Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Universitas Indonesia
Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) berdasarkan Fatwa DSN MUI tentang Murabahah dan PSAK 102
Revisi 2013 (Studi Kasus Di BMT Bintaro Dan Bank Syariah XYZ)
Nana Aprilia Akhsani Sri Nurhayati
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan transaksi Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) dengan akad murabahah channeling dengan Fatwa DSN-MUI tentang murabahah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui penerapan perlakuan akuntansi pada transaksi PPR murabahah channeling terhadap PSAK 102 revisi 2013. Objek penelitian adalah BMT Bintaro yang bekerja sama dengan Bank Syariah XYZ. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dan memusatkan pada satu objek tertentu dan memperlakukannya sebagai kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti secara langsung dengan praktisi BMT Bintaro dan Bank Syariah XYZ. Peneliti mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan PPR dengan akad murabahah channeling sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI. Perlakuan akuntansi pada Bank Syariah XYZ secara umum sudah sesuai dengan PSAK 102 Revisi 2013 kecuali pada pengakuan harga jual, penentuan keuntungan, bagian uang muka dari piutang. Kata kunci: akad murabahah, pembiayaan pemilikan rumah, bank syariah, BMT, PSAK 102 revisi 2013, bank linkage, murabahah channeling. Abstract This research aims to acknowledge the appropriateness of home ownership financing (PPR) with murabahah channeling mode under the DSN-MUI decree about murabahah. Besides, this research is also aimed at understanding the impelementation of accounting treatment in PPR with murabahah channeling mode under the Financial Accounting Standard (PSAK) Number 102 Revised 2013. The object of this research is BMT Bintaro which cooperated with Sharia Bank XYZ. This research is analysed in descriptive manner and focused on one particular object treated as a basis of case. The method of collection is conducted directly from BMT and Sharia Bank XYZ practitioner. The author collects, and interprets the data to answer the hypothesis developed by this research. The result shows that the conduct of PPR with murabahah channeling mode complies to Fatwa DSN-MUI. Accounting treatment in Sharia Bank XYZ already complies to PSAK 102 Revised 2013 except on selling price recognition, determined factor of margin, part of advance in account receivable. Keywords: murabahah, home ownership financing, sharia bank, BMT, PSAK 102 Revised 2013, bank linkage, murabahah channeling.
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Hal pertama dan paling mendasar dari kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk
bertahan yaitu persyaratan psikologis seperti makanan, air dan berlindung. Manusia
membutuhkan makanan untuk dimakan, minuman untuk diminum dan sebuah tempat
bernama rumah sebelum mereka berfikir tentang hal lainnya (Maslow, 2009). Indonesia
menjadi pasar potensial bagi pemasaran produk-produk properti. Sesuai hasil riset
Pricewaterhouse Cooper (PWC) dan Urban Land Institute (ULI), tahun 2013 Jakarta termasuk
urutan pertama kota-kota di Asia Pasifik yang dipilih untuk investasi sektor properti,
mengalahkan kota Shanghai, Singapura, Sydney dan Kuala Lumpur. (Purnomo, 2013).
Kepemilikan rumah dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu dengan membayar
lunas rumah yang diinginkan ataupun mengajukan kredit melalui bank-bank yang
menyediakan KPR. Saat ini bank yang menyediakan KPR pun bervariasi mulai dari bank
konvensional sampai dengan bank syariah sehingga masyarakat semakin banyak pilihan yang
bisa ditempuh untuk dapat memiliki rumah. Produk utama perbankan syariah yang umumnya
ditawarkan menggunakan skema Debt based Financing (murabahah1 dan ijarah2). Menurut
Bank Indonesia, saat ini produk pembiayaan perbankan syariah yang paling besar proporsinya
adalah produk murabahah dan ijarah. Bagi perbankan, produk-produk tersebut juga menjadi
produk favorit bank, dikarenakan skema transaksinya yang mudah diterapkan dan tidak
berisiko tinggi.
Murabahah dianggap sebagai salah satu produk yang banyak dikritisi akademisi
karena dalam skema ini, tidak terjadi sharing risiko antara bank dengan nasabah (bank relatif
aman dari risiko). Kemudahan inilah yang menyebabkan perbankan syariah nasional lebih
memilih mempromosikan produk pembiayaan berbasis Debt based Financing berskema
murabahah dibandingkan dengan skema Profit Loss Sharing yaitu mudharabah3 dan
musyarakah4. Bisnis properti, sebagaimana kegiatan bisnis pada umumnya, tidak dapat
dilepaskan dari peran para pemasar, baik pemasar yang berasal dari dalam perusahaan 1 Jual beli yang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan satu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (lihat Buku Pintar Ekonomi Syariah hal. 142) 2 Suatu jenis akad untuk mengambil manfaat (tidak berbentuk zatnya, melainkan sifatnya) dengan jalan penggantian (dibayar sewa) (lihat Buku Pintar Ekonomi Syariah hal 333) 3 Akad perjanjian antara kedua belah pihak, yang salah satu dari keduanya memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan, sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai kesepakatan (lihat Buku Pintar Ekonomi Syariah hal 519) 4 Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang masing-‐masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan (lihat Buku Pintar Ekonomi Syariah hal 539)
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
3
Universitas Indonesia
properti maupun pemasar yang berasal dari luar perusahaan properti. Model linkage banking5
merupakan bentuk perpanjangan tangan bank syariah untuk menjangkau segmen masyarakat
tertentu yang biasanya adalah masyarakat kelas bawah yang didominasi oleh sektor usaha
mikro.
Penelitian ini akan membahas terkait pelaksanaan Pembiayaan Pemilikan Rumah
Syariah yang dilaksanakan melalui pihak ketiga. Pihak ketiga disini menjadi satu atap dengan
bank syariah, ia menjadi wakil bank syariah dalam membelikan barang dalam akad
murabahah. Peneliti juga akan membandingkan kesesuaian pelaksanaan transaksi dengan
Fatwa DSN MUI dan PSAK yang berlaku di Indonesia. Terkait dengan peraturan akuntansi
yang mengatur tentang murabahah di Lembaga Keuangan Syariah, telah dikeluarkan PSAK
102 tentang murabahah tahun 2008. Transaksi murabahah yang dilakukan di Bank Syariah di
Indonesia tidak dapat diakomodir oleh PSAK tersebut karena menggunakan metode anuitas.
Akhirnya pada 13 November 2013, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan PSAK 102
(revisi 2013) tentang murabahah. PSAK 102 revisi 2013 sudah mengakomodasi konsep
pembiayaan murabahah yang berbasis jual beli dan mengakui metode anuitas. Maka dari itu
peneliti akan membandingkan perlakuan akuntansi PPR dengan akad murabahah channeling
dengan PSAK 102 revisi 2013.
Tinjauan Teoritis
Bank syariah adalah bank yang kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah/hukum Islam, dan dikenal juga dengan bank Islam adalah bank umum sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan syariah. Undang-Undang tersebut sudah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mendefinisikan bank syariah sebagai Bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas bank umum syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Sholihin, 2010). Berdasarkan
Fatwa DSN-MUI No. 84 Tahun 2012, murabahah adalah akad jual beli dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan. Sedangkan pembiayaan murabahah adalah murabahah di LKS dengan cara LKS
membelikan barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada
nasabah –setelah barang menjadi milik LKS— dengan pembayaran secara angsuran. 5 Sistem bank yang terhubung dengan lembaga keuangan yang lain
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Berdasarkan pernyataan pada PSAK 102, pembayaran murabahah dapat dilakukan
secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak
pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran
atau sekaligus pada waktu tertentu. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang
berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun
jika akad tersebut disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan
(IAI, 2007). Para ulama telah bersepakat tentang dibolehkannya jual beli secara tertunda
karena banyaknya hadits-hadits yang tegas yang diriwayatkan tentang jual beli itu.
Dibolehkannya jual beli tertunda berarti juga dibolehkan jual beli secara kredit karena jual
beli kredit tidak lain adalah jual beli dengan pembayaran tertunda, hanya pembayarannya
yang dicicil selama beberapa kali dalam waktu-waktu tertentu (Ash-Shawi, 2011).
Dalam penjelasan tentang Fatwa Murabahah ini penulis mengambil dari Fatwa yang
berkaitan dengan transaksi murabahah. Fatwa yang dibahas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Fatwa DSN-MUI yang terkait dengan murabahah
Nomor Fatwa DSN-MUI Keterangan
Fatwa No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah
Fatwa No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam Murabahah
Fatwa No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang
Menunda-Nunda Pembayaran
Fatwa No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah
Fatwa No.48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan
Murabahah
Fatwa No. 49/DSN/MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah
Fatwa No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi
Nasabah Tidak Mampu Membayar
Pada bagian akuntansi, perbankan syariah dalam prakteknya menggunakan dua
metode pengakuan yang berbeda yaitu anuitas dan proporsional pada akad murabahah. PSAK
102 tahun 2007 hanya mengatur metode pengakuan proporsional, sedangkan bagi bank
syariah yang mengakui murabahah sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang
menggunakan PSAK 55 (Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran), PSAK 50
(Instrumen Keuangan: Penyajian) dan PSAK 60 (Instrumen Keuangan: Pengungkapan) (IAI,
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
5
Universitas Indonesia
2013). Setelah dikeluarkan fatwa DSN MUI No.84/DSN-MUI/XII/2012, DSAS IAI (Dewan
Standar Akuntansi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia) menerbitkan Buletin Teknis 9.
Akhirnya DSAS IAI memutuskan untuk merevisi PSAK 102 untuk mengatasi
permasalahan dalam penerapan PSAK 55, 50 dan 60. Dengan adanya PSAK 102 revisi 2013
ini maka Buletin Teknis 9 sudah tidak berlaku lagi. DSAS IAI menyatakan bahwa SAK
syariah merupakan pelengkap atas SAK umum untuk transaksi berbasis syariah yang tidak
diatur dalam SAK Umum atau ketika substansi pengaturan dalam SAK umum tidak dapat
diterapkan pada transaksi berbasis syariah.
Kemudian entitas harus melakukan penilaian transaksi atau membuat pertimbangan
(judgement) satu per satu untuk menentukan substansi transaksi murabahah yang
dilakukannya apakah sebagai jual beli (menggunakan PSAK 102) atau pembiayaan berbasis
jual beli (menggunakan PSAK 55, 50 dan 60 yang terkait dengan aset keuangan dalam
kategori pinjaman yang diberikan dan piutang, yang dalam penerapannya disesuaikan dengan
prinsip, karakteristik dan istilah transaksi syariah). Apabila entitas memiliki risiko
kepemilikan persediaan yang signifikan maka entitas terekspos risiko sebagai penjual
sehingga transaksi murabahah yang dilakukan secara substansi merupakan jual beli. Jika tidak
signifikan maka yang dilakukan secara substansi adalah pembiayaan berbasis jual beli. Risiko
yang dimaksud adalah risiko perubahan harga persediaan, keusangan dan kerusakan
persediaan, biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan dan risiko pembatalan pesanan
pembelian secara sepihak.
Selain itu, dalam PSAK 102 revisi 2013 revisi terdapat tambahan yang sebelumnya
tidak ada di dalam PSAK 102 tahun 2007. Tambahan tersebut diantaranya mengenai risiko
terkait dengan kepemilikan persediaan transaksi murabahah dan implikasinya, ketentuan
transisi tentang jumlah tercatat awal (deemed cost), penentuan tingkat imbal hasil efektif,
penetapan penurunan nilai transaksi murabahah dan pembetukan cadangan kerugian
penurunan nilai (CKPM). PSAK 102 revisi 2013 berlaku efektif setelah tanggal 1 Januari
2008 kecuali paragraf yang ditambahkan sejak tahun 2013, berlaku efektif setelah tanggal 1
Januari 2014.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat analisis deskriptif yang bertujuan mendapatkan
gambaran dan informasi yang akurat mengenai penerapan Pembiayaan Pemilikan Rumah
(PPR) di BMT Bintaro dengan akad murabahah channeling yang bermitra dengan Bank
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Syariah XYZ. Peneliti mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang
diperoleh yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan. Metode kualitatif dilakukan dengan proses diskusi, kajian literatur (kajian fiqih
muamalah, kajian peraturan yang terkait dengan PPR) dalam rangka mendapatkan informasi
dari sumber primer dan sekunder. Hasilnya diharapkan dapat menjadi model evaluasi bagi
stakeholder dan pihak-pihak terkait lainnya. Tahapan yang diteliti mulai dari pengajuan
pembiayaan oleh nasabah, akad jual beli yang dilakukan BMT Bintaro sampai dengan
pengangsuran secara bertahap kepada Bank Syariah XYZ.
Penulis menganalisa kesesuaian dengan standar akuntansi yang berlaku dan
membandingkan dengan fatwa ulama yang ada di Indonesia dengan tambahan fatwa yang
berlaku di luar Indonesia sebagai referensi tambahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
studi kasus yaitu penelitian yang dipusatkan pada satu objek tertentu yang memperlakukannya
sebagai kasus. Di bawah ini adalah gambar kerangka penelitian dari studi kasus yang
diangkat:
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BMT Bintaro, Tangerang Selatan, BMT Bintaro ini
merupakan agen PPR dari Bank Syariah XYZ (berperan sebagai wakil bagi nasabah yang
akan melakukan PPR di Bank XYZ). Kemudian penelitian juga dilaksanakan di Bank Syariah
XYZ kantor pusat dan kantor cabang Gandaria, Jakarta Timur. Bank Syariah XYZ merupakan
bank yang berdiri sejak tahun 1999 yang sudah banyak menangani transaksi PPR.
Penelitian berlangsung selama empat bulan yang meliputi wawancara secara langsung,
pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Dalam melakukan
wawancara, penulis menggunakan metode wawancara terstruktur yakni dengan menggunakan
pedoman wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan disusun terlebih dahulu sebelum
wawancara berlangsung. Data mengenai pedoman dan hasil wawancara yang dilakukan
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
7
Universitas Indonesia
penulis dapat dilihat pada lampiran di akhir penelitian ini. Mengenai dokumentasi data
dikirimkan melalui e-mail ke peneliti.
Hasil Penelitian
Gambar di bawah ini menjelaskan skema transaksi PPR murabahah di BMT Bintaro
mulai dari pengajuan aplikasi murabahah sampai dengan nasabah melakukan angsuran kepada
Bank Syariah XYZ.
Gambar 4.1. Skema PPR Murabahah BMT Bintaro
Sumber: BMT Bintaro (diolah kembali)
Nasabah dihadapkan kepada pilihan yaitu mengajukan PPR Murabahah melalui BMT
Bintaro atau langsung mengajukan PPR murabahah ke Bank Syariah XYZ. Margin yang
dikenakan apabila langsung melalui Bank Syariah XYZ lebih kecil dibandingkan dengan
margin yang dikenakan dari BMT Bintaro. Namun secara pelaksanaan teknis akad, BMT
Bintaro menjadi pilihan bagi nasabah yang mengutamakan kesyariahan suatu akad.
Pelaksanaan teknisnya terdapat beberapa perbedaan antara Bank Syariah XYZ (langsung) dan
melalui BMT Bintaro.
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Berikut adalah skema PPR Murabahah yang langsung melalui Bank Syariah XYZ:
Gambar 4.2. Skema PPR Murabahah Bank Syariah XYZ
Sumber: Bank Syariah XYZ (diolah kembali)
Pembahasan
Sejak diluncurkan produk PPR di Bank Syariah dengan akad murabahah, banyak
akademisi yang mengkritisi tentang pelaksanaan akad tersebut. Kritikan para akademisi sudah
tertuang di berbagai penelitian baik berupa jurnal ataupun skripsi. Salah satu kritik adalah
terkait dengan kepemilikan, seringkali Bank Syariah melakukan akad murabahah dengan
nasabah sebelum Bank Syariah itu memiliki rumah. Hal ini memiliki implikasi bahwa Bank
Syariah pada hakikatnya bukan melakukan penjualan rumah dengan akad murabahah akan
tetapi memberikan hutang kepada nasabah sehingga margin yang didapatkan Bank Syariah
bukanlah pendapatan murabahah namun riba.
Kritik lain yang masih diperselisihkan adalah terkait dengan denda yang diberikan
kepada nasabah yang melakukan penundaan pembayaran. Peneliti melakukan pengamatan di
Bank Syariah XYZ terkait dengan pengenaan denda. Denda dikenakan secara otomatis oleh
Bank Syariah XYZ yang telat melakukan pembayaran tanpa melakukan proses pengamatan
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
9
Universitas Indonesia
terlebih dahulu apa yang sedang dialami oleh nasabah. Selain itu, pengenaan denda itu sendiri
masih diperselisihkan oleh berbagai ahli fiqih.
PPR dengan akad murabahah channeling di BMT Bintaro berbeda dengan akad
murabahah yang langsung dilaksanakan oleh Bank Syariah. Pembuatan produk murabahah
channeling yang dinamakan Angsuran Syar’i ini dilatarbelakangi dari kritik yang diberikan
kepada Bank Syariah terkait dengan pelaksanaan akad murabahah sehingga terdapat
perbedaan sebagai berikut:
Tabel 5.1. Perbedaan Rumah Angsuran Syar’i dan PPR di Bank Syariah
BMT Bintaro Bank Syariah BMT Bintaro membayar booking fee (BF)/down payment (DP) ke Penjual dan Pembeli membayar BF/DP ke BMT Bintaro
BF dan DP dibayarkan ke pemilik rumah
Rumah sudah menjadi milik BMT Bintaro
Rumah sudah menjadi milik nasabah
Nasabah melakukan akad jual beli dengan BMT Bintaro
Nasabah melakukan akad pinjaman dan margin/riba dengan Bank Syariah
Satu harga, jelas nilai dan waktu angsuran Nilai pinjaman bisa berubah
Tidak ada denda keterlambatan Ada denda keterlambatan
Apabila Bank Syariah belum memiliki rumah pada saat melakukan akad murabahah
dengan nasabah, berbeda dengan BMT Bintaro. BMT Bintaro sudah memiliki rumah sebelum
melakukan akad dengan nasabah. Pembelian rumah dilakukan oleh BMT Bintaro setelah
permohonan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan lolos tahap penilaian. BMT Bintaro
melakukan pembelian rumah dengan membayar uang sebesar booking fee kepada penjual
rumah. Booking fee adalah bagian dari down payment, sedangkan down payment merupakan
bagian harga. Apabila BMT Bintaro membayarkan sebesar booking fee maka secara hakikat
BMT Bintaro sudah memiliki rumah tersebut.
Proses kepemilikan barang merupakan hal yang penting dan penentu hakikat akad
murabahah ini. Islam melarang seseorang untuk menjual barang yang belum dimiliki atau
belum diserahterimakan dari penjual pertama. Proses selanjutnya BMT Bintaro mengirimkan
data nasabah kepada Bank Syariah XYZ. Apabila data nasabah tidak lolos penilaian yang
dilakukan oleh Bank Syariah XYZ, maka akad jual beli tidak bisa dilanjutkan dan BMT
Bintaro menanggung kerugian sebesar booking fee. Risiko yang ditimbulkan atas pembatalan
ini hanya dimiliki oleh BMT Bintaro dan tidak dimiliki oleh Bank Syariah XYZ. Transaksi
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
10
Universitas Indonesia
murabahah channeling ini sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 tentang
Murabahah dimana bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BMT Bintaro, booking fee (BF)
merupakan bagian dari down payment (DP) dan DP merupakan bagian dari harga. Sehingga
apabila BMT Bintaro membayarkan BF kepada penjual rumah maka rumah tersebut sudah
berpindah kepemilikan kepada BMT Bintaro karena BF termasuk dalam bagian harga.
Ketentuan yang dibuat oleh BMT Bintaro adalah apabila fasilitas pembelian cara angsuran
disetujui oleh Mitra BMB maka BF menjadi pengurang harga jual rumah namun apabila akad
murabahah dibatalkan maka DP dikurangi dengan BF akan dikembalikan kepada nasabah dan
kepemilikan rumah kembali kepada penjual.
Uang muka diperbolehkan menurut syariat karena uang muka adalah kompensasi
waktu tunggu yang ditanggung oleh penjual. Penjual harus menyimpan barang transaksi
selama beberapa waktu dan tentu saja akan kehilangan kesempatan untuk menjual barang
tersebut kepada orang lain. Maka boleh ada uang muka dengan syarat diberikan batas waktu
pembayaran. Apabila sudah melewati jangka waktu yang ditentukan maka DP dikembalikan.
Pengembalian DP ini lebih utama dan lebih banyak pahalanya di sisi Allah Ta’ala.
Bank Islam mengalami risiko yang melekat pada semua transaksi keuangan yaitu
informasi asimetris. Risiko ini mengakibatkan dua masalah. Masalah yang pertama terjadi
sebelum kejadian adalah adverse selection ketika hutang dibuat melalui risiko kredit yang
buruk. Masalah kedua yang terjadi sebelum kejadian adalah moral hazard ketika hutang
disalahgunakan dan/atau digunakan dalam cara yang tidak sesuai. Secara alamiah derajat
informasi asimetris menghasilkan kedua masalah ini tergantung dari jumlah dan kualitas alur-
alur informasi diantara debitur dan kreditur (Khan, 2010).
Dalam Fatwa DSN-MUI No. 17 tahun 2000 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang
Menunda-Nunda Pembayaran, Nasabah yang tidak mampu membayar disebabkan force
majeur tidak boleh dikenakan sanksi sedangkan nasabah mampu yang menunda-nunda
pembayaran dan/tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh
dikenakan sanksi. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang dan dana yang diperoleh dari
denda diperuntukkan sebagai dana sosial.
Apabila nasabah mengajukan pembiayaan ke BMT Bintaro, maka tidak dikenakan
denda bagi nasabah yang telat membayar sampai tiga bulan berturut-turut. Namun BMT
Bintaro memberikan ketentuan khusus yaitu apabila nasabah tidak melakukan angsuran
pembayaran sampai tiga bulan berturtut-turut maka jumlah seluruh piutang menjadi jatuh
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
11
Universitas Indonesia
tempo dan harus dilunasi oleh nasabah, apabila tidak bisa melunasi maka jaminan akan
dikuasakan kepada BMT Bintaro kemudian dijual sesuai dengan harga likuiditas. Pada
kenyataannya kasus ini belum terjadi di BMT Bintaro karena pembiayaan baru diberikan pada
tahun 2013 dan jumlahnya baru dua pembiayaan pemilikan rumah yang diterbitkan.
Denda diterapkan pada pembiayaan yang diajukan nasabah langsung kepada Bank
Syariah XYZ. Terkait dengan pengenaan denda kepada nasabah terjadi perbedaan pendapat
di kalangan fuqaha kontemporer. Pendapat yang membolehkan beralasan bahwa hal ini
bertujuan untuk mendisiplinkan nasabah dalam pembayaran angsuran. Namun beberapa
pendapat tidak menggunakan landasan dalil yang kuat.
Kemudian pembahasan berikutnya adalah mengenai proses yang dilakukan oleh Bank
Syariah selama terjadi penurunan kemampuan pembayaran nasabah. Ada proses yang
dilakukan oleh Bank Syariah sebelum memutuskan melakukan salah satu dari ketiga cara
tersebut. Pada H+15 nasabah diberikan Surat Pemberitahuan Menunggak. Apabila tidak
melunasi sampai H+30 maka mendapatkan Surat Peringatan 1. Pada tahap ini Bank Syariah
XYZ akan melakukan penawaran kepada nasabah untuk melakukan salah satu dari tiga cara
yang telah disebutkan diatas. Setelah H+60 nasabah belum melunasi juga maka diberikan
Surat Peringatan II. Apabila belum dilunasi juga, Bank Syariah XYZ akan memberikan Surat
Peringatan III. Apabila sudah diberikan SP III namun tidak ada itikad baik dari nasabah untuk
melakukan diskusi dengan Bank Syariah XYZ maka akan dilakukan lelang terhadap jaminan
nasabah.
Secara umum, ada tiga alternatif yang akan dilakukan oleh Bank Syariah XYZ, yaitu
(1) Rescheduling, atau penjadwalan kembali piutang; (2) Recondition, atau merubah kondisi
kredit agar meringankan (3) Restructuring, atau merubah struktur kredit. Namun apabila
nasabah bisa diajak bekerjasama maka akan dipilih satu dari tiga cara yang telah disebutkan
diatas. Ketiga cara tersebut sebenarnya bertujuan untuk penyehatan atau penyelamatan
pembiayaan yang bermasalah.
Sedangkan BMT Bintaro tidak menyetujui restructuring dan refinancing apabila
terjadi penurunan kemampuan pembayaran nasabah. Pada masa jahiliyah riba memiliki
beberapa bentuk aplikatif, salah satunya adalah riba pinjaman, yakni yang direfleksikan dalam
satu kaidah di masa jahiliyah: “Tangguhkanlah hutangku, aku akan menambahnya”. Misalnya
seseorang memiliki hutang terhadap seseorang. Ketika tiba waktu pembayaran, orang yang
berhutang itu tidak mampu melunasinya. Akhirnya ia berkata, “Tangguhkanlah hutangku, aku
akan memberikan tambahan.” Yakni, perlambatlah dan tangguhkanlah masa pembayarannya,
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
12
Universitas Indonesia
aku akan menambah jumlah hutang yang akan kubayar (Ash-Shawi, 2011). Solusi atas BMT
Bintaro dalam hal ini adalah dengan menjual jaminan yang ditahan yaitu berupa sertifikat
rumah sesuai dengan harga likuiditas.
PSAK 102 Revisi 2013 menyatakan bahwa apabila substansi transaksi murabahah
dalam suatu bank syariah diakui sebagai pembiayaan berbasis jual beli maka menggunakan
PSAK 50,55 dan 60 dimana teknisnya diatur dalam PAPSI 2013. Kemudian Bank Syariah
XYZ tidak menanggung risiko atas barang yang dijual kepada nasabah, hanya BMT Bintaro
yang menanggung risiko signifikan terkait dengan barang yang dijual kepada nasabah. BMT
Bintaro tidak melakukan pencatatan akuntansi sehingga analisis kesesuaian hanya
berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah XYS. Oleh karena Bank Syariah
XYZ tidak menanggung risiko atas barang yang dijual maka transaksi diakui sebagai
pembiayaan berbasis jual beli.
Maka dari itu, dasar pengaturan akuntansi atas transaksi murabahah terdiri dari PSAK
50 tahun 2010, PSAK 55 tahun 2011, PSAK 60 tahun 2010 dan PAPSI 2013. Tabel di bawah
ini menjelaskan kesesuaian perlakuan akuntansi atas pembiayaan murabahah berdasarkan
dasar pengaturan tersebut.
Jika ditinjau kesesuaian pelaksanaan transaksi Pembiayaan Pemilikan Rumah
berdasarkan PSAK 50, PSAK 55, PSAK 60 dan PAPSI 2013 masih terdapat perlakuan
akuntansi yang belum sesuai. Pertama, Bank Syariah XYZ mengakui harga jual terdiri dari
nilai pembiayaan dan margin, bukan harga perolehan sebelum dikurangi dengan uang muka.
Kedua, keuntungan dihitung berdasarkan nilai pembiayaan, bukan harga perolehan. Ketiga,
uang muka tidak diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang karena uang muka bukan
merupakan bagian pokok. Keempat, pendapatan margin murabahah yang akadn diterima
hanya disajikan sebagai bagian aset lainnya, belum dibedakan nasabah performing (pada
bagian aset lainnya) dan nasabah non-performing (pada rekening administratif). Kelima,
beban penghasilan dan imbalan yang terkait dengan piutang belum diungkapkan. Keenam,
jumlah kerugian penurunan nilai untuk setiap kelompok aset keuangan belum diungkapkan
karena Bank Syariah XYZ masih dalam tahap perpindahan sistem untuk bagian cadangan
kerugian penurunan nilai. Ketujuh, Bank Syariah XYZ langsung mengenakan denda kepada
nasabah yang tidak melakukan pembayaran angsuran piutang murabahah tanpa melalui
penyelidikan keadaan nasabah.
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Kesimpulan
Skema mengenai PPR murabahah yang dilakukan oleh Bank Syariah banyak dikritisi
oleh para akademisi mengenai pelaksanaannya di lapangan. Mulai dari proses awal pembelian
hingga perlakuan pada angsuran yang macet yang tidak sesuai dengan syariah Islam dan fatwa
DSN MUI. Peneliti mengambil satu tempat untuk diteliti yaitu BMT Bintaro yang dalam
pelaksanaannya bekerjasama dengan Bank Syariah XYZ. Latar belakang dilakukan bank
linkage ini adalah adanya sejumlah kritik mengenai pelaksanaan PPR murabahah di bank
syariah yang tidak sesuai dengan syariah dan fatwa DSN MUI. Bank linkage menjadi salah
satu solusi pelaksanaan teknis yang sesuai dengan syariah untuk PPR murabahah yang selama
ini banyak dikritisi prakteknya oleh para akademisi. Setelah melalui peninjauan, peneliti
berkesimpulan bahwa:
1. Apabila menggunakan murabahah channeling dengan BMT Bintaro sebagai wakil dari
Bank Syariah XYZ, rumah sudah dimiliki terlebih dahulu secara sempurna kemudian
dilakukan akad murabahah dengan nasabah sehingga akad jual beli yang dilakukan sah.
2. Terkait dengan uang muka murabahah, pembatasan FTV yang dilakukan di BMT Bintaro
sudah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia. Bank Syariah XYZ memberikan
pembiayaan maksimum sebesar 70% untuk PPR dan 30% didanai oleh uang nasabah.
3. Apabila transaksi murabahah dibatalkan, uang muka yang disetorkan ke BMT Bintaro
(terdiri dari booking fee dan down payment) akan dikembalikan sebesar down payment
dikurangi dengan booking fee.
4. Sesuai dengan Fatwa DSN-MUI, Bank Syariah memberikan sanksi kepada nasabah yang
melakukan penundaan pembayaran dengan memberikan denda melalui perhitungan
tertentu. Menurut pandangan syariah, masih terjadi perbedaan pendapat di kalangan
fuqaha akan pengenaan denda ini, namun yang lebih selamat adalah tidak memberikan
denda kepada nasabah yang melakukan penundaan pembayaran dan ini dilakukan oleh
BMT Bintaro.
5. Menurut Fatwa DSN-MUI dan PAPSI 2013, denda boleh dikenakan pada nasabah yang
dengan sengaja melakukan penundaan pembayaran atau adanya unsur penyalahgunaan
dana namun Bank Syariah XYZ langsung mengenakan denda pada nasabah yang tidak
membayar cicilan tepat waktu tanpa ada proses identifikasi atau penyelidikan kepada
nasabah.
6. Bagi nasabah yang melakukan pembayaran tepat waktu ataupun diperepat, BMT Bintaro
memberikan potongan pembayaran piutang namun hal ini tidak diperjanjikan pada saat
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
14
Universitas Indonesia
akad murabahah untuk menghindari dua harga dalam satu jual beli. Pelaksanaan ini sudah
sesuai dengan fatwa DSN-MUI.
7. Pada kasus nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran, BMT Bintaro
memberikan tenggang waktu untuk nasabah yang mengalami penurunan kemampuan
selama tiga bulan. Apabila sudah melebihi tiga bulan maka seluruh piutang menjadi jatuh
tempo pada saat setelah tiga bulan berturut-turut menunggak dan BMT Bintaro berhak
menjual agunan untuk menutupi piutang yang jatuh tempo.
8. Apabila nasabah mengalami ketidakmampuan pembayaran maka BMT Bintaro dan Bank
Syariah XYZ akan melakukan penjualan atas jaminan nasabah tersebut. Apabila hasil
penjualan rumah melebihi piutang maka sisanya akan dikembalikan kepada nasabah. Hal
ini sesuai dengan Fatwa DSN MUI.
9. Pencatatan akuntansi pada Bank Syariah XYZ secara umum sudah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang ada di Indonesia kecuali pada beberapa hal. Pertama, Bank
Syariah XYZ mengakui harga jual bukan dari harga perolehan sebelum dikurangi dengan
uang muka. Kedua, keuntungan bukan dihitung berdasarkan harga perolehan. Ketiga,
uang muka tidak diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang. Keempat, pendapatan
margin murabahah yang akad diterima hanya disajikan sebagai bagian aset lainnya.
Kelima, beban penghasilan dan imbalan yang terkait dengan piutang, jumlah kerugian
penurunan nilai untuk setiap kelompok aset keuangan belum diungkapkan karena Bank
Syariah XYZ masih dalam tahap perpindahan sistem untuk bagian cadangan kerugian
penurunan nilai.
Saran
1. Peneliti berharap ke depannya akan ada penelitian terkait akad apa yang cocok dan sesuai
dengan syariat Islam untuk menjadi landasan akad pada produk take over KPR dari bank
konvensional ke bank syariah. Penemuan ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat
khususnya muslim agar terbebas dari jeratan riba bank konvensional. Ada praktisi Bank
Syariah ABC yang menyarankan musyarakah mutanaqisah sebagai akad pengganti
namun masih terkendala di hal teknis, penelitian selanjutnya bisa membahas tentang hal
tersebut dari sisi kajian fiqih muamalah.
2. Peneliti berharap akan ada penelitian terkait akuntansi restruktur pada pembiayaan
murabahah dan pembahasan yang mendalam tentang Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai.
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Kepustakaan
Ad-Duwaisy, A.A. (2005). Fatwa-Fatwa Jual Beli oleh Ulama-Ulama Besar Terkemuka.
(Terj. M. Abdhul Ghoffar). Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Al-Bassam, A.A. (2011). Taudhihul Ahkam, Syarah Bulughul Maram. (Terj. Thahirin
Suparta). (Ed. Ke-4). Jakarta: Pustaka Azzam.
Asmarina. (2013). Analisis Penerapan Transaksi Murabahah dalam Pembiayaan Pemilikan
Rumah (PPR) berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 dan PSAK 102
tentang akuntansi Murabahah, Contoh Kasus Pada PT BANK XYZ. Depok, Jawa Barat.
Ash-Shawi, S., Al-Mushlih, A. (2011). Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.
Ath-Thayyar, A.M., Al-Muthlaq, A.M., Al-Musa, M.I. (2009). Ensiklopedi Fiqih Muamalah
Dalam Pandangan 4 Madzhab. Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif.
Aziz, M. (1992). Mengembangkan Bank Islam di Indonesia. Jakarta: Bangkit.
Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu. (Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk).
(Ed. Ke-4). Depok, Jawa Barat: Gema Insani & Darul Fikir.
Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu. (Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk).
(Ed. Ke-5). Depok, Jawa Barat: Gema Insani & Darul Fikir.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. (2008). Fatwa No. 73/DSN-MUI/XI/2008
Joomis, K., Martin D. (2007). Building Teachers: A Constructivist Approach to Introducing
Education. Belmont, CA: Wadsworth: Cengange Learning.
Nurfadhilah, I.R. (2013). Analisis Perbedaan dan Damapak Keuangan dari Penerapan PSAK
102 dengan PSAK 50,55 dan 60 Pada Transaksi Pembiayaan Murabahah, Studi Kasus
di Bank XYZ. Depok, Jawa Barat.
Purnomo, R.S.D., dkk. (2013). Buku Pintar Investasi Properti. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Rusyd, Ibnu. (2013). Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Jakarta: Akbar Media.
Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Hoboken,
NJ: John Wiley & Sons, Inc.
Sholihin, A.I. (2010). Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Penerbit Gramedia. Tarmizi, E. (2012). Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor, Jawa Barat: Berkat Mulia
Insani Publishing.
Usman, R. (2002). Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia. Bandung, Jawa Barat:
Citra Aditya Bakti.
Wahyudi, I., dkk. (2013). Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Zaid, A.A.J.A. (2011). Fiqih Riba. (Terj. Abdullah). Jakarta: Senayan Publishing.
Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014