Upload
hoangdiep
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM
MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA
(Studi Eksperimendi SMA YasmidaAmbarawa)
TESIS
Oleh :
SOFWAN ADIPUTRA
NIM : 1103693
DitulisUntukMemenuhiSebagianPesyaratandalamMendapatkan
GelarMegisterPendidikan
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
2
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kemauandantujuanhidupbisamengecilkan orang besardanmembesarkan orang kecil.Iajugabisamembuat orang muliadipandanghinadan orang
hinadipandangmulia” (HAMKA)
“siapa yang bersungguh-sungguh, Pastiberhasil”
“ikhlasdantidakikhlasterletakpadalisannya, makabelajarlahikhlasdengandiam”
Allah mengangkat orang-orang beriman di antarakamudanjuga orang-orang yang
dikaruniaiilmupengetahuanhinggabeberapaderajat.( al-Mujadalah : 11 )
Fabi’aya a lairobbkumatukadziban MakaNikmatTuhan yang manalagi yang kamupertanyakan
Rasa syukurtiadahentiterungkapdarilisandanhati
Sujuddiribertafakkurmemohonridho Allah subhanawataala
Untuk yang paling ku cintai, Alm. AyahandadanIbundatercinta..
Tiada ungkapan yang bisa mewakili
rasa sayang dan hormatku
Tanpa kalian aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa
Untuk Adik dan kakakku
Motivasi hidup ini karena mimpimu
Untuk teman dan sahabatku
Karena kalian kehidupan ini berjalan begitu cepat
Untuk pendamping hidupku kelak
Semua karena Allah.... Aminn
SOFWAN
1
ABSTRACT
SofwanAdiputra. 2013. The Effectiveness of Group Guidance Service in
Developing Self-efficacy. (An experimental study at SMA Yasmida
Ambarawa Lampung). Thesis. Graduate Program. State University of
Padang.
The low Self-efficacy is beginning from various troubleshoot especially
behaviorwhich is on final can retard adolescent development task. Group
guidance can be used to improve self-efficacy. This research was aimed at
disclosing the effectiveness of group guidance on the developing self efficacy
An experimental research pretest and posttest control group design was
utilized to test whether group guidance can better improve self-efficacy. Two
purposive sample groups of students were selected from SMA Yasmida
Lampung. Each group consisted of 13 students. Group guidance for experiment
group was conducted in six sessions. Data on self-efficacy were collected
through a pretest-posttest. The data were then analyzed by using Wilcoxon
Signed Ranks Test and Kolmogorov-Smirnov Two Sample utilizing SPSS
version 17.
The findings of this research were: (1) there is a significant difference
between post test and pre-test of the experiment group on the self-efficacy.
(2)there is no difference on the pre and post test of the control group students
on self-efficacy. (3) there is a significant difference on self-efficacy between
experiment group and control group.
Based on the findings, it can be concluded that the self-efficacy can be
enhanced through group guidance. This research implies that group guidance
program needs to be developed by supervising teachers and counselors in order
to improve the self-efficacy. Similar studies were suggested to conduct at
different contexts to compare the findings.
ii
2
ABSTRAK
Sofwan Adiputra 2013. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Meningkatkan Self Efficacy : Studi Eksperimen di Sekolah Menegah Atas
Yasmida Ambarawa)
Self efficacy yang rendah merupakan awal dari berbagai permasalahan
terutama masalah perilaku yang pada akhirnya dapat menghambat tugas
perkembangan remaja. Bimbingan kelompok dapat digunakan untuk
meningkatkan self efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan self efficacy
Penelitian eksperimental dengan rancangan pretest and posttest control
group design digunakan untuk menguji apakah layanan bimbingan kelompok
dapat meningkatkan self efficacy menjadi lebih baik. Dua kelompok dipilih
menggunakan purposive sampling yang terpilih dari SMA Yasmida Ambarawa
Lampung yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Masing-masing kelompok terdiri dari 13 siswa. Layanan bimbingan kelompok
pada kelompok eksperimen, diadakan selama enam kali pertemuan. Data
tentang self efficacy dikumpulkan melalui pretest dan posttest, kemudian
dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Testdan Kolmogorov-
Smirnov Two Sampel dengan bantuan SPSS versi 17.
Temuan dari penelitian ini adalah: (1) terdapat perbedaan yang
signifikan antara self efficacy siswa pada pretest dan posttest siswa kelompok
eksperimen. (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy
siswa pada pretest dan posttest siswa kelompok kontrol. (3) terdapat
perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa pada posttest kelompok
control dengan posttest kelompok eksperimen.
Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy
dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok. Penelitian ini menunjukkan
bahwa pentingnya meningkatkan frekuensi penggunaan layanan bimbingan
kelompok di sekolah yang disertai dengan adanya pengawasan dari guru dan
konselor sehingga dapat meningkatkan self efficacy. Perlu dilakukan penelitan
yang serupa akan tetapi dilator belakangi oleh konteks yang berbeda agar
dapat membandingkan temuan dari hasil penelitian ini.
iii
4
KATA PENGANTAR
Allhamdullilahrabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur kehadirat Allah
SWT, hanya dengan rahmat dan hidayahNya-lah penyusunan tesis yang berjudul
“EfektifitasLayananBimbinganKelompokDalamMeningkatkanSelf Efficacy Siswa
(StudiEksperimen di SMA YasmidaAmbarawa)“, dapat terselesaikan. Dalam
melakukan penelitian dan penyelesaian tesis ini, peneliti banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya,peneliti sampaikan kepada yang terhormat :
1. Dr. Daharnis, M. Pd., Kons. selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan, motivasi, sehingga
tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Dr. Syahniar, M.Pd., Kons. selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran dan
ketulusan telah meluangkan waktunya dalam membimbing, memberikan
arahan dan motivasi yang begitu berarti, sehingga tesis ini dapat selesai
dengan baik.
3. Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. Pd. selaku penguji sekaligus Ketua Program
Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan masukan, saran,
arahan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons. selaku penguji yang dengan kesabaran telah
memberikan arahan dan dukungan untuk menyelesaikan tesis ini, serta
membantu peneliti dalam menimbang instrumen.
5. Prof. Dr. SufyarmaMarsidin, M.Pd. selaku penguji yang telahmemberikan
saran, arahan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.
6. Dr. Riska Ahmad, M.Pd., Kons. yang telah meluangkan waktu untuk
membantu peneliti dalam menimbang instrumen penelitian dan memberikan
masukan pada tesis ini.
7. Bapak Muhrisal, M.Pd. yang telah meluangkan waktu untuk membantu
peneliti dalam menimbang instrumen penelitian
8. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang, beserta
pembantu Dekan I, II dan III, Program Pascasarjana dan segenap karyawan
yang telah memberikan pelayanan terbaik.
vii
5
9. Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, khususnya para
dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ilmu pengetahuan
pada proses perkuliahan dan membantu peneliti.
10. Kepala SMA Yasmida Ambarawa Kabupaten Pringsewu Lampungyang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan uji coba dan
penelitian di sekolah yang Bapak pimpin.
11. Bapak dan Ibu guru pembimbing serta segenap karyawan di SMA Yasmida
Ambarawa yang telah memberikan bantuan dan kerjasama, sehingga data
penelitian ini dapat diperoleh.
12. UntukOrangtuakuMamaNurjayati, AyahandaAlm. Rusdi Hamid, Uni Nana,
danUniIyet, Adikku Arief serta keponakanku Amar, Jihan, Akmal, dan Jadi
tterimakasih atas semua dukungan baik moral dan materil, cinta, kasih
sayang, doa, perhatian, semangat dan kepercayaan yang tanpa kenal lelah
senantiasa diberikan kepadaku.
13. Mujiyati yang tiada hentinya berbagi pengalaman suka maupun duka dan
yang selalu menemani serta mengajarkan penulis bahwa keikhlasan dan
kesabaran adalah obat dari permasalahan. You’re my inspiration.
14. My Best Sisters, Ayu rahmaniah, Sri Wahyuni, semoga Allah membalas tiap
doa dan motivasi yang kalian berikan.
15. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana dan PPK Universitas Negeri
Padang: Konselor Addahri, Konselor Wahyu, Konselor Muklis, Koselor
Hafitz, Konselor Jeki, Rici, bang Hendri, Konselor Nia, Konselor Woro,
Konselor Rofi, Konselor Dosi, Konselor Hengki dan teman-teman lainnya
untuk dukungan, perhatian, semangat serta ide-ide yang telah diberikan dalam
penulisan tesis ini.
Semoga Allah memberikan balasan untuk segala bantuan yang telah
diberikan kepada peneliti dengan imbalan pahala yang berlipat ganda. Harapan
peneliti semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Padang, Februari 2013
Peneliti
viii
6
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................. iv
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ............................................... v
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ............................................................................... 1
B. IdentifikasiMasalah ....................................................................... 7
C. PembatasanMasalah ...................................................................... 7
D. PerumusanMasalah ....................................................................... 7
E. TujuanPenelitian ........................................................................... 8
F. ManfaatPenelitian ......................................................................... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. LandasanTeori
1. BimbinganKelompok .............................................................. 10
a. PengertianBimbinganKelompok ....................................... 10
b. TujuanBimbinganKelompok ............................................. 11
c. FungsiBimbinganKelompok ............................................. 13
d. DinamikaKelompokdalamBimbingan
Kelompok ................................................................................ 13
ix
7
e. PerananPemimpinKelompokdanAnggota
Kelompok ................................................................................ 14
f. Tahap-TahapPelaksanaanBimbingaKelompok ................. 16
g. EvaluasiKegiatanLayananBimbingan
Kelompok ................................................................................ 23
h. Tekhnik-TekhnikDalamBimbinganKelompok ................. 24
i. BimbinganKelompok Yang Efektif .................................. 25
2. Self Efficacy ............................................................................ 29
a. DefinisiSelf Efficacy .......................................................... 29
b. MaknaSelf Efficacy ........................................................... 31
c. Aspek-AspekSelf Efficacy ................................................. 33
d. DimensiSelf Efficacy ......................................................... 35
e. Proses Self Efficacy .......................................................... 38
f. PengaruhSelf EfficacyPadaTingkahLaku .......................... 40
g. Self Efficacydalambimbingankelompok ............................ 43
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 44
C. KerangkaPikir ............................................................................... 45
D. Hipotesis ........................................................................................ 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JenisPenelitian ............................................................................. 49
B. SubjekPenelitian .......................................................................... 55
C. Definisi Operasional.................................................................... 58
D. Pengembangan Instrumen ........................................................... 60
E. TeknikPengumpulan Data ........................................................... 66
F. TeknikAnalisis Data .................................................................... 67
G. PelaksanaanEksperimen .............................................................. 68
x
8
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 77
1. Hasil Pretest Self efficacy...................................................... 77
2. Hasil PosttestSelf efficacy ..................................................... 79
3. Deskripsi Data Hasil Post Test self efficacy Kelompok
eksperimen ............................................................................ 80
4. Deskripsi Data HasilPretest danPosttestSelf Efficacy
KelompokKontrol ....................................................................... 82
5. HasilDimensi Pretest dan Posttest kelompok
eksperimendankontrol ................................................................. 84
B. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 87
C. Pembahasan ................................................................................. 93
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 97
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 98
B. Implikasi ...................................................................................... 99
C. Saran ............................................................................................ 99
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................100
xi
9
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. DaftarNamaAnggotaKelompok ..............................................................57
2. RancanganKegiatanBimbinganKelompok ..............................................59
3. Blue Print InstrumenSelf Efficacysiswa ..................................................61
4. PedomanSkoring .....................................................................................62
5. ValiditasButirInstrumenSelf Efficacy ......................................................65
6. JadwalKegiatanBimbinganKelompok ....................................................71
7. RekapitulasiPenilaianSegeraAnggotaKelompokEksperimen .................75
8. KondisiSelf Efficacy (Pretest)Masing-masingSiswa
KelompokEksperimendanKelompokKontrol ................................................78
9. DistribusiNilai Mean PadaKelompokEksperimen ..................................78
10. KondisiSelf Efficacy (Posttest) Masing-masing
SiswaKelompokEksperimendanKelompokKontrol ......................................79
11. DistribusiNilai Mean padaKelompokEksperimendanKontrol
PadaTahapPosttest .......................................................................................80
12. KondisiSelf EfficacyKelompokEksperimenPree test dan post test .........81
13. KondisiSelf EfficacyKelompokKontrolPree test dan post test ................83
14. HasilSelf efficacyKelompokEksperimenMasing-masing
DimensiPretestdanPosttest ...........................................................................85
15. HasilSelf efficacyKelompokKontrolMasing-masing
DimensiPretestdanPosttest ...........................................................................86
16. HasilanalisisWicoxon’s Signed Ranks Test Perbedaan
Self EfficacypadaPretest danPosttest KelompokEksperimen ......................88
17. ArahPerbedaaanPretest danPosttestSelf EfficacyKelompok
Eksperimen. ...................................................................................................89
18. HasilanalisisWilcoxon Signed Rank Test Perbedaan Self Efficacy
antaraPretest danPosttest KelompokKontrol ................................................90
xii
10
19. ArahPerbedaaanPretest danPosttestSelf EfficacyKelompok
Kontrol. .........................................................................................................91
20. HasilAnalisisKolmogorov-Smirnov 2 Independent Samples
Posttest Variable Self Efficacy KelompokEksperimendan
KelompokKontrol..........................................................................................92
xiii
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. TahapPembentukanKelompok ................................................................17
2. TahapPeralihanBimbinganKelompok .....................................................18
3. TahapKegiatanBimbinganKelompok ......................................................20
4. TahapPenyimpulanBimbinganKelompok ...............................................21
5. Tahap Pengakhiran Bimbingan Kelompok .............................................22
6. KerangkaPikir .........................................................................................46
7. RancanganPenelitian The Non Equivalent Countrol Group ...................50
8. Diagram BatangHasilPre testdanPost- testSelf Efficacy
KelompokEksperimen ...................................................................................82
9. Diagram BatangHasilPre testdanPost- testSelf Efficacy
KelompokKontrol .........................................................................................84
xiv
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. UjiValiditasdanRealibilitasInstrumen .....................................................104
2. InstrumendanLaiseg ................................................................................111
3. SatlandanMateri ......................................................................................120
4. NilaiPre testdanPost test .........................................................................151
5. UjiHipotesis ............................................................................................157
6. DaftarHadir .............................................................................................161
7. SuratIzinPenelitian ..................................................................................168
8. Dokumentasi ...........................................................................................171
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup
individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan
yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri berdasarkan kemampuan dan
kesempatan yang ada. Pendidikan merupakan tonggak dari bentuk pribadi manusia
dan prilaku manusia, karena dengan pendidikan inilah manusia dibentuk dan
dididik sesuai dengan kebenaran yang berlaku di dalam kehidupan ini.
Jika merujuk kepada tujuan pendidikan maka sebenarnya pendidikan
seharusnya mampu menciptakan seorang individu yang bukan saja cerdas secara
intelektual namun juga cerdas secara emosional dan spiritual. Hal ini sesuai
dengan yang tercantum pada undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20
tahun 2003, Bab 2 pasal 3 bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa seyogyanya pendidikan dapat
menciptakan individu yang utuh yaitu individu yang dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki agar dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan bangsa.
2
Bimbingan dan konseling yang merupakan pendidikan, memiliki peran
yang sangat penting untuk dapat membantu terciptanya tujuan pendidikan itu
sendiri, karena konselor yang juga merupakan salah satu pendidik memiliki peran
yang sangat penting dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik, sehingga peserta didik mampu memberdayakan segenap potensi
yang ada pada dirinya untuk dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Selain itu
pendidik juga memiliki kewajiban untuk membantu peserta didik ketika
mengalami masalah-masalah dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.
Guru BK atau konselor sebagai pendidik setidaknya memiliki lima fungsi
yang harus dikerjakan untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada peserta
didik antara lain yaitu fungsi pencegahan, fungsi pengembangan, fungsi perbaikan,
fungsi pemeliharaan dan fungsi advokasi (Yusuf, 2009:29). Dari keterlaksanaan
fungsi ini dapat dievaluasi hasil yang memang diharapkan dari hasil yang
diperoleh siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.
Jika mengkaji tugas dan peranan guru BK atau konselor yang terdapat
dalam peraturan menteri pendidikan nasional No. 27 tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, tugas guru BK atau konselor
adalah untuk mendukung perkembangan pribadi para pelajar sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat dan kepribadian mereka. Khususnya untuk membantu
peserta didik memahami dan mengevaluasi informasi dunia kerja dan membuat
pilihan-pilihan terkait pekerjaan. Bimbingan konseling sendiri adalah pelayanan
3
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar
mampu mandiri dan berkembang secara optimal.
Dalam pemberian layanan untuk meningkatkan kemandirian dan
mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal, terdapat salah satu
layanan yang dalam bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan dasar
yang harus mampu dilaksanakan oleh seluruh guru BK atau konselor yaitu layanan
bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok sendiri bertujuan untuk
memungkinkan siswa secara bersama memperoleh berbagai bahan dari nara
sumber (terutama guru BK) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik
sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat
(Sukardi, 2003: 48).
Sejalan dengan hal tersebut Juntika (2005:17) mamaparkan bahwa
layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri konseli. Sehingga dapat dipahami bahwa
pelayanan bimbingan kelompok ini lebih menekankan kepada aspek pencegahan
dalam menghadapi permasalahan.
Oleh sebab itu sudah seharusnya seorang guru BK/konselor mampu
dengan baik untuk melaksanakan layanan bimbingan kelompok dalam
kegiatannya. Dengan dilaksanakannya bimbingan kelompok diharapkan peserta
dapat mengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi
menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta
aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan
4
potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang
dimiliki.
Bimbingan kelompok sendiri diduga akan menjadi primadona dari
layanan-layanan yang lain karena menekankan aspek dinamika kelompok yang
memiliki semangat yang tinggi, kerjasama yang lancar dan mantap, serta adanya
saling mempercayai diantara anggota-anggotanya. Apabila anggota merasa bahwa
kelompok itu baik maka setiap anggota kelompok akan sangat mudah mematuhi
peraturan dan norma-norma yang telah tetapkan nantinya.
Kajian peneliti sendiri meliputi fenomena di lapangan yang didapat
melalui observasi dan wawancara pra-penelitian kepada guru BK pada tanggal 2
Agustus 2012 di SMA Yasmida Ambarawa Pringsewu Lampung, didapatkan
permasalahan rendahnya aspek self-efficacy yang dimiliki siswa. Hal ini dapat
terlihat dari kurang adanya keyakinan diri siswa terkait permasalahan belajar dan
sosial. Siswa terkadang merasa tidak mampu terhadap suatu mata pelajaran tanpa
adanya usaha untuk memperbaiki diri. Diperoleh pemahaman bahwa siswa
sebenarnya mampu namun mereka kurang yakin dengan apa yang mereka miliki.
Begitu juga dalam hal sosial, siswa memiliki rasa minder jika mereka dihadapkan
dengan perlombaan atau kegiatan yang melibatkan sekolah lainnya. Peneliti
menyimpulkan bahwa self efficacy yang ada pada diri siswa merupakan salah satu
aspek self-knowledge atau pengetahuan tentang diri yang mengalami gangguan.
5
Bandura (dalam Ghufron, 2010:73) menyatakan bahwa self efficacy
adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas
atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Jadi self efficacy
menekankan kepada aspek keyakinan diri dalam melakukan tugas dan tindakan
dimana seharusnya siswa dapat melakukan sebuah tindakan dari apa yang
dimilikinya.
Selanjutnya Bandura (dalam Ghufron, 2010:75) mengatakan bahwa
efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan,
keyakinan atau harapan tentang sejauhmana individu memperkirakan kemampuan
dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Self efficacy tidak berkaitan dengan kecakapan
yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang
dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapapun besarnya.
Efikasi diri menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki
seseorang dalam mengahadapi situasi yang akan datang yang mengandung
kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan. Seseorang
yang memiliki self efficacy yang baik, akan merasa dirinya selalu siap dan sigap
dalam menyelesaikan permasalahan tanpa adanya keraguan tentang keadaan diri.
Dia tidak akan memikirkan dirinya dengan orang lain, namun meyakini dirinya
mampu seperti orang lain.
6
Pengunaaan layanan bimbingan kelompok penting diberikan dengan
pemahaman bahwa menurut Bandura (dalam Friedman, 2008:283) self efficacy
dapat ditingkatkan dengan mengunakan 4 hal yaitu pengalaman keberhasilan,
pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan kondisi fisiologis, oleh sebab itu
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dirasakan mampu untuk dapat
menfasilitasi peningkatan self efficacy peserta didik. Dikarenakan dalam
bimbingan kelompok pembahasannya dapat mencakup keempat hal tersebut.
Bimbingan kelompok sebagai salah satu layanan dasar pada bimbingan
dan konseling sering tidak dapat dipergunakan oleh guru BK sebagai layanan yang
mampu meningkatkan kemampuan siswa sebagaimana fungsinya. Hal ini dilatar
belakangi banyak hal, baik dari segi kemampuan guru BK, waktu pelaksanaan,
hingga efektivitas hasil yang ingin dicapai. Peneliti berpendapat bahwa dengan
penelitian ini dapat diperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi guru
tentang hasil dari layanan bimbingan kelompok.
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan tersebut maka peneliti mencoba
untuk menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan
kemampuan siswa, khususnya dalam upaya meningkatkan self efficacy. Inilah inti
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, sehingga peneliti mengambil judul
“Efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan self efficacy siswa
kelas XI SMA Yasmida Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran
2012/2013.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai
masalah penelitian yang berkaitan dengan layanan bimbingan kelompok dalam
meningkatkan self efficacy antara lain:
1. Siswa kurang memiliki keyakinan terhadap keadaan diri
2. Siswa kurang memiliki rasa mampu mengerjakan tugas
3. Siswa kurang memiliki semangat untuk terus maju
4. Siswa kurang memiliki komitmen dalam diri
5. Belum ada usaha yang efektif untuk meningkatkan self efficcay
6. Belum digunakannya layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan Self
efficacy
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini,
maka permasalahan dalam penelitian ini terfokus, dibatasi dan diarahkan pada
efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan self efficacy siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan
kelompok efektif meningkatkan self efficacy siswa, yang dijabarkan sebagai
berikut:
8
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa kelompok
eksperimen sebelum (pretest) dan setelah (posttest) diberikan perlakuan layanan
bimbingan kelompok?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa kelompok
kontrol sebelum (pretest) dan setelah (posttest) tanpa perlakuan layanan
bimbingan kelompok?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa kelompok
eksperimen, dengan siswa kelompok kontrol sesudah mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan
keefektifan layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan self efficacy siswa
SMA Yasmida Ambarawa.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengungkapkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Perbedaan self efficacy siswa kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan
setelah (posttes) diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok.
2. Perbedaan self efficacy siswa kelompok kontrol pada sebelum (pretest) dan
setelah (posttest) siswa tanpa perlakuan layanan bimbingan kelompok.
3. Perbedaan self efficacy antara siswa kelompok eksperimen yang diberikan
perlakuan layanan bimbingan kelompok, dengan siswa kelompok control yang
tidak diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok.
9
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori dalam pengembangan layanan bimbingan konseling pada
bidang diagnostik kesulitan belajar siswa dan dapat dijadikan sumber informasi
pendidikan dalam penerapan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru BK/Konselor
Bahan masukan bagi Musyawarah Guru Pembimbing (MGP) baik dalam
penyusunan program pelayanan BK, maupun sebagai solusi dari permasalahan
salah satunya berkenaan dengan self efficacy.
b. Bagi peserta didik
Setelah mengikuti bimbingan kelompok siswa menjadi termotivasi untuk
meningkatkan self efficacy, juga mengembangkan sikap terbuka, belajar untuk
mempercayai kemampuan diri sendiri.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bimbingan Kelompok
a. Pengertian Bimbingan kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di
dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok
merupakan media efektif bagi anggota kelompok dalam
mengembangkan aspek-aspek positif ketika mengadakan komunikasi
antar pribadi dengan orang lain.
Menurut Prayitno (2012:149), yang dimaksud dengan layanan
bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang mengaktifkan
dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi yang menjadi peserta kegiatan kelompok.
Kemudian Hartinah (2009:6) mendefinisikan bahwa Bimbingan
kelompok merupakan kegiatan bimbingan yang diberikan kepada
kelompok individu yang mengalami masalah yang sama dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.
Menurut Rusmana (2009:13) bimbingan kelompok adalah:
Proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana
kelompok yang memungkinkan anggota untuk belajar
berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya
pengembangan wawasan, sikap, dan atau keterampilan yang
diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau
dalam upaya pengembangan pribadi.
11
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan
kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling
mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan
sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-
informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai
perkembangan yang optimal.
b. Tujuan Bimbingan kelompok
Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok memiliki tujuan
dalam hal pengembangan diri. Menurut Amti (2004:108) bahwa
tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk
membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur
kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing
anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam
kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:
(1) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan
teman-temannya, (2) Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam
kelompok, (3)Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama
teman-teman dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok
pada umumnya, (4) Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri
12
dalam kegiatan kelompok, (5) Melatih siswa untuk dapat bersikap
tenggang rasa dengan orang lain, (6) Melatih siswa memperoleh
keterampilan sosial, (7) Membantu siswa mengenali dan memahami
dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.
Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok seperti yang
dikemukakan oleh Prayitno (1995:178), adalah sebagai berikut:
1) Mampu berbicara di depan orang banyak
2) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan,
perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak.
3) Belajar menghargai pendapat orang lain,
4) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.
5) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak
kejiwaan yang bersifat negatif).
6) Dapat bertenggang rasa
7) Menjadi akrab satu sama lainnya,
8) Membahas masalah atau topik-topik umum yang
dirasakan atau menjadi kepentingan bersama
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai
bahan dari nara sumber (terutama guru BK) yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003:48).
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan
diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi, menerima
pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta
aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat
mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku
komunikasi antarpribadi yang dimiliki.
13
c. Fungsi Bimbingan kelompok
Fungsi Bimbingan Kelompok Menurut Sukardi (2000:48)
layanan bimbingan kelompok itu mempunyai tiga fungsi (1) fungsi
informatif, (2) fungsi pengembangan, (3) fungsi Preventif dan kreatif.
Fungsi pertama dan kedua dilaksanakan melalui kegiatan home room,
sedangkan fungsi ketiga, digunakan untuk keperluan terapi masalah-
masalah psikologi seperti psikodarama, atau sosiodrama untuk
keperluan terapi masalah atau konflik sosial.
Berdasarkan pendapat ahli di atas layanan bimbingan kelompok
yang akan digunakan untuk membahas masalah self efficacy, yang
dapat berfungsi untuk pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan
pengembangan.
d. Dinamika Kelompok dalam Bimbingan kelompok
Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok ini merupakan
ciri khas yang membedakan dengan kegiatan kelompok pada proses
pembelajaran. Dinamika kelompok menurut Cartwright dan Zender
(dalam Hartinah, 2009:63) mendeskripsikan sebagai suatu bidang
terapan yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
sifat atau ciri kelompok serta hukum perkembangan inteleraksi dengan
anggota, kelompok lain dan lembaga-lembaga yang lebih besar.
Dinamika kelompok sebagai kekuatan operasional suatu kelompok
akan memicu adanya proses kelompok dalam melakukan pertukaran
semangat dan interaksi di antara anggota dan pemimpin kelompok.
14
Woodworth (177:1918) menyatakan bahwa dilihat dari sudut
pandang yang sehat, tidak ada perilaku manusia yang lebih menarik
dan penting dari perilaku kelompok yang besar ataupun kecil. Hal ini
menekankan bahwa perilaku manusia lebih efektif jika dilakukan
secara berkelompok baik besar ataupun kecil.
Selanjutnya Bonner mendefinisikan dinamika kelompok sebagai
berikut:
We can now define group dynamics as that division of social
psychology which investigates the formation and change
of the structure and function of the pasychological
grouping of people into self-directing wholes. ( Bonner,
1959:5)
Kita sekarang dapat menentukan dinamika kelompok
sebagai yang pembagian psikologi sosial yang
menyelidiki pembentukan dan perubahan struktur dan
fungsi pengelompokan pasychological orang ke diri
mengarahkan keutuhan. (Bonner, 1959: 5).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok yang dijiwai oleh
dinamika kelompok dapat menentukan gerak arah pencapaian tujuan
penelitian. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
bimbingan kelompok.
e. Peranan Pemimpin Kelompok dan Anggota Kelompok
Dinamika kelompok yang tercipta dalam proses bimbingan
kelompok menggambarkan hidupnya suatu kegiatan kelompok.
Hangatnya suasana atau kakunya komunikasi yang terjadi juga
tergantung pada peranan pemimpin kelompok. Oleh karena itu
15
pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa
para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan
bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno
(1995:35-36) bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:
1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan,
pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap
kegiatan kelompok. Campur yang ini meliputi, baik hal-
hal yang bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang
mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana
yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan
anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan
perasaan yang dialami itu.
3. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah
yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu
memberikan arah yang dimaksudkan itu.
4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan
(umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam
kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan
kelompok.
5. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan
mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok,
pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai
dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan.
Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak
sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam
kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang
atau lebih anggota kelompok sehingga ia mereka itu
menderita karenanya.
6. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan
segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di
dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin
kelompok.
16
Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga
didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak
akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok
tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan
badan dan jiwa kelompok tersebut.
Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan
yang dimainkan para anggota kelompok adalah:
1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam
hubungan antaranggota kelompok.
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri
dalam kegiatan kelompok.
3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu
tercapainya tujuan bersama
4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
mematuhinya dengan baik.
5) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam
seluruh kegiatan kelompok.
6) Mampu berkomunikasi secara terbuka
7) Berusaha membantu anggota lain.
8) Memberi kesempatan anggota lain untuk juga
menjalankan peranannya.
9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
f. Tahap-tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok berlangsung melalui lima tahap. Menurut
(Prayitno, 2012:172) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap melibatkan
diri atau proses memasuki diri ke dalam kehidupan kelompok.
Variasi dalam hal jenis kelamin, unsur pendidikan dan pengalaman
menjadi pertimbangan dalam pembentukan kelompok. Pada tahap
17
ini juga tempat duduk peserta kelompok diatur dengan membentuk
sebuah lingkaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat melihat
satu sama lainnya secara langsung. Pola keseluruhan pada tahap
ini, termasuk tema, tujuan, kegiatan dan peranan pemimpin
kelompok, dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 Tahap Pembentukan Kelompok
2. Tahap Peralihan
Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok
sudah mulai tumbuh, kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih
jauh oleh pemimpin kelompok menuju kegiatan kelompok
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan 2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka 3. Membantu dan penuh empati menampilkan penghormatan kepada orang
lain, hangat, tulus, bersedia 4. Sebagai contoh atau model
18
sebenarnya. Untuk itu perlu dilakukan tahap peralihan sebelum
melangkah lebih jauh ke tahap kegiatan. Pada tahap ini pemimpin
kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam
kelompok. Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah
para anggota sudah siap memulai kegiatan. Tahap peralihan
merupakan “jembatan” antara tahap pembentukan dan kegiatan.
Adakalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar,
artinya para anggota kelompok dapat memesuki tahap kegiatan
dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Namun, adakalanya juga
jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota
kelompok enggan memasuki tahap kegiatan yang merupakan tahap
sebenarnya. Adapun pola tahap peralihan secara keseluruhan
digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 2. Tahap Peralihan Bimbingan Kelompok
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
2. Tidak menggunakan cara-cara yang bersifat langsung atau
mengambil alih kekuasaannya
3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan
4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati
19
3. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari
kelompok. Namun kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini
amat tergantung pada hasil dari kedua tahap sebelumnya. Jika
tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga
itu kemungkinan besar akan berlangsung dengan lancar. Pada tahap
ketiga ini ada topik tugas dan ada topik bebas. Topik bebas
dikemukakan oleh anggota kelompok dan topik tugas ditentukan
oleh pemimpin kelompok. Dalam penelitian ini akan digunakan
satu topik saja, yaitu topik tugas. Seluruh peserta kelompok
berperan aktif dan terbuka mengemukakan pikiran dan
pendapatnya terkait topik yang dibahas dalam kelompok. Pada
tahap ini, hubungan antar anggota kelompok tumbuh dengan baik
dan pada tahap ini topik dibahas secara mendalam, luas dan tuntas.
Sehingga wawasan, pengetahuan, dan nilai yang tertanam dalam
diri tiap anggota kelompok semakin baik. Setiap anggota kelompok
dilatih berfikir kritis, analisis, sistematis, dan logis, sehingga di
dalam diri para anggota kelompok tertanam tekad untuk
mengaplikasikan segala yang baik yang didapat dari hasil bahasan
dalam bimbingan kelompok. Pola keseluruhan tahap ketiga,
digambarkan secara keseluruhan dalam bagan di bawah ini :
20
Gambar 3. Tahap Kegiatan Bimbingan Kelompok
4. Tahap Penyimpulan
Tahap penyimpulan yaitu tahapan untuk melihat kembali apa
yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Peserta
kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan
pembahasan yang baru saja mereka ikuti.
Pola keseluruhan tahap keempat, dapat digambarkan sebagai
berikut :
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka
2. Aktif tetapi tidak banyak bicara
3. Memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
21
Gambar 4. Tahap Penyimpulan Bimbingan Kelompok
5. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran ini adalah tahap yang harus terjadi pada
saat yang dianggap tepat. Pada tahap ini dibahas terkait frekuensi
pertemuan kelompok dan juga pembahasan keberhasilan kelompok.
Dalam pembahasan frekuensi pertemuan, hendaknya dibahas
tentang kapan dan berapa kali pertemuan akan dilakukan.
Sedangkan pada pembahasan keberhasilan kelompok, hendaknya
terfokus pada komitmen anggota kelompok. Seperti yang
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.
2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas
keikut sertaan anggota
3. Penuh rasa persahabatan dan empati.
22
dikemukakan oleh Prayitno (1995 :58), bahwa: “Ketika kelompok
memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya
berpusat pada pembahasan dan penjelajahan tetang apakah anggota
kelompok mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam
kehidupan mereka sehari-hari”. Pola keseluruhan tahap keempat,
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Tahap Pengakhiran Bimbingan Kelompok
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.
2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas
keikut sertaan anggota
3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut
4. Memimpin Doa Syukur.
23
g. Evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok
Penilaian atau evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok
diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang
dirasakan kegunaanya oleh anggota. Penilaian kegiatan bimbingan
kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar
cek, maupun daftar isian sederhana (Prayitno, 1995:81). Setiap
pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta
anggota kelompok untuk mengungkapkan perasaannya, pendapatnya,
minat, dan sikapnya tentang sesuatu yang telah dilakukan selama
kegiatan kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu
anggota kelompok juga diminta mengemukakan tentang hal-hal yang
paling berharga dan sesuatu yang kurang disenangi selama kegiatan
berlangsung.
Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan
bimbingan kelompok ini bertitik tolak bukan pada kriteria “benar atau
salah”, tetapi berorientasi pada perkembangan, yakni mengenali
kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri anggota
kelompok. Prayitno (1995:81) mengemukakan bahwa penilaian
terhadap layanan bimbingan kelompok lebih bersifat “dalam proses”,
hal ini dapat dilakukan melalui:
1) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama
kegiatan berlangsung.
2) Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang
dibahas
24
3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota
kelompok, dan perolehan anggota sebagai hasil dari
keikutsertaan mereka.
4) Mengungkapkan minat dan sikap anggota kelompok
tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
5) Mengungkapkan tentang kelancaran proses dan suasana
penyelenggaraan layanan.
h. Teknik-teknik dalam bimbingan kelompok
Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995:78) bahwa
teknik-teknik dalam bimbingan kelompok adalah sama dengan teknik
yang digunakan dalam konseling perorangan. Hal tersebut memang
demikian karena pada dasarnya tujuan dan proses pengembangan
pribadi melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling
perorangan adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada proses
interaksi antarpribadi yang lebih luas dalam dinamika kelompok pada
bimbingan kelompok.
Dalam penelitian ini tekhnik dalam bimbingan kelompok yang
akan dilaksanakan diarahkan pada teknik psikososial yang
dikembangkan oleh bandura yaitu Modelling. Tekhik ini diambil
berdasarkan pendapat pendapat Bandura (1997:99) menyebutkan
bahwa mastery model dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepercayaan Self Efficacy. Pangamat bisa belajar dari apa yang
ditunjukan oleh model.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Alwisol
(2004:366) yang menyatakan bahwa Modelling bukan hanya
menghasilkan respon baru namun juga Vicarius Extinction
(pelenyapan tak langsung) terhadap respon negatif yang dimiliki oleh
seseorang pada awalnya
25
i. Bimbingan Kelompok yang Efektif
Bimbingan kelompok merupakan suatu sistem yang terdiri dari
komponen yang saling berkaitan. Dapat terlaksana secara efektif dan
efisien jika semua komponen dalam sistem tersebut mengarah pada
perubahan dan pada sesuatu yang positif. Komponen sistem dalam
bimbingan kelompok menurut Wibowo (2005:189) adalah:
“Variabel raw input (siswa/anggota kelompok);
instrumental input (konselor, program, tahapan dan sarana);
envimental input (norma, Tujuan dan lingkungan); proses
atau perantara (interaksi, perlakuan kontrak perilaku yang
disepakati akan diubah dan dinamika kelompok); output
yaitu berkenaan dengan perubahan perilaku atau
penguasaan tugas-tugas”.
Komponen-komponen sistem dalam bimbingan kelompok
tersebut adalah:
1. Raw Input
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam
bimbingan kelompok. Raw Input dalam bimbingan kelompok
adalah siswa. Karena bimbingan kelompok sifatnya
pengembangan dan topik yang dibahas merupakan topik-topik
umum, maka siapapun dapat menjadi anggota kelompok. Berikut
ini beberapa pertimbangan dalam membentuk suatu kelompok
bimbingan kelompok adalah (Prayitno, 1995:30):
a) Jenis kelompok, untuk Tujuan-tujuan tertentu mungkin
diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah
anggota yang seimbang antara laki-laki dan perempuan,
atau mungkin juga semua jenis kelamin anggota sama.
26
b) Umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik
dikembangkan dalam kelompok-kelompok dengan
anggota seumur.
c) Kepribadian, keragaman atau keseragaman dalam
kepribadian anggota dapat membawa keuntungan atau
kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu
amat besar, maka komunikasi akan terganggu dan
dinamika kelompok juga kurang hangat.
d) Hubungan awal, keakraban dapat mewarnai hubungan
dalam anggota kelompok yang sudah saling bergaul
sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan
dilaksanakan oleh para anggota yang belum saling kenal.
Untuk kelompok tugas mungkin anggota yang seragam
akan menyelesaikan tugas lebih baik. Sebaliknya, bagi
kelompok bebas, khususnya dengan tujuan kemampuan
hubungan sosial dengan orang-orang baru, anggota
kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.
2. Instrumental Input
Konselor (pemimpin kelompok), program, dan tahapan, dan
sarana merupakan instrumental input bimbingan kelompok.
Konselor atau pemimpin kelompok harus menguasai
keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya
proses bimbingan kelompok yang efektif. Diantaranya pemimpin
kelompok mampu melaksanakan teknik umum dengan istilah
“3M” Mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan
merespon secara tepat dan positif. Program kegiatan selayaknya
dikembangkan sesuai kebutuhan siswa, kondisi objektif sekolah,
perkembangan yang terjadi di masyarakat, serta keterampilan
dankemampuan konselor di sekolah yang bersangkutan
(Wibowo, 2005: 252).
27
3. Enviromental Input
Kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan
dengan lancar dan terarah, apabila terdapat norma kelompok.
Norma kelompok merupakan aturan yang dibuat, dan disepakati
serta digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu
lingkungan kondusif dalam kelompok juga perlu diciptakan
demitercapainya bimbingan kelompok yang efektif. Lingkungan
kondusif yang dimaksud adalah adanya suasana akrab dan hangat
yangmewarnai dinamika kelompok. Dinamika kelompok
merupakan interaksi dinamis antar anggota kelompok dan
pemimpin kelompok dalam kegiatan layanan bimbingan
kelompok.
4. Proses
Kegiatan layanan bimbingan kelompok terlihat hidup
apabila tercipta dinamika kelompok di dalamnya. Dinamika
kelompok dapat dimanfaatkan dalam proses interaksi antar
anggota dalam membahas topik yang disajikan, sehingga antar
anggota dapat terjalin rasa empati, keterbukaan, rasa positif,
saling mendukung dan merasa setara dengan anggota lain dalam
kelompok tersebut (Wibowo, 2005:154).
Oleh karena itu perlu diperhatikan pula peranan yang
hendaknya dimainkan oleh anggota maupun pemimpin
kelompok. Peran anggota dan pemimpin kelompok dapat dilihat
28
pada uraian dimuka. Agar proses bimbingan kelompok dapat
mencapai keberhasilan, perlu disediakan sarana pendukung yaitu
merupakan seperangkat alat bantu untuk memperlancar proses
bimbingan kelompok. Alat bantu tersebut antara lain ruangan,
tempat duduk dan perlengkapan administrasi lainnya
5. Output
Setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok
siswa diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang lebih
baik. Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kemampuan
verbal dan non verbal yang lebih baik. Selain itu siswa
diharapkan memiliki keterbukaan, rasa positif, empati, sikap
saling mendukung, dan memiliki rasa setara dan kebersamaan
yang tinggi.
Menurut Amti (1992:150) mengemukakan bahwa setelah
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok diharapkan anggota
mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sebagai berikut:
a) Sikap, meliputi tidak mau menang sendiri, tidak gegabah
dalam berbicara, ingin membantu orang lain, lebih melihat
aspek positif dalam menanggapi pendapat teman-temannya,
sopan dan bertanggung jawab, menahan dan mengendalikan
diri, mau mendengar pendapat orang lain, dan tidak
memaksakan pendapatnya.
29
b) Keterampilan, meliputi mengemukakan pendapat kepada
orang lain, menerima pendapat orang lain dan memberikan
tanggapan secara tepat dan positif.
2. Self Efficacy
a. Definisi Self Efficacy
Menurut Bandura (dalam McElroy, 2002) mengemukakan bahwa
self efficacy adalah:
“Among those internal influences, self-efficacy, which is a
form of self-evaluation, describes how cognitive functioning
affects new behavior patterns. While self-esteem is related to
an individual’s perception of self-worth, self-efficacy refers to
an individual’s perception of competence and capability in
completing certain tasks”.
Kemudian Bandura (dalam Setiadi 2010:7) mengemukakan
bahwa “self efficacy beliefs are difened as eliefs in one’s capabilities to
organize and execute the course of action required to produce given
attainments.“
Self efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan individu
untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan
yang dianggap perlu sehingga mencapai suatu hasil sesuai harapan.
Diantara pengaruh-pengaruh internal self-efficacy merupakan bentuk
evaluasi diri yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap
kompetensi dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
Baron dan Byrne (dalam Ghufron, 2011:74) mendefinisikan self
efficacy adalah evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau
30
kompetensi dirinya untuk melakukan tugas, mencapai tujuan dan
mengatasi hambatan.
Self efficacy merupakan sebuah konsep untuk mengkategorikan
bagian teori yang lebih luas tentang berfikir. Self efficacy merupakan
“Penilaian isi khusus kompetensi dalam pembentukan tugas khusus”
yang meliputi kemampuan melakukan sesuatu dalam situasi berbeda
(Pajares dalam Setiadi, 2010:7).
Menurut Bandura (dalam Ghufron, 2011:75) mengatakan bahwa
self efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa
keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Menurut Dale Schunk (dalam Setiadi, 2007:7) self efficacy
mempengaruhi peserta didik dalam memilih kegiatannya. Peserta didik
dengan self efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang
banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang,
sedangkan peserta didik dengan self efficacy yang tinggi mempunyai
keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugas yang menantang.
Sedangkan Gist dan Michell (dalam Ghufron, 2011:75)
mengatakan self efficacy dapat membawa pada perilaku yang berbeda
diantara individu yang memiliki kemampuan yang sama, karena self
31
efficacy mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan
kegigihan dalam berusaha.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan self efficacy
adalah suatu keadaan dimana seseorang yakin dan percaya bahwa
mereka berhasil melakukan sesuatu. Self efficacy sebagai pertimbangan
seseorang akan kemampunnya untuk mengorganisasikannya dan
menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang
diinginkan. Hal ini tidak tergantung pada jenis keterampilan atau
keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan dengan
keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan menyangkut sebarapa
besar usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa
lama ia akan bertahan. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri
menyebabkan seseorang terus berusaha sampai tujuannya tercapai.
Namun, apabila keyakinan akan kemampuannya diri tidak kuat,
seseorang cendrung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah.
b. Makna Self Efficacy
Menurut Maddux (dalam Setiadi 2010:19) mengemukakan
beberapa makna self efficacy, antara lain:
1. People are capable of symbolization that enable them to make
internal patterns of their expiriences, to develop different
courses of action, to predict the outcomes of the action, and to
transfer “complex ideas and experiences” to other people. 2.
In general behavioral is “goal-oriented” and anticipated or
predicted (or planned). 3. People have an ability to assess
their own thought and experiences or do self-reflection. 4.
People can regulate them selves by controlling their
behavioral and environment which has impacts on their
32
behavioral. 5. People learn different lessons from other
people’s behavior and take its effects into account. 6. The
above mentioned capibilities originate in “the evolution of
complex neuro-physikological mechanisms and struktures. 7.
Environmental processes, personal variables and human
behavior interplay each other.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa self efficacy memiliki makna
sebagai berikut
1) Self efficacy merupakan keterampilan yang berkenaan dengan apa
yang diyakini atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan atau menyelesaikan sesuatu dengan keterampilan yang
dimilikinya dalam situasi atau kondisi tertentu. Biasanya terungkap
dari pernyataan “Saya yakin dapat mengerjakannya”.
2) Self efficacy bukan menggambarkan tentang motif (motive),
dorongan (drive), atau kebutuhan lain yang dikontrol. Hal ini dapat
dijelaskan dengan ungkapan, “Saya mempunyai kebutuhan yang
kuat untuk mengontrol domain tertentu dan masih mampu
memelihara keyakinan agar tidak lemah”.
3) Self efficacy ialah keyakinan seseorang tentang kemampuannya
dalam mengkoordinir, mengerahkan keterampilan dan kemampuan
dalam mengubah serta menghadapi situasi yang penuh dengan
tantangan.
4) Self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap apa yang mampu
dilakukannya.
5) Niat pada umumnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk
self efficacy.
33
6) Proporsi efficacy dalam domain harga diri (self esteem) secara
langsung proporsinya berperan penting dalam menempatkan diri
seseorang.
7) Self efficacy secara sederhana menggambarkan keyakinan
seseorang yang dapat melaksanakan atau menampilkan prilaku
produktif.
8) Self efficacy didefinisikan dan diukur bukan sebagai suatu ciri
tetapi sebagai keyakinan tentang kemampuan untuk mengkoordinir
berbagai keterampilan dan kemampuan mencapai tujuan yang
diharapkan, dalam domain dan kondisi atau keadaan khusus.
9) Self efficacy berkembang sepanjang waktu dan diperoleh melalui
suatu pengalaman. Perkembangannya dimulai pada masa bayi dan
berlanjut sepanjang hayat.
10) Self efficacy bukanlah semata-mata ramalan prilaku. Self efficacy
tidak berhubungan dengan “Saya percaya dengan apa yang akan
saya lakukan” tetapi berhubungan dengan “Saya percaya saya bisa
melakukan”.
c. Aspek-aspek Self Efficacy
Menurut Bandura (dalam Friedman 2008:283) terdapat empat
aspek yang dapat mengambangkan self efficacy, yaitu enactive mastery
experience, vicarious experience, verbal persuasion dan emotional
arousal.
34
1) Enactive Mastery Experience merupakan suatu pengalaman belajar
yang diperoleh melalui learning by doing atau experiental learning.
Menurut Bandura, enactive mastery experience merupakan salah
satu sumber yang memberikan kontribusi paling besar dalam
pembentukan self efficacy, karena aspek ini didasarkan pada
pengalaman-pengalaman keberhasilan pribadi. Pada saat individu
memperoleh suatu harapan untuk menguasai suatu hal akan
meningkat. Sebaliknya, kegagalan yang berulang akan menurunkan
harapan untuk menguasai suatu hal, apalagi jika kegagalan tersebut
dialami pada saat mengawali sesuatu yang baru. Besarnya self
efficacy yang terbentuk dalam diri individu bergantung pada:
a) Banyaknya kesuksesan dan kegagalan yang dialami;
b) Persepsi mengenai tingkat kesulitan;
c) Usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan;
d) Pengalaman yang diingat dan direkonstruksi oleh daya ingat;
e) Banyaknya bantuan eksternal, lingkungan dimana individu
berbeda.
2) Vicarious Experience merupakan penilaian mengenai mengenai
keyakinan diri sebagian diperoleh melalui hasil yang dicapai oleh
orang lain yang dijadikan sebagai model. Pengalaman belajar yang
diperoleh melalui pengamatan terhadap tampilan orang lain
(modeling) dan melalui kejelasan instruksi yang diberikan oleh
model.
3) Verbal Persuasion merupakan keyakinan akan kemampuan diri
yang diperoleh dari orang lain yang disampaikan secara lisan.
35
Keyakinan yang diperoleh melalui proses ini sifatnya lemah dan
untuk jangka waktu singkat. Selain itu, keyakinan yang diperoleh
melalui pertanyaan orang lain yang disampaikan secara terus
menerus, sehingga terbentuk keyakinan yang relatif menetap.
4) Emotional Arousal merupakan ambang ketergugahan emosi
seseorang dalam menghadapi suatu keadaan atau situasi tertentu.
Ambang ketergugahan emosi pada tingkat rendah membuat
individu mudah cemas ketika sedang menyelesaikan suatu masalah.
Semakin komplek masalah yang harus diselesaikan, ia akan
semakin cemas karena merasa tidak sanggup untuk
menyelesaikannya, sebaliknya apabila ambang ketergugahan emosi
seseorang tinggi maka ia tidak mudah terganggu ketika sedang
menghadapi suatu masalah. Ia akan tetap tenang dan berusaha
menyelesaikan dengan baik.
d. Dimensi Self Efficacy
Self efficacy seseorang sangat bervariasi dalam berbagai dimensi dan
berimplikasi bagi kinerja konselor. Menurut Bandura (dalam Ghufron
2011:80) membagi self efficacy menjadi tiga dimensi yang perlu
diperhatikan apabila hendak mengukur keyakinan diri seseorang, yaitu
dimensi tingkat (level), dimensi generalisasi (generality), dan dimensi
kekuatan (strength). Dimensi tingkat (level) menunjukkan keyakinan
individu terhadap kemampuannya untuk mengatasinya masalah dengan
derajat kesulitan yang berbeda-beda. Dimensi generalisasi adalah persepsi
kompetensi individu atas tingkat pencapaian keberhasilannya dalam
36
mengatasi tugas-tugas dalam kondisi tertentu, sedangkan dimensi kekuatan
adalah tingkat kuat atau lemehnya keyakinan (belief) individu mengenai
kompetensi diri yang dipersepsinya.
1) Dimensi tingkat (level)
Dimensi ini mengacu pada persepsi individu terhadap kompetensi
dirinya untuk menghasilkan suatu tingkah laku yang diukur melalui
tingkatan dari tuntutan tugas yang merepresentasikan variasi dari
kesukaran atau tantangan tugas. Tingkat tuntutan tugas dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepandaian/kecerdikan, usaha,
ketepatan, produktivitas, dan pengaturan diri (self regulation). Individu
dengan tingkat yang tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu
mengerjakan tugas-tugas yang sukar, sedangkan individu dengan
tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu
mengerjakan tugas-tugas yang mudah, akibatnya akan rentan terhadap
tekanan.
2) Dimensi generalisasi (generality)
Keyakinan terhadap kemampuan diri juga berbeda dalam
generalisasinya, artinya seseorang mungkin menilai keyakinan dirinya
untuk aktivitas-aktivitas yang luas atau hanya untuk bidang-bidang
tertentu saja. Dimensi ini dapat bervariasi dalam beberapa hal, seperti:
a) Derajat kesamaam aktivitas
b) Modal dimana kemempuan terlihat (tingkah laku, kognitif, afektif)
c) Kualitatif tampilan terhadap suatu situasi
Tingkat generalisasi yang tinggi akan membuat individu yakin akan
kompetensinya untuk melaksanakn tugas dalam berbagai situasi,
37
sedangkan individu dengan tingkat generalisasi rendah akan
menganggap dirinya hanya mampu melaksanakan tugas dalam situasi
tertentu.
3) Dimensi kekuatan (strength)
Pengalaman yang berulang dapat dengan mudah meniadakan
keyakinan terhadap kemampuan diri yang lemah. Individu yang
memiliki keyakinan (belief) yang kuat mengenai kemampuannya akan
mempertahankan usahanya meskipun menghadapi berbagai rintangan
dan kesulitan. Individu dengan tingkat kekuatan tinggi akan memiliki
keyakinan yang kuat akan kompetensi diri sehingga tidak mudah
menyerah atau frustasi dalam menghadapi rintangan dan memiliki
kecendrungan untuk berhasil lebih besar daripada individu dengan
kekuatan rendah. Individu dengan tingkat kekuatan randah cendrung
mudah terguncang oleh hambatan kecil dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya.
Bandura (2006:307-319) dalam artikel yang berjudul Guide For
Constructing Self Efficacy Scales menegaskan bahwa pengukuran
ketiga dimensi tersebut diatas diduga paling akurat untuk menjelaskan
self efficacy seseorang karena bersifat spesifik dalam tugas dan situasi
yang dihadapinya. Seseorang dapat memiliki keyakinan yang tinggi
pada situasi tugas atau situasi tertentu, namun pada tugas atau situasi
yang lain mungkin berbeda. Self efficacy bersifat kontekstual, artinya
tergantung pada konteks yang dihadapi. Umumnya self efficacy akan
menghasilkan suatu tampilan yang baik berkenaan dengan keyakinan
tersebut.
38
e. Proses Self Efficacy
Self Efficacy sebagai suatu proses aktif menurut Bandura (1997:5)
meregulasikan peran manusia melalui empat proses dalam
kehidupannya yaitu :
1) Proses Kognitif
Banyak manusia itu didorong oleh pemikirnnya untuk
mencapai tujuan yang bernilai. Tujuan pribadi seseorang itu
dipengaruhi oleh penilaian diri atas kapabilitasnya. Semakin kuat
perasaan efikasi diri, semakin tinggi juga tantangan dalam mencapai
tujuan oleh orang tersebut dan semakin kokoh tujuan tadi bagi
mereka. Locke & Lathan (dalam Bandura,2007:7).
Maka dalam proses kognitif, manusia dihadapkan pada
bagaimana pemikirannya mampu menghadapi tentangan dan
masalah yang harus diselesaikan dalam mencapai tujuan. Dalam hal
ini lebih kepada bagaimana individu tersebut mampu menyelesaikan
tugas sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam mencapai tujuan.
2) Proses Motivasi
Self efficacy memiliki peran kunci dalam memotivasi
seseorang. Banyak manusia memotivasi dirinya berdasarkan
kemampuan kognitifnya. Orang memotivasi dirinya dan
mengarahkan tindakanya berdasarkan latihan yang ada pada dirinya.
Ada tiga bentuk dari proses motivasi dalam self efficacy yaitu :
39
a). Atribut sebab akibat
Atribut sebab akibat mendorong seseorang untuk dapat bersikap
dan bertindak. Seseorang yang diberikan hadiah yang
menghasilkan suatu sebab makan cendrung akan memiliki respon
yang lebih meningkat dibandingkan yang tidak diberikan hadiah.
b). Pengharapan akan hasil
Seseorang akan memikirkan hasil yang akan dihasilkan dari
perilaku yang dikerjakan untuk dapat menghasilkan motivasi yang
lebih tinggi. Hasil yang diinginkan akan membuat prilaku yang
ditunjukan meningkat baik dari kualitasnya maupun kuantitasnya.
c). Tujuan yang jelas
Motivasi mempengaruhi hasil ekspektasi kepercayaan yang
merupakan bagian yang dibangun oleh self efficacy sendiri.
Termasuk didalamnya kepuasan diri dan reaksi ketidak puasan
diri kepada satu performa karena dalam self efficacy untuk dapat
mencapai tujuan harus berdasarkan satu kemajuan. Self efficacy
berkontribusi untuk memotivasi melalui cara mereka menentukan
tujuan dirinya, seberapa banyak usaha yang telah mereka
laksanakan, seberapa mereka tekun dalam menghadapi kesulitan
dan kegagalan sebagai pendorongnya.
3). Proses Afektif
Semua orang percaya coping capability atau kemampuan
mengalihkan masalah efektif untuk mengatasai stress, depresi dan
40
ketakutan yang mereka alami. Self efficacy dalam latihan
pengontrol stress memiliki peras penting dalam mengoontrol
kecemasan. Oleh sebab itu individu yang memiliki self efficacy
yang tinggi mampu menghadapi munculnya ketakutan, stress, dan
depresi dalam dirinya.
4).Proses Seleksi
Manusia adalah produk dari lingkungan oleh karena itu self
efficacy bisa membentuk cara hidup manusia dari tipe aktivitas
dan lingkungan mana yang mereka pilih. Dalam hal ini kehidupan
dibentuk dari lingkunguan dan gaya hidup yang mereka pilih.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yang
cenderung mempengaruhi perkembangan kepribadian.
f. Pengaruh Self Efficacy Pada Tingkah Laku
Menurut Bandura (2004:1131) self efficacy akan mempengaruhi
bagaimana individu merasakan, berfikir, memotivasi diri sendiri, dan
bertingkah laku. Self efficacy atau kapabilitas yang dimiliki individu
akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberapa hal, seperti:
1) Tindakan Individu, self efficacy menentukan kesiapan individu
dalam merencanakan apa yang harus dilakukannya. Individu
dengan keyakinan diri tinggi tidak mengalami keragu-raguan dan
mengetahui apa yang harus dilakukannya.
2) Usaha, self efficacy mencerminkan seberapa besar upaya yang
dikeluarkan individu untuk mencapai tujuannya. Individu dengan
41
keyakinan terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha
maksimal untuk mengetahui jenis-jenis pendidikan dan karir yang
sesuai dengan minatnya dengan mengumpulkan informasi
mengenai karir. Individu dengan keyakinannya terhadap
kemampuan diri tinggi akan berusaha mencapai karir yang telah
dipilihnya.
3) Daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan
dan kegagalan, individu dengan self efficacy tinggi mempunyai
daya tahan yang kuat dalam menghadapi rintangan atau kegagalan,
serta dengan mudah mengembalikan rasa percaya diri setelah
mengalami kegagalan. Individu juga beranggapan bahwa
kegagalan dalam mencapai tujuan adalah akibat dari kurangnya
pengetahuan, bukan karena kurangnya keahlian yang dimilikinya.
Hal ini membuat individu berkomitmen terhadap tujuan yang ingin
dicapainya. Apabila individu telah memiliki pilihan karir yang
sesuai dengan minatnya, maka ia tidak akan mudah menyerah jika
menemukan hambatan dalam proses pencapaian tujuannya.
Individu akan menganggap kegagalan sebagai bagian dari proses,
dan tidak menghentikan usahanya.
4) Ketahanan individu terhadap keadaan tidak nyaman, dalam situasi
tidak nyaman, individu dengan self efficacy diri tinggi menganggap
sebagai suatu tantangan, bukan merupakan sesuatu yang harus
dihindari. Ketika individu mengalami keadaan tidak nyaman dalam
42
usaha untuk mencapai tujuan yang diminati, ia akan tetap berusaha
bertahan dengan mengabaikan ketidaknyamanan tersebut dan
berkonsentrasi penuh.
5) Pola pikir, situasi tertentu akan mempengaruhi pola pikir individu.
Individu dengan self efficacy tinggi, pola pikirnya tidak mudah
terpengaruh oleh situasi lingkungan dan tetap memiliki cara
pandang yang luas dari beberapa sisi. Cara pandang individu yang
luas memungkinkan individu memiliki alternatif pilihan karir yang
banyak dari bidang yang diminati.
6) Stres dan depresi, bagi individu yang memiliki self efficacy rendah,
kecemasan yang terbangkitkan oleh stimulus tertentu akan
membuatnya mudah merasa tertekan. Jika perasaan tertekan
tersebur berkelanjutan, maka dapat mengakibatkan depresi. Dalam
upaya memilih karir yang sesuai dengan minatnya, jika individu
menganggap realitas sulitnya jalur yang harus ditempuh, prospek
dunia kerja dimasa depan dan sebagainya sebagai sumber
kecemasan, dan individu meragukan kemampuannya, maka
individu akan menjadi lebih mudah tertekan.
7) Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan self
efficacy tinggi dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki serta mampu menentukan bidang karir atau
pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya tersebut.
43
g. Self efficacy dalam bimbingan kelompok
Baron dan Byrne (dalam Ghufron (2011) mendefinisikan self
efficacy adalah evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau
kompetensi dirinya untuk melakukan tugas, mencapai tujuan dan
mengatasi hambatan.
Dimana Menurut Bandura (dalam Friedman 2008: 283)
Terdapat empat aspek yang dapat mengambangkan self efficacy, yaitu
enactive masteryexperience, vicarious experience, verbal persuasion
dan emotional arousal. Bentuk vacarious experience merupakan
penilaian mengenai keyakinan diri sebagian diperoleh melalui hasil
yang dicapai oleh orang lain yang dijadikan sebagai model. Pengalaman
belajar yang diperoleh melalui pengamatan terhadap tampilan orang
lain (modeling) dan melalui kejelasan instruksi yang diberikan oleh
model. Sehingga diangap sesuai dengan pendekatan bimbingan
kelompok.
Sedangkan Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai
bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat
untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003:48).
Sehingga dapat diambil pemahaman bahwa pelayanan
bimbingan kelompok dinilai dapat meningkatkan self efficacy. Dengan
adanya bimbingan kelompok siswa diharapakan dapat memahami
44
keberhasilan dan pengalaman orang lain, dapat saling menguatkan
secara verbal dan dapat memahami kemampuan yang ada pada dirinya
sehingga self efficacy yang dimiliki dapat berkembang.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan, maka ditemukan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang dilakukan tentang efektifitas layanan
bimbingan kelompok untuk meningkatkan self efficacy, diantaranya sebagai
berikut:
1. Suhartiwi (2009), meneliti tentang efektivitas layanan bimbingan
kelompok dalam meningkatkan self esteem dan motivasi belajar di SMA N
13 Padang. Penelitian ini mengungkapkan layanan bimbingan kelompok
efektif dalam meningkatkan self esteem dan motivasi belajar. Hal ini
dibuktikan dengan adanya perbedaan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap self esteem dan motivasi belajar siswa,
dimana siswa yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok self
esteem dan motivasi belajar lebih tinggi. Kaitannya dengan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan rancangan Pretest-posttest control group
design dengan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, dan bantuan pemecahan masalah menggunakan layanan
bimbingan kelompok. Kontribusi terhadap penelitian ini adalah melalui
layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan self efficacy.
2. Elida Prayitno (2001), meneliti tentang Keberhasilan Konseling
Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa SMU Memecahkan
Masalah Mereka. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kemampuan
memecahkan masalah siswa-siswi yang mengikuti Konseling Kelompok
45
lebih tinggi dari kemampuan memecahkan masalah siswa-siswi yang tidak
mengikuti Konseling kelompok. Kontribusi bagi penelitian yang
dilakukan adalah dengan menggunakan kelompok dapat membantu siswa
dalam meningkatkan self efficacy. Pada penelitian yang akan dilakukan,
peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok sebagai salah
satu solusi yang dapat digunakan untuk membantu permasalahan siswa
khususnya berkenaan dengan self efficacy.
3. Kathleen L. McElroy (2002), meneliti tentang faktor-faktor tingginya self
efficacy terhadap pekerja publik dan kesajahteraan anak. Dari penelitian
ini, mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy para
pekerja publik maka semakin sejahtera anak. Dari penelitian ini
menjeaskan bagaimana self efficacy memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap keberhasilan pekerjaan. Kaitanya dengan penelitian yang akan
dilaksanakan adalah tujuan dari penelitian ini siswa diharapkan mampu
dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada pada dirinya dengan sebaik-
baiknya jika self efficacy yang dimilikinya meningkat.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: satu variabel bebas dan
satu variabel terikat. Variabel bebas adalah self efficacy. Sedangkan variabel
terikat adalah layanan bimbingan kelompok.
Pada usia remaja, perlu dibangun self efficacy yang tinggi, karena self
efficacy yang tinggi merupakan bagian yang terpenting dalam pencapaian
cita-cita atau masa depan. Dengan kata lain, jika anak memandang dirinya
tidak yakin, tidak berdaya dan hal-hal negatif lainnya maka ini akan
46
mempengaruhi anak dalam berusaha khususnya dalam pencapaian prestasi
dan meraih masa depan.
Untuk membantu siswa dalam merencanakan masa depannya maka
perlu ditingkatkan self efficacy. Pendekatan yang akan digunakan adalah
layanan Bimbingan Kelompok, karena secara spesifik, kelebihan layanan
bimbingan kelompok lebih menekankan pada dinamika kelompok. Semua
materi dan metode tersebut dipresentasikan lewat berbagai pengalaman
belajar secara terpadu dalam bentuk bimbingan kelompok, dan berusaha
menekankan pada proses berfikir rasional, dan sikap yang bertanggung, yang
dihubungkan dengan masalah self efficacy. Kemudian self efficacy hanya
dapat ditingkatkan dengan mengunakan 4 hal yaitu pengalaman keberhasilan,
pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan kondisi fisiologis yang sesuai
dengan metode bimbingan kelompok ini.
Self efficacy siswa diasumsikan dapat meningkat dengan diberikan
perlakuan bimbingan dengan terprogram. Hal ini akan memiliki perbedaan
jika dibandingkan dengan pemberian perlakuan yang biasanya sudah
diprograman disekolah. Karena pelaksanaan bimbingan kelompok yang
direncanakan ini akan menggunakan media dan materi yang menjurus pada
usaha peningkatan self eficacy siswa sehingga hasilnyapun akan jauh lebih
efektif.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah self efficacy dapat
ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan
kerangka berpikir penelitian yang dilakukan digambarkan sebagai berikut:
47
Gambar 6. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, akan diuji keefektivitasan
layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan efficacy, dimana
keefektivan layanan bimbingan kelompok dilihat dari perbedaan antara self
efficacy sebelum perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, dengan menguji hasil post test dan pre test
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontol.
Hasil pre-test dan post-test dari masing-
masing kelompok dibandingkan
melalui teknik statistik
Uji Hipotesis
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Siswa Kelas XI
Layanan Bimbingan
Kelompok
Diberikan post test
Meningkatkan Self efficacy
Mendapatkan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok
Diberikan pre test
Diberikan pre test
Mendapatkan
perlakuan berupa layanan yang diprogramkan di sekolah
Diberikan post test
48
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok
eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan perlakuan layanan
bimbingan kelompok (posttest).
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok kontrol pada pre-test dan post-test (tanpa perlakuan layanan
bimbingan kelompok).
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok,
dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan layanan
bimbingan kelompok.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang pengolahan
datanya dilakukan dengan metode statistik. Metode penelitian kuantitatif
dilakukan untuk memperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini metode
kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum
dilakukan tindakan (treatment) dan setelah dilakukan tindakan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui
akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi yang
dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada
individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini
dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang
diberikan secara sengaja oleh peneliti (Hasan, 2006:10). Sesuai dengan
tujuannya untuk mengetahui efek suatu perlakuan, maka penelitian
eksperimen ini merupakan penelitian yang bersifat prediktif, yaitu
meramalkan akibat dari suatu manipulasi teradap variabel terikatnya.
50
Dalam penelitian eksperimen, dibedakan pengertian antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Menurut Creswell (2010:236) kelompok
eksperimen adalah kelompok perlakuan yang diberi perlakuan berupa
variabel bebas, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok perlakuan
yang diberikan perlakuan yang sesuai dengan apa yang diprogramkan pada
layanan bimbingan konseling disekolah tersebut. Dalam garis besarnya, ada
tiga jenis desain eksperimen, yaitu :
a. Pra-eksperimen adalah eksperimen yang dilakukan dengan tanpa
melakukan pengendalian terhadap variabel-variabel yang berpengaruh.
Dalam penelitian ini yang diutamakan adalah perlakuan saja, tanpa ada
kelompok kontrol.
b. Eksperimen murni adalah eksperimen yang dilakukan dengan melakukan
pengendalian secara ketat variabel-variabel yang tidak dikehendaki
pengaruhnya (yang merupakan sumber invaliditas) terhadap variabel
terikat. Dalam penentuan sampelnya dilakukan randomisasi dan
dilakukan dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding
kelompok perlakuan. Desain eksperimen murni ini idealnya dilaksanakan
dalam suasana laboratorium.
c. Eksperimen kuasi, disebut pula eksperimen semu merupakan desain
eksperimen yang pengendaliannya terhadap variabel-variabel non-
eksperimental tidak begitu ketat, dan penentuan sampelnya dilakukan
dengan tidak randomisasi. Biasanya desain eksperimen kuasi ini
51
dilakukan karena desain eksperimen murni tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan.
Jenis desain eksperimen yang paling tepat untuk penelitian ini
adalah Quasi Experiment atau eksperimen semu, yaitu suatu desain
eksperimen yang memungkinkan peneliti mengendalikan variabel
sebanyak mungkin dari situasi yang ada. Desain ini tidak mengendalikan
variabel secara penuh seperti pada eksperimen sebenarnya, namun
peneliti bisa memperhitungkan variabel apa saja yang tak mungkin
dikendalikan, sumber-sumber kesesatan mana saja yangmungkin ada
dalam menginterpretasi hasil penelitian.
Salah satu dari desain yang tergolong quasi eksperimen adalah
“The Non Equivalent Control Group” (Muri Yusuf, 2005:234). Desain
ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan pre-test
sebelum perlakuan diberikan dan post-test sesudah perlakuan diberikan,
dan juga terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, namun
penentuan sampelnya tidak dilakukan secara random. Rancangan
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 7.
Rancangan Penelitian The Non Equivalent Control Group
E
O
3
K E
O
1
X
-
O
2
O
4
52
Keterangan :
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
O1 : Eksperimen Pre Test
O2 : Eksperimen Post Test
O3 : Kontrol Pre Test
O4 : Kontrol Post Test
X : Perlakuan Bimbingan Kelompok
- : Perlakuan Konvensional
2. Prosedur Eksperimen
a. Menentukan tempat penelitian
Tempat penelitian yang dipilih untuk melakukan penelitian ini
adalah di SMA Yasmida Ambarawa Kabupaten Pringsewu Lampung,
dengan pertimbangan bahwa SMA ini berada di wilayah pinggir dari
kabupaten pringsewu sehingga tingkat keyakinan diri paserta didiknya
diangap lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa-siswa SMA
lainnya di Kabupaten Pringsewu.
b. Menentukan rancangan pemberian layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok yang diberikan sebagai suatu
bentuk perlakuan, dilakukan sebanyak 1 kali dalam seminggu selama
6 kali pertemuan. Pada setiap sesi perlakuan akan diakhiri dengan sesi
wawancara sebagai bentuk layanan segera (Laiseg) kepada subjek
kelompok eksperimen yang dipilih secara acak. Laiseg yang buat
mengacu kepada empat proses yang terjadi pada self efficacy yaitu
proses kognitif, proses motivasi, proses afektif dan proses seleksi. Hal
ini dilakukan untuk mengungkap data kualitatif mengenai manfaat
perlakuan bagi subjek serta perubahan-perubahan yang dialami oleh
53
subjek penelitian setelah sesaat mendapatkan perlakuan bimbingan
kelompok.
Selain itu juga setiap akhir pertemuan, siswa diberikan materi.
Materi yang diberikan sama dengan topik yang dibahas pada setiap
pertemuan bimbingan kelompok kepada kelompok eksperimen. Hal
ini peneliti lakukan agar siswa tetap terkontrol kondisinya, selama
tidak terjalin komunikasi dengan siswa, dan selama perlakuan
diberikan, peneliti mengamati atau melakukan observasi mengenai
dinamika perilaku subjek selama mengikuti sesi-sesi layanan
bimbingan kelompok.
c. Tahap penelitian
(1) Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah tahap dimana peneliti melakukan observasi
dan wawancara kepada Koordinator BK dan guru BK. Selain itu
peneliti menentukan instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat self efficacy.
(2) Tahap pengambilan subjek
Dalam memilih dan menentukan subjek penelitian, peneliti
memberikan instrumen self efficacy kepada siswa yang menjadi
sampel penelitian, yaitu kelas XI SMA Yasmida Ambarawa. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi self efficacy
siswa yang digunakan untuk menentukan subjek yang masuk
kelompok eksperimen dan subjek yang masuk kelompok kontrol.
54
Pembagian kelompok dilakukan dengan cara Non-random dan
purposif sampling.
(3) Tahap pelaksanaan
a) Pelaksana Perlakuan
Pelaksana perlakuan layanan bimbingan kelompok yang akan
dilakukan atau yang akan menjadi pimpinan kelompok (PK)
adalah peneliti sendiri.
b) Waktu
Pemberian layanan dilaksanakan sebanyak enam kali, dan
waktunya menyesuaikan dengan waktu luang siswa yang
tersedia di sekolah, karena aktivitas belajar di sekolah sangat
padat.
c) Tempat
Tempat penelitian yang dipilih adalah SMA Yasmida yang berada
di kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Lampung.
d) Teknik Layanan Bimbingan Kelompok
Perlakuan (treatment) diberikan kepada kelompok eksperimen
dengan cara memberikan layanan bimbingan kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok sebagai upaya untuk
membantu siswa meningkatkan self efficacy, dan juga dengan
memfasilitasi siswa berupa materi yang akan diberikan di
setiap akhir pertemuan bimbingan kelompok.
55
B. Subjek Penelitian
Arikunto (2009:90) mengemukakan “Subyek penelitian merupakan
sesuatu yang kedudukannya sangat sentral, karena pada subyek penelitian
inilah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti”.
Teknik pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini
adalahteknik non random sampling, yaitu dengan metode sampling purposif
(purposive sampling). Non-random disebut pula sampel non-probabilitas,
yaitu teknik pengambilan sampel tidak dengan random, biasanya dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (Arikunto, 2000:490). Sedangkan
purposif sampling adalah pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-
ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri atau sifat populasiyang sudah diketahui sebelumnya.
Teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Hadi, 1993:82).
Di samping subjek tujuan juga ditetapkan subjek kuota yaitu
mendasarkan pada jumlah yang ditentukan. Jumlah yang dimaksud adalah
jumlah anggota kelompok yaitu sebanyak 13 (tiga belas) siswa dalam satu
kelompok, hal ini didukung oleh Prayitno (2004:20) menyatakan jumlah
anggota dalam kegiatan bimbingan kelompok seyogyanya jumlah peserta
antara 5 sampai 15 orang sehingga pembahasannya lebih luas dan dalam.
Dalam pengambilan subjek, ada beberapa langkah-langkah yang
peneliti lakukan, antara lain sebagai berikut:
56
a. Memilih sekolah yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
Sekolah yang terpilih sebagai subjek penelitian adalah SMA
Yasmida Ambarawa. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan SMA
Yasmida letaknya secara geografis terletak didaerah pinggir Kabupaten
Pringsewu. Dengan letak geografis yang jauh ini dipahami bahwa siswa
SMA Yasmida memiliki tingkat self efficacy yang rendah dibanding SMA
lainnya.
b. Memilih tingkatan kelas subjek penelitian.
Tingkat kelas yang terpilih adalah kelas XI. Alasan dipilihnya siswa
kelas XI adalah karena siswa kelas XI telah memiliki pengalaman belajar
pada semester-semester sebelumnya.
c. Melaksanakan pretest.
Yaitu memberikan instrumen self efficacy secara keseluruhan kepada
siswa kelas XI yang terpilih menjadi sampel di SMA Yasmida Ambarawa.
d. Memilih 13 orang siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian
pada kelompok eksperimen dan juga kontrol.
Sebagai syarat pelaksanaan eksperimen, maka kedua kelompok subjek
harus setara. Kesetaraan dalam penelitian ini berkaitan dengan self efficacy
yang dimiliki oleh siswa pada masing-masing kelompok. Setelah
dilaksanakan pre test terdapat 26 siswa yang memiliki self efficacy dalam
katagori rendah sebagai berikut:
57
Tabel 1
Daftar Nama Anggota Kelompok
N
o
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Kode
Siswa
Self efficacy Kode
Siswa
Self
efficac
y
1 DDM Rendah HYN Rendah
2 RJW Rendah NSH Rendah
3 ULR Rendah RHD Rendah
4 ANN Rendah TAA Rendah
5 AGL Rendah TRL Rendah
6 ASP Rendah AND Rendah
7 EKL Rendah DMN Rendah
8 RDH Rendah DLS Rendah
9 MHA Rendah LSN Rendah
1
0 NSP
Rendah
SHD
Rendah
1
1
NVS Rendah ZBD Rendah
1
2
NRN Rendah FRS Rendah
1
3
SRQ Rendah SGM Rendah
e. Pelaksanaan Eksperimen.
Setelah diketahui bahwa antara kedua kelompok penelitian setara,
selanjutnya melaksanakan eksperimen, yaitu memberikan perlakuan
kepada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok
kontrol (tidak diberikan layanan bimbingan kelompok).
f. Melaksanaan Posttest
Setelah terlaksana eksperimen sesuai dengan rencanaan pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok, maka kembali siswa diberikan instrument Self
efficacy. Hasilnya akan dianalisis sebagai perbandingan antara hasil
preetest dan hasil posttest
58
C. Definisi Operasional
Variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Variabel
bebas; Bimbingan Kelompok (X), Variable terikat; Self Efficacy (Y).
Berdasarkan kajian teoritis variable penelitian, maka Definisi Operasional
adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah taraf ketercapaian
suatu tujuan yang telah peneliti tetapkan sebelumnya sebagai suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh tindakan tersebut mencapai keberhasilan
tujuan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu dengan layanan bimbingan
kelompok dapat efektif meningkatkan self efficacy.
2. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada individu
melalui suasana kelompok yang memungkinkan anggota untuk belajar
berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan
wawasan, sikap, dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya
mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi.
Pada kegiatan bimbingan kelompok ini diberikan suatu topik untuk
dibahas dan didiskusikan bersama, sehingga dalam kelompok tersebut
tercipta dinamika kelompok yang menggambarkan hidupnya suasana
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini topik yang
diberikan adalah topik tugas berkenaan dengan self efficacy, yang terdiri
dari lima tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu: (1) tahap
pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap
penyimpulan dan (5) tahap pengakhiran.
59
Tabel 2
Rancangan Kegiatan Bimbingan Kelompok
Sumber : Dimensi Self efficacy menurut Bandura (dalam Ghufron 2011:80)
3. Self efficacy
Self efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa
keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
self efficacy terdiri dari tiga dimensi yang terdapat pada keyakinan diri
seseorang, yaitu dimensi tingkat (level), dimensi generalisasi (generality),
dan dimensi kekuatan (strength). Dimensi tingkat (level) menunjukkan
keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatasinya masalah
dengan derajat kesulitan yang berbeda-beda. Dimensi generalisasi adalah
persepsi kompetensi individu atas tingkat pencapaian keberhasilannya
dalam mengatasi tugas-tugas dalam kondisi tertentu, sedangkan dimensi
kekuatan adalah tingkat kuat atau lemehnya keyakinan (belief) individu
mengenai kompetensi diri yang dipersepsinya.
Pertemuan Topik Bahasan Manfaat
1 Pemahaman Diri Siswa dapat memahami kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki
2 Berfikir positif Siswa dapat berfikir positif dalam setiap
kegiatannya
3 Percaya diri Siswa dapat memiliki kepercayaan akan
kemampuan yang dimilkinya
4 Harga diri Siswa mempunyai penghargaan akan drinya
5 Komitmen diri Siswa dapat memiliki komitmen dalam
menyelesaikan pekerjaan yang
dimilkinya
6 Pengalaman
orang lain
Siswa dapat mengunakan pengalaman yang
ada pada orang lain untuk dapat memicu
motivasi diri
60
D. Pengembangan Instrumen
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala self efficacy, digunakan
untuk memperoleh gambaran tentang self efficacy siswa sebelum dan sesudah
mengikuti proses bimbingan kelompok.
1. Pengembangan kisi-kisi Instrumen
Instrumen self efficacy siswa dikembangkan dari definisi operasional
variable. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang self efficacy
merujuk pada aspek kognitif, afektif, dan evaluatif (kecenderungan
bertindak). Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian)
untuk mengungkap self efficacy dengan berpedoman kepada skala yang
telah dikembangkan oleh Bandura (2006:307) yaitu guide for Constructing
self efficacy scale dengan alternatif respon subjek dalam skala sepuluh
(10). Rating scales yang digunakan memiliki rentang alternative respon
yang diurutkan dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dimensi-dimensi yang akan diungkap dalam penelitian ini mengacu
kepada pendapat Bandura bahwa self efficacy memiliki tiga dimensi, yaitu
(1) dimensi tingkat (level); (2) dimensi kekuatan (strength); dan (3)
dimensi generalisasi (generality).
61
Tabel. 3
Blue Print Instrumen Self Efficacy Siswa
No Variabel Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Item
1
Self
Efficacy
Level (Taraf Keyakinan
terhadap kemampuan yang dimiliki siswa dalam
menyelesaikan tugas)
1.Optimis dalam melaksanakan
tugas 1, 2, 3, 4, 5 5
2.Mengetahui Minat diri
6, 7, 8, 9, 10 5
3.Membuat perencanaan dalam
menyelesaikan tugas 11, 12, 13, 14 4
4.Merasa yakin dapat
menyelesaikan tugas 15, 16, 17, 18 4
2
Strenght (Taraf keyakinan
terhadap kemampuan yang dimiliki sisiwa dalam
menyelesaikan masalah)
1.Meningkatkan Usaha dengan baik 19, 20, 21, 22,
23 5
2.Berkomitmen dengan hasil
tugas 24, 25, 26, 27 4
3
Generality (Taraf
keyakinan terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa dalam
menggeneralisasi tugas)
1.Menyikapi situasi yang beragam
dengan cara yang baik dan positif
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 7
2.Menjadikan pengalaman hidup
sebagai suatu jalan menuju
kesuksesan 35, 36, 37, 38,
39 5
2. Pedoman Skoring
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga
menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya.
Instrumen digunakan untuk mengukur self efficacy rendah siswa. Item
pernyataan self efficacy siswa menggunakan bentuk rating scale.
Responden tidak akan menjawab salah satu jawaban kualitatif yang
disediakan, namun memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan.
62
Setiap item soal responden akan memilih item respon yang terdiri
dari angka 1 sampai 10. Dan setiap pensekoran disesuaikan dengan pilihan
yang dipilih responden per item.
Tabel. 4
Pedoman Skoring
No Pernyataan Respon Skor
1 Item pernyataan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3
2 Item pernyataan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6
3 dst. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a) Uji validitas konstrak instrumen
Untuk mengetahui validitas instrumen pada penelitian ini dilakukan
melalui telaah terhadap construct validity dan content validity,
disamping itu meminta judgement dari para ahli. Tahap pertama
sebelum instrumen Self efficacy digunakan, maka dilakukan uji coba
oleh para ahli, yang dimaksudkan untuk menilai kelayakan bentuk dan
isi instrumen Self efficacy. Disamping penilaian kelayakan oleh dosen
pembimbing (1) Dr. Daharnis, M.Pd., Kons. selaku pembimbing satu
(2) Dr. Syahniar, M.Pd., Kons selaku pembimbing dua, juga
dilibatkan tiga ahli yaitu; (1) Prof. Dr. Mudjiran, M.Si., Kons. (2) Dr.
Riska Ahmad, M.Pd.,Kons dan (3) Muhrisal, M.Pd.
Berikut dikemukakan rangkuman masukan yang diperoleh dari
validasi dan respon yang dilakukan terhadap masukan tersebut.
63
a. Bahasa dan kata-kata yang sukar dalam pernyataan instrumen
perlu disempurnakan, agar dapat dipahami dengan mudah oleh
responden nantinya.
b. Format penggunaan alternatif pilihan jawaban perlu
dipertimbangkan.
c. Jumlah pernyataan dalam instrumen perlu dipertimbangkan, yang
terpenting dapat mengungkap apa yang ingin diungkap, dan
responden tidak jenuh dalam mengerjakannya.
d. Gunakan kata dan kalimat yang lebih sesuai untuk mengukur
indikator yang dimaksud.
e. Hindari kalimat-kalimat dalam pernyataan yang bermakna
ambigu.
Dari masukan-masukan yang diterima, peneliti melakukan
perubahan berkaitan dengan kalimat-kalimat yang lebih efektif
sedangkan format alternatif tetap karena peneliti mengangap bahwa
format yang digunakan sudah sesuai dengan penelitian.
b) Uji validitas butir instrumen
Untuk menguji validitas butir digunakan korelasi rank-deference
correlation yang juga dikenal sebagai Spearman’s Rho yaitu korelasi
antara skor butir dengan skor totalnya. Pada penelitian ini, uji validitas
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Menghitung koefisien korelasi Spaerman’s rho hitung (rhoxy),
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
64
Keterangan:
= Koefesien korelasi tata jenjang
D =Deviasi/ pasangan urutan
N = Jumlah
(Muri Yusuf, 2005:75)
(2) Proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesis dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,312, maka butir soal valid
Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,312, maka butir soal tidak valid
Menurut Sugiyono (2010:179) menyatakan bahwa item yang
dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,312. Jadi,
semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut
semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Dalam hal ini peneliti menggunakan bantuan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) for windows release 17.00
dengan langkah entry data atau buka file data yang akan dianalisis,
lalu pilih menu Analize, Corelate, Bivariate dan Spearmen.
Dari hasil uji coba tersebut menunjukkan dari 43 butir
pernyataan instrumen Self efficacy terdapat 4 item pernyataan yang
tidak valid, sehingga 39 butir pernyataan pada instrumen self efficacy
yang dapat digunakan. Pada tabel 5 dapat dilihat nomor butir dengan
indeks kesahihannya masing-masing.
65
Tabel 5
Validitas Butir-butir Instrumen Self Efficacy
No
Butir
Indeks
Validitas
No
Butir
Indeks
Validitas
No
Butir
Indeks
Validitas
1 261* 16 453 31 435
2 571 17 604 32 460
3 404 18 636 33 491
4 617 19 382 34 531
5 303* 20 712 35 722
6 650 21 578 36 554
7 512 22 607 37 473
8 455 23 568 38 436
9 429 24 459 39 233*
10 534 25 451 40 507
11 442 26 520 41 651
12 339 27 549 42 358
13 462 28 508 43 415
14 261* 29 580
15 762 30 599
*. = tidak Valid
c) Uji reliabilitas instrumen
Muri Yusuf (1996:26) menyatakan bahwa suatu alat akan
dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu diujicobakan kepada objek atau
subjek yang sama secara berulang-ulang, maka hasilnya tidak akan jauh
berbeda, konsisten dan stabil.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach
melalui tahapan sebagai berikut:
66
Rtt = (k) / (k-1)(1-Vi/Vt)
Keterangan :
Rtt = Reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Vi = jumlah varian butir soal
V t = varian total
(Muri Yusuf, 2008 : 100)
Untuk kriteria pengujian, apabila r hitung > table maka alat
tersebut reliable. Dalam hal ini peneliti menggunakan bantuan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows
release 17.00). Sehingga diperoleh nilai Alpa Cronbach instrumen
Self efficacy sebesar 0,932. Sehingga diketahui bahwa r hitung = 0,932
> 0,80 maka dapat dikatakan instrumen Self efficacy tersebut reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai siswa
yang memiliki self efficacy rendah. Data tersebut dikumpulkan dengan cara
menyebarkan angket kepada siswa yang memiliki self efficacy rendah kelas
XI SMA Yasmida Ambarawa tahun ajaran 2012/2013.
Agar pengumpulan data berlangsung secara teratur, sistematis dan
sukses, peneliti melakukan hal-hal berikut :
1. Menyiapkan instrumen self efficacy
2. Menetapkan sumber data, seperti responden, dokumen-dokumen yang
diperlukan dan sebagainya
67
3. Sebelum melaksanakan pretest, terlebih dahulu memberikan penjelasan
mengenai instrumen dan cara mengerjakannya kepada responden sebelum
pengisian instrumen.
4. Melakukan pengumpulan data secara sistematis sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya
5. Melakukan analisis data pretest
6. Memilih sampel penelitian
7. Melaksanaan kegiatan eksperimen, yaitu pelaksanaan bimbingan
kelompok.
8. Menyebarkan instrumen kembali (postetst), dan melakukan analisa dari
data hasil pretest dan posttest.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik analisis statistic
non-parametric. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa data dibawah 30
tidak berdistribusi normal. Teknik analisis statistik non-parametric yang
digunakan untuk menguji dalam penelitian ini adalah uji jenjang bertanda
Wilcoxon (signed ranks test)dan metode Kolmogorov-Smirnov bagi kelompok
sampel ganda. Menurut Lukiastuti (2012:83) pengujian hipotesis dengan cara
uji jenjang bertanda dilakukan apabila peneliti ingin memastikan tentang ada
atau tidaknya perbedaan kondisi setelah perlakuan tertentu diberikan.
Kemudian metode Kolmogorov-Smirnov bagi kelompok sampel ganda
dititik beratkan pada upaya menguji validitas hipotesis nihil yang menyatakan
kelompok sampel pertama dan kedua berasal dari populasi yang identik.
68
Menurut Siegel (1985:159) tes-dua sampel Kolmogorov-Smirnov adalah suatu
tes dua sampel independen yang telah ditarik dari populasi yang sama.
sedangkan hipotesis alternatifnya menyatakan bahwa kelompok sampel
pertama dan kedua berasal dari kelompok yang tidak identik atau (KD ≠ D)
Oleh karena itu maka metode analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk melihat perbedaan self efficacy siswa sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok (kelompok
eksperimen) digunakan analisis data dengan teknik Wilcoxon Signed
Ranks Test. Teknik analisis yang sama juga akan digunakan untuk
melihat perbedaan self efficacy siswa pada pre-test dan post-test (tanpa
perlakuan layanan bimbingan kelompok) pada kelompok kontrol.
Analisis ini untuk menguji hipotesis nomor 1 dan nomor 2.
2. Untuk melihat perbedaan self efficacy siswa kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok, dengan siswa
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan layanan bimbingan
kelompok digunakan teknik Kolmogorov-Smirnov bagi kelompok sampel
ganda. Analisis ini untuk menguji hipotesis nomor 3.
G. Pelaksanaan Eksperimen
1. Izin Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian setelah mendapatkan persetujuan
dari dosen pembimbing untuk melakukan penelitian, mulai diproses surat
izin penelitian dari lembaga/instansi terkait. Atas dasar permohonan
69
peneliti, Pembantu Dekan I FIP UNP mengeluarkan surat izin penelitian
yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu
dengan Nomor 1193/UN35.1.4.6/PG/2012. Surat permohonan izin
penelitian ini selanjutnya di disposisikan ke SMA Yasmida Ambarawa
untuk melaksanakan penelitian, yang seterusnya Kepala SMA Yasmida
Ambarawa yang memfasilitasi kegiatan penelitian ini.
2. Pengadministrasian Pretest
Pengadministrasian pretest dilakukan untuk mengetahui gambaran
awal bagaimana kondisi self efficacy siswa pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pengadministrasian pretest dilakukan pada
tanggal 3 Januari 2013 di SMA Yasmida Ambarawa.
Dari hasil pretest yang telah diberikan kepada semua subyek
penelitian, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok
kontrol, rata–rata tingkat self efficacy siswa sama-sama berada pada
kategori rendah.
3. Kegiatan Eksperimen
a. Kelompok Kontrol
Dalam penelitian ini, kelompok kontrol berperan sebagai
pembanding untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok
dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan.
70
Kelompok kontrol beranggota 13 orang dengan inisial dan
kode: HYN (1), NSH (2), RHD (3), TAA (4), TRL (5), AND (6),
DMN (7), DLS(8), LSN (9), SHD (10), ZBD (11), FRS (12), dan
SGM (13). Kegiatan yang diberikan pada kelompok kontrol di awal
adalah penyebaran instrument self efficacy siswa (Pretest), setelah
kegiatan bimbingan kelompok yang diberikan kepada kelompok
eksperimen berakhir, dalam kurun waktu 2 minggu kemudian
instrumen yang sama diberikan kembali kepada siswa (Posttest).
b. Kelompok Eksperimen
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan
perlakuan berupa bimbingan kelompok. Kelompok ini sebagai
kelompok penguji apakah benar layanan bimbingan kelompok
efektiv dalam meningkatkan self efficacy siswa. Kelompok
eksperimen juga beranggota 13 orang dengan inisial dan kode:
DDM (1), RJW(2), ULR(3), ANN (4), AGL (5), ASP (6), EKL(7),
RDH (8), MHA (9), NSP (10), NVS (11), NRN (12), dan SRQ (13).
Layanan bimbingan kelompok dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan,
dimana masing-masing pertemuan membahas topik tugas yang
berbeda-beda yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Pada tabel 12 di
bawah ini disajikan jadwal layanan bimbingan kelompok.
71
Tabel 6
Jadwal Kegiatan Bimbingan Kelompok
Dalam penelitian ini setiap pertemuan bimbingan kelompok
melalui lima tahap yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
kegiatan, tahap pengahiran dan tahap penyimpulan. Adapun tahap-
tahap dalam bimbingan kelompok yang dilaksanakan sebagai
berikut:
1) Tahap Pembentukan
Dalam tahap pembentukan pemimpin kelompok
mempersiapkan anggota kelompok agar benar- benar siap akan
memasuki pelaksanan bimbingan kelompok. Pemimpin
kelompok (PK) dalam tahap pembentukan melakukan berbagai
persiapan :
a) Menerima anggota kelompok dengan sikap hangat serta
penuh keakraban. Pemimpin kelompok mengucapkan
selamat datang, salam dan ucapan terimakasih atas
Keg Hari Tanggal Waktu Topik Bahasan
1 Kamis 3 Januari 2013 13.30-14.30 Pretest
2 Jumat 4 Januari 2013 14.00-16.30 Pemahaman diri
3 Selasa 8 Januari 2013 14.00-16.30 Berfikir positif
4 Kamis 10 Januari 2013 14.00-16.30 Percaya diri
5 Sabtu 12 Januari 2013 14.00-16.30 Harga diri
6 Senin 14 Januari 2013 14.00-16.30 Komitmen diri
7 Rabu 16 Januari 2013 14.00-16.00 Pengalaman orang lain
8 Rabu 16 Januari 2013 16.00-17.00 Posttest
72
kehadiran dan kesediaan untuk mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok, dilanjutkan berdoa diawal kegiatan.
b) Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan dan
cara pelaksanaan bimbingan kelompok.
c) Pemimpin kelompok menjelaskan azas-azas bimbingan
kelompok yaitu: ada 5, azas kesukarelaan, azas keterbukaan,
azas kegiatan, azas kenormatifan dan azas kerahasiaan.
d) Pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok
untuk memperkenalkan diri menyebutkan identitas masing-
masing, dilanjutkan dengan rangkaian nama, sehingga
anggota kelompok saling mengenal dan terjalin keakraban
dalam kegiatan yang akan dilaksanakan.
2) Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan pemimpin kelompok menjelaskan
kembali tentang kegiatan bimbingn kelompok. Tanya jawab
tentang kesiapan dan mengenali suasana anggota kelompok,
menanyakan apakah anggota kelompok siap untuk kegiatan
selanjutnya. Dilanjutkan dengan memberi contoh topik yang
akan dibahas dalam kegiatan.
3) Tahap Kegiatan
Pada tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan
bimbingan kelompok.
73
a) Pemimpin kelompok mengemukakan topik yang telah
dipersiapkan dan menjelaskan pentingnya topik tersebut
dibahas.
b) Tanya jawab tentang topik yang ditentukan pemimpin
kelompok. Pemimpin kelompok mendorong anggota
kelompok untuk berpartisipasi dalam bentuk
mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan dan
mengajukan pertanyaan, menyampaikan pengalaman,
berempati serta menyimpulkan topik bahasan jika
pembahasan sudah memadai.
c) Berikutnya selingan yang berupa permainan agar pikiran
anggota kelompok menjadi jernih dan rilek. Permainan
yang diberikan yaitu senam jari. Hal ini dimaksudkan agar
anggota kelompok dalam suasana senang sehingga
menarik anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok berikutnya. Berikutnya adalah
menegaskan komitmen para angota kelompok maksudnya
apa yang segera dilakukan berkenaan topik yang telah
dibahas.
4) Tahap Penyimpulan
Pada tahap penyimpulan ialah tahap penilaian dan
tindak lanjut kegiatan kelompok, dengan menjelaskan
kepada anggota kelompok kegiatan akan diakhiri, lalu
anggota kelompok diminta untuk menyampaikan
74
perolehan, manfaat selama mengikuti kegiatan,
penyampaian berupa kesan-pesan untuk pelaksanaan
kegiatan selanjutnya. Hasil yang dicapai dalam tahap ini
ialah :
a) Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang
pelaksanaan kegiatan.
b) Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah
dicapai
c) Terumusnya rencana kegiatan lebih lanjut
d) Tetap dirasakan hubungan antar anggota kelompok
dan rasa kebersamaan, meskipun kegiatan diakhiri.
5) Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran ialah tahap penilaian dan tindak lanjut
kegiatan kelompok, lalu dilanjutkan dengan berdoa sebagai
tanda kegiatan akan diakhiri dan ditutup dengan
menyanyikan lagu “sayonara“
4. Hasil yang Diperoleh
Adapun hasil yang diperoleh dari pelaksanaan bimbingan kelompok
membuat siswa lebih termotivasi untuk lebih yakin dan percaya dengan
diri sendiri, serta sejak dini mulai mempersiapkan diri untuk masa depan.
Berdasarkan pengalaman pemimpin kelompok dan kesan yang
disampaikan oleh anggota kelompok diketahui adanya perubahan baik
pada sikap dan perilaku, yaitu mereka sudah mulai merasa yakin kepada
dirinya untuk memperoleh prestasi belajar lebih baik. Berikut hasil
rekapitulasi laiseg anggota kelompok eksperimen:
75
Tabel 7
Rekapitulasi Penilaian Segera Anggota Kelompok Eksperimen
No Aspek Penilaian Hasil Penilaian
1
Hal-hal baru yang
diperoleh setelah
mengikuti bimbingan
kelompok
Mengetahui dan lebih memahami berbagai
pentingnya memiliki self efficacy.
Mendapatkan informasi baru tentang
pentingnya memiliki rasa percaya diri.
Karena dengan percaya diri, siswa dapat
merencanakan masa depan sejak dini.
2
Perasaan setelah
mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok
Senang, puas dan bahagia karena mendapat
pemahaman baru tentang self efficacy serta
terbantu dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam hal pribadi. Hal ini
membuat mereka lebih percaya diri untuk
berprestasi.
3
Hal-hal yang
dilaksanakan dari
hasil bimbingan
kelompok
a. Hargai diri sendiri, sukai diri sendiri,
syukuri apa yang sudah diberikan kepada
diri. karena dengan menghargai diri sendiri,
juga bersyukur, akan menimbulan percaya
diri dan bisa mengatasi hambatan yang ada.
b. Asah selalu potensi, bakat dan minat
karena itu berguna untuk masa depan nanti.
c. Berkomitmen untuk meningkatkan
potensi yang ada, termasuk prestasi belajar,
dan mulai berencana untuk mewujudkan
masa depan sejak dini.
d. Hindari dari hal yang yang merugikan
masa depan, seperti narkoba, tauran dan
sejenisnya.
4
Keuntungan yang
diperoleh dalam
mengikuti layanan
bimbingan kelompok
a. Bertambahnya wawasan tentang
pentingnya memahami diri, potensi, bakat
dan minat. Hubungan antar teman semakin
dekat dan kompak
b. Bertambahnya wawasan tentang
pentingnya karir yang sesuai dengan
kepribadian.
5. Pengadministrasian Posttest
Pengadministrasian posttest dilakukan untuk melihat hasil dari
kegiatan siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok, dengan
materi berkenaan dengan self efficacy. Pengadministrasian posttest ini juga
dikenakan pada siswa yang berasal dari kelompok kontrol, Hal ini untuk
76
mengetahui perbedaan antara siswa yang mendapat perlakuan layanan
bimbingan kelompok dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.
Pelaksanaan posttest dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2013 di SMA
Yasmida Ambarawa.
Berdasarkan hasil posttest diperoleh gambaran bahwa ada perbedaan
pada self efficacy siswa antara sebelum diberi perlakuan dengan sesudah
diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok pada kelompok
eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol cenderung tidak ada
perubahan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil posttest yang telah diberikan
kepada kedua kelompok sampel penelitian. Pada kelompok eksperimen
yang diberikan perlakuan, rata-rata tingkat self efficacy siswa meningkat
dibandingkan jumlah rata-rata kelompok kontrol.
Adanya perbedaan hasil pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen diduga karena adanya perlakuan, sedangkan pada kelompok
kontrol tidak ada perbedaan, hal ini diasumsikan karena tidak ada tindak
lanjut secara terprogram setelah pretest.
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di kelas XI di SMA Yasmida dengan jumlah sampel kontrol
dan eksperimen 26 yang memiliki tingkat self efficacy rendah. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih Empat bulan, yaitu
dari bulan Oktober 2012 hingga bulan Januari 2013. Secara spesifik
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan
kelompok terhadap peningkatan self efficacy.
Data-data yang diperoleh adalah hasil pretest dan posttest berkaitan
dengan self efficacy. Instrumen self efficacy digunakan untuk mengetahui
kondisi self efficacy siswa dikembangkan oleh peneliti sendiri.
Berdasarkan data yang peneliti peroleh, maka dapat dideskripsikan
hasil penelitian sebelum dilakukan perlakuan (Pretest) dan setelah
diberikan perlakuan (Posttest), dimana pengolahan data kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17,0 for windows.
1. Hasil Pretest
Sesuai dengan tujuan dilakukannya pretest, yaitu untuk
mengetahui gambaran awal kondisi self efficacy siswa sebelum
diberikan perlakuan. Adapun hasil pretest yang diperoleh pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda. Hasil
pretest tersebut dianalisis menggunakan pengolahan data SPSS versi
78
17.0. Berikut ini disajikan kondisi pretest self efficacy masing-masing
siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 8
Kondisi Self efficacy Pretest Masing - masing Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Eksperimen Kontrol
Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor
DDM 154 HYN 140
RJW 148 NSH 154
ULR 147 RHD 145
ANN 145 TAA 147
AGL 155 TRL 155
ASP 153 AND 153
EKL 155 DMN 155
RDH 154 DLS 156
MHA 156 LSN 154
NSP 154 SHD 156 NVS 156 ZBD 155
NRN 155 FRS 155
SRQ 155 SGM 154
Jumlah 152,84 Jumlah 152,23
Hasil dari pembagian kelompok berdasarkan data-data yang
didapatkan tersebut, menghasilkan data rata-rata tiap-tiap kelompok
sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Nilai Rata-rata pada Kelompok Eksperimen dan
Kontrol pada Tahap Pre-test
Sampel Nilai Rata-rata
Kelompok N
Eksperimen 13 152,84
Kontrol 13 152,23
79
Dari data tersebut di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-
test pada variable self efficacy kelompok eksperimen sebesar 152,84
dan kelompok kontrol 152,23. Hal ini berarti kedua kelompok
memiliki rata-rata yang sama yaitu berada pada angka yang sama.
2. Hasil Post-Test
Setelah pemberian perlakuan sebanyak enam kali pertemuan
kepada subjek siswa kelompok eksperimen, kemudian peneliti
mengukur tingkat self efficacy subjek pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Adapun hasil pengukuran skala self efficacy pada
kelompok eksperimen dan kontrol tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Kondisi Self efficacy Posttest
Masing-masing Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Eksperimen Kontrol
Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor
DDM 195 HYN 150
RJW 203 NSH 156
ULR 200 RHD 147
ANN 198 TAA 160
AGL 189 TRL 157
ASP 194 AND 170
EKL 207 DMN 165
RDH 213 DLS 157
MHA 206 LSN 155
NSP 196 SHD 150 NVS 186 ZBD 156
NRN 197 FRS 145
SRQ 206 SGM 157
Jumlah 199,23 Jumlah 155,76
Dari hasil skoring skala self efficacy di atas, maka dapat dilihat
perbedaan nilai antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dalam kelompok eksperimen pada variable self efficacy jumlah rata-
80
rata post test siswa meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata
post test siswa kontrol. Perbedaan peningkatan bervariasi pada tiap-
tiap diri siswa. Siswa kelompok eksperimen mengalami peningkatan
yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelompok kontrol, sedangkan
pada siswa kelompok kontrol terdapat siswa yang menurun jumlah
self efficacy-nya
Apabila dilihat dari perbedaan rata-rata antara kelompok
eksperimen setelah pemberian perlakuan dengan kelompok kontrol
tanpa perlakuan adalah sebagai berikut:
Tabel 11
Distribusi Nilai Rata-rata pada Kelompok Eksperimen dan
Kontrol pada Tahap Posttest
Sampel Rata-rata
Kelompok N
Eksperimen 13 199,23
Kontrol 13 155,76
Dari data tersebut diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata pada
kedua kelompok tidaklah sama, kelompok eksperimen tingkat self
efficacy nya meningkat sebanyak 30,35%, sedangkan kelompok
kontrol meningkat sebanyak 2,31%.
3. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Self efficacy Kelompok
Eksperimen
Untuk melihat perubahan tingkat self efficacy siswa pada
kelompok eksperimen dari hasil pretest dan posttest dapat dijelaskan
sebagai berikut :
81
Tabel 12
Kondisi Self efficacy kelompok eksperimen
Masing-masing pree test dan post test
pree test post test Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor
DDM 154 DDM 195
RJW 148 RJW 203
ULR 147 ULR 200
ANN 145 ANN 198
AGL 155 AGL 189
ASP 153 ASP 194
EKL 155 EKL 207
RDH 154 RDH 213
MHA 156 MHA 206
NSP 154 NSP 196
NVS 156 NVS 186
NRN 155 NRN 197
SRQ 155 SRQ 206
Jumlah 152,84 Jumlah 199,23
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kondisi self efficacy siswa kelompok eksperimen setelah
mendapat perlakuan bimbingan kelompok. Siswa yang pada saat
pretest berada pada rata-rata 152,84 setelah perlakuan menjadi berada
pada rata-rata 199,23. Berdasarkan hal ini terjadi peningkatan Self
efficacy siswa sebanyak 30,35% setelah diberikan perlakuan.
Untuk melihat kondisi self efficacy masing-masing siswa pada
kelompok eksperimen dari hasil pretest dan posttest dapat dijelaskan
pada gambar sebagai berikut :
82
Gambar 8. Diagram Batang Hasil Pretest dan Posttest Self
Efficacy Kelompok Eksperimen.
Gambar 8 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
tingkat self efficacy siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
layanan bimbingan kelompok. Dari 13 orang siswa yang mendapat
perlakuan secara keseluruhan meningkat self efficacy-nya.
Peningkatan ini terjadi secara keseluruhan dengan rata-rata jumlah
peningkatan sama pada setiap siswa.
4. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Self efficacy Kelompok
Kontrol
Dari data yang diperoleh, diketahui tidak terdapat perubahan
yang signifikan tingkat self efficacy siswa pada kelompok kontrol
pada saat pretest dan posttest yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pretest 154 148 147 145 155 153 155 154 156 154 156 155 155
Posttest 195 203 200 198 189 194 207 213 206 196 186 197 206
0
50
100
150
200
250
sko
r
Hasil Pretest dan Posttest Self Efficacy Kelompok Eksperimen
83
Tabel 13
Kondisi Self efficacy kelompok kontrol
Masing-masing pree test dan post test
pree test post test Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor
HYN 140 HYN 150
NSH 154 NSH 156
RHD 145 RHD 147
TAA 147 TAA 160
TRL 155 TRL 157
AND 153 AND 170
DMN 155 DMN 165
DLS 156 DLS 157
LSN 154 LSN 155
SHD 156 SHD 150
ZBD 155 ZBD 156
FRS 155 FRS 145
SGM 154 SGM 157
Jumlah 152,23 Jumlah 155,76
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kondisi self efficacy siswa kelompok eksperimen setelah
mendapat perlakuan bimbingan kelompok. Siswa yang pada saat
pretest berada pada rata-rata 152,23 setelah perlakuan menjadi berada
pada rata-rata 155,76. Berdasarkan hal ini terjadi peningkatan Self
efficacy siswa sebanyak 2,31% setelah diberikan perlakuan.
Untuk melihat kondisi self efficacy masing-masing siswa pada
kelompok kontrol dari hasil pretest dan posttest dapat dijelaskan pada
gambar sebagai berikut :
84
Gambar 9. Hasil Pretest dan Posttest Kondisi Self efficacy
Kelompok Kontrol
Berdasarkan Gambar 9 di atas diketahui perubahan yang
signifikan antara pretest dengan tanpa diberikan perlakuan bimbingan
kelompok (Post-test). Dari 13 orang siswa yang tidak mendapat
perlakuan terdapat 5 orang yang mengalami kenaikan dengan selisih
yang rendah.
5. Hasil Dimensi Pre-Test dan Post-Test kelompok ekperimen dan
kontrol
Hasil Pre-test dan post-test self efficacy siswa dapat dijabarkan
secara luas dengan membandingkan hasil dimensi yang meningkat
dari hasil pengukuran. Adapun hasil pengukuran Dimensi skala self
efficacy pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pretest 140 154 145 147 155 153 155 156 154 156 155 155 154
Posttest 150 156 147 160 157 170 165 157 155 150 156 145 157
020406080
100120140160180
sko
r
Hasil Pretest dan Posttest KondisiSelf efficacy Kelompok Kontrol
85
Tabel 14
Kondisi Self efficacy kelompok eksperimen
Masing-masing Dimensi Siswa Pretest dan posttest
Pretest Posttest Kode
Siswa
Level streght Generality Kode
Siswa
level streght Generality
DDM 76 33 45 DDM 92 43 60
RJW 71 29 48 RJW 100 46 57
ULR 74 31 42 ULR 93 44 63
ANN 74 34 37 ANN 88 47 63
AGL 71 35 49 AGL 89 43 57
ASP 65 40 48 ASP 95 40 59
EKL 71 36 48 EKL 93 47 67
RDH 71 39 44 RDH 99 52 62
MHA 79 33 44 MHA 96 52 58
NSP 81 33 40 NSP 98 41 57
NVS 76 37 43 NVS 86 44 56
NRN 80 37 38 NRN 91 45 61
SRQ 72 32 51 SRQ 89 46 71
Jumlah 961 449 577 Jumlah 1209 590 791
Dari hasil skoring skala self efficacy di atas, maka dapat dilihat
jumlah nilai dimensi antara pretest dan posttest kelompok eksperimen.
Dalam pretest kelompok eksperimen pada dimensi level memiliki
jumlah 961, pada demensi streght 449 dan pada demensi generality
577. Sedangkan pada posttest kelompok eksperimen pada dimensi
level memiliki jumlah 1209, pada demensi streght 590 dan pada
demensi generality 791.
Dari pemaparan diatas terlihat jumlah peningkatan dimensi
kelompok eksperimen pada dimensi level meningkat sebanyak
25.80%, pada demensi streght meningkat sebanyak 31.40% dan pada
demensi generality meningkat sebanyak 37.08%. Dari hal tersebut
86
terlihat peningkatan yang merata diantara masing-masing dimensi
dengan rata-rata peningkatan secara keseluruhan sebanyak 31.42%
Tabel 15
Kondisi Self efficacy kelompok kontrol
Masing-masing Dimensi Siswa Pretest dan posttest
Pretest Posttest Kode
Siswa
Level Streght Generality Kode
Siswa
level streght Generality
HYN 77 26 37 HYN 69 36 45
NSH 75 32 47 NSH 73 37 46
RHD 70 34 41 RHD 72 31 44
TAA 76 30 41 TAA 74 35 51
TRL 74 36 45 TRL 73 34 50
AND 68 37 48 AND 85 40 45
DMN 70 33 52 DMN 85 32 48
DLS 69 39 48 DLS 72 33 52
LSN 71 36 47 LSN 69 38 48
SHD 70 40 46 SHD 68 39 43
ZBD 73 37 45 ZBD 67 36 53
FRS 73 36 46 FRS 67 32 46
SGM 74 33 47 SGM 83 32 42
Jumlah 940 449 590 Jumlah 957 455 613
Dari hasil skoring skala self efficacy di atas, maka dapat dilihat
jumlah nilai dimensi antara pretest dan posttest kelompok kontrol.
Dalam pretest kelompok kontrol pada dimensi level memiliki jumlah
940, pada demensi streght 449 dan pada demensi generality 590.
Sedangkan pada posttest kelompok eksperimen pada dimensi level
memiliki jumlah 957, pada demensi streght 455 dan pada demensi
generality 613.
Dari pemaparan diatas terlihat jumlah peningkatan dimensi
kelompok eksperimen pada dimensi level meningkat sebanyak 1.80%,
pada demensi streght meningkat sebanyak 1.3% dan pada demensi
87
generality meningkat sebanyak 3.8%. Dari hal tersebut terlihat
peningkatan yang merata diantara masing-masing dimensi dengan
rata-rata peningkatan secara keseluruhan sebanyak 2.3%
Dari data tersebut dapat dipahami bahwa dalam peningkatan self
efficacy siswa setiap dimensi berbeda-beda, dimana dengan
dilaksanakannya layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan
perdimensi yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok tanpa
perlakuan layanan bimbingan kelompok.
B. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji non parametrik dengan rumus
Wilcoxon Signed Rank dengan menggunakan SPSS Versi 17. Uji Wilcoxon
digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari
dua data apakah berbeda atau tidak.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari dua hipotesis
yaitu hipotesis mayor dan beberapa hipotesis minor.
1. Hipotesis mayor yang diuji berbunyi “Layanan bimbingan kelompok
efektif dalam meningkatkan self efficacy siswa”.
2. Hipotesis minor yang diajukan adalah :
1) Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan
perlakuan layanan bimbingan kelompok (posttest).
2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok kontrol pada pre-test dan post-test (tanpa perlakuan
layanan bimbingan kelompok).
88
3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan
kelompok, dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan layanan bimbingan kelompok.
Adapun kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut :
1. Terima H0 dan tolak H1 apabila probabilitas (sig 2-tailed) ≥ alpha
(α = 0,05) atau Zhitung > Ztabel
2. Tolak H0 dan terima H1 apabila probabilitas (sig 2-tailed) < alpha
(α = 0,05) atau Zhitung ≤ Ztabel
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ialah “Terdapat
perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok
eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan perlakuan
layanan bimbingan kelompok (posttest)”. Pengujian hipotesis ini
dilakukan dengan teknik analisis statistik Wilcoxon’s Signed Ranks Test
melalui program komputer SPSS versi 17.0 Berdasarkan hal tersebut
didapatkan hasil perhitungan seperti yang terangkum pada tabel 22 berikut
ini.
Tabel 16
Hasil analisis Wilcoxon’s Signed Ranks Test perbedaan self
efficacy pada pretest dan posttest kelompok eksperimen
Tes Statisticsb
Self efficacy Pretest-Posttest
Z -3.183a
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
89
Berdasarkan tabel 16 di atas di atas, terlihat bahwa angka
probabilitas Asmyp. Sig.(2-tailed) self efficacy kelompok eksperimen
pada self efficacy sebelum dan sesudah sebesar 0,001, atau probabilitas
dibawah alpha 0,05 (0,001 < 0,05). Dari hasil tersebut maka Ho ditolak
dan HI diterima. Dengan demikian maka hipotesis pertama yang diuji
dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ”terdapat perbedaan yang
signifikan pada self efficacy siswa kelompok eksperimen sebelum dan
setelah mendapat perlakuan layanan bimbingan kelompok."
Selanjutnya untuk melihat tentang arah perbedaan tersebut, apakah
pretest atau posttest yang lebih tinggi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 17
Arah perbedaaan pretest dan posttest self efficacy kelompok
eksperimen.
Self efficacy N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest – Pretest Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 13b 7.00 91.00
Ties 0c
Total 13
a. Posttest < Pretest
b. Posttest > Pretest
c. Posttest = Pretest
Berdasarkan tabel 17 nilai 13b berarti bahwa dari 13 responden
kelompok eksperimen yang dilibatkan dalam perhitungan, sebanyak 13
orang siswa mengalami peningkatan dari pretest ke posttest.
Berdasarkan hasil tersebut diatas dapat diartikan bahwa kelompok
eksperimen mengalami peningkatan self efficacy setelah mendapatkan
perlakuan bimbingan kelompok. Jika hasil ini dikaitkan dengan hasil
perhitungan sebelumnya yaitu tabel 21 yang menunjukkan perbedaan
90
signifikan antara pretest kelompok eksperimen dengan posttest kelompok
eksperimen, maka peningkatan yang terjadi antara pretest dan posttest
kelompok eksperimen juga signifikan.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Pada hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini adalah “Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok kontrol pada pre-test dan post-test”. Hipotesis kedua
penelitian ini juga diuji menggunakan analisis ststistik dengan teknik
Wilcoxon’s Signed Ranks Test dengan program SPSS versi 17.0. Analisis
ini dipilih karena teknik ini menggunakan data yang berpasangan dengan
dua sampel yang berhubungan. Adapun hasil perhitungan terangkum
pada tabel 24 berikut.
Tabel 18
Hasil analisis Wilcoxon signed rank test perbedaan self
efficacy antara pretest dan posttest kelompok control
Tes Statisticsb
Self efficacy Pretest-Posttest
Z -1.929a
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.054
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan tabel 18 menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,054
pada self efficacy. Dari hasil tersebut ditemukan bahwa nilai asymp. Sig
hasil perhitungan lebih besar dari pada nilai asymp Sig pada tabel kritis
(0,054 ≥ 0,05). Maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok
kontrol sebelum dan setelah mendapat perlakuan bimbingan kelompok.
91
Selanjutnya untuk melihat tentang arah perbedaan tersebut, apakah
pretest atau posttest yang lebih tinggi, dapat dilihat berdasarkan pada
tabel berikut:
Tabel 19
Arah perbedaaan pretest dan posttest
Self efficacy kelompok kontrol
Self efficacy N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest – Pretest Negative Ranks 2a 9.00 18.00
Positive Ranks 11b 6.64 73.00
Ties 0c
Total 13
a. Posttest < Pretest
b. Posttest > Pretest
c. Posttest = Pretest
Berdasarkan tabel 19 di atas, nilai 2a pada self efficacy berarti
bahwa dari 13 orang siswa di kelompok kontrol, hanya sebahagian siswa
saja yang mengalami peningkatan dari pretest ke posttest. Pada bagian
deskripsi data terlihat bahwa mean pretest dan posttest menunjukkan
peningkatan, demikian juga dengan skor minimum, dan skor maksimum.
Namun peningkatan tersebut terbukti tidak signifikan antara pretest dan
posttest pada kelompok kontrol. Selain itu sebaran angka yang diperoleh
pada kelompok kontrol tidak merata, dalam arti ada yang mengalami
peningkatan, dan ada yang menurun perolehannya.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Untuk menguji hipotesis ketiga ini digunakan teknik Kolmogorov
Smirnov 2 Independent Sampels, yang menyatakan “Terdapat
perbedaan yang signifikan pada self efficacy antara siswa kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan
92
kelompok, dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan layanan bimbingan kelompok”. Berdasarkan hal tersebut
didapatkan hasil pengujian seperti terangkum pada tabel 26 di bawah ini.
Tabel 20
Hasil Analisis Kolmogorov-Smirnov 2 independent samples
posttest variable self efficacy kelompok eksperimen dan Kontrol
Test Statisticsa
Postest Self efficacy
Most Extreme
Differences
Absolute 1.000
Positive 1.000
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 2.550
Asymp. Sig. (2-tailed) .00024
a. Grouping Variable: Kelompok
Berdasarkan tabel 20 di atas, dapat dilihat bahwa self efficacy
pada kolom Asymp.Sig. (2-tailed) untuk uji dua sisi adalah 0.00024,
probabilitas di bawah 0.05 (0.00024 ≤ 0.05), atau Zhitung ≤ Ztabel ( 1.00 ≤
0.5334). H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada self efficacy antara siswa kelompok eksperimen
dengan siswa kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan layanan
bimbingan kelompok.
Hasil temuan yang lainnya adalah pada kelompok kontrol tidak
mengalami peningkatan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest-
nya baik pada self efficacy . Rata-rata pada variable self efficacy sebesar
152 (pretest) menjadi 155 (posttest) dengan kategori tetap sama yaitu
rendah.
93
Dari uraian di atas juga dapat menjawab hipotesis mayor yang
berbunyi bahwa “Layanan bimbingan kelompok efektif dalam
meningkatkan self efficacy siswa”.
C. Pembahasan
Self efficacy adalah hal yang penting dimiliki oleh siswa untuk
merencanakan masa depannya sejak dini, oleh karenanya perlu suatu upaya
untuk membantu siswa meningkatkan self efficacy. Layanan bimbingan
kelompok adalah salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang
terbukti efektif membantu meningkatkan self efficacy . Hal ini dapat dilihat
pada tabel 8 dimana hasil pretest (sebelum perlakuan) yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata tingkat self efficacy untuk
kelompok eksperimen adalah 152,84 sedangkan pada kelompok kontrol rata-
rata tingkat self efficacy sebesar 152,23.
Setelah layanan bimbingan kelompok diberikan kepada kelompok
eksperimen tingkat self efficacy siswa menjadi meningkat, yang mana semula
Siswa yang pada saat pretest berada pada rata-rata 152,84 setelah perlakuan
menjadi berada pada rata-rata 199,23. Berdasarkan hal ini terjadi peningkatan
Self efficacy siswa sebanyak 30,35% setelah diberikan perlakuan. Dengan
demikian self efficacy itu bisa meningkat apabila didukung oleh beberapa
faktor yang mana faktor tersebut berada disekitar siswa itu sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Bandura, (1997) pengalaman diri sendiri dan orang
lain akan mampu meningkatkan self efficacy siswa.
.
94
1. Pembahasan Hipotesis pertama
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang berbunyi
“Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan
perlakuan layanan bimbingan kelompok (posttest)”. Pengujian
dilakukan dengan Wilcoxon Signed Rank Test.
Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti yang berpendapat bahwa self
efficacy siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan
bimbingan kelompok. Pemberian layanan ini dapat meningkatkan angka
perubahan self efficacy siswa yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil rata-rata kelompok eksperimen 152,84 menjadi 199,23 meningkat
sebanyak 30.35%. Siswa dalam kegiatan layanan ini banyak memperoleh
hal baru yang sesuai dengan yang disampaikan Rusmana (2009:13)
“Proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok
yang memungkinkan anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi
pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap, dan atau
keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah
atau dalam upaya pengembangan pribadi”.
2. Pembahasan Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang berbunyi “Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada self efficacy siswa kelompok kontrol pada pre-test dan
post-test (tanpa perlakuan layanan bimbingan kelompok)”. Pengujian
juga dilakukan dengan Wilcoxon Signed Rank Test.
95
Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti yang berpendapat bahwa self
efficacy siswa yang tidak diberikan layanan bimbingan kelompok lebih
lambat dalam perkembangan self efficacy. Hal ini dapat dilihat dari hasil
rata-rata kelompok kontrol 152,23 menjadi 155,76. Dari hal ini terlihat
peningkatan yang sangat lambat dimana siswa hanya mampu meningkat
sebanyak 1.17%.
3. Pembahasan Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yang berbunyi
”Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan
kelompok, dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan layanan bimbingan kelompok”. Uji hipotesis ketiga
digunakan teknik Kolmogorov Smirnov 2 Independent Sampels.
Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata post test kelompok
eksperimen 199,23 dan kelompok kontrol 155,76. Dari hal ini dapat
terlihat dari perbandingan perbedaan sebanyak 27.90% antara tingkat post
test kelompok eksperimen dan kontrol. Dari jumlah ini terlihat jelas
perbedan hasil post test yang signifikan.
Hasil temuan ini juga dapat mendukung pendapat yang dikemukakan
oleh Prayitno (1997:103) tentang pentingnya bimbingan kelompok untuk
siswa yaitu:
96
(1) siswa mendapatkan kesempatan yang luas untuk berpendapat
dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya, (2)
siswa memiliki pemahaman yang objektif, tepat serta luas tentang
berbagai hal yang mereka bicarakan, (3) siswa belajar untuk
bersikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungan pribadi
mereka yang bersangkut paut dengan hal yang mereka bicarakan
di dalam kelompok, (4) menyusun program kegiatan yang
mewujudkan penolakan ter-hadap hal yang buruk dan sokongan
terhadap yang baik, (5) melaksanakan kegiatan nyata langsung
untuk membuahkan hasil sesuai dengan yang dibicarakan.
Untuk menghindari pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi
hasil dari perlakuan yang diberikan, maka khusus pada kelompok
eksperimen setiap akhir dari pertemuan bimbingan kelompok peneliti
memberikan materi-materi yang sama dengan topik tugas yang dibahas di
dalam kelompok.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa
layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan self efficacy
siswa. Keefektifan ini terlihat dari jumlah keseluruhan analisis yang
dilakukan dimana hasil self efficacy siswa kelompok eksperimen
mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol yang
tidak signifikan dalam kenaikan self efficacy siswa.
Keefektivan layanan bimbingan kelompok untuk membantu
permasalahan siswa juga dibuktikan juga oleh Suhartiwi (2009) dimana
setelah diberikan layanan bimbingan kelompok pada kelompok
eksperimen siswa mengalami self esteem dan motivasi belajar yang
meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol.
97
D. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan sebagai
berikut :
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan terutama dalam subjek penelitian
yang dikategorkan kecil kurang dari 30 karena dengan sampel kecil,
penelitian ini tidak bisa mewakili keseluruhan dari siswa yang ada di
sekolah.
2. Pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini tidak dapat mengontrol
variabel moderator. Dalam arti peneliti tidak mampu mengukur variabel-
variabel lain yang memungkinkan siswa eksperimen mengalami kenaikan
self efficacy di luar perlakuan yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan untuk memperlakukan kontrol penuh terhadap subjek
penelitian, ini berbeda dengan penelitian eksperimen di bidang non-sosial
atau di laboratorium yang memungkinkan subjek penelitiannya untuk
dapat terkontrol secara penuh setiap saat.
98
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data atau hasil penelitian yang diperoleh, dan setelah
melakukan analisis statistik dan uji hipotesis, maka dapat disimpulkan secara
umum bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan self
efficacy siswa, secara khususnya adalah:
1. Terdapat perbedaan self efficacy siswa kelompok eksperimen sebelum
(pretest) dan setelah diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok
(posttest). Berbedaan ini karena dengan adanya suasana kelompok yang
memungkinkan anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi
pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap, dan
keterampilan yang memasukan topik yang sesuai dengan materi untuk
peningkatan self efficacy.
2. Tidak terdapat perbedaan self efficacy siswa kelompok kontrol pada
pre-test dan post-test (perlakuan program layanan yang ada di sekolah).
Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol pelaksanaan layanan tidak
dilaksanakan dengan membahas topik-topik yang tepat dan sesuai untuk
dapat meningkatkan self efficacy siswa.
3. Terdapat perbedaan self efficacy antara siswa kelompok eksperimen
yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok, dengan siswa
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan layanan bimbingan
kelompok.
99
B. Implikasi
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mengenai self efficacy siswa menunjukkan adanya
peningkatan pada kelompok eksprimen secara signifikan. Pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum perlakuan memiliki kesamaan
dalam self efficacy. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil pretest pada
kedua kelompok. Setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan
kelompok, kondisi self efficacy dan kelompok eksperimen secara signifikan
mengalami perubahan yang lebih baik atau meningkat. Adapun implikasinya
pada pelaksanaan layanan bimbigan konseling antara lain:
1. Layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat lebih secara intensif
dipergunakan dalam layanan bimbingan konseling, hal ini dikarenakan
layanan bimbingan kelompok menekankan aspek dinamika kelompok
yang memiliki semangat yang tinggi, kerjasama yang lancar dan mantap,
serta adanya saling mempercayai diantara anggota-anggotanya.
2. Dalam meningkatkan self efficacy siswa, dapat diberikan materi yang
sesuai untuk dapat meningkatkan self efficacy siswa. Materi ini dapat
dijadikan rujukan sebagai cara untuk meningkatkan self efficacy.
C. Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang
telah dikemukakan, ada beberapa saran yang dapat diajukan sebagai tindak
lanjut penelitian ini. Beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebegai
berikut :
100
1. Bagi Guru BK
Diharapkan dapat melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan
lebih intensif dan terprogram. Layanan bimbingan kelompok ini bisa
dilakukan dengan menggunakan topik-topik yang sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai dalam pelaksanaan layanan.
2. Kepada kepala sekolah
Diharapkan dapat memfasilitasi guru BK dalam melaksanakan layanan,
baik dari segi dukungan moral maupun materil. Demi tercapainya tugas-
tugas perkembang siswa yang tepat dan membant siswa mengoptimalkan
kemampuan dirinya.
3. Bagi Peneliti lainnya
Perlu dilakukan penelitan yang serupa akan tetapi dilatarbelakangi oleh
konteks yang berbeda agar dapat membandingkan temuan dari hasil
penelitian ini.
101
DAFTAR RUJUKAN
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik)
Jakarta: Rineka Cipta.
. 2009. “Manajemen Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A . 1997. Self Efficacy in Changing Societies. New York: Camberg
University Press.
.1999. Social Cognitive Theory Of Personality. In L. Pervin & John, O. P.
(Ed.), Handbook of Personality: Theory and Research (2nd ed., pp.
154-196). New York: Guilford Publications.
.2004. Social Cognitive Theory of Posttraumatic Recovery: The Role of Perceived
Self-efficacy. Behaviour Research and Therapy, (42, 1129-1148-630).
.2006. Guide For Constructing Self-Efficacy Scales. In F. Pajares & T. Urdan
(Eds.). Self-efficacy Beliefs of Adolescents, (Vol. 5., pp. 307-337).
Greenwich, CT: Information Age Publishing.
Bonner, H. 1959. Group Dynamic :Principles and Applications. New York : The
Ronald Press Company
Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Penerjemah. Ahmad fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Edi Wibowo, Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:
UNNES Press.
Furqon. 2009. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Freadmen, Howard . 2006 .Kepribadian. Teori klasikal dan riset modern.
Penerjemah. Fransiska Dian. Jakarta : Erlangga.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika
Aditama.
102
Juntika Nurihsan, Akhmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : Refika Aditama.
Ketut Sukardi, Dewa. 2003. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Lukiastuti, Fitra dan Muliawan Hamdani. 2012. Statistika Non parametric.
Yogyakarta: CAPS.
McElroy, Kathlenn L. 2002 Factors Associated With High Self-Efficacy Among
California’s Public Child Welfare Workers. Thesis. Los Angeles.
California State University.
Muri Yusuf, A. 1996. Teknik Analisa Data. Padang: FIP UNP
. 2009. Metodologi Penelitian – Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang: UNP Press.
Nur, Ghufron. 2010. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruz Media.
Pascasarjana. 2011. Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang :
Program Pascasarjana UNP
Permendiknas Nomor 27 tahun 2008. Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil)
Jakarta: Ghalia Indonesia.
. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program
PPK Jurusan BK UNP.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan
Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah
(Metode, Tekhnik dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.
Setiadi, Riswanda. 2010. Self-efficacy in Indonesian literacy teaching context: A
theoretical and Empirical Perspective. Bandung: Rizki Press
Siegel, Sidney. 1985. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Penerjemah. Peter Hagul. Jakarta: PT Gramedia.
Sudjana. 1994. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
103
Suhartiwi. 2009. Efektivitas layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan
self esteem dan motivasi berprestasi dalam belajar. Tesis. Unversitas
Negeri Padang. (tidak diterbitkan).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Woodworth, Robert Sessions. 1918. Dynamic Psychology. London: Colombia
University Press