15
1 Universitas Indonesia Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) berdasarkan Fatwa DSN MUI tentang Murabahah dan PSAK 102 Revisi 2013 (Studi Kasus Di BMT Bintaro Dan Bank Syariah XYZ) Nana Aprilia Akhsani Sri Nurhayati Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan transaksi Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) dengan akad murabahah channeling dengan Fatwa DSN-MUI tentang murabahah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui penerapan perlakuan akuntansi pada transaksi PPR murabahah channeling terhadap PSAK 102 revisi 2013. Objek penelitian adalah BMT Bintaro yang bekerja sama dengan Bank Syariah XYZ. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dan memusatkan pada satu objek tertentu dan memperlakukannya sebagai kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti secara langsung dengan praktisi BMT Bintaro dan Bank Syariah XYZ. Peneliti mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan PPR dengan akad murabahah channeling sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI. Perlakuan akuntansi pada Bank Syariah XYZ secara umum sudah sesuai dengan PSAK 102 Revisi 2013 kecuali pada pengakuan harga jual, penentuan keuntungan, bagian uang muka dari piutang. Kata kunci: akad murabahah, pembiayaan pemilikan rumah, bank syariah, BMT, PSAK 102 revisi 2013, bank linkage, murabahah channeling. Abstract This research aims to acknowledge the appropriateness of home ownership financing (PPR) with murabahah channeling mode under the DSN-MUI decree about murabahah. Besides, this research is also aimed at understanding the impelementation of accounting treatment in PPR with murabahah channeling mode under the Financial Accounting Standard (PSAK) Number 102 Revised 2013. The object of this research is BMT Bintaro which cooperated with Sharia Bank XYZ. This research is analysed in descriptive manner and focused on one particular object treated as a basis of case. The method of collection is conducted directly from BMT and Sharia Bank XYZ practitioner. The author collects, and interprets the data to answer the hypothesis developed by this research. The result shows that the conduct of PPR with murabahah channeling mode complies to Fatwa DSN-MUI. Accounting treatment in Sharia Bank XYZ already complies to PSAK 102 Revised 2013 except on selling price recognition, determined factor of margin, part of advance in account receivable. Keywords: murabahah, home ownership financing, sharia bank, BMT, PSAK 102 Revised 2013, bank linkage, murabahah channeling. Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

1  

 

Universitas Indonesia

Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) berdasarkan Fatwa DSN MUI tentang Murabahah dan PSAK 102

Revisi 2013 (Studi Kasus Di BMT Bintaro Dan Bank Syariah XYZ)

Nana Aprilia Akhsani Sri Nurhayati

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan transaksi Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) dengan akad murabahah channeling dengan Fatwa DSN-MUI tentang murabahah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui penerapan perlakuan akuntansi pada transaksi PPR murabahah channeling terhadap PSAK 102 revisi 2013. Objek penelitian adalah BMT Bintaro yang bekerja sama dengan Bank Syariah XYZ. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dan memusatkan pada satu objek tertentu dan memperlakukannya sebagai kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti secara langsung dengan praktisi BMT Bintaro dan Bank Syariah XYZ. Peneliti mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan PPR dengan akad murabahah channeling sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI. Perlakuan akuntansi pada Bank Syariah XYZ secara umum sudah sesuai dengan PSAK 102 Revisi 2013 kecuali pada pengakuan harga jual, penentuan keuntungan, bagian uang muka dari piutang. Kata kunci: akad murabahah, pembiayaan pemilikan rumah, bank syariah, BMT, PSAK 102 revisi 2013, bank linkage, murabahah channeling. Abstract This research aims to acknowledge the appropriateness of home ownership financing (PPR) with murabahah channeling mode under the DSN-MUI decree about murabahah. Besides, this research is also aimed at understanding the impelementation of accounting treatment in PPR with murabahah channeling mode under the Financial Accounting Standard (PSAK) Number 102 Revised 2013. The object of this research is BMT Bintaro which cooperated with Sharia Bank XYZ. This research is analysed in descriptive manner and focused on one particular object treated as a basis of case. The method of collection is conducted directly from BMT and Sharia Bank XYZ practitioner. The author collects, and interprets the data to answer the hypothesis developed by this research. The result shows that the conduct of PPR with murabahah channeling mode complies to Fatwa DSN-MUI. Accounting treatment in Sharia Bank XYZ already complies to PSAK 102 Revised 2013 except on selling price recognition, determined factor of margin, part of advance in account receivable. Keywords: murabahah, home ownership financing, sharia bank, BMT, PSAK 102 Revised 2013, bank linkage, murabahah channeling.

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 2: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

2  

 

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Hal pertama dan paling mendasar dari kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk

bertahan yaitu persyaratan psikologis seperti makanan, air dan berlindung. Manusia

membutuhkan makanan untuk dimakan, minuman untuk diminum dan sebuah tempat

bernama rumah sebelum mereka berfikir tentang hal lainnya (Maslow, 2009). Indonesia

menjadi pasar potensial bagi pemasaran produk-produk properti. Sesuai hasil riset

Pricewaterhouse Cooper (PWC) dan Urban Land Institute (ULI), tahun 2013 Jakarta termasuk

urutan pertama kota-kota di Asia Pasifik yang dipilih untuk investasi sektor properti,

mengalahkan kota Shanghai, Singapura, Sydney dan Kuala Lumpur. (Purnomo, 2013).

Kepemilikan rumah dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu dengan membayar

lunas rumah yang diinginkan ataupun mengajukan kredit melalui bank-bank yang

menyediakan KPR. Saat ini bank yang menyediakan KPR pun bervariasi mulai dari bank

konvensional sampai dengan bank syariah sehingga masyarakat semakin banyak pilihan yang

bisa ditempuh untuk dapat memiliki rumah. Produk utama perbankan syariah yang umumnya

ditawarkan menggunakan skema Debt based Financing (murabahah1 dan ijarah2). Menurut

Bank Indonesia, saat ini produk pembiayaan perbankan syariah yang paling besar proporsinya

adalah produk murabahah dan ijarah. Bagi perbankan, produk-produk tersebut juga menjadi

produk favorit bank, dikarenakan skema transaksinya yang mudah diterapkan dan tidak

berisiko tinggi.

Murabahah dianggap sebagai salah satu produk yang banyak dikritisi akademisi

karena dalam skema ini, tidak terjadi sharing risiko antara bank dengan nasabah (bank relatif

aman dari risiko). Kemudahan inilah yang menyebabkan perbankan syariah nasional lebih

memilih mempromosikan produk pembiayaan berbasis Debt based Financing berskema

murabahah dibandingkan dengan skema Profit Loss Sharing yaitu mudharabah3 dan

musyarakah4. Bisnis properti, sebagaimana kegiatan bisnis pada umumnya, tidak dapat

dilepaskan dari peran para pemasar, baik pemasar yang berasal dari dalam perusahaan                                                                                                                1  Jual  beli  yang  pada  harga  asal  dengan  tambahan  keuntungan  yang  disepakati.  Penjual  harus  memberi  tahu  harga  produk  yang  ia  beli  dan  menentukan  satu  tingkat  keuntungan  sebagai  tambahannya  (lihat  Buku  Pintar  Ekonomi  Syariah  hal.  142)  2  Suatu  jenis  akad  untuk  mengambil  manfaat  (tidak  berbentuk  zatnya,  melainkan  sifatnya)  dengan  jalan  penggantian  (dibayar  sewa)  (lihat  Buku  Pintar  Ekonomi  Syariah  hal  333)  3  Akad  perjanjian  antara  kedua  belah  pihak,  yang  salah  satu  dari  keduanya  memberi  modal  kepada  yang  lain  supaya  dikembangkan,  sedangkan  keuntungannya  dibagi  antara  keduanya  sesuai  kesepakatan  (lihat  Buku  Pintar  Ekonomi  Syariah  hal  519)  4  Akad  kerjasama  diantara  dua  pihak  atau  lebih  untuk  usaha  tertentu  yang  masing-­‐masing  pihak  memberikan  porsi  dana  dengan  ketentuan  keuntungan  dibagi  sesuai  kesepakatan  (lihat  Buku  Pintar  Ekonomi  Syariah  hal  539)  

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 3: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

3  

 

Universitas Indonesia

properti maupun pemasar yang berasal dari luar perusahaan properti. Model linkage banking5

merupakan bentuk perpanjangan tangan bank syariah untuk menjangkau segmen masyarakat

tertentu yang biasanya adalah masyarakat kelas bawah yang didominasi oleh sektor usaha

mikro.

Penelitian ini akan membahas terkait pelaksanaan Pembiayaan Pemilikan Rumah

Syariah yang dilaksanakan melalui pihak ketiga. Pihak ketiga disini menjadi satu atap dengan

bank syariah, ia menjadi wakil bank syariah dalam membelikan barang dalam akad

murabahah. Peneliti juga akan membandingkan kesesuaian pelaksanaan transaksi dengan

Fatwa DSN MUI dan PSAK yang berlaku di Indonesia. Terkait dengan peraturan akuntansi

yang mengatur tentang murabahah di Lembaga Keuangan Syariah, telah dikeluarkan PSAK

102 tentang murabahah tahun 2008. Transaksi murabahah yang dilakukan di Bank Syariah di

Indonesia tidak dapat diakomodir oleh PSAK tersebut karena menggunakan metode anuitas.

Akhirnya pada 13 November 2013, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan PSAK 102

(revisi 2013) tentang murabahah. PSAK 102 revisi 2013 sudah mengakomodasi konsep

pembiayaan murabahah yang berbasis jual beli dan mengakui metode anuitas. Maka dari itu

peneliti akan membandingkan perlakuan akuntansi PPR dengan akad murabahah channeling

dengan PSAK 102 revisi 2013.

Tinjauan Teoritis

Bank syariah adalah bank yang kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip

syariah/hukum Islam, dan dikenal juga dengan bank Islam adalah bank umum sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan syariah. Undang-Undang tersebut sudah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mendefinisikan bank syariah sebagai Bank

yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri

atas bank umum syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Sholihin, 2010). Berdasarkan

Fatwa DSN-MUI No. 84 Tahun 2012, murabahah adalah akad jual beli dengan menegaskan

harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai

keuntungan. Sedangkan pembiayaan murabahah adalah murabahah di LKS dengan cara LKS

membelikan barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada

nasabah –setelah barang menjadi milik LKS— dengan pembayaran secara angsuran.                                                                                                                5  Sistem  bank  yang  terhubung  dengan  lembaga  keuangan  yang  lain  

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 4: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

4  

 

Universitas Indonesia

Berdasarkan pernyataan pada PSAK 102, pembayaran murabahah dapat dilakukan

secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak

pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran

atau sekaligus pada waktu tertentu. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang

berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun

jika akad tersebut disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan

(IAI, 2007). Para ulama telah bersepakat tentang dibolehkannya jual beli secara tertunda

karena banyaknya hadits-hadits yang tegas yang diriwayatkan tentang jual beli itu.

Dibolehkannya jual beli tertunda berarti juga dibolehkan jual beli secara kredit karena jual

beli kredit tidak lain adalah jual beli dengan pembayaran tertunda, hanya pembayarannya

yang dicicil selama beberapa kali dalam waktu-waktu tertentu (Ash-Shawi, 2011).

Dalam penjelasan tentang Fatwa Murabahah ini penulis mengambil dari Fatwa yang

berkaitan dengan transaksi murabahah. Fatwa yang dibahas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Fatwa DSN-MUI yang terkait dengan murabahah

Nomor Fatwa DSN-MUI Keterangan

Fatwa No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah

Fatwa No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam Murabahah

Fatwa No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang

Menunda-Nunda Pembayaran

Fatwa No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah

Fatwa No.48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan

Murabahah

Fatwa No. 49/DSN/MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah

Fatwa No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi

Nasabah Tidak Mampu Membayar

Pada bagian akuntansi, perbankan syariah dalam prakteknya menggunakan dua

metode pengakuan yang berbeda yaitu anuitas dan proporsional pada akad murabahah. PSAK

102 tahun 2007 hanya mengatur metode pengakuan proporsional, sedangkan bagi bank

syariah yang mengakui murabahah sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang

menggunakan PSAK 55 (Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran), PSAK 50

(Instrumen Keuangan: Penyajian) dan PSAK 60 (Instrumen Keuangan: Pengungkapan) (IAI,

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 5: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

5  

 

Universitas Indonesia

2013). Setelah dikeluarkan fatwa DSN MUI No.84/DSN-MUI/XII/2012, DSAS IAI (Dewan

Standar Akuntansi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia) menerbitkan Buletin Teknis 9.

Akhirnya DSAS IAI memutuskan untuk merevisi PSAK 102 untuk mengatasi

permasalahan dalam penerapan PSAK 55, 50 dan 60. Dengan adanya PSAK 102 revisi 2013

ini maka Buletin Teknis 9 sudah tidak berlaku lagi. DSAS IAI menyatakan bahwa SAK

syariah merupakan pelengkap atas SAK umum untuk transaksi berbasis syariah yang tidak

diatur dalam SAK Umum atau ketika substansi pengaturan dalam SAK umum tidak dapat

diterapkan pada transaksi berbasis syariah.

Kemudian entitas harus melakukan penilaian transaksi atau membuat pertimbangan

(judgement) satu per satu untuk menentukan substansi transaksi murabahah yang

dilakukannya apakah sebagai jual beli (menggunakan PSAK 102) atau pembiayaan berbasis

jual beli (menggunakan PSAK 55, 50 dan 60 yang terkait dengan aset keuangan dalam

kategori pinjaman yang diberikan dan piutang, yang dalam penerapannya disesuaikan dengan

prinsip, karakteristik dan istilah transaksi syariah). Apabila entitas memiliki risiko

kepemilikan persediaan yang signifikan maka entitas terekspos risiko sebagai penjual

sehingga transaksi murabahah yang dilakukan secara substansi merupakan jual beli. Jika tidak

signifikan maka yang dilakukan secara substansi adalah pembiayaan berbasis jual beli. Risiko

yang dimaksud adalah risiko perubahan harga persediaan, keusangan dan kerusakan

persediaan, biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan dan risiko pembatalan pesanan

pembelian secara sepihak.

Selain itu, dalam PSAK 102 revisi 2013 revisi terdapat tambahan yang sebelumnya

tidak ada di dalam PSAK 102 tahun 2007. Tambahan tersebut diantaranya mengenai risiko

terkait dengan kepemilikan persediaan transaksi murabahah dan implikasinya, ketentuan

transisi tentang jumlah tercatat awal (deemed cost), penentuan tingkat imbal hasil efektif,

penetapan penurunan nilai transaksi murabahah dan pembetukan cadangan kerugian

penurunan nilai (CKPM). PSAK 102 revisi 2013 berlaku efektif setelah tanggal 1 Januari

2008 kecuali paragraf yang ditambahkan sejak tahun 2013, berlaku efektif setelah tanggal 1

Januari 2014.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat analisis deskriptif yang bertujuan mendapatkan

gambaran dan informasi yang akurat mengenai penerapan Pembiayaan Pemilikan Rumah

(PPR) di BMT Bintaro dengan akad murabahah channeling yang bermitra dengan Bank

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 6: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

6  

 

Universitas Indonesia

Syariah XYZ. Peneliti mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang

diperoleh yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan. Metode kualitatif dilakukan dengan proses diskusi, kajian literatur (kajian fiqih

muamalah, kajian peraturan yang terkait dengan PPR) dalam rangka mendapatkan informasi

dari sumber primer dan sekunder. Hasilnya diharapkan dapat menjadi model evaluasi bagi

stakeholder dan pihak-pihak terkait lainnya. Tahapan yang diteliti mulai dari pengajuan

pembiayaan oleh nasabah, akad jual beli yang dilakukan BMT Bintaro sampai dengan

pengangsuran secara bertahap kepada Bank Syariah XYZ.

Penulis menganalisa kesesuaian dengan standar akuntansi yang berlaku dan

membandingkan dengan fatwa ulama yang ada di Indonesia dengan tambahan fatwa yang

berlaku di luar Indonesia sebagai referensi tambahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

studi kasus yaitu penelitian yang dipusatkan pada satu objek tertentu yang memperlakukannya

sebagai kasus. Di bawah ini adalah gambar kerangka penelitian dari studi kasus yang

diangkat:

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BMT Bintaro, Tangerang Selatan, BMT Bintaro ini

merupakan agen PPR dari Bank Syariah XYZ (berperan sebagai wakil bagi nasabah yang

akan melakukan PPR di Bank XYZ). Kemudian penelitian juga dilaksanakan di Bank Syariah

XYZ kantor pusat dan kantor cabang Gandaria, Jakarta Timur. Bank Syariah XYZ merupakan

bank yang berdiri sejak tahun 1999 yang sudah banyak menangani transaksi PPR.

Penelitian berlangsung selama empat bulan yang meliputi wawancara secara langsung,

pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Dalam melakukan

wawancara, penulis menggunakan metode wawancara terstruktur yakni dengan menggunakan

pedoman wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan disusun terlebih dahulu sebelum

wawancara berlangsung. Data mengenai pedoman dan hasil wawancara yang dilakukan

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 7: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

7  

 

Universitas Indonesia

penulis dapat dilihat pada lampiran di akhir penelitian ini. Mengenai dokumentasi data

dikirimkan melalui e-mail ke peneliti.

Hasil Penelitian

Gambar di bawah ini menjelaskan skema transaksi PPR murabahah di BMT Bintaro

mulai dari pengajuan aplikasi murabahah sampai dengan nasabah melakukan angsuran kepada

Bank Syariah XYZ.

Gambar 4.1. Skema PPR Murabahah BMT Bintaro

Sumber: BMT Bintaro (diolah kembali)

Nasabah dihadapkan kepada pilihan yaitu mengajukan PPR Murabahah melalui BMT

Bintaro atau langsung mengajukan PPR murabahah ke Bank Syariah XYZ. Margin yang

dikenakan apabila langsung melalui Bank Syariah XYZ lebih kecil dibandingkan dengan

margin yang dikenakan dari BMT Bintaro. Namun secara pelaksanaan teknis akad, BMT

Bintaro menjadi pilihan bagi nasabah yang mengutamakan kesyariahan suatu akad.

Pelaksanaan teknisnya terdapat beberapa perbedaan antara Bank Syariah XYZ (langsung) dan

melalui BMT Bintaro.

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 8: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

8  

 

Universitas Indonesia

Berikut adalah skema PPR Murabahah yang langsung melalui Bank Syariah XYZ:

Gambar 4.2. Skema PPR Murabahah Bank Syariah XYZ

Sumber: Bank Syariah XYZ (diolah kembali)

Pembahasan

Sejak diluncurkan produk PPR di Bank Syariah dengan akad murabahah, banyak

akademisi yang mengkritisi tentang pelaksanaan akad tersebut. Kritikan para akademisi sudah

tertuang di berbagai penelitian baik berupa jurnal ataupun skripsi. Salah satu kritik adalah

terkait dengan kepemilikan, seringkali Bank Syariah melakukan akad murabahah dengan

nasabah sebelum Bank Syariah itu memiliki rumah. Hal ini memiliki implikasi bahwa Bank

Syariah pada hakikatnya bukan melakukan penjualan rumah dengan akad murabahah akan

tetapi memberikan hutang kepada nasabah sehingga margin yang didapatkan Bank Syariah

bukanlah pendapatan murabahah namun riba.

Kritik lain yang masih diperselisihkan adalah terkait dengan denda yang diberikan

kepada nasabah yang melakukan penundaan pembayaran. Peneliti melakukan pengamatan di

Bank Syariah XYZ terkait dengan pengenaan denda. Denda dikenakan secara otomatis oleh

Bank Syariah XYZ yang telat melakukan pembayaran tanpa melakukan proses pengamatan

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 9: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

9  

 

Universitas Indonesia

terlebih dahulu apa yang sedang dialami oleh nasabah. Selain itu, pengenaan denda itu sendiri

masih diperselisihkan oleh berbagai ahli fiqih.

PPR dengan akad murabahah channeling di BMT Bintaro berbeda dengan akad

murabahah yang langsung dilaksanakan oleh Bank Syariah. Pembuatan produk murabahah

channeling yang dinamakan Angsuran Syar’i ini dilatarbelakangi dari kritik yang diberikan

kepada Bank Syariah terkait dengan pelaksanaan akad murabahah sehingga terdapat

perbedaan sebagai berikut:

Tabel 5.1. Perbedaan Rumah Angsuran Syar’i dan PPR di Bank Syariah

BMT Bintaro Bank Syariah BMT Bintaro membayar booking fee (BF)/down payment (DP) ke Penjual dan Pembeli membayar BF/DP ke BMT Bintaro

BF dan DP dibayarkan ke pemilik rumah

Rumah sudah menjadi milik BMT Bintaro

Rumah sudah menjadi milik nasabah

Nasabah melakukan akad jual beli dengan BMT Bintaro

Nasabah melakukan akad pinjaman dan margin/riba dengan Bank Syariah

Satu harga, jelas nilai dan waktu angsuran Nilai pinjaman bisa berubah

Tidak ada denda keterlambatan Ada denda keterlambatan

Apabila Bank Syariah belum memiliki rumah pada saat melakukan akad murabahah

dengan nasabah, berbeda dengan BMT Bintaro. BMT Bintaro sudah memiliki rumah sebelum

melakukan akad dengan nasabah. Pembelian rumah dilakukan oleh BMT Bintaro setelah

permohonan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan lolos tahap penilaian. BMT Bintaro

melakukan pembelian rumah dengan membayar uang sebesar booking fee kepada penjual

rumah. Booking fee adalah bagian dari down payment, sedangkan down payment merupakan

bagian harga. Apabila BMT Bintaro membayarkan sebesar booking fee maka secara hakikat

BMT Bintaro sudah memiliki rumah tersebut.

Proses kepemilikan barang merupakan hal yang penting dan penentu hakikat akad

murabahah ini. Islam melarang seseorang untuk menjual barang yang belum dimiliki atau

belum diserahterimakan dari penjual pertama. Proses selanjutnya BMT Bintaro mengirimkan

data nasabah kepada Bank Syariah XYZ. Apabila data nasabah tidak lolos penilaian yang

dilakukan oleh Bank Syariah XYZ, maka akad jual beli tidak bisa dilanjutkan dan BMT

Bintaro menanggung kerugian sebesar booking fee. Risiko yang ditimbulkan atas pembatalan

ini hanya dimiliki oleh BMT Bintaro dan tidak dimiliki oleh Bank Syariah XYZ. Transaksi

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 10: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

10  

 

Universitas Indonesia

murabahah channeling ini sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 tentang

Murabahah dimana bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BMT Bintaro, booking fee (BF)

merupakan bagian dari down payment (DP) dan DP merupakan bagian dari harga. Sehingga

apabila BMT Bintaro membayarkan BF kepada penjual rumah maka rumah tersebut sudah

berpindah kepemilikan kepada BMT Bintaro karena BF termasuk dalam bagian harga.

Ketentuan yang dibuat oleh BMT Bintaro adalah apabila fasilitas pembelian cara angsuran

disetujui oleh Mitra BMB maka BF menjadi pengurang harga jual rumah namun apabila akad

murabahah dibatalkan maka DP dikurangi dengan BF akan dikembalikan kepada nasabah dan

kepemilikan rumah kembali kepada penjual.

Uang muka diperbolehkan menurut syariat karena uang muka adalah kompensasi

waktu tunggu yang ditanggung oleh penjual. Penjual harus menyimpan barang transaksi

selama beberapa waktu dan tentu saja akan kehilangan kesempatan untuk menjual barang

tersebut kepada orang lain. Maka boleh ada uang muka dengan syarat diberikan batas waktu

pembayaran. Apabila sudah melewati jangka waktu yang ditentukan maka DP dikembalikan.

Pengembalian DP ini lebih utama dan lebih banyak pahalanya di sisi Allah Ta’ala.

Bank Islam mengalami risiko yang melekat pada semua transaksi keuangan yaitu

informasi asimetris. Risiko ini mengakibatkan dua masalah. Masalah yang pertama terjadi

sebelum kejadian adalah adverse selection ketika hutang dibuat melalui risiko kredit yang

buruk. Masalah kedua yang terjadi sebelum kejadian adalah moral hazard ketika hutang

disalahgunakan dan/atau digunakan dalam cara yang tidak sesuai. Secara alamiah derajat

informasi asimetris menghasilkan kedua masalah ini tergantung dari jumlah dan kualitas alur-

alur informasi diantara debitur dan kreditur (Khan, 2010).

Dalam Fatwa DSN-MUI No. 17 tahun 2000 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang

Menunda-Nunda Pembayaran, Nasabah yang tidak mampu membayar disebabkan force

majeur tidak boleh dikenakan sanksi sedangkan nasabah mampu yang menunda-nunda

pembayaran dan/tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh

dikenakan sanksi. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang dan dana yang diperoleh dari

denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Apabila nasabah mengajukan pembiayaan ke BMT Bintaro, maka tidak dikenakan

denda bagi nasabah yang telat membayar sampai tiga bulan berturut-turut. Namun BMT

Bintaro memberikan ketentuan khusus yaitu apabila nasabah tidak melakukan angsuran

pembayaran sampai tiga bulan berturtut-turut maka jumlah seluruh piutang menjadi jatuh

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 11: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

11  

 

Universitas Indonesia

tempo dan harus dilunasi oleh nasabah, apabila tidak bisa melunasi maka jaminan akan

dikuasakan kepada BMT Bintaro kemudian dijual sesuai dengan harga likuiditas. Pada

kenyataannya kasus ini belum terjadi di BMT Bintaro karena pembiayaan baru diberikan pada

tahun 2013 dan jumlahnya baru dua pembiayaan pemilikan rumah yang diterbitkan.

Denda diterapkan pada pembiayaan yang diajukan nasabah langsung kepada Bank

Syariah XYZ. Terkait dengan pengenaan denda kepada nasabah terjadi perbedaan pendapat

di kalangan fuqaha kontemporer. Pendapat yang membolehkan beralasan bahwa hal ini

bertujuan untuk mendisiplinkan nasabah dalam pembayaran angsuran. Namun beberapa

pendapat tidak menggunakan landasan dalil yang kuat.

Kemudian pembahasan berikutnya adalah mengenai proses yang dilakukan oleh Bank

Syariah selama terjadi penurunan kemampuan pembayaran nasabah. Ada proses yang

dilakukan oleh Bank Syariah sebelum memutuskan melakukan salah satu dari ketiga cara

tersebut. Pada H+15 nasabah diberikan Surat Pemberitahuan Menunggak. Apabila tidak

melunasi sampai H+30 maka mendapatkan Surat Peringatan 1. Pada tahap ini Bank Syariah

XYZ akan melakukan penawaran kepada nasabah untuk melakukan salah satu dari tiga cara

yang telah disebutkan diatas. Setelah H+60 nasabah belum melunasi juga maka diberikan

Surat Peringatan II. Apabila belum dilunasi juga, Bank Syariah XYZ akan memberikan Surat

Peringatan III. Apabila sudah diberikan SP III namun tidak ada itikad baik dari nasabah untuk

melakukan diskusi dengan Bank Syariah XYZ maka akan dilakukan lelang terhadap jaminan

nasabah.

Secara umum, ada tiga alternatif yang akan dilakukan oleh Bank Syariah XYZ, yaitu

(1) Rescheduling, atau penjadwalan kembali piutang; (2) Recondition, atau merubah kondisi

kredit agar meringankan (3) Restructuring, atau merubah struktur kredit. Namun apabila

nasabah bisa diajak bekerjasama maka akan dipilih satu dari tiga cara yang telah disebutkan

diatas. Ketiga cara tersebut sebenarnya bertujuan untuk penyehatan atau penyelamatan

pembiayaan yang bermasalah.

Sedangkan BMT Bintaro tidak menyetujui restructuring dan refinancing apabila

terjadi penurunan kemampuan pembayaran nasabah. Pada masa jahiliyah riba memiliki

beberapa bentuk aplikatif, salah satunya adalah riba pinjaman, yakni yang direfleksikan dalam

satu kaidah di masa jahiliyah: “Tangguhkanlah hutangku, aku akan menambahnya”. Misalnya

seseorang memiliki hutang terhadap seseorang. Ketika tiba waktu pembayaran, orang yang

berhutang itu tidak mampu melunasinya. Akhirnya ia berkata, “Tangguhkanlah hutangku, aku

akan memberikan tambahan.” Yakni, perlambatlah dan tangguhkanlah masa pembayarannya,

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 12: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

12  

 

Universitas Indonesia

aku akan menambah jumlah hutang yang akan kubayar (Ash-Shawi, 2011). Solusi atas BMT

Bintaro dalam hal ini adalah dengan menjual jaminan yang ditahan yaitu berupa sertifikat

rumah sesuai dengan harga likuiditas.

PSAK 102 Revisi 2013 menyatakan bahwa apabila substansi transaksi murabahah

dalam suatu bank syariah diakui sebagai pembiayaan berbasis jual beli maka menggunakan

PSAK 50,55 dan 60 dimana teknisnya diatur dalam PAPSI 2013. Kemudian Bank Syariah

XYZ tidak menanggung risiko atas barang yang dijual kepada nasabah, hanya BMT Bintaro

yang menanggung risiko signifikan terkait dengan barang yang dijual kepada nasabah. BMT

Bintaro tidak melakukan pencatatan akuntansi sehingga analisis kesesuaian hanya

berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah XYS. Oleh karena Bank Syariah

XYZ tidak menanggung risiko atas barang yang dijual maka transaksi diakui sebagai

pembiayaan berbasis jual beli.

Maka dari itu, dasar pengaturan akuntansi atas transaksi murabahah terdiri dari PSAK

50 tahun 2010, PSAK 55 tahun 2011, PSAK 60 tahun 2010 dan PAPSI 2013. Tabel di bawah

ini menjelaskan kesesuaian perlakuan akuntansi atas pembiayaan murabahah berdasarkan

dasar pengaturan tersebut.

Jika ditinjau kesesuaian pelaksanaan transaksi Pembiayaan Pemilikan Rumah

berdasarkan PSAK 50, PSAK 55, PSAK 60 dan PAPSI 2013 masih terdapat perlakuan

akuntansi yang belum sesuai. Pertama, Bank Syariah XYZ mengakui harga jual terdiri dari

nilai pembiayaan dan margin, bukan harga perolehan sebelum dikurangi dengan uang muka.

Kedua, keuntungan dihitung berdasarkan nilai pembiayaan, bukan harga perolehan. Ketiga,

uang muka tidak diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang karena uang muka bukan

merupakan bagian pokok. Keempat, pendapatan margin murabahah yang akadn diterima

hanya disajikan sebagai bagian aset lainnya, belum dibedakan nasabah performing (pada

bagian aset lainnya) dan nasabah non-performing (pada rekening administratif). Kelima,

beban penghasilan dan imbalan yang terkait dengan piutang belum diungkapkan. Keenam,

jumlah kerugian penurunan nilai untuk setiap kelompok aset keuangan belum diungkapkan

karena Bank Syariah XYZ masih dalam tahap perpindahan sistem untuk bagian cadangan

kerugian penurunan nilai. Ketujuh, Bank Syariah XYZ langsung mengenakan denda kepada

nasabah yang tidak melakukan pembayaran angsuran piutang murabahah tanpa melalui

penyelidikan keadaan nasabah.

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 13: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

13  

 

Universitas Indonesia

Kesimpulan

Skema mengenai PPR murabahah yang dilakukan oleh Bank Syariah banyak dikritisi

oleh para akademisi mengenai pelaksanaannya di lapangan. Mulai dari proses awal pembelian

hingga perlakuan pada angsuran yang macet yang tidak sesuai dengan syariah Islam dan fatwa

DSN MUI. Peneliti mengambil satu tempat untuk diteliti yaitu BMT Bintaro yang dalam

pelaksanaannya bekerjasama dengan Bank Syariah XYZ. Latar belakang dilakukan bank

linkage ini adalah adanya sejumlah kritik mengenai pelaksanaan PPR murabahah di bank

syariah yang tidak sesuai dengan syariah dan fatwa DSN MUI. Bank linkage menjadi salah

satu solusi pelaksanaan teknis yang sesuai dengan syariah untuk PPR murabahah yang selama

ini banyak dikritisi prakteknya oleh para akademisi. Setelah melalui peninjauan, peneliti

berkesimpulan bahwa:

1. Apabila menggunakan murabahah channeling dengan BMT Bintaro sebagai wakil dari

Bank Syariah XYZ, rumah sudah dimiliki terlebih dahulu secara sempurna kemudian

dilakukan akad murabahah dengan nasabah sehingga akad jual beli yang dilakukan sah.

2. Terkait dengan uang muka murabahah, pembatasan FTV yang dilakukan di BMT Bintaro

sudah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia. Bank Syariah XYZ memberikan

pembiayaan maksimum sebesar 70% untuk PPR dan 30% didanai oleh uang nasabah.

3. Apabila transaksi murabahah dibatalkan, uang muka yang disetorkan ke BMT Bintaro

(terdiri dari booking fee dan down payment) akan dikembalikan sebesar down payment

dikurangi dengan booking fee.

4. Sesuai dengan Fatwa DSN-MUI, Bank Syariah memberikan sanksi kepada nasabah yang

melakukan penundaan pembayaran dengan memberikan denda melalui perhitungan

tertentu. Menurut pandangan syariah, masih terjadi perbedaan pendapat di kalangan

fuqaha akan pengenaan denda ini, namun yang lebih selamat adalah tidak memberikan

denda kepada nasabah yang melakukan penundaan pembayaran dan ini dilakukan oleh

BMT Bintaro.

5. Menurut Fatwa DSN-MUI dan PAPSI 2013, denda boleh dikenakan pada nasabah yang

dengan sengaja melakukan penundaan pembayaran atau adanya unsur penyalahgunaan

dana namun Bank Syariah XYZ langsung mengenakan denda pada nasabah yang tidak

membayar cicilan tepat waktu tanpa ada proses identifikasi atau penyelidikan kepada

nasabah.

6. Bagi nasabah yang melakukan pembayaran tepat waktu ataupun diperepat, BMT Bintaro

memberikan potongan pembayaran piutang namun hal ini tidak diperjanjikan pada saat

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 14: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

14  

 

Universitas Indonesia

akad murabahah untuk menghindari dua harga dalam satu jual beli. Pelaksanaan ini sudah

sesuai dengan fatwa DSN-MUI.

7. Pada kasus nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran, BMT Bintaro

memberikan tenggang waktu untuk nasabah yang mengalami penurunan kemampuan

selama tiga bulan. Apabila sudah melebihi tiga bulan maka seluruh piutang menjadi jatuh

tempo pada saat setelah tiga bulan berturut-turut menunggak dan BMT Bintaro berhak

menjual agunan untuk menutupi piutang yang jatuh tempo.

8. Apabila nasabah mengalami ketidakmampuan pembayaran maka BMT Bintaro dan Bank

Syariah XYZ akan melakukan penjualan atas jaminan nasabah tersebut. Apabila hasil

penjualan rumah melebihi piutang maka sisanya akan dikembalikan kepada nasabah. Hal

ini sesuai dengan Fatwa DSN MUI.

9. Pencatatan akuntansi pada Bank Syariah XYZ secara umum sudah sesuai dengan standar

akuntansi keuangan yang ada di Indonesia kecuali pada beberapa hal. Pertama, Bank

Syariah XYZ mengakui harga jual bukan dari harga perolehan sebelum dikurangi dengan

uang muka. Kedua, keuntungan bukan dihitung berdasarkan harga perolehan. Ketiga,

uang muka tidak diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang. Keempat, pendapatan

margin murabahah yang akad diterima hanya disajikan sebagai bagian aset lainnya.

Kelima, beban penghasilan dan imbalan yang terkait dengan piutang, jumlah kerugian

penurunan nilai untuk setiap kelompok aset keuangan belum diungkapkan karena Bank

Syariah XYZ masih dalam tahap perpindahan sistem untuk bagian cadangan kerugian

penurunan nilai.

Saran

1. Peneliti berharap ke depannya akan ada penelitian terkait akad apa yang cocok dan sesuai

dengan syariat Islam untuk menjadi landasan akad pada produk take over KPR dari bank

konvensional ke bank syariah. Penemuan ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat

khususnya muslim agar terbebas dari jeratan riba bank konvensional. Ada praktisi Bank

Syariah ABC yang menyarankan musyarakah mutanaqisah sebagai akad pengganti

namun masih terkendala di hal teknis, penelitian selanjutnya bisa membahas tentang hal

tersebut dari sisi kajian fiqih muamalah.

2. Peneliti berharap akan ada penelitian terkait akuntansi restruktur pada pembiayaan

murabahah dan pembahasan yang mendalam tentang Cadangan Kerugian Penurunan

Nilai.

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014

Page 15: Efektivitas Transaksi Murabahah Channeling dalam

15  

 

Universitas Indonesia

Kepustakaan

Ad-Duwaisy, A.A. (2005). Fatwa-Fatwa Jual Beli oleh Ulama-Ulama Besar Terkemuka.

(Terj. M. Abdhul Ghoffar). Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Al-Bassam, A.A. (2011). Taudhihul Ahkam, Syarah Bulughul Maram. (Terj. Thahirin

Suparta). (Ed. Ke-4). Jakarta: Pustaka Azzam.

Asmarina. (2013). Analisis Penerapan Transaksi Murabahah dalam Pembiayaan Pemilikan

Rumah (PPR) berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 dan PSAK 102

tentang akuntansi Murabahah, Contoh Kasus Pada PT BANK XYZ. Depok, Jawa Barat.

Ash-Shawi, S., Al-Mushlih, A. (2011). Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.

Ath-Thayyar, A.M., Al-Muthlaq, A.M., Al-Musa, M.I. (2009). Ensiklopedi Fiqih Muamalah

Dalam Pandangan 4 Madzhab. Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif.

Aziz, M. (1992). Mengembangkan Bank Islam di Indonesia. Jakarta: Bangkit.

Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu. (Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk).

(Ed. Ke-4). Depok, Jawa Barat: Gema Insani & Darul Fikir.

Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu. (Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk).

(Ed. Ke-5). Depok, Jawa Barat: Gema Insani & Darul Fikir.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. (2008). Fatwa No. 73/DSN-MUI/XI/2008

Joomis, K., Martin D. (2007). Building Teachers: A Constructivist Approach to Introducing

Education. Belmont, CA: Wadsworth: Cengange Learning.

Nurfadhilah, I.R. (2013). Analisis Perbedaan dan Damapak Keuangan dari Penerapan PSAK

102 dengan PSAK 50,55 dan 60 Pada Transaksi Pembiayaan Murabahah, Studi Kasus

di Bank XYZ. Depok, Jawa Barat.

Purnomo, R.S.D., dkk. (2013). Buku Pintar Investasi Properti. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Rusyd, Ibnu. (2013). Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Jakarta: Akbar Media.

Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Hoboken,

NJ: John Wiley & Sons, Inc.

Sholihin, A.I. (2010). Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Penerbit Gramedia. Tarmizi, E. (2012). Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor, Jawa Barat: Berkat Mulia

Insani Publishing.

Usman, R. (2002). Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia. Bandung, Jawa Barat:

Citra Aditya Bakti.

Wahyudi, I., dkk. (2013). Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Zaid, A.A.J.A. (2011). Fiqih Riba. (Terj. Abdullah). Jakarta: Senayan Publishing.

Efektivitas transaksi…, Nana Aprilia Akhsani, FE UI, 2014