106
EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL BANNA Disusun Oleh : M U K S I N NIM: 204033203111 Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H / 2008 M

EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF

HASAN AL BANNA

Disusun Oleh :

M U K S I N

NIM: 204033203111

Jurusan Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

1429 H / 2008 M

Page 2: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF

HASAN AL BANNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

M U K S I N

NIM:204033203111

Pembimbing

Dr.Sirajudin Aly,MA

NIP. 150 318 684

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 3: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Pengesahan Panitia Ujian

Skripsi berjudul “EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF

HASAN AL BANNA”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 18 Desember 2008. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran

Politik Islam.

Jakarta, …. 2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Agus Nugraha, M. Si Dr. Yusron Rozak,MA

NIP. 150 299 478 NIP. 150 216 359

Pembimbing,

Dr.Sirajudin Aly,MA

NIP. 150 318 684

Page 4: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Desember 2008

MUKSIN

Page 5: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. skripsi ini merupakan salah satu Tugas Akhir dalam kurikulum

jenjang pendidikan sarjana pada jurusan Pemikiran Politik Islam, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan bimbingan

hingga terselesaikannya skripsi yang penulis beri judul “Eksistensi Pemuda

Islam Dalam Perspektif Hasan Al Banna” Sebagai sebuah karya, rasanya

skripsi ini akan tidak memiliki makna apa-apa apabila di dalamnya tidak merajut

untaian terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian

penulisan skripsi ini. Adapun ucapan terimakasih saya haturkan sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils dan Ibu Dra. Wiwi Sajaroh, M. Ag selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku Ketua

dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Page 6: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dengan baik kepada penulis

setiap apa yang penulis perlukan.

5. Bapak Dr.Sirajudin Aly,MA selaku Dosen Pembimbing atas semua dedikasi

dan perhatiannya dalam memberikan masukan dan arahan selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran Politik Islam

(PPI) yang telah sangat banyak mentransformasikan ilmu dan intelektualitas

selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

7. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Iman Jama’

Lebak Bulus yang banyak memberikan kemudahan penulis dalam mengakses

seluruh literatur yang tersedia dan juga yang ikhlas membantu penulis.

8. Sebesar-besarnya kebanggaan ini penulis persembahkan kepada orang yang

telah memberikan dan mengorbankan segala materi dan dukungan kepada

penulis, Ayahanda Mashud dan Ibu tercinta Maryam, terimakasih atas segala

curahan perhatian dan bantuannya serta do’a yang selalu menyertai penulis

dalam setiap melangkah untuk berangkat . Dan mereka semua layak mendapat

balasan surga dari Allah swt. Semoga Allah senantiasa memberikan kesabaran

dan kemanfaatan dalam setiap jejak langkah yang akan ditempuhnya.

9. Adik ku Samuih Assalam, keponakan ku yang nakal tapi ngegemesin Ani

Susilawati dan Agus Susilo mereka merupakan orang terdekat yang selalu

membuat penulis tersenyum walaupun kadang suka menjengkelkan

10. Kepada mereka semua tak pernah lelah memotivasi penulis untuk menjadi

lebih baik, yang selalu memberikan kasih sayangnya, selalu memberikan

motivasi belajar, mendo’akan, tak pernah bosan membantu.

Page 7: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

11. Kepada seluruh teman-teman kelas PPI Angkatan 2004 Ahmad Hudori,

Saiman, Sofian, Pujiono, Iskak, Tsani, Zulfikar, Indra, Isti, Buhari, Ucup,

Sa’di, Aziz, Fadil, Galo, Iin Solihin, Asep, Awe, Surono, Hadi, dan semua

sahabat, teman-teman seperjuangan. Keyakinan dan kesungguhan merekalah

yang menjadi sumber inspirasi penulis.

12. Guru-guru ku di Al-Wasatiyah Cipondoh Indah yang sekarang ini menjadi

tempat penulis mengabdi terutama kepada Drs.Imam Zarkasih,M.Pd,

Drs.H.Sarudin Alfaqir, Drs. Akhmad Suja’I,MM, M.Saruan,S.Ag, S.Pd, yang

selalu memberikan kemudahan kepada penulis. Latifah Ramli, Safrudin,S.Fil

serta kawan-kawan staf dan guru yang tidak bisa penulis sebutkan tetapi tidak

mengurangi rasa terima kasih penulis ucapkan yang selama ini memotivasi

penulis untuk segera menjadi seorang sarjana .

13. Teman curhat ku Jesslyn, teman ku yang baru ku kenal tetapi selalu setia

menemani dalam kesepian ku untuk bercerita dan bercanda.

14. Gemintang, rembulan, lampu-lampu jalan, hembusan angin, hujan, sinar

matahari dan balutan semesta malam yang selalu setia menemani penulis

selama menjalani perkuliahan di Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat.

Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik-Nya, dan kita sebagai manusia

sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu. Begitu pula skripsi ini,

yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap dari

ketidaksempurnaan itu, akan hadir kebaikan untuk semua.

Page 8: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………... i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………. iii

LEMBAR MOTTO …………...……………………………………………... iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………. 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 12

D. Metode Penelitian ……………………………………………... 13

E. Sistematika Penulisan …………………………………………. 13

BAB II BIOGRAFI HASAN AL BANNA

A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan ………………. 14

B. Pemikiran Politik dan Karya-karyanya ………………………... 21

C. Peranannya dalam Negara Mesir ...….………………………… 24

1. Dalam Bidang Agama …………………………………….. 24

2. Dalam Bidang Ekonomi dan Sosial ……………………….. 25

3. Dalam Bidang Politik ……………………………………… 28

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMUDA ISLAM

A. Konsep tentang Pemuda Islam ………………………………... 35

B. Sejarah Perkembangan Pemuda Islam di Dunia ………………. 42

Page 9: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

1. Pemuda Islam pada era Permulaan Islam …………………. 42

2. Pemuda Islam pada Era Modern …………………………... 45

3. Pemuda Islam di Indonesia ………………………………... 46

BAB IV PEMUDA ISLAM PERSPEKTIF HASAN AL BANNA

A. Karakteristik Pemuda Islam ideal ……………………………... 59

B. Formulasi Pendidikan Pemuda Islam …………………………. 77

C. Peranan Pemuda dalam Politik Kenegaraan …………………... 81

D. Kontekstualisasi Pemuda Islam Ideal dalam Indonesia Modern 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………. 92

B. Saran …………………………………………………………... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

== MOTTO ==

“Nilai hidup yang terbesar adalah hidup sedemikian rupa sehingga nilai hidup

anda lebih besar dari pada hidup anda sendiri”

“Daripda mencemaskan apa yang orang katakana tentang diri anda, bukanlah

lebih baik menggunakan waktu anda untuk menyelesaikan sesuatu yang akan

mereka kagumi”

( Mark R.Douglas. dalam buku “How to Make a Habbit of Ducceeding”:

Bagaimana membangun kebiasaan untuk berhasil.)

“Kesuksesan adalah bukan ketika anda mengetahui apa yang

disukai orang lain, tetapi ketika anda menerapkan langkah-

langkah yang membuat anda bisa memperoleh simpati

mereka”

( Dr.Muhammad Al-‘Areifi dalam buku “Enjoy Your

Life”: Seni menikmati hidup )

Page 11: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

BAB I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam sejarah kebangkitan bangsa-bangsa, pemuda selalu memiliki peran yang besar dan strategis, karena untuk menuju kebangkitan bangsa dibutuhkan

energi yang kuat berupa keyakinan yang kuat, ketulusan, motivasi yang jujur, kesungguhan dalam kerja dan pengorbanan.

Dalam hal ini, pemudalah yang berpotensi untuk itu, karena pemuda

adalah simbol purifikasi gerakan moral sehingga memiliki keyakinan dan

iman yang kuat, kejujuran yang memungkinkan untuk memiliki ketulusan dan

keikhlasan dalam beramal serta agitasi yang menggelora. Semua itu

mengindikasikan adanya peran yang cukup sentral dalam ranah perubahan,

baik yang bersifat evolutif maupun revolusioner.

Pemuda secara harfiah, kamus Webster Princeton mengartikan bahwa

youth yang diterjemahkan sebagai pemuda adalah “the time of life between

childhood and maturity, early maturity, the state of being young of immature

or inexperienced, the freshness and vitality characteristic of a young person.

Dari definisi ini, maka dapat diinterpretasikan pemuda adalah individu dengan

karakter dinamis, penuh vitalitas bahkan bergejolak dan berpandangan

optimistik, namun belum memiliki kontrol emosi yang stabil karena periode

transisional psikologisnya. Pemuda juga menghadapi suatu periode perubahan

yang signifikan dalam struktur sosial dan kultural yang terus berkembang

dengan pesat. Dalam situasi psikologis seperti ini tidak jarang periode, -dalam

perspektif psikologi perkembangan sebagai periode “pencarian jati diri”-, usia

muda yang kemudian terjerumus dalam pola hidup yang justru merusak 1

Page 12: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

dirinya sendiri atau ada sebaliknya justru masa muda yang penuh vitalitas ini

dimaknai secara lebih positif sehingga tidak sedikit anak-anak muda juga telah

mengukir prestasi di usia yang masih dini.1

Pemahaman tentang Pemuda sebagaimana dijelaskan di atas sengaja

dikemukakan untuk mempertegas betapa usia muda menjadi begitu

menentukan perjalanan hidup seseorang di masa depan. Lalu, bagaimana

Islam memandang Pemuda ? Pemuda memiliki rasa idealisme yang tinggi,

berani menanggung resiko untuk keteguhan tujuannya, gesit, kuat, yang

terpenting memiliki fitrah yang masih bersih. Sebagai produk generasi yang

serba ingin tahu, pemuda selalu menunjukkan kebolehannya dan

kemampuannya dalam mencapai cita-cita meraih izzah (kemuliaan ) di dunia

maupun akhirat. Pemuda juga memiliki semangat tinggi dan kemampuan

belajar, mudah menyerap kebaikan bahkan kemungkinan dapat terpengaruh

oleh kejahatan. Islam sebagai agama yang tsumul sangat memperhatikan dan

memuliakan para pemuda, al-Qur'an menceritakan tentang potret pemuda

ashaabul kahfi sebagai kelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT

dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari agama Allah

SWT, sehingga Allah SWT menyelamatkan para pemuda tersebut dengan

menidurkan mereka selama 309 tahun. Kisah pemuda ashaabul ukhdud dalam

al-Qur'an juga menceritakan tentang pemuda yang tegar dalam keimanannya

kepada Allah SWT sehingga menyebabkan banyak masyarakatnya yang

beriman dan membuat murka penguasa.

1 Ubaidilah Badrun “Pemuda Islam dan Kontribusinya bagi Masa Depan Politik di

Indonesia” artikel ini di akses pada tanggal 13 Mei 2008 dari http://Ubed-Centre.Blogspot.Com

/2006/08/ Pemuda-islam-dan kontribusinya-bagi-html.

Page 13: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Karakteristik pemuda yang penuh dengan “elan vital” dan gairah

perubahan yang membuncah setiap saat, menjadi parameter tersendiri dalam

pemilihan individu yang tepat sebagai sosok ‘Pembawa Risalah Kenabian’.

Ibnu abbas ra, berkata " tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah

melainkan ia pilih dari kalangan pemuda saja (sekitar30-40 tahun) begitu juga

seorang tidak alim pun yang diberi ilmu melainkan dari pemuda saja." (tafsir

Ibnu Katsir III/63). Banyak pula yang tercantum dalam Al-Quran, kisah-kisah

para pemuda , di antaranya: Nabi Yusuf, Musa, Ibrahim, dan lainnya. Dalam

surat al-Anbiya 60" mereka berkata: kami dengar ada seorang pemuda yang

mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." Selanjutnya kisah-kisah

lainnya dapat kita lihat dan renungkan bagaimana Ibrahim menentang raja

Nambrud yang sangat kejam, bagaimana Daud mengalahkan Raja Jalut yang

bengis dan berpengalaman tempur terhebat kala itu, bagaimana Musa dan

Harun melawan Raja Firaun yang dzalim dan sombong, yang tega membunuh

semua bayi laki-laki yang lahir tanpa berdosa itu untuk kepentingannya

sendiri.

Masih banyak lagi contoh-contoh kisah para pemuda lainnya, di

antaranya bahwa mayoritas dari assabiquunal awwaluun (orang-orang yang

pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW) adalah para pemuda. Ketika Nabi

Muhammad SAW di utus Oleh Allah untuk menyampaikan risalah Islamiyah,

yang mengimani saat itu diawali mayoritas oleh pemuda. Diantaranya Ali bin Abi

Thalib dan Zubair bin Awwam (masing-masing 8 tahun), Thalhah bin Ubaidillah (

11 tahun), Al-Arqam bin Abi Al-Arqom (12 tahun), seorang ahli tafsir terkemuka,

Page 14: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqash (17 tahun), Ja’far bin

Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haristah (20 tahun ), Mush’ab bin Umair (24

Tahun), Umar bin Khattab (26 tahun), Abu bakar Ash-Siddiq (37 tahun).

Bahkan seringkali di antara mareka di tunjuk oleh Nabi Saw menjadi

panglima yang memimpin tidak hanya kaum muda saja tetapi juga yang tua

yang lebih berpengalaman. Selain kisah-kisah usia muda yang mengagumkan

pada masa assabiquunal awwaluun, juga tidak sedikit kita menemukan kisah-

kisah usia muda yang mengagumkan pada periode salafus sholeh, semisal

kisah Imam Syafii yang hafal al-Qur’an diusia tujuh tahun.

Di penghujung abad 20, gerakan-gerakan pemuda Islam yang dipelopori

oleh mahasiswa telah menjadi pemeran dalam menumbangkan rezim-rezim

otoriter dan mendorong perubahan-perubahan mendasar di sejumlah negara.

Kita bisa belajar dari perjuangan tokoh-tokoh pergerakan muda Islam seperti

Hasan Al-Bana, Sayid Qutub, Abdullah Azzam, Said Hawa dan masih banyak

lagi, ikut membangun kembali umat dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

Kisah-kisah muda para perintis perjuangan Islam di Indonesia juga

tak lapuk untuk dikaji oleh para pemikir Islam dan ilmuwan sosial, sebut saja

misalnya bagaimana kisah muda Agus Salim yang hanya lulusan setingkat SMA

(Hoogere Burgerschool) namun mampu menjadi pemikir besar yang mewarnai

perkembangan Islam Indonesia, mempengaruhi arah politik nasional di periode

awal kemerdekaan, hingga turut memberikan khazanah keislaman secara

internasional karena aktifitasnya di dunia jurnalistik dan diplomasi. Kisah-kisah

perjuangan H.O.S Tjokroaminoto yang menjadi pelopor penting lahirnya Syarikat

Page 15: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Dagang Islam (SDI) dan kisah M.Natsir yang dengan prinsip Islamnya memberi

warna tersendiri bagi perkembangan Dakwah Islam dan politik di Indonesia.

Penjelasan yang bersifat eksploratif di atas tentang bagaimana Islam

memandang pemuda dan bagaimana kisah-kisah pemuda Islam sejak para

Nabi hingga beberapa catatan kisah pemuda di Zaman Rasulullah hingga kisah

pergerakan pemuda Islam di belahan dunia lainya termasuk Indonesia

sebagaimana dijelaskan di atas, kita bisa mengambil ibroh dari kisah-kisah

yang mengagumkan itu. Bahwa betapa banyaknya pemuda-pemuda Islam di

usianya yang masih muda telah memberi manfaat yang besar bagi kejayaan

Islam, termasuk mampu memberi kontribusi bagi lahirnya model pergerakan

politik Islam hingga saat ini.2

Ranah perpolitikan Indonesia telah menunjukkan bahwa generasi muda

hampir selalu tampil sebagai penentu perubahan-perubahan yang besar yang

terjadi dalam kehidupan bangsa. George Mc.Turnan Kahin bahkan

menggunakan penamaan “Revolusi Kaum Muda” untuk menyebutkan

pergerakan tokoh-tokoh yang mempelopori terjadinya perubahan yang

melahirkan bangsa dan negara Indonesia modern.3

Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa Indonesia merdeka

umumnya berupa upaya untuk merobohkan kekuasaan rezim-rezim totaliter

dan keditaktoran yang membawa kehidupan bangsa jatuh pada kondisi kritis

yang dapat membawa kehancuran.

2 Ubaidilah Badrun “Pemuda Islam dan Kontribusinya bagi Masa Depan Politik di

Indonesia”…… 3 Rum Aly, Menyilang Jalan Kekuasaan Militter Otoriter (Jakarta : PT.Kompas Media

Nusantara, 2004), h.3

Page 16: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Sejarah mencatat bahwa runtuhnya kekuatan-kekuatan totaliter Soekarno

maupun Soeharto dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pemuda dalam hal ini

mahasiswa sebagai penentu. Namun sayangnya kemudian di ambil alih dalam

proses-proses berikutnya oleh kekuatan pemegang kekuasaan baru yang

cenderung menjadi totaliter dan diktator sedang pemuda hanya di balik

kampus dan jalanan.

Tepatnya 20 Mei 2008, seratus tahun Kebangkitan Nasional hendaknya

pemuda melakukan langkah cepat untuk dapat tampil kedepan, tidak hanya

jadi orator dan menuntut perubahan. Perubahan yang dimaksudkan haruslah

benar-benar menjiwai totalitas kesadaran akan perbaikan di segala aspek

kehidupan, bukan bersifat parsial apalagi cenderung oportunistik.

Proses perubahan adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu, pemuda

Islam yang menjadi mayoritas mampu mengambil peran yang konstruktif

dalam mengusung proses tersebut. Proses maturitas dari gerakan pemuda

Islam dewasa ini sedang mengalami gerak evolusi yang cukup

membanggakan. Gerak kebangkitan pemuda ini dapat kita lihat dari media

massa maupun elektronik atas kemengangan Hermawan dan Dede Yusuf

sebagai pemenang Pilkada Jawa Barat dan terpilihnya golongan muda di

Sumatra Utara ini membuktikan saatnya pemuda bangkit.

Bahkan banyak analisis politik di Indonesia, atas kontroversi dari hasil

pilkada tersebut mengindikasikan bahwa pemuda mulai dapat menaiki tangga

kekuasaan untuk secepatnya melakukan perubahan di Indonesia yang memang

di liputi krisis moral yang sangat memprihatinkan.

Page 17: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Ada sebuah pepatah yang berbunyi “ negara yang tangguh salah satunya

bisa dilihat dari sosok pemudanya” maka jika negara tidak membina

pemudanya maka akan hilang satu generasi.

Dari apa yang terjadi sekarang, terlihat pemuda tidak berada pada

fitrahnya, bahwa pemuda merupakan reflika masa depan suatu bangsa, bahkan

pemuda seakan terhipnotis dengan dunia hedonisme kepemudaanya. Inilah

yang menjadi tantangan sebenarnya bagi seorang pemuda, bagaimana dia

dapat melawan akan dirinya sendiri. Dan tantangan yang paling besar ada di

pundak pemuda-pemuda Islam, mereka selalu dituntut untuk dapat bangkit

membangkitkan dakwah Islam demi kebangkitan agama Islam yang memang

selama ini terpinggirkan dengan budaya-budaya atau isme-isme yang dibuat

oleh Barat.

Jika dilihat dari uraian di atas, pemuda tidaklah seorang pemuda yang

hanya mementingkan dirinya sendiri, pemuda yang didambakan adalah

pemuda yang mempunyai karakter perjuangan yang kuat untuk membangun

bangsa dan agamanya. Kemudian menjadi pertanyaan sudah benarkan jalur

perjuangan pemuda Islam dalam kebangkitan negara dan agama untuk saat

ini?.

Sebagai penentu masa depan, pemuda haruslah mempunyai karakter-

karakter yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman. Seperti yang di

katakan oleh pejuang pemuda Islam Hasan Al Banna mengatakan bahwa

Page 18: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

untuk mencapai keberhasilan kebangkitan Islam pemuda harus mempunyai

beberapa karakter yaitu iman yang kuat, keikhlasan , semangat dan amal.4

Dalam konteks pemikiran Hasan Al Banna selalu menempatkan pemuda

pada posisi istimewa dalam setiap putaran roda sejarah. Pemuda baginya akan

selalu hadir dalam setiap proses perubahan. Pesan tersebut dapat di tangkap

melalui ungkapannya yang popular “ sejak dulu dan sekarang pemuda

merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan dalam setiap

kebangkitan dan pengibar panji setiap fikrah”.5

Pemuda bagi Hasan Al Banna juga memandang bahwa generasi muda

adalah rahasia kehidupan umat dan sumber mata air kebangkitannya. 6 Dari

ungkapan-ungkapan Hasan Al Banna ini mengindikasikan bahwa bagaimana

pemuda sebagai objek perubah sejarah, sebagai tokoh-tokoh yang akan

membangkitkan suatu bangsa atau umat.

Tidak dapat di pungkiri, kebangkitan pemuda Ikhwanul Muslimin

melahirkan satu gagasan baru bahwa pemuda tidak hanya menjadi pengikut

sejarah akan tetapi perubah sejarah. Terminologi kebangkitan (renaissance)

adalah paradigma utama perubahan yang digagas oleh kaum muda dalam

wadah Ikhwanul Muslimin.

Gerakan Ikhwanul Muslimin yang di pimpin seorang pemuda seperti

Hasan Al Banna, menjadikan gerakan ini sebagai gerakan pemuda yang

mampu membangkitkan semangat pemuda Mesir. Namun tidak hanya di

4 Hasan al Banna, Kumpulan Risalah Hasan al Banna. Terjemahan: Khojin Abu

Faqih,LC. (Jakarta Timur: Al I’tshom Cahaya Umat, 2005), h.70 5 Hasan al Banna, Kumpulan Risalah Hasan al Banna, h.71

6 Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2. Terjemahan: Anis Matta,

et.all.. (Surakarta : Era Intermedia,1999), h.127

Page 19: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

negara Mesir sebagai negara asal berdirinya, gerakan kebangkitan pemuda ini

pun sampai ke negara-negara sekitar yang memang saat itu sedang di jajah

oleh negara-negara Barat untuk bangkit dan membela tanah air mereka untuk

merdeka.

Gerakan kebangkitan Islam di belahan Timur Tengah, terutama di Mesir

yang dimotori oleh Al-Afghani dan Muhammad Abduh, kemudian diikuti oleh

murid setianya Sayyid Qutb telah berimplikasi luas terhadap gerakan

revivalisme dan purifikasi Islam pasca kolonial. Faktor kebangkitan gerakan

pemuda Islam di Mesir pasca kolonial bertujuan untuk meng-counter

hegemoni barat yang dianggap merusak tatanan nilai Islam.

Kemudian dalam konteks kekinian, kita dapat menyaksikan bagaimana

pemuda mulai terlihat menunjukkan kebangkitannya. Ini kita dapat saksikan

bagaimana perdebatan golongan muda vs tua menjadi tema yang sangat ramai

menuju pemilu 2009. Kesadaran untuk memanfaatkan peluang ke arah

perubahan yang radikal hanya dapat diraih dalam gerakan struktural, yaitu

mengambil alih peran-peran politik, terutama mekanisme meraih kekuasaan

politis.

Momentum kebangkitan nasional dan 80 tahun hari Sumpah Pemuda

kiranya dapat menjadikan sebagai tahun kebangkitan pemuda Indonesia untuk

tampil sebagai pemimpin bangsa. Siklus kebangkitan pemuda membutuhkan

mainstream tersendiri guna menempatkan pemuda Islam tidak dalam menara

gading, hidup dalam lokalitas mereka tanpa mau berinteraksi dengan realitas

sosial. Panggilan hati nurani untuk membela kaum dlu’afa adalah

Page 20: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

pertanggungjawaban moral ajaran agama yang harus dipikul secara simultan

oleh pemuda.

Kemudian tidak hanya di Indonesia, dengan slogan “ Harapan dan

Perubahan” menjadi tema Barack Obama pada pemilihan Presiden Amerika

Serikat7. Dengan tema ini Obama mampu membangkitkan histeria massa

sehingga dukungan kepadanya begitu luar biasa. Tidak hanya di AS dukungan

untuk Obama, Indonesia pun menjadikan Obama sebagai trendsetter untuk

majunya pemuda dalam politik Indonesia dengan tema yang sama yaitu

perubahan.

Gaung kebangkitan peran pemuda Islam di awal milenium ketiga dapat

dimaknai secara mendalam dengan menggunakan sudut pandang pemikiran

Hasan Al-Banna. Alasan yang paling rasional dalam memilih tokoh

pembaharuan politik Islam kontemporer asal Mesir ini adalah pergulatan

pemikirannya yang mengeksplorasi potensi kepemudaan sebagai tokoh utama

pembawa perubahan signifikan ke arah struktur politik yang berbasis Islam.

Hal tersebut dapat dilihat dari pemikirannya tentang konsep tarbawi (tarbiyah)

dan ciri-ciri seorang muslim ideal dengan karakter keimanan yang kuat,

keikhlasan (purifikasi amal dengan niat yang tulus), semangat yang

dimanifestasikan dalam bentuk jihad, dan amal yang menjadi nilai praksis

keimanan. Keempat karakteristik tersebut dalam pandangan psikologi

kontemporer adalah ciri yang melekat pada diri pemuda.

7 Rama Pratama “Kaum Muda, Asa, dan Perubahan”, Republika, 23 Juli 2008. h.8

Page 21: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Proses perubahan yang dijalankan Hasan Al-Banna menggunakan pola

pendidikan yang terstruktur rapi, dengan penanaman nilai-nilai religius pada

diri pemuda. Cikal bakal perubahan melalui proses pendidikan yang

dimaksudkan Al-Banna dapat dijalankan apabila pemuda termasuk bagian dari

proses edukasi itu. Alasan-alasan di atas adalah bagian tak terpisahkan

(integrated elements) dalam mengangkat tema yang cukup menarik tentang

pemikiran Hasan Al-Banna tentang eksistensi pemuda Islam sebagai sebuah

riset.

Dengan demikian perlu kiranya penulis mengangkat tema pemuda yang

sangat urgen ini dan dengan melihat seorang Hasan al Banna sebagai ulama,

politikus, pejuang Islam yang sangat menginginkan mengembalikan kejayaan

Islam melalui pemuda-pemuda yang mempunyai semangat kebangkitan.

Untuk itu penulis mengambil judul skripsi ini yaitu “ Eksistensi Pemuda

Islam Dalam Perspektif Hasan al Banna”

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat kompleksitasnya permasalahan yang akan dibahas

khususnya mengenai pemikiran Hasan Al Banna ini, maka penulis membatasi

permasalahannya mengenai eksistensi pemuda Islam yang dikaitkan dengan

gerakan-gerakan politik dan sosial (Social and Political Movement) saja

menurut perspektif Hasan Al Banna.

Dari pembatasan tersebut penulis merumuskan permasalahan :

Bagaimana konsep pemuda Islam dalam berbagai perspektif?

Page 22: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Bagaimana sejarah pergerakan kaum muda di dunia dan di Indonesia?

Apa bentuk tipologi pemuda ideal dalam perspektif Hasan Al Banna?

Apa implikasi gerakan pemuda Islam terhadap perubahan di Indonesia?

Bagaimana proses transformasi perubahan politik kontemporer Indonesia

dengan menggunakan pendekatan dakwah kepemudaan dalam metode

Hasan Al-Banna?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengeksplorasi konsep kepemudaan dalam perspektif Islam.

Untuk mengetahui karakteristik pemuda Islam menurut Hasan Al Banna

Untuk mengetahui formulasi pendidikan pemuda Islam menurut Hasan Al

Banna

Untuk Mengetahui kontekstualisasi pemuda Islam ideal di Indonesia modern

b. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan oleh penulis agar memberikan manfaat,

antara lain :

1. Untuk pengembangan ilmu politik kontemporer khususnya tentang peran

pemuda Islam ideal dalam konteks pergumulan umat.

2. Bagi para pemuda Islam di Indonesia, diharapkan penelitian ini mampu

menstimulasi kognisi intetelektualitas keislaman yang bersifat universal.

Page 23: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Metode Penelitian

Dalam membahas skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu penulis berusaha memperoleh data-data

dan informasi melalui literature-literatur kepustakaan, majalah-majalah

maupun artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam

pengolahan data ini penulis menggunakan metode deskripsi analisis.

Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, agar lebih terarah dan terperinci terbagi

kedalam bab-bab dalam tiap sub-babnya dijelaskan secara global.

Di dalam bab I yang diawali dengan pendahuluan, ini terdiri atas latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian serta sistematika penelitian.

Di dalam bab II terdiri dari Biografi Hasan Al Banna serta Peranannya

dalam negara

Di dalam bab III terdiri dari tinjauan umum tentang pemuda Islam dari

era Islam sampai Indonesia.

Di dalam bab IV terdiri dari karakteristik pemuda Islam, formulasi

pendidikan pemuda Islam, peranan pemuda dalam politik kenegaraan menurut

Hasan Al Banna serta kontekstualisasi pemuda Islam ideal dalam Indonesia

Modern.

Dan dalam bab V terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.

Page 24: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

BAB II

BIOGRAFI HASAN AL BANNA

Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan

Di antara sunnatullah adalah adanya tokoh pada masa yang sesuai dengan kebutuhan zaman sehingga pada setiap penghujung abad Allah mengutus

orang yang membangkitkan agama untuk umat ini dan mengembalikan

vitalitasnya.

Imam Ali bin Abu Thalib mengatakan, “Bumi ini tidak sepi dari orang

yang bangkit untuk Allah dengan hujjah”. Sedangkan Abu Al-Hasana

An Nadavi memberi catatan dalam bukunya “ Rijal Al-Fikr wa Ad-Da’wah fi

Al Islam” (Tokoh Pemikiran dan Dakwah dalam Islam) bahwa sejarah Islam

pada setiap periode melahirkan tokoh-tokoh yang memang dibutuhkan oleh

keadaan, lalu mereka mengisi kekosongan, memenuhi kebutuhan,

melaksanakan tugas yang di butuhkan masa dan tempat untuk membangkitkan

umat, merehabilitasi kerusakan-kerusakan yang dialami oleh struktur

bangunan umat ini8. Imam Syahid Hasan Al Banna merupakan tokoh yang

dinantikan masyarakat Mesir saat itu yang memang sedang mengalami

kemerosotan yang diakibatkan penjajahan.

Hasan Al Banna di lahirkan di Mahmudiyah dekat Iskandariyah yaitu

kota kecil yang terletak di sebelah Timur laut Kairo, Propinsi Buhairah, pada

bulan Rabi’ul Awal tahun 1325 H/ Oktober 1906 M9. Imam Syahid tumbuh di

8 Yusuf Qardhawi. 70 Tahun Ikhwan Al-Muslimin, Kilas Balik Dakwah, Tarbiyah, dan

Jihad. Terjemahan: H.Mustofa Maufur dan H.Abdurrahman Husain (Jakarta Timur : Pustaka Al-

Kautsar,1999), h.43 9 Muhammad sayyid Al Wakil. Pergerakan Islam Terbesar Abad 14 H. Terjemahan:

Fachrudin. (Bandung : Asy Syaamil Press & Grafika, 2001), h.19

14

Page 25: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

bawah asuhan kedua orang tua yang mulia serta sifat yang terpuji kepada

putra-putrinya. Ayah beliau Syeikh Ahmad Abd al-Rahman termasuk salah

seorang ahli hadits besar yang sudah masyur, yang lebih dikenal dengan

panggilan As Sa’ati karena pekerjaannya sebagai tukang reparasi jam.

Imam Hasan Al Banna dididik oleh orang tua yang alim. Bimbingan

dan arahan orang tuanya telah memberikan pengaruh yang besar sekali pada

diri beliau sehingga menghasilkan buah dan manfaat yang sangat baik serta

melimpah. Ketika hampir mencapai usia delapan tahun -yang merupakan

batas minimal untuk masuk sekolah- orang tua Hasan Al Banna sudah

memasukannya ke Madrasah Diniyah Ar Rasyad. Di madrasah ini beliau

menghafal separuh Al Qur’an dan banyak hadis-hadis Rosul SAW. Mengenai

hal ini beliau pernah menuturkan : “Saya ingat bahwa sebagian besar hadis-

hadis yang saya hafal adalah sebagian dari hadis-hadis yang terekan kuat di

dalam benakku sejak waktu itu”. Di madrasah ini pula beliau belajar kaidah-

kaidah bahasa Arab dan penerapannya serta sastra dan hafalan-hafalan syair

dan prosa.10

Suatu hari ia dikejutkan dengan keputusan Majlis Daerah Bukhairah

yang menghapuskan sistem pendidikan Madrasah I’dadiyah. Di depan beliau

hanya ada dua alternatif yang harus di pilih : pertama, pergi ke Ma’had Diiniy

di Iskandariah, atau kedua, melanjutkan ke Madrasah Mu’alimin di

Damanhur. Dan pilihan beliau jatuh pada pilihan kedua yaitu Madrasah

10 Muhammad sayyid Al Wakil. Pergerakan Islam Terbesar Abad 14 H, h.20

Page 26: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Mu’alimin (Sekolah guru) di Damanhur.11

Di sekolah ini beliau

menyelesaikan studinya selama 3 tahun sejak tahun 1923 hingga tahun 1927.

Dalam mengisi hari-harinya Al Banna muda sangat di sibukkan

dengan berbagai kegiatan di sekolahnya, sampai akhirnya ia mendirikan

sebuah organisasi yang bernama Jam’iyah Man’il Muharramat (Perhimpunan

Anti Haram ) dengan Hasan Al Banna sebagai ketuanya.

Misi perhimpunan ini adalah menjaga aspek-aspek keagamaan dan

memantau orang-orang yang menyepelekannya atau melakukan salah satu

perbuatan dosa. Misi ini dijalankan dengan mengirimkan surat peringatan

kepada setiap orang yang melakukan pelanggaran atau menyia-nyiakan

kebaikan. Surat tersebut berisi larangan berbuat kemungkaran dan

menunjukkan jalan kebaikan. Dan aktivitas ini menimbulkan kegoncangan di

masyarakat, para pelaku kemaksiatan memberikan reaksi yang keras terhadap

surat-surat yang ditujukan kepada mereka dan berusaha mencari tahu siapa

dalang dibaliknya.12

Kesibukan berorganisasi tidak membuat Al Banna terlena dan lupa

akan tugasnya sebagai pelajar, namun justru semakin membuat ia memiliki

pengetahuan yang lebih disbanding para pelajar yang lain. Hal tersebut dapat

terlihat dari diperolehnya predikat lulusan terbaik ke-5 untuk seluruh Sekolah

Menengah Umum (SMU) di Mesir.

Kecerdasan otak sang Imam yang sejak remaja sudah turut ambil

bagian dalam tarekat sufi Hasyafiyah ini memang sudah tidak dapat diragukan

11

Muhammad sayyid Al Wakil. Pergerakan Islam Terbesar Abad 14 H, h.22 12 Muhammad sayyid Al Wakil. Pergerakan Islam Terbesar Abad 14 H, h.29

Page 27: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

lagi keabsahannya. Hal tersebut kembali dapat dibuktikan dengan

dinobatkannya sebagai mahasiswa yang berhasil lulus dengan yudisium

pertama tingkat Universitas yang didirikan oleh Muhammad Abduh itu.13

Sesungguhnya disanalah kehidupan Hasan Al Banna mulai terasa

semakin “hidup”, karena di kota besar itulah beliau benar-benar memahami

arti kehidupan dengan banyak berkenalan dan berinteraksi dengan orang-

orang ternama disekitarnya. Mengenal Rasyid Ridha beserta gerakan

Salafiyahnya merupakan awal pembentukan pola pikir Al Banna muda dalam

menyikapi berbagai persoalan kehidupan di dunia. Apalagi hal tersebut

didukung oleh rajinnya sang imam untuk membaca majalah Al Manar yang

memang merupakan kumpulan beberapa tulisan tokoh-tokoh ternama seperti

Jamaludin Al Afghani, Muhammad Abduh serta Rasyid Ridha.

Tetapi yang paling berpengaruh pada pembentukan pandangan Hasan

Al Banna muda adalah karya tulis Ridha tentang aspek politik dan sosial,

tentang pembaharuan Islam, serta perlunya didirikan negara/pemerintahan

Islam dan diberlakukannya hukum Islam. Dengan kata lain, dari tiga serangkai

tokoh salafiyah, Al Afghani, Abduh, dan Ridha, yang terakhir itulah yang

besar pengaruhnya pada Al Banna muda, terutama keyakinan Ridha bahwa

Islam adalah agama sempurna dan lengkap dengan segala sistem yang

dibutuhkan bagi kehidupan umat Islam, termasuk sistem politik, ekonomi dan

13 Fathi Yakan. Revolusi Hasan Al Banna (Jakarta : Harakah, 2002), h.4

Page 28: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

sosial, dan bahwa untuk meraih kembali kejayaan umat Islam tidak perlu

meniru Barat.14

Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Dar Al-Ulum yang

sempat dimasyurkan oleh Muhammad Rasyid Ridha tersebut, pada September

1927 Al Banna mulai mengajar di sekolah dasar di Isma’iliyah. Di tengah

kesibukan kegiatan barunya, ia masih tetap menjadi koresponden majalah

Pemuda Muslim Kairo yang bernama Al Fath serta menjalin hubungan baik

dengan kelompok maktabah Salafiyah atau penerbit Al Manar pimpinan

Rasyid Ridha.

Latar belakang keluarga yang penuh dengan keilmuan dan

pengetahuan agama merupakan dasar yang sangat dominan dalam

pembentukan diri sang imam Al Banna. Hal tersebut dapat terlihat pada

perkembangan pribadi al Banna yang sangat mengagumkan. Ia tumbuh

menjadi sosok yang sangat cerdas, kritis serta bersifat zuhud. Sejak kecil ia

selalu menerapkan atau membiasakan diri unttuk shalat malam, puasa senin-

kamis dan menghafal ayat-ayat Al Qur’an. Semua yang telah dilakukan Al

Banna kecil bukanlah suatu pekerjaan yang main-main, karena dengan hasil

kerja kerasnya itu ia mampu menghafal setengah Al Qur’an (15 juz) yang

kemudian ia sempurnakan menjadi 30 juz ketika menginjak dewasa.

Secara tidak langsung pengaruh Rasyid Ridha telah menginspirasi

pemikiran tentang pembaharuan Islam terhadap diri Hasan Al Banna, dan hal

ini barangkali wajar disebabkan menjelang Al Banna menginjak dewasa dan

14

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara : ajaran, sejarah, dan pemikiran. (Jakarta :

UI Press, 1993), h.147

Page 29: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

lebih matang pengetahuannya, Al Banna lebih banyak bersinggungan dengan

orang-orang salaf yang sufi tersebut. Namun setelah Al Banna mulai bergelut

dengan urusan-urusan sosial, Al Banna sedikit demi sedikit mulai

meregangkan diri dari aktivitas kesufian, walaupun tidak secara serta merta

memutuskan diri dari pelaksanaan mistik sufi, tetapi dia mulai terpanggil

dengan isu-isu dan wacana-wacana sosial politik di mesir saat itu, terutama

responnya terhadap krisis politik Mesir pada tahun 1919.

Besarnya dominasi Inggris di Mesir menjadikan Al Banna muda

merasa terpanggil untuk membangun masyarakat Mesir yang dalam

pandangannya mulai dirusak oleh budaya-budaya Eropa yang semuanya itu

menurut pandangannya merupakan sebab-sebab terbesar bagi kelumpuhan dan

kemunduran pihak muslim.Dan ia merasa tersinggung atas perlakuan Inggris

terhadap masyarakat Mesir yang telah memandang hina dengan

memperlakukan para pekerja selayaknya seorang budak.

Hasan Al Banna melihat kebebasan dan kerusakan moral telah

mewabah di seantero dunia Islam, khususnya saat runtuhnya Kekhalifahan

Islam oleh Attaturk tahun 1924 M. Dia menilai bahwa Barat berupaya secara

sungguh-sungguh untuk mencabut Islam dari akarnya dan menghilangkan

eksistensinya di muka bumi.

Fenomena yang terjadi di atas pada masyarakat muslim Mesir itu

akhirnya membawa Hasan Al Banna kepada lima rekannya untuk menggagas

sebuah proyek pergerakan perbaikan umat dan kejayaan Islam. Pada awalnya

mereka hanya menamakan diri mereka dengan sebutan “ Muslimin” saja,

Page 30: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

namun secara spontan mereka berseru “ kita adalah ‘Ikhwanul Muslimin’,

yang berarti, “Para saudara dari kaum muslim”.

Keberhasilan Ikhwanul Muslimin di awal pertumbuhannya menjadikan

gerakan ini di anggap sebagai gerakan yang dapat membangun masyarakat

Islam Mesir yang diawali dengan menjadikan masyarakat kelas bawah

menjadi generasi yang teladan dalam memahami nilai-nilai agama islam.

Namun perkembangan kelompok Ikhwanul Muslimin kian pesat

menjadi ancaman bagi pemerintahan Raja Faruq pada saat itu, karena dengan

peristiwa pada tahun 1947 ketika al Banna mengutus tentara sukarelanya ke

Palestina untuk perang melawan Israel, Faruq benar-benar merasa telah

menerima pelajaran pahit dari gerakan yang mempunyai kantor di ( Darul

Ikhwan) di kota Kairo itu.15

Posisi kekuasaan Faruq yang kian tersudutkan

oleh eksistensi Ikhwanul Muslimin merupakan konsekuensi dari kebijakan

politik luar negeri yang pro Barat. Apalagi para mujahidin kian besar

kekuatannya pasca kedatangan mereka dari Palestina. Melihat perkembangan

yang mengkhawatirkan bagi kekuasaan Faruq, maka Raja Faruq menerapkan

kebijakan represif dalam membendung pengaruh Hasan Al-Banna, sampai

pada akhirnya terjadi konspirasi politik di Mesir dengan terbunuhnya Hasan

Al-Banna pada tanggal 12 Februari 1949.

Di sinilah awal dari sejarah kelam gerakan Ikhwanul Muslimin, ketika

raja Faruq merasa khawatir mulai ditinggalkan dan dikhianati oleh para sekutu

Arabnya, dan sehingga ia merasa sangat takut dengan kembalinya para

15

Rachilda Devina. “Konsep Syura’ Perspektif Hasan Al Banna”, ( Skripsi S1 Fakultas

Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri,Jakarta, 2007 ), h.14

Page 31: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

mujahidin Ikhwanul Muslimin dari Palestina. Pemerintah mulai bergerak

untuk melakukan penawaran-penawaran sampai akhirnya pada peristiwa

pembunuhan sang Imam di depan kantor Pusat Pemuda Ikhwanul Muslimin (

Dar Asy-Syubban Al Muslimin) pada tanggal 12 Februari 1949 M / 1368 H.

Sang Imam pun menyerahkan ruhnya untuk kembali keharibaan Sang

Penciptanya dalam keadaan suci, Insya Allah, setelah menunaikan amanah-

Nya dan tetap dalam keadaan teguh mengangkat bendera agama-Nya sampai

napas terakhir.

Pemikiran Politik dan Karya-karyanya

Islam menurut Hasan Al Banna merupakan agama universal yang

melingkupi aspek kehidupan tak terkecuali bidang politik. Banna melihat

bahwa eksistensi konsep Negara Islam telah dicontohkan oleh Rosulullah

SAW dan para Khulafah Rasyidin di Madinah sekitar abad ketujuh Hijriyah.16

Pemikiran tentang Islam dan politik ini dapat terlihat jelas dari karakteristik

organisasi yang dia bangun “ Ikhwanul Muslimin”, Islam tidak dipahami

seperti banyak orang, khususnya pada era kemunduran peradaban dan stagnasi

pemikiran, di mana Islam dipandang sebagai kepercayaan dan ibadah ritual,

tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah masyarakat dan urusan negara,

politik dan ekonomi, aliran kebudayaan dan pemikiran.17

16

Arifin. Pemikiran Politik Hasan Al Banna. (Telaah Gerakan Politik Ikhwanul

Muslimin. ”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri,Jakarta,,

2004), h.28 17

Yusuf Qardhawi, 70 Tahun Ikhwan Al-Muslimin, Kilas Balik Dakwah, Tarbiyah, dan

Jihad, h.137

Page 32: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Islam sebagai satu sistem yang memiliki keunggulan universalitas

zamani (waktu), makani (geografis), dan insani (kemanusiaan), ini dapat di

lihat dari ungkapan Hasan Al Banna dalam makalahnya dengan judul Min

wahy Hara’. Ia mengemukakan bahwa Islam adalah misi yang membentang

panjang hingga mencakup keabadian zaman; membentang luas hingga

mencakup jajaran ufuk bangsa-bangsa dan membentang dalam hingga

meliputi urusan dunia akhirat.18

Pemikiran Al Banna mengenai agama dan politik, mencerminkan

transisi dari penekanan pembaharu Islam seberlumnya bahwa Islam dan

politik tak dapat dipisahkan. Al Banna menegaskan bahwa prinsip Islam dapat

diterapkan pada keyakinan yang banyak di anut dalam politik dan lembaga

politik. Al Banna menulis bahwa Islam memerlukan suatu pemerintah yang

mencegah anarki, namun tidak menetapkan bentuk pemerintah tertentu. Islam

hanya meletakan tiga prinsip pokok. Pertama, pernguasa bertanggung jawab

kepada Allah SWT dan rakyat, bahkan dianggap sebagai abdi rakyat. Kedua,

bangsa muslim harus bertindak secara bersatu, karena persaudaraan muslim

merupakan prinsip Islam. Ketiga, bangsa muslim berhak memonitor tindakan

penguasa, menasehati penguasa, dan mengupayakan agar kehendak bangsa di

hormati.19

Dari ketiga prinsip di atas terlihat Al Banna tidak menekankan

bagaimana bentuk pemerintahan Islam. Akan tetapi pemerintahan yang selalu

18

Yusuf Qardhawi, 70 Tahun Ikhwan Al-Muslimin, Kilas Balik Dakwah, Tarbiyah, dan

Jihad , h.138 19

Arifin. Pemikiran Politik Hasan Al Banna, h.30. lihat Ali Rahmena dalam buku “Para

Perintis Zaman Baru Islam”

Page 33: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan selalu memegang akan syari’at

Islam. Intinya Hasan Al Banna tidak memisahkan antara agama dan kehidupan

masyarakat atau politik. Adapun pemerintahan Islam yang di maksud Hasan

Al Banna adalah “pemerintahan yang para pejabatnya adalah orang-orang

Islam yang melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam dan tidak terang-

terangan melakukan kemaksiatan serta konstitusinya bersumber dari Al

Qur’an dan As Sunnah, yakni menerapkan syari’at Islam. Secara tidak

langsung pemikiran ini dilatar belakangi akan pemerintahan Mesir yang

bersifat sekuler dan bukan mencerminkan pemerintahan Islam.

Di antara karya-karya Imam Hasan Al Banna baik yang berupa tulisan

maupun dalam bentuk kumpulan-kumpulan pesan masih terus selalu di kaji

oleh para pengikutnya. Adapun di antara karya-karya tulis yang ditinggalkan

oleh Imam Hasan Al Banna adalah : Ahaditsul Jum’ah (Pesan setiap Jum’at),

Mudzakkiratud-Dakwah wad-Da’iah (Pesan-pesan buat Dakwah dan Dai),

dan Al-Ma’tsurat ( Wasiat-wasiat).

Karya-karya yang berupa bentuk kumpulan-kumpulan pesan

(majmu’atur-Rasail) adalah : Da’watuna (Menuju Kecerdasan), Nahwan Nur

(Kepada para Pemuda),bainal Amsi Wal Yaum (Antara Kemarin dan Hari ini ),

Risalatul Jihad (Pesan Jihad), Risalatut Ta’lim (Pesan-pesan Pendidikan), Al-

Mu’tamar Al-Khamis (Konfrensi Kelima), Nizhamul Usar (Sistem Kelompok

Kecil Pergerakan), Al-‘Aqaid (Prinsip-Prinsip), Nizhamul Hukm (Sistem

Pemerintahan), Al-Ikhwan Tahta Rayatil-Qur’an (Ikhwan di Bawah Bendera

Al-Qur’an), Da’watuna fi Thaurin Jadid (Misi kita dalam Masa Baru), Ila

Page 34: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Ayyi Syai’in Nad’un Nas (Ke Arah Mana Kita Menyeru Manusia ?), dan An-

Nizham Al-Iqtishadi (Sistem perekonomian).

Peranannya Dalam Negara Mesir

Dalam bidang Agama

Al Banna berpijak di atas dasar-dasar agama Islam sebagai faktor

yang aktif dan efektif untuk menciptakan perubahan dalam diri seorang

individu. Jika yang dimaksud dengan kerusakan jiwa adalah akhlak yang

bobrok, perilaku yang menyimpang dan dekadensi moral, maka

sesungguhnya kunci untuk mengubah tidak lain kecuali faktor agama.

Karena agama sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Banna,

“Menghidupkan jiwa dan memberikan pada setiap diri suatu pengontrol

atau filter yang tidak pernah lalai dan senantiasa mendorongnya untuk

berbuat baik dengan sangat kuat”. 20

Imam Hasan Al Banna juga menekankan, kepada para pemuda

bahwa faktor yang paling efektif dalam memperbaiki diri semua bangsa

adalah agama, dan mereka juga memandang bahwa Islam menghimpun

segala aspek positif perubahan dan menjauhi segala aspek negatifnya.

Dapat dikatakan di sini bahwa akidah Ikhwanul Muslimin yang dirancang

oleh Al Banna disimpulkan dalam tujuh pasal. Langkah pertama, yaitu

perbaikan diri yang berorientasikan pada kegiatan praktis di mana mereka

–para Ikhwan- akan berusaha mengembalikan vitalitas Islam dalam

20 Fathi Yakan. Revolusi Hasan Al Banna, h.30

Page 35: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

kerangka umum bagi proses perubahan yang dimulai dari perbaikan

individu21

. Sangat jelas pada garis besarnya bahwa metode ini memberikan

ruang bagi ikhwan untuk menentang arus pemikiran dan politik kebarat-

baratan yang berusaha untuk menjadikan Islam bergerak dalam lingkup

pribadi saja dan berusaha pula melepaskannya dari segala peran sosial dan

politik. Bahkan salah satu pasal menyerukan dengan terang-terangan

pentingnya menentang arus-arus tersebut, dan memboikot setiap

propagandanya dengan segala cara, seperti tertulis pada pasal keempat .

“Dan saya berjanji untuk menyebarkan dan mengembangkan ajaran-ajaran

Islam kepada setiap individu di keluargaku, dan saya tidak akan

memasukkan anak-anakku ke sekolah yang tidak menjaga akidah dan

akhlak mereka, dan saya akan memboikot setiap surat kabar, berita, buku,

badan, klub, instansi yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam”.

Keterangan di atas sangat jelas bagaimana Al Banna membangun

Ikhwanul Muslimin dengan menekankan kepada menegakkan Amar

Ma’ruf Nahi Munkar. Dengan cara membina para Ikhwan dengan

menancapkan akidah Islam yang kuat dengan harapan untuk menegakkan

syari’at Islam.

Dalam Bidang Ekonomi dan Sosial

Gerakan pembaharuan Hasan Al Banna dalam organisasi Ikhwanul

Muslimin merepresentasikan sebuah gerakan yang berusaha menyadarkan

21 Fathi Yakan. Revolusi Hasan Al Banna, h.32

Page 36: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

bahwa riba itu haram.22

. Visi ekonomi Islam Hasan Al Banna

mengandung unsur nasionalisme ekonomi. Menurut Banna Mesir perlu

memutuskan hubungan dengan blok sterling Inggris dan mengeluarkan

mata uangnya sendiri pada berstandar emas. Manajemen mata uang yang

baik, akan mengendalikan inflasi Mesir yang tinggi, dan akan menciptakan

kondisi yang lebih menguntungkan keseimbangan perdagangan luar negeri

Mesir. Segi lain nasionalisme ekonomi yang di kemukakan Al Banna

adalah melakukan Mesiriasi atas perusahaan swasta di bidang real estate,

transfortasi, dan keperluan umum. Untuk mewujudkan visi ekonomi Islam

ini, Banna bersama dengan organisasi Ikhwannya mendirikan perusahaan

pemintalan dari tenun, perusahaan perdagangan dan rekayasa, dan pers

Islam.23

Perekonomian suatu bangsa akan menjadi sulit jika sistem ekonomi

masyarakat merupakan sistem yang asing bagi masyarakat, jati diri dan

budayanya. Oleh karena itu, Al Banna berpendapat mengenai ekonomi ini

harus ada sebuah program ekonomi yang berprinsip pada Islam dan nilai-

nilainya. Pemikiran di atas secara tidak langsung merupakan

ketidakpercayaan Al Banna terhadap sistem ekonomi Barat yang di

dikembangkan pemerintah Mesir saat itu. Al Banna menganggap sistem

yang di bangun di masyarakat adalah penyebab kemunduran ekonomi

masyarakat Mesir dan merusak kehidupan masyarakat muslim Mesir

dengan budaya-budaya baratnya.

22

Yusuf Qardhawi, 70 Tahun Ikhwan Al-Muslimin, Kilas Balik Dakwah, Tarbiyah, dan

Jihad, h.144 23 Arifin. Pemikiran Pollitik Hasan Al Banna, h.35

Page 37: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Ekonomi dan sosial merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karena dengan masyarakat

yang sejahtera dalam bidang ekonomi suatu negara maka secara otomatis

akan melahirkan manusia yang berjiwa sosial pula. Untuk itu pembenahan

ekonomi dan sosial masuk ke dalam cita-cita pembaharuan Al Banna.24

Untuk itu Al Banna mengadopsi salah satu rukun Islam yaitu zakat. Ia

mengatakan bahwa karena zakat diwajibkan dalam agama Islam untuk

pembelanjaan sosial (menolong orang-orang yang pailit dan miskin), maka

harus diterapkan pajak-pajak sosial secara bertahap dengan

memperhitungkan kekayaan bukan keuntungan.

Pengelolaan zakat adalah salah satu tugas penguasa. Ia harus

bekerja untuk mengumpulkan, mendata, dan membagikannya kepada para

mustahiq (orang yang berhak) yang telah Allah SWT, tetapkan. 25

Hasan Al Banna selalu menekankan bahwa pentingnya penerapan

sistem seraya mengatakan,

“Menurut saya, tidak ada baiknya sama sekali apabila kita memilih

salah satu dari sistem-sistem Barat (Kapitalisme dan Sosialisme).

Setiap sistem tersebut mempunyai kelemahan di samping terlihat

memiliki kebaikan. Sistem-sistem tersebut lahir bukan di negeri

kita dan untuk diterapkan dalam situasi yang tidak sama dengan

sistem kita serta untuk masyarakat yang tidak seperti masyarakat

kita. Apalagi kita sendiri sudah memiliki sebuah sistem paripurna

yang akan mengantarkan kita menuju perbaikan yang

komprehensif di bawah bimbingan Islam yang hanif. Kita juga

memiliki kaidah-kaidah integral dan fundamental yang ditetapkan

oleh Islam dalam bidang ekonomi, yang apabila kita memahami

dan menerapkannya dengan benar, maka kita akan mampu

menyelesaikan semua problem ekonomi. Dengan demikian berarti

24

Rachilda Devina. Konsep Syura’ Persepktif Hasan Al Banna,. h.18 25 Hasan Al Banna. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, h.140

Page 38: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

kita telah mendapatkan sisi-sisi kebaikan dari berbagai sistem

buatan manusia dan menjauhkan diri dari semua sisi

keburukannya. Kita bisa melihat bagaimana tingkat kesejahteraan

hidup akan terangkat, kecemburuan sosial antar berbagai strata sosial akan hilang, serta kita bisa menemukan jalan terdekat

menuju kemakmuran hidup”.26

Pemikiran Al Banna di atas merupakan sebuah pandangan yang

fundamental tentang Islam, keyakinannya mengenai sifat ajaran Islam

yang universal telah mengalirkan konsep ijtihad yang tinggi mengenai

aspek perekonomian dalam Islam.

Dalam Bidang Politik

Pemikiran di bidang politik merupakan instrumen utama yang

dikembangkan Hasan Al-Banna. Konstelasi bidang agama, ekonomi, dan

sosial mengkerucut pada pergerakan politik yang cenderung bersifat

revolusioner. Hal ini adalah bagian dari karakteristik gerakan

pembaharuan di hampir sebagian besar negara-negara dunia ketiga,

termasuk Mesir. Proses pergulatan intelektual Muslim ini adalah bentuk

pencarian identitas kenegaraan pasca kolonial Inggris di Semenanjung

Utara benua Afrika.

Kesadaran sebagai individu yang terikat oleh persaudaraan karena

persamaan akidah (brotherhood relationship) adalah landasan filosofis

bidang politik yang dicetuskan Al-Banna27

. Gerakan politik Al-Banna

yang dinahkodai dalam institusi Ikhwanul Muslimin, tercetus oleh dua

26

Abdul Hamid Al Ghazali. Pilar-Pilar Kebangkitan Umat : Telaah Ilmiah terhadap

Konsep Pembaruan Hasan Al Banna ( Jakarta Timur : Al I’tishom Cahaya Umat, 2001), h.198 27

Landasan persaudaraan bahkan menjadi nama organisasi yang disebut dengan Ikhwanul

Muslimin yang didirikan secara resmi pada tahun 1941. lih. Fatih Yakan. Revolusi Hasan Al-

Banna: Gerakan Ikhwanul Muslimin (Jakarta: Penerbit Harakah, 2002), h. 15.

Page 39: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

tujuan utama: Pertama, menentang hegemoni Barat (westernisasi) yang

telah mempengaruhi keyakinan, nilai-nilai keislaman, bahkan telah

meracuni para pemuda Islam untuk mengikuti paradigma Barat, sehingga

membuat Islam jauh tertinggal dari peradaban Barat. Perlawanan

hegemonik yang dijalankan Al-Banna adalah perlawanan ideologis.

Kedua, gerakan politik Al-Banna dalam bendera Ikhwanul Muslimin

adalah upaya awal menentang kolonialisme Inggris yang telah bercokol

sejak abad 18. Tentunya, tipologi gerakan Ikhwanul Muslimin bersifat

revolusioner-agitatif dan konfrontatif.28

Gerakan Ikhwanul Muslimin menjadi corong utama perjuangan Al-

Banna dalam gerakan politik Mesir kontemporer. Bahkan sebagai mursyid

al-‘aam, Al-Banna menuangkan gagasan-gagasan segar yang

mengarahkan para anggota IM berjuang memperebutkan kekuasaan politik

sebagai bentuk jihad di jalan Allah. Baginya, agama di satu sisi dan politik

kekuasaan dan negara di sisi lain merupakan satu-kesatuan yang bersifat

integralistik. Ia menamakan kesadaran adanya kesatuan agama dan politik

sebagai politik Islam internal. Al-Banna memberikan komentar:

“Ajaran Al-Qur’an tidak pernah lepas dari kendali kekuasaan,

politik pemerintahan merupakan bagian dari agama, dan di antara

kewajiban orang Muslim adalah harus memiliki kepekaan dalam

memberikan solusi kepada pemerintah dalam permasalahan politik

sebagaimana memberi jalan keluar dalam permasalahan ruhiah.” 29

Gerakan politik internal Al-Banna sesungguhnya

merepresentasikan bentuk kesadaran sejati tentang ajaran Islam yang

28

Fathih Yakan. Revolusi Hasan Al Banna, .h. 49 29 Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, h. 72

Page 40: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

bersifat menyeluruh (kaffah). Dalam hal ini Al-Banna menolak segala

bentuk sekulerisme absolut yang berusaha memisahkan ajaran Islam dalam

konstelasi politik.

Al-Banna memberikan ilustrasi tentang totalitas ajaran Islam. Bagi

Al-Banna, model-model perundang-undangan perdata dan pidana dengan

pelbagai cabangnya telah diungkapkan oleh Islam. Islam- pada semua

posisi- telah meletakkan diri pada suatu posisi yang menjadikannya

sebagai sumber yang pertama dan rujukan yang paling suci. Tatkala

melakukan itu, Islam telah menggariskan ushul30

yang integral, kaidah-

kaidah yang umum dan maqhasid31

, yang melingkupi semuanya. Islam

mewajibkan manusia untuk merealisasikannya dan membiarkan mereka

untuk melaksanakan rincian sesuai dengan situasi dan kondisi mereka,

serta berijtihad dengan apa yang lebih memungkinkan untuk

mendatangkan maslahat bagi umat.

Kerangka teoretis Al-Banna tentang politik Islam dibuktikan

dengan keberadaan kitab-kitab fikih klasik yang memuat secara mendalam

tentang hukum imarah (kepemimpinan), syahadah (kesaksian), da’awaa

(hukum tuduhan), al-bai’u (hukum jual beli), muamalah (hubungan

personal dan sosial), hudud (eksekusi hukuman), dan ta’zir (pengasingan).

30

Dalam kajian ushul fikih dikenal dengan istilah ushul yang secara harfiah berarti asal,

sumber, pokok, berakar, asas, fondasi dasar. (Kamus Al-Munawwir, terbitan PonPes Krapyak

Yogyakarta, h. 30). Berarti ushul adalah pokok ajaran Islam yang memiliki cabang-cabang

syar’I dalam kehidupan kongkrit. 31

Maqhasid adalah bentuk plural dari al-qhasdu yang diambil dari kata qashada yang

bermakna maksud, tujuan, mengikuti, kehendak, memaksa, dan menyusun (lihat kamus Al-

Munawwir . h. 1208).

Page 41: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Ini semua merupakan serangkaian hukum yang bersifat amaliah

(operasional) dan ruhiah (spiritual).32

Al-Banna juga mencetuskan politik Islam yang bersifat eksternal.

Baginya, politik eksternal bermakna menjaga kebebasan dan kemerdekaan

umat, menanamkan rasa percaya diri, kewibawaan, dan meniti jalan

menuju sasaran –sasaran yang mulia, yang dengan itu umat akan memiliki

harga diri dan kedudukan yang tinggi di kalangan bangsa-bangsa lain,

membebaskannya dari imperialisme dan campur tangan bangsa lain dalam

urusannya, dengan menetapkan pola interaksi bilateral dan multilateral

yang menjamin hak-haknya, serta mengarahkan semua negara menuju

perdamaian internasional. Koridor hukum yang berlaku dalam membalut

perdamaian dunia disebut Hukum Internasional.33

Kesadaran akan totalitas Al-Banna tentang makna ajaran Islam

yang mengantarkan pada konsep politik internal dan eksternal telah

berimplikasi pada pandangan politik yang sangat eksentrik, yaitu

pandangan bahwa partai politik tidak dibutuhkan dalam konstelasi politik

moderen pada level negara.34

Al-Banna memprioritaskan persatuan atas

dasar keimanan kepada Allah semata, bukan berdasarkan segmentasi

kepartaian. Kebaradaan partai membuat Islam terfragmentasi ke dalam

32 Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. h. 72 33

Hasan Al-Banna. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, h. 73 34

Pandangan Al-Banna sangat bersebarangan dengan mayoritas ilmuwan barat ataupun

Islam di Negara-negara lain yang menganut paham demokrasi, dan juga komunisme. Mayoritas

politikus menganggap partai politik adalah representasi suara rakyat yang akan

menyederhanakan pola-pola relasi kekuasaan. Partai politik adalah suatu keniscayaan dari

demokrasi itu tersendiri. Partai juga yang akan menjalankan kontrol kekuasaan atas

penyalahgunaan kekuasaan. (lihat Karl Mannheim, Freedom, Power and Democratic Planning.

(London: Routledge and Keegan Paul Ltd., 1951), h. 108

Page 42: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

perpecahan, konflik berkepanjangan, permusuhan, bahkan saling

membunuh antar umat Islam. Padahal itu semua dilarang keras oleh ajaran

Islam yang hakiki.

Atas dasar inilah Al-Banna membentuk lembaga yang bersifat

universal, komprehensif, dan inklusif yang melewati batas-batas ideologis

dan geografis dalam wadah Ikhwanul Muslimin.35 Meskipun bersifat

kosmopolit bukan berarti Al-Banna menegasikan nasionalisme dan

patriotisme Mesir. Dalam hal ini Al-Banna mengungkapkan:

‘Adalah kesalahan besar bagi mereka yang menyangka bahwa

Ikhwanul Muslimin apatis terhadap masalah tanah air dan nasionalisme.

Kaum muslimin adalah orang-orang yang paling ikhlas berkorban bagi

tanah air mereka, mau berkhidmat kepadanya, dan menghormati siapa saja

yang mau berjuang dengan ikhlas dalam membelanya.”36

Nasionalisme Al-Banna berbeda dengan nasionalisme yang

diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pembaharuan Islam lainnya, seperti Ali

Jinnah khusus wilayah Pakistan, Musthofa Kemal Attaturk untuk wilayah

Turki, Muhammad Ibn Abdul Wahab khusus wilayah Saudi Arabia,

Soekarno untuk Indonesia, dan masih banyak tokoh lainnya. Namun, Al-

Banna dengan jelas menyatakan bahwa nasionalisme Ikhwanul Muslimin

adalah berdasarkan persamaan akidah bukan teritorial wilayah negara,

sehingga melampaui dimensi nation-state.37

Boleh dikatakan bentuk

35 Ikhwanul Muslimin secara etimologis berarti persaudaraan orang-orang Islam.

Lembaga ini adalah akumulasi kesadaran politik Al-Banna yang bersifat kosmopolitan, anti

partai politik, dan lebih mengutamakan persaudaraan sebagaimana yang selalu diungkapkan Al-

Banna dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 103: “dan berpegang teguhlah kalian semuanya dengan

tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai”. 36

Abdul Hamid Al-Ghozali, Pilar-Pilar Kebangkitan Umat: Telaah Ilmiah terhadap

Konsep Pembaruan Hasan Al-Banna, h. 157 37

Abdul Hamid Al-Ghozali, Pilar-Pilar Kebangkitan Umat: Telaah Ilmiah terhadap

Konsep Pembaruan Hasan Al-Banna, h.158

Page 43: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

“nasionalisme” bukanlah nasionalisme yang dipahami oleh sebagian besar

pemikir politik barat ataupun Islam, melainkan sebuah spiritisme

religiusitas dalam sebuah pemahaman keagamaan yang mengidealisasikan

negara yang berasaskan “Piagam Madinah” sebagai bentuk ideal konstitusi

negara modern. Spiritisme religiusitas tersebut melampaui dimensi

teritorial dan kesukuan (‘ashabiyah), tetapi berlandaskan kesamaan

akidah. Inilah makna internasionalisme religiusitas yang dikembangkan

Hasan Al-Banna (Pan-Islamisme).

Pandangan Al-Banna tentang nasionalisme juga berbeda dengan

para pemikir Mesir kontemporer seperti Ahmad Luthfi Sayyid (1872-

1963) dan Thaha Husein (1889-1973).38

Keunikan konsep nasionalisme

yang diimplementasikan dalam wadah gerakan Ikhwanul Muslimin dapat

disebutkan dalam karakteristik sebagai berikut:

1. Rasa bangga terhadap loyalitas kebangsaan dan kesejahteraan serta

sikap keteladanan generasi baru kepada generasi pendahulu.

2. prioritas antusiasme kebangsaan dan hak untuk menerima kebaikan

dan kebajikan.

3. Memerangi kebanggaan terhadap ras, suku, dan tradisi jahiliah.

4. Keberpijakan kebangsaan kaum muslimin pada loyalitas mutlak

kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.39

38

Mereka berdua berpandangan bahwa nasionalisme Mesir didasarkan pada pengklaiman

tiada tanah air kecuali Mesir. Asas kebangsaan Mesir didasarkan pada fakta histories dan

imperialisme Inggris (lihat. John J. Donohue dan John L. Esposito dalam Islam In Transition:

Muslim Perspectives (New York: Oxford University Press, 1982), h. 70-73 39 Abdul Hamid Al-Ghozali, Pilar-Pilar Kebangkitan Umat, h. 161.

Page 44: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Dimensi politik Al-Banna mencitrakan suatu pergerakan Islam

baru (The New Islamic Movement)40

. Dimensi tersebut berangkat dari

kepercayaan yang sepenuhnya terhadap ajaran Islam yang mampu

menawarkan tatanan sosial alternatif yang dibutuhkan bagi kesejahteraan

dan kemajuan masyarakat Islam. Proses pergerakan politik diawali pada

tahapan reformasi individu, kemudian terintegrasi pada perbaikan pada

level keluarga. Setelah kedua institusi terkecil tersebut diislamisasikan

secara total, maka dapat ditempuh langkah perbaikan di tingkat

masyarakat. Dampak reformasi sosial mendeterminasi kekuatan suatu

bangsa untuk terbebas dari kolonialisme dan imperialisme. Bagi Al-Banna,

pasca kemerdekaan maka langkah berikutnya adalah reformasi di bidang

pemerintahan untuk menciptakan tata pemerintahan yang berhati Islami –

bahasa politik modern disebut “clean government”. Cita-cita Al-Banna

mulai mengekspansi ke dunia luar dengan sebuah tujuan mengembalikan

keberadaan dunia Islam ke panggung dunia internasional41. Model

Khilafah Islamiyah barangkali menjadi grand design bagi keterwujudan

aspek ini. Pada akhirnya kaum muslimin menjadi pihak yang menentukan

dalam percaturan dunia internasional.

40

Sebagai sebuah pergerakan Islam Baru Al-Banna menawarkan pandangan baru bagi

persoalan kemasyarakatan di dunia Islam pada umumnnya dan masyarakat Mesir khususnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Abu Baker A. Bagader sebagai berikut: Al-Banna presented a

new vision of the role and function of Islam in the modern-state without losing sight of the

dream pan-Islamism. (lihat Abubaker A. Bagader dalam Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan

(ed.) Islam, Globalization and Postmodernity. (London: Routledge, 1994), h. 117. 41 Fathi Yakan, Revolusi Hasan Al-Banna: Gerakan Ikhwanul Muslimin, h. 150-151

Page 45: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PEMUDA ISLAM

Konsep Pemuda Islam

Mustafa Al-Rafi’ie menggambarkan masa muda dengan mengatakan

bahwa pemuda adalah kekuatan, sebab matahari tidak dapat bersinar di senja

hari seterang ketika di waktu pagi. Pada masa muda ada saat ketika mati

dianggap sebagai tidur, dan pohon pun berbuah ketika masih muda dan

sesudah itu semua pohon tidak lagi menghasilkan apa pun kecuali kayu.42

Secara sosial, definisi pemuda adalah generasi antara umur 20

sampai 40 tahun. Sedang referensi lain juga ada yang menyebutkan usia 18

hingga 35 tahun. Sementara, dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan

peran publik seorang manusia berkisar antara umur 40-60 tahun.43

Sebenarnya konsep tentang pemuda bukanlah sebuah gagasan-gagasan yang

hanya dibatasi oleh persoalan umur semata. Pemuda sebagai sebuah konsep

juga memiliki dimensi politis. Benedict Anderson, misalnya menggambarkan

pemuda di masa revolusi dan di awal kemerdekaan Indonesia menyebut

bahwa pemuda sebelum Orde Baru selalu dikaitkan dengan dimensi politis.

Pemuda adalah kelompok umur tertentu yang menghabiskan sebagian besar

42

Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam Rekontruksi Dunia

Kontemporer. (Jakarta : Media Dakwah, 1991), h.63 43

Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia. (Jakarta : PT.Wahana

Semesta Intermedia, 2008), h.8

35

Page 46: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

-atau kalau tidak malah semua- waktu longgar mereka dalam kegiatan yang

sifatnya politis.44

Pemahaman tentang hakikat pemuda dapat dimaknai dalam

perspektif psikologis. Artinya, seorang yang berusia 20 tahun tetapi lebih

suka berpikir mapan, pro status quo, dan tidak tergerak untuk melakukan

perubahan, maka status “kepemudaan”-nya patut di ragukan. Karena, posisi

pemuda yang paling ideal adalah selalu menjadi garda terdepan “avan garde”

dari perubahan.

Berbicara masalah pemuda, tentunya kita tidak boleh melupakan dari

sosok pribadi penyokong dari idealisme pola pikir pemuda itu sendiri. Selain

itu, perlu pula pemahaman tentang makna realitas kehidupan bagi mereka.

Pemuda merupakan istilah yang ditunjukkan bagi orang-orang yang berada

pada suatu tahap kehidupan tertentu dalam rangka perjalanan kehidupan

mereka mencapai kedudukan usia dewasa. Bagi komunitas pemuda, realitas

kehidupan yang dihadapinya sehari-hari sering kali dipersepsikan sebagai

kenyataan-kenyataan yang membatasi idealisme dan hasrat (bersifat muluk)

yang mendominasi pikiran mereka. Berbeda dengan orang dewasa, dimana

tipikal orang dewasa cenderung untuk melihat kenyataan itu sebagai bagian

dari suatu dunia nyata yang mapan.

Dari uraian diatas, tentunya pemuda dapat dipandang dalam arti

sempit dimana pemuda merupakan masa seseorang mengalami perubahan dari

masa remaja menuju masa dewasa perubahan ini dapat dilihat dari perubahan

44 Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia..h.8

Page 47: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

fisik mereka. Elizabet B. Hurlock, mengistilahkan pemuda menjadi dewasa

dikatakan sebagai individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan

siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa

lainnya.45 Kemudian Elizabet B. Hurlock , membagi masa dewasa dengan

tiga tahapan yaitu Masa dewasa dini yaitu masa dimana usia 18 tahun sampai

kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang

menyertai berkurangnya kemampuan refrodukif.

Kemudian masa dewasa madya, masa ini dimulai pada usia 40 tahun

sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik

dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Serta masa dewasa lanjut

(usia lanjut) yaitu masa usia 60 tahun sampai kematian.

Bagaimana Islam mendefinisikan pemuda. Islam merupakan suatu sistem yang

menyeluruh dan sempurna. Islam bukan hanya agama. Ia juga merupakan sistem sosial, sebuah kultur dan peradaban. Karena itu ia mempunyai nilai-

nilai, ide-ide, dan tujuan-tujuan yang dipandangnya sebagai kulminasi dari kesempurnaan manusia dalam seluruh aspek kehidupan.

Islam memandang masa muda sebagai masa yang menjadi dasar bagi

pembentukan kepribadian dan kesuksesan seorang pemuda di masa depan.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar dalam masa ini potensi-potensi fisik,

intelektual dan mental pemuda ditumbuh-kembangkan dengan baik, sehingga

kelak ia dapat menimba ilmu pengetahuan, memiliki moral dan keterampilan

dengan sempurna.

Pemuda merupakan kekuatan, kekuasaan, vitalitas dan energik. Tidak dapat

disangkal, masa pemuda secara universal, baik fisik, mental, intelektual,

moral, maupun potensialitasnya mencapai tingkat perkembangan dan

pemanfaatan yang optimum. Ia adalah masa ketika pikiran menunjukkan

kapasitas dan kapabilitas invensif dan imaginatifnya dalam bentuk yang

terbaik.

Al Qur’an memang tidak menyebut langsung bagaimana pemuda itu, akan tetapi Al Qur’an menggambarkan melalui kisah-kisah seorang pemuda yang

45

Elizabet B. Hurlock. Psikologi Perkembangan.terjemahan dari “Developmental

Psyclology A Life-Span Approach” oleh : Dra.Istiwidayanti. ( Jakarta ; Erlangga, 1994) cet. Ke-

4, h. 246

Page 48: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

dapat menjadi teladan (ibroh) bagi pemuda-pemuda Islam. Seperti yang di

kisahkan dalam surat Al Anbiya ayat 60 yang mengisahkan keberanian

seorang pemuda dalam menentang kezaliman raja yang kejam agar tidak

sombong dan menyembah Allah SWT ini dapat kita lihat dalam kisah Nabi Ibrahim AS. Ayat terbut berbunyi :

)٦٠: ا#ن! �ء . ( �اه� ����� ��� ��آ�ه� ���ل �� اا����

Artinya : Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang

mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim” (QS. Al Anbiya

:60)

Kemudian kisah seorang pemuda yang lari kedalam gua kisah ini disebut

dengan ashhab al kahfi kisah ini didasari dengan kekuatan iman dan demi mempertahankan keimanan mereka, mereka menyelamatkan diri dan masuk

ke dalam goa dan tertidur selama ratusan tahun. Mereka itu disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 10. yang berbunyi:

� 5 ا�� ا234� �����ا ر0�� ءات�� م- اذ أوى ا�): ا�234 (6�ن; ر:5� وه 89 ��� م- أم�ن� ر67ا

١٠(

Artinya : Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat

berlindung kedalam gua lalu mereka berdo’a : “Wahai Tuhan kami

berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-sisiMu dan sempurnakanlah

bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan ini”. (QS.Al Kahfi : 10)

ان30� �� 5 ام��ا ن<- نA BC�@ ; ن!?ه� ��<=9 )١٣: ا�234(�39� وزدن�ه� ه6ا

Artinya : “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad)

dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-

pemuda yang beriman pada Tuhan mereka dan kami tambahkan

kepada mereka petunjuk” (QS. Al Kahfi:13)

Dari kisah-kisah dalam Al Qur’an tersebut, Sayyid Quthb

memberikan interpretasi bahwa pemuda adalah manusia yang memiliki

tingkat keimanan kepada Allah yang sangat kuat, mereka juga mempunyai

Page 49: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

bentuk fisik yang prima, dan berani mengingkari tradisi yang bertentangan

dengan nilai ketauhidan. Kekuatan dan keimanan mereka senantiasa

dipertahankan dengan segala resiko, sehingga mereka berani untuk

meninggalkan kampung halaman, berpisah dengan keluarga, meninggalkan kenikmatan harta dan kehormatan yang selama itu mereka sandang.46

Nabi Muhammad SAW pun sangat memperhatikan masa muda

seperti dalam sebuah hadits di bawah ini Rasulullah menegaskan47

:

“Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka

berhati tulus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan

agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama

menyambut saya, sedangkan kaum tua menentangnya”.

Dalam hadits lain juga beliau bersabda :

“Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima : masa mudamu

sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kayamu

sebelum datang miskinmu, kesempatanmu sebelum datangnya

kesempitanmu dan hidupmu sebelum engkau mati”

Dari hadits diatas dapatlah kita ambil kesimpulan bagaimana Rosulullah

menegaskan masa pemuda adalah masa yang harus di jaga dan di manfaatkan

sebaik-baiknya. Sebab masa muda merupakan gambaran masa depan.

Sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Adalah pemuda yang memainkan peran utama serta penentu dalam memperjuangkan wahyu

dan Syari’ah Allah. Abdullah Abbas Ra, berkata : Allah tidak menunjuk Nabi

kecuali ia seorang pemuda, dan tidak ada sarjana atau ulama memperoleh ilmu

pengetahuannya kecuali dalam masa pemudanya.48

Periode atau masa kemampuan optimum dalam kehidupan manusia ini disebut

dalam Al Qur’an dengan sebutan “bulugh al ashudd” mencapai usia matang dan ia berada antara usia tujuh belas hingga empat puluh tahun.

Kemudian di sebutkan juga dalam surat Yusuf ayat 22, yang artinya:

“Setelah Yusuf mencapai kedewasaanya, maka Kami berikan

kepadanya hikmah dan ilmu. Dan demikianlah Allah memberi

pahala terhadap orang-orang yang berbuat baik”

46

Al Eurqon Hasan. “Pemuda Dalam Al Qur’an (Studi Atas Penafsiran Sayyid Quthb)”

(Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003), h. 29-31 47

Hasan Al Banna, et.all., Pemuda Militan.Terjemahan: Abu Ahmad Al Wakidy dan SA

Zemool.. (Solo : Pustaka Mantiq, 1992), h.61 48 Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam, h.66

Page 50: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Sangat jelaslah Al Qur;an menggambarkan masa usia pemuda yang di

gambarkan dengan kedewasaannya untuk dapat menerima keilmuan dan

amanat yang sangat besar serta ia juga dianggap sebagai usia ketika seseorang

mencapai kematangan secara penuh dan menjadi qualified untuk memikul dan

menerima tugas-tugas dan tanggung jawab yang tertinggi dan paling

diperlukan.

Sejumlah Nabi diangkat ke dalam kenabian ketika mereka mencapai usia ashud termasuk Nabi Muhammad SAW yang mencapai kenabiannya pada

usia empat puluh tahun.

Dikarenakan pentingnya masa muda untuk kebangkitan dan masa depan

agama Islam oleh karena itu para ulama pun tidak lupa selalu menyerukan

kepada pemuda untuk tidak terlena dengan kemewahan hidup dan tantangan

lainnya. Seperti sahabat Umar bin Khattab, pernah berkata kepada para pemuda :

“Wahai kaum muda, hindarkanlah dirimu dari kemewahan hidup.

Janganlah bertindak seperti bangsa Ajam (bangsa asing selain Arab).

Usahakanlah berjemur di bawah sinar matahari, karena cara seperti

itu adalah kebiasaan bangsa kita. Bertindaklah dengan tegas,

kendarailah kuda dan lemparkanlah panah”

Kemudian Ibnu Syihab Az-Zuhry memberikan nasihat kepada kaum muda :

“Jangalah kamu merasa rendah diri karena usia mudamu. Sahabat

Umar bin Khattab selalu memberi peranan para pemuda jika

menghadapi peristiwa penting. Kemudian beliau bermusyawarah

dengan mereka untuk memperoleh masukan dan pendapat pikiran

mereka.

Dari uraian di atas, sangat jelaslah bagaimana perhatian Al Qur’an terhadap

pemuda yang dikisahkan dengan keberanian dalam menegakkan agama Allah.

Kemudian Rasulullah juga menegaskan bahwa memanfaatkan masa muda

merupakan perintah Rasulullah SAW. Tidak hanya Allah dan Rasulullah

memberikan perhatian penuh kepada pemuda, para sahabat Rasulullah pun

memberikan perhatian khusus kepada pemuda untuk tampil membela agama Allah. Tidak mengherankan jika di abad 20 seorang Mujahid seperti Hasan Al

Banna menginginkan pemuda seperti yang dikisahkan dan diperintahkan Rasulullah untuk tampil membela dan membangkitkan umat Islam demi

kebangkitan Agama Allah SWT, sebab di tangan pemudalah masa depan agama Islam dapat ditegakkan.

Page 51: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Sejarah Perkembangan Pemuda Islam di Dunia

Pemuda Islam Pada Era Permulaan Islam

Pada awal uraian diatas telah dikemukakan sebuah hadits Nabi Muhammad

SAW bahwa pertama-tama penyambut kedatangan agama yang dibawa beliau

adalah para pemuda, sedang kaum tua menentangnya. Timbul pertanyaan

mengapa kaum tua menantang dakwah Islamiyah ? seorang Fisioterapi bangsa

Perancis mencoba mengungkapkan tabir pertanyaan ini. katanya :

“Perbedaan mendasar antara kaum muda dengan kaum tua adalah

terletak pada daya pikirnya. Orang yang sudah tua telah mengalami

kelemahan otak sehingga menjadi lemah dan tidak dapat mengikuti

perkembangan zaman yang sudah maju”.49

Dalam menanggapi hadits Nabi Muhammad yang menyatakan :

“Perkembangan Islam semula disambut oleh kaum muda,” Montgomeri

Watt dalam bukunya “ Muhammad di Makkah” memberikan pendapatnya.

Menurut dia, ketika Nabi Muhammad membawa risalah suci di kalangan

bangsa Arab, maka pertama-tama beliau disambut oleh para pemuda dari

kalangan keluarga terhormat. Kemudian diikuti pula oleh para pemuda

lainnya yang berasal dari kabilah suku-suku terkenal. Dari kenyataan ini

dia menyimpulkan bahwa pada asasnya Islam adalah gerakan kaum

muda.50

Untuk mendukung kebenaran pendapatnya, Montgomeri Watt

mencatat beberapa nama pemuda yang mendukung perjuangan

49

Hasan Al Banna, et.all., Pemuda Militan, .h.67 50 Hasan Al Banna, et.all., Pemuda Militan, h.68

Page 52: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Rasulullah SAW. Mereka antara lain : Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin

Awwam (masing-masing 8 tahun), Thalhah bin Ubaidillah ( 11 tahun), Al-

Arqam bin Abi Al-Arqom (12 tahun), seorang ahli tafsir terkemuka,

Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqash (17 tahun), Ja’far

bin Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haristah (20 tahun ), Mush’ab bin

Umair (24 Tahun), Umar bin Khattab (26 tahun), Abu bakar Ash-Siddiq

(37 tahun).

Peranan pemuda dalam sejarah awal perkembangan Islam dicatat

dengan tinta emas ketika Rasulullah menunjuk Usamah bin Zaid bin

Haritsah untuk memimpin pasukan ke wilayah Syam. Padahal usia

Usamah pada saat itu belum mencapai 20 tahun.51

Tentu saja keputusan

Nabi ini mendapat banyak protes oleh sebagian besar sahabat yang sudah

terlebih dahulu masuk Islam. Alasan penunjukkan Usamah oleh Nabi

dimaksudkan untuk menempati tempat ayahnya yang sudah gugur dalam

pertempuran di Mu’tah dulu. Ini akan membawa kemenangan yang akan

dapat dibanggakan sebagai alasan atas gugurnya ayahnya, di samping

sebagai semangat yang akan timbul dalam hati pemuda-pemuda, juga

untuk mendidik mereka membiasakan diri memikul beban tanggung jawab

yang besar dan berat.

Gagasan perubahan yang diusung Nabi dari zaman jahiliyah ke

zaman peradaban Islam sangat membutuhkan instrumen kekuatan pemuda.

Selain Usamah, barangkali yang paling menonjol peran kepemudaan pada

51

Kisah kepahlawanan Usamah sebagian besar dicatat dalam sejarah hidup Muhammad

SAW. Lihat Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan oleh Ali

Audah. Jakarta: Lentera Hati, 2008, h. 570-571.

Page 53: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

masa awal Islam adalah Ali bin Abi Thalib, keponakan sekaligus menantu

kesayangan Rasulullah. Salah satu peran yang dicatat dalam sejarah adalah

keberaniannya menggantikan posisi Rasulullah di waktu malam sebelum

hijrah ke Madinah.

Sederet peran tidak cukup dimuat dalam skripsi ini, namun tak ayal

lagi peran pemuda pada masa awal Islam memegang peranan yang

signifikan.

Pemuda Islam Pada Era Modern

Konsep pemuda Islam pada era moderen memiliki kompleksitas

teoretik, terutama ketika bersinggungan dengan pemikiran barat. Konteks

modernitas dalam perspektif barat dimulai sejak akhir abad ke-17 sampai

pada masa sekarang ini. Tema yang menjadi narasi besar modernitas barat

adalah rasionalitas. Semua unsur kehidupan harus bersentuhan dengan

paham rasionalisme, dan proses pembaharuan harus pula berasaskan

rasionalitas.52

Konstruksi ideologis pemuda Islam pada masa Moderen dimulai

ketika Al-Afghani dan muridnya Muhammad Abduh menggunakan kaca

mata rasionalitas dalam mendeteksi penyakit umat. Dengan mengusung

reformasi teologis dan jurisprudensi Islam, kedua tokoh ini mendapat

sambutan luar biasa dari para pemuda Mesir, India, Afghanistan, Turki,

52

Paham rasionalitas berdasarkan pada pemikiran filsuf Perancis, Rene Descartes yang

dinggap sebagai Bapak Filsafat Modern, dengan ungkapan yang terkenal: Cogito Ergo Sum (aku

berpikir maka aku ada)

Page 54: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Pakistan, dan terus menjalar ke wilayah Asia Tenggara. Sebut saja

tokohnya antara lain: Sayyid Qutub, Musthofa Kamal Attaturk, Hasan Al-

Banna, Muhammad Iqbal, Ali Abdul Razik, Abul A’la Al-Maududi,

Rasyid Ridha, Fazlur Rahman, dan sederet pembaharu lainnya.

Ada sisi kesamaan di antara tokoh pembaharuan ini yaitu pada

masa muda sebagian besar dari mereka berbasis pada pendidikan formal

yang meniru gaya barat. Mereka juga menggeluti dunia jurnalistik yang

menjadi corong penyebaran gagasan pembaharuan Islam ke seluruh

pelosok dunia.53

Meskipun berbasis pendidikan sekuler generasi muda

Islam masa moderen tetap menggunakan landasan historis dan ajaran

klasik sebagai menu awal untuk melakukan otokritik. Konvergensi antara

landasan normativitas-klasik dengan kreativitas-rasionalitas menghasilkan

pemuda Islam yang ideal guna menghadapi hegemoni barat.

Gerakan pemuda Islam pada zaman modern sesungguhnnya ingin

melenyapkan imperialisme dan kolonialisme Barat. Mereka tak hanya

merevitalisasi ajaran Islam dalam konteks perpolitikan nasional,

melainkan juga berupaya menjadikan ajaran tersebut sebagai ideologi

perjuangan guna membela kebenaran yang substansial. Gerakan ini

cenderung bersifat radikal-revolusioner. Ada sebuah elan vital yang

menjadikannya demikian, yakni gerakan berbasis syariat Islam, atau

mensekulerisasikan ajaran Islam ketika bersentuhan dengan negara-

bangsa.

53 Akbar S. Ahmed dan Ziauddin Sardar. Islam, Globalization, and Postmodernity,.h. 190

Page 55: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Pemuda Islam di Indonesia

Dalam sebuah bangsa, kaum muda adalah aset yang tak ternilai harganya.

Bahkan, kemajuan sebuah bangsa sangat tergantung kepada kemampuan kaum

mudanya untuk membuat perubahan-perubahan yang signifikan.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Ortega G. Yasset, pemuda

adalah the agent of change, agen perubahan yang pada pundaknya

dibebani harapan-harapan sebuah bangsa. Bila kaum muda memiliki

kababilitas, visi, dan kinerja yang memuaskan, maka sebuah bangsa akan

menuai keberhasilannya.

Dalam konteks sejarah Indonesia, peran pemuda dapat di bagi ke

dalam beberapa periode, yaitu periode Kebangkitan Nasional, periode

Sumpah Pemuda, periode, Proklamasi 1945, periode Revolusi, dan periode

Pembangunan. Setiap periode itu menggambarkan bahwa pemuda secara

ideologis merupakan kelompok yang optimis, kritis, adaptif, dan mampu

melahirkan gagasan baru yang diinginkan masyarakat. Selain itu, secara

kultural mereka adalah produk dari sebuah sistem nilai sosial kultural yang

telah mengalami proses aktualisasi kesadaran dan kematangan identitas

sebagai agent of change.

Periode awal atau dapat di sebut juga era Kebangkitan Nasional ini

di mulai sejak awal abad 20. Eskalasi terus meningkat hingga ke tahun-

tahun berikutnya seiring dengan tekanan imperialisme yang begitu kuat

terhadap warga pribumi. Era kebangkitan nasional merupakan titik tolak

Page 56: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

dimulainya sejarah baru dalam perjalanan Indonesia sebagai sebuah

bangsa. Rakyat pribumi yang pada masa-masa sebelumnya tidak pernah

menyadari dan mengenali terhadap situasi sebenarnya yang dihadapi,

melalui gerakan itu semangat dan kesadaran itu berhasil ditularkan kepada

hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Hal yang menarik dari peristiwa kebangkitan nasional itu adalah

para pelaku yang berada di baliknya adalah kelompok muda atau pemuda.

Untuk lebih fokus dalam penulisan skripsi ini, kami lebih menekankan

bagaimana kiprah pemuda Islam dalam proses kebangkitan nasional.

Walaupun memang tidak dapat di pungkiri hampir seluruh elemen

masyarakat berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno salah seorang tokoh pergerakan yang pernah

melontarkan gagasan agar perlawanan perlu ditingkatkan dan diefektifkan.

Perlawanan tersebut perlu disusun secara rapih dalam bentuk organisasi

(partai). Organisasi inilah yang menurutnya dapat mendidik rakyat jelata

ke dalam ke-bewust-an54 dan keadilan. organisasi dapat menuntun rakyat

jelata ke dalam perjalanannya ke arah kemenangan. organisasi menjadi

pelopor rakyat jelata menuju kepada maksud dan cita-cita. organisasilah

yang memegang obor, organisasilah yang berjalan di muka. organisasilah

yang memimpin massa di dalam perjuangannya merobohkan musuh,

organisasilah yang memegang kendali komando barisan massa.

54 bewust berarti kesadaran

Page 57: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

organisasilah yang harus memberikan ke-bewust-an pada pergerakan

massa, memberi kesadaran dan memberikan keradikalan.55

Bila kita lebih jauh memperhatikan pendapat Sukarno maka

gagasan ini dapat kita artikan bahwa Sukarno melihat kegagalan

perjuangan perlawanan dengan cara sporadis sering kali mengalami

kegagalan secara fisik pada masa sebelumnya. Untuk itu terlihat Sukarno

menginginkan agar perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara

terorganisir.

Politik etis56

yang diterapkan oleh Pemerintah Belanda secara

tidak langsung berimplikasi timbulnya para pelajar dari golongan bawah.

Mereka di didik secara barat akan tetapi mereka tetap masih memiliki

jiwa nasionalisme yang tinggi.

Sementara terjadi kulturisasi Barat dalam bidang pendidikan

dengan adanya pengiriman pelajar-pelajar ke Eropa atau memasukan

orang-orang pribumi ke dalam sekolah-sekolah dengan sistem pendidikan

Barat di Indonesia, pendidikan Islam yang berbasis madrasah/surau masih

berkembang. Banyak pelajar-pelajar dan guru-guru agama misalnya di

Minangkabau pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah, serta bermukim

di sana untuk menuntut ilmu agama bertahun-tahun lamanya. Hal ini

terjadi semenjak abad ke 19.

55

Dwi Purwoko, Pemuda Islam di Pentas Nasional (Jakarta : Bonaciptama, 1993) cet.1.

h.48 56

Politik etis dapat di sebut juga politik balas jasa yang diterapkan pemerintah kolonial

Belanda terhadap negara jajahannya.

Page 58: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Sepulangnya mereka ke Indonesia, mereka menyebarkan ilmu

agama dan bahasa Arab yang diperolehnya di Mekkah kepada anak

didiknya di surau-surau57 di tanah air. Di surau inilah para santri muda

yang umumnya adalah orang kampung dan desa memecahkan masalah

sosial budaya termasuk membahas perkembangan politik yang melanda

tanah airnya.

Yudi Latif menyatakan Kaoem Moeda Islam memainkan peran

penting dalam memperluas ruang publik modern melampaui milieu priayi.

Para intelektual organik dari komunitas ini merupakan kombinasi antara

ulama-intelek reformis (clerical-intelligentsia) dan intelek-ulama modernis

(intelligentsia), yang keduanya merupakan produk sampingan dari politik

“asosiasi” yang diterapkan pihak kolonial. Terekspos secara luas terhadap

wacana mengenai isu-isu keagamaan, ulama-intelek cenderung

memprioritaskan agenda “reformasi Islam” untuk mereformasi

masyarakat Hindia melalui jalan kembali ke ajaran Islam murni.

Sementara itu, karena terekspos secara luas terhadap wacana mengenai

isu-isu sekuler, intelek-ulama dari generasi pertama ini cenderung lebih

mengutamakan “modernisme Islam” dengan memprioritaskan agenda

memodernisasi masyarakat Islam.58

57

Istilah surau itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Melayu. Secara harfiah kata

surau dalam bahasa Melayu berarti bangunan kecil untuk tempat sembahyang bagi pemeluk

agama Islam. Di samping itu surau juga dapat digunakan sebagai tempat belajar (mengaji) Al

Qur’an bagi anak-anak Islam serta tempat pengajian untuk orang-orang dewasa.Namun

perkembangan selanjutnya surau di gunakan sebagai lembaga-lembaga pendidikan atau disebut

juga dengan Pesantren (Dwi Purwoko, Pemuda Islam di Pentas Nasional (Jakarta :

Bonaciptama, 1993) cet.1. h.53) 58 Yudi Latif, Intelegensia Muslim dan Kuasa, .h.174

Page 59: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Dalam perkembangan selanjutnya, terkadang antara tokoh-tokoh

pergerakan yang mempunyai latar belakang pendidikan Barat dan

pesantren menimbulkan konflik di antara mereka. Konflik itu muncul

karena adanya perbedaan persepsi sebagai produk dari latar belakang

pendidikan yang berbeda. Namun mereka sama-sama menentang

penjajahan Belanda.

Situasi hingar bingar munculnya organisasi-organisai perlawanan

secara terorganisir seperti Sarekat Islam (SI). Budi Utomo (BU) Persatuan

Muslimin Indonesia (Permi), Partai Islam Indonesia (PII) Nahdlatul Ulama

(NU), Muhamadiyah, serta Persatuan Islam (Persis) menimbulkan

semangat pemuda Islam turut mendirikan organisasi kepemudaan. Salah

satu organisasi pemuda Islam yang sangat menonjol pada masa pergerakan

nasional adalah Jong Islamieten Bond (JIB) pada akhir tahun 1925.59

Kelahiran JIB tidak terlepas dari keprihatinan dan kritik H.Agus

Salim (tokoh pergerakan nasional dari kalangan Islam) terhadap pemuda-

pemuda Indonesia yang terdidik secara Barat. Selain itu kaum reformis

maupun koservatif untuk beberapa lamanya sama-sama merasa gelisah

terhadap meluasnya westernisasi terutama dalam dunia pendidikan.

Ketua JIB adalah R.Syamsurijal dan H.Agus Salim diangkat

sebagai penasehat.Adapun tujuan dirikannya JIB adalah untuk memajukan

pengetahuan tentang Islam, hidup secara Islam dan persaudaraan dalam

Islam terutama ditujukan untuk pemudanya. Maksimal umur untuk

59 Dwi Purwoko, Pemuda Islam di Pentas Nasiona, h.57

Page 60: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

menjadi anggota JIB adalah 30 tahun dan bersifat terbuka. Diharapkan

terbentuknya JIB dapat memperkuat ke-Islam-an antar kaum terpelajar

Islam Indonesia. Sedangkan cita-cita JIB adalah ingin mempersatukan

organisasi-organisasi pemuda Islam.

JIB bukanlah organisasi yang bersifat politik karena tidak

mencampuri urusan politik praktis. Akan tetapi mereka di bebaskan untuk

masuk ke organisasi-organisasi politik di luar JIB atau ikut terlibat dalam

salah satu partai politik pada masa pergerakan nasional.

Untuk menggalang persatuan di antara organisasi pemuda Islam

yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, maka mereka sepakat untuk

membentuk federasi yakni Pemuda Muslimin Indonesia. Federasi ini salah

satunya bertujuan untuk membentuk langkah yang satu dalam

menghadapi penjajah Belanda.

Sementara itu organisasi-organisasi pemuda yang cenderung

berdasarkan diri pada nasionalisme dan yang bersifat kedaerahan

membentuk federasi yang diberinama Indonesia Muda (IM). Organisasi ini

dibentuk pada tanggal 31 Desember 1930 di Solo.60

Gerakan yang banyak diluncurkan oleh organisasi-organisasi

kepemudaan pada masa itu membuat gerah pemerintahan Hindia-Belanda.

Untuk memendam gerakannya semakin meluas, pemerintah kolonial

mengeluarkan regulasi yang kemudian dikenal sebagai pasal-pasal karet

60 Dwi Purwoko, Pemuda Islam di Pentas Nasiona, .63

Page 61: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

dan Exorbitance Rechten Gubernur Jenderal.61

Regulasi ini mengatur

larangan penyebaran informasi berbentuk tulisan atau gambar yang

memungkinkan mengganggu keamanan.

Pada saat yang sama, politik Devide Et Impera yang diberlakukan

pemerintah Hindia Belanda yang bermaksud untuk memecah belah

kekuatan politik pribumi tidak kalah menjadi tantangan sangat serius bagi

gerakan pemuda pada masa itu. Pemerintah kolonial melakukan adu

domba atas pemimpin-pemimpin politik tanah air. Kebijakan politik ini

dibuat agar pemerintah Hindia Belanda dapat melemahkan gerakan

separatis yang dilakukan oleh pemuda di tanah air.

Kebijakan politik yang dilakukan Hindia Belanda terasa tidak laku

diakibatkan timbulnya kesadaran dari para pemimpin politik tanah air.

Hingga akhirnya pemuda-pemuda Indonesia yang tadinya terpecah belah

belah sepakat untuk menggalang persatuan guna mencapai cita-citanya.

Sumpah pemuda adalah jawaban tegas terhadap politik Devide Et Impera

pemerintah kolonial Belanda. Dan yang perlu di catat bahwa pemuda

Islam dan organisasi pemuda lainnya mendukung Ikrar Sumpah Pemuda.

Organisasi pemuda Islam yang mendukung sepenuhnya dalam

pendeklarasian Sumpah Pemuda adalah Jong Islamieten Bond (JIB) dan

federasi organisasi Islam dalam wadah Pemuda Muslimin Indonesia.

Deklarasi Sumpah Pemuda memiliki arti yang sangat mendalam

bagi cikal bakal ide terwujudnya negara kesatuan dan persatuan Indonesia.

61 Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia..h.34

Page 62: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Sumpah Pemuda merupakan momentum yang berhasil menyatukan

pemuda se Indonesia dalam satu ikatan kebangsaan.

Dapat disebut deklarasi Sumpah Pemuda sebagai wujud dari

gelombang nasionalisme tahap kedua. Perbedaannya, bila pemuda pada 20

tahun sebelumnya (1908) disebut sebagai tahap angkatan perintis, pada

tahun 1928 gerakan kelompok pemuda lebih disebut sebagai tahap

angkatan penegas. Yaitu antara tahun 1927-1934.62

Disebut penegas

karena manifestasi nasionalismenya semakin terwujud nyata melalui

kesepakatan di antara pemuda dalam deklarasi Sumpah Pemuda, di

samping sifat politiknya yang digulirkan secara terbuka dan terang-

terangan terhadap Belanda.

Periode selanjutnya adalah periode masa revolusi, di mana

pemuda mempunyai peran sangat besar dengan diproklamirkannya

kemerdekaan Indonesia. Dengan desakan kaum mudalah akhirnya

Soekarno-Hatta berani membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia.

Onghokham mengkategori golongan pemuda pada tahun 1945

sebagai pejuang. Mereka (pemuda) secara terang-terangan menyatakan

berperang angkat senjata terhadap pendudukan penjajah kolonial Belanda.

Perjuangan yang diperlihatkan dengan sangat gagah berani oleh para

pemuda melawan penindasan Belanda.63

62

Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia, h.41-42 63 Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia,h.43

Page 63: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Aksi-aksi penyerangan terhadap Belanda tidak henti dilakukan,

bahkan terus meningkat. Bersamaan dengan itu, menyusul keluarnya

informasi kekalahan Belanda atas Jepang dalam peperangan yang terjadi

hingga beberapa bulan.

Sejarawan Benedict Anderson menyebut apa yang terjadi ketika

memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945 sebagai gejala Pemuda-

Revolution.64

Kesadaran pemuda yang sudah ada secara tradisionil di

pesantren-pesantren dan murid-murid di sekitar guru yang juga

memainkan peranan pada pemberontakan abad-abad yang lalu.

Perpindahan pemerintahan Belanda ke Jepang menandai babak

baru perjuangan pemuda Islam. Jepang melihat bahwa para pemuda,

khususnya pemuda Islam merupakan kelompok yang perlu diwaspadai,

oleh karenanya Jepang dalam upayanya membangun dan

mempertahankan kekuasaan serta keberadaannya di dunia Internasional,

Jepang mengalihkan perhatiannya pada kalangan Islam.65

Di zaman Jepang ini pula diaktifkan kembali organisasi pesantren

Islam yang sejak zaman Belanda sudah ada yakni Majlis Islam A’la

Indonesia (MIAI). Dalam perkembangan selanjutnya yakni tanggal 22

Nopember 1943 MIAI diubah menjadi Masyumi (Majlis Syuro Muslimin

Indonesia). 66

Sementara itu Jepang juga mendorong dibentuknya organisasi lain.

Di kalangan Islam dibentuk barisan pemuda yang dinamakan Hizbullah.

64

Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia, h.45 65

Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam, h.70 66 Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam, h.71

Page 64: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Hizbullah dibentuk pada bulan Desember 1944. Menurut terminologi

bahasa, Hizbullah artinya Tentara Allah. Organisasi ini bersifat semi

militer. Hizbullah dibentuk Jepang atas permintaan dari pihak Indonesia.

Di bentuknya Hizbullah awalnya diharapkan dapat membantu tentara

Jepang dalam melawan sekutu. Dan Hizbullah mempunyai peranan

penting setelah Jepang kalah dalam perang tanda syarat terhadap sekutu.

Pasukan Hizbullah yang berpusat di Cibarusa (Jawa Barat) merupakan

kekuatan hasil sikap dan siasat dari pemuda Islam untuk mendapatkan

latihan militer dari Jepang.

Pada akhir masa pendudukan Jepang, muncul kembali organisasi-

organisasi pemuda. Para pemuda yang telah mengetahui kekalahan Jepang

berdasarkan informasi yang diberikan pemuda bawah tanah, menjadikan

mereka mempunyai kepercayaan pada diri sendiri akan upayanya

mencapai kemerdekaan. Pada bulan Mei 1945 sejumlah pemuda

mengadakan pertemuan yanag di pimpin BM. Diah dengan mengambil

tempat di Gedung Asia Raya (sekarang jalan Hayam Wuruk, Jakarta) .

BM. Diah menganjurkan agar para pemuda Indonesia lebih berani lagi

terhadap Jepang.67

Pertemuan para pemuda diadakan kembali pada tanggal 6 Juni

1945 bertempat di Gedung Djawa Hokokai (Gambir Selatan No.6,

Jakarta). Pertemuan ini menghasilkan kebulatan tekad untuk meraih

kemerdekaan sekarang juga dengan kekuatan sendiri.

67 Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam, h.81

Page 65: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Selain itu akan dibentuk organisasi Gerakan Angkatan Baru

Indonesia. Dalam rencana pembentukan organisasi ini pemuda Islam turut

pula memberi dukungannya. Hal ini terlihat dari keikutsertaan yang aktif

dari Harsono Tjoktoaminoto (pemuda Islam) dalam keanggotaana Gerakan

Angkatan Baru Indonesia.

Gerakan Angkatan Baru Indonesia ini mempunyai prinsip yang

tegas. Ketua gerakan ini dengan tegas menyatakan : “Kami menghendaki

agar kemerdekaan segera dapat di capai menjadi kenyataan. Kekalahan

Jepang sudah jelas..”68

Ternyata apa yang dilakukan pemuda Islam dan kekuatan-kekuatan

rakyat lainnya telah menghantarkan raakyat Indonesia untuk mencapai

kemerdekaan yang diiringi dengan ridho dari Allah SWT. Proklamasi pun

berhasil dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Masa revolusi penuh dengan gejolak. Adalah Bung Karno yang

berpendapat bahwa revolusi belum selesai. Kalaulah demikian

pendapatnya, negara akan selalu digoncang oleh kekuatan-kekuatan

ideologi yang ada.

Pada masa revolusi terbentuk beberapa organisasi pemuda Islam

yang baru diantaranya HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia), sebuah

organisasi mahasiswa muslim yang dibentuk pada tanggal 5 Februari 1947

di Yogyakarta, Jawa Tengah oleh Lafran Pane.69

Dalam perkembangan

selanjutnya HMI menjadi salah satu organisasi pemuda Islam yang

68

Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam, h.82 69 Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam, h.111

Page 66: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

mengimbangi dominasi kekuatan organisasi Partai Komunis Indonesia

(PKI).

Pada tahun 1948, HMI berhasil mendirikan Yayasan Pendidikan

Mahasiswa Islam, sebuah lembaga yang bertugas menyediakan bantuan

baik keuangan maupun barang bagi anggotanya yang berniat menjadi

mahasiswa sepenuhnya. Dalam bidang kegiatan politik praktis HMI

terlihat tidak terlalu bergairah, ini terlihat dari tidak mendukung partai

Islam tertentu termasuk Masyumi pada pemilu 1955.

Selain HMI, berdiri pula Perhimpunan Mahasiswa Muslim

Indonesia (PMII) yang menjadi underbow NU. Ada pula Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang berafiliasi ke Muhammadiyah.

Secara umum, gerakan mahasiswa pada era Orde Baru bertujuan

mempertegas citra ke-Islam-an kaum muda meskipun berwawasan

modern.

Menjelang kejatuhan rezim Orde Baru, gairah keberagamaan

mahasiswa Muslim bertambah semarak, yang menurut Yudhi Latief berkat

gelombang Islamisme revolusi Iran.70

Di sebagian kampus-kampus sekuler

seperti UI, UGM, ITB, dan lain sebagainya banyak dijumpai pengajian,

halaqah, yang mengkerucut pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang

berbasis masjid kampus. Generasi muda inilah yang mempengaruhi

perkembangan sejarah kebangsaan Indonesia, terutama peran Kesatuan

70 Yudi Latief, Intelegensia Muslim dan Kuasa, h. 550.

Page 67: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dalam menjatuhkan

Soeharto dari tampuk kekuasaanya.

Page 68: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

BAB IV

PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL BANNA

Karakteristik Pemuda Islam Ideal

Pemuda dengan tenaga yang masih segar ditambah semangat yang menyala adalah beruntung jika potensinya itu digunakan untuk mengabdi kapada Allah

SWT : Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu

dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad : 7)

Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari yang

tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya (satu di antaranya ialah)

pemuda yang sejak kecil selalu beribadah kepada Allah. (HR. Syaikhani).

Sabda Rasulullah : “Perjuangan Aku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu

berilah wasiat yang baik untuk mereka”.

Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali

dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa.

Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal

dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan

menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri.

Dr. Syakir Ali Salim AD berpendapat, Pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda

berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.

Beberapa ulama menggolongkan peranan pemuda Islam seperti di bawah ini :

1. Pemuda sebagai Generasi Penerus

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti

mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan

mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. (QS.

Ath-Thur : 21)

2. Pemuda sebagai Generasi Pengganti

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang

murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum

yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya.(QS. Al-

Maidah:54

59

Page 69: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

3. Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer)

Ingatlah ketika ia (Ibrahim-pen) berkata kepada bapaknya : wahai

bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak

melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun. (QS. Maryam : 42)..71

Tidak berlebihan jika kita mengatakan : “Sesungguhnya Allah SWT telah

memilih di penghujung abad 20 seorang laki-laki yang cerdas, seorang da’i

yang shalih; Imam Hasan Al-Banna yang telah berhasil melakukan

pembaharuan Islam, dan membawa panji-panji Islam sebelum ruuntuh di

tangan musuh, beliau pun membekali diri pada iman dan mentarbiyah

orang-orang yang berada dalam naungannya, menyebarkan risalah pada

sekalian alam, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi saw:

“Sesungguhnya Allah akan mengutus pada umat ini disetiap penghujung

100 tahun orang yang memperbaharui agamanya”. (HR. Abu Daud).

Imam Syahid Al-Banna mampu membentuk dirinya dan

ikhwannya melalui halaqoh bagi warga Mesir, Arab dan Islam

kontemporer, seakan seperti ruh baru yang berjalan di dalam tubuh umat,

hidup dengan Al-Quran secara segar, sekalipun para musuh berkumpul

dan berusaha melemahkan perannya melalui penjajahan. Dan dengan

cahaya iman ini eksistensi umat kembali menjadi baru, berjuang dengan

gigih di jalan Allah untuk mengembalikan kebebasan dan kehormatannya,

membawa panji tauhid, dalam lingkup konsep syar’iyyah Islamiyah yang

elastis, konstruktif, mendalam, kokoh dan visioner.

Dalam buku kumpulan dakwah Hasan Al Banna, beliau

mengatakan bahwa “Sesungguhnya, sebuah pemikiran akan meraih sukses

manakala keimanan kepadanya kuat, tersedia keikhlasan di jalannya,

semangat untuk memperjuangkannya semakin bertambah, dan ada

kesiapan untuk berkorban serta beramal dalam mewujudkannya.

71

Data diambl dari internet Yahoo.co.id. ”Pemuda Islam” pukul 10.00 WIB tanggal 15

Oktober 2008.

Page 70: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Sepertinya keempat instrumen kepribadian yakni iman, ikhlas, semangat,

dan amal merupakan karakter pemuda. Sebab sesungguhnya dasar

keimanan adalah hati yang cerdas, dasar keikhlasan adalah nurani yang

jernih, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal

adalah kemauan yang kuat. Dan, itu semua tidak terdapat kecuali pada diri

pemuda”.72

Dari kutipan di atas sangat jelas bagaimana Imam Hasan Al Banna

memandang bahwa pemuda merupakan sosok yang dapat melaksanakan

semua itu. Oleh karena itu Imam Hasan Al Banna menyatakan bahwa

“sejak dulu dan sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap

umat, rahasia kekuatan dalam setiap kebangkitan, dan pengibar panji

setiap fikrah”.73

Oleh karena itu, di tangan pemudalah terdapat tanggung

jawab yang besar. Masa depan bangsa dan umat tergantung dari semangat

mereka. Di pundak merekalah kebangkitan Islam akan tercapai.

Perbedaan yang paling substansial antara Hasan Al-Banna dengan

para pemikir Islam lainnya yang berkenaan dengan konsep pemuda Islam

adalah pemberian atribusi terhadap sosok pemuda yang menjadi harapan

masyarakat banyak. Bagi Al-Banna, pemuda harus memiliki kekuatan

iman yang berdasarkan pada sumber otentik (Al-Qur’an dan Sunah Rasul),

disertai ketulusan dalam mengimplementasikan ruh keberagamaan

(Keikhlasan), dengan semangat revolusioner (jihad) dalam proses

72

Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna (Jakarta : Al-I’Tishom

Cahaya Umat, 2005), h.70. terjemahan dari Majmu’atu Rasail karangan Hasan Al-Banna

terbitan Darud Dakwah, Iskandariyah, Mesir. 73 Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, h.71

Page 71: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

pengamalan, dan yang paling hakiki adalah pengamalan dari kesadaran

spiritual yang didapat dalam Al-Qur’an dan Sunah Nabi. Proses tersebut

harus melalui pendidikan tarbawi yang dijalankan secara

berkesinambungan (continous process).

Dari karakter-karakter yang disebutkan di atas, Hasan Al Banna

menitipkan kepada para pemuda. Dan untuk itu akan dijelaskan karakter

pemuda Islam, menurut Hasan Al Banna.

1. Iman

Keimanan merupakan aspek terpenting dalam pendidikan Ikhwanul Muslimin

yaitu organisasi yang di pimpinnya. Aspek keimanan ini sangat besar artinya

dan sangat dalam pengaruhnya, apalagi mengingat tujuan utama pendidikan

Islam adalah membentuk manusia mukmin.

Menurut ajaran Islam, iman itu bukan sekedar omongan dan

pengakuan belaka. Tetapi iman merupakan hakekat yang apabila

cahayanya menembus ke dalam akal pikiran, ia akan menyadarkan, apabila

menembus perasaan akan mengokohkannya dan apabila menembus ke

dalam kemauan akan menjadi dinamis dan akan mampu bergerak.74

Iman merupakan landasan spiritual dalam berperilaku, baik dalam

konteks keluarga, bermasyarakat maupun dalam bernegara. Betapa

pentingnya iman, menurut Al-Banna harus ditanamkan sedini mungkin

melalui tarbiyah –pendidikan keagamaan. Tujuannya tak lain adalah

menghindari generasi muda Islam dari pengaruh westernisasi yang

74

Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin terjemahan dari At-Tarbiyah

Al-Islamiyah Wa Madrasah Hasan Al-Banna ( Solo : CV.Pustaka Mantiq, 1993), h.21.

Page 72: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

memiliki ideologi yang berbeda dari Islam. Jalan keimanan menurut

perspektif Hasan Al-Banna adalah jalan yang telah dirintis dan ditempuh

oleh Nabi saw, sahabat-sahabat dan pelanjut perjuangan beliau.75 Mereka

itulah yang patut diteladani karena telah memberikan arah yang terang ,

lurus dan benar. Mereka membangun peradaban manusia atas dasar nilai-

nilai ilahiah dengan tatanan masyarakat yang kuat.

Allah SWT berfirman:

����� ������ ��������� ���� ������ �� ������� !"�#

$%&��'(�� )*+�,-�.�� �/0�⌧2 �34+�&� ����5�����☺(��

7�"+8#���9 �� :;<=��� 7�"+�?�9�� @A�B&'&C D )A�E#&��� �/�G?��

Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran

baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,

Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu

dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-

buruk tempat kembali. (QS. An-Nisaa’ : 115)

Bagi kaum muslimin yang telah beriman kepada Allah, hendaknya

menyerahkan seluruh keadaan pribadi seseorang tanpa terkecuali. Sebagai

konsekuensi logis dari nilai keimanan, maka wajib hukumnya bagi Muslim

masuk Islam secara komprehensif. Sehingga seluruh bagian anatomi tubuh

baik hati, akal, telinga, tangan, dan sebagainya terlibat dalam aktivitas

keimanan kepada sang kholik. Bahkan seluruh aktivitas dalam konteks

keluarga, lingkungan kerja, bermasyarakat, urusan-urusan politik

pemerintahan harus senantiasa dilandasi oleh keyakinan agama Islam.

75

Hasan Al-Banna, Abdullah Nashih Ulwan dan Ahmad Muhammad Jamal, Pemuda

Militan, terj: Abu Ahmad AlWakaidy dan SA.Zemool. Solo; Pustaka Mantiq, h. 77.

Page 73: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Akidah Islam yang sudah dianut sebagai jalan hidup (way of life)

merupakan ketetapan hati untuk berhubungan dengan Allah (hablum min

Allah). Dari relasi vertikal tersebut, dilanjutkan dalam relasi horisontal

antar umat manusia (hablum min annas).

Hasan Al-Banna menjelaskan keimanan yang murni dan bersih,

ibadah yang benar dan terbebas dari berbagai bid’ah, serta mujahadah

yang jauh dari sikap berlebih-lebihan mempunyai pengaruh yang amat

baik bagi pelakunya. Pengaruh-pengaruh tersebut dibagi dua:

1. Allah swt memberikan cahaya kepada pemiliknya (keimanan, ibadah

dan mujahadah), dengan cahaya itu ia dapat mengetahui apa yang tidak

dapat diketahui oleh orang lain dan ia dapat membedakan hal-hal yang

samar (mutasyabihat) serta rancu.

2. Allah swt menganugerahkan kelezatan iman kepada pemiliknya hingga

ia merasakan kebahagiaan dalam hidup.76

2. Ikhlas

Dalam Risalah Ta’limnya, Imam Hasan Al Banna menjadikan

keikhlasan sebagai ba’iat ke dua sedangkan yang pertama adalah

pemahaman yang benar terhadap Islam yang tercantum dalam dua puluh

prinsip.77

Dan ikhlas diartikan oleh Al-Banna dengan perkataan : “yang

kami kehendaki dengan sikap ikhlas adalah pemuda Islam dalam setiap

76

Muhammad Abdullah Al Khatib dan Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan

Ikhwan, h. 40. 77

Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin terjemahan dari At-Tarbiyah,

h.31

Page 74: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk

mencari ridho Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek

kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan.

Dengan itulah.

Firman Allah

� رب , �� ان� ��� و��� و����ي و�����.* (#ی$ �' و&%�$ ا�#ت. ا� ����

“Katakanlah, Sesunggunya shalatku, ibadahku, hidupku, dan

matiku adalah karena Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu

baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. “ (Q.S. Al-An’Am :

162-163).

Dengan berpedoman pada ayat di atas, Hasan Al-Banna

mengekspresikan bentuk slogan perjuangan di jalan Allah dengan

semboyan: “Allah tujuan kami, Allah Maha Besar, segala puji bagi

Allah”.78

Ikhlas79

adalah menginginkan keridhoan Allah dengan melakukan

amal dan membersihkan amal dari berbagai debu duniawi.80

Ikhlas

78

Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, h. 301. lihat juga Sa’id

Hawwa, Membina Angkatan Mujahid (Solo : Era Intermedia, 2005) cet. Ke-5. h.162 79

Ikhlas berasal dari kata khuluushon atau kholaashon artinya jernih dan bersih dari

pencemaran. Dikatakan kholashosy artinya sesuatu menjadi murni. Kholashtu ilaa syai-in

artinya aku sampai pada sesuatu. Kholaashus samini artinya samin murni. Lafaz ikhlas

menunjukkan pengertian jernih, bersih, murni dari campiran dan pencemaran. Sesuatu yang

murni artinya bersih tanpa ada campuran. ( Lihat Muhammad bin Shalih Al-Munajid, Silsilah

Amalan Hati. (Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), h.14-15)

Page 75: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

merupakan istilah tauhid. Orang yang ikhlas adalah mereka yang

mengesakan Allah dan merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih.

Adapun pengertian ikhlas menurut istilah syara’ adalah seperti yang

diungkapkan oleh Ibnu Qayyim sebagai berikut : “Mengesakan Allah

Yang Hak dalam berniat melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada

Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun”.81

Orang-orang yang bijaksana (arif) terhadap penyakit batin akan

menyadari bahwa bahaya yang acap kali diterima oleh orang-orang yang

bergelut di bidang dakwah ialah perasaaan ingin popular, ingin

menduduki jabatan, cinta kemewahan dan kedudukan. Karena itu

Rasulullah telah memperingatkan mereka agar waspada terhadap cinta

pangkat, harta, dan terjerumus ke lembah syirik yang tersembunyi yaitu

riya’.

Dengan demikian, seseorang ketika berjuang dalam dakwah

Islamiyah amalnya tidak tercampuri oleh keinginan-keinginan jiwa yang

bersifat sementara, seperti menginginkan materi, kedudukan, harta,

ketenaran, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghindari

cercaan mereka, mengikuti bisikan nafsu, atau ambisi-ambisi lainnya yang

dapat dipadukan dalam satu kalimat yaitu melakukan amal untuk selain

Allah, apapun bentuknya.

80

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan. terj: dari Nazharat Fi Risalatut-Ta’lim oleh Ustdz.Mustafa Masyur.

(Bandung : Asy Syaamil Press & Grafika, 2001), h.127 81

Muhammad bin Shalih Al-Munajid, Silsilah Amalan Hati. (Bandung : Irsyad Baitus

Salam, 2006), h.15

Page 76: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal. Amal shaleh mempunyai

dua rukun yang menjadi syarat diterimanya amal tersebut oleh Allah SWT,

yaitu : pertama, keikhlasan dan lurusnya niat. kedua, sejalan dengan sunah

dan syari’at.82

Firman Allah dalam surat Luqman ayat 22, yang berbunyi :

H ����� 0A+IJ� KL�M&')C�� ;N=+O P#� ���Q�� ⌦�GJ(��S ���O�T &UVJ)☺�W��

Y��0�!�(�+� :;�Z([\�(�� $ ;N=+O�� P#� �]�U^O_�!

`�!�ab� “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang

dia orang yang berbut kebaikan, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang kokoh”

Yang dimaksud menyerahkan diri kepada Allah adalah mengikhlaskan

niat dan amal hanya kepada Allah, mencapai ihsan dalam melakukannya dan

mengikuti Sunah Rosulullah SAW dalam pelaksanaannya.

Fudhail bin ‘Iyadh berkata tentang Firman Allah SWT : “Supaya

dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”.

(QS.Al Mulk, 67:2). Yang di maksud lafal “Ahsannu ‘Amalan” adalah

yang paling ikhlas dan paling tepat. Ditanyakan kepadanya, “Apa yang di

maksud paling ikhlas dan paling tepat itu wahai Abu ‘Ali (nama panggilan

Fudhail)?” Ia menjawab, “ sesungguhnya, suatu amal itu bila dilakukan

dengan ikhlas tetapi tidak tepat, maka tidak diterima (oleh Allah), dan bila

dilakukan secara tepat tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima (oleh

Allah). Amal tidak diterima sehingga dilakukan dengan ikhlas dan tepat.

82

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan, .h.128

Page 77: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Yang di maksud dengan ikhlas adalah menjadikan amal untuk Allah,

sedangkan tepat adalah sesuai dengan Sunah (Rasulullah SAW).”

Kemudian Fudhail membaca firman Allah SWT 83:

D �&☺�T �c⌧� D��!C0��. �E#�O�� 7�M+N��`

03&☺���4TI�T a⌧�d�! ☯�+I_Vf gh�� j+/)k� Y&l�U��+�

K7�M+N��` �☺��N�" “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka

hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia

mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada

Tuhannya.”(QS.Al Kahfi,18:110)

Dengan penjelasan di atas kita dapat mengetahui, bahwa

keikhlasan niat dalam beramal tidak cukup bagi diterimanya sebuah amal,

bila amal tersebut tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh syari’at

dan dibenarkan oleh Sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana suatu amal

yang telah di ajarkan oleh syari’at, ia tidak akan diterima Allah kecuali

bila dilakukan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan keridhoan Allah

SWT.

Hal-hal inilah yang sangat ditekankan dalam pendidikan Ikhwanul

Muslimin, dan sangat berwaspada agar jangan sampai terjangkit penyakit

gila popularitas, yang akan membahayakan diri mereka. Karena itu,

pendidikan Ikhwanul Muslimin berhasil melahirkan prajurit-prajurit

tangguh yang tidak di kenal.

Berapa banyak anggota Ikhwanul Muslimin yang telah

memberikan harta benda dan mengerahkan segenap jiwa raga, tanpa di

83

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.129

Page 78: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

sebutkan nama mereka, atau tanpa di abadikan kepahlawanan mereka.

Berapa banyak dari kalangan pemuda-pemudanya yang telah berjuang di

Palestina dan Terusan Suez. Mereka telah menampilkan kepahlawanan

yang menawan, tanpa mencari balasan dari seorang pun atau ucapan

terima kasih. Mereka tanpa mengumumkan diri, atau menyebutkan apa

yang telah diperbuatnya karena dibayangi rasa takut kalau-kalau amal

mereka rusak lantaran ujub (bangga diri).84

Karakter inilah yang di jadikan ciri seorang pemuda yang dapat

membangkitkan Islam. Dengan keikhlasan seorang tidak menjadi buta

akan popularitas yang dapat membawa rusaknya amal mereka.

3. Semangat

Semangat merupakan instrumen utama yang menjadi karakteristik

pemuda Islam. Dalam literarur Barat, semangat secara etimologis berasal

dari kata “motivation”, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan

“ghirah”. Tentang manhaj semangat ini, Hasan Al-Banna berkomentar:

“kekuatan sendiri merupakan syi’ar Islam dalam perundang-undangan

dan syariatnya. Oleh karenanya, Ikhwanul Muslimin harus kuat dan

harus bekerja dengan semangat yang besar pula”.85

Konsep semangat diimplementasikan secara jelas berupa kekuatan

dan gerakan revolusi dalam mewujudkan cita-cita islami. Revolusi itu

dimungkinkan sebagai sebuah keniscayaan situasi yang pelik dan

tekanan kekuatan eksternal agar berfungsinya perangkat perbaikan.

Pendekatan Al-Banna tentunya tidak bersifat sporadis, melainkan

84

Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin, h.34 85 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, h. 117

Page 79: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

melalui analisis yang matang dalam melihat keadaan, faktor-faktor

penentu, sehingga dimungkinkan perjuangan jihad dapat

direalisasikan. Jihad adalah mencurahkan potensi dalam rangka

meninggikan kalimat Allah, dan membentuk masyarakat Muslim.

Sedang mencurahkan tenaga dengan melakukan perang adalah salah

satu jenis jihad. Tujuan jihad adalah membentuk masyarakat yang

islami, dan membentuk negara Islam yang benar.86

4. Amal

Dalam Risalah Ta’lim, Imam Hasan Al Banna menyatakan : Maksud

dengan amal (aktivitas) adalah buah dari ilmu dan keikhlasan. Firman Allah :

�3��� D���I&☺)!� %�/@�VJ�T m#� 0�E$NI�n⌧o L!"�#����`��

�c�!5�����☺(���� D pq�rl�/Es&��� :;N=+O ^[I_�!

^I(4�(�� Y&�_]8tu���� �E$!v+MU�w!4�T &☺+� �xEy5E�

�c��I&☺��� “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosul-Nya

serta orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan kalian

akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yanag gaib

dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah

kalian amalkan”. (QS.At-Taubah,9:105).87

Amal shaleh itu selalu menyertai keimanan dan sebagai bukti

kebenarannya. Kedua hal tersebut merupakan penyebab datangnya

kemenangan, kemantapan di muka bumi, dan kebahagiaan serta

kenikmatan di ahirat nanti. Dalam rangka meneguhkan agama Allah, serta

86

M Abdullah Al Khatib dan Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan, h.148 87 Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, h.302

Page 80: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

untuk menegakkan daulah (negara) Islam adalah amal shaleh yang paling

mulia dan paling utama.

Sejak pertama kali mendirikan jama’ah, Imam Hasan Al Banna

menginginkan seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menjadi para aktivis,

bukan orang-orang yang mahir dalam berteori dan berdebat belaka. Karena

itu, Hasan Al Banna selalu memotivasi mereka untuk beramal secara

serius, melakukan hal-hal yang berat dan beraktivitas dalam berbagai

bidang.88

Imam Hasan Al Banna menjelaskan nilai sebuah amal, ia

menyatakan bahwa amal merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan.

Sebuah ilmu tetap akan menjadi cacat dan sangat dangkal bila tidak dapat

mendorong pemiliknya untuk melakukan amal yang positif dan

konstruktif.

Ilmu dan keikhlasan yang tidak disertai amal nyata adalah ibarat

pohon besar dan rindang yang tidak berbuah. Oleh karena itu, pengamalan

terhadap nilai-nilai dakwah yang bersifat persuasif dilandaskan pada

konsep keikhlasan adalah fondasi keberhasilan dalam menarik seruan ilahi.

Setelah proses keberamalan sangat di determinasikan oleh daya

implementasi kaum muslim, sebagaimana pernyataan dari Allah SWT :

�3��� D���I&☺)!� %�/@�VJ�T m#� 0�E$NI�n⌧o

L!"�#����`�� �c�!5�����☺(���� D

pq�rl�/Es&��� :;N=+O

88 Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.138

Page 81: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

^[+I_�! ^I(4�(�� Y&�_]8tu����

�E$!v+MU�w!4�T &☺+� �xEy5E� �c��I&☺���

“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosul-Nya

serta orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan

kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan

yanag gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian

apa yang telah kalian amalkan”. (QS.At-Taubah, 9:105).

Muatan dakwah benar-benar mengandung makna yang substansial, bukan

sekedar slogan semata yang hanya bermain kata-kata. Hal tersebut termaktub

dalam hikmah sebagai berikut :

Janganlah menjadi budak angan-angan

Sebab,ia adalah modal orang-orang merugi89

Penjelasan rinci dan amat menarik tentang sifat-sifat Pemuda Islam

yang tulus, yang diutarakan oleh Imam Hasan Al Banna memberikan

argumen dan dorongan kepada para murobbi dan anggota Ikhwan untuk

beramal dan memfokuskan perhatian pada amal.

Imam Hasan Al Banna telah menetapkan cara beramal yang harus di

tempuh oleh Pemuda Islam muslim. Ia juga telah menjelaskan langkah-

langkah dan tingkatan-tingkatan amal tersebut. Di bawah ini penulis

sebutkan beberapa komentar tentang hal tersebut :

• Urutan-urutan amal tersebut sangat cermat dari awal hingga akhir.

Sebab amal-amal yang di tuntut dari umat Islam sangat agung serta

89

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.138

Page 82: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

mulia, dan amanat yang harus di pikul umat sangat berat. Oleh karena

itu, agar umat dapat melaksanakan amal-amal tersebut, maka sangat

diperlukan adanya individu muslim yang tulus, yang terdidik secara

benar, integral, seimbang, bersih, kreatif, dan rabbani.

• Konsentrasi pada individu muslim dengan menyebutkan sifat-sifat

yang harus dimilikinya, agar ia menjadi batu bata yang kuat bagi

kemegahan istana Islam yang diidamkan.90

Imam Hasan Al Banna sangat memperhatikan masalah amal. Karena itu,

beliau menjadikannya sebagai salah satu dari sepuluh rukun bai’at, bahkan

saat berbicara mengenai perangkat umum Ikhwanul Muslimin, beliau

mengatakan,

“Perangkat umum kita adalah Iman yang mendalam, pengkaderan

(takwin) yang cermat, dan amal yang berkesinambungan”

Dan untuk memperjelas kedudukan dan nilai amal, beliau mengatakan :

“Mengkhayal adalah pekerjaan mudah yang dapat dilakukan oleh

banyak orang. Akan tetapi tidak semua khayalan yang terlintas dalam

pikiran seseorang dapat dipahami dalam bentuk kata-kata dengan

lisan. Banyak orang yang mampu berkata namun sedikit dari mereka

yang mampu memikul beban-beban jihad dan amal yang melelahkan.

Para mujahid dari kalangan para pendukung yang jumlahnya sangat

sedikit itu terkadang salah jalan dan tidak mencapai sasaran, bila tidak mendapatkan pertolongan dan bimbingan dari Allah. Kisah

Thalut adalah bukti nyata dari apa yang telah kukatakan. Oleh karena itu, persiapkanlah jiwa kalian, perhatikanlah jiwa kalian dengan

memberikan tarbiyah yang benar dan pengujian yang teliti, ujilah ia dengan amal, yaitu amal yang berat dan tidak disukainya, serta

90

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.139

Page 83: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

sapihlah ia dari syahwatnya, kebiasaannya, dan tradisinya.” (Risalah

Mu’tamar Khamis, hal.128. dari ‘Majmu’atur Rasail’.)91

setelah menjelaskan rukun amal yaitu buah dari ilmu dan keikhlasan,

beliau menjelaskan urutan-urutan amal yang harus di lakukan oleh Pemuda

Islam yang tulus adalah 92:

Pertama, memperbaiki diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang

kuat fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari

penghidupan, selamat akidahnya, benar ibadahnya, melakukan mujahadah

terhadap diri sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya, dan

bermanfaat bagi orang orang lain. Itu semua adalah kewajiban bagi setiap

Pemuda Islam.

Kedua, membentuk keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan

keluarga agar menghargai fikrahnya, memelihara etika Islam dalam setiap

aktivitas kehidupan rumah tangganya, baik dalam memilih istri dan

memposisikan istri sesuai hak dan kewajibannya, baik dalam mendidik

anak-anak dan pembantu, serta membimbing mereka dengan dasar Islam.

Itu semua juga merupakan kewajiban masing-masing Pemuda Islam.

Ketiga, membimbing masyarakat, yaitu dengan menyebarkan seruan

kebaikan di tengah-tengahnya, memerangi berbagai perilaku kerendahan

dan kemunkaran, mendukung berbagai perilaku mulia, melakukan amar

ma’ruf, segera melakukan kebajikan, menggaet opini umum untuk

91

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.140 92

Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, h.302-306. lihat juga

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran

Gerakan Ikhwan, h.141-143

Page 84: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

mendukung fikrah Islam dan mewarnai segala aspek kehidupan umum

secara terus menerus dengannya. Itu semua menjadi tanggung jawab

masing-masing Pemuda Islam dan juga tanggung jawab jama’ah sebagai

institusi yang dinamis.

Keempat, memerdekaan tanah air, yaitu dengan membebaskan dari

setiap penguasa asing nonmuslim, baik secara politik, ekonomi, maupun

mental.

Kelima, membenahi pemerintah sehingga menjadi pemerintahan

yang benar-benar Islami. Dengan begitu ia dapat melaksanakan tugasnya

sebagai pelayan umat, karyawan umat, dan bekerja untuk kemaslahatan

mereka. Pemerintah yang anggota-anggotanya terdiri dari kaum muslimin,

yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan oleh Islam, tidak melakukan

kemaksiatan dengan terang-terangan, dan menerapkan hukum-hukum

Islam serta ajaran-ajarannya.

Menerima bantuan terhadap pihak non muslim tidak dipermasalahkan, asalkan

bukan pada jabatan-jabatan yang menangani urusan publik. Hasan Al-Banna

juga tidak terlalu mementingkan bentuk pemerintahan yang diambil, selama

sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam sistem pemerintahan Islam.

Keenam, mengembalikan eksistensi kenegaraan (al-kayyan ad-dauli)

bagi umat Islam, yaitu dengan memerdekakan negeri-negerinya,

menghidupkan kembali kejayaannya, memadukan peradabannya, dan

menyatukan kata-katanya, sehingga itu semua dapat mengembalikan

khilafah yang telah hilang dan persatuan yang diidam-idamkan.

Page 85: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Ketujuh, kepeloporan internasional (ustadziyatul ‘alam), yaitu

dengan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Setelah itu, Imam Hasan Al Banna mengakhiri penjelasannya mengenai rukun

amal ini, ia berkata : “Keempat terakhir ini menjadi kewajiban jama’ah secara

bersama dan juga menjadi tanggung jawab setiap Pemuda Islam sebagai

anggota dalam jama’ah tersebut. Sungguh betapa luhurnya tugas ini. orang

lain melihatnya sebagai utopia, sedangkan Pemuda Islam melihatnya sebagai

kenyataan. Kita tidak akan pernah berputus asa, dan kita memiliki harapan

besar kepada Allah SWT. Firman Allah : “Dan Allah berkuasa terhadap

urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.

(QS.Yusuf:21).

Dari penjelasan di atas, karakter pemuda Islam menurut Hasan Al Banna

merupakan kombinasi antara aspek psiko-teologis dengan aspek praksis

perbuatan, atau mengandung unsur ushuliyah (asas keimanan) dengan unsur

furu’iyyah (asas perilaku). Dengan demikian, karakter pemuda Islam tersebut

menjadi manusia sempurna di sisi Allah (insan kamil) dimana kesempurnaan

tersebut sebagai perwujudan nilai-nilai ilahiah pada konteks historisitas

kemanusiaan itu sendiri.

Formulasi Pendidikan Pemuda Islam

Imam Al-Banna juga memiliki perhatian yang besar terhadap tarbiyah

sehingga beliau membuat berbagai sarana dan metode yang berkaitan dengan

penyiapan individu muslim agar terbentuk yang berada pada jalan yang benar,

Page 86: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

karena setiap jiwa hidup diatas bumi namun hatinya tetap memiliki hubungan

yang erat dengan langit; karena dengan tarbiyah menjadikan kaum muslimin

memiliki sifat amanah dan kapabilitas; sesuai dengan firman Allah : “Dia-lah

yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara

mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan

mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As-sunnah). dan

Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.

(Al-Jumu’ah : 2)

Nabi Muhammad SAW telah menghidupkan Dar el Arqom, sebagai

cikal bakal dalam melakukan pembentukan dan pembinaan sehingga ketika

keluar darinya menjadi pribadi yang memiliki keyakinan dan kepastian.

Dan tarbiyah menurut al-ikhwan adalah jalan satu-satunya –kemarin, hari ini

dan hari esok- untuk membangun generasi yang penuh tanggungjawab dan bertaqwa, dan sebagai jalan satu-satunya untuk menghadirkan sosok muslim

mujahid, seorang hakim yang memberikan keputusan secara adil, yang berkata dengan penuh kejujuran. Dan imam Al-Banna sadar bahwa hal tersebut

merupakan jalan panjang yang berat dan penuh dengan rintangan dan hambatan, yang tidak akan mampu diemban oleh banyak orang kecuali

sedikit, dan tarbiyah merupakan jalan satu-satunya guna mencapai tujuan dan tidak ada alternatif lainnya; karena hal tersebut merupakan jalan yang pernah

ditempuh oleh seorang makhluk yang mulia –nabi Muhammad saw- maka

beliau melakukan pembentukan, mentarbiyah orang yang nantinya menjadi

pemimpin negeri dan pembimbing umat.

Dan tentunya melalui tarbiyah umat mampu menghadapi berbagai

macam rintangan dan tantangan; karena pohon yang tinggi dan memiliki buah

yang berlimpah, menjulang tinggi hingga menembus angkasa, tidak mampu

tegak kecuali setelah memiliki akar yang kokoh dan kuat menghunjam di

bawah tanah yang dalam dipermukaan bumi, jika tidak, maka tidak akan

mampu menahan kerasnya tiupan angin dan topan yang begitu dahsyat. Jika

Page 87: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

tidak ada tarbiyah maka al-ikhwan tidak akan mampu menghadapi pasukan

zionis di Palestina dan Inggris di terusan Suez, dan tidak akan menghadapi

banyak ujian, penjara, siksaan dan penderitaan yang meliputi mereka.

Imam Al-Banna telah memberikan ilham tentang sendi-sendi Islam

yang agung dan mulia dimulai dari teori-teori dalam kitab-kitab hingga pada

realita yang kasat mata dan konkrit; yang mana prinsip-prinsip tersebut –pada

awalnya- hanya tertulis di dalam kitab beberapa saat lamanya, kemudian

datanglah imam Al-Banna yang menyampaikan tentang kebangkitan Islam

yang membawa berkah di tubuh jamaah al-ikhwan al-muslimun, dan

kemudian mengalir ke tubuh umat dan bangsa, hingga berpindah keberbagai

daerah di seluruh pelosok dunia.

Praktek pendidikan sebagai sebuah sistem yang komprehensif

mengandung dua pilar pokok:

1. Pilar tarbawi (pembinaan)

Hal ini terdiri dari pola belajar-mengajar dengan ragam perangkatnya yang

bertujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi muslim yang terpelajar

dengan mengubahnya ke potensi yang lebih baik agar mampu berinteraksi

dengan hidup dan kehidupan.

2. Pilar Tanzhimi (institusional)

Pilar ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Institusi internal masyarakat. Ia bertugas meletakkan aturan dan kode

etik, di samping menetapkan batasan-batasan hubungan yang harus

Page 88: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

terjalin sesama muslim di setiap waktu dan tempat dalam naungan hak

dan kewajiban.

2. Institusi eksternal. Ia bertugas menetapkan batasan-batasan hubungan

antara negara Islam dan lainnya, perihal aturan perang, damai, dakwah,

kekuasaan, serta bagaimana menjadikan Islam sebagai penutup bagi

seluruh sistem nilai dan agama manapun.93

Adapun tujuan dari tarbiah islamiyah yang dikembangkan oleh Hasan

Al-Banna memiliki beberapa tujuan yang bersifat global, yaitu: pertama,

ibadah kepada Allah semata sesuai dengan syari’at-Nya; Kedua, tegaknya

khilafah Alla di muka bumi ini; Ketiga, saling mengenal sesama muslim;

Keempat, kepemimpinan dunia; Kelima, menghukum dengan syari’at.94

Pada tataran praksis, model pembelajaran dengan menggunakan

metode tarbiyah islamiyah dapat dijabarkan secara:

1. Tujuan-tujuan permanen tarbiyah dalam Jamaah Ikhwanul muslimin

berupa penerapan terhadap lima tujuan di atas.

2. Tujuan-tujuan kontekstual tarbiyah disertai dengan penerapan berbagai

arus nilai yang terdiri dari:

a. Arus pemikiran dan peradaban

b. Arus sistem nilai sosial dan politik

c. Arus politik dan ekonomi

d. Sarana-sarana kehidupan dan polanya

93

Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah, h.24 94 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah, h. 27-28

Page 89: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

3. Peletakkan kurikulum untuk proses tarbiyah individu, keluarga, dan

masyarakat.

4. Mengamati realitas dunia Islam kontemporer, meliputi:

a. Sistem nilai sosial yang berbahaya

b. Institusi politik yang destruktif

c. Institusi ekonomi yang bertentangan dengan Islam.95

Peranan Pemuda dalam Politik Kenegaraan

Adalah sebuah panggilan suci apabila gerakan pemuda Islam dalam

pandangan Hasan Al-Banna bersentuhan dengan dimensi politik. Gaung

pergerakan Ikhwanul Muslimin (IM) yang bersifat revolusioner karena

bersinggungan dengan dunia politik, terutama sikap anti-kolonialisme, anti-

imperialisme, anti-zionisme, anti-barat, dan anti-ketidakadilan. Semua itu

merupakan aktivitas utama IM sebagai sebuah organisasi pergerakan modern

di Mesir. Oleh karena itu, peranan pemuda memainkan isntrumentasi yang

cukup signifikan. Tanpa disadari, peranan pemuda akan memudar apabila

tujuan organisasi IM hanya sebatas gerakan moral belaka, tetapi sebaliknya

gairah kepemudaan membucah secara eksplosif apabila diekspresikan dalam

gagasan-gagasan politik modern dan aktivitas-aktivitas politik praktis. Kedua

ranah perjuangan pemuda Islam itu mengisyaratkan adanya keanggotaan

pemuda yang berkualitas dalam mencapai tujuan “masyarakat yang berbasis

pada syari’at Islam”.

95

Konsep dan apliksi dari model Tarbiyah lebih terperinci dapat dibaca karangan Ali

Abdul Halim Mahmud, Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, h. 31- 105.

Page 90: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Berdasarkan suatu analisis yang mendalam, ada keterpautan antara

konsep iman, amal, ikhlas, dan jihad di satu sisi dengan politik kenegaraan

dan syariat Islam di lain pihak. Semua konstruksi epistemologis yang dibalut

dengan unsur ideologis menjadi corong pemuda Islam untuk bersosialisasi

secara sistematis sekaligus upaya menyadarkan penguasa –baca: pemerinta—

agar selalu mengambil kebijakan politik yang berdasarkan Al-Qur’an dan

Sunah Rasul.

Pada suatu kesempatan Hasan Al-Banna menggambarkan sosok

pemuda Islam sebagai seorang yang berkepribadian mulia, yang berhati jernih,

yang bercita-cita tinggi, yang berjiwa terhormat, yang cinta bekerja, dan

menjadi tumpuan harapan.96

Deskripsi idealis yang dieksplanasikan Al-Banna

mengisyaratkan tugas yang besar dalam menjalankan peran di bidang politik

kenegaraan.

Saluran perjuangan yang diamanatkan Al-Banna dapat dijalankan

melalui medan dakwah.97 Dengan mekanisme dakwah, para pemuda Islam

dapat meneyerukan pesan-pesan moral yang diamanatkan dalam Al-Qur’an

dan Sunah Nabi. Dakwah ini bersifat militansi, tak kenal menyerah, bermuatan

religius sebagai upaya penyadaran masyarakat untuk tidak tercerabut dari

nilai-nilai Islami. Meskipun tujuan awal dakwah tersebut adalah memperbaiki

akhlak masyarakat, anggota usroh, dan konteks yang lebih luas negara, dan

juga menyadarkan akan bahaya penyakit hati, namun muara dari dakwah

sistemik itu berdampak politis di mata pemerintah.

96

Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul, h. 117. 97 Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul, h. 118.

Page 91: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Proses pembaharuan melalui medan dakwah adalah memperbaharui

mentalitas dan membangun jiwa kembali dengan bentuk bangunan yang bukan

sekedar konstruksi lama, yang telah lapuk dimakan usia. Rekonstruksi

peradaban Islam oleh kalangan pemuda Islam untuk merubah mentalitas

masyarakat dengan cara pembinaan umat dalam perspektif Hasan Al-Banna

disebut tarbiyah shahihah.98

Pembaharuan pertama yang harus dilakukan dalam konteks politik

adalah memperbaiki tatanan usroh. Usroh adalah sistem kekeluargaan

(ukhuwah) yang paling kecil dan sederhana, dalam terminologi Indonesia

disebut keluarga. Usroh adalah unsur yang paling fundamental yang harus

direformasi dalam menanamkan nilai-nilai keislaman. Inilah konsep awal

Hasan Al-Banna memberikan ilustrasi politik yang panjang tentang langkah-

langkah memformulasikan gagasan negara yang berdasarkan syari’at Islam.

Usroh menurut pemahaman Hasan Al-Banna merupakan batu bata

pertama dalam struktur bangunan jamaah. Ia juga merupakan landasan bagi

pembentukan kepribadian anggota dan perangkat paling tepat untuk

mentarbiyah mereka secara integral menyentuh seluruh sendi kepribadian,

untuk selanjutnya memformat mereka dengan format Islam sesuai dengan

Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya.99

Dalam metode tarbiyah ini, segala keterampilan diberikan bagi

masing-masing anggota Jamaah, yang pada umumnya masih berusia remaja.

Cikal-bakal gerakan revolusioner yang dicanangkan kaum muda mendapat

98

Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanu, .h. 129. 99 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul, h. 123.

Page 92: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

momentum tepat dalam mekanisme usroh. Setiap pemuda yang di didik

memiliki modal yang cukup untuk melakukan perubahan pada level yang

lebih tinggi. Oleh karena itu dalam struktur jamaah, dibentuk organ baru yang

disebut katibah, yaitu pola yang spesifik dalam mentarbiyah sekelompok

anggota Ikhwan.100 Pola tersebut bertumpu pada tarbiyah ruhani, pelembutan

hati, penyucian jiwa, dan membiasakan fisik beserta seluruh anggota badan

untuk melaksanakan ibadah secara umum, juga untuk bertahajjud, dzikir,

tadabur, dan berpikir secara khusus.

Setelah terbentuk proses katibah, dimulai langkah baru dalam

mempersiapkan pemuda Islam untuk berkecimpung di dunia politik.

Perangkat tarbiyah berikutnya adalah rihlah. Wadah ini bersifat kolektif. Di

dalamnya para peserta diberi kebebasan untuk bergerak, berolahraga, berlatih,

bersabar untuk bekerja secara sungguh-sungguh, serta menahan rasa haus dan

lapar.101

Setelah proses tarbiyah dalam wadah rihlah terbentuk, barulah

dilakukan proses pembentukan ideologi pergerakan politik bagi kalangan

pemuda Islam dalam wadah mukhayam atau mu’asykar. Sistem ini merupakan

pengembangan dari metode rihlah. Mu’asykar adalah mekanisme

pembentukan karakter pemuda yang memiliki semangat jihad yang tinggi,

dimana Hasan Al-Banna melihat bahwa jihad dalam Islam harus dimunculkan

dalam bentuk yang kongkret. Yakni dengan menyiapkan para pemuda yang

haus akan aktivitas dan gerakan demi memperjuangkan Islam, agar mereka

100

Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul, h. 250. 101 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul, h. 280

Page 93: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

menjadi anggota group mukhayam, yang di tangan mereka inilah ide tentang

jihad dalam Islam dapat terwujud.102

Peran pemuda menjadi lebih menonjol dalam pergerakan politik pada

konteks negara. Proses penggembelengan yang sangat panjang menjadi sebuah

pelatihan yang menghasilkan pemuda Islam dengan karakter jihad. Jihad yang

dilakukan anggota mu’asykar tidak hanya sebatas dakwah, melainkan upaya

melawan segala gelombang pemikiran yang menentang Islam. Di antara aliran

yang dilawan oleh pemuda Islam ini meliputi zionisme, zending, orientalisme,

kapitalisme dengan segenap ragamnya, atheisme, dekadensi moral,

sekularisme, kebangkitan Islam, ekstrimisme, westernisasi, ghazwul fikri wat

tsaqafi, komunisme, eksistensialisme, dan anarkisme.103

Gerakan pemuda

dalam wadah Ikhwanul Muslimin menggoncang kekuasaan pemerintahan

Gamal Abdul Nasser, yang dianggap oleh sebagian besar anggota jamaah

lebih berkiblat pada kapitalisme barat.

Kontektualisasi Pemuda Islam Ideal dalam Indonesia Modern

Setelah mengeksplorasi pemuda Islam dalam pandangan Mursyid Al-

‘Aam Hasan Al-Banna, maka konsep pemuda ideal tersebut

dikontekstualisasikan secara kritis dalam struktur kebangsaan Indonesia

modern. Barangkali kita memaklumi statemen salah seorang founding father

Indonesia, Bung Karno: “Berikan aku sepuluh pemuda yang revolusioner,

maka aku akan merubah tatanan dunia”.

102

Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul, h. 298 103 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul, h. 305

Page 94: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Pernyataan demikian mengafirmasikan gagasan-gagasan Hasan Al-

Banna, tentang peran pemuda dalam konteks pembangunan, khususnya di

Indonesia. Sosok pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam

pergolakan sejarah. Dalam setiap pergantian peradaban, di belakangnya selalu

ada “darah muda” yang mempeloporinya. Indonesia sebagai sebuah bangsa

mengalami pergolakan sejarah berkali-kali. Mulai sejak bangsa ini berbentuk

kerajaan (kesultanan), hingga sejak zaman kolonialisme Belanda dan Jepang.

Bahkan, kiprah kepemimpinan sosok muda dalam sejarah Indonesia sudah

bisa diruntut jauh sebelum kemerdekaan terjadi.104

Kiprah kepemimpinan kaum muda semakin diakui dalam fase

sejarah pembentukan nasionalisme kebangsaan, terutama pemikiran kaum

muda untuk memulai memikirkan pola-pola perjuangan model baru. Pola

tersebut dimanifestasikan dalam pembentukan organisasi-organisasi modern

seperti Budi Utomo, Jong Sumatera, Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan

lain sebagainya. Akumulasi peran kepemudaan memuncak padah Sumpah

Pemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928.

Pasca kemerdekaan, kaum muda bergumul dengan gagasan-

gagasan besar tentang ide hubungan agama dengan negara. Persoalan ini

akibat pergesekan ideologis antara kaum nasionalisme-sekuler yang diwakili

Soekarno dengan kaum sosialisme-religius yang dinahkodai oleh tokoh

Masyumi Mohammad Natsir. Polemik yang berkepanjangan di antara tokoh-

tokoh tua menginspirasi pemuda Muslim memainkan peran tersendiri dalam

104

Aziz Syamsuddin, Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia, (Jakarta: PT.Wahana

Semesta Intermedia,2008,), h. 1

Page 95: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

pergerakan kepemudaan. Barangkali konsep membumikan syari’at Islam –

meminjam terminologi Quraish Shihab “membumikan Al-Qur’an”- berangkat

dari gagasan-gagasan pemikir Mesir modern, termasuk Hasan Al-Banna.

Sebagaimana pandangan Hasan Al-Banna yang melembagakan

gerakan pemuda Islam dalam wadah Ikhwanul Muslimin, pemuda Islam

Indonesia juga memerlukan sebuah wadah organisasi independen yang tidak

berafiliasi dengan partai politik tertentu, atau bahkan bersinggungan dengan

kekuasaan negara. Maka, pada tahun 1949 tokoh Islam dari Yogakarta Raflan

Pane membentuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sebuah wadah yang

memadukan nasionalisme dengan agama. Baru setelah HMI berdiri,

bermunculan beberapa organisasi pemuda Islam lainnya yang terjadi pada

dekade awal Orde Baru. Pada saat naiknya Orde Baru, lahirlah PMII dan IMM

yang berafiliasi ke NU dan Muhammadiyah pada ruang publik. Meskipun

demikian kedua organisasi ini masih berada di bawah bayang-bayang HMI

dan masih kuatnya patron politik tokoh tua NU maupun Muhammadiyah.

Kelahiran beberapa organisasi tersebut menjadi embrio terhadap lahirnnya

intelektual generasi keempat inteligensia muslim.105

Pola embrionisasi intelektual muda muslim yang ditempa dalam

organisasi HMI, PMII, IMM, dan sejenisnya hampir mirip dengan kaderisasi

anggota yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin melalui konsep tarbiyah.

Walaupun kader-kader generasi keempat tersebut lebih condong berkiblat ke

105 Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa, h. 508.

Page 96: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Barat, akan tetapi proses kaderisasi yang dijalankan merupakan konsep dasar

Hasan Al-Banna.

Tokoh-tokoh nasional yang dilahirkan dari HMI, IMM, dan PMII

merupakan orang yang berpengaruh dalam pemerintahan Orde Baru. Mereka

antara lain: Akbar Tanjung, Nurkholis Madjid, Muhaimin Iskandar, Amien

Rais, Habibie, Hatta Radjasa, dan sederet tokoh lainnya. Kematangan

berpolitik mereka pada umumnya diasah dalam pendidikan yang berjenjang,

pelatihan-pelatihan, pengembangan konsep kepemimpinan, penanaman

ideologi, dan sebagainya. Mekanisme itu tak lain adalah model dakwah yang

dikembangkan Hasan Al-Banna.

Justru pada akhir kejatuhan rezim orde baru, intelektual muda

muslim mengalami kematangan berorganisasi yang didapatkan melalui

metode dakwah kampus. Gairah keberagamaan generasi 1990-an,

sebagaimana yang ditelusuri oleh Yudi Latif berawal dari halaqah-halaqah di

wilayah kampus, pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh masjid-

masjid kampus, seperti Masjid Salman-nya ITB, Masjid Jamaah Shalahuddin-

nya UGM, dan beberapa kampus sekuler lainnya. Aktivitas keberagamaan

mereka juga dipengaruhi oleh gerakan-gerakan pemuda muslim di belahan

Timur Tengah, khususnya Mesir yang menjadi kiblat mahasiswa Indonesia

mendalami ilmu-ilmu keislaman.106

Gairah keberagaman di kalangan mahasiswa sekuler adalah

fenomena yang menarik untuk diperhatikan oleh kaum dakwah. Ketertarikan

106

Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa, h. 563.

Page 97: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

orang-orang yang berlatar kelas menengah atas dan kalangan mahasiswa

terhadap sufisme Islam tampaknya menjadi semacam kompensasi bagi

perasaaan dekadensi spiritual mereka di tengah kehidupan metropolitan yang

materialistis dan konsumeristis. Mereka ternyata mengunakan konsep-konsep

dasar Hasan Al-Banna dalam proses kaderisasi. Termasuk proses pembai’atan

yang harus dilakukan sebagai wujud menanamkan loyalitas dan nilai jihad

pada diri anggota.

Faktor lain yang menyebabkan generasi kelima lahir dalam

percaturan intelektual muda Islam di Indonesia adalah akibat pembatasan yang

dilakukan rezim Orde Baru dalam aktivitas politik, sehingga mereka lebih

memfokuskan pada kajian-kajian, studi, halaqah, jam’iyyah, dan sebagainya.

Penetrasi asing dalam modernisasi kehidupan dalam negeri mempercepat

proses perubahan yang terjadi di kalangan pemuda Islam. Ketertarikan

terhadap ajaran Islam kian memuncak setelah dekade 1970-an, para elit

sekuler dan ideologi sekulernya untuk menawarkan sebuah penyelamatan

yang efektif bagi penderitaan sosio-ekonomi kaum muslim mengalami

kegagalan. Sejak itu, kemujaraban ideologi-ideologi sekuler seperti

sosialisme, liberalisme, dan Arabisme mulai dipertanyakan, dan banyak

aktivis Islam Indonesia menyerukan kepada umat muslim untuk kembali

kepada sumber autentik dari nilai-nilai Islam. Teks-teks barat digantikan

dengan karangan-karangan tokoh Ikhwanul Muslimin seperti Sayyid Qutub

dan Hasan Al-Banna.

Page 98: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Gerakan Ikhwanul Muslimin yang dikembangkan di Indonesia

dipelopori oleh Dewan Dakwah Islam Indoneisa (DDII) yang didirikan oleh

Mohammad Natsir, pasca pembubaran Masyumi oleh rezim pemerintah Orde

Lama. Bagi DDII, konsep Hasan Al-Banna tentang tarbiyah sangat

dimungkinkan untuk diaplikasikan di Indonesia dalam dunia dakwah,

terutama di kalangan terpelajar. Pemikiran Hasan Al-Banna semakin

berpengaruh setelah beberapa bukunya diterbitkan oleh penerbit Islam seperti

Era Intermedia, Gema Insani Press, yang mengilhami kelahiran metode

dakwah dan sangar mempengaruhi para aktivis kampus di masjid-masjid

kampus dan dengan segera diadopsi oleh program training dan mentoring

Lembaga Dakwah Kampus (LDK).

Untuk memperkokoh gerakan mahasiswa muslim di universitas

sekuler, berdiri sebuah organisasi yang sangat militan dan kuat hubungannya

antar sesama anggota meskipun berbeda universitas, yaitu Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). KAMMI sendiri merupakan jalinan

LDK-LDK dari universitas sekuler yang ada di Indonesia yang di bentuk pada

bulan Maret 2008 di Masjid Universitas Muhammadiyah Malang dengan

Fahri Hamza sebagai ketua yang pertama.107

Justru peran dari KAMMI ini sangat menonjol pada gerakan

mahasiswa menuntut reformasi di tahun 1998. Bahkan, KAMMI mampu

menggeser peran HMI yang begitu dominan pada gerakan mahasiswa di tahun

107

Penjelasan lebih lengkap tentang kelahiran KAMMI yang berasal dari LDK dikupas

panjang lebar dalam Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa, Bandung: Mizan,

Page 99: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

1966. KAMMI berada di garda terdepan dalam menggulingkan rezim Suharto

yang secara resmi mngundurkan diri pada 21 Mei 1998.

Page 100: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah mengeksplorasi konsep pemuda Islam dalam pandangan Hasan

Al-Banna, maka pada bagian akhir ini diberikan beberapa kesimpulan

mengenai pemikiran Hasan Al-Banna tentang konsep pemuda Islam. Pemuda

Islam dalam pandangan Hasan Al-Banna adalah sosok pemuda yang memiliki

iman, ikhlas, semangat, dan amal yang menyatu sebagai karakter dirinya

dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Sebab sesungguhnya dasar

keimanan adalah hati yang cerdas, dasar keikhlasan adalah nurani yang jernih,

dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah

kemauan yang kuat.

Pemuda memiliki peran sebagai generasi penerus, generasi pengganti,

dan generasi pembaharu. Ketiga peran tersebut senantiasa melekat kuat pada

diri pemuda dalam melakukan perubahan di setiap sejarah pergolakan bangsa.

Proses beramal menjadi bagian utama dalam menanamkan karakter

pada diri pemuda melalui tujuh tahapan yaitu: memperbaiki diri sendiri,

membentuk keluarga muslim, membimbing masyarakat, memerdekakan tanah

air, membenahi pemerintahan sehingga terbentuk pemerintahan yang Islami,

mengembalikan eksistensi negara bagi umat Islam, dan terakhir kepeloporan

internasional dengan melakukan dakwah di seluruh negara.

Formulasi pendidikan pemuda Islam dalam pandangan Hasan Al-

Banna dapat ditempuh dengan metode tarbiyah. Metode tarbiyah adalah jalan

92

Page 101: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

satu-satunya –kemarin, hari ini dan hari esok- untuk membangun generasi

yang penuh tanggung jawab dan bertaqwa, dan sebagai jalan satu-satunya

untuk menghadirkan sosok muslim mujahid, seorang hakim yang memberikan

keputusan secara adil, yang berkata dengan penuh kejujuran.

Peran pemuda Islam dalam politik kenegaraan menurut Hasan Al-

Banna dimulai dari pengkaderan yang berkesinambungan, agar tertanam

semangat dan jihad dalam menegakkan agama Allah. Proses kaderisasi

meliputi usroh, kaatibah, rihlah, dan mukhayam atau mu’asykar. Usroh

merupakan batu bata pertama dalam struktur bangunan jamaah. Ia juga

merupakan landasan bagi pembentukan kepribadian anggota dan perangkat

paling tepat untuk mentarbiyah mereka secara integral menyentuh seluruh

sendi kepribadian, untuk selanjutnya memformat mereka dengan format Islam

sesuai dengan Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya. Kaatibah yaitu pola yang

spesifik dalam mentarbiyah sekelompok anggota Ikhwan. Rihlah dalamnya

para peserta diberi kebebasan untuk bergerak, berolahraga, berlatih, bersabar

untuk bekerja secara sungguh-sungguh, serta menahan rasa haus dan lapar.

Dan mukhayam atau mu’asykar adalah mekanisme pembentukan karakter

pemuda yang memiliki semangat jihad yang tinggi, dimana Hasan Al-Banna

melihat bahwa jihad dalam Islam harus dimunculkan dalam bentuk yang

kongkret.

Gerakan Ikhwanul Muslimin yang dikembangkan di Indonesia

dipelopori oleh Dewan Dakwah Islam Indoneisa (DDII) yang didirikan oleh

Mohammad Natsir, pasca pembubaran Masyumi oleh rezim pemerintah Orde

Page 102: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Lama (ORLA). Bagi DDII, konsep Hasan Al-Banna tentang tarbiyah sangat

dimungkinkan untuk diaplikasikan di Indonesia dalam dunia dakwah,

terutama di kalangan terpelajar. Pemikiran Hasan Al-Banna semakin

berpengaruh setelah beberapa bukunya diterbitkan oleh penerbit Islam seperti

Era Intermedia, Gema Insani Press, yang mengilhami kelahiran metode

dakwah dan sangat mempengaruhi para aktivis kampus di masjid-masjid

kampus dan dengan segera diadopsi oleh program training dan mentoring

Lembaga Dakwah Kampus (LDK).

Saran

Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya diperlukan kajian yang mendalam guna mendapatkan

pemahaman yang lebih komprehensif tentang pemikiran Hasan Al-Banna,

khususnya berkaitan tentang kepemudaan.

2. Hendaknya proses pengkaderan yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna

dalam Ikhwanul Muslimin dijadikan pola pembentukan karakter di setiap

organisasi kepemudaan ataupun partai politik. Tujuannya untuk

mendapatkan anggota dengan tingkat militansi yang tinggi, bukan seorang

oportunis sejati.

3. Konsep tarbiyah sepatutnya menjadi bahan pertimbangan untuk

diaplikasikan pada sistem pendidikan di sebuah organisasi pemuda,

sehingga tercipta karakter pemuda yang memiliki concern terhadap

permasalahan bangsa.

Page 103: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Mohammad Manzoor. Peran Pemuda Islam dalam Rekonstruksi Dunia

Kontemporer.Jakarta : Media Dakwah, 1991

Al Banna, Hasan. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin.Terjemahan: Anis

Matta,LC, et.all. Surakarta : Era Intermedia,1999

________________. Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna Jilid 1.

Terjemahan: Khojin Abu Faqih,LC. Jakarta : Al-‘Itishom,2005

________________. et.all., Pemuda Militan. Terjemahan: Abu Ahmad Al-

Wakidy dan SA.Zemool. Solo : Pustaka mantiq, 1992

Al Ghazali, Abdul Hamid. Pilar-Pilar Kebangkitan Umat : Telaah Ilmiah

terhadap Konsep Pembaharuan Hasan Al Banna. Jakarta Timur : Al

I’tishom Cahaya Umat, 2001

Al Khathib, Muhammad Abdullah dan Hamid, Muhammad Abdul Halim. Konsep

Pemikiran Gerakan Ikhwan.Terjemahan: Ustdz.Musthafa Masyur.

Bandung : Asy Syaamil Press & Grafika, 2001

Al-Munajid, Muhammad bin Shalih. Silsilah Amalan Hati. Terjemahan:Bahrun

Abubakar Ihzan Zubaidi,LC. Bandung:Irsyad Baitus Salam, 2006

Al-Wakil, Muhammad Sayyid. Pergerakan Islam Terbesar Abad 14 H.

terjemahan :Fachrudin. Bandung : As Syamil Press & Grafika, 2001

Aly, Rum. Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter. Jakarta :

PT.Kompas,2004

Page 104: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Arifin. “Pemikiran Politik Hasan Al Banna. (Telaah Gerakan Politik Ikhwanul

Muslimin).” Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2004

Badrun, Ubaidilah. “Pemuda Islam dan Kontribusinya bagi Masa Depan Politik di

Indonesia” Artikerl di akses pada tanggal 13 Mei 2008, dari http://Ubed-

Centre.Blogspot.Com/2006/08/Pemuda-islam-dan kontribusinya-bagi-

html.

Bagader, Abubaker A. dalam Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan (ed.) Islam,

Globalization and Postmodernity. London: Routledge, 1994

Devina, Rachilda. “Konsep Syura’ Perspektif Hasan Al Banna.“ Skripsi S1

Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta,2007

Donohue, John J dan. Esposito, John L dalam Islam In Transition: Muslim

Perspectives. New York: Oxford University Press, 1982

Hasan, Al Furqon. “Pemuda Dalam Al-Qur’an (Studi Atas Penafsiran Sayyid

Qutb)”. Skrisi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003

Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Terjemahan : Ali

Audah. Jakarta : Lentera Hati,2008

Hawwa, Sa’id. Membina Angkatan Mujahid, Studi Analisis atas Konsep Dakwah

Hasan Al Banna Dalam Risalah Ta’alim.terjemahan : Hawin Murtadho.

Solo : Era Intermedia, 2005

Hawwa, Sa’id. Memoar Hasan Al-Banna untuk Dakwah dan Para Dainya.

Surakarta : Era Intermedia, 2004

Hurlock, B.Elizabet. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1994

Latif, Yudi. Intelegensia Muslim dan Kuasa, Geneologi Intelegensia Muslim

Indonesia Abad ke-20. Bandung : PT.Mizan Pustaka, 2005

Page 105: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …

Mahmud, Ali Abdul Halim. Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin.

Terjemahan : Wahid Ahmadi, et.all. Solo:Era Intermedia,1999

Manheim,Karl. Freedom, Power and Democratic Planning. London :Routledge &

Faul LTD, 1951

Munawir, A.W. Kamus Al Munawwir Arab Indonesia terlengkap, Yogyakarta:

Badan Wakaf PonPes Al Munawir, 1984

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara ; Ajaran, sejarah, dan pemikiran.

Jakarta : UI Press, 1993

Thahan, Musthafa Muhammad. Risalah Pergerakan Pemuda Islam. Jakarta :

VISI,2002

Syamsudin, Aziz. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia. Jakarta ;

PT.Wahana Semesta Intermedia, 2008

Pratama, Ratna. “Kaum Muda, Asa, dan Perubahan”. Republika, 23 Juli 2008

Purwoko, Dwi. Pemuda Islam di Pentas Nasional. Jakarta : Bonaciptana, 1993

Qardhawi, Yusuf. Sistem Kaderisasi Ikhwanul Mulimin . Solo : CV.Pustaka

Mantiq, 1993

Qardhawi, Yusuf, 70 Tahun Ikhwan Al-Muslimin, Kilas Balik Dakwah, dan Jihad.

Terjemahan :H.Mustofa Maufur dan H.Abdurrahman Husain. Jakarta

Timur : Pustaka Al-Kautsar, 1999

Yakan, Fathi. Revolusi Hasan Al Banna. Jakarta : Harakah, 2002

Page 106: EKSISTENSI PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL …