33
EFEKTIVITAS PROGRAM KEAMANAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN ANAK SERTA ORANG TUA SITI NURULFALAH DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM KEAMANAN PANGAN TERHADAP … · Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan aset penerus bangsa yang harus diperhatikan ... jelly, agar-agar atau produk gel lainnya,

Embed Size (px)

Citation preview

EFEKTIVITAS PROGRAM KEAMANAN PANGAN

TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN ANAK SERTA

ORANG TUA

SITI NURULFALAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Program

Keamanan Pangan Terhadap Perubahan Pengetahuan Anak serta Orang Tua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Siti Nurulfalah

NIM F24100134

ABSTRAK

SITI NURULFALAH. Efektivitas Program Keamanan Pangan Terhadap Perubahan Pengetahuan Anak serta Orang Tua. Dibimbing oleh WINIATI P. RAHAYU dan RUKI FANAIKE.

Pengetahuan anak SD dan orang tua tentang keamanan pangan perlu ditingkatkan agar anak terhindar dari risiko mengkonsumsi pangan yang tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan keamanan pangan yang telah dilakukan di sekolah terhadap peningkatan pengetahuan keamanan pangan pada anak SD, serta perilaku orang tuanya. Data hasil survei dari 397 anak dan 195 orang tua diolah dengan menggunakan program SPSS dengan metode analisis korelasi kontingensi dan spearman. Kegiatan yang memberikanpengaruh signifikan terhadap perubahan pengetahuan anak SD di IBB adalah pemasangan poster dan pembentukan tim keamanan pangan di sekolah, sedangkan di IBT adalah pemasangan poster dan penyuluhan keamanan pangan di sekolah. Hasil analisis korelasi spearman menunjukkan tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh (p= 0.276) terhadap perubahan pengetahuan anak SD.

Kata kunci: anak SD, orang tua, keamanan pangan, program.

ABSTRACT

SITI NURULFALAH. The Effectiveness of Food Safety Programs Towards the Improvement of Students and Parents’ Knowledge. Supervised by WINIATI P. RAHAYU dan RUKI FANAIKE

Food safety knowledge of students and parents’ need to be improved to minimize the risk of food poisoning which most cases occured at home and school. The aim of this research was to determine the effectivity from various food safety programs that have held at school towards the improvement of food safety knowledge among primary school students, and their parents’ behavior. The survey data gained from 397 primary school students and 195 parents were analyzed using SPSS through contingency and spearman analysis methods. The result affirming activities which significantly associated with the improvement of primary school students’ knowledge in West-part of Indonesia were pasting food safety poster and establishing of food safety team, while in East-part of Indonesia were pasting food safety poster and conducting food safety extension. The result of spearman correlation revealed that parents’ educational level had no effect over the improvement of primary school students’ knowledge about food safety (p= 0.276 >α= 0.05).

Keywords:food safety, parent, primary school student, program.

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

EFEKTIVITAS PROGRAM KEAMANAN

PANGANTERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN ANAK

SERTA ORANG TUA

SITI NURULFALAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul Efektivitas Program Keamanan Pangan Terhadap Perubahan Pengetahuan Anak serta Orang Tua.Penulis menyelesaikan skripsi ini berdasarkan hasil magang tugas akhir di BPOM RI.

Karya tulis ini penulis persembahkan secara khusus kepada Bapak, Mamah, Fikri, Fira, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, dan doa yang tidak pernah terputus.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Ibu Ruki Fanaike, S.TP selaku pembimbing lapang di BPOM RI atas bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan tugas magang. Terima kasih kepada Dr. Elvira Syamsir, S.TP, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang ujian sarjana. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh sahabat terbaik di ITP 47 yang telah mendukung penulis selama menjalani aktivitas kuliah hingga penyusunan skripsi ini selesai.

Bogor, Maret 2015

Siti Nurulfalah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... vi PENDAHULUAN ...................................................................................................1

Latar Belakang .....................................................................................................1

Perumusan Masalah .............................................................................................2

Tujuan Penelitian .................................................................................................3

Manfaat Penelitian ...............................................................................................4

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...............................................................4

Bahan Penelitian ...................................................................................................4

Analisis Data ........................................................................................................6

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................7

Efektivitas Program Keamanan Pangan di Sekolah Terhadap Pengetahuan

Keamanan Pangan Anak SD...............................................................................7

Efektivitas Program Keamanan Pangan di Sekolah terhadap Perubahan

Perilaku Jajan Anak SD.....................................................................................12

Pengetahuan dan Partisipasi Orang Tua PadaProgram Keamanan Pangan

di Sekolah..........................................................................................................15

PengaruhTingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Pengetahuan Keamanan Pangan Anak......................................................................................................17

SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................19

Simpulan ............................................................................................................19

Saran ..................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................23

DAFTAR TABEL

1. Pertanyaan dalam kuesioner anak dan kuesioner orang tua ................................5 2. Derajat korelasi antar variabel (Davis 1971) .......................................................6 3. Aktivitas anak SD terhadap kegiatan keamanan pangan yang

dilaksanakan di sekolah .......................................................................................7 4. Hasil uji kontingensi antara kegiatan keamanan pangan dan peningkatan

pengetahuan anak ..............................................................................................11 5. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan perubahan pengetahuan

anak setelah mendapatkan program keamanan pangan .....................................18

DAFTAR GAMBAR

1. Perubahan pola jajan anak SD ...........................................................................12 2. Kegiatan keamanan pangan yang paling bermanfaat untuk menambah

pengetahun tentang keamanan pangan menurut siswa SD ................................13 3. Pengetahuan orang tua tentang tim keamanan pangan ......................................16 4. Pengetahuan dan partisipasi orang tua terhadap tim keamanan pangan............16 5. Tingkat pendidikan orang tua untuk korelasi dengan pengetahuan anak ..........18

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan aset penerus bangsa yang harus diperhatikan kesehatannya. Kesehatan yang terjaga dengan baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan adalah makanan. Makanan yang amandan bergizi baik sangat dianjurkan untuk selalu dikonsumsi oleh anak, khususnyaanak usia Sekolah Dasar (SD)yang masih dalam masa tumbuh kembang. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar (Judawarto 2010). Anak di usia SD tersebut masih perlu dibimbing dalam penentuan pola makannya.

Kegiatan anak SD tentu banyak dihabiskan tidak hanya di rumah namun juga di sekolah. Rata-rata anak menghabiskan 8-9 jam di sekolah. Kegiatan yang dilakukan selama anak di sekolah tentu termasuk kegiatan makan.Berbeda dengan di rumah, pola makan anak di sekolah lebih sulit dikontrol karena kebanyakan orang tua tidak mendampingi anak secara terus-menerus selama di sekolah.Individu yang termasuk kedalam anggota komunitas sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mengontrol pangan jajanan anak sekolah yang dikonsumsi oleh anak.Di sekolah pada umumnya anak-anak membeli makanan atau minuman di kantin atau di penjaja luar sekolah.Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) belum semuanya aman.

Hasil pengawasan PJAS secara rutin oleh Badan POM menunjukkan jajanan yang tidak memenuhi syarat yaitu berkisar 40-44% dalam kurun waktu tahun 2008-2010 (BPOM 2013a). Setelah adanya program Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (AN-PJAS) yang dilaksanakan sejak tahun 2011, persentase PJAS yang tidak memenuhi syarat semakin berkurang. Data pengawasan PJAS yang dilakukan Badan POM pada tahun 2012 terhadap 15, 917 sampel menunjukkan sebanyak 3, 058 sampel (19.21 %) masih tidak memenuhi syarat (TMS). Jenis sampel yang diuji pada pengawasan PJAS ada 7 jenis yang meliputi bakso (sebelum diseduh/disajikan), jelly, agar-agar atau produk gel lainnya, es (es mambo, lolipop, es lilin, es cendol, es campur, dan sejenisnya), mie (disajikan/siap dikonsumsi), minuman berwarna dan sirup, kudapan (makanan gorengan seperti bakwan, tahu goreng, cilok, sosis, batagor, empek-empek, lontong, dll), makanan ringan (kerupuk, keripik, produk ekstrusi dan sejenisnya). Sampel masuk ke dalam kriteria tidak memenuhi syarat antara lain karena : (i) menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan; (ii) menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal; (iii) mengandung cemaran logam berat melebihi batas maksimal, dan (iv) kualitas mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat (BPOM 2013a).

Tingginya angka jajanan yang tidak memenuhi syarat membuat suatu aksi nasional sangat diperlukan untuk meningkatkan keamanan dan mutu PJAS yng secara terpadu dapat menggerakkan kemandirian SD untuk menjaga keamanan dan mutu PJAS di lingkungan sekolah (BPOM 2013a). Sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 intervensi program Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan Jajanan

2

Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi (Aksi Nasional PJAS) telah dilakukan ke 16, 990 SD/MI di Indonesia. Program PJAS ini tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki sarana dan prasarana melalui perbaikan fasilitas dan operasional kantin, tetapi juga akan: (i) mempromosikan keamanan pangan pada seluruh komunitas sekolah melalui komunikasi, penyebaran informasi dan edukasi kepada produsen, pedagang PJAS, siswa dan masyarakat sekolah lainnya; (ii) mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengolahan dan penyajian PJAS yang benar; (iii) meningkatkan pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah; dan (iv) memberdayakan komunitas sekolah dalam penerapan sanksi sosial (social enforcement). Lima strategi utama Aksi Nasional PJAS yaitu: (1) Perkuatan program PJAS; (2)Peningkatan kesadaran komunitas sekolah; (3) Peningkatan kapasitas sumber daya PJAS; (4) Modeling dan replikasi kantin sekolah; dan (5) Optimalisasi manajemen Aksi Nasional PJAS (BPOM 2011).

Orang tua dan anak adalah bagian dari komunitas sekolah yang menjadi target utama program ini. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan keadaan ekonomi serta kebiasaan makan di rumah. Sehingga peran orang tua dibutuhkan dalam mengontrol kebiasaan jajan anak. Guru di sekolah juga turut memiliki peran dalam pengawasan jajan anak SD di sekolah. Namun, kebiasaan jajan sembarangan di sekolah dapat dikurangi apabila anak SD sudah dibiasakan oleh orang tuanya untuk memilih makanan yang sehat di rumah. Target program AN-PJAS terhadap orang tua adalah agar orang tua dapat memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan keamanan pangan di sekolah dan berpartisipasi melalui pertemuan orang tua (komite sekolah) atau pertemuan lainnya. Target program AN-PJAS terhadap anak SD adalah agar anak SD dapat berperilaku sehat termasuk dalam hal makan seperti selalu mencuci tangan sebelum makan dan memilih makanan yang aman untuk mencegah penyakit (BPOM 2012).

Perumusan Masalah

Keamanan pangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB), jenis pangan penyebab KLB keracunan pangan tahun 2013 adalah masakan rumah tangga sebanyak 23 kejadian (47.92%), pangan jajanan anak sebanyak 8 kejadian (16.67%), pangan jasa boga sebanyak 8 kejadian (16.67%), pangan olahan sebanyak 7 kejadian (14.38%), tidak diketahui sebanyak dua kejadian (4.17%). Lokasi atau tempat kejadian KLB keracunan pangan terbanyak terjadi di Rumah tangga, yaitu sebanyak 22 kejadian (45.83 %), dan di Sekolah Dasar sebanyak 8 kejadian (16.67%). Lokasi KLB keracunan pangan lainnya adalah di Tempat terbuka (6.25 %), asrama (6.25 %), restoran/warung (6.25 %), tempat perayaan (4.17 %),pesantren (4.17 %), gereja/mesjid (4.17 %), Sekolah Menengah Pertama (2.08 %), kantor/gedung pertemuan (2.08 %), dan posyandu (2.08 %)(BPOM 2013b). Rendahnya pengetahuan anak SD dan orang tua tentang keamanan pangan adalah alasan

3

mengapa masalah tersebut dapat terjadi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hamida et al.(2012) di SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta menunjukkan tingkat pengetahuan siswa tentang keamanan PJAS masih rendah, yaitu sebanyak 55 % siswa pengetahuannya tergolong kategori kurang.Tingginya risiko keamanan pangan pada pangan hasil olahan rumah tangga membuat pengetahuan dan praktik keamanan pangan orang tua perlu ditingkatkan.

KLB keracunan pangan yang diakibatkan oleh PJAS yang tidak aman dapat terjadi akibat kebiasaan anak yang masih jajan sembarangan. Sedangkan kebiasaan jajan anak dipengaruhi oleh pola makan di Rumah. Anak yang dibiasakan oleh orang tuanya untuk memilih makanan yang aman dan sehat tentu tidak akan jajan sembarangan. Pemahaman dan pengetahuan orang tua dan anak terkait keamanan pangan sangat penting, karena pengetahuan seseorang akan sangat mempengaruhi sikap dan praktik keamanan pangan, baik dalam pemilihan, pengolahan dan penyimpanan pangan (Andarwulan et al2009).

ANPJAS adalahsuatu aksi nasional yang tujuannya adalah untuk: (i)Memberdayakan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS; (ii)Menguatkan koordinasi dan jejaring kerja lintas sektor di pusat dan daerah untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi; dan (iii)Meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia (BPOM 2013c). Berdasarkan pemikiran diatas, maka lingkup rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai efektivitas program keamanan pangan terhadap peningkatan pemahaman anak SD tentang pangan jajanan yang aman, sehat, dan bergizi, serta tingkat kontribusi yang telah dilakukan pihak orang tua terhadap program keamanan pangan yang dilakukan di sekolah. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir dan pandangannnya terhadap cara mengasuh dan mendidik anaknya. Sehingga pada skripsi ini juga dianalisis hubungan pendidikan orang tua dengan peningkatan pengetahuan anak setelah mengikuti kegiatan keamanan pangan di sekolah.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perubahan pengetahuan anak tentang pangan jajanan yang sehat,

aman, dan bergizi dengan adanya program keamanan pangan. 2. Mengetahui efektivitas program keamanan pangan terhadap perubahan pola

jajan anak SD yang sudah mendapat intervensi 3. Mengetahui tingkat pengetahuan dan partisipasi orang tuapada program

keamanan pangan di sekolah anak. 4. Mengetahui korelasi pendidikan orang tua dengan pengetahuan anak setelah

anak menerima program keamanan pangan.

4

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program keamanan pangan yang terkait dengan anak SD dan pihak orang tua, sehingga program yang sudah ada dapat lebih dimaksimalkan penerapannya demi tercapainya peningkatan kesadaran keamanan pangan di tingkat komunitas sekolah. Diharapkan dengan rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini kebiasaan anak jajan sembarangan dapat dikurangi dan peran orang tua dalam mengawasi kebiasaan jajan anak serta partisipasi dalam kegiatan keamanan pangan di sekolah dapat ditingkatkan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dari hasil survei “Dampak Aksi Nasional PJAS terhadap Kemandirian Komunitas Sekolah dalam Peningkatan Keamanan Pangan” yang dilakukan BPOM pada tahun 2014. Survei telah dilakukan di 110 SD yang tersebar di enam Provinsi di Indonesia, yaitu: Provinsi DKI Jakarta (20 sekolah), Gorontalo(15 sekolah), Jawa Tengah(20 sekolah), Kalimantan Tengah(18 sekolah), Nusa Tenggara Timur(15), dan Sumatra Barat(22 sekolah). Keenam provinsi tersebut kemudian dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu: Indonesia Bagian Barat (IBB) dan Indonesia Bagian Timur (IBT). Provinsi yang masuk kedalam kategori IBB adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sumatra Barat, dan Kalimantan Tengah. Provinsi Gorontalo dan Nusa Tenggara Timur masuk kedalam kategori IBT.

Sekolah Dasar yang dijadikan lokasi survei adalah SD yang telah mendapatkan intervensi AN-PJAS yang terdiri dari kegiatan: (1)kegiatan sampling dan pengujian PJAS; (2)bimbingan teknis KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) keamanan PJAS; (3)KIE lainnya (misalnya mobil keliling atau penyebaran informasi) untuk semua SD yang PJAS-nya di-sampling dan diuji; (4)distribusi produk informasi keamanan pangan (poster, SD, leaflet, buku, komik, dll); dan (5)piagam bintang keamanan pangan kantin sekolah (PBKP-KS). Responden orang tua diutamakan adalah yang pernah mengikuti kegiatan pembinaan keamanan pangan di sekolah pada tahun 2012 dan atau 2013, yaitu sebanyak 135 responden orang tua berasal dari kategori IBB dan 60 responden orang tua berasal dari kategori IBT. Total responden orang tua adalah 195 responden. Responden siswa diutamakan adalah yang pernah mengikuti bimbingan teknis (bimtek) atau pembinaan keamanan pangan (umumnya siswa kelas 4 dan kelas 5 pada saat kegiatan dilangsungkan). Sebanyak 277 responden siswa berasal dari kategori IBB dan sebanyak 120 responden siswa berasal dari kategori IBT. Total responden anak SD adalah 397 responden. Sedangkan data yang digunakan untuk uji korelasi antara tingkat pendidikan orang tua dengan peningkatan pengetahuan siswa adalah data dari orang tua dan siswa yang benar memiliki hubungan keluarga dan keduanya menjawab kuesioner.

Seluruh data yang digunakan pada penelitian ini adalah data dari kuesioner AN-PJAS untuk siswa dan kuesioner AN-PJAS untuk orang tua. Pertanyaan yang digunakan dari kuesioner siswa dan kuesioner orang tua dapat dilihat pada Tabel 1.

5

Tabel 1 Pertanyaan dalam kuesioner anak dan kuesioner orang tua

No Pertanyaan pada kuesioner anak Pertanyaan pada kuesioner orang tua 1. Apakahkamupernahmelihatmobillabora

toriumkelilingBadan POM datingkesekolahmu?

Apa pendidikanterakhir Bapak/Ibu ?

2 Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan penyuluhan/ penyebaran informasi keamanan pangan yang memberi pengetahuan tentang keamanan pangan ?

Apakah Bapak/Ibu pernah diundang oleh sekolah untuk mengikuti bimbingan teknis/penyuluhan/sosialisasi tentang keamanan pangan/kantin sehat?

3 Apakah kamu bertugas sebagai dokter kecil di sekolahmu?

ApakahBapak/Ibu pernahmendengar/ mengetahuitentangtimkeamananpangansekolah?

4 Apakah kamu menjadi anggota yunior tim keamanan pangan sekolahmu?

Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah sekolah ini memiliki tim keamanan pangan sekolah?

5 Apakah kamu sudah pernah membuka situs klubpompi.pom.go.id

Apakah Bapak/Ibu menjadi pengurus tim keamanan pangan sekolah ini?

6 Apakah kamu pernah melihat ada poster keamanan pangan yang ditempel di sekolahmu?

Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan/berpartisipasi dalam penyusunan dan atau pelaksanaan program keamanan pangan di sekolah?

7 Kegiatan apa yang menurutmu paling

bermanfaat untuk menambah pengetahuanmu tentang keamanan pangan

8 Apakah kamu lebih sering memperhatikan penampilan dan kebersihan pangan jajanan yang kamu beli setelah kamu mendapat pengetahuan keamanan pangan?

9 Apakah sekarang teman-temanmu lebih senang jajan di kantin daripada dari pedagang di luar pagar sekolah/di sekitar sekolah?

6

Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis dengan

menggunakan SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 20 for windows. Data kuesioner masing-masing diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dalam SPSS untuk melihat persentase dari masing-masing pilihan jawaban. Hasil persentase kemudian digolongkan dalam kategori sangat tinggi (80-100 %), tinggi (60-79 %), sedang(40-59 %), rendah (20-39 %), dan sangat rendah (0-19 %) (Diana 2013). Kategori tersebut berdasarkan hasil perhitungan nilai interval dengan menggunakan rumus i = [(skor tertinggi-skor terendah)/banyaknya kategori] (Sudijono 2009)

Data pendidikan orang tua digolongkan ke dalam kategori pendidikan tinggi (diploma, sarjana, dan pascasarjana), pendidikan menengah (SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat), dan pendidikan dasar (Sekolah Dasar) (Undang-undang2003).Data responden orang tua dengan kategori pendidikan tinggi diberi skor 3, kategori pendidikan menengah diberi skor 2, dan kategori pendidikan dasar diberi skor 1.

Setelah coding, analisis korelasi kontingensi digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan keamanan pangan yang paling efektif dan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan anak. Analisis korelasi kontingensi digunakan untuk menganalisis data penelitian yang mempunyai karakteristik data berskala nominal. Koefisien kontingensi (C) dan Koefisien kontingensi maksimum (C-maks) adalah bilangan yang digunakan untuk melihat derajat keeratan hubungan yang terjadi. Hubungan kedua variabel ini disimbolkan dengan Q dan mempunyai nilai antara -1 dan 1 (Usman 2006). Ketentuan kategori derajat korelasi antar variabel menurut Davis (1971) dapat dilihat pada Tabel 2.

Analisis korelasi spearman digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan pengetahuan anak.Analisis korelasi spearman digunakan untuk mengetahui derajat keeratan atau hubungan yang memiliki skala pengukuran ordinal. Nilai koefisien korelasi dan kriteria penilaian derajat keeratan dua variabel sama dengan yang digunakan dalam korelasi pearson, perbedaannya terletak pada pengubahan data ke dalam bentuk ranking sebelum dihitung koefisien korelasinya (Sugiarto 2000).

Nilai signifikansi pada kedua korelasi menunjukkan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau tidak, dimana jika nilai signifikansi kurang dari 0.05 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel (Trihendradi 2011).

Tabel 2 Derajat korelasi antar variabel (Davis 1971)

No Korelasi Nilai Q 1. Sangat erat ≥ 0.70 2. Erat ≥ 0.50 dan ≤ 0.69 3. Cukup erat ≥0.30 dan ≤ 0.49 4. Kurang erat ≥0.10 dan ≤ 0.29 5. Dapat diabaikan ≥0.01 dan ≤ 0.09 6. Tidak ada ≤ 0.00

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas dan Dampak Program Keamanan Pangan di Sekolah

Terhadap Pengetahuan Keamanan Pangan Anak SD

Program keamanan pangan merupakan bagian dari Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah, mulai disusun pada tahun 2011dan telah dilaksanakan hingga tahun 2014. Target dari program ini adalah anggota komunitas sekolah di Indonesia. Komunitas yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, orang tua, penjaja, dan siswa. Kegiatan yang termasuk kedalam program keamanan pangan sekolah salah satunya adalah penyuluhan atau bimbingan teknis (bimtek)oleh petugas Badan POM, sampling dan penyuluhan melalui mobil keliling Badan POM, pemberian piagam bintang kantin sehat sekolah, dokter kecil dan pembentukan tim keamanan pangan. Data hasil survei yang menunjukkan aktivitas anak SD dalam program keamanan pangan yang dilaksanakan di sekolah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Aktivitas anak SD terhadap kegiatan keamanan pangan yang dilaksanakan

di sekolah No Kegiatan Indonesia Bagian

Barat

Kategori aktivitas anak SD

Indonesia Bagian Timur

Kategori aktivitas anak SD

I(%)

II(%)

III(%)

I (%)

II (%)

III (%)

1 Melihat poster keamanan pangan

71 19 10 Tinggi 87 12 1 Sangat tinggi

2 Menjadi anggota yunior tim keamanan pangan

62 38 - Tinggi 77 23 - Tinggi

3 Mengikuti penyuluhan keamanan pangan

56 29 15 Sedang 59 31 10 Sedang

4 Menjadi anggota dokter kecil

56 44 - Sedang 31 69 - Rendah

5 Memperhatikan penjelasan saat mobil keliling Badan POM mendatangi sekolah

36 47 17 Rendah 45 29 26 Sedang

6 Mengakses situs klubpompi.pom.go.id

23 77 - Rendah 13 87 - Sangat rendah

Keterangan : I: pernah II: tidak pernah III: tidak tahu -: anak tidak tahu tentang adanya program; tidak ada pilihan jawaban tidak tahu

8

Media merupakan sumber informasi yang memiliki jangkauan luas. Salah satu media yang dapat membantu menyebarluaskan informasi keamanan pangan adalah poster. Tabel 3 menunjukkan bahwa aktivitas anak SD di kedua kategori lebih banyak yang pernah melihat poster keamanan pangan yang ditempel di lingkungan sekolah (IBB: 71 %; IBT: 87%) dibandingkan mengakses situs klubpompi (IBB: 23 %; IBT: 13%). Persentase tersebut menunjukkan lokasi daerah tidak memberikan perbedaan terhadap kecenderungan aktivitas anak SD dan cara yang lebih efektif untuk memberikan informasi kepada anak SD adalah dengan media cetak bergambar seperti poster. Website klubpompi adalah website milik Badan POM yang dibuat sebagai salah satu sarana berbagai informasi dan ide tentang isu-isu pangan, yang berisi tentang gizi, mutu, pencemaran, makanan aman dan tidak aman, pengawet, pewarna, jajanan pinggir jalan, dll.Meskipun media internet memiliki jangkauan yang lebih luas dibanding media cetak, namun pada umumnya anak SD masih kurang aktif dalam belajar dan mencari informasi secara mandiri melalui media internet. Hal ini ditunjukan dari data anak SD yang tidak pernah mengakses situs klubpompi memiliki persentase sangat tinggi yaitu IBB: 77 % dan IBT: 87%.

Notoatmodjo (2007) mengatakan pengetahuan terbentuk setelah orangmelakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan,pendengaran, penciuman, pencicip dan peraba. Sebesar 30 % pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan. Berdasarkan hal tersebut, menuliskan situs klubpompi di dalam poster keamanan pangan dapat menjadi alternatif pilihan untuk lebih mempromosikan situs klubpompi dan meningkatkan kesadaran anak SD terhadap pentingnya informasi keamanan pangan yang terdapat dalam situs klubpompi. Penyampaian pesan yang singkat, bahasa yang sederhana, disertai gambar-gambar yang menarik serta warna-warna pendukung dapat menambah daya tarik poster sehingga lebih komunikatif terhadap sasaran audiensnya (Saptari 2005).

Tim keamanan pangan sekolah terdiri dari guru UKS, dokter kecil, dan komite sekolah. Peran dari tim keamanan pangan sekolah salah satunya adalah untuk mensosialisasikan keamanan pangan bagi warga sekolah. Bila sekolah sudah memiliki dokter kecil, maka dokter kecil tersebut dapat diberikan tugas tambahan sebagai inspektur cilik(BPOM 2012). Meskipun dokter kecil adalah bagian dari tim keamanan pangan sekolah, namun tidak semua anak yang aktif menjadi anggota yunior tim keamanan pangan sekolah juga aktif sebagai dokter kecil. Hal ini dapat disebabkan karenamasih ada sekolah yang belum menjalankan program dokter kecil di sekolahnya atau sekolah yang telah memiliki dokter kecil masih belum maksimal dalam pelaksanaan dan pembinaannya.

Berdasarkan data pada Tabel 3,aktivitas anak SD dalam program dokter kecil di sekolah yang termasuk dalam kategori IBT memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan sekolah dalam kategori IBB. Data ini dapat menjadi bahan masukkan agar program dokter kecil di daerah timur Indonesia lebih ditingkatkan. Penelitian yang dilakukan oleh Kwarbola (2012) juga menunjukkan bahwa berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan program dokter kecil di Wilayah Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan masih kurang baik (72.7 %). Kurang baiknya pelaksanaan program dokter kecil di Wilayah Puskesmas Dobo disebabkan karena pengelolaan dokter kecil tidak berjalan secara

9

maksimal. Hal tersebut dibuktikan dengan jarangnya dilaksanakan pelatihan dokter kecil oleh petugas puskesmas.

Selain itu, data lain dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Harviani (2014) menyatakan implementasi program dokter kecil di SD Negeri Se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman berada pada kategori kurangsekali sebesar 10.35% (3 sekolah), kategori kurang sebesar 13.79% (4 sekolah), kategori sedangsebesar 41.38% (12 sekolah), kategori baik sebesar 34.48% (10 sekolah), dan tidak ada sekolah yang masuk ke dalam ketegori baik sekali. Implementasi yang dimaksud terbagi dalam 3 faktor, yaitu: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan sekolah yang sehat. Berdasarkan analisis data, diperoleh skor tertinggi (maksimum) yaitu 31. Berdasarkan skor rata-rata dari jawaban responden tentang implementasi program dokter kecil di sekolah yaitu 21.48, implementasi program Dokter kecil di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman masuk dalam kategori sedang.

Aktivitas anak SD dalam kegiatan penyuluhan atau penyebaran informasi tentang keamanan pangan termasuk kedalam kategori sedang, baik pada IBB maupun IBT. Sedangkan apabila dibandingkan dengan kegiatan KIE langsung lainnya yaitu mobil keliling, aktivitas anak SD masih tergolong ke dalam kategori rendah pada IBB. Perbedaan kegiatan penyuluhan dengan mobil keliling yaitu, kegiatan penyuluhan atau bimtek target pesertanya tidak hanya komunitas sekolah, melainkan juga perwakilan lintas sektor yang terkait dalam AN-PJAS di daerah, baik dari instansi tingkat provinsi maupun tingkat kota/kabupaten. Tujuannya untuk meningkatkan koordinasi pemerintah daerah dan lintas sektor/instansi di daerah dalam meningkatkan keamanan PJAS dan untuk memberdayakan serta mendorong kemandirian komunitas sekolah dalam penyediaan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi (BPOM 2014). Sedangkan mobil keliling atau mobling dilakukan pengawasan makanan yang mengandung bahan berbahaya, seperti formalin, borax, rhodamin B, methanyl yellow, arsen, sianida, dan residu pestisida. Dengan adanya mobling, maka pemeriksaan atau sampling dapat dilakukan saat itu juga di lokasi dengan menggunakan peralatan yang tersedia pada laboratorium keliling (Depkes 2015).Lebih tingginya persentase aktivitas anak SD pada kegiatan penyuluhan dapat disebabkan karena penyuluhan merupakan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang sifatnya bertatapan langsung (komunikasi dua arah). Penyuluhan lebih dapat memberikan peluang kepada pesertanya untuk langsung bertanya kepada narasumber yang ada pada saat penyuluhan berlangsung. Sedangkan mobling, kegiatan lebih difokuskan pada pengujian sampel.

Berdasarkan hasil uji korelasi kontingensi, kegiatan yang memiliki hubungan dengan peningkatan pengetahuan keamanan pangan anak SD berbeda di tiap bagian daerah. Pada sekolah yang termasuk dalam kategori IBB, pembentukan tim keamanan pangan dan poster keamanan pangan adalah kegiatan yang secara sinifikan memiliki hubungan dengan peningkatan pengetahuan keamanan pangan anak. Mengacu pada derajat hubungan yang dikategorikan oleh Davis (1971), secara berturut-turut derajat hubungannya termasuk ke dalam kategori erat dan kurang erat. Peningkatan pengetahuan yang dimaksud adalah anak SD menjadi lebih memperhatikan penampilan dan kebersihan PJAS yang dibeli setelah menerima pengetahuan keamanan pangan.Berbeda halnya pada sekolah yang termasuk ke dalam kategori IBT, kegiatan yang memiliki hubungan

10

dengan peningkatan pengetahuan anak SD adalah poster dan penyuluhan tentang keamanan pangan. Derajat hubungan berturut-turut masuk dalam kategori erat dan cukup erat. Poster keamanan pangan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada peningkatan pengetahuan keamanan pangan anak SD, baik di sekolah yang termasuk kedalam kategori IBB maupun IBT. Namun derajat korelasinya berbeda. Aktivitas melihat poster keamanan pangan pada anak SD yang sekolahnya termasuk dalam IBT memiliki nilai derajat hubungan antar variabel lebih besar dibandingkan pada IBB. Hasil ini dapat dijadikan bahan evaluasi kegiatan poster di IBB. Misalnya seperti dilakukan tinjauan ulang pada isi poster, desain poster, lokasi penempelan poster, dan ukuran poster. Sehingga diharapkan pengaruh dari poster keamanan pangan yang ditempel di sekolah-sekolah IBB dapat lebih meningkatkan pengetahuan keamanan pangan anak SD seperti yang sudah terjadi di sekolah-sekolah IBT. Hasil uji korelasi kontingensi dapat dilihat pada Tabel 4.

Kegiatan menempel poster keamanan pangan, pembentukan tim keamanan pangan sekolah, serta penyuluhan keamanan pangan yang dilakukan di sekolah merupakan kegiatan yang efektif untuk mempengaruhi pengetahuan anak SD terhadap pentingnya keamanan pangan. Hal ini ditunjukan di IBB dan IBT persentase aktivitas anak SD terhadap kegiatan tersebut termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat tinggi dan tinggi. Selain itu berdasarkan uji korelasi kontingensi hasilnya menunjukkan ketiga kegiatan tersebut memilikiderajat hubungan erat dan cukup erat.Efektivitas media poster dalam meningkatkan pengetahuan siswa juga diungkapkan oleh Young et al.(2014), hasil penelitiannya menyimpulkan kelompok siswa yang di ruang kelasnya ditempel poster edukasi selama dua minggu memiliki skor pengetahuan yang lebih signifikan dari kelompok siswa yang ruang kelasnya tidak ditempel poster.

Kegiatan dokter kecil, mobil keliling, dan situs klubpompi.pom.go.id belum menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan keamanan pangan anak SD. Hal ini menunjukkan perlunya evaluasi pada ketiga program tersebut agar kekurangannya dapat diperbaiki, sehingga implementasi pada waktu yang akan datang menjadi lebih baik. Evaluasi untuk kegiatan dokter kecil misalnya dapat dilakukan dengan cara memeriksa kembali dana operasional untuk pelaksanaan proram dokter kecil, kemudian memberikan bantuan dana kepada sekolah yang kekurangan biaya operasional untuk menunjang dokter kecil dalam menjalankan perannya di sekolah. Selain itu evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara lebih memotivasi minat anak SD untuk bergabung dan menjadi dokter kecil. Agar kegiatan mobil keliling dapat lebih meningkatkan pengetahuan anak, evaluasi dapat pula dilakukan pada cara penyampaian informasi dan materi yang disebarkan. Penyampaian informasi yang menarik dan interaktif lebih disukai anak SD, sehingga diharapkan mereka akan lebih tertarik untuk mendengarkan informasi yang disampaikan. Tingginya persentase anak SD yang tidak pernah mengakses situs klubpompi menunjukkan bahwa promosi mengenai keberadaan situs ini harus lebih ditingkatkan. Promosi sebaiknya tidak hanya dilakukan pada anak SD saja melainkan juga kepada orang tua dan guru, karena orang tua adalah yang paling berperan dalam mengajarkan anak di rumah dan di sekolah peran tersebut digantikan oleh guru. Selain promosi, isi dari situs klubpompi juga sebaiknya lebih mengutamakan pada materi atau informasi yang unik dan menarik bagi anak SD. Materi atau informasi tersebut juga sebaiknya tidak disampaikan

11

dengan teks yang panjang melainkan dengan menambahkan banyak gambar yang menarik dan mudah diingat oleh anak SD.

Tabel 4 Hasil uji kontingensi antara kegiatan keamanan pangan dan peningkatan

pengetahuan anak

No Kegiatan keamanan pangan

Korelasikontingensi Peningkatan pengetahuan anak

IBB IBT 1 Melihat poster keamanan

pangan

a. p b. C c. C-maks d. Q

0.004 0.229** 0.816 0.28

0.000 0.440** 0.816 0.54

2 Menjadi anggota yunior tim keamanan pangan sekolah

a. p b. C c. C-maks d. Q

0.000 0.447** 0.707 0.63

0.727 0.116 0.707

0.16

3 Mengikuti penyuluhankeamanan pangan

a. p b. C c. C-maks d. Q

0.493 0.110 0.816 0.13

0.006 0.330** 0.816 0.40

4 Menjadi anggota dokter kecil

a. p b. C c. C-maks d. Q

0.754 0.083 0.707 0.12

0.740 0.071 0.707 0.10

5 Memperhatikan penjelasan saat mobil keliling Badan POM mendatangi sekolah

a. p b. C c. C-maks d. Q

0.525 0.107 0.816 0.13

0.100 0.247 0.816 0.30

6 Mengakses situs klubpompi.pom.go.id

a. p b. C c. C-maks d. Q

0.139 0.156 0.707 0.22

0.359 0.130 0.707 0.18

Keterangan : * memiliki hubungan yang signifikan pada taraf kepercayaan 95% atau α= 0.05 ** memiliki hubungan antar variable ≥ kategori cukup erat IBB : Indonesia Bagian Barat IBT : Indonesia Bagian Timur p : Signifikansi C : Koefisien kontingensi C-maks : Koefisien kontingensi maksimum Q : Derajat hubungan antar variabel

12

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

66

17 17

94

3 3

Pe

rse

nta

se (

%)

Teman yang lebih memilih jajan dikantin

Series1

Series2

Efektivitas Program Keamanan Pangan di Sekolah terhadap Perubahan

Perilaku Jajan Anak SD

Kegiatan keamanan pangan yang dilakukan di sekolah tidak hanya

memberikan pengaruh kepada kelompok anak tertentu saja (misalnya dokter kecil atau anggota tim yunior keamanan pangan), melainkan juga pada anak SD yang tidak terlibat secara langsung.Anak SD dapat saling mempengaruhi pengetahuan satu sama lain, karena anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai cara bertingkah laku yang baik. Lingkungan anak adalah orang tua,guru dan teman-temannya (Gunarsa 2006). Berdasarkan hasil penelitian ini,responden menyatakan bahwa setelah ada kegiatan keamanan pangan di sekolah, teman sebayanya lebih memilih jajan di kantin daripada di penjaja PJAS di luar sekolah. Persentase perubahan perilaku jajan anak dapat dilihat pada Gambar 1.

Perubahan perilaku jajan anak SD yang lebih memilih jajan di kantin sekolah daripada di penjaja di luar kantin termasuk dalam kategori tinggi untuk IBB(66 %) dan sangat tinggi untuk IBT (94 %). Hal ini berarti kegiatan keamanan pangan yang telah dilakukan di sekolah tidak terbatas hanya memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, tapi juga memberikan pengaruh pada pola perilaku jajan anak SD. Namun besarnya pengaruh program keamanan pangan terhadap perubahan pola jajan anak SD tidak dianalisis pada penelitian ini karena tidak ada data sebelum intervensi program keamanan pangan. Berbagai macam kegiatan keamanan pangan yang dilakukan di sekolah memberikan informasi yang berbeda. Semakin beragam dan rutin kegiatan penyebaran informasi keamanan pangan yang dilakukan di sekolah semakin meningkatkan pengetahuan anak SD, sehingga perubahan pola perilaku anak SD dalam hal memilih PJAS yang aman, sehat, dan bergizi juga semakin tinggi.Menurut Yasmin (2010), praktik dan perilaku keamanan pangan memiliki hubungan dengan pengetahuan, semakin baik pengetahuan yang dimiliki maka cenderung akan meningkatkan praktik dan perilaku keamanan pangan.

Ya Tidak Tidak tahu

Gambar 1Perubahan pola jajan anak SD

IBB

IBT

13

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

1 2 3 4 5 6 7 8

45

4

21

7 8

12

2 1

32

44

6 5

12

0 0 1

Pe

rse

nta

se (

%)

Kegiatan keamanan pangan di sekolah

Series1

Series2

Hal serupajuga diungkapkan oleh Akinseyeet al.(2014). Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dan tingkat pengetahuan serta praktik keamanan pangan. Responden yang mendapatkan pelatihan memiliki persentase pengetahuan dengan kategori sangat baiklebih besar (30.6 %) dibandingkan responden yang tidak mendapatkan pelatihan (4.6 %). Sebanyak 95.4 % responden yang tidak mendapatkan pelatihan, tidak mengetahui definisi dan maksud dari Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). Sebagian besar responden yang mendapatkan pelatihan tergolong ke dalam kategori sangat baik (30.6 %)dan luluspada praktik keamanan pangan (38.9 %). Sebanyak 58.3 % memiliki kebiasaan mencuci tangan, 88.9 % menggunakan air bersih dan aman selama persiapan pangan, dan 94.4 % telah menyimpan pangan pada suhu yang sesuai dengan jenisnya.

Keamanan pangan yang terjaga dengan baik akan mengurangi masalah-masalah yang timbul terkait dengan terjadinya penyakit akibat pangan. Dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, masing-masing memberikan manfaat yang beragam. Kegiatan keamanan pangan yang dirasakan paling besar manfaatnya oleh anak SD di IBB adalah mengikuti bimtek/penyuluhan yang dilakukan oleh Badan POM sedangkan di IBT melihat poster keamanan pangan yang ditempel di lingkungan sekolah adalah kegiatan keamanan pangan yang dirasa anak SD memberikan manfaat paling besar(Gambar 2).

Keterangan : 1. Mengikuti bimtek/penyuluhan 2. Mengakses situs klub pompi 3. Menonton film kartun keamanan pangan 4. Membuat slogan keamanan pangan 5. Melihat poster keamanan pangan 6. Motivasi keamanan pangan 7. Belajar keamanan pangan di kelas 8. Mobil keliling

Gambar 2 Kegiatan keamanan pangan yang paling bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang keamanan pangan menurut siswa SD

IBB

IBT

14

Gambar 2 menunjukkan bahwa anak SD di IBB merasakan kegiatan bimtek/penyuluhan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan mengakses situs klubpompi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Notoatmodjo (2005; 2007) bahwa cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan penyuluhan. Pada penyuluhan dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif dan saling tukar pengalaman sasaran. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013)mengenai pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak tentang PHBS di SD, menunjukan rata-rata nilai skor pengetahuan dan sikap responden setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan. Nilai pengetahuan rata-rata dari total 38 responden sebelum penyuluhan adalah 12.89, setelah penyuluhan menjadi 21.74 dengan nilai maksimum yaitu 22.47. Nilai rata-rata sikap responden sebelum penyuluhan adalah 9.21, setelah penyuluhan menjadi 13.47 dengan nilai maksimum yaitu 14.00.

Data yang berbeda ditunjukkan pada persentase jawaban anak SD di IBT. Mereka mengatakan bahwa situs klubpompi adalah program paling bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang keamanan pangan. Hal ini mungkin saja terjadi karena di IBB, kegiatan bimtek/penyuluhan lebih sering dilakukan dibandingkan di IBT. Persentase situs klub pompi berbanding terbalik dengan data persentase anak yang pernah mengakses situs klubpompi. Persentase anak yang pernah mengakses situs klubpompi di IBT termasuk dalam kategori sangat rendah (13 %), namun jika dibandingkan dengan jawaban responden anak SD di IBT, sebanyak 44 % anak mengatakan bahwa situs klubpompi adalah kegiatan keamanan pangan di sekolah yang paling bermanfaat menambah pengetahuan keamanan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa situs klubpompi adalah salah satu program yang berpotensi menjadi media penyebaran informasi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan keamanan pangan anak SD. Meskipun persentase anak yang pernah membuka situs klubpompi masih termasuk kategori sangat rendah di IBT, namun situs tersebut diminati responden untuk dijadikan sumber informasi keamanan pangan mereka. Untuk meningkatkan manfaat dari setiap program sebaiknya kegiatan keamanan pangan yang masih memiliki persentase aktivitas sedang, rendah atau sangat rendah, intensitas pelaksanaannya lebih ditingkatkan lagi di sekolah yang masih masuk dalam ketiga kategori tersebut.

Menonton film kartun keamanan pangan di IBB adalah kegiatan yang memiliki persentase kedua terbesar setelah penyuluhan/bimtek keamanan pangan. Menonton film kartun keamanan pangan dapat menjadi aktivitas yang tidak hanya bermanfaat namun juga menyenangkan bagi siswa SD. Penelitian yang dilakukan oleh Carol et al. (2010) dengan mewawancara 146 anak dari beberapa daerah di USA dan New Mexico memberikan hasil bahwa teknik pembelajaran atau pengajaran yang menarik minat siswa adalah dengan permainan antara lain dengan video games, praktik pengolahan dan persiapan pangan, dan menonton video. Materi video keamanan pangan yang memberikan informasi tentang pangan yang dikonsumsi dan alasan mengapa anak seharusnya mengonsumsi makanan sehat, akan membuat anak lebih mengingatnya. Berdasarkan hal tersebut, untuk target anak SD sebaiknya penyebaran informasi keamanan pangan dilakukan dengan cara yang menyenangkan, menarik, interaktif, dan disesuaikan dengan kemajuan teknologi.

15

Persentase jawaban responden anak SD tentang kegiatan yang paling bermanfaat menunjukkan data bahwa melihat posterkeamanan pangan masih tergolong dalam kategori sangat rendah, padahal apabila mengacu pada hasil uji korelasi kontingensi, poster keamanan pangan adalah kegiatan yang paling berpengaruh terhadap peningkatkan pengetahun keamanan pangan anak SD. Hal ini dapat disebabkan karena ketika melihat poster, responden anak SD masih sebatas hanya melihat atau membaca sekilas informasi yang disampaikan dalam media poster keamanan pangan tersebut. Padahal tanpa mereka sadari, dengan melihat atau membaca informasi yang ada pada poster keamanan pangan tersebut dapat meningkatkan pengetahun keamanan pangan mereka. Poster merupakan salah satu media yang banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan karena poster menyampaikan informasi dengan kata-kata dan gambar atau simbol yang dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman serta mampu mempengaruhi dan memotivasi perilaku orang yang melihatnya (Notoatmodjo 2005).

Pengetahuan dan Partisipasi Orang Tua Pada

Program Keamanan Pangan di Sekolah

Program keamanan pangan dapat meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan anak tentang pangan jajanan sekolah yang aman dan sehat. Briggs (2010) menyatakan bahwa sebuah program konprehensif yang menghubungkan stakeholder di lingkungan sekolah memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan sekolah sehat dan manfaat yang berkelanjutan, salah satunya peningkatan pengetahuan keamanan pangan.Partisipasi dan kerjasama semua anggota komunitas sekolah dalam program keamanan pangan akan meningkatkan kualitas dan praktik keamanan pangan yang baik di lingkungan sekolah. Tujuan utama partisipasi adalah untuk: (1)meningkatkan dedikasi/kontribusi stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolahbaik dalam bentuk jasa (pemikiran, intelektualitas, dan keterampilan), moral, finansial, dan material/barang; (2) memberdayakan kemampuan yang ada pada stakeholders

bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (3) meningkatkan peran stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,baik sebagai advisor, supporter, mediator, controller, resource linker, and education provider; dan (4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi stakeholders dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Ayudia 2014).

Berdasarkan data survei sebanyak 82 % responden orang tua di IBB dan 57 % responden orang tua di IBT mengatakan tidak pernah diundang pihak sekolah untuk mengikuti bimbingan teknis/penyuluhan/sosialisasi tentang keamanan pangan/kantin sehat. Hal ini sangat disayangkan, karena berdasarkan jawaban dari responden orang tua yang pernah diundang pihak sekolah, sebanyak 77 % responden orang tua di IBB dan 96 % responden orang tua di IBT merasakan manfaat yang besar dari kegiatan keamanan pangan tersebut.Akibat dari rendahnya persentase orang tua yang pernah diundang sekolah untuk mengikuti bimbingan teknis atau penyuluhan, masih cukup banyak orang tua yang tidak mengetahui tentang tim keamanan pangan. Gambar 3 menunjukkan

16

100 %

58 %

38 %

18 %

56 %

100 %

72 %

48 %

41 %

92 %

0

10

20

30

40

50

1 2 3

41

30 2928

40

32

Pe

rse

nta

se (

%)

Pengetahuan orang tua tentang tim keamanan pangan

Series1

Series2

persentase orang tua yang pernah mendengar atau mengetahui tentang tim keamanan pangan.

Tim keamanan pangan sekolah adalah komponen utama dalam manajemen

keamanan pangan sekolah mandiri. Sebagai komponen utama, tim bertanggung jawab kepada kepala sekolah untuk memastikan bahwa semua aspek untuk mencapai keamanan pangan telah dilakukan dengan baik (BPOM 2012). Pengetahuan orang tua terkait tim keamanan pangan di sekolah sudah termasuk ke dalam kategori tinggi, karena sebanyak 63% orang tua sudah pernah mendengar atau mengetahui tentang tim keamanan pangan sekolah. Namun hasil survei dari orang tua yang mengatakan mengetahui tentang tim keamanan pangan sekolah, masih ada pula orang tua yang tidak mengetahui apakah di sekolah anak mereka sudah dibentuk tim keamanan pangan atau belum. Pengetahuan dan partisipasi orang tua tentang keberadaan tim keamanan pangan di sekolah dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Pengetahuan orang tua tentang tim keamanan pangan

Gambar 4 Pengetahuan dan partisipasi orang tua terhadap tim keamanan pangan

Tidak tahu Tahu dari Tahu dari pihak komite petugas Badan POM

IBB

IBT

A B C D E C Keterangan :

A: Persentase total responden orang tua B: Persentase orang tua yang mengetahui tentang tim keamanan pangan C: Persentaseorang tua yang mengetahui tim keamanan pangan telah dibentuk di sekolah D: Persentaseorang tua yang menjadi anggota senior tim keamanan pangan sekolah E: Persentase orang tua yang pernah dilibatkan/berpartisipasi dalam penyusunan dan atau pelaksanaan program keamanan pangan di sekolah

IBB IBT

IBB

IBT

17

IBT memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden orang tua di IBB terkait orang tua yang memiliki pengetahuan tentang program tim keamanan pangan dan pembentukkan tim keamanan pangan di sekolah anaknya. Hal ini dapat disebabkan karena responden orang tua di IBT lebih banyak (43 %) yang pernah diundang oleh sekolah untuk ikut penyuluhan/bimtek, sedangkan di IBB hanya 19 % responden. Berdasarkan persentase responden orang tua yang mengetahui bahwa di sekolah anaknya telah dibentuk tim keamanan pangan, persentase orang tua yang telah bergabung menjadi anggota senior di IBB masih tergolong dalam kategori sangat rendah, sedangkan di IBT tergolong dalam kategori sedang. Namun, jika dilihat dari persentase partisipasi responden orang tua dalam penyusunan danatau pelaksanaan program keamanan pangan di sekolah hasilnya sudah termasuk dalam kategori sedang dan sangat tinggi. Kegiatan atau program yang dilaksanakan di sekolah akan lebih berhasil jika adanya kerjasama antara sekolah dengan orang tua. Jika partisipasi telah terpelihara dengan baik, maka sekolah tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengembangkan berbagai jenis program, karena semua pihak telah memahami dan merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu program yang akan dikembangkan oleh pihak sekolah.

Partisipasi orang tua di IBB terhadap program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah masih sangat rendah juga ditemui dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayuadia (2014). Dalam penelitiannya mengatakan bahwa partisipasi orang tua di SDN Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman, Sumatra Barat masih kurang dan masih banyak (>50 %) orang tua yang tidak menghadiri undangan yang diberikan oleh sekolah. Menurut Sundari (2001), ada beberapahal yang harus dipertimbangkan dalam mengupayakan partisipasi orang tua terhadap keberhasilan program sekolah, diantaranya: menjalin komunikasi yang efektif dengan orang tua, melibatkan tua dalam program sekolah, serta memberdayakan komite sekolah.

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Orang Tua Terhadap Pengetahuan

Keamanan Pangan Anak

Menurut Suherman (2000) orang tua merupakan pihak pertama yang

bertanggung jawab dalam mengatur, mengkoordinasikan serta memberikan rangsangan pada anak. Peryataan ini juga didukung oleh Reskia et al.(2014), yang menurutnya lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar anak. Proses pendidikan tidak mutlak harus dibebankan kepada guru di sekolah. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh atas pendidikan dan tingkat pengetahuan anak-anaknya. Orang tua akan memberikan efek sangat kuat terhadap proses belajar anak karena orang tua merupakan pengaruh terbesar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Sclafani et al. (2004) hasilnya mengatakan bahwa orang tua yang berpendidikan lebih tinggi dari tingkat SMA/sederajat cenderung lebih aktif terlibat dalam proses belajar anaknya. Sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan dibawah SMA, cenderung kurang dapat mengatur stress pada dirinya dan memiliki tekanan hidup lebih banyak sehingga menyebabkan kesempatan untuk berinteraksi dan mengajar

18

anak menjadi lebih sedikit.Tingkat pendidikan responden orang tua dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan tingkat pendidikan orang tua semua tergolong ke dalam kategori pendidikan menengah dan tinggi. Menurut Reskia et al. (2014) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan perkembangan anak. Penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap prestasi anak. Anak yang memiliki prestasi belajar baik (nilai > 90), tingkat pendidikan orang tuanya termasuk ke dalam kategori sangat baik (Diploma/sarjana/pascasarjana). Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Notoatmodjo 2003). Orang tua yang berpendidikan lebih tinggi diharapkan akan mampu memberikan informasi dan mengajarkan praktik keamanan pangan yang lebih baik pada anaknya. Data pada Tabel 5 adalah gambaran secara umum bahwa responden anak yang memperhatikan kebersihan PJAS yang dibeli memiliki persentase yang sangat tinggi yaitu 94.44 %. Namun persentase tersebut belum menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua tidak mempengaruhi sikap dan pengetahuan anak terkait keamanan pangan. Tabel 5 Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan perubahan pengetahuan

anak setelah mendapatkan program keamanan pangan

No Tingkat pendidikan orang tua

Anak lebih memperhatikan kebersihan PJAS yang dibeli

Total

Ya Tidak Tidak tahu 1 Menengah 7 0 1 8 2 Tinggi 10 0 0 10 Total 17 0 1 18 Persentase 94.44% 0 5.56% 100%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3

45

55

0

71

29

0

pe

rse

nta

se (

%)

Tingkat pendidikan orang tua

Series1

Series2

Gambar 5 Tingkat pendidikan orang tua untuk korelasi dengan pengetahuan anak

IBB

IBT

Pendidikan Pendidikan Pendidikan tinggi menengah dasar

19

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Reskia et

al. (2014) dan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan anak. Hal ini dapat terjadi akibatjumlah responden yang dianalisis kurang mewakili populasi, karena jumlah responden orang tua dan anak yang memiliki hubungan ibu/ayah dan anak kandung hanya 18 pasangan dari 195 responden orang tua dan 397 responden anak. Agar dapat diperoleh hasil analisis yang lebih sesuai, disarankan untuk dilakukan pengambilan data dengan menambah jumlah responden orang tua dan anak kandungnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Program keamanan pangan yang efektif meningkatkan pengetahuan

keamanan pangan di IBB adalah kegiatan pemasangan poster dan pembentukan tim keamanan pangan di sekolah, sedangkan di IBT adalah pemasangan poster dan penyuluhan keamanan pangan di sekolah. Peningkatan keamanan pangan yang dimaksud adalah anak SD menjadi lebih memperhatikan penampilan dan kebersihan PJAS yang dibeli. Situs klubpompi adalah program keamanan pangan yang memiliki persentase paling kecil dibandingkan kegiatan keamanan pangan yang lain. Persentase anak SD yang pernah mengakses situs klubpompi di IBB termasuk kategori rendah dan di IBT masih termasuk kategori sangat rendah. Keberadaan program keamanan pangan di sekolah juga berhasil mengubah pola jajan anak SD sehingga menjadi lebih senang jajan di kantin sekolah dibandingkan dengan di penjaja di luar kantin sekolah. Namunhasil analisis korelasi spearman menunjukkan tingkat pendidikan orang tua tidak memberikan hubungan yang signifikanterhadap perubahan pengetahuan anak SD. Perwujudan keamanan dan mutu pangan di lingkungan sekolah, dapat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi orang tua terhadap program keamanan pangan sekolah serta meningkatkan kerjasama seluruh peran komunitas sekolah.

Saran

Penelitian mengenai efektivitas program keamaan pangan di sekolah terhadap peningkatan pengetahuan anak SD dan orang tua yang telah dilakukan ini dapat menjadi dasar untuk mengevaluasi program AN-PJAS, misalnya evaluasi pada isi dalam situs klubpompi, metode promosi situs klubpompi, desain dan materi pada poster,pendanaan dokter kecil, cara penyampaian informasi olehmobil keliling, serta evaluasi hubungan kerjasama antara sekolah dan orang tua. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk melakukan kajian lebih dalam mengenai hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan perubahan pengetahuan keamanan pangan anak SD. Kajian atau survei yang lebih terfokus pada latar belakang pendidikan orang tua serta cara atau metode mendidik anak,dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana sebaiknya peran yang dapat orang tua lakukan untuk membantu meningkatkan pemahaman anak SD terkait keamanan pangan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan N, Madanijah S, Zulaikhah. 2009. Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008. Bogor (ID): Southeast Asia Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST-Center-IPB) dan BPOM RI.

Akinseye VO, Adesokan HK, Adesokan GA. 2014. Food safety training is associated with improved knowledge and behaviours among foodservice establishments’ workers. International Journal of Food Science. Vol 2: 1-8

Ayudia C. 2014. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi orang tua di SDN kecamatan pariaman utara kota pariaman. Jurnal Administrasi

Pendidikan. Vol 2(1): 100-831. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Rencana Aksi Nasional:

Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi. Jakarta (ID): Badan POM RI.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Peran Komunitas Sekolah Untuk Penjaminan Keamanan Pangan. Jakarta (ID): Badan POM RI.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013a. Laporan Aksi Nasional: Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi. Jakarta (ID): Badan POM RI.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013b. Laporan Tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta (ID): Badan POM RI.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013c. Disain dan Petunjuk Teknis Kegiatan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Petunjuk Teknis Bimtek KIE Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Tahun 2014.

Briggs M, Mueller CG, Fleischhacker S. 2010. Position of the american dietetic association, school nutrition association, and society for nutrition education: comprehensive school nutrition services. Journal American Diet Assoc. 110:1738-1749.

Carol BB, Abbot JM, Quick V. 2010. Food safety knowledge and beliefs of middle school children: implication for food safety educators. Journal of

Food Science Education. Vol 9:19-30. Davis JA. 1971.Elementary Survey Analysis. New Jersey (USA):Prentice-Hall

Inc. Diana JK. 2013. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis dengan Hasil Belajar Matematika Kelas XI Akuntansi SMK Penabur Purworejo. [Skripsi]. Salatiga (ID): Fakultas Pendidikan dan Pengajaran. Universitas Kristen Satya Wacana.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2015. Badan POM RI Luncurkan Mobil Laboratorium Keliling [internet]. [diacu 2015Maret 13]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=359

Effendy N. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): EGC.

21

Gunarsa. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.

Hamida K, Zulaekah S, Mutalazimah. 2012. Efektivitas penyuluhan gizi dengan media komik untuk meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah siswa sekolah dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat.Vol 8(1):67-73.

Harviani D. 2014. Implementasi program dokter kecil di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. E-Journal. Vol 11:1-8.Tersedia dari:http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/8336/78/839

Judawarto W. 2010 Antisipasi Perilaku Makan Anak Sekolah. http://www.litbang.depkes.go.id [23 November 2014].

Kwarbola JJ, Arifin MA, Indar. 2012. Gambaran Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pada Sekolah-Sekolah Yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Kota Mutiara Indah Cenderawasih Lestari Tahun 2012. Makassar (ID): Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Hasanuddin.

Notoatmojo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta(ID): Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta(ID): PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta (ID): PT.Rineka Cipta.

Lubis ZS, Lubis NL, Syahrial Eddy. 2013. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Anak Tentang PHBS di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan. Medan (ID): Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.

Rapiasih. 2009. Pelatihan hygiene sanitasi dan poster berpengaruh terhadap pengetahuan, perilaku penjamah makanan, dan kelayakan hygiene sanitasi di instalasi gizi RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia (The

Indonesian Journal of Clinical Nutrition).7 (2). Reskia S, Herlina, Zulnuraini. 2014. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua

terhadap prestasi belajar siswa di SDN Inpres 1 Birobuli. Elementary School

of Education Ejournal. Vol 2(1) : 82-92. [WHO] World Health Organization. 2009. Dengue and dengue haemorrhagic

fever [internet]. [diacu 2009 Mei 6]. Tersedia dari: http://www.who.int /mediacentre/ factsheets/ fs117/en/ index.html.

Saptari A. 2005. Efektivitas Media Promosi Poster “Pesan Keamanan Pangan” dari Badan POM RI. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sclafani JD. 2004. The Educated Parent: Recent Trends in Raising Children. Connecticut: Praeger Publishers.

Setyowati Y. 2005. Pola komunikasi keluarga dan perkembangan emosi anak (studi kasus penerapan pola komunikasi keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak pada keluarga Jawa. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 2(1) : 67-78.

22

Sudijono A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan, Ed. 19. Jakarta(ID): Rajawali Pers.

Sugiarto, Siagian D. 2006. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta (ID): EGC. Sundari S. 2001. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Partisipasi Orang

Tua Dan Masyarakat Untuk Mendukung Keberhasilan Program Sekolah Sebagai Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Sd Pertiwi di Kecamatan Bandung Wetan. Bandung (ID):Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Usman H. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia No 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta(ID):Sinar Grafika. Yasmin G. 2010. Perilaku penjaja pangan jajanan anak sekolah terkait gizi dan

keamanan pangan di Jakarta dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan Pangan. 5(3):154-155.

Young C, Wong KY, Cheung LK.2014. Effectiveness of educational poster on knowledge of emergency management of dental trauma - Part 2: Cluster Randomised Controlled Trial for Secondary School Students. J Plos One.

Vol 9(8): 1-8.

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 5 Juli 1992 dari pasangan Bapak Mochammad Soleh dan Ibu Lina Refelina Syam. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, yaitu kakak dari Moch. Fikri Fauzi dan Siti Nefira Fazria. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMPN 2 Sukabumi dan melanjutkan ke SMAN 3 Sukabumi. Penulis lulus SMA pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswi di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan keorganisasian antara lain sebagai anggota divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan IPB selama 2 periode, yaitu pada tahun 2011 hingga2013. Selama kuliah, penulis berhasil mendapatkan beasiswa dari Dikti dan Beswan Djarum Beasiswa Plus. Penulis juga pernah mengikuti pertukaran mahasiswa ke University Sains Malaysia dalam program ASEAN International

Mobility for Student, selama 1 semester pada tahun 2013. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB penulis melaksanakan magang pada bulan Februari-Juli 2014 di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan.