23
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 1 PENGARUH SUPERVISI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP TINDAKAN YANG MENURUNKAN KUALITAS AUDIT Kurnia [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya Ernie Tisnawati Sule Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung ABSTRACT This study examines the effect of supervision and job satisfaction on reduced audit quality. Based on the literature review, this study hypothesize that supervision and job satisfaction have an effect on reduced audit quality. This study uses data from auditors of audit firms listing in Bapepam-Lembaga Keuangan (LK). Data was collected through questionnaires. The respondents of this research are junior auditors, senior, supervisor, and manager. Data were analyzed using multiple regression analysis for testing hypothesis. The results show that supervision and job satisfaction have a negatively effect on reduced audit quality. Spesifically, this study indicates that auditors who have perceived that supervision isn’t effective are more likely to commit reduced audit quality. The results also indicate that auditors who their job satisfaction is lower tend to engage in reduced audit quality. Based on these results, to improve the quality of audit, quality control system in KAP should ensure that the supervision procedures have been implemented as appropriate, as well as ensuring that all work has been supervised by his superior auditor. Based on the results of this study also suggested that KAP improve conditions that can cause job dissatisfaction. Key words: Supervision, Job Satisfaction and Reduced Audit Quality. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh supervisi dan kepuasan kerja terhadap tindakan yang menurunkan kualitas audit. Berdasarkan tinjauan literatur, hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa supervisi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap tindakan yang menurunkan kualitas audit. Penelitian ini menggunakan data hasil survey dari auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Bapepem-Lembaga Keuangan (LK). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari responden yang terdiri atas auditor junior, auditor senior, supervisor, dan manajer. Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supervisi dan kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap tindakan yang menurunkan kualitas audit. Secara khusus, penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang merasa bahwa supervisi tidak dilaksanakan secara efektif lebih cenderung untuk melakukan tindakan-tindakan yang menurunkan kualitas audit. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa auditor yang merasakan kepuasan kerja lebih rendah cenderung untuk melakukan tindakan-tindakan yang menurunkan kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan kualitas audit, sistem pengendalian kualitas di KAP harus dapat menjamin bahwa prosedur supervisi telah dijalankan sebagaimana mestinya, serta memastikan bahwa semua pekerjaan auditor telah disupervisi oleh atasannya. Berdasarkan hasil penelitian ini juga, disarankan agar KAP memperbaiki kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan terjadinya ketidak-puasan kerja. Kata-kata kunci: Supervisi, Kepuasan Kerja dan Penurunan Kualitas Audit.

EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

1

PENGARUH SUPERVISI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP TINDAKANYANG MENURUNKAN KUALITAS AUDIT

[email protected]

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) SurabayaErnie Tisnawati Sule

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung

ABSTRACT

This study examines the effect of supervision and job satisfaction on reduced audit quality. Based on theliterature review, this study hypothesize that supervision and job satisfaction have an effect on reduced auditquality. This study uses data from auditors of audit firms listing in Bapepam-Lembaga Keuangan (LK). Datawas collected through questionnaires. The respondents of this research are junior auditors, senior, supervisor,and manager. Data were analyzed using multiple regression analysis for testing hypothesis. The results showthat supervision and job satisfaction have a negatively effect on reduced audit quality. Spesifically, this studyindicates that auditors who have perceived that supervision isn’t effective are more likely to commit reducedaudit quality. The results also indicate that auditors who their job satisfaction is lower tend to engage in reducedaudit quality. Based on these results, to improve the quality of audit, quality control system in KAP shouldensure that the supervision procedures have been implemented as appropriate, as well as ensuring that all workhas been supervised by his superior auditor. Based on the results of this study also suggested that KAP improveconditions that can cause job dissatisfaction.

Key words: Supervision, Job Satisfaction and Reduced Audit Quality.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh supervisi dan kepuasan kerja terhadap tindakan yangmenurunkan kualitas audit. Berdasarkan tinjauan literatur, hipotesis penelitian ini menyatakan bahwasupervisi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap tindakan yang menurunkan kualitas audit.Penelitian ini menggunakan data hasil survey dari auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) yangterdaftar pada Bapepem-Lembaga Keuangan (LK). Data dikumpulkan dengan menggunakankuesioner dari responden yang terdiri atas auditor junior, auditor senior, supervisor, dan manajer.Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa supervisi dan kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadaptindakan yang menurunkan kualitas audit. Secara khusus, penelitian ini menunjukkan bahwa auditoryang merasa bahwa supervisi tidak dilaksanakan secara efektif lebih cenderung untuk melakukantindakan-tindakan yang menurunkan kualitas audit. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwaauditor yang merasakan kepuasan kerja lebih rendah cenderung untuk melakukan tindakan-tindakanyang menurunkan kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan kualitasaudit, sistem pengendalian kualitas di KAP harus dapat menjamin bahwa prosedur supervisi telahdijalankan sebagaimana mestinya, serta memastikan bahwa semua pekerjaan auditor telahdisupervisi oleh atasannya. Berdasarkan hasil penelitian ini juga, disarankan agar KAP memperbaikikondisi-kondisi yang dapat menimbulkan terjadinya ketidak-puasan kerja.

Kata-kata kunci: Supervisi, Kepuasan Kerja dan Penurunan Kualitas Audit.

Page 2: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

2 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

PENDAHULUANAuditor merupakan suatu profesi yang

dipercaya untuk menentukan kewajaranatas informasi yang diberikan perusahaankepada masyarakat. Pemegang saham,kreditur, ataupun pihak lainnya mem-berikan kepercayaan kepada auditor untukmembuktikan kelayakan informasi dalamlaporan keuangan yang disediakan mana-jemen. Hasil penilaian, analisa serta pen-dapat dari auditor terhadap suatu laporankeuangan sebuah perusahaan akan sangatmenentukan dasar pertimbangan dan pe-ngambilan keputusan bagi seluruh pihakataupun publik yang menggunakannya.Misalnya, para investor dalam memper-timbangkan dan memutuskan kebijakaninvestasinya, para penasihat keuangan danpenasihat investasi dalam memberikanarahan pada para investor terhadap ke-adaan dan prospek perusahaan tersebut,para pemberi pinjaman dalam memper-timbangkan serta memutuskan langkahpemberian ataupun penghentian pinjamanbagi perusahaan. Namun, dapat dibayang-kan bagaimana banyak pihak akan dirugi-kan apabila ternyata laporan keuanganyang telah memperoleh penilaian “wajartanpa pengecualian” dari akuntan publikternyata tidak sesuai dengan keadaan yangsebenarnya tentang laporan keuangan ter-sebut. Misalnya, sebuah bank yang ber-dasarkan laporan audit yang dihasilkanoleh akuntan publik, memutuskan untukmemberikan tambahan fasilitas pinjamankepada debiturnya. Pada akhirnya di-ketahui bahwa laporan keuangan tersebutmerupakan laporan keuangan yang direka-yasa untuk menunjukkan bahwa debiturtersebut tetap dalam keadaan membukukanlaba, dan auditor gagal untuk menemukanrekayasa yang dilakukan oleh perusahaan.

Pertanggung-jawaban auditor terhadapkepercayaan publik yang diberikan kepada-nya, menjadi dasar akan hadirnya kualitasdari setiap hasil audit ataupun hasil pe-meriksaan laporan keuangan yang di-lakukannya. Keharusan dalam memenuhikualitas, akan sangat berhubungan dengan

kemampuan yang dimilikinya sebagai se-orang professional yang mandiri. Berbagaicara telah dilakukan baik oleh organisasiprofesi yang dalam hal ini adalah InstitutAkuntan Publik Indonesia (IAPI) ataupunDepartemen Keuangan RI selaku pembinadan pengawas praktik akuntan publik diIndonesia untuk menjaga dan meningkat-kan kualitas audit dari setiap pemeriksaanyang dilakukan oleh auditor. Begitu ketat-nya persyaratan yang harus dilalui untukmendapatkan izin dan kewenangan untukmelaksanakan profesi akuntan publikmenggambarkan sudah seharusnya hasilkerja dari auditor akan memberikan per-lindungan pada setiap anggota masyarakatyang menggunakan ataupun meletakkankepercayaan kepadanya dalam proses peng-ambilan keputusan. Lebih lanjut, dalamrangka meningkatkan kompetensi danindependensi auditor, Menteri Keuangandan IAPI telah menetapkan StandarAkuntansi Keuangan (SAK), StandarProfesional Akuntan Publik (SPAP), danrangkaian pendidikan profesional lanjutanseharusnya sudah memberikan jaminanakan pencapaian kualitas audit seperti yangdiharapkan.

Namun, dalam masyarakat masih sajaterus terjadi tudingan terhadap ketidak-profesionalan auditor. Begitu seringnyaMenteri Keuangan RI menjatuhkan sanksiperingatan hingga sanksi pembekuan izindari akuntan publik menunjukkan kualitasaudit yang dihasilkan profesi akuntanpublik masih dipertanyakan. Pelanggaran-pelanggaran profesi yang telah banyak d-ilakukan dalam praktik menunjukkan buktibahwa auditor telah gagal atau tidak mam-pu untuk melaksanakan audit laporankeuangan berdasarkan SPAP sebagai suatupanduan teknis yang wajib dipatuhi olehauditor dalam memberikan jasa-jasanya.Salah satu pelanggaran terhadap SAK danSPAP yang cukup menjadi perhatian publikadalah hasil pemeriksaan yang dilakukanBPKP (Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan) terhadap auditor-auditoryang mengaudit bank-bank bermasalah.

Page 3: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 3

Diawali oleh Pembentukan Tim Evaluasiterhadap auditor yang mengaudit bank-bank bermasalah berdasarkan SK. MenteriKeuangan No.472/KMK.01.017/1999 tang-gal 4 Oktober 1999, Departemen Keuanganmeminta BPKP untuk melakukan peer reviewterhadap kertas kerja auditor untuk tahunbuku 1995, 1996, dan 1997 (Fatchurrohman,2001). Pembentukan tim itu sendiri sebenar-nya didasari oleh kecurigaan masyarakatberkaitan dengan kualitas pekerjaan auditorbank-bank tersebut. Dalam auditnya ter-hadap bank-bank tersebut, auditor telahmemberikan penilaian “wajar tanpa pe-ngecualian” kepada bank-bank yang se-bulan kemudian ternyata collapse, sehinggaterpaksa dibekukan. Peer review oleh BPKPdilakukan dengan memeriksa kertas kerjayang dibuat oleh auditor dalam mengauditbank-bank tersebut. Dengan melihat kertaskerja maka BPKP dapat melihat kualitaspekerjaan auditor, karena tujuan pem-buatan kertas kerja audit adalah untukmendukung pendapat auditor atas laporankeuangan yang diauditnya, serta untuk

menguatkan simpulan-simpulan auditordan kompetensi auditnya.

Hasil pemeriksaan yang dilakukanBPKP terhadap kertas kerja auditor bank-bank bermasalah (yang selanjutnya ditetap-kan sebagai Bank Beku Kegiatan Usaha/BBKU) menunjukkan bahwa banyak auditoryang melanggar SPAP. Pemeriksaan yangdilakukan atas kertas kerja 10 KantorAkuntan Publik (KAP) yang mengaudit 37bank bermasalah memperlihatkan bahwa;Pertama, hampir semua KAP tidak me-lakukan pengujian yang memadai atassuatu akun. Kedua, pada umumnyadokumentasi audit yang kurang memadai.Ketiga, terdapat auditor yang tidak me-mahami peraturan perbankan tetapimenerima penugasan audit terhadap bank.Keempat, pengungkapan yang tidak me-madai terhadap laporan audit. Kelima,terdapat auditor yang tidak mengetahuilaporan dan opini audit yang sesuaistandar. Adapun rekapitulasi hasil peerreview terhadap kertas kerja auditor 37 bankbermasalah dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1Rekapitulasi hasil peer review terhadap kertas kerja auditor

No. Uraian pelanggaran Jumlah KAP/(%)

1.2.3.4.5.6.7.8.

9.10.

11.12.13.14.

Tidak melakukan pengujian yang memadai atas suatu akunDokumentasi tidak memadaiTidak melakukan kontrol hubunganTidak melakukan uji ketaatan terhadap peraturanTidak membuat kesimpulan auditTidak melakukan perencanaan sampel auditTidak melakukan pengujian fisikTidak melakukan pengkajian terhadap risiko audit danmaterialitasTidak memahami dan mempelajari peraturan perbankanProgram audit yang tidak sesuai dengan karakteristik bisnis klienStandar pelaporan pengungkapan yang tidak memadaiOpini audit yang tidak sesuai dengan standarKesalahan pengklasifikasian suatu transaksiLaporan audit yang tidak sesuai dengan standar

9 KAP (90%)7 KAP (70%)5 KAP (50%)4 KAP (40%)4 KAP (40%)3 KAP (30%)2 KAP (20%)2 KAP (20%)

1 KAP (10%)1 KAP (10%)

8 KAP (80%)1 KAP (10%)1 KAP (10%)1 KAP (10%)

Sumber: Fatchurrohman (2001)

Page 4: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

4 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

Dari keseluruhan KAP (10 KAP) yangdireview, hanya 1 KAP, yaitu KAP H.S.(Fatchurrohman, 2001) yang menurut hasilpenilaian BPKP tidak terdapat temuan pe-nyimpangan dari standar auditing. Adapunakibat ketika audit melanggar standar auditseperti yang terdapat dalam hasil pe-meriksaan BPKP adalah kemungkinanterbesarnya auditor tidak dapat menemu-kan kesalahan atau ketidaksesuaian denganStandar Akuntansi Keuangan (SAK), sertaakhirnya memberikan pendapat yang me-nyesatkan tentang laporan keuangan yangdiauditnya.

Pelanggaran terhadap SPAP ataupunSAK tersebut menunjukkan bahwa sebagianKantor Akuntan Publik belum melaksana-kan pekerjaannya sesuai dengan standaryang seharusnya dipatuhi. Hal tersebut jugadapat menunjukkan bahwa kinerja daripara staf auditor sebagai anggota tim auditbelum sepenuhnya sesuai dengan yangdiharapkan. Kasus-kasus ketidakpatuhantersebut seharusnya menjadi peringatanbagi para staf auditor agar mereka selalumelaksanakan pekerjaannya dengan penuhkehati-hatian, dan berusaha untuk menjagaatau mempertahankan kualitas hasil audit-nya. Kualitas audit merupakan suatu faktorpenentu yang dapat menunjukkan apakahpekerjaan audit telah dilaksanakan sesuaidengan standar-standar yang telah ditentu-kan. Hasil penelitian oleh Behn et al.,(Samelson et al., 2006) yang meneliti tentangatribut penentu kualitas audit menunjukkanbahwa staf audit sebagai anggota tim auditsangat menentukan faktor-faktor keber-hasilan Kantor Akuntan Publik (KAP)dalam menjalankan pengauditan yang ber-kualitas. Terdapat berbagai atribut yangmenentukan kualitas audit. Pelaksanaanatau penerapan atribut-atribut tersebut olehKAP dalam proses pengauditan sangatditentukan oleh staf auditor sebagai ang-gota team audit KAP.

Supervisi merupakan salah satu carayang dapat digunakan untuk memper-tahankan kualitas audit dan meningkatkanefisiensi pelaksanaan audit (Georgiades,

2006). Supervisi adalah unsur sangatpenting dalam audit karena banyaknyapekerjaan yang harus dikerjakan olehauditor level bawah (Arens et al., 2008).Hampir sebagian besar pekerjaan lapangandilakukan oleh auditor ditingkat yang lebihrendah, oleh karena itu untuk menjaga agaraudit yang dilaksanakan memenuhi standaryang telah ditetapkan maka perlu dilakukanprogram supervisi (Arens et al., 2008). Huda(2000) menyatakan bahwa tujuan supervisiadalah untuk meningkatkan produktivitastenaga kerja yang bersangkutan, selainuntuk menjamin bahwa perencanaan akandilaksanakan sebagimana nyatanya. Dalampelaksanaan audit, auditor level lebihrendah diberi tugas untuk melaksanakanberbagai prosedur audit yang telah ditetap-kan sebelumnya. Agar pelaksanaan pro-sedur audit tersebut sesuai dengan yangdirencanakan maka harus ada pihak (atas-an) yang mengawasi pelaksanan pekerjaanyang dilakukan oleh auditor tersebut(Messier et al., 2006). Kualitas audit sangatditentukan oleh kinerja profesional anggotatim audit (Herbach, 2001). Dengan adanyasupervisi diharapkan mutu pekerjaan yangdilaksanakan oleh para staf audit dapatditingkatkan, dengan demikian kualitasaudit yang dilaksanakan oleh kantorakuntan publik juga dapat dipertahankan.

Pentingnya pelaksanaan supervisi da-lam mencapai mutu pelaksanaan audit yangberkualitas juga telah dinyatakan olehbadan profesi (Institut Akuntan PublikIndonesia). Standar pekerjaan lapangan per-tama menyatakan bahwa pekerjaan harusdirencanakan sebaik-baiknya dan jika di-gunakan asisten harus disupervisi dengansemestinya (SPAP, 2001: 310). Selanjutnya,SA Seksi 311 juga menyatakan bahwasupervisi mencakup pengarahan usahaasisten yang terkait dengan pencapaiantujuan audit dan penentuan apakah tujuantersebut tercapai (SPAP, 2001). Pekerjaanyang dilaksanakan oleh asisten harus di-review oleh atasan untuk menentukan apa-kah pekerjaan tersebut telah dilaksanakansecara memadai (Payne dan Ramsay, 2008).

Page 5: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 5

Hasil pemeriksaan Direktorat Pem-binaan Akuntan dan Jasa Penilai (DPAJP)Departemen Keuangan Republik Indonesiaterhadap beberapa Kantor Akuntan Publik(KAP) dan Akuntan Publik telah me-nunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi diKAP-KAP masih lemah (Fatchurrohman,2001). Hal yang sama juga terjadi pada hasilpemeriksaan yang telah dilakukan olehPusat Pembinaan Akuntan Publik dan JasaPenilai (PPAJP) Departemen Keuangan.Dari hasil pemeriksaan yang dilakukanpada tahun 2008 dan 2009 terhadap 94 KAP(Tabel 2), menunjukkan bahwa 30% (tahun2008) dan 25% (tahun 2009) supervisi yangdilakukan tidak memadai (Pusat PembinaanAkuntan Publik dan Jasa Penilai, 2010).

Tabel 2Kelemahan supervisi dan independensi

selama tahun 2008 dan 2009

Kelemahan: Tahun 2008 Tahun 2009Supervisi 29% 23%Independensi 30% 25%

Sumber: Pusat Pembinaan Akuntan Publik dan JasaPenilai, Depkeu (2010)

Beberapa pendapat juga menyatakanbahwa kepuasan kerja mempunyai peranpenting dalam meningkatkan produktivitas(Robbins, 2003) atau kinerja (Luthans, 2006;Kreitner dan Kinicki, 2005). Sebaliknya,ketidak-puasan kerja dapat menimbulkanperilaku-perilaku yang merugikan bagiorganisasi (Robbins, 2003). Beberapa pe-nelitian telah menunjukkan bahwa kepuas-an atau ketidak-puasan dapat mempe-ngaruhi terjadinya perilaku-perilaku dis-fungsional (Herbach, 2001; Duffy et al., 2002;Anton, 2009). Duffy et al. (2002) memberikancontoh beberapa perilaku disfungsionalyang dapat dipengaruhi oleh kepuasan,seperti; melaksanakan pekerjaan secaralambat, tidak teliti, kualitas dan kuantitasrendah, keterlambatan, atau produk-produkyang rusak. Dalam konteks auditing,perilaku-perilaku disfungsional tersebutdapat berbentuk tindakan-tindakan yang

dapat menurunkan kualitas audit (Donellyat al., 2003).

Sementara itu, Herbach (2001) me-nyatakan bahwa pengauditan selain me-rupakan hubungan agensi antara penggunalaporan dan KAP, juga merupakan hubung-an agensi antara pemilik KAP (partner)dengan para staf auditnya (pegawai). KAPmerupakan sebuah organisasi yang terdiridari berbagai anggota yang mempunyaiperan penting dalam penyelesaian pekerja-an audit. Pengumpulan bukti audit dilapangan dilakukan oleh staf auditor yangtidak berhubungan langsung dengan opiniaudit yang merupakan tanggung jawabpartner. Dalam situasi seperti itu, partner(principal) mengeluarkan opininya berdasar-kan file audit yang telah disiapkan oleh stafauditor (agent) tanpa melihat langsungbagaimana file-file tersebut disiapkan.

Walaupun opini yang dikeluarkanpartner tergantung pada kinerja profesionalstaf auditor, namun kepentingan stafauditor dan partnernya kadang-kadangberlainan. Hasil penelitian Rebele danMichaels (Huda, 2000) telah membuktikanrendahnya kepuasan kerja yang dialamioleh staf auditor pada level organisasi yanglebih rendah. Hal tersebut juga sesuaidengan hasil penelitian Nurahma danIndriantoro (2000) yang menyatakan bahwakepuasan kerja di Kantor Akuntan Publik(KAP) dipengaruhi oleh fungsi dan ke-dudukan karyawan dalam organisasi. Me-nurutnya, karyawan pada level yang lebihbawah cenderung mengalami ketidak-puasan dan kebosanan karena pekerjaanyang kurang menantang dan tanggung-jawab yang lebih kecil. Hasil-hasil peneliti-an tersebut menunjukkan bahwa walaupunKAP diharapkan dapat menyediakan jasaaudit yang berkualitas, namun harapanuntuk dapat menghasilkan jasa audit yangberkualitas pada akhirnya sangat ditentu-kan oleh para staf auditnya. Beberapa hasilpenelitian telah menunjukkan bahwa ter-dapat beberapa perilaku staf audit yang da-pat mempengaruhi kualitas audit (Herbach,2001). Soobaroyen dan Chengabroyan (2005)

Page 6: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

6 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

telah memberikan contoh beberapa perilakustaf auditor yang dapat mengurangikualitas audit, diantaranya; mengurangijumlah sampel dalam audit, melakukanreview dangkal terhadap dokumen klien,tidak memperluas pemeriksaan ketika ter-dapat item yang dipertanyakan, menghenti-kan beberapa prosedur audit penting yangbelum selesai dikerjakan secara lengkap,atau mengabaikan/tidak melaksanakan be-berapa prosedur audit penting lainnya.

Dengan semakin pentingnya perananstaf audit dalam mewujudkan hasil audityang berkualitas, maka kepuasan kerja stafaudit merupakan faktor penting yang harusdiperhatikan dalam rangka meningkatkankualitas audit. Teori ataupun hasil peneliti-an tentang kepuasan telah menunjukkanbagaimana kepuasan kerja karyawan dapatmempengaruhi karyawan untuk me-ningkatkan produktivitas kerjanya. Kreitnerdan Kinicki (2005) menyatakan bahwakepuasan dapat mengarahkan pada prestasiyang lebih tinggi. Sementara itu, Luthans(2006) menyatakan bahwa seseorang yangmerasa puas dapat menghasilkan kinerjayang lebih besar. Menurutnya, kepuasanmungkin tidak perlu menghasilkan per-kembangan kinerja individu, tetapi dapatmenyebabkan perkembangan level depar-temen dan organisasi. Berdasarkan teorikepuasan yang telah dinyatakan oleh parapakar, kualitas audit dapat ditingkatkandengan berupaya untuk meningkatkan ke-puasan staf auditor. Peningkatan kepuasanstaf auditor dapat menimbulkan berbagaiperilaku yang pada umumnya merupakanperilaku-perilaku yang dapat menguntung-kan organisasi/Kantor Akuntan Publik tem-pat mereka bekerja. Begitu juga sebaliknya,ketidakpuasan kerja dapat menimbulkanperilaku-perilaku yang tidak menguntung-kan bagi organisasi tempat mereka bekerja.Robins (2003) menyatakan bahwa kepuasankerja dapat mempengaruhi produktivitaskaryawan, kemangkiran, atau mempe-ngaruhi tingkat keluar masuknya karya-wan. Tujuan penelitian ini adalah untukmenguji pengaruh supervisi dan kepuasan

kerja terhadap terjadinya tindakan yangmenurunkan kualitas audit.

TINJAUAN TEORETISSupervisi

Dalam profesi akuntan publik, super-visi merupakan hal yang sangat penting.Hal ini disebutkan dalam SA Seksi 311 yangmenyatakan bahwa pekerjaan harus di-rencanakan sebaik-baiknya dan jika diguna-kan asisten harus disupervisi dengan se-mestinya (SPAP, 2001:311). Selanjutnya, SASeksi 311 menyatakan bahwa supervisimencakup pengarahan usaha asisten yangterkait dalam pencapaian tujuan audit danpenentuan apakah tujuan tersebut tercapai(SPAP, 2001:311). Georgiades (2006) me-nyatakan bahwa supervisi merupakanpenelaahan terhadap usaha-usaha audit danpertimbangan-pertimbangan audit terkaityang dibuat oleh asisten/bawahan untukmenentukan apakah pertimbangan-per-timbangan tersebut sudah sesuai dengankeaadaan yang terjadi. Georgiades juga me-nyatakan bahwa penunjukkan dan pe-ngarahan usaha asisten ini penting di-lakukan agar audit dapat dilakukan sesuaidengan standar audit yang berlaku umumdan untuk meningkatkan efisiensi pe-laksanaan audit.

SA Seksi 311 menyatakan bahwaluasnya supervisi yang memadai bagi suatukeadaan tergantung atas banyak faktor,termasuk kompleksitas masalah dankualifikasi orang yang melaksanakan audit(SPAP, 2001:311). Pernyataan yang samajuga disebutkan oleh Gupta et al. (2000)bahwa supervisi harus disesuaikan dengansituasi audit agar pekerjaan audit dapatdilaksanakan secara efektif. Agar supervisidapat dilaksanakan secara efektif, Gupta etal., (2000) juga telah menyebutkan beberapaprinsip yang dapat digunakan sebagai dasaruntuk mengembangkan praktik-praktiksupervisi di dalam organisasi KAP.Pertama, supervisi harus dilaksanakansecara hierarkis (misalnya, supervisor/atasan yang mengarahkan dan menelaahhasil kerja bawahannya). Kedua, supervisi

Page 7: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 7

juga harus mempertimbangkan aspek-aspekbirokratis, yaitu atasan/supervisor harusmenilai kesesuaian program-program audit.

Menurut SA Seksi 311, pekerjaan yangdilaksanakan oleh asisten harus direviewuntuk menentukan apakah pekerjaan ter-sebut telah dilaksanakan dan didokumen-tasikan secara memadai, dan menilainyaapakah hasilnya sejalan dengan kesimpulanyang disajikan dalam laporan audit (SPAP,2001:311). Standar tersebut pada dasarnyahanya menyediakan petunjuk umum ten-tang pelaksanaan review. Pelaksanaannyasecara rinci dalam organisasi KAP ter-gantung ukuran KAP dan kompleksitaspekerjaan audit. Sebagai dasar untuk me-nerapkan praktik review di KAP, Georgi-ades (2006) telah menyebutkan beberapatujuan utama dari review pekerjaan yangdilakukan dalam setiap pekerjaan audit,yaitu untuk menentukan bahwa: pekerjaanaudit telah direncanakan sebaik-baiknya;luasnya pekerjaan audit dianggap cukupmemadai untuk mendukung opini auditortentang laporan keuangan perusahaan;pekerjaan audit telah dilaksanakan sesuaidengan standar perusahaan dan standarprofesional; permasalahan akuntansi danauditing telah dievaluasi secara layak danlaporan keuangan telah sesuai dengan SAK;dan laporan audit yang dikeluarkan telahtepat.

Malone dan Roberts (2004) menyatakanbahwa dimensi supervisi terdiri dari;efektivitas supervisi dalam menemukantindakan-tindakan yang dapat menurunkankualitas audit dan jenis hukuman yang akandikenakan. Dimensi tersebut juga sesuaidengan Farger et al. (2005) yang menyebut-kan bahwa probabilitas perilaku diketahuidan jenis hukuman yang akan dikenakanmerupakan faktor utama yang akan di-pertimbangkan oleh orang ketika sedangmemikirkan untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. MenurutOtley dan Pierce (1996), risiko kemungkinanditemukan merupakan pertimbangan yangrelevan dalam memutuskan untuk me-lakukan premature sign-off atau melakukan

tindakan-tindakan yang menurunkan kuali-tas audit lainnya. Laporan yang dikemuka-kan oleh The Commission on AuditorsResponsibilities (Otley dan Pierce, 1996) jugamenyatakan bahwa faktor yang menjadipertimbangan utama bagi auditor yangmelakukan tindakan premature sign-offadalah risiko diketahui oleh supervisor.

Kepuasan KerjaLuthans (2006) menyatakan bahwa ke-

puasan kerja adalah hasil dari persepsikaryawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilaipenting. Menurut Luthans (2006), terdapattiga dimensi yang diterima secara umumdalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasankerja merupakan respon emosional ter-hadap situasi kerja. Dengan demikian, ke-puasan kerja dapat dilihat dan diduga.Kedua, kepuasan kerja sering ditentukanmenurut seberapa baik hasil yang dicapaimemenuhi atau melampaui harapan. Misalnya jika anggota organisasi merasa bahwamereka bekerja terlalu keras daripada yanglain dalam departemen, tetapi menerimapenghargaan lebih sedikit, maka merekamungkin akan memiliki sikap negatif ter-hadap pekerjaan, pimpinan, dan atau rekankerja mereka. Sebaliknya, jika mereka me-rasa bahwa mereka diperlakukan denganbaik dan dibayar dengan pantas, makamereka mungkin akan memiliki sikappositif terhadap pekerjaan mereka. Ketiga,kepuasan kerja mewakili beberapa sikapyang berhubungan.

Menurut Robbins (2003), pekerjaanseseorang lebih daripada sekadar kegiatanyang jelas seperti mengocok kertas, me-nunggu pelanggan, atau mengemudi se-buah truk. Pekerjaan menuntut interaksidengan rekan kerja dan atasan, mengikutiaturan dan kebijakan organisasi, memenuhistandar kerja, hidup pada kondisi kerjayang sering kurang dari yang ideal. Hal iniberarti penilaian seorang karyawan ter-hadap seberapa puas atau tidak puasnyadia dengan pekerjaannya merupakan pen-jumlahan yang rumit dari sejumlah unsur

Page 8: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

8 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkansatu sama lain. Robbins (2003) menyebutkansejumlah faktor yang merupakan unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan yangsering digunakan untuk mengukur ke-puasan kerja, yatu; sifat dasar pekerjaan,penyeliaan, upah langsung, kesempatanpromosi dan hubungan dengan rekan kerja.

Sementara itu, Luthans (2006) me-nyebutkan beberapa faktor yang dapatmempengaruhi kepuasan kerja yang di-ringkas kedalam lima dimensi berikut;Pertama, pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan itusendiri merupakan sumber utama ke-puasan. Hasil penelitian menunjukkan bah-wa umpan balik dari pekerjaan itu sendiridan otonomi merupakan dua faktor moti-vasi utama yang berhubungan denganpekerjaan. Selain itu, karakteristik pekerjaandan kompleksitas pekerjaan menghubung-kan antara kepribadian dan kepuasan kerja,dan jika persyaratan kreatif pekerjaan ter-penuhi, maka mereka cenderung menjadipuas. Pekerjaan yang menarik dan me-nantang, serta perkembangan karier jugamerupakan hal penting untuk para karya-wan. Kedua, gaji. Uang dan gaji merupakanfaktor multidimensi dalam kepuasan kerja.Uang tidak hanya membantu orang mem-peroleh kebutuhan dasar, tetapi juga alatuntuk memberikan kebutuhan kepuasanpada tingkat yang lebih tinggi. Karyawanmelihat gaji sebagai refleksi dari bagaimanamanajemen memandang kontribusi merekaterhadap perusahaan. Ketiga, promosi.Kesempatan promosi memiliki pegaruhyang berbeda pada kepuasan kerja. Hal inidikarenakan promosi memiliki sejumlahbentuk yang berbeda dan memiliki berbagaipenghargaan. Misalnya, individu yang di-promosikan atas dasar senioritas seringmengalami kepuasan kerja, tetapi tidaksebanyak orang yang dipromosikan atasdasar kinerja. Begitu juga halnya denganpromosi eksekutif yang mungkin lebihmemuaskan daripada promosi yang terjadipada level bawah organisasi. Keempat,pengawasan (supervisi). Terdapat duadimensi gaya pengawasan yang mem-

pengaruhi kepuasan kerja. Pertama, yangberpusat pada karyawan, diukur menuruttingkat dimana penyelia menggunakanketertarikan personal dan peduli padakaryawan. Hal itu secara umum dimanifes-tasikan dalam cara-cara seperti menelitiseberapa baik kerja karyawan, memberikannasihat dan bantuan pada individu, danberkomunikasi dengan rekan kerja secarapersonal maupun dalam konteks pekerjaan.Dimensi kedua adalah partisipasi ataupengaruh, seperti diilustrasikan oleh mana-jer yang memungkinkan orang untukberpartisipasi dalam pengambilan keputus-an yang mempengaruhi pekerjaan mereka.Partisipasi memiliki efek positif pada ke-puasan kerja. Iklim partisipasi yang di-ciptakan penyelia memiliki efek yang lebihpenting pada kepuasan kerja daripadapartisipasi pada keputusan tertentu. Ke-lima, kelompok kerja. Pada umumnya,rekan kerja atau anggota tim yang koope-ratif merupakan sumber kepuasan kerjayang paling sederhana pada karyawansecara individu. Kelompok kerja yang baikatau tim yang efektif membuat pekerjaanmenjadi menyenagkan. Akan tetapi, faktortersebut bukan hal penting bagi kepuasankerja. Sebaliknya, jika kondisi sebaliknyayang terjadi (orang sulit untuk bekerjasama), faktor itu mungkin memiliki efeknegatif pada kepuasan kerja. Keenam,kondisi kerja. Jika kondisi kerja bagus(misalnya bersih, lingkungan menarik),individu akan lebih mudah menyelesaikanpekerjaan mereka. Jika kondisi kerja buruk(misalnya udara panas, lingkungan bising),individu akan lebih sulit menyelesaikanpekerjaan. Efek lingkungan kerja padakepuasan kerja sama halnya dengan efekkelompok kerja. Jika segalanya baik, tidakada masalah kepuasan kerja, tetapi jikasegalanya berjalan buruk, masalah ketidakpuasan kerja akan muncul.

Tindakan yang Menurunkan KualitasAudit

DeAngelo (Samelson et al., 2006) men-definisikan kualitas audit sebagai proba-

Page 9: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 9

bilitas bahwa auditor; (a) akan dapat me-nemukan pelanggaran dalam sistem akun-tansi klien, dan (b) melaporkan pelanggarantersebut. DeAngelo menyatakan bahwakualitas audit merupakan konsep yang sulitdiukur karena karakteristik audit yang sulitdiamati. Beberapa peneliti telah berusahauntuk meneliti kualitas audit dengan meng-gunakan proksi yang berbeda, misalnyaukuran KAP (Francis dan Yu, 2009), opinigoing concern (Carey dan Simnett, 2006;Geiger dan Raghunandan, 2002), mana-jemen laba (Ghosh dan Moon, 2005; Myerset al., 2003; Johnson et al., 2002), atau hargajasa audit (Francis dan Yu, 2009).

Geiger dan Dasaratha (2006) menelitiperbedaan kualitas audit KAP big 4 danKAP non big 4 berdasarkan tingkat ke-tepatan laporan audit. Hasil penelitianmereka menyatakan bahwa tingkat ke-tepatan laporan audit dari KAP big 4 lebihtinggi dari pada KAP non big 4, yangmenunjukkan bahwa kualitas audit KAP big4 lebih tinggi dari pada KAP non big 4.Sementara itu, Carey dan Simnett (2006)dan Geiger dan Raghunandan (2002) me-nguji kualitas audit berdasarkan ke-cenderungan auditor untuk mengeluarkanopini audit going concern pada perusahaan-perusahaan yang mengalami kebangkrutandi AS. Hasil penelitian mereka menemukanbahwa auditor tenure (lamanya auditor me-nangani klien) mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap kecenderungan auditoruntuk mengeluarkan opini going concern.

Ghosh dan Moon (2005), Myers et al.(2003), dan Johnson et al. (2002) mengujikualitas audit berdasarkan manajemen laba.Hasil penelitian mereka menyatakan bahwaauditor tenure berpengaruh terhadap ter-jadinya manajemen laba. Sementara itu,Francis dan Yu (2009) melaporkan temuanbahwa KAP big membebankan premiumatas jasa auditnya, dan hal tersebut di-interpretasikan karena KAP big memilikikualitas audit yang lebih tinggi dari padaKAP non big.

Pendekatan lain dalam meneliti kuali-tas audit adalah dengan menilai kualitas

pekerjaan audit berdasarkan bagaimanaauditor melaksanakan langkah-langkah da-lam program audit. Coram et al. (2003)menyebut pendekatan ini sebagai tindakanyang menurunkan kualitas audit (reducedaudit quality). Reduced audit quality (RAQ)merupakan tindakan yang dilakukan olehseorang auditor selama pelaksanaan audityang dapat mengurangi efektivitas dalampengumpulan bukti audit (Malone danRoberts, 2004). Tindakan yang menurunkankualitas audit tidak berarti bahwa KAPakan mengeluarkan opini audit yang tidaktepat, namun hal tersebut menunjukkanbahwa auditor tidak melaksanakan auditsesuai dengan standar audit. Coram et al.(2003) menyatakan bahwa jika pekerjaanlapangan tidak dilaksanakan secara tepat,maka kemungkinan opini audit tidak tepatjuga akan meningkat.

Pendapat yang sama juga dinyatakanoleh Herbach (2001) bahwa tindakan yangmenurunkan kualitas audit merupakankegagalan auditor dalam melaksanakanprosedur-prosedur audit yang mengurangiefektivitas dalam pengumpulan bahanbukti. Dengan demikian tindakan tersebutdapat menyebabkan bahan bukti menjaditidak dapat diandalkan, tidak benar, atautidak layak baik secara kuantitatif ataukualitatif. Soobaroyen dan Chengabroyan(2006) telah memberikan contoh beberapatindakan yang sering dilakukan auditoryang dapat mengurangi kualitas audit, di-antaranya; mengurangi jumlah sampel da-lam audit, melakukan review dangkalterhadap dokumen klien, tidak memperluaspemeriksaan ketika terdapat item yangdipertanyakan, menghentikan beberapaprosedur audit penting yang belum selesaidikerjakan secara lengkap, atau meng-abaikan/tidak melaksanakan beberapa pro-sedur audit penting lainnya.

Hasil penelitian Malone dan Roberts(2004) menyebutkan bahwa lebih dari 75%responden auditor yang disurvey me-nyatakan pernah melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kualitasaudit. Adapun tindakan yang paling sering

Page 10: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

10 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

dilakukan oleh staf auditor adalah terlalutergesa-gesa dalam melaksanakan beberapaprosedur audit. Sementara itu, Suryanita etal. (2007) menyatakan bahwa salah satutindakan auditor yang dapat menurunkankualitas audit adalah penghentian prematureatas prosedur audit. Praktik ini terjadiketika auditor mendokumentasikan pro-sedur audit secara lengkap tanpa benar-benar melakukannya atau mengabaikan/tidak melakukan beberapa prosedur audityang disyaratkan tetapi ia dapat memberi-kan simpulan.

Alderman dan Deitrick (2001) melaku-kan penelitian tentang penghentian prema-ture atas prosedur audit tersebut denganmenggunakan sampel auditor yang bekerjapada KAP Big 8. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa 31% responden berpendapatbahwa praktik ini telah terjadi dan me-rupakan akibat dari supervisi yang tidakmencukupi, hambatan waktu, dan tidakmenanyakan representasi klien. Sementaraitu, hasil penelitian Hadi (2007) menyebut-kan bahwa lebih dari 50% respondennyatelah melakukan penghentian premature atasprosedur audit. Prosedur yang paling seringdihentikan adalah mengurangi jumlahsampel yang telah direncanakan, sedangkanyang paling jarang diitinggalkan/dihenti-kan secara premature adalah konfirmasi kepihak ketiga.

Beberapa penelitian juga telah mengujifaktor-faktor yang dapat menyebabkanauditor melakukan tindakan-tindakan yangdapat menurunkan kualitas audit. Coram etal. (2004) misalnya, telah meneliti pengaruhtekanan anggaran waktu dan risiko salahsaji terhadap kecenderungan auditor untukmelakukan tindakan-tindakan yang me-nurunkan kualitas audit. Penelitian inidilakukan terhadap 103 staf auditor yangbekerja pada KAP-KAP yang ada diAustralia. Hasil penelitian menyatakan bah-wa tekanan anggaran waktu dapat me-nyebabkan auditor melakukan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan kualitasaudit. Hasil penelitian juga menunjukkanbahwa kecenderungan untuk melakukan

tindakan-tindakan yang dapat menurunkankualitas audit tersebut akan berkurangketika risiko salah saji yang dihadapi lebihtinggi.

Hasil penelitian Coram dan Juliana(2004) sesuai dengan pernyataan bahwarisiko salah saji merupakan salah satupertimbangan paling penting yang dapatmempengaruhi keputusan auditor. Standarauditing No. 400, Risk Assessments andInternal Control (International Federation ofAccountants, 2000, dalam Coram danJuliana, 2004) menyatakan bahwa ketikapenilaian terhadap risiko bawaan dan risikopengendalian lebih besar, maka jumlahbukti yang harus dikumpulkan oleh auditorharus lebih besar. Sementara itu, Robertson(2007) menyatakan bahwa tekanan waktupenyelesaian (time deadline pressure) dapatmempengaruhi kualitas audit. Staf auditorakan cenderung untuk tidak melaporkaninformasi penting yang perlu ditindak-lanjuti dengan beberapa prosedur audit,ketika terdapat tekanan untuk menyelesai-kan pekerjaan audit lebih cepat. Lebih lanjutRobertson menyatakan bahwa ketika super-visor/atasan staf auditor lebih menekankanpada pencapaian waktu audit, maka kuali-tas audit bukan menjadi pertimbanganutama, sehingga akan diabaikan oleh stafauditor.

Malone dan Roberts (2004) menyatakanbahwa kegagalan auditor untuk melaksana-kan prosedur-prosedur audit seperti yangsudah direncanakan dapat disebabkan olehkarakteristik personal, prosedur review(supervisi) dan pengendalian kualitas KAP,struktur audit KAP, dan persepsi auditorterhadap tekanan anggaran waktu. Pen-dapat yang sama juga dinyatakan olehSuryanita et al. (2007), bahwa prosedurreview yang tersusun dengan baik danpengendalian kualitas yang terus menerusakan meningkatkan kemungkinan ter-deteksinya kesalahan yang dilakukan olehauditor. Berdasarkan hasil penelitiannyayang menguji pengaruh ukuran KAPterhadap kualitas audit, Francis dan Yu(2009) menyatakan bahwa pengalaman

Page 11: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 11

merupakan faktor penting dalam pe-ngembangan sumber daya manusia danKAP-KAP besar dengan jumlah penugasanyang lebih banyak dapat memberikankesempatan bagi auditornya untuk me-ngembangkan keahliannya dalam men-deteksi masalah-masalah keuangan yangmaterial. Auditor di KAP-KAP besar jugamempunyai kesempatan yang lebih besaruntuk mendapatkan supervisi atas konsul-tasi, karena lebih banyak mempunyai atasandan kolega mereka yang mempunyai ber-bagai macam keahlian.

Berdasarkan hasil beberapa penelitiansebelumnya, Pierce dan Sweeney (2006)menyatakan bahwa tindakan yang dapatmenurunkan kualitas audit terdiri atas 3jenis, yaitu; premature sign-off, under-reporting of time, dan perilaku yang me-nurunkan kualitas audit lainnya. Sementaraitu, Soobaroyen dan Chengabroyan (2006)menyebutkan bahwa premature sign-offmerupakan tindakan yang paling me-ngancam kualitas audit. Pierce dan Sweeney(2006) mengartikan premature sign-off se-bagai tindakan yang dilakukan oleh auditoryang seolah-olah telah menyelesaikan pro-sedur audit tanpa benar-benar melakukan-nya. Under-reporting of time terjadi ketikaauditor tidak membebankan/mencatatkanwaktu kerjanya ke dalam jumlah jam kerjayang telah dihabiskan untuk menyelesaikanpekerjaan audit tertentu (Pierce danSweeney, 2006). Tindakan ini dilakukanagar jumlah jam kerja yang dibebankanpada pekerjaan audit menjadi lebih rendahdari pada yang seharusnya. Walaupuntindakan ini tidak mempengaruhi kualitasaudit secara langsung, namun tindakantersebut dapat menyebabkan terjadinyatekanan anggaran waktu audit pada periodeaudit tahun berikutnya (Donelly et al., 2003).

Sementara itu, perilaku yang menurun-kan kualitas audit lainnya adalah tindakan-tindakan yang menurunkan kualitas auditlainnya selain premature sign-off (Pierce danSweeney, 2006). Malone dan Roberts (2004)telah mengidentifikasi beberapa tindakanyang menurunkan kualitas audit selain

premature sign-off, yaitu; menerima penjelas-an klien yang tidak beralasan, melakukanreview dangkal (tidak rinci) terhadap doku-men pendukung yang berasal dari klien,gagal untuk menyelidiki secara tuntasmasalah teknis akuntansi dan auditing,mengurangi jumlah pekerjaan pada bagianaudit tertentu yang seharusnya dilakukansecara lengkap, dan tidak dapat menyelesai-kan prosedur yang diminta oleh programaudit dengan menggunakan cara-cara lain.

Pengaruh Supervisi terhadap Tindakanyang Menurunkan Kualitas Audit

Standar pekerjaan lapangan (SPAP,2001) yang pertama menyatakan “pekerjaanharus direncanakan sebaik-baiknya dan jikadigunakan asisten harus disupervisi dengansemestinya”. Selanjutnya, standar pekerjaanlapangan ketiga menyebutkan “bukti auditkompeten yang cukup harus diperolehmelalui inspeksi, pengamatan, permintaanketerangan, dan konfirmasi sebagai dasarmemadai untuk menyatakan pendapat ataslaporan keuangan yang diaudit (SPAP,2001). Pada dasarnya, kedua standar pe-kerjaan lapangan tersebut meminta auditoruntuk melaksanakan pekerjaan secaraprofesional dan penuh kehati-hatian. Super-visi merupakan salah satu cara yangdigunakan oleh Kantor Akuntan Publikuntuk mempertahankan kualitas pekerjaan-nya (Arens et al., 2008).

Beberapa penelitian juga telah mengujiperanan supervisi dalam mencegah ataumengurangi beberapa tindakan auditoryang dapat menurunkan kualitas audit(Suryanita et al., 2007; Alderman danDeitrick, 2001; Malone dan Roberts, 2004;Otley dan Pierce, 1996; dan Pierce danSweeney, 2006). Suryanita et al. (2007) telahmeneliti faktor-faktor yang dapat me-nyebabkan auditor melakukan penghentianprematur terhadap prosedur-prosedur audityang telah direncanakan. Berdasarkan hasilsurvey terhadap 79 auditor yang bekerjapada KAP-KAP di Jawa-Tengah dan Jogja-karta, Suryanita et al. (2007) menyimpulkanbahwa tindakan auditor untuk melakukan

Page 12: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

12 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

penghentian prematur terhadap prosedur-prosedur audit yang telah ditetapkan dapatdipengaruhi oleh supervisi dan pengendali-an kualitas.

Penelitian yang menguji faktor-faktoryang dapat mempengaruhi terjadinyatindakan-tindakan yang dapat menurunkankualitas audit juga telah dilakukan olehMalone dan Roberts (2004). Berdasarkanhasil survey terhadap 257 auditor yang be-kerja pada 16 KAP, hasil penelitian Malonedan Roberts menyimpulkan bahwa super-visi berhubungan secara negatif denganterjadinya tindakan-tindakan yang dapatmenurunkan kualitas audit. Sementara itu,Otley dan Pierce (1996) meneliti pelaksana-an sistem pengendalian yang diterapkan diKAP-KAP Big-6. Hasil penelitian Otley danPierce menyebutkan bahwa persepsi audi-tor tentang efektivitas prosedur review(supervisi) yang diterapkan di KAP ber-hubungan signifikan dengan tindakan-tindakan penghentian prematur atas pro-sedur audit dan perilaku-perilaku yangdapat menurunkan kualitas audit lainnya.

Selanjutnya, Alderman dan Deitrick(2001) juga telah menguji tekanan anggaranwaktu yang dipersepsikan oleh auditor danterjadinya tindakan penghentian prematur.Penelitian Wayne dan Deitrick dilakukandengan menguji sampel staf auditor yangberasal dari 19 kantor cabang KAP. Ber-dasarkan hasil analisis terhadap 274 jawab-an kuesioner dari responden penelitian,Wayne dan Deitrick menyatakan bahwatindakan penghentian prematur atas be-berapa prosedur audit disebabkan oleh; a)supervisi yang masih lemah, b) tekanananggaran waktu, dan c) penilaian auditoryang menyatakan bahwa prosedur-pro-sedur audit tersebut tidak perlu atau tidakmaterial. Penelitian lainnya dilakuka olehPierce dan Sweeney (2006) yang menelitipersepsi auditor tentang akibat-akibat yangdapat ditimbulkan dari adanya perilaku-perilaku yang dapat mengancam kualitasaudit. Hasil penelitian Pierce dan Sweeneymenyebutkan bahwa rendahnya risiko yangakan dihadapi auditor ketika mereka

terbukti melakukan tindakan-tindakan yangdapat mengurangi kualitas audit dapatmempengaruhi auditor untuk melakukantindakan-tindakan yang tidak etis. Ber-dasarkan uraian di atas, maka penelitian inimengajukan hipotesis sebagai berikut;H1 : Supervisi berpengaruh negatif terhadap

tindakan yang menurunkan kualitasaudit.

Pengaruh Kepuasan Kerja TerhadapTindakan yang Menurunkan KualitasAudit

Luthans (2006) dan Robbins (2003) menyebutkan beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh kepuasan atau ketidakpuasan kerja, diantaranya; meningkatnyaproduktivitas atau kinerja, meningkatnyatingkat perputaran kerja atau meningkatnyatingkat absensi kerja. Sementara itu,Kreitner dan Kinicki (2005) menyatakanbahwa kepuasan kerja dapat mem-pengaruhi beberapa variabel penting, yaitu;motivasi, keterlibatan dalam pekerjaan,perilaku sebagai anggota organisasi yangbaik, komitmen organisasi, ketidak-hadiran,berhentinya karyawan, stres yang dirasa-kan, atau prestasi kerja.

Luthans (2006), Robbins (2003), danKreitner dan Kinicki (2005) menyatakanbahwa kepuasan kerja dapat menimbulkanperilaku-perilaku yang pada umumnya me-rupakan perilaku-perilaku yang dapatmenguntungkan organisasi. Sebaliknya,ketidak-puasan kerja dapat mempengaruhiterjadinya perilaku-perilaku yang padaumumnya merupakan perilaku disfungsi-onal. Pierce dan Sweeney (2006) menyata-kan bahwa perilaku disfungsional merupa-kan tindakan yang dilakukan oleh anggotaorganisasi, yang dapat mengurangi efekti-vitas pencapaian tujuan organisasi. Dalamkonteks auditing, perilaku disfungsionaltersebut dapat berbentuk tindakan-tindakanyang dapat menurunkan kualitas audit(Donnelly et al., 2003). Soobaroyen danChengabroyan (2005) telah memberikancontoh beberapa tindakan auditor yangdapat menurunkan kualitas audit, diantara-

Page 13: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 13

nya; mengurangi jumlah sampel dalamaudit, melakukan review dangkal terhadapdokumen klien, tidak memperluas pe-meriksaan ketika terdapat item yang di-pertanyakan, atau menghentikan beberapaprosedur audit penting yang belum selesaidikerjakan secara lengkap.

Beberapa penelitian juga telah me-nunjukkan bahwa kepuasan atau ketidak-puasan dapat mempengaruhi terjadinyaperilaku-perilaku disfungsional (Herbach,2001; Ghosh, 2000; Mangione dan Quinn,1995; Duffy et al., 2002; Anton, 2009). Hasilpenelitin Duff et al. (2002) dan Mangionedan Quinn (1995) menyatakan bahwa ke-puasan kerja berhubungan secara negatifdengan perilaku-perilaku yang dapat me-nurunkan kemampuan organisasi dalammencapai tujuan. Dalam penelitian tersebut,Duff et al., (2002) memberikan contoh be-berapa perilaku disfungsional yang dapatdipengaruhi oleh kepuasan kerja, seperti;melaksanakan pekerjaan secara lamban,tidak teliti, atau melakukan hal-hal yangmembahayakan keselamatan di tempatkerja. Contoh lainnya yang merupakanperilaku disfungsional dicerminkan dalamhal-hal seperti; kualitas dan kuantitas yangrendah, keterlambatan, ketidak-hadiran,atau produk-produk yang rusak (Mangionedan Quinn, 1995).

Sementara itu, Ghosh (2000) menyata-kan bahwa ketidak-adilan yang dirasakanoleh seseorang akan memotivasi orangtersebut untuk berusaha mengurangi rasaketidak-adilan tersebut. Berbagai carasering dilakukan untuk mengurangi rasaketidak-adilan tersebut, termasuk melaku-kan perilaku-perilaku disfungsional (ber-tentangan dengan tujuan organisasi). Hasilpenelitian Ghosh (2000) menunjukkan bah-wa ketidakpuasan pekerja terhadap sistemkompensasi yang diterapkan di perusahaandapat memotivasi pekerja untuk melakukantindakan manipulatif. Dalam pelaksanaanaudit, tindakan manipulatif dapat ber-bentuk melakukan penghentian prematuratas prosedur audit. Pendapat yang samajuga didukung oleh Herbach (2001) yang

meneliti pengaruh elemen-elemen kontrakpsikologis terhadap tindakan-tindakan yangmenurunkan kualitas audit. Hasil penelitianHerbach (2001) menyebutkan bahwa be-berapa unsur dari kepuasan kerja (super-visi, gaji, pelatihan, otonomi, lingkungankerja, atau rekan kerja) berhubungan secarasignifikan dengan tindakan-tindakan yangdapat menurunkan kualitas audit. Berdasar-kan uraian di atas, maka penelitian inimengajukan hipotesis sebagai berikut;H2 : Kepuasan kerja berpengaruh negatif

terhadap tindakan yang menurunkankualitas audit.

METODE PENELITIANPopulasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalahauditor yang bekerja pada KAP-KAP yangterdaftar di Bapepam-LK. Berdasarkan JSXFact Book 2011, jumlah KAP yang terdaftardi Bapepem-LK adalah 158 KAP. Dalammelakukan pekerjaannya, auditor bekerjadalam sebuah tim yang terdiri dari partner,manajer, supervisor, senior, dan junior audi-tor. Sementara itu, sebagaimana telah di-nyatakan oleh Malone dan Roberts (2004),tindakan yang menurunkan kualitas auditmerupakan tindakan-tindakan yang dilaku-kan oleh auditor selama pelaksanaan audityang dapat mengurangi efektivitas pe-ngumpulan bahan bukti audit.

Berdasarkan hal tersebut diatas, makaauditor yang akan digunakan untuk men-jadi responden adalah auditor yang me-nempati posisi junior, senior, supervisor,dan manajer. Hal ini didasarkan pada per-timbangan bahwa auditor-auditor tersebutmerupakan auditor yang bertanggung-jawab secara langsung untuk melaksanakanpengumpulan bahan bukti audit dan pe-ngawasannya terhadap proses pengumpul-an bahan bukti tersebut. Berdasarkan dataterakhir yang dilaporkan ke DepartemenKeuangan, jumlah auditor yang bekerjapada KAP-KAP yang terdaftar di Bapepam-LK berjumlah sekitar 7.290 auditor (PusatPembinaan Akuntan Publik dan Jasa PenilaiDepartemen Keuangan, 2010).

Page 14: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

14 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

Penentuan jumlah sampel didasarkanpada langkah-langkah penentuan ukuransampel menurut Sitepu (1995). Adapunlangkah-langkah tersebut adalah: Pertama,tentukan diagram jalur yang akan diguna-kan dalam analisis. Kedua, tentukan per-kiraan harga koefisien korelasi (ρ) terkecilantara variabel penyebab yang ada dalamjalur dengan variabel akibat. Penelitian inimenentukan ukuran sampel dengan meng-gunakan ketentuan sebagai berikut; tarifnyata yang diinginkan sebesar 5%, kuasa ujidari pengujian sebesar 95%, nilai koefisienkorelasi (ρ) terkecil sebesar 0,25, yang di-tentukan berdasarkan hasil pilot test.Dengan ketentuan-ketentuan tersebut, makaperhitungan ukuran sampel dilakukansebagai berikut:(1) Pada iterasi pertama:

(1,645 + 1,645)2

n = --------------------- + 3 = 168,923(0,2554)2

Sedangkan(1 + 0,25)

Up = 1/2 Ln -------------- = 0,2554(1 - 0,25)

(2) Pada iterasi kedua:(1,645 + 1,645)2

n = --------------------- + 3 = 167,96(0,2562)2

Sedangkan(1 + 0,25) 0,25

Up = 1/2 Ln ------------ + ----------------(1 + 0,25) 2(168,923 – 1)

(3) Pada iterasi ketiga:(1,645 + 1,645)2

n = ----------------------- + 3 = 167,95(0,2562)2

Pada iterasi ketiga diperoleh jumlahsampel sebesar 168, yang nilainya samadengan perhitungan sampel pada iterasikedua. Oleh karena jumlah sampel yangdihitung pada iterasi ketiga sama denganiterasi kedua, maka perhitungan jumlahsampel berhenti sampai dengan per-hitungan pada iterasi ketiga dengan jumlahsampel sebesar 168 (jumlah sampelminimal).

Pemilihan sampel dilakukan denganmenggunakan tabel angka random yangakan memilih secara acak auditor yangbekerja di KAP-KAP yang terdaftar diBapepam-LK. Tabel angka random dibuatdengan menggunakan fasilitas komputermelalui program Excel. Sebelum dipilihsecara random, anggota populasi diberiidentitas dengan menggunakan angkanomor 1 sampai dengan nomor 7.290.Penentuan nomor dilakukan berdasarkanKAP-KAP yang sebelumnya diurutkan ber-dasarkan urutan abjad nama KAP. Nomormasing-masing anggota populasi ditentu-kan berdasarkan angka kumulatif jumlahauditor. Contoh penentuan nomor anggotapopulasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Nomor anggota populasi ditentukanberdasarkan angka di kolom jumlah kumu-latif. Misalnya anggota dengan angkanomor 23 sampai dengan nomor 32 adalahauditor yang bekerja pada KAP Abdi Ichjardan Rekan. Selanjutnya, berdasarkan tabelangka random akan dipilih anggota sampeldengan jumlah 168 auditor (jumlah sampelminimal) yang bekerja pada KAP-KAP yangterdaftar di Bapepem-LK.

Tabel 3Contoh Penentuan Nomor Anggota Populasi

No. Nama KAP Jumlah Auditor Jumlah Kumulatif1. A. Krisnawan & Rekan 11 112. A. Salam Rauf & Rekan 11 223. Abdi Ichjar & Rekan 10 324. Dst.

Sumber: data penelitian

Page 15: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 15

Operasionalisasi dan Pengukuran VariabelSupervisi

Supervisi (S) merupakan penelaahanterhadap usaha-usaha audit dan per-timbangan-pertimbangan audit terkait yangdibuat oleh asisten/bawahan untuk me-nentukan apakah pertimbangan-pertimba-ngan tersebut sudah sesuai dengan ke-aadaan yang terjadi (Georgiades, 2006).Variabel supervisi diukur dengan meng-gunakan 8 pertanyaan dari dua dimensi,yaitu efektivitas supervisi dan hukumanyang mungkin akan diterima auditor jikaterbukti melakukan tindakan yang me-nurunkan kualitas audit (Malone danRoberts, 2004).

Kepuasan KerjaKepuasan kerja (KK) adalah hasil dari

persepsi karyawan mengenai seberapa baikpekerjaan mereka memberikan hal yangdinilai penting (Luthans, 2006). Variabelkepuasan kerja diukur dengan mengguna-kan 12 pertanyaan dari beberapa dimensiyaitu; pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi,rekan kerja, dan kondisi kerja (Luthans,2006).

Tindakan yang Menurunkan Kualitas AuditMalone dan Roberts (2004) mendefinisi-

kan tindakan yang menurunkan kualitasaudit (reduced audit quality/KA) sebagaitindakan yang dilakukan oleh seorangauditor selama pelaksanaan audit yangdapat mengurangi efektivitas dalam pe-ngumpulan bukti audit. Variabel ini diukurberdasarkan menggunakan 6 pertanyaandari dua dimensi menurut Otley dan Pierce(1996), yaitu premature sign-off dan reducedaudit quality (RAQ) lainnya.

Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode survey, dengan me-ngirim kuesioner kepada subjek penelitian,yaitu responden auditor yang bekerja padaKAP. Dengan terlebih dahulu meminta izindan bantuan kepada pimpinan KAP, kuesi-oner dikirim kepada staf auditor melalui

pimpinan KAP. Kuesioner yang telah diisikemudian dikirim melalui pos ke alamatpeneliti atau diserahkan langsung kepadapeneliti/pihak-pihak yang telah dimintaibantuan oleh peneliti untuk mengumpulkanatau menerima kuesioner yang telah diisitersebut. Pengiriman kuesioner dilakukansecara langsung oleh peneliti dengan men-datangi KAP-KAP, pengiriman melalui pos,atau melalui bantuan pihak-pihak lain.

Teknik Pengujian HipotesisTeknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linierberganda. Adapun persamaan regresi linierberganda adalah sebagai berikut:KA = a + b1S + b2KK + e …………………Keterangan:KA = Tindakan yang menurunkan kualitasaudita = Konstantab = Koefisien regresiS = SupervisiKK = Kepuasan kerjae = Error (faktor kesalahan)Pengujian hipotesis dilakukan denganmenggunakan tingkat signifikansi (α) = 0,05atau 5%. Untuk menguji pengaruh supervisidan kepuasan kerja terhadap tindakan yangmenurunkan kualitas audit dilakukan de-ngan menguji nilai t pada tingkat signi-fikansi (α) = 0,05. Jika nilai signifikansi <0,05 maka disimpulkan hipotesis tidakdapat ditolak.

ANALISIS DAN PEMBAHASANGambaran Unit Observasi

Data dalam penelitian ini diperolehdari kuesioner yang dikirimkan kepadaresponden. Responden dalam penelitian iniadalah auditor yang bekerja pada KAP-KAPyang terdaftar di Bapepam-LK tahun 2011.Dari sekitar 700 eksemplar kuesioner yangdikirim, sebanyak 213 kuesioner dapatkembali (response rate sebesar 30%). Dari 213kuesioner yang kembali, ada 6 kuesioneryang tidak layak untuk diuji karena diisioleh auditor yang baru bekerja di KAPkurang dari 1 tahun, atau belum pernah

Page 16: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

16 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

melaksanakan penugasan audit. Dengandemikian jumlah kuesioner yang digunakanuntuk menguji hipotesis dalam penelitianini sebanyak 207.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesi-oner yang dilakukan, berikut disajikanprofil responden berdasarkan jenis kelamin,usia, pendidikan, lama masa kerja, jumlahpenugasan dalam 1 tahun terakhir, danjabatan.

Berdasarkan jenis kelamin, sekitar 60%responden dalam penelitian ini adalah laki-laki, sedangkan sekitar 40% responden ber-

jenis kelamin perempuan. Sementara itu,para responden dalam penelitian ini mem-punyai usia rata-rata sekitar 29 tahun,dengan usia maksimum 66 tahun dan usiaminimum responden 21 tahun.

Berdasarkan pendidikan, sebagian be-sar (89,8%) responden dalam penelitian iniberpendidikan S-1, sekitar 9% respondenberpendidikan S-2, dan sisanya sekitar 1%responden berpendidikan D-3. Respondendalam penelitian ini sebagian besar terdiridari junior auditor (50,2%) dan senior audi-tor (38,6%), sedangkan yang mempunyai

Tabel 4Profil Responden

Profil Responden Kategori Frekuensi PersentaseJenis Kelamin Laki-laki 124 59,9

Perempuan 83 40,1Total 207 100

Usia Maksimum 66 tahunMinimum 21 tahunRata-rata 29,22 tahun

Pendidikan D3 2 1,1S1 186 89,8S2 19 9,1S3 - -Total 207 100

Masa Kerja ≤ 2 tahun 82 39,6> 2 – 5 tahun 68 32,8> 5 – 10 tahun 42 20,2> 10 – 15 tahun 13 6,3> 15 tahun 2 1,1Total 207 100

Jumlah Penugasan Auditdalam 1 Tahun Terakhir

≤ 3 kali 55 25,6> 3-5 kali 65 31,4> 5-10 kali 53 26,6> 10-15 kali 27 13,1> 15 kali 7 3,3Total 207 100

Jabatan Junior 104 50,2Senior 80 38,6Supervisor 17 21,3Manajer 6 2,9Total 207 100

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Page 17: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 17

jabatan supervisor dan manajer sekitar 8,2%dan 3%.

Berdasarkan lamanya bekerja di KAP,sekitar 40% responden memiliki masa kerjaantara 1-2 tahun, sekitar 33% respondenmemiliki masa kerja antara lebih dari 2 – 5tahun, sekitar 20% memiliki masa kerjaantara lebih dari 5-10 tahun, sekitar 6%memiliki masa kerja lebih dari 10-15 tahun,dan hanya sekitar 1% responden yangmemiliki masa kerja lebih dari 15 tahun.

Berdasarkan jumlah penugasan dalam 1tahun terakhir, sekitar 26% responden da-lam penelitian ini telah melaksanakan auditsebanyak antara 1-3 kali selama 1 tahunterakhir, sekitar 31% telah melaksanakanaudit selama 1 tahun sebanyak antara lebihdari 3-5 kali, sekitar 27% rata-rata me-laksanakan audit sebanyak antara lebih dari5-10 kali dalam 1 tahun, sekitar 13% me-miliki jumlah penugasan antara lebih dari10-15 kali dalam 1 tahun, dan sekitar 3,5%telah melaksanakan audit dalam 1 tahunterakhir lebih dari 15 kali penugasan.

Hasil Pengujian Validitas dan ReliabilitasUji validitas dilakukan untuk me-

ngetahui apakah alat ukur variabel yangtelah dirancang dalam bentuk kuesionertersebut mengukur apa yang seharusnyadiukur. Metode yang digunakan untukmenguji validitas dalam penelitian inimenggunakan korelasi product moment.Teknik untuk menguji validitas instrumentiap-tiap variabel dilakukan dengan cara

mengkorelasikan tiap skor item instrumendengan total skor dari jumlah iteminstrumen tersebut. Dari hasil uji korelasiini selanjutnya akan dicari nilai t masing-masing item pernyataan. Indikatornyaadalah dengan membandingkan antara nilait-hitung dengan t-tabel. Apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (1,684) makakorelasi tersebut adalah signifikan, sehinggaitem pernyataan tersebut dinyatakan validdan akan dipakai untuk pengumpulan datapenelitian. Namun sebaliknya, apabila nilait-hitung lebih kecil dari pada nilai t-tabelmaka item pernyataan tersebut dinyatakantidak valid sehingga harus dikeluarkan dariitem pernyataan yang akan digunakandalam kuesioner untuk pengumpulan datapenelitian ini.

Berdasarkan hasil pengujian data de-ngan menggunakan korelasi product moment(r), diperoleh hasil uji validitas untukmasing-masing variabel yang disajikanpada tabel 5, 6, 7.

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahuibahwa nilai t-hitung untuk seluruh itempernyataan lebih besar dari pada nilai t-tabel. Dengan demikian dapat dinyatakanbahwa seluruh item pernyataan yang akandigunakan untuk mengukur variabelsupervisi adalah valid, sehingga seluruhitem pernyataan yang ada pada variabelsupervisi dalam kuesioner penelitian inidapat digunakan untuk mengumpulkandata penelitian.

Tabel 5Hasil Uji Validitas Variabel Supervisi

Butir Pernyataan r thitung KeteranganItem_1 0.523 3,881 ValidItem_2 0.634 5,185 ValidItem_3 0.477 3,432 ValidItem_4 0.614 4,920 ValidItem_5 0.653 5,453 ValidItem_6 0.653 5,453 ValidItem_7 0.450 3,187 ValidItem_8 0.420 2,927 Valid

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Page 18: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

18 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

Tabel 6Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja

Butir Pernyataan r thitung KeteranganItem_1 0.608 4,843 ValidItem_2 0.853 10,337 ValidItem_3 0.758 7,350 ValidItem_4 0.771 7,657 ValidItem_5 0.817 8,961 ValidItem_6 0.760 7,396 ValidItem_7 0.670 5,708 ValidItem_8 0.479 3,451 ValidItem_9 0.555 4,220 ValidItem_10 0.626 5,077 ValidItem_11 0.520 3,850 ValidItem_12 0.566 4,342 Valid

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwanilai t-hitung untuk seluruh item per-nyataan lebih besar dari pada nilai t-tabel.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwaseluruh item pernyataan yang akan di-gunakan untuk mengukur variabel ke-puasan kerja adalah valid, sehingga seluruhitem pernyataan yang ada pada variabelkepuasan kerja dalam kuesioner penelitianini dapat digunakan untuk mengumpulkandata penelitian.

Pada tabel 7 berikut disajikan hasil ujivaliditas untuk variabel tindakan yangmenurunkan kualitas audit. Berdasarkantabel 7 dapat diketahui bahwa nilai t-hitunguntuk seluruh item pernyataan lebih besardari pada nilai t-tabel. Dengan demikiandapat dinyatakan bahwa seluruh itempernyataan yang akan digunakan untuk

mengukur variabel tindakan yang me-nurunkan kualitas audit adalah valid,sehingga seluruh item pernyataan yang adapada variabel kualitas audit dalamkuesioner penelitian ini dapat digunakanuntuk mengumpulkan data penelitian.

Hasil Pengujian ReliabilitasSetelah selesai dilakukan uji validitas,

selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Suatukuesioner dikatakan reliabel atau handaljika jawaban responden terhadap per-tanyaan/pernyataan adalah konsisten ataustabil dari waktu ke waktu (Ghozali,2005:41). Uji reliabilitas dalam penelitian inidilakukan dengan menggunakan analisisCronbach-Alpha. Menurut Nunnaly (1967)dalam Ghozali (2005:42), suatu konstrukatau variabel dikatakan reliable apabila

Tabel 7Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit

Butir Pernyataan r thitung KeteranganItem_1 0.818 8,994 ValidItem_2 0.874 11,376 ValidItem_3 0.900 13,059 ValidItem_4 0.901 13,135 ValidItem_5 0.623 5,037 ValidItem_6 0.940 17,425 Valid

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Page 19: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 19

memberikan nilai Cronbach-Alpha > 0,06.Berdasarkan hasil pengujian data

dengan menggunakan metode Cronbach-Alpha, diperoleh hasil uji reliabilitas sebagaiberikut pada tabel 8. Dari tabel 8 dapatdiketahui bahwa seluruh variabel penelitianmemiliki koefisien reliabilitas di atas 0,60.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwaseluruh variabel penelitian yang akandigunakan dalam penelitian ini telahreliabel, sehingga dapat digunakan untukmengumpulkan data penelitian.

Hasil Pengujian HipotesisHasil perngujian regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS dapatdilihat pada tabel 9 berikut.

Pengaruh Supervisi Terhadap Tindakanyang Menurunkan Kualitas Audit

Pengaruh supervisi terhadap tindakanyang menurunkan kualitas audit diujidengan menggunakan persamaan regresiberganda. Hasil analisis data denganmenggunakan software SPSS menunjukkan

nilai t = -3,163 dengan tingkat signifikansi(α) = 0,02. Oleh karena nilai tingkatsignifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkanbahwa supervisi berpengaruh terhadaptindakan yang menurunkan kualitas audit.Hasil analisis data menunjukkan nilaikoefisien (b) = -0,206 yang dapat diartikanbahwa semakian ketat supervisi yangditerapkan, maka tindakan-tindakan yangmenurunkan kualitas audit akan semakinberkurang.

Menurut hasil penelitian ini dapatdiketahui bahwa efektivitas supervisi danbesarnya ancaman hukuman yang akandikenakan terhadap auditor yang melaku-kan tindakan yang menurunkan kualitasaudit dapat mengurangi/menghindaritindakan auditor yang menurunkan kualitasaudit. Jika efektivitas supervisi dan ancam-an hukuman meningkat, maka perilaku-perilaku auditor yang menurunkan kualitasaudit akan menurun. Hasil penelitian inisesuai dengan pendapat Arens et al. (2008)yang menyatakan bahwa supervisi me-rupakan salah cara yang dapat digunakan

Tabel 8Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian

Variabel JumlahPernyataan

KoefisienReliabilitas Keterangan

Supervisi 8 0,642 ReliabelKepuasan Kerja 12 0,886 ReliabelKualitas Audit 6 0,918 Reliabel

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Tabel 9Hasil Pengujian Persamaan Regresi Berganda

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Coefficientsa

26,897 2,05 13,079 ,000-,271 ,086 -,206 -3,163 ,002-,208 ,037 -,361 -5,546 ,000

(Constant)SUPPUAS

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: KUALITASa.

Page 20: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

20 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

oleh KAP untuk mempertahankan kualitasauditnya. Hasil penelitian ini juga sesuaidengan penelitian Otley dan Pierce (1996)yang menyebutkan bahwa efektivitas super-visi mempunyai pengaruh yang signifikanterhadap tindakan penghentian prematuratas prosedur audit (premature sign-off) danperilaku-perilaku yang menurunkan kuali-tas audit. Hasil penelitian ini menyebutkanbahwa sebagian besar auditor yang menjadiresponden penelitian menyatakan setujubahwa supervisi yang dilakukan di KAPakan dapat menemukan tindakan-tindakanauditor yang dapat menurunkan kualitasaudit. Diantaranya; akan dapat menemukantindakan auditor yang melakukan peng-hentian prematur, atau menemukan tindak-an auditor yang memberikan tanda tickmarksebagai tanda prosedur audit telah di-kerjakan padahal auditor tersebut hanyamemeriksa beberapa dokumen klien yangtidak lengkap.

Penelitian ini juga sesuai dengan hasilpenelitian Pierce dan Sweeney (2006) yangmenemukan bahwa rendahnya risiko yangakan dihadapi auditor ketika mereka ter-bukti melakukan tindakan-tindakan yangmengurangi kualitas audit dapat mem-pengaruhi auditor untuk melakukan tindak-an yang menurunkan kualitas audit. Hasilpenelitian ini menyatakan bahwa besarnyaancaman hukuman yang akan dikenakanterhadap auditor yang terbukti melakukantindakan yang menurunkan kualitas auditdapat mempengaruhi terjadinya perilaku-perilaku auditor yang menurunkan kualitasaudit. Dari hasil penelitian ini dapat di-ketahui tindakan auditor yang akan men-dapatkan hukuman paling berat menurutresponden adalah jika mereka terbuktimelakukan tindakan penghentian prematuratau memberi tanda tickmark sebagai tandaauditor telah melaksanakan prosedur auditpadahal hanya memeriksa beberapa doku-men klien yang tidak lengkap. Adapunancaman hukuman yang paling ringan jikaterbukti melakukan tindakan-tindakan yangmenurunkan kualitas audit adalah ketikaauditor gagal memeriksa masalah akuntansi

yang belum meyakinkan, atau menerimasaja penjelasan klien tanpa melakukanprosedur audit tambahan untuk meyakin-kan masalah tersebut.

Pengaruh Kepuasan Kerja TerhadapTindakan yang Menurunkan KualitasAudit

Pengaruh kepuasan kerja terhadaptindakan yang menurunkan kualitas auditdiuji dengan menggunakan persamaanregresi berganda. Hasil analisis data denganmenggunakan software SPSS menunjukkannilai t = -5,546 dengan tingkat signifikansi(α) = 0,00. Oleh karena nilai tingkat signi-fikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bah-wa kepuasan kerja berpengaruh terhadaptindakan yang menurunkan kualitas audit.Hasil analisis data menunjukkan nilaikoefisien (b) = -0,361 yang dapat diartikanbahwa semakian tinggi tingkat kepuasankerja auditor, maka tindakan-tindakan yangmenurunkan kualitas audit akan semakinberkurang.

Hasil penelitian ini sesuai denganpendapat Luthans (2006) yang menyatakanbahwa kepuasan kerja dapat menimbulkanperilaku-perilaku yang pada umumnya me-rupakan perilaku-perilaku yang dapat me-nguntungkan organisasi. Sebaliknya, ke-tidak-puasan kerja dapat mempengaruhiterjadinya perilaku-perilaku yang padaumumnya merupakan perilaku disfungsi-onal. Dalam konteks auditing, perilakudisfungsional tersebut dapat berbentuktindakan-tindakan yang menurunkan kuali-tas audit. Dalam penelitian ini diketahuibahwa kepuasan kerja auditor yang menjadiresponden penelitian dapat mempengaruhiterjadinya tindakan-tindakan yang me-nurunkan kualitas audit. Dalam penelitianini dapat ditunjukkan beberapa contohtindakan yang menurunkan kualitas audit,yang dapat dikurangi dengan cara me-ningkatkan kepuasan kerja auditor, di-antaranya; 1) menerima penjelasan kliententang masalah akuntansi tertentu yangtidak beralasan, tetapi auditor menerimabegitu saja penjelasan tersebut, 2) me-

Page 21: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 21

ngurangi jumlah pekerjaan dalam bagianaudit tertentu yang seharusnya dilakukansecara lengkap, 3) melakukan prematuresign-off (tidak dapat menyelesaikan pro-sedur audit yang telah ditetapkan, tetapimelaporkan telah menyelesaikan prosedurtersebut), atau 4) melakukan pemeriksaanterhadap dokumen klien yang tidaklengkap, tetapi dalam kertas kerja memberitanda tickmark sebagai tanda proseduraudit telah dikerjakan.

Hasil penelitian ini juga sesuai denganpenelitian Herbach (2001) yang menemukanbahwa beberapa dimensi kepuasan kerja(supervisi, gaji, pelatihan, otonomi, lingku-ngan kerja, atau rekan kerja) dapat mem-pengaruhi terjadinya perilaku-perilakuyang menurunkan kualitas audit. Ber-dasarkan analisis deskriptif juga dapatdiketahui bahwa sebagian besar respondenmenyatakan cukup puas dengan pekerjaan-nya. Hal ini dapat diketahui dari sebagianbesar auditor yang menyatakan cukup puasdengan dimensi-dimensi yang membentukkepuasan kerja (pekerjaan itu sendiri, gaji,promosi, supervisi, rekan kerja dan kondisikerja). Namun, untuk meningkatkan ke-puasan kerja ke tingkat yang lebih optimal,KAP juga diharapkan dapat meningkatkankepuasan sebagian auditor terhadap be-berapa dimensi kepuasan kerja yang olehsebagian auditor dianggap belum me-muaskan. Adapun beberapa dimensi ke-puasan kerja yang oleh sebagian auditormasih dianggap belum memuaskan, di-antaranya; kepuasan terhadap gaji, pe-latihan/promosi, supervisi oleh atasan, ataukepuasan terhadap jam kerja yang di-terapkan di KAP tempat mereka bekerja.Agar tindakan-tindakan yang menurunkankualitas audit menjadi berkurang, makabeberapa kondisi yang dapat menyebabkankepuasan kerja menjadi rendah harusdiperbaiki agar kondisi tersebut tidak terusterjadi.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang sudah diuraikan, dapat

disimpulkan bahwa; Pertama, Supervisiberpengaruh negatif terhadap tindakanyang menurunkan kualitas audit. Hal inidapat diinterprestasikan bahwa supervisiyang efektif dapat mengurangi/meng-hindari terjadinya tindakan-tindakan yangmenurunkan kualitas audit. Jika efektivitassupervisi dan ancaman hukuman me-ningkat, maka perilaku-perilaku yang dapatmenurunkan kualitas audit akan menurun.Kedua, Kepuasan kerja berpengaruh negatifterhadap tindakan yang menurunkankualitas audit. Rendahnya kepuasan kerja(tingginya ketidak-puasan kerja) dapatmenyebabkan auditor untuk melakukantindakan-tindakan yang menurunkan kuali-tas audit. Agar tindakan-tindakan yangmenurunkan kualitas audit tidak terjadi/berkurang maka KAP harus mengurangihal-hal yang dapat menimbulkan ketidak-puasan kerja.

Dengan hasil penelitian yang diperoleh,disarankan bahwa; Pertama, untuk me-ningkatkan kualitas audit, KAP diharapkanmemperbaiki sistem supervisinya sesuaidengan yang diharuskan oleh profesi. KAPperlu menerapkan prosedur supervisi yangharus dilakukan oleh semua atasan kepadabawahannya. Sistem pengendalian kualitasdi KAP harus dapat menjamin bahwaprosedur supervisi yang telah di tetapkantelah dijalankan sebagaimana mestinya,serta memastikan bahwa semua pekerjaanyang dikerjakan oleh auditor telah disuper-visi oleh atasanya. Kedua, KAP juga di-sarankan untuk memperbaiki kondisi yangdapat menimbulkan terjadinya ketidak-puasan kerja. KAP perlu mempertimbang-kan gaji, pelatihan, atau promosi sebagaisalah satu cara yang dapat digunakan untukmemotivasi auditor agar tidak melakukantindakan-tindakan yang menurunkan kuali-tas audit.

DAFTAR PUSTAKAAlderman, W. dan J. Deitrick. 2001.

Auditors’ perceptions of time budgetpressures and premature sign-offs: a

Page 22: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

22 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 1, Maret 2015 : 1 – 23

replication and extension. Auditing: AJournal of Practice & Theory 20(1): 54-68.

Anton, C. 2009. The impact of role stress onworkers’ behavior through job satis-faction and organizational commitment.International Journal of Psychology 44(3):187-194.

Arens, A., R. J. Elder, M. S. Beasley. 2008.Auditing and Assurance Services: AnIntegrated Approach. Eleventh Edition.Pearson Prentice Hall.

Carey, P. dan R. Simnett. 2006. AuditorPartner Tenure and Audit Quality. TheAccounting Review 81(3): 653-676.

Coram, P., Juliana dan D. Woodliff. 2003. ASurvey of Time Budget Pressure AndReduced Audit Quality Among Austra-lian Auditors. Autralian AccountingReview 13(29): 38-44.

Coram, P., Juliana dan D. Woodliff. 2004.The effect of risk misstatement on thepropensity to commit reduced auditquality act under time budget pressure.Auditing: A Journal of Practice & Theory23(2): 159-167.

Donelly, D. P., J. J. Quirin dan D. O’Bryan.2003. Auditor acceptance of dysfuncti-onal audit behavior: An explanatorymodel using auditors’ personalcharacteristics. Behavioral Research InAccounting (15): 87-110.

Duffy, M., J. Shaw, dan D. Ganster. 2002.Positive affectivity and negativeoutcomes: the role of tenure and jobsatisfaction. Journal of Applied Psychology83(6): 950-959.

Farger, N., D. Mayorga dan K. Trotman.2005. A field-based analysis of auditworkpaper review. Auditing: A Journalof Practice & Theory 24(2): 85-110.

Fatchurrohman, A. 2 Mei 2001. MajalahMedia Akuntasi.

Francis, J. dan M. Yu. 2009. Big 4 Office Sizeand Audit Quality. The AccountingReview 84(5): 1.521-1.552.

Geiger, M. A. dan K. Raghunandan. 2002.Auditor tenure and audit reportingfailures. Auditing: A Journal of Practiceand Theory 21(1): 67-78.

Georgiades. 2006. GAAS Update Service. AWolters Kluwer Business.

Ghosh, A. dan D. Moon. 2005. AuditorTenure and Perceptions of AuditQuality. The Accounting Review 80(2):585-612.

Ghosh, D. 2000. Organizational design andmanipulative behavior. BehavioralResearch In Accounting 12(1): 1-30.

Ghozali, I. 2005. Structural equationmodelling: teori, konsep, dan aplikasi. BPUndip. Semarang.

Gupta, P., N. Umanath dan M. Dirsmith.2000. Supervision practices and auditeffectiveness: an empirical analysis ofGAO audit. Behavioral Research inAccounting 12(2): 119-138.

Hadi, S. 2007. Pengaruh tindakan supervisiterhadap kepuasan akuntan pemula.JAAI 11(2): 187-198.

Herbach, O. 2001. Audit Quality, AuditorBehavior and The PsychologicalContract. The European AccountingReview 10(4): 787-802.

Huda, M. 2000. Hubungan antara tindakansupervisi dengan kepuasan kerja:sebuah analisis perbedaan antara KAPbesar dan kecil. Jurnal Bisnis danAkuntansi 2(1): 33-44.

Ikatan Akuntan Indonesia KompartemenAkuntan Publik. 2001. StandarProfesional Akuntan Publik. Penerbit:Salemba Empat. Jakarta.

Johnson, V., I. Khurana dan J. K. Reynolds.2002. Audit firm tenure and the qualityof accounting earnings. ContemporaryAccounting Research 19(1): 637-660.

Kreitner, R. dan A. Kinicki. 2005. Organizati-onal Behavior. 5th Edition. McGraw-Hill.USA.

Luthans, F. 2006. Organizational Behavior,10th Edition. The McGraw-Hill Compa-nies, Inc. USA.

Malone, C. F. dan R. W. Roberts. 2004.Factors Associated with the Incidenceof Reduced Audit Quality Behaviors.Auditing: A Journal of Practice & Theory23(2): 49-64.

Page 23: EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan)

Pengaruh Supervisi Dan Kepuasan Kerja ... – Kurnia, Sule 23

Mangione, T. dan R. Quinn. 1995. Jobsatisfaction, counterproductive behavi-or, and drug use at work. Journal ofApplied Psychology 80(1): 114-116.

Messier, W., S. Glover dan D. Prawitt. 2006.Auditing & assurance service: a systemapproach. 4th edition. McGraw-Hill.USA.

Myers, J., L. A. Myers dan T. C. Omer. 2003.Exploring the term of auditor-clientrelationship and the quality of earnings:a case for mandatory auditor rotation.The Accounting Review 78(3): 779-799.

Nurahma dan N. Indriantoro. 2000.Tindakan supervisi dan kepuasan kerjaakuntan pemula di Kantor AkuntanPublik. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia3(1): 45-63

Otley, D. dan B. J. Pierce. 1996. Theoperation of control systems in largeaudit firms. Auditing: A Journal ofPractice & Theory 15(2): 65-84.

Payne, E. dan R. J. Ramsay. 2008. Auditdocumentation methods: a path modelof cognitive processing, memory, andperformance. Auditing: A Journal ofPractice & Theory 27(1): 151-168.

Pierce, B. dan B. Sweeney. 2006. Perceivedadverse consequences of qualitythreating behavior in audit firms.International Journal of Auditing 10(1): 19-39.

Pusat Pembinaan Akuntan Publik dan JasaPenilai, Departemen Keuangan RI.2010. Hasil pemeriksaan KantorAkuntan Publik Tahun 2008 – 2009.

Robbins, S.P. 2003. Organizational behavior.12th edition. Pearson Education, Inc.New Jersey.

Robertson, J. C. 2007. Staff AuditorReporting Decisions Under TimeDeadline Pressure. Managerial AuditingJournal 22(4): 340-353.

Samelson, D., S. Lowensohn dan L. E.Johnson. 2006. The Determinants ofPerceived Audit Quality and AuditeeSatisfaction in Local Government.Journal of Public Budgeting, Accounting &Financial Management 18(2): 139-166.

Sitepu, N. 1995. Analisis Jalur. PenerbitFMIPA Unpad. Bandung.

Soobaroyen, T. dan C. Chengabroyan. 2006.Auditors’ Perceptions of Time BudgetPressure, Premature Sign Offs andUnder-Reporting of Chargeabel Time:Evidence from a Developing Country.International Journal of Auditing 10(3):201-218.

Suryanita, W., D. Setiawan dan H.Triatmoko. 2007. Penghentian Prematuratas Prosedur Audit. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia 10(1): 1-19.