116
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA (Studi Eksperimendi SMA YasmidaAmbarawa) TESIS Oleh : SOFWAN ADIPUTRA NIM : 1103693 DitulisUntukMemenuhiSebagianPesyaratandalamMendapatkan GelarMegisterPendidikan PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_SOFWAN_ADIPURA...Tanpa kalian aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa Untuk Adik

Embed Size (px)

Citation preview

1

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM

MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA

(Studi Eksperimendi SMA YasmidaAmbarawa)

TESIS

Oleh :

SOFWAN ADIPUTRA

NIM : 1103693

DitulisUntukMemenuhiSebagianPesyaratandalamMendapatkan

GelarMegisterPendidikan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

2

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kemauandantujuanhidupbisamengecilkan orang besardanmembesarkan orang kecil.Iajugabisamembuat orang muliadipandanghinadan orang

hinadipandangmulia” (HAMKA)

“siapa yang bersungguh-sungguh, Pastiberhasil”

“ikhlasdantidakikhlasterletakpadalisannya, makabelajarlahikhlasdengandiam”

Allah mengangkat orang-orang beriman di antarakamudanjuga orang-orang yang

dikaruniaiilmupengetahuanhinggabeberapaderajat.( al-Mujadalah : 11 )

Fabi’aya a lairobbkumatukadziban MakaNikmatTuhan yang manalagi yang kamupertanyakan

Rasa syukurtiadahentiterungkapdarilisandanhati

Sujuddiribertafakkurmemohonridho Allah subhanawataala

Untuk yang paling ku cintai, Alm. AyahandadanIbundatercinta..

Tiada ungkapan yang bisa mewakili

rasa sayang dan hormatku

Tanpa kalian aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa

Untuk Adik dan kakakku

Motivasi hidup ini karena mimpimu

Untuk teman dan sahabatku

Karena kalian kehidupan ini berjalan begitu cepat

Untuk pendamping hidupku kelak

Semua karena Allah.... Aminn

SOFWAN

1

ABSTRACT

SofwanAdiputra. 2013. The Effectiveness of Group Guidance Service in

Developing Self-efficacy. (An experimental study at SMA Yasmida

Ambarawa Lampung). Thesis. Graduate Program. State University of

Padang.

The low Self-efficacy is beginning from various troubleshoot especially

behaviorwhich is on final can retard adolescent development task. Group

guidance can be used to improve self-efficacy. This research was aimed at

disclosing the effectiveness of group guidance on the developing self efficacy

An experimental research pretest and posttest control group design was

utilized to test whether group guidance can better improve self-efficacy. Two

purposive sample groups of students were selected from SMA Yasmida

Lampung. Each group consisted of 13 students. Group guidance for experiment

group was conducted in six sessions. Data on self-efficacy were collected

through a pretest-posttest. The data were then analyzed by using Wilcoxon

Signed Ranks Test and Kolmogorov-Smirnov Two Sample utilizing SPSS

version 17.

The findings of this research were: (1) there is a significant difference

between post test and pre-test of the experiment group on the self-efficacy.

(2)there is no difference on the pre and post test of the control group students

on self-efficacy. (3) there is a significant difference on self-efficacy between

experiment group and control group.

Based on the findings, it can be concluded that the self-efficacy can be

enhanced through group guidance. This research implies that group guidance

program needs to be developed by supervising teachers and counselors in order

to improve the self-efficacy. Similar studies were suggested to conduct at

different contexts to compare the findings.

ii

2

ABSTRAK

Sofwan Adiputra 2013. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam

Meningkatkan Self Efficacy : Studi Eksperimen di Sekolah Menegah Atas

Yasmida Ambarawa)

Self efficacy yang rendah merupakan awal dari berbagai permasalahan

terutama masalah perilaku yang pada akhirnya dapat menghambat tugas

perkembangan remaja. Bimbingan kelompok dapat digunakan untuk

meningkatkan self efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan self efficacy

Penelitian eksperimental dengan rancangan pretest and posttest control

group design digunakan untuk menguji apakah layanan bimbingan kelompok

dapat meningkatkan self efficacy menjadi lebih baik. Dua kelompok dipilih

menggunakan purposive sampling yang terpilih dari SMA Yasmida Ambarawa

Lampung yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Masing-masing kelompok terdiri dari 13 siswa. Layanan bimbingan kelompok

pada kelompok eksperimen, diadakan selama enam kali pertemuan. Data

tentang self efficacy dikumpulkan melalui pretest dan posttest, kemudian

dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Testdan Kolmogorov-

Smirnov Two Sampel dengan bantuan SPSS versi 17.

Temuan dari penelitian ini adalah: (1) terdapat perbedaan yang

signifikan antara self efficacy siswa pada pretest dan posttest siswa kelompok

eksperimen. (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy

siswa pada pretest dan posttest siswa kelompok kontrol. (3) terdapat

perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa pada posttest kelompok

control dengan posttest kelompok eksperimen.

Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy

dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok. Penelitian ini menunjukkan

bahwa pentingnya meningkatkan frekuensi penggunaan layanan bimbingan

kelompok di sekolah yang disertai dengan adanya pengawasan dari guru dan

konselor sehingga dapat meningkatkan self efficacy. Perlu dilakukan penelitan

yang serupa akan tetapi dilator belakangi oleh konteks yang berbeda agar

dapat membandingkan temuan dari hasil penelitian ini.

iii

4

KATA PENGANTAR

Allhamdullilahrabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur kehadirat Allah

SWT, hanya dengan rahmat dan hidayahNya-lah penyusunan tesis yang berjudul

“EfektifitasLayananBimbinganKelompokDalamMeningkatkanSelf Efficacy Siswa

(StudiEksperimen di SMA YasmidaAmbarawa)“, dapat terselesaikan. Dalam

melakukan penelitian dan penyelesaian tesis ini, peneliti banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya,peneliti sampaikan kepada yang terhormat :

1. Dr. Daharnis, M. Pd., Kons. selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan, motivasi, sehingga

tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Syahniar, M.Pd., Kons. selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran dan

ketulusan telah meluangkan waktunya dalam membimbing, memberikan

arahan dan motivasi yang begitu berarti, sehingga tesis ini dapat selesai

dengan baik.

3. Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. Pd. selaku penguji sekaligus Ketua Program

Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan masukan, saran,

arahan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons. selaku penguji yang dengan kesabaran telah

memberikan arahan dan dukungan untuk menyelesaikan tesis ini, serta

membantu peneliti dalam menimbang instrumen.

5. Prof. Dr. SufyarmaMarsidin, M.Pd. selaku penguji yang telahmemberikan

saran, arahan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Dr. Riska Ahmad, M.Pd., Kons. yang telah meluangkan waktu untuk

membantu peneliti dalam menimbang instrumen penelitian dan memberikan

masukan pada tesis ini.

7. Bapak Muhrisal, M.Pd. yang telah meluangkan waktu untuk membantu

peneliti dalam menimbang instrumen penelitian

8. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang, beserta

pembantu Dekan I, II dan III, Program Pascasarjana dan segenap karyawan

yang telah memberikan pelayanan terbaik.

vii

5

9. Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, khususnya para

dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ilmu pengetahuan

pada proses perkuliahan dan membantu peneliti.

10. Kepala SMA Yasmida Ambarawa Kabupaten Pringsewu Lampungyang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan uji coba dan

penelitian di sekolah yang Bapak pimpin.

11. Bapak dan Ibu guru pembimbing serta segenap karyawan di SMA Yasmida

Ambarawa yang telah memberikan bantuan dan kerjasama, sehingga data

penelitian ini dapat diperoleh.

12. UntukOrangtuakuMamaNurjayati, AyahandaAlm. Rusdi Hamid, Uni Nana,

danUniIyet, Adikku Arief serta keponakanku Amar, Jihan, Akmal, dan Jadi

tterimakasih atas semua dukungan baik moral dan materil, cinta, kasih

sayang, doa, perhatian, semangat dan kepercayaan yang tanpa kenal lelah

senantiasa diberikan kepadaku.

13. Mujiyati yang tiada hentinya berbagi pengalaman suka maupun duka dan

yang selalu menemani serta mengajarkan penulis bahwa keikhlasan dan

kesabaran adalah obat dari permasalahan. You’re my inspiration.

14. My Best Sisters, Ayu rahmaniah, Sri Wahyuni, semoga Allah membalas tiap

doa dan motivasi yang kalian berikan.

15. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana dan PPK Universitas Negeri

Padang: Konselor Addahri, Konselor Wahyu, Konselor Muklis, Koselor

Hafitz, Konselor Jeki, Rici, bang Hendri, Konselor Nia, Konselor Woro,

Konselor Rofi, Konselor Dosi, Konselor Hengki dan teman-teman lainnya

untuk dukungan, perhatian, semangat serta ide-ide yang telah diberikan dalam

penulisan tesis ini.

Semoga Allah memberikan balasan untuk segala bantuan yang telah

diberikan kepada peneliti dengan imbalan pahala yang berlipat ganda. Harapan

peneliti semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Padang, Februari 2013

Peneliti

viii

6

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ................................................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................. iv

PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ............................................... v

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ............................................................................... 1

B. IdentifikasiMasalah ....................................................................... 7

C. PembatasanMasalah ...................................................................... 7

D. PerumusanMasalah ....................................................................... 7

E. TujuanPenelitian ........................................................................... 8

F. ManfaatPenelitian ......................................................................... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. LandasanTeori

1. BimbinganKelompok .............................................................. 10

a. PengertianBimbinganKelompok ....................................... 10

b. TujuanBimbinganKelompok ............................................. 11

c. FungsiBimbinganKelompok ............................................. 13

d. DinamikaKelompokdalamBimbingan

Kelompok ................................................................................ 13

ix

7

e. PerananPemimpinKelompokdanAnggota

Kelompok ................................................................................ 14

f. Tahap-TahapPelaksanaanBimbingaKelompok ................. 16

g. EvaluasiKegiatanLayananBimbingan

Kelompok ................................................................................ 23

h. Tekhnik-TekhnikDalamBimbinganKelompok ................. 24

i. BimbinganKelompok Yang Efektif .................................. 25

2. Self Efficacy ............................................................................ 29

a. DefinisiSelf Efficacy .......................................................... 29

b. MaknaSelf Efficacy ........................................................... 31

c. Aspek-AspekSelf Efficacy ................................................. 33

d. DimensiSelf Efficacy ......................................................... 35

e. Proses Self Efficacy .......................................................... 38

f. PengaruhSelf EfficacyPadaTingkahLaku .......................... 40

g. Self Efficacydalambimbingankelompok ............................ 43

B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 44

C. KerangkaPikir ............................................................................... 45

D. Hipotesis ........................................................................................ 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. JenisPenelitian ............................................................................. 49

B. SubjekPenelitian .......................................................................... 55

C. Definisi Operasional.................................................................... 58

D. Pengembangan Instrumen ........................................................... 60

E. TeknikPengumpulan Data ........................................................... 66

F. TeknikAnalisis Data .................................................................... 67

G. PelaksanaanEksperimen .............................................................. 68

x

8

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 77

1. Hasil Pretest Self efficacy...................................................... 77

2. Hasil PosttestSelf efficacy ..................................................... 79

3. Deskripsi Data Hasil Post Test self efficacy Kelompok

eksperimen ............................................................................ 80

4. Deskripsi Data HasilPretest danPosttestSelf Efficacy

KelompokKontrol ....................................................................... 82

5. HasilDimensi Pretest dan Posttest kelompok

eksperimendankontrol ................................................................. 84

B. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 87

C. Pembahasan ................................................................................. 93

D. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 97

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 98

B. Implikasi ...................................................................................... 99

C. Saran ............................................................................................ 99

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................100

xi

9

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. DaftarNamaAnggotaKelompok ..............................................................57

2. RancanganKegiatanBimbinganKelompok ..............................................59

3. Blue Print InstrumenSelf Efficacysiswa ..................................................61

4. PedomanSkoring .....................................................................................62

5. ValiditasButirInstrumenSelf Efficacy ......................................................65

6. JadwalKegiatanBimbinganKelompok ....................................................71

7. RekapitulasiPenilaianSegeraAnggotaKelompokEksperimen .................75

8. KondisiSelf Efficacy (Pretest)Masing-masingSiswa

KelompokEksperimendanKelompokKontrol ................................................78

9. DistribusiNilai Mean PadaKelompokEksperimen ..................................78

10. KondisiSelf Efficacy (Posttest) Masing-masing

SiswaKelompokEksperimendanKelompokKontrol ......................................79

11. DistribusiNilai Mean padaKelompokEksperimendanKontrol

PadaTahapPosttest .......................................................................................80

12. KondisiSelf EfficacyKelompokEksperimenPree test dan post test .........81

13. KondisiSelf EfficacyKelompokKontrolPree test dan post test ................83

14. HasilSelf efficacyKelompokEksperimenMasing-masing

DimensiPretestdanPosttest ...........................................................................85

15. HasilSelf efficacyKelompokKontrolMasing-masing

DimensiPretestdanPosttest ...........................................................................86

16. HasilanalisisWicoxon’s Signed Ranks Test Perbedaan

Self EfficacypadaPretest danPosttest KelompokEksperimen ......................88

17. ArahPerbedaaanPretest danPosttestSelf EfficacyKelompok

Eksperimen. ...................................................................................................89

18. HasilanalisisWilcoxon Signed Rank Test Perbedaan Self Efficacy

antaraPretest danPosttest KelompokKontrol ................................................90

xii

10

19. ArahPerbedaaanPretest danPosttestSelf EfficacyKelompok

Kontrol. .........................................................................................................91

20. HasilAnalisisKolmogorov-Smirnov 2 Independent Samples

Posttest Variable Self Efficacy KelompokEksperimendan

KelompokKontrol..........................................................................................92

xiii

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. TahapPembentukanKelompok ................................................................17

2. TahapPeralihanBimbinganKelompok .....................................................18

3. TahapKegiatanBimbinganKelompok ......................................................20

4. TahapPenyimpulanBimbinganKelompok ...............................................21

5. Tahap Pengakhiran Bimbingan Kelompok .............................................22

6. KerangkaPikir .........................................................................................46

7. RancanganPenelitian The Non Equivalent Countrol Group ...................50

8. Diagram BatangHasilPre testdanPost- testSelf Efficacy

KelompokEksperimen ...................................................................................82

9. Diagram BatangHasilPre testdanPost- testSelf Efficacy

KelompokKontrol .........................................................................................84

xiv

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. UjiValiditasdanRealibilitasInstrumen .....................................................104

2. InstrumendanLaiseg ................................................................................111

3. SatlandanMateri ......................................................................................120

4. NilaiPre testdanPost test .........................................................................151

5. UjiHipotesis ............................................................................................157

6. DaftarHadir .............................................................................................161

7. SuratIzinPenelitian ..................................................................................168

8. Dokumentasi ...........................................................................................171

xv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan

yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri berdasarkan kemampuan dan

kesempatan yang ada. Pendidikan merupakan tonggak dari bentuk pribadi manusia

dan prilaku manusia, karena dengan pendidikan inilah manusia dibentuk dan

dididik sesuai dengan kebenaran yang berlaku di dalam kehidupan ini.

Jika merujuk kepada tujuan pendidikan maka sebenarnya pendidikan

seharusnya mampu menciptakan seorang individu yang bukan saja cerdas secara

intelektual namun juga cerdas secara emosional dan spiritual. Hal ini sesuai

dengan yang tercantum pada undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20

tahun 2003, Bab 2 pasal 3 bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa seyogyanya pendidikan dapat

menciptakan individu yang utuh yaitu individu yang dapat mengembangkan

potensi yang dimiliki agar dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan bangsa.

2

Bimbingan dan konseling yang merupakan pendidikan, memiliki peran

yang sangat penting untuk dapat membantu terciptanya tujuan pendidikan itu

sendiri, karena konselor yang juga merupakan salah satu pendidik memiliki peran

yang sangat penting dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh

peserta didik, sehingga peserta didik mampu memberdayakan segenap potensi

yang ada pada dirinya untuk dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Selain itu

pendidik juga memiliki kewajiban untuk membantu peserta didik ketika

mengalami masalah-masalah dalam mengembangkan kemampuan yang

dimilikinya.

Guru BK atau konselor sebagai pendidik setidaknya memiliki lima fungsi

yang harus dikerjakan untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada peserta

didik antara lain yaitu fungsi pencegahan, fungsi pengembangan, fungsi perbaikan,

fungsi pemeliharaan dan fungsi advokasi (Yusuf, 2009:29). Dari keterlaksanaan

fungsi ini dapat dievaluasi hasil yang memang diharapkan dari hasil yang

diperoleh siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.

Jika mengkaji tugas dan peranan guru BK atau konselor yang terdapat

dalam peraturan menteri pendidikan nasional No. 27 tahun 2008 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, tugas guru BK atau konselor

adalah untuk mendukung perkembangan pribadi para pelajar sesuai dengan

kebutuhan, bakat, minat dan kepribadian mereka. Khususnya untuk membantu

peserta didik memahami dan mengevaluasi informasi dunia kerja dan membuat

pilihan-pilihan terkait pekerjaan. Bimbingan konseling sendiri adalah pelayanan

3

bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar

mampu mandiri dan berkembang secara optimal.

Dalam pemberian layanan untuk meningkatkan kemandirian dan

mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal, terdapat salah satu

layanan yang dalam bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan dasar

yang harus mampu dilaksanakan oleh seluruh guru BK atau konselor yaitu layanan

bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok sendiri bertujuan untuk

memungkinkan siswa secara bersama memperoleh berbagai bahan dari nara

sumber (terutama guru BK) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik

sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat

(Sukardi, 2003: 48).

Sejalan dengan hal tersebut Juntika (2005:17) mamaparkan bahwa

layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya

masalah atau kesulitan pada diri konseli. Sehingga dapat dipahami bahwa

pelayanan bimbingan kelompok ini lebih menekankan kepada aspek pencegahan

dalam menghadapi permasalahan.

Oleh sebab itu sudah seharusnya seorang guru BK/konselor mampu

dengan baik untuk melaksanakan layanan bimbingan kelompok dalam

kegiatannya. Dengan dilaksanakannya bimbingan kelompok diharapkan peserta

dapat mengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi

menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta

aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan

4

potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang

dimiliki.

Bimbingan kelompok sendiri diduga akan menjadi primadona dari

layanan-layanan yang lain karena menekankan aspek dinamika kelompok yang

memiliki semangat yang tinggi, kerjasama yang lancar dan mantap, serta adanya

saling mempercayai diantara anggota-anggotanya. Apabila anggota merasa bahwa

kelompok itu baik maka setiap anggota kelompok akan sangat mudah mematuhi

peraturan dan norma-norma yang telah tetapkan nantinya.

Kajian peneliti sendiri meliputi fenomena di lapangan yang didapat

melalui observasi dan wawancara pra-penelitian kepada guru BK pada tanggal 2

Agustus 2012 di SMA Yasmida Ambarawa Pringsewu Lampung, didapatkan

permasalahan rendahnya aspek self-efficacy yang dimiliki siswa. Hal ini dapat

terlihat dari kurang adanya keyakinan diri siswa terkait permasalahan belajar dan

sosial. Siswa terkadang merasa tidak mampu terhadap suatu mata pelajaran tanpa

adanya usaha untuk memperbaiki diri. Diperoleh pemahaman bahwa siswa

sebenarnya mampu namun mereka kurang yakin dengan apa yang mereka miliki.

Begitu juga dalam hal sosial, siswa memiliki rasa minder jika mereka dihadapkan

dengan perlombaan atau kegiatan yang melibatkan sekolah lainnya. Peneliti

menyimpulkan bahwa self efficacy yang ada pada diri siswa merupakan salah satu

aspek self-knowledge atau pengetahuan tentang diri yang mengalami gangguan.

5

Bandura (dalam Ghufron, 2010:73) menyatakan bahwa self efficacy

adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas

atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Jadi self efficacy

menekankan kepada aspek keyakinan diri dalam melakukan tugas dan tindakan

dimana seharusnya siswa dapat melakukan sebuah tindakan dari apa yang

dimilikinya.

Selanjutnya Bandura (dalam Ghufron, 2010:75) mengatakan bahwa

efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan,

keyakinan atau harapan tentang sejauhmana individu memperkirakan kemampuan

dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Self efficacy tidak berkaitan dengan kecakapan

yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang

dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapapun besarnya.

Efikasi diri menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki

seseorang dalam mengahadapi situasi yang akan datang yang mengandung

kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan. Seseorang

yang memiliki self efficacy yang baik, akan merasa dirinya selalu siap dan sigap

dalam menyelesaikan permasalahan tanpa adanya keraguan tentang keadaan diri.

Dia tidak akan memikirkan dirinya dengan orang lain, namun meyakini dirinya

mampu seperti orang lain.

6

Pengunaaan layanan bimbingan kelompok penting diberikan dengan

pemahaman bahwa menurut Bandura (dalam Friedman, 2008:283) self efficacy

dapat ditingkatkan dengan mengunakan 4 hal yaitu pengalaman keberhasilan,

pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan kondisi fisiologis, oleh sebab itu

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dirasakan mampu untuk dapat

menfasilitasi peningkatan self efficacy peserta didik. Dikarenakan dalam

bimbingan kelompok pembahasannya dapat mencakup keempat hal tersebut.

Bimbingan kelompok sebagai salah satu layanan dasar pada bimbingan

dan konseling sering tidak dapat dipergunakan oleh guru BK sebagai layanan yang

mampu meningkatkan kemampuan siswa sebagaimana fungsinya. Hal ini dilatar

belakangi banyak hal, baik dari segi kemampuan guru BK, waktu pelaksanaan,

hingga efektivitas hasil yang ingin dicapai. Peneliti berpendapat bahwa dengan

penelitian ini dapat diperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi guru

tentang hasil dari layanan bimbingan kelompok.

Berdasarkan fakta yang ada di lapangan tersebut maka peneliti mencoba

untuk menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan

kemampuan siswa, khususnya dalam upaya meningkatkan self efficacy. Inilah inti

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, sehingga peneliti mengambil judul

“Efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan self efficacy siswa

kelas XI SMA Yasmida Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran

2012/2013.

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai

masalah penelitian yang berkaitan dengan layanan bimbingan kelompok dalam

meningkatkan self efficacy antara lain:

1. Siswa kurang memiliki keyakinan terhadap keadaan diri

2. Siswa kurang memiliki rasa mampu mengerjakan tugas

3. Siswa kurang memiliki semangat untuk terus maju

4. Siswa kurang memiliki komitmen dalam diri

5. Belum ada usaha yang efektif untuk meningkatkan self efficcay

6. Belum digunakannya layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan Self

efficacy

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini,

maka permasalahan dalam penelitian ini terfokus, dibatasi dan diarahkan pada

efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan self efficacy siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan

kelompok efektif meningkatkan self efficacy siswa, yang dijabarkan sebagai

berikut:

8

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa kelompok

eksperimen sebelum (pretest) dan setelah (posttest) diberikan perlakuan layanan

bimbingan kelompok?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa kelompok

kontrol sebelum (pretest) dan setelah (posttest) tanpa perlakuan layanan

bimbingan kelompok?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara self efficacy siswa kelompok

eksperimen, dengan siswa kelompok kontrol sesudah mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan

keefektifan layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan self efficacy siswa

SMA Yasmida Ambarawa.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengungkapkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Perbedaan self efficacy siswa kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan

setelah (posttes) diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok.

2. Perbedaan self efficacy siswa kelompok kontrol pada sebelum (pretest) dan

setelah (posttest) siswa tanpa perlakuan layanan bimbingan kelompok.

3. Perbedaan self efficacy antara siswa kelompok eksperimen yang diberikan

perlakuan layanan bimbingan kelompok, dengan siswa kelompok control yang

tidak diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok.

9

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan teori dalam pengembangan layanan bimbingan konseling pada

bidang diagnostik kesulitan belajar siswa dan dapat dijadikan sumber informasi

pendidikan dalam penerapan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru BK/Konselor

Bahan masukan bagi Musyawarah Guru Pembimbing (MGP) baik dalam

penyusunan program pelayanan BK, maupun sebagai solusi dari permasalahan

salah satunya berkenaan dengan self efficacy.

b. Bagi peserta didik

Setelah mengikuti bimbingan kelompok siswa menjadi termotivasi untuk

meningkatkan self efficacy, juga mengembangkan sikap terbuka, belajar untuk

mempercayai kemampuan diri sendiri.

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Bimbingan kelompok

Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di

dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok

merupakan media efektif bagi anggota kelompok dalam

mengembangkan aspek-aspek positif ketika mengadakan komunikasi

antar pribadi dengan orang lain.

Menurut Prayitno (2012:149), yang dimaksud dengan layanan

bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang mengaktifkan

dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi

pengembangan pribadi yang menjadi peserta kegiatan kelompok.

Kemudian Hartinah (2009:6) mendefinisikan bahwa Bimbingan

kelompok merupakan kegiatan bimbingan yang diberikan kepada

kelompok individu yang mengalami masalah yang sama dengan

memanfaatkan dinamika kelompok.

Menurut Rusmana (2009:13) bimbingan kelompok adalah:

Proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana

kelompok yang memungkinkan anggota untuk belajar

berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya

pengembangan wawasan, sikap, dan atau keterampilan yang

diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau

dalam upaya pengembangan pribadi.

11

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan

kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling

mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan

sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-

informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai

perkembangan yang optimal.

b. Tujuan Bimbingan kelompok

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok memiliki tujuan

dalam hal pengembangan diri. Menurut Amti (2004:108) bahwa

tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus. Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk

membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur

kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing

anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam

kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang

menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:

(1) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan

teman-temannya, (2) Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam

kelompok, (3)Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama

teman-teman dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok

pada umumnya, (4) Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri

12

dalam kegiatan kelompok, (5) Melatih siswa untuk dapat bersikap

tenggang rasa dengan orang lain, (6) Melatih siswa memperoleh

keterampilan sosial, (7) Membantu siswa mengenali dan memahami

dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.

Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok seperti yang

dikemukakan oleh Prayitno (1995:178), adalah sebagai berikut:

1) Mampu berbicara di depan orang banyak

2) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan,

perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak.

3) Belajar menghargai pendapat orang lain,

4) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

5) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak

kejiwaan yang bersifat negatif).

6) Dapat bertenggang rasa

7) Menjadi akrab satu sama lainnya,

8) Membahas masalah atau topik-topik umum yang

dirasakan atau menjadi kepentingan bersama

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk

memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai

bahan dari nara sumber (terutama guru BK) yang bermanfaat untuk

kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,

anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003:48).

Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan

diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi, menerima

pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta

aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat

mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku

komunikasi antarpribadi yang dimiliki.

13

c. Fungsi Bimbingan kelompok

Fungsi Bimbingan Kelompok Menurut Sukardi (2000:48)

layanan bimbingan kelompok itu mempunyai tiga fungsi (1) fungsi

informatif, (2) fungsi pengembangan, (3) fungsi Preventif dan kreatif.

Fungsi pertama dan kedua dilaksanakan melalui kegiatan home room,

sedangkan fungsi ketiga, digunakan untuk keperluan terapi masalah-

masalah psikologi seperti psikodarama, atau sosiodrama untuk

keperluan terapi masalah atau konflik sosial.

Berdasarkan pendapat ahli di atas layanan bimbingan kelompok

yang akan digunakan untuk membahas masalah self efficacy, yang

dapat berfungsi untuk pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan

pengembangan.

d. Dinamika Kelompok dalam Bimbingan kelompok

Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok ini merupakan

ciri khas yang membedakan dengan kegiatan kelompok pada proses

pembelajaran. Dinamika kelompok menurut Cartwright dan Zender

(dalam Hartinah, 2009:63) mendeskripsikan sebagai suatu bidang

terapan yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

sifat atau ciri kelompok serta hukum perkembangan inteleraksi dengan

anggota, kelompok lain dan lembaga-lembaga yang lebih besar.

Dinamika kelompok sebagai kekuatan operasional suatu kelompok

akan memicu adanya proses kelompok dalam melakukan pertukaran

semangat dan interaksi di antara anggota dan pemimpin kelompok.

14

Woodworth (177:1918) menyatakan bahwa dilihat dari sudut

pandang yang sehat, tidak ada perilaku manusia yang lebih menarik

dan penting dari perilaku kelompok yang besar ataupun kecil. Hal ini

menekankan bahwa perilaku manusia lebih efektif jika dilakukan

secara berkelompok baik besar ataupun kecil.

Selanjutnya Bonner mendefinisikan dinamika kelompok sebagai

berikut:

We can now define group dynamics as that division of social

psychology which investigates the formation and change

of the structure and function of the pasychological

grouping of people into self-directing wholes. ( Bonner,

1959:5)

Kita sekarang dapat menentukan dinamika kelompok

sebagai yang pembagian psikologi sosial yang

menyelidiki pembentukan dan perubahan struktur dan

fungsi pengelompokan pasychological orang ke diri

mengarahkan keutuhan. (Bonner, 1959: 5).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok yang dijiwai oleh

dinamika kelompok dapat menentukan gerak arah pencapaian tujuan

penelitian. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk mencapai tujuan

bimbingan kelompok.

e. Peranan Pemimpin Kelompok dan Anggota Kelompok

Dinamika kelompok yang tercipta dalam proses bimbingan

kelompok menggambarkan hidupnya suatu kegiatan kelompok.

Hangatnya suasana atau kakunya komunikasi yang terjadi juga

tergantung pada peranan pemimpin kelompok. Oleh karena itu

15

pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa

para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan

bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno

(1995:35-36) bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:

1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan,

pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap

kegiatan kelompok. Campur yang ini meliputi, baik hal-

hal yang bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang

mengenai proses kegiatan itu sendiri.

2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana

yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan

anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.

Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan

perasaan yang dialami itu.

3. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah

yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu

memberikan arah yang dimaksudkan itu.

4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan

(umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam

kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan

kelompok.

5. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan

mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok,

pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai

dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan.

Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak

sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam

kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang

atau lebih anggota kelompok sehingga ia mereka itu

menderita karenanya.

6. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan

segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di

dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin

kelompok.

16

Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga

didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak

akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok

tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan

badan dan jiwa kelompok tersebut.

Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan

yang dimainkan para anggota kelompok adalah:

1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam

hubungan antaranggota kelompok.

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri

dalam kegiatan kelompok.

3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu

tercapainya tujuan bersama

4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha

mematuhinya dengan baik.

5) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam

seluruh kegiatan kelompok.

6) Mampu berkomunikasi secara terbuka

7) Berusaha membantu anggota lain.

8) Memberi kesempatan anggota lain untuk juga

menjalankan peranannya.

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

f. Tahap-tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok berlangsung melalui lima tahap. Menurut

(Prayitno, 2012:172) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap melibatkan

diri atau proses memasuki diri ke dalam kehidupan kelompok.

Variasi dalam hal jenis kelamin, unsur pendidikan dan pengalaman

menjadi pertimbangan dalam pembentukan kelompok. Pada tahap

17

ini juga tempat duduk peserta kelompok diatur dengan membentuk

sebuah lingkaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat melihat

satu sama lainnya secara langsung. Pola keseluruhan pada tahap

ini, termasuk tema, tujuan, kegiatan dan peranan pemimpin

kelompok, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Tahap Pembentukan Kelompok

2. Tahap Peralihan

Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok

sudah mulai tumbuh, kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih

jauh oleh pemimpin kelompok menuju kegiatan kelompok

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan 2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka 3. Membantu dan penuh empati menampilkan penghormatan kepada orang

lain, hangat, tulus, bersedia 4. Sebagai contoh atau model

18

sebenarnya. Untuk itu perlu dilakukan tahap peralihan sebelum

melangkah lebih jauh ke tahap kegiatan. Pada tahap ini pemimpin

kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam

kelompok. Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah

para anggota sudah siap memulai kegiatan. Tahap peralihan

merupakan “jembatan” antara tahap pembentukan dan kegiatan.

Adakalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar,

artinya para anggota kelompok dapat memesuki tahap kegiatan

dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Namun, adakalanya juga

jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota

kelompok enggan memasuki tahap kegiatan yang merupakan tahap

sebenarnya. Adapun pola tahap peralihan secara keseluruhan

digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 2. Tahap Peralihan Bimbingan Kelompok

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

2. Tidak menggunakan cara-cara yang bersifat langsung atau

mengambil alih kekuasaannya

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan

4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati

19

3. Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari

kelompok. Namun kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini

amat tergantung pada hasil dari kedua tahap sebelumnya. Jika

tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga

itu kemungkinan besar akan berlangsung dengan lancar. Pada tahap

ketiga ini ada topik tugas dan ada topik bebas. Topik bebas

dikemukakan oleh anggota kelompok dan topik tugas ditentukan

oleh pemimpin kelompok. Dalam penelitian ini akan digunakan

satu topik saja, yaitu topik tugas. Seluruh peserta kelompok

berperan aktif dan terbuka mengemukakan pikiran dan

pendapatnya terkait topik yang dibahas dalam kelompok. Pada

tahap ini, hubungan antar anggota kelompok tumbuh dengan baik

dan pada tahap ini topik dibahas secara mendalam, luas dan tuntas.

Sehingga wawasan, pengetahuan, dan nilai yang tertanam dalam

diri tiap anggota kelompok semakin baik. Setiap anggota kelompok

dilatih berfikir kritis, analisis, sistematis, dan logis, sehingga di

dalam diri para anggota kelompok tertanam tekad untuk

mengaplikasikan segala yang baik yang didapat dari hasil bahasan

dalam bimbingan kelompok. Pola keseluruhan tahap ketiga,

digambarkan secara keseluruhan dalam bagan di bawah ini :

20

Gambar 3. Tahap Kegiatan Bimbingan Kelompok

4. Tahap Penyimpulan

Tahap penyimpulan yaitu tahapan untuk melihat kembali apa

yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Peserta

kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan

pembahasan yang baru saja mereka ikuti.

Pola keseluruhan tahap keempat, dapat digambarkan sebagai

berikut :

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka

2. Aktif tetapi tidak banyak bicara

3. Memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

21

Gambar 4. Tahap Penyimpulan Bimbingan Kelompok

5. Tahap Pengakhiran

Tahap pengakhiran ini adalah tahap yang harus terjadi pada

saat yang dianggap tepat. Pada tahap ini dibahas terkait frekuensi

pertemuan kelompok dan juga pembahasan keberhasilan kelompok.

Dalam pembahasan frekuensi pertemuan, hendaknya dibahas

tentang kapan dan berapa kali pertemuan akan dilakukan.

Sedangkan pada pembahasan keberhasilan kelompok, hendaknya

terfokus pada komitmen anggota kelompok. Seperti yang

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas

keikut sertaan anggota

3. Penuh rasa persahabatan dan empati.

22

dikemukakan oleh Prayitno (1995 :58), bahwa: “Ketika kelompok

memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya

berpusat pada pembahasan dan penjelajahan tetang apakah anggota

kelompok mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam

kehidupan mereka sehari-hari”. Pola keseluruhan tahap keempat,

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Tahap Pengakhiran Bimbingan Kelompok

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas

keikut sertaan anggota

3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut

4. Memimpin Doa Syukur.

23

g. Evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok

Penilaian atau evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok

diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang

dirasakan kegunaanya oleh anggota. Penilaian kegiatan bimbingan

kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar

cek, maupun daftar isian sederhana (Prayitno, 1995:81). Setiap

pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta

anggota kelompok untuk mengungkapkan perasaannya, pendapatnya,

minat, dan sikapnya tentang sesuatu yang telah dilakukan selama

kegiatan kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu

anggota kelompok juga diminta mengemukakan tentang hal-hal yang

paling berharga dan sesuatu yang kurang disenangi selama kegiatan

berlangsung.

Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan

bimbingan kelompok ini bertitik tolak bukan pada kriteria “benar atau

salah”, tetapi berorientasi pada perkembangan, yakni mengenali

kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri anggota

kelompok. Prayitno (1995:81) mengemukakan bahwa penilaian

terhadap layanan bimbingan kelompok lebih bersifat “dalam proses”,

hal ini dapat dilakukan melalui:

1) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama

kegiatan berlangsung.

2) Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang

dibahas

24

3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota

kelompok, dan perolehan anggota sebagai hasil dari

keikutsertaan mereka.

4) Mengungkapkan minat dan sikap anggota kelompok

tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.

5) Mengungkapkan tentang kelancaran proses dan suasana

penyelenggaraan layanan.

h. Teknik-teknik dalam bimbingan kelompok

Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995:78) bahwa

teknik-teknik dalam bimbingan kelompok adalah sama dengan teknik

yang digunakan dalam konseling perorangan. Hal tersebut memang

demikian karena pada dasarnya tujuan dan proses pengembangan

pribadi melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling

perorangan adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada proses

interaksi antarpribadi yang lebih luas dalam dinamika kelompok pada

bimbingan kelompok.

Dalam penelitian ini tekhnik dalam bimbingan kelompok yang

akan dilaksanakan diarahkan pada teknik psikososial yang

dikembangkan oleh bandura yaitu Modelling. Tekhik ini diambil

berdasarkan pendapat pendapat Bandura (1997:99) menyebutkan

bahwa mastery model dapat dilakukan untuk meningkatkan

kepercayaan Self Efficacy. Pangamat bisa belajar dari apa yang

ditunjukan oleh model.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Alwisol

(2004:366) yang menyatakan bahwa Modelling bukan hanya

menghasilkan respon baru namun juga Vicarius Extinction

(pelenyapan tak langsung) terhadap respon negatif yang dimiliki oleh

seseorang pada awalnya

25

i. Bimbingan Kelompok yang Efektif

Bimbingan kelompok merupakan suatu sistem yang terdiri dari

komponen yang saling berkaitan. Dapat terlaksana secara efektif dan

efisien jika semua komponen dalam sistem tersebut mengarah pada

perubahan dan pada sesuatu yang positif. Komponen sistem dalam

bimbingan kelompok menurut Wibowo (2005:189) adalah:

“Variabel raw input (siswa/anggota kelompok);

instrumental input (konselor, program, tahapan dan sarana);

envimental input (norma, Tujuan dan lingkungan); proses

atau perantara (interaksi, perlakuan kontrak perilaku yang

disepakati akan diubah dan dinamika kelompok); output

yaitu berkenaan dengan perubahan perilaku atau

penguasaan tugas-tugas”.

Komponen-komponen sistem dalam bimbingan kelompok

tersebut adalah:

1. Raw Input

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam

bimbingan kelompok. Raw Input dalam bimbingan kelompok

adalah siswa. Karena bimbingan kelompok sifatnya

pengembangan dan topik yang dibahas merupakan topik-topik

umum, maka siapapun dapat menjadi anggota kelompok. Berikut

ini beberapa pertimbangan dalam membentuk suatu kelompok

bimbingan kelompok adalah (Prayitno, 1995:30):

a) Jenis kelompok, untuk Tujuan-tujuan tertentu mungkin

diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah

anggota yang seimbang antara laki-laki dan perempuan,

atau mungkin juga semua jenis kelamin anggota sama.

26

b) Umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik

dikembangkan dalam kelompok-kelompok dengan

anggota seumur.

c) Kepribadian, keragaman atau keseragaman dalam

kepribadian anggota dapat membawa keuntungan atau

kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu

amat besar, maka komunikasi akan terganggu dan

dinamika kelompok juga kurang hangat.

d) Hubungan awal, keakraban dapat mewarnai hubungan

dalam anggota kelompok yang sudah saling bergaul

sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan

dilaksanakan oleh para anggota yang belum saling kenal.

Untuk kelompok tugas mungkin anggota yang seragam

akan menyelesaikan tugas lebih baik. Sebaliknya, bagi

kelompok bebas, khususnya dengan tujuan kemampuan

hubungan sosial dengan orang-orang baru, anggota

kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.

2. Instrumental Input

Konselor (pemimpin kelompok), program, dan tahapan, dan

sarana merupakan instrumental input bimbingan kelompok.

Konselor atau pemimpin kelompok harus menguasai

keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya

proses bimbingan kelompok yang efektif. Diantaranya pemimpin

kelompok mampu melaksanakan teknik umum dengan istilah

“3M” Mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan

merespon secara tepat dan positif. Program kegiatan selayaknya

dikembangkan sesuai kebutuhan siswa, kondisi objektif sekolah,

perkembangan yang terjadi di masyarakat, serta keterampilan

dankemampuan konselor di sekolah yang bersangkutan

(Wibowo, 2005: 252).

27

3. Enviromental Input

Kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan

dengan lancar dan terarah, apabila terdapat norma kelompok.

Norma kelompok merupakan aturan yang dibuat, dan disepakati

serta digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu

lingkungan kondusif dalam kelompok juga perlu diciptakan

demitercapainya bimbingan kelompok yang efektif. Lingkungan

kondusif yang dimaksud adalah adanya suasana akrab dan hangat

yangmewarnai dinamika kelompok. Dinamika kelompok

merupakan interaksi dinamis antar anggota kelompok dan

pemimpin kelompok dalam kegiatan layanan bimbingan

kelompok.

4. Proses

Kegiatan layanan bimbingan kelompok terlihat hidup

apabila tercipta dinamika kelompok di dalamnya. Dinamika

kelompok dapat dimanfaatkan dalam proses interaksi antar

anggota dalam membahas topik yang disajikan, sehingga antar

anggota dapat terjalin rasa empati, keterbukaan, rasa positif,

saling mendukung dan merasa setara dengan anggota lain dalam

kelompok tersebut (Wibowo, 2005:154).

Oleh karena itu perlu diperhatikan pula peranan yang

hendaknya dimainkan oleh anggota maupun pemimpin

kelompok. Peran anggota dan pemimpin kelompok dapat dilihat

28

pada uraian dimuka. Agar proses bimbingan kelompok dapat

mencapai keberhasilan, perlu disediakan sarana pendukung yaitu

merupakan seperangkat alat bantu untuk memperlancar proses

bimbingan kelompok. Alat bantu tersebut antara lain ruangan,

tempat duduk dan perlengkapan administrasi lainnya

5. Output

Setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok

siswa diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang lebih

baik. Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kemampuan

verbal dan non verbal yang lebih baik. Selain itu siswa

diharapkan memiliki keterbukaan, rasa positif, empati, sikap

saling mendukung, dan memiliki rasa setara dan kebersamaan

yang tinggi.

Menurut Amti (1992:150) mengemukakan bahwa setelah

mengikuti kegiatan bimbingan kelompok diharapkan anggota

mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sebagai berikut:

a) Sikap, meliputi tidak mau menang sendiri, tidak gegabah

dalam berbicara, ingin membantu orang lain, lebih melihat

aspek positif dalam menanggapi pendapat teman-temannya,

sopan dan bertanggung jawab, menahan dan mengendalikan

diri, mau mendengar pendapat orang lain, dan tidak

memaksakan pendapatnya.

29

b) Keterampilan, meliputi mengemukakan pendapat kepada

orang lain, menerima pendapat orang lain dan memberikan

tanggapan secara tepat dan positif.

2. Self Efficacy

a. Definisi Self Efficacy

Menurut Bandura (dalam McElroy, 2002) mengemukakan bahwa

self efficacy adalah:

“Among those internal influences, self-efficacy, which is a

form of self-evaluation, describes how cognitive functioning

affects new behavior patterns. While self-esteem is related to

an individual’s perception of self-worth, self-efficacy refers to

an individual’s perception of competence and capability in

completing certain tasks”.

Kemudian Bandura (dalam Setiadi 2010:7) mengemukakan

bahwa “self efficacy beliefs are difened as eliefs in one’s capabilities to

organize and execute the course of action required to produce given

attainments.“

Self efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan individu

untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan

yang dianggap perlu sehingga mencapai suatu hasil sesuai harapan.

Diantara pengaruh-pengaruh internal self-efficacy merupakan bentuk

evaluasi diri yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap

kompetensi dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

Baron dan Byrne (dalam Ghufron, 2011:74) mendefinisikan self

efficacy adalah evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau

30

kompetensi dirinya untuk melakukan tugas, mencapai tujuan dan

mengatasi hambatan.

Self efficacy merupakan sebuah konsep untuk mengkategorikan

bagian teori yang lebih luas tentang berfikir. Self efficacy merupakan

“Penilaian isi khusus kompetensi dalam pembentukan tugas khusus”

yang meliputi kemampuan melakukan sesuatu dalam situasi berbeda

(Pajares dalam Setiadi, 2010:7).

Menurut Bandura (dalam Ghufron, 2011:75) mengatakan bahwa

self efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa

keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau

tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

Menurut Dale Schunk (dalam Setiadi, 2007:7) self efficacy

mempengaruhi peserta didik dalam memilih kegiatannya. Peserta didik

dengan self efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang

banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang,

sedangkan peserta didik dengan self efficacy yang tinggi mempunyai

keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugas yang menantang.

Sedangkan Gist dan Michell (dalam Ghufron, 2011:75)

mengatakan self efficacy dapat membawa pada perilaku yang berbeda

diantara individu yang memiliki kemampuan yang sama, karena self

31

efficacy mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan

kegigihan dalam berusaha.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan self efficacy

adalah suatu keadaan dimana seseorang yakin dan percaya bahwa

mereka berhasil melakukan sesuatu. Self efficacy sebagai pertimbangan

seseorang akan kemampunnya untuk mengorganisasikannya dan

menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang

diinginkan. Hal ini tidak tergantung pada jenis keterampilan atau

keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan dengan

keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan menyangkut sebarapa

besar usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa

lama ia akan bertahan. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri

menyebabkan seseorang terus berusaha sampai tujuannya tercapai.

Namun, apabila keyakinan akan kemampuannya diri tidak kuat,

seseorang cendrung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah.

b. Makna Self Efficacy

Menurut Maddux (dalam Setiadi 2010:19) mengemukakan

beberapa makna self efficacy, antara lain:

1. People are capable of symbolization that enable them to make

internal patterns of their expiriences, to develop different

courses of action, to predict the outcomes of the action, and to

transfer “complex ideas and experiences” to other people. 2.

In general behavioral is “goal-oriented” and anticipated or

predicted (or planned). 3. People have an ability to assess

their own thought and experiences or do self-reflection. 4.

People can regulate them selves by controlling their

behavioral and environment which has impacts on their

32

behavioral. 5. People learn different lessons from other

people’s behavior and take its effects into account. 6. The

above mentioned capibilities originate in “the evolution of

complex neuro-physikological mechanisms and struktures. 7.

Environmental processes, personal variables and human

behavior interplay each other.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa self efficacy memiliki makna

sebagai berikut

1) Self efficacy merupakan keterampilan yang berkenaan dengan apa

yang diyakini atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk

melakukan atau menyelesaikan sesuatu dengan keterampilan yang

dimilikinya dalam situasi atau kondisi tertentu. Biasanya terungkap

dari pernyataan “Saya yakin dapat mengerjakannya”.

2) Self efficacy bukan menggambarkan tentang motif (motive),

dorongan (drive), atau kebutuhan lain yang dikontrol. Hal ini dapat

dijelaskan dengan ungkapan, “Saya mempunyai kebutuhan yang

kuat untuk mengontrol domain tertentu dan masih mampu

memelihara keyakinan agar tidak lemah”.

3) Self efficacy ialah keyakinan seseorang tentang kemampuannya

dalam mengkoordinir, mengerahkan keterampilan dan kemampuan

dalam mengubah serta menghadapi situasi yang penuh dengan

tantangan.

4) Self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap apa yang mampu

dilakukannya.

5) Niat pada umumnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk

self efficacy.

33

6) Proporsi efficacy dalam domain harga diri (self esteem) secara

langsung proporsinya berperan penting dalam menempatkan diri

seseorang.

7) Self efficacy secara sederhana menggambarkan keyakinan

seseorang yang dapat melaksanakan atau menampilkan prilaku

produktif.

8) Self efficacy didefinisikan dan diukur bukan sebagai suatu ciri

tetapi sebagai keyakinan tentang kemampuan untuk mengkoordinir

berbagai keterampilan dan kemampuan mencapai tujuan yang

diharapkan, dalam domain dan kondisi atau keadaan khusus.

9) Self efficacy berkembang sepanjang waktu dan diperoleh melalui

suatu pengalaman. Perkembangannya dimulai pada masa bayi dan

berlanjut sepanjang hayat.

10) Self efficacy bukanlah semata-mata ramalan prilaku. Self efficacy

tidak berhubungan dengan “Saya percaya dengan apa yang akan

saya lakukan” tetapi berhubungan dengan “Saya percaya saya bisa

melakukan”.

c. Aspek-aspek Self Efficacy

Menurut Bandura (dalam Friedman 2008:283) terdapat empat

aspek yang dapat mengambangkan self efficacy, yaitu enactive mastery

experience, vicarious experience, verbal persuasion dan emotional

arousal.

34

1) Enactive Mastery Experience merupakan suatu pengalaman belajar

yang diperoleh melalui learning by doing atau experiental learning.

Menurut Bandura, enactive mastery experience merupakan salah

satu sumber yang memberikan kontribusi paling besar dalam

pembentukan self efficacy, karena aspek ini didasarkan pada

pengalaman-pengalaman keberhasilan pribadi. Pada saat individu

memperoleh suatu harapan untuk menguasai suatu hal akan

meningkat. Sebaliknya, kegagalan yang berulang akan menurunkan

harapan untuk menguasai suatu hal, apalagi jika kegagalan tersebut

dialami pada saat mengawali sesuatu yang baru. Besarnya self

efficacy yang terbentuk dalam diri individu bergantung pada:

a) Banyaknya kesuksesan dan kegagalan yang dialami;

b) Persepsi mengenai tingkat kesulitan;

c) Usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan;

d) Pengalaman yang diingat dan direkonstruksi oleh daya ingat;

e) Banyaknya bantuan eksternal, lingkungan dimana individu

berbeda.

2) Vicarious Experience merupakan penilaian mengenai mengenai

keyakinan diri sebagian diperoleh melalui hasil yang dicapai oleh

orang lain yang dijadikan sebagai model. Pengalaman belajar yang

diperoleh melalui pengamatan terhadap tampilan orang lain

(modeling) dan melalui kejelasan instruksi yang diberikan oleh

model.

3) Verbal Persuasion merupakan keyakinan akan kemampuan diri

yang diperoleh dari orang lain yang disampaikan secara lisan.

35

Keyakinan yang diperoleh melalui proses ini sifatnya lemah dan

untuk jangka waktu singkat. Selain itu, keyakinan yang diperoleh

melalui pertanyaan orang lain yang disampaikan secara terus

menerus, sehingga terbentuk keyakinan yang relatif menetap.

4) Emotional Arousal merupakan ambang ketergugahan emosi

seseorang dalam menghadapi suatu keadaan atau situasi tertentu.

Ambang ketergugahan emosi pada tingkat rendah membuat

individu mudah cemas ketika sedang menyelesaikan suatu masalah.

Semakin komplek masalah yang harus diselesaikan, ia akan

semakin cemas karena merasa tidak sanggup untuk

menyelesaikannya, sebaliknya apabila ambang ketergugahan emosi

seseorang tinggi maka ia tidak mudah terganggu ketika sedang

menghadapi suatu masalah. Ia akan tetap tenang dan berusaha

menyelesaikan dengan baik.

d. Dimensi Self Efficacy

Self efficacy seseorang sangat bervariasi dalam berbagai dimensi dan

berimplikasi bagi kinerja konselor. Menurut Bandura (dalam Ghufron

2011:80) membagi self efficacy menjadi tiga dimensi yang perlu

diperhatikan apabila hendak mengukur keyakinan diri seseorang, yaitu

dimensi tingkat (level), dimensi generalisasi (generality), dan dimensi

kekuatan (strength). Dimensi tingkat (level) menunjukkan keyakinan

individu terhadap kemampuannya untuk mengatasinya masalah dengan

derajat kesulitan yang berbeda-beda. Dimensi generalisasi adalah persepsi

kompetensi individu atas tingkat pencapaian keberhasilannya dalam

36

mengatasi tugas-tugas dalam kondisi tertentu, sedangkan dimensi kekuatan

adalah tingkat kuat atau lemehnya keyakinan (belief) individu mengenai

kompetensi diri yang dipersepsinya.

1) Dimensi tingkat (level)

Dimensi ini mengacu pada persepsi individu terhadap kompetensi

dirinya untuk menghasilkan suatu tingkah laku yang diukur melalui

tingkatan dari tuntutan tugas yang merepresentasikan variasi dari

kesukaran atau tantangan tugas. Tingkat tuntutan tugas dapat

diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepandaian/kecerdikan, usaha,

ketepatan, produktivitas, dan pengaturan diri (self regulation). Individu

dengan tingkat yang tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu

mengerjakan tugas-tugas yang sukar, sedangkan individu dengan

tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu

mengerjakan tugas-tugas yang mudah, akibatnya akan rentan terhadap

tekanan.

2) Dimensi generalisasi (generality)

Keyakinan terhadap kemampuan diri juga berbeda dalam

generalisasinya, artinya seseorang mungkin menilai keyakinan dirinya

untuk aktivitas-aktivitas yang luas atau hanya untuk bidang-bidang

tertentu saja. Dimensi ini dapat bervariasi dalam beberapa hal, seperti:

a) Derajat kesamaam aktivitas

b) Modal dimana kemempuan terlihat (tingkah laku, kognitif, afektif)

c) Kualitatif tampilan terhadap suatu situasi

Tingkat generalisasi yang tinggi akan membuat individu yakin akan

kompetensinya untuk melaksanakn tugas dalam berbagai situasi,

37

sedangkan individu dengan tingkat generalisasi rendah akan

menganggap dirinya hanya mampu melaksanakan tugas dalam situasi

tertentu.

3) Dimensi kekuatan (strength)

Pengalaman yang berulang dapat dengan mudah meniadakan

keyakinan terhadap kemampuan diri yang lemah. Individu yang

memiliki keyakinan (belief) yang kuat mengenai kemampuannya akan

mempertahankan usahanya meskipun menghadapi berbagai rintangan

dan kesulitan. Individu dengan tingkat kekuatan tinggi akan memiliki

keyakinan yang kuat akan kompetensi diri sehingga tidak mudah

menyerah atau frustasi dalam menghadapi rintangan dan memiliki

kecendrungan untuk berhasil lebih besar daripada individu dengan

kekuatan rendah. Individu dengan tingkat kekuatan randah cendrung

mudah terguncang oleh hambatan kecil dalam menyelesaikan tugas-

tugasnya.

Bandura (2006:307-319) dalam artikel yang berjudul Guide For

Constructing Self Efficacy Scales menegaskan bahwa pengukuran

ketiga dimensi tersebut diatas diduga paling akurat untuk menjelaskan

self efficacy seseorang karena bersifat spesifik dalam tugas dan situasi

yang dihadapinya. Seseorang dapat memiliki keyakinan yang tinggi

pada situasi tugas atau situasi tertentu, namun pada tugas atau situasi

yang lain mungkin berbeda. Self efficacy bersifat kontekstual, artinya

tergantung pada konteks yang dihadapi. Umumnya self efficacy akan

menghasilkan suatu tampilan yang baik berkenaan dengan keyakinan

tersebut.

38

e. Proses Self Efficacy

Self Efficacy sebagai suatu proses aktif menurut Bandura (1997:5)

meregulasikan peran manusia melalui empat proses dalam

kehidupannya yaitu :

1) Proses Kognitif

Banyak manusia itu didorong oleh pemikirnnya untuk

mencapai tujuan yang bernilai. Tujuan pribadi seseorang itu

dipengaruhi oleh penilaian diri atas kapabilitasnya. Semakin kuat

perasaan efikasi diri, semakin tinggi juga tantangan dalam mencapai

tujuan oleh orang tersebut dan semakin kokoh tujuan tadi bagi

mereka. Locke & Lathan (dalam Bandura,2007:7).

Maka dalam proses kognitif, manusia dihadapkan pada

bagaimana pemikirannya mampu menghadapi tentangan dan

masalah yang harus diselesaikan dalam mencapai tujuan. Dalam hal

ini lebih kepada bagaimana individu tersebut mampu menyelesaikan

tugas sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam mencapai tujuan.

2) Proses Motivasi

Self efficacy memiliki peran kunci dalam memotivasi

seseorang. Banyak manusia memotivasi dirinya berdasarkan

kemampuan kognitifnya. Orang memotivasi dirinya dan

mengarahkan tindakanya berdasarkan latihan yang ada pada dirinya.

Ada tiga bentuk dari proses motivasi dalam self efficacy yaitu :

39

a). Atribut sebab akibat

Atribut sebab akibat mendorong seseorang untuk dapat bersikap

dan bertindak. Seseorang yang diberikan hadiah yang

menghasilkan suatu sebab makan cendrung akan memiliki respon

yang lebih meningkat dibandingkan yang tidak diberikan hadiah.

b). Pengharapan akan hasil

Seseorang akan memikirkan hasil yang akan dihasilkan dari

perilaku yang dikerjakan untuk dapat menghasilkan motivasi yang

lebih tinggi. Hasil yang diinginkan akan membuat prilaku yang

ditunjukan meningkat baik dari kualitasnya maupun kuantitasnya.

c). Tujuan yang jelas

Motivasi mempengaruhi hasil ekspektasi kepercayaan yang

merupakan bagian yang dibangun oleh self efficacy sendiri.

Termasuk didalamnya kepuasan diri dan reaksi ketidak puasan

diri kepada satu performa karena dalam self efficacy untuk dapat

mencapai tujuan harus berdasarkan satu kemajuan. Self efficacy

berkontribusi untuk memotivasi melalui cara mereka menentukan

tujuan dirinya, seberapa banyak usaha yang telah mereka

laksanakan, seberapa mereka tekun dalam menghadapi kesulitan

dan kegagalan sebagai pendorongnya.

3). Proses Afektif

Semua orang percaya coping capability atau kemampuan

mengalihkan masalah efektif untuk mengatasai stress, depresi dan

40

ketakutan yang mereka alami. Self efficacy dalam latihan

pengontrol stress memiliki peras penting dalam mengoontrol

kecemasan. Oleh sebab itu individu yang memiliki self efficacy

yang tinggi mampu menghadapi munculnya ketakutan, stress, dan

depresi dalam dirinya.

4).Proses Seleksi

Manusia adalah produk dari lingkungan oleh karena itu self

efficacy bisa membentuk cara hidup manusia dari tipe aktivitas

dan lingkungan mana yang mereka pilih. Dalam hal ini kehidupan

dibentuk dari lingkunguan dan gaya hidup yang mereka pilih.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yang

cenderung mempengaruhi perkembangan kepribadian.

f. Pengaruh Self Efficacy Pada Tingkah Laku

Menurut Bandura (2004:1131) self efficacy akan mempengaruhi

bagaimana individu merasakan, berfikir, memotivasi diri sendiri, dan

bertingkah laku. Self efficacy atau kapabilitas yang dimiliki individu

akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberapa hal, seperti:

1) Tindakan Individu, self efficacy menentukan kesiapan individu

dalam merencanakan apa yang harus dilakukannya. Individu

dengan keyakinan diri tinggi tidak mengalami keragu-raguan dan

mengetahui apa yang harus dilakukannya.

2) Usaha, self efficacy mencerminkan seberapa besar upaya yang

dikeluarkan individu untuk mencapai tujuannya. Individu dengan

41

keyakinan terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha

maksimal untuk mengetahui jenis-jenis pendidikan dan karir yang

sesuai dengan minatnya dengan mengumpulkan informasi

mengenai karir. Individu dengan keyakinannya terhadap

kemampuan diri tinggi akan berusaha mencapai karir yang telah

dipilihnya.

3) Daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan

dan kegagalan, individu dengan self efficacy tinggi mempunyai

daya tahan yang kuat dalam menghadapi rintangan atau kegagalan,

serta dengan mudah mengembalikan rasa percaya diri setelah

mengalami kegagalan. Individu juga beranggapan bahwa

kegagalan dalam mencapai tujuan adalah akibat dari kurangnya

pengetahuan, bukan karena kurangnya keahlian yang dimilikinya.

Hal ini membuat individu berkomitmen terhadap tujuan yang ingin

dicapainya. Apabila individu telah memiliki pilihan karir yang

sesuai dengan minatnya, maka ia tidak akan mudah menyerah jika

menemukan hambatan dalam proses pencapaian tujuannya.

Individu akan menganggap kegagalan sebagai bagian dari proses,

dan tidak menghentikan usahanya.

4) Ketahanan individu terhadap keadaan tidak nyaman, dalam situasi

tidak nyaman, individu dengan self efficacy diri tinggi menganggap

sebagai suatu tantangan, bukan merupakan sesuatu yang harus

dihindari. Ketika individu mengalami keadaan tidak nyaman dalam

42

usaha untuk mencapai tujuan yang diminati, ia akan tetap berusaha

bertahan dengan mengabaikan ketidaknyamanan tersebut dan

berkonsentrasi penuh.

5) Pola pikir, situasi tertentu akan mempengaruhi pola pikir individu.

Individu dengan self efficacy tinggi, pola pikirnya tidak mudah

terpengaruh oleh situasi lingkungan dan tetap memiliki cara

pandang yang luas dari beberapa sisi. Cara pandang individu yang

luas memungkinkan individu memiliki alternatif pilihan karir yang

banyak dari bidang yang diminati.

6) Stres dan depresi, bagi individu yang memiliki self efficacy rendah,

kecemasan yang terbangkitkan oleh stimulus tertentu akan

membuatnya mudah merasa tertekan. Jika perasaan tertekan

tersebur berkelanjutan, maka dapat mengakibatkan depresi. Dalam

upaya memilih karir yang sesuai dengan minatnya, jika individu

menganggap realitas sulitnya jalur yang harus ditempuh, prospek

dunia kerja dimasa depan dan sebagainya sebagai sumber

kecemasan, dan individu meragukan kemampuannya, maka

individu akan menjadi lebih mudah tertekan.

7) Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan self

efficacy tinggi dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki serta mampu menentukan bidang karir atau

pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya tersebut.

43

g. Self efficacy dalam bimbingan kelompok

Baron dan Byrne (dalam Ghufron (2011) mendefinisikan self

efficacy adalah evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau

kompetensi dirinya untuk melakukan tugas, mencapai tujuan dan

mengatasi hambatan.

Dimana Menurut Bandura (dalam Friedman 2008: 283)

Terdapat empat aspek yang dapat mengambangkan self efficacy, yaitu

enactive masteryexperience, vicarious experience, verbal persuasion

dan emotional arousal. Bentuk vacarious experience merupakan

penilaian mengenai keyakinan diri sebagian diperoleh melalui hasil

yang dicapai oleh orang lain yang dijadikan sebagai model. Pengalaman

belajar yang diperoleh melalui pengamatan terhadap tampilan orang

lain (modeling) dan melalui kejelasan instruksi yang diberikan oleh

model. Sehingga diangap sesuai dengan pendekatan bimbingan

kelompok.

Sedangkan Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk

memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai

bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat

untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai

pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003:48).

Sehingga dapat diambil pemahaman bahwa pelayanan

bimbingan kelompok dinilai dapat meningkatkan self efficacy. Dengan

adanya bimbingan kelompok siswa diharapakan dapat memahami

44

keberhasilan dan pengalaman orang lain, dapat saling menguatkan

secara verbal dan dapat memahami kemampuan yang ada pada dirinya

sehingga self efficacy yang dimiliki dapat berkembang.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah kepustakaan, maka ditemukan beberapa penelitian

yang relevan dengan penelitian yang dilakukan tentang efektifitas layanan

bimbingan kelompok untuk meningkatkan self efficacy, diantaranya sebagai

berikut:

1. Suhartiwi (2009), meneliti tentang efektivitas layanan bimbingan

kelompok dalam meningkatkan self esteem dan motivasi belajar di SMA N

13 Padang. Penelitian ini mengungkapkan layanan bimbingan kelompok

efektif dalam meningkatkan self esteem dan motivasi belajar. Hal ini

dibuktikan dengan adanya perbedaan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen terhadap self esteem dan motivasi belajar siswa,

dimana siswa yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok self

esteem dan motivasi belajar lebih tinggi. Kaitannya dengan penelitian ini

adalah sama-sama menggunakan rancangan Pretest-posttest control group

design dengan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, dan bantuan pemecahan masalah menggunakan layanan

bimbingan kelompok. Kontribusi terhadap penelitian ini adalah melalui

layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan self efficacy.

2. Elida Prayitno (2001), meneliti tentang Keberhasilan Konseling

Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa SMU Memecahkan

Masalah Mereka. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kemampuan

memecahkan masalah siswa-siswi yang mengikuti Konseling Kelompok

45

lebih tinggi dari kemampuan memecahkan masalah siswa-siswi yang tidak

mengikuti Konseling kelompok. Kontribusi bagi penelitian yang

dilakukan adalah dengan menggunakan kelompok dapat membantu siswa

dalam meningkatkan self efficacy. Pada penelitian yang akan dilakukan,

peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok sebagai salah

satu solusi yang dapat digunakan untuk membantu permasalahan siswa

khususnya berkenaan dengan self efficacy.

3. Kathleen L. McElroy (2002), meneliti tentang faktor-faktor tingginya self

efficacy terhadap pekerja publik dan kesajahteraan anak. Dari penelitian

ini, mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy para

pekerja publik maka semakin sejahtera anak. Dari penelitian ini

menjeaskan bagaimana self efficacy memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap keberhasilan pekerjaan. Kaitanya dengan penelitian yang akan

dilaksanakan adalah tujuan dari penelitian ini siswa diharapkan mampu

dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada pada dirinya dengan sebaik-

baiknya jika self efficacy yang dimilikinya meningkat.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Variabel bebas adalah self efficacy. Sedangkan variabel

terikat adalah layanan bimbingan kelompok.

Pada usia remaja, perlu dibangun self efficacy yang tinggi, karena self

efficacy yang tinggi merupakan bagian yang terpenting dalam pencapaian

cita-cita atau masa depan. Dengan kata lain, jika anak memandang dirinya

tidak yakin, tidak berdaya dan hal-hal negatif lainnya maka ini akan

46

mempengaruhi anak dalam berusaha khususnya dalam pencapaian prestasi

dan meraih masa depan.

Untuk membantu siswa dalam merencanakan masa depannya maka

perlu ditingkatkan self efficacy. Pendekatan yang akan digunakan adalah

layanan Bimbingan Kelompok, karena secara spesifik, kelebihan layanan

bimbingan kelompok lebih menekankan pada dinamika kelompok. Semua

materi dan metode tersebut dipresentasikan lewat berbagai pengalaman

belajar secara terpadu dalam bentuk bimbingan kelompok, dan berusaha

menekankan pada proses berfikir rasional, dan sikap yang bertanggung, yang

dihubungkan dengan masalah self efficacy. Kemudian self efficacy hanya

dapat ditingkatkan dengan mengunakan 4 hal yaitu pengalaman keberhasilan,

pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan kondisi fisiologis yang sesuai

dengan metode bimbingan kelompok ini.

Self efficacy siswa diasumsikan dapat meningkat dengan diberikan

perlakuan bimbingan dengan terprogram. Hal ini akan memiliki perbedaan

jika dibandingkan dengan pemberian perlakuan yang biasanya sudah

diprograman disekolah. Karena pelaksanaan bimbingan kelompok yang

direncanakan ini akan menggunakan media dan materi yang menjurus pada

usaha peningkatan self eficacy siswa sehingga hasilnyapun akan jauh lebih

efektif.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah self efficacy dapat

ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan

kerangka berpikir penelitian yang dilakukan digambarkan sebagai berikut:

47

Gambar 6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, akan diuji keefektivitasan

layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan efficacy, dimana

keefektivan layanan bimbingan kelompok dilihat dari perbedaan antara self

efficacy sebelum perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, dengan menguji hasil post test dan pre test

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontol.

Hasil pre-test dan post-test dari masing-

masing kelompok dibandingkan

melalui teknik statistik

Uji Hipotesis

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

Siswa Kelas XI

Layanan Bimbingan

Kelompok

Diberikan post test

Meningkatkan Self efficacy

Mendapatkan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok

Diberikan pre test

Diberikan pre test

Mendapatkan

perlakuan berupa layanan yang diprogramkan di sekolah

Diberikan post test

48

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok

eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan perlakuan layanan

bimbingan kelompok (posttest).

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok kontrol pada pre-test dan post-test (tanpa perlakuan layanan

bimbingan kelompok).

3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok

eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok,

dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan layanan

bimbingan kelompok.

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang pengolahan

datanya dilakukan dengan metode statistik. Metode penelitian kuantitatif

dilakukan untuk memperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau

hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini metode

kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum

dilakukan tindakan (treatment) dan setelah dilakukan tindakan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui

akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi yang

dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada

individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini

dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang

diberikan secara sengaja oleh peneliti (Hasan, 2006:10). Sesuai dengan

tujuannya untuk mengetahui efek suatu perlakuan, maka penelitian

eksperimen ini merupakan penelitian yang bersifat prediktif, yaitu

meramalkan akibat dari suatu manipulasi teradap variabel terikatnya.

50

Dalam penelitian eksperimen, dibedakan pengertian antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Menurut Creswell (2010:236) kelompok

eksperimen adalah kelompok perlakuan yang diberi perlakuan berupa

variabel bebas, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok perlakuan

yang diberikan perlakuan yang sesuai dengan apa yang diprogramkan pada

layanan bimbingan konseling disekolah tersebut. Dalam garis besarnya, ada

tiga jenis desain eksperimen, yaitu :

a. Pra-eksperimen adalah eksperimen yang dilakukan dengan tanpa

melakukan pengendalian terhadap variabel-variabel yang berpengaruh.

Dalam penelitian ini yang diutamakan adalah perlakuan saja, tanpa ada

kelompok kontrol.

b. Eksperimen murni adalah eksperimen yang dilakukan dengan melakukan

pengendalian secara ketat variabel-variabel yang tidak dikehendaki

pengaruhnya (yang merupakan sumber invaliditas) terhadap variabel

terikat. Dalam penentuan sampelnya dilakukan randomisasi dan

dilakukan dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding

kelompok perlakuan. Desain eksperimen murni ini idealnya dilaksanakan

dalam suasana laboratorium.

c. Eksperimen kuasi, disebut pula eksperimen semu merupakan desain

eksperimen yang pengendaliannya terhadap variabel-variabel non-

eksperimental tidak begitu ketat, dan penentuan sampelnya dilakukan

dengan tidak randomisasi. Biasanya desain eksperimen kuasi ini

51

dilakukan karena desain eksperimen murni tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan.

Jenis desain eksperimen yang paling tepat untuk penelitian ini

adalah Quasi Experiment atau eksperimen semu, yaitu suatu desain

eksperimen yang memungkinkan peneliti mengendalikan variabel

sebanyak mungkin dari situasi yang ada. Desain ini tidak mengendalikan

variabel secara penuh seperti pada eksperimen sebenarnya, namun

peneliti bisa memperhitungkan variabel apa saja yang tak mungkin

dikendalikan, sumber-sumber kesesatan mana saja yangmungkin ada

dalam menginterpretasi hasil penelitian.

Salah satu dari desain yang tergolong quasi eksperimen adalah

“The Non Equivalent Control Group” (Muri Yusuf, 2005:234). Desain

ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan pre-test

sebelum perlakuan diberikan dan post-test sesudah perlakuan diberikan,

dan juga terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, namun

penentuan sampelnya tidak dilakukan secara random. Rancangan

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7.

Rancangan Penelitian The Non Equivalent Control Group

E

O

3

K E

O

1

X

-

O

2

O

4

52

Keterangan :

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

O1 : Eksperimen Pre Test

O2 : Eksperimen Post Test

O3 : Kontrol Pre Test

O4 : Kontrol Post Test

X : Perlakuan Bimbingan Kelompok

- : Perlakuan Konvensional

2. Prosedur Eksperimen

a. Menentukan tempat penelitian

Tempat penelitian yang dipilih untuk melakukan penelitian ini

adalah di SMA Yasmida Ambarawa Kabupaten Pringsewu Lampung,

dengan pertimbangan bahwa SMA ini berada di wilayah pinggir dari

kabupaten pringsewu sehingga tingkat keyakinan diri paserta didiknya

diangap lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa-siswa SMA

lainnya di Kabupaten Pringsewu.

b. Menentukan rancangan pemberian layanan bimbingan kelompok.

Layanan bimbingan kelompok yang diberikan sebagai suatu

bentuk perlakuan, dilakukan sebanyak 1 kali dalam seminggu selama

6 kali pertemuan. Pada setiap sesi perlakuan akan diakhiri dengan sesi

wawancara sebagai bentuk layanan segera (Laiseg) kepada subjek

kelompok eksperimen yang dipilih secara acak. Laiseg yang buat

mengacu kepada empat proses yang terjadi pada self efficacy yaitu

proses kognitif, proses motivasi, proses afektif dan proses seleksi. Hal

ini dilakukan untuk mengungkap data kualitatif mengenai manfaat

perlakuan bagi subjek serta perubahan-perubahan yang dialami oleh

53

subjek penelitian setelah sesaat mendapatkan perlakuan bimbingan

kelompok.

Selain itu juga setiap akhir pertemuan, siswa diberikan materi.

Materi yang diberikan sama dengan topik yang dibahas pada setiap

pertemuan bimbingan kelompok kepada kelompok eksperimen. Hal

ini peneliti lakukan agar siswa tetap terkontrol kondisinya, selama

tidak terjalin komunikasi dengan siswa, dan selama perlakuan

diberikan, peneliti mengamati atau melakukan observasi mengenai

dinamika perilaku subjek selama mengikuti sesi-sesi layanan

bimbingan kelompok.

c. Tahap penelitian

(1) Tahap persiapan

Tahap persiapan adalah tahap dimana peneliti melakukan observasi

dan wawancara kepada Koordinator BK dan guru BK. Selain itu

peneliti menentukan instrumen yang digunakan untuk mengukur

tingkat self efficacy.

(2) Tahap pengambilan subjek

Dalam memilih dan menentukan subjek penelitian, peneliti

memberikan instrumen self efficacy kepada siswa yang menjadi

sampel penelitian, yaitu kelas XI SMA Yasmida Ambarawa. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi self efficacy

siswa yang digunakan untuk menentukan subjek yang masuk

kelompok eksperimen dan subjek yang masuk kelompok kontrol.

54

Pembagian kelompok dilakukan dengan cara Non-random dan

purposif sampling.

(3) Tahap pelaksanaan

a) Pelaksana Perlakuan

Pelaksana perlakuan layanan bimbingan kelompok yang akan

dilakukan atau yang akan menjadi pimpinan kelompok (PK)

adalah peneliti sendiri.

b) Waktu

Pemberian layanan dilaksanakan sebanyak enam kali, dan

waktunya menyesuaikan dengan waktu luang siswa yang

tersedia di sekolah, karena aktivitas belajar di sekolah sangat

padat.

c) Tempat

Tempat penelitian yang dipilih adalah SMA Yasmida yang berada

di kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Lampung.

d) Teknik Layanan Bimbingan Kelompok

Perlakuan (treatment) diberikan kepada kelompok eksperimen

dengan cara memberikan layanan bimbingan kelompok dengan

memanfaatkan dinamika kelompok sebagai upaya untuk

membantu siswa meningkatkan self efficacy, dan juga dengan

memfasilitasi siswa berupa materi yang akan diberikan di

setiap akhir pertemuan bimbingan kelompok.

55

B. Subjek Penelitian

Arikunto (2009:90) mengemukakan “Subyek penelitian merupakan

sesuatu yang kedudukannya sangat sentral, karena pada subyek penelitian

inilah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti”.

Teknik pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini

adalahteknik non random sampling, yaitu dengan metode sampling purposif

(purposive sampling). Non-random disebut pula sampel non-probabilitas,

yaitu teknik pengambilan sampel tidak dengan random, biasanya dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu (Arikunto, 2000:490). Sedangkan

purposif sampling adalah pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-

ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang

erat dengan ciri-ciri atau sifat populasiyang sudah diketahui sebelumnya.

Teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Hadi, 1993:82).

Di samping subjek tujuan juga ditetapkan subjek kuota yaitu

mendasarkan pada jumlah yang ditentukan. Jumlah yang dimaksud adalah

jumlah anggota kelompok yaitu sebanyak 13 (tiga belas) siswa dalam satu

kelompok, hal ini didukung oleh Prayitno (2004:20) menyatakan jumlah

anggota dalam kegiatan bimbingan kelompok seyogyanya jumlah peserta

antara 5 sampai 15 orang sehingga pembahasannya lebih luas dan dalam.

Dalam pengambilan subjek, ada beberapa langkah-langkah yang

peneliti lakukan, antara lain sebagai berikut:

56

a. Memilih sekolah yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.

Sekolah yang terpilih sebagai subjek penelitian adalah SMA

Yasmida Ambarawa. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan SMA

Yasmida letaknya secara geografis terletak didaerah pinggir Kabupaten

Pringsewu. Dengan letak geografis yang jauh ini dipahami bahwa siswa

SMA Yasmida memiliki tingkat self efficacy yang rendah dibanding SMA

lainnya.

b. Memilih tingkatan kelas subjek penelitian.

Tingkat kelas yang terpilih adalah kelas XI. Alasan dipilihnya siswa

kelas XI adalah karena siswa kelas XI telah memiliki pengalaman belajar

pada semester-semester sebelumnya.

c. Melaksanakan pretest.

Yaitu memberikan instrumen self efficacy secara keseluruhan kepada

siswa kelas XI yang terpilih menjadi sampel di SMA Yasmida Ambarawa.

d. Memilih 13 orang siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian

pada kelompok eksperimen dan juga kontrol.

Sebagai syarat pelaksanaan eksperimen, maka kedua kelompok subjek

harus setara. Kesetaraan dalam penelitian ini berkaitan dengan self efficacy

yang dimiliki oleh siswa pada masing-masing kelompok. Setelah

dilaksanakan pre test terdapat 26 siswa yang memiliki self efficacy dalam

katagori rendah sebagai berikut:

57

Tabel 1

Daftar Nama Anggota Kelompok

N

o

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Kode

Siswa

Self efficacy Kode

Siswa

Self

efficac

y

1 DDM Rendah HYN Rendah

2 RJW Rendah NSH Rendah

3 ULR Rendah RHD Rendah

4 ANN Rendah TAA Rendah

5 AGL Rendah TRL Rendah

6 ASP Rendah AND Rendah

7 EKL Rendah DMN Rendah

8 RDH Rendah DLS Rendah

9 MHA Rendah LSN Rendah

1

0 NSP

Rendah

SHD

Rendah

1

1

NVS Rendah ZBD Rendah

1

2

NRN Rendah FRS Rendah

1

3

SRQ Rendah SGM Rendah

e. Pelaksanaan Eksperimen.

Setelah diketahui bahwa antara kedua kelompok penelitian setara,

selanjutnya melaksanakan eksperimen, yaitu memberikan perlakuan

kepada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok

kontrol (tidak diberikan layanan bimbingan kelompok).

f. Melaksanaan Posttest

Setelah terlaksana eksperimen sesuai dengan rencanaan pelaksanaan layanan

bimbingan kelompok, maka kembali siswa diberikan instrument Self

efficacy. Hasilnya akan dianalisis sebagai perbandingan antara hasil

preetest dan hasil posttest

58

C. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Variabel

bebas; Bimbingan Kelompok (X), Variable terikat; Self Efficacy (Y).

Berdasarkan kajian teoritis variable penelitian, maka Definisi Operasional

adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah taraf ketercapaian

suatu tujuan yang telah peneliti tetapkan sebelumnya sebagai suatu ukuran

yang menyatakan seberapa jauh tindakan tersebut mencapai keberhasilan

tujuan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu dengan layanan bimbingan

kelompok dapat efektif meningkatkan self efficacy.

2. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada individu

melalui suasana kelompok yang memungkinkan anggota untuk belajar

berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan

wawasan, sikap, dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya

mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi.

Pada kegiatan bimbingan kelompok ini diberikan suatu topik untuk

dibahas dan didiskusikan bersama, sehingga dalam kelompok tersebut

tercipta dinamika kelompok yang menggambarkan hidupnya suasana

kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini topik yang

diberikan adalah topik tugas berkenaan dengan self efficacy, yang terdiri

dari lima tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu: (1) tahap

pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap

penyimpulan dan (5) tahap pengakhiran.

59

Tabel 2

Rancangan Kegiatan Bimbingan Kelompok

Sumber : Dimensi Self efficacy menurut Bandura (dalam Ghufron 2011:80)

3. Self efficacy

Self efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa

keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau

tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

self efficacy terdiri dari tiga dimensi yang terdapat pada keyakinan diri

seseorang, yaitu dimensi tingkat (level), dimensi generalisasi (generality),

dan dimensi kekuatan (strength). Dimensi tingkat (level) menunjukkan

keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatasinya masalah

dengan derajat kesulitan yang berbeda-beda. Dimensi generalisasi adalah

persepsi kompetensi individu atas tingkat pencapaian keberhasilannya

dalam mengatasi tugas-tugas dalam kondisi tertentu, sedangkan dimensi

kekuatan adalah tingkat kuat atau lemehnya keyakinan (belief) individu

mengenai kompetensi diri yang dipersepsinya.

Pertemuan Topik Bahasan Manfaat

1 Pemahaman Diri Siswa dapat memahami kekurangan dan

kelebihan yang dimiliki

2 Berfikir positif Siswa dapat berfikir positif dalam setiap

kegiatannya

3 Percaya diri Siswa dapat memiliki kepercayaan akan

kemampuan yang dimilkinya

4 Harga diri Siswa mempunyai penghargaan akan drinya

5 Komitmen diri Siswa dapat memiliki komitmen dalam

menyelesaikan pekerjaan yang

dimilkinya

6 Pengalaman

orang lain

Siswa dapat mengunakan pengalaman yang

ada pada orang lain untuk dapat memicu

motivasi diri

60

D. Pengembangan Instrumen

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala self efficacy, digunakan

untuk memperoleh gambaran tentang self efficacy siswa sebelum dan sesudah

mengikuti proses bimbingan kelompok.

1. Pengembangan kisi-kisi Instrumen

Instrumen self efficacy siswa dikembangkan dari definisi operasional

variable. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang self efficacy

merujuk pada aspek kognitif, afektif, dan evaluatif (kecenderungan

bertindak). Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian)

untuk mengungkap self efficacy dengan berpedoman kepada skala yang

telah dikembangkan oleh Bandura (2006:307) yaitu guide for Constructing

self efficacy scale dengan alternatif respon subjek dalam skala sepuluh

(10). Rating scales yang digunakan memiliki rentang alternative respon

yang diurutkan dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dimensi-dimensi yang akan diungkap dalam penelitian ini mengacu

kepada pendapat Bandura bahwa self efficacy memiliki tiga dimensi, yaitu

(1) dimensi tingkat (level); (2) dimensi kekuatan (strength); dan (3)

dimensi generalisasi (generality).

61

Tabel. 3

Blue Print Instrumen Self Efficacy Siswa

No Variabel Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Item

1

Self

Efficacy

Level (Taraf Keyakinan

terhadap kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menyelesaikan tugas)

1.Optimis dalam melaksanakan

tugas 1, 2, 3, 4, 5 5

2.Mengetahui Minat diri

6, 7, 8, 9, 10 5

3.Membuat perencanaan dalam

menyelesaikan tugas 11, 12, 13, 14 4

4.Merasa yakin dapat

menyelesaikan tugas 15, 16, 17, 18 4

2

Strenght (Taraf keyakinan

terhadap kemampuan yang dimiliki sisiwa dalam

menyelesaikan masalah)

1.Meningkatkan Usaha dengan baik 19, 20, 21, 22,

23 5

2.Berkomitmen dengan hasil

tugas 24, 25, 26, 27 4

3

Generality (Taraf

keyakinan terhadap

kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menggeneralisasi tugas)

1.Menyikapi situasi yang beragam

dengan cara yang baik dan positif

28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 7

2.Menjadikan pengalaman hidup

sebagai suatu jalan menuju

kesuksesan 35, 36, 37, 38,

39 5

2. Pedoman Skoring

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga

menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya.

Instrumen digunakan untuk mengukur self efficacy rendah siswa. Item

pernyataan self efficacy siswa menggunakan bentuk rating scale.

Responden tidak akan menjawab salah satu jawaban kualitatif yang

disediakan, namun memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah

disediakan.

62

Setiap item soal responden akan memilih item respon yang terdiri

dari angka 1 sampai 10. Dan setiap pensekoran disesuaikan dengan pilihan

yang dipilih responden per item.

Tabel. 4

Pedoman Skoring

No Pernyataan Respon Skor

1 Item pernyataan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3

2 Item pernyataan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6

3 dst. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a) Uji validitas konstrak instrumen

Untuk mengetahui validitas instrumen pada penelitian ini dilakukan

melalui telaah terhadap construct validity dan content validity,

disamping itu meminta judgement dari para ahli. Tahap pertama

sebelum instrumen Self efficacy digunakan, maka dilakukan uji coba

oleh para ahli, yang dimaksudkan untuk menilai kelayakan bentuk dan

isi instrumen Self efficacy. Disamping penilaian kelayakan oleh dosen

pembimbing (1) Dr. Daharnis, M.Pd., Kons. selaku pembimbing satu

(2) Dr. Syahniar, M.Pd., Kons selaku pembimbing dua, juga

dilibatkan tiga ahli yaitu; (1) Prof. Dr. Mudjiran, M.Si., Kons. (2) Dr.

Riska Ahmad, M.Pd.,Kons dan (3) Muhrisal, M.Pd.

Berikut dikemukakan rangkuman masukan yang diperoleh dari

validasi dan respon yang dilakukan terhadap masukan tersebut.

63

a. Bahasa dan kata-kata yang sukar dalam pernyataan instrumen

perlu disempurnakan, agar dapat dipahami dengan mudah oleh

responden nantinya.

b. Format penggunaan alternatif pilihan jawaban perlu

dipertimbangkan.

c. Jumlah pernyataan dalam instrumen perlu dipertimbangkan, yang

terpenting dapat mengungkap apa yang ingin diungkap, dan

responden tidak jenuh dalam mengerjakannya.

d. Gunakan kata dan kalimat yang lebih sesuai untuk mengukur

indikator yang dimaksud.

e. Hindari kalimat-kalimat dalam pernyataan yang bermakna

ambigu.

Dari masukan-masukan yang diterima, peneliti melakukan

perubahan berkaitan dengan kalimat-kalimat yang lebih efektif

sedangkan format alternatif tetap karena peneliti mengangap bahwa

format yang digunakan sudah sesuai dengan penelitian.

b) Uji validitas butir instrumen

Untuk menguji validitas butir digunakan korelasi rank-deference

correlation yang juga dikenal sebagai Spearman’s Rho yaitu korelasi

antara skor butir dengan skor totalnya. Pada penelitian ini, uji validitas

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Menghitung koefisien korelasi Spaerman’s rho hitung (rhoxy),

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

64

Keterangan:

= Koefesien korelasi tata jenjang

D =Deviasi/ pasangan urutan

N = Jumlah

(Muri Yusuf, 2005:75)

(2) Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesis dengan kriteria

sebagai berikut:

Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,312, maka butir soal valid

Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,312, maka butir soal tidak valid

Menurut Sugiyono (2010:179) menyatakan bahwa item yang

dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,312. Jadi,

semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut

semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang

seharusnya diukur. Dalam hal ini peneliti menggunakan bantuan SPSS

(Statistical Product and Service Solution) for windows release 17.00

dengan langkah entry data atau buka file data yang akan dianalisis,

lalu pilih menu Analize, Corelate, Bivariate dan Spearmen.

Dari hasil uji coba tersebut menunjukkan dari 43 butir

pernyataan instrumen Self efficacy terdapat 4 item pernyataan yang

tidak valid, sehingga 39 butir pernyataan pada instrumen self efficacy

yang dapat digunakan. Pada tabel 5 dapat dilihat nomor butir dengan

indeks kesahihannya masing-masing.

65

Tabel 5

Validitas Butir-butir Instrumen Self Efficacy

No

Butir

Indeks

Validitas

No

Butir

Indeks

Validitas

No

Butir

Indeks

Validitas

1 261* 16 453 31 435

2 571 17 604 32 460

3 404 18 636 33 491

4 617 19 382 34 531

5 303* 20 712 35 722

6 650 21 578 36 554

7 512 22 607 37 473

8 455 23 568 38 436

9 429 24 459 39 233*

10 534 25 451 40 507

11 442 26 520 41 651

12 339 27 549 42 358

13 462 28 508 43 415

14 261* 29 580

15 762 30 599

*. = tidak Valid

c) Uji reliabilitas instrumen

Muri Yusuf (1996:26) menyatakan bahwa suatu alat akan

dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu diujicobakan kepada objek atau

subjek yang sama secara berulang-ulang, maka hasilnya tidak akan jauh

berbeda, konsisten dan stabil.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach

melalui tahapan sebagai berikut:

66

Rtt = (k) / (k-1)(1-Vi/Vt)

Keterangan :

Rtt = Reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

Vi = jumlah varian butir soal

V t = varian total

(Muri Yusuf, 2008 : 100)

Untuk kriteria pengujian, apabila r hitung > table maka alat

tersebut reliable. Dalam hal ini peneliti menggunakan bantuan

program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows

release 17.00). Sehingga diperoleh nilai Alpa Cronbach instrumen

Self efficacy sebesar 0,932. Sehingga diketahui bahwa r hitung = 0,932

> 0,80 maka dapat dikatakan instrumen Self efficacy tersebut reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai siswa

yang memiliki self efficacy rendah. Data tersebut dikumpulkan dengan cara

menyebarkan angket kepada siswa yang memiliki self efficacy rendah kelas

XI SMA Yasmida Ambarawa tahun ajaran 2012/2013.

Agar pengumpulan data berlangsung secara teratur, sistematis dan

sukses, peneliti melakukan hal-hal berikut :

1. Menyiapkan instrumen self efficacy

2. Menetapkan sumber data, seperti responden, dokumen-dokumen yang

diperlukan dan sebagainya

67

3. Sebelum melaksanakan pretest, terlebih dahulu memberikan penjelasan

mengenai instrumen dan cara mengerjakannya kepada responden sebelum

pengisian instrumen.

4. Melakukan pengumpulan data secara sistematis sesuai dengan apa yang

telah direncanakan sebelumnya

5. Melakukan analisis data pretest

6. Memilih sampel penelitian

7. Melaksanaan kegiatan eksperimen, yaitu pelaksanaan bimbingan

kelompok.

8. Menyebarkan instrumen kembali (postetst), dan melakukan analisa dari

data hasil pretest dan posttest.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik analisis statistic

non-parametric. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa data dibawah 30

tidak berdistribusi normal. Teknik analisis statistik non-parametric yang

digunakan untuk menguji dalam penelitian ini adalah uji jenjang bertanda

Wilcoxon (signed ranks test)dan metode Kolmogorov-Smirnov bagi kelompok

sampel ganda. Menurut Lukiastuti (2012:83) pengujian hipotesis dengan cara

uji jenjang bertanda dilakukan apabila peneliti ingin memastikan tentang ada

atau tidaknya perbedaan kondisi setelah perlakuan tertentu diberikan.

Kemudian metode Kolmogorov-Smirnov bagi kelompok sampel ganda

dititik beratkan pada upaya menguji validitas hipotesis nihil yang menyatakan

kelompok sampel pertama dan kedua berasal dari populasi yang identik.

68

Menurut Siegel (1985:159) tes-dua sampel Kolmogorov-Smirnov adalah suatu

tes dua sampel independen yang telah ditarik dari populasi yang sama.

sedangkan hipotesis alternatifnya menyatakan bahwa kelompok sampel

pertama dan kedua berasal dari kelompok yang tidak identik atau (KD ≠ D)

Oleh karena itu maka metode analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk melihat perbedaan self efficacy siswa sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok (kelompok

eksperimen) digunakan analisis data dengan teknik Wilcoxon Signed

Ranks Test. Teknik analisis yang sama juga akan digunakan untuk

melihat perbedaan self efficacy siswa pada pre-test dan post-test (tanpa

perlakuan layanan bimbingan kelompok) pada kelompok kontrol.

Analisis ini untuk menguji hipotesis nomor 1 dan nomor 2.

2. Untuk melihat perbedaan self efficacy siswa kelompok eksperimen yang

diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok, dengan siswa

kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan layanan bimbingan

kelompok digunakan teknik Kolmogorov-Smirnov bagi kelompok sampel

ganda. Analisis ini untuk menguji hipotesis nomor 3.

G. Pelaksanaan Eksperimen

1. Izin Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian setelah mendapatkan persetujuan

dari dosen pembimbing untuk melakukan penelitian, mulai diproses surat

izin penelitian dari lembaga/instansi terkait. Atas dasar permohonan

69

peneliti, Pembantu Dekan I FIP UNP mengeluarkan surat izin penelitian

yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu

dengan Nomor 1193/UN35.1.4.6/PG/2012. Surat permohonan izin

penelitian ini selanjutnya di disposisikan ke SMA Yasmida Ambarawa

untuk melaksanakan penelitian, yang seterusnya Kepala SMA Yasmida

Ambarawa yang memfasilitasi kegiatan penelitian ini.

2. Pengadministrasian Pretest

Pengadministrasian pretest dilakukan untuk mengetahui gambaran

awal bagaimana kondisi self efficacy siswa pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Pengadministrasian pretest dilakukan pada

tanggal 3 Januari 2013 di SMA Yasmida Ambarawa.

Dari hasil pretest yang telah diberikan kepada semua subyek

penelitian, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok

kontrol, rata–rata tingkat self efficacy siswa sama-sama berada pada

kategori rendah.

3. Kegiatan Eksperimen

a. Kelompok Kontrol

Dalam penelitian ini, kelompok kontrol berperan sebagai

pembanding untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelompok

eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok

dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan.

70

Kelompok kontrol beranggota 13 orang dengan inisial dan

kode: HYN (1), NSH (2), RHD (3), TAA (4), TRL (5), AND (6),

DMN (7), DLS(8), LSN (9), SHD (10), ZBD (11), FRS (12), dan

SGM (13). Kegiatan yang diberikan pada kelompok kontrol di awal

adalah penyebaran instrument self efficacy siswa (Pretest), setelah

kegiatan bimbingan kelompok yang diberikan kepada kelompok

eksperimen berakhir, dalam kurun waktu 2 minggu kemudian

instrumen yang sama diberikan kembali kepada siswa (Posttest).

b. Kelompok Eksperimen

Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan

perlakuan berupa bimbingan kelompok. Kelompok ini sebagai

kelompok penguji apakah benar layanan bimbingan kelompok

efektiv dalam meningkatkan self efficacy siswa. Kelompok

eksperimen juga beranggota 13 orang dengan inisial dan kode:

DDM (1), RJW(2), ULR(3), ANN (4), AGL (5), ASP (6), EKL(7),

RDH (8), MHA (9), NSP (10), NVS (11), NRN (12), dan SRQ (13).

Layanan bimbingan kelompok dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan,

dimana masing-masing pertemuan membahas topik tugas yang

berbeda-beda yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Pada tabel 12 di

bawah ini disajikan jadwal layanan bimbingan kelompok.

71

Tabel 6

Jadwal Kegiatan Bimbingan Kelompok

Dalam penelitian ini setiap pertemuan bimbingan kelompok

melalui lima tahap yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap

kegiatan, tahap pengahiran dan tahap penyimpulan. Adapun tahap-

tahap dalam bimbingan kelompok yang dilaksanakan sebagai

berikut:

1) Tahap Pembentukan

Dalam tahap pembentukan pemimpin kelompok

mempersiapkan anggota kelompok agar benar- benar siap akan

memasuki pelaksanan bimbingan kelompok. Pemimpin

kelompok (PK) dalam tahap pembentukan melakukan berbagai

persiapan :

a) Menerima anggota kelompok dengan sikap hangat serta

penuh keakraban. Pemimpin kelompok mengucapkan

selamat datang, salam dan ucapan terimakasih atas

Keg Hari Tanggal Waktu Topik Bahasan

1 Kamis 3 Januari 2013 13.30-14.30 Pretest

2 Jumat 4 Januari 2013 14.00-16.30 Pemahaman diri

3 Selasa 8 Januari 2013 14.00-16.30 Berfikir positif

4 Kamis 10 Januari 2013 14.00-16.30 Percaya diri

5 Sabtu 12 Januari 2013 14.00-16.30 Harga diri

6 Senin 14 Januari 2013 14.00-16.30 Komitmen diri

7 Rabu 16 Januari 2013 14.00-16.00 Pengalaman orang lain

8 Rabu 16 Januari 2013 16.00-17.00 Posttest

72

kehadiran dan kesediaan untuk mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok, dilanjutkan berdoa diawal kegiatan.

b) Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan dan

cara pelaksanaan bimbingan kelompok.

c) Pemimpin kelompok menjelaskan azas-azas bimbingan

kelompok yaitu: ada 5, azas kesukarelaan, azas keterbukaan,

azas kegiatan, azas kenormatifan dan azas kerahasiaan.

d) Pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok

untuk memperkenalkan diri menyebutkan identitas masing-

masing, dilanjutkan dengan rangkaian nama, sehingga

anggota kelompok saling mengenal dan terjalin keakraban

dalam kegiatan yang akan dilaksanakan.

2) Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan pemimpin kelompok menjelaskan

kembali tentang kegiatan bimbingn kelompok. Tanya jawab

tentang kesiapan dan mengenali suasana anggota kelompok,

menanyakan apakah anggota kelompok siap untuk kegiatan

selanjutnya. Dilanjutkan dengan memberi contoh topik yang

akan dibahas dalam kegiatan.

3) Tahap Kegiatan

Pada tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan

bimbingan kelompok.

73

a) Pemimpin kelompok mengemukakan topik yang telah

dipersiapkan dan menjelaskan pentingnya topik tersebut

dibahas.

b) Tanya jawab tentang topik yang ditentukan pemimpin

kelompok. Pemimpin kelompok mendorong anggota

kelompok untuk berpartisipasi dalam bentuk

mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan dan

mengajukan pertanyaan, menyampaikan pengalaman,

berempati serta menyimpulkan topik bahasan jika

pembahasan sudah memadai.

c) Berikutnya selingan yang berupa permainan agar pikiran

anggota kelompok menjadi jernih dan rilek. Permainan

yang diberikan yaitu senam jari. Hal ini dimaksudkan agar

anggota kelompok dalam suasana senang sehingga

menarik anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok berikutnya. Berikutnya adalah

menegaskan komitmen para angota kelompok maksudnya

apa yang segera dilakukan berkenaan topik yang telah

dibahas.

4) Tahap Penyimpulan

Pada tahap penyimpulan ialah tahap penilaian dan

tindak lanjut kegiatan kelompok, dengan menjelaskan

kepada anggota kelompok kegiatan akan diakhiri, lalu

anggota kelompok diminta untuk menyampaikan

74

perolehan, manfaat selama mengikuti kegiatan,

penyampaian berupa kesan-pesan untuk pelaksanaan

kegiatan selanjutnya. Hasil yang dicapai dalam tahap ini

ialah :

a) Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang

pelaksanaan kegiatan.

b) Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah

dicapai

c) Terumusnya rencana kegiatan lebih lanjut

d) Tetap dirasakan hubungan antar anggota kelompok

dan rasa kebersamaan, meskipun kegiatan diakhiri.

5) Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ialah tahap penilaian dan tindak lanjut

kegiatan kelompok, lalu dilanjutkan dengan berdoa sebagai

tanda kegiatan akan diakhiri dan ditutup dengan

menyanyikan lagu “sayonara“

4. Hasil yang Diperoleh

Adapun hasil yang diperoleh dari pelaksanaan bimbingan kelompok

membuat siswa lebih termotivasi untuk lebih yakin dan percaya dengan

diri sendiri, serta sejak dini mulai mempersiapkan diri untuk masa depan.

Berdasarkan pengalaman pemimpin kelompok dan kesan yang

disampaikan oleh anggota kelompok diketahui adanya perubahan baik

pada sikap dan perilaku, yaitu mereka sudah mulai merasa yakin kepada

dirinya untuk memperoleh prestasi belajar lebih baik. Berikut hasil

rekapitulasi laiseg anggota kelompok eksperimen:

75

Tabel 7

Rekapitulasi Penilaian Segera Anggota Kelompok Eksperimen

No Aspek Penilaian Hasil Penilaian

1

Hal-hal baru yang

diperoleh setelah

mengikuti bimbingan

kelompok

Mengetahui dan lebih memahami berbagai

pentingnya memiliki self efficacy.

Mendapatkan informasi baru tentang

pentingnya memiliki rasa percaya diri.

Karena dengan percaya diri, siswa dapat

merencanakan masa depan sejak dini.

2

Perasaan setelah

mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok

Senang, puas dan bahagia karena mendapat

pemahaman baru tentang self efficacy serta

terbantu dalam menyelesaikan berbagai

permasalahan dalam hal pribadi. Hal ini

membuat mereka lebih percaya diri untuk

berprestasi.

3

Hal-hal yang

dilaksanakan dari

hasil bimbingan

kelompok

a. Hargai diri sendiri, sukai diri sendiri,

syukuri apa yang sudah diberikan kepada

diri. karena dengan menghargai diri sendiri,

juga bersyukur, akan menimbulan percaya

diri dan bisa mengatasi hambatan yang ada.

b. Asah selalu potensi, bakat dan minat

karena itu berguna untuk masa depan nanti.

c. Berkomitmen untuk meningkatkan

potensi yang ada, termasuk prestasi belajar,

dan mulai berencana untuk mewujudkan

masa depan sejak dini.

d. Hindari dari hal yang yang merugikan

masa depan, seperti narkoba, tauran dan

sejenisnya.

4

Keuntungan yang

diperoleh dalam

mengikuti layanan

bimbingan kelompok

a. Bertambahnya wawasan tentang

pentingnya memahami diri, potensi, bakat

dan minat. Hubungan antar teman semakin

dekat dan kompak

b. Bertambahnya wawasan tentang

pentingnya karir yang sesuai dengan

kepribadian.

5. Pengadministrasian Posttest

Pengadministrasian posttest dilakukan untuk melihat hasil dari

kegiatan siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok, dengan

materi berkenaan dengan self efficacy. Pengadministrasian posttest ini juga

dikenakan pada siswa yang berasal dari kelompok kontrol, Hal ini untuk

76

mengetahui perbedaan antara siswa yang mendapat perlakuan layanan

bimbingan kelompok dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.

Pelaksanaan posttest dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2013 di SMA

Yasmida Ambarawa.

Berdasarkan hasil posttest diperoleh gambaran bahwa ada perbedaan

pada self efficacy siswa antara sebelum diberi perlakuan dengan sesudah

diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok pada kelompok

eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol cenderung tidak ada

perubahan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil posttest yang telah diberikan

kepada kedua kelompok sampel penelitian. Pada kelompok eksperimen

yang diberikan perlakuan, rata-rata tingkat self efficacy siswa meningkat

dibandingkan jumlah rata-rata kelompok kontrol.

Adanya perbedaan hasil pretest dan posttest pada kelompok

eksperimen diduga karena adanya perlakuan, sedangkan pada kelompok

kontrol tidak ada perbedaan, hal ini diasumsikan karena tidak ada tindak

lanjut secara terprogram setelah pretest.

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan di kelas XI di SMA Yasmida dengan jumlah sampel kontrol

dan eksperimen 26 yang memiliki tingkat self efficacy rendah. Waktu

pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih Empat bulan, yaitu

dari bulan Oktober 2012 hingga bulan Januari 2013. Secara spesifik

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan

kelompok terhadap peningkatan self efficacy.

Data-data yang diperoleh adalah hasil pretest dan posttest berkaitan

dengan self efficacy. Instrumen self efficacy digunakan untuk mengetahui

kondisi self efficacy siswa dikembangkan oleh peneliti sendiri.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh, maka dapat dideskripsikan

hasil penelitian sebelum dilakukan perlakuan (Pretest) dan setelah

diberikan perlakuan (Posttest), dimana pengolahan data kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17,0 for windows.

1. Hasil Pretest

Sesuai dengan tujuan dilakukannya pretest, yaitu untuk

mengetahui gambaran awal kondisi self efficacy siswa sebelum

diberikan perlakuan. Adapun hasil pretest yang diperoleh pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda. Hasil

pretest tersebut dianalisis menggunakan pengolahan data SPSS versi

78

17.0. Berikut ini disajikan kondisi pretest self efficacy masing-masing

siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 8

Kondisi Self efficacy Pretest Masing - masing Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Eksperimen Kontrol

Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor

DDM 154 HYN 140

RJW 148 NSH 154

ULR 147 RHD 145

ANN 145 TAA 147

AGL 155 TRL 155

ASP 153 AND 153

EKL 155 DMN 155

RDH 154 DLS 156

MHA 156 LSN 154

NSP 154 SHD 156 NVS 156 ZBD 155

NRN 155 FRS 155

SRQ 155 SGM 154

Jumlah 152,84 Jumlah 152,23

Hasil dari pembagian kelompok berdasarkan data-data yang

didapatkan tersebut, menghasilkan data rata-rata tiap-tiap kelompok

sebagai berikut:

Tabel 9

Distribusi Nilai Rata-rata pada Kelompok Eksperimen dan

Kontrol pada Tahap Pre-test

Sampel Nilai Rata-rata

Kelompok N

Eksperimen 13 152,84

Kontrol 13 152,23

79

Dari data tersebut di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-

test pada variable self efficacy kelompok eksperimen sebesar 152,84

dan kelompok kontrol 152,23. Hal ini berarti kedua kelompok

memiliki rata-rata yang sama yaitu berada pada angka yang sama.

2. Hasil Post-Test

Setelah pemberian perlakuan sebanyak enam kali pertemuan

kepada subjek siswa kelompok eksperimen, kemudian peneliti

mengukur tingkat self efficacy subjek pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Adapun hasil pengukuran skala self efficacy pada

kelompok eksperimen dan kontrol tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 10

Kondisi Self efficacy Posttest

Masing-masing Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Eksperimen Kontrol

Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor

DDM 195 HYN 150

RJW 203 NSH 156

ULR 200 RHD 147

ANN 198 TAA 160

AGL 189 TRL 157

ASP 194 AND 170

EKL 207 DMN 165

RDH 213 DLS 157

MHA 206 LSN 155

NSP 196 SHD 150 NVS 186 ZBD 156

NRN 197 FRS 145

SRQ 206 SGM 157

Jumlah 199,23 Jumlah 155,76

Dari hasil skoring skala self efficacy di atas, maka dapat dilihat

perbedaan nilai antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dalam kelompok eksperimen pada variable self efficacy jumlah rata-

80

rata post test siswa meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata

post test siswa kontrol. Perbedaan peningkatan bervariasi pada tiap-

tiap diri siswa. Siswa kelompok eksperimen mengalami peningkatan

yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelompok kontrol, sedangkan

pada siswa kelompok kontrol terdapat siswa yang menurun jumlah

self efficacy-nya

Apabila dilihat dari perbedaan rata-rata antara kelompok

eksperimen setelah pemberian perlakuan dengan kelompok kontrol

tanpa perlakuan adalah sebagai berikut:

Tabel 11

Distribusi Nilai Rata-rata pada Kelompok Eksperimen dan

Kontrol pada Tahap Posttest

Sampel Rata-rata

Kelompok N

Eksperimen 13 199,23

Kontrol 13 155,76

Dari data tersebut diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata pada

kedua kelompok tidaklah sama, kelompok eksperimen tingkat self

efficacy nya meningkat sebanyak 30,35%, sedangkan kelompok

kontrol meningkat sebanyak 2,31%.

3. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Self efficacy Kelompok

Eksperimen

Untuk melihat perubahan tingkat self efficacy siswa pada

kelompok eksperimen dari hasil pretest dan posttest dapat dijelaskan

sebagai berikut :

81

Tabel 12

Kondisi Self efficacy kelompok eksperimen

Masing-masing pree test dan post test

pree test post test Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor

DDM 154 DDM 195

RJW 148 RJW 203

ULR 147 ULR 200

ANN 145 ANN 198

AGL 155 AGL 189

ASP 153 ASP 194

EKL 155 EKL 207

RDH 154 RDH 213

MHA 156 MHA 206

NSP 154 NSP 196

NVS 156 NVS 186

NRN 155 NRN 197

SRQ 155 SRQ 206

Jumlah 152,84 Jumlah 199,23

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan kondisi self efficacy siswa kelompok eksperimen setelah

mendapat perlakuan bimbingan kelompok. Siswa yang pada saat

pretest berada pada rata-rata 152,84 setelah perlakuan menjadi berada

pada rata-rata 199,23. Berdasarkan hal ini terjadi peningkatan Self

efficacy siswa sebanyak 30,35% setelah diberikan perlakuan.

Untuk melihat kondisi self efficacy masing-masing siswa pada

kelompok eksperimen dari hasil pretest dan posttest dapat dijelaskan

pada gambar sebagai berikut :

82

Gambar 8. Diagram Batang Hasil Pretest dan Posttest Self

Efficacy Kelompok Eksperimen.

Gambar 8 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

tingkat self efficacy siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

layanan bimbingan kelompok. Dari 13 orang siswa yang mendapat

perlakuan secara keseluruhan meningkat self efficacy-nya.

Peningkatan ini terjadi secara keseluruhan dengan rata-rata jumlah

peningkatan sama pada setiap siswa.

4. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Self efficacy Kelompok

Kontrol

Dari data yang diperoleh, diketahui tidak terdapat perubahan

yang signifikan tingkat self efficacy siswa pada kelompok kontrol

pada saat pretest dan posttest yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Pretest 154 148 147 145 155 153 155 154 156 154 156 155 155

Posttest 195 203 200 198 189 194 207 213 206 196 186 197 206

0

50

100

150

200

250

sko

r

Hasil Pretest dan Posttest Self Efficacy Kelompok Eksperimen

83

Tabel 13

Kondisi Self efficacy kelompok kontrol

Masing-masing pree test dan post test

pree test post test Kode Siswa Skor Kode Siswa Skor

HYN 140 HYN 150

NSH 154 NSH 156

RHD 145 RHD 147

TAA 147 TAA 160

TRL 155 TRL 157

AND 153 AND 170

DMN 155 DMN 165

DLS 156 DLS 157

LSN 154 LSN 155

SHD 156 SHD 150

ZBD 155 ZBD 156

FRS 155 FRS 145

SGM 154 SGM 157

Jumlah 152,23 Jumlah 155,76

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan kondisi self efficacy siswa kelompok eksperimen setelah

mendapat perlakuan bimbingan kelompok. Siswa yang pada saat

pretest berada pada rata-rata 152,23 setelah perlakuan menjadi berada

pada rata-rata 155,76. Berdasarkan hal ini terjadi peningkatan Self

efficacy siswa sebanyak 2,31% setelah diberikan perlakuan.

Untuk melihat kondisi self efficacy masing-masing siswa pada

kelompok kontrol dari hasil pretest dan posttest dapat dijelaskan pada

gambar sebagai berikut :

84

Gambar 9. Hasil Pretest dan Posttest Kondisi Self efficacy

Kelompok Kontrol

Berdasarkan Gambar 9 di atas diketahui perubahan yang

signifikan antara pretest dengan tanpa diberikan perlakuan bimbingan

kelompok (Post-test). Dari 13 orang siswa yang tidak mendapat

perlakuan terdapat 5 orang yang mengalami kenaikan dengan selisih

yang rendah.

5. Hasil Dimensi Pre-Test dan Post-Test kelompok ekperimen dan

kontrol

Hasil Pre-test dan post-test self efficacy siswa dapat dijabarkan

secara luas dengan membandingkan hasil dimensi yang meningkat

dari hasil pengukuran. Adapun hasil pengukuran Dimensi skala self

efficacy pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Pretest 140 154 145 147 155 153 155 156 154 156 155 155 154

Posttest 150 156 147 160 157 170 165 157 155 150 156 145 157

020406080

100120140160180

sko

r

Hasil Pretest dan Posttest KondisiSelf efficacy Kelompok Kontrol

85

Tabel 14

Kondisi Self efficacy kelompok eksperimen

Masing-masing Dimensi Siswa Pretest dan posttest

Pretest Posttest Kode

Siswa

Level streght Generality Kode

Siswa

level streght Generality

DDM 76 33 45 DDM 92 43 60

RJW 71 29 48 RJW 100 46 57

ULR 74 31 42 ULR 93 44 63

ANN 74 34 37 ANN 88 47 63

AGL 71 35 49 AGL 89 43 57

ASP 65 40 48 ASP 95 40 59

EKL 71 36 48 EKL 93 47 67

RDH 71 39 44 RDH 99 52 62

MHA 79 33 44 MHA 96 52 58

NSP 81 33 40 NSP 98 41 57

NVS 76 37 43 NVS 86 44 56

NRN 80 37 38 NRN 91 45 61

SRQ 72 32 51 SRQ 89 46 71

Jumlah 961 449 577 Jumlah 1209 590 791

Dari hasil skoring skala self efficacy di atas, maka dapat dilihat

jumlah nilai dimensi antara pretest dan posttest kelompok eksperimen.

Dalam pretest kelompok eksperimen pada dimensi level memiliki

jumlah 961, pada demensi streght 449 dan pada demensi generality

577. Sedangkan pada posttest kelompok eksperimen pada dimensi

level memiliki jumlah 1209, pada demensi streght 590 dan pada

demensi generality 791.

Dari pemaparan diatas terlihat jumlah peningkatan dimensi

kelompok eksperimen pada dimensi level meningkat sebanyak

25.80%, pada demensi streght meningkat sebanyak 31.40% dan pada

demensi generality meningkat sebanyak 37.08%. Dari hal tersebut

86

terlihat peningkatan yang merata diantara masing-masing dimensi

dengan rata-rata peningkatan secara keseluruhan sebanyak 31.42%

Tabel 15

Kondisi Self efficacy kelompok kontrol

Masing-masing Dimensi Siswa Pretest dan posttest

Pretest Posttest Kode

Siswa

Level Streght Generality Kode

Siswa

level streght Generality

HYN 77 26 37 HYN 69 36 45

NSH 75 32 47 NSH 73 37 46

RHD 70 34 41 RHD 72 31 44

TAA 76 30 41 TAA 74 35 51

TRL 74 36 45 TRL 73 34 50

AND 68 37 48 AND 85 40 45

DMN 70 33 52 DMN 85 32 48

DLS 69 39 48 DLS 72 33 52

LSN 71 36 47 LSN 69 38 48

SHD 70 40 46 SHD 68 39 43

ZBD 73 37 45 ZBD 67 36 53

FRS 73 36 46 FRS 67 32 46

SGM 74 33 47 SGM 83 32 42

Jumlah 940 449 590 Jumlah 957 455 613

Dari hasil skoring skala self efficacy di atas, maka dapat dilihat

jumlah nilai dimensi antara pretest dan posttest kelompok kontrol.

Dalam pretest kelompok kontrol pada dimensi level memiliki jumlah

940, pada demensi streght 449 dan pada demensi generality 590.

Sedangkan pada posttest kelompok eksperimen pada dimensi level

memiliki jumlah 957, pada demensi streght 455 dan pada demensi

generality 613.

Dari pemaparan diatas terlihat jumlah peningkatan dimensi

kelompok eksperimen pada dimensi level meningkat sebanyak 1.80%,

pada demensi streght meningkat sebanyak 1.3% dan pada demensi

87

generality meningkat sebanyak 3.8%. Dari hal tersebut terlihat

peningkatan yang merata diantara masing-masing dimensi dengan

rata-rata peningkatan secara keseluruhan sebanyak 2.3%

Dari data tersebut dapat dipahami bahwa dalam peningkatan self

efficacy siswa setiap dimensi berbeda-beda, dimana dengan

dilaksanakannya layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan

perdimensi yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok tanpa

perlakuan layanan bimbingan kelompok.

B. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji non parametrik dengan rumus

Wilcoxon Signed Rank dengan menggunakan SPSS Versi 17. Uji Wilcoxon

digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari

dua data apakah berbeda atau tidak.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari dua hipotesis

yaitu hipotesis mayor dan beberapa hipotesis minor.

1. Hipotesis mayor yang diuji berbunyi “Layanan bimbingan kelompok

efektif dalam meningkatkan self efficacy siswa”.

2. Hipotesis minor yang diajukan adalah :

1) Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan

perlakuan layanan bimbingan kelompok (posttest).

2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok kontrol pada pre-test dan post-test (tanpa perlakuan

layanan bimbingan kelompok).

88

3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan

kelompok, dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakuan layanan bimbingan kelompok.

Adapun kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah sebagai

berikut :

1. Terima H0 dan tolak H1 apabila probabilitas (sig 2-tailed) ≥ alpha

(α = 0,05) atau Zhitung > Ztabel

2. Tolak H0 dan terima H1 apabila probabilitas (sig 2-tailed) < alpha

(α = 0,05) atau Zhitung ≤ Ztabel

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ialah “Terdapat

perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok

eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan perlakuan

layanan bimbingan kelompok (posttest)”. Pengujian hipotesis ini

dilakukan dengan teknik analisis statistik Wilcoxon’s Signed Ranks Test

melalui program komputer SPSS versi 17.0 Berdasarkan hal tersebut

didapatkan hasil perhitungan seperti yang terangkum pada tabel 22 berikut

ini.

Tabel 16

Hasil analisis Wilcoxon’s Signed Ranks Test perbedaan self

efficacy pada pretest dan posttest kelompok eksperimen

Tes Statisticsb

Self efficacy Pretest-Posttest

Z -3.183a

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

89

Berdasarkan tabel 16 di atas di atas, terlihat bahwa angka

probabilitas Asmyp. Sig.(2-tailed) self efficacy kelompok eksperimen

pada self efficacy sebelum dan sesudah sebesar 0,001, atau probabilitas

dibawah alpha 0,05 (0,001 < 0,05). Dari hasil tersebut maka Ho ditolak

dan HI diterima. Dengan demikian maka hipotesis pertama yang diuji

dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ”terdapat perbedaan yang

signifikan pada self efficacy siswa kelompok eksperimen sebelum dan

setelah mendapat perlakuan layanan bimbingan kelompok."

Selanjutnya untuk melihat tentang arah perbedaan tersebut, apakah

pretest atau posttest yang lebih tinggi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 17

Arah perbedaaan pretest dan posttest self efficacy kelompok

eksperimen.

Self efficacy N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest – Pretest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 13b 7.00 91.00

Ties 0c

Total 13

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

c. Posttest = Pretest

Berdasarkan tabel 17 nilai 13b berarti bahwa dari 13 responden

kelompok eksperimen yang dilibatkan dalam perhitungan, sebanyak 13

orang siswa mengalami peningkatan dari pretest ke posttest.

Berdasarkan hasil tersebut diatas dapat diartikan bahwa kelompok

eksperimen mengalami peningkatan self efficacy setelah mendapatkan

perlakuan bimbingan kelompok. Jika hasil ini dikaitkan dengan hasil

perhitungan sebelumnya yaitu tabel 21 yang menunjukkan perbedaan

90

signifikan antara pretest kelompok eksperimen dengan posttest kelompok

eksperimen, maka peningkatan yang terjadi antara pretest dan posttest

kelompok eksperimen juga signifikan.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pada hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini adalah “Tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok kontrol pada pre-test dan post-test”. Hipotesis kedua

penelitian ini juga diuji menggunakan analisis ststistik dengan teknik

Wilcoxon’s Signed Ranks Test dengan program SPSS versi 17.0. Analisis

ini dipilih karena teknik ini menggunakan data yang berpasangan dengan

dua sampel yang berhubungan. Adapun hasil perhitungan terangkum

pada tabel 24 berikut.

Tabel 18

Hasil analisis Wilcoxon signed rank test perbedaan self

efficacy antara pretest dan posttest kelompok control

Tes Statisticsb

Self efficacy Pretest-Posttest

Z -1.929a

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.054

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan tabel 18 menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,054

pada self efficacy. Dari hasil tersebut ditemukan bahwa nilai asymp. Sig

hasil perhitungan lebih besar dari pada nilai asymp Sig pada tabel kritis

(0,054 ≥ 0,05). Maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa kelompok

kontrol sebelum dan setelah mendapat perlakuan bimbingan kelompok.

91

Selanjutnya untuk melihat tentang arah perbedaan tersebut, apakah

pretest atau posttest yang lebih tinggi, dapat dilihat berdasarkan pada

tabel berikut:

Tabel 19

Arah perbedaaan pretest dan posttest

Self efficacy kelompok kontrol

Self efficacy N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest – Pretest Negative Ranks 2a 9.00 18.00

Positive Ranks 11b 6.64 73.00

Ties 0c

Total 13

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

c. Posttest = Pretest

Berdasarkan tabel 19 di atas, nilai 2a pada self efficacy berarti

bahwa dari 13 orang siswa di kelompok kontrol, hanya sebahagian siswa

saja yang mengalami peningkatan dari pretest ke posttest. Pada bagian

deskripsi data terlihat bahwa mean pretest dan posttest menunjukkan

peningkatan, demikian juga dengan skor minimum, dan skor maksimum.

Namun peningkatan tersebut terbukti tidak signifikan antara pretest dan

posttest pada kelompok kontrol. Selain itu sebaran angka yang diperoleh

pada kelompok kontrol tidak merata, dalam arti ada yang mengalami

peningkatan, dan ada yang menurun perolehannya.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Untuk menguji hipotesis ketiga ini digunakan teknik Kolmogorov

Smirnov 2 Independent Sampels, yang menyatakan “Terdapat

perbedaan yang signifikan pada self efficacy antara siswa kelompok

eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan

92

kelompok, dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakuan layanan bimbingan kelompok”. Berdasarkan hal tersebut

didapatkan hasil pengujian seperti terangkum pada tabel 26 di bawah ini.

Tabel 20

Hasil Analisis Kolmogorov-Smirnov 2 independent samples

posttest variable self efficacy kelompok eksperimen dan Kontrol

Test Statisticsa

Postest Self efficacy

Most Extreme

Differences

Absolute 1.000

Positive 1.000

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z 2.550

Asymp. Sig. (2-tailed) .00024

a. Grouping Variable: Kelompok

Berdasarkan tabel 20 di atas, dapat dilihat bahwa self efficacy

pada kolom Asymp.Sig. (2-tailed) untuk uji dua sisi adalah 0.00024,

probabilitas di bawah 0.05 (0.00024 ≤ 0.05), atau Zhitung ≤ Ztabel ( 1.00 ≤

0.5334). H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada self efficacy antara siswa kelompok eksperimen

dengan siswa kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan layanan

bimbingan kelompok.

Hasil temuan yang lainnya adalah pada kelompok kontrol tidak

mengalami peningkatan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest-

nya baik pada self efficacy . Rata-rata pada variable self efficacy sebesar

152 (pretest) menjadi 155 (posttest) dengan kategori tetap sama yaitu

rendah.

93

Dari uraian di atas juga dapat menjawab hipotesis mayor yang

berbunyi bahwa “Layanan bimbingan kelompok efektif dalam

meningkatkan self efficacy siswa”.

C. Pembahasan

Self efficacy adalah hal yang penting dimiliki oleh siswa untuk

merencanakan masa depannya sejak dini, oleh karenanya perlu suatu upaya

untuk membantu siswa meningkatkan self efficacy. Layanan bimbingan

kelompok adalah salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang

terbukti efektif membantu meningkatkan self efficacy . Hal ini dapat dilihat

pada tabel 8 dimana hasil pretest (sebelum perlakuan) yang menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata tingkat self efficacy untuk

kelompok eksperimen adalah 152,84 sedangkan pada kelompok kontrol rata-

rata tingkat self efficacy sebesar 152,23.

Setelah layanan bimbingan kelompok diberikan kepada kelompok

eksperimen tingkat self efficacy siswa menjadi meningkat, yang mana semula

Siswa yang pada saat pretest berada pada rata-rata 152,84 setelah perlakuan

menjadi berada pada rata-rata 199,23. Berdasarkan hal ini terjadi peningkatan

Self efficacy siswa sebanyak 30,35% setelah diberikan perlakuan. Dengan

demikian self efficacy itu bisa meningkat apabila didukung oleh beberapa

faktor yang mana faktor tersebut berada disekitar siswa itu sendiri. Hal ini

sejalan dengan pendapat Bandura, (1997) pengalaman diri sendiri dan orang

lain akan mampu meningkatkan self efficacy siswa.

.

94

1. Pembahasan Hipotesis pertama

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang berbunyi

“Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan setelah diberikan

perlakuan layanan bimbingan kelompok (posttest)”. Pengujian

dilakukan dengan Wilcoxon Signed Rank Test.

Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti yang berpendapat bahwa self

efficacy siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan

bimbingan kelompok. Pemberian layanan ini dapat meningkatkan angka

perubahan self efficacy siswa yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari

hasil rata-rata kelompok eksperimen 152,84 menjadi 199,23 meningkat

sebanyak 30.35%. Siswa dalam kegiatan layanan ini banyak memperoleh

hal baru yang sesuai dengan yang disampaikan Rusmana (2009:13)

“Proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok

yang memungkinkan anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi

pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap, dan atau

keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah

atau dalam upaya pengembangan pribadi”.

2. Pembahasan Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang berbunyi “Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada self efficacy siswa kelompok kontrol pada pre-test dan

post-test (tanpa perlakuan layanan bimbingan kelompok)”. Pengujian

juga dilakukan dengan Wilcoxon Signed Rank Test.

95

Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti yang berpendapat bahwa self

efficacy siswa yang tidak diberikan layanan bimbingan kelompok lebih

lambat dalam perkembangan self efficacy. Hal ini dapat dilihat dari hasil

rata-rata kelompok kontrol 152,23 menjadi 155,76. Dari hal ini terlihat

peningkatan yang sangat lambat dimana siswa hanya mampu meningkat

sebanyak 1.17%.

3. Pembahasan Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yang berbunyi

”Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy siswa

kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan layanan bimbingan

kelompok, dengan siswa kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakuan layanan bimbingan kelompok”. Uji hipotesis ketiga

digunakan teknik Kolmogorov Smirnov 2 Independent Sampels.

Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata post test kelompok

eksperimen 199,23 dan kelompok kontrol 155,76. Dari hal ini dapat

terlihat dari perbandingan perbedaan sebanyak 27.90% antara tingkat post

test kelompok eksperimen dan kontrol. Dari jumlah ini terlihat jelas

perbedan hasil post test yang signifikan.

Hasil temuan ini juga dapat mendukung pendapat yang dikemukakan

oleh Prayitno (1997:103) tentang pentingnya bimbingan kelompok untuk

siswa yaitu:

96

(1) siswa mendapatkan kesempatan yang luas untuk berpendapat

dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya, (2)

siswa memiliki pemahaman yang objektif, tepat serta luas tentang

berbagai hal yang mereka bicarakan, (3) siswa belajar untuk

bersikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungan pribadi

mereka yang bersangkut paut dengan hal yang mereka bicarakan

di dalam kelompok, (4) menyusun program kegiatan yang

mewujudkan penolakan ter-hadap hal yang buruk dan sokongan

terhadap yang baik, (5) melaksanakan kegiatan nyata langsung

untuk membuahkan hasil sesuai dengan yang dibicarakan.

Untuk menghindari pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi

hasil dari perlakuan yang diberikan, maka khusus pada kelompok

eksperimen setiap akhir dari pertemuan bimbingan kelompok peneliti

memberikan materi-materi yang sama dengan topik tugas yang dibahas di

dalam kelompok.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa

layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan self efficacy

siswa. Keefektifan ini terlihat dari jumlah keseluruhan analisis yang

dilakukan dimana hasil self efficacy siswa kelompok eksperimen

mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol yang

tidak signifikan dalam kenaikan self efficacy siswa.

Keefektivan layanan bimbingan kelompok untuk membantu

permasalahan siswa juga dibuktikan juga oleh Suhartiwi (2009) dimana

setelah diberikan layanan bimbingan kelompok pada kelompok

eksperimen siswa mengalami self esteem dan motivasi belajar yang

meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol.

97

D. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan sebagai

berikut :

1. Penelitian ini memiliki keterbatasan terutama dalam subjek penelitian

yang dikategorkan kecil kurang dari 30 karena dengan sampel kecil,

penelitian ini tidak bisa mewakili keseluruhan dari siswa yang ada di

sekolah.

2. Pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini tidak dapat mengontrol

variabel moderator. Dalam arti peneliti tidak mampu mengukur variabel-

variabel lain yang memungkinkan siswa eksperimen mengalami kenaikan

self efficacy di luar perlakuan yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan untuk memperlakukan kontrol penuh terhadap subjek

penelitian, ini berbeda dengan penelitian eksperimen di bidang non-sosial

atau di laboratorium yang memungkinkan subjek penelitiannya untuk

dapat terkontrol secara penuh setiap saat.

98

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data atau hasil penelitian yang diperoleh, dan setelah

melakukan analisis statistik dan uji hipotesis, maka dapat disimpulkan secara

umum bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan self

efficacy siswa, secara khususnya adalah:

1. Terdapat perbedaan self efficacy siswa kelompok eksperimen sebelum

(pretest) dan setelah diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok

(posttest). Berbedaan ini karena dengan adanya suasana kelompok yang

memungkinkan anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi

pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap, dan

keterampilan yang memasukan topik yang sesuai dengan materi untuk

peningkatan self efficacy.

2. Tidak terdapat perbedaan self efficacy siswa kelompok kontrol pada

pre-test dan post-test (perlakuan program layanan yang ada di sekolah).

Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol pelaksanaan layanan tidak

dilaksanakan dengan membahas topik-topik yang tepat dan sesuai untuk

dapat meningkatkan self efficacy siswa.

3. Terdapat perbedaan self efficacy antara siswa kelompok eksperimen

yang diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok, dengan siswa

kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan layanan bimbingan

kelompok.

99

B. Implikasi

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol mengenai self efficacy siswa menunjukkan adanya

peningkatan pada kelompok eksprimen secara signifikan. Pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol sebelum perlakuan memiliki kesamaan

dalam self efficacy. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil pretest pada

kedua kelompok. Setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan

kelompok, kondisi self efficacy dan kelompok eksperimen secara signifikan

mengalami perubahan yang lebih baik atau meningkat. Adapun implikasinya

pada pelaksanaan layanan bimbigan konseling antara lain:

1. Layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat lebih secara intensif

dipergunakan dalam layanan bimbingan konseling, hal ini dikarenakan

layanan bimbingan kelompok menekankan aspek dinamika kelompok

yang memiliki semangat yang tinggi, kerjasama yang lancar dan mantap,

serta adanya saling mempercayai diantara anggota-anggotanya.

2. Dalam meningkatkan self efficacy siswa, dapat diberikan materi yang

sesuai untuk dapat meningkatkan self efficacy siswa. Materi ini dapat

dijadikan rujukan sebagai cara untuk meningkatkan self efficacy.

C. Saran

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang

telah dikemukakan, ada beberapa saran yang dapat diajukan sebagai tindak

lanjut penelitian ini. Beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebegai

berikut :

100

1. Bagi Guru BK

Diharapkan dapat melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan

lebih intensif dan terprogram. Layanan bimbingan kelompok ini bisa

dilakukan dengan menggunakan topik-topik yang sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai dalam pelaksanaan layanan.

2. Kepada kepala sekolah

Diharapkan dapat memfasilitasi guru BK dalam melaksanakan layanan,

baik dari segi dukungan moral maupun materil. Demi tercapainya tugas-

tugas perkembang siswa yang tepat dan membant siswa mengoptimalkan

kemampuan dirinya.

3. Bagi Peneliti lainnya

Perlu dilakukan penelitan yang serupa akan tetapi dilatarbelakangi oleh

konteks yang berbeda agar dapat membandingkan temuan dari hasil

penelitian ini.

101

DAFTAR RUJUKAN

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik)

Jakarta: Rineka Cipta.

. 2009. “Manajemen Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A . 1997. Self Efficacy in Changing Societies. New York: Camberg

University Press.

.1999. Social Cognitive Theory Of Personality. In L. Pervin & John, O. P.

(Ed.), Handbook of Personality: Theory and Research (2nd ed., pp.

154-196). New York: Guilford Publications.

.2004. Social Cognitive Theory of Posttraumatic Recovery: The Role of Perceived

Self-efficacy. Behaviour Research and Therapy, (42, 1129-1148-630).

.2006. Guide For Constructing Self-Efficacy Scales. In F. Pajares & T. Urdan

(Eds.). Self-efficacy Beliefs of Adolescents, (Vol. 5., pp. 307-337).

Greenwich, CT: Information Age Publishing.

Bonner, H. 1959. Group Dynamic :Principles and Applications. New York : The

Ronald Press Company

Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Penerjemah. Ahmad fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Edi Wibowo, Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:

UNNES Press.

Furqon. 2009. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Freadmen, Howard . 2006 .Kepribadian. Teori klasikal dan riset modern.

Penerjemah. Fransiska Dian. Jakarta : Erlangga.

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika

Aditama.

102

Juntika Nurihsan, Akhmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.

Bandung : Refika Aditama.

Ketut Sukardi, Dewa. 2003. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Lukiastuti, Fitra dan Muliawan Hamdani. 2012. Statistika Non parametric.

Yogyakarta: CAPS.

McElroy, Kathlenn L. 2002 Factors Associated With High Self-Efficacy Among

California’s Public Child Welfare Workers. Thesis. Los Angeles.

California State University.

Muri Yusuf, A. 1996. Teknik Analisa Data. Padang: FIP UNP

. 2009. Metodologi Penelitian – Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.

Padang: UNP Press.

Nur, Ghufron. 2010. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruz Media.

Pascasarjana. 2011. Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang :

Program Pascasarjana UNP

Permendiknas Nomor 27 tahun 2008. Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Konselor.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil)

Jakarta: Ghalia Indonesia.

. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program

PPK Jurusan BK UNP.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan

Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah

(Metode, Tekhnik dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.

Setiadi, Riswanda. 2010. Self-efficacy in Indonesian literacy teaching context: A

theoretical and Empirical Perspective. Bandung: Rizki Press

Siegel, Sidney. 1985. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Penerjemah. Peter Hagul. Jakarta: PT Gramedia.

Sudjana. 1994. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

103

Suhartiwi. 2009. Efektivitas layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

self esteem dan motivasi berprestasi dalam belajar. Tesis. Unversitas

Negeri Padang. (tidak diterbitkan).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Woodworth, Robert Sessions. 1918. Dynamic Psychology. London: Colombia

University Press