60
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA CITRA REGINA BARUS DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

effervesen kunyit putih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasi

Citation preview

Page 1: effervesen kunyit putih

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK

KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN

KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA

CITRA REGINA BARUS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: effervesen kunyit putih
Page 3: effervesen kunyit putih

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formulasi Tablet

Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]

dengan Konsentrasi Effervescent Mix yang Berbeda adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Citra Regina Barus

NIM F34090119

Page 4: effervesen kunyit putih

ABSTRAK

CITRA REGINA BARUS. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit

Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Effervescent Mix

yang Berbeda. Dibimbing oleh CHILWAN PANDJI.

Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe yang dikenal dengan nama kunyit putih

adalah tanaman obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit,

termasuk kanker. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formulasi tablet

effervescent dan mengetahui karakter fisik tablet yang nantinya dapat digunakan

sebagai minuman sehat komersial. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah

pada kondisi kelembapan relatif yaitu maksimum 25% dengan suhu 25o.

Formulasi tablet effervescent dilakukan dengan membuat variasi jumlah

effervescent mix dalam tiga formulasi. Hasil evaluasi sediaan didapatkan bahwa

hanya satu dari tiga formulasi telah memenuhi syarat yaitu formulasi II. Formulasi

I tidak memenuhi syarat waktu larut (> 2 menit) dan formulasi III tidak memenuhi

syarat keregasan (>1%). Pada uji statistik kesukaan menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan signifikan terhadap penampakan dan warna tablet effervescent.

Kata kunci: kunyit putih, tablet effervescent

ABSTRACT

CITRA REGINA BARUS. Effervescent Tablet Formulation of White Turmeric

Extract [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] with Different Effervescent Mix

Concentrations. Supervised by CHILWAN PANDJI.

Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe known as white turmeric is a medicinal

plant used in treating various diseases, including cancer. The purpose of this study

is to obtain an effervescent tablet formulation and determine its physical

characteristics that can later be used as a healthy beverage commercial. Tablets

were made by wet granulation method on the condition of the maximum relative

humidity 25% with a temperature of 25o. Effervescent tablet formulation was

done by varying the amount of effervescent mix in three formulations. Preparation

of evaluation showed that only one of the three formulation had qualified which

was the formula II. Formula I was not eligible due to it has late time (> 2 min) and

the formula III was not eligible due to it is friable (>1%). At hedonic statistical

test showed that there was a significant difference in the appearance and color of

effervescent tablets.

Keywords : white turmeric, effervescent tablet

Page 5: effervesen kunyit putih

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK

KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN

KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA

CITRA REGINA BARUS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: effervesen kunyit putih
Page 7: effervesen kunyit putih

Judul Skripsi : Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma

zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix

yang Berbeda

Nama : Citra Regina Barus

NIM : F34090119

Disetujui oleh

Drs Chilwan Pandji, AptMSc

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: effervesen kunyit putih

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi berjudul

“Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe) dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda” berhasil

diselesaikan. Tema yang diangkat dalam penelitian yang dilaksanakan selama

Maret sampai Juli 2013.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:

1. Drs Chilwan Pandji, Apt MSc, selaku Pembimbing Akademik atas perhatian

dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi

2. Prof Dr Ono Suparno, STP MT dan Dr Endang Warsiki, STP MS, selaku

dosen penguji

3. Ayahanda Aman Barus dan Ibunda Nurhayati Keliat beserta keluarga besar

atas doa, semangat, dan kasih sayangnya

4. Keluarga besar TIN 46 atas keceriaan dan kenangan indah tak terlupakan

5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Citra Regina Barus

Page 9: effervesen kunyit putih

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Kunyit Putih 3

Tablet Effervescent 5

METODE 6

Alat 6

Bahan 6

Metode Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Analisis Proksimat 9

Kecepatan Alir Granul 10

Sudut Diam Granul 11

Kompresibilitas Granul 11

Kadar Air Tablet 12

Nilai pH Tablet 13

Tebal dan Diameter Tablet 14

Waktu Larut Tablet 15

Kekerasan Tablet 16

Keregasan Tablet 17

Uji Organoleptik 17

SIMPULAN DAN SARAN 20

Page 10: effervesen kunyit putih

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

RIWAYAT HIDUP 48

Page 11: effervesen kunyit putih

DAFTAR TABEL

1 Formulasi tablet effervescent kunyit putih 7

2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil

penelitian dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan Lanny 9

DAFTAR GAMBAR

1 Kunyit Putih 3

2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak kunyit putih 8

3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kecepatan alir granul 10

4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap sudut diam granul 11

5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kompresibilitas granul 12

6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kadar air tablet 13

7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap pH 14

8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap tebal tablet 15

9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap diameter tablet 15

10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap waktu larut 16

11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kekerasan tablet 17

12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap keregasan tablet 17

13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap penampakan tablet 18

14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap warna tablet 19

15 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap aroma tablet 19

16 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap rasa 20

Page 12: effervesen kunyit putih

2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih 25

3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%) 26

4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam granul

(α = 5%) 27

5 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kompresibilitas

granul (α = 5%) 28

6 Tabel anova respon kadar air tablet (α = 5%) 29

7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon nilai pH tablet

(α = 5%) 30

8 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon tebal tablet

(α = 5%) 31

9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%) 32

10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%) 33

11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet(α =

5%) 34

12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet(α =

5%) 35

13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan tablet

(α = 5%) 36

14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna tablet(α =

5%) 37

15 Tabel anova respon aroma (α = 5%) 38

16 Tabel anova respon rasa (α = 5%) 39

17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih 40

18 Granulasi asam dan granulasi basa 42

19 Analisis Granul Effervescent 43

20 Analisis Tablet Effervescent 44

21 Perhitungan konversi dosis ekstrak kunyit untuk manusia 45

22 Perhitungan stoikiometri reaksi effervescent untuk masing-masing

formulasi 46

Page 13: effervesen kunyit putih

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan tanaman tradisional sebagai jamu atau obat masih berlangsung

pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe

atau yang dikenal dengan nama kunyit putih adalah salah satu contoh tanaman

yang mempunyai efek dalam pengobatan secara tradisional. Kunyit putih ini

memang belum banyak dikenal oleh masyarakat karena istilah kunyit identik

dengan kunyit (Curcuma domestica Val.) yang memiliki warna kuning khas pada

daging rimpangnya. Adapun khasiat dari kunyit putih tidak kalah dengan khasiat

kunyit (Curcuma domestica Val.) karena beragam kandungan kimia yang dimiliki

olehnya.

Syukur (2003) menyebutkan bahwa komponen rimpang kunyit putih

mengandung zat berkhasiat antara lain kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak

atsiri, dan polisakarida. Kurkuminoid yang telah diketahui meliputi kurkumin,

dimetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7-bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-

heptatrien-3-on. Senyawa penanda pada minyak atsiri kunyit putih terdapat pada

turunan seskuiterpennya yang terdiri dari isogermafuren, zedoaron (kurzerenon),

furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008).

Kandungan kunyit putih yang beragam diketahui dapat digunakan sebagai

antikanker, antitumor, antiinflamasi, antibakteri, peluruh haid, pereda sakit perut,

dan sakit gigi (Syukur 2003) namun khasiat yang paling dikenal pada kunyit putih

adalah antikanker. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan

oleh Pratiwi (2006) bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin kinase (enzim

pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian ekstrak etanol

rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Haryadi (2008) dalam penelitiannya

juga membuktikan bahwa terjadi efek penghambatan tumorigenesis pada kelinci

yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250 mg/kg. Selain

menghambat metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol

rimpang kunyit putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi

jantung dan frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker

(Vibowo 2008). Selanjutnya Windono (2002) membuktikan bahwa senyawa

demetoksikurkumin dari kunyit putih memiliki bioaktivitas hambatan terhadap sel

OVCAR-3 atau sel kanker ovarium. Turunan seskuiterpen kunyit putih (kurkumol

dan kurdion) juga diketahui memiliki efek sitotoksik terhadap sel sarkoma-37 dan

karsinoma serviks-U14 pada tikus (Sahib 2010).

Pemanfaatan kunyit putih sejauh ini masih dalam batas penelitian seperti

kandungan zat aktif dan efek pemberian ekstrak rimpang kunyit putih pada hewan

percobaan. Belum ada yang memanfaatkan kunyit putih sebagai produk yang

dapat dikonsumsi oleh manusia padahal khasiat yang dimilikinya sangat banyak.

Pada penelitian ini kunyit putih diolah menjadi bentuk sedian obat yaitu tablet

effervescent yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian

ini juga didasari oleh ketersediaan obat-obatan yang mengandung herbal saat ini

kebanyakan masih berbentuk kapsul dan tablet. Formulasi yang tepat dalam

pengolahan bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima

masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat

Page 14: effervesen kunyit putih

2

dalam mengkonsumsi obat bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan

kepraktisan dan minat masyarakat tersebut adalah dengan membuat kunyit putih

dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet

effervescent sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan dan

pengobatan kanker.

Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas CO2 sebagai hasil

reaksi dari asam organik dan basa karbonat dengan cairan pelarutnya (Lachman

1994). Keuntungan dari bentuk sediaan ini adalah dalam hal penyiapan larutan

dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat sehingga mudah

diabsorpsi oleh tubuh (Lestari 2007). Tablet effervescent juga menghasilkan rasa

yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa

obat tertentu (Lachman 1994).

Formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix (asam sitrat, asam

tartarat, dan natrium karbonat) pada penelitian ini menjadi variabel yang

digunakan untuk mengetahui hasil respon terbaik. Konsentrasi effervescent mix

yang berbeda akan berpengaruh terhadap sifat alir dari granul effervescent yang

terbentuk. Sifat alir granul effervescent akan menunjukkan tingkat keseragaman

dari bentuk, ukuran, bobot, dan kelembapan granul (Aulton 1998). Kesempurnaan

granul akan mempengaruhi karakter fisik tablet seperti kadar air, pH, kekerasan,

tebal dan diameter, keregasan, serta organoleptik dari tablet yang dicetak.Didasari

hal tersebut maka diperlukan adanya suatu formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix terbaik yang diharapkan mampu memberikan karakteristik fisik

dan organoleptik yang optimal pada tablet effervescent ekstrak kunyit putih.

Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap granul dan tablet yang dibuat?

2. Formulasi manakah yang memberikan hasil terbaik dari semua respon?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tablet effervescent

dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak rimpang kunyit putih

terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik yang disukai oleh

panelis.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sediaan

pencegahan dan pengobatan kanker yang berasal dari bahan alam, sehingga dapat

bermanfaat bagi bidang kesehatan dan farmasi serta menambah daya guna

rimpang kunyit putih.

Page 15: effervesen kunyit putih

3

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1. Pembuatan ekstrak kunyit putih dan pengeringannya dengan spray dryer

2. Pembuatan tablet effervescent

3. Pengujian yang meliputi analisis granul (waktu alir, sudut diam, dan

kompresibilitas) , analisis tablet effervescent (pH, kadar air, keregasan,

kekerasan, waktu larut, tebal, dan diameter), serta uji organoleptik.

TINJAUAN PUSTAKA

Kunyit Putih

Salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang dapat dijadikan bahan obat

alami adalah kunyit putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]. Penampakan

rimpang kunyit putih dapat dilihat pada Gambar 1. Kunyit putih dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospemae

Kelas : Monocotylodonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe

Gambar 1 Kunyit Putih

Komponen kimia pada rimpang kunyit putih adalah kurkuminoid

(diarilheptanoid), minyak atsiri, polisakarida, dan golongan lain. Kurkuminoid

yang diketahui meliputi kurkumin, dimetoksikurkumin, bisdimetoksikurkumin,

dan 1,7-bis (4- hidroksifeni1)-1,4,6-heptatrien-3-on (Syukur 2003). Kandungan

minyak atsiri dalam rimpang kunyit putih cukup banyak dengan rendemen sekitar

2% (Mardiana 2002). Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas yang

mengandung monoterpen dan seskuiterpen. Berdasarkan tingkat oksidasinya,

monoterpen temu putih terdiri dari monoterpen hidrokarbon apinen, d-kamfen,

monoterpen alkohol, d-borneol, monoterpenketon, d-kamfor, monoterpen oksida

dan sineol (Syukur 2003). Turunan seskuiterpen yang sekaligus menjadi senyawa

aktif penanda bagi kunyit putih antara lain isogermafuren, zedoaron (kurzerenon),

Page 16: effervesen kunyit putih

4

furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008). Kandungan lainnya

meliputi etil-pmetoksisinamat, 3,7-dimetilin, dan 5-asam karboksilat (Syukur

2003).

Rimpang kunyit putih memiliki beberapa peran penting dalam pengobatan

beberapa penyakit antara lain antikanker, antiinflamasi (antiradang), melancarkan

aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog), dan peluruh

kentut (Syukur 2003). Khasiat lain dari kunyit putih antara lain sebagai

antiflogostik, koleretik, stomakik, antipiretik (Soedibyo 1993), pelega nyeri perut,

fibrinolitik, serta antineoplastik (Utami 2000) namun khasiat yang paling populer

adalah kemampuan kunyit putih untuk melawan sel kanker. Banyak jenis rimpang

yang mampu untuk meredam sel kanker, namun hanya Curcuma zedoaria (Berg.)

Roscoe yang mempunyai khasiat dan efektifitas yang lebih tinggi sebagai

antikanker (Syukur 2003).

Hal ini diperkuat dari hasil penelitian dari American Institute Cancer Report

(New York Times) pada 1 Juni 1999 menyatakan bahwa kunyit putih memiliki zat

yang khas yaitu RIP (Ribosome Inacting Protein). RIP ini tidak dimiliki oleh jenis

rimpang lain. RIP berperan sebagai penghambat laju perkembangan sel kanker

yang menonaktifkan pertumbuhan sel kanker, meluruhkan sel kanker tanpa

merusak jaringan di sekitarnya, dan memblokir pertumbuhan sel kanker

(Syukur 2003). Sementara itu, Windono (2002) membuktikan bahwa ekstrak

etanol rimpang temu putih mampu menghambat aktivitas sel-sel OVCAR-3 (sel

kanker ovarium manusia) dan bioaktivitas tersebut dihasilkan dari senyawa aktif

demetoksikurkumin. Menurut Jang (2001) ekstrak kasar metanol temu putih

mampu menghambat faktor nekrosis tumor-alfa (α-TNF), yaitu suatu peptida yang

berperan penting pada radang dan pertahanan tubuh.

Pratiwi (2006) melaporkan bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin

kinase (enzim pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian

ekstrak etanol rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Efek penghambatan

tumorigenesis pada kelinci yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250

mg/kg juga telah dibuktikan oleh Haryadi (2008). Selain menghambat

metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol rimpang kunyit

putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi jantung, dan

frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker (Vibowo

2008). Agus Hewijanto pada penelitiannya tahun 1990 menginjeksikan ekstrak

kunyit putih yang mengandung kurkumol dan kurdion dengan dosis 75 mg/kg

pada kelompok tikus yang terserang tumor mammari. Rangkaian reaksi kekebalan

pada tikus diamati dengan berkurangnya tumor yaitu ditandai dengan

perkembangan pada fibroblast yang mengelilingi sel-sel kanker. Di bawah

mikroskop elektron, kelompok perlakuan memperlihatkan adanya perubahan yang

nyata pada nukleus sel-sel neoplastik pada tikus tersebut terutama ditunjukkan

dengan berkurangnya perbandingan nukleus terhadap sitoplasma (Hewijanto

1990).

Sebagai antikanker, pertama-tama kurkumin dan kurdion dikaitkan dengan

aktivitasnya sebagai antiinflamasi yaitu sebagai inhibitor enzim cyclooxygenase,

enzim yang mengkatalisis sintesis prostanoid dari asam arakidonat (Sengadji

2010). Prostanoid dibentuk karena terdapat rangsangan dari mitogen seperti

kerusakan atau stres sel (kanker). Semakin banyak sel yang rusak maka akan

terjadi overproduksi prostanoid yang menyebabkan inflamasi (radang). Oleh

Page 17: effervesen kunyit putih

5

karena itu, kurkumin dan kurdion menghambat kerja enzim cyclooxygenase yang

akan mensintesis prostanoid (Sengadji 2010). Menurut Meiyanto 1999, kurkumin

juga memiliki efek memacu proses apoptosis yaitu proses kematian sel terutama

sel kanker dalam rangka mempertahankan integritas tubuh secara keseluruhan.

Melalui minyak atsiri yang dikandungnya, kunyit putih selain sebagai zat

antikanker juga berpotensi sebagai zat antioksidan untuk mencegah kerusakan gen

(Chyau 2002). Curcuma zedoaria juga memberikan efek analgesik yaitu

penurunan stimulus nyeri yang diterima syaraf pusat saat nyeri perut atau gigi

(Nuratmi 2003).

Tablet Effervescent

Tablet effervescent didefinisikan sebagai sediaan obat padat yang

menghasilkan gelembung CO2 sebagai hasil reaksi dari penguraian basa karbonat

akibat penetralan oleh asam dalam cairan pelarutnya (Lachman 1994). Reaksinya

berlangsung sangat cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau

kurang (Aulton 1998). Gas CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar,

sehingga rasa getir atau pahit dapat tertutupi (Lachman 1994). Selain itu Gas CO2

tersebut membantu mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan

zat aktif (Aulton 1998). Pemilihan tablet effervescent memiliki kelebihan dalam

hal ketepatan dosis, rasa yang dihasilkan, praktis, dan mudah diabsorpsi oleh

tubuh (Voight 1994).

Kandungan tablet effervescent merupakan campuran antara asam dan basa.

Sumber asam yang digunakan adalah asam-asam makanan seperti asam sitrat dan

asam tartarat. Menurut Rowe (2009) asam sitrat (C6H8O7) berbentuk serbuk kristal

putih, tidak berbau, dan memiliki tingkat keasaman yang setara dengan asam

tartarat. Asam tartarat (C4H6O6) juga merupakan sumber asam yang sangat mudah

larut dalam air dan berbentuk serbuk kristal putih serta tidak berbau (Rowe 2009).

Sumber asam akan berkolaborasi dengan garam karbonat untuk menghasilkan gas

karbondioksida dalam larutan (Lachman 1994). Sumber basa yang biasa

digunakan adalah garam karbonat kering seperti natrium karbonat (Na2CO3)

karena kemampuannya untuk menghasilkan gas CO2. Natrium karbonat

merupakan sumber basa dengan bentuk serbuk kristal, berwarna putih, tidak

berbau, dan mudah larut dalam air (Rowe 2009).

Pada pembuatan tablet effervescent juga dibutuhkan bahan pengisi,

pengikat, pelumas (pelincir), dan pemanis. Bahan pengisi diperlukan bila dosis

obat tidak cukup untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan serta

ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi untuk memacu aliran granul

(Lachman 1994). Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak

digunakan karena mudah larut dalam air, berbentuk serbuk, dan cenderung stabil

(Rowe 2009). Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat

komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai menjadi tablet pada proses

pengempaan (Lachman 1994). PVP (Polivinil Pirolidon) dipilih sebagai pengikat

karena memiliki sifat mudah larut dalam air, alkohol, dan pelarut organik lain,

serta daya simpan yang lebih lama (Rowe 2009). Bahan pelumas atau pelincir

memiliki tiga fungsi yaitu mengatur aliran granul yang akan ditabletasi,

memisahkan tablet dengan dinding ruang cetak, dan mengurangi gesekan antara

dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet (Ansel 1985).

Page 18: effervesen kunyit putih

6

Magnesium stearat adalah bahan pelincir yang memiliki tekstur serbuk berwarna

putih namun agak sukar larut dalam air (Rowe 2009). Pemberi rasa pada sediaan

farmasi dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai

(Fudholi 1983). Pemanis yang digunakan adalah campuran sukralosa dan sorbitol.

Pemanis ini biasa digunakan untuk diabetary sugar (Rowe 2009). Sukralosa

memiliki tingkat kemanisan 600 kali lebih manis daripada sukrosa, sedangkan

sorbitol 0,5-0,7 kali (Rowe 2009).

Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang berbeda

dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet effervescent

diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25% dan

suhu 25oC (Lachman 1994). Pembuatan tablet effervescent dibuat memakai

metode umum yaitu metode granulasi basah. Granulasi adalah suatu proses

pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk

beraturan yang disebut granul (Voight 1994) sehingga butiran yang diperoleh

memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik (Lachman 1994). Metode granulasi

basah adalah metode yang membentuk granul dengan jalan mengikat serbuk

dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan (Aulton 1998). Teknik ini

membutuhkan larutan, suspensi, atau bubur yang mengandung pengikat yang

ditambahkan dalam campuran serbuk namun dapat pula dimasukkan kering ke

dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan sendiri (Lachman 1994).

Cara yang mudah untuk menentukan titik akhir dari tahapan penggranulasian ini

adalah dengan menekan massa pada telapak tangan (Lachman 1994). Bila remuk

pada tekanan sedang maka campuran itu telah siap untuk proses selanjutnya yang

terdiri dari pengayakan basah untuk meningkatkan luas permukaan saat

pengeringan, pengeringan, pengayakan kembali, dan proses pencetakan tablet

(Voight 1994).

METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit

putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] yang berumur antara 10-12 bulan,

etanol 96%, akuades, maltodekstrin. Dalam tahap pembuatan granul dan tablet

digunakan asam tartarat, asam sitrat, natrium karbonat, laktosa, magnesium

stearat, gula sukralosa dan sorbitol, serta polivinil pirolidon (PVP).

Alat

Alat yang digunakan selama penelitian adalah neraca analitik, disc mill,

peralatan maserasi yang dirancang dengan pengaduk kecepatan 200 rpm dan

pemanas, rotary evaporator, spray dryer, oven, pengayak 14 mesh, pengayak 16

mesh, granule flow tester, bulk density tester, alat pencetak tablet single punch,

tablet hardness tester, friabilitimeter, dan pH meter Beckman.

Page 19: effervesen kunyit putih

7

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri atas tahap pra-pendahuluan, pendahuluan,

dan penelitian utama. Tahap pra-pendahuluan merupakan penyiapan bahan baku

berupa rimpang kunyit putih menjadi serbuk kunyit putih. Tahap pendahuluan

merupakan konversi serbuk kunyit putih menjadi ekstrak kering kunyit putih,

sedangkan tahap penelitian utama adalah pembuatan tablet effervescent dan uji-

ujinya. Diagram alir persiapan bahan hingga pembuatan tablet effervescent

disajikan pada Gambar 2.

Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan modifikasi formulasi dari Hidayati (2007). Modifikasi dilakukan

terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam tartarat dan natrium karbonat

(effervescent mix). Ekstrak kunyit putih yang digunakan berdasarkan perhitungan

pada Lampiran 21.

Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi

effervescent mix terhadap berat total tablet effervescent (@ 2.5 gram).

Perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium karbonat yang digunakan pada

formulasi adalah tetap yaitu 18 : 28 : 54 (Hidayati 2007). Formulasi tablet

effervescent ekstrak kunyit putih untuk masing-masing formulasi disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi tablet effervescent ekstrak kunyit putih

Bahan (mg) F1 (%) F2(%) F3(%)

Ekstrak 3.5 3.5 3.5

Laktosa 43.5 38.5 33.5

Asam Sitrat 8.1 9 9.9

Asam Tartarat 12.6 14 15.4

Natrium Karbonat 24.3 27 29.7

Mg Stearat 1 1 1

Pemanis 2 2 2

PVP 5 5 5

Keterangan : F1 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45%

F2 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50%

F3 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 55%

Pengeringan dengan oven yang dilengkapi dengan blower kemudian ditimbang untuk massa awal dan pengecilan ukuran dengan disc mill dan blender, serta pengayakan dengan ayakan 50 mesh kemudian ditimbang massa akhir untuk

mendapatkan rendemen

Rimpang kunyit putih, etanol 96%, akuades, maltodekstrin, asam tartarat, asam sitrat, natrium

karbonat, laktosa, mg-stearat, sukralosa dan sorbitol,

dan PVP.

Pencucian rimpang kunyit putih, pengirisan, dan

penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari

Page 20: effervesen kunyit putih

8

Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak

kunyit putih (modifikasi dari : Ningsih 2010)

Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan

menggunakan tiga taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (45%, 50% dan 55%).

Model matematik :

Yij = μ + τi + εij

Keterangan :

Yij : variable yang akan dianalisis

i : 1,2,….k

j : 1,2,….n

μ : rataan umum

αi : efek blok ke-i

τi : efek perlakuan ke-i

εij : error blok ke-i, perlakuan ke-j

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis ragam (ANOVA). Apabila

hasil analisis ragam berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Newman-Keuls.

Analisis proksimat serbuk : kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat (Lampiran 17)

Pemekatan dengan rotary evaporator menjadi ekstrak kental dan pengeringan ekstrak kental dengan spray dryer menjadi serbuk ekstrak kering

Granulasi bagian asam dan granulasi bagian basa (Lampiran 18)

Evaluasi granul : kecepatan alir, sudut diam, dan kompresibilitas granul (Lampiran 19)

Penambahan Mg-stearat dan pencetakan tablet

Tablet dievaluasi terhadap : kadar air, pH, waktu larut, kekerasan, keregasan, tebal dan diameter,

serta uji organoleptik (Lampiran 20)

Maserasi serbuk dengan etanol 96%, 4jam, 200 rpm. Ekstrak cair dan

ampas didapatkan dari pemisahan dengan pompa vakum

Page 21: effervesen kunyit putih

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Serbuk Kunyit Putih

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk

mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak pada

suatu zat makanan dari bahan pangan. Analisis ini memiliki manfaat sebagai

penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standard zat makanan yang

seharusnya terkandung di dalamnya (Fardiaz 1992). Hasil analisis proksimat

terhadap serbuk kering kunyit putih disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil penelitian

dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan penelitian oleh Lanny

(2005)

Karakteristik Serbuk Kunyit

Putih

SNI 01-7087-2005 Lanny (2005)

Rendemen (%) 96.28 - -

Kadar air (%) 8.35 Maksimal 12 7.13

Kadar abu (%) 5.97 Tidak lebih dari

9%

6.94%

Kadar abu tidak larut

asam (%)

0.36 Tidak lebih dari

1.6%

0.33%

Kadar sari larut air (%) 18.98 Tidak kurang dari

15%

21.11%

Kadar sari larut

alkohol (%)

10.67 Tidak kurang dari

10%

12.09%

Kadar protein (%) 9.40 - -

Kadar lemak (%) 2.58 - -

Kadar karbohidrat (%) 73.34 - -

Kadar air yang terkandung dalam bahan cukup rendah yaitu sebesar 8.35%.

Kadar air yang tinggi akan menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika

disimpan karena adanya pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab

kerusakan (Fardiaz 1992). Hasil analisis kadar abu yang diperoleh sebesar 5.97%.

Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan anorganik

yang terdapat dalam bahan (Apriyantono 1989). Pengujian kadar abu tidak larut

asam dilakukan untuk melihat adanya kandungan mineral yang tidak larut asam

(HCl). Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar abu tidak larut asam dalam

bahan sesuai dengan kriteria mutu (tidak lebih dari 1.6%). Nilai kadar sari larut air

yang lebih besar menunjukkan zat-zat yang berkhasiat yang ada dalam kunyit

putih dapat larut lebih baik dalam air dibandingkan dengan etanol. Kadar sari

yang larut dalam air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat

terlarut dalam pelarut yang digunakan (Gaman 1992). Semakin tinggi kadar yang

dihasilkan berarti semakin tinggi kandungan zat berkhasiatnya. Kadar lemak yang

terdapat dalam serbuk kunyit putih cukup rendah yaitu sebesar 2.58%. Bahan

pangan yang mengandung kadar lemak banyak mengindikasikan bahwa bahan

Page 22: effervesen kunyit putih

10

tersebut banyak mengandung lemak atau minyak (Fardiaz 1992). Kadar protein

terlarut juga didapatkan hasil yang cukup rendah yang mengindikasikan bahwa

jumlah asam-asam amino yang terkandung juga kecil (Fardiaz 1992). Kadar

karbohidrat yang tinggi dari hasil menunjukkan tingginya kandungan karbon

(Apriyantono 1992) yang dimiliki kunyit putih.

Hasil pengujian proksimat terhadap serbuk kunyit putih didapatkan hasil

yang memenuhi syarat dari simplisia kering untuk bahan baku obat. Maka serbuk

kunyit putih ini dapat dikatakan layak untuk diolah untuk proses selanjutnya,

Kecepatan Alir

Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan berbentuk

bulat (Lachman 1994). Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang sesuai

dengan kriteria Aulton (1998). Hasil dari tahapan pembuatan granul masing-

masing formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (a). Pada penentuan waktu alir

yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir

melalui corong. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan bentuk dan bobot yang

seragam dari tablet (Lachman 1994). Hasil penelitian untuk kecepatan alir yakni

antara 3.14-5.37 gram/detik yang menggambarkan bahwa dengan semakin

meningkatnya konsentrasi effervescent mix, maka kecepatan alirnya semakin besar.

Hasil ini termasuk ke dalam sifat alir cohesive menuju easy flowing dengan kategori

baik menurut Aulton (1998). Semakin pendek waktu alirnya maka akan

mempermudah proses transportasi bahan terhadap alat cetak (Wells 1987). Hubungan

antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap

kecepatan alir granul disajikan pada Gambar 3. Pada respon pengukuran kecepatan

alir, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan

pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap kecepatan alir granul

Page 23: effervesen kunyit putih

11

Sudut Diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel

bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang

dalam alat pengukur (Lachman 1994). Besar kecilnya sudut diam dari timbunan

tersebut dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, dan kelembaban granul (Lieberman

1989). Hasil pengujian menunjukkan bahwa sudut diam yang dibentuk oleh granul

berkisar antara 22.90o-30.01

o yang masuk ke dalam kriteria cukup baik-baik

menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin

meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka sudut diam yang dihasilkan akan

semakin besar pula. Sudut diam yang paling baik adalah pada formulasi I

sedangkan F2 dan F3 hanya termasuk dalam kategori cukup baik berdasarkan

syarat dari Aulton (1998). Semakin tidak seragam dan lembabnya granul membuat

penyebaran atau distribusi aliran yang tidak merata pula sehingga sudut diamnya

menjadi lebih besar. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent

mix yang berbeda terhadap sudut diam granul dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.

Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut

Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda

signifikan terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-

Keuls disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap sudut diam granul

Kompresibilitas

Kompresibilitas menunjukkan penurunan volume granul akibat pemberian

ketukan atau getaran (Lachman 1994). Faktor-faktor yang berpengaruh adalah

bentuk, kerapatan, dan ukuran partikel (Fudholi 1983). Kompresibilitas granul

menentukan sifat alir massa tablet saat membentuk massa tablet yang stabil dan

kompak saat diberi tekanan (Lachman 1994). Indeks kompresibilitas dari hasil

pengujian berkisar antara 13.47%-23.39% yang termasuk dalam kategori baik

menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin

meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka indeks kompresibilitas yang

dihasilkan akan semakin besar pula. Menurut Aulton (1998), semakin kecil indeks

Page 24: effervesen kunyit putih

12

kompresibilitas granul akan menambah sifat kekompakan dan mempermudah

transportasi serta distribusi granul dalam pencetakan tablet. Hal ini menyimpulkan

bahwa indeks kompresibilitas terbaik dimiliki oleh formulasi F1 dan juga

mengindikasikan semakin kompak granulnya. Nilai kompresibilitas yang berbeda

pada hasil pengujian juga dapat disebabkan oleh larutan pengikat PVP yang

mempunyai sifat dapat mempertahankan kestabilan dan kekompakan granul

(Lachman 1994). Adanya peningkatan konsentrasi effervescent mix mengurangi

kemampuan PVP sebagai pengikat yang konsentrasinya tetap pada tiap formulasi

karena campuran bahan yang harus diikat menjadi lebih banyak dan kompleks.

Hal tersebutlah yang membuat formulasi F2 dan F3 memiliki indeks

kompresibilitas yang besar yang menunjukan bahwa semakin tidak stabil dan

tidak kompaknya granul. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda terhadap kompesibilitas granul dapat dilihat pada

Gambar 5.

Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan

sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls

menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan

terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls

disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kompresibilitas granul

Kadar Air Tablet

Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang penting bagi produk

kering karena akan menentukan daya tahan dan daya simpan produk (Fardiaz

1992). Penampakan tablet hasil dari tahapan pembuatan tablet masing-masing

formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (b). Hasil pengujian menunjukkan bahwa

kadar air dari tablet berkisar antara 5.15% - 5.88%. Hasil ini memenuhi syarat

kadar air sediaan effervescent dengan bahan herbal yaitu maksimum 10% menurut

Depkes Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (1995). Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix dalam formulasi maka semakin tinggi

pula kadar air yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan sistem effervescent menjadi

Page 25: effervesen kunyit putih

13

tidak stabil. Kehadiran air dalam jumlah banyak dapat mengaktifkan sistem

effervescent untuk bereaksi sebelum waktunya (Lieberman 1989). Kadar air

dalam massa tablet effervescent merupakan hal penting karena dapat

mempengaruhi terjadinya reaksi kimia dini dari tablet (Lieberman 1989) yaitu

reaksi asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium karbonat yang membentuk air. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda

terhadap kadar air tablet disajikan pada Gambar 6. Pada respon pengukuran kadar

air tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak

memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 6.

Gambar 6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap kadar air tablet

Nilai pH Tablet

Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat ditumbuhi

bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan khamir dan kapang

(Fardiaz 1992). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH tablet effervescent

berkisar dari 6.11-6.34. Nilai ini memenuhi syarat karena menurut Depkes

Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (2008) pH tablet dikatakan baik

jika mendekati nilai pH netral. Kenaikan pH terjadi seiring dengan bertambahnya

konsentrasi effersvescent mix pada formulasi F2 dan F3 disebabkan oleh

pemakaian natrium karbonat yang terurai menjadi Na+ bebas. Ion tersebut

berikatan dengan asam organik (asam tartarat dan asam sitrat) dan membentuk

garam sehingga aktivitas ion H+

pada asam organik hilang. Hilangnya aktivitas ion

H+ dalam larutan menyebabkan aktivitas ion OH

- menjadi lebih dominan sehingga

produk bersifat basa (Aulton 1998). Hal ini juga dibuktikan dari perhitungan

stoikiometri reaksi effervescent pada Lampiran 22. Perhitungan ini membuktikan

bahwa dari reaksi asam sitrat dan asam dengan natrium karbonat akan menyisakan

natrium karbonat yang bersifat basa. Jumlah mol sisa Na-karbonat semakin

meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi effervescent mix pada formulasi.

Inilah yang menyebabkan pH pada formulasi F2 dan F3 semakin meningkat.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda

terhadap nilai pH disajikan pada Gambar 7.

Page 26: effervesen kunyit putih

14

Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan

sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls

menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap nilai pH tablet. Tabel anova dan perhitungan

uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 7.

Gambar 7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap pH

Tebal dan Diameter Tablet

Ketebalan dan diameter tablet merupakan parameter dari keseragaman

ukuran dari sediaan tablet yang akan mempengaruhi penampilan fisik dari tablet

yang dihasilkan (Voight 1994). Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu tekanan pada saat mencetak tablet, jumlah massa yang diisikan pada ruang

cetak tablet, dan kerapatan massa tablet yang dicetak (Lachman 1994) sedangkan

diameter tablet hanya dipengaruhi oleh ukuran ruang cetak tablet (Voight 1994).

Perbedaan diameter dan tebal tablet yang dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik

atau secara kasat mata tidak terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa rata-rata tebal tablet adalah 0.58-0.6. Hubungan

antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap tebal

tablet disajikan pada Gambar 8.

Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.

Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut

Newman-Keuls menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tebal tablet. Tabel anova dan

perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 8.

Hasil pengujian untuk diameter tablet didapatkan kisaran 2.04-2.05.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda

terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 9. Pada respon pengukuran diameter

tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak

memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 9.

Page 27: effervesen kunyit putih

15

Ketidakseragaman ukuran ini juga dapat disebabkan akibat penambahan

Mg-stearat secara berkala dan jumlah yang tidak ditentukan pada alat pencetak

untuk memudahkan pada saat proses pencetakan agar tablet yang dicetak tidak

mudah menempel pada alat. Hal tersebut didapatkan berdasarkan pengamatan

langsung saat proses pencetakan tablet oleh alat pencetak single-punch.

.

Gambar 8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap tebal tablet

Gambar 9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap diameter tablet

Waktu Larut Tablet

Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh tablet

dalam suatu ukuran saji (serving size) untuk dapat larut sempurna dalam volume

tertentu air (Lachman 1994). Waktu larut yang baik berkisar antara 1-2 menit pada

suhu 250C (Aulton 1998). Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix pada

formulasi akan memperpendek waktu larutnya. Hal ini berhubungan dengan

kehadiran gas CO2 dari reaksi antara asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium

karbonat dalam air. Kehadiran gas CO2 akan mempercepat hancurnya tablet,

melarutkan tablet dalam air dengan waktu seketika, serta meningkatkan kelarutan

zat aktif yang terdapat dalam tablet (Lachman 1994). Berdasarkan hasil pengujian,

hanya tablet pada formula F1 yang tidak memenuhi syarat (>2 menit) karena

konsentrasi effervescent mix yang dimilikinya paling rendah sehingga butuh waktu

yang lama untuk tablet agar dapat melarut sempurna.

Page 28: effervesen kunyit putih

16

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 10. Pada respon pengukuran

waktu larut tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak

memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 10.

Gambar 10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap waktu larut tablet effervescent

Kekerasan

Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap deformasi

(Voight 1994). Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu, dan umur bahan

(Lachman 1994). Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut

obat sangat dekat. Hasil pengujian membuktikan bahwa terjadi penurunan nilai

kekerasan seiring bertambahnya konsentrasi effervescent mix. Semakin tinggi

konsentrasi effervescent mix maka semakin lunak tablet yang dihasilkan.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda

terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11. Tablet effervescent yang

dihasilkan harus memiliki nilai kekerasan yang minimal agar dapat meningkatkan

kecepatan melarut tablet (Said 2005). Perbedaan nilai kekerasan tablet juga dapat

disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka kemampuan

untuk menyerap air yang dimiliki oleh tablet akan meningkat sehingga tablet

menjadi lebih lunak. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent

mix yang berbeda terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11.

Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.

Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut

Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F2 berbeda

signifikan terhadap F1 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-

Keuls disajikan pada Lampiran 11.

Page 29: effervesen kunyit putih

17

Gambar 11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kekerasan tablet

Keregasan Tablet

Keregasan tablet didefinisikan sebagai ketahanan permukaan tablet terhadap

gesekan yang dialaminya pada saat pengemasan dan pengiriman (Aulton 1998).

Keregasan dipengaruhi oleh jumlah pengikat yang digunakan (Lachman 1994).

Semakin banyak jumlah bahan pengisi dan garam effervescent yang ditambahkan

dalam formulasi dengan jumlah bahan pengikat yang tetap menyebabkan

keregasan tablet meningkat meningkat. Keregasan juga berhubungan dengan

kadar air. Semakin tinggi kadar air maka keregasan akan meningkat sehingga

tablet menjadi mudah rapuh dan kehilangan bobotnya ketika diberi guncangan

(Aulton 1998). Menurut Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan

Obat dan Makanan (1995), tablet yang baik memiliki nilai keregasan < 1%. Hasil

pengujian didapatkan bahwa hanya formula F3 yang tidak memenuhi syarat

keregasan (>1%). Hal ini disebabkan oleh konsentrasi effervescent yang

dimilikinya paling tinggi sedangkan konsentrasi pengikatnya tetap sehingga

kemampuan untuk mengikat bahan-bahan pembentuk tablet berkurang yang

menjadikan tablet bersifat rapuh/regas.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap keregasan tablet disajikan pada Gambar 12. Berdasarkan analisis

ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda

memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan

dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan

bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap keregasan tablet. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut

Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 12.

Gambar 12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap keregasan tablet

Page 30: effervesen kunyit putih

18

Uji Organoleptik

Penampakan umum tablet didasarkan pada semua permukaan tablet baik

bentuk maupun teksturnya (Lachman 1994). Perbedaan kesukaan terhadap

penampakan tablet dapat disebabkan panelis lebih suka dengan tablet yang halus

permukaan dan warnanya seragam. Hasil pengamatan menunjukkan penampakan

tablet yang dihasilkan memiliki warna yang kurang seragam dan teksturnya

kurang padat dan penampakan tablet dari formulasi F3 yang paling disukai oleh

panelis.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap penampakan tablet dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan

analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan

sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls

menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan

terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls

disajikan pada Lampiran 13.

Gambar 13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap penampakan tablet

Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna

mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual

(Soekarto 1981). Warna tablet effervescent dipengaruhi oleh bahan baku terutama

ekstrak yang mendominasi warna kuning. Warna merupakan ciri-ciri bahan yang

dapat dikenali melalui indera penglihatan. Warna bahan tergantung pada

pencampuran bahan tersebut. Selain itu juga tergantung pada kemampuan dari

bahan tersebut untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap dan meneruskan

sinar tampak (Soekarto 1981). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa warna

tablet dari formulasi F3 paling disukai oleh panelis.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap warna tablet dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan analisis

ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda

memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan

dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan

bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan

F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada

Lampiran 14.

Page 31: effervesen kunyit putih

19

Gambar 14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap warna tablet

Pembauan merupakan penilaian mutu produk pangan dalam jarak jauh atau

disebut juga penciuman jarak jauh karena manusia dapat mengetahui enak atau

tidaknya suatu produk pangan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya

dari jarak jauh (Lachman 1994). Aroma yang digunakan adalah aroma minuman

(tablet yang sudah dilarutkan dalam air). Hasil uji organoleptik menunjukkan

bahwa aroma dari formulasi F3 paling disukai oleh panelis. Aroma yang terdapat

pada tablet effervescent dapat berasal dari aroma yang dihasilkan oleh ekstrak

kunyit putih. Asam yang digunakan dalam bahan baku tablet effervescent juga dapat

mempengaruhi aroma seperti asam dalam tablet.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap aroma disajikan pada Gambar 15. Pada respon pengujian aroma,

konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan

pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 15.

Gambar 15 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap aroma tablet

Rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan kimiawi oleh indera pencicip.

Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan akhir

konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan (Lachman 1994).

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rasa dari formulasi F1 paling disukai

oleh panelis. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap rasa disajikan pada Gambar 16. Pada respon pengujian

rasa, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan

pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 16.

Page 32: effervesen kunyit putih

20

Gambar 16 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap rasa

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua perlakuan (formulasi)

memberikan pengaruh nyata terhadap respon yang diamati. Pada evaluasi granul,

formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang

nyata terhadap respon sudut diam dan kompresibilitas granul yakni menurunkan

tingkat keseragaman bobot, ukuran, dan bentuk granul.

Pada evaluasi tablet, formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix

memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai pH, tebal, kekerasan,

keregasan, penampakan, dan warna tablet.

Mengacu pada hasil dari respon evaluasi granul dan evaluasi tablet, serta

diperkuat dengan data uji organoleptik, dapat disimpulkan bahwa hanya satu

formulasi yaitu formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% yang

merupakan perlakuan terbaik dari tiga formulasi yang dilakukan. Hal ini

disebabkan oleh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45% tidak

memenuhi syarat waktu larut (>2 menit) dan formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix 55% tidak memenuhi syarat keregasan tablet (>1%). Hanya

formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% yang memenuhi keseluruhan

syarat, baik dari evaluasi granul dan evaluasi tablet.

Saran

Dapat dibuat formulasi yang baru dengan menambahkan pewarna untuk

memperbaiki warna dan penampakan tablet effervescent. Rasa yang pahit yang

kuat dari kunyit putih dapat ditutupi dengan penambahan jenis pemanis yang

berbeda atau dengan flavour. Selain itu bisa juga ditambahkan dengan ekstrak

herbal lainnya sehingga dapat menambah khasiat dari tablet effervescent yang

dihasilkan.

Page 33: effervesen kunyit putih

21

DAFTAR PUSTAKA

Aulton EM. 1998. Pharmaceutics : Science of Dosage Form Design. London

(GB) : Churcill Living Stones

Ansel H. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta (ID) : Universitas

Indonesia Pr

Apriyantono AD, Fardiaz NL. 1989. Analisis Pangan. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor Pr

Chyau CC. Mau JL. Chen CC. Chang CH. 2002. Composition and antioxidant

activity of the essential oil from Curcuma zeodaria [internet].[diacu 2013

Februari 24].Tersedia dari :http://www.ift.confex.com/ift/2002/technoprogram/

/paper_10795htm

Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan. 1995.

Farmakope Indonesia IV. Jakarta (ID) : Depkes

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2010. Berat badan rata-rata orang Indonesia

[internet]. [diacu 2013 Februari 24]. Tersedia dari :http:// www.depkes.go.id/

downloads/publikasi /buletin/BULETIN_FILARIASIS.pdf

Fardiaz S. 1992. Praktek Mikrobiologi Pangan. Bogor (ID) : Institut Pertanian

Bogor Pr

Fudholi A. 1983. Teknologi dan formulasi sediaan obat bahan alam dan

permasalahannya. Pharmacon : Jurnal Farmasi Indonesia 2(1). Surakarta (ID) :

Universitas Muhammadiyah

Gaman PM, Sherington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan

Mikrobiologi. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada Pr

Haryadi JD. 2008. Efek penghambatan tumorigenesis kelenjar mammari yang

diinduksi N-metil-n-nitrosourea oleh ekstrak etanol temu putih [Curcuma

zedoaria (Berg.) Roscoe] secara makroskopis pada kelinci [skripsi]. Bogor

(ID) : Institut Pertanian Bogor

Hewijanto A. 1990. Pengaruh dari infus rimpang temu putih [Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe] terhadap pengukuran enzim SGOT, SGPT dan gamma GT

pada serum kelinci akibat pemberian karbon tetraklorida. Surabaya (ID) :

Universitas Widyaguna.

Hidayati IL. 2007. Formulasi tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi L.) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Jang MK, Sohn DH, Ryu JH. 2001. A curcuminoid and sesquiterpenes as

inhibitors of macrophage TNF salpha release from Curcuma zeodaria. Planta

Med 67: 550-552

Juita Y. 2008. Formulasi tablet efervescent dari tepung lidah buaya dengan

konsentrasi effervescent mix yang berbeda [skripsi]. Depok (ID) : Universitas

Indonesia

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Fisik

Edisi III. Jakarta (ID) : UI Pr

Lanny, James SM. 2005. Kajian senyawa kurkumin dalam rimpang temu putih

[Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] sebagai acuan zat penanda. Jakarta (ID) :

Universitas Pancasila

Laurence DR, Bacharach AL. 1964. Evaluation of Drug Activities:

Pharmacometrics. London (GB) : American Press

Page 34: effervesen kunyit putih

22

Lestari ABS, Natalia L. 2007. Optimasi natrium sitrat dan asam fumarat sebagai

sumber asam dalam pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi basah. Majalah Farmasi

Indonesia, 18(1), 21-28

Lieberman, H. A., L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage

Forms : Tablet. Volume I. New York (US) : Marcel Dekker Inc

Mardiana L. 2002. Kanker Pada Wanita Pencegahan dun Pengobatan dengan

Tanaman Obat. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya

Meiyanto E. 1999. Kurkumin sebagai obat kanker : Menelusuri mekanisme aksi.

Majalah Farmasi Indonesia 10 (4): 224-236.

Ningsih M. 2010. Formulasi tablet eEffervescent dengan basa kalsium karbonat

nano dari pegagan [skripsi]. Jakarta (ID) : Universitas Pancasila

Nuratmi B. Wahyuni TL. Astuti NY. 2003. Uji perbandingan efek analgesik infus

temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) dan temu mangga (Curcuma mangga

Val. et Zipp) pada mencit. Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855

Vol.2, No.3

Pratiwi W. 2006. Penentuan daya inhibisi ekstrak air dan etanol temu putih

[Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] terhadap aktivitas tirosin kinase secara in

vitro [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Rowe CR, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients

VI. London (GB) : The Pharmaceutical Press

Sahib WN. 2010. Temu putih Curcuma zedoaria [internet]. [diacu Agustus 25

2013]. Tersedia dari : http//www.medicalera.com/3/14238/temu-putih-

curcuma-zedoaria

Said N. 2005. Pembuatan tablet effervescent susu kambing dengan metode

granulasi basah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Sengadji MI. 2010. Pemanfaatan kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit

(Curcumae domestica) sebagai alternative antiinflamasi local [skripsi]. Malang

(ID) : Universitas Muhammaadiyah Malang

[SNI] Standar Nasional Indonesia.2005.SNI simplisia kering[internet].[diacu

Februari 24 2013].Tersedia dari :http//www.sisni.bsn.go.id/index.php/

sni_main/sni/detail_ sni/ 7031

Soedibyo M. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Jakarta (ID) :

Depkes RI

Soekarto ST. 1981. Penilaian Organoleptik. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Pr

Syukur C. 2003. Temu Putih Tanaman Obat Anti Kanker. Jakarta (ID) : Penebar

Swadaya

Utami KP. 2000. Temu putih redam kanker leher rahim. Trubus 31: 19-20

Vibowo H. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temu putih

[Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] terhadap gambaran klinis pre dan post

operasi pada kelinci yang diinduksi tumor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor

Voight. 1994. Buku Pelajaran Farmasi. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada Pr

Wells JI. 1987. Pharmaceutical Preformulation : The Phsicochemical Properties

of Drug Substance. New York (US) : John Wiley and Sons

Page 35: effervesen kunyit putih

23

Windono T. 2002. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe Kajian Pustaka Kandungan

Kimia dan Aktivitas Farmakologik. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan

Indonesia XXI. Surabaya (ID) : Universitas Surabaya

Yunianto P, Muthia F, Rahayu R. 2008. Perbandingan Tingkat Toksisitas dan

Profil Kromatografi Komponen Aktif dari Temu Putih (Curcuma zedoaria)

yang Diperoleh dengan Metode Ekstraksi Cair-Cair, Cair-Padat, dan

Penyulingan Uap. Potensi Tumbuhan Obat Indonesia. Seminar Nasional

Tumbuhan Obat Indonesia XXXV. Purwekerto (ID) : Unsoed

Page 36: effervesen kunyit putih

24

Lampiran 1 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi

dosis (Laurence 1964)

20 gram

mencit

200

gram

tikus

400

gram

marmot

1.5 kg

kelinci

2 kg

kucing

4 kg

kera

12 kg

anjing

70 kg

manusia

20 gram

mencit

1 7 12.25 27.8 29.7 64.1 124.2 387.9

200

gram

tikus

0.14 1 1.74 3.9 4.2 9.2 17.8 56.1

400

gram

marmot

0.08 0.57 0.1 2.25 2.4 5.2 10.2 31.5

1.5 kg

kelinci

0.04 0.25 0.44 1 1.08 2.4 4.5 14.2

2 kg

kucing

0.03 0.23 0.41 0.92 1 2.2 4.1 13

4 kg

kera

0.016 0.11 0.19 0.42 0.45 1 1.9 6.1

12 kg

anjing

0.008 0.06 0.1 0.22 0.24 0.52 1 3.1

70 kg

manusia

0.0026 0.018 0.031 0.07 0.076 0.16 0.32 1

Page 37: effervesen kunyit putih

25

Lampiran 2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih

(a) Granul effervescent ekstrak kunyit putih

(b) Tablet effervescent ekstrak kunyit putih

Page 38: effervesen kunyit putih

26

Lampiran 3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 7.600704 3.800352 3.855956

Error 6 5.913478 0.98558

Total 8 13.51418

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel

= 5.14, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan alir granul

effervescent.

Page 39: effervesen kunyit putih

27

Lampiran 4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam (α =

5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 84.18536 42.09268 14.31598

Error 6 17.64154 2.940257

Total 8 101.8269

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F

tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap sudut diam granul effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata sudut diam yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yg terkecil hingga yang terbesar :

22.9002 28.5041 30.0079

MS error = 2.99403

Standar Error = 0.99801

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 3.45311

4.33136

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

7.10773 >4.331357*

1.5038 <3.46

5.60393 >3.46*

Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3

Page 40: effervesen kunyit putih

28

Lampiran 5 Tabel anova respon kompresibilitas (α = 5%) dan uji lanjut

Newman-Keuls respon kompresibilitas granul

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 188.7761 94.38804 25.03703

Error 6 22.61962 3.769937

Total 8 211.3957

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F

tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap kompresibilitas granul effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata kompresibilitas yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yg terbesar hingga yang terkecil :

23.3913 22.9681 13.4713

MS error = 3.76994

Standar Error = 1.25665

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 4.34799

5.45384

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

9.92007 >5.453843*

0.42327 <4.347994

9.4968 >4.347994*

Jadi : F2 dan F1 berbeda signifikan dan F3 berbeda signifikan dengan

F1

Page 41: effervesen kunyit putih

29

Lampiran 6 Tabel anova respon kadar air tablet effervescent (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 187.2801 93.64005 0.010862

Error 4 34484.5 8621.126

Total 6 34671.78

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =4, dan F tabel

= 6.94, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tablet effervescent.

Page 42: effervesen kunyit putih

30

Lampiran 7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon pH (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.088089 0.044044 24.775

Error 6 0.010667 0.001778

Total 8 0.098756

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F

tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap pH tablet effervescent. Minimal ada

satu pasang rata-rata pH yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil :

6.34 6.28 6.1066667

MS error = 0.0017778

Standar Error

= 0.0005926

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.0020504

0.0025719

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

0.2333333 >0.0026*

0.06 >0.0021*

0.1733333 >0.0021*

Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan dengan

F3

Page 43: effervesen kunyit putih

31

Lampiran 8 Tabel anova tebal tablet (α = 5%) dan uji lanjut Newman- Keuls

respon pH (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.0015 0.0007 8.8529

Error 6 0.0005 8E-05

Total 8 0.002

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel

= 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap tebal tablet effervescent. Minimal

ada satu pasang rata-rata tebal yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terkecil hingga yang

terbesar :

0.576133333 0.59557 0.6072

MS error = 8.3E-05

df error = 6

Standar Error = 2.8E-05

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 9.6E-05

0.00012

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

0.031066667 >0.000121*

0.011633333 >9.63E-05*

0.019433333 >9.63E-05*

Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan dengan

F3

Page 44: effervesen kunyit putih

32

Lampiran 9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.0002 0.0001 4.7778

Error 6 0.0002 3E-05

Total 8 0.0004

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F

tabel = 5.14, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi

konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tablet

effervescent.

Page 45: effervesen kunyit putih

33

Lampiran 10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 20844 10422 0.33302

Error 15 469432 31295

Total 17 490276

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =15, dan F

tabel = 3.68, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi

konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap waktu larut tablet

effervescent.

Page 46: effervesen kunyit putih

34

Lampiran 11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet

(α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 5.2455 2.6227 13.458

Error 12 2.3386 0.1949

Total 14 7.584

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =12, dan F

tabel = 3.89, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap kekerasan tablet effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata kekerasan yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil :

4.80828 4.65324 3.48352

MS error = 0.19488

Standar Error

= 0.03898

Nilai p :

p 2 3

3.08 3.77

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.12005

0.14694

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

1.32476 <0.1469

0.15504 >0.12*

1.16972 >0.12*

Jadi : F1 dan F2 berbeda signifikan dan F2 dan F3 berbeda

signifikan

Page 47: effervesen kunyit putih

35

Lampiran 12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet

(α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 2.09482 1.04741 43601.7

Error 6 0.00014 2.4E-05

Total 8 2.09497

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =12, dan F

tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap keregasan tablet effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata keregasan yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil :

1.272966667 0.4839 0.11657

MS error = 2.4E-05

Standar Error = 8.01E-06

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34

LSR (Least Significant

Ranges)

LSR = 2.77E-05

3.48E-05

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

1.1564 >0.0026*

0.789066667 >0.0021*

0.367333333 >0.0021*

Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan

terhadap F3

Page 48: effervesen kunyit putih

36

Lampiran 13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan

tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 19.0889 9.54444 10.5959

Panelis 29 96.3222 3.32146

Error 58 52.2444 0.90077

Total 89 167.656

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F

tabel = 3.16, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap organoleptik penampakan tablet

effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata respon penampakan tablet yang

berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang

terkecil :

4.8 4.46667 3.7

MS error = 0.90077

Standar Error = 0.03003

df error =58

Nilai p :

p 2 3

2.83 3.4

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.08497

0.10209

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

1.1 >1020868*

0.333333333 <0.0849723

0.766666667 >0.0849723*

Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3

Page 49: effervesen kunyit putih

37

Lampiran 14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 24.2667 12.1333 14.743

Panelis 29 78.5 2.7069

Error 58 47.7333 0.82299

Total 89 150.5

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F

tabel = 3.16, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap organoleptik warna tablet

effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata respon warna yang berbeda secara

signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terkecil hingga yang terbesar :

3.433333333 4.5 4.56667

MS error = 0.82299

Standar Error = 0.02743

df error =58

Nilai p :

p 2 3

2.83 3.4

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.07764

0.09327

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR

1.133333333 >0.093272*

0.066666667 <.0776352

1.066666667 >0.0776352*

Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3

Page 50: effervesen kunyit putih

38

Lampiran 15 Tabel anova respon aroma (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 2.82222 1.41111 1.642

Panelis 29 117.122 4.0387

Error 58 49.8444 0.85939

Total 89 169.789

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F

tabel = 3.16, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi

konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap organoleptik aroma

larutan effervescent.

Page 51: effervesen kunyit putih

39

Lampiran 16 Tabel anova respon rasa (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.46667 0.23333 0.43844

Panelis 29 64.2667 2.21609

Error 58 30.8667 0.53218

Total 89 95.6

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F

tabel = 3.16, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi

konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap organoleptik rasa

larutan effervescent.

Page 52: effervesen kunyit putih

40

Lampiran 17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih

1. Kadar Air Metode Oven

Bahan sebanyak 2 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan

dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian diratakan. Cawan kemudian

dimasukkan dalam oven suhu 105oC selama 3 jam, diulangi sampai didapat bobot

tetap. Kadar air dihitung terhadap sampel.

2. Kadar Abu

Bahan sebanyak 2 gram atau 3 gram yang telah digerus dan ditimbang,

dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan dan ditera kemudian

diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis kemudian

didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan,

maka ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa zat

dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan yang sama. Filtrat dimasukkan

dalam cawan dan diuapkan kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan

ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

3. Kadar Abu tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu didihkan dengan 25 ml asam

klorida encer (5 N) selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan.

Bagian yang telah dikumpulkan disaring melalui kertas saring kemudian dicuci

dengan air panas dan setelah itu dipijarkan kembali hingga bobot tetap lalu

ditimbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara.

4. Kadar Sari yang Larut Dalam Air

Serbuk yang akan dianalisis dikeringkan di udara, kemudian 5 gram serbuk

dimaserasi dengan 100 ml air menggunakan labu bersumbat selama 24 jam sambil

berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18

jam. Setelah itu dilakukan penyaringan, sebanyak 20 ml filtrat yang diperoleh

diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah ditara, sisa dipanaskan

pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung

dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

5. Kadar Sari yang Larut Etanol

Serbuk yang akan dianalisis dikeringkan di udara, kemudian 5 gram serbuk

dimaserasi dengan 100 ml etanol (95%) menggunakan labu bersumbat selama 24

jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan

selama 18 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan cepat untuk menghindarkan

penguapan etanol, sebanyak 20 ml filtrat yang diperoleh diuapkan hingga kering

dalam cawan porselin yang telah ditera, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga

bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap

bahan yang telah dikeringkan di udara.

Page 53: effervesen kunyit putih

41

6. Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet)

Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 105-

110oC, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel dalam bentuk tepung

ditimbang sebanyak ± 5 g dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke

dalam alat ekstraksi yang telah berisi pelarut (heksana). Reflux dilakukan selama

5 jam dan pelarut yang ada dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak

yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC sampai

beratnya konstan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

7. Kadar Protein (Metode Kjedahl)

Sebanyak 0,1-0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan

ditambahkan 1,9 gram K2SO4, 40 mg HgO dan 2 ml H2SO4. Sampel didihkan

selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Sampel didinginkan dan ditambah

sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Isi tabung dipindahkan ke alat destilat

dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan ke labu

destilat dan didestilasi sampai diperoleh ± 15 ml destilat yang berwarna hijau.

Destilasi dilakukan dengan meletakkan erlenmeyer berisi 5 ml larutan H3BO3 dan

2 tetes indikator (campuran 2 bagian merah methil 0,2% dalam alkohol dan 1

bagian metilen blue 0,2% dalam alkohol) dan ditambahkan NaOH-Na2S2O3

sebanyak 8-10 ml. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian

dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna. Penetapan untuk

blanko juga dilakukan.

8. Kadar Karbohidrat by difference

Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar

protein)

Page 54: effervesen kunyit putih

42

Lampiran 18 Granulasi asam dan granulasi basa (Ningsih 2010)

Granulasi bagian asam dilakukan dengan pencampuran antara asam tartarat,

asam sitrat, sebagian laktosa, dan PVP yang ditambahkan etanol 96% tetes demi

tetes sehingga membentuk massa yang kompak lalu diayak dengan pengayak 14

mesh dan dikeringkan pada oven 400C selama 15 menit. Kemudian dicampur

dengan ekstrak kering dan pemanis dan diaduk hingga homogen. Massa yang

homogen tersebuk diayak lagi dengan pengayak 16 mesh.

Granulasi bagian basa dilakukan dengan pencampuran antara sebagian

laktosa, natrium karbonat, dan PVP yang ditambahkan etanol 96% tetes demi tetes

sehingga membentuk massa yang kompak lalu diayak dengan pengayak 14 mesh

dan dikeringkan pada oven 400C selama 15 menit. Kemudian diayak lagi dengan

pengayak 16 mesh.

Page 55: effervesen kunyit putih

43

Lampiran 19 Analisis Granul Effervescent

1. Uji Waktu Alir Granul (Aulton 1998)

Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong pengukur

(flowmeter) lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan

mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir

keluar. Waktu alir dihitung dengan satuan gram/detik.

2. Sudut Diam Granul (Lachman 1994)

Granul yang jatuh dari sifat alir dan diukur tinggi kerucut yang terbentuk

dan panjang dari granul kemudian diukur sudut diamnya dengan rumus :

Keterangan :

a = sudut diam

h = tinggi kerucut timbunan granul (cm)

r = jari-jari kerucut timbunan granul (cm)

3. Kompresibilitas Granul (Lachman 1994)

Granul seberat 50 g dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur dan dicatat

sebagai Vo (ml). Gelas ukur dipasang pada alat bulk density tester dan motor

dihidupkan. Perubahan volum dicatat setelah pengetapan (Vt) dengan t = 10, 50

dan 100 ketukan. Pengurangan volume granul akibat pengetapan dinyatakan

dengan rumus :

Vo = Volume awal

Vk = Volume setelah ketukan

Page 56: effervesen kunyit putih

44

Lampiran 20 Analisis Tablet Effervescent

1. Kadar Air Metode Oven

Bahan sebanyak 2 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan

dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian diratakan. Cawan kemudian

dimasukkan dalam oven suhu 105oC selama 3 jam, diulangi sampai didapat bobot

tetap.

2. Nilai pH

Sebuah tablet dilarutkan dalam 200 ml air kemudian diambil 100 ml untuk

diukur pH-nya menggunakan pH-meter.

3. Tebal dan Diameter Tablet

Sebuah tablet diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong.

Pengukuran dilakukan 3 kali di tempat yang berbeda.

4. Waktu Larut Tablet

Sebuah tablet dimasukkan dalam air dengan volume 200 ml dalam gelas

piala 500 ml. Waktu melarut tablet dicatat dengan stopwatch sampai tablet hancur

dan larut sempurna.

5. Kekerasan

Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan tablet hardness

tester. Sebuah tablet diletakkan di tengah-tengah lengan penghancur kemudian

ditunggu hingga tablet hancur dan dibaca nilai gayanya.

6. Keregasan

Awalnya 5 tablet dibersihkan dari debu lalu ditimbang dan dimasukkan ke

dalam alat friabilitimeter. Alat dijalankan dengan kecepatan 20 rpm selama 5

menit (100 kali putaran). Kemudian tablet dikeluarkan dan dibersikan lagi dari

debu dan ditimbang. Selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan dihitung dan

dibagi dengan berat sebelum perlakuan. Hasilnya dikali dengan 100%. Nilai

tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan keregasan tablet jika memiliki

keregasan kurang dari 1%.

7. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji penerimaan yaitu setiap panelis

diharuskan mengemukakan tanggapan pribadinya terhadap produk yang disajikan.

Uji penerimaan yang dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30

panelis. Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya

terhadap warna, aroma dan rasa dari sampel tablet effervescent yang diberikan.

Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka maupun tidak suka. Skala

kesukaan yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 =

tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat

suka. Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis dengan analisis anova dan

uji lanjut Newman-Keuls bila diperlukan.

Page 57: effervesen kunyit putih

45

Lampiran 21 Perhitungan konversi dosis ekstrak kunyit untuk manusia

75 mg/kg BB tikus dikonversi terhadap BB manusia = 56.10 (Lampiran 1)

75 x 0.2 = 15 mg x 56.10 = 841.50 mg : 70 kg = 12.02 mg/kg BB manusia

Rata-rata BB manusia adalah 50 kg (Depkes 2010)

12.02 mg/ kg BB manusia x 50 kg = 601 mg = 0.601 g ≈ 0.6 g ekstrak

Jadi dosis ekstrak kunyit putih yang aman bagi manusia yaitu sekitar 0.6 gram

Page 58: effervesen kunyit putih

46

Lampiran 22 Perhitungan stoikiometri reaksi effervescent untuk masing-masing

formulasi nkjdjnslnflsdnfldsnglsngldsnglsdngldsngj

Mr asam sitrat (H2C6H6O7) = 192

Mr asam tartarat (H2C4H4O6) = 126

Mr natrium karbonat (Na2CO3) = 106

Formulasi I (konsentrasi effervescent mix 45%) dengan bobot per tablet

@2.5 gram, maka bobot asam sitrat, asam tartarat, dan natrium karbonat masing-

masing adalah 0.2025, 0.3150, dan 0.6075 gram.

Berikut reaksi effervescent dan stoikiometrinya :

H2C6H6O7 + Na2CO3 Na2C6H6O7 + H2O + CO2

Perbandingan koefisien : 1 1 1 1 1

Perbandingan mol : 0.0011 0.0057 - - -

Reaksi : -0.0011 -0.0011 0.0011 0.0011 0.0011

+

Sisa : - 0.0046 0.0011 0.0011 0.0011

H2C6H6O7 + Na2CO3 Na2C6H6O7 + H2O + CO2

Perbandingan koefisien : 1 1 1 1 1

Perbandingan mol : 0.0025 0.0057 - - -

Reaksi : -0.0025 -0.0025 0.0025 0.0025 0.0025

+

Sisa : - 0.0032 0.0025 0.0025 0.0025

Jadi :

Sisa mol Na2CO3 = (0.0046 + 0.0032) mol = 0.0078 mol

Mol Na2C6H6O7 yang terbentuk = (0.0011 + 0.0025) mol = 0.0036 mol

Mol H2O yang terbentuk = (0.0011 + 0.0025) mol = 0.0036 mol

Mol CO2 yang terbentuk = (0.0011 + 0.0025) mol = 0.0036 mol

Formulasi II (konsentrasi effervescent mix 50%) dengan bobot per tablet

@2.5 gram, maka bobot asam sitrat, asam tartarat, dan natrium karbonat masing-

masing adalah 0.2250, 0.3500, dan 0.6750 gram.

Berikut reaksi effervescent dan stoikiometrinya :

H2C6H6O7 + Na2CO3 Na2C6H6O7 + H2O + CO2

Perbandingan koefisien : 1 1 1 1 1

Perbandingan mol : 0.0012 0.0064 - - -

Reaksi : -0.0012 -0.0012 0.0012 0.0012 0.0012

+

Sisa : - 0.0052 0.0012 0.0012 0.0012

Page 59: effervesen kunyit putih

47

H2C6H6O7 + Na2CO3 Na2C6H6O7 + H2O + CO2

Perbandingan koefisien : 1 1 1 1 1

Perbandingan mol : 0.0028 0.0064 - - -

Reaksi : -0.0028 -0.0028 0.0028 0.0028 0.0028

+

Sisa : - 0.0052 0.0028 0.0028 0.0028

Jadi :

Sisa mol Na2CO3 = (0.0052 + 0.0032) mol = 0.0084 mol

Mol Na2C6H6O7 yang terbentuk = (0.0012 + 0.0028) mol = 0.0040 mol

Mol H2O yang terbentuk = (0.0012 + 0.0028) mol = 0.0040 mol

Mol CO2 yang terbentuk = (0.0012 + 0.0028) mol = 0.0040 mol

Formulasi III (konsentrasi effervescent mix 55%) dengan bobot per tablet

@2.5 gram, maka bobot asam sitrat, asam tartarat, dan natrium karbonat masing-

masing adalah 0.2475, 0.3850, dan 0.7425 gram.

Berikut reaksi effervescent dan stoikiometrinya :

H2C6H6O7 + Na2CO3 Na2C6H6O7 + H2O + CO2

Perbandingan koefisien : 1 1 1 1 1

Perbandingan mol : 0.0013 0.0070 - - -

Reaksi : -0.0013 -0.0013 0.0013 0.0013 0.0013

+

Sisa : - 0.0057 0.0013 0.0013 0.0013

H2C6H6O7 + Na2CO3 Na2C6H6O7 + H2O + CO2

Perbandingan koefisien : 1 1 1 1 1

Perbandingan mol : 0.0031 0.0070 - - -

Reaksi : -0.0031 -0.0031 0.0031 0.0031 0.0031

+

Sisa : - 0.0039 0.0031 0.0031 0.0031

Jadi :

Sisa mol Na2CO3 = (0.0057 + 0.0039) mol = 0.0096 mol

Mol Na2C6H6O7 yang terbentuk = (0,0013 + 0,0031) mol = 0,0044 mol

Mol H2O yang terbentuk = (0.0013 + 0.0031) mol = 0.0044 mol

Mol CO2 yang terbentuk = (0.0013 + 0.0031) mol = 0.0044 mol

Page 60: effervesen kunyit putih

48

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 24 Agustus 1991 dari ayah

Aman Barus dan ibu Nurhayati Keliat dengan kakak Granada Antayudha Barus,

Yunita Barus, dan Monica Barus. Penulis berdarah Batak ini menempuh studi di

SMP Regina Pacis Bogor 2003 – 2006, SMA Regina Pacis Bogor 2006 – 2009,

dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB pada tahun

2009.

Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Teknologi Pengemasan

Distribusi dan Transportasi pada tahun 2011 dan asisten mata kuliah Bioproses

pada tahun 2012. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan di Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KeMaKI) sebagai anggota

pengurus departemen eksternal pada tahun 2009 – 2011.

Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada bulan Juli 2012 - Agustus

2012 di PT Sariwangi AEA Divisi Industri. Judul yang dikerjakan dalam praktik

lapang tersebut adalah “Mempelajari Teknologi Pengemasan di PT Sariwangi

AEA Divisi Industri”.