Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
STATUS HEMATOLOGIS BROILER DENGAN PENAMBAHAN
FITOBIOTIK EKSTRAK KUNYIT DAN BAWANG PUTIH
DENGAN INFEKSI BAKTERI Salmonella sp.
SKRIPSI
Oleh
HASRULLAH
I111 13 015
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ii
STATUS HEMATOLOGIS BROILER DENGAN PENAMBAHAN
FITOBIOTIK EKSTRAK KUNYIT DAN BAWANG PUTIH
DENGAN INFEKSI BAKTERI Salmonella Sp.
SKRIPSI
Oleh
HASRULAH
I111 13 015
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hasrullah
NIM : I111 13 015
menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli.
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam Bab Hasil
dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan
sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Agustus 2017
Hasrullah
I111 13 015
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Status Hematologis Broiler dengan Penambahan
Fitobiotik Ekstrak Kunyit dan Bawang Putih
dengan Infeksi Bakteri Salmonella sp.
Nama : Hasrullah
Nomor Induk Mahasiswa: I111 13 015
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dr. Sri Purwanti, S. Pt., M.Si. Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. Laily Agustina, MS.
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc.
Dekan Fakultas peternakan
Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M. Sc.
Ketua Program Studi Peternakan
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kepada ALLAH SWT, karena dengan segala berkah, kehendak, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan
tugas akhir yang berjudul “Status Hematologis Broiler dengan Penambahan
Fitobiotik Ekstrak Kunyit dan Bawang Putih dengan Infeksi Bakteri Salmonella sp.”,
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan pada
Nabiyullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan ummat manusia.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua Orang tua, Ayahanda
Nyingkiri dan Almh. Marabintang yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan dan lantunan doa kesuksesan di setiap shalatnya. Dukungan baik
spiritual maupun materil, keikhlasan dalam merawat dan mendidik penulis
sampai saat ini. Saudariku Hastuti atas perhatian, doa dan dukungan yang
diberikan selama ini. Semoga kita dapat membahagiakan kedua orang tua dan
dikumpulkan sekeluarga oleh Allah SWT dalam kebaikan dan ketaatan-Nya.
Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, arahan, dan
masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Ibu Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si. selaku pembimbing utama dan Ibu Prof.
Dr. Ir. Laily Agustina. M.S. sebagai pembimbing anggota yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai
vi
dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini. Terima
kasih atas kesempatan untuk ikut serta dalam Hibah Penelitian Unhas 2016
2. Bapak Ir. Zain Mide, MS., Ibu Dr. Jamila, S.Pt., M.Si., dan Ibu Dr. Ir.
Sayhriani Syahrir., M.Si. sebagai pembahas yang telah memberikan
masukan dalam proses perbaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku penasehat akademik
yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama
berada di bangku perkuliahan.
4. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan
seluruh Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada
penulis, Bapak Ibu Staf Pegawai dan seluruh civitas akademika Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
5. Asfar Syafar, Aan Ardiansyah dan Rizky D. Putra selaku teman penelitian
yang telah banyak memberikan bantuan, kerjasama dan pengertian
selama penelitian berlangsung.
6. Teman-teman Larva 13 terkhusus untuk Kelas Ganjil. Terima kasih
atas canda tawa serta kebahagiaan selama penulis menjalani perkuliahan.
Teruntuk Putra Astaman, Syafii Yusuf, Arisman, Ikram Muing, Ofir
Tangkelangi, Aan Ardiansyah, Husni, Ardiansyah, terima kasih atas
bantuan.
7. Teman-teman KKN Dikti 2016, terkhusus posko 1 : Imran, Iksan, Ersan,
Syahrir, Nia, Inri, Linda, Wiwi dan Rista terima kasih atas pengalaman tak
terlupakan dan derita “yang tak dibagi” bersama.
vii
8. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan
meski telah berusaha melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran ataupun kritikan yang bersifat
konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita,
dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Makassar, Agustus 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
HASRULLAH. I111 13 015. Status Hematologis Broiler dengan Penambahan
Fitobiotik Ekstrak Kunyit dan Bawang Putih dengan Infeksi Bakteri Salmonella
sp. Di bawah bimbingan: Sri Purwanti sebagai pembimbing utama dan
Laily Agustina sebagai pembimbing anggota
Penggunaan antibiotik sebagai feed additive dapat menimbulkan residu pangan dan resistensi bakteri-bakteri. Senyawa fitobiotik dapat mengganti fungsi dari antibiotik sintetik sebagai antibakteri.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian fitobiotik Ekstrak Air Kunyit (EAK), Ekstrak Air Bawang Putih (EABP) dan kombinasi Ekstrak Air Kunyit dan Bawang Putih (EAKBP) sebagai feed additive terhadap status hematogis broiler yang diinfeksi Salmonella pullorum. Sebanyak 100 ekor d.o.c dipelihara secara intensif selama 38 hari dan dibagi ke dalam lima perlakuan dan empat ulangan yang setiap perlakuan terdiri atas lima ekor. Bahan baku ransum disusun dengan kandungan energi metabolis (EM) 3.011,25 kkal/kg dan Protein Kasar (PK) 20,62%. Ransum perlakuan R0 (Ransum basal tanpa fitobiotik dan antibiotik/kontrol negatif), R1 (Ransum basal + tetracycline 0,015% + infeksi Salmonella pullorum/kontrol positif), R2 (Ransum basal + EAK 2,50% + infeksi Salmonella pullorum), R3 (Ransum basal + EABP 2,00% + infeksi Salmonella pullorum), R4 (Ransum basal + EAKBP 2,50% + infeksi Salmonella pullorum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan fitibiotik dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah eritrosit, hematokrit, dan leukosit tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar hemaglobin. Disimpulkan bahwa penambahan fitiobiotik ekstrak air kunyit dan bawang putih dalam pakan mampu mempertahankan status hematologis broiler ditinjau dari meningkatnya jumlah kadar hemoglobin broiler yang diinfeksi bakteri Salmonella pullorum.
Kata kunci: Broiler, kunyit, bawang putih, hematologis, Salmonella
pullorum
ix
ABSTRACT
HASRULLAH. I11113015. Broiler Haematological Status with Supplementation
of Phytobiotic Turmeric and Garlic Extrac which infected by Salmonella pullorum.
Supervised by: Sri Purwanti as main supervisor and Laily Agustina as co-
supervisor.
Antibiotok employment as feed additive induces resistance of noxious bakteria.
Pytobiotic replaces the function of syntetic antibiotic as antibakteria. This study was
conducted to determine the effects of Turmeric Extract (TE), Garlic Extract (GE)
and the combination of Turmeric and Garlic Extract (TGE) as a feed additive towards
the Haematological of broiler in which infected by Salmonella pullorum. One
hundred d.o.c were reared intensively for 38 days and divided into five treatments
and four replications, with five chicks in each replicate. The raw diets material
was formulated with 3011.25 kcal metabolizable energy (ME)/kg and 20.62% crude
protein (CP). The treatments were R0 (basal diet without phytobiotic nor
antibiotic as a negative control), R1 (basal diet + 0.015% tetracycline +
Salmonella pullorum infection as a positive control), R2 (basal diet + 2.5% TE +
Salmonella pullorum infection), R3 (basal diet + 2.0% GE + Salmonella pullorum
infection) and R4 (basal diet + 2.5% TGE + Salmonella pullorum infection). The
result shows that Supplementation of Phytobiotic has no significat effect (P>0.05)
and the amount of erythrocytes, hematocrit, and leukocyte but has significat effect
(P<0.05) on the hemoglobin levels. As the concluded that phytobiotic of turmeric
and garlic extract haematological status of which is indicated by the increasing
hemoglobin levels.
Keywords: broiler, turmeric, garlic, Haematological, Salmonella pullorum
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
FitobiotikSebagai feed Additif .................................................................. 4
Tinjauan Umum Broiler ......................................................................... 5
Gambaran Umum Kunyit (Curcuma Domestica) ................................... 5
Gambaran Umum Bawang Putih (Allium Sativum) ................................... 7
Penggunaan Ekstrak Kunyit dan Ekstrak Bawang Putih Sebagai Feed
Additive PadaUnggas ................................................................................. 8
Tinjauan Umum Salmonella …................................................................. 9
Profil Darah Ayam Ras Pedaging ............................................................. 10
Hipotesis..................................................................................................... 14
xi
METODE PENELITIAN ...........................................................................
15
Waktu dan Tempat ..................................................................................
15
Materi Penelitian ......................................................................................
15
Prosedur Penelitian ...................................................................................
15
Rancangan Percobaan................................................................................
19
Parameter Penelitian ..................................................................................
19
Analisis Data .............................................................................................
22
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
23
Pengaruh Perlakuan Terhadap Status Hematologis ....................................
23
Jumlah Eritrosit ........................................................................................
24
Kadar Hemaglobin.....................................................................................
25
Kadar Hematokrit ......................................................................................
27
Jumlah Leukosit..........................................................................................
28
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
30
Kesimpulan ..............................................................................................
30
Saran .........................................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
31
LAMPIRAN .................................................................................................
36
xii
DAFTAR TABEL No. Halaman
1. Komposisi Kimia Kunyit dan Nutrien Kunyit............................................. 6
2. Nilai Normal Darah Pada Ayam Ras Pedaging Umur 35 Hari .............. 11
3. Komposisi Ransum Penelitian (1-38 Hari) ............................................. 18
4. Status Hematologis Broiler Umur 38 Hari yang diinfeksi Salmonella
pullorum dengan pemberian EAK, EABP, dan EAKBP .................... 23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman
1. Tabel Anova Jumlah Eritrosit ................................................................ 36
2. Tabel Anova Kadar Hemaglobin............................................................ 37
3. Tabel Anova Jumlah Hematokrit ............................................................ 40
4. Tabel Anova Jumlah Leukosit ............................................................... 40
5. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 41
6. Riwayat Hidup ....................................................................................... 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Antibiotik merupakan salah satu jenis feed additive yang digunakan dalam
campuran pakan atau air minum. Tujuan penggunaannya untuk meningkatkan
produktivitas, kesehatan, dan keadaan gizi ternak. Penggunaan antibiotik dapat
menyebabkan residu bahan kimia berbahaya dalam produk yang dihasilkan dan
menyebabkan resistensi bakteri-bakteri berbahaya yang terdapat di dalam tubuh ayam.
Bakteri Salmonella adalah bakteri yang sangat merugikan peternak, khususnya
peternak ayam. Bakteri ini mengkontaminasi ternak baik mulai dari penetasan sampai
dengan pascapanen. Bakteri tersebut berdampak pada ternak dan juga pada manusia
yang mengkonsumsinya karena bakteri ini akan mengkontaminasi produk daging atau
telur yang akan dikonsumsi oleh manusia.
Produktivitas ternak dapat berlangsung dengan optimal jika kondisi fisiologis suatu
ternak berjalan dengan baik. Kondisi fisiologis yang baik erat kaitannya dengan kondisi
kesehatan suatu ternak. Kondisi fisiologis pada ternak sangat kuat dipengaruhi oleh
lingkungan, manajemen, nutrisi pakan dan iklim. Perubahan iklim yang terjadi sekarang
di dunia termasuk Indonesia merupakan hasil dari dampak terjadinya pemanasan global
yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam produksi ternak unggas dikarenakan stres
dan penyakit. Darah memiliki peranan yang sangat kompleks untuk terjadinya proses
fisiologis yang berjalan dengan baik, sehingga produktivitas ternak dapat berjalan dengan
optimal (Ismoyowati et al., 2006). Gambaran profil darah (hematologis) dapat dijadikan
sebagai screening test (model pengujian) untuk melihat kondisi fisiologis suatu ternak
yang nantinya dihubungkan dengan status kesehatannya untuk meningkatkan
produktivitas.
2
Kandungan senyawa aktif di dalam kunyit terdapat kurkumin dan umbi bawang
putih yaitu allisin, alliin, antihemolytic factor, Alliin inilah yang mampu menggantikan
fungsi dari antibiotik sintetik di dalam tubuh ayam broiler. Kandungan senyawa-senyawa
aktif ini mampu memperbaiki konversi ransum, meningkatkan kesehatan dan
produktivitas ayam broiler serta mampu mengurangi kadar lemak yang terkandung di
dalam daging ayam broiler. Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh kunyit dan bawang
putih, dilakukan kajian lebih lanjut melalui penelitian penggunaan fitobiotik ekstrak air
kunyit, bawang putih, kombinasi ekstrak air kunyit dan bawang putih terhadap
peningkatan status kesehatan ayam pedaging khususnya ayam broiler ditinjau dari status
hematologis dengan uji tantang bakteri Salmonella sp..
Rumusan Masalah
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang mempunyai
peluang besar untuk dikembangkan, akan tetapi saat ini masalah yang hadapi peternak
unggas adalah biaya pakan dan obat-obatan yang tinggi serta kematian akibat penyakit
dengan kematian mencapai 50-100%. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang
efektivitas EAK, EABP dan EAKBP sebagai feed additive dengan uji tantang bakteri
Salmonella sp. terhadap status hematologis.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan EAK,
EABP, dan EAKBP dalam pakan ayam broiler melalui kajian status hematologis dengan
menginfeksi bakteri Salmonella sp..
3
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi ilmiah bagi
akademisi dan peneliti serta dasar pengetahuan bagi peternak/pelaku industri, untuk
mengetahui bagaimana status hematologis ayam broiler yang diberikan EAK, EABP, dan
EAKBP yang terinfeksi bakteri Salmonella sp..
4
TINJAUAN PUSTAKA
Fitobiotik sebagai Feed Additive
Fitogenik atau fitobiotik adalah senyawa asal tanaman yang digunakan dalam
pakan ternak untuk meningkatkan penampilan produksi ternak (Yulianti, 2015).
Sedangkan menurut Windisch dan Kroismayr (2007) fitobiotik merupakan aditif ransum
yang berasal dari tanaman (tumbuh-tumbuhan) murni yang dapat meningkatkan
performa ternak. Fitobiotik dapat dimanfaatkan sebagai growth promotors seperti asam
organik dan probiotik yang dapat dipopulerkan dalam nutrisi ternak. Fitobiotik mulai
banyak dikembangkan selama beberapa tahun terakhir, khususnya dikembangkan untuk
ternak unggas dan babi. Gerakan penggunaan fitobiotik sebagai feed additive semakin
berkembang semenjak negara-negara Eropa menentang penggunaan antibiotik karena
menimbulkan efek resisten pada mikroorganisme patogen.
Budidaya ternak secara intensif membutuhkan upaya untuk memaksimalkan
efisiensi pakan. Hal tersebut berkaitan dengan saluran pencernaan pada unggas.
Berdasarkan data penelitian Apajalahti (1999) bahwa pada saluran pencernaan unggas
terdapat kurang lebih 1011
/g mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme tersebut
mempengaruhi kecernaan pakan, pemanfaatan energi yang terkandung dalam bahan
pakan yang selanjutnya akan berdampak terhadap kesehatan dan pertumbuhan ternak
(Jamroz et al., 2006). Populasi mikroorganisme tersebut sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan dan kondisi pada saluran pencernaan yang meliputi: komposisi
pakan, keberadaan faktor penghambat kecernaan, dan kekebalan tubuh. Kondisi yang
tidak kondusif pada saluran pencernaan akan mengakibatkan meningkatnya populasi
mikroorganisme patogen yang berakibat timbulnya penyakit dan menurunnya
pertumbuhan (Venho, 2000).
5
Tinjauan Umum Ayam Broiler
Umumnya di Indonesia ayam broiler sudah di pasarkan pada umur 5-6 minggu
dengan berat 1,3 - 1,6 walaupun laju pertumbuhan belum maksimun, karena ayam broiler
yang sudah berat susah dijual (Rasyaf, 2008).
Broiler merupakan hasil rekayasa genetika dengan cara menyilangkan strain.
Kebanyakan induknya (parent stock) diambil dari Amerika prosesnya sendiri diawali
dengan mengawinkan sekelompok ayam dalam satu keluarga, kemudian dipilihlah
turunan yang tumbuh paling cepat. Diantara mereka disilangkan kembali. Keturunannya
diseleksi lagi, yang cepat tumbuh kemudian dikawinkan dengan sesamanya. Ayam
ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih dalam tempo 30 hari, dan bisa mencapai
1,5 kg dalam waktu 40 hari (Indro, 2004).
Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau DOC menurut Standar Nasional
Indonesia (2005), yaitu berat DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki
normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ditemukan
kelainan bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering.
Gambaran Umum Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai aditif pakan
golongan fitobiotik pada ayam broiler. Kunyit diketahui memiliki efek
imunomodulator sehingga dapat membantu mengoptimalkan kondisi kesehatan ayam
broiler. Kandungan minyak atsiri tanaman kunyit juga diketahui memiliki aktivitas
antibakteri sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap
serangan bakteri patogen (Chattopadhyay et al., 2004). Kunyit merupakan salah satu
tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu
dapur dan zat pewarna alami (Rahardjo dan Rostiana, 2005). Komposisi kimia dan
nutrient kunyit tertera pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nutrien Kunyit
Parameter Nilai (%)
Komposisi Proksimat
Air 8,92±0,02
Bahan Kering 91,00±0,01
Abu 2,85±0,02
Serat Kasar 4,60±0,01
Protein Kasar 9,40±0,01
Lemak 6,85±0,00
Karbohidrat 67,38±0,01
Komposisi Fitokimia
Alkaloid 0,76±0,01
Saponin 0,45±0,00
Tannin 1,08±0,02
Sterol 0,03±0,01
Hidrogen Sianida 0,82±0,00
Flavenoid 0,40±0,01
Fenol 0,08±0,03
Komposisi Vitamin dan Mineral
Riboflavin 0,59±0,02
Tiamin 0,16±0,00
Niacin 2,30±0,00
Kalsium 0,21±0,01
Posfor 0,63±0,02
Potasium 0,46±0,03
Besi 0,045±0,02
Sumber: Ikpeama et al. (2014)
Kunyit memiliki banyak kandungan nutrien dan kaya akan antioksidan (Tabel 1).
Selain itu, kunyit memiliki senyawa bioaktif lain yaitu kurkumin dan minyak atsiri.
Kandungan kurkumin dalam kunyit sebesar 8,6% dan minyak atsiri 6,18% (Agustina et
al,. 2009). Kurkumin adalah komponen yellow bioactive utama yang memiliki sebuah
spektrum luas akan aktivitas biologis termasuk antioksidan, antibakteri, antifungi,
antiprotozoal, antiviral, anti-inflamasi, antihipertensi dan aktivitas hipokolesteremik
(Chattopadhyay et al., 2004). Kandungan minyak atsiri dalam kunyit diyakini memiliki
khasiat kolagoga yang mampu meningkatkan produksi dan sekresi empedu, bila masuk ke
dalam duodenum dan banyak ekskresi empedu, maka kolesterol keluar melalui feses.
Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, a dan ß-tumeron, tumerol,
a-atlanton,ß-kariofilen, linalol, 1,8 sineol (Rahardjo dan Rostiana, 2005).
7
Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpangnya. Rimpang
kunyit mengandung berbagai zat aktif diantaranya minyak atsiri yang terdiri atas
monoterpen dan seskuiterpen dan kurkuminoid, protein, fosfor, kalium, besi dan
vitamin C (Himma, 2010).
Walaupun kaya dengan kandungan bahan yang bagus untuk dijadikan feed
additive, penggunaan kunyit dalam jumlah besar juga perlu diperhatikan dikarenakan
kunyit seperti halnya tanaman lainnya memiliki kandungan anti-nutrisi. Beberapa
senyawa kimia anti-nutrisi dikenal pula dengan sebutan „secondary metabolite’ yang
menunjukkan aktivitas biologis yang tinggi. Menurut Gemede and Ratta (2014), zat anti-
nutrisi yang umum dijumpai pada tanaman antara lain: tannin, phytate, oxalate, saponin,
lectin, alkaloid, protease inhibitor dan cyanogenic glycocides. Anti nutrisi pada tanaman
dapat mengurangi ketersedian nutrien dan menyebabkan penghambatan pertumbuhan.
Akan tetapi, ketika digunakan dengan dosis rendah, phytate, lectin, tannin, amylase
inhibitor dan saponin dapat memperlihatkan pengurangan glukosa darah dan respon
insulin terhadap makanan yang mengandung tepung dan juga menurunkan plasma
kolesterol dan trigliserida. Sebagai tambahan, phytate, tannin, saponin, protease
inhibitor, goestrogen dan oxalate mengurangi resiko kanker.
Gambaran Umum Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih (Allium sativum Linn.) adalah herbal semusim berumpun memiliki
ketinggian sekitar 60 cm. Bawang putih mengandung minyak atsiri aliin dan alisin yang
berkaitan dengan daya antibakteri. Akhir-akhir ini para peneliti lebih memfokuskan pada
komponen bawang putih mengandung sulfur disebut alisin. Komponen ini dibedakan
menjadi dua yaitu bagian larut dalam minyak dan bagian larut dalam air. Komponen larut
dalam minyak antara lain sulfida, seperti dialil sulfida (DAS), dialil disulfida (DADS),
dialil trisulfida dan alil metil trisulfida, dithiins, dan ajoene. Komponen yang larut dalam
8
air merupakan turunan sistein, seperti S–alilsistein (SAC), S–alil merkaptosistein (SAMC)
dan S-metilsistein, dan turunan gamma–glutamil sistein. Komponen larut dalam air lebih
stabil dibanding komponen larut dalam minyak (Amagase et al., 2001).
Keusgen (2002) menjelaskan bahwa bawang putih juga memiliki kandungan
saponin, sterol, mineral dan selenium, vitamin C, thiamin, riboflavin, niacin, asam
pantotenat dan vitamin E serta flavonoid dan fenol dalam konsentrasi yang rendah.
Penggunaan Ekstrak Kunyit dan Ekstrak Bawang Putih Sebagai Feed Additive
pada Unggas
Rimpang kunyit telah lama digunakan oleh masyarakat Asia terkhusus Indonesia
sebagai tanaman obat. Pemakaian kunyit sebagai feed additive pada unggas telah
beberapa kali diteliti dengan harapan dapat menggantikan peranan antibiotik sintetis dan
memberikan manfaat. Kunyit telah diketahui mempunyai khasiat yang aman, alami dan
fitobiotik yang bebas residu. World Health Organization memberikan pernyataan bahwa
kunyit dan kurkumin (colouring agent) aman digunakan pada makanan manusia dan
ternak (Anonymous, 1987). Studi lebih jauh pada manusia dan ternak, kunyit betul-betul
memiliki tingkat toksik yang rendah (Alia et al., 2006) oleh karena itu, penambahan
kunyit aman dan cocok untuk unggas (Dono, 2012).
Penelitian Yamin dkk. (2009) menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit
dalam ransum sebanyak 0,04% dapat meningkatkan konsumsi pakan dan produktivitas
broiler. Kunyit merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai aditif pakan golongan
fitobiotik pada ayam broiler. Kunyit diketahui memiliki efek imunomodulator sehingga
dapat membantu mengoptimalkan kondisi kesehatan ayam broiler (Napirah, 2013).
Maryam dkk. (2003) melaporkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih
sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang mengandung aflaktosin 0,4 mg AFB 1
atau 2 dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar
9
residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan. Adanya beberapa kandungan senyawa
aktif ini membuat bawang putih potensial untuk digunakan sebagai “feed
additive” pengganti antibiotik sintetik pada ternak ayam. Hal ini disebabkan karena
adanya senyawa allicin pada bawang putih (Bidura dkk., 2000). Safithri (2004)
mengemukakan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol bawang putih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactie, Staphylococcus aureus, dan Eschericia
coli.
Tinjauan Umum Bakteri Salmonella
Salmonella sp. merupakan bakteri Gram negatif yang bergerak (motil) dengan
menggunakan flagela, bersifat anaerob fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif.
Terdapat lebih dari 2500 serotypes berbeda yang diketahui dan tersebar pada hewan
terutama unggas dan babi. Salmonella sp. juga bersumber pada lingkungan termasuk air,
tanah, serangga dan kotoran hewan. Bakteri ini tumbuh pada suhu dalam kisaran 7 sampai
470 ºC dan pH antara 4,0-9,5. Nilai minimum aktivitas air untuk tumbuh adalah 0,96 dan
dapat bertahan dalam waktu yang lama pada bahan makanan yang mengandung lemak
dan mempunyai aktivitas air yang rendah.
Spesies yang menyebabkan penyakit pada unggas adalah Salmonella pullorum,
infeksi pada ayam dapat menyebabkan penyakit menular yang dikenal dengan nama
berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea = BWD). Penyakit ini
menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1 -10 hari. Selain
ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa
burung liar (Wawun, 2008).
Infeksi Salmonella sp. terjadi melalui 3 cara yaitu kongenital, oral dan aerogen
(Ressang, 1984). Secara kongenital yaitu penularan melalui telur, sehingga anak
ayam yang menetas melalui telur tersebut akan terinfeksi Salmonella sp.. Infeksi
10
secara oral terjadi melalui pakan dan air minum yang tercemari Salmonella sp.. Sedang
aerogen adalah infeksi yang terjadi di dalam mesin penetas telur dimana masa tunas
penyakit berkisar antara 1 minggu. Penularan melalui vektor juga lazim terjadi,
penyebaran ini terjadi melalui hewan- hewan kecil seperti tikus, lalat, burung liar dan
peralatan yang mengandung bakteri Salmonella sp. yang digunakan di dalam
kandang (Cox et al., 1996).
Profil Darah Ayam Ras pedaging
Darah merupakan jaringan cair yang berfungsi sebagai transportasi berbagai
bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri (Lestari, 2008).
Darah unggas terdiri atas plasma darah dan sel darah. Plasma darah terdiri atas protein
(albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak darah bentuk kolesterol, fosfolipid, lemak
netral, asam lemak, dan mineral anorganik terutama kalsium, potassium, dan iodium.
Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), trombosit, dan leukosit (heterofil,
eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit) (Yuwanta, 2004).
Peran utama darah adalah sebagai media transportasi untuk membawa
oksigen dari paru-paru ke sel-sel jaringan tubuh dan CO2 ke paru-paru, membawa bahan
makanan dari usus ke sel-sel tubuh, mengangkut zat-zat yang tidak terpakai sebagai
hasil metabolisme untuk di keluarkan dari tubuh, mentransfer enzim-enzim dan
hormon, mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan asam-basa, dan untuk
pertahanan tubuh terhadap infiltrasi benda-benda asing dan mikroorganisme (Suwandi,
2002).
Tubuh hewan yang mengalami gangguan fisiologis akan memberi perubahan
pada gambaran profil darah. Adanya perubahan profil darah tersebut dapat
disebabkan oleh faktor internal, dan eksternal. Faktor internal misalnya kesehatan,
stres, status gizi, suhu tubuh, sedangkan faktor eksternal misalnya akibat perubahan
11
suhu lingkungan, dan infeksi kuman (Ginting, 2008). Ayam ras pedaging yang sehat
memiliki gambaran darah yang normal terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Normal Komponen Darah Pada Ayam Ras Pedaging Umur 35 hari
Komponen Darah Nilai
PCV (Hematokrit)(%) 31,0-33,1
RBC (Eritrosit)(106/mm
3) 2,17-2,86
Hb (Hemoglobin) (g/100 ml) 13,3-13,52
WBC (Leukosit)(103/mm
3) 23,38-24,07
Heterofil (103/mm
3) 5,67-6,52
Sumber : Talebi et al., 2005
- Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sebagian besar eritrosit bersirkulasi dalam waktu yang terbatas dengan
kisaran bervariasi dari 2-5 bulan pada hewan domestikasi dan tergantung spesies (Meyer
and Harvey, 2004). Eritrosit di dalam aliran darah mamalia merupakan sel-sel yang
tidak berinti dan bergerak (Theml dkk., 2004) sedangkan eritrosit pada unggas
intinya terletak ditengah dan berbentuk oval (Rosmalawati, 2008). Di dalam eritrosit
terdapat hemoglobin (Hb) yang mempunyai fungsi penting dalam mengangkut oksigen
dari paru-paru ke berbagai jaringan tubuh. Produksi eritrosit dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya kandungan oksigen dimana protein penginduksi akan menginduksi
pertumbuhan dan diferensiasi sehingga produksi eritrosit akan meningkat.
Hemoglobin merupakan komponen dari eritrosit (Sturkie, 1998).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh. Selain mengandung hemoglobin, eritrosit juga mempunyai fungsi lain
yaitu mengandung banyak karbon anhydrase yang mengatalis reaksi antara
karbondioksida dan air, sehingga meningkatkan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah dapat bereaksi dengan banyak sekali
karbondioksida dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju paru-paru
dalam bentuk ion bikarbonat (Guyton and Hall, 2006).
12
- Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah komponen penting dari eritrosit karena memiliki
kemampuan untuk mengangkut oksigen (Theml et al., 2004). Kadar hemoglobin
dipengaruhi oleh kadar oksigen dan jumlah eritrosit, sehingga ada kecenderungan jika
jumlah eritrosit rendah, maka kadar hemoglobin akan rendah dan jika oksigen dalam
darah rendah, maka tubuh terangsang meningkatkan produksi eritrosit dan hemoglobin
(Schalm, 2010).
Jain (1993) menyatakan bahwa kadar normal hemoglobin ayam yaitu 7,0-
13,0 g/dl. Hemoglobin sangat penting untuk kelangsungan hidup karena membawa dan
mengantarkan okigen ke jaringan. Hemoglobin memiliki dua fungsi pengangkutan
penting dalam tubuh, yaitu pengangkutan oksigen dari organ respirasi ke jaringan
perifer dan pengakutan karbondioksida dan berbagai proton dari jaringan perifer ke organ
respirasi untuk selanjutnya diekskresikan keluar (Murray et al., 2003).
Hemoglobin merupakan petunjuk kecukupan oksigen yang diangkut. Kandungan
oksigen dalam darah yang rendah menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin
dan jumlah eritrosit. Penurunan kadar hemoglobin terjadi karena adanya gangguan
pembentukan eritrosit (eritropoesis) (Frandson, 1992).
- Hematokrit/Packed Cell Volume (PCV)
Nilai hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah suatu istilah yang artinya
persentase (berdasar volume) dari darah yang terdiri atas sel darah merah (Frandson et al.,
2009). Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan persentase dari volume darah itu. Peningkatan atau penurunan hematokrit di
dalam darah mempengaruhi viskositas darah. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh
temperatur lingkungan yang dapat bertambah jika keadaan hipoksia atau polisitemia
13
(jumlah sel-sel merah dalam tubuh meningkat) sehingga jumlah eritrosit lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton and Hall, 2006).
- Sel Darah Putih (Leukosit)
Leukosit adalah sel darah yang berinti dengan ukuran sel lebih besar dan
yang lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit (Bacha dan Bacha, 2000). Leukosit
merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dengan menyediakan
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi. Leukosit dibagi
menjadi dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri dari heterofil, eosinofil, basofil dan
kelompok agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit (Cahyaningsih dkk., 2007).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asing (Effendi, 2003). Fungsi leukosit adalah untuk
pertahanan tubuh suatu organisme. Pertahanan ini dilakukan dengan cara
menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis atau dengan
pembentukkan antibodi (Guyton and Hall, 1997). Sistem pertahanan ini sebagian
terbentuk di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di dalam organ limfosit
termasuk kelenjar limfe, timus, tonsil dan sel-sel limfoid lain. Leukosit yang telah
dibentuk akan diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh untuk digunakan.
Jumlah leukosit pada unggas lebih banyak dibandingkan dengan leukosit
pada mamalia, yaitu berkisar antara 20.000-30.000/mm (Swenson, 1984). Jumlah sel
leukosit normal pada ayam adalah antara 12.000-30.000/μL (Julendra dkk., 2010).
Jumlah leukosit pada tiap-tiap unggas berbeda-beda dan mempunyai fluktuasi yang
tinggi, keadaan ini bisa terjadi pada kondisi stress, aktivitas biologis yang tinggi,
gizi, dan umur. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah jenis kelamin, lingkungan, efek
hormon, obat-obatan serta sinar ultraviolet atau sinar radiasi (Hodges, 1977).
14
Hipotesis
Diduga bahwa zat bioaktif yang terkandung dalam fitobiotik Ekstrak Air Kunyit
(EAK), Ekstrak Air Bawang Putih (EABP) dan kombinasi Ekstrak Air Kunyit dan
Bawang Putih (EAKBP) mampu mempertahankan eritrosit, hemaglobin, hematokrit dan
leukosit broiler yang terinfeksi Salmonella pullorum.
15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember 2016, Perumahan
Dosen Tamalanrea Blog AB.5, Makassar dan pemeriksaan hematologis di Laboratorium
Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Materi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: ayam ras, ekstrak air kunyit, ekstrak air
bawang putih, tetracyclin, filler, biakan bakteri Salmonella pullorum, ransum basal, air
minum, kertas koran, sekam padi, plastik, larutan Hayem dan Turk, wax, antikoagulan
EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), alkohol 70%, HCl 0,1 N, NaCl fisiologis,
larutan CCL4, aquabides, aquades, larutan TCA 10%, pereaksi TBA, kertas label, kertas
saring, cover glass, dan kapas.
Alat yang digunakan antara lain: kandang percobaan, tempat pakan dan tempat
minum, timbangan elektrik, lampu pijar, timbangan, sekop, baskom, tirai, sarung tangan,
alat tulis, wadah penyimpanan, spoit 5 ml, tabung reaksi vakum, pipet tetes, tabung sahli,
mikrohematokrit, mikrocentrifuge, mikroskop, haemocytometer dan microcapillary
hematocryt reader.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter dengan ukuran per unit
sebesar 80 cm x 75 cm x 50 cm (panjang x lebar x tinggi) dengan alas litter kandang
berasal dari sekam padi setebal ± 5 cm. Masing-masing petakan kandang telah dilengkapi
dengan tempat makan dan tempat minum. Sebelum ternak dimasukkan ke dalam kandang
terlebih dahulu dilakukan desinfektan untuk mematikan mikroorganisme patogen. Proses
desinfeksi menggunakan larutan formalin yang dicampurkan dengan air bersih dengan
16
perbandingan 25 ml formalin : 15 liter air, kemudian larutan tersebut disemprotkan
keseluruh bagian kandang. Setelah kering, dilakukan pengapuran secara merata pada
dinding dan lantai kandang. Peralatan kandang tempat makan dan air minum sebelumnya
dicuci menggunakan sabun, kemudian dibilas menggunakan air desinfektan. Pemanasan
kandang dilakukan dengan menggunakan lampu pijar 60 watt yang dipasang pada tiap
petak kandang.
2. Pembuatan EAK, EABP, dan EAKBP
Ekstrak kunyit dan bawang putih diproduksi oleh CV. Lansida, Yogyakarta. Ekstrat
kunyit dan bawang putih diperoleh melalui serangkaian proses, mula-mula dilakukan
pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang menempel dan ditiriskan kemudian
diiris-iris tipis, sedangkan bawang putih dilakukan pengupasan kulit luar lalu diiris-iris
tipis. Selanjutnya masing-masing bawang putih dan kunyit secara terpisah dicampurkan
dengan air (perbandingan 1:5) kemudian diblender dan diaduk dengan menggunakan
ultra turax. Selanjutnya larutan kunyit maupun bawang putih difiltrasi dan kemudian
dievaporasi. Ekstrak air kunyit dan bawang putih siap digunakan dan dicampur sesuai
level pada perlakuan.
3. Pembuatan Biakan Bakteri Salmonella sp.
Pembiakan Bakteri Salmonella dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Biakan bakteri Salmonella diambil koloni 1 loop
dan ditanam pada media kaldu brain heart infusion (BHI) dan diinkubasikan pada suhu
37°C selama 18-24 jam (Alisantosa dkk., 2000; Desmidt et al., 1997). Kemudian
disentrifus (500g, 10 menit) sehingga terbentuk pelet. Untuk memperoleh dosis inokulum,
pelet diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis steril dan kekeruhannya disamakan
dengan standar McFarland no.1 yang setara dengan 108
colony forming unit (CFU)/ml
(Miyamoto dkk., 1998).
17
4. Perlakuan Ransum
Ransum perlakuan diberikan pada ayam broiler mulai d.o.c (day old chicken)
sampai umur 5 minggu setelah melalui pengacakan. Bahan penyusun ransum terdiri dari
jagung kuning halus, dedak padi, Meat and Bone Meal (MBM), minyak nabati, Chicken
Feather Meal (CFM), bungkil kedelai, CaCO3, Dicalcium Phospate (DCP), premiks,
garam (NaCl), L-lysin, dan DL- methionin. Ransum perlakuan terdiri dari ransum basal
ditambah dengan EAK, EABP dan EAKBP sebagai feed additive. Susunan ransum
penelitian disajikan pada Tabel 3.
5. Pemeliharaan dan Perlakuan Penelitian
Ayam broiler dibagi secara acak ke dalam 5 perlakuan dan 4 ulangan sehingga
terdapat 20 unit kandang, dipelihara selama 38 hari. Ternak ayam broiler dipelihara
dalam kandang koloni selama 5 minggu yang sebelumnya ada periode adaptasi. Pakan
dan air minum diberikan secara ad libitum. Vita stress diberikan sebelum dan setelah
dilakukan vaksinasi. Vaksinasi Newcastle Disease (ND) pada umur 4 hari melalui tetes
mata dan vaksin ND/AI pada umur 3 hari. Ayam broiler ditimbang untuk mengetahui
pertambahan berat badan setiap seminggu sekali, dan penimbangan pakan sisa untuk
mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada saat ayam berumur 3 minggu diinfeksi dengan
Salmonella pullorum secara peroral dengan dosis 108 CFU/ml (Alisantosa et al., 2000;
Desmidt et al., 1997). Pada akhir penelitian dilakukan pengambilan sampel darah
sebanyak 1 ekor dari masing-masing unit perlakuan melalui vena bracialis dengan
menggunakan spoit. Darah ditampung dalam tabung reaksi yang berisi antikoagulan
EDTA. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi nilai hematoktrit, jumlah sel
darah merah, kadar hemaglobin dan jumlah sel darah putih.
18
Tabel 3. Komposisi Ransum Penelitian (1−38 Hari)
Jenis Pakan Perlakuan Pakan
R0 R1 R2 R3 R4
Jagung Kuning Halus (%) 59,00 59,00 59,00 59,00 59,00
Dedak (%) 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
MBM (%) 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
Minyak (%) 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
CFM (%) 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
Bungkil Kedelai (%) 13,25 13,25 13,25 13,25 13,25
CaCO3 (%) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
DCP (%) 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Premiks)* 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Garam 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
Lysin (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Methionin (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Total Basal 97,50 97,50 97,50 97,50 97,50
Filler (%) 2,50 2,485 0 0,50 0
Tetracyclin (%) 0 0,015 0 0 0
Ekstrak Air Kunyit (%) 0 0 2,50 0 0
Ekstrak Air Bawang Putih
(%) 0 0 0 2,00
0
Ekstrak Air Kunyit Bawang
Putih (%) (1:3) 0 0 0 0
2,50
Total Ransum (%) 100 100 100 100 100
Kandungan Nutrisi Pakan Berdasarkan Perhitungan
Energi Metabolis (ME)
(kkal/kg) 3011,25 3011,25 3011,25 3011,25 3011,25
Protein kasar (%) 20,62 20,62 20,62 20,62 20,62
Serat kasar (%) 3,017 3,017 3,017 3,017 3,017
Lemak kasar (%) 4,07 4,07 4,07 4,07 4,07
Kalsium (%) 1,71 1,71 1,71 1,71 1,71
Lysin (%) 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
Methionin (%) 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28
P (%) 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40
*Keterangan: Komposisi premiks Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D; 250.000 UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg, Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg. R0 (Ransum basal tanpa fitobiotik dan antibiotik dan tanpa infeksi Salmonella pullorum +
filler 2,5%/kontrol negatif); R1 (Ransum basal + tetracycline 0,015% + filler 2,485% + infeksi Salmonella
pullorum/kontrol positif); R2 (Ransum basal + EAK 2,50% + infeksi Salmonella pullorum); R3 (Ransum basal +
EABP 2,00% + filler 0,50% + infeksi Salmonella pullorum); R4 (Ransum basal + EAKBP 2,50% + infeksi Salmonella
pullorum)
19
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Setiap unit percobaan terdiri
dari 5 ekor ayam, sehingga jumlah keseluruhan adalah 100 ekor ayam broiler. Susunan
perlakuan terdiri atas 5 macam ransum, yaitu :
R0 = Ransum basal tanpa fitobiotik, antibiotik dan tanpa infeksi Salmonella sp. (kontrol
negatif)
R1 = Ransum basal + Tetracyclyn 0,015% + filler 2,485% + infeksi Salmonella sp.
(kontrol positif)
R2 = Ransum basal + EAK 2,50% + infeksi Salmonella sp.
R3 = Ransum basal + EABP 2,00% + filler 0,50% + infeksi Salmonella sp.
R4 = Ransum basal + EAKBP 2,50% + infeksi Salmonella sp.
Parameter Penelitian
1. Nilai Hematokrit
Nilai hematokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit (Ebenebe et al., 2012;
Sonjaya, 2015). Darah dari tabung ditempelkan dengan ujung mikrokapiler yang bertanda
(merah atau biru). Darah dibiarkan mengalir sampai 4/5 bagian pipa kapiler terisi
kemudian ujung pipa kapiler disumbat dengan wax (penyumbat). Pipa kapiler tersebut
ditempatkan di microcentrifuge kemudian disetel dengan kecepatan 2500-4000 rpm
selama ±15 menit, kemudian terbentuk lapisan plasma, lapisan putih abu, dan lapisan
merah. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah)
dari darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit
reader).
20
2. Jumlah Sel Darah Merah
Jumlah sel darah merah dapat diketahui dengan menggunakan haemocytometer
(Ebenebe et. al.2012; Sonjaya, 2015). Pengambilan darah dari tabung menggunakan
pipet eritrosit (pipet sel darah merah) dengan bantuan alat pengisap (aspirator) sampai
batas angka 0,5. Ujung pipet dibersihkan dengan tisu. Larutan pengencer Hayem diisap
sampai tanda 101 yang tertera pada pipet eritrosit, kemudian pipa aspirator dilepaskan.
Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian isi
pipet dikocok dengan membentuk gerakan angka 8, dan cairan yang tidak ikut terkocok
dibuang. Setetes cairan dimasukkan kedalam kamar hitung dan biarkan butir-butir dalam
kamar hitung mengendap. Butir darah merah dihitung dengan mikroskop pada
pembesaran 40 kali. Jumlah eritrosit dihitung pada 5 kotak dengan perbesaran 40 kali di
bawah mikroskop. Hasil dari perhitungan eritrosit dikalikan 10.000 (mm3).
3. Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin dihitung dengan menggunakan metode Sahli. Tabung Sahli diisi
dengan larutan HCl 0,1 N sampai angka 10. Darah diisap sampai batas 20 cm (0,02 ml)
dengan pipet Sahli dan aspirator. Darah dimasukkan ke dalam tabung Sahli dan
diletakkan diantara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer, kemudian
dibiarkan selama 5-10 menit sampai terbentuk asam hematin berwarna coklat.
Ditambahkan setetes demi setetes aquadestilata dengan pipet sambil diaduk, sampai
warna larutan darah sama dengan warna standar. Perhitungan kadar hemoglobin
dilakukan dengan membaca tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli, dengan melihat
skala g % yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah
(Rosmalawati, 2008; Sonjaya, 2015).
21
3. Jumlah Sel Darah Putih
Jumlah sel darah putih dapat diketahui dengan menggunakan haemocytometer
(Ebenebe et. al., 2012; Sonjaya, 2015). Pengambilan darah dilakukan menggunakan pipet
leukosit (pipet sel darah putih) dengan bantuan alat pengisap (aspirator) sampai batas
angka 0,5. Ujung pipet dibersihkan dengan tissu. Larutan pengencer Turk diisap sampai
tanda 11 yang tertera pada pipet eritrosit, kemudian pipa aspirator dilepaskan. Kedua
ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, isi pipet dikocok
dengan membentuk gerakan angka 8, dan cairan yang tidak ikut terkocok dibuang.
Setetes cairan dimasukkan ke dalam kamar hitung dan dibiarkan butir-butir yang ada di
dalam kamar hitung mengendap. Butir darah putih dihitung dengan mikroskop pada
pembesaran 10 kali. Menghitung leukosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan,
ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang
dihitung adalah pada garis kiri dan atas. Jumlah eritrosit dihitung pada 4 kotak dengan
perbesaran 10 kali di bawah mikroskop. Hasil dari perhitungan eritrosit dikalikan 50
(mm3).
22
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan sidik ragam dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan model matematika sebagai berikut:
Yij = μ + τi + єj
i= 1, 2, 3, 4, 5
j= 1, 2, 3, 4
Keterangan:
Yij= Hasil pengamatan dari peubah pada penggunaan ekstrak kunyit dan bawang
putih ke-i dengan ulangan ke-j
μ = Rata-rata pengamatan
τi= Pengaruh perlakuan ekstrak kunyit dan bawang putih
є= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i(i= 1, 2, 3, 4, 5) dan ulangan
ke-j(j= 1, 2, 3, 4)
Pengaruh diantara perlakuan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
(Gaspersz,1991).
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Status Hematologis.
Hasil pengamatan terhadap eritrosit, hemaglobin, hematokrit dan leukosit pada
broiler yang diinfeksi bakteri Salmonella pullorum dengan pemberian fitobiotik Ekstrak
Air Kunyit (EAK), Ekstrak Air Bawang Putih (EABP) dan kombinasi Ekstrak Air
Kunyit dan Bawang Putih (EAKBP) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Status Hematologis Broiler Umur 38 Hari yang Diinfeksi Salmonella pullorum dengan Pemberian EAK, EABP, dan EAKBP
Perlakuan
Parameter
Eritrosit
(106/mm
3)
Hemoglobin
(g/dl)
Hematokrit
(%)
Leukosit
(103/mm
3)
R0 3,83 ± 0,89 12,38 a ±1,84
29 ±3,60 60,08 ±14,14
R1 3,40 ± 0,35 12,35 a ±0,60
25,25±3,50 80,29 ± 15,83
R2 3,55 ± 0,44 8,92 b ±0,29
25,50±2,38 91,05±12,29
R3 3,66 ±0,11 9,90 b ±1,29
29,25±2,22 92,02±12,70
R4 3,50 ±0,48 11,90 a ±0,41
27,25±1,50 78,41±11,98
a,b
: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0,05
R0 (Ransum basal tanpa fitobiotik dan antibiotik dan tanpa infeksi Salmonella pullorum + filler 2,5%/kontrol
negatif); R1 (Ransum basal + tetracycline 0,015% + filler 2,485% + infeksi Salmonella pullorum/kontrol positif); R2
(Ransum basal + EAK 2,50% + infeksi Salmonella pullorum); R3 (Ransum basal + EABP 2,00% + filler 0,50% +
infeksi Salmonella pullorum); R4 (Ransum basal + EAKBP 2,50% + infeksi Salmonella pullorum)
Respon broiler dalam berbagai situasi fisiologi dapat diketahui dengan cara
mengamati perubahan pada parameter hematologis. Peranan hematologis penting
dalam menentukan status kesehatan ayam. Ayam yang dipelihara pada sistem
manajemen yang berbeda akan memiliki karakteristik hematologis yang berbeda pula.
Hasil analisis statistik menyatakan bahwa penambahan EAK dan EABP dalam pakan
dengan menginfeksikan Salmonella pullorum memperlihatkan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap hemoglobin dan berada pada kisaran normal namun tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap eritrosit, hematokrit, leukosit.
24
Jumlah Eritrosit
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian EAK, EABP dan
EAKBP pada ransum broler tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah eritrosit
yang diinfeksi Salmonella pullorum. Hal ini terjadi karena infeksi bakteri Salmonella
pullorum pada broiler sangat mengganggu jumlah eritrosit yang berpengaruh terhadap
kesehatan, hal ini terbukti karena ada gejala yang muncul. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh Salmonella sp. adalah berak putih. Penyakit Salmonella sp. adalah
penyakit unggas yang ditularkan melalui feses, terutama pada ayam dan kalkun yang
ditandai dengan berak putih dan kematian tinggi pada unggas muda. Unggas dewasa
bertindak sebagai karier. Penyakit ini terutama menyerang ayam dan kalkun umur di
bawah satu bulan serta unggas lain. Selain itu penyakit berak putih berdampak terhadap
kerugian ekonomi yang besar karena menyebabkan produksi turun, kematian embrio
tinggi, kadang-kadang ayam dewasa juga dapat mati (Shivaprasad, 1997).
Menurut Talebi et. al. (2005) jumlah eritrosit normal pada ayam ras pedaging
umur 35 hari berkisar antara 2,17-2,86x106/mm
3. Nilai eritrosit pada Tabel 4
menunjukkan bahwa kontrol negatif 3,83x106/mm
3, kontrol positif 3,40x106/mm
3,
penambahan EAK 3,55x106/mm
3, penambahan EABP 3,66x106/mm
3, dan penambahan
EAKBP 3,07x106/mm
3. Dari hasil data yang ada telah memperlihatkan nilai yang lebih
baik yaitu penambahan EAKBP sebanyak 3,07x106/mm
3. Perlakuan penambahan
EAKBP mendekati nilai normal eritrosit pada ayam ras pedaging, ini dapat terjadi karena
EAK dan EABP berperan sebagai agen bakteri. Hal ini didukung Purwanti et al.
(2014) menyatakan bahwa kombinasi fitobiotik ekstrak air kunyit dan bawang putih
mampu berperan sebagai agen antibakteri terhadap Salmonella sp., Lactobacillus sp. dan
Escherichia coli pada level 2,5 persen.
25
Kunyit merupakan tanaman obat yang juga mempunyai pengaruh positif terhadap
sistem kekebalan tubuh karena efek relakasi dan kemampuannya dalam menstimulasi
sistem saraf pusat, mempertahankan permukaan epitel, meningkatkan fungsi liver, ginjal,
meningkatkan produksi sel darah putih, dan menghambat replikasi virus. Adanya
komponen anti stress dan immunomodulatory activity juga membantu ternak lebih
toleran terhadap stress (Ulfah, 2006). Bawang putih juga memiliki kandungan saponin,
sterol, mineral dan selenium, vitamin C, thiamin, riboflavin, niacin, asam pantotenat dan
vitamin E serta flavonoid dan fenol dalam konsentrasi yang rendah (Keusgen, 2002).
Penambahan kombinasi EAKBP pada pakan mampu menekan pertumbuhan
bakteri sehingga jumlah eritrosit tidak jauh dengan kondisi normal. Bahan aktif yang
terkandung pada kunyit yaitu kurkumin dan bawang mengandung minyak atsiri yang
berperan sebagai antibakteri.
Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ransum
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar hemaglobin broiler yang diinfeksi
Salmonella pullorum. Kadar hemoglobin pada Tabel 4 menunjukkan nilai kontrol
negatif sebanyak 12,38 g/dL, kontrol positif 12,35 g/dL, penambahan EAK 8,92 g/dL,
penambahan EABP 9,90 g/dL, penambahan EAKBP 11,90 g/dL. Dari tiga perlakuan
terakhir yang paling baik yaitu kombinasi EAKBP karena memiliki nilai hemoglobin
yang tinggi dan berada pada kisaran normal.
Dari data yang ada diketahui bahwa Perlakuan Ro (12,38 g/dL) tidak berbeda
dengan perlakuan R1 (12,35 g/dL) dan P4 (11,90 g/dL), tetapi Ro berbeda nyata
dibandingkan R2 (8,92 g/dL) dan R3 (9,90 g/dL). Nilai hemoglobin berkisar antara 8,92-
12,38 g/dL. Nilai hemoglobin pada tiap perlakuan berada pada kisaran normal (7-13
g/dL).
26
Hemoglobin di dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk
mengangkut oksigen, serta menjadi penyebab timbulnya warna merah pada darah
(Frandson, 1992). Kurkumin dari kunyit memiliki aktifitas antioksidan yang dapat
melindungi hemoglobin dari oksidasi (Chattopaday et.al.,2004).
Senyawa kurkumin pada kunyit merupakan senyawa polifenol yang terkandung
pada EAK dan EAKBP diduga memiliki mekanisme anti-bakteri dengan mendenaturasi
protein membran, menipiskan dan mengubah fluiditas membrane (Hung et al., 2008).
Selain itu kandungan alliin, diallysulfida, dan allisin pada bawang putih yang terkandung
pada EABP dan EAKBP dapat berfungsi sebagai anti-bakteri, antifungal, antiphrastic,
antiviral, antioksidan dan antirombotik (Puvaca et al., 2014).
Napirah (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah eritrosit, nilai
hematokrit (PCV), dan kandungan Hb normal menunjukkan bahwa kunyit tidak
mengandung zat-zat toksik yang dapat menyebabkan lisisnya sel eritrosit ataupun
mengganggu proses pembentukan sel darah merah.
Penambahan kombinasi EAKBP pakan dapat menekan pertumbuhan bakteri
sehingga kadar hemaglobin pada broiler dapat dipertahankan. Hal ini terjadi karena
kurkumin dari kunyit memiliki aktivitas antioksidan terhadap hemaglobin dan bawang
putih berperan sebagai anti bakteri dan antioksidan.
2727
Kadar Hematokrit
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian EAK, EABP, dan EAKBP
dalam pakan yang diinfeksi Salmonella pullorum tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap nilai hematokrit ayam ras pedaging. Nilai hematokrit pada Tabel 4 menunjukkan
bahwa nilai kontrol negatif 29%, kontrol positif 25,25%, penambahan EAK 25,50%,
penambahan EABP 29,25%, dan penambahan EAKBP 27,25%. Dari hasil data yang ada
dapat dilihat bahwa perlakuan penambahan EAK, EABP, EAKBP dalam pakan yang
diinfeksi Salmonella dapat meningkatkan nilai hematokrit menuju kisaran normal.
Peningkatan nilai hematokrit mungkin dipengaruhi oleh tingginya kadar Hb, yang mampu
meningkatkan volume eritrosit. Penambahan EABP 2% dapat menghasilkan nilai
hematokrit yang lebih baik dari pada penambahan EAK dan EAKBP hingga 2,5% karena
memiliki nilai yang lebih tinggi dan berada pada kisaran normal.
Nilai hematokrit adalah suatu hasil pengukuran persentase eritrosit dalam darah
sehingga tingginya nilai hematokrit yang diperoleh disebabkan oleh jumlah eritrosit.
Eritrosit merupakan sel terbesar yang terdapat dalam darah sehingga nilai hematokrit
sangat bergantung pada jumlah eritrosit (Virden et al., 2008). Menurut Rosmalawati
(2008), nilai hematokrit dapat mengalami perubahan akibat peningkatan air plasma
(hemodilution) atau penurunan air plasma (hemoconcentration) tanpa mempengaruhi
jumlah sel sepenuhnya.
Peningkatan atau penurunan nilai hematokrit dalam darah akan berdampak
terhadap viskositas (kekentalan) darah. Hematokrit yang tinggi akan meningkatkan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah dalam pembuluh darah dan
mempercepat kinerja jantung (Cunningham, 2002).
Pemberian tepung kunyit pada pakan puyuh tidak menyebabkan defisien nutrien
yang berkaitan dengan proses pembentukan sel darah merah (Napirah et.al., 2013).
2828
Piliang et.al. (2009) menyatakan bahwa hematokrit (PCV), Hb, dan butir darah merah
yang normal menunjukkan puyuh tidak kekurangan protein dan asam amino yang
diperlukan untuk proses metabolisme tubuhnya.
Penambahan EABP mampu memberikan nilai hematokrit yang tinggi dan berada
pada kondisi normal. Hal ini dapat disebabkan karena bawang putih mengandung asam
amino dan multivitamin sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah mortalitas.
Leukosit
Berdasarkan hasi analisis ragam diketahui bahwa pemberian EAK, EABP dan
EAKBP pada ransum broler tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah leukosit
yang diinfeksi Salmonella pullorum. Jumlah leukosit Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
kontrol negatif 60,08x103/mm
3, kontrol positif 80,29x10
3/mm
3, penambahan EAK 91,05
x103/mm
3. Penambahan EABP 92,02x10
3/mm
3, dan penambahan EAKBP 78,62x10
3/mm
3.
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah leukosit ayam ras pedaging yang diperoleh
berkisar 60,08-92,02 (103/mm
3). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) berkisar
16,0-40,0 (103/mm
3). Dari data yang ada diketahui bahwa penambahan EAKBP 2,5%
lebih baik dari pada penambahan EAK 2,5% dan EABP 2% karena lebih mendekati nilai
normal. Hal ini dapat disebabkan karena kombinasi EAKBP dapat menghambat bakteri
patogen.
Jumlah sel darah putih mengalami peningkatan pada kontrol positif dan perlakuan
pada penambahan EAK, EABP, dan EAKBP yang berada pada kondisi tidak normal karena
diinfeksi Salmonella pullorum. Penambahan EAK, EABP, dan EAKBP pada pakan broiler
yang diinfeksi Salmonella pullorum menghasilkan sel darah putih yang tinggi melewati
batas normal. Nilai sel darah putih yang tinggi biasanya dikaitkan dengan infeksi mikroba
dalam sistem sirkulasi (Oyawoye and Ogunkunle, 1998).
2929
Leukosit merupakan sel yang berperan aktif dalam sistem pertahanan tubuh suatu
organisme. Kunyit memiliki efek imunomodulator yaitu bahan yang dapat
mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun (Napirah, 2013). Chattopaday et.al.
(2004) dalam tulisannya mengemukakan bahwa kurkumin memiliki aktifitas antibakteri,
antifungal, dan antivirus. Kurkumin dan minyak atsiri menekan pertumbuhan beberapa
bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, dan Lactobacillus. Safithri (2004)
mengemukakan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol bawang putih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactie, Staphylococcus aureus, dan Eschericia
coli. Hal ini didukung oleh Purwanti (2015) bahwa secara in vitro penambahan ekstrak
kunyit dan bawang putih pada ransum broiler memiliki sifat anti-bakteri terhadap bakteri
Lactobacillus, Salmonella, dan E. coli serta mampu memperbaiki histomorfologi
duodenum dengan meningkatkan absorbsi nutrien dan aktivitas enzim pada pankreas.
Lebih jauh Purwanti (2014) menjelaskan bahwa konsentrasi 2,5% kombinasi EAKBP
(1EAK:3EABP) secara in vitro menunjukkan daya hambat tertinggi terhadap bakteri
patogen seperti Salmonella dan E. coli namun tidak menunjukkan zona hambatan pada
bakteri baik seperti Lactobacillus.
Penambahan EAKBP mampu menurunkan jumlah leukosit yang terinfeksi bakteri,
karena tingginya jumlah leukosit biasa dikaitkan dengan infeksi bakteri maupun mikroba.
Kunyit memiliki efek imunomodulator yaitu bahan yang dapat mengembalikan
ketidakseimbangan sistem imun.
3030
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan fitobiotik Ekstrak Air Kunyit (EAK), Ekstrak Air Bawang Putih
(EABP) dan kombinasi Ekstrak Air Kunyit dan Bawang Putih (EAKBP) sebagai feed
additive pada ransum mampu mempertahankan nilai hemoglobin dan hematocrit pada
kondisi normal namun pada eritrosit dan leukosit tidak berada pada kondisi normal
disebabkan karena infeksi bakteri.
Saran
Penggunaan EAK, EABP dan EAKBP dapat dimanfaatkan sebagai feed additive
alami dan anti-bakteri pada broiler yang terinfeksi Salmonella pullorum, khususnya dalam
status hematologi.
3131
DAFTAR PUSTAKA
Alia, B. H., H. Marrif, S. A. Noureldayemc, A. O. Bakheitd and G. Blunden. 2006.
Biologicalproperties of curcumin: A review. NPC Natural Product
Communications1:509-521..
Alisantosa, B., H. L. Shivaprasad, A. S. Dhillon, O. Schaberg and D. Bandli. 2000.
Pathogenicity of Salmonella enteritidis phage types 4, 8 and 23 in specific
pathogen free chicks. Avian Path.. 29: 583-592.
Amagase H., B.L. Petesch, H. Matsuura, S Kasuga, Y. Itakura. 2001. Intake of garlic and
its bioactive components. J Nutr 131:955S-962S.
Anonymous. 1987. Principles for the safety assessment of food additives and
contaminants in food. World Health Organization. International Programme on
Chemical Safety (IPCS). Geneva, Switzerland.
Apajalahti, J. 1999. Improved bird performance by feeding its microflora. WorldPoult.
15(2): 20-23.
Bacha L.M and W.J. Bacha. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2th ed. Newyork (US): Lippincot Williams and Wilkins.
Bidura, I G. N. G., D.P.M.A. Candrawati, dan N.L.G. Sumardani. 2000. Pengaruh
Penggunaan Daun Katuk (Saurupus Androgynus) dan Daun Bawang Putih
(Allium Sativum ) dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler. Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Jurusan
Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
Cahyaningsih U, Malichatin H, dan Hedianto YE. 2007. Diferensial Leukosit pada
Ayam setelah diinfeksi Eimeria tenella dan Pemberian Serbuk Kunyit
(Curcuma domestica) Dosis Bertingkat. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. IPB: Bogor.
Chattopadhyay, I., K. Biswas, U. Bandyopadhyay and R. K. Banerjee. 2004. Turmeric
and curcumin: Biological actions and medical applications (review). Curr. Sci.,
87(1):44-53.
Cox, N. A., J.S. Bailey and M. E. Berrang. 1996. Alternatives routes for Salmonella
intestinal tract colonization of chicks. J. Appl. Poult. Sci. 5:282-288
32
Cunningham, J. G. 2002. Texbook of Veterinary Physiology. Saunders Company, USA
Desmidt, M., R. Ducatelle, and F. Haesebrouck. 1997. Pathogenesis of Salmonella
enteritidis phage type four after ecperimental infection of young chickens.
Vet Microbiol 56: 99-109.
Dono, N. D. 2012. Nutritional strategies to improve enteric health and growth
performance of poultry in the post antibiotic era. Thesis. University of
Glasgow. Scotland.
Ebenebe C. I., C. O. Umegechi, Aniebo, and B. O. Nweze. 2012. Comparison of
haematological paramters and weight changes of broiler chicks fed different
levels of Moringa oleifera diet. Inter J Agri Biosci. 1(1):23-25.
Effendi, 2003. Peranan Leukosit sebagai Antiinflamasi Alergik dalam Tubuh. Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran. USU: Medan
Frandson R. D., W.L. Wilke dan A.D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of
Farm Animal 7th Ed. Iowa (US): Willey-Blackwell
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edise ke-4. Terjemahan: B.
Srigandono dan K. Praseno: Gajah Mada University Press.Yogyakarta
Gaspersz, 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito: Bandung
Gemede, H. F. and N. Ratta. 2014. Antinutritional factors in plant foods: Potential health
benefits and adverse effects. Int. J. Nutr. Food Sci., 3(4):284-289.
Ginting dan A. Indri. 2008. Profil darah ayam broiler yang diberi ransum
mengandung tepung daun jarak pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi. IPB:
Bogor.
Guyton, A. C. and J. E. Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. Elsevier
Saunders, Philadelpia
Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan: Irawati, Ken
Ariata Tengadi dan Alex Santoso. EGC: Jakarta (ID).
Hodges, R.D. 1977. Normal Avian Haematology. Comparative Clinical
Haematolgy. Blackwell Scientific: Oxford
Hung, W.C. F.Y. Chen, C.C. Lee, Y. Sun and H.W. Huang. 2008. Membrane thinning
effect of curcumin. J. Biophys. 94: 4331 4338.
33
Ikpeama, Ahamefula, Onwunka, G. I. Nwankwo and Chibuzo. 2014. Nutritional
composition of turmeric (Curcuma longa) and its antimicrobial properties. Int.
J. Sci. Eng. Res., 5(10): 1085-1089
Indro, 2004. Serba-serbi Ayam Broiler.www. Republik_on Line ( 3 Maret 2012).
Ismawati. 2009. Kelebihan Rantai A pada Talasemia β. JILK. 3(1):1-5
Ismoyowati., T. Yuwanta, J. H. P. Sidadolog dan S. Keman. 2006. Performans
reproduksi itik Tegal berdasarkan status hematologis. Anim. Prod., 8(2):88 93.
Jain, N.C. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Lea and Febiger: Philadelpia
Jamroz, D., T. Wertelecki., M. Houszka and C. Kamel. 2006. Influence of diet type on
the inclusion of plant origin active substances on morphological and
histochemical characteristics of the stomach and jejunal walls in chicken. J.
Anim. Physiol. Anim. Nutr. 90: 255-260.
Keusgen, M. 2002. Health and Alliums. CABI. New York. USA. Hlm 365 - 366.
Maryam, R., Y. Sani, S. Juariah, R. Firmansyah dan Miharja. 2003. Efektivitas ekstrak
bawang putih (Allium sativum Linn) dalam Penanggulangan aflatoksikosis
pada ayam petelur. JITV 8(4): 239-246.
Miyamoto, Y., A. Ikemoto, A. Wakabayashi, J. Pitt, T. Hirano, H. Nishio and S.
Tawara. 1998. Antibacterial activity of cefixime against Salmonella typhi and
applicability of Etest. Med. J. of Indonesia.70: 189-193.
Murray R.K., D.K. Granner dan V.W. Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke-
25. Jakarta: EGC
Napirah, A., Supadmo, dan Zuprizal. 2013. Pengaruh penambahan tepung kunyit
(Curcuma domestica Valet) dalam pakan terhadap parameter hematologi darah
puyuh (Coturnix-coturnix japonica) pedaging. Buletin Peternakan. 37(2): 114-
119.
Oyawoye, E.O., and M. Ogunkunle. 1998. Physiological and biochemical effects of raw
Jack beans on broilers. Proc. Ann. Conf. Nig. Soc. Anim. Prod., 23:141-142.
Piliang, W. G., D. A. Astuti, dan W. Hermana. 2009. Pengkayaan produk puyuh
melalui pemanfaatan pakan lokal yang mengandung antioksidan dan mineral
sebagai alternatif penyediaan protein hewani bergizi tinggi. Prosiding
seminar hasil-hasil penelitian IPB Bogor 2009. Hal: 27-39.
34
Purwanti, S., Zuprizal, T. Yuwanta and Supadmo. 2014. Duodenum histomorphology
and performance as influenced by dietary supplementation of turmeric
(Curcuma longa), garlic (Allium sativum) and its combination as a feed
additive in broilers. Int. J. Poult. Sci. 13(1): 36-41.
Purwanti, S. 2015. Efektivitas pemanfaatan fitobiotik ekstrak air kunyit dan bawang
putih sebagai feed additive untuk meningkatkan kualitas gastrointestinal.
kinerja produksi, dan kualitas daging broiler. Disertasi. Program
Pascasarjana. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Puvaca, N., L. Kostadinovic, D. Ljubojevic, D. Lukac, S. Ppopovic, B. Dokmanovc and
V.S. Stanacev. 2014. Effects of dietary garlic addition on productive
performance and blood lipid profile of broiler chickens. Biotechnology in
Animal Husbandry 30(4), p 669-676
Rahardjo, M dan O. Rostiana. 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatika.
Sirkuler No. 11.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Percetakan Bali. Bali.
Rosmalawati N. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumen
Blamifera) dalam Ransum terhadap Profil Darah Ayam Broiler Periode
Finisher. Skripsi. IPB: Bogor.
Safithri M. 2004. Aktivitas antibakteri bawang putih (Allium sativum) terhadap bakteri
mastitis subklinis secara in vitro dan in vivo pada ambing tikus putih (Rattus
norvegicus). Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Schalm. 2010. Schalm‟s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas, J., K. Weiss,
W. Jane. Blackwell Publishing Ltd, Oxford.
Shivaprasad, H.L. 1997. Pullorum Disease and Fowl Thyphoid. In Disease of Poultry.
Calnek, B.W., H.J. Barnes, G.W. Beard, L.R. McDonald, and Y.M. Saif
(Eds.). 10th ed. Iowa, State Universty Prees, Ames, Iowa, USA.
Smith, J. B, dan S. Mangkooewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia: Jakarta.
Sonjaya, H. 2015. Penuntun Praktikum Dasar Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin: Makassar
Sturkie and D. Paul. 1998. Avian Physiology. 5th Ed. Spinger Verleg. New York
35
Swenson, M.J. 1984. Physiological Properties and Cellular and Chemical
Constituents of Blood In Swenson, M.J. Duke;s Physiology of Domestic
Animal. 10th Ed. Cornell University Press, Ithaca and London.
Syamsiah, I.S., Tajudin.2003. Khasiat dan manfaat bawang putih raja antibiotik alami.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Talebi, A., S. A. Rezaei, R. R. Chai and R. Sahraei. 2005. Comparative studies on
haematological value of broiler strains. Int. J. Poult. Sci., 4(8):573-579.
Theml H, Diem H, dan Haferlach T. 2004. Color Atlas of Hematology. Thieme. 2nd
Revised Edition. New York.
Ulfah, M. 2006. Potensi tumbuhan obat sebagai fitobiotik multi fungsi untuk
meningkatkan penampilan dan kesehatan satwa di penangkaran. Media
Konservasi Vol. XI, No.3 Desember 2006 : 109-114.
Virden, W. S., M. S. Lilburn, J. P. Thaxton, A. Corzo, D. Hoehler and M. T. Kidd. 2008. The effect of corticosterone-induced stress on amino acid
digestibility in Ross broilers. Poult. Sci., 86:338-342. Wawun. 2008. Berak kapur atau Pullorum pada unggas. Komunitas Dokter Hewan.
Diakses pada 7 September 2016.
Wibowo, S., 1989. Budidaya Bawang Putih. Swadaya. Jakarta
Windisch, W. and A. Kroismayr. 2007. Natural phytobiotics for health of young piglets
and poultry: Mechanisms and application. J. Dairy Sci. 90: 643.
Yulianti, D. 2015. Buku Ajar Ilmu Nutrisi Unggas. Fakultas Peternakan,
Universitas Kanjuruhan. Malang.
Yuwanta . 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta .
36
Lampiran 1. Tabel Anova Jumlah Eritrosit
ANOVA
eritrosit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.315 4 .329 1.548 .239
Within Groups 3.185 15 .212
Total 4.499 19
37
Lampiran 2. Tabel Kadar Hemoglobin
ANOVA
Hemoglobin
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 38.323 4 9.581 9.856 .001
Within Groups 13.609 14 .972
Total 51.932 18
38
Multiple Comparisons Dependent Variable:Hemoglobin
(I)
Perlaku
an
(J)
Perlaku
an
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R0 R1 .0333 .75303 .965 -1.5817 1.6484
R2 3.4583* .75303 .000 1.8433 5.0734
R3 2.4833* .75303 .005 .8683 4.0984
R4 .4833 .75303 .531 -1.1317 2.0984
R1 R0 -.0333 .75303 .965 -1.6484 1.5817
R2 3.4250* .69717 .000 1.9297 4.9203
R3 2.4500* .69717 .003 .9547 3.9453
R4 .4500 .69717 .529 -1.0453 1.9453
R2 R0 -3.4583* .75303 .000 -5.0734 -1.8433
R1 -3.4250* .69717 .000 -4.9203 -1.9297
R3 -.9750 .69717 .184 -2.4703 .5203
R4 -2.9750* .69717 .001 -4.4703 -1.4797
R3 R0 -2.4833* .75303 .005 -4.0984 -.8683
R1 -2.4500* .69717 .003 -3.9453 -.9547
R2 .9750 .69717 .184 -.5203 2.4703
R4 -2.0000* .69717 .012 -3.4953 -.5047
R4 R0 -.4833 .75303 .531 -2.0984 1.1317
R1 -.4500 .69717 .529 -1.9453 1.0453
R2 2.9750* .69717 .001 1.4797 4.4703
R3 2.0000* .69717 .012 .5047 3.4953
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .972.
39
Hemoglobin
Perlaku
an N
Subset
1 2
Duncana R2 4 8.9250
R3 4 9.9000
R4 4 11.9000
R1 4 12.3500
R0 3 12.3833
Sig. .197 .535
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .972.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.750.
40
Lampiran 3. Tabel Anova Jumlah Hematokrit
ANOVA
Hematokrit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 53.276 4 13.319 1.842 .177
Within Groups 101.250 14 7.232
Total 154.526 18
Lampiran 4. Tabel Anova Jumlah Leukosit
ANOVA
Leukosit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2657.693 4 664.423 3.663 .028
Within Groups 2720.902 15 181.393
Total 5378.595 19
41
Lampiran 5. Dokumentasi
Persiapan Kandang Pencampuran pakan
Ekstrak air kunyit dan bawang putih Bentuk fisik Ekstrak kunyit dan bawang putih
Pengambilan Sampel Darah Pencekokan Salmonella Pullorum
42
RIWAYAT HIDUP
Hasrullah, lahir di Po‟rong, Kabupaten Gowa pada tanggal 20
Juni 1994, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara, buah
hati dari pasangan Bapak Nyingkiri dan Ibu Almh. Marabintang
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah sebagai
murid akademik di SDI Po‟rong. Kemudian setelah lulus tahun
2007, melanjutkan studi di SMP Negeri 2 Manuju, lulus tahun 2010 dan melanjutkan
di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Parangloe, lulus pada tahun 2013.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, pada tahun yang sama
penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Undangan Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makasssar. Selama berada di bangku perkuliahan, selain
penulis sempat aktif sebagai asisten laboratorium di Laboratorium Produksi Ternak
Unggas, penulis juga sempat menjadi pengurus di Lembaga Dakwah An-Nahl SEMA
Fapet Universitas Hasanuddin.
43