Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL BIDUK SAYAK
DI DESA LUBUK SEPUH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN
SAROLANGUN DITINJAU DARI PENGARUH BUDAYA ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi syarat-syarat
Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1)
Sejarah Kebudayaan Islam
Oleh:
SONY TRIATMAJA
AS 111010
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018/2019
i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama : Sony Triatmaja
NIM : AS. 111 010
Pembimbing I : Drs.Sayuti S, M.Pd.I
Pembimbing II : Aliyas, M.Fil.I
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Kebudayaan Islam
Judul Skripsi : Eksistensi Kesenian Tradisional Biduk Sayak di Desa
Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun Ditinjau dari Pengaruh Kebudayaan Islam
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta
telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang berlaku.
Demikianlah surat ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari ditemukan sebuah pelanggaran plagiasi dalam karya
ilmiah/skripsi ini, maka saya akan siap diproses berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Jambi, Juni 2018
Sony Triatmaja
NIM. AS. 111 010
ii
Jambi, Juni 2018
Pembimbing I : Drs. Sayuti S, M.Pd.I
Pembimbing II : Aliyas, M.Fil.I
Alamat : Fakultas Adab dan Humaniora
Kepada Yth,
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalaamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahwa skripsi Sony Triatmaja yang berjudul : Eksistensi Kesenian
Tradisional Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun Ditinjau dari Pengaruh Kebudayaan Islam, telah
dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Maka dengan
ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan baik.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sayuti S, M.Pd.I Aliyas, M.Fil.I
NIP. 19590902 190032 001 NIP. 19780212 007101 001
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PENGESAHAN Skripsi ini telah dimunaqasyahkan oleh sidang Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada hari Kamis, 05 Juli 2018 dan telah diterima sebagai
bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu
(S.1) dalam ilmu Humaniora.
Jambi, September 2018
Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora
Prof. Dr. Maisah, M. Pd. I
NIP. 19700711119940112001
Sekretaris Sidang Ketua Sidang
Bawaihi, S. Ag Samsul Huda, M.Ag
NIP. 196312311994021022 NIP. 197007032002121002
Penguji I Pembimbing I
Jago Ritonga, M. Fil. I Drs.Sayuti S, M.Pd.I
NIP. 196004151991031003 NIP. 19590902190032001
Penguji I Pembimbing II
Aminuddin, M. Fil. I Aliyas, M. Fil. I
NIP. 197104251993031001 NIP. 19780212007101001
iv
MOTTO
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S
Yusuf : 111)1
1 Departemen Agama RI, Al- Quran Tajwid dan Terjemahan, hal. 173.
v
PERSEMBAHAN
Tiada untaian kata yang terindah, mempesona, berfaedah dan
membuahkan pahala ketika terbelit dari lisan seorang hamba ucapan
“Alhamdulillah” sebagai wujud syukur kehadirat Allah Azzawajalla. tiada alunan
suara, dendangan para pujangga yang paling mendalam dan menjadi idaman
setiap insan selain alunan sholawat dan salam kepada Rasul panutan alam Islam,
Muhammad SAW.
Kepada kedua o rang tua, ayah dan bunda tercinta terima kasih karena
berkat kasih dan sayang serta pengorbananmulah ananda bisa menempuh dan
menyelesaikan pendidikan ini
Semoga Allah membalas kebaikan semuanya dengan sebaik-baik kebaikan.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik, serta teriring shalawat dan salam kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW. Adapun judul skripsi ini adalah “Eksistensi
Kesenian Tradisional Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun Ditinjau dari Pengaruh Kebudayaan Islam”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
mendapatkan gelar Sarjana Humaniora pada Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Skripsi ini dapat
terselesaikan atas bantuan semua pihak dengan segala keikhlasannya telah turut
berpartisipasi dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Drs. Sayuti S, M.Pd.I sebagai pembimbing I dan bapak Aliyas,
M.Fil.I sebagai Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan
tenaga dalam memberikan petunjuk dan pengarahan serta ilmu yang sangat
berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Raudoh, S.Ag., SS., M.Pd.I, selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing selama masa perkuliahan dan dorongan moral kepada
penulis.
3. Prof. Dr. Maisah, M. Pd. I selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak/Ibu Wakil Dekan I, Wakil Dekan II dan Wakil Dekan III Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan di
Fakultas Adab UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
vii
5. Bapak Aliyas, M. Fil. I selaku ketua jurusan dan Bapak Aminuddin,
M.Fil.I selaku sekretaris jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa
perkuliahan dan penulisan skripsi.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan bimbingan serta
ilmu selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Staf Akademik Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan kelancaran kepada penulis atas
urusan administrasi selama masa perkuliahan.
8. Bapak H.Ichsan ilyas dan Bapak Abu bakar selaku Kepala desa dan
informan inti dalam penelitian skripsi ini.
9. Para seniman Biduk Sayak di Sanggar Lubuk Olang Menari dan
masyarakat Lubuk Sepuh yang telah membantu dalam melaksanakan
penelitian skripsi ini.
10. Serta teman-teman SKI angkatan 2011 dan sahabat yang memberikan
motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis secara
langsung maupun tidak langsung menjadi amal ibadah dan diterima oleh Allah
SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Jambi, Juni 2018
Penulis
Sony Triatmaja
AS. 111 010
viii
ABSTRAK
Triatmaja, Sony. Eksistensi Kesenan Tradisional Biduk Sayak Desa Lubuk
Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Ditinjau
Dari Pengaruh Kebudayaan Islam. Skripsi, Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing (I)Drs. Sayuti S, M.Pd.I
(II)Bapak Muhammad Aliyas, M.Fil.I
Kesenian menggambarkan kebudayaan yang beranekaragam dari setiap
wilayah di Indonesia. Kesenian memberikan warna pada suatu wilayah
masyarakat dan memberikan gambaran umum tentang wujud suatu bangsa. Pada
setiap kelompok muncul berbagai kesenian yang bersifat khas yang menjadi
identitas masyarakat setempat. Salah satu daerah yang memiliki kesenian
tradisional yang masih dipertahankan masyarakat adalah kesenian tradisional
Biduk Sayak yang berasal dari desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun. Biduk Sayak biasanya dipertunjukkan sebagai hiburan masyarakat
pada saat acara pernikahan warga desa. Kesenian tradisional ini tetap
dipertahankan meskipun harus bersaing dengan hiburan yang bersifat modern
seperti organ tunggal, atau hiburan orchestra.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui eksistensi dan perkembangan
serta pengaruh budaya islam dalam kesenian Biduk Sayak. serta untuk
mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan kesenian
Biduk Sayak dan mengupayakan peningkatan eksistensi Biduk Sayak.
Berdasarkan temuan lapangan, kesenian tradisional Biduk Sayak ini
merupakan pertunjukkan hiburan saling berbalas pantun yang berisi nasehat bagi
tiap penikmatnya, serta diiringi dengan tarian daerah yang menceritakan
bagaimana pergaulan muda-mudi seharusnya. upaya yang dapat dilakukan dalam
mempertahankan biduk sayak adalah mengajak muda-mudi dan masyarakat untuk
mencintai kebudayaan daerah, serta peran pemerintah untuk menjadikan biduk
sayak sebagai bagian bidang studi kesenian di sekolah.
Kata Kunci : Eksistensi, Kesenian Tradisional, Kesenian Islam
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................ i
NOTA DINAS ........................................................................................................ ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
C. Batasan Masalah............................................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
F. Kerangka Teori.............................................................................................. 8
BAB II METODE PENELITIAN ....................................................................... 21
A. Lingkup Penelitian ...................................................................................... 21
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 23
C. Subjek Penelitian ......................................................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 25
E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM DESA LUBUK SEPUH ................................. 31
A. Sejarah Singkat Desa Lubuk Sepuh ............................................................ 31
B. Letak Geografis Desa .................................................................................. 32
C. Keadaan Penduduk ...................................................................................... 32
D. Keadaan Agama .......................................................................................... 33
E. Keadaan Pendidikan .................................................................................... 35
F. Keadaan Mata Pencarian Penduduk ............................................................ 36
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 39
A. Eksistensi Kesenian Tradisional Biduk Sayak ............................................ 39
B. Pengaruh Budaya Islam dalam Kesenian Biduk Sayak. ............................. 46
1. Aspek busana ........................................................................................... 46
2. Aspek gerak ............................................................................................. 47
x
3. Aspek ritual ............................................................................................. 47
C. Kendala-Kendala dalam Perkembangan Kesenian Biduk Sayak dalam
Mempertahankan Budaya Islam ......................................................................... 50
D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Eksistensi Kesenian Biduk Sayak
dalam Mempertahankan Budaya Islam .............................................................. 55
1. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan Eksistensi
kesenian Biduk Sayak agar tetap eksis dalam mempertahankan budaya Islam55
2. Upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan eksistensi
kesenian Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh ................................................. 57
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 60
A. Kesimpulan ................................................................................................. 60
B. Saran - saran ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
DATA INFORMAN
DOKUMENTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai ciptaan tuhan yang lengkap dengan pikiran dan perasaan,
disamping itu manusia juga diberikan kemampuan lebih untuk berfikir. Hal ini lah
yang membedakan manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia
mampu berimajinasi, berkreasi untuk menciptakan suatu keidahan. Keindahan
itulah yang berasal dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil dari cipta,
karsa, dan rasa. Dimana kebudayaan itu bisa dirasakan oleh setiap orang didunia.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas,
terbentang dari Aceh sampai Papua, terdapat 17.504 pulau yang tersebar di
seluruh kedaulatan Republik Indonesia. Selain kekayaan alam dengan keragaman
hayati dan nabati, Indonesia dikenal dengan keberagaman budayanya. Setiap suku
bangsa memiliki kebudayaan dan tradisi masing-masing yang menjadi ciri khas
masyarakat. Kebudayaan dalam satu masyarakat memiliki makna tersendiri bagi
anggotanya serta diwariskan secara turun-temurun di lingkungan keluarga ataupun
dalam komunitasnya. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.2 Dengan kata lain kebudayaan merupakan aktifitas
2Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka cipta.2009), hal. 144
2
manusia yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, dan adat
istiadat sebagai anggota masyarakat.
Dengan memahami arti kebudayaan tersebut menunjukan bahwa segala
aspek yang dibuat oleh manusia adalah kebudayaan. Sedangkan menurut
Malinowski kebudayaan mempunyai fungsi sebuah pendirian bahwa aktifitas
kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah
kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh
kehidupannya.3
Secara umum kebudayaan adalah istilah untuk segala hasil karya manusia
yang berkaitan erat dengan pengungkapan bentuk. Kebudayaan merupakan wadah
tempat hakikat manusia dan pengembangan diri (kebudayaan) tersebut terjalin
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan lahir dari akal budi, jiwa atau
hati nurani manusia. Bentuk kebudayaan tersebut selalu mencerminkan jika ada
pertunjukan seni di daerah mereka, mereka akan berbondong-bondong
mendatangi tempat pertunjukan untuk menonton. Dalam antropologi manusia
melakukan aktifitas tersebut karena manusia memiliki dorongan naluri. Menurut
ahli psikologi paling sedikit ada tujuh macam dorongan naluri salah satunya,
yaitu: Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau
gerak. Beberapa ahli berkata bahwa dorongan ini merupakan landasan dari suatu
unsur yang penting dalam kebudayaan manusia, yaitu kesenian.4
Secara umum kesenian adalah salah satu di antara tujuh unsur kebudayaan
yang bersifat universal. Pada umumnya kesenian yang tumbuh dan berkembang
3Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: UI-Press. 1987), hal. 171
4Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,hal. 109-111
3
dalam masyarakat bersifat sosio relegius. Dalam hal ini kesenian tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan sosial, dilihat dari sisi lain kesenian muncul atas
dasar kepentingan yang erat hubungan nya terhadap kepercayaan masyarakat
setempat. Dengan kata lain kesenian itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat selain itu juga berfungsi utnuk memenuhi kebutuhan psikis
manusia, juga hiburan masyarakat sehingga dapat memberikan sesuatu yang
memuaskan.
Dilihat dari sekian banyaknya pulau beserta dengan multietnik yang lahir,
tumbuh, dan berkembang, kesenian merupakan identitas, jati diri dan media
ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Kesenian di Indonesia ini merupakan
hasil local genius budaya yang sudah berusia cukup lama, bahkan ada yang
berusia ratusan tahun. Seni yang diciptakan dan didukung oleh masyarakat daerah
setempat dikenal sebagai kesenian Tradisional. Kesenian tradisional merupakan
unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum atau
bangsa tertentu.
Kesenian tradisional menggambarkan budaya setempat dan memberi
warna pada masyarakat di tempat itu, serta memberi gambaran umum tentang
wujud suatu bangsa. Pada setiap kelompok muncul berbagai jenis kesenian yang
bersifat khas identitas kebudayaan masing-masing. Salah satu antara kesenian itu
adalah seni musik. Keunikan dalam seni musik bisa dilihat dari teknik
permainannya, suara (sound), penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen
musiknya. Selain lagu daerah, hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai
seni musik tradisi, seperti tarling, campur sari, jaipongan, degung, gambang
4
kromong, langgam jawa (dikenal sebagai bentuk musik campur sari). Ada yang
telah punah namun masih ada yang bertahan walaupun dengan kesulitan karena
diterjang badai berbagai aliran musik modern mulai dari pop hingga musik
beraliran keras yang memang lebih mudah diterima di telinga, terutama, kalangan
muda.
Begitu juga dengan Jambi yang merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki berbagai macam bentuk kesenian tradisional, seperti seni
vocal berupa lagu khas daerah, seni rupa, seni pertunjukan, cerita rakyat,
permainan tradisional, tekstil tradisional yaitu kain tradisional yang disebut batik
Jambi dengan corak khas Jambi, pasar tradisional, kesenian tradisional, dan
upacara tradisional. Keragaman seni, budaya dan tradisi yang merupakan hasil
karya budaya ini perlu untuk dikembangkan. Pengembang seni budaya memiliki
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan apresiasi masyarakat dari
generasi ke generasi terhadap keragaman budaya. Tumbuh dan berkembangnya
kesenian dipengaruhi oleh kondisi masing-masing wilayah, sehingga kesenian
dapat berbeda-beda di setiap tempat.5
Kesenian tradisional Jambi sangat banyak jenisnya, salah satu
diantaranya adalah seni musik. Seni musik di Jambi ini cukup memiliki banyak
ragam serta coraknya pada tiap-tiap daerah dan suku dalam kelompok masyarakat
adat Jambi. Beberapa seni musik yang dikenal di provinsi Jambi, yaitu Kesenian
Rentak Kudo dan Krinok dari Muaro Bungo, Gitar Tunggal dari Batang Asai,
Pantun Besaut dari Batanghari 9, Manau dari Bangko dan masih banyak lainnya.
5H. Hasip Kalimudin Syam Datuk Setio Agamo, Seni dan Budaya Adat Jambi, jilid V, (Jambi:
Lembaga Adat Propinsi Jambi. 2013), hlm. 3
5
Salah satu kekayaan lagu dan musik yang tumbuh di Jambi, Desa Lubuk
Sepuh adalah Biduk Sayak. Biduk sayak merupakan pertunjukkan musik
tradisional daerah yang ditampilkan sebagai hiburan ketika terdapat acara adat
desa. Biasanya biduk sayak ditampilkan dalam pernikahan, panen padi,
menyambut pejabat pemerintahan atau peringatan acara besar di Sarolangun serta
acara adat lainnya. Kesenian biduk sayak ini adalah pertunjukkan berbalas pantun
yang diiringi oleh sekelompok pemain musik dan diiringi tarian-tarian. Pada acara
pernikahan biasanya pertunjukkan ini dilaksanakan pada malam hari sebelum
pesta pernikahan dimulai. Dari segi alat musik, biduk sayak masih menggunakan
alat-alat musik tradisional sebagai pengiring pertunjukkannya, seperti gendang
kulit, gitar gambus dan lain-lain.
Biduk sayak merupakan seni pertunjukkan yang bersifat sebagai hiburan
dan menjadi media untuk silaturahmi warga desa. Pantun yang dibawakan dalam
kesenian tradisional biduk sayak memiliki makna tersendiri dari sisi lantunan
syair serta gerakan yang dibawa oleh sang penari.
Namun berdasarkan lapangan kesenian buduk sayak ini sudah jarang
dilaksanakan hal ini disebabkan karena mulai masuknya alternative hiburan
modern yang terlihat lebih menarik minat masyarakat desa. Maka biduk sayak
harus bersaing dengan hiburan yang bersifat modern seperti organ tunggal yang
praktis dari segi alat dan bisa mengundang lebih banyak warga yang datang untuk
meramaikan acara, terlebih lagi muda-mudi yang lebih menyukai hiburan modern.
Kekhawatiran muncul ketika kesenian biduk sayak ini tidak dilakukan upaya
pelestarian akan menyebabkan redupnya eksistensi biduk sayak. Terlebih lagi
6
biduk sayak merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat
memperhatikan norma-norma keislaman dalam pelaksanaannya dan muatan
nasehat yang dituturkan dalam syairnya.
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas penulis ingin
mengangkat masalah dengan judul “Eksistensi Kesenian Tradisional Biduk
Sayak di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun
Ditinjau Dari Pengaruh Kebudayaan Islam” sebagai pembahasan yang akan
dibahas oleh penulis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan di antaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana eksistensi dan pengaruh budaya Islam dalam kesenian
Biduk Sayak ?
2. Apakah kendala-kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak dalam
mempertahankan budaya Islam ?
3. Apa upaya untuk meningkatkan eksistensi kesenian Biduk Sayak
dalam mempertahankan budaya Islam?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penelitian ini maka penulis
membatasi batasan disekitar hal-hal yang terkait dengan :
7
1. Eksistensi dan perkembangan serta pengaruh Islam dalam kesenian Biduk
Sayak
2. Serta kendala dan upaya untuk meningkatkan budaya Islam dalam kesenian
biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas adapun tujuan penelitian dalam
skripsi ini adalah :
1. Mengetahui eksistensi dan perkembangan serta pengaruh budaya Islam dalam
kesenian Biduk Sayak di Desa Lubuk sepuh.
2. Mengetahui kendala-kendala perkembangan Kesenian Biduk Sayak dalam
mempertahankan budaya Islam di Desa Lubuk Sepuh.
3. Mengetahui upaya untuk meningkatkan ekistensi Kesenian Biduk Sayak
dalam mempertahankan budaya Islam di Desa Lubuk Sepuh.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian serta melihat
perkembangan antropologi budaya, khususnya tentang kesenian biduk sayak.
8
Sehingga mendapatkan pemahaman tentang biduk sayak dan sebagai upaya
pelestarian dan publikasi terhadap masyarakat dari generasi kegenerasi.
2. Dengan penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang
kebudayaan dan kesenian tradisional biduk sayak.
3. Penelitian ini di harapakan agar mendapatkan perhatian dari pemerintah serta
masyarakat untuk ikut melestarikannya.
4. Untuk menambah referensi perpustakaan, serta dapat digunakan dalam
penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas, dan dapat memberikan
informasi serta acuan bagi pembaca dan penulis.
F. Kerangka Teori
Sebagai landasan dasar untuk mempermudah penulis dalam penelitian
proposal sekripsi, maka diperlukan suatu kajian yang bersifat teoritis yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti dilapangan dengan kerangka
teori yang diperlukan sebagai berikut:
1.Eksistensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah keberadaan,
kehadiran yang mengandung unsur bertahan.6 Eksistensi berasal dari bahasa Latin
yaitu existere, yang artinya keluar dari, “melampaui” atau “mengatasi”.7 Hal ini
berarti eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal
6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990) hl. 221 7 https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensi (diakses pada Rabu, 8 November 2017, pukul 11.30
WIB).
9
dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada
kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Eksistensi merupakan
keberadaan wujud yang tampak, maksudnya yaitu eksistensi merupakan konsep
yang menekankan bahwa sesuatu itu ada dan satu-satunya faktor yang
membedakan setiap hal adalah fakta. Dengan demikian, eksistensi atau
keberadaan dapat diartikan sebagai hadirnya atau adanya sesuatu dalam
kehidupan. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa eksistensi merupakan
hadirnya sesuatu dalam kehidupan baik benda atau manusia menyangkut apa yang
dialami.
Maka dalam skripsi ini, peneliti akan melihat bagaimana keberadaan
Biduk Sayak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Keberadaan kebudayaan Indonesia merupakan kekayaan budaya bangsa
yang bersumber dari keanekaragaman tradisi dan akar budaya daerah, masing-
masing memiliki latar belakang sejarah dan perkembangan sendiri. Perkembangan
dan pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari perkembangan dan pertumbuhan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Setiap kebudayaan di Indonesia mengalami
perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk itu,
supaya kebudayaan di Indonesia tetap berada pada eksistensinya, setiap warga
Indonesia harus bisa melestarikan budayanya sesuai dengan perkembangan
zaman. Apabila dalam hal ini generasi penerus tidak memperhatikan zaman, maka
kebudayaan bangsa semakin lama akan hilang termakan oleh waktu. Untuk
mempermudah dalam melestarikan sebuah kebudayaan, kita sebagai warga yang
peduli budaya bisa mengklasifikasikan budaya dalam beberapa macam.
10
2. Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan
dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Apabila dilihat dari kata
dasarnya, kata budaya merupakan majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan
budi”.8 Budaya adalah “daya” dan “budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.9 Kebudayaan
menurut Mukti Ali adalah budi daya, tingkah laku manusia digerakan oleh akal
dan perasaannya.10
Sedangkan menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.11
Adapun pengertian kebudayaan dari beberapa tokoh :
a. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai
anggota masyarakat.
8Rafael Raga Maram, Manusia dan Kebudayaan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 24
9Pengantar Ilmu Antropologi.(Jakarta: Rineka Cipta. 2009), hal. 146
10Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: Pustaka Setia. 1999), hal. 59
11Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi.(Jakarta: Rineka Cipta. 2009), hal. 144
11
b.M.Jacobs dan B.J Stern
Kebudayaan mencangkup keseluruhan yang meliputi bentuk
teknologi, sosial, ideologi, religi, kesenian, serta benda yang kesemuanya
merupakan warisan sosial.
c. Dr.K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan
pengaruh bagi kehidupan manusia dalam bersikap dan berprilaku. Baik
secara individu maupun kelompok.
d. Arkeolog R. Soekmono
Kebudayaan adalah hasil dari usaha manusia. Baik berupa benda
maupun buah pikiran dalam penghidupannya.
Kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap masyarakat bangsa
di dunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari
masyarakat bangsa satu ke masyarakat bangsa lainnya. Kebudayaan secara jelas
menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku, bangsa dan ras.
Orang bisa mendefinisikan manusia dengan caranya masing-masing, namun
manusia sebagai cultural being, makhluk budaya merupakan suatu fakta historis
yang tak terbantahkan oleh siapapun juga. Sebagai cultural being, manusia adalah
sebagai pencipta kebudayaan. Dan sebagai ciptaan manusia kebudayaan adalah
12
ekspresi eksistensi manusia di dunia. Pada kebudayaan, manusia menampakkan
jejak-jejaknya dalam panggung sejarah.12
Berdasarkan pernyataan Kroeber dan Kluckhohn, definisi kebudayaan
dapat digolongkan menjadi 7 hal, yaitu:
Pertama, kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang
kompleks, meliputi hukum, seni, moral, adat-istiadat, dan segala kecakapan lain,
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kedua, menekankan sejarah
kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagai warisan tradisi. Ketiga,
menekankan kebudayaan yang bersifat normative, yaitu kebudayaan dianggap
sebagai cara dan aturan hidup manusia, seperti cita-cita, nilai dan tingkah laku.
Keempat, pendekatan kebudayaan dari aspek psikologis, kebudayaan sebagai
langkah penyesuaian diri manusia kepada lingkungan sekitarnya. Kelima,
kebudayaan dipandang sebagai struktur, yang membicarakan pola-pola dan
organisasi kebudayan serta fungsinya. Keenam, kebudayaan sebagai hasil
perbuatan dan kecerdasan. Kebudayaan adalah sesuatu yang membedakan
manusia dengan hewan, misalkan manusia pintar menggunakan simbol dalam
komunikasi sedangkan hewan tidak. Ketujuh, definisi kebudayaan yang tidak
lengkap dan tidak bersistem.13
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial,
yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan serta
pengalamnya, kemudian menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Kebudayaan
merupakan milik bersama anggota masyarakat atau golongan sosial tertentu, yang
12
Rafael Raga Maram, Manusia dan Kebudayaan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hl. 16 13
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2013), hl.4
13
disebarkan oleh anggota masyarakat dan pewarisnya kepada generasi berikutnya.
Penyebaran tersebut dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan
simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak
terucapkan ( termasuk sebagai peralatan yang di buat oleh manusia ). Oleh karena
itu, setiap anggota masyarakat mempunyai perbedaan pengetahuan mengetahui
kebudayaan dengan anggota masyarakat lainnya karena pengalaman dan proses
belajar yang berbeda dan lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi pun tidak
selamanya sama.14
3. Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat. Kebutuhan masyarakat bidang spiritual dan materiil sebagian besar
dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil
karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan alamnya.
Pada taraf permulaan, manusia semata-mata bertindak dalam batas-batas
untuk melindungi dirinya. Taraf terseut, masih banyak dijumpai pada masyarakat
yang hingga kini masih rendah tahap kebudayaannya.Keadaannya sangat
berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, dimana taraf kebudayaannya
lebih tinggi. Hasil kebudayaannya yang berupa teknologi memberikan
14
Parsudi Suparlan, Suku Bangsa dan Hubungan Antara Suku Bangsa, (Jakarta: Yayasan
Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian. 2005), hl. 5
14
kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan hasil-hasil
alam dan apabila mungkin menguasai alam.
4. Kesenian
Salah satu kebudayaan di Indonesia adalah seni. Seni adalah hasil
perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga
dapat menggerakan jiwa dan perasaan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan dikaruniai kemampuan dan akal untuk menciptakan sesutu yang bernilai
seni. Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Maka dari itu, seni
dikatakan sebagai hasil ekspresi individual, sebab karya seni merupakan bahasa
ungkap baik melalui media gerak, suara ataupun rupa. Kesenian tidak akan bisa
berdiri tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak. Adanya suatu kesenian dalam
masyarakat sangat memerlukan dukungan dari masyarakat dimana kesenian
tersebut tumbuh dan berkembang. Tidak hanya masyarakat yang mendukung
kesenian suatu daerah. Namun, pemerintah setempat juga memegang peranan
penting dalam keberadaan suatu kesenian di suatu daerah.15
Seni adalah suatu nilai hakiki yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia.16
Seni merupakan suatu hasil karya manusia yang mempunyai nilai
keindahan yang dapat di nikmati serta dirasakan oleh manusia.17
Seni yaitu
penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan
perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra
15
Tim Penyusun, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: KANISIUS, 1973) hl. 557 16
Rafael Raga Maram, Manusia dan Kebudayaan, hl. 103 17
Triyanto Haryanto, Antropologi, 2012, hl. 3
15
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantara
gerak (seni tari,drama).18
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia terhadap keindahan yang dinikmati dengan mata atau
telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan
berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian
yang kompleks.19
Oleh karena itu, setiap bangsa memiliki ekspresi-ekspresi estetis
yang khas. Apa yang disebut universalitas seni tidak terletak pada corak dan
bentuk ekspresi seni, melainkan pada kenyataan bahwa ekspresi seni itu terdapat
di setiap kebudayaan.20
5. Bentuk-bentuk Seni
Pada umumnya, kesenian dapat di nikmati oleh manusia melalui dua
macam indera, yaitu indra mata dan indra telinga atau keduanya secara serentak.
Keindahan dalam hubungan kedua macam indra, dibedakan dalam tiga bentuk,
yaitu seni rupa, seni suara, dan seni pertunjukan. Seperti yang di jelaskan seperti
berikut :
a. Seni rupa
Seni rupa merupakan kesenian yang dapat dinikmati melalui indra mata
sehingga sifatnya visual. Wujudnya antara lain adalah seni bangunan, seni
realif atau ukiran timbul, seni lukis, dan seni rias.
18
Abdurrahman Al Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam Seni, vocal, Seni musik dan Tari,
(Jakarta: Gema Insani Press. 1991), hal. 13 19
Sulasman, dan Setia Gumilar, Teori- Teori Kebudayaan dari Teori Hingga Aplikasi (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2013) hl. 43 20
Rafael Raga Maram, Manusia dan Kebudayaan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) hl. 46
16
b. Seni suara
Seni suara merupakan kesenian yang dapat dinikmati melalui indera
telinga,sehingga sifatnya audio. Wujudnya antara lain seni vocal, seni
instrumental dan seni sastra lisan.
c. Seni pertunjukan
Seni pertunjukan adalah kesenian yang dapat dinikmati melalui indra mata
dan telinga sekaligus sifatnya audio visual. Wujudnya antara lain adalah seni
tari, seni drama, dan seni film.
Dunia ini pada hakikatnya bukanlah sekedar materi yang brsifat
keterampilan belaka, tetapi juga merupakan wahana siswa untuk
mengembangkan kreatifitas, budi, dan kepekaan akan keindahan (estetika).
Menurut K. Langerdalam Dharsono, menyatakan bahwa seni merupakan
symbol dari perasaan. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dan dari
perasaan manusia bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang
merupakan universalisasi dan pengalaman dan merupakan terjemahan dari
pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman
emosional yang bukan dari pikiran semata.
6. Kesenian Tradisional
Kesenian tradisional adalah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat
banyak yang mengandung unsur keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama.
Kesenian tradisional bukanlah kesatuan ikatan gaya dalam seni, tetapi sebuah
kemajemukan cara pandang para seniman perintis abad ke-20 yang dapat
17
diterangkan melalui pemahaman konteks sejarah perkembangan musik seni
dimata masyarakat. Di tegaskan pula bahwa pewarisan tradisi berlansung di dalam
segala aktifitas sehari-hari,oleh sebab itu tradisi bukanlah suatu yang baku, atau
tidak berkembang. Suatu kesenian tentunya memiliki ciri-ciri, begitu juga
kesenian tradisional mempunyai sifat atau cirri-ciri seni tradisional. Pertama,
menyatakan bahwa ciri-ciri seni tradisional meliputi,
1. Seni tradisional tumbuh secara konstan selama beratus-ratus tahun.
2. Ada yang selaras dengan orang-orang di daerah kekuasaan.
3. Dalam seni tradisional ada renungan pandangan kehidupan.
7. Kesenian Islam
Agama islam tidak memberikan atau menggariskan teori dan ajaran yang
rinci tentang seni dengan bentuk-bentuknya, sehingga belum memiliki „batasan‟
tentang seni Islam yang diterima semua pihak. Meskipun demikian, Sayyed H.
Nasr memberikan ciri-cirinya, bahwa:
Seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Ke-Esaan pada bidang
keanekaragaman yang merefleksikan Ke-Esaan Illahi, kebergantungan
keanekaragaman kepada Tuhan yang Maha Esa, kesementaraan dunai dan
kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk sebagaimana
difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur‟an.21
21
Sayyed Hossein Nasr (terj. Afif Muhammad). Spiritualitas dan Seni Islam. ( Bandung: Mizan,
1933) hl. 18
18
Kemudian pandangan dari M. Quraish Shihab tentang seni islam yaitu,
Kesenian islam tidak harus berbicara tentang isalam, ia tidak harus berupa
nasihat langsung atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga abstrak
tentang akidah. Seni yang islami adala seni yang dapat menggambarkan
wujud ini, dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah.
Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan
Islam tentang Islam, hidup dan manusia yang mengantar menuju
pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.22
Objek dan cara penampilan seni dapat bebas, artinya boleh
menggambarkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat dan memadukannya
dengan apa saja. Lapangan seni Islami adalah semua wujud, tetapi seni yang
ditampilkan todak bertentangan dengan fitrah atau pandangan islam tentang wujud
itu sendiri. Pada saat seni telah berfungsi sebagai sarana dakwah Islamiyah dan
bertujuan untuk memeprhalus budi, mengingatkan tentang jati diri manusia serta
menggambarkan baik atau buruknya suatu pengalaman, maka seni tersebut
merupakan seni yang bernafaskan Islam.
Seni Islam adalah seni yang dapat mengungkapkan keindahan konsep
tauhid sebagai esensi akidah, tata nilai dan norma islam, yaitu menyampaikan
pesan keesaan tuhan. Hasil perwujudan seni Islam dibentuk oleh karakteristik
tertentu, diantaranya adalah estetika dan kreatifitas. menurut penilaian Islam
bahwa segala bentuk seni selain merupakan karya ibadah (pengabdian kepada
Allah) juga mengandung dan mengungkapkan keindahan.
22
Quraish Shihab. Wawasan tentang Al-Qur’an. (Bandung: Mizan, 1996) hl. 398
19
Estetika Islam tidak dapat dicapai melalui penggambaran manusia dan
alam. Estetika yang islami merujuk pada penilaian dan norma abadi dalam Al-
Quran dan As-Sunah, karena seni Islam pada satu segi dibatasi oleh nilai-nilai
azasi, etis dan norma-norma Illahi yang umum serta pada segi lain dibatasi oleh
kedudukan manusia sendiri sebagai abdi Allah. Berbagai tantangn terhadap
kreatifitas estetis telah dialami sejak awal perkembangan kesenian Islam.
Kesenian dikembangkan sesuai dengan inspirasi yang tumbuh dari nilai-nilai dan
norma Islam. Kemudian terjadi proses akulturasi dari budaya lokal dan
disesuaikan dengan ajaran Islam. Model ini telah ditetapkan sebagai dasar
kesatuan estetika dalam dunia Islam tanpa mengabaikan keberagaman budaya
lokal. dalam kaitan ini pengertian estetika nampaknya lebih ditekankan pada
penghayatan kreasi budaya lokal (local genius) yang bertentangan dengan nilai
tauhid.
Secara khusus seni yang bernafaskan Islam dasar pemikirannya adalah
niat beribadah dan keikhlasan pengabdian kepada Allah, dengan mengakomodasi
nilai tradisi budaya lokal. Setelah memahami alam semesta dan qira’ah Al-
Qur‟an, penciptaan karya seni dilandasi oleh kreatifitas dan rasa estetis, logis, etis
serta azas manfaat. kemudian dirumuskan konsep dan gagasan serta
dipertimbangkan teknis pelaksanaannya hingga terwujudnya sebuah karya.
Demikian seni yang dihasilkan merupakan ekspresi syukur dan dzikir sebagai
rahmatan lil‟alamin.23
23
Nanang Rizali, “Kedudukan Seni Dalam Islam”. TSAQAFA: Jurnal Kajian Seni Budaya Islam
(Yogyakarta: Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PP Muhammadiyah, 2012), hl. 1-8
20
8. Musik
Istilah musik berasal dari bahasa Yunani, mousikos. Kata ini diambil dari
nama salah satu dewa Yunani yang bernama Mousikos,Mousikos dilambangkan
sebagai dewa keindahaan dan menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.
Musik dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan yang di tuangkan dalam bentuk
bunyi-bunyian. Ungkapan yang dihasilkan melalui suara manusia disebut
vocal,sedangkan ungkapan yang dihasilkan melalui alat musik disebut
instrumental.24
Sementara Ahmad mustofa dalam bukunya mengatakan bahwa Seni
Musik ada dua jenis25
:
1. Musik daerah seperti: seni karawitan, degung Sunda, musik kolintang,dan
gending sriwijaya.
2. Musik Nasional, seperti: Padamu Negeri, hallo-hallo Bandung, Gugur
Bunga, dan Syukur.
Musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep
pemikiran yang bulat, wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung
ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang
dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga
dapat dimengerti dan dinikmatinya.26
24
Triyanto Haryanto, Antropologi,37 25
Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, 48 26
R. M. Soedarsono, Pengantar Apresiasi Seni, (Jakarta: Balai Pustaka. 1992), hal. 13-14
21
Musik-musik yang bersifat tradisional selalu berhubungan dengan
kehidupan suatu komunitas sehari-hari. Pada umumnya,musik-musik tradisional
digunakan untuk keperluan hidup komunitas masyarakat setempat, misalnya
untuk keperluan upacara yang bersifat ritual (dalam wujud doa atau pujian kepada
Sang Pencipta), untuk kepentingan pekerjaan (misalnya untuk menyambut musim
panen), mengiringi tari-tarian tradisional atau juga bisa sebagai sarana
menyebarkan nilai-nilai budaya ataupun sejarah komunitas setempat. Dalam kasus
ini musik-musik tradisional memang dianggap lebih fungsional dibandingkan
musik-musik kotemporer. Ciri khas musik tradisonal ialah tradisi lisan dalam hal
proses penyebaran pewarisannya. Dengan proses penyebaran secara lisan, musik
tradisional senantiasa hanyalah mengandalkan cara-cara lisan (tanpa tulisan).
Penyebaran dilalakukan melalui komunikasi langsung dari mulut-ke mulut.
Perkembangan musik ini semata-mata hanya mengandalkan daya ingat manusia
pendukungnya, yang disebar-sebarkan ketempat-tempat lain dari satu generasi ke
generasi berikutnya.27
27
R. M. Soedarsono, Pengantar Apresiasi Seni, hl. 51
22
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk deskriptif kualitatif
(penelitian lapangan). Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu
tertentu. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek
penelitian pada suatu metode tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha
mendeskripsikan seluruh gejala atau keadan yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.28
Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mendeskripsikan tentang kesenian
Tradisional Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun.
A. Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang kesenian Tradisional Biduk Sayak di Desa Lubuk
Sepuh Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini berbentuk
deskritif kualitatif yang dilihat dari sudut pandang kesenian tradisional biduk
sayak di kecamatan Pelawan. Instrument pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, rekaman dan dokumentasi.
28
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi. 2013), hal. 10-11
23
B. Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh gambaran maupun data yang dikumpulkan dalam
penulisan dan penyusunan skripsi, maka peneliti melakukan penelitian atau riset
di berbagai perpustakaan yang memungkinkan dan memudahkan penulis
memperoleh data dan gambaran masalah yang di bahas.
1. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penulisan dan penyusunan skripsi dibagi
atas dua bagian, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat
baik dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya.29
Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah data
pokok yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan dalam
penelitian, yaitu kesenian Tradisional Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh
Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Sebagaimana pokok
permasalahan tersebut telah dirinci sebagai sub-sub masalah untuk
mendapatkan jawaban setelah penelitian dilakukan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data
ini biasanya di peroleh dari perpustakaan atau laporan-laporan terdahulu.30
29
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta. 2004), hal. 87 30
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Analisis Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara.
2006),hal. 19
24
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data pendukung
penelitian yang melengkapi atau pendukung dari penelitian tersebut. Data
sekunder yang dimaksudkan antara lain:
1.) Historis dan geografis
2.) Struktur organisasi
3.) Keadaan masyarakat
2. Sumber Data
Sumber data utama adalah “kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau di wawancarai”.31
Sumber data yang dijadikan sumber utama penelitian adalah:
a. Pemilik Sanggar kesenian tradisional biduk sayak
b. Tokoh-tokoh adat
c. Kepala desa dan masyarakat
C. Subjek Penelitian
Penelitian bersifat kualitatif deskriptif, dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data bersifat Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengumpulan sample sumbar data dengan pertimbangan tertentu. Orang tersebut
yang dianggap paling mengetahui tentang apa yang diharapkan, atau mungkin
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjajahi objek atau
situasi social yang diteliti.32
Sesuai dengan kebutuhan peneliti maka yang menjadi
31
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000), hal. 112 32
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta. 2012),
hal. 218
25
subjek dalam penelitian ini adalah para pemain biduk sayak yang berkompeten
dibidangnya, perangkat desa seperti kades, RT dan masyarakat selain itu sebagai
data sekunder lain yang digunakan peneliti yaitu sumber tulisan seperti buku,
skripsi, artikel, Koran, blog, dan situs web yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.33
Dalam peneliti ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif (penelitian
lapangan). Dalam hal ini penulis mencoba mendeskripsikan tentang
kesenianTradisional Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun. Penulis melakukan pengumpulan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
Berbagai metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
melakukan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan proses yang komplek, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.34
Cartwright
menjelaskan dalam bukunya Haris Herdiansyah, bahwa:
33
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D, hal. 224 34
Prof. Dr. Husaini Usman,M.Pd. M.T & Purnomo Setiady Akbar, M. Pd, Metode Penelitian
Sosial,Edisi ke Dua. ( Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2009), p. 52
26
Observasi sebagai suatu proses melihat ,mengamati, dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu
tujuan tertentu35
. Dapat disimpulkan bahwa, Observasi ialah suatu
kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis.
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan yang tidak berperan
serta, artinya peneliti hanya melakukan satu fungsi saja yaitu hanya
mengadakan pengamatan.36
Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut.37
Peneliti berperan sebagai pengamat. Hasil observasi tersebut
selanjutnya di catat dalam lembar catatan peneliti.
2. Wawancara mendalam (in-depht interview)
Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya.38
Dalam hal ini, penulis menggunakan
teknik wawancara untuk mendapatkan data. Menurut Moleong(2005)
dalam bukunya Haris Herdiansyah:
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut.39
35
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif. ( Salemba Humanika. 2010), p. 131 36
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 174 37
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D, hal. 227 38
Drs. Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian. ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1997), 71 39
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, 118
27
Gorden juga menjelaskan dalam bukunya Haris
Herdiansyah, bahwa:
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang
salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan
informasi untuk suatu tujuan tertentu.40
Dalam hal ini peneliti dibantu dengan alat perekam, dengan
wawancara terarahdan wawancara tidak terarah. Wawancara terarah
adalah wawancara yang dilakukan dengan mempersiapkan fokus
pertanyaan. Cara ini memudahkan peneliti, meskipun kadang-kadang
menjadi belenggu juga. Karena peneliti menjadi terpaku pada hal-hal yang
telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan wawancara yang tak terarah, lebih
natural dan dapat dilakukan dimana saja. Sehingga peneliti lebih bebas
menanyakan apa saja yang berkaitan dengan Kesenian Biduk Sayak.41
Wawancara mendalam tidak berisi pertanyaan yang mendetail,
tetapi sekedar garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin
didapatkan dari informan yang nanti dapat dikembangkan, konteks, dan
situasi wawancara.42
Metode wawancara ini banyak di gunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan kesenian tradisional biduk
sayak.
40
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, 118 41
DR. Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. (Center for Academic Publishing Service(CAPS). 2013), hlm, 153 42
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis. 2008), hal. 133
28
3. Dokumentasi
Selain menggunakan teknik observasi dan teknik wawancara,
penulis juga menggunakan teknik dokumentasi dalam mengumpulkan data
sebagai data sekunder. Dokumentasi adalah teknik yang digunakan dalam
menganalisa data mengenai hal-hal atau variable-variabel yang beupa
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, document, peraturan-
peraturan, notulen rapat,dan lain sebagainya.
Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data
berupa dokumentasi maupun catatan yang berkaitan dengan kesenian
tradisional biduk sayak.
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah di peroleh akan diuji melalui kritik ekstern dan kritik
intern. Kritik ektern dilakukan dengan tujuan untuk melihat keaslian sumber
dengan melihat waktu, tempat, dan siapa penulis sumber tersebut. Kritik inten
dilakukan dengan melihat sejauh mana keterkaitan data yang tersedia dengan
tema-tema penting dalam penelitian.
Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan menganalisis data
tersebut. Menurut Bogdan dan Biklen (1992) di dalam bukunya Husaini Usman
dan Purnomo Setiady Akbar, bahwa: Analisis data ialah proses pencarian dan
penyusunan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap
29
yang ditemukan.43
Nasution juga menjelaskan bahwa: analisis data ialah proses
menyusun data agar dapat ditafsirkan.44
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah
kegiatan analisis mengategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema,
menaksirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkan kepada
orang lain yang berminat.
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, yaitu sebagai berikut:
1. Redukasi Data
Redukasi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan
dianalisis. Hasil wawancara, hasil observasi, dan hasil studi dokumentasi diubah
menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing.45
Dalam
hal ini peneliti merekam data lapangan kemudian ditafsirkan atau diseleksi
masing-masing data yang relevan dengan fokus pada masalah yang diteliti.
2. Penyajian Data
Penyajian data (Display Data) adalah menyajikan data dalam bentuk
matriks, network, chart atau grafik, dan sebagainya.46
Penyajian data ini
dilakukan ketika data yang diperoleh sudah terkumpul, sehingga memudahkan
peneliti dalam menyimpulkan hasil dari analisis redukasi data. Dengan demikian,
peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.
43
Prof. Dr. Husaini Usman,M.Pd. M.T & Purnomo Setiady Akbar, M. Pd, Metode Penelitian
Sosial, Edisi ke Dua. p. 84 44
Prof. Dr. Husaini Usman,M.Pd. M.T & Purnomo Setiady Akbar, M. Pd, Metode Penelitian
Sosial, Edisi ke Dua. p. 84 45
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, p.165 46
Prof. Dr. Husaini Usman,M.Pd. M.T & Purnomo Setiady Akbar, M. Pd, Metode Penelitian
Sosial, Edisi ke Dua,p. 85
30
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap kesimpulan (Verifikasi) merupakan tahap terakhir. Kasimpulan
menjurus pada jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan dan mengungkap
“what” dan “how” dari temuan penelitian tersebut.47
4. Triangulasi Data
Tringulasi merupakan teknik yang digunakan untuk menguji kepercayaan
data (memeriksa keabsahan data atau perifikasi data dengan memanfaatkan hal-
hal yang ada diluar data tersebut untuk keperluan mengadakan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data yang telah di kumpulkan.
Penelitian dengan sumber ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi
c. Membandingkan apa yang di katakan orang-orang tentang situasi peneliti
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
47
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 179
31
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA LUBUK SEPUH
A. Sejarah Singkat Desa Lubuk Sepuh
Desa Lubuk Sepuh terletak di Kecamatan Sarolangun sebelum menjadi
perkampungan, Desa ini mempunyai sejarah yang cukup menarik, untuk itu
penulis ceritakan sejarah berdirinya Desa Lubuk Sepuh ini.
Desa Lubuk Sepuh merupakan salah satu desa di Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun. Desa Lubuk Sepuh pada zaman pemerintahan Marga yang
di pimpin oleh seorang Pasirah termasuk dalam wilayah Marga Pelawan.
Adapun asal usul dinamakan Desa Lubuk Sepuh, bahwa pada zaman
dahulu di daerah tersebut, di pinggir sungai batang Asai terdapat sebuah lubuk,
yang kemudian dijadikan oleh orang sebagai tempat untuk menyepuh senjata.
Pertama kali di lakukan oleh dua orang pendatang yang habis bertarung dalam
memperebutkan seorang wanita, dan senjata salah seorang diantaranya mengalami
patah, penggunaan selanjutnya digunakan oleh masyarakat setempat secara turun
temurun untuk sebagai tempat menyepuh senjata dan di kenal sampai zaman
penjajahan. Dan terkenallah daerah tersebut dengan nama Lubuk Sepuh, setelah
daerah tersebut resmi menjadi Desa, maka masyarakat setempat sepakat
menamakan Desanya dengan nama Desa Lubuk Sepuh.48
48
Dokumen,Desa Lubuk Sepuh, 2016
32
B. Letak Geografis Desa
Letak Desa Lubuk Sepuh secara geografis berada pada wilayah
Kabupaten Sarolangun, dengan letak dan perbatasan daerah sebgai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Muara Danau.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bukit.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pulau Aro.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Beringin Teluk.
C. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data yang ada di kantor kepala desa dan keterangan dari
kepala desa bahwa kondisi kependudukan di desa Lubuk Sepuh mengalami sedikit
peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penduduk Desa Lubuk Sepuh
sampai dengan bulan Maret 2016 berjumlah 3625 jiwa dengan data pembagian
menurut tabel berikut :
Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Sepuh
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 1828 jiwa
2 Perempuan 1797 jiwa
Jumlah 3625 jiwa
33
Dari tabel di atas, terlihat bahwa penduduk Desa Lubuk Sepuh penduduk
terbanyak laki-laki, namun tidak begitu besar selisih dengan perempuan.
D. Keadaan Agama
Agama adalah tuntunan hidup manusia dalam kehidupannya di dunia.
Agama juga menyelamatkan manusia diakhirat kelak jika manusia konsisten
berpegang teguh pada ajaran yang diperintahkan. Hal ini akan terjadi pada agama
yang benar yaitu Agam Islam. Agama merupakan kepercayaan kepada Tuhan
yang Maha Esa, yang mesti di anut oleh setiap warga negara yang menghuni di
permukaan bumi persada ini. Maka setiap daerah memiliki berbagai corak
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Dalam menjalankan kehidupan beragama masyarakat desa Lubuk Sepuh
terkenal dengan keteguhannya di dalam menjalankan syari‟at, hal ini terlihat
banyak penduduk yang mengikuti shalat Magrib berjamaah, shalat isya maupun
shalat subuh. Kemudian terlihat juga masyarakat dalam mengikuti kegiatan-
kegiatan keagamaan, seperti majlis ta‟lim, pengajian ibu-ibu dan remaja. Untuk
lebih jelasnya penganut agama bagi masyarakat di Desa Lubuk Sepuh akan
terlihat pada tabel di bawah ini :
34
Tabel 2
Penganut Agama bagi Masyarakat di Desa Lubuk Sepuh
No Pemeluk Agama Jumlah Penganut Keterangan
1 Islam 3625 Jiwa Mayoritas
2 Kristen - -
3 Katolik - -
4 Budha - -
5 Hindu - -
Jumlah 3625 Jiwa
Kepentingan masyarakat terhadap Agama sangat penting karena Agama
merupakan kontrol dalam kehidupan dengan didukungi oleh berbagai syi‟ar
keagamaan itu sendiri seperti kegiatan-kegiatan ibadah dan pengajian-pengajian.
Dalam menjalankan kehidupan beragama terlihat masyarakat cukup antusias
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti majlis ta‟lim pengajian
ibu-ibu dan remaja.49
Kemudian untuk menunjang kegiatan-kegiatan dalam menjalankan
keagmaannya maupun kegiatan-kegiatan dalam menjalankan keagamaanya
49
Dokumentasi Kantor Kepala Desa Lubuk Sepuh. 16 Maret 2015
35
maupun kegiatan yang lainnya sangat diperlukan saran-sarana penunjang terhadap
kegiatan tersebut. Adapun sarana kegiatan yang ada di Desa Lubuk Sepuh pada
daftar tabel berikut:
Tabel 3
Sarana Ibadah Masyarakat Desa Lubuk Sepuh
No Nama Sarana Jumlah
1 Masjid 2
2 Langgar 7
3 Gereja -
Jumlah 9
Dari tabel di atas, dapat diterangkan bahwa penduduk Desa Lubuk Sepuh
pada saat ini seluruhnya beragama Islam. Di Desa ini tidak ada pemeluk agama
selain Islam seperti Kriste, Hindu dan Budha. Penduduk umum Desa Lubuk
Sepuh termasuk pemeluk agama islam yang taat, ini di buktikan dengan
terdapatanya 7 Langgar 2 Masjid.
E. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yng penting bagi masyarakat dalam
rangka proses peningkatan sumber daya manusia. Masyarakat tanpa pendidikan
tidak akan maju dan berkembang, akibatnya akan terjadi kebodohan dan
36
keterbelakangan yang akibatnya menjadi maslah bagi dirinya maupun bagi
negara. Untuk menunjang proses pendidikan sangat di perlukan beberapa sarana
untuk tempat pendidikan. Adapun sarana pendidikan yang ada di Desa Lubuk
Sepuh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4
Sarana Pendidikan di Desa Lubuk Sepuh
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SMA / ALIYAH 3
2 SMP / MTS 1
3 SD / MIS 3
4 PAUD 2
Jumlah 9
Berdasarkan tabel di atas sarana prasarana pendididkan di Desa Lubuk
Sepuh sudah cukup memadai, yaitu 3 SMA/Aliyah, 1 Smp\MTS, 3 SD\MIS, dan2
PAUD.
F. Keadaan Mata Pencarian Penduduk
Mata pencarian penduduk adalah hal yang sangat vital atau penting sekali
untuk dipersoalkan dalam konteks sebagai penduduk itu sendiri, sebab mata
37
pencarian berhubungan langsung dengan hajat hidup manusia. Mata pencarian
yang beragam memberikan ilustrasi bahwa manusia diciptakan Tuhan tidak sama
termasuk dalam hal pekerjaan. Mata pencarian penduduk secara umum adalah
petani padi, sawit, dan petani karet. Namun tidak sedikit yang menggeluti bidang
lain seperti PNS, guru honor, pedagang, tukang bangunan, dan buruh.
Daerah ini merupakan daratan yang sangat luas dan subur, maka
kehidupan perekonomiannya tergantung pada hasil perkebunan seperti sawit,
karet, dan bertani padi. Secara umum perekonomian di wilayah ini cukup baik.
Lebih lanjut tentang kondisi di Desa Lubuk Sepuh berdasarkan hasil
wawancara yaitu pendapatan penduduk rata-rata Rp 1.000.000/bulan.50
Desa
lubuk sepuh merupakan daerah penghasil padi, karet, sawit dan lainya.
Sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel 5
Mata pencarian
No Mata Pencaharian Jumlah Keterangan
1 Perkebunan 50% [ 500 Orang ] Kepala Keluarga
2 Tani 20% [ 200 Orang ] Kepala Keluarga
3 Dagang 15% [ 150 Orang ] Kepala Keluarga
50
M.Rusli, 2016
38
4 PNS 10% [ 100 Orang ] Kepala Keluarga
5 Pengusaha 5% [ 50 Orang ] Kepala Keluarga
39
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Eksistensi Kesenian Tradisional Biduk Sayak
Setiap masyarakat pada kehidupannya pasti mengalami perubahan-
perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju
kearah kemajuan, namun juga dapat juga menuju kearah kemunduran. Perubahan
yang terjadi memang telah ada pada zaman dahulu, bukan hanya karena faktor
perkembangan zaman, tapi karena adanya pengaruh dari masyarakat sebagai
subjek perubahan itu sendiri, yaitu sebagai rasa tidak puas/ tidak pernah puas yang
memang merupakan sifat dasar seorang manusia.
Masyarakat manapun menyukai hiburan khususnya kesenian. Bahkan
seringkali masyarakat tertentu memiliki corak kesenian tersendiri. Pada awal
kemunculannya nama biduk sayak diambil dari tradisi daerah orang Melayu yang
berarti berbalas pantun yang diiringi dengan musik. Kesenian biduk sayak ini
merupakan kesenian tradisional yang bersifat sebagai hiburan. Dalam
pelaksanaannya, biduk sayak merupakan kesenian tradisional yang menampilkan
pertunjukkan saling berbalas pantun antar dua orang sambil diiringi alunan musik.
Pernyataan ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Abu bakar sebagai pelaku
seni di bawah ini :
40
“Biduk Sayak ko lah thradisi orhang dulu-dulu. biasonyo tu nyanyian
yang bebalas pantun, dan tu ado yang nari jugo. biduk sayak ko nyanyian yang
biasonyo ceritoin macam mano proses orhang dari awal betemu sampe dio
dilamar dan akhirnyo dipinang. biasonyo biduk sayak ko dipentaskan pas nak
acara pernikahan. makonyo ado nari-nari.”51
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Zulfikar sebagai berikut,
“Biduk Sayak ko lah lamo nian, orhang-orhang tuo dulu lah yang
buatnyo. Biasonyo biduk sayak ko ado pas orang nak pesta, acaranyo tu dari
malam sampelah pagi. pas mulaii nyo tu, yang bawa acara tu selalu buka dengan
pantun, contohnyo: Besamo-samo kito pegi beumo/ Mari besamo kito menanam
padi/ Mari besamo kito jago budayo/ Bebiduk Sayak kito mulai; macam-
macamlah tu pantunnyo.” 52
Dalam pertunjukkan biduk sayak, biasanya diawali dengan pembukaan
acara yang berupa pantun. kemudian dilanjutkan dengan saling berbalas pantun
antara dua orang kemudian ada beberapa muda-mudi yang menari. Kesenian ini
diiringin oleh alat musik tradisional berupa gendang kulit, gitar gambus, gong dan
biola. Selain mendendangkan pantun masyarakat lokal, pertunjukkan biduk sayak
juga dapat mengiringi dan menyanyikan lagu daerah lain agar pertunjukkannya
menjadi semakin semarak. Biduk sayak ini menganut arti penting dalam sebuah
persaudaraan, silaturahmi , dan juga mengandung arti ketentraman hati
kedamaian yang terpaut di dalamnya. Kesenian Biduk Sayak selalu menyesuaikan
51
Abu Bakar, pelaku seni, Desa Lubuk Sepuh 2015 52
Zulfikar, Tokoh Adat, Lubuk Sepuh, 2015
41
keadaan hati yang mendendangkannya , jika dikala sedih dan merana, syair yang
dibawakan bernuansa patah hati, dan jika bernuansa orang tua, berarti syair yang
di bawakannya adalah pantun nasehat dan begitulah seterusnya.
Ketika nyanyian biduk sayak didendangkan, maka akan ada tarian yang
mengiringi. Tarian yang dibawakan oleh penarinya mengandung beberapa makna.
Masing-masing tarian ini menggambarkan urutan awal pertemuan dan perkenalan
bujang gadis yang berlangsung di ladang saat bertani. Hal ini karena pada masa
lalu hanya di ladang bujang gadis dapat bertemu satu sama lain karena pada masa
itu bujang gadis tidak diizinkan bertemu secara bebas. Setelah mengenal dekat
barulah di bujang datang kerumah gadis untuk melamar, Kemudian jika disetujui
oleh orangtua si gadis, selanjutnya akan diadakan prosesi pernikahan. Tarian
yang menggambarkan proses tersebut adalah Tarian nugal atau tari Liang Asak
yang dilakukan bujang gadis yang merupakan sebuah kebiasaan masyarakat pada
saat menugal atau menanam padi. Gerakan tari nugal ini menggambarkan
menugal seakan-akan sedang membuat lubang-lubang kecil di ladang sebagai
tempat menabur benih padi,53
pada tarian ini peralatan pendukungnya adalah kayu
panjang seperti alu penumbuk padi. Gerakan tarian ini menggambarkan penari
pria menugal atau melubangi tanah dengan kayu dan penari wanita menaburkan
benih dan senda gurau pada saat menanam padi bersama. Busana yang dipakai
penari berupa baju kurung serta kain sarung dan topi serta penutup kepala.
Sedangkan penari pria menggunakan pakaian teluk belango dan kopiah.54
53
Abu bajar, pelatih seni, Lubuk sepuh 2016 54
https://www.tempolagu.com. diakses pada 17 Oktober 2016. pukul 14.30 WIB
42
Pada saat dimulainya acara adat pernikahan, selanjutnya akan ada juga
tari Sekapur Sirih yang bermakna menyambut kedatangan pengantin laki-laki,
penari menggunakan pakaian adat lengkap dan tari Selendang yang
menggambarkan bahwa masyarakat sedang bersuka cita sehingga menggunakan
selendang sebagai pelengkap tariannya. dan tari tudung yang menggunakan
tudung rotan atau bamboo sebagai pelengkapnya. 55
Biasanya kesenian Biduk sayak ini pelaksaannya dimulai pada malam
hari sebelum resepsi pernikahan hingga resepsi dilaksanakan. seperti pernyataan
warga M. Syafi‟i,
“disiko kalu ado Biduk Sayak tu mulai malam harinyo, karno disitulah
mulai berkumpul orhang-orhang mudo dan tuo untuk meramaikan acara. yang
dinyanyikan tu yo lah biduk sayak, minkuang, kijang salai lagu-lagu lamo
daerhah kito lah.”
Kesenian Biduk Sayak ini terkenal di Desa Lubuk Sepuh pada tahun
1960an, oleh para leluhur nenek moyang mereka. Seiring berjalannya waktu
kesenian ini hampir punah dan hilang, karena masyarakat lebih menyukai hiburan
yang lebih modern yaitu organ tunggal dengan suara yang lebih besar dan lebih
disukai oleh muda-mudi. melihat kesenian Biduk Sayak ini yang semakin lama
semakin menghilang sehingga membuat salah satu warga berinisiatif mendirikan
sanggar dengan tujuan membangkitkan kembali pesona budaya lama agar tetap
55
Abu bakar, pelatih seni,Lubuk Sepuh, 2016
43
bertahan dimasa yang semakin modern dan mempertahankan agar tidak hilang
dimakan zaman. Sanggar seni ini berdiri pada tahun 1980 hingga saat sekarang,56
Pada saat pertunjukkan kesenian Biduk Sayak, ada beberapa alat musik
tradisional yang digunakan sebagai pengiring, diantaranya gendang kulit
berukuran besar dan kecil, gitar gambus, biola dan Gong. Cara bermain alat musik
ini pun memiliki kekhasan naik dan turunnya nada menyanyi dan memainkan alat
musik tersebut.
Syair dalam biduk sayak ini didominasi dengan syair-syair pantun dan
liriknya berisi hal-hal yang positif dan mengandung nasihat. Syair yang
dimainkan dalam Biduk Sayak ini yaitu:
Pembawa acara : Besamo-samo pegi ke umo
Mari besamo kito menanam padi
Mari besamo kito jago budayo
Bebiduk Sayak kito mulai
Bujang : Batang kandih ditepi umo
Batang jelmu disawah pulai
Bujang jo gadih banyak gunonyo
Asallah tau badan memakai
56
Abu bakar, pelatih seni, Lubuk Sepuh, 2016
44
Gadih : Biduk Sayak Ilir Ke Jambi
Tibo di Jambi Butali Bonang
Kalau Ulak dari Kanti
Jatuh di sambut Hanyut kurenang
Bujang : Biduk Sayak mudik kekampung
Singgah semalam di Rantau Panjang
Kalu dak dapat si Bungo anggun
bialah kumbang begi terebang
Kesenian tradisional daerah beraneka ragam sesuai dengan kedaan
daerah setempat. Kesenian tradisional perlu di pelihara dan di lestarika karena
merupakan kekayaan budaya bangsa. Kesenian tradisional merupakan warisan
turun temurun dari nenek moyang, yang diharapkan terus hidup agar dapat
diwariskan pada generasi penerus. Salah satu wujud kesenian tradisional yang
berupa kesenian biduk sayak yang lahir di Desa Pelawan Kecamatan Sarolangun.
Kesenian biduk sayak ini dahulu sangat berkembang dan selalu ditampilkan pada
saat acara pernikahan.
Wawancara peneliti dengan Abu Bakar mengatakan,
“Keberadaan Kesenian Biduk Sayak sebenarnya sudah lama ada, namun
oleh perubahan zaman kesenian ini sempat terlupakan atau tidak di di lestarikan
selama berpuluh-puluh tahun, baru pada tahun 1980 kesenian ini baru
ditimbulkan kembali oleh beberapa orang masyarakat setempat sesuai dengan
45
perkembangan zaman pada masa itu, hingga saat sekarang kesenian Biduk Sayak
tetap berkembang dan tetap eksis sampai saat ini.”57
Bentuk pelaksanaan Kesenian Biduk Sayak ini didukung oleh beberapa
elemen dan sajian pertunjukan. Elemen-elemen yang mendukung terbentuknya
kesenian Biduk Sayak antara lain, pemain musik, penari dan tempat pementasan,
kesenian Biduk Sayak ini di pertunjukan di Desa Lubuk Sepuh Kecamatan
Sarolangun, karena memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi sebagai hiburan, fungsi
sosial dan fungsi pelestarian. Dari berbagai fungsi yang terdapat dalam
pelaksanaan kesenian Biduk Sayak maupun menjaga kelestariannya.
Masyarakat Lubuk Sepuh merasa bangga memiliki sebuah bentuk
kesenian Biduk Sayak, yang mana kesenian ini di pertunjukan dalam rangkaian
acara-acara tertentu, seperti pernikahan dan acara pemerintahan. Kesenian Biduk
Sayak ini merupakan warisan budaya turun temurun yang memiliki nilai-nilai
yang cukup tinggindan tetep eksis serta di lestariakan oleh masyarakat desa Lubuk
Sepuh. Kesenian Biduk Sayak ini juga memberi dampak positif bagi masyarakat,
seperti rasa kebersamaan, rasa kesatuan dan persatuan serta rasa solidaritas yang
tinggi terhadap sesama.58
57
Abu Bakar, pelatih kesenian Biduk Sayak.Desa Pelawan. 58
As‟at, Tokoh Masyarakat,2016
46
B. Pengaruh Budaya Islam dalam Kesenian Biduk Sayak.
Kesenian yang bernafaskan Islam dalam kesenian Biduk Sayak di Desa
Lubuk Sepuh mempunyai beberapa jenis, di antaranya rebana, orkes gambus, dan
tari biduk sayak merupakan salah satu yang mencerminkan budaya Islam.
Pengaruh Islam dalam kesenian ini dapat di bagi dalam beberapa bagian. Pertama
adalah dari aspek busana yang mencerminkan budaya Islam. Kedua aspek gerak
yang sederhana dan sopan, dan yang ketiga dari aspek penyajian yang sangat erat
dengan islam.
1. Aspek busana
Pengaruh Islam dalam kesenian Biduk Sayak dapat di lihat dari
aspek busana, busana yang di pakai oleh penari yaitu busana yang sesuai
dengan ketentuan Islam yang tidak menampaka aurat. Dan musik secara
syair yang mengiringi tari juga bernuansakan Islam, seperti rabana, gitar
gambus, alat-alat yang merupakan ciri khas Islam.
Meskipun sudah banyak pengaruh budaya luar masuk ke Indonesia
pada masa sekarang, namun hal tersebut tidak pengaruh besar dalam
kesenian Biduk Sayak yang mana busana yang di pakai penari tidak ada
yang berubah sedikitpun melainkan masih tetap mempertahankan yang
lama. Dari segi busana kesenian ini sudah menyesuaikan dengan budaya
Islam meskipun tidak sepenuhnya namun masih cukup sopan
dibandingkan kondisi sekarang, dimana para penari-penari pada zaman
modern seperti masa sekarang ini menggunakan pakaian-pakaian yang
47
menampakan aurat, seperti tari erotis, dance yang semuanya jauh dari
nilai-nilai Islam.59
2. Aspek gerak
Pengaruh budaya Islam dapat dilihat dari aspek gerakan, yang
mana gerakan dalam tari ini tidak mempertontonkan aurat, melainkan seni
yang geraknnya penuh dengan gerak yang mempunyai maksut atau tujuan
tertentu.tarian ini didominasikan oleh perempuan sedangkan laki-laki tidak
diwajibkan ikut, karena dikhawatirkan apabila laki-laki menari dengan
dengan perempuan akan menimbulkan hal-hal yang merusak prilaku. Oleh
karna itu untuk menghindari hal-hal tersebut, maka kesenian ini sengaja
diciptakan tarian yang memiliki batasan ruang gerak dan mengurangi
persentuhan antara laki-laki dan perempuan, guna mentaati tata tertib dan
sopan santun dalam menari,dan menggunakan pakaian yang sopan serta
menjalankan kewajiban beragama.
Dengan demikian, gerak yang ada di Biduk Sayak telah dirancang
sesuai dengan ketentuan Agama, karena tujuannya untuk menyampaikan
pesan tertentu yang mengandung makna kebaikan.
3. Aspek ritual
Selain dari aspek busana dan aspek gerakan pengaruh budaya islam
pada kesenian Biduk Sayak jauga terdapat pada aspek ritual, yang mana
sebelum mulai menari, para penari terlebih dahulu membaca do‟a. Dengan
tujuan memohon perlindungan kepada Allah SWT, sebagai umat Islam
59
Ruyani, Pelatih tari, Lubuk Sepuh,2016
48
membaca do‟a sangatlah penting sebelum melakukan sesuatu agar setiap
yang kita lakukan mendapat berkah serta Ridho dari Allah SWT.
Setiap orang muslim diharuskan mengawali suatu pekerjaan dengan
terlebih dahulu membaca do‟a, hal ini terlihat pada pementasan.
Dari beberapa unsur yang telah dijelaskan, bahwa pengaruh Islam
dalam kesenian Biduk Sayak terdiri dari beberapa aspek, pertama aspek
busana yang mana busana yang di pakai dalam tari adalah busana yang
menutupi aurat dan sesuai dengan ketentuan islam, dan gerak yang di
perlihatkan adalah gerak yang sopan dan santun. Serta sebelum
melaksanakan tari, para pemain musik dan penarinya berdo,a bersama
kepada Allah meminta keselamatan.
Musik iringan Biduk Sayak ini juga bernuansa Islami seperti alat
musik khas Arab dan Persia, seperti gong, rebana, gitar gambus dan biola
yang menjadi alat musik khas islam.
Do‟a yang digunakan para pemain dan penari Biduk Sayak ini
adalah do‟a minta keselamatan (do‟a selamat) yang bertujuan untuk
meminta pelindungan kepada Allah dalam pelaksanaan dan keselamatan
terhadap orang yang dipersembahkan acara tersebut serta para hadirin.
Doanya adalah : 60
60
Aini, pelatih tari, Lubuk Sepuh,2016
49
فى ا با ا ا ة س لس فى ا اااا ة س ا ال فى ا ااف ا ة لد س فى ا ا ا ة نا س ا ه ا نما ا لله م
س ا س با سلا ا ا س ا ة س ا س سلا ا ا س ا ة س ا س با س ا ا با س ا ة د س
Artinya : Ya Allah kami memohon kepadaMu keselamatan dalam agama, dan
kesejahteraan/kesegaran pada tubuh dan penambahan ilmu, dan keberkahan rizqi,
serta taubat sebelum mati dan rahmat di waktu mati, dan keampunan sesudah
mati.
س ااا سلا ا س ا س ا ما ا ا م اا ا س ا س ا ا ا فى الا بس اا ا د س ا لله م
Artinya :Ya Allah, mudahkanlah kami saat pencabutan nyawa, selamat dari api
neraka dan mendapat kemaafan ketika amal diperhitungkan
س ا مااه انس ا نم ا ا س ا ة الهنس ا س ا اا ا ا س ذس الا بستبا اا با سلا بهله س با اا ا ه س ا بم اا
Artinya :Ya Allah, janganlah Kau goyahkan hati kami setelah Kau beri petunjuk
dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi
نبس اا فى أا اا ا بم اا ما ا ا اا ا اا ا ا ا ة س ا ا افي ا ا ا ة ل
Artinya :Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan
hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.
50
C. Kendala-Kendala dalam Perkembangan Kesenian Biduk Sayak
dalam Mempertahankan Budaya Islam
Kesenian tradisional merupakan seni yang susah berkembang, terutama
Biduk Sayak. Hal ini karena sulit untuk mencari generasi penerus yang dapat
mewarisi jenis kesenian yang terdapat di daerah tersebut. Anggota personil biduk
sayak ini sebagian besar anggotanya yang sudah berumah tangga sehingga mereka
sudah tidak dapat fokus lagi untuk berlatih disanggar dan ikut dalam
pertunjukkannya dikarenakan sibuk dengan aktivitas-aktivitas rumah tangganya
masing-masing. Terlebih lagi hanya ada sedikit generasi muda yang
menggantikan untuk bermain musik tetapi masih mengandalkan pemain lama
yang sudah tua. Kemudian kurangnya perhatian pemerintah setempat untuk
melestarikan kesenian Biduk Sayak sehingga kondisi inilah yang menyebabkan
terhambatnya perkembangan kesenian Biduk Sayak.
Kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak dikarenakan banyaknya
anak muda yang tidak lagi menyukai seni tradisional seperti Biduk Sayak.
Menonton pun mereka enggan, apalagi menjadi seniman atau pekerja seninya.
Kurangnya perhatian pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana untuk
melestarikan kesenian Biduk Sayak. Seperti yang disampaikan salah satu tokoh
masyarakat,
“Disiko minatnyo lah kurang tuk kesenian tradisional macam ni.
tengoklah muda-mudinyo tu memang dak do minat nian buat belajar jadi pemain
51
biduk sayak tu. yo namonyo orang mudo,eloklah yang orang tuo main katonyo tu.
kalu organan baru rami mereka tu kumpul”. 61
Meskipun alat musik berupa gendang, gitar gambus, biola dan gong
masih ada, para pemain alat tersebut belum memiliki penerusnya. karena pada
muda-mudi belum ada kemauan untuk memperlajari memainkan alat musik
tersebut. Hal ini lah merupakan kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak ,
salah satunya dikarenakan kurangnya minat masyarakat terutama bagi
pemuda/pemudi untuk melestarikan dan mempelajari seni itu sendiri. Menurut
mereka kesenian tradisional merupakan hal yang sudah ketinggalan zaman dan
kuno, ditambah lagi kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap seni-seni
tradisional Desa Lubuk Sepuh. Hal ini disampaikan oleh Bapak Yusuf selaku
tokoh adat,
“Anak mudo kito ni, dak tau caro mainnyo, macam gendang tu, biola, kalu
gitar tu biso lah, Cuma nak ngiring orang bebiduk sayak tu kan dak biso basing,
ado model nada khas nyo. jaman kini anak mudo diajak ikut dalam sanggar ni be
belum ado yang minat, makonyo yang anggota sanggar ni yang lah bekeluargo
galo.”62
Kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak ini dikarenakan minimnya
sarana dan prasaran serta manajemen pelestarian kesenian ini dari masyarakat,
sehingga kesenian ini susah mendapat perhatian\bantuan dari pemerintah. Dan
61
M.Atik,S. Ag, Tokoh masyarakat, 2016 62
Yusuf, Tokoh masyarakat,
52
begitu juga sebaliknya pemerintah juga kurang memperhatikan potensi kesenian
yang terdapat di daerah-daerah .63
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kendala perkembangan
kesenian Biduk Sayak dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
masyarakat/muda mudi dan faktor pemerintah.
1. Faktor Masyarakat
Hanya ada sebagian masyarakat yang ingin melestarikan dan
mencintai kesenian-kesenian tradisional, seperti kesenian Biduk Sayak.
Sedangkan yang lainnya banyak yang kurang berminat terutama kaum
muda yang sudah melupakan kesenian tersebut, karena dianggap sudah
ketinggalan zaman dan tidak perlu lagi di pelajari. Apalagi setelah mulai
terkenalnya hiburan organ tunggal, masyarakat secara otomatis akan
memilih hiburan organ tunggal karena dari segi semaraknya dan musiknya
yang lebih bervariasi dibanding biduk sayak yang hanya berbalas pantun
dan menyanyikan lagu daerah.
Kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak disebabkan oleh
kurangnya kecintaan generasi muda sekarang terhadap warisan budaya
nenek moyang , padahal kesenian ini merupakan kesenian asli daerah yang
perlu di kembangkan dan dikenalkan kepada masyarakat luar. Selain itu
usaha dari masyarakat untuk mengembangkan kembali kesenian ini
sepertinya tidak ada. Walaupun ada hanya sebagian kecil orang yang
melestarikannya.
63
R. Samar, Tokoh masyarakat,
53
Sebagian orang yang memelihara kelestarian kesenian ini memikul
beban yang cukup berat apalagi perputaran waktu yang semakin tua.
Seharusnya setiap generasi harus mendapatkan keperwakilannya, supaya
kesinambungan karya, kemampuan menguasai dan kemampuan
mewariskannya terus bergulir. Setiap generasi harus bisa mengajarkan
kepada generasi setelahnya, jika tidak makan warisan ini akan semakin
meredup dan pada akhirnya tidak ada yang peduli. Ketidakpedulian itu
mengakibatkan kemunduran, atau kehilangan generasinya. Hal ini
merupakan salah satu kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak.64
2. Faktor pemerintah
Kesenian Biduk Sayak adalah representasi dari kearifan lokal
daerah Kabupaten Sarolangun. Di dalam kesenian tradisional ini
terkandung nilai-nilai budaya kerakyatan yang positif. Rasa cinta kepada
alam, semangat gotong royong, pendidikan keimanan, dan sumber
perekonomian rakyat digambarkan secara dinamis melalui perpaduan
gerak dan musik yang khas. Sayangnya kesenian tradisioanal ini cendrung
mengalami kemunduran. Ini karena minimnya kepedulian pemerintah
terhadap kesenian yang terdapat di daerah Kabupaten Sarolangun.
Kendala perkembangan Biduk Sayak adalah karena kurangnya
perhatian pemerintah setempat terhadap kesenian ini, yang seharusnya
pemerintahan setempat membuat suatu program yang bisa dimasukkan ke
dalam bidang studi kesenian di sekolah, sehingga kesenian ini bisa
64
Nurhasanah, masyarakat,
54
berkembang melalui lembaga pendidikan, namun pemerintah belum
melakukan hal tersebut.65
Dari ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa perhatian
pemerintah terhadap kesenian tradisional daerah masih belum optimal.
Dapat diketahui bahwa salah satu kendala perkembangan kesenian
Biduk Sayak karena kurangnya mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Pada dasarnya pemerintah seharusnya memperhatikan potensi
kesenian daerah memberi solusi dan jalan keluarnya, supaya kesenian
kesenian tradisional ini bisa diminati kembali oleh masyarakat. Apabila
kebijakan pemerintah sangat kurang terhadap seni budaya, maka pelaku
atau pekerja seni sebagai nyawa dari kehidupan kesenian sulit untuk
berkembang. Jika kesenian sulit berkembang maka sebuah pertanda bahwa
ketegangan sosial dan kekerasan akan sering muncul sebagai budaya.
Sering kali dibentuknya lembaga kesenian tetapi tidak beroperasi dengan
baik, dan tidak ada program yang lebih menyentuh terhadap kehidupan
kesenian dimasyarakat. Hal ini merupakan kendala-kendala yang harus di
selesaikan oleh pemerintah, agar kesenian-kesenian tradisional bisa
berkembang kembali.
65
Andi, Tokoh masyarakat,
55
D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Eksistensi Kesenian Biduk
Sayak dalam Mempertahankan Budaya Islam
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di
lapangan, adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh masyarakat Desa Lubuk
Sepuh dan pemerintah untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui adalah
sebagai berikut :
1. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan Eksistensi
kesenian Biduk Sayak agar tetap eksis dalam mempertahankan
budaya Islam
Usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang ingin
melestarikan kesenian Biduk Sayak di Desa Lubuk sepuh dalam
mengatasi permasalahan adalah memberikan penyuluhan bagi
masyarakat terutama para kaum muda-mudi bahwa betapa pentingnya
memelihara dan melestarikan kesenian tradisional yang di wariskan
secara turun temurun. Karena di dalam kesenian tradisional ini
terkandung nilai-nilai kebaikan
Upaya dalam melestarikan kesenian tradisional daerah, sebagai
orang tua memberi motivasi terhadap anaknya untuk mempelajari
kesenian tradisional seperti kesenian Biduk Sayak. Agar kesenian ini
memiliki generasi penerus dan bisa berkembang hingga masa akan
56
datang, kalau tidak kesenian ini akan meredup oleh perkembangan
zaman.66
Usaha dalam melestarikan kesenian Biduk Sayak agar tidak
hilang oleh perkembangan zaman masa sekarang ini, kaum muda-mudi
di desa Lubuk Sepuh harus mempelajari dan mengembangkan
kesenian yang penuh dengan nilai-nilai sejarah dan kebaikan yang
merupakan patokan sejauh mana kemajuan kesenian nenek moyang
kita dahulu, dan tidak menilai kesenian merupakan kesenian yang kuno
atau ketinggalan zaman.67
Untuk mengatasi masalah pelestarian kesenian Biduk Sayak,
masyarakat harus mendirikan kembali sanggar dan aktif dalam
kegiatan sanggar sebagai wadah untuk berlatih, agar seni ini bisa
berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas, walaupun itu
merupakan partisipasi masyarakat setempat.68
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diketahui bahwa beberapa
upaya yang dilakukan penggiat seni di Desa Lubuk Sepuh adalah
mengajak dan memberi penyuluhan kepada masyarakat untuk bisa
mengetahui betapa pentingnya mempelajari kesenian tradisional dan
dorongan orang tua sangat diperlukan dalam melestarikan kesenian ini,
66
R.Samar, tokoh masyarakat, 2016 67
Abu bakar, pelatih seni, 2015 68
Safi‟i,ketua pemuda,2015
57
serta minat yang kuat dari kaum muda-mudi untuk melestarikan
kesenian Biduk Sayak agar tidak punah oleh perkembangan zaman.
Salah satu usaha yang harus dilakukan oleh pelatih seni agar
kesenian Biduk Sayak diminati oleh kaum muda-mudi dan anak-anak
adalah mengubah arah perkembangan seni tradisional yang seharusnya
menuju kearah penyesuaian dengan tuntunan perkembangan zaman
sering dikelirukan dengan sekedar mengembangkan sebagaimana
adanya kesenian kesenian itu berlangsung dari waktu ke waktu.
Bahkan ada yang terus mengembangkan dengan berupaya
menyamakan dengan kondisi pada awal kelahirannya. Untuk
kepentingan penyelidikan dan konservasi hal tersebut diperbolehkan,
tetapi kalau untuk keperluan perkembangan maka garaplah kesenian
Biduk Sayak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang secara
lahir dan batin dengan tetap mempertahankan hal-hal yang
mengandung kekhasan biduk sayak tanpa merubahnya hingga benar-
benar menjadi berbeda.
2. Upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
eksistensi kesenian Biduk Sayak di Desa Lubuk Sepuh
Wawancara peneliti dengan kepala desa Lubuk Sepuh menjelaskan yang
harus di lakukan pemerintah untuk mengatasi kendal-kendala di atas adalah:
a. Memperluas kesempatan masyarakat menikmati kesenian tradisional
sehingga tumbuh sikap positif dan apresiasi yang timbul terhadap kesenian
58
tradisional dan memahami nilai yang di kandungnya untuk kepentingan
perkembangan jati diri dan ketahanan budaya.
b. Membina dan mengembangkan kreativitas kesenian serta mendorong
tumbuhnya daya cipta seniman dan budayawan dan pelaku seni lainnya,
seperti pertukaran seni budaya antar daerah, pertemuan antar seniman dan
budayawan festival serta pagelaran kesenian dan kebudayaan daerah.
c. Menggali dan membina kesenian tradisional dan budaya daerah yang di
miliki Kabupaten Sarolangun.
d. Mendirikan dan menyempurnakan sarana dan pra sarana, seperti gedung
aila seni dan peralatan.
e. Mendorong dan membantu upaya-upaya pengembangan sumber daya
manusia yang dapat mendukung pembinaan dan pengembangan kesenian
tradisional.
f. Mengadakan /mengikuti festival atau pagelaran kesenian yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar daerah, berupaya untuk sebagai
motivasi kreatifitas seni tradisional.
g. Mengangkat kesenian tradisional yang telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat seperti kesenian Biduk Sayak menjadi kesenian
tradisional yang potensial.
Dapat diketahui bahwa upaya-upaya pemerintah melestarikan dan
pengembangan kesenian tradisional dapat berlangsung apabila masyarakat dan
pemerintah bisa bekerja sama untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian
tradisional. Hal ini karena dalam pelestarian dan pengembangan tidak bisa
59
menjadi tanggung jawab satu kelompok melainkan tanggung jawab dari semua
pihak, seperti dinas pendidikan, dinas kebudayaan, dinas pariwisata dan
masyarakat. Apabila upaya ini bisa terlaksana dengan baik besar kemungkinan
kesenian tradisional daerah bisa berkembang dengan baik dan tidak akan punah
oleh perkembangan zaman.
Selain dari usaha-usaha di atas yang harus dilakukan untuk melestarikan
kesenian Biduk Sayak adalah adanya kerja sama antara budayawan, tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, pemerintah dan seniman, agar seni ini bisa
eksis di Kabupaten Sarolangun, Desa Lubuk Sepuh.69
69
H.ichsan Ilyas, Kepala desa Lubuk Sepuh,
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis kumpulkan pada bab-bab terdahulu, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Biduk Sayak merupakan keberagaman kesenian yang perlu dipelihara dan
dipertahankan keberadaannya, karena kesenian Biduk Sayak merupakan
sebuah seni yang menggambarkan bagaimana tatanan kehidupan serta adat
istiadat daerah. Kesenian tradisional Biduk Sayak adalah pertunjukkan
seni berupa saling berbalas pantun yang diiringi oleh alat musik tradisional
dan juga menampilkan tarian daerah yang dibawakan oleh penari muda-
mudi. Kesenian Biduk Sayak merupakan seni tradisional yang sukar
berkembang, karena di lihat dari perkembangannya dari masa kemasa
kurang diminati oleh masyarakat terutama pada masa sekarang. Biasanya
biduk sayak ditampilkan ketika acara adat, pernikahan, peresmian tempat,
penyambutan tamu dan beberapa acara penting lainnya sebagai hiburan.
Pengaruh Islam dalam biduk sayak dilihat dari beberapa aspek,
yaitu busana, gerak tari, dan ritual. Biasanya dalam penampilan penari
biduk sayak, busana yang digunakan adalah busana tari yang tertutup, bagi
perempuan menggunakan baju kurung dan rok serta jilbab, dan laki-laki
biasanya baju teluk belango dan peci dilengkapi dengan beberapa atribut
61
tari. pada gerakan tari pun, jika dalam tarian yang berpasangan, gerak
antara laki-laki dan perempuan dibatasi, dan tidak ada gerakan
bersentuhan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan norma agama
dan adat. Pada aspek ritual pun, sebelum pertunjukkan dimulai, biasanya
para pemain berdoa terlebih dahulu, agar diberikan keselamatan dan
kelancaran dalam pertunjukkan, hal ini menggambarkan bahwa pemain
memiliki jiwa religious yang tinggi.
2. Kendala perkembangan kesenian Biduk Sayak disebabkan oleh kurangnya
kecintaan generasi muda sekarang terhadap warisan budaya nenek
moyang, belum adanya penerus yang benar-benar berminat untuk ikut
serta menjadi pemain biduk sayak. Meskipun alat musiknya masih ada,
tetapi generasi penerus belum ada yang mampu memainkan alat musiknya
sebagai pengiring biduk sayak. padahal kesenian ini merupakan kesenian
asli daerah yang perlu dikembangkan dan dikenalkan kepada masyarakat
luar. Selain itu usaha dari masyarakat untuk mengembangkan kembali seni
ini sepertinya belum terlihat. Dan kurangnya perhatian pemerintah
setempat terhadap seni ini juga termasuk kendala, jarangnya acara yang
diadakan pemerintah yang menampilkan kesenian biduk sayak membuat
kesenian biduk sayak belum mampu berkembang lebih luas, karena selama
ini biduk sayak masih berada dalam lingkup antar desa. Tidak adanya
dukungan dan perhatian pemerintah terhadap sanggar kesenian biduk
sayak, yaitu tidak ada kunjungan rutin yang menanyakan perkembangan
sanggar, tidak adanya bantuan alat musik atau perlengkapan pertunjukkan
62
dari pemerintah. Selama ini sanggar seni biduk sayak merupakan usaha
pribadi masyarakat yang memiliki kesadaran untuk menjaganya. Serta
jarang sekali pemerintah mengundang dan menjadikan kesenian biduk
sayak sebagai acara hiburan dalam kegiatan pemerintah.
3. Adapun upaya-upaya yang di lakukan oleh masyarakat dan pemerintah
untuk mempertahankan eksistensi kesenian tradisional biduk Sayak adalah
memperkenalkan kepada masyarakat betapa pentingnya memelihara
kesenian tradisional seperti Biduk Sayak yang merupakan warisan yang
diwariskan secara turun temurun.
Mengajak dan memotivasi setiap lapisan masyarakat untuk ikut
terlibat dalam kegiatan sanggar biduk sayak, sehingga menambah minat
generasi muda untuk berlatih berbiduk sayak dan memainkan alat
musiknya.
Melakukan pertunjukkan biduk sayak secara berkala, agar mendapat
perhatian khusus dari pemerintah karena kegigihan penggiat seni serta
pemerintah mengupayakan biduk sayak sebagai materi muatan lokal di
sekolah dan pemerintah mengundang biduk sayak dalam acara formal
sebagai hiburan tradisional.
Memperluas kesempatan masyarakat menikmati kesenian
tradisional sehingga tumbuh sikap positif dan apresiasi yang timbul
terhadap kesenian tradisional dan memahami nilai yang di kandungnya
untuk kepentingan perkembangan jati diri dan ketahanan budaya.
63
Membina dan mengembangkan kreativitas kesenian serta
mendorong tumbuhnya daya cipta seniman dan budayawan dan pelaku
seni lainnya, seperti pertukaran seni budaya antar daerah, pertemuan antar
seniman dan budayawan festival serta pagelaran kesenian dan kebudayaan
daerah.
Menggali dan membina kesenian tradisional dan budaya daerah yang di
miliki Kabupaten Sarolangun.
Mendirikan dan menyempurnakan sarana dan pra sarana, seperti
gedung aila seni dan peralatan.
Mendorong dan membantu upaya-upaya pengembangan sumber
daya manusia yang dapat mendukung pembinaan dan pengembangan
kesenian tradisional.
Mengadakan /mengikuti festival atau pagelaran kesenian yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar daerah, berupaya untuk sebagai
motivasi kreatifitas seni tradisional.
Mengangkat kesenian tradisional yang telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat seperti kesenian Biduk Sayak menjadi kesenian
tradisional yang potensial.
B. Saran - saran
Dari beberapa permasalahan yang penulis lakukan di atas, maka
tertuanglah beberapa saran – saran antara lain :
64
1. Kepada pemerintah Daerah Sarolangun untuk turut serta melestarikan
kesenian tradisional daerah secara serius khusunya pada Kesenian
Biduk Sayak di desa Lubuk Sepuh. Melakukan perekaman pada setiap
pertunjukkan biduk sayak untuk selanjutnya dipublikasikan melalui
website pemerintah, televisi dan iklan potensi daerah.
2. Memprogram biduk sayak sebagai kesenian khas daerah dan
memfasilitasi biduk sayak ke industri musik untuk rekaman secara
khusus, selain menyebarluaskan biduk sayak dengan tampilan yang
lebih menarik berupa rekaman, hasil rekaman yang diperbanyak dan
diperjual belikan mampu memberikan pengaruh finansial penggiat seni
sehingga mereka merasa menjaga dan melestarikan kesenian daerah
juga dapat membiayai kehidupan sehari-hari. Selain itu, kemudahan
dalam mengakses internet dapat juga membantu untuk
memperkenalkan biduk sayak ke masyarakat lebih luas dengan
masukkan nya kedalam konten youtube. sehingga dalam pencarian
kesenian tradisional Jambi, biduk sayak dapat muncul dalam pencarian
tersebut.
3. Kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat untuk
mensosialisasikan kesenian tradisional khususnya Biduk Sayak di
Desa Lubuk Sepuh yang memiliki nilai-nilai islam dan ilmu
pengetahuan.
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kab. Sarolangun, Katalog BPS :Kecamatan Pelawan
dalam Angka 2013, No. Publikasi 15030. 1210
Endraswara, Suwardi. 2013.Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Center for Academic Publishing Service (CAPS)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Jakarta: Balai Pustaka
Hasan, Iqbal . 2006. Analisis Data Penelitian dengan Analisis Statistik, Jakarta:
Bumi Aksara
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.
H. Hasip Kalimudin Syam Datuk Setio Agamo. 2013. Seni dan Budaya Adat
Jambi, jilid V, Jambi: Lembaga Adat Propinsi Jambi.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT Rineka cipta
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI-Press.
57
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar. 2013, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta:
Referensi.
Maram,Rafael Raga.2007. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasr, Sayyed Hossein. (terj. Afif Muhammad). 1933. Spiritualitas dan Seni
Islam. Bandung: Mizan
Rizali, Nanang. 2012. Kedudukan Seni Dalam Islam. TSAQAFA: Jurnal Kajian
Seni Budaya Islam Yogyakarta: Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PP
Muhammadiyah
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: Lkis.
Shihab, Quraish. 1996. Wawasan tentang Al-Qur’an. Bandung: Mizan
Subagyo, Joko. P. 2004. Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono.2012. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D,Bandung:
Alfabeta.
Sulasman, dan Setia Gumilar. 2013. Teori- Teori Kebudayaan dari Teori Hingga
Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia
Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional (LRKN)-LIPI. 1986. Kapita
Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung: ALUMNI
Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Setiady. 2009. Metode Penelitian Sosial,
Edisi ke Dua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wasito, Hermawan. 1997. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Tim Penyusun.1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: KANISIUS
Sumber Internet;
https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensi (diakses pada Rabu, 8 November 2017,
pukul 11.30 WIB).
https://sarolangunkab.bps.go.id diakses pada 20 Oktober 2015
https://www.tempolagu.com. diakses pada 17 Oktober 2016. pukul 14.30 WIB
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
No TEKNIK KATEGORI SUB PERTANYAAN
1 Wawancara Sejarah dan
Deskripsi
1. Apa itu Biduk Sayak?
2. kapan mulai dikenalnya
ada biduk sayak?
3. Bagaimana bentuk
pertunjukkan biduk sayak?
4. apa saja yang ditampilkan
ketika biduk sayak
dilaksanakan?
5. apa saja pantun yang
dimainkan dalam biduk
sayak?
6. tarian apa yang
mengiringinya?
7. apa makna tarian tersebut?
8. apa saja alat musik yang
digunakan?
2 WAWANCARA DAN
PENGAMATAN
Unsur islam
dalam
pertunjukkan
1. apakah ada unsure islam
yang terkandung dalam
pertunjukkan tradisional
ini?
2. apa saja unsur islam yang
terkandung dalam
pertunjukkan Biduk Sayak
ini?
3 WAWANCARA Eksistensi
kesenian
tradisional
Biduk sayak
1. bagaimana keberadaan
biduk sayak saat ini?
2. apa faktor yang
menyebabkan biduk sayak
masih bertahan/tidak
bertahan?
3. bagaimana peran
masyarakat dan pemerintah
dalam menjaga eksistensi
Biduk Sayak?
3 DOKUMENTASI Kajian
pendukung
1. Alat music
2. pertunjukkan Biduk Sayak
4 DOKUMENTASI
DAN WAWANCARA
Struktur
Sosial
Masyarakat
1. Bagaimana sejarah dan
geografi desa Lubuh
Sepuh?
2. Berapa jumlah penduduk
desa Lubuk Sepuh?
3. Bagaimana keadaan
masyarakat beragama desa
Lubuk Sepuh?
4. Bagaimana mata
pencaharian masyarakat
Desa Lubuk Sepuh?
DATA INFORMAN
Nama : H. Ichsan Ilyas
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Kepala Desa Lubuk Sepuh
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : Abu Bakar
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Tani/ Pemilik Sanggar Lubuk Olang Menari
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : Zulfikar
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Tani/Tokoh Adat
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : Syafi‟i
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Tani/Masyarakat setempat
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : M. Rusli
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Tani/ masyarakat setempat
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : As‟at
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Tani/ tokoh masyarakat
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : Aina
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : pelatih tari
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
Nama : M. Atik
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Pegawai desa/ tokoh masyarakat
Alamat : Desa Lubuk Sepuh
DOKUMENTASI
Gambar I : Gendang Kulit
Gambar 2 : Gitar tradisional
Gambar 3 : Rebana dan Biola
Gambar 4 : Gong dan Gendang Kecil
Gambar 5 : Speaker pengeras suara
Gambar 6 : Sanggar Seni Lubuk Olang Menari Desa Lubuk Sepuh
Gambar 7 : Pelaku seni, Pemilik sanggar dan tokoh adat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Sony Triatmaja
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 29 September 1991
Alamat : Jalan Ki Bajuri Lorong Cempaka
Nomor Kontak : 0823 7628 5452
Pendidikan
1997-2003 SD Negeri 78 Pasir Putih Jambi
2003-2006 MTs Ar-Risalah Slahung Ponorogo
2006-2009 MA Ar-Risalah Slahung Ponorogo
2011-2018 UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Jambi, Oktober 2018
Penulis
Sony Triatmaja
NIM. AS 111010