6
Andre Pradiktha Winawan Putu (0904205045) 1) , Widiastuti 2) , dan I Gusti Bagus Budjana 3) Kawasan Terpadu Berwawasan Hijau Kota Denpasar - Bali 1 PENDAHULUAN Wantilan merupakan salah satu bangunan dalam Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki daya tarik dan fungsi sosial yang kuat. Daya tarik timbul dari bentuk dan konstruksi yang monumental, fungsi sosial yang kuat timbul dari fungsi bangunan Wantilan sendiri sebagai ruang publik yang utama. Bentuk Wantilan mengadopsi bentuk bangunan tradisional Meru dengan tumpangnya yang berjumlah genap sebagai simbol dari bangunan pawongan (bangunan tradisional yang digunakan untuk kegiatan sosial). Konstruksi bangunan Wantilan yang berukuran cukup besar dibandingkan bangunan tradisional Bali yang lain KAWASAN TERPADU BERWAWASAN HIJAU KOTA DENPASAR - BALI Penerapan Wantilan sebagai Ruang Multidimensional Andre Pradiktha Winawan Putu 1) , Widiastuti 2) , dan I Gusti Bagus Budjana 3) 1) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] 2) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] 3) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] ABSTRACT Appliance of Traditional Balinese Architecture to a modern space planing concept is not impossible. By philosophy of traditional Balinese people, since long time ago, they have already had communal living concept, with activities of living and working has been done in area that approximately reachable with ease. It is the same point with the appliance of modern mixed-use development concept prototype for future city space planning, the communal living concept is also feasible to be applied. Wantilan, as one of traditional building that function as public space could be use for example. Wantilan building could be functioned as the main attraction of architecture in the development, besides, functionaly Wantilan has public space purpose that mainly used by nearby societies. In fact, modern concept and the appliances of high-technology could be possibly applied in this traditional building. One of the technology is photovoltaic (‘pv’) double layered facade. With this very new double facade the concept will elaborated to a clear manner of Balinese character. With the shape of Meru (mountain) and sun/solar as the orientation (kaja-kangin concept), it has relation to solar energy conservation concept which create electricity for the mixed-use development. Keywords: Wantilan, modern, technology, public. ABSTRAK Penerapan Arsitektur Tradisional Bali pada sebuah konsep tata ruang modern tidaklah mustahil untuk dilakukan. Secara filosofis Masyarakat Tradisional Bali sejak dahulu telah memiliki konsep hidup secara komunal, dimana aktivitas tinggal dan bekerja dilakukan pada area yang berdekatan dan terpadu. Begitu pula dengan konsep perancangan kawasan terpadu sebagai prototip tata ruang kota masa depan, filosofis Bali dengan konsep komunal sangat mungkin disematkan. Wantilan sebagai bangunan tradisional yang bersifat publik dapat dijadikan sebagai media terapan. Bangunan Wantilan ini dapat digunakan sebagai daya tarik utama pada kawasan, selain itu juga secara fungsional dapat digunakan sebagai ruang publik yang bersifat utama. Selain filosofi tradisional yang terdapat pada Wantilan, ternyata konsep modern dan teknologi tinggi dapat diterapkan kedalam bangunan tradisional ini. Salah satu penerapan teknologi yang diterapkan adalah penerapan kulit luar bangunan (eksoskeleton) dengan fitur fotovoltais (‘photovoltaic’ – ‘pv’). Dengan kulit luar ini, maka filosofi Wantilan akan terlihat seperti Meru (gunung) dengan orientasi matahari (kaja-kangin) yang memanfaatkan energi matahari untuk kebutuhan listrik kawasan. Kata Kunci: Wantilan, modern, teknologi, publik.

EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

  • Upload
    rizky

  • View
    19

  • Download
    9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

INI

Citation preview

Page 1: EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

Andre Pradiktha Winawan Putu (0904205045)1), Widiastuti2), dan I Gusti Bagus Budjana3)– Kawasan Terpadu

Berwawasan Hijau Kota Denpasar - Bali 1

PENDAHULUAN

Wantilan merupakan salah satu bangunan dalam Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki daya tarik dan fungsi sosial yang kuat. Daya tarik timbul dari bentuk dan konstruksi yang monumental, fungsi sosial yang kuat timbul dari fungsi bangunan Wantilan sendiri sebagai ruang publik yang utama. Bentuk Wantilan mengadopsi bentuk bangunan tradisional Meru dengan tumpangnya yang berjumlah genap sebagai simbol dari bangunan pawongan (bangunan tradisional yang digunakan untuk kegiatan sosial). Konstruksi bangunan Wantilan yang berukuran cukup besar dibandingkan bangunan tradisional Bali yang lain

KAWASAN TERPADU BERWAWASAN HIJAU KOTA DENPASAR - BALI

Penerapan Wantilan sebagai Ruang Multidimensional

Andre Pradiktha Winawan Putu1), Widiastuti2), dan I Gusti Bagus Budjana3)

1)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

[email protected] 2)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

[email protected] 3)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRACT

Appliance of Traditional Balinese Architecture to a modern space planing concept is not impossible. By philosophy of traditional Balinese people, since long time ago, they have already had communal living concept, with activities of living and working has been done in area that approximately reachable with ease. It is the same point with the appliance of modern mixed-use development concept prototype for future city space planning, the communal living concept is also feasible to be applied. Wantilan, as one of traditional building that function as public space could be use for example. Wantilan building could be functioned as the main attraction of architecture in the development, besides, functionaly Wantilan has public space purpose that mainly used by nearby societies. In fact, modern concept and the appliances of high-technology could be possibly applied in this traditional building. One of the technology is photovoltaic (‘pv’) double layered facade. With this very new double facade the concept will elaborated to a clear manner of Balinese character. With the shape of Meru (mountain) and sun/solar as the orientation (kaja-kangin concept), it has relation to solar energy conservation concept which create electricity for the mixed-use development.

Keywords: Wantilan, modern, technology, public.

ABSTRAK

Penerapan Arsitektur Tradisional Bali pada sebuah konsep tata ruang modern tidaklah mustahil untuk dilakukan. Secara filosofis Masyarakat Tradisional Bali sejak dahulu telah memiliki konsep hidup secara komunal, dimana aktivitas tinggal dan bekerja dilakukan pada area yang berdekatan dan terpadu. Begitu pula dengan konsep perancangan kawasan terpadu sebagai prototip tata ruang kota masa depan, filosofis Bali dengan konsep komunal sangat mungkin disematkan. Wantilan sebagai bangunan tradisional yang bersifat publik dapat dijadikan sebagai media terapan. Bangunan Wantilan ini dapat digunakan sebagai daya tarik utama pada kawasan, selain itu juga secara fungsional dapat digunakan sebagai ruang publik yang bersifat utama. Selain filosofi tradisional yang terdapat pada Wantilan, ternyata konsep modern dan teknologi tinggi dapat diterapkan kedalam bangunan tradisional ini. Salah satu penerapan teknologi yang diterapkan adalah penerapan kulit luar bangunan (eksoskeleton) dengan fitur fotovoltais (‘photovoltaic’ – ‘pv’). Dengan kulit luar ini, maka filosofi Wantilan akan terlihat seperti Meru (gunung) dengan orientasi matahari (kaja-kangin) yang memanfaatkan energi matahari untuk kebutuhan listrik kawasan.

Kata Kunci: Wantilan, modern, teknologi, publik.

Page 2: EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

2 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana – Volume 2 Edisi April 2013 - ISSN No. 1234-5678

menjadikan Wantilan terkesan monumental dan memiliki daya tarik yang tinggi. Secara fungsi Wantilan merupakan sebuah ruang publik dimana orang berkumpul dan berinteraksi, fungsi ini dapat dikembangkan dalam kehidupan modern sebagai tempat berkumpul, melakukan kegiatan pertemuan, sosial, dan tempat interaksi yang membutuhkan ruang yang lapang.

FILOSOFI WANTILAN

Wantilan berasal dari kata ‘wanti’ yang berarti ulang atau tumpang. Menurut Oka Granoka (1985), Wantilan merupakan bangunan terbuka ke segala arah yang memiliki atap bertumpang. Wantilan juga memiliki arti bangunan umum terbuka yang berfungsi sebagai tempat pertemuan di pura, desa, pasar, atau bale banjar yang beratap tumpang. Wantilan biasanya diletakkan di Jaba Pura (pelataran pura), Catus patha (perempatan) Puri, atau di tengah desa.

Menurut Gelebet (1985), Wantilan merupakan perkembangan dari ruang-ruang yang luas dan bersifat sementara bahkan bisa berupa lapangan yang diteduhi pohon. Bangunan Wantilan pada perkembangannya dibangun dengan konstruksi tiang-tiang utama yang lebih dari empat tiang utama, ditambah dengan 12 jajaran tiang di sekeliling sisi bangunan Wantilan tersebut. Biasanya konstruksi atap Wantilan yang paling menonjol berupa atap bertumpang yang berukuran cukup besar. Bangunan Wantilan biasanya digunakan untuk kegiatan musyawarah dan sekarang berkembang menjadi kegiatan kesenian, hiburan, olahraga, bahkan kepariwisataan.

PENERAPAN PADA KAWASAN TERPADU

Tujuan

Tujuan adanya bangunan Wantilan pada kawasan terpadu adalah sebagai ruang publik penghubung yang memiliki akses dan sirkulasi utama dari penghuni kawasan. Bangunan Wantilan ini nantinya tidak hanya bersifat multifungsional juga bersifat multidimensional. Maksud dari multidimensional disini adalah Wantilan dapat dilihat dari banyak dimensi mulai dari fungsi, arsitektur, filosofi, dan estetika.

Konsep

Konsep bangunan Wantilan diperoleh dari sintesis program perancangan yang membutuhkan sebuah ruang publik yang diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Konsep ruang dengan kapasitas yang besar serta didalamnya berisikan berbagai fasilitas sebagai perwujudan bangunan yang multifungsi, dan tetap mewakili lokalitas dan modernitas.

Gambar 1. Proses program dan konseptual keruangan pada Wantilan

Page 3: EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

Andre Pradiktha Winawan Putu (0904205045)1), Widiastuti2), dan I Gusti Bagus Budjana3)– Kawasan Terpadu

Berwawasan Hijau Kota Denpasar - Bali 3

Gambar 2. Transformasi konsep Wantilan pada kawasan terpadu

Hibrida

Wantilan menggunakan konsep penggabungan antara tradisional dan teknologi modern. Penggabungan antara bentuk dan konstruksi bangunan yang tradisional dengan konservasi energi modern yang memanfaatkan energi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi pada kawasan. Konsep ini ternyata memiliki korelasi dengan konsep Kaja-Kangin dimana bentuk Wantilan mewakili Kaja (Meru/gunung), sedangkan orientasi terhadap matahari mewakili Kangin.

Implikasi

Secara fungsional bangunan Wantilan ini dapat berfungsi digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan terpadu sebagai; Ruang publik utama, Wantilan Merupakan bangunan yang bersifat sentral dan dapat digunakan oleh publik sebagai sarana interaksi. Ruang sirkulasi utama, ruang Wantilan menghubungkan ruang-ruang lain dalam kawasan baik secara vertikal maupun horizontal antara plaza, kantor, perumahan, ritel, dan sentral parkir bawah tanah.

Aspek fungsi sebagai implikasi lainnya adalah bangunan Wantilan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik dirinya sendiri dan memberikan kontribusi ke kawasan di sekitarnya. Dengan penerapan teknologi mutakhir, Wantilan dapat menghasilkan energi listrik lewat kaca panel surya yang berfungsi sebagai ekso-fasad (fasad luar) dengan bahan ‘certainteed solar cell’, material ini dapat menghasilkan 200 watt per m2 permukaan (http://www.certainteed.com/resources/ApolloTileBroch.pdf).

Secara estetika penerapan rancangan Wantilan seperti ini memberikan dampak terhadap kawasan terpadu seperti: (1) Pencitraan utama kawasan (landmark), bangunan Wantilan yang berjumlah dua buah di kawasan terpadu ini menjadi simbol dari kawasan, sehingga secara umum kawasan terpadu ini dapat diwakili secara arsitektural oleh bangunan Wantilan ini. Bangunan ini juga mewakili konsep wawasan hijau yang menggabungkan lokalitas dan modernisme, tradisional dan teknologi, serta konsep arsitektur Bali yang tetap

ditonjolkan. (2) Focal point yang monumental, Wantilan ini nantinya akan menjadi bangunan tertinggi dan

Gambar 3. Fusi antara Filosofi Tradisional dan Teknologi Masa Depan

Gambar 4. Filosofi Tradisional Dimanfaatkan kedalam Modernisme

Page 4: EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

4 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana – Volume 2 Edisi April 2013 - ISSN No. 1234-5678

ikonik di dalam kawasan terpadu, dengan bentuk yang atraktif dan kontras terhadap lingkungan sekitarnya, Wantilan ini dirancang dengan integrasi lingkungan sekitar yang mendukung bangunan Wantilan untuk menjadi focal point pada kawasan yang dapat menjadi objek pariwisata disamping fungsionalitasnya dalam kawasan terpadu.

HASIL RANCANGAN

Layout

Peletakan Wantilan dalam kawasan terpadu mengacu pada prinsip zona ruang publik yakni bangunan Wan-tilan harus mudah diakses, dapat dilihat dan dikenali dari berbagai penjuru kawasan, dan dapat menghub-ungkan ruang-ruang dari berbagai penjuru, baik secara horizontal maupun vertikal.

Rancangan Wantilan memiliki ukuran 30 me-ter persegi pada tiap bangunan, dengan fasil-itas utama berupa hall atau ruang kosong se-bagai pusat sirkulasi dan beberapa ruang pelengkap lain seperti ruang informasi dan toi-let umum. Ruang kosong ini dapat bersi-fat multifungsi, artinya dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya pertunjukan, pameran, maupun sekadar sebagai ruang sosial pasif. Secara efektif hanya dua lantai wantilan saja yang digunakan, yakni lantai dasar dengan lantai mezanine (lantai

setengah tingkat).

Gambar 4. Layout Wantilan dalam Kawasan Terpadu

Gambar 5. Denah Lantai Wantilan

LT 1 mezanine

Page 5: EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

Andre Pradiktha Winawan Putu (0904205045)1), Widiastuti2), dan I Gusti Bagus Budjana3)– Kawasan Terpadu

Berwawasan Hijau Kota Denpasar - Bali 5

Tampilan

Hasil hibrida antara konsep arsitektur bali tradisi dengan teknologi dan tampilan modern menghasilkan tampilan Wantilan yang futurustik dan unik. Hal ini dipengaruhi oleh penerapan fasad luar kaca pv (photovol-taic) yang membuat Wantilan memiliki bentuk dasar segitiga atau menyerupai gunung.

Tampilan Multidimensi juga dapat dirasakan secara human scale, bahwa Wantilan memiliki karakter yang berbeda apabila dilihat dari jauh, dari dekat, dan dari dalam. Dari jauh Wantilan dapat menjadi petanda / icon dari kawasan. Apabila dilihat dari dekat barulah sosok arsitektur tradisional yang modern nampak. Se-dangkan dari dalam susunan struktur Wantilan yang monumental berfungsi sebagai penyambut pengunjung yang bersirkulasi dari basement menuju kawasan dengan nuansa yang sama sekali berbeda dengan tempat lainnya di Kota Denpasar.

PURA

KAJA

GN. AGUNG

KANGIN

(TIMUR)

Gambar 7. Tampilan Wantilan dari Jarak Jauh

Gambar 8. Tampilan Wantilan dari Jarak Dekat

Gambar 6. Kualitas Ruang Negatif yang Dibentuk dari Pengaruh Konsep Multidimensional

Page 6: EJurnal Arsitektur (JA) Unud_AndrePradiktha - Wantilan

6 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana – Volume 2 Edisi April 2013 - ISSN No. 1234-5678

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa penerapan Arsitektur Tradisional Bali pada sebuah konsep arsitektur modern tidaklah mustahil untuk dilakukan. Secara filosofis konsep tradisional dapat menjadi pemegang kendali terhadap konsep kekinian yang diterapkan. Pada contoh bangunan Wantilan yang telah dibahas, bangunan ini dapat tampil secara futuristik dan memenuhi kebutuhan penggunanya yang modern tanpa harus meninggalkan tradisionalitas dan kelokalan yang menjadi esensi rancangannya, baik bentuk dan fungsi ruangnya, secara multidimensional.

REFERENSI

Frick, Heinz, 2006, ‘Arsitektur Ekologis’,Yogyakarta, Kanisus.

Gelebet, I Nyoman, 1986, ‘Arsitektur Tradisional Daerah Bali’, Depdikbud, Bali.

Certainteed Saint-Gobain. 2010. ‘Apollo Tile Solar Cell Brochure’. [online pdf file: diakses tanggal: 15

Februari 2013]. http://www.certainteed.com/resources/ApolloTileBroch.pdf

Pemerintah Kota Denpasar, 2010, ‘Profil Kota Denpasar Bali’, Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar.

Schwanke, Dean, 2003, ‘Mixed Use Development Handbook’, US, Urban Land Institute.

Walters, David, 2004, ‘Design First: Design Based Planning for Communities’, Oxford, Elsevier.