88
i EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP ORGAN GASTER MENCIT BALB/c SKRIPSI Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) Oleh: ARIS ADI PURNOMO NIM: 1113103000076 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

i

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea

europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP

ORGAN GASTER MENCIT BALB/c

SKRIPSI

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Oleh:

ARIS ADI PURNOMO

NIM: 1113103000076

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2016 M

Page 2: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

ii

Page 3: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

iii

Page 4: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

iv

Page 5: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas segala

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini yang berjudul “EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN

ZAITUN (Olea europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP

ORGAN GASTER MENCIT BALB/c”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Secara umum skripsi ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, prosedur penelitian, hasil dan pembahasan serta kerjasama

penelitian tentang efek pemberian ekstrak daun zaitun pada terapi asma terhadap

organ gaster mencit Balb/c. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mendapat

bantuan, arahan dan bimbingan dari banyak pihak yang terkait. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nurul Hiedayati, Ph.D. dan Ibu Dr. Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed

selaku dosen pembimbing I & II yang telah membantu dalam pengerjaan

skripsi, memberikan arahan, nasihat serta masukan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Nurlaely Mida R, M.Biomed, Ph.D selaku PJ laboratorium Animal house

yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini khususnya dalam

perlakuan hewan coba.

Page 6: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

vi

5. Dosen-dosen pengajar Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK

UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

6. Orang tua saya, Suyadi serta ibu saya, Siti Maryatun (Almh.) yang selalu

memberikan nasihat, dukungan serta doa kepada saya. Serta seluruh keluarga

besar saya yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam

menempuh pendidikan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPD

2013, drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku PJ Laboratorium Riset, dr.

Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku PJ Laboratorium Farmakologi, Ibu Rr. Ayu Fitri

Hapsari, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Histologi yang telah memberikan

izin atas penggunaan laboratorium pada penelitian ini.

8. Teman-teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013, terutama

Abdir Rohman Al-Hamdany, M. Iqbal Dzaki asy’ari, Rahmei Shofia, Nihayatul

Kamila dan Latifatul Bariyah selaku satu kelompok riset dengan peneliti yang

telah memberikan dukungan dan masukan dalam pengerjaan skripsi ini, juga

Ahmad Fahmi Zamzami dan Haidarotul Mila yang megajari peneliti dalam

mengolah data statistik.

9. Dien Fitri selaku Laboran Histologi, Pak Rachmadi selaku Laboran

Farmakologi yang telah membantu peneliti dalam penggunaan laboratorium.

10. Teman-teman anggota CSS MoRA 2013 yang telah menghibur dan selalu

bersama di saat suka maupun duka, Juga Ahmad Fahmi Zamzami dan Afza

Azzindani yang telah membantu penulis dalam mengolah data statistik.

11. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang

namanya tidak penulis sebutkan dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Selain itu, penulis juga berharap

makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para

pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi skripsi ini

sehingga dapat menjadi lebih baik untuk masa depan.

Page 7: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

vii

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, Semoga hasil penelitian ini dapat

memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Wassalaimu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 14 Oktober 2016

Aris Adi Purnomo

Page 8: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

viii

ABSTRAK

Aris Adi Purnomo, Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Efek

Pemberian Ekstrak Daun Zaitun (Olea europaea L.) sebagai Terapi Asma

terhadap Organ Gaster Mencit Balb/c. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Latar Belakang: Seperti pengobatan herbal lain pada umumnya, daun zaitun (Olea

europaea L.) sebagai obat alternatif pada terapi asma harus diuji keamanannya

terlebih dahulu apakah menimbulkan efek samping terhadap organ lain atau tidak

Tujuan: Penelitian ini ingin mengetahui efek pemberian ekstrak daun zaitun

dengan dosis 100 dan 200 mg/kgBB peroral selama 7 hari terhadap mukosa gaster

mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin pada terapi asma dan yang tidak diinduksi

ovalbumin

Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan rancangan

post test only control group design. Mencit jenis Balb/c di bagi menjadi 5 kelompok

perlakuan, yaitu 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol

(P1) diberikan PBS (Phosphate Buffer Saline) intraperitoneal, peroral dan inhalasi.

Kelompok Kelompok 2 dan 3 (P2 dan P3) diberikan Alum-Ova dosis 50 µg/ml ip

dan ekstrak daun zaitun dengan dosis masing-masing 100 mg/kgBB dan 200

mg/kgBB peroral, kemudian distimulansi dengan ovalbumin inhalasi. Sedangkan

kelompok P4 dan P5 hanya diberikan ekstrak daun zaitun saja dengan dosis masing-

masing 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB peroral dan inhalasi. Selain itu kelompok

P4 dan P5 juga diberikan ekstrak daun zaitun dosis 50 mg/kgBB ip. Gaster mencit

kemudian dibuat preparat dan diamati pada mikroskop. Gambaran mikroskopik

gaster dinilai berdasarkan presentase kerusakan mukosa epitel gaster dalam %.

Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova dan

dilanjutkan dengan uji Post Hoc melalui program SPSS versi 22.0 for Windows.

Hasil: Hasil uji One Way Anova di dapatkan nilai p=0,003. Kemudian dilanjutkan

dengan analisis post hoc dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna

pada persentase kerusakan mukosa gaster pada kelompok yang diberikan ekstrak

daun zaitun dan diinduksi ovalbumin (p<0,05), serta tidak terdapat perbedaan

bermakna pada kelompok yang hanya diberikan ekstrak daun zaitun saja.

Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun zaitun sebagai terapi asma tidak

menimbulkan kerusakan mukosa gaster mencit Balb/c,

Kata Kunci: ekstrak daun zaitun, Olea europaea L., ovalbumin, kerusakan mukosa

gaster

Page 9: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

ix

ABSTRACT

Aris Adi Purnomo, 1113103000076, Medicine and Medical Profession Study

Program. Effect of Olive Leaves Extract (Olea europaea L.) for asthma therapy

On Stomach Balb/c Mice Organ. Faculty of Medicine and Health Sciene,

Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016

Background: Like a herbal medicine in generally, olive leaves (Olea europaea L.)

as alternative medicine on asthma therapy should be investigsted for safety in

advance whether it give adverse effect to other organs or not

Aim: This study investigate the effect of olive leaves extract at dose of 100 and 200

mg/body weight orally for 7 days on stomach mucosal Balb/c mice induced by

ovalbumin in asthma therapy and not induced ovalbumin

Method: This study was laboratoric experimental research experimental with post

test only control group design. Balb/c mice were divided into 5 groups, 1 control

group and 4 treatment groups. The control group (P1) was given PBS (Phosphate

Buffer Saline) intraperitoneal, orally and inhalation. Second and Third group was

given (P2 and P3) Alum-ova with dose 50 µg/ml ip and olive leaves extract with

each dose of 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB orally and then were challenged with

ovalbumin inhalation. Fourth and fifth group (P4 and P5) was given only olive

leaves extract with each dose of 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB orally and

inhalation. In additition, fourth and fifth group was also given olive leaf extract with

dose of 50 mg / kgbb ip. Gaster mice were then made preparations and observe in

the microscope. Microscopic appearance then value based on a percentage of gastric

mucosa gastric epithelial damage in %. Results of the study was analyzed using

One Way Anova and processed with Post Hoc test through SPSS version 22.0 for

Windows.

Results: One way Anova test result showed p value= 0,003. Then processed with

a Post hoc test and showed significant differences on gastric mucosal lesion in the

group who was given olive leaves extract and ovalbumin induced (p<0,05), and

there is no significant differences who was given only olive leaves extract alone.

Conclusion: The olive leaves extract as asthma therapy does not cause Balb/c

mice’s gastric mucosal damage.

Keywords: olive leaves extract (Olea europaea L.), ovalbumin, stomach mucosal

damage

Page 10: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………............ i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………….. iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. v

ABSTRAK BAHASA INDONESIA............................................................... viii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS..................................................................... ix

DAFTAR ISI……………………………………………................................ x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………........................ xiv

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xv

BAB I ………………………………………………………………………... 1

1.1 LATAR BELAKANG…………........................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………….. 2

1.3 HIPOTESIS…………………………………………………………… 2

1.4 TUJUAN PENELITIAN……………………………………………… 3

1.4.1 Tujuan Umum………………...………………………………..... 3

1.4.2 Tujuan Khusus………………..………………………………… 3

1.5 MANFAAT PENELITIAN……………………...………………….... 3

1.5.1 Pelayanan Kesehatan…………………………………………… 3

1.5.2 Penelitian………………………………………………………… 3

1.5.3 Pendidikan………………………………………………………. 4

BAB II ………………………………………………………………………. 5

2.1 Tumbuhan Zaitun (Olea europaea L.) ………………………………. 5

2.1.1 Karakteristik Umum…………………………………………….. 5

2.1.2 Kandungan dan Manfaat Ekstrak Daun Zaitun ….…………….... 7

2.1.3 Toksisitas Daun Zaitun terhadap Organ Gaster………………… 13

2.2 Gaster Mencit…………………………………………………. 13

2.2.1 Anatomi Gaster …………………………………………………. 13

Page 11: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

xi

2.2.2 Histologi Gaster ………………………………………………… 14

2.2.3 Fisiologi Gaster…………………………………………………. 15

2.2 4 Penyakit Gaster Terkait Inflamasi………………………………. 17

2.2.4.1 Gastritis………………………………….…………………... 17

2.2.4.2 Ulkus Peptikum…………………………………………….... 20

2.3 Inflamasi dan Kerusakan Jaringan Gaster……………………………. 22

2.4 Ovalbumin……………………………………………………………. 27

2.5 Asma………………………………………………………………….. 29

2.6 Kerangka Teori………………………………………………………. 31

2.7 Kerangka Konsep…………………………………………………….. 32

2.8 Definisi Operasional …………………………………………………. 33

BAB III……………………………………………………………………… 34

3.1 Desain Penelitian…………...………………………………………… 34

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian……………............…………………… 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 35

3.3.1 Kriteria Sampel...................……………………………………... 36

3.3.1.1 Kriteria Inklusi……………………………………………… 36

3.3.1.2 Kriteria Eksklusi……………………………………………. 36

3.4 Variabel Penelitian…………………………...………………………. 36

3.4.1 Variabel Bebas………………………..………………………… 36

3.4.2 Variabel Tergantung……………………...................................... 36

3.5 Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………. 36

3.5.1 Alat Penelitian …………………….……………………………. 36

3.5.2 Bahan Penelitian…………………………………………….….. 37

3.6 Data yang Dikumpulkan……………………………............................ 37

3.7 Prosedur Penelitian…………………………………………………… 37

3.7.1 Determinasi Daun Zaitun (Olea europaea L.)............................... 37

3.7.2 Aklimatisasi .................................................................................. 37

3.7.3 Sensitisasi ………………………...…………………………….. 38

3.7.4 Pemberian Ekstrak Daun Zaitun pada Mencit…………………... 38

3.7.5 Induksi (Challenge) Ovalbumin pada Mencit…………………… 39

3.7.6 Nekropsi dan Pengambilan Jaringan Gaster……………………... 40

Page 12: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

xii

3.7.7 Pembuatan Preparat Histopatologi dan Pewarnaan dengan

Hematoksilin-Eosin (HE)………………………………….......... 41

3.7.7.1 Fiksasi……………………………………………………… 41

3.7.7.2 Dehidrasi…………………………………………………… 41

3.7.7.3 Clearing…………………………………………………….. 42

3.7.7.4 Embedding…………………………………………………. 42

3.7.7.5 Blocking……………………………………………………. 43

3.7.7.6 Pemotongan Jaringan (Sectioning)…………………………. 43

3.7.7.7 Pewarnaan Hematoxilin-Eosin (HE)………………….......... 44

3.7.7.8 Pelabelan…………………………………………………… 46

3.8 Pengamatan Mikroskopik Jaringan Gaster…………………………… 46

3.9 Alur Penelitian……………………………………………………….. 47

3.10 Prosedur Pengamatan ...…………………………………………….. 48

3.11 Analisis Data Statistik………………………………………………. 48

BAB IV………………………………………………………………………. 49

4.1 Determinasi Daun Zaitun……………………………………………... 49

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………………….. 49

4.3 Keterbatasan Penelitian……………………………………………….. 56

BAB V……………………………………………………………………….. 57

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 57

5.2 Saran………………………………………………………………….. 57

BAB VI……………………………………………………………………… 58

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 59

LAMPIRAN…………………………………………………………………. 65

Page 13: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

xiii

DAFTAR TABEL

Tebel 2.1 Mediator Inflamasi dan Aksi……………………………………. 26

Tabel 2.2 Definisi Operasional Variabel………………………………… 33

Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan……………………………………………… 35

Tabel 4.1 Hasil Uji One Way Anova ………………………………………… 53

Tabel 4.2 Hasil Uji LSD pada Analisis Post hoc …………………………... 54

Tabel 7.1 Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji………………………... 69

Tabel 7.2 Uji Normalitas Data……………………………………………… 69

Tabel 7.3 Uji Homogenitas Data………………………………………… 69

Tabel 7.4 Uji One Way Anova……………………………………………….. 70

Tabel 7.5 Uji LSD dengan Analisis Post hoc………………………………. 70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah dan daun zaitun (Olea europaea L)………………………. 5

Gambar 2.2 Struktur kimia berbagai macam komponen fenol yang sering

ditemukan pada ekstrak daun zaitun……………………………. 12

Gambar 2.3 Anatomi gaster mencit………………………………………….. 14

Gambar 2.4 Histologi gaster mencit…….……………………………............ 15

Gambar 2.5 Histologi organ gaster ………………………………………….. 16

Gambar 2.6 Perbedaan gaster manusia dan mencit………………………….. 17

Gambar 2.7 Komponen respon inflamasi akut dan kronik serta fungsi utama. 26

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopik mukosa gaster mencit Balb/c (100x)….. 50

Gambar 4.2 Gambaran mikroskopik mukosa gaster mencit Balb/c (400x)….. 51

Gambar 4.3. Grafik rata-rata kerusakan mukosa gaster mencit Balb/c……… 52

Gambar 7.1 Hasil determinasi/ identifikasi bahan uji……………………… 68

Gambar 7.2 Nebulizer dan kandang tempat inhalasi………………………… 67

Gambar 7.3 Pembiusan pada mencit………………………………………... 67

Gambar 7.4 Proses inhalasi mencit …………………………………………. 67

Gambar 7.5 Proses nekropsi mencit ………………………………………… 67

Gambar 7.6 Sonde ekstrak zaitun……………………………………………. 67

Page 14: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji……………………… 65

Lampiran 2 Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian………………………… 66

Lampiran 3 Gambar Proses Penelitian………………………………………. 67

Lampiran 4 Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Zaitun………………………... 68

Lampiran 5 Hasil Analisis Statistik Data……………………………………. 69

Lampiran 6 Riwayat Penulis…………………………………………………. 72

Page 15: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

xv

DAFTAR SINGKATAN

µg /ml : Mikrogram/mililiter

ACE : Angiotensin Converting Enzime

ACG : America College of Gastroenterology

AGD : Analisa Gas Darah

Alum-Ova : Aluminium Hidroksida - Ovalbumin

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

COX : Cyclooxygenase

CRS : Cold Restraint Stress

FKIK : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

FKUI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

HE : Hematoxilin Eosin

HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency

Syndrome

HPFR : Hunger Pain Food Relief

IFN-γ : Interferon-γ

igG : Imunoglobulin G

IL-1 : Interleukin-1

ip : Intraperitoneal

IPB : Institut Pertanian Bogor

LDL : Low Density Lipoprotein

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LSD : Least Significance Difference

MALT : Mucose Associated Lymphoid Tissue

MRSA : Methicilin Resistant Staphylococcus aureus

MUFAs : Mono Unsaturated Fatty Acids

NO : Nitrit Oksida

NSAIDs : Non Steroid Anti Inflammatory Drugs

OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid

PAF : Platelet Activating Factor

PBS : Phosphate Buffer Saline

Page 16: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

xvi

PPI : Proton Pump Inhibitor

ROS : Reactive Oxygen Species

SAT : Stool Antigen Test

TB : Tuberkulosis

TNF-α : Tumor Nerosis Factor-α

UBT : Urea Breath Test

Page 17: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, Indonesia merupakan tempat yang kaya tanaman

herbal. Salah satu tanaman herbal yang terdapat di Indonesia yaitu tumbuhan zaitun

(Olea europaea L.). Zaitun merupakan satu dari sekian banyak produk tanaman

yang sudah teregistrasi ke dalam daftar Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM).1

Zaitun merupakan tanaman yang biasanya tumbuh di daerah beriklim tropis

seperti di Indonesia dan kawasan timur Mediterania dan memiliki karakteristik

berupa bunga yang berbentuk lonceng pendek dan gemuk.2 Bagian tanaman zaitun

yang sering dimanfaatkan adalah buah zaitun untuk dijadikan minyak zaitun.

Tanaman zaitun merupakan tanaman yang sering digunakan untuk kosmetika dan

campuran dalam makanan. Tetapi sampai saat ini, sebagian besar orang Indonesia

hanya mengetahui bahwa hanya buah dari pohon zaitun saja yang dapat

dimanfaatkan. Berbeda dengan di luar negeri, berbagai penelitian telah dilakukan,

tidak hanya buah zaitunnya saja yang diteliti, melainkan juga daunnya, yang

diketahui mempunyai berbagai macam efek terapeutik, salah satunya yaitu dalam

pengobatan asma. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa daun zaitun

memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan, diantaranya yaitu pada

pengobatan penyakit terkait inflamasi pada saluran pernafasan, diantaranya yaitu

asma. Berbagai macam penelitian melaporkan bahwa kandungan pada ekstrak daun

zaitun, yaitu oleuropein dan hidroksitirosol mempunyai efek antiinflamasi,

sehinggga dapat menghambat proses terjadinya penyakit asma. 2,3

Secara farmakologi, pemberian suatu obat secara peroral dapat mengalami

proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.4 Pada proses absorbsi,

banyak sekali zat/ bahan potensial yang dapat menyebabkan efek yang berbahaya

dalam tubuh, misalnya obat-obatan kimia pada pengobatan modern, juga senyawa

aktif dalam obat herbal. Oleh karena itu, dalam pengembangan obat dan kedokteran

klinis, termasuk pengembangan obat herbal biasanya dipertimbangkan 2 efek yang

dapat muncul, yaitu efek menguntungkan atau terapeutik serta serta efek toksik atau

Page 18: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

2

adverse effect. Efek ini umumnya dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya

kandungan senyawa aktif, dosis, kondisi tubuh pasien dan lama waktu pemberian

obat. Jadi, sebelum obat herbal dapat dipasarkan, maka harus diuji keamanannya

terlebih dahulu melalui serangkaian tahap uji preklinik dan uji klinik untuk menilai

farmakokinetik dan farmakodinamik yang ditimbulkan dari pengobatan herbal.4

Efek samping akibat pengobatan herbal bisa terjadi di organ manapun, salah

satunya pada penelitian ini yaitu meneliti efek samping pemberian ekstrak daun

zaitun pada terapi asma terhadap organ gaster, karena organ gaster merupakan salah

satu organ yang berfungsi dalam proses pencernaan atau denaturasi protein, baik

itu protein nabati maupun protein hewani. Patogenesis tersering timbulnya efek

toksik dari pemberian tanaman herbal yaitu terjadinya iritasi atau inflamasi pada

mukosa saluran pencernaan.4 Meskipun banyak penelitian yang melaporkan tentang

manfaat ekstrak daun zaitun, namun sedikit penelitian yang melaporkan tentang

efek samping akibat pemberian ekstrak daun zaitun. Pada penelitian ini daun zaitun

diperoleh dari tumbuhan zaitun yang ditanam di Indonesia.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka peneliti melakukan

penelitian preklinik mengenai efek pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea

L.) sebagai terapi asma terhadap organ gaster mencit strain Balb/c, apakah

memberikan efek toksik atau tidak terhadap organ gaster yang dinilai melalui

persentase kerusakan mukosa gaster.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana efek pemberian ekstrak

daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma terhadap organ gaster mencit

Balb/c.

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun zaitun (Olea

europaea L.) sebagai terapi asma tidak memberikan efek samping dan tidak

menyebabkan kerusakan mukosa gaster yang signifikan pada organ gaster mencit

Balb/c yang diinduksi ovalbumin maupun yang tidak diinduksi ovalbumin.

Page 19: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

3

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek pemberian ekstrak

daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma terhadap organ gaster mencit

Balb/c yang diinduksi ovalbumin, apakah memberikan efek samping terhadap

organ gaster mencit atau tidak.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian

ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma terhadap gambaran

histopatologi mukosa gaster mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin dan yang

tidak diinduksi ovalbumin, apakah memberikan kerusakan yang bermakna terhadap

mukosa epitel lambung atau tidak.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1.5.1 Pengembangan Obat

Penelitian ini diharapkan ekstrak daun zaitun dapat menjadi salah satu dasar

dalam pengembangan obat herbal terstandar dan menjadi obat alternatif bila

informasi tentang manfaat dan keuntungan yang ditimbulkannya tinggi serta efek

samping yang ditimbulkannya minimal yang didapatkan melalui serangkaian uji

tahap preklinik maupun uji klinik, sehingga dapat digunakan dalam praktek

kesehatan, khususnya dalam pelayanan primer.

1.5.2 Penelitian

Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga dapat digunakan

sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian terhadap ekstrak daun zaitun yang

lebih mendalam.

Page 20: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

4

1.5.3 Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan meningkatkan

pemahaman mengenai efek samping pemberian ekstrak daun zaitun sebagai terapi

asma terhadap organ gaster mencit Balb/c.

Page 21: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Zaitun (Olea europaea L.)

2.1.1 Karakteristik Umum

Tumbuhan zaitun dalam ilmu taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut: 5

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionata

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Superorder : Asteranae

Order : Lamiales (Srophulariales)

Famili : Oleaceae

Genus : Olea L.

Spesies : Olea europaea L.

Gambar 2.1. Buah dan daun zaitun (Olea europaea L)

Sumber: Fehri (1996)

Tumbuhan Zaitun (Olea europaea L.), seperti yang terlihat pada gambar 2.1

termasuk pohon yang berukuran kecil dan digolongkan ke dalam suku Oleaceae

dalam ilmu taksonomi. Suku Oleaeae memiliki sekitar 29 genus/marga, dan genus

Page 22: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

6

Olea memiliki sekitar 35 spesies. Semua genus Olea memiliki jumlah kromosom

2n= 46 (x=23). Pohon zaitun ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 6-9 meter (12-

20 kaki), bahkan pohon dewasanya dapat mencapai ketinggian antara 25-30 kaki

(8-10 meter). Daun zaitun memiliki panjang sekitar 7,5 cm, memiliki bentuk seperti

lancet atau linier, dengan bagian bawahnya lebih cerah dari bagian atasnya,

memiliki semacam rambut seperti sisik halus pada bagian bawah daun. Daun zaitun

berganti setiap interval 2-3 tahun. Pada buah zaitun yang belum matang, kulit

buahnya berwarna hijau, sedangkan pada buah zaitun yang sudah matang memiliki

kulit buah yang berwarna hitam. Pohon zaitun dapat hidup sangat lama, bahkan di

pulau Crete, Yunani banyak terdapat pohon zaitun yang berusia lebih dari 1000

tahun.2,6,7,8

Sekarang ini, banyak dari varietas tumbuhan zaitun telah dikenali, dan

peneliti memperkirakan terdapat sekitar 30-35 spesies dari genus Olea, dan spesies

Olea europaea L. sendiri terdiri dari banyak grup dan lebih dari 2600 kultivar yang

telah teridentifikasi. Subspesies tumbuhan zaitun terdistribusi di negara kawasan

Mediterania, terutama negara Eropa bagian selatan. Pohon zaitun tampaknya bukan

merupakan tumbuhan asli, melainkan tumbuhan yang mengalami hibridasi dan

mutasi. Spesies tumbuhan yang berasal dari negara tropis dan subtropics Afro-

Asian, seperti Olea chrysophilla dan Olea excels kemungkinan memiliki pengaruh

evolusi tersebut. Oleh karena itu, tumbuhan zaitun diperkirakan berasal dari daratan

Asia-Afrika, kemudian menyebar kearah barat di sepanjang pesisir laut

Mediteranian dan negara Eropa bagian selatan, lalu kemudian menyebar ke seluruh

daratan Eropa. Pohon zaitun sekarang juga dibudidayakan di berbagai negara di

dunia, seperti Australia, Amerika Selatan dan Amerika Utara (Argentina, Chili,

Amerika Serikat) dan Afrika Selatan). Lembah Mediteranian merupakan wilayah

tradisional dalam budidaya pohon zaitun dan menyumbang produksi pohon zaitun

dunia, yaitu sekitar 98%. Adapun negara bagian Eropa yang telah

mengembangbiakkan tumbuhan zaitun secara komersial yaitu Spanyol, Itali,

Portugal, Albania, Montenegro, Yunani dan Cyprus. Sedangakan dari benua Asia

sendiri ada Syiria, Lebanon, Jodania, Palestina, Irak, Iran, Jepang dan China.5

Menurut perkiraan, budidaya pohon zaitun telah dilakukan selama kurang

lebih 7000 tahun, dan berdasarkan bukti arkeologis menunjukkan bahwa bangsa

Page 23: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

7

Minoan yang tinggal di pulau Crete, Yunani telah menanam pohon zaitun secara

komersial.9 Di dalam sastra Yunani kuno juga menunjukkan bahwa zaitun sangat

bermanfaat bagi kesehatan tubuh.9 Dalam konteks agama, kata zaitun juga

disebutkan dalam alkitab milik agama Kristen maupun Al-Qur’an milik agama

Islam. Di dalam surat An-Nur Ayat 35 disebutkan bahwa zaitun merupakan suatu

pohon yang diberkati. Pohon zaitun memiliki sejarah yang panjang selama berabad-

abad. Sejarah mencatat bahwa zaitun digunakan oleh orang-orang mesir kuno untuk

melakukan mumifikasi Fir’aun.9 Demikian zaitun juga dipercaya dapat digunakan

untuk mengobati demam dan menyembuhkan penyakit tropis, misalnya malaria.10

Secara ekonomis, zaitun merupakan suatu komoditas yang penting dan

sangat menguntungkan, karena produk olahan dari tumbuhan zaitun sering

digunakan oleh hampir setiap orang di seluruh dunia. Hal terebut dikarenakan

minyak zaitun mempunyai banyak manfaat, misalnya untuk produk olahan

makanan, bahan kosmetika, dan lain-lain.

Seperti makhluk hidup lainnya, pohon zaitun juga bisa rusak dari berbagai

macam penyakit dan pestisida, yang mana kerusakan dapat meliputi akar, batang,

buah maupun daun zaitun. Penyebab penyakit pada pohon zaitun bisa bermacam-

macam, mulai dari bakteri, jamur maupun virus. Salah satu contoh yaitu jamur

Cycloconium oleaginum yang dapat merusak daun dan buah zaitun. Ada juga

bakteri Pseudomonas savastanoi yang menimbulkan benjolan atau bonggol kecil

pada cabang pohon dan batangnya.11 Diantara hama tanaman pohon zaitun, yang

paling merusak adalah lalat buah zaitun (Bactrocera olea Gmelin), ngengat zaitun

(Prays oleae Bernard), dan black scale (Saissetia oleae Olivier).

2.1.2 Kandungan dan Manfaat Ekstrak Daun Zaitun

Zaitun sudah dipercaya sejak zaman dahulu dalam mengobati berbagai

macam penyakit, contohnya demam dan penyakit tropis misalnya malaria.10 Selain

itu, penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak zaitun selama kehamilan

menunjukkan penurunan resiko kejadian mengi (Wheezing) dan asma pada bayi

yang baru lahir.12 Hal tersebut dikarenakan kandungan senyawa yang terdapat pada

daun zaitun, yaitu oleuropein dan hidroksitirosol mempunyai efek antiinflamasi

dan mampu menangkal radikal bebas, sehingga dapat mengurangi proses inflamasi

Page 24: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

8

pada penyakit asma.3 Pada zaman sekarang ini masyarakat juga masih banyak yang

percaya bahwa diet Mediterania, yang salah satu komponennya yaitu minyak zaitun

dipercaya dalam menurunkan berat badan.13 Masyarakat percaya bahwa zaitun

dapat mencegah penyakit kanker dan penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi,

stroke dan penyakit jantung koroner. Hal tersebut terbukti karena kandungan asam

lemak tak jenuh tunggal (MUFAs/ Mono Unsaturated Fatty Acids) dan senyawa

bioaktif lain misalnya tokoferol, karotenoid, fosfolipid dan senyawa polifenol yang

terkandung dalam minyak dan daun zaitun memiliki beberapa efek yang bermanfaat

bagi tubuh, misalnya oleuropein dan antioksidan lain yang terkandung dalam

minyak dan daun zaitun, bermanfaat dalam mencegah penyakit jantung dan

pembuluh darah, dengan cara menghambat oksidasi lipoprotein berdensitas rendah

atau low density lipoprotein (LDL), sehingga menurunkan pembentukan plak

aterom yang diyakini dapat penyebabkan penyumbatan pada arteri koroner.14

Senyawa oleuropein juga pernah dilaporkan mempunya efek dalam

menghambat agregasi platelet dan menghambat produksi tromboksan A2

(stimulator agregasi platelet dan efek vasodilator).15 Selain itu menarik juga bahwa

ekstrak daun zaitun juga dapat menghambat Angiotensin Converting Enzyme

(ACE), yaitu suatu enzim yang berperan dalam mengkonversi angiotensin I menjadi

angiotensin II. Angiotensin II karena sifatnya yang vasokonstriktor kuat, diyakini

berperan dalam penyakit hipertensi.16 Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa

mengonsumsi ekstrak daun zaitun 500 mg dua kali sehari sama efektifnya dengan

pemberian captopril dosis 12,5-25 mg dua kali sehari dalam menurunkan tekanan

darah sistol dan diastol pada pasien hipertensi grade satu.17

Pada suatu penelitian kelinci yang diinduksi diabetes, setelah diberikan

senyawa oleuropein ternyata terjadi penurunan marker stres oksidatif yaitu kadar

Malondialdehida (MDA).18 Penelitian lain juga menunjukkan bahwa beberapa

senyawa fenol yang terkandung dalam daun zaitun, yaitu oleuropein dan

hidroksitirosol mempunyai efek antioksidan.19 Zaitun juga bermanfaat dalam

mencegah penyakit diabetes. Ekstrak metanol daun zaitun setelah diteliti ternyata

mampu dalam menghambat proses glikasi dan pembentukan Adanced Glycosylated

End Products (AGEs).20

Page 25: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

9

Ekstrak daun zaitun juga pernah dilaporkan mempunyai efek antiviral.

Salah satu komponen biokimiawi dalam daun zaitun, yaitu kalsium enolat, yang

merupakan derivat dari asam enolat mempunyai efektivitas dalam melawan virus

spektrum luas setelah dilakukan beberapa pengujian di laboratorium.21 Beberapa

jenis virus jenis seperti Rhinovirus, Myxovirus, HSV-1 dan HSV-2, Herpes zoster,

Encephalomyocarditis, Polio 1, 2, 3, dua strain dari virus Leukemia, dan banyak

strain dari virus Influenza dan virus Parainfluenza yang dapat dihambat secara in

vitro.22,23,24 Beberapa mekanisme aksi antiviral yang ditemukan yaitu menghambat

asam amino yang esensial untuk virus, langsung mempenetrasi sel yang terinfeksi

dan menghambat replikasi virus. Pada jenis retrovirus, komponen tersebut dapat

menetralisasi produksi enzim reverse transcriptase dan enzim protease, yang mana

enzim tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup virus tersebut. Selain itu,

proses fusi dan integrasi antara komponen virus dengan sel host juga mampu

dihambat oleh senyawa oleuropein dan hidroksitirosol.25

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa oleuropein memiliki efektivitas

dalam menghambat viral haemorrhagic septicaemia rhabdovirus (VHSV) yang

dilakukan secara in vitro.26

Kandungan ekstrak daun zaitun, yaitu oleuropein dilaporkan mempunyai

efek antimikroba penyebab penyakit, termasuk Salmonella typhi, Vibrio

parahaemolyticus, dan Staphylococcus aureus (termasuk MRSA), Klebsiella

pneumoniae, Escherichia coli, dan bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan dan

penernaan yang lain.27 Meskipun begitu, oleuropein juga terbukti tidak efektif

dalam menghambat berbagai macam bakteri seperti Moraxella catarrhalis dan

Haemophilus influenza.27 Oleuropein juga pernah dilaporkan mempunyai efek

untuk menstimulasi aktifasi makrofag, yang nantinya berguna dalam fagositosis

benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti bakteri, virus dan lain-lain.28

Namun, kandungan lain yaitu hidroksitirosol dilaporkan mempunyai efektifitas

antimikroba yang lebih luas daripada senyawa oleuropein dan dibandingkan dengan

eritromisin dan ampisilin pada spektrum dan potensinya.27 Selain itu,

hidroksitirosol juga mampu menghambat aktivitas berbagai macam strain dari

bakteri mikoplasma, misalnya Mycoplasma pneumoniae, Mycoplasma hominis dan

Mycoplasma fermentans.29

Page 26: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

10

Masyarakat Eropa pada zaman dahulu percaya bahwa konsumsi minyak

zaitun bersamaan dengan jus lemon bermanfaat untuk mengatasi penyakit batu

empedu. Daun zaitun juga dikonsumsi sebagai pembersih mulut. Selain itu, buah

dan daun kering dari tumbuhan zaitun dibuat jamu untuk mengatasi masalah diare,

infeksi saluran pernafasan dan saluran kemih. Air panas diseduh dari ekstrak daun

zaitun segar digunakan untuk mengobati asma, sedangakan yang dari ekstrak daun

zaitun kering berguna untuk mengobati hipertensi. Daun zaitun kering yang dibuat

jamu juga dikonsumsi secara oral untuk mengatasi penyakit diabetes.3

Seperti pada gambar 2.2, terdapat 5 kelompok fenol yang terutama terdapat

pada daun zaitun, yaitu oleuropeoside (oleuropein dan verbacoside), flavon

(luteolin-7-glucoside, apigenin-7-glucoside, diosmetin-7-glucoside, luteolin, dan

diosmetin), flavonol (rutin), flavan-3-ols (katekin), dan fenol tersubtitusi (tyrosol,

hydroxytyrosol, vanillin, asam vanilat, dan asam kafeat).19 Diantara senyawa

tersebut, senyawa yang paling melimpah dan sering ditemui terutama pada daun

zaitun adalah oleuropein, lalu diikuti hidroksitirosol, golongan flavon-7-glucosides

dari luteolin dan apigenin, serta verbascoside.19 Proses pembentukan oleuropein

berasal dari senyawa ligstroside yang mendapat tambahan gugus –OH pada cincin

benzenanya. Senyawa oleuropein kemudian mengalami reaksi deglikosilasi dan

menjadi oleuropein aglycone dan glukosa. Oleuropein aglycone kemudian

dihidrolisis dan kemudian menjadi senyawa hidroksitirosol dan asam elenolat. Jadi

hidroksitirosol adalah produk degradasi dari senyawa oleuropein, dan verbascoside

adalah glukosida terkonjugasi dari hidroksitirosol dan asam kafeat.19 Dikarenakan

hidroksitirosol merupakan produk degradasi dari hidroksitirosol, maka

hidroksitirosol paling banyak terdapat pada minyak zaitun dan buah zaitun yang

telah diolah, sedangkan oleuropein paling banyak terdapat pada daun dan buah

zaitun yang belum diproses.19 Selain itu senyawa verbascoside merupakan derivat

hidroksisinnamat yang terdapat pada buah zaitun.30

Efek potensial yang terkandung dalam ekstrak daun zaitun paling sering

dihubungkan karena beberapa senyawa yang dikandungnya, yang ternyata setelah

diteliti lebih lanjut menunjukkan efek yang positif untuk kesehatan, misalnya

sebagai antioksidan, antihipertensi, antiinflamasi, efek hipoglikemik dan

hipokolesterolemik.31 Diantaranya adalah senyawa polifenol dengan berat molekul

Page 27: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

11

rendah, seperti oleuropein, tyrosol, hydroksitirosol, tokoferol, derivat asam

elenolat, asam kafeat, asam p-kumarat, dan asam vanilat. Selain itu juga terdapat

senyawa flavonoid seperti luteolin,diosmetin, rutin, luteolin-7-glucosida, apigenin-

7-glucosida, dan diosmetin-7-glucosida.32 Kombinasi dari senyawa tersebut

ternyata mempunyai aktivitas antimikroba yang signifikan daripada hanya satu

senyawa saja.33 komponen fenol serta struktur kimia yang sering ditemukan pada

ekstrak daun zaitun dapat di lihat pada gambar 2.2.

Penelitian menunjukkan bahwa daun zaitun dapat menurunkan tekanan

darah, meningkatkan aliran darah pada arteri koroner, menurunkan kejadian aritmia

dan mencegah spasme otot saluran cerna.34,35 Selain itu juga daun zaitun

mempunyai beberapa efek dalam menghambat berbagai macam kuman pathogen

penyebab penyakit, misalnya bakteri, jamur dan virus.36

Daun zaitun mempunyai efek antioksidan tertinggi diantara bagian pohon

zaitun yang lain. Hal tersebut dikarenakan senyawa oleuropein yang bermanfaat

dalam menghambat pembentukan radikal bebas paling banyak terdapat pada daun

zaitun, yaitu berkisar diantara 1%-14%, sedangkan oleuropein yang terkandung

dalam minyak zaitun hanya berkisar 0,005%-0,12%.26 Selain itu, senyawa

oleuropein dan asam kafeat ternyata berperan dalam menghambat pembentukan

radikal bebas seperti anion superoksida.37

Page 28: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

12

Gambar 2.2. Struktur kimia berbagai macam komponen fenol yang sering

ditemukan pada ekstrak daun zaitun.

Sumber: Sedef et al (2009)

2.1.3 Toksisitas Daun Zaitun terhadap Organ Gaster

Meskipun banyak penelitian yang menunjukkan tentang manfaat yang

diperoleh setelah mengonsumsi ekstrak daun zaitun, namun sedikit sekali penelitian

yang melaporkan efek samping setelah pemberian ekstrak daun zaitun, terutama

terhadap organ gaster.

Page 29: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

13

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi senyawa aktif triterpene

pentasiklik yang diperoleh dari kutikula buah zaitun (Olea europaea L) dengan

dosis tunggal 1000 mg/kgBB tidak menyebabkan gejala morbiditas dan mortalitas

pada mencit jantan strain CD-1. Selain itu juga dilakukan percobaan ulang dengan

pemberian asam maslinat, salah satu komponen utama pada golongan triterpen

pentasiklik pada mencit jantan strain CD-1 dengan dosis 50 mg/kgBB/hari selama

28 hari juga tidak menimbulkan gejala toksisitas apapun.38

Pada penelitian terhadap organ gaster, pemberian ekstrak daun zaitun

dengan dosis masing-masing 40, 80, dan 120 mg/kgBB ternyata tidak menyebabkan

efek toksik/ samping, bahkan memberikan efek anti-ulserogenik yang serupa

dengan pemberian ranitidine 50 mg/kgBB pada mencit jantan strain wistar yang

diinduksi etanol absolut untuk membuat kerusakan mukosa lambung.39 Selain itu,

setelah dilakukan penelitian lanjutan, yaitu mencit diinduksi dengan Cold Restraint

Stress (CRS) untuk membuat gaster tikus jantan strain wistar mengalami kerusakan,

setelah diberikan ekstrak daun zaitun dengan dosis yang sama ternyata semua dosis

memberikan efek anti-ulserogenik yang hampir serupa dengan pemberian obat

ranitinidine 50 mg/kgBB.40

2.2 Gaster Mencit

2.2.1 Anatomi Gaster

Organ gaster mencit dibagi menjadi dua daerah berdasarkan daerah yang

tampak dari aspek serosa, yaitu area lambung depan (forestomach) dan area

glandular seperti yang terlihat pada gambar 2.3. Pada organ manusia tidak

mempunyai lambung depan. Luas area lambung depan meliputi dua pertiga dari

total luas daerah lambung. Lambung depan terletak di bagian kiri dari batas margo

plicatus (batas antara lambung depan dan area kelenjar). Secara anatomis, area

kelenjar terdiri dari tiga regio yaitu kardia yang berbatasan langsung dengan margo

plicatus, fundus yang banyak terdapat rugae yang membentuk lipatan, serta antrum

yang memiliki mukosa yang relatif halus.41

Page 30: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

14

Gambar 2.3 Anatomi gaster mencit

Sumber: Treuting PM et al (2012)

2.2.2 Histologi Gaster

Pada organ gaster mencit dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kiri

lambung (non-kelenjar, proventrikulus, lambung depan) yang memiliki ciri-ciri

keabu-abuan, berdinding tipis, sedikit transparan dan dan bagian kanan lambung

(glandular, ventrikulus). Bagian glandular dan nonglandular dipisahkan oleh rugae

pembatas (margo plicatus). Jaringan pada lambung depan terdiri beberapa lapisan,

yaitu mukosa epitel skuamosa berlapis, lamina propia, muskularis mukosa,

submukosa, muskularis interna dan eksterna, serta lapisan serosa.42

Bagian area kelenjar pada lambung dilapisi oleh epitel kolumnar sederhana

yang membentuk gastric pit (foveola gastrika) bagian dalam yang tegak lurus

terhadap dinding lambung. Jenis sel pada area kelenjar yang dapat diamati terbagi

menjadi tiga zona, yaitu sel chief menempati sepertiga bagian bawah regio kelenjar,

sel parietal yang sebagian besar terdapat di setengah bagian atas tubulus kelenjar,

Page 31: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

15

dan beberapa campuran dari sel parietal dan sel chief yang terdapat pada sepertiga

bagian bawah regio kelenjar.42

Lamina muskularis mukosa memiliki lapisan yang tipis. Submukosa terdiri

dari jaringan ikat longgar yang kaya pembuluh darah kecil. Tunika muskularis

memiliki lapisan yang tebal, terdiri dari otot spiral bagian dalam dan otot oblik yang

mengelilingi bagian luar. Sel ganglion dan pleksus saraf terdapat di antara lapisan

otot tersebut. Tunika serosa memiliki lapisan yang tipis.42

Pada area nonglandular pada lambung dilapisi lapisan keratinisasi, yaitu

epitel skuamosa bertingkat. Stratum granulosum dapat terlihat. Ketebalan tunika

muskularis menurun dari area nonglandular ke area kelenjar.42 Selain itu juga pada

area nonglandular tidak terdapat area Z-line, yaitu taut atau batas pemisah antara

esofagus dan lambung depan. Hal tersebut dikarenakan pada area lambung depan

memiliki jenis epitel yang sama dengan esofagus, yaitu epitel skuamosa.41 Gambar

histologi mencit dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Histologi gaster mencit/tikus

Sumber: DeltaBase (2006)

2.2.3 Fisiologi Gaster

Pada gambar 2.5 dapat dilihat bahwa organ gaster mencit hampir serupa

dengan organ gaster manusia, organ gaster mencit terdiri dari area gastric pit dan

Page 32: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

16

area kelenjar gaster. Pada area gastric pit banyak terdapat banyak sel sel mukus

yang berfungsi untuk mengeluarkan mukus dalam memproteksi dinding lambung

dari asam lambung dan substansi lain yang berbahaya bagi tubuh, misalnya obat-

obat kimia, senyawa racun dan lain-lain. Pada area kelenjar, Banyak terdapat sel

parietal yang berfungsi dalam mensekresikan asam lambung. Selain itu juga pada

area kelenjar banyak terdapat sel chief yang berfungsi dalam mensekresikan enzim

pepsinogen, yang nantinya enzim tersebut dapat mendenaturasi protein setelah

enzim tersebut teraktivasi dalam suasana asam.42

Adapaun perbedaan anatomi, histologi dan jenis sel antara lambung mencit

dan lambung manusia dapat dilihat pada tabel 2.6.

Gambar 2.5 Histologi organ gaster manusia.

Sumber: Martini (2012)

Page 33: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

17

Gambar 2.6 Perbedaan gaster manusia dan mencit

Sumber: Treuting PM et al (2012)

2.2.4 Penyakit Gaster Terkait Inflamasi

2.2.4.1 Gastritis

Secara sederhana gastritis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada

mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan salah satu gangguan

kesehatan yang sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya hanya berdasarkan

dari gejala klinis dan jarang yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Sama

halnya dengan gejala pada penyakit saluran cerna atas yang lainnya, gastritis

memberikan gejala yang tidak khas, yaitu meliputi rasa nyeri pada ulu hati, mual,

muntah, rasa penuh atau begah. Kesemua keluhan tersebut dinamakan dengan suatu

sindrom dispepsia.43

Penyebab gastritis bisa bermacam-macam, mulai dari infeksi

mikroorganisme, konsumsi obat-obatan dan penyakit lain yang dapat menyebabkan

gastritis. Infeksi Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang paling

sering, dan bahkan prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa di

negara berkembang mendekati 90%. Pada awal infeksi Helicobacter pylori mukosa

lambung menunjukkan inflamasi akut. Secara endoskopik, epitel tampak

mengalami erosi / ulkus yang sering di daerah antrum, bisa juga berbentuk lesi

Page 34: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

18

hemoragik. Pada gastritis yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori, gaster

tampak memiliki gambaran atrofi pada mukosanya. Karena gastritis kronis akibat

Helicobacter pylori sering diabaikan oleh pasien, dan pasien baru datang ke dokter

jika sudah memiliki gejala yang parah. Gastritis yang sudah menjadi kronik lebih

sulit untuk disembuhkan. Bahkan jika infeksi Helicobacter pylori tidak segera

dieradikasi, epitel yang mengalami infeksi dapat berkembang menjadi karsinoma

gaster pada beberapa pasien. Infeksi mikroorganisme yang lain seperti Candida

albicans, Histoplasma capsulatum dan Mukonaceae hanya mampu menginfeksi

lambung pada pasien yang mengalami imunodeficiency, seperti pada pasien

HIV/AIDS.43

Selain itu berbagai macam obat-obatan di era moderen juga terbukti dapat

menyebabkan gastritis, bahkan bisa sampai menyebabkan ulkus dan perdarahan

saluran cerna bagian atas. Obat –obatan seperti OAINS (Obat Anti Inflamasi non

Steroid) dan kortekosteroid yang paling bertanggung jawab terhadap gastritis yang

dialami oleh pasien. Banyak peneliti meyakini bahwa OAINS dan kortikosteroid

ini mampu menghambat enzim siklooksigenase-1 (COX-1), sehingga menurunkan

produksi mukus lambung karena produksi prostaglandin yang dihambat, sehingga

memudahkan agen dari luar misalnya asam lambung, makanan maupun kuman

dapat berkontak langsung dengan mukosa epitel lambung. Mukus lambung

merupakan barier lambung dari asam lambung dan faktor lain yang dapat

menyebabkan kerusakan lambung.44

Diagnosis gastritis umumnya hanya dilihat dari gejala klinis, tanpa perlu

melakukan pemeriksaan yang lain. Untuk penegakkan diagnosis secara akurat,

biasanya dilakukan pemeriksaan yang lain, misalnya endoskopi, biopsi dan lain-

lain untuk memastikan terdapat erosi pada lambung atau tidak, tergantung dari agen

penyebab juga. Pada infeksi Helicobacter pylori, dapat dilakukan pemeriksaan

invasif (tanpa endoskopik) maupun noninvasif (dengan endoskopik).43

Pemeriksaan invasif diindikasikan pada pasien yang mengalami ulkus peptikum,

Mucose Associated Lymphoid Tissue (MALT) lymphoma, gastritis kronis atrofik

serta pasien dengan keluhan dispepsia yang belum diketahui penyebabnya. Pada

pemeriksaan endoskopik, juga bisa sekaligus digunakan untuk melakukan biopsi

jaringan. Biopsi digunakan untuk mengidentifikasi kuman penyebab gastritis.

Page 35: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

19

Menurut sistem Sydney, spesimen biopsi jaringan yang dianjurkan untuk diambil

ada 5 tempat, yaitu 2 bagian antrum, 2 bagian korpus dan 1 dari insisura angularis,

untuk mendapatkan hasil yang optimal.45 Pemeriksaan kultur digunakan untuk

menemukan adanya kuman Helicobacter pylori dan sekalian bisa menguji

kepekaan terhadap antibiotik. Pemeriksaan kultur mikroba memiliki sensitivitas

90% dan spesifitas 100%. Selain itu terdapat juga pemeriksaan noninvasif yang

terdiri dari Urea Breath Test (UBT), Serologi igG Helicobacter pylori, dan Stool

Antigen Test (SAT). Pemeriksaan serum igG Helicobacter pylori termasuk murah

dan nyaman, dan memiliki sensitivitas 85% dan spesifitas 79%, namun

pemeriksaan ini tidak dapat dijadikan indikator keberhasilan eradikasi karena kadar

immunoglobulin tidak menurun setelah eradikasi Helicobacter pylori. Pada

pemeriksaan UBT, yang diperiksa adalah aktifitas enzim urease yang dihasilkan

oleh kuman Helicobacter pylori. Pemeriksaan ini juga untuk mengetahui indikator

keberhasilan dalam eradiksai kuman tersebut, karena pemeriksaan ini memiliki

spesifitas >90%. Pemeriksaan noninvasif yang lain, yaitu SAT juga memiliki

spesifitas >90%, sehingga juga bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan

dalam mengeradikasi kuman Helicobacter pylori. Beberapa penyakit pada gaster

yang jarang, misalnya pada penyakit menetrier diperlukan endoskopi dengan

dilengkapi dengan ultrasound. Penyakit gaster terkait dengan autoimun juga

membutuhkan pemeriksaan serologi untuk menunjang diagnosis.43,46

Pengobatan gastritis tergantung etiologi yang menyertainya. Pada gastritis

akibat infeksi kuman Helicobacter pylori, pengobatan dilakukan untuk

mengeradikasi kuman tersebut. Eradikasi yang dianjurkan yaitu dengan

mengkombinasikan obat Proton Pump Inhibitor (PPI) dan berbagai 2 jenis

antibiotik. Antibiotik yang dianjurkan yaitu klaritomisin, amoksisilin,

metronidazole dan tetrasiklin. Kombinasi triple therapy tersebut diberikan 2 kali

dalam sehari selama 7-14 hari. Penelitian membuktikan bahwa terapi eradikasi

Helicobacter pylori dengan Triple therapy (rabeprazole, amoksisilin dan

klaritomisin) selama 7 hari lebih baik daripada terapi selama 5 hari.47 Metronidazol

dapat digunakan untuk menggantikan amoksisilin pada pasien yang mengalami

alergi terhadap antibiotik amoksisilin,.48 Lamanya terapi eradikasi tergantung pada

pola resistensi kuman Helicobacter pylori yang berbeda di setiap negara tertentu.

Page 36: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

20

Untuk wilayah Eropa dan Asia Pasifik dianjurkan melakukan terapi eradikasi

kuman selama 7 hari, sedangkan menurut America College of Gastroenterology

(ACG) menganjurkan selama 14 hari.49

Pada gastritis akibat obat-obatan seperti OAINS dan kortikosteroid, penting

untuk mengedukasi pasien agar menghentikan sementara konsumsi obat tersebut,

ataupun bisa diganti dengan obat-obatan yang memiliki efek samping yang lebih

rendah terutama terhadap organ lambung.43

2.2.4.2 Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum atau tukak peptik yaitu suatu defek yang terjadi pada

dinding lambung atau duodenum yang meluas dari muskularis mukosa (batas paling

bawah dari mukosa) sampai lapisan dalam submukosa atau muskularis propia.50

Prevalensi terjadinya ulkus peptikum berbeda-beda tergantung pada kondisi

sosial ekonomi dan demografi penduduk, yang mana laki-laki lebih serig terkena

penyakit ini. Insidensi dan rekurensi penyakit ini sekarang sudah menurun sejak

ditemukannya kuman Helicobacter pylori pada tahun 1982 yang merupakan

penyebab tukak peptik tersering dan dilakukan terapi eradikasi. Penyebab tukak

peptik bisa bermacam-macam, yaitu infeksi Helicobacter pylori yang kronik,

pemakaian OAINS yang lama misalnya aspirin dan ibuprofen, dan kanker pada

lambung, pankreas dan duodenum, meskipun jarang terjadi. Infeksi Helicobacter

pylori merupakan penyebab tukak peptik yang tersering (30-60%), bahkan tukak

duodenum hampir 90% disebabkan oleh kuman tersebut.43

Patofisiologi terjadinya ulkus peptikum berdasarkan etiologinya. Pada

tukak peptik yang disebabkan oleh OAINS dan kortikosteroid, kemungkinan terjadi

akibat obat tersebut menghambat produksi prostaglandin, yang selanjutnya dapat

menyebabkan penurunan produksi mukus, yang mana mukus berfungsi dalam

melindungi mukosa lambung. Pada saat gaster mengalami penurunan produksi

mukus, maka barier pertahanan mukosa lambung juga akan melemah dan

berkurang, lalu dapat mengakibatkan erosi dan kemudian jika erosi berlanjut akan

menjadi ulkus. 44

Secara umum, pasien dengan tukak peptik biasanya mengeluh dispepsia.50

Dispepsia yaitu suatu sindrom klinik/ kumpulan gejala dari beberapa macam

Page 37: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

21

penyakit pada saluran cerna, seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, rasa begah, rasa

terbakar pada bagian ulu hati dan cepat merasa kenyang. Dispepsia secara klinis

dibagi menjadi tiga macam, yaitu dispepsia akibat gangguan motilitas, dispepsia

akibat tukak dan dispepsia tidak spesifik. Pada pasien tukak peptik memberikan

keluhan berupa nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman disertai dengan mual dan muntah.

Pada tukak duodeni, rasa sakit timbul sewaktu pasien merasa lapar, dan rasa sakit

bisa membangunkan pasien pada tengah malam. Rasa sakit bisa hilang setelah

makan dan meminum obat. Berbeda dengan tukak duodeni, rasa nyeri pada pasien

tukak gaster timbul setelah makan, dan rasa sakit tukak gaster berada di sebelah

kiri, sedangkan tukak gaster berada di sebelah kanan garis tengah perut. Tukak/

ulkus jika dibiarkan terlalu lama dapat mengakibatkan perforasi, dan akhirnya dapat

mennyebabkan radang pada selaput peritoneum (peritonitis).43

Pada umumnya tukak peptik hanya didiagnosis melalui keluhan klinis saja.

Namun untuk mencari derajat kerusakan dan agen penyebab, dilakukan

pemeriksaan lanjutan, antara lain yaitu pemeriksaan roentgen dan endoskopi.

Roentgen umumnya sulit untuk menilai erosi, kecuali ulkusnya sudah meluas. Foto

roentgen sering digunakan untuk melihat komplikasi dari ulkus peptikum, seperti

perforasi pada tukak yang kronik. Para dokter sekarang ini lebih menganjurkan

untuk dilakukan endoskopi.51 Kelebihan endoskopi dibandingakn dengan foto

roentgen yaitu endoskopi dapat melihat lesi kecil yang berdiameter kurang dari 0,5

cm. Selain itu endoskopi juga dapat mengambil foto untuk dokumentasi, dan dapat

juga melihat lesi yang ditutupi oleh gumpalan darah dengan penyemprotan.

Radiologi tidak dapat memastikan tukak tersebut parah/tidak, dan juga tidak dapat

menentukan adanya kuman Helicobacter pylori sebagai penyebab tukak.43

Komplikasi pada tukak peptik yaitu jika tidak segera ditangani dapat

menyebabkan perdarahan, perforasi, peritonitis bahkan bisa menyebabkan

kematian. Tata laksana tukak peptik tergantung pada etiologi dan gejala klinis. Pada

tukak peptik yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori, Triple therapy

sebaiknya segera diberikan.46 Pada tukak peptik yang diakibatkan oleh konsumsi

NSAIDs dan kortikosteroid, sebaiknya dihentikan atau diganti dengan obat lain

yang lebih aman dan minimal efek samping.43 Pada ulkus yang mengalami

perdarahan aktif, terapi hemostasis sebaiknya dalam bentuk kombinasi, yaitu

Page 38: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

22

pemberian epinefrin ditambah dengan modalitas lain, seperti penempatan klim

hemostatik, termokoagulasi, dan elektrokoagulasi. Injeksi dan penggunaan klim

direkomendasikan karena dapat menurunkan kejadian perdarahan ulang.55 Bedah

diindikasikan jika tukak peptik sering mengalami kekambuhan, atau tukak peptik

yang sudah mengalami komplikasi, seperti perdarahan dan perforasi. Beberapa

jenis operasi yang dapat dilakukan yaitu vagotomi dengan rekonstruksi

gastroduodenal (Billroth I) atau rekonstruksi gastrojejunal (Billroth II), atau bisa

juga vagotomy yang sangat selektif. 52,53

2.3 Inflamasi Dan Kerusakan jaringan Gaster

Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan sistem pertahanan tubuh untuk

menghilangkan benda asing yang berada dalam tubuhnya, seperti kuman patogen,

senyawa kimia berbahaya dan sel yang rusak. Oleh karena itu, tubuh memiliki

respon pertahanan tubuh untuk mengeliminasi benda asing yang masuk ke dalam

tubuh yang dinamakan inflamasi. Inflamasi adalah suatu respon protektif yang

ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel

jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal. Tanpa adanya proses

inflamasi, tubuh yang mengalami infeksi, maka luka tidak pernah sembuh dan

jaringan yang terkena infeksi juga mengalami kerusakan permanen, bahkan

kerusakan bisa meluas.54

Inflamasi adalah suatu respon kompleks dalam jaringan yang terutama

berasal dari respon jaringan pembuluh darah dan leukosit. Reaksi vaskular dan

seluler pada inflamasi dipicu oleh berbagai macam faktor yang diproduksi oleh

berbagai macam jenis sel, atau berasal dari protein plasma yang dihasilkan atau

diaktifkan pada saat rangsangan eksogen ataupun endogen berlangsung. Misalnya

saja mikroorganisme, sel nekrotik, senyawa kimia dari luar tubuh dan hipoksia

dapat memicu reaksi inflamasi.54

Berdasarkan waktunya, inflamasi bisa berbentuk akut ataupun kronik,

tergantung stimulus dari luar dan keefektifan reaksi awal dalam menghilangkan

rangsangan atau kerusakan jaringan. Inflamasi akut adalah suatu respon awal /dini

pada saat terjadi kerusakan jaringan. Inflamasi akut biasanya berlansung singkat,

terjadi sebelum respon imun menjadi tetap, dan ditujukan terutama untuk

Page 39: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

23

menghilangkan agen berbahaya. Tanda utama pada saat tubuh mengalami inflamasi

akut yaitu eksudasi cairan dan plasma protein serta emigrasi leukosit, yang

didominasi oleh sel polimormonuklear (neutrophil). Urutan kejadian ekstravasasi

sel radang dari lumen pembuluh darah ke ruang ekstravaskular/ ruang interstitial

yaitu marginasi dan rolling, adhesi dan transmigrasi, kemotaksis dan aktivasi serta

fagositosis dan degranulasi. Marginasi yaitu akumulasi leukosit di tepi pembuluh

darah. Marginasi leukosit disebabkan karena aktifnya sel endotel saat terjadi

inflamasi, yang menyebabkan peningkatan pengeluaran selektin dan ligan selektin.

Rolling leukosit difasilitasi oleh ikatan selektin pada ligan kerbohidrat yang relatif

longgar. Sedangkan adhesi leukosit difasilitasi oleh perubahan integrin terhadap

ligan endotel yang diinduksi kemokin. Selain itu, transmigrasi antarsel endotel

dengan memanfaatkan interaksi PECAM-1 (CD31).54

Secara klinis, inflamasi akut memiliki 5 ciri karakteristik, seperti yang

dikemukakan oleh Celsus, yaitu rubor (kemerahan), kalor (panas), tumor (bengkak)

dan dolor (nyeri). Tanda inflamasi yang kelima, yaitu functio laesa (hilangnya

fungsi) baru kemudian ditambahkan oleh Rudolf Virchow sekitar abad ke sembilan

belas.54

Kemerahan dan panas terjadi selama peningkatan aliran darah ke daerah

yang mengalami inflamasi. Bengkak terjadi karena eksudasi cairan plasma ke

interstitial. Nyeri dirasakan karena pengeluaran substansi kimia yang dapat memicu

reseptor nyeri di ujung saraf bebas, sedangkan kehilangan fungsi terjadi karena

kombinasi dari berbagai macam faktor tersebut.54

Inflamasi akut memiliki tiga komponen utama, yaitu perubahan diameter

pembuluh darah yang mengarah ke peningkatan aliran darah, perubahan sruktural

pada vaskular yang memungkinkan protein plasma dan leukosit keluar dari aliran

darah, juga emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan berakumulasi ke daerah yang

mengalami cedera dan aktivasi mereka untuk menghilangkan agen yang

berbahaya.54

Peran mediator inflamasi baru diketahui setelah Sir Thomas Lewis

melakukan percobaan sederhana pada tahun 1927. Eksperimen sederhana yang

dilakukan yaitu dengan memukul lengan bawahnya dengan kuat dengan benda

tumpul seperti pensil dan menimbulkan tiga respon, yaitu dalam satu menit pertama

Page 40: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

24

muncul garis merah di sepanjang garis pukulan sebagai akibat dari pelebaran

arteriol, kapiler dan venula di lokasi yang mengalami cedera. Kedua yaitu secara

bersamaan warna merah menyala muncul sebagai akibat dari vasodilatasi pada

jaringan yang mengelilingi daerah yang mengalami cedera. Ketiga yaitu muncul

Wheal, yaitu suatu papul atau plak edemantosa yang merupakan eksudasi cairan

plasma di sepanjang garis cedera. Lewis kemudian mendemonstrasikan bahwa

injeksi lokal histamin dan menunjukkan bahwa setelah injeksi tersebut kulit

menjadi kemerahan dan muncul, dan sama dengan hasil penelitian sebelumnya.

Dari penemuan ini dijadikan landasan dasar dalam memahami peran mediator

kimiawi dalam proses terjadinya inflamasi akut.55

Mediator inflamasi berdasarkan asalnya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu

yang berasal dari sel dan dari plasma protein. Mediator yang berasal dari sel

mencakup vasoaktif amin (histamin dan serotonin), metabolit asam arakhidonat

yang dihasilkan karena enzim siklooksigenase (prostaglandin dan leukotriene),

metabolit sel (ROS/ Reactive Oxygen Species, NO/ Nitrit Oksida, sitokin

proinflamasi) dan kemokin. Sedangkan mediator yang berasal dari protein plasma

yaitu produk komplemen, dan aktivasi faktor Hageman yang meliputi sistem

pembekuan/ fibrinolitik pasa darah dan sistem kinin kalikrein.54,56 Adapun

komponen dalam respon inflamasi dapat dilihat pada gambar 2.7.

Meskipun terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi proses dasar

inflamasi, termasuk sifat dan intensitas cedera, lokasi dan jaringan yang terkena,

dan respon dari host semua reaksi inflamasi akut dapat memberikan hasil diantara

atau sekaligus dari 3 hal berikut, yaitu resolusi sempurna, penyembuhan dengan

jaringan ikat dan perkembangan menjadi inflamasi kronik.54

Respon inflamasi sangat terkait dengan proses penyembuhan jaringan. Pada

saat yang sama, inflamasi dapat menghancurkan, mencairkan atau menetralkan

agen yang berbahaya, dan saat itu juga terjadi serangkaian proses dalam

penyembuhan jaringan. Proses penyembuhan jaringan meliputi regenerasi sel

parenkimal, dan pembentukan jaringan parut, atau bisa keduanya.54

Pada proses penyembuhan dengan fibrosis, biasanya terjadi pada jaringan

yang mengalami kerusakan jaringan yang cukup luas, atau ketika cedera yang

melibatkan organ yang tidak mampu beregenerasi, dan juga pada jaringan yang

Page 41: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

25

banyak sekali terdapat fibrin dan kavitas serosa (perikardium, pleura,

peritoneum).54 Jenis dan fungsi dari berbagai jenis mediator inflamasi dapat dilihat

pada tabel 2.1

Ketika inflamasi akut berhasil menghilangkan agen penyebab kerusakan

jaringan, maka dapat berlanjut ke proses penyembuhan. Namun jika reaksi

inflamasi akut gagal dapat berlanjut menjadi fase kronik. Inflamasi kronik

berlangsung lama, dan biasanya ditandai dengan kehadiran limfosit dan makrofag,

proliferasi pembuluh darah, fibrosis luas dan kerusakan jaringan. Contohnya pada

infeksi pneumonia awal di paru, bakteri dapat membentuk suatu fokus lesi, namun

jika infeksi dibiarkan begitu saja atau pengobatan yang tidak adekuat karena sebab

tertentu dapat mengakibatkan terbentuknya abses paru. Contoh yang lain yaitu

penyakit gastritis pada organ lambung, yang mana karena sebab tertentu, inflamasi

pada lambung dapat berubah menjadi kronik yaitu menjadi tukak peptik/ ulkus

peptikum.54

Inflamasi mungkin dapat menjadi berbahaya pada keadaan tertentu. Ketika

peradangan tidak diarahkan dengan tepat, misalnya terhadap jaringan tubuh yang

normal maka dapat menyebabkan cedera atau penyakit. Bahkan dalam ilmu

kedokteran klinis memberikan perhatian besar terhadap penyakit yang diakibatkan

oleh inflamasi ini, misalnya pada penyakit rheumatoid arthritis, aterosklerosis dan

fibrosis paru. Terdapat juga suatu respon imun yang salah dan dapat merusak

jaringan sendiri, yang dinamakan dengan reaksi autoimun. Misalnya pada penyakit

lupus, sindrom sjrogen dan penyakit imun lain, yang mana sistem kekebalan tubuh

salah dalam mengenali agen yang berbahaya, dan menganggap jaringan tubuh

sendiri merupakan jaringan yang asing, sehingga sistem imun tersebut menyerang

jaringan tubuh sendiri. Akibatnya terjadi kerusakan di berbagai organ tubuh

tergantung penyakitnya.54

Pola jenis inflamasi memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu

diantaranya inflamasi serosa pada beberapa penyakit kulit, inflamasi fibrinosa pada

kavitas tubuh seperti pericarditis, pleuritis, meningitis dan peritonitis, inflamasi

supuratif/ purulen (abses), serta ulkus. Sedangkan pada infeksi kronik seperti TB

paru, lepra dan sifilis memiliki pola inflamasi granulomatosa.54

Page 42: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

26

Tabel 2.1 Mediator inflamasi dan aksi

Mediator inflamasi Sumber utama Aksi

Berasal dari sel

Histamin Sel mast, basophil, platelet Vasodilatasi, ↑ permeabilitas

vaskular, aktivasi sel endotel

Serotonin Platelet Vasodilatasi, ↑ permeabilitas

vaskular

Prostaglandin Sel mast, leukosit Vasodilatasi, nyeri, demam

Leukotrien Sel mast, leukosit ↑ permeabilitas vaskular,

kemotaksis, adhesi dan

aktivasi leukosit

PAF (Platelet-actvating

factor)

Sel mast, leukosit Vasodilatasi, ↑ permeabilitas

vaskular, adhesi leukosit,

kemotaksis, degranulasi,

oksidasi

ROS (Reactive Oxygen

Species)

Leukosit Membunuh mikroba,

kerusakan jaringan

NO/ Nitrit Oksida Endotel, makrofag Relaksasi otot polos vascular,

membunuh mikroba

Sitokin (TNF, IL-1) Makrofag, sel endotel, sel mast Aktivasi lokal sel endotel,

demam/ nyeri/ anorexia/

hipotensi, penurunan

resistensi vaskular (syok)

Kemokin Leukosit, makrofag yang

teraktivasi

Kemotaksis, aktivasi leukosit

Berasal dari plasma protein

Produk komplemen

(C5a, C3a, C4a)

Plasma (diproduksi oleh hepar) Aktivasi dan kemotaksis

leukosit, vasodilatasi

(stimulasi sel mast), ↑

permeabilitas vaskular,

kontraksi otot polos,

vasodilatasi, nyeri, aktivasi

sel endotel, rekruitmen

leukosit

Kinin (Bradikinin) Plasma (diproduksi oleh hepar)

Protease yang

terkaktivasi selama

koagulasi.

Plasma (diproduksi oleh hepar)

Sumber: Kumar et al (2010)

Gambar 2.7. Komponen respon inflamasi akut dan kronik serta fungsi utama.

Sumber: Kumar et al (2010)

Page 43: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

27

Pada penyakit organ gaster terkait proses inflamasi, misalnya pada penyakit

gastritis jika tidak ditangani segera dan diabaikan dapat berkembang menjadi

penyakit gastritis kronis, atau bisa disebut pula dengan penyakit ulkus peptikum.

Bergantung dengan derajat keparahannya, pada ulkus peptikum memiliki gambaran

mikroskopik yang bervariasi, mulai dari deskuamasi sampai erosi epitel dari

muskularis mukosa sampai muskularis propia. Bahkan jika ulkus peptikum jika

tidak segera ditangani dapat menyebabkan perforasi gaster, yaitu hilangnya lapisan

dari mukosa epitel lambung sampai lapisan serosa, dan menyebabkan keluarnya

cairan asam lambung ke dalam rongga peritoneum dan bisa berkembang menjadi

peritonitis. Peritonitis yang tidak ditangani dapat menyebabkan kematian akibat

asam lambung yang merusak organ lain.54

Pada suatu organ, misalnya pada organ gaster, jika terpapar dengan suatu

zat, misalnya bahan kimia, obat-obatan baik itu obat konvensional maupun obat

herbal, maupun antigen tertentu akan memberikan salah satu efek berikut, yaitu

efek terapeutik, efek toksik maupun efek nontoksik. Pada pemberian obat herbal,

dengan dosis dan waktu yang tepat dapat memberikan efek terapeutik pada organ

gaster. Organ gaster jika terpapar dengan suatu zat yang berbahaya dapat

menimbulkan inflamasi. Tergantung waktunya, inflamasi dapat akut maupun

kronik. Misalnya saja pada penyakit pada organ gaster yang terkait inflamasi akut

yaitu gastritis. Penyakit gastritis akut memiliki gambaran mikroskopik berupa

edema sedang pada lamina propia, dan terdapat sel radang (neutrophil) di sepanjang

sel epitel atau didalam kelenjar mukosa. Epitel permukaan masih intak dan tidak

terdapat kerusakan pada mukosa gaster.54

2.4 Ovalbumin

Ovalbumin merupakan salah satu protein utama yang terdapat dalam

kandungan putih telur. Pada putih telur terdapat kandungan 9,7% sampai 12%

protein. Beberapa jenis protein albumin yang terdapat dalam kandungan putih telur

yaitu ovalbumin, conalbumin, ovomucoid, ovomucin dan globulin. Pada

kandungan putih telur, jenis protein dengan kandungan tertinggi yaitu ovalbumin,

(dengan berat kering 54% dari total protein yang terkandung pada putih telur).

Terdapat tiga jenis fraksi dalam ovalbumin, yaitu ovalbumin A1, A2, dan A3 yang

Page 44: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

28

dideteksi menggunakan gel elektroforesis. Ovalbumin mengandung 4 gugus

sulfihidril bebas dan gugus disulfida. Protein ovalbumin dapat didenaturasi dengan

paparan panas, absorpsi permukaan, atau menggunakan beberapa agen

pendenaturasi.57

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ovalbumin digunakan dalam

penelitian mengenai alergi. Penelitian membuktikan bahwa pemberian sensitisasi

ovalbumin 323-339 (OVA 323-339) secara intraperitoneal pada hari ke 0, 7, 14

yang kemudian distimulasi (challenge) dengan 1% OVA 323-339 intranasal pada

hari 21-23 pada mencit Balb/c menunjukkan peningkatan serum igE spesifik-OVA,

igE spesifik-OVA 323-339, IL-4 dan penurunan IFN-γ.58

Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian ovalbumin (OVA) dengan

aluminium hidoksida (alum) yang diberikan secara intraperitoneal (ip) satu kali

seminggu untuk dua minggu dapat menghasilkan sensitisasi yang paling efektif

pada mencit Balb/c yang diinduksi asma.59

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa setelah mencit Balb/c dilakukan

sensitisasi dengan 100 mg OVA dalam 1 mg aluminium hidroksida (alum) dua kali

sehari pada hari ke-1 dan ke-8, dan distimulasi dengan ovalbumin aerosol (dalam

1% PBS) 30 menit perhari selama 7 hari, ternyata menunjukkan reaksi

hipersensitivitas pada saluran pernafasan, meliputi peningkatan serum igE,

peningkatan ekspresi IL-25 yang merupakan sitokin proinflamasi, dan inflamasi

saluran pernafasan.60

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa setelah mencit strain Balb/c

dilakukan sensitisasi dan diinduksi (challenge) dengan ovalbumin selama lebih dari

25 hari ternya meningkatkan jumlah sel mesenkimal stromal, dan diyakini bahwa

sel mesenkimal stromal bertanggung jawab terhadap pathogenesis asma.61

Secara farmakologi, pemberian obat yang yang secara inhalasi (dalam

bentuk aerosol), secara klinis sekitar 10%-20% akan masuk ke dalam saluran

pernafasan, dan 80%-90% sisanya akan tertelan dan diabsorbsi pada saluran

pencernaan, yang kemudian akan masuk ke sistem sirkulasi dan di metabolisme

lintas pertama dan menimbulkan berbagai macam efek pada tubuh. 62 Oleh karena

Page 45: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

29

itu, pemberian ovalbumin secara inhalasi juga kemungkinan besar bisa masuk ke

saluran pencernaan.

2.5 Asma

Asma merupakan salah satu penyakit obstruksi saluran pernapasan bawah

akut. Asma merupakan penyakit yang terjadi akibat inflamasi kronis pada saluran

pernapasan yang dihubungkan dengan hiperesponsif, keterbatasan aliran udara

yang reversibel dan penyakit keturunan. Asma juga ditandai dengan peningkatan

respon saluran pernapasan dengan stimulus fisiologis dan lingkungan seperti

aktivitas fisik, udara dingin dan debu.43

Pasien dengan asma dapat memiliki gejala episode berulang dari wheezhing,

sesak napas, dada terasa sesak dan batuk terutama pada malam atau awal pagi hari.

Pada penyakit asma dipicu oleh hiperesponsif saluran pernapasan yang kemudian

menjadi obstruksi dan keterbatasan aliran udara oleh bronkokonstriksi, mucus

plugs, peningkatan inflamasi ketika saluran pernapasan terpapar dengan berbagai

macam faktor resiko yang menyebabkan penyakit asma. Asma merupakan salah

satu penyakit kronis yang sering terjadi pada sekitar 300 juta jiwa. Prevalensi asma

di negara maju meningkat sejak 30 tahun yang lalu, namun sekarang nampaknya

stabil dengan presentase sekitar 10-12% dewasa dan 15% anak-anak.43

Faktor resiko tersering gejala asma termasuk paparan dengan alergen seperti

(tungau debu rumah, serbuk sari, kecoa, kotoran hewan), iritasi pekerjaan, asap

tembakau, infeksi respirasi (virus), aktivitas fisik, ekspresi emosi, iritasi bahan

kimia dan obat-obatan (aspirin dan beta-blocker). Faktor resiko yang terlibat dalam

penyakit asma dibagi menjadi faktor endogen dan faktor lingkungan. Faktor

endogen seperti predisposisi genetik, atopi, hiperesponsif saluran pernapasan, jenis

kelamin dan etnis (suku/ras). Sedangkan faktor lingkungan seperti semua jenis

alergen baik itu didalam maupun diluar ruangan, merokok pasif, infeksi pernapasan,

sensitizer pekerjaan dan kegemukan.43

Pemicu yang berbeda-beda dapat menyebabkan eksaserbasi asma oleh

karena inflamasi saluran napas atau bronkospasme akut atau keduanya. Pada pasien

asma yang terpapar dengan alergen dapat memicu terjadinya bronkokonstriksi

akibat dari mediator inflamasi yang diakibatkan pelepasan igE-dependent yang

Page 46: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

30

berinteraksi dengan sel mast seperti histamin, prostaglandin dan leukotrien

sehingga akan terjadi kontraksi otot polos, yang nantinya dapat menyebabkan

menyempitnya (restriksi) saluran pernapasan kdan kemudian berkembang menjadi

penyakit asma.43

Asma akut merupakan kegawatdaruratan medis yang harus segera cepat

didiagnosis dan diobati. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Umumnya pada orang dengan asma

didapatkan penggunaan otot bantu napas, suara mengi (wheezing) saat ekspirasi

serta pernapasan cuping hidung. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan

yaitu pulse oksimetri dan bahkan bisa melakukan pemeriksaan analisa gas darah

(AGD) arteri jika memang diperlukan.43

Target penatalaksanaan asma meliputi beberapa hal, yaitu oksigenasi

adekuat, membebaskan obstruksi saluran pernapasan dengan memberikan

bronkodilator inhalasi kerja cepat (β2- agonis dan antikolinergik) dan mengurangi

inflamasi pada saluran pernapasan serta mencegah kekambuhan dengan pemberian

kortikosteroid sistemik lebih awal.43

Page 47: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

31

2.6 Kerangka teori

Sensitisasi Alum-OVA

secara ip

Peningkatan

permeabilitas

vaskular

Oleuropein dan

hydroxytyrosol

Migrasi PMN (sel

radang)

Pemberian ekstrak ekstrak ethanol

96% daun zaitun (Olea europaea L.)

pada gaster mencit Balb/c

Induksi dengan

inhalasi ovalbumin

Peningkatan titer

antibodi igE

spesifik-OVA

Pajanan antigen kedua

Antibodi igE terdeposit

di peritoneum

Aktivasi komplemen

Peningkatan

pembentukan

anafilatoksin (C3a dan

C5a)

Pembentukan

antibodi igE

spesifik-OVA

Stimulasi kemotaksis

PMN (sel radang)

Rekrutmen sel radang

(neutrophil, eosinophil,

makrofag)

(Th2)

Antibodi terikat

ke FcɛIII pada sel

mast/ basofil

Rekrutmen sel

radang

(neutrophil,

eosinophil,

makrofag)

(Th2)

Pembentukan

vasoaktif amin dan

sitokin proinflamasi

IL-1β

TNF-α

IFN-γ

PGE2 dan NO

Vasodilatasi

vaskular

Histamin

Opsonisasi

Keterangan

: Menghambat

: Mengaktifkan

Rekrutmen sel radang

(neutrophil, eosinophil,

makrofag)

(Th2)

Apigenin

Respon klinis

flavonoid

Inflamasi Organ pernafasan

Gastritis

Organ gaster

Asma

Gastritis berlanjut ke

fase kronik Ulkus peptikum

Peningkatan pembentukan

enzim perusak sel (enzim

lisosom, termasuk protease)

Peningkatan pembentukan

radikal bebas, ROS

Efektifitas Toksisitas

Penilaian efek

samping ke

organ gaster

Page 48: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

32

2.7 Kerangka Konsep

Ekstrak daun zaitun (Olea

europaea L.) peroral

Mencit Balb/c Asma

Efek toksik Efek non toksik

Inhalasi

Ovalbumin

Pengamatan efek samping

pada organ gaster

Penilaian kerusakan mukosa gaster

melalui gambaran histopatologi

jaringan gaster dengan pewarnaan HE

Efek farmakologis

Page 49: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

33

2.8 Definisi Operasional

Untuk memudahkan peneliti agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, maka

dibuatlah definisi operasional seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Skala Pengukuran

Kerusakan

mukosa epitel

gaster

Kerusakan mukosa epitel gaster

yang di maksud adalah menilai

kerusakan mukosa gaster secara

mikroskopik, baik meliputi erosi

(gap 1-10 epitel/ lesi), ulserasi (gap

> 10 epitel/ lesi) sampai perforasi

(hilangsnya seluruh lapisan organ

gaster dari lapisan mukosa sampai

serosa dan menyebabkan organ

gaster berlubang) pada jaringan

gaster mencit Balb/c

Numerik Persentase

(%)

Page 50: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini

menggunakan mencit strain Balb/c yang diinduksi asma menggunakan inhalasi

ovalbumin. Terdapat 5 kelompok perlakuan, yaitu 1 kelompok kontrol negatif

(normal) dan 4 kelompok perlakuan. Terdapat 2 macam dosis pemberian ekstrak

daun zaitun, yaitu pemberian 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari yang

diberikan secara peroral selama 7 hari. Pada kelompok 1 dan 2 (P1 dan P2)

dilakukan sensitisasi dengan memberikan Alum-Ova 50 µg/ml secara

intraperitoneal (ip) yang kemudian diinduksi dengan inhalasi ovalbumin dengan

konsentrasi 2% dan 5% untuk membuat inflamasi pada organ gaster mencit,

kemudian diberikan ekstrak daun zaitun dengan dosis masing-masing 100

mg/kgBB dan 200 mg/kgBB secara peroral. Sedangkan kelompok 3 dan 4 (P3 dan

P4) diberikan ekstrak daun zaitun dengan dosis masing-masing 100 mg/kgBB dan

200 mg/kgBB secara peroral dan inhalasi dengan konsentrasi 0,2%, serta diberikan

ekstrak daun zaitun dengan dosis 50 mg/kgBB secara intraperitoneal (ip). Hasil

pengamatan dinilai melalui gambaran mikroskopik gaster mencit Balb/c, apakah

terdapat efek samping/ gejala toksisitas pemberian ekstrak daun zaitun baik pada

mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin maupun yang tidak diinduksi melalui

penilaian kerusakan mukosa gaster.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama kurang lebih 11 bulan (Oktober 2015 – Agustus

2016). Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan di Animal House

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Proses nekropsi dan inhalasi ovalbumin terhadap hewan coba dilakukan di

Laboratorium Farmakologi FKIK UIN Jakarta, sedangkan pembuatan preparat

gaster dilakukan di laboratorium histologi FKUI. Pengamatan dan dokumentasi

gambaran mikroskopik gaster mecit Balb/c dilakukan di Laboratorium Histologi

FKIK UIN Jakarta.

Page 51: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

35

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit strain Balb/c

yang diperoleh dan diverifikasi sebelumnya dari Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor (IPB).

Terdapat 5 kelompok pada penelitian ini, yaitu di jelaskan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Kelompok perlakuan

No Nama kelompok Perlakuan

1 K PBS (phosphate buffered saline) intraperitoneal (ip)

+ PBS peroral + PBS inhalasi

2 P1 Aluminium hidroksida-Ovalbumin (alum-ova) 50

µg/kgBB/hari intraperitoneal (ip) + ekstrak daun

zaitun 100 mg/kgbb/hari peroral dan + Ovalbumin

inhalasi 2% dan 5%

3 P2 Aluminium hidroksida-Ovalbumin (alum-ova) 50

µg/kgBB/hari intraperitoneal (ip) + ekstrak daun

zaitun 200 mg/kgbb/hari peroral dan + Ovalbumin

inhalasi 2% dan 5%

4 P3 Ekstrak daun zaitun 50 mg/kgbb/ hari

intraperitoneal (ip) + ekstrak daun zaitun 100

mg/kgbb peroral + ekstrak daun zaitun inhalasi 0,2%

5 P4 Ekstrak daun zaitun 50 mg/kgbb/ hari

intraperitoneal (ip) + ekstrak daun zaitun 200

mg/kgbb peroral + ekstrak daun zaitun inhalasi 0,2%

Adapun dalam penentuan jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian,

menggunakan rumus Mead,63 yaitu E = N-B-T dan diperoleh hasil = 15≤ n ≤ 25.

Artinya, berdasarkan perhitungan rumus mead, jumlah sampel total yang

dibutuhkan dalam penelitian ini diantara 15-25, sehingga jumlah sampel minimal

yang dibutuhkan setiap kelompok yaitu 3 sampel. Hal tersebut sesuai pada

penelitian ini yaitu di setiap kelompok perlakuan terdapat 3 sampel penelitian.

Namun pada setiap kelompok perlakuan ditambahkan 2 ekor mencit dikarenakan

selama riset berlangsung dikhawatirkan terdapat mencit yang mati selama

penelitian. Sehingga total sampel pada penelitian ini yaitu berjumlah 25 ekor, dan

masing-masing kelompok terdapat lima ekor mencit, namun hanya tiga ekor mencit

yang diamati pada pemeriksaan histopatologis. Perhitungan rumus Mead secara

lengkap di sajikan pada lampiran.

Page 52: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

36

Perlakuan setiap kelompok diberi rentang satu hari, agar memudahkan

peneliti dalam pengambilan sampel.

3.3.1 Kriteria Sampel

3.3.1.1 Kriteria Inklusi

a. Mencit strain Balb/c

b. Tingkah laku dan aktivitas mencit normal

c. Tidak ada kelainan anatomi yang tampak sebelum perlakuan

d. Tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok atau botak

3.3.1.2 Kriteria Eksklusi

a. Mencit tampak sakit (drop out) selama riset berlangsung

b. Mencit mati selama riset berlangsung

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun zaitun

(Olea europaea L.) secara peroral

3.4.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah gambaran mikroskopik gaster

mencit strain Balb/c

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi: kandang mencit,

tempat makanan dan minuman mencit, Perlengkapan kebersihan, Neraca analitik,

Alat bedah minor, Lampu penerang, sonde, spuit 1 ml, gelas ukur, gunting, label,

alat nebulisasi, kulkas -80ºc, kandang kaca tempat inhalasi, lakban, cutter, kapas,

Alat alat gelas ukur, sekam (bedding), lemari pendingin, plastik obat, stopwatch

dan mikroskop.

Page 53: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

37

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan- bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu antara lain: ekstrak

ethanol 96% daun zaitun (Olea europaea L.), mencit strain Balb/c, makanan dan

minuman mencit, albumin dengan konsentrasi 2% dan 5%.

Pembuatan ekstrak daun zaitun dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat

dan Aromatik (Balitro), Bogor, Jawa Barat.

3.6 Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh dari hasil pengamatan terhadap gambaran histopatologi organ gaster, baik

terhadap kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Data yang diperoleh

berupa data kuantitatif berupa persentase kerusakan mukosa epitel gaster mencit

Balb/c pada berbagai kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Determinasi Daun Zaitun (Olea europaea L.)

Bahan yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah ekstrak daun zaitun

(Olea europaea L.). Sebelum dilakukan penelitian, tumbuhan terlebih dahulu

dideterminasi untuk mengidentifikasi kandungan dalam ekstrak daun zaitun.

Determinasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kebun

Raya Bogor.

3.7.2 Aklimatisasi

Sebelum mencit mendapatkan perlakuan penelitian, mencit terlebih dahulu

mengalami masa adaptasi di Animal house Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mencit diaklimatisasikan sejak

mulai kedatangannya di Animal house sampai 3 minggu (hari ke-21). Mencit

diaklimatisasikan terhadap tempat tinggal barunya, agar dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Penelitian menunjukkan bahwa waktu minimum yang

dibutuhkan mencit untuk beradaptasi pada lingkungan baru yaitu sekitasr 3 hari.64

Semua mencit diberi perlakuan yang sama, baik itu dalam pemberian makanan,

minuman dan kandang tempat tinggal minimum selama 7 hari secara ad libitum.65

Page 54: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

38

Pengaklimatisasian pada mencit ini bertujuan agar semua mencit tidak mengalami

stress yang akhirnya dapat mengganggu hasil penelitian. Selain itu periode

pengadaptasian mencit juga berguna untuk mengembalikan kondisi homeostasis

tubuh.65

3.7.3 Sensitisasi

Setelah mencit Balb/c melewati masa adaptasi selama kurang lebih tiga

minggu, mencit pada kelompok P1 dan P2 kemudian diberikan adjuvan dan

dilakukan sensitisasi dengan menggunakan Aluminium Hidroksida-Ovalbumin

(alum-Ova) dengan dosis 50 µg/kgBB secara intraperitoneal (ip) untuk membuat

asma. Kemudian mencit diinduksi dengan Ovalbumin inhalasi sebanyak 3 kali,

yaitu, pemberian dengan konsentrasi 2% selama 2 hari, dan konsentrasi 5% sekali

pada hari berikutnya. Dengan dilakukan sensitisasi diharapkan mencit mengalami

reaksi hipersensitivitas dan membuat inflamasi mencit ketika distimulasi dengan

alergen yang sesuai, diantaranya adalah organ pernafasan untuk membuat asma

pada mencit ketika dilakukan pemberian ovalbumin secara inhalasi. Penelitian

menunjukkan bahwa penambahan adjuvant dilakukan agar meningkatkan respon

fenotip sel Th2 saat terpapar dengan antigen, sehingga ketika dilakukan induksi

muncul reaksi hipersensitivitas yang kemudian memicu terjadinya reaksi

inflamasi.66

3.7.4 Pemberian Ekstrak Daun Zaitun pada Mencit

Setelah mencit melewati masa aklimatisasi dan dilakukan sensitisasi

menggunakan aluminium hidroksida-ovalbumin (Alum-OVA) secara

intraperitoneal, mencit kelompok P1 dan P2 kemudian diberikan ekstrak daun

zaitun (Olea europaea L.) dengan dosis masing-masing 100 mg/kgbb/hari dan 200

mg/kgbb/hari secara peroral. Pada kelompok P3 dan P4 yang tanpa diinduksi

ovalbumin, sebelum diberikan ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) dengan dosis

masing-masing sebesar 100 mg/kgbb/hari dan 200 mg/kgbb/hari secara peroral

melalui sonde lambung, terlebih dahulu mencit diberikan ekstrak daun zaitun (Olea

europaea L.) secara intraperitoneal dengan dosis 50 mg/kgbb/hari selama 2 kali.

Page 55: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

39

Setelah diberikan ekstrak daun zaitun peroral, kelompok P3 dan P4 diberikan

inhalasi ekstrak daun zaitun 0,2% 5 ml selama 3 hari.

3.7.5 Induksi (Challenge) Ovalbumin pada Mencit

Pada kelompok K/ kontrol negatif (normal), tidak diberikan ovalbumin

inhalasi, melainkan diberikan PBS intraperitoneal, PBS peroral dan PBS inhalasi.

Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 dan 2 (P1 dan P2) setelah mencit

diberikan ekstrak daun zaitun dengan dosis masing-masing 100 mg/kgBB dan 200

mg/kgBB selama 7 hari berturut-turut, kemudian mencit diinduksi dengan

ovalbumin inhalasi 2% sebanyak 2 kali dan 5% sebanyak 1 kali pada kandang

tertutup selama 3 hari. Pada hari pertama dan kedua mencit diinduksi dengan

ovalbumin dengan konsentrasi 2% selama 20 menit. Pada hari ke-3 mencit

diinduksi dengan ovalbumin konsentrasi 5% selama 30 menit. Perlakuan tersebut

dilakukan untuk memastikan bahwa mencit benar-benar sudah terinduksi dengan

baik, sehingga nanti hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu mencit

mengalami reaksi hipersensitivitas yang nantinya dapat menyebabkan inflamasi

dan kerusakan jaringan pada organ target, dalam hal ini yaitu organ pernafasan yang

dibuat asma.3

Pada kelompok P3 dan P4, mencit tidak diinduksi ovalbumin, melainkan

hanya diberikan ekstrak daun zaitun saja baik itu melalui peroral, inhalasi maupun

seara intraperitoneal.

Page 56: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

40

3.7.6 Nekropsi dan Pengambilan Jaringan Gaster

Setelah mencit diberi ekstrak daun zaitun selama 7 hari, sebelum mencit

dilakukan sacrifice (nekropsi = pembedahan dan pengambilan organ) untuk

mengambil jaringan lambung /gaster, mencit terlebih dahulu dipuasakan/ tidak

diberi makanan selama kurang lebih 1 hari (±24 jam) sebelumnya dan hanya

diberikan air minum. Hal ini dilakukan agar organ mencit dalam keadaan bersih

dan tidak terlalu banyak hasil pencernaan pada organ gastrointestinal sehingga

nantinya tidak mengganggu hasil sediaan histopatologi organ gaster mencit.

Proses pengambilan jaringan gaster yang nantinya dibuat sediaan

histopatologinya dimulai dari membuat mencit tidak bergerak dulu, yaitu dengan

memberikan larutan eter 95% yang diteteskan pada kapas di dalam toples kedap

udara. Setelah mencit mulai tidak bergerak akibat menghirup gas etanol di dalam

toples, kemudian mencit diambil dari toples dan kemudian ditaruh di wadah tempat

nekropsi sambil difiksasi dengan cara semua kakinya ditusuk dengan peniti. Setelah

itu, mencit kemudian dinekropsi dan dieksplorasi baik bagian toraks maupun

abdomennya, karena penelitian ini dilakukan bersamaan dengan pengambilan organ

lain. Pembedahan menggunakan alat bedah minor set yang sudah dipersiapkan

sebelumnya. Sebelum pengambilan jaringan, terlebih dahulu harus mengidentiikasi

organ gaster pada mencit, dikarenakan organ pencernaan mencit yang kecil,

sehingga cukup sulit untuk membedakan berbagai macam organ pencernaan yang

ada pada mencit. Setelah organ mencit teridentifikasi, segera diambil organ

lambung/gasternya. Begitu didapatkan organ gaster, lalu dipotong pada bagian

kurvatura mayor dan dibersihkan bagian dalamnya menggunakan Phosphat Buffer

Saline untuk memastikan tidak ada sisa pencernaan.41

Kemudian organ gaster yang sudah diinsisi kemudian dimasukkan ke

plastik obat yang sebelumnya sudah diisi dengan larutan formalin 10% sebanyak 3

ml. Lalu plastik obat yang berisi organ tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

lemari pendingin bersuhu 40-80C.

Page 57: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

41

3.7.7 Pembuatan Preparat Histopatologi dan Pewarnaan dengan

Hematoksilin-Eosin (HE)67

3.7.7.1 Fiksasi

Proses fiksasi bertujuan untuk mengeraskan jaringan, terutama jaringan

yang lunak agar memudahkan dalam pembuatan irisan yang tipis pada sediaan

preparat. Selain itu juga bertujuan untuk mengawetkan dan mempertahankan

susunan jaringan agar mendekati kondisi sewaktu masih hidup. Pada proses fiksasi,

volume cairan fiksasi sekurang-kurangnya harus 15-20 kali volume jaringan yang

nantinya difiksasi. Jenis cairan fiksasi yang digunakan juga bermacam-macam

sesuai keperluan yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu Micro-anatomical fixation,

Cytological fixatives dan dan histochemial fixatives. Namun larutan yang sering

digunakan yaitu larutan formalin 10% yang tergolong dalam kelompok Micro-

anatomical fixation, dikarenakan mudah didapat dan harganya pun terjangkau.

Cairan fiksatif formalin nantinya dapat mengawetkan struktur halus dengan baik,

misalnya phospholipid bilayer dan beberapa enzim. Untuk mendapatkan hasil

terbaik, jaringan harus didinginkan sampai 40 C dalam lemari pendingin

(refrigerator).67

3.7.7.2 Dehidrasi

Proses dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat

dalam jaringan yang telah difiksasi, sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan

parafin atau zat lainnya yang nantinya digunakan untuk membuat blok preparat.

Proses dehidrasi dimulai dengan memasukkan jaringan ke dalam larutan alkohol

dengan konsentrasi yang semakin meningkat, yaitu antara larutan alkohol 30%

sampai alkohol absolut (100%) sebanyak 6-10 kali pengenceran. Setelah dilakukan

pengenceran alkohol sesuai konsentrasi yang dibutuhkan, masing-masing alkohol

dengan konsentrasi tertentu dituangkan kedalam 3 buah pot plastik sebanyak

setengah volume pot, lalu diberi label I, II, dan III untuk menandakan urutan

perlakuan. Jaringan dalam formalin 10% dengan PBS dikeluarkan untuk memulai

proses dehidrasi, kemudian dimasukkan kedalam pot plastik dengan label I, II, dan

III secara berurutan dari alkohol konsentrasi terendah hingga tertinggi. Jaringan

kemudian didiamkan selama kurang lebih 20 menit pada masing-masing pot.67

Page 58: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

42

3.7.7.3 Clearing

Clearing adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dalam jaringan,

sehinggan nanti bisa diganti dengan larutan yang dapat berikatan dengan parafin.

Untuk membuat blok jaringan menggunakan parafin, sebelumnya harus

dikeluarkan terlebih dahulu alkoholnya, karena jika masih terdapat alkohol sedikit

saja di dalam jaringan, maka parafin tidak bias masuk ke dalam jaringan, sehingga

jaringan menjadi sulit untuk dipotong dengan mikrotom. Alkohol dan parafin tidak

bisa saling melarutkan. Bahan yang digunakan yaitu toluol-alkohol 1:1, dan toluol

murni. Pertama jaringan yang sudah melewati proses dehidrasi dimasukan kedalam

wadah kaca bertutup yang berisi campuran toluol-alkohol 1:1 untuk direndam

selama 25 menit. Setelah itu, jaringan direndam kembali pada wadah yang berisi

toluol selam 1 jam.67

3.7.7.4 Embedding

Embedding (pembenaman/ impregnasi) adalah suatu proses untuk

mengeluarkan cairan pembening (clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan

parafin. Tahap ini juga penting, karena jika sisa cairan pembening masih terdapat

di dalam jaringan, maka sisa cairan pembening dapat mengkristal sewaktu dipotong

dengan mikrotom dan menyebabkan jaringan menjadi mudah robek. Bahan yang

digunakan adalah campuran toluol-paraffin 1:1 dan parafin cair. Toluol-parafin 1:1

yang sudah disiapkan dalam 5 wadah kaca dicairkan terlebih dahulu, lalu jaringan

dimasukkan kedalam toluol-parafin 1:1 dan didiamkan semalaman. Keesokan

harinya, wadah dipanaskan kembali untuk mencairkan toluol-parafin 1:1 yang

berisi jaringan. Parafin cair dituang kedalam 4 wadah kaca yang diberi label I, II,

III, dan IV untuk menandakan urutan perlakuan. Jaringan kemudian dimasukkan

kedalam paraffin cair secara berurutan dari gelas I, II, III, hingga ke IV, masing-

masing selama 15 menit. Perendaman kedalam parafin cair harus dilakukan didalam

inkubator dengan suhu 62o C untuk menjaga parafin tetap dalam keadaan cair.67

Page 59: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

43

3.7.7.5 Blocking

Blocking adalah suatu proses pembuatan blok preparat menggunakan

parafin atau zat lain agar dapat dipotong dengan mikrotom. Untuk membuat blok

preparat dilakukan dengan cara yang lebih baru, yaitu menggunakan cetakan dari

plastik, piringan logam (embedding cassette) dan parafin cair. Dengan cara ini

histoplate dari plastik diletakkan di atas piringan logam (seperti cetakan membuat

es batu). Tuangkan sedikit cairan parafin ke dalam cetakan tersebut. Secepatnya

masukkan jaringan dengan menggunakan pinset yang telah dipanaskan (agar

parafin tak beku) dan diatur posisinya di dalam cetakan. Parafin cair kemudian

dituangkan kembali hingga menutupi seluruh cetakan tersebut. Selama tindakan ini

cetakan (histoplate dari plastik) dan piringan logam harus diletakkan di atas cetakan

panas.67

3.7.7.6 Pemotongan Jaringan (Sectioning)

Proses pemotongan jaringan dilakukan dengan memotong blok preparat

dengan menggunakan mikrotom. Sebelum melakukan pemotongan jaringan,

terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk sectioning, yaitu

pisau mikrotom, kaca objek, Waterbath atau wadah berisi air hangat dengan

temperatur 37-400C dan sengkelit/ kuas. Adapun langkah-langkah tehnik

pemotongan blok parafin sebagai berikut:67

1. Rekatkan blok parafin yang mengandung preparat pada tempat duduknya di

mikrotom. Tempat duduk blok parafin beserta blok parafinnya kemudian

diletakkan pada pemegangnya (holder) pada mikrotom dan dikunci dengan kuat.

2. Letak pisau mikrotom pada tempatnya dan atur sudut kemiringannya. Biasanya

sudut kemiringan berkisar 20-30 derajat.

3. Atur ketebalan potongan yang diinginkan, biasanya dipakai ketebalan antara 5-

7 mikrometer

4. gerakkan blok preparat ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah blok

preparat secara teratur dan ritmis. Buang pita-pita parafin yang awal tanpa

jaringan hingga kita mendapatkan potongan yang mengandung preparat

jaringan

Page 60: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

44

5. Pita parafin yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-hati

menggunakan sengkelit atau kuas kedalam waterbath yang temperaturnya diatur

37-40C dan biarkan beberapa saat hingga pita parafin tersebut mengembang.

6. Setelah pita parafin terkembang dengan baik, tempelkan pita parafin tersebut

pada kaca objek yang telah dilapisi dengan cara memasukkan kaca objek itu

kedalam waterbath dan menggerakkannya ke arah pita parafin. Dengan

menggunakan sengkelit atau kuas pita parafin ditempelkan pada kaca objek.

Setelah melekat kaca objek digerakkan keluar dari waterbath dengan hati-hati

agar pita parafin tidak melipat.

7. Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin di atas hotplate dengan temperatur

40-45C, biarkan selama beberapa jam. Cara lainnya adalah dengan melewatkan

kaca objek di atas api sehingga pita parafin melekat erat di atas kaca objek.

8. Setelah air kering dan pita parafin telah melekat dengan kuat, simpan kaca objek

berisi potongan parafin dan jaringan sampai saatnya untuk diwarnai.

3.7.7.7 Pewarnaan Hematoxilin-Eosin

Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada suatu jaringan yang telah

dipotong, sehingga unsur jaringan dapat dikenali dan diamati dengan mikroskop.

Pewarnaan yang umum dan sering dipakai sekarang adalah dengan Hematoxilin-

Eosin (HE). Pada pulasan HE digunakan 2 macam zat warna yaitu hematoksilin

yang berfungsi untuk memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik) serta

eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, digunakan untuk memulas

sitoplasma sel dan jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda

dengan nuansa yang berbeda.

Hematoksilin merupakan zat warna alami yang pertama kali dipakai tahun

1863. Hematoksilin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan

senyawaan lainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Senyawaan

hematoksilin yang dipakai adalah bentuk oksidasinya yaitu hematein. Proses

oksidasi senyawaan hematoksilin ini dikenal sebagai ripening dan dapat dipercepat

prosesnya dengan menambahkan senyawaan yang bertindak sebagai oksidator

seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium permanganat dan sodium

iodat.

Page 61: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

45

Bahan yang diperlukan untuk proses pewarnaan adalah xyliol, alkohol

absolut, alkohol dengan konsentrasi 95%, 90%, 80%, dan 70%, aquades,

Hematoksilin-Eosin (HE), dan asam alkohol yang merupakan campuran 200 mL

alkohol 70% dengan 2mL HCl. Bahan tersebut dituangkan kedalam staining

jaringan masing-masing sebanyak 200 mL.

Preparat disusun pada cawan lalu direndam dalam xyliol selama 10 menit

sebanyak 2 kali. Setelah itu, cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol

absolut selama 5 menit sebanyak 2 kali. Cawan dipindahkan dan direndam dalam

alkohol 95% selama 1 menit. Lalu cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol

90% selama 1 menit.Cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol 80% selama

1 menit. Setelah itu, cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol 70% selama

1 menit. Cawan dipindahkan dan direndam dalam aquadest selama 4 menit.

Kemudian, cawan dipindahkan dan direndam dalam pewarna Hematoksilin selama

4 menit. Cawan dipindahkan dan direndam dalam aquadest selama 1 menit

sebanyak 3 kali. Lalu cawan dipindahkan dan direndam dalam asam alkohol selama

30 detik. Cawan dipindahkan dan direndam dalam aquadest selama 1 menit, lalu

dipindahkan dan direndam dalam eosin selama 1 menit. Setelah itu, preparat dilihat

dibawah mikroskop untuk memeriksa keadaan pewarnaan.

Setelah diperiksa, cawan direndam kembali dalam aquadest selama 1 menit

sebanyak 3 kali. Kemudian dipindahkan dan direndam dalam alkohol 70% selama

1 menit. Cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol 80% selama 1 menit.Lalu

cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol 90% selama 1 menit. Cawan

dipindahkan dan direndam dalam alkohol 95% selama 1 menit. Setelah itu cawan

dipindahkan dan direndam dalam alkohol absolut selama 1 menit. Cawan

dipindahkan dan direndam dalam xyliol selama 3 menit sebanyak 3 kali.

Segera setelah perendaman dalam xyliol terakhir, preparat diteteskan

kanada balsam secukupnya, lalu ditutup cover glass dengan hati-hati untuk

mencegah terbentuknya gelembung udara. Kemudian preparat diberi label sesuai

kode jaringan dan ditunggu hingga mengering dan kemudian bisa disimpan.67

Page 62: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

46

3.7.7.8 Pelabelan

Pelabelan dilakukan agar memudahkan dalam mengidentifikasi preparat.

Pelabelan dapat dilakukan pada bagian atas kaca atau tepi kaca preparat yang di

bawahnya tidak terdapat sediaan jaringan.67

3.8 Pengamatan Mikroskopik Jaringan Gaster

Pemngamatan mikroskopik jaringan gaster menggunakan mikroskop

konvokal (Olympus BX41) dengan menggunakan perbesaran total 400x (40x10).

Mikroskop di laboratorium histologi juga bisa digunakan untuk

mendokumentasikan gambar juga. Gambar foto yang diambil yaitu meliputi epitel

gaster, yang meliputi mukosa, submukosa, muskularis dan serosa, namun karena

lapang pandang yang terlalu besar dan tidak memuat seluruh lapisan epitel gaster,

maka pada penelitian ini hanya difokuskan ke lapisan mukosa epitel gasternya saja.

Pengambilan foto sebanyak 10 lapang pandang besar (10 LPB). Hasil foto

dengan perbesaran total 400 kali tersebut kemudian diolah dengan menggunakan

shoftware Corel photoPaint X7. Foto preparat tersebut diberi kotak-kecil dengan

jumlah 14x10 kotak, kemudian setiap kotak-kotak kecil tersebut diamati persentase

kerusakan mukosa epitel gaster meit Balb/c. Indeks kerusakan mukosa epitel gaster

diukur menggunakan rumus berikut39:

Hasil dalam satuan persen (%). Kerusakan mukosa gaster dapat meliputi

deskuamasi, erosi maupun ulkus pada jaringan gaster. Hasil tersebut kemudian

dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis statistik tertentu yang sesuai.

Indeks Kerusakan= (area kerusakan/total area jaringan lambung) x 100%

Page 63: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

47

3.9 Alur penelitian

Mencit berada di animal

house (hari 1)

Aklimatisasi mencit

(3 minggu)

Kel P4

(z200)

Kel P3

(z100)

Kel P2

(z200+ova)

Kel P1

(z100+ova)

Kel K

(normal)

Randomisasi kelompok

perlakuan

Mencit Balb/c di

puasakan 1 hari sebelum

dilakukan nekropsi

Sonde pbs

selama 7 hari

Inhalasi Pbss

selama 3 hari

Sonde ekstrak daun zaitun (olea eurapea) dosis 100mg/kgbb/hari selama

7 hari pada kelompok P1 dan P3, serta dosis 200mg/kgbb/hari selama 7

hari pada kelompok P2 dan P4

Inhalasi (induksi) ovalbumin selama 3

hari

Pembuatan preparat Pengamatan preparat

jaringan gaster

Sensitisasi dengan Alum-Ova 50

µg/kgBB secara ip selama 2 kali

Ekstrak daun zaitun 50

mg/kgBB secara ip selama

2 kali

Inhalasi ekstrak daun

zaitun 0,2% selama 3 hari

Nekropsi (sacrifice) mencit dan

pengambilan organ gaster

mencit Balb/

Analisis statistik data

Page 64: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

48

3.10 Prosedur Pengamatan

Pengamatan dan dokumentasi preparat dilakukan di Laboratorium Histologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengamatan preparat menggunakan mikroskop konvokal (Olympus BX41) dan

shoftware DP2-BSW dengan perbesaran total 400x (40x10). Pada pengamatan

organ gaster, diamati apakah terdapat kerusakan mukosa epitel pada jaringan gaster,

kemudian dihitung persentase kerusakan pada mukosa epitel gaster mencit Balb/c.

3.11 Analisis Data Statistik

Hasil data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan

SPSS versi 22.0. Analisis data parametrik yang digunakan yaitu analisis varian satu

arah (One Way Anova) untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna

diantara kelompok perlakuan. Uji hipotesis ANOVA ini digunakan karena

penelitian ini termasuk jenis hipotesis komparatif dan datanya numerik lebih dari

dua kelompok serta tidak berpasangan. Sebelum melakukan uji analisis One Way

Anova, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Jika uji

normalitas dan homogenitas terpenuhi maka di lakukan uji parametrik One Way

Anova dengan taraf kepercayaan sebesar 95% yang kemudian dilanjutkan dengan

uji BNt/ beda nyata terkecil atau yang lebih di kenal dengan uji LSD (Least

Significance Difference) pada uji analisis lanjutan (post hoc) untuk mengetahui

perbedaan yang bermakna antar tiap kelompok perlakuan. Namun apabila varian

kelompok data yang dibandingkan tidak sama, maka harus dilakukan transformasi

data. Jika hasil uji parametrik tidak terpenuhi maka dilanjutkan dengan uji alternatif

nonparametrik Kruskal-Wallis.

Page 65: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Daun Zaitun

Determinasi daun zaitun (Olea europaea L.) telah dilakukan di Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa daun zaitun yang dijadikan sampel pada

penelitian ini adalah Olea europaea L. dari family Oleaceae.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil pengamatan terhadap gambaran histopatologi jaringan gaster mencit

BALB/c yang dilakukan di Laboratorium Histologi FKIK UIN Jakarta terhadap

berbagai kelompok perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

Dari hasil pengamatan gambaran mikroskopik terhadap jaringan gaster

mencit Balb/c pada area glandular didapatkan hasil bahwa gambaran mukosa

kelompok P3 dan P4 ternyata hampir serupa dengan kelompok K (kontrol negatif/

normal), terutama kelompok P4 yang mana pada bagian mukosanya hanya

mengalami kerusakan minimal.

Selain itu, juga dapat dinilai bahwa rata-rata kelompok P3 dan P4

mengalami kerusakan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok P1 dan

P2, yaitu kelompok yang disensitisasi dan diinduksi ovalbumin. Hal tersebut

kemungkinan terjadi akibat kandungan senyawa aktif yang memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan dalam ekstrak daun zaitun, yaitu oleuropein dan

hidroksitirosol.3

Pada kelompok P3 da P4 juga tidak ditemukan adanya sel radang akut

(Polimorfonuklear sel) dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, yaitu

meliputi edema dan pelebaran pada pembuluh darah.

Page 66: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

50

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopik

mukosa gaster mencit Balb/c (100x).

Kelompok K: kontrol negatif

(normal)/oral dan inhalasi PBS; P1:

ekstrak daun zaitun 100 mg/kgBB

peroral dan inhalasi ovalbumin; P2:

ekstrak daun zaitun 200 mg/kgBB

peroral + inhalasi ovalbumin; P3:

ekstrak daun zaitun 100 mg/kgBB

peroral+ inhalasi ekstrak daun zaitun;

P4: zaitun 200 mg/kgBB peroral+

inhalasi ekstrak daun zaitun). Tanda

panah menunjukkan kerusakan mukosa

jaringan gaster ( perbesaran 100x).

Page 67: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

51

Gambar 4.2 Gambaran mikroskopik

mukosa gaster mencit Balb/c (400x).

Kelompok K: kontrol negatif

(normal)/oral dan inhalasi PBS; P1:

ekstrak daun zaitun 100 mg/kgBB peroral

dan inhalasi ovalbumin; P2: ekstrak daun

zaitun 200 mg/kgBB peroral + inhalasi

ovalbumin; P3: ekstrak daun zaitun 100

mg/kgBB peroral+ inhalasi ekstrak daun

zaitun; P4: zaitun 200 mg/kgBB peroral+

inhalasi ekstrak daun zaitun). Tanda

panah menunjukkan kerusakan mukosa

jaringan gaster ( perbesaran 400x).

Berbeda dengan kelompok P3 dan P4, Pada Kelompok P1 dan P2 dapat

dilihat adanya sel radang (PMN) dan pelebaran pembuluh darah. Selain itu juga

terlihat mukosa epitel lambung yang mengalami erosi. Berbeda dengan Kelompok

P4 dan P5, yang mana hanya mengalami kerusakan minimal pada mukosa

permukaan lambung.

Page 68: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

52

Data rerata kerusakan mukosa epitel gaster menit Balb/c yang diperoleh dari

hasil analisis gambaran mikroskopik jaringan gaster pada kelompok K (Kontrol

negatif/normal), kelompok perlakuan1 dan 2 (P1 dan P2) yang di berikan

stimulasi/induksi dengan inhalasi ovalbumin dan ekstrak daun zaitun dengan dosis

masing-masing 100mg/kgbb dan 200mg/kgbb, serta kelompok 3 dan 4 (P3 dan P4)

yang hanya di berikan ekstrak daun zaitun dengan dosis masing-masing

100mg/kgbb dan 200mg/kgbb dapat di lihat pada tabel berikut:

Gambar 4.3. Grafik rata-rata kerusakan mukosa gaster mencit Balb/c. (K: kontrol

negatif (normal)/ PBS oral dan inhalasi PBS; P1: zaitun 100 mg/kgBB oral dan

inhalasi ovalbumin; P2: zaitun 200 mg/kgBB oral + inhalasi ovalbumin; P3: zaitun

100 mg/kgBB oral+ inhalasi ekstrak daun zaitun; P4: zaitun 200mg/kgBB oral +

inhalasi ekstrak daun zaitun, * = p<0,05 dibandingkan dengan kelompok K (Kontrol

negatif/ normal), * *= p<0,01 dibandingkan dengan kelompok K (Kontrol negatif/

normal)

Dari grafik yang tercantum di atas menunjukkan bahwa rerata persentase

kerusakan mukosa epitel gaster mencit Balb/c pada kelompok P3 dan P4 yang tanpa

diinduksi ovalbumin tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol,

1.938

16.155

11.637

3.249

1.757

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

K P1 P2 P3 P4

Per

sen

tase

ker

usa

kan

jari

ngan

(%)

KELOMPOK PERLAKUAN

GRAFIK PERSENTASE KERUSAKAN MUKOSA

GASTER MENCIT BALB/C

Page 69: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

53

bahkan kelompok P4 mengalami rerata kerusakan mukosa epitel gaster yang lebih

rendah jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Selain itu juga pada kelompok P3 dan P4 rerata mengalami presentease

kerusakan mukosa epitel gaster yang lebih rendah jika dibandingkan dengan

kelompok P1 dan P2. Sedangkan pada kelompok P1 dan P2 mengalami kerusakan

mukosa epitel gaster yang signifikan pada uji analisis post-hoc jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Dari grafik tersebut juga menunjukkan bahwa pemberian dosis ekstrak daun

zaitun dengan dosis 200 mg/kgBB/hari (P2 dan P4) ternyata mengalami kerusakan

yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian ekstrak daun zaitun dengan

dosis 100 mg/kgBB/hari (P1 dan P3) pada perlakuan yang sama.

Setelah didapatkan data hasil penelitian, selanjutnya dilakukan analisis data

statistik. Rerata persentase kerusakan mukosa epitel gaster yang diuji normalitasnya

dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk (karena jumlah sampel ≤ 50) di dapatkan

hasil data yang berdistribusi normal dari semua kelompok perlakuan (p>0,05).

Hasil uji varians dengan menggunakan levene test juga didapatkan nilai signifikan

p=0,072 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semua data pada perlakuan

bersifat homogeny dan memiliki variansi data yang berdistribusi normal. Hasil uji

Saphiro wilk dan Levene test selengkapnya disajikan pada lampiran.

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi, kemudian di lanjutkan

dengan analisis uji parametrik One Way Anova yang hasilnya disajikan pada tabel

4.1

Tabel 4.1 Hasil uji One Way Anova

Nama kelompok Rerata kelompok ± SD (%) P value Anova

K (kontrol negatif/

normal)

1.938 ± 1.26 0,003

P1 (z100 + Ova) 16.155 ± 7.08

P2 (z100 + Ova ) 11.637 ± 4.42

P3 (z100) 3.249 ± 0.94

P4 (z200) 1.757 ± 0.70

Page 70: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

54

Hasil uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai p=0,003 (p<0,05),

yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna/ signifikan rerata persentase

kerusakan mukosa gaster diantara 5 kelompok perlakuan dan dapat pula menolak

H0 (hipotesis 0: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok

perlakuan).

Selanjutnya dilakukan uji LSD pada uji analisis post-hoc untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan yang signifikan/ bermakna antar kelompok perlakuan.

Uji LSD di sajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil uji LSD pada uji analisis post hoc

Kelompok K P1 P2 P3 P4

K - 0,001* 0,011* 0,683 0,955

P1 0,001* - 0,178 0,002* 0,001*

P2 0,011* 0,178 - 0,023* 0,010*

P3 0,683 0,002* 0,023* - 0,642

P4 0,955 0,001* 0,010* 0,642 -

Keterangan: * terdapat perbedaan yang bermakna / signifikan (p<0,05)

Dari analisis post hoc, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara kelompok K dengan P1 (p=0,001), K dengan P2 (p=0,011), P1

dengan P3 (p=0,002), P1 dengan P4 (p=0,001), P2 dengan P3 (p=0,0023), dan P2

dengan P4 (p=0,010). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kelompok

P3 (z100) dan P4 (z200) rata-rata tidak mengalami kerusakan mukosa yang

signifikan dibandingkan dengan kelompok K /kontrol (normal). Hal tersebut

kemungkinan efek gastroprotektif dan efek antiinflamasi yang dimiliki oleh daun

zaitun, yang mana dalam daun zaitun terdapat senyawa oleuropein dan

hidroksitirosol.3

Hal tersebut berarti dengan pemberian ekstrak daun zaitun saja tidak

menyebabkan kerusakan yang bermakna terhadap organ gaster mencit, atau bisa

dikatakan bahwa pemberian ekstrak daun zaitun tidak menyebabkan efek toksik dan

kerusakan pada organ gaster mencit Balb/c, bahkan memberikan efek terapeutik

pada mencit.

Berbeda halnya pada kelompok P1 dan P2, yang mana mengalami rerata

persentase kerusakan mukosa gaster yang signifikan dibandingkan dengan

kelompok K /kontrol (normal) dan kelompok P3 dan P4 yang tanpa diinduksi

Page 71: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

55

ovalbumin. Hal tersebut kemungkinan besar diakibatkan karena pemberian

ovalbumin pada kelompok P1 dan P2, yang mana dengan pemberian inhalasi

ovalbumin yang sebelumnya telah dilakukan sensitisasi terlebih dahulu, mungkin

organ gaster mengalami efek serupa pada organ pernafasan, dikarenakan pada

pemberian obat inhalasi dalam bentuk aerosol, sekitar 10-20% akan masuk ke

dalam saluran pernafasan, dan sisanya yang 80-90% sisanya akan masuk ke dalam

saluran pencernaan.65

Pada kelompok P4 dengan pemberian dosis ekstrak daun zaitun 200

mg/kgBB/hari menunjukkan rerata kerusakan mukosa gaster yang lebih rendah bila

dibandingakan dengan kelompok P3 yang sama-sama tidak diinduksi ovalbumin,

hanya berbeda dosis yaitu 100 mg/kgBB/hari. Begitu pula dengan kelompok P2

dengan pemberian dosis ekstrak daun zaitun 200 mg/kgBB/hari yang kemudian

diinduksi ovalbumin, ternyata mengalami rerata kerusakan mukosa epitel gaster

yang lebih rendah bila di bandingkan dengan kelompok P1, yang sama-sama

diinduksi ovalbumin, namun dengan pemberian dosis ekstrak zaitun 100

mg/kgBB/hari. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis

ekstrak daun zaitun 200 mg/kgBB/hari ternyata mengalami kerusakan mukosa

epitel gaster yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian dosis ekstrak daun

zaitun 100 mg/kgBB/hari.

Penelitian Impellizzeri et al (2011) menunjukkan bahwa setelah

mengonsumsi senyawa aktif oleuropein, yang merupakan kandungan terbanyak

dari ekstrak daun zaitun, ternyata terjadi penurunan produksi sitokin proinflamasi

seperti tumor necrosis factor α (TNF-α), interleukin-1 beta (IL-1β) dan nitric oxide

(NO).68

Penelitian Mahjoub et al (2011) juga menunjukkan bahwa pada pemberian

dosis ekstrak methanol daun zaitun (Olea Europaea L.) dosis 200 mg/kgBB

intraperitoneal pada mencit galur Wistar Rat ternyata memiliki efek antiinflamasi

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian ekstrak daun zaitun dosis 50

mg/kgBB dan 100 mg/kgBB dalam menurunkan edema pada kaki tikus wistar yang

di induksi carrageenan.69

Telah diketahui bahwa inflamasi merupakan proses normal tubuh untuk

menghilangkan benda asing dalam tubuh. Namun jika reaksi inflamasi dibiarkan

Page 72: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

56

terlalu lama maka dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi yang tidak

diinginkan, misalnya pada organ gaster yaitu pada penyakit gastritis dan ulkus

peptikum.57

Meskipun pada penelitian ini, pemberian ekstrak daun zaitun dengan dosis

masing-masing 100 mg/kgBB/hari dan dasis 200 mg/kgBB/hari tidak menimbulkan

efek samping/ efek toksik yang bermakna pada kerusakan mukosa epitel gaster,

tetapi tetap saja pemberian ekstrak daun zaitun harus tetap hati-hati, apalagi

pemberian dengan dosis tinggi dan untuk pemakaian janga waktu yang lama, karena

pada penelitian Omer SA et al (2012) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun

zaitun dengan konsentrasi 0,9% selama 6 minggu menyebabkan nekrosis hepatosit

dan sedikit perdarahan pada organ hepar dan ginjal. Oleh karean itu, juga harus

dipertimbangkan efek yang tidak tidak diharapkan selama pemberian ekstrak

berlangsung.70

4.4 Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, antara lain sebagai

berikut

1. Jumlah sampel penelitian masih minimal

2. Tidak terdapat kelompok kontrol positif (pemberian ovalbumin inhalasi saja)

3. Dosis yang di pakai masih kurang bervariasi

4. Kurangnya dana pada penelitian ini

Page 73: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis uji statistik pada penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa pemberian ekstrak daun zaitun sebagai terapi asma tidak menyebabkan efek

samping / efek toksik, bahkan memberikan efek gastroprotektif terhadap mencit

Balb/c.

5.2 Saran

Untuk penelitian yang serupa selanjutnya di harapkan:

1. Menambahkan kelompok kontrol positif (di berikan ovalbumin saja)

2. Melakukan penelitian efek zaitun dengan mengambil senyawa aktifya saja

3. Memperbanyak jumlah sampel penelitian

4. Membandingkan efek pemberian ekstrak daun zaitun dengan berbagai rute

pemberian (oral, inhalasi, intraperitoneal)

Page 74: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

58

BAB VI

KERJASAMA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kerjasama antara penelitian mahasiswa dengan

kelompok penelitian dosen, yaitu dr. Nurul Hiedayati, Ph.D, Ibu Nurlaely Mida R,

M.Biomed, Ph.D serta dr. Riva Auda Sp.A, M.Kes tentang Pengaruh Pemberian

ekstrak daun zaitun sebagai terapi asma terhadap organ pernafasan mencit Balb/c.

Dana penelitian ini berasal dari Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).

Page 75: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan POM. (n.d.). Zaitun. http://www.pom.go.id. Di akses 4 juli 2016.

2. Khan Y, Panchal S, Vyas N, Butani A, Kumar V. 2007. Olea europaea: a phyto-

pharmaological review. Phcog Net. 1(1): 112-116

3. Hashmi AH, Khan A, Hanif M, Farooq U, Perveen S. 2015. Traditional Uses,

Phytochemistry, and Pharmacology of Olea europaea (Olive). Evidence-Based

Complementary and Alternative Medicine. 1-29

4. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2013. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi

12 Volume.1. Jakarta: EGC

5. Therios L. 2009. Olives. UK: Biddles.

6. Ross, Ivan A. 2005. Medical Plants of the world. New jersey: Humana Press.

7. Brenton CM, Warnock P, Berville AJ. 2012. Origin and History of Olive.

France: Intech

8. Rugini E, Biasi R, Altamura MM. 2005. Olive (Olea europaea L.). Somatic

Embryogenesis in Woody Plants. 77: 345-60

9. Ghanbari R, Anwar F, Alkharfy KM, Gilani A.H, Saari N. 2014. Valuable

nutrients and functional bioactives in different parts of olive (Olea europaea

L.)-A Review. Int J Mol Sci. 13: 3291-340

10. Rivas CS, Espin JC, Wichers HJ. . 2000. Oleuropein and related compounds. J

Sci Food Agric. 80: 1013-23

11. Rugini E, Biasi R, Altamura MM. 2005. Olive (Olea europaea L.). Somatic

Embryogenesis in Woody Plants. 77: 345-60

12. Castro-Rodriguez JA et al. 2010. Olive oil during pregnancy in associated with

reduced wheezing during the first year of live of the offspring. 45: 395-402

13. Kushi LH, Lenart EB, Willett WC. 1995. Health implications of Mediterranean

diets in light of contemporary knowledge. 2. Meat, wine, fats, and oils. Am J

Clin Nutr. 61: 1416-27

14. Visioli F, Galli C. 1994. Oleuropein protects low density lipoprotein from

oxidation. Life Sciences. 55: 1965-71

15. Petroni A, Blasevich M, Salami M, Papini N, Montedoro GF, Galli C. Inhibition

of platelet aggregatiion and eicosanoid production byphenolic components of

olive oil. Thromb Res. 1995;78(2):151-60

Page 76: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

60

16. Hansen K, Adsersen A, Christensen SB, Jensen SR, Nyman U, Smitt UW. 1996.

Isolation of an angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor from Olea

europaea and Olea lacea. Phytomedicine. 2: 319-25

17. Susalit E et al. 2011. Olive (Olea europaea) leaf extract effective in patients

with stage-1 hypertension: comparison with Captopril. Phytomedicine. 18(4):

251-8

18. Al-azzawie HF, Alhamdani MS. 2006. Hypoglycemic and antioxidant effect of

oleuropein in alloxan-diabetic rabbits. Life Sci. 78(12): 1371-7

19. Garcia OB, Castillo J, Lorente J, Ortuno A, Del Rio JA. 2000. Antioxidant

activity of phenolics extracted from Olea europaea L. leaves. Food Chem. 68:

457-62

20. Kontogianni VG, Charisiadis P, Margianni E, Lamari FN, Gerothanassis LP,

Tzakos AG. 2013. Olive Leaf Extracts Are a Natural Source of Advanced

Glycation End Product Inhibitors. J Med Food. 16(9): 817-22

21. Heinze JE, Hale AH, Carl PL. 1975. Specificity of the antiviral agent calcium

elenolate. Antimicrob Agent Chemother. 8(4): 421-2

22. Renis HE. 1975. Inactivation of Myxoviruses by Calcium Enolate. Antimicrob

Agent Chemother. 8(2): 194-99

23. Hirschman SZ. 1972. Inactivation of DNA polymerases of murine leukaemia

viruses by calcium elenolate. Nat New Biol. 238(87): 277-9

24. Soret MG. 1969. Antiviral activity of calcium elenolate on parainfluenza

infection of hamsters. Antimicrob Agents Chemother. 9:160-6

25. Huang SL et al. 2007. Discovery of Small-Molecule HIV-1 Fusion and

Integrase Inhibitors Oleuropein and Hydroxytyrosol: I. Fusion Inhibition.

Biochem Biophys Res Commun. 354(4): 872–8

26. Micol V, Caturla L, Fons LP, Mas V, Perz L, Estepa A. 2005. The olive leaf

extract exhibits antiviral activity against viral haemorrhagic septicaemia

rhabdovirus (VHSV). Antiviral research. 66: 129-36

27. Bisignano G, Tomaino A, Lo Cascio R, Crisafi G, Uccella N, Saija A. 1999. On

the in-vitro antimicrobial activity of oleuropein and hydroxytyrosol. J Pharm

Pharmaol. 51(8): 971-4

28. Visioli F, Bellosta S, Galli C. 1998. Oleuropein, the bitter principle of olives,

enhances nitric oxide production by mouse macrophages. Life sci. 62(6): 541-

6

Page 77: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

61

29. Furneri PM, Piperno A, Sajia A, Bisignano G. 2004. Antimycoplasmal Activity

of Hydroxytyrosol. Antimicrob Agent Chemother. 48(12): 4892-94

30. Ryan D, Robards K, Prenzler P, Jardine D, Herlt T, Antolovich M. 1999. Liquid

chromatography with electrospray ionisation mass spectrometric detection of

phenolic compounds from Olea europaea.J Chromatogr A. 855: 529–37

31. Karakaya S, El SN. 2009. Studies of olive tree leaf extract indicate several

potential health benefits. Nutrition Review. 67(11): 632–8

32. Bianco A, Uccella N. 2000. Biophenolic components of olives. Food Res Int.

33: 475-85.

33. Lee O, Lee B. 2010. Antioxidant and antimicrobial activities of individual and

combined phenolics in Olea europaea leaf extract. Bioresour Technol. 101:

3751–54.

34. Khayyal MT, el-Ghazaly MA, Abdallah DM, Nassar NN, Okpanyi SN, Kreuter

MH. 2002. Blood pressure lowering effect of an olive leaf extract (Olea

europaea) in L-NAME induced hypertension in rats. Arzneimittelforschung.

52(11):797-802.

35. Zarzuelo A, Duarte J, Jiménez J, González M, Utrilla MP. Vasodilator effect of

olive leaf. Planta Med. 1991; 57(5): 417-9

36. Pereira A.P. 2007. Phenolic compounds and antimicrobial activity of olive

(Olea europaea L. Cv. Cobrançosa) leaves. Molecules. 12(5): 1153-62

37. Chimi H , Morel I , Lescoat G , Pasdeloup N , Cillard P , Cillard J. 1995.

Inhibition of iron toxicity in rat hepatocyte culture by natural phenolic

compounds. Tox In Vitro. 9: 695-702

38. Gonzalez MS, Mena GL, Juan ME, Granados AG, Planas JM. 2013.

Assessment of the safety of maslinic acid, a bioactive compound from Olea

europaea L. Molecular Nutrition and Food Research. 57 (2): 339–46

39. Dekanski D, S. Hudomal SJ, Tadi´c V, Markovi´c G, Arsi´c I, Mitrovi´c DM.

2009. Phytochemical analysis and gastroprotective activity of an olive leaf

extract. Journal of the Serbian Chemical Society. 74(4): 367–7

40. Dekanski D et al. 2009. Attenuation of cold restraint stress-induced gastric

lesion by an olive leaf extract. 28: 135-42

41. Treuting PM et al. 2012. Comparative Anatomy and Histology: A Mouse and

Human Atlas. US: elselvier.

Page 78: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

62

42. Goshal NG, Bal HS. 1989. Comparative morphology of the stomach of some

laboratory mammals. Laboratory Animals. 23: 21-9

43. Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna publishing.

44. Matsui H, Shimokawa O, Kaneko T, Nagano Y, Rai K, Hyodo I. 2011. The

pathophysiology of non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID)-induced

mucosal injuries in stomach and small intestine. J Clin Biochem Nutr. 48(2):

107–11

45. Kim CG, Choi IJ, Lee JY, Cho SJ, Nam BH, Kook MC. 2009. Biopsy site for

detecting Helicobacter pylori infection in patients with gastric cancer. J

Gastroenterol Hepatol. 24: 469-74

46. Kho D. 2010. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Infeksi Helicobacter pylori.

Maj Kedokt Indon. 60(8): 381-4

47. Syam AF, Abdullah M, Rani AA, et al. 2010. A comparison of 5 or 7 days of

rabeprazole triple therapy for eradication of Helicobacter pylori. Med J Indones.

p113-7

48. McColl KEL. Helicobacter pylori infection. N Eng J Med. 2010; 362:1597-604

49. Selgrad M, Kandulski A, Malfertheiner P. 2009. Helicobacter pylori diagnosis

and treatment. Curr opin gastroenterol. 25: 549-56

50. Simadibrata M. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan

Infeksi Helicobacter Pylori. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).

51. Banerjee S, et al. 2010. The role of endoscopy in the management of patients

with pepticulcer disease. Gastrointestinal Endoscopy. 71(4): 663-8

52. Mustafa M, Menon J, Muiandy RK, Fredie R, Sein MM, Fariz. 2014. A.Risk

Factors, Diagnosis, and Management of Peptic ulcer Disease. IOSR-JDMS. 14

(7): 40-6

53. McConville SR, Crookes PF. 2007. The History of Gastric Surgery: the

Contribution of the Belfast School. Ulster Med J. 76(1): 31-6

54. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. 2010. Robbins and Cotrans

Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Saunders Elselvier.

55. Chandrasoma P, Taylor CR. 2006. Concise Pathology 3th Edition. US: Mc Graw

hill.

56. Rubin R, Strayer DS. 2012. Rubin’s Pathology. Philadelphia: Lippincott

William & Wilkins.

Page 79: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

63

57. Alleoni ACC. 2006. Albumen Protein and Functional Properties of Gelation and

Foaming. Sci. agric. 63(3): 291-8

58. Sun LZ et al. 2010. Comparison between Ovalbumin and Ovalbumin Peptide

323-339 Responses in Allergic Mice: Humoral and Cellular Aspects.

Scandinavian Journal of Immunology. 71: 329-35

59. Chang YK et al. 2005. Comparison of Asthma Phenotypes Using Different

Sensitizing Protocols in Mice. The Korean Journal of Internal Medicine. 20(2):

152-8

60. Li HJ et al. 2013. IL-25 Involved in Airway Inflammation of OVA-Induced

Asthmatic Mice and the Inhibitory Effect of Glucocorticoid. J Allergy Ther.

4(5): 1-5

61. Bentley JK et al. 2010. Ovalbumin sensitization and challenge increases the

number of lung cells possessing a mesenchymal stromal cell phenotype.

Respiratory Research. 11(127): 1-15

62. Brunton LL, Chabner BA, Knollmann. 2012. Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Bais of Therapeutics. Elselvier.

63. Singh AS, Masuku MB. 2014. Sampling Technique & Determination of sample

size in applied statistics research: an overview. Ijecm. 2(11): 1-22

64. Capdevilla S, Giral M, de la Torre JLR, Russel RJ, Kramer K. 2007.

Acclimatization of rats after ground transportation to a new animal facility.

Laboratory Animals. 41: 255–61

65. Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksananaan Validasi Metoda dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1: 119-22

66. Obernier JA, Bladwin RL. 2006. Establishing an appropriate period of

acclimatization following transportation of Laboratory Animals. ILAR Journal.

47(4): 364-9

67. Jusuf AA. 2009. Histoteknik Dasar. Depertemen Histologi FKUI.

68. Impellizzeri et al. 2011. The effects of oleuropein aglycone, an olive oil

compound in a mouse model of carrageenan-induced pleurisy. Clin. Nutr. 30:

533–40

69. Mahjoub RC, Khemiss M, Dhidah M, Dellai A, Bouraoui A, Khemis F. 2011.

Chloroformic and Methanolic Extracts of Olea europaea L Leaves Present Anti-

Inflammatory and Analgesic Activities. ISRN Pharmacology. p1-5

Page 80: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

64

70. Omer SA et al. 2012. Toxicity of olive leaves (Olea europaea L) in Wistar

Albino Rats. Asian Journal of Animal and Veterinary Advances. 7(11): 1175-

82

Page 81: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

65

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji

Gambar 7.1 Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji

Page 82: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

66

Lampiran 2

Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian

Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan Mead, yaitu

sebagai berikut:

RUMUS MEAD: E= N-B-T

Keterangan:

E: Derajat Kebebasan komponen Kesalahan (10-20)

N: Jumlah sampel dalam penelitian (dikurangi 1)

B: Blocking component, menggambarkan pengaruh lingkungan yang

diperbolehkan dalam suatu penelitian

T: Jumlah kelompok perlakuan

Jadi:

E: N-B-T

≥10= (N-1)-0-(5-1)

≥10= N-1-4

≥10= N-5

N≥15

E: N-B-T

≥20= (N-1)-0-(5-1)

≥20= N-1-4

≥20= N-5

N≥25

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini yaitu: 15≤N≤25, artinya minimal

jumlah sampel yang diperlukan pada penelitian ini yaitu 15 sampel, sedangkan

jumlah maksimal sampel yang diperkenankan pada penelitian ini yaitu 25 sampel.

Pada penelitian ini menggunakan 15 sampel penelitian, sehingga masing-

masing kelompok terdapat 3 sampel penelitian.

Page 83: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

67

Lampiran 3

Gambar Proses Penelitian

Gambar 7.2 Nebulizer dan kandang

tempat inhlasai

Gambar 7.3 Pembiusan mencit

Gambar 7.4 Proses inhalasi mencit

Gambar 7.5 Proses nekropsi mencit

Gambar 7.6 Sonde ekstrak zaitun

Gambar 7.7 Wadah tempat

penyimpanan organ gaster

Page 84: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

68

Lampiran 4

Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Zaitun

Berat tikus berkisar antara 30-45 mg, maka diambil nilai tengahnya, yaitu

sekitar 40 gram.

Dosis 100 mg/kgBB (z100)

=>100 mg

1 kg=

100 mg

1000 gr=

1 mg

10 gr

=>1 mg

10 g=

(z100) mg

40 gr

=> (z100) =40 mg

10 gr

=> (z100) = 4 mg

Dosis 200 mg/kgBB (z200)

=>200 mg

1 kg=

200 mg

1000 gr=

2 mg

10 gr

=>2 mg

10 g=

(z200) mg

40 gr

=> (z200) =80 mg

10 gr

=> (z200) = 8 mg

Page 85: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

69

Lampiran 5

Hasil Analisis Statistik Data

Tabel 7.1 Hasil rerata persentase kerusakan mukosa epitel gaster pada berbagai

kelompok perlakuan

Kelompok Persentase Kerusakan mukosa epitel

gaster (%)

Mean ± SD

Preparat 1 Preparat 2 Preparat 3

Kelompok kontrol

(normal)

1.362 3.394 1.060 1.938 ± 1.26

Kelompok P2 (z100

+ova)

8.871 23.026 16.570 16.155 ± 7.08

Kelompok P3 (z200

+ova)

13.059 15.174 6,679 11.637 ± 4.42

Kelompok P4

(z100)

3,575 3,990 2,182 3.249 ± 0.94

Kelompok P5

(z200)

1.014 1.831 2,428 1.757 ± 0.70

Tabel 7.2 Uji normalitas data

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kerusakan_mukosa

_epitel_gaster

Normal .342 3 . .845 3 .228

Dosis zaitun 100 mg/kgBB + OVA .190 3 . .997 3 .903

Dosis zaitun 200 mg/kgBB + OVA .293 3 . .922 3 .461

Dosis zaitun 100 mg/kgBB .301 3 . .911 3 .422

Dosis zaitun 200 mg/kgBB .208 3 . .992 3 .829

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 7.3 Uji homogenitas data

Test of Homogeneity of Variances

Kerusakan_mukosa_epitel_gaster

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.008 4 10 .072

Page 86: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

70

Tabel 7.4 Uji One Way Anova

ANOVA

Kerusakan_mukosa_epitel_gaster

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 517.460 4 129.365 8.886 .003

Within Groups 145.578 10 14.558

Total 663.038 14

Tabel 7.5 Uji LSD dengan analisis post hoc

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Kerusakan_mukosa_epitel_gaster

LSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Normal Dosis zaitun 100

mg/kgBB + OVA -14.217000* 3.115316 .001 -21.15836 -7.27564

Dosis zaitun 200

mg/kgBB + OVA -9.698667* 3.115316 .011 -16.64002 -2.75731

Dosis zaitun 100

mg/kgBB -1.310333 3.115316 .683 -8.25169 5.63102

Dosis zaitun 200

mg/kgBB .181000 3.115316 .955 -6.76036 7.12236

Dosis zaitun 100

mg/kgBB + OVA

Normal 14.217000* 3.115316 .001 7.27564 21.15836

Dosis zaitun 200

mg/kgBB + OVA 4.518333 3.115316 .178 -2.42302 11.45969

Dosis zaitun 100

mg/kgBB 12.906667* 3.115316 .002 5.96531 19.84802

Dosis zaitun 200

mg/kgBB 14.398000* 3.115316 .001 7.45664 21.33936

Dosis zaitun 200

mg/kgBB + OVA

Normal 9.698667* 3.115316 .011 2.75731 16.64002

Dosis zaitun 100

mg/kgBB + OVA -4.518333 3.115316 .178 -11.45969 2.42302

Dosis zaitun 100

mg/kgBB 8.388333* 3.115316 .023 1.44698 15.32969

Dosis zaitun 200

mg/kgBB 9.879667* 3.115316 .010 2.93831 16.82102

Normal 1.310333 3.115316 .683 -5.63102 8.25169

Page 87: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

71

Dosis zaitun 100

mg/kgBB

Dosis zaitun 100

mg/kgBB + OVA -12.906667* 3.115316 .002 -19.84802 -5.96531

Dosis zaitun 200

mg/kgBB + OVA -8.388333* 3.115316 .023 -15.32969 -1.44698

Dosis zaitun 200

mg/kgBB 1.491333 3.115316 .642 -5.45002 8.43269

Dosis zaitun 200

mg/kgBB

Normal -.181000 3.115316 .955 -7.12236 6.76036

Dosis zaitun 100

mg/kgBB + OVA -14.398000* 3.115316 .001 -21.33936 -7.45664

Dosis zaitun 200

mg/kgBB + OVA -9.879667* 3.115316 .010 -16.82102 -2.93831

Dosis zaitun 100

mg/kgBB -1.491333 3.115316 .642 -8.43269 5.45002

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 88: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34263/1/ARIS ADI...program studi kedokteran dan profesi dokter . fakults kedokteran dan

72

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Aris Adi Purnomo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal Lahir : Pati, 03 November 1995

Agama : Islam

Alamat : Dk. Gesik RT/RW 001/003 Desa Prawoto Kec. Sukolilo

Kab. Pati, Jawa Tengah

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1999-2001 : TK RA Masithoh kec. Sukolilo, kab. Pati, Jawa Tengah

2001-2007 : MI Almu’min 01 Desa Prawoto kec. Sukolilo, kab. Pati,

Jawa Tengah

2007-2010 : MTs Sunan Prawoto Desa Prawoto kec. Sukolilo, kab.

Pati, Jawa Tengah

2010-2013 : MA Sunan Prawoto Desa Prawoto kec. Sukolilo, kab.

Pati, Jawa Tengah

2013-Sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta