Efek magnesium sulfat sebagai analgesic post.docx

Embed Size (px)

Citation preview

TERJEMAHANEFEK MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI ANALGESIK POST-OPERATIF PADA BEDAH GINEKOLOGIS

ABSTRAKTujuan: Penelitian ini menunjukkan efek positif dari magnesium sulfat (mgSO4) untuk mengurangi nyeri dan sebagai analgesic post-operatif pada pasien yang menjalani bedah.Bahan dan metode:Penelitian dilakukan secara acak pada 30 pasien perempuan pada rumah sakit rasool-e-akram di Tehran pada bulan agustus 2012 sampai maret 2013. Pasien yang dipilih sebagai responden untuk bedah ginekologi adalah pasien yang akan dilakukan hysterectomy dan atau myomectomy yang dipilih secara acak. Kelompok yang digunakan dalam penilitian ini sebanyak 15 orang dan kelompok kontrol sebanyak 15 orang. Tehnik anestesi yang digunakan diberikan secara sama kepada semua responden. Selain induksi anestesi, pada kelompok penelitian diberikan MgSO4 sebagai analgesik yang diberikan secara IV sebanyak 50 mg/kgBB bolus dan dosis maintenance sebanyak 8 mg/kgBB Iv. Kelompok kontrol diberikan agen anestesi yang sama dan diberikan saline isotonik sebagai pengganti MgSO4. Analgesik postoperative juga diberikan kepada kedua kelompok selama 24 jam. pada kedua kelompok digunakan Skala analog visual untuk evaluasi nyeri postoperatif.Hasil:Terdapat penurunan penggunaan analgesic dan nyeri pada kelompok yang diberikan MgSO4, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penilaian beratnya nyeri, selama 24 jam postoperative menunjukkan hasil yang sama pada kedua kelompok. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dosis petidin yang diberikan antara kelompok penilitian dan kelompok kontrol.Kesimpulan: Intra-operatif MgSO4 efektif untuk mengontrol nyeri postoperatif pada laparotomy abdomen bagian bawah. penelitian kedepannya harus digunakan sample yang lebih banyak dan follow-up yang panjang harus dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keamanan dan untuk mengetahui dosis MgSO4 sebagai yang dapat memberikan efek analgesik post-operatif

PENDAHULUAN Mengontrol nyeri post-operatif selalu menjadi perbincangan diantara para ahli bedah. Kejadian nyeri post-operatif yang dirasakan oleh pasien telah digambarkan secara berbeda oleh beberapa penelitian. Pada salah satu penelitian, 75% pasien yang telah dibedah mengalami nyeri akut post-operatif. Analgesic yang sesuai dapat mengurangi kesakitan dan komplikasi pada pasien bedah dengan menurangi refleks autonomy, somatik dan endokrin. Hysterectomy dan myotectomy adalah bedah ginekologi yang paling banyak dilakukan dengan menggunakan metode laparatomydan untuk mengontrol nyeri post-operatif adalah salah satu masalah utama pada pasien yang telah dioperasi. Magnesium adalah kation intraseluler yang berkontribusi untuk mengatur reaksi enzyme dan mengatur kanal ion. Magnesium digunakan sebagai analgesik dikarenakan efeknya untuk memblok kanal kalsium. Meskipun mekanisme aksi dari magnesium belum dapat dipahami secara jelas, namun hal ini berhubungan dengan regulasi reseptor N-methyl-D-Aspartat (NMDA). Beberapa penelitian yang telah melakukan evaluasi mengenai peranan dari MgSO4 sebagai agen untuk mengontrol nyeri dan mengurangi penggunaan analgesic intra dan post-operatif. Pada beberapa penelitian juga menyimpulkan bahwa MgSO4 dapat mengurangi kebutuhan akan agen analgesik opioid.Narcotic seperti pethidin yang banyak digunakan merupakan agen cost-efektif untuk mengontrol nyeri post-operatif. Namun, efek samping yang berhubungan dengan penggunaan pethidin telah menjadi perhatian. Penemuan metode yang aman dan cost-efectif untuk mengurangi nyeri selalu menjadi perdebatan dan topic hangat dalam dunia pembedahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari MgSO4 pada intra-operatif dan post-operatif sebagai analgesik dalam bedah ginekologis. BAHAN DAN METODE: Penelitian dilakukan secara acak pada 30 perempuan dengan umur antara 36 sampai 56 tahun yang masuk kriteria ASA I-II yang akan melakukan operasi laparatomi pada bagian abdomen bawah (hysterectomy dan myotectomy) pada rumah sakit pendidikan. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komite etik dari penelitian medis universitas iran. Kriteria eklusi adalah pada responden yang memilki alergi terhadap MgSO4, disfungsi ginjal, hepar dan kardiovaskular, gangguan neurologis, gangguan disfungsi atrioventrikular, penyalahgunaan opioid atau analgesic, dan terapi jangka panjang dengan kalsium chanel blocker atau magnesium. Sebelum diinduksi, monitoring dimulai dengan ekg, pulse oximetry dan mengukur tekanan darah. Dalam ruang operasi, infus saline isotonic (normal saline) diberikan secara continue selama operasi untuk semua pasien. tehnik general anestesi juga diberikan pada semua pasien. Midazolam (0,2 mg/kg) sebagai premedikasi, profopol (2 mg/kg), fentanyl (2 mcg/kg) sebagai agen induksi, dan atrakurium (0,5 mg/kgBB) untuk intubasi endotrakeal. Pada maintenance, diberikan profopol (100-150 mg/kg/min) dan remifentanyl (0,4 mcg/kg/min). Fentanyl (1 mg/kg) diberikan sebelum operasi selesai dan diakhir pembedahan diberikan neostigmine (0,04 mg/kg) dan atropine (0,02 mg/kg). 30 pasien yang dipilih secara acak diberikan 50 mg/kgBB MgSO4 dalam 100 ml saline isotonic diatas 10 menit sebelum induksi anestesi dan 8 mg/kgBB/hr dalam infus secara continue hingga operasi selesai (kelompok penelitian) atau menerima volume saline isotonic yang sama (kelompok kontrol). Pasien dan ahli anestesi tidak mengetahui tentang pemberian ini. Penelitian ini di dokumentasikan oleh orang yang tidak mengetahui kedua kelompok. MgSO4 dan agent anesthetic infus tidak dilanjutkan pada saat penutupan kulit. Setelah akhir pembedahan, Visual analog scale (VAS) dari 0-10 (dengan 0 yang berarti tidak ada nyeri dan 10 menandakan nyeri yang paling hebat), digunakan untuk evaluasi nyeri post-operatif selama beberapa waktu ( 30 min, 4 jam, 12 jam, dan 24 jam setelah operasi) Jika pasien mengeluhkan nyeri atau vas lebih tinggi dari 4 , diberikan 30 mg pethidine, jika diperlukan dosis yang sama diulangi 3 jam setelah pasien bebas nyeri. Total dosis dan jumlah dosis yang diinjeksikan harus didokumentasikan. Post-operatif mual, muntah, frekuensi pernapasan, frekuensi nadi, refleks tendon dan GCS harus di dokumentasikan selama penelitian.

ANALISA STATISTIK Data yang di gunakan adalah karakteristik demografi, keluhan pasien, VAS Score, dan jumlah dosis pethidine yang digunakan. Variabel numerik menggunakan mean SD. Dalam penelitian ini digunakan uji independent-t dan chi-square untuk membandingkan variabel kuantitatif dan kualitatif. Nilai p 0,05 menandakan perbedaan yang signifikan. Semua analisis menggunakan SPSS version 20, Chicago, Illionis, USA.

HASIL Umur rata-rata pasien adalah 48,85 4,8 tahun (rentang: 36-56 tahun) (tabel 1). Pasien pada kelompok kontrol menunjukkan nyeri post-operatif yang lebih tinggi pada rata-rata dengan skala VAS jika dibandingkan dengan kelompok penelitian pada 30 menit, 4 jam dan 12 jam pasca operasi. Evaluasi nyeri menghasilkan nilai yang sama pada kedua kelompok, kecuali pada 12 jam pertama. Skor nyeri menurun secara signifikan dalam waktu 12 jam pertama pada pasien yang menerima MgSO4 (p=