Upload
leduong
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME
MENGGUNAKAN METODE PRESENTASI KELOMPOK PADA POKOK
BAHASAN LISTRIK DINAMIS Studi Kasus di SMP PANGUDI LUHUR I KALIBAWANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Nama : Eka Noviyanto
Nim : 021424015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
i
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME
MENGGUNAKAN METODE PRESENTASI KELOMPOK PADA POKOK
BAHASAN LISTRIK DINAMIS Studi Kasus di SMP PANGUDI LUHUR I KALIBAWANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Nama : Eka Noviyanto
Nim : 021424015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Noviyanto, Eka. 2009. Efektifitas Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan Metode Presentasi Kelompok Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah metode presentasi
kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis; (2) apakah metode presentasi kelompok dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran; serta (3) bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
Subyek penelitian yaitu siswa kelas IX SMP PL I Kalibawang-Yogyakarta. Sampel yang diteliti berjumlah 58 siswa, dengan rincian 29 siswa dari kelas uji dan 29 siswa dari kelas kontrol. Treatment pada kelas uji yaitu pembelajaran melalui metode presentasi kelompok, sedang pada kelas kontrol rangkaian pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah. Instrument yang dipakai yaitu: (1) test, (2) observasi, dan (3) kuesioner. Metode analisis data menggunakan metode kuantitatif, sebab data-data yang diperoleh berupa data angka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rangkaian pembelajaran dengan metode presentasi kelompok terbukti lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan listrik dinamis, (2) metode presentasi kelompok lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dan (3) metode presentasi kelompok mendorong siswa untuk bersikap positif terhadap pembelajaran.
vii
ABSTRACT
Noviyanto, Eka. 2009. The Effectiveness Physics Learning With Approach Constructivism Using Group Presentation Method About Dynamic Electricity. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was intended to know whether: (1) group presentation learning
method increases student’s understanding about dynamic electricity; (2) students become more active in learning process; and (3) students have positive attitude toward this method.
The sample of this research was 58 Kalibawang-Yogyakarta SMP Pangudi Luhur students, 29 students as research sample, and 29 students as control sample. The research used test, observations, and questioner as instruments. The data was statistically analyzed using t-test.
The result of this research was: (1) the group presentation learning method increases student’s understanding about dynamic electricity, (2) students become more active in the learning process, and (3) students have positive attitude toward this method.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa penyelenggara kehidupan
yang selalu menaungi dan melimpahkan karunia bagi kita. Terlebih atas
terselesaikannya skripsi dengan judul ” Efektivitas Pembelajaran Fisika
Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan Metode Presentasi
Kelompok Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis ”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tentu tidak lepas dari
sumbang saran beberapa pihak lain. Untuk itu pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan FKIP USD yang
telah memberikan surat ijin permohonan penelitian.
2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku ketua jurusan pendidikan fisika
USD.
3. Romo Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
4. Staff dosen pendidikan fisika USD yang telah membantu dan
membimbing saya sebagai seorang calon guru fisika.
5. Staff sekretariat JPMIPA yang telah membantu saya selama proses
perkuliahan dan kelancaran dalam pelayanan administrasi.
6. Br. Lusius Supardji, FIC. selaku Kepala Sekolah SMP PL I Kalibawang
yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
ix
7. Bapak Yohanes Dedi Setyawan selaku guru pengampu mata pelajaran IPA
di SMP PL I Kalibawang yang telah berkenan memberikan kesempatan
untuk melakukan pengambilan data.
8. Rekanku Trihandono yang telah membantu saya sebagai observer selama
proses penelitian.
9. Gisela Kusria atas segala motivasi dan dukungannya.
10. Teman-teman seperjuanganku Pfis 02; Ari Purwadi, Dwi Ariyanto,
Andreas Trihartanto, Yohanes Wisnu Asmoro, Titik Utaminingsih, Osnita
sari, serta Tri Handono, atas inspirasi serta kerjasamanya yang telah kalian
berikan selama kuliah.
11. Yoseph Asiri Dotheres, Eryanto, Darmiyono, Ariyanto, Adrianus Suada,
Salvinus Baco, Alexander San Lohat, serta Yakobus Suwardoyo atas
dukungannya.
12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu demi satu atas kerelaan,
kerja sama, serta sumbang sarannya selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan sederhana ini tidak lepas dari keterbatasan,
untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 25 November 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................ ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH................. v
ABSTRAK.................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB. II. DASAR TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar……………………………………………… 6
2. Pengertian Pembelajaran………………………………………. 8
xi
B. Filsafat Konstruktivisme dan Pengaruhnya Terhadap Pembelajaran
1. Pembelajaran Konstruktivistik……………………………….... 8
2. Aspek Pembelajaran Konstruktivistik…………………………. 15
a. Perubahan Konsep…………………...…………………….. 15
b. Keterampilan Proses………………………………...……... 19
c. Berpikir Kritis……………………………………...…….… 20
d. Sikap……………………………………………..……….... 21
C. Metode Presentasi Kelompok…………………………………….... 23
a. Aspek Positif Metode Presentasi Kelompok…………………... 23
b. Aspek Negatif Metode Presentasi Kelompok………………….. 24
D. Efektivitas Pembelajaran…………………………………………... 24
1. Pengertian Pembelajaran yang Efektif…………………………. 24
2. Aspek Pembelajaran yang Efektif……………………………… 26
a. Keterlibatan Siswa Secara Aktif…..……………………….. 26
b. Membangkitkan Motivasi Belajar………………………….. 26
c. Menarik Minat dan Perhatian Siswa……...………………... 27
d. Memahami Prinsip Individualitas………………………….. 27
e. Prestasi Belajar……………………………………………... 28
E. Ringkasan Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamis......................... 30
1. Rangkaian Listrik……………..…………………….………….. 30
a. Arus Listrik……..………………...………………………... 30
b. Saklar dan Sekring…………………………..……………... 32
c. Sumber Tegangan…………...…………………..…………. 34
xii
1) Elemen Volta………………………………………..…. 34
2) Elemen Kering……………….....……………………… 35
3) Elemen Basah…………………………………..………. 36
d. Beda Potensial…………………………………..………….. 38
e. Gaya Gerak Listrik Sumber Tegangan...………......………. 39
2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik………….......…………….. 40
a. Hambatan dan Hukum Ohm……..…...……………………. 40
1) Hambatan……………………………………..………... 40
2) Hukum Ohm…………………..……………………….. 41
b. Hambatan pada Kawat Penghantar….…..………..……..…. 42
c. Kemampuan Zat Menghantarkan Arus Listrik………..….... 43
d. Arus Listrik pada Rangkaian Bercabang….……......……… 43
e. Rangkaian Hambatan Listrik…………………………..…... 45
f. Rangkaian Sumber Tegangan……..……………..………… 48
1) Rangkaian Seri………………………………..………... 48
2) Rangkaian Paralel…………………….………………... 49
3. Energi dan Daya Listrik………………………………………... 50
a. Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Panas.………...... 50
b. Daya Listrik………………………..……………………..... 51
F. Kaitan Dasar Teori dengan Metode Penelitian……………………. 53
G. Perumusan Hipotesis………………………………………………. 54
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Tahap Penelitian………………………...……………..... 56
xiii
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………... 57
C. Subjek Penelitian…………………………………………………... 57
D. Treatment…………………………………………………………... 57
E. Instrument Penelitian………………………………………………. 58
1. Test………………………..……………………………………. 58
2. Pengamatan…………………………………………………….. 61
3. Kuesioner Sikap………….…………………………………….. 62
F. Validitas Instrument…………….………………………………...... 62
G. Metode Analisis Data………….………………………………….... 63
1. Analisis Skor Test……………...……………...……………….. 63
a. Pemahaman Awal Siswa………...…………………………. 64
b. Perbadingan Pencapaian Hasil Belajar…..……...…………. 65
c. Efektivitas Metode Pembelajaran………………………….. 66
2. Analisis Keterlibatan Siswa......................................................... 66
3. Analisis sikap siswa ………………………..………………….. 68
BAB. IV. DATA DAN ANALISIS DATA
A. Proses Pengambilan Data………...………...………………………. 70
1. Awal……………………………………………………………. 70
2. Inti……………………………………………………………… 70
3. Akhir…………………………………………………………… 73
B. Data dan Analisis…………………………………………………... 74
1. Skor Test……………...………………………………………... 74
a. Skor pretest dan posttest………....……………..………….. 74
xiv
b. Analisis Pemahaman Awal Siswa……....……..…………… 76
c. Analisis Perbandingan Pencapaian Hasil Belajar Siswa…… 77
d. Analisis Efektivitas Metode Pembelajaran...…...………….. 80
2. Keterlibatan Siswa Selama Proses Pembelajaran…..………….. 81
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran….…………… 83
C. Pembahasan………………………………………………………… 87
1. Hasil Test Pemahaman………….…...…………………………. 87
2. Keterlibatan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran…..…….…. 89
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran.………. 90
BAB. V. PENUTUP
A. Kesimpulan………...………………………………………………. 92
B. Saran……………………………………………………………….. 92
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 94
LAMPIRAN…………………...………………………………….……….. 96
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 : Konsepsi Skematik Sikap........................................................ 22
Gambar 2 : Rangkaian Listrik Sederhana................................................... 30
Gambar 3 : Pemasangan Amperemeter dalam Rangkaian.......................... 32
Gambar 4 : Rangkaian Listrik dengan Ujung Kabel sebagai Saklar.......... 33
Gambar 5 : Sketsa Elemen Volta................................................................ 34
Gambar 6 : Sketsa Elemen Kering.............................................................. 36
Gambar 7 : Sketsa Elemen Basah/Akumulator........................................... 37
Gambar 8 : Rangkaian Listrik dengan sebuah Baterai, Saklar, Lampu,..... 39
Gambar 9 : Rangkaian Listrik tak Bercabang…………….…...…………. 43
Gambar 10 : Rangkaian listrik bercabang……...………………………….. 44
Gambar 11 : Rangkaian Hambatan disusun secara Seri………….……….. 45
Gambar 12 : Rangkaian Hambatan disusun secara Paralel...…...…………. 46
Gambar 13 : Rangkaian Kombinasi…………...…………...……………… 46
Gambar 14 : Rangkaian Sumber Tegangan…………….…………………. 48
Gambar 15 : Sumber Tegangan disusun secara Seri………...…..………… 49
Gambar 16 : Sumber Tegangan dirangkai secara Paralel……...…….......... 49
Gambar 17 : Skema Pelaksanaan Penelitian................................................. 56
Gambar 18 : Skema Pengolahan Data Pretest............................................... 64
Gambar 19 : Skema Pengolahan Data Pretest-Posttest……..……………... 65
Gambar 20 : Skema Pengolahan Data Posttest……………..……………... 66
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 : Distribusi Soal Test...................................................................... 58
Tabel 2 : Pengelompokan Aspek Keterlibatan Siswa................................. 61
Tabel 3 : Aspek Keterlibatan Siswa............................................................ 67
Tabel 4 : Hasil Rekapitulasi Keterlibatan Siswa......................................... 67
Tabel 5 : Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa....................................... 68
Tabel 6 : Hasil Rekapitulasi Pengisian Kuesioner...................................... 69
Tabel 7 : Kriteria Kualifikasi Sikap Siswa…............................................. 69
Tabel 8 : Skor Pretest-Posttest Kelas Uji…………...……………….…... 74
Tabel 9 : Skor Pretest-Posttest Kelas Kontrol.………......………………. 75
Tabel 10 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Uji……......…………..……….. 81
Tabel 11 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Kontrol …....……....………..... 82
Tabel 12 : Data Skor Sikap Siswa Kelas Uji…………….…......…………. 84
Tabel 13 : Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Pada Kelas Uji….…...………… 85
Tabel 14 : Data Skor Sikap Siswa Kelas Kontrol ……...…………………. 85
Tabel 15 : Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Pada Kelas Kontrol …………… 86
Tabel 16 : Kriteria Penskoran Jawaban Pretest-Posttest......……...….......... 116
Tabel 17 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Uji…...……............................... 149
Tabel 18 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Kontrol………...….................... 150
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian……………………………………..... 97
Lampiran 2 : Soal Test Pemahaman…….…………………….………… 99
Lampiran 3 : Pedoman Jawaban Soal Test…….………………………... 104
Lampiran 4 : Kriteria Penskoran Pengerjaan Soal Test….……………… 116
Lampiran 5 : Hasil Test Pemahaman…………..….…..………………… 139
Lampiran 6 : Uji Normalitas Data Skor………........…………………... 147
Lampiran 7 : Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa….....…………… 148
Lampiran 8 : Data Keterlibatan Siswa Pada Kelas Uji…....…………….. 149
Lampiran 9 : Data Keterlibatan Siswa Pada Kelas Kontrol…....……….. 150
Lampiran 10 : Kuesioner Sikap Kelas Uji …...……..……………………. 151
Lampiran 11 : Kuesioner Sikap Kelas Kontrol ………..…………………. 155
Lampiran 12 : Hasil Pengisian Soal Kuesioner.....……….………………. 159
Lampiran 13 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….…………….... 163
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan kesatuan dari dua konsep yaitu belajar dan
mengajar. Konsep belajar lebih tertuju pada pihak peserta didik, sedangkan
konsep mengajar lebih mengarah pada pihak pendidik. Individu-individu
yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai dorongan dan
tujuan untuk menuju tercapainya perubahan perilaku, pengetahuan, serta
sikap positif pada peserta didik.
Pada prinsipnya kegiatan pembelajaran fisika mendasarkan pada
terciptanya proses interaksi antara peserta didik dengan sekumpulan objek
belajar. Pada saat berinteraksi dengan objek belajar siswa mempunyai
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan situasi dan
kondisi objek belajar. Sehubungan dengan hal tersebut banyak digunakan
berbagai pendekatan terhadap kegiatan pembelajaran fisika. Berdasarkan
filsafat pengetahuan konstruktivisme, terdapat prinsip bahwa pengetahuan
(knowledge) yang dimiliki seseorang (siswa) tidak lain merupakan konstruksi
dari siswa itu sendiri. Filsafat pengetahuan konstruktivisme menekankan
bahwa pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, seseorang (siswa)
harus aktif mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri berdasarkan konsep-
konsep yang telah ia peroleh dari tahap sebelumnya. Proses aktif menyiratkan
pengertian bahwa seseorang (siswa) harus terlibat secara langsung dan terus-
menerus dalam hal mengeksplorasi dan mengkonstruksi sendiri
1
2
pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang relevan, terlebih dalam
mendayagunakan kemampuan berpikir untuk menghadapi dan menyelesaikan
suatu persoalan yang mereka temui pada saat kegiatan belajar-mengajar
berlangsung.
Rangkaian kegiatan pembelajaran fisika dilaksanakan untuk mengerti
dan memahami konsep-konsep fisika beserta bagaimana hubungan antar
konsep yang satu dengan konsep yang lain. Setelah siswa memahami
sejumlah konsep serta hubungan keterkaitan antar konsep tersebut diharapkan
mampu menerapkannya dalam menghadapi dan memecahkan persoalan terkait
dengan pelaksanaan pembelajaran pada materi tertentu. Unsur penyajian
materi merupakan unsur penting dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
materi yang tergolong sulit bila proses penyampaiannya dikemas
menggunakan metode yang tepat, kesannya menjadi menarik dan
menyenangkan, sehingga siswa memiliki motivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan serius. Suasana yang sedemikian dapat membawa
mereka lebih mudah untuk mengerti dan memahami konsep-konsep fisika
beserta hubungannya antara konsep yang satu dengan yang lain, sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung dengan efektif.
Sebagai tinjak lanjut dari tujuan pembelajaran yang tersebut di atas,
maka model penyampaian materi menggunakan metode presentasi kelompok
merupakan salah satu langkah untuk membantu siswa agar mudah mengerti
dan memahami suatu konsep yang terdapat pada materi pembelajaran. Metode
presentasi kelompok merupakan suatu wahana yang tepat untuk menanamkan
3
dan melatih siswa untuk mampu bersikap ilmiah seperti: bekerjasama, mampu
menyampaikan ataupun menerima gagasan untuk dan dari orang lain, jujur,
berpikir kritis, bersikap positif dalam menghadapi dan menyelesaikan
persoalan terkait berlangsungnya proses pembelajaran.
Model pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode presentasi
kelompok merupakan metode yang sederhana untuk mengemas suasana
pembelajaran yang sedapat mungkin mampu melibatkan seluruh siswa secara
aktif dan berkesinambungan dalam membangun pengetahuannya melalui
proses belajar-mengajar. Untuk memperjelas isi materi presentasi sangat
dimungkinkan penggunaan alat peraga yang relevan. Selain hal itu untuk
memperdalam isi materi yang disajikan dilakukan melalui sesi tanya-jawab
yang diharapkan dapat memperkaya pemahaman konsep terkait materi yang
disajikan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep beserta kaitan
antara suatu konsep dengan konsep yang lain, sangatlah penting untuk
semaksimal mungkin melibatkan siswa secara aktif dan berkesinambungan
dalam serangkaian proses pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan
kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pada penelitian ini penulis mengambil topik “ Efektivitas
Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan
Metode Presentasi Kelompok Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis ”.
Penulis membatasi pengertian pembelajaran yang efektif sebagai kegiatan
pembelajaran yang memiliki representasi: a) meningkatnya prestasi belajar
4
siswa; b) melibatkan siswa secara aktif; dan c) menumbuhkan sikap positif
terhadap pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini:
1. Apakah metode presentasi kelompok dapat meningkatkan pemahaman
konsep yang ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa?
2. Apakah metode presentasi kelompok dapat mendorong siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat keefektifan metode presentasi kelompok dalam hal
pemahaman konsep siswa untuk materi listrik dinamis.
2. Mengetahui tingkat keterlibatan siswa terkait model pembelajaran yang
diterapkan.
3. Mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penelitian
5
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
kepentingan pengembangan kegiatan pembelajaran.
2. Bagi siswa
Melalui penelitian ini siswa dapat mengetahui dan mengalami secara
langsung rangkaian pembelajaran melalui metode presentasi kelompok.
3. Bagi calon guru maupun guru
Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan sejumlah informasi yang
bersifat praktis bagi calon guru maupun guru dalam menentukan alternatif
pembelajaran demi pengembangan ilmu pengetahuan.
6
BAB II
DASAR TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Hamalik (2003:27) menyatakan “learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing”.
Menurut dia belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan diatas belajar
dapat dimaknai sebagai serangkaian proses (kegiatan) yang semata-mata
bukan hanya menitik-beratkan pada aspek hasil saja. Representasi belajar
hendaknya tidak hanya sebatas pada rutinitas mengingat, menghafal,
mencatat, akan tetapi belajar akan menjadi lebih bermakna bila melibatkan
aspek proses (terjadinya suatu perubahan) misalnya dari tidak mengerti
menjadi lebih mengerti, dari kurang tepat menjadi lebih tepat, dari kurang
sempurna menjadi sempurna, bahkan dari tidak tahu menjadi lebih tahu.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui serangkaian interaksi dengan lingkungan, dimana selama proses
interaksi itu berlangsung terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman
belajar (Hamalik, 2003:28). Belajar dapat dimaknai sebagai serangkaian
proses yang melibatkan tahap-tahap tertentu untuk mencapai sasaran yang
telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya.
Lester dan Crow (Roestiyah, 1982:149) mendefinisikan belajar
sebagai “perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.
6
7
Seseorang dapat dikatakan belajar bila pada individu tersebut mengalami
perubahan sesuatu hal, baik dari keadaan yang semula tidak tahu berubah
menjadi lebih tahu, dari hal yang tidak benar menjadi benar, sehingga
secara umum dapat dikatakan seseorang dikatakan belajar apabila individu
yang bersangkutan mengalami proses pembiasaan tertentu terkait dengan
kebiasaan, pengetahuan, serta sikap yang pada akhirnya bermuara pada
proses pencapaian suatu hal menuju tingkat yang lebih baik. Konteks
belajar menjadi kurang tepat apabila hanya menitik-beratkan pada salah
satu aspek misalnya aspek hasil saja tanpa memperhatikan segi proses dan
pola perubahan selama seseorang mengalami proses pembiasaan tertentu
(belajar).
Sedangkan Gagne (Roestiyah, 1982:156-157) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, serta tingkah laku yang diperoleh dari instruksi.
Menurut teori ini “sesuatu” yang pada umumnya dipelajari oleh manusia
tersusun atas lima aspek meliputi: a) keterampilan motoris; b) informasi
verbal; c) kemampuan intelektual; d) strategi kognitif; dan e) sikap.
Pada saat seseorang terlibat dalam proses belajar maka terjadi pula
hubungan timbal-balik antara komponen aspek yang satu dengan yang
lain, semakin selaras hubungan timbal-balik antara kelima aspek tersebut
maka akan menentukan kualitas belajar seseorang yang tercermin pada
seberapa dalam taraf pencapaian yang ia peroleh.
8
2. Pengertian Pembelajaran
Surya (2004:7-10) merumuskan pembelajaran sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurutnya terdapat
beberapa prinsip yang mendasari suatu pembelajaran seperti: a)
pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan tingkah- laku;
b) hasil dari pembelajaran diindikasikan dengan terjadinya perubahan
perilaku secara keseluruhan; c) pembelajaran merupakan suatu proses
yang berkesinambungan; d) proses pembelajaran terjadi karena adanya
suatu dorongan serta tujuan yang akan dicapai; serta e) pembelajaran
merupakan manifestasi bentuk pengalaman.
Berdasarkan perumusan tersebut di atas, penulis dapat mengatakan
bahwa pembelajaran merupakan serangkaian proses yang secara sadar
dilakukan oleh seseorang (peserta didik) dan berlangsung secara terus-
menerus untuk mencapai terjadinya perubahan tingkah laku selama
seseorang berinteraksi dengan lingkungan fisik, individu lain, situasi, serta
persoalan tertentu.
B. Filsafat Konstruktivisme dan Pengaruhnya Terhadap Pembelajaran
1. Pembelajaran Konstruktivistik
Konstruktivisme merupakan filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi (bentukan) kita
9
sendiri (Von Glasersfeld dalam Bettencourt dan Matthews, dalam
Suparno, 1997:18). Von Glasersfeld secara sederhana menyatakan bahwa
pengetahuan (knowledge) bukanlah suatu tiruan dari suatu kenyataan dan
bukanlah suatu gambaran nyata dari kenyataan yang ada, akan tetapi
pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan
individual. Seseorang dapat membentuk sebuah skema, kategori, konsep
beserta struktur pengetahuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya
(Bettencourt, dalam Suparno, 1997:18). Menurutnya pengetahuan
merupakan hasil ciptaan manusia yang dikonstruksi berdasarkan
pengalaman, dimana pengalaman tersebut terbatas pada banyak sedikitnya
pengalaman yang telah dialami dan didapat oleh seseorang.
Jika seseorang mengkonstruksi pengetahuannya sudah barang tentu
akan melibatkan sebuah proses. Menurut Piaget (Suparno, 1997:18),
proses pembentukan pengetahuan berlangsung secara terus-menerus
dengan setiap kali perlu mengadakan reorganisasi akan adanya suatu
pemahaman yang bersifat baru. Dari keseluruhan gagasan mengenai
definisi pengetahuan maka penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan
(knowledge) merupakan hasil bangunan dari pemikiran (abstraksi)
seseorang terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar manusia,
dimana proses konstruksi tersebut berlangsung terus-menerus, yang
dilandasi dengan pengalaman baik pengalaman fisik, kognitif, serta mental
yang telah seseorang miliki untuk mengkolaborasikannya dengan
informasi yang bersifat baru.
10
Senada dengan hal di atas, Lorsbach dan Tobin (Suparno, 1997: 18),
mengemukakan sebuah gagasan bahwa sarana yang dapat memungkinkan
seseorang untuk mengetahui tentang “sesuatu” ialah inderanya. Dengan
kemampuan inderanya seseorang dapat berinteraksi dengan obyek maupun
lingkungan, sehingga setelah terjadi proses interaksi memungkinkan
seseorang untuk memikirkan mengenai obyek dan lingkungan tersebut.
Para konstruktivis menekankan bahwa pengetahuan itu ada dalam diri
seseorang yang sedang berusaha untuk mengetahui tentang sesuatu
(belajar). Lorsbach dan Tobin (Suparno, 1997:19), dengan tegas
menyatakan bahwa pengetahuann tidak bisa dipindahkan (ditransfer)
secara langsung dari pikiran seseorang (pendidik) menuju kepikiran orang
lain (peserta didik), sehingga siswa sendirilah yang harus memahami apa
yang telah diajarkannya melalui proses penyesuaian dengan
pengalamannya.
Berdasarkan gagasan Von Glasersfeld, dkk (Suparno,1997: 18) yang
dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan akan lebih
bermakna bagi seseorang jika pengetahuan tersebut merupakan hasil dari
serangkaian proses aktif di bawah bimbingan seorang guru ataupun orang
lain yang dilakukan terus-menerus berdasarkan pengalaman yang telah
dimiliki seseorang. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara langsung
dari otak seseorang (guru) menuju ke otak individu lain (murid) tanpa
melalui serangkaian proses tertentu, dapat dikatakan pula bahwa
pengalamanlah yang berperan dalam proses konstruksi pengetahuan.
11
Kesimpulan akhir dari uraian di atas ialah: “tanpa melalui pengalaman
fisik, kognitif, dan mental, maka pengetahuan tidak mungkin akan
terbangun”.
Menurut Von Glasersfeld (1996 dalam Suparno, 1997:19),
pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang pada waktu orang
tersebut berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Menurut dia
lingkungan dapat berupa: a) keseluruhan obyek dan semua relasi yang
diabstraksikan dari pengalaman; dan b) sesuatu disekitar kita terutama hal-
hal yang sedang kita isolasikan.
Von Glasersfeld dalam Matthews (1994 dalam Suparno, 1997:19),
menekankan bahwa struktur konsepsi seseorang akan membentuk
pengetahuan apabila struktur tersebut dapat digunakan dalam mengadapi
persoalan-persoalan sehubungan dengan konsepsi tersebut. Syarat mutlak
agar suatu konsepsi dan abstraksi disebut telah membentuk pengetahuan di
dalam pikiran seseorang yaitu apabila konsep ataupun abstraksi terhadap
“sesuatu” dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai macam persoalan
yang sedang dihadapi.
Von Glasersfeld (Bettentcourt, 1989 dalam Suparno, 1997:20),
mengutarakan bahwa semua pengetahuan (knowledge) yang kita peroleh
merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Ajaran konstruktivis secara tegas
menolak adanya kemungkinan proses transfer pengetahuan dari individu
yang satu (guru) menuju individu yang lain (siswa), dengan dasar tidak
mungkin seseorang dapat memindahkan pengetahuan sebab setiap orang
12
akan membangun pengetahuan pada diri masing-masing. Jika seseorang
(guru) bermaksud menstransfer pengetahuan baik konsep, ide, serta
pengertian yang ditujukan kepikiran orang lain (siswa), maka proses
transfer pengetahuan tersebut harus diinterpretasi dan dikonstruksi oleh
siswa berdasarkan pengalaman yang telah ia peroleh. Menurut dia untuk
dapat mengkonstruksi pengetahuan diperlukan beberapa kemampuan
seperti:
a. Mengingat dan mengungkapkan kembali suatu pengalaman, sebab
pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalaman-
pengalaman tersebut.
b. Membandingkan dan menjustifikasi (mengambil keputusan)
mengenai persamaan dan perbedaan tentang sesuatu, sebab untuk
dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman
khusus serta melihat persamaan dan perbedaannya untuk dapat
membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.
c. Lebih menyukai pengalaman tertentu dari pada pengalaman yang
lain sehingga akan membentuk persoalan nilai dari pengetahuan
yang seseorang bangun.
Dalam konteks proses pembentukan pengetahuan, Piaget
(Suparno,1997: 20-21), menyatakan terdapat dua aspek berpikir yaitu:
a. Berpikir figuratif yang berarti imajinasi keadaan sesaat dan statis,
dimana aspek ini meliputi persepsi, imajinasi, serta gambaran mental
seseorang terhadap suatu obyek maupun fenomena.
13
b. Berpikir operatif yang bermakna sesuatu yang lebih cenderung dan
berkaitan dengan transformasi dari satu level ke level lain, dimana
aspek ini meliputi proses operasi intelektual maupun sistem
transformasi.
Menurutnya aspek berpikir yang lebih esensial adalah aspek berpikir
opertif, dimana dengan memanfaatkan aspek tersebut memungkinkan
seseorang untuk dapat mengembangkan pengetahuannya mulai dari level
satu menuju level yang lebih tinggi.
Shapiro (Suparno, 1997: 21), menegaskan tujuan dari seseorang
untuk dapat mengetahui sesuatu bukanlah untuk menemukan sebuah
realitas, akan tetapi untuk mengorganisasikan “pengetahuan” yang cocok
dengan pengalaman hidup seseorang, sehingga dapat digunakan bila suatu
saat seseorang berhadapan dengan tantangan dan pengalaman yang
bersifat baru.
Tasker (Hamzah, 2006), menitik-beratkan tiga hal yang harus terjadi
dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu:
a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna.
b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna.
c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
14
Senada dengan pernyataan Tasker, Wheatley (Hamzah, 2006),
mengajukan dua prinsip utama yang mencerminkan pembelajaran
konstruktivistik yaitu:
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, melainkan secara
aktif oleh struktur kognitif siswa.
b. Fungsi-fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Berdasarkan gagasan Tasker dan Wheatley (Hamzah, 2006) tersebut
di atas, sebuah pembelajaran dapat dikatakan konstruktivistik bila selama
kegiatan belajar-mengajar berlangsung melibatkan peran aktif seluruh
siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya. Peran aktif itu dapat
berwujud mengaitkan antara konsepsi yang sudah ia miliki dengan
konsepsi yang baru ia terima, sehingga tidak menutup kemungkinan akan
menimbulkan ketidak-selarasan dengan hal tersebut. Dengan
memanfaatkan fungsi-fungsi kognisi masing-masing anak yang tidak lepas
dari bimbingan guru maupun orang lain yang berkompeten pada bidang
tertentu diharapkan siswa tersebut dapat membangun pengetahuan secara
mandiri.
Kartika Budi (2000: 46-57), menegaskan bahwa suatu pembelajaran
yang bersifat konstruktivistik dapat dibangun melalui beberapa variasi
antara lain: a) membina siswa-siswi untuk mampu membaca sendiri
seperti: literatur, reader, hand out, serta buku-buku pelajaran; b)
mendorong siswa untuk selalu berperan aktif bertanya; c) melatih dan
15
membiasakan siswa untuk berani menyampaikan pendapat, konsepsi, ide-
ide serta gagasan yang telah dimiliki masing-masing siswa; d) membangun
peta konsep; e) merancang dan melaksanakan percobaan; f) menganalisis
data dan menarik kesimpulan; g) memilih dan menentukan sendiri
kegiatan (belajar) yang akan dilakukan; h) eksperimen dan demonstrasi; i)
belajar dalam kelompok; serta j) penyelesaian soal-soal secara sistematis.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa semakin
banyak aspek yang dilakukan (muncul) selama proses belajar mengajar
berlangsung, maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan disebut sebagai
pembelajaran konstruktivistik.
2. Aspek Pembelajaran Konstruktivistik
1. Perubahan konsep
Suparno (2000:15), secara sederhana menjelaskan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikatakan baik apabila selama proses pembelajaran
berlangsung, membantu terjadinya perubahan konsep pada diri siswa.
Menurut dia perubahan tersebut dapat berupa semakin lengkapnya
suatu konsep maupun semakin benarnya suatu konsep, dimana
perubahan yang terjadi dapat bersifat pelan-pelan yang lazim disebut
proses “asimilasi”, selain itu perubahan yang terjadi juga dapat
bersifat drastis disebut dengan proses “akomodasi”.
Menurut disiplin ilmu fisika hal yang paling utama pada saat
seseorang (siswa) sedang belajar adalah terjadinya perubahan konsep
16
pada diri anak yang sedang belajar. Secara umum perubahan itu dapat
terjadi dalam dua bentuk yaitu:
a. Pengembangan konsep yang telah dimiliki seseorang siswa dari
yang belum lengkap menjadi lebih lengkap ataupun dari yang
belum sempurna menjadi lebih sempurna.
b. Pembetulan konsep dari yang tidak tepat atau salah menjadi
konsep yang benar dan atau sesuai dengan apa yang telah
menjadi kesepakatan para ahli di bidang ilmu fisika (Suparno,
2000: 15).
Melalui proses perubahan tersebut diharapkan seseorang siswa
yang sedang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih
lengkap dan benar, sehingga apa yang mereka pelajari pada saat
tertentu pada akhirnya dapat berguna untuk memenuhi tuntutan tugas
dan tanggung jawab sebagai seorang siswa yang sedang menuntut ilmu
pengetahuan pada jenjang dan periode tertentu, ataupun juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari suatu konsep yang
memiliki taraf lebih tinggi dari apa yang sedang mereka pelajari saat
itu.
Posner, dkk (Suparno, 2000: 16), menekankan bahwa dalam
proses belajar terdapat dua fase dari perubahan konsep yaitu:
a. Central commitment, berdasar ungkapan tersebut tersirat
pengertian bahwa dalam fase “central commitment” para
ilmuwan mendefinisikan persoalan, strategi menghadapi
17
persoalan, dan menentukan kriteria untuk melakukan
penyelesaian suatu persoalan.
b. The central commitment in need of modification, berdasar
ungkapan ini tersirat pengertian bahwa ilmuwan harus
mengubah “central commitment” jika ternyata hal tersebut
bertentangan dengan asumsi dasar mereka (ilmuwan).
Menurut Suparno (2000:16), suatu perubahan konsep harus
dilakukan apabila definisi, strategi, maupun kriteria yang digunakan
ternyata masih menghasilkan akibat-akibat yang berlawanan dengan
anggapan dasar para ilmuwan, dapat dikatakan pula secara konkret
perubahan konsep harus dilakukan apabila definisi, strategi, dan
kriteria yang digunakan masih belum berguna pada saat seseorang
(siswa) menemui suatu persoalan yang terkait dengan tuntutan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai individu yang sedang belajar.
Selain kedua fase di atas Posner, dkk (Suparno, 2000:16),
menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua proses yang
memiliki sifat hubungan kedekatan terhadap “central commitment dan
the central commitment in need of modification” dari perubahan
konsep yaitu:
a. Tahap “asimilasi”, pada tahap ini siswa hanya menggunakan
konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk menghadapi
gejala-gejala maupun situasi yang bersifat baru melalui suatu
18
perubahan kecil, dimana perubahan tersebut masuk dalam taraf
penyesuaian.
b. Tahap “akomodasi”, dalam tahap ini seseorang (siswa) harus
mengganti atau mengubah konsep-konsep lama yang masih
mereka pertahankan dari suatu waktu tertentu hingga saat itu,
sebab konsep-konsep lama yang mereka punyai tersebut sudah
tidak relevan lagi jika digunakan untuk menghadapi situasi
maupun persoalan yang bersifat baru.
Posner dkk (Suparno, 2000:17), menekankan bahwa diperlukan
beberapa keadaan lain agar proses “akomodasi” dapat terjadi seperti:
a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada,
sehingga seseorang yang sedang belajar akan mengubah konsep
yang telah mereka punyai jika ternyata sudah tidak relevan lagi
terhadap situasi, gejala, dan pengalaman yang mereka hadapi
saat itu, sehingga sebagian maupun keseluruhan konsep dan
pengalaman yang telah mereka miliki sampai waktu itu sudah
usang (tidak sesuai) untuk menghadapi situasi, gejala, dan
pengalaman yang bersifat baru.
b. Konsep yang baru harus bersifat “intelligible” (mudah dipahami
dan dimengerti), sehingga siswa dapat mengerti bagaimana
pengalaman-pengalaman yang baru saja didapat pada waktu
tertentu dapat dengan mudah didekati menggunakan konsep-
konsep yang bersifat baru tersebut.
19
2. Keterampilan proses
Pendekatan terhadap keterampilan proses merupakan usaha
untuk memperoleh informasi mengenai seberapa dalam perolehan
belajar siswa secara menyeluruh baik pengetahuan, sikap, konsep,
serta nilai (Usman, 1997: 42). Menurutnya dengan pendekatan
keterampilan proses maka sekaligus dapat dikembangkan sikap lain
seperti: a) kreatif; b) kerja sama; c) tanggung jawab; dan d) disiplin
sesuai penekanan pada bidang ilmu yang terkait. Selanjutnya secara
sederhana dia menjelaskan bahwa pendekatan keterampilam proses
merupakan salah satu pendekatan dalam proses belajar-mengajar yang
tertuju pada pengembangan kemampuan-kemampuan fisik dan sosial
yang sangat mendasar sebagai daya penggerak kemampuan yang lebih
tinggi dalam setiap individu. Selebihnya Usman (1997: 42-43),
memberikan batasan mengenai aspek-aspek yang terkait dalam
keterampilan proses antara lain kemampuan untuk:
a. Mengamati yaitu keterampilan mengumpulkan data maupun
informasi dengan memanfaatkan kepekaan indera.
b. Merencanakan penelitian yaitu keterampilan menentukan hal-hal
seperti: obyek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup
penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat dan
bahan yang diperlukan, maupun sumber acuan yang diperlukan.
c. Menginterpretasikan yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu
yang dapat berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, ataupun
20
informasi yang telah diperoleh berdasarkan hasil pengamatan,
analisis, serta eksperimen.
d. Mengklasifikasikan yaitu keterampilan menggolongkan sesuatu
yang dapat berupa benda, konsep, atau nilai melalui peninjauan
terhadap persamaan dan perbedaan sesuatu baik berupa benda,
kenyataan, maupun konsep sebagai dasar penggolongan.
e. Memprediksi yaitu keterampilan mengantisipasi dan atau
menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi berdasrkan perkiraan
atas kecenderungan pola tertentu maupun hubungan antar data
serta informasi.
f. Menerapkan yaitu keterampilan menggunakan hasil belajar yang
dapat berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori,
ataupun keterampilan tertentu.
g. Mengkomunikasikan yaitu keterampilan menyampaikan suatu
perolehan ataupun hasil belajar terhadap individu (siswa) yang
lain baik dalam bentuk tulisan, gambar, peragaan, serta tindakan.
3. Berpikir kritis
Dalam konteks proses belajar-mengajar “berpikir kritis”
merupakan salah satu unsur yang layak untuk selalu dibina. Suparno
(1999: 42), memberikan ulasan berkaitan dengan pentingnya berpikir
kritis (critical thingking). Menurut dia sangatlah penting seorang guru
dapat melatih siswa-siswi untuk berpikir kritis mengenai persoalan
yang sedang dihadapi, murid perlu dilatih untuk tidak terlalu mudah
21
“mengiyakan” suatu gagasan atau pernyataan yang sedang ataupun
yang telah dikemukakan oleh guru maupun orang lain. Hal tersebut
dapat diwujudkan dengan jalan membiasakan mereka untuk selalu
bertanya tentang suatu hal, misalnya; mengapa bisa demikian? Selain
hal tersebut perlu juga membiasakan mereka untuk dapat memberikan
suatu alasan yang rasioanal pada saat mereka akan mengungkapkan
suatu gagasan maupun ide-idenya sehubungan dengan segala sesuatu
yang sedang dihadapi.
4. Sikap
Thurstone, dkk (Azwar, 2005: 5), mendefinisikan “sikap”
sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, dimana reaksi
tersebut pada umunya nampak dalam hal perasaan memihak
(favorable) atau perasaan tidak memihak (unfavorable). Lebih lanjut
Thurstone memformulasikan definisi mengenai “sikap” sebagai
“derajad efek positif ataupun efek negatif yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu obyek”.
Sedangkan Rosenberg dan Hovland (Azwar, 2005: 7-9),
menyatakan bahwa “sikap” tersusun atas tiga komponen yaitu: a)
kognisi (cognitif); b) afeksi (affectif); dan c) konasi (conatif), dimana
ketiganya akan terabstraksi membentuk sikap. Menurut pendapat
kedua tokoh ini sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek
merupakan suatu gejala yang dapat menjembatani proses interaksi
antara respon seseorang terhadap obyek yang sedang dihadapi.
22
Selebihnya Rosenberg dan Hovland membuat skema mengenai
konsepsi sikap sebagai berikut:
Gambar 1. Konsepsi skematik sikap menurut Rosenberg dan Hovland (sumber; Azwar: 2005, hal 8)
Kothandapani (Azwar, 2005: 23-28) mengatakan bahwa struktur
sikap terdiri atas tiga komponen yaitu: a) kognitif; b) afektif; serta c)
konatif. Komponen kognitif merupakan suatu manivestasi dari
keyakinan seseorang terhadap suatu obyek. Komponen afektif
merupakan bentuk representasi dari perasaan yang ditentukan oleh
aspek emosional pada saat seseorang sedang berinteraksi terhadap
obyek tertentu. Sedangkan komponen konatif dimaknai sebagai
generalisasi kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek untuk
berperilaku sesuai dengan kehendak yang sedang berperan pada situasi
dan saat itu.
23
C. Metode Presentasi Kelompok
Menurut tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 700), kata “presentasi”
dibatasi pada konteks: 1) pemberian; 2) penyajian. Sedangkan “kelompok”
dibatasi pada sekumpulan “siswa” yang tergabung dalam satu kesatuan
(tujuan atau tanggung jawab) yang sama untuk kepentingan proses belajar-
mengajar. Berdasarkan kedua batasan di atas serta ruang lingkup penelitian ini
istilah “presentasi kelompok” dimaknai sebagai penyajian materi
pembelajaran oleh sekelompok siswa terhadap siswa yang lain yang mana
dipandu oleh guru sebagai moderator.
Cilstrap dan Martin (Roestiyah, 2001: 15) mendefinisikan model
pembelajaran kelompok sebagai kegiatan se-kelompok kecil siswa yang
dikoordinasi dalam rangka kepentingan belajar. Roestiyah, (2001: 17)
mengungkapkan sebagai berikut; sebagai model pembelajaran, metode
presentasi memiliki aspek positif dan negatif.
1. Aspek Positif Metode Presentasi Kelompok
a. Memberikan kesempatan yang luas untuk mendayagunakan
keterampilan bertanya dan pembahasan lebih lanjut terkait hal yang
sedang dihadapi.
b. Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan mengemukakan
gagasan pribadi maupun menerima gagasan dari individu lain.
c. Memungkinkan pihak guru untuk lebih memperhatikan tingkat
kebutuhan masing-masing siswa.
24
d. Siswa lebih berpeluang untuk terlibat aktif dalam iklim pembelajaran.
e. Peluang untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap masalah
yang sedang dihadapi lebih terbuka.
f. Membina tanggung jawab terhadap suatu pendapat, keputusan maupun
kesimpulan yang telah diambil.
2. Aspek Negatif Metode Presentasi Kelompok
a. Presentasi seringkali didominasi oleh siswa yang memiliki bakat dan
kemampuan keterampilan berbicara.
b. Tidak semua materi dapat disajikan dengan metode presentasi
kelompok.
c. Memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak, pengaturan tempat
duduk yang berbeda, serta membutuhkan persiapan yang lebih.
d. Tingkat keberhasilan sangat bergantung pada kemampuan anggotanya.
D. Efektivitas Pembelajaran
1. Pengertian pembelajaran yang efektif
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan atau tidaknya
serangkaian proses pembelajaran memerlukan suatu ukuran yang dapat
merepresentasikan dari keseluruhan hasil proses pembelajaran yang telah
dilakukan, pada umumnya ukuran berhasil atau tidaknya kegiatan belajar-
mengajar disebut dengan istilah “Efektivitas”.
Kartika Budi (Ismayanti, 2003: 7-8), menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kegiatan pembelajaran meliputi: a) menciptakan situasi;
25
b) kondisi; c) kemudahan; dan d) memberi pengarahan serta bimbingan
yang mengantar siswa untuk dapat melakukan serangkaian proses secara
berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mampu
mendefinisikannya. Sehingga suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif,
apabila apa yang dikerjakan selama proses pembelajaran, yaitu apa yang
dikerjakan dan cara mengerjakannya sesuai dengan hakikat pembelajaran,
materi, serta tujuan pembelajaran.
Kauchak (Kartika Budi, 2001: 48), mengemukakan pembelajaran
dapat dinilai efektif apabila serangkaian kegiatan belajar-mengajar
merupakan kesatuan dari beberapa aspek seperti: a) keterampilan; b)
perasaan; c) penguasaan materi; dan d) pemahaman arti belajar yang
bermuara pada satu perilaku, yang secara nyata dapat diwujudkan dalam
hal kemampuan dan mengembangkan proses belajar secara optimal.
Menurut Kartika Budi (2001: 48), strategi pembelajaran disebut
efektif jika selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dapat
melibatkan siswa secara aktif, yang pada akhirnya tujuan dari
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Sedangkan Elis (Kartika Budi, 2001: 48) secara sederhana
mengemukakan pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila
pembelajaran tersebut mengacu pada aspek proses, dan aspek hasil yang
tampak dalam semakin optimalnya tingkat keberhasilan pencapaian
prestasi belajar siswa. Menurutnya agar suatu pembelajaran dapat berjalan
secara efektif maka diperlukan beberapa syarat seperti:
26
a. Adanya kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
b. Adanya banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui
perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik.
c. Tugas-tugas tersebut diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan;
d. Adanya beberapa variasi metode pembelajaran.
e. Proses pemantauan dan evaluasi perkembangan siswa dilaksanakan
secara berkesinambungan.
2. Aspek pembelajaran yang efektif
a. Keterlibatan siswa secara aktif
Kegiatan mengajar merupakan membimbing kegiatan belajar
siswa sehingga ia mau belajar (Usman, 1997: 21-27). Aktivitas belajar
yang dimaksud adalah aktivitas mental dan jasmani meliputi: 1)
aktivitas visual seperti membaca, menulis, dan melakukan ekperimen;
2) aktivitas lisan seperti menceritakan sesuatu, diskusi, dan tanya-
jawab; 3) aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan
guru, ceramah, dan pengarahan; 4) aktivitas motorik seperti melukis,
dan memperagakan sesuatu; serta 5) aktivitas menulis seperti membuat
makalah atau karangan karya ilmiah.
b. Membangkitkan motivasi belajar
Motivasi merupakan suatu proses menggiatkan daya dalam diri
seseorang dan mendorong untuk melakukan sesuatu menjadi perbuatan
ataupun tingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam
27
mencapai suatu tujuan tertentu (Usman: 28-30). Menurutnya tugas
seorang guru harus dapat membangkitkan motivasi peserta didik
sehingga ia mau melakukan proses belajar. Motivasi dapat bersifat
intrinsik apabila motivasi muncul akibat dari dalam diri seseorang
tanpa dipengaruhi oleh adanya dorongan dari orang lain. Sedangkan
motivasi dapat bersifat ekstrinsik bila motivasi yang muncul sebagai
akibat adanya dorongan dari luar (orang lain) sehingga dengan
demikian seseorang (siswa) mau melakukan sesuatu (proses belajar).
c. Menarik minat dan perhatian siswa
Dalam sebuah pembelajaran faktor minat dan perhatian siswa
memiliki peranan penting. Minat adalah suatu sifat yang bersifat
relatif menetap pada diri seseorang (Usman, 1997: 27). Dengan adanya
minat seseorang akan melakukan apa yang diminatinya. Senada
dengan hal tersebut William James (Usman, 1997: 27-28)
mengemukakan bahwa minat siswa untuk belajar merupakan faktor
utama yang menetukan derajad keaktifan siswa. Sedangkan perhatian
merupakan suatu sifat yang bersifat relatif menetap pada diri
seseorang tetapi lebih bersifat sementara.
d. Memahami prinsip individualitas
Permasalahan yang sering muncul saat kegiatan pembelajaran
berlangsung adalah adanya perbedaan kemampuan setiap individu.
Kegiatan belajar-mengajar hendaknya bukan semata-mata ditujukan
pada seorang individu, melainkan dapat ditujukan pada sekelompok
28
siswa dalam kelas dengan mengakui memahami adanya perbedaan
kemampuan masing-masing individu sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan dapat memungkinkan berkembangnya potensi masing-
masing siswa secara optimal (Usman: 1997: 30-31).
e. Prestasi belajar
Menurut tim penyusun kamus pusat pembinaan dan
pengembangan Bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 700)
kata “prestasi” dimaknai sebagai hasil yang telah dicapai, dari apa
yang telah dilakukan. Sedangkan kata “belajar” dimaknai sebagai
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
melalui penyelenggaraan mata pelajaran. Berdasarkan kedua batasan
tersebut maka “prestasi belajar” dapat dimengerti sebagai “suatu hasil
yang dikumpulkan berdasarkan penguasaan pengetahuan atau
keterampilan (bersifat akademik) yang pada umumnya diwujudkan
dengan nilai atau angka-angka”.
Bertolak dari batasan di atas, “prestasi belajar” dapat
didefinisikan sebagai ukuran tingkat keberhasilan yang dicapai
seseorang (siswa) setelah dalam periode tertentu telah mengikuti
proses pembelajaran. Prestasi belajar seseorang (siswa) dapat diketahui
atau diukur berdasarkan hasil pencapaian indikator-indikator yang
relevan sebelum serangkaian proses belajar-mengajar dilakukan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
29
Nawawi (Rosalina, 2007: 16-17), mendefinisikan “prestasi
belajar” sebagai wahana yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa, pada umunya dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil evaluasi dari sejumlah mata pelajaran tertentu.
Suratinah (Rosalina, 2007: 16-17), menyatakan makna prestasi belajar
sebagai suatu penilaian hasil usaha kegiatan belajar-mengajar yang
umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun
kalimat yang secara sah dapat merepresentasikan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap siswa selama periode tertentu. Sedangkan Sunaryo
(Rosalina, 2007: 16-17), memaknai “prestasi belajar” sebagai hasil
perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif,
kemampuan afektif serta kemampuan yang bersifat psikomotorik.
Dengan mencermati beberapa batasan dan pengertian tentang
prestasi belajar yang terdapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa
siswa yang berprestasi baik bilamana siswa tersebut mampu menguasai
dan melakukan serangkaian kompetensi sesuai dengan disiplin ilmu
serta jenjang pengajaran tertentu. Indikator yang digunakan untuk
mengukur dan menunjukkan tingkat pencapaian prestasi belajar siswa
pada umumnya berdasarkan beberapa sudut pandang seperti:
pemahaman, analisis sintetis, logika matematis, memori, serta aplikasi
dalam kehidupan dan masyarakat secara konkret.
30
E. Ringkasan Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamik
1. Rangkaian Listrik
a. Arus listrik
Gambar 2. Rangkaian listrik sederhana (sumber; Purwanto: 2001 hal 2)
Pada gambar di atas, jika kedua kutub dihubungkan
menggunakan kabel dan lampu, maka elektron mengalir dari kutub
negatif baterai menuju kutub positif baterai. Mengalirnya elektron
menyebabkan terjadi arus listrik, arahnya dari kutub positif menuju
kutub negatif diluar baterai. Adanya arus listrik ditandai dengan lampu
menyala. Dalam keadaan seperti itu baterai berfungsi sebagai sumber
tegangan sebab baterai memiliki dua kutub yang beda potensialnya
tidak sama. Syarat agar terjadi arus listrik yaitu terdapat sumber
tegangan, penghantar, dan beban yang membentuk sebuah rangkaian
tertutup.
Jika rangkaian listrik pada gambar (2) salah satu bagian
penghantar maupun beban diputus, aliran listrik pada rangkaian
tersebut terhenti. Berdasarkan hal di atas maka kuat arus listrik
didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik yang mengalir melalui
penampang sebuah penghantar setiap satu-satuan waktu.
31
Kuat arus diberi simbol (I), muatan listrik diberi simbol (Q),
waktu diberi simbol (t). Sehingga secara matematis dapat dinyatakan:
I =tQ …………atau Q = I x t.
Keterangan:
I = kuat arus, satuannya amper (A); Q = muatan listrik satuannya
coulomb (C) ; t = waktu satuannya sekon (s).
Secara teoritis kuat arus dapat ditentukan dengan menggunakan
perumusan di atas, tetapi kuat arus juga dapat diukur dengan
amperemeter. Hal yang perlu kita perhatikan saat melakukan
pengukuran arus listrik dengan amperemeter yaitu: amperemeter harus
dipasang seri dengan beban yang akan diketahui kuat arusnya, atau
antara amperemeter dan beban hanya membentuk satu jalan arus.
Terdapat dua jenis amperemeter yaitu amperemeter arus searah
dan amperemeter arus bolak-balik, prosedur dalam menggunakan
amperemeter arus searah; arus masuk amperemeter melalui terminal
positif dan keluar melalui terminal negatif amperemeter, cara
pemasangan tersebut tidak boleh saling dipertukarkan. Saat arus
mengalir melalui rangkaian jarum penunjuk pada amperemeter
menyimpang, sehingga besarnya arus listrik yang mengalir pada
rangkaian dapat diketahui dengan membaca besarnya angka yang
ditunjukkan jarum penunjuk amperemeter. Gambar pemasangan
amperemeter sebagai berikut:
32
Gambar 3. Pemasangan Amperemeter dalam rangkaian
(sumber; Purwanto: 2001, hal 4)
Saat mengetahui kuat arus yang mengalir pada rangkaian, tidak
bisa serta-merta mengetahui hasil pengukuran dari skala yang
ditunjukkan oleh jarum amperemeter, sebab amperemeter memiliki
beberapa batas ukur tertentu, nilai dari batas ukur tersebut dapat
disesuaikan dengan kuat arus yang mau diukur, harus diingat jika
mengukur arus listrik, batas ukur ditetapkan harus lebih besar dari
pada kuat arus yang akan diukur. Ketentuan yang digunakan dalam
mengukur besarnya arus listrik sebagai berikut:
Jika tidak bisa memperkirakan besar arus yang mau diukur
sebaiknya memilih batas ukur yang paling besar, bila besar arus belum
terbaca, kecilkan sedikit demi sedikit batas ukurnya sampai kuat
arusnya dapat terbaca.
b. Saklar dan sekering
Saklar adalah piranti elektronika yang berfungsi sebagai
penyambung maupun pemutus arus listrik, dengan piranti ini kita
33
dapat menyambung dan memutus arus listrik dengan cepat dan mudah
tanpa harus mengubah susunan rangkaian. Penerapan saklar dalam
kehidupan sehari-hari digunakan untuk menyalakan maupun
memadamkan lampu, prinsip kerja dari sebuah saklar adalah sebagai
berikut; perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar 4. Rangkaian listrik dengan ujung kabel sebagai saklar
(sumber; Purwanto: 2001, hal 6) Bila saklar dibuka, dalam rangkaian tidak ada arus listrik yang
mengalir, sedangkan jika saklar ditutup, dalam rangkaian terdapat arus
listrik yang mengalir sehingga lampu menyala.
Sering kali kita mendapati rangkaian listrik (instalasi) di rumah
maupun pada alat-alat elektronika, saat tertentu arus listriknya kurang
stabil. Sebagai langkah antisipasi dibuat alat yang berfungsi sebagai
pengaman dan sekaligus berfungsi sebagai pembatas arus, baik pada
rangakaian listrik bolak-balik (AC) maupun rangkaian listrik searah
(DC) yang disebut sekring.
Sekring dibuat dari bahan yang memiliki sifat sebagai konduktor,
prinsip kerjanya: karena sekring dibuat dari logam jenis tertentu
(bersifat sebagai konduktor) dan dirancang sedemikian sehingga pada
saat arus yang mengalir melebihi dari batas-batas tertentu dengan
sendirinya konduktor tersebut mudah terbakar sehingga arus terputus,
34
sekring mudah terbakar (putus) jika dalam rangkaian terjadi hubungan
pendek arus listrik (korsleting).
c. Sumber Tegangan
1) Elemen Volta
Elemen Volta tersusun dari sejumlah pelat tembaga (Cu)
yang berfungsi sebagai kutub positif dan sejumlah pelat yang
terbuat dari seng (Zn) yang berfungsi sebagai kutub negatif, dan
larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4). Dalam H2SO4 pelat seng
mengalami reaksi kimia, sedangkan pelat tembaga tidak
mengalami reaksi kimia, sehingga pelat tembaga memiliki
potensial yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pelat seng.
Gambar 5. Sketsa elemen Volta (sumber; Purwanto: 2001, hal 8)
Saat terjadi reaksi kimia timbul aliran elektron dari pelat seng
menuju pelat tembaga, sehingga timbul aliran listrik dari pelat
tembaga menuju pelat seng dalam rangkaian diluar larutan
elektrolit. Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan gas hidrogen
dan sejumlah energi, energi tersebut digunakan elektron untuk
bergerak dari pelat seng menuju pelat tembaga. Karena terjadi
35
aliran elektron dari pelat seng menuju pelat tembaga melalui
larutan elektrolit menyebabkan adanya aliran listrik dari pelat
tembaga menuju pelat seng diluar larutan elektrolit.
Apabila antara kedua kutubnya dihubungkan lampu melalui
penghantar (kabel) maka lampu menyala, jika keadaan tersebut
dibiarkan selama waktu tertentu, perlahan-lahan nyala lampu
menjadi redup sebab selama terjadi reksi kimia lambat-laun pelat
tembaga yang terendam dalam larutan elektrolit tertutup oleh
gelembung-gelembung gas hidrogen yang berasal dari pelat seng,
peristiwa menempelnya gelembung-gelembung gas hidrogen dari
pelat seng pada pelat tembaga disebut dengan polarisasi. Apabila
pelat tembaga yang terendam dalam larutan elektrolit sudah
tertutup oleh gelembung-gelembung gas hidrogen semakin tebal
menyebabkan elemen tersebut menjadi sulit untuk dialiri arus
listrik.
2) Elemen kering (baterai)
Baterai tersusun dari: batang karbon, pembungkus batang
karbon, larutan amonium klorida, campuran mangan
(klorida+karbon). Batang karbon berfungsi sebagai kutub positif,
pembungkus batang karbon (seng (Zn)) berfungsi sebagai kutub
negatif, larutan amonium klorida sebagai larutan elektrolit,
sedangkan campuran mangan klorida dengan karbon berfungsi
sebagai depolarisator (pelindung larutan elektrolit).
36
Gambar 6. Sketsa elemen kering /baterai (sumber; Purwanto: 2001, hal 9)
Saat baterai digunakan terjadi reaksi antara kutub positif dan
kutub negatif. Pada keping seng (Zn) terjadi pelepasan elektron
yang mengakibatkan terbentuknya ion seng yang mengandung
muatan positif. Elektron yang dilepaskan oleh kutub negatif
ditangkap oleh kutub positif (mangan dioksida dan larutan
amonium klorida). Sewaktu digunakan pelat seng bereaksi dengan
amonium klorida dan menghasilkan seng klorida+gas hidrogen.
Terjadinya reaksi mengakibatkan jumlah amonium klorida akan
berkurang. Bila reaksi terjadi terus-menerus mengakibatkan
perbedaan potensial antara kedua pelat bernilai nol.
3) Elemen basah (akumulator)
Akumulator tersusun dari: pelat timbal, pelat timbal
dioksida, larutan elektrolit (H2SO4). Pemasangan pelat timbal dan
pelat timbal dioksida dibatasi dengan isolator untuk mencegah
terjadinya korsleting antara kedua pelat. Saat akumulator
37
digunakan kedua pelat berubah menjadi timbal sulfat, sebab kedua
pelat tersebut bereaksi dengan larutan elektrolit (H2SO4).
Gambar 7. Sketsa Elemen basah (akumulator)
(sumber; Purwanto: 2001, hal 9)
Saat terjadi reaksi pelat timbal melepaskan elektron, sehingga
timbul arus listrik dari pelat timbal dioksida menuju pelat timbal.
Setelah akumulator digunakan dalam waktu yang lama kedua
elektrode menjadi tertutup oleh timbal sulfat sehingga antara kedua
pelat tersebut tidak ada lagi beda potensial, dalam keadaan tersebut
akumulator dikatakan tidak dapat dimuati muatan listrik.
Akumulator merupakan elemen sekunder sebab setelah
muatannya habis dapat dimuati muatan listrik kembali, kedua
elektrode (positif dan negatif) yang berubah menjadi timbal sulfat
dapat dikembalikan menjadi timbal (elektrode negatif) dan timbal
dioksida (elektrode positif) dengan cara: kutub positif akumulator
dihubungkan dengan kutub positif sumber arus searah (DC), dan
elektrode negatif akumulator dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus searah (DC). Melalui cara tersebut terjadi arus
elektron dari sumber arus searah menekan arus elektron
38
akumulator, sehingga elektron akumulator masuk kembali menuju
elemen semula.
d. Beda potensial
Beda potensial sumber tegangan dapat diukur besarnya. Alat
yang digunakan untuk mengukur besarnya beda potensial disebut
voltmeter. Voltmeter harus dipasang secara paralel dengan sumber
tegangan ataupun peralatan listrik yang akan diukur tegangannya,
kutub positif voltmeter dihubungkan dengan kutub positif sumber
tegangan atau alat listrik, sedangkan kutub negatif voltmeter
dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan atau alat listrik.
Saat menggunakan voltmeter, arahkan selektor pada posisi DC,
dan tentukan batas ukur tegangan yang mau diukur, batas ukur harus
lebih besar dari tegangan yang mau diukur. Ketentuan membaca hasil
pengukuran beda potensial:
1) Mengukur beda potensial
Beda potensial antara dua titik dapat diukur menggunakan
voltmeter, voltmeter secara paralel dengan sumber listrik ataupun
alat-alat listrik yang akan dukur besar beda potensialnya.
2) Cara memasang amperemeter dan volmeter
Untuk memasang amperemater, rangkaian harus diputus
terlebih dahulu, amperemeter dipasang diantara dua komponen
39
rangkaian, dapat dikatakan bahwa amperemeter dipasang seri
dengan beban yang mau diukur. Untuk memasang voltmeter,
rangkaian tidak perlu diputus terlebih dahulu, volmeter dipasang
diujung-ujung beban atau komponen dalam rangkaian, dapat
dikatakan bahwa volmeter dipasang paralel dengan beban yang
akan diukur beda potensialnya.
3) Mengukur beda potensial antara ujung-ujung alat listrik
Arus listrik yang mengalir pada beban dalam rangkaian
mengakibatkan adanya selisih potensial antara ujung-ujung beban,
dan sebaliknya beda potensial antara ujung-ujung beban
menghasilkan arus listrik dalam suatu beban.
Syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terdapat beda potensial
pada ujung-ujung beban maka ujung-ujung beban tersebut harus
dihubungkan secara langsung atau tidak langsung dengan sumber
tegangan maupun dengan sumber listrik yang akan menyebabkan
beban tesebut akan dialiri arus listrik.
e. Gaya gerak listrik sumber tegangan
Gambar 8. Rangkaian listrik dengan sebuah baterai, saklar, lampu, serta Volmeter (sumber; Purwanto: 2001, hal 12)
40
Angka yang ditunjuk jarum voltmeter ketika saklar terbuka atau
saat baterai tidak mengalirkan arus listrik disebut gaya gerak listrik.
Sedangkan angka yang ditunjuk jarum voltmeter ketika saklar dalam
keadaan tertutup atau ketika baterai dalam keadaan menghantarkan
arus listrik disebut dengan tegangan jepit. Pada saat menghantarkan
arus listrik sumber tegangan kehilangan energi potensial, energi yang
hilang tersebut digunakan oleh elektron untuk bergerak dari kutub
positif sumber tegangan dan memanaskan penghantar yang
dilewatinya. Sehingga yang dimaksud dengan gaya gerak listrik
sumber tegangan adalah beda potensial antara ujung-ujung sumber
tegangan ketika sumber tegangan dalam keadaan tidak menghantarkan
arus.
2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik
a. Hambatan dan hukum Ohm
1) Hambatan
Hambatan merupakan besaran yang menyatakan mudah atau
tidaknya suatu penghantar untuk menghantarkan arus listrik.
Materi yang dapat menghantarkan arus listrik disebut dengan
konduktor. Kemampuan penghantar untuk menghantarkan arus
listrik dinyatakan dengan daya hantar, sedangkan ukuran sukar
mudahnya untuk menghantarkan arus listrik disebut dengan
hambatan. Jika suatu materi memiliki daya hantar yang besar maka
hambatannya kecil, dan sebaliknya jika memiliki hambatan yang
41
besar maka daya hantarnya kecil. Daya hantar adalah besaran yang
menyatakan kemampuan suatu penghantar untuk dapat
menghantarkan arus listrik. Komponen yang dipergunakan utnuk
menghambat atau membatasi arus listrik disebut dengan resistor.
2) Hukum Ohm
Hasil bagi tegangan antara ujung-ujung beban dengan kuat
arus yang mengalir dalam rangkaian merupakan besar hambatan
dari beban yang digunakan. Hasil bagi antara kuat arus dalam suatu
beban dengan beda potensial (tegangan) antara ujung-ujung beban
tersebut merupakan besarnya daya hantar dari beban yang dipakai.
Bila hambatan disimbolkan dengan R, beda potensial (tegangan)
disebut V, daya hantar listrik disebut K, dan kuat arus disebut I,
maka berlaku hubungan sebagai berikut:
IVR = atau
RVI = atau V = I x R
VIK = atau
KIV = atau I = V x K
RK 1= atau
KR 1= atau 1 = K x R
Keterangan:
R = hambatan, satuannya ohm (Ω); I = kuat arus, satuannya ampere
(A); V = tegangan, satuannya volt (V); K = daya hantar listrik,
satuannya (ohm
1 ).
42
b. Hambatan pada kawat penghantar
Faktor – faktor yang menentukan besarnya hambatan penghantar:
1) Bila jenis dan penampang sama, makin panjang penghantar makin
besar hambatanya, percobaan yang sangat teliti membuktikan
bahwa hambatan sebanding atau berbanding lurus dengan panjang
kawat penghantar. Berarti bila panjang kawat n kali semula, maka
hambatan juga menjadi n kali semula, sehingga R ≈ L
2) Bila dan jenis panjangnya sama, makin besar penampang kawat,
makin kecil hambatanya. Percobaan yang ideal menunjukan bahwa
hambatan berbanding terbalik dengan penampang kawat. Berarti
bila penampang kawat n kali, maka hambatan menjadi kalin1 ,
sehingga R ≈ A1
3) Bila panjang dan luas penampangnya sama, maka hambatanya
ditentukan oleh jenisnya. Pengaruhnya pada besar hambatan
dinyatakan dengan hambatan sejenis, yang diberi simbol ρ (dibaca
rho). Hambatan kawat sebanding dengan hambatan jenis, sehingga
R ≈ ρ
secara matematis hubungan dari ke tiga faktor di atas dapat dinyatakan
sebagai berikut :
ALR ρ= atau
LAxR
=ρ
43
Keterangan:
R = hambatan kawat, satuannya ohm (Ω); ρ = hambatan jenis kawat,
satuannya ohm mm2 dalam SI adalah ohm. m2/m = ohm m; L =
panjang kawat satuannya meter (m); A = luas penampang kawat,
satuanya mm2/m2.
Dapat dikatakan hambatan jenis merupakan besarya hambatan
dari suatu materi tertentu yang panjangnya 1 meter dan luas
penampangnya 1 mm2.
c. Kemampuan zat menghantarkan arus listrik
Benda atau materi yang dapat menghantarkan arus listrik disebut
penghantar atau konduktor, sedangkan yang sulit atau tidak dapat
menghantarkan arus listrik disebut bukan penghantar yang baik atau
isolator.
d. Arus listrik pada rangkaian tak bercabang dan bercabang
Gambar 9. Rangkaian listrik tak bercabang
(sumber; Purwanto: 2001, hal 25) Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa pada
rangkaian tak bercabang, kuat arus yang mengalir disetiap titik
44
besarnya sama. Sehingga ketiga amperemeter tersebut menunjukkan
angka yang sama.
Sedangkan pada rangkaian bercabang, juga dapat dianalogikan
sebagai air yang mengalir pada sungai yang bercabang. Aliran air yang
mengalir melalui seluruh cabang jumlahnya sama dengan jumlah air
yang mengalir sebelum masuk titik percabangan. Perhatikan gambar di
bawah ini:
Gambar 10. Rangkaian listrik bercabang
(sumber; penulis; pengembangan dari Prasodjo, dkk: 2001, hal 42) Pada gambar rangkaian diatas berlaku hubungan arus yang
mengalir pada amperemeter 2, 3, 4, dan 5 jika dijumlahkan besarnya
sama dengan arus yang mengalir melalui titik A. Dapat dikatakan pula
arus pada titik B merupakan jumlah dari arus yang mengalir melalui
lampu 1, 2, 3, dan 4.
Pada rangkaian bercabang jumlah arus yang mengalir masuk
melalui titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang mengalir
45
keluar dari titik cabang. Pernyataan ini disebut dengan hukum I
Kirchoff. Secara matematis pernyataan itu dapat ditulis dengan:
Imasuk titik cabang = Ikeluar dari titik cabang
e. Rangkaian hambatan listrik
Cara menyambung resistor dalam suatu rangkaian listrik dapat
dilakukan secara seri maupun paralel.
Perhatikan rangkaian lampu pada gambar (11; baik pada rangkaian P,
Q, dan R), arus yang mengalir melalui titik X menuju Y melalui R1,
R2, dan R3 hanya ada satu jalan arus dan tidak ada titik cabangnya.
Hambatan yang dirangkai demikian membentuk rangkaian seri.
Dua beban atau lebih terangkai secara seri bila beban-beban
tersebut hanya membentuk satu jalan arus, yaitu tidak ada titik pada
terminal yang bersekutu, cermati gambar rangkaian di bawah ini!
Gambar 11. Rangkaian hambatan disusun secara seri
(sumber: penulis; pengembangan dari Prasodjo: 2002, hal 45)
Dua beban atau lebih terangkai secara paralel bila sepasang-sepasang
terminalnya berhubungan secara langsung.
46
Gambar 12. Rangkaian hambatan disusun secara paralel
(sumber: penulis; pengembangan dari Prasodjo: 2002, hal 45)
Perhatikan gambar rangkaian di atas, Arus listrik yang mengalir
melalui titik P menuju titik Q (baik pada rangkaian X, Y dan Z)
jalannya bercabang, yaitu melalui R1, dan R2, dan R3 kemudian jalanya
menyatu kembali. R1 berhubungan langsung dengan R2, dan R3 serta
terminal R1 yang lain menjadi satu atau berhubungan dengan yang
lain. Rangkaian yang demikian disebut rangkaian paralel.
Gambar 13. Rangkaian kombinasi (sumber: penulis)
Pada gambar rangkaian di atas R1 dan R4 terangkai secara seri
karena hanya membentuk satu jalan arus. R2 dan R 3 terangkai secara
paralel karena sepasang-sepasang terminalnya berhubungan secara
langsung.
47
Sifat-sifat rangkaian seri :
1) Pada beberapa hambatan (resistor) yang dipasang seri, hanya ada
satu macam arus sehingga dalam rangkaian seri, kuat arus dimana-
mana sama.
2) Dalam rangkaian seri, bila ada satu bagian yang terputus maka
seluruh rangkaian tidak ada arus.
3) Bila dua penghambat yang hambatanya masing-masing R1 dan R2
dirangkai secara seri maka hambatan secara keseluruhan sama
dengan jumlah hambatan kedua resistor tersebut.
4) N resistor yang hambatanya R1,R2,R3,…Rn dapat diganti dengan
sebuah resistor Rp dengan catatan nilainya Rp = R1+ R2 ... +Rn.
Sifat-sifat rangkaian paralel :
1) Antara ujung-ujung beberapa hambatan yang dirangkai secara
paralel hanya ada satu beda potensial.
2) Jumlah arus yang massuk titik cabang sama dengan jumlah kuat
arus yang keluar dari titik cabang, Imasuk = Ikeluar, hubungan ini
disebut dengan hukum I Kirchoff.
3) Pada rangkaian paralel, putusnya salah satu cabang tidak
menyebabkan arus pada cabang lain terputus.
4) Bila dua penghambat masing–masing R1 dan R2 dirangkai secara
paralel dan hambatan secara keseluruhan Rp maka berlaku
hubungan 21
111RRRp
+= .
48
5) N resistor yang hambatannya R1,R2,R3,…Rn dapat diganti dengan
sebuah resistor Rp asalkan nilainya nP RRRR
1...111
21
++= .
f. Rangkaian sumber tegangan
Beberapa sumber tegangan dapat dirangkai secara seri maupun
paralel. Setiap sumber tegangan memiliki nilai hambatan yang disebut
dengan hambatan dalam (dilambangkan dengan r). Hambatan dalam
inilah yang menyebabkan mengapa ggl sumber tegangan selalu lebih
besar daripada tegangan jepitnya, hambatan dalam (r) selalu tersusun
seri dengan hambatan luar (R), Berdasarkan hukum Ohm maka dapat
dituliskan:
Gambar 14. Rangkaian sumber tegangan (sumber; Purwanto: 2001, hal 32)
E = I ( R + r)
Keterangan:
E = ggl sumber tegangan, I = kuat arus listrik, R = hambatan luar,
r = hambatan dalam, IR = V = tegangan jepit.
1) Rangkaian seri
Tiga buah baterai yang dirangkai secara seri seperti pada
gambar di bawah ini, pada rangkaian tersebut ggl total merupakan
jumlah aljabar tiap-tiap baterai tersebut.
49
Gambar 15. Sumber tegangan disusun secara seri
(sumber; Purwanto: 2001, hal 32)
E = E1+E2+E3
Jika ada n buah baterai sejenis yang dirangkai secara seri maka
Etot = nE
Jika baterai dirangkai secara seri, maka hambatan dalamnya pasti
terangkai secara seri. Jika ada n buah baterai sejenis yang dirangkai
seri hambatan dalam totalnya:
Rtotal = n r
maka kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar:
rnR
EnI+
=
2) Rangkaian paralel
Tiga buah baterai yang dirangkai secara paralel, pada
rangkaian dibawah ini, ggl tiap-tiap baterai sama dengan ggl
totalnya, sehingga besarnya ggl adalah:
Gambar 16. Sumber tegangan yang dirangkai secara paralel (sumber; Purwanto: 2001, hal 33)
50
E1 = E2 = E3 = EXY = E
Bila terdapat n buah baterai sejenis yang dirangkai paralel,
hambatan dalamnya pasti terangkai secara paralel dengan
demikian: np rrrr1...111
21
+++= sehingga nrrp =
Bila terdapat beberapa baterai yang dirangkai secara paralel,
gglnya berharga tetap. Tetapi kemampuan menghasilkan arus
listrik menjadi lebih besar sebab hambatan totalnya menjadi lebih
kecil. Sehingga kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian
diatas sebesar:
nrR
EI+
=
3. Energi dan Daya Listrik
a. Perubahan energi listrik menjadi energi panas
Terjadinya perubahan energi listrik menjadi kalor (energi panas)
disebabkan oleh kalor, adanya kalor akan menyebabkan terjadinya
kenaikan suhu benda yang dilalui arus listrik, besarnya kalor yang
digunakan untuk menaikan suhu benda sebesar:
Q = m c ∆T
Keterangan:
Q = kalor, c = kalor jenis benda, m = massa benda, ∆T = perubahan
suhu.
51
Secara umum energi listrik yang timbul dalam rangkaian yang
dilalui arus listrik sebanding dengan beda potensial (V), kuat arus (I)
,dan waktu (t) sehingga secara matematis dapat ditulis:
W = V I t
Keterangan:
W = energi listrik (joule); V = tegangan (volt); I = kuat arus
(amper); t = waktu (s).
Berdasarkan hukum Ohm V = I R, sehingga persamaan yang
menyatakan besar energi listrik dapat dinyatakan menjadi:
W = I2 R t
Keterangan: 1 joule = 0,24 kal atau 1 kal 4,2 joule.
b. Daya listrik
Energi yang dihasilkan atau yang digunakan setiap satuan waktu
disebut daya atau power. Jika selama t sekon arus listrik menghasilkan
energi sebesar W maka besarnya daya listrik dapat dinyatakan:
P =tw
Keterangan:
P = Daya (watt), W = usaha ( joule ), t = waktu (sekon).
dari persamaan energi listrik W = V x I x t, dan definisi daya P=tw
atau W = P x t, maka diperoleh persamaan V x I x t = p x t
dengan demikian daya listrik dapat dinyatakan menjadi: P = V x I
52
Keterangan:
P = daya (watt), V = tegangan (volt), I = kuat arus (amper)
Berdasarkan hukum Ohm, V = I x R, persamaan yang
menyatakan daya listrik dapat dituliskan menjadi :
P = V x I, oleh karena V = I x R maka P = I2 x R
P = V x I, oleh karena V = I x R, maka I = RV , maka :
P =R
V 2
Pada alat-alat listrik biasanya tertulis besarnya daya listrik dan
tegangan yang harus digunakan misalnya pada sebuah bola lampu
tertulis 220 V - 25 W, artinya bola lampu dapat menghasilkan energi
sebesar 25 W jika dipasang pada tegangan 220 V. Jika dipasang pada
tegangan kurang dari 220 V bola lampu tersebut akan menyala redup
dan jika dipasang pada tegangan lebih dari 220 V bola lampu tersebut
akan menyala terang, namun filamennya lebih cepat putus.
Daya dan tegangan pada suatu alat listrik sangat bervariasi
nilainya, tetapi hambatan dalam yang terdapat dalam alat tersebut
besarnya tetap. Jika nilai tegangan dan daya listrik pada suatu alat
listrik tidak diketahui, besarnya hambatan dalam yang terdapat dalam
alat tersebut dapat ditentukan dengan: R = P
V 2
Keterangan:
P = Daya (watt), V = tegangan (volt), R = hambatan listrik (ohm).
53
F. Kaitan Dasar Teori dengan Metode Penelitian
Sebagai bahan kajian dan rujukan penelitian ini melibatkan beberapa
teori. Kajian teori yang diangkat merupakan sumber inspirasi dalam
merancang penelitian ini.
Kajian teori belajar dan pembelajaran melatar-belakangi dalam
pemilihan sampel penelitian serta perancangan treatment, tepatnya pada
identifikasi metode pembelajaran yang akan diterapkan pada sampel
penelitian.
Kajian filsafat konstruktivisme direalisasikan melalui penerapan model
belajar dengan metode presentasi kelompok, melalui model ini siswa
berpeluang lebih banyak untuk menggali dan mengkonstruksi pengetahuan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Selain hal tersebut melalui
metode presentasi peluang siswa untuk melibatkan diri secara aktif juga
semakin luas.
Terdapat dua hal utama yang terkandung dalam kajian filsafat
konstruktivisme yaitu: 1) pengetahuan merupakan hasil konstruksi seseorang
melalui proses belajar yang ditandai adanya suatu perubahan ke arah yang
lebih baik; 2) belajar merupakan proses berkelanjutan dalam mengkonstruksi
pengetahuan melalui serangkaian proses, pengalaman, dan interaksi dengan
lingkungan sekitar maupun obyek belajar. Berdasarkan uraian tersebut maka,
dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas pemahaman diukur dengan
pemberian test, untuk melihat ada dan tidaknya perubahan pemahaman
54
direalisasikan melalui pretest-posttest. Sedangkan untuk mengukur kuantitas
keterlibatan siswa selama pembelajaran dikontrol melalui proses pengamatan
oleh observer.
Pada dasarnya sains merupakan kesatuan antara aspek proses, hasil, serta
sikap. Pada penelitian ini aspek hasil dan proses telah diidentifikasi
berdasarkan kajian filsafat konstruktivisme. Sedangkan kajian kecenderungan
sikap siswa diidentifikasi melalui beberapa teori sikap yang memiliki
relevansi dengan konteks penelitian ini. Kajian teori sikap melatar-belakangi
dalam perancangan lembar kuesioner dalam rangka menghimpun data sikap
yang melandasi siswa terhadap penerapan metode pembelajaran.
Kristalisasi dari beberapa kajian teori yang melatar-belakangi penelitian
ini bermuara pada perancangan dan penyusunan metodologi penelitian yang
didalamnya memuat sejumlah hal seperti: perancangan dan penyusunan
instrument penelitian, analisis data, pembahasan hasil analisis data, serta
perancangan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini.
G. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang terdapat
pada bagian awal, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode presentasi kelompok lebih membantu
siswa dalam hal memahami konsep-konsep fisika jika dibandingkan
dengan metode ceramah.
55
2. Pembelajaran dengan metode presentasi kelompok lebih mendorong
siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran, dibandingkan dengan
metode ceramah.
3. Pembelajaran dengan metode presentasi kelompok lebih mendorong
siswa untuk bersikap positif terhadap pembelajaran, dibandingkan
dengan metode ceramah.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Tahap Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus “hipotesis inferensial”. Hal yang
mendukung antara lain: proses olah data melibatkan hipotesis sebagai dasar
penarikan kesimpulan, selain itu pengukuran variabel menghasilkan data
angka, selanjutnya penarikan kesimpulan dilandasi hasil uji statistik.
Penelitian ini melibatkan dua kelas dan dua model pembelajaran.
Pembelajaran pada kelas uji ditempuh melalui metode presentasi kelompok,
sedangkan pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
metode ceramah.
Diagram pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
Gambar 17. Skema pelaksanaan penelitian.
56
57
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur I Kalibawang Kabupaten
Kulon Progo Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 21 Juli 2008
sampai dengan tanggal 20 November 2008.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian yaitu siswa-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Kalibawang Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
2. Sampel
Penelitian melibatkan siswa-siswi kelas IX A sebagai kelas uji dan
kelas IX B sebagai kelas kontrol, dengan jumlah seluruhnya 58 partisipan
yang terdiri dari 27 siswa dan 31 siswi.
D. Treatment
1. Pada Kelas Uji
Rangkaian pembelajaran ditempuh dengan pendekatan
konstruktivistik yang diwujud-nyatakan melalui metode presentasi
kelompok.
2. Pada Kelas Kontrol
Rangkaian pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode
konvensional (ceramah).
58
E. Instrument Penelitian
1. Test (Pretest dan Posttest)
Instrument ini dipakai untuk mengukur hasil belajar siswa. Berhasil
dan tidaknya belajar siswa dikaji melalui ada tidaknya perbedaan hasil
pencapaian pretest dan posttest. Tipe soal yang dipilih yakni soal essai.
Soal test dirancang berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 1. Distribusi Soal Test Berdasarkan Indikator Pencapaian Hasil Belajar Serta Taraf yang Mau Diukur
Indikator pencapaian hasil belajar
Taraf Butir soal
Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis • Mampu memahami
konsep arus listrik dan beda potensial listrik.
(1)
-
-
-
1
• Memahami konsep kuat arus listrik dan mampu menganalisis perhitungannya.
-
-
(2a)
-
1
• Memahami prinsip pengukuran beda potensial secara manual menggunakan Volmeter analog.
-
(2b)
-
-
1
• Menyelidiki hubungan antara arus listrik dan beda potensial dalam suatu rangkaian berdasarkan hukum Ohm, serta mampu menganalisis perhitungannya.
-
(3a)
(3b)
-
2
59
Indikator pencapaian hasil belajar
Taraf Butir soal
Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis • Memahami faktor apa
saja yang mempengaruhi hambatan jenis suatu penghantar listrik dan mampu menerapkannya dalam menghitung besarnya hambatan listrik suatu penghantar. - (4a) (4b) - 2
• Memahami makna konduktor, semikonduktor, dan isolator beserta contoh bendanya. (5) - - - 1
• Memahami prinsip hukum Kirchoff I dan mampu menerapkannya dalam menghitung kuat arus (I) dalam suatu rangkaian listrik. - - (6) - 1
• Memahami prinsip hambatan pengganti baik pada rangkaian seri maupun listrik paralel, serta mampu memahami esensi hubungan antara arus listrik, beda potensial, dan hambatan listrik. - (7a) (7b,c) (7c) 3
• Memahami konsep gaya gerak listrik (ggl) pada suatu rangkaian listrik dan mampu menentukan besarnya ggl beberapa sumber listrik yang disusun bervariasi. - (8) - - 1
• Memahami karakteristik sumber elemen primer dan sekunder (memahami: fungsi komponen penyusun, prinsip kerjanya) serta mampu mengelompokkan mana yang termasuk sumber listrik primer dan sekunder. (9a1,a2,a3)
(9a1,a2,a3), (9b) - - 4
60
Indikator pencapaian hasil belajar
Taraf Butir soal
Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis • Memahami konsep
gaya gerak listrik, dan tegangan jepit sumber listrik yang dipasang pada suatu rangkaian listrik, serta menerapkannya untuk memecahkan masalah terkait gaya gerak listrik, dan tegangan jepit sumber listrik (10a) (10a) (10b) (10b) 2
• Memahami hubungan antara tegangan (V), arus listrik (I) dengan besarnya energi listrik yang dihasilkan suatu alat listrik. - - (11) - 1
• Memahami konsep kalor berdasarkan data yang ada, dan mampu mengembangkannya untuk memecahkan persoalan yang diberikan. - (12) (12) (12) 1
• Memahami konsep daya listrik (P) dan energi listrik (w), serta hubungan antara keduanya, memahami esensi spesifikasi suatu alat listrik, serta mampu memecahkan masalah terkait konsep daya listrik dan energi listrik. - (13a,13b) (13c) - 3
• Memahami prinsip perhitungan pemakaian energi listrik serta mampu melakukan perhitungan penggunaan energi listrik pelanggan PLN. - (14) - (14) 1
Jumlah Soal 14
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dengan pasti jumlah soal
yang diperlukan, selanjutnya dari rincian aspek tersebut didistribusikan
61
menjadi 15 indikator pencapaian hasil belajar. Soal secara lengkap dapat
dibaca pada lampiran 2 halaman 99.
Contoh soal test:
1. Adakah hubungan antara kuat arus listrik dan beda potensial? Jika ada
jelaskan bagaimana hubungannya? (dikenal dengan apa?) dan jika
tidak ada hubungannya mengapa? (jelaskan!)
2. Ketika ujung-ujung sebuah penghantar diberi beda potensial 5 volt,
dalam penghantar mengalir arus listrik sebesar 4,25 Amper. Hitunglah
besarnya hambatan listrik pada penghantar tersebut!
2. Pengamatan
Instrument ini digunakan untuk mengamati keterlibatan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa dikontrol melalui
hasil observasi langsung oleh observer. Hal-hal yang diamati
dikelompokkan menjadi 6 keterlibatan, aspek-aspek keterlibatan yang
dimaksud yakni:
Tabel 2. Pengelompokan Aspek Keterlibatan Siswa
No Aspek keterlibatan 1 Mengajukan gagasan 2 Mengajukan pertanyaan 3 Menjawab pertanyaan 4 Membantu teman yang mendapat kesulitan 5 Bersikap kritis (menunjukkan kesalahan dan memperbaiki) 6 Mengerjakan soal latihan
3. Kuesioner Sikap
Instrument ini digunakan untuk menghimpun data sikap siswa
terhadap pelaksanaan metode pembelajaran. Oleh karena melibatkan dua
treatment, maka soal kuesioner untuk masing-masing grup disesuaikan
62
dengan treatmentnya. Soal kuesioner menganut tipe soal berstruktur.
Alternatif pilihan yang tersedia yaitu: sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju, serta sangat tidak setuju. Masing-masing alternatif peryataan
memiliki bobot tertentu sesuai dengan jenis pernyataannya. Tipe soal
kuesioner yang dipakai yaitu soal kuesioner tipe positif.
a. Contoh soal kuesioner untuk kelas uji:
Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode presentasi terasa
lebih bermakna.
a. SS b. S c. N d. TS e. STS
b. Contoh soal kuesioner untuk kelas kontrol:
Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode ceramah terasa
lebih bermakna.
a. SS b. S c. N d. TS e. STS
Untuk masing-masing grup jumlah soal kuesioner 20 item, soal
kuesioner secara lengkap dapat dibaca pada lampiran 8 halaman 151.
F. Validitas Instrument
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) test (pretest
dan posttest); 2) lembar observasi (pengamatan); dan 3) lembar kuesioner
sikap. Perancangan semua instrument (soal test, pengamatan, serta soal
kuesioner) mengacu pada validitas isi.
1. Test (Pretest dan Posttest)
63
Soal test disusun untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan
sesudah mengikuti pembelajaran, penyusunan soal test menekankan pada
isi materi pembelajaran. Untuk menjamin hal ini perancangan soal
dilakukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar yang mau diukur.
2. Observasi (pengamatan)
Proses pengamatan digunakan untuk mengumpulkan sejumlah gejala
yang muncul, tepatnya aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran.
Untuk memperkuat hasil pengamatan maka peneliti menetapkan kriteria
keterlibatan yang diwujud-nyatakan menjadi aspek-aspek keterlibatan.
3. Kuesioner Sikap
Kuesioner disusun untuk menghimpun pernyataan sikap siswa terkait
pelaksanaan metode pembelajaran. Agar data pernyataan sikap yang
diperoleh dapat mencerminkan keadaan siswa, maka soal kuesioner
disusun berdasarkan isi kajian teoritis sikap yang mendukung, dalam hal
ini menganut isi kajian teoritis sikap yang peneliti tetapkan pada bagian
landasan teori.
G. Metode Analisis Data
1. Analisis skor test
Untuk mengawali proses analisis hasil test peneliti menyiapkan
pedoman jawaban serta kriteria penentuan skor hasil pengerjaan siswa
untuk setiap soal. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan skor
hasil test untuk setiap soal yakni:
64
Bila langkah pengerjaan sesuai pedoman jawaban dan hasilnya benar
maka skornya penuh.
Bila langkah pengerjaan sesuai pedoman jawaban dan hasilnya
kurang benar maka skornya tidak penuh.
Bila langkah pengerjaan kurang sesuai pedoman jawaban dan
hasilnya kurang benar maka skornya juga tidak penuh.
Bila tidak dikerjakan sama sekali maka skornya nol.
Penskoran hasil test secara lengkap dapat dibaca pada lampiran 4
halaman 116.
a. Pemahaman awal siswa
Tahap ini diawali dengan menentukan garis besar rencana olah
data, dalam hal ini merancang skema olah data untuk menganalisis
data pretest. Skema olah data dirancang sebagai berikut:
Gambar 18. Skema pengolahan data pretest.
Setelah skor pretest dihimpun selanjutnya dilakukan proses olah
data. Untuk menguji apakah skor pencapaian test pemahaman awal
(pretest) dari kedua kelas berbeda atau tidak maka skor pretest
dianalisis dengan menggunakan uji–t sampel independent (independent
65
samples test). Uji statistik dilakukan dengan program SPSS. Menurut
teori statistik untuk sampel independent persamaannya sebagai berikut:
t =
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
−
2
22
1
21
21 )(
ns
ns
xx .....................jika n1 = n2
t =
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−+−+−
−
2121
222
211
21
11)2(
)1()1(
)(
nnnnsnsn
xx .......... jika n1≠ n2
b. Perbandingan pencapaian hasil belajar siswa
Langkah yang ditempuh untuk mengukur terjadi dan tidaknya
peningkatan pencapaian hasil belajar siswa yaitu dengan menentukan
skema olah data untuk menganalisis data pretest-posttest. Skema olah
data dirancang sebagai berikut:
Gambar 19. Skema pengolahan data pretest-posttest.
Untuk mengetahui terjadi dan tidaknya peningkatan hasil belajar
siswa dapat dianalisis berdasarkan skor pencapaian pretest – posttest.
Skor pretest - posttest dianalisis menggunakan uji–t sampel
berpasangan (paired samples statistics). Menurut teori statistik untuk
sampel berpasangan persamaannya sebagai berikut:
66
t real =
)1(
)([
)(2
2
21
−
∑−∑
−
NNNDD
xx
c. Efektifitas metode pembelajaran
Untuk mengetahui bagimana pengaruh penggunaan metode
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa perlu menentukan skema
olah data untuk menganalisis data posttest. Skema olah data dirancang
sebagai berikut:
Gambar 20. Skema pengolahan data posttest.
Untuk mengetahui apakah skor pencapaian test pemahaman akhir
(posttest) dari kedua kelas berbeda atau tidak maka skor posttest
dianalisis dengan menggunakan uji–t sampel independent (independent
samples test).
2. Analisis keterlibatan siswa
Data keterlibatan siswa selama pembelajaran dihimpun berdasarkan
hasil pengamatan observer. Aspek keterlibatan yang diamati dimuat dalam
tabel dibawah ini:
67
Tabel 3. Aspek Keterlibatan Siswa yang Diamati Selama Pembelajaran
No Aspek keterlibatan Kode1 Mengajukan gagasan a 2 Mengajukan pertanyaan b 3 Menjawab pertanyaan c 4 Membantu teman yang mendapat kesulitan d 5 Bersikap kritis (menunjukkan kesalahan dan memperbaiki) e 6 Mengerjakan soal latihan f
Proporsi keterlibatan siswa dalam setiap aspek di atas ditetapkan
sebagai berikut: a) untuk setiap aspek keterlibatan, siswa maksimal dapat
terlibat 5 kali. Setiap siswa yang terlibat dalam 1 aspek, diberi skor 1 dan
sebaliknya bila tidak terlibat skornya nol. Total skor keterlibatan bila pada
setiap aspek dapat terpenuhi semuanya sebesar 30, dan sebaliknya bila
terdapat siswa yang sama sekali tidak terlibat skornya nol. Hasil
rekapitulasi keterlibatan siswa selama pembelajaran dimuat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Keterlibatan Siswa Berdasarkan Aspek dan Prosentase Keterlibatan
No Kode AK Jumlah Siswa
Siswa yang terlibat
Prosentase (%)
R P K (%)
1 a 2 b 3 c 4 d 5 e 6 f
Catatan : AK = Aspek keterlibatan
RPK = Rerata prosentase keterlibatan
Untuk mengetahui prosentase keterlibatan siswa pada setiap aspek
ditentukan dengan prosedur sebagai berikut:
68
prosentase (%) = 100xseluruhnyasiswaJumlah
terlibatyangsiswaJumlah
Sedangkan untuk mengetahui rerata prosentase keterlibatan (RPK)
siswa secara keseluruhan pada kelas yang diteliti ditentukan dengan
prosedur sebagai berikut:
RPK (%) = 6
)(∑ aspeksetiapprosentase
Berdasarkan tabel 4, selanjutnya dilakukan kualifikasi keterlibatan
siswa menjadi lima tingkatan yaitu: sangat tinggi; tinggi; cukup; rendah;
serta sangat rendah. Penggolongan tersebut dapat dinyatakan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 5. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa Prosentase Keterlibatan
(%) Efektivitas
81 - 100 Sangat tinggi (ST) 61 - 80 Tinggi (T) 41 - 60 Sedang-sedang saja (SS) 21 - 40 Rendah (R) ≤ 20 Sangat rendah (SR)
(Sumber; Kartika Budi: 2001, hal 55)
3. Analisis sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran
Data sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dihimpun
berdasarkan hasil pengisian soal kuesioner. Kuesioner tipe positif setiap
alternatif pilihan memiliki bobot: (a) skornya 5; (b) skornya 4; (c) skornya
3; (d) skornya 2; dan (e) skornya 1. Jumlah soal kuesioner untuk masing-
masing sampel ada 20 soal, skor maksimum dari pengisian soal kuesioner
sebesar 100, sedangkan skor minimumnya 20.
69
Tahap berikutnya yaitu rekapitulasi skor pengisian kuesioner yang
dicapai masing-masing siswa. Analisis untuk data ini ditempuh dengan
mengkonversi skor pengisian kuesioner menjadi bentuk prosentase (%),
caranya:
prosentase (%) = 100xmaksimumSkor
siswadicapaiyangSkor
Hasil rekapitulasi skor pengisian kuesioner dimuat dalam tabel
berikut:
Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Pengisian Kuesioner Kode Skor Prosentase (%)
1. 2. 3. . . . n.
Rangkaian analisis data pada tabel di atas dilanjutkan dengan
mengelompokkan prosentase (%) hasil pengisian kuesioner ke dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 7. Kriteria Kualifikasi Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran
Prosentase (%) Kualifikasi Sikap ≤ 20 Sangat Negatif (SN)
21 – 40 Negatif (N) 41 – 60 Netral (NT) 61 – 80 Positif (P) 81 – 100 Sangat Positif (SP)
(Sumber; Kartika Budi: 2001, hal 55)
70
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Proses Pengambilan Data
Rangkaian penelitian diawali dengan kegiatan observasi oleh peneliti,
tujuan-nya untuk mengetahui bagaimana situasi dan kondisi siswa sebelum
diteliti. Selain hal itu peneliti mengumpulkan data keadaan kedua kelas dari
hasil konsultasi dengan guru pengampu mata pelajaran IPA di sekolah
tersebut.
Proses pengambilan data terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Awal
Kegiatan yang dilakukan peneliti:
a. Melakukan tes awal (pretest).
b. Mengoreksi hasil pengerjaan siswa berdasarkan pedoman yang
disiapkan.
c. Mengambil sampel penelitian guna menentukan mana yang dipilih
menjadi kelas uji dan kelas kontrol.
d. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Inti
a. Proses pembelajaran pada kelas uji
1) Kegiatan yang dilakukan peneliti:
a) Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran
terkait metode yang telah ditetapkan.
70
71
b) Membagi siswa dalam kelompok, satu kelompok terdiri dari 3
– 4 siswa (pembagian-nya berdasarkan hasil pengerjaan test,
diusahakan setiap kelompok proporsi kemampuan anggotanya
seimbang).
c) Membagi format penyusunan materi presentasi untuk setiap
kelompok.
d) Membagi materi listrik dinamik untuk masing-masing
kelompok (satu kelompok mendapatkan 1 sampai 2 sub-
bahasan, bila satu sub-bahasan isinya banyak maka satu
kelompok cukup diberi satu sub-bahasan).
e) Mengulas materi yang dipresentasikan kelompok penyaji,
tujuan-nya seandainya masih terjadi kekeliruan segera dapat
dibenahi.
f) Memberikan contoh dan soal latihan, terkait materi yang baru
saja dipresentasikan kelompok.
g) Menyimpulkan materi maupun pekerjaan yang telah dibahas
bersama.
2) Kegiatan yang dilakukan siswa:
a) Mempelajari materi dari sumber belajar yang tersedia (bekerja
dalam kelompok, dilanjutkan dengan pembagian tugas
terhadap anggotanya).
72
b) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, waktunya
10 sampai 15 menit, setelah itu dilanjutkan dengan sesi tanya-
jawab sekitar 10 sampai 15 menit.
c) Menjelaskan persoalan yang diajukan peserta lain.
d) Membantu memecahkan persoalan yang muncul saat
pembelajaran.
e) Memperhatikan penjelasan yang disampaikan kelompok lain.
f) Mengajukan konsep, pernyataan, maupun sanggahan terhadap
kelompok penyaji.
g) Menjawab pertanyaan yang diajukan perserta lain.
h) Mengerjakan tugas yang diberikan peneliti.
i) Mencatat, memahami hal-hal yang fundamental maupun
penjelasan tambahan dari peneliti.
3) Kegiatan yang dilakukan observator:
a) Mengamati keterlibatan siswa selama pembelajaran
berdasarkan aspek-aspek keterlibatan yang telah ditetapkan
peneliti.
b. Proses pembelajaran pada kelas kontrol
1) Kegiatan yang dilakukan peneliti:
a) Mengajar dan menjelaskan materi pembelajaran.
b) Melibatkan siswa dalam iklim pembelajaran, misalnya
memberikan pertanyaan.
73
c) Memberikan contoh soal dan latihan, setelah konsep selesai
dibahas agar siswa lebih memahami materi yang baru saja
dipelajari.
d) Membahas ulang hasil pengerjaan siswa misalnya: membaca
ulang, mengomentari, membenahi kekeliruan, serta
menyimpulkannya.
2) Kegiatan yang dilakukan siswa:
a) Mempelajari materi dari sumber belajar yang tersedia dan
memperhatikan penjelasan yang disampaikan peneliti.
b) Mengajukan konsep, pernyataan, maupun sanggahan kepada
peneliti.
c) Mencatat, memahami hal-hal yang fundamental maupun
penjelasan dari peneliti.
d) Menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti maupun teman
sekelas dan membantu memecahkan persoalan yang muncul
saat pembelajaran berlangsung.
e) Mengerjakan tugas yang diberikan peneliti, misalnya
mengerjakan soal-soal latihan.
3) Kegiatan yang dilakukan observator:
a) Sama dengan kegiatan yang dilakukan di kelas uji, (lihat
halaman 72).
3. Akhir
a. Kegiatan yang dilakukan peneliti:
74
1. Menyelenggarakan test pemahaman akhir (posttest).
2. Membagikan soal kuesioner pengukur sikap.
3. Mengoreksi hasil posttest berdasarkan pedoman yang telah
ditetapkan.
4. Mengumpulkan data sikap siswa berdasarkan hasil pengisian soal
kuesioner.
b. Kegiatan yang dilakukan siswa:
1.Mengerjakan soal pemahaman akhir (posttest).
2.Mengisi pernyataan sikap yang terdapat pada soal kuesioner.
B. Data dan Analisis
1. Skor Test
a. Skor pretest dan posttest
1) Kelas uji
Tabel 8. Skor pretest-posttest
Kode Pretest Kode Posttest 1. 67 1. 90 2. 38 2. 69 3. 54 3. 82 4. 32 4. 69 5. 45 5. 58 6. 56 6. 75 7. 50 7. 79 8. 46 8. 62 9. 60 9. 84 10. 42 10. 59 11. 34 11. 65 12. 58 12. 85 13. 44 13. 75 14. 43 14. 74 15. 66 15. 85
75
Kode Pretest Kode Posttest 16. 41 16. 68 17. 43 17. 75 18. 40 18. 62 19. 54 19. 77 20. 56 20. 78 21. 48 21. 78 22. 52 22. 73 23. 52 23. 78 24. 50 24. 79 25. 38 25. 65 26. 65 26. 90 27. 65 27. 92 28. 54 28. 75 29. 58 29. 77
2) Kelas kontrol
Tabel 9. Skor pretest-posttest
Kode Pretest Kode Posttest 1. 54 1. 70 2. 56 2. 62 3. 47 3. 47 4. 56 4. 64 5. 56 5. 63 6. 54 6. 73 7. 66 7. 74 8. 50 8. 63 9. 50 9. 56 10. 38 10. 57 11. 65 11. 76 12. 66 12. 72 13. 64 13. 65 14. 48 14. 55 15. 44 15. 58 16. 46 16. 54 17. 60 17. 74 18. 46 18. 54 19. 41 19. 50 20. 34 20. 33 21. 56 21. 66 22. 48 22. 63 23. 44 23. 58
76
Kode Pretest Kode Posttest 24. 64 24. 74 25. 38 25. 80 26. 36 26. 68 27. 54 27. 62 28. 46 28. 46 29. 50 29. 55
Sebagai informasi sebelum data skor (pretest dan posttest)
diolah, terlebih dahulu diuji normalitasnya. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS, berdasarkan hasil
pengujian diketahui bahwa semua data skor (pretest dan posttest)
distribusinya normal. (uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 6
halaman 147).
b. Analisis pemahaman awal siswa
Untuk mengetahui apakah skor pencapaian test pemahaman awal
(pretest) dari kedua kelas berbeda atau tidak, maka skor pretest
dianalisis dengan menggunakan uji–t sampel independent
(independent samples test).
Berdasar tabel. (8 dan 9) diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil analisis grup statistik skor pretest adalah sebagai berikut:
1) grup (1) dari 29 siswa, skor rerata 50,03, standar deviasi 9,719,
serta rerata simpangan 1,804; 2) grup (2) dari ke-29 siswa, skor rerata
50,93, standar deviasi 9,169, serta rerata simpangannya 1,703.
Group Statistics
29 50.03 9.716 1.80429 50.93 9.169 1.703
GRUP12
SKORN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
77
Dari analisis test sampel independent tahap selanjutnya
diperoleh treal = =− 361,0 0,361. Hasil ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan harga tcritical yang terdapat pada tabel distribusi t
dengan level signifikasi (α = 0,05) untuk df = 56, untuk kasus ini
tcritical = 2,0105. Oleh karena 0,361 < 2,0105, berarti tidak signifikan,
dalam kajian ini berarti tingkat pemahaman awal (sebelum diberi
treatment) dari kelas uji dan kelas kontrol sama.
c. Analisis perbandingan pencapaian hasil belajar siswa
Untuk mengetahui ada dan tidaknya peningkatan hasil belajar
siswa dapat dianalisis berdasarkan skor pencapaian pretest – posttest.
Skor pretest - posttest dianalisis menggunakan uji-t untuk sampel
berpasangan (paired samples statistics).
1) Kelas uji
Berdasarkan tabel 8 diperoleh hasil sebagai berikut:
Paired Samples Statistics
50.03 29 9.716 1.80475.10 29 9.151 1.699
PretestPosttest
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
78
Hasil uji statistik sampel berpasangan skor pretest-posttest
sebagai berikut: a) hasil pretest menunjukkan, skor rerata 50,03,
standar deviasi 9,716, serta rerata simpangannya 1,804; b) hasil
posttest menunjukkan, skor rerata 75,10, standar deviasi 9,151,
serta rerata simpangannya 1,699.
Dari hasil uji statistik test sampel berpasangan tahap
selanjutnya diperoleh treal = 138,24138,24 =− . Hasil ini jauh
lebih besar jika dibandingkan dengan tcrit pada tabel distribusi
harga t dengan level signifikasi (α = 0,05), untuk kajian ini tcritical =
2,048 untuk df = 28. Oleh karena treal > tcritical, berarti signifikan,
berarti skor posttest sungguh mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan skor pretest, hal ini mengindikasikan bahwa
model pembelajaran dengan metode presentasi kelompok “untuk
kasus yang diteliti” dapat meningkatkan pemahaman konsep.
2) Kelas kontrol
Berdasarkan tabel 9 diperoleh hasil sebagai berikut:
Paired Samples Correlations
29 .826 .000Pretest & PosttestPair 1N Correlation Sig.
79
Hasil uji statistik sampel berpasangan skor pretest-posttest
adalah sebagai berikut: a) hasil pretest menunjukkan, skor rerata
50,93, standar deviasi 9,169, serta rerata simpangannya 1,703; b)
hasil posttest menunjukkan, skor rerata 61,79, standar deviasi
10,503, serta rerata simpangannya 1,950.
Dari hasil uji statistik test sampel berpasangan tahap
selanjutnya diperoleh treal = .480,6480,6 =− Hasil ini jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan tcritical pada tabel distribusi harga t
dengan level signifikasi (α = 0,05), untuk kasus ini tcritical = 2,048
untuk df = 28. Oleh karena treal > tcritical, berarti signifikan, berarti
pula skor posttest mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan skor pretest, hal ini mengindikasikan bahwa model
pembelajaran dengan metode konvensional “untuk kasus yang
diteliti” juga dapat meningkatkan pemahaman konsep.
80
d. Analisis efektivitas metode pembelajaran
Untuk mengetahui apakah skor pencapaian test pemahaman
akhir (posttest) dari ke dua kelas berbeda atau tidak maka skor posttest
dianalisis dengan menggunakan uji–t sampel independent
(independent samples test).
Berdasar tabel. (8 dan 9) diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil uji grup statistik untuk skor posttest adalah sebagai
berikut: 1) grup (1) dari 29 siswa, skor rerata 75,10, standar deviasi
9,151, serta rerata simpangannya 1,699; 2) grup (2) dari 29 siswa,
skor rerata 61,79, standar deviasi 10,503, serta rerata simpangannya
1,950.
Dari analisis test sampel independent tahap selanjutnya
diperoleh treal = .146,5146,5 =− Hasil ini lebih besar jika
dibandingkan dengan harga tcritical pada tabel distribusi t dengan level
signifikasi (α = 0,05) untuk df = 56, untuk kasus ini tcritical = 2,0105.
Group Statistics
29 75.10 9.151 1.69929 61.79 10.503 1.950
GRUP12
SKORN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
81
Oleh karena 5,146 > 2,0105 , berarti signifikan, dalam kajian ini skor
pencapaian test posttest (sesudah diberi treatment) dari kelas uji lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Jadi model
pembelajaran dengan metode presentasi kelompok “untuk kasus yang
diteliti” terbukti lebih meningkatkan pemahaman konsep jika
dibandingkan dengan metode ceramah.
2. Keterlibatan Siswa Selama Proses Pembelajaran
Pada bagian ini data berupa angka komulatif keterlibatan siswa
dalam setiap aspek keterlibatan selama pembelajaran berlangsung, data ini
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan observer. Aspek keterlibatan
yang diamati dapat dibaca pada tabel 2 (halaman: 61).
a. Kelas uji
1) Data keterlibatan siswa
Tabel 10. Data Keterlibatan Siswa Berdasar Prosentase Beserta Kualifikasinya
No Kode A K
J S Jumlah yang
Terlibat
Prosentase (%)
R P K (%)
Tingkat Keterlibatan
1 a 23 79,3 Tinggi 2 b 27 93,1 Sangat tinggi 3 c 29 21 72,4 77,0166 Tinggi 4 d 23 79,3 Tinggi 5 e 22 75,9 Tinggi 6 f 18 62,1 Tinggi
Keterangan: AK = Aspek keterlibatan RPK = Rerata prosentase keterlibatan J S = Jumlah siswa 2) Analisis data keterlibatan siswa
a) Secara umum tingkat keterlibatan siswa pada kelas uji berada
pada kategori tinggi yaitu sebesar 77,02 %.
82
b) Bila dikaji secara khusus (berdasar aspek keterlibatan)
hasilnya sebagai berikut:
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan gagasan
sebesar 79,3 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan pertanyaan
sebesar 93,1 %, keterlibatannya sangat tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal menjawab pertanyaan
sebesar 72,4 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal membantu teman yang
mendapat kesulitan sebesar 79,3 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal bersikap kritis sebesar
75,9 %, keterlibatannya tergolong tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengerjakan soal latihan
sebesar 62,1 %, keterlibatannya tinggi.
b. Kelas kontrol
1) Data keterlibatan siswa
Tabel 11. Data Keterlibatan Siswa Berdasar Prosentase Beserta Kualifikasinya
No Kode A K
J S Jumlah yang
Terlibat
Prosentase (%)
R P K (%)
Tingkat Keterlibatan
1 a 22 75,9 Tinggi 2 b 24 82,8 Sangat tinggi 3 c 29 21 72,4 70,1333 Tinggi 4 d 22 75,9 Tinggi 5 e 15 51,7 Sedang 6 f 18 62,1 Tinggi
83
2) Analisis data keterlibatan siswa
a) Secara umum tingkat keterlibatan siswa pada kelas kontrol
berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 70,13 %.
b) Bila dikaji secara khusus (berdasar aspek keterlibatan)
hasilnya sebagai berikut:
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan gagasan
sebesar 75,9 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan pertanyaan
sebesar 82,8 %, keterlibatannya sangat tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal menjawab pertanyaan
sebesar 72,4 %, sehingga keterlibatannya tinggi
Tingkat keterlibatan dalam hal membantu teman yang
mendapat kesulitan sebesar 75,9 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal bersikap kritis sebesar
51,7 %, keterlibatannya sedang.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengerjakan soal latihan
sebesar 62,1%, keterlibatannya tinggi.
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran
Pada bagian ini data berupa skor yang merepresentasikan sikap
setiap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran yang dikaji. Data
tersebut diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan peneliti
kepada siswa, tepatnya setelah seluruh rangkaian pembelajaran pada
masing-masing kelas terselesaikan.
84
Hal-hal yang berkaitan dengan kuesioner dapat dibaca pada bagian
instrument penelitian (halaman 61). Sedangkan kerangka acuan yang
dipakai dalam mengolah data skor sikap dapat dicermati pada bagian
metode analisis data (halaman 68).
a. Kelas uji
1) Data skor sikap siswa
Tabel 12. Data Skor Sikap Siswa Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Berseta Kualifikasinya Kode Skor Prosentase (%) Kualifikasi Sikap
1. 100 100 Sangat Positif 2. 84 84 Sangat Positif 3. 67 67 Positif 4. 66 66 Positif 5. 64 64 Positif 6. 73 73 Positif 7. 82 82 Sangat Positif 8. 65 65 Positif 9. 100 100 Sangat Positif 10. 71 71 Positif 11. 62 62 Positif 12. 97 97 Sangat Positif 13. 67 67 Positif 14. 84 84 Sangat Positif 15. 97 97 Sangat Positif 16. 78 78 Positif 17. 85 85 Sangat Positif 18. 64 64 Positif 19. 70 70 Positif 20. 69 69 Positif 21. 64 64 Positif 22. 65 65 Positif 23. 75 75 Positif 24. 64 64 Positif 25. 64 64 Positif 26. 91 91 Sangat Positif 27. 90 90 Sangat Positif 28. 73 73 Positif 29. 69 69 Positif
85
2) Analisis data skor sikap siswa
Berdasarkan tabel kriteria kualifikasi sikap siswa terhadap
penerapan metode pembelajaran (halaman 69), maka hasilnya
dinyatakan menjadi tabel berikut:
Tabel 13. Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Berdasarkan Jumlah Siswa Beserta Prosentasenya
No Kualifikasi Sikap Jumlah Siswa Prosentase (%) 1. Sangat Negatif (SN) 0 0 2. Negatif (N) 0 0 3. Netral (NT) 0 0 4. Positif (P) 19 65,52 5. Sangat Positif (SP) 10 34,48
Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan hasil sebagai
berikut: 19 siswa (65,69 %) bersikap positif; serta 10 siswa
(34,48 %) bersikap sangat positif terhadap penerapan metode
presentasi kelompok. Tidak ditemukan siswa yang bersikap netral,
negatif, serta sangat negatif terhadap penerapan hal ini.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa penerapan
metode presentasi kelompok dapat menumbuhkan sikap positif
pada diri siswa pada saat mengikuti rangkaian pembelajaran.
b. Kelas kontrol
1) Data skor sikap siswa
Tabel 14. Data Skor Sikap Siswa Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Berseta Kualifikasinya Kode Skor Prosentase (%) Kualifikasi Sikap
1. 83 83 Sangat Positif 2. 62 62 Positif3. 62 62 Positif 4. 77 77 Positif 5. 80 80 Positif
86
Kode Skor Prosentase (%) Kualifikasi Sikap 6. 76 76 Positif 7. 87 87 Sangat Positif 8. 68 68 Positif 9. 67 67 Positif 10. 72 72 Positif 11. 96 96 Sangat Positif 12. 74 74 Positif 13. 60 60 Netral 14. 58 58 Netral 15. 92 92 Sangat Positif 16. 63 63 Positif 17. 85 85 Sangat Positif 18. 61 61 Positif 19. 61 61 Positif 20. 52 52 Netral 21. 86 86 Sangat Positif 22. 84 84 Sangat Positif 23. 56 56 Netral 24. 64 64 Positif 25. 93 93 Sangat Positif 26. 80 80 Positif 27. 67 67 Positif 28. 49 49 Netral 29. 73 73 Positif
2) Analisis data skor sikap siswa
Berdasarkan tabel kriteria kualifikasi sikap siswa terhadap
penerapan metode pembelajaran (halaman 69), maka hasilnya
dinyatakan menjadi tabel berikut:
Tabel 15. Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Berdasarkan Jumlah Siswa Beserta Prosentasenya
No Kualifikasi Sikap Jumlah Siswa Prosentase (%) 1. Sangat negatif (SN) 0 0 2. Negatif (N) 0 0 3. Netral (NT) 5 17,24 4. Positif (P) 16 55,17 5. Sangat positif (SP) 8 27,59
87
Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan hasil sebagai
berikut: 5 siswa (17,24 %) bersikap netral; 16 siswa (55,17 %)
bersikap positif; serta 8 siswa (27,59 %) bersikap sangat positif
terhadap penerapan metode ceramah. Tidak ditemukan siswa yang
bersikap negatif maupun sangat negatif terhadap penerapan
metode ceramah. Sehingga dapat dimengerti bahwa penerapan
metode ceramah juga dapat menumbuhkan sikap positif pada diri
siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa metode ceramah masih
memungkinkan untuk dipakai dalam rangkaian pembelajaran.
C. Pembahasan
1. Hasil Test Pemahaman
a. Pemahaman awal
Skor pretest merepresentasikan kemampuan awal siswa dalam
mengerjakan soal sebelum mendapatkan “treatment”. Untuk
memastikan apakah kemampuan awal siswa tersebut berbeda apa
tidak, perlu dilakukan tahap analisis menggunakan uji yang relevan.
Berdasarkan hasil analisis data pretest kelas uji dan kontrol
menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil treal < tcritical, sehingga dapat dipahami bahwa
perbedaan pemahaman konsep awal yang dimiliki siswa tidak
88
signifikan, dalam hal ini tidak ada perbedaan pemahaman awal siswa
dari kelas uji maupun kelas kontrol.
b. Perbandingan peningkatan pencapaian hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil analisis data pretest-posttest (halaman 77 dan
78), peneliti menemukan fakta sebagai berikut: 1) skor rata-rata
posttest > skor rata-rata pretest; 2) hasil uji statistik sampel
berpasangan (pretest-posttest) menghasilkan treal > tcritical berarti
signifikan, sehingga dapat dipahami metode pembelajaran yang
diterapkan pada kelas uji dan kelas kontrol berhasil, dalam kajian ini
pemberian treatment menyebabkan pemahaman konsep yang dialami
siswa meningkat.
c. Pemahaman akhir
Skor posttest merepresentasikan kemampuan akhir yang dicapai
siswa dalam mengerjakan soal setelah mendapatkan “treatment”.
Untuk menyelidiki apakah kemampuan siswa baik pada kelas uji
maupun kelas kontrol itu berbeda apa tidak, perlu dilakukan tahap
pengujian. Analisis data posttest antara kedua kelas menunjukkan
bahwa kemampuan akhirnya sungguh berbeda, perbedaanya sebagai
berikut: 1) skor rata-rata posttest kelas uji > skor rata-rata posttest
kelas kontrol; 2) hasil analisis treal > tcritical berarti signifikan. Dalam
kajian ini terjadi perbedaan pencapaian skor posttest antara kelas uji
dan kelas kontrol. Dapat dikatakan pula bahwa model pembelajaran
dengan metode presentasi kelompok terbukti lebih meningkatkan
89
pemahaman konsep dibandingkan dengan metode konvensional.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa model pembelajaran melalui
metode presentasi kelompok lebih “efektif” dalam hal meningkatkan
pemahaman konsep dari pada metode ceramah.
2. Keterlibatan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
a. Kelas uji
1) Kajian umum
Fakta yang diperoleh berdasarkan hasil analisis data
keterlibatan siswa pada kelas ini tingkat keterlibatannya tinggi, hal
ini nampak dari hasil prosentase keterlibatan siswa sebesar
77,02 %.
2) Kajian khusus
Hasil prosentase keterlibatan dari aspek yang diamati sebagai
berikut:
a) Keterlibatan siswa pada kategori sangat tinggi
Mengajukan pertanyaan (93,1 %).
b) Keterlibatan siswa pada kategori tinggi
Mengajukan gagasan dan membantu teman yang mendapat
kesulitan (79,3 %); bersikap kritis (75,9 %); menjawab
pertanyaan (72,4 %); serta mengerjakan soal latihan
62,1 %).
b. Kelas kontrol
1) Kajian umum
90
Dengan mencermati hasil analisis data keterlibatan siswa
pada kelas ini tingkat keterlibatannya tinggi, hal ini ditunjukkan
prosentase keterlibatan siswa sebesar 70,13 %.
2) Kajian khusus
Hasil prosentase keterlibatan dari aspek yang diamati sebagai
berikut:
a) Keterlibatan siswa pada kategori sangat tinggi
Mengajukan pertanyaan (82,8 %).
b) Keterlibatan siswa pada kategori tinggi
Mengajukan gagasan dan membantu teman yang mendapat
kesulitan (75,9 %); menjawab pertanyaan (72,4 %);
mengerjakan soal latihan (62,1 %).
c) Keterlibatan siswa pada kategori sedang
Bersikap kritis (51,7 %).
Dengan mencermati hasil di atas maka dapat disimpulkan
bahwa metode presentasi kelompok lebih melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, hal ini diperkuat dari hasil prosentase
keterlibatan siswa dari kelas uji (77,02%) lebih tinggi dari pada kelas
kontrol (70,13%). Jadi metode presentasi kelompok lebih efektif
dalam hal melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, bila
dibandingkan dengan metode ceramah.
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran
a. Kelas uji
91
Berdasarkan hasil kajian kualifikasi sikap siswa terhadap
penerapan metode presentasi kelompok dapat dipaparkan sebagai
berikut:
Dari 29 siswa yang diteliti diperoleh hasil sebagai berikut: 19
siswa (65,52 %) sikapnya positif; serta 10 siswa (34,48 %) sikapnya
sangat positif terhadap penerapan metode presentasi kelompok.
b. Kelas kontrol
Berdasarkan hasil kajian kualifikasi sikap siswa terhadap
penerapan metode ceramah dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dari 29 siswa yang diteliti diperoleh hasil sebagai berikut:
5 siswa (17,24 %) sikapnya netral; 16 siswa (55,17 %) sikapnya
positif; serta 8 siswa (27,59 %) sikapnya sangat positif terhadap
penerapan metode ceramah.
Berdasarkan hasil prosentase sikap siswa terhadap penerapan
metode pembelajaran dapat disimpulkan bahwa metode presentasi
kelompok lebih mendorong siswa untuk bersikap positif terhadap
metode pembelajaran yang diterapkan, jika dibandingkan dengan hasil
prosentase sikap siswa terhadap metode pembelajaran dengan metode
ceramah. Hal ini dapat dipahami dari hasil prosentase jumlah siswa
yang bersikap positif dari kelas uji (65,52%) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan prosentase jumlah siswa yang bersikap positif
dari kelas kontrol (55,17%).
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran fisika melalui metode presentasi
kelompok lebih membantu siswa dalam hal memahami konsep pada
pokok bahasan listrik dinamis.
2. Metode presentasi kelompok lebih mendorong siswa untuk terlibat aktif
dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.
3. Penerapan metode presentasi kelompok dapat mendorong siswa untuk
bersikap positif terhadap kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran fisika melalui metode presentasi kelompok lebih
efektif daripada metode ceramah dalam hal meningkatkan pemahaman
konsep siswa yang diindikasikan dengan terjadinya peningkatan prestasi
belajar, maka disarankan kepada pendidik dan calon pendidik untuk
menerapkan model pembelajaran ini dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep.
92
93
2. Penerapan model pembelajaran fisika melalui metode presentasi
kelompok terbukti lebih baik daripada metode ceramah dalam hal
meningkatkan keterlibatan siswa dalam rangkaian pembelajaran, maka
disarankan kepada guru dan calon guru untuk menerapkan model
pembelajaran ini, agar siswa terbiasa melibatkan diri dalam proses
pembelajaran.
3. Model pembelajaran fisika melalui metode presentasi kelompok dan
metode ceramah keduanya dapat mendorong siswa dalam
mengembangkan sikap positif terhadap penerapan metode pembelajaran,
maka disarankan kepada pendidik dan calon pendidik untuk menerapkan
model pembelajaran tersebut dalam upaya proses pengembangan sikap
siswa terhadap pembelajaran.
94
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah. 2006. Teori Belajar Konstruktivisme.
http://www.duniaguru.com/index.php. (diakses, 9 april 2007).
Kartika, Budi. 1997. Fisika SLTP. Jakarta: Widya Utama.
Kartika, Budi. 2000. Mengoptimalkan Aspek Pendidikan dalam Pembelajaran
Fisika. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-2 (1998-2001). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Kartika, Budi. 2001. Berbagai Strategi untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif
dalam Proses Pembelajaran Fisika Di SMU, Efektivitasnya dan Sikap
Mereka pada Strategi Tersebut. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-2 (1998-
2001). Yogyakarta: USD.
Prasodjo, B, dkk. 2002. Panduan Fisika SLTP. Jakarta: Yudhistira.
Purwanto, B. 2001. Pelajaran Fisika. Solo: Pustaka Mandiri.
Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rosalina, M. 2007. Efektivitas Metode Jigsaw Dalam Peningkatan Pemahaman
Siswa Pada Konsep Gerak di Kelas Xi Ipa Smak Frateran Podor Larantuka
Tahun Ajaran 2006/2007. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, P.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suparno, P. 2000. Pengertian, Penerimaan, dan Pelaksanaan Guru-guru IPA
Sekolah Dasar Yayasan Kanisius Semarang Terhadap Pendekatan
94
95
Konstruktivistik dalam Praktek Mengajar. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-
2 (1998-2001). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, P. 2000. Teori Perubahan Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Fisika. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-2 (1998-2001). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Yogyakarta:
Kanisius.
Suparno, P. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
Usman. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
.
LAMPIRAN
97
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
98
99
Lampiran 2 : SOAL TEST PEMAHAMAN Petunjuk: Bacalah soal dengan teliti! Kemudian kerjakan sesuai dengan
perintahnya! 1. Ditinjau dari segi muatan, apa yang dimaksud dengan arus listrik dan beda
potensial antara dua buah titik? (1)
2. a) Muatan listrik (q) 40 coulomb, mengalir dalam penghantar selama 10 sekon.
Berapa kuat arus yang mengalir pada penghantar itu? (2)
b) Pengukuran beda potensial menggunakan voltmeter analog, jarum voltmeter
menunjuk angka 100, skala yang dipakai (0 – 250), batas ukurnya 10 volt.
Berapa beda potensial yang sedang diukur? (2)
3. a) Adakah hubungan antara kuat arus listrik dan beda potensial? Jika ada
jelaskan bagaimana hubungannya? (dikenal dengan apa?) dan jika tidak ada
hubungan-nya mengapa? (2)
b) Ketika ujung-ujung penghantar diberi beda potensial 5 volt, dalam
penghantar mengalir arus listrik 0,5 amper. Berapa besar hambatan listrik
penghantar itu! (2)
4. a) Bagaimana pengaruh faktor-faktor berikut terhadap besarnya hambatan jenis
(ρ) penghantar? (3)
♦ Jika jenis dan panjang penghantar sama, maka………?
♦ Jika jenis penghantar dan luas penampangnya sama, maka………?
♦ Jika panjang penghantar dan luas penampangnya sama, maka………?
b) Diketahui panjang kabel listrik 1,5 meter, luas penampangnya (A) = 1 mm2.
Jika hambatan jenisnya 10-5 ohm.meter, berapa besarnya hambatan kabel
itu? (catatan 1mm = 1 x 10-3 m) (2)
5. Apakah yang dimaksud dengan konduktor, semikonduktor, dan isolator?
Kemudian berilah contoh bendanya, (masing-masing cukup dua )! (3)
6. Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!
100
Data : I masuk = 100 mA, I1 = 15 mA, I2 =10 mA, I4 = 5 mA, tentukanlah: I3, I5,
dan I keluar ! (6)
7. a) Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!
Jika hambatan dan beda potensial yang sama. Rangkaian mana yang
menghasilkan kuat arus (I) terbesar? (4)
b) Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini
Jika R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 10 Ω, dan R5 = 20 Ω. Berapakah
besarnya hambatan pengganti (RAB)! (6)
c) Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!
Diketahui R1 = 15 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 6 Ω, dan Vs = 12 volt. Hitunglah kuat
arusnya! (6)
101
8. Jika semua ukuran lampu dan baterai sama, rangkaian mana yang
menghasilkan arus listrik paling besar? Jelaskan jawabanmu! (6)
9. a) 1. Gambar berikut merupakan sketsa elemen Volta yang terangkai dengan
saklar, kabel, serta lampu.
Apa fungsi dari setiap komponen-nya? Kemudian apa yang terjadi bila
saklar ditutup?(2)
a) 2. Gambar berikut memperlihatkan sketsa akumulator yang dirangkai
dengan lampu.
Apa fungsi dari setiap komponen-nya dan bagaimana prinsip kerjannya?
(3)
102
a) 3. Gambar berikut memperlihatkan sketsa baterai yang dirangkai dengan
sebuah lampu.
Apa fungsi dari setiap komponen-nya dan bagaimana prinsip
kerjannya?(3)
b) Dari ke-tiga elemen diatas, mana yang termasuk elemen primer dan
elemen sekunder? Bagaimana sifatnya? (4)
10. a) Apa yang dimaksud dengan gaya gerak listrik dan tegangan jepit suatu
sumber tegangan? Besar yang mana antara keduanya? (3)
b) Berapa kuat arus dan tegangan jepit yang dihasilkan rangkaian dibawah
ini!
Diketahui beda potensial baterai (Vs) = 12 volt, hambatan dalam baterai (r)
= 0,25 Ω dan R1 = 2,5Ω , R2 = 7,5 Ω . (6)
11. Hitung energi yang dihasilkan kompor listrik dengan spesifikasi V = 220 volt,
pada elemennya mengalir arus 5 amper, jika dipakai selama 5 menit! (catatan : 1
menit = 60 sekon) (2)
12. Alat pemanas spesifikasi V =220 volt, hambatan-nya 40 Ω, dipakai untuk
memanaskan 4 kg air (suhu awal air 10 0c) selama 5 menit. Berapa suhu akhir
air jika diketahui kalor jenis (cair = 4.200 joule/kg.0c), (catatan : 1 menit = 60
sekon) (10)
103
13. a) Spesifikasi alat listrik tertulis: 110 volt – 150 watt, apa arti spesifikasi
tersebut? (1)
b) Apa yang terjadi bila alat listrik dengan spesifikasi 110 volt – 150 watt
dipasang pada sumber tegangan 220 volt? (1)
c) Sebuah alat listrik hambatan-nya 110 ohm, dipasang pada sumber
tegangan 220 volt. Dari data itu tentukan besarnya: arus listrik; daya; serta
berapa energi yang dihasilkan bila alat ini digunakan selama ½ jam. (catatan
: 1 menit = 60 sekon) (8)
14. Di sebuah rumah terdapat 5 lampu 40 watt, 5 lampu 25 watt, serta 5 lampu 20
watt, semua lampu setiap harinya menyala selama 10 jam. Tarif setiap kWh =
Rp 200,-. Berapa biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari)? (10)
104
Lampiran 3 :
Pedoman Jawaban Soal Test Pemahaman
1. » Arus listrik: aliran muatan listrik positif dari kutub positif sumber menuju
kutub negatif sumber listrik.
» Beda potensial antara dua buah titik: besar usaha yang diperlukan untuk
membawa satu-satuan muatan dari suatu titik menuju ke titik yang lain.
2. a. Data : muatan listrik (q) = 40 coulomb
waktu (t) = 10 sekon
Masalah : menentukan kuat arus yang mengalir dalam penghantar.
Analisis : I = 41040
=sekon
coulomb amper
Jadi kuat arus yang mengalir dalam penghantar tersebut 4 ampere.
b. Data : angka yang ditunjuk jarum voltmeter = 100
skala yang digunakan = 0 – 250
batas ukur = 10 volt
Masalah : menentukan hasil pengukuran beda potensialnya
Analisis : besar tegangan = ukurbatasxterbesarskala
jarumditunjukyangangka
= voltvoltvoltx 4250
100010250100
==
Jadi hasil pengukuran beda potensial itu 4 volt.
3. a. Kuat arus listrik yang mengalir dalam penghantar berbanding lurus dengan
beda potensial dari ujung-ujung penghantar. Pernyataan ini dikenal dengan
hukum Ohm, perbandingan tegangan listrik (V) dengan kuat arus (I) adalah
tetap, hasil perbandingan antara keduanya itu disebut dengan hambatan
listrik (resistansi) yang dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω).
b. Data : beda potensial (V) = 5 volt
kuat arus (I) = 0,5 amper
Masalah : menentukan besarnya hambatan listrik penghantar tersebut!
105
Analisis : V = I x R……R = IV = ohm
ampervolt 10
5,05
=
Jadi hambatan listriknya sebesar 10 ohm.
4. a. Bila jenis dan panjang penghantar sama, maka semakin besar luas
penampang semakin kecil nilai hambatan-nya.
Bila jenis penghantar dan luas penampang sama, maka semakin panjang
penghantar semakin besar hambatan-nya.
Bila panjang penghantar dan luas penampang sama maka, hambatan
penghantar ditentukan oleh jenis penghantar.
b. Data : panjang kawat penghantar ( l ) = 1,5 meter
luas penampang (A) = 1 mm2 = 1 x 10-6 m2
hambatan jenis (ρ) = 10-5 ohm.meter
Masalah : menentukan besarnya hambatan penghantar
Analisis : R = ρ Al = 10-5 ohm.meter x 6101
5,1−x 2meter
meter
= 1,5 x 10 Ω = 15 Ω, jadi hambatan-nya 15 Ω.
5. Konduktor:
Bahan (penghantar) yang memiliki kemampuan (mudah) menghantarkan arus
listrik, contohnya : perak, tembaga, alumunium, wolfram, nikelin, besi, timah.
Semikonduktor:
Bahan (penghantar) yang dalam keadaan khusus dapat menghantarkan arus
listrik, akan tetapi dalam keadaan khusus sulit untuk menghantarkan arus
listrik, contohnya : germanium dan silikon.
Isolator:
Bahan atau penghantar yang sulit untuk menghantarkan arus listrik, contohnya
: busa, karet, plastik, kayu kering, kain, kertas, dan nilon.
6. Gambar rangkaian:
106
Data : I masuk = 100 mA, I1 = 15 mA, I2 =10 mA, I4 = 5 mA
Masalah : menentukan besarnya I3, I5, dan I keluar !
Analisis : a) Pada titik cabang A berlaku;
keluarmasuk II Σ=Σ
100 mA = (I1 + I2) +13 + I 4
= (15 mA + 10 mA) + I3 + 5 mA
= 25 mA + I3 + 5 mA
= 30 mA + I3
I 3 = 100 mA – 30 mA = 70 mA
b) Pada titik cabang B berlaku;
keluarmasuk II Σ=Σ
I3 +I4 = I5
70 mA + 5 mA = I5
75 mA = I5
c) Pada titik cabang C berlaku;
keluarmasuk II Σ=Σ
I masuk (( I1 +I2 )+ I5) = I keluar
((15 mA+ 10 mA )+ 75 mA) = I keluar
25mA + 75 mA = I keluar 100 mA = I keluar
7. a. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini:
Jika nilai semua hambatan sama besar, dan dipasang pada beda potensial
yang sama. Kuat arus (I) yang paling besar apabila hambatan total (RP)
107
nilainya kecil. Nilai hambatan total (RP) kecil dapat tercapai jika resistor-
resistor tersebut dirangkai paralel. Dari ke-empat gambar rangkaian diatas
yang menghasilkan nilai hambatan yang paling kecil adalah gambar
rangkaian (A) sebab gambar rangkaian tersebut merupakan rangkaian
murni paralel.
b. Menentukan besarnya hambatan pengganti :
Data : R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 10 Ω, dan R5 = 20 Ω.
Masalah : menentukan besarnya hambatan pengganti (RAB)
Analisis :
R2 dan R4 terangkai paralel, dapat diganti dengan hambatan
pengganti 1
1
PR =
2
1R
+ 4
1R
= Ω10
1 + Ω10
1
= Ω10
2 maka Rp1 = Ω=Ω 5
210
gambar rangkaian penggantinya:
R5, RP1, dan R3 terangkai seri dapat diganti dengan hambatan
pengganti (RP2) = 20 Ω + 5 Ω + 10 Ω = 35 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
RP2 dengan R1 terangakai paralel dapat diganti dengan hambatan
pengganti total;
108
totalPR1 =
2
1
PR+
1
1R
=Ω35
1 + Ω51
= Ω35
1 +Ω35
7
= Ω35
8 maka RP total = 8
35Ω = 4, 375 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
c. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini:
Data : R1 = 15 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 6 Ω, dan Vs = 12 volt
Masalah : menentukan kuat arus (I) yang mengalir melalui rangkaian.
Analisis :
R1 dan R2 terangkai paralel, dapat diganti dengan sebuah hambatan
pengganti 1
1
PR=
1
1R
+2
1R
=Ω15
1 +Ω10
1
=Ω30
2 +Ω30
3 =Ω30
5
RP1 =5
30Ω = 6 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
109
RP1 dengan R3 terangkai seri, sehingga dapat diganti dengan sebuah
hambatan pengganti;
RPtotal = RP1 + R3 = 6 Ω + 6 Ω = 12 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
Berdasarkan hukum ohm maka kuat arus dalam rangkaian tersebut
dapat ditentukan : V = I x R, maka I = pR
V = Ω12
12volt =1 amper.
8. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini:
Gambar rangkaian (a);
ggl total Tε = 321 εεε −+ = 2ε , arus I = RR
T εε 2=
Gambar rangkaian (b);
ggl total Tε = - 321 εεε −+ = -ε , arus I = =RTε
Rε−
Gambar rangkaian (c);
110
ggl total Tε = - 21 εε + = 0, arus I = =RTε 00
=R
Gambar rangkaian (d);
ggl total Tε = 321 εεε ++ = 3ε , arus I = RR
T εε 3=
Jadi dari ke-empat gambar rangkaian di atas yang menghasilkan kuat
arus listrik paling besar adalah gambar (D).
9. Perhatikan gambar di bawah ini!
a.1.Gambar berikut merupakan sketsa elemen Volta yang dirangkai dengan
saklar, kabel, serta lampu.
Fungsi dari:
Pelat tembaga (Cu): sebagai elektroda positif (anoda);
Pelat seng (Zn): sebagai elektroda negatif (katoda);
Larutan asam sulfat (H2 SO4): sebagai larutan elektrolit
(penghantar arus listrik);
Bila saklar ditutup, terjadi arus listrik dari anoda menuju katoda
yang disebabkan adanya aliran elektron dari katoda (seng) menuju
anoda (tembaga), sebagai akibatnya lampu menyala sebab terjadi
reaksi kimia antara keping-keping logam dengan larutan elektrolit.
2. Gambar berikut memperlihatkan sketsa elemen basah (akumulator) yang
dirangkai dengan sebuah lampu.
111
Fungsi dari:
Timbal dioksida : sebagai elektroda positif (anoda);
Timbal : sebagai elektroda negatif (katoda);
Larutan asam sulfat (H2 SO4): sebagai larutan elektrolit
(penghantar arus listrik).
Prinsip kerjanya:
Reksi kimia pada plat timbal dioksida dan timbal menimbulkan
elektron pada plat timbal terlepas dan mengalir melalui penghantar menuju
plat timbal dioksida, sebagai akibatnya terjadi aliran listrik dari plat timbal
dioksida melalui penghantar (diluar larutan elektrolit).
3. Gambar berikut merupakan sketsa elemen kering (baterai) yang dirangkai
dengan sebuah lampu.
Fungsi dari:
Batang karbon : sebagai elektroda positif (anoda);
Seng : sebagai elektroda negatif (katoda);
Ammonium klorida : larutan elektrolit;
112
Mangan dioksida + karbon : sebagai depolarisator (pelindung
larutan elektrolit).
Prinsip kerjanya:
Reaksi pada keping anoda dan keping katoda menyebabkan elektron
pada katoda lepas dan mengalir menuju keping anoda melalui penghantar
luar, sebagai akibatnya terjadi aliran listrik dari keping anoda menuju
katoda (diluar larutan elektrolit).
b. #Yang termasuk elemen primer : elemen Volta dan elemen kering (baterai),
sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut tidak dapat dimuati
muatan listrik kembali (proses reaksinya tidak bisa dibalik, hanya
mengubah energi kimia menjadi energi listrik).
#Yang termasuk elemen sekunder : elemen basah (akumulator), sifatnya
ketika muatannya habis elemen tersebut dapat dimuati muatan listrik
kembali (proses reaksinya dapat dibalik, selain mengubah energi kimia
menjadi energi listrik, pada saat dimuati muatan listrik mengikuti proses
mengubah energi listrik menjadi kimia.
10. a. Gaya gerak listrik sumber tegangan : gejala yang menunjukkan adanya
beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu pada saat
sumber tegangan tersebut dalam keadaan tidak menghantarkan arus listrik.
Tegangan jepit sumber tegangan : gejala yang menunjukkan adanya beda
potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu ketika sumber
tegangan tersebut dalam keadaaan menghantarkan arus listrik.
Gaya gerak listrik sumber tegangan pasti lebih besar dari pada
tegangan jepit suatu sumber tegangan, karena ketika sumber tegangan
menghantarkan arus listrik, sumber tegangan kehilangan sebagaian energi
potensialnya, energi potensial itu digunakan oleh elektron untuk bergerak
menuju kutub negatif menuju kutub positif sumber tegangan.
b. Gambar rangkaian :
113
Data : beda potensial baterai (V) = 12 volt
hambatan dalam baterai (r) = 0,25 Ω
R1 = 2,5Ω , R2 = 7,5 Ω .
Masalah : menentukan nilai kuat arus dan tegangan jepit
Analisis :
R1 dan R2 terangkai seri, dapat diganti dengan sebuah hambatan
pengganti RP = R1 + R2 = 2,5 Ω + 7,5 Ω = 10 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
I = ampervoltvoltrR
E 17,125,10
1225,010
12=
Ω=
Ω+Ω=
+
Tegangan jepit V = I x R = 1,17 amper x 10 Ω = 11,7 volt.
11. Data : tegangan (V) = 220 volt
kuat arus listrik = 5 amper
lama pemakaian (waktu) = 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon
Masalah : menentukan energi yang dihasilkan kompor listrik
Analisis :
W = V x I x t
= 220 volt x 5 amper x 300 sekon
= 330.000 volt.amper.sekon = 330.000 joule.
12. Data : tegangan :220 volt
hambatan : 40 Ω
massa air : 4 kg
suhu awal air : 10 0C
114
waktu memanasi : 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon
kalor jenis air (cair )= 4.200 joule/kg.0C
Masalah : menentukan suhu akhir air setelah dipanasi
Analisis :
Kuat arus yang mengalir pada elemen-nya sebesar :
V = I x R maka I = RV =
40220
ohmvolt = 5,5 amper
Kalor yang dilepas pemanas = kalor yang diterima air
V x I x t = m x cair x ∆T
220 volt x 5,5 amper x 300 sekon = 4 kg x 4.200 joule/kg.0C x ∆T
363.000 joule = 16.800 joule/ 0C x ∆T
∆T = CCjoule
joule 00 61,21
/800.16000.363
=
Sehingga suhu akhir air : suhu awal + ∆T = 10 0C + 21,610C = 31,610C.
13. a. Alat listrik tersebut dapat menyala normal bila dipasang pada tegangan 110
volt, dan menggunakan atau menghasilkan daya listrik sebesar 150 watt.
b. Apabila alat listrik tersebut dipasang pada tegangan 220 volt maka akan
mengalami kerusakan sebab tegangan yang dibutuhkan hanya 110 volt,
sedangkan yang tersedia sebesar 220 volt.
c. Data : tegangan (V) = 220 volt
hambatan (R) = 110 Ω
lama penggunaan (waktu) = 30 menit = 30 x 60 sekon = 1800 sekon
Masalah : menentukan besar arus, daya, serta energi yang diserap oleh
alat tersebut
Analisis :
V = I x R, maka I = ampervoltRV 2
110220
=Ω
=
P = V x I
= 220 volt x 2 amper = 440 volt.amper = 440 watt.
W = V x I x t
= 220 volt x 2 amper x 1800 sekon
115
= 792.000 volt.amper.sekon = 792.000 joule.
14. Data :
• Pada suatu rumah terdapat: 5 lampu 40 watt, 5 lampu 25 watt, 5 lampu
20 watt, semua lampu setiap hari menyala selama 10 jam.
Masalah : menentukan besar biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30
hari).
Analisis I :
5 lampu 40 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 40
W x 10 jam /hari = 2.000 Wh /hari.
5 lampu 25 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 25
W x 10 jam /hari = 1.250 Wh /hari.
5 lampu 20 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 20
W x 10 jam /hari = 1.000 Wh /hari.
Total energi yang digunakan lampu-lampu tersebut ; (2.000 + 1.250 +
1000) Wh /hari = 4.250 Wh /hari.
Analisis II :
Total energi yang digunakan selama 1 bulan (30 hari) ; (30 hari) x
(4.250 Wh /hari) = 127.500 Wh = 127,5 kWh.
Tarif untuk setiap kWh = Rp 200,-.
Besar biaya yang harus ditanggung;
= energi yang terpakai (1 bulan) x tarif untuk setiap kWh
= 127,5 kWh x Rp 200,- /kWh
= 25.500,-.
Jadi biaya yang harus dibayar pelanggan dalam 1 bulan sebesar Rp. 25.500,-
116
Lampiran 4 :
Tabel 16. Kriteria Penskoran Jawaban Pretest dan Posttest
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor 1.
Mendefinisikan arus listrik dan beda potensial antara dua buah titik.
Arus listrik: aliran muatan listrik positif dari kutub positif menuju kutub negatif sumber listrik.
Beda potensial antara dua buah titik: besar usaha yang diperlukan untuk membawa satu-satuan muatan dari suatu titik menuju ke titik yang lain.
Jawaban sesuai pedoman 1 Hanya benar salah satu 1/2 Jawaban tidak benar 0
2.
a. Menentukan besarnya kuat arus yang mengalir dalam penghantar, ditinjau dari segi muatan (Q) dan waktu (t).
Data : muatan listrik (q) = 40 coulomb waktu (t) = 10 sekon
Masalah :
Menentukan besarnya kuat arus yang mengalir dalam penghantar
Analisis :
I = ampersekon
coulombtQ 4
1040
==
Jawaban sesuai pedoman 2 Menyertakan persamaan 1 Ada persm, hitungan keliru 1 Ada hasil, tetapi satuan salah Jawaban tidak benar 0
b. Menentukan besarnya hasil pengukuran beda potensial menggunakan voltmeter analog.
Data : angka yang ditunjuk jarum voltmeter = 100 skala yang digunakan = 0 – 250 batas ukur = 10
Jawaban sesuai pedoman 2 Menyertakan persamaan 1 Ada persm, hitungan keliru 1 Ada hasil, tetapi satuan salah 1 Jawaban tidak benar 0
117
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Masalah : menentukan hasil pengukuran beda potensialnya
Analisis : Hasil pengukuran tegangan (∆V) = ukurbatasx
terbesarskalajarumditunjukyangangka
∆V = voltvoltx 410250100
=
3.
a. Menyatakan hubungan antara kuat arus listrik (I) dan beda potensial (V) pada suatu penghantar.
Kuat arus listrik yang mengalir dalam penghantar berbanding lurus dengan beda potensial dari ujung-ujung suatu penghantar. Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Ohm, perbandingan beda potensial (V) dengan kuat arus (I) adalah tetap, hasil perbandingan antara ke dua variabel itu disebut dengan hambatan listrik (resistansi) dan dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω).
Jawaban sesuai pedoman 2 Mendekati pedoman 1 Jawaban tidak benar 0
b. Menentukan besarnya hambatan listrik pada sebuah penghantar.
Data : beda potensial (V) = 5 volt kuat arus (I) = 0,5 amper
Masalah : Menentukan besarnya hambatan listrik penghantar tersebut
Jawaban sesuai pedoman 2 Menyertakan persamaan 1 Ada persm, hitungan keliru 1 Ada hasil, tetapi satuan salah 1 Jawaban tidak benar 0
118
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Analisis :
V = I x R maka R = =IV ohm
ampervolt 10
5,05
=
4.
a. Menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya hambatan jenis dari suatu penghantar.
Bila jenis dan panjang penghantar sama, semakin besar luas penampang penghantar, maka semakin kecil nilai hambatannya.
Bila jenis dan luas penampang penghantar sama, semakin panjang penghantar semakin besar hambatannya.
Bila panjang dan luas penampang penghantar sama, besarnya hambatan ditentukan oleh jenis penghantar.
Jawaban sesuai pedoman 3 Benar 2 faktor 2 Benar 1 faktor 1 Jawaban tidak benar 0
b. Menentukan nilai hambatan suatu penghantar.
Data : panjang kawat ( l ) = 1,5 meter luas penampang (A) = 1 mm2 = 1 x 10-6 m2 hambatan jenis (ρ) = 10-5 ohm.meter
Masalah : Menentukan besarnya hambatan penghantar
Jawaban sesuai pedoman 2 Menyertakan persamaan 1 Ada persm, hitungan keliru 1 Ada hasil, tetapi satuan salah 1 Jawaban tidak benar 0
119
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Analisis :
R = ρ Al
= 265
1015,1.10
meterxmetermeterohm −
−
= 1,5 x 10 ohm = 15 ohm
5.
Mendefinisikan sifat penghantar listrik berdasarkan kemampuan menghantarkan arus listrik, dan memberikan contoh bendanya.
Konduktor : bahan /penghantar yang (mudah) memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik, contoh : perak, tembaga, alumunium, wolfram, nikelin, besi, timah, emas, dan raksa karbon.
Semikonduktor : bahan /penghantar yang dalam keadaan tertentu memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik, akan tetapi dalam keadaan tertentu sulit untuk menghantarkan arus listrik, contohnya : germanium dan silikon.
Isolator : bahan /penghantar yang (sulit) atau bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik, contohnya : busa, karet, plastik, kayu kering, kain, kertas, dan nilon.
Jawaban sesuai pedoman 3 Benar 3, contoh tidak ada 2 Benar 2, contoh ada 2 Benar 1, contoh ada 1 Benar 1, contoh tidak ada 1/2 Jawaban tidak benar 0
120
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
6.
Menentukan kuat arus listrik berdasarkan hukum I Kirchoff pada rangkaian bercabang.
Gambar rangkaian:
Pada titik cabang (A) berlaku; keluarmasuk II Σ=Σ
100 mA = (I1 + I2) +13 + I 4 = (15 mA + 10 mA) + I3 + 5 mA = 25 mA + I3 + 5 mA = 30 mA + I3 I 3 = 100 mA – 30 mA = 70 mA Pada titik cabang (B) berlaku;
keluarmasuk II Σ=Σ I3 +I4 = I5 70 mA + 5 mA = I5 75 mA = I5 Pada titik cabang (C)berlaku;
keluarmasuk II Σ=Σ
Jawaban sesuai pedoman 6 Lgkh 1-3 bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, sat slh 3 Lgkh 1 bnr, sat bnr 2 Lgkh 1 bnr, sat slh 1 Jawaban tidak benar 0
121
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
I masuk (( I1 +I2 )+ I5) = I keluar ((15 mA+ 10 mA )+ 75 mA) = I keluar 25mA + 75 mA = I keluar 100 mA = I keluar
7.
a. Berdasarkan gambar, menentukan rangkaian mana yang menghasilkan arus paling besar.
Gambar rangkaian:
Memahami prinsip berikut: karena beda potensial dan nilai hambatan untuk setiap rangkaian sama, (kuat arus listrik (I) merupakan nilai perbandingan antara beda potensial (V) dan hambatan (R)).dalam hal ini harga (V) tetap, namun harga (R) total untuk setiap rangkaian bervariasi tergantung susunannya. Agar (I) besar tercapai bila (R) sekecil-kecilnya, harga (R) kecil bila hambatan disusun paralel.
Jawaban sesuai pedoman 4 Konsep benar 3 Konsep mendekati (pjlsn ada) 2 Konsep mendekati (pjlsn tdk ada) 1 Jawaban tidak benar 0
122
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Berdasar gambar, yang menghasilkan arus listrik paling besar adalah gambar rangkaian (A).
b. Menentukan nilai hambatan pengganti (RP) berdasarkan gambar rangkaian.
Gambar rangkaian:
Data : R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 10 Ω, dan R5 = 20 Ω.
Masalah : menentukan besarnya hambatan pengganti (RAB)
Analisis : Memahami prinsip-prinsip menentukan nilai
hambatan pengganti dari beberapa hambatan yang tersusun secara seri maupun paralel.
R2 dan R4 (paralel), dapat diganti dengan hambatan pengganti
1
1
PR =
2
1R
+ 4
1R
= Ω10
1 + Ω10
1
Jawaban sesuai pedoman 6 Lgkh 1-3 bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 3 Lgkh 1bnr, sat bnr 2 Lgkh 1bnr, sat slh 1 Jawaban tidak benar 0
123
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
= Ω10
2 maka Rp1 = Ω=Ω 5
210
rangkaian penggantinya:
R5, RP1, dan R3 terangkai seri dapat diganti dengan hambatan pengganti (RP2) = 20 Ω + 5 Ω + 10 Ω = 35 Ω,
rangkaian penggantinya:
RP2 dengan R1 terangakai paralel dapat diganti dengan hambatan pengganti total;
124
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
totalPR1 =
2
1
PR+
1
1R
=Ω35
1 + Ω51
= Ω35
1 +Ω35
7
= Ω35
8 maka RP total = 8
35Ω = 4,375 Ω.
rangkaian akhirnya:
c. Menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian listrik berdasarkan gambar.
Gambar rangkaian :
Jawaban sesuai pedoman 6 Lgkh 1-3 bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 3 Lgkh 1bnr, sat bnr 2 Lgkh 1bnr, sat slh 1 Jawaban tidak benar 0
125
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Data : R1 = 15 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 6 Ω, dan Vs = 12 volt
Masalah : menentukan kuat arus (I) yang mengalir melalui rangkaian
Analisis: R1 dan R2 (paralel), dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti
1
1
PR=
1
1R
+2
1R
=Ω15
1 +Ω10
1
=Ω30
2 +Ω30
3 =Ω30
5
maka RP1=5
30Ω = 6 Ω
rangkaian penggantinya:
126
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
RP1 dengan R3 terangkai seri, sehingga dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti;
RPtotal = RP1 + R3 = 6 Ω + 6 Ω = 12 Ω rangkaian penggantinya:
Berdasarkan hukum ohm maka kuat arus dalam
rangkaian tersebut dapat ditentukan : V=I x R,
maka I = pR
V = Ω12
12volt =1 amper.
8.
Menentukan nilai ggl total pada suatu rangkaian berdasarkan susunan sumber tegangan, selanjutnya menentukan kuat arus yang mengalir dalam rangkaian.
Gambar rangkaian: rangkaian (a)
Jawaban sesuai pedoman 8 Hanya benar 3 rangkaian 6 Hanya benar 2 rangkaian 4 Hanya benar 1 rangkaian 2 Jawaban tidak benar 0
127
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
ggl total Tε = 321 εεε −+ = 2ε
arus I = RR
T εε 2=
rangkaian (b)
ggl total Tε = - 321 εεε −+ = -ε
arus I = =RTε
Rε−
rangkaian (c)
128
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
ggl total Tε = - 21 εε + = 0
arus I = =RTε 00
=R
rangkaian (d)
ggl total Tε = 321 εεε ++ = 3ε
arus I = RR
T εε 3=
Jadi yang menghasilkan arus listrik paling besar yaitu rangkaian (d).
9.
a. Memahami fungsi komponen penyusun sumber tegangan beserta prinsip kerjanya.
1) Sketsa elemen Volta:
Jawaban sesuai pedoman 2 Fungsi komponen terjawab 1 Fenomena terjawab benar 1 Jawaban tidak benar 0
129
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Fungsi dari:
Pelat tembaga (Cu) : sebagai elektroda positif (anoda); Pelat seng (Zn) : sebagai elektroda negatif (katoda); Larutan asam sulfat (H2 SO4) : sebagai larutan elektrolit (penghantar arus listrik);
Bila saklar ditutup maka, terjadi arus listrik dari anoda menuju katoda yang disebabkan adanya aliran elektron dari katoda (seng) menuju anoda (tembaga), sebagai akibatnya lampu akan menyala sebab terjadi reaksi kimia antara keping-keping logam dengan larutan elektrolit.
130
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
2) Sketsa elemen basah (akumulator):
Fungsi dari:
Timbal dioksida : sebagai elektroda positif (anoda); Timbal : sebagai elektroda negatif (katoda); Larutan asam sulfat (H2 SO4) : sebagai larutan elektrolit (penghantar arus listrik).
Prinsip kerjanya: Reksi kimia pada plat timbal dioksida dan timbal menimbulkan elektron pada plat timbal terlepas dan mengalir melalui penghantar menuju plat timbal dioksida, sebagai akibatnya terjadi aliran listrik dari plat timbal dioksida melalui penghantar (diluar larutan elektrolit).
Jawaban sesuai pedoman 3 Prinsip kerja terjawab benar 2 Prinsip kerja terjawab (mendekati) 1 Fungsi komponen terjawab 1 Jawaban tidak benar 0
131
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
3) Sketsa elemen kering (baterai):
Fungsi dari:
Batang karbon : sebagai elektroda positif (anoda); Seng : sebagai elektroda negatif (katoda); Ammonium klorida : larutan elektrolit; Mangan dioksida + karbon : sebagai depolarisator (pelindung larutan elektrolit).
Jawaban sesuai pedoman 3 Prinsip kerja terjawab benar 2 Prinsip kerja terjawab (mendekati) 1 Fungsi komponen terjawab 1 Jawaban tidak benar 0
b. Mengelompokkan sumber tegangan berdasarkan sifat, serta menguraikan bagaimana sifat masing-masing.
Elemen primer : elemen Volta dan elemen kering (baterai), sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut tidak dapat dimuati muatan listrik kembali (proses reaksinya tidak bisa dibalik, hanya mengubah energi kimia menjadi energi listrik).
Jawaban sesuai pedoman 4 Sft ke-2nya bnr, pengelompokan slh 3 Sft bnr 1, pengelompokan bnr 2 Sft bnr 1, pengelompokan slh 1 Jawaban tidak benar 0
132
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Elemen sekunder : elemen basah (akumulator), sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut dapat dimuati muatan listrik kembali (proses reaksinya dapat dibalik, selain mengubah energi kimia menjadi energi listrik, pada saat dimuati muatan listrik mengikuti proses mengubah energi listrik menjadi kimia.
10.
a. Mendefinisikan tegangan jepit suatu sumber tegangan dan membandingkanmana antara nilai keduanya, serta mengetahui penyebab mengapa nilainya berbeda.
Gaya gerak listrik sumber tegangan: keadaan yang menunjukkan adanya beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu pada saat sumber tegangan tersebut dalam keadaan tidak menghantarkan arus listrik.
Tegangan jepit sumber tegangan: keadaan yang
menunjukkan adanya beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu ketika sumber tegangan tersebut dalam keadaaan menghantarkan arus listrik.
Gaya gerak listrik sumber tegangan pasti lebih besar
dari pada tegangan jepit suatu sumber tegangan, karena ketika sumber tegangan menghantarkan arus listrik, sumber tegangan kehilangan sebagaian energi potensialnya, energi potensial itu digunakan oleh elektron untuk bergerak menuju kutub negatif menuju kutub positif sumber tegangan.
Jawaban sesuai pedoman 3 Konsep ke-2nya bnr, perbd slh 2 Konsep hanya bnr 1 1 Jawaban tidak benar 0
133
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
b. Menentukan nilai kuat arus dan tegangan jepit berdasarkan gambar rangkaian listrik.
Gambar rangkaian:
Data :
beda potensial baterai (V) = 12 volt hambatan dalam baterai (r) = 0,25 Ω R1 = 2,5Ω R2 = 7,5 Ω
Masalah : menentukan nilai kuat arus dan tegangan jepit
Analisis : R1 dan R2 (seri), dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti RP = R1 + R2 = 2,5 Ω + 7,5 Ω = 10 Ω, rangkaian penggantinya :
Jawaban sesuai pedoman 6 Lgkh 1-3 bnr, gmbr bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2 bnr, gmbr bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, gmbr bnr, sat slh 3 Lgkh 1 bnr, gmbr bnr, sat bnr 2 Lgkh 1 bnr, gmbr bnr, sat slh 1 Jawaban tidak benar 0
134
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
kuat arus
ampervolt
voltrR
EI
17,125,10
1225,010
12
=Ω
=
Ω+Ω=
+=
tegangan jepit V = I x R = 1,17 amper x 10 Ω = 11,7 volt.
11.
Menghitung energi listrik yang dihasilkan sebuah alat listrik (kompor listrik)
Data : tegangan (V) = 220 volt kuat arus listrik = 5 amper lama penggunaan (waktu) = 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon
Masalah : Menentukan energi yang dihasilkan kompor listrik
Analisis :
Menggunakan persamaan; W = V x I x t = 220 volt x 5 amper x 300 sekon = 330.000 volt.amper.sekon = 330.000 joule.
Jawaban sesuai pedoman 2 Menyertakan persamaan 1 Ada persm, hitungan keliru 1 Ada hasil, tetapi satuan salah 1 Jawaban tidak benar 0
12.
Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan perubahan energi listrik menjadi kalor.
Data : tegangan : 220 volt hambatan : 40 Ω
Jawaban sesuai pedoman 10 Lgkh 1-5 bnr, sat slh 9 Lgkh 1-4 bnr, sat bnr 8 Lgkh 1-4 bnr, sat slh 7
135
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
massa air : 4 kg suhu awal air : 10 0C waktu memanasi : 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon kalor jenis air (cair )= 4.200 joule/kg.0C
Masalah :
menentukan suhu akhir air setelah dipanasi
Analisis : Kuat arus dalam elemennya sebesar :
V = I x R maka I = RV
= 40
220ohmvolt
= 5,5 amper
kalor yang dilepas pemanas, = V x I x t = 220 volt x 5,5 amper x 300 sekon = 363.000 joule.
kalor yang diterima air, = m x cair x ∆T = 4 kg x 4.200 joule/kg.0C x ∆T = 16.800 joule/ 0C x ∆T
∆T = CCjoule
joule 00 61,21
/800.16000.363
=
suhu akhir air = suhu awal + ∆T = 10 0C + 21,610C = 31,610C.
Lgkh 1-3 bnr, sat bnr 6 Lgkh 1-3 bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, sat slh 3 Lgkh 1 bnr, sat bnr 2 Lgkh 1 bnr, sat slh 1 Jawaban tidak benar 0
136
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor13.
a. Memahami makna spesifikasi alat listrik.
Makna dari alat listrik dengan spesifikasi (110 volt – 150 watt) yaitu: Alat listrik tersebut dapat menyala normal bila dipasang pada tegangan 110 volt, dan alat itu dapat menggunakan atau menghasilkan daya listrik sebesar 150 watt.
Jawaban sesuai pedoman 1 Pekerjaan mendekati 1/2 Jawaban tidak benar 0
b. Memperkirakan apa yang akan terjadi bila alat listrik dengan spesifikasi tertentu pemasangannya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera.
Jika alat listrik dengan spesifikasi (110 volt – 150 watt) dipasang pada sumber tegangan 220 volt, kemungkinannya alat listrik itu akan mengalami kerusakan sebab tegangan yang dibutuhkan hanya 110 volt, sedangkan yang tersedia sebesar 220 volt.
Jawaban sesuai pedoman 1 Pekerjaan mendekati 1/2 Jawaban tidak benar 0
c. Menentukan besar arus, daya, serta energi yang digunakan suatu alat listrik.
Data : tegangan (V) = 220 volt hambatan (R) = 110 Ω lama penggunaan (waktu) = 30 menit = 30 x 60 sekon = 1800 sekon
Masalah : menentukan besar arus, daya, serta energi yang diserap oleh alat tersebut.
Jawaban sesuai pedoman 8 Lgkh 1-4 bnr, sat slh 7 Lgkh 1-3 bnr, sat bnr 6 Lgkh 1-3 bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2 bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, sat slh 3 Lgkh 1 bnr 2 Jawaban tidak benar 0
137
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
Analisis : V = I x R,
maka I = ampervoltRV 2
110220
=Ω
=
P = V x I = 220 volt x 2 amper
= 440 volt.amper = 440 watt. W = V x I x t (ingat, t harus dikonversi)
= 220 volt x 2 amper x 1800 sekon = 792.000 volt.amper.sekon
= 792.000 joule.
14.
Menghitung besar biaya penggunaan energi listrik berdasarkan data-data yang disertakan.
Data : Pada suatu rumah terdapat: 5 lampu 40 watt, 5 lampu 25 watt, 5 lampu 20 watt, semua lampu setiap hari menyala selama 10 jam.
Masalah : Menentukan besar biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari).
Analisis I : 5 lampu 40 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 40 W x 10 jam /hari = 2.000 Wh /hari.
5 lampu 25 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 25 W x 10 jam /hari = 1.250 Wh /hari.
Jawaban sesuai pedoman 10 Lgkh 1-5 bnr, sat slh 9 Lgkh 1-4 bnr, sat bnr 8 Lgkh 1-4 bnr, sat slh 7 Lgkh 1-3 bnr, sat bnr 6 Lgkh 1-3 bnr, sat slh 5 Lgkh 1-2bnr, sat bnr 4 Lgkh 1-2 bnr, sat slh 3 Lgkh 1 bnr, sat bnr 2 Lgkh 1 bnr, sat slh 1 Jawaban tidak benar 0
138
No Lingkup soal Acuan jawaban Kriteria Skor
5 lampu 20 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 20 W x 10 jam /hari = 1.000 Wh /hari. Total energi yang digunakan lampu-lampu tersebut ; (2.000 + 1.250 + 1000) Wh /hari = 4.250 Wh /hari. Analisis II :
Total energi yang digunakan selama 1 bulan (30 hari) ; (30 hari) x (4.250 Wh /hari) = 127.500 Wh = 127,5 kWh. (tarif untuk setiap kWh = Rp 200,-.)
Besar biaya yang harus ditanggung pelanggan; = total energi yang terpakai (1 bulan) x tarif untuk setiapkWh = 127,5 kWh x Rp 200,- /kWh = 25.500,-.
Skor maksimal jika siswa mengerjakan semua soal dan hasilnya benar 100 Catatan:
Persm : persamaan
Lgkh : langkah
Bnr : benar
Slh : salah
Sat : satuan
Mdkt : mendekati
Sft : sifat
Gmbr : gambar
Pjlsn : penjelasan
Tdk : tidak
Perbd : perbandingan
139
Lampiran 5 : HASIL TEST PEMAHAMAN
Skor pretest kelas uji (IX A) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
1. 1 2 2 2 2 2 2 3 6 2 4 4 4 2 2 3 3 2 3 2 4 1 1 4 4 67 2. 1 2 2 2 2 3 2 3 2 0 0 0 4 2 3 3 4 0 0 2 0 1 0 0 0 383. 1 2 2 2 2 2 2 3 4 0 3 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 1 1 0 4 54 4. 1 2 2 0 2 3 2 3 2 0 2 2 2 1 1 1 2 2 2 0 0 0 0 0 0 32 5. 1 2 0 2 2 3 0 3 2 0 3 3 0 2 3 2 2 2 3 2 0 1 1 2 4 45 6. 1 2 2 1 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 4 2 4 2 0 1 1 4 2 56 7. 1 2 0 1 2 2 0 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 0 1 1 4 4 50 8. 1 2 0 2 2 2 0 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 0 1 1 2 2 46 9. 1 2 2 2 0 3 0 3 6 2 4 4 4 2 3 3 4 3 0 2 2 1 1 2 4 60 10. 1 2 0 2 2 3 0 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 0 1 1 2 0 42 11. 1 2 0 1 2 2 0 3 2 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 0 0 0 0 0 0 34 12. 1 2 2 0 2 2 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 2 2 2 4 1 1 0 2 58 13. 1 2 2 1 2 3 0 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 0 0 0 0 0 44 14. 1 2 0 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 0 0 1 0 2 0 43 15. 1 2 2 1 2 3 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 2 4 2 2 1 1 4 4 66 16. 1 2 0 2 2 3 0 3 4 2 2 2 0 2 3 2 4 2 2 2 0 1 0 0 0 41 17. 1 2 0 1 2 2 1 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 0 1 1 2 0 43 18. 1 2 0 2 2 0 0 3 2 2 4 4 0 2 3 3 4 2 2 0 0 1 1 0 0 40 19. 1 2 2 2 2 0 0 3 4 2 3 3 0 2 2 3 4 3 4 2 2 1 1 2 4 54 20. 1 2 2 2 2 2 0 3 4 2 4 4 0 2 2 2 2 2 4 2 2 1 1 4 4 56
140
Skor pretest kelas uji (IX A) (lanjutan) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
21. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 0 1 1 2 0 48 22. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 1 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 0 1 1 2 2 52 23. 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 3 2 4 2 0 1 1 2 0 52 24. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 4 4 2 2 3 2 4 2 2 0 0 1 1 2 0 50 25. 1 2 0 2 2 3 0 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 1 0 0 0 1 0 0 0 38 26. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 2 4 2 2 1 1 2 4 65 27. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 3 3 4 2 4 1 1 2 2 65 28. 1 2 2 1 2 3 2 3 4 2 3 4 2 2 3 3 4 2 3 2 2 0 0 2 0 54 29. 1 2 0 1 2 3 2 3 4 2 4 3 2 2 3 3 4 3 4 2 0 1 1 2 4 58
141
Skor pretest kelas kontrol (IX B) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
1. 1 2 2 0 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 0 1 1 2 4 54 2. 1 2 2 2 2 0 2 3 4 2 4 4 2 2 3 3 4 2 4 2 0 1 1 4 0 56 3. 1 2 0 1 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 4 2 0 1 1 2 4 47 4. 1 2 2 2 0 2 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 0 1 1 4 4 56 5. 1 2 2 2 2 0 0 3 4 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 1 2 1 1 4 4 56 6. 1 2 0 2 2 2 2 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 0 1 1 2 6 54 7. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 2 2 4 2 3 3 3 2 4 2 4 1 1 4 6 66 8. 1 1 2 1 2 3 2 3 4 1 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 0 1 0 2 4 50 9. 1 2 2 1 2 2 2 3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 0 1 0 4 2 50 10. 1 2 0 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 0 0 0 0 1 1 2 0 38 11. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 2 4 2 4 1 1 2 4 65 12. 1 2 2 2 2 2 2 3 6 2 4 4 4 2 3 2 3 2 4 2 0 1 1 4 6 66 13. 1 2 2 2 2 2 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 2 3 1 0 1 1 6 4 64 14. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 0 1 0 2 0 48 15. 1 2 0 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 4 2 0 1 1 0 0 44 16. 1 2 0 2 2 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 0 1 1 2 0 46 17. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 3 4 2 3 3 4 2 4 2 0 1 1 4 0 60 18. 1 2 0 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 0 1 1 2 0 46 19. 1 2 0 2 2 2 2 3 4 2 0 0 0 2 2 2 3 2 4 2 0 1 1 2 0 41 20. 1 2 0 1 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 2 2 3 2 3 2 0 1 1 2 0 34 21. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 0 0 2 2 3 3 4 2 3 0 4 1 1 4 6 56 22. 1 2 0 2 0 2 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 4 0 2 2 0 1 1 4 0 48
142
Skor pretest kelas kontrol (IX B) (lanjutan) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
23. 1 2 2 1 2 2 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 3 0 0 2 0 1 0 2 0 44 24. 1 2 2 2 2 3 2 2 6 2 3 3 4 2 3 3 4 0 0 2 4 1 1 4 6 64 25. 1 2 2 2 0 0 0 3 2 2 2 2 0 2 3 3 4 2 4 0 0 1 1 0 0 38 26. 1 2 0 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 0 2 0 1 0 2 0 36 27. 1 2 0 1 2 2 0 3 4 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 2 2 1 1 0 6 54 28. 1 2 0 1 2 2 0 3 4 2 4 4 2 2 2 2 3 0 2 2 0 1 1 4 0 46 29. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 2 3 4 2 3 3 4 0 0 2 0 1 1 4 0 50
143
Skor posttest kelas uji (IX A) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
1. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 6 6 2 3 3 4 3 6 2 6 1 1 6 10 90 2. 1 2 2 2 2 2 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 2 1 1 4 6 69 3. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 6 4 2 3 3 4 3 4 2 4 1 1 6 8 82 4. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 6 4 4 2 3 3 4 3 4 2 0 1 0 2 10 69 5. 1 2 2 1 2 2 0 3 4 1 4 4 2 2 3 3 4 2 4 2 0 1 1 4 4 58 6. 1 2 0 2 2 3 0 3 6 2 6 4 4 2 3 3 4 2 6 2 0 1 1 6 10 75 7. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 4 4 6 2 3 3 4 0 6 2 4 1 1 6 8 79 8. 1 2 2 0 2 0 2 3 4 1 4 4 4 2 3 3 3 2 2 2 0 1 1 4 10 62 9. 1 2 2 2 1 3 2 3 6 2 4 4 6 2 3 3 4 3 6 2 6 1 0 8 8 84 10. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 3 4 0 0 1 0 4 0 59 11. 1 2 2 2 2 2 0 3 6 2 3 3 4 2 3 2 3 3 2 2 0 1 1 4 10 65 12. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 4 6 3 8 2 3 3 4 3 4 2 6 1 1 6 6 85 13. 1 2 0 2 2 3 2 3 6 2 4 4 4 2 3 3 4 2 4 2 6 1 1 6 6 75 14. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 4 4 2 3 3 4 3 2 0 4 1 1 2 10 74 15. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 6 6 2 3 3 4 2 6 2 4 1 1 6 8 85 16. 1 2 2 2 2 2 2 3 6 2 4 4 4 2 3 3 4 2 4 2 0 1 1 4 6 68 17. 1 2 2 2 0 2 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 3 6 2 4 1 1 4 10 75 18. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 0 2 4 4 2 2 3 3 2 4 2 0 1 0 2 10 62 19. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 0 4 2 3 3 3 3 4 2 4 1 1 6 10 77 20. 1 2 2 2 0 2 2 3 6 1 4 6 6 2 3 3 4 3 6 2 0 1 1 6 10 78 21. 1 2 2 2 2 2 2 3 6 2 6 6 4 2 3 3 4 6 4 2 0 1 1 6 6 78 22. 1 2 0 1 2 2 2 3 6 2 4 6 4 2 3 3 4 3 4 2 0 1 0 6 10 73
144
Skor posttest kelas uji (IX A) (lanjutan) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
23. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 4 6 2 3 3 4 3 2 2 4 1 1 8 4 78 24. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 4 6 4 2 2 3 4 3 4 2 0 1 1 8 10 79 25. 0 2 2 2 2 3 0 3 6 2 4 4 4 2 3 3 3 2 4 2 0 1 1 4 6 65 26. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 6 6 2 3 3 4 3 6 2 8 1 1 6 8 90 27. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 4 8 2 3 3 4 3 6 2 8 1 1 6 10 92 28. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 4 6 4 2 3 3 3 3 4 2 0 1 1 4 10 75 29. 1 2 2 1 2 2 2 3 6 2 6 4 6 2 3 3 4 2 4 2 4 1 1 6 6 77
145
Skor posttest kelas kontrol (IX B) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
1. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 0 1 1 4 6 70 2. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 2 4 2 2 3 3 4 3 0 0 0 1 1 6 8 62 3. 1 2 0 1 2 3 2 3 4 2 2 0 4 2 3 3 4 0 2 1 0 1 1 0 4 47 4. 1 2 0 2 2 2 2 2 4 0 4 6 4 2 3 3 4 3 4 2 0 1 1 4 6 64 5. 1 2 2 1 2 3 2 3 6 0 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 2 1 1 4 0 63 6. 1 2 0 2 2 2 2 3 6 2 4 4 6 2 3 3 4 3 6 2 0 1 1 6 6 73 7. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 6 4 6 2 3 3 4 2 4 2 0 1 0 4 8 74 8. 1 2 0 1 2 3 2 3 6 2 2 6 4 2 3 2 3 3 4 2 0 1 1 4 4 63 9. 1 2 0 2 2 3 2 3 6 0 4 2 0 2 3 3 4 3 4 1 0 1 0 4 4 56 10. 1 2 2 2 2 2 2 3 4 1 2 2 2 2 3 2 4 3 4 2 0 1 1 2 6 57 11. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 2 2 4 4 2 3 3 3 3 4 1 6 1 1 4 10 76 12. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 1 4 4 6 2 3 3 4 2 4 2 4 1 1 6 6 72 13. 1 2 0 1 2 3 2 3 6 2 2 2 4 2 2 3 3 3 4 2 4 1 1 0 10 65 14. 1 2 1 2 2 3 2 3 4 2 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 0 1 0 4 4 55 15. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 4 3 2 2 3 3 4 2 4 0 0 2 0 2 6 58 16. 1 2 0 2 2 2 2 2 4 0 2 0 0 2 3 3 3 2 4 2 10 0 0 2 4 54 17. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 0 4 4 4 2 3 3 4 3 4 0 6 1 1 4 10 74 18. 1 2 0 1 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 0 1 0 1 1 0 10 54 19. 1 2 2 1 2 2 0 3 2 0 2 4 2 2 3 3 3 3 0 2 0 1 0 2 8 50 20. 1 2 0 0 2 2 2 3 4 0 0 0 2 1 3 3 3 0 2 0 0 1 0 0 2 33 21. 1 2 2 2 2 3 2 3 6 1 3 3 4 2 3 3 4 3 4 2 0 2 1 4 4 66 22. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 0 2 0 1 1 4 10 63
146
Skor posttest kelas kontrol (IX B) (lanjutan) Kode No Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14a b a b a b a b c a.1 a.2 a.3 b a b a b c
23. 1 2 0 0 2 3 2 3 4 2 2 2 4 1 3 3 3 3 4 2 0 1 1 4 6 58 24. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 0 2 4 4 2 3 3 4 3 4 2 6 1 1 4 10 74 25. 1 2 2 1 2 0 2 3 6 2 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 10 1 1 4 10 80 26. 1 2 2 1 2 3 2 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 3 2 1 6 1 1 2 6 68 27. 1 2 2 1 2 3 0 3 6 1 3 3 4 2 3 3 4 2 2 1 4 1 1 4 4 62 28. 1 2 0 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 4 2 0 2 0 1 1 0 2 46 29. 1 2 0 2 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 4 3 4 2 0 1 1 0 4 55
147
Lampiran 6 :
Uji Normalitas Data Skor Test
A. Hasil uji normalitas data skor kelas uji (IX A)
NPar Tests (skor pretest-posttest ) IX A
B. Hasil uji normalitas data skor kelas kontrol (IX B)
NPar Tests (skor pretest-posttest ) IX B
Descriptive Statistics
58 62.57 15.728 32 92SkorN Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5862.57
15.728.096.061
-.096.729.663
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Skor
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Descriptive Statistics
58 56.36 11.203 33 80SkorN Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5856.36
11.203.072.065
-.072.548.925
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Skor
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
148
Lampiran 7 :
Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa
No Aspek keterlibatan Kode1 Mengajukan gagasan a 2 Mengajukan pertanyaan b 3 Menjawab pertanyaan c 4 Membantu teman yang mendapat kesulitan d 5 Bersikap kritis (menunjukkan kesalahan dan memperbaiki) e 6 Mengerjakan soal latihan f
Kode Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
a b c d e f
149
Lampiran 8 :
Tabel 17. Data Keterlibatan Siswa kelas Uji (IX A)
Kode Terlibat /
tidak Aspek Keterlibatan
J K
R P K a b c d e f 1 √ 2 2 1 1 3 2 6 2 √ 2 1 2 3 √ 2 1 2 2 2 5 4 √ 1 1 1 1 4 5 √ 1 1 1 1 4 6 √ 1 1 1 1 1 5 7 √ 2 1 2 1 2 1 6 8 √ 1 1 2 3 9 √ 2 2 2 2 3 5 10 √ 2 1 1 1 4 11 √ 1 1 1 3 12 √ 2 1 1 3 2 5 13 √ 1 1 1 1 1 5 14 √ 1 1 1 1 1 1 6 15 √ 2 2 2 1 3 2 6 16 √ 2 1 1 3 17 √ 1 1 1 1 2 1 6 18 √ 2 1 1 3 19 √ 1 1 1 1 1 1 6 20 √ 1 1 1 1 1 1 6 21 √ 1 1 1 1 4 22 √ 1 2 1 1 4 23 √ 1 1 1 1 2 5 24 √ 2 1 1 1 1 5 25 √ 2 1 1 3 26 √ 2 2 2 1 2 2 6 27 √ 3 2 2 3 4 28 √ 1 1 1 1 4 29 √ 1 1 1 1 1 1 6 ∑ siswa yang terlibat 23 27 21 23 22 18
PK (%) 79,3 93,1 72,4 79,3 75,9 62,1 77,0166
Keterangan:
Kd : Kode
JK : Jenis keterlibatan
PK : Prosentase keterlibatan
RPK : Rerata prosentase keterlibatan
150
Lampiran 9 :
Tabel 18. Data Keterlibatan Siswa kelas kontrol (IX B)
Kode Terlibat /
tidak Aspek Keterlibatan
J K
R P K a b c d e f 1 √ 1 2 2 1 4 2 √ 1 2 1 1 1 5 3 √ 1 1 1 3 4 √ 1 1 1 1 4 5 √ 1 1 1 2 4 6 √ 2 2 1 2 1 5 7 √ 2 1 1 1 1 5 8 √ 2 1 1 3 9 √ 1 1 1 1 4 10 √ 2 1 1 1 1 5 11 √ 2 3 1 2 2 5 12 √ 3 2 3 2 4 13 √ 1 1 1 1 1 5 14 √ 1 1 1 1 4 15 √ 2 1 1 1 1 5 16 √ 1 1 1 1 4 17 √ 2 1 1 2 2 5 18 √ 1 1 1 1 4 19 √ 1 1 2 20 √ 1 1 2 21 √ 2 1 1 1 1 5 22 √ 1 1 1 3 23 √ 2 1 1 1 1 5 24 √ 2 1 1 1 1 5 25 √ 2 1 2 1 2 3 6 26 √ 1 2 1 1 1 5 27 √ 1 1 2 3 28 √ 1 1 1 1 4 29 √ 1 1 1 1 4 ∑ siswa yang terlibat 22 24 21 22 15 18
PK (%) 75,9 82,8 72,4 75,9 51,7 62,1 70,1333
Keterangan:
Kd : Kode
JK : Jenis keterlibatan
PK : Prosentase keterlibatan
RPK : Rerata prosentase keterlibatan
151
Lampiran 10 :
Kuesioner Sikap Kelas Uji
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan /pernyataan yang terdapat pada
setiap nomor soal kuesioner.
2. Isilah semua soal yang tersedia, dan usahakan jangan sampai ada salah
satu soal tidak terisi.
3. Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan /pernyataan; yaitu yang
paling sesuai dengan perasaanmu saat ini.
4. Bubuhkan tanda silang ( X ) pada pilihan yang tersedia.
Contoh:
Saya merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode presentasi.
Pilihan yang tersedia:
Pilihan yang tersedia Arti SS Sangat setuju S Setuju N Netral TS Tidak setuju STS Sangat tidak setuju
Jika kamu merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode
presentasi, maka pilihlah jawaban (a) dengan memberikan tanda silang pada
pilihan yang tersedia.
Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran dengan metode presentasi. a. SS b. S
c. N d. TS
e. STS
Apapun jawaban anda tidak akan mempengaruhi penentuan nilai mata
pelajaran fisika.
Terima kasih atas partisipasi kalian dalam mengisi kuesioner ini.
*******Selamat mengerjakan!*******
152
1. Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran fisika dengan metode
presentasi.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. ST
2. Menurut saya metode presentasi sangat membantu saya dalam memahami materi
fisika.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Belajar fisika dengan metode presentasi ternyata sangat menyenangkan.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
4. Mempelajari fisika dengan metode presentasi, semakin menyadarkan saya bahwa
fisika itu tidak sulit
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
5. Metode presentasi membuat saya merasa sangat bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
6. Metode presentasi semakin memotivai saya untuk giat belajar.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
7. Metode presentasi memperluas peluang saya untuk mengungkapkan ide-ide dan
gagasan yang saya pikirkan.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
8. Metode presentasi membantu dalam menemukan kelemahan-kelemahan yang saya
punyai.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
9. Belajar fisika dengan metode presentasi memotivasi saya untuk intensif menyelidiki
suatu hal sebelum saya merasa yakin.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
153
10. Belajar fisika dengan metode presentasi merupakan hal yang sangat efektif dan
efisien.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
11. Metode presentasi memotivasi saya untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
12. Metode presentasi sangat memacu saya untuk tidak takut bertanya tentang hal yang
belum aku pahami.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
13. Metode presentasi sangat mendorong saya untuk memperkaya pengetahuan.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
14. Metode presentasi dapat menumbuh-kembangkan sikap kritis terhadap hal yang sulit
dipahami.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
15. Metode presentasi mendorong saya untuk tidak mudah mempercayai suatu hal yang
sudah ditulis /disampaikan orang lain.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
16. Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode presentasi menjadi lebih bermakna.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
17. Ketika mempelajari fisika dengan metode presentasi, saya merasa yakin bisa belajar
sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
18. Dengan metode presentasi kesempatan saya untuk mendayagunakan keterampilan
bertanya lebih banyak.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
154
19. Model pembelajaran presentasi memperluas kesempatan guru untuk. memperhatikan
tingkat kebutuhan belajar untuk masing-masing siswa.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
20. Metode presentasi memperluas kesempatan saya untuk mengembangkan rasa
tanggung jawab pribadi serta menghargai pendapat teman.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
155
Lampiran 11 :
Kuesioner Sikap kelas kontrol
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan /pernyataan yang terdapat pada
setiap nomor soal kuesioner.
2. Isilah semua soal yang tersedia, dan usahakan jangan sampai ada salah
satu soal tidak terisi.
3. Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan /pernyataan; yaitu yang
paling sesuai dengan perasaanmu saat ini.
4. Bubuhkan tanda silang ( X ) pada pilihan yang tersedia.
Contoh:
Saya merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode ceramah.
Pilihan yang tersedia:
Pilihan yang tersedia Arti SS Sangat setuju S Setuju N Netral
TS Tidak setuju STS Sangat tidak setuju
Jika kamu merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode
ceramah, maka pilihlah jawaban (a) dengan memberikan tanda silang pada
pilihan yang tersedia.
Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran dengan metode ceramah. a. SS b. S
c. N d. TS
e. STS
Apapun jawaban anda tidak akan mempengaruhi penentuan nilai mata
pelajaran fisika.
Terima kasih atas partisipasi kalian dalam mengisi kuesioner ini.
*******Selamat mengerjakan!*******
156
1. Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran fisika dengan metode
ceramah.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Menurut saya metode ceramah sangat membantu saya dalam memahami materi
fisika.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Belajar fisika dengan metode ceramah ternyata sangat menyenangkan.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
4. Mempelajari fisika dengan metode ceramah, semakin menyadarkan saya bahwa fisika
itu tidak sulit.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
5. Metode ceramah membuat saya merasa sangat bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
6. Metode ceramah semakin memotivai saya untuk giat belajar.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
7. Metode ceramah memperluas peluang saya untuk mengungkapkan ide-ide dan
gagasan yang saya pikirkan.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
8. Metode ceramah membantu dalam menemukan kelemahan-kelemahan yang saya
punyai.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
9. Belajar fisika dengan metode ceramah memotivasi saya untuk intensif menyelidiki
suatu hal sebelum saya merasa yakin.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
157
10. Belajar fisika dengan metode ceramah merupakan hal yang sangat efektif dan efisien.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
11. Metode ceramah memotivasi saya untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
12. Metode ceramah sangat memacu saya untuk tidak takut bertanya tentang hal yang
belum aku pahami.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
13. Metode ceramah sangat mendorong saya untuk memperkaya pengetahuan.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
14. Metode ceramah dapat menumbuh-kembangkan sikap kritis terhadap hal yang sulit
dipahami.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
15. Metode ceramah mendorong saya untuk tidak mudah mempercayai suatu hal yang
sudah ditulis /disampaikan orang lain.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
16. Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode ceramah terasa lebih bermakna.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
17. Ketika mempelajari fisika dengan metode ceramah, saya merasa yakin bisa belajar
sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
18. Dengan metode ceramah kesempatan saya untuk mendayagunakan keterampilan
bertanya lebih banyak.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
19. Model pembelajaran ceramah memperluas kesempatan guru untuk memperhatikan
tingkat kebutuhan belajar untuk masing-masing siswa.
158
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
20. Metode ceramah memperluas kesempatan saya untuk mengembangkan rasa tanggung
jawab pribadi serta menghargai pendapat teman.
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
159
Lampiran 12 :
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (pilihan)
Kelas uji (IX A) No Soal Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 291 A A C C B C A C A C C A B B A B A B C C C C C B C A A C A 2 A B C E C D A B A B C A C A A A B C D C D D D D C A A C B 3 A A D C C B B D A B C A C A A A A C C C C C C C B A A C C 4 A C C D C D E D A B D A D A A B B C D C D C C B C A A D B 5 A C B A B B E D A B E A C B B B B B C C C C C C C A A C C 6 A A C D C B C C A B C A C B A B C C C B C C B C C A B A B 7 A A C C D B A B A B B B B A A B B C B C C B B B C C B B C 8 A B B B B B A B A C B A C B A B B B B C D B B C B B A B C 9 A B C C B C B B A C C A C A A B B B B C C C B B C B A B C 10 A B C D B B A C A D C A C B A B A C C B C C C D C A A C C 11 A C B B B A B C A B C A B C A C A B B B C C B B B B B B C 12 A A B B D B A C A B B A C A A C B D B C B B B D C A C B C 13 A A C C C A A C A B B B B B A B B C B B C C B C C C A B B 14 A B B C C A E C A B C B C A A A B C C B C B B B C A B B C 15 A C D D C C C D A C C A C C B B B C C C B C D D C A C C C 16 A C C C C C A B A C B A C C A B A B C C C C B D B C B C B 17 A A B B C D B C A B C A C C B C B C B C C C B D C A B B C 18 A A C B B C A A A B C A C A A B A B C B C C B B C A A B B 19 A B B B C C B B A C C A B C A C B D C B B B A C C A A C C 20 A A A A C B B B A C C A B A A C B D B B A B A B C A A B B
160
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (bobot)
Kelas uji (IX A)
No Soal
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 5 5 3 3 4 3 5 3 5 3 3 5 4 4 5 4 5 4 3 3 3 3 3 4 3 5 5 3 5 2 5 4 3 1 3 4 5 4 5 4 3 5 3 5 5 5 4 3 4 3 2 2 4 2 3 5 5 3 4 3 5 5 2 3 3 4 4 2 5 4 3 5 3 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 4 5 5 3 3 4 5 3 3 2 3 2 1 2 5 4 2 5 4 5 5 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 5 5 4 4 5 5 3 4 5 4 4 1 2 5 4 1 5 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3 3 6 5 5 3 4 2 4 3 3 5 4 3 5 3 4 5 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 5 4 5 4 7 5 5 3 3 2 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 8 5 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 5 3 4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 5 4 3 9 5 4 3 3 4 3 4 4 5 3 3 5 3 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 5 4 3 10 5 4 3 2 4 4 5 3 5 2 3 5 3 4 5 4 5 3 3 4 3 3 3 2 3 5 5 3 3 11 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 3 5 4 3 5 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 12 5 5 4 4 2 4 5 3 5 4 4 5 3 5 5 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 5 3 4 3 13 5 5 3 3 3 5 5 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 5 4 4 14 5 4 4 3 3 5 5 3 5 4 3 4 3 5 5 5 4 3 3 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 15 5 3 2 2 3 3 3 2 5 3 3 5 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 5 3 3 3 16 5 3 3 3 3 3 5 4 5 3 4 5 3 3 5 4 5 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 17 5 5 4 4 3 2 4 3 5 4 3 5 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 5 4 4 3 18 5 5 3 4 4 3 5 5 5 4 3 5 3 5 5 4 5 4 3 4 3 3 2 4 3 5 5 4 4 19 5 4 4 4 3 3 4 4 5 3 3 5 4 3 5 3 4 2 3 4 4 4 5 3 3 5 5 3 3 20 5 5 5 5 3 4 4 4 5 3 3 5 4 5 5 3 4 2 4 4 5 4 5 4 3 5 5 4 4
∑ 100 84 67 66 64 73 82 65 100 71 62 97 67 84 97 78 85 64 70 69 64 65 75 64 64 91 90 73 69
161
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (pilihan)
Kelas kontrol (IX B)
No Soal Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 A B A B C C A B B B A A D C A D A D C C A B D B A A B C C2 B C C B D B B B C C A C D C B C A E C C B A D B B B B D B3 A B D A B C D C D B C B C D C C B C C D A A D B A B C C B 4 A B C B C B A B C B A D D B B C A C C C A A D C B B C D C 5 B B C A B C B C D C A C C C A C B D C D C A D C A A D C C 6 D D C A C C A B B B A A C C A C A C C D A A C C B B C C B 7 A C B B B B B C C C A B C D A B C C C E A A C B B C C B C 8 C C C B A C C B B B A B D C A C B B C D B A B A A B B C C 9 B B B B A A A B C A A D B C B B B B C C B B C B A C C B B 10 A D C A A B A C C B B D C C A C B C C C A A D C A D B C D 11 C C B C B A B C C B A C B C A C A B C C B B C B A A B E A 12 B C C C B B A C B C B C B C B C B B C C A C C C B B D E B 13 C C C B A B A C B B A A B C A C A B C C C B D E A B B C B 14 A C C B A B B B C C A D B C A B C D C C B D C C A A C C B 15 B C B B C D B C C C B B C C B C A D C C B A C C B B D D B 16 A D C D A B A B B B A A D D B C C C C C B B D E A B B D C 17 B D C C B C A C B B A B C C A C B D B C B D B C A C C C B 18 B B D D A B C C D B C A C D A C A B C C A A C E A A B E B 19 A C C B B A B B C C A B B B A B B B C D B B C C B B C E B 20 B C A B B A B C B B A C B C A C B B C D B B C E A B C D B
162
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (bobot)
Kelas kontrol (IX B)
No Soal
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 5 4 5 4 3 3 5 4 4 4 5 5 2 3 5 2 5 2 3 3 5 4 2 4 5 5 4 3 3 2 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 5 3 2 3 4 3 5 1 3 3 4 5 4 4 4 4 4 2 4 3 5 4 2 5 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 5 5 2 4 5 4 3 3 4 4 5 4 3 4 3 4 5 4 3 2 5 2 2 4 4 3 5 3 3 3 5 4 2 3 4 4 3 2 3 5 4 4 3 5 4 3 4 3 2 3 5 3 3 3 5 3 4 2 3 2 3 5 2 3 5 5 2 3 3 6 2 2 3 5 3 3 5 4 4 4 5 5 3 3 5 3 5 3 3 2 5 5 3 3 4 4 3 3 4 7 5 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 3 2 5 4 3 3 3 1 5 5 3 4 4 3 3 4 3 8 3 3 3 4 5 3 3 4 4 4 5 4 2 3 5 3 4 4 3 2 4 5 4 5 5 4 4 3 3 9 4 4 4 4 5 5 5 4 3 5 5 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 5 3 3 4 4 10 5 2 3 5 5 4 5 3 3 4 5 4 3 3 5 3 4 3 3 3 5 5 2 3 5 2 4 3 2 11 3 3 4 3 4 5 4 3 3 4 5 3 4 3 5 3 5 4 3 3 4 4 3 4 5 5 4 1 5 12 4 3 3 3 4 4 5 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 5 3 3 3 4 4 2 1 4 13 3 3 3 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 3 5 3 5 4 3 3 3 4 2 1 5 4 4 3 4 14 5 3 3 4 5 4 4 3 3 3 5 2 4 3 5 4 3 2 3 3 4 2 3 3 5 5 3 3 4 15 4 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 5 2 3 3 4 5 3 3 4 4 4 2 4 16 5 2 3 2 4 4 5 4 4 4 5 5 2 2 4 3 3 3 3 3 4 4 2 1 5 4 4 2 3 17 4 2 3 3 4 3 5 3 4 4 5 4 3 3 5 3 4 2 4 3 4 2 4 3 5 3 3 3 4 18 4 4 2 2 5 4 3 3 2 4 5 5 3 2 5 3 5 4 3 3 5 5 3 1 5 5 4 1 4 19 5 3 3 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 3 1 4 20 4 3 1 4 4 5 4 3 4 4 5 3 4 3 5 3 4 4 3 2 4 4 3 5 5 4 3 2 4
∑ 83 62 62 77 80 76 87 68 67 72 96 74 60 58 92 63 85 61 61 52 86 84 56 64 93 80 67 49 73
163
Lampiran 13 :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP PANGUDI LUHUR I KALIBAWANG Kelas / Semester : IX (Sembilan)/1 (satu) Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)-Fisika Standar Kompetensi:
Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar: Menganalisis percobaan listrik dinamik dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator: Siswa mampu:
1. Menjelaskan hubungan kuat arus dan beda potensial listrik dalam suatu rangkaian sederhana.
2. Membedakan rangkaian komponen listrik baik secara seri maupun paralel. 3. Merumuskan hukum Ohm dalam persamaan R = V/I berdasarkan analisa
data kuat arus listrik dan beda potensial hasil pengamatan. 4. Mendeskripsikan perbedaan konduktor, semi konduktor dan isolator. 5. Menghitung hambatan penghantar. 6. Melakukan percobaan untuk menyelidiki besar arus listrik dalam
rangkaian bercabang. 7. Menghitung hambatan pengganti rangkaian listrik seri dan paralel.
Alokasi waktu : 8 x 40’ (4 x pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:
1. Menjelaskan hubungan kuat arus dan beda potensial dalam suatu rangkaian sederhana.
2. Membedakan rangkaian komponen listrik seri dan paralel. 3. Merumuuskan hukum ohm dalam persamaan R = V/ I. 4. Melakukan percobaan mengukur tegangan dan kuat arus pada suatu
rangkaian dengan salah satu variabel diubah. 5. Menyajikan hasil percobaan dalam tabel dan grafik. 6. Melakukan percobaan untuk membedakan konduktor, semikonduktor,
isolator. 7. Mengetahui hubungan jenis, panjang dan luas penampang penghantar
terhadap nilai hambatannya. 8. Menhitung nilai hambatan penghantar.
164
9. Menganalisa kuat arus pada skema rangkaian listrik bercabang. 10. Menerapkan hukum Ohm dan hukum I Kirchhoff untuk menghitung
hambatan pengganti rangkaian seri dan paralel.
B. Materi Pembelajaran Pertemuan 1:
Arus listrik dan beda potensial listrik. Rangkaian listrik seri-paralel.
Pertemuan 2: Hukum Ohm dan penerapannya.
Pertemuan 3: Hambatan penghantar.
Pertemuan 4: Hukum Kirchhoff. Hambatan pengganti seri-paralel.
C. Metode Pembelajaran 1. Model:
Kelas Uji (IXA) menggunakan pendekatan konstruktivisme. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan model konvensional.
2. Metode: Kelas Uji (IXA) menggunakan metode presentasi kelompok. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan metode ceramah.
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Pertemuan 1 a. Kelas uji:
Siswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan pembagian materi pada pertemuan sebelumnya. 1) Kegiatan pendahuluan:
Motivasi dan apersepsi o Menunjukkan dari mana siswa harus memulai presentasinya. o Memberikan batasan materi presentasi (hal-hal fundamental
yang harus muncul saat kegiatan presentasi). Prasyarat pengetahuan
o Pemahaman tentang muatan listrik dan sifat muatan listrik. 2) Kegiatan inti:
Kelompok penyaji mempresentasikan hasil kerjanya dihadapan kelompok lain, bila dibutuhkan dapat ditambah penggunaan alat peraga yang relevan.
Kelompok peserta dapat langsung menanggapi, mengajukan pertanyaan, menyanggah, serta mengajukan saran/ masukan kepada kelompok penyaji.
Kelompok penyaji berkewajiban menjawab pertanyaan, menjelaskan ulang, serta membahas persoalan yang diajukan peserta lain.
165
Bila kelompok penyaji tidak mampu mengatasi persoalan yang ada guru membantunya, dimungkinkan juga persoalan dipecahkan dalam forum/ antar peserta.
Peneliti mengulas kembali atas hal-hal yang dirasa masih perlu diperjelas.
Peneliti memberikan contoh persoalan beserta penyelesaiannya. Peneliti memberikan soal latihan terkait materi dipelajari. Peneliti mengontrol suasana pengerjaan soal latihan, kemudian dilanjutkan pembahasan hasil pengerjaan siswa.
3) Kegiatan penutup: Siswa membuat rangkuman materi (yang baru saja dipelajari). Siswa mencatat tugas rumah (bila diperlukan).
b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan:
Motivasi dan apersepsi o Bagaimana sebuah lampu dapat menyala?
Prasyarat pengetahuan o Pemahaman tentang muatan listrik dan sifat muatan listrik.
2) Kegiatan inti: Peneliti menjelaskan materi, untuk memperjelas dapat menggunakan alat peraga yang relevan.
Siswa yang mengalami masalah terkait materi pembelajaran dapat langsung bertanya kepada peneliti.
Siswa mendiskusikan hubungan tegangan terhadap arus listrik. Siswa mengamati beberapa skema rangkaian lampu dan mendiskusikannya.
Siswa membuat rangkaian seri dan paralel. Peneliti memberikan contoh persoalan beserta penyelesaiannya. Peneliti memberikan soal latihan yang relevan dengan materi. Siswa mengerjakan soal latihan. Peneliti mengontrol proses pengerjaan soal latihan kemudian dilanjutkan pembahasan hasil pengerjaan siswa.
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi.
3) Kegiatan penutup: Siswa membuat rangkuman materi (yang baru saja dipelajari). Siswa mencatat tugas rumah (bila diperlukan).
2. Pertemuan 2 a. Kelas Uji:
Kegiatan pada pertemuan ke-2 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas Kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan:
Motivasi dan apersepsi o Tahukah kamu bagaimana kuat arus dalam rangkaian apabila
beda potensialnya diubah-ubah?
166
Prasyarat pengetahuan o Pemahaman tentang arus listrik, beda potensial listrik,
rangkaian seri dan paralel, alat-alat ukur listrik. Pra penggunaan alat peraga
o Kita harus hati-hati saat mengunakan alat ukur listrik. o Pastikan rangkaian sudah benar sebelum menghubungkan
dengan sumber listrik. 2) Kegiatan inti:
Peneliti menjelaskan materi hukum Ohm. Peneliti meminta perwakilan siswa untuk mengukur tegangan dan kuat arus dalam rangkaian jika salah satu variabel diubah-ubah, kemudian perwakilan siswa yang lain.
Siswa dengan bimbingan peneliti menganalisis hasil percobaan yang sudah disajikan dalam tabel dan grafik serta merumuskan hukum Ohm.
Siswa mendiskusikan hasil percobaan dengan teman terdekat, kemudian mengutarakan hasil diskusinya, dan siswa yang lain menanggapinya.
Peneliti membahas ulang hal-hal yang masih dirasakan sulit dipahami oleh siswa.
Apabila terdapat siswa yang mempunyai kesulitan, usulan, serta sanggahan dapat disampaikan kepada peneliti.
Peneliti memberikan contoh persoalan beserta penyelesaiannya. Peneliti memberikan soal latihan yang relevan dengan materi saat itu.
Siswa mengerjakan soal latihan. Peneliti mengontrol proses pengerjaan soal latihan kemudian dilanjutkan pembahasan hasil pengerjaan siswa.
Siswa dengan bimbingan peneliti membuat kesimpulan terkait materi yang baru saja dibahas.
3) Kegiatan penutup: Siswa dengan bimibingan peneliti menyimpulkan hal-hal tekait hukum Ohm.
Siswa mencatat tugas rumah (bila diperlukan). 3. Pertemuan 3
a. Kelas Uji: Kegiatan pada pertemuan ke-3 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas Kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan:
Motivasi dan apersepsi o Peneliti memeragakan penggunaan multimeter untuk
mengukur tegangan dan kuat arus. o Salah satu siswa diminta untuk menyentuh kabel yang dialiri
listrik terisolasi, apa yang dirasakan? Prasyarat pengetahuan
167
o Pemahaman hukum Ohm. 2) Kegiatan inti
Siswa membentuk kelompok. Siswa melakukan percobaan tentang konduktor, semikonduktor dan isolator.
Siswa menuliskan hubungan panjang, jenis, dan luas penampang kawat penghantar dengan nilai hambatnnya melalui tabel yang disajikan.
Siswa menghitung nilai hambatan dari data pada tabel. 3) Kegiatan penutup
Siswa bersama guru menyimpulkan tentang konduktor, isolator, semikonduktor.
Siswa mengerjakan soal evaluasi. Siswa mencatat tugas rumah.
4. Pertemuan 4 a. Kelas Uji:
Kegiatan pada pertemuan ke-4 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas Kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan
Motivasi dan apersepsi o Bagaimana rangkaian listrik yang terdapat di rumah?
Prasyarat pengetahuan o Pemahaman rangkaian seri-paralel. o Pemahaman teoritis bahwa kuat arus yang masuk sama
dengan kuat arus yang keluar. 2) Kegiatan inti
Siswa membentuk kelompok. Siswa melakukan percobaan merangkai rangkaian seri paralel. Siswa mengamati dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel. Siswa menganalisis kuat arus pada setiap cabang dari tabel. Siswa menganalisis hambatan pengganti seri paralel dari rangkaian Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain menanggapinya.
Siswa bersama peneliti menyimpulkan tentang Hukum Kirchoff dan hambatan pengganti seri paralel.
Siswa mengerjakan tugas menghitung kuat arus pada rangkaian seri atau paralel serta menentukan hambatan pengganti suatu rangkaian.
3) Kegiatan penutup Peneliti memberikan penguatan dengan melakukan tanya jawab singkat.
Siswa mengerjakan soal evaluasi. Siswa mencatat tugas rumah.
168
E. Sumber Belajar 1. Hand-out 2. Buku referensi 3. Alat peraga yang relevan
F. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian: Hasil tes tertulis
2. Bentuk Instrument: Test uraian
3. Contoh Instrument: Sebuah kawat penghantar memiliki hambatan 110 ohm ujung-ujungnya diberi beda potensial 220 volt, hitunglah kuat arus yang melewati penghantar tersebut!
4. Rubrik Penilaian:
No Aspek yang Diperhatikan 1. Kesesuaian dengan konteks yang ditanyakan 2. Kelengkapan langkah pengerjaaan 3. Hasil analisis/ pengerjaan
169
Lanjutan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP PL I KALIBAWANG Kelas / Semester : IX (Sembilan)/1 (satu) Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)-Fisika Standar Kompetensi:
Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator: Siswa mampu:
1. Menjelaskan susunan dan cara kerja elemen. 2. Mendefinisikan konsep GGL sumber arus listrik. 3. Mengukur tegangan antara kutub-kutub sebagai tegangan. 4. Mengukur tegangan yang terpakai (tegangan jepit). 5. Menyebutkan penggunaan elemen dalam kehidupan sehari-hari.
Alokasi waktu : 4 x 40’ (2 x pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:
1. Menjelaskan hubungan antara bagian elemen volta dan prinsip kerjanya. 2. Mendefinisikan pengertian GGL sumber arus listrik. 3. Menyebutkan contoh elemen primer. 4. Membedakan besarnya GGL dan tegangan jepit dalam suatu rangkaian.
5. Menyebutkan penggunaan elemen dalam kehidupan sehari-hari. B. Materi Pembelajaran:
• Gaya gerak listrik • Elemen volta • Baterai • Akumulator • Tegangan jepit
C. Metode Pembelajaran:
170
1. Model: Kelas Uji (IXA) menggunakan pendekatan konstruktivisme. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan model konvensional.
2. Metode: Kelas Uji (IXA) menggunakan metode presentasi kelompok. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan metode ceramah.
D. Langkah-langkah kegiatan
1. Pertemuan 5 a. Kelas uji:
Kegiatan pada pertemuan ke-5 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan
Motivasi dan apersepsi o Pernahkah anda mengukur tegangan baterai secara langsung? o Apakah anda tahu tentang alat ukur tegangan listrik?
Prasyarat pengetahuan o Memahami prinsip penggunaan voltmeter.
2) Kegiatan inti Peneliti menjelaskan materi tentang elemen volta. Siswa mengikuti penjelasan dari peneliti. Peneliti memberi contoh soal. Peneliti memberi soal latihan dan membimbing siswa melakukan diskusi kelas.
Menarik kesimpulan dari hal tersebut. 3) Kegiatan penutup
Peneliti memberikan tes. Memberi tugas rumah untuk mendata beberapa sumber tegangan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pertemuan 6 a. Kelas uji:
Kegiatan pada pertemuan ke-6 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan
Mengertikah arti dari spesifikasi 1,5 V pada baterai? Perubahan energi apakah yang terjadi baterai dipakai untuk menghidupkan lampu?
2) Kegiatan inti Siswa memahami prinsip pengukuran GGL dan tegangan jepit pada rangkaian.
Siswa berdiskusi kelompok tentang GGL dan tegangan jepit. Peneliti memberi contoh soal.
171
Peneliti memberi soal latihan dan membimbing siswa melakukan diskusi kelas
Siswa bersama peneliti menarik kesimpulan dari hasil diskusi. 3) Kegiatan penutup
Guru memberikan tes Guru memberikan tugas rumah untuk menggambar berbagai sumber tegangan DC.
E. Sumber Belajar 1. Hand-out 2. Buku Referensi 3. Alat peraga yang relevan
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik penilaian:
Hasil tes tertulis 2. Bentuk instrument:
Tes uraian 3. Contoh Instrument:
Sebutkan komponen dari sebuah akumulator dan jelaskan prinsip kerjanya
Sebutkan dua contoh dari elemen primer. 4. Rubrik Penilaian:
No Aspek yang Diperhatikan 1. Kesesuaian dengan konteks yang ditanyakan 2. Kelengkapan langkah pengerjaaan 3. Hasil analisis/ pengerjaan
172
Lanjutan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP PL I KALIBAWANG Kelas / Semester : IX (Sembilan)/1 (satu) Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)-Fisika Standar Kompetensi:
Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator: Siswa mampu:
1. Merumuskan hubungan energi dan daya listrik serta satuannya. 2. Menyebutkan adanya perubahan bentuk energi listrik. 3. Mengkonversi satuan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menghitung biaya pengguanaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menentukan alat-alat listriknyang menghemat energi.
Alokasi waktu : 6 x 40’ (3 x pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat: 1. Menjelaskan hubungan energi dan daya listrik. 2. Menentukan satiuan energi dan daya listrik. 3. Menyebutkan adanya perbuhan energi listrik. 4. Mengkonversi satuan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menghitung biaya penggunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 6. Menentukan alat-alat listrik yang menghemat energi listrik. 7. Menghitung besarnya energi listrik yang digunakan di rumah khusus alat-
alat elektronika selama 1 bulan.
B. Materi Pembelajaran: Energi dan Daya C. Metode Pembelajaran:
1. Model: Kelas Uji (IXA) menggunakan pendekatan konstruktivisme.
173
Kelas Kontrol (IX B) menggunakan model konvensional. 2. Metode:
Kelas Uji (IXA) menggunakan metode presentasi kelompok. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan metode ceramah.
D. Langkah - langkah Kegiatan:
1. Pertemuan 7 a. Kelas uji:
Kegiatan pada pertemuan ke-7 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan
Motivasi dan apersepsi o Satuan energi listrik adalah Joule, apakah satuan yang ada
dalam meteran listrik o Bagaimana cara menghitung biaya penggunaan energi listrik.
Prasyarat pengetahuan o Tuliskan persamaan energi listrik yang kalian gunakan.
2) Kegiatan inti Melalui diskusi kelas peneliti memberikan informasi cara mengkonversi satuan energi listrik.
Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk menghitung energi listrik yang digunakan di rumah tangga pada masing-masing kelompok dan menghitung biaya yang harus dibayarkan selam 1 bulan.
Setiap kelompok mengutarakan hasil diskusi tersebut. 3) Kegiatan penutup
Peneliti bersama siswa berdiskusi untuk membuat rangkuman. Peneliti memberikan tugas rumah soal-soal tentang banyaknya energi listrik yang digunakan dalam rumah tangga.
2. Pertemuan 8 a. Kelas uji:
Kegiatan pada pertemuan ke-8 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas.
b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan
Motivasi dan apersepsi o Seterika listrik yang bertuliskan 250 W - 220 V dengan
seterika listrik yang bertuliskan 300 W-220 V jika mau membeli seterika tersebut memilih yang mana?
Prasyarat pengetahuan o Bagaimana pendapatmu jika peralatan rumah tangga
menggunakan energi listrik yang besar?
174
2) Kegiatan inti Peneliti menjelaskan karakteristik salah satu alat listrik yang hemat energi listrik.
Melalui diskusi kelompok siswa memberikan contoh alat-alat yang hemat energi listrik.
Siswa diberi tugas untuk menghitung energi listrik pada salah satu alat elektronika yang berada di rumahnya, selama 30 hari.
3) Kegiatan penutup Peneliti beserta Siswa melakukan diskusi kelas dari hasil diskusi kelompok.
Siswa dengan dibimbing peneliti membuat kesimpulan hasil belajar.
Peneliti memberikan tes untuk mengetahui pemahaman materi yang baru saja dipelajari.
E. Sumber Belajar 1. Hand-out 2. Buku Referensi 3. Alat peraga yang relevan
F. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik penilaian: Hasil tes tertulis
2. Bentuk instrument: Tes uraian
3. Contoh instrument: a. Sebuah bola lampu bertuliskan 40W-220V dipasang pada tegangan
220 volt. Jika lampu dipakai selama 25 menit, hitunglah besarnya energi listrik!
b. Tuliskan perubahan bentuk energi listrik yang terjadi pada bola lampu!
c. Dalam sebuah rumah tangga terdapat 5 lampu 100 watt dan 3 lampu 50 watt yang menyala selama 8 jam /hari, jika biaya satu KwH 325 rupiah, hitunglah biaya yang harus dibayar selama 1 bulan!
d. Sebuah TV 80 Watt 220 volt dinyalakan selam 6 jam /hari. Hitunglah besar energi listrik yang digunakan selama 1 bulan!
4. Rubrik Penilaian:
No Aspek yang Diperhatikan 1. Kesesuaian dengan konteks yang ditanyakan 2. Kelengkapan langkah pengerjaaan 3. Hasil analisis/ pengerjaan