Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEK EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera)
TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN
GALUR Sprague dawley DIABETES MELITUS YANG
DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Disusun oleh:
Masnunah
NIM 11161030000002
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Bersama dengan ini, saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini adalah hasil karya saya yang diajukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Seluruh sumber yang saya gunakan telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.
3. Jika pada kemudian hari ditemukan bukti bahwa karya ini bukan merupakan
karya asli saya atau hasil menjiplak karya orang lain, maka saya bersedia
diberikan sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 04 Desember 2019
Masnunah
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
EFEK EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera)
TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN
GALUR Sprague dawley DIABETES MELITUS YANG
DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Masnunah
NIM 11161030000002
Pembimbing 1
dr. Devy Ariany, M.Biomed
NIP. 197304052011012002
Pembimbing 2
dr. Muniroh, Sp.PK
NIP. 197703262009012005
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan penelitian berjudul EFEK EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa
oleifera) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN GALUR
Sprague dawley DIABETES MELITUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
yang diajukan oleh Masnunah (NIM 11161030000002), telah diujikan dalam
sidang di Fakultas Kedokteran pada Desember 2019. Laporan penelitian ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 04 Desember 2019
Ketua Sidang
dr. Devy Ariany, M.Biomed
NIP. 197304052011012002
Pembimbing I
dr. Devy Ariany, M.Biomed
NIP. 197304052011012002
Pembimbing II
dr. Muniroh, Sp.PK
NIP. 197703262009012005
Penguji I
dr. Hari Hendarto, PhD, SpPD-KEMD.
NIP. 196511232003121003
Penguji II
Dr. Endah Wulandari, S.Si., M.Biomed
NIP 1971 1009 2005 01 2005
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan Fakultas Kedokteran
dr. Hari Hendarto, PhD, SpPD-KEMD.
NIP. 196511232003121003
Ketua Program Studi Kedokteran
Dr.dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT.
NIP. 1978 0507 200501 1 005
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “EFEK EKSTRAK
DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA
TIKUS JANTAN GALUR Sprague dawley DIABETES MELITUS YANG
DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN”. Penulisan skripsi ini adalah salah satu
pesyaratan dalam menyelesaikan studi pada program studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena dukungan
dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-
sebesarnya kepada:
1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD-KEMD selaku dekan Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas untuk menunjang penelitian.
2. dr. Devy Ariany, M.Biomed dan dr. Muniroh, Sp.PK selaku dosen
pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan saran, dan motivasi selama proses penelitian dan penyusunan
skripsi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.
3. dr. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD-KEMD dan Dr. Endah Wulandari, S.Si.,
M.Biomed selaku penguji yang sudah meluangkan waktunya untuk
menguji hasil penelitian ini.
4. drg. Laifa Hendarmin, DDS, Ph.D selaku dosen penanggung jawab riset
Fakultas Kedoktekteran angkatan 2016 yang selalu memotivasi angkatan
2016 untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu, serta memberikan arahan
dalam penelitian.
5. dr. Alyya Siddiqa selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
6. Kedua orang tua saya tercinta, ayahanda Ma’shum Nuralim dan ibunda
Nur Hidayati yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan, baik
motivasi, meteri, maupu do’a yang tiada henti sehingga penulis dapat
vi
menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa saudara saya, Mbak Masna
Hikmawati, Mbak Nur Maziyya, serta Mas Muhammad Nailul Ma’ali
yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, serta do’a untuk
saya.
7. Teman seperjuangan penelitian, Tresna Anugrah, Rani Rahmawati,
Ahmad Faizun Ni’am, dan Nashih Abdillah yang telah bekerjasama
dengan baik dalam proses penelitian, dan saling memberikan motivasi
dalam proses penulisan.
8. dr. Flori Ratnasari, dr. Nurul Hiedayati, Bu Nurlaely Mida Rania yang
memberikan ilmunya dalam proses penelitian sehingga penelitian dapat
berjalan dengan baik.
9. Mbak Ayu Latifah, dan Mbak Suryani selaku laboran Lab. Biokimia dan
Lab. Biologi yang selalu meluangkan waktunya selama proses penelitian
berlangsung.
10. Sahabat saya, Rani Rahmawati, Putri Nuurbaeti, Azza Nur Laila Fitri, Nila
Rahadatul aisy, Zely Martiani, dan Ayu Saputri Rohamtillah yang selalu
mendukung dan membantu saya selama proses penelitian dan penulisan
berlangsung.
11. Pacemaker 2016 yang saling memotivasi satu sama lain.
Saya menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Saya harap, penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pembaca.
Ciputat, 21 November 2019
Masnunah
vii
ABSTRAK
Masnunah. Fakultas Kedokteran. Efek Ekstrak Daun Kelor (Moringa
oleifera) Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Jantan Sprague dawley Diabetes
Melitus yang Diinduksi Streptozotocin.
Latar Belakang Berdasarkan data RISKESDAS 2013, sebanyak 6,9%
masyarakat Indonesia menderita diabetes melitus (DM). Salah satu komplikasi
DM adalah dislipidemia yang dapat menyebabkan Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Dislipidemia yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus adalah
hipertrigliseridemia. Daun kelor (Moringa oleifera) mengandung flavonoid yang
dapat menurunkan glukosa darah dan trigliserida darah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efek ekstrak daun kelor terhadap trigliserida darah.
Metode Desain penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian dilakukan pada
bulan Februari-Juli 2019 di beberapa laboratorium yang terdapat di Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel yang digunakan adalah tikus
jantan galur Sprague dawley sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok (n=5)
yaitu kontrol negatif (tanpa pemberian streptozotocin), kontrol positif (tanpa
pemberian ekstrak daun kelor), perlakuan 1, 2, 3 yang diberikan ekstrak daun
kelor 200 mg/KgBB, 400 mg/KgBB, 600 mg/KgBB melalui oral selama 14 hari.
Induksi streprozotocin secara intraperitoneal dengan dosis 40 mg/KgBB.
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke 26 penelitian untuk pemeriksaan
trigliserida. Pengambilan data glukosa darah dilakukan sebelum dan sesudah
perlakuan pada vena ekor menggunakan kit easytouch. Analisa data glukosa darah
dengan uji t berpasangan dan trigliserida darah dengan uji Oneway ANOVA.
Hasil Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dosis 400 mg/KgBB dapat
menurunkan glukosa darah secara bermakna (p=0.018). Penurunan glukosa tidak
bermakna pada dosis 200 mg/KgBB (p=0.531) dan dosis 600 mg/KgBB (p=
0.165). Trigliserida darah tidak terdapat perbedaan bermakna pada seluruh
kelompok (p=0.196)
Kesimpulan Ekstrak daun kelor dengan dosis 400 mg/KgBB dapat menurunkan kadar
glukosa darah secara bermakna. Ekstrak daun kelor tidak menurunkan kadar trigliserida darah
secara bermakna.
Kata kunci : Moringa oleifera, Glukosa Darah, Trigliserida darah, Sprague
dawley, Streptozotocin
viii
ABSTRACT
Masnunah. Faculty of Medicine. An Effect of Kelor Leaves (Moringa oleifera)
to Triglicerydes of Diabetic Sprague dawley Strain Male Rats induced by
Streptozotocin.
Background According to RISKESDAS data in 2013 6,9% Indonesian people
had diabetes mellitus. One of Diabetes mellitus’ complication is Dyslipidemia that
causing coronary arterial disease. Most of diabetic patients get
hipertriglicerydemia as one of dyslipidemia type. Kelor Leaves (Moringa oleifera)
well known contain flavonoid. Flavonoid has an effect on lowering plasma
glucose and trigliceryde. This study’s aim is to determine the effect of kelor leaves
extract on
Metode Design of this study is experimental. This study was held in Februari-July
at Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta’s laboratories. Sprague
dawley strain male rats with total amount 25 rats divided into 5 groups (n=5) that
is negative control (without streptozotocin administration), positive control
(without kelor leaves extract administration), experimental 1, 2, 3 that given kelor
leaves extrat with doses 200 mg/KgBW, 400 mg/KgBW, 600 mg/KgBW orally
for 14 days. Streprozotocin induction by intraperitoneal with dosage 40
mg/KgBW. Blood sample was taken on 26th
day of study for trigliceryde
examination. Glucose data was taken before and after study at tail vein using
eastouch kit. Glucose analysis using paired t test and trigliceryde analysis using
Oneway ANOVA.
Result Ethanolic extract of kelor leaves (Moringa oleifera) with dosage 400
mg/KgBW can lowering plasma glucose significantly (p=0.018) in the other hand
insignificant result in dosage 200 mg/KgBW (p=0.531) and 600 mg/KgBB
(p=0.165). ethanolic extract of kelor leaves (Moringa oleifera) has no significant
difference on trigliceryde (p=0.196)
Conclusion Kelor leaves extract with dosage 400 mg/KgBW can lowering plasma
glucose. Kelor leaves extract has no effect on trigliceryde.
Keyword: Moringa oleifera, , plasma glucose, trigliceryde, Sprague dawley, Streptozotocin
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFRAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Hipotesis Masalah ...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
1.5.1 Bagi Peneliti ................................................................................... 3
1.5.2 Bagi Institusi .................................................................................. 4
1.5.3 Bagi Masyarakat............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 5
2.1.1 Fisiologi Insulin ............................................................................. 5
2.1.2 Diabetes Melitus............................................................................. 7
2.1.3 Metabolisme Lipid ......................................................................... 8
2.1.3.1 Jalur Eksogen ..................................................................... 8
2.1.3.2 Jalur Endogen ..................................................................... 9
2.1.3.3 Jalur Reverse Cholesterol Esterase .................................... 9
2.1.4 Patofisiologi Hipertrigliseridemia ................................................ 10
2.1.5 Kelor ............................................................................................. 11
2.1.6 Streptozotocin .............................................................................. 14
2.1.7 Tikus Galur Sprague dawley ........................................................ 16
2.2 Kerangka Teori ........................................................................................ 18
2.3 Kerangka Konsep ..................................................................................... 19
2.4 Definisi Operasional ................................................................................ 20
METODE PENELITIAAN ............................................................................... 21
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 21
3.3.1 Kriteria Inklusi ............................................................................. 22
x
3.3.2 Kriteria Eksklusi........................................................................... 22
3.4 Cara Kerja ................................................................................................ 22
3.4.1 Alat ............................................................................................... 22
3.4.2 Bahan ........................................................................................... 23
3.4.3 Adatasi Hewan Coba .................................................................... 23
3.4.4 Induksi dengan Streptozotocin ..................................................... 23
3.4.5 Pengukuran Sampel ...................................................................... 24
3.4.5.1 Pengukuran Glukosa Darah ............................................. 24
3.4.5.1 Pengukuran Trigliserida Darah ........................................ 24
3.5 Analisis Data ............................................................................................ 25
3.6 Alur Penelitian ......................................................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 35
4.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................................... 27
4.2 Glukosa Darah ......................................................................................... 27
4.3 Trigliserida Darah .................................................................................... 29
4.4 Hubungan Glukosa Darah dan Trigliserida Darah ................................... 31
4.5 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 31
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 32
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32
5.2 Saran ........................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33
xi
DAFTAR SINGKATAN
ATP : adenosine triphosphate
CETP : cholesterol ester transfer protein
DM : diabetes melitus
DNA : deoxyribonucleicacid
GDP : glukosa darah puasa
GDS : glukosa darah sewaktu
GLUT : glucose transporter
HDL : high density lipoprotein
HSL : hormon sensitif lipase
IDL : intermediate density lipoprotein
LDL : low density lipoprotein
LIPI : lembaga ilmu pengetahuan Indonesia
LPL : lipoprotein lipase
NGSP : national glychohaemoglobin standarisation program
NO : nitrit oxide
PJK : penyakit jantung koroner
STZ : streptozotocin
TTGO : tes toleransi glukosa oral
VLDL : very low density lipoprotein
WHO : world health organization
xii
DAFTAR TABEL
4.1 Glukosa Darah Sewaktu. .............................................................................. 27
4.2 Trigliserida. ................................................................................................ .29
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Mekanisme Sekresi Insulin ........................................................................... 6
2.2 Komposisi Lipoprotein. ............................................................................... 8
2.3 Metabolisme Lipoprotein. ..........................................................................10
2.4 Daun Kelor. ................................................................................................ 11
2.5 Struktur Streptozotocin .............................................................................. 15
2.6 Mekanisme Kerusakan Sel β Pankreas oleh Streptozotocin ...................... 16
2.7 Tikus Galur Sprague dawley ...................................................................... 17
4.1 Penurunan dan Peningkatan Glukos Darah ............................................... 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Identifikasi Tanaman ................................................................ 36
Lampiran 2 : Sertifikasi Hasil Uji........................................................................... 37
Lampiran 3: Surat Keterangan Sehat Hewan .......................................................... 38
Lampiran 4 : Kaji Etik............................................................................................. 39
Lampiran 5 : Dosis Streptozotocin ......................................................................... 40
Lampiran 6 : Larutan Buffer ................................................................................... 41
Lampiran 7 : Dosis Pemberian Sukrosa.................................................................. 42
Lampiran 8 : Dosis Daun Kelor ............................................................................. 43
Lampiran 9 : Proses Penelitian. .............................................................................. 44
Lampiran 10 : Gambaran Histopatologi Pankreas Sprague dawley ........................ 46
Lampiran 11 : Identitas Penulis............................................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik tingginya kadar glukosa darah atau hiperglikemia yang diakibatkan
oleh kelainan kerja insulin, berkurangnya jumlah insulin, atau keduanya.1 DM
dibedakan menjadi 2 jenis. DM tipe 1 disebabkan oleh berkurangnya jumlah
insulin karena ketidakmampuan sel β pankrea sedangkan DM tipe 2 disebabkan
oleh resistensi pada reseptor insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan
semestinya.1
Kondisi hiperglikemia dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
komplikasi vaskular yang secara garis besar dikelompokkan menjadi komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular antara lain
retinopati, neuropati, nefropati sedangkan makrovaskular antara lain penyakit
jantung koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit serebrovaskular.2
Menurut data World Health Organisation (WHO) tahun 2014, sebanyak
8,5% orang dewasa berusia di atas 18 tahun menderita diabetes melitus.3
Di
Indonesia, prevalensi DM yang didapatkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 sebesar 6,9% dengan 69,6% dari data tersebut
merupakan penduduk yang belum terdiagnosis DM tetapi mengalami gejala DM.
Hasil tersebut didapatkan dari wawancara kepada penduduk dengan usia di atas 15
tahun. Wawancara mengenai penduduk yang pernah didiagnosis DM oleh dokter
dan penduduk yang belum pernah didiagnosis DM tetapi mengalami gejala
polifagi, polidipsi, poliuri, dan berat badan menurun dalam satu bulan terakhir.4
Pasien dengan diabetes melitus sering mangalami peningkatan trigliserida.5
Hal ini terjadi karena pada pasien diabetes melitus glukosa darah meningkat
sehingga akan disimpan dalam bentuk lain berupa trigliserida yang disebut
lipogenesis. Lipogenesis terjadi di sel hepatosit dan adiposity dimana glukosa
akan diubah menjadi Asetil KoA dan mengalami karboksilasi sehingga menjadi
malonil KoA. Malonil KoA selanjutnya diubah manjadi asam lemak dan
membentuk trigliserida.6
Pengukuran glukosa darah secara teratur diperlukan dalam DM untuk
2
memantau kadar glukosa darah tetap dalam kadar normal agar proses komplikasi
dapat dicegah. Untuk mempertahan kadar glukosa darah, pasien DM harus
mengkonsumsi obat anti diabetes setiap hari.7
Hal ini menyebabkan banyak pasien
DM yang mencoba mengkonsumsi obat-obatan herbal. Salah satu tanaman yang
dipercaya dapat menurunkan glukosa darah adalah kelor (Moringa oleifera)
terutama bagian daunnya. Daun kelor merupakan tumbuhan dalam family
Moringaceae yang dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. Tanaman kelor
dipercaya memiliki berbagai manfaat antara lain sebagai anti diabetes, anti
inflamasi, antihiperlipidemia, dan berbagai manfaat lain sehingga banyak
penelitian mengenai daun kelor.8
Daun kelor mengandung β-sitosterol, total phenolic, dan flavonoid yang
berperan sebagai antiinflamasi, antioksidan, juga menurunkan glukosa darah dan
trigliserida.9
Pada penelitian yang dilakukan Villaruel dkk (2018), pemberian
ekstrak bubuk Moringa oleifera dengan dosis 100mg/KgBB, 200mg/KgBB, dan
500mg/KgBB selama 8 minggu pada tikus galur Sprague dawley yang diinduksi
aloksan menunjukkan penurunan glukosa darah.10
Penelitian lain yang dilakukan
oleh Elizabeth dkk (2017), pemberian ekstrak methanol Moringa oleifera dengan
dosis 250 mg/KgBB selama 42 hari pada tikus Wistar yang diinduksi
Streptozotocin juga mengalami penurunan glukosa darah.11
Pemberian ektsrak methanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan dosis
300mg/KgBB selama 6 minggu pada tikus yang diinduksi diabetes melitus dengan
aloksan menunjukkan penurunan kadar trigliserida.12
Pada penelitian yang
dilakukan oleh Elly Wardani (2015) pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis
300mg/KgBB selama 21 hari pada tikus yang diinduksi aloksan tetrahidrat dan
pakan tinggi trigliserida dapat menurunkan kadar trigliserida secara bermakna.13
Pada penelitian yang dilakukan oleh Shereen (2015) pemberian ekstrak daun kelor
dengan beragam dosis pada tikus yang diinduksi Streptozotocin, terdapat beberapa
dosis yang lebih rendah namun tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok
kontrol positif.14
perbedaan hasil penelitian sebelumnya medasari peneliti untuk
meneliti lebih lanjut efek ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar
trigliserida tikus diabetes yang diinduksi Streptozotocin.
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana efek pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap
kadar trigliserida tikus jantan galur Sprague dawley yang telah diinduksi
Streptozotocin?
1.3 Hipotesis
Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dapat meningkatkan kadar trigliserida
tikus jantan galur Sprague dawley yang telah diinduksi Streptozotocin.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui efek ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap tikus
jantan galur Sprague dawley yang mengalami diabetes melitus karena
diinduksi Streptozotocin.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui efek ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar
trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley yang diinduksi
Streptozotocin.
2. Mengetahui efek ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar
glukosa darah tikus jantan galur Sprague dawley yang diinduksi
Streptozotocin
3. Mengetahui korelasi antara kadar glukosa darah dengan kadar trigliserida
darah.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang efek ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera) terhadap kadar trigliserida tikus Sprague dawley yang mengalami
diabetes melitus.
2. Memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran.
4
1.5.2 Bagi Instansi
Menambah jumlah hasil penelitian oleh mahasiswa sehingga dapat
meningkatkan akreditasi.
1.5.3 Bagi Masyarakat
1. Menambah informasi mengenai manfaat daun kelor (Moringa oleifera)
sebagai terapi glukosa darah.
2. Menambah informasi mengenai manfaat daun kelor untuk menurunkan
trigliserida yang erat kaitannya dengan penyakit jantung koroner (PJK).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Fisiologi Insulin
Insulin merupakan hormon polipeptida yang dihasilkan oleh sel β pankreas.
Preproinsulin yang merupakan prekursor dari insulin dikode oleh gen yang
terletak di lengan pendek dari kromosom 11. Preproinsulin terdiri atas rantai A, B,
C, dan sinyal peptida yang kemudian ditransfer menuju retikulum endoplasma.
Dalam retikulum endoplasma, sinyal peptida dipotong oleh enzim proteolitik
sehingga menyisakan rantai A, B, dan C peptida. Preproinsulin yang sudah
dipotong tersebut disebut proinsulin. Proinsulin ditransport menuju aparatus golgi
dalam mikrovesikel. Dalam aparatus golgi, C peptida yang menyambungkan
antara rantai A dan B dipotong sehingga menjadi insulin.15
Insulin dikeluarkan dari sel β pankreas melalui eksositosis dimana membran
granul dan membran plasma berfusi. Pengeluaran insulin bergantung dengan
glukosa plasma. Kadar glukosa plasma yang dapat memicu pengeluaran glukosa
adalah >5mmol/L. Glukosa plasma masuk kedalam sel β pankreas melalui glucose
transporter (GLUT) 2 kemudian mengalami proses glikolisis untuk menghasilkan
adenosine triphosphate (ATP). Hal ini menyebabkan kanal K+
yang sensitif
terhadap ATP tertutup sehingga terjadi depolarisasi yang memicu terbukanya
kanal Ca2+
. Masuknya Ca2+
kedalam sel β pankreas memicu eksositosis dari
insulin.
6
7
2.1.2 Diabetes Melitus
2.1.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Berdasarkan penyebab terjadi hiperglikemia, diabetes melitus dibedakan
mejadi 2 tipe, antara lain DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes Melitus tipe 1
disebabkan oleh autoimun sedangkan Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh
resistensi insulin.17
Genetik erat hubungannya dengan kejadian DM tipe 1.
Genetik berperan dalam proses autoimun dimana diyakini adanya HLA DR3 atau
DR4 yang mengkode islet cell autoantibodi sehingga destruksi pada sel β
pankreas.17
Resistensi insulin pada DM tipe 2 menyebabkan uptake glukosa oleh sel-
sel yang mengguakan GLUT 4 terganggu. Sebagian besar sel yang menggunakan
GLUT 4 merupakan sel yang paling banyak menggunakan glukosa seperti sel otot
dan sel adiposa. Hal ini menyebabkan glukosa plasma meningkat. Glukosa plasma
yang meningkat akan merangsang sel β pankreas terus menerus. Sintesis dan
sekresi insulin terus menerus akan meyebabkan kerusakan pada sel β pankreas
sehingga pada akhirnya produksi insulin pun berkurang.18
2.1.2.2 Kriteria Diagnosis
Diagnosis DM didasarkan pada pengukuran glukosa plasma dengan
metode enzimatik. Pengukuran dengan darah kapiler menggunakan alat
glucocheck digunakan untuk pemantauan. Pasien dicurigai mengalami diabetes
melitus apabila terdapat gejala klasik DM antara lain: poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan.
Kriteria diagnosis DM dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
antara lain: 19
1. Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) ≥126 mg/dl. GDP adalah glukosa
yang diukur dalam kondisi puasa selama 8-12 jam.
2. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl ditambah dengan
adanya gejala klasik DM.
3. Pemeriksaan glukosa darah ≥200 mg/dl 2 jam setelah tes Toleransi
Glukosa Terganggu (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
8
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan standar pemeriksaan National
Glychohaemoglobin Standarisation Program (NGSP).
2.1.3 Metabolisme Lipid
Terdapat tiga jenis lipid dalam darah, antara lain kolesterol, trigliserida, dan
fosfolipid. Lipid merupakan suatu senyawa yang sukar larut sehingga harus
dibawa oleh protein pembawa yang disebut apoprotein. Apoprotein yang
membawa lipid disebut apolipoprotein atau lipoprotein. Lipoprotein terdiri atas
trigiserida, kolesterol dalam bentuk ester dan bebas, fosfolipid, dan apoprotein.
Setiap lipoprotein memiliki ukuran, densitas, dan komposisi lemak serta
apoprotein yang berbeda. Secara garis besar lipoprotein dibedakan menjadi High
Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), Very Low Density
Lipoprotein (VLDL), Intermediete Density Lipoprotein (IDL), dan kilomikron.20
Gambar 2.2 Komposisi Lipoprotein Sumber: Siti Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2014
Metabolisme lipoprotein terdiri atas tiga jalur antara lain jalur endogen, jalur
eksogen, dan jalur reverse cholesterol transport.21
2.1.3.1 Jalur Eksogen
Makanan yang mengandung lemak akan diserap kedalam enterosit dalam
bentuk asam lemak bebas dan kolesterol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
9
trigliserida, kemudian tigliserida dan kolesterol akan ditambahkan apoprotein
membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron.
Kilomikron meninggalkan enterosit menuju sirkulasi darah. Dalam
sirkulasi darah, trigliserida akan dihirolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) sehingga
mengeluarkan asam lemak bebas. Asam lemak bebas ditangkap oleh adiposit
untuk disimpan dalam bentuk trigliserida.
2.1.3.2 Jalur Endogen
Hati juga memiliki kemampuan menyimpan trigliserida. Trigliserida dan
kolesterol yang ada dalam hati akan dikeluarkan menuju sirkulasi dalam bentuk
VLDL. Trigiserida yang terdapat dalam VLDL juga akan dihidrolisis oleh LPL.
Trigliserida yang dihidrolisis mengeluarkan asam lemak bebas yang akan
didepositkan pada adiposit dan sel-sel lain. VLDL yang sudah kehilangan
sebagian trigliserida menjadi IDL.
2.1.3.3 Jalur Reverse Cholesterol Esterase
Hati mengeluarkan HDL yang kaya akan apoprotein dan mengandung
sedikit kolesterol. HDL dalam sirkulasi akan mengambil kolesterol yang terdapat
dalam makrofag dan diesterifikasi menjadi koleserol ester. Kolesterol ester dalam
HDL akan dikembalikan ke hati dan sebagian akan bertukar dengan trigliserida
yag terdapat pada VLDL dengan bantuan Cholesterol Ester Transfer Protein
(CETP). HDL yang mengandung banyak trigliserida akan dieliminasi di di hati
oleh enzim hepatik lipase.
10
Gambar 2.3 Metabolisme Lipoprotein Sumber: Jameson, Harrison’s Principal of Internal Medicine 2019
2.1.4 Patofisiologi Hipertrigliseridemia
Hipertrigliseridemia erat kaitannya dengan diabetes melitus. Hal ini terjadi
karena glukosa yang terlalu banyak akan disimpan oleh hepar dalam bentuk
trigliserida. Glukosa akan mengalami glikolisis yang membentuk piruvat. Piruvat
melalui siklus asam sitrat akan menghasilkan asetil koenzim A. Asetil koenzim A
akan mengalami karboksilasi yang dibantu oleh enzim asetil KoA karboksilase
menjadi malonil KoA. Malonil KoA akan diubah menjadi asam lemak dan
membentuk trigliserida.6,21
Dalam pembahasan sebelumnya, trigliserida dalam
hepar akan dikeluarkan ke sirkulasi dalam bentuk VLDL. VLDL yang meningkat
dalam darah menunjukkan tingginya trigliserida.22
Selain itu, kondisi resistensi
atau defisiensi insulin menyebabkan penurunan sensitivitas dari LPL sehingga
kerja LPL terganggu. LPL yang terganggu tidak dapat menghidrolisis trigliserida
dalam VLDL sehingga VLDL tetap tinggi.22
Insulin berperan dalam menghambat enzim trigliserida lipase yang
berfungsi untuk menghidrolisis trigliserida dalam adiposit. Ketiadaan insulin
menyebabkan meningkatnya aktifitas trigliserida lipase sehingga terjadi hidrolisis
trigliserida dari adiposit.23
Peran HSL juga penting dalam proses terjadinya
hipertrigliseridemia. Lipolisis yang terjadi di jaringan adiposa diperantarai oleh
11
HSL yang kerjanya dihambat oleh insulin. Pada pasien diabetes, terjadi defisiensi
insulin maupun berkurangnya sensitifitas insulin sehingga HSL terus melakukan
lipolisis. Produk lipolisis diantaranya adalah trigliserida yang nantinya akan
dibawa ke hepar untuk dibentuk VLDL.24
Berkurangnya clearance VLDL dan
meningkatnya produksi VLDL menjadikan kondisi hipertrigliseridemia pada
pasien diabetes melitus.
2.1.5 Kelor
Kelor termasuk dalam tanaman perdu berbatang kayu yang dapat tumbuh
di rendah maupun tinggi mencapai 700 meter di atas permukaan laut.25
Tanaman
Kelor dapat tumbuh sumbur di daerah tropis dengan kondisi tanah yang lembab
maupun kering.8 Tanaman kelor memiliki banyak manfaat baik pada bunga, biji,
maupun pada daunnya. Taksonomi dari tanaman Kelor adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angeospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
12
Gambar 2.4 Daun Kelor
Sumber: Kathryn A.Witt, 2013
Daun kelor dipercaya memiliki berbagai manfaat seperti sebagai
antidiabetes, antioksidan, dan berbagai manfaat lain karena memiliki kandungan
asam askorbat, flavonoid, phenol, karoten, β-sitosterol.8 Rajanandh (2010)
melakukan penelitian dengan menghitung kandungan β-sitosterol, total phenol,
dan flavonoid pada daun kelor yang dijadikan ekstrak hidroalkohol. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan kandungan ekstrak hidroalkohol daun kelor
dalam 1 mL mengandung 90 mg β-sitosterol, 8μg total phenol, dan 27 μg
flavonoid.9
β-sitosterol diketahui dapat menurunkan kadar trigliserida dengan
menghambat absorpsi trigliserida oleh enterosit dan mengurangi trigliserida dalam
hepar.26,27
Flavonoid juga dipercaya dapat menurunkan kadar trigliserida plasma.
Flavonoid jenis orientin diketahui memiliki efek dalam mengurangi ekspresi gen
pengkode HSL.28
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa HSL berfungsi dalam
lipolisis, berkurangnya HSL dapat menurunkan proses lipolisis sehingga kadar
triglserida plasma berkurang.
Daun kelor memiliki manfaat dalam menurunkan glukosa darah dan
trigliserida plasma. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elly
Wardani (2015) dimana dalam penelitian tersebut dilakukan induksi dabetes
13
dengan aloksan tetrahidrat dan diberikan pakan tinggi trigliserida untuk
meningkatkan trigliserida. Intervensi yang diberikan adalah pemberian ekstrak
etanol 70% daun kelor dengan dosis 150 mg/KgBB, 300 mg/KgBB, 600mg/KgBB
serta pembanding obat antidiabetes Glibenklamid dan antihipertrigliseridemia
fenofibat selama 21 hari. Hasil menunjukkan terjadi penurunan glukosa yang
bermakna pada ketiga dosis dan memiliki efektifitas yang sama dengan kelompok
inervensi glibenklamid. Untuk hasil trigliserida terdapat penurunan yang
bermakna pada dosis 300mg/KgBB dan 600mg/KgBB namun tidak lebih efektif
dibandingkan dengan kelompok intervensi fenofibrat.13
Penelitian serupa dilakukan oleh Olayaki (2015) yang melakukan
penelitian dengan memberikan ekstrak daun kelor 300 mg/KgBB dan 600
mg/KgBB selama 6 minggu pada tikus galur wistar yang diinduksi aloksan 120
mg/KgBB dan diberikan pembanding metformin dengan dosis 100 mg/KgBB.
Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan glukosa sebesar 290% pada
kelompok kontrol diabetes dibandingkan dengan kelompok normal. Pada
kelompok yang diberikan metformin 100 mg/KgBB terdapat perbedaan glukosa
sebesar 81% dan trigliserida 84% lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol
diabetes. Pada kelompok yang diberikan ekstrak kelor 300 mg/KgBB dan 600
mg/KgBB terjadi perbedaan glukosa sebesar 76% dan 84% dibandingkan
kelompok kontrol diabetes dan menghambat peningkatan trigliserida sebesar 71-
78%. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dengan dosis
600 mg/KgBB sama efektifnya dengan metformin dalam menurunkan glukosa
darah.12
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Elizabeth, dkk (2017) dimana
ekstrak daun kelor dengan dosis 250 mg/KgBB diberikan selama 6 minggu.16
Sampel yang digunakan adalah tikus Wistar yang diinduksi Streptozotocin 55
mg/KgBB dan dibagi menjadi 4 kelompok dengan 12 ekor tikus tiap
kelompoknya. Kelompok 1 merupakan tikus yang tidak diinduksi Streptozotocin
dan hanya diberikan makanan dan minuman ad libitum, kelompok 2 merupakan
kelompok yang tidak Streptozotocin dan diberikan ektrask daun kelor 250
mg/KgBB, kelompok 3 merupakan kelompok yang diinduksi Streptozotocin tanpa
diberikan ekstrak daun kelor, dan kelompok 4 merupakan kelompok yang
14
diinduksi Streptozotocin dan diberikan ekstrak daun kelor 250 mg/KgBB.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok 2 memiliki rerata
glukosa paling rendah diantara semua kelompok namun tidak ada perbedaan
bermakna dibandingkan denngan kelompok 1. Sedangkan kelompok 3 memiliki
rerata glukosa paling tinggi dibandingkan semua kelompok. Rerata glukosa darah
kelompok 4 lebih rendah dibandingkan kelompok 3 namun masih lebih tinggi
dibandingkan kelompok 1. Perbedaan antara kelompok 4 dengan kelompok 1 dan
3 bermakna secara statistik. Hal ini dapat diambil kesimpulan pemberian ekstrak
daun kelor dengan dosis 250 mg/KgBB selama 6 minggu dapat menurunkan
glukosa darah namun belum cukup efektif.16
Penelitian yang dilakukan oleh Villaruel (2018) penurunan glukosa darah
mulai terjadi pada minggu ke dua pemberian ekstrak bubuk daun kelor.10
Perlakuan dilakukan selama 8 minggu dengan memberikan ektrak bubuk daun
kelor dengan dosis 50 mg/hari pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan
monohidrat. Sampel dengan jumlah 25 dibagi menjadi 5 kelompok antara lain
kelompok non diabetes melitus, non diabetes melitus yang diberikan ekstrak daun
kelor, kelompok diabetes melitus terapi, kelompok diabetes melitus yang
diberikan ekstrak daun kelor 50 mg perhari, dan kelompok diabetes melitus yang
diberikan glibenklamid 600 μ/KgBB. Pengukuran glukosa dilakukan setiap
minggu.10
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok DM dengan
pemberian glibenklamid terjadi penurunan secara relatif stabil sedangkan pada
kelompokk DM yang diberikan ekstrak daun kelor penurunan dimulai pada
minggu ke dua dan fluktuatif pada minggu berikutnya dan mulai stabil pada
minggu ke enam. Pada kelompok non diabetes glukosa relatif selalu stabil dan
dalam batas normal. Sedangkan pada kelompok DM yang tidak diterapi kadar
glukosa mencapai puncak pada minggu ke lima dengan kadar 500 mg/dL dan
stabil pada kadar 300 mg/dL di minggu berikutnya.10
Penelitian lain yang dilakukan oleh Shareen Nada (2015) menunjukkan
hasil yang berbeda pada kadar trigliserida.14
Penelitian menggunakan tikus putih
yang diinduksi Streptozotocin 65 mg/KgBB dan diberikan ekstrak etanol daun
15
kelor dengan dosis yang berbeda selama 19 hari. Terdapat 7 kelompok dengan 6
sampel pada masing-masing kelompok. Kelompok tersebut terdiri atas kelompok
normal, kelompok diabetes tanpa terapi, kelompok diabetes dengan dosis
pemberian daun kelor 600mg/KgBB, 450 mg/KgBB, 300 mg/KgBB, 190
mg/KgBB, 225 mg/KgBB berturut-turut. Hasil menunjukkan tidak terdapat
perbedan signifikan untuk trigliserida pada dosis 600 mg/KgBB dan 225
mg/KgBB.14
2.1.6 Streptozotocin
Streptozotocin (STZ) merupakan senyawa kimia yang sering digunakan
sebagai penginduksi diabetes melitus pada hewan coba. Senyawa ini dihasilkan
oleh bakteri gram positif Streptomyces achromogenes, memiliki bentuk molekul
yang mirip dengan glukosa namun pada rantai C2 digantikan dengan N-acetyl
nitrosurea menjadi N-acetylglukosamin. Pada N-acetylglukosamine ditambahkan
gugus methyl sehinggal menjadi STZ. Gugus methylnitrosurea ini menjadi salah
satu yang berperan dalam proses diabetogenik.29
Gambar 2.5 Struktur Streptozotocin
Sumber: Chinedum Ogbonnaya Eleazu, 2013
Streptozotocin (STZ) merupakan senyawa yang larut dalam air, namun
akan mengalami mutarotasi apabila dilarutkan dalam air. STZ akan stabil apabila
dilarutkan kedalam cairan dengan pH 4. Agar dapat mencapai kestabilannya,
16
maka STZ dilarutkan kedalam dapar sitrat. STZ yang dilarutkan dalam dapar sitrat
harus segera digunakan karena sitrat dapat merusak komponen STZ sehingga
kemampuan menginduksi diabetes kurang maksimal.30
Streptozotocin (STZ) dapat menginduksi diabetes dengan berbagai
mekanisme antara lain, alkilasi DNA, menghasilkan NO, dan inhibisi O-
GlcNAcase. STZ masuk kedalam sel β pankreas melalui Glucose Transporter 2
(GLUT 2) yang terdapat pada membran plasma. Hal ini dapat terjadi karena
struktur molekul STZ yang hampir mirip dengan glukosa. STZ yang telah masuk
kedalam sel β pankreas akan berubah menjadi methyldiazohydroxide yang
menyebabkan cross link pada DNA sehingga mengalami alkilasi. STZ yang
merupakan nitrosurea akan mengeluarkan NO yang akan menginhibisi enzim
aconitase pada mitokondria yang menyebabkan pembentukan ATP dan substrat
oksidase tidak seimbang. NO juga dapat menitrasi asam nukleat, mendeaminasi
purin dan pirimidin sehingga DNA mengalami kerusakan yang menyebabkan
apoptosis. Selain itu STZ juga menginhibisi O-GlcNAcase yang berfungsi
memutus ikatan O-GlcNAc. O-GlcNAc yang tinggi menyebabkan akmulasi
protein berbahaya sehingga terjadi apoptosis.29, 30
Sel β pankreas yang mengalami
apoptosis tidak dapat menghasilkan insulin. Insulin berfungsi untuk mengaktifkan
glucose transporter 4 (GLUT 4) yang terdapat pada sel otot, sel jantung, dll.
Gambar 2.6. Mekanisme Kerusakan Sel β Pankreas oleh STZ
Sumber: Buseneni Jayasimha Groud, 2015
17
Pada hewan coba seperti tikus, STZ dapat diberikan dengan dosis 40-
60mg/KgBB melalui intraperitoneal. STZ akan menyebabkan hipoglikemia dalam
4-8 jam setelah pemberian baik secara intraperitoneal maupun intravena. Hal ini
terjadi karena telah terjadi kerusakan pada sel β pankreas sehingga insulin banyak
dikeluarkan. Maka pemberian glukosa diperlukan dalam fase ini. STZ akan
memberikan efek diabetes dalam 12-48 jam setelah pemberian.31
2.1.7 Tikus Galur Sprague dawley
Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan salah satu jenis tikus yang
sering dijadikan sebagai sampel penelitian. Tikus putih (Rattus norvegicus) sering
dijadikan sebagai sampel penelitian karena mudah dalam hal perawatan,
perkembangbiakan, serta memiliki gen yang hampir mirip dengan manusia. Tikus
putih memiliki 3 galur antara lain Sprague dawley, Wistar, dan Long Evans. Pada
penelitian ini digunakan tikus galur Spragie dawley karena memiliki ketahanan
terhadap penyakit serta insidensi tumor yang relatif rendah dibandingkan dengan
galur lain.32
Klasifikasi tikus galur Sprague dawley adalah sebagai berikut: 33
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
18
Gambar 2.7 Tikus galur Sprague dawley
Sumber: Budhi Akbar, 2010
Berdasarkan Taconic Bioscience, secara fisiologi rata-rata glukosa darah
tikus galur Sprague dawley jantan normal adalah 82,4 mg/dl dengan standar
deviasi 11,3. Kebutuhan makan tikus galur Sprague dawley sebanyak 4-
5g/100gBB perhari dan kebutuhan minuman 8-11ml/100gBB perhari.34
19
2.2 Kerangka Teori
Diabetes Melitus
Defisiensi insulin atau
Resistensi Insulin
Mengalami oksidasi
mengasilkan asetil KoA
Trigliserida
Diubah menjadi malonil KoA
Asam lemak
Mengandung
flavonoid
Ekstrak daun kelor
Trigliserida plasma
meningkat Kerusakan sel β
pankreas
streptozotocin
Merusak DNA
sel β pankreas
Glukosa darah
meningkat
Mengalami glikolisis
menghasilkan piruvat
Sebagai
antioksidan
Diubah menjadi Asetil
KoA
Lipogenesis
meningkat
Fungsi organ
baik
Melindungi
kerusakan organ
Dapat melakukan
lipogenesis
20
2.3 Kerangka Konsep
pemberian ekstrak daun Moringa
oleifera pada P1, P2, P3
Kadar glukosa darah naik
Akibat pemberian Streptozotocin
Kandungan trigliserida
plasma
Kandungan antioksidan
(Falvonoid)
Mengurangi proses lipolisis
Keterangan:
= Variabel Bebas
= Variabel Terikat
Diabetes Melitus
Kandungan beta sitosterol
Mengurangi absorbsi
trigliserida
Defisiensi insulin
Trigliserida darah naik
21
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara
Pengukuran Skala pengukuran
1 Glukosa
Darah
Sewaktu
Hasil pemeriksaan
glukosa darah
tanpa puasa
terlebih dahulu
Glucocheck Darah diambil
dari vena ekor
diteteskan pada
strip glukocheck
Numerik
3 Trigliserida Lemak yang
berasal dari
enterosit dan pada
jaringan.
Spektrofoto
meter
Plasma darah
ditambahkan
reagen
trigliserida,
diinkubasi
selama 10 menit
kemudian
dihtung
absorbansinya
Numerik
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Design Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari- Juli 2019. Penelitian dilakukan
di Animal House, laboratorium farmakologi, dan laboratorium biokimia Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Animal House diperlukan sebagai
tempat perawatan hewan coba, laboratorium farmakologi sebagai tempat nekropsi
agar tikus yang tidak dinekropsi tidak mengalami stress, laboratorium biokimi
sebgai tempat pengukuran kadar trigliserida serta pembuatan larutan ekstrak daun
kelor.
3.3 Populasi dan sampel
Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Sprague dawley yang
didapatkan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor berusia 2-3
bulan dengan berat badan 150-200 mg. Jumlah sampel berdasarkan rumus MEAD
yakni:
Keterangan
E : Derajat kebebasan komponen kesalahan (10-20)
N : Jumlah sampel dalam penelitian (dikurangi 1)
B : Blocking component menggambarkan pengaruh lingkungan yang
diperbolehkan dalam penelitian (dikurangi 1)
T : Jumlah kelompok perlakuan (dikurangi 1).
E = N-B-T
23
E = N-B-T
≥10 = (N-1)-0-(5-1)
≥10 = N-1-4
≥10 = N-5
N ≥15
E = N-B-T
≤20 = (N-1)-0-(5-1)
≤20 = N-1-4
≤20 = N-5
N ≤25
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, jumlah sampel dalam penelitian
minimal 15 ekor dan maksimal 25 ekor. Dalam penelitian ini, sampel yang
digunakan sebanyak 25 ekor dan dibagi menjadi 5 kelompok sehingga tiap
kelompok terdiri atas 5 ekor.
Tikus sebanyak 25 ekor tersebut akan dibagi menjadi lima kelompok kontrol
yang masing-masing terdiri dari lima ekor Sprague dawley. K1 adalah kontrol
negatif. K2 adalah kontrol positif yang diberi 40 mg/kgBB Streptozotocin. K3
adalah kontrol perlakuan yang diberi 40mg/kgBB Streptozotocin dan
200mg/kgBB ekstrak Moringa oleifera. K4 adalah kontrol perlakuan yang diberi
40mg/kgBB Streptozotocin dan 400 mg/kgBB ekstrak Moringa oleifera. K5
adalah kontrol perlakuan yang diberi 40mg/kgBB Streptozotocin dan 600
mg/kgBB ekstrak Moringa oleifera.
3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah tikus jantan galur Sprague dawley
berumur 2-3 bulan dan berat badan 150-200 mg. Tikus yang tidak diinduksi
dengan STZ dan sehat akan dikelompokkan kedalam kelompok kontrol negatif,
sedangkan tikus yang diinduksi STZ dengan kadar GDS >200mg/dL akan
dikelompokkan kedalam kelompok kontrol positif dan perlakuan.
3.3.2 Kriteria Eksklusi
1. Tikus yang mati selama penelitian berlangsung.
2. Tikus yang tidak mengalami DM setelah diinduksi STZ.
3.4 Cara Kerja Penelitian
3.4.1 Alat
24
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sonde untuk
memberikan ekstrak kelor, timbangan untuk menimbang berat badan tikus,
timbangan analitik untuk menimbang ekstrak daun kelor yang akan diberikan,
spuit 3cc untuk mengambil sampel darah tikus, tabung clott activator untuk
menampung darah yang telah diambil, centrifuge untuk setrifugasi sampel darah
yang telah diambil dan kemudian didapatkan serum, microtube untuk menampung
serum, mikropipet 10μL, 1000μL untuk mengambil sampel serum dan reagen
trigliderida, mikroplate untuk mereaksikan plasma dengan pereaksi trigliserida,
serta spektrofotometer untuk mengukur absorbansi trigliserida.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ekstrak etanol daun
kelor yang didapatkan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong
Bogor, pereaksi trigliserida merk Evogen LOT 15950 expired date 31/03/2021 ,
pakan ad libitum.
3.4.3 Adaptasi Hewan Coba
Adaptasi hewan coba dilakukan selama 5 hari di Animal House FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama masa adaptasi, hewan coba diberi makan
M512 dan minum ad libitum setiap hari. Pembersihan kandang dilakukan setiap 3
hari sekali.
3.4.4 Induksi Tikus dengan Streptozotocin
Pada hari ke-6 sampel diukur glukosa darah terlebih dahulu untuk
memastikan sampel tidak mengalami diabetes sebelum diinduksi STZ. Kemudian
diinduksi Streptozotocin dengan dosis 40mg/KgBB yang dilarutkan dalam 0,1M
buffer sitrat secara intraperitoneal.
25
3.4.5 Pengukuran Sampel
3.4.5.1 Pengukuran Glukosa Darah
Pengukuran Glukosa Darah dilakukan pada hari ke 6 sebelum diinduksi
STZ, setelah diinduksi STZ pada hari ke 11 untuk memastikan tikus sudah
mengalami DM pada kelompok kontrol positif dan perlakuan dan sebagai data
sebelum perlakuan, terakhir pada hari ke 26 setalah diberikan perlakuan dan
sebelum dinekropsi. Tikus yang dinyatakan mengalami DM yakni apabila hasil
pengukuran glukosa darah sewaktu > 200mg/dL. Pengukuran glukosa darah
menggunakan alat glukocheck. Jarum lancet ditusukkan di ekor tikus dan darah
yang keluar ditampung pada strip glukosa.
3.4.5.2 Pengukuran Trigliserida Darah
Pengukuran Trigliserida darah dilakukan setelah perlakuan untuk seluruh
kelompok selesai yaitu hari ke 26, dengan metode enzimatik menggunakan
monoreagen trigliserida Evogen.
Sampel yang digunakan dalam pengukuran trigliserida adalah serum.
Pengambilan darah dilakukan melalui vena cava inferior menggunakan spuitt 3cc
setelah tikus diterminasi. Darah yang didapatkan dipindahkan kedalam vacutainer
clott activator agar darah mengalami pembekuan. Darah di dalam vacutainer clott
activator didiamkan selama 30 menit kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
5000rpm selama 10 menit.
Serum yang didapatkan diletakkan kedalam microtube dan disimpan
kedalam freezer -20˚ C. Pengukuran trigliserida menggunakan microplate
spektrofotometer atau ELISA reader. Serum sebanyak 2μL dan reagen sebanyak
200μL dihomogenkan dalam microplate kemudian diinkubasi selama 10 menit
dan dibaca dalam ELISA reader dengan panjang gelombang 500 nm. Absorbansi
yang didapatkan dihitung dengan rumus:
Keterangan
C Standar : 200mg/dL
Trigliserida = Absorbansi sampel x C Standar
Absorbansi standar
26
3.4.6. Pemberian Ekstrak Daun Kelor
Pemberian ekstrak daun kelor dilakukan setelah lima hari pasca pemberian
STZ melalui oral dengan bantuan alat sonde selama 14 hari. Dosis yang diberikan
berbeda pada tiap kelompok yakni 200mg/KgBB, 400mg/KgBB dan
600mg/KgBB.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data kadar trigliserida dan glukosa yang diperoleh selanjutnya diolah dan
diuji dengan IBM SPSS Statistic versi 22. Uji yang dilakukan untuk menganalisis
glukosa darah adalah uji t berpasangan karena terdapat data sebelum dan sesudah
perlakuan. Syarat uji t berpasangan adalah data harus berdistribusi normal
sehingga harus dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan secara analitik
karena dianggap lebih objektif. Uji normalitas yang dilakukan adalah Shapiro-
Wilk karena data <50. Apabila data tidak berdistribusi normal maka uji alternatif
untuk uji t berpasangan adalah uji Wilcoxon.
Data trigliserida dianalisis dengan one way ANOVA karena membandingkan
antar kelompok. Syarat dari uji one way ANOVA adalah data berdistribusi normal
dan homogen sehingga perlu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Apabila
salah satu syarat uji one way ANOVA tidak terpenuhi, maka uji alternatif yang
dapat dilakukan adalah uji Kruskal-Wallis.
27
3.6 Alur Penelitian
Perizinan kode
etik
Pembelian tikus di
FKH IPB Bogor Pembuatan ekstrak
ethanol daun kelor
(Moringa oeifera) di
LIPI Cibinong
Hari ke-1
Tikus tiba di Animal House dan
dilakukan penimbangan berat badan
Hari ke 1-5
Adaptasi hewan selama 5 hari diberi
makan dan minum ad libitum
Hari ke-6
Pengukuran GDS, Pengelompokan
sampel, Penimbangan berat badan
Hari ke 8-10
Bedding, pemberian
makan dan minum ad
libitum
Kelompok perlakuan
Kelompok 3: Ekstrak kelor
200mg/KgBB
Kelompok 4: Ekstrak kelor
400mg/KgBB
Kelompok 5: Ektrak kelor
600mg/KgBB
Kontrol positif
Hari ke 6-7
Pemberian minum
sukrosa 2%, makan
ad libitum
Tikus yang diinduksi
Streptozotocin 40mg/KgBB
Hari ke 6-7
Pemberian minum sukrosa
2%, makan ad libitum
Hari ke 8-10
Bedding, pemberian makan
dan minum ad libitum
Hari ke-11
Pengukuran GDS pra
perlakuan
Hari ke 11-25
Bedding, pemberian
makan dan minum ad
libitum, pengukuran
berat badan, sonde
ekstrak kelor sesuai
dosis
Kontrol negatif
Pengukuran trigliserida
Hari ke-11
Pengukuran GDS
pra perlakuan
Hari ke 7-11
Bedding, pemberian
makan dan minum
ad libitum,
pengukuran berat
badan
Hari ke 12-25
Bedding, pemberian
makan dan minum ad
libitum, pengukuran
berat badan
Hari ke-26
Pengukuran GDS post
perlakuan, nekropsi,
pengambilan darah
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera) terhadap kadar glukosa darah dan trigliserida tikus diabetes
yang diinduksi STZ. Sampel penelitian menggunakan tikus galur Sprague dawley
karena tikus galur ini memiliki kesamaan genetik dengan manusia, lebih murah,
dan memiliki kemampuan metabolik yang cepat sehingga mudah digunakan untuk
penelitian mengenai penyakit metabolik. Tikus yang digunakan adalah tikus
jantan untuk menghindari gender bias. Tikus betina memiliki estrogen dalam
kadar tinggi yang dapat melindungi sel β pankreas dari apoptosis karena stress
oksidatif.35
Jumlah total sampel sampai akhir penelitian adalah 24 ekor tikus dari 25
ekor tikus. Tikus pada kelompok perlakuan dengan dosis 200mg/KgBB
ditemukan mati tepat di hari akan dinekropsi yaitu hari ke 26. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan sehingga tikus mudah terinfeksi
atau mengalami stress.
4.2 Glukosa Darah Sewaktu (GDS)
Pengelompokan sampel dipilih secara acak mulai dari sebelum diberikan
perlakuan. Glukosa darah diukur 5 hari pasca penyuntikan STZ untuk data pra
perlakuan dan hari ke 14 setelah pemberian ekstrak daun kelor.
Tabel 4.1 Gula Darah Sewaktu
Kelompok Sebelum
perlakuan (mean±s.d)
Sesudah
perlakuan (mean±s.d)
p-value
Kontrol Negatif/ Non DM 97.0 ± 15.7 115.5 ± 2.0 .847
Kontrol Positif/DM tanpa
Ekstrak Daun Kelor
480.0 (175-520)*
460.8 ± 78.0 .893
DM + Ekstrak Dau Kelor
200mg/KgBB
429.8 ± 119..0 305.5 ± 278.4 .531
DM + Ekstrak Daun Kelor 399.0 ± 116.0 236.0 ± 166.5 .018
29
400mg/KgBB
DM + Ekstrak Daun Kelor
600mg/KgBB
445.5 ± 76.8 296.8 ± 195.6 .165
*Distribusi data tidak normal
Pada tabel 4.1 dapat dilihat pada kelompok kontrol positif, perlakuan dosis
200mg/KgBB, 400mg/KgBB, 600mg/KgBB mengalami diabetes setelah diinduksi
STZ. Hal ini sesuai dengan teori dimana STZ dapat merusak DNA pada sel β
pankreas sehingga mengalami apoptosis. Sel yang mengalami apoptosis tidak
dapat mensintesis insulin yang dapat menyebabkan glukosa darah meningkat.
Kelompok kontrol positif dan kontrol negatif mengalami peningkatan glukosa
darah namun tidak bermakna. Sedangkan pada kelompok perlakuan 200
mg/KgBB, 400 mg/KgBB, dan 600 mg/KgBB menunjukkan adanya penurunan
glukosa darah. Penurunan glukosa darah paling tinggi terjadi pada kelompok
perlakuan dengan dosis 400 mg/KgBB.
Pada tabel 4.1 penurunan yang bermakna terjadi pada kelompok perlakuan
dengan dosis 400 mg/KgBB. Pada kelompok perlakuan 200mg/KgBB dan 600
mg/KgBB terdapat beberapa sampel yang glukosa darahnya mengalami
peningkatan sehingga rerata pada kelompok tersebut tidak lebih besar dari
kelompok perlakuan 400 mg/KgBB.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Elly (2015), pemberian ekstrak daun
kelor selama 21 hari dengan dosis 150 mg/KgBB, 300 mg/KgBB, dan 600
mg/KgBB pada tikus yang diinduksi dengan aloksan mengalami penurunan yang
bermakna. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Olayaki (2015) dimana pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis 300mg/KgBB
dan 600mg/KgBB selama 6 minggu dapat menurunkan glukosa darah secara
bermakna pada tikus yang diinduksi aloksan. Penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth (2017) menunjukkan penurunan yang bermakna pada tikus yang
diinduksi STZ dan diberikan ekstrak daun kelor dosis 250mg/KgBB selama 6
minggu. Pada penelitian ini hasil pada dosis 200 mg/KgBB dan 600 mg/KgBB
mengalami penurunan yang tidak bermakna. Perbedaan hasil ini dengan penelitian
sebelumnya diduga karena waktu pemberian dan penginduksi yang berbeda. Pada
30
penelitian sebelumnya lama pemberian ekstrak daun kelor lebih lama
dibandingkan penelitian ini, serta penginduksi yang digunakan adalah aloksan
sedangkan penelitian ini menggunakan STZ. Pada penelitian yang dilakukan
Elizabeth (2017), walaupun penginduksi sama, tetapi dosis dan lama pemberian
ekstrak berbeda.
Peurunan glukosa darah yang terjadi karena ekstrak daun kelor
mengandung flavonoid yang dapat meningkatkan ekspresi GLUT 4 pada otot dan
meningkatkan ambilan glukosa oleh otot Soleus melalui jalur PI3K dan PKC pada
tikus.10
Pada penelitian yang dilakukan Olayaki(2015) pemberian ekstrak daun
kelor meningkatkan insulin plasma dan glikogen sintase pada hepar sehingga
dapat menurunkan glukosa darah.
4.3 Trigliserida Darah
Data trigliserida darah diambil diakhir perlakuan dengan mengambil darah
melalui vena cava inferior. Pengukuran trigliserida darah dengan metode
enzimatis yang hasilnya tertera pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Trigliserida
Kelompok Rerata ±SD p-value
Kontrol Negatif/ Non DM 179,183 ± 31,901
.196
Kontrol Positif/ DM tanpa Ekstrak
Daun Kelor 124,156 ± 11,593
DM + Ekstrak Daun Kelor 200mg 171,003 ± 115,829
DM + Ekstrak Daun Kelor 400mg 200,888 ± 65,862
DM + Ekstrak Daun Kelor 600mg 265,186 ± 168,794
Pada tabel 4.2 tampak kontrol positif memiliki kadar lebih rendah
dibandingkan kontrol negatif. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa tikus
dengan diabetes meilitus yang diakibatkan resistensi insulin maupun defisiensi
insulin akan mengalami peningkatan trigliserida. Insulin merupakan inhibitor dari
hormon sensitif lipase dan meningkatkan aktifitas LPL. Pada diabetes melitus
insulin berkurang sehingga aktifitas hormon sensitif lipase meningkat yang
menyebabkan lipolisis sedangkan aktifitas LPL menurun sehingga hidrolisis dari
trigliserida menurun. Standar deviasi pada kelompok perlakuan dosis 200
31
mg/KgBB dan 600 mg/KgBB cukup tinggi karena terdapat sampel yang memiliki
kadar trigliserida sangat tinggi dibandingkan sampel yang lain. Kondisi tikus
dapat mempengaruhi hasil trigliserida. Induksi STZ memungkinkan untuk
menyebabkan kerusakan pada hepar. Hepar merupakan tempat sintesis trigliserida
dan akan dibentuk dalam bentuk VLDL. Pada tikus kontrol positif dicurigai
terjadi kerusakan hepar sehingga sintesis trigliserida kurang maksimal. Produksi
trigliserida yang sedikit menyebabkan kadar trigliserida dalam batas normal. Pada
kelompok perlakuan, terdapat beberapa tikus yang kadar trigliseridanya kurang
dari 150 mg/dL dan terdapat beberapa tikus yang kadar trigliseridanya terlalu
tinggi sehingga standar deviasi setiap kelompok sangat besar. Kadar trigliserida
yang terlalu tinggi terjadi pada sampel 1 kelompok perlakuan dosis 600 mg/KgBB
yang mencapai 500mg/dL. Hal ini terjadi diduga tikus tersebut mengalami proses
inflamasi. Proses inflamasi dipercaya dapat meningkatkan angiopoietin like
protein 4 yang bekerja sebagai inhibitor LPL. Sitokin juga dapat menurunkan
sintesis LPL. Aktivitas LPL yang berkurang menyebabkan metabolisme
trigliserida plasma berkurang sehingga trigliserida plasma tetap tinggi.36
Hasil uji Oneway Anova untuk membandingkan tiap-tiap kelompok. Pada
hasil uji tersebut didapatkan p>0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada seluruh kelompok sehingga tidak perlu dilakukan uji Post Hoc.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elly (2015) dimana
pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis 150 mg/KgBB, 300 mg/KgBB dan
600 mg/KgBB selama 21 hari dapat menurunkan trigliserida darah tikus diabetes
melitus yang diinduksi aloksan, dan penelitian oleh Olayaki (2015) dimana
pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis 300 mg/KgBB dan 600 mg/KgBB
selama 6 minggu dapat menurunkan trigliserida darah dengan signifikan.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini antara lain waktu
pemberian yang lebih singkat dan penginduksi diabetes berupa streptozotocin
pada penelitian ini.
Hasil rerata trigliserida kontrol positif pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan kontrol negatif dan perlakuan, namun tidak terdapat perbedaan yang
bermakna. Pada kelompok perlakuan tedapat beberapa sampel yang trigliserida
darahnya dalam batas normal dan masih dalam kadar tinggi. Peneliti tidak dapat
32
memastikan apakah pada kelompok perlakuan terjadi penurunan trigliserida darah
namun kurang merata pada tiap sampel karena waktu pemberian yang singkat atau
pemberian ekstrak daun kelor tidak berpengaruh sama sekali terhadap kadar
trigliserida darah.
4.4 Hubungan Glukosa Darah dan Trigliserida
Glukosa darah erat hubungannya dengan trigliserida. Glukosa darah yang
tinggi akan diubah menjadi trigliserida dalam hepar. Untuk mengetahui hubungan
glukosa darah dan trigliserida maka dilakukan uji Pearson.
Tabel 4.3 Hasil Uji Pearson
Glukosa Darah
Trigliserida Darah Pearson Correlation .459
Sig. (2 tailed) .021
Hasil uji pearson menunjukkan hasil signifikansi .021 yang berarti glukosa
darah dan trigliserida darah memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini sesuai
dengan teori dimana glukosa darah yang tinggi akan diubah menjadi Asetil KoA
dan melalui siklus Krebs akan berubah menjadi asam lemak. Asam lemak akan
diubah menjadi trigliserida dan dikemas dalam Apopotein membentuk VLDL.
Selanjutnya VLDL akan diedarkan di sirkulasi sehingga trigliserida darah tinggi.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan,antara lain:
1. Waktu pemberian ekstrak daun kelor yang singkat
2. Tidak terdapat data trigliserida sebelum perlakuan sehingga peneliti tidak dapat
menyimpulkan adanya penurunan trigliserida atau tidak.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan dosis 400
mg/KgBB selama 14 hari dapat menurunkan glukosa darah tikus jantan
galur Sprague dawley yang diinduksi Streptozotocin secara bermakna.
Penurunan tidak bermakna terjadi pada dosis 200 mg/KgBB dan 600
mg/KgBB.
2. Pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan dosis 200
mg/KgBB, 400 mg/KgBB, 600 mg/KgBB selama 14 hari berpengaruh
terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Sprague dawley yang
diinduksi Streptozotocin.
3. Terdapat hubungan antara kadar glukosa darah dan trigliserida darah
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan:
1. Waktu pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) lebih lama.
2. Pengambilan data trigliserida sebelum perlakuan.
3. Memberikan pembanding obat anti diabetes oral seperti glibenklamid atau
metformin
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Dyah P. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Ed 6. Jakarta: Interna Publishing. 2014. p 2323.
2. Alvin CP, John MS, Michael RR. Diabetes Melitus Complications. Dalam:
Harrison’s Principles of Internal Medicine ed 20. Philadelphia: Mc Graw
Hill. 2018. p 2875)
3. World Health Organisation. Diabetes. 2018. Tersedia di
https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/diabetes diakses
tanggal 05 Juli 2019 pukul 19.50 WIB.
4. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Diabetes.
2014. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf diakses pada 05 Juli 2019 pukul 20.20 WIB.
5. Vijayaraghavan. Treatment of Dyslipidemia in Patients with Type 2
Diabetes. Lipids in Health and Disease. 2010;9(1):144
6. Kersten S. Mechanisms of Nutritional and Hormonal Regulation of
Lipogenesis. EMBO reports. 2001; 2(4): 282-286
7. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indoesia. 2015. h 14
8. Toma A, Deyno S. Phytochemistry and Pharmacological Activities of
Moringa oleifera. IJP. 2014; 1(4): 222-231
9. Rajanandh MG, Kavitha J. Quantitative Estimation of β-sitosterol, total
phenolic, and flavonoid compound in the Leaves of Moringa oleifera.
Int.J. PharmaTech Res. 2010;2(2):1409-1414
10. López AV et al. Effects of Moringa oleifera Consumption on Dabetic
Rats. BMC Complementary and Alternative Medicine. 2018; 18:127
11. Omodanisi EI, Aboua YG, Chegou NN, Oguntibeju OO.
Hepatoprotective, antihyperlipidemic, and anti-inflammatory activity of
Moringa oleifera in Diabetic Induced Demage in Male Wistar Rats.
Pharmacogn. Res. 2017; 9 (2):182-187
12. Olayaki LA, Irekpita JE, Yakubu MT, Ojo OO. Methanolic extract of
Moringa oleifera leaves improves glucose tolerance, glycogen synthesis
and lipid metabolism in alloxan-induced diabetic rats. J Basic Clin Physiol
Pharmacol. 2015
13. Wardani E Sunaryo H, Sopiani M, Fatahillah M. Aktivitas
Antihipertrigliseridemia dan Antihiperglikemia Ekstrak Daun Kelor
35
(Moringa oleifera) pada Tikus Hipertrigliserida Diabetes. Media Farmasi.
2015; 12(2): 199-212
14. Nada S, Hashem MAA, Abbas MS, Soliman AS, Ahmed FA. Evaluation
of Moringa oleifera Leaves Extract Effects on Streptozotocin Induced
Diabetic Rats. AFS. 2015;37(3)
15. Jones PM, Persaud SJ. Islet Function and Insulin Secretion. Dalam:
Textbook of Diabetes 4th
Edition. West Sussex: Wiley-Blackwell.2010. p
88-94
16. Vargas E, Carrillo SMA. Biochemistry, Insulin Metabolic Effect. Treasure
Island: StatPearls Publishing(Internet). 2019. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525983/ tanggal 05 Juli 2019
17. Powers AC, Niswender KD, Molina CE. Diabetes Mellitus: Diagnosis
Classification, and Pathophisiology. Dalam: Harrison’s Principles of
Internal Medicine 20th
ed. USA: Mc Graw Hill. 2018. p 2850-2856
18. Alsahli. Abnormalities of Insulin Secretion and β cell Defect in Diabetes
Melitus type 2. Dalam: Textbook of Diabetes 4th
ed. West Sussex: Wiley-
Blacwell. 2010. p 161.
19. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Idonesia. 2015. hal 11.
20. Adam. Dislipidemia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 4.
Jakarta: Interna Publishing. 2014. h 2549.
21. Murray RK, dkk. Biokimia Harper edisi 29. Jakarta: EGC. 2014
22. Rader. Disorders of Lipoprotein Metabolism. Dalam: Harrison’s Principal
Internal Medicine 20th
ed. USA: Mc. GrawHill. 2018. p 2890-2893.
23. Sugondo. Obesitas. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.
Jakarta: Interna Publishing. 2014. h 2559-2563.
24. Janet L Funk. Disorders of the Emdocrine Pancreas. Dalam:
Pathophysiology of Disease 7th
ed. USA: Mc Graw Hill. 2014. p 539.
25. Syarifah Aminah et al. Kadungan Nutrisidan Sifat Fungsional Tanaman
Kelor (Moringa oleifera). Jakarta: Buletin Pertanian Perkotaan. 2015;5(2):
36.
26. Rideout TC, Marinangeli CPF, Harding SV. Trigliceryde Lowering
Response to Plant Sterol and Stanol Consumption. J AOAC Int. 2015;
98(3): 707-705
36
27. Dumolt JH, Rideout TC. The Lipid Lowering Effects and Associated
Mechanisms of Dietary Phytosterol Supplementation. Cur Pharm Des.
2017; 23(24): 5077-5085.
28. Nagai S, Matsumoto C, Shibano M, Fujimori K. Supression of Fatty Acid
and Triglyceride synthesis by the Flavonoid Orientin through Decrease od
C/EBPδ Expression and Inhibition of PI3K/Akt-FOXO1 Signaling in
Adipocytes. Nutrients. 2018. 10: 130.
29. Eleazu CO, Eleazu KC, Chukwuma S, Essien UN. Journal of Diabetes &
Metabolic Disorders. 2013; 12(1): 60
30. Goud BJ, Dwarakanath V, Swamy BKC. Streptozotocin- A Dibetogenic
Agent in Animal Models. IJPPR. Human. 2015; vol 3(1): 253-269.
31. S Lanzen. The mechanism of aloxan and streptozotocin induced diabetes.
Diabetogonia. 2008;51: 216-226
32. Johnson M. Laboratory Mice and Rats. Labome (internet). 2012; 2:113
diakses dari https://www.labome.com/method/Laboratory-Mice-and-
Rats.html tanggal 20 Juli 2019
33. Budhi Akbar. Tumbuhan dengan Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai
Bahan Antifertilitas ed 1. Jakarta: Adabia Press. 2010. h 4-5
34. Sprague dawley rats model. Taconic lab (internet). Diakses dari
https://www.taconic.com/rat-model/sprague-dawley tanggal 20 Juli 2019
35. Liu and Mauvais-Jarvis. Minireview: Estrogenic Protection of β-Cell
Failure in Metabolic Desease. Endocrinology. 2010; 151(3): 859-864
36. Feingold KR, Grunfeld C. The Effect of Inflammation and Infection on
Lipids and Lipoprotein. MDText. 2019
37
38
Lampiran 2
Sertifikasi Hasil Uji
39
Lampiran 3
Surat Keterangan Sehat Hewan
40
Lampiran 4
Kaji Etik
41
Lampiran 5
Dosis Streptozotocin
40 mg/KgBB = 40mg/1000 g = 4 mg/ 100 g BB
Bermakna : setiap 100 g berat badan, maka diberikan 4 mg streptozotocin
20 x 200 gram BB x 4 mg
100 g
= 160 mg
Ket : 20 adalah jumlah hewan coba yang diinduksi STZ. 200 mg adalah berat
badan maksimal yang tertera pada kriteria inklusi
Bermakna : jumlah total STZ yang dibutuhkan untuk menginduksi seluruh hewan
coba adalah 160 mg
STZ akan dilarutkan dalam larutan buffer dengan konsentrasi 4mg/0,1 mL
4 mg/100 gBB = 4 mg/0,1 mL
100 gBB = 0,1 mL
Bermakna : setiap 100 g BB hewan coba akan diberikan STZ sejumlah 0,1 mL
200 mg =
4 mg
X 0,1 mL
X = 200 mg x 0,1 mL
4 mg
X = 5 mL
Ket : 160 mg adalah kebutuhan STZ untuk seluruh tikus. Namun, untuk
meminimalkan kekurangan jumlah larutan, peneliti menggunakan 200 mg STZ
Bermakna : jumlah buffer sitrat yang dibutuhkan untuk melarutkan 200 g STZ
adalah 5 mL
Untuk pemberian dosis larutan STZ-buffer, berdasarkan pada berat masing-
masing hewan coba yang sudah ditimbang sebelumnya.
42
Lampiran 6
Larutan Buffer
Sodium sitrat 0,1 M, berat molekul 258,068 g, sebanyak 100 mL
1 M = 258,068 g
1 L
0,1 M = 25,8068 g
1L
= 25,8068 g
1000 mL
= 2,58068 g
100 mL
Asam sitrat 0,1 M, berat molekul 192,123 g, sebanyak 100 mL
1 M = 192,123 g
1 L
0,1 M = 19,2123 g
1 L
= 19,2123 g
1000 mL
= 1,92123 g
100 mL
Campurkan 44,5 mL 0,1 M asam sitrat
55,5 mL 0,1 M natrium sitrat
100 mL larutan buffer sitrat dengan pH 4,479
43
Lampiran 7
Dosis Pemberian Sukrosa
Sukrosa diberikan kepada hewan coba selama tiga hari pertama untuk
menghindari keadaan hipoglikemi akibat pemberian streptozotocin. Pemberian sukrosa
melalui oral, secara ad libitum, dan diletakkan di dalam tempat minum. Terdapat 10
kandang di mana setiap kandang diberikan dua botol minum. Follow up terhadap botol
minuman dilakukan tiga kali sehari, dan di waktu tersebutlah botol minuman akan diisi
kembali sampai penuh.
Kebutuhan volume sukrosa untuk seluruh hewan coba.
Volume total = 80 mL x 20 x 6
= 9600 mL
= 9,6 L
Ket: Volume 1 botol minuman = 80 mL.
Jumlah seluruh botol minuman = 20 buah
Banyak pemberian = 6 kali
Sukrosa yang digunakan adalah sukrosa dengan konsentrasi 10%, maka:
10 g
100 mL =
X
9600 mL
X = 10 .g x 9600 mL
100 mL
= 96000 g...
100 mL
= 960 g
Maka, untuk membuat sukrosa 10% sebanyak 9600 mL, dibutuhkan 960 g
sukrosa.
44
Lampiran 8
Dosis Daun Kelor
Dosis pemberian daun kelor berdasarkan kelompok, yakni P1 sejumlah 200
mg/kgBB, P2 sejumlah 400mg/KgBB, dan P3 sejumlah 600mg/kgBB. Maka akan
didapatkan hasil berupa dosis pemberian dalam satuan mg (miligram) pada masing-
masing hewan coba.
Untuk mempermudah pemberian ekstrak melalui oral, maka ekstrak daun kelor
dilarutkan ke dalam aquadest. Peneliti menggunakan konsentrasi 25 mg/0,2 mL
didasari oleh kapasitas lambung hewan coba, yaitu maksimal 5 mL.
25 mg =
1 mg
0,2 mL x
X = 1 mg x 0,2 mL
25 mg
X = 0,008 mL
Bermakna : setiap dosis 1 mg daun kelor dilarutkan ke dalam 0,008 mL aquadest.
Maka, untuk mengukur dosis pemberian berupa larutan didapatkan rumus:
Y = P x 0,008
Ket : Y adalah jumlah larutan ekstrak daun kelor yang diberikan (mL).
P adalah jumlah ekstrak daun kelor dalam bentuk ekstrak (mg).
0,008 adalah volume aquadest yang dibutuhkan dalam 1 mg ekstrak daun kelor.
Kebutuhan per hari dalam
200 mg/KgBB 200 mg x 0,2 kg = 40 mg x 5 = 200 mg
400 mg/KgBB 400 mg x 0,2 kg = 80 mg x 5 = 320 mg
600 mg/kgBB 600 mg x 0,2 kg = 120 mg x 5 = 600 mg
Total = 200 mg + 320 mg + 600 mg = 1.120 mg
Ket : 0,2 kg adalah berat maksimal hewan coba dalam kriteria inklusi
5 adalah jumlah hewan coba dalam satu kelompok
Kemudian dimasukan ke dalam rumus di atas.
Y = 1.120 x 0,008
= 8,96 mL
Bermakna : Jumlah larutan ekstrak daun kelor yang dibutuhkan dalam satu hari
adalah 8,96 mL
45
Lampiran 9
Proses Penelitian
Gambar 6.1 Aklimatisasi hewan coba
Gambar 6.3 Pengukuran pH buffer
Gambar 6.5 Induksi STZ
Gambar 6.2 Penimbangan STZ
Gambar 6.4 Pencampuran STZ dan
Gambar 6.6 Pembuatan sukrosa 2%
46
Gambar 6.7 Pengukuran GDS
Gambar 6.9 Anastesi dengan kapas Eter
Gambar 6.8 Pemberian Ekstrak daun MO
Gambar 6.10 Nekropsi
47
Lampiran 10
Hasil Analisa Glukosa dan Trigliserida Darah
Hasil Glukosa Darah
1 2 3 4 5
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
KP 480 449 489 368 480 574 175 401 520 419
KN 85 116 113 116 85 115 118 118 100 113
P1 489 577 504
462 57 254 97 514 74
P2 235 85 403 63 403 103 460 344 498 412
P3 355 500 538 305 460 426 427 103 540 158
Hasil Trigliserida Darah
1 2 3 4 5
Kontrol Negatif 187.389 158.9698 228.4192 145.1155 176.0213
Kontrol Positif 140.675 127.8863 120.071 108.881 123.2682
Perlakuan dosis
200mg/KgBB 317.762 MATI 90.05329 135.3464 140.8526
Perlakuan dosis
400mg/KgBB 129.4849 160.746 174.2451 256.1279 283.8366
Perlakuan dosis
600mg/KgBB 532.5044 104.6181 290.7638 138.5435 259.5027
Deskriptif Glukosa Darah
Descriptives
Statistic Std. Error
KP_PRE Mean 413,7500 80,13985
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 158,7092
Upper Bound 668,7908
5% Trimmed Mean 421,1111
Median 480,0000
Variance 25689,583
Std. Deviation 160,27970
Minimum 175,00
Maximum 520,00
Range 345,00
Interquartile Range 258,75
Skewness -1,915 1,014
Kurtosis 3,749 2,619
KP_POST Mean 460,7500 39,02643
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 336,5505
Upper Bound 584,9495
48
5% Trimmed Mean 457,7778
Median 434,0000
Variance 6092,250
Std. Deviation 78,05287
Minimum 401,00
Maximum 574,00
Range 173,00
Interquartile Range 137,25
Skewness 1,633 1,014
Kurtosis 2,692 2,619
KN_PRE Mean 97,0000 7,84219
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 72,0426
Upper Bound 121,9574
5% Trimmed Mean 96,5000
Median 92,5000
Variance 246,000
Std. Deviation 15,68439
Minimum 85,00
Maximum 118,00
Range 33,00
Interquartile Range 28,50
Skewness 1,008 1,014
Kurtosis -,499 2,619
KN_POST Mean 115,5000 1,04083
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 112,1876
Upper Bound 118,8124
5% Trimmed Mean 115,5000
Median 115,5000
Variance 4,333
Std. Deviation 2,08167
Minimum 113,00
Maximum 118,00
Range 5,00
Interquartile Range 4,00
Skewness ,000 1,014
Kurtosis ,391 2,619
P1_PRE Mean 429,7500 59,53763
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 240,2747
Upper Bound 619,2253
5% Trimmed Mean 434,8333
Median 475,5000
Variance 14178,917
49
Std. Deviation 119,07526
Minimum 254,00
Maximum 514,00
Range 260,00
Interquartile Range 201,75
Skewness -1,812 1,014
Kurtosis 3,376 2,619
P1_POST Mean 305,5000 139,20279
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -137,5054
Upper Bound 748,5054
5% Trimmed Mean 304,2222
Median 294,0000
Variance 77509,667
Std. Deviation 278,40558
Minimum 57,00
Maximum 577,00
Range 520,00
Interquartile Range 500,00
Skewness ,041 1,014
Kurtosis -5,727 2,619
P2_PRE Mean 399,0000 58,04739
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 214,2673
Upper Bound 583,7327
5% Trimmed Mean 402,6111
Median 431,5000
Variance 13478,000
Std. Deviation 116,09479
Minimum 235,00
Maximum 498,00
Range 263,00
Interquartile Range 211,50
Skewness -1,369 1,014
Kurtosis 1,791 2,619
P2_POST Mean 236,0000 83,23160
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -28,8801
Upper Bound 500,8801
5% Trimmed Mean 234,6111
Median 223,5000
Variance 27710,000
Std. Deviation 166,46321
Minimum 85,00
Maximum 412,00
50
Range 327,00
Interquartile Range 305,50
Skewness ,132 1,014
Kurtosis -5,129 2,619
P3_PRE Mean 445,5000 38,37643
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 323,3691
Upper Bound 567,6309
5% Trimmed Mean 445,2778
Median 443,5000
Variance 5891,000
Std. Deviation 76,75285
Minimum 355,00
Maximum 540,00
Range 185,00
Interquartile Range 147,00
Skewness ,147 1,014
Kurtosis ,619 2,619
P3_POST Mean 296,7500 97,81221
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -14,5321
Upper Bound 608,0321
5% Trimmed Mean 296,2222
Median 292,0000
Variance 38268,917
Std. Deviation 195,62443
Minimum 103,00
Maximum 500,00
Range 397,00
Interquartile Range 364,75
Skewness ,054 1,014
Kurtosis -4,930 2,619
Normalitas Glukosa Darah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KP_PRE ,410 4 . ,729 4 ,024
KP_POST ,310 4 . ,840 4 ,195
KN_PRE ,278 4 . ,859 4 ,256
KN_POST ,155 4 . ,998 4 ,995
P1_PRE ,357 4 . ,789 4 ,084
51
P1_POST ,297 4 . ,797 4 ,097
P2_PRE ,264 4 . ,895 4 ,407
P2_POST ,288 4 . ,844 4 ,206
P3_PRE ,175 4 . ,995 4 ,983
P3_POST ,261 4 . ,878 4 ,329
a. Lilliefors Significance Correction
Transformasi Normalitas Glukosa Darah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Transform_KP_PRE ,447 5 ,001 ,636 5 ,002
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil Uji t berpasangan
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 KP_PRE - KP_POST -13,40000 145,61696 65,12189 -194,20734 167,40734 -,206 4 ,847
Pair 2 KN_PRE - KN_POST -15,40000 14,60479 6,53146 -33,53425 2,73425 -2,358 4 ,078
Pair 3 P1_PRE - P1_POST 124,25000 351,76543 175,88271 -435,48729 683,98729 ,706 3 ,531
Pair 4 P2_PRE - P2_POST 198,40000 114,17005 51,05840 56,63916 340,16084 3,886 4 ,018
Pair 5 P3_PRE - P3_POST 165,60000 218,09012 97,53287 -105,19465 436,39465 1,698 4 ,165
Hasil Uji Wilcoxon
Test Statisticsa
KP_POST -
KP_PRE
Z -,135b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,893
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Deskriptif Trigliserida
Descriptives
Statistic Std. Error
KP Mean 124,156291 5,1845543
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 109,761661
52
Upper Bound 138,550922
5% Trimmed Mean 124,087215
Median 123,268200
Variance 134,398
Std. Deviation 11,5930159
Minimum 108,8810
Maximum 140,6750
Range 31,7940
Interquartile Range 19,8046
Skewness ,248 ,913
Kurtosis ,953 2,000
KN Mean 179,182960 14,2665802
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 139,572583
Upper Bound 218,793337
5% Trimmed Mean 178,340250
Median 176,021300
Variance 1017,677
Std. Deviation 31,9010430
Minimum 145,1155
Maximum 228,4192
Range 83,3037
Interquartile Range 55,8615
Skewness ,925 ,913
Kurtosis ,926 2,000
P1 Mean 136,802860 51,8002297
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -7,017634
Upper Bound 280,623354
5% Trimmed Mean 134,349733
Median 135,346400
Variance 13416,319
Std. Deviation 115,8288348
Minimum ,0000
Maximum 317,7620
Range 317,7620
Interquartile Range 184,2807
Skewness ,875 ,913
Kurtosis 1,912 2,000
P2 Mean 200,888100 29,4546633
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 119,108844
Upper Bound 282,667356
5% Trimmed Mean 200,246694
53
Median 174,245100
Variance 4337,886
Std. Deviation 65,8626293
Minimum 129,4849
Maximum 283,8366
Range 154,3517
Interquartile Range 124,8668
Skewness ,425 ,913
Kurtosis -2,304 2,000
P3 Mean 265,186500 75,4870930
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 55,600730
Upper Bound 474,772270
5% Trimmed Mean 259,255972
Median 259,502700
Variance 28491,506
Std. Deviation 168,7942713
Minimum 104,6181
Maximum 532,5044
Range 427,8863
Interquartile Range 290,0533
Skewness 1,122 ,913
Kurtosis 1,283 2,000
Hasil Uji Normalitas Trigliserida
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KP ,174 5 ,200* ,986 5 ,962
KN ,198 5 ,200* ,951 5 ,746
P1 ,286 5 ,200* ,930 5 ,600
P2 ,257 5 ,200* ,909 5 ,463
P3 ,240 5 ,200* ,905 5 ,437
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil Uji Homogenitas Trigliserida
Test of Homogeneity of Variances
Data_Trigliserida
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,472 4 20 ,078
54
Hasil Uji Oneway Anova untuk Trigliserida
ANOVA
Data_Trigliserida
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 63352,516 4 15838,129 1,671 ,196
Within Groups 189591,142 20 9479,557
Total 252943,658 24
55
Lampiran 11
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Masnunah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 26 Juni 1998
Agama : Islam
Alamat : Sambirono Kulon RT016/RW003 Sidodadi, Kec Taman, Sidoarjo
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002 – 2004 : TK Darussalam
2004 – 2010 : SD Negeri Kramat Jegu 1 Kabupaten Sidoarjo
2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Taman Kabupaten Sidoarjo
2013 – 2016 : SMA Negeri 6 Kediri
2016 – sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta