Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“EFEKTIFITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI DI MA JAM’IYYAH
ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh
SARTIKA DEWI
106011000021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2013 M
iv
ABSTRAK
Sartika Dewi, 106011000021, Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI Di
MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan usaha-usaha guru PAI dalam
membuat RPP, menganalisa kendala-kendala yang mereka temui dalam
pembuatan RPP, serta menganalisa efektifitas RPP dalam menunjang
pembelajaran PAI. Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif
yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
kata-kata dan gambar yang disusun dalam kalimat. Sedangkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Sedangkan responden
dalam penelitian ini adalah Guru-Guru PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang
Mangu Timur Kec. Pondok Aren dengan teknik pengumpulan data berupa analisis
dokumen, observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Jam’iyyah Islamiyyah secara
umum sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh peraturan Kementerian Agama
dalam buku pedoman penyusunan dan penulisan RPP, hanya saja bentuk RPP
tidak menggunakan RPP berkarakter. Selanjutnya, kendala-kendala yang
ditemukan dalam pembuatan RPP antara lain kurang tersedianya fasilitas untuk
menerapkan metode pembelajaran, kesulitan dalam menentukan dan menemukan
metode yang tepat serta up-to-date dalam menyampaikan suatu topik PAI,
mengingat minat anak-anak di era modern in seperti game dan lain sebagainya
sangat meningkat. Sehingga guru agak sedikit mengalami kesuliatan untuk
mendapatkan metode yang akurat dan menarik. Di samping itu, guru terkadang
lupa membawa RPP pada waktu pembelajaran dengan alasan tertinggal dan
adanya beberapa kekeliruan dalam menulis pengorganisasian huruf atau angka
dikarenakan system Copy-Paste. Hasil terakhir menunjukkan bahwa dengan
adanya penyusunan perencanaan pembelajaran, guru mendapatkan beberapa
keuntungan seperti lebih percaya diri dalam menyampaikan metode dan mudah
dalam menentukan durasi kegiatan belajar mengajar.
Kata Kunci: Effectifitas, Pembelajaran, Rencana Rancangan Pembelajaran
v
ABSTRACT
Sartika Dewi, 106011000021, The Effectiveness of Islamic Religious Teaching
Lesson Plan at Jam’iyyah Islamiyyah Islamic School, Jurang Mangu Timur
This research aims to describe the efforts which Islamic Religious Teaching (PAI)
teachers made in designing Lesson Plan, to analyze their difficulties in designing
the lesson plan, and to analyze the effectiveness of the lesson plan on supporting
Islamic Religious Teaching (PAI) teaching and learning activities. The research is
considered as qualitative-descriptive research which collects the research data and
turns them into words and pictures which are eventually arranged into sentences.
In this research, the researcher uses descriptive-analysis as the research method
and the subjects of the research are teachers at Jam’iyyah Islamiyyah Islamic
School, Jurang Mangu Timur.
The research shows that the implementation of Islamic Religious Teaching (PAI)
lesson plan design is generally based on the Ministry of Religious Affairs
regulations written on Lesson Plan Format and Design Guidelines. However, the
teachers do not apply Characterized Lesson Plan (RPP berkarakter). In addition,
the research results in there are some difficulties which the teachers met in
designing the lesson plan such as the availability of teaching and learning facility
and media, the difficulty of finding exact and up-to-date methods in teaching PAI
topics while recognizing the interests of the students’ in this era are centered into
games and so on. Furthermore, in few occasions, the teachers forget bringing the
lesson plan into the classroom and make mistakes in typing letters and numbers
due to copy-paste system. Lastly, the research results in the implementation of
lesson plan gives some advantages such as the emerging of the teachers’
confidence in delivering PAI topics and the easiness in defining the teaching and
learning duration.
Key Words: Effectiveness, Teaching and Learning Activities, Lesson Plan
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Efektivitas Perencanaan Pembelajaran PAI di MA
Jami’iyyah Islamiyyah Jurang Manggu Timur”. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT.
Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai
kesulitan, akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak,
terutama kepada Ayahanda (Cik Aman), dan Ibunda (Rusni) tercinta yang telah
membiayai kuliah, memberikan do’a, limpahan kasih sayang, motivasi dan saran baik
secara moril maupun materil sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
kuliah ini.
Selanjutnya penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yakni Dra. Nurlena, MA., Ph.D.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, yakni Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Sekretaris Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yakni Ibu
Marhamah Saleh, M.A.
3. Dosen Pembimbing skripsi, yakni Ibu Dra. Manerah.
4. Dosen Pembimbing Akademik, yakni Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.A.
5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama
melaksanakan studi.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK UIN Syarif
vii
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan baik selama studi
maupun dalam penulisan skripsi.
7. Kepala sekolah Madrsah Aliyah Jami’iyyah Islamiyyah Jurang Manggu Timur
yakni Bapak H. Baharuddin, S. Ag wakil kepala sekolah Bidang Kurikulum
Masriki,S.Pd, dan para guru serta staf yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu dan Tidak lupa kepada siswa-siswi Madrsah Aliyah Jami’iyyah
Islamiyyah Jurang Manggu Timur yang telah bersedia menjadi responden.
8. Kakak dan adikku (Hendra Ikawati, Ali Damsir, Sanusi, Elly Dahniar, Darmawati
dan Susiherwati), serta keponakan-keponakanku, saudara dan saudariku yang
tidak dapat disebutkan satu persatu syukron jaza kumullah khairan katsiran.
9. Suamiku tercinta Syarif Qomaruddin yang selalu menemani dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman terbaik yang selalu membantu dan memberikan dukungan, tempat berbagi
cerita, tawa dan tangis (Junaidi, S.Pd.I, Wewen, S.Pd.I, Uchal, Imas, Devi,
Shopie dan Ella).
11. Rekan-rekan mahasiswa di Jurusan PAI angkatan 2006 terutama kelas “A”
terimakasih atas kebersamaan dan kecerian yang terjalin selama ini semoga
Allah melanggengkan persahabatan kita, amin.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Semoga apa yang mereka telah berikan
mendapat balasan yang berlipat ganda dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua orang. Amiin Ya Robbal Allamin.
Jakarta, 25 Maret 2014
Sartika Dewi
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II : KAJIAN TEORI .................................................................................... 7
A. Kegiatan Belajar Mengajar ....................................................................... 7
1. Pengertian Belajar Mengajar ............................................................. 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran ............. 10
3. Unsur-unsur Kegiatan Belajar Mengajar ........................................... 21
B. Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI .............................................. 22
1. Pengertian Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI ........................ 22
2. Pentingnya Sebuah Perencanaan Pembelajran ..................................... 24
3. Komponen-komponen Pembelajaran yang Efektif ............................... 26
4. Perencanaan Pembelajaran PAI yang Efektif ....................................... 26
5. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 28
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30
A. Tempat dan Waktu penelitian ................................................................... 30
ix
B. Latar Penelitian .......................................................................................... 30
1. Sejarah Berdirinya MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur 30
2. Visi dan Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah
Jurang Mangu Timur ........................................................................... 31
3. Kondisi dan Sarana Prasarana .............................................................. 32
4. Fisilitas Pendidikan .............................................................................. 33
5. Tenaga Pendidikan dan Tata Usaha ..................................................... 34
6. Data Siswa ........................................................................................... 34
7. Kurikulum ............................................................................................ 34
8. Kegiatan Belajar Mengajar .................................................................. 35
9. Data Guru dan Karyawan .................................................................... 36
10. Pembinanaan Imtaq ........................................................................... 37
C. Jenis dan Metode Penelitian ...................................................................... 37
D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 38
E. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 38
1. Observasi ............................................................................................. 49
2. Wawancara ........................................................................................... 49
3. Dokumentasi ........................................................................................ 40
F. Analisis Data ............................................................................................ 40
BAB IV: HASIL PENELITIAN .......................................................................... 42
A. Pelaksana Penyusunan Rencana Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah ................................................................................................ 42
B. Aspek-aspek Penyususnan Rencana Pembelajran PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah ................................................................................................ 43
1. Metode Ceramah .................................................................................. 43
2. Metode Diskusi .................................................................................... 44
3. Metode Kerja Kelompok ..................................................................... 46
4. Metode Pemberian Tugas .................................................................... 46
C. Perumusan Indikator Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah .... 47
D. Pengembangan model Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah .. 48
x
E. Langkah-langkah Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah .......... 48
F. Evaluasi Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah ........................ 52
G. Kendala-kendala Penyusunan Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah ................................................................................................ 53
H. Keuntungan-keuntungan penyusunan Pembelajarn PAI di MA
Jam’iyyah Islamiyyah ............................................................................... 54
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 55
A. Kesimpulan ............................................................................................... 55
B. Implikasi .................................................................................................. 56
C. Saran ......................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrumen Wawancara
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU
20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan bahwa kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan Dasar dan Menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Standar isi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Termasuk dalam SI adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada
setiap semester dari setiap jenis serta jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Standar Kompetensi Lulusan menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(BNSP, 2006: 4).1
1Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22, 23, dan
24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan dasar dan
menengah. (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 4.
2
Berdasarkan UU20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di atas, setiap
sekolah/madrasah harus dapat mengembangkan kurikulumnya (KTSP)
berdasarkan SI dan SKL dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan
oleh BSNP. Sementara itu, isi atau muatan KTSP secara teknis terbagi dalam
dua dokumen yaitu dokumen I dan dokumen II. Dokumen I terdiri dari: (1)
pendahuluan (Bab I); (2) tujuan pendidikan (Bab II); (3) struktur dan muatan
kurikulum (Bab III); serta (4) kalender pendidikan (Bab IV). Sedangkan,
Dokumen II terdiri atas silabus dari SK/KD yang dikembangkan pusat dan
silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (yaitu muatan lokal, maple
tambahan). Tampak bahwa silabus merupakan salah satu kelengkapan dari
KTSP. Silabus ini merupakan tanggung jawab guru di sekolah dan
pengembangannya dapat dilakukan sendiri oleh guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, atau pada
Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Dinas Pendidikan.
Sementara itu, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20,
diantaranya menyebutkan perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Oleh karena itu, para guru yang
bertugas mengelola pembelajaran di sekolah di samping perlu memahami
tentang pengembangan silabus, guru juga perlu memahami tentang
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang
memegang peran penting untuk mengarahkan siswa agar berhasil dalam
kegiatan proses belajarnya. Berkenaan dengan hal ini, pemerintah
menetapkan anggaran 20% dari APBN untuk kemajuan pendidikan. Sehingga
negara berharap guru sebagai salah satu unsur penentu keberhasilan belajar
siswa bisa menjadi seorang profesional.
Dikaitkan dengan isi UU Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata profesional di atas
menuntut guru untuk melakukan perencanaan pembelajaran agar dapat
3
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara sistematis dan tepat,
sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Meminjam kata-kata singkat tapi sangat esensial dari buku
Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa inti proses pendidikan
adalah pembelajaran. Inilah aktivitas rutin yang dilakukan guru sehari-hari.
Agar program yang mereka lakukan lebih terarah, mereka harus mengetahui
kurikulum yang dirilis pemerintah. Informasi dari kurikulum itulah sebagai
bahan mereka untuk menyusun silabus dan rencana pembelajaran. Guru
selayaknya dapat memahami tentang semua aktivitas teknik menyangkut
pembelajaran secara baik. Tidak hanya itu, penting juga informasi tentang
standar kompetensi yang seharusnya dimiliki guru sendiri.2
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan
perencanaan pembelajaran yang baik. M. Sobry Sutikno dalam bukunya
Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan
bahwa perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan
pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan
mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.3
Rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangat menunjang dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan. Perencanaan teramat dibutuhkan
sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan, hal ini
diperuntukkan agar proses pembelajaran tersusun dan terarah sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam sebuah satuan pendidikan.
Adapun defenisi dari perencanaan pembelajaran atau biasa disebut
rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran
dikelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu
sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran
2Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru,cet. Ke-4, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.62. 3M. Sobry Sutikno, Pengelolaan Pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami
(Bandung: Prospect, 2009), h. 47.
4
secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable)
yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran
bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat
diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.
Efektif atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan ditentukan
oleh seberapa besar perencanaan yang telah kita susun dan disempurnakan
dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan komponen satuan pelajaran
yang akan disampaikan, agar pada prosesnya pencapaian tujuan tersebut lebih
terarah.
Maka dari itu secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian
hasil belajar.
2. Tujuan pembelajaran.
3. Materi pembelajaran.
4. Pendekatan dan metode pembelajaran.
5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
6. Alat dan sumber belajar.
7. Evaluasi pembelajran.4
Namun, perencanaan pembelajaran ini kadang-kadang membuat guru
malas, mereka menganggap silabus dan RPP terlalu konseptual, tidak terlalu
relevan dengan kenyataan dalam mengajar. Hal inilah yang sempat peneliti
temukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah, khususnya di bidang PAI yang
menyebabkan pembelajaran kelas seperti tidak mempunyai arah dan tujuan,
oleh karena itu peneliti tertarik untuk menulis sebuah penelitian ilmiah
dengan judul “EFEKTIFITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI
DI MA JAM’IYYAH ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR”.
4 Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), h. 53
5
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya perencanaan yang baik yang tidak dibarengi dengan kegiatan
pembelajaran yang kreatif, efektif dan inovatif akan mengakibatkan
pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak maksimal.
2. Minimnya akses informasi dan pengetahuan guru tentang penerapan
kurikulum yang terbaru saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang menyebabkan kesulitan bagi guru untuk lebih
kreatif dalam mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
3. Aktifitas guru di luar sekolah yang mempengaruhi proses penyusunan
dan pembuatan rencana pembelajaran tidak efektif.
4. Keseriusan yang kurang dan tidak didasari oleh dorongan kesadaran
pribadi, sehingga proses pembuatan perencaaan tersebut kurang maksimal
dan terkesan apa adanya. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak
menjadi perhatian serius.
5. Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran masih kurang.
C. Rumusan Masalah
Selanjutnya berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah,
peneliti dapat menformulasi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Usaha apa saja yang dilakukan oleh guru PAI dalam rangka membuat
RPP?
2. Kendala apa saja yang ditemui oleh Guru PAI dalam membuat RPP?
3. Bagaimana efektifitas RPP tersebut dalam menunjang pembelajaran, yang
dalam hal ini pelajaran PAI?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, dapat digambarkan tujuan-tujuan dari
penelitian ini, yaitu:
6
1. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh guru PAI dalam membuat
RPP.
2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh guru PAI dalam
membuat RPP.
3. Mengetahui efektifitas RPP dalam menunjang pembelajaran PAI.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan membantu memperkaya
khazanah keilmuan dalam bidang perencanaan pembelajaran di Sekolah.
2. Secara Praktis hasil penelitian ini menjadi rekomendasi-rekomendasi
berdasarkan kendala dan potensi yang ada diharapkan bermanfaat dan
dapat menjadi bahan masukan bagi para praktisi pendidikan, dalam
memahai permasalahan kegiatan pembelajaran dalam satuan pendidikan
tertentu.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Pengertian Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman
atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan
pada diri orang yang belajar apakah itu mengarah kepada yang lebih
baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar berarti aktifitas
manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini
tidak terbatas hanya kepada tingkatan mental intelektual, tetapi juga
melihatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan
tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak
senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antisipasi, adalah
dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam propesi belajar
tersebut.2
1Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikaa, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2009), h. 155. 2Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT. Balai Pustaka, 1990), h. 219.
8
Belajar dalam pandangan Aliran Behaviourisme adalah
mengubah perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol
stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, dan guru pemberi hadiah atau hukuman pada siswa, yakni
hadiah diberikan kepada siswa yang telah mampu memperlihatkan
perubahan bermakna. Oleh Karen itu aliran Behaviourisme meletakkan
proses reinforcement dalam posisi amat penting bagi siswa untuk
mencapai perubahan yang diinginkan.3
Adapun aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar
adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan
memperoleh berbagai informasi, siswa harus aktif untuk menemukan
berbagai informasi, dan guru hanya menjadi partner siswa dalam
penemuan berbagai informasi dan makna-makna informasi yang
diperolehnya dalam pelajaran yang mereka bahas dan kaji bersama.
Aliran psikologi kogtif atau yang disebut dengan aliran
Constructivisme menekankan teorinya bahwa siswa amat berperan
dalam menemukan ilmu dan pengetahuan baru.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang utama. Ini berarti berhasi tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar secara umum adalah menyampaikan informasi dan
pemindahan pengetahuan dari pengajar (guru) kepada pelajar (siswa).
di dalamnya ada sebuah proses agar siswa yang tadinya tidak mengerti
menjadi mengerti, dan yang tidak paham menjadi paham.
3Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 94.
9
Di awal abad ke-20 mengajar masih diartikan sebagai sebuah
proses pemberian bimbingan dan memajukan kemampuan pembelajar
siswa yang semuanya dilakukan dengan berpusat pada siswa. mengajar
harus bertitik tolak dari kondisi siswa untuk diberi berbagai
pengalaman baru.4
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan manusia yang
berintikan perubahan tingkah laku yang cenderung menetap dan dapat
diamati melalui tingkah laku atau reaksinya bila menghadapi stimulus,
kondisi,stimulus dan keadaan yang berbeda yang dalam prinsipnya
mengandung persamaan.5
Mengajar ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik/siswa di sekolah.6 Kemampuan mengajar serta
kompetensi keilmuan seorang guru sangatlah mendukung dalam
menjalankan tugasnya yaitu sebagai seorang pendidik, oleh karena itu
seorang guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang
kondusif sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
c. Belajar Mengajar sebagai Sebuah Sistem
Kegiatan pembelajaran sebagai suatu sistem mengacu kepada
pengertian seperangkat komponen yang saling bergantung antara satu
dengan lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu system, belajar
mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan,
siswa, guru, metode dan avaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua
komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antara sikap
komponen itu terjadi proses kerjasama.
Melihat kondisi pendidikan Nasional dewasa ini, perubahan
dan implementasi kurikulum baru menjadi tantangan baru,
4Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan…, h. 9. 5Aminuddin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2006),
Cet. V, h. 39. 6 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003), h. 30.
10
ketersesuaian tujuan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan.
Di era demokrasi, belajar mengajar menjadi sebuah kesatuan
sistem yang disebut dengan kegiatan pembelajaran. Kesatuan sistem
tersebut terwujud dalam penyusunan dan penerapan kurikulum
pendidikan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran
Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal .
kedua factor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-factor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani
pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang .
kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat
memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses
belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
11
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca
indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca
indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah
mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu
menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata
dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi ,
dan lain sebagainya.
2) Faktor psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor
psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
a) kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-
fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan
dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang
penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas
belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
12
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh
karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru,
orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang
penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan
dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap
calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami
tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi
140 – 169 Amat superior
120 – 139 Superior
110 – 119 Rata-rata tinggi
90 – 109 Rata-rata
80 – 89 Rata-rata rendah
70 – 79 Batas lemah mental
20 — 69 Lemah mental
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat
kecerdasan manusia, yaitu:
(1) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior)
merentang antara IQ 140—IQ 169;
(2) Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—
IQ 139;
(3) Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara
IQ 110—IQ 119;
13
(4) Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ
109;
(5) Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara
IQ 80—IQ 89;
(6) Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada
pada IQ 70—IQ 79;
(7) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective)
berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan
tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh
oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan
melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang
mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah
lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
b) Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk
membesarkan anak. Mempelajari perkembangan kepribadian
anak Intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu alat yang
banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun belakangan
berkembang suatu alat yang disebut emotional quotient (EQ)
yang oleh para pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik
untuk mengukur kecerdasan emosional anak. Menurut Lawrence
Shapiro (1997) kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a)
keuletan. (b) optimisme. (c) motivasi diri. (d) antusiasme. Lebih
lanjut .lawrence shapori mengemukakan kecerdasan emosional
(EQ) pengukuranya bukan di dasarkan pada kepintaran seorang
14
anak, tetapi melalui suatuyang disebut dengan krakteristik
pribadi atau ―karakter‖.
Berbagai penelitian menemukan keterampilan sosial dan
emosional akan semakin penting peranannya dalam kehidupan
dari pada kemampuan intelektual. Atau dengan kata lain
memiliki EQ tinggi mungkin lebih penting dalam pencapaian
keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji
standar terhadap kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada
tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University
dan John Mayer dari university of New Hampshire untuk
menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya
penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas ini antara lain (1)
empati, (2) mengungkapkan dan memahami perasaan, (3)
mengendalikan amarah, (4) kemandirian, (5) kemampuan
menyesuaikan diri, (6) diskusi, (7) kemampuan memecahkan
masalah antar pribadi, (8) ketekunan, (9) kesetiakawanan, (10)
keramahan, dan (11) sikap hormat. Berbagai penelitian telah
menunjukan bahwa keterampilan EQ yang sama dapat membuat
anak atau siswa bersemangat tinggi dalam belajar.7
Aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Air Ginanjar
mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional dan spiritual, seperti:
(1) Konsistensi (istiqamah)
(2) Kerendahan hati (tawadhu)
(3) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
(4) Ketulusan (ikhlas), dan totalitas (kaffah)
(5) Keseimbangan (tawazun)
(6) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)
7 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 67-68.
15
Sedangkan Jalaluddin Rahmat mengemukakan bahwa untuk
memperoleh kecerdasan emosional yang tinggi (matang), harus
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk
membiasakan perbuatan baik dan membuang perbuatan
buruk.
(2) Muraqabah, memonitor reaksi dan prilaku sehari-hari.
(3) Mushasabah, melakukan perhitungan baik dan buruk
yang perlu dilakukan.
(4) Mu‘atabah dan mu‘aqabah, mengecam keburukan yang
dikerjakan dan menghukum diri sendiri (sebagai hakim
sekaligus sebagai terdakwa)
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional pada
dasarnya memiliki 5 aspek kehidupan, yaitu:
(1) Kemampuan mengenali emosi diri.
(2) Kemampuan menguasai emosi diri.
(3) Kemampuan memotivasi diri.
(4) Kemampuan mengenali emosi orang lain.
(5) Kemampuan mengembangkan hubungan dengan orang
lain.8
c) Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat
(Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah
perilaku seseorang.
8 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h. 91-92.
16
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic
adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya
menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk
dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:
(1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih
luas;
(2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju;
(3) Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan
orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebaginya.
(4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan
yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri
individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk
belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru,
orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar
seseorang menjadi lemah.
d) Minat
Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
17
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah
yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak
mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang
bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi
yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
e) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek,
orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
18
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha
untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab
terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya;
berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan
siswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi diri
siswa.
f) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah
bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk
belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia
akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang
telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
19
informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya.
Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya
sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap
individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu
memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya
atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-
faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal
ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang
memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik
dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b) Lingkungan social masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling
tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,
atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
20
c) Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang.
Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila
kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terlambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain
sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
21
3. Unsur-unsur Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan
kegiatan integralistik antara guru dan peserta didik. Kegiatan pembelajaran
secara metodologis berakar pada guru, dan kegiatan pembelajaran secara
pedagogis terjadi pada diri peserta didik.
Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar
yang optimal apabila guru mampu menciptakan situasi belajar (Learning
situation) sehingga peserta didik dapat berinteraksi dengan guru secara
intensif, berdasarkan agenda yang telah diprogramkan guru. Situasi belajar
mengajar akan lebih hidup atau harmonis apabila ditunjang oleh
penggunaan metode pembelajaran yang tepat.
Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif, ada beberapa
unsur yang harus terwujud sebelum proses pembelajaran tersebut
dilaksanakan, yaitu:9
a. Peserta didik
Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang yang
bertindak sebagai pelaku pencari penenrima dan penyimpan isi
pelajaran yang dibutuhkannya untukmencapai tujuan.
b. Guru
Guru adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi
mengelola kegiatan pembelajaran dan seperangkat peranan lainnya
yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang
efektif melalui transformasi.
c. Tujuan
Tujuan adalah penyataan tentang perubahan perilaku dan
tingkah laku (the modification of overt behavior) yang diinginkan
terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Maka dari itu tujuan pembelajaran harus jelas meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
d. Isi Pelajaran
9Aminuddin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran…, h. 118.
22
Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip
konsep dan pesan-pesan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. Muatan atau isi pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan
pengetahuan siswa dan tingkat perkembangannya.
e. Metode
Metode adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang
dilakukan dan ditempuh guru dalam memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mendapatkan isi pelajaran yang mereka butuhkan.
f. Media
Media adalah seperangkat peralatan pendidikan dan pengajaran
yang digunakan untuk membantu penyajian isi dan materi pembelajaran
kepada peserta didik agar tujuan pendidikan tercapai.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah seperangkat alat penilaian yang digunakan
untuk menilai proses pembelajaran dan hasilnya. Evaluasi akan
memberi umpan balik (fed back) kepada usaha yang telah dilakukan
guru dalam jangka waktu tertentu.
B. Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI
1. Pengertian Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI
a. Pengertian Efektifitas
Dalam ilmu ekonomi, konsep-konsep seperti efektifitas dan
efisiensi dihubungkan dengan proses produksi dari suatu organisasi.
Katakanlah dalam bentuk yang agak disesuaikan dengan cara produksi,
suatu proses produksi dapat disimpulkan sebagai ‗perputaran‘ atau
perubahan dari ‗input‘ ke dalam ‗output‘. 10
Adapun pengertian tersebut dalam dunia pendidikan, hal ini
dikaitkan dengan konsep efektifitas sekolah yang harus dilihat sebagai
10
Jaap Scheerens, Peningkatan Mutu Sekolah, (Ciputat: PT.Logos Wacana Ilmu, 2003), h.
8.
23
konsep formal. Konsep yang tidak pandang bulu berkenaan dengan
jenis-jenis pengukuran terhadap kinerja sekolah yang dipilih.
Sedangkan maksud liteal dari efektifitas adalah pencapaian tujuan
(goal attainment), maka kesimpulannya adalah bahwa criteria yang
digunakan untuk mengukur kinerja tersebut mencerminkan sasaran-
sasaran akhir pendidikan yang terpenting.11
Dalam perencanaan pembelajaran efektifitas sebagai sebuah
tolak ukur dalam menilai sejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran
tersebut berhasil. Dan pengukuran terhadap efektifitas pembelajaran
disandarkan pada standar komparatif.
b. Pengertian Perencanaan
Agar tidak terdapat kekeliruan dalam mengartikan istilah
perencanaan pembelajaran, akan penulis kemukakan beberapa
pengertian:
Kaufman mengatakan bahwa ―Perencanaan adalah suatu
proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
yang absah dan bernilai‖.12
William H. Newman mengemukakan bahwa ―Perencanaan
adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan
mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
penjelasan dari tujuan, penentu kebijakan, penentuan program,
penentuaan metode-metode dan prosedur tertentu dan menentukan
kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari‖.13
c. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun pembelajaran bermakna proses, cara menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Sedangakan pengertian pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur
11
Jaap Scheerens, Peningkatan Mutu Sekolah…, h. 7. 12
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1997), h.2. 13
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VI, h. 16.
24
manusiawi,material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan.14
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilalui oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.15
Perencanaan pembelajaran dalam arti usaha awal pembentukan
dan perubahan tingkah laku. Maka perencanaan pembelajaran tersebut
harus mengandung unsur perubahan perilaku dalam diri individu.
Berbeda ketika perencanaan pembelaran tersebut menyangkut proses,
maka perencanaan pembelajaran tersebut harus memperhatikan unsut
kesinambungan pembelajaran yang akan dilalui siswa.
Adapun pendidikan agama Islam yang menjadi satuan
pelajaran, maka proses perencanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah pencapaian tujuan agama Islam dan pembelajaran
pendidikan agama dalam upaya penerapan tata nilai dan budi pekerti
yang baik.
2. Pentingnya Sebuah Perencanaan Pembelajaran
Seorang arsitek yang profesional, sebelum ia membangun sebuah
gedung, terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung tersebut sesuai
dengan struktur dan kondisi tanah, selanjutnya ia akan menentukan
berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang akan
dikeluarkan, termasuk menghitung perkiraan jumlah karyawan yang
dibutuhkan bagi penyelesaian bangunan tersebut. Mengapa kemudian
seorang arsitek harus melakukan hal itu? Jawabannya adalah karena
sebuah perencanaan yang matang itu perlu. Melalui perencanaan yang baik
maka dapat ditentukan estimasi waktu yang dibutuhkan dalam
14
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 61. 15
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Bani Quraisy,
2004), h. 7.
25
penyelesaian pembangunan gedung tersebut sesuai dengan yang
direncanakan.
Bagi seorang profesional, merencanakan sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh
ditinggalkan. Begitupun halnya seorang guru yang profesional harus
mampu merencakan suatu pembelajaran sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab profesinya sebagai seorang pendidik.
Mengapa perencanaan diperlukan dalam sebuah desain
pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenangkan. Wina Sanjaya
mengemukakan hal tersebut disebabkan beberapa hal:16
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana
apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh seorang guru, maka
proses tersebut mesti diarahkan guana mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Maka perencanaan teramat dibutuhkan guna penyusunan
kegiatan pembelajaran dan tujuan yang dicapai dari proses tersebut.
Sebagai contoh kecil adalah sebuah RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang dibuat guru agar suatu proses pembelajaran di kelas
terlaksana dengan baik.
Kedua, pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses
pembelajaran pasti melibatkan siswa dan guru. Guru tidak akan dapat
berjalan sendiri dalam suatu proses pembelajaran tanpa adanya partisipasi
murid dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Proses kerjasama yang
direncanakan seorang guru tentu harus memiliki perencanaan yang baik,
yang dalam proses pembelajaran biasanya tersusun dalam metode
pembelajaran yang dikembangkan guru dalam merespon aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa.
Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks.
Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyampaikan materi
pelajaran, akan tetapi sebuah proses pembentukan perilaku siswa. Perlu
16
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2010), h. 31-32.
26
kerjasama yang baik bagi proses pelaksaan pembelajaran yang efektif,
dalam sebuah satuan pendidikan proses pembelajaran harus dilakukan
secara bersama oleh semua komponen dan unsur penyelenggara kegiatan
pembelajara.
Keempat, proses pembelajaran akan berjalan efektif manakala
dapat memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia. Seiring
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akan banyak sekali sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan
dalam mendukung suksesi kegiatan pembelajaran.
3. Komponen-komponen Pembelajaran yang Efektif
Dalam membangun sebuah konsep pembelajaran, dibutuhkan
komponen-komponen yang mendukung penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran yang efektif. Dalam kurikulum berbasis kompetensi,
setidaknya ada beberapa unsur yang mendukung kegiatan pembelajaran
yang efektif, yaitu: (1). Pemilihan kompetensi yang sesuai, (2). Spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi, (3). Pengembangan sistem pengajaran, (4). Evaluasi dan
Penilaian.17
4. Perencanaan Pembelajaran PAI yang Efektif
Berbicara mengenai pembelajaran yang efektif, harus ada langkah-
langkah yang disusun pada awal perencaan, langkah-langkah tersebut
merupakan kerangka sistematis yang membantu para steakholder
pendidikan terutama guru dalam menyusun sebuah perencaaan tersebut.
berikut langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan pembelajaran,
yaitu:18
a. Merumuskan Tujuan Khusus
b. Pengalaman Belajar
17
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru…, h. 24. 18
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, h. 40-45.
27
c. Kegiatan Belajar Mengajar
d. Orang-orang yang terlibat
e. Bahan dan Alat
f. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan
Adapun hal-hal yang harus dipenuhi dalam membuat Rencana
Pembelajaran adalah:
a. Kompetensi Dasar, yaitu target kompetensi yang akan dicapai.
b. Hasil belajar, yaitu kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan
pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
c. Indikator hasil belajar, yaitu salah satu ciri penanda ketercapaian
kompetensi dasar.
d. Materi Pokok
e. Sumber/Bahan/Alat, yakni berupa sarana dan sumber belajar.
f. Pengalaman belajar, yakni kenario (langkah-langkah) pembelajaran
yang berupa kegiatan siswa tahap demi tahap dan materi yang
diajarkan.
g. Alokasi waktu
h. Cara Penilaian19
Komponen Rencana Program Pembelajaran (RPP) minimal sebagai
berikut:
a. Tujuan Pembelajaran
b. Materi Ajar
c. Metode pembelajaran
d. Sumber Belajar
e. Penilaian Hasil Belajar20
Jadi perencanaan pembelajaran adalah suatu proses dan upaya
untuk menyiapkan serta merumuskan suatu keputusan yang akan
dilaksanakan guna menanamkan sikap dan nilai – nilai pengetahuan dan
ketrampilan dasar kepada seseorang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam mencapai keberhasilan pengajaran atau paling tidak
mendekati keberhasilan seorang guru dituntut untuk mempersiapkan
perencanaan yang matang.
19
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
h. 40. 20
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar..., h. 70.
28
5. Penelitian yang Relevan
Dalam skripsi fitrian yang berjudul “Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Siswa Homeschooling Studi Kasus di Fikar
Homeschooling Lebak Bulus Jakarta Selatan‖ menyimpulkan sebelum
melakukan proses pembelajaran guru PAI membuat perencanaan tertuang
dalam RPPS (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siswa), namun dalam
RPPS yang dibuat oleh guru PAI di fikar homeschooling hanya
menggambarkan secara umum mengenai jenis materi dan referensi yang
digunakan dan tidak menjelaskan bagaimana kegiatan pembelajaran yang
berlamgsung dalam kelas. Tujuan pembelajaran yang biasanya mengacu
pada setiap SK/KD yang tertuang dalam indikator, namun pada fikar
homeschooling pembelajaran PAI tidak menjabarkan secara detail tujuan
yang hendak dicapai karena tidak memiliki SK/KD sehingga tidak ada
target khusus yang hendak dicapai.
Dalam mencapaikan materi guru menggunakan beberapa metode
pembelajaran diantaranya metode ceramah, drill, tanya jawab dan meditasi
sedangkan media yang digunakan adalah media elektronik seperti hp yang
dilengkapi dengan paket internet, I-Ped dan lain-lain. Media-media ini
berfungsi untuk membentuk pendidik dan peserta didik dalam membahas
suatu materi yang berlangsung.21
Kemudian dalam tesis Jabal Nur ―Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peranannya terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa di Madrasah Aliyah
Negeri Konda Kabupaten Konawe Selatan” Implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada Madrasah Aliyah Negeri Konda
dikembangkan berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis oleh
instruksi Badan Standar Nasional Pendidikan. Sebelum mengimplementasi
KTSP pihak sekolah melibatkan pakar-pakar pendidikan, komite
21
Fitrian, Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Homeschooling
Studi Kasus di Fikar Homeschooling Lebak Bulus Jakarta Selatan, (Jakarta: Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negera Jakarta, 2012), h.
73-74.
29
madrasah, guru-guru mata pelajaran, untuk menyusun kurikulumtingkat
satuan pendidikan (KTSP) yang berujung pada hasil sebuah dokumen.
Pada awal tahun ajaran, guru-guru mata pelajaran khusus nya guru
bidang studi bahasa arab selalu mengadakan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) untuk menyusun perangkat silabus, RPP, program
tahunan, program semester dan instrumen penilaian. Realisasi
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada mata
pelajaran bahasa arab di MAN Konda dapat dilihat dari ketersediaan
perangkat-perangkat pembelajaran bahasa arab antara lain silabus, RPP
dan sarana prasarana pembelajaran. Implementasi KTSP di MAN Konda,
bertujuan untuk mengembangkan proses pencapaian, standard pendidikan
yaitu: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan, hal ini
secara nasional untuk dikembangkan Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan yang dijadikan acuan utama bagi pengembangan kurikulum yang
sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah.22
22
Jabal Nur ―Implementasi Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Peranannya terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa di Madrasah Aliyah
Negeri Konda Kabupaten Konawe Selatan” (Jakrta: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Muhamadyah Jakarta, 2012) h. 205-206.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu
Timur Kec. Pondok Aren Kabupaten DT II Tangerang Selatan yang
dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari 2012 sampai dengan 15 Juni 2012.
B. Latar Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan teknologi dewasa ini terciptanya era globalisasi di
berbagai bidang kehidupan dan sejalan dengan arus informasi dari
berbagai kehidupan. Dalam situasi era globalisasi dan informasi ini
manusia akan selalu dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat
kompetitif dan tantangan hidup semakin berat dan agar tetap survive
dalam menghadapi berbagai kompetisi global saat ini.
Dan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sumber daya manusia
berkualitas tinggi, yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang didasari semangat keimanan dan ketaqwaan sebagai insan-
insan pembangunan masa yang akan datang, maka pada tahun ajaran
1984/1985 Yayasan Pendidikan Islam Jam’iyyah Islamiyyah
mengembangkan sayapnya pendidikan yang ada setingkat lebih tinggi
yaitu Madrasah Aliyyah Jam’iyyah Islamiyyah.
31
Madrasah Aliyah mulai mengoprasikan kegiatannya pada tahun
ajaran 1985/1986 hingga sekarang dengan memperoleh izin operasional
dari Departemen Agama sampai tingkat status disamakan tahun 2000
dengan nomor: A/E.IV/MA/87/2000 Nomor Statistik Madrasah Nomor:
32.32.19.07.415.
Melihat kenyataan di atas maka pada setiap tahun ajaran baru siswa
dan siswi yang mendaftar terus meningkat walaupun dalam skala kecil,
untuk itu mengingat jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu ada
peningkatan, maka tuntutan yang menjadi sasaran Yayasan adalah sarana
dan prasarana dan prioritas yang diterima Madrasah Aliyah menampung
lulusan Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyah Islamiyyah sebagai baris MA
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak dipungutnya uang semester gedung atau pengembangan
pembangunan walaupun Yayasan sedang giat-giatnya membangun
sarana prasarana.
b. Uang SPP yang sangat relatif murah dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah karena Yayasan
menyesuaikan dengan kondisi wilayah.
2. Visi dan Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah
Jurang Mangu Timur
a. Visi Madrasah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah mempunyai visi
mencetak Sumber Daya Manusia yang memiliki ketahanan mental
spiritual (IMTAQ), menguasai Ilmu Pengetahuan dan wawasan yang
luas didukung oleh kemampuan teknis/terampil. Professional dan
memiliki idealism serta mampu mengaktualisasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat.
b. Misi Madrasah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Adapun misi Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah yaitu:
32
1) Menciptakan generasi muslim yang berkualitas dan
bertanggungjawab terhadap masa depan Islam yang cemerlang
baik di masa kini maupun yang akan datang.
2) Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, dinamis,
responsive, mandiri, bertaqwa dan berakhlak mulia.
3) Membentuk alumni muslim yang berwawasan luas, siap pakai,
professional di bidangnya bertanggungjawab selalu berkhidmat
pada agama, nusa dan bangsa.
4) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan professional tenaga
baik dalam dunia usaha maupun dunia industi sesuai dengan
perkembangan dunia pendidikan.
c. Tujuan Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Tujuan Kegiatan Pendidikan Madrasah Aliyah Jam’iyyah
Islamiyyah antara lain:
1) Diterimanya lulusan di lingkungan masyarakat sebagai insan yang
memiliki ilmu bernuansa agama.
2) Diterimanya lulusan Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah di
Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta yang berkualitas.
3) Terciptanya lingkungan kehidupan yang religius di Madrasah
maupun di masyarakat yang ditunjukkan dengan perilaku ikhlas,
mandiri, sederhana, ukhuwah dan kebebasan berkreasi.
4) Terciptanya alumni Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah yang
memiliki wawasan luas, berbudi pekerti baik dan prestasi tinggi di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Kondisi Sarana Prasarana
Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah mempunyai gedung
sendiri yang terletak di tempat yang sangat strategis dekat dengan jalan
raya, namun tidak terpengaruh oleh suara deras kendaraan bermotor.
Tepatnya di Jalan Pesantren Desa Jurang Mangu Timur Kecamatan
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.
33
Adapun keadaan gedung Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyyah
adalah:
a. Tanah atau Bangunan : Luas tanah 5000 m2
b. Jumlah Ruangan : - Ruang belajar 6 ruang
- Ruang Kepala Madrasah 1 ruang
- Ruang Wakil Kepala Madrasah 1 ruang
- Ruang Guru 1 ruang
- Ruang Tata Usaha 1 ruang
- Ruang Perpustakaan 1 ruang
- Ruang Bimbingan Konseling 1 ruang
- Ruang Osis 1 ruang
c. Status Bangunan : Milik Sendiri
d. Bangunan Gedung : Permanen
e. Penerangan : Listrik
Gedung Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah dikelilingi oleh
pohon-pohon yang rindang dan letaknya jauh dari keramaian kendaraan
bermotor, sehingga memungkinkan segala kegiatan proses pendidikan
dapat berlangsung dengan tertib dan lancar.
4. Fasilitas Pendidikan
Adapun fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah
Jam’iyyah Islamiyyah antara lain:
a. Masjid dengan kapasitas 700 jamaah
b. Aula serbaguna untuk kegiatan pertemuan
c. Ruang Belajar terdiri dari 16 ruang dengan kapasitas 40 siswa
d. Laboratorium computer siswa dengan kapasitas 22 siswa
e. Ruang Baca Perpustakaan
f. Dua unit asrama putera dan puteri dengan kapasitas 300 orang
g. Satu unit asrama guru putera
h. Satu unit asrama guru puteri
i. Kantin dan Wartel di dalam lingkungan sekolah
34
j. Lapangan Olahraga (Volly, Basket, Futsal dan Bulu Tangkis)
k. Sarana Perbankan (BRI Rizqi Barokah)
5. Tenaga Pendidikan dan Tata Usaha
Tenaga pendidikan dalam mendukung suksesi kegiatan pendidikan
di Madrasah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur adalah:
a. Guru dengan latar belakang pendidikan minimal S1 (23 orang)
b. Tenaga Tata Usaha (2 orang)
c. Konselor Sekolah (1 orang)
d. Tenaga Laboran (2 orang)
e. Pembina Asrama (4 orang)
f. Tenaga Keamanan dan Pramubakti (2 orang)
6. Data Siswa
Statistik Siswa Madrasah Aliyah Jurang Mangu Timur berdasarkan
tahun ajaran, antara lain:
No Tahun Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
1. 1985/1986 9 - - 9
2. 1986/1987 11 9 - 20
3. 1987/1988 17 11 9 37
4. 1988/1989 42 17 16 75
5. 1989/1990 46 42 17 105
6. 1990/1991 87 48 42 167
7. 1991/1992 86 85 49 210
7. Kurikulum
Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Pondok Aren menggunakan kurikulum berbasis kompetensi plus yang
artinya struktur kurikulum berbasis kompetensi yang diperkaya dengan
penguasaan Pendidikan Agama untuk meningkatkan kualitas Imtaq
dengan susunan program pembelajaran sebagai berikut:
35
a. Pendidikan Agama (al-Quran, Hadith, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam, Bahasa Arab).
b. Pendidikan Agama Mulok (Nahwu, Shorof, Qowaidul Fiqh, Tafsir,
Imla’, dan Muhadatsah).
c. Pendidikan Umum (Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,
PPKN, Sejarah Nasional Umum, Porkes, Biologi, Kimia, Fisika,
Ekonomi Akuntansi, Sosiologi, Antropologi, Geografi, Pendidikan
Seni, Tata Negara).
d. Selain Kurikulum Diknas dan Depag masih ada kegiatan keagamaan
yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas Iman dan Taqwa.
8. Kegiatan Belajar Mengajar
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
adalah melalui siswa aktif (student active learning) dengan kurikulum
berbasis kompetensi yang merupakan perangkat standar program
pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten
dalam pelbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya. Kegiatan belajar
mengajar di Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyyah dikelompokkan
menjadi:
a. Jam belajar di sekolah mulai pukul 07.00 s.d 12.40 wib.
b. Jam belajar mandiri pukul 20.00 s.d pukul 22.00 wib.
c. Pendalaman materi bagi kelas III (tiga) mulai pukul 13.30 s.d 15.00
wib.
d. Kegiatan pramuka dilaksanakan pukul 13.00 s.d 15.30 wib setiap hari
Jum’at.
e. Pembinaan Imtaq dilakukan di kelas maupun di luar kelas dalam bentuk
muhadharah, pengajian, ceramah agama setiap ba’da shalat berjamaah.
f. Evaluasi belajar kelas I s.d kelas III dalam waktu-waktu tertentu, proses
kegiatan belajar mengajar juga ditunjang dengan berbagai sarana yang
dibutuhkan.
36
g. Kegiatan olahraga dilaksanakan di lingkungan madrasah, karena
berpikir yang sehat terletak pada tubuh yang prima dan kuat.
9. Data Guru dan Karyawan
No Nama PTK Jenis
Kelamin Alamat
Status
Kepegawaian
Mata
Pelajaran
Utama
yang di
ajarkan
(Guru)
1 H.Baharuddin,S.Ag L Kp.Poncol Rt.05/02 PNS
Aqidah
Ahlak
2 Entat Undih,B.Sc L Jl.Pesantren no.17 RT.03/03 GTY PKN
3 Drs.H.Zainuddin
Abdullah,MH L Jl.Pesantren, ceger jur-tim
4 Masriki,S.Pd L
Jl.KH.Wahid Hasyim kp.
Pd.Petung GTY PKN
5 Drs. Mathori L
Jl. Melon 3 B.E No.11 Benda
baru GTT Sejarah
6 Alda Yunita,S.Pd P
JL.MASJID RT.02/08
SUDIMARA TIMUR GTY
Bahasa
Indonesia
7 Rositi,S.Ag P
Jl.Sunter Jaya I Rt.04/02
Jakarta Utara GTY Sosiologi
8 Satiri,S.Pd L
Jl.H.Jegu Rt.03/03 Cipadu
jaya GTT
Qur'an
Hadits
9 Drs. Tasri Lubis L
Jl.Mutiara Rt.05/06 No.79
cipadu jaya GTT Q.Fiqih
10 Drs.R.Suhandi L
Jl.KH.Wahid Hasyim kp.
Pd.Petung GTY Ekonomi
11 Masfiyah,S.Ag P SKI
12 Munali,S.Pd L
Jl.Pondok Serut Rt.03/03
no.15 GTT Matematika
13 Dedi,S.Pd L Jl.Raya Joglo GTY Fisika
14 Riswanto,S.Pd L Jl.Mesjid I, Sudimara Selatan GTY Ekonomi
15 Nurul Huda,S.Th.I L
Jl.Pesantren ceger Rt.03/02
no.21 Jur-tim GTY Tik
16 Evaliana,S.Pdi P Jl.Pd.Aren Raya Gg.H.Garif PNS B. Inggris
17 Islahul Karim,S.Pd L PNS Kimia
18 Sumiati,S.Pd P Jl.Japos Raya Rt.03/03 GTY Biologi
19 Syarifuddin,M.Pd L
Jl.KH.Wahid Hasyim kp.
Pd.Petung GTY B. Inggris
20 Abdul Falah,S.Pd L Jl. H.Jegu cipadu jaya GTT Penjaskes
21 Parhana,SE P Jl.Vinca KAU 636 PNS Ekonomi
37
Perum.Bukit Nusa Indah
Serua ciputat
22 Neneng Milati,S.Pd P Jl. Panti Asuhan Ceger GTT Matematika
23 H.Muhammad
Afif,S.Pd L
Jl.Pesantren Rt.03/03
kp,ceger GTT BTQ
10. Pembinaan Imtaq
Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
merupakan lembaga pendidikan formal yang berusaha melaksanakan
keagamaan yang bersifat umum meliputi:
a. Kegiatan kajian Islam dan Ibadah
b. Tadarrus al-Quran
c. Ibadah dan Keterampilan Agama
d. Kegiatan Muhadharah (latihan berpidato)
e. Pengajian Kitab
f. Peringatan hari-hari besar Islam
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas diperuntukkan dalam rangka
menciptakan suasana kehidupan yang Islami di lingkungan sekolah dan
luar sekolah yang dinampakkan
C. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-
kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil
wawancara antara peneliti dan informan. Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian kualitatif bertolak
dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi
jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang
diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.
38
Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi,
diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.1
Selain itu, Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai
efektifitas perencanaan pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah
Jurang Mangu Timur Kec. Pondok Aren.
D. Subjek Penelitian
Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik
“purpose sampling” yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan
penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi
tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat
purpossive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat.2
Subjek penelitian adalah guru PAI dan kepala sekolah MA Jam’iyyah
Islamiyyah Jurang Mangu Timur Kec. Pondok Aren. Yang berjumlah 3
responden terdiri dari guru aqidah akhlak, guru Qur’an Hadis, dan guru Fiqih.
E. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber
data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk
mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau
teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan
lancar.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknih observasi,
1 Nana Syaodih Sukmadinata , Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.), h. 94.
2 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2005), h.
26.
39
wawancara, dan studi dokumenter, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga
teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini.
1. Observasi
Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk
memperkuat data, terutama aktivitas guru berkenaan dengan pembuatan
RPP. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk
mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan
kenyataan yang sebenarnya. Observasi ini digunakan untuk mengamati
secara langsung dan tidak langsung tentang perilaku warga sekolah
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Menurut Sugiyono observasi terdiri atas tiga komponen yaitu:
Place, actor dan activity (PAA).3 Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Place (tempat) berlangsungnya interaksi sosial di dalam kelas.
b. Actor (pelaku) yaitu orang-orang yang sedang memainkan
peranan tertentu dalam hal ini adalah para pendidik (guru).
c. Activity (kegiatan) yang dilakukan oleh aktor dalam situasi
sosial dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan dua bentuk, yaitu wawancara
terstruktur (dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti). Sedang wawancara tak
terstruktur (wawancara dilakukan apabila adanya jawaban berkembang
diluar pertanyaan-pertanyaan terstruktur namun tidak terlepas dari
permaslahan penelitian).4
Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mnengadakan
komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian antara lain
guru PAI dan kepala sekolah dalam rangka memperoleh penjelasan atau
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 256. 4 S. Nasution, Metode Penelitian…, h. 72.
40
informasi tentang Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI. Lihat
pedoman wawancara pada lampiran 1 (satu).
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto, teknik dokumentasi yaitu “mencari data
mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.5
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun
yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian
tersebut.
Dalam studi dokumentasi ini peneliti mendapat suatu penjelasan
yang akurat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan
sebagainya. Dalam hal ini penelti menggunakan dokumentasi berupa RPP,
hasil wawancara dan lain-lain yang berkaitan dengan Efektifitas
Perencanaan Pembelajaran PAI.
F. Analisis Data
Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data
yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar
peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan lain-lain, dan pekerjaan analisis
data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan memberikan suatu
kode tertentu dan mengkategorikannya, pengelolaan data tersebut bertujuan
untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi
teori substantif.6
Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti
pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan
dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 132.
6J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 103.
41
menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan
tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain menganalisis data peneliti
juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan atau
menjustifikasikan teori baru yang barangkali ditemukan.
Triangulasi teknik pengumpulan data
Observasi Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, atau dokumentasi.
Bila dengan tiga teknik pengujian kreadibilitas data tersebut, menghasilakan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap
benar.7
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D..., h. 274.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Jam’iyyah Islamiyyah secara
umum sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh peraturan Kementerian Agama
dalam buku pedoman penyusunan dan penulisan RPP. Namun, ada muatan-
muatan baru dari beberapa materi pendidikan agama yang menjadi titik tekan
dari proses pembelajaran yang tidak dicantumkan dalam RPP di Sekolah ini,
penyusunan RPP harus berdasarkan kepada pengembangan karakter dan
kepribadian peserta didik yang nantinya akan menjadi etika dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Hal ini dikarenakan etika menjadi suatu ajaran yang
berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau
dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut
peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam.
Dalam salah satu RPP yang didokumentasikan peneliti, ternyata di
sekolah MA Al-Jamiiyyah Islamiyyah belum membuat RPP berkarakter
dimana karakter-karakter tersebut antara lain tanggungjawab (responsibility),
hormat (respect), keterpercayaan (trustworthiness), kesalehan (piety), keadilan
(fairness), kepedulian (caring), dan kejujuran (honesty).
43
Dengan demikian penting kiranya memasukkan komponen-komponen
karakter dalam penyusunan pembelajaran, khusunya PAI. Selanjutnya,
komponen karakter yang dimasukkan berdasar pada materi yang akan
diajarkan serta karakter-karakter apa saja yang seharusnya siswa miliki
sebelum, ketika, dan sesudah pembelajaran.
B. Aspek-Aspek Penyusunan Rencana Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Salah satu aspek penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
baik adalah yang di dalamnya memberikan gambaran kegiatan pembelajaran
yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian.
Dalam kegiatan belajar mengajar PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah, guru
mempersiapkan KBM agar menjadi kegiatan yang efektif. Responden menyatakan
bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila di dalam pembelajaran
tersebut terjadi komunikasi yang efektif antara guru dan siswa dan siswa dengan
siswa sehingga tercapainya tujuan-tujuan belajar. Salah satu faktor penunjang
terjadinya pembelajaran yang efektif adalah menyangkut kemampuan guru
mendesaian kegiatan KBM yang dalam hal ini menyangkut metode pembelajaran.
Oleh karena itu kemampuan guru dalam penyusunan dan pengembangan RPP
merupakan hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh setiap guru dalam hal ini oleh
guru PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah.
Berdasarkan dokumentasi RPP PAI yang dihimpun oleh peneliti,
berikut ini akan dipaparkan beberapa metode yang diaplikasikan dalam KBM
PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah: (lihat juga lampiran II)
1. Metode Ceramah
44
Metode ceramah yaitu suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh
guru di muka kelas. Peran seorang murid disini sebagai penerima pesan,
mendengar memperhatikan, dan mencatat keterangan keterangan
guru.Metode ini layak dipakai guru bila pesan yang disampaikan berupa
informasi, jumlah siswa terlalu banyak, dan guru adalah seorang
pembicara yang baik.Adapun keunggulannya ialah penggunaan waktu
yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak banyaknya,
pengorganisasian kelas lebih sederhana, dapat memberikan motivasi
terhadap siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan
bahan.Sedangkan kelemahannya ialah guru seringkali mengalami
kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa, siswa cenderunng bersifat
pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru,
menimbulkan rasa pemaksaan pada siswa, cenderung membosankan dan
perhatian siswa berkurang.1
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau
lebih, berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar
informasi, saling mempertahankan pendapat dan memecahkan
sebuahmasalah tertentu. Keunggulannya ialah suasana kelas lebih hidup,
dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, kesimpulan hasil diskusi
mudah dipahami siswa, siswa belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan
dan tata tertib dalam musyawarah. Adupun kelemahannya antara lain
siswa ada yang tidak aktif, sulit menduga hasil yang dicapai, siswa
mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara
ilmiah dan sistematis. Untuk mengatasi kelemahan dan segi negatif dari
metode ini pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara
bergiliran, guru mengusahakan seluruh siswa agar berpartisipasi dalam
diskusi, mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara,
sementara siswa yang lain belajar mendengarkan pendapat temannya,
1 M. Basrudin Usman, Methodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Ciputat
Press, 2004), h. 34.
45
mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.2
Sebagaimana jawaban yang disampaikan responden melalui wawancara,
ada beberapa jenis diskusi yang dilakukan oleh guru dalam membimbing
belajar siswa antara lain:
a. Whole Group, yaitubentuk diskusi kelas dimana para pesertanya duduk
setengah lingkaran, guru bertindak sebagai pemimpin dan topiknya
telah direncanakan.
b. Diskusi kelompok, yaitu diskusi yang biasanya terdiri dari kelompok
kecil (4-5) orang peserta dan juga diskusi kelompok besar terdiri (7-15)
anggota. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu
dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris.
c. Buzz Group, yaitu biasanya dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur
sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap
muka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan ditengah-tengah
pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud memperjelas dan
mempertajam bahan pelajaran.
d. Panel, yaitu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk
mendiskusikan suatau topic tertentu dan duduk dalam bentuk seni
melingkar yang dipimpin oleh moderator.
e. Syindicate group, yaitu bentuk diskusi ini kelas dibagi ke dalam
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 peserta, masing-masing
kelompok mengerjakan tugas-tugas tertentu atau tugas yang bersifat
komplementer.
f. Symposium, yaitu dalam diskusi ini biasanya terdiri dari pembawa
makalah, moderator, dan notulis, serta beberapa peserta symposium.
g. Informal debate, yaitu biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi
dua tim yang agak seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang
2 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002),h. 64.
46
cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan
formal.
h. Fish bowl, yaitu diskusi ini tempat duduk diatur setengah melingkar
dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi yang
seolah-olah melihat ikan yang berada di dalam mangkok
3. Metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu
kelas dibagi kedalam beberapa kelompok besar maupun kecil yang
didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok,
yaitu:Menentukan kelompok;Pemberian tugas-tugas kepada
kelompok;Pengerjaan tugas pada masing-masing kelompok, danPenilaian.
Adapun keunggulannya antara lainmelatih dan menumbuhkan rasa
kebersamaan dantoleransi, adanya kerjasama yang saling menguntungkan
antara individu dalam kelompok, menumbuhkan rasa ingin maju dan
persaingan yang sehat. Sedangkan kekurangannya ialahmemerlukan
persiapan yang agak rumit, harus diawasi guru dengan ketat agar tidak
timbul persaingan yang tidak sehat, sifat dan kemampuan individu akan
terabaikan, jika juga tidak dibatasi waktu tertentu, maka akan cenderung
terabaikan.
4. Metode Pemberian Tugas
Dimana guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk
mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untukmempertanggung
jawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru bisa berbentuk
memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau
menghafal pelajaran. Metode ini mempunyai 3 fase, yaitu: 1). Fase
pemberian tugas, 2). Fase pelaksanaan tugas, 3). Fase pertanggungjawaban
tugas.
47
Gambaran metode-metode di atas hanyalah sebagian metode yang
diterpakan oleh guru PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah.
C. Perumusan Indikator Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah
Dalam wawancara, responden menjawab bahwa berdasarkan
pengalaman mengajar yang telah dilakukan, rumusan indikator pembelajaran
bagi siswa itu tergantung dari seberapa besar tujuan yang akan dicapai dari
proses pembelajaran. Dengan kata lain ada tolak ukur kemampuan yang
digunakan dengan bersandar pada penilaian secara kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa. Tidak bisa kemudian ukuran keberhasilan itu disandarkan
pada satu sisi saja, semuanya harus ada tolak ukur. Disinilah kebijaksanaan
seorang guru akan terlihat.
Selanjutnya, responden menambahkan, Dalam merumuskan indikator
pembelajaran langkah kerja yang harus ditempuh seorang guru adalah:
1. Menganalisis Standar Kompetensi. Apabila KD yang tersedia pada
Standar Kompetensi tersebut belum mampu mengakomodir seluruh
amanat yang terdapat pada Standar Kompetensi, guru harus menambah
rumusan KD hingga semua amanat dalam Standar Kompetensi dapat
diakomodir.
2. Menganalisis Kompetensi Dasar. Ada beberapa hal yang harus menjadi
perhatian dalam menganalisis KD, antara lain:
a. Kata Kerja Operasi (KKO) yang digunakan. KKO yang digunakan
berada pada ranah cognitive, ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi
(C3), anaslisis (C4), sintesis (C5) atau evaluatif (C6). Hal ini
diperlukan karena KKO pada indikator tidak boleh lebih tinggi dari
KKO pada KD. Hal ini dikarenakan, indikator fungsinya dalah
menjabarkan KD.
b. Menggaris bawahi amanat yang terdapat dalam KD. Hal ini diperlukan
karena indikator dirumuskan berdasarkan amanat yang terdapat dalam
KD tersebut.
48
c. Menganalisis amanat yang telah digaris bawahi. Hal ini diperlukan
karena apabila amanat tersebut tidak dapat dicapai dalam satu langkah
perlu dirumuskan indikator perantara atau indikator penunjang.
3. Menganalisis materi pembelajaran. Hal ini diperlukan karena dalam
memilih dan menetapkan materi ada beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
a. Kontekstual, artinya materi tersebut harus punya korelasi dengan
keseharian peserta didik.
b. Visi dan misi sekolah, artinya bahwa materi yang diterapkan memiliki
titik singgung dengan visi sekolah.
c. Perluasan dan pengembangan materi. Ketiga aspek ini tentu
memerlukan evaluasi untuk itu perlu dirumuskan indakator yang
berkaitan dengan masalah tersebut.
4. Terakhir, Merumuskan indikator dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, simple jelas dan mudah dipahami.
D. Pengembangan Model Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah
Setiap guru memiliki strategi yang berbeda dalam membuat atau
menyusun kerangka dan model pembelajaran, ada saatnya kegiatan
pembelajaran itu bersifat statis, yakni kegiatan diskusi dan ceramah guru di
kelas. Namun ada saatnya juga efektifitas kegiataan pembelajaran itu
dilakukan di luar kelas, dalam bentuk praktek lapangan atau kegiatan
keagaaman. Dan efektivitas sendiri tidak diukur dari seberapa besar nilai yang
didapat oleh siswa, tetapi seberapa besar pengaruh pembelajaran pendidikan
agama Islam terhadap sikap dan keseharian kegiatan peserta didik di sekolah.
E. Langkah-Langkah Penyusunan RPP Pembelajaran PAI di MA
Jam’iyyah Islamiyyah
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Guru PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah dalam penulisan RPP dipaparkan sebagai berikut:
1. Mencantumkan identitas
49
a. Nama sekolah
b. Mata Pelajaran
c. Kelas/Semester
d. Alokasi Waktu
2. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu.Standar kompetensi
diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu
mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD
b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran
c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus
dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran
tertentu.Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih
dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan Kompetensi Dasar
b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran
50
c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran
4. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar.Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional,
rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaran.Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
beberapa tujuan.
5. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu
pada materi pokok yang ada dalam silabus.
6. Metode Pembelajaran/Model Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
7. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran
harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam setiap pertemuan.
Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan:
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
51
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
d. Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam
silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.Sumber belajar
mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan
bahan.Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,
sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP
harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman
yang diacu.
e. Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data.Dalam sajiannya
dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan
tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
Barulah setelah langkah-langkah tersebut dirampungkan, karakter-
karakter yang harus dicapai siswa selama pembelajaran dicantumkan.Dalam
hal ini, pencantuman tersebut terletak setalah poin 6, yakni metode
52
pembelajaran.Untuk selanjutnya dapat dilihat pada contoh RPP PAI MA
Jam’iyyah Islamiyyah pada lampiran III.
F. Evaluasi Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah
Dari hasil wawancara, responden menyatakan bahwa guru PAI juga
melakukan evaluasi pembelajara yang mana tujuan evaluasi adalah
mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih
keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang
telah diberikan. Selain itu, evaluasi juga bertujuan mengetahui siapa diantara
anak didik yang cerdas dan yang lemah. Selajutnya, responden mengatakan
bahwa tujuan evaluasi bukan hanya tertuju pada anak didik saja, tetapi juga
bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidik bersungguh-
sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam.
Untuk lebih jelasnya, peneliti dapat menggambarkan tujuan evaluasi
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa di dalam
kelompok kelasnya; apakah sisiwa tersebut termasuk kategori lambat,
sedang atau cepat.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan seorang siswa dalam
belajar, apakah menunjukan tingkat usaha yang efisien atau tidak.
4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana seorang siswa telah
mendayagunakan kafasitas kognitifnya.
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar
yang telah digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar-mengajar.
Selain itu, evaluasi berfungsi untuk membantu anak didik agar ia
dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta
memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat
sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu
53
seorang pendidik dalam mempertimbangkan baik tidaknya metode mengajar,
serta membantu mempertimbangkan administrasinya.
G. Kendala Penyusunan Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP)
yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaranhanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk
“materi acuan untuk mengajar”.Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi
acuan untuk mengajar tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap.
Penyusunan rencana pembelajaran merupakan suatu bagian terpenting
dalam melaksanakan proses belajar mengajar dikelas. Dikatakan penting,
karena untuk guru RPP tersebut merupakan acuan atau skenario yang harus
dilalui tahap demi tahap dalam memberikan materi kepada siswa. Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, setiap guru wajib dan menjadi syarat
mutlak untuk membuat RPP, sebelum proses penampilan didalam kelas.
Secara kesuluruhan, guru tidak menemui kendala yang signifikan
dalam penyusunan perencanaan pembelajaran. Namun, dalam poin ini,
peneliti akan memaparkan beberapa kendala yang dialami oleh guru PAI
dalam penyususnan Perencanaan pembelajaran sebagaimana disampaikan oleh
responden.Misalnya, guru merasa kesulitan dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat karena minimnya pengetahuan tentang metode
pembelajaran yang up-to-date yang sekiranya mengena dan efektif dalam
pembelajaran serta siswa dapat tertarik untuk mengikuti pembelajaran dari
awal hingga akhir, mengingat anak-anak pada zaman sekarang lebih tertarik
dengan game dan permainan lainnya. Sehingga pencarian metode yang tepat
yang sesuai zaman dalam pembelajaran PAI membutuhkan waktu yang lama.
Selain itu, kurang tersedianya fasilitas untuk menerapkan metode
pembelajaran juga menjadi hambatan. Pada akhirnya mengakibatkan tidak
efektifnya proses pembelajaran, dalam hal ini penulis menyimpulkan guru
54
cenderung tidak mau repot dalam pembuatan RPP, kemudian guru juga malas
dalam mencari metode-metode pembelajaran yang (variatif) up to date.
Peneliti juga menemukan bahwa RPP dari guru mempunyai
kesamaan, hal ini disebabkan karena banyak guru yang mengkopi RPP dari
sesama guru atau langsung mengambil RPP dari internet. Serta adanya
beberapa kekliruan dalam menulis pengorganisasian huruf atau angka.
Selain itu juga, dalam beberapa pertemuan guru mengaku memiliki
RPP namun sebagian tidak membawa RPP ketika proses pembelajaran
berlangsung dengan alasan tertinggal di rumah. Sehingga mengakibatkan
ketidak teraturan dalam mengajar.
H. Manfaat-Manfaat Penyusunan Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah
Islamiyyah
Secara singkat, adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan RPP
dalam proses pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah antara lain: guru
lebih percaya diri dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa,
karena telah dipersiapkan sebelumnya, guru dapat menyampaikan materi
pembelajaran dengan alur yang telah direncanakan, dan guru dapat
menggunakan RPP tersebut untuk mengatur durasi penyampaian materi
pembelajaran.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebagaimana digambarkan dalam hasil penelitian, Guru PAI di MA
Jam’iyyah Islamiyyah telah melakukan beberapa upaya dalam merealisasikan
Perencanaan Pembelajaran PAI dimulai dengan menyusunnya dalam bentuk
format RPP yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran serta
evaluasi. Selain itu, dalam pembelajaran, mereka juga menerapkan beberapa
metode, seperti, ceramah, pemberian tugas, metode kerja kelompok, dan
diskusi yang mempunya beberapa variasi seperti: Whole Group, diskusi
kelompok, buzz group, dan lain lain.
Sedangkan kendala-kendala yang ditemui dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran PAI tidaklah signifikan, hanya bersifat teknis,
seperti: kurang tersedianya fasilitas untuk menerapkan metode pembelajaran,
kesulitan dalam menentukan dan menemukan metode yang tepat serta up-to-
date dalam menyampaikan suatu topik PAI, mengingat minat anak-anak
terhadap hal yang lebih menarik di era modern in seperti game dan lain
sebagainya sangat meningkat. Oleh itu guru agak sedikit mengalami
kesuliatan untuk mendapatkan metode yang akurat dan menarik. Di samping
itu, guru terkadang lupa membawa RPP pada waktu pembelajaran dengan
alasan tertinggal.
Terakhir, dengan adanya penyusunan perencanaan pembelajaran, guru
mendapatkan beberapa keuntungan seperti lebih percaya diri dalam
56
menyampaikan metode dan mudah dalam menentukan durasi kegiatan belajar
mengajar.
B. Implikasi
Penyusunan Rencana Pembelajaran merupakan suatu bagian
terpenting dalam melaksanakan proses belajar mengajar dikelas. RPP tersebut
merupakan acuan atau skenario yang harus dilalui tahap demi tahap dalam
memberikan materi kepada siswa oleh seorang guru. Dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar, setiap guru PAI wajib untuk membuat RPP. Guru
PAI yang merupakan fasilitator harus berusaha menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif dalam pembelajaran PAI.
Sehingga dalam pembelajaran PAI efektifnya suatu kegiatan belajar
sangat ditentukan oleh adanya perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh
guru PAI tersebut yang dalam penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
RPP, sehingga pendidikan dalam proses belajar mengajar harus mempunyai
kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita–citakan dalam
melaksanakan pendidikan Agama Islam pada umumnya dan proses belajar
pada khususnya.
C. Saran
Berdasarkan beberapa kendala yang dialami guru dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran, kiranya peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada guru khusunya guru PAI untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan seperti pelatihan metode-metode belajar, pelatihan
manajemen kelas, atau pelatihan penyusunan RPP.
2. Memberikan akses internet untuk guru khususnya guru PAI untuk
mengeksplor metode-metode baru yang digunakan oleh guru-guru lain di
Indonesia atau bahkan di luar negeri yang nantinya dapat diterapkan dalam
pembelajaran PAI. Sehingga, metode yang digunakan tidak bersifat klasik.
57
Daftar Pustaka
Arief, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta:
Ciputat Press, 2002).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).
Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22,
23, dan 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan dasar dan menengah. (Jakarta: Depdiknas, 2006).
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1990).
Fitrian, Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Homeschooling Studi Kasus di Fikar Homeschooling Lebak Bulus
Jakarta Selatan, (Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negera Jakarta, 2012).
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1997).
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. cet. Ke-4. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007).
Muslich, Masnur, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007).
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. (Bandung: Tarsito, 2005).
Nur, Jabal “Implementasi Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Peranannya terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa
di Madrasah Aliyah Negeri Konda Kabupaten Konawe Selatan” (Jakrta:
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhamadyah Jakarta, 2012).
Rahim, Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006).
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007).
58
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. (Jakarta: Kencana,
2007).
Rosyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Uhamka Press,
2006).
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta:
Kencana, 2010).
Scheerens, Jaap. Peningkatan Mutu Sekolah. (Ciputat: PT.Logos Wacana Ilmu,
2003).
Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2003).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010).
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005).
______________________. Landasan Psikologi Proses Pendidikaa. (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2009).
Sutikno, M. Sobry. Pengelolaan Pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami.
(Bandung: Prospect, 2009).
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. (Bandung: Bani
Quraisy, 2004).
Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2011).
Usman, M. Basrudin. Methodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: PT
Ciputat Press, 2004).
~~~LAMPIRAN-LAMPIRAN~~~
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
EFEKTIVITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI DI
MA JAMIAH ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN
IDENTITAS GURU
Nama Lengkap : ________________________________________
Tempat Tanggal Lahir : ________________________________________
Jenis Kelamin : (L/P)
Tempat Wawancara : ________________________________________
Waktu Wawancara : ________________________________________
Pertanyaan-Pertanyaan tentang Efektivitas Perencanaan Pembelajaran PAI
1. Bagaimana pelaksanan penyusunan rencana pembelajaran PAI di MA
Jamiah Islamiyah?
2. Apa saja aspek-aspek yang dimasukkan dalam penyusunan rencana
pembelajaran yang efektif serta bagaimana penyusunan RPP yang berbasis
pendidikan karakter?
3. Bagaimana merumuskan indikator pembelajaran yang menjadi penentu
keberhasilan siswa dalam rencana pembelajaran?
4. Apa yang dilakukan guru untuk mengembangkan model pembelajaran PAI
yang efektif?
5. Bagaimana cara menyusun scenario atau langkah-langkah pembelajaran
dalam RPP?
6. Bagaima cara mengembangkan komponen evaluasi pada RPP?
PEDOMAN WAWANCARA
EFEKTIVITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI
DI MA JAMIAH ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN
IDENTITAS GURU
Nama Lengkap : H. Baharuddin, S. Ag
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 30 Desember 1961
Jenis Kelamin : (L/P)
Tempat Wawancara : MA Jamiah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Waktu Wawancara : 5 Juni 2012
Pertanyaan-Pertanyaan tentang Efektivitas Perencanaan Pembelajaran PAI
1. Bagaimana pelaksanan penyusunan rencana pembelajaran PAI di MA
Jamiah Islamiyah?
2. Apa saja aspek-aspek yang dimasukkan dalam penyusunan rencana
pembelajaran yang efektif serta bagaimana penyusunan RPP yang berbasis
pendidikan karakter?
3. Bagaimana merumuskan indikator pembelajaran yang menjadi penentu
keberhasilan siswa dalam rencana pembelajaran?
4. Apa yang dilakukan guru untuk mengembangkan model pembelajaran PAI
yang efektif?
5. Bagaimana cara menyusun scenario atau langkah-langkah pembelajaran
dalam RPP?
6. Bagaima cara mengembangkan komponen evaluasi pada RPP?
Jawaban Pertama:
Pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di MA Jamiyyah Islamiyah secara umum sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh
peraturan Kementerian Agama dalam buku pedoman penyusunan dan penulisan
RPP. Namun, ada muatan-muatan baru dari beberapa materi pendidikan agama
yang menjadi titik tekan dari proses pembelajaran di Sekolah ini, penyusunan RPP
harus berdasarkan kepada pengembangan karakter dan kepribadian peserta didik.
Jawaban Kedua:
Menurut saya, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila di dalam pembelajaran
tersebut terjadi komunikasi yang efektif antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa
sehingga tercapainya tujuan-tujuan belajar.
Jawaban Ketiga:
Menurut saya, berdasarkan pengalaman mengajar yang dilakukan, rumusan
indikator pembelajaran bagi siswa itu tergantung dari seberapa besar tujuan yang
akan dicapai dari proses pembelajaran. Dengan kata lain ada tolak ukur
kemampuan yang digunakan dengan bersandar pada penilaian secara kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa. Tidak bias kemudian ukuran keberhasilan itu
disandarkan pada satu sisi saja, semuanya harus ada tolak ukur. Dan di sinilah
kebijaksanaan seorang guru akan terlihat.
Jawaban Keempat:
Setiap guru memiliki strategi yang berbeda dalam membuat atau menyusun
kerangka dan model pembelajaran, ada saatnya kegiatan pembelajaran itu bersifat
statis, yakni kegiatan diskusi dan ceramah guru di kelas. Namun ada saatnya juga
efektifitas kegiataan pembelajaran itu dilakukan di luar kelas, dalam bentuk
praktek lapangan atau kegiatan keagaaman. Dan efektivitas sendiri tidak diukur
dari seberapa besar nilai yang didapat oleh siswa, tetapi seberapa besar pengaruh
pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap sikap dan keseharian kegiatan
peserta didik di sekolah.
Jawaban Kelima:
Adapun cara penyusunan dan pembuatan scenario atau skema pembelajaran dalam
RPP para guru di sini mengikuti pedoman langkah-langkah penyusunan
pembuatan RPP seperti halnya guru-guru di sekolah lain seperti: Mencantumkan
identitas (Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, Alokasi Waktu),
Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar.
Jawaban Keenam:
Pengembangan komponen evaluasi pembelajaran dalam RPP pada dasarnya
harusnya sesuai dengan komponen dasar dan komponen umum satuan pelajaran
tersebut, ketersesuaian indicator-indikakator pembelajaran dengan rumusan-
rumusan butir-butir evaluasi yang dirancang harus benar-benar mengukur ketiga
komponen keberhasilan siswa, yakni pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
PEDOMAN WAWANCARA
EFEKTIVITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI
DI MA JAMIAH ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN
IDENTITAS GURU
Nama Lengkap : Satri, S.Pd
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 15 Mei 1974
Jenis Kelamin : (L/P)
Tempat Wawancara : MA Jamiah Islamiyyah Jurang Mangu Timur
Waktu Wawancara : 5 Juni 2012
Pertanyaan-Pertanyaan tentang Efektivitas Perencanaan Pembelajaran PAI
1. Bagaimana pelaksanan penyusunan rencana pembelajaran PAI di MA Jamiah
Islamiyah?
2. Apa saja aspek-aspek yang dimasukkan dalam penyusunan rencana pembelajaran
yang efektif serta bagaimana penyusunan RPP yang berbasis pendidikan karakter?
3. Bagaimana merumuskan indikator pembelajaran yang menjadi penentu keberhasilan
siswa dalam rencana pembelajaran?
4. Apa yang dilakukan guru untuk mengembangkan model pembelajaran PAI yang
efektif?
5. Bagaimana cara menyusun scenario atau langkah-langkah pembelajaran dalam RPP?
6. Bagaima cara mengembangkan komponen evaluasi pada RPP?
Jawaban Pertama:
Pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA
Jamiyyah Islamiyah secara umum sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh peraturan
Kementerian Agama dalam buku pedoman penyusunan dan penulisan RPP. Namun, ada
muatan-muatan baru dari beberapa materi pendidikan agama yang menjadi titik tekan dari
proses pembelajaran di Sekolah ini, penyusunan RPP harus berdasarkan kepada
pengembangan karakter dan kepribadian peserta didik.
Jawaban Kedua:
Menurut saya, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila di dalam pembelajaran tersebut
terjadi komunikasi yang efektif antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa sehingga tercapainya
tujuan-tujuan belajar.
Jawaban Ketiga:
Menurut saya, berdasarkan pengalaman mengajar yang dilakukan, rumusan indikator
pembelajaran bagi siswa itu tergantung dari seberapa besar tujuan yang akan dicapai dari
proses pembelajaran. Dengan kata lain ada tolak ukur kemampuan yang digunakan dengan
bersandar pada penilaian secara kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Tidak bias
kemudian ukuran keberhasilan itu disandarkan pada satu sisi saja, semuanya harus ada tolak
ukur. Dan di sinilah kebijaksanaan seorang guru akan terlihat.
Jawaban Keempat:
Setiap guru memiliki strategi yang berbeda dalam membuat atau menyusun kerangka dan
model pembelajaran, ada saatnya kegiatan pembelajaran itu bersifat statis, yakni kegiatan
diskusi dan ceramah guru di kelas. Namun ada saatnya juga efektifitas kegiataan
pembelajaran itu dilakukan di luar kelas, dalam bentuk praktek lapangan atau kegiatan
keagaaman. Dan efektivitas sendiri tidak diukur dari seberapa besar nilai yang didapat oleh
siswa, tetapi seberapa besar pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap sikap
dan keseharian kegiatan peserta didik di sekolah.
Jawaban Kelima:
Adapun cara penyusunan dan pembuatan scenario atau skema pembelajaran dalam RPP para
guru di sini mengikuti pedoman langkah-langkah penyusunan pembuatan RPP seperti halnya
guru-guru di sekolah lain seperti: Mencantumkan identitas (Nama sekolah, Mata Pelajaran,
Kelas/Semester, Alokasi Waktu), Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar.
Jawaban Keenam:
Pengembangan komponen evaluasi pembelajaran dalam RPP pada dasarnya harusnya sesuai
dengan komponen dasar dan komponen umum satuan pelajaran tersebut, ketersesuaian
indicator-indikakator pembelajaran dengan rumusan-rumusan butir-butir evaluasi yang
dirancang harus benar-benar mengukur ketiga komponen keberhasilan siswa, yakni
pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Status Pendidikan : MA JAMIAH ISLAMIYAH
Kelas / Semester : XI / Genap
Mata pelajaran : Aqidah Akhlak
Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan (2 x 45 menit)
Standar kompetensi : 5. Memahami tasawuf
Kompetensi Dasar : 5.1 Menjelaskan pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit )
A. Tujuan Pembelajaran :
Siswa mampu :
1. Menjelaskan Pengertian asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
2. Mendeskripsikan Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
3. Menganalisis tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
4. Menyimpulkan tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
B. Materi Ajar : Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
C. Metode :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi kelompok
4. Penugasan
D. Langkah-langkah pembelajaran :
Kegiatan Waktu Aspek life skill
yang dikembangkan
1. Pertemuan ke pertama (ke 1) ( 2 x 45 Menit )
a) Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
a) Memberikan salam pembuka
b) Menanyakan kepada siswa tentang Pengertian, asal usul dan
Pemahaman Konsep
istilah-istilah dalam tasawuf.
c) Memotivasi siswa untuk mempelajari Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
b) Kegiatan inti
(1) Tanya jawab awal tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
(2) Guru memberikan ilustrasi tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
(3) Guru menyebutkan Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
(4) Mendiskusikan dalam kelompok tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
(5) Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
c) Kegiatan penutup.
(1) Guru mengajak siswa dan siswa edor untuk membuat kesimpulan tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
(2) Guru memberikan tes secara lisan tentang Pengertian, asal usul dan istilah-istilah dalam tasawuf.
(3) Memberikan salam penutup
E. Sumber Belajar :
1. Buku paket Aqidah Akhlak yang relevan
2. LKS Aqidah Akhlak
F. Penilaian :
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
1. Mendefinisikan tentang tasawuf
Tes Tulis
Uraian 1. Jelaskan Pengertian
tentang tasawuf ?
2. Menjelaskan asal usul tasawuf
Tes Tulis Uraian 2. Jelaskan asal usul tasawuf ?
3. Menyebutkan istilah-istilah dalam tasawuf
Tes Tulis Jawab Singkat
3. Sebutkan istilah-istilah dalam tasawuf ?
Menghetahui
Kepala Madrasah
H. Baharuddin, S. Ag.
Guru Mapel Akidah Akhlak
H.Baharuddin, S.Ag
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Satuan Pendidikan : MA JAMIAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Qur'an Hadits
Kelas/Semester : XI / Genap
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
A. Standar Kompetensi:
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits tentang amar maruf nahi munkar
B. Kompetensi Dasar
2. Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar seperti terkandung dalam QS. Ali Imran : 104; QS Al-Maidah: 78-80; QS Ash-Shof :3 dan Hadits tentang amar makruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator Keberhasilan Belajar :
1. Melaksanakan perbuatan yang makruf
2. Meninggalkan perbuatan yang munkar
3. Melaksanakan perintah untuk melakukan perbuatan yang baik.
4. Mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan
5. Melaksanakan aktifitas mencegah kemunkaran.
6. Mengubah perilaku orang lain yang berbuat munkar agar menajadi aik.
7. Mengingatkan orang lain yang berbuat munkar
8. Menasehati secara kontinue kepada orang yang berbuat munkar agar menjadi baik.
9. Membantu menyelesaikan permasalahan bagi orang yang berbuat munkar
10. Meyakini terwujudnya ancaman bai yang meninggalkan amar makruf nahi munkar
11. Membuktikan dengan sikap dan perbuatan atas segala yang diucapkan agar tidak mendapat adzab Allah
D. Materi Pembelajaran :
1. QS. Ali Imran : 104 ; QS Al-Maidah: 78-80; QS Ash-Shof :3dan Hadits tentang amar makruf nahi munkar
E. Metode Pembelajaran
1. Metode: Ceramah; Tanya jawab; Diskusi; Penugasan; Kerja kelompok;
F. Langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
a) Siswa membaca do’a dilanjutkan membaca beberapa ayat Al-Qur’an.
b) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran
c) Tanya jawab secara klassikal penerapan amar makruf nahi munkar
2. Kegiatan Inti
a) Secara berkelompok mengadakan simulasi bagaimana menerapkan kandungan QS. Ali Imran : 104 ; QS Al-Maidah: 78-80; QS Ash-Shof :3 dan Hadits tentang amar makruf nahi munkar.
b) Mengambil kesimpulan setelah bersimulasi dan diskusi mengenai beramar makruf nahi munkar
c) Mengambil kesimpulan setelah bersimulasi dan diskusi mengenai
d) Beramar makruf nahi munkar
3. Penutup
a) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan.
b) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
c) Guru memberikan tugas
d) Refleksi/Aplikasi Quantum.
G. Sumber Belajar :
a) Buku pelajaran siswa
b) Depag. Al-Qur'an dan terjemahannya
H. Penilaian
1. Penilaian Hasil
a) Tes Tulis
b) Tugas
Mengetahui,
Kepala MA
H. Baharuddin, S. Ag.
Guru Mata Pelajaran
Satiri,S.Pd
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Status Pendidikan : MA JAMIAH ISLAMIYAH
Kelas / Semester : X / Genap
Mata pelajaran : Fiqih
Standar kompetensi: 4. Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga.
Kompetensi Dasar : 4.1.Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit )
A. Tujuan Pembelajaran :
Siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian tentang Hukum perkawinan.
2. Mencari informasi tentang ketentuan pernikahan dalam Islam
3. Merefeksikan hikmah disyari’atkannya nikah
4. Menarik hikmah adanya mahram nikah
5. Mendiskusikan tentang Hukum perkawinan.
6. Menterjemahkan dalil dan Membaca dalil-dalil tentang Hukum perkawinan.
7. Menyimpulkan tentang disyari’atkannya nikah.
B. Materi Ajar : ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya.
C. Metode :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi kelompok
4. Pemberian Tugas
D. Langkah-langkah pembelajaran :
Kegiatan Waktu Aspek life skill yang
dikembangkan
1. Pendahuluan:
Apersepsi dan Motivasi :
a) Memberikan salam dan memulai pelajaran dengan basma-
lah serta mengecek siswa yang tidak masuk.
b) Memberikan apersepsi/ materi yang ada hubungan dengan materi yang
Pemahaman Konsep
diajarkan serta memberikan motivasi.
c) Menyampaikan kompetensi dari materi yang akan diajarkan
d) Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari materi yang akan diajarkan
2. Kegiatan inti
a) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan pengertian tentang hukum perkawinan dalam Islam.
b) Siswa membuka Al-Qur’an untuk mencari dalil yang berkaitan dengan materi (eksplorasi)
c) Siswa ditunjukkan dalil nakli tentang hukum perkawinan dalam Islam.
d) Siswa memabaca dalil nakli yang berkaitan dengan materi/yaitu tentang hukum perkawinan dalam Islam.
e) Guru menunjuk Siswa siswa untuk menjelaskan hukum perkawinan dalam Islam.
f) Guru bertanya kepada siswa tentang hukum perkawinan dalam Islam.
g) Siswa mengidentifikasi tentang hukum perkawinan dalam Islam.
3. Kegiatan penutup.
a) Mengadakan tanya jawab tentang hukum perkawinan dalam Islam.
b) Guru merangkum materi yang baru saja diajarkan.
c) Guru menugaskan keada siswa mencari dail nakli yang berhubungan dengan hukum perkawinan dalam Islam.
d) Menutup pelajaran dengan membaca salam dan membaca hamdalah
E. Sumber Belajar :
1. Buku paket Penidikan Agama Islam kelas XI
2. Buku buku yang relevan dengan materi yang diajarkan
3. LKS Fiqih
4. Al-Qur’an dan terjemahannya
F. Penilaian :
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
1. Menjelaskan pengertian dan hukum pernikahan
Tes tulis Isian 1. Jelaskan pengertian dan hukum pernikahan ?
2. Menyebutkan syarat dan rukun nikah
Tes tulis Jawab Singkat
2. Sebutkan syarat dan rukun nikah ?
3. Menjelaskan pengertian dan hukum khitbah
Tes tulis Isian 3. Jelaskan pengertian dan hukum khitbah ?
4. Menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah
Tes tulis Isian 4. Jelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah ?
5. Menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang
Tes tulis Isian 5. Jelaskan macam-macam pernikahan terlarang ?
6. Menyebutkan ketentuan dan macam-macam wali
Tes tulis Isian 6. Sebutkan ketentuan dan macam-macam wali ?
7. Menjelaskan hukum dan macam-macam mahar
Tes tulis Isian 7. Jelaskan hukum dan macam-macam mahar ?
8. Menjelaskan hukum walimah dan hikmahnya
Tes tulis Isian 8. Jelaskan hukum walimah dan hikmahnya ?
9. Menjelaskan hikmah pernikahan
Tes tulis Isian 9. Jelaskan hikmah pernikahan ?
Mengetahui,
Kepala MA
H. Baharuddin, S. Ag.
Guru Mata Pelajaran
Drs. Tasri Lubis