13
55 Efekvitas Hukuman Pidana Ma Bagi Pelaku Kejahatan Narkoka. - Aghia Khumaesi Suud EFEKTIVITAS HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PELAKU KEJAHATAN NARKOTIKA ( Effectiveness of Death Penalty Penalties for Narcotics Crimes ) Aghia Khumaesi Suud Puslitbang Kejaksaan Republik Indonesia Jalan Sultan Hasanuddin No. 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan [email protected] (Diterima tanggal 3 Februari 2020, direvisi tanggal 17 Februari 2020, disetujui tanggal 25 Februari 2020) Abstrak Kejahatan peredaran gelap narkoba semakin meningkat. Tidak hanya dari jenisnya yang semakin banyak, tapi juga jumlah pemakai dan pengedar yang terus bertambah. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena dapat merusak masa depan generasi muda Indonesia yang seharusnya dapat menjadi harapan bagi kemajuan negara kedepannya. Untuk itu, diperlukan hukuman yang dapat memberantas tindak pidana narkotika. Dengan adanya penjatuhan pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika dapat memberantas peredaran narkotika di Indonesia, mengingat pidana penjara sudah tidak terlalu efektif lagi diterapkan dan justru membuka peluang terpidana untuk menjadi residivis atau bahkan mengendalikan bisnis narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Terlepas dari pro kontra tersebut, hingga saat ini motif maupun tujuan penghukuman mati dalam berbagai peraturan yang ada juga menunjukkan pola yang konsisten. Namun, apakah hukuman pidana mati terbukti dapat mengurangi kejahatan narkoba. Melalui pendekatan yuridis normatif, tulisan ini menjelaskan pengaruh hukuman mati dalam memberantas tindak pidana narkotika. Dari hasil kajian tulisan ini, pidana mati tidak memberi efek jera pada pelaku kejahatan narkotika. Padahal pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. Tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan narkotika terus meningkat bahkan, pelakunya pun beragam dari mulai anak- anak hingga orang tua. Sehingga, penulis menilai penerapan pidana mati untuk pelaku kejahatan narkotika tidak efektif. Untuk itu perlu adanya alternative hukuman pidana yang dapat memberikan efek jera, salah satunya menurut penulis adalah dengan memberikan sanksi ganti kerugian. Kata kunci : narkotika, hukuman mati, efek jera Abstract Drugs trafficking is increasing. Not only from the increasing various types, but also the increasing number of users and dealers. This condition is very worrying because it can damage the future of Indonesia’s young generation as needed can be the hope of the future of the country going forward. For this reason, punishment is needed which can be taken as a narcotics crime. With the imposition of the death penalty for narcotics offenders can eradicate drug trafficking in Indonesia, given that prison sentences have not been effectively implemented and debated with the possibility of additional convicts being recidivists or those related to narcotics within the Penitentiary. Regarding the pros and cons, until now the motives and objectives of the death penalty in various existing regulations have also changed the agreed pattern. However, whether the death penalty is proven to reduce drug crime. Through normative juridical considerations, this paper explains the effect of the death penalty in combating narcotics crimes. From the results of this study, the death penalty does not provide a deterrent effect on the risk of narcotics crimes. While the imposition of the death penalty on narcotics crimes has a deterrent effect. But, in fact until now the level of narcotics continues to increase even, the perpetrators also vary from children to the elderly. Evidently, the author agreed to the application of the death penalty for the protection of ineffective narcotics crimes. For this reason, there is a need for alternative punishments that can provide a deterrent effect, one of them according to the author is to provide compensation sanctions. Keywords ; narcotics, death penalty, deterrence effect

eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

55Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan narkOtika

( effectiveness of death penalty penalties for narcotics crimes )

aghia khumaesi suud

Puslitbang Kejaksaan Republik Indonesiajalan sultan Hasanuddin No. 1 Kebayoran baru jakarta selatan

[email protected]

(diterima tanggal 3 Februari 2020, direvisi tanggal 17 Februari 2020, disetujui tanggal 25 Februari 2020)

abstrak

Kejahatan peredaran gelap narkoba semakin meningkat. tidak hanya dari jenisnya yang semakin banyak, tapi juga jumlah pemakai dan pengedar yang terus bertambah. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena dapat merusak masa depan generasi muda Indonesia yang seharusnya dapat menjadi harapan bagi kemajuan negara kedepannya. Untuk itu, diperlukan hukuman yang dapat memberantas tindak pidana narkotika. dengan adanya penjatuhan pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika dapat memberantas peredaran narkotika di Indonesia, mengingat pidana penjara sudah tidak terlalu efektif lagi diterapkan dan justru membuka peluang terpidana untuk menjadi residivis atau bahkan mengendalikan bisnis narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan. terlepas dari pro kontra tersebut, hingga saat ini motif maupun tujuan penghukuman mati dalam berbagai peraturan yang ada juga menunjukkan pola yang konsisten. Namun, apakah hukuman pidana mati terbukti dapat mengurangi kejahatan narkoba. Melalui pendekatan yuridis normatif, tulisan ini menjelaskan pengaruh hukuman mati dalam memberantas tindak pidana narkotika. dari hasil kajian tulisan ini, pidana mati tidak memberi efek jera pada pelaku kejahatan narkotika. Padahal pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan narkotika terus meningkat bahkan, pelakunya pun beragam dari mulai anak-anak hingga orang tua. sehingga, penulis menilai penerapan pidana mati untuk pelaku kejahatan narkotika tidak efektif. Untuk itu perlu adanya alternative hukuman pidana yang dapat memberikan efek jera, salah satunya menurut penulis adalah dengan memberikan sanksi ganti kerugian.Kata kunci : narkotika, hukuman mati, efek jera

Abstract

Drugs trafficking is increasing. Not only from the increasing various types, but also the increasing number of users and dealers. This condition is very worrying because it can damage the future of indonesia’s young generation as needed can be the hope of the future of the country going forward. For this reason, punishment is needed which can be taken as a narcotics crime. with the imposition of the death penalty for narcotics offenders can eradicate drug trafficking in Indonesia, given that prison sentences have not been effectively implemented and debated with the possibility of additional convicts being recidivists or those related to narcotics within the Penitentiary. Regarding the pros and cons, until now the motives and objectives of the death penalty in various existing regulations have also changed the agreed pattern. However, whether the death penalty is proven to reduce drug crime. Through normative juridical considerations, this paper explains the effect of the death penalty in combating narcotics crimes. From the results of this study, the death penalty does not provide a deterrent effect on the risk of narcotics crimes. while the imposition of the death penalty on narcotics crimes has a deterrent effect. but, in fact until now the level of narcotics continues to increase even, the perpetrators also vary from children to the elderly. Evidently, the author agreed to the application of the death penalty for the protection of ineffective narcotics crimes. For this reason, there is a need for alternative punishments that can provide a deterrent effect, one of them according to the author is to provide compensation sanctions.Keywords ; narcotics, death penalty, deterrence effect

Page 2: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

56 Jurnal Bina adhyaksa Vol. 10 No. 2, Maret 2020

PendaHULUana.

Latar Belakang1.

sejalan dengan perkembangan zaman, kejahatan peredaran gelap narkoba semakin meningkat. tidak hanya dari jenisnya yang semakin banyak, tapi juga jumlah pemakai dan pengedar yang terus bertambah. badan Narkotika Nasional (bNN) menyatakan sampai November tahun 2015 mencapai 5,9 juta orang. jumlah ini meningkat tajam dari bulan juni 2015 yang hanya 4.2 juta. sedangkan pembelian atau pembelanjaan narkoba lebih dari Rp. 250 triliun setahun, tentunya angka tersebut sangat menggiurkan para pengedar maupun produsen narkoba di dalam negeri maupun di luar negeri1.

Fakta ini diperkuat dengan posisi Indonesia yang dikenal sebagai produsen extassy nomor 1 di dunia dan sebagai pengedar ganja terbesar di dunia. golongan pemakai maupun pengedar juga terus berkembang mulai dari para pengangguran, ibu rumah tangga, anak-anak dan para penegak hukum (tNI, PoLRI, dan PNs bahkan para petugas LaPas banyak yang terlibat sebagaimana diatur dalam Pasal 111 s/d Pasal 116 UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika2.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena dapat merusak masa depan generasi muda Indonesia yang seharusnya dapat menjadi harapan bagi kemajuan Negara kedepannya. Menanggapi hal tersebut, pemerintah telah melakukan perlawanan terhadap peredaran narkotika di Indonesia, salah satu bentuk perlawanan tersebut adalah dengan menjatuhkan hukuman mati terhadap terpidana kasus narkotika.

dengan adanya penjatuhan pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika dapat memberantas peredaran narkotika di Indonesia, mengingat pidana penjara sudah tidak terlalu efektif lagi diterapkan

1 Ira, Rachmawati. buwas: Pengguna Narkoba di indonesia Meningkat Hingga 5.9 juta Orang, Kompas, 2017, diakses tanggal 29 september 2017, <http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/14313191/buwas.Pengguna.Narkoba.di.Indonesia.Meningkat.hingga.5.9.juta.orang>.

2 thamrin, Lubis, Kejahatan Narkoba di indonesia: Analisa Hukum Pidana , tempo, 2016, diakses tanggal 29 september 2017, <https://indonesiana.tempo.co/read/76811/2016/06/03/Kejahatan-Narkoba-di-Indonesia:-analisa-Hukum-Pidana>.

dan justru membuka peluang terpidana untuk menjadi residivis atau bahkan mengendalikan bisnis narkotika di dalam Lembagas Pemasyarakatan seperti dugaan kasus yang dilakukan oleh terpidana mati Freddy budiman3. Hukuman mati dianggap memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menciptakan rasa takut di kalangan pelaku kejahatan potensial di masyarakat bila dibandingkan dengan hukuman lainnya, terutama penjara seumur hidup4.

oleh karena itu, hukuman pidana mati dinilai dapat menjadi efek jera bagi para pelaku narkotika. berbeda dengan tren yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah negara dunia telah menghapuskan pidana mati5 serta rekomendasi Pbb tahun 2007 yang menyerukan moratorium eksekusi pidana mati, namun saat ini Indonesia termasuk negara yang masih mempertahankan pidana mati dalam sistem hukum positif.6 Pengaturan pidana mati sebagai pidana pokok dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sedangkan pidana mati untuk pengedar dan produsen narkotika diatur dalam UU Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotoprika dan UU Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika7 yang diperbaharui melalui UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. dalam tatanan perundang-undangan pelaksanaan hukuman mati telah diatur melalui Undang-Undang No. 2/PNPs/1964 mengenai tata cara pidana mati, antara lain menyatakan bahwa pidana mati yang dijatuhkan oleh pengadilan harus dilaksanakan dengan cara ditembak. Namun demikian masih terbuka kesempatan bagi terpidana mati untuk menggunakan semua haknya, baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa, untuk meminta keringanan atas hukuman tersebut antata

3 atet sumanto, Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakkan Hukum Tindak Pidana Narkotika, diakses 20 desember 2017, < http://jurnal-perspektif.org/index.php/perspektif/article/view/548>, Hlm. abstrak.

4 Iqrak sulhin, Politik Hukuman Mati di indonesia, (tangerang : Marjin Kiri, 2016), hlm.73.

5 temuan data hingga tahun 2008. Lihat diani Indramaya, Pro –Kontra Pidana Mati Kasus Narkoba, tesis, (jakarta: Program studi Pengkajian Ketahanan Nasional Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008), Hal. 3

6 diani Indramaya, Ibid.,, Hal 2-67 Pasal 80 ayat (1) huruf a, pasal 80 ayat (2) huruf a, pasal 80 ayat

(3) huruf a, pasal 81 ayat (3) huruf a, pasal 82 ayat (1) huruf a, pasal 82 ayat (2) huruf a, pasal 82 ayat (3) huruf a.

Page 3: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

57Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

lain banding, kasasi, peninjauan kembali dan grasi yang merupakan upaya hukum terakhir bagi terpidana untuk memohon pengampunan kepada Presiden sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 5 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No 22 tahun 2002 tentang grasi8.

sejumlah eksekusi pidana mati terhadap pengedar narkoba telah dilakukan terhadap ayodya Prasad, saelow Prasad, Namsong sirilak (tahun 2004) kemudian terhadap Fredi budiman, seck osmane, dan Humprey ejike eleweke (tahun 2015) yang mengalami penolakan pengajuan grasi kepada Presiden. sampai dengan saat ini Pemerintahan Presiden joko widodo (jokowi) telah mengeksekusi mati 14 terpidana mati, keseluruhannya terjerat kasus narkotika. eksekusi gelombang I dilakukan pada Minggu, 18 januari 2015, dilakukan terhadap enam orang terpidana mati. adapun keenam terpidana tersebut adalah Marco archer Cardoso Moreira (warga negara brazil), Namaona denis (warga negara Malawi), daniel enemuo alias diarrassouba Mamadou (warga negara Nigeria), ang Kiem soei alias Kim Ho alias ance tahir alias tommi wijaya (warga negara belanda), tran thi bich Hanh (warga negara Vietnam), dan Rani andriani alias Melisa aprilia (warga negara Indonesia). eksekusi gelombang II dilakukan pada Rabu, 29 april 2015 tengah malam. Kedelapan terpidana mati saat itu adalah Myuran sukumaran (warga negara australia), andrew Chan (warga negara australia), Martin anderson (warga negara ghana), Zainal abidin bin Mgs Mahmud badarudin (warga negara Indonesia), Raheem agbaje salami (warga negara spanyol), Rodrigo gularte (warga negara brasil), sylvester obiekwe Nwolise (warga negara Nigeria) dan okwudili oyatanze (warga negara Nigeria)9.

Kemudian dilanjutkan dengan eksekusi mati tahap III bagi ke-4 terpidana mati

8 bungasan Hutapea, Kontroversi Penjatuhan Hukuman Mati Terhadap Tindak Pidana Narkotika dalam Perspketif Hukum dan Hak Asasi Manusia, (jakarta: badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HaM Kementerian Hukum dan HaM RI, 2016), hlm. 2.

9 ICjR, Hukuman Mati dalam RKUHP jalan Tengah Yang Meragukan, (jakarta: Institute for Criminal justice Reform), 2015, Hlm.6.

atas kasus tindak pidana narkotika yang salah satunya merupakan bandar narkoba kontroversial di Indonesia yakni Freddy budiman. eksekusi pidana mati di Indonesia selalu menjadi sorotan publik, baik dari dalam negeri maupun dunia internasional. ditambah lagi, Presiden joko widodo menyatakan bahwa grasi10 yang diajukan terpidana mati pengedar narkoba akan ditolak karena Indonesia tengah menghadapi darurat narkoba.11 Hal ini tentu saja menimbulkan banyak perdebatan ada yang pro maupun kontra.

Meski mendapat banyak tanggapan dari berbagai pihak, namun kebijakan Presiden jokowi tersebut mendapat apresiasi dari banyak kalangan masyarakat Indonesia. salah satunya, wakil Ketua Komisi I, tantowi Yahya yang berpandangan bahwa pemerintah perlu menerapkan sanksi tegas untuk sejumlah kasus kejahatan luar biasa, layaknya kasus narkotika. Pasalnya dengan pemberian sanksi tegas seperti pidana mati diharapkan dapat memberikan efek jera pada para bandar dan pengedar12.

Namun, hukuman mati bagi terpidana kasus narkotika dinilai tidak efektif bagi pencegahan peredaran narkotika. Karena, kejahatan narkotika terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pengguna narkotika yang hingga saat ini tercatat kurang lebih 5.1 juta orang dan 15 ribu jiwa yang sudah melayang akibat obat terlarang ini13.

sebenarnya tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

10 grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden. Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan grasi yang diajukan terpidana setelah mendapat pertimbangan dari Mahkamah agung. Pemberian grasi oleh Presiden dapat berupa: peringanan atau perubahan jenis pidana; pengurangan jumlah pidana; atau penghapusan pelaksanaan pidana. Lihat Undang-undang Nomor 22 tahun 2002 tentang grasi.

11 Hal ini disampaikan saat memberikan Kuliah Umum di Universitas gadjah Mada, Yogyakarta tahun 2014 Republik Indonesia sudah sampai ke tahap darurat narkoba, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2014/ di akses tanggal 1 oktober 2017 pukul 15.59 wIb.

12 dani Prabowo, “Ketegasan jokowi soal Hukuman Mati terpidana Narkoba Mendapat apresiasi”, diakses 20 desember 2017, < http://nasional.kompas.com/read/2015/01/28/06422811/Ketegasan.jokowi.soal.Hukuman.Mati.terpidana.Narkoba.Mendapat.apresiasi>.

13 Mukhlis dinilah, “survey bNN 80 persen tahu bahaya Narkoba, Kenapa Kasus Masih tinggi”diakses 20 desember 2017,,< https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-bahaya-narko-ba-kenapa-kasus-masih-tinggi>.

Page 4: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

58 Jurnal Bina adhyaksa Vol. 10 No. 2, Maret 2020

dan pelanggaran. Kejahatan-kejahatan yang berat dan pidana mati dalam sejarah hukum pidana adalah merupakan dua komponen permasalahan yang berkaitan erat. Hal ini nampak dalam KUHP Indonesia yang mengancam kejahatan-kejahatan berat dengan pidana mati, termasuk narkotika. Karena, pemerintah Indonesia telah menetapkan narkoba sebagai kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime dan diatur dalam Pasal 111-148 UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

sehingga meski banyak perdebatan dari aktivis hak asasi manusia tentang pidana mati yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia, namun hal itu tidak membuat gentar para penegak hukum untuk tidak melaksanakan eksekusi pidana mati. Mengingat pidana mati masih diberlakukan dan menjadi hukum materiil di Indonesia sebagaimana di atur dalam Pasal 10 KUHP. di samping itu, dalam RKUHP yang terbaru, walaupun lebih selektif dan terbatas, hukuman ini masih dipergunakan. tercatat sedikitnya ada 15 pasal yang mengatur ancaman mati dalam RKUHP.

waktu berjalan terus dan di berbagai negara terjadi perubahan dan perkembangan baru. oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau ternyata sejarah pemidanaan di berbagai bagian dunia mengungkapkan fakta dan data yang menyatakan ketidakefektifan pidana mati. dengan adanya pengungkapan fakta dan data berdasarkan penelitian sosio-kriminologis, maka harapan yang ditimbulkan pada masa lampau dengan adanya berbagai bentuk dan sifat pidana mati yang kejam agar kejahatan-kejahatan yang berat dapat dibasmi, dicegah atau dikurangkan, ternyata merupakan harapan hampa belaka.

Untuk membahas hal tersebut, penulis akan mengkaji lewat ruang lingkup masalah sosiologi hukum. Karena dalam disiplin sosiologi hukum dapat dijadikan perspektif yang obyektif untuk menjelaskan gejala hukum. Pemilihan teori sosiologi hukum dalam mencermati persoalan hukum juga diperkuat dengan kenyataan bahwa hukum tidak seterusnya teratur, logis dan rasional, tetapi juga mengalami pergeseran ke arah

paradigma yang nonsistemik (disorder of law)14. dalam hal ini, tentang efektivitas pidana mati pada kasus narkotika yang akan dibahas dengan menggunakan dua konsep besar william evan dan C.j.M. schuyt. dari konsep william evan akan melihat efektivitas hukum sebagai instrument perubahan dengan mempersoalkan eksistensi pidana mati dalam sejarah hukum Indonesia.

dengan menggunakan dua aliran yakni, aliran utilitarianisme (bentham, Ihering) yang mempersoalkan konsekuensi sosial dari hukum; ketidaktepatan penggunaan perundang-undangan; klasifikasi tujuan dan proses sosial. jika dihubungkan dengan hukuman mati, maka akan diketahui apakah hukumyang mengatur mengenai hukuman mati memiliki konsekuensi sosial; apakah perundang-undangan yang masih menerapkan hukuman mati (UU terorisme, UU Psikotropika) sudah tepat; apakah tujuan diadakannya hukuman mati dan proses sosial seperti apa yang hendak dicapai dari adanya hukuman mati tersebut. aliran sociological jurisprudence (ehrlich, Pound) dan aliran Realisme Hukum (Holmes, L1ewellyn, Frank) yang mempersoalkan hukum sebagai pengendalian.15

rumusan Masalah2.

bagaimana eksistensi pidana mati dalam a. hukum pidana di Indonesia?

bagaimana penerapan sanksi pidana mati b. dalam kasus narkotika di Indonesia?

ruang Lingkup Penelitian3.

Ruang lingkup penelitian ini dititikberatkan pada eksistensi dan penerapan pidana mati dalam memberantas kasus narkotika serta solusi alternatif yang dapat menjadi efek jera bagi pelaku tindak pidana narkotika terutam apengedar atau gembong narkobanya. Hal ini dilakukan agar Indonesia bebas dari narkotika.

14 a. Mukthie Fadjar, Teori-Teori Hukum Kontemporer ,(Malang: setara Press, 2014), hlm. 32.

15 “efektivitas Hukuman Mati”,diakses 20 desember 2017 < https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>, Hlm.2.

Page 5: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

59Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

tujuan dan Manfaat Penelitian4.

tujuana. Untuk mengkaji eksistensi pidana •mati dalam hukum pidana di IndonesiaUntuk mengkaji penerapan sanksi •pidana mati dalam kasus narkotika di Indonesia

Manfaatb. Manfaat akademis diharapkan •dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya.Manfaat praktisnya, diharapkan •dapat menjadi acuan atau kontribusi pemikiran bagi penegak hukum dalam memberantas penyebaran tindak pidana narkotika

Metodologi Penelitian5.

sifat dan tipe Penelitiana. Penelitian “efektivitas Hukuman Pidana Mati bagi Pelaku Kejahatan Narkotika“, bersifat deskriptif dengan tipe penelitian yuridis normatif berarti penelitian dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang permasalahan-permasalahan yang diteliti dan bagaimana ketentuan itu dilaksanakan di lapangan.

jenis data, sumber data dan teknik b. Pengumpulan datadata yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. dengan bahan hukum sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, tesis dan literature lainnya. serta pengumpulan data dilakukan dengan bahan hukum tersier dengan melakukan penelusuran berita terhadap baik dari media cetak atau online.

analisa datac. analisis data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu menggunakan aspek-aspek normatif

empiris melalui metode yang bersifat deskriptif analisis. artinya adalah menguraikan gambaran dari data yang diperoleh dan menghubungakan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum. dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan induktif, yaitu cara berpikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus16.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian akan digunakan metode sebagai berikut:

Untuk pertanyaan penelitian pertama, 1) penulis menggunakan metode yuridis normatif dengan data sekunder dengan bahan primer peraturan perundang-undangan (terkait narkotika, hukuman mati dll), bahan sekunder dengan studi kepustakaan baik itu, buku maupun penelitian tentang narkotika, hukuman mati serta bahan tersier berupa berita-berita terkait dari media cetak maupun online.

Untuk pertanyaan penelitian kedua, 2) penulis menggunakan metode yuridis normatif dengan data sekunder dengan bahan primer peraturan perundang-undangan (terkait narkotika, hukuman mati dll), bahan sekunder dengan studi kepustakaan baik itu, buku maupun penelitian tentang narkotika, hukuman mati serta bahan tersier berupa berita-berita terkait dari media cetak maupun online.

PeMBaHasanB.

eksistensi Pidana Mati di indonesia1.

Pidana mati menurut bapak kriminologi Lombroso dan garofalo adalah alat yang mutlak harus ada pada masyarakat untuk melenyapkan individu-individu yang tdak mungkin diperbaiki lagi, seperti individu

16 soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), Hlm. 112.

Page 6: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

60 Jurnal Bina adhyaksa Vol. 10 No. 2, Maret 2020

pelaku kejahatan serius termasuk narkoba. Pidana mati adalah suatu upaya yang radikal untuk meniadakan orang-orang yang tak terperbaiki lagi dan dengan adanya pidana mati, maka hilang pula kewajiban untuk memelihara mereka dalam penjara yang sedemikian besar biayanya17.

dalam teori Re-institutionalization of Norm yang dikemukakan Paul bohannan menyatakan bahwa hukum yang berlaku di suatu negara diambil dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, kemudian dirumuskan oleh pemerintah dan diberlakukan kepada masyarakat. Hampir semua etnis di Indonesia mengenal hukuman mati, maka di dalam berbagai ketentuan hukum dan perundang-undangan di Indonesia teramsuk KUHP tercantum hukuman mati18.

KUHP Indonesia dalam sejarahnya berasal dari code Penal Perancis dan wetboek Van Strafrecht belanda yang diberlakukan pada masa penjajahan belanda di Indonesia. dalam code Penal dan wetboek Van Strafrecht, masing-masing mencantumkan ancaman hukuman mati untuk kasus-kasus menyangkut keselamatan Negara, keselamatan kepala negara dan kejahatan-kejahatan serius lainnya. Meski banyak pihak yang masih mempertanyakan kesesuaian hukuman mati dalam KUHP dengan budaya di Indonesia, tapi hingga saat ini hukuman tersebut masih diberlakukan19. bahkan ada perbuatan-perbuatan atau tindak pidana yang diancam dengan pidana mati oleh KUHP, antara lain: Pasal 104, Pasal 111 ayat (2), Pasal 124 ayat (3), Pasal 140 ayat (3), Pasal 340, Pasal 365 ayat (4), Pasal 368 , Pasal 444 KUHP, Pasal 479 K ayat (2) dan Pasal 479 o ayat (2). di samping itu hukuman mati di Indonesia juga dijelaskan dalam perundangan di luar KUHP, yaitu: a) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika Pasal 59 ayat (2); b) Pasal 36 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak asasi

17 Ibid, Hlm. 8.18 Nitibaskara, tb. Ronny.Penerapan Konsep budaya

Hukum dalam Relasi Sosial dan bisnis untuk Mencegah Kejahatan, seri sosiologi Hukum.

19 “efektivitas Hukuman Mati”, diakses 20 desember 2017,< https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>, Hlm.4.

Manusia; c) Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak Pidana korupsi; d) Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan tindak Pidana terorisme; e) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika: Pasal 113 ayat (2), Pasal 114 ayat (2), Pasal 118 ayat (2), Pasal 119 ayat (2), Pasal 121 ayat (2), Pasal 144 ayat (2)20.

Meski begitu, pidana hukuman mati tidak menjadi pilihan hukuman bagi tindak pidana tersebut. tapi, akhir-akhir ini menjadi hukuman yang paling diberlakukan bagi kejahatan narkotika. Hukuman mati di Indonesia diatur dalam pasal 10 KUHP, yang memuat dua macam ancaman hukuman, yaitu hukuman pokok dan hukuman tambahan. Hukuman pokok terdiri dari: hukuman mati, hukuman penjara, hukuman kurungan dan hukuman denda; sedangkan hukuman tambahan terdiri dari: pencabutan hak tertentu, perampasan barang tertentu dan pengumuman keputusan Hakim. bahkan dalam RKUHP saat ini masih merumuskan hukuman mati, meskipun tidak menjadi hukuamn pokok. Mardjono Reksodiputro mengatakan bahwa hukuman mati masih diperlukan tapi bukan pidana pokoknya. Hukuman mati harus menjadi pidana khusus yang diterapkan secara hati-hati, selektif, dikhususkan pada kasus-kasus berbahaya dan harus ditetapkan secara bulat oleh Majelis Hakim21.

Menurut catatan berbagai lembaga HaM Internasional, jumlah terpidana yang dihukum mati di Indonesia, termasuk cukup tinggi setelah Cina, amerika serikat, Kongo, arab saudi dan Iran22. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena pidana mati di Indonesia masih banyak menuai kontroversi, dan bahkan cenderung

20 Nata sukam bangun, eksistensi Pidana Mati dalam sistem Hukum Indonesia (Yogyakarta: Makalah tidak diterbitkan, 2014), hlm. 86.

21 Mardjono Reksodiputro, dalam Perkuliahan sPP Pada Magister Hukum sPP di salemba, November 2017.

22 “efektivitas Hukuman Mati”, diakses 20 desember 2017, < https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>, Hlm.4.

Page 7: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

61Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

menimbulkan perdebatan antara pihak yang pro dan kontra, khususnya mereka para aktivis hak asasi manusia. banyak pihak yang pro dan kontra atas penerapan pidana mati di Indonesia, namun ada banyak yang berpendapat apabila dipandang dari sudut yuridis dengan dihilangkannya pidana mati, maka hilanglah alat yang penting untuk penerapan yang lebih baik dari hukuman pidana23. sehingga Pemerintah hingga saat ini masih menerapkan pidana mati, karena dinilai hukuman yang paling memberikan nestapa. apabila dihapus, dikhawatirkan akan menghilangkan rasa takut masyarakat pada hukum.

Pro kontra mengenai pemberlakuan pidana mati diwakili oleh dua arus pemikiran. Pertama, kelompok yang kontra dengan pidana mati menyatakan bahwa pidana mati tidak efisien dalam mencapai tujuan efek jera karena kasus narkoba justru bertambah meskipun banyak terpidana yang dijatuhi hukuman mati. Pertimbangan lain diantaranya: pidana mati melanggar hak asasi manusia, manusia bukanlah tuhan yang menjadi penentu hidup atau mati seseorang, pidana mati tidak mendidik masyarakat karena mengajarkan tindakan kejam dan bersifat balas dendam, serta putusan hukuman dan kekeliruan tidak dapat dikoreksi pasca terpidana meninggal (apalagi dalam kondisi pengadilan Indonesia yang belum terbukti bersih, independen, dan profesional).24

sedangkan kelompok kedua beranggapan bahwa ancaman pidana mati tetap diperlukan untuk kasus narkoba agar dapat memberikan efek jera kepada para pelaku kejahatan, mencegah dilakukannya tindak pidana serupa oleh orang lain, memuaskan masyarakat, mencegah pelanggaran yang semakin buruk, dan memutus rantai narkoba. Para penyelundup, pemasok maupun penjual narkoba dinilai sebagai pelaku pidana kelas berat dan menyebabkan jutaan orang di Indonesia, termasuk generasi muda, mudah mengakses narkoba dan menjadi korban efek negatif narkoba. dengan demikian pelaku tindak kejahatan narkoba dinilai telah

23 teguh Prasetyo, Hukum Pidana edisi Revisi, (jakarta: RajaGrafindo Persada), 2014, Hlm. 119.

24 diani Indramaya,op.Cit., Hal 77-79

melanggar hak banyak orang.25

dengan segala kontroversinya, Indonesia berhadapan dengan masalah peradilan jujur dan adil (fair trial) yang tidak kunjung selesai, desakan Internasional yang begitu kuat, sampai dengan persoalan perlindungan warga negara terkait warga negara Indonesia yang juga terancam hukuman mati di luar negeri. Pemerintah Indonesia di bawah Presiden jokowi malah mempertontonkan aksi eksekusi mati dalam dua gelombang yang terjadi selama satu tahun di awal kepemimpinannya dan terus berjalan hingga saat ini. Kembalinya praktik ekskusi mati karena adanya permintaan untuk menerapkan hukuman mati dalam kasus-kasus narkotika dan psikotropika (dan banyaknya grasi yang ditolak oleh Presiden Republik Indonesia).

terlepas dari pro kontra tersebut, hingga saat ini motif maupun tujuan penghukuman mati dalam berbagai peraturan yang ada juga menunjukkan pola yang konsisten. walaupun studi terhadap aspek ini sangatlah sedikit namun dari berbagai bahan yang ada tersebut dapatlah dipaparkan secara ringkas beberapa argumentasi mengapa pidana mati masih digunakan baik dalam peraturan maupun dalam prakteknya sampai saat ini26.

ada beberapa motif yang paling populer dalam menggunakan hukuman mati di Indonesia, yakni, hukuman mati memiliki tingkat efektif yang lebih tinggi dari ancaman hukuman mati lainnya karena memiliki efek yang menakutkan (shock therapy) disamping juga lebih hemat27. Hukuman mati juga digunakan agar tidak ada eigenrichting dalam masyarakat28. secara teoritis hukuman mati ini juga akan menimbulkan efek jera (detterent effect) yang sangat tinggi sehingga akan menyebabkan orang mengurungkan niatnya untuk melakukan tindak pidana, sehingga bisa dijadikan sebagai alat yang baik untuk prevensi umum maupun prevensi khusus29. di samping itu, masih kuatnya

25 diani Indramaya, Ibid., Hal 2-626 ICjR, Hukuman Mati dalam RKUHP jalan Tengah Yang

Meragukan, (jakarta: Institute for Criminal justice Reform), 2015, Hlm.7.

27 Lihat akhiar salmi, eksistensi Hukuman Mati, aksara Persada, 1985.

28 ibid.29 Menurut prevensi khusus maka tujuan pemidanaan ialah menahan

Page 8: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

62 Jurnal Bina adhyaksa Vol. 10 No. 2, Maret 2020

fungsi pemidanaan yang menekankan pada aspek pembalasan (retributive), dan utamanya masih dipertahankannya beberapa pendekatan dari teori absolut atas pembalasan, teori relatif, dan teori gabungan tentunya memberikan kontribusi penting bagi langgengnya hukuman mati di Indonesia saat ini30.

Meski begitu dalam perkembangannya, motif-motif pemberlakuan ancaman hukuman mati yang dijelaskan sebelumnya tidaklah benar adanya. Contohnya saja, Pemerintah telah menghabiskan biaya sampai Rp. 3 Milyar pada eksekusi dua gelombang, jaksa agung sudah merencanakan eksekusi gelombang III dan IV dengan mengajukan anggaran eksekusi ke aPbN. berdasarkan informasi yang dapat dikumpulkan, saat ini terdapat kurang lebih 121 orang yang sedang menunggu eksekusi mati di Indonesia, dan akan menghabiskan banyak anggaran31.

selain itu, studi komprehensif oleh Perserikatan bangsa-bangsa (Pbb) tentang hubungan tingkat hukuman mati dan pembunuhan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukan bahwa hukuman mati lebih dapat memberikan efek jera dibanding pidana seumur hidup. Pada banyak kasus, pelaku yang akan melakukan tindak kejahatan tidak menghindar dari pidana mati kemudian memutuskan untuk tidak melakukan kejahatan, tetapi cenderung berpikir untuk melarikan diri dan lolos dari hukuman. bahkan sekretaris jenderal ban Ki Moon mengatakan bahwa tren global saat ni jauh dari hukuman mati, karena semakin

pelanggaran mengulangi perbuatannya atau menahan calon pelanggar melakukan perbuatan jahat yang telah direncanakannya. Contoh pemidanaan yang bersifat prevensi khusus yang digambarkan oleh Van Hamel sebagai berikut: (1) pemidanaan haruslah memuat sebuah anasir yang menakutkan agar si pelaku tidak melakukan niat yang buruk; (2) Pemidanaan juga harus memuat anasir yang memperbaiki terpidana; (3) Pemidanaan harus memuat suatu anasir membinasakan penjahat yang sama sekali tidak dapat diperbaiki lagi; (4) tujuan satu-satunya dari pemidanaan ialah mempertahankan tata tertib hukum. Lihat djoko Parkoso dan Nurwahid, studi tentang Pendapat-pendapat mengenai Efektifitas Hukuman Mati, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.

30 Lihat djoko Parkoso dan Nurwahid studi tentang Pendapat-pendapat mengenai Efektifitas Hukuman Mati, Ghalia Indonesia, Ja-karta, 1985; j.e sahetapy, ancaman Pidana Mati terhadap Pembunuhan berencana, alumni, bandung 1979; akhiar salmi, eksistensi Hukuman Mati, aksara persada, 1985; Roeslan saleh, Masalah Pidana Mati, aksara baru, jakarta, 1978.

31 ICjR, Hukuman Mati dalam RKUHP jalan Tengah Yang Meragukan, (jakarta: Institute for Criminal justice Reform), 2015, Hlm.5.

banyak Negara anggota dari seuruh wilayah mengakui bahwa hukuman mati mrusak martabat manusia32.

Praktisi hukum todung Mulya Lubis mengatakan secara global, kecenderungan untuk menghapuskan hukuman mati lebih besar daripada mempertahankan hukuman tersebut. total jumlah negara yang sudah mengahapus hukuman mati mencapai 129, sedangkan negara yang mempertahankan hanya 68 negara. dari 129 negara yang menghapus, 88 negara menghapus hukuman mati untuk semua jenis kejahatan, 11 negara untuk kejahatan biasa sementara 30 negara lainnya melakukan moratorium pelaksanaan hukuman mati33.

direktur eksekutif lembaga pemantau HaM, Poengky Indarti mengatakan bahwa eksekusi hukuman mati bertentangan tidak hanya dengan HaM, tapi juga sistem hukum modern. Karena, dalam sistem hukum modern, penghukuman harus bersifat koreksional untuk memperbaiki dan bukan untuk balas dendam. bahkan, amnesty International menilai hukuman mati melanggar hak untuk hidup seperti yang diakui dalam deklarasi Universal Hak asasi Manusia dan merupakan hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan. terlepas dari sifat kejahatan, karakteristik pelaku atau metode yang digunakan untuk melaksanakan eksekusi tersebut. selain itu, kriminolog dan ahli penologi mengatakan dengan bukti empiris bahwa hukuman mati tidak menibulkan efek jera dan negara-negara yang masih menggunakan hukuman mati tidak lebih berhasil dalam mencegah pembunuhan daripada negara lain yang telah menghilangkan hukuman mati34.

32 jodya bintang Herwidianto, Efektivitas Hukuman Mati Pada Kejahatan Narkotika di indonesia, (depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia), 2016, Hlm. 5.

33 “efektivitas Hukuman Mati”, diakses 20 desember 2017, < https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>, Hlm.5.

34 jodya bintang Herwidianto, Efektivitas Hukuman Mati Pada Kejahatan Narkotika di indonesia, (depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia), 2016, Hlm. 4.

Page 9: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

63Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

efektivitas penghukuman dapat diukur dengan adanya efek jera signifikan menghindari keberulangan tindak pidana oleh pelaku dan efek mencegah bagi calon pelaku kejahatan. termasuk di dalamnya persepsi terhadap resiko terhadap dirinya akibat terdeteksinya pelanggaran. jika persepsi resiko hanya pada kadar mengetahui bahwa ada resiko, maka dampak jera dinilai lemah. Namun, jika persepsi terhadap resiko bersifat nyata yakni jika melakukan pelanggaran akan diketahui dan dikenakan hukuman, maka dampak penjeraan akan kuat. dengan demikian efektivitas pilihan penghukuman tertentu kembali kepada penegakan hukum yang mampu mendeteksi kejahatan dan menghukum pelaku.35.

Hasil penelitian evaluasi efektivitas pidana mati, termasuk untuk pengedar dan produsen narkoba, yang dilakukan oleh kementerian atau lembaga berwenang di Indonesia tidak efektif. Karena hanya menimbulkan resiko mengetahui tanpa efek jera. Hal ini sejalan dengan peningkatan kasus kejahatan narkoba dari tahun ke tahun yang dipublikasi baik oleh badan Narkotika Nasional (bNN) maupun badan Pusat statistik (bPs). dengan melihat (data dari jumlah kejadian kejahatan terkait narkotika di Indonesia pada tahun 2010-2014 yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat).36 Hal ini berseberangan dengan tujuan pencegahan dan efek jera dalam politik hukum pemidanaan. Padahal, pelaksanaan eksekuti mati tidak memberikan efek yang diharapkan (menekan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika) dan hal ini dapat dilihat melalui kenaikan angka penyalahgunaan dan peredaran narkotika sesuai laporan bNN yang dikeluarkan sejak tahun 2009.37

berdasarkan hal tersebut, efektivitas hukuman mati masih dipertanyakan kredibilitasnya untuk menjadi sarana efek jera bagi pelaku kejahatan serius

35 jodya bintang Herwidianto, Ibid,, hlm. 40-4336 badan Pusat statistik, Statistik Kriminal Tahun 2016, (jakarta:

badan Pusat statistik, 2006), Hal. 26.37 Inosentius samsul, “Politik Hukum Pidana Mati,” dalam Info

singkat Hukum Vol.VII No.02/II/P3dI/januari 2015 diakses dari http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20singkat-VII-2-II-P3dI-januari-2015-6.pdf pada 3 oktober 2017 pukul 17.20 wIb.

seperti, narkoba. Lalu bagaimana dengan Indonesia kedepannya, apakah akan tetap menerapakan pidana mati karena dalam RKUHP masih diatur hukuman ini. berikut, penulis akan menjelaskan dampak hukuman mati dalam kasus narkotika bagi negara.

Penerapan sanksi Pidana Mati dalam 2. kasus narkotika di indonesia

gencarnya perhatian yang serius dari berbagai organisasi internasional dan pendapat sejumlah peneliti dan kriminologi tentang hukuman mati membuka mata Pemerintah untuk meninjau kembali keberadaan hukuman ini. sebelumnya ada pengujian Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika terhadap UUd 1945 (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi terkait keberadaan hukuman mati atas pelaku pidana narkotika.

Namun, dalam RKUHP yang terbaru hukuman ini masih dipergunakan, walaupun lebih selektif dan terbatas. tercatat sedikitnya ada 15 pasal yang mengatur ancaman mati dalam RKUHP. dalam RKUHP, hukuman mati masih termasuk pidana pokok, namun bersifat khusus dan diancamkan secara alternatif. Meski demikian, masih diaturnya hukuman mati ini berpotensi melanggar ketentuan atas jaminan hak hidup sebagaimana yang dimaktubkan dalam UUd 1945. Terlebih Indonesia telah meratifikasi Konvensi Internasional tentang Hak-hak sipil dan Politik dan adanya himbauan Pbb untuk meninjau kembali pengguna hukuman pidana mati. berikut, penulis akan analisis kasus penjatuhan hukuman mati narkotika, dan bagiamna dampaknya bagi Indonesia.

Penulis akan membahas kasus ayodya Prasad Chaubey yang dijatuhi hukuman mati karena terbukti melakukan penyelundupan heroin ke Indonesia. Pelaksanaan eksekusi mati terhadap pria India berusia 67 tahun ini, sempat menjadi perdebatan antara pemerintah India dan Pemerintah Indonesia lewat Kejaksaan agung. Pemerintah India beragumen bahwa menurut undang-undang India, ada batas usia tertentu untuk

Page 10: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

64 Jurnal Bina adhyaksa Vol. 10 No. 2, Maret 2020

seseorang yang akan dieksekusi mati. sehingga pemerintah India menilai jika ayodya tidak harus dijatui hukuman mati, dan meminta pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan hal tersebut.

Namun pemerintah Indonesia menilai tindakan yang dilakukan oleh ayodya sangat merugikan dan membahayakan banyak orang, ribuan bahkan jutaan orang Indonesia menjadi korban efek negatif narkoba. tindakan tersebut telah melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. Para penyelundup dan pemasok maupun penjual narkoba merupakan pelaku-pelaku kriminal kelas berat. sehingga, kejahatannya tergolong kejahatan serius dan menurut pemerintah Indonesia yang masih menerapkan hukuman mati, memidanakan ayodya hukuman mati.

Padahal dampak adanya hukuman mati tersebut sangat besar, karena pelaksanaan hukuman mati mengganggu hubungan bilateral antara negara dalam hal ini India. apalagi India tidak menyetujui keputusan pemerintah Indonesia untuk menjatuhi hukuman mati pada warganya. sehingga, sangat mengkhawatirkan tindakan pemerintah tersebut dapat menghilangkan hubungan kerjasama yang baik selama ini. seperti brazil dan belanda yang menarik duta besar mereka dari jakarta, setelah keenam warga negaranya mati dieksekusi oleh Pemerintah Indonesia. Kedua Negara tersebut sangat menentang pelaksanaan hukuman mati ini38.

selain itu, kasus penjatuhan hukuman mati ayodya dan terpidana lain juga mendapat banyak sorotan berbagai kecaman dan reaksi masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri. bahkan reaksi dunia internasional cenderung menyudutkan Indonesia, dengan adanya pernyataan bernada keras dari berabai pemimpin dunia, seperti Presiden Perancis, Menlu australia dan Negara anggota Pbb lainnya39.

sehingga, efektivitas hukuman mati sangat dipertanyakan. Karena selain melanggar HaM, terganggunya hubungan bilateral antara Negara, pemberian efek jera juga menjadi unsur utama dalam perdebatan efektivitas hukuman mati

38 ibid, Hlm.6.39 ibid.

pada pelaku narkotika. terlebih setiap manusia memiliki hak hidup yang layak sebagai bagi dari HaM yang dimiliki, yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia tuhan YMe. sehingga, tidak boleh dirampas, diabaikan atau diganggu gugat oleh siapapun. Hal itu tercantum dalam taP MPR No. VXII/MPR/198 tentang sikap dan pandangan bangsa Indonesia mengenai hak-hak asasi manusia dan juga dalam amandemen ke-2 pasal 28a UUd 1945 yang menyatakan bahwa40, “setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Hal tersebut juga dijelaskan dalam Pasal 9 UU No 39 tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia yang mengatur: (1) setiap orang berhak untuk hidup, dan mempertahanan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya; (2) setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin; (3) setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”

dari penjelasan diatas, jelas bahwa setiap orang memiliki hak hidup yang harus dilindungi, dijaga dan dihormati. terlepas dari prilakunya yang melawan hukum, karena ada banyak hukuman yang dapat diterapkan untuk menghukum pelaku kejahatan dan menimbulkan efek jera.

Pasalnya, sejak adanya hukuman mati yang dijatuhkan pemerintah Indonesia tidak mengurangi tingkat kejahatan yang ada termasuk keahatan narkotika. oleh karena itu, tidak ada korelasi hukuman mati dengan berkurangnya tingkat kejahatan. terlebih dengan adanya kebijakan jokowi menolak grasi, sebenarnya telah menimbulkan ‘hukuman tambahan’ bagi terpidana mati maupun yang masih dalam proses hukum berupa, gangguan kejiwaan, stress, keecewaan karena sekian lama mendekam di penjara tetapi pada akhirnya tetap dijatuhi hukuman mati dan akan menimbulkan beban psikologis yang berat bagi keluaga terpidana mati41.

bahkan beccaria menunjukkan adanya pertentangan antara pidana mati dan pandangan negara sesuai dengan doktrin contra social. Karena hidup adalah sesuatu yang tak dapat dihilangkan secara legal dan membunuh adalah

40 “efektivitas Hukuman Mati”, diakses 20 desember 2017,< https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>, Hlm.5.

41 ibid.

Page 11: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

65Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

tercela, karena pembunuhan yang manapun juga yang mengijinkan untuk pemidana mati adalah immoral dan maknanya tidak sah42.

oleh karena menurut ruang lingkup masalah sosiologi hukum dan pemikiran beccaria, penulis menilai penjatuhan hukuman mati terhadap pelaku kejahatan narkotika tidak efektif. Karena meski bukan suatu ilmu yang menghukumi sesuatu, berdasarkan hal-hal yang dapat diamati dapat memberikan pandangan agar pemerintah dapat mencari alternatif hukuman pemidanaan di masa depan dalam penanggulangan kejahatan narkotika misalnya dengan pidana ganti rugi.

sejalan dengan beccaria, emile durkheim menyatakan bahwa kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia. segala aktivitas manusia baik politik, sosial dan ekonomi dapat menjadi penyebab kejahatan. sehingga keberadaam kejahatan tidak perlu disesali, tapi harus sealu dicari upaya bagaimana menanganinya. dengan berusaha menekan kualitas dan kuantitasnya serendah mungkin, maksimal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada43. Hal tersebut bertentangan dengan hukuman pidana mati.

Pasalnya, hukuman pidana mati menurut penulis tidak sesuai dengan pemikiran durkhiem, karena menurut data dan penejlasan sebelumnya menyatakan bahwa pidana mati tidak menekan kualitas dan kuantitas serendah mungkin. dengan banyaknya memakan biaya saat eksekusi, waktu yang banyak dihabiskan oleh terpidana yang terkesan sia-sia, dan tidak tercapai tujuan utamanya yakni, tidak menimbulkan efek jera.

Untuk itu perlu adanya alternatif hukuman pidana yang dapat memberikan efek jera, salah satunya menurut penulis adalah dengan memberikan sanksi ganti kerugian. sanksi ganti kerugian merupakan sanksi yang mengharuskan seseorang yang telah bertindak merugikan orang lain untuk membayar sejumlah uang ataupun barang pada orang yang dirugikan, sehingga kerugian yang telah terjad dianggap tidak pernah terjadi. saat ini sanksi ganti kerugian tidak hanya merupakan bagian dari hukum perdata,

42 syahruddin Husein, Pidana Mati Menurut Hukum Pidana indonesia, (Medan : Fakultas Hukum bagian Hukum Pidana Universitas sumatera Utara), Hm. 6-7.

43 “efektivitas Hukuman Mati”, diakses 20 desember 2017,< https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>,Hlm.9.

tetapi juga telah masuk ke dalam hukum pidana. Perkembangan ini terjadi karena semakin meningkatnya perhatian masyarakat dunia terhadap korban tindak pidana44.

sehingga penulis berharap Indonesia dapat mengganti pidana hukum mati dengan alternatif hukuman ganti rugi yang dapat memberiak efek jera bagi pelaku kejahatan. Karena, di zaman serba modern dan adanya krisis ekonomi membuat banyak masyarakat kekuranan kondisi ekonomi. jadi, hukuman alternatif dapat menjadi jalan terbaik untuk pidana narkotika. Melihat kondisi ekonomi merupakan alasan utama pelaku kejahatan narkotika dalam menjalankan kejahatannya. tidak hanya kejahatan narkotika, ekonomi juga menjadi alasan untuk kejahatan-kejahatan lainnya. jadi, pelaku kejahatan akan mempertimbangkan untuk tidak melakukan kejahatannya lagi jika mengancam kekayaanya. oleh karena itu, Indonesia perlu mempertimbangkan alternatif sanksi rugi untuk hukum pidana narkotika yang dapat menekan angka kejahatan. Mengingat pemerintah sedang menyusun RKUHP baru.

Keputusan politik penghukuman para pihak yang berpengaruh dalam sistem peradilan pidana (sPP) terkait pidana mati terhadap pengedar dan produsen narkoba sayangnya belum dilandasi dengan data kuat terkait bukti bahwa angka kejahatan dapat menurun selama pemberlakuan pidana mati dan eksekusinya. oleh karenanya penulis berpandangan pidana mati tidak perlu dipertahankan, apalagi proses pengambilan keputusan tersebut masih didominasi oleh emosi dan reaksi terhadap peningkatan angka kejahatan narkoba.

PenUtUPC.

kesimpulan1.

Pidana mati merupakan hukuman pokok yang diberlakukan hukum Indonesia untuk melawan kejahatan serius salah satunya, narkotika. Pemberlakuan pidana mati telah dilakukan pada beberapa pelaku kejahatan narkoba hingga sampai tahap eksekusi keempat. Namun, tingkat kejahatan narkoba menurut survey bNN maupun bPs

44 ibid.

Page 12: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

66 Jurnal Bina adhyaksa Vol. 10 No. 2, Maret 2020

terus meningkat. Hal tersebut menjelaskan jika pidana mati tidak memberi efek jera pada pelaku kejahatan narkotika. Padahal pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan narkotika terus meningkat bahkan, pelakunya pun beragam dari mulai anak-anak hingga orang tua.

selain itu, hukuman pidana mati menghabiskan biaya yang sangat banyak, sehingga tujuannya untuk menghemat biaya hukuman penjara yang banyak memakan biaya tidak tercapai. Hal ini sejalan dengan pemikiran beccaria yang menyatakan adanya pertentangan antara pidana mati dan pandangan Negara sesuai dengan doktrin kontra social. Karena hidup adalah sesuatu yang tak dapat diilangkan secara legal dan membunuh adalah tercela, karean pembunuhan yang manapun juga yang mengijinkan untuk pidana mati adalah immoral dan maknanya tidak sah. serta bertentangan dengan pemikiran durkheim,

karena pidana mati menurt data yang didapat tidak menekan kualitas dan kuantitas hukuman pidana. sehingga, penulis menilai penerapan pidana mati untuk pelaku kejahatan narkotika tidak efektif. Untuk itu perlu adanya alternatif hukuman pidana yang dapat memberikan efek jera, salah satunya menurut penulis adalah dengan memberikan sanksi ganti kerugian.

saran2.

dengan maraknya kasus narkotika yang melibatkan banyak kalangan dari anak kecil hingga orang dewasa. Pemerintah diharapkan menemukan cara ampuh sebagai efek jera (deterrence effect) bagi para pelaku tindak pidana narkotika. Hal itu dikarenakan hukuman yang diterapkan sekarang ini terbukti belum dapat memberantas kasus narkotika. baik itu hukuman penjara maupun pidana mati, untuk itu perlu adanya alternatif hukuman pidana yang dapat memberikan efek jera, salah satunya menurut penulis adalah dengan memberikan sanksi ganti kerugian.

daFtar PUstaka

Buku dan Bahan Bacaan:

badan Pusat statistik.Statistik Kriminal Tahun 2016. (jakarta: badan Pusat statistik, 2006).

bangun Nata sukam. Eksistensi Pidana Mati dalam Sistem Hukum indonesia. (Yogyakarta: Makalah tidak diterbitkan, 2014).

Fadjar, Mukthie a. Teori-Teori Hukum Kontemporer. (Malang: setara Press, 2014).

Hutapea bungasan. Kontroversi Penjatuhan Hukuman Mati Terhadap Tindak Pidana Narkotika dalam Perspketif Hukum dan Hak Asasi Manusia. (jakarta: badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HaM Kementerian Hukum dan HaM RI, 2016).

salmi akhiar. (1985). Eksistensi Hukuman Mati, Aksara Persada.

soekanto soerjono. Pengantar Penelitian Hukum,

(jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986).

sulhin Iqrak. Politik Hukuman Mati di indonesia. (tangerang : Marjin Kiri, 2016).

internet/surat kabar/Jurnal nasional:

dinilah Mukhlis. “survey bNN 80 persen tahu bahaya Narkoba, Kenapa Kasus Masih tinggi”diakses 20 desember 2017.< https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggi>.

“efektivitas Hukuman Mati”,diakses 20 desember 2017. < https://www.scribd.com/doc/29529060/eFeKtIVItas-HUKUMaN-MatI>.

Hal ini disampaikan saat memberikan Kuliah Umum di Universitas gadjah Mada.Yogyakarta tahun 2014 Republik Indonesia sudah sampai ke tahap darurat narkoba, diakses dari http://nasional.

Page 13: eFektiVitas HUkUMan Pidana Mati Bagi PeLakU keJaHatan ......pemberlakuan pidana mati pada kejahatan narkotika untuk memberi efek jera. tapi, kenyataanya hingga saat ini tingkat kejahatan

67Efektivitas Hukuman pidana Mati Bagi pelaku kejahatan narkotika. - Aghia khumaesi Suud

kompas.com/read/2014/ di akses tanggal 1 oktober 2017 pukul 15.59 wIb.

Herwidianto bintang jodya. (2016). Efektivitas Hukuman Mati Pada Kejahatan Narkotika di indonesia, (depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia).

Husein syahruddin. Pidana Mati Menurut Hukum Pidana indonesia. (Medan : Fakultas Hukum bagian Hukum Pidana Universitas sumatera Utara).

ICjR. (2015).Hukuman Mati dalam RKUHP jalan Tengah Yang Meragukan. (jakarta: Institute for Criminal justice Reform).

Lihat djoko Parkoso dan Nurwahid studi tentang Pendapat-pendapat mengenai Efektifitas Hukuman Mati, ghalia Indonesia, jakarta, 1985; j.e sahetapy, ancaman Pidana Mati terhadap Pembunuhan berencana, alumni, bandung 1979; akhiar salmi, eksistensi Hukuman Mati, aksara persada, 1985; Roeslan saleh, Masalah Pidana Mati, aksara baru, jakarta, 1978.

Lubis thamrin. (2016). Kejahatan Narkoba di indonesia: Analisa Hukum Pidana . tempo. diakses tanggal 29 september 2017.<https://indonesiana.tempo.co/read/76811/2016/06/03/Kejahatan-Narkoba-di-Indonesia:-analisa-Hukum-Pidana>.

Prabowo dani. “Ketegasan jokowi soal Hukuman Mati terpidana Narkoba Mendapat apresiasi”, diakses 20 desember 2017. < http://nasional.kompas.com/read/2015/01/28/06422811/Ketegasan.jokowi .soal .Hukuman.Mat i .terpidana.Narkoba.Mendapat.apresiasi>.

Rachmawati Ira. buwas : Pengguna Narkoba di indonesia Meningkat Hingga 5.9 juta Orang. Kompas, 2017. diakses tanggal 29 september 2017.

< h t t p : / / r e g i o n a l . k o m p a s . c o m /r e a d / 2 0 1 6 / 0 1 / 1 1 / 1 4 3 1 3 1 9 1 / b u w a s .Pengguna.Narkoba.di.Indonesia.Meningkat.hingga.5.9.juta.orang>.

Reksodiputro Mardjono. dalam Perkuliahan sPP Pada Magister Hukum sPP di salemba. November 2017.

Ronny tb Nitibaskara.Penerapan Konsep budaya Hukum dalam Relasi Sosial dan bisnis untuk Mencegah Kejahatan. seri sosiologi Hukum.

samsul Inosentius. “Politik Hukum Pidana Mati,” dalam Info singkat Hukum Vol.VII No.02/II/P3dI/januari 2015 diakses dari http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20singkat-VII-2-II-P3dI-januari-2015-6.pdf pada 3 oktober 2017 pukul 17.20 wIb.

sumanto atet. Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakkan Hukum Tindak Pidana Narkotika. diakses 20 desember 2017, < http://jurnal-perspektif.org/index.php/perspektif/article/view/548>.

temuan data hingga tahun 2008. Lihat diani Indramaya, Pro –Kontra Pidana Mati Kasus Narkoba. tesis. (jakarta: Program studi Pengkajian Ketahanan Nasional Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008).