Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
EFEKTIFITAS PERDA No. 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN
TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DI
KOTA PADANG PANJANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah
Oleh :
RAHMA RATNA SARI
NIM. 1311. 028
JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI TAHUN 2015 M/1436
2
Aku berdiri mengenakan toga di sebuah jalan setapak yang gelap Pandanganku tertuju pada kedua orang tuaku
Senyuman yang tak asing di mataku Dua orang yang sangat aku hargai,aku hormati
Dua orang yang sangat aku cintai, dan aku sayangi...
Ibu yang telah mengandungku selama sembilan bulan Ibu juga yang telah merawatku dengan penuh kasih sayang...
Ayah yang telah mendidikku. Ayah yang rela bekerja banting tulang,
Ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup, Detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun.
Apakah yang dapat kulakukan untuk membalas mereka?
Sering aku tutup kuping gak mau dengerin nasihat mereka Sering aku bohong kepada mereka untuk kepuasanku
Sering aku ngelawan jika mereka marah karena kenakalanku. Tapi, apakah mereka memendam perasaan dendam terhadapku?
TIDAK! TIDAK SAMA SEKALI!
Mereka tetap tulus memaafkan kekhilafanku Mereka tetap menyanyangiku dalam setiap hembusan nafas mereka
Bahkan mereka tetap menyebut namaku dalam setiap doa-doa mereka hingga aku menjadi seperti sekarang ini!
Ya Tuhan betapa durhakanya aku!
Tak sadarkah aku bahwa mereka orang yang sangat berarti dalam hidupku? Langkah-langkah ku terhenti di hadapan mereka Dan kupandangi ayah dan ibuku inci demi inci
Badan yang dulu tegap, kekar, kini mulai membungkuk
Rambut yang dulu hitam, kini mulai memutih Dan kulit mereka yang dulu kencang kini mulai berkeriput
Kutatap mata mereka yang berbinar binar dan mulai meneteskan air mata bahagia, Air mata haru, air mata bangga melihat ku memakai toga ini.
Kucium tangan mereka, kupeluk mereka sambil berkata
Ayah, Ibu yang aku berikan hari ini tidak akan cukup membalas semua yang telah Ayah dan Ibu berikan selama ini kepadaku. terimakasih Ayah, terimakasi Ibu, aku
sayang Ayah dan Ibu sampai akhir hayatku.
3
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mendapat hikmah itu
Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.
Dan tiadalah yang menerima peringatan
melainkan orang- orang yang berakal”.
(Q.S. Al-Baqarah: 269)
“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan
menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali
lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu
berdoa...”
Yang Utama Dari Segalanya...
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah
memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas
karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya
kecil ini kepada Ibu (RAJABNA) dan Ayah (ZAMZAMI) yang telah memberikan kasih sayang,
segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya
dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa
berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu
menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
Kakak dan Adikku
Untuk kakak (NELLY FITRI S,Pd.i)dan adik-adikku (DILLA SAMIRA, MUHAMMAD
REZEKY DAN SAHRUL RAMADHAN) tiada yang paling mengharukan saat kumpul
bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan
bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang
dapat aq persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aq akan selalu
menjadi yang terbaik untuk kalian semua..
Untuk semua teman-teman penulis yang sama-sama berjuang, semoga kelak kita dapat meraih
kesuksesan dan ilmu yang kita dapatkan selama ini bermanfaat.
Amiin Ya Rabbal’alamiin
4
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama saudara RAHMA RATNA SARI BP. 1311.028 dengan
judul “EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN
TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DI KOTA
PADANG PANJANG” telah memenuhi persyaratan Ilmiah dan disetujui untuk
diajukan ke sidang Munaqasyah. Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Pembimbing I
Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum
NIP. 19740525 199803 1 006
Bukittinggi, Agustus 2015
Pembimbing II
Adlan Sanur Th, M.Ag
NIP. 19760322 200501 1 003
5
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi yang berjudul: “EFEKTIFITAS PERDA No. 8 TAHUN 2009
TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB
ROKOK DI KOTA PADANG PANJANG” yang disusun oleh RAHMA RATNA
SARI, Bp. 1311. 028, dan telah diuji dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah
IAIN Bukittinggi, Hari Kamis, 27 Agustus 2015 dan dinyatakan telah dapat diterima
sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Program Satu (S-1) pada
Fakultas Syari’ah Jurusan Jinayah Siyasah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi.
Bukittinggi, 27 Agustus 2015
Tim Penguji,
Ketua
Adlan Sanur. Th, M.Ag
NIP. 19760322 200501 1 003
Sekretaris
Afrizal AZ, MA
NIP. 19750404 200312 1 002
Anggota,
Gusril Basir, SH.M.Hum
NIP. 19660817 199403 1 005
H. Bustamar, S.Ag, MH
NIP. 19771022 200501 1 002
Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum
NIP. 19740525 199803 1 006
Adlan Sanur. Th, M.Ag
NIP. 19760322 200501 1 003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi
Drs. Arsal, M.Ag
NIP. 19681212 199303 1 002
6
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: “Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang
Panjang”. Oleh RAHMA RATNA SARI, NIM. 1311.028 Pada Fakultas Syariah
Jurusan Jinayah Siyasah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Penulis
sangat tertarik untuk meneliti karena penulis ingin melihat bagaimana hasil yang
dicapai semenjak Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
Dan Kawasan Tertib Rokok Di Padang Panjang mulai diberlakukan,
Latar belakang penulis memilih judul tentang Efektifitas Perda No. 8
Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok an Kawasan Tertib Rokok
yang merupakan kebijakan pemerintah Kota Padang Panjang dalam mengatasi
bahaya asap rokok maupun bahaya dari perokok yang dapat merusak kesehatan
masyarakat Padang Panjang. Bahkan meningkatnya angka kematian disebabkan
oleh seorang perokok maka pemerintah membuat kebijakan perda rokok tersebut.
Penelitian ini berupa penelitian lapangan (field research) dan bersifat
deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini metode
kualitatif. Penelitian ini mengambarkan hasil yang dicapai dari perda No 8 Tahun
2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota
Padang Panjang. Untuk mengumpulkan data, penulis melakukan observasi yaitu
dengan melihat langsung bagaimana hasil dari perda rokok yang merupakan
kebijakan pemerintah Padang Panjang, dan wawancara yang ditujukan kepada
Satpol PP dan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perda rokok di Padang Panjang
sudah mulai efektif di tengah-tengan masyarakat, karena masyarakat sudah mulai
malu merokok di kawasan tersebut. serta iklan dan promosi rokok tidak diterima
lagi di Padang Panjang. Apabila masih terdapat sponsor rokok maka pihak Satpol
PP yang mencabut serta mengamankannya. Tapi sanksi bagi orang yang merokok
di Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok belum juga
diberlakukan oleh pemerintah Padang Panjang, pihak Satpol PP yang bertugas
menjalankan perda rokok hanya melakukan penertiban, penindakan serta berupa
teguran sedangkan sanksinya belum ada berlaku sama sekali.
Perda rokok di Kota Padang Panjang sekarang sudah mulai terealisasikan
dan diterapkan oleh masyarakat maupun aparatur pemerintah meskipun masih
terdapat orang yang merokok tapi pemerintah Kota Padang Panjang tetap
mempertegas pengawasan dari Satpol PP untuk mengamankan, menertibkan, serta
melakukan penindakan bagi perda rokok. Bahkan apabila masih ditemukan
aparatur pemerintah atau masyarakat yang merokok di Kawasan Tanpa Asap
Rokok dan Kawasan Tertib Rokok maka Satpol PP akan memberikan surat
teguran kepada pejabat pemerintah dan pemerintah sendiri tidak segan-segan
untuk mencabut jabatan bagi pejabat pemerintah yang masih merokok di kawasan
tersebut.
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“EFEKTIFITAS PERDA No. 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP
ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DI KOTA PADANG PANJANG”
Kemudian shalawat beriringan salam senantiasa kita mohonkan kepada-Nya agar
selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan risalah-Nya kepada kita sehingga menjadikan kita menjadi manusia
beradab dan berilmu pengetahuan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai macam halangan
dan rintangan. Namun, penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan
dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dari beberapa pihak. Maka,
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, pertama sekali kepada kedua
orang tua penulis tercinta, Ayahanda Zamzami dan Ibunda Rajabna yang telah
membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan.
Ucapan terima kasih yang tidak kalah penting penulis ucapkan kepada saudara-saudara
penulis Nelly fitri, Dilla Samira, Muhammad Reski dan Sahrul Ramadhan yang telah
memberikan motivasi sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
skripsi ini. Serta atas bantuan dan arahan yang telah diberikan, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga juga kepada:
8
1. Ibuk Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta jajarannya, Bapak
Dekan Fakultas syariah beserta jajarannya dan Bapak Ketua Jurusan Jinayah Siyasah
beserta jajarannya.
2. Bapak Helfi, M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat-nasehat
dan masukkan kepada penulis demi kelancaran proses penulisan skripsi.
3. Bapak Fajrul Wadi S.Ag.M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak Adlan Sanur Th M.Ag
selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
4. Ibuk Hafizah Husni,SP.d (kak ija) yang telah memberikan pelayanan terbaik untuk setiap
urusan dan keperluan penulis terkait penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi (IAIN) yang juga
memberikan masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Bapak kepala beserta staf perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi
yang telah menyediakan fasilitas peminjaman buku yang penulis butuhkan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat baik penulis terutama Mezi Silvia, Aliza Sriwahyuni, Mutiara Fauziah,
Fera Kurniawati, Faisal Tanjung, Jufriadi, Yaskur, Dede mahendra, Fera zulida ,
Megawati, Zainal Abidin, Nuri Alfitra, Zulfahmi serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan namanya satu per satu yang selalu memberikan semangat dan juga bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis
9
berdo’a dan berharap kepada Allah SWT semoga amal dan kebaikan kita semua
diridhai oleh Allah SWT dan bernilai ibadah di hadapan-Nya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa di dalamnya masih belum terlepas
dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun penyampaiannya. Untuk itu,
penulis sangat menghargai kritik dan saran yang konstruktif dari segenap pembaca untuk lebih
sempurnanya skripsi ini. Atas kritik dan saran yang disampaikan, penulis ucapkan terima
kasih.
Bukittinggi, 06 Agustus 2015
Penulis
RAHMA RATNA SARI
NIM. 1311.028
10
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah….. ......................................... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 9
D. Penjelasan Judul ....................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11
F. Metode Penelitian .................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektifitas ................................................... ............................. 16
1 Pengertian Efektifitas……………………………………….. 16
2 Faktor-faktor Efektifitas Perda……………………………… 19
3 Teori-teori Efektifitas Hukum……………………………….. 25
B. Peraturan Daerah ...................................................................... 27
1. Pengertian Peraturan Daerah.......................................... 27
11
1. Dasar Hukum Peraturan Daerah ........................................ 29
2. Asas Pembenrukan Peraturan Daerah ................................ 31
3. Maksud dan Tujuan Peraturan Daerah ............................... 33
B. Rokok ....................................................................................... 34
1. Pengertian .......................................................................... 34
2. Kategori Perokok ............................................................... 35
3. Jenis-jenis Rokok ............................................................... 36
4. Zat-zat yang Terkandung dalam Rokok………………….. 37
5. Beberapa Jenis Akibat Merokok………………………….. 40
6. Kematian Akibat Merokok……………………………….. 44
D. Hukum Rokok Dalam Pandangan Islam……………………….. 45
1. Hukum dan Status Rokok dalam Pandangan Islam…………. 48
2. Hukum Asal Benda………………………………………….. 51
BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................. 53
A. Monografi Kota Padang Panjang ............................................. 53
B. Letak dan batas administrasi wilayah ...................................... 55
C. Demografi atau Kependudukan ............................................... 57
1. Jumlah penduduk ............................................................... 57
2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur ...................... 58
3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin………………… 58
D. Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja…………………………… 59
1. Zaman Kolonial ……….………………………………….. 59
2. Zaman Era Awal Kemerdekaan…………………………… 60
12
E. Strukur Organisasi Satpol PP Padang Panjang…...…………… 62
F. Visi Misi Satpol PP Padang Panjang…………………………… 62
G. Perda No 8 Tahun 2009 tentang KTR di Padang Panjang…….. 63
1. Pejelasan Perda No 8 Tahun 2009 tentang KTR…………… 63
2. Sosialisasi atau Pembinaan tentang Perda Rokok………….. 65
3. Upaya Pemerintahan dalam Penertiban dan Penindakan…… 66
4. Efektifitas Perda No 8 tahun 2009 tentang KTR…………… 68
5. Bentuk-bentuk Penertiban dan Penindakan………………… 71
H. Analisis Penulis………………………………………………... 74
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan dalam kehidupan yang
dilakukannya sehari-hari. Di antara sekian banyak kebiasaan yang dilakukan manusia, ada
salah satu kebiasaan yang sangat merugikan kesehatan mereka. Anehnya, kebiasaan yang
merugikan kesehatan ini sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya,
yakni kebiasaan merokok. Merokok bukan saja orang dewasa dan remaja saja, bahkan
anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah sudah mulai merokok. Hal ini sangat
memprihatinkan bagi kesehatan masyarakat, khusus nya para generasi muda.
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat dilakukan dimanapun dan
kapanpun. Apabila telah kecanduan, sangatlah sulit untuk menghentikan kebiasaan
merokok, karena dalam rokok terdapat nikotin yang menyebabkan seseorang menjadi
kecanduan untuk merokok.1
Bangsa Indonesia tergolong penggemar rokok, Negara dengan jumlah pabrik
rokok terbanyak di dunia adalah Indonesia. Jumlah perokok muda terbanyak di dunia juga
Indonesia. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan buruk nenek moyang yang tetap
dilestarikan sampai sekarang ini.2 Hasil penelitian dari Global Youth Tobacco Survey
tahun 2006 lalu menunjukkan di Indonesia 64,2% anak sekolah terkena asap rokok
selama mereka di rumah. Penelitian itu juga menyimpulkan 37,3% pelajar merokok, dan 3
dari 10 pelajar pertama kali merokok berumur 10 tahun. Tingginya populasi dan konsumsi
rokok menempatkan Indonesia pada urutan ketiga konsumen tembakau atau rokok di
dunia.
1 Giri Wiarto, Budaya Hidup Sehat( Yogyakarta: PT Gosyen Publishing; 2013), hlm. 107
2 Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya ( Jakarta : PT Gelora
Aksara Pratama; 2009). Hlm 58
14
Dengan konsumsi sebanyak 220 miliar batang per tahun. Di samping
menimbulkan efek buruk bagi kesehatan, merokok juga penyumbang terbesar polusi
udara. Menurut World Health Organization (WHO), rokok adalah pembunuh yang
akrab di tengah masyarakat. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia
dimana 43 di antaranya bersifat karsinogen, yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap detik satu orang
meninggal akibat merokok. Selain itu rokok juga membunuh separuh dari masa hidup
perokok. Data di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang
setiap tahun dan jika ini terus berlanjut, maka pada 2020 diperkirakan terjadi 10 juta
kematian dengan 70% kematian di Negara berkembang. Konsumsi rokok di Indonesia
mencapai 220 miliar batang per tahun, merupakan urutan ketiga setelah China dan
India, dimana separuh lebih rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu
perokok dan hampir semua merokok di rumah.
Seluruh masyarakat di dunia sudah membuat kesepakatan untuk membuat
perjanjian Internasional dalam pengendalian rokok, yang dimulai dari badan kesehatan
World Health Organization (WHO) secara sistematik sejak tahun 1999 dan
perumusannya selesai tahun 2003. Indonesis termasuk Negara yang aktif memberikan
sumbangan pikiran yang melahirkan Framework Convention on Tobacco Control
(FCTC).
Namun Indonesia tidak bersedia menandatanganinya pada tahun 2003 oleh
karena pemerintah menganggap Indonesia belum siap. Menurut Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) WHO, produk tembakau adalah produk yang
dibuat dengan menggunakan seluruh atau sebagian dari daun tembakau sebagai bahan
dasar yang diproduksi untuk di gunakan sebagai rokok yang dikonsumsi dengan cara
dihisap, dikunyah, atau di sedot. Produk tembakau khususnya rokok dapat berbentuk
15
sigaret, kretek, cerutu, menggunakan pipa, tembakau yang disedot dan tembakau tanpa
asap.3
Rokok telah menjadi penyebab utama kematian terbesar di dunia, rokok yang
dihisap setiap harinya mencapai 15 milyar batang. Indonesia menempati peringkat 5
dalam mengkonsumsi rokok di dunia. Banyak Masyarakat menghisap rokok setiap
harinya, baik dari masyarakat menengah kebawah sampai menengah keatas. Bahkan
tidak jarang di temukan anak-anak di bawah umur sudah mulai merokok. 4
Setiap 10 detik ada orang di dunia yang meninggal akibat merokok. Sebuah
laporan di European Respiratory Journal bahwa 500.000 orang Eropa meninggal setiap
tahun akibat penyakit yang ada kaitannya dengan merokok. Jumlah ini jauh lebih
banyak daripada total orang meninggal akibat AIDS, bunuh diri, obat terlarang,
kecelakaan mobil dan senjata.5
Menurut penelitian di AS 86% anak yang kecerdasannya rendah adalah anak
yang orang tuanya merokok, oleh karena itu orang tua yang perokok jangan kecewa
kalau anaknya bodoh. Itulah nasib 86% anak yang orang tuanya perokok. Jadi rokok
bukan saja merusak diri perokok tapi juga merusak istri dan anak-anaknya. Selain
penderitaan yang dihadapi oleh perokok kerugiannya pun lebih banyak.
Untuk skala nasional, biaya penanggulangan dampak negatif rokok lebih besar
daripada pemasukkan yang diperoleh dari pruduksi rokok. Untuk masyarakat
Indonesia dampak negatif dari konsumsi rokok adalah tingkat kesehatan yang rendah,
angka kematian yang tinggi, tingkat kecerdasan yang rendah dan kerusakan yang
3 Http://news.detik.com Stop Rokok diakses tanggal 27 januari 2015, jam 10.40 WIB
4 Giri Wiarto, Budaya Hidup Sehat( Yogyakarta: PT Gosyen Publishing; 2013), hlm. 103 - 110
5 Christian Barnard, Kiat Jantung Sehat ( Bandung : PT Kaifa; 2002), hlm 145
16
merata. Pemasukan yang di dapat oleh negara dari cukai rokok tidak akan cukup untuk
memperbaiki dampak negatifnya.6
Merokok dapat menyebabkan turunnya tingkat kesehatan umum perokok
karena menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh sehingga terjadi berbagai
macam penyakit.7 Karena udara yang tercemar oleh perokok akan mencemari orang
yang tidak merokok di sekitarnya. Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa anak-
anak yang orang tuanya merokok akan mudah menderita penyakit ganguan
pernafasan.8
Di antara faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah orang tua.
Karena ke sibukkan dalam hal sosial dan ekonomi yang tinggi, sehingga banyak anak-
anak di bawah umur sangat mudah mendapatkan rokok. Hal ini disebabkan para orang
tua membiarkan anak-anaknya bergaul dengan bebas, serta tidak memperhatikan apa
kebiasaan yang dilakukan oleh anaknya setiap hari. Selain itu mungkin juga
dipengaruhi oleh orang tua yang memiliki kebiasaan merokok.
Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi seseorang untuk merokok.
Seseorang yang berkumpul dengan teman-teman perokok maka akan mudah
terpengaruh untuk merokok. Selain itu, kepribadian orang mencoba merokok karena
ada beberapa hal di antaranya, merasa malu kepada teman-teman atau orang lain,
membebaskan rasa bosan, menahan diri dari tekanan jiwa dan biar dikatakan lelaki
sejati.9
Mengingat bahwa banyaknya efek buruk yang disebabkan oleh rokok, maka
pemerintah Kota Padang Panjang membuat komitmen untuk mengeluarkan Perda
6 Subagyo Partodiharjo,Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya ( Jakarta : PT Gelora
Aksara Pratama;2009). Hlm 60 - 62 7 Soedarto, Lingkungan dan Kesehatan ( Jakarta : CV Sagung Seto; 2013), hlm 232
8 M.N Bustan,Epidemiologi Penyakit tidak Menular ( Jakarta : Rineka Cipta; 2000) hlm 123
9 Ernest Caldwell, Berhenti Merokok ( Yogyakarta : Pustaka Populer; 2009), hlm. 38- 40
17
tentang rokok di Kota Padang Panjang. Pada awalnya Walikota Padang Panjang
membuat surat edaran 400/578.a/2005 tanggal 26 Mei 2005 tentang antisipasi terhadap
bahaya rokok bagi kesehatan. Kemudian tahun 2007 Walikota Padang Panjang
berinisiatif untuk membuat Ranperda bersama pemerintah lainnya untuk di ajukan ke
DPRD Padang Panjang. Barulah pada 5 november 2008 Ranperda itu disetujui DPRD
Padang Panjang untuk ditetapkan sebagai Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok.
Pada awalnya, pemberlakuan perda itu tentu saja menimbulkan pro dan kontra
di tengah masyarakat kota berpenduduk sekitar 60 ribu jiwa. Maklum, Padang Panjang
adalah kota berhawa sejuk yang berada di kaki gunung merapi. Kondisinya sangat
mengundang selera para pecandu rokok untuk merokok, apa lagi kebiasaan merokok
sudah menjadi tradisi Adat Minang Kabau, dimana rokok disuguhkan untuk kaum laki-
laki dan siriah untuk perempuan pada prosesi adat saat mengundang para datuk,
penghulu, dan kaum kerabat untuk datang menghadiri acara pernikahan. Di banyak
kampung,tradisi Adat Minang dengan menyuguhkan rokok itu masih berlaku hingga
hari ini. Awalnya, sangat berat dalam menegakkan Perda tersebut,tidak saja karena
kebiasaan dan kecanduan merokok, tetapi juga adat tradisi yang mensyaratkan adanya
rokok.
Papan-papan besar bertuliskan “Kawasan Tanpa Asap Rokok” dan “ Kawasan
Tertib Rokok” terpampang besar di beberapa sudut Kota Padang Panjang, salah satu
wilayah di Provinsi Sumatera Barat. Bahkan, jika melihat jengkal demi jengkal kota
kecil tersebut, maka tidak akan mendapati satupun iklan, promosi, dan sponsor rokok
di wilayah itu.
Pemerintah Kota Padang Panjang menetapkan Kawasan Tanpa Asap Rokok
dengan melarang kegiatan merokok di tempat yang telah dituangkan dalam perda
18
Padang Panjang, yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib rokok
adalah:
a. Kawasan tanpa asap rokok adalah wilayah dimana tidak diperbolehkan merokok
pada kawasan tersebut, yang termasuk kawasan tanpa asap rokok adalah:
1) Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik
temap praktek dokter dan tempat kesehatan lainnya.
2) Tempat proses belajar mengajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar atau pendidikan seperti sekolah, madrasah, perguruan tinggi,
perpustakaan dan sebagainya.
3) Tempat ibadah adalah sarana untuk melaksanakan ritual agama seperti mesjid,
musalla, gereja dan tempat ibadah lainnya.
4) Tempat kegiatan anak-anak adalah tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan
anak-anak seperti tempat penitipan anak, tempat pengasuhan anak dan tempat
bermain anak.
5) Angkutan umum adalah alat abgkutan bagi masyarakat yang berupa kendaraan
darat, laut maupun udara.
b. Kawasan tertib rokok adalah wilayah dimana hanya diperbolehkan merokok
ditempat yang khusus yang telah disediakan yaitu:
1) Tempat umum yaitu kawasan wisata, hotel, restoran, rumah makan, pasar dan
terminal.
2) Tempat kerja yaitu kantor pemerintahan, kantor swasta, pabrik dan industri
lainnya
Bahkan, di dalam Peraturan Walikota Padang Panjang No. 10 Tahun 2009
tentang petunjuk peraturan itu menyebutkan, jika pemerintah daerah tidak menerima
19
iklan rokok pada media cetak luar ruangan di wilayah kota. Walikota mengakui saat
pihaknya memulai untuk tidak menerima pemasangan iklan, promosi dan sponsor
rokok sempat mengalami kerugian karena mempengaruhi masuknya pendapatan asli
daerah (PAD). Karena segala bentuk iklan, promosi dan sponsor rokok bisa
mengakibatkan generasi muda terpengaruh untuk merokok, maka pemerintah melarang
segala iklan, promosi dan sponsor rokok dan mengganti ruang-ruang yang kosong
dengan iklan seluler dan lain sebagainya kecuali rokok,".
Pemkot Padang Panjang membuat komitmen bagi yang melanggar Perda No. 8
Tahun 2009 Tentang KTR akan didenda maksimal Rp15 juta dan kurungan 3 bulan.
Denda maksimal itu, diberlakukan bagi perusahaan yang membuat baliho atau reklame
rokok di Padang Panjang. Sedangkan denda minimal sebesar Rp5 juta berlaku bagi
warga yang merokok di Kawasan Tanpa Rokok dan denda Rp10 juta bagi pedagang
yang berjualan rokok di Kawasan Tanpa Rokok tersebut.10
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap tidak efektifnya
sejumlah struktur pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Komisi I DPRD Kota
Padang Panjang bakal mengevaluasi sejumlah Peratuan Daerah (perda) di Kota Padang
Panjang. Terutama Perda tentang rokok karena masih banyak yang melanggar Perda
termasuk instansi pemerintahan di Kota Padang Panjang. Jadi bagaimana masyarakat
akan melaksanakan Perda sedangkan dalam instansi pemerintahan sendiri masih ada
yang melanggar perda rokok.
Tertib Rokok dilaksanakan sejak diberlakukan bulan Maret 2009 sudah banyak
kepala keluarga dengan “Rumah Sehat Tanpa Asap Rokok” di Kota Padang Panjang
yang mendapat penghargaan dari Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan
10
Http;//Hidayatullah.com, perda KTR diakses tanggal 26 januari 2015, jam 08.00 WIB
20
Keluarga Kota Padang Panjang. Selain mendapat penghargaan, kepala keluarga yang
berhenti merokok juga mendapat reward sebesar Rp 100.000. Tidak hanya itu pasca
diberlakukannya Perda ini, sepanjang jalan dan lorong di Kota Padang Panjang, baik di
pusat kota maupun di pinggiran kota tidak ditemukan lagi iklan rokok.
Namun, dalam pelaksanaan Perda ini, masih terdapat pelanggaran. Berdasarkan
razia yang dilakukan oleh Satpol PP Kota Padang Panjang terhadap seluruh SKPD di
Kota Padang Panjang selama 6 tahun ini, ternyata masih ditemukan pelanggaran dalam
pelaksanaan Perda ini. Masih terdapat barang-barang yang seharusnya tidak ada
ditempat kerja Pemerintah Daerah Kota Padang Panjang. Seperti asbak rokok dan
bungkus rokok serta masih ditemukan para pegawai atau pengunjung yang merokok
ditempat yang tidak seharusnya. Jadi bagaimana sebenarnya sanksi bagi pelaku yang
merokok di Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok yang telah di atur
dalam Perda No. 8 Tahun 2009, karena kalau dilihat secara umum belum ada sanksi
yang diberikan kepada orang yang merokok di kawasan yang dilarang merokok
tersebut.
Oleh karena itu, dengan telah ditetapkannya Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang,
maka apakah Perda tersebut sudah benar-benar diterapkan bagi yang melanggar atau
hanya sebatas ucapan saja. Karena kalau dilihat dari data di atas masih banyak yang
melanggar Perda tersebut, jadi bagaimana sanksi bagi para pelanggar yang sebenarnya.
Secara akademis, ini menarik untuk diteliti secara lebih dalam. Berdasarkan hal-hal di
atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah karya tulis berupa
skripsi dengan judul “Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa
Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang”
21
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, maka penulis memberikan
rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang
Panjang?
2. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini menjadi terarah dan terfokus pada permasalahan yang
dituju, maka penulis memberikan pembatasan kebijakan pemerintah kota Padang
Panjang tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota
Padang Panjang dengan dikeluarkannya Perda No. 8 Tahun 2009.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis uraikan,
maka penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009
tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang
Panjang.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penyusunan penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi
pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan
pemerintahan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan cara
menjawab permasalahan yang ada melalui metode penelitian yang penulis lakukan di
lapangan.
22
D. Penjelasan Judul
Untuk dapat memperoleh suatu gambaran yang jelas untuk menghindari pengertian
yang salah tentang apa yang dimaksud dengan judul, maka penulis perlu menjelaskan
pengertian yang ada dalam judul. Untuk menghilangkan kesalah pahaman dalam
mengartikan dan memahami kata-kata dan maksud dari judul. Berikut di jelaskan
maksud dari beberapa kata yang mempunyai makna penting dalam penlisan yaitu:
Efektifitas : Salah satu tolak ukur keberhasilan suatu Negara dalam upaya
mengangkat harkat dan martabat bangsanya di bidang hukum
terutama dalam memberikan perlindungan hukum terhadap
warganya.11
Perda : Peraturan Perundang undangan yang di bentuk oleh dewan
perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala
daerah (Gubernur, Bupati atau Walikota)12
Yaitu Perda No. 8
Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan
Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang.
Kawasan Tanpa
Asap Rokok
: Kawasan yang melarang kegiatan merokok di tempat
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat
ibadah, tempat kegiatan anak-anak dan angkutan umum.
Kawasan Tertib
Rokok
: Kawasan yang hanya memperbolehkan merokok di tempat
khusus yang disediakan di mana peraturan ini berlaku di
kawasan wisata, hotel, restoran, rumah makan, pasar,
terminal, kantor pemerintah, kantor swasta.
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum, (Jakarta PT Bina Aksari, 1983), hal 13 12
Toto Pribadi dan Cece Hidayat, Sistem Politik Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2006), hal.44
23
Berdasarkan hal di atas yang penulis maksud dengan judul secara keseluruhan
adalah mengungkap bagaimana Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam literature yang penulis baca, penulis menemukan penelitian tentang
efektifitas peraturan daerah diantaranya:
a) Penelitian yang dilakukan oleh Derry Damayanti dengan judul “Efektifitas Perda
Kota Bukittinggi No. 20 Tahun 2003 Tentang Penertiban Dan Penindakan Penyakit
Masyarakat (Studi Kasus WTS Di Bukittinggi)”
Masalah : Efektifitas Perda Kota Bukittinggi No. 20 Tahun 2003 Tentang
Penertiban Dan Penindakan Penyakit Masyarakat (Studi Kasus WTS Di
Bukittinggi.
b) Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman dengan judul “Efektifitas Perda No. 1
Tahun 2012 Tentang Kawasan Tanpa Rokok ( Studi Kasus pada Mahasiswa Syariah
STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)”
Masalah : Pemahaman Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Bukittinggi Tentang
Perda No. 1 Tahun 2012.
Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Derry Damayanti dengan
masalah Efektifitas Perda Kota Bukittinggi No. 20 Tahun 2003 Tentang Penertiban
Dan Penindakan Penyakit Masyarakat (Studi Kasus WTS Di Bukittinggi). Sedangkan
masalah penelitian yang penulis teliti adalah Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang
Panjang.
24
Dari penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman dengan masalah Pemahaman
Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Bukittinggi Tentang Perda No. 1 Tahun 2012
Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Sedangkan masalah penelitian yang penulis teliti
adalah Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian ini ialah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif merupakan pendekatan yang mencoba
menggambarkan, memaparkan, menafsirkan suatu fenomena yang terjadi saat ini.13
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penulis akan melakukan
penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data penelitian di Satpol PP Padang
Panjang baik dengan cara wawancara maupun dengan cara observasi langsung.
3. Sumber Data
Jenis data penelitian berdasarkan sumbernya ada dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dengan cara langsung
dari sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli yang bersifat masih
baru. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara
langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu
observasi, diskusi terfokus, dan wawancara.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari semua sumber yang
13
Suharsimi Ariakunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta, 1993) Cet Ke- 2, hlm.
310
25
sudah ada sebelumnya. Data sekunder bisa didapat dari berbagai sumber misalnya
buku materi, laporan dan sebagainya.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mempermudah penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan,
maka dalam hal ini digunakan cara yang tepat dalam penelitian ini, yaitu observasi
lapangan, wawancara, dan dukumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau informasi dengan
jalan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan
manusia. Jadi dengan observasi maka kita akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang kehidupan sosial yang terjadi dalan kenyataan.14
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab langsung dengan responden untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dan melakukan pengamatan terhadap masalah
yang dijadikan objek penelitian.15
c. Dokumentasi
Dokementasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen –
dokumen.16
d. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, Penulis menggunakan metode deskriptif analisis.
Yaitu menggambarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mengenai data-
14
S. Nasution, Metode Research (Metode Penelitian), ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001) hal 106 15
Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Askara, 1997) cet.
Ke-1, h. 83 16
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbaan, Metodologo Penelitian Social, ( Jakarta : bumi
aksara, 1996), hal 54
26
data yang diteliti, kemudian dilakukan penganalisaan terhadap fenomena tersebut.17
Metode ini diambil karena sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan, yaitu untuk
mengetahui bagaimana proses penerapan hukuman bagi yang melanggar Perda No. 8
Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di
Kota Padang Panjang. Tujuan dari metode deskriptif analisis adalah agar peneliti
mendapatkan hubungan variable-variable sehingga dapat digunakan untuk menjawab
masalah yang dirumuskan dalam penelitian.18
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penulisan skripsi ini serta fokus kajian penelitian tidak
keluar dari pokok pembahasan, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, defenisi
operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan landasan teori, pada bab ini, penulis akan membahas tentang
Efektifitas Perda Rokok No. 8 Tahun 2009 di Kota Padang Panjang, kemudian juga
melihat bagaimana hukum rokok menurut pandangan Islam. Pada Bab ini, penulis juga
akan memaparkan bagaimana pula usaha yang dilakukan oleh pemerintah sehingga
terbentuknya perda tentang rokok di Padang Panjang khususnya.
Bab III merupakan hasil penelitian. Dalam hal ini penulis akan mengemukakan
latar belakang lahirnya Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang , serta bagaimana Efektifitas
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1998), Cet-2 h. 244 18
Jonatan Sarwono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), h. 239
27
Perda Rokok No. 8 Tahun 2009 tersebut. Kemudian juga mengulas bagaimana proses
hukuman bagi orang yang masih tetap merokok sesuai dengan perda rokok dan sanksi
apa yang akan diberikan kepada pelanggar perda tersebut.
Bab IV merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan yang didapatkan dari
hasil analisis data dilapangan serta saran-saran.
28
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. EFEKTIFITAS
1. Pengertian
Bila membicarakan efektifitas hukum dalam masyarakat berarti membicarakan
daya kerja hukum itu dalam mengatur atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap
hukum.19
Kata efektifitas berasal dari kata dasar efektif dalam bahasa Latin “efficere”
yang mengandung arti menimbulkan, mencapai hasil. Efektifitas lebih mengarah pada
nuansa hasil (hasil guna, doeltreffendheid). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
efektifitas diartikan sebagai hasil akibat, dalam keadaan berhasil atau sesuatu yang
dapat menghasilkan atau membuahkan, mengakibatkan.20
Dengan demikian efektifitas dimaknakan sebagai suatu usaha dilakukan untuk
mencapai hasil sebesar-besarnya, dengan menggunakan waktu, energi, serta sumber
daya yang sekecil-kecilnya. Efektifitas hukum dapat diartikan sebagai keberhasilan
hukum, dalam hal ini berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan hukum itu sendiri.
Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang,
tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Mengingat keanekaragaman
pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektifitas, maka tidaklah mengherankan
jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara
meningkatkannya, cara mengaturnya, bahkan cara menentukan indikator efektifitas.
Istilah efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti dicapainya keberhasilan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas selalu terkait dengan
19
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 62 20
WJS. Poerwadaminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1975), hal. 16
29
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Berikut ini adalah pengertian efektifitas menurut para ahli.
Menurut Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, “ efektifitas berasal dari
kata efek yang artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab, akibat atau dampak.
Efektif yang artinya berhasil, sedang efektifitas menurut bahasa ketepatan gunaan,
hasil guna, menunjang tujuan”.21
Menurut Agung Kurniawan dalam bukunnya yang berjudul Transformasi
Pelayanan Publik bahwa Efektifitas adalah Kemampuan melaksanakan tugas, fungsi
(operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnnya yang
tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.22
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu: “Kegiatan yang memberikan
hasil yang memuaskan dengan memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya”.
Dengan demikian, “efektifitas” pada dasarnya menunjuk kepada suatu ukuran
perolehan yang memiliki kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang
diharapkan, sebagaimana telah terlebih dahulu ditetapkan.23
Efektifitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam teori organisasi,
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam
mencapai sasarannya. Tetapi pengukuran efektifitas organisasi bukanlah suatu hal
yang sederhana. Banyak organisasi yang berukuran besar yang banyak bagian yang
sifatnya berbeda-beda. Bagian-bagian ini mempunyai sasaran berdiri yang satu sama
yang lain berbeda, sehingga menimbulkan kesulitan.
21
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994),
hal. 128 22
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2005), hal. 109 23
J.S. Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1994), hal. 271
30
Para pakar hukum dan sosiologi hukum memberikan pendekatan tentang
makna efektifitas sebuah hukum beragam, bergantung pada sudut pandang yang
dibidiknya. Soerjono Soekanto berbicara mengenai derajat efektifitas suatu hukum
ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan warga masyarakat terhadap hukum,
termasuk para penegak hukumnnya. Sehingga dikenal suatu asumsi, bahwa: “Taraf
kepatuhan hukum yang tinggi merupakan suatu indikator berfungsinnya suatu sistem
hukum. Dan berfungsinya hukum merupakan pertanda bahwa hukum tersebut telah
mencapai tujuan hukum, yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungi
masyarakat dalam pergaulan hidup”.
Dalam ilmu sosial antara lain dalam sosiologi hukum, permasalahan kepatuhan
terhadap kaidah-kaidah hukum pada umumnya telah menjadi faktor yang pokok dalam
menakar efektif tidaknya sesuatu yang ditetapkan dalam hal ini hukum yang dimaksud
dengan efektifitas adalah segala upaya yang lakukan agar hukum yang ada dalam
masyarakat benar-benar hidup dalam masyarakat, artinya hukum tersebut benar-benar
berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis.24
Dalam kehidupan masyarakat akan selalu terdapat hubungan atau interaksi
sosial. Dalam hubungan tersebut, ada suatu aturan sebagai pedoman yang dipatuhi atau
ditaati yang mengatur hubungan atau pergaulan unsur-unsur sosial yang ada dalam
stuktur masyarakat dengan tujuan untuk mencapai kedamaian hidup antar pribadi, yang
meliputi ketertiban, keserasian dan ketentraman hidup.
Rahardjo menyatakan dengan tegas bahwa bekerjanya hukum dalam
masyarakat tidak serta merta dan terjadi begitu saja, hukum bukanlah hasil karya
pabrik, yang begitu keluar langsung dapat bekerja, melainkan memerlukan beberapa
24
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum ,…, hal. 62
31
langkah yang memungkinkan ketentuan (hukum) tersebut dijalankan atau bekerja.
Selanjutnya, langkah yang harus dipenuhi untuk mengupayakan hukum atau aturan
dapat bekerja dan berfungsi secara efektif adalah:
a. Adanya aparat penegak hukum sebagaimana ditentukan dalam peraturan hukum
tersebut;
b. Adanya orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang menatuhi atau
melanggar hukum;
c. Orang-orang tersebut mengetahui adanya peraturan;
d. Orang-orang tersebut sebagai subjek dan objek hukum bersedia untuk berbuat
sesuai hukum, namun yang menjadi faktor utama bagi bekerjannya hukum adalah
manusia, karena hukum diciptakan dan dilaksanakan oleh manusia.
Dalam teori hukum tentang berlakunya hukum sebagai kaidah biasanya
dibedakan menjadi tiga macam hal. Hal berlakunya kaidah hukum biasanya disebut
“gelding” (bahasa Belanda) “ gelning” (bahasa Jerman). Tentang hal berlakunya
kaidah hukum, dikenal tiga dasar agar hukum mempunyai kekuatan berlaku secara
baik yaitu menpunyai dasar yuridis, sosiologis dan filosofis. Ketiga dasar tersebut
sangat penting untuk mengukuhkan kaidah yang tercantum dalam peraturan
perundangan menjadi sah secara hukum (legal validity) dan berlaku efektif karena
dapat diterima masyarakat secara wajar dan berlaku untuk jangka waktu yang panjang
2. Faktor- Faktor Efektifitas Perda
Efektifikasi hukum merupakan proses yang bertujuan agar supaya hukum
berlaku efektif. Keadaan tersebut dapat ditinjau atas dasar beberapa tolak ukur
efektifitas. Menurut Soerjono Soekanto bahwa faktor tersebut ada lima, yaitu :
32
1. Faktor hukumnya sendiri.
Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam praktik
penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian
hukum dan keadilan. Kepastian Hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan
keadilan bersifat abstrak sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara
secara penerapan undang-undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak
tercapai.
Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan
menjadi prioritas utama. Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum
tertulis saja, Masih banyak aturan-aturan yang hidup dalam masyarakat yang mampu
mengatur kehidupan masyarakat. Jika hukum tujuannya hanya sekedar keadilan, maka
kesulitannya karena keadilan itu bersifat subjektif, sangat tergantung pada nilai-nilai
intrinsik subjektif dari masing-masing orang.
Mengenai faktor hukum dalam hal ini dapat diambil contoh pada pasal 363
KUHP yang perumusan tindak pidananya hanya mencantumkan maksimumnya saja,
yaitu 7 tahun penjara sehingga hakim untuk menentukan berat ringannya hukuman
dimana ia dapat bergerak dalam batas-batas maksimal hukuman.25
2. Faktor Penegak Hukum
Aparatur penegak hukum merupakan faktor kunci, karena dipundak merekalah
terutama beban penegakkan hukum diletakkan dalam prakteknya. Oleh karena itu,
keberhasilan dan kegagalan proses penegakkan hukum sangat dipengaruhi oleh
kualitas penegak hukum, apakah penegak hukum itu professional atau tidak.
25
Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum, (Jakarta PT Bina Aksari, 1983), hal 15
33
Arti penting penegakkan hukum professional semakin terasa jika dikaitkan dengan
realitas sosial yang penuh dengan ketimpangan dalam struktur sosial, ekonomi,
pendidikan, politik maupun kekuasaan. Walaupun profesionalisme mempunyai arti
penting dalam proses penegakkan hukum, namun semangat profesionalisme semskin
mengalami kemerosotan dikalangan aparat penegak hukum. Kurangnya
profesionalisme terlihat dari lemahnya wawasan pemikiran dan minimnya
keterampilan untuk bekerja, rendahnya motivasi kerja dan rusaknya moralitas personal
aparat penegak hukum. Kurangnya profesionalisme yang rendah dan sangat sedikitnya
program pengembangan sumber daya dikalangan organisasi penegak hukum.26
Para aparat penegak hukum ini, terutama Satpol PP yang dimaksudkan disini,
mereka sudah memiliki tugas dan fungsi dalam menerapkan aturan ini. Namun
kekurangan dalam hal ini adalah frekuensi razia dan sosialisasi yang minim kepada
masyarakat mengenai hal ini karena masih ada juga masyarakat yang melanggar aturan
ini.
3. Faktor Sarana atau fasilitas
Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi
sebagai faktor pendukung. Fasilitas pendukung mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan
yang cukup dan sebagainya.
Jika fasilitas pendukung tidak terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan
nencapai tujuannya. Kepastian dan kecepatan penyelesaian perkara tergantung pada
26
Edi Rosman, Sosiologi Hukum, ( Bukittinggi: Hayfa Press, 2005), hal. 132-133
34
fasilitas pendukung yang ada dalam bidang-bidang pencegahan dan pemberantasan
kejahatan.
Peningkatan tehnologi deteksi kriminalitas, mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kepastian dan penanganan perkara-perkara pidana, sehingga tanpa adanya
sarana atau fasilitas tersebut tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan
peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual, maka untuk sarana atau fasilitas
tersebut sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Yang tidak ada maka diadakan yang baru betul;
b. Yang rusak atau salah maka diperbaiki atau di betulkan;
c. Yang kurang seharusnya di tambah;Yang macet harus di lancarkan
d. Yang mundur atau merosot harus di majukan atau di tingkatkan.
Faktor sarana atau fasilitas yang membantu penegakan hukum, menurut Soerjono
Soekanto sendiri menyatakan bahwa tidak mungkin penegakan hukum akan
berlangsung dengan lancar tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai. Fasilitas
atau sarana yang memadai tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan
yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal itu tidak terpenuhi maka mustahil penegakan
hukum akan mencapai tujuannya. Penegakan peraturan akan berjalan sementara aparat
penegaknya memiliki pendidikan yang tidak memadai, memiliki tata kelola organisasi
yang buruk, di tambah dengan keuangan yang minim. Akan tetapi hal itu bukanlah
segala-galanya kalau aparatnya sendiri masih buruk, karena sebaik apapun sarana atau
fasilitas yang membantu penegakkan hukum tanpa adanya aparat penegak hukum yang
baik hal itu hanya akan terasa sia-sia.
35
Menurut Soejono Soekanto dan Mustafa Abdullah, pernah mengemukakan bahwa
bagaimana penegak hukum dapat bekerja dengan baik apabila tidak dilengkapi dengan
alat-alat yang proposional. Oleh karena itu sarana atau fasilitas mempunyai peranan
yang sangat penting dalam penegakkan hukum.
4. Kesadaran masyarakat
Kesadaran mereka terhadap hukum ini menjadi taraf kepatuhan mereka akan
hukum, sebagus atau sebaik apapun peraturan tersebut jika tidak disadari dan dipatuhi
oleh masyarakatnya sama saja bohong.
Jika dikaji pemikiran yang dikemukakan di atas, maka dapatlah dikatakan
bahwa agar suatu hukum dapat berfungsi atau hukum itu benar-benar hidup dan
bekerja dalam masyarakat, maka suatu hukum harus memenuhi ketiga macam unsur
diatas, hal itu dikarenakan:
a) Jika hukum hanya berlaku secara yuridis maka kaidah itu merupakan kaidah mati
(dode regel);
b) Jika hukum hanya berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka
kaidah-kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa (dwaangmatreegel);
c) Jika hukum hanya berlaku secara filosofis maka kaidah tersebut merupakan
hukum yang dicita-citakan (ius constituendum).
Oleh karenanya, lazimnya telah menjadi sebuah asumsi yang pasti bahwa
hukum akan berfungsi dan bekerja serta hidup dalam masyarakat jika dalam hukum
dapat berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis, hal tersebut dalam ilmu hukum
dikenal dengan “Law of Life’’.
36
Terkait dalam efektifitas hukum dalam masyarakat, Ronny Hanintjo Soemitro
mengutip Metzger bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh lima
syarat yaitu:
a. Mudah-tidaknya makna atau isi aturan-aturan hukum itu ditangkap atau dipahami;
b. Luas-tidaknya kalangan dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan
hukum yang bersangkutan;
c. Efesien dan efektif-tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum yang dicapai dengan
bantuan aparat administrasi dan warga masyarakat yang harus berpartisipasi dalam
mobilisasi hukum;
d. Tersediannya mekanisme penyelesaian sengketa yang mudah dihubungi dan
dimasuki warga masyarakat serta efektif untuk menyelesaikan sengketa itu;
e. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan anggota-anggota
masyarakat bahwa aturan-aturan hukum memang memiliki daya kemampuan yang
efektif.
5. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan sebernarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat sengaja
dibedakan, karena didalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem nilai-nilai
yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non material. Hal ini dibedakan sebab
menurut Lawrence M. Friedman yang dikutip Soerdjono Soekanto , bahwa sebagai
suatu sistem (atau subsistem dari sistem kemasyarakatan), maka hukum menyangkup,
struktur, subtansi dan kebudayaan.
Struktur menyangkup wadah atau bentuk dari sistem tersebut yang, umpamanya,
menyangkup tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hukum antara lembaga-lembaga
tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibanya, dan seterusnya. Kebudayaan (sistem)
37
hukum pada dasarnya mencangkup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku,
nilai-nilai yangmerupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap
baik (hingga dianuti) dan apa yang diangap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai
tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan
estrim yang harus diserasikan.
Pasangan nilai yang berperan dalam hukum menurut Soerdjono Soekanto adalah
sebagai berikut :
1. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.
2. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah
3. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/ inovatisme.
Dengan adanya keserasian nilai dengan kebudayaan masyarakat setempat
diharapkan terjalin hubungan timbal balik antara hukum adap dan hukum positif di
Indonesia, dengan demikian ketentuan dalam pasal-pasal hukum tertulis dapat
mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat supaya hukum
perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara efektif. Kemudian diharapkan juga
adanya keserasian antar kedua nilai tersebut akan menempatkan hukum pada
tempatnya.
3. Teori-teori Efektifitas Hukum
Ada beberapa teori tentang efektifitas yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto
yaitu:
Hukum sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku
yang pantas. Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode deduktif-rasional,
sehingga menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis. Di lain pihak ada yang
38
memandang hukum sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur. Metode berpikir
yang digunakan adalah induktif-empiris, sehingga hukum itu dilihatnya sebagai tindak
yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, yang mempunyai tujuan tertentu.
Efektifitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila
seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai
tujuanya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatur sikap
tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak. Efektifitas
hukum artinya efektifitas hukum akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapai, yakni
efektivitas hukum.
Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar supaya masyarakat mematuhi
kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-sanksinya. Sanksi-sanksi tersebut
bisa berupa sanksi negatif atau sanksi positif, yang maksudnya adalah menimbulkan
rangsangan agar manusia tidak melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan
yang terpuji.
Diperlukan kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar hukum mempunyai
pengaruh terhadap sikap tindak atau perilaku manusia. Kondisi-kondisi yang harus ada
adalah antara lain bahwa hukum harus dapat dikomunikasikan. Komunikasi hukum
lebih banyak tertuju pada sikap, oleh karena sikap merupakan suatu kesiapan mental
sehingga seseorang mempunyai kecendurangan untuk memberikan pandangan yang
baik atau buruk, yang kemudian terwujud di dalam perilaku nyata.
Apabila yang dikomunikasikan tidak bisa menjangkau masalah-masalah yang
secara langsung dihadapi oleh sasaran komunikasi hukum maka akan dijumpai
kesulitan-kesulitan. Hasilnya yaitu hukum tidak punya pengaruh sama sekali atau
bahkan mempunyai pengaruh yang negatif. Hal itu disebabkan oleh karena kebutuhan
39
mereka tidak dapat dipenuhi dan dipahami, sehingga mengakibatkan terjadinya
frustasi, tekanan, atau bahkan konflik.27
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu hukum akan efektif apabila
terpenuhi faktor-faktor efektif tidaknya perda itu dijalankan ditengah-tengah
masyarakat. Sebagaimana yang telah penulis uraikan diatas.
B. Peraturan Daerah
1. Pengertian
Peraturan daerah atau yang sebutan akrab dari perda ini merupakan suatu aturan
perundang-undangan yang ada di dalam ranah konstitusi Indonesia. Perda ini ditetapkan
atas persetujuan dari DPRD atau Gubernur, atau Bupati/Walikota, masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah propinsi, kabupaten, atau kota.28
Menurut Irawan Soejito peraturan daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh
kepala daerah dengan persetujuan DPRD dan yang harus memenuhi syarat-syarat formal
tertentu dapat mempunyai kekuatan hukum dan mengikat.29
Peraturan Daerah merupakan bagian integral dari konsep peraturan perundang-
undangan. Dalam pasal 1 ayat (8) undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan. Peraturan Daerah adalah peraturan
perundang undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah.30
27
http://lawmetha.wordpress.com/2011/05/27/teori-efektivitas-soerjono-soekanto/. Diakses 29
Agustus 2015, jam 09.00 wib 28
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
dengan Penjelasan dan Lampiran. (Bandung; Fokus Media, 2011), hal. 12 29
Djoko Prakoso, Proses Pembuatan Peraturan Daerah. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hal.
43
30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011, tentang Peraturan Perundang-
Undangan.
40
Perda juga diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk atas
persetujuan bersama DPRD dan pemerintah daerah atau dibentuk oleh salah satu unsur
pemerintah daerah yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan pada tingkat
daerah.31
Menurut Bagir Manan, berpendapat bahwa peraturan perundang-undangan tingkat
daerah diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah
daerah atau salah satu unsur pemerintahan daerah yang berwenang membuat peraturan
perundang-ndangan tingkat daerah.
Menurut M. Solly Lubis, berpendapat bahwa peraturan perundang-undangan
ialah proses pembuatan peraturan negara. Dengan kata lain tata cara mulai dari
perencanaan (rancangan), pembahasan, pengesahan, atau penetapan akhirnya
pengundangan peraturan yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian peraturan dan perundang-undangan sebagaimana yang
telah dikemukakan para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perundang-
undangam dipandang sebagai hal yang berhubungan dengan peraturan perundangan
negara, termasuk didalamnya Peraturan Daerah, karena Peraturan Daerah adalah
merupakan produk kompromis antara DPRD dan Kepala Daerah yang merupakan
salah satu kewenangan daripada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga daerah.
Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama
DPRD. Salah satu visi dibentuknya perda adalah dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah provinsi/ kabupaten/ kota dan tugas pembantuan. Ia merupakan
penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
31 Supardan Modeong, Teknik Perundang-Undangan di Indonesia. (Jakarta: PT. Perca 2005),
cet. Ke 1 hal. 75
41
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Oleh karena itu, perda dilarang
bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.32
2. Dasar Hukum Peraturan Daerah
Menurut M. Solly Lubis mengemukakan ada tiga dasar atau landasan dalam
rangka segala pembuatan peraturan pada tiap jenis dan tingkat, yaitu:
a. Landasan Filosofis
Menurut M. Solly Lubis yang dimaksud dengan landasan filosofis adalah dasar
filsafat atau pandangan, atau ide yang menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan
hasrat dan kebijaksanaan (pemerintah) ke dalam suatu rencana atau draft peraturan
Negara. Misalnya di Negara Republik Indonesia, pancasila menjadi dasar filsafat
perundang-undangan. Pada prinsipnya tidak dibuat suatu suatu peraturan yang
bertentangan dasar filsafat ini.
Sedangkan pengertian filsafat menurut Prof. Miriam Budiardjo adalah usaha
untuk secara rasional dan sistematis memberi pemecahan atau jawaban atas persoalan-
persoalan yang menyangkut universe (alam semesta) dan kehidupan manusia. Filsafat
menjawab pertanyaan seperti: Apakah asas-asas dari kehidupan? Filsafat sering
merupakan pedoman dari manusia dalam menetapkan sikap hidup dan tingkah
lakunya.
Sebagaimana diketahui di dalam Ketetapan MPRS Nomor: XX/MPRS/1996
tentang sumber tertib hukum dan tata urutan perundang–undangan Republik Indonesia,
yang mengatur bahwa “Pancasila” adalah sumber dari segala hukum. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa pancasila adalah menjadi dasar filsafat perundang-
32
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pasal 137
42
undangan, yang pada dasarnya tidak boleh ada satu peraturan pun yang dibuat
bertentangan dengan dasar filsafat.33
b. Landasan Yuridis
M. Solly Lubis memberikan pengertian yang dimaksud dengan landasan
yuridis ialah ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum bagi pembuatan suatu
peraturan. Misalnya UUD 1945 menjadi landasan yuridis bagi pembuatan undang-
undang organik. Selanjutnya UU itu menjadi landasan yuridis bagi pembuatan Perpem,
SK Presiden, Perda, dan lain-lain.
Jadi suatu kebijaksanaan pemerintah daerah yang akan dituangkan ke dalam
suatu peraturan daerah harus mempunyai dasar hukum dan tidak bertentangan dengan
peraturan yang lebih atas. Di dalam menempatkan landasan yuridis di dalam peraturan
daerah harus memperhatikan tata urutan perundang-undangan, jika terdapat dua atau
lebih landasan yuridis suatu peraturan daerah yang tingkatannya sama, maka peraturan
perundang-undangan yang lebih tua ditempatkan di bagian atas, yang harus
disesuaikan dengan tata urutan perundang-undangan yang tercantum di dalam
ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat sementara Nomor XX/1966 sebagai
berikut:
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Ketetapan MPR
3) Undang-undang
4) Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang
5) Peraturan Pemerintah
6) Keputusan Presiden
33
Djoko Prakoso, Proses Pembuatan Peraturan Daerah ,…, hal.
43
7) Peraturan Pelaksanaan lainnya.34
c. Landasan Politis
Yang dimaksud dengan landasan politis menurut M. Solly Lubis ialah garis
kebijaksanaan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan pengarahan ketatalaksanaan pemerintah Negara. Tertib peraturan
perundang-undangan di daerah bergantung kepada tertib ketatanegaraan yang
berpuncak kepada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 beserta batang tubuhnya.
Untuk mencapai tujuan nasional yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan
Pancasila, maka oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat telah ditetapkan garis-garis
besar haluan Negara tanggal 22 maret 1978 Nomor IV/MPR/1978.
Garis-garis besar haluan Negara adalah merupakan garis dan kebijaksanaan
politik untuk memberikan arah bagi perjuangan Negara dan rakyat Indonesia yang
sekarang ini sedang melakukan pembangunan Nasional. Dengan demikian segala
kebijaksanaan peraturan daerah, termasuk di dalamnya segala kebijaksanaan yang akan
dituangkan ke dalam peraturan daerah harus sesuai dan harus disadari oleh garis-garis
besar haluan Negara yang merupakan garis kebijaksanaan pemerintah daerah.35
3. Asas Pembentukan Peraturan Daerah
Adapun pembentukan perda didasarkan pada asas pembentukan perundang-
undangan yang meliputi:
a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
34
Djoko Prakoso, Proses Pembuatan Peraturan Daerah ,…, hal. 44-47 35
Djoko Prakoso, Proses Pembuatan Peraturan Daerah ,…, hal. 44-47
44
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan dan;
g. Keterbukaan.
Materi muatan perda mengandung asas:
a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhineka tunggal ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan kepastian hukum dan;
j. Keseimbangan, keserasiaan, dan keselarasan.36
Selain dari asas di atas, perda juga dapat memuat asas lain sesuai dengan
substansi perda dan budaya daerah yang bersangkutan. Perda juga tidak boleh keluar
dari aspek teknis peraturan perundang-undangan harus memperhatikan aspek–aspek
teknis perundang-undangan, yaitu:
a. Aspek ketetapan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, meliputi;
struktur perda, pertimbangan, dasar hukum, bahasa (peristilahan), pemakaian huruf,
tanda baca dan materi (muatan isi).37
b. Aspek kesesuaian antara isi dan landasan-landasannya, yaitu:
36
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 138 37
Supardan Modeong, Teknik ,…, hlm. 89
45
1. Kesesuaian dengan landasan filosofis, artinya bahwa peraturan perundang-
undangan dibuat dalam rangka mewujudkan, melaksanakan, dan memelihara cita
hukum (rechtsidee) yang menjadi patokan hidup bermasyarakat.
2. Kesesuaian dengan landasan sosiologis, artinya peraturan perundang-undangan
dibuat sesuai dengan kebutuhan, tuntutan dan perkembangan masyarakat.
3. Kesesuaian dengan landasan yuridis, artinnya bahwa kewenangan membuat
peraturan berada ditangan pelaku yang tepat.
4. Kesesuaian dengan landasan teknik perancangan, artinya bahwa cara-cara tertentu
yang ditetapkan dalam peraturan yang menetapkan cara pembentukan peraturan
perundang-undangan sudah diikuti dengan baik.38
c. Aspek aplikasi, sehingga peraturan perundang-undangan bisa terukur dan dapat
diaplikasikan. Suatu peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan daya
dukung lingkungan, baik lingkungan pemerintahan yang akan meleksanakannya
maupun masyarakat yang menjadi sasaran pengaturan dan potensi wilayah tempat
peraturan perundang-undangan itu berlaku.39
4. Maksud dan Tujuan Pembuatan Peraturan Daerah
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, demikian dinyatakan di
dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Sehubungan dengan itu Alfred Hoetaoeroek dan Maroelan Hoetaoeroek memberikan
pengertian tentang tujuan hukum adalah “mengatur hidup bersama manusia supaya
selalu ada suasana damai”.
Begitu pula O. Notohamidjojo merumuskan tentang tujuan hukum sebagai
berikut: “Melindungi hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat, melindungi
38
Supardan Modeong, Teknik ,..., hal. 96 39
Supardan Modeong, Teknik ,…, hal. 97
46
lembaga-lembaga sosial masyarakat, (dalam arti luas yang mencakup lembaga-
lembaga sosial di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan ), atas dasar
keadilan, untuk mencapai keseimbangan serta damai dan kesejahteraan umum.
Mahadi mengutip tulisan Wirjono , sebagai berikut: “tujuan dari hukum ialah
mengadakan keselamatan dan tata tertib dalam suatu masyarakat”. Sesuai dengan
pengertian tujuan hukum tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Peraturan
Daerah yang merupakan pruduk perundang-undangan Pemerintah Daerah yang
merupakan produk perundang-undangan Pemerintah Daerah bertujuan mengatur hidup
bersama, melindungi hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat, dan menjaga
keselamatan dan tata tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Sehingga dengan demikian pada dasarnya Peraturan Daerah adalah merupakan
sarana demokrasi dan sarana komunikasi timbal balik antara Kepala Daerah dengan
masyarakat di daerahnya. Oleh karena itu, setiap keputusan yang penting yang
menyangkut pengaturan dan pengurusan rumah tangga daerah harus mengikutsertakan
rakyat di daerah yang bersangkutan dengan melalui wakil-wakilnya di lembaga atau
badan perwakilan rakyat di daerah.40
C. ROKOK
1. Pengertian
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau
yang dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.41
40
Djoko Prakoso, Proses Pembuatan Peraturan Daerah ,…, hal. 47-48 41
Bambang Trim, Merokok Itu Konyol (Jakarta : Ganeca Exact; 2006), hal. 2
47
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya
bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa
rokok adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bahan lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya
atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.42
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung atau dibungkus
dengan kertas dan daun sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap
seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya.
Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih
dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa
berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker.43
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan,
minimal dianggap sebagai faktor resiko dari berbagai macam penyakit. Rokok
merupakan salah satu produk industry dan komoditi internasional yang mengandung
sekitar 1.500 bahaya kimiawi.44
2. Kategori Perokok
1) Perokok pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak
merokok(pasif smoker). Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok
karena berada disekitar perokok bisa menimbulkan secone handsmoke.
42
Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5334-2-bab2.pdf. Akses
21 mei 2015, jam 09.00 wib 43
Https://ranidwi68.wordpress.com/2013/01/09/pengertian-merokok-dan-akibatnya. Akses 21
mei 2015, jam 09.00 wib 44
M.N. Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1997), hal.
120
48
Perokok pasif pada anak-anak, bisa memicu penyakit asma, menyebabkan
kematian balita mendadak (sundden death infancy syndrome), bronkhitis, pneumonia,
hingga infeksi telinga.45
2) Perokok Aktif
Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap lintingan atau
gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas dan daun. Secara langsung
mereka juga menghirup asap rokok yang mereka hembuskan dari mulut mereka.
3. Jenis-Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
penggunaan filter pada rokok.
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
Klobot adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
2) Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
1) Rokok Putih adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2) Rokok Kretek adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
45
Anandita P.F, Asal-Muasal Rokok dan Bahayanya.(Jakarta: Eureka Dwi Raga, 2008), hal. 17
49
3) Rokok Klembak adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
1) Sigaret Kretek Tangan adalah rokok yang proses pembuatannya dengan cara
digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau alat bantu sederhana.
d. Sigaret Kretek Mesin adalah rokok yang proses pembuatannya menggunakan
mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat
rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok telah mampu
menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per
menit. Mesin pembuat rokok, biasannya dihubungkan dengan mesin
pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok
batangan namun telah dalam bentuk pack. Ada pula mesin pembungkus rokok
yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi
10 pack.
e. Rokok berdasarkan penggunaan filter.
1) Rokok Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2) Rokok Non Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.46
4. Zat-zat yang Terkandung dalam Rokok
Sebatang rokok tampak sederhana, hanya irisan tembakau kering yang di
linting dan dibungkus kertas putih. Benda sederhana itu dibakar dan diisap, asapnya
46
Giri Wiarto, Budaya Hidup Sehat, (Yogyakarta: PT Gosyen Publishing; 2013), hal. 101 - 103
50
oleh orang yang menyukainya. Padahal kenyataannya, rokok mengandung banyak
sekali bahan kimia. Tidak heran jika rokok dijuluki “pabrik bahan kimia”47
Didalam rokok banyak sekali zat–zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Zat-zat tersebut dapat dapat merusak fungsi organ-organ tubuh kita. Rokok
yang sedang terbakar menghasilkan lebih dari 4000 zat kimia; banyak diantaranya
yang bersifat toksik dan sekitar 40 zat kimia menyebabkan kanker. Senyawa–senyawa
ini tetap berada di udara sebagai asap tembakau yang dihirup oleh orang lain di
kawasan tersebut. Zat-zat yang berbahaya tersebut diantarannya adalah:
a. Acrolein adalah zat yang berbentuk cair tidak bewarna diperoleh dengan mengambil
cairan dari glyceril atau dengan mengeringkannya. Pada dasarnya zat ini
mengandung alkohol yang pasti sangat menganggu kesehatan.
b. Karbon Monooksida ( CO ) adalah gas yang tidak berbau. Zat ini dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat karbon. Jika karbon monoxida ini
masuk ke dalam tubuh akan dibawa oleh hemoglobin ke dalam otot-otot tubuh. Satu
molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen. Apabila didalam
hemoglobin itu terdapat karbon monoxsida, berakibat seseorang akan kekurangan
oksigen.
c. Nikotin adalah cairan berminyak tidak berwarna. Zat ini bisa menghambat rasa
lapar. Jadi menyebabkan seseorang merasa tidak lapar karena menghisap rokok.
d. Ammonia adalah gas yang tidak bewarna, terdiri dari nitrogen dan hidrogen.
Memiliki bau yang sangat tajam dan merangsang. Zat ini sangat cepat memasuki
sel–sel tubuh dan kalau disuntikkan sedikit saja pada aliran darah akan membuat
pingsan dan koma.
47
Hetti Restianti, Awas Narkoba, (Yogyakarta: Eureka Dwi Raga; 2008), hal. 44
51
e. Formic Acid adalah cairan tidak bewarna, tajam baunya, bisa bergerak bebas dan
dapat membuat lepuh.
f. Hydrogen Cyanide adalah gas tidak bewarna, tidak berbau dan tidak ada rasa. Zat
ini paling ringan dan mudah terbakar. Cyanide mengandung racun berbahaya dan
jika dimasukkan langsung ke dalam tubuh akan berakibat kematian.
g. Nitrous Oxide adalah gas tidak berwarna dan jika diisap dapat menyebabkan
hilangnya pertimbangan dan membuat rasa sakit. Zat ini awalnya adalah untuk zat
pembius pada saat operasi.
h. Formaldehyde adalah gas tidak berwarna dan berbau tajam. Gas ini bersifat
pengawet dan pembasmi hama.
i. Phenol adalah zat yang terdiri dari campuran kristal yang dihasilkan dari distilasi
zat-zat organik misalnya kayu dan arang. Phenol bisa terikat didalam protein dan
menghalangi kerja enzyme.
j. Acetol adalah hasil dari pemanasan aldehyde dan menguap dengan alkohol.
k. Hydrogen Sulfide adalah gas yang mudah terbakar dan berbau keras. Zat ini
menhalangi oxidasi enzym ( zat besi berisi pigmen).
l. Pyridine adalah cairan tidak berwarna dan berbau tajam. Zat ini mampu mengubah
alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
m. Methyl Chloride adalah merupakan campuran zat-zat bervalensa satu atas nama
hidrogen dan karbon sebagai unsur utama. Zat ini merupakan komponen organik
yang sangat beracun dan uapnya bersifat sama dengan pembius.
n. Methanol adalah cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar. Jika diminum
dan diisap dapat berakibat pada kebutaan dan kematian.
52
o. Tar adalah cairan kental bewarna coklat tua atau hitam didapatkan dengan cara
distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau. Zat inilah yang memyebabkan
kanker paru-paru.48
Dari sekian banyak bahan zat kimia tersebut ada 3 jenis bahan kimia beracun
yang paling mematikan di dalam asap rokok. Bahan tersebut adalah tar, nikotin dan
karbon monoksida. Tar dapat mengiritasi paru-paru dan menyebabkan kanker. Nikotin
adalah racun yang menyebabkan kecanduan. Zat yang dapat bergabung dengan zar
beracun lain ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan karbon
monoksida adalah gas beracun yang mehalangi masuknya oksigen ke dalam tubuh..49
5. Beberapa Jenis Penyakit Akibat Merokok
Merokok dapat menyebabkan turunnya tingkat kesehatan umum perokok,
karena menimbulkan gangguan pada organ–organ tubuh, sehungga terjadi berbagai
macam penyakit. Di USA, setiap tahunnya sekitar 20% kematian ada hubungannya
dengan merokok, melebihi jumlah angka kematian AIDS, pengunaan obat terlarang,
penggunaan alcohol, kecelakaan kendaraan bermotor, bunuh diri, dan pembunuhan. 50
Dibandingkan dengan bukan perokok, merokok menyebabkan meningkatnya
resiko terjadinnya berbagai macam penyakit yaitu:
1. Kanker paru-paru
Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari
sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Merokok dapat menyebabkan perubahan
stuktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia).
Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat
48
Giri Wiarto, Budaya Hidup Sehat ,…, hal. 103-107 49
Bambang Trim, Merokok Itu Konyol ,…, hal. 5 - 7 50
Soedarto, Lingkungan dan Kesehatan, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2013), hal. 232
53
bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru–paru, terjadi penigkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul perubahan
pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menajadi dasar
utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun.
Hubungan rokok dan sakit paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir
ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret dengan
timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok
sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Pada paru-paru perokok, ada senyawa lengket yang disebut tar yang
menyebabkan kapasitas paru-paru menurun. Perokok mudah terserang bronchitis
(radang saluran pernafasan), sesak nafas, dan asma serta emphysema (pembengkakan
paru-paru). Perokok memiliki kemungkinan meninggal karena kanker paru-paru 20
kali lebih besar daripada bukan perokok.51
2. Jantung Korener
Merokok terbukti merupakan faktor resiko terbesar untuk mati mendadak.
Resiko terjadinnya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia
dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko merokok
bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula
darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa resiko kematian
akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50% pada tahun pertama sesudah
rokok dihentikan.
51
Anandita P.F, Asal-Muasal Rokok dan Bahayanya,(Jakarta: Eureka Dwi Raga, 2008), hal. 22
54
Akibat pengumpulan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding
pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Pembentukan
aterosklerosis pada pembuluh darah korener jantung jauh lebih banyak bagi perokok
debandingkan dengan yang non perokok. Kondisi ini akibat mendorong vosokonstriksi
pembuluh darah koroner. Sebagai pendorong faktor resiko PJK yang lain tentu
perokok akan meningkatkan kadar kolestrol didalam darah yang akan memberikan
resiko tinggi terhadap PJK. Demikian juga merokok mempercepat pembekuan darah
sehingga agregasi trombosit lebih cepat terjadi, yang merupakan salah satu faktor
pembentukan aterosklerosis sebagai penyebab PJK.52
3. Bronkitis
Bronkitis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan
mucus yang terdapat didalamnya dengan cara normal. Mucus adalah cairan lengket
yang terdapat dalam tabung halus, yang disebut tabung bronchial yang terletak dalam
paru-paru. Mucus beserta semua kotoran tersebut biasanya terus bergerak melalui
tabung boronkial dengan bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia ini terus
menerus bergerak bergelombang seperti tentakel bintang laut, anemone, yang
membawa mucus keluar dari paru-paru menuju ketenggorokan.
Asap rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu
akan merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus lebih
banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya tidak lagi bekerja
sebaik semula, seorang perokok lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut
bronchitis.
52
Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5334-2-bab2.pdf. Akses
21 mei 2015, jam 09.00 wib
55
4. Penyakit Stroke
Menurut Bustan Stroke adalah penyakit deficit neurologist akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta
menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan penduduk.
Hans Tendra juga mengungkapkan bahwa penyumbatan pembuluh darah otak
yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan rokok. Resiko stroke dan
resiko kematian lebih tinggi perokok dibandingkan tidak perokok.
5. Hipertensi
Walupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara akut,
namun tidak tampak lebih sering diantara perokok, dan tekanan diastole sedikit
berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta
bahwa perokok sekitar 10-12 pon lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama
umur, tinggi badan dan jenis kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat
badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan
naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi
satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah bila
mereka berhenti merokok.
6. Penyakit Diabetes
Diabetes terjadi ketika Glukosa dalam darah terlalu tinggi karena tubuh tidak
bisa menggunakan dengan benar. Glukosa adalah gula yang diproduksi oleh tubuh dan
terutama diambil dari karbohidrat dalam makanan.
Bukti-bukti lebih banyak menunjuk pada peran rokok terhadap timbulnya
penyakit diabetes atau bahwa penderita diabetes akan memperparah resiko kematian
jika terus merokok.
56
7. Impotensi
Impotensi merupakan kegagalan atau disfungsi alat kelamin laki–laki secara
berulang. Cirri utamanya adalah kegagalan mempertahankan ereksi atau berhasil ereksi
tetapi” kurang keras”. Rokok merupakan salah satu penyumbang penting terjadinya
impotensi.
Para ahli mengaitkan terjadinya impotensi dengan peran rokok yang merusak
jaringan darah dan syaraf. Dan karena seks yang sehat memerlukan “kerjasama”
seluruh komponen tubuh, maka adanya ganguan pada komponen vital menyebabkan
ganguan dan bahkan kegagalan seks seperti halnya yang terjadi pada impotensi.
6.Kematian Akibat Merokok
Beberapa tahun terakhir, industri-industri rokok berskala internasional telah
memindahkan pasarnya ke Negara-negara berkembang yang masih lemah regulasinya
seperti Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia termasuk “surga” bagi kalangan industri
rokok internasional tersebut.
Di Indonesia, kematian akibat merokok telah mencapai 57.000 kasus setiap
tahunnya atau dengan kata lain, setidak-tidaknya ada 156 jiwa yang melayang setiap
harinya. Sementara itu menurut WHO, tercatat sebanyak 3,5 juta orang dalam setahun
yang menemui kematian akibat kebiasaan merokok atau dengan kata lain tercatat
sebanyak 10.000 orang menemui kematian setiap harinya di dunia (4.41 persen pada
periode tahun 1990-1997). Hanya saja kasus kematian sebagai akibat merokok
memang tidak terlalu diributkan. Padahal secara ekonomi, uang yang “terbakar” sia-sia
dari sector ini mencapai sekitar 12,6 trilyun rupiah setiap harinya.
Kebiasaan merokok saat ini merupakan penyebab kematian 10 persen
penduduk dunia, artinya dari 10 orang penduduk dunia yang mati, maka 1 orang di
antaranya adalah akibat kebiasaan merokok. Pesan-pesan untuk tidak merokok tidak
57
akan berarti apabila ditujukan kepada perokok usia tua krena memang tujuan utama
menghindari dampak negatif akibat merokok adalah bagi mereka yang masih berada
pada usia muda. Separuh dari semua perokok meninggal karena merokok dan
seperempat diantara mereka akan menemui ajalnya pada usia setengah baya. Perokok-
perokok dikanada diperingatkan oleh pemerintah mereka dengan kalimat, “Tidak
berguna tetapi mematikan”.53
D. HUKUM ROKOK DALAM PANDANGAN ISLAM
Kebiasan merokok di masyarakat sudah menjadi kebiasaan yang dianggap
biasa, mungkin karena begitu banyaknya para perokok atau juga karena begitu
banyaknya aktifitas merokok yang biasa di jumpai sehingga merokok menjadi hal yang
lumrah dan biasa saja. Dari kalangan pengusaha sampai karyawan dan buruh, dari
mulai pejabat sampai rakyat jelata, dari kalangan intelektual sampai kalangan orang
awam, dan dari kalangan tokoh agama sampai umat, mereka tidak lepas dari kebiasaan
merokok. Lihat lah orang-orang yang ada di keluarga dan teman-teman , tetangga,
banyak diantara mereka adalah perokok maka begitu akrabnya dengan dunia rokok.
Bahkan banyak yang menyebut Indonesia adalah surganya perokok karena begitu
bebas dalam merokok.
Di tengah masyarakat telah tersebar dan terbentuk opini bahwa hukum rokok
adalah makruh. Keyakinan ini membuat para perokok seakan mendapat jastifikasi dari
agama bahwa merokok diperbolehkan oleh islam, bukan haram. Seseorang telah
mengetahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim tentunya kaum
muslimin lah yang paling banyak mengkonsumsi rokok. Kemudian ketika dikatakan
kepada para perokok bahwa hukum rokok dalam agama islam adalah haram dengan
53
Ahmad Sanusi Musthofa, Problem Narkotika Psikotropika dan HIV-AIDS.(Jakarta: Zikrul
Hakim; 2002), hal. 98
58
mengacu kepada dalil-dalil yang ada, banyak diantara mereka yang kaget dan heran.
Mereka merasa aneh dan ganjil dengan orang yang mengatakan bahwa rokok adalah
haram.
Kondisi masyarakat di negara Indonesia lebih parah dalam masalah rokok
dibanding kondisi masyarakat di sebagian negara yang para ulamanya telah memberi
fatwa dengan terang-terangan bahwa rokok adalah haram, seperti Malaysia, Brunei,
dan kebanyakan negara Timur Tengah. Meskipun di negara-negara tersebut juga masih
banyak dijumpai para perokok.
Fatwa haram merokok yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam
ijma’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III, yang berlangsung di Padang Panjang
Sumatera Barat pada tanggal 23-26 Januari 2009, telah memunculkan reaksi yang
beragam dari masyarakat. Disatu sisi ada yang setuju, namun disisi lain banyak juga
yang menolak.
Bukan tanpa alasan mengeluarkan fatwa ini. Seperti sudah di ketahui bersama
bahwa rokok memang memiliki dampak negatif yang cukup besar, tidak hanya bagi
perokok aktif tapi juga bagi perokok pasif. Dampak yang lebih besar justru dialami
oleh perokok pasif karena kepulan asap rokok mengandung dua kali lipat racun dari
rokok yang dihisap sendiri. Dan dampak buruk ini menjadi penyebab timbulnya
berbagai penyakit yang mematikan. Berdasarkan penelitian KPAI angka kematian
yang diakibatkan oleh rokok adalah 427.923 jiwa/tahun. Tentu saja angka ini akan
bertambah selama kebiasaan merokok tidak segera ditekan.
Rokok memang merupakan salah satu fenomena sosial yang cukup unik. Meski
sudah tahu bahwa rokok mengancam kesehatan tapi tetap saja rokok mendapat
dukungan yang besar terutama dari kalangan perokok sendiri. Para perokok bukan
59
tidak tahu dampak dari merokok bahkan seharusnya mereka yang paling tahu karena
pada setiap bungkus telah tertulis dengan jelas dampak merokok. Jika demikian
bukankah berarti merokok sama dengan bunuh diri.
Para perokok berargumen bahwa merokok dapat merangsang imajinasi kreatif, ada
pula yang mengatakan merokok dapat menenangkan. Meski tidak sedikit yang
mengatakan bahwa merokok merupakan perbuatan yang sia-sia.
Fatwa haram merokok yang dikeluarkan MUI bukan hal yang baru pertama kali
muncul. Larangan merokok juga pernah diatur oleh pemerintah DKI Jakarta dalam PP.
No. 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yang kemudian
diubah menjadi PP. No. 19/2003 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, yang disertai dengan
hukuman bagi yang melanggarnya berupa kurungan selama enam bulan ditambah
denda sebesar 50 juta .
Bukan hanya di Indonesia, di negara-negara lain juga pernah melakukan hal yang
sama. Di India pada bulan November 2001 pernah mengeluarkan keputusan tentang
larangan merokok ditempat-tempat umum serta pembatasan iklan sponsor dari
perusahaan rokok. Semenjak dikeluarkan peraturan tersebut konsumsi rokok di India
mengalami penurunan dari 97 juta pada tahun 2000 menjadi hanya 92 juta pada tahun
berikutnya.
Pada tahun 2006, pemerintah Inggris mengelaurkan UU tentang larangan merokok
ditempat kerja yang meliputi kantor, pabrik, toko, pub, alat transportasi umum, dan
lain sebagainya. UU ini baru direalisasikan pada 1 Juli 2007 dan cukup berhasil untuk
menekan jumlah angka perokok. Hal ini dibuktikan dengan adanya kurang lebih
600.000 orang penduduk Inggris berhenti merokok.
60
Di Cina larangan merokok disebagian besar fasilitas umum dikeluarkan menjelang
Olimpiade yaitu pada Juli 2008. Di Skotlandia angka pengidap serangan jantung turun
hingga 17 persen dalam setahun pada 2006 setelah diberlakukan larangan merokok
ditempat umum. 54
1) Hukum Dan Status Rokok Dalam Pandangan Ulama
a. Menurut Imam Ibnu ’Abidin rahimahullah
Di dalam Kitab Radd al-Muhtaar, Imam Ibnu ’Abidin rahimahullah menyatakan,
”Pendapat para ulama mengenai masalah rokok tidaklah seragam. Sebagian ulama
berpendapat bahwa rokok hukumnya makruh; sebagian yang lain mengharamkannya,
dan sebagian yang lain memubahkannya. Masing-masing menyatakan pendiriannya
dalam karya-karya mereka.”
Masih menurut beliau, ”Di dalam Kitab Syarah al-Wahbaaniyyah karya Imam al-
Surunbulaliy , beliau menyatakan, ”Dilarang jual beli rokok dan menghisapnya. Orang
yang menghisap rokok di saat puasa tidak diragukan lagi ia telah berbuka. Di dalam
Syarah al-Allamah Syaikh Isma’il al-Nablusiy, orang tua dari guru kami, ’Abd al-
Ghaniy, terhadap kitab Syarah al-Durari, disebutkan bahwa seorang suami punya hak
melarang isterinya memakan bawang putih, bawang merah, dan semua makanan yang
menyebabkan mulut berbau…Gurunya guru kami, al-Musayyaraiy dan yang lainnya,
memberikan fatwa larangan menghisap tembakau.”
’Allamah Syaikh ’Ali al-Ajhuriy memiliki sebuah risalah (tulisan) yang
membolehkan menghisap tembakau. Di dalam tulisan itu disebutkan bahwasanya
orang yang memberi fatwa bolehnya menghisap tembakau bersandar kepada Imam
empat madzhab.
54
http://www.almanhaj.or.id/content/263/slash. Akses 29 Agustus 2015, jam 14.30 wib
61
Ibnu ’Abidin menyatakan, ”Saya katakan, ”Ulama yang juga mengarang tulisan
yang membolehkan menghisap tembakau adalah guru kami yang arif, ’Abdul Ghaniy
al-Nablusiy. Tulisan itu berjudul al-Shulhu bain al-Ikhwaan fi Ibaahat Syurb al-
Dukhaan. Beliau telah menjelaskan dengan sangat baik masalah ini dalam karya-
karyanya. Beliau mengkritik dengan sangat keras orang-orang yang mengharamkan
atau memakruhkan tembakau. Sebab, keduanya (haram dan makruh) adalah hukum
syariat yang harus disandarkan pada dalil. Padahal tidak ada satupun dalil yang
menunjukkan hukum itu. Pasalnya, tidak terbukti bahwa tembakau itu memabukkan,
melemahkan, atau membahayakan (dlarar). Tetapi justru terbukti bahwa ia memiliki
beberapa manfaat. Hukum tembakau (rokok) masuk dalam kaedah ”al-ashl fi al-
asyyaa’ ibaahah” (hukum asal dari benda adalah mubah). Sesungguhnya beberapa
dlarar yang terkandung di dalamnya tidak menjadikan keseluruhannya haram. Madu
bisa membahayakan orang yang terkena penyakit kuning akut. Seandainya Allah swt
menetapkan keharaman atau kemakruhan tembakau, maka pastilah ada dalil yang
menunjukkannya. Akan tetapi, jika tidak ada, maka harus dinyatakan bahwa mubah
adalah hukum asalnya. Nabi Saw tawaqquf (menahan diri) dalam masalah
pengharaman khamer sebagai umm al-khabaaits (induk segala barang yang
menjijikkan); padahal beliau adalah musyarri’, hingga turun nash qath’iy pada dirinya.
b. Dalam Haasyiyyah al-Bajiiramiy
Di dalam Haasyiyyah al-Bajiiramiy disebutkan, ”Jika penguasa memerintahkan
perkara-perkara mubah yang di dalamnya terdapat kemashlahatan bagi orang banyak,
semacam menghisap rokok, maka, rakyat wajib mentaatinya. Di dalam Fatawa al-
Azhar, ’Abdurrahman Qaraa’ah menyatakan, ”Menghisap rokok tidak pernah terjadi di
masa Nabi saw, Khulafaaur Rasyidin, shahabat, maupun tabi’in. Menghisap rokok
terjadi pada masa-masa belakangan. Para ulama berpendapat dalam masalah ini.
62
Sebagian mereka mengharamkannya, dan sebagian lagi memakruhkan. Sebagian lagi
memubahkannya. Saya (’Abdurrahman Qara’ah) menguatkan pendapat yang
memakruhkannya.
Adapun Hasanain Mohammad Makhluf menguatkan pendapat yang
memubahkannya. Di dalam Fatawa al-Azhar, beliau menyatakan, ”Kami menyatakan;
ketahuilah, sesungguhnya hukum menghisap rokok adalah hukum ijtihaadiy. Pendapat
para fukaha dalam masalah ini tidaklah seragam. Yang benar menurut kami adalah
sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitab Radd al-Muhtaar; bahwa hukum
menghisap rokok adalah mubah. Orang-orang yang bersandar kepada imam empat
madzhab telah memfatwakan kebolehannya; seperti penuturan dari al-’Allamah al-
Ajhuuriy al-Maalikiy di dalam tulisannya.
c. Menurut Lajnah al-Daaimah li al-Buhuuts wa al-’Ilmiyyah wa al-Iftaa’
Menurut Lajnah al-Daaimah li al-Buhuuts wa al-’Ilmiyyah wa al-Iftaa’, menghisap
rokok hukumnya adalah haram. Di dalam Kitab Fatawa Lajnah al-Daaimah li al-
Buhuuts wa al-’Ilmiyyah wa al-Iftaa’ disebutkan, ”Menghisab rokok hukumnya haram.
Orang yang terlanjur menghisap rokok, ketika hendak masuk ke dalam masjid wajib
membersihkan mulutnya untuk menghilangkan bau busuk mulutnya, dan untuk
mencegah dlarar dan gangguan bau rokok bagi orang-orang yang sholat. Akan tetapi,
menghisap rokok tidaklah membatalkan wudhu.
Demikianlah, para fukaha kontemporer berselisih pendapat mengenai status hukum
rokok. Ada tiga pendapat masyhur dalam masalah ini; haram, makruh, dan mubah.
Lantas, mana pendapat rajih yang wajib kita ikuti? Untuk menjawab pertanyaan ini
63
harus diketahui terlebih dahulu pandangan syariat Islam terhadap hukum asal benda,
baru setelah itu hukum-hukum derivatifnya.55
2) Hukum Asal Benda
Pada dasarnya, para ulama sepakat bahwa benda hanya memiliki dua status hukum
saja, yakni yakni halal dan haram. Sedangkan hukum atas perbuatan manusia ada lima,
yakni wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Para ulama juga sepakat bahwa
hukum asal benda adalah mubah, selama tidak ada dalil yang melarangnya. Ketentuan
ini didasarkan pada firman Allah SWT:
Artinya:”Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi –karena sesungguhnya semua itu kotor– atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang
dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-An’aam (6): 145)
Ayat ini dengan sharih menyatakan bahwa tidak ada benda yang diharamkan
oleh Allah swt, kecuali benda-benda yang disebut di dalam ayat ini. Hanya saja, karena
ayat ini Makiyyah, maka benda-benda yang diharamkan hanya sebatas pada bangkai,
darah yang mengalir, babi, dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah.
Setelah itu, Syaari’ menambah jenis-jenis benda yang diharamkan, baik yang
disebutkan di dalam al-Quran maupun hadits-hadits shahih; semacam binatang
bertaring dan berkuku tajam, binatang jalalah, dan lain sebagainya.
55
http://atifhidayat.wordpress.com/2009/01/31/hukum-merokok. akses 29 Agustus 2015, jam
11.00 wib
64
Dengan demikian, ayat ini dengan sharih menyatakan bahwa hukum asal dari
benda adalah mubah, selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.Di ayat lain,
Allah SWT berfirman:
…
Artinya: “Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu…” (Qs.
al-Baqarah (2): 29 )
Imam Syaukaniy di dalam Kitab Fath al-Qadiir menyatakan, “Ayat ini
merupakan dalil yang menunjukkan bahwa hukum asal dari benda yang diciptakan
adalah mubah, hingga ada dalil yang memalingkan hukum asalnya (mubah).
…
Artinya: Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik?” (Qs. al-A’raaf (7): 32
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan Islam
hukum rokok ada perbedaan pendapat para ulama, yaitu ada yang menyatakan hukum
merokok itu mubah, makruh bahkan ada pula yang berpendapat haram.
BAB III
HASIL PENELITIAN
65
A. MONOGRAFI KOTA PADANG PANJANG
Padang Panjang merupakan wilayah yang dapat disebut sebagai Minang kabau
kecil. Karena penduduknya berasal dari berbagai daerah di Minang kabau. Sehingga
dapat dilihat, dialek yang menjadi bahasa sehari-hari bukan dialek yang khas,
melainkan dialek standar Minang kabau yang mudah dimengerti. Hal ini terbentuk
karena terjadinya asimilasi berbagai adat dan kebudayaan Minang kabau dari berbagai
daerah. Salah satu faktornya adalah Padang Panjang sebagai kota perlintasan yang
telah dikenal sejak masa lampau. 56
Padang Panjang adalah satu-satunya pintu gerbang menuju Pariaman dan
Padang yang terkenal dengan empat alur jalan menuju Pariaman dan Padang. Pertama
jalan janjang banyak, yaitu jalan yang ada sekarang (Dibuat waktu Gubernur Jendral
Van den Bosch 1930 atau jalan yang sering dilewati oleh masyarakat 5-koto (6 koto
sekarang). Kedua Jalan Jawi, yaitu jalan yang terletak di lembah sungai andok.
Jalan ini yang sering dilewati oleh masyarakat 4 koto. Ketiga Jalan Ambacang
Rombok di tambangan yaitu yang sering dilewati oleh masyarakat Batipuah dan Tanah
Datar. Keempat Jalan Paninggahan, yang sering dilewati oleh masyarakat sekitar
daerah Singkarak dan Solok.
Padang Panjang telah memiliki tempat berjual beli yang disebut pakan yang
ramai dan tersusun baik, namanya Pekan Jumat. Letaknya berdampingan sisi empat
buah nagari, yaitu nagari Paninjauan, dan kalau dipandang lebih luasnya di tengah-
tengah daerah 9 koto yang disebut sekarang X koto. Barang-barang yang
diperdagangkan adalah rempah-rempah dan hasil tambang yang dihasilkan oleh
masyarakat 9 koto (X Koto sekarang), Batipuah dan lain-lain, hasil alam dari
pedalaman Minangkabau lainnya, sutera merah hasil kerajinan tenun masyarakat
56
Arsip Bappeda Padang Panjang. Tahun 2014, hal. 32
66
Sumpur dan Pitalah, akasia hasil dari lembah Pandai Sikat dan Koto Laweh, kopi
berkualitas tinggi yang dihasilkan dari daerah lereng gunung Merapi dan Singgalang
arah Agam, sayur-sayuran segar dari lereng gunung Singgalang. Pedagang dari luar
seperti Eropah, Timur Tengah dan Hindia membawa dagangan berupa benang, kain
dan barang berharga lainnya.
Padang Panjang selain dikenal sebagai Kota hujan. Juga dikenal sebagai kota
Pendidikan. Hal ini dapat dilihat banyaknya Institusi-institusi pendidikan yang tidak
hanya para pelajarnya berasal dari daerah-daerah di Sumatera Barat. Akan tetapi
banyak juga pelajar dari luar provinsi dan mancanegara. Sejarah sebagai kota
Pendidikan telah terjadi sejak lama, Kota Padang Panjang menjadi tempat bagi
lahirnya sekolah Modern pertama dan sekolah modern perempuan pertama di
Indonesia. Dua orang tokoh pelopor pendidikan yang memiliki ikatan saudara yaitu,
Zainudin Labay yang mendirikan Diniyah School yang kemudian dilanjutkan oleh
adiknya Rahmah El Yunusiah yang kemudian mendirikan Diniyah Putri menjadikan
Padang Panjang sebagai kota yang menjadi tempat berdirinya sekolah islam modern
pertama di Indonesia.
Hingga saat ini Diniyah Putri masih tetap berdiri dan terus berkembang.
Institusi ini telah mendapat pengakuan hingga dalam kancah dunia Internasional sejak
awal berdirinya. Tidak heran jika para pelajarnya bahkan berasal dari luar negeri
seperti Malaysia, Brunei, Singapura dan Lainnya. Selain Diniyah Putri, Padang
Panjang juga merupakan tempat berdirinya Yayasan Perguruan Thawalib yang terdiri
dari Thawalib Putra dan Thawalib Putri yang merupakan kelanjutan sekolah agama
yang bernama surau jembatan besi yang didirikan pada masa peralihan abad ke 20 oleh
Syech Abdullah.
67
Sebagai kota pendidikan, Padang Panjang juga merupakan tempat berdirinya
institusi-institusi pendidikan pesantren. Padang Panjang juga memiliki sekolah-sekolah
umum lainnya yang pada umumnya menjadi favorit para pelajar dari berbagai daerah
di Sumatera Barat. Padang Panjang sebagai kota Pendidikan dijuluki dengan kota
“Serambi Mekah”. Hal ini disebabkan banyaknya berdiri sekolah-sekolah modern
Islam.
Padang Panjang dibagi dalam 2 Kecamatan yakni Kecamatan Padang
Panjang Barat terdiri dari 8 Kelurahan dan Kecamatan Padang Panjang Timur juga
dibagi menjadi 8 Kelurahan. Kelurahan yang ada di kecamatan Padang Panjang Timur
yaitu : Guguk Malintang, Tanah Pak Lambik, Koto Panjang, Koto Katik, Ngalau, Ekor
Lubuk, Ganting dan Sigando. Sedangkan nama kelurahan yang ada di Kecamatan
Padang Panjang Barat adalah : Silaing Bawah, Silaing atas, Pasar usang, Kampung
Manggis, Tanah Hitam, Pasar Baru, Bukik surungan dan Balai-Balai.57
B. Letak dan Batas Administrasi Wilayah
Padang Panjang merupakan salah satu kota terkecil yang berada di wilayah
Provinsi Sumatera Barat. Padang Panjang mempunyai luas 2.300 Ha atau sekitar 0,05
persen luas Sumatera Barat. Walaupun kecil, Kota Padang Panjang memiliki posisi
yang cukup strategis karena terletak pada lintasan regional anatara Kota Padang
Panjang dengan Kota Bukittinggi, dan begitu juga anatara Kota Solok dengan Kota
Bukitinggi.
Secara geografis Kota Padang Panjang terletak antara 100 20 dan 100 30 Bujur
Timur dan 0 27 dan 0 32 Lintang Selatan. Kota Padang Panjang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Tanah Datar, baik disebelah utara, selatan, barat maupun timur. Di
57
Wawancara dengan Bapak Putra Dewangga sebagai Kabid Litbang Statistik pendataan dan
pelaporan Bappeda Padang Panjang Tanggal 15 Juni 2015
68
sebelah utara, barat, dan selatan berbatasan dengan Kecamatan X Koto sedangkan
sebelah timur dengan Kecamatan Batipuh.58
Tabel 3. 1
Batas Wilayah
Batas Daerah Kecamatan
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat
Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
Tabel 3.2
Luas Daerah Menurut Kecamatan dan Kelurahan
No. Kecamatan/Kelurahan Luas (Ha) Persentase
(%)
A. Kecamatan Padang Panjang Barat 975 42,39
1. Silaing Bawah 261 11,35
2. Silaing Atas 54 2,35
3. Pasar Usang 59 2,57
4. Kampung Manggis 316 13,74
5. Tanah Hitam 72 3,13
6. Pasar Baru 23 1,00
7. Bukit Surungan 121 5,26
8. Balai-Balai 69 3,00
B. Kecamatan Padang Panjang Timur 1.325 57,61
1. Koto Panjang 133 5,78
2. Koto Katik 101 4,39
3. Ngalau 145 6,30
58
Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Padang Panjang. Tahun 2014, hal. 3
69
4. Ekor Lubuk 280 12,17
5. Sigando 140 6,09
6. Ganting 310 13,48
7. Guguk Malintang 190 8,26
8. Tanah Pak Lambik 26 1,13
Jumlah/Total 2.300 100,00
Dari tabel diatas terlihat bahwa Kota Padang Panjang terdiri dari 2 kecamatan
dari 16 kelurahan yaitu Padang Panjang Barat dengan luas daerah 975 Ha terbagi ke 8
(delapan) kelurahan dan Padang Panjang Timur dengan luas 1.325 Ha juga memiliki 8
(delapan) kelurahan. Kelurahan Kampung Manggis adalah kelurahan dengan luas
wilayah terbesar di Kota Padang Panjang dengan luas 316 Ha, sedangkan Kelurahan
Pasar Baru adalah kelurahan dengan luas wilayah kecil, luasnya hanya 23 Ha.59
C. Demografi (Kependudukan)
1. Jumlah Penduduk
Dilihat dari aspek demografis, dapat dikemukakan bahwa jumlah penduduk
Kota Padang Panjang secara fluktuatif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tahun 2008 penduduk Kota Padang Panjang adalah 54.218 jiwa. Sedangkan menurut
BPS, tahun 2009 penduduk Kota Padang Panjang turun menjadi sebanyak 46.365 jiwa.
Selanjutnya hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kota Padang
Panjang adalah sebanyak 47.069 jiwa, serta meningkat menjadi 47.619 jiwa pada tahun
2011. Sedangkan tahun 2012, sesuai dengan proyeksi BPS, jumlah penduduk Padang
Panjang adalah sebanyak 48.187 jiwa. Kemudian tahun 2013, menurut BPS jumlah
penduduk Padang Panjang meningkat menjadi 48.792 Dilihat dari tingkat kepadatan
59
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Kota Padang Panjang. Tahun 2013,
hal. 2
70
penduduk dari tahun 2008 sampai tahun 2013 rata-rata bergerak dari 2.357 jiwa per
km² tahun 2008, menjadi 2.121 jiwa per km² tahun 2013.60
Tabel. 3.3
Jumlah Penduduk Kota Padang Panjang dan Tingkat Kepadatannya
Tahun 2008-2013
Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan
2008 54.218 2357
2009 46.365 2015
2010 47.069 2046
2011 47.619 2070
2012 48.187 2095
2013 48.792 2121
2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk Kota Padang Panjang menurut kelompok umur dan Jenis
Kelamin pada hasil pendataan tahun 2013 dapat dilihat bahwa telah terjadi
peningkatan jumlah penduduk sebesar 3,79 persen menjadi 48.792 jiwa dengan
komposisi 24.256 jiwa penduduk laki-laki dan 24.536 jiwa penduduk perempuan.61
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk dirinci Menurut Umur dan Jenis Kelamin
No kelompok Umur Jenis Kelamin
Jumlah Ket Laki-laki Perempuan
I II III IV V VI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
2 518
2 516
2 619
2 444
1 916
1 761
1 810
1 723
1 531
2 406
2 376
2 430
2 362
1 969
1 825
1 842
1 719
1 556
4 924
4 892
5 049
4 806
3 885
3 586
3 634
3 442
3 087
60
Badan Pusat Statistik,…, Tahun 2014, hal 141-142 61
Badan Pusat Statistik,…, Tahun 2014, hal 156
71
10
11
12
13
14
15
16
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75+
1 347
1 213
1 040
722
433
318
345
1 402
1 297
1 095
739
500
441
595
2 749
2 510
2 135
1 461
933
759
940
Jumlah 24 256 24 536 48 92
D. Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja
a) ZamanKolonial
Satuan Polisi Pamong Praja yang dahulu kala di kenal dengan sebutan Bailluw
pada masa penjajahan Belanda dan telah beberapa kali berganti nama menjadi
Kepanewon. Polisi Pamong Praja adalah sebuah organisasi yang sangat erat dengan
masyarakat, karena domain fungsi utamanya adalah menjaga ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat. Istilah Pamong Praja adalah sebuah kata yang diambil dari
bahasa jawa yang mengandung arti filosofis cukup mendalam, yaitu Pamong adalah
seseorang yang dipandang, dituakan dan dihormati sehingga memiliki fungsi sebagai
pembina masyarakat di wilayahnya, lazimnya seorang pamong adalah orang yang lebih
tua, pemuka agama atau pemuka adat serta golongan-golongan yang berasal dari kasta
Brahmana sebagimana dalam klasifikasi pembagian kasta pada agama hindu.
Selanjutnya makna dari kata Praja itu sendiri mengandung arti sebagai orang
yang di emong di bina dalam hal ini adalah rakyat atau masyarakatnya. Melihat
pengertian diatas dapat kita ambil sebuah defenisi arti dari pamong praja, yaitu petugas
atau individu yang dihormati guna membina masyarakat di wilayahnya agar tertib dan
tentram. Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat dalam suatu wilayah selalu
tumbuh dan berkembang, bila ditelaah dari sisi kependudukan maka grafik natalitas
dan mortalitasnya terus mengalami perubahan, hal ini mengakibatkan perlu adanya
72
pengaturan yang lebih baik dari sisi pemerintah untuk dapat mengantisipasi segala
macam tantangan yang bermuara pada terancamnya ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat di wilayah kerjanya, sehingga Menteri Dalam Negeri pada tanggal 3 Maret
1950 mengeluarkan Surat Keputusan Nomor UR 32/2/21 tentang Perubahan Nama
Detasemen Polisi Pamong Praja menjadi Satuan Polisi Pamong Praja yang untuk
selanjutnya di peringati menjadi hari jadi SATPOL PP dalam setiap tahunnya.62
b) Era Awal Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan RI pembentukan Polisi Pamong Praja tidak secara serempak
tetapi bertahap tidak terlepas dari tuntutan situasi dan kondisi Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada waktu itu yang pertama membentuk Polisi Pamong Praja adalah Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober 1948 dengan nama "Detasemen Polisi
Pamong Praja" dengan susunan Formasi:
a. 1 Pemimpin disebut Mentri Polisi;
b. Agen Polisi;
c. 19 Pembantu Agen Polisi.
Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret 1950
berdasarkan Surat Keputusan Menteri dalam Negeri NO. UR32/2/21/Tahun 1950; dengan
susunan Formasinya :
a. 1 Menteri Polisi;
b. 5 Calon Agen Polisi Pamong Praja;
c. 5 Pembantu Keamanan.
Pada Tahun I960 dimulai pembentukan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan
Madura berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 7 Tahun
62
Http:// satpolppsulbar.blogspot.com/2010/11- sejarah-berdirinya-satpol-pp.html. Akses tangal
23juli 2015
73
I960 tanggal 30 Nopember I960 dengan susunan formasi tiap-tiap Kecamatan sebanyak-
banyaknya:
a. 1 Orang Mentri Polisi Muda;
b. 5 Agen Polisi Pamong Praja
Polisi Pamong Praja pada saat itu pada dasarnya mempunyai tugas yang cukup
luas yaitu bidang pemerintahan umum terutama dalam pembinaan ketentraman dan
ketertiban di Daerah. Di samping itu Polisi pamong Praja aktif juga membantu usaha-
usaha konsolidasai dan stabilisasi teritorial pada daerah-daerah yang baru diamankan
oleh Anggkatan Perang.Nama Polisi Pamong Praja sendiri dalam sejarah keberadaanya
telah berkali-kali berganti nama yaitu:
a. Tahun 1948 untuk D.I Yogyakarta disebut "Detasemen Polisi Penjaga Keamanan
Kapanewon" kemudian pada tahun yang sama di ubah menjadi Detasemen Polisi
Pamong Praja.
b. Menurut Keputusan Mentri Dalam Negeri No. 32/2/20 dan No. 32/2/21 Tanggal 3
Maret 1950 secara nasional disebut Kesatuan Polisi Pamong Praja.
c. Tahun 1962 namanya berubah menjadi Pagar Baya dengan Peraturan Mentri
Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah No. 10 Tahun 1962.
d. Tahun 1963 berganti nama menjadi Kesatuan Pagar Praja dengan Peraturan Menteri
Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 1 Tahun 1963 tanggal 11 Februari
1963.
e. Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 disebut Polisi Pamong Praja.63
E. Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang Panjang
63
Http://asalusul.sofhaljamil.com/2010/04/sejarah-terbentuknya satuan-pamong-praja.html. akses
22 Juli 2015
WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
74
F. Visi Dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang Panjang
1. Visi
Visi pembangunan jangka menengah pada dasarnya merupakan kondisi yang
ingin dicapai dalam jangka 5 tahun mendatang. Dengan kata lain, visi
pembangunan jangka menengah yang diinginkan di masa mendatang. Visi dan misi
SKPD Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang Panjang jangka menengah adalah
sebagai berikut:
“Terwujudnya masyarakat taat hukum dan partisipatif dalam memelihara
ketentraman dan ketertiban umum”.
2. Misi
Untuk mewujudkan SKPD Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang
Panjang tersebut, ditetapkan pula beberapa misi yang akan dilaksanakan dalam
periode 5 tahun mendatang. Misi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat Padang Panjang yang taat hukum.
SEKSI OPERASI
SUHENDRI S.sos
SEKRETARIS DAERAH
KEPALA SATUAN
YONI ALDO, A.Md
YO
YONI ALDO
BB
SUB BAGIAN TATA
USAHA
FRIYETNI, SE
SEKSI PENYIDIKAN
DAN PENINDAKAN
SURYATI A.Md
PERLINDUNGAN
MASAYARAKAT
RULLY HARDIAH
S,STp,Mpa
SEKSI PEMBINAAN
DAN
PENGEMBANGAN
KASIMIN, S.sos
75
2. Mewujudkan kondisi tertib, tentram dan aman melalui partisipasi dan peran aktif
masyarakat dalam memelihara ketentraman dan ketertiban.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kinerja agar lebih profesional
sebagai aparatur pemerintah dalam upaya menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. 64
G. Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Tertib
Rokok Di Kota Padang Panjang
1. Penjelasan Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang
Dalam Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang, pada BAB I Ketentuan Umum pada
pasal I sudah dijelaskan bahwa pemerintah daerah telah menjelaskan bahwasanya dilarang
melakukan kegiatan merokok di Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasn Tertib Rokok
yang termasuk Kawasan Tanpa Asap Rokok yaitu tempat proses belajar mengajar, tempat
kegiatan anak-anak, tempat ibadah, tempat pelayanan kesehatan dan rumah sakit.
Sedangkan Kawasan Tertib Rokok yaitu tempat wisata, hotel, pasar, restoran, kantor
pemerintahan, kantor swasta dan pabrik
Pada BAB II Azas Dan Tujuan pasal 2 dijelaskan bahwasannya peraturan daerah ini
dikeluarkan untuk melindungi hak asasi manusia dalam mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam hal ini adalah pengendalian terhadap bahaya asap rokok yang
dapat menurunkan derajat kesehatan manusia. Sedangkan dalam pasal 3 tujuan peraturan
daerah adalah:
a. Melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya akibat merokok;
64
Wawancara dengan ibu Friyetni sebagai sekretaris Satpol PP Padang Panjang Tanggal 24 Juli
2015
76
b. Membudayakan hidup sehat;
c. Menekan angka pertumbuhan perokok pemula.
Pada BABIII pasal 4 dan pasal 5 yaitu menjelaskan Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang dan penjelasan melarang merokok
dikawasan tersebut sebagaimana yang dijelaskan di atas.
Pada BABIV pasal 6 dan pasal 7 menjelaskan tentang kewajiban pimpinan dan
penangung jawab dari peraturan daerah tersebut. Yang mana pimpinan atau penangung
jawab wajib memasang pengumuman larangan merokok, pimpinan wajib menegur orang
yang merokok dikawasan tersebut dan pimpinan wajib mengambil tindakan atas setiap
laporan yang disampaikan.
Pada BABV pasal 8 dan 9 dijelaskan peran serta masyarakat terhadap perda tersebut
yaitu dalam bentuk pengawasan pelaksanaan perda, pemberian bimbingan dan penyuluhan
serta penyebarluasan informasi dampak rokok bagi kesehatan. Setiap masyarakat dapat
ikut memberikan bimbingan serta penyuluhan kepada masyarakat lainnya dan masyarakat
juga berkewajiban ikut memelihara kualitas udara sehat dan bersih serta bebas asap rokok.
Pada BAB VI pasal 10, 11, 12 dan 13 dijelaskan tentang pembinaan dan pengawasan
peraturan daerah tersebut yang mana pemerintah daerah berkewajiban melakukan
pembinaan di Kawasan tersebut, memberikan bimbingan dan penyuluhan, pemberdayaan
masyarakat dan menyiapkan petunjuk teknis. Serta kepala daerah dapat memberikan
penghargaan kepada orang atau badan yang telah berjasa dalam rangka memotivasi,
membantu pelaksanaan kawasan tanpa asap rokok dan tertib rokok. Pengawasan dilakukan
oleh pemerintah daerah bersama-sama masyarakat, badan, lembaga atau organisasi
kemasyarakatan melakukan pengawasan pelaksanaan perda tersebut
77
Pada BAB VII pasal 14 menjelaskan tentang sanksi bagi yang melanggar perda adalah
berupa pemberian hukuman disiplin sesuai peraturan perundang-undangan, peringatan
tertulis, penghentian sementara kegiatan usaha dan pencabutan izin.
Pada BABVIII pasal 15 dan 16 tentang ketentuan penutup yang mana dijelaskan
hal-hal yang belum cukup diatur dalam perda sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah. Peraturan ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.
2. Sosialisasi atau Pembinaan tentang Perda Rokok
Untuk kelancaran pelaksanaan dan terwujudnya setiap kebijakan atau
program dari pemerintah daerah, maka diperlukan sosialisasi pada masyarakat,
hingga terjalinnya hubungan antara masyarakat dengan pemerintah daerah.Setiap
kebijakan atau putusan yang dibuat oleh pemerintah daerah wajib dan harus
diketahui oleh masyarakat, karena apabila masyarakat sudah mengetahui kebijakan
itu maka dalam pelaksanaanya akan lebih mudah, dimana masyarakat akan ikut
serta dengan pemerintah bagaimana melaksanakan kebijakan tersebut.
Apabila kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tanpa sosialisasi terlebih
dahulu, maka akan menimbulkan permasalahan pada masyarakat. Sebab apabila
masyarakat tidak sepakat maka akan terjadi pro dan kontra dalam berbagai bentuk,
bahkan hal ini dapat gagalnya pelaksanaan daripada kebijakan pemerintah itu
sendiri.65
Pengamatan yang telah penulis lakukan terlihat bahwa sosialisasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota Padang Panjang yang bekerja sama dengan seluruh lapisan
masyarakat memang sudah terlihat bahwa masyarakat Padang Panjang sudah mengetahui
65
Wawancara penulis dengan ibu Suryati sebagai kasi penyidikan dan penindakan Satpol PP
Padang Panjang Tanggal 09 Juli 2015
78
ada aturan tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota
Padang Panjang dan juga ada sebagian masyarakat yang masih belum mengetahui perda
tersebut. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh masyarakat Koto Panjang yaitu bapak
Drs. Editiawarman :
“...Tidak semua masyarakat yang tahu ada aturan yang mengatur tentang kawasan
tanpa asap rokok dan kawasan tertib rokok di Padang Panjang. Hanya sebagian
masyarakat yang mengetahui disebabkan masih kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat ...”66
3. Upaya Pemerintah Dalam Penertiban Dan Penindakan Di Kawasan Tanpa Asap
Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang
Dari penelusuran penulis upaya Pemerintah Padang Panjang demi terwujudnya
Kota Padang Panjang sebagai kota sehat yang tertuang dalam Perda No. 8 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Terib Rokok Di Kota Padang
Panjang, yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib rokok adalah:
c. Kawasan tanpa asap rokok adalah wilayah dimana tidak diperbolehkan merokok pada
kawasan tersebut, yang termasuk kawasan tanpa asap rokok adalah:
6) Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik temap praktek dokter dan
tempat kesehatan lainnya.
7) Tempat proses belajar mengajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar atau pendidikan seperti sekolah, madrasah, perguruan tinggi,
perpustakaan dan sebagainya.
8) Tempat ibadah adalah sarana untuk melaksanakan ritual agama seperti mesjid,
musalla, gereja dan tempat ibadah lainnya.
66
Wawancara penulis dengan Bapak Editiawarman masyarakat Koto Panjang pada tanggal 09
Juli 2015
79
9) Tempat kegiatan anak-anak adalah tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan anak-
anak seperti tempat penitipan anak, tempat pengasuhan anak dan tempat bermain
anak.
10) Angkutan umum adalah alat abgkutan bagi masyarakat yang berupa kendaraan
darat, laut maupun udara.
d. Kawasan tertib rokok adalah wilayah dimana hanya diperbolehkan merokok
ditempat yang khusus yang telah disediakan yaitu:
3) Tempat umum yaitu kawasan wisata, hotel, restoran, rumah makan, pasar dan
terminal
4) Tempat kerja yaitu kantor pemerintahan, kantor swasta, pabrik dan industri lainnya
Sebaimana yang telah penulis paparkan diatas tentang kawasan tanpa asap
rokok dan kawasan tertib rokok di kota Padang Panjang, menurut penuturan dari bapak
Yoni Aldo bahwa:
“…Semenjak perda tersebut diberlakukan masyarakat sudah malu
merokok di sembarang tempat dan juga aparat pemerintah juga telah mulai
mengindahkan perda tersebut. Tapi kalau sanksi berupa denda atau kurungan
bagi pelanggar perda tersebut belum bisa dilakukan sebagaimana mestinya,
yang ada baru berupa penertiban, penindakan serta surat teguran bagi pejabat
pemerintah yang melanggar perda tersebut…”67
Perda No. 8 tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan
Tertib Rokok yang di berlakukan di Kota Padang Panjang, menurut pandangan
masyarakat mengenai penertiban dan penindakan yang dilakukan Satpol PP masih
terjadi perbedaan pendapat yaitu menurut Bapak David Purba bahwa:
“…penertiban dan penindakan dari pihak Satpol PP kurang
memuaskan dan selalu membawa kedamaian…”68
67
Wawancara penulis dengan Bapak Yoni Aldo sebagai Kasat Pol PP Padang Panjang Tanggal
09 Juli 2015 68
Wawancara penulis dengan Bapak David Purba masyarakat Koto Katiak tanggal 09 Juli 2015
80
Sedangkan menurut Ibuk Nelly Fitri berpendapat bahwa kebijakan yang
berkaitan dengan perda rokok No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap
Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok yang dilakukan Satpol PP adalah:
“…penertiban dan penindakan perda rokok dari pihak Satpol PP sudah
terjalankan sesuai aturan, tapi harus ditingkatkan lagi agar perda tersebut benar-
benar terjalankan sesuai aturan yang berlaku…”69
Jadi dari hasil pengamatan penulis baik dari hasil wawancara maupun melihat
lansung, maka perkembangan perda rokok di Padang Panjang sudah berjalan
sebagaimana yang diharapkan walaupun masih ada yang belum terlaksana namun
pihak Satpol PP bersama dengan masyarakat akan meningkatkan penertiban dan
penindakan bagi yang melanggar perda rokok di Padang Panjang.
4. Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang
Efektifitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu”kegiatan yang
memberikan hasil yang memuaskan dengan memanfaatkan waktu dan cara dengan
sebaik-baiknya”. Dengan demikian pada dasarnya menunjuk kepada suatu ukuran
perolehan yang memiliki kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang
diharapkan.70
Sedangkan menurut Soeryono Soekanto Efektifitas adalah Salah satu tolak
ukur keberhasilan suatu Negara dalam upaya mengangkat harkat dan martabat
bangsanya di bidang hukum terutama dalam memberikan perlindungan hukum
terhadap warganya.71
Untuk melihat efektif atau tidaknya suatu hukum itu dijalankan harus melihat
faktor-faktor efektifitas yaitu:
69
Wawancara dengan ibu Nelly Fitri masyarakat Koto Katiak tanggal 09 Juli 2015 70
J.S Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1994), hal. 271 71
Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum, (Jakarta PT Bina Aksari, 1983), hal 13
81
a. Faktor adanya hukum itu sendiri
Disini yang menjadi hukum dari suatu aturan hukum yaitu Peraturan Daerah
No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok
Di Kota Padang Panjang.
b. Faktor Adanya Penegak Hukum
Disini yang menjadi penegak hukum perda yaitu Satpol PP yang diberi
kewenangan untuk menertibkan, melakukan penindakan serta mengamankan masyarakat
atau aparatur pemerintah yang masih merokok dikawasan tersebut.
c. Faktor Sarana Dan Fasilitas
Disni yang menjadi sarana dan fasilitasnya yaitu suatu yang digunakan oleh Satpol
PP dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan penertiban, penindakan serta
pengamanan seperti kendaraan untuk melakukan razia.
d. Faktor Kesadaran Masyarakat
Dalam melakukan penegakkan hukum aparat penegak hukum maupun pemerintah
bekerjasama dengan masyarakat untuk melakukan atau menjalankan perda tersebut, jika
perda itu tidak dipatuhi masyarakat sebagus apapun aturan itu kalau tidak ada yang
mematuhi sama saja dengan aturan bohong atau aturan mati.
e. Faktor Kebudayaan
Dalam melihat efektif atau tidaknya aturan hukum faktor kebudayaan harus ada
untuk melihat ada atau tidaknya suatu aturan itu dijalankan tergantung dari trades
masyarakat atau adat kebiasaan masyarakatnya juga berpengaruh terhadap efektifnya
aturan yang akan dijalankan.
82
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa suatu aturan hukum efektif
atau tidaknya dapat dilihat dari faktor-faktor yang telah penulis paparkan di atas, apabila
tidak sesuai dengan ketentuan diatas maka sebuah aturan hukum belum bisa dikatakan
efektif ditengah-tengah masyarakat.
Perda No. 8 Tahun 2009 Di Kota Padang Panjang sudah 6 tahun dijalankan yang
bertujuan meningkatkan kesehatan dan menjaga masyarakat dari berbagai penyakit.
Menurut Kasat Pol PP Padang Panjang bapak Yoni Aldo menuturkan bahwa:
“…Seharusnya agar perda ini bisa berjalan dengan baik, pihak Pol PP
dan juga masyarakat saling bekerjasama agar perda ini benar-benar bisa efektif
di tengah-tengah masyarakat dan juga berjalan sesuai aturan yang berlaku.
Menurut yang dilihat sekarang perda rokok sudah efektif karena masyarakat
sudah mulai mematuhi aturan tersebut dan juga perda tersebut sudah
terealisasikan dengan baik oleh pihak Satpol PP…”
Jadi perda rokok itu sudah mulai efektif di tengah-tengah masyarakat, yang mana
sudah adanya aparat penegak hukum yaitu Satpol PP. kesadaran dari masyarakat sudah
ada yang mana mereka sudah mulai malu merokok di kawasan tersebut, sarana dan
fasilitas sudah disediakan oleh pemerintah daerah dan sebagainya.
Meski masih ada kekurangan dalam penertiban dan penindakannya dari pihak Pol
PP. tapi masih ada juga masyarakat yang berpendapat bahwa perda tersebut sudah
dijalankan tapi belum maksimal, karena masih ada juga masyarakat yang terlihat merokok
di kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib rokok. Bahkan yang masih belum
mengindahkan perda tersebut ada juga dari aparat pemerintah sendiri. Menurut ibuk dini
mangatakan bahwa:
83
“… Perda rokok di Padang Panjang masih kurang efektif karena sanksi
bagi pelanggarnya masih berupa teguran, sedangkan sanksi yang sebenarnya
belum ada dilakukan oleh pihak Satpol PP. Jadi bagaimana sebenarnya sanksi
tersebut…”72
Jadi dari pemahaman penulis bahwa perda rokok di Padang Panjang sudah mulai
Efektif meski masih terdapat perbedaan pemahaman dari masyarakat, yang jelas perda
tersebut akan bisa terlaksana dengan baik apabila masyarakat dan aparat pemerintah saling
bekerjasama dalam menjalan perda rokok tersebut.
5. Bentuk-bentuk penertiban dan penindakan tentang perda rokok yang dilakukan
oleh Satpol PP Padang Panjang
Peraturan daerah No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang mempunyai azas untuk melindungi hak
asasi manusia dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam hal ini
adalah pengendalian terhadap bahaya asap rokok yang dapat menurunkan derajat
kesehatan manusia. Adapun dikeluarkannya peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang adalah untuk melindungi
kesehatan masyarakat dari bahaya akibat merokok.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat tersebut, diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan dimana salah satu upaya dimaksud adalah pengamanan zat
adiktif yang diatur dalam pasal 44 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan.73
72
Wawancara dengan ibu Dini masyarakat silaing tanggal 09 Juli 2015
73 Wawancara dengan Bapak Yoni Aldo sebagai kasat Pol PP Padang Panjang Tanggal 09 Juli
2015
84
Tabel 3.5
Hasil Penertiban Dan Penegakan Perda No. 8 Tahun 2009 Dan Perwako No. 10
Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok
Di Kota Padang Panjang
NO TANGGAL
DAN
TAHUN
LOKASI
PENERTIBA
N
TEMUAN
DILAPANGAN TINDAKAN
1. 12 Maret 2010
Kantor KPU
-Asbak rokok 4 buah
-Korek api
-Rokok (LA Light,
Lucky Strike dan Class
Mild)
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti
2. 12 maret
2010
STM Karya -Adanya sekelompok
pelajar yang merokok
di ruang belajar
Membawa pelajar
tersebut ke kantor
Pol PP untuk
diberkan arahan
bahwa kawasan
tersebut adalah
kawasan tanpa
asap rokok
3. 21 November
2010
Kantor
BAPPEDA
-Asbak rokok 1 buah
-Puntung – puntung
rokok banyak ditemui
di tong sampah
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti
4. 21 November
2010
Kantor Balai
Kota
-Asbak 5 buah
-Banyak puntung rokok
ditemukan di bawah
meja
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti.
5. 21 Mei 2011 Mesjid Nurul
Hidayah Koto
Panjang
-Asbak rokok 8 buah
-Banyak puntung
Rokok di Halaman
mesjid
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti.
6.
21 Mei 2011
Kantor
SOSNAKER
-Adanya seorang
pegawai yang merokok
-Asbak 2 buah
-Puntung rokok banyak
ditemukan di tong
sampah
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti
7. 21 Mei 2011 Kantor Lurah
Silaing Bawah
Asbak rokok 2 buah
serta puntung rokok di
dalamnya
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti
8. 12 Juni 2011 Kantor Dinas
Perhubunggan
Banyak puntung rokok
diarea perkantoran
ditemukan seorang
pegawai negeri sipil
Memberitahukan
kepada orang
yang sedang
merokok di area
85
Sumber data: Hasil Wawancara dengan ibuk Suryati Kasi Penyidikan dan
Penindakan Satpol PP Padang Panjang74
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa masih terdapat pelanggaran
terhadap Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan
Kawasan Tertib Rokok. Masih terdapat barang-barang yang seharusnya tidak ada
ditempat kerja Pemerintah Daerah Kota Padang Panjang. Seperti asbak rokok dan
bungkus rokok serta masih ditemukan para pegawai atau pengunjung yang merokok
ditempat yang tidak seharusnya. Jadi bagaimana sebenarnya sanksi bagi pelaku
74
Hasil Wawancara dengan ibu Suryati Kasi Penyidikan dan Penindakan Satpol PP Padang
Panjang, Pada Tanggal 24 Juni 2015
sedang merokok di
dalam ruanggan
kantor
9. 20 Juni 2011 Rumah Sakit Banyak ditemukan
orang yang sedang
merokok diarea Rumah
Sakit diantarannya :
cleaning service,
pegawai negeri sipil
Kab. Tanah Datar,
wartawan dan
penggunjung rumah
sakit
Memberitahukan
kepada orang
yang sedang
merokok di area
rumah sakit,
bahwa rumah
sakit termasuk
salah satu
Kawasan Tanpa
Asap Rokok
10. 26 September
2011
Dinas
Pertanian
1 buah gelas yang
berisikan asap rokok
dan puntung rokok
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti
11. 9 September
2011
Kantor DPRD Ditemukan puntung
rokok berserakan
dilantai atas dan di Pot
bunga banyak
ditemukan puntung
rokok
Diberikan
pengarahan
kepada orang –
orang dan
wartawan yang
kedapatan
merokok di lanti
atas
12. 29 Oktober
2011
Kantor Dinas
Pasar
-3 buah asbak
-Rokok Surya
-Korek api
Membawa barang
temuan ke kantor
Satpol PP sebagai
barang bukti
86
yang merokok di Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok yang
telah di atur dalam Perda No. 8 Tahun 2009, karena kalau dilihat secara umum
belum ada sanksi yang diberikan kepada orang yang merokok di kawasan yang
dilarang merokok tersebut.
H. Analisis Penulis tentang Efektifitas Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok
Berdasarkan uraian penulis pada bab sebelumnya yang membahas tentang
Efektifitas perda rokok di kota Padang Panjang. Efektifitas diartikan sebagai suatu
pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara
matang agar hasil yang diharapkan dapat berjalan dengan baik.
Efektifitas dalam hal ini berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang
ditimbulkan oleh sebab, akibat atau dampak. Efektif yang artinya berhasil, sedang
efektifitas menurut bahasa ketepatan , hasil guna, menunjang tujuan. Pada dasarnya
menunjuk kepada suatu ukuran perolehan yang memiliki kesesuaian antara hasil
yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Senada dengan teori diatas menurut
penulis jelas bahwa kebijakan yang di buat oleh pemerintah Kota Padang Panjang
tersebut bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya akibat
merokok, membudayakan hidup sehat, menekan perokok pemula, dan melindungi
kesehatan perokok pasif.
Pemerintah Kota Padang Panjang membuat suatu kebijakan dengan
mengeluarkan Perda Rokok di Padang Panjang guna meningkatkan kesehatan
masyarakat dan mengurangi penyakit serta menjaga lingkungan dari bahaya asap
rokok. Dilihat dilapangan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut sudah
87
teraplikasi sebagaimana mestinya yaitu sudah disosialisasikan kepada segenap
masyarakat yang ada di Kota Padang Panjang.
Tujuan utama dari kebijakan tersebut adalah untuk menjaga kesehatan
masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok maupun perokok pasif
itu sendiri, karena banyaknya penyakit yang di timbulkan oleh rokok. Maka
Walikota Padang Panjang membuat kebijakan untuk mengeluarkan Perda tentang
Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang.
Perda No. 8 Tahun 2009 mengatur Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang. Kawasan tanpa Asap Rokok
adalah wilayah dimana tidak diperbolehkan sama sekali untuk merokok di kawasan
tersebut. Sedangkan Kawasan Tertib Rokok wilayah dimana perokok
diperbolehkan merokok pada suatu tempat khusus yang telah disediakan sehingga
tidak membahayakan orang lain.
Kawasan tanpa Asap Rokok seperti di tempat pelayanan kesehatan, proses
belajar mengajar, tempat ibadah, kegiatan anak-anak dan angkutan umum.
Sedangkan Kawasan Tertib Rokok seperti di tempat umum yaitu kawasan wisata,
hotel, restoran, rumah makan, pasar, dan terminal. Selanjutnya di tempat kerja
yaitu kantor pemerintahan, kantor swasta, pabrik dan industri lainnya.
Dilihat dari segi sanksi perda No. 8 Tahun 2009 bahwa seseorang yang
merokok di Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok maka akan di
denda maksimal Rp15 juta dan kurungan 3 bulan. Denda maksimal itu,
diberlakukan bagi perusahaan yang membuat baliho atau reklame rokok di Padang
Panjang. Sedangkan denda minimal sebesar Rp5 juta berlaku bagi warga yang
88
merokok di kawasan tanpa rokok dan denda Rp10 juta bagi pedagang yang
berjualan rokok di kawasan tanpa rokok tersebut. Tapi untuk sanksi perda tersebut
belum pernah dilakukan bagi pelanggar perda, karena proses yang dilakukan Satpol
PP hanya berbentuk teguran, penindakan dan penertiban bagi pelanggar.
Kebijakan perda rokok yang dibuat oleh pemerintah Kota Padang Panjang
merupakan kebijakan yang bertujuan untuk kesehatan masyarakat Padang Panjang.
Akan tetapi Perda tersebut masih banyak masyarakat atau pemerintah daerah yang
belum mengindahkannya. Namun pihak Satpol PP sendiri yang turun tangan dalam
penertiban perda ini, yang mana apabila terdapat baliho atau iklan rokok yang
masih terpasang maka Satpol PP akan mencabut atau mengamankan baliho dan
masyarakat sendiri juga sudah mulai malu merokok di Kawasan Tanpa Asap Rokok
dan Kawasan Tertib Rokok yang telah diatur dalam perda Padang Panjang.
Bahkan menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang, yang
pernah menjadi Direktur Utama RSUD RS Padang Panjang dari 2008- 2013,
Yanuar M.Kes, penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan daerah tertib
merokok membuat masyarakat jauh dari penyakit paru-paru sehingga berdampak
pada sepinya praktik Dokter Paru-paru. Akibatnya Dokter spesialis Paru-paru di
RSUD Padang Panjang menjadi pengangguran. Sebabnya sangat sedikit pasien
berobat penyakit pernapasan akibat adanya Perda rokok Padang Panjang.
Semenjak berlakunya perda tersebut, terjadi penurunan yang sangat
signifikan terhadap jumlah kasus penyakit paru-paru dan saluran pernapasan di
RSUD Padang Panjang. Perda tersebut juga memiliki efek terhadap berkurangnya
jumlah perokok di Padang Panjang. Meski tidak menyediakan data konkrit tentang
penurunan jumlah perokok, tetapi hal tersebut dapat dibuktikan dengan tidak
89
adanya warga masyarakat yang merokok di tempat ibadah seperti masjid dan
gereja.
Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kebijakan
pemerintah Kota Padang Panjang tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan
Kawasan Tertib Rokok tidak hanya sebatas kebijakan saja akan tetapi sudah
menjadi suatu kebijakan yang patut untuk diterapkan, karena dalam
pengaplikasikan terhadap perubahan masyarakat sudah ada. Jadi dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa perda rokok di Padang Panjang sudah mulai efektif
di tengah-tengan masyarakat.
Sebagaimana yang penulis jelaskan di atas bahwasanya merujuk dari faktor-
faktor efektif atau tidaknya aturan hukum yang telah penulis jelaskan sebelumnya
sudah dapat disimpulkan dari ke 5 faktor tersebut sudah mulai dijalankan oleh
pemerintah Kota Padang Panjang, karena masyarakat sudah mulai malu merokok di
kawasan tersebut, Serta iklan dan promosi rokok tidak diterima lagi di Padang
Panjang, aparat penegak hukumnya sudah ada, fasilitas dan sarana juga sudah
cukup serta kesadaran masyarakat dan juga faktor kebuyaan yang mendukung.
Serta iklan dan promosi rokok tidak diterima lagi di Padang Panjang.
Apabila masih terdapat sponsor rokok maka pihak Satpol PP yang mencabut
serta mengamankannya. Tapi sanksi bagi orang yang merokok di Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok belum juga diberlakukan oleh pemerintah
Padang Panjang, pihak Satpol PP yang bertugas menjalankan perda rokok hanya
melakukan penertiban, penindakan serta berupa teguran sedangkan sanksinya
belum ada berlaku sama sekali.
90
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan dari bab-bab sebelumnya, maka
kesimpulan dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah:
Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan
Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang sekarang sudah efektif dan sudah mulai
terealisasikan dan diterapkan oleh masyarakat maupun aparatur pemerintah meskipun
masih terdapat orang yang merokok tapi pemerintah Kota Padang Panjang tetap
mempertegas pengawasan dari Satpol PP untuk mengamankan, menertibkan serta
melakukan penindakan bagi pelanggar perda rokok. Bahkan apabila masih ditemukan
aparatur pemerintah atau masyarakat yang merokok di Kawasan Tanpa Asap Rokok
dan Kawasan Tertib Rokok maka Satpol PP akan memberikan surat teguran kepada
pejabat pemerintah dan pemerintah sendiri tidak segan-segan untuk memberikan surat
teguran kepada pejabat pemerintah yang masih merokok di kawasan tersebut dan juga
akan mencabut izin bagi yang masih berjualan rokok di kawasan tersebut.
B. Saran-saran
Dari kondisi yang tampak dari hasil penelitian ini, maka penulis memiliki
saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah Kota Padang
Panjang demi terjaganya kesehatan masyarakat, diantaranya yaitu :
1. Pemerintah Kota Padang Panjang berkewajiban menjaga dan melindungi
masyarakat Padang Panjang
91
2. Masyarakat untuk terus bekerja sama dengan pemerintah dalam menjalankan perda
rokok agar terpelihara dari penyakit yang ditimbulkan oleh rokok.
3. Kepada Satpol PP selaku penangung jawab dalam menertibkan, mengamankan serta
menjalankan perda rokok agar melakukan tugasnya dengan baik. Sehingga perda
rokok di Padang panjang dapat berjalan dengan baik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, Sosiologi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2006
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1998
Badudu, J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1994
Barnard, Christian, Kiat Jantung Sehat, Bandung: PT Kaifa, 2002
Bawekes, Holifan Basten, Rokok dan Pengaruhnya Bagi Tubuh Manusia, Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2007
Bustan, M N, Epidemiologi Penyakit tidak Menular , Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Caldwell, Ernest. 2009, Berhenti Merokok , Yogyakarta: Pustaka Populer, 2009
Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Askara, cet.
Ke-1, 1997
Djauzi, Samsuridjal, Raih Kembali Kesehatan, Jakarta: PT Kampas Media Nusantara,
2009
Himpunan Peraturan Perundang – Undangan, Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan dengan Penjelasan dan Lampiran, Bandung: Fokus Media, 2011
Kurniawan, Agung , Transformasi Pelayanan Publik , Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2005
Modeong, Supardan, Teknik Perundang-Undangan di Indonesia, Jakarta: PT. Perca,
2005
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1995
Musanef, Manajemen kepegawaian di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1966
Musthofa, Sanusi, Ahmad , Problem Narkotika Psikotropika dan HIV-AIDS, Jakarta:
Zikrul Hakim, 2002
Nasution,S, Metode Research Metode Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001
P.F, Anandita, Asal-Muasal Rokok dan Bahayanya, Jakarta: Eureka Dwi Raga, 2008
Partodiharjo, Subagyo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama, 2009
Penjelasan UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
93
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer , Surabaya: Arkola,
1994
Poerwadaminta, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1975
Prakoso, Djoko, Proses Pembuatan Peraturan Daerah, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1985
Restianti, Hetti, Awas Narkoba, Yogyakarta: Eureka Dwi Raga, 2008
Rosman Edi, Sosiologi Hukum, Bukittinggi: Hayfa Press, 2006
Sarwono, Jonatan, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006
Soedarto, Lingkungan dan Kesehatan, Jakarta: CV Sagung Seto, 2013
Soedarto, Lingkungan dan Kesehatan, Jakarta: CV Sagung Seto, 2013
Trim, Bambang, Merokok Itu Konyol, Jakarta : Ganeca Exact, 2006
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011, tentang Peraturan
Perundang-undangan.
Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady Akbaan. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Aksara, 1996
Wiarto, Giri, Budaya Hidup sehat, Yogyakarta: PT. Gosyen Publishing, 2013
Http;//Hidayatullah.com, perda KTR diakses tanggal 26 januari 2015, jam 08.00 WIB
Http://news.detik.com Stop Rokok diakses tanggal 27 januari 2015, jam 10.40 WIB
Http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/546/jbptunikompp-gdl-liarosmali-27291-2-
babii.pdf. Akses 21 Mei 2015, jam 10.00 wib
Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5334-2-bab2.pdf.
Akses 21 mei 2015, jam 09.00 wib
Https://ranidwi68.wordpress.com/2013/01/09/pengertian-merokok-dan-akibatnya.
Akses 21 mei 2015, jam 09.00 wib
Https://ranidwi68.wordpress.com/2013/01/09/pengertian-merokok-dan-akibatnya.
diakses 23 mei 2015 jam 10.00.
Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5334-2-bab2.pdf.
Akses 21 mei 2015, jam 09.00 wib
Http:// Www. Almanhaj. Or.Id/ Content/263/Slash. Akses 29 Agusustus 2025, jam
14.30 Wib
94
Http://Atifhidayat.Worddpress.Com/2009/01/31/Hukum -Merokok. Akses 29 Agustus
2015, jam 11.00 Wib
95
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK SATPOL PP
NAMA : Yoni Aldo A.Md
JABATAN : Kasat Pol PP
1. Apakah bapak sudah mengetahui Perda Kota Padang Panjang No 8 Tahun
2009?
Jawab :
Sudah, perda No 8 Tahun 2009 mengatur tentang kawasan tanpa asap rokok
dan kawasan tertib rokok di kota padang panjang, yang bertujuan untuk
mengurangi penyakit bagi masyarakat dan meningkatkan kesehatan masyarakat
Padang Panjang
2. Apa yang menjadi latar belakang munculnya Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok
ini?
Jawab :
Munculnya perda rokok disebabkan meningkatnya penyakit paru-paru dan
jantung di setiap rumah sakit di Padang Panjang, sehingga pemerintah daerah
membuat kebijakan untuk mengeluarkan perda tentang kawasan tanpa asap
rokok dan kawasan tertib rokok. Serta mengurangi asap rokok di tempat umum
agar seseorang perokok pasif tidak merokok disembarang tempat yang dapat
merusak kesehatan orang yang tidak merokok,karena paparan asap rokok dari
perokok pasif merusak kesehatan.
3. Dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
96
Kawasan tanpa asap rokok yaitu tempat pelayanan kesehatan, proses belajar
mengajar, temap ibadah, tempat kegiatan anak-anak dan angkutan umum.
Sedangkan kawasan tertib rokok yaitu tempat wisata, hotel, rumah makan,
pasar, terminal, kantor pemerintahan dan kantor swasta
4. Siapakah yang bertangung jawab agar Perda tersebut bisa diterapkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku?
Jawab :
Seluruh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat, badan, lembaga,
atau organisasi kemasyarakatan melakukan pengawasan untuk perda rokok
agar perda tersebut benar-benar bisa diterapkan di Padang Panjang
5. Kapan perda tersebut mulai diberlakukan?
Jawab :
Pada tahun 2009 perda tersebut sudah mulai diberlakukan, sebelum itu
pemerintah maupun Satpol PP sudah mensosialisasikan kepada masyarakat
bahwa dilarang merokok di kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok di padang panjang
6. apakah dampak dari implikasi Perda ini dan bagaimana sanksi yang diberikan
kepada pelanggar Perda tersebut?
Jawab :
Semenjak perda tersebut diberlakukan masyarakat sudah malu merokok di
sembarang tempat dan juga aparat pemerintah juga telah mulai mengindahkan
perda tersebut. Tapi kalau sanksi berupa denda atau kurungan bagi pelanggar
perda tersebut belum bisa dilakukan sebagaimana mestinya, yang ada baru
berupa penertiban, penindakan serta surat teguran bagi pejabat pemerintah yang
melanggar perda tersebut
97
7. Mengapa sampai sekarang sanksi Perda tersebut belum juga terjalankan?
Jawab: Sanksi perda tersebut belum tegas sehingga sulit bagi pihak Pol PP
untuk memberlakukan sanksi berupa denda dan kurungan tersebut
8. Bagaimana Efektifitas Perda N0 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap
Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang sejak dikeluarkan
perda ini ?
Jawab :
Perda ini sudah mulai efektif di tengah-tengah masyarakat dan juga aparat
pemerintah, meski masih terdapat kekurangan atau pelanggaran yang dilakukan
tapi pihak Pol PP sudah melakukan penertiban semaksimal mungkin. Tapi
kalau sanksi berupa denda atau kurungan bagi pelanggar sampai sekarang
belum pernah diberlakukan
9. bagaimanakah proses penertiban dan penindakan yang dilakukan agar Perda
tersebut bisa terlaksana?
Jawab :
Seharusnya agar perda ini bisa berjalan dengan baik, pihak Pol PP dan juga
masyarakat saling bekerjasama agar perda ini benar-benar bisa efektif di
tengah-tengah masyarakat dan juga berjalan sesuai aturan yang berlaku.
Menurut yang dilihat sekarang perda rokok sudah efektif karena masyarakat
sudah mulai mematuhi aturan tersebut dan juga perda tersebut sudah
terealisasikan dengan baik oleh pihak Satpol PP.
98
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK SATPOL PP
NAMA : Friyetni, SE
JABATAN : Kasubag Tata Usaha
1. Apakah ibuk sudah mengetahui Perda Kota Padang Panjang No 8 Tahun 2009?
Jawab :
Sudah, Perda No 8 Tahun 2009 yaitu Perda yang mengatur tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang
2. Apa yang menjadi latar belakang munculnya Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok
ini?
Jawab :
Munculnya perda rokok untuk mengurangi penyakit dan meningkatkan
kesehatan bagi masyarakat
3. Dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
Kawasan tanpa asap rokok yaitu tempat pelayanan kesehatan, proses belajar
mengajar, temap ibadah, tempat kegiatan anak-anak dan angkutan umum.
Sedangkan kawasan tertib rokok yaitu tempat wisata, hotel, rumah makan,
pasar, terminal, kantor pemerintahan dan kantor swasta
4. Siapakah yang bertangung jawab agar Perda tersebut bisa diterapkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku?
99
Jawab :
Seluruh aparat pemerintahan bersama-sama dengan masyarakat
5. Kapan perda No 8 Tahun 2009 tersebut mulai diberlakukan?
Jawab :
Perda itu diberlakukan pada tahun 2009 dalam rangka sosialisasi perda rokok
kepada masyarakat
6. apakah dampak dari implikasi Perda ini dan bagaimana sanksi yang diberikan
kepada pelanggar Perda tersebut?
Jawab :
Semenjak perda rokok keluar masyarakat sudah malu untuk merokok di
kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib rokok, sanksi bagi pelanggar
perda tersebut adalah berupa denda dan kurungan. Tapi sanksi tersebut belum
pernah diberikan kepada pelanggar
7. Mengapa sampai sekarang sanksi Perda tersebut belum juga terjalankan?
Jawab:
Karena sulitnya untuk memberlakukan sanksi denda dan kurungan bagi
pelanggar disebabkan belum ada ketegasan dari pemerintah tentang sanksi yang
diberikan tersebut.
8. Bagaimana Efektifitas Perda N0 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap
Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang sejak dikeluarkan
perda ini ?
Jawab :
100
Kalau dilihat dari segi sanksi perda tersebut belum pernah diberikan kepada
pelanggar, karena sanksi masih berupa teguran, tindakan serta penertiban dari
pihak Satpol PP
9. Bagaimanakah proses penertiban dan penindakan yang dilakukan agar Perda
tersebut bisa terlaksana?
Jawab :
Perda itu bisa terlaksana apabila antara pihak Satpol PP dan masyarakat saling
bekerjasama, barulah perda itu benar-benar bisa diterapkan sesuai aturan yang
berlaku.
101
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK SATPOL PP
1. Apakah ibuk sudah mengetahui Perda Kota Padang Panjang No 8 Tahun 2009?
Jawab :
Sudah, perda yang mengatur tentang KTR di Kota Padang Panjang
2. Apa yang menjadi latar belakang munculnya Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok
ini?
Jawab :
Awal muncul perda disebabkan meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh
rokok, yang merusak kesehatan masyarakat. Sehingga pemerintah berinisiatif
membuat aturan tentang perda rokok di Padang Panjang.
3. Dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
Kawasan tanpa asap rokok yaitu di tempat kegiatan anak-anak, pelayanan
kesehatan, proses belajar mengajar dan sebagainya. Sedangkan kawasan tertib
rokok yaitu di tempat perkantoran pemerintahan
4. Siapakah yang bertangung jawab agar Perda tersebut bisa diterapkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku?
Jawab :
Seluruh masyarakat dan aparat pemerintah harus saling bekerjasama dalam
menegakkan perda rokok
5. Kapan perda No 8 Tahun 2009 tersebut mulai diberlakukan?
Jawab :
102
Pada bulan maret 2009 perda rokok sudah mulai diundangkan untuk
diberlakukan di Kota Padang Panjang
6. apakah dampak dari implikasi Perda ini dan bagaimana sanksi yang diberikan
kepada pelanggar Perda tersebut?
Jawab :
Perda rokok menurunkan tingkat penyakit, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Bagi yang melanggar perda diberikan teguran baik penindakan
dari Satpol PP dan juga pencabutan izin serta surat teguran
7. Bagaimana Efektifitas Perda N0 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap
Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok Di Kota Padang Panjang sejak dikeluarkan
perda ini ?
Jawab :
Perda rokok Padang Panjang sudah efektif, yang mana proses penertiban dan
penindakan sudah terjalankan dengan baik. Masyarakat juga sudah mulai malu
untuk merokok di kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib rokok
8. Bagaimanakah proses penertiban dan penindakan yang dilakukan agar Perda
tersebut bisa terlaksana?
Jawab :
Proses penertiban dan penindakan harus dilakukan sesuai aturan yang telah di
tetapkan dan juga pihak Satpol PP harus melakukan penertiban dan
penindakannya setiap waktu, agar perda tersebut benar-benar dijalan kan
dengan baik.
103
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT
NAMA : Dini
JABATAN : Masyarakat
1. Apakah bapak/ibuk mengetahui tentang Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok?
Jawab :
Saya sudah mengetahui perda itu
2. Apakah bapak/ibuk mengetahui ada aturan yang mengatur tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Iya saya sudah mengetahui aturan tersebut
3. dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
Menurut saya yang termasuk kawasan tidak boleh merokok adalah Rumah
Sakit, Angkutan Umum dan Sekolah
4. Pernahkah bapak/ibuk melihat Satpol PP dalam menertibkan Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Pernah tapi tidak sering dilakukan penertiban, karena itu masih terdapat juga
orang merokok dikawasan tersebut.
5. Bagaimana pendapat bapak/ibuk melihat kondisi demikian?
Jawab :
104
Dengan adanya Satpol PP menertibkan kawasan tanpa asap rokok dan kawasan
tertib rokok, saya rasa akan mengurangi para perokok dan mengurangi perokok
pasif
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Perda tersebut?
Jawab :
Perokok aktif mulai berkurang dan yang masih merokok bisa merokok di
tempat yang di khususkan untuk ruangan merokok
7. Bagaimanakah pendapat bapak/ibuk mengenai penertiban dan penindakan yang
dilakukan oleh Satpol PP?
Jawab :
Menurut saya sudah cukup baik, tapi saran saya lebih sering seharusnya Satpol
PP melakukan penertiban sehingga perda tersebut benar-benar terlaksana
dengan baik.
8. Menurut bapak/ibuk sudah efektifkah aturan ini?
Jawab:
Sudah mulai efektif tapi masih ada sedikit kekurangan dalam penertibannya
105
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT
NAMA : David Purba
JABATAN : Masyarakat
1. Apakah bapak/ibuk mengetahui tentang Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok?
Jawab :
Saya belum mengetahui perda tersebut
2. Apakah bapak/ibuk mengetahui ada aturan yang mengatur tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Saya tidak mengetahui aturan tersebut secara langsung, karena tidak tahu
sosialisai tentang perda itu
3. Dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
Menurut saya, di rumah makan, sekolah, kantor dan di dalam angkutan umum
4. Pernahkah bapak/ibuk melihat Satpol PP dalam menertibkan Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Sepengetahuan saya, Belum pernah sama sekali saya melihat Satpol PP
melakukan penertiban
5. Bagaimana pendapat bapak/ibuk melihat kondisi demikian?
Jawab :
106
Karena saya belum pernah melihat Satpol PP melakukannya, jadi saya tidak
mengetahui
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Perda tersebut?
Jawab :
Menurut saya, mangkin perokok di Padang Panjang sudah mulai berkurang
dengan adanya perda rokok
7. Bagaimanakah pendapat bapak/ibuk mengenai penertiban dan penindakan yang
dilakukan oleh Satpol PP?
Jawab :
Menurut saya, penertiban dan penindakan kurang memuaskan dan selalu
membawa kedamaian
8. Menurut bapak/ibuk sudah efektifkah aturan ini?
Jawab :
Menurut saya belum efektif, sebab rokok harus dicari jalan keluarnya dari
pemerintah dan solusinya ke depan, karena tidak cukup dengan perda saja
seharusnya pabrik rokok itu di tiadakan lagi
107
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT
NAMA : Nelly Fitri
JABATAN : Masyarakat
1. Apakah bapak/ibuk mengetahui tentang Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok?
Jawab :
Iya saya sudah mengetahui perda tersebut
2. Apakah bapak/ibuk mengetahui ada aturan yang mengatur tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Iya, saya sering melihat plang atau tulisan larangan merokok ditempat-tempat
umum
3. Dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
Menurut saya, di rumah sakit, sekolah, tempat-tempat umum, kantor-kantor
pemerintahan
4. Pernahkah bapak/ibuk melihat Satpol PP dalam menertibkan Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Saya belum pernah melihat Satpol PP melakukannya sama sekali
5. Bagaimana pendapat bapak/ibuk melihat kondisi demikian?
Jawab :
Saya berharap Satpol PP meningkatkan kinerja dalam menerapkan perda
tersebut, karena mungkin masih banyak masyarakat yang belum mengetahuiya
108
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Perda tersebut?
Jawab :
Menurut saya, bebas polusi udara di tempat-tempat umum, bagi perokok pasif
terhindar dari penyakit paru-paru
7. Bagaimanakah pendapat bapak/ibuk mengenai penertiban dan penindakan yang
dilakukan oleh Satpol PP?
Jawab :
Menurut saya, lebih di tingkatkan lagi, agar perda tersebut berjalan
sebagaimana mestinya
8. Menurut bapak/ibuk sudah efektifkah aturan ini?
Jawab :
Menurut anggapan saya, masih belum efektif karena belum terealisasi perda
tersebut terhadap masyarakat
109
LAMPIRAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT
NAMA : Editiawarman
JABATAN : Masyarakat
1. Apakah bapak/ibuk mengetahui tentang Perda Kota Padang Panjang No 8
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok?
Jawab :
Iya, saya sangat mengetahui perda rokok yang dibuat oleh pemerintah kota
Padang Panjang
2. Apakah bapak/ibuk mengetahui ada aturan yang mengatur tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Iya, saya sudah mengetahui aturan tentang kawasan tanpa asap rokok dan
kawasan tertib rokok tersebut
3. Dimana saja yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok dikota padang panjang?
Jawab :
Menurut saya yang termasuk kawasan tanpa asap rokok dan kawasan tertib
rokok adalah di sekolah-sekolah, kantor, rumah sakit dan angkutan umum
4. Pernahkah bapak/ibuk melihat Satpol PP dalam menertibkan Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok di Kota Padang Panjang?
Jawab :
Pernah, tapi semenjak perda itu mulai keluar saya hanya melihat sekali saja
Satpol PP melakukan penertiban di kawasan tanpa asap rokok dan kawasan
tertib rokok
110
5. Bagaimana pendapat bapak/ibuk melihat kondisi demikian?
Jawab :
Menurut saya, sesuatu yang bagus apabila penertiban perda itu di lakukan lebih
sering. Agar perda tersebut benar-benar bisa diterapkan dan juga kesehatan
masyarakat bisa terjaga dengan baik
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Perda tersebut?
Jawab :
Menurut saya, remaja jadi banyak tidak merokok karena mereka tidak melihat
lagi orang dewasa merokok
7. Bagaimanakah pendapat bapak/ibuk mengenai penertiban dan penindakan yang
dilakukan oleh Satpol PP?
Jawab :
Menurut saya Satpol PP harus meningkatkan proses penindakan dan penertiban
agar perda tersebut bisa terjalankan sesuai dengan yang di inginkan, serta untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat Padang Panjang
8. Menurut bapak/ibuk sudah efektifkah aturan ini?
Jawab :
Menurut saya belum efektif, karena masih banyak masyarakat yang merokok di
kawasan tersebut dan bahkan aparat pemerintah sendiri masih banyak yang
belum mengindahkan perda tersebut.
111
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : Yoni Aldo, A.Md
Pekerjaan : Kasat Pol PP
Tanggal : 24 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( Yoni Aldo )
112
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : Friyetni, SE
Pekerjaan : Kasubag Tata Usaha
Tanggal : 24 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( Friyetni )
113
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : Suryati, A.Md
Pekerjaan : Kasi Penyidikan dan Penindakan
Tanggal : 30 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( Suryati )
114
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : Editiawarman
Pekerjaan : Masyarakat
Tanggal : 24 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( Editiawarman )
115
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : Nelly Fitri
Pekerjaan : Masyarakat
Tanggal : 24 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( Nelly Fitri )
116
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : David Purba
Pekerjaan : Masyarakat
Tanggal : 24 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( David Purba )
117
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Nama : Dini
Pekerjaan : Masyarakat
Tanggal : 24 Juli 2015
Telah melakukan wawancara / telah memberikan informasi kepada Saudara
RAHMA RATNA SARI BP 1311. 028. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah. Dengan Judul Skripsi
“EFEKTIFITAS PERDA NO 8 TAHUN 2009 TENTANG AWASAN TANPA
ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK D KOTA PADANG
PANJANG”
Pewawancara Informan
( Rahma Ratna Sari ) ( Dini )
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : RAHMA RATNA SARI
NIM/BP : 1311.028
Tempat/Tangal Lahir : SUNGAI RUMBAI, 28-02-1993
Anak dari
Ayah : Zamzami
Ibu : Rajabna
Alamat : Jln, Syech M. Djamil No.48 Kel.Koto Panjang, Kec.
Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) No.16 Koto Katiak, Tahun 1999 -2005
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Padang Panjang 2005-2008
3. Madrasah Aliyah Nnegeri (MAN) 2 Gunung Padang Panjang, 2008-2011
4. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi Jurusan Jinayah Siyasah
Syariah, Tahun 2011-2015.
ORGANISASI
HMPS JS( Himpunan Mahasiswa Program studi Jinayah siyasah)