Upload
hoangdiep
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
EKOTON DAN EFEK TEPI PADA KOMUNITAS BURUNG
DI TEGAKAN HUTAN TANAMAN
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
FADILA TAMNGE
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Ekoton dan Efek Tepi
pada Komunitas Burung di Tegakan Hutan Tanaman Hutan Pendidikan Gunung
Walat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Fadila Tamnge
NIM E351130011
RINGKASAN
FADILA TAMNGE. Ekoton dan Efek Tepi pada Komunitas Burung di Tegakan
Hutan Tanaman Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh YENI
ARYATI MULYANI dan ANI MARDIASTUTI.
Perbedaan tipe tegakan di hutan tanaman dapat menyebabkan terjadinya
fragmentasi dan menciptakan hadirnya habitat ekoton dan efek tepi. Kehadiran
ekoton seringkali menciptakan habitat bagi spesies yang toleran terhadap daerah
terbuka, sedangkan efek tepi diyakini memberikan dampak positif terhadap
komunitas burung. Tujuan dari penelitian ini yaitu, (1) menganalisis apakah ada
efek tepi di tegakan hutan tanaman Hutan Pendidikan Gunung Walat, (2)
mengidentifikasi lebar ekoton, (3) menganalisis spesies apa saja yang terdapat di
ekoton dan spesies yang terdapat di kedua habitat, (4) menganalisis bagaimana
respon burung terhadap kehadiran ekoton.
Penelitian dilaksanakan di tegakan agathis, puspa, campuran, dan
agroforestri (interior dan ekoton) di HPGW pada bulan Agustus-September 2015.
Pengumpulan data burung menggunakan metode titik. Analisis Keanekaragaman
burung menggunakan indeks Shanon-Wienner, uji lanjut terhadap kelimpahan
individu dan kekayaan spesies burung menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann-
Whitney-U Test, analisis kesamaan komunitas burung menggunakan indeks Bray-
Curtis melalui pendekatan Non-Metric Dimentional Scaling (NMDS), model
respon burung digambarkan kedalam model dan histogram.
Tercatat 1177 individu yang berasal dari 48 spesies dan 27 suku di HPGW.
Kelimpahan individu (uji Kruskal-Wallis; χ2=21.78, df=6, P<0.05) dan kekayaan
spesies burung (uji Kruskal-Wallis; χ2=19.12, df=6, P<0.05) tercatat lebih tinggi
di ketiga ekoton. Ekoton Agathis Agroforestri (EAF) adalah ekoton dengan
kelimpahan individu dan kekayaan spesies burung tertinggi (n=310, S=35).
Keanekaragaman spesies (H’) tertinggi yaitu di Ekoton Agathis Puspa (EAP)
(H’=2.88), sedangkan indeks kesamaan komunitas tertinggi (IS) yaitu di EAP dan
Ekoton Agathis Campuran (EAC) sebesar 0.73. Lebar ekoton teridentifikasi 250
m di semua habitat ekoton. Terdapat 5 spesies burung teridentifikasi sebagai
spesies generalis, yakni Aegithina tiphia, Orthotomus sutorius, Orthotomus
sepium, Arachnothera longirostra, Zosterops palpebrosus, sedangkan 3 spesies
teridentifikasi sebagai spesialis ekoton, yakni Cacomantis sepulclaris, Centropus
bengalensis, Rhamphococcyx curvirostris. Sebanyak 33 spesies dapat dipetakan
kedalam model respon burung sebagai generalis-ekoton netral, generalis-
melimpah di ekoton, spesialis-melimpah di ekoton, spesialis-menghindari ekoton,
dan spesies ekoton.
Kata kunci: ekoton, efek tepi, komunitas burung, HPGW
SUMMARY
FADILA TAMNGE. Ecotone and Edge Effect on Bird Communities in Forest
Plantation Gunung Walat University Forest. Supervised by YENI ARYATI
MULYANI and ANI MARDIASTUTI.
Different types of plantation forests create fragments (having ecotone and
edge effect). The presence of ecotone often creates habitat for species that are
tolerant to open area, while the edge effect is believed to have a positive impact
on the bird communities. The objectives of this study were to (1) analyze whether
there are edge effects on forest plantation, (2) identify the width of the ecotones,
(3) analyze bird species found in ecotone and species in non-ecotone habitats, (4)
analyze how birds responded to the presence of ecotone.
This research was conducted in agathis (Agathis lorantifolia), Schima
(Schima wallichii), mixed species tree stands, and agroforestry (edge and interior)
in Gunung Walat University Forest (GWUF) on August-September 2015. Birds
were surveyed by using point count. Bird diversity was calculated using Shanon-
Wienner Indices, followed by Kruskal-Wallis and Mann Whitney-U tests, and
similarity of communities was tested by using Bray-Curtis. Bird response to
ecotones were graphed using models and histogram.
A total of 1177 individuals from 48 species and 27 families were recorded
in GWUF. Abundance (Kruskal-Wallis test; χ2=21.78, df=6, P<0.05) and species
richness (Kruskal-Wallis test; χ2=19.12, df=6, P<0.05) were higher in all
ecotones. Ecotone of Agathis Agroforestri (EAF) has the highest abundance and
species richness (n=310, S=35). Ecotone of Agathis Puspa (EAP) has the higher
bird diversity indices (H’=2.88), while the highest simmilarity indices (IS=0.73)
was in EAP and Ecotone of Agathis Campuran (EAC) . The width of ecotone was
found to be 250 m for all ecotones. About 5 species were identified as generalist
species (Aegithina tiphia, Orthotomus sutorius, Orthotomus sepium,
Arachnothera longirostra, Zosterops palpebrosus), while 3 species were
identified as ecotonal species (Cacomantis sepulclaris, Centropus bengalensis,
Rhamphococcyx curvirostris). Thirty three species were able to be mapped into
model as generalist-ecotone neutral, generalist-ecotone conspicuous, specialist-
ecotone shy, specialist-ecotone conspicuous, and ecotonal species.
Keywords: bird communities, ecotone, edge effect, GWUF
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika
EKOTON DAN EFEK TEPI PADA KOMUNITAS BURUNG
DI TEGAKAN HUTAN TANAMAN
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
FADILA TAMNGE
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah komunitas burung, dengan judul Ekoton dan
Efek Tepi pada Komunitas Burung di Tegakan Hutan Tanaman Hutan Pendidikan
Gunung Walat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yeni Aryati Mulyani MSc
dan Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti MSc selaku pembimbing, Bapak Prof Dr Ir
Lilik Budi Prasetyo MSc selaku penguji dan Dr Ir Badriyah Rushayati MSi yang
telah memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memberikan perijinan
sehingga penelitian dapat dilaksanakan. Kepada Aronika Kaban, Fadhillah Iqra
Mansyur, Ummi Kalsum Madaul, dan Hafiyyan Sastranegara atas segala bantuan
dan pertukaran pikiran selama menyusun karya ilmiah. Kepada Whisnu Febri
Afrianto atas support analisisnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayahanda Riswan Rosita, Ibunda Ruslia Tamnge, Ibunda Nursjafani,
Victor Tamnge, Muchlis Tamnge, Fadli Ramadhan, Nurul Salsabilla, Nurul
Magfirah Amelia, Gifran Tamnge, Sufi Alghazali, teman-teman Puri Hapsara, dan
KVT 2013 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Fadila Tamnge
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
2 METODE 2
Waktu dan Lokasi 2
Alat 4
Metode Pengumpulan Data 4
Analisis Data 6
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 24
4 SIMPULAN DAN SARAN 32
Simpulan 32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 36
RIWAYAT HIDUP 43
DAFTAR TABEL
1 Deskripsi habitat di Hutan Pendidikan Gunung Walat 3
2 Komposisi komunitas burung di habitat interior dan ekoton 21
DAFTAR GAMBAR
1 Peta kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat 3
2 Sketsa profil pohon: (a) tegakan agathis-puspa; (b) tegakan agathis-
campuran; (c) tegakan agathis dan agroforestri 4
3 Ilustrasi jalur pengamatan di HPGW 5
4 (a) Kondisi tegakan agathis di HPGW; (b) Jarak antar pohon di tegakan
agathis tergolong cukup rapat 9
5 Profil pohon di tegakan agathis 9
6 (a) Jalur pengamatan berupa jalan setapak; (b) jenis vegetasi tepus dan
marasi di sekitar plot pengamatan 10
7 Profil pohon di tegakan puspa 10
8 (a) Tumbuhan bawah di tegakan campuran cukup rapat ; (b) Kondisi
jalur pengamatan di tegakan campuran. 11
9 (a) Getah pinus yang dipanen oleh masyarakat; (b) Kerapatan vegetasi
tergolong jarang 12
10 Profil pohon di tegakan campuran 12
11 (a) Tegakan agroforestri berada di sisi kanan dan kiri jalan; (b) Jalan
raya yang terletak antara tegakan agathis dan agroforestri 13
12 Profil pohon di Agroforestri 13
13 (a) Jenis tanaman A. cordomonum sebagai jenis dominan di
Agroforestri; (b) Kebun singkong masyarakat yang sengaja dibakar
untuk ditanami jenis tanaman lain 14
14 Profil pohon di tegakan agathis, puspa, dan habitat ekoton 15
15 Profil pohon di tegakan agathis, campuran, dan habitat ekoton 15
16 Profil pohon di tegakan agathis, agroforestri, dan habitat ekoton 16
17 Rerata kelimpahan individu dan kekayaan spesies burung di empat tipe
tegakan dan habitat ekoton 17
18 Indeks keanekaragaman spesies di empat tipe tegakan dan habitat
ekoton 17
19 Lebar habitat ekoton pada ketiga kelompok tegakan di tegakan hutan
tanaman HPGW 18
20 (a) Kekayaan spesies burung di EAP; (b) Dendogram kesamaan
komunitas Bray-Curtis di EAP; (c) Kekayaan spesies burung di EAC;
(d) Dendogram kesamaan komunitas Bray-Curtis di EAC; (e) Kekayaan
spesies burung di EAF; (f) Dendogram kesamaan komunitas Bray-
Curtis di EAF 19
21 Dendogram kesamaan komunitas burung di empat tipe tegakan dan
habitat ekoton 20
22 NMDS kelimpahan spesies dan kekayaan spesies burung berdasarkan
indeks Bray-Curtis pada empat tipe tegakan dan habitat ekoton 22
23 Model respon burung di antara dua tipe tegakan berbeda. Kepadatan
spesies (ind/ha) diaplikasikan sebagai model respon burung 23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar jenis burung di tegakan hutan tanaman HPGW 37
2 Daftar model respon burung di tegakan hutan tanaman HPGW 38
3 Daftar jenis burung yang dilindungi 39
4 Hasil uji Kruskal-Wallis kelimpahan individu dan kekayaan spesies
burung di empat tipe tegakan dan habitat ekoton 39
5 Hasil uji Kruskal-Wallis kelimpahan individu burung di EAP, EAC dan
EAF 39
6 Hasil uji Kruskal-Wallis kekayaan spesies burung di EAP, EAC, dan
EAF 40
7 Hasil uji Mann-Whitney antar tipe habitat 40
8 Spesies generalis di HPGW 40
9 Spesies spesialis ekoton 41
10 Spesialis tegakan puspa 42
11 Spesialis tegakan campuran 42
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merupakan satwaliar yang dapat hidup di hampir semua tipe habitat,
memiliki mobilitas yang tinggi serta kemampuan beradaptasi dengan berbagai tipe
habitat yang luas (Welty 1982; Gregory et al. 2004). Salah satu tipe ekosistem
yang digunakan oleh burung adalah hutan tanaman (Alikodra 2002). Hutan
tanaman merupakan salah satu kawasan budidaya yang umumnya memiliki
keanekaragaman yang seragam dan rendah (Gani 1993). Menurut Subasinghe et al.
(2014), hutan tanaman telah didirikan di hampir seluruh dunia untuk
mengkompensasi hilangnya hutan alam karena kepentingan pertanian, peternakan,
pengembangan kota, dan lain sebagainya.
Secara umum hutan tanaman memiliki keanekaragaman burung yang lebih
rendah dibandingkan dengan hutan alam, salah satunya karena hutan tanaman
memiliki lapisan tajuk homogen. Penelitian oleh Kaban (2013) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Dewi (2005) di DAS Ciliwung
menunjukkan bahwa hutan tanaman memiliki nilai keanekaragaman burung yang
rendah jika dibandingkan dengan penelitian Dewi (2006) di hutan sekunder
Taman Nasional Gunung Ciremai dan Kwok dan Corlett (2000) di hutan sekunder
Cina Selatan yang memiliki nilai keanekaragaman burung lebih tinggi. Meski
demikian, hutan tanaman dapat dijadikan sebagai habitat alternatif untuk burung.
Baker et al. (2002) mendefinisikan ekoton sebagai zona transisi antara
sistem ekologi yang berdekatan, baik dua atau tiga dimensi kawasan, memiliki
seperangkat karakteristik yang didefinisikan secara unik oleh skala ruang dan
waktu melalui kekuatan interaksi antar sistem, sedangkan daerah tepi
didefinisikan sebagai garis untuk membatasi dua ekosistem berbeda. Konsekuensi
dari hadirnya daerah ekoton adalah terciptanya efek tepi. Efek tepi yaitu adanya
kecenderungan memiliki keragaman dan kelimpahan individu yang lebih tinggi di
habitat ekoton (Mardiastuti 2015). Menurut Lidicker-Jr dan Koenig (1996), efek
tepi dapat menciptakan habitat bagi spesies yang toleran terhadap daerah terbuka.
Oleh karena itu, beberapa ahli menyampaikan bahwa efek tepi memberi dampak
positif berupa peningkatan jumlah dan kepadatan spesies di daerah ekoton (Odum
1958; Mardiastuti 2015).
Daerah ekoton telah dipertimbangkan sebagai salah satu lingkungan yang
unik, konsep dari efek tepi dan spesies ekoton telah banyak digunakan sebagai
tema penelitian, khususnya di dalam ekologi komunitas burung (Baker et al.
2002). Kehadiran efek tepi dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada
spesies burung tergantung guild dan preferensi habitat (Immanuddin 2009).
Murcia (1995) menambahkan bahwa kehadiran efek tepi dapat memulai
serangkaian efek domino di seluruh struktur ekosistem melalui interaksi spesies.
Populasi dari spesies yang terpisah serta seluruh komunitas dapat berubah dari
habitat interior menuju habitat ekoton akibat perubahan struktur habitat, seperti
variabel iklim atau ekosistem sekitarnya (Hansson 1983).
Tepi tidak hanya membatasi hutan primer dengan ekosistem di sekitarnya.
Perbedaan tipe tegakan pada hutan tanaman juga dapat menyebabkan hadirnya
habitat ekoton. Di Indonesia, hutan tanaman tidak hanya berisi tanaman