61
EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN (Analisis Beberapa Putusan No 76/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 914/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 1301/Pdt. G/2008/PA. Depok) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : Oleh : PIPIH MUHAFILAH NIM : 106044101434 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN

(Analisis Beberapa Putusan No 76/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 914/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 1301/Pdt. G/2008/PA. Depok)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

Oleh :

PIPIH MUHAFILAH NIM : 106044101434

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Page 2: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

EGOISME ISTERI SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN

(Analisis Beberapa Putusan No 76/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 914/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 1301/Pdt. G/2008/PA. Depok)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Pipih Muhafilah

NIM: 106044101434

Di bawah bimbingan:

Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA NIP. 19500306 197603 1 001

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Page 3: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Page 4: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT telah menciptakan laki-laki dan perempuan agar dapat

berhubungan satu sama lain, saling mengasihi dan mencintai, serta menghasilkan

keturunan, juga agar hidup berdampingan secara damai dan sejahtera sesuai dengan

perintah Allah SWT dan petunjuk Rasulullah SAW. Oleh karena itu, untuk

memperoleh kehormatan iman seseorang, salah satunya ialah dengan menikah.

1

Nikah adalah salah satu pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan

hidup masyarakat. Pernikahan itu bukan saja merupakan satu jalan yang amat mulia

untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga dan menghasilkan

keturunan, tetapi juga dapat di pandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan

(ta’aruf) antara satu kaum dengan kaum yang lain, dan perkenalan itu akan menjadi

jalan untuk menyampaikan pertolongan satu sama lain. Pernikahan adalah suatu akad

yang menghalalkan hubungan kelamin antara seorang pria dan wanita, untuk saling

membantu dan masing-masing mempunyai hak dan kewajiban serta bertujuan untuk

membina rumah tangga yang tentram dan bahagia.1

1Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hal. 103

Page 5: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

2

Pernikahan atau perkawinan merupakan sunnatullah yang dengan sengaja

diciptakan oleh Allah SWT yang antara lain tujuannya untuk melakukan keturunan

dan juga untuk menentramkan jiwa, mewujudkan (melestarikan) keturunan,

memenuhi kebutuhan biologis, serta latihan memikul tanggung jawab.2 Firman Allah

SWT:

….. ⌧

49:الذاريات

Artinya:”…..Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat kebesaran Allah”. (Q.S:Az-zariyat;49)

Pada hakikatnya, seseorang yang melakukan aqad dalam pernikahan adalah

saling berjanji serta berkomitmen untuk saling membantu, menghargai dan

menghormati satu dengan yang lainnya. Tujuan pernikahan itu tetulis pada

Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi ”Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah”.3

Keluarga sakinah akan membawa terciptanya masyarakat yang baik.

Keluarga yang bahagia juga akan berdampak baik bagi lingkungan masyarakat.

Untuk menciptakan keluarga yang sejahtera, tentram, dan damai diperlukan

2M.Ali Hasan, Pedoman Hidup Rumah Tangga Dalam Islam,( Jakarta: Pernada Media,2003 ),

hal.1

3Kompilasi Hukum Islam Pasal 3

Page 6: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

3

Selain itu juga tujuan dari pernikahan yaitu untuk memenuhi petunjuk agama

dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera, dan bahagia. Harmonis

dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya

terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhi kehidupan lahir

batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar angggota

keluarga.4

Menikah bukan hanya menyatukan dua pribadi tetapi lebih dari itu, yang

terkait dengan keluarga masing-masing pihak. Oleh karenanya sudah tidak aneh lagi

jika seandainya terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil yang mewarnai cerita rumah

tangga. Seiring berjalannya waktu dan kondisi jiwa seseorang pun akan berubah, hal

ini dapat mempengaruhi hubungan keduanya. Selain latar belakang (culture) yang

berbeda, sifat manusia yang dinamis (tidak tepat/berubah) akan berpengaruh pada

pembinaan ketentraman kehidupan berkeluarga, dapat diatasi atau tidaknya persoalan

tersebut tergantung bagaimana dari masing-masing pihak menghadapinya.

Munculnya perubahan pandangan hidup yang berbeda antara suami istri,

maka akan timbul perselisihan atau perbedaan pendapat antara keduanya,

4Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama “Ilmu Fiqh”

(Departeman Agama,1985), hal.62

Page 7: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

4

berubahnya kecenderungan hati pada masing-masing pihak, memungkinkan

timbulnya krisis rumah tangga yang merubah suasana harmonis menjadi

percekcokan, persesuaian menjadi pertikaian, kasih sayang menjadi kebencian.5

Islam sangat memperhatikan masalah keluarga bagi para penganutnya.

Apabila landasan keluarga itu kuat, landasan negara pun akan kuat pula. Oleh karena

itu, Islam sangat tidak mengabaikan peranan pribadi antara anggota keluarga itu

demi perenungan kemanusiaan belaka. Islam memberi hak setiap anggota sesuai

dengan kehidupannya, lalu mengajukannya untuk mengemban tanggung jawab

dengan penuh ketakwaan. Abduttawab Haikal dalam bukunya “Rahasia Perkawinan

Rasulullah SAW” mengatakan bahwa; “dalam Islam, rumah tangga merupakan dasar

bagi kehidupan manusia dan juga merupakan faktor utama dalam masyarakat”.6

Namun demikian, tidak jarang terjadi bahwa tujuan mulia tersebut tidak

sesuai dengan yang diharapkan.7Karena sering kita temukan dalam sebuah bahtera

keluarga suami membenci isterinya atau sebaliknya, karena perkawinan tidak

dibangun di atas pondasi rumah tangga yang dipenuhi rasa kasih sayang, pengertian,

komunikasi yang baik, serta suami isteri yang tidak menjalankan kewajibannya

masing-masing. Hak tersebut bisa berupa hak bersama-sama, misalnya hak sama-

5Ibid, hal. 220 6Abduttawab Haekal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW, (Jakarta:Pedoman Ilmu

Jaya,1993),cet.ke-1, hal.5 7Chuzaemah.T.Yanggo dan A.Hafidz Anshari.AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer,

(Jakarta: Pustaka Firdais,2002), cet,ke-3, hal.73

Page 8: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

5

sama mendapatkan ‘kesenangan’, hak isteri terhadap suami, seperti hak kebendaan

(mahar dan nafkah), dan hak non kebendaan (keadilan), hak suami terhadap isteri,

misalnya suami harus ditaati oleh isteri dan lain sebagainya. Jika beberapa unsur di

atas belum terpenuhi, maka kehidupan keluarga tidak akan berjalan dengan baik.8

Perkawinan bukanlah semata-mata guna pemenuhan kebutuhan biologis,

melainkan yang utama adalah pemenuhan manusia akan kebutuhan afeksional, yaitu

kebutuhan mencintai dan dicintai, rasa kasih sayang, rasa aman dan terlindungi,

dihargai, diperhatikan atau sejenisnya, serta terpenuhi hak dan kewajiban masing-

masing. Demikian pula halnya dengan kebutuhan materi, bukanlah merupakan

landasan utama mencapai kebahagiaan.9 Karena pada kenyataannya membina suatu

perkawinan yang bahagia tidaklah mudah bahkan sering kehidupan perkawinan

kandas di tengah jalan, akibatnya timbullah perceraian. Perceraian merupakan

problematika dalam keluarga yang akan membawa kehancuran, terutama bagi anak-

anak.

Al-Quran menggambarkan beberapa situasi dalam kehidupan suami isteri

yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga yang berujung pada

perceraian. Keretakan dan kemelut rumah tangga itu bermula dari tidak berjalannya

aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi kehidupan suami isteri dalam bentuk hak

8Sayid Sabiq, Fiqh As-sunnah, Juz 11, ( Beirut; Dar el- Fikr, 1983), hal. 135 9Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, ( Malang: UIN Press Malang,

2008), hal. 116

Page 9: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

6

dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Allah SWT menjelaskan

beberapa usaha yang harus dilakukan dalam menghadapi kemelut tersebut agar

perceraian tidak sampai terjadi. Dengan begitu Allah SWT mengatisipasi

kemungkinan terjadinya perceraian dan menempatkan perceraian tersebut sebagai

alternatif terakhir yang tidak mungkin dihindarkan.10

Dalam problematika rumah tangga pada masyarakat kita yang mayoritas laki-

laki memiliki peran yang lebih dominan dibandingkan perempuan dan posisi

perempuan dianggap lemah dalam masyarakat, istri memiliki peluang untuk

mendapatkan perlakuan yang kurang baik dan tidak jarang disertai juga dengan

kekerasan dalam pertengkaran tersebut. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan

suami yang menjadi korban kekerasan tersebut.

Seorang suami yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga,

dikarenakan sikap isteri yang egois, keras kepala, ingin menang sendiri sehingga

tidak lagi menghormati suami sebagai pemimpin rumah tangga. Dan dampaknya

akan menimbulkan perselisihan serta pertengkaran di antara keduanya dan dapat

berujung kepada perceraian.

Karena dari permasalahan sikap egois isteri terhadap suami dalam rumah

tangga yang berdampak pada perceraian itu, maka penulis melakukan penelitian

tentang “Egoisme Isteri Sebagai Alasan Perceraian (Analisa Beberapa Putusan

10Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, ( Jakarta; Kencana, 2007 ), hal. 159

Page 10: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

7

No.76/Pdt. G/2009/PA. Depok. No. 914/Pdt. G/2009/PA. Depok, No. 1301/Pdt.

G/2008/PA. Depok)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian skripsi ini lebih terarah, maka penulis

membatasi pada sejauh mana keegoisan istri terhadap suami dapat menjadi alasan

perceraian. Dengan objek penelitian beberapa putusan di Pengadilan Agama Depok.

2. Perumusan Masalah

Masalah utama dalam skripsi ini penulis rumuskan sebagai berikut;

Alasan perceraian karena keegoisan istri tidak diatur secara khusus dalam

perundang-undangan, baik dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

serta Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Tetapi

kenyataannya, putusan di Pengadilan Agama Depok mengabulkan keegoisan istri

terhadap suami dijadikan sebagai alasan perceraian.

Rumusan masalah tersebut di atas penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

Page 11: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

8

1. Bagaimana pandangan fiqh dan hukum positif tentang egoisme istri terhadap

suami bisa dijadikan alasan perceraian?

2. Faktor apa saja yang melatar belakangi sikap keegoisan istri terhadap suami ?

3. Sejauh mana sikap keegoisan istri terhadap suami bisa dijadikan alasan

perceraian seperti dalam beberapa putusan Pengadilan Agama Depok?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Syariah

(S.Sy) S1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Untuk memahami pandangan fiqh dan hukum positif tentang sikap egois istri

terhadap suami dalam rumah tangga bisa menjadi salah satu alasan perceraian di

Pengadilan Agama Depok.

3. Untuk mengetahui beberapa kasus tentang sikap keegoisan istri terhadap suami

dalam rumah tangga yang dijadikan sebagai alasan perceraian di Pengadilan

Agama Depok, serta sebab-sebab timbulnya keegoisan istri.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah ;

Page 12: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

9

1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam hukum perkawinan Islam di

Indonesia.

2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang

bermanfaat dalam menjawab perkembangan hukum Islam di Indonesia.

3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini menjadi bahan utama penyusunan

penulisan tentang hukum sebagai syarat memperoleh sarjana hukum Islam pada

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Kajian ( Review ) Terdahulu

Adapun fungsi dari studi review yaitu untuk menghindari dari tuduhan

duplikasi dan penjiplakan (plagiat) atau peniruan atas judul yang hampir sama pada

judul-judul skripsi sebelumnya. Dalam studi review yang penulis lakukan, ada satu

skripsi yang berjudul “Isteri Nusyuz Karena Selingkuh Sebagai Pemicu Terjadinya

Perceraian (Analisis Putusan No.1236/Pdt.G/2008/PAJT) ” oleh Ummu Salamah

(105044101434).

Adapun perbedaan tema skripsi tersebut dengan tema skripsi yang akan

diangkat oleh penulis yaitu, bahwa tema skripsi yang ditulis oleh Ummu Salamah

mengangkat tentang masalah kriteria isteri yang dianggap nusyuz serta pertimbangan

hakim apa yang dijadikan dasar hukum sehingga mengabulkan gugatan cerai yang

Page 13: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

10

diajukan oleh suami terhadap isteri yang nusyuz karena selingkuh. Jadi, Ummu

Salamah lebih memfokuskan selingkuhnya seorang isteri sebagai perbuatan nusyuz

isteri terhadap suami.

Sedangkan tema masalah yang akan diangkat penulis yaitu sikap keegoisan

isteri terhadap suami dan pengaruhnya dalam pernikahan sehingga meninggalkan dan

melalaikan kewajiban sebagai isteri, dan hal tersebut adalah termasuk dalam

perbuatan nusyuz seorang isteri pada suami. Tetapi penulis tidak membahas secara

khusus tentang nusyuz tersebut, melainkan pada skripsi ini lebih membahas kepada

beberapa masalah seperti yang tercantum dibawah ini, yaitu ;

1. Bagaimana pandangan fiqh dan hukum positif tentang egoisme istri terhadap

suami sebagai alasan perceraian.

2. Faktor apa saja yang melatar belakangi sikap keegoisan istri terhadap suami.

3. Sejauh mana sikap keegoisan istri terhadap suami bisa dijadikan alasan

perceraian.

E. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian yang memberikan data

dengan teliti, baik tentang manusia, keadaan atau gejala-gejalanya dan bertujuan

Page 14: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

11

untuk menggambarkan suatu objek secara sistimatis.11 Maka cara yang dilakukan

yaitu dengan melakukan analisa isi, menganalisa dengan cara menguraikan, dan

mendeskripsikan isi dari putusan yang penulis dapatkan tersebut. Kemudian

menghubungkannya dengan masalah yang diajukan, sehingga ditemukan kesimpulan

yang obyektif logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki

penulis dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Didapatkan dari Pengadilan Agama Depok beberapa putusan cerai talak

mengenai egoisme isteri sebagai alasan perceraian. Dan wawancara terhadap hakim,

kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan

dengan masalah yang dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi

kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang

diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-Quran, Hadis, buku-buku

ilmiah, Undang-Undang, Kompilasi Hukum Islam( KHI), serta peraturan lainnya

yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.

11Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 43

Page 15: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

12

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara;

a. Menganalisis terhadap beberapa putusan Pengadilan Agama Depok tentang

sikap egoisme istri terhadap suami dalam rumah tangga bisa menjadi salah satu

alasan perceraian.

b. Interview atau wawancara, adalah suatu percakapan dengan mempunyai

tujuan.12Interview yang sering disebut juga wawancara atau kuesioner lisan,

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)13. Dalam hal ini penulis

mengadakan dialog langsung dengan hakim Pengadilan Agama Depok.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses pengecekan dan pengaturan secara sistimatis

transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan

untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat

dipresentasikan temuannya kepada orang lain.14 Analisa data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan “Analisa Kualitatif” yaitu menganalisis dengan

12Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang;

Kalimasahada Press,1994), cet. ke-1, hal. 63 13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,(Jakarta; PT.Rinika Cipta,1996),cet. X, hal. 144 14Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang-Bidang Sosial dan Keagamaan, hal. 72

Page 16: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

13

cara menguraikan dan mendeskripsikan beberapa putusan perkara perceraian di

Pengadila Agama Depok akibat keegoisan isteri terhadap suami sebagai alasan

perceraian. Dan menghubungkan dengan hasil interview dari pihak yang

menyelesaikan perkara ini, dalam hal ini yaitu hakim Pengadilan Agama Depok.

Sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang obyektif logis, konsisten, dan sistimatis

sesuai dengan tujuan yang dilakukan data penulis dalam penelitian ini.

F. Sistimatika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan maka disusun sistematika penulisan sebagai

berikut :

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, studi kajian

(review) terdahulu, metode penelitian, dan sistimatika penulisan.

Bab kedua memuat teori-teori yang meliputi pengertian hukum Islam,

pengertian hak dan kewajiban suami isteri menurut Kompilasi Hukum Islam,

pelanggaran hak dan kewajiban suami isteri, pengertian dan pengaruh keegoisan

isteri menurut fiqh.

Bab ketiga menjelaskan sekilas tentang isi pokok perkara beberapa putusan

Pengadilan Agama Depok tentang egoisme isteri terhadap suami sebagai alasan

Page 17: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

14

perceraian, yaitu perkara nomor 76/Pdt.G/2009/PA. Depok, perkara nomor 914/Pdt.

G/2009/PA. Depok, dan perkara nomor 1301/Pdt. G/PA. Depok.

Bab keempat berisi analisis beberapa putusan Pengadilan Agama yang

meliputi profil Pengadilan Agama Depok, duduk perkara (posita), tuntutan hukum

(petitum), pertimbangan hukum yang dipakai majelis hakim dalam penetapan putusan, dan

analisis penulis terhadap putusan tersebut.

Bab kelima yaitu penutup ini berisi kesimpulan sebagai jawaban atas

masalah yang dirumuskan, serta saran-saran bagi lembaga, civitas akademika, serta

masyarakat umum.

Page 18: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Hukum Islam

Secara khusus dalam bahasa Arab tidak terdapat peristilahan “hukum Islam”

secara teknik, oleh karena itu sulit ditemukan artinya secara definif.1 Melainkan

istilah “Hukum Islam” merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan al-fiqh

al-Islamy atau dalam konteks tertentu dari al-syariah al-Islamy. Istilah ini dalam

wacana ahli hukum Barat digunakan Islamic Law. Dalam Al-Quran maupun Al-

Sunnah, istilah al-hukm al-Islam tidak dijumpai. Yang digunakan adalah kata

syari’at yang dalam penjabarannya kemudian lahir istilah fiqh. Untuk memperoleh

gambaran yang jelas mengenai pengertian hukum Islam, terlebih dahulu akan

dijelaskan pengertian syariah dan fiqh.2

Untuk menyebut hukum Islam, kata yang biasa digunakan adalah fikih dan

syariat, kedua kata ini tidak sama artinya, namun keduanya berkaitan maksudnya.

Syariat atau hukum Syara’ secara sederhana diartikan; ”Seperangkat aturan dasar

tentang tingkah laku manusia, yang ditetapkan secara umum dan dinyatakan secara

langsung oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.” Sedangkan fikih biasa diartikan dengan

1Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia Kajian Posisi Hukum Islam Dalam Politik

Hukum Islam Pemerintahan Orde Baru Dan Era Reformasi, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen RI, 2008), hal. 67

2Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 3

15

Page 19: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

16

hasil penalaran pakar hukum (mujtahid) atas dasar hukum syara’ dan dirumuskan

dalam bentuk aturan yang terinci.3

Secara bahasa syariah berasal dari kata شرعا– يشرع –شرع yang berarti

membuat syariat/undan-undang.4 Penggunaannya dalam Al-Quran diartikan sebagai

jalan yang jelas yang membawa kemenangan. Dalam terminologi ulama Ushul al-

Fiqh, syariah adalah titah (khitab) Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan

mukallaf (muslim, baligh, dan berakal sehat), baik berupa tuntutan, pilihan, atau

perantara (sebab, syarat, penghalang. Jadi konteksnya, adalah hukum-hukum yang

bersifat praktis (a’maliyah).5

Berkenaan dengan istilah fikih menurut bahasa adalah faham. Kata fikih

berasal dari kata faqiha-yafqahu atau yang berati ‘alima-ya’lamu artinya

pemahaman.6 Adapun fikih dalam pengertian terminologi, fikih adalah hukum-

hukum syara’ yang bersifat praktis (‘amaliyah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang

rinci.7

3Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia Kajian Posisi Hukum Islam Dalam Politik

Hukum Islam Pemerintahan Orde Baru Dan Era Reformasi., hal. 67 4 Ahmad Syafi’i, Kamus Annur, (Surabaya: Halim Jaya Surabaya, t.t), hal. 109 5Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal.3-4 6Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia Kajian Posisi Hukum Islam Dalam Politik

Hukum Islam Pemerintahan Orde Baru Dan Era Reformasi., hal. 69 7Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal. 5

Page 20: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

17

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa antara syariah dan fikih memiliki

hubungan yang sangat erat. Karena fikih adalah formula yang dipahami dari syariah.

Syariah tidak bisa dijalankan dengan baik, tanpa dipahami melalui fikih atau

pemahaman yang memadai, dan diformulasikan secara baku. Fikih sebagai hasil

usaha memahami, sangat dipengaruhi oleh tuntutan ruang dan waktu yang

melingkupi Faqih ( jamak fuqaha) yang memformulasikannya. Karena itulah, sangat

wajar jika kemudian terdapat perbedaan-perbedaan dalam rumusan mereka.8

B. Pengertian Hak dan Kewajiban

Pengertian “hak” menurut bahasa yaitu kebenaran.9 Atau yang memiliki arti

kekuasaaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, atau dalam arti lain

wewenang menuntut hukum. Menurut istilah yaitu menurut para pendapat ulama fiqh

yang sebagian ulama mutaakhirin ”hak adalah sesuatu hukum yang telah ditetapkan

secara syara” atau dengan kata lain hak adalah kepentingan yang ada pada

perorangan atau masyarakat atau pada keduanya, yang diakui oleh syara’.10

Adapun pengertian kewajiban yaitu yang berasal dari kata “wajib”, dan

menurut bahasa kata “wajib” bermakna “fardhu” atau sesuatu yang harus dilakukan,

tidak boleh tidak dilaksanakan.11 Dan adapun secara istilah yaitu “suatu pekerjaan 8Ibid., hal. 5 9Ahmad Syafi’i, Kamus Arab Annur, (Surabaya: Halim Jaya Surabaya, t.t), hal.57 10Gemala Dewi,dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group,

2006), hal. 64-65

Page 21: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

18

yang apabila dilakukan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan mendapatkan

dosa.12

Hak dan kewajiban adalah dua sisi yang paling bertimbal balik dalam suatu

transaksi. Hak salah satu pihak merupakan kewajiban bagi pihak lain, begitu pun

sebaliknya kewajiban salah satu pihak menjadi hak bagi pihak yang lain. Keduanya

saling berhadapan dan diakui dalam hukum Islam.13

Hak dan kewajiban suami isteri muncul sejak mereka terikat dalam suatu

ikatan yang sah melalui akad (ijab-qabul). Pada saat itu pula, suami isteri memikul

tanggung jawab untuk memenuhi seluruh hak dan kewajibannya sebagai suami isteri.

Hak dan kewajiban suami isteri terdiri atas hak dan kewajiban yang bersifat materiil

dan hak kewajiban yang bersifat immaterial. Hak dan kewajiban materiil berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan lahiriyah seperti suami berkewajiban menyediakan

sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan kepada isteri dan anak-anaknya.

Sedangkan hak dan kewajiban immateriil berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

batiniyah seperti hubungan seksual, kasih sayang, perlindungan dan jaminan

11ImamMuhammad Abu Zahra, Ushuulul al- Fiqhi, (Daarul al-Fikri Al-A’rabi, t.t), hal. 28 12Abdul Hamid Hakim, Mabadiul al- Awaliyah Fi~ Ushulu al-Fiqh Wa Qawai’dul al-

Fiqhiyah, (Jakarta: Sa’adiyah Putra, t.t), hal. 7 13 Gemala Dewi,dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, hal. 75

Page 22: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

19

keamanan yang harus diberikan suami kepada isterinya.14

Pada hubungan suami isteri dalam rumah tangga, suami mempunyai hak dan

begitu pula isteri mempunyai hak. Di balik itu suami mempunyai beberapa

kewajiban dan begitu pula isteri memiliki beberapa kewajiban. Adanya hak dan

kewajiban antara suami isteri dalam kehidupan rumah tangga dapat dilihat dalam

beberapa ayat Al-Quran dan hadits Nabi SAW.15

Dalam Al-Quran pada surat al-Baqarah ayat 228:

228:البقرة Artinya :“…..Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan

kewajibannya menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi Para suami, mempunyai satu

tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana” (Q.S. Al-Baqarah:228)

Dan dalam hadis Nabi salah satunya hadits dari Amru bin al-Ahwash:

ا ق حمكائس نن ممك لنإ....اعدوال ةج حدهش نهأ, عن عمرو بن األحوص

14Syahrijal Abbas, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional, ( Jakarta: Kencana, 2009), hal. 179 15Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,( Jakarta: Prenada Media, 2006),

hal. 159

Page 23: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

20

Artinya: Dari A’mru ibnu Akhwas, bahwasanya ia telah menyaksikan haji

wada’….. “Ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh

isterimu dan isterimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul”. (H.R. Ibnu

Majah dan At-Tirmizi).

Pemenuhan hak dan kewajiban suami isteri dilakukan secara adil dan makruf.

Adil bermakna kewajiban dan tanggung jawab dilakukan secara berimbang oleh

suami isteri, dimana mereka sama-sama berusaha untuk menjalankannya, tanpa

menganggap yang satu lebih superior dan yang lain adalah inferior. Suami isteri

dalam menjalankan kewajibannya memiliki kedudukan yang sama (equal) sesuai

dengan peran, kapasitas dan tanggung jawabnya. Makruf bermakna pemenuhan

kewajiban suami isteri dilakukan berdasarkan kemampuan dari masing-masing

pihak, dan tidak ada pemaksaan kehendak satu pihak terhadap pihak yang lain dalam

memenuhi hak dan kewajibannya. Perwujudan hak dan kewajiban suami isteri dalam

rumah tangga didasarkan pada kepatutan dan nilai ukur yang ada dalam

masyarakat.17

16Imam Muhammad Ali ibn Muhammad As-Syaukani, Subulus as-Salam jilid V, (Maktabah

Al-Aiman, Tt,), hal. 232. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz I, (Daarul al-Ihya Turosul al-Arobiy), hal 595. At-Tirmizi, Sunan At-Tirmizi Juz IV, (Darul Kutub Al-Alamiyah, 1994), hal. 310

17Syahrijal Abbas, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 180

Page 24: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

21

B. Hak dan Kewajiban Suami Isteri Menurut Kompilasi Hukum Islam

Dalam Kompilasi Hukum Islam masalah hak dan kewajiban suami isteri

diatur dalam pasal 77-84. Adapun isi dalam pasal-pasal tersebut, secara garis besar

mempertegas kembali dalam pasal 30-34 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan. Dalam pasal-pasal tersebut dikemukakan bahwa suami isteri

memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, wa rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Suami

isteri wajib saling mencintai, menghormati, setia, dan memberikan bantuan batin

yang satu kepada yang lain. Selain itu suami isteri juga harus memikul kewajiban

untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka. Suami isteri harus mempunyai

tempat yang ditentukan bersama. Dalam rumah tangga itu kedudukan suami adalah

kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.18

Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami

dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

Kewajiban suami dalam rumah tangga adalah;

(1) Membimbing isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai urusan dalam

rumah tangga yang penting diputuskan bersama-sama oleh suami isteri.

18Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,2006),

hal. 33-34

Page 25: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

22

(2) Melindungi isteri dan memberikan segala keperluan hidup berumah tangga

sesuai dengan kemampuannya.

(3) Memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan member kesempatan

belajar pengetahuan yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

(4) Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung nafkah, pakaian, tempat

dan kediaman bagi isteri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya

pengobatan bagi isteri dan anak serta membiayai pendidikan anak.19

Kewajiban suami sebagaimana telah dikemukakan di atas, khususnya

kewajiban suami yang berkaitan nafkah, pakaian, tempat tinggal, biaya rumah

tangga, perawatan, pengobatan gugur apabila isteri nusyuz. Isteri dianggap nusyuz

jika ia tidak berbakti lahir batin kepada suami dalam batas-batas yang dibenarkan

oleh hukum Islam kecuali dengan alasan yang sah. Apabila isteri tidak nusyuz lagi,

maka suami wajib memberikan ketentuan yang yang telah ditetapkan sebagaimana

tersebut diatas seperti kewajibannya sebelum isteri nusyuz. Ketentuan ada atau tidak

adanya nusyuz dari isteri harus didasarkan atas bukti yang sah.20

Suami wajib pula menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-

anaknya atau bekas`isteri yang dalam masa iddah. Tempat kediaman yang berfungsi

19Kompilasi Hukum Islam pasal. 83 20Ibid,. pasal. 84.

Page 26: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

23

sebagai tempat menyimpan harta kekayaan sebagai tempat menata dan mengatur alat

rumah tangga.21 Ketentuan ini berlaku juga kepada seorang suami yang beristri lebih

dari satu orang kecuali ada perjanjian kawin.22 Jika para isteri rela dan ikhlas, suami

dapat menempatkan isterinya dalam satu tempat kediaman.

C. Pelanggaran Hak dan Kewajiban Suami Isteri

Pelanggaran adalah sebuah perilaku yang kurang baik karena tidak mematuhi,

mengikuti serta melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan dan juga dapat

merugikan seseorang. Dalam sebuah pernikahan, salah satu pelanggaran yang

dilakukan yaitu tidak terpenuhinya hak dan kewajiban bersama antara suami dan

isteri atau sebaliknya salah satu diantara kedua belah pihak tidak memenuhi hak dan

kewajibannya masing-masing.

Pernikahan adalah sebuah ikatan yang suci yang bertujuan untuk membentuk

keluarga yang bahagia, mawaddah, dan rahmah sebagai wujud ibadah kepada Allah

SWT seperti dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Oleh

karena itu, keutuhan dalam rumah tangga harus dijaga sejak pernikahan

dilaksanakan, dengan melakukan serta memenuhi hak dan kewajibannya masing-

masing.

21Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, hal. 34 22Kompilasi Hukum Islam Pasal. 81

Page 27: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

24

Apabila hak dan kewajiban masing-masing tidak terlaksana maka keduanya

yaitu suami isteri telah melanggar aturan yang telah ditentukan dalam hukum

pernikahan. Karena hak dan kewajiban suami isteri telah diatur secara baik dan pasti

dalam Al-Quran, Hadis, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ,serta dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991

tentang Kompilasi Hukum Islam.23

Syahrizal Abbas dalam bukunya mengutip sebuah tulisan dari M. Hoballah

yang berjudul “Marriage, Divorce, and Inheritance in Islamic Law” yang di

dalamnya menerangkan, bahwasanya Hoballah menyebutkan dari beberapa hasil

penelitian ditemukan bahwa penyebab utama ketidaknyamanan rumah tangga

dikarenakan tidak terpenuhinya hak dan kewajiban suami isteri secara adil dan

makruf, baik hak dan kewajiban yang bersifat materiil maupun hak dan kewajiban

yang bersifat immateriil.24

Selain karena tidak terpenuhinya hak dan kewajiban di antara masing-masing

pihak merupakan sebuah bentuk pelanggaran dalam hak dan kewajiban suami isteri.

Adapun bentuk lain dari pelanggaran hak dan kewajiban suami isteri dalam keluarga

yaitu adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga baik itu dilakukan oleh suami

23Syahrijal Abbas, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional ,hal.179 24Ibid.,hal.180

Page 28: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

25

kepada isteri atau sebaliknya, namun biasanya perempuan lebih banyak menjadi

korban kekerasan daripada pelaku karena dianggap kaum lemah dan tidak dapat

bertindak sesuatu apapun.

Adapun pengertian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga adalah setiap/segala perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam kehidupan rumah tangga.25Berdasarkan data-data yang direkam dari

berbagai lembaga pendampingan korban kekerasan dalam rumah tangga dan kasus

yang ditangani oleh kepolisian, bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi adalah;

1. Kekerasan Fisik

2. Kekerasan Seksual

3. Kekerasan Psikis

4. Kekerasan Ekonomi/ Penelantaran Ekonomi26

Islam menghendaki seseorang tidak boleh melakukan kekerasan kepada

siapapun (menjadi pelaku), dan memerintahkan untuk tidak menjadi korban. Karena

25Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Press,

2008 ), hal. 268 26Ibid., 269

Page 29: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

26

itu pelaku kekerasan harus ditindak tegas, demikian pula perlindungan terhadap

korban kekerasan untuk pulih dan bisa hidup normal.

Dalam sebuah hadits yang dikutip oleh Mufidah Ch dari hadits yang

diriwayatkan Imam al Turmudzi:

عم اعدو الةج حده شهـن أيب أيثندح. صوحأل انو برم عانميل سنع مآدن عانو عو هانمإا فري خاءسالنا بوصوـتاس والأ.... م. ص هللالوسر 27)ذيرواه الترم . (كل ذنهن منوكلم تسيل

Artinya: Dari Sulaeman A’mru ibnu Akhwas, bahwasnya ayahku telah

mengatakan kepadaku bahwa ia telah menyaksikan haji wada’ bersama Rasulullah

SAW…. “Ingatlah aku berpesan agar kalian berbuat baik terhadap perempuan

karena mereka sering menjadi sasaran pelecehan diantara kalian, padahal

sedikitpun kalian tidak berhak memperlakukan mereka, kecuali untuk kebaikan

itu”.(H.R. Imam Turmudzi)

Dengan adanya tindak kekerasan dalam keluarga, maka kebahagiaan dalam

rumah tangga tidak tercipta dan jauh dari tujuan pertama perkawinan yaitu mebentuk

keluarga yang sakinah. Karena kebahagiaan dalam keluarga serta membentuk

keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah merupakan harapan bagi semua

orang.

27. Sunan At-Turmudzi Juz IV, (Darul Kutub Al-Ilamiyah, 1994), hal. 310

Page 30: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

27

D. Pengertian dan Pengaruh Keegoisan Isteri Menurut Fiqh

Kata “Keegoisan” dalam istilah kamus istilah psikologi adalah berasal dari

kata”ego” yang berarti suatu unsur ke-pribadian yang dikuasai oleh prinsip

kenyataan.28Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia “egois” yang berarti

mementingkan diri sendiri. Dan arti kata “egoisme” bermakna suatu sikap yang

menujukkan ketamakan, sehingga tindakannya hanya untuk kepentingan diri sendiri,

seseorang yang belum mengerti hubungan kausal, dan belum dapat menyadarkan

differensiasi, serta juga belum mengerti pandangan yang berbeda.29

Bahwa manusia pada dasarnya hanya termotivasi oleh kepentingan sendiri

atau pribadi tanpa peduli dampak yang akan terjadi setelah itu. Karena semua orang

mempunyai keegoisan masing-masing dan keegoisannya sama, yang membedakan

adalah bagaimana kita setiap individu mengontrol keegoisan tersebut.30

Sikap keegoisan yang dimiliki setiap individu akan terlihat lebih besar, jika

dia tidak bisa mengontrol dengan baik keegoisan yang dia miliki. Contohnya, yaitu

ketika seseorang dihadapkan dengan masalah kehidupan yang beraneka ragam, maka

akan terlihat pada dirinya sikap keegoisan yang dia miliki, apakah dia akan dapat

mengontrol dengan baik atau tidak dalam mengatasi masalah tersebut. Karena pada

28M. Noor HS, Himpunan Istilah Psikologi, (Jakarta: CV. Pedoman llmu jaya, 1997), hal. 60 29Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 67 30Istilah Keegoisan, artikel diakses pada 20 Juli 2010 dari http//www.situscreatetic.org

Page 31: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

28

dasarnya jika seseorang dalam suatu masalah, dia lebih mementingkan dirinya

sendiri.

Contoh lain yang sering terjadi dalam realita kehidupan yaitu, ketika

seseorang berbeda pendapat atau pandangan akan suatu hal, maka masing-masing

akan lebih mempertahankan pendapat pribadi dan merasa bahwa pendapatnya paling

benar, padahal alangkah lebih baik dan indah jika perbedaan bisa disatukan dan tidak

saling menguntungkan diri sendiri tanpa mendahulukan ego nya masing-masing.

Itulah sikap keegoisan yang dimiliki setiap insan.31

Sikap egois adalah fitrah yang yang dimiliki setiap yang bernyawa baik

manusia atau hewan dan makhluk lainnya. Tetapi Tuhan memberikan kelebihan bagi

manusia yaitu berupa akal yang berguna untuk membedakan mana yang baik dan

buruk, mana kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jika manusia tidak bisa

membedakan hal-hal tersebut, apa bedanya manusia dengan hewan.32

Sikap keegoisan dalam rumah tangga merupakan sebuah problem relasi

(hubungan) antara suami isteri. Karena dalam proses pencapaian keluarga sakinah

pastinya mengalami kendala-kendala dengan berbagai masalah kehidupan yang ada.

Dimana setiap masalah menjadi tanggung jawab bersama dalam mencari solusi tanpa

31Lonely Pasangan, artikel diakses pada 20 Juli 2010 dari http//www.happiestwives.org 32Istilah Keegoisan, artikel diakses pada 20 Juli 2010 dari http//www.situscreatetic.org

Page 32: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

29

mengabaikan satu sama lainnya. Namun demikian, seringkali suami isteri enggan

memecahkan masalah dengan fikiran jernih, dikarenakan beberapa faktor yaitu:33

1. Faktor emosi

Dalam menghadapi masalah suami isteri dihadapkan mampu mengendalikan

emosi karena emosi dan mudah marah merupakan bagian dari perbuatan setan.

Jika suami isteri masih dalam emosi dan masing-masing mempertahankan

egonya maka tidak akan menyelesaikan masalah. Rasulullah SAW menegaskan

dalam hadisnya :

ة عرصال ا بيد د ا لشسي ل لقا. م. هللا ص لو س رن أةر ير ه أبينع 34)ر واه البخا ر ي(. بضلغ ادن عهسف نكلم يد يدلشا ام نإ

Artinya: Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “ Orang-orang yang kuat bukannya orang yang kuat secara fisik, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya ketika ia sedang marah”. (HR. Bukhairi)

2. Faktor kurang pengertia/pemahaman

Seringkali keterbatasan pemahaman dan pengertian suami isteri terhadap

masalah yang dihadapi menyebabkan kesalah pahaman sehingga masalahnya

menjadi semakin rumit. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya suami isteri saling

mengkomunikasikan apa yang dipahami oleh masing-masing tentang masalah

yang sedang dihadapi, menjelaskan duduk persoalannya agar masing-masing

33Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, hal. 189-194 34 Al-Bukhari, Sahih Bukhari Juz V, (Darul Ihya Turosul al-Arobiy, t.t), hal.2267

Page 33: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

30

⌧ ….

159:عمران ال Artinya : “… Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya”.(QS. Al-Imran: 159)

3. Faktor gender stereotype (pelabelan negatif)

Perbedaan cara pandang seringkali mengarah pada perasan su’udzan/buruk

sangka, saling menuduh dan melempar tanggung jawab. Gender stereotype atau

memberikan label negatif atas dasar perbedaan jenis kelamin merupakan salah

satu penyebab buruk sangka pada pasangannya. Untuk menghilangkan gender

stereotype suami isteri merupakan langkah positif agar dapat menumbuhkan

rasa saling menghargai, saling percaya dan memandang positif pasangannya.

Dalam QS. Al-Baqarah 216 Allah menegaskan :

Page 34: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

31

Artinya : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik

bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk

bagimu Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.(QS.Al-Baqarah:

216)

4. Faktor dominasi pihak yang kuat.

Posisi suami dalam pandangan masyarakat sebagai kepala keluarga adalah

positif ketika menjalankan fungsi melindungi, mengayomi dan memberdayakan.

Tetapi posisi sebagai pemimpin tidak selamanya diiringi dengan fungsi-fungsi

yang semestinya, sehingga memicu lahirnya hubungan suami isteri yang

timpang. Pihak yang merasa kuat, kuasa dengan dalih meluruskan isteri,

biasanya suami yang sering muncul sebagai pihak yang dominan. Demikian

pula pihak yang merasa lemah, kendatipun mempunyai ide yang cemerlang

tidak akan mengambil peran dan memberikan kontribusinya terhadap

penyelesaian masalah. QS. Al-Baqarah 228 menyebutkan:

….

228:البقرة

Artinya : “… Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan

kewajibannya menurut cara yang ma'ruf.”(Q.S: Al-Baqarah: 228)

Page 35: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

32

Sikap keegoisan yang merupakan salah satu dari problem relasi (hubungan)

suami isteri dalam keluarga bisa timbul dari berbagai pihak, yaitu sikap egois yang

datang dari suami terhadap isteri atau sebaliknya sikap egois isteri terhadap

suaminya.35

Penyebab dari sikap keegoisan ini adalah karena adanya perbedaan pendapat,

cara pandang, dan kecendrungan antara suami isteri dan anggota keluarga lainnya.

Padahal perbedaan merupakan keniscayaan dan juga dapat dipandang sebagai

rahmah yang dapat digunakan sebagai modal untuk saling melengkapi satu sama

lain. Yang penting diperhatikan adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk

mengakomodir seluruh perbedaan yang ada secara adil, tanpa diskriminasi melalui

proses demokrasi yang ditandai dengan keterbukaan, komunikasi efektif dan saling

menghargai satu sama lain. Seringkali yang terjadi di dalam sebuah keluarga masing-

masing anggota keluarga memandang perbedaan yang ada sebagai ancaman dan

problem yang menghambat keharmonisan hubungan antar anggota keluarga.36

Sikap keegoisan isteri dalam persfektif hukum Islam adalah apabila dampak

dari keegoisan ini ia melalaikan dan meninggalkan kewajibannya sebagi isteri, maka

hal tersebut adalah merupakan tindakan nusyuz seorang isteri terhadap suaminya.

Karena dampak dari sikap egois isteri adalah salah satu bentuk nusyuz isteri. Oleh

35Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, hal. 189-194 36Ibid., hal. 296

Page 36: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

33

karena itu, selanjutnya akan dibahas lebih khusus mengenai masalah nusyuz

tersebut.37

Adapun pengertian nusyuz yaitu yang berasal dari bahasa Arab ialah nasyaza,

yansyuzu, nusyuzan, ( .yang memberi beberapa pengertian ( نشوزا– ينشز –نشز

Antaranya nusyuz memberi arti bangkit dari tempatnya atau bangun.38 Dan menurut

istilah nusyuz adalah meninggalkan kewajiban suami isteri. Nusyuz tidak hanya

terjadi dari pihak isteri, tetapi juga dari pihak suami.

Nusyuz dari pihak suami bersikap keras terhadap isterinya, tidak mau

menggaulinya, dan tidak bersedia memberi nafkah. Nusyuz dari pihak isteri dapat

berupa tidak patuh dan taat kepada suaminya salah satunya sikap egois isteri, dan

juga tidak mau mengurus kepentingan rumah tangga serta meninggalkan rumah

tanpa izin suami.39 Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2) : 259

dan dalam QS. Al-Mujadalah (58) : 11:

… ☺

259:البقرة ☺

37Ibid., hal. 297 38Norzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam Menurut Al-Quran, Sunah dan

Undang-Undang Keluarga Islam, ( Kuala Lumpur: Kolej Universiti Islam Malaysia, 2007), h. 1 39Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional, ( Jakarta: Kencana, 2009), hal. 189

Page 37: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

34

Artinya : “Dan lihatlah kepada tulang-tulang (keledai) itu, bagaimana kami

menyusunnya kembali kemudian kami menyalutnya dengan daging”.(Q.S.Al-

Baqarah:259)

….

11:المجادلة

Artinya : “Apabila diminta kepada kamu untuk bangun, maka

bangunlah.”(Q.S. Al-Mujadalah: 11)

Selain itu juga nusyuz mempunyai arti tempat yang tinggi. Dari segi istilah

para ulama memberikan beberapa pengertian atau definisi mengenai nusyuz.

Terdapat beberapa nash-nash Al-uran dan Sunah mengenai nusyuz. Yaitu

firman Allah SWT QS. An- nisa (4) : 34 :

☺ ⌧

34:النساء . ⌧

Artinya: “Perempuan-perempuan yang kamu bimbang melakukan pendurhakaan (nusyuz), hendaklah kamu menasehati mereka (sekiranya mereka…) pulangkanlah mereka ditempat tidur dan (sekiranya mereka tetap ingkar) pukullah mereka (dengan pukulan yang ringan dengan tujuan untuk mendidik). Jika mereka kembali taat kepada kamu, janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar ”.(QS. An-Nisaa: 34)

Page 38: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

35

☺ ☯ ⌧ ☯ ⌧

⌧ ☺ ☺ .

128:النساء Artinya : “ Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. An-Nisaa: 128)

Adapun sabda Rasulallah SAW mengenai nusyuz yaitu :

ا ذا إهعمطت... م. صيب النلأ سالج رن أهيب أن عةياوع من بميك حن ع ي فال إرجه ت ال وحبقت ال وهجو البرض ت ال وتيستآا إذا إهوسك ت وتلآأ 40)بن ماجهأمد و أحو,رواه أبو داود(.كتيب

Artinya : Dari Hakim ibnu Mua’wiyah dari ayahnya, bahwasanya ada

seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW “..Suami harus memberi

makan kepadanya (isteri) jika ia makan dan kamu berikan kepadanya pakaian jika ia

membutuhkan pakaian dan janganlah sekali memukul di muka serta kamu tidak

boleh memperolok-oloknya dan juga kamu tidak meninggalkannya kecuali di rumah

sendiri.” (H.R. Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah).

Berdasarkan kepada nash-nash Al-Quran dan Sunnah, jelas menunjukkan

bahwa nusyuz berkemungkinan kepada pihak antar suami atau isteri atau kedua-

duanya secara sekaligus. Sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah SWT, Dia 40Abu Dawud As-Sihastani, Sunan Abi Dawud Juz I (Darul Ihya Turosul Arobiy), hal.651.

Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid, Sunan Ibnu Majah Juz I, hal. 581. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad Juz IV, (Darul Ihya Turosul Arobiy). hal. 446.

Page 39: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

36

Maha Mengetahui setiap kelebihan dan kelemahan yang ada pada manusia. Allah

SWT telah menggariskan panduan yang perlu diikuti oleh setiap insan bagi

menghadapi pasangan nusyuz supaya tindakan yang diambil adalah tindakan yang

bijaksana dan tidak melampaui batasan-batasan yang ditetapkan oleh syara’.41

Menurut al-Farra’, nusyuz terbagi kepada tiga kategori yaitu nusyuz isteri

terhadap suaminya, nusyuz suami tehadap isterinya, dan kedua-duanya baik suami

maupun isteri. Di bawah ini penjelasannya mengenai nusyuz tersebut:42

1. Nusyuz Isteri

Nusyuz dipihak isteri ialah seorang yang durhaka terhadap suaminya, angkuh,

sombong, dan ingkar tehadap suami serta tidak melaksanakan tanggung

jawab seorang isteri seperti yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Seseorang isteri bisa dikategorikan nusyuz, apabila isteri menolak ajakan

suaminya untuk melakukan hubungan badan seperti halnya suami isteri,

keluar tanpa dengan izin suami, tidak membenarkan tamu memasuki rumah

tanpa izin suami, serta meminta cerai kepada suami tanpa alasan yang tidak

pasti. Sabda Rasulullah SAW:

لجارعا دذإ... م. صيب النن عهن ع هللايض رةرير هيب أنعى ت حةكئالما الهتنعا لهيل عانبض غاتب فهتأ تمل فهاشرى فل إهتأرمإ

41Norzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam menurut Al-quran, Sunah dan Undang-

Undang Keluarga Islam, hal. 5. 42Ibid, hal.6

Page 40: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

37

Artinya: dari Abu Huraiarah R.A dari Nabi SAW …“Apabila suami

mengajak isterinya ke tempat tidur, namun isterinya menolak ajakan tersebut

dan tidakan tersebut membuat suaminya marah, maka para malaikat akam

melaknatinya (isteri) sampai waktu pagi”.(H.R.Muslim)

Hadis ini menegaskan haram bagi isteri menolak ajakan suami untuk

bersetubuh tanpa ada alasan atau udzur syari’ seperti dalam masa haid atau

seumpamanya. Selain itu juga berpuasa sunat atau membolehkan tamu masuk (tamu

laki-laki) tanpa izin suami terlebih lagi apabila tamu tersebut tidak disukai suaminya

maka hal tersebut dianggap nusyuz. Sabda Rasulullah SAW:

ن عةأرمإل لح يال... م.أن رسول هللا ص عن أبي هريرة رضي هللا عنهرواه (. هنذإ بال إهتي بي فنأذ ت ال وهنذإ بال إداها شهجو ز وموصت

44)البخارىArtinya: dari Abu Hurairah R.A bahwasanya Rasulullah SAW bersabda

“Tidak halal bagi seorang perempuan berpuasa sedangkan suaminya ada bersama

kecuali sudah mendapatkan izin dari suaminya dan tidak harus bagi isteri

membenarkan orang lain masuk ke rumahnya dengan izinya (suami)”.(H.R.

Bukhari)

43 Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Bukhori, Matan Bukhari Masykul Bihasyiyati Sanadi,

(T.t: Daarun Nahru an-Naylu, t.th), juz.3, hal. 260. Muslim Bin Hijaj, Sahih Muslim Juz II, (Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1992), hal 1059.

44Ibid., hal. 260. Bukhari, Sahih Bukhari Juz V, (Darul Ihya Turosul al-Arobiy, t.t), hal. 1993.

Page 41: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

38

Isteri merupakan amanah Allah SWT yang wajib dijaga dan dipelihara

dengan sebaik mungkin oleh suami. Suami perlu mendidik isteri dengan pengetahuan

agama terlebih lagi apabila suami mendapati isterinya nusyuz.

Seorang suami diberi kuasa oleh Allah SWT untuk mengajar serta mendidik

isteri, namun mereka tidak boleh bertindak sesuka hati. Sebaliknya, mereka

hendaklah bertindak menurut panduan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Apabila suami bertindak di luar batasan yang telah ditetapkan oleh syara’,

ketika mendidik isteri yang nusyuz bukannya menyelesaikan masalah tetapi lebih

memperburuk keadaan.45Sabda Rasulullah SAW:

حدثني أبي أنه شهد حجة الوداع مع . عن سليمان بن عمرو بن األحوص ن إو عل ضنا منقل خنهنإا فري خاءسالنا بوصوتسإ... م.رسول هللا ص

لذ يم لهتآر تن إ وهترس آهميق تتبه ذنإ فهالع أعلضى ال فءي شجوعأ 46)بن ماجهأ أحمد و و,رواه أبو داود(. اري خاءسالنا بوصوتالس فجوعأ

Artinya: Dari Sulaeman A’mru ibnu Akhwas, ayahku telah berkata padaku

bahwasanya ia telah menyaksikan haji wada’ bersama rasulullah SAW… “Nasehati

isteri dengan cara baik, sesungguhnya mereka dijadikan dari tulang rusuk yang

bengkok dan antara tulang rusuk yang paling sekali ialah tulang yang paling atas.

Jika hendak diperbetulkan dengan cara kasar niscaya ia akan patah dan sekiranya

dibiarkan maka akan berterusanlah ia dalam keadaan bengkok. Maka nasehatilah

isterimu dengan baik.” (H.R. Abu dawud, Ahmad dan Ibnu Majah).

45Norzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam menurut Al-quran, Sunah dan Undang-

Undang Keluarga Islam, hal. 7 46Ahmad ibnu Hanbal, Musnad Ahmad Juz III, ((Darul Ihya Turosul al-Arobiy, tth), hal. 498

Page 42: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

39

Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 34, terdapat tiga

kaidah yang patut digunakan oleh suami dalam menangani isteri nusyuz.

☺ ⌧

34:النساء . ⌧

Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya. Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.(Q.S.An-Nisaa: 34)

Al-Quran menawarkan tiga langkah dalam menyelesaikan sengketa keluarga

yang muncul karena nusyuz, yaitu memberikan nasihat, memisahkan tempat tidur,

dan memukul. Ketiga langkah ini harus ditempuh secara berurut dan tidak boleh

menerapkan langkah memukul sebagai langkah awal dalam kasus nusyuz, akan tetapi

harus bertahap seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran.47

Tujuan dari ketiga langkah dalam menyelesaiakan masalah nusyuz yaitu

untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya

haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan

dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul

47Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional. (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 191

Page 43: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

40

mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada

manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.48

Sikap keegoisan yang berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup rumah

tangga yang ditunjukkan seorang isteri dalam perspektif hukum Islam disebut

dengan nusyuz, bukanlah semata-mata tanpa alasan bersikap demikian. Karena

banyak alasan bagi para isteri, khususnya pada zaman sekarang yaitu zaman modern

banyak motivasi yang mendorong perempuan untuk melakukan sesuatu yang positif

dan juga membantu suami dalam melangsungkan kesejahteraan kehidupan keluarga.

Tetapi terkadang suami tidak mengerti dengan hal yang dilakukan isteri, mereka

menganggap isteri bersikap egois dan ingin menang sendiri tanpa mempedulikan

perintah suami serta keluarga.49

Pada kehidupan modern ini tidak memberi peluang untuk membatasi gerak

kaum perempuan, kini sudah banyak perempuan yang terjun dalam dunia karier.

Motivasi yang mendorong perempuan terjun ke dunia karier, antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan. Pendidikan dapat melahirkan perempuan karier dalam berbagai

lapangan kerja.

48Ibid., hal. 191 49Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, hal 296

Page 44: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

41

2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak. Karena keadaan

keuangan tidak menentu atau pendapat suami tidak memadai/mencukupi

kebutuhan, atau karena suami telah meninggal dan tidak meninggalkan harta

untuk kebutuhan anak-anak dan rumah tangganya yang harus ia tanggung

sendirian, sementara kebutuhan makin membutuhkan pemenuhan sehingga

dengan sendirinya ia harus bekerja di luar rumah.

3. Untuk alasan ekonomis agar tidak tergantung pada suami, walaupun suami

mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena sifat perempuan

adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada

suami.

4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. Ini biasanya dilakukan

perempuan yang menganggap bahwa uang di atas segala segalanya, dimana

yang paling penting dalam hidupnya adalah menumpuk kekayaan.

5. Untuk mengisi waktu yang lowong. Di antara perempuan ada yang merasa

bosan diam di rumah karena tidak mempunyai kesibukan dengan urusan

rumah tangganya. Oleh sebab itu, untuk menghilangkan rasa bosan tersebut,

ia ingin mencari kegiatan di bidang usaha, dan sebagainya.

6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan. Seorang perempuan mungkin

mempunyai kemelut yang berkepanjangan dalam keluarganya yang susah

Page 45: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

42

diatasi, oleh sebab itu ia mencari jalan keluar dengan menyibukkan diri di

luar rumah.

7. Untuk mengembangkan bakat. Bakat dapat melahirkan perempuan karier.

Seorang yang bukan sarjana, namun berbakat dalam bidang tertentu, akan

lebih berhasil dalam kariernya dibanding seorang sarjana dari fakultas

tertentu yang tidak berbakat. Dengan munculnya faktor-faktor tersebut, maka

semakin terbuka bagi perempuan untuk terjun ke dunia karier.50

Terjunnya perempuan dalam dunia karier, banyak membawa pengaruh

terhadap segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, keluarga maupun

kehidupan masyarakat sekitarnya.51

Hal demikian di atas dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Jika

wanita atau isteri yang terjun ke dunia karier lebih menimbulkan dampak negatif,

maka dapat dikatakan sebagai sifat egoisme yang ditunjukkan seorang wanita atau

isteri dan hal wanita atau isteri seperti ini disebut sebagai tindakan nusyuz seorang

isteri terhadap suami sesuai dengan perspektif hukum Islam.

50Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2010), hal. 63 51Ibid., hal. 63

Page 46: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

BAB III

ISI POKOK BEBERAPA PUTUSAN

A. ISI POKOK PERKARA NOMOR 76/Pdt.G/ 2009/PA. DEPOK

1. Duduk Perkara/Posita

Dalam nomor perkara 76/Pdt.G/2009/PA. Depok adalah perkara cerai talak,

dimana pihak Pemohon adalah seorang suami yang bernama Arif bin Sukma (nama

samaran), berumur 32 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan Swasta, yang

beralamat di Gang Bakti IV Kp. Pitar RT. 04 RW. 15 No. 12 Kelurahan Pancoran

Mas, Kecamatan. Pancoran Mas Kota. Depok. Suami (Arif) melawan isterinya yang

bernama Mira binti Kurniawan (nama samaran) berumur 32 tahun juga sama seperti

suaminya, agama Islam, dia berprofesi sebagai salah satu Guru Swasta dan bertempat

tinggal di jalan Sawo RT.04 RW. 014 No.68 Kelurahan Depok Raya, Kecamatan

Pancoran Mas, Depok. Selanjutnya disebut sebagai Termohon1

Bahwasanya antara Arif dan Mira adalah suami isteri yang sah, mereka telah

melaksanakan pernikahan pada tanggal 4 Agustus 1999 di Pancoran Mas kota

Depok dengan kutipan akta nikah nomor 534/15/VIII/1999 tanggal 06 Agustus 1999

yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pancoran Mas, kota

Depok. Sebelum masalah datang menghampiri kehidupan rumah tangga mereka

1Lampiran Nomor Perkara 76/Pdt.G/2009/PA. Depok, hal. 87

43

Page 47: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

44

berdua, awalnya mereka hidup harmonis dan rukun. Tetapi sampai mereka bercerai,

keduanya belum dikaruniai seorang anak di tengah kehidupan rumah tangganya.

Sampai akhirnya, sejak bulan Januari 2008 terjadi perselisihan dan pertengkaran

terus menerus diantara keduanya yang disebabkan oleh keegoisan isteri, ingin

menang sendiri dan selalu menganggap pendapatnya paling benar. Selain itu juga

isteri selalu curiga kepada suami, dia menduga bahwa suaminya memiliki wanita

idaman lain, dan dugaannya di sebabkan percaya dengan perkataan orang lain atau

gossip, padahal dia sendiri tidak pernah melihat kebenarannya bahwa suami tersebut

memiliki hubungan dengan wanita lain.2

Penyebab lain dari perselisihan mereka adalah adanya intervensi atau selalu

turut campur masalah rumah tangga dari pihak lain yaitu terutama dari pihak

keluarga isteri. Bahkan pihak keluarga isteri pernah menghina Arif (suami) di

hadapan Mira (isteri), tetapi Mira lebih mengutamakan keluarganya dengan tanpa

mengutamakan harga diri suami di hadapan keluarganya. Dan puncak dari

perselisihan mereka yaitu pada bulan September 2008, isteri mengusir suami dari

rumahnya hingga akhirnya suami tinggal dengan kakaknya.3 Sejak saat itu mereka

hidup masing-masing dengan berdomosili pada alamat yang telah disebutkan di atas.

Dalam mengatasi permasalahan rumah tangga mereka, masing-masing pihak

keluarga telah melakukan upaya damai agar kehidupan rumah tangga mereka 2Ibid., hal. 87 3Ibid., hal. 87

Page 48: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

45

kembali hidup rukun dan harmonis seperti sebelum masalah datang menghampiri

keduanya. Tetapi upaya damai tersebut tidaklah membuahkan hasil, karena mereka

tetap ingin mengakhiri kehidupan rumah tangganya dengan perceraian.

2. Tuntutan/Petitum Perkara

Adapun tuntutan dalam permohonan suami yaitu meminta kepada majelis

hakim mengabulkan permohonannya dengan pertimbangan permasalahan kehidupan

rumah tangga yang terjadi antara Pemohon dan Termohon. Selain itu, menetapkan

dan memberi izin kepada Pemohon (suami) mengucapkan ikrar talak terhadap

Termohon (isteri) di depan Pengadilan Agama Depok setelah putusan ini mempunyai

kekuatan hukum tetap dan menetapkan biaya perkara menurut hukum.

Akibat dari perceraian tersebut suami harus tetap memberi nafkah iddah

setiap bulannya sejumlah Rp. 600.000-, mut’ah berupa cincin emas 5 gram 23 karat

dan nafkah lampau terhitung September 2008 sampai dengan Februari 2009 sejumlah

Rp. 500.000 atau Rp. 3.000.000 -, bahwa pemberian nafkah iddah dan nafkah lampau

akan dibayar secara berangsur 3 bulan untuk tiga kali pembayaran masing-masing

Rp. 1.600.000 4

Selama dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan, pemohon dalam

repliknya menjawab bahwa dia tetap ingin bercerai dengan termohon. Begitupun

4Ibid., hal. 87

Page 49: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

46

sebaliknya, termohon dalam dupliknya tetap ingin mengakiri kehidupan rumah

tangganya dengan perceraian dan tidak keberatan atas kesediaan pemohon untuk

memberikan nafkah iddah, mut’ah, serta nafkah lampau bagi termohon.5

Dan masing-masing pihak yang berperkara telah mengajukan bukti berupa

fhoto copy Kutipan Akta Nikah Nikah Nomor 534/15/VIII/1999 tanggal 6 Agustus

1999 dari yang dikeluarkan oleh KUA kecamatan Pancoran Mas Kota Depok (dahulu

kabupaten Bogor oleh Ketua Majelis diberi kode (P), dan saksi-saksi dari keluarga di

persidangan bertujuan untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya.

3. Pertimbangan Hukum

Majelis hakim telah berupaya melakukan mediasi pada tanggal 10 Februari

2009 sesuai dengan Perma No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi, tetapi atas

pertimbangan masalah rumah tangga yang tidak bisa lagi dicari jalan keluar yang

baik diantara pemohon dan termohon, maka mediasi tidak membuahkan hasil yang

baik.6

Pertimbangan lainnya yaitu berdasarkan bukti-bukti yang telah disebutkan

diatas, maka majelis hakim mengabulkan permohonan pemohon untuk mengucapkan

ikrar talak satu raj’i terhadap termohon. Selain itu dengan adanya perselisihan dan

5Ibid., hal. 87 6Ibid., hal. 87

Page 50: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

47

pertengkaran terus menerus diantara mereka, maka seperti yang telah diatur pada

Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 juncto Pasal 116 huruf f

Kompilasi Hukum Islam mengabulkan permohonan Pemohon. Dan berdasarkan

ketentuan Pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, maka biaya perkara

dibebankan kepada Pemohon.7

B. ISI POKOK PERKARA NOMOR 914/Pdt.G/2009/PA. Depok

1. Duduk Perkara/Posita

Pada nomor perkara 914/Pdt.G/2009/PA.Depok yaitu perkara cerai talak

juga seperti perkara yang pertama. Di dalamnya dijelaskan para pihak yang

berperkara adalah Cipto bin Marzuki (samaran) suami sebagai pemohon yang

berusia 26 tahun, agama Islam, pendidikan SMU, pekerjaannya sebagai buruh dan

sekarang bertempat tinggal jalan Pondok Terong Bojong Pulo gang Pulo No.18 RT.

03 RW. 03, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Pancoran Mas, Kota

Depok. Dan termohon atau tergugat adalah Indri binti Dermawan (samaran) berusia

22 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal

di jalan Pondok Terong Bojong Pulo Gang Pulo No.49 RT. 03 RW. 03, Kelurahan

Bojong Pondok Terong, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.8

7Ibid., hal. 87 8Lampiran Putusan Perkara Nomor 914/Pdt. G/2009/PA. Depok. Hal. 95

Page 51: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

48

Pemohon dan termohon telah mengikat janji dalam sebuah ikatan suci

pernikahan menjadi suami isteri, pernikahan tersebut telah dilaksanakan pada tanggal

20 April 2006, di Pancoran mas, Kota Depok, dengan Kutipan Akta Nikah nomor

803/161/IV/2006 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Pancoran Mas, Kota Depok.9

Selama menjalani kehidupan rumah tangga, mereka hidup rukun, harmonis,

bahagia. Tetapi, kehidupan di dunia ini seperti roda selalu berputar terkadang di

bawah dan di atas, begitupun hidup terkadang bahagia dan sedih dengan berbagai

masalah yang datang menghampiri sehingga membuat kebahagiaan yang ada hilang

di tengah kehidupan manusia.

Masalah rumah tangga yang datang menghampiri suami isteri tersebut

(Cipto dan Indri) yaitu sejak Januari 2009, membuat perselisihan dan pertengkaran

terus menerus yang disebabkan isteri egois, ingin menang sendiri, keras kepala, dan

mengabaikan serta menyepelekan nasihat dari suami.10

Puncak dari perselisihan keduanya yaitu pada bulan Maret 2009, termohon

(isteri) minta dipulangkan kerumah orang tuanya. Akhirnya pemohon (suami)

mengantarkan pulang isteri ke rumah orang tuanya, dengan permasalah keluarga

tersebut suami sudah tidak sanggup lagi untuk mempertahankan rumah tangganya

9Ibid., hal. 95 10Ibid., hal. 95

Page 52: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

49

karena sikap isteri yang kurang baik terhadap suami. Sejak saat itu pula keduanya

pisah rumah dan akhirnya pemohon mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama

Depok untuk mengakhiri kehidupan rumah tangga beserta isteri dengan bercerai.11

Dalam mengatasi masalah rumah tangga antara pemohon dan termohon,

pihak keluarga dari keduanya telah berupaya untuk mendamaikan pemohon dan

termohon, tetapi tidak menghasilkan jalan keluar yang baik dan tidak bisa kembali

hidup rukun.12

2. Petitum/Tuntutan Perkara

Mengenai tuntutan yang diinginkan oleh pemohon dalam permohonannya

kepada majelis hakim yaitu, agar mengabulkan permohonannya dan menetapkan

untuk memberi izin kepada pemohon mengucapkan ikrar talaq terhadap termohon di

depan sidang pengadilan setelah memiliki kekuatan hukum tetap, serta menetapkan

biaya perkara menurut hukum.13

Selama proses pemeriksaan perkara dalam persidangan yang telah

ditentukan pemohon dan termohon tidak pernah hadir, padahal keduanya telah

dipanggil secara resmi dan patut, dan tidak pernah menyuruh orang lain sebagai

wakilnya. Ternyata ketidakhadirannya itu disebabkan suatu halangan yang sah. 11Ibid., hal. 95 12Ibid., hal. 95 13Ibid., hal. 95

Page 53: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

50

2. Pertimbangan Hukum

Berdasarkan atas maksud dan tujuan permohonan pemohon dalam

petitum/tuntutan adalah ingin bercerai, tetapi para pihak yang berperkara tidak

pernah hadir dalam persidangan dan tidak pernah juga menyuruh orang lain sebagai

wakilnya, padahal pihak pengadilan telah memanggil keduanya dengan resmi dan

patut.14

Pertimbangan hukum lain yang digunakan majelis hakim yaitu berdasarkan

ketentuan Pasal 124 HIR, permohonan pemohon dinyatakan gugur. Bahwasanya

majelis hakim berpendapat tidak adanya kesungguh-sungguhan dengan permohonan

pemohon. Dan oleh karena perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka

berdasarkan Pasal 89 ayat(1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, semua biaya

yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada pemohon.15

C. ISI POKOK PERKARA NOMOR 1301/Pdt. G/2008/PA. Depok

1. Duduk Perkara/Posita

Bahwa Pemohon dan Termohon dalam surat permohonannya tertanggal 15

Desember 2008 telah mendaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Depok

dengan register perkara Nomor 1301/pdt. G/2008/PA. Depok. Pada perkara ini

14Ibid., hal. 95 15Ibid., hal. 95

Page 54: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

51

seperti dua perkara sebelumnya, adalah perkara cerai talaq. Dimana pemohonnya

adalah suami yang bernama Ahmad bin Daud (samaran) berumur 26 tahun, agama

Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan karyawan swasta dan beralamat di tinggal di

jalan Andara RT. 01 RW.01 No. 43, Kelurahan Pangkalan Jati Baru, Kecamatan

Limo, kota Depok. Adapun termohon adalah Siti binti Jhoni (samaran) berumur 26

tahun, agama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan karyawan swasta, tempat tinggal di

jalan H. Terin RT. 02 RW.03 No. 60, Kelurahan Pangkalan Jati Baru, Kecamatan

Limo, Kota Depok.16

Bahwa antara pemohon dan termohon adalah suami isteri yang sah, dan telah

melaksanakan pernikahan pada tanggal 23 Februari 2004, dengan Kutipan Akta

Nikah Nomor 163/119/II/2004 tanggal 24 Februari 2004, yang dikeluarkan oleh

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Limo, Kota Depok. Dan selama

pernikahan keduanya telah dikaruniai dua orang anak yang bernama Puteri (samaran)

umur 5 tahun dan Rizal (samaran) umur 9 bulan.

Semula kehidupan rumah tangga mereka adalah rukun dan harmonis, tetapi

sejak tahun 2005 badai kehidupan rumah tangga menerpa mereka dengan berbagai

masalah yang datang. Penyebab permasalahan tersebut adalah karena sikap isteri

16Lampiran Salinan Putusan Perkara Nomor 1301/Pdt. G/2008/PA. Depok hal. 99

Page 55: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

52

yang mempunyai sifat keras kepala, egois dan mau menang sendiri, merasa

pendapatnya yang paling benar sehingga seringkali nasehat Pemohon diabaikan.17

Alasan lain yang membuat suami menceraikan isterinya yaitu karena sikap

isteri yang acuh atau kurang memperhatikan ayah mertua yang sudah lanjut usia dan

mulai sakit-sakitan, padahal tempat mereka tinggal bersebelahan dengan ayah

mertua.18 Seharusnya sebagai anak menantu, dia harus menghormati dan bersikap

baik terhadap orang tua (mertua) layaknya kepada orang tua kandung sendiri.

Setiap kali pemohon dan termohon bertengkar, termohon selalu pergi

meninggalkan rumah dan pergi ke rumah orang tuanya sehingga termohon

melalaikan kewajiban sebagai isteri. Termohon juga selalu curiga akan penghasilan

pemohon yang hanya sebagai karyawan swasta. Dan puncak dari perselisihan

keduanya yaitu pada tanggal 19 Agustus 2008 ketika salah satu anak dari mereka

sedang sakit, seharusnya sebagai seorang ibu atau orang tua merawat dan membawa

berobat anaknya ke rumah sakit, tapi termohon memulai perselisihan dengan

mengungkit penghasilan pemohon dan pergi meninggalkan rumah, dan dari sikap

isteri yang tak kunjung berubah membuat pemohon tidak sanggup lagi untuk

17Ibid., hal. 99 18Ibid., hal. 99

Page 56: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

53

mempertahankan kehidupan rumah tangganya. Hingga akhirnya jalan keluar yang

terbaik untuk permasalahan tersebut adalah perceraian.19

Dan mulai tanggal 19 Agustus 2008 antara pemohon dan termohon resmi

pisah rumah dan kini berdomisili pada alamat tersebut di atas. Bahwasanya masing-

masing keluarga telah melakukan upaya damai untuk merukunkan kembali

kehidupan rumah tangga pemohon dan termohon. Tapi upaya damai tersebut tidak

membuahkan hasil yang baik seperti yang dinginkan masing-masing keluarga.20

Dengan beberapa kejadian tersebut di atas, rumah tangga antara pemohon dan

termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik lagi sehingga rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, warahmah, tidak dapat tercapai. Pemohon merasa menderita

lahir dan batin akan perilaku isteri dan sudah tidak mungkin untuk meneruskan

rumah tangga dengan termohon serta tidak ada jalan terbaik kecuali dengan

perceraian.

2. Petitum/Tuntutan Perkara

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka pemohon meminta kepada majelis

hakim dalam permohonannya untuk mengadili dan menjatuhkan putusan dengan

seadil-adilnya yaitu mengabulkan permohonan pemohon, menetapkan serta 19Ibid., hal. 99 20Ibid., hal. 99

Page 57: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

54

memberikan izin untuk mengucapkan ikrar talaq terhadap termohon di depan sidang

Pengadilan Agama Depok setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap dan

membayar biaya perkara menurut hukum.21

Pada hari sidang yang telah ditetapkan pemohon telah hadir tetapi lain hal

dengan termohon dia tidak datang untuk menghadap atau menyuruh orang lain

sebagai wakilnya yang sah di persidangan. Meskipun menurut relaas panggilan

tanggal 18 agustus 2009 dan 15 Januari 2010 yang disampaikan oleh Juru Sita

Pengadilan Agama Depok, dimana masing-masing relaas dibacakan dalam

persidangan oleh Ketua Majelis, ternyata ketidakhadiran termohon karena suatu

halangan yang sah menurut hukum.22

Selama proses persidangan majelis hakim selalu menasehati untuk bersabar

menunggu termohon dan kalau bisa hidup rukun kembali dengan termohon namun

itu tidak berhasil. Dan sebagai akibat terjadinya talaq yang dijatuhkan oleh pemohon

terhadap termohon, pemohon akan memberikan termohon berupa mut’ah yaitu cincin

emas seberat 5 gram, nafkah selama iddah yang seluruhnya Rp. 600.000 (Enam

Ratus Ribu Rupiah), nafkah anak Rp. 400.000 (Empat Ratus Ribu Rupiah),

pengembalian mahar berupa cincin emas 5 gram.23

21Ibid., hal. 99 22Ibid., hal. 99 23Ibid., hal. 99

Page 58: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

55

Dalam memperkuat dalil-dalil permohonannya, Pemohon mengajukan bukti-

bukti berupa bukti tertulis yaitu foto copy buku Kutipan Akta Nikah atas nama

Pemohon dam Termohon, dengan Nomor 163/119/II/2004 tanggal 24 Februari yang

dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Limo kota Depok yang

telah dibubuhi materai pos dan telah dicocokan dengan yang asli, lalu diberi kode P.

Selain itu juga Pemohon mengajukan bukti lain dengan menghadirkan 2 orang saksi

yaitu ayah kandung dan teman dekat dari Pemohon. Dengan di bawah sumpahnya

para saksi di persidangan memberikan keterangan sebenar-benarnya yang mereka

ketahui dari permasalahan keluarga yang terjadi antara Pemohon dan Termohon.24

Atas keterangan 2 orang saksi tersebut Pemohon membenarkan seluruh

keterangannya, kemudian Pemohon mengajukan kesimpulan yang pada pokok isinya

tetap pada pendiriannya untuk tetap bercerai dari Termohon.

3. Pertimbangan Hukum

Majelis hakim menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas

yang diperkuat dengan keterangan saksi-saksi yang menyatakan tidak sanggup untuk

merukunkan Pemohon dan Termohon, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa

hubungan antara Pemohon dan Termohon dalam membina rumah tangga sudah tidak

harmonis sehingga sulit untuk mewujudkan tujuan perkawinan sebagaimana maksud

24Ibid., hal. 99

Page 59: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

56

dari Al-Quran surat ar-Ruum ayat 21 dan pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam(INPRES Nomor 1 Tahun 1991).25

Dengan kondisi kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis lagi dan hanya

menimbulkan perselisihan dan pertengkaran terus menerus. Maka berdasarkan hal

tersebut telah memenuhi maksud pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

beserta penjelasannya dan pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, dengan demikian permohonan

Pemohon untuk bercerai dengan Termohon cukup beralasan dan tidak melawan

hukum, sehingga permohonan Pemohon tersebut dapat dikabulkan dengan

mengizinkan Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon di depan

sidang Pengadilan Agama Depok.26

Dengan demikian Pemohon patut dihukum untuk memberikan mut’ah, nafkah

iddah, nafkah anak, dan pengembalian mahar kepada Termohon sesuai dengan

kesanggupannya tersebut yang akan dituangkan kembali sebagaimana dalam amar

putusan.

Berdasarkan perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka pada

pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun1989, sebagaimana yang telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama,

25Ibid., hal. 99 26Ibid., hal. 99

Page 60: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

57

semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Pemohon. Serta pasal

125 HIR dan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan

dengan perkara ini.27

Selanjutnya, Majelis Hakim mengadili perkara No.1301/Pdt.G/2008/PA.

Depok ini sebagai berikut:

1. Menyatakan Termohon yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk

menghadap di persidangan, tetapi tidak hadir.

2. Mengabulkan permohonan Pemohon dengan Verstek.

3. Memberi izin kepada Pemohon unyuk menjatuhkan talak satu raj’i

terhadap Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Depok.

4. Menghukum Pemohon untuk memberikan kepada Termohon:

a. Mut’ah cincin emas seberat 5 gram

b. Nafkah selama menjalani iddah seluruhnya Rp.600.000 (Enam

Ratus Ribu Rupiah)

c. Nafkah anak Rp.400.000 (Empat Ratus Ribu Rupiah) setiap

bulan

d. Pengembalian mahar berupa cincin emas seberat 5 gram 27Ibid., hal. 99

Page 61: EGOISME ISTRI SEBAGAI ALASAN PERCERAIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3946/1/PIPIH... · untuk mengatur jalan kehidupan manusia dalam berumah tangga ... tetapi

58

5. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah

Rp. 221.000 (Dua Ratus Dua Puluh Satu Ribu Rupiah). 28

Demikianlah isi pokok dari ketiga putusan perkara yang di dapat penulis dari

Pengadilan Agama Depok, dimana yang menjadi point utama dari permasalah

tersebut di atas adalah sikap egoisme isteri, ingin menang sendiri, menganggap

segala pendapatnya itu paling benar daripada suami. Dan dari perilaku isteri itulah

yang menjadi alasan suami untuk menceraiakan isterinya.

28Ibid., hal. 99