Upload
haque
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EFEKTIVITAS PENAMBAHAN ZEOLIT, KARBON AKTIF, MINYAK
CENGKEH, DAN GARAM DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP
BENIH IKAN PATIN Pangasionodon hypopthalmus
DENGAN KEPADATAN BERBEDA
TOMY RADYA PAMUNGKAS
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : EFEKTIVITAS PENAMBAHAN ZEOLIT, KARBON AKTIF, MINYAK CENGKEH, DAN GARAM DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN PATIN Pangasionodon hypopthalmus DENGAN KEPADATAN BERBEDA adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2010
TOMY RADYA PAMUNGKAS
C14060793
iii
EFEKTIVITAS PENAMBAHAN ZEOLIT, KARBON AKTIF, MINYAK
CENGKEH, DAN GARAM DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP
BENIH IKAN PATIN Pangasionodon hypopthalmus
DENGAN KEPADATAN BERBEDA
TOMY RADYA PAMUNGKAS
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
iv
Judul Skripsi : Efektivitas penambahan zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh, dan garam dalam transportasi tertutup benih ikan patin Pangasionodon hypopthalmus dengan kepadatan berbeda
Nama Mahasiswa : Tomy Radya Pamungkas
Nomor Pokok : C14060793
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc NIP. 19630212 198903 1 003 NIP. 19610625 198703 1 001
Diketahui
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc NIP. 19610410 198601 1 002
Tanggal Lulus:
v
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 s.d. Juli 2010 di
Laboratorium lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor berjudul ”Efektivitas penambahan
zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh, dan garam dalam transportasi tertutup ikan
patin Pangasionodon hypopthalmus dengan kepadatan berbeda”. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW
beserta para sahabat dan umatnya hingga hari akhir nanti.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Agus
Suroto dan Ibu Sunarmi yang telah berjasa dalam mendidik, membesarkan, dan
membiayai kehidupan dan pendidikan selama ini. Bapak Dr. Eddy Supriyono
selaku dosen pembimbing (ketua) yang telah banyak memberikan bimbingan,
tema penelitian, nasihat dan bantuan sebagian biaya. Bapak Dr. Kukuh Nirmala
selaku dosen pembimbing yang memberikan semangat dan bimbingan selama ini.
Disamping itu, penulis juga menyampaikan penghargaan kepada Saudara M.
Faisol Riza Ghozali, M.Si yang telah memberikan arahan selama penelitian ini
berlangsung. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada saudara Zamzam
dan Riri yang telah bersama-sama menyusun dan mengkonsep penelitian ini,
mahasiwa BDP angkatan 42, 43 (khususnya mahasiswa laboratorium lingkungan),
dan 44 yang telah memberi dukungannya selama penelitian serta semua pihak
yang telah membantu hingga penelitian selesai.
Penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penyusun memohon saran yang berguna dan membangun untuk menyempurnakan
penyusunannya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2010
Tomy Radya Pamungkas
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Karanganyar tanggal 6 Juli 1988 dari pasangan
Bapak Agus Suroto dan Ibu Sunarmi. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA N 1 Karanganyar dan
lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan melalui program mayor-
minor tahun 2007 dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan
Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada beberapa organisasi
kemahasiswaan, diantaranya Koperasi Mahasiwa Institut Pertanian Bogor
(KOPMA IPB) periode 2006/2007, Himpunan Mahasiswa Akuakultur
(HIMAKUA) periode 2007/2008, dan Paduan Suara FPIK (Endeavour) periode
2007/2009. Penulis juga aktif menjadi Asisten Praktikum pada beberapa mata
kuliah yaitu Fisika Kimia Perairan (2010) dan Teknologi Produksi Plankton
Benthos dan Alga (2010).
Untuk meningkatkan pengetahuan di bidang perikanan budidaya, penulis
mengikuti kegiatan magang liburan di tambak udang Pinang Gading (2007) dan
Praktek Lapangan Akuakultur pembenihan vaname di Cantral Pertiwi Bahari,
Rembang (2009). Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis
dengan menulis skripsi berjudul “Efektivitas penambahan zeolit, karbon aktif,
minyak cengkeh, dan garam dalam transportasi tertutup benih ikan patin
Pangasionodon hypopthalmus dengan kepadatan berbeda”.
vii
ABSTRAK
TOMY RADYA PAMUNGKAS. Efektivitas penambahan zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh, dan garam dalam transportasi tertutup benih ikan patin Pangasionodon hypopthalmus dengan kepadatan berbeda. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan KUKUH NIRMALA. Ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan ekonomis penting dalam budidaya perairan karena harga jual yang cukup menjanjikan. Namun jarak antara tempat pembenihan dengan pendederan dan pembesaran yang cukup jauh, maka dibutuhkan transportasi benih yang efektif. Selama ini transportasi benih patin masih dengan kepadatan rendah yaitu 75-100 ekor/ℓ sedangkan tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) juga rendah karena kualitas air yang menurun. Banyak bahan yang ditambahkan dalam transportasi seperti zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh dan garam. Zeolit dan karbon aktif berpengaruh terhadap kualitas air sedangkan minyak cengkeh dan garam berpengaruh terhadap ikan. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan tersebut untuk meminimalisir tingkat kematian ikan selama transportasi sehingga lebih efisien. Transportasi dilakukan langsung dengan pengepakan benih patin dan ditambahkan bahan-bahan sesuai dosis yaitu 20 g zeolit, 10 g karbon aktif, 6 g/ℓ garam, dan 5 µℓ/ℓ minyak cengkeh yang merupakan hasil-hasil penelitian terdahulu. Transportasi dilakukan selama 72 jam dan pemeliharaan 30 hari. Perlakuannya adalah perbedaan kepadatan benih patin ukuran 2 inchi yaitu 100, 150 dan 200 ekor/ℓ. SR pasca transportasi untuk perlakuan 100, 150, dan 200 ekor/ℓ masing-masing 99%, 90%, dan 57%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan 150 ekor/ℓ lebih efektif dibandingkan perlakuan yang lainnya dengan SR 90% dengan penerimaan tertinggi Rp 16.638,- per kantong serta selama pemeliharaan memiliki nilai Laju Pertumbuhan Harian (LPH) 1,91% dan SR 80%. Kata kunci: transportasi ikan, zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh, garam, dan Survival Rate
---------------------------
ABSTRACT
TOMY RADYA PAMUNGKAS. The efektivity of addition zeolith, active carbone, clove oil and salt in closed of patin fish seed Pangasionodon hypopthalmus transportation with different of density. Supervised by EDDY SUPRIYONO and KUKUH NIRMALA. Patin fish (Pangasionodon hypopthalmus) is highvaluable-fish in aquaculture because the price is promises. However, the distance of hatchery from other stage of culture is far enough, so it’s needed efectively transportation of that fish. For while, the transportation of that fish still use low density, 75-100 fish/ℓ even the Survival Rate (SR) also decreased because the decreases of that water quality.
viii
There are many kinds of material could be added in the system of transportation such as zeolith, active carbone, clove oil and salt. Zeolit and active carbone influenced to the water quality even clove oil and salt influenced to the fish. Because of that, needed an experiment about use of that materials in transportation to minimalize the mortality rate of fish so that more efisien. The transportation done with packing of fish and added each material acording the dose, 20 g zeolith, 10 g active carbon, 6 g/ℓ salt, and 5 µℓ/ℓ clove oil that dose are results of former experiment. The transportation done in 72 hours and post transportation untill 30 days. The treatment used in this experiment is difference of density in 2 inchi-patin fish are; 100, 150 dan 200 fish/ℓ. SR of pasca transportation in each treatment 100, 150, and 200 fish/ℓ are 99%, 90%, are 57%. The result showed that 150 fish/ℓ more efective than other treatment with SR 90% with highest revenue Rp 16.638,- each pack along with in post transportation the grow rate is 1,91% and SR is 80%. Key words: fish transportation, zeolith, active carbone, clove oil, salt, and Survival Rate
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
II. BAHAN DAN METODE ................................................................ 3
2.1 Tahap Penelitian ....................................................................... 3 2.2 Prosedur Kerja ........................................................................ 3
2.2.1 Penentuan Kemampuan Puasa Ikan ................................... 3 2.2.2 Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO) .................. 3 2.2.3 Penentuan Laju Ekskresi Amoniak .................................... 4 2.2.4 Penentuan Kapasitas Zeolit dan Karbon Aktif dalam Penyerapan TAN ............................................................. 4 2.2.5 Penentuan Toleransi Ikan Patin terhadap Dosis Optimum Pencampuran Minyak Cengkeh dan Garam dalam Air ...... 4 2.2.6 Penentuan Kepadatan Optimum Ikan Patin terhadap Zeolit, Karbon Aktif, Minyak Cengkeh, dan Garam dengan Dosis Tertentu ..................................................... 5 2.2.7 Pemeliharaan Pascapengangkutan ..................................... 7 2.3 Rancangan Penelitian ................................................................ 7 2.4 Pengumpulan Data ..................................................................... 7 2.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup ............................................ 8 2.4.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ....................................... 8 2.4.3 Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan NH3......... ................ 8 2.4.4 Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)......... ........................... 9 2.5 Analisis Data ........................................................................ 9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................... ................................ 10
3.1 Hasil................................................................................................ 10 3.2 Pembahasan .......................... ........................................................ 16
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 22
4.1 Kesimpulan.......................................................................... ........... 22 4.2 Saran .......................... .................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23
LAMPIRAN ......................................................................................... 26
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang berbeda (Boyd, 1992) ........................................................................ 8
2. Kemampuan puasa ikan patin ............................................................ 10 3. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengepakan ikan patin ..... 13 4. Konsentrasi NH3 rata-rata pada media air pengepakan ikan patin ...... 14
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pengepakan benih ikan patin ............................................................. 6 2. Kandungan oksigen terlarut selama pengangkutan ............................. 11 3. Nilai pH selama pengangkutan .......................................................... 11 4. Suhu selama pengangkutan................................................................ 12 5. Kandungan karbondioksida selama pengangkutan ............................. 12 6. Kandungan TAN selama pengangkutan ............................................. 13 7. Kandungan NH3 selama pengangkutan .............................................. 14 8. Tingkat kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan .................... 15 9. Laju pertumbuhan ikan patin setelah pengangkutan ........................... 15 10. Tingkat kelangsungan hidup ikan patin setelah pengangkutan ........... 16
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tingkat konsumsi oksigen ikan patin........ ......................................... 27 2. Eksresi TAN ikan patin tiap 12 jam ................................................... 27 3. Kapasitas daya serap zeolit ................................................................ 27 4. Kapasitas daya serap karbon aktif ...................................................... 27 5. Tingkat kelangsungan hidup (SR) penentuaan dosis optimum ........... 28 6. Konsentrasi DO media pengangkutan ................................................ 28 7. Analisis statistik DO media pengangkutan ......................................... 29 8. Nilai pH media pengangkutan ........................................................... 30 9. Analisis statistik pH media pengangkutan ......................................... 30 10. Nilai suhu media pengangkutan ......................................................... 32 11. Analisis statistik suhu media pengangkutan ....................................... 32 12. Nilai CO2 media pengangkutan ......................................................... 34 13. Analisis statistik CO2 media pengangkutan........................................ 34 14. Nilai Total Amonia Nitrogen (TAN) media pengangkutan ................ 36 15. Analisis statistik TAN media pengangkutan ...................................... 36 16. Nilai NH3 media pengangkutan ......................................................... 38 17. Analisis statistik NH3 media pengangkutan ....................................... 38 18. Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan patin selama pengangkutan ... 40 19. Analisis statistik SR ikan patin akhir pengangkutan jam ke 72........... 40 20. Laju pertumbuhan ikan patin selama pemeliharaan ............................ 40 21. Analisis statistik laju pertumbuhan ikan patin selama pemeliharaan .. 41 22. Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan patin selama pemeliharaan .... 41 23. Analisis statistik SR ikan patin selama pemeliharaan ......................... 42 24. Perbandingan SR ikan patin dengan pustaka ...................................... 42 25. Analisis statistik perbandingan SR ikan patin dengan pustaka ........... 42 26. Analisis biaya .................................................................................... 43
1
I. PENDAHULUAN
Ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan ekonomis
penting dalam budidaya perairan karena harga jual yang cukup menjanjikan. Hal
ini sesuai dengan permintaan pasar yang tinggi dilihat dari peningkatan produksi
dari tahun 2005 sebesar 32.575 ton menjadi 132.000 ton pada tahun 2009 (KKP,
2009). Namun produksi patin dan penyebarannya di Indonesia masih belum
optimal. Selama ini kegiatan pemijahan ikan patin masih terpusat di daerah
Sukabumi, Bogor dan Jakarta sedangkan kegiatan pendederan dan pembesaran
berada di daerah pulau Jawa dan Sumatera (Sunarma 2007).
Daerah penyebaran produksi patin dari pemijahan, pendederan dan
pembesaran yang cukup jauh dibutuhkan salah satu kegiatan ekonomi yaitu
distribusi, dalam hal ini adalah transportasi. Handisoeparjo (1982) menyatakan
bahwa transportasi ikan hidup pada dasarnya memaksa dan menempatkan ikan
dalam suatu lingkungan yang berlainan dengan lingkungan asalnya yang disertai
dengan perubahan sifat lingkungan yang mendadak. Karena jarak yang jauh,
biasanya transportasi yang digunakan dengan sistem tertutup. Transportasi sistem
basah menuntut media yang sama dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu air
dan oksigen (Wibowo 1993). Transportasi ikan terutama benih ikan biasanya
dilakukan dengan menggunakan kepadatan yang tinggi untuk mengefisienkan
biaya. Namun dalam penanganannya, semakin padat ikan maka semakin tinggi
tingkat stres pada ikan dan kondisi media air menjadi buruk sehingga risiko
kematian dalam transportasi semakin tinggi. Tingkat stres tinggi dan kondisi
media air pengangkutan yang menurun dibutuhkan penambahan bahan penenang
dan bahan yang dapat menstabilkan kondisi media air selama pengangkutan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk
meningkatkan efisiensi transportasi khususnya untuk benih ikan patin agar
kematian ikan bisa diminimalisir sehingga biaya transportasi lebih murah.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu penggunaan
garam 6 g/ℓ, zeolit 20 g/ℓ, dan C-aktif 10 g/ℓ pada pengangkutan ikan patin
ukuran 2 inchi dengan kepadatan 150 ekor/ℓ dan SR 48,89% selama 64 jam oleh
Emu (2010), serta penggunaan minyak cengkeh 9 µℓ/ℓ pada pengangkutan ikan
2
patin ukuran 2 inchi dengan kepadatan 150 ekor/ℓ dan SR 83,11% selama 72 jam
oleh Syahputra (2010). Penggunaan zeolit dan C-aktif mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Ghozali (2007) sebanyak 20 g/ℓ pada pengangkutan ikan
maanvis dan penggunaan C-aktif sebanyak 10 g/ℓ pada pengangkutan ikan
coridoras. oleh Ardyanti (2007).
Kepadatan benih ikan patin dalam transportasi dengan ukuran benih 2 inchi
di Bogor mencapai 100 ekor/ℓ dengan lama pengangkutan maksimal 24 jam (hasil
wawancara terhadap petani di daerah Bogor). Cole et al. (1999) mengatakan
bahwa air yang digunakan dalam pengangkutan berkualitas meliputi zeolit 20 g/ℓ,
arang aktif 20 g/ℓ, es batu untuk mencegah flkutuasi suhu, dan natrium klorida
sebanyak 9 g/ℓ dan lamanya pengankutan berkisara 48-78 jam. Berdasarkan
penelitian dan data tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kepadatan transportasi ikan patin dengan cara penambahan minyak cengkeh,
garam, zeolit dan C-aktif terhadap media transportasi agar didapat SR yang lebih
tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan optimum ikan patin
dengan adanya penambahan zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh, dan garam
dengan dosis tertentu dalam media transportasi tertutup sehingga dapat
maminimalisir tingkat kematian ikan patin yang diangkut selama 72 jam.
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan inti.
Penelitian pendahuluan meliputi kegiatan penentuan kemampuan puasa ikan,
tingkat konsumsi oksigen, laju ekskresi ammoniak, penentuan kapasitas zeolit dan
karbon aktif dalam penyerapan Total Amonia Nitrogen (TAN), serta penentuan
toleransi ikan patin terhadap dosis optimum pencampuran minyak cengkeh dan
garam dalam air. Sedangkan penelitian inti adalah pengepakan dengan tujuan
mengevaluasi efektivitas zeolit, karbon aktif, minyak cengkeh dan garam terhadap
kualitas air media pengangkutan dalam mempertahankan kelangsungan hidup
benih ikan patin dengan kepadatan yang berbeda serta laju pertumbuhan pada saat
pemeliharaan pascapengangkutan.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Penentuan Kemampuan Puasa Ikan
Penentuan puasa ikan dilakukan dengan penyiapan akuarium ukuran
60x50x40 cm yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari kemudian
diisi dengan air hingga tingginya mencapai 20 cm yang diaerasi selama 2 hari.
Kemudian ikan uji yaitu benih ikan patin ukuran 2 inchi dengan berat rata-rata
1,5 g sebanyak 20 ekor dimasukkan ke dalam akuarium. Pergantian air sebanyak
5-20% dilakukan setiap hari. Parameter yang diamati adalah tingkah laku ikan dan
kualitas air berupa suhu, pH, dan DO.
2.2.2 Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)
Tingkat konsumsi oksigen (TKO) ditentukan dengan cara 3 toples
bervolume 3,5 ℓ yang telah dibersihkan dan dikeringkan disiapkan kemudian diisi
air hingga penuh dan diberi aerasi selama 1 hari (sampai kandungan oksigen
dalam air jenuh). Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan patin ukuran 2 inchi
dengan berat rata-rata 1,5 g sebanyak 20 ekor. Ikan uji yang dilakukan
sebelumnya dibedakan perlakuannya antara setelah makan dan sudah dipuasakan
4
selama 2 hari. Kemudian toples ditutup dengan plastik hingga rapat dan tidak ada
lagi gelembung udara, lalu DO diukur setiap jam selama 6 jam.
2.2.3 Penentuan Laju Ekskresi Amoniak
Laju ekskresi amoniak ditentukan dengan cara 3 toples bervolume 3,5 ℓ
yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari disiapkan, kemudian diisi
air hingga penuh. Ikan uji dimasukan kedalam wadah masing-masing 20 ekor per
wadah dengan bobot rata-rata 1,5 g. Kemudian sampel air sebanyak 30 mℓ
diambil setiap 12 jam dan dilakukan pengukuran konsentrasi TAN, suhu, pH, dan
oksigen.
2.2.4 Penentuan Kapasitas Zeolit dan Karbon Aktif dalam Penyerapan TAN
Kapasitas zeolit dan karbon aktif ditentukan dengan cara 2 buah potongan
botol plastik bervolume 600 mℓ yang telah dibersihkan dan dikeringkan
disiapkan. Sebelumnya botol dipotong bagian bawahnya sebagai tempat
dimasukkanya zeolit dan karbon aktif sedangkan tutup pada botol dilubangi
dengan jarum agar air yang nantinya dialirkan bisa keluar dari botol tersebut.
Masing-masing dari karbon aktif 10 g dan zeolit 20 g dimasukkan ke dalam botol
dengan posisi terbalik. Selanjutnya air yang mengandung TAN 0,1 mg/ℓ dengan
volume 1 ℓ dialirkan pada masing-masing botol, di bawah botol diletakkan gelas
piala untuk menampung aliran air yang mengalir dari botol. Langkah ini
dilakukan setiap 1,5 menit selama 7 kali. Kemudian 30 mℓ air sampel diambil dari
masing-masing gelas palan untuk diukur kadar TAN, pH, dan suhu.
2.2.5 Penentuan Toleransi Ikan Patin terhadap Dosis Optimum Pencampuran Minyak Cengkeh dan Garam dalam Air
Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui dosis optimum pencampuran
minyak cengkeh dan garam dalam air. Ada 7 perlakuan yang digunakan, yaitu:
A = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 3 µℓ/ℓ minyak cengkeh
B = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ minyak cengkeh
C = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 7 µℓ/ℓ minyak cengkeh
5
D = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 9 µℓ/ℓ minyak cengkeh
E = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 11 µℓ/ℓ minyak cengkeh
F = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 13 µℓ/ℓ minyak cengkeh
G = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 15 µℓ/ℓ minyak cengkeh
Prosedur ini dimulai dengan memuasakan ikan uji selama 2 hari. Kemudian
disiapkan 7 lembar kantong plastik dan karet pengikat. Lesmana (2001)
menyatakan bahwa agar ikan tetap hidup sampai ke tangan konsumen, maka
dalam proses pengemasan harus memenuhi syarat. Teknik pengemasan dengan air
dalam kantong plastik yang diisi oksigen adalah cara yang terbaik. Kemasan yang
baik dalam pengangkutan sistem tertutup adalah menggunakan plastik jenis
polyetylen (PE) dengan ketebalan plastik 0,03 mm, karena ringan, mudah didapat,
dan murah (Liviawati dan Afrianto, 1990). Setelah kantong plastik disiapkan,
salah satu ujung plastik dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif, sedangkan di
ujung lainnya diikat dengan karet untuk menghindari titik mati air. Kantong
plastik diisi air 1 ℓ yang sebelumnya dicampur garam 6 g/ℓ dan minyak cengkeh
yang masing-masing 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 µℓ. Setelah itu, ikan uji dimasukkan
ke dalam kantong plastik masing-masing 150 ekor. Setiap kantong diisi oksigen
dengan perbandingan oksigen dan air 1:4. Lalu diikat dengan karet pengikat dan
dimasukkan ke dalam kotak styrofoam. Pada tiap stirofom diberi es batu dan
ditutup rapat. Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 6 jam selama 72 jam.
2.2.6 Penentuan Kepadatan Optimum Ikan Patin terhadap Zeolit, Karbon Aktif, Minyak Cengkeh, dan Garam dengan Dosis Tertentu
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 3 perlakuan dengan
masing-masing perlakuan terdapat 3 ulangan:
A = 100 ekor ikan patin + 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ
minyak cengkeh
B = 150 ekor ikan patin + 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ
minyak cengkeh
C = 200 ekor ikan patin + 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ
minyak cengkeh
6
Prosedur ini dimulai dengan memuasakan ikan uji selama 2 hari. Kemudian
disiapkan 9 lembar kantong plastik dan karet pengikat. Salah satu ujung plastik
dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif, sedangkan di ujung lainnya dipasang
kran aerasi untuk pengambilan sampel air (Gambar 1). Kantong plastik diisi air
1,2 ℓ yang sebelumnya dicampur garam 6 g dan minyak cengkeh 5 µℓ. Setelah itu,
ikan uji dimasukkan ke dalam kantong plastik masing-masing perlakuan diisi ikan
sebanyak A = 100, B = 150 dan C = 200 ekor. Setiap kantong diisi oksigen
dengan perbandingan oksigen dan air 1:4. Lalu diikat dengan karet pengikat dan
dimasukkan ke dalam kotak styrofoam. Pada tiap styrofoam diberi es batu dan
ditutup rapat. Setelah ditutup rapat dilakukan simulasi pengangkutan di dalam
laboratorium. Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 6 jam, dan pengambilan
air sampel sebanyak 50 mℓ per kantong setiap 24 jam. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara keran aerasi yang dipasang di ujung plastik dibuka
kemudian air dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam botol uji tanpa adanya difusi
dari udara luar atau melalui dinding botol sebanyak 50 mℓ. Selain itu, dilakukan
penggantian es batu setiap 24 jam. Pengamatan ini dilakukan selama 72 jam.
Gambar 1. Pengepakan benih ikan patin
7
2.2.7 Pemeliharaan Pascapengangkutan
Prosedur ini dilakukan setelah prosedur pengangkutan ikan patin. Setelah 72
jam pengangkutan, ikan dimasukkan ke dalam akuarium berukuran 50x40x30 cm
yang telah disiapkan sebelumnya dengan aklimatisasi selama 20-30 menit.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemberian pakan sebanyak 1 kali
dalam sehari, penyiponan dan pergantian air 5-20% setiap hari, dan pergantian air
80% setiap 3 hari sekali. Sampling bobot dilakukan pada awal dan akhir
pemeliharaan selama 30 hari.
2.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang diguanakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL), yaitu 3 perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdapat 3
ulangan, yaitu:
A = 100 ekor ikan patin + 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ
minyak cengkeh
B = 150 ekor ikan patin + 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ
minyak cengkeh
C = 200 ekor ikan patin + 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + 6 g/ℓ garam + 5 µℓ/ℓ
minyak cengkeh
Model rancangan yang digunakan yaitu: yij = µ + τi + έij
Keterangan:
yij = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai tengah data
τi = pengaruh perlakuan ke-i
έij = kesalahan percobaan pada perlakuan ke-j dan ulangan ke-i
2.4 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data kematian ikan, nilai
kualitas air (TAN, DO, CO2 pH, dan suhu), bobot ikan, dan konsumsi oksigen.
Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung parameter yang diamati
meliputi derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot harian, dan NH3.
8
2.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup atau SR (%) merupakan nilai perbandingan
antara jumlah ikan yang hidup di akhir pemeliharaan (Nt) dengan jumlah ikan
pada awal pemeliharaan (No). Untuk menghitung SR dapat digunakan rumus dari
Goddard (1996).
2.4.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Laju pertumbuhan bobot harian (%) ditentukan berdasarkan selisih bobot
rata-rata akhir (Wt) dengan bobot rata-rata awal (Wo) pemeliharaan, kemudian
dibandingkan dengan waktu pemeliharaan (t) dengan rumus dari Huisman (1987):
2.4.3 Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan NH3
Nilai TAN didapatkan dari perbandingan nilai absorban dari sampel dan
standar kemudian dikalikan konsentrasi larutan yang dipakai.
NH3 = Nilai TAN yang dikalikan dengan persentase amoniak yang tidak
terionisasi berdasarkan pH dan suhu (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang berbeda (Boyd, 1992)
pH Suhu (0C) 12 16 20 24 28
7.0 0.2 0.3 0.4 0.5 0.7 8.0 2.1 2.9 3.8 5.0 6.6 8.2 3.3 4.5 5.9 7.7 10.0 8.4 5.2 6.9 9.1 11.6 15.0 8.6 7.9 10.6 13.7 17.3 21.8
9
2.4.4 Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)
TKO didapat dari selisih antara DO akhir (DOt) dengan DO awal (DO0),
kemudian dibagi selisih waktu pengamatan akhir (t1) dengan waktu pengamatan
awal (t0) dan dibagi banyaknya biomass (W) kemudian dikalikan volume air (V),
dengan rumus dari Pavlovskii (1964):
TKO (mg O2 . g-1 . jam-1) =
2.5 Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis ragam (anova) dengan uji F pada selang
kepercayaan 95% menggunakan program MS.Exel 2007 dan SPSS 16.0 untuk
menentukan berpengaruh atau tidaknya perlakuan terhadap parameter yang
diamati. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey.
10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Kemampuan puasa ikan patin ukuran 1,5 g sebanyak 20 ekor dapat bertahan
hidup dalam keadaan puasa selama 7 hari dengan SR 100%. Hasil uji dari
kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kemampuan puasa ikan patin
Hari ke-
∑ ikan
Hidup (ekor)
∑ ikan Mati
(ekor)
SR (%) Suhu (oC) pH DO
(mg/ℓ) Tingkah Laku
Ikan
1 20 0 100 26,4 7,23 6,3 Berenang aktif 2 20 0 100 26,2 7,32 5,9 Berenang aktif 3 20 0 100 26,5 7,23 5,6 Berenang aktif 4 20 0 100 26,6 7,25 5,6 Berenang aktif 5 20 0 100 26,7 7,19 5,6 Berenang aktif 6 20 0 100 26,4 7,21 5,6 Berenang aktif 7 20 0 100 26,4 7,23 5,5 Berenang aktif
Hasil uji TKO menunjukkan nilai TKO ikan patin ukuran 2 inchi dengan
berat rata-rata 1,5 g yaitu sebesar 0,26 mgO2.g-1. jam-1 (Lampiran 1). Kebutuhan
oksigen ikan patin selama pengankutan 72 jam untuk perlakuan 100, 150, dan 200
ekor/ℓ masing-masing adalah 2808, 4212, dan 5616 mgO2.
Hasil uji laju eksresi TAN ikan patin ukuran 2 inchi dengan berat rata-rata
1.5 g mempunyai laju eksresi TAN sebesar 0,0035 mgTAN.g-1.jam-1 (Lampiran
2). Ekskresi TAN ikan patin selama pengangkutan 72 jam untuk perlakuan 100,
150, dan 200 ekor/ℓ masing-masing adalah 37,8; 56,7; dan 75,6 mg/ℓ.
Penggunaan bahan terutama zeolit dan karbon aktif lebih mempengaruhi
kualitas air. Huet (1971) menyatakan bahwa faktor utama untuk mempengaruhi
pengangkutan ikan hidup dengan memperhatikan persediaan oksigen dalam
pengangkutan Oksigen terlarut (DO) selama pengangkutan menurun dengan nilai
yang berbeda antar perlakuan. Nilai DO pada jam ke 24 perlakuan 100 ekor/ℓ
berbeda dengan perlakuan 150 dan 200 ekor/ℓ. Namun setelah itu hingga jam ke
72 terjadi penurunan yang sangat berbeda antar masing-masing perlakuan. DO
tertinggi hingga jam ke 72 terdapat pada perlakuan 100 ekor/ℓ yaitu 3,53 mg/ℓ.
11
Kemudian diikuti perlakuan 150 dan 200 ekor/ℓ yaitu masing-masing 2,66 dan
1,40 mg/ℓ (Gambar 2 dan Lampiran 6-7).
Gambar 2. Kandungan oksigen terlarut selama pengangkutan
Nilai pH selama pengangkutan tidak terlihat adanya perbedaan antar
perlakuan. Nilai pH menurun dari jam ke 0 hingga jam ke 48. Namun terjadi
kenaikan pada jam ke 72. Nilai pH dalam pengangkutan berkisar antara 6,92
sampai 7,47 (Gambar 3 dan Lampiran 8-9).
Gambar 3. Nilai pH selama pengangkutan
Suhu selama pengangkutan berbeda antar perlakuan. Suhu selama
pengangkutan diturunkan dengan menggunakan es di luar media pengangkutan
namun di dalam wadah pengepakan yaitu di dalam kotak stirofom. Kisaran suhu
selama pengangkutan adalah 21,67 - 23,67 oC (Gambar 4 dan Lampiran 10-11).
12
Gambar 4. Suhu selama pengangkutan
Kandungan karbondioksida (CO2) selama pengangkutan meningkat pada
setiap pengamatan. Nilai CO2 pada jam ke 24 perlakuan 100 ekor/ℓ berbeda nyata
dengan perlakuan 150 dan 200 ekor/ℓ. Pada jam ke 48 nilai CO2 perlakuan 100
dan 150 ekor/ℓ tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan 200
ekor/ℓ (P<0,05). Sementara pada jam ke 72, nilai CO2 pelakuan 200 ekor/ℓ
berbeda nyata dengan perlakuan 100 dan 150 ekor/ℓ. Nilai CO2 meningkat selama
pengangkutan dengan nilai tertinggi pada perlakuan 200 ekor/ℓ pada jam ke 72
yaitu 182,45 mg/ℓ. Kemudian diikuti perlakuan 150 dan 100 ekor/ℓ yaitu masing-
masing 105,21 dan 83,90 mg/ℓ (Gambar 5 dan Lampiran 12-13).
Gambar 5. Kandungan karbondioksida selama pengangkutan
Konsentrasi total amoniak nitrogen (TAN) selama pengangkutan
mempunyai nilai yang berbeda antar perlakuan setiap jam pengamatannya. Nilai
13
TAN mengalami peningkatan pada selang jam ke-0 sampai jam ke-48. Namun
terjadi penurunan pada jam ke 72. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap kandungan nilai TAN (Tabel 3 dan Lampiran 14-15).
Tabel 3. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengepakan ikan patin
Jam ke- Konsentrasi TAN (mg/ℓ)
100 150 200
0 0,13 0,13 0,13
24 1,84±0,37b 1,08±0,09b 1,17±0,19a
48 2,07±0,07a 2,57±0,70b 2,98±0,20ab
72 1,16±0,13a 1,36±0,34c 1,87±0,23b
Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 6. Kandungan TAN selama pengangkutan
Konsentrasi NH3 merupakan bagian dari TAN dan nilainya dipengaruhi oleh
pH dan suhu. Kandungan NH3 selama pengangkutan berfluktuasi. Nilai NH3 pada
akhir pengangkutan untuk perlakuan 100 dan 200 berbeda nyata dengan perlakuan
150 ekor/ℓ dengan nilai NH3 pada perlakuan ini paling kecil yaitu 0.0186±0.0198
mg/ℓ dan nilai terbesar adalah perlakuan 200 ekor/ℓ yaitu 0.0220±0.0070 mg/ℓ
(Tabel 4 dan Lampiran 16-17).
14
Tabel 4. Konsentrasi NH3 rata-rata pada media air pengepakan ikan patin
Jam ke- Konsentrasi NH3 (mg/ℓ)
100 150 200
0 0,0060 0,0060 0,0060
24 0,0210±0,0090ab 0,0173±0,0130b 0,0179±0,0062c
48 0,0090±0,0008a 0,0073±0,0060b 0,0040±0,0046a
72 0,0197±0,0025a 0,0186±0,0198b 0,0220±0,0070a
Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 7. Kandungan NH3 selama pengangkutan
Berdasarkan data hasil kualitas air akibat adanya penambahan bahan yang
digunakan pada semua perlakuan maka di dapat tingkat kelangsungan hidup yang
berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup ikan patin selama transportasi
menunjukkan data yang berbeda nyata (P<0,05). Awal kematian terjadi pada jam
ke 42 untuk perlakuan 200 ekor/ℓ, namun dengan perlakuan lain tidak berbeda.
SR semakin menurun berbanding dengan lamanya pengangkutan. Pada jam ke 48,
tingkat kelangsungan hidup perlakuan 200 ekor/ℓ berbeda nyata dengan perlakuan
100 dan 150 ekor/ℓ. Perbedaan terlihat jelas pada jam ke 72 dengan tingkat
kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan 100 ekor/ℓ yaitu 99% dan terendah
pada perlakuan 200 ekor/ℓ sebesar 57% (Gambar 8 dan Lampiran 18-19).
15
Gambar 8.Tingkat kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan.
Selama pengangkutan terjadi stres dengan kondisi media sudah tidak layak
untuk pertumbuhan ikan patin. Setelah pengangkutan dilakukan pemeliharaan
ikan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup. Laju
pertumbuhan harian ikan paitn setelah dilakukan transportasi adalah tidak berbeda
nyata untuk semua perlakuan. Namun nilai tertinggi LPH selama pemeliharaan 30
hari setelah pengangkutan adalah perlakuan 100 ekor/ℓ dengan nilai 2,33%.
Kemudian diikuti perlakuan 150 dan 200 ekor/ℓ yaitu masing-masing 2,13 dan
1,91% (Gambar 9 dan Lampiran 20-21).
Gambar 9. Laju pertumbuhan ikan patin setelah pengangkutan
Tingkat kelangsungan hidup ikan patin selama pemeliharaan tidak berbeda
nyata terhadap semua perlakuan. Namun nilai SR tertinggi terdapat pada
perlakuan 100 ekor/ℓ yaitu 100%, kemudian diikuti perlakuan 200 dan 150 ekor/ℓ
yaitu masing-masing 88,87 dan 88% (Gambar 10 dan Lampiran 22-23).
16
Gambar 10. Tingkat kelangsungan hidup ikan patin setelah pengangkutan
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yaitu pengukuran kemampuan
puasa ikan (Tabel 2), tingkat konsumsi oksigen, dan laju ekskresi benih ikan patin
ukuran 2 inchi dengan berat rata-rata 1,5 g maka dapat dilakukan pengangkutan
selama 72 jam dengan penentuan jumlah oksigen yang akan dimasukkan ke dalam
kantong pengepakan. Kemampuan puasa benih ikan patin yang mampu bertahan
selama 7 hari dengan SR 100% dapat digunakan untuk transportasi dengan
kebutuhan waktu selama 5 hari yaitu 2 hari pemuasaan pratransportasi dan 3 hari
pengangkutan. Jumlah konsumsi oksigen ditentukan untuk penyesuaian jumlah
gas oksigen yang dimasukkan ke dalam kantong pengepakan. Oksigen yang
dimasukkan ke kantong sebanyak 5 ℓ, maka berdasarkan rumus PV=nRT akan
didapat oksigen sebanyak 5636 mgO2. Berdasarkan perbandingan jumlah oksigen
dalam kantong terhadap kebutuhan oksigen ikan patin selama pengangkutan dapat
dikatakan cukup. Sementara laju ekskresi TAN ditentukan untuk penggunaan
zeolit dan karbon aktif sebagai penyerap TAN. Hal ini dikarenakan dalam
kandungan TAN terdapat NH3 yang berbahaya bagi ikan. Menurut Setyawan
(2003) bahwa umumnya 1 mg TAN dapat diserap oleh 1 g zeolit.
Penelitian inti atau saat pengepakan dan pengangkutan ikan patin di dapat
hasil tingkat kelangsungan hidup terbesar pada perlakuan 100 ekor/ℓ yaitu 99%
dan diikuti perlakuan 150, dan 200 ekor/ℓ yaitu 90%, dan 57%. Tingkat SR yang
17
rendah dikarenakan selama pengangkutan ikan melakukan berbagai aktivitas
seperti respirasi dan metabolisme lainnya seperti ekskresi feses sehingga terdapat
adanya amoniak yang dapat membahayakan fisiologi tubuh ikan. Semakin padat
ikan pada perlakuan yang digunakan juga dapat meningkatkan stres. Hal ini
diduga terjadi persaingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti oksigen.
Sedangkan menurut Bose et al. (1991) menyebutkan beberapa hal penyebab
kematian ikan dalam transportasi yaitu menipisnya persediaan oksigen terlarut di
media pengangkutan, akumulasi dari gas toksik seperti amonia, luka fisik akibat
dari penanganan sebelum pengangkutan, gerakan ikan yang hiperaktif di awal
pengangkutan, fluktuasi suhu air yang mendadak, dan penyakit
Nilai DO pada perlakuan kepadatan 100 ekor/ℓ yaitu 3,53 mg/ℓ masih
dalam toleransi hidup ikan patin. Sedangkan nilai DO pada perlakuan kepadatan
150/ℓ yaitu 2,66 mg/ℓ masih dapat ditolerir dalam transportasi ikan. Hal ini sesuai
dengan Pescod (1973) bahwa nilai DO yang baik untuk transportasi ikan adalah 2
mg/ℓ. Namun untuk perlakuan kepadatan 200 ekor/ℓ, nilai DO sangat rendah yaitu
1,40 mg/ℓ dan hal ini dapat menyebabkan kematian ikan. Penurunan suhu dalam
pengangkutan ikan hidup digunakan untuk menurunkan laju metabolisme karena
ikan bersifat poikilotermal yaitu perbandingan terhadap suhu lingkungan
berbanding lurus dengan metabolisme ikan. Selain itu suhu yang rendah dapat
menjaga kandungan oksigen dalam air. Kisaran suhu pada perlakuan yaitu 21,67-
23,67 oC dapat dikatakan wajar karena ikan patin merupakan ikan tropis. Hal ini
sesuai dengan Froese (1998) dalam Emu (2010) yang mengatakan bahwa ikan
tropis dapat bertahan pada saat pengiriman pada suhu yang sama dengan
lingkungannya yaitu sekitar 22–30 oC.
Suhu selama pengangkutan tidak mengalami fluktuasi yang tinggi. Suhu
yang fluktuasinya tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan selama
pengangkutan (Junianto, 2003). Hal ini sesuai Stickney (1979), umumnya
fluktuasi suhu akan membahayakan apabila perubahan secara mendadak yakni
5oC dalam waktu 1 jam. Penurunan suhu air media sampai 18oC pada ikan patin
sudah dapat meredam aktivitas gerak ikan (Kordi dan Ghufran, 2010).
Nilai DO yang menurun dipengaruhi faktor kualitas air lainnya. Hoar (1979)
dalam Nurmayani (2003) menyatakan bahwa penurunan kandungan oksigen
18
terlarut biasanya diikuti dengan meningkatnya faktor lingkungan seperti amonia,
nitrit, dan urea yang dapat menybabkan turunnya pertumbuhan biota perairan.
Konsentrasi DO yang terlalu rendah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap
kesehatan ikan seperti anoreksia, stres pernapasan, hipoksia jaringan,
ketidaksadaran, bahkan kematian (Wedemeyer, 1996).
Nilai pH yang diperoleh selama pengangkutan ini tidak berbeda nyata dan
masih dalam kisaran toleransi ikan patin yaitu 5-9 (Khairuman dan Amri, 2008).
Namun pH optimum untuk transportasi ikan adalah 7-8 (Berka, 1986). pH yang
berfluktuasi dalam pengangkutan dapat dikarenakan adanya perubahan ion H+.
Ketika pH naik pada pengamatan jam ke 72 terjadi perubahan kesetimbangan
terhadap reaksi amoniak dalam air yaitu ion H+ akan terlepas sehingga NH4+ turun
sementara OH- meningkat maka NH3 meningkat pula. Hal ini secara mekanisme
pertukaran ion yang dilakukan oleh zeolit dimana mampu menyerap ion selektif
yaitu NH4+ terlepas. Hal ini diduga karena goncangan atau gerakan ikan yang
sudah dalam keadaan tidak tenang menyebabkan terlepasnya NH4+ dari
kemampuan jerap zeolit. Suhu yang lebih rendah pada jam ke72 dibanding dengan
waktu sebelumnya juga dapat memacu meningkatnya pH perairan.
Kematian yang besar pada perlakuan 200 ekor/ℓ dapat dikarenakan adanya
karbondioksida yang sangat tinggi yaitu mencapai 182,45 mg/ℓ. Konsentrasi yang
tinggi ini diakibatkan karena padatnya jumlah ikan sehingga terjadi stres dan
metabolisme meningkat serta penggunaan oksigen semakin meningkat pula.
Ketika terjadi peningkatan konsumsi oksigen maka akan terjadi respirasi dan hasil
buangan berupa karbondioksida juga dihasilkan. Spotte (1970) menyatakan bahwa
karbondioksida dalam fisiologi ikan berkaitan dengan respirasi dan hal ini
berkaitan dengan laju konsumsi oksigen, serta CO2 bebas akan menekan daya ikat
darah dengan oksigen, hal ini diketahui sebagai root effect.
Penggunaan garam adalah sebagai pengatur tekanan osmotik ikan sehingga
energi yang dibutuhkan ikan untuk menjaga kestabilan garam dalam tubuhnya
tidak terlalu besar sedangkan minyak cengkeh sebagai penenang dapat menekan
aktifitas ikan patin. Hal ini sesuai dengan Swann (1993), yaitu penambahan garam
dapat meringankan stres dan menjaga keseimbangan antara kosentrasi cairan
tubuh dan lingkungan. Sementara itu menurut Berka (1986) bahwa kepadatan ikan
19
dapat meningkatkan konsentrasi CO2 saat transportasi, tetapi konsentrasi tersebut
dapat ditoleransi jika ikan dalam keadaan tenang. Ikan dalam keadaan tenang
dipengaruhi adanya eugenol dalam minyak cengkeh. Hal ini sesuai dengan
Hadiwijaya (1983) bahwa minyak cengkeh mengandung eugenol 70-79%.
Eugenol ini berfungsi sebagai bahan pemingsan. Kematian pada perlakuan 200
ekor/ℓ dapat dikatakan bahwa efektifitas bahan yang digunakan sebagai penenang
telah berkurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai DO yang semakin menurun dan
CO2 yang semakin meningkat karena adanya aktifitas respirasi yang berarti
aktifitas ikan kembali pada keadaan semula. Sementara untuk perlakuan 150
ekor/ℓ dengan jumlah CO2 yang cukup tinggi hingga 105,21 mg/ℓ tidak terlalu
menyebabkan kematian ikan walaupun toleransi untuk hidup ikan patin adalah 9-
20 mg/ℓ (Khairuman dan Amri, 2008). Berdasarkan Boyd (1992) bahwa CO2
tidak begitu toksik, hal ini disebabkan kebanyakan ikan hidup beberapa hari pada
air yang kandungan CO2 lebih dari 60 mg/ℓ. Selanjutnya dikatakan konsentrasi
CO2 lebih besar 50-100 mg/ℓ membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membunuh ikan. Berka (1986) menambahkan bahwa nilai-nilai kritis untuk
karbondioksida selama transportasi sistem tertutup tergantung pada spesies,
namun bervariasi antara 40 mg/ℓ untuk spesies ikan di daerah bermusim, dan
sampai dengan 140 mg/ℓ untuk ikan tropis. Dalam hal ini patin termasuk ikan
tropis.
Penggunaan zeolit juga dapat menyerap karbondioksida namun tidak sekuat
terhadap penyerapan TAN. Hal ini sesuai dengan Mumpton (1999), bahwa zeolit
dapat menjerap melekul polar dengan selektifitas yang tinggi dan CO2 merupakan
salah satu melekul polar. Walaupun terdapat garam dalam media pengangkutan
yang bermolekul NaCl dengan kandungan Na+ di dalamnya juga merupakan ion
positif yang dapat diserap dengan zeolit, namun zeolit lebih bersifat selektif untuk
menyerap NH4+ dibanding Na+. Hal ini sesuai dengan Harjono (2004) dalam
Ghozali (2007) bahwa zeolit klinoptiloit akan lebih mudah melakukan pertukaran
dengan NH4 dibandingkan dengan Na, Mg, dan Ca. Sehingga fungsi garam
sebagai pengatur tekanan osmotik dalam perlakuan ini tetap maksimum.
Keadaan TAN dalam penelitian ini terjadi fluktuasi dengan konsentrasi
meningkat hingga jam ke 48, namun turun pada jam ke 72. Hal ini berkaitan
20
dengan data pH pada akhir pengangkutan yang juga meningkat. Penggunaan zeolit
menurut Setyawan (2003) bahwa zeolit baik digunakan dalam wadah
pengangkutan selain dapat menghilangkan amoniak juga dapat mencegah
terjadinya penurunan pH air yang diakibatkan oleh sisa respirasi organisme yang
diangkut. Konsentrasi TAN menjadi turun dalam hal ini fungsi zeolit sebagai
penyerap TAN terbukti di akhir perlakuan. Sementara itu konsentrasi pH yang
meningkat menyebabkan ion H+ terlepas sehingga NH4+ menjadi berkurang,
namun berubah menjadi NH3. Hal ini berarti kandungan TAN dalam
perbandingannya antara NH3 lebih besar dibanding dengan NH4+ sehingga
kematian dapat terjadi. Boyd (1992) mengatakan bahwa amoniak yang tidak
terionisasi atau NH3 lebih bersifat toksik bagi ikan, tetapi amonium (NH4+) relatif
lebih aman. Sementara itu nilai NH3 hasil penelitian di akhir pengamatan juga
meningkat sesuai dengan keberadaan nilai TAN. Nilai NH3 tertinggi terdapat pada
perlakuan 200 ekor/ℓ yaitu sebesar 0.0220±0.0070 mg/ℓ sehingga kematian ikan
dapat dikatakan sebagian berasal karena faktor ini. Hal ini sesuai dengan Sawyer
dan McCarty (1978) dalam Effendi (2003) jika kadar amoniak bebas lebih dari
0,02 mg/ℓ, perairan bersifat toksik bagi beberapa ikan. Kemudian hal ini
ditambahkan oleh Abel (1989) bahwa kandungan NH3 tidak boleh melebihi 0,025
mg/ℓ.
Transportasi merupakan salah satu rangkain siklus produksi yang bersifat
ekonomi yaitu dalam hal distribusi. Selain untuk mengetahui tingkat
kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan maka diperlukan data untuk
mengetahui layak tidaknya ketika dilakukan produksi untuk tahap selanjutnya
khususnya pada penelitian ini adalah pendederan ikan patin. Data kegiatan
produksi yang cukup penting diketahui salah satunya adalah Laju Pertumbuhan
Harian (LPH). Berdasarkan data LPH dan SR setelah pengangkutan, diketahui
bahwa semua perlakuan tidak berbeda nyata yang artinya penggunaan kepadatan
hingga 200 ekor/ℓ pun mampu memberikan hasil produksi yang cukup bagus.
Secara keseluruhan, SR selama pemeliharaan untuk semua perlakuan cukup baik
yaitu di atas 80% sesuai SNI 01-6483.2-2000 (BSN, 2000). Hal ini diduga
adaptasi pemeliharaan ikan patin yang cepat dimana dilakukan pergantian air
21
secara intensif sehingga kandungan bahan-bahan saat pengepakan yang masuk ke
dalam perairan menjadi terlarut dan hilang.
Tingkat kelangsungan hidup ikan patin terhadap pustaka pada kepadatan
150 ekor/ℓ menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan Emu (2010), namun
tidak berbeda nyata dengan Syahputra (2010). Jika ditinjau dari kualitas air
menurut Emu (2010) didapat parameter air DO 2,83 mg/ℓ, CO2 81,96 mg/ℓ, TAN
4,073 mg/ℓ, dan NH3 0,0268 mg/ℓ dengan lama pengangkutan 64 jam, sedangkan
Syahputra (2010) dengan DO 1,78 mg/ℓ, CO2 50,42 mg/ℓ, TAN 5,348 mg/ℓ, dan
NH3 0,0389 mg/ℓ lama pengangkutan sama yaitu 72 jam. Kualitas air terlihat jelas
pada CO2 dimana Syahputra lebih rendah, TAN yang lebih tinggi, dan amoniak
yang cukup tinggi karena lebih dari 0,025 mg/ℓ. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian ini seefektif dengan penambahan minyak cengkeh (Lampiran 24-25).
Berdasarkan penelitian ini terlihat jelas bahwa SR dalam kepadatan tinggi
sangat berpengaruh terhadap perhitungan biaya. Perbandingan antara
pengangkutan yang dilakukan tanpa bahan tambahan dengan pengangkutan yang
sudah menggunakan bahan tambahan seperti dalam penelitian ini menunjukkan
biaya yang cukup berbeda. Pengangkutan tanpa menggunakan bahan tambahan
dengan kepadatan 150 ekor/ℓ selama 72 jam di dapat SR 0% sesuai yang
dilakukan Emu (2010) sehingga penerimaan yang di dapat Rp 0. Sedangkan jika
dibaningkan dengan Syahputra (2010) hanya mengurangi biaya penambahan
garam didapat harga Rp 15.362. Sementara itu perbandingan tiap kantong pada
perlakuan ini menunjukkan biaya yang berbeda. Hal ini dikarenakan pemberian
bahan dalam 1 ℓ/kantong hanya menambahkan Rp 237. Maka dari itu, biaya
penerimaan untuk perlakuan 100, 150, dan 200 ekor/ℓ masing-masing adalah Rp
12.138, Rp 16.638, dan Rp 14.013. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
dijelaskan bahwa penggunaan bahan-bahan seperti zeolit, karbon aktif, garam, dan
minyak cengkeh dapat memberikan efisiensi terhadap biaya pengangkutan.
Sedangkan perlakuan 150 ekor/ℓ menunjukkan penerimaan biaya yang lebih besar
dibanding perlakuan yang lain.
22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat, efisiensi kepadatan pada pengangkutan
benih ikan patin ukuran 2 inchi dengan berat rata-rata 1,5 g yang terbaik adalah
perlakuan 150 ekor/ℓ dengan nilai Survival Rate (SR) 90% dan penerimaan
tertinggi sebesar Rp 16.638,- per kantong. Hal ini didukung dengan kualitas air di
akhir pengangkutan seperti DO 2,66 mg/ℓ, CO2 105,2 mg/ℓ, Total Amonia
Nitrogen (TAN) 1,356 mg/ℓ, NH3 0,0186 mg/ℓ. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
dan SR pemeliharaan pasca pengangkutan masing-masing 1,91% dan 80%.
4.2 Saran
Transportasi benih ikan patin lebih baik menggunakan kepadatan 150 ekor/ℓ
dengan penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ, garam 6 g/ℓ dan minyak
cengkeh 5 µℓ/ℓ pada pengangkutan sistem tertutup dengan lama waktu
pengangkutan maksimal 72 jam dan pergantian es untuk menstabilkan suhu
sehingga SR tetap terjaga serta efisiensi biaya tercapai.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abel, P.D., 1989. Water pollution biology. Ellis Horwood Ltd.
Ardyanti. Y., 2007. Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif pada sistem pengepakan tertutup ikan corydoras Corydoras aenus dengan kepadatan tinggi [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Berka. R., 1986. The transport of live fish EIFAC Tech. Pap. No. 48. p.52
Bose, S.N., Ghosh, C.T., Yang, dan Mitra, A., 1991. Coastal aquaculture engineering . Edward Arnold, New York.
Boyd,, 1992. Water quality management for pond fish culture. Birmingham Publshing Co. Alabama.
BSN., 2000. SNI 01-6483.2-2000 Benih ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) kelas benih sebar. Badan Standarisasi Nasional.
Cole, B.M.S, Clyde S. Tamaru, Rich Bailey., 1999. Shipping practicesin the ornamental fish industry. Center for Tropical and Subtropical Aquaculture Publication Number 131.
Effendi, H., 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Departemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Emu, S., 2010. Pemanfaatan garam pada pengangkutan sistem tertutup benih ikan patin Pangasius sp. berkepadatan tinggi dalam media yang mengandung zeolit dan arang aktif [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ghozali, M.F.R., 2007. Pengaruh penambahan zeolit dan karbon aktif terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan maanvis Pterophyllum scalare pada pengangkutan sistem tertutup [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Goddard, S., 1996. Feed management in intensive aquaculture. Chapman and Hall, New York.
Hadiwijaya, T., 1983. Cengkeh data dan petunjuk ke arah swasembada. PT Inti Idaya Pres, Jakarta.
Handisoeparjo, W., 1982. Studi pendahuluan limun sebagai bahan penambahan pada pengangkutan benih ikan mas (Cyprinus carpio Linn). Karya Ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 1-2.
24
Huet, M. 1971., Text book of fish culture. Breeding and cultivation of fish. Fishing News (Book). Ltd. London, pp.405.
Huisman, E.A., 1987. Principles of fish culture and fisheries. Wageningen Agricultural University. Netherlands.
Junianto., 2003. Teknik penanganan ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Khairuman, Amri, K., 2008. Buku pintar budi daya 15 ikan konsumsi. Agromedia, Jakarta.
KKP., 2009. Kelautan dan perikanan dalam angka 2009. Kementrian dan Kelautan Perikanan.
Kordi, M. Ghufran H., 2010. Budi daya ikan patin di kolam terpal. Lily Publisher, Yogyakarta.
Lesmana, D., 2001. Budidaya ikan hias populer. Penebar Swadaya, Jakarta.
Liviawaty, E., Afrianto, E., 1990. Budidaya ikan mas koki dan pemasarannya. Kanisius, Yogyakarta.
Mumpton, F.A., 1999. La roca magica: Uses of natural zeolites in agriculture and industry. National Scademy of Sciences colloquium, Clarkson NY 14430. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. Vol 96
Nurmayani, D., 2003. Pengaruh deterjen terhadap tingkat konsumsi oksigen ikan mas (Cyprinus carpio L) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pavlovskii, E.N., 1964. Technique for the investigation of fish physiology.
Jerussalem: Israel progam for scientific translation Ltd.
Pescod, M.B., 1973. Investigation of rational effluent and stream standar for tropichal countries. Thailand: AIT, Bangkok. p.59.
Setyawan, D.P., 2003. Aktivitas katalis Cr/zeolit dalam reaksi konversi katalitik fenol dan metal isobutyl keton. FMIPA Universitas Negeri Jember. Ilmu Dasar 4:13-19.
Spotte, S.H., 1970. Fish and invertebrate culture. Jhon Wiley & Sons, Inc. New York.
Stickney, R.R., 1979. Principles of warmwater aquaculture. Jhon Wiley & Sons, Inc. New York.
Sunarma, A., 2007. Panduan singkat teknik pembenihan ikan patin Pangasius hypopthalmus. BBPBAT Sukabumi.
25
Swann. 1993., Transportation of fish in bags north central regional. Aquaculture Center Purdue University, in cooperation with USDA.
Syahputra, R., 2010. Efektifitas pemberian zeolit, arang aktif dan minyak cengkeh terhadap respon fisiologi benih ikan patin Pangasius hypopthalmus pada pengangkutan sistem tertutup [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wibowo, S., 1993. Penerapan teknologi pengangkutan dan transportasi ikan hidup di Indonesia. Sub BPPI. Jakarta.
Wedemeyer, G.A., 1996. Physiology of fish in intensive culture systems. Chapman and Hall. New York.
26
LAMPIRAN
27
Lampiran 1. Tingkat konsumsi oksigen ikan patin
Jam ke- Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Patin (mgO2.g-1.jam-1)
Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 6,88 6,77 6,77 6,81±0,06 1 5,92 5,78 5,82 5,84±0,07
2 5,69 5,56 5,61 5,62±0,07 3 5,34 5,26 5,28 5,29±0,04
4 5,17 5,03 5,05 5,08±0,08 5 4,82 4,81 4,79 4,81±0,02
6 4,53 4,61 4,54 4,56±0,04
Lampiran 2. Eksresi TAN ikan patin tiap 12 jam
Jam ke- Total Amoniak Nitrogen (TAN) (mg/ℓ)
Rata-rata Ulangan1 Ulangan2 Ulangan3
0 0,07 0,05 0,05 0,06±0,01
12 1,00 1,07 1,25 1,11±0,13 24 1,97 2,03 2,11 2,03±0,07
36 2,17 2,05 2,21 2,14±0,08 48 2,61 2,58 2,56 2,59±0,03
Lampiran 3. Kapasitas daya serap zeolit
Waktu (detik) Sampel
Absorban TAN
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
Standart 0,107 0 Sampel 1 0,082 0,082 0,082 0,082 0,766 62 Sampel 2 0,021 0,025 0,020 0,022 0,206
152 Sampel 3 0,016 0,016 0,016 0,016 0,150 242 Sampel 4 0,008 0,012 0,015 0,012 0,107
332 Sampel 5 0,002 0,002 0,002 0,002 0,019 422 Sampel 6 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Lampiran 4. Kapasitas daya serap karbon aktif
Waktu (detik) Sampel
Absorban TAN
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
Standart 0,391 0 Sampel 1 0,082 0,082 0,082 0,082 0,766 91 Sampel 2 0,093 0,079 0,084 0,085 0,218
181 Sampel 3 0,067 0,064 0,068 0,066 0,170 271 Sampel 4 0,063 0,063 0,066 0,064 0,164
360 Sampel 5 0,063 0,059 0,058 0,060 0,153 456 Sampel 6 0,049 0,049 0,069 0,056 0,142
28
Lampiran 5. Tingkat kelangsungan hidup (SR) penentuaan dosis optimum
Minyak cengkeh (μℓ/ℓ) Jumlah ikan mati SR (%)
3 5 96.67 5 3 98.00
7 29 80.67 9 5 96.67
11 56 62.67 13 12 92.00
15 13 91.33
Lampiran 6. Konsentrasi DO media pengangkutan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Jam ke-
Konsentrasi DO (mg/ℓ) per perlakuan Rata-rata SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
100
0 5,40 5,40 5,40 5,40 0,00 1 8,06 8,09 8,01 8,05 0,04
24 6,64 6,32 6,36 6,44 0,17 48 5,68 5,28 5,25 5,40 0,24
72 3,43 3,65 3,50 3,53 0,11
150
0 5,40 5,40 5.40 5,40 0,00
1 8,14 8,15 8,10 8,13 0,03 24 5,52 5,41 5,43 5,45 0,06
48 4,87 4,62 4,21 4,57 0,33 72 2,56 2,97 2,45 2,66 0,27
200
0 5,40 5,40 5,40 5,40 0,00
1 8,03 8,03 8,07 8,04 0,02
24 5,42 5,17 5,03 5,21 0,20
48 2,84 2,70 2,76 2,77 0,07
72 1,86 1,29 1,04 1,40 0,42
29
Lampiran 7. Analisis statistik DO media pengangkutan
Analisis statistik DO jam ke 24 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 2,555 2 1,278 52,606 ,000 Sisa ,146 6 ,024 Total 2,701 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 200 3 5,2067
150 3 5,4533
100 3 6,4400
Sig. ,209 1,000
Analisis statistik DO jam ke 48 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 10,892 2 5,446 94,113 ,000 Sisa ,347 6 ,058 Total 11,239 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b c
Tukey HSDa 200 3 2,7667
150 3 4,5667
100 3 5,4033
Sig. 1,000 1,000 1,000
Analisis statistik DO jam ke 72 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 6,884 2 3,442 39,060 ,000 Sisa ,529 6 ,088 Total 7,413 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b c
Tukey HSDa 200 3 1,3967
150 3 2,6600
100 3 3,5267
Sig. 1,000 1,000 1,000
30
Lampiran 8. Nilai pH media pengangkutan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Jam ke-
Nilai pH per perlakuan Rata-rata SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
100
0 8,09 8,09 8,09 8,09 0,00
24 7,26 7,44 7,35 7,35 0,09 48 7,02 7,00 7,01 7,01 0,01
72 7,44 7,49 7,47 7,47 0,03
150
0 8,09 8,09 8,09 8,09 0,00
24 7,35 7,39 7,36 7,37 0,02 48 6,97 7,06 6,97 7,00 0,05
72 7,45 7,49 7,48 7,47 0,02
200
0 8,09 8,09 8,09 8,09 0,00
24 7,23 7,24 7,31 7,26 0,04
48 6,87 6,90 6,98 6,92 0,06
72 7,38 7,39 7,48 7,42 0,06
Lampiran 9. Analisis statistik pH media pengangkutan
Analisis statistik pH jam ke 24 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,020 2 ,010 2,840 ,136 Sisa ,021 6 ,003 Total ,041 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 200 3 7,2600
100 3 7,3500
150 3 7,3667
Sig. ,147
31
Lanjutan Lampiran 9
Analisis statistik pH jam ke 48 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,016 2 ,008 3,917 ,082 Sisa ,012 6 ,002 Total ,028 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 200 3 6,9167
150 3 7,0000
100 3 7,0100
Sig. ,096
Analisis statistik pH jam ke 72 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,006 2 ,003 2,106 ,203 Sisa ,008 6 ,001 Total ,014 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 200 3 7,4167
100 3 7,4667
150 3 7,4733
Sig. ,225
32
Lampiran 10. Nilai suhu media pengangkutan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Jam ke-
Nilai suhu (oC) per perlakuan Rata-rata SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
100
0 26,50 26,50 26,50 26,50 0,00
24 22,00 23,00 23,00 22,67 0,58 48 21,50 22,00 22,00 21,83 0,29
72 22,00 22,00 22,00 22,00 0,00
150
0 26,50 26,50 26,50 26,50 0,00
24 22,00 23,00 24,00 23,00 1,00 48 21,00 22,00 24,00 22,33 1,53
72 21,00 22,00 22,00 21,67 0,58
200
0 26,50 26,50 26,50 26,50 0,00
24 24,00 23,00 24,00 23,67 0,58
48 22,00 23,00 24,00 23,00 1,00
72 22,00 23,00 23,00 22,67 0,58
Lampiran 11. Analisis statistik suhu media pengangkutan
Analisis statistik suhu jam ke 24 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 1,556 2 ,778 1,400 ,317 Sisa 3,333 6 ,556 Total 4,889 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 100 3 22,6667
150 3 23,0000
200 3 23,6667
Sig. ,300
33
Lanjutan Lampiran 11
Analisis statistik suhu jam ke 48 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 2,056 2 1,028 ,902 ,454 Sisa 6,833 6 1,139 Total 8,889 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 100 3 21,8333
150 3 22,3333
200 3 23,0000
Sig. ,427
Analisis statistik suhu jam ke 72 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 1,556 2 ,778 3,500 ,098 Sisa 1,333 6 ,222 Total 2,889 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 150 3 21,6667
100 3 22,0000
200 3 22,6667
Sig. ,090
34
Lampiran 12. Nilai CO2 media pengangkutan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Jam ke-
Nilai CO2 (mg/ℓ) per perlakuan Rata-rata SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
100
0 7,99 7,99 7,99 7,99 0,00
24 19,98 27,97 23,97 23,97 4,00 48 27,97 51,94 59,93 46,61 16,63
72 79,90 87,89 83,90 83,90 4,00
150
0 7,99 7,99 7,99 7,99 0,00
24 39,95 43,95 47,94 43,95 4,00 48 55,93 59,93 71,91 62,59 8,32
72 111,87 79,90 123,85 105,21 22,72
200
0 7,99 7,99 7,99 7,99 0,00
24 47,94 59,93 67,92 58,60 10,05
48 83,90 87,89 83,90 85,23 2,31
72 151,82 195,76 199,76 182,45 26,60
Lampiran 13. Analisis statistik CO2 media pengangkutan
Analisis statistik CO2 jam ke 24 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 1812,531 2 906,265 20,440 ,002 Sisa 266,027 6 44,338 Total 2078,558 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 100 3 2,397120
150 3 4,394720
200 3 5,859627
Sig. 1,000 ,080
35
Lanjutan Lampiran 13
Analisis statistik CO2 jam ke 48 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 2259,456 2 1129,728 9,652 ,013 Sisa 702,311 6 117,052 Total 2961,768 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 100 3 4,661067
150 3 6,259147 6,259147
200 3 8,523093
Sig. ,245 ,094
Analisis statistik CO2 jam ke 72 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 16131,880 2 8065,940 19,519 ,002 Sisa 2479,372 6 413,229 Total 18611,252 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 100 3 8,389920
150 3 1,052069
200 3 1,824475
Sig. ,453 1,000
36
Lampiran 14. Nilai Total Amonia Nitrogen (TAN) media pengangkutan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Jam ke-
Konsentrasi TAN (mg/ℓ) Rata-rata SD
Ulangan1 Ulangan 2 Ulangan 3
100
0 0,13 0,13 0,13 0,13 0,00
24 2,21 1,47 1,84 1,84 0,37 48 1,05 1,04 1,16 1,08 0,07
72 1,31 1,07 1,14 1,17 0,13
150
0 0,13 0,13 0,13 0,13 0,00
24 2,16 1,99 2,07 2,07 0,09 48 2,13 2,18 3,38 2,57 0,70
72 3,33 2,98 2,65 2,98 0,34
200
0 0,13 0,13 0,13 0,13 0,00
24 0,97 1,36 1,16 1,16 0,19
48 1,40 1,53 1,14 1,36 0,20
72 1,70 1,78 2,14 1,87 0,23
Lampiran 15. Analisis statistik TAN media pengangkutan
Analisis statistik TAN jam ke 24 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 1,340 2 ,670 11,165 ,009 Sisa ,360 6 ,060 Total 1,700 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 200 3 1,164380
100 3 1,843218
150 3 2,073167
Sig. 1,000 ,522
37
Lanjutan Lampiran 15
Analisis statistik TAN jam ke 48 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 3,293 2 1,646 7,746 ,022 Sisa 1,275 6 ,213 Total 4,568 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 100 3 1,084746
200 3 1,771680 1,771680
150 3 2,565038
Sig. ,240 ,168
Analisis statistik TAN jam ke 72
ANOVA SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 5,007 2 2,503 40,148 ,000 Sisa ,374 6 ,062 Total 5,381 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a b c
Tukey HSDa 100 3 1,172313
200 3 1,872127
150 3 2,983736
Sig. 1,000 1,000 1,000
38
Lampiran 16. Nilai NH3 media pengangkutan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Jam ke-
Konsentrasi NH3 (mg/ℓ) Rata-rata SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
100
0 0,0060 0,0060 0,0060 0,0060 0,0000 24 0,0467 0,0298 0,0329 0,0365 0,0090
48 0,0093 0,0081 0,0097 0,0090 0,0008 72 0,0398 0,0351 0,0362 0,0370 0,0025
150
0 0,0060 0,0060 0,0060 0,0060 0,0000 24 0,0555 0,0375 0,0628 0,0520 0,0130
48 0,0148 0,0237 0,0262 0,0216 0,0060 72 0,0591 0,0979 0,0857 0,0809 0,0198
200
0 0,0060 0,0060 0,0060 0,0060 0,0000
24 0,0222 0,0204 0,0319 0,0248 0,0062
48 0,0016 0,0096 0,0095 0,0069 0,0046
72 0,0463 0,0336 0,0453 0,0418 0,0070
Lampiran 17. Analisis statistik NH3 media pengangkutan
Analisis statistik NH3 jam ke 24 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,001 2 ,001 5,752 ,040 Sisa ,001 6 ,000 Total ,002 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 200 3 ,024818
100 3 ,036449 ,036449
150 3 ,051949
Sig. ,377 ,210
39
Lanjutan Lampiran 17
Analisis statistik NH3 jam ke 48 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,000 2 ,000 9,825 ,013 Sisa ,000 6 ,000 Total ,000 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 200 3 ,006887
100 3 ,009018
150 3 ,021588
Sig. ,828 1,000
Analisis statistik NH3 jam ke 72
ANOVA SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,003 2 ,002 11,613 ,009 Sisa ,001 6 ,000 Total ,004 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 100 3 ,037040
200 3 ,041750
150 3 ,080876
Sig. ,887 1,000
40
Lampiran 18. Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan patin selama pengangkutan Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) Ulangan
Jam ke-
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
100 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98 2 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99
3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99
SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
150 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 92 85,33 2 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98 93,33
3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 96,67 92
Rata-rata 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 95,56 90,22
SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4,00
200
1 100 100 100 100 100 100 100 89,50 74 71 65,50 63 58,50
2 100 100 100 100 100 100 100 95,50 92,50 79,50 66,50 59,50 57 3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 76,50 68 64 56
Rata-rata 100 100 100 100 100 100 100 95 88,83 75,67 66,67 62,17 57,17
SD 0 0 0 0 0 0 0 5 13 4 1 2 1
Lampiran 19. Analisis statistik SR ikan patin akhir pengangkutan jam ke 72 ANOVA
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 2919,639 2 1459,820 208,947 ,000 Sisa 41,919 6 6,987 Total 2961,558 8
Perlakuan/Kepadatan
(ekor/ℓ) N Subset for alpha = 0.05
a b c
Tukey HSDa 200 3 57,1667 150 3 90,2200 100 3 99,0000
Sig. 1,000 1,000 1,000
Lampiran 20. Laju pertumbuhan ikan patin selama pemeliharaan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ)
Ulangan Rata-rata SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
100 2,6111 1,7317 2,6573 2,33 0,5
150 1,8897 1,7332 2,0942 1,91 0,2
200 1,9288 2,6218 1,8398 2,13 0,4
41
Lampiran 21. Analisis statistik laju pertumbuhan ikan patin selama pemeliharaan
ANOVA SK JK db KT F Sig.
Perlakuan ,275 2 ,137 ,844 ,475
Sisa ,976 6 ,163 Total 1,251 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 150 3 1,9057
200 3 2,1301
100 3 2,3334
Sig. ,446
Lampiran 22. Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan patin selama pemeliharaan
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) Ulangan Minggu ke-
I II III IV
100 1 100 100 100 100 2 100 100 100 100
3 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100
SD 0 0 0 0
150 1 100 96 96 92 2 100 100 96 72
3 100 100 100 100
Rata-rata 100 98,67 97,33 88
SD 0 2,3 2,3 14,4
200 1 100 100 100 92
2 100 100 98 84 3 100 100 100 90
Rata-rata 100 100 99,33 88,67
SD 0 0 1,2 4,2
42
Lampiran 23. Analisis statistik SR ikan patin selama pemeliharaan
ANOVA SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 272,889 2 136,444 1,817 ,242
Sisa 450,667 6 75,111 Total 723,556 8
Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ) N
Subset for alpha = 0.05
a
Tukey HSDa 100 3 88,0000
200 3 88,6667
150 3 100,0000
Sig. ,282
Lampiran 24. Perbandingan SR ikan patin dengan pustaka
Perlakuan Nilai SR (%) per perlakuan
Rata-Rata SD Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
6 g Garam (Emu, 2010) 50,00 41,33 55,33 48,89 7,07
9 μℓ Minyak cengkeh (Syahputra, 2010) 81,30 83,30 84,70 83,10 1,71
6 g Garam + 5 μℓ Minyak cengkeh 85,33 93,33 92,00 90,22 4,29
Lampiran 25. Analisis statistik perbandingan SR ikan patin dengan pustaka
ANOVA SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 2929,691 2 1464,846 61,699 ,000 Sisa 142,452 6 23,742 Total 3072,143 8
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
a b
Tukey HSDa 6 g Garam (Emu, 2010) 3 48,8889
9 μℓ Minyak cengkeh (Syahputra, 2010) 3 83,1000
6 g Garam + 5 μℓ Minyak cengkeh 3 90,2200
Sig. 1.000 ,251
43
Lampiran 26. Analisis Biaya
Jumlah kebutuhan 1 box Bahan Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ)
100 150 200 Box 45000 45000 45000
3 plastik 1000 1000 1000 3x es 2250 2250 2250
3 gas 1275 1275 1275 60 gram 150 150 150
30 gram 450 450 450 18 gram 108 108 108
15 mikrolit 2.4 2.4 2.4
Total Bahan 50235 50235 50235 Patin 187500 281250 375000
SR (dikalikan patin) 185625 253125 213750
Berat 1 box Berat (g) Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ)
100 150 200 Ikan 2250 3375 4500 Air 15000 15000 15000
Bahan 4108 4108 4108 Berat total 21358 22483 23608
>17 kg 4358 5483 6608
Estimasi biaya tiap daerah tujuan
Tujuan Harga 1 box (Rp) <17 kg
Biaya Kirim + Bahan (Rp) Pendapatan kotor (Rp)
100 e/ℓ 150 e/ℓ 200 e/ℓ 100 e/ℓ 150 e/ℓ 200 e/ℓ
Banjarmasin 15000 130605 147480 164355 55020 105645 49395
Medan 18000 146679 166929 187179 38946 86196 26571 Balikpapan 24000 178827 205827 232827 6798 47298 -19077
Pontianak 18000 146679 166929 187179 38946 86196 26571 Palembang 12000 114531 128031 141531 71094 125094 72219
Biaya Bahan perlakuan Bahan Harga (Rp)
20 g zeolit 50
10 g karbon aktif 150
6 g garam 36
5 µℓ/ℓ cengkeh 0.8
Total 236,8 237
44
Lanjutan Lampiran 26
Perbandingan biaya perkantong
Barang Perlakuan/Kepadatan (ekor/ℓ)
Kontrol 150 (Emu, 2010) 100 150 200
Bahan 0 237 237 237 Patin 18750 12500 18750 25000
SR 0 12375 16875 14250 Efisiensi 0 12138 16638 14013