Upload
trannga
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“EKONOMIA” JURNAL EKONOMIA
ISSN : 1858 – 2451
VOL. 4, No. 2, Juli 2014
PEMIMPIN UMUM
Drs. H. AM. Effendi Sangkim, M.Si
PEMIMPIN REDAKSI
Elvera, S.E., M.Sc
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Laili Dimyati, S.E. M.Si
KONSULTAN AHLI
Dr. Zakaria Wahab, M.BA
Drs. M. Kosasih Zen, M.Si
DEWAN REDAKSI
Junaidi, S.I.P., M.Si
Marko Ilpiyanto, S.E.,M.M
Ruaman Yudianto, S.E., M.M
Zulaiha, S.E. M.A
SEKRETARIS REDAKSI
Yulia Misrania, S.E
DISTRIBUTOR
Yadi Maryadi, S.E
Ipriansyah, Amd.Kom
PEMIMPIN USAHA
Chusnul Chotimah, SE
DITERBITKAN OLEH :
LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LEMBAH DEMPO PAGARALAM
Jl. H. Sidik Adim No. 98 Airlaga, Pagaralam Utara.
Telp. (0730) 624445, Fax (0730) 62325
94
KONSISTENSI PENERAPAN DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (UKL)-UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP (UPL) DALAM PENGELOLAAN LIMBAH PTPN VII
(PERSERO) UNIT USAHA KOTA PAGAR ALAM
Herma Diana, S.H.,M.H. *)
ABSTRACT
This thesis is intended to analyze the " Consistency of application of
Environmental Management Procedures - Environmental Monitoring Effort
PTPN VII (Limited) Pagaralam Business Unit ".
This thesis uses empirical juridical approach, material processing through
the method of analyzing qualitative descriptive material by law, for the purpose of
Analyzing Consistency Application of Environmental Management Procedures
Document - Environmental Monitoring Effort PTPN VII (Limited) Pagaralam
Business Unit, and Analyzing and Explaining Protection / Legal efforts to Our
Communities Around PTPN VII (Limited) Business Units Affected Pagaralam
negative / Pollution from The waste.
PTPN VII (Limited) Business Unit Pagaralam perform waste
management based on the applicable provisions of Law No. 32 of 2009 on the
Protection and Management of the Environment, Government Regulation No. 27
Year 2012 on Permit Environmental Regulation of the Minister of Environment of
the Republic of Indonesia Number 13 of 2010 on Environment Management
Program and Environmental Monitoring Effort and Ability Statement
Environment, Regulation of the Minister of Environment of the Republic of
Indonesia Number 05 Year 2012 on Types of Business Plan and / or Activities
Requiring Environmental Impact Assessment, Pagaralam Regional Regulation
No. 5 of 2011 on the development of Business and Activities Environmental
Assessment, Mayor Pagaralam Circular No. 660/244/BPLH/PP-I/VI/2012 dated
July 3, 2012 on the preparation of the EIA, Environmental Management
Procedures - Environmental Monitoring Effort, and the Environmental Permit.
This study contributes to ideas for the party that has the authority to assess the
consistency of application of the Environmental Management Procedures
Document - Environmental Monitoring Effort waste management PTPN VII
(Limited) Pagaralam Business Unit. Under the applicable regulations.
Type of waste in PTPN VII (Limited) Pagaralam Business Unit among
others; Liquid Waste, Solid Waste, Metal Waste , Ambient Air Emissions and
Hazardous and Toxic Waste. Of the kind of waste if not properly handled or
processed will have a negative impact and disrupt the continuity of the area
around the factory PTPN VII (Limited) Pagaralam Business Unit. The threat of
negative impact if the waste is not properly managed or mitigated, employees and
the community around the plant site, disruption to air quality.
*) Dosen Tetap STIE Lembah Dempo
Pagaralam
95
Protection / remedies for people affected by pollution the compensation
(polluter pay principle) according to the explanation of Article 87 Paragraph (1)
of Law no. 32 of 2009.
Kaywords: Consistency of application of Environmental Management
Procedures Document - Environmental Monitoring Effort
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945
dalam Pasal 33 mengamanatkan,
bahwa bumi dan air serta kekayaan
yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat banyak. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan
pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup.
Demikian luasnya ruang
lingkup pembangunan yang akan
dicapai, maka harus dilaksanakan
secara bertahap dan
berkesinambungan. Pembangunan
tentu akan membawa perubahan-
perubahan dalam masyarakat.
Dengan adanya perubahan dalam
pembangunan tersebut dan semakin
bertambahnya jumlah penduduk,
maka seyogyanya harus disesuaikan
dengan pemanfaat sumberdaya alam
yang ada demi kesinambungan
kehidupan dari masyarakat itu
sendiri, baik pada saat sekarang
maupun masa yang akan datang.1
Kesadaran dan kehidupan
masyarakat dalam kaitannya dengan
pengelolaan lingkungan hidup telah
berkembang sedemikian rupa
sehingga pokok materi sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor
1Email Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,
Mutiara, Jakarta , 1981 hal. 116
4 Tahun1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup perlu
disempurnakan untuk mencapai
tujuan pembangunan yang
berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan (”Sustainable
development”), pemerintah mencabut
Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1982, dan menerbitkan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup berlaku pada tanggal 19
September 1997. Kemudian
kualiatas lingkungan hidup yang
semakin menurun telah mengancam
kelangsungan perikehidupan
manusia makhluk lainya sehingga
perlu dilakakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang
sungguh-sungguh dan konsisten oleh
semua pemangku kepentingan
sehingga diterbitkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009
Undang –Undang tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Lingkungan hidup Indonesia
sebagai konsep ekologi, yang
pengertiannya dibakukan dalam
Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 berbunyi
sebagai berikut: ” Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan
96
perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta mahkluk hidup lain.” 2
Dari batasan di atas,
lingkungan hidup tidak mengenal
batas wilayah administratif atau
Negara. Akan tetapi kalau
lingkungan hidup itu dikaitan dengan
perlindungan dan pengelolaannya,
maka harus jelas batas wilayah
perlindungan dan pengelolaannya,
negara Indonesia dengan iklim tropis
yang memberikan kondisi alamiah
dan kedudukan dengan peranan
strategis dalam menyelenggarakan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup..
Berdasarkan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup memberi
batasannya pada Pasal 1 Ayat (2):
”Perlindungan dan Pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan /atau
kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi pencemaran, pemanfaatan,
pengendalian”.3
Dalam pendayagunaan
sumber daya alam, baik hayati
maupun nonhayati, sangat
mempengaruhi kondisi lingkungan
bahwa dapat mempengaruhi sistem
kehidupan yang sudah berimbang, ini
harus memperhatikan tujuannya, dan
pengaruh (dampak) yang akan timbul
bila tidak diperhatikan akibatnya
akan dirasakan oleh masyarakat
sekarang dan generasi berikutnya,
2UU No. 32 Tahun 2009, Undang-Undang Perlidungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Butir 1 3UU No. 32 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat (2)
keseimbangan akan memakan waktu
cukup lama dengan biaya yang tidak
sedikit.
Penataan ruang serta
keterpaduan kegiatan pembanguan
dalam wilayah di dukung oleh peran
serta aktif masyarakat dan dunia
usaha serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Konsep pembangunan
berkelanjutan merupakan standar
yang tidak hanya diperlukan bagi
perlindungan lingkungan melainkan
juga merupakan kebijaksanaan
program pembangunan. Artinya
dalam penyediaan, penggunaan
sumber daya alam dalam taraf
kesejahteraan ekonomi, pencegahan
terhadap pembangunan yang
destruktif yang tidak bertanggung
jawab terhadap lingkungan, serta
berkewajiban untuk turut serta dalam
melaksanakan pembangunan
berkelanjutan pada setiap
masyarakat.
Dalam pendayagunaan
sumber daya alam, baik hayati
maupun nonhayati, sangat
mempengaruhi kondisi lingkungan
bahwa dapat mempengaruhi sistem
kehidupan yang sudah berimbang
antara kehidupan tersebut dan ini
harus memperhatikan tujuannya, dan
pengaruh (dampak) yang akan timbul
bila tidak diperhatikan akibatnya
akan dirasakan oleh masyarakat
sekarang dan generasi berikutnya,
keseimbangan akan memakan waktu
cukup lama dengan biaya yang tidak
sedikit.4
4Subagyo, P.Joko, Hukum Lingkungan dan
Penanggulangannya, Rineka Cipta, Jakarta, 1999,
hal. 1
97
Dalam prakteknya masih
banyaknya dijumpai pihak-pihak
yang belum menunjukkan komitmen
untuk melaksanakan pembangunan,
tapi yang lebih dikuatirkan adalah
pihak-pihak yang mendirikan
industri tanpa memperhatikan adanya
pengelolaan limbah yang baik.
Umumnya mereka lebih
mementingkan keuntungan ekonomi
semata. Akhirnya masalah yang
berkaitan dengan pencemaran
bermunculan.
Berdasarkan ketentuan Pasal
57 Ayat (1) Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 menyebutkan bahwa
pemeliharaan lingkungan hidup
dilakukan melalui upaya:
1. Konservasi sumber daya alam
2. Pencadangan sumber daya
alam; dan /atau
3. Pelestarian fungsi atmosfer.5
Setiap usaha dan /atau
kegiatan wajib memiliki Amdal,
yang diperoleh melalui tahapan
kegiatan yang meliputi:
a. Penyusun Amdal dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) - Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
b. Penilaian Amdal dan
pemeriksaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) –Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
c. Permohonan dan penerbitan
Izin Lingkungan.6
Untuk menunjang
pembangunan agar diarahkan dalam
segala usaha pendayagunaannya
tetap memperhatikan keseimbangan
lingkungan serta kelestarian fungsi
5UU No. 32 Tahun 2009, Pasal 57 Ayat (1)
6PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
lingkungan hidup. Sehubungan
dengan itu terus diusahakan
perluasan keanekaragaman
pemanfaatan sumber alam guna
meningkatkan kekuatan ekonomi
bangsa.
Perkebunan dan Pabrik
Pengeolahan Teh Unit Usaha
Pagaralam merupakan salah satu
Unit Usaha di PTPN VII (Persero).
Peletakan batu pertama dilakukan
pada tanggal 2 Mei 1929 dan
kemudian dikelola oleh perusahaan
Belanda. Pada tahun 1942-1945,
yaitu pada masa perang dunia II
perusahaan dikuasai Jepang. Tahun
1945-1949 dikelola dibawah
Departemen Pertanian, kemudian
semasa clash dengan Belanda, kebun
dan Pabrik Teh Gunung Dempo
dibumihanguskan. Perkebunan dan
pabrik kemudian dibangun kembali
oleh perusahaan Belanda yaitu
Kultur NV. Soerabaia pada tahun
1951-1958. Perusahaan kemudian
dinasionalisasikan dan dikelola PN
Baru Sumatera Selatan selama tahun
1958-1963. Antara tahun 1963-1968
perusahaan dikelola oleh PPN Antan
VII Bandung, lalu dikelola dibawah
PNP X Bandar Lampung antara
tahun 1968-1980. Perusahaan lalu
dikelola oleh PT Perkebunan X
(Persero) pada tahun 1980-1996,
kemudian dari tahun 1996- sekarang
dikelola oleh Perusahaan Perseroaan
(Persero) PT Perkebunan Nusantara
VII yang merupakan konsolidasi
PTP XI, PTP XXIII, dan PTP XXXI.
Perseroan didirikan dengan
berdasarkan Akta Pendirian
Perusahaan oleh Notaris Harun
Kamil, S.H Nomor 40 tanggal 11
Maret 1996, dan telah mendapatkan
98
pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan No. C2-8335. HT
.01.01. tahun.1996 tanggal 8 Agustus
1996.
Lokasi PTPN VII Unit Usaha
Pagaralam di Gunung Dempo,
Kecamatan Pagaralam Selatan yang
berjarak 9 km dari Kota Pagaralam,
69 km dari Kota Lahat, 300 km dari
Kota Palembang, dan 660 km dari
(Kantor Direksi PTPN VII (Persero)
Bandar Lampung.
Kondisi topografi relatif
lereng dan bergelombang dengan
jenis tanah umumnya Andosol. Areal
kebun berada pada ketinggian
sekitar 950 - 1.900 meter di atas
permukaan laut dengan curah hujan
rata-rata pertahun 2.500 mm-3000
mm. Musim basah selama 10 bulan
dan musim kering selama 2 bulan,
memiliki kelembaban udara berkisar
antara 60% - 85% dengan suhu udara
berkisar antara 150C - 26
0C.
Jenis produksi yang
dihasilkan adalah teh hitam dengan
kapasitas olah pabrik saat ini 80 ton
pucuk segar per hari, dalam proses
produksinya PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
mengembangkan teknologi budidaya
dan proses yang efisien untuk
menghasilkan produk berkualitas,
dengan didukung 1.429,32 hektar
area tanamnan teh milik PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam.
Keberadaan PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
seharusnya juga memelihara
kelestarian kemampuan lingkungan,
mencegah pencemaran perusakan
lingkungan hidup serta pemborosan
penggunaan sumber alam, dengan
demikian maka perlu ditingkatkan
pemanfaatan limbah serta
pengembangan teknologi daur ulang.
PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam yang memproduksi
teh, keberadaan PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam itu tentu
membawa dampak positif dan
dampak negatif bagi masyarakat,
khususnya masyarakat di sekitar
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam, dampak positifnya dari
aspek ekonomi terciptanya lapangan
kerja dan kesempatan berusaha,
memberi devisa bagi daerah dan
negara dari sektor pajak, dari aspek
sosial yaitu pemeratan penyebaran
penduduk dan mempercepat
pengembangan wilayah, dan dari
aspek pariwisata keberadaan PTPN
VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
menjadi salah satu daerah tujuan
wisata baik domestik maupun
mancanegara.
Kemudian dampak dari
limbahnya bisa berdampak positif
dan negatif, adapun limbah yang
dihasilkan oleh PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam berupa
limbah padat, limbah cair, emisi
udara ambient dan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), limbah
padat dapat dijadikan pupuk dan
makanan ternak, dan emisi udara
ambient ini adanya pencemaran
udara lingkungan pabrik PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam,
akibat proses pengolahan
pengeringan teh menggunakan bahan
bakar cangkang atau kulit biji kelapa
sawit sebagai bahan bakarnya, asap
yang berwarna hitam yang dihasilkan
dari proses tersebut mengganggu
masyarakat disekitarnya khususnya
di kelurahan Gunung Dempo
Pagaralam.
99
Keadaan ini telah
berlangsung dari tahun 2006 sampai
dengan 2012 dengan alasan lebih
ekonomis, yang dulunya sebelum
tahun 2006 pengeringan teh
menggunakan bahan bakar solar/
mesin desel yang tidak menimbulkan
dampak yang begitu berarti tetapi
memerlukan biaya yang relatif lebih
mahal dibandingkan dengan
menggunakan bahan bakar cangkang
kelapa sawit, namun konsekuensinya
menimbulkan pencemaran, dampak
negatif inilah yang menjadi masalah
karena mengganggu lingkungan
masyarakat disekitarnya karena
polusi udara, walaupun belum atau
tidak sampai kepada gugatan dari
masyarakat tetapi ini menimbulkan
masalah lingkungan hidup bagi
masyarakat disekitarnya, ini dalam
aplikasinya adanya ketidak selarasan
dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) - Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL), walaupun tidak
keseluruhannya, hal ini perlu
ditindak lanjuti oleh pihak PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
untuk menanggulangi atau
meminimalisir dampak negatifnya.
Dari temuan pencemaran
tersebut ada dalam pengeloaan
limbahnya, pihak PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
seharusnya bertanggung jawab dan
melakukan pengelolaan limbahnya
berdasarkan peraturan yang berlaku,
serta memberikan upaya
perlindungan hukum bagi
masyarakat disekitarnya akibat dari
pencemaran tersebut.
Oleh sebab itu PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam perlu
melakukan pengelolaan limbah
berdasarkan ketentuan yang berlaku
yaitu Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2010
tentang Upaya Pengelolaan
lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaaan
Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup,
Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 05
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan /atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, Peraturan Daerah Pagaralam
Nomor 5 Tahun 2011 tentang
pembinaan Jenis Usaha dan Kegiatan
Kajian Lingkungan Hidup, Surat
Edaran Walikota Pagaralam Nomor
660/244/BPLH/PP-I/VI/2012 tanggal
3 Juli 2012 tentang Penyusunan
AMDAL, UKL-UPL, SPPL, dan Izin
Lingkungan. KONSISTENSI
PENERAPAN DOKUMEN
UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (UKL)-
UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (UPL)
DALAM PENGELOLAAN
LIMBAH PTPN VII (PERSERO)
UNIT USAHA KOTA PAGAR
ALAM.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan paparan diatas,
maka pokok permasalahan studi ini
yang sekaligus merupakan fokus dari
penelitian adalah :
100
1. Bagaimanakah Konsitensi
Penerapan Dokumen UKL-UPL
dalam Meningkatkan Jumlah
Produksi Teh pada PTPN VII
Pagaralam?
2. Bagaimana Perlindungan/Upaya
Hukum Terhadap Masyarakat di
Sekitar PTPN VII yang Terkena
Dampak Pecemaran dari
Kegiatan Produksi Teh Yang di
Timbulkan oleh PTPN VII
Pagaralam?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian
adalah untuk menjawab pokok
permasalahan tersebut, maka
penelitian bertujuan :
1. Untuk Menganalisis dan
Menjelaskan Konsistensi
Penerapan Dokumen UKL-UPl
dalam Meningkatkan Jumlah
Produksi Teh pada PTPN VII
Pagaralam.
2. Untuk Menganalisis dan
Menjelaskan
Merlindungan/Upaya Hukum
terhadap Masyarakat di Sekitar
PTPN VII yang Terkena Dampak
Pecemaran dari Kegiatan
Produksi Teh Yang di Timbulkan
oleh PTPN VII Pagaralam?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1. Untuk perbaikan dan
pengembangan keilmuan
dibidang Hukum
Administrasi Negara,
Hukum Ekonomi dan
khususnya di bidang Hukum
Lingkungan.
2. Dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dan bahan
buku penulisan bagi praktisi
hukum, pemerhati hukum
dan masyarakat luas yang
berminat atau sekedar ingin
mengetahui tentang topik
bahasan ini.
b. Manfaat Praktis
1. Dapat memberikan kontribusi
pemikiran kepada
pemerintah sebagai masukan
akademis bagi pengambilan
kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan pemecahan
masalah yang timbul dimana
kasus lingkungan hidup
sudah ditangani secara serius
termasuk melalui jalur
hukum.
2. Dapat bermanfaat bagi pihak
pemerintah, pemprakarsa,
masyarakat dan dalam
menangani masalah limbah
yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan dan
jumlah produksi Teh.
3. Dapat memberikan
kontribusi pemikiran bagi
pihak yang mempunyai
kewenangan untuk
mengkaji Konsistensi
Penerapan Dokumen UKL-
UPL dalam Meningkatkan
Jumlah Produksi Teh pada
PTPN VII Pagaralam.
E. Kerangka Teori
a. Grand Teori
Dasar pemikiran perlunya
diberikan perlindungan
hukum terhadap seseorang
individu untuk memperoleh
lingkungan hidup yang sehat
101
(The Right to a Healty
Enviroment) yang
merupakan salah satu HAM
yang diatur di dalam
Deklarasi Universal Hak
Aasasi Manusia.7
Manusia di dalam kehidupan
tidak cukup hanya
memperhatikan materi,
energi, dan informasi.
Meskipun ekologi penting, ia
bukan satu-satunya masukan
untuk mengabil keputusan
dalam permasalahan
lingkungan hidup, melainkan
hanya salah satu masukan
saja. Ekologi merupakan
salah satu komponen dalam
sistem pengelolaan
lingkungan hidup yang harus
ditinjau bersama dengan
komponen lain untuk
mendapatkan keputusan yang
seimbang.8
Betapapun macam dan
bentuk ekosistem itu, yang
penting bagaimana ekosistem
tersebut menjadi stabil
sehingga manusianya bisa
tetap hidup dengan teratur
dari genarasi ke generasi
selama dan sesejahtera
mungkin. Disamping itu
perlu disadari pula, bahwa
manusia harus berfungsi
sebagai subyek dari
ekosistemnya walaupun tidak
boleh mengabaikan arti
pentingnya menjaga
kestabilan ekosistemnya
7 Muladi, Hak Asasi Manusia Politik dan Sistem
Peradilan Pidana, Semarang, BP Undip, 1997,hal.203 8 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, Cetakan Keempat, Jakarta, Djambatan,
1988, hal.20
sendiri. Perubahan-
perubahan yang terjadi di
dalam daerah lingkungan
hidupnya. Mau tidak mau
akan mempengaruhi
ekosistem manusianya,
karena manusia akan banyak
sekali bergantung pada
ekosistemnya.9
b. Midle Range Teori
L.L. Bernad dalam bukunya yang
berjudul Introduction to
Social Psychology membagi
lingkungan atas empat
macam, yakni:
1. Lingkungan fisik atau
anorganik, yaitu
lingkungan yang terdiri
dari gaya kosmik,
fisiogeografi seperti
tanah, udara, laut, radiasi,
gaya tarik, omak dan
sebagainya.
2. Lingkungan biologi atau
organik yaitu segala
sesuatu yang bersifat
biotis berupa
mikroorganisme, parasit,
hewan, tumbuh-
tumbuhan Termasuk juga
disini lingkungan parental
dan proses-proses biologi
seperti reproduksi,
pertumbuhan dan
sebagainya.
3. Lingkungan sosial ini dapat
dibagi dalam tiga bagian :
a. Lingkungan fisiososial,
yaitu yang meliputi
kebudayaan materiil,
9 Fuad Amsyari, Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran
Lingkungan, Cetakan Ketiga, Jakarta, Ghalia Indonesia,
1986, hal.
33-34
102
peralatan senjata,
mesin, gedung-
gedung.
b. Lingkungan biososial,
manusia dan bukan
manusia, yaitu,
manusia dan
interaksinya terhadap
sesamanya dan
tumbuhan beserta
hewan domestik dan
semua bahan yang
digunakan manusia
yang berasal dari
sumber organik.
c. Lingkungan
Psikososial, yaitu yang
berhubungan dengan
tabiat batin manusia,
seperti sikap,
pandangan, keinginan,
keyakinan. Hal ini
terlihat melalui
kebiasaan, agama,
ideologi, bahasa.
4. Lingkungan Komposit,
yaitu lingkungan yang
diatur secara
institusional, berupa
lembaga-lembaga
masyarakat, baik yang
terdapat di daerah, kota
atau desa.
c. Applied Teori
Di dalam Pasal 2 Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009,
ditetapkan bahwa,
perlindungan dan pengelolaan
dilaksanakan berdasarkan 14
(empat belas) asas, yaitu:10
10
Pasal 2 UU No. 32 Tahun 2009
1. Asas Tanggung Jawab
Negara:
Yang dimaksud dengan ”
asas tanggung jawab
negara” adalah:
a. Negara menjamin
pemanfaatan
sumberdaya alam akan
memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan
rakyat.
b. Negara menjamin hak
warga negara atas
lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
c. Negara mencegah
dilakukannya kegiatan
pemanfaatan
sumberdaya alam yang
menimbulkan
pencemaran dan /atau
kerusakan lingkungan
hidup.11
2. Asas Kelestarian dan
Berkelanjutan:
Yang dimaksud dengan ”
asas kelestarian dan
keseimbangan” adalah
tanggung jawab terhadap
generasi mendatang dan
terhadap sesamanya
dalam satu generasi
dengan melakukan upaya
pelestarian daya dukung
ekosistem dan
memperbaiki kualitas
lingkungan hidup.12
3. Asas Keserasian dan
Keseimbangan:
11
UU No. 32 Tahun 2009 Penjelasan Pasal 2 Huruf a 12
Ibid, Penjelasan Pasal 2 Huruf b
103
pemanfaaatan lingkungan
hidup harus
memperhatikan berbagai
aspek seperti kepentingan
ekonomi, sosial, budaya,
dan perlindungan, serta
pelestarian ekosistem.13
4. Asas Keterpaduan:
Yang dimkasud dengan
”asas keserasian dan
keterpaduan” adalah
dilakukan dengan
memadukan berbagai unsur
atau mensinergikan
berbagai komponen
terkait.14
5. Asas Manfaat:
Yang dimkasud dengan
”asas manfaat” adalah
dilaksanakan disesuaikan
dengan potensi sumberdaya
alam dan lingkungan hidup
untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
dan harkat manusia selaras
dengan pembangunannya.15
6. Asas Kehati-hatian:
Yang dimaksud dengan
”asas kehati-hatian” adalah
keterbatasan penguasaan
ilmu pengetahuan dan
teknologi bukan
merupakan alasan untuk
menunda langkah-langkah
meminimalisasi atau
menghindari ancaman
13 Ibid, Huruf c 14 Ibid, Huruf d 15 Ibid, Huruf e
terhadap pencemaran dan
/kerusakan lingkungan
hidup.16
7. Asas Keadilan:
Yang dimkasud dengan ”
asas keadilan” adalah
harus mencerminkan
keadilan secara
proporsional bagi setiap
warga negara, baik lintas
daerah, lintas generasi
maupun lintas gender.17
8. Asas Ekoregion:
Yang dimaksud dengan
”asas ekoregion” adalah
harus memperhatikan
karakteristik sumberdaya
alam, ekosistem, kondisi
geografis, budaya
masyarakat setempat dan
kearifan lokal.18
9. Asas Keanekaragaman
Hayati:
Yang dimaksud dengan
”asas keanekaragaman
hayati” adalah
keanekaragaman, dan
keberlanjutan sumberdaya
alam hayati yang terdiri
atas sumberdaya alam
nabati dan sumberdaya
alam hewani yang bersama
dengan unsur nonhayati
disekitar secara
keseluruhan membentuk
ekosistem.19
16 Ibid, Huruf f 17
Ibid, Huruf g 18 Ibid, Huruf h 19 Ibid, Huruf i
104
10. Asas Pencemar
Membayar:
Yang dimaksud dengan
bahwa ” asas pencemar
membayar” adalah bahwa
setiap penaggung jawab
yang usaha dan/atau
kegiatan menimbulkan
pencemaran/atau
kerusakan lingkungan
hidup wajib menanggung
biaya pemulihan
lingkungan.20
11. Asas Partisipasif:
Yang dimaksud dengan ”
asas partisipasif ” adalah
berperan aktif dalam
proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara
langsung maupun tidak
langsung.21
12. Asas Kearifan Lokal:
Yang dimaksud dengan ”
asas kearifan lokal” adalah
harus memperhatikan
nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat.22
13. Asas Tata Kelola
Pemerintah yang Baik:
Yang dimaksud dengan ”
asas tata kelola pemerintah
yang baik”adalah dijiwai
oleh prinsip partisipasi,
transparasi, akuntabilitas,
efisiensi, dan keadilan.23
20 Ibid, Huruf j 21
Ibid, Huruf k 22
Ibid, Huruf l 23
Ibid, Huruf m
14. Asas Otonomi Daerah:
Yang dimaksud dengan ”
asas otonomi daerah”
adalah bahwa mengurus
sendiri urusan
pemerintahan di bidang
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup dengan
memperhatikan
kekhususan dan
keragaman daerah dalam
bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 24
Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 menetapkan bahwa
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup meliputi:
1. Perencanaan
Ditetapkan dalam Pasal 5 dari
Undang-Undang itu yang
berbunyi, perencanaan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dilaksanakan
melalui tahapan:
a. Penetapan wilayah ekoregion;
b. Penyusunan RPPLH.
Penetapan wilayah ekoregion
dilaksanakan oleh Menteri
setelah berkoordinasi dengan
instansi terkait, dilaksanakan
dengan mempertimbangkan:
a. karekteristik bentang alam
b. daerah aliran sungai
c. iklim
d. flora dan fauna
e. sosial budaya
f. ekonomi
g. kelembagaan masyarakat
24
Ibid, Penjelasan Pasal 2 Huruf n
105
h. hasil inventarisasi lingkungan
hidup
Penyusunan RPPLH (Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup), disusun
oleh Menteri, gubernur atau
bupati/walikota yaitu:
a. Keragaman karakter dan
fungsi ekologis
b. Sebaran penduduk
c. Sebaran potensi sumberdaya
alam
d. Kearifan lokal
e. Aspirasi masyarakat
f. Perubahan iklim.
RPPLH (Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup) diatur dengan:
a. Peraturan pemerintah untuk
RPPLH nasional.
b. Peraturan daerah provinsi
untuk RPPLH provinsi.
c. Peraturan daerah
kabupaten/kota untuk RPPLH
kabupaten/kota.
RPPLH (Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup) memuat rencana tentang:
a. Pemanfaatan dan /atau
pencadangan sumberdaya
alam.
b. Pemeliharaan dan
perlindungan kualitas dan/atau
fungsi lingkungan hidup.
c. Pengendalian, pemantauan.
d. Adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim.
2. Pemanfaatan sumberdaya alam
Sumberdaya hayati dan nonhayati
yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.
Pemanfaatan sumberdaya alam
dilakukan berdasarkan RPPLH,
dan bila belum tersusun,
dilaksanakan berdasarkan daya
dukung dan daya tampung
lingkungan hidup yaitu dengan:
1). Keberlanjutaan proses dan
fungsi lingkungan hidup,
2). Keberlanjutan produktifitas
lingkungan hidup, dan
3). Keselamatan, mutu hidup, dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Kerusakan lingkungan hidup
Kerusakan lingkungan hidup
perubahan langsung dan/atau
tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang
melampaui kreteria baku
kerusakan lingkungan hidup.25
4. Instrumen pencegahan
pencemaran, kerusakan
lingkungan hidup
Adapun instrumen pencegahan
pencemaran, kerusakan
lingkungan hidup, antara lain
sebagai berikut:
1). KLHS (Kajian Lingkungan
Hidup Strategis)/Strategic
Environmental Assessment.
Pasal 1 Butir 10 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun
2009, memberikan batasan
bahwa:”KLHS adalah
rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan
partisipasif, untuk
memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah.” 26
2). Tata Ruang, yaitu :
25
Pasal 1 butir 17 UU No. 32 Tahun 2009 26
UU No. 32 Tahun 2009, Pasal 1 butir 10
106
(1). Untuk menjaga
kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan
keselamatan
masyarakat.27
(2). Perencanaan tata ruang
wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan
memperhatikan daya
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidup.
3). Baku Mutu Lingkungan
Hidup/ Environmental Qulaity
Standard
Buku mutu lingkungan adalah
ukuran batas atau kadar
mahkluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau
harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang
keberadaannnya dalam suatu
sumberdaya tertentu sebagai
unsur lingkungan hidup.
4). AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak
Lingkungan)/Environment
Impact Analysis.
Di dalam Pasal 1 Butir 11 dari
Undang-Undang No. 32
Tahun 2009, berbunyi
sebagai berikut: Analisis
dampak lingkungan hidup
adalah dampak penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada
lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan
27 Ibid, Pasal 1 butir 1
tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan”.28
Dari rumusan itu dapat
diartikan, bahwa analisis
mengenai dampak lingkungan
hidup adalah suatu studi yang
mengidentifikasi,
memprediksi,
mengiterpretasi, dan
mengkomunikasikan
pengaruh dari suatu kegiatan,
khususnya suatu proyek
terhadap lingkungan.
5). Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) -
Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
Dalam Pasal 34 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun
2009 menyebutkan:
1. Setiap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak
termasuk dalam kreteria
wajib Amdal
sebagaimana dimaksud
Pasal 23 Ayat (1) wajib
memiliki Upaya
Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UKL) - Upaya
Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL).
2. Gubernur atau
bupati/walikota
menetapkan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan
Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(UKL) - Upaya
Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL).
II. METODE PENELITIAN
28
UU No. 32 Tahun 2009, Pasal 1 Butir 11
107
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum ini
adalah penelitian hukum
empiris yang bersifat
kualitatif, penelitian hukum
dilakukan untuk
menghasilkan argumentasi,
teori atau konsep baru
sebagai preskriptif dalam
menyelesaikan masalah yang
dihadapi.29
2. Pendekatan Penelitian
Pedekatan dalam penelitian
hukum ini dimaksudkan
untuk melakukan pendekatan
terhadap permasalahan yang
diteliti, untuk kemudian
dikaji dari aspek Hukum
Administrasi Negara,
khususnya pada Hukum
Lingkungan.
3. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan
adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah data
yang diperoleh secara
langsung dari sumber
aslinya. Data primer dalam
penelitian ini menggunakan
wawancara. Pengertian
wawancara menurut
Norman K. Denzen
sebagaimana dikutip oleh
Soerjono Soekanto adalah
percakapan dengan
berhadap-hadapan dimana
satu orang memberikan
informasi kepada yang
lainnya.
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Kencana Prenada Group, Jakarta, 2010, hal.35
Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
wawancara dengan
menggunakan suatu
pedoman wawancara yang
berisikan pokok-pokok
yang diperlukan untuk
wawancara dan atau
dipergunakan daftar
pertanyaan berstruktur yang
memberikan pertanyaan
tertutup dan terbuka.30
Wawancara dilakukan di
PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam, Badan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup (BPLH) Kota
Pagaralam, dan masyarakat
disekitar PTPN VII
(persero) Unit Usaha
Pagaralam.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder
dengan menggunakan studi
dokumen. Data sekunder
yaitu data yang diperoleh
dari bahan pustaka, dilihat
dari sudut pengikatnya
digolongkan ke dalam:
- Bahan hukum primer:
Bahan hukum yang
mengikat antara lain;
Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Peraturan
Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, Peraturan
Menteri Lingkungan
30
Jhonny Ibrahim , Teori dan Metodologi Penelitian
Hukum, Bayumedia, Malang , hal. 26
108
Hidup Republik
Indonesia Nomor 13
Tahun 2010 tentang
Upaya Pengelolaan
lingkungan Hidup
(UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL), Peraturan
Daerah Pagaralam
Nomor 5 Tahun 2011
tentang Pembinaan Jenis
Usaha dan Kegiatan
Kajian Lingkungan
Hidup, Surat Edaran
Walikota Pagaralam
Nomor
660/244/BPLH/PP-
I/VI/2012 tanggal 3 Juli
2012 tentang
Penyusunan AMDAL,
UKL-UPL, SPPL, dan
Izin Lingkungan.
- Bahan hukum
sekunder:
Bahan hukum berupa
buku dan hasil penelitian
yang berhubungan
dengan penelitian ini.
- Bahan hukum tersier:
Bahan hukum berupa
kamus bahasa Indonesia
dan internet yang
berhubungan dengan
penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan
dalam bentuk terstruktur
dan mendalam dengan
menggunakan pedoman
wawancara. Adapun
informan dipilih
didasarkan atas
pertimbangan
berdasarkan kewenangan,
pengetahuan dan
pengalaman dianggap
dapat memberikan data
primer berupa pendapat
hukum mengenai
Konistensi Penerapan
Dokumen UKL-UPL
Terhadap Pengelolaan
Limbah PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi
merupakan pengumpulan
data yang dilakukan
melalui data tertulis
dengan menggunakan
dokumen-dokumen yang
di dapat untuk
selanjutnya dilakukan
analisis terhadap isi
dokumen. Metode
dokumen digunakan
untuk melihat data proses
tentang Konsistensi
Penerapan Dokumen
UKL- UPL Terhadap
Pengelolaan Limbah
PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam.
5. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data yang
diperoleh dari wawancara
yaitu meneliti kembali
informasi yang telah
diterima dari interview
(orang yang diwawancarai),
melakukan editing yaitu
memeriksa kembali
mengenai relavansi jawaban
109
dari interview bagi
peneliti.31
Sedangkan
pengolahan data yang
diperoleh dari bahan
pustaka yaitu diadakan
kegiatan untuk mengadakan
sistematisasi terhadap
bahan-bahan hukum
tersebut.
6. Teknik Analis Data
Data dianalisis dengan
kualitatif yaitu :
mengidentifikasi dan
menemukan ”pola” atau
”tema”data tersebut. Tema
atau pola tersebut tampil
secara acak dalam
tumpukan informasi atau
keterangan yang ada dalam
data. Setelah tema atau data
ditemukan, langkah
selanjutnya adalah
mengklarifikasikan atau
meng-encode tema tersebut
dengan memberikan label,
defenisi atau deskripsi.32
Data penelitian ini
dianalisis secara deskriptif
kualitatif untuk
menggambarkan tentang
Konsistensi Penerapan
Dokumen UKL- UPL
dalam Meningkatkan
Produksi Teh pada PTPN
VII Pagaralam. Setelah itu
diambil kesimpulan dengan
menggunakan metode
deduksi maupun induksi.
Menurut W. Poespoprodjo
dan E.K.T.Gilarso, yang
dimaksud dengan induksi
31
Jhony Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum
Normatif, Bayumedia, Malang, hal. 26 32
Ibid, hal. 264
dan deduksi, yaitu :33
Induksi yaitu proses
pemikiran di dalam akal
kita dari pengetahuan
tentang kejadian atau
peristiwa-peristiwa atau
hal-hal yang lebih konkrit
dan khusus untuk
menyimpulkan pengetahuan
yang lebih umum,
sedangkan deduksi yaitu
proses pemikiran di dalam
akal kita dari pengetahuan
yang lebih umum untuk
menyimpulkan yang lebih
khusus.
7. Teknik Penarikan
Kesimpulan
Teknik penarikan
kesimpulan dalam
penelitian lapangan ini
menggunakan logika
berfikir deduktif, yaitu
penalaran (hukum yang
berlaku) umum pada kasus
individu dan kongrit yang
dihadapi. Proses yang
terjadi dalam deduksi
adalah konkretisasi karena
hal-hal yang dirumuskan
secara umum dijabarkan
(dikonkretisasikan) dalam
wujud aturan-aturan hukum
kongkret, sehingga dapat
ditafsirkan dan disimpulkan
aturan-aturan khusus
tentang ” Konsistensi
Penerapan Dokumen UKL-
UPL dalam Meningkatkan
33
W. Poespoprodjo dan E.K.T..Gilarso, Logika Ilmu
Menalar Dasar- Dasar Berpikir Tertib, Logis, kritis,
Analitis, Dialektis, Pusata Grafika, 2006, Bandung,
hal. 22
110
Produksi Teh pada PTPN
VII Pagaralam”.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Dokumen UKL-UPL PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam
1. Peraturan Walikota
Pagaralam Nomor 19 Tahu
2010
Peraturan Walikota
Pagaralam Nomor 19 Tahun 2010
tentang jenis usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dialengkapi dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UKL) dan Upaya Pemntauan
Lingkungan Hidup (UPL), Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPPL) di Kota Pagaralam. Berikut
tabel jenis kegiatan:34
Tabel 1.
Jenis Kegiatan
34
Peraturan Walikota No. 19 Tahun 2010
Sumber : Lampiran Keputusan
Walikota Pagaralam Nomor 19
Tahun 2010
Pada tabel. 2 (Jenis Usaha)
dalam lampiran Keputusan Walikota
Pagaralam Nomor 19 Tahun 2010,
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam termasuk dalam budidaya
tanaman perkebunan, yang
kegiatannya akan berdampak
terhadap ekosistem berupa erosi
tanah, kebakaran hutan dan lahan,
perubahan ketersedian dan kualitas
air akibat kegiatan pembukaan lahan,
persebaran hama, penyakit dan
gulma pada saat operasi serta
perubahan kesuburan tanah akibat
perubahan kesuburan tanah akibat
penggunaan pestisida/herbisida,
disamping itu seiring juga muncul
potensi sosial dan penyebaran
penyakit.
111
2. Dokumen RKL-RPL PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam
Tujuan Dokumen RKL-RPL
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam No:
RC.220/496/B/III/1994 adalah:
a. Dapat digunakan sebagai
pedoman dalam rangka
penyusunan rencana
pengelolaan lingkungan yang
lebih rinci.
b. Pedoman dalam penyusunan
rencana pemantauan
lingkungan yang lebih
lengkap.
c. Mengidentifikasi kegiatan
utama yang sudah, sedang
dan yang akan dilaksanakan,
baik dikebun maupun
dipabrik terutama yang
berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan.
d. Mengidentifikasi komponen
lingkungan, terutama yang
rawan terkena dampak
kegiatan perusahaan.
e. Mengidentifikasi dan
memperkirakan dampak
lingkungan terutama yang
merupakan kategori dampak
penting.
f. Merumuskan alternatif
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
Pengelolaan lingkungan
bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi dampak - dampak yang
merugikan akibat timbulnya
kegiatan. Dampak-dampak yang
mungkin timbul akibat kegiatan
dapat dilihat pada matriks Dokumen
RKL-RPL PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam dibawah ini:35
Tabel. 2
Matriks RKL-RPL PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
Sumber: Dokumen RKL-RPL PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam No:
RC.220/496/B/III/1994
1). Dampak Positif
Berdirinya pabrik
pengelolaan teh Unit Usaha
Pagaralam membawa dampak positif
dan dampak negatif (limbah) bagi
masyarakat disekitarnya pada
khususnya. Adapun dampak positif
berdirinya PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam tersedianya sarana
umum seperti jalan, masjid, sarana
olahraga, tersedianya lapangan kerja
baik formal, maupun non-formal,
adanya program lingkungan seperti
Community Devlopment (CD),
Community Ralation (CR), dan
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam telah berhasil menerapkan
transfer teknologi kepada masyarakat
seperti adanya pelatihan cara
mendaur ulang limbah padat untuk
35
Laporan Pelaksanaan dan Pemantauan Lingkungan
PTPN VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam Tahun
2012
112
dijadikan pupuk kompos dan
pelatihan manajemen perusahaan.
PTPN VII (Pesero) Unit
Usaha Pagaralam telah menyalurkan
dana CSR ke masyarakat sekitar
yang merupakan bantuan kepada
masyarakat sekitar sebagai wujud
kepedulian sosial dan bina
lingkungan. Berikut tabel penyaluran
dana CSR PTPN VII Unit Usaha
Pagaralam Tahun 2012.36
Tabel. 3
Penyaluran dana CSR
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam
Sumber: Laporan Dokumen UKL-
UPL PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
Triwulan III Tahun 2012
Selain program bina lingkungan,
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam juga telah
menyelenggarakan program
kemitraan dengan usaha kecil
menengah masyarakat Kota
Pagaralam dan sekitarnya, meliputi
usaha rumah makan, warung
manisan, budidaya salak dempo, dan
perbengkelan.
2). Dampak Negatif
Setiap proses produksi akan
menghasilkan produk utama,
hasil sampingan dan limbah.
Pada proses pengolahan teh akan
36
Ibid
dihasilkan teh hitam serta
limbahnya. Jenis limbah di
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam antara lain:
a. Limbah Cair
b. Limbah Padat
c. Limbah Logam
d. Emisi Udara Ambient
e. Limbah Bahan Berbahayaa
dan Beracun (LB3)
3. Pengelolaan Limbah PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam (Konsistensi
Dokumen UKL- UPL)
Dari macam limbah tersebut
apabila tidak ditangani atau diolah
dengan baik akan menimbulkan
dampak negatif dan mengganggu
kelangsungan disekitar kawasan
pabrik PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam. Adapun ancaman
dampak negatif apabila limbah
tersebut tidak dikelola atau
ditanggulangi dengan baik, antara
lain:
1. Mengganggu kesehatan
karyawan dan masyarakat di
sekitar lokasi pabrik.
2. Menimbulkan gangguan
terhadap kualitas udara.
3. Menimbulkan gangguan
terhadap kualitas air.
Pengelolaan lingkungan di
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam menggunakan tiga (3)
pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Teknologi
Menggunakan aspek teknologi
secara spesifikasi yang tepat
untuk menangani dampak yang
timbul akibat dari kegiatan,
perusahaan harus tetap
memelihara instalasi
113
pengolahan teh serta bak
penampung air yang ada
sekarang.
b. Pendekatan Sosial Ekonomi
Program-program yang dapat
meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di
sekitar perusahaan/pabrik dan
pembinaan-pembinaan yang
terkait dengan teknis dan sosial
kemasyarakatan, PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam membantu
pembinaan kepada masyarakat
dalam sektor pertanian,
peternakan dan industri kecil.
PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam harus tetap
memenuhi hak-hak karyawan
tetap dan karyawan tidak tetap,
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
c. Pendekatan Institusional
dengan lembaga-lembaga
penelitian, khususnya
perguruan tinggi Menentukan
lemabaga yang terkait dengan
kepentingannya, dengan
meningkatkan kerja sama yang
baik dengan instansi terkait
serta organisasi nonformal
yang ada di RT/RW sekitar
Pabrik, serta menjalin
kerjasama penelitian terdekat
seperti STIE-AMIK Lembah
Dempo, dan STTP Pagaralam.
Pengelolaan limbah di PTPN
VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
telah dibentuk dalam Satuan Kerja
Safety Healt and Environment
(SHE), adapun pengeloaan limbah
secara menyeluruh adalah sebagai
berikut:
1). Pengelolaan Limbah Cair
Berdasarkan dokumen RKL-
RPL PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam No:
RC.220/496/B/III/1994, secara
prinsip pengelolaan teh hitam
orthodox tidak menggunakan air
untuk dicampurkan dalam
bahan/daun teh dalam proses
pengelolaannya. Air digunakan
dalam proses pengkabutan ruang
oksidasi enzimatis untuk
pengendalian suhu dan kelembaban
ruang. Suhu dan kelembaban
dimaksud bertujuan agar suhu bisa
22-240C dan kelembaban (RH) 95-
980C sehingga oksidasi enzematis
yaitu beraksinya enzym poliphenol
oksidase dengan saat sel pecah, suhu
bubuk teh dapat mencapai suhu
optimal 27-280C.
Dengan pergantian chimney
dari empat (4) unit dengan diameter
0,5 meter menjadi tiga (3) unit
dengan 1 diameter dan penambahan
Wet Scrabber (mesin penangkap
debu jelaga cerobong asap drier),
maka air hasil penyemprotan Wet
Scarbber dikatagorikan limbah
walaupun di recycle dan perlu
dilakukan analisis limbah cair.
Limbah cair diambil di Outlet IPAL
Pabrik dengan pembanding yaitu air
baku dari kali Gede dan Badan
Sungai dari Sungai Prikan.37
Tabel. 4
Hasil Uji Air limbah Pabrik Teh
PTPN VII (Persero) Unit usaha
Pagaralam Tahun 2012
37 Ibid
114
Sumber : Laporan Dokumen UKL-
UPL PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
Triwulan III Tahun 2012
2). Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang
dihasilkan dari pabrik pengolahan
teh Gunung Dempo berupa abu
cangkang hasil pembakaran di drier
atau Heat Exchange (HE) dan bohea
hasil sortasi teh jadi. Pengelolaan
selama ini abu dimanfaatkan untuk
pemadatan jalan kebun di afdeling
dan bohea dimanfaatkan sebagai
mulsa/pupuk di gawangan tanaman
teh. Manfaat dari limbah padat ini
jalan menjadi padat dan tamanan teh
kelembaban tanah terjaga,
pertumbuhan pucuk teh normal dan
pertumbuhan gulma terhambat serta
penghematan biaya perawatan jalan
kebun.
3). Pengelolaan Limbah Logam
Limbah logam yang
dihasilkan berupa besi, plate seng
sisa dari perawatan gedung pabrik.
Limbah logam tersebut yang
memungkinkan dimanfaatkan untuk
keperluan lain seperti pembuatan
lapangan parkir motor pekerja,
perbaikan rumah pekerja dan pabrik.
Logam yang tidak dimanfaatkan lagi
dikumpulan dalam satu tempat dan
diisolasi sambil menunggu proses
lelang di kantor direksi. Jumlah besi
dimaksud telah diidentifikasi oleh
bagian umum/manajemen aset kantor
direksi.
4). Pengelolaan Emisi Udara
Ambient
Pemantauan emsisi udara
ambient dilakukan secara berkala
dalam waktu enam bulan sekali.
Dampak yang dirasakan oleh
masyarakat disekitar pabrik PTPN
VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
adanya polusi udara yang mulai
dirasakan pada tahun 2007 sampai
dengan 2012, adapun alasan bagi
PTPN VII(Persero) Unit Usaha
Pagaralam menggunakan bahan
bakar cangkang kelapa sawit secara
ekonomi lebih hemat, akan tetapi
dilihat dari aspek lingkungan
mengakibatkan polusi udara di
sekitar pabrik dan ini menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan
hidup. Untuk lebih jelasnya konversi
energi Pabrik Teh Gunung Dempo
dari bahan bakar minyak solar ke
bahan bakar cangkang kelapa sawit
periode 2007-2011 dapat lihat pada
tabel sebagai berikut.38
Tabel. 5
Konversi Energi Pabrik Teh Gunung
Dempo dari Bahan Bakar Minyak
Solar ke Bahan Bakar Cangkang
Kelapa Sawit
38
Konversi energi pabrik teh hitam Gunung Dempo
dari bahan minyak solar ke bahan bakar cangkang
kelapa sawit periode 2007-2011
115
Sumber : Laporan Konversi Energi
Pabrik Teh Gunung
Dempo Periode 2007-2011
Secara ekonomis dilihat dari
laporan konversi energi dari bahan
bakar minyak solar ke bahan bakar
cangkang kelapa sawit perusahaan
mendapatkan keuntungan yang lebih
besar, aka tetapi dikaji dari aspek
hukum lingkungan ini menimbulkan
dampak negatif adanya pencemaran
udara dari yang ditimbulkan oleh sisa
pemakaran cangkang kelapa sawit
yaitu asap yang berwarna hitam. Dari
hasil beberapa informan dari
masyarakat disekitar pabrik
menunjukan kualitas udara kurang
bersih yang mengakibatkan udara
menjadi tercemar.
Untuk menanggulangi
dampak negatif ini pihak PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
memasang mesin wet scrabber di
chimney udara ambient di cerobong
asap. Pada akhir 2012 telah
dilakukan analisa emisi udara
ambient. Hasil dari analisa
menunjukan adanya perubahan yang
lebih baik setelah adanya
pemasangan wet scrabber tersebut,
dan pencemaran udara dapat ditekan
atau diminimalisir, dan aman bagi
lingkungan hidup.
5). Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (LB3)
Limbah bahan berbahaya
beracun (B3) berupa oli bekas accu
bekas yang dihasilkan dari keluaran
mesin pabrik yang ditampung
dengan menggunakan drum-drum
dan ditempatkan di Tempat
Penyimpanan Sementara (TPS) LB3.
Limbah B3 tersebut ditata
sedemikian rupa dan dicatat di log
book sehingga memudahkan kontrol
dan pengelolaan. Berikut data
peyimpanan Limbah Berbahaya dan
Beracun (LB3) PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam.39
Tabel. 6
Data Penyimpanan LB3
Akhir Tahun 2012
PTPN VII Unit Usaha Pagaralam
Sumber: Laporan DokumenUKL-
UPL PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
Triwulan III Tahun 2012
B. Perlindungan/Upaya Hukum
terhadap Masyarakat di Sekitar
yang Terkena Dampak
Pecemaran dari Limbah yang
Ditimbulkan Oleh PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam
39
Ibid
116
Dalam menangani konflik
lingkungan antara msyarakat
disekitar pabrik dengan pihak PTPN
VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
penyelesaian dilakukan diluar
pengadilan/tidak sampai kepada
pengadilan, kedua bela pihak
melakukan dengan bentuk
penyelesaian konflik lingkungan ini
adalah dengan cara negosiasi antara
pihak PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam dengan masyarakat
disekitar pabrik. Tujuan diadakannya
negosiasi antara PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam dengan
masyarakat yang terkena dampak
pencemaran lain adalah untuk
mencapai kesepakatan melalui
konsensus bersama yang saling
menguntungkan antara pihak dan
dapat mengakomodasikan
kepentingan atau kebutuhan di antara
pihak-pihak tersebut. Prinsip yang
mendasari negosiasi lingkungan
adalah sesuai dengan prinsip hukum
perdata, yaitu bahwa dalam
menyelesaikan sengketa perdata
diusahakan terlebih dahulu dengan
perdamaian.
Materi atau substansi yang
diajukan oleh masayarakat disekitar
pabrik yang terkena dampak
pencemaran udara kepada pihak
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam sebagai berikut:
1. Bentuk dan besarnya ganti
rugi.
Pengertian ganti rugi adalah
suatu hak bagi pihak yang merasa
dirugikan, untuk menuntut haknya
kembali dari orang yang bertanggung
jawab atas timbulnya kerugian.
Dengan perkembangan
yurisprudensi, fungsi ganti rugi
dalam KUHPerdata semakin
berkembang, dari beberapa pendapat
sarjana mengatakan ganti rugi dapat
berupa:
a. Ganti rugi dalam bentuk uang.
b. Gantu rugi dalam bentuk materi
atau pengembalian keadaan
semula.
c. Pernyataan bahwa perbuatan
yang dilakukan adalah perbuatan
melanggar hukum.
d. Larangan untuk melakukan
sesuatu perbuatan tertentu.
Kewajiban membayar ganti
rugi ini merupakan penerapan asas
pemcemar membayar (Polluter-pays-
principle).40
Dari hasil wawancara kepada
masyarakat disekitar pabrik diantara
dengan bapak Asbani ( informan
yang mewakili), bahwa dampak
pencemaran dari limbah yang
dirasakan oleh masayarakat di
sekitar pabrik termasuk karyawannya
adalah pencemaran udara. Untuk
limbah padat, limbah logam, dan
limbah B3 tidak mencemari
masayarakat disekitar pabrik karena
sudah dikelola dengan baik.
Ganti rugi yang dilakukan
oleh pihak PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam kepada masyarakat
dan karyawan yang terkena dampak
pencemaran secara langsung berupa
ganti rugi uang, materiil dan
imateriil, ini disesuaikan dengan
prediksi berapa kerugian yang
diderita oleh pihak yang tercemar
oleh polusi udara yang kurang
bersih, seperti adanya keluhan batuk,
gangguan saluran pernapasan,
40
Pasal 87 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun
2009
117
gangguan paru-paru dan jemeruan
pakaian yang berdebu akibat dari
cerobong asap yang mengeluarkan
debu yang berwarna hitam. Tahun
2010 sampai dengan awal tahun
2012, masyarakat disekitar pabrik
dan karyawan PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam yang
mengalami gangguan kesehatan atau
yang dirugikan diberikan fasilitas
berobat ke Puskesmas terdekat di
Keluruhan Gunung Dempo dan jika
diperlukan dapat dirujuk ke Rumah
Sakit Daerah Besemah, yang biaya
keseluruhannya ditanggung oleh
pihak PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam.
2. Penanggulangan dan
pemulihan pencemaran udara
untuk Meningkatkan Jumlah
Produk Teh pada PTPN VII
Pagaralam.
Adapun tindakan
penanggulangan dan pemulihan
pencemaran udara yang dilakukan
oleh PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam sebagai upaya
peningkatan produksi yang
berwawasan lingkungan pada PTPN
VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
melakukan Analisa Udara Emisi
Ambient dan Kebisingan pada akhir
tahun 2012 berdasarkan pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolan Lingkungan Hidup,
Keputusan Gubernur Propinsi
Sumatera Selatan No. 17 Tahun
2005, tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No Kep
50/MEN-LH/11/ 1996 tentang Baku
Mutu Kebauan, Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No Kep
12/MEN-LH/3/ 1994 tentang
Pedoman Umum Upaya pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan, Ketentuan Badan
Penelitian dan Pengembangan
Industri Nomor : 665/ Bd/IV/1995,
tentang Metode Pengendalian
Sample Kualitas Udara, dan
Peraturan Gubernur Propinsi
Sumatera Selatan No. 6 Tahun 2012
tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak dan Ambang Batas
Emisi Gas Buang kendaran
Bermotor.
Hasil analisa emisi udara
ambient pada tahun 2012 pada
parameter debu sudah diatas Baku
Mutu Lingkungan berdasarkan PP
No.41 tahun 1999 sehingga kualitas
udara mencemari masyarakat
disekitar pabrik PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam, dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini.41
Tabel. 7
Data Kualiatas Udara Ambient
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam Akhir Tahun 2012
Sumber : Laporan UKL-UPL PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
PagaralamTriwulan III
Tahun 2012
Keterangan :
41
Ibid
118
- Lokasi 1 : Halaman Koperasi
PTPN VII Unit Usaha
Pagaralam (Ambient)
S: 040
01’. 51 1
”
E : 1030 11
’ 251
”
- Lokasi 2 : Perumahan
Karyawan Tipe 84.
(Ambient)
S: 040
01’. 51 1
”
E : 1030 11
’ 251
”
- Lokasi 3 : lebih kurang 100
meter dibelakang bengkel
Tehnik (Ambient)
S: 040
01’. 39.6
”
E : 1030 11
’ 132
”
Selain itu upaya
penanggulangan dan pemulihan
pencemaran udara yang dilakukan
oleh PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam pada akhir tahun 2012
pemasangan mesin wet scrabber di
chemney udara ambient agar udara
semakin bersih dan supaya tidak ada
lagi pengaruh terhadap kesehatan
masyarakat di sekitar pabrik PTPN
VII (Perseero) Unit Usaha Pagaralam
karena emisi udara ambient
dimaksud.
Untuk kadar debu di udara
yang lebih besar baku mutu
lingkungan yaitu pada lingkungan
pabrik (khususnya bagian sortasi)
mencapai 479 ugr/m3
yang
disebabkan karena pengelolaan teh
ini teh tidak seluruhnya dengan
mesin yang tertutup rapat, akan
tetapi pengelolaan juga ada yang
dilakukan masih secara manual,
upaya yang dilakukan PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
memasang alat penghisap debu di
pabrik bagian sortasi, dan pekerja
diwajibkan memakai masker,
sehingga gangguan kesehatan akibat
debu dapat dihindari/dikurangi.
Untuk laju erosi akan
meningkat sejalan dengan rencana
penanaman kembali untuk
menggantikan tanaman-tanaman tua.
Untuk daerah pembukaan lahan
untuk penanaman kembali tersebut
adalah 40 ha/th. Pada areal
pembukaan tersebut laju erosi akan
meningkat menjadi 229,23 mm/th
atau sama dengan erosi potensialnya
meningkat menjadi 7, 93 mm/th.
Nilai ini ternyata lebih besar dari laju
erosi yang masih dibiarkan.
Untuk mengurangi laju erosi
di daerah pembukaan lahan, daerah
rendahan, tebing dan sekitar Daerah
Aliran Sungai (DAS) dilakukan
upaya penanaman dan pemeliharaan
pohon yang berkelanjutan, selain
mengurangi erosi, program ini
diharapkan kedepannya mampu
mengurangi pemanasan global
(gobal warming), dan juga
penyediaan sumber mata air serta
kelestarian lingkungan di sekitar
Gunung Dempo.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dalam
pembahasan tersebut dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Adapun Konsistensi Penerapan
Dokumen UKL-UPL Terhadap
Pengelolaan Limbah PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
yaitu:
a. Pengolahan Limbah Padat,
Limbah Logam, Limbah Cair,
dan Limbah Bahan Berbahaya
119
Beracun (LB3) PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam sudah berdasarkan
dokumen RKL-RPL No.
RC.220/496/B/III/1994
(sudah konsisten).
b. Pengelolaan emisi udara
ambient PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
berdasarkan penerapan
dokumen RKL-RPL PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam No:
RC.220/496/B/III/1994 dan
aplikasinya masih ada yang
belum konsisten dengan
RKL-RPLnya, diantaranya
mengenai pengelolaan emisi
udara ambient yang masih
menggunakan bahan bakar
cangkang kelapa sawit,
sehingga dirasakan dampak
negatifnya oleh karyawan dan
masyarakat di sekitarnya
seperti batuk, ispa, gangguan
paru-paru.
Untuk kadar debu di udara
yang lebih besar baku mutu
lingkungan yaitu pada
lingkungan pabrik (khususnya
bagian sortasi) mencapai 479
ugr/m3
yang disebabkan
karena pengelolaan teh ini teh
tidak seluruhnya dengan
mesin yang tertutup rapat,
akan tetapi pengelolaan juga
ada yang dilakukan masih
secara manual, upaya yang
dilakukan PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
memasang alat penghisap
debu di pabrik bagian sortasi,
dan pekerja diwajibkan
memakai masker, sehingga
gangguan kesehatan akibat
debu dapat
dihindari/dikurangi.
c. Untuk dampak lingkungan
yang berupa udara upaya
pemulihan pencemaran udara
yang dilakukan oleh PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam pada akhir tahun
2012 pemasangan mesin wet
scrabber di chemney guna
meningkatkan produksi teh
pada PTPN VII.
2. Perlindungan hukum bagi
masyarakat yang terkena
dampak dari kegiatan produksi
PTPN VII (Persero) Unit usaha
diwujudkan dalam bentuk
pemberian hak berupa ganti rugi
(asas pemcemar membayar)
sesuai dengan Penjelasan Pasal
87 Ayat (1) UU No. 32 Tahun
2009, ini dilakukan oleh pihak
PTPN VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam kepada masyarakat
yang terkena dampak
pencemaran secara langsung
berupa ganti rugi uang, materiil
dan imateriil, yang disesuaikan
dengan berapa kerugian yang
diderita oleh pihak yang
tercemar.
Untuk dampak lingkungan yang
berupa udara upaya pemulihan
pencemaran udara yang
dilakukan oleh PTPN VII
(Persero) Unit Usaha Pagaralam
pada akhir tahun 2012
pemasangan mesin wet scrabber
di chemney.
B. Saran
1. Walaupun keberadaan PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
120
Pagaralam membawa dampak
positif (dilihat dari sosial
ekonomi), dan dampak negatif
(khususnya pencemaran udara)
seperti telah diuraikan diatas,
akan tetapi pengelolaan
limbahnya terus ditingkatkan
dengan mengoptimalkan unit-
unit pengelolaan limbah yang
telah tersedia, agar tingkat
pencemaran dapat
diminimalisasi atau ditekan.
Program Peringkat Perusahaan
(PROPER) PTPN VII
(Persero) Unit Usaha
Pagaralam yang sekarang
mendapat peringkat Biru,
hendaknya nanti lebih baik
lagi yaitu peringkat Hijau
(bebas pecemaran lingkungan).
PTPN VII Persero Unit Usaha
Pagaralam sebaiknya memiliki
laboratorium lingkungan
hidup, agar lebih mudah dan
memaksimalkan pemantauan
pengelolaan limbah yang
dihasilkan oleh pabrik teh
tersebut dan dapat dipantau
secara berkala setiap bulan.
2. PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Pagaralam, dalam
penggunaan bahan bakar
hendaknya tetap menggunakan
bahan bakar minyak solar,
walaupun biaya yang
dikeluarkan lebih tinggi dan
tidak merugi secara ekonomi.
Karena dengan bahan bakar
cangkang kelapa sawit tersebut
menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup (pencemaran
udara), dan kedepannya
diharapkan perusahan
mendapat proper hijau dan
berwawasan lingkungan sesuai
dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) –
Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) yang
ada pada PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 1990 Pengaturan
Hukum Lingkungan
Indonesia, Citra Aditya,
Bandung
Arief Barda Nawawi, 1996, Bunga
Rampai Kebijakan Hukum
Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung
Emil Salim, 1981, Lingkungan
Hidup dan Pembangunan, Mutiara,
Jakarta
-------------,1991, Lingkungan Hidup
dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta
Fuad Amsyari, 1981 Prinsip-Prinsip
Masalah Pencemaran
Lingkungan, Ghalia Jakarta-
Indonesia
Fuad Soemarwoto, 1991, Ekologi
Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, Djembatan,
Jakarta
Hasan Purbo, 1982 Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup, PSLP-ITB,
Bandung
H.Syamsul Arifin, 2012, Hukum
Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup di
Indonesia,PT.Sofmedia, Jakarta
Marhaeni Ria Siombo, 2012, Hukum
Lingkungan dan
121
Pelaksanaan pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia,
Penerbit PT. Gramedia
Pusta Utama, Jakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005, Depertemen
pendidikan nasional, Edisi
Ketiga Balai Pustaka,
Jakarta
M. Harun Husien, 1992, Lingkungan
Hidup: Masalah,
pengelolaan dan Penegakan
hukumnya, Bumi Aksara,
Jakarta
Muladi, 1991, Pertanggungjawaban
Korporasi dalam Hukum
Pidana, STIH, Bandung
Muhamad Erwin, 2008, Hukum
Lingkungan dalam Sistem
Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan
Hidup, PT. Refika Aditama,
Bandung
Koesnadi Harjasoemantri, 2000,
Hukum Tata Lingkungan,
Gadjah Mada University
Press, yogyakarta
N.T.H., Siahaan, 1987, Ekologi
Pembangunan dan Hukum
Tata Lingkungan, Erlangga,
Jakarta
P.Joko Subagyo, 1999, Hukum
Lingkungan Hidup dan
Penaggulangannya, Rineka
Cipta, Jakarta
M. Syamsudin, Operasional
penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Soejono, 1995, Hukum Lingkungan
dan Peranannya dalam
Pembangunan, PT Rineka
Cipta, Jakarta
Suparto Wijoyo, 2003, Penyelesaian
Sengketa Lingkungan,
Airlangga University Press,
Surabaya
Siti Sundari Rangkuti, 2005, Hukum
Lingkungan dan
Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, Airlangga
Uninersity Press, Surabaya
Sukanda Husin, 2009, Hukum
Lingkungan di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta
Syahrul Machmud, 2012 Penegakan
Hukum Lingkungan
Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta
W. Poesprodjo dan EK.T.Gilarso,
2006, Logika Ilmu Menalar Dasar-
Dasar berpikir Tertib, Logis, Kritis,
Analisis, Dialektis, Pustaka Grafika,
Bandung
Peraturan:
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
1945)
UU No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan
Peraturan Walikota Pagaralam
Nomor 19 Tahun 2010
tentang Jenis Usaha dan /
atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan
Lingkungan(UKL) dan
Upaya Pemantauan
Lingkungan(UPL),
Dokumen Pengelolaan
122
Lingkungan Hidup (DPLH)
di Kota Pagralam
Keputusan Walikota Pagaralam
Nomor 125 Tahun 2012
tentang Izin penyimpanan
Sementara Limbah bahan
berbahaya dan Beracun (B3)
kepada PTPN VII (Persero)
Unit Usaha Pagaralam
Keputusan Walikota Pagaralam
Nomor 146 Tahun 2012
tentang Izin Pembuangan
Limbah Cair kepada PTPN
VII (Persero) Unit Usaha
Pagaralam
Surat Edaran Walikota Pagaralam
Nomor 660/244/BPLH/PP-
I/VI/2012 tanggal 3 Juli
2012 tentang Penyusunan
AMDAL, UKL-UPL, SPPL,
dan Izin Lingkungan