Upload
lamnguyet
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE DIENES MELALUI
PERMAINAN TANGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA DALAM SATUAN PELAJARAN GEOMETRI
ANAK TUNAGRAHITA KELAS V DI SLB B, C-AUTIS BINA ASIH
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
NITA STYANI
K5106026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE DIENES MELALUI
PERMAINAN TANGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA DALAM SATUAN PELAJARAN GEOMETRI
ANAK TUNAGRAHITA KELAS V DI SLB B, C-AUTIS BINA ASIH
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
NITA STYANI
K5106026
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu
Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Nita Styani. Efektivitas Penerapan Metode Dienes melalui Permainan
Tangram untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan
Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan
metode dienes melalui permainan tangram terhadap peningkatan prestasi belajar
matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B,
C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain one
group pre test-post test. Populasi adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 5
orang. Dalam penelitian ini tidak diterapkan sampel atau teknik sampling, karena
semua anak menjadi subjek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan
tes tertulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik
dengan analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan Z hitung sebesar -2, 041
dengan P = 0, 041 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikasi
5%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Penerapan metode dienes melalui
permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam
satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta tahun ajaran 2010/2011” dapat diterima kebenarannya.
Kata Kunci : Metode Dienes, Permainan Tangram, Prestasi Belajar Matematika,
Anak Tunagrahita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Nita Styani. The Effectiveness Application of Dienes Method Through
Tangram Game to Improve The Achievement of Mathematic Lesson in
Geometry Course Unit of Mental Retardation Children Class V at SLB B, C-
Autis Bina Asih Surakarta in Academic Year of 2010/2011. Thesis, Surakarta :
Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2010.
The aim of this research is to know the effectiveness application of
dienes method through tangram game to improve the achievement of mathematic
lesson in geometry course unit of mental retardation children class V at SLB B, C-
Autis Bina Asih Surakarta in academic year of 2010/2011.
The research used method of experiment with it is design is one group
pre test-post test. The population are all of students in the class V, consist of 5
persson. In this research does not apply sample and sampling technique, because
all students become subjects of research. The technique of collecting data is used
written test. The technique of analyzing data that used is statistic non parametric
with Wilcoxon Signed Rank Test Analysis.
The result of data show that Z table is -2,041 with P = 0,041 which
means Ho is rejected and Ha is accepted in the level of significance 5%. Thereby,
the hypothesis that said “Application of dienes method through tangram game is
effective to improve the achievement of mathematic lesson in geometry course
unit of mental retardation children class V at SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta
in academic year of 2010/2011” can be accepted as a truth.
Keyword : Dienes Method, Game of Tangram, Mathematic Studying
Performance, Mental Retardation Children
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Don’t you ever “say can’t” if you never “try to do”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
“Bapak dan Ibuku tercinta”
Terimakasih atas doa yang tak pernah terhenti, kasih sayang serta dukunganmu
selama ini yang tak pernah putus, baik yang bersifat spiritual maupun material .
” Kakakku Dike Anggoro tersayang”
Terimakasih atas semangat dan dukungannya .
“Mas Agus ”
Terima kasih telah memberikan banyak cinta, motivasi dan mengajarkan
banyak hal tentang arti sebuah perjuangan.
“Sahabatku Selvy, Renni, Anita Cahya”
Terima kasih untuk persahabatan kita yang begitu indah dan tak terlupakan.
“Teman-teman PLB UNS 2006”
“Bapak dan Ibu Dosen PLB yang Telah Banyak Memberikan Ilmu”
”Almamater”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik materil maupun spiritual, untuk itu peneliti menghaturkan banyak terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
sekaligus Pembimbing I, atas waktu, bimbingan, nasehat dan arahannya
selama penyusunan skripsi.
3. Drs. Hermawan, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
sekaligus Pembimbing II, atas waktu, bimbingan, nasehat dan arahannya
selama penyusunan skripsi.
4. Priyono, S. Pd, M. Si, selaku Pembimbing Akademik, atas waktu, masukan,
nasehat, dan motivasinya selama ini.
5. Drs. Bambang Priyanto, selaku Kepala Sekolah SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta, atas izin untuk melakukan penelitian.
6. Wiwik Wijastuti, S. Pd, selaku guru kelas V, atas segala bantuan, dan
bimbingannya pada saat penelitian.
7. Sumawardi, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo,
atas izin untuk melakukan try out.
8. Teman-teman belajar dan bermainku tersayang, Sasi, Hamid, Poyan, Lativa,
Susi, Ifah, Heni, Drajat, Wahyu, Titus, Aman, Inay, terima kasih atas
pengalaman indah yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Siswa-siswi kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta, atas ketulusan hati
dan semangat yang selalu menjadi sumber inspirasiku.
10. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua
pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .............................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 8
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .............................. 8
1. Kajian Tentang Anak Tunagrahita .............................................. 8
a. Pengertian Anak Tunagrahita ................................................ 8
b. Penyebab Anak Tunagrahita ................................................. 9
c. Karakteristik Anak Tunagrahita ............................................ 10
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita ............................................... 12
2. Kajian Tentang Prestasi Belajar Matematika .............................. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Pengertian Prestasi ................................................................ 13
b. Pengertian Belajar ................................................................. 14
c. Pengertian Prestasi Belajar .................................................... 15
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............. 16
e. Fungsi Prestasi Belajar .......................................................... 18
f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika................................ 19
3. Kajian Tentang Metode Dienes ................................................... 24
a. Pengertian Metode Dienes .................................................... 24
b. Desain Metode Dienes .......................................................... 27
4. Kajian Tentang Permainan Tangram .......................................... 29
a. Pengertian Permainan............................................................ 29
b. Tahapan Perkembangan Bermain ......................................... 30
c. Macam-macam Kegiatan Bermain ........................................ 32
d. Manfaat Bermain ................................................................... 33
e. Pengertian Tangram .............................................................. 33
f. Asal Usul Tangram ............................................................... 35
g. Aturan Permainan Tangram .................................................. 36
h. Tujuan dan Manfaat Tangram ............................................... 36
B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 37
C. Hipotesis ............................................................................................ 39
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 40
1. Tempat Penelitian........................................................................ 40
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 40
B. Metode Penelitian.............................................................................. 41
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 44
1. Populasi ....................................................................................... 44
2. Sampel ......................................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 44
1. Pengertian Tes ............................................................................. 45
2. Syarat-syarat Tes yang Baik........................................................ 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
E. Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 47
1. Validitas Tes................................................................................ 47
2. Reliabilitas Tes ............................................................................ 48
F. Analisis Data ..................................................................................... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 51
A. Deskripsi Data ................................................................................... 51
1. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 52
2. Hasil Penelitian ........................................................................... 53
B. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 56
C. Rangkuman untuk Pembuktian Hipotesis ......................................... 58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................... 59
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 62
A. Simpulan ........................................................................................... 62
B. Implikasi Hasil Penelitian ................................................................. 62
C. Saran .................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3. 1. Jadwal Waktu Penelitian ................................................................ 40
Tabel 3. 2. Desain Penelitian One Group Pre test-Post test ............................ 43
Tabel 4. 3. Daftar Identitas Siswa Tunagrahita Kelas V SLB B, C-Autis Bina
Asih Surakarta .................................................................................... 52
Tabel 4. 4. Nilai Pre test .................................................................................. 53
Tabel 4. 5. Nilai Post test ................................................................................. 54
Tabel 4. 6. Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 56
Tabel 4. 7. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon ................. 57
Tabel 4. 8. Hasil Test Statistik ......................................................................... 57
Tabel 4. 9. Kesimpulan Hasil Penelitian .......................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Gambar 2. 1. Desain Media Tangram .............................................................. 27
Gambar 2. 2. Contoh Hasil Bermain Tangram ................................................ 28
Gambar 2. 3. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................... 38
Grafik 4. 1. Nilai Sebelum Perlakuan (Pre test) .............................................. 54
Grafik 4. 2. Nilai Setelah Perlakuan (Post test) ............................................... 55
Grafik 4. 3. Perbandingan Nilai Pre test dan Post test..................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian .................................................. 67
Lampiran 2. Kisi-kisi Tryout ........................................................................... 73
Lampiran 3. Instrumen Try Out ....................................................................... 74
Lampiran 4. Data Try Out ................................................................................ 79
Lampiran 5. Uji Validitas ................................................................................. 80
Lampiran 6. Uji Reliabilitas ............................................................................. 83
Lampiran 7. Instrumen Pre test-Post test ......................................................... 84
Lampiran 8. Data Hasil Pre test-Post test......................................................... 89
Lampiran 9. Analisis Sign Test Wilcoxon ....................................................... 90
Lampiran 10. Contoh Permainan Tangram ...................................................... 91
Lampiran 11. Surat-surat Penelitian ................................................................. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan kepada anak
didik untuk dapat berkembang menuju kedewasaan. Pendidikan dapat ditempuh
melalui jalur formal maupun non formal, baik di sekolah, dalam keluarga maupun
di dalam masyarakat. Sekolah merupakan jalur pendidikan formal di mana
didalamnya dilaksanakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir,
termasuk kegiatan dalam proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar
mengajar bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif dalam
diri anak.
Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan untuk mengembangkan
sikap serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar. Di Sekolah Dasar
anak dididik untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Kecakapan
membaca, menulis dan berhitung merupakan landasan pokok sebagai syarat untuk
menggali dan membina pengetahuan lebih lanjut. Tanpa penguasaan yang mantap
pada ketiga kemampuan tersebut, maka pengetahuan atau ilmu-ilmu yang lain
tidak dapat dikuasai dengan baik.
Untuk itu anak luar biasa dalam usia sekolah berhak dibimbing menuju
arah kedewasaan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan luar biasa diperlukan cara yang tepat agar anak yang berkelainan
khususnya anak tunagrahita dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Anak-anak yang mengalami tuna mental atau tunagrahita walaupun
tergolong subnormal juga berhak mendapatkan pendidikan sebagaimana tertera
dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan”. Dari pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa mereka yang cacat pun tanpa terkecuali berhak
mendapatkan pengajaran seperti anak normal.
Demikian pula bagi anak tunagrahita, mereka yang berhak mendapat
pelayanan pendidikan seperti anak normal lainnya. Munzayanah (2000) dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bukunya ortopaedagogik lanjut mengemukakan bahwa, “anak tunagrahita adalah
anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh
kepribadiannya, sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri
didalam masyarakart” (hlm.13). Akibat dari kelainan tersebut anak tunagrahita
memerlukan bantuan pelayanan pendidikan secara khusus yaitu di sekolah luar
biasa. Kemamupan anak tunagrahita yang terbatas menyebabkan anak mengalami
kesulitan dalam menerima pelajaran, sehingga mereka membutuhkan penanganan
khusus. Penanganan tersebut dapat diberikan oleh guru pendidikan luar biasa.
Anak tunagrahita mengalami hambatan sesuai dengan tingkat
ketunagrahitaan dan tingkat umurnya. Walaupun anak tunagrahita umurnya sesuai
dengan anak normal tetapi kemampuannya berbeda. Hambatan-hambatan yang
dialami diantaranya kurangnya koordinasi sensori motor : kemampuan berfikir,
ekspresi maupun imajinasi, kemampuan bersosialisasi dan sebagainya.
Hal tersebut juga berhubungan dengan bidang matematika.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dipelajari oleh
semua siswa dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah bahkan Perguruan
Tinggi. Banyak yang menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran
atau bidang studi yang sulit. Walaupun demikian, semua orang harus
mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa matematika adalah
kebutuhan mendasar bagi setiap individu seperti halnya dengan membaca dan
menulis. Untuk itu matematika telah diperkenalkan sedini mungkin sejak anak
dalam masa pendidikan pra sekolah. Begitu juga bagi anak tunagrahita, mereka
juga memerlukan pembelajaran matematika sebagai bekal dalam kehidupan
sehari-hari.
Kenyataan yang sering dijumpai dalam belajar mengajar adalah
banyak siswa yang mengeluh karena menemui kesulitan dalam mempelajari
matematika, sehingga tertanam dalam benak siswa yang menganggap matematika
adalah pelajaran yang rumit dan sulit. Hal ini secara tidak langsung menjadi
momok bagi kebanyakan siswa. Sebenarnya ketakutan itu berawal dari
pendekatan dalam mengajarkan matematika yang terkesan kaku. Anak tidak diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kesempatan untuk melakukan eksperimen terhadap konsep-konsep dasar
matematika. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan tertentu, seperti anak
menjadi sulit menyenangi matematika serta sulit mendapatkan prestasi belajar
matematika yang tinggi.
Mutu pendidikan matematika yang disinyalir telah tergolong
memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata matematika siswa
di sekolah yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran
lainnya.bahkan banyak diperbincangkan tentang nilai ujian akhir nasional (UAN)
mata pelajaran matematika cenderung rendah dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya yang sudah sering dikemukakan oleh tokoh-tokoh pendidikan
baik dalam media massa maupun dalam penelitian. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya pemahaman konsep dasar matematika siswa. Rendahnya mutu
pembelajaran dapat diartikan kurang efektivnya proses pembelajaran.
Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang
ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana
dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi
kurang efektif.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu
metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan atau kodrat anak.
Kodrat anak-anak adalah suka bermain, sehingga anak lebih suka bermain
daripada belajar. Bermain merupakan aktifitas yang menyenangkan dalam diri
setiap anak dan menjadi hak setiap anak untuk bermain tanpa dibatasi usia. Dalam
pasal 31 Konverensi Hak-Hak Anak Tahun 1990 disebutkan, “Hak anak untuk
beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan
rekreasi yang sesuai dengan usia anak yang bersangkutan dan turut serta secara
bebas dalam kehidupan budaya dan seni” (Mayke Tedjasaputra, 2001: 16).
Bermain selain menyenangkan juga membantu anak untuk mampu
memahami konsep-konsep dan juga pengertian secara alamiah, seperti yang
dikutip oleh Mayke Tedjasaputra bahwa, “Belajar dan bermain member
kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan
sendiri, berekplorasi, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya” (2001: 17). Disinilah
proses pembelajaran terjadi, anak dapat mengambil keputusan, memilih,
menentukan, menciptakan, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba,
mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan tugas secara
tuntas, bekerja sama dengan teman dan mengalami berbagai macam perasaan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bermain bagi anak
memungkinkan banyak hal yang diperolah diantaranya adalah konsep coba-coba
dan salah tanpa resiko. Misalnya, ketika anak membangun balok-balok kemudian
balok-baloknya roboh dan anak membangun kembali secara berulang-ulang,
disitulah anak akan menemukan konsep yang benar-benar akan ia pahami dan
diingatnya seumur hidup dari permainan yang pernah dilakukannya. Begitu juga
halnya dengan bermain tangram dapat meningkatkan konsentrasi, ketekunan dan
menimbulkan rasa penasaran bagi pemainnya, sehingga sering sekali terdengar
bahwa figure atau gambar tertentu rasanya tidak mungkin dibuat, tapi justru
disitulah letak tantangannya. Selain itu tangram juga dapat memacu kecerdasan
dan mengasah keterampilan melalui permainan komposisi. Menurut Rijanto Tosin
(2001) “Tangram dapat dikatakan bukan saja permainan, tapi juga merupakan
suatu metode pengujian, penataran, pendadaran atau pemeriksaan. Pengujian ini
bisa mencakup berbagai bidang, antara lain: kesabaran, ketekunan, daya pikir,
konsentrasi, keterampilan dalam berkomposisi dan kecerdikan” (hlm. 14).
Maka dari itu, bermain tangram diperlukan dalam mempelajari
matematika terutama dalam bidang geometri khususnya bangun datar. Melalui
permainan tangram anak dapat memahami konsep-konsep tentang bentuk bangun
datar, bereksplorasi tentang bentuk-bentuk bangun datar apabila bangun datar
digabungkan. Dengan hal ini diharapkan anak akan menyukai pelajaran
matematika dan prestasi belajar matematika anak akan meningkat.
Adanya berbagai pendapat mengenai metode ini menggugah penulis
yang juga sebagai calon guru pendidikan khusus untuk menjadikan masalah ini
sebagai bahan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Penerapan Metode Dienes
melalui Permainan Tangram untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Matematika dalam Satuan Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B,
C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam proses
perkembangannya yang disebabkan kelainan intelektualnya sehingga
memerlukan penanganan khusus.
2. Anak tunagrahita mempunyai pola berpikir dan bernalar yang terbatas karena
intelegansinya berada di bawah rata-rata, sehingga dengan keterbatasannya
tersebut anak tunagrahita sukar untuk mengikuti program pendidikan yang
diberikan kepadanya.
3. Matematika adalah mata pelajaran yang penting dalam pendidikan yang
biasanya berhubungan dengan bilangan, angka dan simbol. Matematika
dianggap sebagai suatu ilmu yang sulit untuk dipelajari dan kurang diminati
oleh anak tunagrahiita, sehingga membuat mereka merasa malas dalam
mengerjakan dan menyelesaikan soal matematika, hal itu menyebabkan
prestasi belajar matematika anak tunagrahita itu rendah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah
pada:
1. Subjek penelitian ini adalah Anak Tunagrahita yang duduk di bangku SDLB
kelas V
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Dienes melalui
permainan tangram, yaitu permainan teka-teki yang berasal dari China yang
terbuat dari bahan tipis dipotong berbentuk bangunan geometris, terdiri dari
lima buah segitiga, satu buah bujur sangkar dan satu buah jajaran genjang, di
mana dimungkinkan dapat dikombinasikan sedemikian rupa menjadi
bermacam-macam gambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Tangram yang digunakan berjumlah 20, yang dibagi menjadi 4 figur, yaitu
figur manusia, hewan, benda dan bangun datar.
4. Penelitian lebih difokuskan pada tahap pengenalan gambar.
5. Tempat penelitian dilakukan di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah metode
Dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B,
C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penerapan
metode Dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B,
C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
keilmuan dalam bidang Pendidikan Luar Biasa khususnya dan menambah
pengetahuan serta wawasan dalam Ilmu Pendidikan pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada:
a. Peneliti
Penelitian ini akan memperluas cakrawala pemikiran dan
pengalaman penulis di bidang Pendidikan Luar Biasa untuk lebih jeli
dalam menganalisa setiap peluang yang ada untuk kemudian dijadikan
wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Guru Kelas
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam penggunaan
strategi pembelajaran yang efektif bagi siswa melalui kegiatan belajar
sambil bermain.
c. Pihak Lain yang Berkepentingan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini dan sebagai
tambahan informasi yang riil bagi masyarakat untuk dapat mengatasi dan
menangani anak tunagrahita dengan mengajari matematika menggunakan
permainan tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Tentang Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah mereka yang mengalami keterlambatan
dalam perkembangan kecerdasan atau kemampuannya berada di bawah
rata-rata dari ukuran normal, sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan khusus.
Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006) bahwa:
“Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita,
jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah
normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan
bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program
pendidikannya” (hlm. 88).
Menurut Munzayanah (2000) dijelaskan bahwa anak tunagrahita
adalah “Anak yang mengalami gangguan dalam perkembangannya daya
fikir serta seluruh kepribadian sehingga mereka tidak mampu hidup
dengan kekuatan sendiri didalam masyarakat meskipun dengan cara yang
sederhana” (hlm. 13).
Dari pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka
yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan
kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal
diperlukan pelayanan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka
mengalami kesulitan dalam belajar dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Penyebab Anak Tunagrahita
Penyebab tunagrahita diklasifikasikan oleh para ahli sesuai dengan
sudut pandangnya masing-masing, namun secara garis besar pada
prinsipnya sama. Ketunagrahitaan dapat terjadi karena beberapa penyebab,
diantaranya yaitu menurut Yannet dalam buku Gangguan Psikiatrik pada
anak-anak Retardasi Mental oleh Triman Prasadio yang dikutip oleh
Munzayanah (2000) penyebab retardasi mental digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu:
1) Kelompok Biomedik yang meliputi:
a) Prenatal, dapat terjadi karena
(1) Infeksi pada ibu pada waktu mengandung
(2) Gangguan metabolism
(3) Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu
(4) Kelainan kromosom
(5) Malnutrisi
b) Natal, antara lain berupa
1) Anaksia
2) Asphysia
3) Prematuritas dan Postmasturitas
4) Kerusakan otak
c) Postnatal, dapat terjadi karena
(1) Malnutrisi
(2) Infeksi: meningitis dan encephalis
(3) Trauma
2) Kelompok Sosio Cultural: psikologi atau lingkungan
Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam
keluarga. Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu:
a) Teori Stimulasi
Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong ringan,
disebabkan kekurangan rangsangan atau kesempatan dari dari
keluarga
b) Teori Gangguan
Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup
terhadap stress pada masa kanak-kanak, sehingga mengakibatkan
gangguan pada proses mental
c) Teori Keturunan
Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan
anak sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila
anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-
macam untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain
“Security System” sangat lemah di dalam keluarga (hlm. 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Mohammad Efendi (2006), bahwa “sebab terjadinya
ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu
dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit
atau keadaan lainnya (faktor eksogen)” (hlm. 91). Faktor eksogen yaitu
faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen,
sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan
patologis dari perkembangan normal.
Dengan melihat pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya ketunagrahitaan pada anak. Yaitu faktor
keturunan, faktor makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam
hal ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya
ketunagrahitaan baik pada saat prenatal, natal maupun postnatal.
c. Karakteristik Anak Tunagrahita
Untuk lebih memahami bagaimana karakteristik dari anak
tunagrahita, di bawah ini adalah beberapa pendapat dari ahli:
Moh. Amin (2005) menguraikan ciri-ciri anak tunagrahita sebagai
berikut:
“Kapasitas belajarnya amat terbatas, dalam pergaulan mereka tidak dapat
mengurus, memelihara dan memimpin diri, mengalami kesukaran dalam
memusatkan perhatian, perkembangan dan dorongan emosi anak
tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-
masing, struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari
anak normal” (hlm. 34).
Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000) bahwa:
“Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang
tunagrahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan, mengalami
gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa
keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin
memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan
labil”(hlm. 24).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Karakteristik anak tunagrahita menurut Moh. Amin (2005), yaitu:
1) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan, adalah anak tunagrahita yang lancar berbicara
tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, mengalami kesukaran
berfikir abstrak. Tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik di
sekolah biasa atau sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai
umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
2) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang, hampir tidak bisa mempelajari pelajaran
akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo,.
Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita
ringan. Mereka hampir selalu tergantung pada perlindungan orang lain,
tapi dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Mereka masih
mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan
yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru
mencapai kecerdasan yang sama dengan umur 7 tahun atau 8 tahun.
3) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan
selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka
tidak memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC, dan
sebagainya harus dibantu). Pada umumnya mereka tidak dapat
membedakan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya, tidak
mungkin berpartisipasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika
sedang berbicara maka kata-kata dan ucapannya sangat sederhana.
Kecerdasan seorang anak tunagrahita berat dan sangat berat hanya
dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3
atau 4 tahun (hlm. 37).
Sedangkan karakteristik anak tunagrahita yang ditulis oleh Ilkunur
Cifci Tekinarslan dan Bulbin Sucuoglu dalam sebuah penelitian seperti
dikutip dari International Journal of Special Edication 2003, Vol 18, No.2 :
Limitations in social skills such as listening, following the instructions,
waiting for one’s turn and asking for help, which are among some of the
basic ones, make it difficult for the students to acquire academic skills
(Warger & Rutherford, 1996), thus, influencing their academic success in
a negative way (Sargent, 1991; Chadsey-Rusch, 1992; Zirpoli & Melloy,
1997).
Keterbatasan dalam keterampilan social seperti mendengarkan, mengikuti
petunjuk, menunggu giliran seseorang dan meminta bantuan, yang
termasuk beberapa yang dasar, membuatnya sulit bagi siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
memperoleh keterampilan akademik (Warger & Rutherford, 1996), dengan
demikian, mempengaruhi keberhasilan akademik mereka dengan cara
yang negatif (Sargent, 1991; Chadsey-Rusch, 1992; Zirpoli & Melloy,
1997).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, anak tunagrahita ialah
anak-anak yang memiliki karakteristik sebagai berikut: anak yang kurang
dapat berpikir abstrak, yang memiliki gangguan dalam kemampuan psikis
dan social, akan tetapi masih ada sebagian anak yang dapat mengikuti
pembelajaran akademik di sekolah umum maupun sekolah khusus.
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau
pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat
berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang
mengemukakannya.
Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD dan PP No. 72 tahun
1991 dalam Moh. Amin (2005) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tunagrahita Ringan
IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial
mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan
sosial tidak saja lingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan
yang lebih luas bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam
masyarakat.
2) Tunagrahita Sedang
IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30-50, sehingga tingkat kemajuan
dan perkembangan yang dapat dicapai bervariasi. Mereka yang
termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan
intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan.
3) Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
IQ anak tunagrahita berat dan sangat berat kurang dari 30, anak yang
tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki
kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi
dan bekerja (hlm. 22).
Wardani, et al (2008) Pengelompokan berdasarkan kelainan
jasmani yang disebut tipe klinis adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Down Syndrome (mongoloid)
Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka
menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal
suka menjulur ke luar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang
baik.
2) Kretin (cebol)
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek,
kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan keriput,
rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki
tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3) Hydrocephal
Anak ini memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan
dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4) Microcephal
Anak ini memiliki ukuran kepala kecil.
5) Macrocephal
Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal (hlm. 6-9).
Dari berbagai macam klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mengklasifikasikan anak tungrahita berdasarkan kebutuhan
pelayanan pendidikan yang meliputi tunagrahita berat sekali, tunagrahita
berat, tunagrahita sedang dan tunagrahita ringan. Di samping dari
pelayanan pendidikan ditinjau dari pelayanan klinis atau kesehatan
meliputi mongoloid, kretin, hydrocephal, microcephal, dan macrocephal.
2. Kajian Tentang Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Ada beberapa pengertian prestasi, diantaranya menurut W. S
Winkell, prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai.
Suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dan
pelaksanan suatu usaha tersebut (1987: 62).
W. J. S Purwodarminta mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil
yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) (1986: 768).
Sedangkan menurut Pasaribu dan B. Simanjuntak, prestasi adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan atau latihan
tertentu (1983: 91). Bukti atau hasil yang dapat dicapai setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dilaksanakan usaha sebaik-baiknya sesuai dengan batas kemampuan dari
usaha tersebut.
Dari berbagai pendapat diatas prestasi dapat disimpulkan sebagai
hasil yang telah dicapai atau sebagai bukti keberhasilan setelah melakukan
suatu kegiatan tertentu.
b. Pengertian Belajar
Dalam dunia pendidikan ada beberapa pengertian belajar
diantaranya Belajar diartikan sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan (Mulyani Sumantri dan Johar
Permana, 2001: 13).
Menurut Slameto (1995) “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya” (hlm. 2). Winkel (dalam Bambang
Sutjipto, 2004) menuliskan belajar adalah, “Suatu aktifitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan
dan berbekas” (hlm. 179).
Belajar menurut A. Suhaenah Suparno (2000) yaitu: “Suatu
aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai
akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya” (hlm. 2). Sumadi Suryabrata
(2002) mengemukakan “Belajar sebagai suatu proses yang membawa
perubahan dengan didapatkannya kecakapan baru yang terjadi karena
usaha” (hlm. 249). Sedangkan belajar menurut H. J. Gino, dkk (1993)
yaitu “Proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada si sekitar individu, proses diarahkan kepada tujuan,
proses berbuat melalui pengalaman, proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu yang dipelajari” (hlm. 31).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pendapat yang diutarakan Nana Sudjana (2002) belajar diartikan
sebagai:
1) Proses yang aktif.
2) Proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
3) Proses yang diartikan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman.
4) Proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
5) Proses mengubah tingkah laku seseorang (hlm. 28).
Pendapat lain menyebutkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan sesuai dengan tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 1995: 91)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dan aktif sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku pada individu sebagai akibat dari
sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan atau
kecakapan yang sifatnya relatif lama.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Tujuan individu secara umum untuk memperbaiki prestasi baik
akademik maupun non akademik. Pengertian prestasi menurut W. J. S
Poerwodarminto (1986) adalah “Hasil yang telah dicapai (dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya)” (hlm. 768).
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1983) “Prestasi belajar adalah hasil
maksimal yang diperoleh seseorang dalam usahanya, dalam rangka
mengungkapkan diri lewat belajar” (hlm. 30). Sedangkan Reni Akbar
Hawadi (2001) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar menggambarkan
penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Untuk
mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dipahami siswa,
dilakukan evaluasi hasil belajar” (hlm. 89).
Pendapat lain dikemukakan oleh Munawir Yusuf (1984) bahwa
prestasi belajar merupakan output dari proses kegiatan belajar, hasil
belajar dalam bidang pendidikan di sekolah biasanya dinyatakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
lambang „angka‟. Angka yang diperoleh dari kegiatan belajar inilah yang
selanjutnya disebut hasil belajar atau prestasi belajar (hlm. 135).
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai prestasi belajar di atas
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil penilaian atau
pengukuran yang dicapai oleh setiap anak dari proses kegiatan belajar
pada periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol atau lambang
angka.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar bergantung pada banyak hal atau faktor. Tidak
semua faktor mempunyai pengaruh yang sama besar. Ada yang
peranannya sangat penting dan ada yang kecil pengaruhnya. Secara umum
dapat dikatakan agar prestasi belajar berhasil baik, faktor-faktor
pendukung belajar perlu dikerahkan sebanyak-banyaknya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat
diklasifikasikan dengan beberapa macam cara, tetapi klasifikasi itu tidak
terpisah secara mutlak antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono (1991) sebagai berikut:
1) Faktor internal, meliputi:
a) Faktor jasmaniah (fisiologis), seperti: penglihatan, pendengaran,
dan struktur tubuh.
b) Faktor psikologis, antara lain:
- Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
- Faktor kecekapan nyata yaitu prestasi
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis
2) Faktor eksternal, meliputi:
a) Faktor sosial, seperti: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
dan kelompok.
b) Faktor budaya, seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti: fasilitas belajar, fasilitas rumah,
iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan (hlm: 52).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Muhibbin Syah (1995) secara global yang mempengaruhi
belajar anak dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Faktor internal, meliputi dua aspek yaitu:
a) Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendi
lainnya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran.
b) Aspek psikologis (bersifat rohaniah)
Faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran anak
adalah sebagai berikut:
(1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi anak
(2) Sikap anak
(3) Bakat anak
(4) Minat anak
(5) Motivasi anak
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal anak terdiri atas dua macam yakni:
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, teman-teman sekelas dan lingkungan sosial anak seperti
masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga
anak itu sendiri. Sifat-sifat orang tua dan keluarga anak itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan
hasil yang dicapai oleh anak.
b) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar dalam hal ini dapat dipahami sebagai
segala cara atau strategi yang digunakan anak dalam menunjang
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu yang
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran anak
tersebut (hlm. 144).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Faktor-faktor di atas saling berinteraksi secara langsung maupun
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002) menerangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar anak dapat digolongkan menjadi dua
yaitu sebagai berikut:
1) Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dibedakan menjadi:
a) Faktor fisiologis
- Keadaan tonus jasmani pada umumnya.
- Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu.
b) Faktor psiologis
- Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas.
- Adanya sifat yang kreatif yang ada pada diri manusia dan
keinginan untuk selalu maju.
- Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru
atau teman.
- Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usahanya yang baru.
- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran.
- Adanya ganjaran atau hukuman sebagai hasil belajar.
2) Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dibedakan menjadi:
a) Faktor non sosial, faktor ini tidak terbilang jumlahnya, seperti
keadaan udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang tersedia.
b) Faktor sosial yaitu faktor manusia (sesama manusia) seperti pada
waktu kita belajar orang lain datang mengganggu, kita sedang
belajar ada suara telepon atau radio (hlm. 249).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan, namun secara
umum dapat diklasifikaikan menjadi faktor dari dalam diri individu dan
dari luar individu yang belajar.
e. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan
karena mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zainal Arifin (1990)
fungsi utama prestasi belajar adalah:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan
yaitu bahwa prestasi belajar dijadikan pendorong bagi anak didik
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagai
umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) siswa.
5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan
indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Indikator
ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat (hlm.
3).
Dari keterangan di atas dapat penulis simpulkan bahwa fungsi
prestasi belajar adalah sebagai pendorong bagi anak didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai umpan balik bagi guru dalam
proses belajar mengajar. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam bidang
studi, tapi juga sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan lembaga
pendidikan dalam mengantar anak didik menyelesaikan belajar mereka.
f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
1) Pengertian Matematika
Menurut Johnson dan Mayklebust yang dikutip Mulyono
Abdurahman (1998) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah memudahkan berpikir”
(hlm. 252).
Selanjutnya menurut Paling (dalam Mulyono Abdurahman,
1998) mengemukakan bahwa:
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan (hlm. 252).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
penjelasan dan penyelesaian permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari. Penjelasan mengenai fungsi dari nilai-nilai matematika dalam
kehidupan masyarakat yang dikemukakan oleh Karso (1994) sebagai
berikut:
a) Matematika adalah suatu cara manusia berfikir. Pencarian
kebenaran matematika disajikan sebagai suatu cara manusia
berfikir sehingga keabsahan dari kebenaran tidak diragukan lagi.
b) Masyarakat sebagai pemakai matematika dalam segala segi
kehidupan.
c) Nilai-nilai luhur matematika dalam bermasyarakat (nilai praktis,
nilai disiplin dan nilai budaya) (hlm. 88).
Matematika oleh sebagian besar peserta didik dianggap sebagai
pelajaran yang paling sulit. Dari sekian mata pelajaran yang
disampaikan, nilai matematika berada di bawah nilai eksakta yang
lainnya, bahkan tidak jarang dijumpai nilainya di bawah nilai non
eksakta. Adanya anggapan bahwa matematika sulit, maka guru
berusaha menimbulkan minat siswa terhadap matematika. Bebagai
macam cara ditempuh tetapi belum menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan terhadap matematika. Nilai matematika yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan menjadi kendala bagi penyeenggaraan
pendidikan, banyak evaluasi yang dilakukan seperti metode
penyampaian guru, pemberian penguatan, dan pemberian stimulus-
stimulus. Sejauh ini belum ada minat siswa terhadap matematika yang
tumbuh dari kesadarannya. Kebanyakan dari siswa mempelajari
matematika karena terpaksa.
Matematika berkenaan dengan konsep abstrak yang tersusun
secara sistematis dan logis, artinya materi-materi dalam matematika
saling terkait satu sama lainnya. Herman Hudoyo (dalam Putri
Kismiati, 2003) mendefinisikan bahwa, “Matematika berkenaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungannya diatur menurut
urutan yang logis dan berkenaan dengan konsep yang abstrak” (hlm.
7). E. T. Ruseffendi dkk (1992) menyebutkan bahwa, “Matematika
dapat membantu manusia untuk memahami dan menguasai
permasalahan sosial ekonomi dan alam” (hlm. 52).
Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
matematika adalah ilmu yang mempelajari cara atau metode
pemecahan masalah masyarakat secara pasti, yang menyangkut tentang
sifat, hubungan dan operasi dari suatu bilangan, ukuran, bentuk dalam
berbagai dimensi dan ruang perwujudannya disampaikan dalam civitas
akademia.
Dari berbagai tinjauan pustaka di atas penulis dapat
menyimpulkan mengenai prestasi belajar matematika, yaitu nilai atau
hasil yang diperoleh siswa dalam mempelajari matematika dengan
segala usaha dan kasadaran dalam mewujudkan hasil berupa nilai-nilai
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
.
2) Ruang Lingkup Matematika
Dalam Departemen Pendidikan Nasional (2006) disebutkan
bahwa ruang lingkup materi atau bahan pelajaran matematika di
sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Bilangan
b) Geometri dan Pengukuran
c) Pengolahan Data (hlm. 100).
Sedangkan menurut Dali S. Naga (dalam Mulyono
Abdurrahman, 1998), Bidang studi matematika yang diajarkan di
sekolah dasar mencakup tiga cabang yaitu:
a) Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang
berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan
perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara singkat aritmatika
atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar
ternyata tidak hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan
yang diketahui atau belum diketahui, tetapi juga menggunakan
lambang-lambang lain seperti titik (.), lebih besar (>), lebih kecil
(<), dan sebagainya.
c) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik
dan garis (hlm. 218).
3) Tujuan Pengajaran Matematika
Dalam Departemen Pendidikan Nasional (2006) disebutkan
bahwa tujuan pengajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisiensi, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, marancang model dan menfsirkan solusi yang diperoleh.
d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah (hlm. 99).
4) Karakteristik Pengajaran Matematika
Belajar matematika atau belajar bidang studi lain memerlukan
pikiran yang jernih, tidak ada problema-problema yang dapat
mengganggu proses belajar. Karena problema ini akan mempengaruhi
kejiwaan seseorang yang menyebabkan terganggunya pikuran. Padahal
belajar matematika melibatkan alam pikiran, berlangsung secara
kontinue, bertahap dan berurutan serta berkesinambungan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Herman Hudoyo (dalam Putri Kismiati, 2003)
yaitu “Mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta
mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu. Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri
dilakukan secara kontinyu” (hlm. 9).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pengajaran
matematika, yaitu: 1) Diajarkan secara bertahap; 2) Mengikuti metode
spiral; 3) Matematika berpola pikir deduktif; dan 4) Pengajaran
matematika menganut kebenaran konsistensi.
5) Cara Mengukur Keberhasilan Anak dalam Pengajaran Matematika
Penilaian setelah proses belajar mengajar matematika perlu
dilakukan untuk mengukur kemampuan anak dalam pelajaran
matematika diadakan dengan jalan mengadakan tes matematika dalam
bentuk pilihan ganda atau lisan.
Adapun kisi-kisi soalnya secara garis besar terdiri dari:
a) Penjumlahan
b) Pengurangan
c) Perkalian
d) Pembagian
e) Hitungan campuran
f) Bangun datar
g) Pecahan
h) Pengukuran
Bagi para pendidik, masalah penilaian merupakan hasil dari
proses belajar mengajar. Menurut Mudjijo (1995), “Cara paling umum
dilakukan pendidik untuk menilai seberapa jauh hasil proses belajar
mengajar telah mencapai tujuan, diadakan tes kepada peserta didiknya”
(hlm. 2). Suatu jenis tes kecakapan yang menggambarkan (mengukur)
apa yang dapat dilakukan seseorang tentang sesuatu yang telah
dipelajarinya disebut tes hasil belajar. Menurut Mudjijo (1995), tes
hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Pre test biasanya dilakukan sebelum dimulainya suatu proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
para siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) Post test biasanya dilakukan setelah suatu proses belajar mengajar
selesai, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siawa
terhadap materi pelajaran yang telah diberikan kepada suatu
periode tertentu. Bila post test ini dilakukan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar yang telah dilakukan disebut tes formatif.
Sedangkan bila tujuan untamanya untuk menentukan kedudukan
(lulus atau tidaknya) seseorang, maka disebut test sumatif.
c) Entering Behaviour Test ialah suatu tes yang berisi materi
pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang seharusnya dikuasai
siswa sebelum menempuh suatu proses belajar mengajar tertentu.
Dengan kata lain entering behaviour test ini bermaksud untuk
mengetahui kemampuan-kemampuan siswa yang dijadikan
prasyarat untuk mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu
(hlm. 30).
Dari berbagai tinjauan pustaka di atas penulis dapat
menyimpulkan mengenai prestasi belajar matematika, yaitu nilai atau
hasil yang diperoleh siswa dalam mempelajari matematika dengan
segala usaha dan kesadaran untuk mewujudkan hasil berupa nilai-nilai
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kajian Tentang Metode Dienes
a. Pengertian Metode Dienes
“Metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dipilih dan
diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar. Selain
itu, metode sering diterapkan secara kombinasi, tidak tunggal sehingga
keterbatasan tujuan metode dapat diatasi dengan metode lainnya” (Dewi
Salma, 2008: 66).
Metode yang diajarkan Dienes merupakan suatu metode belajar
dengan bermain dan belajar. Seperti halnya beberapa peneliti mengatakan
dunia anak adalah dunia bermain, begitu pula yang diterapkan dalam
metode ini ialah dunia anak yaitu dunia bermain dengan belajar. Metode
belajar ini menggunakan permainan tangram yang berupa bahan yang tipis
dipotong berbentuk bangunan geometris, terdiri dari lima buah segitiga,
satu buah bujur sangkar dan satu buah jajaran genjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan
perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar
teorinya bertumpu pada teori pieget, dan perkembangannya diorientasikan
pada anak-anak, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya
itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika. Teori belajar Dienes
ini sangat terkait dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu
mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat bahwa
proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari
berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode.
Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis
pada setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung
kepada masing-masing individu.
Pengajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional, menurut kurikulum 2006, bertujuan antara lain
agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pelajaran matematika pada dasarnya
sangatlah abstrak, sehingga diperlukan metode atau strategi dalam
menyampaikan materi matematika yang abstrak tersebut menjadi konkret,
seelanjutnya dari permasalahan yang konkret tersebut baru dialihkan
kebentuk konsep-konsep matematika yang abstrak. Untuk mengawali
penyampaian materi matematika yang abstrak melalui konkret itu dapat
berpedoman pada teori belajar Dienes. Pada teori belajar Dienes,
ditekankan pembentukkan konsep-konsep melalui permainan yang
mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak. Dengan demikian
teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
Dienes (dalam Ruseffendi, 1992) berpendapat bahwa pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur,
memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur. Dienes
mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika
yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam
bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pembelajaran matematika.
Perkembangan konsep matematika menurut Dienes (dalam
Resnick, 1981) dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri
dalam rangkaian kegiatan belajar dari konkret ke simbolik. Tahap belajar
adalah interaksi yang direncanakan antara yang satu segmen struktur
pengetahuan dan belajar aktif, yang dilakukan melalui media matematika
yang didesain secara khusus. Menurut Dienes, permainan matematika
sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut
menunjukkan aturan secara konkret dan lebih membimbing dan
menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan
bahwa objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan
sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan
baik.
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992), konsep-konsep
matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu.
Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:
1) Permainan Bebas (Free Play)
2) Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
3) Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
4) Permainan representasi (Representation)
5) Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
6) Permainan dengan Formalisasi (Formalization) (hlm. 125-127).
Dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai diarahkan dalam
kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang
diikuti. Untuk melatih anak-anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini,
guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan
struktur dari bentuk permainan yang satu ke bentuk permainan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam
permainan semula.
b. Desain Metode Dienes
Untuk membuat tangram, caranya seperti berikut ini. Gambarlah
persegi dengan ukuran (10 x 10) cm pada kertas manila atau karton.
Bagilah menjadi 7 bagian gambar di samping. Setiap garis pembagi harus
melalui titik tengah penggal garis yang dilewati. Selanjutnya dipotong
menurut garis sisi bangunannya.
Desain Media Tangram
10 cm
10 cm
Gambar 2. 1. Desain Media Tangram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Contoh Hasil Susunan Desain Metode Dienes:
(KURA-KURA)
(LILIN)
(ORANG BUANG SAMPAH)
Gambar 2. 2. Contoh hasil bermain tangram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dari contoh hasil susunan desain metode Dienes diatas dapat
disimpulkan bahwa melalui permainan tangram tersebut anak dapat
berkreasi sendiri dengan membentuk bermacam-macam gambar. Selain
gambar yang ada di atas anak dapat menyusunnya menjadi bermacam-
macam gambar manusia, benda dan binatang.
4. Kajian Tentang Permainan Tangram
a. Pengertian Permainan
Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat
memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara berulang-
ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan
kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna dalam
memahami tahap perkembangan anak yang begitu banyak dan koompleks.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Perkembangan Bahasa
(1999) menyatakan bahwa “Bermain adalah melakukan sesuatu untuk
bersenang-senang” (hlm. 614). Johnson, et al (dalam Mayke S.
Tedjasaputra, 2001) mengemukakan “Bermain sebagai kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang demi kesenangan” (hlm. 15).
Pengertian bermain bila dipahami maka kemampuan itu akan
berdampak positif dalam membantu proses belajar anak. Ketika anak
bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami
jalan pikiran anak, selain itu juga akan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi melalui proses bersosialisasi. Pemahaman tentang bermain
juga akan membuka wawasan, sehingga akan dapat lebih luwes terhadap
kegiatan bermain itu sendiri dan akibatnya akan mendukung segala aspek
perkembangan anak, maksudnya dengan bermain anak akan lebih banyak
kesempatan untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep
maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami oleh anak
dengan lebih mudah. Ketika anak bermain ia akan mempelajari dan
menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu
perencanaan dan persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dengan seksama sehingga segala sesuatu dapat merupakan kesempatan
belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri.
Mayke S. Tedjasaputra (2001) menyatakan bahwa “Belajar dengan
bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi,
mengulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan
mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tak
terhitung banyaknya” (hlm. 12). Dengan demikian proses pembelajaran
terjadi, anak mengambil keputusan, memilih, menemukan, mencipttakan,
mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan secara
tuntas, bekerjasama dengan teman dan mengalami berbagai macam
perasaan.
Dari beberapa pendapat mengenai bermain di atas, dapat
disimpulkan behwa bermain adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang
menyenangkan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak dan merupakan kebutuhan
yang sudah melekat pada diri anak, dilakukan secara bebas dan dapat
menimbulkan perasaan senang tanpa adanya rasa terpaksa atau dipaksa
dalam mempelajarinya.
b. Tahapan Perkembangan Bermain
Mildred Parten (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001) menyatakan
bahwa:
Kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi dan ia mengamati ada enam
bentuk interaksi antara anak yang terjadi saat mereka bermain. Tahapan
perkembangan bermain yang mencerminkan tingkat perkembangan sosial
anak sebagai berikut: (1) Unoccupied Play, (2) Solitary Play (Bermain
Sendiri), (3) Onlooker Play (Pengamatan), (4) Paralel Play (Bermain
Paralel), (5) Associative Play (Bermain Asosiatif), (6) Cooperative Play
(Bermain Bersama). Kegiatan bermain tersebut terlihat adanya
peningkatan kadar interaksi sosial, mulai dari kegiatan bermain sendiri
sampai bersama (hlm. 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Unoccupied Play (Bermain Tak Kentara)
Anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain,
melainkan hanya mengamati kejadian disekitarnya yang menarik
perhatian anak. Bila tidak ada hal yang menarik, anak akan
menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal seperti memainkan
anggota tubuhnya. Mengikuti orang lain, berkeliling atau naik turun
kursi tanpa tujuan yang jelas.
2) Solitary Play (Bermain Sendiri)
Anak sibuk bermain sendiri dan tidak memperhatikan
kehadiran anak-anak lain di sekitarnya. Anak lain baru dirasakan
kehadirannya apabila anak tersebut mengambil alat permainannya.
3) Onlooker Play (Pengamatan)
Kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain yang
sedang melakukan kegiatan bermain sehingga timbul minat terhadap
permainan tersebut.
4) Paralel Play (Bermain Paralel)
Bermain dengan melakukan kegiatan yang sama, secara
sendiri-sendiri pada saat yang bersamaan, misalnya anak yang sedang
bermain mobil-mobilan. Anak belum mampu memahami atau berbagi
rasa dan kegiatan dengan anak lain.
5) Associative Play (Bermain Asosiatif)
Adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat
permainan tetapi bila diamati akan tampak masing-masing anak
sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama, misalnya anak yang sedang
menggambar, saling berbagi pensil berwarna, saling memberi
komentar terhadap gambar masing-masing, namun sebenarnya
kegiatan menggambar dilakukan sendiri-sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
6) Cooperative Play (Bermain Bersama)
Adanya kerjasama atau pembagian tugas dan pembagian peran
antar anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Jenis-jenis kegiatan bermain tersebut tampil berurutan dan
menunjukkan perkembangan kegiatan bermain pada anak. Penelitian para
ahli lain seperti Howes dan Matheson (dalam Mayke S. Tedjasaputra,
2001), menunjukkan bahwa “Jenis kegiatan bermain tersebut tidaklah
muncul berurutan dan mnuculnya jenis kegiatan yang lebih sosial akan
menghentikan kegiatan yang non sosial atau kurang kadar interaksi
sosialnya” (hlm. 24). Pada kenyataannya semua jenis kegiatan bermain
sosial tersebut dapat diamati pada anak-anak pra-sekolah.
c. Macam-macam Kegiatan Bermain
Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001)
“Ada dua penggolongan utama kegiatan bermain, yaitu bermain aktif dan
bermain pasif” (hlm. 52). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Bermain aktif
Bermain aktif yaitu kegiatan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan pada anak melalui aktivitas yang dilakukan sendiri. Macam-
macam kegiatan bermain aktif, yaitu:
a) Bermain bebas spontan
b) Bermain konstruktif
c) Bermain khayal/bermain peran
d) Bermain mengumpulkan benda
e) Bermain melakukan penjelajahan
f) Permainan games dan olahraga
g) Bermain musik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Bermain pasif
Bermain pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan
berdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri. Macam-macam
kegiatan bermain pasif, yaitu antara lain:
a) Membaca
b) Melihat komik
c) Menonton film
d) Mendengarkan radio
e) Mendengarkan musik
d. Manfaat Bermain
Mayke S. Tedjasaputra (2001), mengemukakan beberapa manfaat
bermain yaitu sebagai berikut:
1) Untuk perkembangan aspek fisik
2) Untuk perkembangan aspek motorik halus dan kasar
3) Untuk perkembangan aspek sosial
4) Untuk perkembangan aspek emosi dan kepribadian
5) Untuk perkembangan kognisi
6) Untuk mengasah ketajaman penginderaan
7) Untuk keterampilan olahraga dan menari (hlm. 38).
e. Pengertian Tangram
Menurut Merriam Webster, “Tangram is Chinese puzzle made by
cutting a square of thin material info five triangles, a square and a
rhomboid, which are capable of being recombined into many different
figures”. Maksud dari pernyataan tersebut tangram adalah permainan teka-
teki yang berasal dari negeri China yang terbuat dari bahan yang tipis
dipotong berbentuk bangunan geometris, terdiri dari lima buah segitiga,
satu buah bujur sangkar dan satu buah jajaran genjang, dimana
dimungkinkan dapat dikombinasikan sedemikian rupa menjadi bermacam-
macam gambar. Tangram merupakan alat bermain atau permainan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
bisa memberikan kesenangan dan hiburan yang asyik bagi banyak orang,
baik oleh orang yang berusia lanjut maupun mereka yang masih muda
usianya. Tangram bisa dimainkan oleh semua insan, beik berjenis kelamin
laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan.
Tangram menyerupai puzzle dengan kepingan tipis, bedanya
kepingan berbentuk geometri, seperti segitiga, persegi panjang, jajaran
genjang, dan sebagainya. Anak akan tertarik melihat bentuk-bentuk
geometri yang berbeda-beda. Antonius C. Prihandoko berpendapat bahwa
“Tangram adalah sebuah permainan matematika yang menguji
keterampilan dan daya pikir siswa. Permainan tangram memenuhi hukum
kekekalan luas. Artinya, bentuk apapun yang dibentuk dari potongan-
potongan tangram mempunyai luas yang sama”.
Tangram adalah sebuah permainan dengan cara memindah-
mindahkan lempengan-lempengan berbentuk segitiga, segi empat dan
jajaran genjang untuk membentuk sebuah bagan yang menyerupai orang,
binatang, rumah, kapal dll. Tangram berasal dari negeri China pada jaman
dinasti Tang. Tangram ini bisa dimainkan oleh masyarakat umum di
seluruh dunia dari anak-anak sampai orangtua dan dari masyarakat miskin
sampai yang kaya.
Tangram bisa dimainkan kapan saja untuk mengisi waktu luang
saat istirahat, santai bersama keluarga, saat bermain atau berekreasi.
Tangram bisa dimainkan disemua tempat, bisa diruangan, dikebun,
dikendaraan, dipantai dan lain-lain. Tangram juga bisa dimainkan secara
perorangan atau kelompok.
Menurut Rijanto Tosin (2001), “Tangram menuntut pemain untuk
menghasilkan figur berdasarkan kepingan-kepingan tersebut yang tersedia.
Inti permainannya adalah komposisi dari kepingan-kepingan tersebut
sedemikian rupa sehingga membentuk atau menghasilkan figur tertentu”
(hal. 7). Jadi tangram adalah permainan yang sarat dengan kegiatan yang
berkaitan dengan penyusunan formasi atau pembentukan figur. Dimana
figur adalah bentuk atau gambar yang mewakili sesuatu yang bisa berasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dari makhluk hidup, maupun benda mati. Contohnya adalah manusia
sedang duduk, burung, huruf atau stupa dari candi atau sebagainya.
Eko Budiyanto (2004) menjelaskan bahwa “Penyusunan komposisi
dimungkinkan, karena tangram dimainkan dengan alat bantu. Alat bantu
dalam tangram terdiri dari tujuh keepingan yang masing-masing kepingan
mempunyai bentuk geometri yang khas dan unik. Dimana alat bantu
tangram bisa dibuat dari kayu, spon, matras, logam, kertas atau plastik”
(hlm. 17).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tangram adalah alat
bermain atau sebuah permainan dengan cara memindah-mindahkan
kepingan-kepingan berbentuk bangun geometris, yang terdiri dari lima
kepingan berbentuk segitiga, satu kepingan bujur sangkar dan satu
kepingan jajar genjang, bila dikombinasikan antara ketujuh kepingan
tersebut dimungkinkan akan menghasilkan bermacam-macam figur atau
gambar yang menyerupai orang, binatang, rumah, kapal dan sebagainya.
f. Asal Usul Tangram
Priatna menyatakan “Konon, permainan ini berasal dari China.
Menurut Samuel Loyd ahli puzzle dari AS, Dewa Tan menciptakan
permainan ini 4000 tahun lalu. Tujuh potongan geometri pada tangram
melambangkan matahari, bulan, dan lima planet: Mars, Jupiter, Saturnus,
Merkurius, dan Venus”.
Menurut Rijanto Tosin (2001), “Tangram berasal dari Tiongkok.
Di Tiongkok tangram pertama-tama dikenal dengan nama Chi Chae Pan.
Yang artinya ialah tujuh bagan kebijaksanaan dan tujuh bagan kecerdikan”
(hlm. 15). Kedua nama sama benarnya, karena tanpa daya pikir atau
inteligensi yang kuat, maka permainan ini tidak bisa terselesaikan.
“Nama permainan Chi Chae Pan dipercaya berasal dari kebiasaan
di hari ke tujuh bulan ke tujuh. Pada hari itu biasanya masyarakat di
Tiongkok melaksanakan tradisi berupa menusukkan benang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
memakai jarum ke tujuh telinga. Dimana kebiasaan itu dianggap sebagai
pembawa nasib baik” (Rijanto Tosin, 2001: 15).
Sejak kapan permainan tangram mulai dilakukan tidak diketahui
atau belum dapat ditelusuri dengan cermat. Demikian pula dengan
pencipta dari tangram.
g. Aturan Permainan Tangram
Karena tangram merupakan permainan, maka ada aturan mainnya.
Peraturannya sederhana dan sebenarnya dapat disepakati lebih dulu
sebelum permainan dimulai.
“Peraturan utama dari tangram adalah setiap figur harus disusun
dari ke tujuh potongan. Kepingan tidak boleh dikurangi dan harus berasal
dari kepingan-kepingan yang tersedia. Jadi pemain harus memakai ke
tujuh kepingan dalam penyusunan setiap figur, tidak bolah kurang”
(Rijanto Tosin, 2003: 16).
Kepingan tangram tidak boleh ditumpuk dalam menyusunnya.
Semua kepingan harus diletakkan berdampingan, atau tidak boleh ada
yang saling menindih”.
Setiap kepingan tangram dapat secara bebas diatur posisinya. Bisa
diputar, digeser atau dibalik. Yang penting semua kepingan harus
ditempatkan berdempetan dan saling menyentuh, tidak boleh ada ruang
atau rongga di antranya.
Disarankan agar tangram dimainkan di atas meja dengan
permukaan yang rata dan berkedudukan datar, agar posisi dari setiap
kepingan tidak mudah berubah, kecuali dengan bantuan tangan dari
pemain.
h. Tujuan dan Manfaat Tangram
Menurut Rijanto Tosin (2001), “Tangram dapat dikatakan bukan
saja permainan, tapi juga merupakan suatu metode pengujian, penataran,
pendadaran atau pemeriksaan. Pengujian ini bisa mencakup berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bidang antara lain: kesabaran, ketekunan, daya pikir, konsentrasi,
keterampilan dalam berkomposisi dan kecerdikan” (hlm. 14).
Jadi tangram dapat diguunakan dalam berbagai macam bidang
kegiatan, mulai dari permainan sederhana sampai tes psikologi. Masing-
masing bidang kegiatan mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Bahkan
sering ditemukan perancang atau desainer yang senang menggunakan
tangram sebagai alat bantu mendesain logo perusahaan atau simbol
lainnya.
Dengan melibatkan seluruh kepingan, maka tangram bisa juga
diminati oleh ilmu filsafat, pendidikan, psikologi dan seni. Jika berbagai
bidang disiplin ilmu ini bisa berkinerja secara terpadu, maka manfaat dari
permainan tangram akan mampu membuka cakrawala baru yang menarik.
(Rijanto Tosin, 2001: 14)
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arah pemikiran untuk
bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah
dirumuskan.
Matematika sering dianggap oleh anak sebagai mata pelajaran yang
sulit, rumit, kurang menarik dan tidak disukai sebagian besar siswa, tidak
terkacuali bagi anak tunagrahita. Anggapan sebagian besar siswa tersebut
menyebabkan siswa enggan belajar matematika. Beberapa upaya agar siswa
terdorong untuk belajar matematika adalah dengan penyajian materi yang menarik
perhatian sehingga menumbuhkan minat untuk belajar.
Dalam penelitian ini, digunakan metode pembelajaran yaitu metode
Dienes melalui permainan tangram. Metode ini bersifat ringan dan
menyenangkan, karena dibuat dengan banyak warna sehingga diharapkan dapat
menarik perhatian dan minat belajar siswa dalam bidang matematika.
Berdasarkan atas kajian teori tersebut di atas dan sejalan dengan
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka dengan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
metode Dienes melalui permainan tangram diharapkan dapat menigkatkan prestasi
belajar matematika anak tunagrahita.
Dengan adanya dugaan-dugaan di atas, maka penelitian ini diadakan
pembuktian hubungan yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, dengan
bagan sebagai berikut:
Gambar 2. 3. Bagan Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir di atas menjelaskan tentang keadaan prestasi belajar
Matematika anak tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta
sebelum diberikan treatment melalui pembelajaran Matematika dengan
menggunakan metode dienes melalui permainan tangram. Kemudian, peneliti
memberikan treatment dengan metode dienes melalui permainan tangram yang
dilakukan saat proses pembelajaran Matematika. Setelah pemberian treatment
selesai dilakukan maka pembelajaran Matematika anak tunagrahita kelas V SLB
B, C-Autis Bina Asih Surakarta meningkat.
Tes Prestasi
Matematika
sebelum treatment
(pre test)
Treatment dengan
Metode Dienes
melalui Permainan
Tangram
Prestasi Belajar
Matematika Anak
Tunagrahita
Meningkat
Tes Prestasi
Matematika
setelah treatment
(post test)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, dapat
diajukan hipotesis penelitian kuantitatif ini sebagai berikut “Penerapan metode
dienes melalui permainan tangram, efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B,
C-Autis Bina Asih Surakarta, tahun ajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah suatu tempat di mana penelitian itu diadakan.
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian untuk memperoleh data dan
untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis
mengambil lokasi penelitian di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun
ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Rencananya tahap persiapan hingga tahap pelaporan membutuhkan
waktu kurang lebih lima bulan, terhitung sejak April 2010. Berikut rincian
jadwal kegiatan penelitian:
Tabel 3. 1. Jadwal Waktu Penelitian
No Nama
Kegiatan
2010
April Mei Juni Juli Agustus
1 Pengajuan
judul
2 Proposal
3 Bab 1-3,
instrument
4 Perijinan
dan tryout
5 Pretest
6 Treatment
dan posttest
7 Olah data
dan
penyusunan
laporan
8 Bab 4-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian memegang peranan yang sangat penting,
karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah penelitian untuk
mencapai suatu tujuan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002), “Metode penelitian adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (hlm.
136). Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002) berpendapat bahwa, “Metode
penelitian adalah suatu serangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah” (hlm. 59).
“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-
pandangan, filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.
Beberapa peneliti menyebutnya sebagai tradisi penelitian atau research
traditions” (Nana Syaodih Sukamadinata, 2005: 52).
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau langkah yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyusun dan menganalisis serta
menginterpretasikan data yang diteliti untuk menarik kesimpulan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
metode penelitian adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan melalui proses
berpikir secara terencana dan sistematis dalam mengumpulkan data penelitian
untuk mendapatkan pemecahan masalah.
Moh. Nazir (1988) mengelompokkan metode penelitian dalam lima
kelompok utama yaitu:
1. Metode Sejarah
2. Metode Deskripsi/Survei
3. Metode Eksperimen
4. Metode Grounded Research
5. Metode Penelitian Tindakan (hlm. 54-55).
Sedangkan Hadari Nawawi (1995) menyatakan bahwa pada dasarnya
terdapat empat macam metode penelitian. Secara singkat yaitu:
1. Metode Filosofis adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
secara rasional melalui perenungan atau pemikiran yang mendalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan mendasar tentang hakekat sesuatu yang ada dan mungkin ada baik
dengan mempergunakan pola fikir induktif maupun deduktif,
fenomenologis, dan lain-lain dengan memperhatikan hukum-hukum
berfikir (logika).
2. Metode Deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan obyek atau subyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3. Metode Historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan
menggunakan data masa lalunya atau peninggalan baik untuk
memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa
lalu terlepas dari keadaan sekarang dalam berhubungan dengan
kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya
dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa
yang akan datang.
4. Metode Eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengungkapkan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan
mengendalikan pengaruh variabel yang lain (hlm. 62).
Dengan berorientasi pada judul penelitian, maka metode yang akan
peneliti gunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen, karena dalam
penelitian ini penulis mengadakan percobaan untuk menguji hipotesis hubungan
sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan dengan variabel di luar
variabel yang diteliti, yaitu untuk mengetahui efektivitas penerapan metode
Dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita. Metode
eksperimen menurut Kartini Kartono (1990) adalah “Suatu prosedur kondisi
berupa kegiatan dari tingkah laku seorang individu atau kelompok individu” (hlm.
267).
Sedangkan menurut Winarno Surachmad (1994) bereksperimen adalah
“Mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil, hasil itu yang
menegaskan bagaimana kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang
diselidiki” (hlm. 149).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
adalah metode yang digunakan untuk meneliti suatu peristiwa yang mempunyai
hubungan sebab akibat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dalam penelitian ini eksperimen yang dimaksud adalah menguji
pengaruh sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geomatri
anak tunagrahita. Penelitian eksperimen ini diawali dengan dilakukan pretest
kemudian diberi perlakuan/treatment. Setelah perlakuan selesai maka dilakukan
posttest untuk mengetahui perbedaan subyek sebelum dan sesudah diberi
perlakuan.
Menurut Sumadi Suryabrata (2002) terdapat enam desain/rancangan
penelitian eksperimen. Secara garis besar, dikemukakan sebagai beriikut:
1. The One Shot Case Study
2. One Group Pre Test Post Test Design
3. The Static Group Comparison : Randomized Control Group Only Design
4. Randomized Group Pre Test Post Test Design
5. Randomized Solomon Four-Group Design
6. Factorial Design (hlm. 40-50).
Dalam penelitian ini menggunakan model One Group Pre Test-Post
Test Design.
Table 3. 2. Desain Penelitian One Group Pre test-Post test
Pretest Treatment Postest
T1 X T2
(Suharsimi A, 2002: 84)
Keterangan:
T1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
X : treatment (perlakuan), yaitu melakukan pembelajaran dengan metode
Dienes
T2 : tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1993), “Populasi adalah keseluruhan
yang akan diteliti” (hlm. 38). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1990),
“Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut
populasi atau universum. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau
individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama” (hlm. 222).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki sifat yang sama.
Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh siswa tunagrahita
kelas V Di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang
berjumlah 5 orang.
2. Sampel
Sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1997), “sampel adalah
sebagian individu yang diselidiki” (hlm. 70). Sedangkan Suharsimi Arikunto
(2002) berpendapat bahwa, “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti” (hlm. 109).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti,. Dalam penelitian ini tidak
diterapkan sampel dan teknik sampling karena semua siswa menjadi subyek
penelitian yaitu seluruh siswa tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data
yang menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian secara objektif.
Kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengumpul data yang benar-benar valid
dan reliabel. Dari data tersebut akan dapat ditentukan tercapai tidaknya suatu
tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan teknik
tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Pengertian Tes
Dalam satiap akhir sesi pembelajaran diperlukan suatu alat ukur untuk
menentukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Begitupun dalam
pengumpulan data penelitian, diperlukan alat ukur yang kurang lebih sama
sifatnya. Salah satu alat ukur atau penilaian yang biasa digunakan adalah tes.
Menurut Suharsimi Arikunto (1993), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau juga alat lain yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan,
penguasaan ilmu pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok” (hlm. 23). Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002)
menyatakan bahwa, “Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau perintah yang harus dijalankan, yang berdasarkan atas bagaimana teste
menjawab pertanyaan atau melaksanakan perintah, dimana tester mengambil
keputusan dengan cara membandingkan dengan standart atau testee yang lain”
(hlm. 22).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat
penilaian yang digunakan melalui serangkaian pertanyaan atau perintah yang
harus dijawab untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan ataupun bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
tertentu.
2. Syarat-syarat Tes yang Baik
Syarat-syarat yang baik menurut Sumadi Suryabrata (2002) adalah
sebagai berikut:
1) Tes harus valid, artinya dapat mengukur apa yang harus diukur dan
memenuhi fungsinya sebagai alat ukur.
2) Tes harus reliabel, artinya mempunyai nilai yang sama walaupun
dikerjakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
3) Tes harus distandarisasikan, yaitu pembakuan bahan, aturan dan
prosedur, agar semua teste mendapat perlakuan yang sama sehingga
dapat diketahui perbedaan individual yang bersumber dari kemampuan
masing-masing teste.
4) Tes harus obyektif, agar hasil yang diperoleh benar-benar
menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya, bebas dari
pengaruh subyektif penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5) Tes harus diskriminatif, artinya mampu membedakan siswa yang
pandai dan yang kurang pandai.
6) Tes harus komprehensif, artinya mencakup semua yang akan diukur.
7) Tes harus praktibilitas, yaitu mudah digunakan (hlm. 23).
Dengan melihat syarat-syarat tes tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tes yang baik dan standar adalah tes yang memenuhi
fungsinya, bernilai sama serta sesuai dengan kemampuan siswa.
Umumnya tes dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Tes tertulis, yaitu tes yang soal maupun jawabannya disampaikan secara
tertulis.
b. Tes lisan, yaitu tes yang soal maupun jawabannya disampaikan secara
lisan
c. Ter perbuatan, yaitu tes yang soal maupun perintahnya disampaikan
melalui tugas dan pengamatan.
Agar tes tersebut valid dan reliabel, maka sebelum digunakan dalam
penelitian perlu diadakan tryout terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, peneliti
mengadakan tryout di SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo. Dari data kecil tryout
tersebut dapat diuji tentang valid dan reliabel tidaknya tes.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes tertulis dengan
instrumen terlampir. Materi tes yang digunakan adalah materi pelajaran
Matematika SDLB Kelas V semester II materi bangun datar sederhana dan operasi
penjumlahan. Perangkat tes kognitif yang digunakan pada penelitian ini adalah tes
bentuk tertulis dengan mengisi titik-titik yang merupakan jawaban atas validitas
isi yaitu melalui penyusunan kisi-kisi.
Langkah-langkah dalam penyusunan perangkat tes adalah sebagai
berikut :
1) Menentukn materi,
2) Menentukan alokasi waktu,
Waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit.
3) Menentukan bentuk tes,
4) Membuat kisi-kisi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5) Membuat perangkat tes, yaitu dengan menulis butir soal, menulis
petunjuk/pedoman mengerjakan serta membuat kunci jawaban,
6) Mengujicobakan instrument.
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Tes
Untuk perbaikan instrument penelitian adalah dengan uji validitas tiap-
tiap item. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item tersebut mampu
mengukur keadaan siswa yang sebenarnya dengan cepat. Validitas sering
diartikan keseimbangan suatu alat ukur atau instrument. Disebut memiliki
validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak untuk mengukur obyek yang
seharusnya diukur dan sesuai kriteria tertentu. Artinya ada kesesuaian antara
alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sarana pengukuran. Nasution (2004)
menjelaskan bahwa, “Alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut mampu
mengukur apa-apa yang harus diukur” (hlm. 26).
Selanjutnya Suharsimi Arikunto (2002) menyatakan bahwa, “Validitas
adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kecil dan atau
keahlian suatu instrument” (hlm. 160). Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur adalah dengan teknik
“korelasi product moment” (Suharsimi Arikunto, 2002 : 162). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
rxy = ____ _N ∑XY – (∑X) (∑Y)_________
– –
keterangan :
X = item
Y = total item
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
xy = jumlah perkalian x dan y
x2
= jumlah kuadrat dari x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
y2
= jumlah kuadrat dari y
N = jumlah subyek
Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka koefisien korelasi (r).
Kriteria koefisien korelasi menurut M. Ngalim Purwanto (2006) adalah:
0,00-0,20 korelasi sangat rendah (hampir tidak ada korelasi)
0,20-0,40 korelasi rendah
0,40-0,70 korelasi cukup
0,70-0,90 korelasi tinggi
0,90-1,00 korelasi sangat tinggi (sempurna) (hlm. 139).
Suatu instrument dapat dikatakan valid apabila rxy lebih besar dari pada
r pada tabel, dimana rtabel bernilai 0,878 sebaliknya jika rxy lebih kecil dari rtabel
maka item tersebut tidak valid sehingga item tersebut tidak digunakan dalam
pre test maupun post test. Tes ini telah teruji validitas dan reliabilitasnya,
karena sudah di uji cobakan di SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo. Sejumlah
24 soal, ada 4 yang tidak valid. Soal yang tidak valid tersebut adalah nomor 2,
7, 15 dan 20. Untuk itu, soal tersebut sudah dibuang dan sisanya berjumlah 20
soal bias digunakan dalam pre test dan post test.
2. Reliabilitas Tes
Tes yang reliabel adalah tes yang mempunyai keajegan. Suatu alat
ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur itu dalam mengukur suatu gejala akan
menunjukkan suatu hasil yang sama meskipun dilakukan dalam waktu yang
berbeda. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), “Reliabilitas menunjukkan
pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah cukup baik”
(hlm. 154).
Untuk mengetahui reliabilitas tes, peneliti menggunakan pendekatan
belah dua atau yang sering disebut dengan teknik gasal-genap. Pendekatan
teknik belah dua dilakukan dengan cara membagi tryout menjadi dua bagian.
Hal ini dapat dilakukan dengan membagi setengah dari soal, bisa juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
berdasarkan nomor gasal dan nomor genap pada soal tes. Pengujian reliabilits
dalam penelitian ini, digunakan teknik belah dua dengan membagi soal
berdasarkan nomor gasal dan nomor genap. Untuk menguji reliabilitas tes
digunakan teknik belah dua dengan rumus Spearman-Brown dengan bantuan
penghitungan menggunakan computer program SPSS. Jika koefisien
Spearman-Brown lebih besar dari rtabel, maka item tersebut dapat dikatakan
reliabel. Rumus teknik belah dua dengan rumus Spearman-Brown yaitu:
r11
= _ 2.r ½.½_____
1 + r ½.½
keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r ½.½ = koefisien diantara skor-skor setiap belahan
F. Analisis Data
Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan teknik
data statistik non parametrik, yaitu Uji Rangking Wilcoxon (Wilcoxon Signed
Rank), dimana teknik ini digunakan karena disesuaikan dengan jenis eksperimen
dan jenis data, karena peneliti menggunakan pre test-pos test, yaitu sebelum
perlakuan diberi tes dan setelah perlakuan diberi tes.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis
a. Ho : Tx = Ty (metode Dienes melalui permainan tangram tidak efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran
geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta
tahun ajaran 2010/2011)
b. Ha : Tx > Ty (metode Dienes melalui permainan tangram efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri
anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun
ajaran 2010-2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Memilih taraf signifikan (£)
Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi adalah 5%
3. Penentuan Statistik Uji
a. Mencari selisih dari dua variabel yaitu X1 dan X2
b. Merangking selisih nilai X1 dan X2 (dalam rangking tidak memperhatikan
tanda minus atau plus dari nilai rangking tersebut)
c. Memilahkan nilai rangking yang lebih kecil frekuensinya sebagian tanda T
4. Keputusan Uji
a. Jika To > T1 maka Ho ditolak dan Ha diterima, oleh karena itu hipotesis
yang menyatakan penerapan metode Dienes melalui permainan tangram
tidak efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan
pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta tahun ajaran 2010-2011 dapat diterima kebenarannya.
b. Jika To < T1 maka Ho diterima dan Ha ditolak, oleh karena itu hipotesis
yang menyatakan penerapan metode Dienes melalui permainan tangram
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan
geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta
tahun ajaran 2010-2011 tidak dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram untuk
meningkatkan prestasi belajar Matematika dalam satuan pelajaran geometri anak
tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori-teori yang telah
dikembangkan. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan matematika geometri
guna mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dan analisis validitas dan
reliabilitas tes dilakukan pada tanggal 22 Maret 2011.
Item soal dalam tes ini adalah sebanyak 24 soal. Uji coba dilakukan di
SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo. Data hasil uji coba tes setelah dilakukan
analisis dengan rumus korelasi product moment menggunakan komputer program
SPSS 17, dinyatakan 20 item valid dan 4 item tidak valid. Koefisien reliabilitas
diperoleh 0,993 yang berarti instrument yang dikembangkan termasuk andal.
Selanjutnya tes ini digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.
Penelitian ini berlokasi di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta dengan
populasi seluruh siswa tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang
berjumlah 5 orang tunagrahita.
Data subjek penelitian sejumlah siswa tunagrahita tersebut adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4. 3. Daftar Identitas Siswa Tunagrahita Kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1. A Perempuan
2. B Laki-laki
3. C Laki-laki
4. D Perempuan
5. E Laki-laki
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksperimen, karena
penelitin ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat serta berapa
besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-
perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah penerapan metode dienes melalui permainan tangram,
sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar Matematika dalam satuan
pelajaran geometri anak tunagrahita. Analisis yang digunakan adalah
menggunakan statistik non parametrik dengan analisis Uji Ranking Bertanda
Wilcoxon.
1. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan treatment terhadap siswa yang
dijadikan responden penelitian. Prosedur yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan memberikan tes awal kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi treatment (pre test),
kemudian diberikan treatment, dan setelah treatment dilakukan tes lagi kepada
siswa untuk mengetahui hasil kemampuan akhir siswa setelah diberi treatment
(post test). Dari hasil pre test dan pos test inilah yang penulis jadikan dasar
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah adanya treatment. Treatment
diberikan pada jam pelajaran matematika. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua, variabel bebas yaitu penerapan metode dienes melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
permainan tangram dan variabel terikat yaitu prestasi belajar Matematika.
Penelitian dilaksanakan setelah penyusunan instrument dan persiapan
lapangan selesai.
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian mulai dari kegiatan pre test,
treatment hingga post test yaitu dari tanggal 29 Maret hingga 16 April 2011.
Media yang digunakan ialah permainan tangram dengan menggunakan kertas
dan karton.
2. Hasil Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas penerapan Metode Dienes melalui Permainan Tangram untuk
meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri
Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun
Ajaran 2010/2011.
Berikut ini adalah data hasil pre test kemampuan matematika kelas V
SLB dengan materi geometri:
Tabel 4. 4. Nilai Pre test
No Nama Nilai Pre test
1. A 12
2. B 15
3. C 9
4. D 10
5. E 13
Data hasil pre test di atas diperoleh hasil sebagai berikut: mean atau
rata-rata 11,80 dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah 9, sedangkan
standar deviasi sebesar 2,387.
Berdasarkan tabel daftar nilai di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik histogram berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Grafik 4. 1. Nilai Sebelum Perlakuan (Pre test)
Setelah diperoleh data hasil pre test, kemudian diberikan perlakuan
(treatment) dengan menggunakan metode dienes melalui permainan tangram.
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tes akhir (post test) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 5. Nilai Post test
No Nama Nilai Post Test
1. A 14
2. B 19
3. C 13
4. D 15
5. E 15
Dari hasil post test di atas diperoleh hasil sebagai berikut: mean atau
rata-rata 15,20 dengan skor tertinggi 19 dan skor terendah 13, sedangkan
standar deviasi sebesar 2,280.
0
2
4
6
8
1 2 3 4 5
Nilai Pre test
Subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan tabel daftar nilai di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik histogram berikut ini:
Grafik 4. 2. Nilai Setelah Perlakuan (Post Test)
Dari data nilai pre test dan post test di atas, dapat digambarkan dalam
grafik histogram sebagai berikut:
Grafik 4. 3. Perbandingan Nilai Pre test dan Post test
Hasil analisis deskriptif data sebelum dan sesudah pembelajaran adalah
sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5
Nilai Post test
Subjek
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5
Nilai
Subjek
Pre test
Post test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4. 6. Hasil Analisis Deskriptif
Variasi Jumlah
Siswa
Rata-rata Standar
Deviasi
Nilai
Terendah Tertinggi
Pre test
Post test
5
5
11,80
15,20
2,387
2,280
9
13
15
19
Berdasarkan deskripsi data tersebut di atas, diketahui bahwa rata-rata
pada saat pre test diperoleh nilai 11,80 dan post test 15,20. Selisih nilai rata-
rata yang cukup banyak memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tes
sebelum dan sesudah perlakuan. Apakah perbedaan itu bermakna secara
statistic, akan diuji pada analisis data.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis “Penerapan Metode Dienes Melalui Permainan
Tangram, Efektif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan
Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”, dilakukan dengan menganalisis data yang
telah terkumpul menggunakan statistik non parametrik yaitu Wilcoxon Sign Ranks
Test. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Jika To > Tt maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : “Penerapan
Metode Dienes Melalui Permainan Tangram, Efektif untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak
Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran
2010/2011 tidak dapat diterima kebenarannya”.
b. Jika To < Tt maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : “Penerapan
Metode Dienes Melalui Permainan Tangram, Efektif untuk Meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak
Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran
2010/2011 dapat diterima kebenarannya”.
Hasil uji dengan teknik analisis statistik non parametrik dapat disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4. 7. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon
Wilcoxon Signed Ranks Test
Tabel 4. 8. Hasil Test Statistik
Data tersebut dianalisis menggunakan program olah data SPSS hasil
uji hipotesis tentang tes kemampuan matematika satuan pelajaran geometri
diketahui bahwa hasilnya negatif rank mean sebesar 0 dengan sum of rank sebesar
0 dan positif rank mean sebesar 3,00 dengan sum of rank sebesar 15, pada test
statistik dihasilkan Z hitung besar -2,041 dengan probabilitas sebesar 0,041 berada
di bawah 0,05. Oleh karena nili probabilitas Z hitung dari Wilxocon Signed Rank
Test lebih kecil dari pada probabilitas kesalahan 5% (α = 0,05), dan dari hasil
Ranks
0a .00 .00
5b 3.00 15.00
0c
5
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Postes t - Pretes t
N Mean Rank Sum of Ranks
Postes t < Pretesta.
Postes t > Pretestb.
Postes t = Pretestc.
Test Statistics b
-2.041 a
.041
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Postest -
Pretest
Based on negative ranks. a.
Wilcoxon Signed Ranks Test b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
analisis deskriptif diperoleh rata-rata pre test 11,80 dan post test 15,20, maka
dapat dikatakan bahwa penerapan metode dienes melalui permainan tangram
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran
geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun
ajaran 2010/2011.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi :
“penerapan metode dienes melalui permainan tangram, efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak
tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran
2010/2011” adalah signifikan.
C. Rangkuman untuk Pembuktian Hipotesis
Dengan membandingkan Asymp. Sig. (2-tailed) dengan taraf
signifikan (α) maka dapat diketahui keputusan ditolak atau diterimanya hipotesis
nihil (Ho). Berdasarkan analisis di atas, untuk tes kemampuan matematika
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,041 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, seperti tampak dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 9. Kesimpulan Hasil Penelitian
Hipotesis Asymp. Sig.
(2-tailed)
Taraf Signifikan
(α)
Kesimpulan
Hipotesis Nihil:
Penerapan metode
dienes melalui
permainan tangram
tidak efektif untuk
meningkatkan prestasi
belajar matematika
dalam satuan pelajaran
geometri anak
tunagrahita kelas V di
SLB B, C-Autis Bina
Asih Surakarta tahun
ajaran 2010/2011.
0.041 0,05 Hipotesis nihil
ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data maka hipotesis yang berbunyi
Penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahit kelas
V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dapat diterima
kebenarannya. Dari analisis deskriptif diketahui nilai mean setelah perlakuan yang
mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai mean sebelum perlakuan. Pada
tes kemampuan Matematika nilai mean setelah perlakuan adalah 15,20, sedangkan
mean sebelum perlakuan adalah 11,80. Dengan demikian, dari perbandingan data
di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode dienes melalui permainan
tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika dalam satuan
pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih
Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
Anak tunagrahita merupakan salah satu golongan anak berkelainan
mental yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan memiliki
keterbatasan dalam hal berfikir, sukar memusatkan perhatian, daya ingatnya
lemah, sukar berfikir abstrak, serta kurang mampu berfikir logis.
Ketunagrahitaan menghambat perkembangan anak. Anak yang
mengalami tunagrahita dapat dilihat dari cara berfikirnya yang kurang lancar dan
kurang konkrit, kurang mempunyai kesanggupan menganalisa dan menilai suatu
kejadian. Hal ini senada dengan pendapat Bratanata S. A (1997) yang
membedakan ciri-ciri atau karakteristik anak tunagrahita menjadi dua macam
gejala dalam bidang psikis dan social yaitu:
1) Gejala-gejala psikis. Yaitu yang umum dijumpai pada anak tunagrahita
adalah cara berfikirnya kurang lancar dan kurang konkrit, kurang
memiliki kesanggupn menganalisa dan menilai kejadian yang
dihadapinya, daya fantasinya lemah, kurang sanggup mengendalikan
perasaannya, sugestibel, kurang mampu mengadakan penilaian
mengenai unsur susila, dalam pemecahan masalah selalu digunakan
cara coba-coba serta kepribadiannya kurang harmonis.
2) Gejala dalam bidang social. Anak tunagrahita menunjukkan gejala
kurangnya kesanggupan untuk berdiri sendiri, kurang nampak jelas
setelah anak tidak bersekolah (setelah umur 16 tahun) (hlm. 53).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Matematika adalah salah satu pelajaran yang didalamnya menuntut
kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah. Karena cara berfikir anak
tunagrahita yang kurang lancar dan kurang konkrit menyebabkan daya
abstraksinya pun kurang, sehingga dalam pembelajaran memerlukan media
pembelajaran yang dapat mempermudah anak dalam memahami konsep yang
abstrak khususnya konsep dalam mata pelajaran matematika.
Kemampuan pada anak tunagrahita dalam bidang Matematika
didukung oleh suatu teori yang dikemukakan oleh Hala Abdelhameed dan Jill
Porter dalam Jurnal Internasional Vol 21 (3) 2006, ketika mengadakan penelitian
terhadap down syndrom, salah satu jenis anak yang tergolong tunagrahita, yaitu:
Many studies have been conducted in different areas of Down syndrome
with language taking a large part but with relatively few studies about
numerical ability, especially counting. Existing research suggests that
children with Down syndrome have low attainment regarding numbers,
compared with their ability in reading (e. g. Nye, et al. 1997; Nye, et al.
2001). Because we use numbers in most aspects of our life activities any
difficulties with numbers may impact on our daily activities.
Banyak penelitian telah dilakukan di berbagai wilayah tentang anak Down
sindrom dengan bahasa mengambil sebagian besar namun dengan studi yang
relatif sedikit tentang kemampuan numerik, terutama menghitung. Ada penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak dengan Down sindrom memiliki angka
pencapaian rendah, dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam membaca
(misalnya Nye, et al. 1997; Nye, et al. 2001). Karena kita menggunakan nomor
dalam sebagian besar aspek kegiatan hidup kita setiap kesulitan dengan angka-
angka tersebut terhadap kegiatan sehari-hari.
Dalam pembelajaran matematika pada anak dimulai dari benda atau
peristiwa konkret, menuju ke semi konkret, baru akhirnya ke abstrak. Penggunaan
benda atau peristiwa konkret dalam pembelajaran matematika dimaksudkan agar
anak lebih mudah menerima materi pelajaran yang sedang diajarkan. Agar
pemahaman materi matematika pada anak menjadi konkret maka dibantu dengan
menggunakan metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode dienes. Dalam
penelitian ini, setelah memberikan treatment dengan menggunakan metode dienes
melalui permainan tangram terhadap anak tunagrahita pada pembelajaran
matematika terdapat peningkatan nilai prestasi belajar matematika anak. Hal ini
sesuai dengan perhitungan yang menggunakan analisis Uji Ranking Bertanda
Wilxocon. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa nilai To < Tα, maka
hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan
perhitungan tersebut terdapat efektivitas penerapan metode dienes melalui
permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan
pelajarans geometri anak tunagrahita kelas V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai efektivitas penerapan metode
dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif
dalam meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri
anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran
2010/2011.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui
penerapan metode dienes melalui permainan tangram yang digunakan dalam
pembelajaran, efektif terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dalam
satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V. Dengan demikian, hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam mengatasi
permasalahan yang dialami oleh anak tunagrahita dalam nelajar Matematika.
C. Saran
1. Bagi guru yang mengajar anak tunagrahita hendaknya memperluas wawasan
mengenai metode dan juga media yang digunakan dalam pembelajaran serta
dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari dengan
memperhatikan karakteristik serta motivasi siswa. Salah satu metode yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika adalah metode dienes
melalui permainan tangram.
2. Bagi siswa diharapkan agar mengoptimalkan pembelajaran menggunakan
metode dienes melalui permainan tangram sehingga pembelajaran dapat lebih
bersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Bagi kepala sekolah diharapkan agar menyediakan fasilitas belajar dalam hal
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan penerapan metode dienes melalui permainan tangram di dalam
kelas.
4. Bagi peneliti lain diharapkan menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah
satu rujukan ataupun acuan dalam melakukan penelitian agar mendapatkan
hasil yang lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Sekolah : SLB B, C-Autis Bina Asih
Kelas/Semester : V/II
Alokasi Waktu : 90 menit/pertemuan
I. Standar Kompetensi
Mengenal bangun datar
II. Kompetensi Dasar
2.1 Mengelompokkan bangun datar sederhana
2.2 Menggambar bangun datar sederhana
III. Indikator
3.1 Mengelompokkan bangun datar sederhana
3.2 Menggambar bangun datar sederhana
3.3 Menuliskan nama bangun datar sederhana
3.4 Membilang banyak benda
3.5 Melakukan penjumlahan sampai 20
IV. Tujuan Pembelajaran
4.1 Siswa dapat mengelompokkan bangun datar sederhana
4.2 Siswa dapat menggambar bangun datar sederhana
4.3 Siswa dapat menuliskan nama bangun datar sederhana
4.4 Siswa dapat membilang banyak benda
4.5 Siswa dapat melakukan penjumlahan sampai 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
V. Materi Pokok
(Pertemuan Minggu ke-1)
Pengenalan dan menggambar bangun datar
Lingkaran
Segitiga
Persegi
Persegi panjang
Jajar Genjang
(Pertemuan Minggu ke-2)
Membilang banyak benda
Hitunglah!
1.
2.
3.
(Pertemuan Minggu ke-3)
Penjumlahan sampai 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Lingkaran + persegi : ………...
2. Jajar genjang + segitiga : ………...
3. Persegi panjang + lingkaran : ………...
4. Segitiga + persegi : ………...
5. Jajar genjang + jajar genjang : ………...
VI. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Minggu ke-1 (5 kali tatap muka)
A. Kegiatan Awal
1. Salam pembuka
2. Berdo‟a
3. Apersepsi
B. Kegiatan Inti
1. Guru bersama siswa bermain tangram dengan seri gambar
hewan. (untuk 5 hari)
2. Guru bertanya tentang bentuk bangun datar yang ada pada
gambar
3. Siswa dengan bimbingan guru mengidentifikasi setiap bentuk
bangun datar dalam gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
4. Guru menunjukkan bentuk bangun datar dan meminta siswa
untuk menyimaknya
5. Guru menunjuk satu-persatu bangun datar dan meminta siswa
untuk menyebutkan namanya
6. Siswa menyalin gambar bangun datar pada buku tulisnya
7. Guru menuliskan nama bangun datar di papan tulis dan
meminta siswa untuk menggambarkan bangun datar tersebut
8. Guru meminta siswa satu-persatu maju ke depan untuk
menggambar bangun datar
C. Kegiatan Akhir
1. Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap siswa
2. Berdo‟a
3. Mengucap salam
Pertemuan Minggu ke-2 (5 kali tatap muka)
A. Kegiatan Awal
1. Salam pembuka
2. Berdo‟a
3. Apersepsi
B. Kegiatan Inti
1. Guru bersama siswa bermain tangram dengan seri gambar
kegiatan manusia. (untuk 5 hari)
2. Guru bertanya tentang bentuk bangun datar yang ada pada
gambar
3. Guru menggambarkan bentuk bangun datar di papan tulis
dengan jumlah tertentu dan meminta siswa untuk menghitung
banyak bangun datar yang sesuai dengan namanya
4. Siswa dengan bimbingan guru menyelesaikan soal-soal yang
telah diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
C. Kegiatan Akhir
1. Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap siswa
2. Berdo‟a
3. Mengucap salam
Pertemuan Minggu ke-3 (5 kali tatap muka)
A. Kegiatan Awal
1. Salam pembuka
2. Berdo‟a
3. Apersepsi
B. Kegiatan Inti
1. Guru bersama siswa bermain tangram dengan seri gambar
bangun datar. (untuk 5 hari)
2. Guru bertanya tentang bentuk bangun datar yang ada pada
gambar
3. Guru menggambarkan bentuk bangun datar secara acak dengan
jumlah tertentu dan meminta siswa untuk menghitung jumlah
bangun datar sesuai dengan namanya
4. Guru memberikan soal yang sama dan memintasiswa untuk
menjumlahkan banyaknya bangun datar sesuai dengan perintah
5. Siswa dengan bimbingan guru menyelesaikan soal-soal yang
telah diberikan
C. Kegiatan Akhir
1. Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap siswa
2. Berdo‟a
3. Mengucapkan salam
VIII. Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Alat
a. Alat-alat tulis
b. Papan tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
c. Kartu bentuk bangun datar
d. Lem dan gunting
2. Sumber
a. Buku paket
b. Pengembangan guru
IX. Penilaian
1. Macam
Pre test dan Post test
2. Jenis
Perbuatan dan tertulis
3. Bentuk
Perbuatan : Permainan tangram
Tertulis : Mengerjakan soal
4. Tehnik
Penilaian proses dan penilaian hasil
5. Aspek yang dinilai
Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Surakarta, Maret 2011
Mengetahui,
Guru Kelas Praktikan
Wiwik Wijastuti, S. Pd Nita Styani
NIP. NIM.K5106026
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Lampiran 2
KISI-KISI SOAL TRYOUT MATEMATIKA KELAS V SLB C
NO Kompetensi
yang
diujikan
Bahan
kls/smstr
Materi Indikator No soal Jumlah
soal
1. Mengenal
bangun
datar
V/II Menghubungkan
gambar bangun
datar dengan
nama yang tepat
Siswa dapat
menghubungkan
gambar bangun
datar dengan
namanya
1,2,3,4,5 5
2. Mengenal
bangun
datar
V/II Membilang
banyak benda
Siswa dapat
menghitung dan
membilang
banyak benda
6,7,8,9,10 5
3. Mengenal
bangun
datar
V/II Menuliskan
nama bangun
datar sesuai
dengan gambar
Siswa dapat
menuliskan
nama bangun
datar sesuai
dengan
gambarnya
11,12,13,14,15 5
4. Mengenal
bangun
datar
V/II Menggambar
bangun datar
sederhana
Siswa dapat
menggambar
bangun datar
sederhana
16,17,18,19,20 5
5. Mengenal
bangun
datar
V/II Melakukan
penjumlahan
sampai 20
Siswa dapat
melakukan
penjumlahan
sampai 20
21,22,23,24 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Lampiran 3
SOAL TRYOUT
KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR
ANAK TUNAGRAHITA
Mata Pelajaran : Matematika
Sub Bahasan : Mengenal Bangun Datar
Kelas/Semester : SD Kelas 5 / II
Waktu : 60 Menit
Petunjuk Mengerjakan :
1. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang tersedia.
2. Jawablah pertanyaan dengan benar.
3. Kerjakan lebih dahulu soal yang kamu anggap mudah.
4. Bedoalah sebelum mengerjakan.
Nama :
Kelas :
A. Hubungkan gambar dibawah ini sesuai namanya!
1. a. Lingkaran
2. b. Segitiga
3.
c. Persegi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4. d. Jajar genjang
5. e. Persegi panjang
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan bilangan yang tepat sesuai dengan banyak
benda!
6.
…………………….
7.
…………………….
8.
…………………….
9.
…………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
10.
C. Tuliskan nama bangun datar di bawah ini sesuai dengan gambar yang ada!
11.
12.
………………………….....
13.
…………………………….
14.
…………………………….
15.
…………………………….
…………………….
…………………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
D. Gambarlah bangun datar di bawah ini!
16. Lingkaran
17. Segitiga
18. Persegi
19. Persegi Panjang
20. Jajar Genjang
E. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
Perhatikan gambar di bawah ini!
21. Jumlah Segitiga + jumlah lingkaran : ……………
22. Jumlah Persegi + jumlah jajar genjang : ……………
23. Jumlah Persegi panjang + jumlah segitiga : …………..
24. Jumlah Persegi + jumlah lingkaran : ……………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kunci Jawaban Soal Tryout
A. 1. c
2. e
3. b
4. a
5. d
B. 6. 16
7. 8
8. 11
9. 15
10. 9
C. 11. Segitiga
12. Peregi panjang
13. Jajar genjang
14. Lingkaran
15. Persegi
D. 16.
17.
18.
19.
20.
E. 21. 11
22. 10
23. 12
24. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Lampiran 4
Data Try Out
No Item Soal
Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Tot
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 14
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
4 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23
6 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Lampiran 5
Uji Validitas
Correlations
Cor relations
1 -.258 1.000** .730 .730 1.000** -.400 .730 .929**
.576 .000 .062 .062 .000 .374 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
-.258 1 -.258 .471 .471 -.258 .645 .471 .112
.576 .576 .286 .286 .576 .117 .286 .812
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** -.258 1 .730 .730 1.000** -.400 .730 .929**
.000 .576 .062 .062 .000 .374 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .471 .730 1 1.000** .730 .091 1.000** .927**
.062 .286 .062 .000 .062 .846 .000 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .471 .730 1.000** 1 .730 .091 1.000** .927**
.062 .286 .062 .000 .062 .846 .000 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** -.258 1.000** .730 .730 1 -.400 .730 .929**
.000 .576 .000 .062 .062 .374 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
-.400 .645 -.400 .091 .091 -.400 1 .091 -.130
.374 .117 .374 .846 .846 .374 .846 .782
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .471 .730 1.000** 1.000** .730 .091 1 .927**
.062 .286 .062 .000 .000 .062 .846 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.929** .112 .929** .927** .927** .929** -.130 .927** 1
.002 .812 .002 .003 .003 .002 .782 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
Valid
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Valid
Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Correlations
Cor relations
1 1.000** .730 .730 .730 .730 -.167 1.000** .927**
.000 .062 .062 .062 .062 .721 .000 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1 .730 .730 .730 .730 -.167 1.000** .927**
.000 .062 .062 .062 .062 .721 .000 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .730 1 1.000** 1.000** 1.000** -.548 .730 .929**
.062 .062 .000 .000 .000 .203 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .730 1.000** 1 1.000** 1.000** -.548 .730 .929**
.062 .062 .000 .000 .000 .203 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .730 1.000** 1.000** 1 1.000** -.548 .730 .929**
.062 .062 .000 .000 .000 .203 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.730 .730 1.000** 1.000** 1.000** 1 -.548 .730 .929**
.062 .062 .000 .000 .000 .203 .062 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
-.167 -.167 -.548 -.548 -.548 -.548 1 -.167 -.350
.721 .721 .203 .203 .203 .203 .721 .441
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1.000** .730 .730 .730 .730 -.167 1 .927**
.000 .000 .062 .062 .062 .062 .721 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.927** .927** .929** .929** .929** .929** -.350 .927** 1
.003 .003 .002 .002 .002 .002 .441 .003
7 7 7 7 7 7 7 7 7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
Valid
X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 Valid
Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Uji Validitas
Correlations
Cor relations
1 1.000** 1.000** -.400 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .929**
.000 .000 .374 .000 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1 1.000** -.400 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .929**
.000 .000 .374 .000 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1.000** 1 -.400 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .929**
.000 .000 .374 .000 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
-.400 -.400 -.400 1 -.400 -.400 -.400 -.400 -.167
.374 .374 .374 .374 .374 .374 .374 .720
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1.000** 1.000** -.400 1 1.000** 1.000** 1.000** .929**
.000 .000 .000 .374 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1.000** 1.000** -.400 1.000** 1 1.000** 1.000** .929**
.000 .000 .000 .374 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1.000** 1.000** -.400 1.000** 1.000** 1 1.000** .929**
.000 .000 .000 .374 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
1.000** 1.000** 1.000** -.400 1.000** 1.000** 1.000** 1 .929**
.000 .000 .000 .374 .000 .000 .000 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
.929** .929** .929** -.167 .929** .929** .929** .929** 1
.002 .002 .002 .720 .002 .002 .002 .002
7 7 7 7 7 7 7 7 7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
Valid
X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 Valid
Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Lampiran 6
Uji Reliabilitas
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Process ing Summ ary
7 100.0
0 .0
7 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listw ise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statis tics
.993 20
Cronbach's
Alpha N of Items
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Lampiran 7
SOAL PRETEST DAN POSTEST
KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR
ANAK TUNAGRAHITA
Mata Pelajaran : Matematika
Sub Bahasan : Mengenal Bangun Datar
Kelas/Semester : SD Kelas 5 / II
Waktu : 90 Menit
F. Hubungkan gambar dibawah ini sesuai namanya!
25. a. Lingkaran
b. Segitiga
26.
c. Persegi
27.
d. Jajar genjang
28. e. Persegi panjang
Nama :
Kelas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
G. Isilah titik-titik di bawah ini dengan bilangan yang tepat sesuai dengan banyak
benda!
29.
…………………….
30.
…………………….
31.
…………………….
32.
…………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
H. Tuliskan nama bangun datar di bawah ini sesuai dengan gambar yang ada!
33.
34.
………………………….....
35.
…………………………….
36.
…………………………….
I. Gambarlah bangun datar di bawah ini!
37. Lingkaran
38. Segitiga
39. Persegi
40. Persegi Panjang
…………………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
J. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
Perhatikan gambar di bawah ini!
41. Jumlah Segitiga + jumlah lingkaran : ……………
42. Jumlah Persegi + jumlah jajar genjang : ……………
43. Jumlah Persegi panjang + jumlah segitiga : …………..
44. Jumlah Persegi + jumlah lingkaran : ……………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Kunci Jawaban Soal Pre test dan Post test
F. 1. c
2. b
3. a
4. d
G. 5. 16
6. 11
7. 15
8. 9
H. 9. Segitiga
10. Peregi panjang
11. Jajar genjang
12. Lingkaran
I. 13.
14.
15.
16.
J. 17. 11
18. 10
19. 12
20. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Lampiran 8
DATA PRE TEST
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tot
1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 12
2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15
3 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 9
4 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 10
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 13
DATA POS TEST
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tot
1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 14
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
3 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 13
4 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15
5 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Lampiran 9
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics
5 11.80 2.387 9 15
5 15.20 2.280 13 19
Pretest
Postest
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ranks
0a .00 .00
5b 3.00 15.00
0c
5
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Postes t - Pretes t
N Mean Rank Sum of Ranks
Postes t < Pretesta.
Postes t > Pretestb.
Postes t = Pretestc.
Tes t Statisticsb
-2.041a
.041
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Postest -
Pretest
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Lampiran 10
Contoh Permainan Tangram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Lampian 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98