18
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Judul : Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya TujuanPercobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan. 2. Mempelajari teknik analisa thin layer chromatography (TLC). Pendahuluan Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setiap contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, dan campuran dapat berupa homogen dan heterogen (Petrucci, 1996). Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter, kloroform, karbon tetraklorida, dan karbon disulfida. Ekstraksi merupakan metode yang paling baik dan paling banyak digunakan, alasan utamanya karena metode ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus atau canggih melainkan hanya memerlukan corong pisah. Pemisahan yang dilakukan sangat sederhana, bersih, cepat dan mudah (Syukri, 1999). Paraf Asisten

Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Praktikum Kimia Organik: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya

Citation preview

Page 1: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya

TujuanPercobaan :

1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan.

2. Mempelajari teknik analisa thin layer chromatography (TLC).

Pendahuluan

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling

bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau

tercampur. Campuran adalah setiap contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan unsur atau

sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi,

dan campuran dapat berupa homogen dan heterogen (Petrucci, 1996).

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut

dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter,

kloroform, karbon tetraklorida, dan karbon disulfida. Ekstraksi merupakan metode yang

paling baik dan paling banyak digunakan, alasan utamanya karena metode ini dapat

dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus

atau canggih melainkan hanya memerlukan corong pisah. Pemisahan yang dilakukan sangat

sederhana, bersih, cepat dan mudah (Syukri, 1999).

Pigmen adalah warna yang beredar di masyarakat merupakan zat warna yang dibuat

secara kimia (warna sintetis) dan warna yang dihasilkan oleh makhluk hidup yang biasa.

Penentuan bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor

diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya, disamping itu masih ada faktor

lainnya, yaitu sifat mikrobiologis, tetapi sebelum mempertimbangkan ataupun

memperhatikan faktor-faktor lainnya, secara visual faktor warna sangat menentukan.

Pewarna alami kini telah banyak digantikan dengan pewarnabuatan yang memberikan lebih

banyak kisaran warna yang telahdibakukan. Hal ini karena zat pewarna alami kurang stabil

dan mudah mengalami perubahan baik fisik maupun kimiawi. Stabilitas warna dari zat

pewarna dipengaruhi oleh cahaya, pH, oksidator, reduktor, dan surfaktan.  Warna dapat

berfungsi sebagai indikator penentuan terhadap kesegaran dan kematangan sayuran atau

Paraf Asisten

Page 2: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

buah-buahan (Winarno, 1997).

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau merah

orange yang sering ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang atau kerangka luar

(eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm, oyster, scallop),

crustacea (lobster, kepiting, udang), dan ikan (salmon, trout, sea beam, kakap merah dan

tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok bakteri, jamur, ganggang, dan

tanaman hijau (Desiana, 2000).

Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada umumnya

disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat

terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C1 dan C5

serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi.

Gambar 1. Rumus Struktur β-karoten

Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan selalu

terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut. Adanya ikatan ganda

terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang

menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid. Semakin banyak ikatan ganda

terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang mengarah ke warna

merah (Herianto, 2008).

Karotenoid mempunyai sifat-sifat tertentu, diantaranya tidak larut dalam air, larut sedikit

dalam minyak, larut dalam hidrokarbon alifatik dan aromatik seperti heksana dan benzene

serta larut dalam kloroform dan metilen klorida. Karotenoid harus selalu disimpan dalam

ruangan gelap (tidak ada cahaya) dan dalam ruangan vakum, pada suhu -200C. Karotenoid

yang terbaik disimpan dalam bentuk padatan kristal dan didalamnya terdapat pelarut

hidrokarbon seperti petroleum, heksana atau benzena. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan

resiko kontaminasi dengan air sebelum dianalisa lebih lanjut. Berdasarkan unsur-unsur

penyusunnya karotenoid dapat digolongkan dalam dua kelompok pigmen yaitu karoten dan

xantofil. Karoten mempunyai susunan kimia yang hanya terdiri dari C dan H seperti α-

karoten, β-karoten dan γ-karoten sedangkan xantofil terdiri dari atom-atom C, H dan O.

(Gama, 2005).

Page 3: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

Kromatografi merupakan suatu teknik untuk menganalisis atau memisahkan campuran

gas, cairan atau zat-zat terlarut. Semua jenis kromatografi melibatkan dua fase yang berdeda,

yaitu fase stasioner dan fase gerak. Pemisahan bergantung pada persaingan berbagai molekul

dalam cuplikan di antara fase stasioner dan fase gerak ( Daintith, 1994).

Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan-

perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan

meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari

fase diam (fase stasioner) dan fase gerak (fase mobil). Fase gerak membawa komponen suatu

campuran melalui fase diam dan fase diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan

afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada perbedaan

jenis fase, namun semua jenis kromatografi tersebut berdasar pada asas yang sama.

Kromatografi dapat digunakan sebagai alat analitik untuk memantau reaksi atau untuk

mengenali hasil reaksi. Kromatografi juga dapat digunakan sebagai alat sintesis untuk

memurnikan sejumlah besar zat (Bresnick, 2004).

Teknik kromatografi lapis tipis (TLC) menggunakan suatu absorben yang disaalutkan

pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya (fase diam) dan pengembangan

kromatogram terjadi ketika fase mobil (fase gerak) tertapis melewati absorben itu, seperti

dikenal baik kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan

kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan

kepekaannnya yang lebih tinggi (Basset et al., 1994).

Kromatografi lapis tipis atau TLC seperti kromatografi kertas tidaklah mahal dan

sederhana menjalankannya dibandingkan kromatografi kertas lebih cepat. Proses itu mungkin

hanya memerlukan sekitar setengah jam, sedangkan pemisahan yang lazim pada kertas

memerlukan waktu beberapa jam. TLC (Thin Layer Chromatography) sangat popular dan

secara rutin digunakan dalam banyak laboratorium. Medium pemisahannya berupa lapisan

barangkali setebal 0,1-0,3 mm zat pada absorban pada lempeng kaca, plastic dan aluminium.

Lempeng yang lazim berukuran 20 x 5 cm. Zat padat yang lazim adalah alumina, gel silica

dan selulosa. Lempeng kaca dan lembar plastic maupun aluminium yang telah dilapisi

sebelumnya dapat dipotong-potong dengan gunting ke ukuran yang diminati (Day dan

Underwood, 1992).

Pemilihan system pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip

kromatografi yang akan digunakan untuk menetapkan sampel yang akan dipisahkan

digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah

satu bagian tepi pelat kromatografi (sebanyak 0,01-10μg zat). Pelarut harus non polar dan

Page 4: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat harus diciptakan dengan mengerok lapisan

vertikal searah gerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk melaksanakan pemisahan

yang dilakukan pada temperatur kamar sampai permukaan pelarut mencapai tinggi 15-18 cm.

Waktu yang diperlukan antara 20-40 menit dan semua teknik yang digunakan untuk

kromatografi kertas dapat dipakai juga untuk kromatografi lapis tipis. Resolusi KLT jauh

lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada

lapisan pengadsorpsi (Khopkar, 1990).

Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf.

Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:

Rf = jarak (cm ) dari garis awalke pusat zona

jarak (cm ) dari garis awal ke garis depan pelarut

Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan pengembang.

Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona

campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona, jadi untuk zona 1,

Rf=L1/Lf. Nilai Rf akan menunjukkan identifikasi asam-asam amino dan intensitas zona itu

dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan noda-noda standar.

Komponen-komponen campuran yang akan dipisahkan yang paling mudah larut dalam fase

mobil organik itu akan mempunyai nilai Rf dekat atau sama dengan satu. Komponen-

komponen yang kelarutannya dalam fase organik lebih rendah akan mempunyai nilai Rf

hampir nol. Nilai Rf bersifat karakteristik dari spesi-spesi khusus dalam macam pemisahan

apapun yang diketahui dan kadang-kadang digunakan untuk identifikasi kualitatif dari spesi

yang tidak diketahui (Basset et al., 1994).

Prinsip Kerja

Proses ekstraksi merupakan pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya

terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut

organik. Ekstraksi senyawa pigmen ini dilakukan dengan menggunakan analisa kromatografi

lapis tipis yang menampilkan sejumlah sebaran komponen dalam pelat kromatografi lapis

tipis yang umumnya membentuk bercak warna yang mudah untuk diamati. Kromatografi

lapis tipis disini didefinisikan sebagai pemisahan campuan oleh dua atau lebih senyawa yang

berbeda melalui distribusi antara dua fasa yaitu fasa stationer dan fasa gerak. Metode ini

bergantung pada perbedaan kelarutan dari substansi. Teknik ini biasanya

menggunakan fase diam dari bentuk pelat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis

sampel yang ingin dipisahkan atau fase geraknya berupa sistem pelarut organik dengan

Page 5: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

perilaku kapiler akan terus bergerak ke atas melewati pelat silika.

Alat

Mortar, pestle, spatula, tabung reaksi, chamber TLC, gelas ukur, pipet tetes, pinset,

penggaris, lampu UV.

Bahan

Aseton, kertas saring, pelarut aseton:heksana (3:7), lempeng silika.

Prosedur Kerja

Preparasi sampel. Sampel (daun, buah atau umbi) yang sudah bersih dan kering (dengan

jumlah air minimum) dipotong kecil-kecil sebanyak 5 gram. Digerus sampel menggunakan

mortar dan pestle dengan menambahkan aseton sebanyak 3 mL. Didekantasi larutan ekstrak

sambil peras padatan yang tersisa menggunakan spatula (pada dinding mortar) hingga ekstrak

aseton maksimum yang diperoleh atau digunakan bantuan kertas saring untuk memeras pasta

tersebut. Dimasukkan ekstrak dalam tabung reaksi 5 mL (sampel 1). Disiapkan kolom

kromatografi dengan melarutkan atau membentuk bubur silika terlebih dahulu. Kemudian

bubur silika dimasukkan kedalam kolom (pipet Pasteur yang telah disumbat dengan kapas

pada bagian ujung bawahnya). Dialirkan eluen atau pelarut aseton:heksana (3:7) kedalam

kolom silika sehingga penampakan packing kolom baik dan rapat. Dimasukkan sampel 1

sebanyak 1 mL kedalam kolom, lalu dilewatkan eluen jika sampel sudah tersisa sedikit diatas

kolom. Ditampung isolat pigmen (sampel 2) dalam gelas ukur sesuai dengan warna pita

ekstrak yang lewat dalam kolom. Disiapkan chamber TLC dan tempatkan pelarut

aseton:heksana (3:7) kira-kira setinggi 0.5 cm. Ditempatkan lempeng silika ukuran tertentu

yang sebelumnya telah ditotolkan sedikit sampel ekstrak: sampel 1 dan sampel 2 ( 1 cm dari

batas bawah kertas) pada TLC chamber. Lalu ditutup chamber dan ditunggu pergerakan

pelarut hingga sampai batas atas ( 0.5 cm dari batas atas kertas). Diambil lempeng dengan

menggunakan pinset dan keringanginkan dan jika sudah kering, diamati pemisahan pigmen

yang terjadi pada lempeng menggunakan sinar UV. Diukur jarak yang ditempuh senyawa dan

pelarut tersebut. Dihitung faktor retensi (Rf) untuk masing-masing komponen.

Alokasi Waktu

No Kegiatan Jam Waktu

Page 6: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

1. Persiapan praktikum 13.00 – 13.05 5 menit

2. Pembuatan sampel 13.05 – 13.15 10 menit

3. Pembuatan kolom 13.15 – 13.45 30 menit

4. Mengekstrak sampel 13.45 – 14.50 65 menit

5. Proses KLT 14.50 – 15.15 25 menit

Total waktu 135 menit

Hasil

a. Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil

1. Sampel bayam 5 gram

2. Penambahan aseton pada sampel 3 mL

3. Larutan ekstrak Berwarna hijau

4. Hasil kromatografi kolom

Fraksi I: berwarna kuning pekat (kuning ++)

Fraksi II: berwarna hijau

Fraksi III: berwarna kuning muda (kuning+)

5. Jarak yang ditempuh senyawa

Fraksi I: 1,1 cm

Fraksi II: 1 cm

Fraksi III: 0,7 cm

6. Jarak yang ditempuh pelarut 3,6 cm

b. Perhitungan

Fraksi I (kuning pekat)

R f=jarak yang ditempuh senyawajarak yang ditempuh pelarut

R f=1,13,6

=0,31

Fraksi II (hijau)

Page 7: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

R f=jarak yang ditempuh senyawajarak yang ditempuh pelarut

R f=1

3,6=0,28

Fraksi III (kuning muda)

R f=jarak yangditempuh senyawajarak yang ditempuh pelarut

R f=0,73,6

=0,19

c. Gambar Hasil Pengamatan

Gambar c.1: Kolom awal Gambar c.2: Eluen berjalan Gambar c.3: Sampel, fraksi I,

fraksi II

Gambar c.4: Fraksi I, fraksi II, fraksi III Gambar c.5: KLT

Pembahasan Hasil

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan

Page 8: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi

menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam

campuran. Pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan

melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like dissolve like”. Teknik ekstraksi

lainnya misalnya menggunakan air untuk mengambil pigmen alami dari tumbuhan seperti

daun. Ekstraksi pigmen adalah proses pemisahan pigmen dari suatu bahan campurannya

dalam jaringan tumbuhan menggunakan suatu pelarut.

Pemisahan pigmen dari tumbuhan, dapat dilakukan dengan kromatografi kolom dan

dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben bubur silika harus senantiasa

basah karena, jika dibiarkan kering, kolom yang terbentuk dari bubur silika bisa retak,

sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain itu, kondisi yang basah berperan

untuk memudahkan proses elusi (larutan melewati kolom) dalam kolom. Kromatografi kolom

bertujuan untuk mengisolasi komponen dari campurannya. kromatogarfi kolom ini

menggunakan kolom dengan adsorben bubur sillika karena kolom yang dibentuk dengan

bubur silika memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. Bubur silika

memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat, dengan

demikian adsorben silika gel mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal.

Metode pembuatan kolom terbagi menjadi 2 yaitu untuk metode kering, kolom pertama diisi

dengan kering fase diam bubuk, diikuti dengan penambahan fase mobile. Metode basah,

sebuah bubur disiapkan dari eluent dengan fase diam dan kemudian dengan hati-hati

dituangkan ke dalam kolom. Lapisan ini biasanya ditutupi dengan kapas untuk melindungi

bentuk lapisan organik dari kecepatan baru ditambahkan eluent. Eluen perlahan-lahan

melewati kolom untuk memajukan bahan organik.

Langkah pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel, dimana sampel yang

digunakan dalam praktikum ini adalah daun bayam. Daun bayam yang akan digunakan

ditimbang sebanyak 5 gram kemudian ditumbuk dan ditambahkan pelarut aseton sebanyak 3

mL. Penumbukan ini bertujuan menghaluskan daun sehingga senyawa yang terkandung di

dalamnya mudah larut dalam pelarut aseton, sebab semakin halus daun maka semakin luas

permukaan untuk terjadi kontak dengan pelarut maka semakin banyak zat yang dapat

terekstrak. Penambahan aseton ini berfungsi untuk melarutkan klorofil. Aseton efektif untuk

mengekstrak pigmen tumbuhan karena sebagian besar pigmen tumbuhan seperti klorofil,

karoten dan xantofil memiliki sifat diantara polar dan non polar, setelah itu dilakukan

penyaringan agar diperoleh filtrat yang mengandung pigmen tanaman, sedangkan residunya

dibuang.

Page 9: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

Langkah kedua adalah menyiapkan kolom yang akan digunakan untuk pemisahan

pigmen tersebut dengan menimbang silika sebanyak 2 gram, kemudian silika dilarutkan

dengan pelarut aseton sehingga terbentuk bubur silika. Setelah itu dimasukkan bubur silika

tersebut ke dalam kolom yang sebelumnya kolom tersebut sudah disumbat dengan kapas pada

bagian ujungnya. Pelarut aseton:heksana (3:7) dialirkan ke dalam kolom silika dan diketuk-

ketuk bagian dinding kolom agar bubur silika tersebut tertata rapi atau padat hingga tidak ada

udara yang menempati kolom tersebut, kolom harus bebas dari gelembung udara karena bila

ada gelembung udara maka proses pemisahan yang terjadi tidak akan sempurna sehingga

akan terjadi penyebaran noda ketika hasil kromatografi kolom di uji KLT. Pelarut

aseton:heksana (3:7) ini berfungsi sebagai fase geraknya. Proses pemisahan dengan

kromatografi kolom, bubur silika harus basah karena apabila dibiarkan kering, kolom yang

terbentuk dari bubur silika bisa retak, sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal.

Selain itu, kondisi yang basah berperan untuk memudahkan proses elusi (larutan melewati

kolom) dalam kolom. Setelah kolom kromatografi siap dipakai, ekstrak sampel daun

dimasukkan ke dalam kolom, lalu memasukkan pelarut ke dalam kolom dan membuka

krannya, dan terlihat pigmen dari sampel daun mulai bergerak turun dan mulai menetes.

Fraksi-fraksi yang keluar dari kolom ini ditampung dalam tabung reaksi dan mengganti

tabung reaksinya ketika warna yang keluar dari kolom berubah. Larutan berawarna ini adalah

pigmen dari daun sampel. Fraksi yang diperoleh tersebut kemudian di uji dengan KLT,

mengamati jenis pigmen apa saja yang terdapat pada tiap fraksi yang didapat.

Langkah ketiga adalah persiapan plat (lempeng silika) untuk kromatografi, harus

dibuat garis atas dan garis bawah dengan ukuran 1 cm pada lempeng silika untuk

mempermudah menghitung jarak noda yang terelusi sehingga Rf noda dapat dihitung dan

komponen senyawa dari noda bayam dapat di analisis. Garis-garis ini harus dibuat dengan

menggunakan pensil, tidak boleh menggunakan bulpoin atau alat tulis lain yang

menggunakan tinta karena apabila menggunakan tinta maka tinta dari alat tulis akan ikut

terelusi pada saat kromatografi berlangsung sehingga dapat mempengaruhi proses

kromatografi dan apabila menggunakan pensil, karbon dari pensil tidak akan ikut terelusi

karena karbon bersifat inert sehingga tidak mempengaruhi proses kromatografi. Langkah

berikutnya yaitu ditempatkan plat (lempeng silika) yang sebelumnya telah ditotolkan sedikit

sampel fraksi I, sampel fraksi II, dan sampel fraksi III pada TLC chamber yang sudah terisi

pelarut aseton:heksana (3:7) setinggi 0,5 cm. pelarut aseton:heksana (3:7) ini berfungsi

sebagai fasa geraknya. Sampel ditutup dalam chamber yaitu untuk menghindari penguapan

Page 10: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

dan untuk menjenuhkan chamber agar proses penyerapan lebih mudah. Setelah pelarut

mencapai tanda batas yang telah ditentukan. Lempeng silika tersebut diangkat dan

dikeringkan, kemudian diamati pemisahan pigmen yang terjadi pada lempeng menggunakan

sinar UV. Hasil yang didapatkan yaitu berupa noda-noda pada lempeng silica tersebut,

dimana pada fraksi I berwarna kuning ++, fraksi II berwarna hijau, dan fraksi III berwarna

kuning +. Warna-warna noda ini menunjukkan senyawa tertentu karena senyawa-senyawa

tertentu memiliki warna yang tertentu pula. Noda yang berwarna kuning pekat (kuning ++)

kemungkinan adalah senyawa β-karoten, warna hijau kemungkinan senyawa klorofil a, dan

warna kuning muda (kuning+) kemungkinan klorofil b. Berdasarkan literatur bahwa  β-

karoten berwarna kuning-merah, klorofil a berwarna hijau kebiruan, dan klorofil b kuning

kehijauan. Namun noda-noda ini belum pasti senyawa β-karoten, klorofil a, dan klorofil b,

karena banyak senyawa yang memiliki warna yang sama dan untuk mengetahui dengan pasti

jenis noda-noda ini merupakan senyawa β-karoten, klorofil a dan klorofil b maka harus

dihitung harga Rf nya, karena harga Rf merupakan identitas dari suatu senyawa. Harga Rf

merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran

kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram. Harga Rf dihitung dengan

menggunakan persamaan:

R f=jarak yang ditempuh senyawajarak yang ditempuh pelarut

dimana jarak yang ditempuh oleh senyawa yang didapatkan dari masing-masing fraksi pada

percobaan ini yaitu sebesar 1,1 cm; 1 cm; 0,7 cm; dan untuk jarak yang ditempuh pelarut

didapatkan hasil sebesar 3,6 cm. Setelah dihitung didapatkan nilai Rf dari masing-masing

fraksi adalah fraksi I sebesar 0,31, fraksi II sebesar 0,28, dan fraksi III sebesar 0,19. Harga Rf

ini menunjukkan noda-noda tersebut bukan senyawa β-karoten, klorofil a, dan klorofil b

karena berdasarkan literatur harga Rf klorofil a, klorofil b dan β-karoten masing-masing

sebesar 0,4; 0,38; dan 0,625. Namun bisa saja noda-noda tersebut merupakan senyawa yang

dimaksud mengingat warna-warna dari noda tersebut hampir sama dengan warna noda yang

ada dalam literatur dan sering kali harga Rf berbeda dari satu kertas ke kertas lainnya (Basset,

1994). Kemungkinan harga Rf dari literatur menggunakan kertas yang berbeda dengan kertas

yang digunakan saat praktikum sehingga nilai Rf yang diperoleh juga berbeda. Jenis pigmen

pada sampel bayam dilihat dari warna nodanya antara lain fraksi I adalah β-karoten, fraksi II

adalah klorofil a, dan fraksi III adalah klorofil b.

Page 11: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ekstraksi pigmen dan analisa TLC-nya

ini antara lain:

- Teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan dilakukan dengan

metode ekstraksi pigmen dengan menggunaan suatu pelarut. Pemisahan pigmen juga dapat

dilakukan dengan kromatografi kolom. Proses dalam kromatografi kolom ini

menghasilkan larutan dengan warna yang berbeda-beda. Larutan berawarna ini adalah

pigmen dari daun sampel. Larutan yang diperoleh tersebut kemudian di uji dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sehingga diketahui jenis pigmen yang terdapat pada

setiap larutan yang didapat. Jenis pigmen yang terdapat pada sampel bayam antara lain β-

karoten, klorofil a, dan klorofil b.

- Teknik analisa thin layer chromatography (TLC) ini digunakan untuk mengidentifikasi

larutan yang diperoleh dari hasil kromatografi kolom dengan radiasi menggunakan sinar

UV sehingga noda pada lempeng silica terlihat dan dihasilkan nilai Rf pada masing-

masing fraksi.

Referensi

Basset, J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Bresnick, S. 2004. Intisari Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates.

Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.

Desiana. 2000. Ekstraksi Pigmen Karotenoid dari Limbah Udang Windu. Bogor: IPB.

Gama, J.J.T dan Stylos, C.M. 2005. Major carotenoid composition of Brazilian Valencia

orange juice: Identification and quantification by HPLC Department of Food and

Nutrition. FCF-UNESP. pp. 14801-14902.

Harianto, E. 2008. Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit Indonesia 1964 – 2007. Jakarta:

Ekonomi Kelapa Sawit.

Basset, J et al. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1992. Analisis Kimis Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta:

Erlangga.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.

Petrucci, Ralph H. 1996. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Saran

Page 12: Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya.docx

Saran untuk percobaan distilasi minyak atsiri ini yaitu sebaiknya sebelum melakukan

praktikum, praktikan harus mengetahui dan memahami dengan baik prosedur kerja terlebih

dahulu agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan praktikum.