85
EFEKTIVITAS DAKWAH MELALUI TELEVISI KABEL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN AGAMA DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program StudiKomunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Bayu Budiono NIM:105271100316 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M v

EFEKTIVITAS DAKWAH MELALUI TELEVISI KABEL ......Abbas, Lc., MA. dan pembimbing II Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui efektivitas dakwah

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • EFEKTIVITAS DAKWAH MELALUI TELEVISI KABEL

    TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN AGAMA

    DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA

    TORAJA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Pada Program StudiKomunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh Bayu Budiono

    NIM:105271100316

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1442 H / 2020 M

    v

  • ABSTRAK

    BAYU BUDIONO, NIM 105271100316, Efektivitas Dakwah Melalui Televisi

    Kabel Terhadap Peningkatan Pemahaman Agama di Kecamatan Makale Kab. Tana

    Toraja.Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas agama

    Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh pembimbing I Dr.

    Abbas, Lc., MA. dan pembimbing II Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I.

    Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui efektivitas dakwah melalui

    televisi kabel terhadap peningkatan pemahaman agama dan untuk mengetahui

    faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui televisi kabel terhadap

    peningkatan pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja Prov.

    Sulawesi Selatan.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, karena

    penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta yang ada. Sumber data menggunakan

    data primer dan sekunder, dengan objek penelitiannya adalah pelanggan televisi

    kabel Beta dan televisi kabel Beta. Teknik pengumpulan data menggunakan

    observasi, wawancara dan dokumentasi.

    Hasil dari penelitian skripsi ini, Siaran Rodja Tv yang disediakan oleh

    televisi kabel Beta belum bisa dikatakan efektif karena dalam kebanyakan

    pelanggan televisi kabel Beta belum mengetahui adanya siaran Rodja Tv, tetapi

    pelanggan lebih banyak menyaksikan siaran dakwah melalui chanel konvensional

    pada program acara dakwah tertentu. Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti

    terhadap beberapa masyarakat yang menjadi pelanggan televisi kabel Beta di

    Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja. Terbukti juga banyak diantara pelanggan Tv

    kabel adalah pedagang di pasar dimana mereka lebih memilih media lain yang lebih

    memudahkan mereka untuk bisa mendengarkan ceramah dan siaran dakwah

    melalui handphone (HP) sehingga bisa meningkatkan ilmu agama ataupun

    pemahaman agama mereka. Kemudian faktor pendukung dari efektifitas televisi

    kabel Beta yaitu Tv kabel adalah sarana yang memudahkan pelanggan,

    pemanfaatan siaran lokal, media televisi yang bersifat audio visual, siaran yang

    disediakan bersih. Faktor penghambatnya yaitu penempatan chanel rodja yang

    kurang tepat, sulitnya izin penyiaran beberapa chanel, pemeliharaan jaringan yang

    terganggu, dan kurangnya teknisi.

    vi

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang telah mencurahkan segala

    rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan

    skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang telah

    membimbing umatnya ke arah kebenaran yang diridoi oleh Allah swt. dan keluarga

    serta para sahabat yang setia kepadanya.

    Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya, peneliti dapat

    menyelesaikan tugas dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul: “Efektivitas

    Dakwah Melalui Televisi Kabel Terhadap Peningkatan Pemahaman Agama di

    Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja” Upaya peneliti untuk menjadikan skripsi ini

    mendekati sempurna telah penulis lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki

    penulis maka akan dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun dari

    segi ilmiah.

    Penulis menyadari, tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak,

    skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena

    itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    2. Syekh Dr. Mohammad MT. Khoory, Donatur AMCF beserta jajarannya

    yang berada di Jakarta.

    3. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    vii

  • 4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-Birr Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    5. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran

    Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    6. Dr. Abbas, Lc., MA. Pembimbing I yang dengan ikhlas meluangkan

    waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga

    terwujudnya skripsi ini.

    7. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. Pembimbing II yang dengan ikhlas

    meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

    hingga terwujudnya skripsi ini.

    8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebut satu per satu atas segala ilmu yang

    di berikan dan diajarkan kepada penulis selama di bangku kuliah serta

    bimbingannya yang begitu membekas di diri penulis.

    9. Bapak Jufri Tajuddin selaku pemilik Televisi Kabel Beta yang telah

    memberikan izin untuk melakukan penelitian pada perusahaannya.

    10. Masyarakat Kecamatan Makale dengan dukungan dan kerja samanya serta

    rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan kerja sama

    dan semangat kepada kami. Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk

    disebut satu persatu sehingga terwujudnya penulisan ini.

    11. Teristimewa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk ayah dan

    Ibu, atas segala jasanya yang tak terbalas, doa dan cinta kasihnya yang

    senantiasi mengiringi setiap langkah penulis.

    viii

  • 12. Teristimewa juga penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih dan rasa

    cinta yang terdalam kepada istri tercinta atas segala dukungan, doa dan cinta

    kasihnya yang senantiasi mengiringi setiap langkah penulis.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, baik

    terhadap penulis maupun para pembaca.

    Makassar, 5 Rabiul Akhir 1442 H

    21 November 2020 M

    Penulis

    Bayu Budiono

    Nim: 105271100316

    ix

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

    PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................................. iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................. iv

    SURAT PERNYATAAN .................................................................................... v

    ABSTRAK.......................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

    DAFTAR ISI........................................................................................................ x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Efektivitas............................................................................. 7

    B. Dakwah dan Media Dakwah .................................................................. 8

    1. Pengertian Dakwah............................................................................ 8

    2. Pengertian Media Dakwah............................................................... 26

    C. Televisi dan Televisi Kabel .................................................................. 33

    1. Pengertian Televisi (Tv) .................................................................. 33

    2. Pengertian Televisi Kabel................................................................ 35

    x

  • BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................... 37

    1. Jenis Penelitian ................................................................................ 37

    2. Pendekatan Penelitian...................................................................... 38

    B. Lokasi dan Objek Penelitian................................................................. 38

    C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ................................................. 38

    1. Fokus Penelitian .............................................................................. 38

    2. Deskripsi Fokus Penelitian .............................................................. 38

    D. Sumber Data ......................................................................................... 39

    1. Sumber data primer ......................................................................... 39

    2. Sumber data sekunder...................................................................... 40

    E. Instrumen Penelitian............................................................................. 40

    F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41

    1. Observasi ......................................................................................... 41

    2. Wawancara ...................................................................................... 41

    3. Dokumentasi .................................................................................... 41

    G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 42

    1. Pengumpulan Data (data colection) ................................................ 43

    2. Reduksi Data (data reduction) ........................................................ 43

    3. Validasi Data atau Keabsahan Data................................................. 44

    4. Penyajian Data ................................................................................. 46

    5. Penarikan Kesimpulan ..................................................................... 46

    xi

  • BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Sejarah Berdirinya Televisi Kabel Beta ............................................... 48

    1. Sejarah Berdirinya ........................................................................... 48

    2. Kondisi dan Keadaan Masyarakat/Pelanggan Televisi Kabel Beta. 50

    3. Jangkauan Pelanggan Televisi Kabel Beta ...................................... 51

    4. Struktur Organisasi Televisi Kabel Beta ......................................... 53

    5. Daftar Siaran Televisi Kabel Beta ................................................... 54

    B. Efektivitas Dakwah Melalui Televisi Kabel Terhadap Peningkatan

    Pemahaman Agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja............. 55

    C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Melalui Televisi Kabel

    Terhadap Peningkatan Pemahaman Agama ......................................... 59

    1. Faktor Pendukung............................................................................ 59

    2. Faktor Penghambat .......................................................................... 60

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan........................................................................................... 62

    B. Saran ..................................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64

    RIWAYAT HIDUP........................................................................................... 66

    LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

    xii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Umat muslim yang dilahirkan di dunia ini sebagai khalifah memiliki

    kewajiban untuk menyampaikan dakwah dan menyebarluaskan dakwah. Dakwah

    bukanlah kewajiban kelompok tertentu, instansi tertentu ataupun lembaga tertentu,

    namun setiap muslim berkewajiban menyampaikan agama islam untuk menjamin

    kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia apabila ajaran agama islam

    senantiasa diamalkan dan dijadikan sebagai pedoman hidupnya.

    Setiap muslim juga dibebani wajib mengisi keimanan hati yang rapuh,

    artinya menuntun orang yang beriman untuk tetap menjaga keimanannya.

    Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

    عل م ه و ا

    رب ك

    ن ح س ن ا

    ي ا ه

    ت

    ب ل ل م و جا د

    ا ل سن ة عظ ة

    م و وال

    ب ل ك م ة ك رب

    ي ل سب

    ا ىل

    ا دع

    Terjemahnya:

    دي ن

    م هت ب ل

    ا عل م و ه و

    يل ه سب

    ن ع

    ل ض

    نب

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk1

  • h. 281

    1 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, (Jakarta:CV Darus Sunnah, 2010)

    1

  • 2

    Dalam berdakwah dan menyebarluaskan ilmu agama tentunya peran media

    disekitar kita yang berkembang semakin modern hingga saat ini haruslah menjadi

    garda terdepan dalam memaksimalkan penyampaian isi pesan-pesan dakwah

    kepada mad’u secara berkala dan terus-menerus, media penyiaran dakwah yang

    dimaksud seperti radio, televisi, koran, majalah dan media lainnya.

    Dalam pelaksanaannya komunikasi dakwah memiliki posisi dan pesan

    mediasi yaitu penyampaian berbagai pesan dakwah. Media dakwah dapat

    digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah, baik media antarpersonal,

    media massa, dan media interaktif pada hakikatnya adalah perpanjangan alat indera.

    Artinya, media merupakan isi pesan yang dimuat oleh media.

    Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan

    mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju tatanan

    suatu kesalehan individu dan kesalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan

    keagamaan dan pesan sosialnya merupakan kesadaran untuk senantiasa memiliki

    komitmen (istiqomah) di jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan

    untuk membebaskan individu dan masyarakat dari pengaruh eksternal nilai-nilai

    syaithaniyah dan kejahatan menuju internalisasi nilai-nilai ke-Tuhanan.2

    Melihat lingkungan sekitar kita saat ini yang dikelilingi oleh teknologi yang

    semakin canggih dan modern tentunya dakwahpun saat ini telah banyak

    menggunakan dan memanfaatkan alat-alat penyampai pesan dakwah melalui media

    massa, media massa adalah sarana penyampaian pesan-pesan, aspirasi masyarakat,

    2 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group,

    2006), h.1

  • 3

    dan sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita ataupun pesan kepada

    masyarakat langsung secara luas. Untuk jenis-jenis media massa sendiri ada media

    cetak, misalnya: majalah, koran, surat kabar, dan lain-lain. Selain itu ada media

    elektronik, misalnya: radio, televisi, film atau video, serta media siber, misalnya:

    media sosial, website, portal berita, blog, dan lain-lain.3 Dalam hal ini, televisi

    merupakan media elektronik yang sangat penting dalam penyampaian informasi.

    Dakwah melalui siaran televisi mempunyai nilai yang sifatnya strategis, tidak

    mengenal jarak dan rintangan dimanapun lokasi tempat masyarakat berada televisi

    dapat diakses dengan mudahnya dengan bantuan alat-alat pendukunganya. Dengan

    adanya alat-alat pendukung seperti parabola memiliki daya tarik yang kuat

    dimasyarakat untuk digunakan agar dapat menikmati siaran-siaran televisi yang

    diinginkan.

    Berdasarkan hal tersebut, maka penyampaian pesan-pesan dakwah melalui

    siaran televisi kita tidak perlu lagi berkumpul disuatu majelis taklim, meskipun

    difahami dan tidak dipungkiri mendengarkan pesan-pesan agama secara langsung

    melalui taklim pahala dan keutamaannya lebih tinggi namun perlu diketahui ketika

    kita berada disuatu daerah terpencil, pelosok maupun daerah tertinggal masyarakat

    yang berada pada daerah tersebut akan sulit mendapatkan suatu mejelis taklim yang

    dibawakan oleh para dai. Namun dengan media televisi ini masyarakat tidak harus

    keluar dari rumah untuk mendapatkan nasehat-nasehat agama, kapanpun dapat

    mengakses dan menikmatinya.

    3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta :

    Rineka Cipta, 1996), h. 40

  • 4

    Melihat keadaan masyarakat disuatu daerah dan memanfaatkan teknologi

    yang berkembang saat ini penyiaran siaran televisi saat ini tidak hanya

    menggunakan parabola bahkan masyarakat juga disuguhkan dengan adanya televisi

    kabel atau biasa disebut Tv Kabel. Tv kabel lebih terlihat kelebihan utamanya dari

    keinginan masyarakat yang ingin menyaksikan siaran televisi namun tidak mau

    repot membeli parabola, cukup mereka membayar biaya tagihan dari jasa Tv kabel

    setiap bulannya mereka bisa menikmati siaran yang disajikan.

    Tv kabel berarti media penyebaran siaran televisi menggunakan jaringan

    kabel melalui stasiun dalam memberikan layanan siaran televisi kepada

    masyarakat. Selama daerah dan medan tersebut masih dapat dijangkau dengan

    kabel maka masyarakat didaerah tersebut bisa menikmatinya. Efektivitas inilah

    yang mendukung masyarakat yang tidak harus mengeluarkan dana besar untuk

    membeli parabola namun cukup dengan membayar biaya yang murah dan

    terjangkau siaran setiap bulannya kepada penyedia jasa.

    Tv kabel Beta merupakan salah satu stasiun penyedia layanan Tv kabel yang

    terletak di Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja, dimana Tv kabel ini

    menyediakan siaran-siaran dari berbagai channel Tv nasional maupun

    internasional. Siaran Tv nasional yang disuguhkan kepada masyarakat tentunya

    terdapat didalamnya siaran-siaran yang bernuansa islami atau yang berisi

    didalamnya nilai-nilai keislaman dan dakwah islam, misalnya siaran insan Tv, rodja

    Tv dan lain-lain. Terdapat juga siaran lokal yang digunakan dan dimanfaatkan oleh

    Tv kabel ini untuk menyiarkan keadaan atau suatu acara yang terjadi di daerah

    tersebut secara bergantian.

  • 5

    Siaran agama dari channel Tv nasional keagamaan seperti insan Tu atau

    yang lainnya harus bisa menjadi sarana yang dapat meningkatkan ilmu dan

    pemahaman masyarakat terhadap agama islam, begitu juga dengan memaksimalkan

    siaran Tv lokal harusnya bisa memberikan suguhan-suguhan acara agar bisa

    meningkatkan pemahaman agama dan kualitas agama masyarakat setempat.

    Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti

    efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap peningkatan pemahaman agama di

    Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang yang dipaparkan di atas penulis dapat merumuskan

    permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut:

    1. Bagaimana efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap peningkatan

    pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja ?

    2. Apa faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui Tv kabel terhadap

    peningkatan pemahaman agama?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai adalah :

    1. Untuk mengetahui efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap

    peningkatan pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja

    2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui Tv

    kabel terhadap peningkatan pemahaman agama

  • 6

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain

    sebagai berikut :

    1. Manfaat Teoritis

    a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat muslim Kecamatan

    Makale tentang dakwah melalui Tv kabel Beta.

    b. Memberikan wawasan dibidang keislaman melalui Tv kabel Beta

    kepada masyarakat muslim Kecamatan Makale

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian dapat memberikan penjelasan mengenai keefektivan

    dakwah Tv kabel Beta bagi masyarakat muslim dalam menambah ilmu dan

    pengetahuan keagamaan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Efektivitas

    Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

    berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas pada

    dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa

    dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan

    diantara keduanya.4 Definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kata

    efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil, jadi

    efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu

    kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.5

    Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan

    penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Kata efektivitas sebagai tingkat

    pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Efektivitas

    berarti daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan

    untuk mempengaruhi.

    Efektivitas juga bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan

    tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

    Efektivias dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana

    dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan,

    233.

    4 Sondang P. Siagian, Teori Efektivitas, (Bandung: Lokopedia, 2001), h. 24.

    5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Efektivitas, (Jakarta: Lokopedia, 2004), h.

    7

  • 8

    serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan

    dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.6

    Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa efektivitas adalah

    suatu keadaan yang menunjukkan sampai sejauh mana rencana atau tujuan

    dapat tercapai. Tujuan dapat dikatakan efektif apabila semakin banyak rencana

    yang dapat dicapai, maka semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata

    efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai

    dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

    Media dakwah Islam dapat dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria,

    diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa

    hasil.

    B. Dakwah dan Media Dakwah

    1. Pengertian Dakwah

    Dakwah menuju jalan Allah, maknanya adalah mengajak orang lain agar

    melaksanakan perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya. Hal itu berarti

    memerintahkan orang lain untuk melakukan segala kebaikan, dan melarang

    orang lain dari segala keburukan. Allah subhana wata’ala ketika menjelaskan

    makna dakwah berfirman,

    ل ن ة

    ا

    ل ي دع و إ

    وا

    ن ار ال

    ل إ

    دع و ن ك ي

    ولى ئ أ

    Terjemahnya:

    6 Sondang P. Siagian, Teori Efektivitas, h. 24

  • 9

    Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga. (Q.S Al Baqarah: 221) 7

    Makna dakwah disini adalah menyeru dan mengajak serta memerintah.

    Allah berfirman ketika menceritakan seorang mukmin dari kalangan

    pengikut Firaun

    ل الن ا ر ا

    وت دع ون ن

    جوة ى

    ل الن ا دع و كم ا

    ما ل

    قو م

    ويى

    Terjemahnya:

    Dan wahai kaumku! Bagaimanakah ini, aku menyerumu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeruku ke neraka? (Q.S Gafir: 41)8

    Berdasarkan hal tersebut, maka makna dakwah secara syara’ adalah,

    mengajak orang lain agar melakukan segala perintah Allah, baik berupa ucapan

    atau amalandan meninggalkan segala larangan Allah baik berupa ucapan atau

    perbuatan.

    Dalam makna ini Syaikhul Islam berkata, “Yaitu ajakan beriman kepada

    Allah dan kepada segala hal yang dibawa oleh para rasulNya serta ajakan

    kepada menaati mereka dengan sesuatu yang mereka perintahkan. Maka

    dakwah kepada sesuatu yang dibawa para rasul adalah termasuk dakwah kepada

    Allah.

    Dakwah kepada Allah maknanya adalah memerintahkan dan mengajak

    makhluk dan hamba untuk menaati perintah Allah, berupa iman kepadaNya dan

    kepada segala hal yang dibawa oleh para Rasul, termasuk didalamnya adalah

    7 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, (Jakarta:CV Darus Sunnah,2010) h.

    35

    8 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, h. 472

  • 10

    agama secara keseluruhan. Oleh karena itu, dakwah dalam Al-Quran

    diungkapkan dalam bentuk seruan dan ajakan, seperti ungkapan, “Wahai

    manusia! Wahai orang-orang yang beriman! Wahai ahli kitab! Wahai Bani

    Israil! Wahai anak-anak Adam!” dan kalimat lainnya yang menunjukkan makna

    permintaan, perintah, dan ajakan.9

    a. Unsur-Unsur Dakwah

    1) Subjek Dakwah

    Subjek dakwah adalah seorang atau sekumpulan orang yang menjadi

    sumber ide, sehingga pesan dakwah akan sangat dipengaruhi oleh keahlian,

    kecerdasan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku subjek dakwah. Akibat

    perkembangan ilmu dan teknologi yang membawa masyarakat

    permasalahan yang semakin kompleks, maka dakwah juga dituntut untuk

    berkembang atau berubah baik dari segi pendekatan, metode, maupun

    teknik penyampaiannya. Dakwah yang mengikuti pola kehidupan umat

    tidak akan kehilangan relevansi dan justru mengena pada sasaran dakwah.

    Untuk dapat menemukan pendekatan dakwah yang tepat, subjek

    dakwah baik yang berwujud perorangan maupun organisasi- harus

    memenuhi dua syarat yaitu tafaqquh fid diin dan tafaqquh fin naas.10

    Tafaqquh fid diin ialah paham akan risalah atau materi dakwah yang

    akan disampaikan, serta mampu menerapkan ajaran tersebut ke dalam

    realitas kemasyarakatan yang kongkrit dalam konteks budaya setempat.

    9 Beni Sarbeni, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta: Darul Haq, 2018), h. 19-20.

    10 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Semarang: Ramadhani, 1981), h. 148

  • 11

    Contoh dalam hal ini adalah pendekatan budaya yang dilakukan oleh Wali

    Songo. Dalam dakwahnya mempergunakan cara-cara yang luwes,

    menafsirkan secara baru cerita wayang yang telah dikenal rakyat ke dalam

    nuansa Islam. Sehingga al-Qur’an dapat diterima secara enak oleh

    penguasa-penguasa di daerah pedalaman.11

    Sedangkan tafaqquh fin naas adalah paham akan keadaan sosio-

    kultural dari sasaran dakwah, juga permasalahan yang dihadapinya. Subjek

    dakwah mampu untuk mengatasi masalah dan kebutuhan kongkrit sasaran

    dakwah berdasar dan berpedoman kepada cara-cara ilmiah yang dibenarkan

    oleh al-Qur’an atau Hadist.12

    Termasuk dalam bagian ini adalah menguasai ilmu jiwa, sosiologi,

    demografi, sosiografi dan ilmu kemasyarakatan lainnya. Dari dua syarat

    tersebut dapat ditemukan pendekatan dakwah yang tepat, yang pada

    gilirannya masyarakat sebagai sasaran dakwah akan merasa perlu dan butuh

    terhadap dakwah serta mau menyambut seruan dakwah karena merasa

    kepentingannya diperhatikan.

    Pendekatan dakwah menuntut kualifikasi yang baik dari subjek

    dakwah. Menurut Syeikh Muhammad Abduh kualifikasi seorang da’i

    adalah:

    11 Rosihan Anwar, Demi Dakwah, (Bandung: Al Ma’arif, 1976), h. 9

    12 Rosihan Anwar, Demi Dakwah, h. 9

  • 12

    1) hendaklah seseorang pemberi dakwah mempunyai pengetahuan

    yang sempurna tentang al-Qur’an, Hadits, Sejarah Nabi, Sejarah

    para sahabat;

    2) berpengetahuan tentang keadaan umat yang didakwahi, sosial,

    ekonomi, dan budaya;

    3) berpengetahuan tentang sejarah supaya dapat mengetahui dari mana

    sumber kerusakan akhlaq dan timbulnya adat istiadat yang

    mengganggu kecerdasan berfikir;

    4) berpengetahuan tentang ilmu bumi atau geografi, sehingga diketahui

    kondisi geografi suatu daerah yang menjadi medan dakwah;

    5) menguasai ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan mengamalkannya;

    6) mengetahui kehidupan dan kesenian yang berlaku dikalangan umat;

    serta

    7) menguasai ilmu sosiolog, politik, dan bahasa.13

    Syekh Al-Maroghy dalam tafsirnya juz 4 menambahkan bahwa seorang

    da’i harus memenuhi syarat-syarat:

    1) alim dibidang al-Qur’an, Sunnah, menguasai biografi Rasulullah

    SAW, dan Khulafaurrosyidin;

    2) mampu memahami kondisi atau hal ihwal dari sasaran dakwah yaitu

    tentang masalah-masalah yang dihadapi mereka, potensi yang

    dimiliki, tabiat/wataknya, akhlak, serta kehidupan sosialnya;

    3) menguasai bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang

    13 Hamka, Tafsir Al Azhar juz 4, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 47-51

  • 13

    didakwahi, sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan kepada

    beberapa sahabat untuk mempelajari bahasa Ibrani guna dijadikan

    alat berdialog dengan orang Yahudi yang bertetangga dengan beliau

    dan untuk mengetahui hakekat mereka; dan

    4) memahami agama, aliran, dan mazhab-mazhab atau sekte-sekte

    umat agar da’i mengetahui mana yang batil yang terkandung di

    dalamnya. Sebab apabila seseorang itu tidak memahami tentang

    adanya kebatilan yang dianutnya itu, tentulah orang tersebut akan

    sulit menerima kebenaran yang dibawa oleh da’i.14

    Uraian di atas menegaskan bahwa pengetahuan agama belum cukup

    untuk menjadi seorang da’i. Butuh kemampuan lain seperti pengetahuan

    umum, bahasa, serta kemampuan untuk merumuskan dan mencari

    pemecahan masalah umat. Materi dakwah yang disampaikan akan terasa

    aktual dan tidak membosankan, juga membuka mata pada realitas yang

    tengah dialami oleh umat.

    2) Objek Dakwah

    Sasaran dakwah ialah manusia yang diajak ke jalan Tuhan atau yang

    menjadi sasaran dari usaha dakwah. Sasaran dakwah bermacam-macam

    bentuk dan keadaannya, ada yang sudah Islam ada yang belum, ada yang

    cerdas dan ada yang bodoh, ada yang kaya dan miskin, ada yang tebal

    imannya dan masih tipis imannya. Kemudian ada yang hanya

    14 M. Rosyid Ridla, Afif Rifa’i dan Suisyanto, Pengantar Ilmu Dakwah: Sejarah,

    Perspektif, dan Ruang Lingkup,(Yogyakarta: Samudra Biru, 2017). h. 36-37

  • 14

    memperlihatkan keperluan beragama pada peristiwa-peristiwa penting

    dalam kehidupan mereka seperti pada waktu lahir, nikahan, meninggal, dan

    sebagainya. Jadi masyarakat sasaran dakwah adalah beragam, beragam

    dalam budaya, tingkat keagamaannya, kondisi sosial ekonominya, dan

    sebagainya.

    Masyarakat sebagai sasaran dakwah dengan segala kompleksitasnya

    harus dipelajari atau diteliti terlebih dahulu. Karena berdakwah di kalangan

    anak-anak akan berbeda penyampaian dengan remaja atau orang tua. Begitu

    juga dengan cara berdakwah di kalangan buruh, mahasiswa, petani, guru,

    pedagang, pejabat pemerintah, tentara, wanita dan sebagainya.15 Semua

    perlu dipelajari karena setiap sasaran dakwah dengan karakteristiknya

    memerlukan pendekatan atau cara dakwah yang berbeda. Asumsinya adalah

    suatu metode dakwah yang cocok diterapkan pada suatu kelompok

    masyarakat, belum tentu dapat diterapkan pada kelompok lain.

    Sasaran dakwah terbagi menjadi dua yaitu sasaran internal yang

    terdiri dari semua lapisan masyarakat yang sudah memeluk agama Islam.

    Serta sasaran eksternal yaitu masyarakat yang belum memeluk agama

    Islam. Dalam menyampaikan dakwahnya seorang da’i harus

    memperhatikan karakteristik sasaran atau objek dakwah, yang meliputi

    jenis kelamin, umur, pendidikan, ekonomi atau status sosial, hingga pada

    level geografis atau area tempat hidupnya umat.16 Karena perlu diketahui

    15 A. Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam,(Yogyakarta: Nida, 1971), h. 26

    16 Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra, 1973), h.

    61

  • 15

    bahwa sasaran dakwah adalah masyarakat yang selalu berubah, berubah

    aspirasinya, berubah pandangan hidupnya, berubah cita rasanya, sehingga

    materi dakwah yang disampaikan pada waktu lalu mungkin tidak relevan

    lagi disampaikan pada saat sekarang. Karena itu sampaikanlah ajaran Islam

    dengan orientasi dan analisa yang berbeda serta gaya berbeda pula.

    3) Materi Dakwah

    Materi dakwah ialah bahan-bahan yang dipergunakan untuk

    berdakwah dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Adapun sumber-sumber

    materi dakwah adalah al-Qur’an dan Hadits, sejarah perjuangan Nabi dan

    ilmu pengetahuan umum. Materi dakwah tersebut merupakan akumulasi

    dari keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam al-Quran dan Sunnah. Dalam

    pelaksanaannya, masing-masing materi dakwah tersebut dapat dijabarkan

    secara proporsional sesuai dengan kebutuhan sasaran dakwah.

    Materi dakwah adalah pesan, isi atau muatan yang disampaikan da’i

    kepada umat. Secara garis besar, materi dakwah dapat dikelompokkan ke

    dalam masalah akidah, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan urusan

    publik. Menggunakan bahasa lain, Ali Yafie menyebutkan lima pokok

    materi dakwah, yaitu masalah kehidupan, manusia, harta benda, ilmu

    pengetahuan, masalah akhlak.17 Konsep tentang iman misalnya, dapat

    dijelaskan tentang ragam dan cakupan dari persoalan keimanan baik yang

    sudah dikonsep dalam al-Qur’an maupun Sunnah. Begitu pula tentang

    17 Julianto Saleh Ismijati, Ed., Ilmu Dakwah Perspektif Jender, (Aceh: Bandar Publishing,

    2009), h. 38

  • 16

    hukum Islam dapat dijabarkan dalam dimensi yang sangat luas ketika

    bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari.

    Cakupan materi dakwah yang lengkap dan komprehensif tersebut

    akan mempengaruhi kondisi keislaman seorang penerima dakwah. Oleh

    karena itu, semakin lengkap, sempurna, dan rinci penyampaian pesan

    dakwah, maka akan semakin sempurna pemahaman dan penerimaan

    seseorang terhadap pesan dakwah yang disampaikan. Begitu juga

    sebaliknya, pemahaman atau materi dakwah yang disampaikan secara

    parsial justru mengundang masalah baru berupa pemahaman yang dangkal,

    dapat juga keliru, bahkan berpeluang mengarah pada radikalisme.

    Materi dakwah yang baik adalah materi yang sesuai dengan apa yang

    dibutuhkan oleh objek dakwah, dengan demikian mereka merasa mendapat

    manfaat dari materi yang disampaikan. Materi dakwah tidak hanya

    membahas masalah akhirat saja, tetapi juga masalah keduniaan yang tengah

    dihadapi. Sebab Risalah dibawakan justru untuk memecahkan persoalan-

    persoalan hidup yang nyata dalam berbagai aspeknya.18

    Permasalahan materi dakwah pada saat sekarang ini ialah

    kebanyakan materi dakwah yang disampaikan cenderung berkisar pada

    masalah fiqih ibadah saja, jarang sekali menyentuh fiqih muamalah dan

    akhlak, apalagi yang berhubungan dengan masalah sosial, ekonomi dan

    politik. Hal ini menimbulkan kesan Islam kurang lengkap dan kurang

    mempunyai relevansi dengan konteks permasalahan umat. Materi dakwah

    18 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, h. 89

  • 17

    tidak secara langsung mengenai kebutuhan masyarakat, masalah-masalah

    kemasyarakatan kurang tersentuh oleh dakwah atau para da’i kurang

    perhatian terhadap masalah-masalah itu sehingga merasa tak berkewajiban

    menjawabnya.

    4) Metode Dakwah

    Metode dakwah di sini menyangkut cara bagaimana dakwah

    dilaksanakan. Dalam berdakwah penggunaan metode yang tepat sangat

    berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Suatu usaha agar supaya

    tujuannya tercapai memerlukan suatu pedoman atau cara, demikian juga

    dengan usaha dakwah. Dalam al-Qur’an telah ditetapkan mengenai sebagian

    pedoman pelaksanaan dakwah yaitu terdapat dalam surat an-Nahl ayat 125:

    ن رب ك ح س ن ا

    ي ا ه

    ت

    ب ل ل م و جا د

    ا ل سن ة عظ ة

    م و وال

    ب ل ك م ة ك رب

    ي ل سب

    ا ىل

    ا دع

    Terjemahnya:

    دي ن

    م هت ب ل

    ا عل م و ه و

    يل ه سب

    ن ع

    ل ض

    ن ب

    ا عل م ه و

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.19

    Secara garis besar, terdapat tiga metode dakwah, yakni bil hikmah,

    mau’idzah hasanah, dan mujadalah. Pertama, metode dakwah melalui bil

    hikmah atau dapat dimaknai dengan kebijaksanaan (tindakan yang baik dan

    tepat). Cara hikmah menurut Mukti Ali adalah kesanggupan para da’i untuk

    menyiarkan Islam dengan mengingat waktu dan tempat serta masyarakat

  • 18

    19 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, h.281

  • 19

    yang dihadapi.20 Artinya dalam berdakwah perlu memperhatikan situasi dan

    kondisi objek dakwah, kemudian menyesuaikan materi dengan situasi dan

    kondisi objek dakwah tersebut.

    Dakwah dengan metode hikmah (kebijaksanaan) ini jangkauannya

    lebih luas, tidak sekedar menyampaikan pesan dakwah dengan lisan atau

    tulisan saja. Dakwah dengan metode ini bisa dikatakan sebagai dakwah bil

    ro’yi, artinya bagaimana mengajak orang lain untuk melaksanakan ajaran

    agama Islam dengan metode argumentasi, alasan-alasan, dalil-dalil serta

    penalaran yang dapat diterima akal apabila sasaran dakwahnya adalah kaum

    intelektual. Metode ini juga digunakan dengan menekankan amal nyata atau

    dengan suri tauladan yang baik dari juru dakwah bila sasaran dakwahnya

    adalah masyarakat awam.

    Oleh karena itu, penekanan metode ini adalah aplikasi dari ajaran

    Islam yang dilakukan oleh juru dakwah. Akumulasi dari proses dakwah

    dengan metode bil hikmah ini adalah lahirnya tatanan sosial yang sesuai

    dengan norma agama, karena dalam metode dakwah ini selalu menekankan

    aplikasi nyata secara bersama-sama antara juru dakwah dan sasaran dakwah

    terhadap pesan dakwah yang sudah disusun secara sistematis.

    Kedua, metode dakwah yang mau’idzah hasanah atau tutur kata

    yang baik yakni berupa nasehat-nasehat, anjuran ataupun didikan-didikan

    yang mudah dipahami. Ketika dakwah dilaksanakan dengan tutur kata yang

    baik, maka akan dapat mengundang simpati objek dakwah dan dapat

    20 A. Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam, h. 14

  • 20

    mengetuk hati mereka untuk mengikuti ajakan dakwah. Agar kata-katanya

    diikuti oleh objek dakwah maka tindak laku seorang da’i harus merupakan

    contoh teladan yang baik bagi orang lain. Sering kali perbuatan yang baik

    itu lebih ampuh pengaruhnya daripada kata-kata yang baik.21

    Untuk dapat menyajikan materi dakwah menjadi suatu hal yang

    mudah dipahami, bukanlah perkara mudah. Diperlukan suatu kepandaian

    dan kebijaksanaan (hikmah), bagaimana membuat tutur kata yang baik dan

    kapan saat yang tepat untuk menyampaikannya. Metode dakwah ini lebih

    menekankan dalam bentuk tutur kata yang baik dalam penyampaian pesan

    dakwah. Banyak macamnya dakwah dengan metode ini antara lain,

    pengajian umum, majelis taklim, penataran dan khutbah Jumat, serta

    berbagai kegiatan keagamaan, seperti perayaan hari besar dan lain

    sebagainya.

    Ketiga, metode dakwah yang mujadalah. Metode ini digunakan

    apabila ada pertanyaan atau bantahan dari objek dakwah, maka jawablah

    dengan cara yang baik, ajaklah berdebat dengan cara yang baik sehingga

    memuaskan mereka. Dalam menjawab pertanyaan objek dakwah maupun

    dalam berdebat dengan mereka perlu pula diperhatikan tingkat kecerdasan

    mereka sebagaimana sabda Nabi yang menyuruh kita untuk berbicara

    kepada manusia menurut kecerdasan mereka. Sebagaimana tersebut dalam

    21 A. Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam, h. 12

  • 21

    hadits sebagai berikut yang artinya “Berbicaralah kepada manusia menurut

    kecerdasan mereka masing-masing.”22

    Dalam diskusi yang harus dijaga adalah perdebatan yang terjadi

    dengan cara baik, sabar, tidak sempit dada. Sebab juru dakwah harus

    mengerti bahwa tujuannya bukan menang dalam perdebatan tetapi dapat

    memuaskan lawan dan membawanya kepada kebenaran.23 Dengan

    demikian dalam berdiskusi diperlukan kebijaksanaan. Contoh dakwah

    dengan cara ini adalah dialog antara Islam dan Kristen yang bahkan sudah

    dibukukan.

    Dakwah melalui bertukar pikiran harus dilakukan dengan sopan

    santun dan cara-cara yang baik, agar pesan dakwah yang disampaikan dapat

    diterima dengan baik. Kegiatan dakwah dengan metode ini antara lain dalam

    bentuk kegiatan seminar, diskusi, dialog agama dan konseling agama.

    Metode dakwah ini menekankan adanya argumentasi yang rasional dalam

    menyampaikan pesan-pesan dakwah, karena antara juru dakwah dan sasaran

    dakwah akan terjadi interaksi secara langsung, sehingga semakin kuat

    logika berpikir yang diterapkan, maka akan lebih besar pengaruhnya.

    Dalam melaksanakan kegiatan dakwah, metode yang sudah dibahas

    di atas dapat diterapkan secara bersama-sama, bahkan sulit dalam

    melakukan dakwah hanya dengan menggunakan satu metode tertentu. Oleh

    karena itu, dakwah yang menggunakan beberapa metode akan terlaksana

    22 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta : Bulan Bintang,

    1979), h. 58

    23 Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya: Al Ikhlas, 1981), h. 57

  • 22

    dengan baik dibanding menggunakan satu metode tertentu. Penentuan

    penggunaan metode dakwah harus mempertimbangkan situasi dan kondisi

    masyarakat sebagai sasaran saat berlangsungnya kegiatan dakwah.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode dakwah

    merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan di dalam menghadapi

    berbagai macam objek dakwah yang berada dalam berbagai situasi dan

    kondisi. Hikmah merujuk pada cara atau taktik dakwah, sedang mau’idzah

    hasanah lebih menunjukkan kepada bentuk dakwah. Dalam

    pengembangannya metode al-qur’an tersebut dapat dikembangkan sesuai

    dengan situasi dan kondisi objek dakwah. Heterogenitas objek dakwah

    membutuhkan metode yang berbeda-beda untuk menghadapinya.

    Kemudian berdasarkan ayat tersebut, Syekh Muhammad Abduh

    dalam tafsir Al-Manar juz III yang dikutip oleh M. Natsir menyimpulkan

    bahwa:

    1. Metode bil hikmah digunakan untuk menghadapi golongan cerdik

    pandai atau ilmuwan, di mana dalam dakwah kepada mereka disertai

    dengan alasan-alasan, dalih dan hujjah yang dapat diterima oleh

    kekuatan akal mereka.

    2. Mau’idhoh hasanah digunakan untuk menghadapi golongan awam

    yang belum dapat berfikir secara kritis. Dakwah dengan cara mau’idhoh

    hasanah ini berupa anjuran, didikan dan ajaran-ajaran yang mudah

    dipahami.

  • 23

    3. Mujadalah bil lati hiya ahsan digunakan untuk golongan di antara

    dua golongan di atas, yaitu berupa diskusi, tukar fikiran secara baik,

    karena golongan ini mempunyai tingkat kecerdasan yang belum begitu

    tinggi sehingga tidak sesuai dilayani dengan hikmah maupun mau’idhoh

    hasanah.24

    b. Macam-Macam Dakwah

    Secara umum dakwah Islam dapat dikategorikan kedalam tiga macam,

    yaitu:

    1. Dakwah bi al-lisan

    Dakwah bi al-lisan yaitu dakwah yang secara langsung disampaikan

    dalam wujud lisan sehingga ada interaksi yang terjalin antara pemberi

    dakwah dengan orang yang mendengarkan dakwah tersebut. Dengan

    dakwah lisan atau dakwah langsung, seseorang bisa langsung

    mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan oleh pemberi

    dakwah, jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka orang tersebut bisa

    langsung menanyakan langsung hal tersebut agar lebih jelas dan mampu

    dipahami. Dakwah yang dilaksanakan dengan lisan dilakukan antara lain

    dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode

    ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik

    ceramah di majlis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau ceramah

    pengajian. Dari aspek jumlah, dakwah melalui lisan (ceramah) ini sudah

    24 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Semarang: Ramadhani, 1981) h. 159

  • 24

    cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah

    masyarakat.

    2) Dakwah bi al-hal

    Dakwah bi al-hal secara etimologi merupakan gabungan dari kata

    dua kata yaitu kata dakwah dan al-hal. Kata dakwah artinya menyeru,

    memanggil. Sedangkan kata al-hal berarti keadaan. Jika dua kata tadi

    dihubungkan maka dakwah bi al-hal mengandung arti “memanggil,

    menyeru dengan menggunakan keadaan, atau menyeru, mengajak dengan

    perbuatan nyata”.

    Dakwah secara terminologis mengandung pengertian: mendorong

    manusia agar berbuat kebijakan dan menuntut pada petunjuk, menyeru

    mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar

    mereka mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

    Dakwah bi al-hal yaitu memanggil, menyeru manusia kejalan Allah

    SWT untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menggunakan keadaan

    manusia yang didakwahi atau memanggil ke jalan Allah SWT untuk

    kebahagiaan manusia dunia dan akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai

    dengan keadaan manusia. Dakwah bil al-hal adalah dakwah dengan

    perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, terbukti bahwa

    pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan adalah pembangunan masjid

    Quba, mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan ukhuwah

    Islamiyah.25

    25 Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 97-98

  • 25

    Dakwah bil hal merupakan aktivitas dakwah islam yang dilakukan

    dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima

    dakwah. Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang

    dibutuhkan oleh penerima dakwah. Al-Qur’an menyebutkan kegiatan

    dakwah dengan “Ahsanul qaul Wal Haal” (ucapan dan perbuatan yang

    baik). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 33, sebagai

    berikut:

    م ن ن

    ن إ

    ل وق ا

    ل ااا مل ص

    وع

    ا

    ل إ

    د ع ا

    ن م

    والً ق

    ن س ي

    أ ح ن م سل

    وم

    ال م

    Terjemahnya:

    Siapakah yang paling baik perkataannya dripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”.26

    Dakwah bi al-hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi

    keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya

    nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat

    sebagai objek dakwah.27 Dakwah bi al-hal dilakukan oleh Rasulullah,

    terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi

    yaitu membangun masjid Al-Quba, mempersatukan kaum Anshor dan

    Muhajirin. Kedua hal ini merupakan dakwah nyata yang dilakukan oleh

    Nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bi al-hal

    26 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, h. 480

    27 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.11

  • 26

    3) Dakwah bi al-Qalam

    Dakwah bi al-qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan

    dengan keahlian menulis surat kabar, majalah, buku, maupun internet.

    Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas dari

    media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan

    waktu secara khusus untuk kegiatannya.

    c. Tujuan Dakwah

    Dakwah memiliki tujuan yang beragam sesuai dengan latar belakang

    misi penyelenggaraan dakwah itu sendiri. Hakikatnya adalah dakwah

    bertujuan untuk menyampaikan kebenaran, memahamkan ajaran kebenaran

    yang ada dalam al-Qur’an, serta mengajak manusia mengamalkan ajaran

    Islam. Amin dan Mashur menjelaskan tujuan dakwah ke dalam dua bagian,

    yakni tujuan dakwah secara umum untuk tercapainya kebahagiaan hidup

    manusia di dunia dan akhirat. Adapun tujuan dakwah secara khusus dapat

    dilihat dari segi obyek dan materi dakwah yang disampaikan. Dari segi

    obyek dakwah, penyelenggaraan dakwah bertujuan:

    1) Terbentuknya pribadi muslim yang taat kepada Allah SWT dan

    berakhlak mulia;

    2) Terbentuknya keluarga sakinah;

    3) Terciptanya masyarakat yang sejahtera, damai, dan Islami; dan

  • 27

    4) Terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian,

    ketenangan, keadilan tanpa adanya diskriminasi dan ekspoitas.28

    Tujuan dakwah di atas terlebih dahulu mengarah pada kemaslahatan

    ummat Islam, kemudian barulah memandang kepada kedamaian dunia. Ini

    juga membuktikan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin.

    Sedang tujuan dakwah ditinjau dari segi materi dakwah meliputi:

    1) Tujuan akidah, tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia;

    2) Tujuan akhlak, terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan

    berakhlakul karimah; dan

    3) Tujuan hukum, terbentuknya umat manusia yang mematuhi hukum-

    hukum yang telah disyari’atkan Allah SWT.29

    2. Pengertian Media Dakwah

    Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi lima,

    sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz :

    Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah

    dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan,

    penyuluhan, dan sebagainya.

    Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms),

    spanduk dan lain-lain.

    Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

    Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran

    28 Masyhur, Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1997),

    h. 168-179

    29 Masyhur, Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 24-25

  • 28

    atau penglihatan dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi, slide, internet, dan

    sebagainya.

    Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam

    yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.30

    Ada beberapa macam media dalam suatu proses dakwah. Secara umum

    media-media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah terdiri dari :

    a. Media Visual

    Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan

    untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Yang termasuk dalam

    media ini diantaranya yaitu:

    (1) Film Slide

    Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif yang

    telah diprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa

    yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide melalui proyektor

    yang kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen. Kelebihan dari

    film slide ini adalah mampu memberikan gambaran yang jelas kepada

    audiens tentang informasi yang disampaikan oleh seorang juru

    dakwah.31

    (2) Overhead Proyektor (OHP)

    OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan

    program kedalam screen dari program yang telah disiapkan melalui

    30 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 120

    31 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 116-117

  • 29

    plastik transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk menyampaikan

    materi dakwah kepada kalangan terbatas baik sifat maupun tempatnya.

    Kelebihan menggunakan media ini adalah program dapat disusun sesuai

    dengan selera da’i dan apalagi jika diwarnai dengan seni grafis yang

    menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan ruangan khusus

    yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da’i dalam

    mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.

    (3) Gambar dan Foto

    Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang sering

    dijumpai, keduanya sering dijadikan media iklan yang cukup menarik

    seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam perkembangannya

    gambar dan foto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam hal

    ini, gambar dan foto yang memuat informasi/pesan yang sesuai dengan

    materi dakwah. Seorang da’i yang inovatif akan mampu memanfaatkan

    gambar dan foto untuk kepentingan dakwahnya secara efektif dan

    efisien. Kelebihan dari media ini adalah kesesuaiannya antara dakwah

    dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan surat kabar, atau

    majalah serta keaslian situasi melalui pengambilan foto langsung. Biaya

    tidak mahal dan dapat dilakukan kapan saja dengan tidak bergantung

    kepada berkumpulnya komunikan. Kelemahannya, da’i tidak dapat

    memonitor langsung keberhasilan dakwah, salain itu menuntut

    kreatifitas dan inovasi da’i

  • 30

    b. Media Audio

    Media audio adalah alat yang dioperasikan sebagai sarana

    penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran.32

    1. Radio

    Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah

    efektif dan efisien. Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan

    mudah dan praktis, dengan demikian dakwah akan mampu menjangkau

    jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Disamping itu radio

    mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan

    sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya yakni

    musik, kata-kata dan efek suara.33

    2. Tape Recorder

    Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam

    suara ke dalam pita kaset dan dari pita kaset yang telah berisi rekaman

    suara dapat diplayback dalam bentuk suara. Dakwah dengan tape

    recorder ini relatif mengahabiskan biaya yang murah dan dapat

    disiarkan ulang kapan saja sesuai kebutuhan. Di samping itu da’i dapat

    merekam program dakwahnya disuatu tempat dan hasil rekamannya

    disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.34

    32 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 116-117

    33 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 120

    34 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 119-120

  • 31

    c. Media Audio Visual

    Media audio visual adalah media penyampai informasi yang dapat

    menampilkan unsur gambar dan suara secara bersamaan pada saat

    menyampaikan pesan dan informasi.35

    1) Televisi

    Di beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak

    menghabiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau dakwah Islam

    dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis

    jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang

    ditimbulkan akan lebih mendalam.36 Program-program siaran dakwah

    yang dilakukan hendaknya mengenai sasaran objek dakwah dalam

    berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan

    pengetahuan dan aktifitas beragama melalui program-program siaran

    yang disiarkan melalui televisi.

    2) Film

    Jika film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi misi

    dakwah adalah naskahnya, diikuti skenario, shooting dan actingnya.

    Memang membutuhkan keseriusan dan waktu yang lama membuat film

    sebagai media dakwah karena disamping prosedur dan prosesnya lama

    dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup besar.

    35 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 120

    36 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 154

  • 32

    Namun dengan media film ini dapat menjangkau berbagai kalangan.37

    3) Internet

    Dengan media internet dakwah dapat memainkan peranannya

    dalam menyebarkan informasi tentang Islam keseluruh penjuru, dengan

    keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batasan wilayah,

    cultural dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis Madjid

    mengatakan :

    “Pemanfaatan internet memegang peranan amat penting, maka umat

    Islam tidak perlu menghindari internet, sebab bila internet tidak

    dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam sendiri yang akan rugi.

    Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga menyediakan

    informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk

    bekerja.”

    Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh

    jaringan internet dalam membentuk jaringan dan pemanfaatan dakwah,

    maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan- jaringan

    informasi tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim atau

    cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan

    menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode yang

    beragam variasinya.38 Begitu pula dengan media sosial yang semakin

    berkembang saat ini seperti youtube, facebook, Instagram dan

    37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 121

    38 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 156

  • 33

    sebagainya yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh

    seorang da’i karena efektifitas pada saat ini sangat tinggi.

    d. Media Cetak

    Media cetak adalah untuk menyampaikan informasi melalui tulisan

    yang tercetak. Media ini sudah lama dikenal dan mudah dijumpai dimana-

    mana.39

    1) Buku

    Para ulama salaf telah mempergunakan media buku sebagai

    media dakwah yang efektif. Bahkan buku-buku dapat bertahan lama,

    dan menjangkau masyarakat secara luas menembus ruang dan waktu.

    Para da’i atau ulama penulis cukup banyak yang telah mengabadikan

    namanya dengan menulis dan mengarang buku sebagai kegiatan

    dakwahnya. Seperti halnya Imam Al-Ghazali menulis Ihya’

    ‘Ulumuddin, Imam Nawawi menulis Riyadh Ash-Shalihin, dan lain-

    lain.40

    2) Surat kabar

    Surat kabar beredar dimana-mana, karena di samping harganya

    yang murah beritanya juga sangat up to date dan memuat berbagai jenis

    berita. Surat kabar cepat sekali peredarannya karena jika terlambat

    beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan

    cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui surat

    39 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 120

    40 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 123

  • 34

    kabar sangat efektif dan efisien yaitu dengan cara da’i menulis rubrik di

    surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan rubrik agama.

    3) Majalah

    Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau

    misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai ciri

    tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan,

    teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah

    mempunyai ciri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan

    sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah

    kedalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika majalah tersebut

    majalah keagamaan, maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah.

    Jika berdakwah melalui majalah maka seorang dai’i dapat

    memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang

    berhubungan dengan dakwah Islam.41

    Media dakwah sangat diperlukan untuk menyempurnakan

    tercapainya pesan dakwah yang akan diterima oleh mad’u, berbagai bentuk

    media dakwah dapat diterapkan dengan menyesuaikan kondisi dari si

    penerima pesan dakwah atau mad’u itu sendiri.

    C. Televisi dan Televisi Kabel

    1. Pengertian Televisi (Tv)

    Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa

    Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi,

    41 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 124

  • 35

    kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu

    tempat yang berjarak jauh.42

    Pendapat lain menyebutkan, televisi dalam bahasa Inggris disebut

    television. Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan visi (vision)

    yang berarti penglihatan.43

    Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar (audio- visual).

    Ia berbeda dengan media cetak yang lebih merupakan media pandang. Orang

    memandang gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengar atau

    mencerna narasi atau narasi dari gambar tersebut.44

    Televisi merupakan salah satu bentuk media sebagai alat komunikasi

    massa. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

    massa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang termasuk massa

    yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media elektronik, serta

    surat kabar dan majalah yang keduanya termasuk media cetak.45

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan media komunikasi

    massa yang memiliki perpaduan antara audio dan visual, yang mana masyarakat

    dapat melihat mendengar melalui audio dan melihat melalui visual.

    42 Sutisno P.C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT

    Grasindo, 1993), h. 1

    43 Onong Uchijana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Itra

    Aditya Bakti, 2003), h. 174

    44 Adi Badjuri, Jurnaslitik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 39

    45 Rema Karyanti S. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama

    Media, 2005), h. 3

  • 36

    2. Pengertian Televisi Kabel

    Televisi kabel atau cable television adalah sistem penyiaran acara

    televisi lewat isyarat frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat

    optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi

    biasa yang harus ditangkap antena (over-the-air). Selain acara televisi, acara

    radio FM, dan telepon juga dapat disampaikan lewat kabel.

    Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia

    Timur, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel

    kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai

    daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk

    menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima

    digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern

    sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak

    saluran televisi daripada sistem analog.46

    Televisi kabel bukan hal yang asing lagi bagi kalangan masyarakat di

    Indonesia. Pengguna Televisi kabel di Indonesia sudah terhitung banyak karena

    ketersediaan data dan informasi yang baru dan tidak terbatas menjadi salah satu

    simulator masyarakat dalam mencari serta membaca berbagai pengetahuaan

    yang disediakan Pada Televisi kabel. Televisi kabel atau Community Antena

    Television (CATV) merupakan media penghubung melalui kabel coaxial antara

    operator siaran televisi dan pelanggan. Televisi kabel, juga bisa diartikan

    sebagai media kabel yang terhubung dari rumah kerumah masyarakat. Televisi

    46 https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_kabel

    https://id.wikipedia.org/wiki/Televisihttps://id.wikipedia.org/wiki/Televisihttps://id.wikipedia.org/wiki/Radiohttps://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optikhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antenna_(radio)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antenna_(radio)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Teleponhttps://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttps://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttps://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Afrikahttps://id.wikipedia.org/

  • 37

    kabel yang digunakan banyak masyarakat dikarenakan ketidak mampuan

    masyarakat mebeli parabola sendiri, atau juga tidak ingin repot memasang

    parabola sendiri . Karena dengan adanya televisi kabel ini membantu

    masyarakat bisa menyaksikan siaran-siaran yang tidak dapat dijangkau parabola

    pada umumnya. Pada umumnya televisi kabel di Indonesia memberikan jasa

    televisi kabelnya dengan berbagai siaran konvensional maupun siaran agama

    kemudian memungut biaya pada setiap pelanggan sebagai imbalan jasa.

    Manfaat dari adanya penyelenggaraan Televisi kabel dalam masyarakat adalah

    sebuah kondisi yang sangat menguntungkan dikarenakan penyelenggaraan

    Televisi kabel dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan hiburan bagi

    masyarakat di daerah-daerah yang tidak terlayani siaran Televisi jika

    menggunakan antena biasa. Kehadiran Televisi kabel juga membawa manfaat

    bagi masyarakat belum memperoleh pekerjaan sebab terselenggaranya aktivitas

    Televisi kabel maka menjadikan dan menyediakan suatu lapangan pekerjaan

    dan menggerakkan sumber ekonomi daerah, serta menumbuhkan rasa

    kepedulian terhadap suatu kesenian dan budaya lokal, termasuk

    mengaktualisasikan bahasa daerah, lagu-lagu daerah dan prosesi pernikahan

    adat. Hal ini menyangkut pada kebijakan dan adanya keikutsertaan pemerintah

    daerah dalam menjalankan program-program yang bersumber dari daerahnya

    masing-masing.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, karena

    penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta yang ada, penelitian ini terfokus

    pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya,

    yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

    “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

    menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang

    hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan.”47

    Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

    fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

    persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara

    deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

    alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.48 Jenis penelitian

    ini digunakan untuk mengetahui efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap

    peningkatan pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja.

    47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. rev., cet Ke-14

    (Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 3

    48 Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi, Cet. Ke-30, (Bandung:

    PT. Remaja Rosda Karya, 2012), h. 6

    37

  • 38

    2. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif, yaitu untuk

    mengkaji dan memaparkan secara rinci berdasarkan judul penelitian. Selain itu,

    pendekatan deskriptif ini tidak berat pada observasi dan suasana alamiah

    (naturalisasi setting).49

    B. Lokasi dan Objek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan Tv kabel yaitu Tv kabel

    Beta yang berlokasi di Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi

    Selatan.

    C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian

    1. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian ini adalah efektivitas channel atau siaran agama yang

    disediakan Televisi Kabel Beta sebagai Media Dakwah dalam Meningkatkan

    Pemahaman Agama Islam di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja serta apa

    saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui Televisi

    kabel terhadap peningkatan pemahaman agama.

    2. Deskripsi Fokus Penelitian

    Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka deskripsi fokus penelitian ini

    adalah efektifitas televisi kabel yang dimaksud adalah penggunaan televisi

    kabel sebagai media dalam mendakwahkan agama islam melalui siaran-siaran

    islam seperti rodja Tv, insan Tv ataupun yang lainnya yang disediakan oleh Tv

    49 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

    Statistik. (Bandung : Rosdakarya, 1999). h.25

  • 39

    kabel Beta di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja. Apakah pelanggan Tv

    kabel Beta terbantu dengan adanya siaran-siaran islam tersebut sehingga dapat

    meningkatkan pemahaman agama mereka secara umum dan akhirnya bisa

    dikatakan efektif.

    D. Sumber Data

    Sumber data merupakan bagian paling urgen dalam penelitian, karena

    dengan data inilah seseorang dapat menganalisis suatu masalah, menarik

    kesimpulan dan mencari solusi dari permasalahan yang diteliti. Sumber data dalam

    penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti

    menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka

    sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab

    pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.50 Penelitian

    ini menggunakan dua sumber data yang berkaitan dengan pokok permasalahan

    yang hendak diungkapkan, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

    1) Sumber data primer

    Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari sumber

    pertama yang memberikan informasi berkaitan dengan masalah penelitian yang

    diteliti. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dan digali langsung oleh

    sumber pertama atau subjek penelitian.51 Adapun data utamanya adalah

    informasi yang didapatkan dari responden dalam bentuk catatan tertulis dan

    rekaman suara yang berkaitan dengan hasil wawancara dengan subyek

    50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. rev., cet Ke-14

    (Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 172

    51 Muhammad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 103

  • 40

    penelitian. Data primer yang diperoleh dari responden yaitu pelanggan dan

    pihak televisi kabel Beta mengenai efektivitas dakwah melalui Tv kabel

    terhadap peningkatan pemahaman agama.

    2) Sumber data sekunder

    Sumber data sekunder merupakan sumber data yang bersumber dari

    bacaan seperti buku, jurnal, hasil penelitian, surat kabar dan lain sebagiannya

    yang dapat mendukung data primer. “Sumber data sekunder itu merupakan

    sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

    misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.”52 Sumber data sekunder pada

    penelitian ini adalah dokumen- dokumen, buku-buku dan data lain yang

    berkaitan dengan efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap peningkatan

    pemahaman agama.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen artinya sesuatu yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu.53

    Dalam penelitian ini, instrumen utama yang digunakan adalah peneliti itu sendiri

    atau human instrument.54 Kedudukan peneliti sebagai instrumen dalam penelitian

    kualitatif adalah hal yang primer karena ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana

    pengumpulan data, penganalisis dan penafsir data serta pelapor hasil penelitian.55

    52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

    R&D, (Bandung: Alfabeta,2009), h. 225

    53 M. Yahya Y. Al-Barry dan L. Sofyan Yacob, Kamus Induk Ilmiah Seri Intelektual (Cet.

    I; Surabaya: Targe Press, 2003), h. 32

    54 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,h. 15

    55 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 112

  • 41

    Adapun instrumen pendukung antara lain pedoman observasi, pedoman

    wawancara, tape recorder, alat tulis, handphone dan kamera.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi

    “Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi

    kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan

    seluruh alat indra.”56 Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap

    objek di tempat terjadi atau berlangsung peristiwa, sehingga observasi berada

    bersama objek yang diteliti.

    2. Wawancara

    Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data melalui

    proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang

    dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.

    Wawancara adalah suatu bentuk kegiatan menghimpun atau mencari

    informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada

    responden. Wawancara yang dimaksud disini adalah teknik untuk

    mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan proses pemecahan masalah

    tertentu yang sesuai dengan data.57

    3. Dokumentasi

    “Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang

    tertulis, dengan melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

    56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 199

    57 Muhammad, Metodologi Penelitian, h. 51

  • 42

    benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

    peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.”58

    Metode ini digunakan dalam rangka mendapatkan data yang lengkap,

    akurat dari pemirsa Tv kabel Beta berupa foto atau gambar hasil wawancara

    terkait aktivitas siaran Tv kabel Beta sebagai media dakwah Islam.

    G. Teknik Analisis Data

    Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

    data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

    dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

    penting dan apa yang dapat dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan

    kepada orang lain.59

    Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan

    metode berfikir induktif dan deskriptif. “Berpikir induktif berpijak pada fakta-

    fakta yang bersifat khusus, kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan

    persoalan yang bersifat umum.”60

    “Deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku,

    di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan

    menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.”61

    h. 21

    58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 201

    59 Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi, Cet. ke-30, h. 248

    60 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

    61 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, h. 26

  • 43

    Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan

    konklusi. Adapaun metode yang penulis gunakan untuk menganalisis data adalah:

    1. Pengumpulan Data (data colection)

    Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

    dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek, yaitu deskripsi dan

    refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi tentang apa yang

    dilihat, didengar, dirasakan dan dialami sendiri oleh penelitian tanpa adanya

    pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai.

    Sedangkan catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar

    tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana

    pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Untuk mendapatkan catatan ini peneliti

    melakukan wawancara dengan beberapa informan.

    2. Reduksi Data (data reduction)

    Reduksi data adalah proses pemilihan dan pemusatan perhatian penelitian

    melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang akan dikaji lebih lanjut, penajaman

    fokus, pembuatan ringkasan hasil pengumpulan data pengorganisasian data

    sehingga siap untuk dianalisis lebih lanjut begitu selesai melakukan pengumpulan

    data secara keseluruhan.62

    Peneliti akan mereduksi data dengan melakukan seleksi, membuat

    ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke polapola dengan

    62 A. Maical Huberman and B Miles Mathaw, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber

    Tentang Metode-Metode Baru, penerjemah; Tjetjep Rohandi Rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia

    Press, 1992), h. 171

  • 44

    membuat transkip, penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

    membuat bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat ditarik kesimpulan.

    Data yang berasal dari hasil wawancara dengan subjek penelitian dan dokumentasi

    yang didapat akan diseleksi oleh peneliti. Kumpulan data akan dipilih dan

    dikategorikan sebagai data yang relevan dan data yang mentah. Data yang mentah

    dipilih kembali dan data yang relevan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

    penelitian akan disiapkan untuk proses penyajian data

    3. Validasi Data atau Keabsahan Data

    Maksud dan tujuan dari validasi data ini adalah untuk mengecek apakah

    laporan atau temuan yang diperoleh dalam penelitian tersebut betul-betul sesuai

    dengan data. Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik kriteria derajat

    kepercayaan. Derajat kepercayaan yang direncanakan untuk digunakan dalam

    penelitian ini adalah 3 cara dari 9 cara yang dikembangkan oleh Moleong63, yaitu

    (1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi, (3) pemeriksaan sejawat (4) review

    informan

    1) Ketekunan Pengamatan

    Ketekunan pengamatan dalam penelitian ini berarti peneliti melakukan

    pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selama proses penelitian

    berlangsung. Hal ini dapat dilakukan peneliti dengan cara melaksanakan

    observasi dengan cermat, wawancara secara intensif, dan ikut terlibat dalam

    beberapa kegiatan yang dibutuhkan peneliti ketika ingin memperoleh data

    63 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda

    Karya, 2000), h. 175

  • 45

    yang benar-benar valid sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,

    seperti, pura-pura, penipuan dan kedustaan.

    2) Triangulasi

    Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan dua cara:

    Pertama triangulasi dengan teori melakukan konfirmasi dengan teori

    yang digunakan, baik mendukung maupun yang bertentangan. Yakni ketika

    peneliti sudah menemukan teori dari hasil wawancara yaitu dilakukan uji

    ulang dengan teori yang digunakan dalam penelitian

    Kedua triangulasi dengan sumber (informan): melakukan pengecekan

    informasi pada informan yang telah memberikan informasi agar data yang

    didapat benar-benar valid. Apakah data yang diberikan oleh informan sesuai

    dengan ungkapan pertamanya atau tidak.

    3) Pengecekan Sejawat

    Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

    hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan

    sejawat.64

    Pengecekan sejawat yang dimaksudkan disini adalah mendiskusikan

    proses dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing atau teman mahasiswa

    yang sedang/telah mengadakan penelitian kualitatif atau pula orang yang

    berpengalaman mengadakan penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan dengan

    harapan peneliti mendapatkan masukan-masukan baik dari segi metodologi

    64 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 332

  • 46

    maupun konteks penelitian. Disamping itu, peneliti juga senantiasa berdiskusi

    dengan teman pengamat yang ikut terlibat dalam pengumpulan data untuk

    merumuskan kegiatan pemberian tindakan selanjutnya.

    4) Review Informan

    Cara ini digunakan jika peneliti sudah mendapatkan data yang

    diinginkan, kemudian unit-unit yang telah disusun dalam bentuk laporan

    dikomunikasikan dengan informannya. Terutama informan yang dipandang

    sebagai informan pokok (key informan), yaitu pemilik televisi kabel dan

    pelanggan televisi kabel. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

    laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang

    bisa disetujui mereka.

    4. Penyajian Data

    Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu

    bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara utuh. Dalam penyajian data

    dilakukan secara induktif yakni menguraikan setiap permasalahan dalam

    permasalah penelitian dengan memaparkan secara umum kemudian menjelaskan

    secara spesifik.

    5. Penarikan Kesimpulan

    Menurut Arifin penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan

    melalui dua tahap, yakni menyusun simpulan pertama dan

  • 47

    menarik simpulan akhir setelah kegiatan pertama selesai.65 Berpedoman pada

    pendapat Arifin tersebut, penarikan kesimpulan/verifikasi yang dilakukan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Pertama, menyusun simpulan sementara. Dikatakan sementara karena

    selama penelitian masih berlangsung, akan diperoleh data tambahan, maka perlu

    dilakukan verifikasi data, yaitu dengan cara mempelajari data-data yang ada dan

    melakukan diskusi dengan teman sejawat dengan tujuan agar data yang diperoleh

    lebih tepat dan objektif. Demikian seterusnya sampai proses penelitian selesai.

    b. Kedua, menarik kesimpulan akhir setelah kegiatan pertama selesai.

    Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian

    pernyataan responden dengan makna yang terkandung dalam masalah penelitian

    secara konseptual.

    65 A. Maical Huberman and B Miles Mathaw, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber

    Tentang Metode-Metode Baru, penerjemah; Tjetjep Rohandi Rohidi, h. 173

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Sejarah Berdirinya Televisi Kabel Beta

    1. Sejarah Berdirinya

    Televisi kabel Beta berdiri pada tahun 2000 dengan tujuan didirikannya

    yaitu sebagai bisnis, media hiburan dan membantu masyarakat Tana Toraja

    khususnya di Kecamatan Makale agar lebih mudah mendapatkan informasi

    yang masyarakat inginkan dikarenakan pada tahun 2000an receiver parabola

    yang harganya masih sangat mahal bagi masyarakat. Televisi kabel Beta

    didirikan oleh Jufri Tajuddin selaku owner dari televisi kabel Beta bersama

    dengan 2 saudaranya. Tv kabel Beta ini adalah televisi kabel lokal dan swasta

    yang bergerak dibidang komersil dengan tujuan membantu masyarakat dan

    mencari untung sebanyak-banyaknya.66

    Pada awal tahun didirikannya televisi kabel Beta ini hanya memiliki

    sekitar 50an pelanggan dengan biaya pemasangan Rp100.000 untuk 1 rumah

    dan iuran sebesar Rp15.000 serta chanel yang disediakan hanya 6 chanel,

    seiring berjalannya waktu mulai berkembang di tahun 2006 dengan pelanggan

    900an hingga saat ini pelanggan yang ada sekitar 1.500an dengan iuran sebesar

    Rp25.000 dan biaya pemasangan Rp400.000 serta chanel yang diberikan

    sebanyak 27 siaran. Sebuah televisi kabel mencapai kesuksesannya ketika

    dilihat dari banyaknya pelanggan atau banyaknya masyarakat yang

    66 Hasil wawancara dengan Jufri Tajuddin, pemilik televisi kabel Beta, pada tanggal 20

    November 2020

    48

  • 49

    menggunakan jasa televisi kabel di suatu daerah tersebut serta berhasil

    membuat karyawannya sejahtera maka akan menghasilkan karyawan yang

    bertanggung jawab dan bekerja mengembangkan dan mengelola televisi kabel

    dengan baik. Televisi kabel Beta merupakan televisi kabel swasta yang

    tergabung dalam PT. Toraja Media Mandiri dan telah mengantongi izin usaha

    dan izin penyiaran dari pemerintah setempat. Televisi kabel Beta beralamat di

    Jalan Nusantara No. 25, Kelurahan Bombongan, Kecamatan Makale,

    Kabupaten Tana Toraja dan telah berjalan sejak tahun 2006 yang dimana siaran

    yang disediakan dapat dinikmati 24 jam oleh pelanggannya.67

    Televisi kabel Beta sebagai televisi kabel lokal yang terletak di daerah

    mayoritas beragama Nasra