Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS XI IPA 2 SMAN 1 GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
IRMAWATI
NIM 10536488814
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup ditepi jalan dan
dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.” (Abu Bakar
Sibli)
PERSEMBAHKAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak dan ibu tercinta dan seluruh ```keluarga besar ku yang
senantiasa menanamkan akhlak dan keimanan dalam hidup ku,
menyayangiku, serta mengiringiku lewat do’anya.
2. Sahabat-sahabtku pend. Matematika kelas E angkatan 2014. Atas
segala motivasinya.
ABSTRAK
Irmawati. 2018. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe
Make A Match Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I : Dr.H.Djadir,M.Pd, Pembimbing II : Ikbariaty Kautsar
Qadry,S.Pd.,M.Pd.
Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
(1) Hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan Model Kooperatif Tipe Make
A Match. (2) Aktivitas belajar matematika siswa dalam penerapan Model Kooperatif
Tipe Make A Match. (3) Respon siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan menerapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match. (4) Peningkatan hasil
belajar matematika siswa setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match.
Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design,
yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding
(control). Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Gowa Tahun
ajaran 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 kali pertemuan. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial.
Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
matematika siswa setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match berada
pada kategori sangat tinggi, yaitu 82,53 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi
15,562. Ketuntasan Secara Klasikal tercapai karena dari 30 orang siswa sebagai
subjek penelitian terdapat 24 (80%) siswa yang tuntas dan 6 (20%) siswa yang
tidak tuntas secara perindividu. Karena ketuntasan klasikal tercapai apabila
minimal 75% siswa mencapai skor ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh
sekolah tersebut. Sedangkan berdasarkan hasil analisis inferensial dengan
menggunakan uji proporsi dengan taraf signifikan 5% diperoleh Zhitung= 0,625 dan
Zhitung > Ztabel = 1,389 maka H0 ditolak, artinya proporsi siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal lebih dari 79,9% dari keseluruhan siswa yang
mengikuti tes. Berdasarkan hasil analisis inferensial tampak bahwa nilai p adalah
0,000 < 0,05 = , sehingga ditolak dan diterima. Artinya rata-rata gain
ternormalisasi pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa 0,29. Hasil observasi
aktivitas siswa 78,33% siswa yang aktif mengikuti proses pembelajaran
matematika dan 92,66% siswa yang memberi respon baik (menjawab Ya) pada
aspek positif dan 90,66% yang memberikan respon baik (menjawab Tidak) pada
aspek negatif dengan penerapan Model Kooperatif Tipe Make A Match. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan
penerapan Model Kooperatif Tipe Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1
Gowa lebih efektif digunakan dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Efektivitas pembelajaran matematika, Model Kooperatif Tipe Make A
Match.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan kecuali kata
Alhamdulillah dan kata syukur kepada Allah SWT Yang Maha Rahman dan Maha
Rahim. Dia yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa
nikmat kesehatan, kesempatan dan kemampuan tehadap diri penulis sehingga
diberikan kemudahan dalam usaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif
Tipe Make A Match Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa. Begitu pula shalawat
dan salam kepada Rasulullah saw, kepada para keluarganya dan sahabat yang
sama-sama berjuang untuk kejayaan Islam semata.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini banyak hambatan dan
tantangan yang penulis hadapi. Akan tetapi dengan pertolongan Allah SWT yang
datang melalui dukungan dari berbagai pihak yang telah digerakkan hatinya baik
secara langsung maupun tidak langsung serta dengan kemauan dan ketekunan
penulis sehingga hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya Ananda haturkan kepada kedua
orang tua Yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih
sayang. Harapan dan cita-cita luhur keduanya senantiasa memotivasi penulis
untuk berbuat dan menambah ilmu, juga memberikan dorongan moral maupun
material serta atas doanya yang tulus buat Ananda.
Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
menghaturkan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan
yang tak ternilai kepada:
1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, beserta stafnya.
2. Erwin Akib, M.Pd, PhD, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta stafnya.
3. Mukhlis, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Dr. H. Djadir, M.Pd., sebagai pembimbing I dan Ikbariaty Kautsar Qadry,
S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II atas segala kesediaan dan kesabarannya
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan
penulis mulai dari awal hingga selesainya Skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai dalam lingkup Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu.
6. Serta semua pihak yang tidak sempat dituliskan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya kepada penulis secara langsung maupun tidak
langsung, semoga menjadi amal ibadah di sisi-Nya.
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi diri penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak yang sempat membaca demi
kesempurnaan Skripsi ini.
Makassar, 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
KARTU KONTROL PEMBIMBING I ........................................................... iv
KARTU KONTROL PEMBIMBING II .......................................................... v
SURAT PERNYATAAN................................................................................. vi
SURAT PERJANJIAN .................................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRANxvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Kerangka Teori..................................................................................... 7
1. Efektivitas Pembelajaran ................................................................ 7
2. Pembelajaran Matematika .............................................................. 12
3. Pembelajaran Kooperatif ................................................................ 13
4. Pembelajaran Make A Match ......................................................... 16
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 22
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 27
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 27
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 28
C. Devenisi Operasional Variabel .............................................................. 29
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 30
E. Teknik Pengumpulan data ................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. . 42
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 42
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 57
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 64
A. Kesimpulan........................................................................................... 64
B. Saran ..................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67
KAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan ............................................................... 20
Tabel 3.1 Desain The One Group Pretest-Posttest ....................................... 28
Tabel 3.2 Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen
Pendidikan Nasional.................................................................... 34
Tabel 3.3 Kategori Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa 34
Kelas XI SMAN 1 GOWA ..........................................................
Tabel 3.4 Kriteria Nilai Normalisasi Gain ................................................... 35
Tabel 3.5 Kategorisasi Keterlaksanaan Pembelajaran ................................. 36
Tabel 3.6 Kriteria Pengkategorian Aktifitas Siswa ...................................... 37
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMAN
1 GOWA Sebelum dan Setelah Diterapkan Model Kooperatif
Tipe Make A Match .................................................................... 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 GOWA Sebelum
Diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match ................. 43
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 GOWA Setelah
Diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match .................... 44
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Sebelum
Diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match ..................... 45
Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Setelah
Diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match .................... 45
Tabel 4.6 Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
XI SMAN GOWA Setelah Diterapkan Model Kooperatif Tipe
Make A Match............................................................................. 46
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model
Kooperatif Tipe Make A Match .................................................. 48
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas XI SMAN GOWA
Selama Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model
Kooperatif Tipe Make A Match ................................................... 50
Tabel 4.9 Hasil Respons Siswa Kelas XI SMAN GOWA Terhadap
Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model
Kooperatif Tipe Make A Match .................................................. 52
Tabel 4.10 Pencapaian Keefektifan Penerapan Model Kooperatif Tipe
Make A Match.............................................................................. 57
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar/bagan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pikir........................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
2. Daftar Hadir Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
LAMPIRAN B
1. Instrumen Tes Hasil Belajar.
2. Alternatif Jawaban Dan Penskoran.
LAMPIRAN C
1. Instrumen Lembar Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran.
2. Instrument Lembar Observasi Aktivitas Siswa.
3. Instrument Angket Respon Siswa.
LAMPIRAN D
1. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa
2. Analisis Data Tes Hasil Belajar Melalui Program
SPSS.24
3. Hasil Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran
4. Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa
5. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa
LAMPIRAN E
1. Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
4. Lembar Angket Respons Siswa
LAMPIRAN F
1. Persuratan.
2. Validasi.
3. Dokumentasi
4. Riwayat hidup
5. Power Point
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan semakin pesat perkembangannya, ini membuat seorang
pendidik dituntut harus lebih kreatif dan inovatif lagi menggunakan model-
model pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Menjadi seorang pengajar
memang tidak semudah membalikan telapak tangan karena banyak hal yang
akan kita temui di lapangan diantaranya hambatan-hambatan yang terjadi
pada saat mengajar. Misalnya saja siswa sudah mengangap bahwa mata
pelajaran yang akan kita sampaikan itu adalah mata pelajaran yang rumit,
seperti pelajaran matematika yang biasanya tidak disukai sebagian besar
siswa, mengapa demikian? Mungkin salah satu alasannya adalah
pembelajaran di dalam kelas berlangsung sangat kaku, ketat dan menoton.
Padahal, siswa mengharapkan belajar yang humanis dan menyenangkan.
Model pembelajaran yang berlangsung kaku, ketat dan menoton,
biasanya membuat siswa malas belajar, mendengarkan guru dengan fikiran
yang tidak fokus, mengantuk, mengobrol, dan bercanda dengan temannya dan
lain-lain. Dengan sudah adanya pendapat bahwa mata pelajaran itu sulit,
biasanya siswa akan semakin sulit untuk memahami. Disinilah seorang
pengajar dituntut untuk bisa menghilangkan pendapat bahwa matematika itu
sulit, kesulitan matematika ini biasanya disebabkan karena tidak
memperhatikan siswa pada materi sebelumnya yang disampaikan guru,
karena dalam matematika ketika satu kali saja tidak memperhatikan dan
1
akhirnya tidak mengerti pada materi-materi selanjutnya pun akan sulit dia
memahami, kecuali bagi siswa yang mempunyai kelebihan tertentu.
Berdasarkan hasil observasi pada senin 16 oktober 2017, khususnya
pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa, ditemukan beberapa masalah dalam
proses pembelajaran matematika, diantaranya siswa banyak mengalami
kesulitan. Kegiatan inti pada langkah-langkah pembelajaran hanya berpusat
pada guru saja, siswa hanya sebagai pendengar dan subyek dalam
melaksanakan tugas dari guru untuk mendapatkan nilai. Permasalahan dalam
proses matematika disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) Sebagian siswa
beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit dimengerti, 2) Tidak
adanya variasi dalam proses pembelajaran di kelas agar pelajaran berlangsung
dengan aktif, menarik dan menyenangkan, 3) Ketika siswa diberi tugas hanya
sebagian yang menjawab dengan benar, 4) Ketika guru menjelaskan materi
pembelajaran hanya sebagian siswa saja yang memperhatikan dengan baik.
Dari pengamatan tersebut jelas terlihat bahwa proses pembelajaran menjadi
kurang menarik dan keaktifan serta interaksi kurang. Karena hanya sebagian
siswa yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga
hasil belajar menjadi dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
telah ditentukan.
Keaktifan siswa juga menjadi masalah yang harus dibenahi dalam
proses pembelajaran matematika, maka diperlukan sebuah model
pembelajaran yang dapat mengurangi kepasifan siswa untuk lebih aktif. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif mengatasi
masalah keaktifan siswa di dalam kelas dan membantu memberikan
kesempatan peserta didik mengembangkan potensinya serta bekerja sama
antara siswa satu dengan siswa yang lainnya yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif.
Ismail (2003: 18) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif yaitu belajar dengan teman, tatap muka dengan antar teman sendiri
didalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau
mengeluarkan pendapat, siswa membuat keputusan, dan siswa aktif.
Dari kondisi dan fakta yang telah dipaparkan, maka perlu adanya
suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Salah satunya adalah dengan mengunakan
model kooperatif yang merupakan pembelajaran secara kolaboratif (gotong-
royong). Model kooperatif ini digunakan dengan alasan utama dapat
mengaktifkan siswa, baik dalam bekerja sama dan menemukan konsep hingga
mencapai pemahaman yang diinginkan. Salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Make A Match Make A Match merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan
merespon siswa serta saling bantu satu sama lain atau memberikan kepada
siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, dengan kata lain siswa memiliki
kesempatan berpikir sendiri dan berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk
menemukan pasangan dari kartu yang didapatkan sehingga dapat mengurangi
kesempatan kepada siswa untuk bercerita tentang hal yang tidak berhubungan
dengan pelajaran. Sehingga dapat mengoptimalisasi partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran matematika.
Keunggulan model Make A Match ialah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang
menyenangkan. Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah
memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar
bermain. Pelaksanaan model Make A Match harus didukung dengan keaktifan
siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan
jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan di atas, maka perlu
tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang
sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Oleh karena
itu, peneliti mencoba melakukan penelitian eksperimen yang berjudul :
“Efektivitas pembelajaran matematika melalui penerapan model
kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas XI SMAN 1 Gowa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?
2. Bagaimana aktivitas pembelajaran siswa di kelas XI SMAN 1 Gowa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?
3. Bagaimana respon siswa di kelas XI SMAN 1 Gowa terhadap
pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif tipe Make
A Match?
4. Apakah pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif
tipe Make A Macth efektif di terapkan pada siswa kelas XI SMAN 1
Gowa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa di kelas XI
SMAN 1 Gowa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match?
2. Untuk mendeskripsikan aktivitas pembelajaran siswa di kelas XI SMAN
1 Gowa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match?
3. Untuk mendekskripsikan respon siswa di kelas XI SMAN 1 Gowa
terhadap pembelajaran matematikan melalui penerapan model kooperatif
tipe Make A Match?
4. Untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas XI
SMAN 1 Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan ini nanntinya diharapkan
bermanfaat untuk:
1. Manfaat bagi peserta didik
a. Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan.
b. Siswa aktif dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat bagi peneliti
a. Memberikan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya
dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan pembelajaran
Make A Match serta hubungannya dengan efektivitas belajar siswa.
b. Memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan salah satu
model pembelajaran kooperatif dan memberi dorongan kepada
peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian sejenis.
3. Manfaat bagi guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai bahan
pertimbangan bagi guru matematika untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Kata “efektivitas” merupakan kata benda yang berasal dari
“efektif” yang berarti “ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau
mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna”. Sedangkan kata
efektivitas yang terdapat dalam ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya
suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai
tujuannya.
Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju, dan bagaimana suatu
organisasi berhasil mendapatkan dan menfaatkan sumber daya dalam
usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas juga berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
Efektivitas pada dasarnya ditunjukkan untuk menjawab
pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh
peserta didik. Untuk mengukur efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran
dapat dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang
telah dipelajari dapat dipindahkan ke dalam mata atau penerapan
pelajaran selanjutnya secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
7
Dalam penelitian ini, keefektifan model pembelajaran mengacu
pada 3 aspek yaitu:
1) Hasil belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berintraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.
Belajar adalah aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), metap dalam
waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks.
Keunikan itu disebabkan kareana hasil belajar hanya terjadi pada
individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu
menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan
itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik
individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat
dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk
mengusahakan proses belajar terjadi dalam dirinya. Individu yang
berbeda dapat melakukan proses belajar dengan kemampuan yang
berbeda dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan
memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena
pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada
berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata
yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil
(product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena
adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi bahan jadi
(finished goods). Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan
jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu
pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar
siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.
Dalam penelitian ini hasil belajar adalah hasil pencapaian/
peguasaan materi setelah diterapkan model kooperatif tipe Make A
Match pada mata pelajaran matematika. Hasil belajar tersebut
diketahui melalui tes yang diberikan kepada siswa. Dengan
mengetahui hasil tes siswa, maka dapat diketahui apakah penerapan
model kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil adalah hal-hal berikut (1) Daya serap terhadap bahan
pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok, (2) Perilaku yang gariskan dalam tujuan
pengajaran/ instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik
secara individual maupun kelompok. Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match dalam pelajaran matematika, minat dan hasil belajar siswa
meningkat. Peningkatan minat diketahui melalui lembar observasi dan
angket respon siswa. Sedangkan kriteria ketuntasan hasil belajar
dilihat dari tiga aspek, yaitu (1) Ketuntasan individual, yakni siswa
telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 75) yang
ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan; (2) Ketunsan klasikal,
yaitu apabila siswa tersebut mencapai 75 % ; (3) peningkatan hasil
belajar (gain= 0, 30).
2) Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Siswa berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu dalam belajar untuk menunjang
keberhasilan belajar suatu hal yang dipelajari.
Berdasarkan definisi yang diatas, disesuaikan dengan model
kooperatif tipe Make A Match maka untuk mengungkap aktivitas
dalam penelitian ini menggunakan indikator-indikator. Indikator
penilaian aktivitas belajar siswa yang dinilai meliputi aspek keaktifan
siswa dalam bertanya kepada guru, keberanian siswa dalam
mempersentasikan hasil diskusinya, keberanian siswa dalam
mengemukakan tanggapan atau pendapat, ketekunan siswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru, kerja keras siswa dalam
memecahkan masalah, dan kerja sama siswa dalam bekerja kelompok.
3) Respons siswa
Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk
menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca
indera. Respons dibagi menjadi 3 bagian yaitu (a) kognitif, yaitu
respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan, dan
informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini timbul apabila
adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh
khalayak, (b) afektif, yaitu respons yang berhubungan dengan emosi,
sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul
apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu,
dan (c) konatif, yaitu respons yang berhubungan dengan perilaku
nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.
Respons siswa diperoleh melalui pengisian angket. Angket
tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan respons
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi,
dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang
terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah
setiap orang.
Wenger (Huda, 2016:2) mengatakan, “Pembelajaran bukanlah
aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak
melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang
berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa
terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual,
kolektif, ataupun sosial”.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
setiap jenjang pendidikan. Matematika diajarkan mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Matematika
merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Kegunaan matematika
bukan hanya memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan
kuantitatif, tetapi juga dalam penataan cara berfikir, terutama dalam
pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis melakukan
evaluasi hingga kemampuan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar
kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan
Abdulhalk (Rusman, 2016:203) bahwa “pembelajaran cooperative
dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar,
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta
belajar itu sendiri.”
Roger, dkk. (Huda,2016:29) menyatakan cooperative
learning is group learnimg activity organized in such a way that
learning is based on the socially structured change of information
between learners in group in which each learner is held
accountable for his or her own learning and is motivated to
increase the learning of other (pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di
dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain).
Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil selama beberapa minggu atau
bulan ke depan untuk kemudian diuji secara individual pada hari
ujian yang telah ditentukan. Sebelumnya, kelompok-kelompok
siswa ini diberi penjelasan/ pelatihan tentang: 1) bagaimana
menjadi pendengar yang baik, 2) bagaimana memberi penjelasan
yang baik, 3) bagaimana mengajukan pertanyaan dengan baik, dan
4) bagaimana saling membantu dan menghargai satu sama lain
dengan cara-cara yang baik pula.
Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa
diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok
mereka. Dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus
menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat
membangun komunitas pembelajaran (learning community) yamg
saling membantu antarsatu sama lain.
b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Sebagai model pembelajaran, model kooperatif tentu
memiliki keunggulan dan kekurangan. Pentingnya kooperatif
learning diterapkan di kelas karena memiliki keunggulan sebagai
berikut:
1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
2) Mengembangkan kegembiraan belajar sejati.
3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan informasi, perilaku sosial, dan pandangan.
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial
dan komitmen.
5) Meningkatkan keterampilan metakognitif.
6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan
egosentris.
7) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
8) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan
dan dipraktikan.
9) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
c. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Penerapan model pembelajaran kooperatif yang tidak
maksimal/ serius dilakukan oleh guru memungkinkan siswa tidak
mengikuti pelajaran dengan serius. Siswa akan menganggap
pembelajaran yang berlangsung hanyalah belajar sambil refresing,
sehingga pembelajaran hanya meningkatkan minat siswa tetapi
tidak mampu meningkatkan hasil belajar. mengantisipasi hal
tersebut, maka guru harus mempersiapkan dengan matang
bagaimana proses pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya
sebelum pelaksanaan tindakan guru menjelaskan tentang reward
yang akan diberikan kepada siswa yang tidak berhasil mengerjakan
soal.
4. Pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran Make A Match merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran. Ciri utama model
Make A Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam
pembelajaran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan.
Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah
memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar
bermain. Pelaksanaan model Make A Match harus didukung dengan
keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang
sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut. Siswa
yang pembelajarannya dengan model Make A Match aktif dalam
mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempunyai pengalaman
belajar yang bermakna.
Model pembelajaran Make A Match saat ini menjadi salah satu
strategi penting dalam ruang kelas. Tujuan dari model pembelajaran ini
antara lain: 1) pedalaman materi; 2) penggalian materi; 3) edutaiment.
Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa
persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa
persiapannya antara lain:
Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang
dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian
menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan.
Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih jika
kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.
Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil
dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat
aturan ini bersama-sama dengan siswa).
Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang
berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
Sintaks model pembelajaran Make A Match dapat dilihat pada
langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:
a. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa
untuk mempelajari materi dirumah.
b. Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan
kelompok B. Kedua kelompok di minta untuk berhadapan-hadapan.
c. Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu
jawaban pada kelompok B.
d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/
mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia
berikan kepada mereka.
e. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan
diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah
disiapkan.
f. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu
sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta
untuk berkumpul sendiri.
g. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan
siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
h. Terakhir, guru memberikan komfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang
memberikan presentasi.
i. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai
seluruh pasangan melakukan presentasi.
Kelebihan model pembelajaran Make A Match ini antara lain:
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik.
2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi.
5) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Ada pun kelemahan dari model pembelajaran Make A Match ini
anatara lain:
1) Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu
yang terbuang.
2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya.
3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5) Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan
kebosanan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan sangat berguna untuk proses penelitian
ini,salah satunya untuk mengetahui keabsahan atau keaslian peneliti agar
tidak terjadi plagiat atau duplikasi. Adapun beberapa hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
Tahun Nama Judul Hasil
2016
Soleha Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match
untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas
IV SD NEGERI 2 Gayau sakti
tahun pelajaran 2014/2015
Hasil belajar belum
mencapai target dari
pembelajaran,
sehingga dilanjutkan
pada siklus II dengan
melalukan refleksi
terhadap proses
pembelajaran siklus
I sebesar 41,6%,
setelah diadakan
penelitian pada
siklus II sebesar
93,3% menunjukkan
hasil bahwa
kemampuan siswa
dalam memahami
materi pelajaran
menunjukan adanya
peningkatan.
2017 Hajra
Yansa
Efektivitas pembelajaran
matematika melalui model
kooperatif tipe Make A Match
pada siswa kelas X IPA SMAN
1 Gowa.
Hasil analisis
inferensial hasil
belajar matematika
siswa setelah
diterapkan model
kooperatif tipe Make
A Match termasuk
dalam kategori
tinggi dengan nilai
rata-rata 86,93. Rata-
rata skor hasil
belajar matematika
tersebut telah
memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal
yaitu 75. Hasil ini
juga menunjukkan
bahwa semua siswa
(100%) mencapai
KKM.
2012 Wendi
Nugraha
Keefektifan penerapan model
Make A Match pada
pembelajaran matematika kelas
V materi geometri di Sekolah
Dasar Negeri 1 Purbalingga
Kidul Kabupaten Purbalingga.
Hasil aktivitas
belajar sebelum
menerapkan model
Make A Match
sebesar 63,54%
meningkat menjadi
88,45% setelah
menerapkan model
Make A Match. Hal
ini mebuktikan
adanya peningkatan
aktivitas belajar
peserta didik sebesar
24,91%. Dan untuk
hasil belajar peserta
didik sebelum
menerapkan model
Make A Match yaitu
66,59 meningkat
menjadi 79,07
setelah menerapkan
model Make A
Match. Hal ini
membuktikan
adanya peningkatan
hasil belajar peserta
didik sebesar 12,48.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu tujuan proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan
pengetahuan siswa yang ditunjukkan oleh adanya hasil belajar yang
memuaskan. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan tersebut
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: guru, siswa, media pembelajaran,
dan model yang digunakan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru sebagai moderator dan
fasilitator sebaiknya dapat melaksanakan perannya dengan baik yang mampu
melayani siswa sesuai karakter mereka masing-masing. Guru dituntut untuk
dapat membuat suasana belajar yang nyaman, agar proses belajar mengajar di
dalam kelas dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu, seorang guru harus
terampil dan kreatif dalam memanfaatkan berbagai media dalam
menyampaikan materi pelajaran, serta mampu menggunakan berbagai model
pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan siswa.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Make A Match. Model pembelajaran
Make A Match merupakan model pembelajaran yang memiliki hubungan
yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Pelaksanaan model
Make A Match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak
mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan
dalam kartu tersebut. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi
poin dan yang tidak berhasil menemukan pasangan kartunya akan diberi
hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Guru lebih berperan
sebagai fasilitator dan ruangan kelas juga perlu ditata sedemikian rupa,
sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Keputusan guru dalam
penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang
kelas dan sekolah.
Selain itu, model Make A Match diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman dan minat belajar siswa yang berpengaruh langsung terhadap
hasil belajar. Model cooperative learning tipe Make A Match merupakan
salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan keterampilan sosial
siswa yang akan meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa itu
sendiri. Keterampilan sosial siswa seperti yang dikatakan di atas mempunyai
pengaruh dalam menentukan hasil belajar siswa dan hal ini selaras dengan
penerapan model Make A Match yang membutuhkan keaktifan siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika
Model kooperatif tipe Make A Match
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara
kognitif maupun fisik.
2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan
3. Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan
banyak waktu yang terbuang.
4. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang
akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
Hasil belajar
KKM GAIN
Ketuntasan
Memenuhi
Aktivitas Siswa
Kategori aktif
Respon Siswa
Positif
Model kooperatif tipe Make A Match efektif
diterapkan pada kelas XI SMAN 1 Gowa
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdiri atas hipotesis mayor
dan hipotesis minor sebagai berikut:
1. Hipotesis Mayor
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan karangka
pikir, maka yang menjadi hipotesis mayor adalah sebagai berikut:
“Pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif tipe
Make A Match efektif diterapkan pada siswa kelas XI SMAN 1
Gowa”.
2. Hipotesis Minor
a. Hasil Belajar Matematika
i. Ketuntasan individual hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1
Gowa setelah melalui penerapan model kooperatif tipe Make
A Match yaitu siswa yang tuntas individual 75 (KKM =
75).
ii. Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1
Gowa setelah diajar dengan penerapan model kooperatif tipe
Make A Match secara klasikal 75%.
iii. Gain peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1 Gowa
setelah diajar melalui penerapan model kooperatif tipe Make
A Match bisa mencapai 0,29 (Gain = 0,30 berada dalam
kategori sedang).
b. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam penerapan model kooperatif tipe
Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa yaitu
persentasi siswa yang aktif 75%.
c. Respons Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas
XI SMAN 1 Gowa memenuhi kriteria efektif yang menjawab ya
75%.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan melibatkan satu
kelompok atau satu kelas yang akan diberi perlakuan (Treatment).
Perlakuan yang diberikan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa.
2. Variabel dan Desain Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah ketuntasan hasil belajar
matematika siswa, aktivitas siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, serta respons siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan model kooperatif tipe Make A Match.
b. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen bentuk One
Group Pretest-Posttest Desain, yaitu sebuah eksperimen yang
dilaksanakan dengan satu kelompok yang diberikan pretest sebelum
adanya perlakuan dan posttest setelah adanya suatu perlakuan dengan
metode pembelajaran model kooperatif tipe Make A Match.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
27
Tabel 3.1 Desain The One Group Pretest-Posttest
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
Sumber: Sugiono (2016:110.111)
Keterangan:
O1 : Pretest yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan.
X : Perlakuan berupa pembelajaran matematika melalui penerapan
model kooperatif tipe Make A Match.
O2 : Posttest yaitu test yang dilakukan setelah perlakuan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian kuantitatif, populasi adalah keseluruhan objek/
subjek dalam penelitian. Sugiyono (2016) menyatakan, bahwa populasi
adalah wilayah generasi yamg terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti,
kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI SMAN 1 Gowa semester ganjil pada tahun ajaran 2018/
201 9 yang terdiri atas kelas XI IPA, XI IPS dan XI Bahasa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya kerena keterbatasan
dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya dapat di berlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI
IPA 2 SMAN 1 Gowa dengan jumlah 30 orang. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
mengubah konsep-konsep berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati, diuji, dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Dengan demikian, definisi
operasional dapat disebut juga sebagai definisi variabel kunci (variabel
penting dalam penelitian) yang dapat diukur secara operasional dan dapat
dipertanggungjawabkan (berdasarkan referensi yang jelas). Tujuan
penjelasan definisi operasional, yaitu untuk memudahkan pengumpulan data
dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup
variabel dalam penelitian.
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional
didefinisikan sebagai berikut :
1. Ketuntasan hasil belajar adalah tingkat ketercapaian pembelajaran yang
memiliki nilai sesuai dengan KKM yang diterapakan oleh pihak
sekolah, sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila %.
2. Aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan siswa dan guru selama mengikuti proses pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe Make A Match. Indikator keberhasilan
aktivitas siswa dan guru dalam penelitian ini ditunjukkan dengan %
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
3. Respon siswa yang dimaksudkan disini adalah tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan, khusunya metode pembelajaran yang
digunakan. Model kooperatif tipe Make A Match diterapkan dalam hal
respon siswa jika % siswa memberi respon positif terhadap proses
pembelajaran.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2016). Dalam sebuah
penelitian membutuhkan instrumen penelitian sebagai alat untuk
memmperoleh data penelitian. Beberapa instrumen yang diperlukan dalam
penelitian ini diantaranya yaitu Tes hasil belajar, lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket
respons siswa.
1. Tes Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut mencakup pada
ranah kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penelian. Ranah afektif yang berupa menerima,
menanggapi, menilai, mengelolah dan menghayati. Sedangkan pada
ranah psikomotor meliputi peniruan, manipulasi, pengalamiahan dan
artikulasi.
Hasil belajar dalam penelitian ini menekankan pada ranah
kognitif. Nilai yang diperoleh siswa pada ranah kognitif dilakukan
setelah mengikuti tes pada akhir pembelajaran.
Teknik tes digunakan untuk mengukur data kuantitatif berupa hasil
belajar kognitif siswa. Tes yang diberika n yaitu dalam bentuk tes essay,
yang digunakan pada pretest dan posttest. Tes diberikan kepada kelas
eksperimen sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest.
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi ini terdiri beberapa langkah pembelajaran yang
sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Lembar observasi ini
digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Kriteria
untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda ceklist ( )
pada kolom “Ya” jika aspek yang diamati terlaksana dan memberi ceklist
( ) pada kolom “Tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana.
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Observasi digunakan untuk mengambil data berupa aktivitas
siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make A
Match. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas belajar siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengamati
aktivitas belajar siswa sebelum dan setelah eksperimen.
4. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk memperoleh informasi dari
siswa tentang pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Lembar angket respon siswa diberikan kepada setiap siswa setelah
pembelajaran matematika. Indikator yang digunakan untuk mengungkap
respon siswa terhadap pembelajaran adalah penilaian siswa berdasarkan
tanggapan/ pendapat, minat dan komentar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Data hasil belajar siswa di kumpulkan melalui pemberian tes hasil
belajar siswa yang dilakukan dengan dua kali tes, yaitu pretest dan
posttest.
2. Data tentang keterlaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan
menggunakan lembar obsevasi keterlaksanaan pembelajaran melalui
model pembelajaran koperatif tipe Make A Match.
3. Data aktivitas siswa dikumpulkan melalui lembar observasi aktivitas
belajar siswa pada saat sebelum dan setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
4. Data respons siswa dikumpulkan dengan menggunakan angket yang
diberikan kepada siswa setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul melalui tes hasil belajar, lembar aktivitas siswa,
lembar keterlaksanaan pembelajaran dan angket respon siswa terhadap
pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif tipe Make A
Match akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif. Sugiyono (2016) menyatakan bahwa “statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum atau generalisasi”.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Untuk membantu perhitungan analisis data yang diolah dengan
statistik deskriptif, berikut dijelaskan tentang analisis statistik deskriptif
yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Hasil belajar siswa
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil
belajar matematika adalah menurut standar kategorisasi dari
Departemen Pendidikan Nasional (Alimin, 2017:32) yang dinyatakan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan
Depdiknas
Skor Kategori
Sangat rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat tinggi
Tabel 3.3 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa
Skor Kategor Ketuntasan Belajar
750 x Tidak Tuntas 10075 x Tuntas
Di samping itu hasil belajar siswa juga diarahkan pada
pencapaian hasil belajar secara individual dan klasikal. Kriteria
seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai paling
sedikit 75, sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal
75% siswa di kelas tersebut telah mencapai skor paling sedikit 75.
Ketuntasan belajar Klasikal
X 100%
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen.
Gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil pretest dan
posttest. Gain yang digunakan untuk menghitung peningkatan hasil
belajar matematika siswa adalah gain ternormalisasi (normalisasi
gain). Adapun rumus dari gain ternormalisasi adalah:
Keterangan:
Spost = skor tes akhir
Spre = skor tes awal
Smaks = skor maksimum yang mungkin dicapai
Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada Tabel 3.4
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Nilai Normalisasi Gain
Nilai N-Gain Kriteria
N-gain 0,70 Tinggi
0,30 N-gain 0,70 Sedang
N-gain 0,30 Rendah
b. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran
Analisis dilakukan terhadap hasil penilaian dari satu observasi
yang mengamati aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran
berlangsung melalui penerapan model kooperatif tipe. Pengamatan
dilakukan terhadap aktivitas guru dalam melaksanakan tiap-tiap
komponen dari model kooperatif tipe Make A Match. Untuk
menganalisis data keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe Make A Match, digunakan persentase
dengan menggunakan kriteria persentase sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kategorisasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase Kualifikasi
86% ≤ 100% Sangat baik
71% 86% Baik
60% 71% Cukup Baik
21% 60% Kurang baik
Sangat Kurang Baik
Untuk menentukan besar persentase keterlaksanaan
pembelajaran dapat dihitung dengan rumus :
Persentase = %100""
checkklisttotalJumlah
YAkolompadachecklistJumlah
c. Analisis data aktivitas siswa
Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran matematika berlangsung dianalisis dengan rumus:
𝑆 𝑋
𝑁 X 100%
Keterangan :
S = presentase aktivitas siswa
X = frekuensi siswa yang aktif
N = jumlah seluruh siswa pada kelas yang diberikan treatment
Tabel 3.6 Kriteria Pengkategorian Aktivitas Siswa
Persentase Kategori
81% ≤ 100% Sangat Aktif
61% 81% Aktif
41% 61% Cukup Aktif
21% 41% Kurang Aktif
0% 21% Sangat Kurang Aktif
d. Analisis data respons siswa
Angket respons siswa dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif dengan rumus persentase sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = Persentase respons siswa yang menjawab ya atau tidak
f = frekuensi siswa yang menjawab ya atau tidak
N = banyaknya siswa yang mengisi angket.
Kriteria keberhasilan respons siswa dalam penelitian ini
ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya 75% siswa memberikan
respons positif terhadap pembelajaran matematika melalui model
kooperatif tipe Make A Match. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan respons siswa, yaitu :
1. Persentase 0% 21% dikategorikan sangat rendah
2. Persentase 21% 41% dikategorikan rendah
3. Persentase 41% 61% dikategorikan sedang
4. Persentase 61% 81% dikategorikan baik
5. Persentase 81% ≤ 100% dikategorikan sangat baik
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan
untuk populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis
penelitian.
a. Uji Normalitas
Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya dilakukan
dengan tahapan uji normalitas pengujian normalitas bertujuan untuk
melihat apakah data tentang hasil belajar matematika siswa sebelum
dan setelah perlakuan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk keperluan pengujian digunakan SPSS (Statistical
Package for Social Science) versi 24 dengan One Sample Kolmograv-
Smirnov. Adapun hipotesis pengujian sebagai berikut:
H0: Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria yang digunakan yaitu H1 diterima apabila nilai p ≥ 0,05 dan
H0 ditolak, jika p < 0,05 dimana α = 0,05 adalah signifikansi (sig.).
b. Pengujian Hipotesis penelitian
1) Pengujian hipotesis minor berdasarkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan
teknik uji-t satu sampel (One Sample t-test).
One Sample t-test merupakan teknik analisis untuk
membandingkan satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk
menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak
dengan rata-rata sebuah sampel. Pada uji hipotesis ini, diambil satu
sampel yang kemudian dianalisis apakah ada perbedaan rata-rata dari
sampel tersebut.
Uji hipotesis dibuat dalam situasi ini, yaitu:
H0= µ ≤ 74 melawan H1= µ > 74
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 ditolak jika P-Value>α dan H1 diterima jika P-Value ≤ α, dimana α =
5%. Jika P-Value < α berarti hasil belajar matematika siswa bisa
mencapai KKM 75.
2) Pengujian Hipotesis Minor berdasarkan Ketuntasan Klasikal
menggunakan uji proporsi.
Pengujian hipotesis proporsi adalah pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui apakah proporsi yang dihipotesiskan didukung
informasi dari data sampel (apakah proporsi sampel berbeda dengan
proporsi yang dihipotesiskan). Dalam pengujian hipotesis ini
menggunakan pengujian hipotesis satu populasi. Uji hipotesis dibuat
dalam situasi ini, yaitu
H0 : π ≤ 74% melawan H1 : π >74%
Dengan rumus sebagai berikut:
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 ditolak jika Z > Z(0,5-α) dan H1 diterima jika Z ≤ Z(0,5-α), dimana α =
5%. Jika Z > Z (0,5-α) berarti hasil belajar matematika siswa bisa
mencapai 75%.
3) Pengujian hipotesis berdasarkan Gain (peningkatan)
menggunakan uji-t satu sampel (One Sample t-test)
Uji-t satu (One Sample t-test) sampel digunakan untuk
mengetahui adanya peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi
pada siswa kelas eksperimen, diperoleh dengan membandingkan skor
rata-rata pretest dan posttest.
Uji hipotesis dibuat dalam situasi ini, yaitu:
H0: µg ≤ 0,29 melawan H1 : µg > 0,29
𝑧
𝑥𝑛 𝜋
𝜋 ( 𝜋 )𝑛
Keterangan:
= Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
ditolak jika dan diterima jika ,
dimana . Atau jika ( )( ) maka ditolak dan
jika ( )( ) maka H0 di terima. Jika berarti
peningkatan pembelajaran matematika siswa berada dalam kategori
sedang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistika
deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif meliputi nilai rata-rata,
median, standar deviasi, variansi, nilai minimum dan nilai maksimum. Sedangkan
analisis inferensial meliputi pengujian persyaratan analisis dan pengujian
hipotesis. Adapun hasil analisis masing-masing data tersebut sebagai berikut:
1. Hasil analisis statistika deskriptif
Berikut ini akan diuraikan hasil analisis statistika deskriptif yaitu hasil
belajar matematika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe Make A Match, hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran, hasil observasi aktivitas siswa dan hasil angket respons siswa
terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif tipe
Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa.
a. Deskripsi hasil belajar matematika
Skor hasil belajar matematika siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest)
dan setelah diberikan perlakuan (posttest) pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa
disajikan secara lengkap pada lampiran D. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
deskriptif terhadap skor hasil belajar matematika siswa sebelum dan setelah
diberikan perlakuan ditunjukkan seperti pada Tabel 4.1 berikut.
42
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1
Gowa Sebelum dan Setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A
Match
Statistik Nilai Statistik
Pretest Posttest Gain
Unit Penelitian 30 30 30
Skor Ideal 100 100 100
Skor Maksimum 44 100 1
Skor Minimum 4 32 0,05
Rentang Skor 40 68 0,95
Skor Rata-rata 27,07 82,53 0,75
Standar Deviasi 11,101 15,562 0,208
Median 28 86 0,78
Variansi 123,237 242,189 0,044
Selanjutnya jika skor hasil belajar matematika siswa sebelum dan setelah
pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Make A Match
dikelompokkan kedalam lima kategori maka diperoleh tabel distribusi frekuensi
dan persentase skor yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa Sebelum diterapkan Model
Kooperatif Tipe Make A Match
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. 0 56 Sangat Rendah 30 100
2. 56 75 Rendah 0 0
3. 75 80 Sedang 0 0
4. 80 90 Tinggi 0 0
5. 90 ≤ 100 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa Setelah diterapkan Model
Kooperatif Tipe Make A Match
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1. 0 56 Sangat Rendah 2 6,67
2. 56 75 Rendah 4 13,33
3. 75 80 Sedang 4 13,33
4. 80 90 Tinggi 10 33,33
5. 90 ≤ 100 Sangat Tinggi 10 33,33
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 di atas dapat
diinterpretasikan sebagai berikut.
a. Skor rata-rata posttest setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1
Gowa adalah 82,53 (kategori tinggi) dari skor ideal 100 yang mungkin
dicapai oleh siswa, sedangkan sebelumnya skor rata-rata pretest 27,07
(kategori sangat rendah) dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas XI SMAN 1 Gowa terjadi
peningkatan pada hasil belajar siswa dari kategori sangat rendah menjadi
kategori tinggi.
b. Skor rata-rata gain adalah 0,75. Hal ini berarti berada pada interval indeks
gain g ≥ 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar
dikategorikan tinggi.
c. Hasil belajar matematika siswa sebelum pembelajaran melalui penerapan
model kooperatif tipe Make A Match menunjukan bahwa jumlah siswa yang
tidak memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 30 orang atau
100% dikategorikan sangat rendah.
d. Hasil belajar setelah pembelajaran melalui penerapan model kooperatif tipe
Make A Match menunjukkan bahwa siswa dengan kategori sangan rendah
sebanyak 2 orang (6,67%), siswa dengan kategori rendah sebanyak 4 orang
(13,33), siswa dengan kategori sedang sebanyak 4 orang (13,33), siswa
dengan kategori tinggi sebanyak 10 orang (33,33), dan siswa dengan kategori
sangat tinggi sebanyak 10 orang (33,33). Maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan klasikal.
Selanjutnya data hasil belajar matematika siswa sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran kooperaif tipe Make A Match yang dikategorikan
berdasarkan kriteria ketuntasan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika sebelum
diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ x < 75 Tidak Tuntas 30 100
75 ≤ x ≤ 100 Tuntas 0 0
Jumlah 30 100
Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika setelah diterapkan
Model Kooperatif Tipe Make A Match
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ x < 75 Tidak Tuntas 6 20
75 ≤ x ≤ 100 Tuntas 24 80
Jumlah 30 100
Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai
paling sedikit 75. Dari Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa jumlah siswa yang tidak
memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 30 orang atau 100% dari
jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan deskripsi diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil belajar siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa sebelum diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match tergolong sangat rendah. Dari Tabel
4.5, terlihat bahwa siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (20%) dari jumlah
keseluruhan siswa memperoleh nilai atau dinyatakan tidak tuntas secara
individual, sedangkan siswa yang memiliki kriteria ketuntasan individu sebanyak
24 siswa (80%) dari jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai 75 atau
dinyatakan tuntas secara individual. Jika dikaitkan dengan indikator ketuntasan
hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI
SMAN 1 Gowa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth
sudah memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal.
Data pretest dan postest siswa selanjutnya dihitung dengan menggunakan
rumus normalized gain. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1 Gowa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada pembelajaran matematika. Hasil
pengolahan data yang telah dilakukan (Lampiran D) menunjukan bahwa hasil
normalized gain atau rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar
menggunakan model kooperstif tipe Make A Match adalah 0,75 dan berada pada
kategori tinggi.
Untuk melihat persentase peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI
SMAN 1 Gowa setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe Make A Match
Nilai Gain Kategori Frekuensi Persentase (%)
g 0,30 Rendah 1 3,33
0,30 g 0,70 Sedang 7 23,33
g ≥ 0,70 Tinggi 22 73,33
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 1 atau 3,33% siswa yang nilai
gainnya g 0,30 atau peningkatan hasil belajarnya berada pada kategori rendah, 7
atau 23,33% siswa yang nilai gainnya atau peningkatan hasil
belajarnya berada pada kategori sedang dan 22 atau 73,33% siswa yang nilai
gainnya g ≥ 0,70 atau peningkatan hasil belajarnya berada pada kategori tinggi.
Jika rata-rata gain ternormalisasi siswa sebesar 0,75 dikelompokkan kedalam 3
kategori, maka rata-rata gain ternormalisasi siswa berada pada interval g ≥ 0,70,
artinya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMAN 1 Gowa
setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match umumnya
berada pada kategori tinggi.
b. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketelaksanaan Pembelajaran
Data tentang keterlaksanaan pembelajaran diambil dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh observer selama tiga kali pertemuan menggambarkan
bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan model Kooperatif tipe Make A Match. Adapun hasil
pengamatannya dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan model
Kooperatif tipe Make A Match.
Aspek yang
diamati
Indikator Pertemuan
1 2 3
Tahap-tahap
pelaksanaan
pembukaan
pembelajaran
d. Membuka pelajaran
e. Melakukan apersepsi
f. Memberikan motivasi
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
1
1
-
-
1
-
1
1
1
-
-
1
Langkah-
langkah
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode Make
A Match
a. Guru menyampaikan materi
pelajaran
b. Guru menyediakan kartu pertanyaan
dan jawaban sesuai dengan materi
c. Guru membagikan kartu kepada
setiap siswa .
d. Guru meminta siswa berdiskusi
dengan siswa lain dalam mencari
kartu yang cocok
e. Guru menerima laporan ketika
siswa sudah mendapat pasangannya.
f. Guru memberikan siswa poin jika
dapat menemukan pasangannya
sebelum batas waktu habis,
sedangkan yang tidak dapat
menemukan pasangannya diberi
hukuman sesuai kesepakatan.
g. Guru meminta pasangan yang
terbentuk secara bergantian
presentasi di depan kelas.
h. Guru memberi komfirmasi
kebenaran dari pasangan yang
presentasi.
1
1
1
1
1
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Penutup dan
evaluasi
a. Kesimpulan
b. Penyampaian tugas
c. Doa
d. Salam penutup
-
1
1
1
1
1
1
1
1
-
1
1
Jumlah 12 15 13
Rata-Rata Setiap Pertemuan (%) 75% 94% 81,25%
Rata-Rata Keseluruhan (%) 83,33%
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, terlihat bahwa setiap aspek pengamatan
keterlaksaan pembelajaran berada pada kategori terlaksana dengan baik pada
pertemuan ke-dua rata-rata jumlah skor pengamatan untuk seluruh aspek
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran memperoleh nilai sebesar 75%. Pada
pertemuan ke-tiga rata-rata jumlah skor pengamatan untuk seluruh aspek
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran memperoleh nilai sebesar 94%. Dan
pada pertemuan ke-empat rata-rata jumlah skor pengamatan untuk seluruh aspek
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran memperoleh nilai sebesar 81,25%.
Rata-rata keseluruhan dari tiga pertemuan memperoleh nilai 83,33%. Berdasarkan
kriteria keterlaksanaan yang telah dipaparkan pada bab III, penilaian
keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan berada pada interval 71%
85% yang artinya pembelajaran dikategorikan terlaksana dengan baik.
c. Deskripsi hasil pengamatan aktivitas siswa
Lembar pengamatan ini dibuat untuk memperoleh salah satu jenis data
pendukung kriteria keefektifan pembelajaran. Instrument ini memuat petunjuk dan
dua belas indikator aktivitas siswa yang diamati. Pengamatan dilaksanakan
dengan cara observer mengamati aktivitas siswa yang dilakukan selama tiga kali
pertemuan. Data yang diperoleh dari instrumen tersebut dirangkum pada setiap
akhir pertemuan. Hasil rangkuman setiap pengamatan disajikan pada Tabel 4.8
berikut ini.
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa selama
Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Make
A Match
No Aktivitas Siswa Pertemuan Rata-
rata
Persentase
(%) 1 2 3 4 5
1 Siswa fokus memperhatikan
penjelasan materi yang
disampaikan guru (tidak
melamun, bercanda dan
berbicara dengan teman).
P
R
E
T
E
S
T
27 27 30
P
O
S
T
T
E
S
T
28 93,33
2 Siswa fokus membaca materi
yang dipelajari 27 27 25 26,33 87,77
3 Siswa menjawab pertanyaan
yang disampaikan oleh guru 27 22 24 24,33 81,1
4 Siswa bertanya kepada guru
ketika ada materi yang belum
dimengerti
3 14 14 10,33 34,43
5 Siswa berdiskusi menentukan
pasangan kartu dengan siswa
lain
27 27 30 28 93,33
6 Siswa mendengarkan dengan
sungguh-sungguh uraian
materi yang disampaikan guru
(tidak melamun, bercanda, dan
berbicara dengan temannya)
26 27 27 26,67 88,9
7 Siswa mendengarkan dengan
sungguh-sungguh pada saat
siswa lain sedang presentasi
(tidak melamun, bercanda dan
bircara dengan temannya)
26 27 26 26,33 87,77
8 Siswa mencatat informasi
penting penjelasan guru ke
dalam buku catatan
27 27 30 28 93,33
9 Siswa dapat memasangkan
kartu pertanyaan dan kartu
jawaban 27 27 30 28 93,33
10 Siswa yang dapat mencocokan
kartunya mampu
mempresentasikan hasil yang
didapatkan.
13 13 15 13,67
45,57
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa kriteria keberhasilan
aktivitas siswa dalam penelitian ini dikatakan efektif apabila minimal 75% siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.8, maka dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam penelitian ini sudah efektif. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata persentasi aktivitas positif siswa yaitu sebanyak 78,33% aktif
dalam pembelajaran matematika.
Pada Tabel 4.8 juga dapat dilihat bahwa dari tiga pertemuan yang diamati
hanya sebanyak 21,67% siswa yang melakukan aktivitas lain selama pembelajaran
berlangsung.
d. Deskripsi respons siswa terhadap pembelajaran
Data tentang respons siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model
Kooperatif tipe Make A Match diperoleh melalui angket respon yang dibagikan
dan diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran matematika dengan model
Kooperatif tipe Make A Match telah dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yang
selanjutnya angket tersebut dikumpul dan dianalisis. Hasil analisis data respons
11 Siswa dapat memberikan
kesimpulan mengenai
pelajaran yang telah dipelajari 14 14 15 14,33
47,77
12 Siswa bersemangat tinggi aktif
terlibat dalam pembelajaran 27 27 30
28 93,33
Jumlah 939,96
Rata-rata 78,33
Kategori Aktif
siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model Kooperatif
tipe Make A Match disajikan pada Tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Respons Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa terhadap
Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Make
A Match
NO Pertanyaan Frekuensi
jawaban siswa
Persentase
Ya Tidak Ya Tidak
Positif
1.
Apakah kamu senang mengikuti
pelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match?
30
0
100%
0
2.
Apakah kamu lebih memahami
materi matematika dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match?
26
4
86,67%
13,33%
3.
Apakah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match membuat
pelajaran matematika lebih
menarik untuk dipelajari?
28
2
93,33%
6,67%
4.
Apakah pelajaran matematika
dengan menggunakan model
kooperatif tipe Make A Match
membuat materi lebih mudah
diingat?
25
5
83,33%
16,67%
5.
Apakah model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match
bermanfaat untuk pelajaran
matematika?
30
0
100%
0
Jumlah 139 11 463,33 36,67
Negatif
1. Apakah model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match
mempersulit kamu dalam
menyelesaikan persoalan dalam
pelajaran matematika?
3
27
10%
90%
Rata-rata respon siswa pada aspek positif =
=
= 92,66%
Rata-rata respon siswa pada aspek negatif =
=
= 90,66%
2. Apakah pelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match
membuat kamu tertekan dalam
belajar?
3
27
10%
90%
3. Apakah pelajaran matemtika
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match membuat kamu
mengantuk?
5
25
16,67%
83,33%
4. Apakah pelajaran matematika
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match membuang-buang waktu
belajar kamu?
2
28
93,33%
6,67%
5.
Apakah kamu merasa rugi belajar
matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match?
1
29
3,33%
96,67%
Jumlah
14
136
46,67
453.33
Rata-Rata Respon Siswa Pada Aspek
Positif (yang menjawab Ya)
92,66%
Rata-Rata Respon Siswa Pada Aspek
Negatif (yang menjawab Tidak)
90,66%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa hasil analisis data respons
siswa kelas XI SMAN 1 Gowa terhadap pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe Make A Match bahwa rata-rata persentase
respons siswa yang menjawab “Ya” pada aspek positif terhadap pembelajaran
matematika melalui penerapan model kooperatif tipe Make A Match adalah
92,66% sedangkan siswa yang menjawab “Tidak” sebesar 7,34%, dan rata-rata
persentase respons siswa terhadap aspek negatif terhadap pembelajaran
matematika tipe Make A Match yang menjawab “Tidak” sebesar 90,66%
sedangkan yang menjawab “Ya” sebesar 9,34%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa respons siswa kelas XI SMAN 1 Gowa terhadap pembelajaran matematika
melalui penerapan model kooperatif tipe Make A Match dikatakan efektif karena
telah memenuhi kriteria respons siswa yaitu ≥ 75% siswa memberi respons positif
terhadap pembelajaran.
2. Hasil Analisis Inferensial
Analisis statistik inferensial pada bagian ini digunakan untuk pengujian
hipotesis yang telah dirumuskan. Sebelum melakukan analisis statistik inferensial
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji gain.
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tentang hasil
belajar matematika siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Untuk pengujian tersebut digunakan uji
Anderson Darly atau Kolmogrov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan
5% atau 0,05, dengan syarat:
Jika Pvalue ≥ α=0,05 maka data berasal dari distribusi normal.
Jika Pvalue < α=0,05 maka data berasal dari distribusi yang tidak normal
Dengan menggunakan bantuan program komputer dengan program
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 24 dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov, hasil analisis skor rata-rata untuk posttest menunjukkan
nilai Pvalue > α yaitu 0,148 > 0,05 dan skor rata-rata untuk gain menunjukkan nilai
Pvalue > α yaitu 0,153 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata pretest
dan posttest termasuk kategori normal. Untuk data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran.
b. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk mengetahui
apakah pembelajaran matematika efektif melalui penerapan model kooperatif tipe
Make A Match pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa.
1. Pengujian hipotesis minor berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dihitung menggunakan teknik uji-t satu sampel (One Sample t-test) yang
dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:
melawan
keterangan: = skor rata-rata hasil belajar siswa berdasarkan posttest
Berdasarkan hasil analisis SPSS (lampiran D), tampak bahwa Nilai p
(sig.(2-tailed)) adalah 0,000 < 0,05 menunjukan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa setelah diajar melalui model kooperatif tipe Make A Match
lebih dari 74,9. Ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yakni rata-rata
hasil belajar posttes siswa kelas XI SMAN 1 Gowa lebih dari atau sama
dengan KKM.
2. Pengujian hipotesis minor berdasarkan ketuntasan klasikal menggunakan uji
proporsi dengan hipotesis sebagai berikut:
lawan
Keterangan : = proporsi ketuntasan belajar secara klasikal
Pengujian ketuntasan klasikal siswa dilakukan dengan menggunakan uji
proporsi. Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5%
diperoleh Z tabel = 1,389 berarti H0 diterima jika Z hitung < 0,49. Karena
diperoleh nilai Z hitung = 0,625 maka H0 ditolak, artinya proporsi siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan secara klasikal (KKM = 75) 74 %.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat proporsi siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara inferensial hasil belajar matematika siswa setelah diajar dengan
menerapkan model kooperatif tipe Make A Match memenuhi kriteria
keefektifan.
3. Pengujian hipotesis berdasarkan Gain (peningkatan) menggunakan uji-t one
sample test dengan hipotesis sebagai berikut:
melawan
Keterangan : = skor rata-rata gain ternormalisasi
Berdasarkan hasil analisis (Lampiran D) tampak bahwa Nilai p (sig.(2-
tailed)) adalah 0,000 < 0,05 menunjukan bahwa rata-rata gain ternormalisasi
pada siswa kelas XI SMAN 1 Gowa lebih dari 0,29. Ini berarti bahwa H0
ditolak dan H1 diterima yakni gain ternormalisasi hasil belajar siswa berada
pada kategori tinggi.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil
penelitian yang meliputi pembahasan hasil analisis deskriptif serta
pembahasan hasil analisis inferensial.
Hasil analisis yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya
menunjukkan bahwa model Kooperatif tipe Make A Match SMAN 1 Gowa
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat
dari tabe hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pencapaian
keefektifan penerapan model Kooperatif tipe Make A Match dapat dilihat
pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Pencapaian Keefektifan Penerapan Model Kooperatif tipe Make A
Match
No Indikator Efektivitas Keterangan Kesimpulan
1 Hasil Belajar Siswa Tuntas
Efektif 2 Aktivitas Siswa Baik
3 Respons Siswa Positif
1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif
Pembahasan hasil analisis deskriptif tentang (1) hasil belajar siswa, (2)
aktivitas siswa selama pembelajaran, (3) keterlaksanaan pembelajaran, serta
(4) respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model
Kooperatif tipe Make A Match. Keempat aspek tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Hasil Belajar
1) Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Pembelajaran melalui
Penerapan model Kooperatif tipe Make A Match
Hasil analisis data hasil belajar matematika siswa sebelum
pembelajaran melalui penerapan model Kooperatif tipe Make A Match
menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) atau 100% siswa tidak mencapai KKM. Dengan kata
lain, hasil belajar siswa sebelum pembelajaran melalui penerapan model
Kooperatif tipe Make A Match sangat rendah dan tidak memenuhi
kriteria ketuntasan klasikal.
2) Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Pembelajaran melalui Penerapan
model Kooperatif tipe Make A Match
Hasil analisis data hasil belajar matematika siswa setelah
diterapkan model Kooperatif tipe Make A Match berada pada kategori
tinggi yaitu dengan skor rata-rata 82,53 dari 30 siswa, terdapat 6 siswa
yang tidak mencapai ketuntasan individu atau 20% dan terdapat 24 siswa
yang telah mencapai ketuntasan individu atau 80%. Ini berarti siswa di
kelas XI SMAN 1 Gowa mencapai ketuntasan secara klasikal karena
ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 75% siswa di kelas tersebut
telah mencapai skor ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah
tersebut.
3) Peningkatan Hasil Belajar Matematika Setelah diterapkan model
Kooperatif tipe Make A Match
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat dikatakan bahwa dari
30 orang siswa kelas XI SMAN 1 Gowa yang dijadikan sampel
penelitian pada Pretest-Posttest, pada umumnya memiliki tingkat hasil
belajar matematika dalam kategori sangat rendah dengan frekuensi 2 atau
6,67%, dalam kategori rendah dengan frekuensi 4 atau 13,33%, dalam
kategori sedang dengan frekuensi 4 atau 13,33%, dalam kategori tinggi
dengan frekuensi 10 atau 33,33% dan 10 siswa atau 33,33% dari
keseluruhan siswa yang nilainya berada pada kategori sangat tinggi.
Dengan demikian pencapaian peningkatan rata-rata hasil belajar siswa
diperoleh 80% berada pada kategori tinggi.
b. Keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama tiga
pertemuan sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata
aspek pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model Kooperatif tipe Make A Match yang mencapai nilai 83,33% dan
berada pada kategori terlaksana dengan baik.
c. Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
melalui penerapan model Kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas
XI SMAN 1 Gowa menunjukkan bahwa perolehan rata-rata persentasi
aktivitas siswa yaitu sebanyak 78,33% siswa yang aktif. Kriteria
keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini dikatakan efektif apabila
minimal 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan
dilihat dari rata-rata presentase aktivitas siswa menunjukan bahwa siswa
kelas XI SMAN 1 Gowa yang aktif mencapai 78,33%. Dengan demikian
penerapan model Kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
d. Respons Siswa
Berdasarkan hasil analisis respons siswa diperoleh bahwa 92,66%
siswa yang memjawab “ya” pada aspek positif dan 90,66% siswa yang
menjawab “tidak” pada aspek negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika melalui penerapan model Kooperatif tipe Make A Match. Dari
hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran melalui
penerapan model Kooperatif tipe Make A Match telah mencapai indikator
efektivitas yang dijadikan tolak ukur, dimana respons positif minimal 75%
dari keseluruhan responden.
Dengan demikian, dari hasil analisis data yang diperoleh
menunjukkan bahwa keterlaksanaan model pembelajaran berada pada
kategori terlaksana dengan sangat baik, hasil belajar matematika siswa
tuntas secara klasikal, aktivitas siswa mencapai kriteria berhasil, serta
respons siswa terhadap proses pembelajaran melalui model Kooperatif tipe
Make A Match. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran dikatakan efektif
karena ketiga indikator keefektifan (Hasil belajar siswa, Aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dan respons siswa terhadap proses
pembelajaran) serta terpenuhinya keterlaksanaan model pembelajaran
maka dapat disimpulkan bahwa “Pembelajaran matematika pada siswa
kelas XI SMAN 1 Gowa efektif melalui penerapan model Kooperatif tipe
Make A Match”.
2. Pembahasan Hasil Analisis Inferensial
Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa data pretest dan posttest
telah memenuhi uji normalitas yang merupakan uji prasyarat sebelum
melakukan uji hipotesis. Data pretest dan posttest telah terdistribusi dengan
normal karena nilai p > = 0,05 (lampiran D).
Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil
belajar siswa setelah pembelajaran melalui penerapan model Kooperatif tipe
Make A Match tampak Nilai p (sig.(2-tailed)) adalah 0,000 < 0,05 berarti
hasil belajar matematika siswa bisa mencapai KKM 75. Hasil analisis
inferensial menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa setelah diajar
dengan penerapan model Kooperatif tipe Make A Match secara klasikal lebih
dari 80%. Hasil analisis deskriptif juga menunjukkan bahwa rata-rata gain
ternormalisasi mencapai 0,75 menunjukan bahwa rata-rata gain
ternormalisasi pada siswa kelas X SMA Batara Gowa lebih dari 0,29. Ini
berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yakni gain ternormalisasi hasil
belajar siswa berada pada kategori tinggi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara inferensial hasil belajar
matematika siswa setelah diajar dengan model Kooperatif tipe Make A Match
memenuhi kriteria keefektifan. Dengan demikian hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam mengatasi rendahnya
prestasi belajar matematika siswa kelas XI SMAN 1 Gowa secara khusus dan
dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan pendidikan secara umum.
C. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya melalui validasi ahli
dan tidak dilanjutkan uji coba sebelumnya diterapkan pada pembelajaran,
sehingga instrumen yang valid secara teoritis.
2. Sampel penelitian hanya menggunakan satu kelas saja tanpa kelas
pembanding (control), sehingga faktor lain diluar pembelajaran
matematika menggunakan model Kooperarif tipe Make A Match tidak
dapat dikontrol pengaruhnya.
3. pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa
hanya dilakukan oleh seorang observer dan hanya sebatas pada ukuran
pengamatan kuantitatif, serta tidak mengamati sejauh mana kualitas
aktivitas, interaksi dan faktor yang mempengaruhi aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
4. Pada lembar aktivitas siswa, pengumpulan data dilakukan oleh satu
observer, dan aktivitas siswa sepenuhnya tidak dapat diamati secara teliti,
data yang diperoleh bersifat biasa, karena tidak semua siswa teramati. Hal
ini karena keterbatasan peneliti yang tidak menyiapkan sarana pendukung
seperti alat perekam untuk merekam seluruh aktivitas siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Untuk itu maka pemilihan siswa
diupayakan mewakili seluruh siswa dalam kelas, dengan
mempertimbangkan kemampuan matematikanya.
5. Waktu tiga kali pertemuan bukanlah waktu yang bagi guru untuk
beradaptasi dengan model pembelajaran yang baru, sehingga kekonsistensi
aspek-aspek yang teramati selama pembelajaran belum dapat dijamin.
Apabila kelemahan-kelemahan tersebut dapat diperbaiki, maka tidak
mustahil hasil penelitian ini dapat lebih baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dikemukakan maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial, skor rata-
rata belajar siswa setelah pembelajaran melalui penerapan model
kooperatif tip Make A Match berada pada kategori tinggi yaitu 82,53 dari
30 siswa tampak nilai p berarti hasil belajar matematika
siswa bisa mencapai KKM 75. Ini berarti siswa di kelas XI SMAN 1
Gowa mencapai ketuntasan belajar setelah diajar dengan penerapan model
kooperatif tipe Make A Match secara klasikal lebih dari 75%. Hasil
analisis statistik deskriptif dan inferensial, hasil belajar matematika siswa
kelas XI SMAN 1 Gowa mengalami peningkatan dengan nilai gain
ternormalisasi berada pada interval g ≥ 0,7 yang menandakan bahwa
peningkatan hasil belajar yang terjadi dikategorikan tinggi. Hasil analisis
statistik deskriptif dan inferensial, hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1
Gowa setelah diterapkan model Kooperatif tipe Make A Match
mengalami ketuntasan secara individual dan klasikal
2. Aktivitas siswa yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dari aspek
yang diamati secara keseluruhan dikategorikan aktif. Hal ini ditunjukkan
dengan perolehan rata-rata persentasi aktivitas siswa yaitu sebanyak
78,33% aktif dalam pembelajaran matematika .
64
3. Hasil analisis respons siswa terhadap pembelajaran matematika melalui
penerapan model Kooperatif tipe Make A Match mencapai 92,66%,
yaitu rata-rata persentasi frekuensi siswa yang memberi jawaban “Ya”
pada aspek positif dan 90,66% yaitu rata-rata persentasi frekuensi siswa
yang menjawab “Tidak” pada aspek negatif. Dengan demikian dapat
disimpilkan bahwa siswa kelas XI SMAN 1 Gowa memberi respon
positif terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model
Kooperatif tipe Make A Match.
4. Keefektifan terhadapat pembelajaran matematika melalui model
kooperatif tipe Make A Match dikategorikan efektif karena telah
memenuhi indikator.
Dari hasil analisis deskriptif dan inferensial, seluruh indikator efektivitas
telah terpenuhi.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Kooperatif
tipe Make A Match efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada
siswa kelas XI SMAN 1 Gowa.
A. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika melalui penerapan model Kooperatif tipe Make
A Macth layak dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode
pembelajaran alternatif di sekolah khususnya di SMAN 1 Gowa.
2. Untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran matematika pada materi
lain dengan menerapkan model Kooperatif tipe Make A Match perlu
dilakukan penelitian eksperimen yang serupa dengan penelitian ini. Oleh
Karena itu, disarankan kepada para peneliti yang berminat untuk
melakukan penelitian pada materi-materi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Wirawan Adianto. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 3 Palar, Klaten”. Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Alfian, La & Hafiludin Samparadja. (2016). “Efektivitas Pendekatan
Kontekstual Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 05 Poleang
Timur”. Jurnal penelitian pendikan matematika volume 4 no. 2 Mei
2016.
Huda, Miftahul,. (2016). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta, Indonesia: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jihad, Asep. Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta,
Indonesia: Multi Pressindo.
Lestari, E.K., dan Yudhanegara, R.M. (2015). Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung: PT Refika Aditama
Masruri. 2014. Analisis Efektivitas program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)
Milaturrahmah, naila, Jazim Ahmad & Swaditya Rizki. (2016). “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Aktivitas
Hasil Belajar Matematika Siswa MTS Muhammadiyah 1 Natar Tahun
Pelajaran 2014/2015”. Prosiding Seminar Matematika Dan Pendikan
Matematika Hal 786-795 November 2016.
Nugraha, Wendi. (2012). “Keefektifan Penerapan Model Make A Match pada
Pembelajaran Matematika Kelas V Materi Geometri di Sekolah Dasar
Negeri 1 Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga”. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang:
Tegal.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yokyakarta: Pustaka Belajar.
Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran. Depok, Indonesia: PT
RajaGrafindo Persada.
Sugiono. (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Bandung: Alfabeta.
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Pendidika:Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Soleha. (2016). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
SD Negeri 2 Gayau Sakti Tahun Pelajaran 2014/2015”. e-ISSN 2442-
5419 Vol. 5, no. 1 (2016) 68-74.
Widodo. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Yansa, Hajra. (2017). “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Model
Kooperatif Tipe Make A Match Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri
Gowa”. Jurnal Pena Volume 3, Nomor 1.
LAMPIRAN A:
1. Jadwal Penelitian
2. Daftar Hadir Siswa
3. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran(RPP)
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas XI SMAN 1 Gowa
Tahun Ajaran 2018/2019
No. Hari/Tanggal Waktu Materi Keterangan
1. Senin, 5 November
2018
10.00 – 11.20 Pretest Terlaksana
2. Jumat, 9 november
2018
10.30 – 11.15 Menemukan konsep
translasi dengan kaitannya
dengan konsep matriks
Terlaksana
3. Sabtu , 10 November
2018
11.20 – 12.40 Menemukan konsep
refleksi terhadap titik O
(0,0) dan refleksi
terhadap sumbu x
Terlaksana
4. Senin, 12 November
2018
10.00 – 11.20 Menemukan konsep
refleksi terhadap sumbu y
dan smbu y x
Terlaksana
5. Jumat, 16 November
2018
10.30 – 11.15 Angket respons siswa Terlaksana
6. Sabtu, 17 November
2018
11.20 – 12.40 Posttest Terlaksana
Daftar Hadir Siswa Kelas XI SMAN 1 Gowa
No Nama L/P Pertemuan Ke-
I II III IV V
1 Ammar Athief L
2 Annisa Nuryasmin P
3 Andi Lareng Kharunnisa L
4 Ainul Hayat P
5 Andi Alif Rahmat Fauzan L a
6 Andi Irka Nuraisyah P
7 Aswini P a
8 Anand Try Saeni L s
9 Desi Fitriani Hadi P
10 Elsya Miftahul Jannah P
11 Fitrah Amalia Irsan Hr P
12 Hidayati Mar'atus Shaalihah P
13 Imam Taqwani Jufri L
14 Maghfira Isnaeni Bahar P
15 Muh. Faeruz Aulia Rahman L a
16 Moh. Alief Anugrah M L a
17 Moh. Fahri Husaini L
18 Muhajirin L
19 Muh. Alifka Achmad L
20 Muh. Rifqy Yudhiestra L
21 Nabila Maharani Kintana P P
22 Nur Murfi 'Atussunnah P
23 Nur Fitri P
24 Nurul Zakiyah Djihad A.L P
25 Nurfadila P
26 Nurfadilah P
27 Reski Dwiyanti Subihi P
28 Siti Nurhalisah P s
29 Ibnu Sabil L
30 Mutiara P
Keterangan :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berintraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunyatentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusian,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI4. Mengolah, menarar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Sekolah : SMAN 1 Gowa
Mata Pelajaran : Matematika (wajib)
Kelas/ Semester : XI/ 1
Alokasi Waktu : 1 x 40 pelajaran (1 pertemuan)
Pokok Bahasan : Transformasi Geometri (Translasi)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar Indikator
3.5 Menganalisis dan
membandingkan transformasi
dan komposisi transformasi
dengan menggunakan matriks.
3.5.1 Menyebutkan contoh translasi, refleksi, rotasi, dan
dilatasi dalam kehidupan sehari-sehari.
3.5.2 Menemukan sifat-sifat translasi, refleksi, rotasi, dan
dilatasi berdasarkan pengamatan objek pada bidang
koordinat.
3.5.3 Menemukan konsep translasi dengan kaitannya
dengan konsep matriks.
3.5.4 Menemukan konsep refleksi terhadap titik O (0,0)
dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.5 Menemukan konsep refleksi terhadap sumbu x
dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.6 Menemukan konsep refleksi terhadap sumbu y
dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.7 Menemukan konsep refleksi terhadap garis y = x
dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.8 Menemukan konsep refleksi terhadap garis y = -x
dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.9 Menemukan konsep rotasi pada suatu sudut dan pusat
O (0,0) dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.10 Menemukan konsep rotasi pada suatu sudut dan
pusat P (p,q) dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.11 Menemukan konsep dilatasi pada factor skala k dan
pusat O (0,0) dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.12 Menemukan konsep dilatasi pada factor skala k dan
pusat P (p,q) dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.13 Membandingkan keempat jeneis transformasi
dengan menyebutkan perbedaannya.
3.5.14 Menemukan konsep komposisi transformasi
(translasi, refleksi, rotasi dan dilatasi).
4.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan matriks
transformasi geometri (translasi,
refleksi, dilatasi, dan rotasi).
4.5.1 Menemukan matriks transformasi (translasi) dengan
pengamatan terhadap titik-titik dan bayanganya.
4.5.2 Menggunakan konsep transformasi (translasi) dengan
kaitanya dengan konsep matriks dalam menemukan
koordinat titik atau fungsi setelah ditransformasi.
4.5.3 Membandingkan proses transformasi (translasi).
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menumbuhkan sikap perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan
proaktif, berani bertanya, berpendapat, dan menghargai pendapat orang
lain dalam aktivitas sehari-hari.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu dalam memahami konsep dan
menyelesaikan masalah.
3. Menyebutkan contoh transformasi (translasi) dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Menemukan sifat-sifat translasi berdasarkan pengamatan pada masalah
kontekstual dan pengamatan objek pada bidang koordinat.
5. Menemukan konsep translasi dengan kaitannya dengan konsep
matriks.
6. Menemukan koordinat titik dan persamaan garis oleh transformasi
(translasi).
D. MATERI PEMBELAJARAN
Translasi memiliki makna pergeseran atau perpindahan. Contoh
penggunaan translasi dalam kehidupan yaitu posisi duduk siswa di kelas yang
berpindah setiap periode tertentu, permainan catur, gerakan pada paskibraka,
dan lain-lainnya.
Translasi pada transformasi geometri adalah perpindahan dengan cara
menggeser suatu benda (biasanya berupa titik, kurva, bangun datar, dan
lainnya) menurut jarak dan arah tertentu. Misalkan, kita ingin memindahkan
suatu titik dari posisi A ke posisi B, terjadi pergeseran sejauh a satuan arah
horizontal dan sejauh b satuan arah vertikal. Sehingga mastriks transformasi
untuk jenis translasi dapat kita tuliskan : T=(a,b) .
Untuk memudahkan dalam mempelajari materi Translasi pada
Transformasi Geometri ini, kita harus menguasai materi matriks terlebih
dahulu khususnya "operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks".
Untuk penjelasan cara penghitungan pada translasi, mari kita simak langsung
pembahasannya berikut ini.
Cara Penghitungan pada Translasi dan Sifat-sifat Translasi
Misalkan sembarang titik A(x,y)
ditranslasikan oleh matriks translasi T=(a,b), maka kita peroleh bayangannya
yaitu A′(x′,y′), dapat kita tuliskan :
Cara Penghitungannya :
(x′y′)=(x,y)+(a,b)
Sehingga kalau kita operasikan menjadi :
(x′y′)=(x+a,y+b)
Sifat-sifat Translasi
Berikut beberapa sifat pada translasi yaitu :
(i). Bangun yang digeser (ditranslasikan) tidak mengalami perubahan bentuk
dan ukuran.
(ii). Bangun yang digeser (ditranslasikan) mengalami perubahan posisi.
Contoh:
1. Titik A(5,-2) ditranslasi oleh T (-3, 1). Tentukan koordinat bayangan titik
A tersebut!
Pembahasan:
[ ] [
] [
] [
( )
] [ ]
2. Tentukan bayangan garis Y = 3x – 5 oleh translasi T (-2, 1)!
Pembahasaan:
[ ] [
] [
] [
]
x’ = x – 2 x = x’ + 2
y’ = y + 1 y = y’ – 1
Dengan mensubtitusikan x dan y ke garis Y = 3x -5 maka ditemukan
bayangannya yaitu:
Y = 3x – 5
Y = 3(x’ + 2) – 5
Y = 3x’ + 6 – 5
Y = 3x’ + 1 atau Y = 3x + 1
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Model : Kooperatif tipe Make A Match
F. MEDIA, ALAT BANTU DAN SUMBER BELAJAR
1. Buku guru kurikulum 2013 edisi revisi 2017
2. Buku siswa kurikulum 2013 edisi revisi 2017
3. Whiteboard
4. Board marker
5. Media kartu
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Alokasi waktu
Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran.
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya yaitu materi matriks
Motivasi
Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang
akan dipelajari tentang materi transformasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Kegiatan Inti 60 menit
Langkah-langkah model Make A Match:
1. Guru menyampaikan materi atau menjelaskan tugas membaca materi yang
dipelajari di rumah.
2. Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A (ganjil) dan
kelompok B (genap) . Kedua kelompok di minta untuk berhadapan-
hadapan.
3. Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A (ganjil) dan kartu
jawaban pada kelompok B (genap).
4. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/
mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga
perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada
mereka.
5. Guru meminta semua anggota kelompok A (ganjil) untuk mencari
pasangannya di kelompok B (genap). Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri
kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah disiapkan.
6. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah
habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul
sendiri.
7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa
yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan
tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
8. Terakhir, guru memberikan komfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan
pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.
9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh
pasangan melakukan presentasi.
Kegiatan Penutup 10 menit
Peserta didik :
Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Guru :
Menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Memberikan penghargaan kepada pasangan yang telah melakukan
kinerja dengan baik.
H. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran yaitu penilaian
pengetahuan dan penilaian keterampilan.
1. Pengetahuan
Aspek yang dinilai : tes tertulis berupa soal essay/ jawaban singkat
Teknik penilaian : penskoran
Waktu penilaian : penyelesaian soal
2. Keterampilan
Aspek yang dinilai : unjuk kerja
Teknik penilaian : lembar observasi/ penskoran
Waktu penilaian : penyelesaian tugas secara indivdu
Makassar, Oktober 2018
MAHASISWA
IRMAWATI
NIM. 10536 4888 14
LEMBAR KARTU PERTANYAAN DAN KARTU JAWABAN SISWA
PETUNJUK!
Mencari/ mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Kartu Pertanyaan
Tentukan bayangan garis Y = 3x – 6y + 1 ditranslasikan oleh T (2, -3)!
Tentukan bayangan garis Z = 6x – 3y + 1 ditranslasikan oleh T (2, -2)!
Tentukan bayangan garis A = -3x + 6y - 1 ditranslasikan oleh T (-2, 3)!
Tentukan bayangan garis K = -6x – 3y - 1 ditranslasikan oleh T (-2, -3)!
Tentukan bayangan garis N = x – 3y + 6 ditranslasikan oleh T (2, -3)!
Kelompok :
Kelas :
Nama : 1.
2.
3.
Kartu Jawaban
Jawaban:
3x – 6y - 23
Jawaban:
6x – 3y - 17
Jawaban:
-3x + 6y - 25
Jawaban:
-6x – 3y - 22
Jawaban:
x– 3y + 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
I. KOMPETENSI INTI (KI)
KI1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berintraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunyatentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusian,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI4. Mengolah, menarar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Sekolah : SMAN 1 Gowa
Mata Pelajaran : Matematika (wajib)
Kelas/ Semester : XI/ 1
Alokasi Waktu : 1 x 40 pelajaran (1 pertemuan)
Pokok Bahasan : Transformasi Geometri (Translasi)
J. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar Indikator
3.5 Menganalisis dan membandingkan
transformasi dan komposisi transformasi
dengan menggunakan matriks.
3.5.1 Menyebutkan contoh translasi, refleksi,
rotasi, dan dilatasi dalam kehidupan sehari-
sehari.
3.5.2 Menemukan sifat-sifat translasi, refleksi,
rotasi, dan dilatasi berdasarkan pengamatan
objek pada bidang koordinat.
3.5.3 Menemukan konsep translasi dengan
kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.4 Menemukan konsep refleksi terhadap titik
O (0,0) dengan kaitannya dengan konsep
matriks.
3.5.5 Menemukan konsep refleksi terhadap
sumbu x dengan kaitannya dengan konsep
matriks.
3.5.6 Menemukan konsep refleksi terhadap
sumbu y dengan kaitannya dengan konsep
matriks.
3.5.7 Menemukan konsep refleksi terhadap garis
y = x dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.8 Menemukan konsep refleksi terhadap garis
y = -x dengan kaitannya dengan konsep matriks.
3.5.9 Menemukan konsep rotasi pada suatu sudut
dan pusat O (0,0) dengan kaitannya dengan
konsep matriks.
3.5.10 Menemukan konsep rotasi pada suatu
sudut dan pusat P (p,q) dengan kaitannya dengan
konsep matriks.
3.5.11 Menemukan konsep dilatasi pada factor
skala k dan pusat O (0,0) dengan kaitannya
dengan konsep matriks.
3.5.12 Menemukan konsep dilatasi pada factor
skala k dan pusat P (p,q) dengan kaitannya
dengan konsep matriks.
3.5.13 Membandingkan keempat jeneis
transformasi dengan menyebutkan
perbedaannya.
3.5.14 Menemukan konsep komposisi
transformasi (translasi, refleksi, rotasi dan
dilatasi).
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan matriks transformasi geometri
(translasi, refleksi, dilatasi, dan rotasi).
4.5.1 Menemukan matriks transformasi
(translasi) dengan pengamatan terhadap titik-titik
dan bayanganya.
4.5.2 Menggunakan konsep transformasi
(translasi) dengan kaitanya dengan konsep
matriks dalam menemukan koordinat titik atau
fungsi setelah ditransformasi.
4.5.3 Membandingkan proses transformasi
(translasi).
K. TUJUAN PEMBELAJARAN
7. Menumbuhkan sikap perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan
proaktif, berani bertanya, berpendapat, dan menghargai pendapat orang
lain dalam aktivitas sehari-hari.
8. Menunjukkan rasa ingin tahu dalam memahami konsep dan
menyelesaikan masalah.
9. Menyebutkan contoh transformasi (translasi) dalam kehidupan sehari-
hari.
10. Menemukan sifat-sifat translasi berdasarkan pengamatan pada masalah
kontekstual dan pengamatan objek pada bidang koordinat.
11. Menemukan konsep translasi dengan kaitannya dengan konsep
matriks.
12. Menemukan koordinat titik dan persamaan garis oleh transformasi
(translasi).
L. MATERI PEMBELAJARAN
Translasi memiliki makna pergeseran atau perpindahan. Contoh
penggunaan translasi dalam kehidupan yaitu posisi duduk siswa di kelas yang
berpindah setiap periode tertentu, permainan catur, gerakan pada paskibraka,
dan lain-lainnya.
Translasi pada transformasi geometri adalah perpindahan dengan cara
menggeser suatu benda (biasanya berupa titik, kurva, bangun datar, dan
lainnya) menurut jarak dan arah tertentu. Misalkan, kita ingin memindahkan
suatu titik dari posisi A ke posisi B, terjadi pergeseran sejauh a satuan arah
horizontal dan sejauh b satuan arah vertikal. Sehingga mastriks transformasi
untuk jenis translasi dapat kita tuliskan : T=(a,b) .
Untuk memudahkan dalam mempelajari materi Translasi pada
Transformasi Geometri ini, kita harus menguasai materi matriks terlebih
dahulu khususnya "operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks".
Untuk penjelasan cara penghitungan pada translasi, mari kita simak langsung
pembahasannya berikut ini.
Cara Penghitungan pada Translasi dan Sifat-sifat Translasi
Misalkan sembarang titik A(x,y)
ditranslasikan oleh matriks translasi T=(a,b), maka kita peroleh bayangannya
yaitu A′(x′,y′), dapat kita tuliskan :
Cara Penghitungannya :
(x′y′)=(x,y)+(a,b)
Sehingga kalau kita operasikan menjadi :
(x′y′)=(x+a,y+b)
Sifat-sifat Translasi
Berikut beberapa sifat pada translasi yaitu :
(i). Bangun yang digeser (ditranslasikan) tidak mengalami perubahan bentuk
dan ukuran.
(ii). Bangun yang digeser (ditranslasikan) mengalami perubahan posisi.
Contoh:
3. Titik A(5,-2) ditranslasi oleh T (-3, 1). Tentukan koordinat bayangan titik
A tersebut!
Pembahasan:
[ ] [
] [
] [
( )
] [ ]
4. Tentukan bayangan garis Y = 3x – 5 oleh translasi T (-2, 1)!
Pembahasaan:
[ ] [
] [
] [
]
x’ = x – 2 x = x’ + 2
y’ = y + 1 y = y’ – 1
Dengan mensubtitusikan x dan y ke garis Y = 3x -5 maka ditemukan
bayangannya yaitu:
Y = 3x – 5
Y = 3(x’ + 2) – 5
Y = 3x’ + 6 – 5
Y = 3x’ + 1 atau Y = 3x + 1
M. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Model : Kooperatif tipe Make A Match
N. MEDIA, ALAT BANTU DAN SUMBER BELAJAR
6. Buku guru kurikulum 2013 edisi revisi 2017
7. Buku siswa kurikulum 2013 edisi revisi 2017
8. Whiteboard
9. Board marker
10. Media kartu
O. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Alokasi waktu
Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran.
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya yaitu materi matriks
Motivasi
Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang
akan dipelajari tentang materi transformasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Kegiatan Inti 60 menit
Langkah-langkah model Make A Match:
10. Guru menyampaikan materi atau menjelaskan tugas membaca materi yang
dipelajari di rumah.
11. Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A (ganjil) dan
kelompok B (genap) . Kedua kelompok di minta untuk berhadapan-
hadapan.
12. Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A (ganjil) dan kartu
jawaban pada kelompok B (genap).
13. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/
mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga
perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada
mereka.
14. Guru meminta semua anggota kelompok A (ganjil) untuk mencari
pasangannya di kelompok B (genap). Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri
kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah disiapkan.
15. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah
habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul
sendiri.
16. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa
yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan
tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
17. Terakhir, guru memberikan komfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan
pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.
18. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh
pasangan melakukan presentasi.
Kegiatan Penutup 10 menit
Peserta didik :
Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Guru :
Menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Memberikan penghargaan kepada pasangan yang telah melakukan
kinerja dengan baik.
P. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran yaitu penilaian
pengetahuan dan penilaian keterampilan.
3. Pengetahuan
Aspek yang dinilai : tes tertulis berupa soal essay/ jawaban singkat
Teknik penilaian : penskoran
Waktu penilaian : penyelesaian soal
4. Keterampilan
Aspek yang dinilai : unjuk kerja
Teknik penilaian : lembar observasi/ penskoran
Waktu penilaian : penyelesaian tugas secara indivdu
Makassar, Oktober 2018
MAHASISWA
IRMAWATI
NIM. 10536 4888 14
LEMBAR KARTU PERTANYAAN DAN KARTU JAWABAN SISWA
PETUNJUK!
Mencari/ mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Kartu Pertanyaan
Kelompok :
Kelas :
Nama : 1.
2.
3.
Jika titik Z (-5, -4) dicerminkan terhadap sumbu y maka tentukan bayangan titik tersebut!
Jika titik Z (5, -4) dicerminkan terhadap sumbu y = x maka tentukan bayangan titik
tersebut!
Jika garis 2x + 5y + 4 = 0 dicerminkan terhadap sumbu y maka tentukanlah bayangan garis
tersebut !
Jika garis -3x – 4y + 1 = 0 dicerminkan terhadap sumbu y maka tentukanlah bayangan
garis tersebut !
Jika garis -4x + 2y -3 = 0 dicerminkan terhadap sumbu y = x maka tentukanlah bayangan
garis tersebut !
Kartu Jawaban
Jawaban:
-2x + 5y – 4 = 0
Jawaban:
3x - 4y + 1 = 0
Jawaban:
2x - 4y – 3 = 0
[𝟒 𝟓]
Jawaban:
[ 𝟒𝟓]
Jawaban:
LEMBAR KARTU PERTANYAAN DAN KARTU JAWABAN SISWA
PETUNJUK!
Mencari/ mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Kartu Pertanyaan
Sebuah garis dengan persamaan -2x + 4y -1 = 0 dicerminkan terhadap titik pusat O (0,0).
Tentukan persamaan bayangan garis tersebut!
Sebuah garis dengan persamaan 3x – 2y + 1 = 0 dicerminkan terhadap titik pusat O (0,0).
Tentukan persamaan bayangan garis tersebut!
Sebuah garis dengan persamaan 2x – 5y + 2 = 0 dicerminkan terhadap sumbu x. Tentukan
persamaan bayangan garis tersebut!
Tentukan cerminan dari titik A(5, -2) terhadap titik pusak O (0,0)!
Jika titik Q (5, -2) dicerminkan terhadap sumbu x maka tentukan bayangan titik tersebut!
Kelompok :
Kelas :
Nama : 1.
2.
3.
Kartu Jawaban
Jawaban:
-3x + 2y + 1 = 0
Jawaban:
2x + 5y + 2 = 0
[ 𝟓𝟐]
Jawaban:
[𝟓𝟐]
Jawaban:
Jawaban:
2x – 4y -1 = 0
LAMPIRAN B:
InstrumenTes Hasil Belajar
Alternatif Jawaban dan Penskoran
SOAL PRETEST SISWA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PETUNJUK SOAL PRETEST:
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
5. Titik A(8,-6) ditranslasi oleh T (3, -1). Tentukan bayangan dari titik A
tersebut!
6. Tentukan bayangan garis Y = 2x – 5y + 2 oleh translasi T (3, -2)!
7. Tentukan cerminan dari titik A (-2, 3) terhadap titik O (0, 0)!
8. Sebuah garis dengan persamaan -2x + 4y – 1 = 0 dicerminkan terhadap titik
pusat O (0,0). Tentukan persamaan bayangan garis tersebut!
9. Jika titik A (-2, -4) dicerminan terhadap sumbu x maka tentukan bayangan titik
tersebut!
10. Jika persamaan garis 5x + 2y - 1 = 0 dicerminkan terhadap sumbu x maka
tentukan bayangan garis tersebut!
11. Jika garis 3x – 2y - 5 = 0 dicerminkan terhadap sumbu y maka tentukanlah
bayangan garis tersebut
ALTERNATIF JAWABAN DAN PENSKORAN TES HASIL
BELAJAR PRETEST
NO. Penyelesaian Skor
1.
[ ] [
] [
] [
( )
] [ ]
3
2.
[ ] [
] [
] [
]
x’ = x + 3 x = x’ - 3
y’ = y - 2 y = y’ + 2
Dengan mensubtitusikan x dan y ke garis Y = 2x -5y + 2 maka
ditemukan bayangannya yaitu:
Y = 2x - 5y + 2
Y = 3(x’ - 3) – 5(y’ + 2) + 2
Y = 3x’ – 9 – 5y’ + 10 + 2
Y = 3x’ -5y’ + 3
Y = 3x’ – 5y’+ 3 atau Y = 3x – 5y + 3
2
2
3.
[ ] [
] [ ] [
( ) ( ) ( )
] [ ]
3
4.
[ ] [
] [ ] = [
]
x’ = -x x = -x’
y’ = -y y = -y’ Jika x dan y disubtitusikan ke garis -2x + 4y – 1 = 0 maka
ditemukan bayangannya yaitu:
-2x + 4y – 1 = 0
-2 (-x’) + 4 (-y’) - 1 = 0
2
2x’ -4y’ -1 = 0 atau 2x – 4y -1 = 0
2
5.
[ ] [
] [ ] [
]
3
6.
[ ] [
] [ ] [
]
x’ = x x = x’
y’ = -y y = -y’
Dengan demikian disubsitusikan x dan y ke garis 5x + 2y -1 = 0
maka ditemukan bayangannya:
5x + 2y - 1 = 0
5 (x’) + 2 (-y’) – 1 = 0
5x’ – 2y’ – 1 = 0 atau 5x – 2y – 1 = 0
2
2
7.
[ ] [
] [ ] [
]
x’ = -x x = -x’
y’ = y y = y’
Dengan mensubtitusikan x dan y ke persamaan 3x – 2y – 5 = 0
maka ditemukan bayangannya:
3x – 2y -5 = 0
3 (-x’) – 2 (y’) – 5 = 0
-3x’ – 2y’ – 5 = 0
-3x – 2y – 5 = 0
2
2
Jumlah skor 25
SOAL POSTTEST SISWA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PETUNJUK SOAL POSTTEST:
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1. Titik A(2,-3) ditranslasi oleh T (2, 4). Tentukan bayangan dari titik A
tersebut!
2. Tentukan bayangan garis Y = 3x – 2y + 3 oleh translasi T (-3, -2)!
3. Tentukan cerminan dari titik A (-1, 5) terhadap titik O (0, 0)!
4. Sebuah garis dengan persamaan -4x + 2y – 1 = 0 dicerminkan terhadap titik
pusat O (0,0). Tentukan persamaan bayangan garis tersebut!
5. Jika titik A (4, -4) dicerminan terhadap sumbu x maka tentukan bayangan titik
tersebut!
6. Jika persamaan garis 2x + 5y - 4 = 0 dicerminkan terhadap sumbu x maka
tentukan bayangan garis tersebut!
7. Jika garis 2x – 3y - 2 = 0 dicerminkan terhadap sumbu y maka tentukanlah
bayangan garis tersebut!
ALTERNATIF JAWABAN DAN PENSKORAN TES HASIL
BELAJAR POSTTEST
NO. Penyelesaian Skor
1.
[ ] [
] [
] [
] [ ]
3
2.
[ ] [
] [
] [
]
x’ = x - 3 x = x’ + 3
y’ = y - 2 y = y’ + 2
Dengan mensubtitusikan x dan y ke garis Y = 3x - 2y + 3 maka
ditemukan bayangannya yaitu:
Y = 3x - 2y + 3
Y = 3(x’ + 3) – 2(y’ + 2) + 3
Y = 3x’ + 9 – 2y’ - 4 + 3
Y = 3x’ - 2y’ + 8
Y = 3x’ – 2y’+ 8 atau Y = 3x – 2y + 8
2
2
3.
[ ] [
] [ ] [
( ) ( ) ( )
] [ ]
3
4.
[ ] [
] [ ] = [
]
x’ = -x x = -x’
y’ = -y y = -y’
Jika x dan y disubtitusikan ke garis -2x + 4y – 1 = 0 maka
ditemukan bayangannya yaitu:
-4x + 2y – 1 = 0
2
-4 (-x’) + 2 (-y’) - 1 = 0
4x’ - 2y’ -1 = 0 atau 4x – 2y -1 = 0
2
5.
[ ] [
] [ ] [
]
3
6.
[ ] [
] [ ] [
]
x’ = x x = x’
y’ = -y y = -y’
Dengan demikian disubsitusikan x dan y ke garis 2x + 5y - 4 = 0
maka ditemukan bayangannya:
2x + 5y - 4 = 0
2(x’) + 5(-y’) – 4 = 0
2x’ – 5y’ – 4 = 0 atau 2x – 5y – 4 = 0
2
2
7.
[ ] [
] [ ] [
]
x’ = -x x = -x’
y’ = y y = y’
Dengan mensubtitusikan x dan y ke persamaan 2x – 3y – 2 = 0
maka ditemukan bayangannya:
2x – 3y - 2 = 0
2(-x’) – 3 (y’) – 2 = 0
-2x’ – 3y’ – 2 = 0
-2x – 3y – 2 = 0
2
2
Jumlah skor 25
LAMPIRAN F:
1. Instrumen Lembar Observasi
Keterlaksanaan Pembelajaran
2. Instrumen Lembar Observasi
Aktivitas Siswa
3. Instrumen Angket Respon Siswa
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
Nama Sekolah : SMAN 1 Gowa
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : XI IPA2
Pokok Bahasan : Transformasi
Pertemuan Ke- :
Hari/Tgl :
Petunjuk Pengisian :
Amati hal-hal yang menyangkut aspek kegiatan belajar mengajar yang
dikelola guru di dalam kelas. Berdasarkan aspek tersebut pengamat di minta untuk
memberikan tanda cek ( ) pada kolom yang sesuai, menyangkut pengelolaan
kegiatan belajar mengajar.
Tujuan :
Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati kemampuan guru dengan
mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopeatif tipe
Make A Match.
Aspek yang diamati Indikator Terlaksana
Ya Tidak
Tahap-tahap
pelaksanaan
pembukaan
pembelajaran
h. Membuka pelajaran
i. Melakukan apersepsi
j. Memberikan motivasi
k. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Langkah-langkah
pembelajaran dengan
menggunakan metode
Make A Match
i. Guru menyampaikan materi
pelajaran
j. Guru menyediakan kartu
pertanyaan dan jawaban sesuai
dengan materi
k. Guru membagikan kartu kepada
setiap siswa .
l. Guru meminta siswa berdiskusi
dengan siswa lain dalam
mencari kartu yang cocok
m. Guru menerima laporan ketika
siswa sudah mendapat
pasangannya.
Gowa, November 2018
Observer
n. Guru memberikan siswa poin
jika dapat menemukan
pasangannya sebelum batas
waktu habis, sedangkan yang
tidak dapat menemukan
pasangannya diberi hukuman
sesuai kesepakatan.
o. Guru meminta pasangan yang
terbentuk secara bergantian
presentasi di depan kelas.
p. Guru memberi komfirmasi
kebenaran dari pasangan yang
presentasi.
Penutup dan evaluasi e. Kesimpulan
f. Penyampaian tugas
g. Doa
h. Salam penutup
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA
SISWA KELAS XI SMAN 1 GOWA
Nama Sekolah : SMAN 1 Gowa
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : XI IPA2
Pokok Bahasan : Transformasi
Pertemuan Ke- :
Hari/Tgl :
A. Petunjuk Pengisian untuk Pengamatan
Amati hal-hal yang menyangkut aktivitas siswa dalam belajar matematika
berdasarkan aspek tersebut pengamat diminta untuk memberikan tanda cek
() pada kolom yang sesuai.
B. Kriteria Yang Diamati
1. Siswa fokus memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru
(tidak melamun, bercanda dan berbicara dengan teman).
2. Siswa fokus membaca materi yang dipelajari.
3. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
4. Siswa bertanya kepada guru ketika ada materi yang belum dimengerti.
5. Siswa berdiskusi menentukan pasangan kartu dengan siswa lain.
6. Siswa mendengarkan dengan sungguh-sungguh uraian materi yang
disampaikan guru (tidak melamun, bercanda, dan berbicara dengan
temannya).
7. Siswa mendengarkan dengan sungguh-sungguh pada saat siswa lain
sedang presentasi (tidak melamun, bercanda dan bircara dengan
temannya).
8. Siswa mencatat informasi penting penjelasan guru ke dalam buku
catatan.
9. Siswa dapat memasangkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
10. Siswa yang dapat mencocokan kartunya mampu mempresentasikan hasil
yang didapatkan.
11. Siswa dapat memberikan kesimpulan mengenai pelajaran yang telah
dipelajari.
12. Siswa bersemangat tinggi aktif terlibat dalam pembelajaran
ANGKET RESPONS SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA
KELAS XI SMAN 1 GOWA
Nama :
Kelas/ Semester : .....................
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Transformasi
Hari/ Tanggal : ....................
A. Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ( ) pada kolom pilihan yang sesuai dan berikan
penjelasan terhadap pertanyaan pertanyaan yang diberikan pada
tempat yang disediakan.
NO. Pertanyaan Alasan Jawaban
Ya Tidak
1.
Apakah kamu senang mengikuti pelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match?
2.
Apakah kamu lebih memahami materi matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match?
3.
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match membuat pelajaran
matematika lebih menarik untuk dipelajari?
4.
Apakah pelajaran matematika dengan menggunakan
model kooperatif tipe Make A Match membuat materi
lebih mudah diingat?
5.
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match bermanfaat untuk pelajaran matematika?
6. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match mempersulit kamu dalam menyelesaikan persoalan
dalam pelajaran matematika?
7. Apakah pelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match membuat
kamu tertekan dalam belajar?
8. Apakah pelajaran matemtika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match membuat
kamu mengantuk?
9. Apakah pelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
membuang-buang waktu belajar kamu?
10.
Apakah kamu merasa rugi belajar matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match?
B. SARAN
LAMPIRAN F:
1. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa
2. Analisis Data Tes Hasil Belajar melalui
Program SPSS. 24
3. Hasil Analisis Data Observasi Guru
Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa
4. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa
DAFTAR NILAI PRETEST dan POSTEST
No Nama Siswa Pretest Keterangan Postets Keterangan
Gain
1 Ammar Athief 40 Tidak Tuntas 88 Tuntas 0,67
2 Annisa Nuryasmin 32 Tidak Tuntas 76 Tuntas 0,65
3 Andi Lareng Kharunnisa 16 Tidak Tuntas 76 Tuntas 0,71
4 Ainul Hayat 40 Tidak Tuntas 96 Tuntas 0,93
5 Andi Alif Rahmat Fauzan 32 Tidak Tuntas 88 Tuntas 0,82
6 Andi Irka Nuraisyah 12 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas 0,54
7 Aswini 16 Tidak Tuntas 76 Tuntas 0,71
8 Anand Try Saeni 24 Tidak Tuntas 88 Tuntas 0,84
9 Desi Fitriani Hadi 32 Tidak Tuntas 72 Tidak Tuntas 0,59
10 Elsya Miftahul Jannah 44 Tidak Tuntas 100 Tuntas 1
11 Fitrah Amalia Irsan Hr 28 Tidak Tuntas 32 Tidak Tuntas 0,05
12 Hidayati Mar'atus
Shaalihah
44 Tidak Tuntas 100 Tuntas 1
13 Imam Taqwani Jufri 32 Tidak Tuntas 72 Tidak Tuntas 0,59
14 Maghfira Isnaeni Bahar 12 Tidak Tuntas 92 Tuntas 0,79
15 Muh. Faeruz Aulia Rahman 24 Tidak Tuntas 80 Tuntas 0,74
16 Moh. Alief Anugrah M 12 Tidak Tuntas 76 Tuntas 0,73
17 Moh. Fahri Husaini 12 Tidak Tuntas 80 Tuntas 0,77
18 Muhajirin 44 Tidak Tuntas 84 Tuntas 0,71
19 Muh. Alifka Achmad 44 Tidak Tuntas 64 Tidak Tuntas 0,36
20 Muh. Rifqy Yudhiestra 16 Tidak Tuntas 92 Tuntas 0,88
21 Nabila Maharani Kintana P 32 Tidak Tuntas 84 Tuntas 0,78
22 Nur Murfi 'Atussunnah 32 Tidak Tuntas 84 Tuntas 0,78
23 Nur Fitri 28 Tidak Tuntas 100 Tuntas 1
24 Nurul Zakiyah Djihad A.L 24 Tidak Tuntas 88 Tuntas 0,84
25 Nurfadila 20 Tidak Tuntas 100 Tuntas 1
26 Nurfadilah 32 Tidak Tuntas 96 Tuntas 0,94
27 Reski Dwiyanti Subihi 24 Tidak Tuntas 88 Tuntas 0,84
28 Siti Nurhalisah 4 Tidak Tuntas 52 Tidak Tuntas 0,50
29 Ibnu Sabil 32 Tidak Tuntas 96 Tuntas 0,94
30 Mutiara 28 Tidak Tuntas 96 Tuntas 0,94
Jumlah 812 2.476 22,64
Rata-rata 27,07 82,53 0,7547
Kategori Sangat Rendah Tinggi Tinggi
Frequencies
Statistics
pretest posttest NGain
N Valid 30 30 30
Missing 0 0 0
Mean 27,07 82,53 ,7547
Median 28,00 86,00 ,7800
Mode 32 88 1,00
Std. Deviation 11,101 15,562 ,20857
Variance 123,237 242,189 ,044
Range 40 68 ,95
Minimum 4 32 ,05
Maximum 44 100 1,00
Sum 812 2476 22,64
Percentiles 5 8,40 43,00 ,2205
10 12,00 60,40 ,5040
20 16,00 72,80 ,6020
25 16,00 76,00 ,6650
30 21,20 76,00 ,7100
40 24,00 81,60 ,7340
50 28,00 86,00 ,7800
60 32,00 88,00 ,8320
70 32,00 92,00 ,8680
75 32,00 96,00 ,9325
80 38,40 96,00 ,9400
90 44,00 100,00 1,0000
Frequency Table
Pretest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 1 3,3 3,3 3,3
12 4 13,3 13,3 16,7
16 3 10,0 10,0 26,7
20 1 3,3 3,3 30,0
24 4 13,3 13,3 43,3
28 3 10,0 10,0 53,3
32 8 26,7 26,7 80,0
40 2 6,7 6,7 86,7
44 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Posttest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 32 1 3,3 3,3 3,3
52 1 3,3 3,3 6,7
60 1 3,3 3,3 10,0
64 1 3,3 3,3 13,3
72 2 6,7 6,7 20,0
76 4 13,3 13,3 33,3
80 2 6,7 6,7 40,0
84 3 10,0 10,0 50,0
88 5 16,7 16,7 66,7
92 2 6,7 6,7 73,3
96 4 13,3 13,3 86,7
100 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Ngain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ,05 1 3,3 3,3 3,3
,36 1 3,3 3,3 6,7
,50 1 3,3 3,3 10,0
,54 1 3,3 3,3 13,3
,59 2 6,7 6,7 20,0
,65 1 3,3 3,3 23,3
,67 1 3,3 3,3 26,7
,71 3 10,0 10,0 36,7
,73 1 3,3 3,3 40,0
,74 1 3,3 3,3 43,3
,77 1 3,3 3,3 46,7
,78 2 6,7 6,7 53,3
,79 1 3,3 3,3 56,7
,82 1 3,3 3,3 60,0
,84 3 10,0 10,0 70,0
,88 1 3,3 3,3 73,3
,93 1 3,3 3,3 76,7
,94 3 10,0 10,0 86,7
1,00 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Histogram
Descriptives
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error
pretest 30 40 4 44 812 27,07 2,027
posttest 30 68 32 100 2476 82,53 2,841
NGain 30 ,95 ,05 1,00 22,64 ,7547 ,03808
Valid N (listwise) 30
Descriptive Statistics
Std. Deviation Variance
Statistic Statistic
Pretest 11,101 123,237
Posttest 15,562 242,189
Ngain ,20857 ,044
Valid N (listwise)
Explore
pretest
Case Processing Summary
pretest
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
posttest 4 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
12 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%
16 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
20 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
24 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%
28 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
32 8 100,0% 0 0,0% 8 100,0%
40 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
44 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%
Descriptivesa,b
Pretest Statistic Std. Error
posttest 12 Mean 77,00 6,608
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 55,97
Upper Bound 98,03
5% Trimmed Mean 77,11
Median 78,00
Variance 174,667
Std. Deviation 13,216
Minimum 60
Maximum 92
Range 32
Interquartile Range 25
Skewness -,437 1,014
Kurtosis 1,166 2,619
16 Mean 81,33 5,333
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 58,39
Upper Bound 104,28
5% Trimmed Mean .
Median 76,00
Variance 85,333
Std. Deviation 9,238
Minimum 76
Maximum 92
Range 16
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .
24 Mean 86,00 2,000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 79,64
Upper Bound 92,36
5% Trimmed Mean 86,22
Median 88,00
Variance 16,000
Std. Deviation 4,000
Minimum 80
Maximum 88
Range 8
Interquartile Range 6
Skewness -2,000 1,014
Kurtosis 4,000 2,619
28 Mean 76,00 22,030
95% Confidence Interval for Lower Bound -18,79
Mean Upper Bound 170,79
5% Trimmed Mean .
Median 96,00
Variance 1456,000
Std. Deviation 38,158
Minimum 32
Maximum 100
Range 68
Interquartile Range .
Skewness -1,711 1,225
Kurtosis . .
32 Mean 83,50 3,417
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 75,42
Upper Bound 91,58
5% Trimmed Mean 83,44
Median 84,00
Variance 93,429
Std. Deviation 9,666
Minimum 72
Maximum 96
Range 24
Interquartile Range 21
Skewness ,113 ,752
Kurtosis -1,468 1,481
40 Mean 92,00 4,000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 41,18
Upper Bound 142,82
5% Trimmed Mean .
Median 92,00
Variance 32,000
Std. Deviation 5,657
Minimum 88
Maximum 96
Range 8
Interquartile Range .
Skewness . .
Kurtosis . .
44 Mean 87,00 8,544
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 59,81
Upper Bound 114,19
5% Trimmed Mean 87,56
Median 92,00
Variance 292,000
Std. Deviation 17,088
Minimum 64
Maximum 100
Range 36
Interquartile Range 31
Skewness -1,042 1,014
Kurtosis -,324 2,619
posttest
Case Processing Summary
posttest
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pretest 32 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
52 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
60 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
64 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
72 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
76 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%
80 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
84 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
88 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
92 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
96 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%
100 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%
Descriptivesa,b,c,d,e
Posttest Statistic Std. Error
pretest 76 Mean 19,00 4,435
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4,89
Upper Bound 33,11
5% Trimmed Mean 18,67
Median 16,00
Variance 78,667
Std. Deviation 8,869
Minimum 12
Maximum 32
Range 20
Interquartile Range 15
Skewness 1,720 1,014
Kurtosis 3,265 2,619
80 Mean 18,00 6,000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -58,24
Upper Bound 94,24
5% Trimmed Mean .
Median 18,00
Variance 72,000
Std. Deviation 8,485
Minimum 12
Maximum 24
Range 12
Interquartile Range .
Skewness . .
Kurtosis . .
84 Mean 36,00 4,000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18,79
Upper Bound 53,21
5% Trimmed Mean .
Median 32,00
Variance 48,000
Std. Deviation 6,928
Minimum 32
Maximum 44
Range 12
Interquartile Range .
Skewness 1,732 1,225
Kurtosis . .
88 Mean 28,80 3,200
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19,92
Upper Bound 37,68
5% Trimmed Mean 28,44
Median 24,00
Variance 51,200
Std. Deviation 7,155
Minimum 24
Maximum 40
Range 16
Interquartile Range 12
Skewness 1,258 ,913
Kurtosis ,313 2,000
92 Mean 14,00 2,000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -11,41
Upper Bound 39,41
5% Trimmed Mean .
Median 14,00
Variance 8,000
Std. Deviation 2,828
Minimum 12
Maximum 16
Range 4
Interquartile Range .
Skewness . .
Kurtosis . .
96 Mean 33,00 2,517
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 24,99
Upper Bound 41,01
5% Trimmed Mean 32,89
Median 32,00
Variance 25,333
Std. Deviation 5,033
Minimum 28
Maximum 40
Range 12
Interquartile Range 9
Skewness 1,129 1,014
Kurtosis 2,227 2,619
100 Mean 34,00 6,000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 14,91
Upper Bound 53,09
5% Trimmed Mean 34,22
Median 36,00
Variance 144,000
Std. Deviation 12,000
Minimum 20
Maximum 44
Range 24
Interquartile Range 22
Skewness -,370 1,014
Kurtosis -3,901 2,619
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pretest posttest NGain
N 30 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 27,07 82,53 ,7547
Std. Deviation 11,101 15,562 ,20857
Most Extreme Differences Absolute ,138 ,138 ,149
Positive ,128 ,131 ,120
Negative -,138 -,138 -,149
Test Statistic ,138 ,138 ,149
Asymp. Sig. (2-tailed) ,148c ,153
c ,090
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pretest 30 27,07 11,101 2,027
posttest 30 82,53 15,562 2,841
NGain 30 ,7547 ,20857 ,03808
One-Sample Test
Test Value = 75
t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
pretest -23,650 29 ,000 -47,933 -52,08 -43,79
posttest 2,651 29 ,013 7,533 1,72 13,34
NGain -1949,742 29 ,000 -74,24533 -74,3232 -74,1675
One-Sample Test
Test Value = 0.3
T df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
NGain 11,940 29 ,000 ,45467 ,3768 ,5325
Uji Proporsi
=
=
=
=
=
= = 0,625
Catatan:
0,5 – α = 0,5 – 0,05 = 0,45
= = 1,389
Karena z (0,5 – α) maka ditolak dan diterima
HASIL OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN
TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
Aspek yang
diamati
Indikator Pertemuan
1 2 3
Tahap-tahap
pelaksanaan
pembukaan
pembelajaran
l. Membuka pelajaran
m. Melakukan apersepsi
n. Memberikan motivasi
o. Menyampaikan tujuan pembelajaran
1
1
-
-
1
-
1
1
1
-
-
1
Langkah-
langkah
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode Make
A Match
q. Guru menyampaikan materi
pelajaran
r. Guru menyediakan kartu pertanyaan
dan jawaban sesuai dengan materi
s. Guru membagikan kartu kepada
setiap siswa .
t. Guru meminta siswa berdiskusi
dengan siswa lain dalam mencari
kartu yang cocok
u. Guru menerima laporan ketika
siswa sudah mendapat pasangannya.
v. Guru memberikan siswa poin jika
1
1
1
1
1
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
dapat menemukan pasangannya
sebelum batas waktu habis,
sedangkan yang tidak dapat
menemukan pasangannya diberi
hukuman sesuai kesepakatan.
w. Guru meminta pasangan yang
terbentuk secara bergantian
presentasi di depan kelas.
x. Guru memberi komfirmasi
kebenaran dari pasangan yang
presentasi.
1
1
1
1
1
1
Penutup dan
evaluasi
i. Kesimpulan
j. Penyampaian tugas
k. Doa
l. Salam penutup
-
1
1
1
1
1
1
1
1
-
1
1
Jumlah 12 15 13
Rata-Rata Setiap Pertemuan (%) 75% 94% 81,25%
Rata-Rata Keseluruhan (%) 83,33%
Kategori Baik
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 1
GOWA
No
. Aktivitas Siswa
Pertemuan Rata-
rata
Persentase
(%)
1 2 3 4 5
1 Siswa fokus memperhatikan
penjelasan materi yang
disampaikan guru (tidak
melamun, bercanda dan berbicara
dengan teman).
P
R
E
T
E
S
T
27 27 30
P
O
S
T
T
E
S
T
28 93,33
2 Siswa fokus membaca materi
yang dipelajari 27 27 25 26,33 87,77
3 Siswa menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh guru 27 22 24 24,33 81,1
4 Siswa bertanya kepada guru
ketika ada materi yang belum
dimengerti
3 14 14 10,33 34,43
5 Siswa berdiskusi menentukan
pasangan kartu dengan siswa lain 27 27 30 28 93,33
6 Siswa mendengarkan dengan
sungguh-sungguh uraian materi
yang disampaikan guru (tidak
melamun, bercanda, dan
berbicara dengan temannya)
26 27 27
26,67 88,9
7 Siswa mendengarkan dengan
sungguh-sungguh pada saat siswa
lain sedang presentasi (tidak
melamun, bercanda dan bircara
dengan temannya)
26 27 26 26,33 87,77
8 Siswa mencatat informasi
penting penjelasan guru ke dalam
buku catatan
27 27 30 28 93,33
9 Siswa dapat memasangkan kartu
pertanyaan dan kartu jawaban 27 27 30 28 93,33
10 Siswa yang dapat mencocokan
kartunya mampu
mempresentasikan hasil yang
didapatkan.
13 13 15 13,67
45,57
11 Siswa dapat memberikan
kesimpulan mengenai pelajaran
yang telah dipelajari
14 14 15 14,33 47,77
12 Siswa bersemangat tinggi aktif
terlibat dalam pembelajaran 27 27 30 28 93,33
Jumlah 939,96
Rata-rata Persentase 78,33
Kategori Aktif
HASIL ANALISIS RESPONS SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA
KELAS XI SMAN 1 GOWA
NO
.
Pertanyaan Frekuensi
jawaban siswa
Persentase
Ya Tidak Ya Tidak
Positif
1.
Apakah kamu senang mengikuti pelajaran
matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?
30
0
100%
0
2.
Apakah kamu lebih memahami materi
matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?
26
4
86,67%
13,33%
3.
Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
membuat pelajaran matematika lebih menarik
untuk dipelajari?
28
2
93,33%
6,67%
4.
Apakah pelajaran matematika dengan
menggunakan model kooperatif tipe Make A
Match membuat materi lebih mudah diingat?
25
5
83,33%
16,67%
5.
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match bermanfaat untuk pelajaran
matematika?
30
0
100%
0
Jumlah 139 11 463,33 36,67
Negatif
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match mempersulit kamu dalam
menyelesaikan persoalan dalam pelajaran
matematika?
3
27
10%
90%
2. Apakah pelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match membuat kamu tertekan dalam belajar?
3
27
10%
90%
Rata-rata respon siswa pada aspek positif =
=
= 92,66%
Rata-rata respon siswa pada aspek negatif =
=
= 90,66%
3. Apakah pelajaran matemtika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match membuat kamu mengantuk?
5
25
16,67%
83,33%
4. Apakah pelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match membuang-buang waktu
belajar kamu?
2
28
93,33%
6,67%
5.
Apakah kamu merasa rugi belajar matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match?
1
29
3,33%
96,67%
Jumlah 14 136 46,67 453.33
Rata-Rata Respon Siswa Pada Aspek Positif (yang
menjawab Ya)
92,66%
Rata-Rata Respon Siswa Pada Aspek Negatif (yang
menjawab Tidak)
90,66%
Kategori Sangat Baik
LAMPIRAN F:
1. Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
4. Lembar Angket Respon Siswa
LAMPIRAN F:
1. Persuratan
2. Validasi
3. Dokumentasi
4. Riwayat Hidup
5. Power Point
RIWAYAT HIDUP
IRMAWATI, dilahirkan di Malili pada tanggal 16 oktober 1995. Anak pertama
dari 3 bersaudara, buah hati dari pasangan Ayahanda Amiruddin dengan Ibunda
Rasnah. Latar belakang pendidikan penulis di mulai dari SDN 221 Malili,
kabupaten Luwu Timur pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008, pda tahun
yang sama penulis memasuki pendidikan di SMPN 1 Budong-budong, kabupaten
Mamuju tengah dan tamat pada tahun 2011, dan pada tahun itu juga penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Budong-budong, kabupaten Mamuju tengah
dan tamat pada tahun 2014. Dan pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata 1 (S1).
DOKUMENTASI
POWER POINT