIPK dalam mendukung kegiatan agribisnis pedesaan P4MI adalah:
a) Penyediaan informasi pasar dan teknologi pertanian;
b) Penyediaan informasi produk baik input maupun hasil kegiatan usaha tani;
c) Pengelolaan dan dokumentasi informasi termasuk penyederhanaan dan
pengemasan kembali informasi pertanian ke dalam format dan media yang
sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis;
d) Fasilitasi akses informasi dan komunikasi tatap muka termasuk konsultasi teknis
bagi pelaku agribisnis;
e) Fasilitasi transaksi bisnis;
f) Promosi dan sosialisasi berbagai produk hasil pertanian yang dihasilkan serta
kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya;
g) Peningkatan kapasitas pelaku agribisnis dalam mendukung kegiatan pengelolaan
informasi pertanian dan akses informasi pertanian baik secara manual maupun
melalui pemanfaatan teknologi informasi.
Penyediaan Informasi Pasar dan Teknologi Pertanian
Informasi yang disediakan oleh UPIPK merupakan informasi yang dapat dipakai
sebagai acuan oleh pelaku agribisnis dalam menjalankan usahanya. Jenis informasi yang
disediakan meliputi informasi pasar dan informasi teknologi pertanian. Informasi pasar
yang disediakan saat ini meliputi informasi harga komoditas pertanian di tingkat harga
maupun informasi. Idealnya, informasi pasar ini juga menyediakan informasi mengenai
kebutuhan dan permintaan pasar komoditas tertentu.
Informasi pasar dan teknologi pertanian tersedia di UPIPK dalam bentuk
elektronis maupun tercetak. Informasi dalam bentuk tercetak terdiri atas surat kabar,
leaflet, folder, buletin, buku, maupun majalah. Informasi dalam bentuk elektronis terdiri
atas informasi yang dikemas dalam CD, VCD, pangkalan data offline maupun online.
Kaset rekaman untuk siaran radio juga termasuk dalam kategori informasi elektronis
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi pertanian.
Informasi teknologi pertanian meliputi informasi di bidang Tanaman Pangan,
Peternakan, Perikanan, Hortikultura, Perkebunan, Tanah dan Agroklimat, Sosial
Ekonomi, Teknologi Pasca Panen, Alat dan Mesin Pertanian, serta Pertanian Umum.
Informasi ini dapat diakses di situs Pustaka (http://www.pustaka-deptan.go.id). Informasi
teknologi pertanian yang dimuat di situs Pustaka dapat juga diakses di masing-masing
UPIPK. Informasi teknologi juga tersedia dalam bentuk leaflet, VCD, CD Interaktif,
serta kumpulan informasi tercetak mengenai komoditas tertentu. Hal ini merupakan
upaya untuk mendekatkan informasi kepada pengguna (Muttaqien dan Sankarto, 2007).
PUSTAKA telah berupaya mengisi UPIPK dengan berbagai informasi teknologi
pertanian dalam media cetak maupun elektronis.
Informasi pasar dapat diakses secara online melalui internet ke portalagribisnis
dengan alamat http://www.portalagribisnis-deptan.go.id. Informasi pasar telah disiapkan
oleh Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP). Informasi harga
komoditas unggulan daerah di seluruh provinsi di Indonesia dimutakhirkan secara reguler
oleh P2HP melalui administrator di 33 provinsi seluruh Indonesia. Harga komoditi di
tingkat produsen untuk beberapa kabupaten juga sudah dapat diakses. Selain informasi
pasar yang dapat diakses secara online, terdapat pula informasi harga komoditi yang
disampaikan dalam media cetak dan melalui stasiun radio.
Penyediaan informasi produk baik input maupun hasil kegiatan usaha tani
Informasi produk yang disediakan oleh UPIPK dalam mendukung pengembangan
agribisnis adalah informasi input maupun hasil kegiatan usaha tani. Informasi input
produksi antara lain benih, pupuk, maupun obat pemberantas hama dan penyakit dapat
diakses melalui internet maupun berbagai sumber informasi tercetak yang tersedia di
UPIPK. Demikian halnya dengan informasi produk untuk hasil usahatani, UPIPK dapat
memberikan informasi produk yang dihasilkan dalam kegiatan pengembangan agribisnis.
Pelaku agribisnis diharapkan dapat menyampaikan informasi produk yang dihasilkan
melalui kegiatan agribisnis yang dilaksanakannya.
Saat ini peran UPIPK belum dapat diwujudkan, namun ke depan diharapkan
selain informasi juga terdapat show room produk untuk kategori input maupun output.
Contoh-contoh informasi tentang benih tanaman yang unggul maupun pupuk yang asli
dapat dijadikan sebagai referensi bagi pelaku agribisnis untuk mendukung kegiatan
usahanya. Adapun contoh produk yang dihasilkan oleh pelaku agribisnis (petani)
merupakan sarana yang sangat baik untuk mempromosikan produknya ke pengusaha atau
konsumen.
Pengelolaan dan dokumentasi informasi termasuk penyederhanaan dan pengemasan kembali informasi ke dalam format dan media yang sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis
Kegiatan pengelolaan dan dokumentasi informasi pertanian yang berkaitan
dengan pengembangan agribisnis termasuk yang telah dilaksanakan di daerah dapat
dilaksanakan di UPIPK. Selain pengelolaan dan pendokumentasian, melalui UPIPK juga
dilaksanakan kegiatan penyederhanaan dan pengemasan kembali informasi pertanian ke
dalam format dan media yang sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis.
Dengan informasi pertanian yang telah disesuaikan dengan karakteristik pelaku
agribisnis, diharapkan inovasi teknologi pertanian mudah dicerna dan diterapkan untuk
mendukung kegiatan agribisnis. Pelaku agribisnis pun dapat mendokumentasikan sendiri
kegiatan agribisnisnya secara partisipatif, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan lesson
learned pelaku yang lain sekaligus promosi produk yang dihasilkannya.
Fasilitasi akses informasi dan komunikasi tatap muka termasuk konsultasi teknis bagi pelaku agribisnis
Melalui operator UPIPK atau secara mandiri, pelaku agribisnis dapat melakukan
akses informasi pertanian baik tercetak maupun elektronis yang telah tersedia. Pelaku
agribisnis juga dapat meminta layanan akses online ke sumber informasi yang
dibutuhkan. Apabila informasi yang dibutuhkan oleh pelaku agribisnis belum tersedia di
UPIPK, pengelola UPIPK dapat mencari informasi yang diperlukan ke sumber informasi
lainnya misalnya menelusur kembali melalui internet atau lembaga terkait misalnya
BPTP.
Selain fasilitasi akses informasi, melalui UPIPK juga dapat dijadikan sebagai
sarana konsultasi teknis bagi pelaku agribisnis. Konsultasi teknis dilaksanakan oleh para
PPL maupun peneliti dan penyuluh di BPTP.
Fasilitasi transaksi bisnis;
Kegiatan transaksi bisnis dapat dilakukan untuk sarana jual beli produk yang
dihasilak dari kegiatan pengembangan agribisnis. Transaksi bisnis dapat dilaksanakan
melalui beberapa cara antara lain:
- memberikan contoh produk kepada pembeli
- memfasilitasi pertemuan antara pembeli dan petani di UPIPK
- memfasilitasi pertemuan antara pembeli dan petani di lokasi kegiatan
produksi
- memanfaatkan/bekerjasama dengan kios sarana produksi maupun hasil
produksi untuk layanan transaksi bisnis
Promosi dan sosialisasi berbagai produk hasil pertanian yang dihasilkan serta kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya;
Selain menyediakan informasi teknologi yang dihasilkan oleh unit kerja lingkup
Badan Litbang Pertanian dan lembaga lain, UPIPK mendokumentasikan informasi
pertanian lokal. Pengemasan informasi dilakukan dalam format yang sesuai dengan
karakteristik pengguna tugas UPIPK untuk menyediakan informasi kepada pengguna
yang lebih luas. Pelaku agribisnis tidak terbatas pada masyarakat yang mempunyai akses
luas terhadap informasi pertanian. Merupakan tugas UPIPK dalam penyebarluasan
informasi dengan cara mengemas kembali informasi jika satu bentuk informasi tidak
dapat diakses oleh pengguna.
Peningkatan kapasitas pelaku agribisnis dalam mendukung kegiatan pengelolaan informasi pertanian dan akses informasi pertanian baik secara manual maupun melalui pemanfaatan teknologi informasi.
Peran UPIPK dalam pengembangan Kapasitas pelaku agribisnis diwujudkan
dalam bentuk kegiatan untuk memfasilitasi akses informasi, dan komunikasi tatap muka
(dalam bentuk konsultasi teknis, jaringan pemasaran dan pertukaran informasi) antara
pelaku agribisnis dengan sumber informasi. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi
pelaku agribisnis, namun juga bagi lembaga penghasil informasi dan teknologi. Dari
fasilitasi ini diharapkan muncul feed back bagi kegiatan penelitian selanjutnya.
Badan Litbang Pertanian menyadari pentingnya feed back bagi
kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian. Karena itu Badan
Litbang Pertanian menerapkan paradigma baru dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, yaitu ”Penelitian untuk Pembangunan” (Research
for Development). Dengan paradigma baru ini, orientasi kerja Badan
Litbang Pertanian adalah menghasilkan teknologi inovatif untuk
diterapkan sebagai mesin penggerak pembangunan pertanian. Untuk
itu, kegiatan penelitian dan pengembangan haruslah berorientasi pada
pengguna (user oriented) sehingga teknologi inovatif yang dihasilkan
lebih terjamin benar-benar tepat-guna spesifik lokasi dan pemakai.
Penelitian dan pengembangan haruslah dilakukan secara partisipatif
dengan melibatkan perwakilan calon pengguna outputnya
(Simatupang 2004).
Peningkatan kapasitas bagi pelaku agribisnis dalam pengelolaan
informasi dan akses informasi melalui pemanfaatan teknologi informasi
dapat dilakukan melalui UPIPK. Tim Pengelola UPIPK secara formal
maupun informal dapat melaksanakan pelatihan secara berjenjang
bagi pelaku agribisnis dalam pengelolaan informasi maupun akses
informasi. Diharapkan melalui kegiatan pelatihan ini, pelaku agribisnis
khususnya petani juga dapat langsung akses ke berbagai sumber
informasi sesuai dengan kebutuhan secara mandiri. LSM lokal, baik
melalui SLK dan fasilitator desa diharapkan dapat berperan aktif dalam
kegiatan peningkatan kapasitas bagi pelaku pengembangan agribisnis
pedesaan.
V. KESIMPULAN
Peran UPIPK harus dilihat sebagai satu kesatuan dalam mata rantai agribisnis,
yang meliputi penyediaan sarana produksi, produksi, pengolahan, pemasaran dan
distribusi komoditas pertanian. Dalam keseluruhan rantai tersebut, peran informasi yang
seharusnya dapat disediakan oleh UPIPK sangatlah penting untuk menunjang kegiatan
agribisnis pedesaan.
Peran UPIPK dalam mendukung kegiatan agribisnis pedesaan P4MI adalah: a)
Penyediaan informasi pasar dan teknologi pertanian; b) Penyediaan informasi produk
baik input maupun hasil kegiatan usaha tani; c) Pengelolaan dan dokumentasi informasi
pertanian termasuk penyederhanaan dan pengemasan kembali informasi ke dalam format
dan media yang sesuai dengan karakteristik pelaku agribisnis; d) Fasilitasi akses
informasi dan komunikasi tatap muka termasuk konsultasi teknis bagi pelaku agribisnis;
e) Fasilitasi transaksi bisnis; f) Promosi dan sosialisasi berbagai produk hasil pertanian
yang dihasilkan serta kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya; dan g)
Peningkatan kapasitas pelaku agribisnis dalam mendukung kegiatan pengelolaan
informasi pertanian dan akses informasi pertanian baik secara manual maupun melalui
pemanfaatan teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Pendahuluan Penilaian dan Pengembangan Agribisnis. PAATP. Jakarta
Daryanto, A. Dan Daryanto, H.K.S. 2000. Model Kepemimpinan dan Pemimpin Agribisnis di Masa Depan. Bogor
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Revitalisasi Pertanian melalui Agroindustri Pedesaan. Jakarta
Muttaqien, I dan Sankarto, B.S. 2007. Laporan Akhir Pendampingan Pusat Informasi Pertanian Kabupaten dan Regional. Bogor
Pusat Data dan Statistik Pertanian. 2007. Unit Pelayanan Informasi Pertanian Kabupaten. Jakarta. Presentasi UPIPK di lokasi P4MI.
Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. V.2(3) p: 209-225