27
PRAKTIKUM EKSPLORASI DAN MEKANIKA TANAH A. TEKNIK EKSPLORASI LOKASI : RAJEKWESI – TELUKIJO WAKTU : 3 – 5 APRIL 2015 ACARA : 1. TRACING FLOAT 2. TEST PIT 3. PEMBORAN B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Praktikum ini dilaksanakan dengan maksud agar praktikan dapat mengetahui dan memahami semua hal yang berkaitan dengan metode Tracing Float, Sumur Uji dan Pemboran. 2. Tujuan Mengetahui dan memahami metode eksplorasi langsung, terutama metode Tracing Float, Test Pit dan Pemboran C. PERALATAN 1. Peralatan Tacing Float - Kantong conto - Tas - Alat Tulis 2. Peralatan Test Pit (Sumur Uji) - Cangkul/Ganco - Sekrop - Cetok - Tali - Kantong conto - Meteran - Kamera - Alat Tulis 3. Peralatan Pemboran - Hand Auger (bor tangan) - Kantong conto

Eksplorasi Teluk Ijo 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Eksplorasi

Citation preview

Page 1: Eksplorasi Teluk Ijo 2

PRAKTIKUM EKSPLORASI DANMEKANIKA TANAH

A. TEKNIK EKSPLORASI

LOKASI : RAJEKWESI – TELUKIJOWAKTU : 3 – 5 APRIL 2015ACARA : 1. TRACING FLOAT

2. TEST PIT 3. PEMBORAN

B. MAKSUD DAN TUJUAN1. Maksud

Praktikum ini dilaksanakan dengan maksud agar praktikan dapat mengetahui dan memahami semua hal yang berkaitan dengan metode Tracing Float, Sumur Uji dan Pemboran.

2. TujuanMengetahui dan memahami metode eksplorasi langsung, terutama metode Tracing

Float, Test Pit dan Pemboran

C. PERALATAN 1. Peralatan Tacing Float

- Kantong conto- Tas- Alat Tulis

2. Peralatan Test Pit (Sumur Uji)- Cangkul/Ganco- Sekrop- Cetok- Tali- Kantong conto- Meteran- Kamera- Alat Tulis

3. Peralatan Pemboran- Hand Auger (bor tangan)- Kantong conto- Alat Tulis

4. Peralatan Pengambilan conto tanah- Paralon ¾”- Gergaji Paralon- Kantong conto- Hand Auger- Spatula/Solet-

Page 2: Eksplorasi Teluk Ijo 2

KONDISI DAERAH PENELITIAN

A. Kondisi UmumLetak : Rajekwesi - Teluk Ijo Sarongan Pesanggaran BanyuwangiLuas : 20.415 HaKoordinat : 080 21’ – 080 34’ LS dan 1130 37’ – 1130 58’ BTTaman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan yang mempunyai formasi vegetasi yang lengkap. Dari 11 tipe vegetasi di Jawa 5 diantarannya terdapat di kawasan Meru Betiri. Kondisinya relatif masih lengkap dan asli, sehingga memungkinkan beraneka ragam jenis fauna hidup dan berkembang. Beberapa tumbuhan langka seperti Rafflesia Zolengeriana dan Balanop Fungosa dapat hidup dan berkembang di kawasan ini

B. Kondisi GeologiBerdasarkan hasil survey John Seidenticker tahun 1976 di dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri sedikitnya terdapat 3 jenis tanah yaitu :1. Tanah Aluvial, yaitu tanah yang terbentuk dari material halus hasil pengendapan

aliran sungai. Umumnya terdapat di dataran rendah atau lembah, tanah ini cocok di tanaman padi, palawija dan sayuran

2. Tanah Regosol, yaitu tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Tanah ini cocok ditanami palawija, tebu, tembakau

3. Tanah Latosol, yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini berwarna merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol seperti padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, cengkih, cokelat, kopi, dan kelapa sawit.

Menurut Suganda dkk tahun 1992 Geologi kawasan Taman Nasional Meru Betiri terdiri dari :1. Aluvium yaitu : Kerakal, Kerikil dan Lumpur2. Formasi Sukamade yaitu : Batu Lempung bersisipan Batu Lanau dan Batu Pasir3. Formasi Puger yaitu batu Gunung Terumbun bersisipan Breksi Batu Gunung dan

Batu Gunung Hutan4. Formasi Batu Ampar yaitu : Perselingan Batu Pasi dan Batu Lempung bersisipan

Tuff, Breksi dan Konglomerat5. Formasi Meru Betiri yaitu : Batu Gamping, Batu Gamping Tufan dan Napal,

Perselingan Breksi Guung Api, Lava dan Tuff6. Formasi Mandiku yaitu : Breksi Gunung Api, Tuf berkomponen Andesit dan Basal

bersisipan tuf7. Batuan Terobosan yaitu : Granodiorit, Diorit dan Dasit

Aluvium, Formasi Sukamade, Puger, Batu Ampar, Meru Betiri merupakan batuan endapan permukaan dan Batuan Sedimen. Formasi Mandiku dan Meru Betiri berasal dari batuan Ggunung Api. Sedangkan Batuan Terobosan bersal dari batuan Terobosan.

Page 3: Eksplorasi Teluk Ijo 2

C. Kondisi TofografiSecara umum kondisi Topografi kawasan Taman Nasional Meru Betiri bergelombang, berbujit dan bergunung-gunung dengan variasi mulai dari daratan pantai sampai dengan ketinggian 1.223 meter di atas permukaan laut. Gunung yang terdapat di Seksi Konservasi Wilayah I sarongan adalah Gunung Betini (1.192 dpl) yang merupakan gunung tertinggi, Gunung Gendong (840 dpl), Gunung Sukamade (338 dpl), Gunung Sumbadadung (418 dpl), Gunung Penmisan (537 dpl), Gunung Rajekwesi (160 dpl) dan Gunung Benteng (314 dpl).Pada umumnya keadaan topografi di sepanjang pantai berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tebing yang curam. Sedangkan pantai datar yang berpasir hanya sebagian kecil dari Timur ke Barat adalah Pantai Rajekwesi, Pantai Sukamade, Pantai Permisan, Pantai Manu dan yang paling Barat adalah pantai BandealitSungai-sungai di kawasan Taman Nasional Meru Betiri antara lain : Sungai Sukamade yang berair sepanjang tahun, Sungai Permisan, Sungai Manu dan Sungai Sekar Pisang yang mengalir dan bermuara di Pantai Selatan Jawa.

D. HidrogeologiMenurut Poespowardoyo, RS Tahun 1981 di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri terdapat air tanah dan produktifitas akifer antara lain :1. Akifer (bercelah/sarang) produktifitas kecil dan daerah langka. Daerah air langka ini

terdapat di sebagaian besar kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Akifer produktif kecil umumnya keterusan air sangat rendah, air tanah setempat dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan dan batuan padu

2. Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir, terdapat di daerah dataran pantai, cekungan antar gunung dan kaki gunung

Keadaan tanah kawasan Taman Nasinal Meru Betiri yang berbukit dan bergunung-gunung mengakibatkan terjadinya aliran-aliran sungai yang cukup banyak tersebar hampir di seluruh bagian kawasan Taman Nasional. Daerah aliran sungai yang utama di antara punggung-punggung gunung adalah Sungai Bendalait, Sungai Manu dan Sungai Sukamade, sedangkan di bagian Timur daerah aliran sungai terdapat pantai pasir yang cukup luas.Wilayah daerah aliran sungai yang datar sebbagian besar sudah berubah menjadi kawasan perkebunan terutama kopi, karet dan coklat. Sedangkan di bagian Timur terutama pada bagian lereng yang awalnya merupakan hutan alam telah dirubah menjadi hutan jati yang cukup luasPola aliran sungai yang berada dalam kawasan adalah pola radial yaitu anak-anak sungai berasal dari pegunungan-pegunungan dan akan membentuk dan menuju suatu sungai sesuai dengan arah lerengnya

Page 4: Eksplorasi Teluk Ijo 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. PenambanganPertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran.

1.   Penyelidikan Umum (Prospeksi)Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan-endapan mineral berharga. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut. Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia-sia. Sering juga tahapan prospeksi ini dilewatkan karena dianggap sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda-tanda keberadaan bahan galian yang  sudah langsung bisa dieksplorasi.Metoda prospeksi antara lain tracing float dan pemetaan geologi dan bahan galian. metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai, yang lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi yang melewati lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai. Dengan melakukan tracing float dari arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya zone mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat sebagian besar sudah diketahui.Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini dilakukan apabila litologi setempat pada umumnya tidak diketahui, atau diperlukan data yang rinci lagi.

2.   EksplorasiEksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga sangat berperan pada tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya.

    

Page 5: Eksplorasi Teluk Ijo 2

Metode eksplorasiSetelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut:1. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara

membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.2. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari

titik percontohan dan dianalisis di laboratorium.3. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik

seperti seismic, SP, IP dan resistivity.4. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui

penyebaran lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.

5. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat  fisik dan keteknikannya.

B. METODE YANG BIASA DIPAKAI DALAM PENYELIDIKAN UMUM ATAU

PROSPEKSI ADALAH :A. Penelusuran Tebing-Tebing Di Tepi Sungai Dan Lereng-Lereng Bukit

Kegiatan ini berusaha untuk menemukan singkapan (outcrop) yang bisa memberi petunjuk keberadaan suatu endapan bahan galian. Bila ditemukan singkapan yang menarik dan menunjukkan tanda-tanda adanya mineralisasi, maka letak dan kedudukan itu diukur dan dipetakan. Juga diambil contoh batuannya (rock samples) secara sistematis untuk diselidiki di laboratorium agar dapat diketahui data apa yang “tersimpan” di dalam contoh batuan itu.

B. Penelusuran Jejak Serpihan Mineral (Tracing Float)Yaitu metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai.Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungaiTracing (penjejakan » perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.

Page 6: Eksplorasi Teluk Ijo 2

Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran  float  yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :         Peta jaringan sungai.         Titik-titik (lokasi) pengambilan float.         Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.         Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.         Lokasi dimana float mulai hilang.Pada lokasi dimana  float  mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber  float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana  float  tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana  float  tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

C. Penyelidikan Dengan Sumur Uji (Test Pit)Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb.Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna (lihat Gambar 2). Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 cm sampai 150 x 200 cm. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m.Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.

Page 7: Eksplorasi Teluk Ijo 2

Gambar 2.Macam bentuk penampang sumur uji

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar. Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :         ketebalan horizon B (zona laterit/residual),         ketinggian muka air tanah,         kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),         kekuatan dinding lubang, dan         kekerasan batuan dasar.

Page 8: Eksplorasi Teluk Ijo 2

D. Penyelidikan Dengan Parit Uji (Trench)Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium (lihat Gambar 3) dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengan dragline atau hydraulic excavator (back hoe).

Gambar 3 Bentuk penampang parit uji

Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain ;

Page 9: Eksplorasi Teluk Ijo 2

adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut : Terbatas pada overburden yang tipis, Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan

menggunakan eksavator/back hoe), Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga

dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

E. PEMBORANSalah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.

Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah :

1. Kondisi geologi dan topografi,2. Tipe pemboran yang akan digunakan,3. Spasi pemboran,4. Waktu pemboran, dan5. Pelaksana (kontraktor) pemboran.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :

1. Tujuan (open hole – coring),2. Topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),3. Litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor),4. Biaya dan waktu yang tersedia, serta5. Peralatan dan keterampilan.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

1. Identifikasi struktur geologi,2. Sifat fisik batuan samping dan badan bijih,3. Mineralogi batuan samping dan badan bijih,4. Geometri endapan,5. Sampling, dll.

Page 10: Eksplorasi Teluk Ijo 2

F. Metode Geofisika (Geophysical Prospecting)Metode geofisika dipakai sebagai alat untuk menemukan adanya perbedaan (anomali) yang disebabkan oleh adanya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi. Pada umumnya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi itu memiliki satu atau lebih sifat-sifat fisik yang berbeda dari sifat fisik batuan di sekelilingnya, sehingga perbedaannya itu dapat dicatat (diukur) dengan peralatan geofisika. Metode geofisika ini memang mahal dan hasilnya tidak selalu teliti dan meyakinkan, karena tergantung dari kepiawaian dalam melakukan interpretasi terhadap anomali dan data geologi yang diperoleh. Walaupun demikian metode ini bisa sangat membantu dalam mengarahkan kegiatan eksplorasi di kemudian hari

G. Metode Geokimia (Geochemistry Prospecting)Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi kimia yang sangat kecil, yaitu dalam ukuran part per million (ppm), pada contoh air permukaan (air sungai), air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai, tanah dan bagian-bagian dari tanaman (pepohonan) seperti pucuk daun, kulit pohon dan akar yang disebabkan karena di dekatnya ada endapan bahan galian atau endapan bijih (ore body). Pada dasarnya semua endapan bahan galian pada saat terbentuk akan “merembeskan” sebagian kecil unsur kimia atau logam yang dikandungnya ke lapisan batuan di sekelilingnya. ”Rembesan” unsur kimia atau logam inilah yang ditelusuri dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi geokimia biasanya dilakukan di sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS) serta di daratan.Prospeksi geokimia hanya mampu membantu melengkapi data dan informasi untuk mengarahkan di daerah mana prospeksi geofisika harus dilakukan. Tetapi prospeksi geokimia sangat bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila diselidiki dengan geofisika tidak efektif, terutama untuk pengamatan awal di daerah terpencil yang luas. Setiap contoh air, tanah dan komponen tumbuh-tumbuhan yang diambil dengan teliti dan sistematis dari daerah yang sedang diteliti, kemudian harus dianalisis secara kimiawi dengan reagen yang khas dan hanya peka untuk unsur kimia atau logam tertentu (a.l. Cu, Pb, Zn, Ni dan Mo) walaupun kadar unsur kimia atau logam itu sangat rendah. Hasil analisis kimia khusus itu dipetakan untuk dipelajari adanya anomali geokimia yang antara lain disebut halos.Prospeksi geokimia biasanya berlangsung tidak terlalu lama (0,5-1,0 tahun), sedangkan jumlah contoh (sample) yang diambil dari setiap tempat tak banyak (1-2 kg).

Page 11: Eksplorasi Teluk Ijo 2
Page 12: Eksplorasi Teluk Ijo 2

PENGUJIAN DI LABORATORIUM

A. KADAR AIR TANAH (ASTM D2216-92 (1996))1.1 Umum

Kadar air merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah

dengan berat butiran tanah kering yang dinyatakan dalam persen (%). Pengujian

kadar air dalam praktikum ini menggunakan standar ASTM D2216-92 (1996).

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam tanah.

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian kadar air tanah / water content ()

adalah :

a. Neraca

b. Cawan

c. oven listrik

d. conto tanah hasil boring

1.4 Cara Kerja

a. Menimbang cawan kosong dengan neraca (a gram)

b. Contoh tanah diambil sedikit, kemudian diletakan pada cawan dan ditimbang

dengan neraca. Berat cawan + tanah basah (b gram)

c. Cawan + contoh tanah dimasukkan dalam oven selama 24 jam. Setelah kering

lalu ditimbang. Berat cawan + tanah kering (c gram)

d. Langkah (a-c) diulang lagi untuk contoh tanah yang lain. Tiap contoh tanah

diambil 3 cawan.

1.5 Data dan Perhitungan

Untuk menetukan besarnya kadar air (water content) yang terkandung dalam tanah

asli digunakan rumus :

dimana : w = kadar air (%)

a = berat cawan kosong (gram)b = berat cawan + tanah asli (gram)c = berat cawan + tanah kering oven (gram)

w=b−cc−a

x100 %

Page 13: Eksplorasi Teluk Ijo 2

2

data pengujian disajikan dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Data pengujian kadar air

Sampel 1 2 3

Berat cawan kosong (a) gramBerat cawan + tanah asli (b) gramBerat cawan + tanah kering oven (c) gramBerat air (b-c) gramBerta tanah kering (c-a) gramWater Content

rata-rata (%)

w=b−cc−a

x100 %

Page 14: Eksplorasi Teluk Ijo 2

B. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY) ASTM D654-92 (1994)2.1 Umum

Selain mencari kadar air dalam tanah, parameter lain yang perlu dicari pada tanah

adalah berat jenis butir tanah (Gs). Berat jenis tanah adalah perbandingan berat

volume tanah dengan berat volume air. Pengujian ini menggunakan standar ASTM

D654-92 (1994).

2.2 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah mencari berat jenis butir tanah (Gs).

2.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut ini :

a. Piknometer

b. Cawan

c. Landasan/kaca

d. Neraca/timbangan

e. Termometer

f. Palu karet

g. Saringan no. 40

h. Contoh tanah hasil boring yang telah dioven selama 24 jam.

i. Aquades

j. Oven Listrik Piknometer

2.4 Cara Kerja

a. Membersihkan dengan lap dan menimbang 3 buah piknometer dalam keadaan

kosong dan kering (a gram).

b. Piknometer diisi aquades sampai penuh lalu ditimbang dan suhunya diukur.

Berat masing-masing piknometer dan aquades jenuh adalah b gram.

c. Piknometer diisi contoh tanah kering yang telah dioven selama 24 jam sebanyak 3

buah (tanah yang dimasukkan piknometer 1/3 volume piknometer)

d. Piknometer yang berisi tanah kering ditimbang (c gram)

e. Piknometer yang berisi contoh tanah kering diberi aquades sampai batas bawah

leher piknometer dan didiamkan selama 24 jam dalam keadaan tertutup.

f. Selanjutnya piknometer diketuk-ketuk sampai gelembung udara tidak ada dalam

air di atas tanah, aquades kelihatan jernih kemudian diisi aquades sampai penuh

dan ditimbang (d gram).

g. Mengukur suhu aquades dalam piknometer.

Page 15: Eksplorasi Teluk Ijo 2

4

2.5 Data dan Perhitungan

Untuk mendapatkan harga berat jenis butir tanah (specific gravity), dipergunakan

rumus :

Gs= c−a(b−a)T1−(d−c )T 2

dimana :

Gs = berat jenis butir tanah

a = berat piknometer kosong (gram)

b = berat piknometer + aquades jenuh (gram)

c = berat piknometer + sampel kering (gram)

d = berat piknometer + sampel + aquades (gram)

T1 = faktor koreksi pada suhu t1 (ºC)

T2 = faktor koreksi pada suhu t2 (ºC)

Data dan perhitungan disajikan dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.2 Data pengujian berat jenis tanah

Sampel 1 2 3Berat piknometer kosong (a)Berat piknometer + aquades (b)Berat piknometer + sampel kering (c)Berat piknometer + sampel + aquades (d)Temperatur b (t1 )Temperatur d (t2 )Faktor koreksi suhu (T1 )Faktor koreksi suhu (T2)

Page 16: Eksplorasi Teluk Ijo 2
Page 17: Eksplorasi Teluk Ijo 2
Page 18: Eksplorasi Teluk Ijo 2

C. PENGUJIAN ANALISIS BUTIRAN (GRAIN SIZE ANALYSIS)(ASTM D 1140-00 & ASTM D 422-63)

3.1 Umum

Sifat-sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirannya. Besar butiran

dijadikan dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanahnya. Oleh karena itu

analisa butiran merupakan pengujian yang sangat sering dilakukan.

Analisa butiran tanah adalah penentuan presentas berat butiran pada satu unit

saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu.

Tujuan umum dari analisa ini adalah untuk mengetahui prosentase susunan butir

tanah sesuai dengan batas klasifikasinya sehingga dapat diketahui jenis contoh

tanah yang diuji. Dalam pengujian ini digunakan standar ASTM D422-63 (1990).

Percobaan ini terdiri dari 2 macam percobaan, yaitu :

1. Hydrometer Analysis / Analisa Hidrometer

Yaitu untuk mengetahui diameter butir tanah yang lebih kecil dari 0,074 mm

atau lolos saringan no. 200.

2. Sieve Analysis / Analisa Butiran

Yaitu untuk mengetahui diameter butir tanah yang lebih besar dari 0,074 mm

atau tertahan saringan no. 200.

3.2 Analisis Hidrometer tidak dilaksanakan (alatnya belum punya)

3.3 Analisis Butiran

1. Tujuan

Untuk mengetahui diameter butir tanah yang lebih besar dari 0,0074 mm atau

tertahan saringan no. 200.

2. Alat dan Bahan

a Satu set saringan (no. 8, 16, 20, 40, 80, 100, 120, 200).

b Penggertar saringan (vibrator).

c Neraca dan anak timbangan.

d Oven listrik.

e Cawan

f Sampel tanah yang digunakan pada analisis hidrometer.

Page 19: Eksplorasi Teluk Ijo 2

Ayakan Diameter PersenNo. Ayakan Lolos

(mm) %

8 2.360

16 1.180

20 0.850

40 0.425

80 0.250

100 0.150

120 0.125

200 0.074

pan

(gr) (gr) e/W x 100%

Berat Berat PersenTertahan Lolos Tertahan

3. Cara Kerja

a Sampel tanah dari percobaan hidrometer dicuci dengan saringan no. 200 sampai

bersih.

b Penucian dinyatakan bersih apabila air bekas cucian telah jernih.

c Sampel tanah yang tertahan dalam saringan no. 200 diletakan di cawan dan di

oven selama 24 jam.

d Sampel tanah kering yang telah dioven selama 24 jam ditimbang bersama

cawannya.

e Sampel tanah dimasukkan ke dalam susunan saringan kemudian digetarkan

dengan alat penggetar.

f Sampel tanah yang tertinggal pad asetiap saringan ditimbang.

4. Data dan Perhitungan

Data dan perhitungan pengujian analisis saringan disajikan dalam Tabel 6.2 di

bawah ini.

Tabel 6.3 Data dan perhitungan pengujian analisis saringan

5. Cara Pembuatan Grafik

Hasil pengujian analisis hidrometer dan analisis saringan disajikan dalam bentuk

grafik dan penggambarannya sabagai berikut :

a Grafik digambar pada kertas logaritma

b Sumbu absis merupakan diameter saringan

c Sumbu ordinat merupakan prosentase kumulatif yang lolos saringan

d Data-data dari sieve analisis kemudian diplotkan ke dalam kertas grafik

e Setelah mengetahui tempat kedudukan titik-titik dari data di atas, kemudian

dibuat garis yang menghubungkan titik-titik tersebut.

Page 20: Eksplorasi Teluk Ijo 2

TABEL KOREKSI

Tabel 1.1. Koreksi (a) terhadap Tabel 1.2. Koreksi (Ct) terhadap Berat Jenis (Gs) Temperatur

Berat Jenis Tanah

(Gs)

Faktor Koreksi

(a)

Temperatur

(C)

Faktor Koreksi

(a)

2,85

2,80

2,75

2,70

2,65

2,60

2,55

2,50

0,96

0,97

0,98

0,99

1,00

1,01

1,02

1,04

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

- 1,10

- 0,90

- 0,70

- 0,50

- 0,30

0,00

0,20

0,40

0,70

1,00

1,30

1,65

2,00

2,50

3,05

3,80

Tabel 1.3. Nilai K (Koreksi terhadap Temperatur dan Gs)

Temp

CBerat jenis tanah (Gs)

2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

0.0151

0.0149

0.0148

0.0145

0.0143

0.0141

0.0140

0.0138

0.0137

0.0135

0.0133

0.0132

0.0130

0.0129

0.0128

0.0148

0.0146

0.0144

0.0143

0.0141

0.0139

0.0137

0.0136

0.0134

0.0133

0.0131

0.0130

0.0128

0.0127

0.0126

0.0146

0.0144

0.0142

0.0140

0.0139

0.0137

0.0135

0.0134

0.0132

0.0131

0.0129

0.0128

0.0126

0.0125

0.0124

0.0144

0.0142

0.0140

0.0138

0.0137

0.0135

0.0133

0.0132

0.0130

0.0129

0.0127

0.0126

0.0124

0.0123

0.0122

0.0141

0.0140

0.0138

0.0136

0.0134

0.0133

0.0131

0.0130

0.0128

0.0127

0.0125

0.0124

0.0123

0.0121

0.0120

0.0139

0.0138

0.0136

0.0134

0.0133

0.0131

0.0129

0.0128

0.0126

0.0125

0.0124

0.0122

0.0121

0.0120

0.0118

0.0137

0.0136

0.0134

0.0132

0.0131

0.0129

0.0128

0.0126

0.0125

0.0123

0.0122

0.0120

0.0119

0.0118

0.0117

0.0136

0.0134

0.0132

0.0131

0.0129

0.0127

0.0126

0.0124

0.0123

0.0122

0.0120

0.0119

0.0117

0.0116

0.0115