12
EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI TRADISIONAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL YANG POTENSIAL DI SEKOLAH DASAR MAGELANG, JAWA TENGAH Intan Pratiwi UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA-Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Email : [email protected] Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menelaah tentang pentingnya eksistensi kerifan lokal di salah satu Sekolah Dasar. Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan seni dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat nya baik dalam hal pengembangan pembelajaran berbasis budaya maupun potensi ekonomi yang dapat dijadikan suatu komoditi pariwisata bagi daerah tersebut. Peran kearifan lokal dan kekhasan daerah dapat menjadi nilai jual terutama dalam hal pendidikan dalam tingkat sekolah dasar. Selain dapat mengembangkan jiwa cinta budaya sendiri, melalui kearifan lokal dapat memajukan pendidikan berbasis kebudayaan bagi setiap sekolah dasar dalam wilayah tertentu Kata kunci : pendidikan seni, kearifan lokal, pembelajaran berbasis kearifan lokal Abstract This article aims to examine the importance of the existence of local wisdom in one of the primary schools. The existence of local wisdom in one area with the art education can be a special attraction for his community both in terms of development of cultural-based learning and economic potential that can be made a tourism commodity for the area. The role of local wisdom and regional peculiarities can be a selling point, especially in terms of education at the primary schoollevel. In addition to developing their own culture of love, through local wisdom can promoteculture-based education for every elementary school in a particular area Keywords: art education, local wisdom, local wisdom-based education PENDAHULUAN Menurut Ali Mustadi (2010:1) dalam kancah internasional, terutama pada era perdagangan bebas (AFTA, APEC, WTO) termasuk dalam dunia pendidikan dan kebudayaan, menjadikan Indonesia rentan akan dampak terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia seperti masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan budaya bangasa Indonesia, tentunya hal ini akan memicu tergerusnya budaya dan nilai luhur negeri dan terdegradasinya nilai- nilai moral anak bangsa. Hal ini “menantang” masyarakat Indonesia untuk meningkatkan penguatan nilai- nilai budi luhur sejak dini dengan mengimplementasikan pendidikan karakter terutama yang berwawasan pada kultur-sosial yang luhur dan bermartabat di sekolah dasar. Selain itu, fenomena “kids jaman now” yang terkadang memprihatinkan karena anak anak zaman sekarang melupakan apa

EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

  • Upload
    vuduong

  • View
    246

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI TRADISIONAL

BERBASIS KEARIFAN LOKAL YANG POTENSIAL DI SEKOLAH DASAR

MAGELANG, JAWA TENGAH

Intan Pratiwi

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA-Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Email : [email protected]

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menelaah tentang pentingnya eksistensi kerifan lokal di salah satu

Sekolah Dasar. Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan seni dapat

menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat nya baik dalam hal pengembangan

pembelajaran berbasis budaya maupun potensi ekonomi yang dapat dijadikan suatu komoditi

pariwisata bagi daerah tersebut. Peran kearifan lokal dan kekhasan daerah dapat menjadi

nilai jual terutama dalam hal pendidikan dalam tingkat sekolah dasar. Selain dapat

mengembangkan jiwa cinta budaya sendiri, melalui kearifan lokal dapat memajukan

pendidikan berbasis kebudayaan bagi setiap sekolah dasar dalam wilayah tertentu

Kata kunci : pendidikan seni, kearifan lokal, pembelajaran berbasis kearifan lokal

Abstract

This article aims to examine the importance of the existence of local wisdom in one of the

primary schools. The existence of local wisdom in one area with the art education can be a

special attraction for his community both in terms of development of cultural-based learning

and economic potential that can be made a tourism commodity for the area. The role of local

wisdom and regional peculiarities can be a selling point, especially in terms of education at

the primary schoollevel. In addition to developing their own culture of love, through local

wisdom can promoteculture-based education for every elementary school in a particular area

Keywords: art education, local wisdom, local wisdom-based education

PENDAHULUAN

Menurut Ali Mustadi (2010:1)

dalam kancah internasional, terutama

pada era perdagangan bebas (AFTA,

APEC, WTO) termasuk dalam dunia

pendidikan dan kebudayaan,

menjadikan Indonesia rentan akan

dampak terhadap sendi-sendi

kehidupan masyarakat Indonesia

seperti masuknya budaya asing yang

kurang sesuai dengan budaya bangasa

Indonesia, tentunya hal ini akan

memicu tergerusnya budaya dan nilai

luhur negeri dan terdegradasinya nilai-

nilai moral anak bangsa. Hal ini

“menantang” masyarakat Indonesia

untuk meningkatkan penguatan nilai-

nilai budi luhur sejak dini dengan

mengimplementasikan pendidikan

karakter terutama yang berwawasan

pada kultur-sosial yang luhur dan

bermartabat di sekolah dasar. Selain

itu, fenomena “kids jaman now” yang

terkadang memprihatinkan karena anak

anak zaman sekarang melupakan apa

Page 2: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

yang sudah diajarkan nenek

moyangnya dulu tentang kebudayaan.

Alhasil, usaha untuk melestarikan

budaya yang ada di masing masing

daerah bukan menjadi suatu masalah

yang temporer lagi, namun sudah

menjadi masalah yang genting yang

harus segera ditumbuhkan dalam setiap

elemen baik pendidikan maupun

dimasyarakat pada ummunya. Budaya

dan kearifan lokal yang mulai tergerus

oleh adigdayanya era globalisasi dan

westernisasi menyebabkan tergesernya

potensi potensi daerah yang berbau

kesenian tradisional seihingga harus

tetap dijaga keberadaannya dan dapat

menjadi warisan tersendiri bagi potensi

suatu daerah yang dapat dijadikan

sumber penghasilan atau komoditi bagi

setiap daerah tempat kearifan lokal

tersebut.

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Seni dan

pembudayaan pendidikan seni

Menurut Siswoyo, dkk

(2008: 15), secara historis,

pendidikan dalam arti luas telah

mulai dilaksanakan sejak manusia

berada di muka bumi ini. Adanya

pendidikan adalah setua dengan

kehidupan manusia itu sendiri.

Dengan perkembangan peradaban

manusia, berkembang pula isi dan

bentuk termasuk perkembangan

penyelenggaraan pendidikan. Hal

ini sejalan dengan kemajuan

manusia dalam pemikiran dan ide-

ide tentang pendidikan.

Pendidikan dapat

dipandang dalam arti luas dan arti

teknis, atau dalam arti hasil dan

dalam arti proses. Dalam artinya

yang luas pendidikan menunjuk

pada suatu tindakan atau

pengalaman yang mempunyai

pengaruh yang berhubungan

dengan pertumbuhan atau

perkembangan jiwa (mind), watak

(character), atau kemampuan fisik

(physical ability) individu.

Pendidikan dalam artian ini

berlangsung seumur hidup. Dalam

arti teknis, pendidikan adalah

proses dimana masyarakat, melalui

lembaga-lembaga pendidikan

(sekolah, perguruan tinggi atau

lembaga-lembaga lain), dengan

sengaja menstranformasikan

warisan budayanya, yaitu

pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan dari

generasi ke generasi (Kneller

dalam Siswoyo, dkk, 2008: 17).

Berdasarkan pendapat

tersebut, disimpulkan bahwa

pendidikan seni adalah suatu

proses belajar seni dimana

seseorang akan mengembangkan

kemampuan, sikap, perilaku-

perilaku positif dan potensi yang

dimilikinya sehingga akan berguna

pada kehidupan sosial di

lingkungannya. Pendidikan juga

berperan untuk mendewasakan

seseorang untuk meningkatkan

kemampuan bertanggung jawab

terhadap segala perbuatan yang

dilakukan.

Seni dalam pendidikan di

sekolah-sekolah umum seyogianya

menggunakan pendekatan

multidisiplin, multidimensional,

dan multikultural (Pekerti, dkk,

2008: 1.25).

Pendidikan seni berperan

dalam pembentukan pribadi yang

harmonis dengan memperhatikan

Page 3: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

kebutuhan perkembangan

kemampuan dasar anak didik

meliputi kemampuan: fisik, pikir,

emosional, persepsi, kreativitas,

sosial, dan estetika melalui

pendekatan belajar seni, melalui

seni, dan tentang seni sehingga

anak didik memiliki kepekaan

indrawi, rasa, intelektual,

keterampilan dan kreativitas

berkesenian sesuai minat dan

potensi anal didik (Pekerti, dkk,

2008: 1.25).

Pekerti, dkk (2008: 1.25),

mengemukakan bahwa pendidikan

seni berperan mengaktifkan

kemampuan dan fungsi otak kiri

dan otak kanan secara seimbang

agar anak didik mampu

mengembangkan berbagai tipe

kecerdasan: kecerdasan intelektual

(IQ), kecerdasan emosional (EQ),

kecerdasan kreativitas (CQ),

kecerdasan spiritual (SQ), dan

multi-intelegensi (MI).

Pembudayaan pendidikan

Berdasarkan pendapat

diatas, pendidikan bukan hanya

mengacu pada spek kecerdasan

semata tetapi, dalam

pelaksanaannya pendidikan juga

dilakukan proses pembudayaan

karakter luhur dan nilai yang

berkaitan dengan wawasan

kedaerahan dan nasional. Artinya,

pendidikan tidak boleh lepas dari

budaya dan kearifan lokal yang ada

pada daerahnya masing-masing.

Pewarisan tradisi

budaya dikenal sebagai proses

enkulturasi, sedangkan adopsi

budaya dikenal dengan proses

akulturasi. Kedua proses ini

berujung pada pembentukan

budaya dalam suatu komunitas.

Pendidikan merupakan proses

pembudayaan, proses pembelajaran

di sekolah merupakan proses

pembudayaan formal atau proses

akulturasi; maka pada saat yang

bersamaan pendidikan merupakan

alat untuk konservasi budaya,

transmisi budaya dan adopsi

budaya serta pelestarian budaya.

Pembelajaran Berbasis

Budaya merupakan strategi

penciptaan lingkungan belajar dan

perancangan pengalaman belajar

yang mengintegrasikan budaya

sebagai bagian dari proses

pembelajaran. (Dirjen Dikti, 2004:

12).

2. Seni Tari yang mendidikBudaya

berbasis Kearifan Lokal

Sejak awal tahun 1990, di

Amerika dan Eropa 'gerakan'

pemanfaatan seni sebagai bagian

dari proses pembelajaran di sekolah

formal sudah dimulai. Howard

Gardner (1999:42-44) melalui

teorinya Multiple Intellegences

menawarkan adanya delapan jenis

intelegensi, antara lain salah

satunya adalah Bodily- Kinesthetic

Intelligences, melibatkan fisik

dalam setiap aktivitas dan

kemampuan dalam

memanipulasinya. Individu yang

memiliki intelegensi ini dapat

menangani objek-objek dan

membuat gerakan-gerakan tubuh

yang tepat dengan mudahnya,

seperti menari, melompat,

menyentuh, menciptakan, mencoba

mensimulasikan, permainan,

bemain peran,

Page 4: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

merakit/membongkar, indera

peraba.

Berdasarkan pada teori

tersebut, pembelajaran Seni tari

pada dasarnya ditujukan

menumbuhkan kreativitas,

mengarah kepekaan emosional dan

sosial, menghaluskan budi, dan

mencerdaskan penalaran. Selain

itu, seni pun adalah daya dasar

untuk membangkitkan kepekaan

pancaindra manusia terhadap

sekelilingnya.

Di dalam Seni tari terdapat

simbol-simbol kehidupan yang

memiliki makna mendalam dan

nilai tentang hakikat hidup. Tari

sebagai simbol adalah sesuatu yang

diciptakan manusia dan secara

konvensional digunakan bersama,

teratur, benar-benar dipelajari,

sehingga memberikan pengertian

hakikat manusi, yaitu kerangka yng

penuh arti untuk mengorientasikan

dirinya kepada yang lain, kepada

lingkungannya, dan pada dirinya

sendiri, sekaligus sebagai produk

dan ketergantungan dalam interaksi

sosial. Tari sebagai simbol dapat

juga sebagai sistem penandaan.

Artinya, tari tidak terlepas dari

beberapa aspek yang dapat dilihat

secara terperinci, antara lain:

geraknya, iringannya, tempat, pola

lantai, waktu, rias busana, properti.

Sistem penandaan semiotik

ini menurut Sumandiyo (2005:22-

24) "di dalamnya mengandung

makna harfiah, bersifat primer, dan

langsung ditunjukkan menurut

kesepakatan atau konvensi yang

dibentuk secara bersama oleh

masyarakat atau budaya dimana

simbol atau tanda itu berlaku".

3. Kearifan lokal

a. Pengertian

Menurut Nuraini Asriati

(2012: 111) berpandangan bahwa

kearifan lokal merupakan suatu

gagasan konseptual yang hidup

dalam masyarakat, tumbuh dan

berkembang secara terus-menerus

dalam kesadaran masyarakat dari

yang sifatnya berkaitan dengan

kehidupan yang sakral sampai

dengan yang profan (bagian

keseharian dari hidup dan sifatnya

biasa-biasa saja). Hal senada

disampaikan oleh Ni Wayan Sartini

(2004: 111) yang mengatakan

bahwa kearifan lokal (local

wisdom) dapat dipahami sebagai

gagasan-gagasan setempat (local)

yang bersifat bijaksana, penuh

kearifan, bernilai baik, yang

tertanam dan diikuti oleh anggota

masyarakatnya.

Selanjutnya menurut

Haidlor Ali Ahmad (2010: 5)

mendefinisikan:

Kearifan lokal dapat

didefinisikan sebagai suatu

sintesa budaya yang

diciptakan oleh aktor-aktor

lokal melalui proses yang

berulangulang, melalui

internalisasi dan interpretasi

ajaran agama dan budaya

yang disosialisasikan dalam

bentuk norma-norma dan

dijadikan pedoman dalam

kehidupan sehari-hari bagi

masyarakat.

Dari pendapat para ahli di

atas, peneliti dapat mengambil

benang merah bahwa kearifan lokal

merupakan gagasan yang timbul

Page 5: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

dan berkembang secara terus-

menerus di dalam sebuah

masyarakat berupa adat istiadat,

tata aturan/norma, budaya, bahasa,

kepercayaan, dan kebiasaan sehari-

hari.

Nilai-nilai kearifan lokal

dalam masyarakat sangat lekat

dengan karakter yang akan

terbentuk. Tanpa disadari nilai

budaya dan kearifan lokal hidup

dalam masyarakat dan dapat

dijadikan muatan pendidikan

karakter. Walaupun nilai tradisi

kearifan lokal berbeda namun

memiliki kesamaan ketika nilai

tradisional disinkronkan dengan

proses psikologi atau sosiokultural.

Seperti dikutip dari Jurnal

Pendidikan Dr. Ali Mustadi,

konfigurasi karakter dalam konteks

totalitas proses sosialkulural

tersebut dapat dikelompokkan

dalam: Olah Hati (Spiritual and

emotional quotion), Olah pikir

(intellectual quotion), Olah Raga

dan Kinestetik (Physical and

kinestetic quotion), dan Olah Rasa

dan Karsa (Affective and Creativity

quotion) (Mustadi, 2010).

b. Bentuk kearifan lokal

Nuraini Asriati (2012: 111)

mengatakan bahwa bentuk

kearifan lokal dalam masyarakat

dapat berupa budaya (nilai, norma,

etika, kepercayaan, adat istiadat,

hukum adat, dan aturan-aturan

khusus). Nilai-nilai luhur terkait

kearifan lokal ialah:

a) Cinta kepada Tuhan, alam

semester beserta isinya.

b) Tanggungjawab, disiplin, dan

mandiri.

c) Jujur

d) Hormat dan santun.

e) Kasih sayang dan peduli.

f) Percaya diri, kreatif, kerja

keras, dan pantang menyerah.

g) Keadilan dan kepemimpinan.

h) Baik dan rendah hati.

i) Toleransi dan cinta damai

c. Kesenian Kubro berbasis

kearifan lokal

Salah satu kesenian lokal

yang masih eksis hingga searang di

wilayah Magelang pada umumnya

adalah Kubro Siswo, Kubro adalah

jenis kesenian tradisional

berbentuk seni tari yang

didalamnya terdapat olah Badan

Lan Rogo (kesenian mengenai

gerak badan dan jiwa). Kesenian

Kubro berasal dari proses

islamisasi dengan cara akulturasi

dan asimiliasi budaya apada zaman

dahulu yang dilakukan oleh Ki

Garang Serang di Wilayah Jawa

Tengah dan berproses menjadi seni

pertunjukan yang bernilai kearifan

lokal da potensial bagi daerah

setempat. Hingga kini, Kubrosiswo

masih diminati dan masih dijadikan

sebagai pengisi acara tertentu atau

hajatan untuk masyarakat wilayah

Magelang dan sekitarnya.

Berkaitan dengan

gerakannya di dalam Kubro siswo

juga berkaitan dengan pendidikan

seni tari yang pada hakikatnya

melibatkan aktivitas fisik (Howard

Gardner,1999). Selain gerakan,

menurut Sumandiyo (2005) seni

tari juga melibatkan berbagai

elemen seperti kostum, iringan,

pola lantai, waktu dan riasan. Hal

ini juga dapat terlihat dalam

Page 6: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

pementasan Kubro siswo yang

pada umumnya dipentaskan

malam hari dengan durasi waktui

kurang lebih 5 jam dan biasanya

ditampilkan secara massal, dengan

diiringi oleh lagu-lagu yang

bercirikan lagu perjuangan dan

qasidah, akan tetapi liriknya telah

diubah sesuai misi Islam. Alat

musik yang digunakan pada

umumnya adalah bende, 3 buah

dodok sejenis kendang, dan jedor

atau bedug, kecer atau kecrekan.

Bende berfungsi sebagai

pelengkap musik, dodok atau

kendang berfungsi sebagai

menambah suasana, bedug atau

jedor berfungsi untuk mengiringi

gerakan-gerakan dari para penari.

Sedangkan cara Dandanan mereka

seperti tentara pada jaman keraton,

tapi dari pinggang ke bawah

memakai dandanan ala pemain bola

tak lupa ada “kapten” yang

memakai peluit.

Tidak bisa lepas dari

sejarahnya, Kubrosiswo lahi karena

proses akulturasi dan asimilasi

budaya dalam mengislamisasi kan

ajaran islam, tidak jarang bahwa

saat pementasannya pun

melibatkan sesuatu yang

mengintrepetasikan atau sebagai

simbolisasi dari proses tersebut.

misalnya perpaduan antara tari-

tarian dan lagu serta musik

tradisional, terdapat juga atraksi-

atraksi yang menakjubkan.

Diantaranya mengupas kelapa

dengan gigi, naik tangga yang anak

tangganya terdiri dari beberapa

berang (istilah jawa bendho).

Atraksi- atraksi ini di maksudkan

untuk menarik minat masa agar

mereka masuk Islam.

4. Nilai pendididikan pada Kubro

siswo

a) Nilai religius

Kubrosiswo merupakan

kesenian tradisional berlatar

belakang penyebaran Agama

Islam di Pulau Jawa, khusunya

Borobudur. Kata Kubrosiswo

berasal dari bahasa Jawa yang

terdiri dari dua kata, yaitu

Kubro yang berarti besar dan

siswo yang berarti siswa atau

murid, jadi kubrosiswo bisa

diartikan sebagai murud-murid

Tuhan yang diimplementasikan

dalam pertunjukan yang selalu

menjunjung kebesaran Tuhan.

Kubro sisiwo merupakan

singkatan dari Kesenian

Ubahing Badan Lan Rogo

(kesenian mengenai gerak

badan dan jiwa), sarana untuk

mengingatkan umat Islam dan

manusia pada umumnya agar

menyelaraskan kehidupan

dunia dan akhirat.

b) Nilai gotong royong

Menurut Joko Sutarso

(2012 : 507) kearifan lokal erat

kaitannya dengan nilai

kehidupan yang berlaku pada

masyarakat tertentu, slah satu

contohnya adalah gotong

royong. Tidak bisa dipungkiri

dalam pementasan Kubro

Siswo secara tidak langsung

para pemain akan

mengutamakan sikap dan

perilaku gotong royong demi

menghasilkan sebuah

pertunjukkan yang bagus dan

Page 7: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

meriah. Selain para pemain,

para pendekorasi panggung dan

juga para perias juga akan

melakukan gotong royong

untuk menyajikan pegelaran

yang luwes, rancak, dan

meriah.

Hal ini bisa juga diajarkan

oleh peserta didik dalam

menghayati hakikat dari

kesenian kubro siswo. Jika

anak anak dilatih untuk hidup

bergotong royong, maka akan

sesuai dengan jiwa bangsa

Indonesia yang berbudi luhur

dan menjunjung tinggi

semangat kekeluargaan

c) Nilai pendidikan moral

Pendidikan moral yang

mencocok pada Kubro

Siswo adalah pendidikan

moral keagamaan hal itu

terlihat dari syair syair lagu

yang sering dinyanyikan

adalah lagu bernuansa

islami, qasidah dan kadang

kadang bernuansa

kehidupan kemasyarakatan.

Seperti pepeling

(pengingat), sindiran, dan

tidak jarang juga

mempopulerkan lagu masa

kini.

Lagu yang sering

dinyanyikan adalah

bernuansa pesan moral.

Dalam lagu yang

dinyanyikan itu, terdapat

beberapa pesan-pesan

dakwah. Pesan yang

diharapkan mampu

mempengaruhi segi kognitif

para penontonnya, terutama

dalam hal pengetahuan

keagamaan.

Salah satu contoh syair

lagu dalam Kubro Siswo

adalah :

Kito Poro Menungso

(Kita Semua Manusia)

Kito poro menungso

ayo podo ngaji

(Kita semua manusia

ayo mengaji)

Islam ingkang

sampurno pepadanging

bumi

(Islam agama yang

sempurna, memberi

cahaya bagi bumi)

Ayo konco-ayo konco

ojo podo lali

(Ayo kawan-ayo kawan

jangan sampai lupa)

Lali mundhak ciloko

mlebu njroning geni

(Lupa membuatmu

celaka, masuk dalam

api)

Yo iku aran neroko

bebenduning Gusti

(Yaitu neraka tempat

pembalasan Tuhan)

d) Nilai wawasan budaya lokal

Wawasan budaya lokal

daerah antara lain pada bahasa

daerah yang digunakan saat

menyanyikan lagu Kubro

Siswo. Salah satu yang menjadi

wawasan budaya setempat

adalah keragaman bahasa yang

digunakan dalam kesenian

Kubro Siswo tersebut. Hal ini

senada dengan pendapat dari Ni

Wayan Sartini (2009: 28) yang

mengatakan bahwa salah satu

Page 8: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

kearifan lokal yang ada di

seluruh nusantara adalah

bahasa dan budaya daerah.

Bahasa adalah bagian penting

dari budaya. Sebagai alat

komunikasi dalam masyarakat

ia memiliki peran penting

dalam mempertahankan budaya

suatu masyarakat. Karena

bahasa memanfaatkan tanda-

tanda yang ada di lingkungan

suatu masyarakat (Farid Rusdi,

2012: 347). Bahasa daerah

merupakan salah satu bahasa

yang dikuasai oleh hampir

seluruh anggota masyarakat

pemiliknya yang tinggal di

daerah itu.

Selain itu, adanya kekhasan

dalam menyajikan pertunjukan

dengan menggunakan pakaian

adat daerah yang seragam

dengan riasan yang menarik

tentunya akan dapat menambah

wawasan budaya yang

menjadikan ciri dari kekayaan

budaya Indonesia itu sendiri.

Berkaitan dengan

pementasan, pertunjukan di

iringi dengan gamelan jawa

yang terdiri dari gong, bende,

seruling, peluit, gambang,

kendhang, kenong, saron, dan

masih banyak lagi. Siapa saja

yang melihat pertunjukan

tersebut akan menambah

wawasan pengetahuannya akan

keragaman gamelan Jawa yang

rancak dan selaras dengan

harmoni dan melodi. Dapat

juga menjadi sarana

pembelajaran tentang

bagaimana alat musik itu di

bunyikan dan bagaimana alat

musik itu dibuat.

Semua yang ada pada

pementasan kesenian

tradisional baik itu berupa

pertunjukkan maupun karya

sastra mempunyai wawsan

budaya lokal tersendiri.

e) Nilai jual yang potensial

Francis Fukuyama,

memandang kearifan lokal

sebagai modal sosial yang

dipandang sebagai bumbu vital

bagi perkembangan

pemberdayaan perekonomian

masyarakat.

Modal sosial yang kuat

dapat memicu pertumbuhan di

berbagai sektor perekonomian

karena adanya tingkat rasa

percaya yang tinggi dan

keeratan hubungan dalam

jaringan yang lebih luas yang

tumbuh di kalangan masyarakat

(dalam Puspa dan Siti Czafrani,

2010:10).

Tidak bisa dipungkiri dalam

pementasan Kubro Siswo

terkadang dapat menjadi

komoditi bagi daerah tertentu

dari hasil apresiasi atas

pementasan Kubro Siswo

tersebut. Sehingga hal itu juga

dapat dijadikan sebagai sumber

penghasilan baik bagi para

pemain, dan penyaji

pertunjukkan.

Selain itu, dari segi peserta

didik, nilai potensial yang

menonjol dari adanya kearifan

lokal dapat memberikan

previlege tersendiri bagi

sekolah yang sudah

mengangkat Kubro Siswo

Page 9: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

menjadi salah satu

ekstrakulikulernya sehingga

dapat lebih dikenal dalam

daerah tersebut yang sekawasan

dan lebih jauh lagi ditingkat

nasional maupun internasional.

Hal itu tentu akan menjadikan

daerah tersebut destinasi wisata

yang khas dengan kearifan

lokal yang berupa Kubro

Siswo.

Dan ditambah lagi, nilai

potensial juga dapat terlihat

dari pengrajin alat alat

pertunjukan, dari mulai kostum,

peralatan musik sampai dengan

ubarampe (pelengkap) kesenian

Kubro Siswo yang bernilai jual

tinggi, disesuaikan juga dengan

kebutuhan dan permintaan yang

semakin meningkat karena

kesenian Kubro yang mulai

menarik hati segala kalangan

baik muda, dewasa, sampai tua.

5. Implementasi Kubro Siswo dalams

sekolah berbasis pendidikan

kearifan lokal

Kubro siswo yang menjadi

ikonik dapat dikembangkan dalam

suatu sekolah yang notabene adalah

sekolah di daerah setempat, atau

lebih dikenal dengan sekolah

berbasis kearifan lokal. Kearifan

lokal dapat dimasukkan ke dalam

pendidikan sebagai salah satu

usaha untuk melestarikan budaya

lokal yang terdapat pada suatu

daerah.

Pendidikan Berbasis

Kearifan Lokal menurut Zuhdan K.

Prasetyo (2013:3) merupakan

usaha sadar yang terencana melalui

penggalian dan pemanfaatan

potensi daerah setempat secara arif

dalam upaya mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran,

agar peserta didik aktif

mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki keahlian,

pengetahuan dan sikap dalam

upaya ikut sertamembangun bangsa

dan negara.

a) Dasar hukum

Beberapa landasan hukum

penyelenggaraan sekoah berbasis

kearifan lokal antara lain :

a. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun

2003 BAB XIV Pasal 50 ayat 5

menegaskan bahwa pemerintah

kabupaten/kota mengelola

pendidikan dasar dan

menengah, serta satuan

pendidikan yang berbasis

pendidikan lokal.

b. Peraturan Pemerintah Nomor

17 Tahun 2010 pasal 34, bahwa

“Pendidikan berbasis

keunggulan lokal adalah

pendidikan yang

diselenggarakan setelah

memenuhi Standar Nasional

Pendidikan dan diperkaya

dengan keunggulan kompetitif

dan/atau komparatif daerah”,

b) Tujuan Pendidikan Berbasis

Kearifan Lokal

Pendidikan berbasis

kearifan lokal tentu memiliki

tujuan yang bersifat positif bagi

peserta didik, seperti dikatanakan

oleh Jamal Ma’mur Asmani (2012:

41) yang menyebutkan beberapa

tujuan pendidikan berbasis kearifan

lokal yaitu:

Page 10: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

1) Agar siswa mengetahui

keunggulan lokal daerah

tempat tinggal, memahami

berbagai aspek yang

berhubungan dengan

kearifan lokal tersebut.

2) Mampu mengolah sumber

daya, terlibat dalam

pelayanan/jasa atau kegiatan

lain yang berkaitan dengan

keunggulan, sehingga

memperoleh penghasilan

sekaligus melestarikan

budaya, tradisi, dan sumber

daya yang menjadi unggulan

daerah, serta mampu

bersaing secara nasional dan

global.

c. Siswa diharapkan mencintai

tanah kelahirannya, percaya

dirimenghadapi masa depan,

dan bercita-cita

mengembangkan potensi lokal,

sehingga daerahnya bias

berkembang pesat seiring

dengan tuntutan era globalisasi

dan informasi.

c) Langkah Implementasi

Menurut Kemendiknas

(2011) menguraikan hasil analisis

tentang penentuan jenis

keunggulan lokal dalam

implementasinya di sekolah dalam

pembelajaran, yang meliputi :

1) inventarisasi aspek potensi

keunggulan lokal,

2) analisis kondisi internal

sekolah,

3) analisis lingkungan

eksternal sekolah, dan

4) strategi penyelenggaraan

sekolah berbasis kearifan

lokal (Zuhdan K. Prasetyo,

2013: 4).

Sedangkan langkah

implementasi diatas dapat

menggunakan strategi sebagai

berikut (Jamal Ma’mur

Asmani, 2013: 62):

1) tahap inventarisasi

keunggulan lokal,

2) tahap analisis kesiapan

satuan pendidikan,

3) tahap penentuan tema dan

jenis keunggulan lokal,

dan

4) tahap implementasi

lapangan

PENUTUP

Dari hasil pembahasan yang dapat

disimpulkan, bahwa pendidikan seni

tari seperti Kubro Siswo merupakan

salah satu contoh pendidikan seni tari

yang berbasis kearifan lokal yang

syarat akan makna. Eksistensi nya

harus tetap dijaga dan dilestarikan

karena biar bagaimanapun juga setiap

kesenian memiliki nilai luhur tersendiri

baik yang bersifat lokal dan nasional.

pengimplementasian nilai nilai yang

berbasis kearifan lokal dapat sedini

mungkin diterapkan dalam sekolah

dasar dengan memperhatikan berbagai

keunggulan yang nantinya akan

diangkat sebagai ikonik dari daerah

tersebut, dan tentu saja harus sesuai

dengan kebutuhan dari sekolah masing

masing.hal tersebut adalah disesuaikan

dengan kepribadian bangsa Indonesia

yang berbudi luhur dan berbudaya.

Page 11: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Echols, M John dan Hassan Shadily. 2014.

Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta

Cornell University Press dan

Gramedia Pustaka Utama.

Garnerd, Howard. (1999). Multiple

Intellegences. Alih Bahasa

Alexander Sindoro. Batan Centere:

Interaksara.

Jamal Ma’mur. (2012). Pendidikan

berbasis keunggulan lokal.

Yogyakarta: DIVA Press.

Joko Sutarso. (2012). Menggagas

pariwisata berbasis Budaya dan

Kearifan Lokal.

Siswoyo, D., dkk. 2007. Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press.

Pekerti, W., dkk. 2008. Metode

Pengembangan Seni. Jakarta:

UniversitasTerbuka.

Sumandiyo, Hadi.(2005). Sosiologi

Tari. Yogyakarta: Pustaka.

Dedi Rosala. (2016) Pembelajaran Seni

Budaya Berbasis Kearifan Lokal

Dalam Upaya Membangun

Pendidikan Karakter Siswa

Di Sekolah Dasar. Jurnal Ritme. 2

(I). Hlm 17-27

Farid Rusdi. (2012). Bahasa dan Industri

Radio. Menggagas Pencitraan

Berbasis Kearifan Lokal. 4(II).

Hlm. 505-515.

Farid Rusdi. (2012). Bahasa dan Industri

Radio. Menggagas Pencitraan

Berbasis Kearifan Lokal. 4(II).

Hlm. 347-356.

Haidlor Ali Ahmad. (2010). Kearifan

Lokal sebagai Landasan

Pembangunan Bangsa. Harmoni

Jurnal Multikultural &

Multireligius. 34(IX). Hlm. 5-8.

Ni Wayan Sartini. (2004). Menggali Nilai

Kearifan Lokal Budaya Jawa

Lewat Ungkapan (Bebasan, Saloka,

dan Paribasan). Jurnal Ilmiah

Bahasa dan Sastra. V(1). Hlm. 28-

37.

Nuraini Asriati. (2012). Mengembangkan

Karakter Peserta Didik Berbasis

Kearifan Lokal Melalui

Pembelajaran di Sekolah. Jurnal

Pendidikan Sosiologi dan

Humaniora. 2(III). Hlm. 106-119.

Pedoman Penulisan Jurnal Standardisasi.

(2014).1 Hlm xvi-xvii.

Puspa Rini & Siti Czafrani. (2010).

Pengembangan Ekonomi Kreatif

Berbasis Kearifan Lokal oleh

Pemuda dalam rangka Menjawab

Tantangan Ekonomi. Jurnal UI

untuk Bangsa Sosial dan

Humaniora. 1(I). Hlm. 12-24.

Ulfah Fajarini. (2014). Peranan Kearifan

Lokal dalam Pendidikan Karakter.

Jurnal Sosio Didaktika. 1 (II). Hlm

123-131.

Sejarah Kobro Siswo Sebagai Islamisasi di

Borobudur (Khoirul Rokhman-

Sekolah Tinggi Agama Islam

Sunan Pandanaran) Retrieved

19/10/2017 19:50

http://akhlaktas.blogspot.co.id/201

4/01/sejarah-kobro-siswo-sebagai-

islamisasi.html

Page 12: EKSISTENSI KUBRO SISWO, PENDIDIKAN SENI TARI …intanpratiwi.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15472/2017/... · Eksistensi kearifan lokal di salah satu daerah dengan pendidikan

Mustadi, A. (2010). Pendidikan Karakter

Berwawasan Sosiokultural (

Sociocultural Based Character

Education) di Sekolah Dasar, Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) Ali

Mustadi. Dinamika Pendidikan.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/

penelitian/dr-ali-mustadi-mpd/7-

artikel-pendidikan-karakter-

berwawasan-sosio-kultural-terbit-

majalah-dinamika-pendidikan-

2011_2.pdf.

Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter

Berbasis Kearifan Lokal

Hamemayu Hayuning Bawana.

Pendidikan Karakter, 1-18

Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. dikases pada

tanggal 9 Oktober 20.10 WIB

Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010

tentang Pendidikan

BerbasisKearifan Lokald ikases

pada tanggal 9 Oktober 20.20 WIB